62639665 Caderno de Cifras 445 Cantos e Louvores Para Grupos de Oracao MAGNIFICAT 2008
PHC 445 (Sambirejo)
-
Upload
hanayuki-vizurei -
Category
Documents
-
view
62 -
download
2
Transcript of PHC 445 (Sambirejo)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Kegiatan
Diare masih menjadi masalah kesehatan yang paling umum terutama di negara
berkembang seperti Indonesia. Perkiraan konservatif menempatkan angka kematian global
dari penyakit diare sekitar dua juta kematian pertahun (1,7 juta-2,5 juta kematian), dan
merupakan peringkat ketiga diantara semua penyebab kematian penyakit menular di seluruh
dunia (WHO, 2009).
Dari daftar urutan penyebab kunjungan Puskesmas/ Balai pengobatan, diare termasuk
sepuluh besar penyakit pada kunjungan rawat jalan (Depkes RI, 2009). Diperkirakan di
Indonesia ditemukan penderita diare sekitar 60 juta kejadian setiap tahunnya (Suraatmaja,
2007).
Dari buku daftar penyakit di Puskesmas Sambirejo Sragen ditemukan bahwa jumlah
pasien yang datang ke puskesmas kemudian didiagnosa diare sebanyak 387 kasus atau
menempati urutan ke 7 dari 10 besar penyakit. Hal itulah yang mendorong kami untuk
melakukan analisis lebih dalam tentang pencegahan terjadinya kasus diare di masa
mendatang di lingkup Puskesmas Sambirejo
B. Tujuan Kegiatan
Mengetahui prioritas masalah dan pemecahan tingginya angka kejadian kasus diare di
wilayah kerja Puskesmas Sambirejo.
C. Manfaat Penulisan
1. Manfaat bagi mahasiswa yaitu mahasiswa mampu dan berpengalaman dalam menerapkan
konsep-konsep pemecahan masalah tentang tingginya angka kejadian diare di Puskesmas
Sambirejo.
2. Manfaat bagi unit kesehatan setempat yaitu dapat memberikan informasi bagi unit
pelayanan kesehatan setempat, mengenai masalah yang ada dalam penjegahan
berkembangnya kasus diare di wilayah kerja Puskesmas Sambirejo.
3. Manfaat untuk puskesmas yaitu dapat sebagai bahan informasi di dalam meningkatkan
peran sertanya dalam penanggulangan meningkatnya angka kejadian diare di wilayah
kerja Puskesmas Sambirejo.
1
BAB II
HASIL KEGIATAN DAN ANALISA PENYEBAB MASALAH
1. HASIL KEGIATAN
Hasil kegiatan dari Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Masyarakat di Pukesmas Sambirejo
Sragen adalah diketahuinya profil dan kinerja sebagai berikut:
A. GAMBARAN UMUM SAMBIREJO
Puskesmas Sambirejo merupakan Puskesmas dengan fasilitas rawat inap dan
UGD 24 jam. Wilayah kerja Puskesmas adalah di Kecamatan Sambirejo, yang memiliki
gambaran :
Batas wilayah Sambirejo :
Terletak 12 km dari ibu kota seragen ke arah tenggara.
Terletak di sebelah barat berbatasan dengan kecamatan Kedawung,
Disebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Jenawi kabupaten Karanganyar,
Sebelah utara berbatasan dengan kecamatan Gondang.
Kecamatan sambirejo terdiri dari 9 desa (kelurahan) yaitu :
Desa Sukorejo
Desa Jambean
Desa jetis
Desa Musuk
Desa Kadipiro
Desa Sambirejo
Desa Blimbing
Desa Dawung
Desa Sambi
B. VISI DAN MISI
a. VISI :
2
Mewujudkan Pelayanan Kesehatan Berkualitas Menuju Masyarakat Sambirejo Sehat
Yang Mandiri Dan Berkeadilan
b. MISI :
Meningkatkan kedisiplinan dan profesionalisme petugas
Memberikan pelayanan yang aman, ramah dan nyaman
Menjamin ketersediaan dan pemerataan Sumber Daya Kesehatan
Meningkatkan kesejahteraan dan kebersamaan petugas
Menciptakan lingkungan yang ASRI
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat melalui pemberdayaan masyarakat
secara mandiri
C. PROGRAM KERJA PUSKESMAS SAMBIREJO
Program Kerja puskesmas sambirejo meliputi program yaitu:
a. Upaya Kesehatan Anak, Ibu & KB
Pelayanan upaya kesehatan Anak, Ibu & KB meliputi:
a) Pelayanan kesehatan Ibu dan Bayi, meliputi : K4, Persalinan tenaga kesehatan, Bumil
Resti yang dirujuk, kunjungan neonatus, kunjungan bayi, BBLR yg ditangani.
b) Pelayanan kesehatan anak pra sekolah dan remaja, meliputi :deteksi dini tumbuh
kembang anak Balita & pra sekolah, pelayanan kesehatan remaja
c) Keluarga Berencana, meliputi : peserta KB aktif
b. Upaya Promosi Kesehatan
Promosi Kesehatan bekerja sama dengan UKIPM (Unit Kesehatan Institusi
Pemberdayaan Masyarakat) dalam pembinaan dokter kecil, UKS, dan Pemberantasan
NAPZA. Tujuan dari promosi kesehatan dan UKIPM adalah untuk meningkatkan
kesehatan masyarakat, Jenis pelayanan promosi kesehatan adalah :a) Pelayanan
Kesehatan anak sekolah : dengan indikator kinerja; cakupan pemeriksaan kesehatan
siswa TK, SD, SLTP/SLTA & setingkat oleh tenaga kesehatan. Atau tenaga
terlatih/guru UKS/Dokter Kecil.b) Penyuluhan prilaku sehat : dengan indikator
kinerja Bayi yang mendapat ASI eksklusif, Desa dengan garam beryodium baik,
Keluarga sadar gizi, Rumah tangga sehat, Posyandu purnama, Posyandu mandiri.c)
Upaya Perbaikan Gizi MasyarakatUpaya kesehatan perbaikan Gizi Masyarakat
3
meliputi :- Pemantauan pertumbuhan Balita, dengan indikator kinerja : Balita yang
datang dan ditimbang , Balita yang naik berat badannya, Balita Bawah Garis Merah.-
Pelayanan gizi, meliputi : Bayi (0-11 bln) mendapat kapsul Vit A 1 kali per tahun,
Balita (12-59 bln) mendapat kapsul Vit A 2 kali per tahun, Ibu nifas mendapat
kapsul Vit A, Bumil mendapat 90 tablet Fe, Pemberian MP ASI pada bayi BGM
Gakin, Balita gizi buruk mendapat perawatan. d) Perilaku Sehat : meliputi Bayi ASI
Eksklusif, Garam Beryodium.
c. Upaya Kesehatan Lingkungan
Program kerja dalam upaya kesehatan lingkungan antara lain adalah:
a) Pelayanan kesehatan lingkungan, meliputi indikator kinerja : rumah sehat desa,
penduduk yang memanfaatkan jamban, rumah yang memiliki SPAL, institusi
yang dibina.
b) Pelayanan pengendalian vektor, meliputi indikator kinerja : Rumah/bangunan
bebas jentik nyamuk Aedes.
c) Pelayanan hygiene sanitasi di tempat umum, meliputi indikator kinerja : Tempat
umum yang memenuhi syarat kesehatan.
d. Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit Menular
a) P2 DBD, Program kerjanya meliputi Melaksanakan Fogging fokus,
melaksanakan survailans DBD, melaksanakan gerakan PSN, melaksanakan PJB-
AS, melaksanakan fogging SMP sebelum musim penularan. Indikator kinerja P2
DBD adalah:-Jumlah penderita DBD yang ditangani, - Jumlah incident rate
DBD per 100.000 penduduk- Jumlah CFR/angka kematian DBD per 10.000
penduduk.
b) P2 Polio, Program kerja P2 Polio adalah melaksanakan sweeping dan
imunisasai. Indikator kinerja P2 polio adalah AFP rate /10.000 penduduk kurang
dari 15 tahun, target ≥ 1.
c) P2 TBC, Program rutin yang dilakukan untuk pencegahan dan pemberantasan
penyakit TBC adalah dengan prenemuan penderita TBC dengan BTA +,
kunjungan rumah TB paru, kunjungan rumah TB paru yang mangkir, pertemuan
seluruh puskesmas sekawedanan kota Sragen, Pengobatan pendderita TB paru.
4
Target penemuan kasusu TBC BTA positif (CDR) 70%, Kesebuhan penderita
TBC BTA positif (CR) > 85%.
d) P2 Malaria, Program kerja P2 Malaria adalah pengambilan sampel malaria
(ACD, dan PCD)
e) P2 Kusta, Program kerja yang dilakukan P2 Kusta adalah Penemuan penderita
baru kusta, Kunjungan rumah penderita kusta, pengobatan penderita kusta.
f) P2 ISPA, Program P2 ISPA adalah penemuan penderita ISPA, kunjungan ke
rumah balita pneumonia berat. Indikator kinerjanya adalah jumlah cakupan
balita dengan pneumonia yang ditangani 100%.
g) P2 Diare, Program kerja P2 diare adalah penemuan penderita diare dan
pengobatan penderita diare. Indikator kinerja adalah balita diare yang ditangani
100%
h) P2 HIV AIDS, Program kerja P2 HIV AIDS Pengambilan sample darah
HIV/AIDS. Indikator kerja P2 HIV AIDS adalah klien yang mendapatkan
penanganan HIV AIDS 100%.
i) P2 Haji,Program kerja P2 Haji adalah melaksanakan pelacakan kesehatan
hseluruh calon jemaah Haji se kecamatan Sambirejo pasca 2 minggu kepulangan
dari tanah suci, menyelenggarakan kesehatan haji tahap 1 untuk seluruh calon
jemaah haji sekecamatan Sambirejo yang hendak berangkat ketanah suci.
e. Upaya Pelayanan Medik
Prioritas program pelayanan kesehatan adalah pemanfaatan masyarakat terhadap
puskesmas sebagai penyedia layanan kesehatan. Dalam pemberian pelayanan medis
puskesmas Sambirejo dibantu oleh puskesmas pembantu dan Poliklinik Kesehatan Desa
(PKD).
2. ANALISA PENYEBAB MASALAH
A. Pengumpulan dan Pengolahan Data
Berdasarkan data laporan dari program kesehatan ibu dan anak didapatkan data
5
No Nama Penyakit BulanTOTA
L1 2 3 4 5 6 7 8 9
1 ISPA 441 325 351 269 339 267 290 283 472 30372 Rematik 334 315 293 381 345 258 369 250 285 28303 Hipertensi 210 164 263 195 212 199 199 166 210 18184 Tukak lambung 101 127 109 188 166 125 139 137 142 12345 Kulit alergi 50 103 138 39 65 22 46 69 54 5866 Tifoid 44 70 64 35 82 38 39 50 68 4907 Diare 29 31 49 56 54 32 56 38 47 3878 Infeksi kulit 34 28 15 24 40 8 16 18 51 2349 Konjungtivitis 44 18 30 29 26 34 13 18 9 221
10 DM 22 19 8 12 11 16 7 1 5 155Tabel 2.1 Daftar 10 besar penyakit di Puskesmas Sambirejo Januari-September 2012
Berdasarkan tabel diatas terlihat bahwa kasus tifoid berada di urutan ke-6 untuk total
banyaknya kasus. Namun angkat kejadiaannya cenderung meningkat di musim penghujan
terutama di bulan Mei.
B. Pemilihan Prioritas Masalah
Untuk mengetahui prioritas masalah digunakan tabel matrik, sebagai berikut
Tabel 2.2 Matrikulasi Prioritas Penyakit di Puskesmas Sambirejo Januari-September 2012
NO MASALAHI (IMPORTANCY)
T R IXTXR PeringkatP S RI DU SB PB PC
1 ISPA 5 2 2 2 1 2 2 3 2 96 92 Rematik 5 1 3 5 1 4 2 3 2 126 83 Hipertensi 4 5 3 2 1 3 4 3 5 330 34 Tukak lambung 4 4 4 3 1 2 2 2 2 80 105 Kulit alergi 3 1 2 3 1 3 2 4 3 180 76 Typoid 3 5 3 3 4 4 3 5 5 625 27 Diare 2 5 4 3 4 4 5 5 5 675 18 Kulit infeksi 2 2 2 3 3 2 1 4 4 240 59 Konjungtivitis 1 2 2 3 3 2 1 4 4 224 6
10 DM 1 4 3 2 1 3 3 3 5 255 4
Keterangan:
I = importance SB = social benefits
P = prevalence PB = public concern
S = severity PC = political climate
6
RI = rate of increase T = technology
D
U
= degree of unmet need R = resources
Kriteria: 1= sangat rendah; = rendah; 3= sedang; 4= tinggi; 5= sangat tinggi.
Dari hasil matrikulasi prioritas penyakit di Puskesmas Sambirejo bulan Januari-
September 2012, diare menempati peringkat pertama dengan total poin 675. Hal ini
menunjukkan bahwa diare adalah masalah yang pertama kali harus diselesaikan. walaupun
jumlah besarnya kasus diare hanya menempati peringkat ke-7, namun jika dianalisis lebih
menyeluruh, ternyata tifoid lebih penting dari pada penyakit yang lain.
Diare mendapatkan poin 2 untuk prevalensi karena ia menempati peringkat ke tujuh
dengan total kasus selama bulan Januari-September tahun 2012 sebanyak 387 kasus, berbeda
jauh dari ISPA dengan total kasus 3037. Untuk severity akibat yang ditimbulkan oleh
masalah, diare mendapat poin 5 karena komplikasinya yang berat, mulai dari dehidrasi
sampai menyebabkan syok hipovolemik yang merupakan suatu kedaruratan, hal ini berbeda
jauh dari ISPA yang pada umumnya hanya disebabkan flu biasa yang bisa sembuh dengan
sendirinya.
Sedangkan untuk rate of increase (kenaikan besarnya masalah), diare mendapatkan
poin 3, karena jika ditelaah lebih lanjut pada bulan 2 dan 3 serta bulan 8 dan 9 terdapat
peningkatan kasus yang cukup signifikan. Sedangkan untuk degree of unmet need (derajat
keinginan masyarakat yang tidak terpenuhi) diare mendapat poin 3 yang berarti sedang
karena setelah melakukan wawancara dengan masyarakat setempat dan petugas puskesmas,
keingintahuan masyarakat tentang diare itu sendiri sudah cukup terpenuhi, seperti salah
satunya dengan adanya program PHBS (Pola Hidup Bersih Sehat) yang dilaksanakan oleh
Puskesmas di daerah setempat. Hal ini berbeda jauh dari kasus rematik yang diberi poin 5,
karena masyarakat pada umumnya ingin benar-benar terbebas dari rematik, namun secara
medis walaupun itu gout arthritis, osteo arthritis ataupun rheumatoid arthritis kesemuanya
memerlukan penatalaksanaan jangka panjang dan berkelanjutan.
Sosial benefit (atau keuntungan sosial) terselesaikannya kasus diare mendapatkan poin
4 yang berarti tinggi, karena menurut literatur diare merupakan penyakit menular dan
bahkan dalam kondisi tertentu dapat menjadi wabah. Selain itu orang yang menderita diare
cenderung menurun produktifitasnya karena menggangu aktifitas.
7
Public concern (keprihatinan public) pada kasus diare adalah tinggi (poin 4), karena
diare sendiri merupakan masalah kesehatan masyarakat di Indonesia yang dapat
menyebabkan kematian dan penyebab utama malnutrisi pada anak dengan usia di bawah 5
tahun. Sedangkan political climate (suasana politik) yang mendukung penanganan diare
sudah sangat tinggi. Karena sudah banyaknya program dari pemerintah untuk penanganan
diare, seperti Pola Hidup Bersih Sehat (PHBS) dan LINTAS DIARE yakni lima langkah
tuntaskan diare yaitu: pemberian oralit dengan osmolaritas yang rendah, pemberian tablet
suplemen zinc, teruskan pemberian ASI dan makanan tambahan, pengobatan dengan
antibiotika harus selektif hanya atas indikasi, serta penjelasan dan pemberian nasehat. Selain
itu juga terdapat program PANSIMAS yaitu proyek penyediaan air minum dan sanitasi
berbasis masyarakat, kerja sama antara WHO dan Depkes yang sudah berjalan di tiga desa
di Sambirejo (Depkes RI, 2009).
Untuk kelayakan teknologi yang tersedia, diare mendapatkan poin tinggi yaitu 5,
karena teknologi yang dibutuhkan untuk penanggulangan diare cukup sederhana. Misalnya
dengan penyediaan tempat cuci tangan yang memadai di sekolah-sekolah agar para siswa
dapat mencuci tangannya sebelum makan, pengolahan makanan yang baik dan higienis,
menutup makanan agar tidak dihinggapi lalat, merebus air hingga benar-benar mendidih,
membuang sampah pada tempatnya dan lain sebagainya. Pada prinsipnya teknologi untuk
penanggulangan diare sudah tersedia, tinggal tantangannya bagaimana masyarakat mau
berusaha memanfaatkannya (Schneider, 2012).
Dan yang terakhir resource (sumber daya) diare juga mendapat poin 5, karena
puskesmas Sambirejo sudah memiliki 2 bidan desa di tiap desa yang bisa memberikan
pelatihan dan penyuluhan. Selain itu untuk pendanaan program pencegahan diare bisa
digabungkan dengan program yang lain semisal PHBS.
8
Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bula pertama
Tidak tersedianya jamban memenuhi standar
Kurang tersedianya sarana air bersih (SAB)
Kurangnya sanitasi lingkungan
Penyuluhan PHBS minim evaluasi keberhasilan
Kontaminasi bakteri pada air tanah
Kebiasaan BAB tidak di jamban
Belum membudayanya cuci tangan dan penyiapan makanan yang benar
Banyaknya materi PHBS yang disuluhkan dalam satu waktu
Tujuan Program PHBS tidak tercapai
MASYARAKAT
LINGKUNGAN
Eschericia coli
PUSKESMAS
Sumber Penularan
Penderita pada fase infeksi
C. Diagram Tulang Ikan Penyebab Masalah
Berdasarkan dari diagram tulang ikan yang telah dibuat diatas, dapat diidentifikasi bahwa
terjadinya kasus diare karena 4 faktor utama, yaitu faktor penyebaran kuman yang
menyebabkan diare, program Puskesmas, perilaku masyarakat, dan lingkungan sekitar.
Faktor penyebaran kuman yang menyebabkan diare adalah kuman penyebab diare biasanya
menyebar melalui fekal oral, antara lain melalui makanan atau minuman yang tercemar tinja
dan atau kontak langsung dengan tinja penderita. Beberapa perilaku dari masyarakat sendiri
yang dapat menyebabkan penyebaran kuman enterik dan meningkatkan risiko terjadinya
diare dari perilaku tersebut antara lain, tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan
sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak; penggunaan air
minum yang sudah tercemar dari sumbernya atau pada saat disimpan di rumah dimana
9
tempat penyimpanan tidak tertutup atau apabila tangan tercemar menyentuh air pada saat
mengambil air dari tempat penyimpanan; menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila
makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar makanan akan tercemar dan kuman akan
berkembang biak; penggunaan botol susu yang memudahkan pencernakan oleh kuman
karena botol susah dibersihkan; tidak membuang tinja ( termasuk tinja bayi ) dengan benar
karena sering beranggapan bahwa tinja bayi tidaklah berbahaya padahal sesungguhnya
mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar sementara itu tinja binatang dapat
menyebabkan infeksi pada manusia; tidak memberikan ASI ( Air Susi Ibu ) secara penuh 4-6
bulan pada pertama kehidupan pada bayi yang tidak diberi ASI risiko untuk menderita diare
lebih besar dari pada bayi yang diberi ASI penuh dan kemungkinan menderita dehidrasi
berat juga lebih besar.
Faktor selanjutnya adalah perilaku masyarakat dan lingkungan sekitar. Penyakit diare
merupakan salah satu penyakit yang berbasis lingkungan dua faktor yang dominan, yaitu
sarana air bersih dan pembuangan tinja. Kedua faktor ini akan berinteraksi bersama dengan
perilaku manusia yaitu apabila faktor lingkungan tidak sehat karena tercemar kuman diare,
serta berakumulasi dengan perilaku manusia yang tidak sehat pula, contohnya yaitu melalui
makanan dan minuman, maka dapat menimbulkan kejadian penyakit diare. Salah satu faktor
risiko yang juga sering diteliti adalah faktor lingkungan yang meliputi sarana air bersih
(SAB), sanitasi, jamban, saluran pembuangan air limbah (SPAL), kualitas bakterologis air,
dan kondisi rumah. Kualitas air minum yang buruk yang disebabkan oleh sanitasi yang
buruk pula dapat menyebabkan kontaminasi bakteri E.coli dalam air bersih yang dikonsumsi
masyarakat. Bakteri E.coli mengindikasikan adanya pencemaran tinja manusia. Kontaminasi
bakteri E.coli terjadi pada air tanah yang banyak disedot penduduk di perkotaan, dan sungai
yang menjadi sumber air baku di PDAM pun tercemar bakteri ini (Setiawan 2007). Salah
satu perilaku kebiasaan masyarakat yang paling sering disoroti yang berhubungan dengan
kebersihan perorangan yang penting dalam penularan kuman diare adalah mencuci tangan.
Sedangkan dari segi Puskesmas Sambirejo, sebenarnya sudah melakukan penyuluhan dan
penggalakkan Prilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) untuk 5 tantanan yaitu tatanan rumah
tangga, sekolah, tempat umum,tempat kerja dan institusi kesehatan. Di tahun 2012 sampai
bulan Juli dari data yang didapat dari penanggung jawab program Promosi Kesehatan,
setidaknya telah dilakukan penyuluhan PHBS sebanyak 71 kali (lampiran 2), namun karena
10
banyaknya materi dan kurangnya evaluasi terhadap hasil penyuluhan, hal ini membuat
tujuan masyaratkat tidak benar-benar paham dan melaksanakan PHBS. Indikator PHBS
yang berhubungan dengan terjadinya kasus diare antara lain penggunaan air bersih, jamban
sehat, membuang sampah pada tempatnya, cuci tangan dengan menggunakan sabun, serta
hanya mengkonsumsi jajanan di lingkungan sekolah bagi anak sekolah (Hanim, 2011).
11
BAB III
PENETAPAN PRIORITAS PEMECAHAN MASALAH
Setelah diketahui faktor penyebab masalah, kemudian dibuat alternatif pemecahan untuk
mengatasi faktor penyebab tersebut sebagai berikut:
Tabel 3.1 Alternatif Pemecahan Masalah
No Penyebab Masalah Alternatif Pemecahan Masalah
1. Kebiasaan masyarakat BAB di sungai 1. Berkoordinasi dengan perangkat desa untuk membuat aturan
dan hukuman yang melarang BAB di sungai
2. Advokasi kepada perangkat desa agar menggerakkan warga
untuk bergotong-royong membuat jamban bersama
2. Belum membudayanya cuci tangan dan
penyiapan makanan yang benar
3. Peltihan mencuci tangan dan peyiapan makanan yang benar
secara berkala untuk ibu-ibu.
4. Pelatihan mencuci tangan yang benar pada anak-anak sekolah
secara berkelanjutan.
3. Masih kurangnya pengeatahuan
masyarakat tentang pentingnya
pemberian ASI eksklusif
5. Penyuluhan kepada WUS dan ibu hamil tentang pentingnya
ASI eksklusif
4. Penyuluhan PHBS minim evaluasi
keberhasilan
6. Mengevaluasi tercapainya PHBS setiap periode tertentu bekerja
sama dengan kader kesehatan dan bidan desa.
5. Terlalu banyaknya materi PHBS yang
disuluhkan dalam satu waktu
7. Melakukan penyuluhan dan pelatihan beberapa indikator
PHBS, terutama yang berhubungan dengan kasus diare secara
mendalam dan bertahap.
Untuk menentukan prioritas pemecahan masalah, dilakukan skoring dengan metode
matriks sebagaimana tabel 3.2 dengan kriteria sebagai berikut:
a. Efektivitas pemecahan masalah
Untuk menentukan efektivitas pemecahan masalah digunakan kriteria:
1) Magnitude (M) yaitu besarnya masalah
2) Importance (I) yaitu pentingnya pemecahan masalah
3) Vulnerability (V) yaitu sensitifitas dalam mengatasi masalah yang dihadapi
Nilai efektivitas untuk setiap alternatif pemecahan masalah adalah mulai dari angka 1
(paling tidak efektif) sampai dengan angka 5 (paling efektif)
12
b. Efisiensi pemecahan masalah
Efisiensi ini dikaitkan dengan biaya (Cost, C) yang diperlukan untuk melaksanakan
pemecahan masalah. Nilai efisiensi yakni angka 5 (paling efisien) sampai angka 1 (paling
tidak efisien).
Menghitung nilai prioritas (P) untuk setiap alternatif pemecahan masalah, dengan
mengalikan nilai M x I x V x C. Pemecahan masalah dengan nilai P tertinggi adalah prioritas
pemecahan masalah terpilih.
Tabel 3.2 Matrikulasi Alternatif Pemecahan Masalah
No Daftar Pemecahan MasalahEfektifitas Efisiensi
(C)
Jumlah
MxIxVxCM I V
1. Berkoordinasi dengan perangkat desa untuk membuat
aturan dan hukuman yang melarang BAB di sungai
4 4 3 3 144
2. Peltihan mencuci tangan dan peyiapan makanan yang
benar secara berkala untuk ibu-ibu.
5 5 4 3 300
3. Pelatihan mencuci tangan yang benar pada anak-
anak sekolah secara berkelanjutan
5 5 4 4 400
4. Advokasi kepada perangkat desa agar menggerakkan
warga untuk bergotong-royong membuat jamban bersama
4 4 4 4 256
5. Penyuluhan kepada WUS dan ibu hamil tentang
pentingnya ASI eksklusif
5 4 4 4 320
6. Mengevaluasi tercapainya PHBS setiap periode tertentu,
bekerja sama dengan kader kesehatan dan bidan desa.
4 5 5 3 300
7. Melakukan penyuluhan dan pelatihan beberapa indikator
PHBS, secara terpisah terutama yang berhubungan
dengan kasus diare secara mendalam dan bertahap.
4 5 5 3 300
Berdasarkan kriteria matriks diatas maka urutan prioritas pemecahan masalah adalah sebagai
berikut:
a. Pelatihan mencuci tangan yang benar pada anak-anak sekolah secara berkelanjutan
b. Penyuluhan kepada WUS dan ibu hamil tentang pentingnya ASI eksklusif
c. Pelatihan mencuci tangan dan peyiapan makanan yang benar secara berkala untuk ibu-ibu.
d. Mengevaluasi tercapainya PHBS setiap periode tertentu, bekerja sama dengan kader
kesehatan dan bidan desa.
13
e. Melakukan penyuluhan dan pelatihan beberapa indikator PHBS, secara terpisah terutama
yang berhubungan dengan kasus diare secara mendalam dan bertahap.
f. Advokasi kepada perangkat desa agar menggerakkan warga untuk bergotong-royong
membuat jamban bersama
g. Berkoordinasi dengan perangkat desa untuk membuat aturan dan hukuman yang melarang
BAB di sungai
Untuk mengetahui berbagai kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman rencana pelatihan
mencuci tangan yang benar untuk anak-anak sekolah secara berkelanjutan dilakukkan analisis
SWOT sebagai berikut:
Kekuatan (S)
Ada tenaga profesional
Tersedianya dana (APBD II)
Puskesmas sudah terbiasa bekerja sama
dengan institusi pendidikkan
Tiap desa memiliki 2 bidan desa
Kelemahan (W)
Banyaknya tugas yang diemban oleh
petugas Puskesmas
Anggaran untuk beberapa kegiatan
Peluang (O)
Adanya dokter kecil di
tiap institusi pendidikan
yang bisa dilatih
Kebiasaan pada anak akan
dibawa sampai masa
dewasa
Strategi SO
Melakukan pelatihan secara umum pada
tiap anak sekolah.
Melakukan pelatihan secara khusus untuk
dokter kecil.
Strategi WO
Dokter kecil dilatih untuk
mengevaluasi dan mencontohkan
mencuci tangan yang benar sebelum
pelajaran dimulai, tiap 1 minggu
sekali. (saat upacara bendera)
Ancaman (T)
Banyaknya institusi pendidikkan di Sambirejo ((28 SD, 3 MI, 2 MTs, 1, 3 SMP, 1 SMA, 1 SMK)
Mengambil waktu kegiatan belajar mengajar
Belum semua Institusi pendidikkan menyediakan sarana cuci tangan
Strategi ST
Bidan desa melakukan pelatihan mencuci
tangan pada institusi pendidikkan di
desanya
Menghubungi institusi pendidikkan untuk
perijinan pelatihan.
Melakukan advokasi kepada institusi
pendidikkan agar menyediakan fasilitas
mencuci tangan
Strategi WT
Pelatihan mencuci tangan
digabungkan dengan program kerja
yang lain. (misal Bulan Imunisasi
Anak Sekolah atau Cek Kesehatan
Siswa Sekolah)
Tabel 3.3 Analisis SWOT pemecahan masalah terpilih
14
OT
SW
BAB IV
PLAN OF ACTION
Kegiatan I : Pelatihan Mencuci Tangan di Sekolah Dasar (SD) secara Berkelanjutan
a. Tujuan
Pemberdayaan murid sekolah dasar untuk membiasakan anak usia dini melakukan cuci
tangan yang benar
b. Materi
Melakukan pelatihan mencuci tangan yang benar kepada murid sekolah untuk kemudian
mereka mengevaluasi dan saling mengingatkan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari
baik di lingkungan keluarga maupun di sekolah.
c. Sasaran
Murid sekolah dasar di institusi pendidikan binaan Puskesmas Sambirejo
d. Pelaksana
Petugas UKI-PM
e. Waktu
1 kali/bulan
f. Biaya
Rp. 100.000,00
g. Lokasi
Institusi pendidikan binaan Puskesmas Sambirejo
Kegiatan II : Pelatihan Mencuci Tangan yang Benar Terhadap Ibu-Ibu di Posyandu
a. Tujuan
Mencegah terjadinya kasus diare pada anak-anak & balita
b. Materi
Melakukan pelatihan mencuci tangan yang benar kepada ibu-ibu di posyandu oleh bidan
desa.
c. Sasaran
Ibu-ibu yang berkunjung ke Posyandu
d. Pelaksana
Bidan desa
15
e. Waktu
1 kali/Bulan
f. Biaya
Rp. 100.000, 00
g. Lokasi
Posyandu Balita binaan Puskesmas Sambirejo
16
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
1. Tujuan kepaniteraan umum ini adalah menambah pengalaman dan wawasan dalam suatu
pelayanan kesehatan dasar secara komprehensif dan holistik, mengetahui struktur
organisasi dan pendelegasian tugas-tugas di Puskesmas, mengetahui program-program
Puskesmas dan pelaksanaannya dalam masyarakat serta kemampuan manajemen dalam
mengatasi masalah-masalah yang ada.
2. Berdasarkan matrikulasi masalah, walaupun prevalensinya tidak terlalu tinggi namun
diare masih menjadi masalah utama yang terjadi di masyarakat
3. Prioritas utama dalam penanggulangan masalah diare di wilayah kerja Puskesmas
Sambirejo adalah pelatihan mencuci tangan di Sekolah Dasar (SD) secara berkelanjutan
B. SARAN
1. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan promotif dan preventif tanpa mengabaikan
upaya kesehatan kuratif dan rehabilitatif.
2. Melakukan penyuluhan dan pelatihan beberapa indikator PHBS, secara terpisah terutama
yang berhubungan dengan kasus diare secara mendalam dan bertahap.
3. Memberdayakan Masyarakat untuk aktif dalam mencapai tujuan dari program PHBS agar
bisa terhindar dari berbagai penyakit, salah satunya diare
17
DAFTAR PUSTAKA
Depkes RI. 2009. Buku Pedoman Pengendalian Diare. Jakarta: Ditjen PP & PL.
Schneider, Keith., Renee Schneider. Dealing with Foodborne Illness : Thyphoid Fever,
Salmonella Typhi. http://edis.ifas.ufl.edu/fs125 (diakses 5 November 2012)
Setiawan. 2007. Diare Akut Karena Infeksi dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta:
Balai Penerbit FK UI.
Suraatmaja S. 2007. Diare dalam Kapita Selekta Gastroenterologi Anak. Jakarta: Sagung Seto.
WHO. Diarrhoeal Disease (Updated August 2009). In
http:www.Who.int/vaccine_research/disease/diarrhoeal/en/index html. (diakses tanggal 5
November 2012)
18