peta-geologi-lembar-jatirogo

6
GEOLOGI SEJARAH “PETA GEOLOGI LEMBAR JATIROGO, JAWA” GEOLOGICAL MAP OF THE JATIROGO QUADRANGLE, JAVA Di susun oleh : Abdul Ajij (07209001) Yayan Karnadharasamita Purnama (07209052) TEKNIK GEOLOGI FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA 2011

Transcript of peta-geologi-lembar-jatirogo

  • GEOLOGI SEJARAH

    PETA GEOLOGI LEMBAR JATIROGO, JAWA

    GEOLOGICAL MAP OF THE JATIROGO QUADRANGLE, JAVA

    Di susun oleh :

    Abdul Ajij (07209001)

    Yayan Karnadharasamita Purnama (07209052)

    TEKNIK GEOLOGI

    FAKULTAS TEKNOLOGI KEBUMIAN DAN ENERGI

    UNIVERSITAS TRISAKTI JAKARTA

    2011

  • I.PENDAHULUAN

    Daerah penelitian terletak di daerah Jatirogo, yang secara administratif,

    termasuk kedalam wilayah Propinsi Jawa Timur dengan sebagian daerah sebelah

    barat Jatirogo merupakan wilayah Propinsi Jawa Tengah.

    Luas daerah penelitian sekitar 3.025km (55km Panjang x 55km Lebar),

    dengan 75% daratan Pulau Jawa dan 25% perairan Laut Jawa, yang secara geografi

    daerah ini dibatasi oleh koordinat 63500 sampai 7 0000 Lintang Selatan dan

    111 00 00 sampai 112 3000 Bujur Timur dan secara administrtid dibatasi oleh

    daerah Rembang (barat), Ngawi (baratdaya), Bojonegoro (selatan), Mojokerto

    (tenggara) serta Tuban (timur).

    Secara fisiografi daerah penyelidikan termasuk dalam Zona Rembang, terdiri

    dari pegunungan lipatan berbentuk Antiklinorium yang memanjang ke arah Barat

    Timur, dari Kota Purwodadi melalui Blora, Jatirogo, Tuban sampai Pulau Madura.

    Bagian utara dari antiklinorium Rembang yang mengandung formasi batuan

    berumur miosen awal, telah mengalami pengangkatan dan erosi. Suatu kelompok

    antiklin yang terdapat di bagian selatan dikenal sebagai Zona Rembang tengah dan

    selatan, juga sering disebut sebagai Cepu Trend. Batuan tertua yang tersingkap di

    bagian ini berumur miosen akhir, yang kebanyakan mengandung minyak. Batuan

    yang berfungsi sebagai reservoar hidrokarbon yang utama di daerah Rembang adalah

    batupasir Ngrayong (miosen tengah) sedangkan penyumbat atau (seal)nya adalah

    batulempung Wonocolo yang berumur miosen akhir.

    Zona Rembang terbentang sejajar dengan zona Kendeng dan dipisahkan oleh

    depresi Randublatung, suatu dataran tinggi terdiri dari antiklinorium yang berarah

    barat-timur sebagai hasil gejala tektonik Tersier Akhir membentuk perbukitan

    dengan elevasi yang tidak begitu tinggi, rata-rata kurang dari 500 m. Beberapa

    antiklin tersebut merupakan pegunungan antiklin yang muda dan belum mengalami

    erosi lanjut dan nampak sebagai punggungan bukit. Zona Rembang merupakan zona

    patahan antara paparan karbonat di utara (Laut Jawa) dengan cekungan yang lebih

    dalam di selatan (cekungan Kendeng). Litologi penyusunnya campuran antara

    karbonat laut dangkal dengan klastika, serta lempung dan napal laut dalam.

  • Pola aliran sungai umumnya hampir sejajar (sub-parallel) dan sebagian

    berpola mencabang (dendritic).

    II. SEJARAH GEOLOGI

    Satuan batuan tertua yang tersingkap di daerah tersebut adalah Formasi

    Tawun berumur Miosen Awal, yaitu mulai diendapkannya napal pasiran berselingan

    dengan batugamping bioklastika Formasi Tawun. Formasi Tawun memiliki

    penyebaran luas di Zona Rembang Barat, dari lokasi tipe hingga ke Timur sampai

    Tuban dan Rengel, sedangkan ke Barat satuan batuan masih dapat ditemukan di

    Selatan Pati. Lingkungan pengendapan Formasi Tawun adalah paparan dangkal yang

    terlindung, tidak terlalu jauh dari pantai dengan kedalaman 0 50 meter di daerah

    tropis.

    Kemudian ditindih selaras oleh Formasi Ngrayong yang berumur Miosen

    Awal sampai Miosen Tengah. Formasi Ngrayong disusun oleh batupasir kuarsa

    dengan perselingan batulempung dan batugamping bioklastik. Lingkungan

    pengendapan Formasi Ngrayong di lingkungan fluvial (non marine), daerah dangkal

    dekat pantai yang makin ke atas hingga sublitoral pinggir. Karena terdiri dari

    batupasir kuarsa maka Formasi Ngrayong merupakan batuan reservoir minyak yang

    berpotensi pada cekungan Jawa Timur bagian Utara.

    Pada akhir Miosen Tengah diendapkan Formasi Bulu secara selaras berada di

    atas Formasi Ngrayong. Ciri litologi dari Formasi Bulu terdiri dari perselingan antara

    napal pasiran dengan batulempung pasiran. Pada napal pasiran memperlihatkan

    kandungan mineral kuarsa dan foraminifera. Kondisi litologi dan kandungan fosilnya

    menunjukkan bahwa Formasi ini diendapkan pada lingkungan laut dangkal (neritik)

    antara 50 100 meter.

    Pada Kala Miosen Akhir bagian tengah diendapkan Formasi Wonocolo

    terletak selaras di atas Formasi Bulu dan ditumpangi oleh Formasi Ledok. Formasi

    Wonocolo terdiri dari napal pasiran berselingan dengan batugamping pasiran. Urutan

    ini menunjukkan bahwa selama pengendapannya terjadi kondisi transgresif pada

    kondisi laut terbuka dengan kedalaman antara 100 500 meter.

  • Pada akhir Miosen Akhir sampai Pliosen Akhir, daerah tersebut mengalami

    penurunan (genang laut) yang disertai pengendapan batupasir glaukonit dengan

    sisipan batugamping pasiran dari Formasi Ledok di lingkungan laut dalam kemudian

    diendapkannya batunapal, batulempung lanauan serta batugamping napalan dari

    Formasi Mundu. Secara stratigrafis Formasi Mundu terletak tidak selaras di atas

    Formasi Ledok (penampang C-D).

    Pada Kala Pliosen juga terdapat Formasi Panciran dengan ciri batugamping

    pejal dan batugamping dolomitan. Formasi ini dijumpai hanya dibagian utara dari

    Zona Rembang. Bukti umur yang menunjukkan bahwa Formasi Paciran telah

    berkembang pada saat pembentukan Formasi Ledok dan Wonocolo. Formasi Ledok

    ini juga mengalami perubahan fasies menjadi batugamping dari formasi Paciran

    (penampang A-B).

    Pada Kala Pliosen Akhir sampai Plistosen bagian tengah, daerah tersebut

    kembali mengalami pengangkatan dan penurunan yang mengakibatkan tererosinya

    Formasi Mundu, yang kemudian diendapkan batulempung, lempung hitam dan

    batupasir dari Formasi Lidah di lingkungan laut dangkal yang kemudian ditutupi

    secara tidak selaras oleh endapan Aluvial sungai dan pantai berupa pasir, lempung,

    lanau dan kerikil pada Kala Holosen.

    Pada Kala Plistosen juga terjadi aktifitas vulkanik yang menghasilkan G.

    Butak, G. Senjong dan G. Lasem (806m) yang telah padam. Komposisi batuan

    berupa andesit. Terdapat juga litologi breksi gunungapi berupa breksi, konglomerat

    dan batupasir tufan. Breksi gunungapi merupakan hasil ekstrusif dari aktifitas

    gunungapi.

    III. STRUKTUR GEOLOGI

    Pulau jawa mempunyai dua macam konfigurasi struktur (structural grains)

    yang berbeda. Di bagian utara tercirikan oleh kecendrungan mengikuti arah timur-

    barat. Pola timurlautbaratdaya diduga mengikuti konfigurasi basement. Basement-

    nya sendiri diduga merupakan bagian dari kerak benua yang berumur Pre Tersier,

    tersusun oleh mlange, ofiolit dan bagian dari jenis kerak benua lain. Pola struktur

    yang berarah timurbarat ini sesuai dengan busur volkanik Tersier yang juga berarah

  • timurbarat (Hamilton, 1978). Cekungan Jawa Timur, dimana Zona Kendeng dan

    Rembang terletak, kemungkinan terletak pada kerak perantara (intermediate crust)

    dari kelompok mlange yang berangsur berubah menjadi kerak samudra, yang

    mungkin terdapat pada penghujung timur dari cekungan ini.

    Pada bagian barat cekungan Jawa Timur nampak adanya kecendrungan arah

    morfologi dan struktur timurbarat. (Hal ini dapat dibandingkan dengan cekungan

    selatan (Southern Basin). Daratan tersebut mencakup Zona Rembang dan Zona

    Kendeng serta kelanjutannya, yang dibagian utara dibatasi oleh tinggian Kujung-

    KangeanMaduraSepanjang yang terbentuk sebagai akibat sesar geser (wrench

    related). Ke arah selatan zona ini dibatasi oleh jalur gunung api kuarter. Cekungan

    ini kemungkinan terbentuk sejak Eosen hingga akhir Oligosen oleh suatu tektonik

    ekstensional, yang kemudian diikuti oleh fase tektonik inverse sejak awal Miosen

    hingga Holosen. Pada fase inversi ini dibagian utara dari cekungan ini mengalami

    pengangkatan (Zona Rembang) sedangkan pada bagian selatannya masih berupa

    cekungan laut dalam (Zona Kendeng).

    Menurut Koesoemadinata (1978), cekungan Jawa Timur bagian Utara lebih

    merupakan geosinklin dengan ketebalan sedimen Tersier mungkin melebihi 6000

    meter. Suatu hal yang khas dari cekungan Jawa Timur bagian Utara berarah Timur-

    Barat dan terlihat merupakan gejala tektonik Tersier Muda.

    Pada Miosen awal hingga Miosen akhir. Pada waktu ini penunjaman lempeng

    Indo-Australia ke pulau Jawa yang oblique. Penunjaman yang oblique ini

    membentuk struktur lipatan dan sesar yang berarah timur laut barat daya (pola

    meratus). Pada fase ini Zona Rembang masih berupa fore arc basin dan telah

    memasuki fase sagging inverse. Pada waktu inilah terendapkan Formasi Tawun,

    Ngrayong, Bulu, Wonocolo, dan Ledok. Kedudukan muka air laut pada kala ini

    relative regresi sehingga menyebabkan pola progadasional yang menyebabkan

    perebahan facies secara lateral kearah darat ke arah utara. Hal ini dibuktikan dengan

    adanya perubahan facies dari batugamping (Formasi Tawun) ke batupasir,

    batulempung yang kaya mineral Glaukonit (formasi Ngrayong dan Ledok). Batupasir

    ini kemungkinan diendapkan di lingkungan delta.

  • Dari Miosen akhir sampai Pleistocen awal. Pada Kala ini terjadi transgresi air

    laut yang menyebabkan kenaikan muka air laut secara relative yang mengendapkan

    formasi Mundu, Paciran, dan Lidah. Pada fase ini Zona Rembang masih berupa fore

    arc basin. Memasuki pengendapan Formasi Paciran terjadi regresi muka air laut

    sehingga terjadi perubahan lingkungan pengendapan lagi dari laut dalam (bathial) ke

    laut dangkal (neritik tengah).

    Kemudian pada Pleistocene akhir Holosen, terjadi penunjaman lempeng

    Indo-Australia sudah tegak lurus dengan Pulau Jawa sehingga terbentuklah lipatan,

    sesar, dan struktur-struktur geologinya lainnya yang berarah timur-barat.

    Penunjaman ini juga menyebabkan terjadinya partial melting, sehingga terjadi

    vulkanisme di sebelah selatan Zona Rembang. Sehingga Zona Rembang berubah

    menjadi back arc basin. Vulkanisme ini juga menghasilkan gunungapi serta

    menyebabkan terendapkan batuan batuan gunungapi seperti tuff, breksi andesit,

    aglomerat. Selain itu terjadi juga intrusi-intrusi andesit. Peristiwa ini menyebabkan

    Zona Rembang menjadi daerah yang prospek dalam eksplorasi hidrokarbon. Dimana

    Formasi Ngimbang merupakan source rock yang poetensial. Pematangan source rock

    ini disebabkan karena naiknya astenosfer yang diakibatkan penunjaman ini. Daerah

    back arc basin lebih potensial terjadi pematangan source rock daripada fore arc basin.

    Sedangkan batuan penutup dan reservoir banyak ditemui di Formasi Tawun dan

    Tuban dimana banyak mengandung batulanau-batulempung sedangkan reservoarnya

    bayak ditemui pada Formasi Ngrayong, dan Ledok yang mengendapkan batupasir.

    Reservoir lainnya yang berupa batugamping juga ditemukan.