interpretasi peta geologi
-
Author
muhammad-kholiq-yunanto -
Category
Documents
-
view
824 -
download
14
Embed Size (px)
Transcript of interpretasi peta geologi

Peta geologi merupakan kondisi geologi suatu wilayah, seperti jenis batuan yang ada
serta struktur-struktur geologi seperti kekar dan sesar. Biasanya peta geologi juga dilengkapi
dengan garis kontur yang membuat pembacanya bisa membayangkan relief wilayah tersebut.
A. Analisis Pembahasan Lay Out Peta Geologi Lembar Ngawi
1. Kelengkapan Marginal Information
Marginal information/informasi tepi peta merupakan kelengkapan unsur unsur
peta yang tersaji dalam peta. Dalam marginal information peta yang lengkap
harus mengandung aspek aspek sebagai berikut :
Judul peta
Skala peta
Orientasi peta
Keterangan simbol peta
Inset peta
Sumber peta
Pembuat peta
Grid peta
Garis tepi peta
Dari unsur unsur peta diatas, marginal information yang terdapat pada peta
mengenai kaidah kartografis dalam hal marginal information. Dalam peta tersebut
dapat kita lihat mengetahui mengenai kelengkapan kelengkapan informasi peta
sebagai berikut :
Judul peta
Peta yang akan dilakukan pembacaan dan analisis adalah Peta Geologi
Lembar Ngawi, Jawa tahun 1996.
Skala peta
Skala peta tersaji dalam dua jenis skala, yaitu skala grafis dan skala angka.
Dalam peta ini skala yang digunakan adalah skala 1 : 100.000. Dalam peta
ini juga disajikan adanya kontur. Dengan skala 1 : 100.000 maka selang
kontur yang tersaji adalah 100 meter.

Orientasi peta
Orientasi peta menunjukkan petunjuk arah mata angin. Dalam peta geologi
lembar Ngawi ini orientasi peta berupa arah mata angin tidak tersajikan.
Keterangan simbol peta
Merupakan keterangan yang digunakan dalam simbol peta. Terdapat
keterangan simbol garis dan simbol bidang / area
1. Simbol garis
Dalam peta ini terdapat kenampakan simbol garis yaitu smbol sungai,
simbol sesar, simbol kontak antiklin, simbol fosil vertebrata.
2. Simbol titik
Dalam peta ini terdapat kenampakan simbol garis yaitu simbol titk
ketinggian, gunung, dan kota atau desa

3. Simbol bidang atau area
Dalam peta formasi kalibeng di intrepetasikan dengan simbol
bidang/area dengan wara hijau dan diberi keterangan tulisan Tmpk.
Formasi kalibeng mempunyai ciri napal, pejal dan setempat sisipan
batupasir (20-50 cm), tufan gampingan. Di beberapa tempat, di bagian
tengah dan juga bawah terdapat breksi yang merupakan anggota
banyak, dan di bagian atas batugamping anggota klitik. Satuan ini
mengandung fosil foram bentos. Umur satuan ini adalah Miosen Akhir
– Pliosen Awal. Lingkungan pengendapan neritik dalam-batial atas
dengan satuan ketebalan 5000 meter dan menindih selaras Formasi
Kerek
Dalam peta formasi wonocolo di intrepetasikan dengan simbol
bidang/area dengan warna hijau kebiruan dan diberi keterangan tulisan
Tmw Formasi wonocolo mempunyai ciri napal dan batugamping.
Bagian bawah batugamping tipis dan bagian atas napal dengan sisipan
batugamping. Satuan ini mengandug fosil foraminifera yang berumur
Miosen Tengah bagian akhir-Miosen Akhir bagian awal. Lingkupan
pengendapan neritik dangkal. Tebal satuan 100-300 meter

Dalam peta formasi selorejo di intrepetasikan dengan simbol
bidang/area dengan warna biru muda dan keterangan dengan diberi
tulisan Tps. Formasi selorejo mempunyai batuan penyusun yaitu
batugamping putih kecoklatan, berlapis (25-60 cm) dan di beberapa
tempat silangsiur. Terdapat juga batulempung kelabu terang, pasiran,
gampingan. Batugamping mengandung mengandug fosil foraminifera
bentos dan plangton. Satuan ini berumur Pliosen akhir dengan
lingkungan pengendapan neritik dangkal dan mempunyai tebal yang
diperkirakan 200 meter.
Endapan Alluvium
Dalam peta ini endapan alluvium di intrepetasikan dengan simbol
bidang/area dengan warna abu-abu dan keteranagan dengan diberi
tulisan Qa. Dalam endapan alluvium ini mengandung lempung, lanau,
pasir dan kerikil. Terendapkan di sepanjang dataran banjir Kali Lusi,
Kali Madiun, Kali Wulung dan Bengawan Solo
Endapan Undak
Dalam peta ini endapan undak di intrepetasikan dengan simbol
bidang/area dengan warna abu-abu muda dan keterangan dengan diberi
tulisan Qtr. Dalam endapan undak ini mengandung batupasir ukuran
sedang-besar, mudah lepas, berstruktur silangsiur, dan konglomerat
andesit tuf, opal. Diperkiran endapan ini memiliki tebal 4 meter
Formasi Mundu
Dalam peta ini formasi mundu di intrepetasikan dengan simbol
bidang/area dengan warna kuning kecoklatan dan keterangan dengan
diberi tulisan Tpm. Dalam formasi mundu ini mengandung napal
berwarna kelabu-kuning kecoklatan, tidak begitu keras, tidak berlapis,
dan di beberapa tempat terdapat pasiran. Mengandung fosil
foraminifera bentos dan plangton.
Formasi Ledok
Qa
Qtr
Tpm
Tmpl

Dalam peta ini formasi ledok di intrepetasikan dengan simbol
bidang/area dengan warna biru dan keterangan dengan diberi tulisan
Tpml. Dalam formasi ledok ini mengandung batugamping dan
batugamping glokonitan. Di bagian bawah perselingan batugamping
kersa dangan yang lebih lunak, dan di bagian atas berkembang
batugamping glokonit. Mengandung fosil foraminifera bentos dan
plangton. Mempunyai tebal satuan yang diperkirakan 100-525 meter
Inset peta
Inset peta yang digunakan dalah inset peta pulau jawa
Sumber peta
Sumber perolehan data yang digunakan membuat peta. Data yang
digunakan dalam pembuaan peta ini adalah dari mosaik peta kartografi
seri T. 725 skala 1 : 50.000 lembar 5220-I, 5220-IV, 5221-I, 5221-II,
5221-III, 5221-IV,
Pembuat peta
Pembuat peta merupakan orang yang membuat peta tersebut. Orang inilah
yang bertanggung jawab mengenai kebenaran data yang disajikan dalam
peta. Pet Geologi lembar Ngawi ini disusun oleh Pusat Penelitian dan
pengembangan Geologi yang bekerja sama dengan Universitas Gajah
Mada, Yogyakarta
Grid peta
Grid merupakan garis yang menyatakan koordinat dari suatu lokasi. Peta
geologi lembar Ngawi ini terletak apad 7⁰00’ - 7⁰30’ LS dan 111⁰00’ -
113⁰30’ BT
Garis tepi peta
Garis Tepi merupakan garis tepi peta yang di buat agar peta terlihat rapi

2. Analisis Sebagian Peta Geologi Lembar Ngawi
Dengan peta geologi, kita dapat menggambar dan menganalisis apa yang ada
didalam bumi kaitannay dengan batuan penyusunnya . Ini dimungkinkan sebab peta
geologi mengandung informasi strike dan dip batuan. Strike adalah kecenderungan
arah suatu struktur geologi relatif terhadap Utara. Sedangkan dip memberi tahu kita
seberapa besar sudut kemiringan batuan relatif terhadap bidang horizontal.
Rekontruksi struktur sesar merupakan hasil dari pengukuran dan analisis data
struktur geologi di lapangan dan di studio, didasarkan pada penafsiran kelurusan citra

lansat, kedudukan lapisan yang tidak normal, cermin sesar (slicken side), seretan sesar
(drag), pergeseran (offset litologi), kekar, ataupun petunjuk-petunjukan lain. Indikasi-
indikasi sesar tersebut untuk menentukan gerak relatif dari sesar yang selanjutnya
digunakan untuk mengetahui tafsiran mengenai tektonik daerah penelitian
Pada peta diatas dapat diketahui bahwa formasi batuan yang ada adalah
formasi tambakromo, formasi kalibeng, formasi wonocolo, formasi selorejo, endapan
alluvium, endapan undak, formasi mundu, formasi ledok. Berdasarkan pembagian
fisiografi yang bibuat oleh Van Bemmelen, 1949 daerah yang tergambar pada peta
termasuk kedalam Zona kendeng/pengunungan kendeng dimana zona ini merupakan
zona antiklinorium yang berarah barat-timur. Dari formasi batuan yang ada kita dapat
mengetahui satuan batuan yang terdapat dalam peta tersebut. Satuan batuan yanga ada
pada peta terbagi menjadi 5 yaitu satuan batupasir, satuan batugamping, satuan
batulempung, satuan breksi dan satuan batupasir tufan. Dalam peta tersebut juga
terdapat kekar yag terdapat pada endapan alluvium. Kekar merupakan rekahan tanpa
atau tidak mengalami pergeseran pada bidang rekahannya. Sesar merupakan suatu
bidang rekahan yang telah mengalami pergeseran Jadi kekar terjadi terlebih dahulu
kemudian terbentuk sesar

Lipatan secara intensif terjadi pada satuan batupasir dan satuan batulempung.
Berdasarkan rekontruksi pola jurus perlapisan batuan memperlihatkan kecendrungan
arah umum dari sumbu lipatan relatif Barat-Timur.
B. Pembacaan Dan Analisis Peta Subkesesuaian Lahan Tanaman Jagung DAS
Grindulu Hulu Kabupaten Pacitan Dan Ponorogo

1. Kelengkapan Marginal Information
Marginal information/informasi tepi peta merupakan kelengkapan unsur unsur
peta yang tersaji dalam peta. Dalam marginal information peta yang lengkap
harus mengandung aspek aspek sebagai berikut :
Judul peta
Peta yang akan dilakukan pembacaan dan analisis adalah Peta
Subkesesuaian Lahan Tanaman Jagung DAS Grindulu Hulu Kabupaten
Pacitan Dan Ponorogo tahun 2009
Skala peta
Skala peta tersaji dalam dua jenis skala, yaitu skala grafis dan skala angka.
Dalam peta ini skala yang digunakan adalah skala 1 : 50.000
Orientasi peta
Orientasi peta menunjukkan petunjuk arah mata angin. Dalam peta
Keterangan simbol peta Subkesesuaian Lahan Tanaman Jagung DAS
Grindulu Hulu Kabupaten Pacitan Dan Ponorogo tahun 2009 tersajikan.
Keterangan simbol peta
Merupakan keterangan yang digunakan dalam simbol peta. Terdapat
keterangan simbol garis dan simbol bidang / area. Simbol titik yang
terdapat pada peta tersebut adalah simbol kantor kepala desa . Simbol garis
yang ada pada peta antara lain batas kabupaten, batas kecamatan, batas
desa, batas DAS, sungai, dan jalan. Sedangkan simbol bidana atau area
yang terdapat pada peta tersebut menunjukkan sub kesesuaian lahan
terhadap tanaman jagung.
Inset peta
Inset peta yang digunakan dalah inset peta kabupaten Pacitan
Sumber peta
Sumber perolehan data yang digunakan membuat peta. Sumber yang
digunakan dalam pembuaan peta ini adalah peta Rupa Bumi Indonesia skala
1:25.000 lembar 1507-443 TEGALOMBO dan lembar 1508-121
KISMANTORO tahun 2001. Selain peta data juga diperoleh berdasarkan
analisis dari survey di lapangan.
Pembuat peta

Pembuat peta merupakan orang yang membuat peta tersebut. Orang inilah
yang bertanggung jawab mengenai kebenaran data yang disajikan dalam
peta. Peta Subkesesuaian Lahan Tanaman Jagung DAS Grindulu Hulu
Kabupaten Pacitan Dan Ponorogo tahun 2009 dibuat oleh Abidin Dwi S
pada tahun 2010
Grid peta
Grid merupakan garis yang menyatakan koordinat dari suatu lokasi. Peta
Subkesesuaian Lahan Tanaman Jagung DAS Grindulu Hulu Kabupaten
Pacitan Dan Ponorogo tahun 2009 terletak pada koordinat 07⁰56’30’’ -
08⁰03’30’’ LS dan 117⁰15’30’’ - 117⁰ 21’30’’BT
Garis tepi peta
Garis Tepi merupakan garis tepi peta yang di buat agar peta terlihat rapi
2. Analisis Peta Subkesesuaian Lahan Tanaman Jagung DAS Grindulu
Hulu Kabupaten Pacitan Dan Ponorogo tahun 2009
Dalam pembutan peta kesesuaian lagan tersebut dibutuhkan beberapa
peta dasar sebagai bahan agar dapat dihasilkan peta kesesuaian lahan yang
tepat. Peta yang digunakan tersebut adalah peta dasar yaitu peta RBI skala
1:25.000, citra satelit landsat/aster, peta tanah, dan peta curah hujan. Dari peta
RBI dapat diketahui mengenai informasi kontur daerah yang akan diteliti.
Sebagai hasil interpretasi peta RBI adalah dihasilkannya peta lereng sebagai
bahan dalam pembuatan peta kesesuaian lahan terhadap tanaman jagung.
Pemanfaatan citra aster yang telah diolah akan menghasilkan data mengenai
klasifikasi penggunaan lahan yang kemudian menjadi peta penggunaan lahan.
Peta tanah digunakan untuk mengetahui jenis jenis tanah yag ada pada lokasi
penelitian. Sedangkan curah hujan digunakan untuk mengetahui sebaran curah
hujan yang kemudian akan menghasilkan peta curah hujan. Dengan
menggabungkan peta yang ada sebagai peta dasar dan dikolaborasikan dengan
hasil survey dilapangan maka akan dihasilkan peta kesesuaian lahan.
Dari hasil peta ksesuaian lahan diatas dapat dianalisis bahwa daerah
tersebut cenderung memilki karakteristik N 2 r yang ditunjukkan dengan
bidang area berwarna merah muda.

Beberapa persyaratan dari karakteristik lahan yang menentukan kelas
kesesuaian lahan untuk tanaman jagung adalah sebagai berikut:
1. Tempeatur:
Karakterisitik lahan dari variabel Temperatur Tanah (tc) yang
digunakan dalam penilaian kelas kesesuaian lahan, ditentukan dari
karakteristik Rata-rata Temperatur Tanah, yaitu:
a. antara 20oC s/d 26oC, maka termasuk kelas kesesuaian lahan
S1;
b. antara lebih dari 26oC sampai dengan 30oC, maka termasuk
kelas kesesuaian lahan S2;
c. antara 16oC s/d 20oC atau antara 30oC s/d 32oC, maka
d. termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan
(d) kurang dari 16oC atau lebih dari 32oC, maka termasuk
kelas kesesuaian lahan N
2. Ketersediaan Air:
Karakterisitik lahan dari variabel Ketersediaan Air (wa) yang
digunakan dalam penilaian kelas kesesuaian lahan, ditentukan rata-
rata curah hujan tahunan: Apabila lahan yang akan dinilai kelas
kesesuaian lahan tersebut memiliki rata-rata curah hujan tahunan:
a. antara 500 mm s/d 1.200 mm, maka termasuk kelas kesesuaian
lahan S1;
b. antara 1.200 mm s/d 1.600 mm atau antara 400 mm s/d 500
mm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan S2;
c. lebih dari 1.600 mm atau antara 300 mm s/d 400 mm, maka
termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan
d. kurang dari 300 mm, maka termasuk kelas kesesuaian lahan N
3. Media Perakaran:

Karakterisitik lahan dari variabel Media Perakaran (rc) ditentukan
dari Tekstur Tanah. Apabila lahan yang akan dinilai kelas
kesesuaian lahan tersebut tanahnya bertekstur:
a. halus (h), agak halus (ah), dan sedang (s), maka termasuk kelas
kesesuaian lahan S1;
b. halus (h), agak halus (ah), dan sedang (s), maka termasuk kelas
kesesuaian lahan S2;
c. agak kasar (ak) maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan
d. kasar maka termasuk kelas kesesuaian lahan N.
4. Bahaya Erosi:
Karakterisitik lahan dari variabel Bahaya Erosi (eh) ditentukan dari
dua karakteristik berikut, yaitu:
4.1 Prosentase Lereng:
Apabila prosentase lereng:
a. kurang dari 8% termasuk kelas kesesuaian lahan S1;
b. antara 8% sampai dengan 16% termasuk kelas kesesuaian
lahan S2;
c. antara 16% sampai dengan 30% termasuk kelas kesesuaian
lahan S3; dan
d. lebih dari 30% termasuk kelas kesesuaian lahan N.
4.2 Bahaya Erosi:
Apabila bahaya erosi yang akan terjadi:
a. sangat ringan (sr) maka termasuk kelas kesesuaian lahan S1;
b. antara ringan (r) s/d sedang (sd) maka termasuk kelas
kesesuaian lahan S2;
c. berat (b) maka termasuk kelas kesesuaian lahan S3; dan
d. sangat berat (sb) maka termasuk kelas kesesuaian lahan N.
5. Bahaya Banjir:
Karakterisitik lahan dari variabel Bahaya Banjir (fh) ditentukan
dari karakteristik: Genangan, yaitu:
a. apabila tingkat genangan tergolong F0, maka termasuk kelas
kesesuaian lahan S1;

b. apabila tingkat genangan tergolong F1, maka termasuk kelas
kesesuaian lahan S2;
c. apabila tingkat genangan tergolong F2, maka termasuk kelas
kesesuaian lahan S3;
d. apabila tingkat genangan tergolong > F2, maka termasuk kelas
kesesuaian lahan N;