PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan...

91
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id commit to user PERSETUJUAN Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas Kegunran dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta. Surakarta, Januari2012 Subarya, M.Pd NIP. 1949122119790,3 rc51 NIP 19s21126 198103 I 002

Transcript of PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan...

Page 1: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji

Skripsi Fakultas Kegunran dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Surakarta.

Surakarta, Januari2012

Subarya, M.Pd

NIP. 1949122119790,3 rc51 NIP 19s21126 198103 I 002

Page 2: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Masyarakat hidup bersama-sama menghasilkan kebudayaan. Nilai-nilai

budaya yang bersifat tradisional sudah lama dilakukan oleh masyarakat Indonesia

terutama masyarakat Jawa. Sebagian masyarakat Jawa dalam berperilaku selalu

berpegang pada pandangan hidupnya yang religius dan mistis, serta pada sikap

hidupnya yang etis dan menjunjung tinggi moral atau derajat hidupnya.

Pandangan hidupnya selalu menghubungkan segala sesuatu dengan Tuhan yang

terkesan gaib dengan menghormati arwah nenek moyang serta kekuatan-kekuatan

yang tidak terlihat oleh indera manusia. Ketakutan manusia pada kekuatan

supernatural berubah menjadi pandangan bahwa kekuatan tersebut berada dalam

dunia nyata dan mempengaruhi nasib manusia, sehingga muncullah gagasan

bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-

ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya yang

turun temurun antara generasi, walaupun anggota masyarakat senantiasa silih

berganti disebabkan adanya transformasi budaya generasi tua ke generasi muda.

Orang Jawa mempunyai gaya hidup kebatinan yang meliputi berbagai

bentuk kebudayaan Jawa, misalnya kepercayaan akan ramalan, penafsiran dari

lambang-lambang dan kesakten barang-barang keramat dan makam-makam.

Menurut Kodiran dalam Koentjaraningrat (1999:347), orang Jawa percaya kepada

suatu kekuatan yang melebihi segala kekuatan di mana saja yang pernah dikenal,

yaitu kesakten, kemudian arwah atau roh leluhur dan makhluk-makhluk seperti

memedi, lelembut, tuyul, demit, serta jin dan lainnya yang menempati alam

sekitar tempat tinggal mereka . menurut kepercayaan makhluk-makhluk halus

tersebut dapat mendatangkan sukses, kebahagiaan, ketenteraman, sehingga perlu

adanya membangun hubungan yang baik.

Pemujaan dan penghormatan kepada roh-roh oleh sebagian masyarakat

Jawa masih tampak terlihat, terlepas dari sifat roh yang dianggap baik atau jahat.

Masyarakat mempunyai alasan yang berbeda-beda dalam setiap pemujaan dan

1

Page 3: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

2

penghormatan kepada roh-roh tetapi kesemuanya itu berlatar belakang pada alasan

bahwa roh-roh tersebut sangat berpengaruh terhadap kehidupan manusia antara

lain untuk keselamatan dan kesejahteraan.

Masyarakat Jawa mengenal adanya dunia gaib yang dihuni oleh

makhluk-makhluk halus seperti roh –roh orang yang sudah meninggal dunia. Hal

ini tampak dalam kehidupan mereka dengan adanya pemberian sesaji seperti air

dan kembang setaman yang ditujukan kepada arwah-arwah leluhur pada malam

Jumat Kliwon. Sesaji ini dianggap dapat memberikan perlindungan kepada

kehidupan mereka.

Orang Jawa juga mempunyai keyakinan mengenai hubungan antara

manusia dan roh-roh halus sebagai sarana bantu Yang Kuasa untuk menampakkan

diri secara tidak langsung kepada manusia. Orang Jawa juga mengenal zat-zat

gaib. Menurut Suyono (2007:4), zat-zat gaib menurut orang Jawa dapat dibagi

menjadi empat yaitu:

1. Dewa-dewi utama dan dewa-dewi lainnya, serta makhluk-makhluk halus lain yang dipercayai oleh ajaran Budha dan Hindhu. Kepercayaan ini terutama dianut oleh orang Baduwi dan orang jawa yang nenek moyangnya sebelum memeluk agama tersebut.

2. Zat yang dipuja sebagai Tuhan dari benda-benda angkasa dan unsur-unsur yang berasal dari magisme dan dualisme. Orang Jawa mengenal ajaran ini dari kalangan Hindhu Parsi. Kepercayaan ini terutama dihargai serta dianut oleh orang Tengger dan keturunannya yang beragama Hindhu Parsi.

3. Setan-setan, jin-jin dan makhluk halus yang berasal pemujaan alam. Kepercayaan ini terutama dianut oleh orang Pasek sebagai penduduk asli dari pulau Jawa dan keturunannya yang telah beragama Islam, mereka tetap menghargai dan takut terhadap jin, setan dan makhluk halus yang bersumber dari pemujaan terhadap alam.

4. Makhluk-makhluk yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan kitab-kitab agama Islam lainnya. Makhluk-makhluk gaib ini dihargai dan ditakuti oleh mereka yang beragama Islam.

Masuknya berbagai agama sebelum kedatangan Islam di pulau Jawa

membawa dampak yang besar pada adat-istiadat, tata cara hidup maupun praktek

keagamaan sehari-hari orang Jawa. Keyakinan oleh sebagian masyarakat adanya

Tuhan, dewa-dewa, setan, roh-roh alam, roh-roh manusia, dan berbagai jenis

kepercayaan lainnya mempengaruhi kehidupan orang-orang Jawa. Adanya

Page 4: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

3

berbagai kepercayaan mengenai kekuatan mistik melahirkan berbagai takhayul.

Kepercayaan yang ada di masyarakat Jawa berbeda-beda antara wilayah yang satu

dengan lainnya. Masyarakat di desa pada umumnya dalam menjalani dan

melaksanakan kehidupan dan penghidupannya diwarnai oleh berbagai macam

tradisi yaitu dalam mewujudkan hubungan-hubungan antara masyarakat dengan

Tuhan, hubungan masyarakat dengan anggota masyarakat lainnya maupun

masyarakat dengan alam lingkungannya.

Masyarakat Jawa memandang bahwa berkah dapat dibendakan sehingga

mampu dirasakan manfaatnya dan dapat diketahui orang lain. Berkah itu berupa

dunyo, turangga lan kukila, yaitu harta yang banyak, kendaraan yang bagus atau

pangkat yang baik dan “suara burung yang cantik”. Ketiganya dipandang sebagai

perlambang kemapanan seseorang dan dinilai berhasil apabila kesemuanya itu

tercapai. Untuk mencapai sebuah kemapanan tentunya diperlukan usaha dan kerja

keras, serta doa karena semua turun semata-mata karena karunia Illahi, maka bagi

sebagian orang, para wali sebagai orang yang dekat dengan Allah, merupakan

perantara yang tepat. Sebagian orang Jawa percaya, meskipun para wali telah

meninggal tetapi yang meninggal hanyalah jasadnya, rohnya masih utuh dan

hidup. Roh para wali itu mengetahui siapa yang datang ke makamnya dan

mendengarkan bagaimana doanya, sebuah keniscayaan jika doa tersebut cepat

sampai kepada Allah.

Apabila dihubungkan dengan kemajuan zaman dan pandangan kaum

modernis yang lebih mementingkan rasionalisme, seringkali banyak yang menilai

tradisi ini sudah seharusnya ditinggalkan, namun kenyataannya tradisi ini masih

banyak sekali dilakukan. Masyarakat Desa Jatingarang, Kecamatan Weru,

Kabupaten Sukoharjo adalah masyarakat yang masih sangat menghormati tradisi

termasuk tradisi ziarah makam Banyubiru. Makam Banyubiru mempunyai

keistimewaan sendiri dibandingkan dengan makam-makam lain yang ada di desa

Jatingarang. Makam Banyubiru adalah makam dari seorang tokoh ulama atau wali

yang juga menjadi murid dari Sunan Kalijaga, salah satu dari Wali Sanga.

Besarnya jasa dalam menyebarkan agama Islam di Jawa-bahkan nusantara,

membuat Wali Sanga seringkali dianggap sebagai sekelompok orang suci yang

Page 5: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

4

memiliki kekuatan-kekuatan atau ilmu-ilmu yang lebih dari orang-orang biasa.

Pandangan ini kemudian menimbulkan suatu usaha pada sebagian masyarakat

dalam hal mengkeramati atau mensucikan benda-benda peninggalan termasuk

makam-makam para wali, termasuk makam Banyubiru.

Masyarakat melaksanakan tradisi ziarah makam Banyubiru karena

mereka percaya bahwa apabila mereka melakukan ziarah tersebut apa yang

mereka inginkan akan terwujud, misalnya : keinginan untuk mendapatkan harta

yang berlimpah. Masyarakat yang datang untuk berziarah bukan hanya berasal

dari desa Jatingarang saja, melainkan juga berasal dari luar desa, bahkan luar

Kabupaten Sukoharjo seperti dari daerah Wonogiri, Klaten, Yogyakarta dan

daerah-daerah lain di wilayah sekitar Kabupaten Sukoharjo. Makam Banyubiru

biasa dikunjungi oleh para peziarah pada malams Jumat Kliwon. Tata cara ziarah

di makam Banyubiru sama dengan makam-makam yang lain, hanya saja makam

Banyubiru sering dijadikan tempat untuk menggelar pementasan wayang kulit

oleh sebagian masyarakat. Pementasan wayang kulit ini sengaja dilakukan di

dalam kompleks pemakaman Banyubiru untuk mendapatkan restu dari makam

Banyubiru dalam memperlancar hajatan orang-orang yang mengadakan hajatan

tersebut. Misalnya ketika kegiatan bersih desa masyarakat selalu mengadakan

pementasan wayang kulit di kompleks pemakaman Banyubiru. Contoh yang lain

ketika pemilihan Kepala Desa bahkan pemilihan Gubernur Jawa Tengah yang

baru saja dilakukan beberapa waktu yang lalu, juga diadakan pementasan wayang

kulit di kompleks pemakaman Banyubiru.

Perkembangan zaman yang semakin maju dalam berbagai bidang telah

membawa beberapa pengaruh pada kebudayaan masyarakat secara langsung

maupun tidak langsung. Sebagian masyarakat tanpa sadar telah terpengaruh oleh

berbagai macam perkembangan tersebut, namun ada juga sebagian masyarakat

yang menyadari adanya pengaruh dari perkembangan zaman tersebut. Hal ini

terjadi pula pada kehidupan masyarakat di sekitar kompleks makam Banyubiru.

Sebagian masyarakat Banyubiru juga sudah merasakan dan menerima adanya

beberapa pengaruh modernisasi, seperti dengan adanya kecanggihan teknologi dan

kemudahan dalam segala bidang. Fenomena ini dapat menunjukkan bahwa

Page 6: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

5

sebagian masyarakat Banyubiru sudah mulai berpikiran modern dan mereka bisa

menerima hal-hal yang bersifat modern serta dapat diterima akal manusia. Akan

tetapi ada juga sebagian masyarakat yang tetap melakukan hal-hal yang bersifat

tradisional dan kadang tidak bisa diterima akal sehat. Hal ini dapat ditunjukkan

dengan adanya sebagian masyarakat yang tetap memegang teguh kepercayaan

bahwa tradisi ziarah makam Banyubiru dapat mendatangkan berkah bagi mereka

yang telah melaksanakan tradisi ziarah makam Banyubiru tersebut. Sebagian

masyarakat tetap melaksanakan tradisi ziarah makam Banyubiru walaupun,

mereka juga menerima arus modernisasi. Bagi sebagian masyarakat ini adanya

modernisasi tidak akan membuat mereka meninggalkan tradisi kepercayaan

mereka. Kepercayaan sebagian masyarakat tentang adanya keistimewaan pada

makam Banyubiru yang dipercaya dapat mendatangkan berkah dan mengabulkan

segala permohonan peziarah masih sangat kuat meskipun telah menumbuhkan

berbagai macam perubahan seperti nilai dan tindakan masyarakat.

Kepercayaan tradisi ziarah makam Banyubiru yang masih dianut oleh

sebagian masyarakat Banyubiru ini apabila dikaitkan dengan arus modernisasi

sudah tidak relevan lagi. Secara logika apabila seseorang ingin mendapatkan harta

atau kesejahteraan hidup di dunia maka mereka harus meraihnya dengan usaha

yang nyata yaitu bekerja dan berdoa. Akan tetapi hal ini tidak dilakukan oleh

sebagian masyarakat yang masih percaya dengan adanya keistimewaan pada

makam Banyubiru. Mereka ingin meraih kesejahteraan hidup di dunia hanya

dengan melakukan tradisi ziarah makam Banyubiru. Tindakan tersebut tentu saja

tidak dapat diterima oleh logika manusia apalagi tindakan tersebut dilakukan pada

era yang modern seperti saat sekarang ini. Berdasarkan pada uraian yang telah

dijelaskan di atas maka peneliti tertarik untuk mengetahui kemudian meneliti

lebih lanjut tentang “Tradisi Ziarah Makam Banyubiru Dalam Era

Modernisasi”(Studi kasus di Desa Jatingarang, Kecamatan Weru, Kabupaten

Sukoharjo ).

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas maka dapat

dirumuskan permasalahan sebagai berikut : Bagaimana makna Tradisi Ziarah

Page 7: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

6

Makam Banyubiru dalam Era Modernisasi di Desa Jatingarang, Kecamatan Weru,

Kabupaten Sukoharjo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui makna yang terkandung dalam pelaksanaan Tradisi Ziarah

Makam Banyubiru dalam Era Modernisasi.

2. Untuk mendeskripsikan proses pelaksanaan Tradisi Ziarah Makam Banyubiru

dalam Era Modernisasi.

3. Untuk mendeskripsikan perubahan dalam pelaksanaan Tradisi Ziarah Makam

Banyubiru dalam Era Modernisasi.

4. Untuk mendeskripsikan persepsi masyarakat tentang Tradisi Ziarah Makam

Banyubiru dalam Era Modernisasi.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai

berikut:

1. Manfaat Teoritis

a. Menambah wawasan ilmu tentang keanekaragaman bentuk budaya tradisi

yang terdapat dalam masyarakat Jawa.

b. Menambah wawasan tentang makna dan prosesi pelaksanaan tradisi ziarah

makam Banyubiru dalam era modernisasi.

c. Sebagai bahan masukan untuk melakukan penelitian sejenis.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan bagi masyarakat untuk melestarikan budaya daerah.

b. Memberikan masukan bagi pemerintah daerah untuk memberdayakan

tradisi yang hidup didalam masyarakat.

c. Menunjukkan pandangan yang positif kepada masyarakat terhadap

kebudayaan daerah.

Page 8: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

Page 9: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Tradisi Ziarah Makam Banyubiru.

a. Pengertian Kebudayaan

Tradisi merupakan bagian dari kebudayaan. Masyarakat hidup bersama-

sama menghasilkan kebudayaan. Kebudayaan sendiri berasal dari bahasa

Sansekerta buddhayah, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau

“akal”, sedang bahasa latin kebudayaan adalah colere yang berarti “mengolah”,

“mengerjakan”, terutama mengolah tanah atau bertani. Arti ini berkembang

menjadi culture sebagai segala daya usaha manusia untuk mengubah alam.

(Koentjaraningrat, 2004:9). Soerjanto Poespowardojo (1989:219) menyatakan

bahwa “Kebudayaan adalah keseluruhan proses dan hasil perkembangan

manusia yang disalurkan dari generasi ke generasi untuk kehidupan manusiawi

yang lebih baik”. Jadi menurut pendapat di atas kebudayaan diperoleh melalui

suatu proses yang berlangsung secara terus menerus dan berkembang untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik dan diwariskan oleh generasi sebelumnya.

Kebudayaan menurut Tylor yang dikutip Sapardi (2000:77) adalah

“keseluruhan kompleks yang meliputi pengetahuan, kepercayaan, seni,

kesusilaan, hukum, adat istiadat serta kesanggupan dan kebiasaannya yang

dipelajari oleh manusia sebagai anggota masyarakat.” Dengan demikian,

kebudayaan berarti segenap pengetahuan tentang pola-pola berpikir yang

dimiliki oleh segenap warga masyarakat. Dari kedua pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa kebudayaan merupakan sistem pengetahuan, kepercayaan,

seni, adat istiadat yang dipelajari dan disalurkan dari generasi ke generasi.

Kebudayaan juga merupakan upaya masyarakat secara dialektis untuk

terus menerus menjawab setiap tantangan yang dihadapkan kepadanya dengan

menciptakan berbagai sarana dan prasarana. Intinya adalah proses terus

menerus menyimak kadar dinamika dari sistem nilai dan sistem kepercayaan

yang mapan dalam masyarakat. Dengan demikian, kebudayaan adalah

7

Page 10: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

8

keseluruhan proses dan hasil perkembangan manusia yang berupa pola-pola

pemikiran dan tindakan sehingga masyarakat mampu menciptakan berbagai

sarana dan prasarana yang disalurkan dari generasi ke generasi.

Kebudayaan pada umumnya mempunyai paling sedikit tiga wujud Dr.

Hans J.Daeng (2000) yaitu (1) Wujud kebudayaan sebagai suatu himpunan

gagasan, (2) Wujud kebudayaan sebagai jumlah perilaku yang berpola, (3)

Wujud kebudayaan sebagai sekumpulan benda dan artefak.(h.45-46). Dengan

melihat pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa wujud kebudayaan yang

pertama adalah wujud yang abstrak. Sebagai suatu himpunan gagasan, suatu

kebudayaan tidak dapat dilihat atau diamati karena tersimpan dalam kepala

orang yang dibawa kemanapun ia pergi. Kebudayaan dalam wujud himpunan

gagasan ini disebut culture system atau sistem budaya, juga disebut covert

culture. Wujud yang kedua, kebudayaan disebut social system atau sistem

sosial, sedang dalam wujud yang ketiga adalah kebudayaan fisik, physical

culture. Wujud yang kedua dan ketiga disebut overt culture.

Menurut Adamson Hoebel yang dikutip oleh Gatut Murniatmono dkk

(1981:2), mengatakan bahwa “Culture it’s the integrated system of learned

behavior potterns characteristic of the member of society”. Dari pengertian

tersebut dapat diterjemahkan bahwa kebudayaan adalah system integrasi dari

perilaku, karakter yang dipelajari oleh anggota masyarakat. Pembatasan

kebudayaan yang ajukan oleh Adamson Hoebel itu, mempunyai arti adanya

kesatuan masyarakat. Perbuatan atau tindakan itu biasanya merupakan hasil

dari pemikiran manusia, yang dapat dipelajari oleh anggota kelompok yang

lain dan dijadikan sebagai pedoman tingkah laku setiap warganya.

Berdasarkan pendapat yang sampaikan oleh Dr.Hans J Daeng dan Adamson

Hoebel tentang kebudayaan, dapat dilihat adanya persamaan pendapat bahwa

dalam kebudayaan terdapat suatu perilaku atau tingkah laku yang berpola dan

diperoleh oleh masyarakat melalui proses belajar serta dijadikan pedoman oleh

anggota masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

Kebudayaan ditinjau dari isinya, sering ditonjolkan sebagai konsep

“kebudayaan universal” dan merupakan unsur-unsur yang terdapat dalam

Page 11: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

9

semua kebudayaan umat manusia di seluruh dunia, baik yang hidup dalam

masyarakat pedesaan yang kecil maupun dalam masyarakat kota yang besar

dan kompleks. Menurut Koentjaraningrat (2004), unsur- unsur universal

kebudayaan tersebut terdiri atas: (1) Religi, (2) Organisasi Sosial, (3) Sistem

Pengetahuan, (4) Bahasa, (5) Kesenian, (6) Sistem Mata Pencaharian Hidup

atau Ekonomi, (7) Sistem Teknologi. (h.2). Kebudayaan universal tersebut

mencakup seluruh kebudayaan manusia dimanapun di dunia dan menunjukkan

ruang lingkup dari kebudayaan serta isi dari konsepnya.

Menurut Soerjanto Poespowardojo (1989:219-220), batasan-

batasan kebudayaan terdiri dari gagasan pokok yang mencakup perkembangan

dan kemajuan masyarakat, hasil bersama dan humanisasi.

1). Kebudayaan mencakup segala perkembangan dan kemajuan masyarakat.

Kebudayaan dalam hal ini tidak hanya meliputi bidang sastra dan

seni melainkan juga hasil-hasil di bidang ekonomi, teknik, sosial dan lain

sebagainya. Kebudayaan juga mencakup ide serta nilai yang terdapat

dalam diri manusia maupun ungkapannya dalam bentuk-bentuk kehidupan

seperti tata lembaga, tata peraturan serta benda dan peralatan yang

dihasilkan oleh usaha manusia. Jadi kebudayaan adalah pengertian yang

luas dan kesemuanya itu berkisar pada manusia sebagai factor yang

sentral. Manusia adalah sumber kebudayaan.

2). Kebudayaan adalah hasil bersama

Masing-masing individu dibentuk dan berkembang menjadi

seorang pribadi dalam kebudayaan masyarakat, oleh karena itu suatu

kebudayaan melibatkan banyak generasi sebagai pendukung dan

pengembangannya.

3). Kebudayaan pada hakekatnya adalah humanisasi

Humanisasi merupakan suatu proses peningkatan hidup yang lebih

baik dalam lingkungan masyarakat yang manusiawi, oleh karena itu nilai-

nilai manusiawi menjadi dasar dan ukuran bagi langkah-langkah

pembangunan dan modernisasi. Dengan kata lain, nilai-nilai etis

merupakan sumber orientasi bagi norma-norma masyarakat.

Page 12: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

10

Sistem nilai budaya merupakan bagian dari sistem budaya yaitu

aspek dari sistem gagasan. Sistem nilai budaya adalah sejumlah pandangan

mengenai soal-soal yang paling berharga dan bernilai dalam hidup, oleh

sebab itu disebut sistem nilai. Sebagai inti dari suatu sistem kebudayaan,

sistem nilai budaya menjiwai semua pedoman yang mengatur tingkah laku

warga pendukung kebudayaan yang bersangkutan. Pedoman tingkah laku

itu adalah adat istiadatnya, norma-normanya, aturan etikanya, aturan

moralnya, aturan sopan santunnya, pandangan hidup, ideology pribadi.

Secara esensial, kebudayaan bersifat mengatur kehidupan manusia

agar mengerti dan mampu memahami tentang bagaimana seharusnya dalam

bertindak, berbuat dan menentukan sikap ketika berhubungan dengan orang

lain. Setiap orang dalam berbagai bentuk kehidupannya, senantiasa akan

menciptakan kebiasaan (habit), minimal untuk kepentingan pribadinya, baik

disadari maupun tidak disadari, sehingga wajar apabila kebiasaan yang ada

pada orang satu dengan lainnya saling berkaitan. Kebiasaan yang positif atau

bersifat baik tentu saja akan diakui serta akan dilakukan oleh sesame warga

masyarakat. Kadang-kadang terjadi pengakuan yang lebih mendalam dan

dijadikan patokan bagi orang lain yang seterusnya diangkat sebagai prinsip

dasar alam relasi sosial, sehingga tingkah laku atau tindakan masing-masing

warga dapat dikendalikan dan diatur sedemikian rupa, pada tahap lanjut maka

terciptalah apa yang dikenal dengan norma-norma atau kaidah-kaidah.

Menurut Goodenough yang dikutip Oetomo (2000:3), menyatakan

“kebudayaan suatu masyarakat terdiri dari apa-apa yang harus diketahui atau

dipercayai untuk dapat berfungsi sedemikian rupa sehingga dianggap pantas

oleh anggota-anggotanya.Kebudayaan bukanlah fenomena material, tidak

terdiri dari benda-benda, perilaku dan emosi. Ia lebih merupakan suatu

pengaturan hal-hal itu. Yang ada dalam pikiran orang adalah bentuk-bentuk

benda dan hal-hal, model-model untuk mempersepsi, menghubung-

hubungkan, dan selebihnya menafsirkan.”

Berdasarkan pendapat yang dikemukakan oleh Oetomo dapat

disimpulkan adanya persamaan dari isi kebudayaan yaitu adalah perangkat-

Page 13: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

11

perangkat, model-model pengetahuan yang secara selektif dapat digunakan

untuk mempersepsi, menghubung-hubungkan, mendorong dan menciptakan

tindakan-tindakan yang diperlukannya.

Menurut Koenjaraningrat yang dikutip Suyatmi dan

Supriyadi(1995:29), kebudayaan merupakan keseluruhan sistem gagasan,

tindakan dan hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang

harus dibiasakan dari hasil budi dan karyanya itu. Dengan demkian,

kebudayaan merupakan hasil dari cipta, rasa, karsa manusia yang dijadikan

pedoman hidup manusia.

Menurut Ralp Linton yang dikutip Victor Barnouw (1979:5),

“Culture is the configuration of learned behavior and result of behavior

whose component element are shared and trasmitted by the member of a

particular society”. Pengertian di atas dapat diartikan kebudayaan adalah

bentuk atau wujud dari tingkah laku dan hasil kelakuan yang unsur-unsur

pembentukanya didukung serta diteruskan oleh anggota masyarakat tertentu.

Hal ini menunjukkan adanya beberapa objek yang termasuk di dalam

konfigurasi yang berupa hasil dari perilaku dalam pengertian di atas untuk

suatu opini atau pendapat yang terbagi dalam objek material kebudayaan

dalam melihat perilaku tersebut sebagai kebudayaan. Berdasarkan definisi

yang telah dikemukakan oleh Koentjaraningrat dan Ralp Linton, dapat

disimpulkan bahwa ada persamaan pandangan mengenai kebudayaan yaitu

mereka memandang bahwa di dalam suatu kebudayaan terdapat perilaku yang

sudah menjadi kebiasaan bagi setiap anggota masyarakat, dan kebiasaan-

kebiasaan tersebut biasanya diwariskan oleh generasi sebelumnya.

Berdasarkan beberapa pendapat tokoh di atas, peneliti lebih

cenderung pada teori Koenjaraningrat terkait dengan kebudayaan yang ada

dalam suatu masyarakat, karena memang dalam suatu masyarakat terdapat

berbagai hasil cipta, rasa, dan karsa manusia. Hasil cipta berupa berbagai ilmu

pengetahuan, hasil rasa terlihat dalam bentuk norma-norma keindahan yang

menghasilkan berbagai macam kesenian dan hasil karsa berupa norma-norma

keagamaan.

Page 14: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

12

b. Pengertian Tradisi

Berbicara masalah tradisi, tentu saja tidak terlepas dari konteks

kebudayaan. Ada kesepakatan di kalangan antropolog yang pada pokoknya

menganggap tradisi, norma, nilai, kebiasaan, dan adat-istiadat merupakan

bagian dari kebudayaan. Sebagaimana premis dari Koentjaraningrat yang

memandang kebudayaan itu sebagai keseluruhan dari kelakuan dan hasil

kelakuan yang harus didapatkan dengan cara belajar, dan kesemuanya itu

tersusun dalam kehidupan masyarakat, (Koentjaraningrat, 1999). Dengan

demikian tidak ada manusia yang tidak mempunyai kebudayaan.

Tradisi berasal dari bahasa latin, tradere, yang berarti memindahkan

atau memberikan sesuatu kepada orang lain untuk disimpan.(Giddens,

2003:36). Dalam pengertian yang sederhana tradisi diartikan sebagai sesuatu

yang telah dilakukan sejak lama dan menjadi bagian dalam suatu kelompok

masyarakat. Yang paling mendasar dari tradisi adalah adanya informasi yang

diteruskan dari generasi ke generasi baik tertulis maupun lisan. Tradisional

sering diartikan sebagai harta warisan dari generasi ke generasi dalam bentuk

cultural, artefact maupun cultural in action. Warisan-warisan ini antara lain

susunan pemerintahan local, bahasa local, berbagai nilai dan norma-norma

kemasyarakatan, berbagai bentuk kepercayaan, berbagai bentuk ekspresi

kebudayaan dan kesenian, semua ini adalah bagian dari apa yang diterimakan

oleh sejarah itu. Tradisional berkaitan dengan kebiasaan yang diwariskan dari

generasi ke generasi dengan segala ciri yang melekat dengannya, yang

berhubungan dengan segala kekunoannya (ancient).

Tradisional sebagai sebuah sifat mempunyai 4 ciri yaitu (1) Memiliki

jangkauan yang terbatas pada lingkungan kultur yang mendukungnya, (2)

Merupakan pencerminan dari satu kultur yang berkembang sangat perlahan,

karena dinamik dari masyarakat yang mendukungnya memang demikian, (3)

Merupakan bagian dari satu ‘kosmos’ kehidupan yang bulat yang tidak

terbagi-bagi dalam pengkotakan spesialisasi, (4) Bukan merupakan hasil

kreativitas individu-individu, tetapi tercipta secara anonym bersama dengan

sifat kolektivitas masyarakat pendukungnya, (Kayam, 1981:60), Sedangkan

Page 15: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

13

menurut (Sedyawati, 1981:39) Tradisi merupakan milik suatu kelompok

pendukung kebudayaan tertentu. Dengan melihat kedua pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa sebenarnya tradisi berkaitan erat dengan kebudayaan

masyarakat pendukungnya.

Menurut Suyono (1985:4), tradisi (tradition) sering juga dianggap

sebagai adat-istiadat, yaitu suatu aturan yang sudah mantap dan mencakup

segala konsepsi sistem budaya dari satu kebudayaan untuk mengatur tindakan

kehidupan manusia dalam kehidupan sosial. Tradisi biasa digunakan dalam

untuk menggantikan kata yang berkaitan dengan masa lalu seperti

kepercayaan, kebudayaan, nilai-nilai, perilaku, dan pengetahuan atau keahlian

yang diturunkan secara turun temurun dengan proses sosialisasi dari satu

generasi ke generasi selanjutnya dalam sebuah sosial masyarakat.

Tradisi adalah adat istiadat yang secara turun temurun dipelihara .

(Soerjono Soekanto, 1985;520). Menurut Hugo F. Reading (1986:446), tradisi

adalah (1) Warisan kekayaan sosial atau keyakinan-keyakinan yang diterima

secara buta, (2) Warisan keyakinan sosial atau keyakinan yang mencakup

kepatuhan pada apa yang dianggap selalu ada, (3) Suatu lembaga yang

eksistensinya dilembagakan. J.P. Chaaplin (2005;516), berpendapat bahwa “

Tradisi adalah praktik atau adat yang diwariskan dari generasi ke generasi”.

Berdasarkan pendapat di atas maka dapat diambil kesimpulan, bahwa tradisi

adalah adat istiadat atau keyakinan dan kepatuhan terhadap apa yang dianggap

selalu ada yang diwariskan dan dipelihara secara turun temurun serta

keberadaannya dilembagakan. Pendapat dari Soerjono Soekanto, Hugo

F.Reading dan J.P Chaaplin tersebut mempunyai persamaan yaitu bahwa

tradisi selalu diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya.

Menurut Koentjaraningrat yang dikutip Budiono Herusatoto

(1983:103-106), tradisi, adat istiadat atau adat kelakuan dapat dibagi dalam

empat tingkatan yaitu tingkat nilai budaya, tingkat norma-norma, tingkat

hukum dan tingkat aturan khusus.

1) Tingkat Nilai Budaya

Page 16: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

14

Tingkat nilai budaya adalah berupa ide-ide yang mengkonsepsikan hal-

hal yang paling bernilai dalam kehidupan masyarakat, dan biasanya berakar

dalam bagian emosional dari alam jiwa manusia, misalnya gotong royong atau

sifat suka bekerjasama berdasarkan solidaritas yang besar. Dalam gerak

langkah pelaksanaannya atau tindakannya orang jawa memiliki ungkapan-

ungkapan simbolis seperti: saiyeg saeko praya yang artinya bergerak bersama

untuk mencapai tujuan bersama. Hal tersebut dilaksanakan dalam rangka

bersih desa, membuat atau memperbaiki jalan, saluran air, membangun balai

desa atau prasarana yang diperlukan untuk kepentingan bersama seluruh

warga.

2) Tingkat Norma-norma

Tingkatan norma-norma adalah sistem norma-norma yang berupa

nilai-nilai budaya yang sudah terikat pada peranan masing-masing anggota

masyarakat dalam lingkungannya, misalnya peranan sebagai atasan atau

bawahan dalam suatu jenjang pekerjaan, peranan sebagai orang tua atau anak,

guru atau murid. Masing-masing peranan memiliki sejumlah norma yang

menjadi pedoman bagi tingkah laku masing-masing, yang dalam bahasa jawa

disebut unggah-ungguh atau kode etik. Dalam tingkat norma-norma, dimana

sistem norma yang berlaku berupa nilai-nilai budaya yang sudah terkait

kepada peranan masing-masing anggota masyarakat, terlihat secara umum

dalam sikap dan tindakan antara yang lebih muda atau lebih tua. Demikian

pula dalam derajad kepangkatan, jabatan, atau kedudukan serta usia. Yang

muda akan datang ke yang lebih tua untuk sowan atau menghadap, tuwi

kasugengan atau menengok kesehatannya, atur pisungsut atau menyampaikan

sesuatu yang biasanya berupa makanan sebagai tanda kasih dan hormat,

sungkem atau menghaturkan sembah, biasanya dilakukan pada hari raya

lebaran, nyuwun pangestu atau mohon izin dan doa restu.

3) Tingkat Hukum

Tingkatan hukum adalah sistim hukum yang berlaku, misalnya hukum

adat perkawinan dan hukum adat kekayaan. Di dalam harta kekayaan

keluarga, terdapat dua jenis harta yaitu harta gono dan gini. Harta “gono”:

Page 17: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

15

artinya pembawaan dari masing-masing mempelai baik yaitu mempelai laki-

laki dan mempelai perempuan. Barang “gono’ adalah milik masing-masing

orang yang membawanya di dalam perjodohan itu selaku barang warisan dan

barang pemberian orang tua. Barang “gini’ artinya barang yang diperoleh

selama suami istri perjodohan dan karenanya dianggap diperoleh berdasarkan

atas kerjasama antara dua orang. Suami tidak berkewajiban gotong royong

nyambut gawe, kerjasama dengan istrinya untuk kesejahteraan keluarga

sebagai ajang hidup pokok bersama.

4) Tingkat Aturan Khusus

Tingkat aturan khusus adalah aturan-aturan yang mengatur kegiatan-

kegiatan yang jelas terbatas ruang lingkupnya dalam masyarakat dan bersifat

konkrit, misalnya aturan sopan santun. Orang Jawa dalam sikap dan

tindakannya berupa ungkapan-ungkapan seperti sapa gawe nganggo, sapa

nandur ngunduh, siapa membuat akan memakai dan siapa menanam akan

memetik hasilnya artinya setiap perbuatan yang baik tentu akan menghasilkan

pula buah berupa kebaikan, yang akan diterima kembali pada saat nanti,

sebaliknya siapa pernah berbuat yang mencelakakan orang lain, pada suatu

saat tentu juga akan menerima akibatnya yang akan dicelakakan oleh orang

lain juga.

Pengertian tradisi seperti yang ditulis oleh Muhammad Abed Al Jabiri

dalam AL Turats Wal Hadatsah, tradisi adalah sesuatu yang hadir dan

menyertai kekinian kita yang berasal dari masa lalu kita atau orang lain baik

itu terjadi pada masa lalu jauh maupun dekat. (Dikutip pada tanggal 16 Mei

2011 dari : http://www.suaramerdeka.com/harian/05/11/01/nas07.htm).

Selanjutnya dalam kutipan mengenai tradisi adalah sesuatu yang dilakoni terus

menerus dan berlangsung dalam jangka waktu yang cukup lama, sehingga

sesuatu yang kita lakoni terus menerus di masa sekarang dan dapat di

lestarikan di masa depan juga akan disebut dengan sesuatu yang tradisional di

masa depan. (Dikutip dari : http://www.geocities.com/su art 1/sejarah.html)

Dari kedua pengertian tradisi di atas dapat disimpulkan bahwa tradisi

merupakan merupakan hasil dari masa lalu yang terpelihara sebagai bagian

Page 18: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

16

dari kebudayaan manusia. Tanpa tradisi kita tidak dapat memahami kekinian

kita sehingga kenyataannya bahwa kita berada dalam sejarah tertentu dengan

kepentingan tertentu tidak bisa di abaikan.

Menurut Koenjaraningrat yang dikutip Gatut Muriatmono (1981:6),

yang dimaksud dengan adat-istiadat adalah sebagai berikut: “Adat istiadat

adalah suatu kompleks norma-norma yang oleh individu-individu yang

menganutnya itu dianggap ada di atas manusia yang hidup bersama dalam

kenyataan suatu masyarakat”. Dari batasan yang dikemukakan oleh

Koenjaraningrat tersebut di atas, dapat diperoleh suatu pengertian bahwa adat

istiadat adalah suatu pedoman bagi setiap individu yang hidup sebagai warga

masyarakat, dimana adat istiadat itu berlaku. Dengan demikian dapat

dikatakan bahwa secara tidak langsung adat istiadat itu berpengaruh dalam

pola berfikir setiap manusia dalam anggota masyarakat.

Menurut Prof. M.Harjono yang dikutip I Nyoman Beratha (1982:22),

tradisi adalah suatu pengetahuan atau ajaran-ajaran yang diturunkan dari masa

ke masa. Ajaran dan pengetahuan mana menurut prinsip universal

digambarkan menjadi kenyataan dan kebenaran yang relative. Dengan

demikian segala kenyataan dan kebenaran yang lebih rendah itu adalah

peruntukan (application) daripada prinsip-prinsip universal. Dapat

disimpulkan bahwa “Tradisi adalah pengetahuan tentang Tuhan YME yang

diturunkan ke alam-alam kenyataan dan kebenaran yang relative (misteri)

sehingga segala kenyataan dan kebenaran yang mutlak dan universal ke alam-

alam yang rendah itu adalah peruntukan (application) daripada prinsip-prinsip

universal.

Berdasarkan pendapat kedua tokoh di atas, dapat dilihat adanya

persamaan dalam suatu tradisi yaitu adanya nilai-nilai, norma-norma atau

ajaran-ajaran yang dijadikan pedoman dalam kehidupan bermasyarakat

sehingga segala tingkah laku dan perilaku masyarakat harus sesuai dengan

nilai-nilai atau norma-norma tersebut.

Menurut Kuntowijoyo yang dikutip haru Puspowati (2004:14), tradisi

dibedakan menjadi tradisi besar dan tradisi kecil. Tradisi besar terdapat dalam

Page 19: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

17

keratin (istana centris), bersifat statis dan mempunyai target. Tradisi kecil

terdapat dalam masyarakat (masyarakat centris), bersifat dinamis dan

mempunayai target. Perbedaan kedua tradisi ini karena mempunyai symbol

dan norma yang tidak lagi didukung oleh lembaga-lembaga sosial atau oleh

model sosial dan budaya itu serta adanya kekuatan-kekuatan budaya yang

bertentangan dengan masyarakat. Dari pengertian di atas dapat disimpulkan

bahwa kedua tradisi ini sama-sama mempunyai tujuan yang ingin dicapai

dalam suatu komunitas. Suatu tradisi dapat bertahan dalam suatu masyarakat

jika symbol dan normanya didukung oleh lembaga-lembaga sosial dan tidak

bertentangan dengan pandangan, kekuatan-kekuatan masyarakat.

Adat istiadat merupakan suatu aturan yang sudah mantap dan

mencakup segala konsepsi sistem budaya dari suatu kebudayaan untuk

mengatur tindakan atau perbuatan manusia dalam kehidupan sosial. (Ariyono

Suyono, 1985:4). Tradisi sebagai suatu kebiasaan dari kehidupan suatu

penduduk asli yang dihasilkan oleh manusia dan sesuai dengan keadaan

masyarakat pendukungnya berupa nilai-nilai budaya, norma-norma dan

menjadi suatu sistem atau peraturan yang ditaati oleh masyarakat tersebut.

Menurut Rendra,(2002), tradisi adalah kebiasaan bersama dalam masyarakat

manusia yang secara otomatis akan dipengaruhi aksi dan reaksi dalam

kehidupan sehari-hari para anggota masyarakat itu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

tradisi merupakan suatu gambaran sikap dan perilaku manusia yang telah

berproses dalam waktu lama dan dilakukan secara turun temurun dimulai dari

nenek moyang. Tradisi telah membudaya akan menjadi sumber dalam

berakhlak dan berbudi pekerti seseorang. Tradisi merupakan sesuatu hal yang

telah menjadi kebiasaan seseorang. Tradisi telah melewati proses yang cukup

lama yaitu nenek moyang sampai sekarang, sehingga tradisi dapat mengalami

beberapa perubahan dalam melalui proses tersebut.

Tradisi mempunyai berbagai macam bentuk antara lain berupa

slametan, wilujengan atau tirakatan dan masih banyak dilakukan masyarakat

terutama masyarakat Jawa baik yang berhubungan dengan siklus hidup

Page 20: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

18

manusia maupun yang berhubungan dengan hal-hal keramat lainnya. Siklus

slametan ada yang berhubungan dengan titik-titik tahap kehidupan seorang

individu, dan ada siklus yang tidak begitu meriah dalam pelaksanaannya yang

berhubungan dengan kalender tahunan umat Islam. Setelah memungut pola

waktu Islam dalam menghitung bulan menurut rembulan dan hari-hari suci

yang berkaitan ini (yang makna ortodoksnya menjadi perhatian kaum santri

saja), orang Jawa merasa berkewajiban merayakan periode-periode waktu

keduanya menurut satu-satunya cara yang mereka ketahui yaitu dengan

mengadakan slametan.

Slametan atau wilujengan adalah suatu upacara pokok atau unsur

terpenting dari hampir semua ritus dan upacara dalam sistem religi orang Jawa

pada umumnya dan penganut Agama Jawi khususnya. Slametan tidak hanya

diadakan dengan maksud untuk memelihara hubungan baik dengan arwah

nenek moyang. Upacara slametan juga mempunyai aspek-aspek keagamaan,

karena selama suatu upacara seperti itu segala perasaan agresif terhadap orang

lain akan hilang dan orang akan merasa tenang.

Menurut Koenjaraningrat (1994;347-348), upacara slametan dapat

dibedakan menjadi upacara yang bersifat keramat, tidak bersifat keagamaan,

benar-benar bersifat keramat, bersifat keramat dengan melibatkan semua

warga, bersifat keramat yang diadakan pada hari-hari besar dan upacara yang

bersifat keramat yang berkenaan dengan peristiwa-peristiwa tertentu.

1) Upacara slametan yang bersifat keramat

Upacara slametan yang bersifat keramat adalah upacara slametan

dimana orang atau orang-orang yang mengadakannya merasakan getaran

emosi keramat, terutama pada waktu menentukan diadakannya slametan

tersebut, tetapi juga pada waktu upacara sedang berlangsung. Keputusan

untuk mengadakan suatu upacara slametan kadang-kadang diambil

berdasarkan suatu keyakinan keagamaan yang murni dan adanya suatu

perasaan khawatir akan hal-hal yang tidak diinginkan atau akan adanya

malapetaka, tetapi kadang-kadang juga hanya merupakan suatu kebiasaan

rutin saja yang dijalankan sesuai dengan adat keagamaan. Getaran emosi

Page 21: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

19

keagamaan yang keramat juga timbul dalam diri para anggota keluarga

yang mengadakan upacara slametan karena suasana khidmat yang tercipta

pada waktu itu, yang juga dapat merasuki jiwa orang lain yang hadir pada

upacara itu.

2) Upacara slametan yang tidak bersifat keagamaan

Upacara slametan yang tidak bersifat keagamaan yaitu upacara

yang tidak menimbulkan getaran emosi keagamaan pada orang-orang yang

mengadakan slametan itu maupun pada orang-orang yang hadir, walaupun

pada slametan itu telah diminta hadir seorang pegawai keagamaan untuk

membacakan doa. Maksud dari slametan seperti ini hanyalah untuk

memelihara rasa solidaritas sosial dan untuk menciptakan suasana damai,

bebas dari rasa permusuhan dan prasangka terhadap orang lain atau dapat

juga merupakan suatu perayaan saja atas suatu peristiwa yang penuh

kebahagiaan.

3) Upacara slametan yang benar-benar bersifat keramat dan menggetarkan

emosi keagamaan seseorang

Upacara ini antara lain dapat terlihat dalam rangkaian upacara

kematian pada hari ketujuh, keempat puluh, keseratus dan keseribu.

4) Upacara slametan yang bersifat keramat yang melibatkan semua warga

desa

Upacara ini antara lain yaitu upacara bersih dhusun yang

mempunyai unsur-unsur yang lebih banyak dan juga menyangkut biaya

yang lebih besar daripada suatu upacara slametan biasa.

5) Upacara-upacara keramat yang diadakan pada hari hari besar Islam

Upacara yang diadakan pada hari besar antara lain yaitu Bakda

Besar, suran, Mbubur Suran, Saparan, Dina Wekasan muludan,

Jumadiawalan, Jumadiakhiran, Rejeban (Mikradan), Ngruwah (Megengan),

Maleman, Riyayan, Sawalan (Kupatan), Sela dan sedhekah Haji.

6) Upacara-upacara slametan yang khusus bersifat keramat dan yang

berkenaan dengan peristiwa-peristiwa tertentu atau keperluan-keperluan

tertentu dari individu.

Page 22: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

20

Upacara ini antara lain seperti upacara ngruwat yang diadakan

setelah seseorang sembuh dari suatu penyakit yang gawat atau upacara

slametan yang diadakan untuk memenuhi suatu janji pada diri sendiri dan

upacara slametan yang diadakan karena mendapat mimpi buruk.

Upacara slametan dapat digolongkan ke dalam empat macam

sesuai dengan peristiwa atau kejadian dalam kehidupan manusia sehari-hari

yaitu:

1) Slametan dalam rangka lingkaran hidup seseorang seperti hamil tujuh

bulan, kelahiran, upacara potong rambut pertama, upacara menyentuh

tanah untuk pertama kali, upacara menusuk telinga, sunat, kematian, serta

saat-sat setelah kematian.

2) Slametan yang bertalian dengan bersih desa, penggarapan tanah pertanian

dan setelah panen padi.

3) Slametan yang berhubungan dengan hari-hari dan bulan-bulan besar islam.

4) Slametan pada saat-saat yang tidak tertentu, berkenaan dengan kejadian-

kejadian seperti membuat perjalanan jauh, menempati rumah kediaman

baru, menolak bahaya (ngruwat), janji apabila telah berhasil sembuh dari

suatu sakit dan lain-lain.

Menurut Kodiran dalam Koentjaraningrat (1999: 347-348), slametan

adalah suatu upacara makan bersama makanan yang telah diberi doa sebelum

dibagikan. Slametan ini tidak terpisahkan dari pandangan alam pikiran

partisipasi nerima yaitu menyerahkan diri kepada takdir dan erat hubungannya

dengan kepercayaan kepada unsur-unsur kekuatan sakti maupun makhluk-

makhluk halus. Hampir semua slametan ditujukan untuk memperoleh

keselamatan hidup dengan tidak ada gangguan apapun. Upacara slametan

dalam lingkaran hidup seseorang khususnya berhubungan dengan kematian

serta saat sesudahnya adalah suatu adat kebiasaan yang sangat diperhatikan

dan sering dilakukan oleh hampir seluruh lapisan golongan masyarakat/orang

jawa.

Page 23: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

21

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

slametan selalu dilakukan oleh masyarakat Jawa baik slametan yang bersifat

religius maupun non religius. Slametan yang sering dilakukan antara lain

upacara terkait dengan kelahiran, kematian, perkawinan, dan upacara yang

berhubungan dengan hal-hal keramat baik pada hari-hari besar agama maupun

berhubungan dengan peristiwa-peristiwa tertentu. Slametan merupakan ritus

inti untuk melanjutkan, memelihara atau meningkatkan tatanan sebuah acara

makan komunal religius yang diikuti oleh para tetangga dan kerabat untuk

mencapai keadaan slamet. (Mulder, 2001:97-98). Dengan demikian, maka

slametan memperlihatkan keinginan untuk mencari keselamatan dalam

memelihara tatanan dan mencegah datangnya bala. Slametan berfungsi

menunjukkan komunitas harmonis, rukun yang menjadi prasyarat efektif

dalam mendatangkan berkah para dewa, arwah dan leluhur.

Dalam masyarakat tradisional, individu tidak dapat dipisahkan oleh

lingkungan dan kepercayaannya atau adat istiadatnya yang sangat dipegang

teguh oleh masyarakat. Mereka berhubungan dengan alam dan lingkungannya

secara langsung dan dan terikat dengan alam semesta beserta kekuatannya.

Kekuasaan manusia terhadap alam sangat lemah dan mereka hormat dengan

kekuasaan alam yang tercermin dalam suatu kegiatan slametan termasuk

slametan ziarah kubur yang masih banyak dilakukan oleh masyarakat

tradisional maupun masyarakat modern.

Adapun ciri-ciri masyarakat tradisional adalah:

1). Kehidupan masyarakat tradisional didasarkan atas hubungan kekeluargaan

2). Kegiatan ekonomi berpusat pada pertanian dengan menjadikan pertanian

sebagai mata pencaharian pokok.

3). Dalam kehidupan sosial budaya masih sangat kuat dipengaruhi oleh tradisi

adat dan kepercayaan serta nilai tradisional masih sangat dominant.

4). Kehidupan masyarakat tradisional cenderung berpola social behavior yaitu

sebagai hasil interaksi berbagai aspek kehidupan sejarah, lingkungan

hidup, falsafah, agama dan kepercayaan.

5). Masih memegang prinsip kesatuan dan keselarasan.

Page 24: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

22

6). Masih memiliki proses formalisering sebagai contoh pembesar merasa

besar bila disambut dengan upacara dan menggunakan tanda kebesaran.

7). Memiliki stratifikasi yang banyak diekspresikan dengan gelar, kekayaan,

bahasa, tata cara pernikahan, pangkat dan sebagainya.

(http://www.google.co.id/masyarakat/htm).

Dengan melihat ciri-ciri masyarakat tradisional di atas, maka dapat

disimpulkan bahwa masyarakat tradisional adalah masyarakat pedesaan yang

masih sangat kuat memegang teguh adat dan kepercayaan, interaksi

masyarakat berdasarkan hubungan kekeluargaan, kegotongroyongan, dan

masih mementingkan status sosial.

Dalam suatu masyarakat, tradisi dapat diwariskan kepada generasi

berikutnya salah satunya dengan melaksanakan tradisi secara berulang-ulang

sehingga akan menjadi suatu kebiasaan. Tradisi yang sudah ada juga dapat

dipadukan dengan berbagai nilai-nilai baru yang muncul, tetapi masyarakat

harus bisa selektif dalam memilah nilai-nilai yang sesuai dengan masyarakat

dan yang tidak sesuai dengan masyarakat.

Masyarakat Desa Jatingarang Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo

masih mempunyai tradisi atau kepercayaan yang kuat. Nilai-nilai adat ini

dapat dilihat dalam berbagai kegiatan seperti dalam upacara perkawinan,

upacara kematian yang meliputi mendak telung dina, pitung dina, patang

puluh dina, satus dina dan nyewu, upacara kelahiran seperti sepasaran dan

selapanan, upacara nyadran dan sedhekah bumi.Hubungan kekeluargaan dan

kegotongroyongan masih sangat kuat. Apabila ada masalah warga masyarakat

berusaha mencari solusi dari masalah tersebut dengan jalan musyawarah.

Hubungan sosial antar anggota masyarakat masih tinggi dapat dilihat dengan

adanya sikap saling menghormati, gotong royong, dan rasa saling menghargai

antar anggota masyarakat.

a. Ziarah Makam

Ziarah merupakan tradisi yang sudah dilakukan oleh masyarakat sejak

zaman dahulu. Ziarah pada dasarnya sudah ada sebelum munculnya agama

Page 25: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

23

Islam, yaitu pada masa agama Yahudi dan agama Kristen yang sudah lama

berpijak di daerah-daerah Arab, seperti: Palestina, Syria dan Mesir. Ziarah

berasal dari bahasa Arab yaitu Ziyarah, yang mempunyai arti mengunjungi.

Dalam ajaran Islam berziarah adalah berkunjung atau menuju ke suatu tempat.

Dari pengertian dan definisinya ziarah kubur adalah suatu kegiatan atau

aktivitas mengunjungi makam dari orang yang telah meninggal dunia baik

yang dulu semasa hidupnya kita kenal maupun yang tidak kenal. Berziarah

makam ke tempat orang yang dulunya pernah kita kenal seperti: makam orang

tua, makam saudara, makam teman, makam guru, dan lain sebagainya,

sedangkan ziarah ke makam orang yang dulu tidak kita kenal misalnya: ziarah

ke taman makam pahlawan, makam ulama Islam, dan lain-lain.

Pengertian ziarah di Kota Makkah adalah berkunjung ke tempat-

tempat suci atau tempat bersejarah di sekitar Kota madinah dan sejumlah

lokasi lainnya. Ziarah pada umumnya dilakukan masyarakat untuk mendoakan

seseorang yang telah meninggal supaya arwah orang tersebut dapat tenang

disisi Tuhan, meskipun ada juga sebagian masyarakat yang pergi berziarah

untuk tujuan lain bukan untuk mendoakan, melainkan berziarah dengan tujuan

utama untuk meminta-minta permohonan kepada makam tersebut, karena

mereka menganggap makam adalah tempat yang keramat dan magis.

Berdasarkan pengertian ziarah dari beberapa sumber di atas dapat ditarik

kesimpulan bahwa ziarah adalah suatu kegiatan berkunjung ke suatu tempat

yang dianggap mulia atau keramat untuk mendoakan dan mengambil pelajaran

dari kematian.

1) Tata Cara Ziarah

Manusia dalam melakukan suatu kegiatan pasti mempunyai tata

cara urutan kegiatan dan aturan-aturan yang ditaati. Menurut ssss M.

Syamsi Hasan (2001:247), dalam melaksanakan ziarah terdapat tata cara

atau petunjuk dalam berziarah yaitu:

a). Berwudhu telebih dahulu sebelum berangkat ke makam.

b). Memberi salam setelah sampai di pntu makam.

Page 26: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

24

c). Setelah sampai di makam hendaknya menunduk dan menghadap ke

timur.

d). Membaca ayat-ayat Alquran.

e). Membaca tahlil.

f). Membaca doa untuk ketenangan orang yang sudah dimakamkan.

g). Melakukan ziarah dengan penuh khusyuk dan khidmad.

h. Tidak boleh menduduki makam.

i). Selesai berziarah, hendaknya memperbanyak amal kebaikan.

2) Adab dalam berziarah kubur yang baik dan benar menurut Islam adalah:

a) Berperilaku sopan dan ramah ketika mendatangi areal pemakaman.

b) Niat dengan tulus dan ikhlas karena ingin mendapatkan Rhido dari

Allah SWT, bukan untuk meminta sesuatu pada orang yang sudah

meninggal.

c) Tidak duduk, menginjak-injak, tidur-tiduran di atas makam orang yang

sudah meninggal.

d) Tidak melakukan tindakan-tindakan tidak senonoh seperti buang air

besar, kencing, meludah, melakukan hubungan suami istri, buang

sampah sembarangan, dan lain-lain.

e) Mengucapkan salam kepada penghuni alam kubur.

f) Mendoakan arwah orang yang telah meninggal agar bahagia dan tenang

di alam kubur sana dengan ikhlas.

3) Kesalahan yang sering dilakukan peziarah

Di bawah ini adalah beberapa kesalahan yang sering dilakukan

oleh peziarah pada umumnya yaitu:

a) Duduk di atas makam.

b) Menyembah makam.

c) Meminta sesuatu kepada makam.

d) Berpesta di samping makam.

e) Menangis, merengek-rengek menyesali nasib.

f) Menyediakan sesaji untuk ketenangan arwah orang yang meninggal.

4) Manfaat Ziarah

Page 27: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

25

Tujuan utama orang melakukan ziarah adalah untuk mendoakan

arwah orang yang sudah meninggal agar tenang disisi Tuhan. Selain

berziarah untuk mendoakan orang yang sudah meninggal, dengan

melakukan ziarah juga dapat bermanfaat bagi peziarah sendiri yaitu:

a) Berziarah dapat mengingatkan tentang alam akhirat dan kematian.

b) Berziarah dapat membuka hati dan pikiran peziarah bahwa hidup di

dunia itu hanya sementara, hidup yang kekal adalah di akhirat.

c) Berziarah dapat dijadikan suri tauladan agar peziarah dapat

meningkatkan amal kebajikannya.

Dalam http/www.library.ohiou.edu/indopbs/1997/04/23/0056.html,

ziarah adalah amalan yang bertujuan menyaksikan secara nyata tempat-tempat

bersejarah dalam pertumbuhan dan perkembangan agama Islam, sehingga akan

mempertebal iman.

Dengan melihat beberapa tujuan ziarah di atas dapat disimpulkan

bahwa tujuan ziarah adalah untuk mengingatkan kita tentang kematian dan alam

akhirat, mengingatkan bahwa hidup di dunia hanyalah sementara, hidup yang

kekal adalah di akhirat nanti dan juga untuk lebih meningkatkan iman dan taqwa

kepada Tuhan.

Menurut para teolog Islam ziarah di bagi menjadi dua yaitu:

1. Ziarah Syar’iyah,

Ziarah Syar’iyah adalah ziarah yang dilakukan dengan maksud

mendoakan si mayat dan mengambil pelajaran (I’tibar) dengan keadaan

mereka dahulunya bahwa mereka dulu begini dan begitu. Mereka telah mati,

telah dipendam, telah menjadi tanah dan mereka telah menjumpai apa yang

telah mereka perbuat, baik berupa kebaikan atau keburukan. Dengan melihat

pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ziarah syar’iyah tidak untuk

mengambil pelajaran dan menebalkan sikap materialistis yang mementingkan

kehidupan duniawi, karena kehidupan di dunia ini adalah tipuan dan tidak

kekal, sedangkan kita semua akan mati dan akan dikubur. Maka sebaiknya kita

tidak tertipu oleh kesenangan dunia.

2. Ziarah Bid’iyah (Syirkiyah)

Page 28: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

26

Ziarah Bid’iyah adalah ziarah yang dimaksudkan untuk memohon

kepada si mayat untuk memenuhi hajat seseorang atau minta doa dan syafaat

kepadanya atau berdoa di dekat kuburannya dengan keyakinan bahwa dengan

itu akan lebih dikabulkan doanya. Semua bentuk kegiatan seperti ini adalah

mubtada’ah (diada-adakan) dan tidak diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW

dan tidak dilakukan oleh para sahabat beliau, baik di kuburan sendiri maupun

di kuburan orang lain. Tindakan seperti ini tentunya termasuk jenis syirik dan

menyebabkan timbulnya syirik.

Banyak sekali hadits-hadits dan kaul Ulama yang mengemukakan

tentang kebolehan ziarah. Kita akan mengambil faedah dan khidmahnya

ziarah kepada makam para Nabi, Wali dan para Sholihin. Adapun cara-cara

ziarah telah dianjurkan oleh Nabi Muhammad Saw. Diantaranya sebagai

berikut:

1. Dari Burtaedah ra. berkata Rasullullah Saw. : Aku dahulu mencegah

ziarah ke kubur, akan tetapi sekarang aku memerintahkan, berziarahlah

kamu. (HR.Muslim) Dalam riwayat lain: Barang siapa yang ingin ziarah

ke kubur hendaklah diziarahinya, karena berziarah itu mengingatkan kita

kepada akhirat.

2. Dari Aisyah, istri Rasullah Saw. Berkata: Keadaan Rasulullah setiap

malam gilirannya menginap di tempat Siti Aisyah dan akhir malamnya

Rasulullah pergi ke kubur Baqi lalu bersabda: Selamat sejahtera kepadamu

hai kaum Muslimin. Tentu datang kepadamu apa yang dijanjikan padamu,

besok masanya. Dan aku Insya Allah akan mengikuti kami. Yaa Allah

ampunilah penduduk Baqi (tempat kuburan syuhada).

3. Dari Buraidah ra. berkata: bahwa Rasulullah Saw. Benar-benar

mengajarkan kepada para Sahabatnya diwaktu pergi ke kubur agar

membaca: Salam kepada ahli kubur kaum mu’minin dan muslimin. Dan

Insya Allah aku akan mengikuti kamu. Aku mohon kepada Allah untuk

kami dan kamu agar selamat.

4. Dari sahabat Ibnu Abbas ra. berkata: Rasulullah Saw berjalan melewati

kuburan di Madinah. Maka beliau menghadap ke kuburan itu sambil

Page 29: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

27

membaca salam sejahtera bagimu wahai ahli kubur. Semoga Allah

mengampuni kami dan kamu. Kamu telah mendahului kami dan kamipun

nanti berikutnya.

5. Nabi Muhammad Saw. Pernah bersabda: Barang siapa ziarah kepadaku

setelah mati, itu seolah-olah seperti ziarah kepadaku diwaktu aku masih

hidup. (Riwayat daru Qutni).

6. Barang siapa berziarah ke kuburku, dia wajib mendapat syafa’atku

( Riwayat Daru Qutni).

7. Kaul Imam Hambali: Bilamana kamu ziarah ke makam, bacalah Fatihah,

surat Falaq binnas, al-Ikhlas lalu pahalanya serahkan kepada ahli kubur.

Sebenarnya amal perbuatan yang demikian itu akan sampai kepada mereka

(ahli kubur).

8. Masih kaum Imam Hambali: Menerima dari ulama salaf, bermacam-

macam kebaikan yang dapat sampai kepada orang yang telah meninggal

diantaranya: Sodaqoh, shalat, puasa, haji, I’tikaf, membaca al-Qur’an dan

dzikir juga yang menyerupainya.

(http//abuaqila06.wordpress.com/2008/05/22/pengertian-danmanfaat-ziarah/).

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa makna ziarah

tidak hanya meliputi mendoakan orang yang meninggal tetapi juga meminta doa

atau syafaat dari orang yang telah meninggal. Dari dua hal tersebut di atas maka

yang dianjurkan oleh agama hanyalah ziarah dengan maksud mendoakan si

mayit/orang yang meninggal.

2. Modernisasi

a. Pengertian Modernisasi

Modernisasi merupakan bentuk perubahan sosial yang penting. Kata

modernisasi berasal dari bahasa Latin yaitu modo (cara) dan ernus (masa

kini). Jadi, secara harfiah modernisasi adalah proses menuju masa kini atau

proses menuju masyarakat modern. (Idianto M,2005:45). Dalam

modernisasi, terjadi suatu perubahan sosial dan budaya serta masyarakat

yang sedang memperbaharui diri berusaha mendapatkan ciri-ciri atau

karakteristik yang dimiliki oleh suatu masyarakat modern.

Page 30: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

28

Menurut J.W Schoolrl yang dikutip Idianto M (2005:460,

modernisasi adalah penerapan pengetahuan ilmiah pada semua kegiatan,

bidang kehidupan dan aspek kemasyarakatan. Aspek yang paling utama

dalam modernisasi adalah perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi,

misalnya pengetahuan tentang gejala alam dan mekanisasi sistem pertanian.

E.Moore dalam Idianto M (2005:46) menyatakan “Modernisasi adalah

suatu proses transformasi total kehidupan bersama dalam bidang teknologi

dan organisasi sosial dari kehidupan yang tradisional kea rah pola-pola

ekonomis dan politis, yang didahului oleh negara-negara barat yang telah

stabil. Dari kedua pendapat di atas dapat disimpulkan, modernisasi adalah

penerapan teknologi dan pengetahuan dalam segala aspek kehidupan

masyarakat termasuk dalam organisasi sosial. Modernisasi begitu tampak

terlihat dalam aspek teknologi yaitu munculnya berbagai macam teknologi

modern seperti mesin-mesin, alat komunikasi seperti telepon genggam yang

telah banyak di gunakan oleh masyarakat.

Modernisasi adalah suatu proses yang bersifat preventif dan kontruktif agar

proses-proses perubahan, termasuk perubahan nilaidan norma masyarakat

tersebut dapat memproyeksikan kecenderungan yang ada dalam masyarakat

pada masa yang akan datang dan untuk itu diperlukan syarat-syarat sebagai

berikut:

1). Cara-cara berfikir ilmiah yang melembaga dalam suatu kelas-kelas

penguasa dan masyarakat pada umumnya. Lembaga-lembaga yang

dapat menggerakkan masyarakat kea rah tersebut antara lain adalah

sekolah dan perguruan tinggi yang baik

2). Negara yang mempunyai sistem administrasi yang baik dan jauh dari

KKN serta semangat kerja yang tinggi.

3). Sistem pengumpulan data yang baik, teratur dan terorganisir serta

terintegrasi dalam suatu badan tertentu. Misalnya BPS atau LIPI, agar

tidak tertinggal diperlukan pembaharuan data setiap saat.

4). Menciptakan suasana yang kondusif dalam suatu masyarakat dengan cara

mengembangkan berbagai media komunikasi.

Page 31: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

29

5). Kedisiplinan yang tinggi serta tidak melanggar HAM warga negara.

6). Kesamaan cara pandang tentang perubahan seperti apa yang diinginkan

dan harus dikendalikan secara terpusat dalam suatu kelompok masyarakat.

Hal ini penting agar proses modernisasi yang berlangsung tidak

dipengaruhi oleh kekuatan-kekuatan luar yang tidak sejalan dengan

modernisasi tersebut. (IdiantoM,2005:47).

Eisenstandt yang dikutip M.Franscis Abraham, (1995:4), menyatakan

bahwa “Menurut sejarahnya, modernisasi merupakan proses perubahan

menuju tipe sistem sosial, ekonomi dan politik yang telah berkembang di

Eropa Barat dan Amerika Utara dari abad ke-19 dan 20 meluas ke negara-

negara Amerika Serikat, Asia serta Afrika.” Perspektif evolusioner tersebut

menjelaskan tahap-tahap modernisasi yang sama atau melalui suatu urutan

yang telah ditentukan (sama). Karena itu modernisasi yang mengacu kepada

proses perkembangan, Eropa Barat dan Amerika Utara yang telah

mencapainya pada masa yang lebih awal dan sekarang bangsa-bangsa di

Dunia Ketiga berjuang untuk mencapai fase perkembangan yang disebut

sebagai (ditandai oleh) “modern”. Jadi, modernisasi berarti suatu proses

perubahan dalam berbagai bidang kehidupan antara lain terutama bidang

politik, sosial dan ekonomi yang terjadi secara bertahap untuk lebih

berkembang sehingga mampu mencapai kehidupan modern.

Sarjana ahli modernisasi baru-baru ini telah menghasilkan literature

yang berlimpah, namun para sarjana tidak sepakat mengenai pendekatan

mereka terhadap atau definisi konsep modernisasi. Para ekonom

mengintepretasikan modernisasi dalam arti model-model pertumbuhan yang

berisakan indeks-indeks semacam indicator ekonomi, standar hidup,

pendapatan perkapita dan lain-lain. Para ilmuwan politik menganalisis

modernisasi menurut proses politik, pergolakan sosial dan hubungan-

hubungan kelembagaan. Para sosiologi telah mendefinisikan modernisasi

dengan berbagai macam tetapi tetap di dalam kerangka perspektif evolusioner

yang mencangkup transisi multilinear masyarakat yang sedang berkembang

dari tradisi ke modernitas. Perubahan-perubahan yang terjadi di berbagai

Page 32: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

30

bidang di masyarakat ke arah modernisasi merupakan suatu konsep

modernisasi.

Modernisasi adalah suatu bentuk perubahan sosial, biasanya

merupakan perubahan sosial yang terarah (directed change) yang didasarkan

pada perencanaan (jadi juga merupakan intented atau planned change) yang

bisa dinamakan sosial planning. Modernisasi merupakan suatu persoalan yang

harus dihadapi masyarakat yang bersangkutan karena prosesnya meliputi

bidang-bidang yang sangat luas, menyangkut proses disorganisasi, problema-

problema sosial, konflik antar kelompok, hambatan-hambatan terhadap

perubahan dan sebagainya. (Soerjono Soekanto,1985:347).

Hal ini menunjukkan bahwa perubahan sosial sebagai akibat

modernisasi dapat menimbulkan masalah dalam masyarakat karena adanya

hambatan-hambatan dalam proses modernisasi tersebut. Menurut Mulder

(1974:55-56), modernisasi berarti progress yaitu suatu proses seseorang

semakin lama semakin lebih menguasai alam kebendaan yang berputar secara

terus menerus. Jadi, modernisasi terus berlangsung tanpa henti untuk suatu

tujuan yang lebih baik dalam jangka waktu yang lama. Berdasarkan pendapat

Soerjono Soekanto dan Mulder dapat disimpulkan bahwa modernisasi yang

terus berlangsung tersebut belum tentu dapat berjalan dengan lancar.

Adanya perubahan-perubahan dalam berbagai bidang di masyarakat

juga dapat menimbulkan terjadinya suatu masalah. Dengan demkian

modernisasi tidak hanya membawa dampak positif tetapi juga dapat

menimbulkan dampak negatif seperti misalnya adanya teknologi 3G dapat

memudahkan masyarakat dalam berkomunikasi tetapi 3G juga dapat

membawa dampak negatif jika disalahgunakan sehingga dapat merugikan

orang lain. Pujiwati Sayogjo (1985;13), juga memberikan definisi tentang

modernisasi sebagai suatu tipe perubahan sosial yang berasal dari revolusi

industri di Inggris (1760-1830) dan revolusi politik di perancis (1789-1830).

Hal ini menunjukkan proses perubahan mempunyai ciri-ciri tertentu yang

bersifat menyeluruh sepanjang waktu yang ditetapkan. Berdasarkan pendapat

Mulder dan Pujiwati Sayogja di atas, dapat disimpulkan bahwa modernisasi

Page 33: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

31

merupakan proses perubahan secara terusmenerus dalam jangka waktu yang

telah ditetapkan untuk mencapai tujuan yang lebih baik.

Menurut Black dalam M.Francis Abraham (1995:5), modernisasi

adalah proses dengan mana secara historis lembaga-lembaga yang

berkembang secara perlahan disesuaikan dengan perubahan fungsi secara

cepat yang menimbulkan peningkatan yang belum pernah dicapai sebelumnya

dalam hal pengetahuan manusia, yang memungknkan untuk menguasai

lingkungannya, yang menimbulkan revolusi ilmiah. Menurut Lerner yang

dikutip M.Francis Abraham (1995:5), memaparkan modernisasi dalam arti

sejumlah variable psikologis yang membentuk suatu jenis karakteristik

mentalitas dari manusia modern secara khas. Marion Levy dalam M.Francis

Abraham (1995:5), meletakkan “sebagai ukuran modernisasi, rasio sumber

daya kekuasaan yang mati (tidak bergerak), dan yang hidup (bergerak). Makin

tinggi rasio tersebut, makin modernisasinya.” Berdasarkan beberapa pendapat

di atas dapat disimpulkan bahwa modernisasi merupakan proses

perkembangan dan perubahan fungsi lembaga yang membentuk karakteristik

mentalitas manusia sehingga mempunyai rasio kekuasaan sumber daya yang

tinggi.

Chodak dalam M.Francis Abraham (1995:5), mengidentifikasi tiga tipe

modernisasi yaitu modernisasi industri yang meninggalkan keperluan

menyesuaikan organisasi sosial dengan tuntutan (syarat industri), modernisasi

akulturasi dan modernisasi induksi.

1). Modernisasi industri yang meninggalkan keperluan menyesuaikan

organisasi sosial dengan tuntutan (syarat industri )

Modernisasi tipe ini biasanya ditandai dengan perkembangan-

perkembangan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Masyarakat lebih

berfikir ilmiah dan mulai menerapkan teknologi dalam kehidupannya.

Misalnya, tenaga-tenaga manusia digantikan dengan mesin. Ilmu

pengetahuan dan teknologi ini dapat menambah kemampuan manusia

dalam mengungkap rahasia-rahasia dan perubahan-perubahan pada

lingkungan alam serta terus berkembang. Industrialisasi sebagai aspek

Page 34: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

32

khusus modernisasi mempunyai peranan-peranan dan fungsi yang strategis

dan dihubungkan dengan manufaktur (permesinan) dalam masyarakat.

2). Modernisasi akulturasi

Modernisasi akulturasi yaitu penciptaan suatu budaya baru semi

berkembang dan budaya penyangga, yang dihasilkan dari lapisan atas

budaya asing berdasarkan budaya tradisional. Budaya-budaya asing masuk

dan mempengaruhi budaya tradisional sehingga dapat menciptakan budaya

baru. Nilai-nilai budaya asing dan budaya asli dipadukan sehingga tercipta

budaya baru yang sesuai.

3). Modernisasi induksi

Modernisasi induksi yang berisikan usaha-usaha terorganisir yang

mengarah pada pembentukan infrastruktur dan perkembangan

(pembangunan) sosial-ekonomi. Secara sosial, dalam modernisasi terdapat

perubahan-perubahan pada pola-pola kelembagaan dan peranan status

dalam struktur sosial masyarakat. Unsur-unsur pokoknya mencakup

perubahan sosial yang terencana, sekularisme, perubahan sikap dan

tingkah laku, revolusi pengetahuan dan perubahan-pola-pola hubungan

sosial masyarakat. Secara ekonomi, ditandai dengan perubahan tingkat

konsumsi dan standar hidup yang semakin tinggi. Masyarakat mempunyai

pemkiran matang untuk meningkatkan produksi, meningkatkan skill atau

kemampuan yang dibutuhkan, mengenal sistem ekonomi dan strategi yang

teratur.

Modernisasi mencakup suatu transformasi total kehidupan bersama

yang bersifat tradisional atau pra modern dalam arti teknologi serta

organisasi sosial ke arah pola-pola ekonomis dan politis yang menjadi ciri

negara-negara barat yang stabil. Karakteristik umum modernisasi suatu

masyarakat yang menyangkut aspek-aspek kehidupan modern antara lain

mekanisasi, mass media yang teratur, urbanisasi, peningkatan pendapatan

perkapita dan sebagainya. Ciri-ciri negara Barat tersebut menunjukkan

adanya suatu modernisasi di masyarakat. Masyarakat yang modern antara

Page 35: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

33

lain ditunjukkan dengan penerapan metode baru, menerima gagasan baru

dan memiliki ketepatan waktu.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa

suatu modernisasi pasti akan menimbulkan suatu perubahan dalam

berbagai bidang kehidupan masyarakat baik secara cepat maupun lambat.

Perubahan-perubahan ini akan diterima atau ditolak oleh suatu masyarakat

antara lain dapat dilihat dari prosesnya. Proses yang terarah dan terencana

biasanya akan lebih mudah dalam mencapai suatu perubahan dalam

masyarakat terutama perubahan yang bersifat positif.

Dari berbagai pendapat tokoh di atas, peneliti cenderung pada teori

Soerjono Soekanto karena pada dasarnya suatu modernisasi yang terjadi

dalam masyarakat tidak dapat langsung diterima oleh masyarakat atau

komunitas tertentu tetapi melalui suatu proses yang terencana agar

perubahan tersebut dapat terarah dan diterima oleh suatu masyarakat.

Perubahan dalam berbagai bidang kehidupan itu belum tentu memberi

dampak positif dan akan timbul suatu hambatan dalam dalam

penyebarannya jika masyarakat tidak mau menerima adanya modernisasi.

b. Konteks Sosial Modernisasi

Industrialisasi, urbanisasi dan sekularisme pada umumnya

dianggap sebagai proses yang menghasilkan kondisi yang mendukung

modernisasi dan teknologi maju dipandang sebagai suatu prasyarat pokok.

Konteks sosial modernisasi di dalam masyarakat sedang berkembang

berbeda sama sekali, padahal modernisasi di Barat merupakan

prosesbertahap evolusi dari pertanianh menjadi masyarakat yang

sepenuhnya industri dan perkotaan, pendatang akhir modernisasi dipaksa

melompat dari budaya bajak yang sederhana menjadi era jet modern dalam

satu decade.

Menurut M.Francis Abraham (1995:14-16), konteks sosial

modernisasi dapat dibedakan menjadi empat macam yaitu nasionalisme,

ideology politik, perencanaan nasional dan transaksi antar budaya.

1). Nasionalisme

Page 36: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

34

Gerakan-gerakan nasionalisme menentang pemerintah kolonial

pada abad XX, terutama setelah perang Dunia II, menjadi fokus

revolusi budaya di negara-negara yang sedang bangkit. Pembentukan

negara merdeka mempercepat proses mobilitas politik dan

pembentukan infrastruktur, difusi, inovasi dan transformasi sosio

budaya melalui partisipasi massa secara lebih besar.

Nasionalisme juga dapat memberikan suatu dorongan

modernisasi dan dorongan bagi orientasi bersama. Nasionalisme

membentuk identitas yang kuat bagi rakyat, mendorong atau

memperkuat kebanggaan dan prestise nasional, memperbesar loyalitas

rakyat terhadap negara, memerlukan dan membenarkan pengorbanan

demi kepentingan nasional dan menglegitimasikan pembaharuan juga

perubahan revolusioner oleh para elit politik.

2). Ideologi Politik

Salah satu hasil gelombang besar nasionalisme adalah ideologi

politik baru. Dilema bangsa-bangsa yang sedang bangkit jelas

mengadopsi sistem perusahaan kapitalis Barat yang bebas atau pola

sosialis blok soviet. Beberapa negara yang sedang berkembang

menghadapi dilemma dengan cara meolaknya. Mereka merasa tidak

satupun dari sistem-sistem tersebut dalam bentuk yang sekarang adalah

cocok dengan masyarakat mereka. Mereka berusaha menggabungkan

cita-cita demokrasi dengan idealisme komunis.

3). Perencanaan Nasional

Konteks sosial dan politik yang terpenting dalam modernisasi di

dalam masyarakat yang sedang berkembang adalah sistem perencanaan

nasional yang menyiapkan cetak biru bagi modernisasi sosial dan

ekonomi bangsa. India membentuk Komisi Perencanaan Nasional

untuk mendorong Rencana Lima Tahunan dan negara-negara lain

membentuk organisasi pusat perencanaan. Dalam konvensi UUD di

negara-negara tersebut yang menyediakan konstitusi baru, badan-

badan perencanaan nasional merancang model-model sosio ekonomi

Page 37: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

35

untuk masyarakat tersebut. Pertama kali dalam sejarah kemanusiaan

rekayasa sosial atau perubahan sosial berencana menjadi suatu

kebijakan nasional yang diterima.

Elit-elit baru menyatukan sumber-sumber daya sosial,

ekonomi, politik, teknologi dan intelektual, menilai kebutuhan dan

masalah, meletakkan prioritas, menyiapkan rencana-rencana, tindakan-

tindakan yang matang dan mengalokasikan sejumlah besar uang untuk

proyek pembangunan yang biasanya dipinjam dari negara-negara

maju. Mereka menentukan tujuan-tujuan nasional yang ambisius,

peningkatan pendapatan perkapita, mempermudah pertumbuhan

ekonomi mandiri secara berkesinambungan dan memajukan

kemakmuran rakyat secara bersama-sama. Dalam banyak kasus

modernisasi sosial dan ekonomi menerima begitu banyak dorongan

dari perencanaan nasional yang tersusun baik.

4). Transaksi Antar Budaya

Transaksi antar budaya dalam konteks modern meliputi

sejumlah unsur. Pertama, terdapat kemajuan yang menakjubkan dalam

transformasi dan komunikasi yang telah melipatgandakan

kemungkinan kontak-kontak fisik dan hubungan-hubungan yang

seolah-olah dialami sendiri antara budaya-budaya yang berbeda.

Hubungan-hubungan dengan Barat yang kaya raya (melimpah)

meniupkan gelombang kegoncangan melalui sistem sosial dan sistem

budaya masyarakat sedang berkembang. Kedua, migrasi internasional

juga pertukaran pendidikan dan budaya kaum intelektual memulai

proses transformasi ideology dan sikap.

Unsur yang ketiga, kolaborasi internasional pada tingkat

kelembagaan yang melibatkan PBB dan badan-badan khususnya serta

berbagai badan pemerintah dan swasta telah memulai atau memperkuat

mekanisme kerjasama kelembagaan secara luas. Keempat, transaksi

antar budaya dalam arti yang lebih luas juga mencakup persaingan

antara sistem ekonomi internasional dan konflik antara sistem-sistem

Page 38: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

36

ideologi dan politik seperti tampak dalam gerakan-gerakan protes,

pemberontakan melawan “imperialisme “, pergolakan revolusi dan

perang ideology yang pada giliran berikutnya bertakibat bagi

modernisasi melintasi batas-batas internasional.

c. Konteks Budaya modernisasi

Modernisasi sering ditandai dengan penerapan teknologi. Dalam

perkembangannya ketika melewati sebuah sistem, teknologi menempuh

tiga fase. Fase pertama adalah fase perkembangan. Dalam fase ini semua

kelompok masyarakat melakukan interpretasi dan perkenalan terhadap

artefak teknologi yang masuk, lalu masing-masing kelompok tadi

memberikan makna terhadap teknologi yang bersangkutan. Fase kedua,

adalah fase transisi. Dalam fase ini semua intrepetasi teknologi oleh

kelompok-kelompok masyarakat tadi mencoba di kompromikan, pada fase

inilah terjadi konflik atau negosiasi. Fase yang ketiga adalah fase stabilitas

yaitu semua kelompok sosial yang ada telah mendapat persetujuan tentang

artefak teknologi yang masuk. Pada fase ini keadaan telah menjadi stabil.

Kekuasaan teknologi memang sangat bergantung kepada konteks budaya

tertentu.

d. Karakteristik Modernisasi

Modernisasi suatu masyarakat merupakan suatu proses transisi,

suatu perubahan masyarakat dalam segala aspek-aspeknya, seperti aspek

ekonomi yaitu tumbuh kelompok-kelompok dengan posisi sosial dan

ekonomi yang sama dan mempunyai semacam kepentingan bersama.

Masyarakat modern mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:

1).Memiliki sikap hidup untuk menerima hal-hal baru dan terbuka untuk

perubahan.

2).Memiliki keberanian untuk menyatakan pendapat atau opini mengenai

lingkungannya sendiri atau kejadian yang terjadi jauh di luar

lingkungannya serta dapat bersikap demokratis.

Page 39: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

37

3). Menghargai waktu dan lebih berorientasi pada masa depan daripada masa

lalu.

4). Memiliki perencanaan dan pengorganisasian.

5). Percaya diri

6). Perhitungan.

7). Menghargai harkat hidup manusia lain.

8). Percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

9). Menjunjung tinggi suatu sikap dimana imbalan yang diterima seseorang

haruslah sesuai dengan prestasinya dalam masyarakat.

(http//mrpams.blogspot.com/2007/10/dampak-sosial-ilmu-pengetahuan-dan.html)

Dari uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa masyarakat modern lebih

mengutamakan kepentingan pribadi, berorientasi pada ilmu pengetahuan dan

teknologi,menerima hal-hal baru dan terbuka pada perubahan.

Ciri khas manusia modern menurut Inkeles adalah sebagai berikut:

1. Kesiapannya terhadap pengalaman baru dan keterbukaannya untuk menerima

inovasi dan perubahan.

2. Ia harus mampu membentuk atau menangani opini berkenaan dengan

sejumlah besar masalah dan isu yang timbul baik dari lingkungannya ataupun

di luar dirinya.

3. Ia menunjukkan sikap yang lebih sadar terhadap berbagai sikap dan opini

dilingkungannya daripada menutup diri terhadap kenyataan di luar dirinya.

4. Berorientasi pada masa sekarang dan mendatang dari pada ke masa lalu.

5. Ia percaya bahwa manusia dapat belajar untuk menguasai lingkungan untuk

memajukan tujuannya sendiri, bukan tunduk pada lingkungan.

6. Ia yakin bahwa dunia ini dapat dikalkulasikan, bahwa orang dan lembaga-

lembaga lain di sekitarnya dapat tergantung padanya untuk memenuhi dan

menemukan kewajiban dan tanggung jawabnya.

7. Ia sangat percaya terhadap keadilan distributive.

(http://mrpams.blogspot.com/2007/10/dampak-sosial-ilmu-pengetahuan-

dan.html)

Page 40: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

38

Dari pendapat yang telah di kemukakan Inkeles di atas dapat

disimpulkan bahwa modernisasi memerlukan perubahan yang mendasar dalam

cara berfikir dan perasaan, yaitu perubahan dalam keseluruhan sikap terhadap

problem kehidupan, masyarakat dan alam semesta.

Masyarakat Desa Jatingarang Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo

mayoritas lebih mengutamakan kepentingan pribadi. Masyarakat mempunyai

hubungan yang terbuka tetapi tetap saling menghormati dan menghargai di antara

anggota masyarakat. Masyarakat juga tidak menutup diri terhadap ilmu

pengetahuan dan teknologi untuk meningkatkan kesejahteraan mereka. Beberapa

hasil teknologi telah diterima oleh masyarakat seperti teknologi komunikasi dan

transportasi.

Masyarakat Desa Jatingarang juga sudah memiliki kesadaran tentang

aspek pendidikan yang tinggi. Masyarakat menganggap bahwa aspek pendidikan

merupakan salah satu hal yang harus diperhatikan karena dengan pendidikan

seseorang dapat memperoleh bermacam-macam ilmu pengetahuan yang berguna

dan tingkat pendidikan yang tinggi dalam masyarakat dapat meningkatkan status

seseorang.

3. Hubungan Ziarah Makam Banyubiru dengan modernisasi

Berdasarkan teori-teori yang telah dijelaskan oleh para ahli yang telah

disebutkan dalam pembahasan sebelumnya mengenai perlengkapan, pelaksanaan

dan makna ziarah makam, hubungan ziarah makam dengan modernisasi dapat

dilihat dari usur-unsur yang terkandung di dalamnya. Unsur-unsur tersebut

meliputi unsur fisik, seremonial dan spiritual.

a. Unsur Fisik

Unsur Fisik ini terkait dengan srana yang dipakai dalam pelaksanaan

ziarah makam. Sarana yang dipakai dalam pelaksanaan ziarah makam antara

lain sebagai berikut: kembang (bunga), kemenyan, air dan lilin. Adapun

kembang (bunga) yang dipakai yaitu bunga kantil, melati, mawar, dan

kenanga. Sedangkan kemenyan ada yang berupa kemenyan biasa dan

kemenyan lidi (Sodo). Mengenai air, para peziarah memanfaatkan air dari

Page 41: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

39

sendang (mata air) 9 yaitu: Sendang Margomulyo, Sendang Krapak, Sendang

Margojati, Sendang Banyubiru, Sendang Bendosari, Sendang gupak warak,

Sendang Danumulyo, Sendang Siluwih, dan Sendang Panjang Emas. Semua

sendang ini berada di satu kebayanan yaitu Kebayanan Sarehan.

Pelaksanaannya air dari sendang 9 itu dijadikan satu kemudian dimanfaatkan

untuk wudlu, menyucikan badan, ataupun diminum sebagai obat.

Seiring dengan perkembangan jaman yang modern, terjadi perubahan

dalam sarana yang digunakan. Perubahan itu disesuaikan dengan keadaan

sekarang. Jika dahulu setiap peziarah selalu membawa bunga 4 macam seperti

yang telah disebutkan di atas untuk nyeka r( menabur bunga), tetapi sekarang

sebagian peziarah tidak mewajibkan membawa bunga 4 jenis tersebut. Hal lain

yang berubah adalah peziarah sekarang tidak selalu membakar kemenyan.

Kemenyan lidi (sodo) dan lilin lebih banyak dilakukan oleh peziarah

keturunan Cina/Tionghoa. Kadang peziarah datang tidak nyekar (menabur

bunga), tidak membakar kemenyan tetapi langsung berdoa.

Dengan demikian dapat dikatakan modernisasi telah memberikan

pengaruh yang positif dalam pelaksanaan ziarah makam terkait sarana yang

digunakan oleh para peziarah makam. Peziarah sudah tidak perlu lagi

membawa peralatan-peralatan untuk ziarah seperti kembang, menyan, karena

yang terpenting dari ziarah adalah berdoa.

b. Unsur Seremonial

Unsur Seremonial ini berhubungan dengan pelaksanaan tradisi ziarah

makam. Dahulu ziarah makam Banyu Biru dilaksanakan setiap malam Ju’mat

kliwon. Hari itu merupakan hari yang paling dikeramatkan untuk berziarah.

Pada malam jum’at kliwon ini biasanya peziarah makam banyak yang datang

untuk nepi (mencari wangsit). Peziarah berasal bukan hanya dari lingkungan

desa jatingarang melainkan dari berbagai kota di luar desa Jatingarang.

Seiring dengan perkembangan jaman terjadi pergeseran nilai dalam

pelaksanaan ziarah ini. Kalau dahulu peziarah hanya berziarah pada malam

Ju’mat kliwon maka sekarang para peziarah datang untuk berziarah setiap hari

Page 42: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

40

meskipun paling banyak pada malam Ju’mat kliwon. Biasanya para peziarah

datang pada siang hari atau sore sehabis waktu maghrib. Ada beberapa

peziarah yang menginap di kompleks pemakaman ini sampai pagi (lek-

lekan). Ada juga yang ziarah terus pulang. Hal ini menunjukkan bahwa

modernisasi telah memberi pengaruh positif pada pola pikir masyarakat dan

sikap masyarakat, hal ini terlihat dengan adanya kecenderungan peziarah

untuk berziarah ke makam Banyu biru kapan saja tidak terbatas atau

terpancang pada waktu tertentu yang dikeramatkan seperti berziarah pada hari

Jumat.

c. Unsur Spiritual

Unsur spiritual ini menyangkut hubungan manusia dengan Tuhan

sebagai Sang Pencipta. Dahulu para peziarah melakukan ritual ziarah makam

untuk mendapatkan berkah/ kenikmatan. Para peziarah dahulu memiliki

kepercayaan bahwa dengan berziarah ke makam Banyu Biru, apa-apa yang

mereka inginkan dapat terkabul. Tetapi pada masa sekarang sebagian peziarah

datang ke makam Banyu Biru tidak untuk mencari berkah lewat makam tetapi

sekadar mendoakan arwah yang sudah meninggal. Sebagian dari mereka sadar

bahwa Tuhanlah tempat meminta pertolongan dan manusia harus bekerja

untuk bisa mendapatkan apa-apa yang diinginkan.

Dengan demikian maka bisa dikatakan bahwa terjadi pengaruh

positif dalam perkembangan nilai spiritual dalam pelaksanaan ziarah makam

Banyu Biru. Peziarah sekarang lebih modern dalam mengekspresikan nilai

spiritualnya secara logis dan ilmiah. Nilai spiritual ini terdapat dalam tuntunan

ajaran agama masing-masing.

4. Pendekatan Etnografi

Etnografi berasal dari kata ethno yang berarti bangsa atau suku bangsa

dan grafhy yang berarti tulisan atau deskripsi mengenai kehidupan sosial

budaya suatu suku bangsa. Menurut Spradley yang dikutip Taufiq Rohman

Dhohiri, Tarsius warsono, Didi Wiraadmaja dan Yad mulyadi (2006:79),

mengatakan bahwa etnografi adalah kegiatan menguraikan dan menjelaskan

suatu kebudayaan. Selanjutnya Splinder dalam Taufiq Rohman Dhoghiri dkk

Page 43: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

41

(2006:79), mengatakan bahwa etnografi adalah kegiatan antropologi di

lapangan. Lebih lanjut ia mengatakan apabila seorang antropolog tidak

memiliki pengalaman lapangan, ibarat seorang ahli bedah tidak memiliki

pengalaman membedah.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa

etnografi bukan sekedar mengumpulkan data tentang orang atau kebudayaan,

melainkan menggalinya lebih dalam lagi. Penelitian atau kajian etnografi

bersifat holistic atau menyeluruh. Artinya kajian etnografi tidak hanya

mengarahkan perhatiannya pada salah satu variable tertentu saja. Bentuk

holistic didasarkan pada pandangan bahwa kebudayaan merupakan

keseluruhan sistem yang terdiri dari satu kesatuan yang utuh.

Menurut Noor Sulistyo Budi, Ambar Adianto, Mudjijono, Sumarno

dan Maharkesti (1996:5), etnografi secara konsepsual dianggap sebagai model

penelitian yang banyak terkait dengan ilmu antropologi dan secara khusus

mempelajari fenomena kultural yang menyajikan pandangan hidup subjek

yang dijadikan objek penelitian. Peneliti dalam melakukan penelitian ini harus

memahami kehiodupan masyarakat yang diteliti, sehingga dapat memperoleh

informasi dan mampu memahami maknanya secara lebih mendalam. Peneliti

juga harus mengetahui cara melakukan penelitian yang baik sehingga hasil

yang diperoleh sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

Dalam penelitian etnografi, analisa peneliti berperan dalam

mendeskripsikan bentuk sosial dan budaya masyarakat. Peneliti mencari

keterangan mengenai bentuk sosial, dan budaya masyarakat yang ada dalam

masyarakat. Peneliti berupaya untuk memahami makna perbuatan dan

kejadian yang dialami oleh masyarakat yang bersangkutan mengenai bentuk

sosial dan budaya masyarakat yang ada dalam pikiran masyarakat tersebut.

B. Kerangka Berpikir

Page 44: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

42

Kebudayaan adalah kumpulan dari pedoman, pegangan dan acuan yang

digunakan oleh manusia untuk beradaptasi dengan lingkungannya agar mereka

dapat melangsungkan hidupnya. Dalam suatu kebudayaan terdapat tradisi yang

masih dilestarikan oleh masyarakat. Salah satu tradisi yang masih dilakukan oleh

masyarakat desa Jatingarang, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo adalah

Tradisi Ziarah Makam Banyubiru. Secara teoritis ziarah makam mengandung

unsur fisik, seremonial dan spiritual. Masyarakat melakukan ziarah makam

Banyubiru karena mereka percaya dengan berziarah ke makam Banyubiru segala

permohonan mereka akan terwujud.

Perkembangan zaman yang pesat dalam berbagai bidang telah

berpengaruh pada kebudayaan masyarakat secara langsung maupun tidak

langsung. Masyarakat tetap melaksanakan tradisi ziarah makam Banyubiru

walaupun telah terjadi berbagai macam perubahan. Masyarakat tetap

mempertahankan tradisi lama di era modernisasi ini. Kepercayaan masyarakat

tentang makam Banyubiru yang dipercaya dapat mendatangkan berkah dan

mengabulkan permohonan peziarah masih kuat sampai saat ini. Secara skematis

kerangka pemikiran tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Kerangka Berpikir

Unsur Spiritual

Makna ziarah makam

Unsur Seremonial Unsur Fisik

Tradisional Modernisasi

Page 45: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

Page 46: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

43

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan di Desa Jatingarang, Kecamatan Weru, Kabupaten

Sukoharjo. Peneliti mengambil lokasi tersebut dengan pertimbangan bahwa lokasi

tersebut dekat dengan tempat tinggal peneliti. Kepercayaan masyarakat terhadap

suatu tradisi juga masih kuat termasuk dalam tradisi ziarah makam. Desa

Jatingarang , kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo merupakan desa yang lebih

banyak memperoleh pengaruh modernisasi dibandingkan dengan desa lainnya di

wilayah Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo. Modernisasi dapat dilihat dalam

kehidupan masyarakat seperti dalam hal teknologi. Dengan demikian, peneliti

dapat memperoleh data dan gambaran yang jelas sesuai dengan tujuan dan pokok

permasalahan yang akan diteliti, yaitu Tradisi Ziarah Makam Banyubiru Dalam

Era Modernisasi di Desa Jatingarang, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo.

2. Waktu Penelitian

Waktu yang digunakan dalam penelitian ini adalah delapan bulan yaitu

mulai dari pengajuan judul sampai penulisan laporan. Penelitian ini dimulai sejak

bulan Januari 2011 sampai bulan Januari 2012. Waktu yang diperlukan dapat

berubah sesuai dengan kebutuhan.

Tabel 1. Jadwal Penelitian

Tahun 2011 / 2012 Kegiatan

Jan Fe Mr Ap Me Jn Jul Ag Se Ok No De Jan

Persetujuan Judul

Penyusunan Proposal

Perizinan

Pengumpulan Data

Analisis Data

Penyusunan Laporan

Page 47: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

44

B. Bentuk dan Strategi Penelitian

Metode penelitian merupakan salah satu unsur yang penting dalam

melakukan penelitian. Menurut Sugiyono (2006:2), metode penelitian merupakan

cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegiatan tertentu. Cara

ilmiah adalah kegiatan peneltian yang rasional yaitu dilakukan dengan cara yang

masuk akal.sehingga terjangkau oleh penalaran manusia, empiris yaitu dengan

cara yang dapat diamati oleh indra manusia, sehingga orang lain dapat mengamati

dan mengetahui cara- cara yang digunakan, sistematis, yaitu menggunakan

langkah- langkah tertentu yang bersifat logis. Selanjutnya menurut H.B.Sutopo

(2002:5), metodologi penelitian merupakan bentuk dan strategi penelitian yang

digunakan untuk memahami berbagai aspek penelitian atau pendekatan yang

digunakan dalam melaksanakan aktivitas penelitian. Berdasarkan pendapat

tersebut, metodologi penelitian merupakan bentuk dan strategi yang digunakan

peneliti dalam memperoleh dan mengkaji data suatu kegiatan.

1. Bentuk Penelitian

Menurut Moh. Nazir (1988:54-55), metode penelitian dapat dibedakan

menjadi lima yaitu metode sejarah, metode deskriptif, metode eksperimen, metode

grounded research dan metode penelitian tindakan. Metode sejarah mempunyai

perspektif histories untuk menjelaskan keadaan di masa lampau, sehingga dapat

memahami kenyataan sejarah dengan menggunakan catatan- catatan observasi

atau pengamatan orang lain yang tidak dapat diulang kembali. Metode deskriptif

adalah suatu metode yang digunakan untuk meneliti suatu objek sehingga dapat

membuat gambaran secara sistematis mengenai fakta-fakta yang diselidiki.

Metode eksperimen merupakan metode yang digunakan dalam penelitian ilmu-

ilmu eksakta untuk menyelidiki ada tidaknya hubungan sebab akibat dan besar

hubungan tersebut dengan memberikan perlakuan tertentu pada objek eksperimen

serta menyediakan control untuk perbandingannya. Metode grounded research

adalah suatu metode penelitian yang dilakukan berdasarkan fakta dan

menggunakan analisis perbandingan untuk mengadakan generalisasi, menetapkan

konsep, mengembangkan dan membuktikan teori. Metode penelitian tindakan

Page 48: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

45

adalah suatu metode penelitian yang dikembangkan bersama peneliti dan

pengambil keputusan tentang variable-variabel yang dapat dimanipulasi dan

digunakan untuk menentukan kebijakan. Berdasarkan hal tersebut, metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif.

Menurut Whitney yang dikutip Moh.Nazir (1988:63), metode deskriptif

merupakan pencarian fakta dengan interpretasi yang tepat. Penelitian deskriptif

mempelajari masalah-masalah, situasi-situasi tertentu dalam suatu masyarakat

untuk membuat gambaran mengenai kejadian atau keadaan tertentu. Lexy

J.Moleong (2002:6), menyatakan bahwa “Metode deskriptif merupakan metode

pengumpulan data yang berupa kata-kata, gambar dan bukan angka-angka”.

Laporan penelitian dengan metode deskriptif akan memberikan gambaran objek

penelitian berdasarkan data yang diperoleh. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa metode penelitian deskriptif adalah suatu prosedur pengumpula data untuk

menggambarkan atau melukiskan objek penelitian (seseorang, lembaga,

masyarakat dan lain-lain) berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana

adanya. Dengan metode deskriptif, masalah, situasi, kejadian atau fenomena

tertentu dalm suatu masyarakat dapat digambarkan secara jelas.

Dalam penelitian ilmiah, metode penelitian dapat dibedakan menjadi dua

yaitu penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Menurut Bogdan dan Taylor

yang dikutip Lexy J.Moleong (2002:3), metode kualitatif merupakan prosedur

penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis dan lisan

dari perilaku orang-orang yang diamati.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terutama berupa kata-kata, kalimat atau gambar yang memiliki arti lebih daripada sekedar angka atau frekuensi. Peneliti menekankan catatan yang menggambarkan situasi sebenarnya guna mendukung penyajian data. Jadi dalam mencari pemahaman, penelitian kualitatif cenderung tidak memotong halaman ceritera dan data lainnya dengan simbol-simbol angka. Peneliti berusaha menganalisis data dengan semua kekayaan wataknya yang penuh nuansa, sedekat mungkin dengan bentuk aslinya seperti pada waktu dicatat. (H.B.Sutopo, 2002:35). Menurut Anselm Strauss dan Jubet Corbin (1997:11), penelitian

kualitatif adalah jenis penelitian yang menghasilkan penemuan- penemuan dengan

Page 49: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

46

cara wawancara dan observasi tanpa prosedur statistik. Berdasarkan beberapa

pendapat diatas, maka metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif deskriptif. Jenis penelitian ini akan mampu mendeskripsikan

secara rinci dan mendalam mengenai kejadian atau potret kondisi tentang apa

yang sebenarnya terjadi, apa adanya di lapangan studinya, dan dalam

menggambarkan suatu fenomena. Dalam penelitian ini, peneliti memberikan

makna terhadap fenomena yang diamati.

2. Strategi Penelitian

Strategi penelitian diharapkan dapat membantu menjawab pertanyaan

atau permasalahan yang sedang diselidiki. Berdasarkan H.B.Sutopo (2002:112),

strategi penelitian itu digunakan untuk mengumpulkan dan menganalisis data

sehingga dapat menjelaskan bagaimana tujuan penelitian akan dicapai dan

bagaimana masalah akan dikaji dan dipecahkan untuk dipahami.

Strategi yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus

terpancang tunggal. Menurut H.B.Sutopo (2002:112), penelitian studi kasus

tunggal terarah pada satu karakteristik karena hanya dilakukan pada satu sasaran

(satu lokasi atau satu subjek). Permasalahan atau fokus penelitian sudah

ditentukan sebelum peneliti menggali permasalahan di lapangan. Dalam penelitian

ini, permasalahan terfokus pada eksistensi Tradisi Ziarah Makam Banyubiru

Dalam perspektif Era Modernisasi dan aspek tunggal dalam penelitian ini adalah

masyarakat Desa Jatingarang Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo.

C. Sumber Data

Lofland dan Lofland yang dikutip Lexy J. Moloeng (2002:112), sumber

data utama dalam penelitian kualitatif adalah kata-kata dan tindakan selebihnya

berupa data tambahan seperti dokumen. H.B.Sutopo (2002:50-54), sumber data

dalam penelitian kualitatif secara menyeluruh berupa narasumber atau informan,

peristiwa atau aktivitas, tempat, benda, beragam gambar dan rekaman, dokumen,

dan arsip. Dari berbagai sumber data tersebut beragam informasi dapat digali

untuk menjawab dan memahami masalah yang telah dirumuskan. Adapun sumber

Page 50: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

47

data yang digunakan dalam penelitian ini adalah informan atau narasumber,

tempat dan kejadian serta arsip dan dokumen.

1. Informan

Lexy J. Moleong (2002:90), menyatakan bahwa “Informan adalah orang

yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi latar

penelitian”. Seorang informan dapat memberikan pandangan tentang objek

penelitian. Menurut H.B.Sutopo (2002:50), informan adalah individu yang

mempunyai beragam posisi dan memiliki akses informasi yang sesuai dengan

kebutuhan peneliti. Posisi yang beragam tersebut menyebabkan perbedaan

kelengkapan informasi yang dimiliki dan diperoleh. Dengan sumber informan ini,

peneliti akan memperoleh informasi yang berupa pernyataan, kata-kata, pendapat

atau pandangan mengenai objek penelitian. Informan dalam penelitian ini terdiri

dari aparat desa, tokoh masyarakat, tokoh pemuda, tokoh agama, dan peziarah

Desa Jatingarang Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo yang merefleksi Tradisi

Ziarah Makam Banyubiru Dalam Era Modernisasi.

2. Tempat dan Peristiwa

Tempat dan peristiwa dapat dimanfaatkan oleh peneliti sebagai salah

satu sumber data. Peristiwa atau aktivitas dapat digali secara cermat dari kondisi

suatu lokasi untuk mengkaji dan memperoleh informasi yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian baik berupa peristiwa atau perilaku yang terjadi dan

berkaitan dengan sikap dan pandangan seseorang. Tempat dan peristiwa ini terdiri

dari lingkungan tempat tinggal penduduk dan peristiwa-peristiwa atau kejadian-

kejadian yang menunjukkan adanya suatu kondisi ataui situasi objek penelitian.

Dalam penelitian ini, peneliti mengambil tempat atau lokasi penelitian di Desa

Jatingarang Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo dan peristiwa yang diteliti

adalah Tradisi Ziarah Makam Banyubiru Dalam Era Modernisasi.

3. Dokumen dan Arsip

Sumber dokumen dan arsip juga dapat membantu peneliti dalam

memperoleh informasi. Menurut H.B.Sutopo (2002:54), dokumen dan arsip

Page 51: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

48

merupakan bahan tertulis yang berhubungan dengan satu peristiwa atau aktivitas

tertentu dan dapat berupa gambar atau benda peninggalan yang berhubungan

dengan suatu aktifitas atau peristiwa. Menurut Lexy J. Moloeng (2002:113),

sumber tertulisdapat dibagi menjadi sumber buku atau majalah ilmiah, sumber

dari arsip, dokumen pribadi dan dokumen resmi. Dengan sumber-sumber tersebut,

peneliti dapat memperoleh berbagai informasi. Melalui sumber dokumen dan

arsip, peneliti mencatat, menggali dan menangkap makna yang tersirat dari

dokumen tersebut. Dokumen yang digunakan dalam penelitian ini berupa buku

atau literature dan majalah ilmiah atau jurnal sedangkan arsip yang digunakan

berupa monografi desa tempat penelitian. Foto kegiatan yang berhubungan

dengan penelitian dan sumber internet juga digunakan sebagai sumber data untuk

melengkapi data yang sudah ada.

D. Teknik Sampling (Cuplikan)

Menurut H.B.Sutopo (2002:55), teknik cuplikan merupakan suatu

bentuk khusus atau proses bagi pemusatan atau pemilihan dalam penelitian yang

mengarah pada seleksi. Teknik cuplikan yang digunakan dalam penelitian ini

adalah teknik purposive sampling dan snowball sampling. Dalam purposive

sampling , peneliti memilih informan yang dianggap mengetahui imformasi dan

masalahnya secara mendalam dan dapat dipercaya untuk menjadi sumber data

yang mantap. Menurut Patton yang dikutip H.B.Sutopo (2002:56), didalam

pelaksanaan pengumpulan data, pilihan informan dapat berkembang sesuai

dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam memperoleh data. Dengan kata

lain, metode pengambilan sample yang digunakan adalah teknik informasi kunci

(key informan) yaitu peneliti mengambil orang-orang kunci untuk dijadikan

sebagai sumber data.

Teknik purposive sampling dalam penelitian ini adalah peneliti tidak

menjadikan semua orang sebagai informan, tetapi peneliti memilih informan yang

dipandang tahu dan cukup memahami tentang tradisi ziarah makam banyubiru

dalam era modernisasi serta orang-orang yang yang dapat diajak bekerjasama

Page 52: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

49

seperti orang bersikap terbuka dalam menjawab semua pertanyaan yang diajukan

peneliti.

Snowball sampling dilakukan dengan cara peneliti secara langsung

datang memasuki lokasi dan bertanya mengenai informasi yang diperlukan kepada

siapapun yang dijumpai pertama. Dari petunjuk informasi pertama tersebut

peneliti bisa menemukan informan kedua yang mungkin lebih banyak tahu

mengenai informasinya. Selanjutnya dari informasi kedua ini, peneliti

menanyakan bilamana informan mengetahui orang lain yang lebih memahami

informasinya, sehingga peneliti bisa menemui informan berikutnya dan bertanya

lebih jauh dan mendalam. Demikian seterusnya, peneliti berjalan tanpa rencana,

semakin lama semakin mendekati informan yang paling mengetahui informasinya

sehingga akan mampu menggali data secara lengkap dan mendalam. (H.B.Sutopo,

2002:57). Dengan demikian dalam penelitian ini, peneliti memilih orang-orang

yang mengetahui dan memahami permasalahan sehingga dapat dijadikan

informan kunci seperti aparat desa dan tokoh masyarakat, juru kunci dan peziarah.

Peneliti juga menjadikan penduduk sebagai informan dan dari penduduk peneliti

mengetahui pihak-pihak yang lebih mengetahui permasalahan tradisi ziarah

makam banyubiru.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan strategi yang digunakan untuk

mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Dilihat dari segi

cara, terdapat lima macam teknik pengumpulan data yaitu observasi, wawancara,

kuesioner, dokumen dan gabungan keempatnya. (Sugiyono, 2006:253). Dalam

penelitian ini, pengumpulan data dilakukan melalui observasi, wawancara dan

mencatat dokumen.

1. Observasi

Observasi dilakukan untuk menggali data atau informasi dari sumber

data yang berupa tempat atau lokasi, peristiwa, benda dan rekaman gambar baik

langsung maupun tidak langsung. Menurut Spradley yang dikutip H.B.Sutopo

(2002), observasi dapat dibagi menjadi observasi tak berperan dan observasi

Page 53: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

50

berparan yang terdiri dari berperan pasif, berperan aktif dan berperan penuh.(h.

65).

a. Observasi tak berperan

Kehadiran peneliti dalam observasi ini tidak diketahui oleh subjek yang

diteliti. Observasi ini dapat dilakukan dengan jarak jauh untuk mengamati

perilaku seseorang atau sekelompok orang di suatu lokasi tertentu dengan

memilih tempat khusus yang berada dilokasi tetapi di luar perhatian kelompok

yang diamati.

b. Observasi berperan

Observasi ini dilakukan dengan cara peneliti mendatangi suatu lokasi

atau peristiwa sehingga kehadirannya diketahui oleh pihak yang diamati.

Dalam observasi ini peneliti berada di kompleks makam Banyubiru mengamati

keadaan makam beserta para pengunjung dalam hal ini para peziarah dan

kegiatan-kegiatan apa saja yang dilakukan oleh mereka.

1) Observasi berperan pasif

Menurut Spradley yang dikutip H.B.Sutopo (2002:185), observasi

berperan pasif pada penelitian kualitatif disebut juga sebagai observasi

langsung. Observasi dapat dilakukan secara langsung dengan mengadakan

pencatatan secara sistematis tentang keadaan yang sebenarnya dari objek

yang diteliti.

2) Observasi berperan aktif

Peneliti memainkan berbagai peran yang memungkinkan berada

dalam situasi yang berkaitan dengan penelitiannya. Peneliti tidak hanya

berperan dalam dialog yang mengarah pada pendalaman dan kelengkapan

data tetapi juga dapat mengarahkan peristiwa yang sedang dipelajari demi

kemantapan data.

3) Observasi berperan penuh

Peneliti memiliki peran dalam lokasi studinya sehingga benar-

benar terlibat dalam suatu kegiatan yang ditelitinya dan peran peneliti

tidak bersifat sementara sehingga peneliti tidak hanya mengamati tetapi

bisa berbuat sesuatu , berbicara dan sebagainya.

Page 54: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

51

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik observasi langsung.

Peneliti datang ke lokasi penelitian yaitu di Desa Jatingarang Kecamatan Weru

Kabupaten Sukoharjo untuk melihat dan mengamati situasi dan kondisi yang ada

untuk mendapatkan kebenaran dan melihat kenyataan yang terjadi. Peneliti

mengamati kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan tradisi ziarah makam

Banyubiru.

2. Wawancara

Wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan

oleh dua pihak yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan yang

diwawancarai yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. (Lexy J. Moloeng,

2002:135). Menurut H.B. Sutopo (2002:58-59), secara umum teknik wawancara

dibedakan menjadi teknik wawancara terstruktur dan wawancara yang tidak

terstruktur yang disebut wawancara mendalam. Wawancara terstruktur merupakan

jenis wawancara yang terfokus dan pertanyaannya telah disiapkan oleh peneliti

secara pasti. Menurut Patton yang dikutip H.B.Sutopo(2002:184), wawancara

mendalam adalah wawancara yang bersifat lentur dan terbuka, tidak berstruktur

ketat, tidak dalam suasana formal dan dapat dilakukan berulang kali.

Wawancara dalam penelitian kualitatif pada umumnya dilakukan dengan

mengajukan pertanyaan yang open-ended dan mengarah kedalaman informasi,

dilakukan dengan cara yang tidak secara formal, terstruktur, untuk menggali

pandangan subjek yang diteliti tentang banyak hal yang sangat bermanfaat untuk

menjadi dasar bagi penggalian informasinya secara lebih jauh dan

mendalam.(H.B.Sutopo, 2002:59).

Teknik wawancara mempunyai beberapa keunggulan dan kekurangan

yang perlu diperhatikan. Menurut Gorden yang dikutip James A.Black dan Dean

J.Champion (1992:319) dan diterjemahkan oleh Koeswara dkk, wawancara

mempunyai lima kelebihan utama, yaitu:

a. Peneliti dapat menggunakan wawancara untuk lebih cepat memperoleh

informasi yang dibutuhkan.

b. Peneliti lebih yakin bahwa responden menafsirkan pertanyaan dengan benar

c. Pertanyaan dapat diajukan dengan proses yang lebih luwes.

Page 55: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

52

d. Banyak pengendalian dalam konteks pertanyaan yang diajukan dan jawaban

yang diberikan.

e. Informasi yang diperoleh dapat lebih siap diperiksa kesahihannya.

Menurut Kartini Kartono (1976:239-240), wawancara mempunyai

beberapa kelemahan yaitu:

a. Proses wawancara sangat mudah dipengaruhi oleh situasi dan kondisi sekitar

serta suksesnya suatu wawancara sangat tergantung pada suasana hati

interviewee, pada kesediaan dan kemampuannya sehingga informasi yang

diberikan mungkin kurang tepat.

b. Kurang efisien dalam hal waktu, tenaga dan biaya.

c. Penguasaan bahasa harus baik khususnya penguasaan bahasa yang digunakan

oleh subjek wawancara.

d. Ada kemungkinan interviewee sengaja memutar balikkan fakta, bersikap tidak

jujur dan memberi informasi yang salah.

e. Interviewee sering juga memberikan respon yang salah sebagai hasil dari daya

persepsi dan ingatan yang tidak akurat sehingga data informasinya kurang

reliable.

f. Interviewee akan memberikan jawaban yang hidup mengenai situasi yang

sering berulang atau yang baru terjadi sedang situasi yang jarang terjadi dan

sudah lama terjadinya sering terlewatkan atau terlupakan sehingga

informasinya sangat sempit. Pengalaman yang menimbulkan trauma juga

sengaja dihindari sehingga respon yang diberikan tidak lengkap.

Dengan memperhatikan beberapa kelebihan dan kekurangan teknik

wawancara, maka wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah

wawancara mendalam karena dalam wawancara ini pertanyaan yang diajukan

dapat semakin rinci dan mendalam serta dapat mengorek kejujuran informan

untuk mendapatkan informasi yang sebenarnya. Yang menjadi narasumber dalam

penelitian ini adalah tokoh-tokoh masyarakat baik formal maupun informal, dan

penduduk yang mengerti tentang masalah yang diteliti. Contohnya wawancara

kepada juru kunci makam Banyubiru dan penduduk yang mengetahui segala

sesuatu tentang makam Banyubiru. Wawancara ini meliputi wawancara mengenai

Page 56: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

53

sejarah keberadaan makam Banyubiru, kegiatan- kegiatan yang berhubungan

dengan tradisi ziarah makam Banyubiru dan hal-hal lain yang mendukung

penelitian ini, contohnya tujuan peziarah datang ke makam Banyubiru; keyakinan

peziarah terhadap makam Banyubiru dan seterusnya.

3. Analisis Dokumen

Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu, dapat

berbentuk tulisan, gambar atau karya-karya monumental dari seseorang.

(Sugiyono, 2006:270). Dokumen dapat dimanfaatkan untuk menguji,

menafsirkan, bahkan untuk meramalkan. Menurut Yin yang dikutip H.B Sutopo

(2002:69-70), mencatat dokumen disebut sebagai content analysis dan

dimaksudkan bahwa peneliti bukan sekedar mencatat isi penting yang tersurat

dalam dokumen atau arsip tetapi juga tentang maknanya yang tersirat. Data-data

yang dicatat adalah data-data yang mendukung informasi yang didapatkan. Teknik

yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis dokumen dengan cara

mencatat dan menyimpulkan makna atau isi setiap dokumen dan arsip. Teknik ini

dilakukan untuk mengumpulkan data yang bersumber dari dokumen dan arsip-

arsip yang relevan seperti foto-foto mengenai tradisi ziarah makam banyubiru dan

monografi desa.

F. Validitas Data

Data yang telah dikumpulkan dan dicatat dalam kegiatan penelitian ini

harus diusahakan kemantapan dan kebenarannya untuk menjamin dan

mengembangkan kesahihan data. Dalam penelitian kualitatif terdapat beberapa

cara untuk pengembangan validitas data penelitian antara lain teknik trianggulasi

dan review informan.

1. Trianggulasi

Menurut Lexy J.Moleong (2002:178), trianggulasi merupakan teknik

pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu

untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Menurut

Patton yang dikutip H.B Sutopo (2002:78), menyatakan bahwa ada 4 macam

teknik trianggulasi yaitu (1) trianggulasi data (data triangulation), (2) trianggulasi

Page 57: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

54

peneliti (investigator triangulation), (3) trianggulasi metodologi (methodological

triangulation) dan (4) trianggulasi teoretis (theoretical triangulation).

Trianggulasi data juga disebut trianggulasi sumber. Trianggulasi data ini

digunakan untuk memperoleh data yang sejenis dari sumber data yang berbeda-

beda. Trianggulasi metode dilakukan dengan menggunakan metode atau teknik

pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data yang sama atau sejenis

yaitu data tentang eksistensi tradisi ziarah makam banyubiru dalam perspektif era

modernisasi.

Trianggulasi peneliti merupakan hasil penelitian data atau simpulan

mengenai bagian tertentu atau keseluruhannya dapat diuji validitasnya dari

beberapa peneliti. Trianggulasi teori yaitu dalam membahas permasalahan yang

dikaji peneliti menguraikan perspektif dari beberapa teori.

Validitas data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi trianggulasi

data, trianggulasi metode dan trianggulasi teori. Dengan trianggulasi data peneliti

memperoleh data tentang eksistensi tradisi ziarah makam banyubiru dalam

perspektif era modernisasi dari nara sumber yang berbeda-beda posisinya. Teknik

wawancara yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik wawancara

mendalam sehingga informasi dari nara sumber yang satu dapat dibandingkan

dengan informasi dari nara sumber yang lain. Trianggulasi ini juga diterapkan

dengan cara menggali informasi dari hasil pengamatan dan dari sumber yang

berupa catatan atau arsip dan dokumen yang memuat catatan yang berkaitan

dengan data yang dimaksudkan peneliti.

Trianggulasi metode dilakukan dengan menggunakan metode atau teknik

pengumpulan data yang berbeda untuk mendapatkan data yang sama atau sejenis

yaitu dengan teknik pengamatan langsung (observasi), teknik wawancara

mendalam (in-dept interview) dan teknik analisis dokumen.

Trianggulasi teori (theoretical triangulation) juga digunakan dalam

penelitian ini. Trianggulasi teori dilakukan dengan menggunakan dan

menguraikan perspektif dari beberapa teori yaitu teori kebudayaan, tradisi ziarah

makam dan modernisasi dalam membahas permasalahan yang dikaji oleh peneliti.

Page 58: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

55

2. Review Informan

Review informan juga merupakan usaha pengembangan validitas

penelitian. Data yang telah diperoleh dan ditulis dikomunikasikan dengan

informan khususnya yang dipandang sebagai informan pokok (key informan). Hal

ini perlu dilakukan untuk mengetahui apakah laporan yang ditulis tersebut

merupakan pernyataan atau deskripsi sajian yang bisa disetujui mereka. Dengan

demikian juga dapat diketahui jika ada data yang salah atau tidak lengkap

sehingga peneliti dapat memperbaiki dan melengkapi data-data tersebut.

G. Analisis Data

Menurut pendapat Miles dan Huberman yang dikutip H.B Sutopo

(2002:94), terdapat dua model pokok dalam melaksanakan analisis di dalam

penelitian kualitatif yaitu model analisis jalinan atau mengalir (follow model of

analysis) dan model analisis interaktif, Selanjutnya menurut Miles dan Hubermen

yang dikutip Sugiyono (2006:276), mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis

data kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus

sampai tuntas sehingga datanya dianggap sudah cukup.

Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model

analisis interaktif yang terdiri dari pengumpulan data, reduksi data, sajian data dan

pengambilan kesimpulan atau verifikasi data. Ketiga komponen analisis ini

dilakukan secara interaktif, baik antar komponennya maupun proses pengumpulan

data sehingga proses analisis ini merupakan rangkaian interaktif yang bersifat

siklus. Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

1) Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data dari berbagai

sumber antara lain dari informan, dokumen tertulis, peristiwa dan buku-buku

yang relevan. Teknik yang digunakan dalam pengumpulan data ini adalah

teknik observasi langsung, wawancara mendalam dan analisis dokumen.

2) Reduksi Data

Tahap ini merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan

dan abstraksi data kasar yang terdapat pada field note. Dengan reduksi data,

Page 59: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

56

data kualitatif dapat disederhanakan dan ditransformasikan dalam berbagai

cara seperti melalui ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan ke dalam

suatu uraian yang lebih luas dan sebagainya. Reduksi data ini dilakukan

sepanjang pelaksanaan penelitian baik sebelum atau sesudah pengumpulan

data dan berlangsung sejak peneliti mengambil keputusan tentang kerangka

kerja konseptual, pemlihan kasus, menyusun pertanyaan penelitian sampai

pada proses verifikasi data.

Peneliti juga menentukan beberapa informan untuk mengidentifikasi

hal-hal yang berkaitan dengan tradisi ziarah makam banyu biru yaitu tujuan

tradisi ziarah makam banyu biru dalam era modernisasi, makna tradisi ziarah

makam banyu biru dalam era modernisasi, pelaksanaan tradisi ziarah makam

banyu biru dalam era modernisasi, alat/perangkat upacara tradisi ziarah

makam banyu biru dalam era modernisasi dan larangan dalam pelaksanaan

tradisi ziarah makam banyu biru dalam era modernisasi serta persepsi

masyarakat terhadap tradisi ziarah makam banyu biru dalam era modernisasi.

3) Sajian data

Hal ini dilakukan dengan cara merangkai data atau informasi yang

telah direduksi dalam bentuk narasi kalimat, gambar/skema atau table yang

memungkinkan kesimpulan penelitian dapat dilakukan dan disusun secara

logis dan sistematis sehingga dapat dipahami mengenai beberapa hal yang

terjadi dalam penelitian yang memungkinkan peneliti melakukan suatu

analisis atau tindakan lain berdasarkan pemahaman tersebut.

Peneliti melakukan pencatatan dan membuat pertanyaan untuk

membuat kesimpulan pada awal pengumpulan data hingga penyajian data.

Penyajian data ini dilakukan untuk mengidentifikasi tradisi ziarah makam

banyu biru baik mengenai tujuan pelaksanaan tradisi ziarah makam banyu biru

dalam era modernisasi, makna tradisi ziarah makam banyu biru dalam era

modernisasi, alat/perangkat yang digunakan dalam tradisi ziarah makam

banyu biru dalam era modernisasi, dan larangan dalam pelaksanaan tradisi

ziarah makam banyu biru dalam era modernisasi serta persepsi masyarakat

terhadap tradisi ziarah makam banyu biru dalam era modernisasi. Penyajian

Page 60: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

57

data ini diperoleh melalui observasi langsung, wawancara mendalam dan

mencatat dokumen.

4) Verifikasi Data

Kesimpulan akhir ini dilakukan sampai proses pengumpulan data

berakhir. Kesimpulan ini harus diverifkasikan sehingga data cukup mantap

dan dapat dipertanggungjawabkan. Apabila simpulan dirasa kurang mantap

maka akan dilakukan kembali kegiatan pengumpulan data yang sudah terfokus

untuk mencari pendukung simpulan yang ada dan juga bagi pendalaman data.

Untuk lebih jelasnya, proses analisis interaktif dapat digambarkan dengan

skema sebagai berikut:

Pengumpulan Data

Reduksi data Sajian Data

Verifikasi Data

Diagram 2. Skema Model analisis interaktif.

Sumber : Sutopo (2002:96)

Keterangan:

Reduksi dan sajian data disusun pada waktu peneliti sudah

mendapatkan unit data dari sejumlah unit yang diperlukan. Pada waktu

pengumpulan data tentang eksistensi tradisi ziarah makam banyu biru dalam

perspektif era modernisasi sudah berakhir, peneliti mulai melakukan usaha

untuk menarik kesimpulan dan verifikasi data tersebut berdasarkan semua hal

yang terdapat dalam reduksi data maupun sajian data. Apabila simpulan dirasa

masih kurang mantap karena rumusan dalam reduksi maupun sajian datanya

masih kurang, peneliti wajib kembali melakukan kegiatan pengumpulan data

yang terfokus pada eksistensi tradisi ziarah makam banyu biru dalam

Page 61: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

58

perspektif era modernisasi untuk mencari pendukung simpulan yang ada dan

juga untuk pendalaman data.

H. Prosedur Penelitian

Kegiatan penelitian ini seluruhnya direncanakan sebagai berikut:

1. Persiapan

a. Mengajukan judul penelitian kepada pembimbing.

b. Mengumpulkan bahan atau sumber materi penelitian .

c. Menyusun proposal penelitian.

d. Menyiapkan instrument penelitian atau alat obvservasi.

2. Pengumpulan Data (Observasi)

a. Pengumpulan data dilakukan dengan teknik observasi langsung,

wawancara mendalam dan analisis doumen.

b. Membuat field note.

c. Memilih dan mengatur data sesuai kebutuhan.

3. Analisis Data

a. Menentukan teknik analisis data yang tepat sesuai dengan proposal

penelitian.

b. Mengembangkan sajian data dengan analisis lanjut kemudian di

recheckkan dengan temuan di lapangan.

c. Melakukan verifikasi, pengayaan dan pendalaman data.

d. Membuat simpulan akhir, sebagai temuan penelitian.

4. Penyusunan Laporan penelitian

a. Penyusunan laporan awal.

b. Review laporan yaitu mendiskusikan laporan yang telah disusun

dengan orang yang memahami penelitian tersebut.

c. Melakukan perbaikan laporan dan disusun sebagai laporan akhir.

d. Perbanyakan laporan sesuai dengan kebutuhan.

Page 62: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

59

Berikut ini bagan laporan penelitian yang dilakukan .

1. Persiapan Perumusan Masalah Kerangka Berpikir

2.PengumpulanData Pemilihan Kasus Proposal Penelitian

Rancangan Pengumpulan Data

3&4. Analisis Data Studi Kasus

Dan Penyusunan Laporan

Analisis Kasus

Verifikasi

Pengayaan Simpulan Akhir

Penyusunan Laporan Penelitian

Diagram 3. Bagan Prosedur Penelitian

Sumber: Modifikasi Sutopo (2002: 190)

Keterangan:

Kegiatan peneliti ini dilakukan melalui prosedur persiapan, pengumpulan data,

analisis data dan penyusunan laporan. Persiapan meliputi kegiatan merumuskan

masalah untuk menetapkan kerangka pemikiran dalam suatu rancangan

pengumpulan data atau proposal penelitian. Proposal penelitian dibuat sesuai

dengan kasus yang dipilih sehingga dalam pengumpulan datanya akan sesuai pula

Page 63: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

60

dengan kasus yang diteliti. Data-data yang telah diperoleh dianalis dan apabila

data masih kurang dapat dilakukan studi kasus kembali untuk memperoleh data

yang lebih mantap. Apabila pengumpulan data sudah berakhir kemudian

dilakukan verifikasi dan pengayaan untuk mendapatkan simpulan akhir. Tahap

terakhir adalah penyusunan laporan penelitian.

Page 64: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

61

BAB IV

HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

Desa Jatingarang merupakan salah satu desa yang berada dalam wilayah

Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo. Secara orbitasi, Desa Jatingarang

berjarak 4 km dari pusat pemerintahan kecamatan, berjarak 20 km dari ibukota

kabupaten Sukoharjo. Bila kita melihat dari segi alam, maka kondisi wilayah desa

Jatingarang merupakan daerah pertanian yang sebagian besar merupakan sawah

tadah hujan. Gambaran secara luas mengenai Desa Jatingarang, yaitu tentang

keadaan geografi dan demografi dapat dirinci sebagai berikut:

1. Geografis Desa Jatingarang

a. Letak dan Batas Wilayah

Wilayah Desa Jatingarang yang terletak di sebelah selatan dari pusat

pemerintahan Kecamatan Weru yang berjarak 3 km berada pada ketinggian 100 M

dari permukaan laut. Ketinggian tersebut menyebabkan daerah di Desa

Jatingarang merupakan daerah dataran tinggi. Suhu udara rata-rata di wilayah

Desa Jatingarang mencapai 320 C. Batas-batas wilayah Desa Jatingarang adalah

sebagai berikut:

1) Sebelah utara : Desa Karanganyar

2) Sebelah selatan : Yogyakarta

3) Sebelah barat : Desa Karangwuni

4) Sebelah timur : Kabupaten Wonogiri

b. Keadaan wilayah

Luas Desa Jatingarang adalah 322.143 Ha yang terdiri dari 9 dusun, 18

RW dan 36 RT. Nama-nama dusun tersebut adalah :

1. Dusun Watukelir

2. Dusun Sarehan

Page 65: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

62

3. Dusun Kauman

4. Dusun Margoino

5. Dusun Margojati

6. Dusun Margomulyo

7. Dusun Jatingarang

8. Dusun Gaden

9. Dusun Krendetan

Wilayah Desa Jatingarang terdiri dari tanah sawah pertanian, tanah

kering, hutan negara, dan lain-lain. Luas tanah sawah tadah hujan adalah 120

Ha, tanah kering pekarangan atau bangunan adalah 137,2495 Ha, tanah kering

tegalan atau kebunan adalah 37,3455 Ha, dan luas tanah lain-lain(sungai, jalan,

kuburan dan lain-lain) adalah 27,5490 Ha. Kesimpulannya bahwa lahan di Desa

Jatingarang 63,157% merupakan tanah sawah. Sebagian terdiri dari pekarangan

67,89%, tegalan 18,47% dan tanah lain-lain seperti sungai, jalan, kuburan

13,628%. Wilayah Desa Jatingarang secara keseluruhan merupakan daeah

tandus dengan luas lahan pertanian 322.143 Ha, suhu rata-rata 320 C dan terletak

pada ketinggian 100 M dari permukaan air laut.

2. Demografi Desa Jatingarang

Berdasarkan data monografi pada bulan Mei 2011, jumlah penduduk

desa Jatingarang adalah 6163 jiwa. Jumlah penduduk ini terdiri 3099 laki-laki

dan 3064 perempuan. Jumlah penduduk yang termasuk dalam usia produktif

atau usia kerja yaitu usia 20 tahun sampai dengan usia 49 tahun adalah 2491

jiwa. Jumlah penduduk yang termasuk dalam usia non produktif yaitu usia 50

tahun sampai usia 60 tahun ke atas dan penduduk yang berusia 19 tahun ke

bawah adalah 3673 jiwa. Jika di prosentase dapat diketahui bahwa usia produktif

mencapai 40,41% dan usia non produktif mencapai 59,59%. Dengan rendahnya

usia produktif di Desa Jatingarang dapat disimpulkan bahwa tingkat

produktivitas penduduk rendah. Penduduk yang termasuk dalam usia produktif

tersebut bergerak dalam berbagai bidang.

Page 66: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

63

Menurut mata pencahariannya, jumlah penduduk desa Jatingarang yang

bermata pencaharian PNS adalah 177 jiwa, TNI/POLRI adalah 27 jiwa, petani

sendiri berjumlah 778 jiwa, buruh tani berjumlah 1209 jiwa, pengusaha

berjumlah 343 jiwa, buruh industri berjumlah 752 jiwa, buruh bangunan

berjumlah 645 jiwa, pedagang berjumlah 120 jiwa, pengangkutan berjumlah 76

jiwa, pensiunan berjumlah 65 jiwa, dan lain-lain berjumlah 312 jiwa.

Kesimpulannya bahwa masyarakat Desa Jatingarang mayoritas bergerak di

bidang pertanian, baik sebagai petani maupun buruh tani. Hal ini dapat dilihat

dari presentase masyarakat Desa Jatingarang yang bekerja di sektor pertanian

sebanyak 17,66% dan 27,45% bekerja sebagai buruh tani.

Susunan penduduk menurut tingkat pendidikan dapat digunakan untuk

mengukur tingkat kemajuan penduduk. Suatu daerah yang tingkat pendidikan

penduduknya rendah menunjukkan bahwa mayoritas penduduk daerah tersebut

mempunyai kesadaran yang rendah mengenai arti penting pendidikan. Namun,

jika suatu daerah mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi berarti kesadaran

masyarakat tentang arti pendidikan juga tinggi. Jumlah penduduk Desa

Jatingarang yang tamat perguruan tinggi adalah 258 jiwa, tamat SLTA

berjumlah 943 jiwa, tamat SLTP berjumlah 1646 jiwa, tamat SD berjumlah 273

jiwa, belum tamat SD berjumlah 659 jiwa, dan yang tidak sekolah berjumlah

345 jiwa. Kesimpulannya bahwa warga masyarakat yang melanjutkan ke

Perguruan tinggi lebih sedikit bila dibandingkan dengan tinggkat pendidikan di

bawahnya. Masyarakat yang tamat perguruan tinggi sebanyak 4,23%, tamat

SLTA sebanyak 15,49%, tamat SLTP sebanyak 27,04%, tamat SD sebanyak 32,

56%, tidak tamat SD sebanyak 4,48%, belum tamat SD sebanyak 10,82% dan

yang tidak sekolah sebanyak 5,66%. Mayoritas warga desa Jatingarang adalah

tamat SD sehingga masyarakat desa Jatingarang dapat dikategorikan mempunyai

pendidikan rendah.

Sarana pendidikan yang terdapat di Desa Jatingarang dapat dibedakan

menjadi dua jenis yaitu sarana pendidikan umum yang terdiri dari TK, SD,

SLTP, SLTA. Sarana pendidikan TK terdapat 2 gedung dengan jumlah guru 5

orang dan 60 murid, sarana pendidikan SD terdapat 4 gedung dengan jumlah

Page 67: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

64

guru 39 dan 362 murid, untuk sarana SLTP umum terdapat 1 gedung dengan

jumlah guru 22 orang dan 185 murid, SLTA umum terdapat 1 gedung dengan

jumlah guru 22 orang dan 95 murid, SLTA kejuruan terdapat 1 gedung dengan

jumlah guru 25 orang dan 28 murid.

Kemudian dilihat dari jumlah penduduk menurut agama, mayoritas

penduduk desa Jatingarang beragama Islam 6010 orang, dan yang beragama

Kristen sebanyak 95 orang. Kesimpulannya bahwa agama yang dianut oleh

masyarakat desa Jatingarang ada dua yaitu 98,44% beragama Islam dan 1,56%

beragama Kristen.

3. Ekonomi, Sosial dan Budaya Desa Jatingarang

Desa Jatingarang mempunyai berbagai sarana dan prasarana yang

berperan penting bagi pelaksanaan pemerintahan serta berbagai penunjang

dalam aktivitas masyarakat sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan

warga.

a. Sarana Perhubungan

Sarana perhubungan yang memadai dapat memperlancar aktivitas

masyarakat dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sarana perhubungan yang

terdapat di Desa Jatingarang berupa jalan dan jembatan. Jalan yang terdapat

di desa Jatingarang dibagi menjadi empat jenis yaitu jalan propinsi, jalan

kabupaten, jalan desa aspal dan jalan desa bukan aspal.

b. Sarana Perekonomian

Desa Jatingarang mempunyai prasarana perekonomian yang terdiri dari

pasar, koperasi, toko, dan lail-lain yang mendukung dan meningkatkan

kegiatan perekonomian masyarakat. Jumlah pasar umum yang terdapat di

Desa Jatingarang adalah 1 buah, toko atau kios berjumlah 15 buah, badan-

badan kredit berjumlah 3 buah. Keberadaan dari sarana perekonomian

tersebut memberi manfaat dapat memperlancar arus perdagangan.

c. Sarana Transportasi dan Komunikasi

Dengan adanya sarana perhubungan yang baik dan telah mempunyai

jalan yang memadai, maka banyak angkutan umum yang memasuki wilayah

Page 68: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

65

Desa Jatingarang. Sarana transportasi dan komunikasi yang terdapat di Desa

Jatingarang terdiri dari televisi, sepeda motor, mobil pribadi, bus atau truk.

Jumlah televisi mencapai 233 buah, sepeda motor berjumlah 425 buah, mobil

pribadi berjumlah 19 buah, bus atau truk berjumlah 10 buah.

d. Keadaan Sosial Budaya

1) Adat dan Tradisi

Mayoritas masyarakat Jatingarang adalah petani dan kadang masih

mempunyai pemikiran yang kurang logis sehingga dalam setiap kejadian

atau peristiwa dihubungkan dengan hal-hal ghaib. Masyarakat

berpandangan bahwa adat atau tradisi merupakan warisan leluhur yang

wajib dilaksanakan dan dilestarikan. Namun dalam perkembangannya,

terjadi beberapa perubahan dalam pelaksanaannya tanpa menghilangkan

makna dari adat tradisi yang dilaksanakan.

Adat tradisi yang berlaku dan hidup di tengah-tengah masyarakat

desa Jatingarang pada intinya tidak berbeda dengan adat tradisi yang

dilaksanakan di daerah lain. Adat tradisi yang masih dilakukan adalah

berziarah ke makam banyubiru dengan tujuan tertentu.

2) Sarana Olahraga dan Kesenian/ Kebudayaan dan Sosial

Sarana pendukung yang berupa fasilitas-fasilitas yang dapat

digunakan untuk mengembangkan bakat dan melestarikan kesenian sangat

diperlukan sehingga bakat dan minat yang dimiliki warga masyarakat

jatingarang dapat dikembangkan.

3) Sarana Kesehatan

Sarana kesehatan sangat diperlukan karena dapat membantu

masyarakat yang sedang mengalami gangguan kesehatan. Dengan adanya

sarana kesehatan maka kesejahteraan masyarakat dalam hal kesehatan

dapat terjamin. Sarana kesehatan yang ada di desa Jatingarang terdiri dari

Rumah Sakit bersalin berjumlah 3 buah, BKIA/ Pos Kesehatan sebanyak 2

buah, puskesmas berjumlah 1 buah, Dokter 2 orang, Bidan berjumlah 2

orang, Jamban berjumlah 975 buah.

Page 69: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

66

4) Sarana Tempat Ibadah

Mayoritas pemeluk agama di Desa jatingarang adalah agama

Islam, sehingga tempat ibadah yang paling banyak dan tersebar adalah

tempat ibadah untuk pemeluk agama Islam. Selain sarana ibadah umat

Islam juga terdapat sarana ibadah untuk umat Kristen. Sarana ibadah

untuk umat islam terdiri dari masjid dan mushola. Jumlah masjid di

desa Jatingarang ada 10 buah dan mushola berjumlah 21 buah

sedangkan gereja berjumlah 1 buah.

Kesimpulannya secara ekonomi di Desa Jatingarang telah

terdapat berbagai sarana penunjang yang mendukung kegiatan

ekonomi yaitu sarana perhubungan seperti jalan dan jembatan yang

dapat memperlancar aktivitas masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

hidupnya. Sarana perekonomian, seperti pasar, koperasi, bank dan

lembaga keuangan lain seperti BMT dapat mendukung dan

meningkatkan kegiatan perekonomian masyarakat. Sarana transportasi

dan komunikasi juga terdapat di Desa jatingarang. Sarana transportasi

dan komunikasi tersebut dapat mempermudah masyarakat dalam

melakukan suatu hubungan dan memperoleh informasi. Keadaan

sosial budaya di Desa Jatingarang juga baik. Masyarakat masih

melaksanakan tradisi yang diwariskan oleh orang-orang jaman dahulu

atau nenek moyang khususnya tradisi ziarah makam Banyubiru.

Sarana kesehatan masyarakat juga dapat terjamin karena telah tersedia

berbagai fasilitas kesehatan seperti puskesmas, dokter prkatek, bidan

praktek, posyandu dan akseptor. Sarana ibadah untuk umat Islam dan

Kristen juga telah ada, karena telah dibangun beberapa masjid,

mushola dan gereja di wilayah Desa Jatingarang. Mayoritas penduduk

Desa jatingarang beragama Islam sehingga sarana yang paling banyak

dijumpai di Desa Jatingarang adalah masjid dan Mushola. Masjid

yang paling besar terletak di dusun Kauman yang bernama masjid

Baitur Rohman. Masjid ini beberapa kali direnovasi yaitu diperluas

dan diperindah sehingga terlihat paling besar dan paling bagus.

Page 70: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

67

Sumber dana paling banyak dari seorang pengusaha sukses di dusun

Watukelir, Desa Jatingarang.

B. Deskripsi Hasil dan Analisis Data

Pembahasan atas hasil penelitian ini adalah analisis yang didasarkan pada

tujuan penelitian awal. Tujuan dari penelitian ini adalah (1) Mendeskripsikan

makna yang terkandung dalam pelaksanaan Tradisi Ziarah Makam Banyubiru

dalam Era Modernisasi di Desa Jatingarang, Kecamatan Weru, Kabupaten

Sukoharjo, (2) Mendeskripsikan proses pelaksanaan Tradisi Ziarah Makam

Banyubiru dalam Era Modernisasi di Desa Jatingarang, Kecamatan Weru,

Kabupaten Sukoharjo , (3) Mendeskripsikan perubahan dalam pelaksanaan

Tradisi Ziarah Makam Banyubiru dalam Era Modernisasi di Desa Jatingarang,

Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo, (4) Mendeskripsikan persepsi

masyarakat tentang Tradisi Ziarah Makam Banyubiru dalam Era Modernisasi di

Desa Jatingarang, Kecamatan Weru, Kabupaten Sukoharjo.

Selanjutnya mengenai deskripsi permasalahan penelitian dapat dianalisa

sebagai berikut :

1. Latar Belakang Nama Ki Ageng Banyubiru

Nama Ki Ageng Banyubiru sebenarnya diambil dari nama suatu daerah

di Desa Jatingarang yaitu Banyubiru. Ki Ageng Banyubiru sendiri adalah salah

satu putra dari kerajaan Majapahit. Beliau adalah putra dari raja Majapahit yang

bernama Raden Brawijaya ke-5. Nama asli dari Ki Ageng banyubiru adalah

Raden Jaka Loba Hariwangsa atau sering dipanggil dengan sebutan Ki Ageng

Purwata Sidik. Sejak runtuhnya kerajaan Majapahit, Pangeran Hariwangsa

ternyata tidak ingin terjun di kancah politik, beliau memilih untuk mendalami

ilmu agama Islam yang diajarkan oleh gurunya, Sunan Kalijaga. Bahkan sejak

Majapahit diserang Prabu Girindrawardana, pangeran Hariwangsa atau Raden

Jaka Loba itu sudah menyebarkan agama Islam di sekitar pening Ambarawa.

Page 71: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

68

Sunan Kalijaga memerintahkan Pangeran Hariwangsa untuk lebih

mendalami agama Islam dan menetap di Banyubiru untuk beberapa tahun.

Pangeran Hariwangsa mengikuti apa yang diperintahkan oleh gurunya, yaitu

Sunan kalijaga. Pangeran Hariwangsa akhirnya tinggal di Banyubiru dan beliau

mendirikan padepokan di Banyubiru. Semenjak itu Pangeran hariwangsa semakin

terkenal dengan sebutan Ki Ageng Banyubiru. Ki Ageng Banyubiru akhirnya

mengajarkan agama atau berdakwah sesuai dengan cara yang telah diberikan oleh

Sunan Kalijaga. Kegiatan penduduk yang sebenarnya berbau musyrik tidak

langsung ditentang secara frontal, tetapi sedikit demi sedikit mereka diberi

peringatan, dinasehati dan ditunjukkan jalan yang benar. Ki Ageng Banyubiru

menetap di Banyubiru sampai akhir hayatnya. Sampai sekarang ini masyarakat di

Banyubiru masih merawat makam Ki Ageng Banyubiru dan makam tersebut

dijadikan tempat untuk meminta-minta sesuatu. Kepercayaan tentang makam

Banyubiru yang masih tertanam kuat sampai saat ini, bukan hanya dari

masyarakat Banyubiru sendiri melainkan juga dari luar daerah.

2. Latar Belakang Ziarah Makam Banyubiru

Menurut keterangan dari masyarakat setempat, tradisi ziarah makam

Banyubiru sudah ada sejak jaman dahulu, yaitu sejak jaman nenek moyang.

Tradisi ini sudah dilaksanakan secara turun temurun sebagai suatu kebudayaan

yang berasal dari jaman kerajaan. Hal ini senada dengan yang diungkapkan oleh

WD selaku juru kunci, yaitu ziarah ini sudah umum dilaksanakan sejak dahulu

bahkan oleh raja-raja dan hanya merupakan naluri dari leluhur. (lampiran

halaman 96 dan 126 ). Selanjutnya pendapat yang sama juga diungkapkan oleh

PR yaitu tradisi ziarah makam ini sudah dilaksanakan sejak nenek moyang.

(Lampiran halaman 101 dan 130). Menurut PN, seorang guru di Watukelir juga

mengungkapkan bahwa kegiatan ziarah makam Banyubiru ini sudah lama ada dan

sampai sekarang masih dilakukan oleh masyarakat. (Lampiran halaman 104 dan

134). Pendapat yang sama juga disampaikan oleh JM, seorang tokoh agama di

Banyubiru, yaitu tradisi ziarah makam ini sudah dirintis oleh orang-orang sejak

jaman dahulu. (Lampiran halaman 116 dan 143 ).

Page 72: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

69

Selain itu, menurut keterangan masyarakat biasanya orang-orang yang

permohonannyaa terkabul akan mengadakan pementasan wayang di area makam

Banyubiru. Hal ini dilakukan sebagai ungkapan terima kasih sekaligus untuk

memberikan hiburan bagi warga sekitar makam Banyubiru. Pendapat yang sama

disampaikan oleh WD selaku juru kunci makam Banyubiru, yaitu ada yang hanya

sekedar datang sekilas dan berdoa lalu pulang, ada yang harus menggunakan

proses atau tata cara berziarah yang baik dengan menabur bunga, dan ada pula

yang sampai malam hari dengan penerangan lilin karena harapannya ingin segera

terwujud. Biasanya kalau harapan peziarah terwujud atau terkabul maka mereka

akan mengadakan pementasan wayang di area makam ini. Kegiatan ini dilakukan

sebagai ungkapan terima kasih mereka dan memberikan hiburan bagi masyarakat

sekitar makam ini. (Lampiran halaman 97 dan 127 ).

Kesimpulannya bahwa ziarah makam Banyubiru ini sudah dilaksanakan

sejak nenek moyang kita bahkan oleh raja-raja dan kegiatan ini sudah dilakukan

turun temurun sejak orang-orang dahulu dan masih dipelihara serta dilakukan oleh

orang-orang pada masa sekarang. Kegiatan ziarah makam Banyubiru ini pada

umumnya tidak berbeda dengan ziarah makam yang lain, hanya saja biasanya

peziarah datang pada malam Jumat Kliwon. Beberapa orang menggangap kalau

datang pada malam Jumat Kliwon maka permohonan cepat terkabul. Peziarah

yang permohonannya terkabul biasanya mengadakan pementasan wayang di area

makam Banyubiru sebagai ungkapan terima kasih dan untuk memberikan hiburan

kepada masyarakat sekitar makam.

3. Makna yang terkandung dalam pelaksanaan Tradisi Ziarah

Makam Banyubiru dalam Era Modernisasi

Kebiasaan atau rutinitas melakukan ziarah di makam bagi sebagian orang

dianggap penting agar mengingatkan diri pada kematian. Para warga di desa

Jatingarang sudah sejak lama melakukan kegiatan rutin guna mendoakan para

sesepuh mereka yang dimakamkan tersebut. Namun beberapa peziarah ada pula

yang mengartikan berbeda dari kegiatan itu.

Page 73: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

70

Ziarah pada dasarnya dianggap sebagai sebuah tradisi bagi banyak warga

muslim khususnya orang Jawa. Walaupun ada penerus dari tokoh-tokoh yang

dimakamkan di pemakaman tersebut beralih agama, tidak membatasi mereka

untuk melakukan sesuatu sebagai wujud menghormati leluhurnya sendiri. Ziarah

itu sendiri ada yang menganggap sebagai suatu hal yang wajib agar seseorang

tidak lupa kepada sang pencipta serta lebih serius menjalani kehidupan dengan

melakukan usaha-usaha. Sehingga apa yang dilakukan ditempat ziarah, bukan

semata-mata hanya melihat sekumpulan batu nisan yang tergeletak dengan hiasan

bunga.

Pengunjung makam Banyubiru datang dan berkunjung serta mendoakan,

lebih yakin dan percaya bahwa berdoa di sana akan mendapatkan berkah dan

kelancaran dalam usahanya. Mulai dari bisnis, kemuliaan sampai dengan urusan

jodoh juga bagi mereka dianggap benar-benar manjur atau terbukti. Seperti yang

diungkapkan oleh SB, (“ Kalau saya sebenarnya baru pertama ini pergi ke makam

Banyubiru. Saya tahunya juga dari kenalan saya, dan saya diberitahu kalau

banyak pengunjung yang berziarah ke makam Banyubiru permohonannya dapat

terkabul”). (W/SB/08/04/2011).

Apa yang disampaikan oleh SB menguatkan tentang keyakinan mereka

terhadap kegiatan ziarah yang menjadikan segala doa dan usahanya menjadi

lancar. Ini berarti ada tujuan khusus dari kegiatan berziarah di makam Banyubiru

tersebut. Sebenarnya, tujuan utama ziarah pada masa lampau hanya sebatas

mendoakan arwah yang sudah mati agar diampuni dosa-dosanya. Tetapi ada yang

salah mengartikan dan justru menjadi satu informasi yang bercampur mistis

seperti doa terkabul karena berkunjung ke makam Banyubiru dan sebagainya.

Pada masa sekarang peziarah yang mengunjungi makam Banyubiru lebih

memaknainya dengan mengacu pada kegiatan mendoakan leluhur mereka dan

anggota keluarga yang telah ditinggalkan. Selain itu, mereka lebih tergerak untuk

untuk menghayati apa yang telah mereka lakukan di kehidupan dunia, dan

merenungi segala perbuatan mereka yang lampau. Hal ini juga diungkapkan oleh

KM, seorang peziarah dari Semarang,yang menyatakan bahwa Ziarah makam itu

adalah berkunjung ke makam orang yang sudah mati untuk mendoakan dan

Page 74: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

71

Dengan berziarah diharapkan dapat membangkitkan gairah keislaman sebagai

bekal ketika besok kita sudah tidak ada di dunia ini.(Lampiran halaman 113 dan

141).

Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa sebagian masyarakat

adapula yang menjadikan ziarah ke makam Banyubiru tersebut sebagai tempat

permintaan atau permohonan suatu hal supaya terkabul dengan perantara makam

Ki Ageng Banyubiru sendiri. Mereka percaya, meskipun Ki Ageng Banyubiru

telah meninggal tetapi rohnya masih utuh dan hidup. Roh Ki Ageng Banyubiru

itu mengetahui siapa yang datang ke makamnya dan mendengarkan bagaimana

doanya.

Selain itu kabar yang diperoleh dari teman atau tetangga juga menjadi

daya tarik sendiri bagi orang lain untuk berkunjung ke makam Banyubiru. Mereka

cenderung melihat daya tarik itu berdasarkan keyakinan bahwa ucapan orang

banyak yang terbukti, hampir sama dengan SB, informan BW juga berpendapat

mirip mengenai kunjungan makam itu. Dia mengungkapkan bahwa: (“ Kalau saya

sebenarnya baru pertama ini pergi ke makam Banyubiru. Saya tahunya juga dari

kenalan saya, dan saya diberitahu kalau banyak pengunjung yang berziarah ke

makam Banyubiru permohonannya dapat terkabul”). Hal ini sesuai dengan

lampiran halaman 138.

Ini menunjukkan bahwa pengaruh dari satu kabar bisa membuat

seseorang tergoda dan tertarik untuk mencoba. Pengaruh tersebut memberikan

dampak yang mampu memacu keinginan melakukan sesuatu yang sebenarnya

dianggap sebagai ritual yang umum dilakukan umat muslim yaitu berziarah.

Namun dengan niat yang berbeda, kegiatan ziarah tersebut dapat menjadi hal-hal

yang kurang bisa diterima oleh akal atau bagi sebagian orang dikatakan aneh.

Adapula yang memiliki anggapan bahwa dengan berziarah ke makam

Banyubiru, permasalahan yang dihadapi dapat terselesaikan dengan mudah. Di

dalam peliknya masalah yang dihadapi manusia kadangkala menjadikan

rasionalitas mereka tidak berdaya, sehingga timbul kecemasan dan

ketidaktentraman. Untuk mendapatkan ketentraman salah satu caranya adalah

dengan melakukan ziarah sebagi contoh ziarah makam Banyubiru. Seperti yang

Page 75: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

72

dialami BW, di mana dirinya sedang mengalami musibah yaitu perihal penyakit

isterinya yang tidak kunjung sembuh. Dengan bermodalkan doa dan harapan, dia

menemui sang juru kunci sambil berkonsultasi bagaimana cara BW bisa

menghadapi masalah yang menghadangnya.

Pada awalnya BW kurang yakin akan perihal kepercayaan bahwa dengan

berkunjung dan berdoa di makam Banyubiru, dirinya akan diberikan keleluasaan

dalam menghadapi masalahnya. Tetapi dia menjadi yakin manakala banyak orang

yang telah membuktikan ritual ziarah tersebut. Seperti yang diungkapkannya

bahwa : (“Sebenarnya saya itu tidak percaya dengan hal-hal yang berbau mistik,

tapi bagaimana lagi, kondisi istri saya ya tetap saja begitu, padahal sudah saya

bawa berobat kemana-mana, semoga saya ziarah makam banyubiru ini untuk

kesembuhan istri saya”). (W/BW/20/05/2011).

Berbeda dengan SY yang mempunyai tujuan ziarah untuk mendoakan

agar usahanya selalu lancar dan diberikan kemudahan dalam mencari rezeki. Dia

berharap dengan selalu berkunjung dan menziarahi makam Banyubiru pada hari-

hari tertentu, semua doanya dapat cepat tersampaikan dan terkabul. SY mengaku

bahwa semenjak berziarah ke makam Banyubiru usaha dagangannya menjadi

lebih laris daripada sebelumnya. Bagi SY berziarah ke makam Banyubiru itu sah-

sah saja, soalnya itu juga sudah menjadi tradisi bagi sebagian orang yang

mempercayai kesaktian dari makam Banyubiru dan mampu menjadi anugerah

tersendiri. Seperti yang diungkapkannya bahwa : “ Kalau saya ziarah ke makam

Banyubiru itu ya sah-sah saja, kepercayaan tiap orang itu berbeda-beda, yang

penting saya tidak membuat rugi orang lain”. (W/SY/26/06/2011).

Berbeda dengan beberapa pendapat di atas, PN mengungkapkan bahwa

di era modernisasi ini tradisi ziarah makam Banyubiru masih perlu dilakukan

asalkan sesuai dengan ajaran agama dan tidak menyalahi aturan-aturan yang

sudah ada. Justru dengan adanya modernisasi ini pemikiran masyarakat semakin

maju, semakin rasional dalam menanggapi sesuatu, jadi mungkin masyarakat bisa

lebih rasional lagi dalam menginginkan sesuatu yaitu bukan dengan meminta

kepada benda yang sudah mati seperti makam tetapi bila menginginkan sesuatu

Page 76: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

73

harus dengan bekerja, berusaha dan tidak lupa berdoa. (Lampiran halaman dan

106 dan 134 ).

Jadi, intinya adalah setiap orang mempunyai pemaknaan tersendiri

terhadap kegiatan ziarah. Hanya yang menjadi landasan bagi setiap peziarah yaitu

niat atau tujuan awal mereka berziarah. Mulai dari yang hanya sekedar

berkunjung untuk mengenal atau mengetahui makam Banyubiru, berziarah agar

selalu teringat akan kehidupan selanjutnya, menjalankan ritual-ritual tertentu

sebagai syarat yang diharuskan, terwujudnya tujuan utama dari doa yang

disampaikan, mengirimkan doa dan memohon agar segala sesuatu yang

diharapkan dapat segera terwujud serta diberikan jalan keluar.

4. Proses Pelaksanaan Tradisi Ziarah Makam Banyubiru dalam Era

Modernisasi

Adapun dalam prosesi ziarah, ada beberapa hal yang perlu dilakukan agar

dianggap menghormati makam dan tidak asal melakukan sesuatu yang dianggap

buruk. Di antara hal-hal yang perlu dilakukan adalah menyiapkan bunga kanthil,

bunga kenanga, bunga melati, kemenyan bakar, dupa, dan arang. Peralatan

tersebut dianggap mempunyai makna tersendiri dan mempunyai suatu hal magis

yang dapat segera mengabulkan doa mereka. Makna-makna dari peralatan

tersebut antara lain : Bunga Kantil yang dianggap sebagai syarat bunga supaya

permohonannya cepat terkabul atau berhasil, Bunga Kenanga yang dianggap

sebagai kenang-kenangan untuk Ki Ageng Banyubiru dan sebagai pengingat atas

jasanya terdahulu, Bunga Melati sebagai satu hal yang wajib ada karena doa atau

permohonan yang diajukan atas dasar ketulusan dan guna menjernihkan niat hati,

Kemenyan dan kelengkapan lainnya digunakan sebagai media untuk

mengingatkan diri atau perenungan maupun usaha mendekatkan diri kepada sang

pencipta. Sehingga pelaksanaan dalam ziarah bagi pengunjung memiliki nilai dan

arti tersendiri. Mereka bukan sekedar berziarah melihat makam dan mendoakan

saja, namun mempunyai penjiwaan terhadap unsur religiusnya.

Page 77: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

74

Sebagai bukti bahwa makam Banyubiru bukanlah tempat pemakaman

yang umunya diziarahi, di lingkungan makam Banyubiru terdapat sumber mata air

yang disebut “Air Sendang Sembilan” dimana para peziarah memanfaatkan air

sendang sembilan untuk membersihkan diri atau mensucikan dari serta ada yang

menganggapnya sebagai obat penyembuh. Nama-nama ke sembilan sendang

tersebut antara lain Sendang Margomulyo, Sendang Krapak, Sendang Banyubiru,

Sendang Bendosari, Sendang Gupak Warak, Sendang Danu Mulyo, Sendang

Siluwih, dan Sendang Panjang Emas. Sendang-sendang tersebut bertempat di satu

kebayanan atau dusun bernama Sarehan. Ini berarti makam tersebut memiliki

keistimewaan yang membuat para peziarah tertarik untuk datang ke sana.

Selain bukti fisik, di sana juga ada hal-hal yang dilarang atau tidak boleh

dilakukan pada saat berziarah, antara lain tidak diperbolehkan berbuat asusila,

khusus peziarah tidak boleh tidur di dalam bangsal atau disekeliling makam, bila

ada tamu yang menginap untuk melanjutkan ziarahnya diharuskan melapor

kepada pihak RT atau sesepuh dusun, serta segala macam yang bernuansa negatif

dan hal-hal yang sangat dilarang oleh agama. Hal ini sesuai dengan yang

diungkapkan oleh WD, juru kunci makam Banyubiru.(Lampiran halaman 97 dan

126 ). Hal senada juga diungkapkan BR (lampiran halaman 108 dan 136).

Itu sebabnya warga desa sekitar makam selalu menjaga dengan baik

lingkungannya serta tetap melakukan pengawasan terhadap para pengunjung yang

datang untuk berziarah ke makam. Para warga tetap memberikan kebebasan untuk

pengunjung selama apa yang dilakukan tidak melanggar adat dan norma yang

berlaku di desa mereka. Selain itu, setiap pengunjung yang bersungguh-sungguh

dalam berdoa tentu akan dihormati dan dihargai oleh para warga, karena bagi

warga sendiri hal tersebut sudah menjadi tugas dan menjadi berkah dalam

membantu orang lain.

5. Perubahan dalam pelaksanaan Tradisi Ziarah Makam Banyubiru

dalam Era Modernisasi.

Page 78: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

75

Pada tradisi ziarah terjadi beberapa perubahan dalam pelaksanaannya

dalam era modernisasi di Desa Jatingarang. Bila masa lampau masih

menggunakan peralatan yang dikhususkan, di mana peziarah pada waktu dulu

biasanya membawa 3 bunga, yaitu bunga kantil, kenanga dan melati. Peziarah

percaya bahwa bunga Kantil akan dapat memudahkan permohonannya terkabul.

Adapun bunga Kenanga digunakan sebagai pengingat akan Ki Ageng Banyubiru.

Sedangkan bunga Melati melambangkan ketenangan hati, maksudnya agar hati si

peziarah bisa tenang dalam menjalani kehidupan. Perlengkapan yang lain adalah

kemenyan untuk dibakar sebagai pelengkap meditasi. Selain itu peziarah juga

memanfaatkan air dari 9 mata air (Sendang). Adapun kesembilan mata air

(Sendang) tersebut yaitu:

a. Sendang Margomulyo

b. Sendang Krapyak

c. Sendang Margojati

d. Sendang Banyubiru

e. Sendang Bendosari

f. Sendang Gupak Warak

g. Sendang Danu Mulyo

h. Sendang Siluwih

i. Sendang Panjang Emas.

Kesembilan mata air (sendang) tersebut berada di dalam satu wilayah

kebayanan Sarehan, Desa Jatingarang. Air dari sembilan sendang tersebut

dimanfaatkan para peziarah untuk membersihkan diri dan untuk sarana

pengobatan. Mereka yakin dan percaya bahwa sumber mata air tersebut dapat

membuat kesehatan mereka membaik serta jiwa mereka bisa lebih tenang dari

sebelumnya.

Pada masa sekarang, bentuk modernisasi telah mengubah pemikiran

peziarah di mana seorang peziarah yang ingin berdoa, langsung berdoa di tempat

pemakaman tanpa harus membawa persyaratan seperti bunga kantil, kenanga,

melati ataupun membakar kemenyan. Mereka menganggap ritual dan persyaratan

seperti itu sudah kuno dan harus berfikir secara logis.

Page 79: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

76

6. Persepsi masyarakat tentang Tradisi Ziarah Makam Banyubiru

dalam Era Modernisasi

Ritual ziarah bagi sebagian masyarakat dijadikan sebagai sebuah

kegiatan yang berperan untuk mengingatkan diri mereka terhadap kehidupan

setelah duniawi. Tokoh ulama banyak yang menerangkan jikalau berziarah akan

menambah rasa keimanan seseorang dan selalu teringat pada sang pencipta.

Melalui penghayatan pada saat mendoakan seseorang yang telah meninggal dunia,

peziarah tentu akan lebih tergerak hatinya agar berusaha untuk menjadi seseorang

yang baik dan merubah segala sesuatu yang dirasakan mereka salah. Ini berarti

setiap peziarah memiliki persepsi sendiri terhadap arti dari aktifitas ziarah atau

berkunjung untuk mendoakan orang yang telah meninggal.

Persepsi dari apa yang telah dilakukan oleh masyarakat cenderung

menekankan pada perilaku religius mereka, di mana banyak orang melakukan

ziarah akan tenang hatinya dan kehidupan mereka akan senantiasa teratur.

Persepsi ini juga memiliki orientasi atau sebuah tujuan yang berbeda, sehingga

dalam kaitannya dengan ziarah persepsi tersebut dikategorikan ke dalam dua

bentuk.

Bentuk pertama adalah persepsi dari peziarah yang orientasi nilai

religius. Mereka yang mengunjungi makam, bukan hanya sekedar datang untuk

berdoa tetapi mempunyai maksud tertentu yang bisa menjadikan perubahan dalam

kehidupannya. Seperti berziarah untuk mengingatkan diri mereka akan kehidupan

setelah dunia, mengharapkan agar yang telah meninggal dunia ikut mendoakan

yang masih hidup supaya kehidupan mereka lancar dari segala aspek, sampai pada

tujuan-tujuan khusus yakni mengajukan suatu keinginan agar cepat terkabul.

Dilihat secara logis, mereka yang memiliki persepsi bahwa ziarah dapat

menenangkan hati dan jadi pengingat mereka tentu menganggap bahwa kegiatan

tersebut adalah hal yang perlu atau harus dilakukan. Sebab, dengan mengingat

pada apa yang telah dilakukan di dunia seseorang akan lebih menata hidupnya.

Berbeda dengan para peziarah yang mengorientasikan diri mereka untuk hal-hal

Page 80: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

77

yang sifatnya kurang sesuai, yakni memohon sesuatu dengan perantara makam

dan meminta sesuatu dengan harapan cepat terkabul melalui perantara benda-

benda atau ritual yang harus mereka jalani.

Bentuk kedua adalah persepsi peziarah dengan orientasi nilai sosial. Ini

menandakan bahwa pada era modern ini para pengunjung yang berziarah lebih

mengarah pada hal mengenai bagaimana menjalin komunikasi kembali dengan

kerabat yang sudah jarang bertemu, serta sebagai sebuah aktifitas untuk lebih

menghormati seseorang yang telah meninggal dunia. Nilai sosial yang terkandung

diantaranya adalah interaksi dengan orang lain atau kerabat akan lebih meningkat,

para peziarah akan saling tukar informasi keberadaan masing-masing saat ini,

serta sebagai lahan tempat mereka mengungkapkan permasalahan kepada orang

lain atau memberikan jalan keluarnya. Jadi, era modernisasi secara tidak langsung

merubah secara perlahan persepsi masyarakat mengenai makna dan arti dari

berziarah.

Dalam era modernitas, seseorang juga akan cenderung mempunyai pola

pemikiran tentang segala sesuatu yang sebenarnya dapat mereka jadikan sebagai

penghasilan hidup. Ternyata, kegiatan berziarah ke makam Banyubiru menjadi

salah satu bentuk mata pencaharian bagi sebagian orang yang tinggal di sekitar

makam tersebut.

Kehidupan manusia yang semakin modern menjadi tolak ukur

berkembangnya mata pencaharian masyarakat sekitar makam Banyubiru.

Misalnya jasa-jasa air penampungan sendang dari botol atau tempayan yang

disewakan, bunga-bunga untuk sesaji, barang-barang kelengkapan untuk berdoa,

souvenir buatan tangan dari warga sekitar, makanan atau minuman, sampai

dengan jasa membimbing doa pada saat berada di dalam makam. Ini menunjukkan

bahwa modernisasi membawa perubahan terhadap gaya hidup dan pola mata

pencaharian masyarakat yang umumnya bertani berubah menjadi pedagang atau

bekerja samping sebagai penawar jasa doa. Persepsi masyarakat menjadi sedikit

bergeser, di mana yang seharusnya terorientasi kepada makna religius berubah

menjadi makna komersil. Hal ini sebenarnya bukan menjadi kaidah dari makna

ziarah yang sesungguhnya.

Page 81: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

78

C. Temuan Studi Terkait dengan Kajian Teori

Kegiatan berziarah ke makam pada dasarnya adalah sebuah kebiasaan

atau tradisi yang sudah dijalankan secara turun-temurun. Seseorang yang

berziarah tentu memiliki kesadaran bahwa mereka akan melihat dan mengenang

kembali orang yang telah meninggal dan terkubur di makam tempat berziarah.

Aktifitas yang cenderung dilakukan dari berziarah adalah hal-hal yang sifatnya

memelihara dan menjaga agar tempat berziarah tersebut selalu terawat. Tentunya

orang yang berkunjung lebih nyaman mendoakan dengan disertai menjaga

kerapihan dan kebersihan makam, sehingga pada saat mendoakan di dekat

pemakaman orang tersebut akan lebih khidmat dan khusyuk.

Pelaksanaan dalam berziarah sudah mempunyai norma/aturan dan tata

cara sendiri. Setiap orang atau daerah memiliki tradisi atau kebiasaan yang

berbeda pada saat berkunjung atau berziarah untuk mendoakan yang telah

meninggal. Tradisi ini memang bagi sebagian daerah dianggap sebagai sebuah

adat istiadat yang tidak bisa mereka tinggalkan begitu saja, tetapi wajib ditransfer

pada generasi berikutnya. Ini berarti, tradisi berziarah dapat dikatakan sebagai

bentuk kebudayaan untuk mengatur manusia dalam tingkah laku dan kehidupan

sosialnya. Tidak menuntup kemungkinan juga, bahwa dalam tradisi tersebut

mengacu pada kaitannya dengan sistem kepercayaan dan nilai kehidupan. Sesuai

dengan pendapat Suyono (1985:4) bahwa tradisi (tradition) sering juga dianggap

sebagai adat-istiadat, yaitu suatu aturan yang sudah mantap dan mencakup segala

konsepsi sistem budaya dari satu kebudayaan untuk mengatur tindakan kehidupan

manusia dalam kehidupan sosial. Tradisi biasa digunakan dalam untuk

menggantikan kata yang berkaitan dengan masa lalu seperti kepercayaan,

kebudayaan, nilai-nilai, perilaku, dan pengetahuan atau keahlian yang diturunkan

secara turun temurun dengan proses sosialisasi dari satu generasi ke generasi

selanjutnya dalam sebuah sosial masyarakat.

Penjelasan di atas mengarahkan pada bentuk pedoman sesorang dalam

kehidupan sosialnya, di mana orang yang menggerakan sebuah tradisi merupakan

Page 82: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

79

individu yang menjalankan hidup bersama masyarakat lain dan bisa menjadi suatu

pedoman bagi individu itu sendiri. Ini sesuai dengan apa yang di dikutip dalam

Gatut Muniarto (1981:6), di mana yang dimaksud dengan adat-istiadat adalah

sebagai berikut: “Adat istiadat adalah suatu kompleks norma-norma yang oleh

individu-individu yang menganutnya itu dianggap ada di atas manusia yang hidup

bersama dalam kenyataan suatu masyarakat”. Dari batasan yang dikemukakan

oleh Koenjaraningrat tersebut di atas, dapat diperoleh suatu pengertian bahwa adat

istiadat adalah suatu pedoman bagi setiap individu yang hidup sebagai warga

masyarakat, dimana adat istiadat itu berlaku. Dengan demikian dapat dikatakan

bahwa secara tidak langsung adat istiadat itu berpengaruh dalam pola berfikir

setiap manusia dalam anggota masyarakat.

Selanjutnya mengenai persepsi masyarakat terkait dengan ritual ziarah di

era modernisasi, warga desa Jatingarang mempunyai pandangan bahwa ziarah

makam adalah salah satu tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang dari

generasi ke generasi dan masih relevan untuk dilaksanakan dalam era

modernisasi. Dalam ziarah makam Banyubiru terdapat berbagai macam nilai

yang berkembang selain sebagai tempat memohon doa juga sebagai upaya untuk

mengingat kematian dan mengingatkan bahwa hidup di dunia hanya sementara

dan hidup yang kekal di akhirat. Modernisasi yang terjadi di desa Jatingarang

tersebut tidak hanya berpengaruh pada satu bidang saja tetapi pada berbagai

bidang kehidupan masyarakat, seperti pada bidang ekonomi, pendidikan dan

budaya. Masyarakat mempunyai kecenderungan untuk menerima perubahan yang

bersifat positif bila tradisi yang mereka jalani tetap memelihara keberadaan

warisan dari nenek moyangnya. Sebagaimana dikatakan oleh Soerjono Soekanto

(1985;520) bahwa tradisi adalah adat istiadat yang secara turun temurun

dipelihara. Kemudian menurut Hugo F. Reading (1990:446), tradisi adalah (1)

Warisan kekayaan sosial atau keyakinan-keyakinan yang diterima secara buta, (2)

Warisan keyakinan sosial atau keyakinan yang mencakup kepatuhan pada apa

yang dianggap selalu ada, (3) Suatu lembaga yang eksistensinya dilembagakan.

J.P. Chaaplin (2005;516), berpendapat bahwa “ Tradisi adalah praktik atau adat

yang diwariskan dari generasi ke generasi”. Berdasarkan pendapat di atas maka

Page 83: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

80

dapat diambil kesimpulan, bahwa tradisi adalah adat istiadat atau keyakinan dan

kepatuhan terhadap apa yang dianggap selalu ada yang diwariskan dan dipelihara

secara turun temurun serta keberadaannya dilembagakan. Pendapat dari Soerjono

Soekanto, Hugo F.Reading dan J.P Chaaplin tersebut mempunyai persamaan yaitu

bahwa tradisi selalu diwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya.

Terkait pula dengan kehidupan masyarakat yang semakin maju, mereka

yang sudah paham betul terhadap perubahan zaman secara otomatis akan mampu

merubah arah pola pikirnya dengan perencanaan-perencanaan yang matang yang

tentunya akan menguntungkan masyarakat itu sendiri. Ini berarti modernisasi

adalah suatu bentuk perubahan sosial, biasanya merupakan perubahan sosial yang

terarah (directed change) yang didasarkan pada perencanaan (jadi juga merupakan

intented atau planned change) yang bisa dinamakan sosial planning. Modernisasi

merupakan suatu persoalan yang harus dihadapi masyarakat yang bersangkutan

karena prosesnya meliputi bidang-bidang yang sangat luas, menyangkut proses

disorganisasi, problema-problema sosial, konflik antar kelompok, hambatan-

hambatan terhadap perubahan dan sebagainya. (Soerjono Soekanto,1985:347)

Dengan demikian segala sesuatu yang dilakukan oleh masyarakat

mempunyai dasar berupa perencanaan sosial yang telah mereka miliki

sebelumnya. Melalui pengamatan terhadap lingkungan sekitarnya, masyarakat

akan bisa menyesuaikan bentuk perubahan yang diinginkan serta bisa

memunculkan sebuah gagasan atau ide guna keuntungan atau manfaat yang nanti

akan didapatkan dari adanya perubahan tersebut. Dalam masalah ini, masyarakat

lebih mengarah pada sikap individualisme, dan mengutamakan atau memikirkan

apa yang baik untuk kehidupan mereka sendiri.

Page 84: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

81

BAB V

KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

A. KESIMPULAN

Berdasarkan analisis data terhadap masalah tentang tradisi ziarah makam

Banyubiru dalam era modernisasi di Desa Jatingarang Kecamatan Weru

Kabupaten Sukoharjo, penulis dapat mengambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Ziarah makam Banyubiru yang dilaksanakan mempunyai makna sebagai

upaya untuk mengingat alam akhirat dan kematian, sebagai kegiatan yang

dapat membuka hati dan pikiran peziarah bahwa hidup di dunia itu hanya

sementara dan hidup yang kekal adalah di akhirat. Makna yang lain adalah

para peziarah dapat meningkatkan amal kebajikannya.

2. Tujuan ziarah makam banyubiru oleh para peziarah adalah untuk

mendoakan arwah Ki Ageng Banyubiru sekaligus untuk meminta suatu

permohonan agar terkabul. Hal ini sudah tidak sesuai dengan modernisasi.

Masyarakat modern dalam meminta permohonan dilakukan dengan

berusaha keras dan meminta pertolongan kepada Tuhan Yang Maha Esa

misalnya dengan cara berdoa.

3. Ziarah makam Banyubiru biasanya dilaksanakan hanya setiap malam

Jumat kliwon saja. Jadi para peziarah menganggap malam Jumat kliwon

itu merupakan hari yang keramat dan tepat untuk meminta permohonan di

makam Banyubiru agar cepat terkabul. Modernisasi telah menyebabkan

terjadinya perkembangan pemikiran dalam berziarah di makam Banyubiru.

Pada jaman dulu peziarah hanya datang berziarah hanya pada malam

Jumat kliwon tetapi sekarang peziarah datang berziarah bukan hanya pada

malam jumat kliwon saja, melainkan juga pada hari-hari biasa, dan

waktuya tidak harus malam hari tetapi bisa juga pada siang hari.

4. Terjadi beberapa perubahan dalam pelaksanaan ziarah makam Banyubiru

dalam era modernisasi di Desa Jatingarang. Adapun perubahan tersebut

contohnya adalah perubahan dalam peralatan yang digunakan. Peziarah

pada waktu dulu biasanya membawa 3 bunga, yaitu bunga kantil, kenanga

Page 85: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

82

dan melati. Peziarah percaya bahwa bunga kantil akan dapat memudahkan

permohonannya terkabul. Adapun bunga kenanga digunakan sebagai

pengingat akan Ki Ageng Banyubiru. Sedangkan bunga melati

melambangkan ketenangan hati, maksudnya agar hati si peziarah bisa

tenang. Perlengkapan yang lain adalah kemenyan untuk dibakar sebagai

pelengkap meditasi. Selain itu peziarah juga memanfaatkan air dari 9 mata

air ( Sendang ). Adapun kesembilan mata air (Sendang) tersebut yaitu:

a. Sendang Margomulyo

b. Sendang Krapyak

c. Sendang Margojati

d. Sendang Banyubiru

e. Sendang Bendosari

f. Sendang Gupak Warak

g. Sendang Danu Mulyo

h. Sendang Siluwih

i. Sendang Panjang Emas.

Kesembilan mata air (sendang) tersebut berada di dalam satu wilayah

kebayanan Sarehan, Desa Jatingarang. Air dari sembilan sendang tersebut

dimanfaatkan para peziarah untuk membersihkan diri dan untuk sarana

pengobatan. Modernisasi telah mengubah pemikiran peziarah. Pada waktu

sekarang peziarah yang mau berdoa, langsung berdoa saja tanpa harus

membawa persyaratan seperti bunga kantil, kenanga, melati dan

membakar kemenyan.

5. Masyarakat Jatingarang mempunyai persepsi bahwa ziarah makam adalah

salah satu tradisi yang telah diwariskan oleh nenek moyang dari generasi

ke generasi dan masih relevan untuk dilaksanakan dalam era modernisasi.

Dalam ziarah makam Banyubiru terdapat berbagai macam nilai yang

berkembang selain sebagai tempat memohon doa juga sebagai upaya

untuk mengingat kematian dan mengingatkan bahwa hidup di dunia hanya

sementara dan hidup yang kekal di akhirat. Modernisasi yang terjadi di

desa Jatingarang tersebut tidak hanya berpengaruh pada satu bidang saja

Page 86: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

83

tetapi pada berbagai bidang kehidupan masyarakat, seperti pada bidang

ekonomi, pendidikan dan budaya. Masyarakat mempunyai kecenderungan

untuk menerima perubahan yang bersifat positif.

B. IMPLIKASI

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian dapat diperoleh implikasi sebagai

berikut:

Penulisan penelitian mengenai tradisi ziarah makam Banyubiru dalam era

modernisasi di Desa Jatingarang Kecamatan Weru Kabupaten Sukoharjo secara

teoritis dapat bermanfaat sebagai bahan masukan bagi masyarakat Jatingarang

untuk meningkatkan pengetahuan tentang tradisi ziarah makam sebagai salah satu

kebudayaan bangsa. Tradisi tersebut masih tumbuh dan berkembang dalam

masyarakat walaupun jaman sudah modern. Masyarakat akan mempunyai potensi

dan kualitas yang lebih baik jika pengetahuan masyarakat semakin luas sehingga

mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman.

Implikasi secara praktis dari tradisi ziarah makam Banyubiru dalam era

modernisasi adalah menumbuhkan kesadaran masyarakat untuk tetap melestarikan

tradisi yang ada meskipun dengan pemikiran yang lebih modern seiring dengan

perkembangan jaman yang semakin modern.

Ziarah makam Banyubiru yang dilakukan oleh peziarah pada masa yang

akan datang cenderung mengalami banyak perubahan. Generasi muda yang lebih

berfikir modern sudah tidak menggunakan bunga dan kemenyan dalam berziarah.

Mereka juga berziarah tidak harus pada malam Jumat kliwon saja. Dengan

demikian, yang berubah adalah sikap dan perilaku peziarah dalam melaksanakan

ziarah di makam Banyubiru.

C. SARAN

Setelah mengadakan penelitian dan pengkajian tentang tradisi ziarah

makam Banyubiru dalam era modernisasi di desa Jatingarang Kecamatan Weru

Page 87: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

84

Kabupaten Sukoharjo, penulis memberikan saran-saran untuk menambah

wawasan mengenai hal tersebut yaitu:

1. Bagi Tokoh Agama Desa Jatingarang

a. Dapat memberikan masukan kepada masyarakat tentang kegiatan yang

tidak boleh dilakukan atau bertentangan dengan agama dalam pelaksanaan

ziarah.

b. Memberikan bimbingan dalam menciptakan toleransi antar umat

beragama.

2. Bagi Tokoh Masyarakat Jatingarang

a. Memberi dorongan kepada masyarakat untuk tetap melaksanakan tradisi

ziarah makam Banyubiru sehingga tidak punah.

b. Membantu aparat desa dalam memperlancar pelaksanaan kegiatan yang

bersifat positif dengan menjalin komunikasi yang baik.

3. Bagi Masyarakat Desa Jatingarang

a. Masyarakat yang mempunyai permohonan dan ingin terkabul hendaknya

berusaha lebih giat serta lebih mendekatkan diri pada Tuhan Yang Maha

Esa, contohnya dengan memperbanyak berdoa ataupun dengan solat bagi

yang beragama Islam.

b. Masyarakat hendaknya mampu menyaring berbagai macam perubahan

dan perkembangan yang masuk sehingga masyarakat tidak terjerumus ke

arah perubahan yang negatif dan perubahan yang terjadi dalam

masyarakat adalah perubahan yang sesuai dengan nilai-nilai serta

kepribadian masyarakat.

c. Masyarakat dalam melaksanakan tradisi ziarah makam Banyubiru

hendaknya tidak melakukan perbuatan yang bertentangan dengan ajaran

agama.

Page 88: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

85

DAFTAR PUSTAKA Ariyono Suyono. 1985. Kamus Antropologi. Jakarta: Akademi Presindo.

Barnouw, Victor. 1979. Culture and Personality. Malwauke: The Dorsey Press

Beratha, I Nyoman. 1982. Desa, Masyarakat Desa dan Pembangunan Desa. Jakarta: Ghala Indonesia

Black, James A, & champion, Dean J.1992. Metode Dan Masalah Penelitian

Sosial. Terjemahan Koeswara dkk. Bandung: Eresco. Budiono, Herusatoto. 1983. Simbolisme dalam Budaya Jawa. Yogyakarta : PT

Hanindata. Chaplin, JP. 2005. Kamus Lengkap Psikologi , jakarta : PT Raja Grafindo. Daeng, Hans J. 2000. Manusia, Kebudayaan dan Lingkungan. Terjemahan

Kamdani. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Dede Oetomo. 2000. “Memahami Keadaan Sosial-Budaya Daerah”. Makalah

dalam Lokakarya Redaktur Radar Jawa Pos Group. Surabaya DJoko Widagdo, dkk. 2001. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: Bumi Aksara. Francis, Abraham M.. 1995. Modernisasi di Dunia Ketiga (Suatu Teori Umum

Pembangunan). Terjemahan Rusli Karim Yogyakarta: Tiara Wacana Gatut Murniatmono. 1981. Adat Istiadat DIY. Yogyakarta: Depdikbud. Geertz, Clifford. 1986. Abangan, Santri, Priyayi dalam Masyarakat Jawa.

Terjemahan Aswab Mahasin. Jakarta: Pustaka Jaya. Geerts, Clifford.1992. Kebudayaan dan Agama. Terjemahan Fransisco Budi

Hasiman. Yogyakarta : Kanisius. Giddens, Anthony. 2003. Runaway World Bagaimana Globalisasi Merombak

Kehidupan Kita. Terjemahan Andry Kristiawan & Yustinakoen. Jakarta: Gramedia

Hartati, Sujanto. Sumarno, Suparjo. 1988. Upacara Tradisional Jawa Tengah.

Depdikbud. Hartati, Sujatno, Sumarno Supardjo & Sumardi. 1988. Upacara Tradisional Jawa

Tengah. Depdikbud.

Page 89: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

86

Idianto Mu’in. 2004. Sosiologi untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. ________________ . 2005. Sosiologi untuk SMA Kelas XII. Jakarta: Erlangga. Kartono, Kartini. 1976. Pengantar Metodologi Research Sosial. Bandung :

Alumni. Laksono, PM. 1990. Tradition In Javanese Sosial Stucture Kingdom And

Countryside. Terjemahan E.G. Koentojono. Yogyakarta: UGM Press Noor Sulistyo Budi Ambar Adianto, mudjijono, Sumarno & Maharkesti. 1996.

Tradisi Makan dan Minum di Lingkungan Kraton Yogyakarta. Yogyakarta: CV. Fiscasari.

Koentjaraningrat. 1994. Kebudayaan Jawa. Jakarta : Balai Pustaka. ______________. 1999. Manusia dan Kebudayaaan di Indonesia. Jakarta :

Djambatan _____________. 2004. Kebudayaan, Mentalitas dan Pembangunan. Jakarta :

Gramedia. Moerjipto, Gatut Muriatmono, Soemarno, Sujarno & Siti munawaroh. 1997.

Wujud, Arti, Fungsi puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bagi Pendukungnya di DIY. Yogyakarta: Yayasan Obor.

Moh. Nazir. 1988. Metodologi Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia. Moleong, Lexy J..2002 Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja. Mulder, Niels. 1974.Kepribadian Jawa dan Pembangunan Nasional.

Yogyakarta : UGM. ______________. 2001. Mistisme Jawa. Terjemahan Noor Cholis. Yogyakarta:

LKIS Pemberton, John. 2003. Jawa. Terjemahan Hartono Hadikjusumo. Yogyakarta:

Mata Bangsa. Pujiwati Sayogjo. 1985. Sosiologi Pembangunan. PIPS IKIP Jakarta bekerjasama

dengan BKKN Jakarta. Reading, Hugo F. 1986. Kamus Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Rajawali. Sapardi. 2000. Antropologi Budaya. Pontianak: Universitas Tanjungpura.

Page 90: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

87

Soepanto, Suratmin & Bambang Sularto. 1991. Upacara tradisional Sekaten

Daerah Istimewa Yogyakarta: Depdikbud. Soerjanto Poespowardojo. 1989. Strategi Kebudayaan Suatu Pendekatan

Filosofis. Jakarta: Depdikbud. Soerjono Soekanto. 1985. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: CV Rajawali. ______________ . 1985. Kamus Sosiologi. Jakarta; CV Rajawali. Strauss, Anselm & Corbin, Juliet. 1997. Dasar-Dasar Penelitian kualitatif.

Terjemahan Djuandi ghony. Surabaya: Bima Ilmu Ofset. Sugiyono,2006. Metodologi Penelitian Kuantitatif kualitatif Dan R & D.

Bandung: alfabeta. Sumardi, Sukarjo, sukari, Sudarmo & Hisbaron Muryantoro. 1997. Peranan Nilai

Budaya Daerah Dalam Upaya Pelestarian lingkungan Hidup di Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Depdikbud.

Sutikno (pimpinan proyek). 1987. Upacara Tradisional Jawa Tengah Yang Ada

Kaitannya Dengan Cerita Rakyat. Depdikbud. Sutopo H.B. 2002. Metodologi Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press. Suyatmi & Supriyadi. 1995. Antropologi Budaya Sosial. Surakarta: UNS. Suyono. 2007. Dunia Mistik Orang Jawa. Yogyakarta: LKIS. Anonim. http// www.suaramerdeka.com/harian/05/11/01/nas07.htm. diakses

tanggal 11 Agustus 2007 Anonim. http/www.geocities.com/su art 1/sejarah.html. diakses tanggal 12

Agustus 2007 Anonim. http/google.co.id/masyarakat/htm. Diakses tanggal 20 April 2010. Anonim.http/www.library.ohio.edu/indopbs/1997/04/23/0056.html. Diakses

tanggal 20 April 2010 Anonim. http// abuaqila 06.wordpress.com/2008/05/22/pengertian-danmanfaat-

ziarah. Diakses 21 April 2010. Anonim.http//mrpams.blogspot.com/2007/10/dampak-sosial-ilmu-pengetahuan-

dan html. Diakses 21 April 2010

Page 91: PERSETUJUAN - digilib.uns.ac.id/Tradisi...bahwa kekuatan itu membutuhkan pemujaan damai, khusus, dan berbeda. Ritual-ritual yang masih ada pada masyarakat Jawa merupakan kekayaan budaya

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

88