PKL Damai Benar

download PKL Damai Benar

of 45

Transcript of PKL Damai Benar

III

KAJIAN PROSES PENGEMASAN KERUPUK IKAN STUDI KASUS DESA TANJUNG AGASKECAMATAN TANJUNG RAJA KABUPATEN OGAN ILIRSUMATERA SELATAN

Oleh

Damai Hadi Pratama Leha(05071010021)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SRIWIJAYAINDRALAYA2010KAJIAN PROSES PENGEMASAN KERUPUK IKAN STUDI KASUS DESA TANJUNG AGASKECAMATAN TANJUNG RAJA KABUPATEN OGAN ILIRSUMATERA SELATAN

Oleh

Damai Hadi Pratama Leha(05071010021)

LAPORAN PRAKTIK LAPANGANSebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Perikanan

PadaPROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANANFAKULTAS PERTANIANUNIVERSITAS SRIWIJAYAINDRALAYA2010Laporan Praktek Lapangan

KAJIAN PROSES PENGEMASAN KERUPUK IKAN STUDI KASUS DESA TANJUNG AGASKECAMATAN TANJUNG RAJA KABUPATEN OGAN ILIRSUMATERA SELATAN

Oleh

Damai Hadi Pratama Leha(05071010021)

telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelarSarjana Perikanan

Indralaya, Februari 2011 P.S. Teknologi Hasil Perikanan Fakultas PertanianUniversitas Sriwijaya

Pembimbing Ketua Program Studi,

Siti Hanggita R.J.,S.TP,M.Si Rinto, S.Pi., M.PNIP. 198311282009122005 NIP. 197606012001121001 RINGKASAN

DAMAI HADI PRATAMA LEHA. Kajian Bidang Proses Pengemasan Kerupuk Ikan Studi Kasus Desa Tanjung Agas Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan (Dibimbing oleh SITI HANGGITA R.J.,S.TP,M.Si).Praktek lapangan ini bertujuan untuk mengetahui, mengkaji proses pengemasan kerupuk ikan di Sentra Industri Rumah Tangga di Desa Tanjung Agas Kecamatan Tanjung Raja. Kegiatan Praktek Lapangan ini dilakukan di rumah produksi pengusaha kerupuk di Desa Tanjung Agas Kecamatan Tanjung Raja Ogan Ilir Sumatera Selatan, dimulai pada tanggal 1 November sampai 1 Desember 2010.Metodelogi yang digunakan adalah dengan mengumpulkan data primer dan survey di lapangan mulai dari penerimaan bahan baku, proses pengolahan sampai pada proses pengemasanPada tahap permintaan kebanyakan berasal dari warung-warung yang ada di sekitar Tanjung Raja, toko/agen, pedagang dan ada pembeli yang langsung mengambil sendiri. Secara kuantitatif belum ada data yang menggambarkan jumlah konsumsi kerupuk ikan. Meskipun demikian dapat diperkirakan bahwa jumlah konsumsi kerupuk relatif tinggi, karena makanan olahan ini banyak digemari oleh masyarakat luas. Hal ini terlihat dari masih banyaknya orang yang begitu gemar memakan kerupuk. Baik sebagai makanan pokok atau cemilan.Kesulitan yang sering dijumpai dalam usaha ini adalah ketika terjadi kelangkaan bahan baku ikan dan penurunan produksi pada saat musim hujan. Kesulitan bahan baku terjadi ketika pasokan ikan menurun sehingga menyebabkan harga ikan naik. Kendala dalam pemasaran kerupuk ikan adalah ketika musim penghujan permintaan pelanggan menjadi menurun disebabkan ikan yang melimpah menyebabkan para konsumen beralih mengkonsumsi ikan. Hal ini membuat penjualan kerupuk menurun karena minimnya permintaan dan para pedagang biasanya untuk mengatasi hal tersebut beralih profesi membuat dan menjual produk lain.

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan praktik lapangan yang berjudul Kajian Proses Pengemasan Kerupuk Ikan Studi Kasus Desa Tanjung Agas Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan .Laporan praktik lapangan ini dibuat sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sriwijaya.Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada :1. Bapak Prof. Dr. Ir. Imron Zahri, M.S selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sriwijaya.2. Bapak Rinto, S.Pi. M.P sebagai KeBapak Rinto, S.Pi, M.P sebagai Ketua Program Studi Teknologi Hasil Perikanan.2. Ibu Siti Hanggita R.J.,S.TP,M.Si selaku dosen pembimbing, atas segala bimbingan dan pengarahan yang diberikan kepada penulis.3. Kedua orang tua dan saudara-saudara kami yang telah banyak memberikan dukungan dan doa yang tiada henti-hentinya agar selalu dalam perlindungan Tuhan Yang Maha Esa.4. Seluruh staf dosen, rekan-rekan seperjuangan di Teknologi Hasil Perikanan, serta semua pihak yang telah memberikan bantuan kepada penulis, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. 5. Bapak Parahidin selaku Kepala Desa yang telah memberikan kesempatan dan bantuan kepada penulis selama melakukan praktik lapangan di Desa Tanjung Agas Kecamatan Tanjung Raja.6. Seluruh pengusaha kerupuk di Desa Tanjung Agas yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Terima kasih, atas semua bantuan dan waktu yang telah diberikan kepada penulis. 7. Teman-teman seperjuangan yang telah bersama-sama saling mendukung, menjaga kekompakan dan bekerja sama selama dalam pelaksanaan praktik lapangan sampai akhirnya laporan ini terselesaikan (YKDES). Semoga kekompakan kita ini tidak hanya sampai disini saja kawan dan tetap akan terus berlanjut sampai kapanpun. Amin.8. Teman-Teman khususnya untuk angkatan THI 2007, yang telah bersama-sama memberikan banyak dukungan, semangat dan masukkan. Penulis menyadari di dalam penulisan laporan magang ini masih jauh dari kesempurnaan, maka dari itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun demi kesempurnaan laporan praktik lapangan ini. Pada akhirnya penulis berharap laporan praktik lapangan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Indralaya, Februari 2011

Penulis

DAFTAR ISIHalamanDAFTAR ISIviiiDAFTAR GAMBARxiDAFTAR TABELxiiI. PENDAHULUANA. Latar Belakang1B. Tujuan3II. TINJAUAN PUSTAKAA. Kerupuk 4B. Produk6C. Bahan Tambahan81II. PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGANA. Tempat dan Waktu 15B. Metodologi 15IV. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TANJUNG RAJAA. Letak Geografis dan Luas Wilayah 16B. Keadaan Alam 16C. Keadaan Penduduk 17D. Keadaan sosial 18E. Keadaan Ekonomi 19V. HASIL DAN PEMBAHASANA. Aspek Produksi 20B. Kemasan 26VI. KESIMPULAN DAN SARANA. Kesimpulan 31B. Saran 32DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR GAMBARHalaman1. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Ikan25

DAFTAR TABELHalaman1. Komposisi Kerupuk Ikan dan Udang4

I. PENDAHULUANA. Latar BelakangIkan merupakan bahan makanan yang cepat mengalami proses pembusukan dikarenakan kadar air yang tinggi menyebabkan bakteri berkembangbiak secara cepat. Setelah ikan mati, maka terjadi perubahan-perubahan yang disebabkan adanya aktivitas enzim, kimiawi dan bakteri. Jika perubahan tidak dikendalikan makan akan terjadi proses pertumbuhan. Proses pertumbuhan inilah yang dapat menghambat usaha pemasaran hasil perikanan dan tidak jarang menimbulkan kerugian besar, terutama pada saat produksi ikan melimpah. Karena itulah sejak dahulu masyarakat telah berusaha melakukan berbagai cara pengawetan ikan untuk mencegah pembusukan dan memperpanjang masa simpan (Afrianto, 1989). Ikan hasil pengolahan dan pengawetan umumnya sangat disukai oleh masyarakat karena produk akhirnya mempunyai ciri-ciri khusus yakni perubahan sifat-sifat daging seperti bau (odour), rasa (flavour), bentuk (appearance) dan tekstur. Salah satu makanan hasil olahan dari ikan adalah kerupuk ikan. Produk makanan kering dengan bahan baku ikan dicampur dengan tepung tapioka ini sangat digemari masyarakat. Makanan ini sering digunakan sebagai pelengkap ketika bersantap ataupun sebagai makanan ringan. Bahkan untuk jenis makanan khas tertentu selalu dilengkapi dengan kerupuk. Makanan ini menjadi kegemaran masyarakat dikarenakan rasanya yang enak, gurih dan ringan. Selain rasa yang enak tersebut, kerupuk ikan juga memiliki kandungan zat-zat kimia yang diperlukan oleh tubuh manusia (Wahdine, 2009).Proses pembuatan kerupuk ikan sangatlah sederhana dan mudah diusahakan. Industri kerupuk banyak berkembang di wilayah-wilayah perairan dengan produksi ikan tinggi. Hal ini yang menyebabkan usaha kerupuk ikan banyak dilakukan oleh rumah tangga yang merupakan industri mikro. Dari segi skala perusahaan, usaha kerupuk ikan dilakukan oleh perusahaan besar menengah dan juga perusahaan kecil rumah tangga. Perbedaan utama dari skala usaha tersebut adalah pada teknologi dan pangsa pasarnya. Perusahaan besar-menengah dalam proses produksinya menggunakan peralatan dengan teknologi modern dengan pangsa pasar tersebar baik di daerah lokal maupun daerah lain bahkan ekspor. Berbeda dengan perusahaan skala besar menengah, usaha pengolahan kerupuk kecil rumah tangga sebagian besar menggunakan peralatan dengan teknologi yang sederhana dan pangsa pasar yang masih terbatas pada pasar lokal (Kangisa, 2010).Pengemasan disebut juga pembungkusan, pewadahan atau pengepakan, dan merupakan salah satu cara pengawetan bahan hasil pertanian, karena pengemasan dapat memperpanjang umur simpan bahan. Pengemasan adalah wadah atau pembungkus yang dapat membantu mencegah atau mengurangi terjadinya kerusakan-kerusakan pada bahan yang dikemas/dibungkusnya. Susunan konstruksi kemasan juga semakin kompleks dari tingkat primer, sekunder, tertier sampai konstruksi yang tidak dapat lagi dipisahkan antara fungsinya sebagai pengemas atau sebagai unit penyimpanan, misalnya pada peti kemas yang dilengkapi dengan pendingin (refrigerated container) berisi udang beku untuk ekspor (Julianti dan Nurminah , 2006).

B. TujuanPraktek lapang ini bertujuan untuk mengetahui, mengkaji proses produksi kerupuk dan proses pengemsasan kerupuk ikan di Sentra Industri Rumah Tangga, Desa Tanjung Agas Kecamatan Tanjung Raja Kabupaten Ogan Ilir Sumatera Selatan.

II. TINJAUAN PUSTAKAA. KerupukKerupuk adalah makanan ringan yang dibuat dari adonan tepung tapioka dicampur bahan perasa seperti udang atau ikan. Kerupuk dibuat dengan mengukus adonan sebelum dipotong tipis-tipis, dikeringkan di bawah sinar matahari dan digoreng dengan minyak goreng yang banyak. Kerupuk bertekstur garing dan sering di jadikan pelengkap untuk berbagai makanan Indonesia seperti nasi goreng dan gado-gado (Anonim, 2007). Menurut Kangisa (2010), kerupuk biasanya dijual di dalam kemasan yang belum digoreng, dengan beragam jenis. Kerupuk udang dan kerupuk ikan adalah jenis kerupuk yang paling umum dijumpai di Indonesia. Kerupuk berharga murah atau kerupuk aci atau kerupuk melarat hanya di buat dari adonan sagu di campur garam, bahan pewarna makanan, dan vetsin. Kerupuk kulit atau kerupuk ikan biasanya yang sulit mengembang ketika digoreng, perlu di goreng sebanyak dua kali. Komposisi zat-zat kimia dalam kerupuk disajikan dalam Tabel 1. berikut :Tabel 1. Komposisi Kerupuk Ikan dan Udang (per 100 gram)KomponenKerupuk IkanKerupuk Udang

Karbohidrat65,6 %68 %

Air 16,6 %12 %

Protein16 %17,2 %

Lemak0,4 %0,6 %

Kalsium2 %332 %

Fosfor20 %337 %

Besi0,1 %1,7 %

Vitamin A0 %50 %

Vitamin B-0,04 %

Sumber: www.ristek.go.id Komposisi bahan sendiri beserta pengolahannya akan sangat mempengaruhi kualitas kerupuk, di mana komposisi bahan ini juga mempengaruhi pengembangan pada kerupuk tersebut. Secara umum bahan baku yang digunakan adalah tepung tapioka, sedangkan bahan tambahannya dapat berupa ikan atau udang, telur atau susu, garam, gula, air dan bumbu yang terdiri dari bawang merah, bawang putih, ketumbar dan sebagainya. Jumlah dan jenis bumbu yang digunakan tergantung pada selera masing-masing (Kangisa, 2010).Kerupuk perlu digoreng terlebih dahulu dengan minyak goreng bersuhu rendah sebelum di pindahkan kedalam wajan berisi minyak goreng panas. Jenis kerupuk yang lain seperti kerupuk kemplang, kerupuk gendar, kerupuk jengkol, kerupuk sanjai, kerupuk bawang putih, kerupuk rengginang, dan kerupuk susu yang bisa menjadi alternatif cemilan sehat (Ifah, 2006).Usaha kerupuk ikan dapat dilakukan oleh industri besar-menengah bahkan industri kecil rumah tangga karena proses pembuatannya yang sangat mudah. Jenis usaha kerupuk dapat dibedakan menjadi dua yaitu usaha kerupuk dengan bahan baku tepung tapioka dan ikan/udang dan usaha kerupuk dengan bahan baku utama tepung saja (baik tepung tapioka, tepung gaplek atau tepung lain tanpa campuran ikan/udang). Jenis kerupuk dengan bahan baku tepung diantaranya adalah kerupuk kasandra dengan bahan baku hanya tepung tapioka, kerupuk puli dengan bahan baku tepung tapioka yang dicampur dengan tepung terigu dan kerupuk impala dengan bahan baku tepung tapioka yang dicampur dengan tepung gaplek (Hernanto, 1989). Setiap pengusaha tidak hanya memproduksi satu jenis kerupuk saja. Alasan dari memproduksi lebih dari jenis kerupuk ini adalah bahwa pada prinsipnya proses pembuatan kerupuk hampir sama sehingga mesin-mesin yang sama bisa digunakan juga untuk memproduksi jenis yang lain. Mesin yang perlu ditambahkan adalah mesin pencetak yang sesuai dengan bentuk kerupuk yang diproses. Usaha dengan jenis produksi lebih dari satu juga akan membantu produsen dalam variasi produksi sehingga kerugian bisa diminimalisir (Hernanto, 1989). Salah satu sampel pengusaha misalnya, memproduksi kerupuk ikan setiap harinya. Selain itu dia juga memproduksi kerupuk jenis lain yaitu kerupuk puli. Jumlah produksi kerupuk puli ini di sesuaikan dengan pesanan yang ada dan juga dipengaruhi oleh pasar kerupuk ikan.

B. Produk Produk merupakan titik pusat dari kegiatan pemasaran karena produk merupakan hasil dari suatu perusahaan yang dapat ditawarkan ke pasar untuk di konsumsi dan merupakan alat dari suatu perusahaan untuk mencapai tujuan dari perusahaannya. Suatu produk harus memiliki keunggulan dari produk-produk yang lain baik dari segi kualitas, desain, bentuk, ukuran, kemasan, pelayanan, garansi, dan rasa agar dapat menarik minat konsumen untuk mencoba dan membeli produk tersebut (Anuraga, 2001),Salah satunya bagi produk kerupuk ikan pemberian merek, bentuk kemasan dan cara penyusunan pada pruduk merupakan masalah pokok dalam strategi produk. Memberikan daya tarik tersendiri bagi konsumen dan sebagai ciri khas produk. Namun pemberian merek pada pruduk itu mahal dan memakan waktu apa lagi bagi pengusaha kecil. Pemasangan merek juga dapat membuat produk itu berhasil atau gagal. (Kotler & Armstrong, 2001).Menurut Tjiptono Fandy (2000), klasifikasi produk bisa dilakukan atas berbagai macam sudut pandang. Berdasarkan berwujud tidaknya, produk dapat diklasifikasikan kedalam dua kelompok utama yaitu barang dan jasa.

C. KemasanProses akhir dari pengolahan bahan pangan sebelum produk sampai kepada konsumen adalah dengan melakukan pengemasan. Dasar dari teknologi pengemasan adalah bagaimana produk bisa sampai pada pemakai/konsumen dengan baik dalam arti menarik perhatikan mulai desain (bentuk, paduan warna), aroma, rasa dan hargaMenurut Prasastro (2008) bentuk kemasan biasanya disesuaikan dengan tingkat profesi/pendidikan dan bahkan ekonomi konsumen (bahkan kadang-kadang juga berinteraksi dengan rasa, dan warna bahkan harga). Selain yang telah disebutkan diatas dasar pengemasan berhubungan dengan mempertahankan mutu hasil pengawetan hingga ditangan konsumen adalah mengantisipasi unsur-unsur serta kemungkinan bisa hidupnya mikroorganisme dengan berbagai manifestasinya. Oleh karena itu sebagai dasar pemikiran teknologi pengemasan adalah bagaimana produk/hasil dari mesin-mesin pengawetan sesampainya pada konsumen bisa bebas dari mikroba dengan kaitan hal itu yang dimaksud untuk produk awetan perlu diisolir dari kontaminasi dengan udara luar/angin ataupun air, sebab udara selain ada kadar airnya bisa memindahkan mikroba, dan air bisa memindahkan maupun menyuburkan pertumbuhannya. Ikut campur tangannya insek/serangga karena disamping pada tubuhnya bisa terbawa bakteri, juga memakannya. Sinar, terlebih ultraviolet yang bisa menimbulkan jamur atau menstimulan bahan mikroba. Beban-beban luar dalam bentuk mekanis maupun panas, karena bisa menghancurkan bahan, rusaknya bahan merupakan bahan untuk tumbuh suburnya mikroba. Asam-asam keras, serta garam-garaman racun karena selain bisa meracuni pemakai, pada batas-batas tertentu justru bisa memacu pertumbuhan mikroba.Fungsi paling mendasar dari kemasan menurut Julianti (2006) adalah untuk mewadahi dan melindungi produk dari kerusakan-kerusakan, sehingga lebih mudah disimpan, diangkut dan dipasarkan. Secara umum fungsi pengemasan pada bahan pangan adalah :1. Mewadahi produk selama distribusi dari produsen hingga kekonsumen, agar produk tidak tercecer, terutama untuk cairan, pasta atau butiran2. Melindungi dan mengawetkan produk, seperti melindungi dari sinar ultraviolet, panas, kelembaban udara, oksigen, benturan, kontaminasi dari kotoran dan mikroba yang dapat merusak dan menurunkan mutu produk.3. Sebagai identitas produk, dalam hal ini kemasan dapat digunakan sebagai alat komunikasi dan informasi kepada konsumen melalui label yang terdapat pada kemasan.4. Meningkatkan efisiensi, misalnya : memudahkan penghitungan (satu kemasan berisi 10,1 lusin, 1 gross dan sebagainya), memudahkan pengiriman dan penyimpanan. Hal ini penting dalam dunia perdagangan.5. Melindungi pengaruh buruk dari luar, Melindungi pengaruh buruk dari produk di dalamnya, misalnya jika produk yang dikemas berupa produk yang berbau tajam, atau produk berbahaya seperti air keras, gas beracun dan produk yang dapat menularkan warna, maka dengan mengemas produk ini dapat melindungi produk-produk lain di sekitarnya.6. Memperluas pemakaian dan pemasaran produk, misalnya penjualan kecap dan syrup mengalami peningkatan sebagai akibat dari penggunaan kemasan botol plastik.7. Menambah daya tarik calon pembeli8. Sarana informasi dan iklan9. Memberi kenyamanan bagi pemakai. Fungsi ke-6, 7 dan 8 merupakan fungsi tambahan dari kemasan, akan tetapi dengan semakin meningkatnya persaingan dalam industri pangan, fungsi tambahan ini justru lebih ditonjolkan, sehingga penampilan kemasan harus betul-betul menarik bagi calon pembeli, dengan cara membuat :a. Cetakan yang multi warna dan mengkilat sehingga menarik dan berkesan mewahb. Dapat mengesankan berisi produk yang bermutu dan mahalc. Desain teknik dari wadahnya memudahkan pemakaid. Desain teknik wadahnya selalu mengikuti teknik mutahir sehingga produk yang dikemasnya terkesan mengikuti perkembangan terakhir.Di samping fungsi-fungsi di atas, kemasan juga mempunyai peranan penting dalam industri pangan, yaitu pengenal jatidiri/identitas produk, penghias produk, piranti monitor, media promosi, media penyuluhan atau petunjuk cara penggunaan dan manfaat produk yang ada di dalamnya, bagi pemerintah kemasan dapat digunakan sebagai usaha perlindungan konsumen, bagi konsumen kemasan dapat digunakan sebagai sumber informasi tentang isi/produk, dan ini diperlukan dalam mengambil keputusan untuk membeli produk tersebut atau tidak.Kemasan dapat diklasifikasikan berdasarkan beberapa cara menurut Syarief (1989), yaitu :1. Klasifikasi kemasan berdasarkan frekuensi pemakaian :a. Kemasan sekali pakai (disposable) , yaitu kemasan yang langsung dibuang setelah dipakai. Contoh bungkus plastik untuk es, permen, bungkus dari daun-daunan, karton dus minuman sari buah, kaleng hermetis.b. Kemasan yang dapat dipakai berulangkali (multitrip), contoh : botol minuman, botol kecap, botol sirup. Penggunaan kemasan secara berulang berhubungan dengan tingkat kontaminasi, sehingga kebersihannya harus diperhatikan.c. Kemasan atau wadah yang tidak dibuang atau dikembalikan oleh konsumen (semi disposable), tapi digunakan untuk kepentingan lain oleh konsumen, misalnya botol untuk tempat air minum dirumah, kaleng susu untuk tempat gula, kaleng biskuit untuk tempat kerupuk, wadah jam untuk merica dan lain-lain. Penggunaan kemasan untuk kepentingan lain ini berhubungan dengan tingkat toksikasi.2. Klasifikasi kemasan berdasarkan struktur sistem kemas (kontak produk dengan kemasan) :a. Kemasan primer, yaitu kemasan yang langsung mewadahi atau membungkus bahan pangan. Misalnya kaleng susu, botol minuman, bungkus tempe.b. Kemasan sekunder, yaitu kemasan yang fungsi utamanya melindungi kelompok-kelompok kemasan lain. Misalnya kotak karton untuk wadah susu dalam kaleng, kotak kayu untuk buah yang dibungkus, keranjang tempe dan sebagainya.c. Kemasar tersier, kuartener yaitu kemasan untuk mengemas setelah kemasan primer, sekunder atau tersier. Kemasan ini digunakan untuk pelindung selama pengangkutan. Misalnya jeruk yang sudah dibungkus, dimasukkan ke dalam kardus kemudian dimasukkan ke dalam kotak dan setelah itu ke dalam peti kemas.3. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat kekauan bahan kemasan :a. Kemasan fleksibel yaitu bahan kemasan yang mudah dilenturkan tanpa adanya retak atau patah. Misalnya plastik, kertas dan foil.b. Kemasan kaku yaitu bahan kemas yang bersifat keras, kaku, tidak tahan lenturan, patah bila dibengkokkan relatif lebih tebal dari kemasan fleksibel. Misalnya kayu, gelas dan logam.c. Kemasan semi kaku/semi fleksibel yaitu bahan kemas yan memiliki sifat-sifat antara kemasan fleksibel dan kemasan kaku. Misalnya botol plastik (susu, kecap, saus), dan wadah bahan yang berbentuk pasta.4. Klasifikasi kemasan berdasarkan sifat perlindungan terhadap lingkungan :a. Kemasan hermetis (tahan uap dan gas) yaitu kemasan yang secara sempurna tidak dapat dilalui oleh gas, udara atau uap air sehingga selama masih hermetis wadah ini tidak dapat dilalui oleh bakteri, kapang, ragi dan debu. Misalnya kaleng, botol gelas yang ditutup secara hermetis. Kemasan hermetis dapat juga memberikan bau dari wadah itu sendiri, misalnya kaleng yang tidak berenamel.b. Kemasan tahan cahaya yaitu wadah yang tidak bersifat transparan, misalnya kemasan logam, kertas dan foil. Kemasan ini cocok untuk bahan pangan yang mengandung lemak dan vitamin yang tinggi, serta makanan hasil fermentasi, karena cahaya dapat mengaktifkan reaksi kimia dan aktivitas enzim.c. Kemasan tahan suhu tinggi, yaitu kemasan untuk bahan yang memerlukan proses pemanasan, pasteurisasi dan sterilisasi. Umumnya terbuat dari logam dan gelas.5. Klasifikasi kemasan berdasarkan tingkat kesiapan pakai (perakitan) :a. Wadah siap pakai yaitu bahan kemasan yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna. Contoh : botol, wadah kaleng dan sebagainya.b. Wadah siap dirakit/wadah lipatan yaitu kemasan yang masih memerlukan tahap perakitan sebelum diisi. Misalnya kaleng dalam bentuk lembaran (flat) dan silinder fleksibel, wadah yang terbuat dari kertas, foil atau plastik. Keuntungan penggunaan wadah siap dirakit ini adalah penghematan ruang dan kebebasan dalam menentukan ukuran.

III. PELAKSANAAN PRAKTIK LAPANGANA. Tempat dan WaktuKegiatan Praktek Lapangan ini dilakukan di rumah produksi pengusaha kerupuk di Desa Tanjung Agas Kecamatan Tanjung Raja Ogan Ilir Sumatera Selatan, dimulai pada tanggal 1 November sampai 1 Desember 2010.

B. Metode PelaksanaanMetode yang digunakan dalam praktik lapangan ini adalah metode survey. Dimana metode survey adalah metode yang menggambarkan secara langsung keadaan suatu objek dan tidak dimaksudkan untuk mengambil dan menarik suatu kesimpulan. Data yang diambil adalah data primer dan data sekunder.1. Data PrimerData primer adalah data yang diperoleh dari sumbernya secara langsung dengan melakukan pengamatan dan pencatatan hasil observasi, wawancara dan partisifasi secara langsung.2. Data SekunderPengambilan data yang didapat secara tidak langsung oleh sumber. Dalam hal ini data di dapatkan dari pustaka, laporan serta data dari informasi masyarakat dan instansi terkait.

IV. GAMBARAN UMUM KECAMATAN TANJUNG RAJAA. Letak Geografis dan Luas WilayahSecara geografis Kecamatan Tanjung Raja terletak 100o 106 Bujur Timur dan 3 Lintang Selatan. Luas wilayah Kecamatan Tanjung Raja secara keseluruhan meliputi 7.941ha atau 70,41Km2. Batas-batas administratif Kecamatan Tanjung Raja adalah sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Rantau Panjang. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Rantau Alai. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Batu.Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Sungai PinangKecamatan Tanjung Raja terdiri dari 19 Desa/Keluarahan, wilayah desa/kelurahan yang paling luas adalah Desa Siring Alang 7,1 Km2 dan yang paling kecil adalah Desa Tanjung Raja 2,5 Km2. dan wilayah adminitrasi Kecamatan Tanjung Raja terdiri dari 15 Desa dan 4 Kelurahan (Tanjung Raja, Tanjung Raja Barat, Tanjung Raja Timur, dan Tanjung Raja Utara). Transportasi yang digunakan dari desa/kelurahan ke ibu kota kecamatan, sebagian besar ditempun melalui jalan darat.

B. Keadaan AlamIklim dan Curah hujan Kecamatan Tanjung Raja merupakan daerah yang mempunyai iklim tropis basah (type B) dengan musim kemarau berkisar antara bulan Mei sampai dengan bulan Oktober, sedangkan musim hujan berkisar antara bulan November sampai dengan bulan April, sedangkan musim kemarau berkisar antara bulan Mei sampai bulan Oktober. Curah hujan disuatu wilayah (tempat) dipengaruhi oleh keadaan iklim, topografi dan perputaran/pertemuan arus udara. Hidrolog di Kecamatan Tanjung Raja mengalir sungai besar yaitu Sungai Ogan yang mengalir mulai dari Kecamatan Muara Kuang dan bermuara di Sungai Musi di Kecamatan KertapatiPalembang yang lebih dikenal dengan Muara Ogan. Adat istiadat penduduk Kecamatan Tanjung Raja sebagian besar merupakan suku pegagan, dimana bahasa sehari-hari yang digunakan umumnya adalah bahasa pegagan. Sedangkan sebagian lainnya merupakan penduduk daerah lain yang telah lama menetap di Kecamatan Tanjung Raja.

C. Keadaan PendudukPola penyebaran penduduk ditunjukkan dengan banyaknya jumlah penduduk per desa/kelurahan dan besarnya angka kepadatan penduduk per desa/kelurahan. Terlihat bahwa pola penyebaran penduduk kurang merata. Distribusi penduduk lebih cenderung mengarah ke arah pusat kota. Jumlah penduduk wilayah Kecamatan Tanjung Raja pada tahun 2006 berjumlah 38.893 jiwa terdiri dari 19.205 jiwa laki-laki dan 19.688 jiwa perempuan, sedangkan pada tahun 2007 jumlah penduduknya 39.414 jiwa terdiri dari 19.222 jiwa laki-laki dan 20.192 jiwa perempuanJumlah penduduk terbanyak terdapat di Kelurahan Tanjung Raja yang berjumlah 5.200 jiwa dan jumlah penduduk terendah di desa Tanjung Harapan sebanyak 889 jiwa.

D. Keadaan Sosial Pada tahun 2006, untuk jenjang pendidikan dasar di Kecamatan Tanjung Raja terdapat 28 SD Negeri yang tersebar hampir diseluruh desa/kelurahan, dengan jumlah guru dan murid masing-masing sebanyak 285 dan 4.910 orang.Untuk jenjang pendidikan menengah pertama, sudah tersedia 3 SMP Negeri dengan murid 1.710 murid yang diasuh oleh 120 guru. Selain itu terdapat sekolah islam yang dikenal dengan Madrasyah Tsanawiyah (MTs). Di Kecamatan Tanjung Raja ada 1 MTs Negeri dan 2 MTs Swasta yang tedapat di kelurahan Tanjung Raja Barat, Desa Suka Pindah dan Kelurahan Tanjung Raja Timur dengan jumlah murid sebanyak 674 orang dan jumlah guru sebanyak 66 orang.Sekolah Menengah Umum di Kecamatan Tanjung Raja ada 6 sekolah, 2 diantaranya negeri dan sisanya swasta. Jumlah murid yang diasuh 2.056 orang dengan jumlah guru sebanyak 162 orang.Faktor kesehatan penduduk juga salah satu modal penting bagi pembangunan daerah, karena aspek kesehatan sangat berpengaruh terhadap kualitas sumber daya manusia sebagai pelaku pembangunan. Kesehatan juga merupakan investasi untuk mendukung pembangunan ekonomi serta memiliki peran penting dalam upaya penanggulangan kemiskinan. Hampir di setiap desa/kelurahan di Kecamatan Tanjung Raja terdapat Tenaga dan Sarana Kesehatan.Penduduk di Kecamatan Tanjung Raja sebagian besar yaitu 99,8 persen merupakan pemeluk agama islam. Sebanyak 0,2 persen sisanya merupakan pemeluk protestan, katholik dan hindu yang masing-masing sebanyak 47, 13 dan 4 orang.Jumlah tempat ibadah yang ada di Kecamatan Tanjung Raja Tahun 2006 adalah sebanyak 91 tempat ibadah yang terdiri dari 65 mesjid dan 26 sanggar atau surau yang tersebar di masing-masing desa/kelurahan.

E. Keadaan Ekonomi Peternakan dan Perikanan Pemerintah Kabupaten Ogan Ilir harus memperkuat kecukupan gizi pangan hewani dalam upaya peningkatan gizi masyarakat. Menjaga stabilitas haga ternak juga harus diperhatikan guna melindungi kepentingan peternak dan keamanan konsumsi. Pada tabel dibawah ini kita dapat melihat perkembangan populasi ternak dan luas produksi perikanan di Kecamatan Tanjung Raja.

V. HASIL DAN PEMBAHASANSetelah melakukan Praktik Lapangan di Desa Tanjung Agas Kecamatan Tanjung Raja, maka diperoleh informasi mengenai proses produksi kerupuk dan kelayakan usaha yang dikembangkan di sentra industri rumah tangga yang dilakukan di Desa Tanjung Agas Kecamatan Tanjung Raja. A. Aspek ProduksiPada dasarnya dalam pembuatan atau proses produksi kerupuk ikan di setiap industri rumah tangga itu sama, baik dari penggunaan bahan baku dan alat yang digunakan dalam proses produksi. Sedangkan yang berbeda dari tiap industri adalah takaran dari tiap bahan dan adanya bahan lain yang ditambahkan pada adonan kerupuk, seperti zat pewarna dan terasi.Setiap pengusaha memiliki alasan mengapa mereka memasukkan bahan lain kedalam adonannya. Hal ini dilakukan oleh tiap pengusaha tersebut untuk memberikan ciri khas pada produk dan menarik perhatian konsumen. Seperti halnya zat pewarna digunakan untuk memberikan warna pada kerupuk agar terlihat lebih cerah dan menarik, sedangkan terasi selain dapat memberikan warna yang cerah terasi juga menimbulkan bau yang khas dan rasa yang enak. Adapun tahap-tahap yang perlu dilakukan dalam proses pembuatan kerupuk ikan adalah sebagai berikut:a. Persiapan Bahan dan Alat.Bahanbaku yang digunakan dalam proses pembuatan kerupuk adalah daging giling dari ikan sarden atau ikan tongkol, sedangkan untuk bahan pembantu yang digunakan dalam membuat kerupuk ikan adalah sagu, gandum, air, garam dan penyedap rasa. Sedangkan alat yang digunakan untuk membuat kerupuk ikan adalah sebagai berikut :1. Baskom2. Alat pengukus (dandang), berbentuk tabung panjang yang terbuat dari aluminium untuk mengukus adonan.3. Alat Pengaduk4. Batok, alat pencetak/membentuk kerupuk.5. Penyerok, untuk mengambil adonan yang telah dibentuk di dalam batok.6. Ancap, wadah untuk meletakkan adonan yang telah dibentuk setelah itu dikukus.7. Tampah, untuk menjemur.8. Wajan ukuran besar, untuk mengoreng kerupuk.9. Saringan, untuk menyaring kerupuk agar terpisah dengan minyak.10. Plastik, sebagai wadah atau kemasan.11. Tali, untuk mengikat plastik.b. Proses ProduksiAdapun proses pembuatan kerupuk ikan adalah sebagai berikut: 1. Pembuatan adonanAdonan kerupuk ini terbuat dari gandum yang dicampur dengan sagu dan diberi air dingin hingga menjadi adonan yang kental, kemudian dicampurkan dengan garam, MSG dan ikan giling yang telah direbus, diaduk hingga rata lalu di dinginkan.2. PencetakanPencetakan adonan di lakukan dengan mengunakan batok. Batok adalah alat yang digunakan untuk membentuk kerupuk dan orang yang mengunakannya telah ahli. Dengan bantuan alat cetak adonan ini dapat dibuat dalam bentuk serupa. Selanjutnya adonan di susun di atas ancap yang terbuat dari bambu. Namun sebelum adonan di letakkan di atas ancap, permukaan ancap terlebih dahulu diolesi dengan minyak agar adonan yang dikukus tidak lengket pada cetakan. Isi adonan kerupuk pada tiap ancap berjumlah 12-13 buah.3. PengukusanAdonan kemudian dikukus dalam dandang selama kurang lebih 5 menit. Banyaknya ancap di dalam kukusan berjumlah 22 ancap. Untuk mengetahui apakah adonan kerupuk telah masak atau belum adalah dengan cara menusukkan lidi ke dalamnya. Bila adonan tidak melekat pada lidi berarti adonan telah masak. Cara lain untuk menentukan masak atau tidaknya adonan kerupuk dapat di lakukan dengan menekan adonan tersebut. Bila permukaan silinder kembali seperti semula, artinya adonan telah masak. Setelah itu kerupuk ditiriskan.

4. PenjemuranKerupuk yang telah dikukus disusun di atas tampah untuk kemudian dijemur dibawah sinar matahari.

5. PengorenganPada saat penggorengan kerupuk di lakukan dua tahap yaitu:1. Kerupuk di panaskan terlebih dahulu di minyak yang tidak terlalu panas, pada saat ini kerupuk tidak mengembang.2. Setelah kerupuk dipanaskan barulah di masukkan di tempang penggorengan akhir di sini minyak sudah panas dan alhasil kerupuk mengembang, setalah mengembang kerupuk di angkat dan didiamkan terlebih dahulu. Setelah kira-kira minyak pada kerupuk sudah hilang, kerupuk siap di masukkan di dalam plastik.

6. PengepakanKerupuk yang telah kering ini dapat segera dibungkus dan siap untuk diedarkan atau dijual ke masyarakat.

c. Alur Proses

Air, garam, MSG dan Air, gandum dan sagu daging giling di rebus di adon

Di campurkan dan di aduk rata

Didinginkan

Tambahkan sagu dan di adon

Pencetakan

Pengukusan Selama 5 menit

Pengangkutan

Penjemuran

Pengorengan

Pengepakan

Penyimpanan

Kerupuk

Gambar 7. Diagram Alir Pembuatan Kerupuk Ikan

B. KemasanProses pengemasan kerupuk ikan di desa ini merupakan proses pengemasan dengan cara yang sangat sederhana dan tidak membutuhkan alat teknologi yang modern. Kemasan ini berfungsi melindungi produk dari kontaminasi dari luar seperti air dan udara luar, apabila kontaminan ini masuk maka dipastikan produk akan mengalami kemunduran mutu berupa tengik dan melempem sehingga produk gagal dipasarkan ataupun tidak laku untuk dipasarkan. Fungsi lain adalah untuk melindungi produk dari gangguan insek/serangga yang dapat menurunkan nilai mutu produk karena insek/serangga dapat membawa bakteri dan mencemari produk. Fungsi kemasan lain adalah sebagai alat komunikasi antara produk dan konsumen serta alat informasi produk yang menjadikan identitas produk itu sendiri seperti pemberian label, informasi nilai gizi, merek dan sebagainya. Kemasan kerupuk ikan yang ada di Desa Tanjung Agas ini sangat sederhana dan murah, tujuan pemasaran juga diperuntukan bagi kalangan menengah hingga kalangan bawah sehingga pemberian label, merek, apalagi informasi nilai gizi tidak disertakan dalam kemasan kerupuk ikan. Hanya beberapa dari produsen yang hanya mencantumkan merek atau nama produknya beserta informasi produsen, alasan produsen mencantumkan merek/nama produk adalah agar produknya mempunyai ciri khas dan dapat dikenal oleh masyarakat yang mengkonsumsinya.Kemasan kerupuk ikan mempunyai klasifikasi berdasarkan struktur sistem kemas yaitu, kemasan primer. Kemasan kerupuk ikan yang hanya mewadahi atau membungkus sehingga kemasan kontak secara langsung dengan produk. Berdasarkan sifat kekakuan bahan kemasan, kemasan kerupuk ikan (plastik) termasuk ke dalam jenis kemasan fleksibel yang dapat dilenturkan tanpa adanya patahan atau retakan pada kemasan. Berdasarkan tingkat kesiapan pakai, kemasan kerupuk merupakan kemasan siap pakai yaitu bahan kemasan yang siap untuk diisi dengan bentuk yang telah sempurna.Kemasan kerupuk ikan hanya menggunakan 3 jenis bahan kemasan yaitu kemasan primer dengan berbahan polietilen (PET), tali plastik dan label berbahan kertas.1. Kemasan Primer (Polyetilen)Kemasan primer yang digunakan untuk produk kerupuk ikan ini adalah plastik polybag. Jenis polybag yang digunakan terbuat dari jenis plastik polietilen. Penggunaan plastik polietilen sering digunakan pada kemasan makanan atau pangan karena polietilen aman dan tidak terlalu berbahaya.Polietilen adalah polimer dari monomer etilen yang dibuat dengan proses polimerisasi adisi dari gas etilen yang diperoleh dari hasil samping industri minyak dan batubara. Sifat-sifat polietilen adalah : a. Penampakannya bervariasi dari transparan, berminyak sampai keruh (translusid) tergantung proses pembuatan dan jenis resin.b. Fleksible sehingga mudah dibentuk dan mempunyai daya rentang yang tinggi.c. Heat seal (dapat dikelim dengan panas), sehingga dapat digunakan untuk laminasi dengan bahan lain. Titik leleh 120o C.d. Tahan asam, basa, alkohol, deterjen dan bahan kimia.e. Kedap terhadap air, uap air dan gas. f. Dapat digunakan untuk penyimpanan beku hingga suhu -50o C.g. Transmisi gas tinggi sehingga tidak cocok untuk pengemasan bahan yang beraroma.h. Tidak sesuai untuk bahan pangan berlemaki. Mudah lengket sehingga sulit dalam proses laminasi, tapi dengan bahan antiblok sifat ini dapat diperbaiki.Pada kemasan primer produk kerupuk ikan ini, menggunakan jenis plastik LDPE (Low Density Polietilen). LDPE dihasilkan dengan cara polimerisasi pada tekanan tinggi, mudah dikelim dan harganya murah. Dalam perdagangan dikenal dengan nama alathon, dylan dan fortiflex. Kekakuan dan kuat tarik dari LDPE lebih rendah daripada HDPE (modulus Young 20.000-30000 psi, dan kuat tarik 1200-2000 psi), tapi karena lDPE memiliki derajat elongasi yang tinggi (400-800%) maka plasik ini mempunyai kekuatan terhadap kerusakan dan ketahanan untuk putus yang tinggi. Titik lelehnya berkisar antara 105-115oC. Digunakan untuk film, mangkuk, botol dan wadah/kemasan. Dalam kemasan primer ini dapat mengisi 25 kerupuk ikan dan proses selanjutnya adalah mengikat kemasan primer (polybag).2. Tali PlastikTali plastik merupakan bagian pelengkap dari kemasan kerupuk. Tali plastik ini memiliki fungsi sebagai pengikat pada bagian atas polybag kerupuk yang telah dikemas. Tujuannya agar kemasan dapat dibuka dan ditutup kembali oleh konsumen. Kelemahan menggunakan tali plastik ini adalah kerapatan kemasan berkurang yang dapat menyebabkan udara dapat masuk ke dalam kemasan dan menyebabkan produk mengalami kemunduran mutu.3. LabelLebel pada kemasan kerupuk hanya menggunakan kertas jenis HVS yang dicetak dengan keterangan : Nama produk, daerah produksi dan informasi produsen. Label inilah yang memberi ciri khas produk kerupuk ikan pada tiap produsen.

4. Kemasan Sekunder (kemasan distribusi)Kemasan ini adalah kemasan yang digunakan oleh distributor untuk memasarkan produk dalam bentuk kemasan primer. Kemasan ini terbuat dari rangka kayu yang disusun di atas sepedamotor dan menggunakan tali plastik sebagai pembatasnya. Kemasan distribusi ini sangat sederahana dan memiliki kelemahan yaitu produk yang dibawanya dapat langsung terkena sinar matahari yang dapat merubah mutu kerupuk dalam kemasan.

VI. KESIMPULAN DAN SARANA. KesimpulanBerdasarkan hasil pengamatan di lapangan, maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :1. Usaha kerupuk ikan dilakukan oleh masyarakat di Tanjung Agas merupakan usaha dengan skala kecil dan kegiatan usaha yang dilakukan menggunakan peralatan dengan teknologi yang masih rendah.2.Proses pengemasan kerupuk ikan tidak menggunakan peralatan khusus sehingga tidak ada penambahan dana/modal untuk membeli peratalatan maupun perbaikan alat.3 Keuntungan menggunakan kemasan LDPE adalah kemasan ini mudah didapatkan dan sangat murah, sehingga dapat menekan biaya produksi.4.Kemasan kerupuk sangat sederhana yang hanya berbahan plastik (LDPE), tali plastik dan label berbahan kertas.5.Kelemahan kemasan adalah tali plastik sebagai pengikat yang memiliki daya kerapatan yang lemah.6.Plastik sangat rentan terhadap benturan atau gangguan fisik dari luar yang dapat menyebabkan produk rusak.

B. SaranSetelah melaksanakan kegiatan praktik lapang di Desa Tanjung Raja dengan memperhatikan aspek pengemasan maka saran yang dapat diberikan adalah sebagai berikut:1.Menggunakan laminasi tradisional dengan cara memanaskan tepi ujung kemasan dengan api kecil sehingga kemasan tertutup rapat.2. Penggunaan kaleng sebagai kemasan primer lebih efektif tetapi tidak efisien dari biaya produksi.3.Memerlukan ketelitian pada saaat pengepakan kerupuk agar kerupuk tidak pecah saat dimasukkan ke dalam kemasan.

DAFTAR PUSTAKAAfrianto, Eddy dan Liviawaty, Evi. 1989. Pengawetan dan Pengolahan Ikan. Yogyakarta : Kanisius.

Anuraga, Pandji dan Djoko Sudantoko. 2002. Koperasi, Kewirausahaan dan Usaha Kecil. Jakarta : Rineka Cipta.

Anonim.2007. Kerupuk. Jakarta : Wikipedia Indonesia.

Hambali, Fttriansyah. 2005 . Manajemen Pemasaran. (Online) (http://fitrian.staff.gunadarma.ac.id/ Diakses : 17/02/2011).

Hernanto., F. 1989. Ilmu Usahatani. Jakarta : Penebar Swadaya.

Ifah. 2006. Usaha Pertanian. Jakarta : PT. Dunia Pustaka.

Julianti, E dan Nurminah, M. 2006. Teknologi Pengemasan. Universitas Sumatera Utara. Medan

Kangisa. 2010. Membuat Kerupuk Ikan. (Online) (http://kangisa.co.cc/ Diakses : 03/12/2010).

Kotler & Armstrong. 2010. Produk. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.

Manurung, R.A.I. 2005. pengaruh penambahan bubuk kedelai dan sodium poliposfat terhadap mutu nugget cucut (Sphyraena barracuda). skripsi departemen teknologi pertanian fakultas pertanian universitas utara. medan. (tidak dipublikasikan).

Moeljanto. 1992. Pengawetan dan Pengolahan Hasil Perikanan. Jakarta : PT. Penebar Swadaya.

Prasasto, S. 2008. Dasar Teknologi Pengemasan. Diperoleh dari : http://prasasto.blogspot.com/2008/09/pengemasan.html

Rubatzky, V.E dan M. Yamaguchi. 1999. world vegetables. ITB. bandung. diterjemahkan oleh catur herison.

Saraswati. 1986. Membuat kerupuk. Jakarta : Bhratara Karya Aksara.

Syarief, R., S.Santausa, St.Ismayana B. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan.Laboratorium Rekayasa Proses Pangan, PAU Pangan dan Gizi, IPB.

Tjiptono, Fandy. 2000. Kriteria Produk. (Online) (http://trendy.rasyid.net Diakses : 03/12/2010).

Pembayun, R et al,. 2001 Sanitasi dan Higiene Industri. Palembang : Universitas Sriwijaya.

Wahdine, AR. 2009. Usaha Kerupuk Ikan di Daerah Kuin Kecamatan Banjarmasin Utara Kota Banjarmasin. (online), (http://buabuazone88.blogspot.com/2010/01/studi-kelayakan-usaha-kerupuk-ikan-di.html, diakses 15 Desember 2010).

Winarno, F.G. 1997. kimia pangan dan gizi. jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lampiran

Gambar 1. Pembuatan Adonan

Gambar 2. Mencetak Adonan

Gambar 3. Pengukusan

Gambar 4. Penjemuran Kerupuk di bawah sinar matahari

Gambar 5. Pengorengan kerupuk

Gambar 6. Pengepakan

Gambar 7. Kemasan polybag

Gambar 8. Tali plastik

Gambar 9. Label kemasan Gambar 10. Kemasan Sekunder