PERSEPSI, PERILAKU DAN PREFERENSI MASYARAKAT...
Transcript of PERSEPSI, PERILAKU DAN PREFERENSI MASYARAKAT...
PERSEPSI, PERILAKU DAN PREFERENSI MASYARAKAT
SANTRI TERHADAP PEGADAIAN SYARIAH
(Studi Kasus Pesantren Al-Wasatiyah Cipondoh Kota Tangerang)
Skripsi
Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Bisnis untuk Memenuhi Salah Satu
Syarat Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Oleh :
SAUQI DAWAM
NIM : 1112086000033
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARI’AH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2019 M / 1440 H
i
ii
iii
iv
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
I. IDENTITAS PRIBADI
1. Nama : Sauqi Dawam
2. Nama Panggilan : Sauqi
3. Tempat & Tanggal Lahir : Tangerang, 06 Mei 1994
4. Jenis Kelamin : Laki - Laki
5. Agama : Islam
6. Alamat : Jl. Mandor Muhi Masjid Jami
Biturrahim Kp. Bulak Poris Kel.
Cipondoh Makmur Kec.Cipondoh
Kota Tangerang Provinsi Banten.
7. Status : Belum Menikah
8. Kewarganegaraan : Indonesia
9. No. Hp : 081280696021
10. Email : [email protected]
II. PENDIDIKAN
1. SD (1999-2005) : MI ISLAM AL-WASATIYAH
2. SMP (2005-2008) : SMP ISLAM AL-WASATIYAH
3. SMK (2008-2011) : SMA ISLAM AL-WASATIYAH
4. S1 (2012-2018) : Universitas Islam Negri Syarif
Hidayatullah Jakarta
III. PENGALAMAN ORGANISASI
1. Anggota Himpunan Mahasiswa Jurusan (HMJ) Ekonomi Syariah Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
Periode 2014-2015.
2. Ketua Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama Kec.Cipondoh Periode 2017-2019.
3. Wakil Ketua Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) SMP-SMA Islam
Al-Wasatiyah Periode 2008 – 2010.
4. Anggota Paskibra Sekolah
5. Anggota Saka Bayangkara Kec.Cipondoh
vi
ABSTRACT
This study aims to analyze the influence of the perception of the
santri(student) community, the behavior of the santri(student) community, and the
santri(student) community preference towards Pawning of Syari'ah as measured
by the existing product of Pawnshop syari'ah. (case study of Al-Wasatiyah
Cipondoh Islamic boarding school in Tangerang City) The data used in this study
are primary data by distributing questionnaires. This study uses a method of
linear regression analysis using SPSS version 24.0 and Microsoft Excel 2007
computer programs.
The results of this study indicate that Santri(student) Community
Perception, Santri(student) Community Behavior, and Santri(student) Community
Preference, simultaneously or together have a significant influence on Pawning of
Syari'ah with sig values. 0.000 < 0.05. The results of this study show partially
that community perceptions of santri (student) have a not significant influence on
Pawning of Syari'ah with sig values. 0.228 > 0.05.
Community behavior Santri( student) has a significant effect on pawning of
Syari'ah with sig values. 0.000 < 0.05. Santri (student) Community Preference
partially influences Pawning of Syari'ah with sig values. 0.001 < 0.05.
Keywords: Perception of Santri Community, Santri Community Behavior,
Santri(student) Community Preference, pawning of syari'ah.
vii
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Persepsi masyarakat
santri, perilaku masyarakat santri, dan preferensi masyarakat santri terhadap
Pegadaian Syari’ah yang diukur dengan produk yang ada Pegadaian syari’ah.
(studi kasus pondok pesantren Al-Wasatiyah Cipondoh Kota Tangerang) Data
yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan menyebarkan
angket kuesioner. Penelitian ini menggunakan metode analisis regresi linier
dengan menggunakan program komputer SPSS versi 24.0 dan microsoft Excel
2007.
Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Persepsi Masyarakat Santri,
Perilaku Masyarakat Santri, dan Preferensi Masyarakat Santri, secara simultan
atau bersama-sama mempunyai pengaruh yang siginifikan terhadap Pegadaian
Syari’ah dengan nilai sig. 0.000 < 0.05. Hasil Penelitian ini menunjukan secara
parsial Persepsi Masyarakat Santri tidak berpengaruh secara signifikan terhadap
Pegadaian Syari’ah dengan nilai sig. 0.228 > 0.05
Perilaku Masyarakat Santri berpengaruh secara signifikan terhadap
pegadaian Syari’ah dengan nilai sig. 0.000 < 0.05 . Preferensi Masyarakat Santri
secara parsial berpengaruh terhadap Pegadaian Syari’ah dengan nilai sig. 0.001 <
0.05.
Kata Kunci : Persepsi Masyarakat santri, Perilaku Masyarakat Santri,
Preferensi Masyarakat Santri, Pegadaian Syari’ah
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat
serta karunia-Nya yang tiada batas sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul “PERSEPSI, PERILAKU DAN PREFERENSI
MASYARAKAT SANTRI TERHADAP PEGADAIAN SYARIAH (studi
kasus pondok pesantren Al-wasatiyah)” ini dengan baik. Sholawat dan salam
semoga selalu tercurahkan atas baginda Nabi Muhammad SAW, yang telah
memberikan cahaya dalam hidup penulis berupa cahaya Islam.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan sebagaimana yang diharapkan.Walaupun waktu, tenaga dan pikiran
telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki,
demi terselesaikannya skripsi ini agar bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi
pembaca pada umumnya.
Ucapan terimakasih yang tak terhingga atas bimbingan, penghargaan,
dukungan serta bantuan dari berbagai pihak kepada penulis dalam menyelesaikan
skripsi ini.Untuk itu penulis sangat berterimakasih kepada:
1. Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan karunia-Nya yang menjadikan
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Kedua orang tua saya yang saya sayangi, Ibu. Rohmatika dan Bapak. Drs. H.
Syahrudin Alfaqir atas segala kepercayaan, kasih sayang, semangat agar saya
dapat menyelesaikan skripsi ini. Serta kakak M.Arib Jaudi, S.Pd dan adik saya
Zaskiya Wirda Rahata atas dukungannya selama ini baik moril maupun
materil.
3. Kepada seluruh keluarga besarku, H.Saun (alm) dan H.Syahril (alm) yang
tak bisa disebutkan satu persatu terimakasih atas segala ilmu yang diberikan,
serta do’a dan semangat yang tak pernah henti untuk selalu mendukung saya.
4. Bapak Dr. M. Arief Mufraini LC., MA., AK., CA selaku Dekan Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Bapak. Dr. Ade Sofyan Mulazid, S.Ag.,M.H selaku dosen pembimbing skripsi
pertama saya yang telah meluangkan waktu, membimbing dan terus
memberikan motivasi serta arahan dengan penuh kesabaran dan pengertian
kepada penulis.
6. Ibu. RR. Tini Angraeni, ST, M.Si selaku dosen pembimbing kedua saya yang
telah meluangkan waktu, membimbing dan terus memberikan motivasi serta
arahan dengan penuh kesabaran dan pengertian kepada penulis
7. Bapak. Yoghi Citra Pratama, SE, M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi
Syariah, dan Ibu RR. Tini Angraeni, ST, M.Si selaku Sekretaris Jurusan
Ekonomi Syariah yang telah tulus dan ikhlas memberikan layanan kepada
penulis selama kuliah di UIN Syarif Hidayatullah
ix
8. Pesantren Islam Al’wasatiyah atas bantuan dan bimbingannya selama saya
menjalani riset disana.
9. Seluruh Dosen dan seluruh Karyawan dan para staff Fakultas Ekonomi dan
Bisnis UIN Syarif Hidayatullah Jakarta terimakasih yang telah membantu
kelancaran perkuliahan dan membantu dalam mengurus berkas-berkas
penulis.
10. Sahabat-sahabat saya yang saya sayangi terkhusus siaga kampus yang selalu
menemani dan membantu selama pengerjaan skripsi ini (Dedi Iskandar,
Edwin Prasetio,SE, Ahmad Fajrul Falah, Muhammad Nurdin, SE, Aydil
Amril, Raihan Dika Aziz) serta seluruh teman-teman mahasiswa khususnya
Ekonomi Syariah angkatan 2012 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
11. Teruntuk sahabat-sahabat saya di luar kampus yang tak henti memberikan
semangat kepada saya (Syihabudin, Azlan Muhibuddin, Imron Rosadih).
12. Dan kepada seluruh pihak, yang tidak dapat bisa penulis sebutkan satu per
satu yang telah banyak membantu, mempermudah dan memberi arahan hingga
skripsi ini saya selesaikan.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan dan kesalahan,
oleh karenanya kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis
harapkan. Adapun segala kekurangan dan kesalahan pada skripsi ini sepenuhnya
menjadi tanggung jawab penulis. Harapan penulis, semoga skripsi ini dapat
bermanfaat bagi banyak orang.
Wassalamualaikum Wr. Wb
Jakarta, 30 Oktober 2018
Sauqi Dawam
NIM. 1112086000033
x
DAFTAR ISI
Halaman
LEMBAR PENGESAHAN SKRIPSI ............................................................... i
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN KOMPREHENSIF .................................... ii
LEMBAR PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI ................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH ........................... iv
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ............................................................................ v
ABSTTRACK .................................................................................................... vi
ABSTRAK .......................................................................................................... vii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... x
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah ........................................................... 1
B. Perumusan Masalah ................................................................. 10
C. Tujuan Penelitian ..................................................................... 10
D. Manfaat Penelitian .................................................................... 11
BAB II LANDASAN TEORI ........................................................................ 12
A. Persepsi .................................................................................... 12
B. Perilaku .................................................................................... 18
C. Preferensi .................................................................................. 23
D. Masyarakat Santri...................................................................... 27
E. Pegadaian Syari’ah ................................................................... 32
F. Penelitian Sebelumnya ............................................................. 50
G. Kerangka Pemikiran ................................................................ . 53
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 56
A. Ruang Lingkup Penelitian......................................................... 56
B. Metode Penentuan Populasi Dan Sampe ................................. 57
C. Skala Pengukuran...................................................................... 58
D. Metode Pengumpulan Data ...................................................... 60
E. Metode Analisis Data ................................................................ 61
F. Definisi Operasional Variabel .................................................. 69
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 72
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian ............................. 72
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian ................................................. 72
BAB V PENUTUP ....................................................................................... 92
A. Kesimpulan .............................................................................. 92
B. Implikasi ................................................................................... 93
C. Saran-saran ............................................................................... 94
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 95
LAMPIRAN ....................................................................................................... 97
xii
DAFTAR TABEL
Tabel Keterangan
2.1. Perbedaan Pegadaian Syariah
dengan Pegadaian konvensional....................................................... 46
2.2. Penelitian Terdahulu ....................................................................... 51
2.3. Kerangka Berpikir ........................................................................... 54
3.1. Kriteria Purposive Sampel .............................................................. 58
3.2. Skala Likert ..................................................................................... 59
3.3. Durbin Watson ................................................................................ 67
3.4. Operasional Variabel Penelitian ...................................................... 70
4.1. Kurikulum Pembelajaran
Pondok Pesantren Al-wasatiyah ...................................................... 74
4.2. Data Sampel Penelitian ................................................................... 75
4.3. Jenis Kelamin Responden ............................................................... 75
4.4. Usia Responden ............................................................................... 76
4.5. Tingkat Pendidikan Terakhir Responden ........................................ 76
4.6. Hasil Uji Validitas Persepsi Masyarakat Santri .............................. 77
4.7. Hasil Uji Validitas Perilaku Masyarakat Santri .............................. 78
4.8. Hasil Uji Validitas Preferensi Masyarakat Santri ........................... 79
4.9. Hasil Uji Validitas Pegadaian Syariah ............................................ 79
4.10. Hasil Uji Reliabitas ......................................................................... 80
4.11. Hasil Uji Normal P-Plot .................................................................. 81
4.12. Hasil Uji Nomalitas Test distribution is Normal ............................. 82
4.13. Hasil Uji Multikolonieritas .............................................................. 83
4.14. Uji Heterokedastisitas secara Scatterplot ........................................ 85
4.15. Uji Autokolerasi .............................................................................. 86
4.16. Uji Koefisien Dterminasi ................................................................ 87
4.17. Uji Parsial ........................................................................................ 88
4.18. Uji Simultan .................................................................................... 91
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
1. Lampiran 1Kuesioner Penelitian ...... ........................................................... 98
2. Lampiran 2 Data Output SPSS 24 .............................................................. 104
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pegadaian merupakan salah satu bentuk penjaminan dalam perjanjian
pinjam meminjam dan dianggap paling praktis oleh masyarakat. Praktek
gadai dapat dilakukan oleh masyarakat umum karena tidak memerlukan suatu
tertib administrasi yang rumit dan tidak juga diperlukan suatu analisa kredit
yang mendalam seperti pada bentuk penjaminan lain. Oleh karena itu,
pemerintah merasa perlu untuk memiliki suatu lembaga keuangan yang
melayani pinjaman kepada masyarakat dengan konsep gadai
(Ridwan,2006:1).
Dalam perkembangannya, Pegadaian Syariah memiliki peranan yang
besar dalam kehidupan masyarakat, khususnya untuk golongan menengah ke
bawah, seperti slogan yang selalu disampaikan pihak gadai syariah,
“Mengatasi Masalah Sesuai Syariah”. Dengan prosedur yang sederhana,
mudah dan cepat, sehingga dana dapat segera diperoleh guna dapat
dimanfaatkan sesuai dengan kebutuhannya. Layanan Pegadaian Syariah dapat
memenuhi kebutuhan nasabah dan persyaratan dalam hal pinjaman jangka
pendek (Zaihan dan Rosita, 2015). Pegadaian Syariah pada dasarnya sebagai
bagian dari sistem keuangan yang merupakan tatanan dalam perekonomian
suatu negara yang memiliki peran, terutama dalam menyediakan jasa-jasa di
bidang keuangan (Ahmed Al Masry, 2015).
2
Dengan diresmikannya Unit Pegadaian Syariah, masyarakat memiliki
variasi pilihan lagi untuk memperoleh tambahan dana secara cepat dengan
prosedur yang mudah untuk mememuhi kebutuhannya baik untuk konsumsi
maupun usaha. Keberadaan Pegadaian Syariah dapat menjadi alternatif
pilihan dari PT Pegadaian (Persero) untuk menawarkan jasa pinjaman dengan
sistem gadai yang diharapkan dapat menggerakkan sektor rill dengan
berbagai kepentingan nasabah, terutama umat muslim. Semakin maraknya
perkembangan produk-produk berbasis syariah tidak menutup kemungkinan
nasabah non muslim tertarik untuk menggadaikan barangnya secara mudah
dan cepat untuk memperoleh dana di Pegadaian Syariah. (Hadijah, 2015)
Untuk menjalankan Pegadaian Syariah secara optimal, maka diperlukan
regulasi yang memadai, sehingga Pegadaian Syariah bisa dikelola dengan
sehat dan sesuai prinsip syariah (M.A.Sehan,2004:3). Regulasi tersebut
bertujuan untuk mengatur lebih lanjut mengenai aspek kelembagaan,
organisasi, instrumen keuangan, operasional, pengembangan sumber daya
manusia (SDM), dan pengawasan.
Usaha pegadaian didirikan berdasarkan PP Nomor 10 Tahun 1990,
dengan misi untuk mencegah praktek riba. Namun sebagian masyarakat
belum mengetahui keberadaan fatwa Dewan Syariah Nasional Nomor
25/DSN-MUI/III/2002 tanggal 26 juni 2002, isinya bahwa pinjaman dengan
menggadaikan barang sebagai jaminan utang dalam bentuk rahn
diperbolehkan. Payung hukum gadai syariah dalam hal pemenuhan prinsip-
prinsip syariah berpegang pada Fatwa DSN MUI No 25/DSN-MUI/III/2002,
3
tentang Rahn, (Soemitra, 2009). DSN (Dewan Syariah Nasional) merupakan
lembaga otonom di bawah Majelis Ulama Indonesia yang dipimpin oleh
Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia. Fungsi utama Dewan Syariah ini
adalah mengawasi produk-produk lembaga keuangan syariah agar sesuai
dengan syariah Islam. Lembaga ini juga meneliti dan memberi fatwa bagi
produk-produk yang dikembangkan lembaga keuangan syariah di Indonesia.
(Antonio, 2001) Fatwa merupakan penjelasan tentang hukum Islam yang
diberikan oleh seorang faqih atau lembaga fatwa kepada umat, yang muncul
baik karena adanya pertanyaan maupun tidak (Wardani, 2009).
Selain pendapat mengenai dukungan gadai syariah ini, sebagian
masyarakat lainnya yang tetap menganggap bahwa transaksi di Pegadaian
Syariah adalah transaksi yang dilarang oleh syariat Islam, karena
mengandung riba atas adanya perjanjian kelebihan pembayaran pada akad
pinjaman (Advika, 2008). Terdapat beberapa alasan yang mendasari keraguan
tersebut. Pertama, terjadi penggabungan dua akad menjadi satu akad (multi
akad) yang dilarang syariah, yaitu akad gadai (atau akad qardh) dan akad
ijarah (biaya simpan). Nasabah yang menggadaikan barangnya akan
mendapat pinjaman senilai tertentu sesuai perhitungan bank, dan selanjutnya
nasabah wajib membayar biaya 'jasa pemeliharaan' emas sesuai yang
ditetapkan bank (Tarmizi, 2013). Kedua, terjadi riba walaupun disebut
dengan istilah “biaya simpan” atas barang gadai dalam akad qardh (utang)
antara Pegadaian Syariah dengan nasabah. Sebab dalam akad qardh tidak
menarik manfaat baik berupa hadiah, uang atau manfaat yang lainnya.
4
Ketiga, terjadi kekeliruan pembebanan biaya simpan. Dalam kasus ini, pihak
murtahin (pegadaian syariah) disebut membebankan biaya simpan
berdasarkan nilai pinjaman yang tidak diperbolehkan (al-Jawi, 2013).
Sedangkan dari sisi kinerja operasional, Dijono mengatakan PT
Pegadaian optimistis menatap tahun 2017. Perusahaan gadai milik pemerintah
ini yakin bisa menyalurkan pinjaman Rp 41 triliun di sepanjang tahun 2017.
Target tersebut naik 15,49% dari realisasi tahun lalu yang sebesar Rp 35,5
triliun (Kontan: 2017).
Realisasi pinjaman Pegadaian tahun lalu target awal 2016 yakni sebesar
Rp 31,8 triliun. Direktur Pegadaian Dijono yakin target tersebut akan mudah
tercapai. Sebab, hingga Maret 2017 Pegadaian telah menyalurkan pinjaman
Rp 36,03 triliun. Penyaluran pinjaman tersebut berasal dari produk gadai
konvensional yakni Kredit Cepat Aman (KCA) sebesar 85%, gadai syariah
Rahn 10% dan sisanya dari produk lainnya. Tahun ini, produk gadai
konvensional masih akan menjadi andalan. Untuk mewujudkan target
tersebut, Pegadaian akan menambah gerai baru.
Dijono mengatakan, wilayah yang disasar adalah daerah dengan potensi
ekonomi tinggi. "Kami tidak memiliki konsentrasi daerah khusus yang masuk
dalam radar". Saat ini, Pegadaian mengoperasikan 4.391 gerai di seluruh
Indonesia. Rencananya Pegadaian menambah 20 gerai, sehingga jumlah gerai
menjadi 4.411 gerai. Rencana bisnis ini diharapkan bisa menggerek kinerja
Pegadaian sepanjang tahun ini. Perusahaan ini menargetkan bisa mengantongi
5
laba bersih Rp 2,5 triliun. Angka ini meningkat 16,27% di bandingkan
realisasi laba bersih 2016 yakni Rp 2,15 triliun.
Hingga akhir Maret 2017, Pegadaian memproyeksikan akan mengantongi
laba bersih sebesar Rp 600 miliar. Ini artinya, hingga kuartal I tahun 2017,
Pegadaian sudah memenuhi 24% dari target laba. "Jadi, kami tinggal
mengejar Rp 1,9 triliun di sisa sembilan bulan tahun ini".
Tak hanya mengejar peningkatan kinerja. Pegadaian juga selalu
memegang prinsip kehati-hatian. Salah satu caranya dengan menjaga rasio
kredit bermasalah alias non performing loan (NPL). Dijono mengatakan,
pada tahun ini Pegadaian berusaha menjaga NPL gross di bawah 3% sekitar
1% hingga 2%. "Dijono mengatakan Untuk mengelola angka kredit
bermasalah itu, dalam waktu dekat kami akan bentuk tim collecting". Tahun
ini, Pegadaian ingin menyalurkan pinjaman Rp. 41 Triliun
(http://keuangan.kontan.co.id/news/penyaluran-pinjaman-pegadaian-naik-
155).
Adanya pegadaian syariah belum mendapat kepercayaan dimata
masyarakat luas, hal ini dikarenakan masyarakat belum mengetahui lebih
dalam tentang pegadaian syariah. Mereka hanya memahami pegadaian
syariah dari kulit luarnya saja, namun tidak mengetehui maksud serta proses
bahkan norma-norma yang terkandung didalamnya. Kurangnya sosialisasi
tentang pegadaian syariah juga menjadi penyebab mengapa masyarakat masih
kurang paham tentang pegadaian syariah. Oleh karena itu, penelitian ini
diharapkan dapat menjadi acuan oleh pembaca agar lebih memahami tentang
6
pegadaian syariah, serta dapat mensosialisasikan pegadaian syariah ini kepada
masyarakat santri khususnya.
Penelitian persepsi, perilaku dan preferensi masyarakat santri terhadap
pegadaian syariah dilatar belakangi, bahwa mayoritas masyarakat Indonesia
adalah muslim, dan 54% secara fiqhiyah tidak menyetujui bunga bank.
Namun dalam praktiknya bentuk kegiatan usaha, produk, dan jasa pegadaian
syariah yang secara konseptual tidak berdasar pada bunga kurang dimengerti
oleh masyarakat, yang menyebabkan kurangnya minat masyarakat untuk
menggunakan pegadaian syariah (Jazim Hamidi, 2006).
Oleh karena itu penelitian ini lebih difokuskan pada responden
masyarakat santri pesantren karena masyarakat santri pesantren merupakan
masyarakat berpendidikan yang aktif dalam lembaga pendidikan yang
agamis, sudah tidak asing lagi bagi mereka mengenal konsep syariah karena
dalam pendidikan keislaman terdapat ilmu-ilmu fiqih dan akhlak yang
merupakan pemikiran hukum para ulama berdasarkan al-Qur’an dan hadist
serta dijadikan sebagai dasar pegadaaian syariah. Para santri juga tidak asing
dengan pegadaian. Jika melihat status santri yang banyak mempelajari ilmu
agama, fiqih dan bermuamalah dengan sesuai aturan-aturan dalam islam,
maka semakin besar peluang bagi Pegadaian Syariah untuk mempromosikan
kepada para santri.
Kondisi di atas di perkuat melalui hasil penelitian yang di lakukan oleh
Ilyda Sudardjat, (2013), mengenai Persepsi Masyarakat Tentang Gadai Emas
Di Pegadaian Syariah Cabang Setia Budi Medan di dapatkan hasil bahwa dari
7
32 responden 72% dari total responden menyatakan bahwa alasannya
menggadaikan emas di Pegadaian Syariah karena proses dan syarat yang
mudah, cepat, dan aman. Sedangkan sebanyak 9 responden atau sebesar 18%
dari total responden menyatakan berpersepsi bahwa biaya atau prsentase dari
gadai kecil (0%). Sebanyak 5 orang atau sebesar 10% dari total responden
menyatakan tidak ada pilihan lain.
Pada penelitian lain, mengenai Preferensi dan Perilaku nasabah terhadap
Pegadaian Syariah didapatkan bahwa yang mendasari nasabah mengadopsi
Pegadaian Syariah ialah, hampir dari setengah peserta atau 21 responden
(42%) menyatakan karena biaya murah, sedangkan 18 responden (36%)
menyatakan karena bebas bunga, 14 responden (28%) menyatakan karena
mudah dijangkau dan 14 responden (28%) menyatakan terdesak oleh waktu
(Tuti Alawiyah, 2005).
Terdapat juga dalam penelitian lain mengenai, Potensi dan preferensi
terhadap perilaku memilih pegadaian syariah di dapat bahwa 38% responden
memilih pegadaian syariah karena motif agama untuk menghindari praktek
riba, dan lain-lain. 19% responden memilih karena motif keuntungan, 17%
responden memilih menjadi nasabah karena pelayanannya cepat, 15%
responden memilih menjadi nasabah pegadaian syariah karena motif kondisi
ekonomi, 11% responden memilih dengan motif yang bermacam-macam (Ari
Pradhanawati, 2010).
Di perkuat juga melalui hasil penelitian, Zainudin (2005) tentang
preferensi Masyarakat Terhadap Gadai Syariah pada kantor cabang pegadaian
8
syariah (KCPS) Margonda Depok, dengan sampel 250 responden yang terdiri
dari 100 responden nasabah KCPS Margonda dan 150 responden masyarakat
umum/non-nasabah. Membuktikan bahwa sebagian besar masyarakat umum
atau responden non-nasabah tahu kehadiran gadai syariah namun tidak
memanfaatkan dengan baik karena alasan tidak tahu prosedur/tata cara
memperoleh pinjaman, tidak mempunyai emas dan berlian sebagai gadai
(marhun), responden juga berpendapat bahwa pegadaian syariah tidak
berbeda dengan pegadaian konvensional, dan mereka bersikap malu atau jaga
gengsi.
Sedangkan responden (nasabah KCPS) yang sudah menggunakan gadai
syariah, mempunyai alasan karena tarif ijarah yang dikenakan terhadap sewa
modal adalah murah, selanjutnya menyatakan alasan agama (tidak
mengandung unsur riba, gharar, maisir, SDM dan pelayanan sesuai syariah),
dan KCPS dekat dengan rumah/tempat usaha/tempat kerja.
Sedangkan hasil penelitian, Siti Darojah Sri Wahyuni (2007) tentang
Preferensi Nasabah Pegadaian syariah studi kasus: Kantor Pegadaian unit
Layanan Syariah Jl. Dewi Sartka Jakarta, Yang menggunakan 152 sampel
terdiri dari 75 responden dari pegadaian biasa dan 77 dari pegadaian syariah
menunjukan hasil bahwa, keyakinan agama menjadi alasan utama responden
memilih pegadaian syariah bersama dengan variabel kualitas pelayanan dan
tujuan penggunaan dana.
Maknanya, responden meyakini bunga bank itu haram, dan menghendaki
pelayanan yang cepat dan murah serta nasabah yang memerlukan dana
9
produktif cenderung memilih pegadaian syariah. Untuk faktor demografi,
hanya nasabah perempuan yang memiliki kecenderungan untuk menggunakan
jasa pegadaian syariah. Variabel agama tidak signifikan karena tidak semua
responden, sikalipun mereka muslim, meyakini bunga bank atau bunga yang
di kenakan di pegadain sebagai sesuatu yang haram.
Sebagaimana dinyatakan dalam penelitian PPIS Unibraw 1998, bahwa
santri bukan sekedar pelajar yang belajar di pondok pesantren tetapi luas yang
mencakup komunitas masyarakat di sekelilingnya yang menjalankan syariah
Islam, maka ruang lingkup masyarakat santri yang dimaksudkan dalam
penelitian ini menjadi terwakili yaitu suatu komunitas masyarakat yang terdiri
dari, Kyai, ustad, dan ulama (di pesantren) Fungsi keulamaan dari Kyai dapat
dilihat melalui 3 aspek (Horikosih dalam Arifin, 1993, PPIS 1998), yakni:
Sebagai pemangku masjid dan madrasah, Sebagai pengajar dan pendidik,
Sebagai ahli dan penguasa hukum Islam.
Santri pondok pesantren, yaitu siswa yang belajar di pondok pesantren,
baik santri musim maupun santri kalong, alumni santri dari suatu pondok
pesantren, yaitu siswa santri yang telah keluar dari pendidikannya di
pesantren, masyarakat yang berada di sekitar pesantren.
Penelitian ini pun berbeda dengan penelitian sebelumnya karena belum
mengungkap sisi persepsi, perilaku, dan preferensi yang terfokus pada kata-
kata tertulis atau lisan, yang dapat di amati dari individu masyarakat santri
tersebut secara holistik.
10
Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, peneliti memandang
penting untuk meneliti lebih lanjut mengenai Persepsi, Perilaku Dan
Preferensi Masyarakat Santri Terhadap Pegadaian Syariah. Diharapkan
penulisan ini akan mengisi kekosongan dalam pengembangan khazanah
keilmuan, khususnya kajian tentang pegadaian syari’ah di Indonesia.
B. Perumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah
1. Bagaimana persepsi santri pesantren secara parsial terhadap Pegadaian
syariah ?
2. Bagaimana perilaku santri pesantren secara parsial terhadap pegadaian
syariah?
3. Bagaimana preferensi santri pesantren secara parsial terhadap pegadaian
syariah ?
4. Bagaimanakah persepsi, perilaku dan preferensi secara simultan santri
pesantren terhadap pegadaian syariah ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini yaitu :
1. Menguji dan menganalisis persepsi santri pesantren terhadap pegadaian
syariah
2. Menguji dan menganalisis perilaku santri pesantren terhadap pegadaian
syariah
3. Menguji dan menganalisis preferensi santri pesantren terhadap pegadaian
syariah
11
4. Menguji dan menganalisis persepsi, perilaku dan preferensi secara
simultan santri pesantren terhadap pegadaian syariah.
D. Manfaat penelitian
1. Kontribusi Teoritis
a. Meningkatkan ilmu pengetahuan lembaga keuangan terutama pegadaian
syariah
b. Menambah pengetahuan tentang adanya persepsi perilaku dan sikap
santri pesantren terhadap pegadaian syariah
c. Meningkatkan pola pikir ilmiah pada penulis
2. Kontribusi Peraktisi
a. Sebagai aset pustaka yang diharapkan dapat dimanfaatkan oleh seluruh
kalangan akademisi, baik dosen maupun mahasiswa dalam upaya
memberikan pengetahuan, informasi dan sebagai proses pembelajaran
mengenai persepsi perilaku dan sikap terhadap pegadaian syariah
b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan dan bahan
evaluasi bagi perusahaan pegadaian syariah untuk kemajuan dimasa
depan.
12
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-
hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan
menafsirkan pesan. Persepsi ialah memberikan makna pada stimulus
indrawi (sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas.
Sensasi adalah bagian dari persepsi. Walaupun begitu, menafsirkan makna
informasi indrawi tidak hanya melibatkan sensasi, tetapi juga atensi,
ekspektasi, motivasi, dan memori (Jalaludin, 2011).
Persepsi merupakan suatu proses yang timbul akibat adanya sensasi,
dimana sensasi adalah aktivitas merasakan atau penyebab keadaan emosi
yang menggembirakan. Sensasi juga dapat didefinisikan sebagai tanggapan
yang cepat dari indra penerima kita terhadap stimuli dasar seperti cahaya,
warna dan suara. Dengan adanya itu semua, persepsi akan timbul. (Etta
mamang, 2013) Persepsi (perception) adalah proses dimana kita memilih,
mengatur, dan menerjemahkan masukan informasi untuk menciptakan
gambaran dunia yang berarti. Poin utamanya adalah persepsi tidak hanya
tergantung pada rangsangan fisik, tetapi juga pada hubungan rangsangan
terhadap bidang yang mengelilinginya dan kondisi dalam setiap diri
kita.Seseorang mungkin menganggap wiraniaga yang berbicara dengan
cepat bersifat agresif dan tidak jujur, orang lain mungkin menganggapnya
13
rajin dan membantu. Masing-masing orang akan merespons secara berbeda
terhadap wiraniaga (Kotler, 2009).
Kenneth K sereno dan Edward M. Bodaken, juga Judy C. Pearson dan
paul E,Nelson, menyebutkan bahwa persepsi terdiri dari tiga aktivitas,
yaitu : seleksi, organisasi, dan atensi, sedangkan organisasi melekat pada
interpretasi, yang dapat didefinisikan sebagai “meletakkan suatu
rangsangan bersama rangsangan lainnya sehingga menjadi suatu
keseluruhan yang bermakna (Deddy, 2009).
Menurut Kotler dan Amstrong (2011), ada empat sumber informasi
yang menentukan dalam mengadopsi produk. pertama, sumber pribadi
yang meliputi keluarga, teman, tetangga, dan kenalan. Kedua, sumber
komersial, diantaranya iklan, tenaga penjual dan pedagang. ketiga, sumber
publik yang meliputi media massa dan organisasi penilai konsumen.
Keempat, sumber eksperimental diantaranya penanganan, pengujian dan
penggunaan produk.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Proses Seleksi Persepsi
a) Faktor-faktor dari luar (Veithzal, 2007)
Faktor-faktor dari luar menurut Veizhtal sebagai berikut :
1) Intensitasi
Semakin besar intensitasi stimulus dari luar, semakin besar juga
hal itu dapat dipahami.
Contoh : suara keras, warna yang menyolok akan lebih mudah
diketahui daripada yang sebaliknya.
14
2) Ukuran
Semakin besar ukuran suatu objek semakin mudah untuk
diketahui
Contoh: ikan yang lebih besar lebih mudah dilihat bentuk ukuran
ini akan mempengaruhi persepsi seseorang.
3) Berlawanan atau kontras
Prinsip berlawanan dengan sekelilingnya ini akan menarik banyak
pilihan.
Contoh: sebuah bulatan yang berwarna menyolok akan kelihatan
lebih besar dari pada bulatan yang besarnya sama,tetapi
sekelilingnya lebih besar.
4) Pengulangan
Stimulus dari luar yang diulang akan memberikan perhatian yang
lebih besar daripada yang sekali dilihat atau didengar. Dikatakan
oleh Clifford morgan bahwa suatu stimulus yang diulangi akan
mempunyai kesempatan yang lebih baik untuk menangkap, kita
selama satu priode yakni ketika perhatian kita terhadap tugas
pekerjaan sedang memudar.sebagai tambahan pengulangan itu
akan menambah kepekaan atau kewaspadan terhadap stimulus.
5) Gerakan
Orang akan memberikan banyak perhatian kepada yang bergerak.
Contoh: mengajar sambil bergerak lebih menarik dari pada yang
duduk saja, dari gerak-gerak itu akan timbul suatu persepsi.
15
b) Faktor-faktor dari dalam (Veizhtal 2007)
Faktor-faktor dari dalam menurut Veizhtal adalah sebagai berikut :
1) Belajar dan persepsi
Contoh: seorang anak yang telah diajari oleh orang tuanya bahwa
daging babi itu haram dan liur anjing itu mengandung najis, maka
pada diri anak akan timbul persepsi bahwa anjing dan babi itu
harus dijauhi.
2) Motivasi dan persepsi
Motivasi mempengaruhi terjadinya persepsi. Sebagai contoh :
membicarakan masalah pangan pada masyarakat yang kelaparan
akan lebih menarik dan merangsang perhatian.
3) Kepribadian dan persepsi
Kepribadian, nilai-nilai, dan juga termasuk usia akan
mempengaruhi persepsi seseorang.
Contoh: pada usia-usia tua lebih senang dengan musik-musik
klasik sedang pada usia muda lebih senang dengan jenis untuk
musik yang lain.
3. Proses Persepsi
Proses persepsi mencakup seleksi, organisasi, dan interpretasi
perseptual. (Veizhtal, 2007)
16
a) Seleksi perseptual
Seleksi perseptual terjadi ketika konsumen menangkap dan memilih
stimulus berdasarkan pada psikologis yang dimiliki, set psikologis
adalah berbagai informasi yang ada dalam memori konsumen.
Sebelum seleksi persepsi terjadi, terlebih dahulu stimulus harus
mendapat perhatian dari konsumen. Oleh karena itu, dua proses yang
termasuk dalam definisi seleksi adalah perhatian (attention) dan
persepsi selektif (selective perception).
b) Organisasi perseptual
Organisasi perseptual (perceptual organization) berarti konsumen
mengelompokkan informasi dari berbagai sumber kedalam pengertian
yang menyeluruh untuk memahami secara lebih baik dan bertindak
atas pemahaman itu, prinsip dasar dari organisasi perseptual
penyatuan adalah bahwa berbagai stimulus akan dirasakan sebagai
suatu yang dikelomkpokkan secara menyeluruh. Prinsip-prinnsip
penting dalam integrasi persepsi adalah penutupan (closure),
pengelompokkan (grouping), dan konteks (context).
1. Penutupan
Prinsip penutupan paling cocok dipakai untuk merek produk yang
cukup dikenal oleh para konsumen.prinsip ini digunakan untuk
memancing konsumen untuk mengisi hurup yang kosong,
sehingga menjadi suatu nama merek yang utuh, misalnya
tampilan iklan yang nama mereknya tidak ditulis lengkap
17
2. Pengelompokan
Proses penyebutan angka nomor telepon anda secara terpisah-
pisah agar mudah diingat disebut pengelompokan, tiga prinsip
pengelompokan untuk menggolongkan stimulus atau objek adalah
1) Kedekatan (proixmity)
2) Kesamaan (similiarty)
3) Kesinambungan (continuity).
Konsumen juga akan mengelompokkan produk berdasarkan
kesamaan (similarity), delapan bujur sangkar dan empat lingkaran
akan dikelompokkan kedalam tiga set karena masing-masing
mempunyai kesamaan. Set pertama adalah empat bujur sangkar,
set kedua empat lingkaran, dan set ketiga bujur sangkar.
Konsumen juga akan mengelompokkan simuli ke dalam bentuk
yang berkesinambungan dan tidak terpotong-potong lingkaran-
lingkaran kecil dalam gambar menunjukkan prinsip kontinuitas.
Konsumen akan melihat lingkaran-lingkaran kecil itu membentuk
sebuah arah anak panah daripada sebagai dua baris atau tujuh
kolom. Prinsip kontinuitas ini mengisyaratkan bahwa pesan dalam
iklan seharusnnya berkesinambungan mulai dari identifikasi
merek sampai pada manfaat yang bisa diperoleh oleh konsumen
seandainya konsumen membeli produk yang diiklankan.
18
3. Konteks (context)
Stimuli yang diterima oleh konsumen cenderung dihubungkan
dengan konteks atau situasi yang melingkupi konsumen. Oleh
karena itu, latar dari iklan akan mempengaruhi persepsi
konsumen terhadap produk.
c) Interpretasi perseptual
Proses terakhir dari perspsi adalah pemberian interpretasi atas
stimuli yang diterima konsumen. Interpretasi ini didasarkan
pada pengalaman penggunaan pada masa lalu. Yang
tersimpan dalam memori jangka panjang konsumen.
B. Perilaku
1. Pengertian Perilaku
Perilaku dalam kamus besar bahasa Indonesia adalah tanggapan
seseorang mengenai lingkungan atau kejadian yang berhubungan dengan
individu. Sedang menurut Prasetijo dan Ihalauw 2005:8 adalah perilaku
konsumen dapat diartikan sebuah studi tentang bagaimana pembuat
konsumen dapat diartikan sebuah studi tentang bagaimana pembuat
keputusan (decision units), baik individu, sekelompok, ataupun
organisasi, membuat keputusan beli atau melakukan transaksi pembelian
suatu produk dan mengkonsumsinya.
Schiffman dkk 2008:5 studi perilaku konsumen terpusat pada cara
individu mengambil keputusan untuk memanfaatkan sumber daya
19
mereka yang tersedia (waktu, uang, usaha) guna membeli barang atau
jasa yang berhubungan dengan konsumsi. Selain itu perilaku konsumen
merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan
pembelian.
Perilaku konsumen adalah studi tentang bagaimana individu,
kelompok dan organisasi memilih, membeli, menggunakan, dan
bagaimana barang, jasa, ide, atau pengalaman untuk memuaskan
kebutuhan dan keinginan mereka (Kotler, 2009).
Prasetijo dan Ihalauw (2005) menyimpulkan bahwa perilaku
konsumen merupakan suatu proses yang terdiri dari beberapa tahapan:
1. Tahapan perolehan (acquestition): mencari (searching) dan membeli
(purchasing).
2. Tahap, konsumsi (consumption): menggunakan (using) dan
mengevaluasi (evaluating)
3. Tahap tindakan pasca beli (disposition): apa yang dilakukan
konsumen setelah produk itu digunakan atau dikonsumsi.
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Perilaku
Kotler (2003;147) menyatakan empat karakteristik atau faktor yang
mempengaruhi perilaku masyarakat yaitu ;
a. Faktor budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam
pada perilaku masyarakat. Hal ini karena budaya adalah penyebab
paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang.
20
Budaya merupakan suatu petunjuk arahan pada fase pemecahan
masalah di masyarakat untuk memuaskan kebutuhan psikologis,
personal dan sosial. Sub-budaya adalah bagian kecil dari budaya atau
kelompok orang yang mempunyai sistem sama berdasarkan pada
pengalaman hidup dan situasi. Sub-budaya termasuk nasionalitas,
agama. Kelompok ras, dan wilayah geografis. Sedangkan kelas
sosial adalah divisi masyarakat yang relative permanen dan teratur
dengan para anggotanya menganut nilai-nilai, minat, dan tingkah
laku yang serupa.
Dalam konteks kultural, jika suatu produk tidak dapat lagi
diterima karena nilainya tidak dapat lagi memuaskan kebutuhan
maka masyarakat harus siap merevisi penawarannya.
b. Faktor sosial
Faktor sosial perilaku masyarakat juga dipengaruhi oleh faktor-
faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta peran dan status
sosial masyarakat, kelompok kecil merupakan orang atau kelompok
yang berperan sebagai titik referensi dari individu untuk membentuk
nilai, sikap serta perilaku baik secara umum maupun khusus.
Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.
Keluarga adalah orang atau pihak yang dihubungkan karena
pertalian darah atau keturunan dengan perkawinan. Anggota
keluarga dapat sangat mempengaruhi perilaku masyarakat.
Keterlibatan suami istri sangat bervariasi menurut kategori produk
21
dan menurut tahap proses pembelian. Peran dan status sosial
konsumen yaitu seseorang individu mempunyai tugas peranan yang
berbeda saat berpartisipasi dalam keluarga ataupun organisasi.
Seseorang individu mempunyai peranan beragam dalam keluarga
(Kotler, 2003).
c. Faktor pribadi
Faktor pribadi keputusan pembelian juga dipengaruhi berbagai
karakteristik dari individu itu sendiri. Mulai dari umur dan tahap dari
hidup. Orang mengubah barang dan jasa yang mereka beli selama
masa hidupnya. Selera akan makanan, pakaian, perabotan, rekreasi
sering kali berhubungan dengan umur. Membeli juga dibentuk oleh
tahap daur hidup keluarga, tahap-tahapan yang mungkin dilalui oleh
keluarga sesuai dengan kedewasaannya. Pekerjaan seseorang
mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya pekerjaan kasar
cenderung membeli banyak pakaian untuk bekerja, sedangkan
pekerja kantor lebih banyak membeli jas dan dasi. (Kotler, 2003)
Situasi ekonomi, kondisi ekonomi seseorang akan
mempengaruhi pilihan produk. Gaya hidup, orang yang berasal dari
sub-budaya, kelas sosial, pekerjaan yang sama mungkin mempunyai
gaya hidup yang jauh berbeda. Gaya hidup adalah pola kehiduppan
seseorang yang diwujudkan dalam psikografiknya. Gaya hidup
mencakup sesuatu yang lebih dari sekedar kelas sosial atau
kepribadian seseorang. Gaya hidup menampilkan pola beraksi dan
22
berinteraksi seseorang secara keseluruhan didunia. Kepribadian dan
konsep diri, kepribadian seseorang yang jelas mempengaruhi
perilaku membelinya. Kepribadiannya menhacu pada karakteristik
psikologi unik yang menyebabkan respon yang relative konsisten
dan bertahan lama terhadap lingkungan sekitarnya (Kotler, 2003).
d. Faktor psikologi
Faktor psikologi Pilihan dikonsumsi seseorang lebih lanjut
dipengaruhi oleh faktor psikologi yang penting, motivasi, persepsi,
pengetahuan, serta keyakinan dan sikap. Motivasi adalah kebutuhan
yang cukup menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara
untuk memuaskan kebutuhan tadi. Seseorang mempunyai banyak
kebutuhan pada suatu saat. Kebutuhan biologis , yang muncul dari
keaadaan yang tegang seperti lapar, haus, atau merasa tidak nyaman.
Setelah itu kebutuhan psikologis, yang sering muncul dari
kebutuhan akan pengakuan, penghargaan, atau rasa memiliki.
Kebanyakan dari kebutuhan ini tiak cukup kuat memotivasi
seseorang supaya bertindak pada suatu saat. Kebutuhan berubah
menjadi motif kalau merangsang sampai tingkat itensitas yang
mencukupi.(Kotler. 2003) keyakinan dan sikap. Melalui tindakan
dan pembelajaran, orang mendapatkan keyakinan dan sikap.
Keduanya ini pada waktunya, akan mempengaruhi perilaku
konsumsi.
23
C. Preferensi
1. Pengertian Preferensi
Preference mempunyai makna pilihan atau memilih. Istilah
preferensi untuk mengganti kata preference dengan arti yang sama atau
minat terhadap sesuatu. Preferensi merupakan suatu sifat atau keinginan
untuk memilih. Menurut doris grober preferensi media umumnya
meminta pengguna media untuk mengurutkan preferensi pengguna
Terhadap suatu media (Vivian, 2010)
Preferensi konsumen didefinisikan sebagai selera subjektif
(individu), yang diukur dengan utilitas, dari bundel berbagai barang.
Konsumen dipersilahkan untuk melakukan rangking terhadap bundel
barang yang mereka berikan pada konsumen (Indiarto.2011). yang perlu
diperhatikan adalah preferensi itu bersifat independen terhadap
pendapatan dan harga.
2. Proses Pengambilan Keputusan Konsumen
Proses yang digunakan konsumen untuk mengambil keputusan
membeli terdiri atas lima tahap (Kotler dan Amstrong, 2011) yaitu :
1. Pengenalan masalah
Pengenalan masalah merupakan tahap pertama dari proses
pengambilan kepututsan pembeli dimana konsumen mengenali suatu
masalah atau kebutuhan. Pembeli merasakan perbedaan antara
keadaan nyata dengan keadaan yang diinginkan. Pada tahap ini
pemasar harus meneliti konsumen untuk menemukan jenis
24
kebutuhan atau masalah apa yang akan muncul, apa yang
memunculkan mereka, dan bagaimana, dengan adanya masalah
tersebut, konsumen termotivasi untuk memilih produk tertentu.
2. Pencarian informasi
Konsumen yang telah tertarik mungkin akan mencari lebih banyak
informasi. Apabilla dorongan konsumen begitu kuat dan produk
yang memuaskan berada dari jangkauan, konsumen kemungkinan
besar akan membelinya. Namun jika produk yang diinginkan berada
jauh dari jangkauan, walaupun konsumen mempunyai dorongan
yang kuat, konsumen mungkin akan menyimpan kebutuhan dalam
ingatan atau melakukan pencarian informasi. Pencarian informasi
merupakan tahap dalam proses pengambilan keputusan pembelian
dimana konsumen telah tertarik untuk mencari lebih banyak
informasi. Dalam hal ini, konsumen mungkin hanya akan
meningkatkan perhatian atau aktif mencari informasi. Konsumen
dapat memperoleh informasi dari sumber mana pun, misalnya :
a. Sumber pribadi : keluarga, teman. Tetangga, kenalan
b. Sumber komersial : iklan, wiraniaga, dealer, kemasan, pajangan
c. Sumber publik: media masa, organisasi penilai pelanggan
d. Sumber pengalaman : menangani, memeriksa, dan
menggunakan produk.
25
3. Evaluasi berbagai alternatif
Pemasar perlu mengetahui evaluasi berbagai alternatif (alternatif
evaluation), yaitu suatu tahap dalam proses pengambilan keputusan
pembelian dimana konsumen menggunakan informasi untuk
mengevaluasi merek-merek alternatif dalam satu susunan pilihan.
Bagaimana konsumen mengevaluasi alternatif pembelian tergantung
pada konsumen individu dan situasi pembelian tertentu. Pemasar
harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana mereka
mengevaluasi alternatif merek. Jika mereka tahu bahwa proses
evaluasi sedang berjalan, pemasar dapat mengambil langkah-langkah
untuk mempengaruhi keputusan pembelian.
4. Keputusan pembelian
Keputusan pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan
keputusan pembelian sampai konsumen benar-benar membeli
produk. Biasanya keputusan pembelian konsumen (purchase
decision) adalah pembelian merek yang paling disukai. Namun
demikian, ada dua faktor yang bisa muncul diantara niat untuk
membeli dan keputusan pembelian yang mungkin mengubah niat
tersebut. Faktor pertama adalah sikap orang lain : faktor kedua
adalah situasi yang tidak diharapkan. Jadi, pilihan dan niat untuk
membeli tidak selalu menghasilkan pilihan pembelian yang aktual.
26
5. Perilaku pasca pembelian
Tugas pemasar tidak berakhir ketika produknya sudah dibeli
konsumen. Setelah membeli produk, konsumen bisa puas atau tidak
puas, dan akan terlibat dalam perilaku pasca pembelian (post-
purchase behaviour) yang tetap menarik bagi pemasar. Perilaku
pasca pembelian merupakan tahap dalam proses pengambilan
keputusan pembelian dimana konsumen mengambill tindakan lebih
lanjut setelah membeli berdasarkan kepuasan atau ketidakpuasan
yang mereka rasakan.
Hubungan antara harapan konsumen dengan kinerja yang
dirasakan dari produk merupakan faktor yang menentukan apakah
pembeli puas atau tidak. Jika produk gagal memenuhi harapan,
konsumen akan kecewa : jika harapan terpenuhi, konsumen akan
puas: jika harapan terlampaui, konsumen akan sangat puas.
Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi yang
mereka terima dari penjual, teman dan sumber lainnya. Jika penjual
melebih-lebihkan kinerja produknya, harapan konsumen tidak akan
terpenuhi, dan hasilnya adalah ketidakpuasan. Semakin besar
kesenjangan antara harapan dengan kinerja, semakin besar
ketidakpuasan konsumen. Hal ini menunjkkan bahwa penjual harus
membuat pernyataan yang jujur mengenai kinerja produknya
sehingga pembeli bisa terpuaskan.
27
Proses pembelian dimulai jauh sebelum pembelian aktual terus
berlangsung lama sesudahnya. Pemasar perlu memusatkan perhatian
pada proses pembrlian dan bukan pada keputusan pembelian saja.
D. Masyarakat Santri
Masyarakat santri merupakan salah satu pilar penting dalam
perkembangan agama Islam di Indonesia. Kepercayaan, nilai dan perilaku
pesantren turut mempengaruhi masyarakat di luar pesantren. Pola hubungan
ini menjadikan dunia pesantren menjadi alternatif ideal bagi perubahan di
masyarakat (Abdurrahman,2001)
Pengaruh masyarakat santri terhadap masyarakat indonesia masih kuat,
baik dalam peran pesantren sebagai pusat tarekat maupun pendidikan anak-
anak. (Julia day vol 60, 2001).
Dalam kurun waktu cukup lama, dijawa sudah berkembang tradisi besar
Islam. Tradisi ini lahir sebagai hasil strategi para penyebar islam awal adalam
mensikapi proses akulturasi dengan budaya masyarakat lokal. Tradisi besar
yang kemudian dikenal dengan istilah “tradisi pesantren” itu menjadi babak
baru dalam sejarah Jawa karena berhasil menjadi budaya tandingan bagi
masyarakat pedalaman, hindu-jawa yang digawangi kalangan istana dan
keraton jawa.
Dengan lahirnya budaya tandingan yang berkembang dipedesaan, maka
Islam jawa bukan lagi tampil sebagai subkultur, tetapi telah berkembang
sedemikian rupa menjadi sebuah tradisi besar (great tradition). (Suryo, 2001)
28
Pesantren sebagai bagian intristik dari mayoritas muslim indonesia dapat
ditelusuri dari aspek historis pesantren yang keberadaannya relatif cukup
lama. Penelitian tentang pesantren menyebutkan, pesantren sudah hadir
dibumi nusantara seiring dengan penyebaran islam dibumi pertiwi ini. Ada
yang menyebutkan, pesantren sudah muncul sejak abad akhir ke-14 atau awal
ke-15, didirikan pertama kali oleh maulana malik ibrahim yang kemudian
dikembangkan lebih jauh oleh sunan ampel. Namun berdasarkan data yang
lebih dapat dipertanggung jawabkan, pesantren dalam pengertiannya yang
sesungguhnya tumbuh-kembang sejak akhir abad ke-18. Dalam hal itu,
tegalsari dianggap sebagai pesantren tertua.(Martin, 2004).
1. Pengertian Pesantren
Pesantren adalah sebuah institusi pendidikan keagamaan tertua yang
tumbuh dan berkembang secara swadaya dalam masyarakat muslim
indonesia. Lembaga pendidikan yang khas Indonesia ini bisa dilacak
sejak awal kehadiran dan da’wah Islam di Indonesia (Hasan , 2001).
Penyiaran islam khususnya dijawa relatif tidak menimbulkan
problem konfliktual karena proses akulturasi, akomodasi, dan
transformasi terhadap lembaga semisal yang telah eksis sebelumnya yang
dimainkan oleh agama hindu budha. (Husni Rahim, 2001)
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pesantren diartikan sebagai
asrama tempat santri atau siwa-siswa belajar mengaji. Secara istilah,
pesantren diartikan sebagai lembaga pendidikan islam dimana santri
biasa tinggal dipondok dengan materi pengajaran kitab-kitab klasik dan
29
kitab umum bertujuan menguasai pengetahuan agama islam secara detail
serta mengamalkan sebagai pedoman hidup keseharian dengan
menekankan pentingnya moral dalam kehidupan bermasyarakat. (Abu
Hamid, 1993)
Abdurrahman mas’ud mendefinisikan pesantren refers to a place
where the santri devotes most of his or her time to live in and acquire
knowledge. (Ismail, 2000). Definisi diatas menunjukkan betapa
pentingnya sosok pesantren sebagai sebuah totalitas lingkungan
pendidikan dalam makna dan nuansanya secara menyeluruh. Secara
definitif Imam Zarkasyi, mengartikan pesantren sebagai lembaga
pendidikan islam dengan sistem asrama atau pondok, dimana kyai
sebagai figur sentralnya, masjid sebagai pusat kegiatann yang
menjiwainya, dan pengajaran agama islam dibawah bimbingan kyai yang
diikuti santri sebagai kegiatan utamanya. (Amir , 1996)
Istilah dan aktifitas tentang pesantren juga sering dipersamakan
dengan pondok namun ada yang menggabungkan dua istilah tersebut
menjadi pondok pesantren. Pondok dapat diartikan sebagai tempat
penginap bagi santri yang belajar pada seorang kyai atau dilembaga
pendidikan pesantren yang tempat tinggalnya jauh.(Wahjoetomo, 2000).
2. Tipe Pesantren
Setiap pesantren memiliki ciri khusus akibat perbedaan selera kyai
dan keadaan sosial budaya maupun sosial geografis yang
mengelilinginya. Dari berbagai tingkat konsistensi dengan sitem lama
30
dan keterpengaruhan oleh sistem modern, secara garis besar pondok
pesantren dapat dikatagorikan kedalam tiga tipe (Departemen agama
2003).
a. Pondok Pesantren Salafiyah
Salaf artinya lama, dahulu atau traditional. Pomdok pesantren
salafiyah adalah pondok pesantren yang menyelanggarakan
pembelajaran dengan pendekatan tradisional, sebagaimana yang
berlangsung sejak awal pertumbuhannya. Pembelajaran agama islam
dilakukan secara individual atau kelompok dengan konsistensi pada
kitab-kitab klasik, berbahasa arab.
b. Pondok Pesantren Kholafiyah (Asyriyah)
Khalaf artinya kemudian atau belakangan sedangkan ashri artinya
sekarang atau modern. Pondok pesantren khalafiyah adalah pondok
pesantren yang menyelanggarakan kegiatan pendidikan dengan
pendekatana modern, melalui satuan pendidikan formal, baik
madrasah (MI. MTs, MA atau MAK) maupun sekolah (SD, SMP,
SMA ,dan ,SMK) atau nama lainnya.
c. Pondok Pesantren Kombinasi
Pondok pesantren salafiyah dan khalafiyah sebagaimana penjelasan
diatas, sebagian besar yang ada sekarang adalah pondok pesantren
yang berada diantara rentangan dua pengertian diatas. Sebagian
besar pondok pesantren yang mengaku dan menamakan diri
31
pesantren salafiyah, pada umumnya juga menyelenggarakan
pendidikan secara klasikal dan berjenjang.
3. Pengertian Santri
Santri didefinisikan berarti orang-orang yang belajar buku-buku suci
dari agama hindu. Pengertian ini diambil dari kata santri dari akar kata
dari bahasa india. Pendapat lain menyebutkan bahwa santri berasal dari
bahasa jawa yang berarti “ cantrik” orang yang mengikuti seorang guru
kemana guru itu pergi menetap. (Zamkhasyari, 2002)
Definisi masyarakat santri dikemukakan oleh Moh. Yahya (2010)
sebagai masyarakat yang mengadopsi nilai-nilai positif pesantren.
Nilai-nilai yang diajarkan dipesantren merupakan transformasi dan
tauladan seorang kyai atau guru kepada santri atau murid dan masyarakat
sekitarnya. Pemahaman keilmuan dan uswah yang diperoleh dipesantren
juga diterapkan oleh para alumni ketika kembali ke masyarakatnya.
4. Unsur-Unsur Masyarakat Santri
Masyarakat santri terdiri dari empat komponen, (Mahmud, 2001) yaitu :
1) Kyai, ustad, dan ulama (dipesantren); fungsi ke ulamaan dari kyai
dapat dilihat melalui 3 aspek, yakni :
a. Sebagai pemangku masjid dan madrasah
b. Sebagai pengajar dan pendidik
c. Sebagai ahli dan penguasa hukum islam
Misi utama seorang kyai adalah sebagai pengajar dan pengajur
dakwah islam, dan mengambil peran lanjut orang tua. Ia sebagai
32
guru sekaligus pemimpin rohaniah keagaamaan serta bertanggung
jawab untuk perkembangan kepribadian maupun kesehatan
jasmaniyah anak didiknya. Dengan otorita rokhanah kyai sekaligus
menyatakan hukum dan aliran-alirannya, lewat kitab-kitab islam
klasik
1) Santri pondok pesantren : yaitu siswa yang belajar dipondok
pesantren, baik santri musim maupun santri kalong.
2) Alumni santri dari suatu pondok pesantren, yaitu siswa santri yang
telah keluar dari pendidikannya dipesantren.
3) Masyarakat yang tinggal disekitar pesantren.
E. Pegadaian syariah
1. Pengertian Pegadaian Syariah
Menurut Zainuddin (2008), Gadai (Rahn) adalah menahan barang
jaminan yang bersifat materi milik si peminjam (rahin) sebagai jaminan
atas pinjaman yang diterimanya, dan barang yang diterima tersebut
bernilai ekonomis, sehinga pihak yang menahan (murtahin) memperoleh
jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian utangnya dari
barang gadai dimaksud, bila pihak yang menggadaikan tidak dapat
membayar utang pada waktu yang ditentukan.
Menurut Wasitho (2011), Ar-rahn (gadai) adalah harta yang
dijadikan jaminan utang (pinjaman) agar bisa dibayar dengan harganya
oleh pihak yang wajib membayarnya, jika dia gagal (berhalangan)
melunasinya.
33
Menurut Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHP) pasal 1150
disebutkan : “Gadai adalah suatu hak yang diperoleh seorang yang
berpiutang atas suatu barang bergerak, yang diserahkan kepadanya oleh
seseorang yang berhutang atau oleh orang lain atas namanya, dan yang
memberikan kekuasaan kepada si berpiutang itu untuk mengambil
pelunasan dari barang tersebut secara didahulukan dari pada orang-orang
yang berpiutang lainnya, dengan kekecualian biaya untuk melelang
barang tersebut dan biaya yang telah dikeluarkan untuk
menyelamatkannya setelah barang itu digadaikan, biaya-biaya mana yang
harus didahulukan.”
Secara bahasa, gadai (ar-Rahn), berarti al-tsubut dan al-habs yaitu
penetapan dan penahanan. Ada pula yang menjelaskan bahwa rahn
adalah terkunjung dan terjerat. Sedangkan menurut syara’ artinya Akad
yang objeknya menahan harga tehadap sesuatu hak yang mungkin
diperoleh bayaran dengan sempurna darinya. Dalam definisi rahn adalah
barang yang digadaikan, rahin adalah orang menggadaikan, sedangkan
murtahin adalah orang yang memberikan pinjaman. Sedangkan secara
etimologi ar-rahn berarti Atsubuutu wa dawamu artinya tetap dan kekal,
atau al-habsu wa luzumu artinya pengekangan dan keharusan dan juga
bisa berarti jaminan (Wahbah al-juhaili, 2005).
Gadai syariah (Rahn) adalah harta yang tertahan sebagai jaminan
utang sehingga bila tidak mampu melunasinya, harta tersebut menjadi
bayarannya sesuai dengan nilai utangnya (Habiburrahim, 2012).
34
Sebagaimana telah dijelaskan di atas, bahwa ar-rahn adalah
menjadikan barang berharga sebagai jaminan utang. Dengan begitu
jaminan tersebut berkaitan erat dengan utang piutang dan timbul dari
padanya. Sebenarnya pemberian utang itu merupakan suatu tindakan
kebajikan untuk menolong orang yang sedang dalam keadaan terpaksa
dan tidak mempunyai uang dalam keadaan kontan. Namun untuk
ketenangan hati, pemberian utang memberikan suatu jaminan. Bahwa
utang itu akan dibayar oleh yang berutang. Untuk maksud itu pemilik
uang boleh meminta jaminan dalam bentuk barang berharga (Abdul
Rahman Ghazaly.dkk, 2015).
Dan berdasarkan pengertian gadai yang dikemukakan oleh para ahli
hukum Islam di atas, penulis berpendapat bahwa gadai (rahn) adalah
menahan barang jaminan yang bersifat materi milik si peminjam (rahin)
sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya, barang yang diterima
tersebut bernilai ekonomis, sehingga pihak yang menahan (murtahin)
memperoleh jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian
utangnya dari barang gadai dimaksud, bila pihak yang menggadaikan
tidak dapat membayar utang pada waktu yang telah ditentukan.
2. Landasan Hukum
Dasar hukum Rahn sebagai kegiatan muamalah dapat merujuk pada
dalil-dalil yang didasarikan pada Al-Qur’an, sunnah, ijma, dan fatwa
DSN-MUI. Hasil pelacakan penulisan atas Mu’jam al-Mufahras,
sedikitnya terdapat tiga kata yang seakar dengan kata rahn dalam
35
Al-Qur’an, (1) Rahin dalam QS. At-Tuur (52):21, (2) Rahina dalam QS.
Al-Muddatsir (74):38, (3) Farihan dalam QS. Al-Baqarah (2):283.
a. Al-Qur’an
QS. Al-Baqarah (2): 283
الذي فليؤد بعضا بعضكم أمن فإن وإن كنتم على سفر ولم تجدوا كاتبا فرهان مقبوضة
ربه وليتق أمانته اؤتمن قلبه آثم فإنه يكتمها ومن الشهادة تكتموا ول للا تعملون بما وللا
عليم
Artinya: “Jika kamu dalam perjalanan (dan bermu'amalah tidak
secara tunai) sedang kamu tidak memperoleh seorang penulis, Maka
hendaklah ada barang tanggungan yang dipegang (oleh yang
berpiutang). Akan tetapi jika sebagian kamu mempercayai sebagian
yang lain, Maka hendaklah yang dipercayai itu menunaikan
amanatnya (hutangnya) dan hendaklah ia bertakwa kepada Allah
Tuhannya; dan janganlah kamu (para saksi) menyembunyikan
persaksian. dan Barang siapa yang menyembunyikannya, Maka
Sesungguhnya ia adalah orang yang berdosa hatinya dan Allah Maha
mengetahui apa yang kamu kerjakan”
b. Hadist
Sebagaimana dikisahkan Ummul Mukminin Aisyah r.a, beliau
menceritakan :
عليه وسلم اشترى طعاما من يهودي إلى أجل ورهنه درعا من حد يدأن النبي صلى للا
“Sesungguhnya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam membeli
bahan makanan dari seorang yahudi dengan cara berutang, dan
36
beliau menggadaikan baju besinya.”(Hr. Al-Bukhari no. 2513 dan
Muslim no. 1603).
Muhammad Akram Khan menyatakan bahwa paling tidak ada
empat hadis yang dijadikan sebagai dasar rumusan gadai syariah, di
antaranya: (1) hadis dari Aisyah r.a yang diriwayatkan oleh Imam
Muslim; (2) hadis dari Anas bin Malik r.a yang diriwayatkan oleh
Ibn Majah; (3) hadis dari Abu Hurayrah yang diriwayatkan oleh
Imam al-Bukhari; dan (4) hadis riwayat Abu Hurayrah r.a
(Muhammad Akram Khan, 1994: 200-202).
c. Ijma
Para ulama sepakat membolehkan akan Rahn (al-Zulaihi, al-
Fiqh al-Islami wa Adillatuhu,1985,V:181). Selain itu, Para ulama
sepakat bahwa ar-rahn dibolehkan tetapi tidak diwajibkan, sebab
gadai hanya bersifat jaminan saja jika kedua belah pihak tidak saling
mempercayai (Rahmat Syafe’i, 2006:160-161).
Firman Allah Farihaanun Maqbuudhah pada ayat di atas adalah
irsyad (anjuran baik) saja kepada orang yang beriman, sebab pada
lanjutan ayat tersebut dinyatakan “akan tetapi jika sebagian kamu
mempercayai sebagian yang lain, hendaklah yang di percayai itu
menunaikan amanatnya (utangnya)” (QS. Al-Baqarah:83).
Majelis Ulama Indonesia (MUI) melalui Dewan Syariah
Nasional pada tanggal 26 Juni 2002 mengeluarkan Fatwa DSN
Nomor 25/DSN-MUI/III/2002 tentang Rahn, menetapkan bahwa
37
pinjaman dengan menggadaikan barang sebagai jaminan utang
dalam bentuk Rahn dibolehkan dengan ketentuan umum dan
ketentuan penutup yang tercantum dalam fatwa tersebut.
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa legalitas
gadai telah memiliki dasar pijakan yang kuat karena di dukung oleh
dalil-dalil yang di dasarkan pada Al-Qur’an, sunnah, ijma’ulama,
fatwah DSN-MUI. Oleh sebab itu, pegadaian saat ini haru melampui
tradisi gadai yang di bangun pada masa Rasulullah SAW (Ade
Sofyan Mulazid, 2016:10).
3. Rukun dan Syarat Gadai Syariah
a. Rukun Gadai Syariah
Menurut Andri Soemitra (2017:285), rukun gadai terdiri dari adanya
ijab dan kabul; adanya pihak yang berakad, yaitu pihak yang
menggadaikan (rahin) dan yang menerima gadai (murtahin); adanya
jaminan (marhun) berupa barang atau harta; dan adanya utang
(marhun bih).
b. Syarat Gadai Syariah
Menurut Abdul Ghofur Ansori (2018:160), syarat agar gadai dapat
dipenuhi yaitu :
a) Ijab Kabul (Sighat)
Hal ini dapat dilakukan baik dalam bentuk tertulis maupun lisan,
asalkan saja di dalamnya terkandung maksud adanya perjanjian
gadai di antara para pihak.
38
b) Orang yang bertransaksi (Aqid)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi bagi orang-orang yang
bertransaksi gadai yaitu rahin (pemberi gadai) dan murtahin
(penerima gadai) adalah telah dewasa, berakal sehat, dan atas
keinginan sendiri.
c) Adanya barang yang digadaikan (Marhun)
Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk barang yang akan
digadaikan oleh rahin (pemberi gadai) adalah dapat
diserahterimakan, bermanfaat, milik rahin secara sah, jelas,
tidak bersatu dengan harta lain. Dengan demikian barang-barang
yang tidak dapat diperjualbelikan tidak dapat digadaikan.
d) Utang (Marhun bih)
Menurut ulama Hanafiyah dan Syafiiyah syarat sebuah utang
yang dapat dijadikan alas hak atas gadai adalah berupa utang
yang tetap dapat dimanfaatkan, utang tersebut harus lazim pada
waktu akad, utang harus jelas dan diketahui oleh rahin dan
murtahin. Jika terdapat perselisihan mengenai besarnya utang
antara rahin dan murtahin maka ucapan yang diterima adalah
ucapan rahin atau murtahin dengan disuruh bersumpah, kecuali
bila rahin atau murtahin bisa mendatangkan barang bukti.
4. Mekanisme Operasional Gadai Syariah
Menurut Heri Sudarsono (185), mekanisme operasional pegadaian
syariah dapat digambarkan sebagai berikut :
39
a. Nasabah menjaminkan barang kepada pegadain syariah untuk
medapat pembiayaan. Kemudian pegadai menaksir barang jaminan
untuk dijadikan dasar dalam pemberian pembiayaan.
b. Pegadaian syariah dan nasabah menyetujui akad gadai; akad ini
mengenai berbagai hal, seperti kesepakatan biaya administrasi, tafif
jasa simpan, pelunasan, dan sebagainya.
c. Pegadai syariah menerima biaya-biaya administrasi dibayar di awal
transaksi, sedangkan untuk jasa simpan di saat pelunasan utang.
d. Nasabah melunasi barang yang digadaikan menurut akad; pelunasan
penuh, ulang gadai, angsuran, atau tebus sebagainya.
Dalam buku “Lembaga Keuangan Syariah Tinjauan Teoritis dan
Praktis” (2010:281), untuk dapat memperoleh layanan dari pegadaian
syariah, masyarakat hanya cukup menyerahkan harta geraknya (emas,
berlian, kendaraan, dan lain-lain) untuk dititipkan disertai dengan salinan
tanda pengenal. Kemudian staf penaksir akan menentukan nilai taksiran
barang bergerak itu yang akan dijadikan sebagai patokan perhitungan
pengenaaan sewa simpanan (jasa simpan) dan plafon uang pinjam yang
akan diberikan. Taksiran barang ditentukan berdasarkan nialai intrinsik
dan harga pasar yang telah ditentukan oleh perum pegadaian. Maksimal
uang pinjam yang akan diberikan yakni 90% dari nilai taksiran barang.
Penggolongan pinjaman dan biaya administrasi yang diterapkan pada
pegadaian syariah dapat dilihat pada tabel berikut:
40
Golongan Marhun Bih Plafon Marhun Bih
(Rupiah)
Biaya Administrasi
(Rupiah)
A 20.000 – 150.000 1.000
B 151.000 – 500.000 5.000
C 501.000 – 1.000.000 8.000
D 1.005.000 – 5.000.000 16.000
E 5.010.000 – 10.000.000 25.000
F 10.050.000 – 50.000.000 40.000
G 20.100.000 – 50.000.000 50.000
H 50.100.000 – 200.000 60.000
Tarif Ijarah:
No. Janis Marhun Penghitungan Tarif
1. Emas, Berlian Taksiran/Rp 10.000 x 85 x jangka
waktu/10
2. Elektronik Taksiran/Rp 10.000 x 90 x jangka
waktu/10
3 Kendaraan Bermotor Taksiran/Rp 10.000 x 95 x jangka
waktu/10
Penjelasan:
− Tarif ijarah dihitung dari nilai taksiran barang jaminan/marhun.
− Tarif ijrah dihitunh dengan kelipatan 10 hari, satu hari dihitung 10
hari.
Sebagai simulasi, misalkan nasabah memiliki barang jaminan emas
dengan nilai taksiran Rp 10.000.000 maka marhun bih maksimum yang
diperoleh nasabah tersebut yaitu Rp 90.000.000 (90% dari taksiran).
Maka, besarnya ijarah yang menjadi kewajiban nasabah per 10 hari yaitu:
10.000.000/10.000 x 85 x 10 x 10 x 10 + 85.000. jika nasabah yang
menggunakan marhun bih selama 25 hari, berhubung ijarah ditetapkan
dengan kelipatan 10 hari, maka besarnya ijarah yaitu Rp255.000 (85 x 3).
41
Ijarah dibayarkan pada saat nasabah melunasi atau memperpanjang
marhun bih.
Pegadai syariah akan memperoleh keuntungan hanya dari beasewa
tempat yang dipungut bukan tambahan berupa bungan atau sewa modal
yang diperhitungkan dari suatu pinjam. Sehingga di sini dapat dikatakan
proses pinjam meminjam uang bukan sebagai “lipstick” yang akan
menarik minat konsumen untuk menyimpan barangnya dipegadaian
(Mardani, 2015:186-187).
5. Perlakuan Bunga Dan Riba Dalam Perjanjian Gadai
Gadai pada prinsipnya merupakan kegiatan utang piutang yang
murni berfungsi sosial. Namun, hal ini berlaku pada masa Rasulullah
Saw, masih hidup. Rahn pada saat itu belum berupa sebuah lembaga
keuangan formal seperti sekarang ini, sehingga aktivitas gadai hanya
berlaku bagi perorangan. Jadi pada saat itu masih mungkin jika aktivitas
tersebut hanya berfungsi sosial dan rahin tidak berkewajiban memberikan
tambahan apapun dalam pelunasan utangnya. (Muhammad dan Solikhul
Hadi, dalam Andrian Sutedi, Hukum Gadai, hal:47).
Kondisi saat ini, gadai sudah menjadi lembaga keuangan formal
yang telah diakui oleh pemerintah. Mengenai fungsi dari Pengadaian
tersebut tentu sudah bersifat komersiil. Artinya Pegadaian harus
memperoleh pendapatan guna menggantikan biaya-biaya yang telah
dikeluarkan, sehingga Pegadaian mewajibkan menambahkan sejumlah
uang tertentu kepada nasabah sebagai imbalan jasa. Minimal biaya itu
42
dapat menutupi biaya operasional gadai. Gadai yang ada saat ini, dalam
praktiknya menunjukkan adanya beberapa hal yang dipandang
memberatkan dan mengarahkan kepada suatu persoalan riba, yang
dilarang oleh syara' (Andrian Sutedi, Hukum Gadai,hal 48).
Pada dasarnya akad ar-rahn adalah akad atau transaksi utang
piutang, hanya saja dalam gadai ada jaminannya. Menurut Hendi Suhendi
setidaknya ada 3 faktor yang dapat menimbulkan unsur riba dalam akad
gadai (Abdul R, 2010: 270-271).
a. Apabila dalam akad gadai tersebut ditentukan bahwa ar-rahin
(pegadai) harus memberi tambahan kepada al-murtahin (penerima
gadai) ketika membayar utangnya.
b. Apabila akad gadai ditentukan syarat - syarat, kemudian syarat
tersebut dilaksanakan.
c. Apabila ar-rahin tidak mampu membayar utangnya hingga waktu
yang ditentukan, kemudian al-murtahin menjual al-marhun dengan
tidak memberi kelebihan harga marhun kepada al-rahin. Padahal
utang al-rahin lebih kecil dari nilai ar-marhun.
Riba’ terjadi apabila dalam akad gadai ditemukan bahwa peminjam
harus memberi tambahan sejumlah uang atau persentase tertentu dari
pokok utang, pada waktu membayar utang atau pada waktu lain yang
telah ditentukan penerima gadai. Hal ini lebih sering disebut juga dengan
‘bunga gadai’, yang pembayarannya dilakukan setiap 15 (lima belas) hari
sekali. Sebab apabila pembayarannya terlambat sehari saja, maka
43
nasabah harus membayar 2 (dua) kali lipat dari kewajibannya, karena
perhitungannya sehari sama dengan 15 hari. Hal ini jelas merugikan
pihak nasabah, karena ia harus menambahkan sejumlah uang tertentu
untuk melunasi hutangnya.
Padahal biasanya orang yang menggadaikan barang itu untuk
kebutuhan konsumtif. Namun, apabila tidak maka dilihat dari segi
komersiil, pihak Pegadaian dirugikan, misalnya karena inflasi, atau
pelunasan yang tidak tepat waktu, sementara barang jaminan tidak laku
dijual. Karena itu aktivitas akad gadai dalam Islam, tidak dibenarkan
adanya praktik pemungutan bunga karena dilarang syara’, dan pihak
yang terbebani merasa dianiaya dan tertekan, karena selain harus susah
payah mengembalikan hutangnya, penggadai juga masih berkewajiban
untuk membayar bunganya (Andrian Sutedi, Hukum Gadai,hal 48).
6. Gadai Di Lembaga Keuangan Syariah
Dalam lembaga keuangan syariah akad rahn menggunakan metode
fee based income atau mudharabah karena nasabah dalam menggunakan
marhun bih (uang pinjaman) mempunyai tujuan yang berbeda – beda.
Misalnya untuk konsumsi, membayar uang sekolah atau tambahan modal
kerja, penggunaan metode mudharabah belum tepat penggunaanya. Oleh
karena itu, lembaga keuangan syariah menggunakan metode fee based
income. Sebagai penerima gadai atau murtahin kan mendapat surat bukti
rahn (gadai) berikut akad pinjam meminjam yang disebut akad gadai
syariah dan akad sewa tempat (ijarah) (Ascarya, 2011: 108-109).
44
Dalam akad gadai syariah disebutkan bila jangka waktu akad tidak
diperpanjang maka pegadai menyetujui agunan (marhun) milikinya dijual
oleh murtahin guna melunasi pinjaman. Sedangkan akad sewa tempat
merupakan kesepakatan antara pegadai (rahin) dengan penerima gadai
(murtahin) untuk penyimpanan barang gadai (marhun). Pada dasarnya
pegadaian syariah berjalan atas tiga akad transaksi syariah yaitu:
(Ascarya, 2011).
a. Akad Qardh
Pada akad ini di gunakan sebagai akad utang piutang antara pegadai
(rahin) dan penerima gadai (murtahin) tanpa ada tambahan
pengembalian dari utang tersebut (Ascarya, 2011).
b. Akad Rahn
Pada akad ini dimaksudkan untuk menahan harta dari pegadai
sebagai jaminan atas utang, pihak penerima gadai memperoleh
jaminan untuk mengambil kembali seluruh atau sebagian atas
piutangnya (Abdul R, 2010).
c. Akad Ijarah
Pada akad ini digunakan sebagai pemindahan hak guna atas
barang atau jasa melalui pembayaran upah sewa, tanpa diikuti
dengan pemindahan kepemilikan jaminan (marhun). Melalui
akad ini lembaga keuangan syariah dimungkinkan untuk
menarik sewa atas penyimpanan barang jaminan milik nasabah
yang telah melakukan akad gadai syariah (Abdul R, 2010).
45
7. Perbedaan Pegadaian Syariah Dan Pegadaian Konvensional
Secara umum terutaman jika dilihat dari aspek manajemen dan
administrasi, pegadaian syariah tidak jauh berbeda dengan pegadaian
konvensional. Pegadaian syariah mempunyai asas, fungsi, dan tujuan
yang sejalan dengan asas, fungsi , dan tujuan pegadaian nasional. Bahkan
dalam implementasi operasional pegadaian syariah hampir mirip dengan
pegadaian konvensional, karena keduanya sama-sama menyalurkan uang
pinjaman berdasarkan hukum gadai dan fidusia. Disamping itu, keduanya
sama-sam merupakan lembaga yang menyalurkan pembiayaan kepada
masyarakat yang berorientasi pada keuntungan (Ade Sofyan Mulazid,
2016).
Keduanya juga sama-sama berada dalam bingkai sistem pegadaian
nasional yang tunduk pada aturan hukum yang sama, yakni hukum
pegadaian nasional. Akan tetapi, meskipun secara umum terdapat
beberapa persamaan, namun oleh karena pegadaian syariah memiliki
prinsip tersendiri terutama dalm melaksanakan kegiatan usahanya, yang
tidak mungkin bisa dikompromikan dengan sistem yang berlaku pada
pegadaian konvensional, maka dengan sendirinyadalm beberapa aspek
antara pegadaian syariah dan pegadaian konvensional terdapat beberapa
perbedaan prinsip (Ade Sofyan Mulazid, 2016).
Muchlasin juga menjelaskan ada beberapa perbedaan antara
pegadaian konvensional dan pegadaian syariah. Perbedaan terletak pada
46
barang jaminan, akan yang digunakan, sistem pendapatan, penentuan
besaran pendapatan dan perlakuan atas denda.
Barang jaminan pada Pegadaian Syariah merupakan benda bergerak
dan tidak bergerak yang boleh/dapat diperjualbelikan. Sementara pada
Pegadaian konvensional adalah benda bergerak. Pada Pegadaian Syariah
akad yang digunakan yakni Rahn, serta Rahn dan ijarah. Pada Pegadaian
konvensional akad berupa perjanjian kredit dengan hak gadai.
Pada Pegadaian Syariah sistem pendapatan atas dasar ujrah (sewa),
mu’nah (jasa pemeliharaan) atau atas dasar lain sesuai dengan
kesepakatan dan sesuai prinsip syariah. "Pada Pegadaian konvensional
atas dasar bunga," ujar dia, melalui siaran pers kepada (Republika.co.id.).
Tabel 2.1
Perbedaan Pegadaian Syariah dan Pegadaian Konvensional
No Pegadaian Syariah Pegadaian Konvensional
1. Didasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 103 Tahun
2000 dan Hukum Agama Islam
Didasarkan pada Peraturan
Pemerintah Nomor 103 Tahun 2000
2. Biaya administrasi menurut
ketetapan berdasarkan
golongan barang
Biaya administrasi menurut
prosentase berdasarkan golongan
barang.
3. Bilamana lama pengembalian
pinjaman lebih dari akad,
barang gadai nasabah dijual
kepada masyarakat.
Bilamana lama pengembalian
pinjaman lebih dari perjanjian
barang gadai dilelang kepada
masyarakat.
4. Jasa simpanan dihitung dengan
Konstanta x Taksiran
Sewa modal dihitung dengan
Prosentase x Uang Pinjaman (UP)
5. Maksimal jangka waktu 3 bulan
dan 1 hari dihitung 5 hari.
Maksimal jangka waktu 4 bulan dan
1 hari dihitung 15 hari
6. Tidak mengenakan bunga pada
nasabah yang mendapatkan
pinjaman.
Mengenakan bunga (sewa modal)
terhadap nasabah uang memperolah
pinjaman.
7. Istilah-istilah yang digunakan :
a. Rahn
Istilah-istilah yang digunakan :
a. Gadai
47
b. Murtahin
d. Marhun
e. Marhun bih
b. Pegadaian
d. Barang pinjaman
e. Pinjaman
Sumber: Bank and Financial Instuition Management (2007:1354)
8. Prinsip-Prinsip Pembiayaan Gadai Syariah
Pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan hukum untuk
mempertanggung jawabkan suatu resiko yang berkaitan dengan
keuangan, yang diakui sah secara hukum antara tertanggung dengan
sesuatu yang dipertanggungkan. Selain itu, sesuatu yang
dipertanggungkan itu semata-mata menyangkut kepentingan yang
menimbulkan kerugian keuangan tertanggung atas segala sesuatu yang
dipertanggungkan tersebut (Susilo, 2000: 15).
Secara substantif, pegadaian syariah memiliki tiga prinsip yang
bersumber pada kajian ekonomi Islam (Ade Sofyan Mulazid, 2016: 23).
Mannan berpendapat bahwa prinsip pengembangan ekonomi tidak saja
mengacu pada proses dimana masyarakat dari suatu negara
memanfaatkan sumberdaya yang tersedia untuk menghasilkan kenaikan
produksi barang dan jasa secara terus-menerus. Akan tetapi, Islam
memiliki prinsip-prinsip pengembangan yang dibingkai dengan kerangka
hubungan dengan Allah dan menyeimbangkan antar-kehidupan di dunia
dan di akhirat (al-Syathibi, jilid II: 4). Di antara prinsip-prinsip tersebut
adalah :
1. Prinsip Tauhid (Tawhid)
Gadai denga prinsi tawhid dapat mengukuhkan konsep non
materielistik dan di pahami sebagai triangle, di mana ketaatan
48
kepada Tuhan di letakkan pada posisi puncak, sedangkan manusia
dan alam di letakkan pada posisi sejajar yang saling membutuhkan.
Manusia di berikan amanat untuk memanfaatkan alam (sebagai
resources) dan di dorong untuk menghasilkan output yang dapat
bermanfaat bagi semua pelaku ekonomi (Andika Jati Zohella, 2009).
Output itu sendiri tidak mutlak dimilikinya karena pada harta yang
dimilikinya ada hak orang lain yang membutuhkan (Ade sofyan
Mulazid, 2016).
2. Prinsip Tolong Menolong (Ta’awun)
Abu yusuf (w. 182 H) dalam al-kharaj meyebutkan bahwa
prinsip yang harus di letakkan dalam transaksi gadai adalah ta’awun
(tolong menolong), yaitu prinsip saling membantu antar sesama
dalam meningkatkan taraf hidup melalui mekanisme kerja sama
ekonomi dan bisnis. Hal ini sesuai dengan anjuran Al-Qur’an “Dan
tolong-menolonglah kamu dallam berbuat kebajikan dan takwa serta
janganlah bertolong-menolong dalam berbuat keji dan
permusuhan.” (QS. Al-Maidah, 4: 2). Realitas prinsip ta’awun pada
transaksi gadai mengindikasikan ikatan kuat antara tradisi manusia
dengan agama yang muncul akibat konsekuensi logis terhadap
berkembangnya aktivitas manusia yang bergerak secara cepat (Abu
yusuf ya’kub bin Ibrahim: 34). Prinsip ini juga telah di sampaikan
Abu Ubaid (w. 224 H) dalam al’Amwal. Ia berpandangan bahwa
49
prinsip ta’awun sesama manusia dapat meningkatkan taraf hidup
(Kairo: Dar al-fikr, 1975: 166).
Menurut Sa’id Sa’ad Martan, prinsip ini berorientasi pada sosial
adalah usaha sesorang untuk membantu meringankan beban
saudaranya yang ditimpah kesulitan melalui gadai syariah (Beirut:
Mu’assasah al’Risalah, 1999: 76).
3. Prinsip Bisnis (Tijarah)
Afzalur Rahman menyatakan bahwa bisnis (perdagangan)
adalah suatu kegiatan yang di anjurkan dalam Islam. Nabi seringkali
menekankan pentingnya bisnis dalam kehidupan manusia, dalam
Hadits yang di riwayatkan oleh Ahmad Nabi SAW bersabdah
“Hendaklah kamu berdagang, karena didalamamnya terdapat 90%
pintu rezeki.” (Imam Jalaludin, Al’Jam’i Ash-Shoghir, I: 341).
Namun demikian, dalam mencari laba harus dengan cara yang di
benarkan oleh syariah. Hal ini bertujuan agar kesejahteraan manusia,
baik di duniawi maupun kebahagian akhirat dapat tercapai. Umar
Chapra meyebutnya dengan istilah al-falah. Muhammad Syafi’i
Antonio berpendapat dalam kacamata Islam tidak ada di kolomi
antara usaha-usaha untuk pembangunan ekonomi maupun sektor-
sektor lainnya dengan persiapan untuk kehidupan di akhirat nanti.
Karena itu, kegiatan bisnis gadai syariah, tanpa mengikuti aturan-
aturan syariah. Maka akan membawa kehancuran.
50
Prinsip-prinsip busnis di atas, menjadi pedoman dalam usaha
pegadaian sepanjang masa. Karena itu, prinsip-prinsip usaha
pegadaian ialah :
a. Harus di dasari sikap saling ridha di antara kedua belah pihak,
sehingga para pihak tidak merasa dirugikan atau dizalimi
b. Menegakkan prinsiip keadilan dalam proporsi keuntungan
c. Kegiatan bisnis tidak melakukan investasi pada usaha yang di
haramkan seperti usaha-usaha yang merusak mental dan moral
d. Bisnis harus terhindar dari praktik gharar (ketidak Pastian),
tadlis (penipuan) dan maysir (judi)
e. Dalam kegiatan bisnis, baik utang-piutang maupun bukan,
hendaklah dilakukan pencatatan (akuntansi) (Ade Sofyan
Mulazid, 2016: 26).
Dengan demikian, ketiga pprinsip di atas menjadi acuan dasar
dalam pengembangan pegadaian syariah, serta penerapannya dalam
kehidupan sosio-ekonomi. Kurang kuatnya salah satu dasar tersebut,
maka akan menyebabkan lambatnya gerak pengembangan lebaga
bisnis itu sendiri, serta tidak akan mampu mencapai kesejahteraan
hidup (Ade Sofyan Mulazid, 2016: 26-27).
F. Penelitian Sebelumnya
Sebelum peneliti melakukan penelitian ini, telah ada penelitian terdahulu
yang meneliti mengenai variable persepsi, prilaku dan preferensi masyarakat
51
terhadap pegadaian syariah. Diantaranya seperti yang akan penulis jabarkan
pada pembahasan dibawah ini.
Tabel 2.2
Penelitian Terdahulu Tentang Pegadaian Syari’ah
No.
Nama Dan
Tahun Terbit
Variabel
Metode Penelitian
Hasil Persamaan Perbedaan
1.
Meilinda Sari
Ilyda
Sudardjat
(2013)
Persepsi
Masyarakat
Tentang Gadai
Emas Di
Pegadaian
Syariah
Cabang Setia
Budi Medan
persamaan
penelitian ini
terletak pada
variabel bebas
yang digunakan
adalah persepsi
masyarakat
perbedadaan
pada
penelitian ini
terletak pada
studi kasus
yang
berbeda.
Penelitian ini
menunjukkan
hubungan yang
signifikan dan
positif diantara
Persepsi
Masyarakat
terhadap gadai
emas di
pegadaian
syariah.
2. Tuti Alawiyah
(2005)
Preferensi Dan
Perilaku
Nasabah
Terhadap
Pegadaian
Syariah
persamaan
penelitian ini
terletak pada
variabel bebas
yang digunakan
adalah
Preferensi Dan
Perilaku.
perbedadaan
pada
penelitian ini
terletak pada
variabel
bebas lain
yaitu
persepsi.
Hasil penelitian
ini adanya
hubungan yang
positif antara
pelayanan dan
sistem
operasional
pegadaian
syariah dengan
preferensi dan
perilaku
nasabah.
3.
Ari
Pradhanawati
(2010)
Potensi dan
preferensi
terhadap
perilaku
memilih
pegadain
syariah
persamaan
penelitian ini
terletak pada
variabel bebas
yang digunakan
adalah
preferensi dan
perilaku.
perbedaan
pada
penelitian ini
terletak pada
variabel
bebas lain
yaitu potensi
sedangkan
penelitian
tidak
memakai
Variabel
mempunyai
potensi
pengaruh paling
besar atas
perilaku
memilih
pegadaian
syariah.
52
variabel
tersebut.
4.
Syaifuddin
Romadhoni
Wilopo
Sunarti
(2016)
Pengaruh
persepsi
konsumen
terhadap citra
perusahaan
Survey pada
konsumen pt
pegadaian
cabang malang
kantor
Blimbing
persamaan
penelitian ini
terletak pada
variabel bebas
yang digunakan
adalah persepsi.
perbedaan
pada
penelitian ini
terletak pada
tidak
menggunaka
n variabel
bebas lain
perilaku dan
preferensi.
Variabel bebas
pada penelitian
ini menunjukkan
berpengaruh
signigfikan dan
berpengeruh
positif terhadap
Citra
Perusahaan.
5. Muhammad
Ari Safi’i
(2016)
Preferensi
Masyarakat
Terhadap
Gadai Syariah
(Studi Kasus
Gadai Emas
BRI Syariah
Yogyakarta)
Preferensi
Masyarakat
Terhadap
Gadai Syariah
(Studi Kasus
Gadai Emas
BRI Syariah
Yogyakarta)
persamaan
penelitian ini
terletak pada
variabel bebas
yang digunakan
adalah
Preferensi.
perbedadaan
pada
penelitian ini
terletak pada
studi kasus
yang berbeda
juga tidak
menggunaka
n variabel
bebas lain
persepsi dan
perilaku.
Penelitian ini
menunjukkan
hubungan yang
signifikan dan
positif diantara
Preferensi
Masyarakat
Terhadap Gadai
Syariah (Studi
Kasus Gadai
Emas BRI
Syariah
Yogyakarta).
6.
Maran
Marimuthu,
Indra
Kolandaisamy
(2017)
Custimers’
Preferences on
Ar-Rahnu:
Exploring the
Adoption of
the Islamic-
Based
Pawnshop
Using PLS
persamaan
penelitian ini
terletak pada
variabel bebas
yang digunakan
adalah
Preferensi.
perbedadaan
pada
penelitian ini
terletak pada
studi kasus
yang berbeda
juga tidak
menggunaka
n variabel
bebas lain
persepsi dan
perilaku.
Penelitian ini
menujukkan
hubungan yang
signifikan dan
positif antara
preferensi
dengan gadai
syariah (studi
kasus di
pegadaian
syariah Klang
Valley)
7.
Azila Abdul
Razak
(2011)
Economic and
Religious
Significance of
Persamaan
penelitian ini
terletak pada
perbedadaan
pada
penelitian ini
Penelitian ini
menujukkan
hubungan yang
53
the Islmic and
Conventional
Pawnbroking
in Malaysia:
Behavioural
and
Perception
Analysis
variabel bebas
yang digunakan
adalah perilaku
dan persepsi
terletak pada
studi kasus
yang
berbeda, juga
tidak
menggunaka
n variabel
bebas lain
preferensi.
signifikan dan
positif antara
perilaku dan
persepsi
terhadap gadai
syariah.
G. Kerangka Pemikiran
Kerangka pemikiran merupakan sitensa dari serangkaian teori yang
tertuang dalam tinjauan pustaka, yang pada dasarnya merupakan gambaran
sistematis dari kinerja teori dalam memberikan solussi atau alternative solusi
dari serangkaian masalah yang ditetapkan. Kerangka pemikiran dapat
disajikan dalam bentuk bagan, deskriptif kualitatif, dan atau gabungan
keduanya. Abdul Hamid (2007:26).
Sedangkan menurut M. Hariwiaya (2008:44) kerangka pemikiran
merupakan pondasi tempat proyek penelitian secara keseluruhan didasarkan.
Hal ini dikembangkan dan digambarkan secara logis dan diperluas jaringan
asosiasi antar variabel-variabel yang telah didefiniskan melalui proses-proses
seperti wawancara, observasi dan survey literature. Jadi kerangka pemikiran
merupakan suatu langkah yang penting dalam proses penelitian.
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan, tujuan penelitian, dan
landasan teori yang menjelaskan pengaruh persepsi, perilaku ,dan preferensi
masyarakat santri pesantren terhadap pegadaan syari’ah maka disusunlah
kerangka berpikir dari penelitian ini dalam gambar berikut:
54
Tabel 2.3
Kerangka Berpikir
Metode Analisis Data :
1. Uji Asumsi Klasik
a. Uji Normalitas
b. Uji Multikolonieritas
c. Uji Heterokedastisitas
d. Uji Autokorelasi
2. Analisis Regresi Linier Berganda
3. Uji Hipotesis
a. Uji t (Parsial)
b. Uji F (Simultan)
c. Uji Adjusted R Square
Pondok Pesantren Al’Wasatiyah
Persepsi Santri (x1) Perilaku Santri (x2) Preferensi Santri (x3)
Pegadaian syariah(Y)
Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas
2. Uji realibilitas
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan dan Implikasi
55
Persepsi (X1), perilaku (X2) , dan preferensi (X3) masyarakat santri
pesantren terhadap pegadaian syariah. Sedangkan variabel terikatnya (Y)
adalah pegadaian syariah yang akan diuji baik secara parsial maupun
simultan.
56
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian adalah proses untuk menemukan solusi dalam sebuah masalah
melalui pembelajaran dan analisa dari faktor-faktor situasional, metode
penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan
kegunaan tertentu (Sekaran dan Bougie 2013: 2). Jenis penelitian yang
digunakan adalah penelitian desktiptif dan kausalitas. Karena penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui Persepsi, Perilakku dan Preferensi Masyarakat
Santri Pondok Pesantren Al-Wasatiyah Terhadap Pegadaian Syariah.
Penelitian deskriptif menurut Sekaran dan Bougie (2013: 97)
“Descriptive studies are often designed to collect data that describe the
characteristics of person, events, or situations”. Tujuan dari penelitian
deskriptif adalah untuk menguji hipotesis atau menjawab pertanyaan yang
berkaitan.
Penelitian kausalitas menurut Sekaran dan Bougie (2013: 98) “a study in
which the researcher wants to delineating one or more factors that are
causing a problem”. Jadi tujuan dari riset kausalitas adalah untuk memahami
variabel-variabel mana yang menjadi variabel independen (mempengaruhi)
dan variabel dependen (dipengaruhi).
57
B. Metode Penentuan Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi menurut Sugiyono (2012; 117) adalah “wilayah generelisasi
(umum) yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh penelitian untuk mempelajari
dan kemudian ditarik kesimpulannya” Populasi adalah sumber data
dalam penelitian tertentu yang memiliki jumlah banyak dan luas.
(Deni Darmawan, 2013:137). Populasi yang akan dijadikan dalam
objek penelitian ini adalah masyarakat santri pondok pesantren
Al’Wasatiyah Cipondoh kp.Dongkal Kota Tangerang.
2. Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut (Sugiyono 2014: 116). Teknik pengambilan
sampel yang digunakan adalah nonprobability sampling. Nonprobability
sampling menurut Sugiyono (2014: 120) adalah tehnik pengambilan
sampel yang tidak memberikan peluang atau kesempatan yang sama bagi
setiap unsur atau anggota populasi yang dipilih menjadi sampel. Jenis
sampling yang digunakan adalah Purposive Sampling. Purposive
sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
(Sugiyono 2014: 122). Dimana sampel yang digunakan apabila
memenuhi kriteria sebagai berikut:
58
Tabel 3.1
Kriteria Purposive Sampel
NO. Kriteria Sampel Sampel
1.
Pengurus pesantren yang belum pernah
menggunakan atau mengenal pegadaian syariah
atau belum pernah menjadi nasabah.
73
2.
Pengurus pesantren Al-Wasatiyah yang sudah
pernah menggunakan dan mengerti tentang
pegadaian syariah atau sudah pernah menjadi
nasabah.
62
Total keseluruhan 135
Jumlah Sampel Yang digunakan 62
Sumber : data pondok pesantren Al-Wasatiyah.
Jumlah Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pengurus
pondok pesantren Al-Wasatiyah yang berjumlah 135 pengurus. Dalam
penelitian ini penulis mempersempit populasi yaitu jumlah seluruh
pengurus santren sebanyak 135 pengurus dengan menghitung ukuran
sampel yang dilakukan dengan menggunakan teknik Purposive sampling
menurut (Sugiyono 2014: 122).
C. Skala pengukuran
Skala pengukuran merupakan kesepakatan yang digunakan sebagai acuan
untuk menentukan panjang pendeknya interval yang ada dalam alat ukur,
sehingga alat ukur tersebut bila digunakan dalam pengukuran akan
menghasilkan data kuantitatif. Dengan skala pengukuran ini, maka nilai
variabel yang di ukur dengan instrumen tertentu dapat di nyatakan dalam
bentuk angka, sehingga akan lebih akurat, efisiensi dan komunikatif
(Sugiyono,2005:88).
59
Skala pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala
Likert. Skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat dan persepsi
seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial (Sugiyono, 2014:
132). maka variabel yang akan di ukur di jabarkan menjadi indikator variabel.
Kemudian indikator tersebut di jadikan sebagai titik tolak untuk menyusun
item-item instrumen yang dapat berupa pernyataan atau pertanyaan.
(Sugiyono,2005:92). Jawaban setiap item instrumen yang menggunakan skala
Likert mempunyai gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, dengan
alternatif jawaban sebagai berikut
1. STS = Sangat Tidak Setuju
2. TS = Tidak Setuju
3. KS = Kurang Setuju
4. S = Setuju
5. SS = Sangat Setuju
Tabel 3.2
Skala Likert
Makna Jawaban Skor Jawaban
Sangat Tidak Setuju 1
Tidak Setuju 2
Kurang Setuju 3
Setuju 4
Sangat Setuju 5
60
D. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dapat dilakukan dengan berbagai setting, berbagai
sumber, dan berbagai cara. Bisa dilihat dari setting-nya, data dapat
dikumpulkan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium
dengan metode experimen, di rumah dengan berbagai responden, pada suatu
seminar, diskusi, di jalan dll. Bila dilihat dari sumber datanya, maka
penumpulan data dapat menggunakan sumber premier dan sumber sekunder.
Selanjutnya, bila dilihat dari cara pengumpulan data dapat dilakukan melalui
interview (wawancara), kuesioner (angket), observasi (pengamatan) dan
gabungan ketiganya (Sugiyono 2014: 193).
1. Data Primer
Sumber primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data (Sugiyono 2014: 193). Data primer diperoleh
dengan menggunakan kuesioner yang disusun secara sistematis dengan
beberapa pilihan jawaban menggunakan skala likert. Kuesioner
merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2014: 199). Dan kuesioner yang
digunakan adalah kuesioner tertutup.
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data primer dengan
menyebar kuesioner secara langsung kepada masyarakat santri pondok
pesantren Al-Wasatiyah, dalam hal ini adalah santri yang diperlukan
informasinya dalam mendukung penulisan skripsi, serta penelitian ini
61
menggunakan skala likert dengan 5 point yaitu 1 menyatakan sangat
tidak setuju sampai dengan poin 5 untuk menyatakan sangat setuju.
2. Data Skunder
Data skunder yaitu data yang diperoleh secara tidak langsung atau
penelitian arsip yang menurut peristiwa masa lalu. Data skunder dapat
diperoleh dari jurnal, majalah. Buku, data statistik maupun dari internet,
(Brawono,2006:30).
E. Metode Analisis Data
Data yang telah terkumpul dari hasil penyebaran kuesioner akan di olah
dan dianalisis dengan tujuan data yang diolah tersebut menjadi sebuah
informasi, sehingga karakteristik dapat lebih mudah dipahami untuk dijadikan
dasar pengambilan keputusan. Pengolahan dan analisis data dilakukan dengan
bantuan software statistical product and service solutions (SPSS) versi 24.
1. Uji Validitas dan Realibitas
a. Uji Validitas
Hair et al. (2010: 7) adalah “the degree to which a measure
accurately represents what it is supposed to.” Validitas merupakan
instrumen untuk mengukur secara akurat terhadap sesuatu yang
diteliti. Validitas bertujuan untuk mengukur apakah pertanyaan
dalam kuesioner yang sudah dibuat benar-benar dapat mengukur apa
yang hendak kita ukur. (Ghozali,2011: 52).
Pengujian ini dapat dilakukan dengan membangdingkan hasil r
hitung dengan r tabel (kritis), dimana nilai r tabel dicari dengan df =
62
n – (k+1) pada tingkat alpha yang ditentukan (Hair et al, 2010: 176).
r hitung dapat dilihat pada kolom corrected item-total correlation,
jika r hitung > r tabel maka butir pertanyaan tersebut valid dan jika r
hitung < r tabel maka butir pertanyaan tersebut tidak valid.
b. Uji Realibilitas
Uji realibilitas digunakan untuk mengukur suatu kuesioner yang
merupakan indikator dari variabel. Suatu kuesioner dikatakan
reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan
adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu. Untuk mengukur
reliabilitas menggunakan uji statistik alpha cronbach. Suatu variabel
dikatakan reliabel jika nilai alpha cronbach lebih besar dari 0,060.
(Imam ghazali,2011:48)
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik merupakan tahapan awal yang digunakan sebelum
analisis linear berganda (Imam Ghozali, 2011:105). Ketika asumsi tidak
terpenuhi, biasanya peneliti menggunakan berbagai solusi agar
asumsinya dapat terselesaikan. Uji asumsi klasik yang digunakan dalam
penelitian ini adalah uji normalitas, uji multikolinieritas, uji
heteroskedastisitas dan uji autokorelasi
a. Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model
regresi, variabel independent dan variabel dependent keduanya
mempunyai distribusi normal atau mendekati normal (Imam
63
Ghozali, 2011: 160). Data yang baik dan layak dalam penelitian
adalah yang memiliki distribusi normal.
Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara diantaranya
dengan melihat kurva normal probability plot. Normalitas dapat
dilihat dengan cara melihat penyebaran data (titik) pada sumbu
diagonal grafik. Jika data (titik) menyebar jauh dari garis diagonal,
maka menunjukkan pola distribusi normal yang mengindikasikan
bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas. Jika data (titik)
menyebar menjauh dari garis diagonal maka tidak menunjukkan pola
distribusi normal yang mengindikasikan bahwa model regresi tidak
memenuhi asumsi normalitas (Imam Ghozali, 2011: 160).
Untuk Uji normalitas penelitian ini juga menggunakan uji non-
parametik Kolmogorov-Smrirnov (K-S) untuk mengetahui
signifikansi data terdistribusi normal. Dalam uji Kolmogorov-
Smirnov, suatu data dikatakan normal jika nilai asymptotic
significance lebih dari 0,05 (Ghozali, 2011: 161).
b. Uji Multikolinearitas
Multikolinearitas adalah keadaan dimana antara dua variabel
independent atau lebih pada model regresi terjadi hubungan linear
yang sempurna atau mendekati sempurna. Uji multikolinearitas
bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya
korelasi dengan variabel bebas (independent). Model regresi yang
64
baik mensyaratkan tidak adanya multikolinearitas atau tidak terjadi
korelasi diantara variabel independen (Imam Ghozali, 2011: 171).
Jika variabel independent saling berkorelasi, maka variabel –
variabel ini tidak ortogonal. Variabel ortogonal adalah variabel
independent yang memiliki nilai korelasi antar sesama variabel
independent sama dengan nol.
Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolinieritas di dalam
model regresi adalah sebagai berikut:
1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi
empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel
independent banyak yang tidak signifikan mempengaruhi
variabel dependent.
2) Menganalisis matriks korelasi variabel-variabel independent.
Jika antar variabel ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di
atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya
multikolinieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar
variabel independent tidak berarti bebas dari multikolinieritas.
Multikolinieritas dapat disebabkan karena adanya efek
kombinasi dua atau lebih variabel independent.
3) Multikolinieritas dapat juga dilihat dari (1) nilai tolerance dan
lawannya (2) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini
menunjukkan setiap variabel independent manakah yang
dijelaskan oleh variabel independent lainnya. Dalam pengertian
65
sederhana setiap variabel independent menjadi variabel
dependent (terikat) dan diregres terhadap variabel independent
lainnya.
Tolerance mengukur variabilitas variabel independent yang
terpilih jika dijelaskan oleh variabel independent lainnya. Jadi nilai
tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF =
1/tolerance). Nilai cut off yang umum dipakai untuk menunjukkan
adanya multikolinieritas adalah nilai tolerance < 0.10 atau sama
dengan nilai VIF > 10. Setiap peneliti harus menentukan tingkat
kolinieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance
= 0.10 sama dengan tingkat kolinieritas 0.95. Walaupun
multikolinieritas dapat dideteksi dengan nilai tolerance dan VIF,
tetapi kita masih tetap tidak mengetahui variabel-variabel
independent mana sajakah yang saling berkolerasi.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model
regresi terjadi ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain. Jika varians dari residual satu pengamatan
ke pengamatan yang lain tetap maka disebut homoskedastisitas, jika
berbeda disebut heteroskedastisitas (Imam Ghozali, 2011:138).
Model regresi yang baik adalah homoskedastisitas atau tidak
terjadi heterokedastisitas. Kebanyakan data crossection mengandung
66
situasi heterokedastisitas karena data ini menghimpun data yang
mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang, besar).
Salah satu cara untuk mendeteksi ada atau tidaknya
heterokedastisitas adalah dengan cara melihat grafik plot antara nilai
prediksi variabel terikat (dependent) yaitu ZPRED dengan
residualnya SRESID. Deteksi ada tidaknya heterokedastisitas dapat
dilakukan dengan melihat ada tidaknya pola tertentu pada grafik
scatterplot antara SRESID dan ZPRED dimana sumbu Y adalah Y
yang telah diprediksi, dan sumbu X adalah residual (Y prediksi – Y
sesungguhnya) yang telah di studentized.
Dengan analisis jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang ada
membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar
kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi
heterokedastisitas dan jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik
menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y, maka tidak
terjadi heterokedastisitas (Imam Ghozali, 2011: 139).
d. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah dalam
model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada
periode t dengan penggangu pada periode t-1 (sebelumnya) jika
terjadi korelasi maka dikatakan ada problem autokorelasi (Imam
Ghozali, 2011: 140).
67
Tabel 3.3
Durbin Watson
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi negative No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi positif atau
negative Tidak ditolak du < d < 4 – du
Sumber: Ghozali (2011:111)
3. Uji Regresi Linear Berganda
Regresi linear berganda bertujuan menghitung besarnya pengaruh
dua atau lebih variabel bebas terhadap satu variabel terikat dan
memprediksi variabel terikat dengan menggunakan dua atau lebih
variabel bebas.(Ety,dkk,2007;138). Regresi linear berganda bertujuan
menghitung besarnya pengaruh dua atau lebih variabel bebas terhadap
satu variabel terikat dan memprediksi variabel terikat dengan
menggunakan dua atau lebih variabel bebas (Ety,dkk,2007;138)
Adapun persamaan regresi linear berganda tersebut yaitu:
Y = a+b1x1+b2x2+b3x3=e
Dimana :
Y = Pegadaian syariah
X1 = persepsi masyarakat santri pesantren
X2 = perilaku masyarakat santri pesantren
X3 = preferensi masyarakat santri pesantren
a = konstanta
e = standar eror
68
a. Koefisien determinasi
Uji koefisien determinasi berguna mengukur seberapa jauh
kemampuan variabel bebas dalam merangkai variabel terikat, yaitu
mengetahui seberapa besar variabel independen menjelaskan
variabel dependen, namun untuk regresi linear berganda sebaiknya
menggunakan R square yang telah disesuaikan atau tertulis adjusted
R square, karena telah disesuaikan dengan jumlah variabel
indevenden yang digunakan dalam penelitian. (Bhuono,2005;51).
4. Uji Hipotesis
a. Uji t
Uji t bertujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh masing-
masing variabel independent secara individual (parsial) terhadap
variabel devenden. Jika nilai probibality t lebih besar dari 0,05 maka
tidak ada pengaruh dari variabel independen terhadap variabel
dependen (koefisien regresi tidak signifikan) sedangkan jika nilai
probibality t lebih kecil dari 0,05 maka terdapat pengaruh dari
variabel independen terhadap variabel dependen (koefisien regresi
signifikan) (Imam Ghozali, 2011:98).
b. Uji simultan (F)
Uji statistik F digunakan untuk mencari apakah semua variabel
independen yang digunakan dalam model regresi secara bersama-
sama berpengaruh terhadap variabel dependen \untuk mengambil
keputusan hipotesis diterima atau ditolak dengan membandingkan
69
tingkat signifikasi (alpha) sebesar 5% (0,05) jika nilai probibality f
lebih besar dari alpha 0,05 maka model regresi tidak dapat diprediksi
untuk memprediksi variabel dependen dengan kata lain variabel
independen secara bersama-sama tidak berpengaruh (Ghazali, 2011)
dalam penelitian ini pengujian hipotesis secara simultan
dimaksudkan untuk mengukur besarnya analisis persepsi, Perilaku
dan preferensi masyarakat santri terhadap pegadaian syariah.
F. Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel utama yaitu variabel bebas
(independen) dan variabel terikat (dependen) yaitu sebagai berikut:
1) Variabel independen (X) dalam penelitian ini adalah ;
a) Persepsi masyarakat santri pesantren (X1)
b) Perilaku masyarakat santri pesantren (X2)
c) Preferensi masyarakat santri pesantren (X3)
2) Variabel dependen (Y) dalam penelitian ini adalah terhadap pegadaian
syariah yang diukur melalui produk dan prinsip pegadaian syari’ah.
Secara keseluruhan, penentuan indikator serta definisi operasional
variabel yang digunakan dalam penelitian ini, dapat dilihat dalam tabel
berikut ini :
70
Tabel.3.4
Operasional Variabel Penelitian
No. Variable Definisi
operasional Sub Variabel Indikator Pengukuran
1 Persepsi Persepsi adalah
pengalaman
tentang objek,
peristiwa, atau
hubungan-
hubungan yang
diperoleh
dengan
menyimpulkan
informasi dan
menafsirkan
pesan.
(Jalaluddin,
2011:50)
a. Seleksi
Perseptual
b. Organisasi
Perseptual
c. Interpretasi
perseptual
a. Sesuai dengan
prinsip syari’ah
b. Sesuai dengan
budaya yang
membentuk
kepribadian
c. Kelompok
referensi (ustad
atau kyai)
d. Informasi produk
e. Produk yang
dikenal dalam
pegadaian
syari’ah
f. Produk dan
interpretasi
Interval
2 Perilaku Perilaku adalah
studi tentang
bagaimana
individu,
kelompok, dan
organisasi
memilih,
membeli,
menggunakan,
dan bagaimana
barang, jasa,
ide, atau
pengalaman
untuk
memuaskan
kebutuhan dan
keinginan
mereka (Kotler,
2009:166)
a. Faktor
sosial
b. Faktor
budaya
c. Faktor
pribadi
d. Faktor
psikologi
a. Pemanfaatan
pegadaian
syari’ah
b. Kebutuhan si
pegadai dengan
pengadaian,
People
c. Place dan antara
pribadi dan
pegadaian
d. Minat yang besar
terhadap
pegadaian
syari’ah
e. Kehalalan, proses
transaksi dalam
pengadaian
syar’ah
f. Price, harga yang
ditawarkan
Interval
71
3 Preferensi Preferensi
merupakan
sebagai selera
subjektif
(Individu) yang
diukur dengan
utilitas, dari
bundle berbagai
barang. (Vivian,
2010 : 567)
a. Pengenalan
masalah
b. Pencarian
informasi
c. Evaluasi
berbagai
alternatif
d. Keputusan
pemilihan
terhadap
suatu
pegadaian
syariah
e. Perilaku
pasca
pemilihan
terhadap
suatu
pegadaian
syariah
a. Memilih dan
mengenal perihal
pegadaian
syari’ah
b. Seleksi dalam hal
pegadaian
c. kenyamanan
d. Keyakinan akan
kehalalan
transaksi dalam
pegadaian
syari’ah
e. Rasa puas
Interval
4 Pegadaian
Syariah
Pegadaian
syariah (rahn)
secara harfiah
adalah tetap,
kekal, dan
jaminan. Secara
istilah rahn
adalah apa yang
disebut dengan
barang jaminan,
agunan, cagar,
atau
tanggungan.
Rahn yaitu
menahan barang
sebagai jaminan
atas utang
(Basyir, 1993:
50).
a. Pengertian
gadai
b. Landasan
hukum
c. Rukun dan
syarat
gadai
syariah
d. Mekanism
e
Operasiona
l gadai
e. Masalah
riba dalam
gadai
f. Gadai di
lembaga
keuangan
syariah
a. Produk
penghimpunan
dana
b. Produk jasa
c. Prinsip Tauhid
(Tawhid)
d. Prinsip Tolong-
menolong
(Ta’awun)
e. Prinsip Bisnis
(Tijaroh)
Interval
72
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Sekilas Gambaran Umum Objek Penelitian
1. Sejarah pondok pesantren Al-Wasatiyah
Dalam penelitian ini objek penelitian adalah santri pondok pesantren
Al-wasatiyah di kota Tangerang. Pesantren merupakan lembaga
pendidikan yang kompetens dalam bidang ilmu agama, pondok pesantren
Al-wasatiyah merupakan salah satu pesantren yang berasaskan
ahlussunnah wal jama’ah. Nama “Al-Wasatiyah” yang berarti
‘Pertengahan’, Al-Wasatiyah berharap dapat melahirkan generasi muslim
qur’ani yang mampu mengembangkan nilai-nilai islam ditengah
masyarakat, lembaga ini dalam sejarahnya dikelola oleh yayasan pondok
pesantren Al-Wasatiyah adalah lembaga pendidikan formal yang didirikan
oleh seorang ulama terkemuka di kota Tangerang yaitu KH. Ahmad Romli
HM. Beliau adalah seorang ahli agama yang sudah tidak diragukan lagi
keilmuan agamanya oleh masyarakat sekitar maupun masyarakat luar.
Awalnya lembaga ini adalah pendidikan non formal berupa pengajian
dan kajian ilmu agama, namun seiring perkembangan zaman akhirnya
lembaga ini berusaha untuk menjadi lembaga yang diakui di masyarakat
maupun pemerintahan. Tujuan didirikannya lembaga ini adalah
menciptakan insan yang berkualitas, baik ilmu umum maupun agama.
Adapun jenjang pendidikan lembaga ini adalah Pondok Pesantren, MI,
SMP dan SMA.
73
Sejak awal berdiri pada tahun 2001, pesantren ini telah berkomitmen
memperjuangkan pendidikan umat Islam melalui upaya mempersiapkan
kafa’ah generasi muslim yang intelektualis, holistis dan mampu
mengintegrasikan ilmu dan skill nya secara modern dan terarah dengan
tetap memprioritaskan akhlakul karimah sebagai karakter utama.
Saat pertama kali dibuka, pondok pesantren Al-Wasatiyah hanya
diminati 28 0rang santri yang berasal dari sekitar Jakarta dan Tangerang
saja, berbekal semangat yang tinggi dan dorongan dari keluarga, KH.
Ahmad Romlih HM terus mengibarkan bendera Al-Wasatiyah di sela-sela
dakwahnya di seluruh nusantara. Seiring waktu santri pun terus
berdatangan dari berbagai daerah dan propinsi di Indonesia setiap
tahunnya dengan jumlah santri mukim atau non mukim saat ini lebih dari
359 orang.
Sesuai dengn tekad pendirinya, pondok pesantren Al-Wasatiyah tidak
hanya menerapkan kurikulum pendidikan agama saja, namun berbagai
disiplin ilmu termasuk skill pun diadopsi. Termasuk penekanan bahasa
arab dan inggris (bilingual) dalam keseharian santri. Oleh karenanya,
tenaga pendidik didatangkan dari berbagai lulusan Uniersitas serta alumni
pesantren modern dan salafy lainnya.
Dalam pembelajaran agama mengunakan sistem materi khusus
pelajaran agama. Adapun lama belajar adalah 6 tahun, pendidikan ini
diwajibkan bagi santri putra maupun putrid. Sistem pembelajaran untuk
memahami kitab-kitab klasik dengan sistem weton dan sorogan. Dalam
74
pembelajaran ilmu agama pesantren Al-Wasatiyah sudah memiliki
kurikulum sendiri untuk pemadatan materi agama, kurikulum yang
dimiliki diantaranya sebagai berikut:
Tabel 4.1
Kurikulum Pembelajaran Pondok Pesantren Al-wasatiyah
No. Tingkat Kelas Materi Pembelajaran
1 Tingkat dasar I - Safinatu najah (dasar-dasar ilmu fiqih)
- Akhlaqul banin wal banat (Ilmu akhlaq)
- Al-quran (Tajwid dan tahsin)
- Talim’muta’alim (Adab dalam belajar)
- Taqriib (fiqih)
2 Kelas II - Talim muta’alim (Adab dalam belajar)
- Madharijah Su’ud (fiqih)
- Risalatul Najah (Tauhid)
- Al’quran (tajwid dan tahsin)
3 Kelas III - Al Jurmiyyah (bahasa arab atau sastra arab)
- Sulam taufiq (fiqih dan tauhid)
- Hadits arba’in nawawi (Hadits pilihan)
- Addaroryul bahiyah (tauhid)
- Sulam munajab (fiqih)
4 Kelas IV - Al imrithy (sastra arab)
- Targhib wa targhib (fiqih)
- Nususul Adabiyyah (tauhid dan tasauf)
5 Kelas V - Al-fiyyah 1 (bahasa arab)
- Fathul Mu’in (fiqih)
Sumber : Pondok pesanren Al-wasatiyah.
Semua materi pembelajaran pondok pesantren di ajarkan secara
klasikal dan kitab-kitabnya mengambil dari karangan ulama-ulama
mazhab Imam Syafi’i
2. Karakteristik Profil Responden
Responden dalam penelitian ini adalah para pengajar pesantren
Al-Wasatiyah. Berikut ini adalah deskripsi mengenai jumlah data
75
responden dan identitas responden penelitian yang terdiri dari jenis
kelamin, usia, dan jenjang pendidikan terakhir.
a. Data Jumlah Kuisioner yang disebarkan
Tabel 4.2 berikut ini menyajikan jumlah kuisioner yang disebarkan
kepada responden.
Tabel 4.2
Data Sampel Penelitian
No. Keterangan Jumlah Presentase
1 Jumlah Kuesioner yang disebar 62 62%
2 Jumlah Kuesioner yang tidak kembali 0 0%
3 Jumlah kuesioner yang tidak dapat kembali 0 0%
4 Jumlah kuesioner yang dapat diolah 62 62%
Sumber : Data primer yang diolah
b. Deskripsi responden berdasarkan jenis kelamin
Tabel 4.3 berikut menyajikan uji deskripsi responden berdasarkan jenis
kelamin.
Tabel 4.3
Jenis Kelamin Responden
Jenis Kelamin Frekuensi Persentase
Laki-laki 29 25,7%
Perempuan 33 29,2%
Jumlah 113 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebanyak 29 orang atau 25,7%
responden berjenis kelamin laki-laki, dan sisanya sebesar 33 orang atau
33% responden berjenis kelamin perempuan.
c. Deskripsi responden berdasarkan usia
Tabel 4.4 berikut menyajikan hasil uji deskripsi responden berdasarkan
usia.
76
Tabel 4.4
Usia Responden
Usia Frekuensi Persentase
25-30 14 12,4%
31-40 38 33,6%
>40 10 8,8%
Jumlah 113 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa responden pengajar yang ada pada
pondok pesantren Al-Wasatiyah usia 25-30 tahun 12,4%, usia 31-40
tahun 33,6%, >40 tahun 8,8%.
d. Deskripsi responden berdasarkan tingkat pendidikan terakhir
Hasil uji deskripsi responden berdasarkan posisi terakhir disajikan pada
tabel berikut :
Tabel 4.5
Tingkat Pendidikan Terakhir Responden
Pendidikan Frekuensi Persenntase
D3 16 14,2%
S1 39 34,5%
S2 5 4,4%
S3 2 1,8%
Jumlah 113 100%
Sumber : Data primer yang diolah
Berdasarkan tabel 4.5 di atas diperoleh informasi bahwa responden
yang ada pada pengajar pondok pesantren Al-Wasatiyah mempunyai
pendidikan D3 16 orang 14,2%, S1 39 orang 34,5%, S2 5 0rang 4,4%,
dan S3 2 orang 1,8%.
77
B. Hasil Uji Instrumen Penelitian
1. Hasil Uji Kualitas Data
a. Hasil Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur valid atau tidaknya suatu
kuesioner. Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan Pearson
Corelation, pedoman suatu model dikatakan valid jika tingkat
signifikansinya sig 2- tailed dibawah 0.05 maka butir pertanyaan
tersebut dapat dikatakan valid. Tabel berikut menunjukkan hasil uji
validitas dari tiga variabel yang digunakan dalam penelitian ini.
Persepsi masyarakat santri perilaku masyarakat santri preferensi
masyarakat santri serta produk dan prinsip perbankan syari’ah dengan
62 sampel responden.
Berikut adalah rincian tabel hasil uji validitas untuk setiap variabel
yang digunakan dalam penelitian ini:
1) Uji Validitas Persepsi Masyarakat (PM)
Tabel 4.6
Hasil Uji Validitas Persepsi Masyarakat Santri
Nomor Butir
Pertanyaan
Corrected Item-Total
Correelation
Keterangan
PM 1 0,317 Valid
PM 2 0,417 Valid
PM 3 0,124 Valid
PM 4 0,387 Valid
PM 5 0,543 Valid
PM 6 0,456 Valid
PM 7 0,276 Valid
PM 8 0,226 Valid
PM 9 0,399 Valid
PM 10 0,172 Valid
Sumber : Data primer yang diolah
78
Tabel 4.6 menunjukkan variabel Persepsi Masyarakat Santri
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi lebih kecil dari 0.05 hal ini menunjukan bahwa masing-
masing pertanyaan pada variabel Persepsi Masyarakat dapat diandalkan
dan layak sebagai penelitian.
2) Uji Validitas Perilaku Masyarakat Santri (PR)
Tabel 4.7
Hasil Uji Validitas Perilaku Masyarakat Santri
Nomor Butir
Pertanyaan
Corrected Item-
Total Correelation
Keterangan
PR 1 0,295 Valid
PR 2 0,281 Valid
PR 3 0,269 Valid
PR 4 0,519 Valid
PR 5 0,143 Valid
PR 6 0,482 Valid
PR 7 0,374 Valid
PR 8 0,213 Valid
PR 9 0,476 Valid
PR 10 0,424 Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel 4.7 menunjukkan variabel Perilaku masyarakat Santri (PR)
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi (2-tailednya) lebih kecil dari 0.05. hal ini menunjukan
bahwa masing-masing pertanyaan pada variabel Perilaku Masyarakat
Santri dapat diandalkan dan layak diajukan sebagai penelitian.
79
3) Uji Validitas Preferensi Masyarakat Santri (PM)
Tabel 4.8
Hasil Uji Validitas Preferensi Masyarakat Santri
Nomor Butir
Pertanyaan
Corrected Item-
Total Correelation
Keterangan
PM 1 0,227 Valid
PM 2 0,484 Valid
PM 3 0,208 Valid
PM 4 0,400 Valid
PM 5 0,572 Valid
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel 4.8 menunjukkan variabel Preferensi Masyarakat Santri (PP)
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi sig 2-tailed lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukan
bahwa masing-masing pertanyaan pada variabel preferensi dapat
diandalkan dan layak diajukan sebagai penelitian.
4) Uji Validitas Pegadaian Syariah (GS)
Tabel 4.9
Hasil Uji Validitas Pegadaian Syariah
Nomor Butir
Pertanyaan
Corrected Item-
Total Correelation
Keterangan
GS 1 0,366 Valid
GS 2 0,610 Valid
GS 3 0,423 Valid
GS 4 0,454 Valid
GS 5 0,410 Valid
GS 6 0,258 Valid
GS 7 0,546 Valid
GS 8 0,459 Valid
GS 9 0,461 Valid
GS 10 0,326 Valid
Sumber : Data primer yang dioleh
80
Tabel 4.9 menunjukkan variabel prinsip pegadaian syari’ah (GS)
mempunyai kriteria valid untuk semua item pertanyaan dengan nilai
signifikansi 2-tailed lebih kecil dari 0.05. Hal ini menunjukan bahwa
masing-masing pertanyaan pada variabel Produk dan prinsip perbankan
syari’ah dapat diandalkan dan layak diajukan sebagai penelitian.
1. Hasil Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk menilai konsistensi dari instrumen
penelitian. Suatu instrumen penelitian dapat dikatakan reliabel jika nilai
Cronbach Alpha berada diatas 0.60. Tabel 4.10 menunjukkan hasil uji
reliabilitas untuk variabel penelitian yang digunakan dalam penelitian
ini.
Tabel 4.10
Hasil Uji Reliabilitas
Variabel cronbach’s
alpha
Keterangan
Persepsi Masyarakat 0,650 Reliabel
Perilaku Masyarakat 0,683 Reliabel
Preferensi Masyarakat 0,608 Reliabel
Pegadaian Syariah 0,768 Reliabel
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel 4.10 menunjukkan nilai cronbach’s alpha atas variabel persepsi
sebesar 0.650, perilaku sebesar 0.683, preferensi sebesarr 0.608, dan
pegadaian syari’ah 0.768. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
pernyataan dalam kuesioner ini reliabel karena mempunyai nilai
cronbach’s alpha lebih dari 0.60. Hal ini menunjukkan bahwa setiap
item pernyataan yang digunakan akan mampu memperoleh data yang
81
konsisten yang berarti bila pernyataan itu diajukan kembali akan
diperoleh jawaban yang relatif sama dengan jawaban sebelumnya
2. Hasil Uji Asumsi Klasik
a. Hasil Uji Normalitas
Uji nomalitas data ini untuk mengetahui data dalam variabel yang
akan digunakan dalam penelitian. Data yang baik dan layak digunakan
dalam penelitian ini adalah data yang memiliki distribusi normal.
Normalitas data dapat dilihat dengan beberapa cara diantaranya:
1) Normal P-Plot
Uji normalitas data dengan Normal P-Plot, suatu variabel
dikatakan normal jika gambar distribusi dengan titik-titik data yang
menyebar di sekitar garis diagonal dan penyebaran titik-titik data
searah mengikuti garis diagonal.
Tabel 4.11
Hasil Uji Normal P-Plot
Sumber : Data primer yang diolah
82
Dengan melihat tampilan grafik Normal P-Plot maupun
histogram, dapat disimpulkan grafik Normal P-Plot terlihat titik-titik
menyebar disekitar garis diagonal, dan penyebarannya tidak terlalu
jauh atau melebar, kemudian dilihat pada grafik histogram yang di
mana memberikan pola distribusi yang melenceng ke kanan yang
artinya adalah data berdistribusi normal.
Selain menggunakan grafik P-Plot, uji normalitas juga dapat
dilakukan dengan cara menguji statistic Kolmogorov-Smirnov.
Apabila nilai Asymp. Sig. (2 - tailed) berada diatas 0,05 maka dapat
disimpulkan data residual berdistribusi normal.
Tabel 4.12
Hasil Uji Normalitas Test distribution is Normal
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 62
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 2,31076895
Most Extreme Differences Absolute ,094
Positive ,048
Negative -,094
Test Statistic ,094
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
Sumber : Data primer yang diolah
83
Berdasarkan tabel nilai Asymp. Sig (2 - tailed) di dapat sebesar
0,200 dan berada diatas 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa data
residual dalam penelitian ini berdistribusi normal.
b. Uji Multikolineritas
Asumsi model regresi berganda yang perlu diperhatikan
selanjutnya adalahuntuk mengetahui ada tidaknya gejala
multikolinieritas di dalam tabel, yaitu terdapat hubungan yang
sempurna atau mendekati sempurna antara bebas (variable independen).
Untuk menguji apakah antara variabel-variabel independen yang
digunakan cara menghitungnya adalah Variance Inflation Factor (VIF)
dan Tolerance. Kriteria untuk pengambilan keputusan ada atau tidaknya
multikolinieritas adalah nilai VIF memiliki angka berkisar 1 hingga 10
dan nilai Tolerance diatas 0,10 dan mendekati 1. Berikut ini adalah
hasil dari uji multikoliniearitas :
Tabel 4.13
Hasil Uji Multikolonieritas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig.
Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1 (Constant) ,298 5,085 ,059 ,953
JML_X1 ,138 ,113 ,124 1,218 ,228 ,834 1,200
JML_X2 ,477 ,121 ,421 3,931 ,000 ,755 1,324
JML_X3 ,719 ,214 ,347 3,355 ,001 ,808 1,238
a. Dependent Variable: JML_Y
Sumber: Data primer yang diolah
84
Berdasarkan tabel 4.13 diatas terlihat bahwa nilai tolerance
mendekati angka 1 dan nilai variance inflation factor (VIF) disekitar
angka 1 untuk setiap variabel, yang ditunjukkan dengan nilai tolerance
persepsi masyarakat sebesar 0.834, perilaku masyarakat sebesar 0.755,
dan preferensi masyarakat santri sebesar 0.808. Selain itu nilai VIF
untuk persepsi masyarakat sebesar 1.200, perilaku masyarakat sebesar
1.324, dan preferensi sebesar 1.238. Suatu model regresi dikatakan
bebas dari problem multiko apabila memiliki nilai VIF kurang dari 10.
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model persamaan regresi
tidak terdapat problem multiko dan dapat digunakan dalam penelitian
ini.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heterokedastisitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi terjadi ketidaksamaan variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika variance dari residual satu
pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas
dan jika variance tidak konstan atau berubah-ubah disebut dengan
Heterokedastisitas. Model regresi yang baik adalah yang
Homokedastisitas atau tidak terjadi Heterokedastisitas (Ghozali, 2012).
Berikut adalah hasil uji Heterokedastisitas menggunakan analisis grafik
dengan Scatterplot :
85
Tabel 4.14
Uji Heteroskedastisitas
Metode Grafik
Sumber : hasil data diolah
Hasil output uji Heteroskedatisitas pada tabel 4.14 diatas
menunjukkan bahwa data tersebar di atas dan bahwa angka 0 (nol) pada
sumbu Y dan tidak terdapat suatu pola yang jelas pada penyebaran data
tersebut. Hal ini berarti tidak terjadi heteroskedastisitas pada model
persamaan regresi, sehingga model regresi layak digunakan untuk
memperediksi pegadaian syariah berdasarkan variabel yang
mempengaruhi, yaitu persepsi masyarakat, perilaku masyarakat dan
preferensi masyarakat.
d. Uji Autokolerasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk mengetahui apakah ada korelasi
antara anggota serangkaian data observasi yang diuraikan menurut
waktu (time series) atau ruang (cross section). Uji asumsi klasik
86
autokorelasi ini dengan menggunakan Uji Durbin-Watson (Suliyanto,
2011)
Tabel 4.15
Uji Autokolerasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,980a ,960 ,933 3,00795 1,991
a. Dependent Variable: Total
Sumber : Data primer yang diolah
Dari tabel 4.15 Diatas, diperoleh nilai Durbin – Watson sebesar
1991. Nilai ini dibandingkan dengan nilai tabel dengan menggunakan
tingkat signifikansi 5% (0,05) dengan jumlah sampel (n) sebanyak 62
orang dan jumlah variable bebas (k) 3, maka pada tabel Durbin –
Watson didapatkan nilai du sebesar 1,689 dan nilai dl sebesar 1,480.
Arena nilai Durbin – Watson lebih besar dari nilai du (1,689) dan
kurang dari 4 – du (2,311) ini sesuai dengan rumus du < dw < 4 – du
maka didapat nilai yaitu: 1,689 < 1,991 < 2,311, berdasarkan hasil
tersebut disimpulkan tidak terdapat autokorelasi.
3. Hasil Uji Hipotesis
a. Uji Koefisien Determinasi (R2)
Nilai R² yang kecil berarti kemampuan variabel independen dalam
menjelaskan variabel dependen sangat terbatas. Nilai yang mendekati
satu berarti variabel-varabel independen memberikan hampir semua
informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen
(Imam Ghozali, 2011).
87
Tabel 4.16
Uji Koefisien Dterminasi (R2)
Model Summaryb
Model R R Square
Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,980a ,960 ,933 3,00795
a. Dependent Variable: Total
Sumber : Data primer yang diolah
Tabel 4.16 menunjukkan nilai Adjusted R Square sebesar 0,960
atau 9,6%, ini menunjukkan bahwa variabel Pegadaian syari’ah yang
dapat dijelaskan oleh variabel persepsi masyarakat santri , perilaku
masyarakat dan preferensi masyarakat adalah sebesar 9,6%. Sedangkan
sisanya sebesar 0.40 atau 4,0% variabel yang lain atau variabel yang
tidak di teliti penulis
b. Uji Secara Parsial (t)
Hasil uji statistik t dapat dilihat pada tabel 4.17, jika nilai
probability t lebih kecil dari 0,05 maka Ha diterima dan menolak H0,
sedangkan jika nilai probability t lebih besar dari 0,05 maka H0
diterima dan menolak Ha (Ghozali, 2011).
Tabel 4.17
Uji Parsial (t)
Coefficientsa
Model
Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients
t Sig. B Std. Error Beta
1 (Constant) ,298 5,085 ,059 ,953
JML_X1 ,138 ,113 ,124 1,218 ,228
JML_x2 ,477 ,121 ,421 3,931 ,000
JML_X3 ,719 ,214 ,347 3,355 ,001
a. Dependent Variable: JML_Y
Sumber : Data primer yang diolah.
88
Berdasarkan tabel 4.17, maka diperoleh persamaan regresi sebagai
berikut:
Y = β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + e
Y = 0,298 + 0,138X1 + 0,477X2 + 0,719X3 + e
Konstan = 0,298
Nilai Kostan positif variabel persepsi, perilaku dan preferensi. Bila
variabel tersebut naik atau berpengaruh dalam satuan, maka variabel
Pegadaian syariah akan naik atau terpenuhi
Persepsi X1 = 0,138
Merupakan nilai koefisien regresi variabel persepsi terhadap
pemahaman pegadaian syari’ah (Y) akan mengalami peningkatan 0,138
atau 1,38% koefisien bernilai positif artinya antara variabel persepsi
dan pegadaian syari’ah positif.
Perilaku X2 = 0,477
Merupakan nilai koefisien regresi variabel perilaku terhadap
pemahaman pegadaian syari’ah (Y) akan mengalami peningkatan 0,477
atau 4,77% koefisien bernilai positif artinya antara variabel persepsi
dan pegadaian syari’ah positif.
Prefernsi = 0,719
Merupakan nilai koefisien regresi variabel perilaku terhadap
pemahaman pegadaian syari’ah (Y) akan mengalami peningkatan 0,719
atau 7,19% koefisien bernilai positif artinya antara variabel persepsi
dan pegadaian syari’ah positif.
89
Hipotesis 1: Persepsi Masyarakat Santri Terhadap Pegadaian
Syariah
H1 : Tidak ada pengaruh secara signifikan antara variabel persepsi
masyarakat santri terhadap variabel pegadaian syari’ah secara parsial.
Hasil uji hipotesis 1 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel persepsi
masyarakat santri mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0.228. Hal ini
mengindikasikan bahwa tidak ada pengaruh secara signifikan terhadap
Pegadaian syari’ah karena pendapat atau persepsi masyarakat santri
terhadap pegadaian syariah sangat beragam.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Nana Diana Widya Febryari Anita program studi
Akuntansi, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Singaperbangsa
Karawang tentang Persepsi Masyarakat Tntang Gadai Emas Di
Pegadaian Syariah Cabang Karawang.
Hipotesis 2: Perilaku Masyarakat Santri Terhadap Pegadaian
Syariah.
H2 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel perilaku
masyarakat santri terhadap variabel pegadaian syari’ah secara parsial.
Hasil uji hipotesis 2 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel perilaku
masyarakat mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,000. Hal ini
mengindikasikan bahwa perilaku masyarakat santri berpengaruh positif
dan secara signifikan terhadap Pegadaian syari’ah karena tingkat
90
signifikansi yang dimiliki variabel perilaku masyarakat santri lebih
kecil dari 0,05.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Azila Abdul Razak (2011) tentang Economic and
Religious Significance of the Islmic and Conventional Pawnbroking in
Malaysia: Behavioural and Perception Analysis, dimana variabel
preferensi memberikan pengaruh yang positif terhadap perbankan
syari’ah.
Hipotesis 3: Preferensi masyarakat santri terhadap Pegadaian
syari’ah.
H3 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel preferensi
masyarakat santri terhadap variabel Pegadaian syari’ah secara parsial.
Hasil uji hipotesis 3 dapat dilihat pada tabel 4.17, variabel preferensi
mempunyai tingkat signifikansi sebesar 0,001.
Hal ini mengindikasikan bahwa preferensi masyarakat
berpengaruh positif dan secara signifikan terhadap Pegadaian syari’ah
karena tingkat signifikansi yang dimiliki variabel preferensi lebih kecil
dari 0,05.
Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian terdahulu yang
dilakukan oleh Maran Marimuthu, Indra Kolandaisamy (2017) tentang
Custimers’ Preferences on Ar-Rahnu: Exploring the Adoption of the
Islamic-Based Pawnshop Using PLS, dimana variabel preferensi
memberikan pengaruh yang positif terhadap perbankan syari’ah.
91
c. Uji Secara Simultan (F)
Pengujian secara simultan dilakukan dengan menggunakan uji F
dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel independen dalam
model mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen yang diuji
secara simultan.
Tabel 4.18 berikut menggambarkan hasil uji statistik F.
Tabel 4.18
Uji Simultan (F)
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 643,493 3 214,498 19,214 ,000b
Residual 647,491 58 11,164
Total 1290,984 61
a. Dependent Variable: JML_Y
Sumber: data primer yang diolah
Hipotesis 4 : Persepsi, Perilaku dan Preferensi Masyarakat Santri
Pondok Pesantren Al-Wasatiyah Terhadap Pegadaian Syari’ah.
H4 : Terdapat pengaruh yang signifikan antara Variabel Persepsi
Masyarakat, Perilaku Masyarakat, Preferensi Masyarakat terhadap
variabel Pegadaian Syari’ah secara simultan.
Hasil uji hipotesis 4 dapat dilihat pada tabel 4.18 nilai F diperoleh
sebesar 19,214 dengan signifikansi 0,000. Ini berarti model regresi ini
layak untuk digunakan. Karena tingkat signifikansi lebih kecil dari
0,05, sehingga dapat dikatakan bahwa persepsi masyarakat, perilaku
masyarakat dan preferensi masyarakat santri berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap Pegadaian Syariah.
92
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Masyarakat pesantren adalah masyarakat yang ada di sekitar lingkungan
pesantren diantaranya adalah para santri dan tenaga pengajar di pesantren
tersebut, sedangkan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa jauh
pengetahuan serta pengaruh dari persepsi, perilaku, preferensi masyarakat
santri pondok pesantren Al-Wasatiyah Cipondoh Kota Tangerang terhadap
Pegadaian syari’ah. Berdasarkan hasil perhitungan dari analisis dan
pembahasan yang dilakukan dengan menggunakan regresi linier berganda,
dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Pengujian yang dilakukan terhadap pemahaman persepsi berpengaruh
secara positif terhadap Pegadaian syari’ah sehingga membuktikan pula jika
semakin besar persepsi santri akan pegadaian syariah maka semakin besar
pula keinginan yanng kuat santri tersebut memahami dan menggunakan
produk pegadaian syariah.
2. Pengujian yang dilakukan terhadap pemahaman perilaku berpengaruh
secara positif terhadap Pegadaian syari’ah sehingga membuktikan pula jika
semakin besar perilaku santri akan pegadaian syariah maka semakin besar
pula keinginan yang kuat santri tersebut memahami dan menggunakan
produk pegadaian syariah.
93
3. Pengujian yang dilakukan terhadap pemahaman preferensi berpengaruh
secara positif terhadap Pegadaian syari’ah sehinggga membuktikan pula
jika semakin besar preferensi santri akan pegadaian syariah maka semakin
besar pula keinginan yang kuat santri tersebut memahami dan
menggunakan produk pegadaian syariah.
4. Pengujian yang dilakukan terhadap pemahaman persepsi, perilaku dan
preferensi diuji secara bersama terhadap Pegadaian syari’ah sehingga
variabel penelitian dikatakan bahwa persepsi masyarakat santri, perilaku
masyarakat santri, dan preferensi masyarakat santri berpengaruh secara
simultan dan signifikan terhadap Pegadaian syari’ah sehingga semakin
besar pula keinginan yang kuat santri tersebut memahami dan
menggunakan produk pegadaian syariah.
B. IMPLIKASI
Berdasarkan penjelasan dan kesimpulan yang telah diuraikan menyatakan
bahwa ketiga variabel independen, yakni persepsi masyarakat santri , perilaku
masyarakat santri dan preferensi masyarakat santri berpengaruh secara
signifikan terhadap variabel Y Pegadaian syari’ah pada uji F.
Oleh karena itu, perlu menjadi perhatian yang serius bagi pegadaian
syariah di Indonesia mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi
terhadap pegadaian Syari’ah, terutama mengenai persepsi dan prilaku
masyarakat santri karena variabel persepsi dan prilaku masyarakat santri
paling berpengaruh terhadap pegadaian syari’ah, sesuai dengan hasil yang
didapatkan melalui kuesioner. Pegadaian syari’ah harus lebih memperhatikan
94
seluruh aspek yang menyangkut persepsi masyarakat santri, perilaku
masyarakat santri dan preferensi masyarakat santri agar jasa Pegadaian
syari’ah meningkat.
C. SARAN
Adapun saran-saran yang dapat penulis sampaikan sehubungan dengan
hasil penelitian yang telah dilakukan, ialah sebagai berikut:
Bagi kalangan akademisi, diharapkan penelitian selanjutnya dapat
menggunakan penelitian ini sebagai referensi untuk penelitian-penelitian
selanjutnya yang memiliki tema yang sama yaitu pengaruh persepsi
masyarakat santri , perilaku masyarakat santri dan preferensi masyarakat
santri terhadap pegadaian syari’ah. Penelitian selanjutnya disarankan untuk
mengkaji komponen lain selain masalah persepsi , perilaku , preferensi dan
pegadaian syari’ah yang telah dibahas oleh penulis atau dengan dimensi dan
indikator yang berbeda serta didukung oleh teori-teori atau penelitian terbaru.
95
DAFTAR PUSAKA
Mulazid, Ade Sofyan. “Kedudukan Sistem Pegadaian”, Edisi Pertama. Penerbit
PRENADAMEDIA GROUP : Jakarta, 2016
Soemitra, Andri. “Bank dan Lembaga Keuangan Syariah”. Prenada Media : .
2017.
Anshori, Abdul Ghofur. “Perbankan Syariah di Indonesia”. UGM Press :
Yogyakarta. 2018.
Mardani. “Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah di Indonesia”. Prenada
Media : 2015.
Marimuthu, Maran dan Kolandaisamy, Indraah. “Costumers’ Preferences on Ar-
Rahnu: Exploring the Adoption of the Islamic-Based Pawnshop Using
PLS”. Malaysia, 2017.
Abdul, Rozak, Azila. “Economic and Religious Significance of the Islamic and
Conventional Pawnbroking in Malaysia: Behavioural and Perpection
Analysis”. Malaysia, 2011.
Amin Hanudin. “Modelilling Ar-Rahnu Use in Eastern Malaysia: Perspectives of
Muslimah”. Malaysia, 2011.
Afdhila, Galis, Kurnia. “Analisis Implementasi Pembiayaan Ar-Rahn (Gadai
Syariah) Pada Kantor Pegadaian Syariah Cabang Landungsari Malang.
Malang, 2015.
Hadijah, Siti. “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Nasabah
Menggunakan Jasa Pegadaian Syariah Kantor Cabang Pegadaian Syariah
(KCPS)”. Denpasar, 2015.
Zaihan Bin Mohammad Noar, Norsita Lin Bt Ahmad. “The Effectiveness of Al-
Rahn (Islamic Pawn Broking Scheme) on Socio-Economic Needs: A Case
Study in Kuantan and Kuala Trengganu”. Revelation and Science, Vol. 05,
No. 02, (1437 H/2015) 14-23. Malaysia, 2015.
Pegadaian Syariah Berekspansi.Republika, 9 April 2010.
Hukum Nasional Di Indonesia”. Indonesi, 2012.
96
Ariani,Dian, persepsi masyarakat umum terhadap bank syari’ah di Medan
(2007)
Arif, Mahmud 2001 “Tradisi Keilmuan dan Moralitas Pesantren” Jurnal
Ilmu Pendidikan Islam, No 1
Bruinesen, Martin Van, 1999 Kitab kuning pesantren dan Tarekat ; Tradisi-
Tradisi Islam di Indonesia, Bandung
BI (Bank Indonesia) (2000) potensi , preferensi dan perilaku masyarakat jawa
tengah dan DIY terhadap Bank syari’ah
Bawono, Anton. Multivariate analysisis dengan SPSS
Bhuono Agung , Strategi jitu memilih metode statistic penelitian dengan
SPSS 2005
Darmawan,Deni, Metode Penelitian Kuantitatif 2013
Dhofer, Zamkhasyar 2002 Tradisi pesantren, Jakarta
Ety rocgaety, dkk 2007 , Metodologi Penelitian Bisnis ; Dengan Aplikasi
SPSS
Ghazali,Imam 2011 Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS,
Badan penerbit Universitas Dipenogoro, Semarang
Hamid, Abu, 1993, Sistem Pendidikan Madrasah dan Pesantren di Sulawesi
Selatan
Howell, Julia Day, 2001, Ufism and the Indonesian Islamic Revival, The
Journal of Asian Studier, Vol, 60, No,3
Hartono Irawan, 2008, Metode Penelitian Sosial, Bandung
Kasmir, 2014 , Manajemen Perbankan, Edisi Revisi ke 12 (Rajawali Pers)
Ridwan. “Analisis Perhitungan Pegadaian Umum Dan Pegadaian Syariah Dalam
Konteks Gadai Emas”. Indonesia, 2016.
97
LAMPIRAN 1
98
KUESIONER PENELITIAN
PERSEPSI, PERILAKU DAN PREFERENSI MASYARAKAT SANTRI
TERHADAP PEGADAIAN SYARIAH
KUESIONER
Identitas Responden
Mohon identitas Santriwan/wati & Alumni diisi dengan memberi tanda check list
(√) pada data, sebagai berikut :
1. Umur : 25 – 30 Th 31 - 40 Th
➢ 41 Th
2. Jenis Kelamin : Pria Wanita
3. Jenjang Pendidikan : D3 S1
S2 S3
Petunjuk Pengisian Kuesioner
Petunjuk Pengisian Kuesioner Siswa / Siswi diminta untuk menjawab
pertanyaan dibawah ini, kemudian dimohonkan menjawab pernyataan tersebut
dengan memberikan tanda check list (√) satu dari lima alternatif jawaban yang
terdapat dalam pernyataan tersebut:
SS = Sangat Setuju S = Setuju
KS = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju
STS = Sangat Tidak Setuju
NAMA :
99
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Persepsi Masyarakat Santri X1
No. Pernyataan STS TS KS S SS
1
Dengan menggunakan jasa pegadaian
syari’ah anda dapat merealisasikan salah
satu akad yang ada didalamnya
2
Pegadaian syari’ah merupakan
pegadaian yang menggunakan syari’at
Islam dimana syari’at tersebut harus
dijalankan untuk membentuk pribadi
muslim yang sejati
3
Sistem dan produk-produk pegadaian
syari’ah sesuai dengan prinsip-prinsip
Islam
4
Informasi/Ilmu pengetahuan yang anda
dapat/terima tentang pegadaian syari’ah
menjadikan anda untuk menggunakan
jasa tersebut
5 Dalam keadaan tertentu anda sangat
membutuhkan jasa pegadaian syariah
6 Pegadaian syariah memberi pelayanan
yang cepat dan aman
7 anda perlu mengenal macam-macam
produk dari pegadaian syari'ah tersebut
8
Keragaman produk yang diberikan
pegadainan syariah memudahkan anda
dalam menggunakan produk sesuai
kebutuhan
9 produk pegadaian syariah banyak
memberi manfaat untuk anda
10
Setujukah anda terhadap informasi yang
menyatakan bahwa produk-produk
pegadaian syariah sama dengan
pegadaian konvensional
100
Distribusi Jawaban Responden Mengenai perilaku masyarakat santri X2
No. Pernyataan STS TS KS S SS
1 Saya sudah pernah menggunakan
jasa pegadaian syariah
2 Proses pengajuan rahn tidak memakan
waktu lama
3
Saya merasa nyaman karena fasilitas
yang diberikan oleh pegadaian syariah
lebih menguntungkan
4
Saya tidak akan menggunakan
pegadaian lain untuk saya gunakan
karena minat yang besar
5 saya akan memilih pegadaian
syariah karena sesuai ajaran Islam
6
Saya merasa nyaman karena fasilitas
yang diberikan oleh pegadaian syariah
lebih menguntungkan
7
Saya menggunakan pegadaian syariah
karena pelayanan yang diberikan
ramah
8
Saya menggunakan pegadaian syariah
karena lokasi mudah di jangkau atau
tersebar luas di seluruh wilayah
Indonesia
9
Saya menggunaka pegadaian syariah
karena ujroh yang dikenakan tidak
terlalu mahal
10 Promosi atau produk-produk di
pegadaian syariah cukup menarik
101
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Preferensi masyarakat santri X3
No. Pernyataan STS TS KS S SS
1 Anda lebih menyukai produk-produk
pegadaian syari’ah
2
Anda lebih cocok terhadap sistem
pegadaian syari’ah dibandingkan
perbankan konvensional
3
Anda lebih nyaman berhubungan
dengan pegadaian syari’ah dibanding
pegadaian konvensional
4
Produk-produk pegadaian syari'ah
lebih anda minati karena anda telah
mempelajari dalam lingkungan
pesantren yang sesuai dengan ajaran
Islam
5
Anda lebih suka menggunakan
pegadaian syariah dibandingkan
pegadaian yang lain karena
pegadaian syariah lebih sesuai
dengan Agama ajaran Islam yang
saya anut
102
Distribusi Jawaban Responden Mengenai Pegadaiann Syariah (Y)
No. Pernyataan STS TS KS S SS
1
Akad Qardh, Rahn, ijarah yang
digunakan untuk berjalannya
transaksi di pegadaian syariah sesuai
apa yang terdapat dalam ajaran Islam
yang didapat dipondok pesantren
2
Prinsip tauhid, tolong menolong dan
bisnis merupakan acuan di dalam
pegadaian syariah
3
Prinsip tauhid, tolong menolong dan
bisnis bermanfaat untuk kemajuan
pegadaian syariah
4 Ar’rahn menjadikan barang berharga
sebagai jaminan berhutang
5
Dalam penyaluran dana kepada
nasabah, pihak pegadaian syariah
menerapkan prinsip murabahah (jual
beli)
6
Pegadaian syariah adalah pegadaian
yang menjalankan kegiatan usahanya
berdasarkan Prinsip Syari‟ah/Islam
7
Pegadaian syariah lembaga
penghimpun dan penyalur dana sesuai
dengan prinsip ajaran Islam
8
Pegadaian syari'ah adalah salah satu
bermuamalah sesuai dengan ajaran
Islam
9 Anda merasakan kepuasan dalam
bertransaksi di pegadaian syari'ah
10
Anda merasa yakin akan keamanan
dalam bertaransaksi di pegadaian
syari'ah
103
LAMPIRAN 2
DATA OUTPUT SPSS 24
104
DATA RESPONDEN
Umur Jenis
Kelamin
Jenjang
Pendidikan
3,00 1,00 2,00
2,00 1,00 3,00
3,00 2,00 2,00
2,00 2,00 2,00
1,00 1,00 3,00
1,00 1,00 2,00
2,00 1,00 2,00
3,00 1,00 2,00
2,00 1,00 1,00
2,00 1,00 1,00
2,00 2,00 2,00
1,00 2,00 1,00
2,00 1,00 2,00
3,00 1,00 2,00
2,00 2,00 2,00
2,00 2,00 1,00
2,00 2,00 1,00
2,00 2,00 1,00
3,00 2,00 2,00
2,00 2,00 2,00
2,00 2,00 3,00
2,00 2,00 1,00
2,00 2,00 1,00
3,00 1,00 2,00
3,00 1,00 2,00
2,00 1,00 1,00
2,00 1,00 1,00
1,00 2,00 1,00
2,00 2,00 3,00
2,00 2,00 1,00
1,00 1,00 1,00
3,00 1,00 2,00
3,00 1,00 2,00
3,00 2,00 2,00
2,00 2,00 1,00
105
2,00 2,00 1,00
2,00 2,00 2,00
2,00 2,00 2,00
2,00 1,00 2,00
2,00 1,00 2,00
2,00 1,00 2,00
2,00 1,00 2,00
1,00 1,00 2,00
1,00 1,00 2,00
2,00 1,00 2,00
2,00 2,00 2,00
1,00 2,00 2,00
1,00 2,00 4,00
2,00 2,00 2,00
2,00 2,00 2,00
1,00 2,00 2,00
2,00 2,00 2,00
2,00 2,00 2,00
1,00 2,00 2,00
2,00 2,00 2,00
1,00 2,00 3,00
2,00 2,00 1,00
1,00 1,00 2,00
2,00 1,00 2,00
2,00 1,00 4,00
1,00 1,00 2,00
2,00 1,00 2,00
93
Jawaban Butir Pertanyaan
X1.1 X1.2 X1.3 X1.4 X1.5 X1.6 X1.7 X1.8 X1.9 X1.10 X2.1 X2.2 X2.3 X2.4 X2.5 X2.6 X2.7 X2.8 X2.9 X2.10
4 4 3 4 4 5 4 5 4 4 3 5 5 5 5 5 5 5 5 5
5 4 5 4 2 1 2 2 4 2 1 3 4 2 1 2 4 5 3 4
3 3 2 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 3 3 2 3 4 4 3
4 4 5 4 4 5 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 3 5 4 5 5 4 4 5 3 4 3 2 4 4 5 5 5 4
3 4 1 4 4 5 4 4 4 5 2 4 4 3 4 4 4 5 4 2
4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 2 4 4 2 4 2 4 4 4 4
4 4 1 4 4 5 3 4 4 5 3 5 4 4 4 3 4 3 4 3
3 3 3 4 4 5 3 3 4 4 4 4 3 2 4 4 4 4 4 3
4 3 4 5 2 5 3 3 4 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 4
5 4 5 4 4 5 3 3 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4
3 4 2 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 4 3 2 4 4 4 3
4 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 4 4 4 3 3 4 3 4 2
4 4 4 5 5 5 4 3 3 4 4 4 4 5 4 5 4 5 5 5
5 4 5 4 5 5 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
4 5 3 5 3 4 3 3 3 4 2 4 4 2 2 4 3 3 3 3
2 4 1 4 4 4 4 4 4 5 4 4 5 4 4 2 4 5 4 2
4 5 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 4 3 3 2 4 4 4 4
2 2 1 4 2 1 5 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 2
3 4 3 4 3 4 4 4 4 4 2 4 4 4 4 4 4 4 4 3
2 4 2 4 4 4 4 3 3 4 5 4 3 3 2 2 4 2 4 3
3 4 2 4 4 4 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 4 2 4 4
3 4 2 3 4 5 4 3 3 4 4 3 3 2 4 4 4 3 4 3
94
3 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4 4
3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
2 4 2 4 4 4 3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3
3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 3
4 4 2 5 5 5 5 5 5 5 2 5 4 5 3 4 5 4 5 3
4 4 3 4 4 5 3 3 5 5 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3
4 3 5 4 4 4 3 3 3 4 1 3 4 2 4 2 4 3 4 3
4 3 3 4 5 4 4 4 5 5 4 4 4 4 4 3 4 3 4 4
3 3 2 4 3 3 3 4 4 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3
3 5 3 5 5 5 5 5 5 4 2 4 3 4 3 3 3 3 4 3
2 4 2 5 5 2 5 4 2 4 4 3 4 5 4 4 4 4 4 5
3 3 4 4 4 5 4 3 4 4 4 4 4 5 3 4 4 3 4 5
5 3 5 5 4 5 3 3 4 5 4 4 5 5 3 4 3 4 4 5
3 3 3 4 3 3 3 3 4 4 3 4 4 2 3 4 3 3 4 4
2 4 2 5 4 4 4 4 3 3 3 4 5 4 4 3 4 4 4 3
3 3 3 3 4 3 3 3 3 5 2 3 3 3 3 3 2 4 3 3
4 3 4 5 5 5 5 3 4 5 4 4 4 4 4 4 5 3 5 4
4 4 5 5 5 3 4 3 4 4 3 4 5 2 4 2 4 3 4 2
2 2 4 4 4 5 3 4 4 4 3 4 4 4 3 2 5 5 5 4
2 5 3 4 5 5 4 4 4 5 5 5 5 5 3 5 4 4 4 5
3 3 2 3 3 2 4 4 3 5 2 4 4 2 4 2 4 4 4 2
3 4 3 5 3 5 5 3 4 5 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3
4 4 3 4 4 5 4 4 4 4 2 4 4 3 4 3 3 4 2 2
3 5 3 5 5 5 5 5 5 3 3 3 5 5 2 5 5 5 5 4
3 3 1 5 1 2 3 5 5 5 3 4 5 1 5 3 4 4 5 1
4 3 3 4 4 5 4 4 5 3 2 5 4 3 4 3 5 1 5 2
3 4 4 5 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 3
95
3 3 5 4 4 4 3 2 3 3 4 4 2 4 3 3 3 3 3 3
4 5 3 5 5 4 4 3 4 5 3 5 4 3 5 4 4 3 3 3
2 4 2 4 4 4 4 2 4 1 4 2 4 2 4 4 2 4 4 4
2 3 2 4 3 5 3 4 3 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3
5 3 4 4 5 4 3 3 5 4 4 3 3 4 3 4 4 3 5 4
4 5 5 5 5 5 3 4 4 5 2 4 4 5 3 4 5 3 5 4
4 4 3 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 3 2 4 4 4 4 4 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 2 4 4 4 5 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 3 1 4 3 4 3 2 3 4 3 4 4 3 4 3 5 4 4 2
2 3 4 4 4 4 2 3 3 4 5 4 3 4 4 4 4 4 4 4
4 4 1 4 5 5 4 3 4 5 3 3 2 4 4 3 4 4 4 2
93
X3.1 X3.2 X3.3 X3.4 X3.5 Y1 Y2 Y3 Y4 Y5 Y6 Y7 Y8 Y9 Y10
5 5 5 5 5 5 5 4 5 5 5 5 5 4 5
2 3 4 4 5 4 1 2 3 3 4 1 3 1 3
3 3 4 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 4 3
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 2 3
4 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 5 4 4 4 4 5 4 4 3 3 2 2 3
4 4 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 4
3 5 4 4 4 5 3 2 2 2 4 3 3 3 3
3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 3 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 4 4
3 5 4 5 5 5 4 3 4 2 5 5 4 5 4
5 4 4 4 4 4 5 5 4 5 4 5 4 4 5
2 4 5 4 3 5 4 4 3 3 4 3 2 3 3
4 4 4 5 4 4 4 4 4 4 4 2 4 5 4
3 4 4 4 4 4 2 4 5 4 5 4 4 4 4
3 4 5 5 5 5 5 4 5 4 4 4 4 5 4
4 4 4 5 5 5 4 4 5 4 4 4 3 3 4
3 5 5 5 5 4 3 3 5 4 2 4 4 4 4
3 4 2 4 5 3 3 4 3 3 4 3 3 2 2
3 4 4 4 4 4 3 4 3 4 3 3 3 2 4
4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4
3 4 4 4 4 4 3 4 4 4 4 3 4 3 3
3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 4 2 4 4
4 5 4 4 4 5 5 5 5 5 4 5 5 4 4
4 4 5 4 4 4 3 3 4 3 3 4 4 4 4
4 4 4 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 4 4
4 4 3 4 4 4 3 3 4 4 4 3 3 3 4
3 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3
5 3 3 4 4 3 3 3 4 3 5 3 3 3 4
94
5 5 5 4 4 4 4 5 4 5 4 5 4 5 4
3 3 4 4 4 4 3 3 3 4 4 5 3 3 3
5 4 4 4 5 4 3 3 5 3 4 4 3 2 4
3 3 4 4 4 4 3 3 3 3 4 3 3 2 4
4 4 4 5 4 4 3 4 4 4 4 3 3 3 3
4 3 3 2 3 3 3 3 3 3 3 3 3 4 3
3 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 4 4 5 4
4 4 4 5 5 3 3 5 5 4 4 3 3 3 4
1 2 5 5 3 5 5 4 5 5 3 5 4 4 1
4 4 5 3 4 5 5 5 5 3 5 4 5 4 3
4 4 4 4 3 3 3 4 3 2 4 2 4 3 4
4 5 4 5 4 4 3 3 5 1 5 3 3 4 3
4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 4 4 4 3
3 3 3 3 3 5 5 5 5 3 3 3 3 3 3
4 5 3 5 5 4 5 5 4 2 4 3 5 5 5
4 3 4 4 3 4 4 5 4 3 4 2 5 5 3
2 5 3 5 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4
2 3 2 4 3 4 5 5 1 4 3 3 2 1 4
3 4 5 4 4 5 2 3 4 3 4 3 2 3 3
2 4 4 4 2 4 2 4 4 2 2 2 4 4 2
2 4 5 5 4 4 4 4 3 3 3 4 4 4 3
3 3 5 5 4 4 3 3 5 4 3 3 2 3 4
5 5 4 5 5 5 4 5 5 5 5 5 3 3 4
4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 2 3 3 4 3 4 3 4
4 5 5 5 5 4 4 4 4 4 5 4 4 4 4
3 4 4 4 4 4 4 4 4 3 4 4 3 3 3
4 4 4 4 4 5 4 4 4 5 4 4 4 4 5
4 3 5 4 4 4 3 4 3 3 4 4 4 5 3
95
PROFIL RESPONDEN
Umur
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
25-30 14 12,4 22,6 22,6
31-40 38 33,6 61,3 83,9
>40 10 8,8 16,1 100,0
Total 62 54,9 100,0
Missing System 51 45,1
Total 113 100,0
Jenis Kelamin
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
Pria 29 25,7 46,8 46,8
wanita 33 29,2 53,2 100,0
Total 62 54,9 100,0
Missing System 51 45,1
Total 113 100,0
Jenjang Pendidikan
Frequency Percent Valid Percent Cumulative
Percent
Valid
D3 16 14,2 25,8 25,8
S1 39 34,5 62,9 88,7
S2 5 4,4 8,1 96,8
S3 2 1,8 3,2 100,0
Total 62 54,9 100,0
Missing System 51 45,1
Total 113 100,0
96
UJI INSTRUMEN PENELITIAN
Validitas Persepsi
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected Item-
Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
x11 34,1935 14,323 ,317 ,446 ,624
x12 33,8226 14,411 ,417 ,314 ,607
x13 34,5000 14,582 ,124 ,454 ,687
x14 33,2742 15,219 ,387 ,253 ,620
x15 33,5484 13,006 ,543 ,456 ,573
x16 33,3387 12,949 ,456 ,305 ,590
x17 33,7903 15,021 ,276 ,459 ,632
x18 33,9194 15,288 ,226 ,412 ,641
x19 33,6613 14,556 ,399 ,353 ,611
x20 33,4516 15,432 ,172 ,156 ,653
Validitas Perilaku
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance
if Item Deleted
Corrected
Item-Total
Correlation
Squared
Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
x21 33,2903 13,455 ,295 ,238 ,672
x22 32,5968 14,868 ,281 ,325 ,670
x23 32,5968 14,671 ,269 ,249 ,672
x24 32,9516 11,883 ,519 ,412 ,619
x25 32,8871 15,118 ,143 ,207 ,693
x26 33,0161 12,770 ,482 ,365 ,631
x27 32,5484 14,186 ,374 ,561 ,656
x28 32,7903 14,464 ,213 ,158 ,684
x29 32,4355 13,988 ,476 ,522 ,643
x30 33,0968 12,810 ,424 ,440 ,643
97
Validitas Preferensi
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
x31 16,2258 3,456 ,227 ,260 ,643
x32 15,7742 3,292 ,484 ,284 ,491
x33 15,6452 3,872 ,208 ,100 ,629
x34 15,5161 3,598 ,400 ,399 ,538
x35 15,6774 3,107 ,572 ,385 ,442
Validitas pegadaian syariah
Item-Total Statistics
Scale Mean if
Item Deleted
Scale Variance if
Item Deleted
Corrected Item-
Total Correlation
Squared Multiple
Correlation
Cronbach's
Alpha if Item
Deleted
y1 32,9194 18,928 ,366 ,316 ,758
y2 33,3710 16,139 ,610 ,558 ,723
y3 33,2258 17,719 ,423 ,429 ,750
y4 33,1290 17,327 ,454 ,325 ,746
y5 33,4677 17,466 ,410 ,405 ,752
y6 33,1613 19,187 ,258 ,225 ,769
y7 33,4677 16,483 ,546 ,407 ,732
y8 33,5161 17,434 ,459 ,463 ,746
y9 33,4839 16,582 ,461 ,483 ,746
y10 33,4032 18,572 ,326 ,269 ,762
98
UJI RELIABILITAS
Reliabilitas Persepsi X1
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items
N of Items
,650 ,678 10
Reliabilitas Perilaku X2
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items
N of Items
,683 ,689 10
Reliabilitas Preferensi X3
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items
N of Items
,608 ,627 5
Reliabilitas Pegadaian syariah Y1
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha
Cronbach's Alpha
Based on
Standardized
Items
N of Items
,768 ,764 10
99
UJI NORMALITAS
Metode Grafik
Metode Non-Grafik
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Unstandardized
Residual
N 62
Normal Parametersa,b Mean ,0000000
Std. Deviation 2,31076895
Most Extreme Differences
Absolute ,094
Positive ,048
Negative -,094
Test Statistic ,094
Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
c. Lilliefors Significance Correction.
100
UJI ASUMSI KLASIK
UJI Multikolinearitas
Coefficientsa
Model
Unstandardized
Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig. Collinearity Statistics
B Std. Error Beta Tolerance VIF
1
(Constant) ,298 5,085 ,059 ,953
JML_X1 ,138 ,113 ,124 1,218 ,228 ,834 1,200
JML_X2 ,477 ,121 ,421 3,931 ,000 ,755 1,324
JML_X3 ,719 ,214 ,347 3,355 ,001 ,808 1,238
a. Dependent Variable: JML_Y
Uji Heteroskedastisitas
Metode Grafik
101
Uji Autokorelasi
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate Durbin-Watson
1 ,980a ,960 ,933 3,00795 1,991
a. Dependent Variable: Total
Uji Kelayakan Suatu Model
Koefisiensi Determinasi (R²)
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square Std. Error of the Estimate
1 ,980a ,960 ,933 3,00795
a. Dependent Variable: Total
Analisis Regresi Berganda
Model Summaryb
Model R R Square Adjusted R
Square
Std. Error of the
Estimate
1 ,980a ,960 ,933 3,00795
a. Dependent Variable: Total
Uji Goodnes of Fit
ANOVAa
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1
Regression 643,493 3 214,498 19,214 ,000b
Residual 647,491 58 11,164
Total 1290,984 61
a. Dependent Variable: JML_Y
b. Predictors: (Constant), JML_X3, JML_X1, JML_x2
102
Uji t
Coefficientsa
Model Unstandardized Coefficients
Standardized
Coefficients t Sig.
B Std. Error Beta
1
(Constant) ,298 5,085 ,059 ,953
JML_X1 ,138 ,113 ,124 1,218 ,228
JML_x2 ,477 ,121 ,421 3,931 ,000
JML_X3 ,719 ,214 ,347 3,355 ,001
a. Dependent Variable: JML_Y
Tabel Durbin Watson
Hipotesis nol Keputusan Jika
Tidak ada autokorelasi positif Tolak 0 < d < dl
Tidak ada autokorelasi positif No decision dl ≤ d ≤ du
Tidak ada korelasi negative Tolak 4 – dl < d < 4
Tidak ada autokorelasi negative No decision 4 – du ≤ d ≤ 4 – dl
Tidak ada autokorelasi positif atau
negative Tidak ditolak du < d < 4 – du
Sumber: Ghozali (2011: 111)
Positive
Autocorrelation
Inconclusive
No evidence of
Autocorrelation
Inconclusive
Negative
Autocorelation
0 dl du 2 4-dU 4-dL 4
Sumber: Anderson et al (2014:790)