Ketentuan Umum dan Tata cara perpajakan PPh 4 ayat 2 PPh 21 PPh 22 PPh 23
Perpajakan - PPh 21
Transcript of Perpajakan - PPh 21
-
7/29/2019 Perpajakan - PPh 21
1/5
PPh Pasal 21
Pengertian
Pajak Penghasilan Pasal 21 atau biasa di sebut dengan PPh Pasal 21
adalah pajak atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium, tunjangan, dan
pembayaran lain dengan nama dan dalam bentuk apapun sehubungan dengan
pekerjaan atau jabatan, jasa,dan kegiatan yang dilakukan oleh orang pribadi
Subjek Pajak dalam negeri.
Pajak Penghasilan (PPh ) Pasal 26 adalah PPh yang dikenakan atau
dipotong dari penghasilan yg sumbernya dari Indonesia dan diterima oleh wajib
pajak Luar Negeri baik pribadi maupun badan selain bentuk usaha tetap (But) di
Indonesia.
Dasar hukum PPh 21
Undang-undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan TataCara Perpajakan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-
undang No. 28 Tahun 2007.
Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilansebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 36
Tahun 2008.
Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor541/KMK.04/2000 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan Peraturan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor184/PMK.03/2007 tentang Penentuan Tanggal Jatuh Tempo Pembayaran
dan Penyeroran Pajak, Penentuan Tempat Pembayaran Pajak, dan Tata
Cara Pembayaran, Penyetoran dan Pelaporan Pajak, serta Tata Cara
Pengangsuran dan Penundaan Pembayaran Pajak.
Peraturan Menteri Keuangan Nomor PMK-254/PMK.03/2008 tentangPenetapan Bagian Penghasilan Sehubungan Dengan Pekerjaan dari
Pegawai Harian dan Mingguan serta Pegawai Tidak Tetap Lainnya yang
Tidak Dikenakan Pemotongan Pajak Penghasilan.
Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-31/PJ/2009 sebagaimanatelah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman Teknis Tata Cara Pemotongan, Penyetoran,
dan Pelaporan Pajak Penghasilan Pasal 21/26.
Dasar Hukum PPh 26
UU No.36 tahun 2008 tentang PPh (Pajak Penghasilan). Peraturan Direktur Jenderal Pajak No.PER-31/PJ/2009 yang telah diubah
dengan PER-57/PJ/2009 tentang Pedoman teknis tata cara pemotongan
dan pelaporan PPh Pasal 21 dan atau PPh Pasal 26
-
7/29/2019 Perpajakan - PPh 21
2/5
Tarif Pajak Penghasilan Pasah 21 / PPh21
1. Pegawai Negara, Pegawai Negeri Sipil / PNS, anggota TNI Polri yangmenerima honorariun serta bentuk imbalan lain yang berasal darikeuangan negara atau keuangan daerah penghasilan dipotong pph 21
sebesar 15% kecuali untuk golongan IId atau lebih rendah, TNI Polri
pangkat Peltu ke bawah atau Ajun Insp. / Tingkat I ke bawah.
2. Orang yang menerima upah harian, upah mingguan, upah satuan, upahborongan dan uang saku harian yang jumlahnya lebih dari Rp. 24.000
sehari namun kurang dari Rp. 240.000 kena potongan 5% dari penghasilan
bruto setelah dikurangi dengan PTKP (penghasilan tidak kena pajak)
harian atau apabila tahunan maka dibagi 360.
3. Orang yang menerima pesangon, Tunjangan Hari Tua, Tebusan Pensiunatau Jaminan Hari Tua yang dibayarkan sekaligus. Untuk yangnominalnya antara Rp. 25.000.000 sampai dengan Rp. 50.000.000 terkena
potongan pph21 sebesar 5%. Untuk antara Rp. 50.000.000 sampai dengan
Rp. 100.000.000 terkena pph 21 sebesar 10%. Kemudian untuk antara Rp.
100.000.000 sampai dengan Rp. 200.000.000 dipotong pph21 20% danyang terakhir apabila menerima Rp. 200.000.000 lebih terkena potongan
pph21 25%.
4. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas dikenakan potonganpenghasilan pph 21 sebesar 15% dari perkiraan penghasilan neto yaitu
50% (lima puluh persen) dari penghasilan bruto. Tenaga ahli contohnya
seperti arsitek, dokter, pengacara, akuntan, konsultan, notaris, penilai dan
aktuaris.
5. Orang yang menerima honor atau honorarium, hadiah / penghargaan, beasiswa, uang saku, komisi, dan bentuk pembayaran lain sebagai imbalan
atas jasa dan kegiatan yang jumlahnya dihitung tidak atas dasar banyaknya
hari yang diperlukan untuk menyelesaikan jasa atau kegiatan. Mantan
Pegawai yang menerima jasa produksi, bonus, gratifikasi dan tantiem.
Peserta program pensiun yang menarik dananya pada dana pensiun semua
dikenakan tarif berdasarkan pasal 17 Undang-undang PPh dikali
Penghasilan Bruto.
6. Pegawai tetap, pegawai tidak tetap, pemagang, calon pegawai, penerimapensiun bulanan, distributor multi level marketing atau MLM serta directselling dan kegiatan sejenis dikenakan tarif sesuai dengan yang ada di
Pasal 17 Undang-Undang PPh 21 dikali dengan Penghasilan Kena Pajak
(PKP). Berikut ini adalah cara menghitung penghasilan kena pajak / pkp :
Pegawai tetap dihitung dengan cara mengurangi penghasilan kotordengan biaya jabatan sebesar 5% maksimal Rp. 1.296.000 setahun atau
Rp. 108.000 per bulan dikurangi lagi dengan biaya iuran pensiunm
iuran jaminan hari tua dan dikurangi lagi dengan PTKP atau
penghasilan tidak kena pajak.
Penerima pensiun bulanan dihitung dengan cara mengurangipenghasilan bruto dengan biaya pensiunan sebesar 5% dikurangi Rp.
-
7/29/2019 Perpajakan - PPh 21
3/5
432.000 setahun atau Rp. 36.000 sebulan, lalu dikurangi lagi dengan
PTKP atau penghasilan tidak kena pajak.
Untuk pegawai tidak tetap, calon pegawai, pegawai magang / pemagangdihitung denga cara mengurangi penghasilan kotor dengan PTKP atau
penghasilan tidak kena pajak.
Untuk Distributor multi level marketing atau mlm, direct selling danyang mirip atau sejenis dihitung dengan cara mengurangi penghasilan
bruto dengan PTKP perbulan.
Contoh perhitungan
Hendry, status sudah menikah dengan 2 orang anak, bekerja pada PT. Royal Bali
Cemerlang, memperolehGaji Pokok Rp 10,000,000 setiap bulannya. PT. Royal
Bali Cemerlang mengikut sertakan Hendry masuk asuransi (JAMSOSTEK), untuk
itu PT. Royal Bali Cemerlang membayar :
Premi Jaminan Hari Tua (JHT) = 3.7% dari Gaji Pokok
Premi Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) = 0.5% dari Gaji Pokok
Premi Jaminan Kematian (JK) = 0.30% dari Gaji Pokok
Iuran Jaminan Hari Tua (JHT) = 0.2% dari Gaji Pokok
PT. Royal Bali Cemerlang juga mengikut sertakan Hendry ke dalama program
pensiun, untuk itu perusahaan membayar premi pension untuk Hendry sebesar Rp150,000 setiap bulannya, sedangkan Hendry juga harus membayar Rp
100,000 setiap bulannya yang langsung di potongkan dari Gajinya.
Gaji pokok 10.000.000
Tunjangan asuransi (jamsostek)
Dibayar perusahaan Dibayar pegawai
Tunjangan hari tua 3.7% 370.000 2% 200.000
Jaminan kecelakaan kerja 0.5% 50.000
Jaminan kematian 0.3% 30.000
Jaminan hari tua 150.000 100.000
Total tunjangan 600.000 300.000
-
7/29/2019 Perpajakan - PPh 21
4/5
Perhitungan PPh 21
Gaji pokok 10.000.000
Premi JKK 50.000
Premi JK 30.000
Gaji bruto 10.080.000
Pengurangan
Biaya jabatan 5% (max 108.000) (108.000)
Iuran JHT (200.000)
Iuran Pensiun (100.000)
(408.000)
Penghasilan netto pegawai sebulan 9.672.000
Penghasilan netto setahun (12x9.672.000) 116.064.000
Dikurangi PTKP:
Untuk WP sendiri 13.200.000
Status Menikah 1.200.000
2 Anak (2 x 1.200.000) 2.400.000
(16.800.000)
Penghasilan kena pajak 99.264.000
PPh 21 setahun:
25.000.000 x 5% 1.250.000
25.000.000 x 10% 2.500.000
49.264.000 x 15% 7.389.600
PPh 21 Setahun : 11.139.600
PPh 21 sebulan (11.139.600 : 12) 928.300
-
7/29/2019 Perpajakan - PPh 21
5/5
Jurnal akuntansi pada buku perusahaan:
Saat pembayaran gaji
Biaya gaji 10.000.000
Kas 8.771.700
Utang PPh Pasal 21 928.300
Titipan iuran JHT 200.000
Titipan iuran pensiun 100.000
Saat penyetoran PPh pasal 21:
Utang PPh 21 928.300
Kas 928.300
Saat penyetoran premi Asuransi
Titipan iuran JHT 200.000
Titipan iuran pensiun 100.000
Biaya tunjangan Asuransi 600.000
Kas 900.000
Buku besar
Biaya gaji 10.000.000
Biaya tunjangan asuransi 600.000
Kas 10.600.000