Pernikahan

31
PERNIKAHAN NAMA : APRILLIANI D K (4) BAGASKARA (7) DIMAS ARIO (9) LAKSMITA KUMALA D (18) NANDYA GUVITA (20)

Transcript of Pernikahan

Page 1: Pernikahan

PERNIKAHAN

NAMA : APRILLIANI D K (4)

BAGASKARA (7)DIMAS ARIO (9)

LAKSMITA KUMALA D (18)NANDYA GUVITA (20)

Page 2: Pernikahan

Pernikahan

Pernikahan adalah upacara pengikatan janji nikah yang dirayakan atau dilaksanakan oleh dua orang dengan maksud meresmikan ikatan perkawinan secara hukum agama, hukum negara, dan hukum adat.

Page 3: Pernikahan

Tujuan

• Memelihara dan memperbanyak keturunan dengan terhormat, sehingga dapat menjaga kelestarian hidup umat manusia.

• Membentuk keluarga yang bahagia dan kekal. Untuk itu suami istri perlu saling membantu dan melengkapi agar masing-masing dapat mengembangkan pribadinya, membantu dalam mencapai kesejahteraan spiritual dan material.

• Menjaga harkat dan kehormatan manusia• Mengikuti sunnah rasulullah

Page 4: Pernikahan

• Terbentuknya tali kekeluargaan dan silaturahmi antar keluarga, sehingga memupuk rasa sosial dan dapat membentuk masyarakat yang kuat serta bahagia.

• Dapat menyalurkan naluri seksual dengan cara sah dan terpuji.Bagi manusia, naluri tersebut sangat kuat dan keras serta menuntut adanya penyaluran yang baik. Jika tidak, dapat mengakibatkan kegoncangan dalam kehidupannya. Dengan perkawinan, kehidupan manusia menjadi segar dan tenteram serta terpelihara dari perbuatan keji dan rendah (QS. Ar-Ruum (30) : ayat 21).

Page 5: Pernikahan

Hukum Pernikahan1. Pernikahan Yang Wajib Hukumnya (jaiz)

Menikah itu wajib hukumnya bagi seorang yang sudah mampu secara finansial dan juga sangat beresiko jatuh ke dalam perzinaan. Hal itu disebabkan bahwa menjaga diri dari zina adalah wajib. Maka bila jalan keluarnya hanyalah dengan cara menikah, tentu saja menikah bagi seseorang yang hampir jatuh ke dalam jurang zina wajib hukumnya.Imam Al-qurtubi berkata bahwa para ulama tidak berbeda pendapat tentang wajibnya seorang untuk menikah bila dia adalah orang yang mampu dan takut tertimpa resiko zina pada dirinya. Dan bila dia tidak mampu, maka Allah SWT pasti akan membuatnya cukup dalam masalah rezekinya, sebagaimana firman-Nya :Dan Yang menciptakan semua yang berpasang-pasangan dan menjadikan untukmu kapal dan binatang ternak yang kamu tunggangi.(QS.An-Nur : 33)

Page 6: Pernikahan

2. Pernikahan Yang Sunnah HukumnyaSedangkan yang tidak sampai diwajibkan untuk menikah adalah mereka yang sudah mampu namun masih tidak merasa takut jatuh kepada zina. Barangkali karena memang usianya yang masih muda atau pun lingkungannya yang cukup baik dan kondusif.Orang yang punya kondisi seperti ini hanyalah disunnahkan untuk menikah, namun tidak sampai wajib. Sebab masih ada jarak tertentu yang menghalanginya untuk bisa jatuh ke dalam zina yang diharamkan Allah SWT.Bila dia menikah, tentu dia akan mendapatkan keutamaan yang lebih dibandingkan dengan dia diam tidak menikahi wanita. Paling tidak, dia telah melaksanakan anjuran Rasulullah SAW untuk memperbanyak jumlah kuantitas umat Islam.Dari Abi Umamah bahwa Rasulullah SAW bersabda,\”Menikahlah, karena aku berlomba dengan umat lain dalam jumlah umat. Dan janganlah kalian menjadi seperti para rahib nasrani. (HR. Al-Baihaqi 7/78)Bahkan Ibnu Abbas ra pernah berkomentar tentang orang yang tidak mau menikah sebab orang yang tidak sempurna ibadahnya.

Page 7: Pernikahan

3. Pernikahan Yang Haram HukumnyaSecara normal, ada dua hal utama yang membuat seseorang menjadi haram untuk menikah. Pertama, tidak mampu memberi nafkah. Kedua, tidak mampu melakukan hubungan seksual. Kecuali bila dia telah berterus terang sebelumnya dan calon istrinya itu mengetahui dan menerima keadaannya.Selain itu juga bila dalam dirinya ada cacat pisik lainnya yang secara umum tidak akan diterima oleh pasangannya. Maka untuk bisa menjadi halal dan dibolehkan menikah, haruslah sejak awal dia berterus terang atas kondisinya itu dan harus ada persetujuan dari calon pasangannya.Seperti orang yang terkena penyakit menular dimana bila dia menikah dengan seseorng akan beresiko menulari pasangannya itu dengan penyakit. Maka hukumnya haram baginya untuk menikah kecuali pasangannya itu tahu kondisinya dan siap menerima resikonya.Selain dua hal di atas, masih ada lagi sebab-sebab tertentu yang mengharamkan untuk menikah. Misalnya wanita muslimah yang menikah dengan laki-laki yang berlainan agama atau atheis. Juga menikahi wanita pezina dan pelacur. Termasuk menikahi wanita yang haram dinikahi (mahram), wanita yang punya suami, wanita yang berada dalam masa iddah.Ada juga pernikahan yang haram dari sisi lain lagi seperti pernikahan yang tidak memenuhi syarat dan rukun. Seperti menikah tanpa wali atau tanpa saksi. Atau menikah dengan niat untuk mentalak, sehingga menjadi nikah untuk sementara waktu yang kita kenal dengan nikah kontrak.

Page 8: Pernikahan

4. Pernikahan Yang Makruh HukumnyaOrang yang tidak punya penghasilan sama sekali dan tidak sempurna kemampuan untuk berhubungan seksual, hukumnya makruh bila menikah. Namun bila calon istrinya rela dan punya harta yang bisa mencukupi hidup mereka, maka masih dibolehkan bagi mereka untuk menikah meski dengan karahiyah.Sebab idealnya bukan wanita yang menanggung beban dan nafkah suami, melainkan menjadi tanggung jawab pihak suami.Maka pernikahan itu makruh hukumnya sebab berdampak dharar bagi pihak wanita. Apalagi bila kondisi demikian berpengaruh kepada ketaatan dan ketundukan istri kepada suami, maka tingkat kemakruhannya menjadi jauh lebih besar.

Page 9: Pernikahan

5. Pernikahan Yang Mubah HukumnyaOrang yang berada pada posisi tengah-tengah antara hal-hal yang mendorong keharusannya untuk menikah dengan hal-hal yang mencegahnya untuk menikah, maka bagi hukum menikah itu menjadi mubah atau boleh. Tidak dianjurkan untuk segera menikah namun juga tidak ada larangan atau anjuran untuk mengakhirkannya.

Page 10: Pernikahan

Rukun NikahRukun nikah adalah sebagai berikut:1. Adanya calon suami dan istri yang tidak terhalang dan terlarang

secara syar’i untuk menikah. Di antara perkara syar’i yang menghalangi keabsahan suatu pernikahan misalnya si wanita yang akan dinikahi termasuk orang yang haram dinikahi oleh si lelaki karena adanya hubungan nasab atau hubungan penyusuan. Atau, si wanita sedang dalam masa iddahnya dan selainnya. Penghalang lainnya misalnya si lelaki adalah orang kafir, sementara wanita yang akan dinikahinya seorang muslimah.

2. Adanya ijab, yaitu lafadz yang diucapkan oleh wali atau yang menggantikan posisi wali. Misalnya dengan si wali mengatakan, “Zawwajtuka Fulanah” (“Aku nikahkan engkau dengan si Fulanah”) atau “Ankahtuka Fulanah” (“Aku nikahkan engkau dengan Fulanah”).

3. Adanya qabul, yaitu lafadz yang diucapkan oleh suami atau yang mewakilinya, dengan menyatakan, “Qabiltu Hadzan Nikah” atau “Qabiltu Hadzat Tazwij” (“Aku terima pernikahan ini”) atau “Qabiltuha.”

Page 11: Pernikahan

Syarat NikahSyarat pertama: Kepastian siapa mempelai laki-laki dan

siapa mempelai wanita dengan isyarat (menunjuk) atau menyebutkan nama atau sifatnya yang khusus/khas. Sehingga tidak cukup bila seorang wali hanya mengatakan, “Aku nikahkan engkau dengan putriku”, sementara ia memiliki beberapa orang putri.

Syarat kedua: Keridhaan dari masing-masing pihak, dengan dalil hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu secara marfu’:

BنBذE Bأ ت EسI ت Lى حBت IرE Pك Eب ال IحB Eك Iن ت B وBال BرBمE Bأ ت EسI ت Lى حBت IمZ Bي Eأل ا IحB Eك Iن ت B ال

“Tidak boleh seorang janda dinikahkan hingga ia diajak musyawarah/dimintai pendapat, dan tidak boleh seorang gadis dinikahkan sampai dimintai izinnya.” (HR. Al-Bukhari no. 5136 dan Muslim no. 3458)

Terkecuali bila si wanita masih kecil, belum baligh, maka boleh bagi walinya menikahkannya tanpa seizinnya.

Syarat ketiga: Adanya wali bagi calon mempelai wanita,

Page 12: Pernikahan

Syarat-syarat WaliUlama menyebutkan beberapa syarat yang harus dipenuhi oleh

seorang wali:1. Laki-laki2. Berakal3. Beragama Islam4. Baligh5. Tidak sedang berihram haji ataupun umrah, karena Rasulullah

Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: IبIطEخB ي B وBال IحB Eك Iن ي B وBال IمPرEحIم Eـ ال IحPكE Iن ي B ال

“Seorang yang sedang berihram tidak boleh menikahkan, tidak boleh dinikahkan, dan tidak boleh mengkhitbah.” (HR. Muslim no. 3432).

Page 13: Pernikahan

Kewajiban suami terhadap istri- Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah suatu ujian dalam

menjalankan agama. (At-aubah: 24)- Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang baik. Dengan

penuh kasih sayang, tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa’: 19)- Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia makan,

memberinya pakaian, tidak memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak berpisah ranjang kecuali dalam rumah sendiri. (Abu Dawud).

- Suami wajib selalu memberikan pengertian, bimbingan agama kepada istrinya, dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)

- Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang berkaitan dengan wanita (hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)

- Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap istri. (An-Nisa’: 3)

Page 14: Pernikahan

Kewajiban istri terhadap suami

- Hendaknya istri menyadari clan menerima dengan ikhlas bahwa kaum laki-Iaki adalah pemimpin kaum wanita. (An-Nisa’: 34)

- Istri wajib mentaati suaminya selama bukan kemaksiatan. (An-Nisa’: 39)- Diantara kewajiban istri terhadap suaminya, ialah:a. Menyerahkan dirinya,b. Mentaati suami,c. Tidak keluar rumah, kecuali dengan ijinnya,d. Tinggal di tempat kediaman yang disediakan suamie. Menggauli suami dengan baik. (Al-Ghazali)

- Kepentingan istri mentaati suaminya, telah disabdakan oleh Nabi  saw.: “Seandainya dibolehkan s- Istri wajib menjaga harta suaminya dengan sebaik-baiknya. (Thabrani)ujud sesama manusia, maka aku akan perintahkan istri bersujud kepada suaminya. .. (Timidzi)

- Istri wajib menjaga kehormatan suaminya baik di hadapannya atau di belakangnya (saat suami tidak di rumah). (An-Nisa’: 34)

Page 15: Pernikahan

TALAKTalak menurut bahasa Arab adalah

melepaskan ikatan, maksudnya adalah melepaskan atau memutuskan ikatan pernikahan dengan menggunakan lafal talak atau perkataan lain yang maknanya senada dengan maksud talak.HUKUM-HUKUM TALAK Hukum asal talak adalah makruh (sesuatu yang dibenci atau tidak disenangi). Berhukum wajib apabila mudarat yang menimpa salah satu dari suami istri tidak dapat dihilangkan. Berhukum haram apabila menimbulkan mudarat pada salah seorang dari suami istri atau tidak menghasilkan manfaat yang lebih baik

Page 16: Pernikahan

MACAM-MACAM TALAK

a. Talak Sunah, yaitu suami menalak istri pada masa suci yang tidak digauli didalamnya.

b. Talak Bid’ah, yaitu suami menalak istrinya ketika haid atau menjalani masa nifas.

c. Talak Ba’in, yaitu suami yang menyeraikan tidak akan rujuk pada istrinya.

d. Talak raj’i, yaitu talak dimana suami berhak rujuk dengan istrinya meskipun istrinya tidak menghendaki.

e. Talak Sarih (jelas), yaitu talak yang tidak membutuhkan niat talak tetapi hanya membutuhkan ungkapan talak yang jelas.

Page 17: Pernikahan

f. Talak kiasan, yaitu talak yang membutuhkan niat talak karena ungkapan talaknya tidak jelas.

g. Talak munjaz, yaitu ucapan menalak istri pada saat itu juga.

h. Talak mualaf, yaitu talak yang dikaitkan dengan mengerjakan sesuatu atau meninggalkan sesuatu.

i. Talak dengan wakil atau tulisan, yaitu ucapan talak kepada istrinya melalui wakilnya atau menulis dalam surat .

Page 18: Pernikahan

RUKUN-RUKUN TALAK

a. Suami yang mukalaf.

b. Istri yang diikat dengan ikatan pernikahan yang

hakiki dengan suami menyeraikannya.

Page 19: Pernikahan

RUJUKRujuk adalah mengembalikan status hukum

pernikahan secara penuh setelah terjadi talak raj’I yang dilakukan oleh mantan suami terhadap mantan istrinya yang masih dalam masa iddahnya dengan cara-cara tertentu.HUKUM-HUKUM RUJUKa.Jaiz (boleh), adalah hukum asala rujuk.b.Haram, apabila dengan rujuk, si istri dirugikan.c.Makruh, apabila diketahui bahwa meneruskan perceraian lebih bermanfaat bagi keduanya dibanding jika keduanya rujuk. d.Sunah, apabila diketahui bahwa rujuk lebih bermanfaat dibandingkan meneruskan perceraian.e.Wajib, khusus bagi laki-laki yang beristri lebih dari satu, jika salah seoranh ditalak sebelum gilirannya disempurnakannya.

Page 20: Pernikahan

SYARAT-SYARAT RUJUK1) Atas kemauan sendiri.2) Dinyatakan dengan perkataan.3) Mantan istri harus masih berada dalam masa

iddah.4) Saksi. Rujuk tersebut harus disaksikan oleh dua

orang laki-laki.

KETENTUAN RUJUK1) Rujuk hanya boleh dilakukan jika membawa

kebaikan bagi istri dan anak-anaknya.2) Rujuk hanya dapat dilaksanakan jika perceraian

baru terjadi satu atau dua kali.3) Rujuk hanya dilakukan sebelum masa iddahnya

habis.

Page 21: Pernikahan

Hikmah Perkawinan 1. Untuk memenuhi tuntutan fitrah zahir dan batin

manusia, iaitu fitrah semulajadi seluruh manusia yang memerlukan pasangan hidup dan zuriat yang bersih dan salih. Sebagaimana firman Allah yang bermaksud:

"Dan Allah swt menjadikan bagi kamu daripada diri kamu sendiri pasang-pasangan (isteri), dan dijadikan bagi kamu daripada pasangan kamu: anak-anak dan cicit-cicit...."

(Surah an-Nahlu ayat 72)2. Untuk menyalurkan tuntutan nafsu seks dengan cara

yang diharuskan oleh syara'.3. Perkahwinan merupakan suatu sunnah dan ibadah.4. Dapat mengatur kehidupan yang lebih baik, kemas dan

teratur.

Page 22: Pernikahan

5. Hidup seseorang mempunyai sistem dan sentiasa menjalankan tanggungjawab terhadap diri dan keluarga dengan sempurna.

6. Perkahwinan dapat membendung serta dapat membenteras penyakit sosial, tidak bermaruah, berdua-duasan tanpa ikatan perkahwinan, perzinaan, bohsia dan seks bebas. Sebagaimana firman Allah swt yang bermaksud:

"Dan mereka yang menjaga kehormatannya, kecuali kepada isterinya atau hamba sahayanya, maka sesungguhnya mereka tidak tercela"

(Surah al-Mukminun ayat 5-6)

Page 23: Pernikahan

7. Dapat mengadakan perbincangan dan berkasih sayang antara pasangan suami isteri. Sebagaimana firman Allah swt yang bermaksud:

"Dan diantara tanda-tanda yang membuktikan kekuasaan-Nya dan rahmat-Nya, bahawa Ia menciptakan untuk kamu (wahai kaum lelaki), isteri-isteri dari jenis kamu sendiri, supaya kamu bersenang hati dan hidup mesra dengannya, dan dijadikan-Nya diantara kamu (suami isteri) perasaan kasih sayang dan belas kasihan. Sesungguhnya yang demikian itu mengandungi keterangan (yang menimbulkan kesedaran) bagi orang yang berfikir"

(Surah ar-Rum ayat 21)

Page 24: Pernikahan

8. Berkah antara pasangan suami dan isteri mewarisi harta antara satu sama lain apabila mati salah seorang.

9. Untuk membentuk sebuah keluarga yang bahagia serta pembentukan zuriat yang sah di sisi syara'.

10. Menghubung tali persaudaraan sesama Islam.

11. Mengukuhkan ekonomi bagi pasangan yang bekerja.

Page 25: Pernikahan

UNDANG-UNDANGtentang

PERNIKAHAN

Page 26: Pernikahan

Undang-undang pernikahan tertulis di dalam UU No.1

tahun 1974.

Terdiri dari 14 bab, 67 pasal

Page 27: Pernikahan

1. Dasar Pernikahan, 5 pasal2. Syarat-syarat Pernikahan, 7 pasal3. Pencegahan Pernikahan, 9 pasal4. Batalnya Pernikahan, 7 pasal5. Perjanjian Pernikahan, 1 pasal6. Hak & Kewajiban Suami-Istri, 5 pasal7. Harta Benda dalam Pernikahan, 3 pasal8. Putusnya Pernikahan serta Akibatnya,

4 pasal

Page 28: Pernikahan

9. Kedudukan Anak, 3 pasal10. Hak & Kewajiban antar Ortu &

Anak, 5 pasal11. Perwalian, 5 pasal12. Ketentuan-ketentuan Lain, 9 pasal13. Ketentuan-ketentuan Peralihan, 2

pasal14. Ketentuan-ketentuan Penutup, 2

pasal

Page 29: Pernikahan

Berdasarkan UU No.1 tahun 1974 pasal 2 (1), menegaskan bahwa

“Pernikahan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya dan kepercayaan itu.”

Page 30: Pernikahan

Peran Pengadilan Agama dalam Hukum Pernikahan

• Menurut UU No.1 th 1974:1. Izin untuk beristri lebih dari seorang [pasal 3 (2)]2. Permohonan pembatalan pernikahan (pasal 25,28)3. Gugatan ttg kelalaian kewajiban suami / istri [pasal

34 (3) ]4. Mengurusi / mengatasi penceraian (pasal 39,40)5. Menindaklanjuti akibat perceraian (pasal 41)6. Memutuskan sah / tdk sahnya anak (pasal 44)

Page 31: Pernikahan

Menurut UU No.1 th 1974 Bab VII

1.Pasal 39: Penceraian hanya dapat dilakukan di depan sidang pengadilan

2.Pasal 40: Gugatan penceraian dan pengajuan gugatan cerai diatur tersendiri.