Tradisi pernikahan jawa

30

Click here to load reader

Transcript of Tradisi pernikahan jawa

Page 1: Tradisi pernikahan jawa

Tradisi Pernikahan Adat Jawa Tengah

Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia

Dosen Pengampu:

Abdul Rohman, S.Ag, M.Hum

Penyusun:

Amalia Inayati (15310015)

Putri Faidatus Sholichah (15310016)

Aulia Maulida (15310020)

Ainun Rosyidah (15310026)

Lailatul Qamariyah (15310027)

Jurusan Bahasa dan Sastra Arab

Fakultas Humaniora

Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang

Tahun Pelajaran

2015/2016

Page 2: Tradisi pernikahan jawa

KATA PENGANTAR

Puji dan rasa syukur patut kita panjatkan kehdirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, taufik, serta hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini meskipun

masih jauh dari kesempurnaan.

Proses pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu wadah

pembelajaran dalam menimba ilmu utamanya dalam mata kuliah Kasyarakat dan Kebudayaan

Indonesia terkhusu pada materi Tradisi Pernikahan Adat Jawa Tengah dan diharapkan dapat

memenuhi tugas pada mata kuliah Masyarakat dan Kebudayaan Indonesia.

Pada makalah ini kami sangat membuka diri menerima kritik dan saran yang berguna

untuk perbaikan dalam makalah ini, semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan

dalam proses pembelajaran utamanya yang baik dan benar,

Malang, 11 November 2015

Tim Penyusun

2

Page 3: Tradisi pernikahan jawa

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR ................................................................................................................i

DAFTAR ISI .............................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................................1

A. Latar belakang ...............................................................................................................1

B. Rumusan masalah ..........................................................................................................1

C. Tujuan ............................................................................................................................2

D. Manfaat .........................................................................................................................2

BAB II

PEMBAHASAN ...........................................................................................................3

A. Tradisi pernikahan adat jawa tengah .............................................................................3

B. Prosesi pernikahan adat jawa tengah ............................................................................4

BAB III PENUTUP .................................................................................................................20

A. Kesimpulan ..................................................................................................................20

B. Saran ............................................................................................................................20

DAFTAR

PUSTAKA ..............................................................................................................21

3

Page 4: Tradisi pernikahan jawa

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Kebudayaan merupakan hasil dari pemikiran manusia. Sehingga, dimanapun

mausia berada pasti terdapat suatu kebudayaan dari manusia yang menempati daerah

tersebut. Setiap daerah di dunia ini pasti mempunyai kebudayaan, baik kebudayaan

tunggal maupun kebudayaan yang beragam seperti di Indonesia ini. Dengan memiliki

ratusan pulau dan suku yang berbeda-beda, Indonesia memiliki berbagai kebudayaan

yang menarik untuk dipelajari. Namun, sayangnya dewasa ini tradisi-tradisi dari

kebudayaan yang ada di Indonesia ini semakin sulit untuk dijumpai.

Salah satu yang menyebabkan hal ini adalah derasnya arus globalisasi yang

masuk ke Indonesia. Ketika arus globalisasi ini terus menerus masuk tanpa ada filter,

maka ia akan menggerus berbagai kebudayaan lokal. Salah satunya tradisi pernikahan

adat jawa, terutama jawa tengah ini. Sekarang banyak masyarakat kita yang menikah

menggunakan tema internasional karena hal tersebut merupakan tema yang banyak

digandrungi pasangan pasangan muda. Namun, disisi lain hal ini justru memperburuk

keadaan. Karena banyak dari generasi saat ini yang tidak mengetahui tradisi

pernikahan daerah mereka yang dianggap sakral, salah satunya adalah tradisi

pernikahan adat jawa tengah ini.

Oleh karena itu, kami menyusun makalah ini untuk membantu melestarikan

tradisi pernikahan adat jawa tengah sehingga mereka yang tidak mengetahui tradisi

pernikahan adat jawa tengah dapat mengetahuinya melewati makalah ini. Selain itu

kami menyusun makalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Masyarakat dan

Kebudayaan Indonesia dalam pembahasan kebudayaan di berbagai daerah di

Indonesia.

B. Rumusan masalah

Untuk membahas hal-hal di atas, ada pun rumusan masalah :

1. Bagaimana tradisi pernikahan adat jawa tengah?

2. Bagaimana prosesi pernikahan adat jawa tengah?

C. Tujuan

Ada pun tujuan dari pembahasan makalah ini:

1. Untuk mengetahui tradisi pernikahan adat jawa tengah

2. Untuk mengetahui prosesi pernikahan adat jawa tengah

4

Page 5: Tradisi pernikahan jawa

D. Manfaat

Ada pun manfaat baik bagi penyusun dan secara umum adalah agar dapat

mengetahui tradisi pernikahan jawa tengah beserta prosesinya.

5

Page 6: Tradisi pernikahan jawa

BAB II

PEMBAHASAN

A. Tradisi pernikahan adat jawa tengah

Pernikahan adalah suatu rangkaian upacara yang di lakukan sepasang kekasih

untuk menghalalkan semua perbuatan yang berhubungan dengan kehidupan suami

istri guna membentuk suatu keluarga dan meneruskan garis keturunan.

Upacara-upacara perkawinan yang sebenarnya, melambangkan persatuan

antara suami dan istri. Pada umumnya, upacara perkawinan ini dilangsungkan kalau

telah mendapat perhitungan hari oleh pihak gadis berdasarkan perhitungan kelahiran

(neptu,Jawa). Kemudian hal tersebut diberitahukan kepada kerabat atau keluarga laki-

laki dengan berganti pihak gadis datang berkunjung pada keluarga laki-laki.

Pada masyarakat Jawa Tengah dan masyarakat Yogyakarta khususnya,

upacara-upacara yang diselenggarakan pada saat sebelum perkawinan, biasanya

hanyalah merupakan kegiatan-kegiatan yang tujuannya mempersiapkan segala sesuatu

yang ada hubungannya dengan kebutuhan perkawinan, yang betul-betul menunjukkan

sifat upacara pada saat sebelum perkawinan dilangsungkan, yaitu siraman dan

upacara yang disebut midodareni.

Bagi penduduk di Yogyakarta dan Jawa Tengah umumnya, persiapan-

persiapan yang dilakukan sebelum perkawinan yaitu sekitar empat puluh hari sebelum

perkawinan, calon mempelai wanita telah dipingit/disengker, artinya ia tidak

diperkenankan keluar rumah, apalagi bertemu dengan calon suaminya (mempelai laki-

laki). Selama itu pula diharuskan berpuasa (pati brata, Jawa) dengan mengurangi

segala macam makanan yang mengandung lemak, minum jamu (obat) dan juga

seluruh badannya dibarut dengan ramuan yang disebut mangir, untuk menghaluskan

kulit dan lulur untuk membuat kulit menjadi kuning.

B. Prosesi pernikahan adat jawa tengah

Ada beberapa prosesi yang dilakukan, baik oleh pihak laki-laki maupun

perempuan. Menurut Sumarsono (2007), tata upacara pernikahan adat jawa adalah

sebagai berikut :

1. Babak I (Tahap Pembicaraan)

Yaitu babak atau tahap pembicaraan antara pihak yang akan punya

hajat mantu dengan pihak calon besan, mulai dari pembicaraan pertama

sampai tingkat melamar dan menentukan hari penentuan (gethok dina).

6

Page 7: Tradisi pernikahan jawa

a. Congkog

Duta yang diutus menanyakan dan mencari informasi terhadap

kondisi dan situasi calon besan, karena adanya rasa cinta dengan

putrinta, yang sekarang akan dilamar

b. Salar

Utusan untuk minta jawaban dari pertanyaan pada waktu yang

berlalu, dapat dilakukan oleh orang (duta) pertama atau orang lain

c. Nontoni

Acara dilakukan setelah pihak calon besan memberi lampu

hijau artinya lamarannya diterima, pembicaraan bisa dilanjutkan.

Dalam acara ini calon pengantin putri secara tidak langsung

“dipertontonkan “ kepada calon mertua dan pengikutnya dengan cara

menghidngkan minuman, atau diajak duduk bersama, sekaligus

berkenalan dengan calon mertua dan peserta lain yang hadir.

d. Nglamar

Memantapkan pembicaraan serta menetapkan hari H , tentang

rencana dan acara selanjutnya. Biadanya disertai wakil keluarga atau

kerabat.

2. Babak II (Tahap Kesaksian)

Tahap ini merupakan peneguhan pembicaraan yang disaksiakan oleh

pihak ketiga, yaitu warga kerabat atau para sesepuh di kanan kiri di tempat

tinggalnya, melalui acara – acara sebagai berikut:

a. Srah -srahan

Yaitu menyerahkan seperankat perlengkapan sarana untuk

melancarkan pelaksanaan acara sampai hajat berakhir, untuk itu

diadakan simbol-simbol barang-barang yang mempunyai arti dan

makna secara khusus. Makna dan maksud benda-benda tersebut :

i. Cincin Emas

Yang dibuat bulat tidak ada putusnya, maknanya agar

cintanya abadi tidak terputus sepanjang hidup.

ii. Seperangkat Busana Putri

Bermakna masing-masing harus pandai-pandai

menyimpan rahasia terhadap orang lain.

iii. Perhiasan yang terbuat dari Emas, Intan, Berlian,

7

Page 8: Tradisi pernikahan jawa

Mengandung makna agar calon pengantin putri selalu

berusaha untuk tetap bersinar tidak membuat kecewa.

iv. Makanan Tradisional

Terdiri dari jadah, lapis, jenang, wajik, yang terbuat dari

beras ketan. Beras ketan sebelum dimasak hambur, tetapi

setelah dimasak dengan adonannya menjadi lengket, begitulah

harapannya semoga kedua calon pengantin cintanya selalu

lengket selama-lamanya.

v. Buah-buahan

Bermakna penuh harapan agar cinta mereka dapat

menghasilkan buah kasih terhadap keluarga dan masyarakat.

vi. Daun sirih

Daun ini muka dan punggungnya berbeda rupa kalau

digigit sama rasanya, bermakna bersatu hati, berbulat tekad

tanpa harus mengorbankan perbedaan.

b. Peningsetan

Lambang kuatnya ikatan pembicaraan untuk mewujudkan dua

kesatuan ditandai dengan tukar cincin, anta kedua calon pengantin.

Tata cara pelaksanaan pemasangan sesuai dengan adat yang berlaku

yang penting ada saksi-saksi.

c. Asok tukon

Hakikatnya adalah penyerahan dana berupa sejumlah uang

untuk membantu meringankan kepada keluarga pengantin putri.

d. Paseksen

Adapun yang hadir dalam acara itu selain dimohon doa

restunya juga menjadi saksi. Tetapi ada juga petugas yang ditunjuk

menjadi saksi secara khusus yang mendapat ucapan terima kasih yang

dinamakan “tembaga miring” (berupa uang dari pihak calon besan)

e. Gethok dina

Menetapkan kepastian hari untuk ijab qobul dan resepsi, harus

ada kesepakatan bersama antar kedua belah pihak. Untuk mencari,

tanggal, bulan yang penting kedua belah pihak ada persetujuan

bersama.

3. Babak III (Tahapan Siaga)

8

Page 9: Tradisi pernikahan jawa

Pada tahapan ini yang punya hajat mengundang para sesepuh dan

sanak saudara untuk membentuk panitia yang pelaku yang melaksanakan

kegiatan acara-acara pada waktu sebelum bertepatan dan sesudah hajatan :

a. Sedhahan

Yaitu cara mulai merakit sampai membagi surat undangan.

b. Kumbakarna

Pertemuan membentuk panitia hajatan mantu, dengan acara :

i. Pemberitahuan dan permohonan bantuan kepada sanak saudara

keluarga, tetangga, handai-taulan dan kenalan.

ii. Adanya rincian program kerja untuk panitia dan para

pelaksana.

iii. Mencukupi segala kerepotan dan keperluan selama hajatan

berlangsung.

iv. Pemberitahuan tentang pelaksanaan hajatan serta telah

selesainya pembuatan surat undangan.

c. Jenggolan atau Jonggolan

Saatnya calon pengantin sekalian melapor ke KUA (tempat

domisili calon pengantin putri). Tata cara ini sering disebut juga

tandhakan atau tandhan, artinya untuk memberi tanda di kantor

Pencatatan Sipil akan ada hajatan mantu atau peresmian pengantin.

Sekaligus naib akan memberitahu tentang penataran (pembekalan)

pranikah.

4. Babak IV (Tahapan Rangkaian Upacara)

Pada tahapan ini untuk menciptakan nuansa bahwa hajatan mantu

sudah tiba saatnya.

a. Pasang Tratag dan Tarub

Dengan pemasangan tratag lalu dilanjutkan dengan pasang

tarub, pihak tuan rumah memberi tanda resmi adanya hajatan mantu

kepada masyarakat. Tarub dibuat menjelang acara inti tiba. Pasang

tratag dan tarub, ini merupakan pengumuman secar resmi kepada

masyarakat bahwa hajatan mantu akan segera dimulai. Tarub

didominasi hiasan daun kelapa muda (janur), hiasan warna-warni

hingga kelihatan makin menambah suasana asri.

b. Kembar Mayang

9

Page 10: Tradisi pernikahan jawa

Dari kata “kembar” artinya sama dan “mayang” artinya bunga

pohon jambe atau sering disebut Sekar Kalpataru Dewan-daru,

lambang kebahagiaan dan keselamatan. Benda-benda tersebut

sekaligus untuk menghiasi panti / asasana wiwara digunakan dalam

acara upacara panebusing kembar mayang dan pada waktu upacara

panggih.

Jika peresmian (pawiwahan) seudah selesai, biasanya kembar

mayang dilabuh atau dibuang diperempatan jalan, sungai, atau laut

mempunyai maksud dan makna agar pengantin berdua selalu ingat

asal-muasal hidup ini adalah dari bapak dan ibu sebagai perantara dari

tuhan yang maha kuasa. Barang-barang untuk membuat kembar

mayang itu adalah sebagai berikut :

i. Batang pisang panjangnya 2-3 nyari dua potong (untuk kembar

mayang hiasan) biasanya diberi alas dari tabung yang terbuat

dari kuningan. Adapun kembar mayang untuk tebusan, cukup

1,5 saja, juga dua potong.

ii. Bambu aur untuk penusuk (sujen) secukupnya.

iii. Janur kuning kurang lebih 4 pelepah.

iv. Daun-daunan, daun kemuning, beringin, beserta ranting-

rantingnya, daun apa-apa, daun girang, dan daun andong.

v. Nanas dua buah, memilih yang sudah masak dan sama

besarnya.

vi. Bunga melati, bunga kanthil, dan bunga mawar merah-putih.

vii. Kelapa muda dua buah dikupas kulitnya dan airnya jangan

sampai tertumpah, bawahnya dibuat rata atau datar supaya

kalau diletakkan tidak guling.

c. Pasang Tuwuhan (Pasren)

Tuwuhan atau tumbuh-tumbuhan yang melambangkan isi alam

semesta. Dipasang di pintu masuk ke tempat peresmian atau tempat

duduk pengantin. Jenis tumbuh-tumbuhan disesuaikan dengan

keberadaan linkungan setempat. Setiap jenis tumbuh-tumbuhan

mengandung makna dan harapan.

i. Janur

10

Page 11: Tradisi pernikahan jawa

Harapan pengantin memperoleh nur atau cahaya terang

dari tuhan.

ii. Daun keluwih

Semoga hajatan tidak kekurangan sesuatu jika mungkin

bisa lebih (luwih) dari yang diperhitungkan.

iii. Daun beringin dengan rating-rantingnya

Diambil dari kata “ingin”, artinya harapan, cita-cita atau

keinginan yang didambakan mudah-mudahan selalu dapat

terlaksana.

iv. Daun alang-alang

Mengandung arti agar dijauhkan dari segala halangan

yang melintang disepanjang waktu

v. Daun dadap serep

Berasal dari kata “rep” artinya dingin, sejuk, teduh,

damai, tenang, tidak ada gangguan apapun.

vi. Seuntai padi (pari sewuli)

Melambangkan semakin berisi semakin berunduk,

diharapkan semakij berbobot dan berlebih hidupnya semakin

ringan dan tangannya selalu siap membantu sesamanya yang

kekurangan.

vii. Cengkir gadhing

Air kelapa muda (banyu degan) adalah suci bersih,

dengan lambang itu diharapkan cinta mereka tetap suci diakhir

hayat nanti.

viii. Setundhun degan raja suluhan

Semoga kelak mempunyai sifat-sifat seperti raja

hambeg para marta mengutamakan kepentingan umum dari

pada kepentingan pribadi.

ix. Tebu Wulung Watangan

Kemantapan hati menjatuhkan pilihan “dia” sebagai

suami atau istri, dan tidak tengok kekanan-kiri lagi.

x. Kembang lan woh kapas

Tidak kekurangan sandang, pangan, dan papan.

xi. Kembang setaman dibokor

11

Page 12: Tradisi pernikahan jawa

Harapan hidupnya selalu cerah ibarat bunga di taman.

d. Siraman

Alat dan perlengkapan selain uba rampe selamatan yang harus

disiapkan adalah air bunga setaman, yaitu air yang diambil dari tujuh

sumber mata air yang ditaburu bunga setaman terdiri dari mawar,

melati, dan kenanga. Tahapan upaca siraman adalah :

i. Calon pengantin mohon doa restu pada orang tuanya.

ii. Calon mantu duduk ditikar pandan ditempat siraman.

iii. Calon pengantin disiram oleh pinisepuh, orang tuanya, baru

yang lain yang telah ditunjuk.

iv. Disiram dengan air kendi oleh bapak-ibunya dengan

mengucurkan ke muka, kepala, dan tubuh calon pengantin.

Sambil berkata “Niat ingsun ora mecah kendi nanging mecah

pamore anakku wadon”.

e. Adol Dhawet (jual dawet)

Upacara ini dilaksanakan setelah siraman. Penjualnya adalah

ibu calon pengantin putri yang dipayungi oleh bapaknya. Pembeli para

tamu dengan uang pecahan genting (kreweng). Upacara ini

mengandung harapan agar nanti pada saat upacara panggih dan resepsi

banyak tamu dan rezeki yang datang.

f. Paes

Paes atau rias denag dipotong atau dicukur, kerik, yaitu upacara

memotong rambut halus diatas kening (dikerik) yang dilakukan oleh

juru paes, istilahnya calon pengantin putri “dihalub-halubi”, “dilakari”,

atau “dicengkorongi”. Paes ditengah kening disebut “gajah” disebut

pengapit simbol dengan biyung atau ibu, sedangkan simbol bapak

adalah paes panitis yang terletak paes pengapit. Didekat panitis, yaitu

godhek mengandung arti keturunan.

g. Midodareni

Berasala dari kata “widodareni” (bidadari) artinnya membuat

calon pengantin seperti bidadari (putri) dan bidadara (putra). Dalam

upacara ini dilangsungkan penebusan kembar-mayang yang akan

dijadikan sarana pawiwahan (pelantikan), pengantin berdua pada

12

Page 13: Tradisi pernikahan jawa

saatnya nanti. Adapaun proses menebus kembar-mayang itu kurang

lebih sebagai berikut :

i. Calon pengantin putri ditanya oleh orang tuanya atas

kemantapan hatinya untuk hidup bersama dengan calonnya.

ii. Setelah dijawab “ya” maka orang tua minata tolong kepada

seseorang untuk diutus sebagai wakilnya (saraya jati).

iii. Diterima oleh wakil orang tua calon pengantin putra (wasita

jati) denga syarat-syarat tertentu.

iv. Lalu kembar mayang diserah terimakan dengan pesan jika nanti

seudah selesai pawiwahan agar kembang mayang dikembalikan

lagi kepemiliknya dengan cara dibuang keperempatan jalan,

kesungai besar, atau laut.

h. Selamatan (selametan).

Denag mengundang para tetangga untuk berdoa bersama dalam

rangka akan dilangsungkannya pawiwahan dan pahargyan pengantinj

pada waktunya nanti. Pada beberapa tempat tertentu, selamatan ini

terdiri dari sepasang tumpeng dilengkapi dengan nasi asahan.

Ambengan beralaskan daun pisang raja, gudhangan, dan ingkung

ayam. Selanjutnya didoakan oleh rois untuk kelangsungan pelaksanaan

ijab qobul pada keesokan harinya.

i. Nyantri atau nyantrik

Nyantri merupakan datangnya calon pengantin putra beserta

pengiringnya ke kediaman calon pengantin putri dengan maksud

bahwa calon pengantin pria memohon untuk diijabkan. Oleh karenanya

rombongan calon pengantin putra ditempatkan dipemondokan atau

rumah saudara calon pengantin putri, karena ijab qobul yang

berlangsung keesokkan harinya. Sembari menunggu pagi, biasanya

calon pengantin putra dan rombongannya berbincang dengan saudara

dari calon pengantin putri atau bercengkrama dengan para tamu yang

kebetulan hadir.

j. Plangkahan

Acara plangkahan diadakan jika calon pengantin putra/putri

yang akan menikah mendahului kakanya yang belum menikah. Acara

ini tidak terikat waktu, sehingga dapat dilaksanakan saat midodareni

13

Page 14: Tradisi pernikahan jawa

atau menjelang paes. Dan dalam acara ini dapat menggunakan

beberapa barang ataupun hanya sungkeman.

Ketika saudara yang dilangkahi tidak rela dilangkahi, maka

akan diadakan upacar putus benang luwe. Acara ini berupa benang

putih yang diletakkan dipintu menuju tempat duduk pengantin dalam

upacara panggih, yang mana benang tersebut akan diputus oleh kedua

pengantin saat akan menuju ke tempat duduknya.

Selain acara plangkahan, dibeberapa daerah tertentu terdapat

beberapa syarat yang harua dipenuhi oleh calon besan, diantaranya:

i. Kekudangan

Kekudangan atau bebana ini merupakan sarana tertentu

yang diikutkan dalam acara srah-srahan. Ujudnya dapat berupa

barang, janji tertulis, atau semacam sumpah yang diucapkan

saat berlangsungnya acara tersebut. Namun, kekudangan

biasanya ditawarkan saat lamaran untuk diterima atau pun

ditolak.

ii. Pamesing

Pamesing merupakan sarana yang berupa pakaian untuk

kakek/nenek atau nenek buyut sebagai bentuk penghormatan

kepada yang lebih tua sekaligus memohon doa restu.

Penyerahan kedua syarat tersebut biasanya berlangsung pada

waktu midodareni atau pun pada saat srah-srahan. Perlu diketahui

kedua syarat ini sudah semaki sulit dijumpai, hanya di tempat yang

tradisinya masih kokoh kita dapat menemukan dua tradisi tersebut.

Tradisi ini sendiri banyak dipengaruhi dari lingkungan keraton.

Namun, didalam keraton sendiri tradisi tersebut sudah tidak ada, tatpi

diluar keraton tradisi ini masih terus dilestarikan.

5. Babak V (Tahap Puncak Acara)

a. Ijab qobul

Peristiwa penting dalam hajatan mantu adalah ijab qobul

dimana sepasang calon pengantin bersumpah di hadapan naib yang

disaksikan wali, pinisepuh dan orang tua kedua belah pihak serta

beberapa tamu undangan. Saat akad nikah, ibu dari kedua pihak, tidak

memakai subang atau giwang guna memperlihatkan keprihatinan

14

Page 15: Tradisi pernikahan jawa

mereka sehubungan dengan peristiwa menikahkan atau ngentasake

anak.

b. Upacara panggih

Adapun tata urutan upacara panggih adalah sebagai berikut :

i. Liron kembar mayang

Saling tukar kembar mayang antar pengantin, bermakna

menyatukan cipta, rasa dan karsa untuk mersama-sama

mewujudkan kebahagiaan dan keselamatan.

ii. Gantal

Daun sirih digulung kecil diikat benang putih yang

saling dilempar oleh masing-masing pengantin, dengan harapan

semoga semua godaan akan hilang terkena lemparan itu.

iii. Ngidak endhog

Pengantin putra menginjak telur ayam sampai pecah

sebagai simbol seksual kedua pengantin sudah pecah

pamornya.

iv. Pengantin putri mencuci kaki pengantin putra

Mencuci dengan air bunga setaman dengan makna

semoga benih yang diturunkan bersih dari segala perbuatan

yang kotor.

v. Minum air degan

Air ini dianggap sebagai lambang air hidup, air suci, air

mani (manikem).

vi. Di-kepyok dengan bunga warna-warni

Mengandung harapan mudah-mudahan keluarga yang

akan mereka bina dapat berkembang segala-galanya dan

bahagia lahir batin.

vii. Masuk ke pasangan

Bermakna pengantin yang telah menjadi pasangan

hidup siap berkarya melaksanakan kewajiban.

viii. Sindur

Sindur atau isin mundur, artinya pantang menyerah atau

pantang mundur. Maksudnya pengantin siap menghadapi

tantangan hidup dengan semangat berani karena benar.

15

Page 16: Tradisi pernikahan jawa

Setelah melalui tahap panggih, pengantin diantar duduk di

sasana riengga, di sana dilangsungkan tata upacara adat Jawa,

yaitu :

Timbangan

Bapak pengantin putri duduk diantara pasangan

pengantin, kaki kanan diduduki pengantin putra, kaki kiri

diduduki pengantin putri. Dialog singkat antara Bapak dan Ibu

pengantin putri berisi pernyataan bahwa masing-masing

pengantin sudah seimbang.

Kacar-kucur

Pengantin putra mengucurkan penghasilan kepada

pengantin putri berupa uang receh beserta kelengkapannya.

Mengandung arti pengantin pria akan bertanggung jawab

memberi nafkah kepada keluarganya.

Dulangan

Antara pengantin putra dan putri saling menyuapi. Hal ini

mengandung kiasan laku memadu kasih diantara keduanya

(simbol seksual). Dalam upacara dulangan ada makna tutur

adilinuwih (seribu nasihat yang adiluhung) dilambangkan

dengan sembilan tumpeng yang bermakna :

1. tumpeng tunggarana : agar selalu ingat kepada yang

memberi hidup.

2. tumpeng puput : berani mandiri.

3. tumpeng bedhah negara : bersatunya pria dan wanita.

4. tumpeng sangga langit : berbakti kepada orang tua.

5. tumpeng kidang soka : menjadi besar dari kecil.

6. tumpeng pangapit : suka duka adalah wewenang Tuhan

Yang Maha Esa.

7. tumpeng manggada : segala yang ada di dunia ini tidak

ada yang abadi.

8. tumpeng pangruwat : berbaktilah kepada mertua.

9. tumpeng kesawa : nasihat agar rajin bekerja.

c. Upacara babak kawah

16

Page 17: Tradisi pernikahan jawa

Nama babak kawah ini diambil dari kata babak yang berarti

membabat dan kawah yaitu aira ketuban yanh keluar mengawali

lahirnya bayi. Sehingga dapat diartikan, membabat segala aral

melintang diawal kehidupan pengantin. Upacara ini khusus untuk

kalangan orang tua yang baru pertama kali mantu putri sulung, hal ini

ditandai dengan membagikan barang berupa kemasan yang berisi uang

receh, umbi-umbian dan beras kuning sebagai tanda syukur orang tua

dapat melaksanakan kewajibannya.

d. Tumplek punjen

Tumplek punjen diambil dari kata numplek yang berarti

menumpahkan dan punjen yang berarti beban. Sehingga dapat

dikatakan bahwa tumplek punjen berarti lepas sudah semua darma

pada anak. Karena acara ini dilaksanakan bagi orang yang punya hajat

menantu terakhir. Pelaksanaannya biasanya dengan membagikan

kantong kantong kecil berisi uang receh,bumbu dapur, beras kuning,

kacang kawak, dhele kawak, dan bunga setaman serta apabila masih

tersisa harus ditumpahkan semuanya sampai habis.

e. Sungkeman

Sungkeman adalah ungkapan bakti kepada orang tua, serta

mohon doa restu. Caranya, berjongkok dengan sikap seperti orang

menyembah, menyentuh lutut orang tua pengantin perempuan, mulai

dari pengantin putri diikuti pengantin putra, baru kemudian kepada

bapak dan ibu pengantin putra.

f. Kirab

Istilah yang digunakan saat pengantin meninggalkan singgasana untuk

berganti pakaian. Kirab kanarendran saat pergi dan kirab kesatrian.

Baik keluar atau masuk selalu diawali suba menggala, satriya kembar,

patah, pendamping, juru rias, putri dhomas, para warga wandowo,

besan, yang punya hajat, kakek nenek. Adapun untuk pelaku

pelaksanaan dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu:

i. Paraga gati

Dari keluarga yang memiliki hajat jangan merangkap

yang lainnya.

ii. Paraga glebet

17

Page 18: Tradisi pernikahan jawa

Penanggung jawab untuk melaksanakan acara yang

telah direncanakan.

iii. Paraga njawi

Penanggung jawab yang menopang kelancaran

pelaksanaan acara

g. Pahargyan/pasamuan

i. Cara “motoran”(acara selesai sehari) atau cara “climen”

1. Pagi pasang tarub sampai kurang lebih jam sebelas

2. Dilanjutkan srah-srahan

3. Ijab qobul

4. Panggih bersamaan denganpanghargyan

ii. Pahargyan dengan ijab qobul dan panggih

Setelah ijab qabul pengantin putra dibawa ketempat

pengantin putra dan pengantin putri dibawa ketempat pengantin

putri untuk dirias. Kemudian pengantin putri ditempatkan di

sasana rinengga menunggu pengantin putra datang. Ketika

pengantin putra datang, pengantin putri menjemput di pintu

sasana rinengga.

iii. Prasmanan

Model ini sering kita sebut sebut dengan standing party. Yaitu

para tamu bersalaman kemudian langsung menuju ke meja

makan dan mencari tempat sendiri. Untuk hal ini pun banyak

dari mereka yang memilih berdiri. Sedangkan untuk pandangan

dari kebiasan sekalipun dalam prasmanan dianggap tidak baik,

karena makan dengan berdiri. Namun, karena perkembangan

zaman, banyak sekali orang orang yang senang menggunakan

model prasmanan ini.

C.

18

Page 19: Tradisi pernikahan jawa

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tradisi pernikahan adat jawa tengah merupakan salah satu tradisi yang

dianggap sakral oleh masyarakat jawa tengah. Karena melalui tradisi ini seorang anak

adam akan memulai kehidupan barunya bersama pendamping hidupnya. Sehingga

dalam setiap pernikahan adat jawa tengah, prosesinya berlangsung dengan khidmat.

Adapun prosesi pernikahan adat jawa tengah adalah seperti berikut:

1. Babak I (tahap pembicaraan)

2. Babak II (tahap kesaksian)

3. Babak III (tahapan siaga)

4. Babak IV (tahapan rangkaian upacara)

5. Babak V (tahap puncak acara)

Selain prosesi di atas, juga terdapat beberapa acara tambahan yang tidak

semua masyarakat jawa tengah menambahkannya dalam upacara pernikahan karena

sifatnya yang kondisional. Diantara acara tambahan tersebut adalah tilikan,

sepekenan, mungkasi, ngunduh manten.

B. Saran

Sebagai generai penerus, hendaknya kita dapat mengetahui berbagai tradisi di

Indonesia. Namun, dalam hal ini kita perlu mempraktekan dalam artian ikut andil

dalam pelaksanaan berbagai tradisi di Indonesia. Baik sebagai pelaku utama atau pun

hanya sekedar membantu. Sehingga dalam masa mendatang masih ada generasi yang

mengerti bagaimana pelaksanaan tradisi yang ada di Indonesia.

19

Page 20: Tradisi pernikahan jawa

DAFTAR PUSTAKA

Sumarsono. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa. 2007. Yogyakarta: penerbit Narasi

Swatedi, adjie.tessa theofile. 2002. Tata Upacara Pengantin Adat Jawa Tengah.

Yogyakarta: Pustaka Raja

Sularto, bambang. 1998. Adat dan Upacara Tradisional di DI Yogyakarta.

Yogyakarta: depdikbud.

20