Permasalahan Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung ...
Transcript of Permasalahan Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung ...
JOURNAL OF PLANNING AND POLICY DEVELOPMENT
SENGAJA DIKOSONGKAN
© 2020 P ISSN 2301-878X - E ISSN 2541-2973
ISSN 0853-xxxx print/ 2442-xxxx online © 20XX ITERA, ASPI dan IAP
Permasalahan Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung, Daerah Aliran
Sungai (DAS) Belau, DAS Kuala, DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
Yabes Davin Arne Hasiholan Tambun1, Sri Maryati2, Husna Tiara Putri1
1Institut Teknologi Sumatera, Jl. Terusan Ryacudu Way Huwi Kec. Jati Agung, Kabupaten
Lampung Selatan. 2Institut Teknologi Bandung, Jl. Ganesha Kec. Coblong, Kota Bandung.
Email : [email protected]
Sengaja dikosongkan
ABSTRAK
Teluk Kota Bandar Lampung memiliki permasalahan persampahan yaitu adanya
tumpukan sampah disepanjang Teluk Kota Bandar Lampung dan kontribusi dari
daerah aliran sungai (DAS) di Kota Bandar Lampung. Permasalahan
persampahan yang terjadi dapat memberikan dampak negatif terhadap ekosistem,
sehingga untuk mengetahui permasalahn persampahan di Teluk Kota Bandar
Lampung dan DAS Belau, DAS Kuala, DAS Lunik, dan DAS Sukamaju perlu
dilakukan 1) identifikasi sumber-sumber tumpukan sampah; 2) identifikasi
ketersediaan infrastruktur; 3) identifikasi perilaku masyarakat dalam mengelola
persampahan. Data-data yang diperlukan diperoleh melalui observasi dan Teknik
analisis yang digunakan yaitu analisis spasial dan analisis deskriptif. Hasil studi
yang didapatkan berupa terdapat permasalahan sampah yang terdiri dari 1)
beragamnya tumpukan sampah yaitu terdapat 59 titik sumber-sumber sampah di
Teluk Kota Bandar Lampung dan DAS Belau, DAS Kuala, DAS Lunik, dan DAS
Sukamaju yang terdiri dari beberapa jenis kegiatan seperti permukiman,
perdagangan dan jasa, dan industri; 2) terdapat tumpukan sampah di Teluk Kota
Bandar Lampung; 3) minimnya ketersediaan infrastruktur persampahan eluk Kota
Bandar Lampung dan DAS Belau, DAS Kuala, DAS Lunik, dan DAS Sukamaju; 3)
perilaku masyarakat Teluk Kota Bandar Lampung dan DAS Belau, DAS Kuala,
DAS Lunik, dan DAS Sukamaju. Kata Kunci : Teluk, Sungai, Persampahan
A. PENDAHULUAN
Sampah laut adalah bahan padat yang sulit terurai, sisa dari hasil pabrikan,
olahan yang dibuang atau dibiarkan pada lingkungan laut dan pesisir UNEP (2009)
dalam (World Bank, 2018). Sampah laut dapat terdiri dari barang atau benda yang
digunakan dan dibuat oleh manusia dan secara sengaja dibuang ke laut atau sungai,
dibiarkan berada di pantai atau pesisir, terbawa arus aliran sungai, saluran
pembuangan air, air limpasan, dan terbawa arus angin (World Bank, 2018:1).
Sampah diklasifikasikan berdasarkan asalnya, menurut Gelbert dkk (1996) dalam
(Yones, 2007) sampah diklasfikasikan menjadi sampah organik dan sampah
anorganik. Menurut Undang-Undang No. 18 tahun 2008 Tentang Pengelolaan
Sampah, sumber-sumber sampah adalah asal timbulan sampah. Menurut Gelbert
Yabes Davin Arne Hasiholan Tambun, Sri Maryatu, dan Husna Tiara Putri, Permasalahan
Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung, Daerah Aliran Sungai Belau, DAS Kuala,
DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
104 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
dkk. (1996) dalam (Yones, 2007), sumber-sumber sampah yaitu Permukiman,
Pertanian dan perkebunan, Sisa bangunan dan konstruksi gedung, Sisa perdagangan
dan perkantoran, Industri,
Teluk Kota Bandar Lampung sebagai hilir dan Daerah Aliran Sungai (DAS)
Belau, DAS Kuala, DAS Lunik, dan DAS Sukamaju sebagai hulu memiliki
permasalahan persampahan yaitu terjadinya penumpukan sampah dengan jumlah
cukup besar. Sampah-sampah yang menumpuk ini digunakan masyarakat untuk
membangun rumah sebagai tempat tinggal dan membentuk reklamasi melalui
sampah sejak tahun 1980 (Noval Andriansyah, Tribun Lampung, 22 April 2018).
Sungai di Kota Bandar Lampung memiliki kontribusi menyumbangkan sampah ke
Teluk Kota Bandar Lampung, yang terdiri dari aliran sungai awi menuju ke arah
RS Urip Sumoharjo, Sungai Kedamaian Tanjung Karang Timur, sungai di Jl.
Antasari, dan Sungai Belau (Ahmad Amri, Lampost, 11 November 2018).
Permasalahan sampah yang terjadi di Teluk Kota Bandar Lampung dan sepanjang
Daerah Aliran Sungai (DAS) Belau, DAS Kuala, DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
jika dibiarkan akan merusak ekosistem dan memberikan pencemaran kepada
ekosistem dan masyarakat.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan persampahan di Teluk
Kota Bandar Lampung dan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Belau, DAS
Kuala, DAS Lunik, dan DAS Sukamaju. Daerah aliran sungai yang dilakukan
penelitian mengaliri Kecamatan Bumi Waras, Kecamatan Kedamaian, Kecamatan
Kedaton, Kecamatan Panjang, Kecamatan Sukabumi, Kecamatan Tanjung Karang
Barat, Kecamatan Tanjung Karang Pusat, Kecamatan Tanjung Karang Timur,
Kecamatan Teluk Betung Barat, Kecamatan Teluk Betung Selatan, Kecamatan
Teluk Betung Timur, dan Kecamatan Way Halim (merujuk pada Gambar 1).
Permasalahan infrastruktur persampahan dilihat dari sumber-sumber penghasil
sampah, tumpukan sampah di Teluk Kota Bandar Lampung, permasalahan
penyediaan infrastruktur persampahan, dan permasalahan perilaku masyarakat
dalam pengelolaan sampah.
Yabes Davin Arne Hasiholan Tambun, Sri Maryatu, dan Husna Tiara Putri, Permasalahan
Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung, Daerah Aliran Sungai Belau, DAS Kuala,
DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 105
Gambar 1. Peta Wilayah Studi
Sumber: Hasil Olahan ArcGIS, 2020
B. METODE PENELITIAN
Data primer dalam bentuk observasi sumber-sumber tumpukan sampah di
Teluk Kota Bandar Lampung dan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Belau,
DAS Kuala, DAS Lunik, dan DAS Sukamaju dengan memperhatikan jenis kegiatan
dan permasalahan penyediaan infrastruktur persampahan. Observasi sumber-
sumber tumpukan sampah dilakukan dengan menggunakan Aplikasi Avenza Map.
Hasil observasi digunakan untuk mengetahui sumber-sumber penghasil tumpukan
sampah, klasifikasi sampah, tumpukan sampah di Teluk Kota Bandar Lampung,
permasalahan penyediaan infrastruktur persampahan, dan perilaku masyarakat
dalam pengelolaan sampah. Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini
terdiri dari:
1. Analisis spasial. Analisis spasial dilakukan setelah mendapatkan data observasi
sumber-sumber tumpukan sampah. Analisis dilakukan dengan overlay peta
atau menggabungkan data hasil observasi tumpukan sampah dengan data peta
wilayah studi. Kemudian dilakukan digitasi melalui citra Google Earth dengan
membandingkan titik lokasi tumpukan sampah dengan gambar yang
ditampilkan dari citra Google Earth untuk mengetahui tumpukan sampah di
Teluk Kota Bandar Lampung.
2. Analisis deskriptif digunakan untuk menjabarkan permasalahan persampahan
di Teluk Kota Bandar Lampung , DAS Belau, DAS Kuala, DAS Lunik, dan
DAS Sukamaju berdasarkan dari hasil observasi.
Yabes Davin Arne Hasiholan Tambun, Sri Maryatu, dan Husna Tiara Putri, Permasalahan
Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung, Daerah Aliran Sungai Belau, DAS Kuala,
DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
106 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
C. HASIL DAN PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, dapat dirumuskan sejumlah
permasalahan yang terjadi di sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Belau, DAS
Kuala, DAS Lunik, dan DAS Sukamaju. Adapun permasalahan yang dimaksud
adalah sebagai berikut: 1. Terdapat tumpukan sampah dari berbagai sumber di sepanjang Daerah Aliran
Sungai (DAS) Belau, DAS Lunik, DAS Kuala, DAS Sukamaju
Gambar 2. Peta Pesebaran Sumber-Sumber Tumpukan Sampah di Teluk Kota Bandar
Lampung dan Daerah Aliran Sungai (DAS) Belau, DAS Kuala, DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
Sumber: Hasil Olahan ArcGIS, 2020
Berdasarkan hasil observasi sumber-sumber sampah dominan berasal dari jenis
kegiatan permukiman, perdagangan dan jasa dan industri. Titik sumber-sumber
tumpukan sampah yang didapatkan sebanyak 59 titik, yang terdiri dari 49 titik
tumpukan sampah di permukiman, 6 titik tumpukan sampah di perdagangan jasa,
dan 4 titik tumpukan sampah di industri. Sumber sampah di permukiman
merupakan sumber sampah paling besar karena permukiman yang ada memiliki
kepadatan tinggi. Sumber sampah permukiman paling besar terdapat di Kelurahan
Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung Timur (sekitar hutan bakau) dengan luas
sekitar 40.000 m2 dan Kelurahan Panjang Selatan Kecamatan Panjang dengan luas
Yabes Davin Arne Hasiholan Tambun, Sri Maryatu, dan Husna Tiara Putri, Permasalahan
Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung, Daerah Aliran Sungai Belau, DAS Kuala,
DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 107
sekitar 450 m2 (merujuk pada Gambar 3). Jenis sampah yang dihasilkan
bermacam yaitu sampah organik dan anorganik, seperti sampah sisa makanan,
plastik, dan botol.
Gambar 3. Kondisi Sumber-Sumber Sampah di Permukiman
Sumber: Hasil Observasi, 2019
Kawasan pedagangan dan jasa yang ditemukan sumber sampah seperti pasar
tradisional dan pertokoan. Sampah-sampah yang dihasilkan di sekitar kegiatan
perdagangan dan jasa berasal dari sampah bawaan daerah aliran sungai dan
permukiman sekitar. Sumber sampah di perdagangan dan jasa paling besar terdapat
di Pasar Ikan Sukaraja dengan luas sekitar 500 m2 dan di Daerah Aliran Sungai
(DAS) Kuala, Kecamatan Kedamaian Jl. Pangeran Antasari dengan luas sekitar 40
m2 (merujuk pada Gambar 4). Jenis sampah yang dihasilkan berupa sampah
anorganik seperti sisa kayu, sisa bambu, kardus, triplek, dan kemasan plastik.
Gambar 4. Kondisi Sumber-Sumber Sampah di Perdagangan dan Jasa
Sumber: Hasil Observasi, 2019
Sampah-sampah yang dihasilkan di sekitar kegiatan industri berupa barang
rongsokan sisa produksi dan ban-ban kendaraan yang terbuang ke laut dan sungai.
Sumber sampah di industri paling besar terdapat di Daerah Aliran Sungai (DAS)
Lunik, Kecamatan Panjang dengan luas sekitar 200 m2 dan DAS Kuala Kecamatan
Tanjung Karang Timur dengan luas sekitar 40 m2 (merujuk pada Gambar 5).
Kawasan industri pada umumnya memiliki pengelolaan sampah sendiri atau khusus
industri.
Yabes Davin Arne Hasiholan Tambun, Sri Maryatu, dan Husna Tiara Putri, Permasalahan
Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung, Daerah Aliran Sungai Belau, DAS Kuala,
DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
108 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
Gambar 5. Kondisi Sumber-Sumber Sampah di Industri
Sumber: Hasil Observasi, 2019
2. Terdapat tumpukan sampah di Teluk Kota Bandar Lampung dan sepanjang
Daerah Aliran Sungai (DAS) Belau, DAS Kuala, DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
Gambar 6. Peta Persebaran Tumpukan Sampah di Teluk Kota Bandar Lampung Sumber: Hasil Olahan ArcGIS, 2020
Yabes Davin Arne Hasiholan Tambun, Sri Maryatu, dan Husna Tiara Putri, Permasalahan
Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung, Daerah Aliran Sungai Belau, DAS Kuala,
DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 109
Berdasarkan hasil observasi dan digitasi citra Google Earth didapatkan
tumpukan sampah dalam jumlah besar di sekitar Teluk Kota Bandar Lampung.
Tumpukan sampah yang didapatkan digunakan masyarakat di sekitar Teluk Kota
Bandar Lampung untuk membuat reklamasi pantai seperti yang terjadi di
Kecamatan Panjang dan Kecamatan Bumi Waras. Selain itu tumpukan sampah
dihasilkan dari masyarakat yang membuang sampah secara terus menerus ke Teluk
Kota Bandar dan terbawa arus dari daerah aliran sungai (DAS) di Kota Bandar
Lampung. Hasil ini dapat dilihat pada Gambar 6.
3. Tidak tersedianya Infrastruktur Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung
dan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Belau, DAS Kuala, DAS Lunik, dan
DAS Sukamaju.
Sumber-sumber sampah yang ada di Teluk Kota Bandar Lampung dan DAS
Belau, DAS Kuala, DAS Lunik, DAS Sukamaju timbul karena adanya
permasalahan pengelolaan sampah, salah satunya adalah permasalahan
infrastruktur persampahan. Berikut ini penjabaran mengenai permasalahan
infrastruktur persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung, DAS Belau, DAS
Kuala, DAS Lunik, dan DAS Sukamaju:
1. Infrastruktur persampahan tidak tersedia di Kecamatan Panjang dan Daerah
Aluran Sungai (DAS) Lunik seperti tempat pembungan dan pemindahan
sampah sementara (TPS) dan pengumpulan sampah ke rumah. Hal ini
mengakibatkan masyarakat melakukan penimbunan sampah untuk dijadikan
reklamasi daratan sebagai permukiman baru.
Gambar 7. Permasalahan Infrastruktur Persampahan
Sumber: Hasil Observasi, 2019
2. Infrastruktur persampahan tersedia tapi cakupan pelayanan belum melayani
seluruh masyarakat di Kelurahan Kota Karang, Kecamatan Teluk Betung
Timur, seperti tempat pembuangan dan pemindahan sampah sementara (TPS)
dan fasilitas gerobak sampah. Masyarakat di Kelurahan Kota Karang
mendapatkan pengumpulan sampah secara bergantian dan tidak menentu, hal
ini menyebabkan masyarakat membuang sampah secara sembarangan ke laut.
Yabes Davin Arne Hasiholan Tambun, Sri Maryatu, dan Husna Tiara Putri, Permasalahan
Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung, Daerah Aliran Sungai Belau, DAS Kuala,
DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
110 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
Gambar 8. Permasalahan Infrastruktur Persampahan
Sumber: Hasil Observasi, 2019
3. Infrastruktur persampahan tidak tersedia pada permukiman padat di Teluk
Kota Bandar Lampung, Kecamatan Bumi Waras seperti wadah komunal,
gerobak sampah, dan tempat pembuangan dan pemindahan sampah sementara
(TPS). Hal ini mengakibtkan masyarakat tidak dapat melakukan pengelolaan
sampah dan memilih untuk langsung membuang sampah ke laut.
Gambar 9. Permasalahan Infrastruktur Persampahan
Sumber: Hasil Observasi, 2019
4. Infrastruktur persampahan tidak tersedia pada hulu dan hilir Daerah Aliran
Sungai (DAS) Kuala (di Kecamatan Bumi Waras, Kecamatan Tanjung Karang
Timur, Kecamatan Way Halim, dan Kecamatan Tanjung Karang Pusat) seperti
wadah komunal, gerobak sampah, dan tempat pembuangan dan pemindahan
sampah sementara (TPS). Masyarakat pada umumnya membuang sampah
secara sembarangan ke sungai dan membakar sampah masing-masing di
sekitar rumah. Hal ini menyebabkan sampah yang dibuang ke sungai terbawa
arus dan menumpuk di laut.
Yabes Davin Arne Hasiholan Tambun, Sri Maryatu, dan Husna Tiara Putri, Permasalahan
Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung, Daerah Aliran Sungai Belau, DAS Kuala,
DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 111
Gambar 10. Permasalahan Infrastruktur Persampahan
Sumber: Hasil Observasi, 2019
1. Infrastruktur persampahan tidak tersedia pada hulu Daerah Aliran Sungai
(DAS) Belau, Kecamatan Teluk Betung Selatan, terdapat perumahan
bedeng di sekitar DAS yang tidak memiliki infrastruktur persampahan.
Masyarakat di sekitar DAS tidak melakukan pengelolaan sampah dan
memilih membuang sampah secara sembarangan ke sungai.
Gambar 11. Permasalahan Infrastruktur Persampahan
Sumber: Hasil Observasi, 2019
4. Perilaku Membuang Sampah Sembarangan oleh Masyarakat di Teluk Kota
Bandar Lampung dan sepanjang Daerah Aliran Sungai (DAS) Belau, DAS
Kuala, DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
Permasalahan yang terjadi dalam pengelolaan sampah khususnya infrastruktur
persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung, DAS Belau, DAS Kuala, DAS
Lunik, dan DAS Sukamaju mengakibatkan perilaku masyarakat untuk membuang
sampah secara sembarangan ke laut. Masyarakat tidak memiliki pemilihan untuk
melakukan pengelolaan sampah mulai dari rumah-rumah warga sampai ke tempat
pembuangan dan pemindahan sampah sementara (TPS). Berikut ini penjabaran
permasalahan perilaku masyarakat dalam pengelolaan sampah di Teluk Kota
Bandar Lampung, DAS Belau, DAS Kuala, DAS Lunik, dan DAS Sukamaju.
1. Masyarakat dengan menggunakan gerobak pribadi melakukan pengumpulan
sampah dari ruko dan rumah-rumah warga di Kecamatan Bumi Waras, lalu
membuang sampah secara sembarangan ke laut, dalam proses pengumpulan
sampah tersebut masyarakat mendapatkan pungutan sebesar Rp 5.000 per
sekali angkut.
Yabes Davin Arne Hasiholan Tambun, Sri Maryatu, dan Husna Tiara Putri, Permasalahan
Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung, Daerah Aliran Sungai Belau, DAS Kuala,
DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
112 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
Gambar 12. Permasalahan Perilaku Masyarakat
Sumber: Hasil Observasi, 2019
2. Infrastruktur sampah tersedia di beberapa lokasi pada permukiman di Daerah
Aliran Sungai (DAS) Belau seperti pengumpulan sampah dengan gerobak
sampah dari petugas kebersihan dan wadah komunal yang dibuat oleh
masyarakat. Namun, masih ada masyarakat yang membuang sampah
sembarangan ke sungai karena tidak semua masyarakat ikut pengumpulan
sampah.
Gambar 13. Permasalahan Perilaku Masyarakat
Sumber: Hasil Observasi, 2019
3. Pengumpulan sampah tersedia dari petugas kebersihan per seminggu sekali di
hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Belau Kecamatan Teluk Betung Barat.
Sampah diangkut dengan meletakkan kantong sampah masyarakat di pinggir
jalan raya, lalu diambil oleh petugas kebersihan. Masyarakat sekitar mengakui
ada yang membuang sampah secara sembarangan ke sungai karena
pengangkutan sampah dilakukan hanya sekali dalam seminggu. Infrastruktur
persampahan seperti bak-bak sampah tidak tersedia karena sudah rusak dan
hilang.
Yabes Davin Arne Hasiholan Tambun, Sri Maryatu, dan Husna Tiara Putri, Permasalahan
Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung, Daerah Aliran Sungai Belau, DAS Kuala,
DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
Volume 0 Nomor 0 - Bulan 0000 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541-2973 113
Gambar 14. Permasalahan Perilaku Masyarakat
Sumber: Hasil Observasi, 2019
4. Masyarakat dan pemerintah juga membuat rambu-rambu “dilarang membuang
sampah ke sungai” sebagai norma sosial dan peringatan bagi masyarakat untuk
tidak membuang sampah secara sembarangan ke laut dan sungai. Menurut
Bapak Mukhtar (warga di Kelurahan Kuripan) Pemberian rambu-rambu
tersebut membuat beberapa masyarakat peduli untuk tidak membuang sampah
secara sembarangan, tapi masih banyak juga masyarakat yang membuang
sampah secara sembarangan ke laut dan sungai, hal ini dikarenakan tidak
tersedianya infrastruktur persampahan untuk melakukan pengelolaan sampah.
Gambar 15. Permasalahan Perilaku Masyarakat
Sumber: Hasil Observasi, 2019
D. KESIMPULAN
Berdasarkan hasil analisis, tumpukan sampah terdapat pada Teluk Kota Bandar
Lampung, daerah aliran sungai (DAS) Belau, DAS Kuala, DAS Lunik, dan DAS
Sukamaju dengan jenis-jenis kegiatan sekitar berupa permukiman, perdagangan
dan jasa, dan industri. Tumpukan sampah dihasilkan akibat dari tidak tersedianya
infrastruktur persampahan dan membuat perilaku masyarakat membuang sampah
secara sembarangan ke laut dan sungai. Permasalahan persampahan di Teluk Kota
Bandar Lampung terjadi karena masyarakat tidak memiliki pilihan untuk
melakukan pengelolaan sampah mulai dari rumah-rumah warga sampai ke tempat
pembuangan dan pemindahan sampah sementara (TPS). Kondisi ini jika dibiarkan
akan memberikan dampak negatif terhadap lingkungan dan ekosistem di Teluk
Kota Bandar Lampung, DAS Belau, DAS Kuala, DAS Lunik, dan DAS Sukamaju.
Yabes Davin Arne Hasiholan Tambun, Sri Maryatu, dan Husna Tiara Putri, Permasalahan
Persampahan di Teluk Kota Bandar Lampung, Daerah Aliran Sungai Belau, DAS Kuala,
DAS Lunik, dan DAS Sukamaju
114 Volume 0 Nomor 0 - Bulan 1111 - p ISSN 2301-878X - e ISSN 2541- 2973
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kepada Ibu Sri Maryati dan Ibu Husna Tiara Putri untuk arahan dan
bimbingan dalam penelitian sehingga artikel ini dapat ditulis.
DAFTAR PUSTAKA
Amri, A. (2018, November 11). Sungai di Bandar Lampung Sumbang Sampah
Cemari Teluk Lampung. Dipetik November 4, 2018, dari Lampost.co:
http://www.lampost.co/berita-sungai-di-bandar-lampung-sumbang-
sampah-cemari-teluk-lampung.html
Andransyah, N. (2018, April 22). Begini Rencana Aksi Pemprov untuk Bersihkan
Sampah di Pesisir Teluk Bandar Lampung. Dipetik November 4, 2018, dari
Tribunlampung.co.id: http://lampung.tribunnews.com/2018/04/22/begini-
rencana-aksi-pemprov-untuk-bersihkan-sampah-di-pesisir-teluk-bandar-
lampung
RI (Republik Indonesia). (2008). Undang-Undang No.18 tahun 2008 Tentang
Pengelolaan Sampah. Jakarta: Kementerian Hukum dan Hak Asasi
Manusia.
World Bank. (2018). Kajian Cepat Laporan Sintesis Hotspot Sampah Laut
Indonesia. Jakarta: World Bank Group.
Yones, I. (2007). Kajian Pengelolaan Sampah di Kota Ranai Ibu Kota Kabupaten
Natuna Provinsi Kepulauan Riau. Semarang: Program Pasca Sarjana Ilmu
Lingkungan Universitas Diponegoro.