Manajemen Persampahan

30
Manajemen Persampahan nTinjauan Sektoral nParadigma Baru Bagi Kebijakan Pemerintah nPenguatan Kelembagaan nPeran Sektor Swasta nBank Sampah Edisi 15 | Oktober 2013 Jurnal Prakarsa Infrastruktur Indonesia

Transcript of Manajemen Persampahan

Page 1: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 1/30

Manajemen Persampahann Tinjauan Sektoraln Paradigma Baru Bagi Kebijakan Pemerintah

n Penguatan Kelembagaann Peran Sektor Swasta

n Bank Sampah

E d i s i 1 5 | O k t o b e r 2 0 1 3

J u r n a l P r a k a r s a I n f r a s t r u k t u r I n d o n e s i a

Page 2: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 2/30

Prakarsa Oktober 2013

2

30

26Foto sampul atas perkenan Nigel Landon

29

ARTIKEL UTAMA

h.4

h.13

Sekilas Tentang IndII

Hasil & PrakarsaEdisi Mendatang

Pandangan Para Ahli

Sebuah Tinjauan Tentang Sektor ManajemenPersampahan IndonesiaSektor persampahan di Indonesia amat rumit danberagam. Pemerintah Pusat, Provinsi dan Kota,sektor swasta, serta masyarakat semuanya berperandalam mendorong penerapan strategi yang lebihmemperhatikan lingkungan… h.4

Mengelola Sampah Perkotaan di Indonesia,

Sebuah Sudut Pandang PemerintahSebuah paradigma baru yang memper mbangkan seluruhlangkah dalam pengumpulan dan pemrosesan sampahmulai mengubah pengelolaan sampah di Indonesia… h.9

Memperkuat Lingkungan Kelembagaan untukManajemen Persampahan PerkotaanPemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkanpengelolaan sampah dan sedang menjalankan berbagaistrategi untuk mencapai tujuan ini… h.13

Membuka Jalan bagi Sektor Swasta untukTerlibat dalam Pengelolaan Sampah diPerkotaan IndonesiaSektor swasta dapat memainkan peran penting

dalam mengelola persampahan perkotaan, selamapotensi sumber daya bahan baku, peraturan,teknologi tepat guna, dan kebutuhan parapemangku kepentingan dipertimbangkan… h.19

Dulu Dibuang, Kini Jadi Uang: Kisah DuaBank SampahDua komunitas di Jakarta memulai program daur ulangsampah dan meraih penghargaan… h.23

ISI

Jurnal triwulanan ini diterbitkan oleh Prakarsa Infrastruktur Indonesia, sebuah proyek yang didanai Pemerintah Australiauntuk mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan meningkatkan relevansi, mutu, dan jumlah investasi di bi-dang infrastruktur. Pandangan yang dikemukakan belum tentu mencerminkan pandangan Kemitraan Australia Indonesia

maupun Pemerintah Australia. Apabila ada tanggapan atau pertanyaan mohon disampaikan kepada Tim Komunikasi IndIImelalui telepon nomor +62 (21) 7278-0538, fax +62 (21) 7278-0539, atau e-mail [email protected] . Alamat situs webkami adalah www.indii.co.id

Page 3: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 3/303

Prakarsa Oktober 2013Prakarsa Oktober 2013

80.000 TonProduksi sampah per hari dari 230 kota di

Indonesia pada tahun 2011.

2,5 LiterRata-rata sampah yang dihasilkanpenduduk Indonesia per orang per hari.

Ini berarti 625 juta liter sampah daripopulasi 250 juta penduduk Indonesia.

Rp 3,1 TriliunAnggaran belanja Direktorat Jenderal

Cipta Karya untuk pengelolaan sampahdi Indonesia pada tahun 2013, termasukpembuatan pengaturan, pengembangan,

pengawasan, dan pelaksanaan program-program air limbah dan persampahan.

Rp 420 MiliarDana Alokasi Khusus Pemerintah

Indonesia per tahun yang dialokasikanuntuk sanitasi.

460Jumlah Tempat Pembuangan Akhir

sampah di Indonesia pada tahun2012 dengan total kapa sitas sekitar

23.204 ton sampah per hari.

54Jumlah tempat pemrosesan akhir sampah

di Indonesia yang diharapkan bisadigunakan hingga lebih dari tahun 2020.

120Jumlah bank sampah yang terdapat di

wilayah Jakarta pada tahun 2013. (Lihatartikel pada halaman 23.)

Jika ar kel utama dari edisi Prakarsa yang manapundikumpulkan, selalu terdapat se daknya satu pengamatanyang mencolok. Terkadang, yang mencolok adalah jargonyang rumit bagi pembaca awam, sebagaimana tampak dalamedisi bulan Juli 2013 mengenai Jalan Daerah, sehingga kamimengubah Pesan Editor menjadi sebuah glosarium. Terkadang,yang mencolok adalah kekuatan transforma f suatu strategitertentu, seper yang terjadi dalam edisi bulan Oktober 2012mengenai Hibah Berbasis Hasil.

Untuk edisi bulan Oktober 2013 dengan tema “manajemenpersampahan” (SWM, solid waste management ), gagasan yangmenonjol adalah peran pen ng yang harus dijalankan seluruh pemangku kepen ngan – dari pejabat ter nggi pemerintahanhingga pemulung – dalam memenuhi tantangan manajemen

persampahan di Indonesia.

Ini dak terjadi dalam semua sektor infrastruktur: meskikeikutsertaan berbagai macam pemangku kepen ngan selalubermanfaat, beberapa topik seper keselamatan penerbanganatau fungsi audit internal memerlukan keahlian ngkat nggiuntuk bisa dipahami secara penuh, sehingga para ahli teknisdan pejabat pemerintah cenderung memainkan peran yangmembayang-bayangi pemangku kepen ngan lainnya.

Mengapa manajemen persampahan berbeda? Kemungkinanbesar karena, meski dak semua di antara kita adalah ahlimanajemen persampahan, semua orang terlibat dalam sektorini dengan satu cara atau lain. Jika kita melepas dahaga dengansebotol air dalam kemasan plas k, atau menikma sebungkus

mi instan, kita sudah berkontribusi terhadap permasalahanpersampahan Indonesia. Jika kita mengompos sampah organikkita, menghindari membeli produk yang dibungkus secaraberlebihan, dan menggunakan produk daur ulang, kita sudahberkontribusi terhadap solusi persampahan Indonesia.

Komunitas lokal dan pemimpin mereka juga memainkan peranyang pen ng, baik itu kelompok perempuan yang membuatkerajinan tangan dari produk daur ulang maupun ketua RWyang mengejar visi lingkungan yang lebih bersih, lebih sehat(lihat “Dulu Dibuang Kini Jadi Uang” di halaman 23). Begitupula Pemerintahan Daerah, yang harus menganggarkandan mengawasi pengumpulan dan pembuangan sampah.Kerjasama regional antar Pemda memberikan harapan untukmenjawab kebutuhan akan Tempat Pembuangan Akhirterpadu (lihat “Memperkuat Lingkungan Kelembagaan untukManajemen Persampahan Perkotaan” di halaman 13). Di

ngkat ter nggi, Pemerintah Pusat harus menyediakan arahkebijakan dan kepemimpinan (lihat “Sebuah Tinjauan TentangSektor Manajemen Persampahan Indonesia” di halaman 4dan “Mengelola Sampah Perkotaan: Sebuah Sudut PandangPemerintah” di halaman 9). Juga jangan lupakan sektor swasta,yang dapat membuka jalan dalam mengembangkan teknologibaru (lihat “Membuka Jalan bagi Sektor Swasta untuk Terlibatdalam Pengelolaan Sampah di Perkotaan Indonesia” dihalaman 19).

Yang terakhir, akan terasa janggal bila kita mengesampingkanperan yang dimainkan oleh komunitas donor dan proyek-proyeknya – seper Prakarsa Infrastuktur Indonesia (IndII)yang didanai oleh AusAID. Dukungan teknis dan dukunganyang ditawarkan lembaga semacam ini mendorongterlaksananya manajemen persampahan yang lebih baik, dankontribusi yang diberikan IndII tampak nyata dalam ar kel-ar kel di jurnal edisi ini. • CSW

Pesan Editor

A n g k aInfrastruktur Dalam

33

Page 4: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 4/304

Prakarsa Oktober 2013

Sebuah Tinjauan Tentang Sektor ManajemenPersampahan Indonesia

Sektor persampahan di Indonesia amat rumit dan beragam. Untuk meningkatkan manajemenpersampahan di seluruh nusantara, Pemerintah Indonesia berperan dalam memberikandukungan teknis dan membuat standar. Selain itu, Pemerintah Pusat juga mendorongPemerintah Provinsi dan Kota, sektor swasta, serta masyarakat untuk menerapkan strategiyang lebih memperhatikan lingkungan. • Oleh Nigel Landon

Atas perkenan Nigel Landon

Diperkirakan sekitar 10–20 persen sampah Indonesia didaur ulang oleh masyarakat dan sektorswasta. Pada gambar di atas, seorang ibu dari Aceh berpartisipasi dalam program daur ulangpascatsunami yang diprakarsai oleh UNDP.

Indonesia adalah negara kepulauan yang luas dan beragam,terdiri dari 17.500 pulau dengan jumlah penduduk 250 jutayang tersebar di berbagai daerah mulai dari perdesaanterpencil hingga kota terbesar di Asia Tenggara, Jakarta, yangmemiliki jumlah penduduk lebih dari 10 juta.

Pengelolaan sampah dalam konteks ini sangat rumit danmemerlukan pendekatan berbeda guna menyesuaikan denganse ap lingkungan yang berbeda tersebut. Pengelolaan sampahdi Indonesia dapat dilihat sebagai suatu mikrokosmos sektormanajemen persampahan dunia, yang dapat menampilkanberbagai contoh dari hampir se ap tantangan yang dihadapinegara-negara lain. Walaupun kebijakan pengelolaansampah dirumuskan pada ngkat Pemerintah Pusat, padapelaksanaannya pengelolaan ini memerlukan keterlibatansemua pihak, mulai dari kelompok masyarakat ngkat desasampai Pemerintah Kabupaten, Provinsi, dan PemerintahPusat, serta sektor swasta.

Sta s k yang dapat diandalkan sulit ditemukan pada ngkatnasional, namun njauan umum mengenai sektor ini di pulau-pulau utama Indonesia dapat dilihat pada Gambar 1. Karena

ngginya populasi, pulau Jawa mengirim jauh lebih banyakvolume sampah ke tempat pembuangan akhir dibandingkandengan pulau lainnya.

Diperkirakan lebih dari separuh (56 persen) masyarakatIndonesia memiliki akses terhadap sistem pengangkutan danpembuangan sampah. Secara nasional, diperkirakan 38,5 jutaton sampah diproduksi se ap tahun. Angka ini setara dengansekitar setengah kilogram sampah per orang per hari. Volumedan komposisi sampah bervariasi berdasarkan daerah tempat

nggalnya apakah di daerah perdesaan atau di kawasanperkotaan. Secara umum, dapat dikatakan bahwa sampahdi kawasan perkotaan memiliki volume yang lebih nggi dankandungan organik yang lebih rendah. Sampah di Indonesiamemiliki kandungan organik yang nggi, seper dapat dilihatpada Gambar 2.

Page 5: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 5/305

Prakarsa Oktober 2013

Langkah-langkah dalamRantai PersampahanIndonesia telah memiliki sistempengelolaan sampah informal sejakbeberapa generasi lalu, yang hingga kinimasih beroperasi, terutama di daerahperdesaan yang tidak terjangkau olehpengangkutan sampah pemerintah.Pada umumnya sampah dibakar,ditimbun dalam tanah atau dibuangke sungai atau laut. KementerianLingkungan Hidup (KLH) memperkirakanpada tahun 2012 hanya terdapat 23,4persen sampah yang berhasil diangkutmelalui sistem pengelolaan sampahresmi dari pemerintah. Sisanya dibuangmelalui cara berikut:

• Di mbun dalam tanah (4,2 persen)• Diolah menjadi kompos (1,1 persen)

Pengelolaan Sampah dalam konteks Indonesia amat rumit. Kebijakan dirumuskan pada tingkat Pemerintah Pusat, tetapi dalampelaksanaannya memerlukan keterlibatan dari semua pihak mulai dari kelompok masyarakat desa hingga Pemerintah Kabupaten, Provinsi,dan Pemerintah Pusat serta sektor swasta.

Sebagian besar sampah di Indonesia secara tak resmi dibuang dengan cara ditimbun dalam tanah, dibuat kompos, dibakar, dibuang kesaluran, sungai atau laut, atau dibuang ke lokasi lain yang tidak sesuai dengan peruntukannya. Metode ini mengakibatkan penyumbatansungai dan saluran, mendatangkan hama, dan menyebabkan polusi pada air tanah, lapisan tanah, dan udara.

Rantai pengelolaan sampah meliputi masyarakat, sektor swasta, dan pemerintah, yang tidak selalu berhasil dalam menjalin kerjasama.Sampah rumah tangga dikumpulkan dari rumah atau dari tempat pengumpulan lokal yang ditetapkan oleh petugas dinas kebersihan ataupihak pengelola swasta; sampah ini kemudian diangkut ke tempat penampungan sementara atau Tempat Pemrosesan Akhir atau bahkandibuang begitu saja ke tempat yang tidak selayaknya.

Daur ulang sampah adalah sektor yang berkembang pesat. Sepuluh hingga dua puluh persen dari seluruh sampah (termasuk plastik, logam,kertas, karton tebal, kain, kaca, dan sampah organik) didaur ulang. Pemerintah Pusat secara aktif mendorong para pemangku kepentinganuntuk mengurangi, menggunakan kembali, dan mendaur ulang, serta menyediakan fasilitas pengolahan antara dan tempat pemilahan sampahbagi para pemulung di Tempat Pemrosesan Akhir.

Sebelumnya, pengelolaan sampah secara resmi melalui pemerintah dikelola secara terpusat oleh Kemen PU. Saat ini Pemerintah Daerahlahyang bertanggung jawab. Namun, pada umumnya, mereka mengalokasikan anggaran yang sangat kecil bagi pengelolaan sampah, dan memberiprioritas pada pembiayaan jalan atau pelabuhan yang dipandang lebih berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi.

Kemen PU saat ini tengah mendefnisikan ulang perannya dalam pengelolaan sampah pada tingkat nasional, dengan penekanan padapemberian saran dan dukungan teknis, serta penciptaan standar nasional. Prakarsa tingkat daerah yang didukung oleh Kemen PU pentingkarena dapat mendorong terciptanya pusat-pusat keunggulan ( centers of excellence) yang dapat menampilkan praktik-praktik yang baikdalam hal pengelolaan sampah bagi Pemerintah Provinsi dan Kabupaten.

Melalui UU No. 18/2008 mengenai Pengelolaan Sampah dan Peraturan Pemerintah no. 81/2012 mengenai Pengelolaan Sampah RumahTangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga, Pemerintah Indonesia menekankan pada prinsip mengurangi – menggunakan kembali –mendaur ulang, kerjasama antara badan usaha dan pemerintah, serta sistem dan teknologi pengelolaan sampah berstandar internasional.Meskipun Undang-Undang ini menetapkan tujuan yang ambisius untuk meniadakan pembuangan terbuka, tampaknya masih panjang jalanyang harus ditempuh sebelum tujuan ini tercapai.

Indonesia telah memiliki industri daur ulang sektor swasta yang telah berjalan dengan baik. Hingga 20 persen sampah plastik, logam kaca,kertas, ban, dan bahan-bahan lainnya telah dikumpulkan dan didaur ulang oleh perorangan sektor swasta dan UKM. Pendapatan yangdihasilkan dari bidang ini memiliki potensi yang sangat baik.

Lebih dari 60 persen sampah rumah tangga adalah organik. Pembuatan kompos memiliki berbagai manfaat, termasuk pengurangan produksigas rumah kaca, pengurangan volume sampah yang diangkut ke Tempat Pemrosesan Akhir, dan penyediaan kompos untuk kebun dan taman.KLH juga mendorong masyarakat melakukan daur ulang melalui pendirian bank sampah yang membantu masyarakat untuk mendapatpenghasilan melalui upaya daur ulang sampah.

Poin-Poin Utama:

Wilayah

Populasi

Juta

TotalSampah yang

Dihasilkan

Juta ton/tahun

Sampah yangdihasilkanper orang

kg/hari

Populasiyang dilayani

Juta

PengankutanSampahAktual

Juta ton/

tahun

Sampahdihasilkanyang dak

terangkut

Juta ton/tahun

Sumatera 49,3 8,7 0,48 23,4 4,13 4,57

Jawa 137,2 21,2 0,42 80,8 12,49 8,71

Bali & NusaTenggara

12,6 1,3 0,28 6 0,62 0,68

Kalimantan 12,9 2,3 0,49 6 1,07 1,23

Sulawesi &Papua 20,8 5 0,66 14,2 3,41 1,59

Total 232,8 38,5 0,45 130,4 21,72 16,78

Sumber: Statistik Persampahan Indonesia 2008, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) –Dari IndII SWM Scoping Study.

Gambar 1: Sta s k Nasional untuk Sampah yang Dihasilkan dan Pembuangannya

Page 6: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 6/306

Prakarsa Oktober 2013

• Dibakar (52,1 persen)• Dibuang di saluran pembuangan air, sungai, atau laut

(10,2 persen)• Dibuang di tempat lain yang dak sesuai dengan

peruntukannya (9 persen)

Sebelumnya, karena populasi yang dak terlalu padatdan kandungan organik yang nggi, metode tradisionalpembuangan sampah ini dak menimbulkan dampak yangsigni kan bagi lingkungan dan kesehatan. Namun, sejalandengan pertumbuhan Indonesia, terutama di kawasanperkotaan, serta semakin banyak kemasan modern yangdigunakan, maka permasalahan akibat pembuangansampah informal semakin meningkat. Masalah ini mencakuppenyumbatan sungai dan saluran akibat sampah; peningkatantumpukan sampah yang dibuang secara ilegal dan menjadi

daya tarik lalat dan binatang pengerat, serta menyebabkanpolusi pada air tanah dan lapisan tanah; dan polusi udara daripembakaran sampah.

Pengembangan rantai pengelolaan sampah melibatkankombinasi elemen masyarakat, sektor swasta, dan pemerintah.Elemen-elemen ini dak selalu berhasil menjalin kerjasamayang terkoordinir atau teratur.

Sampah rumah tangga dikumpulkan dari rumah atau daritempat pengumpulan sampah lokal (kontainer lengan-putar[roll-arm container ] atau bunker beton [ concrete bunkers ]).Pengangkutan dilakukan oleh tukang sampah setempat denganmenggunakan gerobak, atau oleh para pemulung. Pemulung

biasanya hanya mengambil sampah yang dapat didaur ulang(plas k, metal, kertas, atau kaca), atau, dengan bayaran

tertentu, mereka akan mengambil semua sampah rumahtangga tersebut. Tukang sampah setempat akan mengangkutsampah ke tempat penampungan sementara atau TempatPemrosesan Akhir untuk dipilah dan dibuang. Pengangkutansampah yang dilakukan oleh pihak swasta mungkin dakakan seterperinci ini. Didorong oleh kebutuhan untuk tetaphemat biaya, mereka akan mengangkut sampah dengan jarakseminimal mungkin dari lokasi pengambilan sampah tersebut.Bila memungkinkan, mereka akan membuang sampah padatempat penampungan sementara yang kemudian petugaslayanan sampah pemerintah akan mengangkut sampahtersebut. Namun, seringkali mereka hanya membuang sampahdi pinggiran kawasan desa atau kota, bahkan dibuang kesungai atau saluran pembuangan.

Seiring berkembangnya layanan pengangkutan sampah olehsektor swasta setempat, daur-ulang sampah merupakansektor yang tumbuh pesat bagi masyarakat dan sektorswasta di Indonesia. Diperkirakan 10–20 persen dari semuasampah didaur ulang oleh masyarakat dan sektor swasta.Sampah tersebut mencakup plastik, logam kertas, kartontebal, kain, kaca, serta sampah organik untuk kompos danpakan ternak. Pemerintah secara aktif mendorong partisipasimasyarakat dan sektor swasta dalam mendaur ulang sampahmelalui program nasional 3R dan penyediaan fasilitaspengolahan antara dan tempat pemilahan sampah bagi parapemulung di Tempat Pemrosesan Akhir. (Lihat “MembukaJalan bagi Sektor Swasa untuk Terlibat dalam PengelolaanSampah di Perkotaan Indonesia” pada halaman 19 edisi iniuntuk informasi lebih lanjut).

Pembuangan akhir sampah terjadi di Tempat PemrosesanAkhir yang dimiliki dan dikelola oleh lembaga pemerintah.Sebelumnya, pengelolaan sampah secara resmi melaluipemerintah dikelola secara terpusat oleh KementerianPekerjaan Umum (Kemen PU). Seluruh perencanaan,perancangan, dan pembangunan Tempat Pemrosesan Akhir,tempat penampungan sementara, dan fasilitas sampah lain diseluruh Indonesia ditangani secara terpusat.

Namun, setelah desentralisasi pada tahun 1999, tanggung jawab pengelolaan sampah dialihkan kepada provinsi dankabupaten. Hal ini diresmikan melalui UU No. 32/2004mengenai Pemerintahan Daerah, dengan rincian mengenaitugas dan tanggung jawab Pemerintah Provinsi danPemerintah Kabupaten/Kota yang melipu seluruh sektor,termasuk pengendalian lingkungan hidup. Perubahan inimengakibatkan adanya suatu fase transisi Pemerintah Provinsi,dan Kabupaten/Kota dalam mengembangkan pengetahuandan kapasitas guna mengelola sampah.

Saat ini, anggaran provinsi dan kabupaten rata-rata hanyamengalokasikan 2 persen untuk pengelolaan sampah. Danseringkali komponen anggaran ini merupakan kombinasidengan kebutuhan lain, seper pemeliharaan taman kota.Lima puluh enam persen dari seluruh rakyat Indonesiamemiliki akses terhadap layanan pembuangan sampah,meningkat hanya 2 persen sejak tahun 2010. Terdapat suatupersepsi di kalangan Pemerintah Kabupaten dan PemerintahDaerah bahwa pengelolaan sampah dak memberikan

Bahan organik yangdapat menjadi kompos

65%

Kertas13% Kayu,

bambu3%

Kain1%

Karet/Kulit1%

Plas k11%

Logam1%

Pasir,Keramik,

Abu1%

Kaca1%

Lain-lain3%

Gambar 2: Komposisi Sampah di Indonesia

Sumber: Kementerian Pekerjaan Umum, 1989

Page 7: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 7/307

Prakarsa Oktober 2013

kontribusi langsung terhadap pertumbuhan ekonomi ( dakseper jalan, pelabuhan, dan lain-lain) sehingga dak perlumenjadi prioritas dalam proses anggaran.

Kurangnya penekanan terhadap pembangunan infrastrukturTempat Pemrosesan Akhir baru serta pembelian peralatantransportasi dan operasional menghambat pengembanganpengelolaan sampah yang efektif. Kapasitas kelembagaanmasih lemah. Kualitas Tempat Pemrosesan Akhir dan sistempengangkutan sampah sangat tergantung pada kualitaspengelolaan, pemeliharaan, dan pengembangannya. Otoritasyang terkait sanitasi kabupaten dan provinsi seringkalikekurangan pegawai ataupun pengetahuan teknis danpelatihan. Selain itu, sering terjadi pergantian staf antar

kantor dinas (seringkali tanpa memperhatikan latar belakangteknis staf tersebut) sehingga pengetahuan yang diperolehlembaga pemerintahan tersebut pun lenyap bersama denganstaf yang telah dilatih.

Kemen PU saat ini tengah mende nisikan ulang perannyadalam pengelolaan sampah pada ngkat nasional denganpenekanan pada pemberian saran dan dukungan teknis,serta penciptaan standar nasional. Staf Kemen PU memilikipengetahuan sangat luas tentang standar dan teknik modernuntuk pengangkutan sampah,pengolahan, dan pembangunanTempat Pemrosesan Akhirterpadu. Kini, mereka perlumenemukan suatu cara untukmelakukan alih pengetahuansecara efek f kepada provinsi dankabupaten di seluruh Indonesia.Staf pemerintah di ngkat nasionalmasih dapat terlibat langsungdalam berbagai prakarsa di daerahmanapun yang memerlukanpengelolaan sampah lintas-provinsi dan mengkombinasikankebutuhan-kebutuhan berbagai kota dan kabupaten terkaitsampah. Sebagai contoh, pendekatan tersebut telah atautengah diterapkan di Blang Bintang (Aceh), Yogyakarta,Bandung, Makassar, Bantar Gebang (Jakarta), dan Tangerang.Dalam hal ini, Kemen PU dapat menyediakan dukunganterkait dengan perancangan dan pembangunan sistem daninfrastruktur pengelolaan sampah. Kemen PU menganggaplokasi-lokasi ini pen ng, karena dapat menjadi pusat-pusatkeunggulan ( centres of excellence ) yang dapat menampilkanprak k-prak k yang baik dalam hal pengelolaan sampah bagiPemerintah Provinsi dan Kabupaten.

Undang-Undang dan Peraturan BaruSeiring dengan pengalihan tanggung jawab yang lebih besarkepada Pemerintah Provinsi dan Kabupaten untuk mengelolapersampahan, Pemerintah Indonesia telah menerbitkan UUno. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah, yang merupakanundang-undang pengelolaan sampah pertama yangkomprehensif di Indonesia. Penerbitan UU tersebut baru-baruini diiku dengan diterbitkannya Peraturan Pemerintah no.81/2012 tentang Pengelolaan Sampah Rumah Tangga danSampah Sejenis Sampah Rumah Tangga. Undang-Undang ini

pada dasarnya mengatur pengumpulan, pengolahan, danpemrosesan akhir sampah rumah tangga dalam berbagaibentuk. Berdasarkan Undang-Undang ini, sampah terdiri atas

ga kategori: sampah rumah tangga, sampah sejenis sampahrumah tangga, dan sampah spesi k. 1 Undang-Undang ini jugamelipu sampah komersial dan sampah berbahaya (termasuksampah medis). Undang-undang dan peraturan lingkunganlainnya juga melipu sampah medis, industri, dan berbahaya.

Tujuan dari Undang-Undang no. 18/2008 adalah untukmeningkatkan kesehatan masyarakat dan kualitas lingkunganserta menjadikan sampah sebagai sumber daya. Undang-Undang ini juga menekankan pada kebijakan 3R ( Reduce –Mengurangi, Reuse –Menggunakan kembali, Recycle –Mendaur

ulang) pemerintah. Sehubungan dengan hal tersebut, Undang-Undang ini dengan jelas menyatakan bahwa pengelolaansampah adalah tanggung jawab bersama dari berbagai pihak – perorangan, masyarakat, pelaku usaha, dan pemerintah.Untuk itu, pasal 26 dan 27 Undang-Undang ini mendorongterciptanya kemitraan antara badan usaha dan pemerintah.

Pasal 8 Undang-Undang ini juga memberi kewenangan bagiPemerintah Daerah untuk memfasilitasi kemitraan dan jejaringantar daerah dalam pengelolaan sampah. (Hal ini termasuk

melakukan mediasi dalam penyelesaian perselisihan antarkabupaten/kota). Namun, saat ini hanya terdapat petunjukteknis (Juknis) untuk membantu Pemerintah Provinsi membuatsistem pengelolaan Tempat Pemrosesan Akhir daerah. Belumada panduan yang jelas mengenai sistem kelembangaanyang dapat memungkinkan penerapan upaya ini. Dari 18Tempat Pemrosesan Akhir daerah yang saat ini dalam tahapperencanaan, terdapat beberapa pendekatan berbeda dalampendirian lembaga yang berwenang dalam pengelolaansampah, termasuk UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah),Badan, dan Sekber (Sekretariat Bersama).

UU Pengelolaan Sampah bertujuan untuk mendorongterciptanya sistem dan teknologi pengolahan sampahyang ramah lingkungan berstandar internasional. UU inimenetapkan target yang cukup ambisius yaitu menutup semuatempat pembuangan terbuka atau memiliki rencana perbaikandan penutupan dalam waktu satu tahun. Dalam waktu limatahun, semua tempat pembuangan terbuka akan ditutup ataudiperbaiki menjadi Tempat Pemrosesan Akhir terpadu. Tenggatwaktu untuk mencapai tujuan ini adalah tahun 2013. Tampak jelas bahwa perjalanan masih cukup jauh.

Sudah sejak lama Indonesia telah menciptakan sistempengelolaan sampah secara informal, dan masihberoperasi hingga kini, terutama di daerah perdesaanyang tidak terjangkau oleh pengangkutan sampahpemerintah. Pada umumnya sampah dibakar, ditimbundalam tanah atau dibuang ke sungai atau laut.

Page 8: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 8/308

Prakarsa Oktober 2013

3R, Tujuan dan KenyataanSementara kesadaran poli k mengenai kebutuhan untukmemprioritaskan pengelolaan sampah masih perluditumbuhkan, demikian pula halnya dengan pengetahuanmasyarakat terkait pengolahan dan pengelolaan sampah.Sebagian besar masyarakat Indonesia tumbuh dengankebiasaan membuang sampah ke sungai atau di tepi jalan,atau membakar sampah di pinggir jalan atau kebun belakangrumah. UU Pengelolaan Sampah sangat menekankan 3R, tetapipendekatan ini hanya dapat berjalan apabila hal ini dipahamidan diterima oleh masyarakat setempat. Pemerintah Indonesiatelah berupaya meningkatkan kesadaran masyarakat akankebutuhan pengelolaan sampah melalui program peningkatankesadaran masyarakat TPS (Tempat Pengolahan Sampah)3R atau Tempat Pengolahan Sampah Terpadu yang berbasismasyarakat dan telah berjalan sejak tahun 2007.

UU Pengelolaan Sampah juga bertujuan untuk mendorongpemanfaatan sampah rumah tangga sebagai suatu sumberdaya. Dalam hal ini, Indonesia memiliki industri daur ulangsektor swasta yang telah berjalan dengan baik. Hinggasekitar 20 persen sampah plas k, logam, kaca, kertas, ban,dan material lain telah dikumpulkan dan didaur ulang olehperorangan maupun Usaha Kecil dan Menengah (UKM) darikalangan swasta. Pendapatan yang dihasilkan dari pekerjaanini memiliki potensi yang sangat baik. Proyek peningkatanmata pencaharian pengelolaan sampah UNDP baru-baru inimembentuk 220 UKM yang menghasilkan pendapatan sebesarlebih dari US$ 6 juta dalam waktu dua tahun beroperasi.

Lebih dari 60 persen sampah rumah tangga adalah sampahorganik. Pemerintah telah mendorong pembuatan kompos dari

sampah rumah tangga melalui program pembuatan komposmasyarakat dan melalui program pembuatan kompos ngkatkabupaten yang diprakarsai oleh KLH. Pembuatan komposmemiliki berbagai manfaat termasuk pengurangan produksigas rumah kaca, pengurangan volume sampah yang diangkutke Tempat Pemrosesan Akhir (mengurangi biaya operasi danmeningkatkan umur pemakaian lokasi tersebut), dan tentu sajapenyediaan kompos untuk kebun dan taman.

KLH juga mendorong masyarakat untuk melakukan daurulang melalui pembangunan Bank Sampah yang membantumasyarakat untuk mendapatkan penghasilan melalui upayadaur ulang sampah mereka. Prakarsa ini didukung olehPeraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup no. 13/2012,

yang menetapkan pedoman pelaksanaan 3R melalui BankSampah. Sampai dengan bulan Desember 2012, KLH telahmendukung pembangunan 1.195 Bank Sampah di 55 wilayahdan kota di Indonesia.

Prakarsa Bank Sampah telah berhasil melibatkan lebih dari96.200 individu “penabung sampah” ( waste savers ) yangsecara bersama-sama telah berhasil memperoleh sekitar Rp15,1 miliar. Total sampah non-organik yang diproses padaBank Sampah telah mencapai sekitar 2.262 ton per bulan.Dua Bank Sampah – satu di Semper Barat, Tanjung Priok,Jakarta Utara dan satu di Tomang, Jakarta Barat – dapat dilihatpada “Dulu Dibuang Kini Jadi Uang” di halaman 23. Upayasemacam inilah, bersama dengan kesadaran masyarakat yangmeningkat, kapasitas Pemerintah Daerah yang lebih kuat, daninvestasi sektor swasta yang berhasil, yang memungkinkanIndonesia dapat menangani dengan lebih baik tantangan besaryang muncul terkait dengan sampah. n

CATATAN1. “Sampah rumah tangga” dide nisikan sebagai sampah yang berasal

dari kegiatan sehari-hari rumah tangga, dak termasuk nja dansampah spesi k. “Sampah sejenis sampah rumah tangga” adalahsampah yang berasal dari kawasan komersial, kawasan industri,kawasan khusus, fasilitas sosial, fasilitas umum, dan/atau fasilitaslainnya. “Sampah spesi k” mencakup: sampah yang mengandungbahan berbahaya dan beracun; sampah yang mbul akibat bencana;

puing bongkaran bangunan; dan sampah yang secara teknologibelum dapat diolah.

Tentang penulis:Nigel Landon adalah Country Director of EnviroSolu ons & Consul ng,Indonesia, ditempatkan di Jakarta. Dengan pengalaman kerja padasektor air, pertanian, dan lingkungan sejak 1995, pertama kali sebagaiinsinyur irigasi dan kemudian sebagai tenaga ahli pengelolaansampah, Landon memiliki pengalaman yang luas dalam bekerja padaproyek lingkungan dan pengelolaan sampah baik di Indonesia maupundi kawasan internasional. Ia pernah bekerja pada sektor swasta, bagiperusahaan konsultan besar dalam bidang pertanian, lingkungan, danpengembangan, serta pada sektor donor dengan Bank Dunia, KfW,ADB dan UNDP. Landon telah bekerja di Indonesia selama sebelastahun, sembilan tahun di antaranya di Aceh sebagai kepala ProgramPengelolaan Limbah Tsunami UNDP (UNDP Tsunami Recovery WasteManagement Programme [TRWMP]). Selain itu, ia pernah bekerjapada berbagai proyek di Pakistan, Libya, Eritrea, Albania, dan Inggris.

Gender, Inklusivitas Sosial, danPengelolaan Sampah

Setiap individu dalam masyarakat memiliki perandalam pengelolaan sampah, terutama terkait 3Ryaitu reducing (mengurangi), reusing (menggunakankembali), dan recycling (mendaur ulang). Namunperempuan hamil, anak-anak, kelompok manula dankelompok rawan lainnya dapat sangat rentan terhadappenyakit yang diakibatkan penanganan sampah yangtidak layak ( trash-borne illnesses ). Perempuan seringterkait erat dengan pembuangan sampah dalampekerjaan rumah tangga mereka. Dan dalam banyakkasus, kelompok perempuan diposisikan khusussebagai kelompok yang dapat memberikan kontribusisignifikan guna meningkatkan kesadaran masyarakat,mengembangkan pemberdayaan masyarakat, danmempraktekkan 3R. Dengan memanfaatkan kapasitasini dan mendorong keterlibatan perempuan dan laki-laki, prakarsa pemerintah dapat meningkatkan dampakpositif yang mereka tularkan kepada masyarakat.

Page 9: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 9/309

Prakarsa Oktober 2013

Mengelola Sampah Perkotaan di Indonesia,Sebuah Sudut Pandang Pemerintah

Dalam sejarah, pengelolaan Sampah Perkotaan di Indonesia dak diuntungkan oleh pendanaanyang dak memadai dan komitmen yang rendah di ngkat daerah. Namun, sebuah paradigmabaru yang memper mbangkan seluruh langkah dalam pembentukannya dan pemrosesansampah, dan bukan hanya menangani tahapan akhir semata, mulai mengubah pengelolaansampah. • Oleh Ir. Djoko Mursito, Dipl. SE., MM; Terra Prima Sari; dan Sandhi Eko Bramono

Atas perkenan Mott MacDonald

Pengelolaan Sampah Perkotaan semakin meninggalkan pendekatan “ end-of-pipe ” yang hanya berfokus

pada apa yang terjadi di TPA. Dalam foto dari Manado ini, tampak pemulung bekerja keras mengambilpendekatan yang terorganisir baik dalam memilah sampah dan menyelamatkan benda-benda yangmasih memiliki nilai ekonomis.

Indonesia, seper halnya negara berkembang lain,menghadapi masalah serius dalam hal pengelolaan sampahperkotaan (MSW, Municipal Solid Waste ). Seiring denganbertumbuh pesatnya Indonesia meningkat pula standarhidup, sampah perkotaan yang dihasilkan pun dalam jumlahyang jauh lebih besar. Sayangnya, peningkatan jumlahsampah perkotaan dak sejalan dengan pengelolaan sampahperkotaan yang layak.

Dengan dikeluarkannya UU no. 32/2004 tentang OtonomiDaerah, dan PP no. 38/2007 tentang Pembagian UrusanPemerintahan antara Pemerintah Pusat, PemerintahanDaerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota,tanggung jawab penanganan sampah perkotaan dialihkan dariPemerintah Pusat ke Pemerintahan Daerah (Pemda), denganharapan bahwa e siensi dan efek vitas pengelolaan sampahperkotaan akan meningkat.

Namun, catatan menunjukkan bahwa meski terdapat duaregulasi tersebut, kinerja pengelolaan sampah perkotaan

belum meningkat secara signifikan. Masalah yang palingpenting adalah rendahnya komitmen dari Pemda untukmemprioritaskan sanitasi. Kurangnya komitmen ini berakardari kurang memadainya sumber daya manusia (SDM),alokasi dana, dan tak adanya pengaturan kelembagaanyang tepat untuk menangani sistem pengelolaan sampahperkotaan di tingkat kota/kabupaten. Situasi ini diperburukoleh rendahnya tingkat kesadaran di masyarakat, sertatak adanya penegakan hukum guna mencapai pengelolaansampah perkotaan yang layak. Mengubah ParadigmaTi k balik Indonesia atas pengelolaan sampah perkotaanadalah peris wa tanah longsor di Tempat Pembuangan Akhir(TPA) Leuwigajah di Bandung, Jawa Barat, pada tahun 2005.Proses pembuangan terbuka yang dak tepat menyebabkanbencana longsor tanah dan sampah, mengakibatkan kema an

Page 10: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 10/3010

Prakarsa Oktober 2013

Gambar 1: Paradigma tentang Pengelolaan Sampah

PARADIGMA BARU

3R KURANGI(REDUCE )

SAMPAH

SISA

PENGANGKUTAN

TPA TERPADU

GUNAKANKEMBALI(REUSE )

DAUR ULANG(RECYCLE )

PARADIGMA LAMA

SAMPAH

PENGUMPULAN

PENGANGKUTAN

PEMBUANGAN

141 jiwa di daerah sekitarnya.Insiden tragis ini menjadi penggugahkesadaran, menarik perhatianmasyarakat dan pemerintah terhadappentingnya pengelolaan sampahperkotaan yang layak.

Setelah bencana longsor tersebut,Pemerintah Indonesia meningkatkanfokus pada peraturan pengelolaansampah perkotaan. Pada tahun 2008, UUno. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampahakhirnya disahkan. Bu r-bu r pen ng didalam UU ini mencakup:

• Pengelolaan sampah perkotaanyang layak harus menangani jumlahsampah perkotaan yang dihasilkandan potensi untuk mengurangipolusi, terutama di sumbernya.

• Pada tahun 2013, TempatPemrosesan Sampah Terpadu-ReuseSanitary Land ll (TPST-RSL) harus

Poin-Poin Utama:Dengan semakin bertumbuh pesat dan meningkatnya standar hidup di Indonesia, negeri ini menghasilkan tingkat SampahPerkotaan (MSW, Municipal Solid Waste) yang semakin tinggi. UU no. 32/2004 dan PP no. 38/2007 telah mengalihkan tanggung

jawab penanganan sampah perkotaan dari Pemerintah Pusat ke Pemerintahan Daerah (Pemda). Meski terdapat prakarsa ini,kinerja pengelolaan sampah perkotaan belum meningkat secara signifkan, karena kurangnya komitmen Pemda yang berakardari kurang memadainya sumber daya manusia (SDM), alokasi dana, dan tak adanya pengaturan kelembagaan yang tepat.Situasi ini diperburuk oleh rendahnya tingkat kesadaran di masyarakat, dan tak adanya penegakan hukum.

Tanah longsor di TPA Leuwi Gajah di Bandung, Jawa Barat, pada tahun 2005, yang menewaskan 141 orang karenapembuangan terbuka yang tidak layak, menjadi penggugah kesadaran, menarik perhatian masyarakat dan pemerintahterhadap pentingnya pengelolaan sampah perkotaan yang layak. Paradigma pengelolaan sampah perkotaan telah diubah daripendekatan “ end-of-pipe” menjadi pendekatan “kurangi di sumber” ( reduction at the source ). Alokasi dana juga ditingkatkan.Kementerian Pekerjaan Umum, yang terutama bertanggung jawab terhadap pengaturan, bimbingan teknis, serta pemantauan& evaluasi sektor sampah perkotaan, sudah berupaya untuk terus meningkatkan dan melakukan revitalisasi infrastruktursampah perkotaan yang ada di tingkat kota dan kabupaten. Dana dari APBN dimaksudkan untuk menjadi pemicu bagi Pemdauntuk mengalokasikan porsi anggaran yang lebih besar untuk sektor sanitasi.

Pemerintah Indonesia juga telah menandatangani perjanjian internasional mengenai pengurangan gas rumah kaca dari sektorsampah perkotaan.

Sebagaimana ditetapkan dalam UU no. 18/2008, pengelolaan sampah perkotaan mencakup pengurangan sampah danpenanganan sampah. Sektor industri juga diwajibkan mengurangi hasil sampah sejak tahapan paling awal produksi.

Konsep mengurangi sampah juga diintegrasikan di setiap tingkat penanganan sampah, dari sumber hingga TPA, di tingkatperumahan, masyarakat, kota/kabupaten, dan provinsi.

Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Kementerian Pekerjaan Umum akan terus meningkatkanpengelolaan sampah dengan cara membangun kapasitas SDM yang terlibat di pengelolaan sampah Pemda dan denganmeningkatkan kesadaran di cabang-cabang eksekutif dan legislatif mengenai pentingnya pengelolaan sampah perkotaan.

Page 11: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 11/3011

Prakarsa Oktober 2013

dioperasikan dengan layak dan dakmenggunakan proses pembuanganterbuka ( open dumping ).

Pendek kata, paradigma pengelolaansampah perkotaan telah diubah daripendekatan “ end-of-pipe ” menjadipendekatan “pengurangan darisumber” ( reduc on at the source )yang memaksimalkan peluang untukmengurangi jumlah sampah perkotaandan polusi yang disebabkannya, dengancara memeriksa se ap langkah dariproses yang ada, dan bukan hanya

melihat apa yang terjadi di TPAterpadu (lihat Gambar 1). Penerapanregulasi sampah perkotaan juga telahberakibat pada peningkatan alokasidana ke sektor ini, termasuk di dalamAnggaran Pendapatan dan BelanjaNegara (APBN). Kementerian PekerjaanUmum (Kementerian PU), yang terutamabertanggung jawab terhadap pengaturan,bimbingan teknis, serta pemantauan &evaluasi sektor sampah perkotaan, sudahberupaya untuk terus meningkatkandan melakukan revitalisasi infrastruktursampah perkotaan yang ada di ngkatkota dan kabupaten. Secara khusus APBNtelah memprioritaskan alokasi anggaranuntuk sektor sampah perkotaan,termasuk program-program seper :

• Program percontohan untuk sarana3R (Reduce, Reuse, Recycle ) berbasismasyarakat

• Program percontohan untuk StasiunPeralihan Antara (SPA)

• Program percontohan untuk TempatPengolahan Sampah Terpadu (TPST)

• Pengembangan dan/atau revitalisasiTPA terpadu

Meski demikian, alokasi dana dari APBNdimaksudkan untuk memicu Pemda agarmengalokasikan porsi yang lebih besardari anggaran mereka untuk sektorsanitasi, sebagaimana diwajibkan secarahukum, karena pengelolaan sampahperkotaan telah menjadi tanggung jawab Pemda.

Konsep Pengelolaan Sampah PerkotaanSelain mengesahkan UU no. 18/2008dan peraturan yang menyertainya

(PP no. 81/2012), yang menjadi dasarhukum bagi pengelolaan sampahperkotaan di Indonesia, PemerintahIndonesia juga menandatanganiperjanjian internasional mengenai

pengurangan gas rumah kaca darisektor sampah perkotaan. Keppres no.11/2011 menyatakan bahwa selamaperiode tahun 2010–2020, PemerintahIndonesia akan mengurangi emisi gasrumah kaca sampai dengan 0,048Gton CO 2(eq) (setara gigaton karbondioksida) melalui tindakan unilateral,dan 0,078 Gton CO 2(eq) dengan dukunganinternasional (lihat Gambar 2).

Sebagaimana ditetapkan dalam UUno. 18/2008, pengelolaan sampahperkotaan mencakup baik pengurangan

sampah maupun penanganan sampah.

Menurut UU tersebut, sektor industri,dalam hal ini industri penghasil barang, juga diwajibkan mengambil langkah-langkah untuk mengurangi terjadinyasampah sejak tahap paling awal produksi.Persyaratan ini dapat diterapkan melaluibeberapa ndakan, seper PerluasanTanggung Jawab Produsen (sebuahstrategi yang mengintegrasikan biayalingkungan ke dalam harga beli akhirbarang) dan mengembangkan teknologikemasan yang lebih ramah lingkungan.

Konsep pengurangan limbah juga

diintegrasikan pada se ap ngkat

Gambar 2: Konsep Pengelolaan Limbah Padat

UU NO. 18/2008 PP NO. 81/2012

PENGURANGANSAMPAH

PEMISAHAN SAMPAH

TPST, TPA

TPS 3R

TINGKATRUMAH TANGGA

TINGKAT MASYARAKAT

TINGKAT KOTA

TINGKAT KOTA

TINGKAT KOTA

TINGKAT MASY.DAN KOTA

TINGKAT RT, MASY.,KOTA

TINGKAT MASYARAKAT

TINGKAT MASYARAKATPENGANGKUTAN SAMPAH

STASIUN PERALIHANANTARA

STASIUN PERALIHANANTARA

STASIUN PERALIHANANTARA

TPS 3R, TPST, TPA

TPS 3R, TPST, TPA

TPS 3R, TPST, TPA

PEMADATAN

PENGOMPOSAN

PEMULIHAN MATERIAL

PEMULIHAN ENERGI

TEMPAT PEMBUANGANTERKENDALI

TEMPAT PEMBUANGANAKHIR

PENGOLAHAN MENENGAH

PENGOLAHAN AKHIR

Pencegahan Emisi GRK

Sarana 3R BerbasisMasyarakat (TPS 3R)

Stasiun Peralihan Antara(SPA)

Tempat PembuanganSampah Akhir(TPA Terpadu)

Tempat PengolahanSampah Terpadu

(TPST)

Penanganan Emisi GRK

PENGUMPULAN SAMPAH

PENANGANANSAMPAH

• UU no. 32/2009• UU no. 7/2004• PP no. 16/2005• Permen PU no. 03/2013

TINGKAT KOTA

TINGKAT PROV.:DUA KOTA ATAU LEBIH

Program dari Kementerian PU untuk Sampah Padat

• Perluasan TanggungJawab Produsen (PTJP)

• Teknologi Kemasan

PERUBAHAN IKLIM

• 26% berdasarkan ndakan unilateral (TU)• 41% dengan dukungan internasional (DI)Sektor persampahan: 0,048 Gton = 1,63%(TU) 0,078 Gton = 2,69% (DI)

TINGKAT MASY.DAN KOTA

TINGKAT MASY.

DAN KOTA

Page 12: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 12/3012

Prakarsa Oktober 2013

penanganan sampah, dari sumber hinggaTPA (lihat Gambar 3).

Di sumber atau ngkat perumahan ,sasarannya adalah meminimalisirkuan tas sampah yang dihasilkan rumahtangga. Ini bisa dicapai dengan carameningkatkan kesadaran lingkunganpada masyarakat melalui kampanye

yang dilakukan terus-menerus mengenaipen ngnya pengelolaan sampah yanglayak dan digalakkannya penerapanprogram 3R.

Di tingkat masyarakat , fokuspengelolaan sampah adalahmenggunakan program 3R untukmengurangi volume sampah. Volumeyang berkurang mengoptimalkan biayaangkut dan masa guna TPA. PemerintahIndonesia sedang mengembangkansarana 3R berbasis masyarakat (TPS3R) sebagai salah satu strategi untuk

mengurangi volume sampah.

TINGKAT TUJUAN PENDEKATAN CAKUPAN KERJA PROGRAM

PROVINSI • Pengelolaan sampahperkotaan antar-Pemda

• Membangunpengelolaan sampahperkotaan regional

• Sarana pengolahansampah perkotaan

• TPA Daerah

• Program terpaduantar-Pemda

PEMERINTAH DAERAH(KOTA/KABUPATEN)

• Peningkatan aksesdan kualitas layananpublik sampahperkotaan untukmencapai standarlayanan minimumagar meningkatkankualitas kesehatanpublik danperlindungan

lingkungan hidup

• Pengembanganaksesibilitasdan kualitaslayanan dalam halpengelolaan sampahperkotaan

• Pengembangansanitary land ll

• Dukungan teknisterkait peningkatansistem pengelolaansampah perkotaan

• Pemfasilitasianpeningkatan sistemsampah perkotaandi

ngkat kota/

kabupaten

• ProgramPembangunanInfrastruktur KotaTerpadu (P3KT)

• ADIPURA (programyang sejak 1986mendorong kota-kota Indonesia untukmenjadi bersih danteduh)

MASYARAKAT • Penguranganvolume sampahperkotaan di ngkatmasyarakat gunamengop malkanpengangkutan danmemperpanjangmasa guna TPA

• Pengurangan volumesampah perkotaanmelalui Program 3R(Kurangi – Reduce ,Gunakan Ulang –Reuse , Daur Ulang – Recycle )

• Sarana 3R berbasisMasyarakat

• Pengumpulan danPengangkutansampah perkotaan

• Perumahan ( realestate )

• Sarana pengolahansampah perkotaanterpadu

SUMBER/RUMAH TANGGA

• Peningkatan upayapemulihan materialsampah perkotaanmelalui pemisahandi sumber,pengomposan, danpendauran ulang

• Mendorongpengurangansampah perkotaandari sumber melaluipemberdayaanmasyarakat

• Pendidikanlingkungan hidupsejak dini melaluikurikulum sekolah

• Kampanyepengurangansampah perkotaandari sumber

• Mendorongpenerapan program3R

• Proyek percontohanSarana 3R

• Kota Hijau danBersih

Gambar 3: Arah Pengelolaan Sampah Perkotaan Nasionaldan Pengembangan Infrastruktur

Di ngkat kota/kabupaten , tujuan utamapengelolaan sampah perkotaan adalahmeningkatkan akses terhadap layanansampah dengan harapan meningkatkankualitas kesehatan publik danperlindungan lingkungan hidup. Di ngkatini, dana Pemerintah Indonesia, yangdimaksudkan sebagai s mulan untukdana daerah, dapat dialokasikan untuk:

• Membangun SPA percontohandi daerah perkotaan/kabupatendengan produksi sampah yangmelebihi 20 ton/hari dengan jarakTPA lebih dari 25 km. Tujuan utamapembangunan SPA adalah untukmenjadikan pengangkutan sampahke TPA lebih efisien.

• Membangun TPST percontohan,misalnya, Fasilitas Pengolahan Antara(ITF, Intermediate Treatment Facility )yang menggunakan sistem anaerobikdan/atau aerobik. Tujuan utama ITF

adalah untuk meminimalkan volumedan potensi polusi dari sampahsebelum masuk ke TPA.

• Membangun atau merehabilitasi TPA.Dana Pemerintah Indonesia dapatdialokasikan untuk membanguninfrastruktur perlindungan lingkunganhidup primer (seper pelapis,sistem pengumpulan lindi dan gas,tempat pengelolaan lindi, sistemdrainase, dan sistem jalan di dalamTPA terpadu) sementara saranaselebihnya dapat dibiayai olehPemda.

Pengoperasian dan pemeliharaan se apsarana yang dibangun dengan dana

Pemerintah Indonesia untuk pengelolaansampah perkotaan harus menjaditanggung jawab penuh Pemda.

Untuk menjadikan pengelolaan sampahperkotaan lebih e sien dan efek f,dua kota/kabupaten atau lebih bisamemadukan pengelolaan sampahperkotaan mereka dan membuangsampah perkotaan mereka di satulokasi TPA daerah. Di ngkat regional ini, kesepahaman dan kerjasama yangbaik antar Pemda dan dukungan dariPemerintah Provinsi maupun Pusatmerupakan faktor-faktor pen ng demikeberhasilan sebuah program terpadu.

Tantangan di Masa DepanBersamaan dengan pengembanganinfrastruktur di sektor sampah, DirektoratPengembangan Penyehatan LingkunganPermukiman di Kementerian PU akanterus meningkatkan pengelolaansampah perkotaan, baik dengan caramembangun kapasitas SDM yang terlibatdalam pengelolaan sampah perkotaanPemda maupun meningkatkan kesadarandi ngkat ekseku f dan legisla fmengenai pen ngnya pengelolaansampah perkotaan. Hal ini pen ng untukmenjadikan sektor sanitasi, terutamasampah, prioritas dalam pendanaan.Hanya dengan menjamin adanya sumberdaya manusia dan modal yang memadai,pengelolaan sampah perkotaan di se apkota dan kabupaten Indonesia akanterjamin kelayakannya. n

Tentang para penulis:Ir. Djoko Mursito, Dipl. SE., MM, adalahDirektur Pengembangan Penyehatan

Lingkungan Permukiman di KementerianPekerjaan Umum. Terra Prima Sari dan SandhiEko Bramono merupakan staf DirektoratPengembangan Penyehatan LingkunganPermukiman.

Page 13: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 13/3013

Prakarsa Oktober 2013

Memperkuat Lingkungan Kelembagaan untukManajemen Persampahan Perkotaan

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk meningkatkan manajemen persampahan, dansedang menjalankan berbagai strategi termasuk unit kerja layanan masyarakat, kerjasamadaerah, penguatan lembaga, dan pembangunan kapasitas. • Oleh Joel Friedman

Kota-kota di Indonesia berjuang menangani sampah mereka.Diperkirakan 80.000 ton sampah dihasilkan se ap hari, dandari jumlah tersebut hanya 34.000 ton diangkut dan dibuang diTempat Pembuangan Akhir (TPA) yang dirancang dan dikeloladengan layak. Sampah yang dak terangkut dibakar secaraterbuka, yang dengan demikian berkontribusi terhadap polusi

udara, atau dibuang secara sembarangan, sehingga menyumbatdrainase dan sistem pembuangan air limbah serta menjaditempat berkembang-biaknya vektor penyakit.

Tantangan di bidang persampahan diperkirakan akanmeningkat pada tahun-tahun yang akan datang. Sekitar 50persen penduduk Indonesia nggal di daerah perkotaan, dansemua perkiraan menunjukkan bahwa persentase ini akansemakin meningkat. TPA yang telah ada di daerah perkotaan,banyak diantaranya dibangun bertahun-tahun yang laluke ka lahan masih tersedia luas, mulai penuh dengan cepat.Urbanisasi telah mengakibatkan kenaikan harga lahan danmengurangi jumlah lahan kosong yang dapat digunakan untukmengolah dan membuang sampah.

Selanjutnya, komposisi sampah yang dihasilkan juga mengalamiperubahan. Sementara lebih dari 60 persen sampah yangdihasilkan saat ini bersifat organik, persentase tersebut

menurun akibat adanya teknik kemasan dalam masyarakatmodern dan semakin berorientasi pada konsumsi, yangmengarah pada semakin banyaknya penggunaan plas k dankertas yang lebih sulit dibuang. Sebagaimana di masyarakatbarat, semakin banyak terlihat tanda-tanda mentalitas “ not inmy backyard ” (yang pen ng halaman tempat nggal sendiri

bersih, dan dak peduli jika sampah dibuang di tempat lain)dan telah terjadi kon ik di antar Pemerintah Daerah (Pemda)terkait pengangkutan dan TPA untuk pembuangan sampah.

Pemerintah mengakui adanya tantangan dalam manajemenpersampahan perkotaan dan berupaya untuk meningkatkanpenyediaan layanan. Memanfaatkan keberhasilan yangmeningkatkan akses ke air minum yang aman secara dras sselama ini, Pemerintah kini mengalihkan perha annya padasanitasi, khususnya pada sampah. UU no. 18/2008 tentangPengelolaan Sampah menetapkan dasar-dasar kebijakan,pendekatan, serta peran dan tanggung jawab. Undang-undangtersebut mengakui diperlukannya pembatasan banyaknyasampah yang dihasilkan dan berfokus pada perlunya konsumenmengurangi ( reduce ), mendaur ulang ( recycle ), dan memakai

Kebanyakan sampah di Jakarta dikumpulkan oleh perseorangan, seperti tukang sampah yang bekerja keras

untuk melakukan tugasnya di Pejaten Barat, Jakarta Selatan ini. Atas perkenan Carol Walker

Page 14: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 14/3014

Prakarsa Oktober 2013

Dengan pertumbuhan penduduk di daerah perkotaan, jumlah sampah berupa material anorganik meningkat, sehingga tempat

pembuangan akhir (TPA) yang ada telah mencapai kapasitas, sehingga tantangan yang ditimbulkan sampah di Indonesia punmeningkat. UU no. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah menetapkan dasar-dasar bagi kebijakan dan pendekatan PemerintahIndonesia. Undang-Undang tersebut berfokus pada kebijakan 3R ( reduce, recycle, reuse) yakni mengurangi, mendaur ulang, danmemakai kembali, menetapkan target bagi konversi TPA terbuka menjadi TPA terpadu, serta memprioritaskan pembangunanfasilitas pengolahan antara (ITF, Intermediate Treatment Facilities ). Banyak Pemerintah Daerah (Pemda) yang selama ini memilikitanggung jawab utama untuk menyediakan layanan persampahan sejak desentralisasi tahun 2001, kini telah menerbitkan peraturandaerah (perda) yang mendukung.

Penyediaan layanan di tingkat daerah terhambat adanya fragmentasi tanggung jawab di antara unit kerja yang berbeda-beda.Terdapat kebijakan yang bertentangan, kesenjangan, dan tumpang-tindih dalam cakupan pekerjaan, serta persaingan dalamperolehan dana yang langka. Karena seluruh pendapatan yang dihimpun atas layanan harus dikembalikan ke bendahara Pemda, tidakbanyak insentif untuk meningkatkan cakupan dan memperbanyak pendapatan. Penyediaan layanan persampahan menurut hukumterbatas pada batas-batas politis wilayah setempat, yang dapat berakibat pada duplikasi yang tidak efsien dan berbiaya tinggi dalammembangun tempat pembuangan akhir dan fasilitas pengolahan yang mahal dan sulit untuk dikembangkan.

Badan Layanan Umum Daerah (BLUD); kerjasama daerah; penguatan kelembagaan; dan pembangunan kapasitas termasuk strategiyang sedang dikaji Pemerintah Indonesia untuk meningkatkan pengelolaan sampah.

BLUD : BLUD dirancang untuk menyediakan layanan masyarakat yang dianggap sebagai layanan publik ( social good ) dapatdiharapkan akan menghasilkan aliran pendapatan. Meski belum digunakan di sektor persampahan, BLUD merupakan terobosanbaru dalam bentuk administrasi publik dan memiliki potensi yang cukup besar. Mereka memiliki otonomi lebih besar dalampengembangan dan penerapan kebijakan dan program. BLUD dapat menahan seluruh pendapatan dan menggunakannya untukpenyediaan layanan di kemudian hari, BLUD juga memiliki kewenangan untuk merekrut pegawai non-PNS.

Kerjasama Daerah : Biaya terkait dengan pembangunan, perluasan, penyediaan peralatan, dan pengoperasian TPA dapat menjadipenghalang bagi banyak Pemda. Dengan bekerja sama, para Pemda dapat menghindari duplikasi upaya dan mencapai skala ekonomis(economies of scale). Pembangunan TPA regional masih merupakan hal baru dan manfaat jangka panjang masih belum terlihat, meskilokasi TPA di Sulawesi Selatan dan Jawa Tengah mengindikasikan bahwa strategi ini menjanjikan. Permasalahan yang ada mencakuptercapainya kesepakatan antara beberapa Pemda, penentuan peran dan tanggung jawab, penghitungan kontribusi keuangan, aksesyang berkesinambungan pada dana anggaran untuk biaya pengoperasian dan pemeliharaan, serta kesulitan untuk memperoleh lahan

yang memadai.

Koordinasi Antarlembaga : Di bawah kepemimpinan Bappenas, badan-badan penting Pemerintah Indonesia dengan perandalam penguatan sanitasi, telah meluncurkan program Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) agar Pemda berfokuspada kebutuhan peningkatan penyediaan layanan sanitasi. Pemda diharuskan menyusun strategi sanitasi terpadu dan menyertakansektor ini dalam rencana kerja jangka panjang dan pendek. Untuk menangani masalah fragmentasi di antara unit kerja, PPSPmemberi otorisasi untuk membentuk kelompok kerja (pokja) ad hoc di tingkat Provinsi dan daerah. Kelompok-kelompok kerjaini dimaksudkan untuk menjadi forum tempat menyusun kesatuan kebijakan, pendekatan, dan program. Sulit untuk mengisolasikeberhasilan pendekatan pokja PPSP dalam meningkatkan koordinasi di sektor sanitasi. Namun pokja ini memberi kesempatanterjadinya diskusi dan pengambilan keputusan antarbadan yang seringkali kurang di tingkat daerah.

Pembangunan Kapasitas : Kementerian Dalam Negeri menyelenggarakan sejumlah program untuk mengembangkan keahlianstaf dan mengelola Institut Pemerintahan Dalam Negeri yang menyelenggarakan penelitian, menyusun kebijakan dan standar,serta mendukung pembangunan kapasitas. Kementerian Pekerjaan Umum mendukung dua pusat penelitian dan pelatihan yangmenyediakan pelatihan khusus di bidang air minum dan sanitasi. Selain itu, beberapa prakarsa yang saat ini berfokus pada air limbah(asosiasi kota-kota yang bernama Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan; proposal ADB untuk pembentukan sebuahinstitut pelatihan; dan Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan) memiliki potensi untuk memperluas fokus mereka agarmenyertakan sampah.

kembali ( reuse ) sampah (kebijakan 3R), dan menetapkantanggung jawab kemasyarakatan semua warga negara. Undang-undang tersebut menetapkan target bagi konversi TPA terbukamenjadi tempat pembuangan akhir sampah terpadu, danmemprioritaskan pembangunan fasilitas pengolahan sampahantara (ITF, intermediate treatment facili es ) yang canggihuntuk mengurangi banyaknya sampah yang akhirnya diangkutke TPA. Banyak Pemda yang sudah menerbitkan peraturan

daerah (perda) yang mendukung upaya tersebut. Pemerintah juga sudah meningkatkan pendanaan secara keseluruhan dalamAPBN untuk manajemen persampahan.

Selama ini, sebagian besar pendanaan untuk pembangunanTPA dan teknologi terkait disediakan oleh Pemerintah Pusatmelalui Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU). Pemdabertanggung jawab atas pengoperasian dan pemeliharaan

Poin-Poin Utama:

Page 15: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 15/3015

Prakarsa Oktober 2013

TPA berikut pengumpulan dan penyediaan fasilitas dan sistempengolahan antara. Sejak dimulainya program desentralisasiPemerintah pada tahun 2001, tanggung jawab pengelolaansampah dialihkan ke Pemda, sedangkan Pemerintah Pusat,terutama Kemen PU, bertanggung jawab secara keseluruhanatas kebijakan, standar, pengembangan teknologi baru, sertapemantauan dan evaluasi. Oleh karenanya, Pemda beradadi garis depan dalam perjuangan mengelola persampahan.Sebagian besar biaya harus ditutup dari APBD mereka danlayanan pengelolaan sampah dilaksanakan oleh unit kerjaPemda. Pemda berwenang untuk mengenakan retribusi ataspenyediaan layanan, termasuk pengelolaan sampah.

Lingkungan KelembagaanPemerintah telah menunjukkan komitmen untuk menguatkanmanajemen persampahan melalui penerbitan kebijakan danperaturan baru, peningkatan pendanaan, dan penerapanteknologi baru. Hal yang pen ng adalah, pemerintah jugamengakui pen ngnya “lingkungan kelembagaan” kuat yangmencakup pelaksanaan manajemen persampahan. Olehkarena itu, Pemerintah berfokus terhadap penguatan unit-unitkerja Pemda yang bertanggung jawab atas penyediaan danpengaturan layanan sampah dan penyelarasan keseluruhansektor. Pemerintah, dengan dukungan IndII, sedang mencaripendekatan alterna f di bidang ini, dengan berkonsentrasipada pengembangan dan penerapan kebijakan dan programyang prak s, serta mendukung upaya uji coba di lingkungan

beberapa Pemda terpilih. Ar kel ini akan mengkaji sejumlahprakarsa yang sedang berlangsung maupun yang direncanakanuntuk menguatkan lingkungan kelembagaan. Meski inimerupakan upaya baru dan dampak serta keberlanjutankeseluruhannya masih belum terlihat, namun upaya-upaya tersebut merupakan tanda posi f adanya komitmenPemerintah untuk meningkatkan penyediaan layanan vitalseper manajemen persampahan.

Biasanya, layanan manajemen persampahan disediakanoleh Pemda melalui satu atau lebih unit kerja mereka (dinasatau SKPD [Satuan Kerja Perangkat Daerah]). Awalnyasampah dikumpulkan dari rumah tangga atau usaha keciloleh individu atau perusahaan kecil, yang diatur oleh ketuaRT, kemudian diangkut ke tempat penyimpanan sementara.Iuran bulanan untuk pengumpulan sampah dibayarkankepada ketua RT yang pada akhirnya dikontribusikankepada bendahara Pemda. Sampah dikurangi barang-barang yang dapat dipakai kembali atau didaur ulang, yangbiasanya diambil oleh pemulung, kemudian diangkut ke TPAmenggunakan truk milik Pemda atau yang dikontrak. TPA inimerupakan milik atau dikelola oleh Pemda.

Pengelolaan layanan sampah oleh unit kerja Pemda,sebagaimana penyediaan layanan di sektor lain, terkendalasejumlah permasalahan. Sementara proses pengumpulandan pembuangan sampah pada umumnya menjadi tanggung

jawab satu unit kerja, dalam hal ini seringkali dilakukan olehDinas Kebersihan, Dinas Taman dan Pemakaman, atau DinasPekerjaan Umum – unit kerja Pemda lainnya bertanggung jawab atas layanan sampah yang terkait seper pengelolaan

sampah pasar, penerbitan Izin Mendirikan Bangunan untukbangunan tunggal atau perumahan atau kawasan industri,memantau kepatuhan terhadap standar lingkungan, ataupenanganan limbah berbahaya. Koordinasi antara beragamunit kerja seringkali sulit dan sarat dengan kebijakan yangbertentangan, kesenjangan, atau tumpang-tindih dalamcakupan pekerjaan, serta kekurangan dana. Unit kerja Pemdadi sektor persampahan harus bersaing dengan sektor lainuntuk mendapatkan dana anggaran daerah yang terbatas.Mengingat seluruh pendapatan harus dikembalikan kebendahara Pemda, tidak banyak insentif untuk meningkatkancakupan dan meningkatkan pendapatan. Sebagaimanahalnya dengan unit kerja lain, unit kerja yang bertugas disektor persampahan seringkali memiliki pengelolaan buruk,tidak adanya orientasi kinerja, semangat staf yang rendah,dan birokrasi yang membengkak. Penyediaan layanansampah menurut hukum terbatas pada batas-batas politiswilayah setempat. Di daerah metropolitan yang terdiri atassejumlah Pemda, hal ini mengakibatkan duplikasi yang tidakefisien dan berbiaya tinggi dalam pembangunan tempatpembuangan akhir dan fasilitas pengolahan yang mahal dansulit untuk dikembangkan.

Menanggapi permasalahan kelembagaan ini, Pemerintah –dengan dukungan IndII dan lembaga donor lain – secara aktifsedang mencari pendekatan alternatif. Banyak diantaranyayang telah dikembangkan dan diterapkan di berbagai

sektor layanan lainnya, tetapi pemanfaatannya di sektorpersampahan relatif baru. Beberapa diantaranya dibahassecara sekilas di bawah ini.

Badan Layanan Umum DaerahPada tahun 2005, Pemerintah, yang mengenali adanyakebutuhan untuk meningkatkan penyediaan layanan danmengakui adanya permasalahan terkait dengan kinerja unitkerja pemerintah, mengesahkan peraturan baru, yaitu PPno. 23/2005 yang memperbolehkan pembentukan unit kerjalayanan publik dengan nama Badan Layanan Umum (BLU).Awalnya BLU dimaksudkan sebagai unit kerja di ngkatPemerintah Pusat, tetapi dengan Keputusan Menteri DalamNegeri no. 61/2007, penggunaan model baru ini diperluas kePemda sebagai Badan Layanan Umum Daerah, atau BLUD.BLUD secara spesi k dirancang untuk menyediakan layananmasyarakat yang dianggap sebagai layanan publik ( social good )tetapi dapat diharapkan akan menghasilkan aliran pendapatan.(Lihat “Konsep yang Menjanjikan untuk PenyelenggaraanLayanan Daerah” dalam Prakarsa edisi Juli 2010 untukpembahasan terperinci mengenai latar belakang model BLUD.)

Meski belum diterapkan dalam layanan persampahan atausektor terkait, BLUD merupakan terobosan baru dalam bentukadministrasi publik dan memiliki potensi cukup besar untukmemperluas penyediaan layanan persampahan.

BLUD memiliki sejumlah keunggulan dibandingkan denganunit kerja pada umumnya. Mereka memiliki otonomi lebihbesar dalam pengembangan dan penerapan kebijakan dan

Page 16: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 16/3016

Prakarsa Oktober 2013

program. Hal penting lainnya adalah bahwa mereka dapatmenahan seluruh pendapatan dan menggunakannya untukpenyediaan layanan di kemudian hari, tidak seperti unitkerja yang wajib mengembalikan seluruh pendapatan padabendahara. Mereka berhak merekrut personel non-PNS.Perbedaan semacam itu bertujuan untuk mempertajam fokusterhadap penyediaan layanan dan peningkatan kinerja.

BLUD tetap merupakan bagian dari Pemda dan memperolehpendanaan dari APBD. Mereka dipandang sebagai peralihandari unit kerja menuju pembentukan perusahaan daerah yangberada di luar struktur pemerintah meskipun mereka jugamenyediakan layanan publik. Penyediaan air minum umumnyadilakukan oleh badan usaha seper ini. BLUD didirikan melaluiproses mul -tahun di mana mereka secara bertahap diberiotonomi lebih besar dari unit kerja yang terkait dengan mereka.Pada akhirnya mereka didirikan resmi melalui surat keputusan

walikota atau bupa setempat.

Pengalaman dengan BLUD pada in nya terbatas pada wilayahpenyediaan layanan di mana terdapat keterkaitan jelas antarapenyediaan layanan dan pembayaran. Sebagian besar BLUDmerupakan lembaga pendidikan Pemerintah atau rumahsakit umum. Meski demikian, Pemerintah sedang secara ak fmengkaji kemungkinan untuk memperluas BLUD ke bidangpenyediaan layanan lainnya. Dengan menggunakan pendanaandari Kemen PU, belum lama ini provinsi Bali membangun sistempengumpulan dan pengolahan air limbah yang terpusat. Sistemtersebut dikelola oleh unit pelayanan teknis dalam suatu unitkerja yang sedang dalam proses untuk menjadi BLUD di ngkatprovinsi. Hingga belum lama ini, sistem Busway di Jakarta yangmenerima dukungan dari IndII, juga dikelola oleh sebuah BLUD.

IndII sedang mendukung Pemerintah dan Bank Dunia dalammempersiapkan pinjaman kepada beberapa kota untukmenguatkan manajemen persampahan. Para konsultan IndIImerekomendasikan agar model BLUD dikaji untuk masing-masing kota yang akan menerima pinjaman. Saat ini sedangdilakukan studi kelayakan untuk empat kota. Pembahasandengan para pejabat setempat memberi indikasi akan adanyaminat pada BLUD.

Hibah Infrastruktur Australia-Indonesia untuk Sanitasi(sAIIG, Aust ralia-Indonesia Infrastructure Gra nts forSanitation ) dari IndII mendukung hingga empat puluhPemda dalam membangun sistem air limbah kecil berbasisrukun tetangga dan dalam pemasangan sambungansistem tersebut dengan jaringan yang lebih besar.Sementara sebagian besar program akan dikelola olehunit kerja, beberapa Pemda yang lebih besar dan lebih

canggih mengungkapkan minat mereka untuk mencobakemungkinan penggunaan BLUD. Konsultan IndII danpejabat Pemerintah akan menyediakan dukungan kepadaPemda tersebut selama mereka melanjutkan kajianmengenai penggunaan BLUD dan mengawali prosesperalihan.

Kerjasama DaerahBiaya pengelolaan sampah mahal. Dengan meningkatnyatekanan pada lahan akibat pertumbuhan dan perkembangan jumlah penduduk, harga tanah kian meningkat di sebagianbesar daerah perkotaan. Sebagai akibatnya, biaya terkaitdengan pengembangan atau perluasan TPA dapat menjadisangat nggi. Biaya tambahan untuk peralatan berat sepertruk dan buldoser, fasilitas pengolahan untuk penyaluranair lindi, dan di beberapa lokasi, peralatan canggih untukpenyalaan api gas ( gas aring ) dan penangkapan gas metan

UU no. 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah mengakui kebutuhan untuk mengurangi, mendaur ulang, danmemakai kembali, seperti dalam upaya pembuatan kompos ini.

Atas perkenan Mott MacDonald

Page 17: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 17/3017

Prakarsa Oktober 2013

(methane capture ) yang berar bahwa biaya keseluruhanuntuk mengelola persampahan dapat menjadi penghalangbagi banyak Pemda. Selain itu, model saat ini yang membatasimanajemen persampahan hanya pada lingkup masyarakatmasing-masing Pemda, berujung pada replikasi biaya yangcukup besar. Hal ini dikarenakan daerah pusat perkotaanmembelanjakan dana yang cukup besar dari anggaran yangterbatas untuk TPA dan peralatan, sementara daerah disekelilingnya menduplikasi pembelanjaan mereka untukmelayani masyarakat mereka.

Pemerintah mengakui manfaat yang dapat diperoleh darikerjasama antar Pemda dalam penyediaan layanan masyarakatdan dengan demikian meraih skala ekonomi ( economies ofscale ). PP no. 50/2007 menetapkan kerangka kerja hukum danmemperinci persyaratan prosedural untuk kerjasama antarPemerintah Daerah. Dalam upaya menekan biaya pembebasanlahan dan pengadaan peralatan serta menghindari duplikasiupaya, pemerintah mendorong pembentukan TPA regionalyang dikelola bersama oleh beberapa Pemda. UU no. 18/2008

menyarankan agar Pemda bekerja sama dalam pengelolaansampah. Kemen PU telah memprioritaskan TPA regional dalamprogram dukungannya bagi sektor ini.

Mendukung Pemerintah dalam memprioritaskan TPA regional,IndII menyediakan dukungan dalam pembuatan rancanganteknis terperinci dari tempat pembuangan akhir sampahdaerah di wilayah Mamminasata di Sulawesi Selatan yangmelipu kota Makassar dan kabupaten Maros, Gowa, danTakalar. Dengan diselesaikannya pekerjaan rancangan tahun2011, pembangunannya, yang didanai oleh Pemerintah Jepang,sedang berlangsung. Secara bersamaan, nalisasi pengaturankelembagaan sedang berlangsung. Meski masing-masingwilayah bertanggung jawab atas pengumpulan dan pengolahansampah antara, TPA akan didanai dan dioperasikan bersamamelalui sebuah sekretariat dengan perwakilan dari masing-masing wilayah. Meskipun masih terdapat pertanyaan pen ngmengenai struktur tata kelola nal serta penentuan kontribusipendanaan, fasilitas pembuangan sampah tunggal ini akanmengurangi tekanan pada anggaran masing-masing wilayahdan menghindari duplikasi dalam upaya pengadaan lahan danpengoperasian/pemeliharaan.

Sejak tahun 1997, TPA daerah telah dioperasikan oleh kotaYogyakarta serta kabupaten Bantul dan Sleman di JawaTengah. Sebuah sekretariat bersama yang dikenal dengan

akronim Kartamantul dibentuk melalui sebuah Surat KeputusanPemerintah Provinsi. Anggotanya terdiri atas perwakilan dariga Pemda dengan ketua yang ditetapkan secara bergilir

se ap ga tahun. Sementara pendanaan awal disediakan

dari anggaran provinsi, pada tahun 2001 ditandatanganiSurat Keputusan Bersama yang mengalihkan tanggung jawab pendanaan pada Pemda. Se ap Pemda menyediakanpendanaan secara proporsional terhadap jumlah sampah yangdibuang di TPA. Sebagaimana juga di Mamminasata, masing-masing Pemda bertanggung jawab secara independen ataspengumpulan dan pengolahan sampah antara. SekretariatKartamantul, yang memiliki stafnya sendiri, juga menyediakansejumlah layanan lain bagi ga Pemda tersebut, seperpengolahan air limbah dan pengelolaan angkutan.

Pembangunan TPA regional masih merupakan halyang baru dan manfaat jangka panjangnya masihbelum terlihat. Permasalahan kelembagaan masih ada,contohnya dalam kesepakatan antara beberapa Pemda,penentuan peran dan tanggung jawab, penghitungankontribusi keuangan, dan akses yang berkesinambunganpada dana anggaran untuk pengoperasian danpemeliharaan. Kesulitan dalam memperoleh lahan yangmemadai masih tetap ada, bahkan untuk TPA regional.

Namun kemajuan yang telahdicapai di wilayah sepertiMamminasata dan Kartamantul,serta rencana untuk membangunTPA regional tambahan,mengindikasikan validitas modelini dan perlu diterapkan di

Indonesia.

Koordinasi AntarlembagaPemerintah telah memprioritaskan pencapaian TujuanPembangunan Milenium, termasuk yang terkait dengan atauterpengaruh oleh sanitasi. Lembaga-lembaga utama yangberperan dalam penguatan sanitasi, di bawah kepemimpinanBappenas, telah meluncurkan program PercepatanPembangunan Sanitasi Permukiman (PPSP) sebagai upayaagar Pemda berfokus pada kebutuhan untuk meningkatkanpenyediaan layanan sanitasi. Para Pemda diharuskanmenyusun strategi sanitasi terpadu dan menyertakan sektorini dalam rencana kerja jangka panjang dan pendek.

Program ini mengakui pentingnya koordinasiantarlembaga dan permasalahan yang dihadapi olehPemda dalam menerapkan kebijakan dan program melaluiberaneka ragam unit kerja. Sektor sanitasi mencakuptiga sub-sektor – sampah, air limbah, dan drainase –dan di banyak lokasi unit kerja yang berbeda-beda yangbertanggung jawab atas masing-masing sub-sektor. Fungsipendukung – perencanaan, penganggaran, penyusunankebijakan, penempatan kerja, pengadaan, pengumpulanpendapatan – umumnya menjadi tanggung jawab unitkerja yang berbeda dengan unit kerja pelaksana utama.Dalam hal persampahan, kegiatan penting lainnyaterkait dengan sub-sektor ini – pendidikan masyarakat,

perizinan, penyusunan dan pemantauan standarlingkungan, pengelolaan limbah berbahaya – seringkali

Pengelolaan layanan persampahan oleh unit kerjaPemerintah Daerah, sebagaimana penyediaan layanan di

sektor lain, terkendala sejumlah permasalahan.

Page 18: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 18/3018

Prakarsa Oktober 2013

menja di tanggung jawab unit kerja lain lagi. Koordinasidan komunikasi antar unit kerja tersebut seringkali lemah,terpecah-pecah serta sarat dengan celah dan tumpang-tindih.

PPSP telah memberi otorisasi untuk membentuk KelompokKerja (pokja) ad hoc di ngkat provinsi dan daerah yangdirancang untuk menanggulangi permasalahan tersebut.Kelompok-kelompok tersebut terdiri atas perwakilan dariunit-unit kerja terkait dan dimaksudkan untuk menjadi forumtempat menyusun kesatuan kebijakan, pendekatan, danprogram. Di ngkat daerah, pokja dipimpin oleh sekretarisdaerah (sekda) dan terdiri atas berbagai pani a – perencanaan,pendanaan, teknis, pemberdayaan masyarakat, sertapemantauan dan evaluasi – yang masing-masing terdiri atasperwakilan unit kerja terkait. Pokja ngkat provinsi mengawasipokja daerah dan memberikan dukungan koordinasi horisontal.

Sulit untuk mengisolasi keberhasilan yang telah diraih PokjaPPSP dalam meningkatkan koordinasi di sektor sanitasi,khususnya di bidang persampahan, dan oleh karenanya, juga dalam menguatkan penyediaan layanan sanitasi. Pokjabukan merupakan unit kerja Pemda dan oleh sebab itu dakberhak atas dana dari anggaran daerah untuk mendukungprogram. Selain ini, karena pokja adalah badan ad hoc , kepaladaerah memiliki kewenangan penuh untuk membubarkanpokja. Beberapa pengkri k bahkan berpendapat bahwapokja-pokja ini hanya merupakan lapisan birokrasi tambahan

pada lingkungan kelembagaan yang sudah rumit. Meskidemikian, pokja-pokja ini merupakan pengakuan atas adanyapermasalahan kelembagaan terkait dengan pengelolaansampah dan, se daknya di atas kertas, memberi kesempatanterjadinya diskusi antar badan dan pengambilan keputusanyang seringkali kurang di ngkat daerah.

Pembangunan KapasitasPemerintah mengakui bahwa keberhasilan pembangunan danpengelolaan fasilitas persampahan bergantung pada badanpelaksana yang kuat dengan personel yang terdiri atas PNSterampil. Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) memilikiBadan Peneli an dan Pengembangan yang menyelenggarakanberagam program untuk mengembangkan keahlian para staf.Instansi terkait yang ada menyediakan dukungan bagi unit kerjaPemda. Kemendagri juga mengelola Ins tut PemerintahanDalam Negeri yang menyelenggarakan peneli an, menyusunkebijakan dan standar, serta mendukung pembangunankapasitas bagi lembaga pemerintah. Kemen PU mendukungdua pusat peneli an dan pela han di Bekasi, Jawa Barat, danSurabaya yang menyediakan pela han khusus di bidang airminum dan sanitasi, termasuk persampahan.

Berdasarkan keberhasilan upaya Persatuan PerusahaanAir Minum Indonesia (Perpamsi), beberapa pejabat daerahmendirikan sebuah asosiasi kota-kota yang peduli terhadapsanitasi bernama Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi

(AKKOPSI) dan sedang dalam proses pengembangan suatu

lembaga kebijakan, pela han, dan peneli an khusus. Meskipunlembaga ini, yang bernama Forum Komunikasi Air Limbah(FORKALIM) – pada awalnya akan berfokus pada air limbah,namun kemudian dapat diperluas sehingga mencakuppersampahan. Serupa dengan itu, Bank PembangunanAsia (ADB) mendukung upaya bantuan teknis yang telahmenghasilkan proposal untuk pembentukan Ins tut Pela handan Penyediaan Air Minum Indonesia. Laporan akhir daridukungan teknis yang direkomendasikan adalah agar ins tuttersebut berfokus pada air limbah. Namun, jika berhasil, hal inidapat diperluas sehingga mencakup persampahan. Terakhir,Ikatan Ahli Teknik Penyehatan dan Teknik Lingkungan (IATPI)mendukung penyusunan kebijakan, pengembangan standarprofesional, dan pela han dalam jumlah terbatas.

Berbagai lembaga donor, termasuk Bank Dunia, BankPembangunan Asia, dan sejumlah lembaga donor bilateral telahmenyertakan kegiatan pembangunan kapasitas dan kegiatanpenguatan kelembagaan dalam program yang menunjangsektor sanitasi termasuk persampahan. Program IndII memiliki

m khusus, berbasis di kantor Kemendagri dan menyediakandukungan bagi berbagai program air minum dan sanitasi IndII.

KesimpulanAr kel ini telah mengulas beberapa bidang di mana Pemerintahmendukung upaya untuk menguatkan lingkungan kelembagaanbagi penyediaan layanan persampahan. Banyak yang masih

berada pada tahap pengkajian atau penentuan akhir mengenaisumbangan yang dapat mereka berikan. Meski demikian,fakta bahwa mereka sedang dicoba, menunjukkan komitmenPemerintah terhadap peningkatan penyediaan layananpersampahan dan pengakuan Pemerintah akan pen ngnyahubungan dan kapasitas kelembagaan. Dukungan IndIIterhadap sektor persampahan, saat ini dan yang direncanakan,akan mencakup komponen kunci berupa pengembangankapasitas kelembagaan. n

Tentang penulis:Joel Friedman adalah Konsultan IndII di bidang PengembanganKelembagaan, khususnya untuk Air Minum dan Sanitasi. Iaberpengalaman lebih dari 20 tahun di bidang pembangunan diIndonesia bekerja dengan beraneka ragam instansi pemerintah.Pekerjaannya di ngkat pusat terutama dengan Kementerian DalamNegeri tetapi juga dengan Bappenas, Kementerian Keuangan, danKementerian Pekerjaan Umum. Ia juga bekerja dengan berbagaiPemerintah Daerah, termasuk saat ia nggal dan bekerja selamabeberapa waktu di Palembang. Sektor-sektor utama yang pernahditanganinya melipu pembangunan perkotaan, lingkungan hidup,desentralisasi, dan penguatan kelembagaan. Ia pernah bekerja denganberbagai lembaga bantuan bilateral dan mul lateral. Sebelum pindahke Indonesia, ia bekerja di Filipina dan Bangladesh, dan juga padaDepartemen Perumahan dan Pembangunan Perkotaan di AmerikaSerikat. Ia memiliki gelar sarjana di bidang kepemerintahan dan gelarmagister di bidang perencanaan perkotaan.

Page 19: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 19/3019

Prakarsa Oktober 2013

Membuka Jalan bagi Sektor Swasta untuk Terlibatdalam Pengelolaan Sampah di Perkotaan Indonesia

Sektor swasta dapat menjadi mitra pen ng bagi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, danmasyarakat dalam mengelola sampah perkotaan. Agar par sipasi yang dilandasi kepen ngankomersial ini dapat berhasil, perlu dilakukan eksplorasi terhadap potensi sumber daya bahanbaku sampah, pembuatan peraturan yang mendukung, penerapan teknologi tepat guna, danper mbangan atas kebutuhan semua pemangku kepen ngan. • Oleh Ken Butler

Atas perkenan Rudi Santoso

Salah satu pintu masuk bagi sektor swasta adalah pembangunan fasilitas pemindahan menengah yangmelakukan proses seperti pengomposan. B unga-bunga yang terdapat di taman tempat pembuangan akhirterkendali di Talang Agung mendapat asupan dari kompos cair yang dibuat dari bahan limbah organik.

Keterlibatan sektor swasta dalam manajemenpersampahan perkotaan di perkotaan Indonesiamemerlukan “pergeseran paradigma” dalam cara sektorswasta dan pemerintah memandang isu persampahandi perkotaan. Pandangan pada masa lalu dan saat iniadalah bahwa persampahan perkotaan merupakanmasalah pembuangan. Alih-alih, sektor swasta maupunpemerintah perlu menggali potensi sumber bahan bakupersampahan perkotaan.

Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah memainkanperan pen ng dalam menciptakan peluang bagi investasiswasta dengan mengembangkan kebijakan, peraturan, daninsen f/disinsen f yang mendukung untuk mendorongpeningkatan manajemen persampahan perkotaan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Pemerintah telahmenjelaskan dan menetapkan ga kebijakan utamadan area perencanaan, yang harus dipandangsebagai “pendorong” posi f, yang dapat mendukungpengembangan proyek persampahan perkotaan secarakomersial. Kebijakan pendukung tersebut adalah: undang-undang pengelolaan sampah, kebijakan dalam bidangenergi, dan komitmen terhadap mi gasi perubahan iklim(lihat Gambar 1).

Tiga prioritas nasional ini diharapkan dapat (i)meningkatkan pengolahan persampahan perkotaanmelalui par sipasi sektor swasta; (ii) meningkatkanpembangkit energi dari sumber energi baru dan alterna f;

Page 20: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 20/3020

Prakarsa Oktober 2013

dan (iii) menurunkan emisi gas rumah kaca (GHG,Greenhouse Gas ) nasional. Ke ga hal ini membentukkomponen utama untuk menghimpun dukungan nasional,internasional, dan sektor swasta untuk proyek-proyekpersampahan perkotaan.

Tiga Pemangku Kepen ngan UtamaSolusi komersial yang berkelanjutan bagi manajemenpersampahan perkotaan akan mengandalkan kerjasamaantara ga pemangku kepen ngan utama yaknipemerintah, sektor swasta, dan masyarakat (lihatGambar 2). Se ap pemangku kepen ngan memilikipersyaratan dan prioritas mereka masing-masing yangharus diper mbangkan untuk menjamin keberhasilanpelaksanaan kegiatan yang koopera f dan/atau KerjasamaPemerintah Swasta (PPP, Public Private Partnership ).

Perha an terhadap persyaratan dan prioritas tersebutsangat pen ng di Indonesia karena investasi sektor swasta

Poin-Poin Utama:Keterlibatan sektor swasta dalam bidang manajemen persampahan perkotaan menuntut sektor swasta danpemerintah untuk menggali potensi sumber bahan baku persampahan perkotaan. Pemerintah Pusat dan PemerintahDaerah memainkan peran penting dalam menciptakan peluang bagi investasi swasta dengan mengembangkankebijakan, peraturan, dan insentif/disinsentif.

Pemerintah Indonesia telah menetapkan tiga kebijakan utama area perencanaan yang dapat mendorong aktivitaskomersial, yakni: undang-undang pengelolaan sampah, kebijakan dalam bidang energi, dan komitmen terhadap mitigasiperubahan iklim.

Solusi komersial yang berkelanjutan bagi manajemen persampahan perkotaan mengandalkan kerjasama antarapemerintah, sektor swasta, dan masyarakat. Perhatian pada persyaratan dan prioritas setiap kelompok tersebut sangatpenting di Indonesia, karena investasi sektor swasta dalam manajemen persampahan perkotaan adalah suatu hal barudan memerlukan dukungan signifkan dari berbagai pemangku kepentingan. Hal ini akan meliputi alih teknologi darinegara-negara lain, serta pengakuan adanya risiko komersial dalam pengenalan teknologi baru.

Sektor swasta telah mengkonsentrasikan investasinya terutama dalam proyek-proyek gas dari tempat pembuanganakhir (LFG, Landfill Gas). Mitigasi Perubahan Iklim Pemerintah Indonesia mengarah pada pendirian Skema KarbonNusantara dan pengembangan perjanjian bilateral untuk perdagangan karbon. Program pengurangan/pencegahanGas Rumah Kaca akan terus-menerus menyediakan dukungan keuangan bagi kegiatan pengembangan persampahanperkotaan secara komersial. Peningkatan manajemen persampahan perkotaan juga mendapat dukungan darilembaga multilateral.

Semua komponen dalam rantai nilai persampahan perkotaan merupakan peluang bagi partisipasi sektor swasta. Sektorswasta perlu benar-benar memahami karakteristik manajemen persampahan perkotaan di Indonesia, terutama ketikamengajukan usulan solusi teknis kepada Pemerintah Daerah. Komposisi persampahan perkotaan Indonesia berbedadengan di negara maju, dan membutuhkan pendekatan teknis yang tepat.

Pemerintah Indonesia telah mengambil langkah-langkah untuk meningkatkan lingkungan usaha, seperti menaikkantarif listrik yang dihasilkan dari sumber bahan baku persampahan perkotaan yang dijual pada jaringan PLN, investasiasing, dan PPP. Seiring dengan tetap berjalannya upaya ini, kegiatan komersial dan berkelanjutan di dalam sektorpersampahan perkotaan perlu mempertimbangkan kebutuhan dari semua pemangku kepentingan, penerapan teknologiyang tepat, dan pembagian risiko.

Undang-UndangPengelolaan

Sampah

PerubahanIklim

Kebijakandalam Bidang

Energi

Pasar persampahan perkotaan

Gambar 1: Dorongan Kebijakan yang Mendukung PengembanganProyek Persampahan Perkotaan Secara Komersial

Page 21: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 21/3021

Prakarsa Oktober 2013

dalam manajemen persampahan perkotaan adalahsuatu hal baru dan memerlukan dukungan signifikandari berbagai pemangku kepentingan. Hal ini akanmeliputi alih teknologi dari negara-negara yang telahmembuktikan teknologi tersebut dan berada pada tahapyang sudah matang.

Perlu disadari bahwa par sipasi sektor swasta dalamkegiatan persampahan perkotaan mengandung sejumlahrisiko komersial, khususnya akibat pengenalan danpenerapan teknologi baru di Indonesia. Kemungkinanbesar sektor swasta akan bersedia berpar sipasi dalammanajemen persampahan perkotaan, jika pemerintahmenyediakan lingkungan usaha yang memadai. Kondisiini akan memungkinkan sektor swasta untuk memperolehkeuntungan komersial yang sepadan dan meminimalisirrisiko komersial. Pemerintah harus menyediakanmekanisme insen f, seper status bebas pajak ataupajak yang lebih rendah untuk peralatan terkait denganpengolahan persampahan perkotaan; preferensi ataukemudahan dalam perizinan; dukungan keuangan atauteknis. Selain itu, proyek-proyek sektor swasta harusdapat memberi solusi realis s, tepat, dan berkelanjutanbagi manajemen persampahan perkotaan berdasarkanprinsip-prinsip komersial dan pembagian risiko.

Saat ini sektor swasta sedang mengkonsentrasikaninvestasinya terutama dalam proyek-proyek gas daritempat pembuangan akhir (LFG, land ll gas ), denganmemanfaatkan Mekanisme Pembangunan Bersih(CDM, Clean Development Mechanism ) sesuai ProtokolKyoto, untuk menghasilkan arus pendapatan dengan

berbagai ngkat keberhasilan. Sementara masih terdapatke dakpas an yang besar terhadap masa depan CDM,komitmen Pemerintah Indonesia pada Mi gasi PerubahanIklim mengarah pada pengembangan Skema KarbonNusantara (SKN) serta pengembangan perjanjian bilateraldi bidang perdagangan karbon. Program pengurangan/pencegahan GHG akan terus menyediakan dukungankeuangan bagi kegiatan pengembangan kegiatanpersampahan perkotaan secara komersial.

Sasaran untuk meningkatkan manajemen persampahanperkotaan di Indonesia juga memperoleh dukungan darilembaga mul lateral seper Bank Dunia, AusAID, GIZ,ADB, dan lembaga lain yang mengembangkan program-program yang mendukung dan menyempurnakan tujuanUndang-Undang Pengelolaan Sampah tahun 2008.

Sementara sebagian besar program berkonsentrasipada peningkatan tempat pembuangan akhir (TPA),prinsip dasarnya adalah pembangunan PengelolaanPengolahan Sampah Terpadu (ISWM, Integrated SolidWaste Management ) di seluruh rantai nilai persampahanperkotaan (lihat Gambar 3): mulai dari penghasil sampah,pengumpulan/pengangkutan hingga pembuangan/pemakaian kembali.

Tantangan di Tingkat DaerahKe dakmampuan Pemerintah Daerah dan masyarakatuntuk membiayai perbaikan manajemen persampahanperkotaan juga diakui di Indonesia (lihat Gambar 4 untuktabel biaya terkait dengan persampahan perkotaan).Memperbaiki proses pembuangan dari kondisi tempat

Masyarakat

Swasta Pemerintah

Keberlanjutan

Gambar 2: Pemangku Kepen ngan Utama bagi SolusiKomersial yang Berkelanjutan

Mengurangi

Memakai Kembali

Mendaur Ulang

Memulihkan (Recover)(melalui penguraian, pengomposan)

Tempat Pembuangan AkhirPembakaran

(dengan pemulihan energi [energy recovery])

Pembuangan Terkendali*

Pilihan yang paling disukai

PengalihanSampah

PembuanganSampah

Pilihan yang paling dak disukai

*Minimal, sampah seharusnya dibuang di “tempat pembuangan terkendali”yang mencakup pemilihan lokasi, akses yang terkendali, dan jika mungkin“pemadatan sampah”.

Gambar 3: Rantai Nilai Persampahan Perkotaan

Page 22: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 22/3022

Prakarsa Oktober 2013

pembuangan terbuka ke tempat pembuangan akhir,akan menambah beban keuangan secara substansial bagiPemerintah Daerah dan masyarakat. Sejumlah prakarsasedang dikembangkan untuk mendukung PemerintahDaerah, seper :

• Alokasi tambahan anggaran pemerintah pusatsesuai komitmen Pemerintah Indonesia untukmenurunkan emisi GHG demi kepen ngan manajemenpersampahan perkotaan yang dibuat di bawahProtokol Kyoto

• Proyek manajemen persampahan perkotaan dari BankDunia yang akan mengkaji peluang untuk pemulihanbiaya, meningkatkan

• e siensi manajemen persampahan, dan pendirianFasilitas Pengolahan Menengah (ITF, IntermediateTreatment Facili es ).

Semua komponen dalam rantai nilai persampahanperkotaan berpeluang melibatkan sektor swasta. Peluangtersebut melipu :

• Peningkatan kapasitas pemerintah dan masyarakat• Meningkatkan dan memperluas (penambahan nilai)

daur ulang dan pemakaian kembali sampah anorganik• Meningkatkan pengelolaan armada kendaraan

pengambilan sampah melalui priva sasi pengumpulandan/atau pemakaian Sistem Manajemen Armada

• Mengembangkan Forum Transportasi Internasional(ITF, Interna onal Transport Forum ) yang berfokuspada Bahan Bakar dari Sampah (RDF, RefuseDerived Fuel ), pengolahan sampah-menjadi-energi,pengomposan, penguraian anaerobik, dan sebagainya.

• Pengolahan gas dari TPA menjadi energi untukmemproduksi listrik atau gas metana berkualitas yangdapat disalurkan melalui jalur pipa

• Pengelolaan TPA• Penambangan/pemulihan TPA

Sebelum mengejar peluang komersial, sektor swastaperlu benar-benar memahami karakteris k manajemenpersampahan perkotaan di Indonesia, terutama ke kamengajukan usulan solusi teknis kepada PemerintahDaerah. Tidak seper di negara maju, komposisipersampahan perkotaan di Indonesia didominasi olehsampah makanan (70–75 persen) dengan kandungan air

nggi (kurang-lebih 60 persen) dan memiliki nilai kalorirendah. Komposisi sampah makanan yang nggi inimerupakan masalah utama terkait dengan pembuanganyang dihadapi Pemerintah Daerah, sehingga perlumendapat dukungan untuk mengatasinya. Komposisitersebut juga membantu menetapkan cara pendekatanteknis yang harus dilaksanakan.

Indonesia dengan dukungan masyarakat internasional,telah mengawali arah baru yang akan meningkatkanmanajemen persampahan perkotaan dan lingkunganhidup, serta, pada saat yang sama, berkontribusi padaMi gasi Perubahan Iklim. Menyadari bahwa sektor swastadapat memberikan kontribusi besar melalui e siensi,teknologi, dan investasi, Pemerintah telah mengambillangkah-langkah untuk meningkatkan lingkungan usaha,seper menaikkan tarif listrik yang dihasilkan dari

sumber bahan baku persampahan perkotaan yang dijualpada jaringan PLN, investasi asing, dan PPP. Seiringdengan berjalannya upaya ini, kegiatan komersial danberkelanjutan di dalam sektor persampahan perkotaanperlu memper mbangkan kebutuhan dari semuapemangku kepen ngan, penerapan teknologi yang tepat,dan pembagian risiko. n

Kegiatan Biaya operasional dan pemeliharaan per ton sampah

(Rupiah Indonesia) (Perkiraan dalam Dolar AS)

1. Pengangkutan 50,000.00–60,000.00 5–6

2. TempatPembuangan Akhirdengan pengelolaansampah

60,000.00–100,000.00 6–10

3. Tempatpembuangan terbuka

10,000.00–20,000.00 1–2

4. TempatPembuangan AkhirTerkendali

30,000.00–50,000.00 3–5

5. Pengomposan 15,000.00–20,000.00 1.5–2

Sumber: Damanhuri, 2008

Gambar 4: Biaya Kegiatan Pengelolaan Sampah

Tentang penulis:Ken Butler adalah seorang konsultan yang berdomisili di Indonesiadan berpengalaman luas dalam mendukung beragam klien baikdonor internasional maupun dari sektor swasta untuk menanganiaspek teknis dan ekonomis dari manajemen persampahan perkotaan,energi terbarukan, dan mi gasi perubahan iklim. Pekerjaan utamanyamelipu dukungan keahlian bagi Bank Dunia dalam peningkatanmanajemen persampahan perkotaan dan daerah di Indonesia sertapengembangan dokumentasi proyek untuk Protokol Tokyo tentangMekanisme Pembangunan Bersih (CDM) dalam bidang sampah diIndonesia. Ia menyusun Analisis Pasar dan Rencana Pemasaran BahanBakar dari Sampah (RDF, Refuse Derived Fuel ) di Indonesia untukupaya bersama antara Departemen Pembangunan Internasional(DFID,Department for Interna onal Development ) dan KementerianKeuangan Republik Indonesia. Baru-baru ini, Ken bekerja sebagaiTenaga Ahli Akuntansi Karbon, menganalisis jejak karbon danemisi gas rumah kaca, pada PT ENV, bekerja sama dengan PT ValeINCO dan Asia Pulp and Paper. Ia juga mendukung KementerianLingkungan Hidup dan Kementerian Perindustrian di bawah naunganGIZ, dalam pengembangan Tindakan Mi gasi Nasional yang Tepat

(NAMA, Na onally Appropriate Mi ga on Ac ons ) dan melakukanpengukuran, pelaporan, dan veri kasi untuk menurunkan emisiGas Rumah Kaca. Ken adalah lulusan Monash University dan RoyalMelbourne Ins tute of Technology.

Page 23: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 23/3023

Prakarsa Oktober 2013

Dulu Dibuang, Kini Jadi Uang: Kisah Dua Bank SampahDua komunitas di Jakarta memulaiprogram daur ulang sampah dan meraihpenghargaan. Hal ini membuktikanpada warga bahwa pengelolaan sampahyang lebih baik dapat menghasilkanlingkungan yang lebih menyenangkandan sekaligus memberikan manfaatekonomi. • Oleh Eleonora Bergita

Atas perkenan Eleonora Bergita

Nanang Suwandi menunjukkan bagaimana sebagian sampahyang diambil dari lingkungan perumahannya diubah menjadisepatu dan barang-barang lain yang bisa dijual.

Jakarta menghasilkan sampah dalam jumlah yang luar biasa:6.500 ton se ap harinya. Mayoritas sampah ini berasaldari rumah tangga, sebuah fakta yang menggarisbawahipen ngnya melibatkan anggota masyarakat dalammenciptakan solusi untuk menghadapi tantanganpengelolaan sampah. Salah satu sarana yang inova f danefek f untuk mengatasinya adalah menciptakan “banksampah” ( waste bank ) – prakarsa yang memberikan insen fuang bagi orang-orang yang melakukan upaya daur ulang.Pendekatan ini menjadi semakin menarik berkat upayaKementerian Lingkungan Hidup yang menyemanga gagasantersebut. Peraturan Menteri no. 13/2012 menjabarkan

pedoman pelaksanaan bank sampah; sejauh ini sudahdidirikan lebih dari 1.000 bank serupa. Prakarsa berbincang-bincang dengan para anggota dari dua komunitas diJakarta yang secara antusias menekuni pengembanganbank sampah: Karya Peduli di Jakarta Utara, dan TomangAsri Sejahtera di Tomang, Jakarta Barat. Meskipun keduakomunitas tersebut mengakui adanya berbagai rintangandalam mengembangkan bank sampah, namun konsep inisangatlah patut untuk diterapkan. Berikut kisah mereka.

Bank Sampah Karya PeduliBank Sampah Karya Peduli didirikan pada awal tahun 2008saat pendirinya, Nanang Suwardi, yang sudah lama nggaldi Semper Barat, Tanjung Priok, terpilih sebagai KetuaRW. Saat ia mulai menjabat, ia melihat tetangga-tetanggasekitarnya cenderung membuang sampah ke tanah kosongdi sudut jalan – menyebabkan terjadinya tumpukan sampahyang tak sedap dipandang, bau, dan tak sehat, yang cukupmengganggu bagi orang yang lewat. Bila orang membuangsampah ke jalan, hal itu akan menyumbat selokan padamusim hujan, mengakibatkan banjir. Nanang bertekad untukmemperbaiki situasi ini.

Kurangnya KesadaranSebagai ketua RW baru, Nanang membagikan 60 bak sampahke warganya, yang terbuat dari bekas kaleng cat yang ia catsendiri, dengan harapan bahwa hal itu akan menghen kan

warga membuang sampah sembarangan. Namun, upayanyakurang berdampak terhadap perilaku warga, dan iamenyadari bahwa diperlukan sesuatu yang lebih – suatupendekatan yang akan meningkatkan kesadaran danmengubah sikap.

Berbekal pemikiran ini, Nanang mengambil langkah yanglebih krea f: ia mendirikan sebuah “bank sampah” yangbermarkas di kavling tempat warga biasa membuangsampah. Nanang memanfaatkan fakta bahwa banyakdi antara sampah rumah tangga dapat dijadikan uang.Beberapa jenis sampah anorganik, seper botol plas k,bisa dipotong-potong dan dijual ke produsen benang pintaluntuk diolah menjadi benang. Plas k yang lebih lembutbisa dihancurkan dan diolah sebagai bahan pengisi produk-produk seper tas jinjing, dompet, topi, sandal, sepatu,dan benda-benda lainnya. Sampah organik bisa dijadikankompos, yang bisa dikembalikan ke masyarakat atau dijualseharga Rp 2.500/kantong.

Nanang mengganti kaleng-kaleng cat itu dengan duakarung untuk setiap rumah tangga, satu untuk sampahorganik dan satunya lagi untuk sampah anorganik, sertamemasyarakatkan program bank sampah kepada parawarga melalui para ketua RT dan rapat warga bulanan.Tata cara bank sampah dijelaskan melalui jalur-jalurtersebut, dan warga dihimbau untuk berhenti membuangsampah sembarangan.

Anggota masyarakat yang menyerahkan sampahnya kebank (para nasabah) menerima Rp 2.000 per kilogram.Alterna f lain, para petugas bank sampah (anak-anak

Page 24: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 24/3024

Prakarsa Oktober 2013

muda yang sebelumnya menganggur) mengambilnya darirumah-rumah dan nasabah akan menerima Rp 1.500 perkilogram. Para petugas menerima Rp 500 untuk se ap kilosampah yang diambilnya. Se ap penabung memiliki bukutabungan untuk mencatat transaksi. Para petugas bank dakmenemui banyak kesulitan dalam mengumpulkan sampahkarena se ap rumah pelanggan ditandai jelas dengan s kerbertuliskan nama penabung.

Anggota masyarakat dak hanya sekadar menjual sampah;mereka menjadi ak f terlibat dalam proses daur ulang. Paraanggota dari Pembinaan Kesejahteraan Keluarga (PKK)–sebuah organisasi perempuan yang didukung PemerintahDaerah untuk mendorong kesejahteraan keluarga –membuat kerajinan dari bahan daur ulang. Dasa Wisma(kelompok antar 10 rumah) bekerja sama untuk memprosessampah organik mereka dan menggunakan kompos yangmereka buat untuk taman-taman mereka.

Bank Sampah Karya Peduli tumbuh pesat sejak pertamadimulai. Awalnya terdapat 78 penabung – kini, anggotanyaberjumlah lebih dari 1.000 nasabah.

Bank ini menawarkan beberapa layanan yang samaseper bank pada umumnya, tapi dengan cara yang bisamenjangkau warga berpenghasilan rendah. Karya Pedulimemungkinkan nasabah untuk mengajukan pinjaman tanpa

agunan atau bunga. Mereka cukup membayar kembalipinjaman dengan sampah mereka.

Langkah ini sangatlah membantu para anggota masyarakatyang mengalami kesulitan dalam mendapatkan pinjamanatau melunasinya. Bagi mereka yang menjalankan usahamikro, seper menjual makanan atau kelontong, membayarbunga pinjaman saja kadang-kadang dak memungkinkan.

Salah seorang nasabah bank yang cukup berhasil adalah ArifThamrin, ketua RT yang meminjam Rp 300.000 dari banksampah untuk membuka warung makan yang menyediakankopi, teh, dan makanan ringan seper bakmi. Warungnyaterletak di lokasi yang cukup baik, yaitu tempat parkirtruk-truk gandeng, sehingga ia mampu menarik banyakpelanggan. Arif dapat membayar kembali pinjamannyakepada Bank Sampah Karya Peduli dengan menggunakankemasan kopi dan mi instan yang dikumpulkannya. Bank ini bisa membuat perubahan yang signi kan dalamkehidupan warga miskin Semper Barat. Dalam beberapakasus, ada keluarga yang tak mampu membayar biayapendidikan dan karenanya anak-anak mereka tak bisamemperoleh ijazah sekolah. Ada pula orang sakit yang dakbisa berobat karena tak punya dana untuk membayar biayadokter. Pinjaman dari bank sampah (yang tersedia baginasabah hanya untuk tujuan pendidikan, kesehatan, dan

usaha) bisa membantu mengubah nasib mereka.

Dengan semakin meningkatnya jumlah nasabah, BankSampah Karya Peduli memperluas layanan mereka, diantaranya, layanan pembayaran tagihan bulanan listrik. Banksampah akan mengambil tagihan listrik dari se daknya 10nasabah yang punya saldo cukup di rekening Karya Peduliuntuk melunasi tagihan mereka, dan pergi ke kantor PLNuntuk membayar tagihan tersebut. Sebagai ketua dariBank Sampah Karya Peduli, Nanang bangga atas inovasiini dan terus memikirkan cara baru agar bank ini bisamelayani masyarakat, memberdayakan warga, dan menjagalingkungan tetap bersih.

Penghargaan dan PengakuanBank Sampah Karya Peduli telah menerima cukup banyakpengakuan pen ng atas keberhasilannya. Pada tahun 2010,Semper Barat menerima penghargaan ngkat provinsi dannasional karena sudah mendirikan bank tersebut. Padabulan Juni 2013, Nanang menerima Penghargaan Kalpatarudari DKI Jakarta atas jerih payahnya sebagai pendiri danpengembang bank sampah. Baru-baru ini ia dipilih kembalioleh warga Semper Barat sebagai ketua RW untuk masa jabatan kedua.

Bank Sampah Karya Peduli telah menjadi model usahadaur ulang di Indonesia. Nanang sering diundang untukberbicara di seminar-seminar lingkungan hidup dan berbagipengalaman dalam mengembangkan bank sampah. Bank ini

juga sudah dikunjungi oleh perwakilan dari 30 PemerintahDaerah dari seluruh Indonesia.

Berbagai sambutan posi f tersebut telah mendorongorang-orang yang mengelola bank sampah ini bekerjalebih giat dalam menyediakan layanan dan melakukaninovasi. Sebagaimana diakui Nanang, perluasan membawatantangan baru. Peserta sebuah kursus pendidikan dariwilayah Kelapa Gading yang lokasinya berdekatan dapatikut serta dalam kegiatan pengumpulan dan pengirimansampah ke bank tersebut. Tapi minat terhadap bank inimeluas melebihi wilayah geogra s yang bisa dilayani bankdengan mudah. Sebuah gereja di Kayu Pu h, Jakarta Timurmenanyakan apakah bisa ikut serta, dan Nanang jugamelihat potensi bekerjasama dengan penjaja makanan didaerah Plumpang. Sayangnya, bank sampah dak memilikikendaraan untuk mengangkut sampah dari tempat-tempatlain. Pengelola bank ingin membuka kantor cabang di tempatlain, tetapi mereka kesulitan menemukan lahan kosonguntuk membangun kantor dan tempat penyimpanan, danpermintaan izin mereka untuk menggunakan lahan kosongditolak oleh Pemerintah Daerah. Halangan-halangan ini

dak mengecilkan ha para pengelola bank yang pahambahwa bank sampah telah secara nyata berkontribusi secaraberkesinambungan kepada masyarakat.

Biogas di Tomang

RW di Tomang, Jakarta Barat, juga menjadi tenagapenggerak di balik prakarsa bank sampah yang sukses.Bedanya, sementara fokus utama Semper Barat ada disampah anorganik, Tomang menekankan sisi organik.

Page 25: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 25/3025

Prakarsa Oktober 2013

Drs. Asep Kusmayadi, M.Si, terinspirasi oleh bak cerna(biodigester ) sederhana yang digunakan oleh penduduk desadi Tanjung Sari. Biodigester ini, yang dikembangkan oleh Dr.Ha a, dosen di Universitas Padjajaran, dapat memprosessampah organik menjadi biogas dan kompos cair. Asepmembangun biodigeser serupa di lingkungan perumahannya,menggunakan dana pemerintah sebesar Rp 6 juta yangtersedia untuk pembangunan di wilayahnya. Ia berharapdengan alat baru ini, warga Tomang akan belajar memilahsampah mereka dan menggunakannya untuk tujuan posi f.

Asep berkonsultasi dengan RT-RT di wilayahnya tentangkerjasama melakukan usaha lingkungan. Ia membagikandua wadah untuk se ap rumah tangga yang berpar sipasi –satu untuk sampah anorganik, dan satu lagi untuk sampahorganik yang akan dimasukkan ke dalam biodigester.

Program ini terbuk berhasil. Untuk menghasilkan gasmetana, sampah organik dimasukkan ke dalam biodigestersebesar dua meter kubik. Gula ditambahkan untukmempercepat proses pembusukan. Dibutuhkan waktusekitar ga hari untuk menghasilkan biogas, yang bisadipipakan langsung sebagai bahan bakar, dan komposcair, yang bisa dikeringkan dan dimanfaatkan untuk tamandan hor kultura. Biogas digunakan untuk menyalakankompor gas yang sering digunakan untuk memasak diacara-acara warga, seper perayaan Idul Adha, perayaan

Hari Kemerdekaan, dan acara lainnya seper layar tancap.Sayangnya, biogas ini belum bisa disalurkan ke rumah-rumah warga karena keterbatasan produksi dan jarak yangcukup jauh antara rumah dengan biodigester. Lingkunganperumahan di daerah tersebut sangat tersebar, dan hal inimerupakan tantangan yang harus mereka atasi.

Dengan meningkatnya kesadaran akan lingkungan, minatwarga untuk melakukan kegiatan daur ulang juga tumbuh.Bersama Asep telah bergabung salah satu ketua RT,Eko Waluyo, dan Oetoyo, warga lansia dengan keahlianteknis. Asep, Eko, dan Oetoyo membangun biodigesterportabel atau TEPSOR (Tempat Permentasi SampahOrganik) berkapasitas 300 liter dengan biaya Rp 12,5 juta. TEPSOR dipasang di mulut gang rumah warga untukmemudahkan pemakaiannya. Warga yang suka dudukdan bercengkerama di pojok jalan bisa menggunakanenergi yang dihasilkan TEPSOR untuk memasak air gunamenyeduh kopi atau mi. Kompos TEPSOR bisa dijualsebagai pironik (pupuk cair organik).

Warga menggunakan pironik untuk menyuburkan tanaman,dan kini lingkungan mereka tampak lebih hijau. Selamabeberapa waktu, masyarakat berpenghasilan rendah dilingkungan itu menggunakan kompos untuk menumbuhkansayuran seper sawi hijau, terung pu h, dan cabai dibantaran sungai terdekat. Sayangnya, air sungai meluap dan

menyapu semua tanaman – tetapi sebelum itu terjadi, tepisungai berubah menjadi kebun yang subur dengan manfaatkesehatan dan ekonomi bagi warga. Hal ini membuk kanpotensi biodigester.

Mengurangi Sampah AnorganikSebagai perkembangan dari kegiatan biodigester, lingkunganAsep juga memulai Bank Sampah Tomang. Saat ini, empat RTak f mengelola bank tersebut. Sistem Bank Sampah Tomangmemungkinkan pelanggan menyerahkan limbah anorganikuntuk di mbang. Nilainya dicatat di buku tabungan, ataupelanggan bisa mendapatkan uang tunai di tempat. Besaranyang dibayarkan berdasarkan nilai se ap jenis sampahdan ber uktuasi sesuai pasar. Suatu hari harga sekilobotol plas k bisa Rp 1.500, tapi pada lain waktu bisa lebih

nggi atau lebih rendah. Jumlah nasabah bank ini masih dibawah 100 orang, tetapi jumlah tersebut terus bertambah,terutama dengan keterlibatan 15 anak usia SD dan SMP yangsecara ru n mengumpulkan sampah anorganik.

Anak-anak ini menggunakan uang yang mereka hasilkandari pemungutan sampah untuk mendanai kegiatan senimereka, yang berlangsung seminggu sekali. Eko Waluyo,yang selain punya tanggung jawab sebagai Ketua RT, jugaseorang seniman. Ia mendorong pemuda-pemudi untukmenggunakan gabus sinte s ( styrofoam ) dan sampah lainuntuk menciptakan benda-benda hias dan barang-barangbermanfaat seper bingkai foto, taman gantung, dan pot.Banyak peserta yang bersemangat, mereka terinspirasi untukmembuat kerajinan tangan dan memelihara lingkungan.

Meski pertumbuhan kegiatan di Tomang terhambat oleh

masalah seper lahan yang terbatas untuk pemrosesansampah, baik Eko maupun Asep tetap menunjukkan jiwaperin s mereka. Mereka percaya pada visi untuk mengajaklebih banyak warga Tomang ak f berpar sipasi dalammengelola sampah rumah tangga mereka dan bersikappeduli lingkungan.

Bukan hanya mereka yang meyakini hal itu, masih banyakyang lain. Sebagai pengakuan atas upaya mereka, Tomangmendapat peringkat kedua dalam kategori “kota sehat” diacara ngkat provinsi tahun 2010. Tomang juga menjadi juara dua dalam acara kejuaraan bank sampah yangdisponsori Jakarta Green and Clean tahun 2011. Programbiogas mereka mendapat penghargaan Hadiah MandiriKotaku dalam kontes lingkungan hidup yang disponsori olehBank Mandiri dan lembaga media Indopos. Penghargaansemacam ini dak hanya mendorong para pelopor yangmemiliki visi di Tomang untuk terus maju, tapi juga merin s

jalan untuk diiku komunitas lain. n

Tentang penulis:Eleonora Bergita (Gite) adalah Senior Programme O cer dan EventManager IndII. Ia penulis dan penyelenggara acara dengan pengalamanlebih dari 10 tahun di bidang jurnalis k dan penyelenggaraan acara.

Pengalamannya antara lain pernah bekerja dengan LSM dari Jerman,sebuah majalah Indonesia, dan perusahaan humas. Gite merupakanlulusan Universitas Indonesia, jurusan Sastra Jerman.

Page 26: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 26/3026

Prakarsa Oktober 2013

Sekilas Tentang IndII: Rencana Program 2013–2014

Atas perkenan IndII

IndII membantu Jakarta menjawab tantangan membenahi transportasi publik melalui

dukungan pada Transjakarta.

Se ap edisi Prakarsa pada umumnya mengangkat topik-topik yang berkenaan dengan satu sektor tertentuyang ditangani Prakarsa Infrastruktur Indonesia (IndII)yang didanai AusAID. Namun, tugas yang diemban IndIIsebenarnya memiliki lingkup yang jauh lebih luas. Bersamamitra pendamping, di ngkat pusat maupun daerah,IndII terus berupaya melaksanakan berbagai proyek di

ga sektor: air minum dan sanitasi, transportasi, sertakebijakan infrastruktur dan investasi. Sebagai sebuahprogram yang sudah matang dan kini berada padatahap kedua (Tahap pertama dilaksanakan pada tahun2009–2011), sebagian besar upaya IndII lebih lanjutdirancang untuk memanfaatkan landasan pencapaiandan pembelajaran dari kegiatan sebelumnya. Di bawahini dipaparkan gambaran singkat rencana program IndII ditahun skal mendatang.

Air Minum dan Sanitasi Air Minum

• Melalui program Hibah Air Minum IndII yang sukses –program hibah berbasis hasil yang memberi apresiasikepada Pemerintah Daerah (Pemda) atas investasi yangdilakukan terhadap Perusahaan Daerah Air Minum(PDAM) mereka – sekitar 290.000 rumah tanggaberpenghasilan rendah akan memiliki sambungan air

PDAM dengan memanfaatkan dana AusAID, sementara34.000 rumah tangga berpenghasilan rendah lainnyaakan memanfaatkan dana USAID.

• IndII akan terus mengawasi kegiatan uji coba yangberupaya meningkatkan kapasitas Organisasi BerbasisMasyarakat (CBO) untuk mengalirkan air leding kemasyarakat di wilayah perdesaan yang tak terlayanioleh PDAM. IndII juga tengah mempertimbangkansuatu rancangan program hibah bagi CBO untukmemasok air leding.

Sanitasi • Program Hibah Air Limbah akan menyediakan dana

hibah berbasis hasil yang memungkinkan 9.000 rumahtangga tersambung pada sistem saluran air limbahyang sudah ada di empat Pemda.

• Program Hibah Infrastruktur Australia-Indonesiauntuk sanitasi (sAIIG, Australia-IndonesiaInfrastructure Grants for Sanitation ), telahmemperoleh pembelajaran dari Hibah PeningkatanInfrastruktur (IEG, Infrastructure EnhancementGrants ) untuk menyusun sebuah program terfokusberupa hibah berbasis hasil yang akan mendukungpenyediaan sambungan pada saluran air limbahberskala kecil bagi 90.000 rumah tangga di 40 Pemda.

Page 27: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 27/3027

Prakarsa Oktober 2013

• Menindaklanju rencana induk yang telah diselesaikan,tahun ini akan dimulai penyusunan Rancangan TeknikTerperinci, dan Analisis Dampak Lingkungan untuksistem saluran air limbah di kota-kota Palembang,Cimahi, dan Pekanbaru. Selain itu, IndII akanmendukung pelaksanaan sistem di Palembang denganhibah dari AusAID, sedangkan sistem di dua kotalainnya kemungkinan besar akan dilaksanakan denganpinjaman dari Bank Pembangunan Asia (ADB).

• IndII tengah melakukan studi kelayakan gunamempersiapkan dua proyek (di Manado danYogyakarta) tentang Program ManajemenPersampahan Regional yang kemungkinan besar akandilaksanakan dengan pinjaman dari Bank Dunia.

Tata Kelola Air Minum• Program sebelumnya untuk menguatkan tata

kelola PDAM sedang diperluas sebagai programyang memanfaatkan kontrak sosial pada limaPemda tambahan.

• IndII akan meluncurkan Indeks Layanan Air Minumdan Sanitasi yang inova f. Hal ini merupakan ukuranprak s tentang mutu layanan 100 Pemda yang akandipublikasikan, meningkatkan akuntabilitas publik,sekaligus merupakan bentuk penghargaan terhadapPemda berkinerja nggi dan menjadikan mereka modeluntuk diteladani.

TransportasiKebijakan Strategis dan Kerangka Kerja Perencanaan

• IndII membantu mengkoordinasi dan menyusunkonsep strategi sektor transportasi lima tahun untukBappenas, Kementerian Perhubungan (Kemenhub),dan Kementerian Pekerjaan Umum (Kemen PU) untuktahun 2014–2019.

Konek vitas Mul moda• Untuk koridor Jawa Utara MP3EI (Masterplan

Percepatan dan Perluasan Pembangunan EkonomiIndonesia), IndII memberikan saran kebijakan danstrategi guna meningkatkan angkutan mul moda danmengalihkan lalu-lintas dari jalur yang padat.

• IndII sedang menyusun paket saran kebijakan danperencanaan yang komprehensif tentang jalan rayanasional. Paket ini akan mencakup dukungan atasproses peralihan yang sangat dibutuhkan menujupembangunan jaringan jalan baru; peningkatanstandar jaringan dan penggunaan rancangan berbiayaoptimal dengan mempertimbangkan masa hidup jaringan tersebut secara keseluruhan; penyiapanrencana investasi koridor dengan menggunakanperangkat perencanaan baru; menyusun landasanbagi pelaksanaan program sektor swasta berikutpendanaan melalui model pelaksanaan alternatif;

serta reformasi dan penguatan kapasitas bidanghukum dan kelembagaan.

• Dengan dukungan IndII, strategi pembangunanpelabuhan disertakan dalam rencana lima tahunKemenhub.

Mobilitas Urban dan Pengurangan Kemacetan• Tantangan angkutan umum di Jakarta kini sedang

ditangani dengan menyiapkan rencana investasi,operasional, dan usaha, dengan dukungan langsunguntuk TransJakarta (yang dalam waktu dekat akanmenjadi perusahaan pelaksana sistem busway )IndII menawarkan saran untuk bidang perencanaankebijakan dan strategi bagi sistem angkutan umumnon-kereta api lainnya.

• Bersama dengan Kemenhub, IndII mengembangkansistem dan portal berbagi pengetahuan ( knowledge-sharing ) tentang mobilitas urban.

Pelaksanaan Usia Ekonomis• Untuk jalan raya nasional, IndII menguatkan

pelaksanaan proyek dan manajemen aset terhadapusia ekonomis ( life-cycle ); memperkenalkanrancangan trotoar yang berumur lebih panjang danberkualitas lebih nggi; meningkatkan standar teknis;mengembangkan perangkat bantu manajemenaset untuk mengop malkan kinerja sepanjangmasa hidupnya, serta mela h staf dalam carapenggunaannya; memperkenalkan sistem kontrak

berbasis kinerja; dan menguatkan manajemen kontrak.• IndII menerapkan program uji coba terhadappemeliharaan jalan raya provinsi dengan menggunakandana hibah dari Pemerintah Pusat dan pengawasanpublik untuk mengintensi an perencanaanpemeliharaan jalan raya, tata kelolanya, sertapelaksanaan yang lebih baik di tataran provinsi.

• Sebagai bagian dari pekerjaan persiapan proyekpelabuhan, IndII melakukan peninjauan ulang rencanainduk dan pra-studi kelayakan, serta menyusun ulasanusaha bagai proyek pelabuhan Makassar baru yangsesuai untuk pembiayaan oleh swasta.

KeselamatanIndII membantu dalam implementasi Rencana UmumNasional Keselamatan (RUNK). Pekerjaan ini melipu :

• Penanggulangan k rawan ( blackspot ) untukkeselamatan jalan – membantu Dirjen Bina Margauntuk mengiden kasi k rawan berisiko nggidan menyusun rancangan penanggulangan untukditerapkan; penguatan Dirjen Bina Marga dankemampuan memberikan konsultansi melalui pela han.

• Audit Keselamatan Jalan pada jalan yang didanai olehdonor (AusAID) dan APBN; pengembangan kemampuanaudit keselamatan jalan para konsultan dalam negeri.

• Menyusun program keselamatan jalan perkotaanterpadu yang menargetkan para pejalan kaki

dan para pengguna jalan yang rentan, denganmemanfaatkan insen f hibah dari Pemerintah Pusat,

Page 28: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 28/3028

Prakarsa Oktober 2013

Tim Redaksi PrakarsaCarol Walker, Managing Editor [email protected] Bergita, Senior Program O cer

[email protected] Punjabi, Communica ons Consultant [email protected] Ngabito, Communica ons O cer [email protected] Ray, IndII Facility Director [email protected] Bost, Deputy Facility Director [email protected] Coucouvinis, Technical Director – Water and Sanita on [email protected]

John Lee, Technical Director – Transport john.lee@indi i.co.idLynton Ulrich, Technical Director – Policy & Investment [email protected]

Apakah Anda masuk dalam daftar pengiriman IndII?Jika Anda saat ini belum menerima terbitan jurnaltriwulan Prakarsa dan ingin berlangganan, silakanmengirimkan e-mail ke: [email protected]. NamaAnda akan kami masukkan dalam daftar pengirimanPrakarsa versi elektronik dan e-blast IndII. Jika Andaingin menerima kiriman jurnal Prakarsa versi cetak,silakan menyertakan alamat lengkap pada e-mail Anda.

ACARA & KEGIATAN MENDATANG Acara Waktu dan Tempat*

Studi Latar Belakang,RPJMN di Sektor

Lokakarya9 Oktober 2013

KSAN (Konferensi Sanitasi dan AirMinum Nasional)

Konferensi dan Fes val

29–31 Oktober 2013, BalaiKar ni, Jakarta

Proyek Ujicoba KPS (PPP)Diskusi Kelompok Terfokus

29 Oktober 2013, Jakarta

3IDE (Indonesia Ins tute forInfrastructure Development

E ec veness – Lembaga Efek vitasPembangunan Infrastruktur Indonesia)

Lokakarya

29 Oktober 2013, Jakarta

Penandatanganan sAIIGSeremonial

November 2013, Jakarta(Kepas an tanggal perlu

kon rmasi)

Simposium Jalan NasionalSeminar

3–4 Desember 2013, Jakarta

3IDELokakarya Penutup

26 November 2013, Jakarta

* Tanggal dan tempat bersifat tenta f dan bisa berubah sewaktu-waktu. Untuk kon rmasi jadwal dan tempat silahkan menghubungiIndII di [email protected] atau di (21) 7278-0538

untuk meningkatkan perencanaan, tata kelola, dankeefek fan pelaksanaan program.

• Bersama kepolisian negara bagian Victoria, Australia,membantu Direktorat Lalu Lintas Polri untukmenguatkan penegakan pengendalian kecepatan danpenyelidikan tabrakan.

Kebijakan Infrastruktur dan InvestasiPembiayaan Infrastruktur

• Di bidang reformasi keuangan PDAM, IndII melanjutkanprogramnya untuk membantu PDAM dalam menyusunrencana ekspansi usaha yang dapat diterima oleh banksehingga memenuhi persyaratan untuk memperoleh

pinjaman berdasarkan Perpres 29. Upaya ini mencakuppenyusunan dan penyebaran perangkat bantu/panduan Perpres 29 bagi PDAM.

• Untuk menunjang pembentukan KemitraanPemerintah dan Swasta (PPP, Public-PrivatePartnership ) berskala kecil di bidang air minum, IndIImelakukan pengidentifikasian, dukungan kelayakan,dan persiapan lainnya.

• IndII juga bekerja sama dengan Direktorat JenderalSumber Daya Air Minum dari Kemen PU tentangproposal PPP dan penyiapan proyek.

Tata Kelola Infrastruktur • Menindaklanju pekerjaannya di bidang reformasi tata

kelola dalam fungsi audit internal, IndII menuntaskandan mengkomunikasikan hasil program utama untukmembantu Inspektorat Jenderal Kemen PU tentangaudit internal dan pengadaan barang dan jasa.

• Untuk DKI Jakarta, IndII mengkaji dan merancangsebuah program tentang audit internal danmanajemen aset.

Sektor Pengetahuan• Sebuah program hibah peneli an untuk

menghubungkan peneli Indonesia dengan peneliinternasional guna membuahkan hasil peneli anbermutu, dengan diluncurkannya Australian-Indonesia

Infrastructure Research Awards (AIIRA).• IndII sedang melaksanakan pengkajian danperancangan Ins tut Indonesia bagi keefek fanPembangunan infrastruktur (IIIDE, Indonesia Ins tutefor Infrastructure Development E ec veness) untukmengkaji modalitas dan peluang baru bagi investasisektor swasta.

Penyusunan Program Infrastruktur Lainnya• IndII menyediakan dukungan kepada Bappenas dalam

pengembangan Rencana Induk Pengembangan Migas,termasuk catatan tentang kebijakan, pembuatan modeldengan komputer, dan pela han. n

— David Ray, Direktur IndII

Page 29: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 29/3029

Prakarsa Oktober 2013

Pertanyaan: Bagaimana pandangan Anda mengenai upaya yangdilakukan oleh institusi Anda dalam memberikankontribusi terhadap pencapaian tujuan pengelolaansampah secara umum?

Ir. R. Laisa Wahanudin, M.Med.Sc (PH)Kepala Sub Direktorat Persampahan dan Drainase Bappenas

“Kontribusi Bappenas terhadap pengembangan pengelolaan sampah secara strategis didasarkan pada UU no. 18/2008tentang Pengelolaan Sampah. Bappenas ikut berperan dalam penentuan fokus kebijakan manajemen persampahan.Prioritasnya melipu : mendukung regionalisasi di ngkat Pemerintah Daerah (Pemda); berfokus pada kota metropolitandan kota-kota besar; mengembangkan kebijakan strategis dalam manajemen persampahan; menetapkan targetuntuk disertakan dalam dokumen Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP) dan Rencana Pembangunan JangkaMenengah Nasional (RPJMN); menetapkan roadmap pengelolaan sampah berdasarkan hasil kegiatan pemetaan;dan mengusulkan sumber-sumber pembiayaan alterna f. Berdasarkan prioritas-prioritas tersebut, kementerian-kementerian teknis dapat menyusun rencana strategis dan rencana ndak masing-masing dalam manajemenpersampahan.

Bappenas juga memfasilitasi, melakukan koordinasi, memantau dan mengevaluasi manajemen informasi parapemangku kepen ngan melalui kelompok kerja air minum dan penyehatan lingkungan. Salah satu terobosan yang telahkami lakukan adalah mendorong Pemda untuk menciptakan dokumen perencanaan yang baik, dengan memiliki strategi

sanitasi mereka sendiri yang disertakan dalam program percepatan pembangunan sanitasi perumahan”.

Capt. H. Josrizal Zain, SE, MMDirektur Ekseku f, AKKOPSI

“Aliansi Kabupaten Kota Peduli Sanitasi Indonesia (AKKOPSI), merupakan lembaga koordinasi yang memungkinkankepala-kepala Pemda saling mendukung dalam memperkuat dan memelihara komitmen pembangunan sanitasi.AKKOPSI juga merupakan forum bagi Pemda untuk saling berbagi pengalaman dan pembelajaran. Peran utamaAKKOPSI adalah sebagai mediator dalam dialog antara Pemda, Pemerintah Pusat dan lembaga-lembaga donor, untukmeningkatkan sinergi dan kerjasama antar pemangku kepen ngan.

Terkait pengelolaan sampah, kontribusi AKKOPSI termasuk memfasilitasi pertukaran informasi mengenai berbagaipendekatan pengelolaan sampah. Pertukaran informasi dilakukan melalui forum-forum ru n AKKOPSI seper CitySanita on Summit yang diselenggarakan setahun sekali, dan forum pembelajaran horizontal ( horizontal learning )antar Kepala Pemda. Untuk forum antar Kepala Pemda, AKKOPSI juga berkontribusi dalam advokasi langsung, promosikebijakan, serta pendekatan baru untuk pengelolaan sampah”.

Joseph Hwang, M.Sc.Direktur Produksi, PT Gikoko Kogyo Indonesia

“Investasi Gikoko pada Tempat Pemrosesan Akhir berukuran sedang mendorong perha an terhadap pen ngnyamelembagakan standar manajemen dan operasional untuk pembuangan sampah ke fasilitas pembuangan akhir.Para ahli dari bank pembangunan dan konsultan pada awalnya lebih mengkhawa rkan dan berkonsentrasi pada jumlah sampah yang dapat dikumpulkan dalam suatu kota, tetapi Gikoko menyadari bahwa alokasi anggaran untukpengelolaan sampah dari pemerintah sangat diperlukan untuk menangani pembuangan sampah secara aman di TempatPemrosesan Akhir. Sampah harus dipadatkan dan dibuat stabil untuk mengurangi risiko tanah longsor.

Dengan menyusun Panduan Standar Operasional bersama Bank Dunia, Gikoko menunjukkan bahwa sampah yang padaawalnya merupakan beban bagi lingkungan dapat diubah menjadi manfaat, sebagai bahan dasar bagi produksi gas alam

dan pembangkit tenaga listrik yang memiliki daya saing. Hal ini sebagai pembuka jalan untuk replikasi proyek serupadengan kerjasama antara penyedia teknologi sektor swasta dan pemerintah untuk berkontribusi terhadap tujuan untukmencapai Tempat Pemrosesan Akhir Terpadu ( sanitary land ll ) yang juga merupakan fasilitas daur ulang yang layak darisegi pembiayaan”.

t

t

t

AhliPandanganPara

Page 30: Manajemen Persampahan

8/10/2019 Manajemen Persampahan

http://slidepdf.com/reader/full/manajemen-persampahan 30/30

Prakarsa Oktober 2013

Membuat Panduan untuk Kegiatan SanitasiSosial secara InklusifPara pemangku kepentingan baik di Pemerintah Pusat dan Daerahmengakui bahwa mereka membutuhkan suatu alat untuk membantumereka mengintegrasikan isu-isu gender, kemiskinan, dan isu sosiallainnya ke dalam kegiatan sanitasi berbasis kelembagaan. Diperlukan

standar untuk membantu para pejabat secara formal mengidenti kasidan menangani kebutuhan, mengesahkan komitmen, menetapkan

indikator yang tepat, mengumpulkan data dan memantau kinerja.Untuk mengembangkan alat tersebut, Direktorat PengembanganPenyehatan Lingkungan, Direktorat Jenderal Cipta Karya (DJCK)meminta dukungan dari IndII yang didanai oleh AusAID. Konsultan gender IndII kemudianbekerjasama dengan DJCK untuk membuat manual yang memberikan panduan mengenai isugender dan pemantauan program dalam kerangka kerja kelembagaan.

Melalui konsultasi dengan para staf DJCK serta Pemerintah Pusat dan Daerah, para konsultanmembuat rancangan pedoman yang menjabarkan mekanisme yang sistematik untuk menjaminbahwa isu gender, kemiskinan dan isu sosial lainnya telah ditangani pada seluruh proses pengelolaan

saluran air limbah. Sebagai bagian dari upaya untuk menyelesaikan pedoman tersebut, telahdiselenggarakan lokakarya pada bulan Juli 2013 untuk mendapatkan masukan dari para pemangkukepentingan Pemerintah Pusat dan Daerah yang akan menjadi pemanfaat utama manual tersebut.

Masukan ini dipergunakan untuk memperkaya isi dan membuat manual tersebut suatu alat yanglebih baik bagi para pemangku kepentingan yang berharap dapat menyediakan sanitasi dengankualitas yang makin baik, yang dapat memenuhi kebutuhan setiap orang.

Untuk informasi lebih lanjut mengenai hal ini dan kegiatan IndII lainnya, harap lihat Perkembangan Aktivitas di situs kami: http:/ /www.indii.co.id/ind/publications.php?id_cat=57

Prakarsa Edisi Mendatang

Perencanaan Pembangunan 2015–2019

Pemerintah Indonesia saat ini sedang bekerja keras menyusun Rencana Pembangunan Jangka Menengah(RPJM) untuk periode 2015–2019. Ini adalah rencana lima tahun ke ga yang merupakan bagian dari upayaperencanaan jangka panjang (20 tahun) yang pertama kali dilaksanakan pada tahun 2005. Upaya perencanaandua puluh tahun melihat Indonesia pada tahun 2025 sebagai negara yang memiliki daya saing dengan jaringantransportasi yang terintegrasi dan dapat diandalkan serta infrastruktur air minum dan sanitasi yang memadaibagi semua warganya.

Masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk mencapai visi ini, dan RPJM berikutnya akan berperansebagai kerangka kerja kebijakan utama bagi pemerintahan berikutnya. IndII yang didanai oleh AusAID bekerjabersama mitra kerjanya di Bappenas dan berbagai dinas terkait lainnya dalam perencanaan strategi untukperiode 2015–2019. Prakarsa edisi Januari 2014 akan menyajikan serangkaian pembahasan mengenai temautama yang perlu diper mbangkan sebagai bagian dari persiapan dokumen RPJM.

Hal ini mencakup sejumlah tema sektoral dan lintas sektoral seper peningkatan perencanaan jaringan, targetberbasis hasil untuk konek vitas, pengelolaan aset untuk siklus hidup yang lebih baik, penggunaan sistemberbasis kinerja dalam penyerahan pekerjaan, desentralisasi dan modalitas baru untuk par sipasi sektor swasta.

Hasil: