Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

51
Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-1 RINGKASAN EKSEKUTIF KAJIAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA DEPOK BAB I. PENDAHULUAN 1.1. MAKSUD DAN TUJUAN PEKERJAAN Maksud kegiatan ini adalah : 1. Memudahkan Pemerintah Kota Depok dalam mengelola persampahan di wilayah Kota Depok. 2. Membantu perencanaan dan pelaksanaan dalam pembangunan Unit-Unit Pengolahan Sampah di Kota Depok. Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah membuat analisa dan rencana pengelolaan sampah di Kota Depok terkait dengan upaya-upaya untuk menciptakan kondisi yang ditandai dengan : 1. Meningkatnya kebersihan lingkungan yang sehat dan bersih. 2. Berkurangnya konflik sosial masyarakat dalam operasional pengelolaan sampah, terutama di TPA. 3. Terbentuk pengolahan sampah dengan sistem 3R di sumber sampah. 4. Berkurangnya beban operasional truk sampah dan TPA Cipayung.

Transcript of Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Page 1: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-1

RINGKASAN EKSEKUTIF

KAJIAN PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA DEPOK BAB I. PENDAHULUAN

1.1. MAKSUD DAN TUJUAN PEKERJAAN Maksud kegiatan ini adalah :

1. Memudahkan Pemerintah Kota Depok dalam mengelola persampahan di

wilayah Kota Depok.

2. Membantu perencanaan dan pelaksanaan dalam pembangunan Unit-Unit

Pengolahan Sampah di Kota Depok.

Tujuan yang hendak dicapai dari kegiatan ini adalah membuat analisa

dan rencana pengelolaan sampah di Kota Depok terkait dengan upaya-upaya

untuk menciptakan kondisi yang ditandai dengan :

1. Meningkatnya kebersihan lingkungan yang sehat dan bersih.

2. Berkurangnya konflik sosial masyarakat dalam operasional pengelolaan

sampah, terutama di TPA.

3. Terbentuk pengolahan sampah dengan sistem 3R di sumber sampah.

4. Berkurangnya beban operasional truk sampah dan TPA Cipayung.

Page 2: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-2

1.2. RUANG LINGKUP

Ruang lingkup pekerjaan untuk melakukan kegiatan ini adalah :

pembuatan analisa dan rencana Pengelolaan Sampah di kota Depok dilihat dari

aspek / sudut bidang antara lain lingkungan hidup, efisiensi ekonomi, dampak

sosial, dan pemberdayaan masyarakat. Ruang lingkup kegiatan ini meliputi :

a. Pekerjaan persiapan yang meliputi perencanaan kegiatan, pentahapan

kegiatan dan penyusunan jadual kerja yang rinci.

b. Pengumpulan data yang meliputi data primer dan data sekunder

c. Observasi lapangan.

d. Kunjungan ke instansi terkait.

e. Pembahasan substansi pengolahan dan pengelolaan sampah dalam rangka

pengggalian opini dan pencapaian kesepakatan stakeholders

f. Analisa sistem pengolahan sampah berdasarkan data/informasi yang telah

diperoleh dari aspek-aspek teknis, ekonomi, sosial dan budaya, lingkungkan

hidup, legal dan kelembagaan, serta keuangan dan investasi

g. Analisa kelayakan, penyusunan kesimpulan, usulan dan rekomendasi yang

merupakan hasil kegiatan kajian yang diharapkan dapat menjadi masukan

bagi kegiatan merancang dan membangun infrastruktur unit pengolahan sampah ( UPS ) beserta analisa dampak sosial dan ekonomi.

1.3. KELUARAN Sedangkan keluaran yang hendak dicapai adalah sebagai berikut :

a. Alternatif-alternatif pengelolaan sampah di Kota Depok yang dianggap paling

sesuai dengan kondisi geografis, ekonomi, sosial-budaya dan kemampuan

pendanaan Pemerintah Kota Depok selain Unit Pengolahan Sampah dan

pengelolaan konvensional yang sedang dilaksanakan serta bentuk integrasi

yang dapat terjadi dan dilakukan oleh alternatif-alternatif pengelolaan sampah

tersebut.

b. Analisa perbandingan biaya (cost constraint) dan efisien antara pembangunan

Unit Pengolahan Sampah dibandingkan dengan penanganan sampah

Page 3: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-3

konvensional yang sedang dilakukan saat ini serta analisa jika kedua langkah

tersebut diatas dilakukan secara terintegrasi.

c. Hasil survey atau jejak pendapat dari masyarakat Kota Depok dalam

pembangunan dan pelaksanaan operasional Unit Pengolahan Sampah dan

pengelolaan persampahan di Kota Depok.

d. Alternatif-alternatif lokasi yang dimungkinkan dilihat dari semua faktor dalam

pembangunan Unit Pengolahan Sampah di Kota Depok , direncanakan akan

dibangun sebanyak 63 unit.

e. Studi Kelayakan Lokasi Unit Pengolahan Sampah yang akan dibangun oleh

Pemerintah Kota Depok dianalisa dari semua faktor yang memungkinkan.

f. Alternatif-alternatif sumber dana yang dapat dijaring selain APBD Kota Depok

dalam pembangunan unit-unit penngolahan sampah yang akan dilaksanakan,

baik itu sumber-sumber pendanaan dari Luar Negeri, Pemerintah Pusat,

Pemerintah Propinsi atau daerah lainnya serta pihak swasta.

Page 4: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-4

BAB II. GAMBARAN UMUM KOTA DEPOK Kota Depok sebagai salah satu wilayah termuda di Jawa Barat,

mempunyai luas wilayah sekitar 20.029 ha. Peta administrasi kota Depok dapat

dilihat pada gambar 2.1.

Wilayah Kota Depok berbatasan dengan tiga Kabupaten dan satu

Propinsi. Secara lengkap wilayah ini mempunyai batas-batas sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Ciputat Kabupaten Tangerang

dan Wilayah Daerah Khusus Ibukota Jakarta.

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi

dan Kecamatan Gunung Putri Kabupaten Bogor.

c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong dan Kecamatan

Bojonggede Kabupaten Bogor.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan

Gunungsindur Kabupaten Bogor.

Letak Kota Depok sangat strategis, diapit oleh Kota Jakarta dan Kota

Bogor. Hal ini menyebabkan Kota Depok semakin tumbuh dengan pesat seiring

dengan meningkatnya perkembangan jaringan transportasi yang tersinkronisasi

secara regional dengan kota-kota lainnya

Jumlah penduduk Kota Depok pada tahun 2006 mencapai 1.420.480 jiwa,

yang terdiri dari laki-laki 719.969 jiwa dan penduduk perempuan 700.511 jiwa.

Dengan demikian , sedangkan rasio jenis kelamin di Kota Depok adalah 102.

Kecamatan Cimanggis paling banyak penduduknya dibandingkan

Kecamatan lain di Kota Depok, yaitu 392.512 jiwa, kemudian Kecamatan

Sukmajaya dengan penduduk 314.147 jiwa. Sedangkan Kecamatan Beji,

penduduknya paling sedikit yaitu 143.592 jiwa( lihat tabel 2.1).

Page 5: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-5

Tabel 2.1.

Jumlah Penduduk Menurut Kecamatan

Di Kota Depok Tahun 2002 – 2006

(Laki-laki + Perempuan)

No

Kode Kecamatan 2002 2003 2004 2005 2006

(1) (2) (3) (4) (5) ('6) (7)

010 Sawangan 143,211 149,039 153,245 159,543 166,276

020 Pancoran Mas 226,405 235,790 240,904 247,622 254,797

030 Sukmajaya 285,928 296,636 301,809 307,753 314,147

040 Cimanggis 343,399 357,546 367,283 379,487 392,512

050 Beji 120,462 126,653 130,656 136,899 143,592

060 Limo 127,828 123,633 137,662 143,218 149,156

Kota Depok 1,247,233 1,289,297 1,331,559 1,374,522 1,420,480

Sumber : Kota Depok dalam Angka 2006

Selama kurun waktu 2000 – 2006, laju pertumbuhan penduduk Kota

Depok per tahun rata- rata adalah 3,44 persen. Meningkatnya jumlah penduduk

di Kota Depok ini terjadi akibat tingginya migrasi penduduk ke Kota Depok akibat

pesatnya pengembangan kota dan meningkatnya pengembangan kawasan

perumahan.Di tahun 2006, kepadatan penduduk Kota Depok mencapai 7.092,12

orang per kilo meter persegi. Kecamatan Beji merupakan Kecamatan terpadat di

Kota Depok, yaitu sebesar 10.041,40 orang per kilo meter persegi, sedangkan

Kecamatan dengan kepadatan penduduk terendah adalah Kecamatan

Sawangan yaitu sebesar 3.639,22 orang per kilo meter persegi.

Page 6: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-6

BAB III. KONDISI EKSISTING PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA DEPOK

3.1. UMUM Kondisi pengelolaan persampahan di Kota Depok akan dijelaskan secara

rinci di bawah ini dengan melihat komponen-komponen/subsistem pada masing-

masing sistem, yaitu:

1. Subsistem kelembagaan dan organisasi

2. Sub sistem teknik operasional

3. Sub sistem pembiayaan

4. Sub sistem peraturan

5. Komponen peran serta masyarakat

3.2. SUBSISTEM KELEMBAGAAN dan ORGANISASI Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Depok No. 16 Tahun 2003 tentang

Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah, instansi yang

berwenang dalam pengelolaan kebersihan adalah Dinas Kebersihan dan

Lingkungan Hidup (KLH). Struktur organisasi Dinas KLH ini terdiri dari Kepala

Dinas dengan dibantu empat Kepala Bidang, satu Bagian Tata Usaha dan dua

Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD).

Dinas KLH Kota Depok merupakan unsur pelaksana pemerintah kota

yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui

Sekretaris Daerah dan mempunyai tugas melaksanakan kewenangan

desentralisasi di bidang kebersihan dan lingkungan hidup. Untuk

menyelenggarakan tugas tersebut, Dinas KLH mempunyai fungsi:

1. Perumusan kebijakan teknis di bidang kebersihan dan lingkungan hidup.

2. Pemberian perizinan dan pelaksanaan pelayanan umum di bidang

kebersihan dan lingkungn hidup.

3. Pembinaan terhadap unit pelaksana teknis dinas (UPTD) di bidang

kebersihan dan lingkungan hidup.

Page 7: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-7

4. Pengelolaan urusan ketatausahaan

Sejak tahun 2003, Dinas KLH Kota Depok telah menerapkan pola pelayanan

dengan sistem pembagian wilayah kecamatan. Dalam sistem pembagian wilayah

berdasarkan kecamatan ini, di tiap-tiap kecamatan telah dibentuk koordinator

lapangan (Korcam). Korcam-korcam ini bertugas melaksanakan kegiatan teknis

operasional pengelolaan persampahan di tingkat kecamatan.

3.3. SUBSISTEM TEKNIS OPERASIONAL

Berdasarkan timbulan sampah 2,65 lt/org/hari, maka jumlah timbulan

sampah yang dihasilkan 3.764 m3/hari dengan jumlah penduduk 1.420.480 jiwa,

sedangkan sampah yang terangkut 1281 m3/hari, sampah yang tidak terangkut

2.483 m3/hari. Tingkat pelayanan persampahan saatini tahun 2006 sebesar

34.03% .

Pola Pelayanan Pada saat ini, ada tiga pola pelayanan persampahan yang diberlakukan untuk

melayani daerah permukiman, komersil, perkantoran, jalan dan pasar yaitu pola

individual langsung, pola komunal langsung dan pola penyapuan. Siklus/pola

pelayanan pengelolaan sampah dapat dilihat pada gambar 3.1.

3.4. SUBSISTEM PERATURAN

Terdapat dua produk hukum terkait dengan pengelolaan persampahan di

Kota Depok yang dihasilkan oleh Pemda Kota Depok, yaitu:

1. Produk hukum yang mendasari kewenangan institusi formal pengelola

persampahan di Kota Depok adalah Peraturan Daerah Kota Depok No. 16

Tahun 2003 Pembentukan dan Susunan Organisasi Perangkat Daerah dan

Keputusan Walikota Depok No. 30 Tahun 2005 tentang Uraian Tugas

Jabatan Struktural di Lingkungan Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup

Kota Depok.

Page 8: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-8

2. Produk hukum yang terkait dengan retribusi persampahan di kota Depok

adalah Peraturan Daerah Kota Depok No. 41 Tahun 2000 tentang Retribusi

Pelayanan Persampahan/Kebersihan.

3.5. SUBSISTEM PEMBIAYAAN Sumber Dana Sumber utama pembiayaan pengelolaan kebersihan/persampahan kota Depok

adalah APBD kota Depok, sebagai berikut :

Anggaran pengelolaan kebersihan kota Depok tahun 2006 sebesar Rp.

7.232.329.000.- sedangkan pada tahun 2007 sebesar Rp. 8.001.948.500.-

Retribusi Tarif retribusi persampahan di kota Depok telah diatur dalam Peraturan Daerah

Kota Depok nomor 22 tahun 2004 tentang retribusi pelayanan persampahan,

besar tarif retribusi sampah antara lain sebagai berikut : a. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah rumah

non real estate berdasarkan luas bangunan :Rp. 2.000,-s/d Rp. 8.500,-/bulan.

1. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah

rumah Real Estate ditetapkan berdasarkan luas bangunan : Rp. 7000,-

s/d Rp. 17.500,-/bulan.

b. Pengambilan, pengangkutan, pengelolaan dan pemusnahan sampah di

pasar, berdasarkan kegiatan usaha pedagang, ditetapkan dengan system

pengambilan harian : Rp. 1.000,-/hari s/d Rp. 2.500,-/hari.

c. Bilamana pengambilan, pengangkutan tidak dapat memberlakukan tariff

seperti pada point-point tersebut diatas, maka untuk menentukan Retribusi

pelayanan dimaksud dapat ditaksir dengan perhitungan rit, yang ditetapkan

sebesar Rp. 85.000,-/rit.

Hasil retribusi pelayanan kebersihan kota Depok yang dapat ditagih pada tahun

2006 sebesar Rp. 1.677.063.000,- memenuhi target tetapi hanya 23,18 % dari

anggaran rutin persampahan/biaya operasional sebesar Rp.7.232.329.000,-

Page 9: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-9

Biaya Satuan Pengelolaan Perhitungan biaya satuan pengelolaan sampah tahun 2006 sebagai berikut :

• Jumlah sampah yang terangkut khusus permukimanan per hari = 1085 m3

• Biaya total pengelolaan tahun 2006 = Rp. 7.232.329.000,-

• Sampah yang di kelola 1 tahun = 338.520 m3

• Biaya satuan sampah per m3 = Rp 21.365,-

3.6. SUBSISTEM PERAN SERTA MASYARAKAT 1. Peran serta pada pembiayaaan

Peran serta masyarakat pada pembiayaan yang diwujudkan dengan

membayar retribusi kebersihan. tampaknya cukup baik. Hal ini dapat dilihat

dari realisasi pemungutan retribusi dari tahun 2001 sampai 2005 yang rata-

rata hampir mencapai 100%.

2. Peran serta pada teknis operasional

Peran serta masyarakat pada teknis operasional pengelolaan persampahan

diwujudkan dalam beberapa bentuk kegiatan seperti keikutsertaan pada

sebagian tahap pengelolaan persampahan, seperti pengumpulan sampah di

kontainer/bak sampah dan menyediakan sendiri pewadahan, serta kegiatan

pengolahan sampah skala rumah tangga.

Hasil survey rumah tangga yang dilaksanakan pada bulan November 2007

memperlihatkan bahwa sejumlah sampel rumah tangga yang mendapatkan

pelayanan pengangkutan sampah di Kota Depok, hampir seluruhnya (98%)

tidak menerapkan pola 3 R, 28% di antaranya masih membuang sampah ke

jalan atau ke sungai/selokan. 68% membuangnya ke tanah/lahan kosong.

3.7. UNIT PENGOLAHAN SAMPAH ( UPS) Pada tahun 2006, Pemerintah Kota Depok mencanangkan penerapan

sistem pengolahan dan pengelolaan sampah terapdu yang dikenal dengan

Page 10: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-10

SIPESAT/UPS . Inti dari SIPESAT/UPS adalah pendekatan pengelolaan sampah

dengan skala kawasan melalui pembangunan dan pengoperasian unit

pengolahan sampah (UPS) yang menerapkan prinsip-prinsip 4R-P yaitu reduce

(mengurangi), reuse (menggunakan kembali), recycle (mendaur ulang), replace

(mengganti), participation (pelibatan masyarakat).

Saat ini pelaksanaan sistem tersebut masih merupakan pilot project yang

berlokasi di Perumahan Griya Tugu Asri, Kecamatan Cimanggis, yang

beroperasi dari jam 07.00 s/d 11.00 setiap hari. Pada tahun 2008, sistem ini

direncanakan akan dilaksanakan di 20 kelurahan atau 20 UPS.

3.8. PERMASALAHAN 1. Subsistem Teknis Operasional

* Pewadahan, seperti bak sampah ( TPS ) dari batubata perlu diperbanyak

ketersediaannya dengan lokasi yang layak .

* Belum optimalnya pemanfaatan sarana dan prasarana persampahan.

* Sarana dan prasarana yang dimiliki tidak memadai dengan jumlah

penduduk kota Depok yang mencapai 1,4 juta jiwa.

2. Susbsistem Kelembagaan dan Organisasi * Rasio antara jumlah petugas pengumpul dan pengangkut dan penduduk

yang dilayani adalah 1:1.757 berarti masih dapat meningkatkan cakupan

pelayanan.

3. Subsistem Pembiayaan * Sumber pembiayaan dari APBD Kota Depok sudah cukup baik, tetapi

perlu ditingkatkan saat ini baru mencapai 1,3 % dari APBD kota Depok,

4. Subsistem Peran Serta Masyarakat

* Kebiasaan untuk menerapkan prinsip 3R dalam pengolahan sampah

sejak dari rumah tangga belum terbangun. * Kebiasaan untuk membuang sampah sembarangan (bukan ke TPS atau

ke Transfer Depo juga masih tinggi.

Page 11: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-11

BAB IV. ANALISIS 4.1. ANALISIS PEMBUANGAN SAMPAH KONVENSIONAL 4.1.1. Sub Sistem Kelembagaan Dan Organisasi * Berdasarkan klsasifikasi kota yang menempatkan Kota Depok sebagai kota

berukuran besar (dengan penduduk 1.420.480 jiwa) dan kriteria umum sistem

pengelolaan persampahan, bentuk lembaga yang ada saat ini dinilai sudah

sesuai yaitu Dinas dan membawahi bidang dan UPTD. * Untuk mengakomodir kebutuhan program peningkatan partisipasi masyarakat

dalam pengolahan sampah, maka pada tahap pengembangan ke depan,

struktur organisasi yang ada harus ditambahkan satu seksi yaitu penyuluhan.

* Rasio antara jumlah petugas pengangkutan yang berjumlah 223 orang dan

jumlah penduduk yang dilayani masih rendah * Dari tingkat pendidikan PNS dan tenaga kontrak, kualitas SDM di lingkungan

Dinas Kebersihan dan Lingkungan Hidup cukup baik 4.1.2. Subsistem Teknik Operasional a. Tingkat Pelayanan

Tingkat pelayanan saat ini ( tahun 2006 ) baru mencapai 34% dari jumlah

sampah yang dan belum mencapai 75 % (Target Nasional pada tahun 2009 ).

Dengan tingkat pelayanan saat ini sebesar 34 %, maka sasaran tingkat

pelayanan minimum pada tahun 2015 adalah 67 % ( berdasarkan MDGs).

Peningkatan pelayanan dapat dilakukan dengan pengembangan pola

konvensional antara lain melalui pengelolaan dengan :

1). Skala Rumah Tangga dengan menitik beratkan pengolahan sampah organik

menjadi kompos, dengan beberapa opsi teknologi misalnya dengan gentong

komposter, keranjang Takakura dan Biopori,

2) Skala Kawasan/Lingkungan, yaitu pengelolaan yang dilakukan untuk

melayani suatu kelompok masyarakat yang terdiri atas sekurang-kurangnya

100 Kepala Keluarga.

Page 12: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-12

a. Pewadahan, Disarankan untuk mempergunakan pewadahan sifatnya:

tertutup, mudah dikosongkan, murah dan pengadaannya mudah,

Misalnya: bin plastik atau kantong plastik.

b. Pengumpulan, Pengumpulan dilakukan dengan pola komunal dan

individual (untuk penghasil sampah besar), semua sampah dikumpulkan

ke TPS oleh penghasil sampah.

c. Pengangkutan, Pengangkutan sampah ke TPA disarankan perlu

optimalisasi pengangkutan pada sore hari, sehingga ritasi dapat

mencapai 3-4 rit/dump truck. Setiap truk harus dilengkapi dengan jaring

plastik dan pada sisi-sisi dump truk harus diberi triplek sehingga kapasitas

dump truck lebih besar

d. Pembuangan Akhir

• Sistem yang digunakan adalah controlled landfill, dimana dasar dari TPA

telah diberi lapisan kedap air sehingga air lindi yang dihasilkan tidak akan

mencemari air tanah dan sungai yang terdekat.

• Ditinjau dari kapasitas TPA sampah, menurut studi WJMP kapasitas

TPA Cipayung hanya mampu menampung sampai tahun 2009, sehingga

perlu meminalisasi atau membatasi sampah yang masuk ke TPA

Cipayung, antara lain dengan mereduksi sampah pada sumbernya dan

mengaktifkan kembali pengolahan sampah menjadi kompos di TPA serta

pengolahan sampah secara kawasan.

4.1.3. Subsistem Pembiayaan a. Sumber Dana

Anggaran kebersihan jika dibandingkan dengan anggaran belanja dan

pendapatan daerah kota Depok pada tahun 2006 (Rp 561.467.156.530,-)

maka persentase anggaran kebersihan adalah sekitar 1,3 % dari APBD

kota Depok. Dan angka ini masih kecil bila dibandingkan dengan standar

perencanaan yang besarnya antara 5 % dari APBD kota Depok.

Page 13: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-13

b. Biaya satuan pengelolaan sampah tahun 2006

Biaya satuan pengelolaan sampah (operasi + BBM ) kota Depok pada tahun

2006 adalah Rp 21.365 ,- per m3

c. Retribusi yang ditagih ( yang dapat ditarik dari masyarakat ) pada tahun 2006

sebesar Rp. 1.677.063.000,- atau sekitar 23.18 % dari anggaran rutin ( Rp. 7.232.329.000,-) . Pemasukan hasil retribusi dapat ditingkatkan dengan cara

peningkatan daerah pelayanan terutama dengan pelayanan komunal dengan

menyediakan TPS-TPS.

d. Struktur tarif retribusi sampah berdasarkan Perda kota Depok nomor 18 tahun

2002, cukup menggambarkan prinsip Cross Subsidi antar tingkat

pendapatan penduduk dan antar jenis pelanggan sampah, besarnya tarif

retribusi sampah perlu disesuaikan lagi.

4.1.4. Subsistem Peraturan

Saat ini Pemerintah kota Depok belum mempunyai peraturan daerah tentang

Ketertiban, Kebersihan dan Keindahan Kota, untuk masa ke depan harus sudah

dibuat peraturan daerah tentang K3 .

4.1.5. Subsistem Peran Serta Masyarakat Kesadaran masyarakat dalam pemeliharaan lingkungan masih rendahn.

Indikasinya dapat dilihat dari beberapa hal, antara lain:

a.Rendahnya kesadatan untuk melaksanakan metode 3 R

b.Masih adanya kebiasaan membuang sampah sembarangan

c.Masih tingginya kebiasaan memakai barang yang sulit terurai

Page 14: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-14

4.2. ANALISIS SISTEM PENANGANAN SAMPAH SKALA KAWASAN DENGAN UPS ( UNIT PENGOLAHAN SAMPAH )

4.2.1. Aspek Teknik Operasional

Pola Pelayanan :

Sumber sampah Gerobak TPST 1. Kompos

2. Non Kompos

Pengumpulan/Pengangkutan

Pengumpulan/pengangkutan sampah dilakukan dengan cara individual

yaitu pengumpulan sampah langsung dengan gerobak menuju Tempat

Pengolahan Sampah Terpadu ( TPST), setiap gerobak akan dilayani oleh 2

petugas. Pengumpulan dengan cara individual akan dilakukan dengan

gerobak, setiap gerobak dilayani oleh 2 petugas.

Tempat Pengolahan Sampah Terpadu ( TPST)

Semua sampah atau pendorong gerobak di daerah pelayanan akan

berakhir di TPST dimana semua sampah akan diolah secara terpadu

dengan Unit Pengolahan Sampah ( UPS ) ini. Di TPST akan dilaksanakan

kegiatan pemilahan, packing ( pembungkusan ) dan pembuatan Kompos.

4.2.2. Aspek Pembiayaan

• Biaya Investasi, terdiri :

1. Gerobak 15 unit @ Rp. 2.250.000,- = Rp. 33.750.000,-

2. Bangunan UPS 1 unit = Rp. 571.500.000,-

• Biaya Operasi dan Pemeliharaan

Biaya O & M dalam setahun sebesar Rp. 224.282.400,-

Page 15: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-15

Biaya pengelolaan sampah dengan sistem UPS adalah Rp. 20.797/m3

4.2.3. Aspek Kelembagaan * Keberadaan UPS di tingkat kelurahan mengisyaratkan adanya tanggung jawab

baru bagi Dinas KLH Kota Depok dalam pengelolaan persampahan. Karena itu,

Dinas KLH Depok perlu merancang skema pengorganisasian baru yang terkait

dengan pengelolaan UPS.

* Untuk tahap awal, mengingat kebutuhan tenaga kerja di bidang teknis dan

pengoperasian serta bidang manajerial yang mendesak, Dinas KLH dapat

bekerja sama dengan pihak swasta untuk pengadaan tenaga kerja tersebut

4.2.4. Aspek Peraturan * Terkait dengan kebutuhan akan lahan bagi UPS, Pemerintah Kota Depok perlu

mengeluarkan peraturan atau instruksi tertentu yang mendukung proses

pengadaan tanah untuk UPS

* Mengingat penggunaan teknologi tertentu, betapa pun sederhananya teknologi

itu, Dinas KLH perlu menyiapkan terlbih dulu prosedur pengoperasian baku

(SOP) UPS sebelum UPS ini dioperasikan.

4.2.5. Aspek Partisipasi Masyarakat * Berdasarkan hasil survey rumah tangga yang dilaksanakan pada bulan

November 2007, hampir seluruh rumah tangga sampel (96%) menyetujui

dibangunnya UPS di kelurahan masing-masing.

* Persetujuan ini merupakan modal awal bagi Pemda Kota Depok untuk

mengembangkan dukungan dan partsipasi masyarakat dalam pengelolaan dan

pengoperasianUPS, baik di tingkat bawah maupun di tingkat atas.

Page 16: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-16

4.3. ALTERNATIF PENGOLAHAN SAMPAH Implementasi pengelolaan dan pengolahan sampah dapat dilakukan

dengan 3 ( tiga ) pendekatan yang aakan dilakukan secara bersamaan. Pada

butir 4.1. dan butir 4.2 telah dijelaskan : 1). Pendekatan pada skala

TPA/Konvensional dan 2). Pendekatan skala kawasan dengan UPS, alternatif

lain pengolahan adalah dengan pengolahan sampah skala rumah tangga.

Program yang sangat penting dalam pengelolaan persampahan adalah

menyadarkan dan melibatkan masyarakat terutama pada tingkat rumah tangga

untuk melakukan pemilahan sampah. Walaupun upaya-upaya penyadaran

masyarakat tersebut bukanlah pekerjaan yang mudah, karena berkaitan dengan

perubahan kultur dan cara pandang. Tetapi, dengan melibatkan segenap

potensi yang ada di masyarakat seperti kader Dasawisma, PKK, Karang Taruna,

Lembaga Swadaya Masyarakat, Universitas, kelompok pengajian, ulama dan

tokoh-tokoh masyarakat, yang bekerja secara terkoordinasi, terencana, dan

berkesinambungan maka diharapkan perubahan kultur dan cara pandang

tersebut dapat terwujud. Salah satu program yang tidak kalah pentingnya terkait

dengan penyadaran masyarakat adalah memasukkan materi-materi mengenai

pengolahan sampah pada setiap jenjang pendidikan di Kota Depok. Diharapkan

anak-anak bangsa tersebut dapat memiliki cara pandang dan budaya yang lebih

ramah lingkungan.

Ada tiga jenis upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi jumlah

sampah yang harus dibuang di TPA sampah. Upaya tersebut dikenal dengan

istilah 3 R, yaitu Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), dan

Recycle (mendaur ulang) sampah yang dihasilkan oleh masyarakat.

Reduce (mengurangi) adalah upaya yang dilakukan untuk mengurangi

secara langsung jumlah sampah yang dihasilkan oleh penghasil sampah. Hal-hal

yang dapat dilakukan oleh masyarakat antara lain: mengurangi penggunaan

barang sekali pakai, memperkecil volume sampah misalnya meremas sisa

minuman kaleng & dus.

Page 17: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-17

Reuse (mengunakan kembali) adalah upaya yang dilakukan untuk

mengurangi jumlah sampah dengan cara mengunakan kembali bahan-bahan

yang selama ini dianggap sampah, contohnya: pengunaan botol bekas,

penggunaan plastik bekas sebagai wadah, pengunaan kotak karton sebagai

wadah, bekas kalender harian menjadi buku catatan, mempergunakan produk

yang bisa diisi ulang.

Recycle (mendaur ulang sampah) adalah upaya yang dilakukan untuk

mengurangi jumlah sampah dengan cara mengolah sampah (bahan-bahan

bekas) menjadi bentuk baru yang dapat mempunyui fungsi sama atau berbeda

dengan fungsi awal. Contoh recycle, pembuatan kertas daur ulang, pembuatan

kompos dari bahan sampah organic.

4.3.1. Konsepsi Penanganan Sampah di Sumber

- Penanganan sampah hendaknya tidak lagi hanya bertumpu pada aktivitas

pengumpulan, pengangkutan dan pembuangan sampah.

- Penanganan sampah di sumber diharapkan dapat menerapkan upaya

minimisasi yaitu dengan cara mengurangi, memanfaatkan kembali , dan

mendaur ulang sampah yang dihasilkan

- Minimasi sampah hendaknya dilakukan sejak sampah belum terbentuk yaitu

dengan menghemat penggunaan bahan, membatasi konsumsi sesuai

kebutuhan, memilih bahan yang mengandung sedikit sampah, dsb

- Upaya memanfaatkan sampah dilakukan dengan menggunakan kembali

sampah sesuai fungsinya seperti halnya pada penggunaan botol minuman

atau kemasan lainnya

- Upaya mendaur ulang sampah dapat dilakukan dengan memilah sampah

menurut jenisnya baik yang memiliki nilai ekonomi sebagai material daur

ulang (kertas, plastik, gelas/ logam, dll) maupun sampah B3 Rumah tangga yang memerlukan penanganan khusus (baterei, lampu neon, kaleng sisa

baygon dll) dan sampah kemasan (bungkus mie instan, plastik kemasan

minyak, dll)

Page 18: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-18

- Pengomposan sampah diharapkan dapat diterapkan di sumber (rumah

tangga, kantor, sekolah, dll) yang akan secara signifikan megurangi sampah

pada tahap berikutnya.

4.3.2. Skenario Pemilahan Sampah Non Organik

- Skenario pemilahan sampah non organik di kawasan permukiman dilakukan

memisahkan sampah kertas, plastik dan logam/kaca di masing-masing

sumber menggunakan kantong plastik besar atau karung kecil. Untuk daerah

perkantoran dapat digunakan Bin berwarna kapasitas 120 lt.

- Khusus untuk sampah B3 Rumah tangga, diperlukan wadah khusus yang

pengumpulannya dapat dilakukan sebulan sekali atau sesuai kebutuhan

4.3.3. Skenario Pembuatan Kompos - Skenario pembuatan kompos didasarkan praktek-praktek yang berhasil

dilaksanakan oleh masyarakat, misalnya di kawasan Cilandak di Jakarta

Selatan.

- Pembuatan kompos di sumber dapat dilakukan dengan Gentong atau Bin Takakura sebagai komposter,

- Pembuatan kompos dengan gentong (alasnya dilubangi dan diisi kerikil serta

sekam), merupakan cara sederhana karena seluruh sampah organik dapat

dimasukkan dalam gentong). Diperlukan 2 gentong untuk setiap rumah yang

dapat diletakkan dihalaman rumah.

- Pembuatan kompos dengan Bin Takakura (keranjang yang dilapisi kertas

karton, sekam padi dan kompos matang), memerlukan sedikit kesabaran

karena dibutuhkan sampah organik terseleksi dan pencacahan untuk

mempercepat proses pematangan kompos. Komposter Takakura dapat

tempatkan di dalam rumah (tidak menimbulkan bau)

- Produk kompos dapat digunakan untuk program penghijauan dan

penanaman bibit

Page 19: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-19

4.3.3. Metode Pembuatan Kompos Takakura Cara pengomposan dengan Metode Takakura : 1. Sampah-sampah rumah tangga sisa makanan atau sisa dapur ditiriskan agar

bebas dari air/cairan dan bila ada bekas sayuran yang masih panjang,

dirajang terlebih dahulu.

2. Setelah dikumpulkan, sampah rumah tangga tadi dimasukkan ke dalam

keranjang Takakura yang telah disiapkan dicampur dalam kompos jadi,

dalam keranjang diaduk menggunakan cetok sampai rata. Letakkan kembali

bantal gabah II di atasnya dan tutup kembali keranjang Takakura tersebut.

3. Sampah-sampah rumah tangga sisa makanan dapur/sampah organik

dibuang setiap hari ke dalam keranjang Takakura.

4. Setelah penuh dan cukup umur, kompos yang sudah matang dari Takakura

dikeluarkan untuk kemudian dijemur sampai kering dan diayak menjadi

kompos jadi. Untuk calon kompos yang belum matang dikembalikan ke

keranjang takakura. Kompos tersebut dapat digunakan untuk keperluan

pemupukan tanaman di halaman rumah sendiri.

4.3.5. Komponen prasarana/Sarana 3R di Sumber Komponen prasarana/sarana 3R di sumber, meliputi :

- Kantong Plastik atau karung kecil (40 - 60 lt), 3 unit/rumah

- Gentong (60 – 100 lt), 2 unit/rumah atau

- Takakura (60 lt), 1 unit/rumah

Komposter Aerobik

Page 20: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-20

4.3.6. Proses Sosialisasi

Sosialisasi program 3R kepada masyarakat dapat dilakukan dengan

berbagai cara, seperti: 1). Melalui forum ibu-ibu arisan, 2).Pertemuan

warga,3).Lomba memilah sampah sebagai ganti permainan membawa kelereng,

bendera dll 4).Lomba melukis dengan tema-tema kebersihan lingkungan,

5).Sosialisasi Kepada Masyarakat (Ibu Rumah Tangga, Pemuda dan Anak-

anak).

4.3.7. Pembiayaan & Insentif

Biaya yang diperlukan untuk pelaksanaan kegiatan 3R di sumber, meliputi

antara lain : a). Biaya pembelian karung/kantong plastik, b). pembelian gentong,

c). pembelian Takakura, d). pembelian perlengkapan pembuatan kompos

(saringan, sekop, sekam, karton, dll)

4.4. PERBANDINGAN KONVENSIONAL DAN UPS Biaya satuan pengelolaan sampah dengan pola konvesional sebesar Rp. 21.365/m3 , sedangkan biaya pengelolaan dengan mempergunakan sistem

pemilahan dengan Unit Pengolahan Sampah ( UPS ) sebesar Rp. 20.797,-/m3.

Page 21: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-21

Kelebihan Dan Kekurangan Sistem Konvensional , UPS dan Konvensional + UPS sebagai berikut :

SISTEMKELEBIHAN/KEKURANGAN SISTEM Konvensional UPS Konv. + UPS

Kelebihan Konvensional1. Daerah pelayanan lebih luas Sesuai Tidak sesuai Sesuai2.Tidak membutuhkan partisipasi masyarakat Sesuai Tidak sesuai Sesuai3. Tidak memerlukan lahan yang tersebar Sesuai Tidak sesuai Sesuai4. Volume sampah yang dikelola besar Sesuai Tidak sesuai Sesuai5. Mengunakan teknologi sederhana Sesuai Tidak sesuai Sesuai

Kekurangan Konvensional1. Perlu lahan TPA Ya 2. Pengumpulan sampah kurang efektif Ya3. Dapat menimbulkan pencemaran Ya4. Menimbulkan dampak sosial yang tinggi Ya5. Kurangnya manfaat sosial ekonomi Ya6. Biaya pengolahan Tinggi Ya

Kelebihan UPS1. Memerlukan Lahan TPA rendah Tidak sesuai Sesuai Sesuai2.Pencamaran lingkungan rendah Tidak sesuai Sesuai Sesuai3. Dampak sosial rendah Tidak sesuai Sesuai Sesuai4. Manfaat sosial ekonomi tinggi Tidak sesuai Sesuai Sesuai5. Manfaat sosial budaya tinggi Tidak sesuai Sesuai Sesuai

Kekurangan UPS1. Memerlukan lahan tersebar Ya2. Volume sampah besar tidak sesuai Ya3. Kawasan dengan bergelombang tidak sesuai Ya4. Memerlukan Partisipasi masyarakat Ya5. Perlu koordinasi dengan instansi lain dalam Ya penjualan kompos

Kelebihan Dan Kekurangan Konvensional + UPS Kelebihan model gabungan ( konvensional + UPS ) adalah kombinasi kelebihan

dari kedua model konvensional ditambah dengan kelebihan model UPS, sedang

kekurangannya hampir tidak ada karena masing-masing kelemahan model

konvensional dapat ditutupi oleh kelebihan model UPS dan sebaliknya.

Page 22: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-22

4.5. METODE ANALYTICAL HIERARCHY PROCESS (AHP) 1. Langkah-langkah penentuan hirarchy memilih pengelolaan sampah

dengan AHP, sebagai berikut :

a) Penentuan Goal/Tujuan penggunaan Metode Analytical Hierarchy

Process dalam kebijakan pengambilan keputusan => Memilih Model

Pengelolaan Sampah di kota Depok

b) Penentuan Kriteria-Kriteria Goal/Tujuan Pemilihan Model Pengelolaan

Sampah di kota Depok => Keterbatasan Lahan TPA (KLT), Pencemaran

Lingkungan (PL), Dampak Sosial (DS ), Manfaat Sosial Ekonomi (MSE),

Kesesuaian Geografis (KG) , Manfaat Sosial Budaya (MSB), Pendanaan

(P)

c) Penentuan Tingkat Kriteria tujuan memilih model pengelolaan sampah

di kota Depok=> Tinggi , Sedang, Rendah Keterbatasan Lahan TPA,

Pencemaran Lingkungan, Dampak Sosial, Manfaat Sosial Ekonomi,

Kesesuaian Geografis, Manfaat Sosial Budaya, Pendanaan

d) Penentuan Alternativ-Alternativ tujuan memilih model pengelolaan

sampah kota Depok => Model Pengelolaan Sampah Konvensional,

Gabungan (Konvensional dan UPS) , UPS.

Page 23: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-23

G ra fik 4 .6 .1 T u ju a n K re te ria T in g k a t k re te ria a l te rn a ti f K e te ra n g a n : K L T = K e te rb a ta n L a h a n T P A P L = P e n c e m a ra n L in g ku n g a n D S = D a m p a k S o s ia l M S E = M a n fa a t S o s ia l E k o n o m i K G = K e s e s u a ia n G e o g ra fis M S B = M a n fa a t S o s ia l B u d a ya P = P e n d a n a a n

M e m ilih M o d e l P e n g e lo la a n S a m p a h D i K o ta D e p o k

K L T D S M S E P L P M S B K G

S E D A N G R E N D A H

K O N V E N . + U P S

T IN G G I

U P S K O N V E N S IO N A L

2. Penetapan Skala Kepentingan/Preference Dalam Matrik Perbandingan,

sebagai berikut :

a) Penetapan skala kepentingan matrik perbandingan antar kriteria beserta

matrik normalisasinya guna menghitung bobot perioritas kriteria pemilihan

model pengelolaan sampah kota Depok ( tabel matrik 4.5.1. dan 4.5.2. )

b) Penetapan skala kepentingan matrik perbandingan antar tingkat kriteria

beserta matrik normalisasinya guna menghitung bobot perioritas tingkat

kriteria pemilihan model pengelolaan sampah kota Depok.

c) Penetapan skala kepentingan matrik perbandingan antar alternativ-

alternativ berdasarkan kepentingan/preferensi tingkat kriteria-tingkat

kriteria pemilihan model pengelolaan sampah di kota Depok, beserta

matrik normalisasinya.

Page 24: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-24

Tabel 4.5.1. Matrik Perbandingan Kepentingan/Preferensi Kriteria KeterbatasanLahan T PA , Pencem aran Lingkungan ( PL ), Dam pak Sosial ( DS ), Manfaat Sosial Ekonomi ( MSE ) , Kesesuaian Geografis ( KG ), M anfaat Sosial Budaya ( MSB ), Pendanaan ( P )Kreteria Penentu TPA KLT PL DS MSE KG MSB P Bobot PrioritasKLT 1 0.5 2 7 5 4 3 0.28075PL 2 1 1 4 3 4 3 0.26279DS 0.5 1 1 2 3 2 2 0.16676MSE 0.1429 0.25 0.5 1 2 2 1 0.08372KG 0.2 0.33333 0.3333 0.5 1 2 1 0.07105MSB 0.25 0.25 0.5 0.5 0.5 1 1 0.05996P 0.3333 0.33333 0.5 1 1 1 1 0.07497Tabel 4.5.2 M atrik Normalisasi Perbandingan Kepentingan/Preferensi Kriteria KeterbatasanLahan T PA , Pencem aran Lingkungan ( PL ), Dam pak Sosial ( DS ), Manfaat Sosial Ekonomi ( MSE ) , Kesesuaian Geografis ( KG ), M anfaat Sosial Budaya ( MSB ), Pendanaan ( P )Faktor Penentu TPA KLT PL DS MSE KG MSB P Bobot PrioritasKLT 0.2259 0.13636 0.3429 0.4375 0.3226 0.25 0.25 0.28075PL 0.4519 0.27273 0.1714 0.25 0.1935 0.25 0.25 0.26279DS 0.113 0.27273 0.1714 0.125 0.1935 0.125 0.1667 0.16676MSE 0.0323 0.06818 0.0857 0.0625 0.129 0.125 0.0833 0.08372KG 0.0452 0.09091 0.0571 0.0313 0.0645 0.125 0.0833 0.07105MSB 0.0565 0.06818 0.0857 0.0313 0.0323 0.0625 0.0833 0.05996P 0.0753 0.09091 0.0857 0.0625 0.0645 0.0625 0.0833 0.07497Jum lah 4.4262 3.66667 5.8333 16 15.5 16 12

3. Penyusunan Matrik Bobot Perioritas dan Matrik Bobot Global Pemilihan Model Pengelolaan Sampah Kota Depok

a) Penyusunan matrik vector baris bobot perioritas kriteria-kriteria pemilihan

model pengelolaan sampah kota Depok ( tabel matrik 4.5.1.)

b) Penyusunan matrik persegi bobot perioritas antara tingkat ( Tinggi,

Sedang, Rendah ) dengan kriteria KLT, PL , DS , MSE, KG , MSB,

Pendanaan. ( tabel matrik 4.5.17. )

Tabel 4.5.17 Matrik bobot perioritas kreteria KLT, PL, DS, MSE, KG, MSB, KP terhadap bobot perioritas tingkat (tinggi, sedang, rendah ) kreteria KLT, PL, DS, MSE, KG, MSB, P

KLT(0,275709) PL (0,2585185) DS (0,16424311) MSE(0,082586) KG(0,07017) MSB(0,05870) P(0,090074)Tinggi 0.76984127 0.585024155 0.076572104 0.75037563 0.685982906 0.759517994 0.15950716Sedang 0.78968254 0.530676329 0.214089835 0.189736201 0.199188034 0.18105086 0.263070263Rendah 0.69047619 0.823188406 0.709338061 0.059888169 0.11482906 0.059431146 0.577422577

kriteriatingkat

c) Penyusunan matrik persegi bobot perioritas perkalian antara elemen

matrik vector baris bobot perioritas kriteria-kriteria per kolom setiap

elemen matrik persegi bobot perioritas antara tingkat dengan kriteria

(tabel matrik 4.5.18. )

Page 25: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-25

Tabel 4.5.18 Matrik perkalian bobot perioritas kreteria KLT, PL, DS, MSE, KG, MSB, KP dengan masing-masing bobot perioritas tingkat (tinggi, sedang, rendah ) kreteria KLT, PL, DS, MSE, KG, MSB, P

KLT PL DS MSE KG MSB PTinggi 0.212252183 0.15123954 0.01257644 0.061970198 0.04813503 0.044584024 0.014367448Sedang 0.2177226 0.137189624 0.03516278 0.015669472 0.013976911 0.010627761 0.02369579Rendah 0.190370515 0.212809395 0.116503888 0.004945898 0.00805749 0.003488633 0.05201076

kriteriatingkat

d) Penyusunan matrik vector baris bobot perioritas tertinggi (yang diinginkan)

dari matrik persegi point 3.c. ( tabel matrik 4.5.19. )

Matrik 4.5.19 vektor baris bobot prioritas tingkat kreteria KTL, PL, DS, MSE, KG, MSB, KP yang diinginkan ( bobot perioritas tertinggi per kolom kreteria )KTL sedang PL rendah DS rendah MSE tinggi KG tinggi MSB tinggi P rendah Jumlah

0.2177226 0.212809395 0.116503888 0.061970198 0.04813503 0.044584024 0.05201076 0.753735895

e) Penyusunan matrik vector baris bobot perioritas tertinggi yang

dinormalisasi per jumlah elemen baris point 3.d. ( tabel 4.5.20 )

Matrik 4.5.20 Normalisasi baris bobot perioritas tingkat kreteria KTL, PL, DS, MSE, KG, MSB, KP yang diinginkanKTL sedang PL rendah DS rendah MSE tinggi KG tinggi MSB tinggi P rendah

0.288857943 0.282339472 0.154568582 0.08221739 0.063861931 0.059150725 0.069003958

f) Penyusunan matrik persegi bobot perioritas alternative-alternativ

(Konvensional, Konvensional dan UPS, UPS) terhadap tingkat kriteria-

tingkat kriteria yang diinginkan.

g) Penggabungan penyusunan matrik vector baris bobot perioritas tertinggi

yang dinormalisasi ( point 3.e. ) kemudian dijadikan matrik vektor kolom

bobot perioritas tertinggi yang dinormalisasi dengan matrik persegi bobot

perioritas alternativ-alternativ ( Konvensional, Konvensional dan UPS ,

UPS ) terhadap tingkat kriteria-tingkat kriteria yang diinginkan ( point 3.f.)

=> ( tabel matrik 4.5.35 )

h) Perhitungan dan penyusunan matrik vektor kolom bobot global alternativ-

alternativ yang merupakan hasil perkalian antara matrik persegi bobot

perioritas alternatif-alternatif terhadap tingkat kriteria-tingkat kriteria yang

diinginkan dengan matrik vektor kolom tingkat kriteria –tingkat kriteria

yang tertinggi ( diinginkan ) ( tabel matrik 4.5.35 )

Page 26: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-26

4. Penentuan Pilihan Alternatif

Penentuan Pilihan Alternatif-Alternatif Model Pengelolaan Sampah di kota

Depok, dengan memilih bobot global maksimum ( terbesar ) di antara bobot

global-bobot global alternativ-alternativ model pengelolaan sampah

konvensional, konvensional dan UPS, UPS di kota Depok. Ternyata model

pengelolaan sampah gabungan (Konvensional + UPS ) yang terpilih karena

bobot globalnya 0,473095 paling tinggi diantara model lainnya ( tabel matrik

4.5.35 )

Page 27: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-27

5. Analisa Sensitivitas Metode AHP Pemilihan Model Pengelolaan

Sampah di Kota Depok Pemilihan model pengelolaan sampah di kota Depok antara model

konvensional, konvensional dan UPS, UPS yang terpilih adalah model

konvensional dan UPS karena memiliki bobot global maksimum sebesar

0,47362 berdasarkan pertimbangan bobot perioritas tingkat kriteria yang

diinginkan yaitu keterbatasan lahan TPA sedang = 0,29298 , pencemaran

lingkungan rendah = 0,285882 , dampak sosial rendah = 0,1563223, manfaat

sosial ekonomi tinggi = 0,083019, kesesuaian geografis sedang = 0,0644076 ,

manfaat sosial budaya tinggi =0,0601825 , pendanaan rendah 0,057207.( tabel

4.5.35 ).

Apabila dimasa datang pertimbangan diantara tingkat kriteria-tingkat

kriteria dianggap kurang penting atau lebih penting dari sekarang, maka skala

kepentingan tingkat kriteria-tingkat kriteria yang diinginkan akan berubah dan

bobot perioritas masing-masing tingkat kriteria yang diinginkan juga akan

berubah, yang dapat menyebabkan bobot global alternativ-alternativ model

pengelolaan konvensional, konvensional + UPS , UPS naik atau turun atau

pilihan model pengelolaan sampah akan berubah yang semula model gabungan

(konvensional + UPS ) yang terpilih dapat menjadi model UPS atau

Konvensional yang terpilih.

a) Apabila tingkat kriteria keterbatasan lahan TPA sedang yang diinginkan

turun skala kepentingannya, dan juga terjadi penurunan bobot perioritas tingkat

kriteria keterbatasan lahan TPA sedang misal menjadi 0,05, maka bobot global

alternativ model gabungan ( konvensional + UPS ) akan turun menjadi 0, 325899

dan bobot global alternativ model UPS akan menjadi 0,3366669, yang

mengakibatkan bobot global model UPS menjadi lebih besar dari bobot global

gabungan ( konvensional + UPS ), maka model pengelolaan sampah UPS yang

terpilih dan bukan model gabungan ( konvensional + UPS ) yang terpilih seperti

grafik 4.6.2.1. dan tabel 4.6.2.1.

Page 28: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-28

b) Apabila tingkat kriteria pencemaran lingkungan rendah yang diinginkan

naik skala kepentingannya dan juga terjadi kenaikan bobot perioritas tingkat

kriteria pencemaran lingkungan rendah misal menjadi 0,85, maka bobot global

alternativ model gabungan ( konvensional + UPS ) akan naik menjadi 0,6619058

namun bobot global alternativ model UPS juga naik menjadi lebih tinggi yaitu

0,69876, maka alternativ model UPS yang terpilih karena bobot globalnya lebih

tinggi dari bobot global gabungan ( konvensional + UPS ) seperti grafik 4.6.2.2

dan tabel 4.6.2.2.

Page 29: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-29

c) Apabila tingkat kriteria dampak sosial rendah yang diinginkan naik skala

kepentingannya dan juga terjadi kenaikan pada bobot perioritas tingkat kriteria

dampak sosial rendah yang diinginkan, misal menjadi 0,80 maka bobot global

alternativ model gabungan ( konvensional + UPS ) naik menjadi 0,674388 namun

bobot global alternativ model UPS juga naik dan menjadi lebih besar dari bobot

global alternatif model gabungan ( konvensional + UPS ) yaitu 0,71848996, maka

alternativ model UPS yang terpilih karena bobot globalnya lebih besar dari bobot

global gabungan ( konvensional + UPS ) seperti grafik 4.6.2.3 dan tabel 4.6.2.3.

Page 30: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-30

Page 31: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-31

4.6. HASIL SURVEI RUMAH TANGGA

1. Perilaku Pengolahan Sampah di Rumah Tangga

Berdasarkan hasil pengolahan data, diketahui bahwa dari 217 sampel rumah

tangga yang mendapatkan pelayanan pengangkutan sampah di Kota Depok,

hampir seluruhnya (98%) tidak menerapkan pola 3 R.

Sementara itu, dari sampel rumah tangga yang tidak mendapat pelayanan

pengangkutan sampah, hanya sebagian kecil (3%) rumah tangga yang

mengolah sampahnya, yaitu dengan cara dibakar. Sedangkan sisanya masih

membuang sampah ke jalan atau ke sungai/selokan (28%), atau

membuangnya ke tanah/lahan kosong (68%).

Page 32: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-32

2. Tanggapan masyarakat terhadap Pembangunan UPS

Dari hasil pengolahan data yang dilakukan, diketahui bahwa hampir seluruh

rumah tangga sampel (96%) menyetujui dibangunnya UPS di kelurahan

masing-masing. Hanya 4% yang tidak menyetujui pembangunan UPS

tersebut.

4.7. ALTERNATIF LOKASI UPS 4.7.1. Dasar Pemilihan Lokasi UPS Dasar pemilihan lokasi Unit Pengolahan Sampah (UPS) didasarkan pada

kriteria perencanaan antara lain meliputi :

- Kawasan Komplek Perumahan, biasanya merupakan daerah teratur yang

memiliki jumlah rumah yang cukup banyak (rata-rata 1000-2500 unit dengan

berbagai tipe rumah) serta memiliki fasum dan fasos atau tanah kosong.

- Kawasan Perumahan Non Komplek, merupakan daerah teratur maupun tidak

teratur. Satuan skala kawasan yang paling mudah dikenali adalah RT atau

RW dengan jumlah rumah 300 – 500 unit

- Kawasan Perumahan Kumuh / Bantaran Sungai, merupakan daerah spesifik

yang umumnya tidak dilengkapi dengan infrastuktur formal sehingga

cenderung menjadi daerah rawan penyakit dan rawan sanitasi. Bahkan untuk

permukiman di kawasan bantaran sungai, dapat menyebabkan terjadinya

pencemaran sungai. Satuan skala kawasan yang lebih mudah dikenali juga

adalah RT/RW 4.7.2. Penempatan UPS Lokasi pengolahan sampah dengan UPS berbasis masyarakat dapat

dilihat pada gambar 4.1 s/d 4.6 yang meliputi Kecamatan Limo, Kecamatan

Sawangan, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Sukmajaya, Kecamatan Beji,

Kecamatan Pancoran Mas.

Page 33: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-33

4.8. STUDI KELAYAKAN LOKASI UPS 4.8.1. Kriteria Kelayakan Lokasi UPS Studi Kelayakan Lokasi UPS didasarkan atas beberapa kriteria analisa

diantaranya :

a. Status kepemilikan lahan

b. Luas Lahan yang tersedia,

c. Kondisi Fisik Lingkungan Perumahan termasuk akses / jalan menuju lokasi

UPS dapat dilalui minimal kendaraan dengan lebar jalan minimal 2 m.

d. Adanya kelompok swadaya masyarakat yang sudah eksis atau kegiatan

serupa yang berbasis masyarakat,

e. Kondisi sosial ekonomi masyarakat,

4.8.2. Analisa Kelayakan Lokasi UPS

Berdasarkan studi kelayakan lokasi UPS berdasarkan kriteria diatas

ditambah dengan hasil wawancara maka dilakukan analisa atas lokasi-lokasi

UPS yang telah ditentukan, sehingga didapatkan daftar kelayakan lokasi UPS

yang dikelompokan dalam rangking / prioritas 1 sampai 6 dimana prioritas

tersebut digunakan sebagai tahapan pelaksanaaan pembangunan UPS.

Adapun daftar kelayakan lokasi UPS tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.7,

DAFTAR LOKASI UPS HASIL ANALISA dilengkapi dengan Analisa Lokasi UPS

untuk tiap-tiap lokasi yang telah ditentukan.

Page 34: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-34

TABEL ..........................DAFTAR LOKASI UPS HASIL ANALISA

NO KELURAHAN Lokasi UPS LUAS (M2)

RANGKING 11 Meruyung Jl. Meruyung Raya ± 3502 Grogol Sepanjang Kalo Grogol ± 2503 Mekarjaya / Abadi Jay Jl. Merdeka Raya Samping LAKA POLRI Samsat 4004 Bojong Sari ± 3605 Sukamaju Baru Jl. Kenari RW 11/2 Sebelah Perumahan TNI AD ± 20006 Sukatani Komp. Kopassus ± 3007 Tugu Gunadarma Rw 09/10, Komp Timah ± 5008 Depok Jaya Jl. Mawar Perumnas Depok I ± 5009 Beji Timur Rt/Rw 04/2 (menyatu dg makam belakang SMPN 5) ± 500

10 B.Pondok Terong Kp. Lio Rt/Rw 003/07 ± 700RANGKING 2

1 Mekarsari Jl. Matahari Raya RT 5/16 Perumahan Mekarsari Permai ± 500

2 Harjamukti ± 500

3 Sawangan Villa Melati ± 3004 Sukmajaya Komplek Perum Sukmajaya Samping Kelurahan ± 3005 Tapos Jl. Makam Blok Bayun Tapos 5006 Cipayung Samping TPA ± 3007 Pondok Jaya Jl. Padat Karya ± 3008 Cilodong Jl. Raya Bogor RT 02/02 Cilodong 3009 Pengasinan Jl. Pengasinan ± 450

10 Beji Jl. Jawa (menyatu dengan makam) ± 300RANGKING 3

1 Cisalak Jl. Kemuning I RT 5/7 ± 40002 Rangkapan Jaya Baru Jl. Keadilan ± 3003 Tanah Baru Beji Permai ± 3004 Jatijajar RW7/02 (TPU) ± 300

5 Tirtajaya ± 500

6 Cipayung Jaya Komplek Alam Pabuaran Indah ± 3007 Kalimulya Jl. Kedung Jeruk Rt05/01 Kalimulya 6008 Ratu Jaya Jl. Gandaria ± 3009 Curug Rawa Kalong 02/01,Raja Brana 02/10 ± 400 & ± 350

10 Lewinanggung Jl. Lewinanggung Raya RT02/01 Leuwinanggung 500RANGKING 4

1 Kukusan Jl. H. Amat ± 3002 Limo Jl. Rajawali ± 4503 Cinere Sepanjang Kali Pesanggrahan ± 5004 Gandul Jl. Sawo, Gandul ± 5505 Kemiri Muka Jl. Juanda Rt/Rw 003/14 ± 3006 Sawangan Baru Jl. Muhtar Raya ± 3007 Rangkapan Jaya Jl. Maharaja ± 3008 Mampang Mampang Indah ± 3009 Cilangkap Jl. Cilangkap I Sungai Sunter ± 300

10 Bedahan Jl. Dulmanih Kali Angsana ± 400

Kp. Pedurenan 04/03, Pd. Ranggon Vila Cibubur 2 02/10, Kp. Kalimanggis Cibubur Garden 02/04

Kp. Parung Serab RT 06/03 & RT 03/02, GDC Sekt Anggrek RT03/06

4.7

Page 35: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-35

RANGKING 51 Pondok Cina Sepanjang Kali Ciliwung ± 3002 Pangkalanjati Baru Jl. Haji Terin ± 2003 Pangkalanjati Lama Jl. Madrasah ± 3004 Duren Seribu Kp. Bulak, Kali Angke ± 2505 Pasir Putih Gang Alir ± 5006 Jatimulya Daerah permukiman/bantaran sungai 6007 Kalibaru Daerah permukiman/bantaran sungai 6008 Sukamaju Jl. Tole Iskandar Raya ± 3009 Pancoran Mas Jl. Raya Vitara ± 300

10 Curug Sepanjang Kali Gede ± 500RANGKING 6

1 Krukut Sepanjang Kali Krukut ± 2002 Baktijaya Jl. Cidurian Kali Cijantung ± 3505 Duren Mekar Bukit Sawangan Indah ± 3504 Cimpaeun Sepanjang Kali Cikeas ± 4005 Depok Jl. Dewi Sartika ± 3006 Pasirgunung Selatan Bantaran Sungai7 Bojong Sari Baru Jl. Parung Raya, Pinggir Kali Gede ± 4008 Pondok Petir Jl. Bima Reuni Jaya Baru ± 6009 Serua Jl. Surya Kencana ± 650

10 Kedaung Jl. Ketapang Kedaung ± 25011 Cinangka Jl. Kemandoran Cinangka ± 30012 Cisalak Pasar Jl. H. Sofyan ± 300

Page 36: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-36

BAB V. REKOMENDASI PENGELOLAAN PERSAMPAHAN KOTA DEPOK

Dari uraian diatas, untuk kota Depok dapat direkomendasikan

pengelolaan sampah dengan Sistem Konvensional dan Pengolahan sampah

skala Kawasan dengan UPS dan Pengolahan Sampah Skala Rumah Tangga.

5.1. STRATEGI PENGEMBANGAN

Pengembangan daerah pelayanannya akan dilakukan berdasarkan urutan

prioritas kebutuhan mendapat pelayanan kebersihan. Prioritas ini ditetapkan

berdasarkan beberapa kriteria yaitu:

1. Kepadatan Daerah Terbangun

2. Potensi Ekonomi

3. Kesesuaian dengan Rencana Tata Ruang Kota

Rencana Daerah dan Tingkat Pelayanan

Karena keterbatasan pengelola maka untuk mencapai sasaran daerah

urban dapat terlayani dilakukan dengan pentahapan wilayah pelayanan. Prinsip

dasar dalam pengembangan wilayah pelayanan adalah mengembangkan

wilayah pelayanan baru dari wilayah pelayanan yang eksisting.

Berdasarkan skenario pengembangan tersebut, maka pada tahun 2009

(tahap mendesak ) akan terjadi peningkatan pelayanan menjadi 58,6 % dan 75

% pada tahap PJM (tahun 2012) dari jumlah penduduk. Rencana

pengembangan daerah pelayanan persampahan di wilayah perencanaan untuk

tahap jangka mendesak dan jangka menengah dapat dilaksanakan dengan sistem konvensional dan pola memilah sampah ( UPS ) dan penanganan sampah skala rumah tangga.

Tingkat pelayanan dengan metoda UPS direncanakan setiap tahun

mencapai 7,5 % dari jumlah penduduk ( tahun 2008 ) dan meningkat menjadi

Page 37: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-37

41,4 % pada tahun 2012, sedangkan pengelolaan dengan skala rumah tangga

akan mencapai 1 % pada tahun 2008 dan akan meningkat 5 % pada tahun 2012

sedangkan pelayanan dengan pola konvensionalakan menurun yaitu sekitar

32,2 % pada tahun 2012. Tingkat pelayanan dengan metoda UPS ,

konvensional dan Rumah Tangga dapat dilihat pada grafik 5.1. berikut :

Grafik 5.1. Perbandingan Pengelolaan Persampahan dengan Konvensional,

UPS dan Rumah Tangga ( Mandiri )

Grafik 5.1. Perbandingan Pengelolaan Persampahan dengan Konvensional dan UPS, Mandiri

8075 Tingkat

Pelayanan70

60

50

41.4 Pelayanan 40 UPS

3430

28.6 Pelayanan Konvensional

20

10 Pelayanan 5 Mandiri

Keterangan :

Tingkat Pelayanan

Pelayanan Konvensional

Pelayanan Dengan UPS

Pelayanan Mandiri

Tahun2009 2010 2011 2012

%

2006 2007 2008

Page 38: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-38

City

Public house

5.2. POLA PEMBUANGAN SAMPAH KONVENSIONAL

Secara umum pola pembuangan sampah konvensional dapat dijelaskan

seperti pada gambar berikut :

Bak Sampah Bak Sampah Bak Sampah

Tong

Sampah

1. Pola pelayanan untuk Tahap Mendesak (tahun 2008 – 2009)

Pola pelayanan yang akan digunakan untuk Tahap Mendesak sama dengan

pola pelayanan pelayanan saat ini (tahun 2007) dan ditambah dengan UPS (Unit

Pengolahan Sampah).

2. Pola pelayanan untuk Tahap Jangka Menengah (tahun 2010-2012)

Pola pelayanan yang digunakan pada tahap PJM ini merupakan

pelengkapan terhadap pola pelayanan yang digunakan pada tahap Mendesak

Page 39: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-39

(tahun 2008-2009) pelengkapan tersebut terdapat pada penggunaan UPS lebih

banyak. Jumlah lokasi UPS pada tahah ini menjadi 63 lokasi.

5.3. UNIT PENGOLAHAN SAMPAH (UPS) SKALA KAWASAN

Pengurangan sampah dengan program 3R dan replikasi best practice

memang bukan hal mudah untuk dilakukan karena akan sangat tergantung pada

kemauan masyarakat dalam merubah perilaku, yaitu dari pola pembuangan sampah konvensional menjadi pola memilah sampah. Untuk itu diperlukan

berbagai upaya baik langsung maupun tidak langsung, seperti antara lain :

1. Percontohan program 3 R

2. Penyuluhan

3. Pemberdayaan dan pendampingan masyarakat

4. Pengawasan atau monitoring terus menerus

5. Pendidikan

A. Pengumpulan Sampah Skala Kawasan

- Metode pengumpulan sampah dapat dilakukan secara individual (door to

door) maupun komunal.

- Peralatan pengumpulan sampah di kawasan perumahan baru (cakupan

luas dan jalan lebar) dapat dilakukan dengan menggunakan motor

sampah (kapasitas 1,2 m3), sedangkan untuk kawasan perumahan non

komplek dan perumahan kumuh/bantaran sungai cukup dilakukan

dengan menggunakan gerobak (1 m3).

- Motor/Gerobak sampah yang mengumpulkan sampah terpilah dapat

dimodifikasi dengan sekat atau dilengkapi karung-karung besar (3 uni

atau sesuai dengan jenis sampah).

Page 40: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-40

B. Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Skala Kawasan Lokasi - Luas TPST bervariasi, tergantung kapasitas pelayanan dan tipe kawasan.

- Untuk kawasan perumahan baru (cakupan pelayanan 2000 rumah)

diperlukan TPST dengan luas 1000 m2. Sedangkan untuk cakupan

pelayanan skala RW (200 rumah), diperlukan TPST dengan luas 200 –

500 m2

- TPST dengan luas 1000 m2 dapat menampung sampah dengan atau

tanpa proses pemilahan sampah di sumber

- TPST dengan luas < 500 m2 hanya dapat menampung sampah dalam

keadaan terpilah (50%) dan sampah campur 50 %

Motor Sampah

Gerobak Sampah Tercampur Gerobak Sampah untuk Sampah Terpilah

Page 41: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-41

- TPST dengan luas < 200 m2 sebaiknya hanya menampung sampah

tercampur 20 %, sedangkan sampah yang sudah terpilah 80 %

Composting - Sampah yang digunakan sebagai bahan baku kompos adalah sampah

dapur (terseleksi) dan daun-daun potongan tanaman

- Metode pembuatan kompos dapat dilakukan dengan berbagai cara antara

lain dengan windrow system dan penggunaan media EM-4.

- Metode windrow system dengan masa proses 2 bulan dapat dilakukan

dengan cara menumpuk sampah setinggi minimal 1 m, panjang 2m dan

lebar 1m yang dilanjutkan dengan proses pembalikan dan penyiraman

(untuk menjaga kelembaban dan temperatur optimal)

- Metode dengan penggunaan EM-4 dalam proses pembuatan kompos

dapat mempercepat proses fermentasi, sehingga hanya membutuhkan

waktu 5 – 6 hari

Komposting Skala Kawasan

5.4. UNIT PENGOLAHAN SAMPAH SKALA RUMAH TANGGA

Diharapkan pelayanan dengan mempergunakan UPS skala rumah tangga

( seperti komposter , takakura dll )ini mencapai 5 % dalam 5 tahun ke depan,

dengan demikian pada tahun 2008 diharapkan yang mempergunakan UPS skala

rumah tangga 1 % dari jumlah penduduk dan meningkat menjadi 5 % pada tahun

2012.

Pelaksanaan UPS skala rumah tangga dapat dilaksanakan secara

individual maupun secara wilayah yang lebih luas seperti perumahan, untuk

Page 42: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-42

individual lebih sesuai untuk masyarakat yang mempunyai kesadaran yang tinggi

dimana tidak diperlukan monitoring khusus.

5.5. TEMPAT PEMROSESAN/PEMBUANGAN AKHIR ( TPA )

Ada beberapa skenario yang diajukan dalam aktivitas penanganan

sampah di TPA , yaitu :

a. Pengurugan/penimbunan sampah

b. Pengomposan sampah hayati (organik)

c. Daur-ulang sampah non-hayati (an-organik)

d. Residu dari (b) dan (c) kemudian ditimbun di TPA.

Pengomposan dan daur-ulang diharapkan ke depan akan merupakan kegiatan

utama, khususnya guna menunjang usaha pertanian di sekitar kawasan ini.

Kegiatan tersebut juga harus siap untuk tidak difungsikan bila ternyata pasar

untuk menerima hasil produksinya mengalami hambatan.

ASPEK KELEMBAGAAN DAN ORGANISASI

Permasalahan kelembagaan dalam penanganan persampahan dalam skala kota

di Kota Depok terkait dengan perlunya menyempurnakan struktur organisasi

Dinas KLH dan penambahan jumlah personalia agar sesuai dengan upaya

peningkatan partisipasi masyarakat dan peningkatan pelayanan.

Untuk itu Pemerintah Kota Depok perlu melakukan langkah-langkah kegiatan

sebagai berikut:

1. Pembuatan kajian mengenai perlu tidaknya dilakukan reorganisasi Dinas

Kebersihan dan Lingkungan Hidup, untuk mengantisipasi kebutuhan akan

kelancaran program penyuluhan yang dinilai sangat mendesak mengingat

masih rendahnya kesadaran masyarakat mengenai perlunya pengolahan

sampah dengan metode 3R mulai dari rumah tangga.

Page 43: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-43

2. Pembentukan Kordinator UPS di Dingkat Kelurahan dalam rangka

pengoprasian UPS-UPS di sejumlah kelurahan yang akan menjadi lokasi

UPS sampai 2009.

ASPEK PEMBIAYAAN

Analisa Pembiayaan Dalam analisa pembiayaan dikemukakan berbagai sumber pembiayaan

dan pola pembiayaan proyek pengadaan mesin pengolah sampah dan

komposting, bangunan pendukung 1 (satu ) unit UPS di kota Depok, dengan

sumber pembiayaan : Typping Fee, Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi,

Pemerintah Kota Depok, Bank Komersial, Masyarakat/Swasta

Tiga Pola Pembiayaan yang direkomendasikan :

1) Pola pembiayaan antara pemerintah kota Depok + Badan Pengelola UPS

dengan Pemerintah Provinsi Jabar + Bank Jabar seperti tabel 5.7.1. 2) Pola pembiayaan antara pemerintah kota Depok + Badan Pengelola UPS

dengan Bank Komersial seperti tabel 5.7.2. 3) Pola pembiayaan antara pemerintah kota Depok + Badan Pengelola UPS

dengan pihak swasta seperti tabel 5.7.3.

.

Page 44: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-44

Typping Fee

Dari sumber rencana anggaran biaya ( RAB ) dan observasi serta survai di

kota depok typping fee proyek pengadaan mesin pengolahan sampah dan

komposting,serta bangunan pendukung 1 (satu ) unit UPS di kota Depok tanpa

investasi lahan dan dengan dana investasi peralatan mesin serta bangunan

pendukung bekerja sama dengan pihak swasta ( sumber dana sendiri) sebesar

Rp. 28.043,- seperti tabel 5.7.5.a.

Typping fee proyek pengadaan mesin pengolahan sampah dan

komposting, serta bangunan pendukung 1 (satu) unit UPS di kota Depok tanpa

investasi lahan dan dengan dana investasi peralatan mesin serta bangunan

Page 45: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-45

pendukung dari kredit Bank Jabar atau Bank Komersial lainnya (sumber dana

kredit/pinjaman dari bank) sebesar Rp.38.520,- seperti tabel 5.7.5.b.

Analisa Keuangan

Analisa keuangan terhadap proyek pengadaan mesin pengolahan

sampah dan komposting, serta bangunan pendukung 1 (satu ) unit UPS di kota

Depok menggunakan alat analisa kriteria investasi Pay Back Period, Gross

Benefit Cost Ratio ( GBCR ), Net Present Value ( NPV ) dan Internal Rate of

Return ( IRR ).

1) Pay Back Period Pay Back Period proyek pengadaan mesin pengolah sampah dan komposting,

serta bangunan pendukung 1(satu ) unit UPS di kota Depok selama 4,80294

tahun untuk sumber dana sendiri, dan 5, 3887 tahun untuk sumber dana

kredit/pinjaman dari bank, yang bersumber dari tabel 5.7.8 dan 5.7.9. Dari pay

back period dari sumber dana sendiri berarti setelah 4,80294 tahun proyek

berjalan semua dana ( total investasi ) yang telah ditanamkan diperoleh kembali

Page 46: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-46

dan selama 3,197 tahun sisanya akan diperoleh keuntungan/profit proyek

pengadaan mesin pengolah sampah dan komposting,serta bangunan pendukung

1 (satu ) unit UPS di kota Depok sampai dengan proyek berakhir.

2) Gross Benefit Cost Ratio Gross Benefit Cost Ratio (GBCR) proyek pengadaan mesin pengolah sampah

dan komposting, serta bangunan pendukung 1 (satu) unit UPS di kota Depok

sebesar 1, 3134 (131,34 % ) untuk sumber dana sendiri dan 1, 3788 (137,88%)

untuk sumber dana pinjaman/kredit dari bank seperti tabel 5.7.6 dan 5.7.7. Dari

kriteria Gross Benefit Cost Ratio (GBCR) yang lebih dari 1 (satu) dengan tingkat

bunga discount factor 18%, berarti proyek tersebut sangat layak/feasible untuk

dilaksanakan baik dengan sumber dana sendiri maupun dengan sumber dana

pinjaman/kredit dari bank.

Page 47: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-47

3) Net Present Value ( NPV ) Net Present Value ( NPV ) proyek pengadaan mesin pengolah sampah dan

komposting, serta bangunan pendukung 1 ( satu ) unit UPS di kota Depok Rp.

449.603.355,87 untuk sumber dana sendiri Rp.611.963.095,02 untuk sumber

dana kredit/pinjaman dari bank. Net Present Value ( NPV ) proyek tersebut positif

( > 0 ) yang berarti sangat feasible/layak untuk dilaksanakan dengan tingkat

bunga discount factor 18% seperti tabel 5.7.8. dan 5.7.9 4) Internal Rate of Return ( IRR ) Internal Rate of Return ( IRR ) proyek pengadaan mesin pengolah sampah dan

komposting, serta bangunan pendukung 1 (satu ) unit UPS di kota Depok

sebesar 42% untuk sumber dana sendiri dan 105% untuk sumber dana

kredit/pinjaman dari bank. Dari Internal Rate of Return ( IRR ) diatas tingkat

bunga yang disyaratkan 20%, maka proyek tersebut sangat layak/feasible untuk

dilaksanakan seperti tabel 5.7.8 dan 5.7.9

Keseluruhan analisa keuangan kriteria investasi proyek pengadaan

mesin pengolah sampah dan komposting, serta bangunan pendukung 1 (satu )

unit UPS di kota Depok diatas tanpa kenaikan typping fee yang merupakan hak

dan wewenang pemerintah kota Depok bersama Badan Pengelola UPS kota

Depok, dan apabila kenaikan typping fee pertahun yang berarti juga retribusi

per kepala keluarga diberlakukan kenaikan setiap 2 tahun, maka proyek

pengadaan unit UPS di kota Depok sangat feasible/layak untuk dilaksanakan.

Page 48: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-48

Page 49: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-49

ASPEK PERATURAN

Dalam hal yang menyangkut aspek peraturan, perencanaan penanganan

sampah di Kota Depok harus diarahkan untuk mengatasi permasalahan

mengenai munculnya timbulan-timbulan sampah liar karena masih adanya

kebiasaan membuang sampah tidak pada tempatnya yang saat ini pada

sebagian masyarakat Kota Depok.

Untuk itu, Pemeritah Kota Depok perlu menyusun/meningkatkan Peraturan

Daerah tentang Kebersihan, Keindahan dan Keteriban Kota (K3).

Untuk penanangan masalah persampahan pada skala kawasan yang akan

dilaksanakan melalui pembangunan dan pengoperasian UPS, Pemerintah Kota

Depok perlu segera mengambil langkah-langkah strategis yaitu dengan:

1. Mengeluarkan instruksi Walikota tentang kelancaran pengadaan lahan bagi

lokasi UPS di setiap kelurahan

2. Menyusun SOP Pengolahan dan Pengelolaan UPS

ASPEK PERAN SERTA MASYARAKAT

Perencanaan program-program yang menyangkut peningkatan peran

serta masyarakat dalam penanganan persampahan di Kota Depok sebaiknya

disesuaikan dengan perencanaan pola pelayanan yang terdiri dari (1) pola

penanganan skala kota. (2) pola penanganan skala rumah tangga, dan (3) pola

penanganan skala kawasan.

1. Peningkatan Partisipasi Masyarakat dalam Penanganan Persampahan Skala Kota Program-program peningkatan partisipasi masyarakat dalam penanganan

persampahan skala kota bertujuan:

1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya peran serta

mayarakat dalam penanganan persampahan sejak tahap pengumpulan,

tahap pembuangan, tahap pengangkutan, sampai tahap pengolahan.

Page 50: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-50

2. Mengubah perilaku masyarakat dalam penanganan persampahan dengan

menanamkan kebiasaan untuk menerapkan metode 3R mulai dari

sumbernya (rumah tangga).

Program yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut di atas adalah

Sosialisasi penanganan sampah dengan metode 3R melalui:

1. Penyuluhan penanganan sampah dengan metode 3R melalui forum-forum

dan pertemuan warga

2. Percontohan penerapan pengolahan sampah dengan metode 3R mulai dari

sumbernya (rumah tangga)

3. Penyebaran media kits (brosur, leaflet, poster, spanduk/banner, dsb.)

4. Pemasangan/penayangan iklan layanan masyarakat melalui surat kabar, radi

dan TV

2. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Penanganan Persampahan Skala Kawasan Program-program peningkatan partisipasi masyarakat dalam penanganan

persampahan skala kawasan bertujuan:

1. Mensosialisasikan rencana sistem penanganan persampahan dengan skala

kawasan.

2. Meningkatakan kemampuan dan ketrampilan masyarakat di itngkat

kelurahan dalam pengolahan dan pengelolaan UPS.

Program-program yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut di

atas adalah:

1. Sosialisasi Sistem Penanganan Sampah dengan Skala Kawasan

2. Pelatihan Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Skala Kawasan

3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat Dalam Penanganan Persampahan

Skala Rumah Tangga Program-program peningkatan partisipasi masyarakat dalam penanganan

persampahan skala kawasan bertujuan:

1. Menumbuhkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kegiatan pengolahan

sampah rumah tangga secara mandiri dalam rangka menciptakan lingkungan

yang bersih dan sehat

Page 51: Kajian Pengelolaan Persampahan Dklh

Ringkasan Eksekutif : Kajian Pengelolaan Persampahan Kota Depok R-51

2. Meningkatkan kemampuan dan ketrampilan masyarakat untuk mengolah

sampah rumah tangga secara mandiri

Program-program yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan tersebut di

atas adalah:

1. Penyuluhan penanganan sampah dengan metode 3 R

2. Pelatihan pembuatan kompos skala rumah tangga

3. Percontohan pembuatan kompos skala rumah tangga

4. Sosialisasi Sistem Penanganan Sampah dengan Skala Kawasan

5. Pelatihan Pengolahan dan Pengelolaan Sampah Skala Kawasan dengan

sasaran masyarakat yang diharapkan akan dilibatkan dalam pengelolaan

UPS di tingkat kelurahan sampai tahun 2009