PERKEMBANGAN HADITS

120
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Transcript of PERKEMBANGAN HADITS

Page 1: PERKEMBANGAN HADITS

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Page 2: PERKEMBANGAN HADITS

Penyusun:

Fatimah.A (10)Ramadhani Nur F (18)

Sabila.A (20)Ummu Khonsa (23)

Page 3: PERKEMBANGAN HADITS

Periode Perkembangan HaditsSejarah perkembangan hadits

merupakan masa atau periode yang telah dilalui oleh hadits dari masa lahirnya dan tumbuh dalam pengenalan, penghayatan, dan pengamalan umat dari generasi ke generasi.

Dengan memerhatikan masa yang telah dilalui hadits sejak masa timbulnya di zaman Nabi SAW meneliti dan membina hadits, serta segala hal yang memengaruhi hadits tersebut.Para ulama Muhaditsin membagi sejarah hadits dalam beberapa periode,yaitu:

Periode Pertama

Periode Ketiga

Periode Kedua

Periode Keempat

Periode Kelima

Periode Ketujuh

Periode Keenam

Keterangan

Page 4: PERKEMBANGAN HADITS

Periode Pertama: Perkembangan Hadits pada Masa Rasulullah SAW.

Page 5: PERKEMBANGAN HADITS

Periode ini disebut `Ashr Al-Wahyi wa At-Taqwin' (masa turunnya wahyu dan pembentukan masyarakat Islam).Pada periode inilah, hadits lahir berupa sabda (aqwal), af’al, dan taqrir Nabi yang berfungsi menerangkan AI-Quran untuk menegakkan syariat Islam dan membentuk masyarakat Islam.

Hadits pada periode pertama adalah pada masa Rasulullah saw. masih hidup. Sebagaimana diketahui bahwa Rasulullah saw. adalah sumber hadits, karena hadits itu pada hakekatnya adalah ucapan, perbuatan, dan ketetapan yang datang dari Nabi Muhammad saw.

Page 6: PERKEMBANGAN HADITS

Hadits pada periode pertama ini belum ditulis atau belum dibukukan sebagaimana halnya sekarang. Nabi sendiri melarang menulis hadits karena dikhawatirkan akan bercampur dengan Al Qur'an yang pada waktu itu proses turunnya masih berlangsung.

Di samping itu karena jumlah para shahabat yang sedikit itu dikerahkan semuanya oleh Rasulullah untuk menulis Al Qur'an, di samping mereka juga dianjurkan menghafal ayat-ayat Al Qur'an itu.

Page 7: PERKEMBANGAN HADITS

Hal tersebut diterangkan oleh hadits Nabi Muhammad saw. yang berbunyi:

ى غير القرآن ى ومن كتب عن التكتبوا عن

فليمحه (رواه مسلم)Artinya:

"Janganlah kamu menulis sesuatu (hadits) dari saya dan barangsiapa yang telah

menulis sesuatu dari saya selain Al Qur'an hendaklah ia menghapusnya". (HR.

Muslim)

Page 8: PERKEMBANGAN HADITS

Namun setelah itu Rasulullah mencabut larangannya menuliskan hadits tersebut. Yaitu setelah beliau mengetahui bahwa proses turunnya ayat-ayat Al Qur'an sudah hampir berakhir dan beliau sendiri sudah mendekati ajalnya berpulang ke rahmatullah. Nabi sudah mulai mengizinkan kepada shahabatnya yang mau menuliskan hadits. Di antaranya kepada shahabat yang bernama Abu Syah dan Abdullah bin Amr.

Tetapi walaupun Rasulullah telah mencabut larangannya menuliskan hadits, namun keadaan hadits pada masa itu belum ditulis dan dibukukan sebagaimana Al Qur'an. Keadaan yang demikian itu sampai akhir abad 1 Hijriyah.

Page 9: PERKEMBANGAN HADITS

1. Dikhawatirkan akan bercampur dengan Al-Qur’an yang pada waktu itu proses turunnya masih berlangsung.

2. Jumlah para shahabat yang sedikit.3. Para shahabat dikerahkan untuk menulis Al-Qur’an.4. Para shahabat menerima hadits dengan hafalan.5. Adanya sebuah hadits yang menerangkan: ”janganlah kamu

menulis satupun dariku (nabi) selain daripada Al-Qur’an.” (H.R.Muslim)

6. Hadits masih berada dalam proses pertumbuhan.7. Hakikat hadits adalah ucapan,perbuatan,dan

ketetapan,bukan tulisan8. Kemamuan shahabat untuk menulis terbatas.9. Usaha Rasulullah untuk mempertahankan keaslian Al-Qur’an.

Sebab–Sebab Rasulullah Melarang Menulis Hadits :

Page 10: PERKEMBANGAN HADITS

Sebab – Sebab Rasulullah Memperbolehkan Menulis Hadits :

•Kebolehan itu bersifat khusus berlaku bagi orang yang mahir baca tulis, yang tidak khawatir melakukan kesalahan tulis dan tidak dikhawatirkan melakukan kekeliruan.•Kaum muslimin bertambah banyak dan mereka telah mengenal al qur’an dengan baik serta bisa membedakannya dengan hadits.•Jika lafadz Al-Hadits ditulis dalam media yang berbeda dengan lafaz al qur’an maka penulisan itu tidak apa-apa.•Kebolehan penulisan hadits berlaku bagi orang yang tidak bisa diandalakan hafalannya, seperti Abu Syah.•Secara hirarkhis posisi al hadits adalah sumber yang kedua setelah al qur’an.• Rasulullah saw. Adalah sumber hadits• Boleh ketika Proses turunnya Al-Qur’an mulai berakhir• Kewajiban untuk menyampaikan ilmu.

Page 11: PERKEMBANGAN HADITS

Ciri – Ciri Hadits Periode I :

1. Hadits masih berada dalam masa pertumbuhannya. Yakni baru datang dari sumber aslinya yaitu Nabi Muhammad beserta para shahabatnya.

2. Hadits pada masa itu belum ditulis secara resmi sebagaimana halnya Al Qur'an.

3. Hadits pada masa ini masih berada dalam hafalan para shahabatnya atau ada juga dalam catatan para shahabatnya secara pibadi.

4. Hadits masa ini juga belum bercampur dengan unsur-unsur lain.

Page 12: PERKEMBANGAN HADITS

1. Munculnya hadits ada yang merupakan jawaban atas pertanyaan atau kejadian yang diajukan oleh para shahabat dan masyarakat pada umumnya.

2. Ada pula hadits yang datang tanpa didahului oleh pertanyaan-pertanyaan atau adanya kejadian, melainkan Nabi sendiri langsung menda'wahkannya.

3. Penulisan hadits berawal dari larangan Panulisan hadits dari Rasulullah

4. Belum banyak Shahabat yang membukukan hadits.

Page 13: PERKEMBANGAN HADITS

Lanjutan…

1. Hadits masih berada dalam masa pertumbuhan.

2. Berakhir pada masa 1 hijriah3. Sahabat yang mendalami

penulisan hadits belum banyak4. Al-Qur’an masih turun Sumber

hadits adalah Rasulullah saw.5. Para sahabat menyimpan ilmu

dengan menghafalkannya. Periode pertama pada masa Rasulullah saw.hidup.

Page 14: PERKEMBANGAN HADITS

Periode Kedua: Perkembangan Hadits pada Masa Khulafa' Ar-Rasyidin (11 H-40 H)

Page 15: PERKEMBANGAN HADITS

Periode ini disebut ‘Ashr-At-Tatsabbut wa Al-Iqlal min Al-Riwayah’ (masa membatasi dan menyedikitkan riwayat). Nabi SAW wafat pada tahun 11 H. Kepada umatnya, beliau meninggalkan dua pegangan sebagai dasar bagi pedoman hidup, yaitu Al-Quran dan hadits (As-Sunnah yang harus dipegangi dalam seluruh aspek kehidupan umat.

Page 16: PERKEMBANGAN HADITS

Hadits pada periode kedua ini ialah masa Khulafaur Rasyidin (Abu Bakar, 'Umar, Utsman, dan Ali).Dalam

ajaran Islam terdapat ketentuan dan kewajiban bahwa segala yang diterima dari Nabi Muhammad saw. berupa

Al Qur'an dan haditsnya harus disampaikan dan disebarluaskan kepada masyarakat luas.

Page 17: PERKEMBANGAN HADITS

Rasulullah bersabda:

ى ولو آية غوا عن بل

Artinya:"Sampaikanlah olehmu dariku (hadits) walaupun satu

ayat (kalimat)".

Page 18: PERKEMBANGAN HADITS

Arti hadits tersebut adalah dalam ajaran Islam terdapat ketentuan dan kewajiban bahwa segala yang diterima dari Nabi Muhammad saw. berupa Al Qur'an dan haditsnya harus disampaikan dan disebarluaskan kepada masyarakat luas.

Arti hadits tersebut adalah dalam ajaran Islam terdapat ketentuan dan kewajiban bahwa segala yang diterima dari Nabi Muhammad saw. berupa Al Qur'an dan haditsnya harus disampaikan dan disebarluaskan kepada masyarakat luas.

Page 19: PERKEMBANGAN HADITS

Sebab – sebab Umar bin Khothob membatasi penyebarluasan hadits :

.

1. Agar tidak banyak dari sahabat yang mempermudah penggunaan nama Rasulullah dalam berbagai urusan, meskipun jujur dan dalam permasalahan yang umum.

2. Beliau sangat selektif terhadap periwayatan hadits. 3. Segala periwayatan yang mengatas namakan Rasulullah harus dengan

mendatangkan saksi4. Umar bin Khatab tidak senang dengan terhadap orang yang

memperbanyak periwayatan hadist dengan terlalu mudah dan sembrono.

5. Agar kemurnian hadist nabi dapat terpelihara.6. Umar r.a mengutus para ulama’ mengajarkan islam dan sunnah nabi

pada penduduk negeri7. Melembagakan Al-Qur’an dalam masyarakat.8. Untuk menjaga keaslian hadits

Page 20: PERKEMBANGAN HADITS

Ciri – Ciri Hadits periode II : 1. Dengan menggunakan lafal hadits asli, yaitu menurut lafal yang

diterima dari Rasulullah.2. Para sahabat hanya meriwayatkan hadits jika ada permasalahan

hukum yang mendesak.3. Banyak dari sahabat yang dengan sengaja menyebarkan hadits.

Namun tetap dengan dalil dan saksi yang kuat.4. Para sahabat rela melakukan perjalanan jauh hanya untuk

mencari kebenaran hadits yan diriwayatkannya.5. Para sahabat mulai terpencar dibeberapa wilayah.6. Perhatian para sahabat masih terfokus pada pemeliharaan dan

penyebaran Al-Quran.7. Para sahabat memiliki komitmen yang kuat terhadap Kitab

Allah.8. Terjadi pada masa Khulafa’ur Rasyidin.

Page 21: PERKEMBANGAN HADITS

Lanjutan…1. Periode setelah rasulullah wafat2. Salah satu pesan Rasulullah yaitu menyampaikan walau

hanya 1 ayat atau 1 hadits3. Adanya hukuman terhadap 2 pihak,yaitu orang yang tidak

mau menyampaikan hadits,dan orang yang menyampaikan hadits tanpa adanya saksi.

4. Masih adanya upaya untuk memasyarakatkan Al-Qur’an.5. Kehati-hatian dalam menyampaikan dan menerima hadits6. Ketegasan pada masa kekhalifahan Abu Bakar dan Umar.

Page 22: PERKEMBANGAN HADITS

Periode Ketiga: Perkembangan pada Masa Shahabat Kecil dan Tabiin

Page 23: PERKEMBANGAN HADITS

Periode ini disebut ‘Ashr Intisyar al-Riwayah ila Al-Amslaar’ (masa berkembang dan meluasnya periwayatan hadits).Pada masa ini, daerah Islam sudah meluas, yakni ke negeri Syam, Irak, Mesir, Samarkand, bahkan pada tahun 93 H, meluas sampai ke Spanyol. Hal ini bersamaan dengan berangkatnya para sahabat ke daerah-daerah tersebut, terutama dalam rangka tugas memangku jabatan pemerintahan dan penyebaran ilmu hadits.

Page 24: PERKEMBANGAN HADITS

Sejak zaman Khalifah Utsman dan Ali para shahabat sudah mulai mendapat kesempatan untuk meriwayatkan hadits secara luas. Demikian pula para tabi'in pun secara bebas sudah dapat mendatangi para shahabat yang mempunyai banyak hadits.

Selain dari itu ditambah dengan berkembangnya agama Islam ke wilayah-wilayah Syam, Irak, Mesir, Persia, Samarkand, Spanyol, dan lain-lain, maka para shahabat sudah banyak yang berpindah ke wilayah-wilayah tersebut dan secara otomatis mereka mengembangkan hadits ke tempat-tempat itu..

Page 25: PERKEMBANGAN HADITS

Sebab – Sebab Hadits berkembang pesat :

1. Para shahabat terus mendampingi nabi dan kuat hafalan,seperti khulafa’ur rasyidin,Abdullah ibn mas’ud,atau Abu Hurairah.

2. Menerima riwayat dari sahabat selain mendengar dari Nabi,seperti Anas bn malik.

3. Lama bersama nabi,sehingga mengetahui keadaannya.4. Para penghafal hadits rata-rata berumur panjang dan

berilmu.5. Berusaha mencatat hadits,seperti: Abdullah ibn Amer ibn

'Ash.6. Pengiriman Da’i ke seluruh wilayah .7. Waktu yang terbatas untuk menghindari hadits palsu

Page 26: PERKEMBANGAN HADITS

Ciri – Ciri Hadits Periode III :

1. Hadits-hadits yang diterima oleh para tabi’in ini ada dalam bentuk catatan-catatan,atau tulisan-tulisan,dan ada pula yang harus dihafal.

2. Dalam bentuk-bentuk yang sudah terpolakan dalam ibadah dan amaliah para sahabat yang mereka saksikan dan ikuti.

3. Tidak ada satu hadits pun yang tercecer atau terlupakan.4. Terjadi pada masa pasca-sahabat.5. Muncul kekeliruan periwayatan hadits ketika kecermatan dan

sikap hati-hati melemah.6. Masa kepesatan hadits.7. Wilayah islam yang meluas.8. Berlangsung kurang lebih 17 tahun

Page 27: PERKEMBANGAN HADITS

Lanjutan…

1. Pada masa ini,Ali bin Abi Thalib merevisi undang-undang

2. Menyampaikan hadits dengan saksi

3. Banyak penghafal hadits

4. Munculnya Hadits-hadits palsu

5. Shahabat dan tabi’in saling bertukar hadits.

6. Penghafal hadits dikirim untuk berdakwah di wilayah.

Page 28: PERKEMBANGAN HADITS

Periode Keempat: Perkembangan Hadits pada Abad II dan III Hijriah

Page 29: PERKEMBANGAN HADITS

Periode ini disebut Ashr Al-Kitabah wa Al-Tadwin (masa penulisan dan pembukuan). Maksudnya, penulisan dan pembukuan secara resmi, yakni yang diselenggarakan oleh atau atas inisiatif pemerintah. Adapun kalau secara perseorangan, sebelum abad II H hadits sudah banyak ditulis, baik pada masa tabiin, sahabat kecil, sahabat besar, bahkan masa Nabi SAW.

Dalam keterangan yang lalu dikatakan bahwa hadits pada masa Rasulullah saw. belum dibukukan dan belum ditulis secara resmi. Demikian pula pada masa shahabat Khulafaur Rasyidin belum nampak adanya usaha-usaha untuk membukukan hadits.

Page 30: PERKEMBANGAN HADITS

Walaupun usaha pengembangan dan periwayatan hadits pada masa itu sudah berkembang pesat. Usaha periwayatan itu sudah berlangsung secara lisan

berdasarkan hafalan, tidak berdasarkan tulisan. Para shahabat dan tabi'in betul-betul terkenal kekuatan daya

ingatnya. Oleh karenanya, walaupun hadits belum banyak ditulis namun selama para shahabat dan tabi'in

yang banyak menghafal hadits masih hidup, hadits tetap akan terpelihara dan tidak akan hilang.

Page 31: PERKEMBANGAN HADITS

Namun, kian hari kian terasa kekhawatiran akan hilangnya hadits-hadits Rasulullah dari para penghafal, karena di antara mereka sudah mulai banyak yang meninggal dunia sebagai akibat usia lanjut atau akibat peperangan dan lain sebagainya. Atas dasar keadaan ini, timbullah gagasan baru untuk mengumpulkan dan membukukan hadits.

Page 32: PERKEMBANGAN HADITS

Sebab – Sebab Munculnya Hadits Palsu :1. Adanya seorang zindiq (seorang yang pura-pura masuk Islam)

kemudian merusak Hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan memalsukan hadits dan menyandarkannya kepada shahabat kemudian kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam.

2. untuk mendukung madzhab mereka atau kalangan mereka, sebagaimana dilakukan oleh kalangan Khaththobiyah, yaitu kelompok yang dinasabkan kepada Abul Khaththab Al Asadi.

3. Sebagian lagi mereka memalsukan hadits untuk mendapatkan kedudukan di sisi para khalifah dan penguasa, sebagaimana yang dilakukan oleh Gihyats bin Ibrahim An Nakha’i, dimana ia memalsukan hadits untuk menyenangkan Khalifah Al Mahdi.

4. untuk mencari kekayaan, ketenaran dan lainnya dari kenikmatan dunia.

Page 33: PERKEMBANGAN HADITS

1. Niat mereka untuk mengajak kepada amal shalih dan ibadah-ibadah dengan memalsukan hadits.

2. Ada pula yang menukilkan perkataan orang-orang bijak, lantas menyandarkan perkataan tersebut kepada Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam.semisal hadits: “Kecintaan kepada dunia adalah sumber segala kesalahan.” Dimana ini sebenarnya merupakan perkataan Malik bin Dinar.

3. Ada pula di antara mereka karena kelalaian atau kekeliruan dalam mendengarkan suatu hadits.

4. Untuk dijadikan dalil dari semua yang mereka fatwakan dari pendapat-pendapat mereka.

Page 34: PERKEMBANGAN HADITS

Tujuan Pembuatan Hadits Palsu :

1. Fanatisme terhadap salah satu golongan politikPerpecahan umat Islam menjadikan tumbuhnya golongan-golongan fanatik buta hingga berani membuat hadits-hadits palsu,yang isinya mendukung tokoh-tokoh pada golongan tersebut,dan menjatuhkan golongan-golongan yang lain.

2. Untuk merusak agama IslamDilakukan oleh kaum zindik,yaitu kaum yang tidak memiliki agama/kepercayaan (atheis) yang berkedok Islam dan menyimpan kedengkian dan kebencian yang mendalam kepada umat Islam.

Page 35: PERKEMBANGAN HADITS

Mencari muka kepada para pembesarCara ini dilakukan oleh para ahlu hikayah

(tukang cerita) yang ingin mendapatkan kedudukan yang dekat dengan para penguasa dan pembesar ataupun untuk mendapatkan materi atau harta.

Bertujuan untuk targhib wa TarhibTarghib wa tarhib bermula dari tujuan yang

baik,namun tidak disertai dengan pemahaman yang baik pula.Mereka yang menciptakan hadits palsu ini merupakan sekelompok orang yang menisbatkan dirinya sebagai seorang sufi. Hadits palsu yang mereka buat bertujuan untuk mengajak orang berbuat kebaikan atau kembali ke jalan yang lurus.Memang apa yang mereka lakukan merupakan tindakan yang baik,namun tanpa disadari mereka telah melakukan dusta besar pula yang mengatasnamakan Rasulullah SAW.

Page 36: PERKEMBANGAN HADITS

Ciri

– Ci

ri Ha

dits

per

iode

ke

IV :

1. Hadits yang disusun dalam dewan-dewan Hadits, mencakup Hadits-hadits Rasul, fatwa-fatwa Sahabat dan Tabi’in.

2. Kitab/dewan Hadits dalam periode ini, belum diklasifikasi/dipisah-pisah antara Hadits-hadits Marfu’, Mauquf dan Maqthu’.

3. Kitab Hadits yang hanya menghimpun Hadits-hadits Nabi saja, hanyalah kitab yang disusun oleh Muhammad Ibnu Hazm. mengingat adanya instruksi Khalifah Umar bin Abdul Aziz yang menyatakan:

سول صلى الله عليه حديث ال ال تقبل إالم وسل“Janganlah kamu terima, selain dari Hadits Nabi saw. “

4. Periode ini dimulai pada masa Khlifah Al Muktadir sampai Khalifah Al Muktashim.

5. Kekuasaan Islam Pada periode ini mulai melemah.

Page 37: PERKEMBANGAN HADITS

-hadits yang dihimpun pada periode ini tidak sebanyak penghimpunan pada periode sebelumnya-

Page 38: PERKEMBANGAN HADITS

Periode Kelima: Masa Mentasbihkan Hadits dan Penyusuran

Kaidah-Kaidahnya

Page 39: PERKEMBANGAN HADITS

Abad ketiga Hijriah merupakan puncak usaha pembukuan hadits. Sesudah kitab-kitab Ibnu Juraij, kitab Muwaththa' -Al-Malik tersebar dalam masyarakat dan disambut dengan gembira, kemauan menghafal hadis, mengumpul, dan membukukannya semakin meningkat dan mulailah ahli-ahli ilmu berpindah dari suatu tempat ke tempat lain dari sebuah negeri ke negeri lain untuk mencari hadis.

Page 40: PERKEMBANGAN HADITS

Pada periode kelima ini muncullah seorang ulama yang terkenal ahli memiliki ilmu pengetahuan yang luas yaitu Imam Bukhari. Beliaulah yang mula-mula mengadakan perlawatan ke beberapa kota besar untuk mengumpulkan hadits. Di samping itu beliaulah yang pertama kali menentukan syarat-syarat untuk sebuah hadits yang akan dimasukkan dalam kitab shahihnya.

Dikatakan pula bahwa Imam Bukhari di samping menetapkan persyaratan keshahihan secara umum, juga menetapkan persyaratan keshahihan secara pribadi. Yaitu bahwa antara seorang perawi yang menerima dan meriwayatkan hadits harus hidup dalam satu masa (mu'asharah) dan harus saling berjumpa (liqa).

Tentang Tokoh-tokoh

Page 41: PERKEMBANGAN HADITS

Dalam periode keempat sebagaimana telah dijelaskan di atas, dikatakan bahwa pemalsuan hadits lebih meluas. Hal ini disebabkan bukan hanya karena perbedaan politik dari ummat Islam sendiri, melainkan juga karena timbul dari golongan yang tidak suka terhadap kebangkitan dan kemajuan Islam. Mereka berusaha melemahkan Islam dengan melalui pemalsuan hadits. Kalau terhadap Al Qur'an sudah tertutup kemungkinan mereka melakukan pemalsuan, sedangkan terhadap hadits mereka masih menganggap mungkin dapat dipalsukan.

Page 42: PERKEMBANGAN HADITS

Fungsi-fungsi Hadits

1. Bayan At-taqrir (Menetapkan dan memperkuat apa yang diterangkan dalm Al-Qur’an,dan memperkokoh isi Al-Qur’an).

2. Bayan At-tafsir (memberikan rincian dan tafsiran terhadap ayat-ayat Al-Quran yg masih global, memberikan persyaratan / batasan ayat-ayat Al-Quran yg bersifat mutlak dan mengkhususkan ayat Al-Quran yg bersifat umum.

3. Bayan at-Tasyri’ ( mewujudkan suatu hukum / ajaran-ajaran yg tidak didapati dalam Al-Quran.

4. Bayan An-Nasakh membatalkan / menghilangkan hukum syar’I dengan suatu dalil yg datang kemudian.

5. Sebagai hukum yg berdiri sendiri dan sebagai petunjuk bagi manusia .

Page 43: PERKEMBANGAN HADITS

Bayan Taqrir

Yaitu As-Sunnah berfungsi untuk memperkokoh dan memperkuat pernyataan Al-Qur’an:

QS. Al-Baqarah : 185.

شهر رمضان الذي أنزل فيه القرآن هدى للناس ن الهدى والفرقان فمن شهد منكم وبينات م

هر فليصمه ومن كان مريضا أو على سفر الشن أيام أخر يريد الله بكم اليسر وال يريد فعدة مبكم العسر ولتكملوا العدة ولتكبروا الله على ما

١٨٥هداكم ولعلكم تشكرون - -

Page 44: PERKEMBANGAN HADITS

(Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan al-Quran, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari yang lain. Allah Menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak Menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur. )

Page 45: PERKEMBANGAN HADITS

Bayan Tafsir

Yaitu menerangkan ayat-ayat yang sangat umum, mujmal dan musytarak. Seperti hadits : “Shallu kamaa ro-aitumuni ushalli” (Shalatlah kamu sebagaimana kamu melihatku shalat) adalah merupakan tafsiran daripada ayat Al-Qur’an yang umum, yaitu : “Aqimush-shalah” (Kerjakan shalat). Demikian pula hadits: “Khudzu ‘anni manasikakum” (Ambillah dariku perbuatan hajiku) adalah tafsir dari ayat Al-Qur’an “Waatimmulhajja” ( Dan sempurnakanlah hajimu ).

Page 46: PERKEMBANGAN HADITS

Bayan Taudhih

Yaitu menerangkan maksud dan tujuan sesuatu ayat Al-Qur’an, seperti pernyataan Nabi : “Allah tidak mewajibkan zakat

melainkan supaya menjadi baik harta-hartamu yang sudah dizakati”, adalah taudhih (penjelasan) terhadap ayat Al-Qur’an

dalam QS at-Taubah: 34,

هبان ليأكلون أموال ذين آمنوا إن كثيرا من األحبار والر ها ال يا أيذين يكنزون الذهب اس بالباطل ويصدون عن سبيل الله وال الن

رهم بعذاب أليم - ٣٤والفضة وال ينفقونها في سبيل الله فبش -

yang artinya sebagai berikut : “Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani

benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang

menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa

yang pedih”.

Page 47: PERKEMBANGAN HADITS

Dasar Penyelesaian Hadits:

1. Maqbul ( dapat diterima sebagai pedoman ) yang mencakup hadits shahih dan hadits hasan.

2. Mardud ( tidak dapat diterima sebagai pedoman ) yang mencakup hadits dha’if / lemah dan hadits maudhu’ / palsu.

Page 48: PERKEMBANGAN HADITS

Ciri – Ciri Hadits Periode V :1. Banyak kaum muslimin yang gemar berceritra (tukang-tukang

kisah) juga belum mau menghentikan kegemarannya untuk membuat Hadits-hadits palsu guna memperkuat dan memperindah daya pikat kisah-kisahnya.

2. Kitab-kitab musnad berperan dalam menghimpun hadits-hadits Nabi berdasarkan nama Sahabat yang meriwatkannya, sehingga dengan demikian hadits-hadits Nabi terpelihara dari pencampur adukan dengan fatwa-fatwa Sahabat dan Tabi’in.

3. Hadits yang disusun oleh penyusunnya dengan cara menghimpun Hadits-hadits yang berkualitas Shahih, sedang Hadits-hadits yang berkualitas tidak Shahih, tidak dimasukkan.

4. Banyaknya Ulama Hadits yang memberikan perhatian khusus kepada kitab-kitab Hadits tertentu.

5. Mulai pada akhir abad 3 H. Para penghafal hadits semakin berkurang

Page 49: PERKEMBANGAN HADITS

1. pengaruh kadar iman yang berbeda pada dada kaum mulimin melemah.

2. Akibat pencampuran ras dan berubahnya keadaan masyarakat dan kehidupan.

3. Makin banyaknya problema hidup dari masa ke masa dalam berbagai sektor kehidupan; sosial, ekonomi dan politik.

4. Tidak henti-hentinya terdapat serangan dari kaum yang yang sengaja merusak hadits dengan jalan mengburkan hadits-hadits yang sebenarnya.

5. Hadits berfungsi sebagai interpretasi al-Qur’an.

Page 50: PERKEMBANGAN HADITS

Periode Keenam: Dari Abad IV hingga Tahun 656 H.

Page 51: PERKEMBANGAN HADITS

Periode keenam ini dimulai dari abad IV hingga tahun 656 H, yaitu pada masa `Abasiyyah angkatan kedua. Periode ini dinamakan Ashru At-Tahdib wa At-Tartibi wa Al-Istidraqi wa Al-jami'.

Usaha ulama yang paling menonjol pada periode ini ialah menyusun hadits-hadits yang disesuaikan dengan bab-bab atau bagian-bagian yang disesuaikan dengan isi kandungan hadits itu sendiri. Misalnya hadits-hadits yang berhubungan dengan shalat dikelompokkan menjadi satu. Demikian pula hadits-hadits yang berhubungan dengan akhlak dikelompokkan menjadi satu. Demikian seterusnya pada hadits-hadits lainnya.

Page 52: PERKEMBANGAN HADITS

Keadaan hadits pada periode keenam ini juga ditandai oleh adanya usaha perbaikan susunan kitab dan mengumpulkan hadits-hadits yang masih berserakan yang kemudian dikumpulkan dalam satu bab tertentu.

Hal tersebut juga merupakan sumbangan yang besar bagi perkembangan dan pertumbuhan hadits periode-periode berikutnya. Dengan adanya usaha yang dilakukan pada periode keenam ini maka orang-orang yang ingin mempelajari atau mencari hadits yang sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapinya dapat dilakukan dengan mudah.

Page 53: PERKEMBANGAN HADITS

Usaha Ahli Hadits :1. Mempelajarinya2. Menghafalnya3. Memeriksa dan menyelidiki sanad-

sanadnya4. Menyusun kitab-kitab baru dengan

tujuan untuk memelihara, menertibkan dan menghimpun segala sanad dan matan yang saling berhubungan serta yang telah termuat secara terpisah dalam kitab-kitab yang telah ada tersebut.

Page 54: PERKEMBANGAN HADITS

Karya Para Ulama :

Kitab Athraf

Yakni kitab Hadits yang hanya menyebut sebagian-sebagian darimatan-matan Hadits tertentu kemudian menjelaskan seluruhSanad dari matan itu.Misalnya: Athrafus Shahihaini, susunan

IbrahimAd Dimasyqy (wafat th. 400 H),Athrafus Sunanil Arba’ah,susunan Ibnu Asakir Ad-Dimasyqy (571 H),Athraful KutubisSittah, susunan Muhammad Ibnu T’hahir Al-Maqdisy (507 H)

Page 55: PERKEMBANGAN HADITS

Kitab MustakhrajYakni kitab Hadits yang memuat matan-matan Hadits yang

diriwayatkan oleh Bukhari atau Muslim atau kedua-duanya atau lainnya, kemudian si penyusun meriwayatkan matan-matan Hadits

tersebut dengan sanad sendiri yang berbeda. Misalnya: Mustakhraj Shahih Bukhari, susunan Juriany,Mustakhraj Shahih

Muslim, susunan Abu Awanah (316 H), Mustakhraj Bukhari-Muslim, susunan Abu Bakar Ibnu Abdan As-Sirazy (388 H).

Kitab MustadrakYakni kitab Hadits yang menghimpun Hadits-hadits yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau yang memiliki salah satu

syarat dari keduanya. Misalnya:Al-Mustadrak, susunan Al-Hakim (321- 405 H)

Al-Ilzamat, susunan Ad-Daraquthny (306 – 385 H)

Page 56: PERKEMBANGAN HADITS

Kitab Jami’Yakni kitab Hadits yang menghimpun Hadits-hadits Nabi yang telah termuat dalam kitab-kitab yang telah ada. Misalnya:• Yang menghimpun Hadits-hadits Shahih Bukhari dan Muslim: Al-Jami’ bainas Shahihaini, susunan Ibnul Furat (Ismail Ibnu Muhammad) – (414 H). Al-Jamii bainas Shahihaini, susunan Muhammad Ibnu Nashr Al- Humaidy (488 H).• Yang menghimpun Hadits-hadits Nabi dari berbagai Kitab Hadits: Jami’ul Masanid wal Alqab, susunan Abdur Rahman Ibnu Ali Al- Jauzy (597 H). BahrulAsanid, susunan Al-Hasan Ibnu Ahmad As-Samarqandy (491 H).

Page 57: PERKEMBANGAN HADITS

e. Kitab Berdasar Pokok MasalahAdapun kitab-kitab Hadits yang menghimpun Hadits-hadits Nabi berdasarkan masalah-masalah tertentu dari kitab-kitab Hadits yang ada, antara lain ialah:• Yang menghimpun Hadits-hadits Ahkam: As-Sunanul Kubra, susunan Al-Baihaqy (458 H). Al-Ahkamus Sughra, susunan Ibnu Khanat (582 H). Umdatul Ahkam, susunan Abdul Ghany Al-Maqdisy (600 H)• Yang menghimpun Hadits-hadits Targhib wat Tarhib

(Hadits yang menerangkan keutamaan amal, menggemarkan untuk beramal dan menjauhkan diri dari perbuatan-perbuatan yang dilarang/dibenci). Seperti At-Targhib wat Tarhib, susunan Al-Mundziry (656 H).

Page 58: PERKEMBANGAN HADITS

Ciri – Ciri Perkembangan Hadits Periode VI :

a) Periode ini daulah Islamiyah mulai melemah dan akhimya runtuh, tetapi kegiatan Ulama dalam melestarikan Hadits tidaklah terlalu terpengaruh.

b) Kitab-kitab Hadits yang telah berhasil disusun pada abad IV dan dari padanya dapat dijumpai Hadits-hadits Shahih di luar dari kitab-kitab Hadits abad III.

c) Hadits hanya menyebut sebagian-sebagian dari matan-matan Hadits tertentu kemudian menjelaskan seluruh sanad dari matan itu.

d) Hadits yang memuat matan-matan Hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari atau Muslim atau kedua-duanya atau lainnya, kemudian si penyusun meriwayatkan matan-matan Hadits tersebut dengan sanad sendiri yang berbeda.

e) Hadits yang menghimpun Hadits-hadits yang memiliki syarat-syarat Bukhari dan Muslim atau yang memiliki salah satu syarat dari keduanya.

f) Menghimpun Hadits-hadits Nabi yang telah termuat dalam kitab-kitab yang telah ada.

Page 59: PERKEMBANGAN HADITS
Page 60: PERKEMBANGAN HADITS

Periode Ketujuh (656 H-Sekarang)

Page 61: PERKEMBANGAN HADITS

Periode ini adalah masa sesudah meninggalnya Khalifah Abasiyyah ke XVII Al-Mu'tasim (w. 656 H.) sampai sekarang. Periode ini dinamakan Ahdu As-Sarhi wa Al Jami' wa At-Takhriji wa Al-Bahtsi, yaitu masa pensyarahan, penghimpunan, pen-tahrij-an, dan pembahasan.Usaha-usaha yang dilakukan oleh ulama dalam masa ini adalah menerbitkan isi kitab-kitab hadis, menyaringnya, dan menyusun kitab enam kitab tahrij, serta membuat kitab-kitab fami' yang umum‘.

Page 62: PERKEMBANGAN HADITS

Pada periode ini para ulama berusaha mengatur dan mengumpulkan hadits yang belum terdapat pada kitab-kitab hadits terdahulu. Kemudian mereka kumpulkan dalam sebuah kitab hadits yang disebut Kitab Zawaid (tambahan).

Ulama pada periode ini juga berusaha mengumpulkan hadits dari beberapa kitab dan disusunnya dalam sebuah kitab yang mereka namakan dengan istilah kitab "Jawani yang umum". Dan ada pula yang mengumpulkan hadits yang dikaitkan dengan salah satu bidang permasalahan.

Page 63: PERKEMBANGAN HADITS

Pada periode ini para ulama juga menyusun kitab-kitab yang merupakan syarah (keterangan) terhadap hadits-hadits yang sulit dipahami artinya. Dengan begitu memudahkan bagi masyarakat umum yang hendak mempelajarinya.

Demikian pula usaha penerbitan buku-buku hadits pada periode ini berkembang pesat, terutama di India. Ulama India-lah yang banyak sahamnya dalam mengembangkan hadits karena kitab-kitab yang banyak beredar di masyarakat, pertama kali adalah di cetak di India.

Demikian juga peranan Mesir pada waktu itu amat besar. Karena Mesir dijadikan tempat kegiatan untuk mengembangkan hadits. Mesir tempat berkumpulnya para ulama dalam kegiatan perkembangan hadits/ilmu hadits.Ringkasnya, mulai periode ketujuh ini telah banyak kitab-kitab hadits terkenal yang disusun dengan berbagai macam sistem yang semua itu dilakukan oleh para ulama Islam.

Page 64: PERKEMBANGAN HADITS

Pada permulaan abad ketiga belas, Mesir di bawah pimpinan Muhammad Ali,

mulai bangkit memulihkan kekuatannya dan berusaha mengembangkan kejayaan Mesir pada masa silam. Bertepatan dengan masa

itu pula, kerajaan-kerajaan Eropa telah makin kuat dan ingin menguasai dunia.

Kerajaan-kerajaan Eropa yang disemangati oleh perang salib itu, senantiasa berusaha

untuk menumbangkan daulah Islamiyah dan menguasai kaum muslimin.

Page 65: PERKEMBANGAN HADITS

Akhimya daulah Utsmaniyah runtuh lalu mereka taklukkan dan cahaya Islam makin meredup karena tekanan para penjajah. Sulitlah hubungan dari Mesir ke l4 ijaz atau ke Syam dan lain-lain, sehingga praktis hilanglah perlawatan para Ulama untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam akibat penjajahan bangsa Eropa terhadap daerah-daerah Islam tersebut.

Ulama-ulama Islam barulah mampu mengadakan kontak antar mereka, setelah semangat kebangkitan Islam mulai tumbuh dan mendobrak belenggu penjajahan bangsa Eropa di negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam.

Page 66: PERKEMBANGAN HADITS

Keterangan:(Yang dimaksud dengan ijazah dalam hal ini adalah pemberian izin dari seorang syaikh (guru) kepada muridnya untuk meriwayatkan Hadits yang berasal dari padanya, baik yang tertulis ataupun yang hafalan, beserta kekurangan kekurangan dari riwayat tersebut. Yang dimaksud dengan mukatabah adalah pemberian catatan Hadits dari seorang syaikh/guru kepada orang yang ada di dekatnya atau orang yang jauh, baik catatan itu ditulis sendiri , oleh guru tersebut ataupun dengan cara disuruh orang lain untuk menuliskannya).

Page 67: PERKEMBANGAN HADITS

Macam-Macam Kitab Hadits Pada Periode Inia. Kitab jami’ antara lain:

Jami’ul Masanid was Sunan, oleh Ibnu Katsir (774 H). Kitab ini merupakan himpunan dari Hadits-hadits yang terdapat di kitabnya Bukhari, Muslim, Abu Daud At Turmudzi, An-Nasa’iy, lbnu Majah, Ahmad, Al-Bazzar, Abu Ya’la dan At-Thabary.Dan Jami’ul Jawami’, oleh As-Suyuthy (911 H). Kitab ini menghimpun Hadits- hadits dari Al-Kutubus Sittah.

B. Kitab yang membahas masalah tertentu, antara lain:

• masalah hukum: Al-lmam fi Ahaditsil Ahkam, oleh lbnu Daqiqil ld (702 H),Taqribul Asanid wa Tartibul Masanid, oleh Al-Iraqy (806 H).• Targhib dan Tarhib, antara lain; Riyadush Shalihin, oleh Imam Nawawy (676 H).• Dzikir dan Do’a, antara lain:Al-Qaulul Badi’, oleh As-Sakhawy (902 H),Dan Al-Hishnul Hashin, oleh Muhammad Al-Jazary (833 H).• Kitab syarah:Syarah untuk Shahih Bukhari (Fathul Bary, oleh lbnu Hajar Al-Asqalany dan Irsyadus Sary, oleh Muhammad Al-Qasthalany (923 HUrv).

Page 68: PERKEMBANGAN HADITS

Kitab - kitab baru yang selain dalam bentuk seperti yang telah ditempuh oleh Ulama sebelumnya,juga berupa:

Kitab Syarah.Yakni, kitab Hadits yang di dalamnya dimuat uraian dan

penjelasan kandungan Hadits dan kitab tertentu dan hubungannya dengan dalil-dalil yang lain, baik dariAl-Qur’an, dari Hadits maupun dari

kaidah-kaidah syara’ lainnya.

Kitab Mukhtashar.Yakni kitab Hadits yang berisi ringkasan dari suatu kitab Hadits.

Kitab Zaqa’id.Yakni kitab yang di dalamnya dihimpun Hadits-hadits yang

terdapat pada suatu kitab tertentu dan Hadits tersebut tidak termaktub dalam kitab-kitab tertentu lainnya.

Page 69: PERKEMBANGAN HADITS

Kitab Penunjuk (kode indeks) Hadits:

Yakni kitab yang berisi petunjuk-petunjuk praktis, biasanya berupa kode-kode huruf dan angka tertentu, untuk mempermudah mendapatkan/mencari matan Hadits di kitab-kitab tertentu.

Kitab Terjemah Hadits:

Yakni kitab/buku pengalih bahasa kitab-kitab Hadits dari bahasa Arab ke bahasa lain, atau sebaliknya. Sejak akhir abad XIV H di lndonesia telah mulai kegiatan penerjemahan kitab-kitab Hadits ke dalam bahasa lndonesia, baik kitab jami’, kitab Hadits Ahkam, maupun kitab syarah.

Page 70: PERKEMBANGAN HADITS

Miftah Kunuzis Sunnah

oleh Prof. Dr. A.J. Winsink. Buku ini diterjemahkan ke dalam bahasa Arab oleh Muhammad Fuad Abdul Baqy. Kitab ini memberi petunjuk untuk mencari matan-matan Hadits yang terdapat dalam 14 kitab Hadits (Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Sunan Abu Daud, Jami’ At- Turmudzi, Sunan An-Nasa’iy, Sunan Ibnu Majah, Sunan Ad-Darimy, Muwaththa’ Malil (Musnad Zaid bin Ali, Musnad Abu Daud At-Thayalisy, Musnad Ahmad, Thabaqah lbnu Saad, Sirah Ibnu Hisyam dan Al-Maghazy Al-Waqidy).• Al-It-hafatus Saniyyah, oleh Al-Mannawy.•Al-Kalimatut Tayyibah, oleh lbnu Taimiyah.• Adabul Ahaditsil Qudsiyah, oleh Dr. Ahmad As-Syarbashy.

Page 71: PERKEMBANGAN HADITS

Ciri – Ciri Perkembangan Hadits periode VII: .

1. Periode ini disebut Masa pensyarahan,penghimpunan,pentakhrijan dan pembahasan

2. Banyak dilakukan secara syifahiyah (penyampaian dan penerimaan riwayat secara lisan/hafalan)

3. Penyampaian dan penerimaan riwayat/Hadits banyak dilakukan dengan jalan ijazah dan mukatabah

4. Sulitnya hubungan dari Mesir ke Hijaz atau ke Syam dan lain-lain, sehingga praktis hilanglah perlawatan para Ulama untuk menyebarkan ajaran-ajaran Islam akibat penjajahan bangsa Eropa terhadap daerah-daerah Islam tersebut.

5. Ulama-ulama Islam barulah mampu mengadakan kontak antar mereka, setelah semangat kebangkitan Islam mulai tumbuh dan mendobrak belenggu penjajahan bangsa Eropa di negara-negara yang penduduknya mayoritas beragama Islam.

Page 72: PERKEMBANGAN HADITS

1. Menerbitkan isi kitab-kitab hadits2. menyusun kitab-kitab takhrij3. Membuat kitab-kitab jami’4. Mengumpulkan Hadits-hadits Hukum 5. Para Shahabat dan tabi’in aktif menerima hadits

Page 73: PERKEMBANGAN HADITS

Keterangan:

Click to…a) Riwayat hidup tokoh-tokoh haditsb) Hadits dalam menentukan hukumc) Fungsi hadits terhadap Al-Qur’and) Kedudukan Hadits Terhadap Al-Qurane) Keterangan Fungsi Haditsf) Penulisan Haditsg) Kesimpulan

Page 74: PERKEMBANGAN HADITS

Riwayat hidup Imam Bukhari dan Imam Muslim

Page 75: PERKEMBANGAN HADITS

Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin al-Mughirah bin Bardizbah al-Ju'fi al-Bukhari atau lebih dikenal Imam Bukhari (Lahir 196 H/810 M - Wafat 256 H/870 M) adalah ahli hadits yang termasyhur di antara para ahli hadits sejak dulu hingga kini bersama dengan Imam Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi, An-Nasai dan Ibnu Majah bahkan dalam kitab-kitab Fiqih danHadits, hadits-hadits beliau memiliki derajat yang tinggi. Sebagian menyebutnya dengan julukan Amirul Mukminin fil Hadits (Pemimpin kaum mukmin dalam hal Ilmu Hadits). Dalam bidang ini, hampir semua ulama di dunia merujuk kepadanya.

Bukhari memiliki daya hafal tinggi sebagaimana yang diakui kakaknya, Rasyid bin Ismail. Sosok beliau kurus, tidak tinggi, tidak pendek, kulit agak kecoklatan, ramah dermawan dan banyak menyumbangkan hartanya untuk pendidikan.

Riwayat Hidup Imam Bukhari

Page 76: PERKEMBANGAN HADITS

Bukhari berguru kepada Syekh Ad-Dakhili, ulama ahli hadits yang masyhur di Bukhara. pada usia 16 tahun bersama keluarganya, ia mengunjungi kota suci terutama Mekkah dan Madinah, dimana dikedua kota suci itu dia mengikuti kuliah para guru besar hadits.

Pada usia 18 tahun dia menerbitkan kitab pertama Kazaya Shahabah wa Tabi'in, hafal kitab-kitab hadits karya Mubarak dan Waki bin Jarrah bin Malik. Bersama gurunya Syekh Ishaq, menghimpun hadits-hadits shahih dalam satu kitab, dimana dari satu juta hadits yang diriwayatkan 80.000 perawi disaring menjadi 7275 hadits.

Page 77: PERKEMBANGAN HADITS

Menurut Ibnu Hajar Al Asqalani, akhirnya Bukhari menuliskan sebanyak 9082 hadis dalam karya monumentalnya Al Jami'al-Shahil yang dikenal sebagai Shahih Bukhari. Banyak para ahli hadits yang berguru kepadanya seperti Syekh Abu Zahrah, Abu Hatim Tirmidzi, Muhammad Ibn Nasr dan Imam Muslim.

Kazaya Shahabah wa Tabi'inKitab al-Ilal

Raf'ul Yadain fi ash-ShalahBirr al-WalidainKitab ad-Du'afa

Asami ash-ShahabahAl-Hibah

Khalq Af'al al-IbadAl-Kuna

Al-Qira'ah Khalf al-Imam

Al-Jami' ash-Shahih yang dikenal sebagai Shahih Bukhari

Al-Adab al-MufradAdh-Dhu'afa ash-Shaghir

At-Tarikh ash-ShaghirAt-Tarikh al-AusathAt-Tarikh al-KabirAt-Tafsir al-Kabir

Al-Musnad al-Kabir

Karya Imam Bukhari

Page 78: PERKEMBANGAN HADITS

Untuk mengumpulkan dan menyeleksi hadits shahih, Bukhari menghabiskan waktu selama 16 tahun untuk mengunjungi berbagai kota guna menemui para perawi hadits, mengumpulkan dan menyeleksi haditsnya.

Di antara kota-kota yang disinggahinya antara lain Bashrah, Mesir, Hijaz (Mekkah, Madinah), Kufah, Baghdad sampai ke Asia Barat. Di Baghdad, Bukhari sering bertemu dan berdiskusi dengan ulama besar Imam Ahmad bin Hanbali. Dari sejumlah kota-kota itu, ia bertemu dengan 80.000 perawi. Dari merekalah beliau mengumpulkan dan menghafal satu juta hadits.

Page 79: PERKEMBANGAN HADITS

Riwayat Imam Muslim

Al-Imam Abul Husain Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi an-Naisaburi(bahasa Arab: النيشابوري القشيري الحجاج بن مسلم الحسين ,(أبوatau sering dikenal sebagai Imam Muslim (821-875) dilahirkan pada tahun 204 Hijriah dan meninggal dunia pada sore hari Ahad bulan Rajab tahun 261 Hijriah dan dikuburkan di Naisaburi.

Ia belajar hadis sejak masih dalam usia dini, yaitu mulai tahun 218 H. Ia pergi ke Hijaz, Irak, Syam, Mesir dan negara-negara lainnya.

Di Khurasan, ia berguru kepada Yahya bin Yahya dan Ishak bin Rahawaih; di Ray ia berguru kepada Muhammad bin Mahran dan Abu `Ansan. Di Irak ia belajar hadis kepada Imam Ahmad dan Abdullah bin Maslamah; di Hijaz belajar kepada Sa`id bin Mansur dan Abu Mas`Abuzar; di Mesir berguru kepada `Amr bin Sawad dan Harmalah bin Yahya, dan kepada ulama ahli hadis yang lain.

Page 80: PERKEMBANGAN HADITS

Beliau berkali-kali mengunjungi Baghdad untuk belajar kepada ulama-ulama ahli hadis, dan kunjungannya yang terakhir pada 259 H, di waktu Imam Bukhari datang ke Naisabur, beliau sering datang kepadanya untuk berguru, sebab ia mengetahui jasa dan ilmunya. Dan ketika terjadi fitnah atau kesenjangan antara Bukhari dan Az-Zihli, ia bergabung kepada Bukhari, sehingga hal ini menjadi sebab terputusnya hubungan dengan Az-Zihli.

Muslim dalam Sahihnya maupun dalam kitab lainnya, tidak memasukkan hadis-hadis yang diterima dari Az-Zihli padahal ia adalah gurunya. Hal serupa ia lakukan terhadap Bukhari. Ia tidak meriwayatkan hadis dalam Sahihnya, yang diterimanya dari Bukhari, padahal iapun sebagai gurunya. Nampaknya pada hemat Muslim, yang lebih baik adalah tidak memasukkan ke dalam Sahihnya hadis-hadis yang diterima dari kedua gurunya itu, dengan tetap mengakui mereka sebagai guru.

Page 81: PERKEMBANGAN HADITS

Karya Imam

Muslim

1. Al-Jami` ash-Shahih atau lebih dikenal sebagai Sahih Muslim

2. Al-Musnad al-Kabir (kitab yang menerangkan nama-nama para perawi hadis)

3. al-Asma wal-Kuna4. al-Ilal 5. Al-Aqran6. Su`alatihi Ahmad bin Hambal7. al-Intifa` bi Uhubis-Siba`8. al-Muhadramin9. Man Laisa Lahu illa Rawin Wahid10.Auladish-Shahabah11.Auhamil-Muhadditsin

Back to …

Page 82: PERKEMBANGAN HADITS

Hadits Dalam Menentukan Hukum

Dalam pembicaraan hubungan As-Sunnah dengan Al-Qur’an telah disinggung tentang bayan tasyri’, yaitu hadits adakalanya menentukan suatu peraturan/hukum atas suatu persoalan yang tidak disinggung sama sekali oleh Al-Qur’an.

Page 83: PERKEMBANGAN HADITS

Kelompok yang menyetujui mendasarkan pendapatnya pada ‘ishmah (keterpeliharaan Nabi dari dosa dan kesalahan, khususnya dalam bidang syariat) apalagi sekian banyak ayat yang menunjukkan adanya wewenang kemandirian Nabi saw. untuk ditaati. Kelompok yang menolaknya berpendapat bahwa sumber hukum hanya Allah, Inn al-hukm illa lillah, sehingga Rasul pun harus merujuk kepada Allah SWT (dalam hal ini Al-Quran), ketika hendak menetapkan hukum

Page 84: PERKEMBANGAN HADITS

Atas dasar pertimbangan tersebut,fungsi Al-Sunnah terhadap Al-Quran didefinisikan sebagai bayan murad Allah (penjelasan tentang maksud Allah) sehingga apakah ia merupakan penjelasan penguat, atau rinci, pembatas dan bahkan maupun tambahan, kesemuanya bersumber dari Allah SWT.

Page 85: PERKEMBANGAN HADITS

Sebenarnya dengan kedudukan Nabi sebagai Rasul pun sudah cukup menjadi jaminan (sesuai dengan fungsinya sebagai tasyri’) adalah harus menjadi pedoman bagi umatnya, dan seterusnya. Tetapi mereka yang keberatan, beralasan antara lain: Bahwa fungsi Sunnah itu tidak lepas dari tabyin atas apa yang dinyatakan Al-Qur’an sebagaimana penegasan Allah:

Page 86: PERKEMBANGAN HADITS

  

رون - هم يتفك ل إليهم ولعل اس ما نز ن للن بر وأنزلنا إليك الذكر لتبي نات والز ٤٤بالبي -

“keterangan-keterangan (mukjizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu Al Quran, agar kamu menerangkan pada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka memikirkan,”

(An-Nahl: 44)

Page 87: PERKEMBANGAN HADITS

Apa saja yang diungkap Sunnah sudah ada penjelasannya dalam Al-Qur’an meski secara umum sekalipun. Sebab Al-Qur’an sendiri

menegaskan

أمم ة في األرض وال طائر يطير بجناحيه إال وما من دآبأمثالكم ما

هم يحشرون - طنا في الكتاب من شيء ثم إلى رب ٣٨فر -“Dan tiadalah binatang-binatang yang ada di bumi dan burung-burung yang terbang dengan kedua sayapnya, melainkan umat (juga) seperti kamu. Tiadalah Kami alpakan sesuatupun dalam

Al-Kitab, kemudian kepada Tuhanlah mereka dihimpunkan.” (Al-An’am : 38)

Page 88: PERKEMBANGAN HADITS

Sebenarnya kedua pendapat itu tidak mempunyai perbedaan yang pokok. Walaupun titik tolak berpikirnya berbeda, tetapi kesimpulannya adalah sama.

Yang diperdebatkan keduanya adalah soal adanya hadits yang berdiri sendiri. Apakah betul-betul ada atau hanya karena menganggap Al-Qur’an tidak membahasnya, padahal sebenarnya membahas.

Page 89: PERKEMBANGAN HADITS

Seperti dalam soal haramnya kawin karena sesusuan, menurut pihak pertama adalah karena ditetapkan oleh Sunnah yang berdiri sendiri, tetapi ketetapan itu adalah sebagai tabyin/tafsir daripada ayat Al-Qur’an yang membahasnya secara umum dan tidak jelas. Mereka sama-sama mengakui tentang adanya sesuatu tersebut tetapi mereka berbeda pendapat tentang apakah Al-Qur’an pernah menyinggungnya atau tidak (hanya ditetapkan oleh Sunnah saja)

Page 90: PERKEMBANGAN HADITS

Dalam kasus-kasus persoalan lain sebenarnya masih banyak hal-hal yang ditetapkan oleh Sunnah saja, yang barangkali sangat sulit untuk kita cari ayat Al-Qur’an yang membahasnya, walaupun secara umum dan global. Oleh karena itulah kita cenderung untuk berpendapat sama dengan pihak yang pertama.

Page 91: PERKEMBANGAN HADITS

Fungsi Hadits Terhadap Al-Qur’an

Hadits merupakan mubayyin bagi Al-Qur`an, yang karenanya siapapun yang tidak bisa memahami Al-Qur`an tanpa dengan memahami dan menguasai hadits. Begitu pula halnya menggunakan Hadits tanpa Al-Qur`an.

Karena Al-qur`an merupakan dasar hukum pertama, yang di dalamnya berisi garis besar syari`at. Dengan demikian, antara Hadits dengan Al-Qur`an memiliki kaitan erat, yang untuk mengimami dan mengamalkannya tidak bisa terpisahkan atau berjalan dengan sendiri.

Page 92: PERKEMBANGAN HADITS

Keberlakuan hadits sebagai sumber hukum diperkuat pula dengan kenyataan bahwa Al-Qur`an hanya memberikan garis-garis besar dan petunjuk umum yang memerlukan penjelasan dan rincian lebih lanjut untuk dapat dilaksanakan dalam kehidupan manusia.

Sejak masa sahabat sampai hari ini para ulama telah bersepakat dalam penetapan hukum didasarkan juga kepada Hadits Nabi, terutama yang berkaitan dengan petunjuk operasional.

Page 93: PERKEMBANGAN HADITS

Di antara ayat-ayat yang menjadi bukti bahwa Hadits merupakan sumber hukum dalam Islam adalah firman

Allah dalam Al-Qur’an surah An- Nisa’: 80 =

سول فقد أطاع من يطع الره … الل

“Barangsiapa yang mentaati Rosul, maka sesungguhnya dia telah mentaati Alloh…”

Page 94: PERKEMBANGAN HADITS

Dalam ayat lain Allah berfirman QS. Al-Hasyr:7

سول فخذوه وما نهاكم عنه فانتهوا وما آتاكم الر

“Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu

maka tinggalkanlah…”

Page 95: PERKEMBANGAN HADITS

Dalam Q.S AnNisa’ 59, Allah berfirman :

سول وأولي يا أيها الذين آمنوا أطlيعوا الله وأطيعوا الراألمر منكم فإن تنازعتم في شيء فردوه إلى الله

سول … والر

“Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembali kanlah ia

kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya)…”

Dari beberapa ayat di atas dapat disimpulkan bahwa seseorang tidak cukup hanya berpedoman pada Al-Qur’an dalam

melaksanakan ajaran Islam, tapi juga wajib berpedoman kepada Hadits Rasulullah Saw.

Page 96: PERKEMBANGAN HADITS

Kedudukan Hadits Terhadap Al-Quran

Kedudukan hadits dari segi statusnya sebagai dalil dan sumber ajaran Islam, menurut jumhur ulama, adalah menempati posisi kedua setelah Al-Qur’an. Hal tersebut terutama ditinjau dari segi wurut atau tsubutnya Al- Qur’an adalah barsifat Qat’i. Sedangkan hadits, kecuali yang berstatus mutawatir, sifatnya adalah Zhanni al-wurut. Oleh karnanya, yang bersifat qath’i (pasti) didahulukan dari pada yang zhanni (relative).

Page 97: PERKEMBANGAN HADITS

Untuk lebih jelasnya, berikut akan diuraikan argument yang dikemukakan para ulama tentang posisi hadits terhadap Al-Qur’an tersebut : Al-Qur’an dengan sifatnya qath’i al-wurut (keberadaannya yang pasti dan diyakini), baik secara ayat perayat maupun secara keseluruhan, sudah seharusnyalah kedudukannya lebih tinggi dari pada hadits yang statusnya secara hadits perhadits, kecuali yang berstatus mutawatir, adalah bersifat al-Wurud.

Page 98: PERKEMBANGAN HADITS

Hadits berfungsi sebagai penjelas dan panjabar (bayan) terhadap AL-Qur’an. Ini adalah dijelaskan (al-mubayyan), yakni AL-Qur’an, kedudukannya adalah lebih tinggi dari pada penjelasan (al-bayan), yakni Hadits.

Secara logis dapat dipahami bahwa penjelas (al-bayan) tidak perlu jika ada sesuatu yang dijelaskan (al-mubayyan) tidak ada: akan tetapi jika tidak ada al-bayan hal itu tidak berati bahwa al-mubayyan juga tidak ada.

Dengan demikian, eksentesi dan keberadaan Hadits sebagai al-bayan tergantung kepada eksistensi AL-Qur’an sebagai al-mubayyan, dan hal ini menujukkan di dahulukannya AL-Qr’an dari Hadits dalam hal status dan tingkatannya.

Page 99: PERKEMBANGAN HADITS

  التأ كيد الحكم في القرآن

(Memperkuat aturan hukum pada ayat-ayat Al-Qur’an) Hadits menguatkan hukum yang ditetapkan Al-qur`an. Di sini hadits berfungsi

memperkuat dan memperkokoh hukum yang dinyatakan oleh Al-quran. Misalnya, Al-quran menetapkan hukum puasa, dalam firman-Nya :

QS. Al. Baqarah : 183

يام كما كتب على يا أيها الذين آمنوا كتب عليكم الص١٨٣الذين من قبلكم لعلكم تتقون - -

Artinya :” 183. Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa

sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,”

Dan hadits menguatkan kewajiban puasa tersebut, Islam didirikan atas lima perkara:

“persaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah , dan Muhammad adalah rasulullah, mendirikan shalat , membayar zakat , puasa pada bulan ramadhan

dan naik haji ke baitullah.” (H.R Bukhari dan Muslim)

Page 100: PERKEMBANGAN HADITS

 لتفسير الحكم في القرآنا

(Merinci dan menjelaskan aturan hukum pada ayat-ayat Al-Qur’an)Hadits memberikan rincian terhadap pernyataan Al qur`an yang masih

bersifat global.Misalnya Al-qur`an menyatakan perintah shalat :QS. Al Baqarah : 110

ن كاة وما تقدموا ألنفسكم م الة وآlتوا الز وأقيموا الص١١٠خير تجدوه عند الله إن الله بما تعملون بصير - -

Artinya :”110. Dan dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Dan kebaikan apa saja yang kamu usahakan bagi dirimu, tentu kamu akan mendapat pahala nya

pada sisi Allah. Sesungguhnya Alah Maha Melihat apa-apa yang kamu kerjakan.”

shalat dalam ayat diatas masih bersifat umum, lalu hadits merincinya, misalnya shalat yang wajib dan sunah.

Page 101: PERKEMBANGAN HADITS

 التخصيص الحكم في القرآن

Mengecualikan dan mengkhususkan aturan hukum pada ayat-ayat Al-Qur’an

Hadits memberikan pengecualian terhadap pernyataan Al Qur`an yang bersifat umum. Misalnya Al-qur`an mengharamkan

memakan bangkai dan darah:

QS. Al Maidah : 3

مت عليكم الميتة والدم ولحم الخنزير وما أهل لغير حرالله به والمنخنقة والموقوذة والمتردية والنطيحة وما

يتم وما ذبح على النصب وأن ما ذك بع إال أكل الستستقسموا باألزالم ذلكم فسق اليوم يئس الذين كفروا

من دينكم فال تخشوهم واخشون اليوم أكملت لكم دينكم وأتممت عليكم نعمتي ورضيت لكم اإلسالم دينا

ثم فإن الله فمن اضطر في مخمصة غير متجانف إلحيم - ٣غفور ر -

Page 102: PERKEMBANGAN HADITS

Artinya :”Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, (daging hewan) yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang terpukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya, dan (diharamkan bagimu) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan juga) mengundi nasib dengan anak panah, (mengundi nasib dengan anak panah itu) adalah kefasikan. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka dan takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu. Maka barang siapa terpaksa karena kelaparan tanpa sengaja berbuat dosa, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”

Page 103: PERKEMBANGAN HADITS

Dari Ibnu Umar ra.Rasulullah saw bersabda : ”Dihalalkan kepada kita dua bangkai dan dua darah . Adapun dua bangkai adalah ikan dan belalang dan dua darah adalah hati dan limpa.”

(HR.Ahmad, Syafii`,Ibn Majah ,Baihaqi dan Daruqutni)

Hadits memberikan pengecualian dengan membolehkan memakan jenis bangkai tertentu (bangkai ikan dan belalang ) dan darah tertentu (hati dan limpa).

Page 104: PERKEMBANGAN HADITS

 التقرير الحكم العدم في القرآنMenetapkan aturan hukum tersendiri yang belum diatur oleh Al-Qur’anMenetapkan dan mengadakan hukum yang tidak disebutkan dalam Al-Qur’an. Hukum yang terjadi adalah merupakan produk Hadits/Sunnah yang tidak ditunjukan oleh Al-Qur’an.

Contohnya:

seperti larangan memadu perempuan dengan bibinya dari pihak ibu,haram memakan burung yang berkuku tajam, haram memakai cincin emas dan kain sutra bagi laki-laki.

menetapkan hukum yang tidak disebutkan oleh al-Qur’an.,untuk fungsi al quran yg ini para ulama berbeda pendapat, tetapi perbedaan itu, bukanlah tentang wujudnya hukum yang telah ditetapkan oleh hadits itu, tetapi berkisar pada masalah apakah hukum dari hadits itu berada di luar hukum-hukum al-Qur’an, ataukah memang telah tercakup juga oleh nash-nash al-Qur’an secara umum.

Page 105: PERKEMBANGAN HADITS

Keterangan Fungsi Hadits Seluruh umat Islam, telah sepakat bahwa hadits merupakan salah satu sumber ajaran Islam. Ia mempati kedudukan kedua setelah Al-Qur`an. Keharusan mengikuti hadits bagi umat Islam baik yang berupa perintah maupun larangannya, sama halnya dengan kewajiban mengikuti Al-Qur`an.

Hal ini karena,

Al-Qur’an itu menjadi sumber hukum yang pertama dan Al-Hadits menjadi asas perundang-undangan setelah Al-Qur’an sebagaimana yang dijelaskan oleh Dr. Yusuf Al-Qardhawi bahwa Hadits adalah “sumber hukum syara’ setelah Al-Qur’an”

Page 106: PERKEMBANGAN HADITS

Al-Qur’an dan Hadits merupakan sumber pokok ajaran Islam dan merupakan rujukan umat Islam dalam memahami syariat. Pada tahun 1958 salah seorang sarjana barat yang telah mengadakan penelitian dan penyelidikan secara ilmiah tentang Al-Qur’an mengatan bahwa : “Pokok-pokok ajaran Al-Qur’an begitu dinamis serta langgeng abadi, sehingga tidak ada di dunia ini suatu kitab suci yang lebih dari 12 abad lamanya, tetapi murni dalam teksnya”.

Menurut Ahmad hanafi “Kedudukan Hadits sebagai sumber hukum sesudah Al-Qur’an,merupakan hukum yang berdiri sendiri.”

Page 107: PERKEMBANGAN HADITS

Sikap para sahabat yang merujuk kepada Al-Qur’an terlebih dahulu apabila mereka bermaksud mencari jalan keluar atas suatu masalah, dan jika dalam Al-Qur’an tidak ditemu penjelasannya, barulah mereka berujuk kepada As-Sunnah yang mereka ketahui, atau menayakan Hadits kepada sahabat yang lain.

Page 108: PERKEMBANGAN HADITS

Kedudukan hadis nabi SAW berada pada peringkat kedua setelah Al-qur’an. Meskipun demikian, hal tersebut tidaklah mengurangi nilai Hadits, karena keduanya pada hakikatnya berasal dari wahyu Allah SWT .

Karenanya keduanya adalah seiring dan sejalan. Banyak ayat Al-Qur’an yang menjelaskan dan memerintahkan agar kita bersikap patuh dan taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Dan kepatuhan kita kepada Rasul-Nya adalah bukti atas kepatuhan kita kepada Allah SWT.

Page 109: PERKEMBANGAN HADITS

ibn Hazmi berkomentar bahwa ketika kita menjelaskan Al-Qur’an sebagai sumber hukum

syara’, maka didalam Al-Qur’an itu sendiri terdapat keterangan Allah SWT yang

mewajibkan kita taat kepada Rasul-Nya dan berhubungan dengan hukum syara’ yang pada

dasarnya adalah wahyu yang datang dari Allah SWT juga hal tersebut termuat didalam firman

Allah, dalam surat Al- Najm ayat: 3-4.

Page 110: PERKEMBANGAN HADITS

Penulisan Hadits

Sebelum agama Islam datang, bangsa Arab tidak mengenal kemampuan

membaca dan menulis. Mereka lebih dikenal sebagai bangsa yang ummi (tidak bisa membaca dan menulis).

Namun, ini tidak berarti bahwa tidak ada seorang pun yang bisa

menulisdan membaca. Keadaan ini hanyalah sebagai ciri kebanyakan

mereka.

Page 111: PERKEMBANGAN HADITS

Sejarah telah mencatat sejumlah orang yang mampu membaca dan menulis. Adiy bin Zaid Al-Adi (w. 35 H) misalnya, sudah belajar menulis hingga menguasainya, dan merupakan orang pertama yang menulis dengan bahasa Arab dalam surat yang ditujukan kepada Kisra. Sebagian orang Yahudi juga mengajari anak-anak di Madinah untuk menulis Arab.

Kota Mekah dengan pusat perdagangannya sebelum kenabian, menjadi saksi adanya para penulis dan orang yang mampu membaca. Sebagaimana dinyatakan bahwa orang yang mampu membaca dan menulis di kota Mekah hanya sekitar 10 orang. Inilah yang dimaksud bahwa orang Arab adalah bangsa yang ummi.

Page 112: PERKEMBANGAN HADITS

Pada masa Nabi, tulis-menulis sudah tersebar luas. Apalagi Al-Quran menganjurkan untuk belajardan membaca. Rasulullah pun menga-lgkat para penulis wahyu hingga jumlahnya mencapai 40 orang. Nama-nama mereka disebut dalam kitab At-Taratib Al-Idariyyah. Baladzuri dalam kitab Futuhul Buldan menyebutkan sejumlah penulis wanita, di antaranya Ummul Mu'minin Hafshah, Ummu Kultsum binti Uqbah, Asy-Syifa' binti Abdullah Al¬Qurasyiyah, `Aisyah binti Sa'ad, dan Karimah binti AI-Miqdad.

Page 113: PERKEMBANGAN HADITS

Para penulis semakin banyak di Madinah setelah hijrah setelah Perang Badar. Nabi menyuruh Abdullah bin Sa'id bin ‘Ash agar mengajar menulis di Madiah, sebagaimana disebutkan Ibnu Abdil Barr dalam Al-Isti'ab. Ibnu Hajar menyebutkan bahwa nama asli `Abdullah bin Sa'id bin Al-'Ash adalah Al-Hakam, lalu Rasulullah memberinya nama `Abdullah,dan menyuruhnya agar mengajar menulis di Madinah.

Para penulis sejarah Rasul, ulama hadis, dan umat Islam sependapat bahwa Al-Quran Al-Karim telah memperoleh perhatian yang penuh dari Rasul dan para sahabatnya. Rasul mengharapkan para sahabat untuk menghapalkan Al-Quran dan menuliskannya di tempat-tempat tertentu, seperti keping-keping tulang, pelepah kurma, batu, dan sebagainya.

Page 114: PERKEMBANGAN HADITS

Oleh karena itu, ketika Rasulullah SAW wafat, Al-Quran telah dihapalkan dengan sempurna oleh para sahabat. Seluruh ayat

suci Al-Quran pun telah lengkap ditulis, tetapi belum terkumpul dalam bentuk sebuah mushaf. Adapun hadis atau sunnah dalam penulisannya ketika itu kurang memperoleh

perhatian seperti halnya Al-Quran. Penulisan hadis dilakukan oleh beberapa sahabat secara tidak resmi karena tidak

diperintahkan oleh Rasul. Diriwayatkan bahwa beberapa sahabat memiliki catatan hadis-hadis Rasulullah SAW. Mereka

mencatat sebagian hadis yang pernah mereka dengar dari Rasulullah SAW.

Page 115: PERKEMBANGAN HADITS

Kesimpulan

Walaupun diakui hafalan merupakan salah satu tradisi yang dijunjung tinggi dalam pemeliharaan dan pengembangan pengetahuan, dan konon orang-orang Arab terkenal mempunyai kekuatan hafalan yang tinggi, bahkan para penghafal masih banyak yang beranggapan bahwa penulisan hadis tidak diperkenankan, namun ternyata tradisi penulisan hadis sudah dilakukan sejak zaman Nabi.

Page 116: PERKEMBANGAN HADITS

Tradisi tulis hadis memang sudah ada sejak masa Nabi, tapi bukan berarti semua hadis Nabi sudah dibukukan sejak zaman

Nabi tersebut. Hal ini bisa kita lihat dari tidak dibukukannya hadis secara resmi saat itu, sedang sahabat yang menulis hadis

itu lebih didorong oleh keinginan dirinya sendiri. Padahal koordinasi antara sahabat untuk merekam seluruh aspek

kehidupan Nabi tidak ditemukan tanda-tandanya.

Page 117: PERKEMBANGAN HADITS

Nabi SAW hidup di tengah-tengah masyarakat dan sahabatnya. Mereka selalu bertemu dan berinteraksi dengan beliau secara bebas. Menurut T.M.Hasbi Ash Shiddieqy, bahwa tidak ada ketentuan protokol yang menghalangi mereka bergaul dengan beliau. Yang tidak dibenarkan, hanyalah mereka langsung masuk ke rumah Nabi, di kala beliau tak ada di rumah, dan berbicara dengan para istri Nabi, tanpa hijab. Nabi bergaul dengan mereka di rumah, di mesjid, di pasar, di jalan, di dalam safar dan di dalam hadlar.

Page 118: PERKEMBANGAN HADITS

Seluruh perbuatan Nabi, demikian juga ucapan dan tutur kata Nabi menjadi tumpuan perhatian para sahabat. Segala gerak-gerik Nabi menjadi contoh dan pedoman hidup mereka. Para sahabat sangat memperhatikan perilaku Nabi dan sangat memerlukan untuk mengetahui segala apa yang disabdakan Nabi. Mereka tentu

meyakini, bahwa mereka diperintahkan mengikuti dan menaati apa-apa yang diperintahkan Nabi.

Page 119: PERKEMBANGAN HADITS

Sekian.

Page 120: PERKEMBANGAN HADITS

Terimakasih atas perhatiannyaWassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh