HADITS MURSAL.doc

27
1 HADITS MURSAL A. Pendahuluan Hadits Dla’if itu ada banyak macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain yang disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shahih atau hasan yang tidak dipenuhinya. Syarat diterima suatu hadits sebagaimana yang telah dibahas, antara lain : 1. Memiliki sanad hingga kepada Nabi Muhammad saw 2. Sanadnya bersambung 3. Rawinya ‘adil dan dlabith 4. Tidak mengandung syadz (kejanggalan) 5. Tidak ada illah (cacat) Hilangnya salah satu syarat diterimanya hadits, apabila hilang syarat yang pertama, maka hadits itu tidak bisa dinisbahkan kepada nabi Muhammad saw, melainkan disandarkan kepada shahabat, tabi’in atau tabi’ tabi’in, sesuai dengan nama yang tercantum di dalam sanad tersebut. Apabila tidak terpenuhi syarat kedua, maka hadits itu dinamakan mursal. Apabila tidak terpenuhi bagian syarat yang ketiga, yaitu sifat ‘adil dan dlabith, maka hadits itu termasuk matruk atau maudlu’ yang disebabkan

Transcript of HADITS MURSAL.doc

Page 1: HADITS MURSAL.doc

1

HADITS MURSAL

A. Pendahuluan

Hadits Dla’if itu ada banyak macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu

sama lain yang disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shahih atau hasan

yang tidak dipenuhinya. Syarat diterima suatu hadits sebagaimana yang telah dibahas, antara

lain :

1. Memiliki sanad hingga kepada Nabi Muhammad saw

2. Sanadnya bersambung

3. Rawinya ‘adil dan dlabith

4. Tidak mengandung syadz (kejanggalan)

5. Tidak ada illah (cacat)

Hilangnya salah satu syarat diterimanya hadits, apabila hilang syarat yang pertama,

maka hadits itu tidak bisa dinisbahkan kepada nabi Muhammad saw, melainkan disandarkan

kepada shahabat, tabi’in atau tabi’ tabi’in, sesuai dengan nama yang tercantum di dalam

sanad tersebut. Apabila tidak terpenuhi syarat kedua, maka hadits itu dinamakan mursal.

Apabila tidak terpenuhi bagian syarat yang ketiga, yaitu sifat ‘adil dan dlabith, maka hadits

itu termasuk matruk atau maudlu’ yang disebabkan oleh kelemahan rawi. Apabila hilang

syarat yang keempat, maka hadits itu dinamakan matruk, dan apabila tidak memenuhi syarat

yang kelima maka hadits itu dinamakan mu’allal.

Pada makalah ini penulis hanya membatasi membahas hadits dla’if yang tidak

terpenuhi syarat kedua yaitu hadits mursal. Permasalahan yang dibahas makalah ini antara

lain sebagai berikut :

1. Definisi hadits mursal dan skema hadits mursal

Page 2: HADITS MURSAL.doc

2

2. Contoh hadits mursal

3. Klasifikasi hadits mursal

4. Hukum hadits mursal

5. Ketentuan-ketentuan hadits mursal yang lain

Kelima permasalahan diatas hanya sebagian dari pokok-pokok bahasan tentang hadits

mursal yang akan dibahas penulis pada makalah ini.

B. Definisi Hadits Mursal

Menurut bahasa : merupakan isim maf’ul dari kata arsala yang berarti melepaskan,

jadi seakan-akan lepas dari ikatan sanad dan tidak terikat dengan rawi yang sudah dikenal.

Menurut istilah : merupakan hadits yang gugur pada akhir sanad setelah tabi’in.1

ا ب�ه� م� ع� –ال ذي� الت ابعي ن�س� م ن� س� اب�ة- إل�ى م ح� الن بي الص

ل ى ل م� ع�ل�ي�ه الله� ص� ن� و�س� و�ل) م و� ق++�� ل) أ ع++� و� ف

� ر) أ ري++� و� ت�ق�� أ

ة) ف� ص

Hadits yang disandarkan oleh para tabi’in -mereka adalah orang yang mendengarkan

hadits dari shahabat- kepada Nabi Muhammad saw baik berupa perkataan, perbuatan,

taqrir, ataupun sifat.

Bentuk ungkapan hadis mursal; seorang tabi’in mengatakan, “Nabi Muhammad saw

bersabda demikian”, “Melakukan demikian”, “Dilakukan hal demikian di hadapan beliau”,

atau “Beliau memiliki sifat demikian” seraya memberitakan tentang salah satu sifat beliau

Nabi Muhammad saw.2

1 ? Thahan Mahmud, Ilmu Hadits Praktis (Taisir Mushthalah al-Hadits), (Bogor : Pustaka Thariqul Izzah, 2010), 84

Page 3: HADITS MURSAL.doc

3

Berdasarkan definisi diatas maka dapat digambarkan susunan hadits mursal melalui

skema atau bagan sebagai berikut3 :

C. Contoh Hadits Mursal

2 ? Amr Abdul Mun'im Salim, Ilmu Hadits Untuk Pemula (Taysir Ulum al-Hadits lil Mubtadi'in; Mudzakkirat

Ushul al-Hadits lil Mubtadi'in), (Maktabah Ibnu Taymiyah: Kairo, Mesir, 1997), 39

3 ? Amr Abdul Mun'im Salim, Ilmu Hadits Untuk Pemula (Taysir Ulum al-Hadits lil Mubtadi'in; Mudzakkirat Ushul al-Hadits lil Mubtadi'in), 40

Skema Hadis Mursal

�ث� �ي �ا الل �ن �ى ح�د�ث �ن �م�ث �ن� ال �ن� ب ي �ا ح�ج� �ن اف�ع� ح�د�ث �ن� ر� �ى م�ح�م�د� ب �ن و�ح�د�ث

س�ول� �ن� ر� �ب� أ ي �م�س� �ن� ال ع�يد� ب ه�اب� ع�ن� س� �ن� ش� �ل� ع�ن� اب ع�ن� ع�ق�ي

�ة� �ن اب �م�ز� �ع� ال �ي �ه�ى ع�ن� ب �ه� -صلى الله عليه وسلم- ن الل

Page 4: HADITS MURSAL.doc

4

“ Muhammad ibn Rafi’ telah meyampaikan hadits kepada kami, dia berkata : Hujain

telah meyampaikan hadits kepada kami, dia berkata : al-Laits telah meyampaikan hadits

kepada kami dari ‘Uqail dari Ibn Syihab dari Sa’id ibn Musayyab bahwa Rasulullah melarang

tentang jual-beli Muzabanah”.

Nabi Muhammad saw

Ibn Syihab

Uqail

al-Laits

Hujain

Muhammad ibn Rafi’

Sa’id ibn Musayyab

Page 5: HADITS MURSAL.doc

5

Sa’id ibn Musayyab adalah seorang tabi’in besar (senior), dia meriwayatkan hadits

ini dari Nabi Muhammad saw tanpa menyebutkan perantara antara dia dengan Nabi

Muhammad saw. Dengan ini dia telah menggugurkan akhir dari sanad hadits ini, yaitu rawi

setelah tabi’in. Rawi yang gugur ini paling tidak seorang shahabat dan berkemungkinan juga

ada rawi selain shahabat yang gugur, yaitu seperti tabi’in yang lain.4

Contoh; Abdur Razaq mengemukakan riwayat di dalam kitabnya al-Mushannaf

(5281)

، اب�ن ع�ن� ي�ج) ر� ل ى الن بي ع�ط�اء): أ�ن ع�ن� ج� ه الله� ص� ع�ل�ي++�

ل م� ذ�ا و�س++� عد� إ ر� ص++� ن�ب++� ل� ال�م ب++� ه أ�ق� ه++ ، ع�ل�ى بو�ج� اس الن++

ال� ق� ال�م� ف� ع�ل�ي�ك�م� الس

Dari Ibnu Juraij, dari Atha’, bahwasanya Nabi Muhammad saw apabila naik ke

mimbar beliau menghadapkan wajah beliau ke orang-orang lalu mengucap,

“Assalamu’alaikum”

Atha’ dalam hadits di atas adalah Atha’ bin Abi Rabah, seorang tabi’in besar, ia

mendengarkan hadits dari sejumlah sahabat, tetapi riwayatnya dari Nabi Muhammad saw

adalah mursal.5

4 ? Thahan Mahmud, Ilmu Hadits Praktis (Taisir Mushthalah al-Hadits), 85

5 ? Amr Abdul Mun'im Salim, Ilmu Hadits Untuk Pemula (Taysir Ulum al-Hadits lil Mubtadi'in; Mudzakkirat Ushul al-Hadits lil Mubtadi'in), 39

Page 6: HADITS MURSAL.doc

6

Contoh lain hadits mursal :

“ Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Abdullah bin Abu Bakr bin Hazm

bahwa di antara isi surat Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam yang beliau tulis untuk

'Amru bin Hazm adalah: "Tidak ada yang boleh menyentuh al Qur'an kecuali yang telah

bersuci."

Nabi Muhammad saw

Atha’ bin Abi Rabah

Ibnu Juraij

�ن�ي �ح�ي�ى ح�د�ث �د� ع�ن� م�ال�ك ع�ن� ي �ه� ع�ب �ن� الل �ي ب ب� �ر� أ �ك �ن� ب �ن� ح�ز�م ب ف�ي أ

�اب� �ت �ك �ذ�ي ال �ه� ال �ب �ت ول� ك س� �ه� ر� �ه� ص�ل�ى الل �ه� الل �ي �م� ع�ل ل �ع�م�ر�و و�س� ل

�ن� � ب م �ن� ح�ز� �م�س� ال� أ آن� ي �ق�ر� �ال� ال ط�اه�رB إ

Nabi Muhammad saw

Abdullah bin Abu Bakr bin Hazm

Malik

Page 7: HADITS MURSAL.doc

7

D. Klasifikasi Hadits Mursal

1. Mursal Shahaby

Mursal Shahaby yaitu hadits yang diriwayatkan sahabat dan disandarkan kepada Nabi

Muhammad saw, akan tetapi ia tidak mendengar atau menyaksikan sendiri dari Nabi

Muhammad saw dikarenakan sebab tertentu, seperti ia masih sangat kecil atau masuk islam

belakangan atau karena sebab lain.

Hadits mursal model seperti ini shahih dan dapat dijadikan sebagai hujjah, karena

pada umumnya ia tidak mengambil selain dari para sahabat lainnya dan para sahabat sudah

diakui keadilannya.

Contoh Mursal Shahaby :

“ Telah menceritakan kepadaku Yahya dari Malik dari Ibnu Syihab dari 'Ubaidullah bin

Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud dari Abdullah bin Ibnu Abbas, bahwa Rasulullah shallallahu

Yahya

�ن�ي �ح�ي�ى ح�د�ث �ن� ع�ن� م�ال�ك ع�ن� ي ه�اب� اب �د� ع�ن� ش� �ي �ه� ع�ب �ن� الل �د� ب �ه� ع�ب الل

�ن� �ة� ب �ب �ن� ع�ت ع�ود� ب م�س�

�د� ع�ن� �ه� ع�ب �ن� الل �اس ب ع�ب

�ن� ول� أ س� �ه� ر� �ه� ص�ل�ى الل �ه� الل �ي �م� ع�ل ل ج� و�س� �ل�ى خ�ر� �ة� إ �ح� ع�ام� م�ك �ف�ت ف�ي الم�ض�ان� ف�ص�ام� ر�

�غ� ح�ت�ى �ل �د�يد� ب �ك �م� ال �ف�ط�ر� ث �ف�ط�ر� أ �اس� ف�أ �وا الن �ان �خ�ذ�ون� و�ك �أ �ح�د�ث� ي �األ� ب�ح�د�ث� م�ر� م�ن� ف�األ�

� أ

Page 8: HADITS MURSAL.doc

8

'alaihi wasallam keluar menuju Makkah pada peristiwa Fathu Makkah, pada bulan

Ramadan. Saat itu beliau berpuasa, hingga ketika sampai di Al Kadid (nama tempat) beliau

berbuka. Maka orang-orang pun ikut berbuka. Mereka selalu mengambil sesuatu yang paling

baru dari amalan Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam."

Menurut al-Qibisyi, hadits diatas dikategorikan sebagai hadits mursal shahaby, karena

ibnu Abbas tidak ikut bepergian bersama Nabi Muhammad saw, tetapi berada dirumah

Nabi Muhammad saw

Abdullah bin Ibnu Abbas

'Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud

Yahya

Malik

Ibnu Syihab

Page 9: HADITS MURSAL.doc

9

(Makkah) bersama dengan orang tuanya, jadi beliau tidak menyaksikan kisah perjalanan

tersebut. Hal itu diketahuinya dari shahabat yang lainnya.6

2. Mursal Jaly

Mursal Jaly yaitu bila pengguguran yang dilakukan tabi’in tampak secara jelas dan

dapat diketahui secara umum, bahwa orang yang mursil (menggugurkan) itu tidak hidup

semasa dengan orang yang digugurkan. Model hadits mursal seperti ini hukumnya dla’if

dikarenakan tidak bersambungnya sanad yang tampak secara jelas. Model hadits mursal

seperti ini juga sering disebut dengan mursal tabi’in yaitu hadits yang diriwayatkan tabi’in

dan disandarkan kepada Nabi Muhammad saw, akan tetapi tanpa menyebut nama sahabat.

Contoh Mursal Jaly :

“ Telah menceritakan kepada kami Amru bin Aun ia berkata; telah mengabarkan kepada

kami. (dalam jalur lain disebutkan) Telah menceritakan kepada kami Musaddad ia berkata;

telah menceritakan kepada kami Husyaim dari Dawud bin Amru dari Abdullah bin Abu

Zakariya dari Abu Darda ia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Sesungguhnya pada hari kiamat kalian akan dipanggil dengan nama-nama kalian dan nama

6 ? Fatchurrahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, (Bandung : Al Ma’arif, 1987), 181

�ا �ن و ح�د�ث �ن� ع�م�ر� �ا ق�ال� ع�و�ن� ب ن �ر� ب خ�� �ا و ح أ �ن د�دB ح�د�ث �ا ق�ال� م�س� �ن �مB ح�د�ث ي ه�ش�

�ن� د�او�د� ع�ن� ب

�د� ع�ن� ع�م�ر�و �ه� ع�ب �ن� الل �ي ب ب� �ا أ �ر�ي ك �ي ع�ن� ز� ب

� د�اء� أ ول� ق�ال� ق�ال� الد�ر� س� ر�

�ه� �ه� ص�ل�ى الل الل

�ه� �ي �م� ع�ل ل �م� و�س� �ك �ن �د�ع�و�ن� إ �و�م� ت �ام�ة� ي �ق�ي �م� ال �ك م�ائ س�� �أ م�اء� ب س�

� �م� و�أ �ك �ائ آب

Page 10: HADITS MURSAL.doc

10

bapak-bapak kalian, maka baguskanlah nama kalian." Abu Dawud berkata, "Ibnu Abu

Zakariya belum pernah bertemu dengan Abu Darda."7

Sanad ini dikatakan terputus karena Abdullah bin Abu Zakariya dan Abu Darda tidak

semasa, yakni tidak hidup dalam satu zaman. Abu Darda meninggal pada tahun 32 H, yaitu

7 ? Fatchurrahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, 181

Nabi Muhammad saw

Abu Darda

Abdullah bin Abu Zakariya

Dawud bin Amru

Husyaim

Musaddad

Amru bin Aun

Page 11: HADITS MURSAL.doc

11

pada masa pemerintahan khalifah Utsman bin Affan, sedang Abdullah wafat pada tahun

117 H.

3. Mursal Khafy

Mursal Khafy yaitu hadits yang diriwayatkan oleh tabi’in dari sahabat yang semasa

dengannya atau bertemu dengannya, tetapi ia tidak pernah menerima satupun hadits

daripadanya, namun ia meriwayatkannya dengan lafazh yang menunjukkan adanya

kemungkinan ia mendengar dari sahabat tersebut. Hadits mursal khafy dimasukkan kedalam

kelompok hadits dla’if.

Contoh Mursal Khafy :

  “ Telah menceritakan kepada kami Muhammad bin 'Ubaid Al Muharibi, telah menceritakan

kepada kami 'Amr bin Hasyim Abu Malik Al Janbi dari Isma'il bin Abu Khalid dari Amir dari

Ali bin Abu Thalib, ia berkata; janganlah kalian bermewah-mewah dalam mengkafaniku.

Karena sesungguhnya aku mendengar Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

"Janganlah kalian bermewah-mewah dalam mengkafani, karena sesungguhnya kain tersebut

akan cepat rusak."8

Bila kita lihat secara sepintas, maka akan kita katakan bahwa isnad itu bersambung

dari Abu Dawud sampai kepada Nabi Muhammas saw dengan tidak putus, tetapi sebenarnya

8 Fatchurrahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, 182

�ا �ن �ن� م�ح�م�د� ح�د�ث �د� ب �ي �يY ع�ب ار�ب �م�ح� �ا ال �ن و ح�د�ث �ن� ع�م�ر� � ب م �و ه�اش� �ب �ك� أ م�ال

Yي� �ب ن �ج� م�ع�يل� ع�ن� ال �س� إ

�ن� �ي ب ب� �د� أ ال �يZ ع�ن� ع�ام�ر� ع�ن� خ� �ن� ع�ل �ي ب ب

� �ب� أ �غ�ال� ال� ق�ال� ط�ال ف�ي ل�ي ت

�ف�ن� Zي ك �ن م�ع�ت� ف�إ س�

ول� س� �ه� ر� �ه� ص�ل�ى الل �ه� الل �ي �م� ع�ل ل �ق�ول� و�س� �و�ا ال� ي �غ�ال �ف�ن� ف�ي ت �ك �ه� ال �ن ف�إ

Page 12: HADITS MURSAL.doc

12

antara Amir dan Ali ada seorang perawi yang tidak disebut, karena Amir tidak mendengar

riwayat itu dari Ali, walaupun ia semasa dan bertemu dengan Ali, Amir hanya mendengar

satu hadits saja dari Ali, karena Amir dan Ali satu masa dan bertemu, sedang rawi yang tidak

disebut antara keduanya itu gelap, maka hadits tadi dikatakan Mursal khafi.

E. Hukum hadits mursal

Isma'il bin Abu Khalid

Nabi Muhammad saw

Ali bin Abu Thalib

Amir

'Amr bin Hasyim Abu Malik Al Janbi

Muhammad bin 'Ubaid Al Muharibi

Page 13: HADITS MURSAL.doc

13

Para ulama berbeda pendapat seputar boleh tidaknya berhujjah dengan hadits

mursal, setidaknya ada tiga pendapat mayoritas yaitu :9

1. Hadits mursal tidak dapat dijadikan sebagai hujjah, karena yang gugur bisa jadi tidak

sebatas sahabat tapi ada kemungkinan dua orang yaitu sahabat dan tabi’in, terutama jika

yang meriwayatkan hadits mursal shighor tabi’in dimana mayoritas mereka tidak

berjumpa dengan sahabat, sehingga hadits-hadits mereka banyak diambil dari kibar tabi’in

(tabi’in senior). Tidak mengetahui profil sosok yang gugur akan berdampak pada

penerimaan hadits. Hadits Nabi Muhammad saw tidak dapat diterima kecuali jelas betul

siapa orang-orang yang membawa dan meriwayatkan hadits tersebut. Jika diragukan maka

haditsnya tertolak, pendapat ini dianut oleh jumhur muhadditsin, fuqaha’ dan ulama ushul

fiqih.

2. Dapat dijadikan sebagai hujjah asalkan diriwayatkan dari tabi’in senior, selain itu hadits

tersebut diriwayatkan dengan sanad lain bersambung dan makna haditsnya sesuai dengan

ucapan sebagian sahabat dan telah diamalkan dan dianut oleh mayoritas ahli ilmu, ini

pendapat dari madzab Syafi’i.

Imam Syafi’i berpendapat bahwa hadits mursal tidak dapat diterima dan tidak dapat

dijadikan hujjah, kecuali adanya salah satu dari perkara-perkara berikut:

a. Apabila mursalnya dari para sahabat.

b. Apabila mursal tersebut kelak ada yang mensanadkannya tanpa mursalnya.

c. Apabila ada periwayat lain yang meriwayatkan selain syaikh pertama.

d. Apabila ada persamaan dengan perkataaan sahabi.

e. Apabila ada persamaaan dengan perkataan jumhur ahli ilmu.

f. Apabila ada yang mengetahui keadaan mursal bahwasanya ia tidak akan memursalkan

kepada orang yang memiliki cacat dari jahil atau sebagainya.10

9 ? Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis (Pengantar Studi Hadis Praktis), (Malang : UIN-Malang Press, 2008), 54-55

Page 14: HADITS MURSAL.doc

14

Dalam pada itu Imam Syafi’i mengemukakan pengecualian-pengecualian antara lain :11

a. Hadits mursal dari Ibnu Musayyab, sebab pada umumnya ia tidak meriwayatkan

hadits selain dari Abu Hurairah.

b. Hadits mursal yang dikuatkan oleh hadits musnad baik dla’if maupun shahih.

c. Hadits mursal yang dikuatkan oleh qiyas

d. Hadits mursal yang dikuatkan oleh hadits-hadits mursal yang lain, misalnya hadits

Malik yang bersanad Yazid bin Aslam dan Ibnu Musayyab.

Hadits yang diirsalkan oleh Ibnu Musayyab adalah mursal yang paling sahih, karena

kebanyakan riwayatnya diperoleh dari sahabat secara langsung, maka apabila ia

mengirsalkan suatu riwayat, artinya ia mengirsalkannya dari seorang sahabat.

Adapun irsalnya az-Zuhri dan Qatadah termasuk mursal yang diragukan, karena dalam

irsal mereka berarti hilangnya lebih dari seorang rawi antara mereka dengan Nabi

Muhammad saw, maka kebanyakan hadits mursal dari mereka sesungguhnya adalah

mu’dlol.12

3. Hadits mursal dapat dijadikan sebagai hujjah dengan syarat : tabi’in yang meriwayatkan

hadits tersebut dikenal dikalangan ulama hadits sebagai orang yang tsiqah dan jika

meriwayatkan hadits tidak mengambil kecuali dari perawi yang tsiqah pula, ini adalah

pendapat dari madzab abi Hanifah dan Malik.

10 ? Musthofa Sa’id al-Khin, Atsar al-Ikhtilaf fi al-Qawaid al-Ushuliyyah fi Ikhtilaf al-Fuqaha’, (Beirut: Libanon, 1998), h.396-397.

11 ? Fatchurrahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, 183

12 ? Amr Abdul Mun'im Salim, Ilmu Hadits Untuk Pemula (Taysir Ulum al-Hadits lil Mubtadi'in; Mudzakkirat Ushul al-Hadits lil Mubtadi'in), 40

Page 15: HADITS MURSAL.doc

15

Dari tiga macam pendapat tersebut timbullah beberapa pendapat yang kalau dipaparkan

menjadi sepuluh macam pendapat, yaitu : 13

a. Hadits mursal dapat dipakai hujjah secara mutlak.

b. Hadits mursal tidak dapat dipakai hujjah secara mutlak.

c. Hadits mursal dapat dijadikan hujjah asalkan yang mengirsalkan ulama abad ketiga.

d. Hadits mursal dapat dijadikan hujjah bila yang mengirsalkan itu orang yang adil.

e. Hadits mursal dapat dijadikan hujjah bila yang mengirsalkan itu Ibnu Musayyab.

f. Hadits mursal dapat dijadikan hujjah asal ada penguatnya.

g. Hadits mursal dapat dijadikan hujjah bila dalam bab itu tidak ada yang lain.

h. Hadits mursal dapat dijadikan hujjah bila lebih kuat daripada musnad.

i. Hadits mursal dapat dijadikan hujjah untuk amalan-amalan sunnah sedang kalau untuk

amalan-amalan yang wajib tidak dapat.

j. Hadits mursal dapat dijadikan hujjah asalkan yang mengirsalkan sahabat.

Ada empat syarat hadits mursal bisa dijadikan hujjah, tiga menyangkut rawi hadits

mursal dan satunya pada hadits mursalnya.

1. Hendaknya pembawa hadits mursal itu dari kalangan tabi’in senior.

2. Jika orang yang menyampaikannya disebut tsiqah.

3. Jika bersekutu dengan orang-orang yang hafidh lagi terpecaya dan mereka tidak

menyelisihinya.14

4. Jika tiga syarat yang bergabung tersebut mengandung salah satu perkara berikut : 15

13 ? Fatchurrahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, 185-186

14 ? Sayyid Muhammad, Al- Manhalul Latif (Ilmu Mushthalahul Hadits), (Beirut : Maktabah Ashiriyah, 2007), 106

15 ? Thahan Mahmud, Ilmu Hadits Praktis (Taisir Mushthalah al-Hadits), 86

Page 16: HADITS MURSAL.doc

16

a. Jika hadits tersebut diriwayatkan melalui jalur lain sebagai tempat sandaran.

b. Jika hadits tersebut diriwayatkan melalui jalur lain secara mursal yang diketahui dari

selain rawi hadits mursal yang pertama.

c. Jika sesuai dengan perkataan sahabat.

d. Jika memfatwakan sesuatu dengan kebanyakan ahli ilmu.

F. Ketentuan-ketentuan hadits mursal yang lain

Ada beberapa ketentuan hadits mursal lainnya, yaitu :

1. Sebagian ulama membatasi hadits mursal itu kepada yang hanya diriwayatkan oleh

tabi’in besar saja, sedang yang diriwayatkan oleh tabi’in kecil disebut sebagai hadits

munqati’.

2. Sebagian ulama lain menyamakan kedua-duanya baik tabi’in besar maupun tabi’in

kecil karena hadits yang sanadnya gugur dimana saja terjadi.

3. Kedua-duanya dibedakan hanya dari segi namanya saja, sedang dalam penggunaan

(kata kerjanya) tidak dibedakan, misalnya perkataan “arsalahu-fulanun” artinya hadits

itu di mursalkan oleh seseorang.16

Dari ketiga ketentuan diatas maka dapat digambarkan bagan sebagai berikut :

16 ? Fatchurrahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, 186

Page 17: HADITS MURSAL.doc

17

التا ل قا:الصغير بي الصحا ل قا:الكبير بعى التا ل قا

:بعى

بعى التابعى التابعى التا

بعين التا بع تا بعين التا بع تا بعين التا بع تا

بعين التا بع تا ع اتبابعين التا بع تا ع اتبابعين التا بع تا ع ااتبا

مخرجمخرجمخرج

Page 18: HADITS MURSAL.doc

18

G. Kesimpulan

Berdasarkan uraian diatas maka dapat disimpulkan bahwa hadits mursal menurut

kebanyakan ulama adalah merupakan bagian dari hadits dla’if, hanya saja kedla’ifan

hadits mursal adalah ringan, ia akan hilang apabila diikuti dengan riwayat yang setara

kedla’ifannya atau lebih sahih darinya selama riwayat tabi’nnya ini tidak mursal dari

thabaqah (tingkat) yang sama dengan riwayat yang pertama.

Hadits mursal tidak dapat dijadikan sebagai hujjah, karena yang gugur bisa jadi

tidak sebatas sahabat tapi ada kemungkinan dua orang yaitu sahabat dan tabi’in. Hadits

mursal dapat dijadikan sebagai hujjah asalkan diriwayatkan dari tabi’in senior, tabi’in

yang meriwayatkan hadits tersebut dikenal dikalangan ulama hadits sebagai orang yang

tsiqah.

Page 19: HADITS MURSAL.doc

19

Daftar Pustaka

Thahan Mahmud, Ilmu Hadits Praktis (Taisir Mushthalah al-Hadits), Bogor, Pustaka

Thariqul Izzah, 2010

Amr Abdul Mun'im Salim, Ilmu Hadits Untuk Pemula (Taysir Ulum al-Hadits lil Mubtadi'in;

Mudzakkirat Ushul al-Hadits lil Mubtadi'in), Kairo Mesir, Maktabah Ibnu Taymiyah,

1997

Zeid B. Smeer, Ulumul Hadis (Pengantar Studi Hadis Praktis), Malang, UIN-Malang Press,

2008

Fatchurrahman, Ikhtisar Mushthalahul Hadits, Bandung, Al Ma’arif, 1987

Musthofa Sa’id al-Khin, Atsar al-Ikhtilaf fi al-Qawaid al-Ushuliyyah fi Ikhtilaf al-Fuqaha’,

Beirut: Libanon, 1998

Sayyid Muhammad, Al- Manhalul Latif (Ilmu Mushthalahul Hadits), Beirut, Maktabah

Ashiriyah, 2007

Page 20: HADITS MURSAL.doc

20

MAKALAH STUDI HADITS

JUDUL

HADITS MURSAL

OLEH :

RENNY OKTAFIA

NIM : F05411177

DOSEN PENGAMPU :

PROF. DR. JAMALUDIN MIRI, M.Ag

MAGISTER EKONOMI ISLAM

PASCASARJANA IAIN SUNAN AMPEL

SURABAYA

2011

Page 21: HADITS MURSAL.doc

21