Mustholah hadits

28
Assalaamualaiakum. Terlampir tentang : 1. Para sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits. 2. Ilmu riwayatul hadits 3. Para 'ulama pengumpul hadits di masing-masing Thabaqat. Wassalaamualaiakum. Pembukuan Hadits , Para Imam Hadits , Ilmu Hadits dan Kitab-Kitab Hadits ________________________________________ Para Sahabat Rasulullah Shallallahu?alaihiwasallam yang paling banyak meriwayatkan hadits antara lain : Abu Hurairah 5374 hadits Ibnu Umar 2630 hadits Anas bin Malik 2286 hadits Aisyah Ummul Mukminin 2210 hadits Ibnu 'Abbas 1660 hadits Jabir bin 'Abdullah 1540 hadits Para Sahabat Rasulullah Shallallahu?alaihiwasallam yang melakukan pembukuan hadits antara lain : 1. Abdullah bin Amr bin Al-Ash (7-65H) : As-Shahifah As- Shadiqah 2. Abdullah bin Abbas (3-68H) 3. Jabir bin Abdillah Al-Anshari (16-78H) : As-Shahifah. 4. Hamam bin Munabbih (40-131H) : As-Shahifah As-Shahihah Perintah Umar bin Abdul Aziz untuk memulai pembukuan dan pelembagaan hadits secara resmi Khalifah Umar bin Abdul Aziz memelopori pembukuan dan pelembagaan hadits-hadits Nabi shallallahu ?alaihi wasallam. secara resmi. Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm. Perintah Umar bin Abdul Aziz sebagai berikut ? Perhatikanlah hadits Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam lalu tulislah dia, karena sesungguhnya aku khawatir akan hilangnya ilmu dan wafatnya para ?ulama , dan janganlah diterima kecuali hadits Nabi shallallahu ?alaihi wasallam? (Riwayat Imam Bukhary (1/33) dan Ad-Daarimi (1/126) Dan Ibnu Hazm selanjutnya menunjuk ulama besar yaitu Ibnu Syihab Az- Zuhri untuk melakukan pelembagaan hadits-hadits Nabi

Transcript of Mustholah hadits

Page 1: Mustholah hadits

Assalaamualaiakum.Terlampir tentang :1. Para sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits.2. Ilmu riwayatul hadits3. Para 'ulama pengumpul hadits di masing-masing Thabaqat.Wassalaamualaiakum.

Pembukuan Hadits , Para Imam Hadits , Ilmu Hadits dan Kitab-Kitab Hadits________________________________________Para Sahabat Rasulullah Shallallahu?alaihiwasallam yang paling banyak meriwayatkan hadits antara lain :

Abu Hurairah 5374 haditsIbnu Umar 2630 haditsAnas bin Malik 2286 haditsAisyah Ummul Mukminin 2210 haditsIbnu 'Abbas 1660 haditsJabir bin 'Abdullah 1540 hadits

Para Sahabat Rasulullah Shallallahu?alaihiwasallam yang melakukan pembukuan hadits antara lain : 1. Abdullah bin Amr bin Al-Ash (7-65H) : As-Shahifah As-Shadiqah 2. Abdullah bin Abbas (3-68H)3. Jabir bin Abdillah Al-Anshari (16-78H) : As-Shahifah.4. Hamam bin Munabbih (40-131H) : As-Shahifah As-ShahihahPerintah Umar bin Abdul Aziz untuk memulai pembukuan dan pelembagaan hadits secara resmi

Khalifah Umar bin Abdul Aziz memelopori pembukuan dan pelembagaan hadits-hadits Nabi shallallahu ?alaihi wasallam. secara resmi. Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm. Perintah Umar bin Abdul Aziz sebagai berikut ?

Perhatikanlah hadits Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam lalu tulislah dia, karena sesungguhnya aku khawatir akan hilangnya ilmu dan wafatnya para ?ulama , dan janganlah diterima kecuali hadits Nabi shallallahu ?alaihi wasallam? (Riwayat Imam Bukhary (1/33) dan Ad-Daarimi (1/126)

Dan Ibnu Hazm selanjutnya menunjuk ulama besar yaitu Ibnu Syihab Az-Zuhri untuk melakukan pelembagaan hadits-hadits Nabi shallallahu ?alaihi wasallam. Beliau berdua merupakan thabaqat awal pembukuan hadits-hadits Nabi shallallahu ?alaihi wasallam. Ibnu Hazm pulalah yang memulai dan mencetuskan ilmu Riwayatul hadits. Yakni suatu ilmu tentang meriwayatkan sabda-sabda Nabi shallallahu ?alaihi wasallam. perbuatan-perbuatannya, taqrir-taqrirnya dan sifat-sifatnya. Ilmu ini sifatnya lebih tertuju pada mengumpulkan hadits-hadits saja, tanpa memeriksa secara detail sah atau tidaknya yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu ?alaihi wasallam.

Page 2: Mustholah hadits

Faedah-faedah Ilmu riwayatul hadits antara lain :

1. Supaya kita dapat membedakan mana yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu ?alaihi wasallam dan mana yang disandarkan kepada selain beliau.2. Agar supaya hadits tidak beredar dari mulut ke mulut atau dari satu tulisan ke tulisan lain tanpa sanad. 3. Agar dapat diketahui jumlah hadits yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu ?alaihi wasallam.4. Agar dapat diperiksa sanad dan matannya sah atau tidak.

Nama-nama ?ulama pencatat atau perawi hadits yang mu?tabar dari generasi Tabi?in antara lain : 1. Said Ibnul Musayyab (15-94H)2. Urwah bin Zubair (22-94H)3. Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (Wafat th.117H)4. Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri (50-124H)5. Imam Nafi? (wafat 117H)6. Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah (Wafat 98H)7. Salim bin Abdullah bin Umar (Wafat 106H)8. Ibrahim bin Yazid An-Nakha?I (46-96H)9. Amir bin Syarahil Asy-Sya?bi (19-103H)10. Alqamah bin Qais An-Nakha?i (28-62H)11. Muhammad bin Sirrin (33-110H)12. Ibnu Juraij Abdul Aziz bin Juraij (Wafat 150H)13. Said bin ?Arubah (Wafat 156H)14. Al Auza?i (Wafat 156H)15. Sufyan At-Tsauri (Wafat 161H)16. Abdullah bin Mubaarak (118-181H)17. Hammad bin Salamah (Wafat 176H)18. Husyaim (Wafat 188H)Nama-nama ?ulama pencatat atau perawi hadits yang mu?tabar dari generasi Tabi?ut Tabi?in antara lain : 1. Bukhari (194-256H) Kitab : Al-Jaami?ush Shahih atau Shahih Bukhari2. Muslim (204-261H) Kitab : Shahih Muslim3. Abu Dawud (202-275H) Kitab : As-Sunan Abi Dawud4. At-Tirmidzi (209-279H) Kitab : As-Sunan At-Tirmidzi5. An-Nasa?i (215-303H) Kitab : As-Sunan An-Nasa?i6. Ibnu Majah (207-275H) Kitab : As-Sunan Ibnu Majah7. Malik bin Anas (90/93-169H) Kitab : Al-Muwatha?8. Asy Syafi?iy (150-204H) Kitab : Al Um9. Ahmad bin Hambal (164-241H) Kitab : Al Musnad Ahmad10. Ibnu Khuzaimah (223-311H) Kitab : Shahih Ibnu Khuzaimah11. Ibnu Hibban (----354H) Kitab : Shahih Ibnu Hibban12. Hakim (320-405H) Kitab : Al Mustadrak13. Ad-Daaruquthni (306-385H) Kitab : Sunan Daaruquthni14. Al Baihaqiy (384-458H) Kitab : Sunan Al-Kubra15. Ad Daarimi (181-255H) Kitabnya Sunan Ad-Daarimi16. Abu Dawud At-Thayaalisi (----204H) Kitab : Musnad At-Thayalisi17. Al Humaidiy (---219H) Kitab : Musnad Al-Humaidiy18. Ath Thabrani (260-360H) Kitab : Mu?jam Al-Kabir, Mu?jam Al-

Page 3: Mustholah hadits

Ausath, Mu?jam As-Shagir19. Abdurrazzaaq (126-211H) Kitab :Mushannaf Abdurrazzaaq20. Ibnu Abi Syaibah (----235H) Kitab : Mushannaf Ibnu abi Syaibah21. Abdullah bin Ahmad (203-209H) Kitab : Az-Zawaaidul Musnad22. Ibnul Jaarud (---307H) Kitab : Al-Muntaqa23. At-Thahaawi (239-321H) Kitab : Syarah Ma?aanil Atsar, Musykilul Atsar24. Abu Ya?la (---307H) Kitab : Musnad Abu Ya?la25. Abu ?awaanah (---316H) Kitab : Shahih Abu ?Awaanah26. Said bin Manshur (---227H) Kitab : As Sunan Said bin Manshur27. Ibnu Sunniy (---364H) Kitab : ?Amalul Yaum wal lailah28. Ibnu Abi ?Ashim (---287H) Kitab : Kitabus Sunnah, Kitab Zuhud

(Sumber : Al-Masail Jilid 3 : Ilmu-Ilmu Hadits Abdul Hakim bin Amir AbdatAs-Sunnah Qabla At-tadwin : M.Ajaj Al-Khatib)

PENGANTAR ILMU MUSTHOLAH HADITS I

Rabu, 09 September 2009

�بذة تاريخية عن نشأة علم المصطلح واألطوار التي ن

مر بها

RINGKASAN SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU MUSTHOLAH HADITS

DAN TAHAPAN-TAHAPAN YANG DILALUINYA

�الحظ الباحث المتفحص أن األسس واألركان ... ي

األساسية لعلم الرواية ونقل األخبار موجودة1 في

الكتاب العزيز والسنة النبوية فقد جاء في القرآن

�م@ Bن جAاءك �وا ِإ DذBينA آمAن EهAا ال يA Aا أ الكريم قوله تعالى : " ي

�وا " سورة الحجرات آية Dن Aي Aب M فAت Aأ Aب Bن . وجاء 6فAاسBٌق1 ب

Page 4: Mustholah hadits

في السنة قوله صلى الله عليه وسلم : " نضر الله

امرأ سمع منا شيئا فبلغه كما سمعه فرب مبلغ

أوعى من سامع " الترمذي ـ كتاب العلم ـ وقال

BلAى بD حAامBلB فBق@هM ِإ عنه حسن صحيح وفي رواية " فAر�

" MيهBقAفB @سA ب Aي بD حAامBلB فBق@هM ل @ه� وAر� Aف@قAه� مBن مAن@ ُه�وA أ

)رواه أبو داوود وابن ماجه(

…Mencermati pembahasan yang mendetail bahwa dasar-dasar dan rukun-rukun yang

paling asasi untuk ilmu periwayatan dan pemindahan hadits, sebenarnya terdapat

didalam Kitabullah dan sunnah Nabawyah. Maka telah datang didalam Al-qur'an

Allah ta'ala "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik

membawa suatu berita, Maka mintalah penjelasan" QS.Al-hujurat ayat 6.) Dan telah

datang sabdanya Shollallohu 'alai wasallam " semoga Allah mencerahkan wajah

seseorang yang telah mendengar suatu hadits dariku, kemudian ia menyampaikannya

seperti apa yang ia dengar, terkadang orang yang disampaikan lebih faham dibanding

dengan orang yang mendengar (langsung dari Nabi Shollallohu 'alaihi wasallam)

HR.At-tirmidzi Kitab Ilmi- Hasan Shohih. Dalam sebuah riwayat " Terkadang

pembawa fiqh (ilmu) menyampaikan kepada orang yang lebih faham darinya

(dikarenakan ia mampu beristinbad dengan ilmu tersebut-pent), dan terkadang

pembawa fiqh (ilmu) bukanlah orang faqih (mampu beristinbad/mengambil

kesimpulan dengan ilmunya-pent) HR.Abu dawud

Page 5: Mustholah hadits

ففي ُهذا اآلية الكريمة وُهذا الحديث الشريف مبدأ

التثبت في أخذ األخبار وكيفية ضبطها باالنتباه لها

.ووعيها والتدقيٌق في نقلها لآلخرين

Maka didalam ayat Al-qur'an dan hadits yang mulia ini adalah dasar

pengecekkan/verifikasi/pemastian didalam pengambilan hadits dan tata cara

pengukurannya dengan perhatian pada hadits, memahaminya, mendetailkan (tidak

menambah dan mngurangi) didalam memangqulkan/memindahkan kepada orang lain.

وامتثاال ألمر الله تعالى ورسوله صلى الله عليه

وسلم فقد كان الصحابة رضي الله عنهم يثبتون في

نقل األخبار وقبولها ، ال سيما ِإذا شكوا في صدق

الناقل لها ، فظهر بناء على ُهذا موضوع اإلسناد

وقBيمته في قبول األخبار أوردُها ، فقد جاء في

مقدمة صحيح مسلم عن ابن سيرين : " قال لم

يكونوا يسألون عن اإلسناد ، فلما وقعت الفتنة قالوا

سموا لنا رجالكم ، فينظر ِإلى أُهل السنة فيؤخذ

حديثهم وينظر ِإلى أُهل البدع فال يؤخذ حديثهم

)مقدمة صحيح مسلم(

Page 6: Mustholah hadits

Dan sebagai realisasi perintah Allah ta'ala dan Rosulullah shollalahu 'alai wasallam.

Oleh karenanya para sahabat telah memastikan didalah hal

memindahkan/memangqulkan hadits-hadits dan dalam hal menerima hadits, apalagi

ketika mereka meragukan akan kebenaran orang yang memangqulkan hadits. Maka

nampaklah struktur atas pembahasan isnad dan nilainya dalam hal penerimaan atau

penolakan hadits. Telah datang didalam pembukaan shohih muslim dari ibnu sirin, ia

berkata " dahulu mereka tidak bertanya tentang isnad, maka ketika terjadi fitnah

( terbunuhnya utsman bin 'affan), mereka bertanya" sebutkan pada rijal/perowi-

perowi kalian kepada kami "". jika dilihat perowi itu dari ahli sunnah, maka diambil

hadits mereka, dan jika diperiksa dia ahli bid'ah maka hadits mereka tidak diambil

(muqoddimah shohih muslim).

وبناء على أن الخبر ال يقبل ِإال بعد معرفة سنده

فقد ظهر علم الجرح والتعديل ، والكالم على الرواة

، ومعرفة المتصل أو المنقطع من األسانيد ،

ومعرفة العلل الخفية ، وظهر الكالم في بعض

الرواة لكن على قلة ، لقلة الرواة المجروحين في

. أول األمر

dan terbentuklah bahwa khabar/hadits tidak diterima kecuali setelah mengetahui

sanadnya, kemudian muncul ilmu jarh wa ta'dil ( ilmu yang menbahas tentang

cacatnya perowi dan adilnya perowi ), dan pembicaraan atas para perowi, dan

mengetahui tersambung dan terputusnya isnad, mengetahui penyakit (hadits) yang

tersembunyi, dan muncul pembicaraan tentang sebagian perowi, tetapi masih sedikit,

karena sedikitnya perowi yang tercela dimasa awal ( pada tobaqot tabi'in dan tabi'u

at-tabi'in )

Page 7: Mustholah hadits

ثم توسع العلماء في ذلك حتى ظهر البحث في ...

علوم كثيرة تتعلٌق بالحديث من ناحية ضبطه وكيفية

تحمله وأدائه ، ومعرفة ناسخه من منسوخه وغريبه

u . وغير ذلك ، ِإال أن ذلك كان يتناقله العلماء شفوBيا

Kemudian semakin meluas para ulama dalam hal pembahasan hadits, sehingga

muncul berbagai ilmu-ilmu yang berkenaan dengan hadits dari sisi

dhobtnya/regulasinya, cara pengambilan dan penyampaian hadits, mengetahui nasikh

dan mansukhnya, asingnya dan selainnya, hanya saja saat itu para ulama

memangqulkannya secara lisan/verbal

ثم تطور األمر وصارت ُهذه العلوم تكتب ...

وتسجل، لكن في أمكنة متفرقة من الكتب ممزوجة

بغيرُها من العلوم األخرى كعلم األصول وعلم الفقه

وعلم الحديث ، مثل كتاب الرسالة وكتاب ِإالم

. لإلمام الشافعي

…Kemudian berkembang perkara ini dan jadilah ilmu-ilmu ini (hadits) ditulis dan

dicatat, namun tersebar di tempat-tempat yang terpisah dari kitab-kitab yang

digabung dari selain ilmu hadits, yakni cabang ilmu-ilmu lain, seperti ilmu ushul dan

ilmu fiqh dan ilmu hadits, contohnya kitab Ar-risalah dan Al-Umm karya imam

Syafi'i

Page 8: Mustholah hadits

وأخيرا لما نضجت العلوم واستقر االصطالح ، ...

واستقل كل فن عن غيره ، وذلك في القرن الرابع

الهجري ، أفرد العلماء علم المصطلح في كتاب

مستقBل ، وكان من أول من أفرده بالتصنيف

القاضي أبو محمد الحسن بن عبدالرحمن بن خالد

م�زي المتوفي سنة امAه�ر@ Aُهـ في كتابه 360الر

"المحدث الفاصل بين الراوي والواعي" : وسأذكر

أشهر المصنفات في علم المصطلح من حين

. ِإفراده بالتصنيف ِإلى يومنا ُهذا

… Akhirnya ketika telah matangnya ilmu dan telah tetapnya peristilahan, dan

disendirikannya masing-masing cabang ilmu dari selainnya, dan itu terjadi di abad

ke-empat hijryah. Ulama mennyendirikan ilmu mustholah didalam kitab tersendiri.

Dan termasuk orang yang pertama memisahkannya dengan penulisan ilmiah adalah

Al-qodhi Abu Muhammad Al-hasan bin abdirrohman bin Khollad Ar-romahurmudzi,

meninggal tahun 260 Hijriah, didalam kitabnya " Al-muhaddits al-fashil baina ar-

rowi wa al-wa'I" dan saya akan menyebutkan kitab penyusunan ilmiah tentang ilmu

Mustholah Hadits sejak periode disendirikannya kitab penulisan (ilmu hadits) hingga

saat ini.

Dinukil dari Kitab Taisir Mustholah Hadits oleh Doktor Mahmud Tohhan Halaman

9-10

Page 9: Mustholah hadits

يسير مصطلح الحديث

بقلم الدكتور محمود الطحان

أستاذ الحديث بكلية الشريعة والدراسات اإلسالمية

جامعة الكويت

Page 10: Mustholah hadits
Page 11: Mustholah hadits
Page 12: Mustholah hadits

Istilah Penting Dalam Ilmu Musthalah Hadits

1. Ilmu Musthalah Hadits :

Ilmu dengan ushul ( landasan – landasan ) dan kaidah – kaidah yang dengannya

diketahui keadaan sanad dan matan dilihat dari sisi diterima atau ditolak.

Pembahasannya adalah sanad dan matan dari sisi diterima atau ditolak. Faidahnya

adalah membedakan antara hadits yang shahih dari yang dha’if.

2. Hadits

Etimologis : Sesuatu yang baru, lawan dari alqadim ( = lama ), bentuk jamaknya

Ahadits

Terminologis : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Sallallahu ‘Alahi

Wasallam baik perkataan, perbuatan, penetapan ataupun sifat.

3. Atsar

Etimologis : Sisa dari sesuatu, bentuk jamaknya al – aatsaar

Terminologis : Segala sesuatu yang disandarkan kepada para Shahabat dan Tabi’in.

4. Riwayat

Etimologis : Bentuk mashdar dari kata kerja rowa yang artinya menukil dan

menceritakan

Terminologis : Ilmu menukil berbagai sabda Nabi Sallallahu ‘Alahi Wasallam dan

perbuatannya dengan rentetan pendengar, menghafal, penelitian dan menuliskannya.

5. Dirayat

Etimologis : Bentuk mashdar dari kata kerja daroo yang artinya mengetahui

Terminologis : Ilmu yang dengannya diketahui macam – macam riwayat dan hukum

– hukumnya, syarat – syarat perawi, tingkatan – tingkatan objek riwayat dan

menguraikan makna – maknanya.

6. Mutawatir

Page 13: Mustholah hadits

Etimologis : Bentuk isim fa’il dari kata tawaataro yang artinya bertutut – turut

Terminologis : Hadits yang diriwayatkan banyak perawi dan menurut kebiasaan

mustahil mereka bersepakat atas kedustaan .

7. Hadits Aahad

Etimologis : Aahad bentuk jamak dari ahad yang berarti satu, yaitu awal bilangan

Terminologis : Hadits yang tidak terkumpul padanya syarat – syarat Mutawatir

8. Hadits Qudsi

Terminologis : Hadits yang sanadnya adalah Nabi Sallallahu ‘Alahi Wasallam

bersambung kepada Allah Subhanahu Wata’ala.

Maka diriwayatkan oleh Nabi Sallallahu ‘Alahi Wasallam bahwa itu adalah

Kalamullah Ta’ala.

9. Sanad

Etimologis : Sesuatu yang jadi sandaran

Terminologis : Jalan yang sampai kepada matan. Atau juga : rangkaian perawi yang

sampai kepada matan

10. Matan

Etimologis : Bagian dari tanah tinggi yang keras

Terminologis : Kalam (perkataan ) yang didahului sebelumnya oleh akhir sanad

11. Syadz

Etimologis : Yang sendirian yaitu menyendiri dari orang banyak

Terminologis : Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul ( diterima

riwayatnya ) tapi menyelisihi orang yang lebih utama atau lebih kuat darinya.

12. Al – ‘Illah

Etimologis : Penyakit. Jamaknya ‘Ilal

Page 14: Mustholah hadits

Terminologis : Penyebab yang tersembunyi dan tidak jelas yang bisa merusak

kashahihan hadits.

13. Hadits Shahih

Etimologis : Shahih antonim dari kata saqim ( = sakit )

Terminologis : Hadits yang tersambung sanadnya dengan diriwayatkan oleh rawi

yang adil dan sempurna hafalannya dari rawi sepertinya sampai akhir, tanpa ada

keganjilan ( syadz ) dan cacat ( illat )

14. Hadits Hasan

Etimologis : Hasan adalah sifat yang berarti perhiasan dan keindahan

Terminologis : Hadits yang tersambung sanadnya dengan diriwayatkan oleh rawi

yang adil dan ringan hafalannya dari rawi sepertinya sampai akhir, tanpa ada

keganjilan ( syadz ) dan cacat ( illat )

15. Hadits Dha’if

Etimologis : Dha’if adalah antonim dari kata qowie (= kuat )

Terminologis : Hadits yang tidak terhimpun padanya semua syarat hasan dikarenakan

kehilangan salah satu syarat hasan

16. Hadits Maudhu’

Etimologis : Bentuk isim maf’ul dari kata kerja wadho’a yang artinya turun atau

menurunkan, lawan kata dari Rofa’a (= naik, menaikkan )

Terminologis : Kebohongan yang diada – adakan dan dibuat – buat kemudian

dinisbatkan kepada Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam dengan sengaja.

17. Marfu’

Etimologis : Bentuk isim maf’ul dari kata ar-raf’u (= tinggi ), antonim dari kata

wadho’a (= turun, rendah ) Sepertinya dinamakan marfu’ seperti itu karena

Page 15: Mustholah hadits

dinisbatkan kepada pemilik kedudukan yang tinggi yaitu Nabi Sallallahu ‘Alahi

Wasallam.

Terminologis : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Sallallahu ‘Alahi

Wasallam baik perkataan, perbuatan, penetapan ataupun sifat, baik sanadnya muttasil

( tersambung ) atau munqathi’ (terputus )

18. Mauquf

Etimologis : Bentuk isim maf’ul dari kata kerja waqofa yang artinya diam dan berdiri

Terminologis : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Shahabat radiyallahu ‘anhum

baik perkataan, perbuatan ataupun penetapan.

19. Maqthu’

Etimologis : Bentuk isim maf’ul dari kata qotho’a, dimana dia adalah antonim dari

kata washola (= menyambung )

Terminologis : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Tabi’in atau yang dibawah

mereka baik perkataan ataupun perbuatan.

20. Al – Jarh

Etimologis : Bentuk mashdar dari kata kerja jaroha yang artinya memberikan bekas

luka pada tubuh akibat senjata.

Terminologis : Suatu sifat jika ada pada seorang perawi, maka hilanglah penghargaan

atas ucapannya dan batallah mengamalkan riwayatnya.

21. At – Ta’dil

Etimologis : Bentuk mashdar dari kata kerja ‘addala yang artinya menegakkan dan

meluruskan

Terminologis : Menyifati seorang rawi dengan apa – apa yang mengharuskan

riwayatnya diterima

22. Al – Musnid

Page 16: Mustholah hadits

Terminologis : Orang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik ia berilmu

tentang hadits itu ataupun tidak, namun hanya sekedar meriwayatkan

23. Al – Muhaddits

Etimologis : Bentuk isim fa’il dari kata at-tahdiits yang artinya membicarakan dan

mengabarkan

Terminologis : Orang yang menyibukkan diri dalam ilmu hadits baik secara riwayat

ataupun dirayat, dan ia memiliki ilmu tentang ilmu rijal ( para rawi ), biografi mereka,

jarh dan Ta’dil mereka.

24. Al – Hafidz

Etimologis : Bentuk isim fa’il dari kata kerja hafidzo yang artinya penghafal

Terminologis : Orang yang derajatnya lebih tinggi dari Muhaddits. Ada pendapat lain

bahwa al – Hafidz yaitu orang yang menguasai pengetahuan seratus ribu hadits. Ada

juga yang mengatakan bahwa dia sama dengan Muhaddits.

25. Al – Hujjah

Etimologis : Dalil dan penjelasan

Terminologis : Orang yang derajatnya lebih tinggi dari al-Hafidz. Ada pendapat lain

bahwa al – Hujjah adalah orang yang hafal tiga ratus ribu hadits beserta sanadnya.

26. Al – Hakim

Etimologis : Bentuk isim fa’il dari kata kerja hakama yang berarti memutuskan

Terminologis : Orang yang menguasai semua ilmu dalam hadits yang teriwayatkan

dari aspek matan dan sanad hingga tidak ada yang luput kecuali sedikit saja.

27. Syaikhul Islam

Julukan ini adalah julukan tertinggi bagi para ahli hadits. Orang yang terkenal dengan

julukan ini adalah Ibnu Taimiyah, Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahumallah,

dan yang lainnya.

Page 17: Mustholah hadits

28. Amirul Mukminin Fil Hadits

Julukan ini adalah julukan tertinggi di kalangan para perawi. Orang yang diberi

julukan ini adalah orang yang di zamannya terkenal hafalan dan pengetahuannya

tentang ilmu hadits. Sehingga jadilah orang itu orang paling berpengetahuan di

zamannya dan para imam di zamannya. Seperti : Sufyan at-Tsauri, Malik bin Anas,

muhammad bin Ismail al-Bukhari rahimahumullah

29. Al – ‘Abadilah

Mereka adalah empat orang Shahabat yang sangat terkenal dengan nama Abdullah.

Mereka adalah :

- Abdullah bin Umar

- Abdullah bin Abbas

- Abdullah bin Zubeir

- Abdullah bin Umar radiyallahu ‘anhum ‘ajma’in

30. Takhrij

Etimologis : Bentuk mashdar dari kata kerja khorroja yang berarti : mengeluarkan

Terminologis : Ilmu yang menyebutkan sumber – sumber asli hadits, baik dengan

menetapkan hukum untuknya atau tidak.

31. Tsiqoh

Terminologis : Orang yang memiliki dua sifat, yaitu adil dan dhabit menurut

pendapat yang masyhur.

32. As – Sunan

Etimologis : Bentuk jamak dari as-sunnah. Sunnah adalah perilaku yang baik ataupun

yang buruk

Terminologis : Kitab – kitab yang disusun membahas bab – bab tentang fiqih.

Page 18: Mustholah hadits

33. Shahih Al – Isnad

Istilah ini dimutlakkan atas isnad yang terpenuhi tiga syarat sebagai shahihnya,

yakni : sanad yang bersambung, para perawi yang kuat hafalannya dan para perawi

yang adil. Maka ungkapan Shahih Al – Isnad ditetapkan untuknya. Tapi keshahihan

isnad tidak mesti menunjukkan kashahihan matan.

34. Hadits al – ‘Ali

Etimologis : Bentuk isim fa’il dari kata al-‘Uluw yang artinya : yang di atas, dia

antonim dari kata an –Nuzul (= yang rendah )

Terminologis : Hadits yang lebih sedikit jumlah perawinya bila dibandingkan dengan

sanad lain yang menyebutkan hadits tersebut dengan jumlah perawi yang lebih

banyak.

35. Hadits an – Naazil

Etimologis : Bentuk isim fa’il dari kata nazala yang berarti turun.

Terminologis : Hadits yang lebih banyak jumlah perawinya bila dibandingkan dengan

sanad lain yang menyebutkan hadits tersebut dengan jumlah perawi yang lebih

sedikit.

36. Al – Gharib

Etimologis : Sifat Musyabbahah yang berarti orang yang menyendiri atau yang jauh

dari kerabatnya.

Terminologis : Hadits yang diriwayatkan oleh satu perawi saja.

37. Ilmu Rijal

Ilmu dimana keadan para perawi dapat diketahui dengan ilmu tersebut, lalu dapat

diputuskan jarh dan Ta’ala’dil terhadap mereka.

38. Muttafaq ‘Alaih

Page 19: Mustholah hadits

Maksud Muttafaq ‘Alaih adalah kesepakatan dua Syaikh : Bukhari dan Muslim pada

keshahihan hadits, bukan kesepakatan umat. Tapi Ibnu Sholah mengatakan : “Tapi

kesepakatan umat otomatis terbentuk dengan adanya kesepakatan dua syaikh tersebut.

Karena umat telah sepakat untuk menerima apa yang di sepakati keduanya”

39. Mukhtalif al-Hadits

Etimologis : Mukhtalif bentuk isim fa’il dari kata ikhtilaf yang berarti perbedaan.

Antonim dari kata ittifaq (= kesepakatan )

Terminologis : Hadits yang maqbul ( diterima ) yang berlawanan dengan hadits yang

semisalnya, tapi masih dimungkinkan adanya aljam’u ( penggabungan dan

penyerasian antara keduanya )

40. Nasikh dan Mansukh

Etimologis : Nasikh adalah bentuk isim fa’il sedangkan mansukh adalah bentuk isim

maf’ul dari kata nasakho yang berarti menghilangkan dan menukil. Semuanya masuk

pada bab Naskh.

Terminologis : Naskh adalah Menghilangkan hukum syar’i dengan dasar dalil syar’i

yang datang belakangan darinya.

Nasikh adalah sesuatu yang menunjukkan kepada penghilangan yang telah

disebutkan. Sedangkan mansukh adalah hadits yang dinaskh oleh hadits yang datang

belakangan darinya

41. Thabaqah

Etimologis : Generasi setelah generasi atau suatu kaum yang seangkatan dalam pada

umur dan masa. Juga dipakai dalam arti tingkat dan derajat.

Terminologis : Suatu sebutan di kalangan ahli hadits tentang suatu kelompok yang

berserikat dalam umur dan bertemu dengan para syaikh.

Wallahu A’lam

Page 20: Mustholah hadits

( Abu Maryam, diambil dari : Taisir Musthalah Hadits oleh Dr. Mahmud Thahhan

dan Mu’jam Isthilahat al-Ahadits Annabawiyah oleh Abdul Mannan ar-Rasikh

(terjemah))