Mustholah hadits
Transcript of Mustholah hadits
Assalaamualaiakum.Terlampir tentang :1. Para sahabat yang paling banyak meriwayatkan hadits.2. Ilmu riwayatul hadits3. Para 'ulama pengumpul hadits di masing-masing Thabaqat.Wassalaamualaiakum.
Pembukuan Hadits , Para Imam Hadits , Ilmu Hadits dan Kitab-Kitab Hadits________________________________________Para Sahabat Rasulullah Shallallahu?alaihiwasallam yang paling banyak meriwayatkan hadits antara lain :
Abu Hurairah 5374 haditsIbnu Umar 2630 haditsAnas bin Malik 2286 haditsAisyah Ummul Mukminin 2210 haditsIbnu 'Abbas 1660 haditsJabir bin 'Abdullah 1540 hadits
Para Sahabat Rasulullah Shallallahu?alaihiwasallam yang melakukan pembukuan hadits antara lain : 1. Abdullah bin Amr bin Al-Ash (7-65H) : As-Shahifah As-Shadiqah 2. Abdullah bin Abbas (3-68H)3. Jabir bin Abdillah Al-Anshari (16-78H) : As-Shahifah.4. Hamam bin Munabbih (40-131H) : As-Shahifah As-ShahihahPerintah Umar bin Abdul Aziz untuk memulai pembukuan dan pelembagaan hadits secara resmi
Khalifah Umar bin Abdul Aziz memelopori pembukuan dan pelembagaan hadits-hadits Nabi shallallahu ?alaihi wasallam. secara resmi. Beliau memerintahkan kepada Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm. Perintah Umar bin Abdul Aziz sebagai berikut ?
Perhatikanlah hadits Rasulullah shallallahu ?alaihi wasallam lalu tulislah dia, karena sesungguhnya aku khawatir akan hilangnya ilmu dan wafatnya para ?ulama , dan janganlah diterima kecuali hadits Nabi shallallahu ?alaihi wasallam? (Riwayat Imam Bukhary (1/33) dan Ad-Daarimi (1/126)
Dan Ibnu Hazm selanjutnya menunjuk ulama besar yaitu Ibnu Syihab Az-Zuhri untuk melakukan pelembagaan hadits-hadits Nabi shallallahu ?alaihi wasallam. Beliau berdua merupakan thabaqat awal pembukuan hadits-hadits Nabi shallallahu ?alaihi wasallam. Ibnu Hazm pulalah yang memulai dan mencetuskan ilmu Riwayatul hadits. Yakni suatu ilmu tentang meriwayatkan sabda-sabda Nabi shallallahu ?alaihi wasallam. perbuatan-perbuatannya, taqrir-taqrirnya dan sifat-sifatnya. Ilmu ini sifatnya lebih tertuju pada mengumpulkan hadits-hadits saja, tanpa memeriksa secara detail sah atau tidaknya yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu ?alaihi wasallam.
Faedah-faedah Ilmu riwayatul hadits antara lain :
1. Supaya kita dapat membedakan mana yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu ?alaihi wasallam dan mana yang disandarkan kepada selain beliau.2. Agar supaya hadits tidak beredar dari mulut ke mulut atau dari satu tulisan ke tulisan lain tanpa sanad. 3. Agar dapat diketahui jumlah hadits yang orang sandarkan kepada Nabi shallallahu ?alaihi wasallam.4. Agar dapat diperiksa sanad dan matannya sah atau tidak.
Nama-nama ?ulama pencatat atau perawi hadits yang mu?tabar dari generasi Tabi?in antara lain : 1. Said Ibnul Musayyab (15-94H)2. Urwah bin Zubair (22-94H)3. Abu Bakar bin Muhammad bin Amr bin Hazm (Wafat th.117H)4. Muhammad bin Muslim bin Syihab Az-Zuhri (50-124H)5. Imam Nafi? (wafat 117H)6. Ubaidillah bin Abdullah bin Utbah (Wafat 98H)7. Salim bin Abdullah bin Umar (Wafat 106H)8. Ibrahim bin Yazid An-Nakha?I (46-96H)9. Amir bin Syarahil Asy-Sya?bi (19-103H)10. Alqamah bin Qais An-Nakha?i (28-62H)11. Muhammad bin Sirrin (33-110H)12. Ibnu Juraij Abdul Aziz bin Juraij (Wafat 150H)13. Said bin ?Arubah (Wafat 156H)14. Al Auza?i (Wafat 156H)15. Sufyan At-Tsauri (Wafat 161H)16. Abdullah bin Mubaarak (118-181H)17. Hammad bin Salamah (Wafat 176H)18. Husyaim (Wafat 188H)Nama-nama ?ulama pencatat atau perawi hadits yang mu?tabar dari generasi Tabi?ut Tabi?in antara lain : 1. Bukhari (194-256H) Kitab : Al-Jaami?ush Shahih atau Shahih Bukhari2. Muslim (204-261H) Kitab : Shahih Muslim3. Abu Dawud (202-275H) Kitab : As-Sunan Abi Dawud4. At-Tirmidzi (209-279H) Kitab : As-Sunan At-Tirmidzi5. An-Nasa?i (215-303H) Kitab : As-Sunan An-Nasa?i6. Ibnu Majah (207-275H) Kitab : As-Sunan Ibnu Majah7. Malik bin Anas (90/93-169H) Kitab : Al-Muwatha?8. Asy Syafi?iy (150-204H) Kitab : Al Um9. Ahmad bin Hambal (164-241H) Kitab : Al Musnad Ahmad10. Ibnu Khuzaimah (223-311H) Kitab : Shahih Ibnu Khuzaimah11. Ibnu Hibban (----354H) Kitab : Shahih Ibnu Hibban12. Hakim (320-405H) Kitab : Al Mustadrak13. Ad-Daaruquthni (306-385H) Kitab : Sunan Daaruquthni14. Al Baihaqiy (384-458H) Kitab : Sunan Al-Kubra15. Ad Daarimi (181-255H) Kitabnya Sunan Ad-Daarimi16. Abu Dawud At-Thayaalisi (----204H) Kitab : Musnad At-Thayalisi17. Al Humaidiy (---219H) Kitab : Musnad Al-Humaidiy18. Ath Thabrani (260-360H) Kitab : Mu?jam Al-Kabir, Mu?jam Al-
Ausath, Mu?jam As-Shagir19. Abdurrazzaaq (126-211H) Kitab :Mushannaf Abdurrazzaaq20. Ibnu Abi Syaibah (----235H) Kitab : Mushannaf Ibnu abi Syaibah21. Abdullah bin Ahmad (203-209H) Kitab : Az-Zawaaidul Musnad22. Ibnul Jaarud (---307H) Kitab : Al-Muntaqa23. At-Thahaawi (239-321H) Kitab : Syarah Ma?aanil Atsar, Musykilul Atsar24. Abu Ya?la (---307H) Kitab : Musnad Abu Ya?la25. Abu ?awaanah (---316H) Kitab : Shahih Abu ?Awaanah26. Said bin Manshur (---227H) Kitab : As Sunan Said bin Manshur27. Ibnu Sunniy (---364H) Kitab : ?Amalul Yaum wal lailah28. Ibnu Abi ?Ashim (---287H) Kitab : Kitabus Sunnah, Kitab Zuhud
(Sumber : Al-Masail Jilid 3 : Ilmu-Ilmu Hadits Abdul Hakim bin Amir AbdatAs-Sunnah Qabla At-tadwin : M.Ajaj Al-Khatib)
PENGANTAR ILMU MUSTHOLAH HADITS I
Rabu, 09 September 2009
�بذة تاريخية عن نشأة علم المصطلح واألطوار التي ن
مر بها
RINGKASAN SEJARAH PERKEMBANGAN ILMU MUSTHOLAH HADITS
DAN TAHAPAN-TAHAPAN YANG DILALUINYA
�الحظ الباحث المتفحص أن األسس واألركان ... ي
األساسية لعلم الرواية ونقل األخبار موجودة1 في
الكتاب العزيز والسنة النبوية فقد جاء في القرآن
�م@ Bن جAاءك �وا ِإ DذBينA آمAن EهAا ال يA Aا أ الكريم قوله تعالى : " ي
�وا " سورة الحجرات آية Dن Aي Aب M فAت Aأ Aب Bن . وجاء 6فAاسBٌق1 ب
في السنة قوله صلى الله عليه وسلم : " نضر الله
امرأ سمع منا شيئا فبلغه كما سمعه فرب مبلغ
أوعى من سامع " الترمذي ـ كتاب العلم ـ وقال
BلAى بD حAامBلB فBق@هM ِإ عنه حسن صحيح وفي رواية " فAر�
" MيهBقAفB @سA ب Aي بD حAامBلB فBق@هM ل @ه� وAر� Aف@قAه� مBن مAن@ ُه�وA أ
)رواه أبو داوود وابن ماجه(
…Mencermati pembahasan yang mendetail bahwa dasar-dasar dan rukun-rukun yang
paling asasi untuk ilmu periwayatan dan pemindahan hadits, sebenarnya terdapat
didalam Kitabullah dan sunnah Nabawyah. Maka telah datang didalam Al-qur'an
Allah ta'ala "Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang Fasik
membawa suatu berita, Maka mintalah penjelasan" QS.Al-hujurat ayat 6.) Dan telah
datang sabdanya Shollallohu 'alai wasallam " semoga Allah mencerahkan wajah
seseorang yang telah mendengar suatu hadits dariku, kemudian ia menyampaikannya
seperti apa yang ia dengar, terkadang orang yang disampaikan lebih faham dibanding
dengan orang yang mendengar (langsung dari Nabi Shollallohu 'alaihi wasallam)
HR.At-tirmidzi Kitab Ilmi- Hasan Shohih. Dalam sebuah riwayat " Terkadang
pembawa fiqh (ilmu) menyampaikan kepada orang yang lebih faham darinya
(dikarenakan ia mampu beristinbad dengan ilmu tersebut-pent), dan terkadang
pembawa fiqh (ilmu) bukanlah orang faqih (mampu beristinbad/mengambil
kesimpulan dengan ilmunya-pent) HR.Abu dawud
ففي ُهذا اآلية الكريمة وُهذا الحديث الشريف مبدأ
التثبت في أخذ األخبار وكيفية ضبطها باالنتباه لها
.ووعيها والتدقيٌق في نقلها لآلخرين
Maka didalam ayat Al-qur'an dan hadits yang mulia ini adalah dasar
pengecekkan/verifikasi/pemastian didalam pengambilan hadits dan tata cara
pengukurannya dengan perhatian pada hadits, memahaminya, mendetailkan (tidak
menambah dan mngurangi) didalam memangqulkan/memindahkan kepada orang lain.
وامتثاال ألمر الله تعالى ورسوله صلى الله عليه
وسلم فقد كان الصحابة رضي الله عنهم يثبتون في
نقل األخبار وقبولها ، ال سيما ِإذا شكوا في صدق
الناقل لها ، فظهر بناء على ُهذا موضوع اإلسناد
وقBيمته في قبول األخبار أوردُها ، فقد جاء في
مقدمة صحيح مسلم عن ابن سيرين : " قال لم
يكونوا يسألون عن اإلسناد ، فلما وقعت الفتنة قالوا
سموا لنا رجالكم ، فينظر ِإلى أُهل السنة فيؤخذ
حديثهم وينظر ِإلى أُهل البدع فال يؤخذ حديثهم
)مقدمة صحيح مسلم(
Dan sebagai realisasi perintah Allah ta'ala dan Rosulullah shollalahu 'alai wasallam.
Oleh karenanya para sahabat telah memastikan didalah hal
memindahkan/memangqulkan hadits-hadits dan dalam hal menerima hadits, apalagi
ketika mereka meragukan akan kebenaran orang yang memangqulkan hadits. Maka
nampaklah struktur atas pembahasan isnad dan nilainya dalam hal penerimaan atau
penolakan hadits. Telah datang didalam pembukaan shohih muslim dari ibnu sirin, ia
berkata " dahulu mereka tidak bertanya tentang isnad, maka ketika terjadi fitnah
( terbunuhnya utsman bin 'affan), mereka bertanya" sebutkan pada rijal/perowi-
perowi kalian kepada kami "". jika dilihat perowi itu dari ahli sunnah, maka diambil
hadits mereka, dan jika diperiksa dia ahli bid'ah maka hadits mereka tidak diambil
(muqoddimah shohih muslim).
وبناء على أن الخبر ال يقبل ِإال بعد معرفة سنده
فقد ظهر علم الجرح والتعديل ، والكالم على الرواة
، ومعرفة المتصل أو المنقطع من األسانيد ،
ومعرفة العلل الخفية ، وظهر الكالم في بعض
الرواة لكن على قلة ، لقلة الرواة المجروحين في
. أول األمر
dan terbentuklah bahwa khabar/hadits tidak diterima kecuali setelah mengetahui
sanadnya, kemudian muncul ilmu jarh wa ta'dil ( ilmu yang menbahas tentang
cacatnya perowi dan adilnya perowi ), dan pembicaraan atas para perowi, dan
mengetahui tersambung dan terputusnya isnad, mengetahui penyakit (hadits) yang
tersembunyi, dan muncul pembicaraan tentang sebagian perowi, tetapi masih sedikit,
karena sedikitnya perowi yang tercela dimasa awal ( pada tobaqot tabi'in dan tabi'u
at-tabi'in )
ثم توسع العلماء في ذلك حتى ظهر البحث في ...
علوم كثيرة تتعلٌق بالحديث من ناحية ضبطه وكيفية
تحمله وأدائه ، ومعرفة ناسخه من منسوخه وغريبه
u . وغير ذلك ، ِإال أن ذلك كان يتناقله العلماء شفوBيا
Kemudian semakin meluas para ulama dalam hal pembahasan hadits, sehingga
muncul berbagai ilmu-ilmu yang berkenaan dengan hadits dari sisi
dhobtnya/regulasinya, cara pengambilan dan penyampaian hadits, mengetahui nasikh
dan mansukhnya, asingnya dan selainnya, hanya saja saat itu para ulama
memangqulkannya secara lisan/verbal
ثم تطور األمر وصارت ُهذه العلوم تكتب ...
وتسجل، لكن في أمكنة متفرقة من الكتب ممزوجة
بغيرُها من العلوم األخرى كعلم األصول وعلم الفقه
وعلم الحديث ، مثل كتاب الرسالة وكتاب ِإالم
. لإلمام الشافعي
…Kemudian berkembang perkara ini dan jadilah ilmu-ilmu ini (hadits) ditulis dan
dicatat, namun tersebar di tempat-tempat yang terpisah dari kitab-kitab yang
digabung dari selain ilmu hadits, yakni cabang ilmu-ilmu lain, seperti ilmu ushul dan
ilmu fiqh dan ilmu hadits, contohnya kitab Ar-risalah dan Al-Umm karya imam
Syafi'i
وأخيرا لما نضجت العلوم واستقر االصطالح ، ...
واستقل كل فن عن غيره ، وذلك في القرن الرابع
الهجري ، أفرد العلماء علم المصطلح في كتاب
مستقBل ، وكان من أول من أفرده بالتصنيف
القاضي أبو محمد الحسن بن عبدالرحمن بن خالد
م�زي المتوفي سنة امAه�ر@ Aُهـ في كتابه 360الر
"المحدث الفاصل بين الراوي والواعي" : وسأذكر
أشهر المصنفات في علم المصطلح من حين
. ِإفراده بالتصنيف ِإلى يومنا ُهذا
… Akhirnya ketika telah matangnya ilmu dan telah tetapnya peristilahan, dan
disendirikannya masing-masing cabang ilmu dari selainnya, dan itu terjadi di abad
ke-empat hijryah. Ulama mennyendirikan ilmu mustholah didalam kitab tersendiri.
Dan termasuk orang yang pertama memisahkannya dengan penulisan ilmiah adalah
Al-qodhi Abu Muhammad Al-hasan bin abdirrohman bin Khollad Ar-romahurmudzi,
meninggal tahun 260 Hijriah, didalam kitabnya " Al-muhaddits al-fashil baina ar-
rowi wa al-wa'I" dan saya akan menyebutkan kitab penyusunan ilmiah tentang ilmu
Mustholah Hadits sejak periode disendirikannya kitab penulisan (ilmu hadits) hingga
saat ini.
Dinukil dari Kitab Taisir Mustholah Hadits oleh Doktor Mahmud Tohhan Halaman
9-10
يسير مصطلح الحديث
بقلم الدكتور محمود الطحان
أستاذ الحديث بكلية الشريعة والدراسات اإلسالمية
جامعة الكويت
Istilah Penting Dalam Ilmu Musthalah Hadits
1. Ilmu Musthalah Hadits :
Ilmu dengan ushul ( landasan – landasan ) dan kaidah – kaidah yang dengannya
diketahui keadaan sanad dan matan dilihat dari sisi diterima atau ditolak.
Pembahasannya adalah sanad dan matan dari sisi diterima atau ditolak. Faidahnya
adalah membedakan antara hadits yang shahih dari yang dha’if.
2. Hadits
Etimologis : Sesuatu yang baru, lawan dari alqadim ( = lama ), bentuk jamaknya
Ahadits
Terminologis : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Sallallahu ‘Alahi
Wasallam baik perkataan, perbuatan, penetapan ataupun sifat.
3. Atsar
Etimologis : Sisa dari sesuatu, bentuk jamaknya al – aatsaar
Terminologis : Segala sesuatu yang disandarkan kepada para Shahabat dan Tabi’in.
4. Riwayat
Etimologis : Bentuk mashdar dari kata kerja rowa yang artinya menukil dan
menceritakan
Terminologis : Ilmu menukil berbagai sabda Nabi Sallallahu ‘Alahi Wasallam dan
perbuatannya dengan rentetan pendengar, menghafal, penelitian dan menuliskannya.
5. Dirayat
Etimologis : Bentuk mashdar dari kata kerja daroo yang artinya mengetahui
Terminologis : Ilmu yang dengannya diketahui macam – macam riwayat dan hukum
– hukumnya, syarat – syarat perawi, tingkatan – tingkatan objek riwayat dan
menguraikan makna – maknanya.
6. Mutawatir
Etimologis : Bentuk isim fa’il dari kata tawaataro yang artinya bertutut – turut
Terminologis : Hadits yang diriwayatkan banyak perawi dan menurut kebiasaan
mustahil mereka bersepakat atas kedustaan .
7. Hadits Aahad
Etimologis : Aahad bentuk jamak dari ahad yang berarti satu, yaitu awal bilangan
Terminologis : Hadits yang tidak terkumpul padanya syarat – syarat Mutawatir
8. Hadits Qudsi
Terminologis : Hadits yang sanadnya adalah Nabi Sallallahu ‘Alahi Wasallam
bersambung kepada Allah Subhanahu Wata’ala.
Maka diriwayatkan oleh Nabi Sallallahu ‘Alahi Wasallam bahwa itu adalah
Kalamullah Ta’ala.
9. Sanad
Etimologis : Sesuatu yang jadi sandaran
Terminologis : Jalan yang sampai kepada matan. Atau juga : rangkaian perawi yang
sampai kepada matan
10. Matan
Etimologis : Bagian dari tanah tinggi yang keras
Terminologis : Kalam (perkataan ) yang didahului sebelumnya oleh akhir sanad
11. Syadz
Etimologis : Yang sendirian yaitu menyendiri dari orang banyak
Terminologis : Hadits yang diriwayatkan oleh perawi yang maqbul ( diterima
riwayatnya ) tapi menyelisihi orang yang lebih utama atau lebih kuat darinya.
12. Al – ‘Illah
Etimologis : Penyakit. Jamaknya ‘Ilal
Terminologis : Penyebab yang tersembunyi dan tidak jelas yang bisa merusak
kashahihan hadits.
13. Hadits Shahih
Etimologis : Shahih antonim dari kata saqim ( = sakit )
Terminologis : Hadits yang tersambung sanadnya dengan diriwayatkan oleh rawi
yang adil dan sempurna hafalannya dari rawi sepertinya sampai akhir, tanpa ada
keganjilan ( syadz ) dan cacat ( illat )
14. Hadits Hasan
Etimologis : Hasan adalah sifat yang berarti perhiasan dan keindahan
Terminologis : Hadits yang tersambung sanadnya dengan diriwayatkan oleh rawi
yang adil dan ringan hafalannya dari rawi sepertinya sampai akhir, tanpa ada
keganjilan ( syadz ) dan cacat ( illat )
15. Hadits Dha’if
Etimologis : Dha’if adalah antonim dari kata qowie (= kuat )
Terminologis : Hadits yang tidak terhimpun padanya semua syarat hasan dikarenakan
kehilangan salah satu syarat hasan
16. Hadits Maudhu’
Etimologis : Bentuk isim maf’ul dari kata kerja wadho’a yang artinya turun atau
menurunkan, lawan kata dari Rofa’a (= naik, menaikkan )
Terminologis : Kebohongan yang diada – adakan dan dibuat – buat kemudian
dinisbatkan kepada Rasulullah Sallallahu ‘Alahi Wasallam dengan sengaja.
17. Marfu’
Etimologis : Bentuk isim maf’ul dari kata ar-raf’u (= tinggi ), antonim dari kata
wadho’a (= turun, rendah ) Sepertinya dinamakan marfu’ seperti itu karena
dinisbatkan kepada pemilik kedudukan yang tinggi yaitu Nabi Sallallahu ‘Alahi
Wasallam.
Terminologis : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Sallallahu ‘Alahi
Wasallam baik perkataan, perbuatan, penetapan ataupun sifat, baik sanadnya muttasil
( tersambung ) atau munqathi’ (terputus )
18. Mauquf
Etimologis : Bentuk isim maf’ul dari kata kerja waqofa yang artinya diam dan berdiri
Terminologis : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Shahabat radiyallahu ‘anhum
baik perkataan, perbuatan ataupun penetapan.
19. Maqthu’
Etimologis : Bentuk isim maf’ul dari kata qotho’a, dimana dia adalah antonim dari
kata washola (= menyambung )
Terminologis : Segala sesuatu yang disandarkan kepada Tabi’in atau yang dibawah
mereka baik perkataan ataupun perbuatan.
20. Al – Jarh
Etimologis : Bentuk mashdar dari kata kerja jaroha yang artinya memberikan bekas
luka pada tubuh akibat senjata.
Terminologis : Suatu sifat jika ada pada seorang perawi, maka hilanglah penghargaan
atas ucapannya dan batallah mengamalkan riwayatnya.
21. At – Ta’dil
Etimologis : Bentuk mashdar dari kata kerja ‘addala yang artinya menegakkan dan
meluruskan
Terminologis : Menyifati seorang rawi dengan apa – apa yang mengharuskan
riwayatnya diterima
22. Al – Musnid
Terminologis : Orang yang meriwayatkan hadits dengan sanadnya, baik ia berilmu
tentang hadits itu ataupun tidak, namun hanya sekedar meriwayatkan
23. Al – Muhaddits
Etimologis : Bentuk isim fa’il dari kata at-tahdiits yang artinya membicarakan dan
mengabarkan
Terminologis : Orang yang menyibukkan diri dalam ilmu hadits baik secara riwayat
ataupun dirayat, dan ia memiliki ilmu tentang ilmu rijal ( para rawi ), biografi mereka,
jarh dan Ta’dil mereka.
24. Al – Hafidz
Etimologis : Bentuk isim fa’il dari kata kerja hafidzo yang artinya penghafal
Terminologis : Orang yang derajatnya lebih tinggi dari Muhaddits. Ada pendapat lain
bahwa al – Hafidz yaitu orang yang menguasai pengetahuan seratus ribu hadits. Ada
juga yang mengatakan bahwa dia sama dengan Muhaddits.
25. Al – Hujjah
Etimologis : Dalil dan penjelasan
Terminologis : Orang yang derajatnya lebih tinggi dari al-Hafidz. Ada pendapat lain
bahwa al – Hujjah adalah orang yang hafal tiga ratus ribu hadits beserta sanadnya.
26. Al – Hakim
Etimologis : Bentuk isim fa’il dari kata kerja hakama yang berarti memutuskan
Terminologis : Orang yang menguasai semua ilmu dalam hadits yang teriwayatkan
dari aspek matan dan sanad hingga tidak ada yang luput kecuali sedikit saja.
27. Syaikhul Islam
Julukan ini adalah julukan tertinggi bagi para ahli hadits. Orang yang terkenal dengan
julukan ini adalah Ibnu Taimiyah, Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahumallah,
dan yang lainnya.
28. Amirul Mukminin Fil Hadits
Julukan ini adalah julukan tertinggi di kalangan para perawi. Orang yang diberi
julukan ini adalah orang yang di zamannya terkenal hafalan dan pengetahuannya
tentang ilmu hadits. Sehingga jadilah orang itu orang paling berpengetahuan di
zamannya dan para imam di zamannya. Seperti : Sufyan at-Tsauri, Malik bin Anas,
muhammad bin Ismail al-Bukhari rahimahumullah
29. Al – ‘Abadilah
Mereka adalah empat orang Shahabat yang sangat terkenal dengan nama Abdullah.
Mereka adalah :
- Abdullah bin Umar
- Abdullah bin Abbas
- Abdullah bin Zubeir
- Abdullah bin Umar radiyallahu ‘anhum ‘ajma’in
30. Takhrij
Etimologis : Bentuk mashdar dari kata kerja khorroja yang berarti : mengeluarkan
Terminologis : Ilmu yang menyebutkan sumber – sumber asli hadits, baik dengan
menetapkan hukum untuknya atau tidak.
31. Tsiqoh
Terminologis : Orang yang memiliki dua sifat, yaitu adil dan dhabit menurut
pendapat yang masyhur.
32. As – Sunan
Etimologis : Bentuk jamak dari as-sunnah. Sunnah adalah perilaku yang baik ataupun
yang buruk
Terminologis : Kitab – kitab yang disusun membahas bab – bab tentang fiqih.
33. Shahih Al – Isnad
Istilah ini dimutlakkan atas isnad yang terpenuhi tiga syarat sebagai shahihnya,
yakni : sanad yang bersambung, para perawi yang kuat hafalannya dan para perawi
yang adil. Maka ungkapan Shahih Al – Isnad ditetapkan untuknya. Tapi keshahihan
isnad tidak mesti menunjukkan kashahihan matan.
34. Hadits al – ‘Ali
Etimologis : Bentuk isim fa’il dari kata al-‘Uluw yang artinya : yang di atas, dia
antonim dari kata an –Nuzul (= yang rendah )
Terminologis : Hadits yang lebih sedikit jumlah perawinya bila dibandingkan dengan
sanad lain yang menyebutkan hadits tersebut dengan jumlah perawi yang lebih
banyak.
35. Hadits an – Naazil
Etimologis : Bentuk isim fa’il dari kata nazala yang berarti turun.
Terminologis : Hadits yang lebih banyak jumlah perawinya bila dibandingkan dengan
sanad lain yang menyebutkan hadits tersebut dengan jumlah perawi yang lebih
sedikit.
36. Al – Gharib
Etimologis : Sifat Musyabbahah yang berarti orang yang menyendiri atau yang jauh
dari kerabatnya.
Terminologis : Hadits yang diriwayatkan oleh satu perawi saja.
37. Ilmu Rijal
Ilmu dimana keadan para perawi dapat diketahui dengan ilmu tersebut, lalu dapat
diputuskan jarh dan Ta’ala’dil terhadap mereka.
38. Muttafaq ‘Alaih
Maksud Muttafaq ‘Alaih adalah kesepakatan dua Syaikh : Bukhari dan Muslim pada
keshahihan hadits, bukan kesepakatan umat. Tapi Ibnu Sholah mengatakan : “Tapi
kesepakatan umat otomatis terbentuk dengan adanya kesepakatan dua syaikh tersebut.
Karena umat telah sepakat untuk menerima apa yang di sepakati keduanya”
39. Mukhtalif al-Hadits
Etimologis : Mukhtalif bentuk isim fa’il dari kata ikhtilaf yang berarti perbedaan.
Antonim dari kata ittifaq (= kesepakatan )
Terminologis : Hadits yang maqbul ( diterima ) yang berlawanan dengan hadits yang
semisalnya, tapi masih dimungkinkan adanya aljam’u ( penggabungan dan
penyerasian antara keduanya )
40. Nasikh dan Mansukh
Etimologis : Nasikh adalah bentuk isim fa’il sedangkan mansukh adalah bentuk isim
maf’ul dari kata nasakho yang berarti menghilangkan dan menukil. Semuanya masuk
pada bab Naskh.
Terminologis : Naskh adalah Menghilangkan hukum syar’i dengan dasar dalil syar’i
yang datang belakangan darinya.
Nasikh adalah sesuatu yang menunjukkan kepada penghilangan yang telah
disebutkan. Sedangkan mansukh adalah hadits yang dinaskh oleh hadits yang datang
belakangan darinya
41. Thabaqah
Etimologis : Generasi setelah generasi atau suatu kaum yang seangkatan dalam pada
umur dan masa. Juga dipakai dalam arti tingkat dan derajat.
Terminologis : Suatu sebutan di kalangan ahli hadits tentang suatu kelompok yang
berserikat dalam umur dan bertemu dengan para syaikh.
Wallahu A’lam
( Abu Maryam, diambil dari : Taisir Musthalah Hadits oleh Dr. Mahmud Thahhan
dan Mu’jam Isthilahat al-Ahadits Annabawiyah oleh Abdul Mannan ar-Rasikh
(terjemah))