PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

115
i PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI DESA KUALA KERITANG KECAMATAN KERITANG KABUPATEN INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU SKRIPSI OLEH: DARMIANTI EES. 150618 PEMBIMBING: Prof. Dr. SUBHAN, M.Ag ANZU ELVIA ZAHARA, SE, M.E.Sy PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI 2019

Transcript of PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Page 1: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

i

PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

HASIL PERKEBUNAN PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI DESA

KUALA KERITANG KECAMATAN KERITANG KABUPATEN

INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU

SKRIPSI

OLEH:

DARMIANTI

EES. 150618

PEMBIMBING:

Prof. Dr. SUBHAN, M.Ag

ANZU ELVIA ZAHARA, SE, M.E.Sy

PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI

2019

Page 2: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

ii

Page 3: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

iii

Page 4: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

iv

Page 5: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

v

MOTTO

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan

harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan

perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.

Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah

Maha Penyayang kepadamu. (Q.S An-Nisa‟(4): 29)

Page 6: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

vi

PERSEMBAHAN

Assalamu’alaikum wr. Wb

Dengan senantiasa bertasbih menyebut nama Allah SWT.

Shalawat serta salam kepada baginda Rasulullah SAW.

Do‟aku panjatkan untuk para sahabat Rasululullah SAW.

Para Ulama warisatulanbiya dan Muslimin/mat.

Disertai ucapan “terimah kasih”

Ananda persembahkan skripsi ini untuk :

Ayahanda Abdul Fattah (Alm), dan untuk Ibunda Nur Baya

Yang tiada hentinya mendidik, mendoakan dan memotivasi dalam

kondisi apapun serta membantu baik berupa pemikiran dan materi.

Sosok Ayah dan Ibu yang luar biasa tangguh, ibu yang tidak pernah ada

kata lelah didalam mengasuh, memberi semangat, memotivasi serta

memberikan kasih sayang dan ibu yang tak pernah lupa untuk selalu

memohonkan Do‟a-Nya kepada Allah SWT agar Allah Permudah saya

dalam menyelesaikan Skripsi ini.

Kakak-kakak saya Junaida, Rahmatang, Abdul Rosyid, Nur aini, S.I,

Syamsuddin. Serta adik-adik saya Syahrul Al-Fattah, Wahyudin Al-

Fattah, Rizal Al-Fattah dan Nur Syifa Az-Zahra dan keluarga besar yang

selalu memberi semangat dan motivasi, semoga Allah SWT selalu

melimpahkan nikmat dan karunianya kepada kita semua. Aamiin yaa

rabbal alamin.

Page 7: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

vii

ABSTRAK

Darmianti; EES150618. Perilaku “Toke” dan Petani dalam Berbisnis Jual

Beli Hasil Perkebunan Perspektif Ekonomi Islam di Desa Kuala Keritang

Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrifsikan dan mengetahui

pemahaman dan penerapan perilaku bisnis oleh “toke” dan petani dalam

melaksanakan jual beli hasil perkebunan di desa Kuala Keritang yang meliputi;

(1) Pemahaman Pengetahuan agama tentang perilaku/etika bisnis oleh para Toke

dan Petani dalam kegiatan jual belinya, (2) Tujuan, upaya dan Penerapan yang

dilakukan agar bisnis mencapai keberkahan dan juga bernilai ibadah. Penelitian

ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, pengumpulan data dilakukan

dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penentuan subjek

penelitian, menggunakan teknik snow-ball sampling. Teknik analisis data yang

digunakan adalah analisis interaktif yang meliputi langkah-langkah; reduksi data,

penyajian data, penarikan kesimpulan. Keterpercayaan hasil penelitian diperoleh

dengan teknik perpanjangan keikutsertaan peneliti, teknik ketekunan/ pengamatan

penelitian, teknik trianggulasi, dan teknik diskusi sejawat.

Hasil Penelitian yang berdasarkan temuan di lapangan menunjukkan

bahwa; Pemahaman dan Penerapan perilaku bisnis atau etika bisnis Islam itu

sendiri oleh toke dan petani menyadari berdagang dengan baik di Jalan Allah

walaupun secara konsepsional mereka tidak memahami dan tidak mengerti

tentang etika bisnis namun dalam kesehariannya secara tidak langsung mereka

telah menerapkan dengan baik maksud tujuan dari perilaku bisnis dalam Islam

tersebut. Diharapkan penelitian selanjutnya agar dapat dilakukan dengan materi

perilaku bisnis Islam yang sama tetapi pada pemikiran yang berbeda.

Kata Kunci : Perilaku, Toke, Petani, Jual Beli, Hasil Perkebunan, dan

Ekonomi Islam

Page 8: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

viii

ABSTRACT

Darmianti; EES150618. "Toke" Business Behavior and Farmers on the Sale

and Purchase of Plantations in Kuala Keritang Village, Keritang District,

Indragiri Hilir Regency, Riau Province.

This study aims to describe and know the understanding and application

of business behavior by "toke" and farmers in implementing the sale and purchase

of plantation products in the village of Kuala Keritang which includes; (1)

Understanding of religious knowledge about behavior / business ethics by Toke

and Farmers in their buying and selling activities, (2) Objectives, efforts and

implementation carried out so that the business reaches blessings and is also

worthy of worship. This study uses a descriptive qualitative approach, data

collection is done by observation, interview, and documentation techniques.

Determination of research subjects, using snow-ball sampling technique. The data

analysis technique used is interactive analysis which includes steps; data

reduction, data presentation, conclusion drawing.

The reliability of the research results is obtained by the technique of

extending the participation of researchers, perseverance / research observation

techniques, triangulation techniques, and peer discussion techniques. Research

results based on findings in the field indicate that; Understanding and Application

of Islamic business conduct or business ethics itself by toke and farmers realize

trading well in God even though conceptually they do not understand and do not

understand business ethics but in their daily lives they have applied well the

purpose of business behavior in Islam. It is hoped that further research can be

carried out with material on the same Islamic business behavior but on different

thoughts.

Keywords: Business Behavior, Toke, Farmers, Buy and Sell, Plantation

Products and Islamic Economic.

Page 9: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

ix

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan

hidayah-Nya penyelesaiaan skripsi ini dapat diselesaiakan. Disamping itu, tidak

lupa pula iringan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW

yang telah membawa risalah pencerahan bagi manusia. Penulisan skripsi ini

dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat Akademik guna mendapat gelar

sarjana Ekonomi Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di UIN Sulthan

Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian

skripsi ini banyak melibatkan pihak yang telah memberikan motivasi baik moril

maupun materil. Untuk itu melalui kesempatan peneliti mengucapkan terimah

kasih kepada semua pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini,

terutama sekali kepada Yang Terhormat:

1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan selaku rektor UIN STS Jambi.

2. Bapak Prof. Dr. Subhan, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam di UIN STS Jambi.

3. Ibu Dr. Rafidah, SE, M.EI, Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE., ME, Ibu Halimah

Dja‟far. S.Ag, FiI,I , selaku Wakil Dekan I, II, dan III di Bidang Akademik

Kemahasiswaan dan Kerjasama di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam di UIN STS Jambi.

4. Bapak Dr. Sucipto, MA dan Ibu G.W.I. Awal Habibah, M.E.,Sy selaku Ketua

Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah di Fakultas Ekonomi dan

Bisnis Islam di UIN STS Jambi.

Page 10: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

x

5. Bapak Prof. Dr. Subhan, M.Ag dan Ibu Anzu Elvia Zahara, SE. M.E.,Sy

selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang telah banyak

meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan hingga skripsi

ini bisa diselesaikan dengan baik.

6. Dosen-dosen serta karyawan-karyawan Jurusan Ekonomi Syariah di Fakultas

Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.

7. Seluruh mahasiswa Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi

khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah

memberikan semangat serta sumbangsihnya.

8. Teman-teman lokal Ekonomi Syariah D 2015 Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Islam UIN STS JAMBI, terima kasih atas segala dukungannya.

9. Dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung

maupuun tidak langsung.

Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari

kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat

memberikan kontribusi demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT kita

memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kema‟afannya.

Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembang ilmu dan semoga amal

kebajikan kita dinilai ibadah oleh Allah SWT. Aamin yaa rabbal alaminn.

Jambi, 2019

Penulis

Darmianti

Page 11: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................ Error! Bookmark not defined.

PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR .......... Error! Bookmark not

defined.

NOTA DINAS ........................................................... Error! Bookmark not defined.

PENGESAHAN TUGAS AKHIR ....................................................................... iii

MOTTO ................................................................................................................ iv

PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi

ABSTRAK ............................................................................................................ vi

ABSTRACT ......................................................................................................... viii

KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix

DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi

DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii

DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xiv

DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xvii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 7

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................................................... 7

D. Batasan Masalah ........................................................................................................... 8

E. Kerangka Teori ............................................................................................................ 9

F. Tinjauan Pustaka ........................................................................................................ 35

G. Kerangka Berfikir ....................................................................................................... 39

BAB II METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Penelitian ....................................................................................................... 40

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................................. 41

C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................................... 41

D. Setting dan Subjek Penelitian ..................................................................................... 42

E. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................................... 44

Page 12: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

xii

F. Teknik Analisis Data .................................................................................................. 45

G. Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................................................................... 46

H. Sistematika Penulisan ................................................................................................. 47

BAB III GAMBARAN UMUM TOKE DAN PETANI DI DESA KUALA

KERITANG

A. Sejarah Singkat Desa Kuala Keritang ........................................................................ 49

B. Geografis Wilayah ...................................................................................................... 52

C. Jumlah dan Jenis Bisnis “Toke” dan Petani Di Desa Kuala Keritang ........................ 55

D. Toke di sekitar Desa Kuala Keritang .......................................................................... 56

E. Petani di Desa Kuala keritang .................................................................................... 58

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pemahaman Perilaku Bisnis Islam oleh Toke dan Petani dalam berbisnis Jual beli

Hasil Perkebunan Perspektif Ekonomi Islam di Desa Kuala Keritang Provinsi Riau 60

B. Penerapan Perilaku Bisnis Islam oleh Toke dan Petani dalam berbisnis jual beli hasil

perkebunan Perspektif Ekonomi Islam di Desa Kuala Keritang ................................ 71

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan ................................................................................................................. 88

B. Saran ........................................................................................................................... 89

C. Rekomendasi .............................................................................................................. 89

D. Kata Penutup .............................................................................................................. 90

DOKUMENTASI

LAMPIRAN-LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

Page 13: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

xiii

DAFTAR TABEL

1. Tinjauan Pustaka........................................................................................ 33

2. Jenis Sumber Daya Alam Masyarakat di Desa kuala Keritang

2018/2019................................................................................................... 46

3. Jumlah dan jenis Bisnis “Toke” dan Petani di Desa Kuala Keritang........ 54

Page 14: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

xiv

DAFTAR ISTILAH

Agen : Penyalur atas nama perusahaan tertentu menjual barang

dan jasa hasil produksi.

Amanah : Bertanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan

kewajiban.

Broker : Pialang (individu atau perusahaan yang bertindak sebagai

perantara jual dan beli).

Conclution : Penarikan kesimpulan

Data reduction : Reduksi data

Data display : Penyajian data

Dokumentasi : Berasal dari kata dokumen yang berarti setiap bahan

tertulis atau film yang tidak dipersiarkan karena adanya

permainan seorang peneliti

Distributor : Perantara yang menyalurkan produk dari pabrik

kepengecer (retailer)

Equilibrium : Keseimbangan

Fathanah, : Mengerti, memahami dan menghayati secara mendalam

segala yang menjadi tugas dan kewajibannya.

Field research : Berbentuk penelitian lapangan

Free will : Kebebasan

Given : Berlaku umum

Gatherer : Pengumpul

Hubungan resiproritas : Hubungan timbal balik

Hubungan personal : Hubungan yang bersifat langsung dan intensif

Hubungan loyalitas : Kesetian dan kepatuhan

Karyawan : Orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, dan

sebagainya) dengan mendapatkan gaji (upah).

Page 15: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

xv

Khamar :Minuman keras

Konsumen : Setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam

masyarakat, baik keluarga maupun sendiri.

Komoditas : Suatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan,

dan dapat diserahkan secara fisik

Konvensional : Segala sesuatu yang sifatnya mengikuti adat atau

kebiasaan yang umum dan lazim digunakan.

Manajer : Seorang anggota organisasi yang bertugas mengarahkan,

mengawasi pekerjaan anggota organisasi yang lain

Marketing : Pemasaran

Mitra kerja : Hubungan kerja antara perusahaan dengan perusahaan

lainnya.

Mutualisme : Saling menguntungkan

Observasi : Prilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin

dicapai

Patron Klien : Pertukaran hubungan antara individu yang status

ekonominya lebih tinggi dengan yang lebih rendah

Peasant : Petani (Seorang yang bergerak dibidang pertanian,

perkebunan, mengolah lahan agar memperoleh hasil

tanaman untuk dijual).

Produktivitas : Istilah dalam kegiatan produksi sebagai perbandingan

antara luaran dan masukan

Responsibility : Tanggung jawab

Shiddiq : Mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan,

keyakinan dan amal perbuatan atas dasar nilai-nilai yang

diajarkan Islam

Sistem Ijon : Sistem jual sebelum masa panen

Snawball Sampling : Teknik pengumpulan data jumlah sumber akan bertambah

apabila dirasa data belum cukup

Page 16: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

xvi

Trader : Pedagang (orang yang menjual dan membeli barang dan

jasa untuk mendapatkan keuntungan).

Toke : Seorang pembeli barang hasil perkebunan petani

(Pengumpul).

Tabligh : Mengajak dan memberikan contoh kepada pihak lain

untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam

dalam kehidupan sehari-hari.

Unity : Kesatuan

Trustworthiness : Keterpercayaan data

Teknik trianggulasi : Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu

Wawancara : Sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara

untuk memperoleh informasi dan terwawancara

Page 17: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

xvii

DAFTAR SINGKATAN

A. Daftar Singkatan yang dibutuhkan

swt. = subhânahu wa ta‟âlâ

saw. = sall Allâh „alaihi wa sallam

QS. = al-Qur‟â Surat

HR. = Hadis Riwayat

hlm. = halaman

terj. = terjemah

SDM = Sumber Daya Manusia

SDA = Sumber Daya Alam

CSR = Corporate Social Responsibility

Page 18: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Islam adalah agama yang mengatur tentang kehidupan manusia dalam

berhubungan baik secara vertikal maupun secara horizontal. Adapun vertikal

yaitu manusia dengan Tuhannya (hablumminallah), contoh yaitu melakukan

ibadah seperti sholat, puasa, dan membaca Al-Qur‟an. Hubungan secara

horizontal seperti manusia dengan sesama manusia (hablumminannas), Islam

menekankan dengan adanya moralitas seperti persaingan yang sehat,

kejujuran, keterbukaan, dan keadilan. Implementasi nilai-nilai moralitas

tersebut dalam bisnis merupakan tanggung jawab bagi setiap pelaku bisnis.1

Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur‟an Surah Ali-imran ayat 112 di

bawah ini:

Artinya: Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika

mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian)

dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari

1 Nurin Fajrina, Dampak Penerapan Etika BIsnis Islam Pada Kemajuan Bisnis (studi kasus

De‟Halal Mart Yogyakarta) hlm.2

Page 19: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena

mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa

alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka

dan melampaui batas.2

Dalam ajaran Islam, etika menuntun seluruh aspek kehidupan manusia.

Tanpa mengkhususkan diri pada suatu situasi tertentu, Allah SWT

menggambarkan orang yang mencapai kesuksesan sebagai orang-orang yang

mengarahkan semua tindakannya kepada kebaikan, mendorong kepada yang

benar dan melarang kepada yang salah, baik saat menjalankan aktivitas sehari-

hari ataupun menjalankan bisnis (muamalah).3

Etika pada umumnya didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis

dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual

dan sosial sehingga dapat menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku

manusia serta nilai-nilai yang baik untuk dapat dijadikan sasaran hidup.4

Kegiatan bisnis merupakan bagian dari kehidupan ummat, karena manusia

yang hidup bermasyarakat ini saling ketergantungan, saling memerlukan

antara yang satu dengan yang lain . Tidak ada manusia yang sanggup

menyiapkan semua keperluan hidupnya. Kekurangan kemampuan seseorang

menyediakan sesuatu keperluan hidupnya dapat ditutupi oleh orang lain yang

bisa menyediakan melalui aktivitas perdagangan (bisnis).5

Dengan demikian kegiatan berbisnis itu sudah merupakan peradaban

2 Ali-Imran (3) : 112.

3 Ibid. 3

4 Salam Faisal, Pertumbuhan Hukum Bisnis Syariah Di Indonesia, (Bandung: Pustaka,

2006), hlm 155 5 Ma‟ruf Abdullah, Manajemen Bisnis Syariah (Yogyakarta, CV Aswaja Pressindo:2011).

Hlm 3

Page 20: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

manusia yang sama tuanya dengan keberadaan manusia dimuka bumi ini.6

Dalam kenyataannya juga berbisnis menjadi lapangan mata pencaharian yang

banyak dipilih oleh warga masyarakat.

Dalam berusaha manusia sering dihadapkan pada keterbatasan modal

dan sumber daya manusia atau skill. Mereka yang mempunyai modal besar

akan berusaha secara mandiri. Dan sebaliknya bagi mereka yang tidak

memiliki modal yang besar akan berusaha memenuhi kebutuhannya dengan

berbagai cara.7

Di Indonesia mayoritas masyarakatnya menyandarkan kebutuhan

ekonomi pada sektor perkebunan. Khususnya pada Desa Kuala Keritang yang

mayoritas masyarakatnya menggantungkan perekonomian dari sektor

perkebunan. Saat ini perkebunan merupakan tulang punggung mereka, karena

dapat dijadikan sektor pembangunan berkelanjutan yang ditopang dengan

kualitas lingkungan dan sumber daya manusia. Perkebunan yang diminati

masyarakat terdiri dari perkebunan kelapa lokal, perkebunan kelapa sawit dan

perkebunan pinang. Merupakan salah satu dari sekian banyak mata

pencaharian yang dipilih oleh masyarakat khususnya di Desa Kuala Keritang

sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini dipilih masyarakat

karena berbagai alasan diantaranya adalah karena usia produktif perkebunan

tersebut lebih lama dibandingkan komoditas lainnya dan pemeliharaannya

tidak memakai biaya besar.8

Agar terciptanya nilai jual dan maanfaat dari sektor perkebunan berupa

6 Ibid, hlm 3

7 Ibid.hlm 4

8 Ibid. 5

Page 21: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

buah kelapa, kelapa sawit dan pinang tersebut, jual beli antara toke dan petani

semakin meningkat dan terus menerus mengalami perkembangan. Toke dapat

diartikan sebagai penyedia jasa distributor dan penghubung antara pemilik

barang dengan pembeli yang membutuhkan jasa toke dalam transaksi jual beli

dan sebagainya, sebagai distributor sangat lah membantu para konsumen

untuk mendapatkan barang yang diinginkan dengan mudah serta dengan

spesifikasi harga yang telah ditentukan. 9

Namun tidak sedikit dari mereka yang bertindak sebagai toke

(pedagang) tidak mengerti tentang hukum Islam, sehingga ia bisa mengelola

barang dagangannya sesuai dengan syariat Islam. Penerapan prilaku bisnis

dapat dilihat dari beberapa besarnya para toke dan petani memahami

pencatatan keuangan masuk dan keluar dari barang dagangan mereka setiap

harinya, kejujuran dalam perhitungan, takaran atau timbangan barang petani

sesuai syariat Islam. Dengan kata lain, maka prinsip pengetahuan etika bisnis

Islam mutlak harus dimiliki oleh setiap individu yang melakukan kegiatan

ekonomi baik itu pebisnis atau petani yang melakukan aktivitas ekonomi.10

Dalam observasi peneliti melihat di Desa Kuala keritang masih ada

beberapa tindakan Toke yang melakukan kecurangan. Beberapa Toke terlihat

melakukan kecurangan dalam perhitungan buah kelapa, kecurangan pada

takaran dan timbangan kopra, kelapa sawit, serta pinang. disebut kecurangan

dalam menakar dan menimbang karena praktek seperti ini telah merampas hak

orang lain. Menetapkan atau menurunkan harga barang sesukanya yang tidak

9 Ibid. 10

10 Ibid. 11

Page 22: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

sesuai dengan harga pasaran, meskipun tidak jauh beda dengan harga yang ada

juga masih kerap dilakukan oleh para Toke. Praktek seperti ini juga

menimbulkan dampak yang sangat vital dalam dunia perdagangan yaitu

timbulnya ketidakpercayaan penjual dan pembeli terhadap para Toke yang

curang pada saat menghitung, menakar dan menimbang mendapat ancaman

siksa di akhirat. Alasan penulis memilih Desa Kuala Keritang Provinsi Riau

sebagai tempat penelitian karena masih banyak terjadi perilaku kecurangan,

penipuan kasus penimbunan, dan riba.11

Oleh karena itu seharusnya mereka berdagang dengan mencontoh

sifat-sifat Rasulullah yaitu jujur, dipercaya, bertanggung jawab dalam

berbisnis, berdagang atas dasar amanah, prinsip kebebasan, keseimbangan dan

kebenaran. Islam pada prinsipnya tidak melarang perdagangan, kecuali ada

unsur-unsur kezaliman, penipuan, penindasan, dan mengarah kepada sesuatu

yang dilarang. Keterikatan antara petani dengan para toke juga masih banyak

terjadi, akibatnya jual beli yang dilakukan tidak atas dasar suka sama suka.

Para toke yang melakukan itu dengan alasan sebagai syarat jual beli yang

harus diikuti, sebab keduanya sama-sama saling membutuhkan untuk mencari

keuntungan.

Menurut Informan 1, salah satu toke yang biasa membeli kelapa Sawit

petani di Desa Kuala Keritang. Ia biasa menggunakan pencatatan

keuangan yang sederhana, ia menggambarkan pencatatan tersebut

dengan berapa pengeluaran, berapa penghasilan per harinya dan berapa

11

Ibid.hlm 12

Page 23: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

hutang petani, bagi para petani yang telah mengambil hutang sebelum

masa panen.12

Sementara itu, Informan 2. Toke Kelapa Bulat dan Kopra menyatakan

bahwa ia juga membuat buku pembelian jumlah kelapa, buku hutang,

dan berupa nota untuk petani yang menjual kelapa dengannya, untuk

sebagai bukti telah dilakukakan nya pelaksanaan jual beli kelapa secara

sah.13

Namun dari sekian banyak toke dan petani kelapa, masih ada yang

belum memahami tentang perilaku bisnis secara Islam selama mereka

melakukan transaksi jual beli kelapa lokal, kelapa sawit dan pinang. mereka

berdagang karena didukung oleh lingkungan dan modal yang ada, tanpa

pernah belajar prinsip- prinsip etika dan prilaku bisnis dalam Islam yang

sebenarnya.

Disamping alasan di atas, peneliti juga tertarik melakukan penelitian ini

karena di dukung oleh beberapa literature terdahulu yang juga membahas

persoalan yang sama di tempat yang berbeda. Misalnya saja, penelitian

terdahulu yang dilakukan oleh Fariihah dengan judul: Etika dan Perilaku

Bisnis Islam Pedagang pada Kawasan Pasar Palmerah.14

Selanjutnya, ada

penelitian yang di lakukan oleh Evi Susanti dengan judul: Penerapan Etika

Bisnis Islam dalam Usaha Mebel di CV. Jati Karya Palembang.15

Berdasarkan Latar belakang masalah yang telah di uraikan, maka penulis

merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang perilaku menyimpang

12

Wawancara dengan Bapak H Bahtiar, Toke kelapa Sawit di Desa Kuala Keritang, 01

November 2018 13

Wawancara dengan Bapak H Amir, Toke Kelapa Bulat dan Kopra, di Desa Kuala

Keritang, 01 November 2018. 14

Fariihah, “Etika dan Perilaku Bisnis Islam Pedagang pada Kawasan Pasar Palmerah.

(Skripsi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017). 15

Susanti Evi, Penerapan Etika Bisnis Islam dalam Usaha Mebel di CV. Jati Karya

Palembang, (Skripsi: Universitas Islam Negeri Raden Fatah, Palembang, 2017)

Page 24: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

“toke” dan Petani dalam berbisnis jual beli hasil perkebunan menurut

perspektif Islam yang terjadi di Desa Kuala Keritang. Kemudian

mengangkatnya dalam tulisan berjudul :“ PERILAKU “TOKE” DAN

PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN

PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI DESA KUALA KERITANG

KECAMATAN KERITANG KABUPATEN INDRAGIRI HILIR

PROVINSI RIAU.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini, rumusan

masalahnya adalah:

1. Bagaimana Pemahaman Perilaku Bisnis Islam oleh Toke dan petani dalam

berbisnis jual beli hasil perkebunan perspektif ekonomi Islam di Desa

Kuala Keritang?

2. Bagaimana Penerapan Perilaku bisnis Islam oleh Toke dan Petani dalam

berbisnis jual beli hasil perkebunan perspektif ekonomi Islam di Desa

Kuala Keritang ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

1. Ingin mengetahui bagaimana pemahaman perilaku bisnis Islam oleh Toke

dan petani dalam berbisnis jual beli hasil perkebunan perspektif ekonomi

Islam di Desa Kuala Keritang ?

2. Ingin mengetahui bagaimana penerapan perilaku bisnis Islam oleh toke

dan Petani dalam berbisnis jual beli hasil perkebunan perspektif ekonomi

Page 25: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Islam di Desa Kuala Keritang ?

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:

1. Bagi penulis

Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan

pengetahuan penulis mengenai perilaku “toke” dan petani dalam berbisnis

jual beli hasil perkebunan perspektif ekonomi Islam.

2. Bagi Akademisi

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsihpemikiran

dan pengetahuan bagi akademisi tentang prilaku bisnis “toke” dan petani

dalam berbisnis jual beli hasil perkebunan perspektif ekonomi Islam.

Sehingga mampu memberikan kontribusi positif bagi perkembangan

praktik jual beli hasil perkebunan secara baik dan benar.

3. Bagi Praktisi

Hasil penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi “Toke” dan

Petani dan lain- lain di Desa Kuala Keritang, yakni menjadi bahan

masukan berupa informasi tentang perilaku “toke” dan petani dalam

melaksanakan jual beli yang benar efektif sesuai dengan ajaran islam

sehingga dapat menentukan kebijakan bagi masyarakat Desa Kuala

Keritang..

4. Sebagai bahan informasi penelitian selanjutnya.

D. Batasan Masalah

Mengingat terlalu luasnya uraian yang telah dipaparkan sebelumnya,

maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian dengan memfokuskan pada

Page 26: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

perilaku “toke” dan Petani dalam berbisnis jual beli hasil perkebunan (kelapa

lokal, kelapa sawit dan pinang) perspektif ekonomi Islam di Desa Kuala

Keritang Provinsi Riau.

E. Kerangka Teori

1. Perilaku/ Etika Bisnis

Menurut K. Bertens etika ialah cabang filsafat yang mempelajari

baik buruknya perilaku manusia.16

Menurut Muhammad dan Alimin Perilaku (etika) adalah ilmu yang

berisi patokan- patokan mengenai apa yang benar atau salah, yang baik

atau buruk, yang bermanfaat atau tidak bermanfaat.17

Etika atau perilaku

bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup

seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga

masyarakat. Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat berupa nilai, norma

dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang

adil dan sehat dengan pelanggan/ mitra kerja, pemegang saham,

masyarakat.

Etika bisnis adalah perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan

oleh pimpinan, manajer, karyawan, agen atau perwalian suatu

perusahaan.18

Pendapat lain menyatakan bahwa etika bisnis adalah aturan-

aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh

bertindak, dimana aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari aturan yang

16

Fahmi Irham, Etika Bisnis: Teori, Kasus dan Solusi ( Alfabeta Bandung: 2013) hlm 2 17

Muhammad dkk, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam ( BPEE-

Yogyakarta : 2004) hlm 61 18

Ibid.hlm 6

Page 27: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

tertulis maupun tidak tertulis. Jika suatu bisnis melanggar aturan- aturan

tersebut maka sanksi akan diterima. Sanksi tersebut dapat berbentuk

langsung maupun tidak langsung.19

2. Definisi Perilaku/ Etika Bisnis Islam

Terminologi paling dekat dengan pengertian perilaku (etika) dalam

Islam adalah akhlak. Dalam Islam, etika (akhlak) sebagai cerminan

kepercayaan Islam (iman). Etika Islam memberi sangsi internal yang kuat

serta otoritas pelaksana dalam menjalankan standar etika.20

Masyarakat muslim tidak bebas tanpa kendali dalam memproduksi

sumber daya alam, mendistribusikannya, atau mengkonsumsinya. Namun

disisi lain, ia terikat dengan iman dan etika sehingga ia tidak bebas mutlak

dalam menginvestasikan modal nya atau membelanjakan hartanya.21

Jack

Austri, seorang Perancis, dalam bukunya Islam dan Pengembangan

Ekonomi mengatakan, “Islam adalah gabungan antara tatanan kehidupan

praktis dan sumber etika yang mulia, antara keduanya terdapat ikatan erat

yang tidak terpisahkan.22

Dari sini bisa dikatakan bahwa orang-orang Islam tidak akan

menerima ekonomi Kapitalis. Dan ekonomi yang kekuatannya

berdasarkan wahyu dari langit itu tanpa diragukan lagi adalah ekonomi

yang berdasarkan etika. Menurut J. Perth, kombinasi antara ekonomi dan

etika ini bukanlah hal baru di dalam Islam. Sejak semula Islam tidak

19

Ibid.hlm 7 20

Op.cit.hlm 8 21

Qardhawi Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Hlm 51

22 Ibid, hlm 55

Page 28: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

mengenal pemisahan jasmani dengan rohani. Prinsip sekularisme yang

dilahirkan kaum Protestan dengan renaisansnya di Eropa tidak dikenal

dalam sejarah Islam. Sebab keuniversalan syariat Islam merlarang

berkembangnya ekonomi tanpa Etika. Di dalam sejarah Islam, kita

menemukan peraktek-peraktek bisnis yang menggabungkan etika dan

ekonomi, terutama ketika Islam benar-benar dijadikan pedoman utama

dalam kehidupan sehari-hari. Allah SWT telah menentukan aturan-aturan

dalam menjalankan kehidupan berbisnis. Aturan- aturan itu dalam tulisan

ini disebut kode etik. Allah SWT telah menetapkan batas- batas tertentu

terhadap prilaku manusia dalam berbisnis sehingga menguntungkan satu

individu tanpa mengorbankan hak- hak individu lain.23

Pada dasarnya hakikat etika bisnis, adalah menganalisa atas asumsi –

asumsi bisnis, baik asumsi moral maupun asumsi di pandang dari sudut

moral.24

Oleh karena bisnis bergerak dalam rangka suatu sistem ekonomi

maka sebagian dari tugas etika bisnis yang sesungguhnya ialah

menemukakan etika bisnis yang harus dipegang dan dijalankan kaum

muslimin. Secara ringkas akan penulis paparkan sebagai berikut :

1) Kaum muslimin yang berbisnis harus selalu ingat Allah SWT.

Walaupun para pelaku bisnis muslimin disibukkan melakukan

berbagai transaksi bisnis, namun perlu diingat oleh pelaku bisnis

23

Op.cit.hlm 9 24

Salam Faisal, Ibid, hlm 156

Page 29: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

muslim yaitu antara melakukan bisnis itu jangan sekali-kali melupakan

bisnis akhirat.25

2) Barang yang diperdagangkan adalah barang yang halal.

Para pelaku bisnis muslim dilarang menjual barang-barang yang

sifatnya najis. Misalnya jual beli lemak yang berasal dari binatang

yang dagingnya tidak halal dimakan. Kaum muslimin dilarang pula

memperdagangkan barang-barang yang kehalalannya diragukan

(subhat) atau yang dapat menimbulkan persangkaan buruk terhadap

diri Muslim pelaku bisnis itu.26

3) Pelaku Bisnis Dilarang Memalsu dan Menipu

Kepada para pelaku bisnis Muslim dilarang melakukan

pemalsuan dan penipuan terhadap lawan bisnisnya.27

4) Pelaku Bisnis Muslim Jangan Menyengsarakan Masyarakat.

Untuk mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya, biasanya para

pelaku bisnis sering mempermainkan harga barang dengan jalan tidak

membeli hasil panen ketika waktu panen, sehingga harga dapat ditekan

terhadap para petani.28

Selain menekan harga terhadap para petani,

para pelaku bisnis untuk menaikkan harga barang dengan jalan

menimbun barang dagangan sehingga barang yang diperlukan

masyarakat susah dicari. Kalau harga sudah naik maka barang itu baru

dilepas atau dijual. Perbuatan pelaku bisnis yang demikian merupakan

perbuatan yang zalim atau perbuatan yang tercela. Kalau penimbunan

25

Ibid, hlm 156 26

Ibid, hlm 157 27

Ibid.hlm 157 28

Ibid.hlm 158

Page 30: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

barang itu tidak mengakibatkan jadi sulit mencari barang-barang yang

diperlukan, maka perbuatan itu tidak merupakan perbuatan yang

menyengsarakan masyarakat maka perbuatan itu tidak merupakan

perbuatan yang haram. Misalnya musim panen para pedagang

menampung hasil panen kemudian diolah atau diawetkan sehingga

tahan lama.29

5) Pelaku Bisnis Muslim harus Berlaku Jujur

Para pelaku bisnis Muslim dalam melakukan bisnis harus berlaku

jujur. Pengertian jujur itu baik dalam tindakan maupun dalam

perkataan. Para pelaku bisnis muslim jangan berbuat curang dalam

menimbang barang atau dalam hal menakar barang. Oleh karena itu

selalu memperhatikan kebenaran dari alat timbangan atau alat takaran.

Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an surah Al-

muthaffifin: 1-3 sebagai berikut:

Artinya:”Celakalah bagi orang-orang yang melakukan kecurangan.

Yang jika menerima takaran dari orang lain, mereka meminta

dipenuhi. Tapi jika mereka menakar atau menimbang untuk orang

lain, mereka mengurangi”.30

Selain berlaku jujur didalam timbangan dan takaran, maka para

pelaku bisnis Muslim harus jujur pula dalam hal menentukan harga jangan

sampai lawan bisnisnya merasa tertipu dengan harga yang telah disepakati.

29

Ibid.hlm 20 30

Al-Mutaffifin (83): 1-3

Page 31: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Jadi pelaku bisnis Muslim harus menjelaskan tentang harga pasaran barang

yang diperjual belikan saat itu, kemudian barulah diadakan tawar menawar

secara bebas. Etika sebagai ajaran baik buruk, benar-salah, atau ajaran

tentang moral khususnya dalam prilaku dan tindakan-tindakan ekonomi,

bersumber terutama dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan

paham dalam ekonomi barat menunjuk pada kitab Injil (Bible), dan etika

ekonomi Yahudi banyak menunjuk pada Taurat.31

Demikian pula etika ekonomi Islam termuat dalam lebih dari

seperlima ayat-ayat yang dimuat dalam Al-qu‟ran. Namun jika etika

agama Kristen-Protestan telah melahirkan semangat (spirit) kapitalisme

maka agama Islam tidak mengarah pada kapitalisme maupun sosialisme.

Jika kapitalisme menonjolkan sifat individualisme dari manusia, dan

sosialisme pada kolektivisme maka Islam menekankan empat sifat

sekaligus, yaitu: kesatuan (unity), keseimbangan (equilibrium), kebebasan

(free will), dan tanggung jawab (responsibility). Manusia sebagai wakil

(khilafah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik karena

semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah Milik Allah semata dan

manusia adalah kepercayaan-Nya di bumi.32

3. Penerapan Nilai-nilai Islam dalam Bisnis

Berbisnis dengan memahami implementasi nilai-nilai Islam akan

menghasilkan berbagai kemanfaatan / kinerja kemaslahatan yang tidak

31

Rivai Veithzal dan Buchari Andi, Islamic Ekonomics,Ekonomi Islam Bukan OPSI, Tetapi

SOLUSI, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009). Hlm 233. 32

Ibid. 234

Page 32: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

akan dicapai melalui bisnis yang menerapkan nilai-nilai konvensional.

Adapun kinerja yang dapat dicapai antara lain sebagai berikut:33

a. Efisiensi

Dalam manajemen modern, efisiensi pengelolaan usaha menjadi

persyaratan mutlak menghadapi persaingan yang semakin ketat.34

Pada

pasar yang semakin terbuka, harga jual aats suatu produk adalah given

(berlaku umum) sehingga untuk meningkatkan keuntungan, efisiensi

pengelolaan usaha menjadi alternatif yang paling memungkinkan untuk

dilakukan. Penerapan nilai kejujuran mendorong setiap pengusaha untuk

menghindari penumpukan persediaan karena tidak memberikan

kemanfaatan yang berarti. Penyiapan persediaan yang tidak berlebih akan

mendorong pemanfaatan dana yang lebih produktif pada usaha lain.

Akibatnya akan tercipta peningkatan pendapatan dan penciptaan lapangan

kerja sehingga dapat meningkatkan pemerataan pendapatan dan

kesejahteraan masyarakat.35

b. Mengatasi Masalah, Menggapai Keberkahan

Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pokok akan berdampak pada

rendahnya kealitas kehidupan, pendidikan, kesehatan, dan peribadatan. Di

pihak lain terdapat sebagian umat manusia yang hidup bergelimang harta

benda tetapi merasa kehidupannya belum tentram dan bahkan masih

merasa serba kekurangan dengan hasil yang diperoleh selama ini.

33

Zain Muhammad, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan

Bisnis Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016) hlm, 105

34

Ibid 105 35

Ibid 106

Page 33: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Meskipun disadari juga bahwa sebagian dari mereka yang mampu secara

ekonomi berusaha membantu sesamanya tetapi terkadang malah

menciptakan ketergantungan. Penerapan nilai-nilai ukhuwwah Islam dalam

bisnis akan menjembatani kedua pihak tersebut dengan cara menetapkan

harga sesuai dengan harga yang berlaku umum.36

c. Bisnis Adalah Ibadah

Dikotomi antara bisnis dengan ibadah dalam paham materialis

mendorong praktik-praktik bisnis tidak lagi memperhatikan moral nilai-

nilai moral. Dalam pandangan mereka, keberhasilan di dalam berusaha

apabila mampu meningkatkan materi sehingga apa pun bisa dilakukan

yang penting kinerja keuangan meningkat. Sementara di dalam Islam,

setiap aktivitas yang dilakukan dapat dianggap sebagai ibadah sepanjang

dilakukan dengan niat yang tulus dan dilaksanakan dengan ikhlas.

Penerapan nilai-nilai Islam dalam bisnis merupakan penjabaran dari

aktivitas peribadatan yang hanya mengharapkan datangnya rezeki dari

sang pemberi rezeki itu sendiri.37

Dengan demikian, orientasi bisnisnya bukan dengan manusia tetapi

dengan Tuhan-Nya. Segala yang dia usahakan hanya untuk memenuhi

ketentuan-Nya. Dia tidak akan menggantungkan dirinya kepada pelanggan

dengan meminta untuk memenuhi harga yang ia tetapkan tetapi ia

serahkan penetapan harganya kepada sang penentu harga. Tidak ada

36

Ibid. 108 37

Ibid 10

Page 34: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

penyesalan atas harga yang terjadi karena semua itu dengan ikhlas sebagai

tanda pengabdian kepada-Nya.38

d. Saling Membutuhkan

Di dalam penerapan nilai ukhuwwah, penjual dan pembeli

merupakan satu kesatuan yang dapat mengangkat harkat hidup di antara

mereka. Penjual tidak akan mendapatkan kinerja optimal tanpa adanya

pembeli dan hidupnya tidak berarti. Oleh karena itu, seorang penjual akan

berusaha seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan pembeli, karena

tanppa usaha itu kehidupannya tidak akan bermakna. Dengan demikian,

dia akan berusaha untuk memuaskan pelanggannya tanpa harus

mengabaikan ketentuan yang berlaku.39

Demikian juga halnya dengan

pembeli, akan mencari penjual yang akan memenuhi kebutuhannya, baik

kebutuhan dunia maupun keburuhan akhirat. Kebutuhan dunia diperoleh

dari fisik produk yang diterima meskipun dengan harga yang relatif rendah

tetapi sebagai tanda syukurnya mereka akan berusaha mendoakan penjual

agar usahanya semakin berkembang. Dengan demikian, akan tercipta

hubungan yang saling menguntungkan.40

4. Pengertian jual beli

Dalam kitab kifayatul Akhyar karangan imam Taqiyuddin Abu

Bakar bin Muhammad Al-husaini di terangkan lafas Bai‟ menurut Lughat

artinya memberikan sesuatu dengan imbalan sesuatu yang lain. Bai‟

menurut syara‟ jual beli artinya membalas suatu harta benda seimbang

38

Ibid. 109 39

Ibid.hlm 156 40

Ibid,110

Page 35: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

dengan harta benda yang lain, yang keduanya dikendalikan dengan Ijab

Kabul menurut cara yang dihalalkan oleh syara‟.41

Menurut kitab Fathul

mu’in karangan Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz dijelaskan: menurut

bahasanya, jual beli adalah menukarkan sesuatu dengan sesuatu yang lain.

Sedangkan menurut syara‟ ialah menukarkan harta dengan harta pada

waktu tertentu.42

Sedangkan menurut istilah yang dimaksud jual beli dalam pandangan

islam adalah: Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang

dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas

dasar saling merelakan. Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami

bahwa inti jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang

yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang

satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan

dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara‟ dan

disepakati.43

Sedangkan menurut istilah yang dimaksud jual beli dalam pandangan

para ulama adalah:

a. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan

melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling

merelakan.

41

Siawadi, Jual beli dalam perpekstif islam, Jurnal Ummul Qura Vol III Agustus

2013,hlm 60 42

Ibid.hlm 60 43

Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), Hlm 68-69

Page 36: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

b. Menurut Syekh Muhammad Ibn Qasim al-Ghazzi, menurut syara‟

pengertian jual beli yang paling tepat ialah memiliki suatu harta (uang)

dengan mengganti sesuatu atas dasar izin syara untuk selamanya yang

demikian itu harus dengan melalui pembayaran yang berupa uang.

c. Menurut imam Taqiyuddin dalam kitab Kiffayatul Akhyar “saling tukar

harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharuf) dengan ijab qobul,

dengan cara yang sesuai dengan syara‟.

d. Syekh Zakaria al-Anshari dalam kitabnya Fath Al-Wahab,”Tukar

menukar benda lain dengan cara yang khusus (dibolehkan)”.44

e. Menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh Sunnah,”Penukaran benda

dengan benda lain dengan jalan saling atau memindahkan hak milik

dengan ada penggantinya dengan cara yang diperbolehkan.

f. Ada sebagian ulama memberikan pemaknaan tentang jual beli,

diantaranya ulama Hanafiyah “jual beli adalah pertukaran harta dengan

harta (benda) berdasrakan cara khusus (yang di bolehkan) syara‟ yang

disepakati”. Menurut imam Nawawi dalam al-majmu‟mengatakan

“Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan”.

Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan

melepaskan hak milik atas dasar saling merelakan.45

5. Dasar Hukum Jual Beli

Dasar hukum jual beli ialah ijma‟ yaitu karena manusia sebagai

anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki

44 Shobirin, Jual Beli dalam Pandangan Islam, Bisnis Vol.,3 Jurnal Bisnis dan Manajemen

Islam Desember 2015, hlm 241 45

Ibid.242

Page 37: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

oleh orang lain.46

Oleh karena itu, jual beli adalah salah satu jalan untuk

mendapatkan suatu objek secara sah. Berdasarkan hal tersebut maka

mudahlah bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya. Ekonomi

islam berdiri di atas prinsip perdagangan yang berdasarkan syaria‟at, yaitu

dengan mengembangkan harta melalui cara-cara yang dihalalkan oleh

Allah SWT, sesuai dengan kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan

muamalah syar’iyyah, yang didasarkan pada hukum pokok (boleh dan

halal dalam berbagai hukum mu‟amalat) dan menjauhi segala yang

diharamkan oleh Allah Ta‟ala, misalnya riba. Allah Ta‟ala berfirman:

...واحل الله البيع وحرم الربا...

Artinya:” ... dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan

riba...”47

6. Rukun dan Syarat Jual Beli

Di dalam transaksi jual beli harus terpenuhi rukun dan syaratnya.

Rukun jual beli adalah sesuatu yang harus ada dalam setiap perbuatan

hukum. Rukun jual beli tersebut terdapat tiga macam:48

a. Ijab Kabul (akad), yaitu ikatan kata antara penjual dan pembeli, syarat

Kabul antara lain:

1. Jangan ada tenggang waktu yang memisahkan antara ucapan

penjual dan pembeli.

2. Jangan di selangi kata-kata lain antara penjual dan pembeli.

46

Muhammad Yunus, dkk.Tinjauan Fikih Muamalah terhadap Akad Jual Beli Dalam

Transaksi Online Pada Aplikasi Go-food. Anwaluna, Vol 2 Januari 2018.hlm 149 47

Al- Baqarah (1): 275 48

Ibid.149

Page 38: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

b. Orang-orang yang berakad, penjual dan pembeli; dan

c. Objek akad (ma’qud alaih).

Agar sesuatu jual beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli,

haruslah dipenuhi syarat-syarat yang secara garis besar adalah tentang

subjek nya, tentang objeknya dan tentang lafaznya.

1. Tentang Subjeknya

Bahwa kedua belah pihak (penjual dan pembeli) yang

melakukan perjanjian jual beli tersebut adalah Berakal,

khendak sendiri, keduanya tidak mubazir, baligh atau dewasa.

2. Tentang Objeknya

Yang dimaksud dengan objek jual beli disini adalah benda

yang menjadi sebab terjadinya jual beli. Benda yang dijadikan

objek jual beli haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai

berikut: Bersih barangnya, Dapat dimanfaatkan, Milik orang

yang melakukan akad, Mampu menyerahkannya,

Mengetahui,Barang yang dijadikan akad ada ditangan

(dikuasai).49

7. Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam

Dalam jual beli, kesepakatan dan kerelaan (adanya unsur suka

sama suka) sangat ditekankan untuk dilaksanakan atau yang dikenal

dengan sebutan antaradhin minkum sebagai mana yang tercantum dalam

QS surah An-Nisa‟49/29:

49

Rudi Hartono, Pelaksanaan Jual Beli Kelapa antara Toke dengan Petani di Desa

Pebenaan Kecamatan Keritang menurut Perspektif Ekonomi Islam. Universitas Sulthan Syarif

Kasim Riau, 2012. Hlm 38

Page 39: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Artinya “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan

harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.”50

Hanya dengan kesepakatan dan kerelaan yang berpangkal dari suka

sama suka saja, tidak menjamin transaksi dapat dinyatakan sah dalam

islam yang mengatur adanya transaksi yang dibolehkan dan tidak

dibolehkan, seperti yang dikemukakan oleh Hamzah Ya‟qub.51

Bahwa

transaksi perdagangan dapat dikatakan tidak boleh (haram) jika masuk

kedalam tiga kategori yang diharamkan, yaitu:

1. Perdagangan yang terlarang meliputi barang atau zatnya, yaitu

dengan melihat secara normative yang terambil dari dasar hukum

syar‟i, walaupun dari segi akadnya perdagangan tersebut dipandang

sah., karena terpenuhinya objek dan akadnya namun karena barang

yang secara zatnya terlarang, maka ia akan menjadi haram untuk

dilaksanakan oleh kaum muslim.contoh jual beli minuman keras,

daging babi.52

50

An-Nisa‟ (49) : 29 51

Syaifullah MS, Perdagangan Terlarang Menurut Islam Dalam Tinjauan Maqashid Al-

Syari’ah, Jurnal Hunafa, Vol.4 No,3 September 2007:217-226 52

Ibid 218

Page 40: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

2. Jual beli yang terlarang meliputi segala usaha atau obyek dagangnya,

seperti adanya unsur gharar, tadlis dll. yaitu penipuan pada barang

yang diperjual belikan.53

Tadlis dalam jual beli menurut Fukaha, ialah menutupi aib barang,

dan ini bisa terjadi baik oleh penjual maupun oleh pembeli. Penjual

dikatakan melakukan penipuan (tadlis) apabila ia menyembunyikan cacat

barang dagangannya dari pengetahuan pembeli. Sedangkan pembeli

dikatakan melakukan penipuan (tadlis) manakala ia melakukan manipulasi

alat pembayarannya atau menyembunyikan manipulasi pada alat

pembayarannya terhadap penjual.54

Oleh karena itu, jual beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkan

suatu objek secara sah. Berdasarkan hal tersebut maka mudahlah bagi

setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya. Ekonomi islam berdiri di

atas prinsip perdagangan yang berdasarkan syaria‟at, yaitu dengan

mengembangkan harta melalui cara-cara yang dihalalkan oleh Allah SWT,

sesuai dengan kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan muamalah

syar’iyyah, yang didasarkan pada hukum pokok (boleh dan halal dalam

berbagai hukum mu‟amalat) dan menjauhi segala yang diharamkan oleh

Allah Ta‟ala, misalnya riba. Allah Ta‟ala berfirman:

53

Ibid. 217-226 54

Ahmad Sofwan Fauzi, Transaksi Jual Beli Terlarang: Ghisy atau Tadlis Kualitas

(Penipuan atau Kecurangan), Mizan,Journal Of Islamic Law, FAI Universitas Ibnu Khaldun

(UIKA) BOGOR, Vol 1, No 2 Desember 2017. Hlm 43.

Page 41: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Artinya:

”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri

melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan

lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian

itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya

jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan

jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai

kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari

mengambil riba), maka baginya apa yag telah diambilnya dahulu

(sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah

yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-

penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.55

Dalam jual beli, kesepakatan dan kerelaan (adanya unsur suka sama

suka) sangat ditekankan untuk dilaksanakan atau yang dikenal dengan

sebutan antaradhin minkum sebagai mana yang tercantum dalam Al-Quran:

55

Al-Baqarah (1): 275

Page 42: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan

harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan perniagaan

yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.”56

Norma pertama yang ditekankan Islam adalah larangan

mengedarkan barang-barang haram, baik dengan membeli, menjual,

memindahkan, atau cara apa saja untuk memudahkan peredarannya.

“Allah melaknat khamar (minuman keras), peminumnya, penyajinya,

penjualnya, penyulingnya, pembawanya, dan pemakan hartanya.57

8. Etika Jual Beli Dalam Islam

1. Dasar Kepemilikan

Menurut sistem ekonomi Islam kepemilikan adalah suatu ikatan

seseorang dengan hak miliknya yang disahkan syariah. Kepemilikian

berarti pula hak khusus yang didapatkan si pemilik sehingga ia

mepunyai hak menggunakan sejauh tidak melakukan pelanggaran pada

garis-garis syariah. Menurut hukum dasar, yang namanya harta, sah

dimiliki, kecuali harta yang telah disiapkan untuk kepentingan umum,

misalnya wakaf dan fasilitas umum.58

2. Dasar keadilan

Keadilan merupakan isi pokok dari maqashid syari’ah. Oleh

karena itu, Ibnu Taimiyah berkata,” Allah menyukai negara adil

meskipun kafir, tetapi tidak menyukai negara zalim meskipun beriman,

dan dunia akan dapat bertahan dengan meskipun tidak beriman, dan

56

An-Nisa‟ (4): 29 57

Qardhawi Yusuf, ibid hlm 173. 58

Moch. Salam Faisal, Pertumbuhan Hukum Bisnis Syariah di Indonesia (Bandung:

Pustaka, 2006) hlm. 45

Page 43: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

tidak akan bertahan dengan ketidak adilan meskipun Islam.” Ini berarti

bahwa prinsip atau dasar keadilan harus diterapkan (diwujudkan)

dalamm setiap segi kehidupan manusia terutama dalam kehidupan

hukum, sosial, politik, ekonomi.59

3. Dasar Keseimbangan (Equilibrium)

Sistem ekonomi Islam selalu mengacu pada keadilan dan

keseimbangan dalam segala hal. Keseimbangan tersebut adalah:

(a). Keseimbangan antara kebutuhan materi dan kebutuhan rohani. (b).

Keseimbangan antara kepentingan individu (al-fard) dan publik (‘am).

Hak sesorang individu tidak akan dibahasakan, untuk kemaslahatan

publik sebagaimana yang dilakukan oleh sosialisme, sedangkan hak

individu tidak akan dibebaskan sebebas-bebasnya sebagaimana yang

tedapat dalam sistem ekonomi Kapitalis, dan (c). Seimbang antara

sikap berlebih-lebihan dan sikap terlalu bakhil dalam konsumsi atau

pemakaian harta.60

Etika bisnis Islam sebenarnya telah diajarkan Nabi Muhammad

SAW saat mmenjalankan perdagangan. Karakteristik Nabi Muhammad

SAW sebagai pedagang adalah selain dedikasi dan keuletannya juga

memiliki sifat Shiddiq, Fathanah, Amanah, dan tabligh.61

Ciri-ciri itu

masih ditambah Istiqamah, yaitu:

59

Ibid.50 60

Muhammad dan Alimin, Etika Dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam, (

Yogyakarta: BPFE.Yogyakarta, 2004). Hlm 39-40 61

Ibid,hlm 236

Page 44: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

1) Shiddiq, berarti mempunyai kejujuran dan selalu melandasi

ucapan, keyakinan dan amal perbuatan atas dasar nilai-nilai yang

diajarkan Islam. Istiqamah atau konsisten dalam iman dan nilai-

nilai kebaikan, meski menghadapi godaan dan tantangan. Istiqamah

dalam kebaikan ditampilkan dalam keteguhan, kesabaran serta

keuletan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal.62

2) Fathanah, berarti mengerti, memahami dan menghayati secara

mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajibannya. Sifat ini

akan menimbulkan kreativitas dan kemampuan melakukan

berbagai macam inovasi yang bermanfaat.

3) Amanah, tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan

kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran,

pelayanan yang optimal, dan ihsan (kebajikan) dalam segala hal.

Pelaku usaha/ pihak perusahaan harus memiliki sifat ini dalam

segala hal, apabila berhubungan dengan pelayanan masyarakat.

Dengan sifat amanah, pelaku usaha bertanggung jawab untuk

mengamalkan kewajiban-kewajibannya.

4) Tabligh, mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak

lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam

kehidupan sehari-hari. Sifat tabligh dapat disampaikan pelaku

62

Ibid. 230

Page 45: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

usaha dengan bijak (hikmah), sabar, argumentatif,, dan persuasif

akan menumbuhkan kemanusiaan yang solid dan kuat.63

Berdasarkan sifat-sifat tersebut, dalam konteks corporate social

responsibility (CSR), para pelaku usaha atau pihak perusahaan dituntut

bersikap tidak kontradiksi secara disengaja antara ucapan dan perbuatan

dalam bisnisnya. Mereka dituntut tepat janji, tepat waktu, mengakui

kelemahan dan kekurangan (tidak ditutup-tutupi), selalu memperbaiki

kualitas barang atau jasa secara berkesinambungan serta tidak boleh

menipu dan berbohong.64

Para pelaku usaha dituntut mempunyai kesadaran mengenai etika

dan moral, karena keduaya merupakan kebutuhan yang harus dimiliki.

Pelaku usaha atau perusahaan yang ceroboh dan tidak menjaga perilaku,

tidak akan berbisnis secara baiksehingga dapat mengancam hubungan

sosial dan merugikan konsumen, bahkan dirinya sendiri.65

9. Pengertian Toke dan Petani

Pengertian Toke (Tengkulak) dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia (KBBI) yakni pedagang perantara (yang membeli hasil bumi

dan sebagainya dari petani atau pemilik pertama), peraih.66

Berdasarkan

definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa pengertian toke yakni orang yang

bertugas sebagai pembeli, pendistribusian sekaligus pedagang hasil

63

Ibid, 236 64

Ibid. 237 65

Ibid.237 66

Artaty, Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktek Tengkulak Dalam Jual Beli Karet

Mentah (Studi Kasus di Desa Gedung Riang Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way

Kanan. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017.Hlm 66

Page 46: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

pertanian dan hasil bumi lainnya dengan cara datang kedaerah penghasil

untuk mengumpulkan barang-barang tersebut.67

Kehadiran toke dalam masyarakat pertanian berperan sebagai

pengumpul (gatherer), pialang (broker), pedagang (trader), pemasaran

(marketer) dan kadang sebagai kreditor secara sekaligus.68

Berbagai sistem

mereka gunakan dalam membeli komoditas, baik dengan cara membeli

sebelum panen (ijon) maupun sudah panen.69

Istilah Toke juga dapat disebut sebagai pelaku usaha, merupakan

setiap orang yang menjalankan kegiatan usaha dalam rangka

meningkatkan kesejahteraan hidup.70

Kegiatan usaha dijalankan dengan

menggunakan cipta, karsa, karya, yang dimilki, serta memanfaatkan

berbagai kesempatan dan peluang disekitar mereka. Para pelakunya dari

berbagai tingkatan usia, dari berbagai latar belakang pendidikan, dari

berbagai suku dan etnis, juga laki-laki dan perempuan.71

Pelaku usaha menjalankan kegiatan usaha dalam bentuk menjual

produk barang dan atau produk jasa apa saja sepanjang produk barang dan

jasa tersebut masih dibutuhkan dan diinginkan oleh pembeli. Dalam

rangka menciptakan produknya, guna memenuhi kebutuhan bahan baku

dan atau bahan pembantu, pelaku usaha harus membeli dari pelaku usaha

67

Ibid.67 68

Sutisna, Tengkulak dan Petani: Kajian Historis terhadap perkembangan tengkulak sayur

di Desa Nanggreng kecamatan Cililin Kab Bandung Barat Tahun 1990-2013, Universitas

Pendidikan Indonesia 2015. Hal 4 69

Ibid hlm 5 70

Nitisusastro Mulyadi, Prilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan, (Bandung:

Alfabeta, 2013) hlm, 2 71

Ibid, hlm 2-3

Page 47: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

lainnya yang menyediakan bahan baku dan atau bahan pembantu yang

diperlukannya. Demikian pula usaha yang menyediakan bahan baku dan

bahan pembantu tersebut, agar persediaan tetap terjaga harus pula membeli

dari pelaku usaha yang lainnya lagi, demikian hal yang terjadi secara terus

menerus.72

Dengan demikian, maka dapat dinyatakan bahwa kedudukan

pelaku usaha sebagai penjual suatu saat akan berganti menjadi pembeli

bila memerlukan bahan baku atau bahan pembantu, demikianlah kegiatan

pembeli dan sebagai penjual berlangsung silih berganti. Ini berarti

Adakalanya pelaku usaha berperan sebagai penjual, namun pada suatu saat

bisa berperan sebagai pembeli.73

Toke yang hadir di tengah-tengah masyarakat petani di Desa Kuala

Keritang Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau biasanya juga

merupakan para petani yang produktif, namun memiliki kemampuan

kewirausahaan dan insting bisnis lebih baik dibandingkan petani lainnnya.

Status dan predikat bisnis dan aktivitasnya menurut ajaran Islam

harus dipandang sebagai suatu karya atau kerja ibadah manusia dalam

menjalankan produktivitasnya. Telah nyata benar bahwa Islam

menekankan pada manusia agar bekerja di muka bumi ini dalam rangka

mencari rizki yang disediakan oleh Allah dimuka bumi dalam konteks

supaya manusia mampu melaksanakan fungsi beribadah kepada Allah.74

72

Ibid. 1 73

Ibid, hlm 3-4 74

Muslich, Bisnis Syariah Perspektif Mu’amalah dan Manajemen, (Yogyakarta: UPP STIM

YKPN, 2007) Hlm 13

Page 48: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Ungkapan tentang bumi dan langit adalah kepunyaan Allah, bukan

berarti Allah melarang manusia mengeksplor apa yang ada di dalamnya.

Justru Allah selalu memerintahkan umatnya untuk bekerja, mencari rezeki

yang telah disiapkan oleh Allah untuk umatnya.75

Seperti firman Allah

dalam Al-Qur‟an Surah Al-Jumu‟ah ayat 10, sebagai berikut:

Artinyah:” Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di

muka bumi; dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak

supaya kamu beruntung”.76

Sedangkan pengertian petani menurut James C, Scoot, membagi secara

hirarkhis status yang begitu konvensional di kalangan petani seperti, petani

lahan kecil petani penyewa dan buruh tani. Menurut beliau bahwa

kategori-kategori itu tidak bersifat eksklusif, oleh tambahan yang disewa.

Begitu pula ada buruh yang memiliki lahan sendiri.

Jadi sepertinya ada tumpang tindih hal pendapatan, sebab

kemungkinan, ada petani lahan kecil yang lebih miskin dari buruh tani

apabila ada pasaran yang lebih baik dari tenaga kerja. Sementara beliau

mengemukakan petani sebagai orang desa yang bercocok tanam, artinya

mereka bercocok tanam di daerah pedesaan, tidak dalam ruangan tertutup

di tengah kota. Petani tidak melakukan usaha tani dalam arti ekonomi, ia

75

Yunia Ika dan Kadir Abdul, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al-

syari’ah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014) Hlm 227 76

Al- Jumu‟ah (62): 10

Page 49: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

mengelolah sebuah rumah tangga, bukan sebuah perusahaan bisnis, namun

demikian dikatakan pula bahwa petani merupakan bagian dari masyarakat

yang lebih luas dan besar.77

a. Menurut Fadholi Hermanto, memberikan pengertian tentang petani

yang mengatakan bahwa:

“Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi

sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang pertanian

dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan,

perikanan (termasuk penangkapan ikan) dan mengutamakan hasil

laut”.78

Lebih jauh mengungkapkan bahwa petani mempunyai banyak

sebutan, anggota fungsi, kedudukan dan peranannya yaitu antara lain

sebagai berikut:79

1) Petani sebagai pribadi

2) Petani sebagai kepala keluarga / anggota keluarga

3) Petani sebagai guru

4) Petani sebagai pengelola usaha tani

5) Petani sebagai warga social kelompok

6) Petani sebagai warga negara

7) Dan lain-lain.80

77

www.infodanpengertian.com/pengertian-petani-menurut-para-ahli-/diakses 4 Oktober

2018 78

www.infodanpengertian.com/pengertian-petani-menurut-para-ahli-/diakses 4 Oktober

2018 79

www.infodanpengertian.com/pengertian-petani-menurut-para-ahli-/diakses 4 Oktober

2018

80

www.infodanpengertian.com/pengertian-petani-menurut-para-ahli-/diakses 4 Oktober

2018

Page 50: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Fungsi kedudukan dan peranan di atas harus selalu di emban oleh

petani dalam kehidupannya sebagai petani yang baik. Dalam kamus

sosiologi Karangan Soerjono Soekanto dikatakan bahwa yang

dimaksud dengan petani (Peasant) adalah seseorang yang pekerjaan

utamanya bertani untuk konsumsi diri sendiri dan keluarganya.81

10. Hubungan Toke dengan Petani (Patron Klien)

Setiap individu manusia tidak bisa hidup sendiri, karena manusia

adalah mahkluk social yang membutuhkan manusia lainnya. Ini

disebabkan karena manusia dalam usaha untuk melangsungkan

kehidupannya selalu tergantung dengan orang lain yang ada pada

lingkungannya. Ketergantungan ini terwujud dalam interaksi social yang

berlangsung pada lingkungannya dan bisa juga dalam bentuk pertalian

antara pihak-pihak yang terkait atau yang berinteraksi. Demikian juga

dalam hubungan petani dengan Toke yang bersifat mutualisme (saling

menguntungkan).82

Interaksi social antara Toke dan petani merupakan hubungan social

ekonomi dimana masing-masing pihak saling membutuhkan satu dengan

yang lainnya. Dalam relasi interaksi antara Toke dengan petani tidak

selamanya dapat mengarah kepada hubungan patron-klien, karena suatu

relasi atau hubungan dapat dikatakan merupakan hubungan atau relasi

81

www.infodanpengertian.com/pengertian-petani-menurut-para-ahli-/diakses 4 Oktober

2018

82

Kausar dkk, Analisis Hubungan Patron-Klien (Studi Kasus Hubungan Toke dan Petani

Kelapa Pola Swadaya di Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu), Indonesian Journal Of

Agricultural Economic (IJAE), Vol 2 Desember 2011. Hlm 194

Page 51: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

patron klien harus memenuhi beberapa ciri utama adanya hubungan

patron-klien. Teori james C, Scoot tentang ciri-ciri hubungan patron-klien,

dalam hubungannya dengan hubungan patron-klien antara tengkulak dan

petani kelapa berhasil di temui ciri-ciri hubungan patron-klien seperti

dikemukakan Scoot sebagaia berikut:83

a. Adanya hubungan resiproritas (timbal balik). Hubungan yang saling

menguntungkan, saling memberi dan menerima walaupun dalam kadar

yang tidak seimbang diberikan masing-masing pihak.

b. Hubungan personal merupakan hubungan yang bersifat langsung dan

intensif antara patron dengan klien yang menyebabkan hubungan

terjadi tidak bersifat semata-mata bermotifkan keuntungan saja,

melainkan juga mengandung unsur perasaan yang biasa terdapat dalam

hubungan yang bersifat pribadi.

c. Hubungan loyalitas (kesetian dan kepatuhan). Dalam hal ini loyalitas

dimaksud adalah suatu tindakan dari para petani selaku klien kepada

toke selalu patron untuk membalas jasa atau pemberian, atas apa yang

telah mereka terima selama ini dari patron atau toke. Loyalitas petani

pada toke dapat dilihat bahwa petani tidak ingin mengalihkan

penjualan hasil panennya atau kopra hasil panen kepada toke yang lain

walaupun harga di toke yang lain lebih mahal.

83

Ibid. 195

Page 52: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

F. Tinjauan Pustaka

Dalam melakukan penelitian ini, penulis bukanlah yang pertama

membahas prilaku bisnis “toke” dan petani terhadap pelaksanaan jual beli

hasil perkebunan. Oleh karena itu, pada paragraf selanjutnya akan dijelaskan

tentang hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai sumber dan

pengumpulan data.

Tabel .1 Tinjauan Pustaka

NO Peneliti Judul

penelitian

Metode

Penelitian

Kesimpulan

1 Silvi

Rosdian

a

Rahman

Putri

(2017)

Etika bisnis

Pengusaha

muslim dalam

membangun

loyalitas

pelanggan di

Toko LA

Surabaya.

Penelitian

ini

menggunak

an

pendekatan

penelitian

Kualitatif

deskriptif.

Dari penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa toko

Lawang Agung sudah

memenuhi standart etika

bisnis Islam dan dapat

dikatakan berhasil dalam

membangun loyalitas

pelanggan. Standart etika

tersebut meliputi etika

pemasaran Islam yang

dilakukan melalui brosur

poster, website, iklan dan

radio. Etika pelayanan lebih

mengedepankan excellent

Page 53: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

service, etika kualitas produk

terjamin dan etika harga

sangat terjangkau empat aspek

etika yang diterapkan oleh

Toko Lawang Agung sudah

memenuhi prinsip-prinsip

etika bisnis.84

2. Nani

Utami

(2018)

Penerapan

Etika Bisnis

Islam terhadap

Jual Beli

Online Sistem

Dropshipping

di Ritel

Wilayah

Ponorogo

Penelitian

ini

menggunak

an metode

penelitian

Kualitatif.

Dalam skripsi ini dapat ditarik

kesimpulan: 1) Jual beli sistem

dropshippping belum

menerapkan prinsip kesatuan

dalam etika bisnis Islam.

Karena pihak dropshipper masih

melakukan diskriminasi dengan

melakukan kebohongan

memposting gambar yang tidak

sesuai dengan aslinya. Jual beli

dengan sistem dropshipper juga

belum menerapkan prinsip

keseimbangan, prinsip

kejujuran, dan tanggung jawab.

84

Rosdiana Silvi Rahman Putri, Etika bisnis Pengusaha muslim dalam membangun loyalitas

pelanggan di Toko LA Surabaya. Skripsi (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,

2017)

Page 54: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Karena pihak dropshipper

memposting gambar bukan dari

poto aslinya melainkan foto

barang yang telah melalui

proses editing yang sangat

bagus, sehingga bisa

menyembunyikan

kekurangannya.85

3. Narendr

aestri

Larashat

i (2017)

Perilaku

Konsumen

terhadap Jual

Beli Emas

Menurut Etika

Bisnis Islam

(studi kasus

toko Hj.

Slamet Pasar

Cendrawasih

Metro Pusat).

Penelitian

ini

menggunak

an

perspektif

pendekatan

kualitatif.

Berdasarkan hasil penelitian

dapat disimpulkan bahwa ada

beberapa prinsip dalam etika

bisnis Islam yang belum sesuai

terhadap praktik jual beli di

toko emas Hj.Slamet. Prinsip-

prinsip tersebut adalah prinsip

tauhid, prinsip

keadilan/keseimbangan, prinsip

tanggung jawab dan khendak

bebas dan prinsip kejujuran/

kebenaran.86

85

Utami Nani, Penerapan Etika Bisnis Islam terhadap Jual Beli Online Sistem

Dropshipping di Ritel Wilayah Ponorogo. Skripsi (Ponorogo: Institut Islam Negeri Ponorogo,

2018). 86

Larashati Narendraestri, Perilaku Konsumen terhadap Jual Beli Emas Menurut Etika

Bisnis Islam (studi kasus toko Hj. Slamet Pasar Cendrawasih Metro Pusat). Skripsi (Lampung:

Institut Agama Islam Negeri Metro, 2017)

Page 55: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

4. Dian

Arrum

Rahmad

ani

(2017)

Perilaku

pedagang di

Pasar

Tradisional

Petepamus

Makassar

dalam

Perspektif

Etika Bisnis

Islam.

Metode

penelitian

yang

digunakan

adalah

metode

kualitatif

yang

dilakukan

secara

deskriptif

analisis.

Hasil dari penelitian ini

menunjukkan bahwa para

pedagang dipasar tradisional

Petepamus Makassar tidak

mengetahui etika bisnis Islam,

akan tetapi dalam melaksanakan

transaksi jual beli mereka

menggunakan aturan sesuai

dengan etika bisnis Islam.87

5. Lailatul

mabruro

h (2018)

Analisis Etika

Bisnis Islam

terhadap Jual

Beli Produk

Duta Network

(DNI) Studi

Kasus Tim

Kerja Schine

With

Jenis

penelitian

ini

menggunak

an

penelitian

lapangan

(Field

Research)

Dari hasil penelitian dapat

disimpulkan bahwa, praktik jual

beli produk DNI yang

dipasarkan tim kerja schime

with community, Ponorogo tidak

memenuhi prinsip-prinsip etika

bisnis Islam terkait, nubuwwah,

khuluqiyah, keadilan, insaniyah,

penerapan tolong menolong,

87

Arrum Dyan Rahmadani, Perilaku pedagang di Pasar Tradisional Petepamus Makassar

dalam Perspektif Etika Bisnis Islam. Skripsi ( Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin

Makassar, 2017)

Page 56: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Community

Ponorogo).

dengan

pendekatan

penelitian

kualitatif.

dan unsur-unsur pemasaran

dalam etika bisnis Islam terkait

konteks promosi, sehingga para

pembeli banyak mengalami

kerugian. Sedangkan praktik

transaksi ‘urbun yang

diterapkan oleh penjual

hukumnya diperbolehkan.88

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah

pada variabel dan subyeknya penelitian terdahulu banyak menggunakan

variabel bebas selain etika atau prilaku bisnis, sementara penelitian saat ini

hanya menggunakan atau focus pada bisnis. Kemudian, subjek pada penelitian

yang terdahulu cenderung pada perusahaan, sementara penelitian saat ini ke

tengkulak dan petani secara perseorangan.

G. Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir atau kerangka pemikiran merupakan dasar pemikiran

dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah

kepustakaan. Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini peneliti rancang

seperti pada bagan berikut ini:

X1

Y

88

Mabruroh Lailatul, Analisis Etika Bisnis Islam terhadap Jual Beli Produk Duta Network

Indonesia (DNI). Skripsi (Ponorogo: Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2018).

Toke

Page 57: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Y

X2

Oleh karena itu, kerangka berfikir memuat teori, dalil atau konsep-

konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka

berfikir menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian.

BAB II

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini dilakukan oleh penulis pada masyarakat

yang berperan sebagai Toke dan petani yang berdomisili di Desa Kuala

Keritang, Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.

Pelaksanaan Jual Beli

Hasil PerkebunanNnn

,

Petani

Page 58: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

B. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Metodologi penelitian adalah suatu proses penelitian atau pemahaman

yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena social

dan masalah manusia. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian

kualitatif deskriptif yang berbentuk penelitian lapangan (field research)

merupakan metode untuk menemukan secara spesifik tentang apa yang sedang

terjadi pada suatu saat di tengah-tengah kehidupan masyarakat dan

menjelaskan fakta-fakta yang terjadi secara jelas.

Analisis deskriptif penelitian ini yaitu mengumpulkan data sebanyak-

banyaknya dari hasil penelitian dan untuk di analisis maksud dan tujuan dari

penelitian ini. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitiannya adalah para

Toke dan Petani yang berdomisili di Desa Kuala Keritang, Riau.

C. Jenis dan Sumber Data

1. Data Primer

Data primer merupakan data yang diambil langsung dari sumber

pertamanya. Data primer yang penulis maksudkan adalah data yang

penulis peroleh langsung dari lapangan yaitu informasi tentang prilaku

bisnis “toke” dan petani dalam pelaksanaan jual beli hasil perkebunan .

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan

dilaporkan oleh diluar diri peneliti sendiri, meskipun yang dikumpulkan

itu sesungguhnya adalah data yang asli.89

Data sekunder adalah data yang

89

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2013)

hlm 128

Page 59: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

dilakukan dengan cara membaca literatur kepustakaan, internet, media

cetak yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Data ini

digunakan oleh peneliti sebagai pelengkap dari data primer.

Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang di ambil di

Desa Kuala Keritang mengenai: Historis dan Geografis Desa Kuala

Keritang

Adapun sumber data dalam penelitian yang terdapat Di Desa Kuala

Keritang meliputi: Kepala Desa Kuala Keritang, Para Toke, Para Petani,

Dokumen/Arsip dan Peristiwa/ Kejadian

D. Setting dan Subjek Penelitian

1. Setting Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada Toke dan petani yang berdomisili di

Desa Kuala Keritang, Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir,

Provinsi Riau. Pemilihan setting penelitian ini didasari dengan beberapa

pertimbangan pokok yaitu; pertama, pelaksanaan jual beli hasil

perkebunan tersebut sering terjadi kecurangan disetiap transaksi dalam

bentuk kecurangan dalam takaran dalam menimbang, maupun dalam

memonopoli kualitas barang yang dilakukan baik oleh toke atau pun petani

itu sendiri . Kedua, pelaksanaan jual beli hasil perkebunan ini termasuk

salah satu dari beberapa usaha bisnis di Desa Kuala Keritang banyak

dilakukan oleh masyarakat. Ketiga, dari segi geografis, letak Desa Kuala

Keritang yang berada dipesisir sungai dan jalan darat utama ini memiliki

kemungkinan besar untuk berkembang pesat dengan didukung oleh

Page 60: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

kekayaan alam dan lokasi strategis. Keempat, petani yang menjual hasil

perkebunan tersebut dibeberapa tahun terakhir semakin meningkat.

Kelima, pelaksanaan jual beli tersebut telah di distributorkan oleh para

Toke yang memiliki pemahaman lebih tentang perdagangan dan modal

yang memadai. Keenam, peneliti memiliki kedekatan sosial, kultural, dan

geografis dengan setting penelitian sehingga memudahkan untuk menggali

informasi sebanyak mungkin.

2. Subjek Penelitian

Secara keseluruhan subjek dalam penelitian ini meliputi aspek-

aspek yang berkaitan dnegan pelaksanaan jual beli hasil perkebunan. Ada

empat faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan besarnya jumlah

sampel imforman yaitu; derajat keseragaman, presisi yang dikhendaki

dalam penelitian, rencana analisa, tenaga, waktu dan biaya. Sejalan dengan

itu, sesuai dengan kebutuhan data dan tujuan penelitian maka yang

menjadi informan dalam penelitian ini sebanyak 20 orang, terdiri dari 10

orang Toke, 10 orang petani.

Dalam penerapannya peneliti menentukan informasi melalui

pertimbangan-pertimbangan agar informasi yang diterima akurat dan

terpercaya. Cara penentuan subjek penelitian dengan cara demikian

disebut juga snow-ball sampling dengan resiko terjadinya jumlah subjek

penelitian yang makin lama makin banyak. Metode snawball sampling

Page 61: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

yaitu teknik pengumpulan data jumlah sumber akan bertambah apabila

dirasa data belum cukup.90

E. Instrumen Pengumpulan Data

Guna membantu analisis maka penelitian ini memerlukan data.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang

diperoleh langsung dari objek penelitian melalui wawancara, observasi,

dan dokumentasi yang berkaitan dengan prilaku “bisnis toke” dan Petani

terhadap Pelaksanaan jual beli hasil perkebunan di Desa Kuala Keritang

Kecamatan Keritang Provinsi Riau. Ada pun metode pengumpulan

datanya yaitu:

1. Observasi

Observasi adalah prilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin

dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa prilaku yang dapat dilihat

langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur.

2. Wawancara

Wawancara adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh

pewawancara untuk memperoleh informasi dan terwawancara. Metode

wawancara disini merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar

informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan

makna dalam suatu topik tetentu.

Adapun wawancara mendalam atau indepth interview adalah satu

jenis wawancara yang dilakukan oleh seorang pewawancara untuk

90

Kevin Prayogo Rochmato, Evaluasi Manajemen Rantai Pasok Pada Usaha Global

Pamungkas. PERFORMA: Jurnal Manajemen dan Start-up Bisnis, Vol I, No 6 November 2017

Page 62: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

menggali informasi, memahami pandangan, kepercayaan, pengalaman,

pengetahuan informan mengenai sesuatu hal secara utuh. Dalam

wawancara mendalam peneliti, mengajukan pertanyaan terbuka kepada

informan, dan berupaya menggali informasi jika diperlukan untuk

memperoleh informasi mendalam.91

3. Dokumentasi

Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti setiap bahan

tertulis atau film yang tidak dipersiarkan karena adanya permainan

seorang peneliti. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tetang

dokumen, catatan atau arsip yang dimiliki perusahaan yang ada

hubungannya dengan peneliti seperti struktur organisasi dan sejarah

perusahaan.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data terkumpul dengan tahapan selanjutnya adalah melakukan

analisis data, analisis data tentunya disesuaikan dengan tujuan yang dilakukan,

kajian dalam bidang penelitian sebenarnya sangat luas sehingga terdapat

banyak sekali alat analisis yang dapat digunakan oleh para peneliti dalam

mengolah datanya, analisis yang digunakan untuk memahami hubungan dan

konsep dalam data sehingga dapat dikembangkan dan dievaluasi menurut

kelompok variabel- variabel tertentu dan dianalisis melalui segi kualitatif.

Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian adalah berdasarkan analisis

interaktif sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Analisis

91

Marta Evi dkk, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Bidang Kesehatan, (Jakarta: PT

RajaGrafindo Persada, 2016), Hal 53

Page 63: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

tersebut terdiri dari tiga kegiatan yang saling berinteraksi, yaitu; 1) reduksi

data (data reduction), 2) penyajian data (data display), 3) penarikan

kesimpulan (conclution).

G. Pemeriksaan Keabsahan Data

Keterpercayaan data (trustworthiness) dilakukan dengan teknik

perpanjangan keikutsertaan, kecermatan pengamatan, triangulasi, dan diskusi

teman sejawat.

1. Perpanjangan keikutsertaan peneliti, memungkinkan peningkatan

derajat keterpercayaan data yang dikumpulkan. Peneliti melalui teknik ini,

berusaha untuk meningkatkan frekuensi kehadiran di lokasi penelitian

dengan senantiasa hadir di lokasi guna menyelami budaya setting dan

lokasi penelitian.

2. Teknik ketekunan penelitian/pengamatan, peneliti bermaksud

menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan

dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan

diri pada hal-hal tersebut decara rinci. Peneliti melakukan pengamatan

dengan cermat terhadap persoalan yang menonjol dalam penelitian,

khususnya menyangkut persoalan prilaku bisnis dari toke dan petani dalam

melaksanakan aktivitas jual beli hasil perkebunan.

3. Teknik trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik

trianggulasi yang digunakan meliputi trianggulasi dengan sumber, metode

Page 64: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

dan teori. Cara yang akan ditempuh antara lain adalah melalui pengecekan

(cek, recek, dan crosscheck) kepada dua atau lebih sumber informasi,

antara lain mengecek ulang dengan wawancara secara berulang dengan

mengajukan pertanyaan yang sama kepada informan yang sama pada

waktu yang berlainan dan mengecek silang dengan mewawancarai Kepala

Desa, Toke, Petani dan masyarakat yang bersangkutan.

Trianggulasi dengan sumber yaitu pengujian keshahihan data

dengan membandingkan informasi yang sama pada waktu dan alat yang

berbeda. Hal ini akan peneliti terapkan dalam bentuk; pertama,

membandingkan data hasil pengamatan yang peneliti peroleh dalam

observasi dengan data hasil wawancara. Kedua, yang dikatakan informan

dalam wawancara didepan umum dengan apa yang dikatakan secara

pribadi. Ketiga, membandingkan perspektif manajemen dangan pendapat

pakar yang disajikan dalam kerangka teori. Keempat, membandingkan

hasil wawancara dengan dokumentasi.

4. Teknik diskusi sejawat, dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil

temuan sementara dengan dosen pembimbing guna menguji dan menjajaki

hipotesis serta memperoleh klarifikasi terhadap sejumlah penafsiran awal

peneliti.

H. Sistematika Penulisan

Agar lebih mudah memahami ini serta penulisannya lebih sistematis,

maka penulis membagikan menjadi beberapa bab sebagai berikut:

Page 65: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

BAB I Dalam bab pertama ini terdiri dari latar belakang masalah,

perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan tinjauan pustaka.

BAB II Dalam bab ini dipaparkan tentang metodologi penelitian

yang mencakup pendekatan penelitian, jenis dan sumber

data, teknik pengumpulan data, sistematika penulisan dan

jadwal penelitian.

BAB III Dipaparkan tentang kondisi dan gambaran umum lokasi

penelitian yaitu sejak berdirinya, struktur organisasi, sarana

dan prasarana, serta toke dan petani kelapa Desa Kuala

Keritang.

BAB IV Merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan

tentang pembahasan dan hasil penelitian.

BAB V Merupakan akhir dari penulisan skripsi yaitu Bab penutup

yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang perlu untuk

disampaikan serta dilengkapi dengan daftar pustaka dan

lampiran- lampiran.

BAB III

GAMBARAN UMUM TOKE DAN PETANI DI DESA KUALA

KERITANG

Page 66: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

A. Sejarah Singkat Desa Kuala Keritang

1. Rantau Indragiri Hilir dijajah Belanda lebih kurang 40 Tahun

Desa kuala keritang resmi menjadi desa devinitif sekitar tahun

1963 pecahan dari desa induk yaitu desa keritang. Sebelum dimekarkan

desa kuala keritang masih perwakilan desa, dengan perwakilan desa

pertama Mangku Jungas dan perwakilan desa Mangku Anang. Waktu itu

pemerintahan daerah masih Kabupaten indragiri yang berkedudukan di

Rengat, sedangkan desa Keritang di bawah Kecamatan Seberida yang ibu

kotanya Pangkalan Kasai.92

Berdasarkan sumber yang di dapatkan dari kerajaan Keritang

berdiri pada abad ke-6 masehi yang berada di bawah kekuasaaan kerajaan

Malaka. Hal tersebut terjadi karena Datuk Perpatih atau lazimnya disebut

Datuk Patih yang berasal dari kerajaan Minang Kabau yang berpusat di

bagian timur akan di taklukkan oleh kerajaan Singasari yang pada waktu

itu telah terjadi peperangan antara kerajaan Singasari merebut kerajaan

Melayu Jambi.93

Dari hasil peperangan, kerajaan melayu jambi dapat ditaklukkan

oleh kerajaan Singasari, mendengar penjelasan dari raja bujang yang

disampaikan kepada Sulthan Malaka dengan meminta bantuan ke kerajaan

majapahit maka kerajaan Singasari dapat ditaklukkan dan berhasil

memukul mundur, dengan demikian hubungan Keritang dengan Malaka

92

Desa Kuala Keritang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa),

(Desa Kuala Keritang, Riau, 2016) hlm, 5 93

Ibid. 6-7

Page 67: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

terjalin kembali namun datuk patih menetap di Indragiri.94

Di Indragiri

datuk patih sudah mulai mengembangkan sayapnya di dukung oleh

penduduk yang semakin banyak dan hasil bumi indragiri keritang yang

semakin melimpah ruah. Untuk mengeluarkan hasil bumi indragiri di

keluarkan di kuala cinaku disamping hubungan dagang di indragiri-

keritang dengan kerajaan malaka semakin lancar, negeri-negeri juga

dibangun berdasarkan peraturan-peraturan dan tata cara antara datuk patih

dan masyarakat melalui musyawarah, maka pada tahun 1294 berdirilah

kerajaan Indragiri Keritang.95

Dengan demikian sulthan indragiri keritang pertama ialah raja

kecik mambang alias raja merlang 1 kemudian di tawan oleh sulthan

malaka yang ketika itu adalah raja Abdulllah bergelar raja Masyhur Syah,

sultan kerajaan malaka ke 7 sehingga waktu itu kerajaan indragiri keritang

dikuasai langsung oleh kesulthanan malaka.

Dalam perkembangannya, adat budaya di Desa Kuala Keritang

adalah budaya melayu yang bernuansa Islami, karena suku yang pertama

kali bermukim di Desa Kuala Keritang adalah suku melayu. Perekonomian

masyarakat pada waktu itu cukup baik dengan mata pencaharian mereka

bertani, mencari ikan di sungai, selain itu mencari hasil hutan seperti rotan,

damar, dan kemenyan. Usaha dibidang perkebunan pada masa itu belum

ada. Pendidikan juga sangat minim yang ada hanya sekolah rakyat (SR)

itupun swasta. Namun agama yang di anut oleh penduduk Desa Kuala

94

Ibid. 13 95

Ibid. 13

Page 68: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Keritang sudah beragama Islam. Alat transportasi umumnya pada waktu

itu menggunakan sampan dan rakit. Mengakibatkan perdagangan tidak

lancar karena keterbatasan alat tranportasi dan juga jauhnya pusat

perdagangan seperti harus ke Rengat dan Tembilahan, seperti menjual

hasil hutan mereka ke Rengat memakan waktu sekitar 3 hari. Sedangkan

menjual hasil tangkapan ikan mereka harus ke Pulau Kijang dan

Tembilahan juga bisa memakan waktu dua atau tiga hari.96

Sejak di mekarkan Desa Kuala Keritang pada Tahun 1963, kepala

desa pertama adalah Sulaiman (1963-1968), Masykur (1968-1975),

M.Arsyad (1975-1976), Agus Mursi (1976-1978), Masykur (1978-1986),

Aswari Ahmad ( 1986-1989) dan priode II (1997-2007), Kaharuddin Bin

Masykur (1997-2015), Yudi Saputra (2015-2016), dan M. Idris, SE (2016-

sekarang).97

Tokoh-tokoh masyarakat dan alim ulama baik yang

bermukim di desa Kuala Keritang secara bersama atau bergantian duduk

dalam kepengurusan dan dedikasi tampa pamrih.

Desa kuala keritang kerap di kunjungi masyarakat dari awal

berdirinya, mereka adalah penduduk dari daerah lain yang menetap

membuka lahan pertanian dan perkebunan, seperti Kelapa lokal, Kelapa

Sawit, Pinang, Padi dan sebagainya. Berdasarkan tabel dibawah ini berikut

uraian sumber daya alam di Desa Kuala Keritang:

96

Ibid.5 97

Ibid.6

Page 69: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Tabel .2 Jenis-jenis Sumber Daya Alam Masyarakat di Desa Kuala

Keritang

No Uraian Sumber Daya Alam Volume Satuan

1. Lahan kosong 50 Ha

2. Rawa-rawa 45 Ha

3. Belukar 10 Ha

4. Pertanian/Perkebunan 150 Ha

5. Sawah 270 Ha

6. Palawija 5 Ha

7. Kolam Ikan 5 Unit

8. Kebun Sawit 390 Ha

9. Kebun Pinang 370 Ha

10. Kebun duku 10 Ha

11. Kebun Jagung 9 Ha

12. Kebun Kelapa 320 Ha

13. Peternakan Ayam Potong, itik 8 Unit

Sumber Data: RPJM-Desa Kuala Keritang 2016-2021

B. Geografis Wilayah

Secara geografi Desa kuala keritang terletak di sebelah Timur Kota

Baru ibukota Kecamatan Keritang 7 km. Wilayahnya terletak dipinggir sungai

Page 70: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Gansal dan wilayah tersebut di belah oleh sungai Keritang.98

Dengan batas

wilayah desa Kuala Keritang, terletak diantara :

Sebelah Utara : Kuala lemang / Mekar Sari

Sebelah Selatan : Desa Talangjangkang

Sebelah Barat : Desa Keritang

Sebelah Timur : Desa Pasar Kembang

Luas wilayah desa yang terdiri dari pemukiman, pertanian sawah,

ladang/ tegalan, perkebunan, hutan, rawa-rawa, perkantoran, sekolah, jalan,

dan lapangan sepak bola. Keadaan topografi desa kuala keritang dilihat secara

umum merupakan daerah yang dialiri sungai keritang. Yang beriklim

sebagaimana desa desa di kabupaten indragiri hilir mempunyai iklim musim

kemarau dan musim penghujan. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung

terhadap pola tanam perkebunan masyarakat di desa Kuala keritang.99

1. Orbitasi

a. Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat lebih kurang 8 km

b. Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan lebih kurang 45 menit

c. Jarak ke ibu kota kabupaten 96 km

d. Lama jarak tempuh ke ibukota kabupaten lebih kurang 3.20 jam

e. Jarak ke ibu kota provinsi 156 km100

2. Keadaan Sosial

a. Kependudukan

98

Ibid. 5 99

Ibid.17 100

Ibid .17

Page 71: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Jumlah penduduk yang besar bisa menjadi modal dasar

pembangunan sekaligus bisa menjadi beban pembangunan. Jumlah

penduduk desa Kuala Keritang berdasarkan jenis kelamin Laki-laki

sebanyak 2231 Orang dan Berjenis kelamin perempuan sebanyak 2147

orang dengan jumlah 1072 KK / kepala keluarga. Agar dapat menjadi

dasar pembangunan maka jumlah penduduk yang besar harus disertai

kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Penanganan kependudukan

sangat penting sehingga potensi yang dimiliki mampu menjadi

pendorong dalam pembangunan, khususnya pembangunan desa Kuala

Keritang. 101

3. Keagamaan

Data keagamaan Desa Kuala Keritang adalah 100 % Islam atau

dengan jumlah pemeluk 4378 orang. Kegiatan keagamaan ditunjang

oleh sarana peribadatan dengan data tempat ibadah 7 buah masjid dan

8 buah mushollah, 1 buah Gedung TK /PAUD, 6 buah SD/MI, 2 buah

SMP/MTs, 1 buah SMA/MA. Selain itu ada kegiatan keagamaan dan

kemasyarakatan seperti yasinan mingguan dan gotong royong

mingguan.

4. Tata Pemerintahan

Desa kuala keritang memiliki tata pemerintahan yang dipimpin

oleh kepala desa. Dalam menjalankan roda pemerintahan kepala desa

dibantu oleh beberapa perangkat desa dan organisasi lainnya seperti

101

Ibid. 17

Page 72: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

sekretaris desa, kepala urusan tata usaha dan umum, kepala urusan

keuangan, kepala urusan perencanaan, kepala seksi pemerintahan,

kepala seksi pemberdayaan dan pembangunan, kepala seksi

kemasyarakatan, dan kepala Dusun.102

C. Jumlah dan Jenis Bisnis “Toke” dan Petani Di Desa Kuala Keritang

Dari data yang diperoleh peneliti jumlah Toke dan Petani di Desa

Kuala Keritang sebagai berikut:

a. Toke : 55 Orang

b. Petani : 140 0rang

Dari jumlah 195 Toke dan Petani yang menjalankan bisnis jual beli

bersama, jenis usaha yang dijalankan beraneka ragam diantaranya yaitu;

kelapa lokal (bulat dan kopra), arang tempurung, kelapa sawit, pinang, jagung

dan padi.

Tabel 3

Data Informan dan Jenis Bisnis “Toke” dan Petani Di Desa Kuala

Keritang

NO Nama Toke Umu

r

Barang yang

dibeli

Nama Petani Umu

r

Barang yang

dijual

1. Informan 1 54 th Kelapa bulat,

kopra, sawit

Informan 11 45 th Kelapa lokal,

sawit, pinang

2. Informan 2 47 th Kelapa bulat,

kopra, sawit,

jagung

Informan 12 46 th Kelapa lokal,

kelapa sawit,

pinang

3. Informan 3 50 th Kelapa bulat,

kopra, padi,

jagung

Informan 13 36 th Kelapa lokal,

pinang

4. Informan 4 26 th Kelapa bulat,

kopra pinang

Informan 14 25 th Kelapa

bulat,kopra,

kelapa sawit,

pinang

102

Ibid.19

Page 73: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

5. Informan 5 49 th Kelapa lokal,

kopra

Informan 15 45 th Kelapa lokal,

pinang, sawit

6. Informan 6 50 th Pinang Informan 16 40 th Kelapa bulat,

kopra, sawit,

pinang

7. Informan 7 43 th Kelapa bulat Informan 17 40 th Kelapa bulat,

kopra, sawit,

pinang

8. Informan 8 45 th Sawit Informan 18 51 th Kelapa bulat,

kopra,

sawit,pinang

9. Informan 9 50 th Kelapa bulat Informan 19 60 th Kelapa lokal,

sawit, pinang

10. Informan 10 49 th Sawit Informan 20 49 th Kelapa lokal,

pinang

D. Toke di sekitar Desa Kuala Keritang

Toke di desa Kuala Keritang telah mulai merintis bisnis rata-rata tahun

2005, dimulai dari kakek atau nenek mereka. Pada saat itu bangunan mereka

terbuat dari kayu yang disebut Langkau digunakan untuk mengeringkan buah

kelapa. Hasil perkebunan mereka terdiri kelapa lokal, Pinang, sedangkan

kelapa Sawit baru ada pada tahun 2009 sampai sekarang.

Sebagian para toke di desa Kuala Keritang merupakan pedagang

turunan, maksudnya Gudang atau usaha yang mereka kelola merupakan

peninggalan orang tua mereka secara turun temurun, rata-rata yang mengelola

sekarang adalah generasi ke 6 dan 7, beberapa Gudang diantaranya berdiri 30

tahun yang lalu, walaupun setiap tahunnya mengalami renovasi bentuk

bangunannya.

Sebagian besar dari mereka adalah keturunan yang bersuku Bugis,

Jawa dan Melayu yang berdomisili di daerah Kuala Keritang, yaitu parit

Page 74: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Bangka, Kampung Tengah, parit harapan baru, sei Intan, sei beringin, lubuk

baru, parit mutiara, parit rahmat, parit Usaha Berkat, Lubuk Patin, parit H

Tunruk, Usaha Bone, Sei Nipah.

Rata-rata dari Toke tersebut, memiliki latar belakang kemampuan di

bidang keuangan yang lebih dibanding petani pada umumnya sehingga

memungkin kan bagi mereka menjadi tempat pusat penjualan bagi petani yang

memiliki hasil perkebunan untuk dijual seperti kelapa lokal, kelapa sawit,

pinang. Akan tetapi karena minimnya motivasi untuk melanjutkan pendidikan

tinggi rata-rata mereka para toke hanya menempuh pendidikan sampai derajat

SMA atau madrasah Aliyah, mengakibatkan mereka tidak mengerti secara

pasti jika ada yang dinamakan Perilaku Bisnis Islam, namun penerapan prinsip

tersebut secara tidak langsung mereka jalankan sehari-hari.

Dengan latar belakang SMA dan madrasah mereka, sangat jelas bahwa

mereka berdagang berusaha dengan mengedepankan masalah agama, bahkan

tidak jarang mereka menghadiri Kajian-kajian tentang agama, mengeluarkan

zakat hartanya, serta memberikan infak atau hadiah bagi pelanggan yang

sudah lama menjual hasil perkebunan kepada toke tersebut saat bulan

ramadhan, dan juga seringkali mengadakan acara buka bersama dirumah-

rumah mereka.

Selain itu, para toke tersebut juga berdagang dengan menitik beratkan

pada kemaslahatan umum bukan sekedar mencari keuntungan semata, hal ini

dibuktikan dengan harga barang petani yang mereka tawarkan ditetapkan

dengan kondisi harga mekanisme pasar, selain itu mereka juga kerap kali

Page 75: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

menolong petani dengan cara memberikan pinjaman berupa uang bagi

pelanggan mereka yang membutuhkan dana, dengan perjanjian yang telah

disepakati oleh kedua belah pihak.

E. Petani di Desa Kuala keritang

Para petani yang berdomisili di Desa Kuala Keritang merupakan petani

yang membuka lahan kosong, menetap, dan bercocok tanam. Diantaranya

tumbuhan yang mereka tanam adalah kelapa lokal, kelapa sawit, Jagung, padi

dan sebagainya. Penduduk Desa kuala keritang yang berjumlah 1072 Kepala

Keluarga pada tahun 2016 menyebabkan adanya keberagaman dalam

menumbuhkan ekonomi keluarga, diantara kegiatan yang dilakukan dengan

bertani dan berkebun. Hasil dari perkebunan mereka kemudian dijual kepada

orang yang menampung barang mereka sebelum dijual kepabrik, mereka

menjalin kegiatan jual beli dengan para Toke.

Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti rata-rata petani lulusan

SMP sederajat, bahkan ada yang SD atau tidak tamat SD. Kebanyakan adalah

SMP/ Mts. Namun untuk generasi yang baru, yaitu para anak dan cucu

pengelola lahan perkebunan yang saat ini adalah lulusan SMA/ Aliyah

sederajat sampai Lulusan S1. Mereka biasanya membantu orang tua, paman

atau kakeknya mengelola kebun terlebih dahulu. Jika sudah berpengalaman,

maka akan diserahi tugas mengelola kebun tersebut. Berdasarkan taraf

pendidikan mereka yang masih rendah, banyak diantara mereka yang tidak

mengerti prinsip prilaku bisnis secara Islam, berdagang secara Islam, seperti

Page 76: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

tata cara mengeluarkan zakat harta dan lain sebagainya.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Page 77: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

A. Pemahaman Perilaku Bisnis Islam oleh Toke dan Petani dalam berbisnis

Jual beli Hasil Perkebunan Perspektif Ekonomi Islam di Desa Kuala

Keritang Provinsi Riau

a. Toke

Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting untuk

dipenuhi, dengan pendidikan menjadikan seseorang memahami aspek

tujuan kehidupannya. Atas dasar pendidikan umum maupun agama dalam

hal berbisnis atau berdagang adalah kunci utama keberhasilan bagi pelaku

usaha atau sumber daya manusia (SDM).

Ciri utama dalam paradigma bisnis adalah manusia sebagai pelaku

usaha berkedudukan sebagai pemegang amanah yang diberikan oleh Allah

untuk mengelola sumber daya. Semua kegiatan melaksanakan amanah

mengelola sumber daya ini, pasti akan dipertanggung jawabkan kepada

Allah sebagai pemilik mutlak sumber daya. Oleh karena itu, manusia

diserahi amanah untuk mengelolanya sesuai dengan tuntunan syariat

Islam.

Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti didapatkan hasil

jawaban dari sepuluh informan yang berkaitan dengan pemahaman Toke

mengenai prilaku bisnis Islam. Berdasarkan hasil wawancara penulis

dengan responden yang berkenaan tentang pemahaman Toke mengenai

prilaku bisnis Islam yang meliputi Toke kelapa lokal, kelapa sawit, pinang,

jagung, dan padi diketahui bahwa sebagian besar Toke mengetahui adanya

tata cara berbisnis sesuai aturan dalam agama, namun untuk istilah prilaku

Page 78: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

bisnis Islam, mereka tidak memahami bahkan tidak pernah mendengarnya,

hal ini dikarenakan dalam taraf pendidikan khususnya pendidikan

agamanya yang rendah, sehingga dalam keseharian mereka tidak

menggunakan istilah tersebut namun dalam penerapannya mereka telah

mengikuti prinsip-prinsip prilaku bisnis Islam sesuai syariat. Aturan

agama Islam dalam kegiatan bisnis dipaparkan pada prinsip-prinsip etika/

perilaku bisnis Islam yang ada, yaitu: kesatuan (tauhid), keseimbangan,

khendak bebas, tanggung jawab, kebijakan (ihsan). Etika bisnis Islam

mengatur aktivitas ekonomi terutama dalam dunia perdagangan dengan

nilai-nilai agama dan mengajarkan pelaku bisnis atau pedagang untuk

menjalin kerjasama, tolong menolong, dan menjauhkan diri dari sikap

dengki dan dendam serta hal-hal yang tidak sesuai dengan syariah.

Para Toke di Desa Kuala Keritang dalam menjalankan aktivitas

bisnis telah memahami tata cara berdagang yang di larang dalam agama

islam. Kejujuran, kerjasama yang baik, dan rasa saling tolong menolong.

Seperti yang dilakukan Toke kelapa lokal, bahwa beliau tidak curang dan

menipu para petaninya dalam transaksi jual beli yang dilakukan.

Dalam menjalankan aktivitas usaha dagang yang dilakukan para

Toke di Desa Kuala Keritang semata-mata untuk mencari berkah dari

Allah SWT. Sepuluh informan meyakini segala transaksi yang

dilakukannya di amati oleh Allah SWT. Dengan begitu mereka selalu

berhati-hati menjaga perilaku dalam menjalankan perdagangan. Bentuk

ketakwaan dalam menjalankan usahanya selalu menyertakan niat ibadah,

Page 79: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

dan sebelum berangkat berbisnis selalu membaca basmalah terlebih dahulu

dan berniat berdagang untuk menafkahi keluarganya supaya menjadikan

keberkahan tersendiri dalam menjalankan usaha dan keberkahan dalam

keluarganya.103

Bisnis yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga adalah

hal yang dianjurkan dalam agama Islam. Bekerja dengan tujuan

mendapatkan kebahagiaan duniawi dan juga diniati untuk bekerja sebagai

ibadah demi mendapatkan kebahagiaan ukhrawi. Karena kebahagiaan

ukhrawi lebih kekal dari pada kebahagiaan duniawi.

Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW

dalam menjalankan perniagaannya, dalam hal ini beliau memiliki

keistimewaan, beliau menjalankan usahanya tersebut semata-mata demi

mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, bukan untuk menjadi seorang

jutawan. Hal ini dikarenakan beliau tidak pernah memperlihatkan

kecintaan yang sangat besar terhadap harta kekayaan. Karena saat itu

berdagang (berbisnis) merupakan pekerjaan satu-satunya yang mulia yang

tersedia baginya pada saat itu. Pada prinsipnya keuntungan besar bukan

merupakan satu wujud keberhasilan seorang pebisnis dalam usahanya

tersebut, namun keberhasilan yang sesungguhnya terletak pada rasa

menerima apa yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada seseorang

sebagai bekal hidup di dunia, namun tetap tak melupakan mencari bekal

hidup untuk akhiratnya.

103

Wawancara bersama Informan 1 sebagai Toke Kelapa Lokal dan kelapa Sawit, pada

tanggal 16 Maret 2019

Page 80: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Pemahaman para Toke yang meliputi sepuluh informan mengenai

perilaku/ etika bisnis Islam dalam menjalankan usaha sangatlah penting

dan perlu diperhatikan, karena hal tersebut dapat mengantar dan

membentuk pelakunya untuk terus melakukan kebaikan.

Berikut beberapa hasil wawancara yang dirangkum oleh penulis:

“Prinsip perilaku bisnis dalam islam, jujur saya tidak pernah belajar atau

pun mendengar sebelumnya karena pendidikan dari kecil hanya tamat

SMP. Tetapi selain sekolah SMP saya juga ikut belajar madrasah yang

dipimpin langsung oleh Ustad/ Kyai setempat, hanya dari situ biasanya

juga diajarkan tentang cara berjual beli dan lain-lain.104

Selanjutnya, ada juga hasil wawancara dari informan 3 yang pernah

mendengar istilah perilaku bisnis Islam dari kajian atau ceramah-ceramah

agama yang dilaksanakan di langgar atau di Mesjid, berikut pernyataannya:

“Di tempat ceramah juga kadang ada yang kebetulan membahas tentang

perilaku dalam berdagang, tapi tidak terlalu paham, kalo yang dijelaskan

itu dinamakan prinsip-prinsip perilaku bisnis Islam, sebagian ada yang

sudah saya terapkan dari dulu seperti melayani para pelanggan dengan

baik, membayar zakat, namun sampai saat ini memahami sekedarnya

saja dikarenakan pendidikan masa itu belum terlalu dibutuhkan.105

Ada juga hasil wawancara dari informan 4 selaku toke kelapa lokal dan

kelapa Sawit, yang memahami cara berbisnis atau prilaku bisnis melalui

belajar dengan Ustads atau Kyai yang ada di tempatnya, berikut

penjelasannya.

104

Wawancara bersama Informan 2 Sebagai Toke Kelapa Lokal, dan pada tanggal 12

Maret 2019 105

Wawancara bersama Informan 3 Sebagai Toke Kelapa Bulat, Kopra, Kelapa Sawit, dan

Padi, pada 13 Maret 2019

Page 81: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

“Karena hanya tamat SMP dan mengikuti pengajian madrasah bersama

ustad atau kiyai setempat beliau juga menyelingi dengan pengetahuan-

pengetahuan agama seperti hal hal yang boleh dilakukan dalam

berdagang, harus dicatat atau ditulis tiap kali melakukan transaksi

penjualan atau pembelian dengan berupa memberikan nota ke tiap petani

yang berisi catatan nama, harga, dan berapa jumlah barang.106

“ belajar berdagang bisa dikatakan belajar sendiri tanpa pernah belajar

langsung mengenai prilaku bisnis Islam. Apa yang diketahui dalam

agama itulah yang kita terapkan sehari-hari seperti sifat jujur, dan

berdagang adalah merupakan ibadah.

Selain itu, ada juga responden yang mengetahui perilaku bisnis Islam

dikarenakan pengetahuan dari anaknya yang memiliki latar belakang

pendidikan Agama, berikut hasil wawancaranya:

“Kebetulan salah satu anak saya ada yang dari yang kuliah di bidang

Agama, setiap libur semester kalau pulang kerumah. dia berusaha

menjelaskan tentang pengetahuan agama termasuklah didalamnya

tentang prilaku berdagang ini. Dari situ saya sedikit lebih paham dan

sadar bahwa aturan-aturan bisnis yang saya terapkan dinamakan Prilaku

Bisnis Islam.107

Selain itu informan 5 juga memberikan penjelasan yang berbeda cara

memahami perilaku bisnis Islam, hal ini disebabkan beliau tamatan sarjana S1

Sistem Imformasi dan lulusan pesantren juga dari keluarga yang taat

menerapkan prinsip Islam dalam kesehariannya, hal tersebut membuat ia lebih

memahami prilaku bisnis Islam dan bagaimana mengaplikasikannya.

“ Saya tahu soal perilaku bisnis Islam, tata cara berdagang yang baik

sesuai ajaran agama dan yang dicontohkan Rasulullah SAW, karena

Alhamdulillah dari kecil saya lulusan pesantren dan sarjana dengan

106

Wawancara bersama Informan 4 Sebagai Toke Kelapa Lokal dan Kelapa Sawit, Pada 13

Maret 2019 107

Wawancara bersama Informan 4 Sebagai Toke kelapa sawit, Desa kuala keritang 16

maret 2019

Page 82: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

jurusan sistem informasi, walaupun bukan dari jurusan Ekonomi Islam

tapi sedikit telah mengetahui prinsip jual beli yang sesuai dalam Islam

karena bekal dari Pesantren dulu.108

Dari hasil wawancara beberapa responden di atas dapat diketahui bahwa

tidak semua Toke mengetahui soal prilaku bisnis Islam, terutama istilah

tersebut namun kesehariannya mereka secara tidak sadar telah

mengaplikasikan dan menerapkan sesuai dengan ketentuan syariat Islam, hal

ini dikarenakan Toke- toke tersebut merupakan mayoritas pendidikannya

hanya tamat SMP atau Madrasah Tsanawiyah dan hanya sedikit diantara

mereka yang lulusan sarjana. Tetapi keseharian mereka tumbuh dan

berkembang di lingkungan Agamis, seperti di Pondok-pondok Pesantren, aktif

mengikuti kajian ilmu agama, terlebih dikarenakan mereka berasal dari

keluarga yang taat menerapkan prinsip Islam dalam kesehariannya.

Penulis juga mewawancarai beberapa petani yang kebetulan menjual

hasil panennya di gudang responden berupa Kopra dan Pinang, secara terpisah

mereka memberikan respon positif selama menjadi pelanggan, sebagian besar

dari mereka menyatakan sangat terbantu dan juga tidak pernah kecewa dengan

pelayanan yang diberikan oleh para Toke, berikut pernyataannya:

“ Bagi bapak sangat terbantu sekali dengan kehadiran toke-toke disini

karena mereka memahami dan mengerti bagaimana perilaku seharusnya

dalam berbisnis, yang ditandai dengan rasa saling tolong menolongnya

kepada kami apabila kehabisan uang belanja sebelum masa panen

108

Wawancara bersama Informan 5 Sebagai Toke Sawit, Pinang dan Kelapa Lokal, 17

maret 2019

Page 83: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

dengan berupa uang dan juga harga barang yang ditawarkan sesuai

dengan harga dipasaran.”109

Informan 12 juga menambahkan bahwa ia sudah berlangganan dengan

Toke Kelapa dan sawit ini sejak dari 15 tahun yang lalu, dan biasanya para

Toke yang berdagang juga turun temurun, dari kakek ke ayah, kemudian ke

menantu dan lain-lain, ia menyatakan gudang-gudang untuk Kelapa lokal

tersebut sebagai bisnis atau usaha keluarga. Dan sistem pembelian atau jual

belinya pun tidak jauh berbeda dari apa yang diajarklan oleh orang tua

mereka.110

Kemudian ada informan 12 yang juga sudah lama berlangganan kepada

Toke, ia menyatakan bahwa sangat beruntung adanya kehadiran Toke-toke

yang berasal dari kalangan mereka sendiri, yang paham agama dan siap

membeli hasil perkebunan mereka dengan harga yang sesuai di pasaran, dan

tidak pernah mengecewakan baik dari pelayanan maupun kejujuran dalam

menakar atau menimbang .111

Pemahaman para Toke tentang perilaku bisnis Islam dapat ditandai

dengan pemahaman mereka mengenai kejujuran dalam menjalankan usaha

harus ada, karena kejujuran merupakan kunci mencapai derajat yang lebih

tinggi baik secara materi maupun di sisi Allah SWT. Bukan hanya itu saja

kejujuran merupakan tonggak utama untuk menjalankan sebuah usaha supaya

para konsumen tetap terus terjaga untuk bisa kembali lagi kepada pedagang

109

Wawancara bersama Inforrman 10 sebagai petani kelapa lokal, sawit dan pinang, 18

maret 2019. 110

Wawancara bersama Informan 11 sebagai petani kelapa sawit, pinang dan kelapa lokal,

16 Maret 2019 111

Wawancara bersama Informan 12 sebagai petani kelapa lokal, sawit, pinang, 16 maret

2019

Page 84: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

tersebut, dan meningkatkan penjualan dari sebelumnya. Seperti yang

diungkapkan oleh informan 6 seorang Toke Kelapa Sawit berkata bahwa:

“ menurut saya arti kejujuran sangat penting karena kejujuran akan

membawa rizki. Kalau tidak ada sifat jujur maka barang dagang tidak

laku, dan petani tidak akan mau menjual hasil kebunnya kepada kita”.112

Seperti halnya yang dilakukan informan 7 Toke Kelapa Sawit memiliki

pandangan bahwa ketika terjadi transaksi harus bersikap terbuka, beliau

mengatakan bahwa:

“ Kita memberitahukan harga standar dari barang yang dijual pada saat

ditawar menawar antara calon penjual, sehingga dari sini akan terjadi

transaksi yang saling ridho dan diyakini akan membawa barokah serta

manfaat untuk kedua belah pihak. Dengan bersikap jujur saya sangat

yakin memperoleh pendapatan yang halal dan baik, dengan pendapatan

tersebut untuk mencukupi kebutuhan keluarga saya”.113

Dari hasil observasi dan wawancara peneliti yang turun langsung ke

lapangan, rata-rata dari Toke dan Petani tersebut meskipun ada yang

pendidikan nya hanya tamat SD-SMA atau putus sekolah, namun mereka

memilki latar belakang pendidikan agama Islam yang cukup kuat

dikarenakan mereka lulusan pesantren atau mengikuti sekolah madrasah

semasa kecilnya, juga aktif mengikuti pengajian di Mesjid. Sehingga bekal

pendidikan agama dari kecil tersebut membuat mereka bisa memahami

prinsip prilaku bisnis Islam secara tidak langsung, dan mampu

mengembangkan bisnisnya dengan baik.

b. Petani

112

Wawancara bersama Informan 6 sebagai Toke kelapa Sawit, 17 maret 2019 113

Wawancara bersama Informan 7sebagai Toke Kelapa Sawit, pada Tanggal 26 Maret

2019

Page 85: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Masyarakat Islam adalah masyarakat yang dinamis sebagai bagian

dari peradaban. Dalam hal ini, perilaku atau etika dengan agama berkaitan

erat dengan manusia, tentang upaya pengaturan kehidupan dan

perilakunya. Jika barat meletakkan “akal” sebagai dasar kebenarannya.

Maka, Islam meletakkan “Al-qur‟an” sebagai kebenaran. Oleh karena itu

pentingnya pendidikan umum dan Agama untuk bekal berdagang

Hal ini sejalan dengan pernyataan petani dari hasil wawancara

berikut:

“Sebagai petani kelapa sejak dulu, bapak hanya tamat SD. Jadi

mengenai prilaku bisnis islam saya pahami hanya mendengar dari

masyarakat sekitar jika ada perkumpulan kecil-kecilan bersama

dimesjid. Yang terpenting sebagai petani selaku penjual harus juga

jujur, saat menjual barang ke Toke seperti kelapa.114

Kegiatan pengarahan biasanya disampaikan oleh imam mesjid/ kyai

kepada para pengurus dan masyarakat pada kesempatan-kesempatan tertentu.

Karena adanya keterbatasan biaya pendidikan bagi petani zaman dulu pada

umumnya. Sehingga mereka meluangkan waktu berbagi ilmu agama dengan

cara berkumpul dimesjid.

Hal ini sejalan dengan pernyataan salah seorang pengurus mesjid Al-

Amin, sebagai berikut:

“ Prilaku bisnis Islam, sebelumnya tidak pernah bapak pelajari. Karena

memang sekolah sampai tamat SD. Tapi dalam kehidupan sehari-hari

yang mengharuskan semua berkaitan penjual dan pembeli, lambat laun

mengetahui sendiri apa-apa saja yang dilarang dan dibolehkan agama

tentang jual beli, seperti menjual barang halal yang memberikan

114

Wawancara bersama Informan 13 sebagai petani kelapa dan Pinang, 18 maret 2019

Page 86: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

manfaat. Itu semua didapatkan dari lingkungan sekitar, seperti ikut

perkumpalan dimesjid.”115

Dari hasil observasi dan wawancara peneliti juga mewawancarai

seorang petani Kelapa lokal dan Pinang sekaligus berprofesi sebagai pengajar

di Sekolah Dasar, yang memberikan jawaban berbeda mengenai pemahaman

prilaku bisnis Islam, berikut penjelasannya:

“Mengenai prilaku bisnis dalam islam, berarti seluk beluk bisnis atau

jual beli. Saya dari kecil masuk sekolah madrasah tsanawiyah / SMP –

selesai Sarjana agama di pendidikan agama Islam. Jadi mengenai

prilaku bisnis ini sudah memahami dan mengetahui tata cara jual beli

yang dicontohkan Rasulullah SAW, seperti jujur, adil, dan apabila tiba

waktu sholat tinggalkan dulu kegiatan mengurus harta.”116

Petani ialah mereka yang pada umumnya bekerja, hanya sekedar untuk

menghidupi keluarga dan mencukupi kebutuhan hari-harinya. Sedangkan

pendidikan mereka banyak diantaranya yang hanya duduk sampai madrasah

atau tingkat SMP dan SMA bahkan banyak yang putus sekolah, mereka pada

waktu itu tidak terlalu memikirkan pentingnya ilmu pengetahuan yang tinggi,

karena anggapan mereka, belum tentu bisa menjadi pejabat. Sehingga

menyebabkan kurangnya ilmu pengetahuan membuat mereka banyak yang

tidak mendalami bagaimana prilaku bisnis yang benar menurut ketentuan

Islam, walaupun dalam keseharian mereka mereka telah menerapkan prinsip

prilaku bisnis Islam tersebut. Mengenai hal ini peneliti berhasil mewawancarai

salah satu petani kelapa, berikut penjelasannya:

115

Wawancara bersama bapak Abdul Aziz, Pengurus Mesjid Al-Amin, 21 Maret 2019 116

Wawancara bersama Informan 14, sebagai Petani Kelapa dan Guru SD, 17 maret 2019

Page 87: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

“ Dimasa dulu pendidikan bukan lah kebutuhan utama, karena banyak

dari para orang tua yang hanya mewajibkan sekolah hanya sampai

tamat SD, asal sudah bisa menghitung dan membaca. Jadi mengenai

prilaku bisnis Islam ini, belum pernah mendengarkan dan baru

memahami setelah dijelaskan tadi melalui tanya jawab wawancara ini,

apa-apa saja yang termasuk didalamnya. Tetapi dalam kehidupan

sehari-hari sudah banyak yang kami ketahui bahwa itu termasuk prilaku

bisnis seperti menghitung banyaknya barang yang kami jual ke Toke,

berapa ton dan berapa harga seharusnya, bukan hanya sekedar

menerima berapa pun dikasi sama Toke”.117

Dari hasil observasi dan wawancara peneliti bersama responden dapat

disimpulkan bahwa pemahaman prilaku bisnis Islam bagi petani sebagian

besar mereka tidak mengetahui, disebabkan pendidikan mereka yang rendah

dan kurangnya minat untuk melanjutkan sekolah pada masa itu. Banyak

masyarakat yang beranggapan bahwa pendidikan bukanlah suatu hal yang

sangat dibutuhkan, mereka hanya menuntut anaknya sekolah sampai tamat SD

asal sudah bisa membaca dan berhitung. Hanya dididik melalui pengajaran

ilmu agama dari para ustads atau guru ngaji mereka. Oleh karena itu dari

aktivitas mereka, mereka sudah menggunakan prinsip prilaku bisnis Islam

untuk berdagang dengan baik, salah satunya dengan menghindari aktivitas

yang haram.

117

Wawancara bersama Informan 15 sebagai Petani Kelapa Lokal, tanggal 5 April 2019

Page 88: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

B. Penerapan Perilaku Bisnis Islam oleh Toke dan Petani dalam berbisnis

jual beli hasil perkebunan Perspektif Ekonomi Islam di Desa Kuala

Keritang

a. Toke

1. Nilai Kejujuran dalam Berbisnis

Islam merupakan sumber nilai dan perilaku dalam segala aspek

kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk wacana bisnis. Islam

memiliki wawasan yang komprensif tentang prilaku bisnis. Mulai dari

prinsip dasar, pokok-pokok kerusakan dalam perdagangan, faktor-faktor

produksi, tenaga kerja, modal organisasi, distribusi kekayaan, masalah

upah, barang dan jasa, kualifikasi dalam bisnis, sampai kepada perilaku

sosio ekonomi menyangkut hak milik dan hubungan sosial.

Prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam,

kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Pengertian

jujur itu baik dalam tindakan maupun perbuatan. Untuk melariskan

barang-barang yang ditawarkan, maka pelaku bisnis harus menjelaskan

sejelas keadaan barang yang akan diperjualbelikan. Para pelaku bisnis juga

dilarang berbuat curang dalam hal menimbang barang atau dalam hal

menakar barang. Oleh karena itu, perlu diperhatikan kebenaran dari alat

timbangan atau alat takaran.

Dalam kesempatan observasi dan wawancara peneliti berhasil

mewawancarai salah satu Toke Sawit yang ada di Desa Kuala Keritang

yaitu informan 8 yang memberikan penjelasan sebagai berikut:

Page 89: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

“ Dalam masalah berdagang ini memang banyak sekali terdapat

sikap dan perbuatan- perbuatan tidak jujur, sering kali terjadi

hilangnya pelanggan karena ketidakjujuran disalah satu pihak. Tetapi

pegangan saya kejujuran dalam berdagang memang satu hal yang

sangat penting untuk diterapkan dalam jual beli, karena dengan jujur

saya bisa berdagang niat ibadah sekaligus menunjukkan prilaku yang

baik dimata masyarakat.”118

Wawancara peneliti dengan informan 9 juga berprofesi sebagai Toke

Kelapa Sawit juga memberikan memberikan penjelasan penerapan prilaku

berdagang yang ia terapkan, berikut penjelasannya:

“Saya selaku salah satu Toke Kelapa Sawit selalu berusaha untuk

berdagang sesuai perintah Agama, misalnya agar tidak terjadi

kecurangan waktu penimbangan buah kelapa sawit itu dilakukan,

saya berusaha hadir dan memanggil terlebih dahulu pemilik kelapa

sawit tersebut untuk memastikan timbangan atau takaran yang

dilakukan anak buah saya itu benar.”119

Peneliti juga memawancar informan 10 selaku Toke Kelapa Bulat,

Kopra dan Sawit, padi dan jagung beliau menjelaskan sebagai berikut:

“Sepanjang saya melakukan pekerjaan membeli ini seperti kelapa dll,

saya berusaha agar jangan sampai terjadi ketidakpuasan ataupun

kecurigaan kepada pelanggan saya yaitu petani yang menjual hasil

kebunnya kepada saya dengan melalui mengikutsertakan mereka

setiap kali dilakukan perhitungan biji kelapa, baik penimbangan

Kopra dan selain itu saya selalu memastikan alat timbangan yang

digunakan layak dipakai, hal ini demi menjalin hubungan bisnis yang

baik.120

Menurut Qardawi kejujuran adalah puncak moralitas dan

karakteristik yang paling menonjol dari orang-orang beriman. Tanpa

kejujuran, agama tidak akan berdiri tegak dan kehidupan dunia tidak akan

118

Wawancara bersama Informan 8, Toke Kelapa Sawit, Tanggal 6 April 2019 119

Wawancara bersama Informan 9 sebagai Toke kelapa Sawit, tanggal 7 April 2019 120

Wawancara bersama Informan 10 sebagai Toke Kelapa Lokal, Tanggal 8 April 2019

Page 90: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

berjalan baik, begitu pun bisnis tidak akan berjalan tanpa ditopan oleh

pemilik dan karyawan yang jujur. Jujur merupakan pancaran dari iman

yang dimiliki pemilik dan karyawan, mereka tidak biasa berdusta, baik

dalam menghasilkan dan menjual produk maupun memanipulasi

keuntungan.

Hukum ketertarikan (law of attraction), mengatakan bahwa energi

universal yang ada disekitar kita akan merespon setiap getaran yang kita

pancarkan. Maka pada detik itu juga energi universal tersebut sedang

menyesuaikan diri dengan getaran yang kita pancarkan dan

melipatgandakan apa pun yang dipancarkan. Jika yang dipancarkan adalah

nilai kejujuran dalam proses bisnis maka energi disekitar kita akan

memancarkan nilai kejujuran yang sama atau lebih.

Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, maka dapat

disimpulkan bahwa para Toke di Desa Kuala Keritang dalam berdagang

memberikan jawaban positif mengenai pengaplikasian prinsip prilaku

bisnis Islam dalam kesehariannya dengan cara bersikap jujur kepada para

petani atau pun para pelanggan dalam melakukan jual beli hasil

perkebunan.

2. Nilai Kejujuran dan Keadilan dalam Meraih Keuntungan

Dalam paham kapitalisme, keuntungan materi adalah segala-

galanya dalam berbisnis, apapun yang dilakukan selalu diarahkan pada

peningkatan dalam berbisnis, tidak mengenal halal atau haramnya proses

yang dilalui yang penting menghasilkan keuntungan. Sementara dalam

Page 91: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

pandangan Islam, keuntungan materi merupakan dambaan tetapi bukan

segala-galanya, proses distribusi harus dalam bingkai kejujuran dan

kehalalan. Keuntungan materi hanyalah salah satu bagian dari keuntungan

yang lebih besar. Keuntungan dalam pandangan Islam, bukan hanya

keuntungan materi tetapi meliputi keuntungan karena telah mengikuti

norma, etika dan moral, keuntungan karena bertambah teman, kesenangan

melihat orang lain senang, semakin dekatnya hubungan dengan Sang

pemberi rezeki, dan masih banyak lagi jenis keuntungan.

Meskipun tidak ada nash khusus untuk menetapkan besarnya

keuntungan, namun setiap pengusaha Muslim hendaknya memperhatikan

rasa keadilan dalam menetapkan harga. Menetapkan keuntungan yang

besar disaat permintaan melebihi penawaran merupakan peluang untuk

menaikkan tingkat keuntungan dalam sistem kapitalisme. Tetapi dalam

ajaran Islam, menaikkan harga pada saat terjadi kenaikan permintaan

merupakan perbuatan tercela (zalim) karena memanfaat peluang diatas

penderitaan orang lain. Mengenai hal ini peneliti telah berhasil

mewawancarai beberapa Toke kelapa lokal, kelapa Sawit, dll sebagai

berikut:

“Dalam hal mengambil keuntungan dari membeli hasil panen

petani, yang berupa Kelapa lokal, kelapa sawit dan yang lain

sebagainya. Mengukur sesuai dengan tingkat harga umum dipabrik

dan pengeluaran modal yang terpakai misalnya harga buah sawit

pada minggu ini per kg sebesar Rp.1200,- maka harga yang

ditetapkan kepada petani adalah Rp. 1000,-.”121

121

Wawancara bersama Informan 1 sebagai Toke kelapa sawit, Tanggal 9 April 2019

Page 92: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Hal serupa juga dikemukakan oleh bapak Beti sebagai Toke kelapa

sawit, berikut hasil wawancaranya:

“Mengenai besar keuntungan yang diambil dari jual beli ini, telah

diputuskan bersama oleh kedua pihak, melalui pertimbangan-

pertimbangan seperti mengenai modal dan juga resiko yang harus

ditanggung oleh Toke selaku pembeli saat pengantaran buah ke

pabrik.”122

Keuntungan yang adil adalah keuntungan yang tidak menzalimi

orang lain tetapi juga tidak menzalimi diri sendiri. Berdasarkan

penelusuran dan pengamatan di lapangan, para Toke-toke mengambil

keuntungan dengan baik dari jual beli hasil perkebunan bersama petani.

Keuntungan diambil dengan mempertimbangkan segala hal mulai dari

modal awal, resiko serta kerugian yang akan ditanggung. Tampak sebagian

toke membiayai dan mengeluarkan modal yang cukup besar demi

memajukan perekonomian di daerahnya, membantu masyarakat petani

mengeluarkan hasil buminya, juga seperti merekrut tenaga kerja atau yang

disebut anak buah agar mereka bisa bekerja, termasuk memberikan gaji

yang layak bagi para pekerja, serta memenuhi fasilitas penunjang transaksi

jual beli hasil perkebunan tersebut. Seperti penyediaan mobil truk,

Pompong sebagai alat pengangkut buah sawit, kopra, dan kelapa dll untuk

di antar ke pabrik.

3. Bersikap Ramah Tamah

Saling menghormati antara penjual dan pembeli bisa dilakukan

dengan saling bersikap ramah tamah, keramah tamahan sangat penting

122

Wawancara bersama Informan 2 Sebagai Toke Kelapa Lokal, Tanggal 9 April 2019

Page 93: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

dilakukan oleh kedua belah pihak baik sebagai penjual maupun sebagai

pembeli, agar terjalinnya hubungan bisnis yang baik tentunya dengan

menggunakan bahasa yang santun dan lemah lembut. Mengenai hal ini

peneliti melakukan wawancara dengan salah satu Toke Pinang yaitu

Informan 8 yang menjelaskan sebagai berikut:

“Untuk menarik simpati para pelanggan yaitu pemilik hasil

perkebunan disini ialah petani tentu juga perlu suatu cara, salah

satunya dengan bersikap ramah tamah, jika dalam melayani mereka

kita menggunakan bahasa dan tutur kata yang baik maka penjual

akan merasa nyaman dengan pelayanan yang kita berikan, dan bisa

dikatakan mereka akan terus menjual hasil panennya ke gudang kita,

tetapi sebaliknya jika pelayanan tidak baik mereka dapatkan otomatis

memilih berpindah ketempat lain yang lebih nyaman.123

Seseorang pelaku bisnis, harus bersikap ramah tamah dalam

melakukan bisnis. Nabi Muhammad SAW mengatakan,” Allah merahmati

seseorang yang ramah dan toleran dalam berbisnis. Dalam wawancara

peneliti melakukan tanya jawab mengenai sikap ramah tamah yang di

tunjukkan oleh para Toke kepada petani, wawancara dengan Informan 3

dari Desa Talang Jangkang yang memberikan keterangan sebagai berikut:

“sekarang ini orang berdagang telah banyak sekali, persaingan

diantara mereka pun semakin ketat. Jadi mengharuskan sekali

diantara mereka untuk memiliki karakter yang berbeda-beda dalam

mencari pelanggan, salah satunya dengan cara bersikap ramah tamah

ini kepada petani selaku pelanggannya, agar mereka bisa menjalin

kerjasama bisnis yang lama.124

123

Wawancara bersama Informan 8 sebagai Toke Pinang, Tanggal 10 April 2019 124

Wawancara bersama Informan 3 Sebagai Warga Desa Talang Jangkang, 10 April 2019

Page 94: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Peneliti kembali mewawancarai Toke Kelapa lokal dan Kelapa sawit

di Parit Tiga yang kembali memberikan keterangan mengenai sikap ramah

yang sering dilakukannya, yaitu ia menjelaskan sebagai berikut:

“ dalam berbisnis ini agar bertahan lama, bukan hanya modal yang

harus kuat dan diperhatikan tapi juga perlu diutamakan mengenai

keramah tamahan kita melayani pelanggan yaitu para petani, karena

disini kita saling membutuhkan, jika saya bersikap cuek dan tidak

memperhatikan mereka apalagi sombong maka petani tersebut pasti

merasa tidak nyaman, dan pasti tidak akan datang lagi untuk menjual

hasil panennnya kegudang saya.125

Secara keseluruhan para Toke di desa Kuala Keritang memang

cukup memahami pentingnya sikap ramah tamah terhadap petani atau

pelanggan yang akan menjual hasil panen kepadanya, karena dari hasil

wawancara, peneliti melihat rata-rata toke di Desa Kuala Keritang cukup

berusaha keras, ramah dalam menyapa dan melayani petani yang datang

menjual hasil kebunnya.

4. Berbisnis Untuk membantu orang lain

Target hasil dan kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis.

Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar dan mencari

profit (keuntungan) sebanyak-banyaknya atau mencari untung material

semata, tetapi juga harus memperoleh dan memberikan benefit (kuntungan

atau manfaat) nonprofit kepada internal organisasi perusahaan dan

eksternal (lingkungan), seperti terciptanya suasana persaudaraan,

kepedulian sosial dan sebagainya. Yang didasari kesadaran untuk

125

Wawancara bersama Informan 6 sebagai Toke Kelapa Lokal dan Kelaoa Sawit, tanggal

11 April 2019

Page 95: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

menolong sesama.

Hutang menjadi suatu yang akrab dalam perekonomian khususnya

dalam transaksi jual beli, dalam hal hutang sebagian besar toke kadang-

kadang menerima hutang dari para petani dengan jumlah nominal yang

berbeda-beda. Hal ini disebabkan para petani tersebut masih tergolong

dengan taraf ekonomi menengah kebawah, jadi yang sering terjadi uang

biaya hidup mereka sudah habis sebelum datang masa panen, atau adanya

kebutuhan yang mendesak yang mereka alami tiba-tiba.

Mengenai hal ini penulis berhasil mewawancarai toke yang

memberikan hutang kepada pelanggannya mengenai pembayaran dicicil

tiap datang masa panen, berikut penjelasannya.

“selama saya menjadi Toke kelapa lokal maupun kelapa sawit, petani

kita telah banyak yang meminta bantu berupa uang selama mereka

mau menjual hasil perkebunannya kepada saya, pembayarannya

dengan cara dicicil tiap datang masa panen perbulan, kadang juga

tidak teratur tiap bulan bayar, hanya disesuaikan dengan jumlah

penghasilan dari petani dan kemauannya mau bayar atau belum

untuk pada bulan tertentu, dengan cara membantu mereka kita bisa

memiliki pelanggan tetap. Jumlah nominal yang berbeda-beda mulai

dari Rp 1-5 juta atau lebih”.126

Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar Toke di

Desa Kuala Keritang sadar akan pentingnya berbisnis di jalan Allah,

sehingga meskipun mereka tidak memahami tentang prinsip prilaku bisnis

Islam, namun aktivitas sehari-hari mereka menunjukkan penerapan

prinsip-prinsip tersebut.

126

Wawancara bersama Informan 5 sebagai Toke Kelapa Lokal, Sawit dan Jagung, tanggal

13 maret 2019

Page 96: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

5. Mengeluarkan Zakat

Pada realitas kehidupan umat Islam di Desa Kuala Keritang adalah

komunitas umat yang menganut agama yang cukup taat dalam paham

keagamaan. Dalam hal pemahaman dan pelaksanaan dari konteks dan

tujuan yang berwawasan muamalah atau berbisnis yaitu mewujudkan

keadilan sosial dengan menjalankan fungsi harta sebagai amanah Allah

SWT.

Islam memandang bahwa tujuan suatu amal perbuatan tidak hanya

berorientasi qimah mardiyah (nilai materi). Tetapi juga harus berorientasi

pada Qimah insaniyah berarti pengelola atau pelaku bisnis berusaha

memberikan manfaat yang bersifat kemanusiaan melalui kesempatan

kerja, bantuan sosial (Zakat, Infak, sedekah), dan bantuan lainnya. Hal ini

sejalan dengan hasil wawancara dengan Toke selaku kepala Dusun di Parit

Usaha Berkat desa kuala Keritang sebagai berikut:

“ Sejak menjadi toke atau pembeli kelapa lokal, kelapa sawit petani,

belakangan ini memang banyak sekali memberikan keuntungan dan

maanfaat. Selaku kadus juga berprogram membangun mesjid jadi

hasil dari berdagang selama ini Alhamdulillah sudah saya keluarkan

untuk pembangun mesjid, dan juga membagikan sedekah kepada

masyarakat yang terkena musibah. Dengan mengeluarkan zakat

mudah-mudahan bisa memperoleh keberkahan.127

Peneliti juga berhasil mewawancarai Toke Kopra yang sudah

menjalani bisnis kelapa ini selama hampir 15 tahun, memberikan

keterangan sebagai berikut:

127

Wawancara bersama Informan 4 sebagai Toke dan Kepala dusun di parit Usaha berkat,

18 maret 2019

Page 97: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

“Masalah berbisnis ini adalah untuk mencari harta guna memperbaiki

perekonomian, sedangkan harta sendiri bersifat hanyalah titipan

Allah. Oleh karenanya, selaku salah satu toke di tempat ini berusaha

agar rezeki yang kita peroleh tidak sia-sia habis dimakan saja, kita

keluarkan umumnya langsung untuk pembangunan mesjid dan

bantuan korban kebakaran lainnya.128

Keberkahan, semua tujuan yang telah tercapai tidak akan berarti apa-

apa jika tidak ada keberkahan didalamnya. Maka bisnis islam

menempatkan berkah sebagai tujuan inti, karena ia merupakan bentuk dari

diterimanya segala aktivitas manusia. Keberkahan ini menjadi bukti bahwa

bisnis yang dilakukan oleh pengusaha atau Toke muslim telah

memperoleh Ridho dari Allah SWT dan bernilai ibadah.

6. Menerapkan Prinsip Keseimbangan

Keseimbangan dalam berbisnis disini ialah tidak mementingkan diri

sendiri. Seperti sistem pemberian gaji atau upah kepada karyawan (anak

buah toke) perbulan ataupun setiap kali panen, seperti buah kelapa Sawit

harus panen minimal 2 kali 1 bulan. Jadi para anak buah yang mengambil

gaji timbang diberikan 2 kali sebulan, pemberian gajinya sejauh ini tidak

pernah molor, atau selalu on time, anak buah yang bekerja juga sejauh ini

tidak ada yang komplain atas gaji yang mereka terima. Hal ini sesuai

dengan hasil wawancara peneliti dilapangan, berikut penjelasannya:

“ Dalam pemberian upah bagaimanapun tetap di usahakan agar tidak

telat atau molor, karena itu hak mereka, mana tau ada kebutuhan

yang mendadak. Kecuali memang tidak ada duit yang terkumpul

128

Wawancara bersama Informan 7 sebagai Toke kelapa di Sei Intan, 20 April 2019

Page 98: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

karena belum jual ke pabrik, itu kita tentu menjelaskan terlebih

dahulu kepada mereka, agar tidak menunggu-nunggu”.129

7. Hubungan Kerja Yang Baik

Hubungan petani dan Toke disebut hubungan patron-klien karena

sengaja dibangun oleh kedua belah pihak. Hubungan patron-klien tercipta

karena adanya ketimpangan dalam mengakses pasar, modal, dan

mendapatkan jaminan keamanan subsistensi. Cara-cara yang dilakukan

oleh patron untuk membangun relasi sosial dengan klien dengan memberi

modal atau tanggung jawab, memberikan pelayanan baik sekaligus

mengontrol, mengawasi klien dan juga membantu masyarakat bagi mereka

tidak memilki pekerjaan untuk bekerja. Bentuk dari tanggung jawab toke

di masyarakat juga dapat dilihat dari semakin berkurangnya tingkat

kejahatan dilingkungan masyarakat seperti tindak pencurian dan tindak

kriminal lainnya. Adanya hubungan baik yang terjalin antara toke dan

petani sangat memberikan pengaruh positif bagi anak-anak mereka untuk

terus melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, kerena didukung oleh

kemampuan mereka dibidang ekonomi serta para toke dan petani dapat

memberikan contoh yang baik betapa sangat dibutuhkannya orang cerdas

di dalam hidup bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara

bersama Informan 9, berikut penjelasannya:

“ para toke biasanya lebih dipandang dan dipercayai, kita juga

harus memperhatikan bagaiamana keadaan dimasyarakat, jika ada

yang tidak memiliki pekerjaan kita usahakan bagaiamana mereka

bisa ikut berkerja, agar kita dapat mencegah terjadinya tindak

129

Wawancara bersama Informan 6 sebagai Toke Kelapa Sawit di Parit Rahmat 18 April

2019

Page 99: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

kejahatan yang tidak kita inginkan. Dan apabila ada yang

melanjutkan sekolah dan tergolong orang kurang mampu kita siap

membantu meberikan pinjaman.”

b. Petani

1. Penerapan Tauhid

Jual beli merupakan perdagangan dunia, sedangkan melaksanakan

kewajiban syariat Islam adalah perdagangan akhirat. Perdagangan dalam

Islam tidak hanya berkutat dalam hal memperoleh keuntungan materi,

melainkan juga dapat menjadikan media ibadah guna mendapatkan tiket

menuju kebahagiaan abadi di akhirat kelak, selain itu bisnis Islam juga

bertujuan untuk merealisasikan konsep keseimbangan antara dimensi

horizontal dengan dimensi spiritual. Hal ini sejalan dengan hasil

wawancara peneliti bersama petani sebagai petani kelapa lokal, sawit dan

pinang, berikut pernyataannya:

“saya berusaha untuk setiap hasil yang saya peroleh dari menjual

hasil perkebunan, rezeki yang saya dapatkan bisa dinikmati di

dunia dan diakhirat kelak. Dengan cara menabung untuk kurban

serta akikah anak-anak, bukan habis hanya dimakan saja.”130

Hal serupa juga dikemukan oleh seorang petani kelapa lokal dan

jagung yang biasa menjual hasil kebunnya ke Toke terdekat, hasil

wawancaranya sebagai berikut:

“ Proses penjualan ini kadang di dialami adanya kecurangan yang

dilakukan oleh pembeli atau toke, tetapi kita ikhlaskan mungkin

hanya kekeliruan saja saat dalam proses penimbangan, hal ini demi

menjalin hubungan persaudaraan .”

130

Wawancara bersama Informan 17 sebagai Petani Kelapa lokal dan Sawit, tanggal 15

April 2019

Page 100: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan menunjukkan

bahwa Petani telah menerapkan prinsip prilaku bisnis Islam pada aktivitas

perdagangannya bersama Toke. Hal ini dapat dilihat dari adanya jam

istirahat pada saat waktu shalat yang berarti menunjukkan bahwa tetap

menomor satukan Allah diatas segalanya. Selain itu petani juga

memberikan 25% dari keuntungan bersihnya untuk kegiatan sosial dan

diberikan kepada orang yang berhak menerimanya atau diwakafkan untuk

pembangunan tempat ibadah. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara

bersama petani kelapa yang sudah bertani dari sejak puluhan tahun yang

lalu, berikut penjelasannya:

“Bertani, berkebun Kelapa sawit atau kelapa lokal saat datang masa

panen lalu dijual diantar ke gudang Toke, disini tidak hanya

memikirkan jualnya saja, tidak hanya memikirkan keuntungan atas

jualannya namun disinilah kami berdakwah syi‟ar. Karena jika kita

mengejar dunia saja maka dunia akan bersama kita, jika kita

mengejar akhirat maka akhirat akan bersama kita, sedangkan jika

kita mengejar dunia dan akhirat maka dunia dan akhirat akan kita

dapatkan.”131

Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti juga melakukan

observasi kepada para petani di desa Kuala Keritang mengenai penerapan

prilaku bisnis Islam memang sudah cukup baik, karena yang peneliti lihat

rata-rata para petani di Desa Kuala Keritang tidak hanya bisnis retail yang

semata-mata mencari profit namun tetap peduli dengan lingkungan sekitar

salah satunya dengan memberikan beberapa persen dari keuntungannya

untuk disedekahkan serta dalam bentuk bantuan sosial lainnya.

131

Wawancara bersama Informan 19 sebagai Petani Kelapa lokal, sawit dan pinang, tanggal

16 April 2019

Page 101: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Hal tersebut telah sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh

Kertajaya dan sula dimana dalam bisnis syariah haruslah memperhatikan

dan membantu lingkungan sekitar yang membutuhkan tanpa memandang

statusnya. Jika kelompok masyarakat menerapkan prinsip ketauhidan ini

maka akan berdampak bagus terhadap kemajuan bisnis, karena dengan

diterapkannnya prinsip ini maka segala aktivitas yang dilakukan insya

Allah akan berkah dan diridhoi Allah SWT.

2. Penerapan Keseimbangan

Para petani telah menerapkan prilaku keseimbangan terhadap

pelaksanaan jual beli hasil perkebunannya sehari-hari. Dimana maksud

keseimbangan adalah tidak mementingkan diri sendiri tetapi juga

mementingkan kepuasan orang lain. Dengan terciptanya keseimbangan

antara penjual dan pembeli maka terjadilah sosialisasi yang baik. Yang

mana tidak merugikan kedua belah pihak. Hal tersebut dapat dilihat dari

kualitas produksi yang dilakukan petani sebagai pemilik barang. Baiknya

kualitas produksi bertujuan untuk melayani kebutuhan konsumen serta

memberikan produk terbaik kepada konsumen hal inilah yang diperantarai

melalui kerjasama bersama Toke sebagai distributor.

Hal tersebut didukung oleh hasil observasi dan wawancara penulis

yang terjun langsung dan melihat semua ke lapangan bahwa barang hasil

panen petani yang telah disediakan sudah layak untuk di jual, seperti

kelapa lokal yang diolah menjadi kopra, buah kelapa sawit yang sudah tiba

masa untuk dipanen. Karena biasanya sering juga ditemui kualitas buah

Page 102: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

sawit yang tidak bagus seperti belum masa panen sudah dipanen demi

untuk mendapatkan jumlah kg yang banyak. Seperti hasil wawancara oleh

seorang petani kelapa sawit di Desa kuala Keritang, berikut hasil

wawncaranya:

“saya selalu berusaha agar barang yang saya jual, layak dibeli dan

diberi harga tinggi seperti buah sawit, wajib dipanen selama 2 kali

dalam 1 bulan. Tidak pernah memanen buah yang belum masak,

karena nantinya itu juga dibuang atau disortir oleh pembeli atau

Toke.”132

Hal serupa juga dikemukakan oleh seorang petani pinang, berikut

hasil wawancaranya:

“ saya berkebun pinang ini sudah dari puluhan tahun yang lalu, tiap

masa panen dan selesai diolah langsung diantar ke Toke terdekat

ataupun diantar ke Toke yang di pasar karena menurut saya disana

harganya lebih mahal tetapi masalah kualitasnya selalu saya

perhatikan, misal pinang yang basah tidak pernah dicampur adukkan

dengan pinang yang sudah dikeringkan berharap harganya di sama

ratakan dengan yang kering.133

Mencampur barang bagus dengan barang tidak bagus seperti pinang

dan kopra, memang pernah ada dilakukan oleh mereka para pemilik

barang yang hanya mementingkan keuntungan namun tidak memikirkan

akan kerugian yang akan diperolehnya. Namun berdasarkan hasil

wawancara dan observasi peneliti, para petani di desa kuala keritang telah

menerapkan prinsip keseimbangan dalam melaksanakan aktivitas jual beli

hasil kebun mereka, walaupun kebanyakan mereka tidak memahami secara

mendalam arti dari prinsip prilaku bisnis itu sendiri.

132

Wawancara bersama Informan 16 sebagai petani Kelapa Lokal, sawit dan pinang,

Tanggal 18 April 2019 133

Wawancara bersama Informan 15 sebagai Petani Pinang, Tanggal 21 April 2019

Page 103: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

3. Jual Beli dengan Unsur Suka Rela dan Menghindari Riba

Bisnis ataupun melakukan aktivitas jual beli harus dilakukan dengan

suka rela, tanpa paksaan, dan berdasarkan dasar suka sama suka, selagi

barang yang diperjual belikan tersebut adalah barang yang halal. Dalam

wawancara peneliti dengan bapak Tamrin menjelaskan sebagai berikut:

“saya menjual hasil perkebunan seperti Kelapa bulat dan dikopra,

memang saya lakukan dengan suka rela, artinya menjual kelapa

dengan tidak terpaksa dan Toke pun merasa tidak dipaksa untuk

membeli kelapa itu, sama-sama tidak ada paksaan antara saya dengan

Toke.”134

Selain informasi diatas, peneliti juga mewawancarai salah satu petani

kelapa Sawit di Desa Kuala Keritang yaitu bapak Saidin yang memberikan

keterangan sebagai berikut:

“ Dalam agama tidak dibolehkan mengambil untung diluar batas, ada

batas dalam mencari keuntungan, oleh karena itu saya selalu

berusaha untuk tidak mencari untung yang tidak sesuai dengan

kualitas barang atau hasil kebun saya, mencari untung sesuai dengan

standar dan keadaan barang yang ada, yang biasa dengan harga pasar

yang berlaku.”135

Sistem ekonomi dan bisnis yang dikembangkan seharusnya tidak

terlepas dari tujuan pembentukan sistem itu, yaitu untuk memenuhi

kebutuhan hidup umat manusia. Sedangkan untuk memahami kebutuhan

hidup umat manusia perlu digali hakikat dan penciptaan umat manusia di

muka bumi, yang dalam perspektif Islam berupa manusia adalah hamba

Allah, khalifah Allah, pemakmur bumi. Dalam Al-Qur‟an terdapat banyak

macam nilai yang dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu

134

Wawancara dengan Informan 13 sebagai petani Kelapa lokal, 4 april 2019 135

Wawancara bersama Informan 17 petani Kelapa Lokal, Sawit dan Pinang, Tanggal 16

April 2019

Page 104: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

pengetahuan, termasuk bisnis, di antaranya tauhid, amanah, ukhuwwah,

shiddiq dan lain sebagainya. Berbisnis dengan memahami implementasi

nilai-nilai Islam akan menghasilkan berbagai manfaat atau kinerja

kemashlahatan yang tidak akan dicapai melalui bisnis yang menerapkan

nilai-nilai konvensional.

Page 105: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya penulis dapat

menyimpulkan beberapa hal mengenai pemahaman dan penerapan prilaku

bisnis Islam terhadap pelaksanaan jual beli hasil perkebunan oleh Toke dan

Petani dengan berdasarkan observasi dan wawancara adalah sebagai berikut:

1. Pemahaman dan penerapan prilaku bisnis Islam oleh Toke secara

konsepsional tidak memahami prilaku bisnis Islam, terutama tentang

istilah-istilah dalam ilmu tersebut. Namun, dalam kesehariannya secara

praktek telah mengaplikasikan prilaku bisnis Islam dalam perdagangan

mereka secara alamiah, karena pada pelaksanaan jual beli hasil

perkebunan tersebut sangat mengedepankan nilai-nilai syariah Islam di

operasionalnya.

Hal tersebut didasari dengan adanya bekal pendidikan agama yang

cukup sejak kecil dari madrasah atau alumni pondok pesantren. Ditinjau

dari segi implementasi prilaku Toke di Desa Kuala Keritang sebagai

pembeli diantaranya menjunjung tinggi nilai kejujuran, bersikap ramah-

tamah, berdagang untuk membantu orang lain, adil, seimbang, dan tidak

melupakan akhirat. Dampak prinsip prilaku bisnis Islam yang telah

diterapkan dengan baik, akan menghasilkan dampak positif yakni semakin

banyaknya jumlah pelanggan dan otomatis bisnis yang dijalankan pun

Page 106: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

akan semakin berkembang, dan dapat beroperasi dengan lancar.

Sedangkan dampak negatifnya adalah jika implementasi prilaku bisnis

Islam tersebut tidak dijalankan dengan baik maka operasional bisnis para

Toke selaku perantara bagi petani tidak akan berjalan lancar dan akan

mengalami kebangkrutan. Dan juga bisnis yang dijalankan tidak bernilai

ibadah hanya sia-sia saja.

2. Pemahaman dan penerapan prilaku bisnis Islam oleh Petani juga tak

ubahnya seperti Toke pada umumnya, secara konsepsional tidak

memahami istilah prilaku bisnis Islam, namun dalam praktek jual beli

mereka telah menerapkan dengan baik prinsip prilaku bisnis Islam

tersebut, hal tersebut di tandai dengan beberapa aksioma prilaku bisnis

Islam yang diterapkan seperti penerapan tauhid, penerapan keseimbangan

juga tidak melupakan dasar jual beli yaitu berdagang atas dasar suka rela

atau suka sama suka, juga menghindari praktik riba.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas, untuk

pengembangan usaha bisnis antara Toke dan petani, penulis memberikan

beberapa saran sebagai berikut:

C. Rekomendasi

1. Bagi Toke dan Petani di Desa Kuala Keritang

a. Toke dan Petani agar tetap istiqomah menjalankan implementasi

prilaku bisnis Islam tersebut, supaya bisnis yang dijalankan dapat

berkembang, dan dapat beroperasi dengan jangka waktu yang lama.

Page 107: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

b. Mengutamakan syarat dan rukun bisnis dalam jual beli, agar

kecurangan dan penipuan dapat dihindari sebagai pembeli atau dari

petani sebagai penjual.

c. Tetap menjalin kerjasama bisnis yang baik.

2. Bagi peneliti selanjutnya

a. Penelitian ini hanya meneliti beberapa aspek variabel yang telah

ditentukan oleh penulis dan diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar

bisa menambah terkait aspek variabel sekiranya memiliki pengaruh

yang signifikan dari penelitian sebelumnya.

b. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagai landasan bagi peneliti

selanjutnya. Karena banyak sekali aspirasi yang didapatkan pada saat

penelitian pada prilaku bisnis “Toke” dengan petani dalam jual beli

hasil perkebunan. Semoga pada saat peneliti selanjutnya melakukan

penelitian pada subyek yang sama, lebih baik dan profesional supaya

peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih dalam dan lebih

baik lagi.

D. Kata Penutup

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah

memberikan taufik dan hidayah serta inayah-Nya kepada kita semua dan tak

pernah berhenti memberi nikmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis,

sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Tulisan ini masih belum

sempurna, maka dari itu penulis meminta kritik dan saran yang bersifat

membangun demi kebaikan penulisan ini agar menjadi lebih baik.

Page 108: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Terimah kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang terkait dalam

penulisan skripsi ini, atas waktu yang diluangkan serta kesempatan yang

diberikan untuk penulis dan akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga

Allah SWT membalas kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu

penulis, Amin yaa rabbal alamin.

Jambi, 2019

Darmianti

EES 150618

Page 109: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

DAFTAR PUSTAKA

A. LITERATUR

Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Tangerang: PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, 2013.

Burhan Bungin, 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, Jakarta:

Kencana

Desa Kuala Keritang, 2016. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa

(RPJM Desa), Desa Kuala Keritang, Riau

Departemen Agama Republik Indonesia, 1993:122

Hendi Suhendi, 2005. Fiqh Muamalah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Marta Evi, 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Bidang Kesehatan,

Jakarta: PT RajaGrafindo Persada

Ma‟ruf Abdullah, 2011. Manajemen Bisnis Syariah,Yogyakarta: CV Aswaja

Pressindo

Muhammad dan Alimin, 2005. Etika dan Perlindungan Konsumen dalam

Ekonomi Islam, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Muhammad Zain, 2016. Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi

Ekonomi dan Bisnis Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada

Muslich, 2007. Bisnis Syariah Perspektif Mu’amalah dan Manajemen,

Yogyakarta: UPP STIM YKPN

Moch. Salam Faisal, 2006. Pertumbuhan Hukum Bisnis Syariah di Indonesia,

Bandung: Pustaka

Mulyadi Nitisusastro, 2013. Prilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan,

Bandung: Alfabeta

Rivai Veithzal dan Buchari Andi, 2009. Islamic Ekonomics,Ekonomi Islam

Bukan OPSI, Tetapi SOLUSI, Jakarta: PT Bumi Aksara

Page 110: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

Yunia Ika dan Kadir Abdul, 2014.Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif

Maqashid Al-syari’ah, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Yusuf Qardhawi , 1997. Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani

Press

B. JURNAL dan SKRIPSI

Artaty, 2006. Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktek Tengkulak Dalam Jual Beli

Karet Mentah Studi Kasus di Desa Gedung Riang Kecamatan Blambangan

Umpu Kabupaten Way Kanan. Universitas Islam Negeri Raden Intan

Lampung

Kausar, 2011. Analisis Hubungan Patron-Klien (Studi Kasus Hubungan Toke dan

Petani Kelapa Pola Swadaya di Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan

Hulu), Indonesian Journal Of Agricultural Economic (IJAE)

Kevin Prayogo Rochmato, 2017. Evaluasi Manajemen Rantai Pasok Pada Usaha

Global Pamungkas. PERFORMA: Jurnal Manajemen dan Start-up Bisnis,

Universitas Ciputra

Nurin Fajrina, Dampak Penerapan Etika BIsnis Islam Pada Kemajuan Bisnis

studi kasus De‟Halal Mart Yogyakarta

Siawadi, 2013. Jual beli dalam perpekstif islam, Jurnal Ummul Qura Vol III

Agustus

Sutisna, 2015. Tengkulak dan Petani: Kajian Historis terhadap perkembangan

tengkulak sayur di Desa Nanggreng kecamatan Cililin Kab Bandung Barat

Tahun 1990-2013, Universitas Pendidikan Indonesia

C. INTERNET

www.infodanpengertian.com/pengertian-petani-menurut-para-ahli-/diakses

Oktober 2018

Page 111: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

PANDUAN WAWANCARA

1. Panduan Wawancara dengan Toke sebagai Pembeli

a. Dimanakah menempuh pendidikan agama dan apa saja yang dipelajari

?

b. Bagaimana pengetahuan agama anda tentang jual beli dalam Islam ?

c. Bagaimana cara anda memahami prinsip prilaku bisnis Islam, dan

bagaimana pengaplikasikannya?

d. Apa yang mendorong atau memotivasi anda untuk berdagang, dan

mulai sejak kapan anda menjadi toke di desa Kuala Keritang?

e. Apa tujuan dan kepentingan anda melaksanakan aktivitas jual beli

sehari-hari ?

f. Apakah ada hubungan dengan stakeholder (pengusaha) dan dana Bank

untuk menunjang kegiatan jual beli yang dilakukan?

g. Apa yanga anda lakukan agar kerjasama bisnis, hubungan silahturahim

dalam berdagang tetap berjalan dan terjalin dengan baik ?

h. Adakah telah menyisihkan uang dari laba keuntungan untuk zakat,

infak dan sedekah ?

i. Bagaimana tanggapan atau respon para pelanggan atau petani itu

sendiri terhadap keberadaan Toke ?

j. Bagaimana mengatasi barang yang dibeli dari pelanggan yang tidak

memiliki kualitas yang bagus ?

2. Panduan Wawancara dengan Petani sebagai Penjual

a. Dimana anda menempuh pendidikan dan apa saja yang dipelajari ?

b. Bagaimana pengetahuan anda tentang jual beli dalam Islam ?

c. Bagaimana anda memahami tentang prilaku bisnis dalam Islam, dan

bagaimana cara mengaflikasikannya ?

d. Apa tujuan dan kepentingan anda melakukan bisnis jual beli ?

e. Kapan anda menjual hasil panen ke Toke ?

f. Bagaimana tanggapan anda dengan adanya Toke ?

Page 112: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

DOKUMENTASI

A. Desa Kuala Keritang Provinsi Riau

Page 113: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI
Page 114: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI
Page 115: PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI

DAFTAR RIWAYAT

(CURRICULUM VITAE)

Nama : Darmianti

Tempat/Tgl lahir : Riau, 30 Juni 1996

Email/ Surel : [email protected]

Alamat : Jl penunjang 01, rw 03 rt 03, Desa Kuala Keritang,

Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi

Riau

No Kontak/ Hp : 082285894536

Pendidikan Formal:

1. SDN O29 (Desa Kuala Keritang, Provinsi Riau) : 2002-2008

2. Madrasah Tsanawiyah (Desa Pasar Kembang, Provinsi Riau) : 2008-2011

3. Madrasah Aliyah Nurul Wathan (Desa Pasar kembang, Provinsi Riau) : 2011-

2014

Pengalaman Organisasi:

Anggota KSEI 2015-2016

Jambi, 2019

Ttd

Darmianti

EES 150618