PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI
Transcript of PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI
i
PERILAKU “TOKE” DAN PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI
HASIL PERKEBUNAN PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI DESA
KUALA KERITANG KECAMATAN KERITANG KABUPATEN
INDRAGIRI HILIR PROVINSI RIAU
SKRIPSI
OLEH:
DARMIANTI
EES. 150618
PEMBIMBING:
Prof. Dr. SUBHAN, M.Ag
ANZU ELVIA ZAHARA, SE, M.E.Sy
PROGRAM STUDI EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2019
ii
iii
iv
v
MOTTO
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan
harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan
perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu.
Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah
Maha Penyayang kepadamu. (Q.S An-Nisa‟(4): 29)
vi
PERSEMBAHAN
Assalamu’alaikum wr. Wb
Dengan senantiasa bertasbih menyebut nama Allah SWT.
Shalawat serta salam kepada baginda Rasulullah SAW.
Do‟aku panjatkan untuk para sahabat Rasululullah SAW.
Para Ulama warisatulanbiya dan Muslimin/mat.
Disertai ucapan “terimah kasih”
Ananda persembahkan skripsi ini untuk :
Ayahanda Abdul Fattah (Alm), dan untuk Ibunda Nur Baya
Yang tiada hentinya mendidik, mendoakan dan memotivasi dalam
kondisi apapun serta membantu baik berupa pemikiran dan materi.
Sosok Ayah dan Ibu yang luar biasa tangguh, ibu yang tidak pernah ada
kata lelah didalam mengasuh, memberi semangat, memotivasi serta
memberikan kasih sayang dan ibu yang tak pernah lupa untuk selalu
memohonkan Do‟a-Nya kepada Allah SWT agar Allah Permudah saya
dalam menyelesaikan Skripsi ini.
Kakak-kakak saya Junaida, Rahmatang, Abdul Rosyid, Nur aini, S.I,
Syamsuddin. Serta adik-adik saya Syahrul Al-Fattah, Wahyudin Al-
Fattah, Rizal Al-Fattah dan Nur Syifa Az-Zahra dan keluarga besar yang
selalu memberi semangat dan motivasi, semoga Allah SWT selalu
melimpahkan nikmat dan karunianya kepada kita semua. Aamiin yaa
rabbal alamin.
vii
ABSTRAK
Darmianti; EES150618. Perilaku “Toke” dan Petani dalam Berbisnis Jual
Beli Hasil Perkebunan Perspektif Ekonomi Islam di Desa Kuala Keritang
Kecamatan Keritang Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskrifsikan dan mengetahui
pemahaman dan penerapan perilaku bisnis oleh “toke” dan petani dalam
melaksanakan jual beli hasil perkebunan di desa Kuala Keritang yang meliputi;
(1) Pemahaman Pengetahuan agama tentang perilaku/etika bisnis oleh para Toke
dan Petani dalam kegiatan jual belinya, (2) Tujuan, upaya dan Penerapan yang
dilakukan agar bisnis mencapai keberkahan dan juga bernilai ibadah. Penelitian
ini menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, pengumpulan data dilakukan
dengan teknik observasi, wawancara, dan dokumentasi. Penentuan subjek
penelitian, menggunakan teknik snow-ball sampling. Teknik analisis data yang
digunakan adalah analisis interaktif yang meliputi langkah-langkah; reduksi data,
penyajian data, penarikan kesimpulan. Keterpercayaan hasil penelitian diperoleh
dengan teknik perpanjangan keikutsertaan peneliti, teknik ketekunan/ pengamatan
penelitian, teknik trianggulasi, dan teknik diskusi sejawat.
Hasil Penelitian yang berdasarkan temuan di lapangan menunjukkan
bahwa; Pemahaman dan Penerapan perilaku bisnis atau etika bisnis Islam itu
sendiri oleh toke dan petani menyadari berdagang dengan baik di Jalan Allah
walaupun secara konsepsional mereka tidak memahami dan tidak mengerti
tentang etika bisnis namun dalam kesehariannya secara tidak langsung mereka
telah menerapkan dengan baik maksud tujuan dari perilaku bisnis dalam Islam
tersebut. Diharapkan penelitian selanjutnya agar dapat dilakukan dengan materi
perilaku bisnis Islam yang sama tetapi pada pemikiran yang berbeda.
Kata Kunci : Perilaku, Toke, Petani, Jual Beli, Hasil Perkebunan, dan
Ekonomi Islam
viii
ABSTRACT
Darmianti; EES150618. "Toke" Business Behavior and Farmers on the Sale
and Purchase of Plantations in Kuala Keritang Village, Keritang District,
Indragiri Hilir Regency, Riau Province.
This study aims to describe and know the understanding and application
of business behavior by "toke" and farmers in implementing the sale and purchase
of plantation products in the village of Kuala Keritang which includes; (1)
Understanding of religious knowledge about behavior / business ethics by Toke
and Farmers in their buying and selling activities, (2) Objectives, efforts and
implementation carried out so that the business reaches blessings and is also
worthy of worship. This study uses a descriptive qualitative approach, data
collection is done by observation, interview, and documentation techniques.
Determination of research subjects, using snow-ball sampling technique. The data
analysis technique used is interactive analysis which includes steps; data
reduction, data presentation, conclusion drawing.
The reliability of the research results is obtained by the technique of
extending the participation of researchers, perseverance / research observation
techniques, triangulation techniques, and peer discussion techniques. Research
results based on findings in the field indicate that; Understanding and Application
of Islamic business conduct or business ethics itself by toke and farmers realize
trading well in God even though conceptually they do not understand and do not
understand business ethics but in their daily lives they have applied well the
purpose of business behavior in Islam. It is hoped that further research can be
carried out with material on the same Islamic business behavior but on different
thoughts.
Keywords: Business Behavior, Toke, Farmers, Buy and Sell, Plantation
Products and Islamic Economic.
ix
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah Puji syukur atas kehadirat Allah SWT, berkat rahmat dan
hidayah-Nya penyelesaiaan skripsi ini dapat diselesaiakan. Disamping itu, tidak
lupa pula iringan shalawat serta salam kepada junjungan Nabi Muhammad SAW
yang telah membawa risalah pencerahan bagi manusia. Penulisan skripsi ini
dimaksudkan untuk memenuhi salah satu syarat Akademik guna mendapat gelar
sarjana Ekonomi Syariah pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam di UIN Sulthan
Thaha Saifuddin Jambi. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyelesaian
skripsi ini banyak melibatkan pihak yang telah memberikan motivasi baik moril
maupun materil. Untuk itu melalui kesempatan peneliti mengucapkan terimah
kasih kepada semua pihak yang turut membantu menyelesaikan skripsi ini,
terutama sekali kepada Yang Terhormat:
1. Bapak Dr. H. Hadri Hasan selaku rektor UIN STS Jambi.
2. Bapak Prof. Dr. Subhan, M.Ag selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam di UIN STS Jambi.
3. Ibu Dr. Rafidah, SE, M.EI, Bapak Dr. Novi Mubyarto, SE., ME, Ibu Halimah
Dja‟far. S.Ag, FiI,I , selaku Wakil Dekan I, II, dan III di Bidang Akademik
Kemahasiswaan dan Kerjasama di lingkungan Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam di UIN STS Jambi.
4. Bapak Dr. Sucipto, MA dan Ibu G.W.I. Awal Habibah, M.E.,Sy selaku Ketua
Jurusan dan Sekretaris Jurusan Ekonomi Syariah di Fakultas Ekonomi dan
Bisnis Islam di UIN STS Jambi.
x
5. Bapak Prof. Dr. Subhan, M.Ag dan Ibu Anzu Elvia Zahara, SE. M.E.,Sy
selaku dosen pembimbing I dan dosen pembimbing II yang telah banyak
meluangkan waktu dalam memberikan bimbingan dan arahan hingga skripsi
ini bisa diselesaikan dengan baik.
6. Dosen-dosen serta karyawan-karyawan Jurusan Ekonomi Syariah di Fakultas
Ekonomi dan Bisnis Islam UIN STS Jambi.
7. Seluruh mahasiswa Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
khususnya mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam yang telah
memberikan semangat serta sumbangsihnya.
8. Teman-teman lokal Ekonomi Syariah D 2015 Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Islam UIN STS JAMBI, terima kasih atas segala dukungannya.
9. Dan semua pihak yang terlibat dalam penyusunan skripsi ini, baik langsung
maupuun tidak langsung.
Disamping itu, disadari juga bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan. Oleh karenanya diharapkan kepada semua pihak untuk dapat
memberikan kontribusi demi perbaikan skripsi ini. Kepada Allah SWT kita
memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita memohon kema‟afannya.
Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pengembang ilmu dan semoga amal
kebajikan kita dinilai ibadah oleh Allah SWT. Aamin yaa rabbal alaminn.
Jambi, 2019
Penulis
Darmianti
xi
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................ Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN ORISINALITAS TUGAS AKHIR .......... Error! Bookmark not
defined.
NOTA DINAS ........................................................... Error! Bookmark not defined.
PENGESAHAN TUGAS AKHIR ....................................................................... iii
MOTTO ................................................................................................................ iv
PERSEMBAHAN ................................................................................................. vi
ABSTRAK ............................................................................................................ vi
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
DAFTAR ISI ......................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL .............................................................................................. xiii
DAFTAR ISTILAH ........................................................................................... xiv
DAFTAR SINGKATAN ................................................................................... xvii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ............................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 7
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian .................................................................... 7
D. Batasan Masalah ........................................................................................................... 8
E. Kerangka Teori ............................................................................................................ 9
F. Tinjauan Pustaka ........................................................................................................ 35
G. Kerangka Berfikir ....................................................................................................... 39
BAB II METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian ....................................................................................................... 40
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ................................................................................. 41
C. Jenis dan Sumber Data ............................................................................................... 41
D. Setting dan Subjek Penelitian ..................................................................................... 42
E. Instrumen Pengumpulan Data .................................................................................... 44
xii
F. Teknik Analisis Data .................................................................................................. 45
G. Pemeriksaan Keabsahan Data ..................................................................................... 46
H. Sistematika Penulisan ................................................................................................. 47
BAB III GAMBARAN UMUM TOKE DAN PETANI DI DESA KUALA
KERITANG
A. Sejarah Singkat Desa Kuala Keritang ........................................................................ 49
B. Geografis Wilayah ...................................................................................................... 52
C. Jumlah dan Jenis Bisnis “Toke” dan Petani Di Desa Kuala Keritang ........................ 55
D. Toke di sekitar Desa Kuala Keritang .......................................................................... 56
E. Petani di Desa Kuala keritang .................................................................................... 58
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pemahaman Perilaku Bisnis Islam oleh Toke dan Petani dalam berbisnis Jual beli
Hasil Perkebunan Perspektif Ekonomi Islam di Desa Kuala Keritang Provinsi Riau 60
B. Penerapan Perilaku Bisnis Islam oleh Toke dan Petani dalam berbisnis jual beli hasil
perkebunan Perspektif Ekonomi Islam di Desa Kuala Keritang ................................ 71
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ................................................................................................................. 88
B. Saran ........................................................................................................................... 89
C. Rekomendasi .............................................................................................................. 89
D. Kata Penutup .............................................................................................................. 90
DOKUMENTASI
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xiii
DAFTAR TABEL
1. Tinjauan Pustaka........................................................................................ 33
2. Jenis Sumber Daya Alam Masyarakat di Desa kuala Keritang
2018/2019................................................................................................... 46
3. Jumlah dan jenis Bisnis “Toke” dan Petani di Desa Kuala Keritang........ 54
xiv
DAFTAR ISTILAH
Agen : Penyalur atas nama perusahaan tertentu menjual barang
dan jasa hasil produksi.
Amanah : Bertanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan
kewajiban.
Broker : Pialang (individu atau perusahaan yang bertindak sebagai
perantara jual dan beli).
Conclution : Penarikan kesimpulan
Data reduction : Reduksi data
Data display : Penyajian data
Dokumentasi : Berasal dari kata dokumen yang berarti setiap bahan
tertulis atau film yang tidak dipersiarkan karena adanya
permainan seorang peneliti
Distributor : Perantara yang menyalurkan produk dari pabrik
kepengecer (retailer)
Equilibrium : Keseimbangan
Fathanah, : Mengerti, memahami dan menghayati secara mendalam
segala yang menjadi tugas dan kewajibannya.
Field research : Berbentuk penelitian lapangan
Free will : Kebebasan
Given : Berlaku umum
Gatherer : Pengumpul
Hubungan resiproritas : Hubungan timbal balik
Hubungan personal : Hubungan yang bersifat langsung dan intensif
Hubungan loyalitas : Kesetian dan kepatuhan
Karyawan : Orang yang bekerja pada suatu lembaga (kantor, dan
sebagainya) dengan mendapatkan gaji (upah).
xv
Khamar :Minuman keras
Konsumen : Setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam
masyarakat, baik keluarga maupun sendiri.
Komoditas : Suatu benda nyata yang relatif mudah diperdagangkan,
dan dapat diserahkan secara fisik
Konvensional : Segala sesuatu yang sifatnya mengikuti adat atau
kebiasaan yang umum dan lazim digunakan.
Manajer : Seorang anggota organisasi yang bertugas mengarahkan,
mengawasi pekerjaan anggota organisasi yang lain
Marketing : Pemasaran
Mitra kerja : Hubungan kerja antara perusahaan dengan perusahaan
lainnya.
Mutualisme : Saling menguntungkan
Observasi : Prilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin
dicapai
Patron Klien : Pertukaran hubungan antara individu yang status
ekonominya lebih tinggi dengan yang lebih rendah
Peasant : Petani (Seorang yang bergerak dibidang pertanian,
perkebunan, mengolah lahan agar memperoleh hasil
tanaman untuk dijual).
Produktivitas : Istilah dalam kegiatan produksi sebagai perbandingan
antara luaran dan masukan
Responsibility : Tanggung jawab
Shiddiq : Mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan,
keyakinan dan amal perbuatan atas dasar nilai-nilai yang
diajarkan Islam
Sistem Ijon : Sistem jual sebelum masa panen
Snawball Sampling : Teknik pengumpulan data jumlah sumber akan bertambah
apabila dirasa data belum cukup
xvi
Trader : Pedagang (orang yang menjual dan membeli barang dan
jasa untuk mendapatkan keuntungan).
Toke : Seorang pembeli barang hasil perkebunan petani
(Pengumpul).
Tabligh : Mengajak dan memberikan contoh kepada pihak lain
untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam
dalam kehidupan sehari-hari.
Unity : Kesatuan
Trustworthiness : Keterpercayaan data
Teknik trianggulasi : Teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu
Wawancara : Sebuah dialog yang dilaksanakan oleh pewawancara
untuk memperoleh informasi dan terwawancara
xvii
DAFTAR SINGKATAN
A. Daftar Singkatan yang dibutuhkan
swt. = subhânahu wa ta‟âlâ
saw. = sall Allâh „alaihi wa sallam
QS. = al-Qur‟â Surat
HR. = Hadis Riwayat
hlm. = halaman
terj. = terjemah
SDM = Sumber Daya Manusia
SDA = Sumber Daya Alam
CSR = Corporate Social Responsibility
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Islam adalah agama yang mengatur tentang kehidupan manusia dalam
berhubungan baik secara vertikal maupun secara horizontal. Adapun vertikal
yaitu manusia dengan Tuhannya (hablumminallah), contoh yaitu melakukan
ibadah seperti sholat, puasa, dan membaca Al-Qur‟an. Hubungan secara
horizontal seperti manusia dengan sesama manusia (hablumminannas), Islam
menekankan dengan adanya moralitas seperti persaingan yang sehat,
kejujuran, keterbukaan, dan keadilan. Implementasi nilai-nilai moralitas
tersebut dalam bisnis merupakan tanggung jawab bagi setiap pelaku bisnis.1
Sebagaimana firman Allah dalam Al-qur‟an Surah Ali-imran ayat 112 di
bawah ini:
Artinya: Mereka diliputi kehinaan di mana saja mereka berada, kecuali jika
mereka berpegang kepada tali (agama) Allah dan tali (perjanjian)
dengan manusia, dan mereka kembali mendapat kemurkaan dari
1 Nurin Fajrina, Dampak Penerapan Etika BIsnis Islam Pada Kemajuan Bisnis (studi kasus
De‟Halal Mart Yogyakarta) hlm.2
Allah dan mereka diliputi kerendahan. Yang demikian itu karena
mereka kafir kepada ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa
alasan yang benar. Yang demikian itu disebabkan mereka durhaka
dan melampaui batas.2
Dalam ajaran Islam, etika menuntun seluruh aspek kehidupan manusia.
Tanpa mengkhususkan diri pada suatu situasi tertentu, Allah SWT
menggambarkan orang yang mencapai kesuksesan sebagai orang-orang yang
mengarahkan semua tindakannya kepada kebaikan, mendorong kepada yang
benar dan melarang kepada yang salah, baik saat menjalankan aktivitas sehari-
hari ataupun menjalankan bisnis (muamalah).3
Etika pada umumnya didefinisikan sebagai suatu usaha yang sistematis
dengan menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman moral individual
dan sosial sehingga dapat menetapkan aturan untuk mengendalikan perilaku
manusia serta nilai-nilai yang baik untuk dapat dijadikan sasaran hidup.4
Kegiatan bisnis merupakan bagian dari kehidupan ummat, karena manusia
yang hidup bermasyarakat ini saling ketergantungan, saling memerlukan
antara yang satu dengan yang lain . Tidak ada manusia yang sanggup
menyiapkan semua keperluan hidupnya. Kekurangan kemampuan seseorang
menyediakan sesuatu keperluan hidupnya dapat ditutupi oleh orang lain yang
bisa menyediakan melalui aktivitas perdagangan (bisnis).5
Dengan demikian kegiatan berbisnis itu sudah merupakan peradaban
2 Ali-Imran (3) : 112.
3 Ibid. 3
4 Salam Faisal, Pertumbuhan Hukum Bisnis Syariah Di Indonesia, (Bandung: Pustaka,
2006), hlm 155 5 Ma‟ruf Abdullah, Manajemen Bisnis Syariah (Yogyakarta, CV Aswaja Pressindo:2011).
Hlm 3
manusia yang sama tuanya dengan keberadaan manusia dimuka bumi ini.6
Dalam kenyataannya juga berbisnis menjadi lapangan mata pencaharian yang
banyak dipilih oleh warga masyarakat.
Dalam berusaha manusia sering dihadapkan pada keterbatasan modal
dan sumber daya manusia atau skill. Mereka yang mempunyai modal besar
akan berusaha secara mandiri. Dan sebaliknya bagi mereka yang tidak
memiliki modal yang besar akan berusaha memenuhi kebutuhannya dengan
berbagai cara.7
Di Indonesia mayoritas masyarakatnya menyandarkan kebutuhan
ekonomi pada sektor perkebunan. Khususnya pada Desa Kuala Keritang yang
mayoritas masyarakatnya menggantungkan perekonomian dari sektor
perkebunan. Saat ini perkebunan merupakan tulang punggung mereka, karena
dapat dijadikan sektor pembangunan berkelanjutan yang ditopang dengan
kualitas lingkungan dan sumber daya manusia. Perkebunan yang diminati
masyarakat terdiri dari perkebunan kelapa lokal, perkebunan kelapa sawit dan
perkebunan pinang. Merupakan salah satu dari sekian banyak mata
pencaharian yang dipilih oleh masyarakat khususnya di Desa Kuala Keritang
sebagai usaha untuk memenuhi kebutuhan hidup. Hal ini dipilih masyarakat
karena berbagai alasan diantaranya adalah karena usia produktif perkebunan
tersebut lebih lama dibandingkan komoditas lainnya dan pemeliharaannya
tidak memakai biaya besar.8
Agar terciptanya nilai jual dan maanfaat dari sektor perkebunan berupa
6 Ibid, hlm 3
7 Ibid.hlm 4
8 Ibid. 5
buah kelapa, kelapa sawit dan pinang tersebut, jual beli antara toke dan petani
semakin meningkat dan terus menerus mengalami perkembangan. Toke dapat
diartikan sebagai penyedia jasa distributor dan penghubung antara pemilik
barang dengan pembeli yang membutuhkan jasa toke dalam transaksi jual beli
dan sebagainya, sebagai distributor sangat lah membantu para konsumen
untuk mendapatkan barang yang diinginkan dengan mudah serta dengan
spesifikasi harga yang telah ditentukan. 9
Namun tidak sedikit dari mereka yang bertindak sebagai toke
(pedagang) tidak mengerti tentang hukum Islam, sehingga ia bisa mengelola
barang dagangannya sesuai dengan syariat Islam. Penerapan prilaku bisnis
dapat dilihat dari beberapa besarnya para toke dan petani memahami
pencatatan keuangan masuk dan keluar dari barang dagangan mereka setiap
harinya, kejujuran dalam perhitungan, takaran atau timbangan barang petani
sesuai syariat Islam. Dengan kata lain, maka prinsip pengetahuan etika bisnis
Islam mutlak harus dimiliki oleh setiap individu yang melakukan kegiatan
ekonomi baik itu pebisnis atau petani yang melakukan aktivitas ekonomi.10
Dalam observasi peneliti melihat di Desa Kuala keritang masih ada
beberapa tindakan Toke yang melakukan kecurangan. Beberapa Toke terlihat
melakukan kecurangan dalam perhitungan buah kelapa, kecurangan pada
takaran dan timbangan kopra, kelapa sawit, serta pinang. disebut kecurangan
dalam menakar dan menimbang karena praktek seperti ini telah merampas hak
orang lain. Menetapkan atau menurunkan harga barang sesukanya yang tidak
9 Ibid. 10
10 Ibid. 11
sesuai dengan harga pasaran, meskipun tidak jauh beda dengan harga yang ada
juga masih kerap dilakukan oleh para Toke. Praktek seperti ini juga
menimbulkan dampak yang sangat vital dalam dunia perdagangan yaitu
timbulnya ketidakpercayaan penjual dan pembeli terhadap para Toke yang
curang pada saat menghitung, menakar dan menimbang mendapat ancaman
siksa di akhirat. Alasan penulis memilih Desa Kuala Keritang Provinsi Riau
sebagai tempat penelitian karena masih banyak terjadi perilaku kecurangan,
penipuan kasus penimbunan, dan riba.11
Oleh karena itu seharusnya mereka berdagang dengan mencontoh
sifat-sifat Rasulullah yaitu jujur, dipercaya, bertanggung jawab dalam
berbisnis, berdagang atas dasar amanah, prinsip kebebasan, keseimbangan dan
kebenaran. Islam pada prinsipnya tidak melarang perdagangan, kecuali ada
unsur-unsur kezaliman, penipuan, penindasan, dan mengarah kepada sesuatu
yang dilarang. Keterikatan antara petani dengan para toke juga masih banyak
terjadi, akibatnya jual beli yang dilakukan tidak atas dasar suka sama suka.
Para toke yang melakukan itu dengan alasan sebagai syarat jual beli yang
harus diikuti, sebab keduanya sama-sama saling membutuhkan untuk mencari
keuntungan.
Menurut Informan 1, salah satu toke yang biasa membeli kelapa Sawit
petani di Desa Kuala Keritang. Ia biasa menggunakan pencatatan
keuangan yang sederhana, ia menggambarkan pencatatan tersebut
dengan berapa pengeluaran, berapa penghasilan per harinya dan berapa
11
Ibid.hlm 12
hutang petani, bagi para petani yang telah mengambil hutang sebelum
masa panen.12
Sementara itu, Informan 2. Toke Kelapa Bulat dan Kopra menyatakan
bahwa ia juga membuat buku pembelian jumlah kelapa, buku hutang,
dan berupa nota untuk petani yang menjual kelapa dengannya, untuk
sebagai bukti telah dilakukakan nya pelaksanaan jual beli kelapa secara
sah.13
Namun dari sekian banyak toke dan petani kelapa, masih ada yang
belum memahami tentang perilaku bisnis secara Islam selama mereka
melakukan transaksi jual beli kelapa lokal, kelapa sawit dan pinang. mereka
berdagang karena didukung oleh lingkungan dan modal yang ada, tanpa
pernah belajar prinsip- prinsip etika dan prilaku bisnis dalam Islam yang
sebenarnya.
Disamping alasan di atas, peneliti juga tertarik melakukan penelitian ini
karena di dukung oleh beberapa literature terdahulu yang juga membahas
persoalan yang sama di tempat yang berbeda. Misalnya saja, penelitian
terdahulu yang dilakukan oleh Fariihah dengan judul: Etika dan Perilaku
Bisnis Islam Pedagang pada Kawasan Pasar Palmerah.14
Selanjutnya, ada
penelitian yang di lakukan oleh Evi Susanti dengan judul: Penerapan Etika
Bisnis Islam dalam Usaha Mebel di CV. Jati Karya Palembang.15
Berdasarkan Latar belakang masalah yang telah di uraikan, maka penulis
merasa perlu untuk melakukan penelitian tentang perilaku menyimpang
12
Wawancara dengan Bapak H Bahtiar, Toke kelapa Sawit di Desa Kuala Keritang, 01
November 2018 13
Wawancara dengan Bapak H Amir, Toke Kelapa Bulat dan Kopra, di Desa Kuala
Keritang, 01 November 2018. 14
Fariihah, “Etika dan Perilaku Bisnis Islam Pedagang pada Kawasan Pasar Palmerah.
(Skripsi : Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, Jakarta, 2017). 15
Susanti Evi, Penerapan Etika Bisnis Islam dalam Usaha Mebel di CV. Jati Karya
Palembang, (Skripsi: Universitas Islam Negeri Raden Fatah, Palembang, 2017)
“toke” dan Petani dalam berbisnis jual beli hasil perkebunan menurut
perspektif Islam yang terjadi di Desa Kuala Keritang. Kemudian
mengangkatnya dalam tulisan berjudul :“ PERILAKU “TOKE” DAN
PETANI DALAM BERBISNIS JUAL BELI HASIL PERKEBUNAN
PERSPEKTIF EKONOMI ISLAM DI DESA KUALA KERITANG
KECAMATAN KERITANG KABUPATEN INDRAGIRI HILIR
PROVINSI RIAU.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan di atas, maka dalam penelitian ini, rumusan
masalahnya adalah:
1. Bagaimana Pemahaman Perilaku Bisnis Islam oleh Toke dan petani dalam
berbisnis jual beli hasil perkebunan perspektif ekonomi Islam di Desa
Kuala Keritang?
2. Bagaimana Penerapan Perilaku bisnis Islam oleh Toke dan Petani dalam
berbisnis jual beli hasil perkebunan perspektif ekonomi Islam di Desa
Kuala Keritang ?
C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian
1. Ingin mengetahui bagaimana pemahaman perilaku bisnis Islam oleh Toke
dan petani dalam berbisnis jual beli hasil perkebunan perspektif ekonomi
Islam di Desa Kuala Keritang ?
2. Ingin mengetahui bagaimana penerapan perilaku bisnis Islam oleh toke
dan Petani dalam berbisnis jual beli hasil perkebunan perspektif ekonomi
Islam di Desa Kuala Keritang ?
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi:
1. Bagi penulis
Hasil penelitian ini diharapkan mampu menambah wawasan dan
pengetahuan penulis mengenai perilaku “toke” dan petani dalam berbisnis
jual beli hasil perkebunan perspektif ekonomi Islam.
2. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangsihpemikiran
dan pengetahuan bagi akademisi tentang prilaku bisnis “toke” dan petani
dalam berbisnis jual beli hasil perkebunan perspektif ekonomi Islam.
Sehingga mampu memberikan kontribusi positif bagi perkembangan
praktik jual beli hasil perkebunan secara baik dan benar.
3. Bagi Praktisi
Hasil penelitian ini diharapkan juga bermanfaat bagi “Toke” dan
Petani dan lain- lain di Desa Kuala Keritang, yakni menjadi bahan
masukan berupa informasi tentang perilaku “toke” dan petani dalam
melaksanakan jual beli yang benar efektif sesuai dengan ajaran islam
sehingga dapat menentukan kebijakan bagi masyarakat Desa Kuala
Keritang..
4. Sebagai bahan informasi penelitian selanjutnya.
D. Batasan Masalah
Mengingat terlalu luasnya uraian yang telah dipaparkan sebelumnya,
maka peneliti membatasi ruang lingkup penelitian dengan memfokuskan pada
perilaku “toke” dan Petani dalam berbisnis jual beli hasil perkebunan (kelapa
lokal, kelapa sawit dan pinang) perspektif ekonomi Islam di Desa Kuala
Keritang Provinsi Riau.
E. Kerangka Teori
1. Perilaku/ Etika Bisnis
Menurut K. Bertens etika ialah cabang filsafat yang mempelajari
baik buruknya perilaku manusia.16
Menurut Muhammad dan Alimin Perilaku (etika) adalah ilmu yang
berisi patokan- patokan mengenai apa yang benar atau salah, yang baik
atau buruk, yang bermanfaat atau tidak bermanfaat.17
Etika atau perilaku
bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup
seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga
masyarakat. Etika bisnis dalam suatu perusahaan dapat berupa nilai, norma
dan perilaku karyawan serta pimpinan dalam membangun hubungan yang
adil dan sehat dengan pelanggan/ mitra kerja, pemegang saham,
masyarakat.
Etika bisnis adalah perilaku etis atau tidak etis yang dilakukan
oleh pimpinan, manajer, karyawan, agen atau perwalian suatu
perusahaan.18
Pendapat lain menyatakan bahwa etika bisnis adalah aturan-
aturan yang menegaskan suatu bisnis boleh bertindak dan tidak boleh
bertindak, dimana aturan-aturan tersebut dapat bersumber dari aturan yang
16
Fahmi Irham, Etika Bisnis: Teori, Kasus dan Solusi ( Alfabeta Bandung: 2013) hlm 2 17
Muhammad dkk, Etika dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam ( BPEE-
Yogyakarta : 2004) hlm 61 18
Ibid.hlm 6
tertulis maupun tidak tertulis. Jika suatu bisnis melanggar aturan- aturan
tersebut maka sanksi akan diterima. Sanksi tersebut dapat berbentuk
langsung maupun tidak langsung.19
2. Definisi Perilaku/ Etika Bisnis Islam
Terminologi paling dekat dengan pengertian perilaku (etika) dalam
Islam adalah akhlak. Dalam Islam, etika (akhlak) sebagai cerminan
kepercayaan Islam (iman). Etika Islam memberi sangsi internal yang kuat
serta otoritas pelaksana dalam menjalankan standar etika.20
Masyarakat muslim tidak bebas tanpa kendali dalam memproduksi
sumber daya alam, mendistribusikannya, atau mengkonsumsinya. Namun
disisi lain, ia terikat dengan iman dan etika sehingga ia tidak bebas mutlak
dalam menginvestasikan modal nya atau membelanjakan hartanya.21
Jack
Austri, seorang Perancis, dalam bukunya Islam dan Pengembangan
Ekonomi mengatakan, “Islam adalah gabungan antara tatanan kehidupan
praktis dan sumber etika yang mulia, antara keduanya terdapat ikatan erat
yang tidak terpisahkan.22
Dari sini bisa dikatakan bahwa orang-orang Islam tidak akan
menerima ekonomi Kapitalis. Dan ekonomi yang kekuatannya
berdasarkan wahyu dari langit itu tanpa diragukan lagi adalah ekonomi
yang berdasarkan etika. Menurut J. Perth, kombinasi antara ekonomi dan
etika ini bukanlah hal baru di dalam Islam. Sejak semula Islam tidak
19
Ibid.hlm 7 20
Op.cit.hlm 8 21
Qardhawi Yusuf, Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani Press, 1997), Hlm 51
22 Ibid, hlm 55
mengenal pemisahan jasmani dengan rohani. Prinsip sekularisme yang
dilahirkan kaum Protestan dengan renaisansnya di Eropa tidak dikenal
dalam sejarah Islam. Sebab keuniversalan syariat Islam merlarang
berkembangnya ekonomi tanpa Etika. Di dalam sejarah Islam, kita
menemukan peraktek-peraktek bisnis yang menggabungkan etika dan
ekonomi, terutama ketika Islam benar-benar dijadikan pedoman utama
dalam kehidupan sehari-hari. Allah SWT telah menentukan aturan-aturan
dalam menjalankan kehidupan berbisnis. Aturan- aturan itu dalam tulisan
ini disebut kode etik. Allah SWT telah menetapkan batas- batas tertentu
terhadap prilaku manusia dalam berbisnis sehingga menguntungkan satu
individu tanpa mengorbankan hak- hak individu lain.23
Pada dasarnya hakikat etika bisnis, adalah menganalisa atas asumsi –
asumsi bisnis, baik asumsi moral maupun asumsi di pandang dari sudut
moral.24
Oleh karena bisnis bergerak dalam rangka suatu sistem ekonomi
maka sebagian dari tugas etika bisnis yang sesungguhnya ialah
menemukakan etika bisnis yang harus dipegang dan dijalankan kaum
muslimin. Secara ringkas akan penulis paparkan sebagai berikut :
1) Kaum muslimin yang berbisnis harus selalu ingat Allah SWT.
Walaupun para pelaku bisnis muslimin disibukkan melakukan
berbagai transaksi bisnis, namun perlu diingat oleh pelaku bisnis
23
Op.cit.hlm 9 24
Salam Faisal, Ibid, hlm 156
muslim yaitu antara melakukan bisnis itu jangan sekali-kali melupakan
bisnis akhirat.25
2) Barang yang diperdagangkan adalah barang yang halal.
Para pelaku bisnis muslim dilarang menjual barang-barang yang
sifatnya najis. Misalnya jual beli lemak yang berasal dari binatang
yang dagingnya tidak halal dimakan. Kaum muslimin dilarang pula
memperdagangkan barang-barang yang kehalalannya diragukan
(subhat) atau yang dapat menimbulkan persangkaan buruk terhadap
diri Muslim pelaku bisnis itu.26
3) Pelaku Bisnis Dilarang Memalsu dan Menipu
Kepada para pelaku bisnis Muslim dilarang melakukan
pemalsuan dan penipuan terhadap lawan bisnisnya.27
4) Pelaku Bisnis Muslim Jangan Menyengsarakan Masyarakat.
Untuk mengejar keuntungan yang sebesar-besarnya, biasanya para
pelaku bisnis sering mempermainkan harga barang dengan jalan tidak
membeli hasil panen ketika waktu panen, sehingga harga dapat ditekan
terhadap para petani.28
Selain menekan harga terhadap para petani,
para pelaku bisnis untuk menaikkan harga barang dengan jalan
menimbun barang dagangan sehingga barang yang diperlukan
masyarakat susah dicari. Kalau harga sudah naik maka barang itu baru
dilepas atau dijual. Perbuatan pelaku bisnis yang demikian merupakan
perbuatan yang zalim atau perbuatan yang tercela. Kalau penimbunan
25
Ibid, hlm 156 26
Ibid, hlm 157 27
Ibid.hlm 157 28
Ibid.hlm 158
barang itu tidak mengakibatkan jadi sulit mencari barang-barang yang
diperlukan, maka perbuatan itu tidak merupakan perbuatan yang
menyengsarakan masyarakat maka perbuatan itu tidak merupakan
perbuatan yang haram. Misalnya musim panen para pedagang
menampung hasil panen kemudian diolah atau diawetkan sehingga
tahan lama.29
5) Pelaku Bisnis Muslim harus Berlaku Jujur
Para pelaku bisnis Muslim dalam melakukan bisnis harus berlaku
jujur. Pengertian jujur itu baik dalam tindakan maupun dalam
perkataan. Para pelaku bisnis muslim jangan berbuat curang dalam
menimbang barang atau dalam hal menakar barang. Oleh karena itu
selalu memperhatikan kebenaran dari alat timbangan atau alat takaran.
Dalam hal ini Allah SWT berfirman dalam Al-Qur‟an surah Al-
muthaffifin: 1-3 sebagai berikut:
Artinya:”Celakalah bagi orang-orang yang melakukan kecurangan.
Yang jika menerima takaran dari orang lain, mereka meminta
dipenuhi. Tapi jika mereka menakar atau menimbang untuk orang
lain, mereka mengurangi”.30
Selain berlaku jujur didalam timbangan dan takaran, maka para
pelaku bisnis Muslim harus jujur pula dalam hal menentukan harga jangan
sampai lawan bisnisnya merasa tertipu dengan harga yang telah disepakati.
29
Ibid.hlm 20 30
Al-Mutaffifin (83): 1-3
Jadi pelaku bisnis Muslim harus menjelaskan tentang harga pasaran barang
yang diperjual belikan saat itu, kemudian barulah diadakan tawar menawar
secara bebas. Etika sebagai ajaran baik buruk, benar-salah, atau ajaran
tentang moral khususnya dalam prilaku dan tindakan-tindakan ekonomi,
bersumber terutama dari ajaran agama. Itulah sebabnya banyak ajaran dan
paham dalam ekonomi barat menunjuk pada kitab Injil (Bible), dan etika
ekonomi Yahudi banyak menunjuk pada Taurat.31
Demikian pula etika ekonomi Islam termuat dalam lebih dari
seperlima ayat-ayat yang dimuat dalam Al-qu‟ran. Namun jika etika
agama Kristen-Protestan telah melahirkan semangat (spirit) kapitalisme
maka agama Islam tidak mengarah pada kapitalisme maupun sosialisme.
Jika kapitalisme menonjolkan sifat individualisme dari manusia, dan
sosialisme pada kolektivisme maka Islam menekankan empat sifat
sekaligus, yaitu: kesatuan (unity), keseimbangan (equilibrium), kebebasan
(free will), dan tanggung jawab (responsibility). Manusia sebagai wakil
(khilafah) Tuhan di dunia tidak mungkin bersifat individualistik karena
semua (kekayaan) yang ada di bumi adalah Milik Allah semata dan
manusia adalah kepercayaan-Nya di bumi.32
3. Penerapan Nilai-nilai Islam dalam Bisnis
Berbisnis dengan memahami implementasi nilai-nilai Islam akan
menghasilkan berbagai kemanfaatan / kinerja kemaslahatan yang tidak
31
Rivai Veithzal dan Buchari Andi, Islamic Ekonomics,Ekonomi Islam Bukan OPSI, Tetapi
SOLUSI, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009). Hlm 233. 32
Ibid. 234
akan dicapai melalui bisnis yang menerapkan nilai-nilai konvensional.
Adapun kinerja yang dapat dicapai antara lain sebagai berikut:33
a. Efisiensi
Dalam manajemen modern, efisiensi pengelolaan usaha menjadi
persyaratan mutlak menghadapi persaingan yang semakin ketat.34
Pada
pasar yang semakin terbuka, harga jual aats suatu produk adalah given
(berlaku umum) sehingga untuk meningkatkan keuntungan, efisiensi
pengelolaan usaha menjadi alternatif yang paling memungkinkan untuk
dilakukan. Penerapan nilai kejujuran mendorong setiap pengusaha untuk
menghindari penumpukan persediaan karena tidak memberikan
kemanfaatan yang berarti. Penyiapan persediaan yang tidak berlebih akan
mendorong pemanfaatan dana yang lebih produktif pada usaha lain.
Akibatnya akan tercipta peningkatan pendapatan dan penciptaan lapangan
kerja sehingga dapat meningkatkan pemerataan pendapatan dan
kesejahteraan masyarakat.35
b. Mengatasi Masalah, Menggapai Keberkahan
Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan pokok akan berdampak pada
rendahnya kealitas kehidupan, pendidikan, kesehatan, dan peribadatan. Di
pihak lain terdapat sebagian umat manusia yang hidup bergelimang harta
benda tetapi merasa kehidupannya belum tentram dan bahkan masih
merasa serba kekurangan dengan hasil yang diperoleh selama ini.
33
Zain Muhammad, Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi Ekonomi dan
Bisnis Islam (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2016) hlm, 105
34
Ibid 105 35
Ibid 106
Meskipun disadari juga bahwa sebagian dari mereka yang mampu secara
ekonomi berusaha membantu sesamanya tetapi terkadang malah
menciptakan ketergantungan. Penerapan nilai-nilai ukhuwwah Islam dalam
bisnis akan menjembatani kedua pihak tersebut dengan cara menetapkan
harga sesuai dengan harga yang berlaku umum.36
c. Bisnis Adalah Ibadah
Dikotomi antara bisnis dengan ibadah dalam paham materialis
mendorong praktik-praktik bisnis tidak lagi memperhatikan moral nilai-
nilai moral. Dalam pandangan mereka, keberhasilan di dalam berusaha
apabila mampu meningkatkan materi sehingga apa pun bisa dilakukan
yang penting kinerja keuangan meningkat. Sementara di dalam Islam,
setiap aktivitas yang dilakukan dapat dianggap sebagai ibadah sepanjang
dilakukan dengan niat yang tulus dan dilaksanakan dengan ikhlas.
Penerapan nilai-nilai Islam dalam bisnis merupakan penjabaran dari
aktivitas peribadatan yang hanya mengharapkan datangnya rezeki dari
sang pemberi rezeki itu sendiri.37
Dengan demikian, orientasi bisnisnya bukan dengan manusia tetapi
dengan Tuhan-Nya. Segala yang dia usahakan hanya untuk memenuhi
ketentuan-Nya. Dia tidak akan menggantungkan dirinya kepada pelanggan
dengan meminta untuk memenuhi harga yang ia tetapkan tetapi ia
serahkan penetapan harganya kepada sang penentu harga. Tidak ada
36
Ibid. 108 37
Ibid 10
penyesalan atas harga yang terjadi karena semua itu dengan ikhlas sebagai
tanda pengabdian kepada-Nya.38
d. Saling Membutuhkan
Di dalam penerapan nilai ukhuwwah, penjual dan pembeli
merupakan satu kesatuan yang dapat mengangkat harkat hidup di antara
mereka. Penjual tidak akan mendapatkan kinerja optimal tanpa adanya
pembeli dan hidupnya tidak berarti. Oleh karena itu, seorang penjual akan
berusaha seoptimal mungkin untuk memenuhi kebutuhan pembeli, karena
tanppa usaha itu kehidupannya tidak akan bermakna. Dengan demikian,
dia akan berusaha untuk memuaskan pelanggannya tanpa harus
mengabaikan ketentuan yang berlaku.39
Demikian juga halnya dengan
pembeli, akan mencari penjual yang akan memenuhi kebutuhannya, baik
kebutuhan dunia maupun keburuhan akhirat. Kebutuhan dunia diperoleh
dari fisik produk yang diterima meskipun dengan harga yang relatif rendah
tetapi sebagai tanda syukurnya mereka akan berusaha mendoakan penjual
agar usahanya semakin berkembang. Dengan demikian, akan tercipta
hubungan yang saling menguntungkan.40
4. Pengertian jual beli
Dalam kitab kifayatul Akhyar karangan imam Taqiyuddin Abu
Bakar bin Muhammad Al-husaini di terangkan lafas Bai‟ menurut Lughat
artinya memberikan sesuatu dengan imbalan sesuatu yang lain. Bai‟
menurut syara‟ jual beli artinya membalas suatu harta benda seimbang
38
Ibid. 109 39
Ibid.hlm 156 40
Ibid,110
dengan harta benda yang lain, yang keduanya dikendalikan dengan Ijab
Kabul menurut cara yang dihalalkan oleh syara‟.41
Menurut kitab Fathul
mu’in karangan Syekh Zainuddin bin Abdul Aziz dijelaskan: menurut
bahasanya, jual beli adalah menukarkan sesuatu dengan sesuatu yang lain.
Sedangkan menurut syara‟ ialah menukarkan harta dengan harta pada
waktu tertentu.42
Sedangkan menurut istilah yang dimaksud jual beli dalam pandangan
islam adalah: Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang
dengan jalan melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas
dasar saling merelakan. Dari beberapa definisi diatas dapat dipahami
bahwa inti jual beli ialah suatu perjanjian tukar menukar benda atau barang
yang mempunyai nilai secara sukarela diantara kedua belah pihak, yang
satu menerima benda-benda dan pihak lain menerimanya sesuai dengan
dengan perjanjian atau ketentuan yang telah dibenarkan syara‟ dan
disepakati.43
Sedangkan menurut istilah yang dimaksud jual beli dalam pandangan
para ulama adalah:
a. Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik dari yang satu kepada yang lain atas dasar saling
merelakan.
41
Siawadi, Jual beli dalam perpekstif islam, Jurnal Ummul Qura Vol III Agustus
2013,hlm 60 42
Ibid.hlm 60 43
Suhendi Hendi, Fiqh Muamalah, (Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 2005), Hlm 68-69
b. Menurut Syekh Muhammad Ibn Qasim al-Ghazzi, menurut syara‟
pengertian jual beli yang paling tepat ialah memiliki suatu harta (uang)
dengan mengganti sesuatu atas dasar izin syara untuk selamanya yang
demikian itu harus dengan melalui pembayaran yang berupa uang.
c. Menurut imam Taqiyuddin dalam kitab Kiffayatul Akhyar “saling tukar
harta, saling menerima, dapat dikelola (tasharuf) dengan ijab qobul,
dengan cara yang sesuai dengan syara‟.
d. Syekh Zakaria al-Anshari dalam kitabnya Fath Al-Wahab,”Tukar
menukar benda lain dengan cara yang khusus (dibolehkan)”.44
e. Menurut Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh Sunnah,”Penukaran benda
dengan benda lain dengan jalan saling atau memindahkan hak milik
dengan ada penggantinya dengan cara yang diperbolehkan.
f. Ada sebagian ulama memberikan pemaknaan tentang jual beli,
diantaranya ulama Hanafiyah “jual beli adalah pertukaran harta dengan
harta (benda) berdasrakan cara khusus (yang di bolehkan) syara‟ yang
disepakati”. Menurut imam Nawawi dalam al-majmu‟mengatakan
“Jual beli adalah pertukaran harta dengan harta untuk kepemilikan”.
Menukar barang dengan barang atau barang dengan uang dengan jalan
melepaskan hak milik atas dasar saling merelakan.45
5. Dasar Hukum Jual Beli
Dasar hukum jual beli ialah ijma‟ yaitu karena manusia sebagai
anggota masyarakat selalu membutuhkan apa yang dihasilkan dan dimiliki
44 Shobirin, Jual Beli dalam Pandangan Islam, Bisnis Vol.,3 Jurnal Bisnis dan Manajemen
Islam Desember 2015, hlm 241 45
Ibid.242
oleh orang lain.46
Oleh karena itu, jual beli adalah salah satu jalan untuk
mendapatkan suatu objek secara sah. Berdasarkan hal tersebut maka
mudahlah bagi setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya. Ekonomi
islam berdiri di atas prinsip perdagangan yang berdasarkan syaria‟at, yaitu
dengan mengembangkan harta melalui cara-cara yang dihalalkan oleh
Allah SWT, sesuai dengan kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan
muamalah syar’iyyah, yang didasarkan pada hukum pokok (boleh dan
halal dalam berbagai hukum mu‟amalat) dan menjauhi segala yang
diharamkan oleh Allah Ta‟ala, misalnya riba. Allah Ta‟ala berfirman:
...واحل الله البيع وحرم الربا...
Artinya:” ... dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba...”47
6. Rukun dan Syarat Jual Beli
Di dalam transaksi jual beli harus terpenuhi rukun dan syaratnya.
Rukun jual beli adalah sesuatu yang harus ada dalam setiap perbuatan
hukum. Rukun jual beli tersebut terdapat tiga macam:48
a. Ijab Kabul (akad), yaitu ikatan kata antara penjual dan pembeli, syarat
Kabul antara lain:
1. Jangan ada tenggang waktu yang memisahkan antara ucapan
penjual dan pembeli.
2. Jangan di selangi kata-kata lain antara penjual dan pembeli.
46
Muhammad Yunus, dkk.Tinjauan Fikih Muamalah terhadap Akad Jual Beli Dalam
Transaksi Online Pada Aplikasi Go-food. Anwaluna, Vol 2 Januari 2018.hlm 149 47
Al- Baqarah (1): 275 48
Ibid.149
b. Orang-orang yang berakad, penjual dan pembeli; dan
c. Objek akad (ma’qud alaih).
Agar sesuatu jual beli yang dilakukan oleh penjual dan pembeli,
haruslah dipenuhi syarat-syarat yang secara garis besar adalah tentang
subjek nya, tentang objeknya dan tentang lafaznya.
1. Tentang Subjeknya
Bahwa kedua belah pihak (penjual dan pembeli) yang
melakukan perjanjian jual beli tersebut adalah Berakal,
khendak sendiri, keduanya tidak mubazir, baligh atau dewasa.
2. Tentang Objeknya
Yang dimaksud dengan objek jual beli disini adalah benda
yang menjadi sebab terjadinya jual beli. Benda yang dijadikan
objek jual beli haruslah memenuhi syarat-syarat sebagai
berikut: Bersih barangnya, Dapat dimanfaatkan, Milik orang
yang melakukan akad, Mampu menyerahkannya,
Mengetahui,Barang yang dijadikan akad ada ditangan
(dikuasai).49
7. Jual Beli Yang Dilarang Dalam Islam
Dalam jual beli, kesepakatan dan kerelaan (adanya unsur suka
sama suka) sangat ditekankan untuk dilaksanakan atau yang dikenal
dengan sebutan antaradhin minkum sebagai mana yang tercantum dalam
QS surah An-Nisa‟49/29:
49
Rudi Hartono, Pelaksanaan Jual Beli Kelapa antara Toke dengan Petani di Desa
Pebenaan Kecamatan Keritang menurut Perspektif Ekonomi Islam. Universitas Sulthan Syarif
Kasim Riau, 2012. Hlm 38
Artinya “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.”50
Hanya dengan kesepakatan dan kerelaan yang berpangkal dari suka
sama suka saja, tidak menjamin transaksi dapat dinyatakan sah dalam
islam yang mengatur adanya transaksi yang dibolehkan dan tidak
dibolehkan, seperti yang dikemukakan oleh Hamzah Ya‟qub.51
Bahwa
transaksi perdagangan dapat dikatakan tidak boleh (haram) jika masuk
kedalam tiga kategori yang diharamkan, yaitu:
1. Perdagangan yang terlarang meliputi barang atau zatnya, yaitu
dengan melihat secara normative yang terambil dari dasar hukum
syar‟i, walaupun dari segi akadnya perdagangan tersebut dipandang
sah., karena terpenuhinya objek dan akadnya namun karena barang
yang secara zatnya terlarang, maka ia akan menjadi haram untuk
dilaksanakan oleh kaum muslim.contoh jual beli minuman keras,
daging babi.52
50
An-Nisa‟ (49) : 29 51
Syaifullah MS, Perdagangan Terlarang Menurut Islam Dalam Tinjauan Maqashid Al-
Syari’ah, Jurnal Hunafa, Vol.4 No,3 September 2007:217-226 52
Ibid 218
2. Jual beli yang terlarang meliputi segala usaha atau obyek dagangnya,
seperti adanya unsur gharar, tadlis dll. yaitu penipuan pada barang
yang diperjual belikan.53
Tadlis dalam jual beli menurut Fukaha, ialah menutupi aib barang,
dan ini bisa terjadi baik oleh penjual maupun oleh pembeli. Penjual
dikatakan melakukan penipuan (tadlis) apabila ia menyembunyikan cacat
barang dagangannya dari pengetahuan pembeli. Sedangkan pembeli
dikatakan melakukan penipuan (tadlis) manakala ia melakukan manipulasi
alat pembayarannya atau menyembunyikan manipulasi pada alat
pembayarannya terhadap penjual.54
Oleh karena itu, jual beli adalah salah satu jalan untuk mendapatkan
suatu objek secara sah. Berdasarkan hal tersebut maka mudahlah bagi
setiap individu untuk memenuhi kebutuhannya. Ekonomi islam berdiri di
atas prinsip perdagangan yang berdasarkan syaria‟at, yaitu dengan
mengembangkan harta melalui cara-cara yang dihalalkan oleh Allah SWT,
sesuai dengan kaidah-kaidah dan ketentuan-ketentuan muamalah
syar’iyyah, yang didasarkan pada hukum pokok (boleh dan halal dalam
berbagai hukum mu‟amalat) dan menjauhi segala yang diharamkan oleh
Allah Ta‟ala, misalnya riba. Allah Ta‟ala berfirman:
53
Ibid. 217-226 54
Ahmad Sofwan Fauzi, Transaksi Jual Beli Terlarang: Ghisy atau Tadlis Kualitas
(Penipuan atau Kecurangan), Mizan,Journal Of Islamic Law, FAI Universitas Ibnu Khaldun
(UIKA) BOGOR, Vol 1, No 2 Desember 2017. Hlm 43.
Artinya:
”Orang-orang yang makan (mengambil) riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan
lantaran (tekanan) penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian
itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya
jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan
jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai
kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari
mengambil riba), maka baginya apa yag telah diambilnya dahulu
(sebelum datang larangan) dan urusannya (terserah) kepada Allah
yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-
penghuni neraka, mereka kekal di dalamnya”.55
Dalam jual beli, kesepakatan dan kerelaan (adanya unsur suka sama
suka) sangat ditekankan untuk dilaksanakan atau yang dikenal dengan
sebutan antaradhin minkum sebagai mana yang tercantum dalam Al-Quran:
55
Al-Baqarah (1): 275
Artinya: “ Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memakan
harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali dengan perniagaan
yang berlaku dengan suka sama suka diantara kamu.”56
Norma pertama yang ditekankan Islam adalah larangan
mengedarkan barang-barang haram, baik dengan membeli, menjual,
memindahkan, atau cara apa saja untuk memudahkan peredarannya.
“Allah melaknat khamar (minuman keras), peminumnya, penyajinya,
penjualnya, penyulingnya, pembawanya, dan pemakan hartanya.57
8. Etika Jual Beli Dalam Islam
1. Dasar Kepemilikan
Menurut sistem ekonomi Islam kepemilikan adalah suatu ikatan
seseorang dengan hak miliknya yang disahkan syariah. Kepemilikian
berarti pula hak khusus yang didapatkan si pemilik sehingga ia
mepunyai hak menggunakan sejauh tidak melakukan pelanggaran pada
garis-garis syariah. Menurut hukum dasar, yang namanya harta, sah
dimiliki, kecuali harta yang telah disiapkan untuk kepentingan umum,
misalnya wakaf dan fasilitas umum.58
2. Dasar keadilan
Keadilan merupakan isi pokok dari maqashid syari’ah. Oleh
karena itu, Ibnu Taimiyah berkata,” Allah menyukai negara adil
meskipun kafir, tetapi tidak menyukai negara zalim meskipun beriman,
dan dunia akan dapat bertahan dengan meskipun tidak beriman, dan
56
An-Nisa‟ (4): 29 57
Qardhawi Yusuf, ibid hlm 173. 58
Moch. Salam Faisal, Pertumbuhan Hukum Bisnis Syariah di Indonesia (Bandung:
Pustaka, 2006) hlm. 45
tidak akan bertahan dengan ketidak adilan meskipun Islam.” Ini berarti
bahwa prinsip atau dasar keadilan harus diterapkan (diwujudkan)
dalamm setiap segi kehidupan manusia terutama dalam kehidupan
hukum, sosial, politik, ekonomi.59
3. Dasar Keseimbangan (Equilibrium)
Sistem ekonomi Islam selalu mengacu pada keadilan dan
keseimbangan dalam segala hal. Keseimbangan tersebut adalah:
(a). Keseimbangan antara kebutuhan materi dan kebutuhan rohani. (b).
Keseimbangan antara kepentingan individu (al-fard) dan publik (‘am).
Hak sesorang individu tidak akan dibahasakan, untuk kemaslahatan
publik sebagaimana yang dilakukan oleh sosialisme, sedangkan hak
individu tidak akan dibebaskan sebebas-bebasnya sebagaimana yang
tedapat dalam sistem ekonomi Kapitalis, dan (c). Seimbang antara
sikap berlebih-lebihan dan sikap terlalu bakhil dalam konsumsi atau
pemakaian harta.60
Etika bisnis Islam sebenarnya telah diajarkan Nabi Muhammad
SAW saat mmenjalankan perdagangan. Karakteristik Nabi Muhammad
SAW sebagai pedagang adalah selain dedikasi dan keuletannya juga
memiliki sifat Shiddiq, Fathanah, Amanah, dan tabligh.61
Ciri-ciri itu
masih ditambah Istiqamah, yaitu:
59
Ibid.50 60
Muhammad dan Alimin, Etika Dan Perlindungan Konsumen dalam Ekonomi Islam, (
Yogyakarta: BPFE.Yogyakarta, 2004). Hlm 39-40 61
Ibid,hlm 236
1) Shiddiq, berarti mempunyai kejujuran dan selalu melandasi
ucapan, keyakinan dan amal perbuatan atas dasar nilai-nilai yang
diajarkan Islam. Istiqamah atau konsisten dalam iman dan nilai-
nilai kebaikan, meski menghadapi godaan dan tantangan. Istiqamah
dalam kebaikan ditampilkan dalam keteguhan, kesabaran serta
keuletan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal.62
2) Fathanah, berarti mengerti, memahami dan menghayati secara
mendalam segala yang menjadi tugas dan kewajibannya. Sifat ini
akan menimbulkan kreativitas dan kemampuan melakukan
berbagai macam inovasi yang bermanfaat.
3) Amanah, tanggung jawab dalam melaksanakan setiap tugas dan
kewajiban. Amanah ditampilkan dalam keterbukaan, kejujuran,
pelayanan yang optimal, dan ihsan (kebajikan) dalam segala hal.
Pelaku usaha/ pihak perusahaan harus memiliki sifat ini dalam
segala hal, apabila berhubungan dengan pelayanan masyarakat.
Dengan sifat amanah, pelaku usaha bertanggung jawab untuk
mengamalkan kewajiban-kewajibannya.
4) Tabligh, mengajak sekaligus memberikan contoh kepada pihak
lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam
kehidupan sehari-hari. Sifat tabligh dapat disampaikan pelaku
62
Ibid. 230
usaha dengan bijak (hikmah), sabar, argumentatif,, dan persuasif
akan menumbuhkan kemanusiaan yang solid dan kuat.63
Berdasarkan sifat-sifat tersebut, dalam konteks corporate social
responsibility (CSR), para pelaku usaha atau pihak perusahaan dituntut
bersikap tidak kontradiksi secara disengaja antara ucapan dan perbuatan
dalam bisnisnya. Mereka dituntut tepat janji, tepat waktu, mengakui
kelemahan dan kekurangan (tidak ditutup-tutupi), selalu memperbaiki
kualitas barang atau jasa secara berkesinambungan serta tidak boleh
menipu dan berbohong.64
Para pelaku usaha dituntut mempunyai kesadaran mengenai etika
dan moral, karena keduaya merupakan kebutuhan yang harus dimiliki.
Pelaku usaha atau perusahaan yang ceroboh dan tidak menjaga perilaku,
tidak akan berbisnis secara baiksehingga dapat mengancam hubungan
sosial dan merugikan konsumen, bahkan dirinya sendiri.65
9. Pengertian Toke dan Petani
Pengertian Toke (Tengkulak) dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia (KBBI) yakni pedagang perantara (yang membeli hasil bumi
dan sebagainya dari petani atau pemilik pertama), peraih.66
Berdasarkan
definisi di atas, dapat dijelaskan bahwa pengertian toke yakni orang yang
bertugas sebagai pembeli, pendistribusian sekaligus pedagang hasil
63
Ibid, 236 64
Ibid. 237 65
Ibid.237 66
Artaty, Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktek Tengkulak Dalam Jual Beli Karet
Mentah (Studi Kasus di Desa Gedung Riang Kecamatan Blambangan Umpu Kabupaten Way
Kanan. Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung, 2017.Hlm 66
pertanian dan hasil bumi lainnya dengan cara datang kedaerah penghasil
untuk mengumpulkan barang-barang tersebut.67
Kehadiran toke dalam masyarakat pertanian berperan sebagai
pengumpul (gatherer), pialang (broker), pedagang (trader), pemasaran
(marketer) dan kadang sebagai kreditor secara sekaligus.68
Berbagai sistem
mereka gunakan dalam membeli komoditas, baik dengan cara membeli
sebelum panen (ijon) maupun sudah panen.69
Istilah Toke juga dapat disebut sebagai pelaku usaha, merupakan
setiap orang yang menjalankan kegiatan usaha dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan hidup.70
Kegiatan usaha dijalankan dengan
menggunakan cipta, karsa, karya, yang dimilki, serta memanfaatkan
berbagai kesempatan dan peluang disekitar mereka. Para pelakunya dari
berbagai tingkatan usia, dari berbagai latar belakang pendidikan, dari
berbagai suku dan etnis, juga laki-laki dan perempuan.71
Pelaku usaha menjalankan kegiatan usaha dalam bentuk menjual
produk barang dan atau produk jasa apa saja sepanjang produk barang dan
jasa tersebut masih dibutuhkan dan diinginkan oleh pembeli. Dalam
rangka menciptakan produknya, guna memenuhi kebutuhan bahan baku
dan atau bahan pembantu, pelaku usaha harus membeli dari pelaku usaha
67
Ibid.67 68
Sutisna, Tengkulak dan Petani: Kajian Historis terhadap perkembangan tengkulak sayur
di Desa Nanggreng kecamatan Cililin Kab Bandung Barat Tahun 1990-2013, Universitas
Pendidikan Indonesia 2015. Hal 4 69
Ibid hlm 5 70
Nitisusastro Mulyadi, Prilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan, (Bandung:
Alfabeta, 2013) hlm, 2 71
Ibid, hlm 2-3
lainnya yang menyediakan bahan baku dan atau bahan pembantu yang
diperlukannya. Demikian pula usaha yang menyediakan bahan baku dan
bahan pembantu tersebut, agar persediaan tetap terjaga harus pula membeli
dari pelaku usaha yang lainnya lagi, demikian hal yang terjadi secara terus
menerus.72
Dengan demikian, maka dapat dinyatakan bahwa kedudukan
pelaku usaha sebagai penjual suatu saat akan berganti menjadi pembeli
bila memerlukan bahan baku atau bahan pembantu, demikianlah kegiatan
pembeli dan sebagai penjual berlangsung silih berganti. Ini berarti
Adakalanya pelaku usaha berperan sebagai penjual, namun pada suatu saat
bisa berperan sebagai pembeli.73
Toke yang hadir di tengah-tengah masyarakat petani di Desa Kuala
Keritang Kabupaten Indragiri Hilir Provinsi Riau biasanya juga
merupakan para petani yang produktif, namun memiliki kemampuan
kewirausahaan dan insting bisnis lebih baik dibandingkan petani lainnnya.
Status dan predikat bisnis dan aktivitasnya menurut ajaran Islam
harus dipandang sebagai suatu karya atau kerja ibadah manusia dalam
menjalankan produktivitasnya. Telah nyata benar bahwa Islam
menekankan pada manusia agar bekerja di muka bumi ini dalam rangka
mencari rizki yang disediakan oleh Allah dimuka bumi dalam konteks
supaya manusia mampu melaksanakan fungsi beribadah kepada Allah.74
72
Ibid. 1 73
Ibid, hlm 3-4 74
Muslich, Bisnis Syariah Perspektif Mu’amalah dan Manajemen, (Yogyakarta: UPP STIM
YKPN, 2007) Hlm 13
Ungkapan tentang bumi dan langit adalah kepunyaan Allah, bukan
berarti Allah melarang manusia mengeksplor apa yang ada di dalamnya.
Justru Allah selalu memerintahkan umatnya untuk bekerja, mencari rezeki
yang telah disiapkan oleh Allah untuk umatnya.75
Seperti firman Allah
dalam Al-Qur‟an Surah Al-Jumu‟ah ayat 10, sebagai berikut:
Artinyah:” Apabila telah ditunaikan sholat, maka bertebaranlah kamu di
muka bumi; dan carilah karunia Allah, dan ingatlah Allah banyak-banyak
supaya kamu beruntung”.76
Sedangkan pengertian petani menurut James C, Scoot, membagi secara
hirarkhis status yang begitu konvensional di kalangan petani seperti, petani
lahan kecil petani penyewa dan buruh tani. Menurut beliau bahwa
kategori-kategori itu tidak bersifat eksklusif, oleh tambahan yang disewa.
Begitu pula ada buruh yang memiliki lahan sendiri.
Jadi sepertinya ada tumpang tindih hal pendapatan, sebab
kemungkinan, ada petani lahan kecil yang lebih miskin dari buruh tani
apabila ada pasaran yang lebih baik dari tenaga kerja. Sementara beliau
mengemukakan petani sebagai orang desa yang bercocok tanam, artinya
mereka bercocok tanam di daerah pedesaan, tidak dalam ruangan tertutup
di tengah kota. Petani tidak melakukan usaha tani dalam arti ekonomi, ia
75
Yunia Ika dan Kadir Abdul, Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif Maqashid Al-
syari’ah, (Jakarta: Kencana Prenadamedia Group, 2014) Hlm 227 76
Al- Jumu‟ah (62): 10
mengelolah sebuah rumah tangga, bukan sebuah perusahaan bisnis, namun
demikian dikatakan pula bahwa petani merupakan bagian dari masyarakat
yang lebih luas dan besar.77
a. Menurut Fadholi Hermanto, memberikan pengertian tentang petani
yang mengatakan bahwa:
“Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi
sebagian atau seluruh kebutuhan kehidupannya dibidang pertanian
dalam arti luas yang meliputi usaha tani pertanian, peternakan,
perikanan (termasuk penangkapan ikan) dan mengutamakan hasil
laut”.78
Lebih jauh mengungkapkan bahwa petani mempunyai banyak
sebutan, anggota fungsi, kedudukan dan peranannya yaitu antara lain
sebagai berikut:79
1) Petani sebagai pribadi
2) Petani sebagai kepala keluarga / anggota keluarga
3) Petani sebagai guru
4) Petani sebagai pengelola usaha tani
5) Petani sebagai warga social kelompok
6) Petani sebagai warga negara
7) Dan lain-lain.80
77
www.infodanpengertian.com/pengertian-petani-menurut-para-ahli-/diakses 4 Oktober
2018 78
www.infodanpengertian.com/pengertian-petani-menurut-para-ahli-/diakses 4 Oktober
2018 79
www.infodanpengertian.com/pengertian-petani-menurut-para-ahli-/diakses 4 Oktober
2018
80
www.infodanpengertian.com/pengertian-petani-menurut-para-ahli-/diakses 4 Oktober
2018
Fungsi kedudukan dan peranan di atas harus selalu di emban oleh
petani dalam kehidupannya sebagai petani yang baik. Dalam kamus
sosiologi Karangan Soerjono Soekanto dikatakan bahwa yang
dimaksud dengan petani (Peasant) adalah seseorang yang pekerjaan
utamanya bertani untuk konsumsi diri sendiri dan keluarganya.81
10. Hubungan Toke dengan Petani (Patron Klien)
Setiap individu manusia tidak bisa hidup sendiri, karena manusia
adalah mahkluk social yang membutuhkan manusia lainnya. Ini
disebabkan karena manusia dalam usaha untuk melangsungkan
kehidupannya selalu tergantung dengan orang lain yang ada pada
lingkungannya. Ketergantungan ini terwujud dalam interaksi social yang
berlangsung pada lingkungannya dan bisa juga dalam bentuk pertalian
antara pihak-pihak yang terkait atau yang berinteraksi. Demikian juga
dalam hubungan petani dengan Toke yang bersifat mutualisme (saling
menguntungkan).82
Interaksi social antara Toke dan petani merupakan hubungan social
ekonomi dimana masing-masing pihak saling membutuhkan satu dengan
yang lainnya. Dalam relasi interaksi antara Toke dengan petani tidak
selamanya dapat mengarah kepada hubungan patron-klien, karena suatu
relasi atau hubungan dapat dikatakan merupakan hubungan atau relasi
81
www.infodanpengertian.com/pengertian-petani-menurut-para-ahli-/diakses 4 Oktober
2018
82
Kausar dkk, Analisis Hubungan Patron-Klien (Studi Kasus Hubungan Toke dan Petani
Kelapa Pola Swadaya di Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan Hulu), Indonesian Journal Of
Agricultural Economic (IJAE), Vol 2 Desember 2011. Hlm 194
patron klien harus memenuhi beberapa ciri utama adanya hubungan
patron-klien. Teori james C, Scoot tentang ciri-ciri hubungan patron-klien,
dalam hubungannya dengan hubungan patron-klien antara tengkulak dan
petani kelapa berhasil di temui ciri-ciri hubungan patron-klien seperti
dikemukakan Scoot sebagaia berikut:83
a. Adanya hubungan resiproritas (timbal balik). Hubungan yang saling
menguntungkan, saling memberi dan menerima walaupun dalam kadar
yang tidak seimbang diberikan masing-masing pihak.
b. Hubungan personal merupakan hubungan yang bersifat langsung dan
intensif antara patron dengan klien yang menyebabkan hubungan
terjadi tidak bersifat semata-mata bermotifkan keuntungan saja,
melainkan juga mengandung unsur perasaan yang biasa terdapat dalam
hubungan yang bersifat pribadi.
c. Hubungan loyalitas (kesetian dan kepatuhan). Dalam hal ini loyalitas
dimaksud adalah suatu tindakan dari para petani selaku klien kepada
toke selalu patron untuk membalas jasa atau pemberian, atas apa yang
telah mereka terima selama ini dari patron atau toke. Loyalitas petani
pada toke dapat dilihat bahwa petani tidak ingin mengalihkan
penjualan hasil panennya atau kopra hasil panen kepada toke yang lain
walaupun harga di toke yang lain lebih mahal.
83
Ibid. 195
F. Tinjauan Pustaka
Dalam melakukan penelitian ini, penulis bukanlah yang pertama
membahas prilaku bisnis “toke” dan petani terhadap pelaksanaan jual beli
hasil perkebunan. Oleh karena itu, pada paragraf selanjutnya akan dijelaskan
tentang hasil penelitian terdahulu yang dapat dijadikan sebagai sumber dan
pengumpulan data.
Tabel .1 Tinjauan Pustaka
NO Peneliti Judul
penelitian
Metode
Penelitian
Kesimpulan
1 Silvi
Rosdian
a
Rahman
Putri
(2017)
Etika bisnis
Pengusaha
muslim dalam
membangun
loyalitas
pelanggan di
Toko LA
Surabaya.
Penelitian
ini
menggunak
an
pendekatan
penelitian
Kualitatif
deskriptif.
Dari penelitian ini dapat
disimpulkan bahwa toko
Lawang Agung sudah
memenuhi standart etika
bisnis Islam dan dapat
dikatakan berhasil dalam
membangun loyalitas
pelanggan. Standart etika
tersebut meliputi etika
pemasaran Islam yang
dilakukan melalui brosur
poster, website, iklan dan
radio. Etika pelayanan lebih
mengedepankan excellent
service, etika kualitas produk
terjamin dan etika harga
sangat terjangkau empat aspek
etika yang diterapkan oleh
Toko Lawang Agung sudah
memenuhi prinsip-prinsip
etika bisnis.84
2. Nani
Utami
(2018)
Penerapan
Etika Bisnis
Islam terhadap
Jual Beli
Online Sistem
Dropshipping
di Ritel
Wilayah
Ponorogo
Penelitian
ini
menggunak
an metode
penelitian
Kualitatif.
Dalam skripsi ini dapat ditarik
kesimpulan: 1) Jual beli sistem
dropshippping belum
menerapkan prinsip kesatuan
dalam etika bisnis Islam.
Karena pihak dropshipper masih
melakukan diskriminasi dengan
melakukan kebohongan
memposting gambar yang tidak
sesuai dengan aslinya. Jual beli
dengan sistem dropshipper juga
belum menerapkan prinsip
keseimbangan, prinsip
kejujuran, dan tanggung jawab.
84
Rosdiana Silvi Rahman Putri, Etika bisnis Pengusaha muslim dalam membangun loyalitas
pelanggan di Toko LA Surabaya. Skripsi (Surabaya: Universitas Islam Negeri Sunan Ampel,
2017)
Karena pihak dropshipper
memposting gambar bukan dari
poto aslinya melainkan foto
barang yang telah melalui
proses editing yang sangat
bagus, sehingga bisa
menyembunyikan
kekurangannya.85
3. Narendr
aestri
Larashat
i (2017)
Perilaku
Konsumen
terhadap Jual
Beli Emas
Menurut Etika
Bisnis Islam
(studi kasus
toko Hj.
Slamet Pasar
Cendrawasih
Metro Pusat).
Penelitian
ini
menggunak
an
perspektif
pendekatan
kualitatif.
Berdasarkan hasil penelitian
dapat disimpulkan bahwa ada
beberapa prinsip dalam etika
bisnis Islam yang belum sesuai
terhadap praktik jual beli di
toko emas Hj.Slamet. Prinsip-
prinsip tersebut adalah prinsip
tauhid, prinsip
keadilan/keseimbangan, prinsip
tanggung jawab dan khendak
bebas dan prinsip kejujuran/
kebenaran.86
85
Utami Nani, Penerapan Etika Bisnis Islam terhadap Jual Beli Online Sistem
Dropshipping di Ritel Wilayah Ponorogo. Skripsi (Ponorogo: Institut Islam Negeri Ponorogo,
2018). 86
Larashati Narendraestri, Perilaku Konsumen terhadap Jual Beli Emas Menurut Etika
Bisnis Islam (studi kasus toko Hj. Slamet Pasar Cendrawasih Metro Pusat). Skripsi (Lampung:
Institut Agama Islam Negeri Metro, 2017)
4. Dian
Arrum
Rahmad
ani
(2017)
Perilaku
pedagang di
Pasar
Tradisional
Petepamus
Makassar
dalam
Perspektif
Etika Bisnis
Islam.
Metode
penelitian
yang
digunakan
adalah
metode
kualitatif
yang
dilakukan
secara
deskriptif
analisis.
Hasil dari penelitian ini
menunjukkan bahwa para
pedagang dipasar tradisional
Petepamus Makassar tidak
mengetahui etika bisnis Islam,
akan tetapi dalam melaksanakan
transaksi jual beli mereka
menggunakan aturan sesuai
dengan etika bisnis Islam.87
5. Lailatul
mabruro
h (2018)
Analisis Etika
Bisnis Islam
terhadap Jual
Beli Produk
Duta Network
(DNI) Studi
Kasus Tim
Kerja Schine
With
Jenis
penelitian
ini
menggunak
an
penelitian
lapangan
(Field
Research)
Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa, praktik jual
beli produk DNI yang
dipasarkan tim kerja schime
with community, Ponorogo tidak
memenuhi prinsip-prinsip etika
bisnis Islam terkait, nubuwwah,
khuluqiyah, keadilan, insaniyah,
penerapan tolong menolong,
87
Arrum Dyan Rahmadani, Perilaku pedagang di Pasar Tradisional Petepamus Makassar
dalam Perspektif Etika Bisnis Islam. Skripsi ( Makassar: Universitas Islam Negeri Alauddin
Makassar, 2017)
Community
Ponorogo).
dengan
pendekatan
penelitian
kualitatif.
dan unsur-unsur pemasaran
dalam etika bisnis Islam terkait
konteks promosi, sehingga para
pembeli banyak mengalami
kerugian. Sedangkan praktik
transaksi ‘urbun yang
diterapkan oleh penjual
hukumnya diperbolehkan.88
Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian saat ini adalah
pada variabel dan subyeknya penelitian terdahulu banyak menggunakan
variabel bebas selain etika atau prilaku bisnis, sementara penelitian saat ini
hanya menggunakan atau focus pada bisnis. Kemudian, subjek pada penelitian
yang terdahulu cenderung pada perusahaan, sementara penelitian saat ini ke
tengkulak dan petani secara perseorangan.
G. Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir atau kerangka pemikiran merupakan dasar pemikiran
dari penelitian yang disintesiskan dari fakta-fakta, observasi dan telaah
kepustakaan. Adapun kerangka berfikir dalam penelitian ini peneliti rancang
seperti pada bagan berikut ini:
X1
Y
88
Mabruroh Lailatul, Analisis Etika Bisnis Islam terhadap Jual Beli Produk Duta Network
Indonesia (DNI). Skripsi (Ponorogo: Institut Agama Islam Negeri Ponorogo, 2018).
Toke
Y
X2
Oleh karena itu, kerangka berfikir memuat teori, dalil atau konsep-
konsep yang akan dijadikan dasar dalam penelitian. Uraian dalam kerangka
berfikir menjelaskan hubungan dan keterkaitan antar variabel penelitian.
BAB II
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat Penelitian
Lokasi dalam penelitian ini dilakukan oleh penulis pada masyarakat
yang berperan sebagai Toke dan petani yang berdomisili di Desa Kuala
Keritang, Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi Riau.
Pelaksanaan Jual Beli
Hasil PerkebunanNnn
,
Petani
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian
Metodologi penelitian adalah suatu proses penelitian atau pemahaman
yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena social
dan masalah manusia. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian
kualitatif deskriptif yang berbentuk penelitian lapangan (field research)
merupakan metode untuk menemukan secara spesifik tentang apa yang sedang
terjadi pada suatu saat di tengah-tengah kehidupan masyarakat dan
menjelaskan fakta-fakta yang terjadi secara jelas.
Analisis deskriptif penelitian ini yaitu mengumpulkan data sebanyak-
banyaknya dari hasil penelitian dan untuk di analisis maksud dan tujuan dari
penelitian ini. Dalam hal ini yang menjadi objek penelitiannya adalah para
Toke dan Petani yang berdomisili di Desa Kuala Keritang, Riau.
C. Jenis dan Sumber Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diambil langsung dari sumber
pertamanya. Data primer yang penulis maksudkan adalah data yang
penulis peroleh langsung dari lapangan yaitu informasi tentang prilaku
bisnis “toke” dan petani dalam pelaksanaan jual beli hasil perkebunan .
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh diluar diri peneliti sendiri, meskipun yang dikumpulkan
itu sesungguhnya adalah data yang asli.89
Data sekunder adalah data yang
89
Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, (Jakarta: Kencana, 2013)
hlm 128
dilakukan dengan cara membaca literatur kepustakaan, internet, media
cetak yang ada hubungannya dengan penelitian yang dilakukan. Data ini
digunakan oleh peneliti sebagai pelengkap dari data primer.
Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang di ambil di
Desa Kuala Keritang mengenai: Historis dan Geografis Desa Kuala
Keritang
Adapun sumber data dalam penelitian yang terdapat Di Desa Kuala
Keritang meliputi: Kepala Desa Kuala Keritang, Para Toke, Para Petani,
Dokumen/Arsip dan Peristiwa/ Kejadian
D. Setting dan Subjek Penelitian
1. Setting Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada Toke dan petani yang berdomisili di
Desa Kuala Keritang, Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir,
Provinsi Riau. Pemilihan setting penelitian ini didasari dengan beberapa
pertimbangan pokok yaitu; pertama, pelaksanaan jual beli hasil
perkebunan tersebut sering terjadi kecurangan disetiap transaksi dalam
bentuk kecurangan dalam takaran dalam menimbang, maupun dalam
memonopoli kualitas barang yang dilakukan baik oleh toke atau pun petani
itu sendiri . Kedua, pelaksanaan jual beli hasil perkebunan ini termasuk
salah satu dari beberapa usaha bisnis di Desa Kuala Keritang banyak
dilakukan oleh masyarakat. Ketiga, dari segi geografis, letak Desa Kuala
Keritang yang berada dipesisir sungai dan jalan darat utama ini memiliki
kemungkinan besar untuk berkembang pesat dengan didukung oleh
kekayaan alam dan lokasi strategis. Keempat, petani yang menjual hasil
perkebunan tersebut dibeberapa tahun terakhir semakin meningkat.
Kelima, pelaksanaan jual beli tersebut telah di distributorkan oleh para
Toke yang memiliki pemahaman lebih tentang perdagangan dan modal
yang memadai. Keenam, peneliti memiliki kedekatan sosial, kultural, dan
geografis dengan setting penelitian sehingga memudahkan untuk menggali
informasi sebanyak mungkin.
2. Subjek Penelitian
Secara keseluruhan subjek dalam penelitian ini meliputi aspek-
aspek yang berkaitan dnegan pelaksanaan jual beli hasil perkebunan. Ada
empat faktor yang dipertimbangkan dalam menentukan besarnya jumlah
sampel imforman yaitu; derajat keseragaman, presisi yang dikhendaki
dalam penelitian, rencana analisa, tenaga, waktu dan biaya. Sejalan dengan
itu, sesuai dengan kebutuhan data dan tujuan penelitian maka yang
menjadi informan dalam penelitian ini sebanyak 20 orang, terdiri dari 10
orang Toke, 10 orang petani.
Dalam penerapannya peneliti menentukan informasi melalui
pertimbangan-pertimbangan agar informasi yang diterima akurat dan
terpercaya. Cara penentuan subjek penelitian dengan cara demikian
disebut juga snow-ball sampling dengan resiko terjadinya jumlah subjek
penelitian yang makin lama makin banyak. Metode snawball sampling
yaitu teknik pengumpulan data jumlah sumber akan bertambah apabila
dirasa data belum cukup.90
E. Instrumen Pengumpulan Data
Guna membantu analisis maka penelitian ini memerlukan data.
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang
diperoleh langsung dari objek penelitian melalui wawancara, observasi,
dan dokumentasi yang berkaitan dengan prilaku “bisnis toke” dan Petani
terhadap Pelaksanaan jual beli hasil perkebunan di Desa Kuala Keritang
Kecamatan Keritang Provinsi Riau. Ada pun metode pengumpulan
datanya yaitu:
1. Observasi
Observasi adalah prilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin
dicapai. Perilaku yang tampak dapat berupa prilaku yang dapat dilihat
langsung oleh mata, dapat didengar, dapat dihitung, dan dapat diukur.
2. Wawancara
Wawancara adalah sebuah dialog yang dilaksanakan oleh
pewawancara untuk memperoleh informasi dan terwawancara. Metode
wawancara disini merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar
informasi dan ide melalui Tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan
makna dalam suatu topik tetentu.
Adapun wawancara mendalam atau indepth interview adalah satu
jenis wawancara yang dilakukan oleh seorang pewawancara untuk
90
Kevin Prayogo Rochmato, Evaluasi Manajemen Rantai Pasok Pada Usaha Global
Pamungkas. PERFORMA: Jurnal Manajemen dan Start-up Bisnis, Vol I, No 6 November 2017
menggali informasi, memahami pandangan, kepercayaan, pengalaman,
pengetahuan informan mengenai sesuatu hal secara utuh. Dalam
wawancara mendalam peneliti, mengajukan pertanyaan terbuka kepada
informan, dan berupaya menggali informasi jika diperlukan untuk
memperoleh informasi mendalam.91
3. Dokumentasi
Dokumentasi berasal dari kata dokumen yang berarti setiap bahan
tertulis atau film yang tidak dipersiarkan karena adanya permainan
seorang peneliti. Metode ini digunakan untuk memperoleh data tetang
dokumen, catatan atau arsip yang dimiliki perusahaan yang ada
hubungannya dengan peneliti seperti struktur organisasi dan sejarah
perusahaan.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data terkumpul dengan tahapan selanjutnya adalah melakukan
analisis data, analisis data tentunya disesuaikan dengan tujuan yang dilakukan,
kajian dalam bidang penelitian sebenarnya sangat luas sehingga terdapat
banyak sekali alat analisis yang dapat digunakan oleh para peneliti dalam
mengolah datanya, analisis yang digunakan untuk memahami hubungan dan
konsep dalam data sehingga dapat dikembangkan dan dievaluasi menurut
kelompok variabel- variabel tertentu dan dianalisis melalui segi kualitatif.
Analisis data yang dipergunakan dalam penelitian adalah berdasarkan analisis
interaktif sebagaimana dikemukakan oleh Miles dan Huberman. Analisis
91
Marta Evi dkk, Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Bidang Kesehatan, (Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada, 2016), Hal 53
tersebut terdiri dari tiga kegiatan yang saling berinteraksi, yaitu; 1) reduksi
data (data reduction), 2) penyajian data (data display), 3) penarikan
kesimpulan (conclution).
G. Pemeriksaan Keabsahan Data
Keterpercayaan data (trustworthiness) dilakukan dengan teknik
perpanjangan keikutsertaan, kecermatan pengamatan, triangulasi, dan diskusi
teman sejawat.
1. Perpanjangan keikutsertaan peneliti, memungkinkan peningkatan
derajat keterpercayaan data yang dikumpulkan. Peneliti melalui teknik ini,
berusaha untuk meningkatkan frekuensi kehadiran di lokasi penelitian
dengan senantiasa hadir di lokasi guna menyelami budaya setting dan
lokasi penelitian.
2. Teknik ketekunan penelitian/pengamatan, peneliti bermaksud
menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan
dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan
diri pada hal-hal tersebut decara rinci. Peneliti melakukan pengamatan
dengan cermat terhadap persoalan yang menonjol dalam penelitian,
khususnya menyangkut persoalan prilaku bisnis dari toke dan petani dalam
melaksanakan aktivitas jual beli hasil perkebunan.
3. Teknik trianggulasi, yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Teknik
trianggulasi yang digunakan meliputi trianggulasi dengan sumber, metode
dan teori. Cara yang akan ditempuh antara lain adalah melalui pengecekan
(cek, recek, dan crosscheck) kepada dua atau lebih sumber informasi,
antara lain mengecek ulang dengan wawancara secara berulang dengan
mengajukan pertanyaan yang sama kepada informan yang sama pada
waktu yang berlainan dan mengecek silang dengan mewawancarai Kepala
Desa, Toke, Petani dan masyarakat yang bersangkutan.
Trianggulasi dengan sumber yaitu pengujian keshahihan data
dengan membandingkan informasi yang sama pada waktu dan alat yang
berbeda. Hal ini akan peneliti terapkan dalam bentuk; pertama,
membandingkan data hasil pengamatan yang peneliti peroleh dalam
observasi dengan data hasil wawancara. Kedua, yang dikatakan informan
dalam wawancara didepan umum dengan apa yang dikatakan secara
pribadi. Ketiga, membandingkan perspektif manajemen dangan pendapat
pakar yang disajikan dalam kerangka teori. Keempat, membandingkan
hasil wawancara dengan dokumentasi.
4. Teknik diskusi sejawat, dilakukan dengan cara mengkonsultasikan hasil
temuan sementara dengan dosen pembimbing guna menguji dan menjajaki
hipotesis serta memperoleh klarifikasi terhadap sejumlah penafsiran awal
peneliti.
H. Sistematika Penulisan
Agar lebih mudah memahami ini serta penulisannya lebih sistematis,
maka penulis membagikan menjadi beberapa bab sebagai berikut:
BAB I Dalam bab pertama ini terdiri dari latar belakang masalah,
perumusan masalah, pembatasan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan tinjauan pustaka.
BAB II Dalam bab ini dipaparkan tentang metodologi penelitian
yang mencakup pendekatan penelitian, jenis dan sumber
data, teknik pengumpulan data, sistematika penulisan dan
jadwal penelitian.
BAB III Dipaparkan tentang kondisi dan gambaran umum lokasi
penelitian yaitu sejak berdirinya, struktur organisasi, sarana
dan prasarana, serta toke dan petani kelapa Desa Kuala
Keritang.
BAB IV Merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu pemaparan
tentang pembahasan dan hasil penelitian.
BAB V Merupakan akhir dari penulisan skripsi yaitu Bab penutup
yang berisi kesimpulan dan saran-saran yang perlu untuk
disampaikan serta dilengkapi dengan daftar pustaka dan
lampiran- lampiran.
BAB III
GAMBARAN UMUM TOKE DAN PETANI DI DESA KUALA
KERITANG
A. Sejarah Singkat Desa Kuala Keritang
1. Rantau Indragiri Hilir dijajah Belanda lebih kurang 40 Tahun
Desa kuala keritang resmi menjadi desa devinitif sekitar tahun
1963 pecahan dari desa induk yaitu desa keritang. Sebelum dimekarkan
desa kuala keritang masih perwakilan desa, dengan perwakilan desa
pertama Mangku Jungas dan perwakilan desa Mangku Anang. Waktu itu
pemerintahan daerah masih Kabupaten indragiri yang berkedudukan di
Rengat, sedangkan desa Keritang di bawah Kecamatan Seberida yang ibu
kotanya Pangkalan Kasai.92
Berdasarkan sumber yang di dapatkan dari kerajaan Keritang
berdiri pada abad ke-6 masehi yang berada di bawah kekuasaaan kerajaan
Malaka. Hal tersebut terjadi karena Datuk Perpatih atau lazimnya disebut
Datuk Patih yang berasal dari kerajaan Minang Kabau yang berpusat di
bagian timur akan di taklukkan oleh kerajaan Singasari yang pada waktu
itu telah terjadi peperangan antara kerajaan Singasari merebut kerajaan
Melayu Jambi.93
Dari hasil peperangan, kerajaan melayu jambi dapat ditaklukkan
oleh kerajaan Singasari, mendengar penjelasan dari raja bujang yang
disampaikan kepada Sulthan Malaka dengan meminta bantuan ke kerajaan
majapahit maka kerajaan Singasari dapat ditaklukkan dan berhasil
memukul mundur, dengan demikian hubungan Keritang dengan Malaka
92
Desa Kuala Keritang, Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJM Desa),
(Desa Kuala Keritang, Riau, 2016) hlm, 5 93
Ibid. 6-7
terjalin kembali namun datuk patih menetap di Indragiri.94
Di Indragiri
datuk patih sudah mulai mengembangkan sayapnya di dukung oleh
penduduk yang semakin banyak dan hasil bumi indragiri keritang yang
semakin melimpah ruah. Untuk mengeluarkan hasil bumi indragiri di
keluarkan di kuala cinaku disamping hubungan dagang di indragiri-
keritang dengan kerajaan malaka semakin lancar, negeri-negeri juga
dibangun berdasarkan peraturan-peraturan dan tata cara antara datuk patih
dan masyarakat melalui musyawarah, maka pada tahun 1294 berdirilah
kerajaan Indragiri Keritang.95
Dengan demikian sulthan indragiri keritang pertama ialah raja
kecik mambang alias raja merlang 1 kemudian di tawan oleh sulthan
malaka yang ketika itu adalah raja Abdulllah bergelar raja Masyhur Syah,
sultan kerajaan malaka ke 7 sehingga waktu itu kerajaan indragiri keritang
dikuasai langsung oleh kesulthanan malaka.
Dalam perkembangannya, adat budaya di Desa Kuala Keritang
adalah budaya melayu yang bernuansa Islami, karena suku yang pertama
kali bermukim di Desa Kuala Keritang adalah suku melayu. Perekonomian
masyarakat pada waktu itu cukup baik dengan mata pencaharian mereka
bertani, mencari ikan di sungai, selain itu mencari hasil hutan seperti rotan,
damar, dan kemenyan. Usaha dibidang perkebunan pada masa itu belum
ada. Pendidikan juga sangat minim yang ada hanya sekolah rakyat (SR)
itupun swasta. Namun agama yang di anut oleh penduduk Desa Kuala
94
Ibid. 13 95
Ibid. 13
Keritang sudah beragama Islam. Alat transportasi umumnya pada waktu
itu menggunakan sampan dan rakit. Mengakibatkan perdagangan tidak
lancar karena keterbatasan alat tranportasi dan juga jauhnya pusat
perdagangan seperti harus ke Rengat dan Tembilahan, seperti menjual
hasil hutan mereka ke Rengat memakan waktu sekitar 3 hari. Sedangkan
menjual hasil tangkapan ikan mereka harus ke Pulau Kijang dan
Tembilahan juga bisa memakan waktu dua atau tiga hari.96
Sejak di mekarkan Desa Kuala Keritang pada Tahun 1963, kepala
desa pertama adalah Sulaiman (1963-1968), Masykur (1968-1975),
M.Arsyad (1975-1976), Agus Mursi (1976-1978), Masykur (1978-1986),
Aswari Ahmad ( 1986-1989) dan priode II (1997-2007), Kaharuddin Bin
Masykur (1997-2015), Yudi Saputra (2015-2016), dan M. Idris, SE (2016-
sekarang).97
Tokoh-tokoh masyarakat dan alim ulama baik yang
bermukim di desa Kuala Keritang secara bersama atau bergantian duduk
dalam kepengurusan dan dedikasi tampa pamrih.
Desa kuala keritang kerap di kunjungi masyarakat dari awal
berdirinya, mereka adalah penduduk dari daerah lain yang menetap
membuka lahan pertanian dan perkebunan, seperti Kelapa lokal, Kelapa
Sawit, Pinang, Padi dan sebagainya. Berdasarkan tabel dibawah ini berikut
uraian sumber daya alam di Desa Kuala Keritang:
96
Ibid.5 97
Ibid.6
Tabel .2 Jenis-jenis Sumber Daya Alam Masyarakat di Desa Kuala
Keritang
No Uraian Sumber Daya Alam Volume Satuan
1. Lahan kosong 50 Ha
2. Rawa-rawa 45 Ha
3. Belukar 10 Ha
4. Pertanian/Perkebunan 150 Ha
5. Sawah 270 Ha
6. Palawija 5 Ha
7. Kolam Ikan 5 Unit
8. Kebun Sawit 390 Ha
9. Kebun Pinang 370 Ha
10. Kebun duku 10 Ha
11. Kebun Jagung 9 Ha
12. Kebun Kelapa 320 Ha
13. Peternakan Ayam Potong, itik 8 Unit
Sumber Data: RPJM-Desa Kuala Keritang 2016-2021
B. Geografis Wilayah
Secara geografi Desa kuala keritang terletak di sebelah Timur Kota
Baru ibukota Kecamatan Keritang 7 km. Wilayahnya terletak dipinggir sungai
Gansal dan wilayah tersebut di belah oleh sungai Keritang.98
Dengan batas
wilayah desa Kuala Keritang, terletak diantara :
Sebelah Utara : Kuala lemang / Mekar Sari
Sebelah Selatan : Desa Talangjangkang
Sebelah Barat : Desa Keritang
Sebelah Timur : Desa Pasar Kembang
Luas wilayah desa yang terdiri dari pemukiman, pertanian sawah,
ladang/ tegalan, perkebunan, hutan, rawa-rawa, perkantoran, sekolah, jalan,
dan lapangan sepak bola. Keadaan topografi desa kuala keritang dilihat secara
umum merupakan daerah yang dialiri sungai keritang. Yang beriklim
sebagaimana desa desa di kabupaten indragiri hilir mempunyai iklim musim
kemarau dan musim penghujan. Hal tersebut mempunyai pengaruh langsung
terhadap pola tanam perkebunan masyarakat di desa Kuala keritang.99
1. Orbitasi
a. Jarak ke ibu kota kecamatan terdekat lebih kurang 8 km
b. Lama jarak tempuh ke ibu kota kecamatan lebih kurang 45 menit
c. Jarak ke ibu kota kabupaten 96 km
d. Lama jarak tempuh ke ibukota kabupaten lebih kurang 3.20 jam
e. Jarak ke ibu kota provinsi 156 km100
2. Keadaan Sosial
a. Kependudukan
98
Ibid. 5 99
Ibid.17 100
Ibid .17
Jumlah penduduk yang besar bisa menjadi modal dasar
pembangunan sekaligus bisa menjadi beban pembangunan. Jumlah
penduduk desa Kuala Keritang berdasarkan jenis kelamin Laki-laki
sebanyak 2231 Orang dan Berjenis kelamin perempuan sebanyak 2147
orang dengan jumlah 1072 KK / kepala keluarga. Agar dapat menjadi
dasar pembangunan maka jumlah penduduk yang besar harus disertai
kualitas sumber daya manusia yang tinggi. Penanganan kependudukan
sangat penting sehingga potensi yang dimiliki mampu menjadi
pendorong dalam pembangunan, khususnya pembangunan desa Kuala
Keritang. 101
3. Keagamaan
Data keagamaan Desa Kuala Keritang adalah 100 % Islam atau
dengan jumlah pemeluk 4378 orang. Kegiatan keagamaan ditunjang
oleh sarana peribadatan dengan data tempat ibadah 7 buah masjid dan
8 buah mushollah, 1 buah Gedung TK /PAUD, 6 buah SD/MI, 2 buah
SMP/MTs, 1 buah SMA/MA. Selain itu ada kegiatan keagamaan dan
kemasyarakatan seperti yasinan mingguan dan gotong royong
mingguan.
4. Tata Pemerintahan
Desa kuala keritang memiliki tata pemerintahan yang dipimpin
oleh kepala desa. Dalam menjalankan roda pemerintahan kepala desa
dibantu oleh beberapa perangkat desa dan organisasi lainnya seperti
101
Ibid. 17
sekretaris desa, kepala urusan tata usaha dan umum, kepala urusan
keuangan, kepala urusan perencanaan, kepala seksi pemerintahan,
kepala seksi pemberdayaan dan pembangunan, kepala seksi
kemasyarakatan, dan kepala Dusun.102
C. Jumlah dan Jenis Bisnis “Toke” dan Petani Di Desa Kuala Keritang
Dari data yang diperoleh peneliti jumlah Toke dan Petani di Desa
Kuala Keritang sebagai berikut:
a. Toke : 55 Orang
b. Petani : 140 0rang
Dari jumlah 195 Toke dan Petani yang menjalankan bisnis jual beli
bersama, jenis usaha yang dijalankan beraneka ragam diantaranya yaitu;
kelapa lokal (bulat dan kopra), arang tempurung, kelapa sawit, pinang, jagung
dan padi.
Tabel 3
Data Informan dan Jenis Bisnis “Toke” dan Petani Di Desa Kuala
Keritang
NO Nama Toke Umu
r
Barang yang
dibeli
Nama Petani Umu
r
Barang yang
dijual
1. Informan 1 54 th Kelapa bulat,
kopra, sawit
Informan 11 45 th Kelapa lokal,
sawit, pinang
2. Informan 2 47 th Kelapa bulat,
kopra, sawit,
jagung
Informan 12 46 th Kelapa lokal,
kelapa sawit,
pinang
3. Informan 3 50 th Kelapa bulat,
kopra, padi,
jagung
Informan 13 36 th Kelapa lokal,
pinang
4. Informan 4 26 th Kelapa bulat,
kopra pinang
Informan 14 25 th Kelapa
bulat,kopra,
kelapa sawit,
pinang
102
Ibid.19
5. Informan 5 49 th Kelapa lokal,
kopra
Informan 15 45 th Kelapa lokal,
pinang, sawit
6. Informan 6 50 th Pinang Informan 16 40 th Kelapa bulat,
kopra, sawit,
pinang
7. Informan 7 43 th Kelapa bulat Informan 17 40 th Kelapa bulat,
kopra, sawit,
pinang
8. Informan 8 45 th Sawit Informan 18 51 th Kelapa bulat,
kopra,
sawit,pinang
9. Informan 9 50 th Kelapa bulat Informan 19 60 th Kelapa lokal,
sawit, pinang
10. Informan 10 49 th Sawit Informan 20 49 th Kelapa lokal,
pinang
D. Toke di sekitar Desa Kuala Keritang
Toke di desa Kuala Keritang telah mulai merintis bisnis rata-rata tahun
2005, dimulai dari kakek atau nenek mereka. Pada saat itu bangunan mereka
terbuat dari kayu yang disebut Langkau digunakan untuk mengeringkan buah
kelapa. Hasil perkebunan mereka terdiri kelapa lokal, Pinang, sedangkan
kelapa Sawit baru ada pada tahun 2009 sampai sekarang.
Sebagian para toke di desa Kuala Keritang merupakan pedagang
turunan, maksudnya Gudang atau usaha yang mereka kelola merupakan
peninggalan orang tua mereka secara turun temurun, rata-rata yang mengelola
sekarang adalah generasi ke 6 dan 7, beberapa Gudang diantaranya berdiri 30
tahun yang lalu, walaupun setiap tahunnya mengalami renovasi bentuk
bangunannya.
Sebagian besar dari mereka adalah keturunan yang bersuku Bugis,
Jawa dan Melayu yang berdomisili di daerah Kuala Keritang, yaitu parit
Bangka, Kampung Tengah, parit harapan baru, sei Intan, sei beringin, lubuk
baru, parit mutiara, parit rahmat, parit Usaha Berkat, Lubuk Patin, parit H
Tunruk, Usaha Bone, Sei Nipah.
Rata-rata dari Toke tersebut, memiliki latar belakang kemampuan di
bidang keuangan yang lebih dibanding petani pada umumnya sehingga
memungkin kan bagi mereka menjadi tempat pusat penjualan bagi petani yang
memiliki hasil perkebunan untuk dijual seperti kelapa lokal, kelapa sawit,
pinang. Akan tetapi karena minimnya motivasi untuk melanjutkan pendidikan
tinggi rata-rata mereka para toke hanya menempuh pendidikan sampai derajat
SMA atau madrasah Aliyah, mengakibatkan mereka tidak mengerti secara
pasti jika ada yang dinamakan Perilaku Bisnis Islam, namun penerapan prinsip
tersebut secara tidak langsung mereka jalankan sehari-hari.
Dengan latar belakang SMA dan madrasah mereka, sangat jelas bahwa
mereka berdagang berusaha dengan mengedepankan masalah agama, bahkan
tidak jarang mereka menghadiri Kajian-kajian tentang agama, mengeluarkan
zakat hartanya, serta memberikan infak atau hadiah bagi pelanggan yang
sudah lama menjual hasil perkebunan kepada toke tersebut saat bulan
ramadhan, dan juga seringkali mengadakan acara buka bersama dirumah-
rumah mereka.
Selain itu, para toke tersebut juga berdagang dengan menitik beratkan
pada kemaslahatan umum bukan sekedar mencari keuntungan semata, hal ini
dibuktikan dengan harga barang petani yang mereka tawarkan ditetapkan
dengan kondisi harga mekanisme pasar, selain itu mereka juga kerap kali
menolong petani dengan cara memberikan pinjaman berupa uang bagi
pelanggan mereka yang membutuhkan dana, dengan perjanjian yang telah
disepakati oleh kedua belah pihak.
E. Petani di Desa Kuala keritang
Para petani yang berdomisili di Desa Kuala Keritang merupakan petani
yang membuka lahan kosong, menetap, dan bercocok tanam. Diantaranya
tumbuhan yang mereka tanam adalah kelapa lokal, kelapa sawit, Jagung, padi
dan sebagainya. Penduduk Desa kuala keritang yang berjumlah 1072 Kepala
Keluarga pada tahun 2016 menyebabkan adanya keberagaman dalam
menumbuhkan ekonomi keluarga, diantara kegiatan yang dilakukan dengan
bertani dan berkebun. Hasil dari perkebunan mereka kemudian dijual kepada
orang yang menampung barang mereka sebelum dijual kepabrik, mereka
menjalin kegiatan jual beli dengan para Toke.
Berdasarkan observasi dan wawancara peneliti rata-rata petani lulusan
SMP sederajat, bahkan ada yang SD atau tidak tamat SD. Kebanyakan adalah
SMP/ Mts. Namun untuk generasi yang baru, yaitu para anak dan cucu
pengelola lahan perkebunan yang saat ini adalah lulusan SMA/ Aliyah
sederajat sampai Lulusan S1. Mereka biasanya membantu orang tua, paman
atau kakeknya mengelola kebun terlebih dahulu. Jika sudah berpengalaman,
maka akan diserahi tugas mengelola kebun tersebut. Berdasarkan taraf
pendidikan mereka yang masih rendah, banyak diantara mereka yang tidak
mengerti prinsip prilaku bisnis secara Islam, berdagang secara Islam, seperti
tata cara mengeluarkan zakat harta dan lain sebagainya.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pemahaman Perilaku Bisnis Islam oleh Toke dan Petani dalam berbisnis
Jual beli Hasil Perkebunan Perspektif Ekonomi Islam di Desa Kuala
Keritang Provinsi Riau
a. Toke
Pendidikan adalah suatu kebutuhan yang sangat penting untuk
dipenuhi, dengan pendidikan menjadikan seseorang memahami aspek
tujuan kehidupannya. Atas dasar pendidikan umum maupun agama dalam
hal berbisnis atau berdagang adalah kunci utama keberhasilan bagi pelaku
usaha atau sumber daya manusia (SDM).
Ciri utama dalam paradigma bisnis adalah manusia sebagai pelaku
usaha berkedudukan sebagai pemegang amanah yang diberikan oleh Allah
untuk mengelola sumber daya. Semua kegiatan melaksanakan amanah
mengelola sumber daya ini, pasti akan dipertanggung jawabkan kepada
Allah sebagai pemilik mutlak sumber daya. Oleh karena itu, manusia
diserahi amanah untuk mengelolanya sesuai dengan tuntunan syariat
Islam.
Dari hasil wawancara yang dilakukan peneliti didapatkan hasil
jawaban dari sepuluh informan yang berkaitan dengan pemahaman Toke
mengenai prilaku bisnis Islam. Berdasarkan hasil wawancara penulis
dengan responden yang berkenaan tentang pemahaman Toke mengenai
prilaku bisnis Islam yang meliputi Toke kelapa lokal, kelapa sawit, pinang,
jagung, dan padi diketahui bahwa sebagian besar Toke mengetahui adanya
tata cara berbisnis sesuai aturan dalam agama, namun untuk istilah prilaku
bisnis Islam, mereka tidak memahami bahkan tidak pernah mendengarnya,
hal ini dikarenakan dalam taraf pendidikan khususnya pendidikan
agamanya yang rendah, sehingga dalam keseharian mereka tidak
menggunakan istilah tersebut namun dalam penerapannya mereka telah
mengikuti prinsip-prinsip prilaku bisnis Islam sesuai syariat. Aturan
agama Islam dalam kegiatan bisnis dipaparkan pada prinsip-prinsip etika/
perilaku bisnis Islam yang ada, yaitu: kesatuan (tauhid), keseimbangan,
khendak bebas, tanggung jawab, kebijakan (ihsan). Etika bisnis Islam
mengatur aktivitas ekonomi terutama dalam dunia perdagangan dengan
nilai-nilai agama dan mengajarkan pelaku bisnis atau pedagang untuk
menjalin kerjasama, tolong menolong, dan menjauhkan diri dari sikap
dengki dan dendam serta hal-hal yang tidak sesuai dengan syariah.
Para Toke di Desa Kuala Keritang dalam menjalankan aktivitas
bisnis telah memahami tata cara berdagang yang di larang dalam agama
islam. Kejujuran, kerjasama yang baik, dan rasa saling tolong menolong.
Seperti yang dilakukan Toke kelapa lokal, bahwa beliau tidak curang dan
menipu para petaninya dalam transaksi jual beli yang dilakukan.
Dalam menjalankan aktivitas usaha dagang yang dilakukan para
Toke di Desa Kuala Keritang semata-mata untuk mencari berkah dari
Allah SWT. Sepuluh informan meyakini segala transaksi yang
dilakukannya di amati oleh Allah SWT. Dengan begitu mereka selalu
berhati-hati menjaga perilaku dalam menjalankan perdagangan. Bentuk
ketakwaan dalam menjalankan usahanya selalu menyertakan niat ibadah,
dan sebelum berangkat berbisnis selalu membaca basmalah terlebih dahulu
dan berniat berdagang untuk menafkahi keluarganya supaya menjadikan
keberkahan tersendiri dalam menjalankan usaha dan keberkahan dalam
keluarganya.103
Bisnis yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan keluarga adalah
hal yang dianjurkan dalam agama Islam. Bekerja dengan tujuan
mendapatkan kebahagiaan duniawi dan juga diniati untuk bekerja sebagai
ibadah demi mendapatkan kebahagiaan ukhrawi. Karena kebahagiaan
ukhrawi lebih kekal dari pada kebahagiaan duniawi.
Sebagaimana yang telah dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW
dalam menjalankan perniagaannya, dalam hal ini beliau memiliki
keistimewaan, beliau menjalankan usahanya tersebut semata-mata demi
mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari, bukan untuk menjadi seorang
jutawan. Hal ini dikarenakan beliau tidak pernah memperlihatkan
kecintaan yang sangat besar terhadap harta kekayaan. Karena saat itu
berdagang (berbisnis) merupakan pekerjaan satu-satunya yang mulia yang
tersedia baginya pada saat itu. Pada prinsipnya keuntungan besar bukan
merupakan satu wujud keberhasilan seorang pebisnis dalam usahanya
tersebut, namun keberhasilan yang sesungguhnya terletak pada rasa
menerima apa yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada seseorang
sebagai bekal hidup di dunia, namun tetap tak melupakan mencari bekal
hidup untuk akhiratnya.
103
Wawancara bersama Informan 1 sebagai Toke Kelapa Lokal dan kelapa Sawit, pada
tanggal 16 Maret 2019
Pemahaman para Toke yang meliputi sepuluh informan mengenai
perilaku/ etika bisnis Islam dalam menjalankan usaha sangatlah penting
dan perlu diperhatikan, karena hal tersebut dapat mengantar dan
membentuk pelakunya untuk terus melakukan kebaikan.
Berikut beberapa hasil wawancara yang dirangkum oleh penulis:
“Prinsip perilaku bisnis dalam islam, jujur saya tidak pernah belajar atau
pun mendengar sebelumnya karena pendidikan dari kecil hanya tamat
SMP. Tetapi selain sekolah SMP saya juga ikut belajar madrasah yang
dipimpin langsung oleh Ustad/ Kyai setempat, hanya dari situ biasanya
juga diajarkan tentang cara berjual beli dan lain-lain.104
Selanjutnya, ada juga hasil wawancara dari informan 3 yang pernah
mendengar istilah perilaku bisnis Islam dari kajian atau ceramah-ceramah
agama yang dilaksanakan di langgar atau di Mesjid, berikut pernyataannya:
“Di tempat ceramah juga kadang ada yang kebetulan membahas tentang
perilaku dalam berdagang, tapi tidak terlalu paham, kalo yang dijelaskan
itu dinamakan prinsip-prinsip perilaku bisnis Islam, sebagian ada yang
sudah saya terapkan dari dulu seperti melayani para pelanggan dengan
baik, membayar zakat, namun sampai saat ini memahami sekedarnya
saja dikarenakan pendidikan masa itu belum terlalu dibutuhkan.105
Ada juga hasil wawancara dari informan 4 selaku toke kelapa lokal dan
kelapa Sawit, yang memahami cara berbisnis atau prilaku bisnis melalui
belajar dengan Ustads atau Kyai yang ada di tempatnya, berikut
penjelasannya.
104
Wawancara bersama Informan 2 Sebagai Toke Kelapa Lokal, dan pada tanggal 12
Maret 2019 105
Wawancara bersama Informan 3 Sebagai Toke Kelapa Bulat, Kopra, Kelapa Sawit, dan
Padi, pada 13 Maret 2019
“Karena hanya tamat SMP dan mengikuti pengajian madrasah bersama
ustad atau kiyai setempat beliau juga menyelingi dengan pengetahuan-
pengetahuan agama seperti hal hal yang boleh dilakukan dalam
berdagang, harus dicatat atau ditulis tiap kali melakukan transaksi
penjualan atau pembelian dengan berupa memberikan nota ke tiap petani
yang berisi catatan nama, harga, dan berapa jumlah barang.106
“ belajar berdagang bisa dikatakan belajar sendiri tanpa pernah belajar
langsung mengenai prilaku bisnis Islam. Apa yang diketahui dalam
agama itulah yang kita terapkan sehari-hari seperti sifat jujur, dan
berdagang adalah merupakan ibadah.
Selain itu, ada juga responden yang mengetahui perilaku bisnis Islam
dikarenakan pengetahuan dari anaknya yang memiliki latar belakang
pendidikan Agama, berikut hasil wawancaranya:
“Kebetulan salah satu anak saya ada yang dari yang kuliah di bidang
Agama, setiap libur semester kalau pulang kerumah. dia berusaha
menjelaskan tentang pengetahuan agama termasuklah didalamnya
tentang prilaku berdagang ini. Dari situ saya sedikit lebih paham dan
sadar bahwa aturan-aturan bisnis yang saya terapkan dinamakan Prilaku
Bisnis Islam.107
Selain itu informan 5 juga memberikan penjelasan yang berbeda cara
memahami perilaku bisnis Islam, hal ini disebabkan beliau tamatan sarjana S1
Sistem Imformasi dan lulusan pesantren juga dari keluarga yang taat
menerapkan prinsip Islam dalam kesehariannya, hal tersebut membuat ia lebih
memahami prilaku bisnis Islam dan bagaimana mengaplikasikannya.
“ Saya tahu soal perilaku bisnis Islam, tata cara berdagang yang baik
sesuai ajaran agama dan yang dicontohkan Rasulullah SAW, karena
Alhamdulillah dari kecil saya lulusan pesantren dan sarjana dengan
106
Wawancara bersama Informan 4 Sebagai Toke Kelapa Lokal dan Kelapa Sawit, Pada 13
Maret 2019 107
Wawancara bersama Informan 4 Sebagai Toke kelapa sawit, Desa kuala keritang 16
maret 2019
jurusan sistem informasi, walaupun bukan dari jurusan Ekonomi Islam
tapi sedikit telah mengetahui prinsip jual beli yang sesuai dalam Islam
karena bekal dari Pesantren dulu.108
Dari hasil wawancara beberapa responden di atas dapat diketahui bahwa
tidak semua Toke mengetahui soal prilaku bisnis Islam, terutama istilah
tersebut namun kesehariannya mereka secara tidak sadar telah
mengaplikasikan dan menerapkan sesuai dengan ketentuan syariat Islam, hal
ini dikarenakan Toke- toke tersebut merupakan mayoritas pendidikannya
hanya tamat SMP atau Madrasah Tsanawiyah dan hanya sedikit diantara
mereka yang lulusan sarjana. Tetapi keseharian mereka tumbuh dan
berkembang di lingkungan Agamis, seperti di Pondok-pondok Pesantren, aktif
mengikuti kajian ilmu agama, terlebih dikarenakan mereka berasal dari
keluarga yang taat menerapkan prinsip Islam dalam kesehariannya.
Penulis juga mewawancarai beberapa petani yang kebetulan menjual
hasil panennya di gudang responden berupa Kopra dan Pinang, secara terpisah
mereka memberikan respon positif selama menjadi pelanggan, sebagian besar
dari mereka menyatakan sangat terbantu dan juga tidak pernah kecewa dengan
pelayanan yang diberikan oleh para Toke, berikut pernyataannya:
“ Bagi bapak sangat terbantu sekali dengan kehadiran toke-toke disini
karena mereka memahami dan mengerti bagaimana perilaku seharusnya
dalam berbisnis, yang ditandai dengan rasa saling tolong menolongnya
kepada kami apabila kehabisan uang belanja sebelum masa panen
108
Wawancara bersama Informan 5 Sebagai Toke Sawit, Pinang dan Kelapa Lokal, 17
maret 2019
dengan berupa uang dan juga harga barang yang ditawarkan sesuai
dengan harga dipasaran.”109
Informan 12 juga menambahkan bahwa ia sudah berlangganan dengan
Toke Kelapa dan sawit ini sejak dari 15 tahun yang lalu, dan biasanya para
Toke yang berdagang juga turun temurun, dari kakek ke ayah, kemudian ke
menantu dan lain-lain, ia menyatakan gudang-gudang untuk Kelapa lokal
tersebut sebagai bisnis atau usaha keluarga. Dan sistem pembelian atau jual
belinya pun tidak jauh berbeda dari apa yang diajarklan oleh orang tua
mereka.110
Kemudian ada informan 12 yang juga sudah lama berlangganan kepada
Toke, ia menyatakan bahwa sangat beruntung adanya kehadiran Toke-toke
yang berasal dari kalangan mereka sendiri, yang paham agama dan siap
membeli hasil perkebunan mereka dengan harga yang sesuai di pasaran, dan
tidak pernah mengecewakan baik dari pelayanan maupun kejujuran dalam
menakar atau menimbang .111
Pemahaman para Toke tentang perilaku bisnis Islam dapat ditandai
dengan pemahaman mereka mengenai kejujuran dalam menjalankan usaha
harus ada, karena kejujuran merupakan kunci mencapai derajat yang lebih
tinggi baik secara materi maupun di sisi Allah SWT. Bukan hanya itu saja
kejujuran merupakan tonggak utama untuk menjalankan sebuah usaha supaya
para konsumen tetap terus terjaga untuk bisa kembali lagi kepada pedagang
109
Wawancara bersama Inforrman 10 sebagai petani kelapa lokal, sawit dan pinang, 18
maret 2019. 110
Wawancara bersama Informan 11 sebagai petani kelapa sawit, pinang dan kelapa lokal,
16 Maret 2019 111
Wawancara bersama Informan 12 sebagai petani kelapa lokal, sawit, pinang, 16 maret
2019
tersebut, dan meningkatkan penjualan dari sebelumnya. Seperti yang
diungkapkan oleh informan 6 seorang Toke Kelapa Sawit berkata bahwa:
“ menurut saya arti kejujuran sangat penting karena kejujuran akan
membawa rizki. Kalau tidak ada sifat jujur maka barang dagang tidak
laku, dan petani tidak akan mau menjual hasil kebunnya kepada kita”.112
Seperti halnya yang dilakukan informan 7 Toke Kelapa Sawit memiliki
pandangan bahwa ketika terjadi transaksi harus bersikap terbuka, beliau
mengatakan bahwa:
“ Kita memberitahukan harga standar dari barang yang dijual pada saat
ditawar menawar antara calon penjual, sehingga dari sini akan terjadi
transaksi yang saling ridho dan diyakini akan membawa barokah serta
manfaat untuk kedua belah pihak. Dengan bersikap jujur saya sangat
yakin memperoleh pendapatan yang halal dan baik, dengan pendapatan
tersebut untuk mencukupi kebutuhan keluarga saya”.113
Dari hasil observasi dan wawancara peneliti yang turun langsung ke
lapangan, rata-rata dari Toke dan Petani tersebut meskipun ada yang
pendidikan nya hanya tamat SD-SMA atau putus sekolah, namun mereka
memilki latar belakang pendidikan agama Islam yang cukup kuat
dikarenakan mereka lulusan pesantren atau mengikuti sekolah madrasah
semasa kecilnya, juga aktif mengikuti pengajian di Mesjid. Sehingga bekal
pendidikan agama dari kecil tersebut membuat mereka bisa memahami
prinsip prilaku bisnis Islam secara tidak langsung, dan mampu
mengembangkan bisnisnya dengan baik.
b. Petani
112
Wawancara bersama Informan 6 sebagai Toke kelapa Sawit, 17 maret 2019 113
Wawancara bersama Informan 7sebagai Toke Kelapa Sawit, pada Tanggal 26 Maret
2019
Masyarakat Islam adalah masyarakat yang dinamis sebagai bagian
dari peradaban. Dalam hal ini, perilaku atau etika dengan agama berkaitan
erat dengan manusia, tentang upaya pengaturan kehidupan dan
perilakunya. Jika barat meletakkan “akal” sebagai dasar kebenarannya.
Maka, Islam meletakkan “Al-qur‟an” sebagai kebenaran. Oleh karena itu
pentingnya pendidikan umum dan Agama untuk bekal berdagang
Hal ini sejalan dengan pernyataan petani dari hasil wawancara
berikut:
“Sebagai petani kelapa sejak dulu, bapak hanya tamat SD. Jadi
mengenai prilaku bisnis islam saya pahami hanya mendengar dari
masyarakat sekitar jika ada perkumpulan kecil-kecilan bersama
dimesjid. Yang terpenting sebagai petani selaku penjual harus juga
jujur, saat menjual barang ke Toke seperti kelapa.114
Kegiatan pengarahan biasanya disampaikan oleh imam mesjid/ kyai
kepada para pengurus dan masyarakat pada kesempatan-kesempatan tertentu.
Karena adanya keterbatasan biaya pendidikan bagi petani zaman dulu pada
umumnya. Sehingga mereka meluangkan waktu berbagi ilmu agama dengan
cara berkumpul dimesjid.
Hal ini sejalan dengan pernyataan salah seorang pengurus mesjid Al-
Amin, sebagai berikut:
“ Prilaku bisnis Islam, sebelumnya tidak pernah bapak pelajari. Karena
memang sekolah sampai tamat SD. Tapi dalam kehidupan sehari-hari
yang mengharuskan semua berkaitan penjual dan pembeli, lambat laun
mengetahui sendiri apa-apa saja yang dilarang dan dibolehkan agama
tentang jual beli, seperti menjual barang halal yang memberikan
114
Wawancara bersama Informan 13 sebagai petani kelapa dan Pinang, 18 maret 2019
manfaat. Itu semua didapatkan dari lingkungan sekitar, seperti ikut
perkumpalan dimesjid.”115
Dari hasil observasi dan wawancara peneliti juga mewawancarai
seorang petani Kelapa lokal dan Pinang sekaligus berprofesi sebagai pengajar
di Sekolah Dasar, yang memberikan jawaban berbeda mengenai pemahaman
prilaku bisnis Islam, berikut penjelasannya:
“Mengenai prilaku bisnis dalam islam, berarti seluk beluk bisnis atau
jual beli. Saya dari kecil masuk sekolah madrasah tsanawiyah / SMP –
selesai Sarjana agama di pendidikan agama Islam. Jadi mengenai
prilaku bisnis ini sudah memahami dan mengetahui tata cara jual beli
yang dicontohkan Rasulullah SAW, seperti jujur, adil, dan apabila tiba
waktu sholat tinggalkan dulu kegiatan mengurus harta.”116
Petani ialah mereka yang pada umumnya bekerja, hanya sekedar untuk
menghidupi keluarga dan mencukupi kebutuhan hari-harinya. Sedangkan
pendidikan mereka banyak diantaranya yang hanya duduk sampai madrasah
atau tingkat SMP dan SMA bahkan banyak yang putus sekolah, mereka pada
waktu itu tidak terlalu memikirkan pentingnya ilmu pengetahuan yang tinggi,
karena anggapan mereka, belum tentu bisa menjadi pejabat. Sehingga
menyebabkan kurangnya ilmu pengetahuan membuat mereka banyak yang
tidak mendalami bagaimana prilaku bisnis yang benar menurut ketentuan
Islam, walaupun dalam keseharian mereka mereka telah menerapkan prinsip
prilaku bisnis Islam tersebut. Mengenai hal ini peneliti berhasil mewawancarai
salah satu petani kelapa, berikut penjelasannya:
115
Wawancara bersama bapak Abdul Aziz, Pengurus Mesjid Al-Amin, 21 Maret 2019 116
Wawancara bersama Informan 14, sebagai Petani Kelapa dan Guru SD, 17 maret 2019
“ Dimasa dulu pendidikan bukan lah kebutuhan utama, karena banyak
dari para orang tua yang hanya mewajibkan sekolah hanya sampai
tamat SD, asal sudah bisa menghitung dan membaca. Jadi mengenai
prilaku bisnis Islam ini, belum pernah mendengarkan dan baru
memahami setelah dijelaskan tadi melalui tanya jawab wawancara ini,
apa-apa saja yang termasuk didalamnya. Tetapi dalam kehidupan
sehari-hari sudah banyak yang kami ketahui bahwa itu termasuk prilaku
bisnis seperti menghitung banyaknya barang yang kami jual ke Toke,
berapa ton dan berapa harga seharusnya, bukan hanya sekedar
menerima berapa pun dikasi sama Toke”.117
Dari hasil observasi dan wawancara peneliti bersama responden dapat
disimpulkan bahwa pemahaman prilaku bisnis Islam bagi petani sebagian
besar mereka tidak mengetahui, disebabkan pendidikan mereka yang rendah
dan kurangnya minat untuk melanjutkan sekolah pada masa itu. Banyak
masyarakat yang beranggapan bahwa pendidikan bukanlah suatu hal yang
sangat dibutuhkan, mereka hanya menuntut anaknya sekolah sampai tamat SD
asal sudah bisa membaca dan berhitung. Hanya dididik melalui pengajaran
ilmu agama dari para ustads atau guru ngaji mereka. Oleh karena itu dari
aktivitas mereka, mereka sudah menggunakan prinsip prilaku bisnis Islam
untuk berdagang dengan baik, salah satunya dengan menghindari aktivitas
yang haram.
117
Wawancara bersama Informan 15 sebagai Petani Kelapa Lokal, tanggal 5 April 2019
B. Penerapan Perilaku Bisnis Islam oleh Toke dan Petani dalam berbisnis
jual beli hasil perkebunan Perspektif Ekonomi Islam di Desa Kuala
Keritang
a. Toke
1. Nilai Kejujuran dalam Berbisnis
Islam merupakan sumber nilai dan perilaku dalam segala aspek
kehidupan manusia secara menyeluruh, termasuk wacana bisnis. Islam
memiliki wawasan yang komprensif tentang prilaku bisnis. Mulai dari
prinsip dasar, pokok-pokok kerusakan dalam perdagangan, faktor-faktor
produksi, tenaga kerja, modal organisasi, distribusi kekayaan, masalah
upah, barang dan jasa, kualifikasi dalam bisnis, sampai kepada perilaku
sosio ekonomi menyangkut hak milik dan hubungan sosial.
Prinsip esensial dalam bisnis adalah kejujuran. Dalam doktrin Islam,
kejujuran merupakan syarat fundamental dalam kegiatan bisnis. Pengertian
jujur itu baik dalam tindakan maupun perbuatan. Untuk melariskan
barang-barang yang ditawarkan, maka pelaku bisnis harus menjelaskan
sejelas keadaan barang yang akan diperjualbelikan. Para pelaku bisnis juga
dilarang berbuat curang dalam hal menimbang barang atau dalam hal
menakar barang. Oleh karena itu, perlu diperhatikan kebenaran dari alat
timbangan atau alat takaran.
Dalam kesempatan observasi dan wawancara peneliti berhasil
mewawancarai salah satu Toke Sawit yang ada di Desa Kuala Keritang
yaitu informan 8 yang memberikan penjelasan sebagai berikut:
“ Dalam masalah berdagang ini memang banyak sekali terdapat
sikap dan perbuatan- perbuatan tidak jujur, sering kali terjadi
hilangnya pelanggan karena ketidakjujuran disalah satu pihak. Tetapi
pegangan saya kejujuran dalam berdagang memang satu hal yang
sangat penting untuk diterapkan dalam jual beli, karena dengan jujur
saya bisa berdagang niat ibadah sekaligus menunjukkan prilaku yang
baik dimata masyarakat.”118
Wawancara peneliti dengan informan 9 juga berprofesi sebagai Toke
Kelapa Sawit juga memberikan memberikan penjelasan penerapan prilaku
berdagang yang ia terapkan, berikut penjelasannya:
“Saya selaku salah satu Toke Kelapa Sawit selalu berusaha untuk
berdagang sesuai perintah Agama, misalnya agar tidak terjadi
kecurangan waktu penimbangan buah kelapa sawit itu dilakukan,
saya berusaha hadir dan memanggil terlebih dahulu pemilik kelapa
sawit tersebut untuk memastikan timbangan atau takaran yang
dilakukan anak buah saya itu benar.”119
Peneliti juga memawancar informan 10 selaku Toke Kelapa Bulat,
Kopra dan Sawit, padi dan jagung beliau menjelaskan sebagai berikut:
“Sepanjang saya melakukan pekerjaan membeli ini seperti kelapa dll,
saya berusaha agar jangan sampai terjadi ketidakpuasan ataupun
kecurigaan kepada pelanggan saya yaitu petani yang menjual hasil
kebunnya kepada saya dengan melalui mengikutsertakan mereka
setiap kali dilakukan perhitungan biji kelapa, baik penimbangan
Kopra dan selain itu saya selalu memastikan alat timbangan yang
digunakan layak dipakai, hal ini demi menjalin hubungan bisnis yang
baik.120
Menurut Qardawi kejujuran adalah puncak moralitas dan
karakteristik yang paling menonjol dari orang-orang beriman. Tanpa
kejujuran, agama tidak akan berdiri tegak dan kehidupan dunia tidak akan
118
Wawancara bersama Informan 8, Toke Kelapa Sawit, Tanggal 6 April 2019 119
Wawancara bersama Informan 9 sebagai Toke kelapa Sawit, tanggal 7 April 2019 120
Wawancara bersama Informan 10 sebagai Toke Kelapa Lokal, Tanggal 8 April 2019
berjalan baik, begitu pun bisnis tidak akan berjalan tanpa ditopan oleh
pemilik dan karyawan yang jujur. Jujur merupakan pancaran dari iman
yang dimiliki pemilik dan karyawan, mereka tidak biasa berdusta, baik
dalam menghasilkan dan menjual produk maupun memanipulasi
keuntungan.
Hukum ketertarikan (law of attraction), mengatakan bahwa energi
universal yang ada disekitar kita akan merespon setiap getaran yang kita
pancarkan. Maka pada detik itu juga energi universal tersebut sedang
menyesuaikan diri dengan getaran yang kita pancarkan dan
melipatgandakan apa pun yang dipancarkan. Jika yang dipancarkan adalah
nilai kejujuran dalam proses bisnis maka energi disekitar kita akan
memancarkan nilai kejujuran yang sama atau lebih.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi peneliti, maka dapat
disimpulkan bahwa para Toke di Desa Kuala Keritang dalam berdagang
memberikan jawaban positif mengenai pengaplikasian prinsip prilaku
bisnis Islam dalam kesehariannya dengan cara bersikap jujur kepada para
petani atau pun para pelanggan dalam melakukan jual beli hasil
perkebunan.
2. Nilai Kejujuran dan Keadilan dalam Meraih Keuntungan
Dalam paham kapitalisme, keuntungan materi adalah segala-
galanya dalam berbisnis, apapun yang dilakukan selalu diarahkan pada
peningkatan dalam berbisnis, tidak mengenal halal atau haramnya proses
yang dilalui yang penting menghasilkan keuntungan. Sementara dalam
pandangan Islam, keuntungan materi merupakan dambaan tetapi bukan
segala-galanya, proses distribusi harus dalam bingkai kejujuran dan
kehalalan. Keuntungan materi hanyalah salah satu bagian dari keuntungan
yang lebih besar. Keuntungan dalam pandangan Islam, bukan hanya
keuntungan materi tetapi meliputi keuntungan karena telah mengikuti
norma, etika dan moral, keuntungan karena bertambah teman, kesenangan
melihat orang lain senang, semakin dekatnya hubungan dengan Sang
pemberi rezeki, dan masih banyak lagi jenis keuntungan.
Meskipun tidak ada nash khusus untuk menetapkan besarnya
keuntungan, namun setiap pengusaha Muslim hendaknya memperhatikan
rasa keadilan dalam menetapkan harga. Menetapkan keuntungan yang
besar disaat permintaan melebihi penawaran merupakan peluang untuk
menaikkan tingkat keuntungan dalam sistem kapitalisme. Tetapi dalam
ajaran Islam, menaikkan harga pada saat terjadi kenaikan permintaan
merupakan perbuatan tercela (zalim) karena memanfaat peluang diatas
penderitaan orang lain. Mengenai hal ini peneliti telah berhasil
mewawancarai beberapa Toke kelapa lokal, kelapa Sawit, dll sebagai
berikut:
“Dalam hal mengambil keuntungan dari membeli hasil panen
petani, yang berupa Kelapa lokal, kelapa sawit dan yang lain
sebagainya. Mengukur sesuai dengan tingkat harga umum dipabrik
dan pengeluaran modal yang terpakai misalnya harga buah sawit
pada minggu ini per kg sebesar Rp.1200,- maka harga yang
ditetapkan kepada petani adalah Rp. 1000,-.”121
121
Wawancara bersama Informan 1 sebagai Toke kelapa sawit, Tanggal 9 April 2019
Hal serupa juga dikemukakan oleh bapak Beti sebagai Toke kelapa
sawit, berikut hasil wawancaranya:
“Mengenai besar keuntungan yang diambil dari jual beli ini, telah
diputuskan bersama oleh kedua pihak, melalui pertimbangan-
pertimbangan seperti mengenai modal dan juga resiko yang harus
ditanggung oleh Toke selaku pembeli saat pengantaran buah ke
pabrik.”122
Keuntungan yang adil adalah keuntungan yang tidak menzalimi
orang lain tetapi juga tidak menzalimi diri sendiri. Berdasarkan
penelusuran dan pengamatan di lapangan, para Toke-toke mengambil
keuntungan dengan baik dari jual beli hasil perkebunan bersama petani.
Keuntungan diambil dengan mempertimbangkan segala hal mulai dari
modal awal, resiko serta kerugian yang akan ditanggung. Tampak sebagian
toke membiayai dan mengeluarkan modal yang cukup besar demi
memajukan perekonomian di daerahnya, membantu masyarakat petani
mengeluarkan hasil buminya, juga seperti merekrut tenaga kerja atau yang
disebut anak buah agar mereka bisa bekerja, termasuk memberikan gaji
yang layak bagi para pekerja, serta memenuhi fasilitas penunjang transaksi
jual beli hasil perkebunan tersebut. Seperti penyediaan mobil truk,
Pompong sebagai alat pengangkut buah sawit, kopra, dan kelapa dll untuk
di antar ke pabrik.
3. Bersikap Ramah Tamah
Saling menghormati antara penjual dan pembeli bisa dilakukan
dengan saling bersikap ramah tamah, keramah tamahan sangat penting
122
Wawancara bersama Informan 2 Sebagai Toke Kelapa Lokal, Tanggal 9 April 2019
dilakukan oleh kedua belah pihak baik sebagai penjual maupun sebagai
pembeli, agar terjalinnya hubungan bisnis yang baik tentunya dengan
menggunakan bahasa yang santun dan lemah lembut. Mengenai hal ini
peneliti melakukan wawancara dengan salah satu Toke Pinang yaitu
Informan 8 yang menjelaskan sebagai berikut:
“Untuk menarik simpati para pelanggan yaitu pemilik hasil
perkebunan disini ialah petani tentu juga perlu suatu cara, salah
satunya dengan bersikap ramah tamah, jika dalam melayani mereka
kita menggunakan bahasa dan tutur kata yang baik maka penjual
akan merasa nyaman dengan pelayanan yang kita berikan, dan bisa
dikatakan mereka akan terus menjual hasil panennya ke gudang kita,
tetapi sebaliknya jika pelayanan tidak baik mereka dapatkan otomatis
memilih berpindah ketempat lain yang lebih nyaman.123
Seseorang pelaku bisnis, harus bersikap ramah tamah dalam
melakukan bisnis. Nabi Muhammad SAW mengatakan,” Allah merahmati
seseorang yang ramah dan toleran dalam berbisnis. Dalam wawancara
peneliti melakukan tanya jawab mengenai sikap ramah tamah yang di
tunjukkan oleh para Toke kepada petani, wawancara dengan Informan 3
dari Desa Talang Jangkang yang memberikan keterangan sebagai berikut:
“sekarang ini orang berdagang telah banyak sekali, persaingan
diantara mereka pun semakin ketat. Jadi mengharuskan sekali
diantara mereka untuk memiliki karakter yang berbeda-beda dalam
mencari pelanggan, salah satunya dengan cara bersikap ramah tamah
ini kepada petani selaku pelanggannya, agar mereka bisa menjalin
kerjasama bisnis yang lama.124
123
Wawancara bersama Informan 8 sebagai Toke Pinang, Tanggal 10 April 2019 124
Wawancara bersama Informan 3 Sebagai Warga Desa Talang Jangkang, 10 April 2019
Peneliti kembali mewawancarai Toke Kelapa lokal dan Kelapa sawit
di Parit Tiga yang kembali memberikan keterangan mengenai sikap ramah
yang sering dilakukannya, yaitu ia menjelaskan sebagai berikut:
“ dalam berbisnis ini agar bertahan lama, bukan hanya modal yang
harus kuat dan diperhatikan tapi juga perlu diutamakan mengenai
keramah tamahan kita melayani pelanggan yaitu para petani, karena
disini kita saling membutuhkan, jika saya bersikap cuek dan tidak
memperhatikan mereka apalagi sombong maka petani tersebut pasti
merasa tidak nyaman, dan pasti tidak akan datang lagi untuk menjual
hasil panennnya kegudang saya.125
Secara keseluruhan para Toke di desa Kuala Keritang memang
cukup memahami pentingnya sikap ramah tamah terhadap petani atau
pelanggan yang akan menjual hasil panen kepadanya, karena dari hasil
wawancara, peneliti melihat rata-rata toke di Desa Kuala Keritang cukup
berusaha keras, ramah dalam menyapa dan melayani petani yang datang
menjual hasil kebunnya.
4. Berbisnis Untuk membantu orang lain
Target hasil dan kesadaran tentang signifikansi sosial kegiatan bisnis.
Pelaku bisnis menurut Islam, tidak hanya sekedar mengejar dan mencari
profit (keuntungan) sebanyak-banyaknya atau mencari untung material
semata, tetapi juga harus memperoleh dan memberikan benefit (kuntungan
atau manfaat) nonprofit kepada internal organisasi perusahaan dan
eksternal (lingkungan), seperti terciptanya suasana persaudaraan,
kepedulian sosial dan sebagainya. Yang didasari kesadaran untuk
125
Wawancara bersama Informan 6 sebagai Toke Kelapa Lokal dan Kelaoa Sawit, tanggal
11 April 2019
menolong sesama.
Hutang menjadi suatu yang akrab dalam perekonomian khususnya
dalam transaksi jual beli, dalam hal hutang sebagian besar toke kadang-
kadang menerima hutang dari para petani dengan jumlah nominal yang
berbeda-beda. Hal ini disebabkan para petani tersebut masih tergolong
dengan taraf ekonomi menengah kebawah, jadi yang sering terjadi uang
biaya hidup mereka sudah habis sebelum datang masa panen, atau adanya
kebutuhan yang mendesak yang mereka alami tiba-tiba.
Mengenai hal ini penulis berhasil mewawancarai toke yang
memberikan hutang kepada pelanggannya mengenai pembayaran dicicil
tiap datang masa panen, berikut penjelasannya.
“selama saya menjadi Toke kelapa lokal maupun kelapa sawit, petani
kita telah banyak yang meminta bantu berupa uang selama mereka
mau menjual hasil perkebunannya kepada saya, pembayarannya
dengan cara dicicil tiap datang masa panen perbulan, kadang juga
tidak teratur tiap bulan bayar, hanya disesuaikan dengan jumlah
penghasilan dari petani dan kemauannya mau bayar atau belum
untuk pada bulan tertentu, dengan cara membantu mereka kita bisa
memiliki pelanggan tetap. Jumlah nominal yang berbeda-beda mulai
dari Rp 1-5 juta atau lebih”.126
Dari penjelasan di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar Toke di
Desa Kuala Keritang sadar akan pentingnya berbisnis di jalan Allah,
sehingga meskipun mereka tidak memahami tentang prinsip prilaku bisnis
Islam, namun aktivitas sehari-hari mereka menunjukkan penerapan
prinsip-prinsip tersebut.
126
Wawancara bersama Informan 5 sebagai Toke Kelapa Lokal, Sawit dan Jagung, tanggal
13 maret 2019
5. Mengeluarkan Zakat
Pada realitas kehidupan umat Islam di Desa Kuala Keritang adalah
komunitas umat yang menganut agama yang cukup taat dalam paham
keagamaan. Dalam hal pemahaman dan pelaksanaan dari konteks dan
tujuan yang berwawasan muamalah atau berbisnis yaitu mewujudkan
keadilan sosial dengan menjalankan fungsi harta sebagai amanah Allah
SWT.
Islam memandang bahwa tujuan suatu amal perbuatan tidak hanya
berorientasi qimah mardiyah (nilai materi). Tetapi juga harus berorientasi
pada Qimah insaniyah berarti pengelola atau pelaku bisnis berusaha
memberikan manfaat yang bersifat kemanusiaan melalui kesempatan
kerja, bantuan sosial (Zakat, Infak, sedekah), dan bantuan lainnya. Hal ini
sejalan dengan hasil wawancara dengan Toke selaku kepala Dusun di Parit
Usaha Berkat desa kuala Keritang sebagai berikut:
“ Sejak menjadi toke atau pembeli kelapa lokal, kelapa sawit petani,
belakangan ini memang banyak sekali memberikan keuntungan dan
maanfaat. Selaku kadus juga berprogram membangun mesjid jadi
hasil dari berdagang selama ini Alhamdulillah sudah saya keluarkan
untuk pembangun mesjid, dan juga membagikan sedekah kepada
masyarakat yang terkena musibah. Dengan mengeluarkan zakat
mudah-mudahan bisa memperoleh keberkahan.127
Peneliti juga berhasil mewawancarai Toke Kopra yang sudah
menjalani bisnis kelapa ini selama hampir 15 tahun, memberikan
keterangan sebagai berikut:
127
Wawancara bersama Informan 4 sebagai Toke dan Kepala dusun di parit Usaha berkat,
18 maret 2019
“Masalah berbisnis ini adalah untuk mencari harta guna memperbaiki
perekonomian, sedangkan harta sendiri bersifat hanyalah titipan
Allah. Oleh karenanya, selaku salah satu toke di tempat ini berusaha
agar rezeki yang kita peroleh tidak sia-sia habis dimakan saja, kita
keluarkan umumnya langsung untuk pembangunan mesjid dan
bantuan korban kebakaran lainnya.128
Keberkahan, semua tujuan yang telah tercapai tidak akan berarti apa-
apa jika tidak ada keberkahan didalamnya. Maka bisnis islam
menempatkan berkah sebagai tujuan inti, karena ia merupakan bentuk dari
diterimanya segala aktivitas manusia. Keberkahan ini menjadi bukti bahwa
bisnis yang dilakukan oleh pengusaha atau Toke muslim telah
memperoleh Ridho dari Allah SWT dan bernilai ibadah.
6. Menerapkan Prinsip Keseimbangan
Keseimbangan dalam berbisnis disini ialah tidak mementingkan diri
sendiri. Seperti sistem pemberian gaji atau upah kepada karyawan (anak
buah toke) perbulan ataupun setiap kali panen, seperti buah kelapa Sawit
harus panen minimal 2 kali 1 bulan. Jadi para anak buah yang mengambil
gaji timbang diberikan 2 kali sebulan, pemberian gajinya sejauh ini tidak
pernah molor, atau selalu on time, anak buah yang bekerja juga sejauh ini
tidak ada yang komplain atas gaji yang mereka terima. Hal ini sesuai
dengan hasil wawancara peneliti dilapangan, berikut penjelasannya:
“ Dalam pemberian upah bagaimanapun tetap di usahakan agar tidak
telat atau molor, karena itu hak mereka, mana tau ada kebutuhan
yang mendadak. Kecuali memang tidak ada duit yang terkumpul
128
Wawancara bersama Informan 7 sebagai Toke kelapa di Sei Intan, 20 April 2019
karena belum jual ke pabrik, itu kita tentu menjelaskan terlebih
dahulu kepada mereka, agar tidak menunggu-nunggu”.129
7. Hubungan Kerja Yang Baik
Hubungan petani dan Toke disebut hubungan patron-klien karena
sengaja dibangun oleh kedua belah pihak. Hubungan patron-klien tercipta
karena adanya ketimpangan dalam mengakses pasar, modal, dan
mendapatkan jaminan keamanan subsistensi. Cara-cara yang dilakukan
oleh patron untuk membangun relasi sosial dengan klien dengan memberi
modal atau tanggung jawab, memberikan pelayanan baik sekaligus
mengontrol, mengawasi klien dan juga membantu masyarakat bagi mereka
tidak memilki pekerjaan untuk bekerja. Bentuk dari tanggung jawab toke
di masyarakat juga dapat dilihat dari semakin berkurangnya tingkat
kejahatan dilingkungan masyarakat seperti tindak pencurian dan tindak
kriminal lainnya. Adanya hubungan baik yang terjalin antara toke dan
petani sangat memberikan pengaruh positif bagi anak-anak mereka untuk
terus melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi, kerena didukung oleh
kemampuan mereka dibidang ekonomi serta para toke dan petani dapat
memberikan contoh yang baik betapa sangat dibutuhkannya orang cerdas
di dalam hidup bermasyarakat. Hal ini sesuai dengan hasil wawancara
bersama Informan 9, berikut penjelasannya:
“ para toke biasanya lebih dipandang dan dipercayai, kita juga
harus memperhatikan bagaiamana keadaan dimasyarakat, jika ada
yang tidak memiliki pekerjaan kita usahakan bagaiamana mereka
bisa ikut berkerja, agar kita dapat mencegah terjadinya tindak
129
Wawancara bersama Informan 6 sebagai Toke Kelapa Sawit di Parit Rahmat 18 April
2019
kejahatan yang tidak kita inginkan. Dan apabila ada yang
melanjutkan sekolah dan tergolong orang kurang mampu kita siap
membantu meberikan pinjaman.”
b. Petani
1. Penerapan Tauhid
Jual beli merupakan perdagangan dunia, sedangkan melaksanakan
kewajiban syariat Islam adalah perdagangan akhirat. Perdagangan dalam
Islam tidak hanya berkutat dalam hal memperoleh keuntungan materi,
melainkan juga dapat menjadikan media ibadah guna mendapatkan tiket
menuju kebahagiaan abadi di akhirat kelak, selain itu bisnis Islam juga
bertujuan untuk merealisasikan konsep keseimbangan antara dimensi
horizontal dengan dimensi spiritual. Hal ini sejalan dengan hasil
wawancara peneliti bersama petani sebagai petani kelapa lokal, sawit dan
pinang, berikut pernyataannya:
“saya berusaha untuk setiap hasil yang saya peroleh dari menjual
hasil perkebunan, rezeki yang saya dapatkan bisa dinikmati di
dunia dan diakhirat kelak. Dengan cara menabung untuk kurban
serta akikah anak-anak, bukan habis hanya dimakan saja.”130
Hal serupa juga dikemukan oleh seorang petani kelapa lokal dan
jagung yang biasa menjual hasil kebunnya ke Toke terdekat, hasil
wawancaranya sebagai berikut:
“ Proses penjualan ini kadang di dialami adanya kecurangan yang
dilakukan oleh pembeli atau toke, tetapi kita ikhlaskan mungkin
hanya kekeliruan saja saat dalam proses penimbangan, hal ini demi
menjalin hubungan persaudaraan .”
130
Wawancara bersama Informan 17 sebagai Petani Kelapa lokal dan Sawit, tanggal 15
April 2019
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di lapangan menunjukkan
bahwa Petani telah menerapkan prinsip prilaku bisnis Islam pada aktivitas
perdagangannya bersama Toke. Hal ini dapat dilihat dari adanya jam
istirahat pada saat waktu shalat yang berarti menunjukkan bahwa tetap
menomor satukan Allah diatas segalanya. Selain itu petani juga
memberikan 25% dari keuntungan bersihnya untuk kegiatan sosial dan
diberikan kepada orang yang berhak menerimanya atau diwakafkan untuk
pembangunan tempat ibadah. Hal ini sejalan dengan hasil wawancara
bersama petani kelapa yang sudah bertani dari sejak puluhan tahun yang
lalu, berikut penjelasannya:
“Bertani, berkebun Kelapa sawit atau kelapa lokal saat datang masa
panen lalu dijual diantar ke gudang Toke, disini tidak hanya
memikirkan jualnya saja, tidak hanya memikirkan keuntungan atas
jualannya namun disinilah kami berdakwah syi‟ar. Karena jika kita
mengejar dunia saja maka dunia akan bersama kita, jika kita
mengejar akhirat maka akhirat akan bersama kita, sedangkan jika
kita mengejar dunia dan akhirat maka dunia dan akhirat akan kita
dapatkan.”131
Berdasarkan hasil wawancara tersebut, peneliti juga melakukan
observasi kepada para petani di desa Kuala Keritang mengenai penerapan
prilaku bisnis Islam memang sudah cukup baik, karena yang peneliti lihat
rata-rata para petani di Desa Kuala Keritang tidak hanya bisnis retail yang
semata-mata mencari profit namun tetap peduli dengan lingkungan sekitar
salah satunya dengan memberikan beberapa persen dari keuntungannya
untuk disedekahkan serta dalam bentuk bantuan sosial lainnya.
131
Wawancara bersama Informan 19 sebagai Petani Kelapa lokal, sawit dan pinang, tanggal
16 April 2019
Hal tersebut telah sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh
Kertajaya dan sula dimana dalam bisnis syariah haruslah memperhatikan
dan membantu lingkungan sekitar yang membutuhkan tanpa memandang
statusnya. Jika kelompok masyarakat menerapkan prinsip ketauhidan ini
maka akan berdampak bagus terhadap kemajuan bisnis, karena dengan
diterapkannnya prinsip ini maka segala aktivitas yang dilakukan insya
Allah akan berkah dan diridhoi Allah SWT.
2. Penerapan Keseimbangan
Para petani telah menerapkan prilaku keseimbangan terhadap
pelaksanaan jual beli hasil perkebunannya sehari-hari. Dimana maksud
keseimbangan adalah tidak mementingkan diri sendiri tetapi juga
mementingkan kepuasan orang lain. Dengan terciptanya keseimbangan
antara penjual dan pembeli maka terjadilah sosialisasi yang baik. Yang
mana tidak merugikan kedua belah pihak. Hal tersebut dapat dilihat dari
kualitas produksi yang dilakukan petani sebagai pemilik barang. Baiknya
kualitas produksi bertujuan untuk melayani kebutuhan konsumen serta
memberikan produk terbaik kepada konsumen hal inilah yang diperantarai
melalui kerjasama bersama Toke sebagai distributor.
Hal tersebut didukung oleh hasil observasi dan wawancara penulis
yang terjun langsung dan melihat semua ke lapangan bahwa barang hasil
panen petani yang telah disediakan sudah layak untuk di jual, seperti
kelapa lokal yang diolah menjadi kopra, buah kelapa sawit yang sudah tiba
masa untuk dipanen. Karena biasanya sering juga ditemui kualitas buah
sawit yang tidak bagus seperti belum masa panen sudah dipanen demi
untuk mendapatkan jumlah kg yang banyak. Seperti hasil wawancara oleh
seorang petani kelapa sawit di Desa kuala Keritang, berikut hasil
wawncaranya:
“saya selalu berusaha agar barang yang saya jual, layak dibeli dan
diberi harga tinggi seperti buah sawit, wajib dipanen selama 2 kali
dalam 1 bulan. Tidak pernah memanen buah yang belum masak,
karena nantinya itu juga dibuang atau disortir oleh pembeli atau
Toke.”132
Hal serupa juga dikemukakan oleh seorang petani pinang, berikut
hasil wawancaranya:
“ saya berkebun pinang ini sudah dari puluhan tahun yang lalu, tiap
masa panen dan selesai diolah langsung diantar ke Toke terdekat
ataupun diantar ke Toke yang di pasar karena menurut saya disana
harganya lebih mahal tetapi masalah kualitasnya selalu saya
perhatikan, misal pinang yang basah tidak pernah dicampur adukkan
dengan pinang yang sudah dikeringkan berharap harganya di sama
ratakan dengan yang kering.133
Mencampur barang bagus dengan barang tidak bagus seperti pinang
dan kopra, memang pernah ada dilakukan oleh mereka para pemilik
barang yang hanya mementingkan keuntungan namun tidak memikirkan
akan kerugian yang akan diperolehnya. Namun berdasarkan hasil
wawancara dan observasi peneliti, para petani di desa kuala keritang telah
menerapkan prinsip keseimbangan dalam melaksanakan aktivitas jual beli
hasil kebun mereka, walaupun kebanyakan mereka tidak memahami secara
mendalam arti dari prinsip prilaku bisnis itu sendiri.
132
Wawancara bersama Informan 16 sebagai petani Kelapa Lokal, sawit dan pinang,
Tanggal 18 April 2019 133
Wawancara bersama Informan 15 sebagai Petani Pinang, Tanggal 21 April 2019
3. Jual Beli dengan Unsur Suka Rela dan Menghindari Riba
Bisnis ataupun melakukan aktivitas jual beli harus dilakukan dengan
suka rela, tanpa paksaan, dan berdasarkan dasar suka sama suka, selagi
barang yang diperjual belikan tersebut adalah barang yang halal. Dalam
wawancara peneliti dengan bapak Tamrin menjelaskan sebagai berikut:
“saya menjual hasil perkebunan seperti Kelapa bulat dan dikopra,
memang saya lakukan dengan suka rela, artinya menjual kelapa
dengan tidak terpaksa dan Toke pun merasa tidak dipaksa untuk
membeli kelapa itu, sama-sama tidak ada paksaan antara saya dengan
Toke.”134
Selain informasi diatas, peneliti juga mewawancarai salah satu petani
kelapa Sawit di Desa Kuala Keritang yaitu bapak Saidin yang memberikan
keterangan sebagai berikut:
“ Dalam agama tidak dibolehkan mengambil untung diluar batas, ada
batas dalam mencari keuntungan, oleh karena itu saya selalu
berusaha untuk tidak mencari untung yang tidak sesuai dengan
kualitas barang atau hasil kebun saya, mencari untung sesuai dengan
standar dan keadaan barang yang ada, yang biasa dengan harga pasar
yang berlaku.”135
Sistem ekonomi dan bisnis yang dikembangkan seharusnya tidak
terlepas dari tujuan pembentukan sistem itu, yaitu untuk memenuhi
kebutuhan hidup umat manusia. Sedangkan untuk memahami kebutuhan
hidup umat manusia perlu digali hakikat dan penciptaan umat manusia di
muka bumi, yang dalam perspektif Islam berupa manusia adalah hamba
Allah, khalifah Allah, pemakmur bumi. Dalam Al-Qur‟an terdapat banyak
macam nilai yang dapat digunakan untuk mengembangkan ilmu
134
Wawancara dengan Informan 13 sebagai petani Kelapa lokal, 4 april 2019 135
Wawancara bersama Informan 17 petani Kelapa Lokal, Sawit dan Pinang, Tanggal 16
April 2019
pengetahuan, termasuk bisnis, di antaranya tauhid, amanah, ukhuwwah,
shiddiq dan lain sebagainya. Berbisnis dengan memahami implementasi
nilai-nilai Islam akan menghasilkan berbagai manfaat atau kinerja
kemashlahatan yang tidak akan dicapai melalui bisnis yang menerapkan
nilai-nilai konvensional.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian dari bab-bab sebelumnya penulis dapat
menyimpulkan beberapa hal mengenai pemahaman dan penerapan prilaku
bisnis Islam terhadap pelaksanaan jual beli hasil perkebunan oleh Toke dan
Petani dengan berdasarkan observasi dan wawancara adalah sebagai berikut:
1. Pemahaman dan penerapan prilaku bisnis Islam oleh Toke secara
konsepsional tidak memahami prilaku bisnis Islam, terutama tentang
istilah-istilah dalam ilmu tersebut. Namun, dalam kesehariannya secara
praktek telah mengaplikasikan prilaku bisnis Islam dalam perdagangan
mereka secara alamiah, karena pada pelaksanaan jual beli hasil
perkebunan tersebut sangat mengedepankan nilai-nilai syariah Islam di
operasionalnya.
Hal tersebut didasari dengan adanya bekal pendidikan agama yang
cukup sejak kecil dari madrasah atau alumni pondok pesantren. Ditinjau
dari segi implementasi prilaku Toke di Desa Kuala Keritang sebagai
pembeli diantaranya menjunjung tinggi nilai kejujuran, bersikap ramah-
tamah, berdagang untuk membantu orang lain, adil, seimbang, dan tidak
melupakan akhirat. Dampak prinsip prilaku bisnis Islam yang telah
diterapkan dengan baik, akan menghasilkan dampak positif yakni semakin
banyaknya jumlah pelanggan dan otomatis bisnis yang dijalankan pun
akan semakin berkembang, dan dapat beroperasi dengan lancar.
Sedangkan dampak negatifnya adalah jika implementasi prilaku bisnis
Islam tersebut tidak dijalankan dengan baik maka operasional bisnis para
Toke selaku perantara bagi petani tidak akan berjalan lancar dan akan
mengalami kebangkrutan. Dan juga bisnis yang dijalankan tidak bernilai
ibadah hanya sia-sia saja.
2. Pemahaman dan penerapan prilaku bisnis Islam oleh Petani juga tak
ubahnya seperti Toke pada umumnya, secara konsepsional tidak
memahami istilah prilaku bisnis Islam, namun dalam praktek jual beli
mereka telah menerapkan dengan baik prinsip prilaku bisnis Islam
tersebut, hal tersebut di tandai dengan beberapa aksioma prilaku bisnis
Islam yang diterapkan seperti penerapan tauhid, penerapan keseimbangan
juga tidak melupakan dasar jual beli yaitu berdagang atas dasar suka rela
atau suka sama suka, juga menghindari praktik riba.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang telah disimpulkan diatas, untuk
pengembangan usaha bisnis antara Toke dan petani, penulis memberikan
beberapa saran sebagai berikut:
C. Rekomendasi
1. Bagi Toke dan Petani di Desa Kuala Keritang
a. Toke dan Petani agar tetap istiqomah menjalankan implementasi
prilaku bisnis Islam tersebut, supaya bisnis yang dijalankan dapat
berkembang, dan dapat beroperasi dengan jangka waktu yang lama.
b. Mengutamakan syarat dan rukun bisnis dalam jual beli, agar
kecurangan dan penipuan dapat dihindari sebagai pembeli atau dari
petani sebagai penjual.
c. Tetap menjalin kerjasama bisnis yang baik.
2. Bagi peneliti selanjutnya
a. Penelitian ini hanya meneliti beberapa aspek variabel yang telah
ditentukan oleh penulis dan diharapkan untuk peneliti selanjutnya agar
bisa menambah terkait aspek variabel sekiranya memiliki pengaruh
yang signifikan dari penelitian sebelumnya.
b. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat sebagai landasan bagi peneliti
selanjutnya. Karena banyak sekali aspirasi yang didapatkan pada saat
penelitian pada prilaku bisnis “Toke” dengan petani dalam jual beli
hasil perkebunan. Semoga pada saat peneliti selanjutnya melakukan
penelitian pada subyek yang sama, lebih baik dan profesional supaya
peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian lebih dalam dan lebih
baik lagi.
D. Kata Penutup
Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan taufik dan hidayah serta inayah-Nya kepada kita semua dan tak
pernah berhenti memberi nikmat dan kasih sayang-Nya kepada penulis,
sehingga penulis mampu menyelesaikan skripsi ini. Tulisan ini masih belum
sempurna, maka dari itu penulis meminta kritik dan saran yang bersifat
membangun demi kebaikan penulisan ini agar menjadi lebih baik.
Terimah kasih penulis ucapkan kepada semua pihak yang terkait dalam
penulisan skripsi ini, atas waktu yang diluangkan serta kesempatan yang
diberikan untuk penulis dan akhirnya dapat menyelesaikan skripsi ini. Semoga
Allah SWT membalas kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu
penulis, Amin yaa rabbal alamin.
Jambi, 2019
Darmianti
EES 150618
DAFTAR PUSTAKA
A. LITERATUR
Al-Qur‟an dan Terjemahnya, Tangerang: PT. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk, 2013.
Burhan Bungin, 2013. Metodologi Penelitian Sosial dan Ekonomi, Jakarta:
Kencana
Desa Kuala Keritang, 2016. Rencana Pembangunan Jangka Menengah Desa
(RPJM Desa), Desa Kuala Keritang, Riau
Departemen Agama Republik Indonesia, 1993:122
Hendi Suhendi, 2005. Fiqh Muamalah, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Marta Evi, 2016. Metodologi Penelitian Kualitatif untuk Bidang Kesehatan,
Jakarta: PT RajaGrafindo Persada
Ma‟ruf Abdullah, 2011. Manajemen Bisnis Syariah,Yogyakarta: CV Aswaja
Pressindo
Muhammad dan Alimin, 2005. Etika dan Perlindungan Konsumen dalam
Ekonomi Islam, Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta
Muhammad Zain, 2016. Ekonomi dan Bisnis Islam: Seri Konsep dan Aplikasi
Ekonomi dan Bisnis Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Muslich, 2007. Bisnis Syariah Perspektif Mu’amalah dan Manajemen,
Yogyakarta: UPP STIM YKPN
Moch. Salam Faisal, 2006. Pertumbuhan Hukum Bisnis Syariah di Indonesia,
Bandung: Pustaka
Mulyadi Nitisusastro, 2013. Prilaku Konsumen dalam Perspektif Kewirausahaan,
Bandung: Alfabeta
Rivai Veithzal dan Buchari Andi, 2009. Islamic Ekonomics,Ekonomi Islam
Bukan OPSI, Tetapi SOLUSI, Jakarta: PT Bumi Aksara
Yunia Ika dan Kadir Abdul, 2014.Prinsip Dasar Ekonomi Islam Perspektif
Maqashid Al-syari’ah, Jakarta: Kencana Prenadamedia Group
Yusuf Qardhawi , 1997. Norma dan Etika Ekonomi Islam, (Jakarta: Gema Insani
Press
B. JURNAL dan SKRIPSI
Artaty, 2006. Tinjauan Hukum Islam Tentang Praktek Tengkulak Dalam Jual Beli
Karet Mentah Studi Kasus di Desa Gedung Riang Kecamatan Blambangan
Umpu Kabupaten Way Kanan. Universitas Islam Negeri Raden Intan
Lampung
Kausar, 2011. Analisis Hubungan Patron-Klien (Studi Kasus Hubungan Toke dan
Petani Kelapa Pola Swadaya di Kecamatan Tambusai Kabupaten Rokan
Hulu), Indonesian Journal Of Agricultural Economic (IJAE)
Kevin Prayogo Rochmato, 2017. Evaluasi Manajemen Rantai Pasok Pada Usaha
Global Pamungkas. PERFORMA: Jurnal Manajemen dan Start-up Bisnis,
Universitas Ciputra
Nurin Fajrina, Dampak Penerapan Etika BIsnis Islam Pada Kemajuan Bisnis
studi kasus De‟Halal Mart Yogyakarta
Siawadi, 2013. Jual beli dalam perpekstif islam, Jurnal Ummul Qura Vol III
Agustus
Sutisna, 2015. Tengkulak dan Petani: Kajian Historis terhadap perkembangan
tengkulak sayur di Desa Nanggreng kecamatan Cililin Kab Bandung Barat
Tahun 1990-2013, Universitas Pendidikan Indonesia
C. INTERNET
www.infodanpengertian.com/pengertian-petani-menurut-para-ahli-/diakses
Oktober 2018
PANDUAN WAWANCARA
1. Panduan Wawancara dengan Toke sebagai Pembeli
a. Dimanakah menempuh pendidikan agama dan apa saja yang dipelajari
?
b. Bagaimana pengetahuan agama anda tentang jual beli dalam Islam ?
c. Bagaimana cara anda memahami prinsip prilaku bisnis Islam, dan
bagaimana pengaplikasikannya?
d. Apa yang mendorong atau memotivasi anda untuk berdagang, dan
mulai sejak kapan anda menjadi toke di desa Kuala Keritang?
e. Apa tujuan dan kepentingan anda melaksanakan aktivitas jual beli
sehari-hari ?
f. Apakah ada hubungan dengan stakeholder (pengusaha) dan dana Bank
untuk menunjang kegiatan jual beli yang dilakukan?
g. Apa yanga anda lakukan agar kerjasama bisnis, hubungan silahturahim
dalam berdagang tetap berjalan dan terjalin dengan baik ?
h. Adakah telah menyisihkan uang dari laba keuntungan untuk zakat,
infak dan sedekah ?
i. Bagaimana tanggapan atau respon para pelanggan atau petani itu
sendiri terhadap keberadaan Toke ?
j. Bagaimana mengatasi barang yang dibeli dari pelanggan yang tidak
memiliki kualitas yang bagus ?
2. Panduan Wawancara dengan Petani sebagai Penjual
a. Dimana anda menempuh pendidikan dan apa saja yang dipelajari ?
b. Bagaimana pengetahuan anda tentang jual beli dalam Islam ?
c. Bagaimana anda memahami tentang prilaku bisnis dalam Islam, dan
bagaimana cara mengaflikasikannya ?
d. Apa tujuan dan kepentingan anda melakukan bisnis jual beli ?
e. Kapan anda menjual hasil panen ke Toke ?
f. Bagaimana tanggapan anda dengan adanya Toke ?
DOKUMENTASI
A. Desa Kuala Keritang Provinsi Riau
DAFTAR RIWAYAT
(CURRICULUM VITAE)
Nama : Darmianti
Tempat/Tgl lahir : Riau, 30 Juni 1996
Email/ Surel : [email protected]
Alamat : Jl penunjang 01, rw 03 rt 03, Desa Kuala Keritang,
Kecamatan Keritang, Kabupaten Indragiri Hilir, Provinsi
Riau
No Kontak/ Hp : 082285894536
Pendidikan Formal:
1. SDN O29 (Desa Kuala Keritang, Provinsi Riau) : 2002-2008
2. Madrasah Tsanawiyah (Desa Pasar Kembang, Provinsi Riau) : 2008-2011
3. Madrasah Aliyah Nurul Wathan (Desa Pasar kembang, Provinsi Riau) : 2011-
2014
Pengalaman Organisasi:
Anggota KSEI 2015-2016
Jambi, 2019
Ttd
Darmianti
EES 150618