Perilaku Terpuji

25
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PERILAKU TERPUJI” Makalah ini berisikan tentang macam-macam perilaku terpuji, seperti sifat adil, sifat ridho dan sifat amal sholeh. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita semua tentang pentingnya berprilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini. Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin. Bandung, 30 Oktober 2012

description

PAI SMA

Transcript of Perilaku Terpuji

Page 1: Perilaku Terpuji

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan Makalah ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “PERILAKU TERPUJI”

Makalah ini berisikan tentang macam-macam perilaku terpuji, seperti sifat adil, sifat

ridho dan sifat amal sholeh. Diharapkan Makalah ini dapat memberikan manfaat kepada kita

semua tentang pentingnya berprilaku terpuji dalam kehidupan sehari-hari.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik

dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi

kesempurnaan makalah ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan

serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa

meridhai segala usaha kita. Amin.

Bandung, 30 Oktober 2012

Penyusun

Page 2: Perilaku Terpuji

PERILAKU TERPUJI

Muslim/Muslimah dalam hidupnya di alam dunia yang fana ini harus senantiasa

membiasakan diri dengan bersikap dan berprilaku terpuji, serta menjauhkan diri dari sikap

dan prilaku tercela.

Diantara sikap perilaku terpuji yang harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari

ialah: Adil, rida dan amal sholeh.

1. ADIL

A. ARTI ADIL DALAM ISLAM

Adil sering diartikan sebagai sikap moderat, obyektif terhadap orang lain dalam

memberikan hukum, sering diartikan pula dengan persamaan dan keseimbangan dalam

memberikan hak orang lain., tanpa ada yang dilebihkan atau dikurangi. Seperti yang

dijelaskan Al Qur’an dalam surah Ar Rahman/55:7-9

“ Dan Allah telah meninggikan langit-langit dan Dia meletakkan neraca (keadilan)

suapaya kamu jangan melampaui batas neraca itu. Dan tegakkanlah timbangan itu

dengan dengan adil dan janganlah kamu mengurangi neraca itu”

Kata adil sering disinonimkan dengan kata al musawah(persamaan) dan al

qisth (moderat/seimbang) dan kata adil dilawankan dengan kata dzalim.

Dalam Al Qur’an kata adil dan anak katanya diulang sekitar 30 (tiga puluh) kali. Al

Qur’an mengungkapkannya sebagai salah satu dari asma’ al husna Allah dan perintah

kepada Rasulullah untuk berbuat adil dalam menyikapi semua umat yang muslim maupun

yang kafir. Begitu juga perintah untuk berbuat adil ditujukan kepada kaum mukminin dalam

segala urusan.

B. PRINSIP KEADILAN DALAM ALAM RAYA

Jika kita perhatikan alam raya sekitar kita, maka akan kita dapatkan prinsip

adil/keseimbangan itu menjadi ciri utama keberlangsungan dunia. Malam dan siang, gelap

dan terang, panas dan dingin, basah dan kering, bahkan udara tersusun dalam susunan

Page 3: Perilaku Terpuji

keseimbangan yang masing-masing fihak tidak ada yang mengambil/mengurangi hak sisi

lain.

Tata surya kita, matahari, bumi bulan dan planet lainnya berada dalam jalur/garis

edar obyektif yang tidak ada satupun dari tata surya itu merampas jalur fihak lain, jika

perampasan fihak lain itu terjadi bisa kita bayangkan bagaimana jadinya alam ini, pasti akan

terjadi benturan-benturan yang berarti kebinasaan dan kehancuran. (QS. Al Qamar: 49, Al

Mulk: 3, Yasin: 40, Ar Rahaman:5-7)

Kelangsungan hidup manusia sangat ditentukan oleh keseimbangan pernafasannya

antara menghirup dan membuang. Jika tarikan dan pembuangan tidak seimbang maka

manusia akan mengalami kesulitan bernafas dan biasanya kehidupan akan segera berhenti.

Begitu juga susunan fisik manusia, memiliki komposisi seimbang antara cairan, udara, dan

benda padat (tulang dan otot), jika keseimbangan ini terganggu maka kehidupanpun akan

terganggu. Demikian pula susunan materi dan ruhiyah, antara fisik, akal dan rasa. Jika ada

satu fihak yang mengambil hak sisi lain dapat dipatikan akan terjadi ketimpangan

hidup. Dst.

C. KEISTIMEWAAN SIKAP ADIL/MODERAT

1. Sikap adil/moderat akan menjamin kelangsungan sebuah konsep.Sebab sikap

berlebihan yang meskipun dibutuhkan suatu saat ia tidak akan tahan lama. Misal;

berlari akan mempercepat daya tempuh tetapi tidak semua orang tahan lama berlari,

berbeda dengan berjalan, meskipun ia lebih lambat, namun ia lebih tahan lama.

2. Sikap moderat/adil lebih menjamin keadaan istiqamah (lurus) dan terhindar dari

penyimpangan. As Shirat al Mustaqim (QS 1:6) banyak dijelaskan oleh para

mufassir sebagai sebuah jalan yang berada di tengah-tengah antara dua jalan yang

menyimpang kiri maupun kanan.

3. Sikap adil/moderat menunjukkan nilai khairiyyah (kebaikan). Aristotles mengatakan:

“Kebaikan itu berada di antara dua sikap kehinaan” Islam menyebut shalat wustha

sebagai sebaik-baik shalat. Orang Arab mengatakan : “Khairul umuri

ausathuha(Sebaik-baik urusan adalah yang paling moderat)

Page 4: Perilaku Terpuji

4. Posisi adil/moderat adalah posisi yang paling aman, jauh dari bahaya dibandingkan

dengan sikap tatharruf (marginal/pinggiran) yang memang lebih awal terkena jika

bahaya datang.

5. Sikap adil/moderat adalah simbol kekuatan. Kita perhatikan dalam rentang usia

manusia, usia yang paling dibanggakan adalah rentang usia tengah antara masa

kanak-kanak dan masa tua renta.

6. Posisi adil/moderat adalah pusat persatuan dan kesatuan. Berapapun sisi yang

dimiliki oleh sebuah bidang, maka titik sentral akan mempersatukan semua sisi itu.

Perhatikan sebuah roda yang memiliki banyak jeruji, bagaimana jika tidak ada titik

tengahnya, di mana mereka bisa bersatu?

D. SISI MODERAT/KEADILAN DALAM AJARAN ISLAM

Sikap adil dalam syariah Islam dapat kita lihat dalam setiap sendi ajarannya, baik

secara teoritis maupun aplikatif, tarbawiy(pendidikan) maupun tasyri’iy (peraturan). Islam

sangat moderat dalam bidang akidah, pemahaman, ibadah, ritual, akhlaq, adab, hukum dan

peraturan.

1. Aqidah

Dalam bidang akidah, Islam merupakan konsep moderat anatara kaum khurafat yang

mempercayai semua kekuatan sebagai tuhan dan kaum mterealis yang tidak

mempercayai kecuali yang tertangkap alat inderanya saja.

Pandangannya tentang manusia adalah pandangan moderat antara mereka yang

mempertuhankan manusia (menganggap bisa melakukan apa saja, semaunya) dan

mereka yang menganggap manusia sebagai wayang yang tidak berdaya apa-apa. Islam

memandang manusia sebagi makhluk hamba Allah yang bertanggung jawab. Dsb.

2. Ibadah

Islam membuat keseimbangan ibadah bagi umatnya antara kebutuhan ukhrawiy dan

kebutuhan duniawiy. Pemeluk Islam yang baik bukanlah yang menghabiskan waktunya

hanya untuk ibadah ritual tanpa memperhatikan bagian duniawinya, begitu juga bukan

pemeluk yang baik jika hanya memeperhatikan duniawi tanpa memberikan porsi

Page 5: Perilaku Terpuji

ukhrawi. Contoh jelas dalam hal ini adalah, hari juma’t, ada perintah untuk shalat

juma’h, larangan melakukan perdagangan pada waktu itu, tetapi kemudian disusul

perintah mencari rizki begitu usai shalat jum’at. (QS. 62: 9-10)

3. Akhlaq

Pandangan normatif Islam terhadap manusia adalah pertengahan antara mereka yang

idealis memandang manusia harus berada dalam kondisi prima, tidak boleh salah

sebagaimana malaikat, dan mereka yang menganggap manusia sebagai makhluk hidup

(hewan) yang bebas melakukan apa saja yang disukai, tanpa ada norma yang

mengikatnya. Islam memandang manusia sebagai makhluk yang berpotensi salah

sebagaimana ia berpotensi benar (QS. Asy Syams: 7-10).

Dalam memandang dunia, Islam memiliki sikap moderat antara yang

menganggapnya segala-galanya (Dan mereka mengatakan: “Hidup hanyalah kehidupan

kita di dunia saja, dan kita sekali-kali tidak akan dibangkitkan” QS. AL An’am/6:29),

dengan mereka yang menganggap dunia sebagai keburukan yang harus dijauhi. Islam

memandang dunia sebagai ladang akherat, Islam menuntun manusia pada kebaikan

dunia dan akhirat.

4. Tasyri’

Dalam bidang halal-haram Islam adalah pertengahan antara Yahudi yang serba

haram (QS. 4:160-164) dan Nasrani yang serba halal. Islam menghalalkan yang baik dan

mengharamkan yang buruk (QS. 7:157)

Dalam urusan keluarga Islam adalah pertengahan antara mereka yang melarang nikah

sama sekali (seperti dalam kerahiban nasrani) dan mereka yang memperbolehkan nikah

tanpa batas (jahiliyyah), begitu juga dengan perceraian, antara mereka yang melarang

cerai sama sekali (seperti nasrani), dan yang memperbolehkan perceraian tanpa batas.

Dalam kepemilikan, konsep Islam adalah pertengahan antara mereka yang menafikan

milik pribadi (sosialis) dan yang menafikan milik sosial/memanjakan milik pribadi

(kapitalis). Islam mengakui milik pribadi, tetapi mewajibkan adanya hak sosial dalam

setiap kepemilikan pribadi. Dst.

Page 6: Perilaku Terpuji

E. DISTRIBUSI KEADILAN

Islam mewajibkan ummatnya berlaku adil dalam semua urusan. Al Qur’an

mendistribusikan kewajiban sikap adil dalam beberapa hal seperti :

1. Menetapkan hukum

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyampaikan amanat kepada yang berhak

menerimanya, dan (menyuruh kamu) apabila menetapkan hukum di antara manusia

supaya kamu menetapkan dengan adil.” QS.4:58

2. Memberikan hak orang lain.

“Sesungguhnya Allah menyuruh kamu berbuat adil dan berbuat kebajikan..” QS.

16:90

3. Dalam berbicara

“Dan apabila kamu berkata, maka hendaklah kamu berlaku adil, kendatipun ia

adalah kerabatmu.”QS. 6:152

4. Dalam kesaksian

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar

menegakkan keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri

atau ibu bapa dan kaum kerabatnu. QS. 4:135

5. Dalam pencatatan hutang piutang

“Dan hendaklah seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar..”QS

2:282

6. Dalam Mendamaikan perselisihan

“…maka damaikan antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah..”QS. 49:9

7. Menghadapi orang yang tidak disukai

Page 7: Perilaku Terpuji

“Dan janganlah sekali-kali kebencianmu pada suatu kaum, mendorong kamu untuk

berlaku tidak adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada taqwa.QS. 5:8

8. Pemberian balasan

“…dan barang siapa diantara kamu membunuhnya dengan sengaja, maka dendanya

ialah mengganti dengan binatang ternak seimbang dengan buruan yang dibunuhnya,

menurut putusan dua orang yang adil di antara kamu …QS. 5:95

9. Imam As Syafi’iy menegaskan kepada para qadli (hakim) agar bersikap adil dalam

lima hal terhadap dua orang yang berselisih, yaitu :

Ketika masuk pintu,

Saat duduk di hadapannya,

Menghadapkan wajah kepadanya,

Mendengarkan pembicaraannya,

Memutuskan hukum.

F. PENEGAKAN DAN STANDAR KEADILAN

Berlaku adil memerlukan kejelian dan ketajaman, di samping mutlak

adanya mizan (standar) yang dipergunakan untuk menilai keadilan atau kezaliman

seseorang. Mizan keadilan dalam Islam adalah Al Qur’an. Firman Allah :

“Allah-lah yang menurunkan kitab dengan membawa kebenaran dan menurunkan

neraca (keadilan)”QS. 42:17

“ Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul dengan membawa bukti-bukti yang

nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan)

supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang

padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi

manusia”QS.57:25

Rasyid Ridla, dalam Tafsir al Manar menjelaskan ayat ini dengan mengatakan :

Page 8: Perilaku Terpuji

“Sebaik-baik orang adalah orang yang bisa berhenti dari kezaliman dan permusuhan

dengan hidayah Al Qur’an, kemudian orang yang berhenti dari kezaliman karena

kekuasaan (penguasa) dan yang paling buruk adalah orang yang tidak bisa diterapi

kecuali dengan kekerasan. Inilah yang dimaksudkan dengan al Hadid (besi)”.

Kesalihan dunia ini hanya bisa ditegakkan dengan Al Qur’an yang telah

mengharamkan kezaliman dan pengrusakan-pengrusakan lainnya. Sehingga manusia

menjauhi kezaliman itu karena rasa takutnya kepada murka Allah di dunia dan akhirat, di

samping untuk mengharapkan balasan/ganjaran dunia akhirat. Kemudian dengan keadilan

hukum yang ditegakkan penguasa untuk membuat jera umat manusia dari dosa.

2. RIDHO

A. PENGERTIAN RIDHO

Kata Ridho berasal dari bahasa Arab yaitu dari kata rodiya yang berarti senang,

suka, rela. Ridho merupakan sifat yang terpuji yang harus dimiliki oleh manusia. Banyak

ayat Al-Qur’an yang menjelaskan bahwa Allah SWT ridho terhadap kebaikan hambanya.

Ridha (ر�ض�ى ) menurut kamus al-Munawwir artinya senang, suka, rela. Dan bisa

diartikan Ridho/rela adalah nuansa hati kita dalam merespon semua pemberian-NYA yang

setiap saat selalu ita rasakan. Pengertian ridha  juga ialah menerima dengan senang segala

apa yang diberikan oleh Allah s.w.t. baik berupa peraturan ( hukum ) atau pun qada’ atau

sesuatu ketentuan dari Allah s.w.t.

Dalam dunia tasawuf, kata ridha memiliki arti tersendiri yang masih berhubungan

dengan sikap kepasrahan seseorang di hadapan kekasih-Nya. Sikap ini merupakan wujud

dari rasa cinta pada Allah dengan menerima apa saja yang telah dikehendaki oleh-Nya tanpa

ada paksaan dalam menjalaninya. Dengan kata lain, ridha lebih memfokuskan perhatian

yang ditujukan kepada upaya mengembangkan emosi ridha dalam hati calon sufi kepada

Tuhan. Maka janganlah kita berharap memperoleh ridha Tuhan, bila dalam hati kita sendiri

tidak tumbuh dengan subur emosi ridha kepada-Nya. Di sini ditanamkan kesadaran bahwa

Page 9: Perilaku Terpuji

ada tidaknya, atau besar kecilnya ridha Tuhan pada seseorang tergantung pada ada tidaknya

atau besar kecilnya ridha hatinya kepada Tuhan.

Ridha kepada Tuhan, menurut para sufi; mengandung makna yang luas, diantaranya:

Tidak menentang pada qadha dan qadar Tuhan, menerimanya dengan senang hati,

mengeluarkan perasaan benci dari hati sehingga yang tinggal di dalamnya hanyalah

perasaan senang dan gembira, merasa senang menerima malapetaka sebagaimana merasa

senang menerima nikmat, tidak meminta surga dari Tuhan dan tidak meminta supaya

dijauhkan dari neraka, tidak berusaha sebelum turunnya qadha dan qadar, tidak merasa pahit

dan sakit sesudah turunnya, bahkan perasaan senang bergelora di waktu cobaan atau

musibah datang. Orang yang berhati ridha pada Allah memiliki sikap optimis, lapang dada,

kosong hatinya dari dengki, selalu berprasangka baik, bahkan lebih dari itu; memandang

baik, sempurna, penuh hikmah, semua yang terjadi semua sudah ada dalam rancangan,

ketentuan, dan perbulatan Tuhan. Berbeda dengan orang-orang yang selalu membuat

kerusakan di muka bumi ini, mereka selalu ridha apabila melakukan perbuatan yang Allah

haramkan, dalam hatinya selalu merasa kurang apabila meninggalkan kebiasaan buruk yang

selama ini mereka perbuat, bermakna merasa puas hati apabila aktivitas hidupnya bisa

membuat risau, khawatir, dan selalu mengganggu terhadap sesamanya. Semuanya itu ia

lakukan karena mengikut hawa nafsu yang tanpa ia sadari bahwa sebenarnya syaitan telah

menjerat dirinya dalam kubangan dosa. Orang-orang yang seperti inilah dengan indahnya

Allah telah menjelaskan dalam surat At-Taubah ayat 96:

� ال الله� إن� ف� م� ع�ن�ه� و�ا ض� ت�ر� إن� ف� م� ع�ن�ه� و�ا ض� لت�ر� ل�ك�م� و�ن� لف� ي�ح�

ي�ن� ق اس ال�ف� و�م ال�ق� ع�ن ض�ى ي�ر�

“Mereka akan bersumpah kepadamu, agar kamu ridha kepada mereka, tetapi jika

sekiranya kamu ridha kepada mereka, Sesungguhnya Allah tidak ridha kepada

orang-orang yang berbuat fasik.(Q.s. At-Taubah;96)”

Orang-orang inilah yang selalu bersepakat dalam berbuat kemungkaran, ridha dalam

melakukan maksiyat, dan kelak apabila sampai akhir hayatnya tidak sempat bertaubat serta

minta ampun kepada-Nya, telah Allah sediakan neraka sebagai pelabuhan terakhir

untuknya, dalam pertengahan ayat yang ke-7 dari surat Az-Zumar di sebutkan:

Page 10: Perilaku Terpuji

ر� ال�ك�ف� لعب�اده ض�ى ي�ر� و�ال�

“….., dan Dia tidak me-ridhai kekafiran bagi hamba-Nya,…(Q.s Az-Zumar;7)”

Pemahaman ayat diatas adalah, jikalau seseorang selalu berpuas hati akan perbuatan

yang Allah telah haramkan, namun dalam hatinya tidak ada keinginan untuk merubah

dengan memohon ampunan-Nya, maka yang akan menjadi tabungan baginya adalah

semakin banyak perbuatan buruk yang akan ia sesali besok di akhirat atas segala segala

tingkah laku buruknya sewaktu hidup di dunia. Dengan kata lain, menghadirkan hati dengan

bersikap benci kepada semua perbuatan yang dapat membawa kepada ke-kufur-an adalah

salah satu bentuk penolakan sebelum segalanya terlambat, inilah salah satu cara supaya kita

terhindar dari semua perkara yang di larang oleh Allah, untuk kemudian kita suci-kan hati

dengan menjalankan perintah dengan penuh keyakinan dan selalu mengingat-Nya, sehingga

sampai kepada peringkat orang-orang yang meminta ampun kepada rabb-Nya dan menjadi

bagian kepada orang-orang pilihan yang benar-benar telah di ampunkan atas segala

kekhilafannya.

Konsep ini sejalan dengan isyarat al-Quran surat Al-Baqarah ayat 222:

ي�ن� ر ت�ط�ه' ال�م� ب* ي�ح و� ابي�ن� الت�و� ب* ي�ح الله� إن�

“…..,, Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai

orang-orang yang mensucikan diri (Q.s Al-Baqarah;22).”

Syekh Maulana Jalaluddin al-Rumi menggambarkan para sufi yang berhati ridha

kepada Allah, antara lain sebagai berikut : “ Aku perkenalkan para wali, yang mulutnya

tidaklah berkomat-kamit dengan lafadz do’a; mereka adalah orang-orang mulia yang tunduk

dengan hati ridha. Mereka memandang haram permohonan untuk menolak qadha. Mereka

melihat bahwa pada qadha dan qadar Tuhan itu ada rasa nikmat yang khas, dan memandang

kufur upaya memohon kelepasan dari-Nya. Berprasangka baik telah membuka dan

memenuhi hati mereka, sehingga tidaklah mereka memakai pakaian biru karena sedih. Apa

saja yang datang kepada mereka, menggembirakan hati mereka; ia akan berubah menjadi

api kehidupan, kendati ia yang datang itu api; racun yang berada di kerongkongan mereka,

Page 11: Perilaku Terpuji

mereka pandang seperti gula; dan batu di jalanan seperti permata; sama bagi mereka yang

baik dengan yang buruk. Semua sikap ini berkembang dari “husnuzzan”, prasangka baik

mereka. Berdo’a bagi mereka suatu kekufuran, karena bila mereka melakukannya itu berarti

mereka mengatakan: Ya Tuhan kami, rubahlah qadha ini sehingga menjauh dari kami, atau

rubahlah qadha ini sehingga dapat membawa keuntungan untuk kami. Bagaimanakah

jadinya dunia ini, bila ia harus berjalan menurut keinginan manusia, bukan menurut qadha

dan qadar-Nya? Demikianlah antara lain sikap sufi yang hatinya dipenuhi ridha kepada

Tuhan. Walaupun berdo’a di syariatkan oleh agama, mereka karena mencapai taraf

kerohanian yang tinggi, tidak merasa pantas lagi meminta ini dan itu kepada Allah.

Dalam surat at-Taubah ayat 32:

ه� ك�ر ل�و� و� ه� ن�و�ر� ي�تم� ن�أ� إال� الله� ب�ى

ي�أ� و� م� ه و�اه ف�بأ� الله ن�و�ر� ا ئ�و� ي�ط�ف ن�

أ� ي�د�و�ن� ي�ر

و�ن� ر� ال�ك�اف

“Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dengan mulut (ucapan-

ucapan mereka), dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya,

walaupun orang-orang yang kafir tidak menyukai.(Q.s At-Taubah;32)”

B. HAL – HAL SIKAP RIDHO

Dalam kehidupan seserorang ada beberapa hal yang harus menampilkan sikap ridha,

minimal empat macam berikut ini:

1. Ridha terhadap perintah dan larangan Allah

Artinya ridha untuk mentaati Allah dan Rasulnya. Pada hakekatnya seseorang yang

telah mengucapkan dua kalimat syahadat, dapat diartikan sebagai pernyataan ridha terhadap

semua nilai dan syari’ah Islam.

2. Ridha terhadap taqdir Allah.

Ada dua sikap utama bagi seseorang ketika dia tertimpa sesuatu yang tidak diinginkan

yaitu ridha dan sabar. Ridha merupakan keutamaan yang dianjurkan, sedangkan sabar

adalah keharusan dan kemestian yang perlu dilakukan oleh seorang muslim.

Page 12: Perilaku Terpuji

Perbedaan antara sabar dan ridha adalah sabar merupakan perilaku menahan nafsu dan

mengekangnya dari kebencian, sekalipun menyakitkan dan mengharap akan segera

berlalunya musibah. Sedangkan ridha adalah kelapangan jiwa dalam menerima taqdir Allah

swt. Dan menjadikan ridha sendiri sebagai penawarnya. Sebab didalam hatinya selalu

tertanam sangkaan baik (Husnuzan) terhadap sang Khaliq bagi orang yang ridha ujian

adalah pembangkit semangat untuk semakin dekat kepada Allah, dan semakin

mengasyikkan dirinya untuk bermusyahadah kepada Allah.

3. Ridha terhadap perintah orang tua.

Ridha terhadap perintah orang tua merupakan salah satu bentuk ketaatan kita kepada

Allah swt. karena keridhaan Allah tergantung pada keridhaan orang tua,  sebagaiman

perintah Allah dalam Q.S. Luqman (31) ayat 14. Bahkan Rasulullah bersabda : “Keridhaan

Allah tergantung keridhaan orang tua, dan murka Allah tergantung murka orang tua”.

Begitulah tingginya nilai ridha orang tua dalam kehidupan kita, sehingga untuk

mendapatkan keridhaan dari Allah, mempersyaratkan adanya keridhaan orang tua. Ingatlah

kisah Juraij, walaupun beliau ahli ibadah, ia mendapat murka Allah karena ibunya

tersinggung ketika ia tidak menghiraukan panggilan ibunya.

4. Ridha terhadap peraturan dan undang-undang Negara

Mentaati peraturan yang belaku merupakan bagian dari ajaran Islam dan merupakan

salah satu bentuk ketaatan kepada Allah swt. karena dengan demikian akan menjamin

keteraturan dan ketertiban sosial. sebagaimana firman Allah yang terdapat dalam Q.S. an-

Nisa:59. Ulil Amri artinya orang-orang yang diberi kewenangan, seperti ulama dan umara

(Ulama dan pemerintah). Ulama dengan fatwa dan nasehatnya sedangkan umara dengan

peraturan dan perundang-undangan yang berlaku.

Termasuk dalam ridha terhadap peraturan dan undang-undang negara adalah ridha

terhadap peraturan sekolah, karena dengan sikap demikian, berarti membantu diri sendiri,

orang tua, guru dan sekolah dalam mencapai tujuan pendidikan. Dengan demikian

mempersiapkan diri menjadi kader bangsa yang tangguh.

Page 13: Perilaku Terpuji

C. PENEGASAN DALIL RIDHO

Artinya:”Jikalau mereka sungguh-sungguh ridha dengan apa yang diberikan Allah

dan Rasul-Nya kepada mereka, dan berkata: “Cukuplah Allah bagi kami, Allah akan

memberikan sebagian dari karunia-Nya dan demikian (pula) Rasul-Nya,

Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang berharap kepada Allah,” (tentulah

yang demikian itu lebih baik bagi mereka).(QS. At-Taubah:59)

3. AMAL SHOLEH

A. PENGERTIAN AMAL SHOLEH

Amal shaleh terdiri dua kata yaitu amal dan shaleh. Rangkaian kata ini sering kita

temui dalam berbagai literatur yang berkaitan dengan agama. Pengertian amal itu sendiri

adalah penggunaan segala daya untuk menghasilkan sesuatu. Sekurangnya ada empat jenis

daya pada manusia yaitu yang pertama adalah daya yang berkaitan dengan jasad atau

daya jasadi, yang kedua adalah daya atau kemampuan berfikir logika sehingga lazim

disebutdaya fikir lalu yang ketiga daya ruhiy yang menuntun kita berfikir abstrak

sehinggacondong kepada ketauhidan dan rasa kecintaan akan seni serta yang terakhir adalah

dayanasfu atau lazim pula kita sebut hawa nafsu.Sedangkan kata shaleh bermakna segala

sesuatu yang bersifat baik, menguntungkan dan berguna. Sehingga jika kita sambungkan

kata amal dan shaleh maka ia akan bermaknakurang lebih adalah penggunaan segala daya

yaitu daya jasadi, daya fikir, daya ruhiyserta daya nafsu untuk menghasilkan sesuatu yang

sifatnya baik, menguntungkan dan berguna. Dalam Al Qur’an banyak kita temui contoh-

contoh amal shaleh yaitu sholat, puasa, zakat, haji, berjihad dan masih banyak yang lainnya.

Amal shaleh yang amat disukai Alloh SWT adalah amal-amal yang telah

diwajibkankepada manusia untuk dilaksanakan misalnya sholat lima waktu. Alloh senang

bilahambaNya menambah amal-amal shaleh dalam rangka mendekatkan diri

kepadaNyaakan tetapi Ia juga tidak senang bila hambaNya melalaikan amal yang wajib

karena amalyang lain walupun itu adalah amal shaleh. Alloh tidak menghendaki orang

yangmelaksanakan sholat sunnah semalam penuh akan tetapi lalai pada sholat yang

wajibkarena bangun tidur terlalu siang.Selanjutnya amal shaleh yang disukai Alloh setelah

Page 14: Perilaku Terpuji

amal-amal yang wajib adalah amalyang bisa dirasakan manfaatnya bagi hambaNya yang

lain.

Dengan kata lain Alloh jugamenghendaki hambaNya memiliki keshalehan sosial yang

lazim pula disebut social responsibility. Hal ini bisa kita lihat dalam banyak ayat dalam Al

Qur’an yangmenyambungkan perintah sholat dan perintah zakat yang zakat itu sendiri

adalah ibadahyang bersifat sosial. Alloh menjanjikan balasan yang berlipat ganda bagi

hambaNya yangrela menafkahkan harta yang dimilikinya dijalan Alloh.Dalam satu riwayat

Rosululloh SAW pernah bersabda bahwa ibadah ramadhan (puasa)seseorang tergantung

antara langit dan bumi sampai ia membayar zakat fitrah untuk dirinya. Banyak orang

menganggap ibadah pada bulan ramadhan hanyalah puasa, solattarawih dan membaca Al

Qur’an sedang ia memandang zakat fitrah hanya sebatasrutinitas pada akhir ramadhan tanpa

menyadari akan maknanya.Keshalehan sosial juga bisa berupa hal yang sepele dan bersifat

universal misalnyadengan menyingkirkan duri dijalan. Dan masih banyak contoh

keshalehan sosial yang terdapat dalam Al Qur’an maupun hadits Rosululloh SAW.

B. AMAL SHOLEH YANG KAFFAH

“Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal shaleh, mereka itu adalah

sebaik-baik makhluk. (Q.S. Al Bayyinah: 7)” 

Ayat Al Qur’an yang mendekatkan kata-kata iman dengan kata amal shaleh,

seringdijumpai.Penggandengan kosa iman dan kata amal saleh sudah pasti mengandung

pengertian amat dalam. Bahwa iman tidak dapat dipisah dari perilaku amal shaleh.Orang-

orang yang sungguh beriman akan selalu mengerjakan amal shaleh, danselanjutnya amal

saleh akan lahir dengan mudah karena adanya iman.Dalam beberapa hadis Rasulullah SAW

menerangkan amal saleh dari orang yangberiman di antaranya ;

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia menghormati

tamunya”. (H.R. Muslim)

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia tidak menyakiti

tetangganya”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Page 15: Perilaku Terpuji

“Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaklah ia berkata yang baik-

baik atau diam”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Ketiga peringatan Rasulullah SAW ini mengungkapkan bahwa tanpa amal

shaleh,iman seseorang tidak sempurna. Iman tidak hanya ucapan lisan sahaja,

akan tetapimesti diyakini dalam hati, serta diujudkan dengan perbuatan amal shaleh.Pada

ayat ke 2 dan 3 dari Surat Al Baqarah dijelaskan bahwa orang yang bertaqwaadalah mereka

yang beriman kepada Yang Ghaib (Allah), mendirikan shalat danmenafkahkan sebagian

rezeki yang Allah berikan kepada mereka.Perbuatan amal shaleh seperti shalat sebagai

hubungan persembahan kepadaAllah, dan menafkahkan harta sebagai bentuk hubungan

dengan sesama manusia,akan terlaksana dengan sempurna ketika seseorang beriman kepada

yang Ghaib yakni Allah SWT. Iman adalah landasan pertama dari amal shaleh. Baik itu

menyangkut amal salehyang bentuknya ibadah mahdhah atau hablun minallah,

seperti shalat, puasa danhaji. Begitu pula amal shaleh yang menyangkut mu‘amalah sesama

manusia atau hablunminannas, seperti kepedulian sosial, menyantuni anak yatim dan fakir

miskin, sukamenolong, mengayomi masyarakat dan sebagainya.Kedua bentuk ibadah ini

lahir semata karena iman kepada Allah SWT.

C. IMAN DAN AMAL SHOLEH

Amal Soleh adalah suatu kejadian yang ditunjang dengan keadaan Iman. Makanya

dalam seluruh surat dalam Al-Quran dikatakan,

"Orang yang Beriman dan Beramal Soleh, mereka adalah penghuni Surga."

Ada 64 surat yang memuat hal senada dengan itu, antaranya Surat 7:42, Surat 2:82, surat

10:9 Surat 11:23 dan Surat 22:14. Orang yang Beriman selalu disebut lebih dahulu daripada

Amal Solehnya. Kenapa? Karena Iman adalah keadaan yang menunjang terjadinya Kejadian

Amal Soleh. Tanpa keadaan Iman, tidak akan terjadi Kejadian Amal Soleh. Dan kita ingat,

karena Amal soleh ini merupakan suatu kejadian, ia bukan kehendak kita. Allah-lah yang

menggerakkan lewat keadaan Iman. Jadi yang kita pahami sekarang adalah kondisi Iman itu

seperti apa.

Page 16: Perilaku Terpuji

Dalam Surat An-Naml ayat 2-3 : Orang yang Beriman yaitu Orang yang mendirikan

sembahyang dan menunaikan Zakat dan yakin adanya negeri Akhirat.

Nah, untuk membentuk keadaan Iman, ada metode yang disampaikan melalui 34 surat

dalam alquran, antara lain Surat 2:43, Surat 2:110, Surat 4:77, surat 5:55, Surat 9:5 dan

Surat 24:37. Disitu di perintahkan bahwa, " Dirikanlah Sholat dan Tunaikanlah Zakat”.

Perintah dalam 34 surat itu untuk membentuk keadaan Iman kita. Keadaan memang sulit

untuk di jelaskan. Ia harus dialami lewat mendirikan sholat dan tunaikan zakat. Bahkan ada

yang mengatakan kalau Iman itu apa yang kita Yakini dalam hati, kita Ucapkan lewat lisan

dan ditunjukkan melalui perbuatan. Sebenarnya kurang pas juga. Iman itu melebihi

keyakinan, melebihi ucapan dan melebihi tindakan. Keyakinan bisa kita bikin. Ucapan bisa

kita bikin, Tindakanpun bisa kita bikin. Namun, Iman haruslah tercipta. Haruslah mengalir

dengan sendirinya. Harus benar-benar merupakan suatu Keadaan yang alami.

Ada tiga tahap evolusi Iman kita, yaitu:

1. Tahap paling awal Iman yaitu, karena TAKUT. Kita takut dengan Azab Allah,

takut dengan Neraka dan takut dengan siksanya.

2. Tahap yang meningkat sedikit adalah karena PENGHARAPAN. Kita

mengharapkan pahala, mengharapkan sorga, mengharapkan imbalan.

3. Tahap ini, kita sudah tidak memikirkan Sorga Neraka lagi. Tidak ada takut dan

harapan. Yang ada hanyalah rasa CINTA kepada Allah swt.

4. CARA MENUMBUHKAN PERILAKU ADIL, RIDHO, dan AMAL

SHOLEH

Adil

Menjauhi dari sikap egois ketika menentukan dua perkara

Mendahulukan kebaikan daripada kejelekan orang

Bersikap objktif jiak melihat dua perkara yang berbeda

Ridho

Apabila tertimpa musibah, anggap saja itu adalah cobaan yang Allah berikan

Mentaati perintah orang tua sekecil apapun

Page 17: Perilaku Terpuji

Mentaati peraturan yang diatur oleh pemerintah demi kemashalatan

masyarakatnya

Menerima semua nikmat yang Allah berikan

Amal Sholeh

Senantiasa mengigat allah swt dan melaksanakan segala perintah dan menjauhi

larangannya.

Selalu peduli dan memperhatikan kepentingan umum.

Suka memberikan contoh dan pembinaan yang baik kepada sesama.

Gemar memberikan pertolongan kepada sesama

Penyantun dan penyayang terhadap orang lain atau lingkungan.

Menjauhi sifat angkuh, egois, hedonis dan matrialistis.