Makalah perilaku terpuji
-
Upload
rahma-leon -
Category
Documents
-
view
1.002 -
download
25
Embed Size (px)
description
Transcript of Makalah perilaku terpuji

PERILAKU TERPUJI
Disusun untuk memenuhi mata pelajaran Agama yang dibimbing oleh Bapak Julisman S.Pd
Disusun OlehKelompok 2 Kelas IX IPA 3
Nama Anggota :
1. Ayu Marsela2. Ayu Rahmawati3. Azelika Vamisiaz4. Bintan Lauda5. Cheny Armadhini6. Chika Ayu Paramita7. Dwininta Alfathika
KEMENTRIAN PENDIDIKAN NASIONALSEKOLAH MENENGAH ATAS NEGERI 5
KOTA BENGKULUTAHUN AJARAN 2012/2013
1

Kata Pengantar
Assalamu`alaikum Wr.Wb.
Alhamdulillah akhirnya kami dapat menyelesaikan penyusunan
makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata pelajaran
Agama Islam dengan pokok bahasan Perilaku Terpuji.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang kami
hadapi, namun dengan semangat dan kerja keras dan dengan bantuan
semua pihak akhirnya penyusunan makalah ini dapat terselesaikan.
Makalah ini berisi tentang pembahasan mengenai perilaku terpuji,
yaitu tobat dan raja’ (mengharap keridaan Allah).
Dalam kesempatan ini kami menyampaikan rasa terima kasih
kepada Pak Julisman, selaku Guru mata pelajaran Agama Islam yang telah
membantu mengarahkan dan memberi batasan penyusunan materi
makalah, serta terima kasih kepada teman- teman yang turut
memberikan informasinya, dan yang terakhir kami mengucapkan terima
kasih kepada keluarga kami yang telah mendukung kami dalam membuat
makalah ini.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
sempurna, sehingga kritik dan sarannya yang membangun sangat kami
harapkan agar dapat berbuat lebih baik lagi dimasa yang akan datang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami pada khususnya
dan dapat memberikan manfaat bagi pembaca pada umumnya.
Bengkulu, September 2012
Penulis
2

Daftar Isi
Halaman Judul……………………………………………………………………………….i
Kata Pengantar…………………………………………………………………………….. ii
Daftar Isi……………………………………………………………………………............iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ………………………………………………………… 1
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………… 1
1.3 Tujuan………………………………………………………………………. 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Tobat ………………………………………………………………………. 3
2.2 Raja’(Mengharap Keridaan Allah)…………………………… 9
BAB III PENUTUP
3.3 Kesimpulan………………………………………………………………. 17
3.4 Saran……………………………………………………………………….. 17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………………….. 18
3

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tahukah kamu bahwa manusia menjalani beberapa proses perjalanan
kehidupan. Perjalanan pertamanya adalah kelahiran, kedua adalah kematian,
berikutnya dibangkitkan untuk hidup kembali, dan kemudian sesudahnya adalah
perhitungan amal (hisab). Kelak ada manusia yang beruntung dan tempat
kembalinya adalah syurga, tetapi ada pula manusai yang merugi sehingga
tempatnya adalah neraka. Mereka yang beriman dan beramal shalehlah yang
mendapatkan jaminan kebahagiaan kehidupan diakhirat kelak.
Dalam menjalani kehidupan, seseorang tentu harus mempersiapkan
bekal untuk kemudian hari. Bekalnya adalah iman, ilmu dan amal shaleh.
Keimanan yang disertai amal shaleh akan membawa keselamatan dan
kesejahteraan, baik di dunia maupun diakhirat. Apalagi jika ditambah dengan
perilaku terpuji seperti berotbat, raja’ (menunjukkan sikap menghara keridhaan
Allah), optimis, dinamis, mampu berfikir kritis, dan mampu mengendalikan diri.
1.2 Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah sebagai
berikut :
1. Apa pengertian taubat?
2. Apa sajakah kriteria orang yang bertaubat?
3. Bagaimana cara bertaubat?
4. Apa sajakah syarat-syarat bertaubat?
5. Apa sajakah tingkatan taubat?
6. Apa sajakah hikmat bertaubat?
7. Apakah pengertian dari raja’?
4

8. Bagaimanakah cara menerapkan sikap raja’?
9. Apakah manfaat sifat raja’?
1.3 Tujuan Penulisan
Tujuan penulisan makalah ini adalah agar kita mengetahui dan
memahami perilaku beberapa contoh dari sekian banyak perilaku terpuji, yaitu
tobat dan raja’. Selain itu agar kita tahu bagaimana cara menerapkannya,
hikmahnya, dan mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.
5

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Tobat
Hawa nafsu merupakan sesuatu yang melekat dalam diri setiap manusia.
Seringkali hawa nafsu membawa seseorang cenderung ke arah keburukan
sehingga setiap orang harus mampu mengendalikannya. Hawa nafsu dapat
membawa kebaikan selama ia mampu diarahkan, tetapi akan menjerumuskan
pada kejahatan bila dibiarkan dan terus diikuti tanpa arah yang jelas.
Orang yang menurutkan hawa nafsunya sangat dimurkai Allah dan
disamakan dosa dan bahayanya dengan orang-orang yang menyembah berhala
dan memuja benda-benda yang ada di bumi. Nafsu mengandung ketertarikan
syahwat untuk mencari kelezatan jasmani dan rohani sehingga mudah menerima
godaan serta bujukan setan. Nafsu manusia ada 3 macam, yaitu sebagai berikut :
1. Nafsu amarah yaitu nafsu yang menyuruh kepada keburukan.
2. Nafsu lawamah yaitu nafsu yang suka mencela atau mengecam.
3. Nafsu mutma’innah yaitu nafsu yang tenang dan tentram.
Berikut ini merupakan beberapa perilaku yang dapat melatih diri kita agar
mampu bersikap mengendalikan diri :
1. Tidak suka mengolok-ngolok dan berburuk sangka terhadap orang lain
(QS Al-Hujurat: 11-12)
2. Tidak iri dan dengki (QS Muhammad;29 dan An-Nisa:32)
3. Tidak sombong (QS Luqman:18 dan Sad:74)
4. Tidak kikir dan pelit (QS Al-Furqon; 67 dan Al-Hadid:24)
5. Tidak tamak (QS Ali Imran:130)
6. Tidak memfitnah (QS Al-Baqarah:191-192)
7. Tidak melakukan kejahatan (QS Al-Bagarah:169 dan Al-Hajj:3)
8. Ikhlas (QS An-Nisa:125,146 dan Al-maidah:58)
9. Sabar (QS Al-Baqarah:153 dan Al-Anfal :46,66)
6

10. Suka berkorban (QS Al-Kausar:1-3 dan Al-Hajj:34-37)
11. Pandai bersyukur (QS Ibrahim:7 dan An-Nahl:14,78)
12. Mau bertobat dan mengadakan perbaikan (QS Al-Baqarah:60, Hud:3, dan
Ar-Ra’ad:27)
13. Mampu mengendalikan hawa nafsu (QS Jasiyah:23 dan Yusuf:53)
ب� ي�ح� اب�ين� و� إ�ن� الل�ه� ي�ح�ب� الت�و�
( ر�ين� ت�ط�ه" (222ال&م�
Artinya : “Sesungguhnya Allah itu menyukai orang-orang yang tobat kepada-Nya
dan dia menyukai orang-orang yang membersihkan diri.” (QS Al Baqarah : 222)
Kata tobat berasal dari bahasa Arab at-taubah, yang kerjanya adalah
ruju’, kembali. Menurut istilah tobat adalah kembali dari kemaksiatan kepada
ketaatan dengan niat sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan pernah
mengulangi perbuatan maksiat tersebut.
Hukum bertobat adalah wajib bagi setiap Muslim atau Muslimah yang
sudah mukalafaf (baligh dan berakal). Tobat nasuha adalah tobat yang dilakukan
dengan sungguh-sungguh atau semurni-murninya. Tobat semacam inilah yang
dinilai paling tinggi. Dasar hukum bertobat kepada Allah termaktub
didalam kitab suci Al-Quran pada Q.S. An-Nisa:17-18, Q.S. Al-Baqarah : 222 , Q.S. At-
Thamrin :8, dan Q.S. An-Nur : 31.
Kesalahan atau kekhilafan yang dilakukan terhadap orang lain, diantaranya
seperti hal-hal berikut.
1. Tidak memuliakan anak yatim piatu, tidak menganjurkan dan memberi
makan orang miskin, memakan harta dengan mencampuradukkan yang
hak dengan yang bathil dan mencintai harta yang berlebihan (lihat QS Al
Fajr: 15-20)
7

2. Bakhil, merasa tidak cukup dan mendustakan pahala yang baik (lihat QS
Al Lail : 1-13)
3. Mengumpat, mencela, prasangka dan olok-olok (lihat QS Al humazah : 1,
dan Al Hujurat : 11-13)
4. Tidak melaksanakan rukun Islam, terutama mendirikan salat.
Ada beberapa kriteria orang yang bertaubat.
1. Orang yang bertaubat sesudah melakukan kesalahan. Orang ini diampuni
dosanya. “Selain orang-orang yang tobat sesudah berbuat kesalahan dan
mengadakan perbaikan, sesungguhnya Allah maha pengampun dan
maha penyayang.” (QS Ali Imran : 89)
2. Tobat seseorang ketika hampir mati atau sekarat. Tobat semacam ini
sudah tidak dapat diterima “Dan tidaklah tobat itu diterima Allah dari
orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga apabila datang
ajal dan setelah kepada seorang diantara mereka, (barulah) ia
mengatakan : Sesungguhnya saya bertobat sekarang. Dan tidak pula
(diterima tobat) orang-orang yang mati sedang mereka dalam kekafiran.
Bagi orang-orang itu telah kami sediakan siksaan yang pedih.” (QS An
Nisa : 18
3. Tobat nasuha atau tobat yang sebenar-benarnya. Tobat nasuha adalah
tobat yang dilakukan dengan sungguh-sungguh atau semurni-murninya.
Tobat semacam inilah yang dinilai paling tinggi (lihat Al Qur’an aurah At
Tahrim : 8)
Tobat nasuha dapat dilakukan degan cara sebagai berikut.
1) Segera mohon ampun dan meminta tolong hanya kepada Allah (QS An
Nahl : 53)
2) Meminta perlindungan dari perbuatan setan atau iblisdan ari kejahatan
makhluk lainnya. (QS An Nas : 1-6, Al Falaq : 1-5, dan An Nahl : 98)
8

3) Bersegera berbuat baik atau mengadakan perbaikan, dengan sungguh-
sungguh, sesuai keadaan, tidak melampaui batas, dan hasilnya tidak
boleh diminta segera (QS Al A’raf : 35, Hud : 112, Al Isra’ : 17-19, Al
Anbiya : 90&37, Az Zumar : 39) serta sadar karena tidak semua keinginan
dapat dicapai. (QS An Najm : 24-25)
4) Menggunakan akal dengan sebaik-baiknya agar tak dimurkai Allah (QS
Yunus : 100) dan menggunakan pengetahuan tanpa mengikuti nafsu yang
buruk (QS Hud : 46 dan Ar Rum : 29) serta selalu membaca ayat-ayat alam
semesta Al Qur’an (QS Ali Imran : 190-191), mendengarkan perkataan lalu
memilih yang terbaik (QS Az Zumar : 18), dan bertanya kepada yang
berpengetahuan jika tidak tahu (QS An Nahl : 43)
5) Bersabar (QS Al Baqarah : 155-157) karena kalau tidak sabar orang
beriman dan bertakwa tidak akan mendapat pahala (QS Al Qasas : 30)
6) Melakukan salat untuk mencegah perbuatan keji dan munkar (QS Al
Ankabut : 45) dan bertebaran di muka bumi setelah selesai salat untuk
mencari karunia Allah dengan selalu mengingatnya agar beruntung (QS Al
Jumuah : 9-10)
7) Terus menerus berbuat baik agar terus menerus diberi hikmah (QS Yusuf :
22, Al Qasas : 4, Al Furqan : 69-71, At Taubah : 11 dan Al mukmin : 7)
Untuk bisa dinyatakan sebagai tobat nasuha, seseorang harus memenuhi tiga
syarat sebagai berikut :
1) Harus menghentikan perbuatan dosanya.
2) Harus menyesalai perbuatannya.
3) Niat bersungguh-sungguh tidak akan mengulangi perbuatan dosa itu lagi.
Dan mengganti dengan perbuatan yang baik, dan apabila ada hubungan
9

dengan hak-hak orang lain, maka ia harus meminta maaf dan
mengembalikan hak pada orang tersebut.
Syarat-Syarat Diterimanya Tobat
Tobat dianggap sah dan dapat menghapus dosa apabila telah memenuhi
syarat yang telah ditentukan. Apabila dosa itu terhadap Allah SWT, maka syarat
tobat, yaitu :
1. Menyesal terhadap perbuatan maksiat yang telah diperbuat (nadam)
2. Meninggalkan perbuatan maksiat itu.
3. Bertekad dan berjanji dengan sungguh-sungguh tidak akan lagi mengulangi
perbuatan maksiat itu.
4. Mengikuti dengan perbuatan baik. Karena perbuatan baik akan
menghapus keburukan
5. Taubat harus dilakukan seketika itu juga.
6. Harus dilakukan dalam keadaan tidak mempunyai tanggungan (hutang).
7. Taubat harus merupakan taubat nashuha.
8. Taubat harus disertai dengan pengakuan dan kesadaran.
Namun, apabila dosanya terhadap sesama manusia, maka syarat tobat
selain yang diatas tersebut ditambah dua syarat yaitu:
1. Meminta maaf terhadap orang yang telah dizalimi (dianiaya) atau
dirugikan.
2. Mengganti kerugian setimbang dengan kerugian yang dialaminya, yang
diakibatkan perbuatan zalim atau meminta kerelaannya.
Beberapa amalan yang dapat menghapus dosa :
1. Berwudhu.
2. Mengerjakan shalat fardhu dan shalat jumat
3. Bersujud dalam shalat.
4. Mengerjakan puasa ramadhan.
10

5. Mengerjakan shalat taraweh.
6. Mengerjakan haji dan umrah.
7. Membaca tasbih, tahmid dan takbir setelah shalat.
8. Bersabar dalam penderitaan.
9. Mendoakan orang tua.
10. Bersedekah.
Tingkatan Tobat
Imam Al-Gazali mengatakan bahwa tingkatan tobat kepada Allah SWT terdiri dari
4 macam , yaitu:
1. Orang yang bertobat sebenar-benarnya tobat dengan tidak mengulanginya
bahkan meningkatkan amal ibadahnya , dinamakan juga dengan dengan tobat
Nasuha atau dalam istilah disebut dengan nafsul mutmainah.
2. Orang yang bertobat, semua dosa besar tidak dilakukan kembali , namun dosa-
dosa yang kecil masih sering dilakukan dengan tidak sengaja ,sehingga ia cepat
sadar dan bertobat. Hal ini disebut dengan nafsul lawwamah.
3. Orang yang bertobat disertai dengan niat tidak akan mengulanginya ,namun ia
tidak berdaya melawan hawa nafsu untuk berbuat dosa itu, setelah berbuat dosa
ia segera bertobat . Hal ini disebut juga dengan nafsul mussawalah.
4. Orang yang bertobat , setelah itu melakukan perbuatan dosa dan tidak ada
penyesalan atas dosa yang dilakukannya, sehingga terus-menerus melakukan maksiat kepada
Allah SWT. Hal ini disebut dengan nafsul ammara.
Beberapa Hikmah taubat
1. Menyebabkan turunnya rahmat dari Allah swt.
2. Membebaskan diri dari kesalahan, melapangkan diri dari kesempitan dan
mengalirkan rizki
3. Membersihkan jiwa
4. Meningkatkan keimanan
11

5. Memberikan kekuatan
6. Menghindarkan diri dari azab Allah SWT.
12

2.2 Raja’ (Mengharap Keridaan Allah)
A. Pengertian Raja’
Kata raja’ berasal dari bahasa Arab yang artinya harapan.Arti raja’
menurut istilah ialah mengharap keridhoan Allah SWT dan rahmat-Nya. Rahmat
adalah segala karuni Allah SWT yang mendatangkan manfaat dan nikmat.
Raja termasuk akhlaqul karimah terhadap Allah SWT yang manfaatnya
dapat mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah SWT. Muslim dan
muslimat yang mengharapkan agar Allah melimpahkan kebahagiaan di dunia dan
di akhirat, berarti ia telah meyakini bahwa Allah Maha Pengasih dan Maha
Penyayang.
Kebalikan dari sifat raja’ ialah berputus harapan terhadap rida dan
rahmat Allah SWT. Orang yang berputus harapan terhadap Allah, berarti ia
berprasangka buruk kepada Allah SWT, yang hukumnya haram dan merupakan
ciri dari orang kafir.
Muslimin/Muslimat yang bersifat raja tentu dalam hidupnya akan
bersikap optimis, dinamis, berpikir kritis dan mengenal diri dalam mengharap
keridaan Allah SWT.
1. Perilaku Optimis
Setiap manusia akan selalu diuji keimanan dan kepribadiannya. Dengan
segala kekurangan dan kelebihan dirinya, manusia senantiasa menghadapi
peluang dan tantangan. Tidak jarang kegagalan dijumpai dalam usaha keras yang
telah dilakukan sepanjang hidupnya. Bila peluang dan kesempatan telah tersedia,
kemudian ditambah dengan modal, potensi, kekuatan atau kelebihan dirinya,
seringkali menimbulkan rasa optimis. Sebaliknya, apabila kemampuan yang
dimiliki kurang memadai, biasanya seorang mudah merasa pesimis.
Optimis adalah sikap seseorang yang selalu berpengharapan dalam segala
hal dan berserah diri kepada Allah SWT. Dengan sikap optimis, seseorang akan
bersemangat dalam menjalani kehidupan karena tersugesti dengan
keoptimisannya. Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 139 :
13

Artinya : “Janganlah kamu bersifat lemah, dan janganlah pula kamu
bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika
kamu orang-orang yang beriman.” (QS Ali Imran : 139)
Sikap optimis merupakan sikap yang harus dimiliki oleh setiap manusia,
karena dengan optimis, seorang muslim akan selalu berusah semaksimal
mungkin mencapai cita-citanya dengan penuh keikhlasan karena Allah tanpa
sedikitpun rasa takut dan khawatir akan mengalami kegagalan.
Hadits nabi Muhammad menyatakan yang artinya : “Dari abu hurairah ia
berkata, telah bersabda rasulullah SAW, mukmin yang kuat akan lebih baik dan
lebih disukai oleh Allah daripada mukmin yang lemah, tetapi di tiap-tiap (seorang
mukmin) itu ada kebaikan, beringinlah (optimis) kepada apa-apa yang memberi
manfaat.” (HR Bukhari).
Dari ayat dan hadits di atas, kita harus yakin, mantap dan tidak ragu-ragu
atau bimbang jika mempunyai keinginan kuat untuk melaksanakan segala cita-
cita yang sesuai dengan jalan-Nya. Allah tidak menyukai orang-orang yang
berputus asa atau lemah karena sikap demikian membuka pintu bujuk rayu
setan. Akan tetapi, optimis tanpa perhitungan dan pertimbangan yang tepat juga
merupakan sesuatu kekonyolan (tidak dibenarkan) yang dapat dibenci Allah.
Sikap pesimis merupakan halangan utama bagi seseorang untuk
menerima tantangan. Orang yang pesimis pasti akan merasa hidupnya selalu
penuh dengan kesulitan dan merasa tidak berdaya mengahadapi masa depan.
Sikap seperti ini sangat dibenci oleh Islam. Islam sangat mendorong sikap optimis
dan mengcam sikap pesimis.
Ada 6 hal yang dapat membangkitkan sikap optimis dalam kehidupan kita
yakni sebagai berikut:
1. Temukan hal-hal positif dari pengalaman masa lalu.
2. Tata kembali target yang ingin kita capai.
3. Pecah target yang besar menjadi target-target kecil yang dapat segera dilihat
keberhasilannya.
4. Bertawakal kepada Allah SWT setelah melakukan ihtiyar.
14

5. Langkah terakhir, kita perlu mengubah pandangan kita terhadap diri dan
kegagalan.
6. Yakinkan bahwa Allah SWT akan menolong dan memberi jalan keluar.
Optimisme sangat diperlukan dalam kehidupan kita sehari-hari guna mencapai
sebuah kesuksesan dalam hidup di dunia dan akhirat. Selain itu doa, ikhtiyar dan
tawakal harus senantiasa mengiringi karena hanya dengan kuasa-Nya apa yang
kita inginkan dapat terwujud. Maka, tumbuhkan selalu sikap optimisme dan
harapan sebagai energi hidup agar tetap menyala, bersemangat, tidak kenal
menyerah dan yang terpenting adalah yakinlah dengan pertolongan Allah SWT.
2. Perilaku Dinamis
Dinamis dapat diartikan sebagai satu keadaan yang selalu bergerak, tidak
pernah diam, tidak statis. Seseorang yang dinamis adalah seseorang yang tidak
kenal putus asa dalam mencapai tujuannya, tidak mau tinggal diam dan selalu
tumbuh. Sikap dinamis ini memacu manusia pada kemajuan dan perkembangan.
Allah SWT berfirman :
Artinya : “Dan (Dia telah menetapkan) kuda, bagal dan keledai agar kamu
menungganginya dan (menjadikannya) perhiasan. Dan Allah menciptakan apa
yang kamu tidak mengetahuinya.” (QS. An Nahl )
Melalui ayat tersebut, Allah telah mengisyaratkan kepada manusia untuk
berfikir, merenung dan menghasilkan inovasi-inovasi seperti menciptakan
teknologi mutakhir dan menjadikan teknologi itu sebagai perhiasan, kebanggaan
dan kemudahan bagi manusia. Perhatikan firman Allah SWT berikut ini.
Artinya : “(1)Demi masa. (2)Sesungguhnya manusia dalam kerugian.
(3)Kecuali orang-orang yang beriman dan beramal shaleh dan saling berwasiat
dengan kebenaran, dan berwasiat dengan kesabaran.” (QS Al Asr : 1-3)
Di dalam ayat tersebut, Allah menyarankan kepada manusia untuk
mempergunakan waktunya dengan sebaik-baiknya. Meskipun waktu itu sangat
sempit, apabila dipergunakan dengan baik niscaya waktu yang sempit itu akan
menjadi waktu yang sangat berharga.
15

Salah satu memanfaatkan waktu adalah dengan terus berusaha atau
berkarya untuk mencapai tujuan, tak pernah putus asa dan selalu yakin dengan
kemampuan yang dimiliki. Manusia dinamis selalu berkarya tanpa mengenal
lelah dan tidak berputus asa dan selalu yakin dengan kemampuan yang dimiliki.
Manusia dinamis terus berkarya tanpa mengenal lelah dan tidak berputus asa.
Firman Allah SWT:
Artinya : “(Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh kesah lagi
kikir). Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh kesah. Dan apabila ia mendapat
kebaikan ia amat kikir. Kecuali orang-orang yang mengerjakan salat. Yang
mereka itu tetap mengerjakan salatnya. dan orang-orang yang di dalam
hartanya tersedia bagian tertentu. “ (QS Al Maarij :19-24)
Kesulitan yang dihadapi, bukan untuk ditakuti atau dihindari. Akan tetapi,
kita harus berusaha agar kesulitan itu menjadi sebuah tantangan dan peluang.
Kita harus terus bergerak dan berusaha untuk kreatif dan inovatif. Allah SWT
menyatakan :
“…Karena sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, sesungguhnya
sesudah kesulitan ada kemudahan. Maka apabila kamu telah selesai (dari satu
urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh kerjaan yang lain.” (QS Al
Insyirah : 5-7)
Dalam firman Allah SWT yang lain dinyatakan:
“Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu. Karena itu jangan sekali-kali engkau
tergolong orang yang ragu-ragu.” (QS Al Baqarah : 147)
Manusia yang baik adalah manusia yang berprestasi lebih baik dari hari
kemarin. Dan manusa yang buruk adalah manusia yang sama, bahkan lebih buruk
dari hari kemarin. Maka berusahalah untuk menjadi manusia yang senantiasa
berusaha ke arah kebaikan.
3. Berpikir Kritis
Allah SWT menciptakan manusia berbeda dengan makhluk yang lain.
Manusia memiliki akal (rasio) dan rasa sehingga dengan akal itu manusia mampu
berfikir dan membedakan antara yang baik dan yang buruk. Orang yang tidak
16

mau mempergunakan akalnya adalah orang yang di murkai oleh Allah. Allah SWT
memerintahkan agar setiap muslim senantiasa hati-hati, teliti dan kritis terlebih
dahulu sebelum mengambil suatu tindakan.
Semua masalah yang timbul dari dalam dan dari luar merupakan pemicu
seseorang agar senantiasa berfikir untuk dapat menyelesaikan masalahnya
tersebut. Berpikir kritis merupakan upaya pendalaman kesadaran serta
kecerdasan membandingkan dari beberapa masalah yang sedang atau akan
terjadi sehingga menghasilkan sebuah kesimpulan dan gagasan yang dapoat
memecahkan masalah tersebut.
Banyak orang yang cenderung malas untuk memikirkan penyelesaian
masalah yang sedang mereka hadapi atau menghindar dari persoalan tersebut.
Mereka menganggap hal itu adalah cara yang paling efektif untuk membuat
mereka tenang. Akan tetapi, mereka sebenarnya merasa resah karena solusi dari
masalah tersebut belum mereka dapatkan.
Seseorang yang senantiasa menggunakan akal pikirannya sesuai dengan
tuntunan Allah diantaranya menunjukkan sikap sebagai berikut.
1. Mengingat Allah setiap saat.
2. Berpikir positif dan menyadari bahwa dibalik semua kejadian pasti memiliki
hikmah sehingga tidak ada yang sia-sia.
3. Meyakini bahwa Allah telah mengatur segala ciptaanya demi kesejahteraan
manusia.
4. Memilih yang terbaik berdasarkan hasil musyawarah.
5. Selalu mengambil hikmah dan pelajaran dalam setiap kejadian yang dialami.
6. Senang berbuat baik untuk sesama manusia.
7. Rajin melaksanakan salat.
8. Meyakini akan adanya kehidupan akhirat.
Beberapa ciri orang yang memiliki perilaku suka berpikir kritis antara lain sebagai
berikut :
1. Menanggapi atau memberikan komentar terhadap sesuatu dengan penuh
pertimbangan.
17

Artinya : “ Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasiq membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak
menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya
yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.” (QS Al Hujarat : 6)
2. Bersedia memperbaiki kesalahan atau kekeliruan.
3. Dapat menelaah atau menganalisa sesuatu yang datang kepadanya secara
sistematis.
4. Berani menyampaikan kebenaran meskipun berat dirasakan. Difirmankan di Al-
Qur’an sebagai berikut :
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kamu kepada Allah
dan katakanlah perkataan yang benar.” (QS Al Ahzab : 70)
Artinya : “kecuali orang yang beriman dan beramal sholeh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.” (QS Al Asr : 3)
Artinya : “Hai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-
orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan
adil. Berlaku adillah karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
(QS Al Maidah : )
5. Bersikap cermat, jujur dan ikhlas karena Allah, baik dalam mengerjakan pekerjaan
yang bertalian dengan agama Allah maupun dengan urusan duniawi.
7. Adil dalam memberikan kesaksian tanpa melihat siapa orangnya walaupun akan
merugikan diri sendiri, sahabat dan kerabat.
8. Keadilan ditegakkan dalam segala hal karena keadilan menimbulkan ketentraman,
kemakmuran dan kebahagiaan. Ketidak adilan hanya akan menimbulkan hal
sebaliknya.
4. Mengendalikan Diri
Manusia diberi akal dan hawa nafsu oleh Allah SWT, dua hal inilah yang
membedakan manusia dengan makhluk lainnya sehingga manusia disebut
makhluk paling sempurna. Seringkali hawa nafsu membawa seseorang
18

cenderung ke arah keburukan sehingga setiap orang harus mampu
mengendalikannya. Hawa nafsu dapat membawa kebaikan selama ia mampu
diarahkan, tetapi akan menjerumuskan kepada kejahatan bila dibiarkan tanpa
arah yang jelas.
Artinya : “Maka pernahkah engkau melihat orang yang menjadikan hawa
nafsunya sebagai Tuhannya? Dan Allah membiarkannya sesaat berdasarkan
ilmu-Nya dan Allah telah mengunci mati pendengaran dan hatinya dan
meletakkan tutupan atas penglihatannya. Maka siapakah yang akan
memberikan petunjuk setelah Allah (membuarkan sesat). Mengapa kamu tidak
mengambil pelajaran.” (QS Al Jasiyah : 23)
Banyak orang yang meninggalkan petunjuk yang baik dan menuruti
kemauan hawa nafsunya dan menjadikannya sabagai tuhan yang ditaati selain
Allah karena apa saja yang diinginkan oleh hawa nafsu tersebut dia akan segera
lakukan tanpa malu dan segan sehingga tidak takut untuk melakukan kejahatan
dan kezaliman. Nafsu mengandung ketertarikan sahwat untuk mencari kelezatan
jasamani dan rohani sehingga mudah menerima godaan dan bujukan setan.
Nafsu manusia ada tiga macam yaitu sebagai berikut.
1. Nafsu amarah yaitu nafsu yang menyuruh kepada keburukan.
2. Nafsu lawanah yaitu nafsu yang suka mencela atau mengecam.
3. Nafsu mutmainnah ayitu nafsu yang tenang dan tentram.
Apabila nafsu manusia mengikuti sahwatnya, inilah yang disebut nafsu
amarah. Apabila nafsu itu telah melakukan hal yang buruk , hadirlah nafsu
lawamah yang mencela dan mencaci perbuatan buruk yang dilakukannya karena
mengikuti nafsu sahwatnya. Apabila nafsu itu telah menyesalatas perbuatan
jahat yang dilakukannya, perasaan itu timbul dari nafsu mutmainah . Didalam
surat Al Baqarah : 169 Allah berfirman
Artinya :“Sesungguhnya setan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan
keji. Dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui.”(QS Al
Baqarah : 169
19

Allah berfirman dalam surat lainnya:
Artinya : “Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan) karena
sesungguhnya itu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat
oleh tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku maha pengampun lagi maha penyayang.”
(QS Yusuf : 53)
Hadis nabi Muhammad SAW menyatakan yang artinya : “Orang yang kuat
bukanlah orang yang jagoan dalam gulat, namun orang yang kuat adalah orang
yang mampu menahan dirinya ketika marah.” (HR Muttafqun Alaih)
Berikut ini adalah beberapa perilaku yang dapat melatih diri kita agar
mampu bersikap mengendalikan diri.
1. Tidak suka mengolok-olok dan berburuk sangka kepada orang lain.
2. Tidak iri dan dengki.
3. Tidak sombong.
4. Tidak kikir dan pelit.
6. Tidak memfitnah.
7. Tidak melakukan kejahatan.
11. Pandai bersyukur.
12. Mau bertobat dan mengadakan perbaikan.
13. Mampu mengendalikan hawa nafsu.
Raja’ (harapan) adalah ketergantungan hati terhadap sesuatu yang
dicintai yang akan terjadi dimasa yang akan datang. Sebagaimana khauf (rasa
takut) berhubungan dengan sesuatu yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Berangan-angan terhadap sesuatu yang mustahil di sebut dengan
Tamanni. Tamani berdampak menjadikan sifat malas berusaha, tidak mau
berjerih payah dan sungguh-sungguh. Sedang raja adalah kebaikannya yakni
berharap disertai dengan usaha sungguh-sungguh.
Manfaat raja’ adalah dapat mempertebal iman dan mendekatkan diri kepada Allah swt, karena raja’ merupakan percaya atas sifat kedermawanan Allah swt.
20

BAB IIIPENUTUP
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjabaran makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa ada
dua perilaku terpuji yang dibahas di kelas XI semester 1, yaitu tobat dan raja’.
Tobat adalah kembali dari kemaksiatan kepada ketaatan dengan niat
sungguh-sungguh dan berjanji tidak akan pernah mengulangi perbuatan
maksiat tersebut. Tobat memiliki syarat, criteria, cara, tingkatan, dan hikmah
tersendiri. Sedangkan raja’ adalah mengharap keridhoan Allah SWT dan
rahmat-Nya. Perbuatan raja’ meliputi optimis, dinamis, berpikir kritis, dan
mengendalikan diri. Raja’ juga memiliki manfaat, yaitu mempertebal iman dan
mendekatkan diri kepada Allah SWT.
3.2 Saran
Kita perlu mengamalkan perilaku tobat dan raja’ dalam kehidupan sehari-
hari. Kita perlu mengamalkan perilaku tobat karena tanpa sepengetahuan
kita, kita sering berbuat salah kepada orang lain, baik disengaja maupun tidak
disengaja. Untuk itulah kita perlu memohon ampun kepada-Nya, yang Maha
Menerima Tobat. Kita perlu mengamalkan perilaku raja; agar kita tidak mudah
menyerah ketika bertemu dengan masalah, agar kita optimis ketika banyak
rintangan yang menghadang, agar kita dinamis, berpikir kritis terhadap suatu
persoalan, dan agar kita dapat mengendalikan diri kita.
21

DAFTAR PUSTAKA
1. Anwar, Junaidi. 2007. Pendidikan Agama Islam 2. Jakarta : PT Ghalia
Indonesia.
2. www.muslimah.or.id
3. http://saef-jaza.blogspot.com/2009/05/akhlak-terpuji.html
4. cacawitarsa.blogspot.com
5. agama.kompasiana.com
22