Perilaku Prososial

20
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial positif yang menguntungkan atau membuat kondisi fisik atau psikis orang lain lebih baik, yang di lakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan rewards eksternal. Tingkah laku prososial adalah tingkah laku yang dilakukan secara sukarela dan menguntungkan orang lain tanpa antisipasi rewards eksternal, yang meliputi menolong, membantu, membagi, dan menyumbang. Tingkah laku prososial variasinya sangat besar. Ini bisa mulai dari bentuk yang paling sederhana seperti sekedar memberi perhatian hingga yang paling hebat. Misalnya, mengorbankan diri demi orang lain. Pendapat tersebut menunjukkan bahwa intensitas tingkah laku prososial berbed-beda, ada yang tinggi dan ada yang rendah. Dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan tingkah laku prososial, orang harus mengetahui bahwa ada seseorang yang membutuhkan bantuan. Selanjutnya, penolong mungkin menentukan apakah akan dibantu atau tidak, dan bagaimana cara memberi bantuan tersebut. Keputusan tersebut juga bergantung pada dua pertimbangan. Pertama, penolong mungkin menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap orang yang memerlukan bantuan, yang kedua, penolong menganalisis berapa besar reward yang diterima setelah memberikan pertolongan. B. Tujuan Penulisan Dalam makalah ini perkembangan prososial remaja kan dibahas secara terperinci yang meliputi : 1

description

Perilaku Prososial

Transcript of Perilaku Prososial

Page 1: Perilaku Prososial

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial positif yang

menguntungkan atau membuat kondisi fisik atau psikis orang lain lebih baik,

yang di lakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan rewards eksternal.

Tingkah laku prososial adalah tingkah laku yang dilakukan secara sukarela

dan menguntungkan orang lain tanpa antisipasi rewards eksternal, yang

meliputi menolong, membantu, membagi, dan menyumbang. Tingkah laku

prososial variasinya sangat besar. Ini bisa mulai dari bentuk yang paling

sederhana seperti sekedar memberi perhatian hingga yang paling hebat.

Misalnya, mengorbankan diri demi orang lain. Pendapat tersebut

menunjukkan bahwa intensitas tingkah laku prososial berbed-beda, ada yang

tinggi dan ada yang rendah.

Dalam proses pengambilan keputusan untuk melakukan tingkah laku

prososial, orang harus mengetahui bahwa ada seseorang yang membutuhkan

bantuan. Selanjutnya, penolong mungkin menentukan apakah akan dibantu

atau tidak, dan bagaimana cara memberi bantuan tersebut. Keputusan

tersebut juga bergantung pada dua pertimbangan. Pertama, penolong

mungkin menunjukkan rasa tanggung jawab terhadap orang yang

memerlukan bantuan, yang kedua, penolong menganalisis berapa besar

reward yang diterima setelah memberikan pertolongan.

B. Tujuan Penulisan

Dalam makalah ini perkembangan prososial remaja kan dibahas secara

terperinci yang meliputi :

1. Definisi perilaku prososial.

2. Sumber perilaku prososial.

3. Bentuk-bentuk perilaku prososial.

4. Factor-faktor yang mendorong tindakan prososial.

5. Perkembangan tingkah laku prososial.

6. Faktor-faktor yang mempengaruhi tingkah laku prososial.

7. Implikasinya dengan konseling.

1

Page 2: Perilaku Prososial

C. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada bab ini terdiri dari Tiga bab, yaitu : Bab I,

Pendahuluan yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan Penulisan dan

Sistematika Penulisan. Bab II Pembahasan, yang terdiri dari definisi perilaku

prososial, sumber perilaku prososial, bentuk-bentuk perilaku prososial, faktor-

faktor yang mendorong tindakan prososial, perkembangan tingkah laku

prososial, factor-faktor yang mempengaruhi perkembangan tingkah laku

prososial, dan implikasi perkembangan tingkah laku social dengan konseling.

Bab III, Penutup yang berisi Kesimpulan dan Saran.

2

Page 3: Perilaku Prososial

BAB II

PEMBAHASAN

A.Definisi Perilaku Prososial

Manusia sebagai makhluk sosial tidak dapat hidup menyendiri, tetapi

ia senantiasa membutuhkan dan dibutuhkan oleh orang lain. Oleh karena itu,

apabila ditinjau dari segi fungsi sosialnya, adalah wajar jika seseorang

memberikan pertolongan kepada orang lain. Namun, apa yang membuat

seseorang menolong orang lain? Apa yang membuat mereka baik hati, ramah,

merasa kasihan, dan peduli terhadap kebutuhan-kebutuhan orang lain?

Alasan mengapa seseorang mau berperilaku demikian, Mussen dan

Eisenberg mengatakan bahwa hal tersebut disebabkan karena adanya

perilaku prososial. Perilaku prososial merupakan tindakan yang membantu

dan menguntungkan seseorang atau sekelompok orang tanpa mementingkan

keuntungan pribadi. Adapun tindakan-tindakan yang dimaksud seringkali

menghabiskan biaya yang tidak sedikit, pengorbanan diri, atau risiko yang

harus ditanggung pelaku.

Terdapat beberapa pendapat para ahli psikologi tentang pengertian prilaku

prososial diantaranya :

a. Sears dkk (1992)

Mendefenisikan bahwa tingkah laku prososial merupakan tingkah laku yang

menguntungkan orang lain. Menurut sears tingkah laku prososial meliputi

segala bentuk tindakan yang dilakukan atau direncanakan untuk menolong

orang lain, tanpa memperhatikan motif si penolong.

3

Page 4: Perilaku Prososial

b. Sri Utari Pidada (1982)

Mendefenisikan bahwa pilaku prososial adalah suatu tingkah laku yang

mempunyai suatu akibat atau konsekuensi positif bagi patner interaksi,

selain itu tingkah laku yang bisa di klasifikasikan sebagai tingkah laku sosial

sangat beragam di mulai dari bentuk yang paling sederhana hingga yang

paling luar biasa.

c. Wispe (1981)

Tingkah laku prososial adalah tingkah laku yang mempunyai konsekuensi

sosial positif yaitu menambah kondisi fisik dan psikis orang lain menjadi

lebih baik.

d. Brigham (1991)

Menyatakan bahwa wujud tingkah laku prososial meliputi : murah hati

(charity), persahabatan (friendship), kerja sama (cooperation), menolong

(helping), penyelamatan (rescuing) dll.

e. Bar-Tal (1976)

Tingkah laku prososial merupakan tingkah laku yang dilakukan secara

sukarela, menguntungkan orang lain tanpa anti sipasi reward eksternal, dan

tindakan prososial ini tidak dilakukan untuk dirinya sendiri.

f. Lead ( 1978 )

Menyatakan tiga kriteria yang menentukan tingkah laku prososial

(altruistic) yaitu

1. tindakan yang bertujuan khusus menguntungkanorang lain tanpa

mengharap reward eksternal

2.  tindakan yang dilakukan dengan sukarela

3. tindakan yang menghasilkan hal yang positif

4

Page 5: Perilaku Prososial

g. Wrightsman dan Deaux (1981)

Mendefinisikan perilaku prososial sebagai perilaku seseorang yang

mempunyai konsekuensi sosial positif yang ditujukan bagi kesejahteraan

orang lain secara fisik maupun psikologis.

Dari beberapa pendapat di atas dapat kita ambil kesimpulan bahwa

tingkah laku prososial adalah tingkah laku sosial positif yang menguntungkan,

yang ditujukan bagi kesejahteraan orang lain sehingga menjadikan kondisi

fisik dan psikis orang lain menjadi lebih baik, selain itu tindakan prososial

dilakukan atas dasar sukarela tanpa mengharapkan reward eksternal.

Beberapa penelitian yang telah dilakukan menyatakan bahwa

perkembangan perilaku prososial telah dimulai sejak masa anak-anak. Dengan

bertambahnya usia seorang anak, maka empatinya terhadap orang lain juga

akan semakin berkembang. Dalam psikologi perkembangan juga dikatakan

bahwa kemampuan seorang anak dalam berbagai hal akan meningkat sesuai

dengan bertambahnya usia.

B.Sumber Prilaku Prososial

Sumber tingkah laku prososial terdiri dari 2 bagian yaitu ;

a)Endosentris

Sumber tingkah laku prososial berasal dari dalam diri seseorang.

Sumber endosentris merupakan keinginan untuk mengubah diri dengan

menampilkan self-image. Secara keseluruhan endosentris ini meningkatkan

konsep diri (self-concept), salah satu bentuk konsep diri adalah self-

expectation (harapan diri) yang berbentuk rasa bahagia, kebanggaan, rasa

aman, evaluasi diri yang positif.

 Harapan diri muncul karena seseorang hidup di lingkungan sosial,

dimana dalam lingkungan sosial terdapat norma dan nilai. Norma sosial di

peroleh remaja melalui proses sosialisi yang kemudian di internalisasikan

sehingga menjadi bagian dari diri remaja itu sendiri. Norma yang di

internalisasikan kedalam harapan diri  (self-expectation) terdiri dari :

1) Norms of aiding (norma menolong), adalah norma sosial untuk menolong

orang lain yang membutuhkan.

5

Page 6: Perilaku Prososial

2) Norm of social responssibility, adalah suatu norma sosial yang dimana

seorang individu menolong orang yang membutuhkan pertolongan

walaupun orang yang ditolong tidak dapat membalas sama sekali.

3) Norm of giving, adalah norma sosial dimana seseorang menolong dengan

sukarela.

4) Norm of justice, adalah suatu norma sosial dimana tingkah laku

menolong didasarioleh norma keadilan yaitu keseimbangan antar

memberi dan menerima

5) Norm of reciprocity, adalah suatu norma sosial dimana seorang individu

menolong orang lain karena merasa akan mendapat imbalan

6) Norm of equity, adalah suatu norma sosial dimana seorang individu

menolong orang lain karena pernah ditolong sebelumnya.

b)Eksosentris

Merupakan sumber untuk memperhatikan lingkungan eksternal yaitu

membuat kondisi lebih baik dan menolong orang lain dari kondisi buruk

yang dialami. Orang yang melakukan tindakan menolong karena

mengetahui atau merasakan kebutuhan, keinginan, dan penderitaan orang

lain. Hal ini dijelaskan oleh Piliavin & Piliavin bahwa tindakan menolong

terjadi karena :

1. Adanya pengamatan terhadap kebutuhan atau penderitaan orang lain

2. Adanya pengamatan terhadap penderitaan yang dirasakan oleh orang

lain, sehingga menimbulkan motivasai untuk menguranginya

Menurut Derlega & Grzelak tingkah laku prososial bisa terjadi karena

adanya penderitaan yang dialami oleh orang lain, pertolongan yang

diberikan tidak mengharapkan reward eksternal. Selain itu prilaku prososial

bisa terjadi karena adanya interpedensi situasi, misalnya seorang suami

yang menolong istri di dapur. Pada dasarnya tingkah laku prososial terjadi

karena adanya saling ketergantungan antara sipenolong dengan orang

yang ditolong.

C. Bentuk-Bentuk Perilaku Prososial

Perilaku prososial merupakan perilaku yang memberikan keuntungan bagi

orang lain. Menurut Wispe, perilaku prososial meliputi berbagai bentuk, antara

lain:

6

Page 7: Perilaku Prososial

1. Sympathy (simpati)

Perilaku yang didasarkan atas perasaan positif terhadap orang lain, sikap

peduli, serta ikut merasakan kesedihan dan penderitaan orang lain.

2. Cooperation (kerjasama)

Kerjasama diartikan bahwa setiap orang mampu dan ingin bekerjasama

dengan orang lain, meski bukan untuk keuntungan bersama.

3. Helping (membantu)

Perilaku mengambil bagian atau membantu urusan orang lain sehingga

orang tersebut dapat mencapai tujuannya.

4. Donating (berderma)

Merupakan perilaku memberikan hadiah atau sumbangan kepada orang

lain, biasanya berupa amal.

5. Altruisme (suka menolong)

Mengambil bagian untuk menolong orang lain, yang dilakukan tanpa

pamrih, dan biasanya dalam bentuk menyelamatkan orang lain dari

ancaman bahaya.

D.Faktor-Faktor Yang Mendorong Tindakan Prososial

1. Daya tarik fisik. Apapun faktor yang dapat meningkatkan ketertarikan

Bystander pada korban akan meningkatkan kemungkinan terjadinya

respons prososial apabila individu tersebut membutuhkan pertolongan atau

orang menolong orang lain karena orang tersebut punya kemiripan dengan

kita.

2. Atribusi pada korban. Contoh: ketika Santi melihat ada orang terjatuh, dan

setelah melihat ternyata orang tersebut membawa botol minuman keras,

Santi akan menilai bahwa orang tersebut terjatuh karena kesalahannya

sendiri sehingga tidak perlu ditolong.

3. Pengalaman pada kejadian prososial. Contoh: Susi pernah membantu

seorang ibu-ibu yang terjatuh di pasa. Ternyata ib tersebut adalah seorang

pencopet dan langsung saja setelah ditolong ia merampas dompet Susi dan

melarikan diri. Kejadian ini dapat mempengaruhi Susi untuk melakukan

tindakan prososial di masa mendatang.

4. Kondisi emosional Bystander. Kondisi suasana hati yang baik akan

meningkatkan peluang terjadinya tingkah laku menolong orang lain,

sedangkan kondisi suasana hati yang tidak baik akan menghambat

7

Page 8: Perilaku Prososial

pertolongan. Namun, Jika tingkah laku prososial dapat merusak suasana

baik hati seseorang, suasana hati yang baik menyebabkan berkurangnya

perilaku menolong. Sebaliknya juga bila perilaku prososial dapat

memberikan pengaruh positif pada emosi yang negatif, maka  suasana hati

yang buruk dapat menyebabkan meningkatnya perilaku menolong. Rasa

kesedihan dan kehilangan juga dapat meningkatkan perilaku prososial

karena dapat menjadi kompensasi atas rasa kehilangannya.

5. Empati—respons afektif dan kognitif yang kompleks pada distress

emosional orang lain. Empati termasuk kemampuan untuk merasakan

keadaan emosional orang lain, merasa simpatik dan mencoba

menyelesaikan masalah, dan mengambil perspektif orang lain.

6. Factor disposisional (gen, wanita). Wanita cenderung lebih mau menolong

daripada pria.

E. Perkembangan Tingkah Laku Prososial

Tingkah laku prososial selalu berkembang sesuai perkembangan manusia, ada

6 tahapan perkembangan tingkah laku prososial yaitu :

a. Compliance & Concret, Defined Reinforcement

Pada tahap ini individu melakukan tingkah laku menolong karena perintah

yang disertai oleh reward. Pada tahap ini remaja mempunyai perspektif

egosentris yaitu mereka tidak menyadari bahwa orang lain mempunyai

pikiran dan perasaan yang berbeda dengan mereka, selain itu tingkah laku

prososial pada tahap ini terjadi karna adanya reward dan punishment yang

konkrit.

b. Compliance

Pada tahap ini individu melakukan tindakan menolong karena patuh pada

perintah dari orang yang berkuasa. Tindakan menolong pada tahp ini

dimotivasi oleh kebutuhan untuk mendapatkan persetujuan dan

menghindari hukuman.

c. Internal Initiative & Concret Reward

Pada tahap ini individu menolong karena tergantung pada reward yang

akan di terima, tindakan prososial dimotivasi oleh keinginan untuk

mendapatkan keuntungan atau hadiah.

d. Nominative Behavior

Pada tahap ini individu melakukan tindakan prososial untuk memenuhi

tuntutan masyarakat. Individu mengetahui berbagai tingkah lakuyang

8

Page 9: Perilaku Prososial

sesuai dengan norma masyarakat. Dalam tahap ini individu mampu

memahami kebutuhan orang lain dan merasa simpati dengan penderitaan

yang dialami, tindakan prososial dilakukan karna adanya norma sosial yang

meliputi : norma memberi dan norma tanggung jawab sosial.

e. Generalized Reciprocity

Pada tahap ini seseorang melakukan tindakan menolong karna adanya

kepercayaan apabila suatu saat ia membutuhkan bantuan maka ia akan

mendapatkannya, harapan reward pada tahap ini non konkret yang susah

dijelaskan.

f. Altruistic Behavior

Pada tahap ini seseorang melakukan tindakan menolong secara sukarela

yang bertujuan untuk menolong dan menguntungkan orang lain tanpa

mengharapkan imbalan, tindakan prososial dilakukan karena plihan individu

sendiri yang didasarkan pada prinsip moral.

Pada tahap ini individu sudah mulai dapat menilai kebutuhan orang lain dan

tidak mengharapkan hubungan timbal balik untuk tindakannya.

F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Tingkah Laku

Prososial

Tingkah laku prososial dipandang sebagai tingkah laku yang diperlukan untuk

mempertahankan kehidupan, melalui hal ini manusia menjalankan fungsi

kehidupan sebagai penolong dan yang ditolong.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan tingkah laku

prososial antara lain :

a. Orang Tua

Hubungan antara remaja dengan orang tua menjadi faktor penentu

utama dalam keberhasilan remaja berperilaku prososial ketika berinteraksi

di lingkungan sosial yang lebih luas. Keluarga yang merupakan kelompok

primer bagi remaja memiliki peran penting dalam pembentukan dan arahan

perilaku remaja.

Hal-hal yang diperoleh dari lingkungan keluarga akan menentukan

cara-cara remaja dalam melakukan interaksi dengan lingkungan sosial di

luar keluarga. Menurut Ahmadi (1988) keluarga merupakan lingkungan

sosial pertama dalam kehidupan remaja. Remaja belajar memperhatikan

keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerjasama, dan menyatakan

dirinya sebagai makhluk sosial.

9

Page 10: Perilaku Prososial

Cara bertingkah laku, dan sikap orang tua dalam keluarga akan

mempengaruhi suasana interaksi keluarga dan dapat mengakibatkan ciri-

ciri tertentu pada perkembangan kepribadian remaja, orang tua adalah

pemegang peranan penting dalam pembentukan akhlak dan budi pekerti

putra putrinya. Hal tersebut karena waktu yang dimiliki remaja 75%

dihasilkan di lingkungan keluarga. Mengingat orang tua merupakan faktor

penting dalam pembentukan pribadi remaja maka cara yang digunakan

dalam mengasuh dan membimbing remaja tergantung pada sikap, pribadi

dan kemampuan yang dimiliki oleh orang tua remaja tersebut.

b. Guru

Selain orang tua, sekolah juga mempunyai pengaru yang sangat besar

terhadap perkembangan tingkah laku prososial. Di sekolah guru dapt

melatih dan mengarahkan tingkah laku prososial anak dengan

menggunakan teknik yang efektif. Misalnya guru dapat menggunakan

teknik bermain peran, teknik ini melatih anak mempelajari situasi dimana

tingkah laku menolong di peroleh dan bagaimana melaksanakan tindakan

menolong tersebut. Teknik bermain peran mengembangkan sensitivitas

terhadap kebutuhan orang lain dan menambah kemampuan role taking dan

empati. Di sekolah guru mempunyai kesempatan mengarahkan anak

dengan menganalisis cerita dalam bahasan yang berbeda.

c. Teman sebaya

Teman sebaya mempunyai pengaruh terhadap perkembangan tingkah laku

prososial khususnya pada masa remaja. Ketika usia remaja kelompok ssial

menjadi sumber utama dalam perolehan informasi, teman sebaya dapat

memudahkan perkembangan tingkah laku prososial melalui penguatan,

pemodelan dan pengarahan.

d. Televisi

Selain sebagai hiburan, televisi merupakan sebagai agen sosial yang

penting. Melalui penggunaan muatan prososial, televisi dapat

mempengaruhi pemirsa. Dengan melihat program televisi anak juga dapat

mempelajari tingkah laku yang tepat dalam situasi tertentu, televisi tidak

hanya mengajarkan anak untuk mempertimbangkan berbagai alternatif

10

Page 11: Perilaku Prososial

tindakan tapi juga anak juga bisa mengerti dengan kebutuhan orang lain,

membentuk tingkah laku prososial dan memudahkan perkembangan

empati.

e. Moral Dan Agama

Perkembangan tingkah laku prososial juga berkaitan erat dengan aturan

agama dan moral. Menurut Sears dkk (1992) menyatakan bahwa aturan

agama dan moral kebanyakan masyarakat menekankan kewajiban

menolong.

Sears, Freedman, dan Peplau mengemukakan bahwa perilaku prososial

dipengaruhi oleh faktor karekteristik situasional dan faktor karekteristik

penolong.

A. Faktor karekteristik situasional meliputi :

1. Kehadiran orang lain

Menurut penelitian psikologi sosial, yang berpengaruh pada perilaku

menolong adalah kehadiran orang lain di tempat kejadian. Semakin banyak

orang yang hadir, semakin kecil kemungkinan seseorang benar-benar

memberikan pertolongan. Darley dan Latane menamakannya efek

penonton (bystander effect). Ada beberapa hal yang menyebabkan

mengapa kehadiran orang lain kadang-kadang menghambat usaha untuk

menolong. Pertama, penyebaran tanggung jawab yang timbul karena

kehadiran orang lain. Bila hanya satu orang yang menyaksikan korban yang

mengalami kesulitan, maka orang itu mempunyai tanggung jawab penuh

untuk memberikan reaksi terhadap situasi tersebut dan akan menanggung

rasa salah dan rasa sesal bila tidak bertindak. Sebaliknya, bila orang lain

juga hadir, pertolongan bisa muncul dari beberapa orang. Tanggung jawab

untuk menolong dan kemungkinan kerugian tidak memberikan pertolongan

akan terbagi. Penjelasan kedua tentang efek penonton menyangkut

ambiguitas dalam menginterpretasikan situasi. Perilaku penonton yang lain

11

Page 12: Perilaku Prososial

dapat mempengaruhi bagaimana kita menginterpretasikan situasi dan

bagaimana reaksi kita. Jika orang lain mengabaikan suatu situasi atau

memberikan reaksi seolah-olah tidak terjadi apa-apa, mungkin kita juga

beranggapan tidak ada keadaan darurat. Faktor ketiga dalam kekuatan

efek penonton adalah rasa takut dinilai. Bila kita mengetahui bahwa orang

lain memperhatikan perilaku kita, mungkin kita berusaha melakukan apa

yang diharapkan oleh orang lain dan memberikan kesan yang baik.

2. Kondisi Lingkungan

Kondisi lingkungan juga mempengaruhi kesediaan seseorang untuk

membantu. Berdasarkan dua penelitian lapangan yang dilakukan oleh

Cunningham (1979) dikatakan bahwa efek cuaca menimbulkan perbedaan

dalam memberikan bantuan. Pada penelitian pertama, para pejalan kaki

dihampiri di luar rumah dan diminta untuk membantu peneliti dengan

melengkapi kuesioner. Orang lebih cenderung membantu bila hari cerah

dan suhu udara cukup menyenangkan (relatif hangat di musim dingin dan

relatif hangat di musim panas). Dalam penelitian kedua yang mengamati

bahwa para pelanggan memberikan tip yang lebih banyak bila hari cukup

cerah.

3. Tekanan Waktu

Tekanan waktu juga memberikan pengaruh terhadap kerelaan seseorang

untuk menolong orang lain. Orang yang tergesa-gesa mempunyai

kecenderungan yang lebih kecil untuk menolong dibandingkan dengan

mereka yang tidak mengalami tekanan waktu.

B. Sedangkan faktor karakteristik penolong meliputi :

1. Faktor Kepribadian

iri kepribadian tertentu mendorong orang untuk memberikan pertolongan

dalam beberapa jenis situasi dan tidak dalam situasi yang lain. Misalnya,

Satow mengamati bahwa orang yang mempunyai tingkat kebutuhan tinggi

untuk diterima secara sosial, lebih cenderung menyumbangkan uang bagi

kepentingan amal daripada orang yang mempunyai tingkat kebutuhan

rendah untuk diterima secara sosial, tetapi hanya bila orang lain

menyaksikannya. Tampaknya, orang yang mempunyai tingkat kebutuhan

tinggi untuk diterima secara sosial dimotivasi oleh keinginan untuk

memperoleh pujian dari orang lain sehingga bertindak lebih prososial hanya

bila tindakan mereka yang baik itu diperhatikan. Berdasarkan penelitian

12

Page 13: Perilaku Prososial

yang dilakukan oleh Eisenberg dkk., dinyatakan bahwa : Personality

variables, such as belief that one's fate within one's own control, mature

moral judgment, need for social approval or self-esteem, and tendency to

ascribe responsibility for other's welfare to oneself, have predicted helping

behavior in one or more studies (Eisenberg-Berg, 1979; Rushton, 1975;

Satow, 1973; Schwartz & Clausen, 1970; Staub, 1974).

Variabel-variabel kepribadian, seperti keyakinan bahwa takdir seseorang

ada dalam kendalinya, penilaian kematangan moral, kebutuhan akan

penghargaan sosial atau self-esteem, dan kecenderungan untuk

bertanggungjawab akan kesejahteraan orang lain, diprediksi memunculkan

perilaku menolong. Sementara Baron & Byrne mengatakan bahwa

kepribadian yang memungkinkan seseorang untuk berperilaku prososial

adalah altruistic personality (kepribadian altruistik), yang didefinisikan :

Altruistic personality is the combination of dispositional variables that make

an individual more likely to engage in altruistic behavior. Included are an

emphatic self-concept, belief in a just world, feelings of social responsibility,

internal locus of control, and low egocentrism. Kepribadian altruistik adalah

gabungan dari variabel-variabel sifat yang membuat seseorang lebih

mungkin terlibat dalam perilaku altruistik. Meliputi konsep diri empatik,

keyakinan pada realitas dunia, perasaan tanggung jawab, locus of control

internal, dan sifat egois yang rendah.

2. Suasana Hati

Ada sejumlah bukti bahwa orang lebih terdorong untuk memberikan

bantuan bila mereka berada dalam suasana hati yang baik. Misalnya, orang

lebih cenderung menolong karena telah menemukan uang (Isen &

Simmonds, 1978), diberi kue gratis di perpustakaan kampus (Isen & Levin,

1972), berhasil melaksanakan beberapa tugas eksperimental (Isen, 1970),

atau mendengarkan musik yang menyejukkan hati (Fried & Berkowitz,

1979). Suasana perasaan positif yang hangat meningkatkan kesediaan

untuk melakukan tindakan prososial.

3. Rasa Bersalah

Keadaan psikologis yang mempunyai relevansi khusus dengan perilaku

prososial adalah rasa bersalah, perasaan gelisah yang timbul bila kita

melakukan sesuatu yang kita anggap salah. Keinginan untuk mengurangi

13

Page 14: Perilaku Prososial

rasa bersalah bisa menyebabkan kita menolong orang yang kita rugikan,

atau berusaha menghilangkannya dengan melakukan tindakan yang baik.

4. Distres Diri dan Rasa Empatik

Distres adalah perasaan tertekan yang dialami oleh seseorang baik secara

fisik maupun psikologis. Sedangkan yang dimaksud dengan distres diri

(personal distress) adalah reaksi diri kita terhadap penderitaan orang lain—

perasaan terkejut, takut, cemas, prihatin, tidak berdaya, atau perasaan

apapun, yang kita alami. Sebaliknya, yang dimaksud rasa atau sikap

empatik (emphatic concern) adalah perasaan simpati atau perhatian

terhadap orang lain, khususnya untuk berbagi pengalaman atau secara

tidak langsung merasakan penderitaan orang lain. Distres diri memotivasi

kita untuk mengurangi kegelisahan kita sendiri. Kita bisa melakukannya

dengan membantu orang lain.

G.Implikasi Perkembangan Tingkah Laku Sosial dengan Konseling

Beberapa strategi yang dapat digunakan oleh guru pembimbing dalam upaya

membantu peserta didik dalam memperoleh tingkah laku interpersonal yang

efektif :

1. Mengajarkan keterampilan sosial dan strategi pemecahan masalah sosial

2. Menggunakan strategi pembelajaran ynag kooperatif

3. Meningkatkan kesadaran siswa terhadap efektifitas keterampilan sosial

dengan mencerminkan keterampilan sosial tersebut.

4. Mengajak siswa untuk memikirkan dampak dari prilaku yang mereka miliki .

Dalam hal implikasi perkembangan tingkah laku prososial terhadap

konseling ini juga dapat dikaitkan dengan fungsi-fungsi konseling, selain itu

konselor atau guru pembimbing juga dapat bekerjasama dengan pihak

terkait.

14

Page 15: Perilaku Prososial

BAB III

PENUTUP

A.Kesimpulan

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa perilaku prososial adalah

tingkah laku sosial positif yang menguntungkan, yang ditujukan bagi

kesejahteraan orang lain sehingga menjadikan kondisi fisik dan psikis orang

lain menjadi lebih baik, selain itu tindakan prososial dilakukan atas dasar

sukarela tanpa mengharapkan reward eksternal. Faktor internal dan eksternal

turut mempengaruhi perkembangan perilaku prososial pada diri manusia.

B.Saran

Sebagai seorang guru kita dituntut untuk memberikan pelayanan pendidikan

kepada murid-murid kita, terlepas materi yang berhubungan sengan pelajaran

sebagai seorang pengajar sudah sepantasnya kita selalu membimbing siswa

kita agar perilaku prososial mereka dapat berkembang. Beberapa strategi

yang bisa dipakai guru untuk meningkatkan perilaku prososial murid

(Santrock;2008, Honig & Wittmer, 1996; Wittmer & Honig, 1994);

a. Hargai dan tekankan konsiderasi kebutuhan orang lain. 

b. Jadilah contoh perilaku prososial 

c. Beri label dan identifikasi perilaku prososial dan antisosial

d. Nisbahkan perilaku positif untuk setiap murid

e. Perhatikan dan dorong perilaku secara sosial secara positif tetapi jangan

terlalu banyak menggunakan ganjaran eksternal. 

f. Bantu anak untuk mengambil sikap dan memahami perasaan orang lain 

g. Gunakan strategi disiplin yang positif. 

h. Pimpin diskusi tentang interaksi prososial.

i. Kembangkan proyek kelas dan sekolah yang bisa meningkatkan altruisme.

15

Page 16: Perilaku Prososial

Daftar Pustaka

http://gadihpanangih.blogspot.com/2011/02/perkembangan-prososial-

remaja.html

http://annisaavianti.wordpress.com/2010/07/31/tingkah-laku-prososial-kenapa-

orang-orang-menolong/

http://atpsikologi.blogspot.com/2010/03/perilaku-pro-sosial-perilaku-anti.html

16