Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

30
31 Edisi IV, 2010 mengintegrasikan ini dengan rumah? Bisa kita bayangkan rumah tanpa PSU. Bagaimana kualitasnya tidak akan menurun. Pasti kekumuhan akan terjadi, orang akan menjadi tidak nyaman dengan lingkungannya. Jadi jelas di sini tanpa adanya PSU yang baik maka mustahil akan tercipta rumah yang bisa menjadi home. Pada konferensi pers Hari Habitat bapak menjelaskan perbedaan pembangunan perumahan antara House dengan Home. Apa yang menjadi perbedaan mendasar keduanya? Ya, kalau house itu membangun fisik. Kalau membangun home itu secara imajiner membangun nilai- nilai, membangun peradaban. Jadi contohnya kalau ada orang rindu kampung, selamanya orang akan mengatakan coming home bukan coming house. Jadi orang ingin senantiasa coming home, home country karena dia merasa home di sana, merasa di rumah. Kalau house itu hanya tempat tinggal saja, orang di-shelter-kan. Jadi suasana kebatinannya berbeda antara house dengan home. Saya berharap rumah-rumah kita itu benar-benar sebuah home, bukan hanya sekedar house yang dibeli. Ada saja rumah besar, bagus, ada kolam lengkap, bahkan ada untuk spa segala macam, tapi dia tetap saja sebuah house karena dia tidak membentuk apa-apa di dalamnya. Di sana hanya ada kediktatoran di rumah tangga. Hanya ada yang menyelesaikan dengan uang. Nah itu semua nggak bener. Dalam salah satu acara Hari Habitat Dunia bapak menjelaskan tentang Penyediaan Perumahan untuk Angkatan Kerja Pertama. Bagaimana konsep sebenarnya? Jawabannya menabung saja. Tidak ada jalan lain kecuali menabung. Menabung itu jangan nunggu sampai menjadi gunung tapi lihatlah sampai kapasitas yang memang rasional untuk digunakan. Supaya bisa menjadi efektif tabungan itu, jangan dibiarkan begitu saja. Kalau ternyata tabungan ini cukup membeli rumah dengan tapak ukuran yang kecil, mulai dari situ. Itu sudah menabung. Begitu kemampuan kita naik pindahlah ke rumah yang lebih luas lagi dan seterusnya. Jadi selamanya beriringan dengan kapasitas seseorang. Youth atau kaum muda sebenarnya adalah tenaga potensial untuk dapat bekerja bersama dan menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat. Sebagai mantan aktivis Dewan Mahasiswa bagaimana tanggapan bapak soal ini? Bagus, justru mahasiswa harus menjadi, tidak hanya jembatan, bahkan bisa menjadi motor. Dan yang penting generasi muda itu mau belajar dan bahkan menemukan hal-hal yang baru, yang menurut jamannya, menurut kondisi mereka, menurut prespektif mereka, yang pas, dibandingkan misalnya orang-orang dulu. Salah satu challenge dan saya kira generasi muda bisa memberikan kontribusi yang besar di sana. Sebelum menjabat sebagai Menpera, Suharso Monoarfa pernah menjadi anggota DPR periode 2004-2009, fraksi PPP daerah pemilihan Gorontalo, dan menjabat Wakil Ketua Pania Anggaran DPR RI. Selain itu, pria kelahiran Mataram tanggal 31 Oktober 1954 ini juga menjadi Bendahara Umum DPP PPP dan akf dalam berbagai organisasi. ISTIMEWA

description

Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingkungan dengan tema Seputar Hari Habitat Tahun 2010

Transcript of Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

Page 1: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

31

Edisi IV, 2010

mengintegrasikan ini dengan rumah?Bisa kita bayangkan rumah tanpa PSU. Bagaimana

kualitasnya tidak akan menurun. Pasti kekumuhan akan terjadi, orang akan menjadi tidak nyaman dengan lingkungannya. Jadi jelas di sini tanpa adanya PSU yang baik maka mustahil akan tercipta rumah yang bisa menjadi home.

Pada konferensi pers Hari Habitat bapak menjelaskan perbedaan pembangunan perumahan antara House dengan Home. Apa yang menjadi perbedaan mendasar keduanya?

Ya, kalau house itu membangun fisik. Kalau membangun home itu secara imajiner membangun nilai-nilai, membangun peradaban. Jadi contohnya kalau ada orang rindu kampung, selamanya orang akan mengatakan coming home bukan coming house. Jadi orang ingin senantiasa coming home, home country karena dia merasa home di sana, merasa di rumah. Kalau house itu hanya tempat tinggal saja, orang di-shelter-kan. Jadi suasana kebatinannya berbeda antara house dengan home. Saya berharap rumah-rumah kita itu benar-benar sebuah home, bukan hanya sekedar house yang dibeli. Ada saja rumah besar, bagus, ada kolam lengkap, bahkan ada untuk spa segala macam, tapi dia tetap saja sebuah house karena dia tidak membentuk apa-apa di dalamnya. Di sana hanya ada kediktatoran di rumah tangga. Hanya ada yang menyelesaikan dengan uang. Nah itu semua nggak bener.

Dalam salah satu acara Hari Habitat Dunia bapak menjelaskan tentang Penyediaan Perumahan untuk Angkatan Kerja Pertama. Bagaimana konsep sebenarnya?

Jawabannya menabung saja. Tidak ada jalan lain kecuali menabung. Menabung itu jangan nunggu sampai menjadi gunung tapi lihatlah sampai kapasitas yang memang rasional untuk digunakan. Supaya bisa menjadi efektif tabungan itu, jangan dibiarkan begitu saja. Kalau ternyata tabungan ini cukup membeli rumah dengan tapak ukuran yang kecil, mulai dari situ. Itu sudah menabung. Begitu kemampuan kita naik pindahlah ke rumah yang lebih luas lagi dan seterusnya. Jadi selamanya beriringan dengan kapasitas seseorang.

Youth atau kaum muda sebenarnya adalah tenaga potensial untuk dapat bekerja bersama dan menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat. Sebagai mantan aktivis Dewan Mahasiswa bagaimana tanggapan bapak soal ini?

Bagus, justru mahasiswa harus menjadi, tidak hanya jembatan, bahkan bisa menjadi motor. Dan yang penting generasi muda itu mau belajar dan bahkan menemukan hal-hal yang baru, yang menurut jamannya, menurut kondisi mereka, menurut prespektif mereka, yang pas, dibandingkan misalnya orang-orang dulu. Salah satu challenge dan saya kira generasi muda bisa memberikan kontribusi yang besar di sana.

Sebelum menjabat sebagai

Menpera, Suharso Monoarfa

pernah menjadi anggota DPR

periode 2004-2009, fraksi

PPP daerah pemilihan

Gorontalo, dan menjabat

Wakil Ketua Panitia

Anggaran DPR RI. Selain itu,

pria kelahiran Mataram

tanggal 31 Oktober 1954

ini juga menjadi Bendahara

Umum DPP PPP dan aktif

dalam berbagai organisasi.

ISTIMEWA

Page 2: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

32

Inovasi

Air beserta sumber-sumbernya merupakan salah satu kekayaan alam yang mutlak dibu-tuhkan oleh mahluk hidup guna menopang kelangsungan hidupnya dan memelihara ke-sehatannya. Air yang mengisi lebih dari dua

pertiga bagian dari seluruh permukaan bumi, memberi tempat hidup yang 300 kali lebih luas dari pada daratan, akan tetapi sebagian besar dari air tersebut tidak dapat langsung digunakan untuk kepentingan mahluk hidup. Hanya 1% yang merupakan air yang bermanfaat karena dapat dipergunakan sebagai air bersih, walaupun harus melalui suatu proses.

Teknologi yang diterapkan mulai dari pengambilan air baku, pengolahan air untuk menjadi air bersih yang sangat tergantung kualitas sumber air baku, kemudian melalui sistem distribusi melalui perpipaan ke area pe-layanan. Pengolahan air dilakukan pada air baku yang pada hakekatnya tidak memenuhi standar kualitas air minum/bersih yang berlaku, sehingga unsur-unsur yang tidak memenuhi standar perlu dihilangkan ataupun di-kurangi, agar seluruh air memenuhi standar yang berlaku. Hal ini dilaksanakan dengan pengolahan air. Teknologi untuk pengolahan air yang sangat tergantung dari sumber air baku dengan kualitas air yang bermacam-macam un-tuk dapat diolah.

Pusat-pusat pengolahan air perkotaan dengan skala besar mengolah air dengan cara menambahkan senyawa kimia penggumpal (coagulants) ke dalam air kotor yang akan diolah. Dengan cara tersebut partikel-partikel yang berada di dalam air akan menjadi suatu gumpalan yang lebih besar lalu mengendap. Baru kemudian air di bagian atas yang bersih dipisahkan untuk digunakan keperluan sehari-hari. Namun demikian, zat kimia penggumpal yang baik tidak mudah dijumpai di berbagai daerah terpen-cil. Andaipun ada pasti harganya tidak terjangkau oleh masyarakat setempat.

Salah satu alternatif yang tersedia secara lokal adalah peng-

gunaan koagulan alami dari tanaman yang barangkali dapat diperoleh di sekitar kita. Penelitian dari The En-vironmental Engineering Group di Universitas Leicester, Inggris, telah lama mempelajari potensi penggu-naan berbagai koagulan alami dalam proses pengolahan air skala kecil, me-nengah, dan besar. Penelitian mereka dipusatkan terhadap potensi koagu-lan dari tepung biji tanaman Moringa oleifera. Tanaman tersebut banyak tumbuh di India bagian utara, tetapi sekarang sudah menyebar ke mana-

mana ke seluruh kawasan tropis, termasuk Indonesia. Di Indonesia tanaman tersebut dikenal sebagai tanaman kelor dengan daun yang kecil-kecil.

Moringa oleifera:Kelor (Indonesia, Jawa, Sunda, Bali, Lampung), Kerol

(Buru); Marangghi (Madura), Moltong (Flores), Kelo (Gorontalo); Keloro (Bugis), Kawano (Sumba), Ongge (Bima); Hau fo (Timor).

Tanaman tersebut juga dikenal sebagai tanaman “drumstick” karena bentuk polong buahnya yang meman-jang meskipun ada juga yang menyebut sebagai “horse-radish” karena rasa akarnya menyerupai “radish”.

Kelor (moringa oliefera) termasuk jenis tumbuhan perdu yang dapat memiliki ketinggian batang 7 -11 me-ter. Di Jawa, Kelor sering dimanfaatkan sebagai tanaman pagar karena berkhasiat untuk obat-obatan. Pohon Kelor tidak terlalu besar. Batang kayunya getas (mudah patah) dan cabangnya jarang tetapi mempunyai akar yang kuat. Batang pokoknya berwarna kelabu. Daunnya berbentuk bulat telur dengan ukuran kecil-kecil bersusun majemuk dalam satu tangkai. Kelor dapat berkembang biak dengan baik pada daerah yang mempunyai ketinggian tanah 300-500 meter di atas permukaan laut. Bunganya berwarna putih kekuning kuningan dan tudung pelepah bunganya

berwarna hijau. Bunga kelor keluar sepan-jang tahun dengan aroma bau semerbak. Buah kelor berbentuk segi tiga memanjang

yang disebut klentang (Jawa). Buahnya pula berbentuk ka-cang panjang berwarna hijau dan keras serta berukuran 120 cm panjang. Sedang ge-tahnya yang telah berubah warna menjadi coklat disebut blendok (Jawa).

Budidaya tanaman Mo-ringa atau kelor memerlukan

Menjernihkan Air dengan Biji Daun Kelor

Hanya 1% yang merupakan air

yang bermanfaat karena dapat dipergunakan

sebagai air bersih.

Page 3: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

33

Edisi IV, 2010

pemeliharaan yang sangat minimal dan dapat tahan pada musim kering yang panjang. Cepat tumbuh sampai ke-tinggian 4-10 meter, berbunga, dan menghasilkan buah hanya dalam waktu 1 tahun sejak ditanam. Tanaman tersebut tumbuh cepat baik dari biji maupun dari stek, bahkan bila ia ditanam di lahan yang gersang yang tidak subur. Sehingga baik bila dikembangkan di lahan-lahan kritis yang mengalami musim kekeringan yang panjang.

Proses Penjernihan Biji kelor dibiarkan sampai matang atau tua di po-

hon dan baru dipanen setelah kering. Sayap bijinya yang ringan serta kulit bijinya mudah dipisahkan sehingga meninggalkan biji yang putih. Bila terlalu kering di pohon, polong biji akan pecah dan bijinya dapat melayang “ter-bang” ke mana-mana.

Biji tak berkulit tersebut kemudian dihancurkan dan ditumbuk sampai halus sehingga dapat dihasilkan bubuk biji Moringa. Jumlah bubuk biji moringa atau kelor yang diperlukan untuk pembersihan air bagi keperluan rumah tangga sangat tergantung pada seberapa jauh kotoran yang terdapat di dalamnya. Untuk menangani air seba-nyak 20 liter (1 jeriken), diperlukan jumlah bubuk biji kelor 2 gram atau kira-kira 2 sendok teh (5 ml).

Tambahkan sedikit air bersih ke dalam bubuk biji se-hingga menjadi pasta. Letakkan pasta tersebut ke dalam botol yang bersih dan tambahkan ke dalamnya satu cup (200 ml) lagi air bersih, lalu kocok selama lima menit hingga campur sempurna. Dengan cara tersebut, terjadi-lah proses aktivitasi senyawa kimia yang terdapat dalam bubuk biji kelor.

Saringlah larutan yang telah tercampur dengan koagu-

lan biji kelor tersebut melalui kain kasa dan filtratnya dimasukkan ke dalam air 20 liter (jeriken) yang telah disiapkan sebelumnya, dan kemudian diaduk secara pelan-pelan selama 10-15 menit. Selama pengadukan, butiran biji yang telah dilarutkan akan mengikat dan menggumpalkan partikel-partikel padatan dalam air beserta mikroba dan kuman-kuman penyakit yang ter-dapat di dalamnya sehingga membentuk gumpalan yang lebih besar yang akan mudah tenggelam mengendap ke dasar air. Setelah satu jam, air bersihnya dapat diisap keluar untuk keperluan keluar.

Proses pembersihan tersebut menurut hasil peneli-tian yang telah dilaporkan mampu memproduksi bakteri secara luar biasa, yaitu sebanyak 90-99,9% yang melekat pada partikel- partikel padat, sekaligus menjernihkan air, yang relatif aman (untuk kondisi serba keterbatasan) serta dapat digunakan sebagai air minum masyarakat setempat.

Namun demikian, beberapa mikroba patogen masih ada peluang tetap berada di dalam air yang tidak sem-pat terendapkan, khususnya bila air awalnya telah terce-

mar secara berat. Idealnya bagi kebutuhan air minum yang pantas, pemurnian lebih lanjut masih perlu dilaku-kan, baik dengan cara memasak atau dengan penyaringan dengan cara filtrasi pasir yang sederhana.

Manfaat Lain Daun kelor memanglah kecil, namun dalam satu tang-

kai biasanya daunnya berkelompok dan terlihat rimbun. Daun ini sudah lama dikenal nenek moyang kita. Orang Madura menyebutnya sebagai Maronggih, Di daerah Sunda dan Melayu ia disebut kelor, di Aceh ia disebut murong, orang Ternate mengenalnya sebagai kelo, di Sumba ia disebut kawona, sedangkan di ranah Minang ia dikenal dengan nama munggai.

Tumbuhan kelor ini berasa agak pahit, bersifat netral dan tentu saja tak beracun. Kulit akarnya mengandung minyak terbang. Biji tumbuhan kelor mengandung minyak ‘behen’, dan terdapat myrosine, emulsine, alkaloida pahit tak beracun, serta vitamin A, B1, B2 dan C pada sel-sel tertentu. Efek farmakologis yang dimiliki oleh kelor adalah anti-inflamasi, anti-piretik dan antiskorbut.

Daun Kelor pada umumnya dimanfaatkan sebagai sayuran. Di daerah Madura, biasa digunakan sebagai sayur berkuah sebagai teman makan siang, dikenal de-ngan nama Ghangan Maronggih (Sayur Kelor). Namun, selain dimanfaatkan untuk sayuran, akar, daun serta bijinya juga dapat dimanfaatkan untuk mengobati beberapa penyakit (eko/Lipi.go.id)

LIPI

Page 4: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

34

Setiap bentuk kehidupan di planet biru ini pasti membutuhkan air untuk bertahan hidup. Itulah alasan kita melihat lingkungan dunia

dalam mendorong individu untuk menyimpan setiap tetesan air, karena air yang turun mungkin berharga bagi seseorang yang sangat membutuhkannya. Karena banyaknya sumber air minum yang telah terkontaminasi, beberapa desainer sedang mencari cara untuk mengubah udara lembab yang bertujuan memuaskan rasa haus jutaaan orang. Berikut adalah beberapa perangkat terbaik yang dapet memanen air tawar dari udara tipis.

Max WaterSeorang penemu dari Australia telah

mengembangkan perangkat yang mampu menghasilkan air tanpa batas dari udara. Didukung oleh angin, perangkat akan menggunakan sumber yang sama untuk air juga. Dijuluki Max Air, menurut penemunya sistem ini akan menghasilkan sejumlah besar air dengan menggunakan udara yang memiliki kelembaban rendah. Perangkat persegi empat meter ini bisa mengekstrak rata-rata 7.500 liter air per hari.

WatermillDikembangkan oleh Element Four, Watermill

menghasilkan air yang kemudian difilter sehingga air yang keluar cocok untuk dikonsumsi. Perusahaan ini berjanji bahwa perangkat mereka akan mampu menghasilkan sekitar 3,2 galon air minum segar sehari dalam kondisi ideal yang seharusnya cukup untuk keluarga dengan 6 anggota didalamnya.

ErsaPara desainer Ersa industrial (Scott Norrie)

merancangnya sebagai sebuah sistem yang mandiri, produk berkelanjutan yang menggunakan energi matahari untuk membuat air dari udara. Desain juga menggunakan panel matahari untuk menjalankan perangkat genggam dan mengisi baterai kendaraan.

Mengubah

Udara Jadi Air

foto dan ill. RISTEK/BPPT

Inovasi

Page 5: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

35

Edisi IV, 2010

EcoloBlueThe EcoloBlue Atmospheric Air Generator (AWG)

menyediakan hingga 7 galon air bersih setiap hari, yang berasal dari udara di sekitar anda yang lembab. Perusahaan pengembang produk ini menyatakan bahwa alat ini bekerja dengan baik pada kelembaban 50 persen, tetapi juga dapat bekerja di tingkat kelembaban terendah 30 persen. Namun, jika udara lembab tidak cukup, Anda bisa menyambungkannya ke sumber air ledeng sehingga air minum anda masih disaring. EcoloBlue ini biaya operasional rata-rata hanya 20 sen USD untuk setiap galon air bersih.

DropNetDidesain mahasiswa Muthesius Academy Seni

Rupa dan Desain di Jerman, Imke Hoehler, telah menciptakan sebuah sistem yang menghasilkan air minum dari udara tipis dan kabut. Dijuluki DropNet, sistem pengumpulan air ini bisa menghasilkan hingga 20 liter air bersih setiap hari, dan sebuah susunan dari beberapa struktur yang bisa menyediakan air minum untuk seluruh desa.

Groasis WaterboxxDibuat oleh pengusaha asal Belanda Pieter Hoff,

Waterboxx Groasis ini dapat menghasilkan air tawar bahkan di tempat terkering di bumi. Terinspirasi oleh kotoran burung, perangkat meniru cara melindungi biji kotoran burung yang telah dicerna, memberikan kelembaban dan berlindung dari unsur-unsur sehingga

mereka dapat tumbuh 10-inci sampai dengan 20-inci yang mengelilingi tanaman yang masih muda dan pada malam hari sebuah piring isolasi memungkinkan untuk menghasilkan air melalui kondensasi.

Solar-Powered System to Generate Potable WaterRiset ilmuwan di Institut Fraunhofer for Interfacial

Engineering and Biotechnology IGB percaya bahwa pada kelembaban rata-rata 64 persen, satu meter kubik udara mengandung sekitar 11.5 ml air, yang jika diekstraksi dapat memecahkan masalah miliaran orang yang tinggal di daerah pedesaan. Sistem ini memanfaatkan air garam higroskopis untuk menyerap kelembaban. Udara dibuat mengalir ke unit menara, mengisap air dari udara, yang kemudian dimasukkan ke dalam tangki dimana terdapat vakum. Energi matahari kemudian memanaskan air dan mengubah menjadi uap, yang kemudian terkondensasi dan dikumpulkan.

Page 6: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

36

Kawasan Kumuh dan Miskin (Kumis) Pekojan, kecamatan Tambora, Jakarta Barat di kunjungi oleh 15 Jurnalis Asia Pasifik yang berasal dari

Papua Nugini, Jepang, Vietnam, Cina dan Australia. “Kami sangat terkesan dengan upaya pemerintah Indonesia menangani persoalan kemiskinan di pemukiman slum (kawasan kumuh). Ini dapat menjadi berita dan informasi menarik untuk kami bawa pulang sehingga persoalan kemiskinan dan buruknya sanitasi seperti ini dapat jadi pelajaran bagi kami,” ujar Mai Dwong wartawan Vietnam Television kepada Percik di Jakarta, Selasa (23/11).

Kunjungan 15 wartawan Asia Pasifik ini diterima oleh Direktur Pemukiman dan Perumahan Bappenas, Nugroho Tri Utomo, ditemani oleh Rewang Budiyana dari Direktorat Sumber Daya Air dan Teknologi Tepat Guna, Kementerian Dalam Negeri dan Handy B. Legowo mewakili Direktorat Penyehatan Lingkungan Kementerian Pekerjaan Umum.

Wartawan yang melakukan kunjungan melihat program Sanitasi dan Kesehatan Lingkungan tersebut

antara lain Karen Kissane (The Age Melboourne News), Michalel

Asagoni (NBC TV Papua New Guinea), Asukar Surbakti (SBS TV Australia), Dennus Atkins (The Courier Mail), Mai Dwong (Vietnam Television), Lina Nursanty (Harian Pikiran Rakyat), Nur Iskandar (Borneo Tribune), Zhu Ping (China Daily), Nigel Mc Garth (The Daily Yomiuri), Katherine Polh (ABC News Australia), Alex Kennedy (Asia Pacific Jaurnalism Center).

Dalam pertemuan dengan para wartawan mancanegara itu, Nugroho dengan jujur mengakui bahwa kondisi sanitasi dan kesehatan lingkungan di Indonesia masih rendah. “Sekitar 30 persen dari jumlah penduduk Indonesia buang air besar atau berak di kali, pematang sawah, pantai, waduk, dan alam terbuka lainnya,'' tuturnya.

Sanitasi di Indonesia belum bisa dibanggakan. Untuk cakupan layanan air limbah domestik sebesar 51,9 persen penduduk pada 2010, di kawasan Asia Indonesia cuma lebih baik dari Laos dan Timor Leste. Kondisi pengelolaan persampahan juga masih buram. Dari lebih 400 Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah yang ada, kurang dari 10 yang sudah ramah lingkungan - umumnya menggunakan sanitary landfill. Sisanya masih menggunakan pembuangan terbuka (open dumping).

15 Jurnalis Asia Pasifik Kunjungi Kampung Kumuh Tambora

ReportaseReportase

FOTO-FOTO POKJA

Page 7: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

37

Edisi IV, 2010

Padahal UU Nomor 18/2008 tentang Pengelolaan Sampah memandatkan batas waktu tahun 2013 untuk tidak lagi menggunakan sistem pembuangan terbuka ini. Untuk meningkatkan sistem drainase lingkungan juga masih perlu kerja keras. Masih 22.500 hektar kawasan strategis di 100 perkotaan yang sering tergenang bila hujan yang harus ditangani sampai 2014.

Kondisi di atas tidak lepas dari sejarah panjang rendahnya kesadaran kolektif akan pentingnya pembangunan sanitasi di negeri ini. Anggapan bahwa sanitasi adalah masalah pribadi - sehingga masyarakat pasti akan mencari jalan sendiri untuk memenuhi kebutuhannya - telah membuat perhatian pemerintah terhadap pembangunan sanitasi tidak sehebat sektor lainnya.

Menurut Nugroho, setiap hari sungai, danau, waduk, pantai, sawah, dan sungai di Indonesia kebanjiran 14.000 ton tinja manusia. Angka ini setara dengan 14.000 gajah. Padahal, gajah yang hidup di negeri ini tidak sebanyak itu. Saking banyaknya orang buang air besar sembarangan, kata dia, menimbulkan dampak buruk terhadap kondisi sanitasi lingkungan.''Kita sudah tidak sanggup lagi menangani masalah ini, karena sudah menyangkut sikap mental manusia yang sejak awal kurang sadar akan sanitasi sehat,'' katanya.

Salah satu dampak sanitasi buruk yang dihadapi sekarang adalah, 50 dari 1.000 bayi lahir tidak mencapai usia limja tahun. Ini disebabkan faktor dominan sanitasi yang sangat buruk. Tapi, menurut Nugroho,''kalau kita sadar membantu perbaikan sanitasi Rp 1, kita akan dapat manfaat Rp 11. Namun, kalau kita memperburuk sanitasi

lingkungan, kita harus mengeluarkan ongkos Rp 36.Ini salah satu contoh betapa buruknya sanitasi di

negeri ini. Buruknya sanitasi lingkungan, menurut dia, bukan disokong oleh limbah industri. Tapi, 80 persen justru disokong oleh limbah domestik. Termasuk buang air besar disembarang tempat, atau tidak dilakukan di WC (water closed) yang baik. Jadi, kebanyakan orang belum sadar akan krisis sanitasi.

Dikatakan juga oleh Nugroho, dampak buang air besar sembarangan juga menyebabkan 75 persen sungai-sungai yang melintas kota-kota di Indonesia tidak layak untuk air minum. Ini karena merupakan air limbah. Oleh karena itu, PDAM se-Indonesia harus kerja ekstra keras untuk mengolah air limbah menjadi air layak kunsumsi.

Atas dampak air sanitasi buruk tersebut, PDAM paling tidak harus mengeluarkan ongkos sekitar 15 sampai 30 persen lebih mahal -- jika dibandingkan dengan mengolah air yang terjaga sanitasinya. Kondisi sebagian kecil ini, menurut Nugroho, yang disebut krisis sanitasi. Baik sanitasi perorangan oleh limbah tinja manusia, persampahan, maupun selokan atau drainase. Hal ini banyak tidak disadari oleh sebagian besar pejabat pemerintah, swasta maupun masyarakat pada umumnya.

Yang lebih menyedihkan, hingga saat ini pemerintah terlalu sedikit mangalokasikan anggaran yang diperuntukan untuk perbaikan sanitasi. APBD I dan II hanya satu persen. APBD sekitar delapan permilnya. Jadi, perhatian terhadap sanitasi lingkungan masih sangat minim sekali. EKO

Page 8: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

38

Sekitar 228 peserta dan 128 diantaranya adalah pelajar Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) dari 32 provinsi mengikuti

Jambore Sanitasi 2010 yang digelar Kementerian Pekerjaan Umum melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya di Wisma Hijau Mekarsari, Cimanggis, Depok. Acara ini merupakan rangkaian kegiatan peringatan Hari Habitat Dunia Tahun 2010, yang berlangsung dari 12-16 Oktober 2010. Selain itu, turut hadir 40 orang Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) 3R (Reuse-Reduce-Recycle) dan 60 orang pendamping. Mereka akan mendapatkan pembekalan mengenai pentingnya menjaga sanitasi lingkungan. Pasalnya, buruknya kondisi sanitasi berpengaruh pada kualitas air.

“Kondisi sanitasi yang tidak memadai akan menyebabkan pencemaran dan berakibat buruknya kualitas air. Ini yang menyebabkan berbagai penyakit seperti kolera, diare, disentri dan penyakit berbahaya lainnya,” kata Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, kepada wartawan usai acara pembukaan Jambore Sanitasi 2010 di Depok, Selasa (12/10). Acara

dihadiri oleh sejumlah ibu menteri yang tergabung dalam Solidaritas

Istri Kabinet Bersatu (SIKIB).Diungkapkan Djoko, masalah sanitasi tidak dapat

dilakukan oleh pemerintah saja. Untuk itu, melalui Jambore Sanitasi yang didukung peran aktif masyarakat diharap dapat mewujudkan sanitasi yang layak guna meningkatkan tingkat kesehatan masyarakat. “Tujuan jambore ini untuk meningkatkan kepedulian terhadap pentingnya sanitasi,” tandasnya.

Menurut Djoko, anak-anak yang ikut jambore nantinya akan menjadi duta di tiap daerah. Selain itu, lanjut dia, anak-anak memiliki semangat tinggi dalam menyerap pengetahuan dan ide baru. Nantinya, duta-duta tersebut akan memberikan pengaruh kepada lingkungan sekitar.

“Mereka nantinya akan menjadi ikon di tiap daerah dan akan mendampingi kepala daerah untuk berkampanye dalam rangka peningkatan sanitasi. Anak-anak dari 33 provinsi yang menjadi duta sanitasi masyarakat ini diterima Presiden, Kamis (14/10),” tambah Djoko.

Pada kesempatan tersebut, Menteri PU mengungkapkan bahwa masalah sanitasi merupakan masalah yang sangat serius. Karena dari 100.000

FOTO-FOTO: POKJA

Reportase

Page 9: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

39

Edisi IV, 2010

kematian balita setiap tahun, 30 % diantaranya disebabkan oleh diare akibat buruknya sanitasi. Jambore Sanitasi Nasional adalah puncak dari rangkaian kampanye Tahun Sanitasi Internasional 2010 yang telah ditetapkan oleh Majelis Perserikatan Bangsa-bangsa. Sanitasi adalah kunci keberlangsungan hidup dan pertumbuhan anak di negara- sedang berkembang. Hingga saat ini, di seluruh negara tersebut sebagian besar rakyatnya belum menikmati sanitasi yang layak.

Menurut Ibu Agung Laksono, dengan adanya Jambore Sanitasi Nasional ini, anak-anak bisa menyampaikan pesan sanitasi dengan cara yang sangat sederhana. Anak adalah titik sentral komunikasi dan unsur masa depan bangsa yang menerima dampak dari baik dan buruknya sanitasi.

”Jambore ini akan memberikan pelajaran baru untuk anak-anak bagaimana mendalami tentang sanitasi. Kegiatan ini akan memicu keinginan kita dan masyarakat untuk memperbaiki lingkungan lebih baik lagi,” ujarnya. Menurutnya jambore ini merupakan bagian dari kampanye untuk meningkatkan kehidupan sanitasi sebagai unsur penting dalam kelangsungan hidup anak-anak.

Dalam kesempatan sore itu, ibu Lies Djoko Kirmanto berharap anak-anak peserta nantinya bisa mengubah paradigma atau perilaku sehari-hari sejak dini. Misalnya, dengan membuang sampah pada tempatnya. Karena itu

ia menyambut baik inisiatif Ditjen Cipta Karya untuk membangun kesadaran terhadap pentingnya sanitasi sebab pemahaman sanitasi terhadap seluruh lapisan masyarakat akan sama dengan pemahaman ’4 sehat 5 sempurna’.

Para peserta Jambore Sanitasi adalah pelajar pemenang Lomba Karya Tulis dan Poster bidang sanitasi. Selain mereka, 40 orang dari Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) 3R (reuse-reduce-recycle) juga berpartisipasi dalam ajang yang pertama kali dihelat 2008 lalu.

Ajang ini juga merupakan kampanye nasional dengan menjadikan anak sebagai titik sentral. Para peserta Jambore Sanitasi 2010 diharapkan dapat menyampaikan pesan sanitasi kepada masyarakat serta menjadi generasi penerus yang peduli sanitasi.

“Anak biasanya memiliki semangat tinggi dalam me-nyerap pengetahuan dan ide baru. Mereka dapat menjadi contoh sekaligus memberi pengaruh kepada keluarga, teman dan lingkungannya,” imbuh Djoko. Eko

FOTO-FOTO: POKJA

Page 10: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

40

Young people are not only the leaders of tomorrow; they can play a leading role in the development of their communities today. Let us hope that their good works today blossom into lifelong commitments that will benefit all the world’s people”. (Kofi Annan).

Forum Kaum Muda Perkotaan atau Youth Urban Forum (YUF) Indonesia yang terdiri dari para mahasiswa yang peduli akan perkotaan telah

diinisiasi pada bulan Juni 2010, bertepatan dengan kegiatan APMCHUD (Asia Pacific Ministerial Conference on Housing and Urban Development) ke-3 di Solo, Jawa Tengah. Empat bulan kemudian, dalam rangka memperingati Hari Habitat Dunia 2010, para kaum muda yang tergabung dalam YUF Indonesia tersebut kembali berkumpul untuk tindak lanjut yang lebih konkret. Pertemuan ini berlangsung selama dua hari yaitu pada 8-9 November 2010 dan mengambil tempat di ITS (Institut Teknologi 10 Nopember) Surabaya.

Pemilihan kota Surabaya sebagai lokasi penyelenggaraan YUF bukan tanpa alasan. Kota Surabaya memiliki beberapa praktek yang baik dalam bidang penanganan masalah-masalah permukiman dan perkotaan yang telah dilakukan sejak jauh hari dengan adanya Kampong Improvement Program (KIP). Selain itu, ITS yang menjadi lokasi penyelenggaraan juga telah melahirkan Johan Silas, salah satu pakar terbaik tentang kota dan permukiman di Indonesia. Kegiatan YUF yang berlangsung pada awal November tersebut pun juga kental dengan nuansa jiwa patriotik memperingati Hari Pahlawan yang selaras dengan semangat dan gairah para pemuda.

Pertemuan YUF pada hari pertama dibuka secara resmi oleh Ketua Tim Pelaksana Peringatan Hari Habitat Dunia 2010, Oswar Mungkasa. Dalam sambutannya, Oswar Mungkasa menyampaikan harapannya agar YUF dapat menjadi wadah yang cerdas bagi para pemuda dalam membahas peran-peran yang dapat dijalankan oleh

mereka terkait persoalan perkotaan.Setelah secara resmi

dibuka, acara dilanjutkan dengan sesi kuliah umum yang dipresentasikan oleh Ibu Tri Rismaharini, Walikota Surabaya. Dalam kuliah umum yang dihadiri sekitar 300 mahasiswa ini, Risma menceritakan tentang kondisi kota Surabaya serta penjelasan tentang rencana penataaan ruang Kota Surabaya yang ramah terhadap lingkungan di sekitarnya. Contoh yang disampaikan oleh Risma antara lain adalah mengenai penanaman bakau untuk konservasi alam, penanganan limbah dan polusi serta pembangunan taman di daerah padat polusi dan di tepi sungai. Risma yang tak sungkan menyebut dirinya dengan istilah “Wagiman” atau Walikota Gila Taman ini berharap adanya peran dari seluruh lapisan masyarakat dalam mendukung terciptanya kota yang ramah terhadap lingkungan.

Acara YUF kemudian dilanjutkan dengan kuliah umum dari Menteri Negara Perumahan Rakyat, Suharso Monoarfa tentang Penyediaan Perumahan Bagi Angkatan

Youth Urban ForumKeterlibatan Kaum Muda dalam Pembangunan Perkotaan

Reportase

Page 11: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

41

Edisi IV, 2010

Kerja Pertama. Dalam paparannya, Monoarfa menitik beratkan pada pilihan akan rumah susun yang lebih hemat dan efisien. Pada kesempatan ini, Monoarfa juga menyampaikan harapannya agar keberadaan Youth Urban Forum (YUF) Indonesia tidak hanya berhenti sebatas pada forum perkumpulan dan komunikasi saja, namun bisa menjadi lebih optimal dalam membantu pemerintah menampung aspirasi rakyat dan juga dalam menyelesaikan permasalahan perkotaan dan pemukiman. Tak lupa, Menteri Negara Perumahan Rakyat ini juga mengingatkan kepada universitas untuk dapat take a role, take a lead dalam pengembangan perumahan dan perkotaan.

Kegiatan YUF kemudian dilanjutkan dengan kun-jungan ke kampung Tempe di Sukomanunggal, Surabaya Barat. Dalam kunjungan tersebut Menteri Negara Peru-mahan Rakyat, Suharso Monoarfa mengunjungi tiga titik yang menjadi lokasi produksi tempe. Warga di kampung ini mengungkapkan berbagai kendala yang mereka ha-dapi seperti mi salnya drainase yang kurang baik sehingga menimbulkan banjir. Selain itu warga juga menunjukkan lokasi produksi tempe yang sudah mulai menggunakan IPAL untuk mengolah limbah hasil dari proses pembua-tan tempe tersebut.

Selepas acara kunjungan lapangan, para peserta

YUF yang berasal antara lain dari ITS Surabaya, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Universitas Brawijaya Malang, Universitas Airlangga Surabaya, dan Universitas Muhamadiyah Surakarta kembali berkumpul di ITS. Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi tentang Semangat YUF Indonesia yang disampaikan oleh Staf Khusus Kementerian Perumahan Rakyat, Kemal Taruc dan Koordinator YUF Aris Rizky Kurniawan. Dalam sesi ini

disampaikan tentang keterlibatan pemuda dalam skenario pembangunan dan upaya mahasiswa dalam membantu mengatasi permasalahan perkotaan dan permukiman. Melalui penyampaian materi Semangat YUF Indonesia harapannya merupakan awal yang baik untuk mengawali langkah dalam upaya mengatasi permasalahan perkotaan dan pemukiman yang sekarang ini sedang terjadi.

Diskusi Empat BidangMenjelang petang di hari pertama kegiatan YUF,

terdapat satu sesi diskusi yang bertemakan Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk Permukiman dan Perkembangan Perkotaan. Presentasi pertama diisi oleh John Taylor dan Ahmad Rifai dari Solo Kota Kita yang melakukan pemetaan kota Solo. Pemetaan tersebut juga melibatkan sukarelawan dari para mahasiswa termasuk Bima, mahasiswa UNS yang diminta John untuk turut menyampaikan pengalamannya terlibat dalam Solo Kota Kita. John Taylor dalam presentasinya juga mengingatkan bahwa kaum muda yang penuh ide dan inovasi baru bertugas dan bertanggung jawab tentang pembangunan kota di masa depan. Pada presentasi yang kedua, Prof. Bangun Mulyo dari Geomatika ITS menekankan pada 4 hal yaitu ruang, permukiman, bencana, dan peradaban. Meski telah ada kemajuan teknologi, termasuk kemajuan dalam GIS sebagai alat, kaum muda diminta untuk tidak melupakan filososfi lokal.

Keesokan harinya, diskusi pertama menghadirkan pembicara Retno Hastijanti dari Universitas 17 Agustus Surabaya yang mengangkat topik mengenai ruang-ruang konflik pada permukiman kota dan Dra. Yuningtyas dari Universitas Atma Jaya Yogyakarta yang membahas mengenai peningkatan kawasan kumuh melalui pemberdayaan masyarakat.

Pada sesi berikutnya, mantan Program Manager untuk UN Habitat Indonesia, Dodo Juliman dan Ketua Jurusan Arsitektur

YUF Indonesia merupakan

awal yang baik untuk mengawali

langkah dalam upaya mengatasi

permasalahan perkotaan dan

pemukiman.

HARSYA PAMBUDI

Page 12: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

42

ITS, Purwanita Setijanti memberikan paparan mengenai keswadayaan berkelanjutan. Dalam paparannya, Dodo Juliman menekankan pada pengelolaan keragaman sosial dan kolaborasi, sementara itu Purwanita Setijanti menggaris bawahi ada 5 modal dasar unutk menuju keswadayaan berkelanjutan yaitu human capital, natural capital, financial capital, social capital, dan physical capital.

Sesi berikutnya menghadirkan Dr. Rachmah Ida dari Universitas Airlangga yang mengangkat tentang permukiman dan pengembangan perkotaan dalam perspektif sosial budaya dan integrasi disiplin ilmu. Sosiolog muda Pramudina Anggraini atau yang lebih akrab disapa dengan Anggi Arifin kemudian memberikan paparan mengenai penelitian untuk pembangunan kota. Dalam paparannya Anggi menekankan konsep menjadi mengerti atau mindfulness dalam melakukan penelitian. Anggi juga menambahkan bahwa penelitian perlu target

yang jelas agar berkualitas.

Tindak lanjut YUF IndonesiaPada hari kedua pasca diskusi 4 bidang tersebut, para

pemuda peserta YUF berdiskusi mencoba memperjelas posisi YUF Indonesia dan peran apa yang mungkin dapat melibatkan kaum muda. Pertemuan ini memang dilaksanakan untuk kembali mengingatkan komitmen bersama pentingnya keterlibatan kaum muda dalam pembangunan perkotaan.

Dalam sela-sela diskusi tersebut, Ketua Harian Seknas Habitat, Lana Winayanti menyampaikan mengenai kerangka kategori program kaum muda yang terbagi dalam 5 hal, selain itu Lana Winayanti juga menyampaikan harapannya agar YUF tetap bisa berkontribusi dengan baik dan tetap bisa diterima oleh masyarakat.

Permasalahan yang ada di kampung Tempe yang sudah dikunjungi di hari pertama menjadi perhatian utama teman-teman dari YUF. Sebagai langkah awal, YUF sepakat untuk melakukan suatu aksi nyata untuk perumahan dan perkotaan yang akan diawali dari kampung Tempe tersebut. Diskusi ini kemudian ditutup oleh Kemal Taruc dan Prof. Bangun Mulyo sekaligus menutup kegiatan YUF yang sudah berlangsung selama dua hari. Kegiatan YUF yang menjadi penutup peringatan Hari Habitat Dunia 2010 ini diharapkan akan dapat menjadi penggerak untuk membawa masa depan perkotaan Indonesia ke arah yang lebih baik.

Kerangka Kategori Program Kaum MudaTentang kaum muda (about)

Data, info dan riset ten-tang status dan persepsi kaum muda

Basis data, pemetaan masalah, bench marking

Untuk kaum Muda (for)

Kegiatan yang mening-katan kesehatan, kondisi ekonomi dan pendidikan

Pelatihan, peningkatan ketrampilan

Pemberdayaan kaum muda (empowering)

Kegiatan yang mening-katkan pemahaman kaum muda akan pen tingnya perubahan dan mening-katkan kemampuan untuk mempenga ruhi masa depan mereka

Pertukaran mahasiswa, konferensi, forum

Oleh kaum muda (youth-led development)

Kegiatan yang didesain dan diimplementasi kaum muda untuk me ningkatkan kehidupan dan keberlan-jutan komunitas

Mikro kredit, koperasi, tim perubahan iklim, advokasi

Bersama kaum muda (with)

Kegiatan dimana kaum muda merupakan mitra kerja setara dengan kelu-arga dewasa

Pelayanan jasa oleh kaum muda

HARSYA PAMBUDI

Reportase

Page 13: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

43

Edisi IV, 2010

Jas Merah, jangan sekali-kali meninggalkan sejarahBung Karno

Tidak ada peradaban tanpa buku

Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, perin-gatan puncak Hari Habitat Dunia tahun 2010 ditandai dengan kegiatan peluncuran buku. Buku

yang diluncurkan terdiri dari dua buah yaitu buku ‘Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900 – 2000’ karya Ark. Djau-hari, Cor Passchier dan Bambang Eryudhawan serta buku ‘Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman’ karya Tjuk Kuswartojo dengan tujuan untuk meningkatkan pengetahuan atas permukiman sebagai dasar menuju kota yang lebih baik.

Ketua Tim Pelaksana Peringatan Hari Habitat Dunia 2010, Oswar Mungkasa menjelaskan, adanya peluncuran buku dalam peringatan HHD 2010 ini diharapkan da-pat lebih bermanfaat serta berdampak jangka panjang khususnya dalam penanganan masalah perumahan dan permukiman. Selain itu, terbitnya buku ini merupakan awal bersama dalam mengatasi kelemahan terbesar kita dalam hal pendokumentasian proses dan hasil pemba-ngunan perumahan dan permukiman.

Kegiatan peluncuran kedua buku ini diadakan di

Auditorium Bina Karna, Komplek Bidakara, Jakarta pada 18 Oktober 2010. Kegiatan peluncuran diawali dengan sambutan dari Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Perumahan Rakyat. Dalam sambutannya Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto menyampaikan du-kungannya atas seruan Sekjen PBB mengenai peningka-tan pelayanan infrastruktur perkotaan. “Pada tahun 2010 penduduk perkotaan di Indonesia mencapai 54%. Diper-kirakan pada tahun 2025 mencapai 68%. Hal tersebut menyebabkan semakin banyak penduduk bermukim di perkotaan dan terkonsentrasi di Pulau Jawa” ujarnya.

Sementara itu, Menteri Negara Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa menyatakan tentang konsep “Balanced Urban Development” atau keseimbangan pengembangan kota sebagai solusi permasalahan perumahan dan per-mukiman. Intinya pembangunan seharusnya melibatkan masyarakat. Monoarfa menegaskan bahwa jangan sampai pengembangan perumahan dan permukiman justru ke-mudian menimbulkan wilayah kumuh yang baru. Selepas memberikan sambutan, Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Perumahan Rakyat kemudian meluncurkan buku secara resmi dengan menerima penyerahan buku dari Tjuk Kuswartojo, pengarang “Mengusik Tata Penye-lenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman” dan ke-mudian dilanjutkan dengan penyerahan buku “Kilas Ba-

Peluncuran dan Bedah Buku dalam Rangka Acara Puncak Hari Habitat Dunia 2010

‘Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900 – 2000’ dan ‘Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman’

KEMENPERA

Page 14: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

44

lik Perumahan Rakyat 1900 – 2000” kepada para stake-holder yang terdiri dari pelaku pembangunan, akademisi, LSM, media serta sesepuh. Menteri Perumahan Rakyat juga kemudian meninjau pameran yang memuat intisari dari kedua buku dan bertempat di lokasi yang sama.

Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900 – 2000Bedah Buku yang pertama membahas buku ‘Kilas

Balik Perumahan Rakyat 1900 – 2000’. Hadir sebagai penyaji adalah penulis buku yaitu Bambang Eryudhawan dan Ark Djauhari Sumintardja dengan pembahas adalah Prof. Sandi Siregar dari Universitas Katolik Parahyangan dan Dr. Ing. Jo Santoso dari Universitas Tarumanegara. Bedah buku sesi pertama ini dimoderatori oleh Dr. Eko D. Heripoerwanto, Asisten Deputi Prasarana, Sarana dan Utilitas pada Deputi Perumahan Formal, Kementerian Perumahan Rakyat.

Buku Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900 – 2000 ini merupa-kan karya tim penulis yaitu Ark Djauhari, Bambang Eryudhawan dan Cor Passchier dan membahas perumahan di beberapa periode dalam abad ke-20 di Indonesia. Buku ini terdiri dari tiga bagian dengan bagian pertama disusun oleh Cor Passchier yang fokus pada usaha Pe-merintah Belanda dalam mengatasi masalah perumah-an rakyat. Bagian kedua yang disusun oleh Bambang Eryudhawan hadir dalam bentuk antologi yang secara kronologis menampilkan tulisan-tulisan terpilih tentang dinamika sejarah perumahan rakyat di Indonesia. Pada bagian terakhir yang ditulis oleh Ark Djauhari, disampai-kan penelusuran perkembangan perumahan rakyat pada akhir kemerdekaan hingga akhir abad 20.

Prof. Sandi Siregar sebagai pembahas menuturkan bahwa meski buku ini masih perlu penyempurnaan dan koreksi terutama dalam penyelarasan antarbab, pada dasarnya buku ini baik untuk dibaca seluruh kalangan, tidak terbatas pada para pemangku kepentingan di bi-dang perumahan saja, tapi bisa menjadi referensi bagi berbagai kalangan. Sementara itu, Jo Santoso memberi-kan kritik mengenai perlunya penjelasan dan penegasan mengenai rentang waktu dalam penjabaran buku ini. Dalam sesi tanya jawab, para hadirin secara garis besar mengapresiasi kehadiran buku ini, namun terdapat ba-

nyak masukan terkait substansi yang belum dicatat dalam buku ini seperti kiprah Perum

Perumnas ataupun ten-

tang kelembagaan perumahan yang dapat lebih menyem-purnakan buku ini.

Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan PemukimanSesi kedua Bedah Buku kemudian membahas buku

‘‘Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman” yang ditulis oleh Kuswartojo Budiharjo atau yang lebih dikenal dengan sebutan Tjuk Kuswartojo dan merupakan dosen arsitektur di ITB. Bedah buku sesi ini menghadirkan pembahas yaitu Prof. Bakti Setiawan dari UGM dan Drs. Andrinof Chaniago M.Si dari UI dengan Hetifah Sjaifudian MPP, PhD yang juga merupakan ang-

gota DPR RI Komisi X hadir sebagai moderator.

Buku Mengusik Tata Penye-lenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman terdiri dari 2 jilid yang dikemas dalam 1 ko-tak. Jilid I dari buku ini mem-bahas tentang Pembangunan dan Lingkungan Hidup dan Jilid II adalah tentang Perumah-an dan Permukiman. Dalam sesi bedah buku yang diselenggara-kan tanggal 18 Oktober 2010

tersebut, secara khusus para pembahas mengulas bagian Jilid II yang berisi tulisan-tulisan terkait peran pemerin-tah sebagai unsur penting penyelenggaraan dan pengelo-laan lingkungan hidup, perkotaan dan permukiman.

Buku yang merupakan kumpulan tulisan Tjuk Kuswartojo dalam kurun waktu sejak tahun 1980-an sampai dengan awal abad 21 ini dianggap oleh Prof. Bakti Setiawan atau yang lebih akrab dengan sebutan Bobi ini sebagai bukti konsistensi sikap Tjuk Kuswartojo sejak dulu dan memiliki makna positif untuk menambah pemikiran dalam penyelenggaraan perumahan dan permukiman. Sementara itu, Andrinof Chaniago menuturkan bahwa buku ini adalah intisari pemikiran Tjuk Kuswartojo yang masih sangat relevan hingga saat ini dan sangat penting untuk diketahui tak hanya oleh stakeholder perumahan namun juga khalayak luas karena sifatnya yang interdisiplin.

Dalam sesi tanya jawab, para hadirin memberikan apresiasi atas kehadiran buku ini. Buku ini dirasa te-pat untuk dialamatkan kepada lembaga pemerintah atau pemangku kepentingan di bidang perumahan dan permukim an. Bahkan terdapat masukan agar buku ini tak hanya berhenti sampai dengan tataran “mengusik” namun dapat hingga tataran “ menggugat”.

Artikel Terkait AMPLDalam buku Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman, beberapa artikel terkait langsung den-gan pembangunan AMPL. Hal ini menjadi lumrah mempertim-bangkan perumahan dan permukiman menjadi satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Seperti misalnya tulisan ‘Pemban-gunan Bertumpu pada Komunitas’ yang banyak membicarakan keterlibatan masyarakat dalam proses pembangunan. Terkait penanganan permukiman kumuh, misalnya tulisan ‘Penataan Permukiman Kumuh di kota Bandung’. Sementara tentang banjir juga dibahas dalam ‘Banjir, Permukiman Marjinal, dan Penataan Ruang’ (OM)

Reportase

Page 15: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

45

Edisi IV, 2010

Dalam mewujudkan koordinasi yang berdaya guna dalam perencanaan dan evaluasi program kerjasa-ma RI – Unicef, diperlukan serangkaian kegiatan

yang dikhususkan untuk membicarakan seluruh perkem-bangan dan isu-isu strategis yang berkembang diseluruh lokasi kabupaten yang melaksanakan program WES untuk dipertemukan dalam satu wadah atau forum, juga bersama-sama dengan Pokja AMPL Nasional untuk melakukan berbagi pencapaian dan permasalahan yang muncul selama pelaksanaan Program WES di daerahnya masing-masing.

Bertempat di Lombok Raya Hotel – Mataram, pada tanggal 30 November – 2 Desember 2010 telah diseleng-garakan Rapat Koordinasi Nasional Program WES Unicef 2010 yang mengusung tema “Pemerintah dan Masyarakat Bersama Melakukan Perubahan”.

Dalam sambutannya H. Ahyar Abduh (Walikota Ma-taram) mengungkapkan bahwa dengan adanya kerjasama yang strategis antara Unicef dengan Pemerintah Kota Mataram telah menjadi salah satu penunjang pelaksanaan tiga program unggulan yang manfaatnya benar-benar dirasakan oleh masyarakat Kota Mataram, diantaranya meningkatnya derajat kesehatan masyarakat, mening-katnya pendapatan masyarakat melalui usaha produksi kompos dan kebun bibit/sayuran, dan dalam bidang peningkatan kualitas dan kuantitas sarana dan prasarana perkotaan telah terbangun sarana air minum, sarana pe-nyehatan lingkungan, serta sarana pengolahan sampah.

Program WES-Unicef merupakan satu dari delapan

program yang ada di bawah payung Kerjasama RI – Uni-cef Tahun 2006-2010. Program ini didukung oleh Peme-rintah Swedia dan Belanda dengan dana sebesar USD 23 juta. Program WES sebagai salah satu program AMPL-BM turut berkontribusi terhadap pencapaian target pembangunan air minum dan sanitasi melalui pengem-bangan model pendekatan penyediaan air minum dan sanitasi berbasis masyarakat yang efektif dan efisien, yang diharapkan kemudian dapat diadopsi dan dikembangkan sendiri oleh Pemerintah Daerah. Program WES-Unicef dilaksanakan di 6 provinsi, 25 kabupaten dan 5 kota di Indonesia Bagian Timur.

Rakornas program WES pada dasarnya merupa-kan koordinasi tingkat nasional yang ditujukan untuk mensinergikan pelaksanaan program WES, mulai tingkat pusat sampai daerah, mengidentifikasikan dan mengem-bangkan alternatif solusi bagi isu dan permasalahan strategis yang muncul selama pelaksanaan program, serta berbagi pengalaman, pembelajaran, inovasi dan praktik terbaik diantara sesama pelaku program.

Acara Rapat Koordinasi Nasional ini dihadiri oleh Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, Lembaga Donor, dan Mitra. Beberapa paparan terkait praktik unggulan disampaikan oleh 6 Kabupaten/Kota terpilih. Selanjutnya diharapkan melalui Rakornas ini akan dihasilkan rencana kerja yang sinergis antara pelaku di tingkat nasional, provinsi dan kabupaten, serta strategi pelaksanaan Pro-gram WES periode 2011 – 2015 yang lebih baik. (dw)

Rapat Koordinasi Nasional Program

Water and Environmental Sanitation(WES) UNICEF 2010

POKJA

Page 16: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

46

Reportase

Pembangunan air minum dan penyehatan lingkungan tidak hanya terkait pada satu bidang tertentu tetapi merupakan suatu kesatuan dari

beberapa aspek, yaitu aspek teknis, kelembagaan, pembiayaan, sosial dan lingkungan hidup. Berdasarkan pemahaman itulah, guna meningkatkan koordinasi dalam pengembangan aspek-aspek tersebut maka dibentuk Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan (Pokja AMPL), yang terdiri dari kementerian-kementerian yang memiliki tupoksi terkait, yaitu Kementerian Dalam Negeri (Ditjen Bina Bangda dan Ditjen PMD), Kementerian Kesehatan (Ditjen PPPL), Kementerian Pekerjaan Umum (Ditjen Cipta Karya), Kementerian Keuangan (Ditjen Anggaran) dan Kementerian Lingkungan Hidup serta dikoordinasikan oleh Bappenas.

Dengan demikian diperlukan suatu evaluasi terhadap keberjalanan kegiatan tahun 2010 yang dilaksanakan oleh Kelompok Kerja Nasional Air Minum dan Penyehatan Lingkungan beserta tindak lanjutnya. Untuk merealisasikannya maka di selenggarakanlah Pertemuan

Evaluasi dan Perencanaan Pembangunan AMPL Tahun 2010-2011, yang diadakan di Hotel Inna Kuta Bali pada tanggal 14-16 November 2010.

Pertemuan Evaluasi dan Perencanaan ini bertujuan untuk:

• Mengevaluasi kegiatan tahun 2010 yang telah dilaksanakan dan menyusun rencana tindak lanjut kegiatan yang belum dilaksanakan oleh masing-masing Kementerian anggota Pokja AMPL.

• Konsolidasi program antarinstansi dengan mitra kerja lainnya (donor, proyek, dan lain-lain).

• Pembahasan Rencana Kegiatan dan Penganggaran Pokja AMPL tahun 2011.

Acara dibuka oleh Maraita Listiasari dari Bappenas, mewakili Direktur Permukiman dan Perumahan Bappenas yang batal hadir dalam pertemuan dihari pertama tersebut. Peserta yang hadir terdiri dari perwakilan direktorat terkait AMPL dari Bappenas, Kementerian PU, Kementerian Kesehatan, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, WASPOLA Facility, TSSM, PPSP, WASAP-E, WES-UNICEF, Plan, Simavi, Pamsimas, ProAir STBM, Sekretariat WES-UNICEF dan Sekretariat Pokja AMPL. (MCH)

Pertemuan Evaluasi dan Perencanaan Pembangunan

AMPL Tahun 2010-2011

FOTO-FOTO: POKJA

Page 17: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

47

Edisi IV, 2010

Air minum dan sanitasi memiliki pengaruh besar terhadap pengurangan angka kemiskinan, berkurangnya angka kematian anak, penghematan

terhadap anggaran negara dan peningkatan produktifitas perempuan. Untuk itu Pemerintah Prov.Banten mengadopsi program AMPL sejak Tahun 2002 dan terbentuk Pokja AMPL Provinsi pada tahun 2004. Dalam rangka mendukung pencapaian RPJMN 2010-2014 dan target MDGs 2015, maka pada tanggal 18-20 November 2010 Pokja AMPL Provinsi Banten bekerjasama dengan Waspola Facility, melaksanakan “Lokakarya Sinergi Pembangunan AMPL Provinsi Banten” bertempat di Hotel Jayakarta-Anyer.

Pembangunan AMPL di Provinsi Banten perlu memberikan perhatian lebih kepada wilayah yang cakupan pelayanan air minum dan sanitasinya masih rendah, wilayah yang secara geografis rawan bencana alam (kekeringan, banjir), ataupun wilayah yang secara sosial rawan KLB (diare, polio) karena pola hidup masyarakat yang buruk (daerah terisolir, lingkungan kumuh perkotaan dan perdesaan).

Melalui proses partisipatif, lokakarya ini dilaksanakan untuk menghasilkan output sebagai berikut:

1. Rancangan strategi pengorganisasian Pokja dan peran aktifnya dalam pembangunan AMPL di prov. Banten.

2. Peningkatan pemahaman terhadap kebijakan nasional AMPL dan implementasinya di daerah.

3. Terbangun mekanisme alur koordinasi dan komunikasi antara Pokja AMPL Provinsi dan Pokja AMPL Kabupaten/Kota

Beberapa kesimpulan terkait permasalahan pembangunan AMPL di daerah serta di Provinsi Banten diantaranya: belum semua daerah memiliki kelembagaan yang mengurus air/air minum, alokasi/dukungan anggaran untuk kegiatan AMPL masih rendah, rotasi jabatan yang bisa mempengaruhi kinerja AMPL,

rendahnya pemahaman masyarakat akan pentingnya PHBS, serta rendahnya kegiatan pemberdayaan masyarakat. Sementara potensi pendukung pembangunan AMPL diantaranya: adanya DAK Air Bersih dan DAK Sanitasi, sumber air permukaan tersedia/cukup, cakupan pelayanan PDAM yang masih bisa ditingkatkan, potensi

pemberdayaan masyarakat, pelibatan swasta dalam CSR, serta dukungan proyek sanitasi lainnya.

Pada tahun 2009, rata-rata cakupan pelayanan air bersih di Provinsi Banten sebesar 69.48%, sementara untuk sanitasi sebesar 57.99%. untuk mendukung pembangunan sektor AMPL di Provinsi Banten, telah dilaksanakan beberapa kegiatan diantaranya dengan dukungan

DAK (Dana Alokasi Khusus) Sanitasi dan DAK Air Minum. Selain dukungan DAK, terdapat juga kegiatan Pamsimas yang dilaksanakan di 2 Kabupaten yaitu Kab.Lebak dan Kab.Serang, dimana masing-masing diadakan di 12 desa regular.

Beberapa tantangan dalam penyediaan air minum di Prov. Banten, yaitu:

• Keterbatasan air baku• Desentralisasi, dengan pendirian PDAM baru

yang dapat meningkatkan konflik dan menurunnya coverage service.

• Kompetensi Sumber Daya Manusia• Investasi yang besarKegiatan lain yang dilaksanakan di Provinsi Banten

yang berkaitan dengan pembangunan AMPL adalah program PPSP (Percepatan Pembangunan Sanitasi Permukiman). Pelaksanaan PPSP di Provinsi Banten pada tahun 2010 diantaranya dengan melakukan pendampingan dalam penyusunan SSK di Kab. Serang, serta penjaringan minat kota/kab untuk sasaran tahun 2011, yaitu: Kab. Pandeglang, Kota Tangerang Selatan dan Kota Serang. Kabupaten/kota tersebut harus memiliki komitmen dalam menyiapkan pokja (Pokja AMPL), dana operasional pokja, dana studi pendukung. (AWI)

Lokakarya Sinergi Pembangunan

AMPL Provinsi Banten

POKJA

Page 18: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

48

Oleh Arifin DananjayaDosen Fakultas Tehnik 10 November Surabaya

Indonesia merupakan negara dengan sistem sanitasi (pengelolaan air limbah domestic) terburuk ketiga di Asia Tenggara setelah Laos dan Myanmar. Menurut data Status Lingkungan Hidup Indonesia tahun 2005, tidak kurang dari 400.000 m3 / hari limbah rumah

tangga dibuang langsung ke sungai dan tanah, tanpa melalui pengolahan terlebih dahulu. 61,5 % dari jumlah tersebut terdapat di Pulau Jawa. Pembuangan akhir limbah tinja umumnya dibuang menggunakan beberapa cara antara lain dengan menggunakan septic tank, dibuang langsung ke sungai atau danau, dibuang ke tanah , dan ada juga yang dibuang ke kolam atau pantai.

Di beberapa daerah pedesaan di Indonesia, masih banyak dijumpai masyarakat yang berada di bawah garis kemiskinan dengan sanitasi yang sangat minim. Masih sering dijumpai sebagian masyarakat yang membuang hajatnya di sungai karena tidak mempunyai saluran pembuangan khusus untuk pembuangan air limbah rumah tangga maupun air buangan dari kamar mandi. Bahkan terkadang masih dijumpai masyarakat yang membuang hajatnya di pekarangan rumahnya masing-masing. Hal ini terjadi selain disebabkan karena factor ekonomi, faktor kebiasaan yang sulit dirubah dan kualitas pendidikan yang relative rendah dari masyarakat pun memang sangat berpengaruh besar terhadap pola hidup masyarakat.

Beberapa alasan mengapa perlu menggunakan berbagai macam alternative teknologi, antara lain:

1. Membantu mengenal sistem sanitasi yang sesuai.2. Memudahkan penentuan sistem sanitasi sesuai pilihan

masyarakat.3. Alat yang tepat untuk perencanaan yang dimulai dari

masyarakat.4. Sebagai informasi umum tentang pilihan-pilihan

teknologi sanitasi.Beberapa Informasi tentang pilihan komponen utama

sistem sanitasi antara lain:

JambanAda beberapa alternative jenis jamban yang tentunya

mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan, antara lain:

1. CublukCubluk adalah lubang/

sumuran yang dibuat

dengan menggali tanah dengan dinding yang merembes air. Jadi cubluk merupakan suatu lubang yang digunakan untuk menampung air limbah manusia dari jamban, berfungsi sebagai tempat pengendapan tinja dan juga media peresapan dari cairan yang masuk.

Jika tersedia lahan yang cukup maka dapat dibangun dua buah lubang (cubluk kembar). Bila satu lubang penuh harus ditutup dan dibiarkan selama paling sedikit 1 (satu) tahun agar lumpur kering untuk selanjutnya dapat dipakai untuk kesuburan tanah (pupuk organik).

Selain cubluk kembar, dapat pula berupa cubluk tunggal, yang sebenarnya sama penggunaannya hanya lubang satu, karena pertimbangan biaya dimana dengan membangun satu cubluk, pembangunan cubluk yang kedua dapat ditangguhkan sampai pada saat diperlukan. Namun demikian tempat untuk cubluk kedua tersebut harus disediakan dan jangan digunakan untuk bangunan permanen.

Cubluk relatif lebih murah, lebih mudah dibangun dan dipelihara sendiri apabila dibandingkan dengan tangki septik.

Bahan1. Bambu2. Kayu3. Bahan atap atau genteng4. Bahan dinding/penutup5. Paku

Peralatan1. Cangkul/alat penggali tanah2. Gergaji3. Golok4. Palu Alat pertukangan lain

2. Jamban JongkokWC Leher Angsa atau WC Siram atau WC Jongkok

sesuai untuk daerah yang mudah dalam pengadaan air bersih. Kontruksinya cukup sederhana dan kuat. Hanya membutuhkan WC Leher Angsa dan Tangki Septik untuk menampung kotorannya. Biasanya ditempatkan di dalam rumah atau luar rumah dan menggunakan sistem leher angsa untuk menghindari bau dan serangga. Tinja disentor/disiram air dengan gayung.

Bahan Yang Diperlukan1. Batako/batu bata merah2. Mangkokan leher angsa3. Bahan atap

Panduan

Alternatif Jamban Yang Dapat Menjadi Pilihan

Page 19: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

49

Edisi IV, 2010

4. Semen5. Kayu6. Papan atau bahan dinding batu kali dan kerikil7. Pipa pralon besar dan kecil

Peralatan Yang diperlukan1. Gergaji2. Alat Pertukangan Batu dan Kayu

Penggunaan1. Siramkan air pada mangkokan leher angsa supaya

tidak lengket2. Jongkok atau duduk diatas kloset untuk melaksanakan

hajat.3. Setelah selesai guyur dengan air secukupnya sampai

kotoran bersih

Pemeliharaan1. Pakailah karbol pada saat membersihkan lantai agar

bebas penyakit.2. Hindarkan menyiram air sabun ke dalam bak

pembuangan/atau ke dalam kloset agar bakteri pembusuk tetap berperan

aktif.3. Lantai, kloset jamban harus selalu dalam keadaan

bersih.4. Jangan menggunakan alat pembersih yang keras agar

kloset tidak cepat rusak.5. Jangan membuang kotoran yang tidak mudah larut ke

dalam air misal : kertas, kain bekas, dll.

Kelebihan1. Jamban paling umum di Indonesia.2. Biaya pembangunan,

pengoperasian dan perawatan murah.

3. Tidak memerlukan tenaga ahli.4. Lokasi bangunan bisa di mana saja.5. Nyaman, bersih, dan sehat jika air

tersedia secara teratur.

Kekurangan1. Dibutuhkan air yang tersedia secara teratur.2. Diperlukan sistem pemipaan dan

pengolahan untuk air buangan.

3. WC DudukWC duduk sesuai untuk daerah yang mudah dalam

pengadaan air bersih. Biasanya ditempatkan di dalam rumah, hotel, perkantoran dan juga di perbelanjaan dan menggunakan sistem leher angsa untuk menghindari bau dan serangga.

Penggunaan1. Sebaiknya leher angsa atau lubang jamban kerap

disiram dengan air bersih.2. Disarankan agar saat buang hajat dilakukan dengan

duduk bukan jongkok .3. Setelelah selesai buang hajat bilas leher angsa dan

saluran airnya tetap bersih.

Pemeliharaan1. Gunakan karbon dan antiseptic ketikia membersihkan

lantai.2. Jangan buang air sabun, deterjen atau sejenisnya agar

bakteri pembusuk dapat mengurai kotoran .3. Sebaiknya lantai dan penampilan jamban senantiasa

terlihat bersih dan menarik.4. Hindari menggunakan sikat kamar mandi yang keras

sehingga tidak merusak jamban.5. Sejumlah barang seperti plastic, tisue, kerta dan kain

bekas jangan dibuang di dalam jamban.

Kelebihan1. Merupakan jamban paling banyak dijumpai.2. Biaya pembuatan, pengoperasian dan perawatan wc

duduk tergolong murah.3. Saat pembuatannya tidak memerlukan tenaga ahli atau desain khusus.4. Pembuaran wc duduk dapat dilakukan dimana saja.5. Jamban model ini sangat nyaman, bersih dan sehat

jika air tersedia secara teratur.

Kekurangan1. Saat menggunakan diperlukan ketersidiaan air yang cukup.2. Jamban ini masih membutuhkan system pemipaan atau penyedotan jika jamban penuh.

4. EcosanEcological sanitation (ecosan) merupakan

teknologi yang popular di beberapa negara di Eropa seperti Jerman. Prinsip teknologi ecosan yaitu memanfaatkan limbah domestic menjadi sesuatu yang berguna bagi lingkungan. Metode ini memisahkan tinja, air hasil mandi cuci dan urine.

1. Tinja selanjutnya masuk ke bak yang dilengkapi dengan filter untul menyaring padatan. Air yang tersaring dapat dipakai untuk memberi nutrien pada tanaman. Sedangkan tinja padat, dapat digunakan menjadi pupuk yang siap pakai dengan menggunakan metode komposting.

2. Air bekas mandi dan cuci juga masuk ke filter dan dipakai pada tanaman ujicoba.

3. Untuk urine, masuk ke dalam tanki penampung urine. Tanki ini disimpan satu setengah bulan dan lansung bisa diujikan pada tanaman tanpa harus ada perlakukan khusus yang lain. Konsep ecosan sesungguhnya sangat cocok diterapkan di Indonesia.

Ini merupakan upaya melepaskan ketergantungan para petani terhadap pupuk kimia. Juga, kebutuhan air pada sebuah area bisa disuplai dari brown water ecosan. Seba-gaimana diketahui, sekresi manusia dan hewan memiliki pe ranan penting di alam untuk membangun kondisi tanah yang baik, dan menyediakan nutrisi berharga bagi tanaman. Produk-produk dari satu organisme (ekskreta), dipakai sebagai bahan baku bagi organisme lain. Sanitasi kon-vensional, membuang nutrient berharga ini dan me-mutus lingkaran alami yang terbentuk.

ISTIMEWA

Page 20: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

50

Dalam peringatan puncak Hari Habitat Dunia 2010 di Jakarta pada 18 Oktober 2010 yang lalu ada dua buah buku yang diluncurkan. Salah satu buku yang diluncurkan adalah

buku “Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman” yang ditulis oleh Kuswartojo Budiharjo atau yang lebih akrab dikenal dengan sebutan Tjuk Kuswartojo. Penerbitan buku ini juga sekaligus sebagai tanda memperingati 70 tahun Tjuk Kuswartojo yang sudah berpuluh tahun mengabdi pada bidang perumahan dan permukiman. Buku ini berisikan kumpulan tulisan Tjuk Kuswartojo dalam rentang waktu yang cukup panjang yaitu sejak pertengahan 1980-an hingga dekade awal abad 21.

Buku Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman terdiri dari dua jilid buku yang

dikemas menjadi satu. Buku jilid pertama bertajuk ”Pembangunan dan Lingkungan Hidup” yang memiliki sampul dengan nuansa warna hijau dan terdiri dari 322 halaman. Jilid ini memuat 26 tulisan yang dibagi ke dalam tiga bagian. Bagian awal dari buku jilid pertama ini berusaha mengurai aspek paradigmatik tentang pembangunan berkelanjutan dan pengembangan lingkungan hidup. Uraian aspek paradigmatik ini kemudian diikuti dengan gagasan konkrit bagaimana seharusnya pembangunan berkelanjutan dan pengembangan lingkungan hidup dapat berjalan. Bagian berikutnya dari jilid pertama ini menyoroti aspek yang lebih teknis yaitu bagaimana AMDAL (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) dapat menjadi instrumen pengendalian lingkungan. Pada bagian ketiga, tulisan-tulisan Tjuk Kuswartojo menyoroti pada manajemen bencana alam dan kajian lingkungan hidup strategis atau

ResensiBuku

Mengusik Tata Penyelenggaraan

Lingkungan Hidup dan Pemukiman

ISTIMEWA ISTIMEWA

Page 21: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

51

Edisi IV, 2010

KLHS.Permukiman dan Perkotaan menjadi judul dari jilid

kedua Buku Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman. Jilid yang kedua dengan sampul yang bernuansa warna merah kecoklatan ini hadir lebih tebal berisikan 47 kumpulan tulisan dengan total 514 halaman. Jilid ini memuat tiga bagian ditambah satu bagian khusus pada bagian penutup yang bertajuk “Mengusik Arsitektur, Pendidikan Arsitektur, dan Perancangan di Indonesia”.

Di sini, Tjuk Kuswartojo mengutarakan bahwa perumahan dan permukiman dapat dilihat sebagai kasus bagaimana pembangunan berkelanjutan dan pengembangan lingkungan hidup (sebaiknya) dilakukan dan dijalankan. Penulis juga menggagas bagaimana peran pemerintahan, masyarakat, dan sektor lain di dalamnya.

Bagian pertama dari jilid ini menuturkan pandangan penulis tentang konsep dan sifat kota serta perkembangan kota yang tidak hanya ditentukan oleh faktor kependudukan namun juga aspek historis dan basis ekonominya. Bagian kedua dari jilid ini kemudian berusaha menuturkan mengenai peran pemerintah sebagai unsur penting penyelenggaraan dan pengelolaan lingkungan hidup, perkotaan dan permukiman. Bagian ini merupakan bagian dari buku yang diulas dalam kegiatan bedah buku pada 18 Oktober 2010. Andrinof Chaniago selaku pembahas menuturkan bahwa buku ini tidak hanya penting bagi pemangku kepentingan perumahan belaka namun juga untuk masyarakat luas karena sifatnya yang interdisplin. Selain itu isu ini penting untuk menjadi perhatian banyak pihak

karena isu perumahan dan permukiman terkait dengan upaya-upaya pemenuhan kesejahteraan masyarakat.

Bagian ketiga dari buku ini kemudian secara spesifik didedikasikan penulis untuk membahas pembangunan perumahan. Tulisan–tulisan yang ada dalam bagian ini antara lain membahas tentang pentingnya perumahan swadaya, penyediaan perumahan yang terjangkau serta implementasi pembangunan partisipastif dan bertumpu pada komunitas.

Jilid Permukiman dan Perkotaan ini ditutup dengan sejumlah tulisan tentang reorientasi pendidikan arsitektur, perancangan arsitektur dan profesi arsitek. Tulisan-tulisan ini selaras dengan profesi Tjuk Kuswartojo sebagai pendidik di bidang arsitektur. Meski tulisan-tulisan tersebut ditulis dalam rentang waktu yang terpisah, secara garis besar bagian ini menunjukkan benang merah antara pandangan-pandangan penulis tentang pembangunan lingkungan dengan apa yang harus disikapi oleh profesi perancangan arsitektur.

Buku ini merupakan buku yang lengkap jika dilihat dari rentang waktu maupun cakupan bahasannya. Kehadiran buku ini diharapkan mampu untuk memberikan kontribusi positif untuk menambah pemikiran dalam dalam pembangunan berkelanjutan dan pengembangan lingkungan hidup serta penyelenggaraan perumahan dan permukiman (LNP)

Judul: Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan PemukimanPenulis: Tjuk KuswartojoPenerbit: Kelompok Keahlian Perumahan Permukiman Sekolah Arsitektur Perencanaan dan Pengembangan Kebijakan, Institut Teknologi Bandung, 2010Pendukung Penerbitan: Kementerian Perumahan RakyatJilid 1: Pembangunan dan Lingkungan Hidup (322 halaman)Jilid 2: Permukiman dan Perkotaan (514 halaman)

Page 22: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

52

Info CD

Lomba CTPS Dalam Rangka Pembudayaan PHBS Pada Anak TK se-Kabupaten Jombang Tahun 2009. Berisi tentang sosialiosi program Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang dikemas dengan kegiatan lomba CTPS. Berdurasi sekitar 25 menit menggambarkan serunya sejumlah bocah usia 4 hingga 5 tahun yang duduk di

Sekolah Taman Kanak-Kanak secara kompak

mempraktekkan cara mencuci

tangan pakai sabun yang benar.

Opera Van Jamban - Program SToPS/STBM Kecanatan Peterongan, Kabupaten Jombang. Salah satu pengembangan strategi terbaru pemicuan dilakukan melalui pergelaran drama komedi “Opera van Jamban”. Drama ini merupakan hasil kreasi sejumlah sanitarian dan staf Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang untuk kegiatan promosi kesehatan, khususnya sanitasi. Opera van Jamban merupakan parodi opera serupa yang ditayangkan salah satu TV swasta nasional. Dalam setiap pementasannya melibatkan beberapa pemain. Seperti warga yang suka BAB sembarangan, kepala dusun, sanitarian dan pemilik toko material. Untuk

memperlihatkan tampilan kesenian

yang profesional, setiap pemain

mengenakan kostum khusus yang mencerminkan ketokohannya.

Program STBM - SToPS Di Desa Sembung Kec. Perak – JombangCD berdurasi 35 menit yang dibuat Dinas Kesehatan Kabupaten Jombang ini berisi tentang kisah semangat masyarakat Kabupaten Jombang guna mendorong percepatan menuju kabupaten Jombang yang bebas dari Buang air Besar (BAB) sembarangan sangat tinggi. Terobosan untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan indah melalui program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat di kabupaten Jombang ini akan berjalan lebih cepat, kalau dilihat dari semangat masyarakat. Pada tahun 2010 ini, untuk target Open Defecation Free (ODF) dari program Sanitasi Total Berbasis Masyarakat 10 % telah terpenuhi. Dari 184 dusun yang kita picu atau diintervensi program ini, telah tercapai 84 dusun dan 5 desa. Lima desa itu antara lain desa Temuwulan - Perak, desa Glagahan- Perak, desa Sembung –Perak, desa Mancar-Peterongan, dan desa Mojotrisno-Mojoagung.

Video Presentation Mendadak Mules II.Video ini menceritakan sebuah keluarga yang tidak memiliki jamban/ WC, sehingga kesehatan, kebersihan, dan kenyamanan hidup keluarga ini menjadi terganggu. Dimulai dari BAB (buang air besar) yang diintip orang lain, anak dan bayi menjadi gampang sakit karena malas cuci tangan pakai sabun (ctps) setelah makan, maupun di saat-saat penting lainnya untuk CTPS. Selain itu, dalam video ini juga diuraikan mengenai petunjuk cara membangun jamban yang baik. Dibuat oleh STOPS tahun 2010.

Page 23: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

53

Edisi IV, 2010Info Buku

Air: Pendidikan Lingkungan Bagi Pendidik Usia Dini Penulis : Dra. Masnellyarti Hilman, M.Sc Tahun Terbit : Th. 2010 Penerbit : Kementerian Lingkungan Hidup, tebal 80 halaman.

Berbagai kebijakan dan program di bidang pelestarian lingkungan hidup terus digulirkan, namun harus kita akui bahwa jumlah pencemaran dan perusakan lingkungan di Indonesia belum dapat ditekan seoptimal mungkin. Hal ini tidak dapat dibiarkan sampai kerusakan lingkungan mengganggu kelangsungan hidup masyarakat Indonesia atau sampai seluruh sumber daya alam yang kita miliki musnah. Diperlukan suatu upaya peningkatan kesadaran lingkungan yang melibatkan pemerintah, dunia usaha serta masyarakat luas.

Upaya peningkatan kesadaran akan pentingnya pengelolaan lingkungan hidup akan lebih bermakna apabila dilakukan sejak usia dini/masa kanak-kanak. Mengingat pada masa ini potensi yang dimiliki setiap anak dapat berkembang dengan optimal apabila memperoleh rangsangan yang positif. Apabila pengenalan tentang lingkungan dilakukan sejak usia dini diharapkan terjadi internalisasi nilai-nilai lingkungan hidup yang pada akhirnya dapat

mempengaruhi sikap, persepsi dan perilaku anak yang ramah lingkungan. Salah satu upaya internalisasi kesadaran lingkungan bagi anak usia dini dilakukan melalui peningkatan pengetahuan orang tua dan pendidik tentang pengelolaan lingkungan. Mengingat orang tua dan pendidik merupakan orang-orang terdekat yang dapat menyampaikan pesan-pesan lingkungan dan memberi contoh tentang sikap dan tingkah laku ramah lingkungan.

Buku pengelolaan lingkungan hidup bagi pendidik usia dini dengan topik air merupakan salah satu bahan bacaan bagi orang tua dan pendidik usia dini yang dapat dijadikan acuan para pendidik dalam upaya meningkatkan kesadaran anak usia dini. Dengan adanya bekal pengetahuan tentang pengelolaan air yang benar diharapkan orang tua dan pendidik dapat menularkan pengetahuan tersebut melalui contoh teladan, dongeng, nyanyian ataupun permainan.

Penurunan Kehilangan Air: Pengalaman Jakarta Setelah Kerjasama Pelayanan Air Minum Pemerintah-Swasta 1998-2008Penulis : Irzal Djamal, dkk. Tahun Terbit: Th. 2010 Penerbit : Jakarta, Badan Regulator Pelayanan Air Minum DKI Jakarta, 2010, tebal 124 hal.

Kehilangan air dapat dilihat dari dua sisi: dari sisi kehilangan itu sendiri dan dari sisi jika tidak kehilangan. Pemahaman dua dimensi ini memberikan kita gambaran bahwa kehilangan air merupakan wanprestasi dari suatu proses pelayanan air secara keseluruhan. Ini penilaian dari sisi

kehilangan air. Sementara dari sisi jika tidak kehilangan memberikan nilai bahwa ada hak publik yang diambil yang seharusnya ada. Dimensi ganda ini membuat pemahaman tentang kehilangan air menjadi sebuah kata kunci dalam pemahaman arti penting NRW pada pelayanan air bersih.

Ada tiga tujuan pokok yang hendak dicapai dalam penulisan buku ini. Pertama, mengangkat isu bahwa NRW merupakan inti permasalahan peningkatan kualitas pelayanan yang terpenting, tetapi banyak dinomor-duakan. Ini bukan merupakan isu Jakarta, tetapi pada banyak kawasan di dunia. Kedua, pengalaman Jakarta dalam menurunkan NRW sangat banyak, dan penting untuk dikapitalisasi oleh sesama pengelola PAM di Indonesia. Ketiga, memberikan pembelajaran bagi Jakarta dan kota-kota lain tentang apa yang perlu diprioritaskan dalam strategi penurunan NRW di masa depan, terutama diperlukan peningkatan dukungan dan peran Pemerintah Daerah.

Salah satu kasus yang diungkap dalam buku ini kasus Tingkat kehilangan Air PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor yang masih relatif cukup tinggi berkisar 30%. Berdasarkan hasil penelitian faktor–faktor penyebab kehilangan air PDAM Tirta Pakuan Kota Bogor ini adalah kebocoran fisik diantaranya, akurasi meter induk, akurasi meter pelanggan, kesalahan pembacaan meter dan lain sebagainya. Kebocoran fisik banyak terjadi dikarenakan adanya pipa keropos (secara umur teknis sudah melewati 20 tahun) dan juga akibat adanya penggalian jalan yang dilakukan oleh instansi lain, seperti galian Telkom, PLN, maupun gas. Kendala yang dihadapi, dengan padatnya lalu lintas, terpaksa perbaikan pipa dilakukan malam hari. Untuk itu, sudah waktunya dijalin koordinasi antarinstansi.

Selain itu, kehilangan air juga disebabkan pencurian air dari pipa dinas karena meter air diputus akibat menunggak tagihan air selama 3 bulan. Sanksi atas pencurian air adalah penyegelan langsung dari pipa distribusi, yang sebelumnya disegel dari pipa dinas dan denda uang sebesar 10 kali tagihan tertinggi dan biaya pemasangan baru untuk menjadi pelanggan kembali.

Page 24: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

54

UN-Habitatwww.unhabitat.org

Melalui situs ini pengunjung dapat memperoleh berbagai macam informasi berupa feature yang disusun secara alfabet. Selain itu blog ini juga menjual berbagai macam materi

publikasi seperti buku. Selain itu pengunjung dapat men-download laporan periodik dan materi publikasi secara gratis. Situs ini dikelola oleh UN-Habitat yaitu suatu badan PBB yang diberi mandat oleh Sekjen PBB untuk mempromosikan masalah secara sosial dan kelingkungan hidupan kota-kota yang berkelanjutan dan dengan tujuan untuk menyediakan tempat berlindung yang layak bagi semua orang.

Kementerian Perumahan Rakyatwww.kemenpera.go.id

Berbagai macam kegiatan kementerian perumahan rakyat terkait program dan peraturan perundangan serta regulasi dalam lingkup kerja Kementerian

Perumahan Rakyat tersedia disini. Dokumen-dokumen tersebut dapat di-download secara gratis oleh pengunjung. Selain itu disini juga dapat diperoleh informasi yang berkaitan dengan lingkup kerja dan fungsi Kementerian Perumahan Rakyat beserta sejarah berdirinya secara lengkap. Situs ini dikelola oleh Kementerian Perumahan Rakyat yaitu kementerian yang membantu presiden dalam menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang perumahan rakyat. Fungsi Kementerian Perumahan Rakyat adalah merumuskan kebijakan nasional, kebijakan pelaksanaan dan

kebijakan teknis di bidang pekerjaan umum dan permukiman, pelaksanaan urusan

pemerintahan sesuai

dengan bidang tugasnya, mengelola barang milik atau kekayaan negara yang menjadi tanggung jawabnya, pengawasan atas tugasnya serta penyampaian laporan hasil evaluasi, saran dan pertimbangan di bidang tugas dan fungsinya kepada presiden.

Perumahan Kaum Marginalwww.housing-the-urban-poor.net

Situs ini berisi sejumlah publikasi, bahan pembelajaran, serta sejumlah pilihan regulasi yang terangkum dalam sebuah seri Perumahan bagi Kaum Miskin

di kota-kota di Asia. Kebijakan perumahan yang ada tentunya perlu mendapat dukungan secara finansial yang baik oleh pemerintahnya. Upaya kota memastikan ketersediaan lahan untuk perumahan juga merupakan sebuah tantangan dan persoalan yang mendapat perhatian dalam situs ini. Habitat 15 Negarahttp://www.habitat.net

Situs ini merupakan portal habitat dunia yang berisi sejumlah laman dari 15 negara di dunia termasuk di dalamnya Indonesia. Sejumlah negara tergabung didalamnya

antara lain Belgia, Perancis, Jerman, Yunani, Islandia, Indonesia, Luxsemburg, New Zealand, Norwegia, Polandia, Portugal, Spanyol, Swedia, Turki dan Inggris.

Habitat Untuk Kemanusianwww.habitat.or

Situs ini berisi sejumlah kisah, wacana dan publikasi menarik terkait persoalan perumahan dan kemanusian. Sebuah rumah merupakan tempat tinggal yang

aman, nyaman serta memiliki makna sosial dan budaya bagi setiap manusia.

Info Situs

Page 25: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

55

Edisi IV, 2010

BukuDebt for Nature Swap: Peluang Pendanaan Alternatif, Mengurangi Utang, Menyelamatkan Lingkungan. Penulis Jenni Shannaz, tahun terbit : 2005 Penerbit : Jakarta, Direktorat Lingkungan Hidup, Bappenas, tebal 110 halaman

Desentralisasi Fiskal dan Keuangan Daerah dalam Otonomi. Penulis : Juli Panglima Saragih Tahun Terbit 2003 Penerbit : Jakarta, Ghalia Indonesia, tebal 175 hal.

Daftar Lokasi dan Alokasi Bantuan Langsung Masyarakat Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat Mandiri. Penulis Tim Pengendali PNPM Mandiri, KemenkoKesra. Terbit Oktober 2009, tebal 226 hal.

Laporan Laporan Pelaksanaan Materi Komunikasi STBM Kerjasama Bappenas-Plan Penerbit : Jakarta, Sekretariat Pokja AMPL, Juni 2010, tebal 120 halaman.

Laporan Tinjauan Akhir Tahun 2009 Di Daerah Program Kerjasama RI-UNICEF 2006-2010. Penerbit : Jakarta, Ditjen Bina Pembangunan Daerah, Depdagri Tahun 2009, tebal 87 halaman.

Studi KasusStudi Kasus Sistem Sanita-si Komunal di Kabupaten Aceh Besar, Nangroe Aceh Darussalam. Penerbit : Jakarta, Environmental Services Program (ESP), 1 halaman.

Good Practices Kegiatan Lingkungan Berbasis Masyarakat di Indonesia. Penerbit : Jakarta, Japan Bank for International Cooperation, Maret 2008, tebal 42 halaman.

Panduan Seri Manual Pengem-bangan Strategi Sanitasi Perkotaan: Tahap C Pe nyu-sunan Dokumen Strategi Sanitasi Kota. Penulis J. Sinarko Wibowo, Cees Keetelaar, Rik Dierx. Ta-hun terbit 2010, penerbit : Tim Teknis Pembangunan Sanitasi (TPPS), 2010, tebal 124 halaman

Majalah Percik Yunior Edisi 16, November 2010 ”Mari Bertindak“

Percik Edisi II, 2010 "Air Minum Multidesa"

Percik Edisi III, 2010 "Hak Atas Air"

Percik Edisi I, English 2010 "PIN Birth AMPL"

LeafletRumah Sehat, penerbit Pusat Penelitian dan Pengembangan Permu-kiman, Badan Penelitian dan Pengembangan, Departemen Pekerjaan Umum, tebal 4 halaman.

Sekretariat ”Jantungnya“ Dewan Sumber Daya Air Nasional. Penerbit Sekretariat Dewan Sum-ber Daya Air Nasional, Kementerian PU tahun 2009, tebal 6 halaman.

Poster Ayo Cuci Tangan! Pener-bit: Program Sekolah Sehat Sumatera/ SHSP (Sumatra Healthy Schools Program) bekerjasama dengan MercyCorps – USDA – Starbucks Coffe, tahun 2010

PustakaAMPL

Page 26: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

56

Fakta

Masalah air minum merupakan hal yang paling mendasar dan vital bagi kehidupan kita. Dimana setiap hari kita membutuhkan air untuk minum, memasak, mandi, mencuci

dan sebagainya. Dengan air yang bersih tentunya membuat kita terhindar dari penyakit. Kalau kita tahu, saat ini masalah air minum merupakan barang yang langka di negeri tercinta kita ini, apalagi di kota-kota

besar seperti Jakarta, air minum merupakan barang yang mahal dan sering diperjualbelikan. Tidak seperti halnya beberapa puluh tahun yang lalu, saat itu air minum mudah diperoleh dan selalu berlimpah mengalir di setiap sudut tanah negeri kita ini, karena pada waktu itu belum banyak terjadi polusi air dan udara. Dari rasa dan warnanya pun saat ini berbeda tidak sealami dulu dikarenakan oleh polusi tersebut.

Penyebab terjadinya pencemaran lingkungan

Mengapa

Jamban di Rumah Anda

Harus Sehat?

ILL. ITS

Page 27: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

57

Edisi IV, 2010

sebagian besar disebabkan oleh tangan manusia. Pencemaran air dan tanah adalah pencemaran yang terjadi di perairan seperti sungai, kali, danau, laut, air tanah, dan sebagainya. Sedangkan pencemaran tanah adalah pencemaran yang terjadi di darat baik di kota maupun di desa.

Alam memiliki kemampuan untuk mengembalikan kondisi air yang telah tercemar dengan proses pemurnian atau purifikasi alami dengan jalan pemurnian tanah, pasir, bebatuan dan mikro organisme yang ada di alam sekitar kita. Jumlah pencemaran yang sangat masal oleh manusia membuat alam tidak mampu mengembalikan kondisi seperti semula. Alam menjadi kehilangan kemampuan untuk memurnikan pencemaran yang terjadi. Sampah dan zat seperti plastik, DDT, deterjen dan sebagainya yang tidak ramah lingkungan akan semakin memperparah kondisi pengrusakan alam yang kian hari kian bertambah parah.

Ada beberapa yang menjadi penyebab terjadinya pencemaran lingkungan air dan tanah antara lain terjadinya erosi dan curah hujan yang tinggi, banyaknya sampah buangan manusia dari rumah-rumah atau pemukiman penduduk dan menyebarnya zat kimia dari lokasi rumah penduduk, pertanian, industri, dan sebagainya.

Sampah dan air limbah mengandung berbagai macam unsur seperti gas-gas terlarut, zat-zat padat

terlarut, minyak dan lemak serta mikroorganisme. Mikroorganisme yang terkandung dalam sampah dan air limbah dapat berupa organisme pengurai dan penyebab penyakit. Penanganan sampah dan air limbah yang kurang baik seperti pengaliran air limbah ke dalam saluran terbuka, atau dinding dan dasar saluran yang rusak karena kurang terpelihara.

Pembuangan kotoran dan sampah kedalam saluran yang menyebabkan penyumbatan dan timbulnya genangan akan mempercepat berkembangbiaknya mikroorganisme atau kuman-kuman penyebab penyakit, serangga dan mamalia penyebar penyakit seperti lalat dan tikus.

Beberapa penyakit yang ditimbulkan oleh sanitasi yang kurang baik serta pembuangan sampah dan air limbah yang kurang baik diantaranya adalah: Diare, Demam berdarah, Disentri, Hepatitis A, Kolera, Tiphus, Cacingan dan Malaria.

Mengapa BAB harus sehat? Kenapa jamban yang kita miliki harus sehat?

Mungkin ini yang belum pernah terpikirkan oleh sebagian besar masyarakat pedesaan kita. Dari penjelasan di atas sudah dapat diketahui penyakit yang timbul akaibat BAB dan jamban tidak sehat. Jamban sendiri merupakan tempat penampung kotoran manusia yang sengaja dibuat untuk mengamankannya, dengan

Page 28: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

58

tujuan:1. Mencegah terjadinya penyebaran langsung

bahan-bahan yang berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia.

2. Mencegah vektor pembawa untuk menyebarkan penyakit pada pemakai dan lingkungan sekitarnya.

Lalat yang hinggap disampah dan dipermukaan air limbah atau tikus selokan yang masuk kedalam saluran air limbah dapat membawa sejumlah kuman penyebab penyakit. Bila lalat atau tikus tersebut menyentuh makanan atau minuman maka besar kemungkinan orang yang menelan makanan dan minuman tersebut akan menderita salah satu penyakit seperti yang tersebut diatas. Demikian pula dengan anak-anak kecil yang bermain atau orang dewasa yang bekerja didekat atau mengalami kontak langsung dengan air limbah dan sampah dapat terkena penyakit seperti yang tersebut diatas, terutama bila tidak membersihkan anggota badan terlebih dahulu.

Air limbah dapat dikelompokkan kedalam 2 bagian, yaitu air bekas yang berasal dari bak atau lantai cuci piring atau peralatan rumah tangga, lantai cuci pakaian dan kamar mandi. Kemudian lumpur tinja yang berasal dari jamban atau water closet (WC)

Tangki septik atau unit pengolahan air limbah terpusat diperlukan guna mengolah air limbah sebelum dibuang kesuatu badan air. Disamping untuk mencegah pencemaran termasuk diantaranya organisme penyebab penyakit, pengolahan air limbah dimaksudkan untuk mengurangi beban pencemaran atau menguraikan pencemar sehingga memenuhi persyaratan standar kualitas ketika dibuang kesuatu badan air penerima.

Sampah dan air limbah mengandung berbagai macam unsur seperti gas-gas terlarut, zat-zat padat terlarut, minyak dan lemak serta mikroorganisme. Mikroorganisme yang terkandung dalam sampah dan air limbah dapat berupa organisme pengurai dan penyebab penyakit. Penanganan sampah dan air limbah yang kurang baik seperti pengaliran air limbah ke dalam saluran terbuka dan dinding dasar saluran yang rusak karena kurang terpelihara.

Pembuangan kotoran dan sampah kedalam saluran yang menyebabkan penyumbatan dan

timbulnya genangan akan

mempercepat berkembangbiaknya mikroorganisme atau kuman-kuman penyebab penyakit, serangga dan mamalia penyebar penyakit seperti lalat dan tikus.

Suatu badan air seperti sungai atau laut mempunyai kapasitas penguraian tertentu. Bila air limbah langsung dimasukkan begitu saja kedalam badan air tanpa dilakukan suatu proses pengolahan, maka suatu saat dapat menimbulkan terjadinya pencemaran lingkungan. Pencemaran tersebut berlangsung bila kapasitas penguraian limbah yang terdapat dalam badan air dilampaui sehingga badan air tersebut tidak mampu lagi melakukan proses pengolahan atau penguraian secara alamiah.

Kondisi yang demikian dinamakan kondisi septik atau tercemar yang ditandai oleh timbulnya bau busuk, warna air yang gelap dan pekat dan banyaknya ikan dan organisme air lainnya yang mati atau mengapung.

Hidup bersih dan sehat dapat diartikan sebagai hidup di lingkungan yang memiliki standar kebersihan dan kesehatan serta menjalankan pola/perilaku hidup bersih dan sehat. Lingkungan yang sehat dapat

memberikan efek terhadap kualitas kesehatan. Kesehatan seseorang akan menjadi baik jika lingkungan yang ada di sekitarnya juga baik. Begitu juga sebaliknya, kesehatan seseorang akan menjadi buruk jika lingkungan yang ada di sekitarnya kurang baik. Dalam penerapan hidup bersih dan sehat dapat dimulai dengan mewujudkan lingkungan yang sehat. Lingkungan yang sehat memiliki ciri-ciri tempat tinggal (rumah) dan lingkungan sekitar rumah yang sehat.

Kesehatan seseorang akan

menjadi baik jika lingkungan yang ada di sekitarnya

juga baik.

ISTIMEWA

Fakta

Page 29: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

59

Edisi IV, 2010

Meski belum ada ilmu yang secara pasti mampu memprediksi efek dari perubahan iklim, kecenderungan yang ada lebih ke

arah negatif. Temperatur yang lebih tinggi dapat menyebabkan beberapa kondisi cuaca yang lebih ekstrim seperti kekeringan, banjir, badai, dan gelombang panas. Perubahan iklim juga dipercayai dapat menaikkan suhu permukaan laut serta menyebabkan pergantian pola hujan dan aliran sungai.

Dampak perubahan iklim akan terjadi pada hampir seluruh penduduk dunia dan walau ada yang akan memperoleh dampak positif, sebagian besar dampak-nya cenderung negatif. Dampak negatif ini terutama akan lebih dirasakan oleh kaum miskin karena mereka memiliki kerentanan yang tinggi akibat pemerintahan yang kurang baik dan infrastruktur yang kurang me-madai. Dampak perubahan iklim juga mungkin dapat memicu munculnya konflik dan ketidakstabilan politik.

- Dari tahun 2000 hingga awal tahun 2008 terdapat 2.947 bencana alam yang terkait dengan cuaca

- Kekurangan air mungkin akan menjadi masalah paling besar terkait dampak perubahan iklim. Masyarakat bahkan mungkin perlu melakukan migrasi melintasi batas negara untuk dapat memperoleh air dan makanan

Dengan 40 persen penduduk dunia tinggal dalam jarak 100 km dari pesisir, mereka lebih rentan akan bahaya badai, salah satu kondisi ekstrim yang dipercaya merupakan dampak dari perubahan iklim. Daerah pesisir merupakan daerah

dengan pertumbuhan ekonomi yang pesat sehingga mengundang datangnya urbanisasi namun menyimpan permasalahan seperti abrasi, kenaikan permukaan laut, kontaminasi air laut, serta tentu saja badai yang lebih ekstrim. Dampak yang dirsakan oleh Indonesia dapat lebih besar lagi karena penduduk Indonesia yang tinggal dalam jarak 100 km dari pesisir berjumlah lebih dari 75% dari seluruh penduduk Indonesia.

Berikut adalah beberapa fakta mengenai kota-kota pesisir di dunia dan kaitannya dengan dampak perubahan iklim:

1. New Orleans, Amerika SerikatKota dataran rendah (low lying) ini terkena Badai

Katrina yang dahsyat pada Agustus 2005. Badai ini menyebabkan banjir besar dan menimbulkan kerusakan hingga lebih dari 50 milyar dolar

2. New York, Amerika SerikatKota New York yang berada persis di tepi laut

menghadapi kemungkinan akan kenaikan permukaan laut yang dapat merusak sistem kereta bawah tanah, fasilitas sanitasi, pembangkit energi, dan pabrik-pabrik.

3. Pelabuhan di kota-kota JepangSebagai adaptasi terhadap kenaikan permukaan

laut, pelabuhan-pelabuhan di Jepang perlu mengubah konstruksi agar tetap dapat berfungsi dan ini memerlukan biaya hingga 110 milyar dolar

4. Mumbai, IndiaMumbai memiliki jumlah penduduk sejumlah 22,6

juta jiwa dengan kepadatan penduduk sangat tinggi. Tanpa adanya adaptasi, kenaikan satu meter akan per-mukaan laut akan mengancam sebagian besar wilayah Mumbai dan membahayakan jiwa penduduk kota.

5. Venesia, ItaliaBanjir yang lebih sering terjadi merusak struktur

gedung-gedung di kota Venesia, banjir semakin parah seiring dengan meningkatnya permukaan air laut.

6. Sukothai dan Ayuthayya,ThailandBanjir bandang yang melanda Thailand telah

membuat Sukothai yang merupakan ibu kota pertama Kerajaan Thailand rusak parah. Banjir juga merusak Ayuthayya yang merupakan ibu kota Thailand pada abad 14-18 Masehi.

Sumber: The State of The World Atlas, 2008

The Atlas of Climate Change, 2007

Perubahan Iklim dan Kota-kota

ISTIMEWA

Page 30: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Kedua

Rangkaian Acara Hari Habitat Dunia di Indonesia- Seminar ‘Better City, Better Life’ 30 September 2010 Konsep Penanganan Perumahan dan Permukiman Perkotaan yang Humanis dan Berkelanjutan - Konferensi Pers Menteri Perumahan Rakyat 4 Oktober 2010- Pameran Foto 4 -8 Oktober 2010- Tur Pengolahan Limbah Untuk Siswa SD - 15 Oktober 2010 - Jambore Sanitasi 12-16 Oktober 2010- Fun Bike (Sepeda Santai) Habitat 17 Oktober 2010- ACARA PUNCAK Auditorium Bina Karna, Komplek Bidakara, 18 Oktober 2010 Peluncuran, Bedah Buku, dan Pameran Buku ‘Kilas Balik Perumahan Rakyat 1900 – 2000’ dan ‘Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Permukiman’ - Workshop Nasional “Daya Dukung Perkotaan dan Adaptasi Perubahan Iklim” 26 Oktober 2010- Youth Urban Forum. Institut Teknologi 10 Nopember, Surabaya 8-9 November 2010