Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

16
Edisi IV, 2010 Surabaya Green and Clean: Menuju Kota Surabaya Sehat Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Hari Habitat

description

Majalah Air Minum dan Penyehatan Lingungan dengan tema Seputar Hari Habitat Tahun 2010

Transcript of Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

Page 1: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

Edisi IV, 2010

Surabaya Green and Clean: Menuju Kota Surabaya Sehat

Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik

Media Informasi Air Minum dan Penyehatan Lingkungan

Hari Habitat

Page 2: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

Edisi IV, 2010

3

Media Informasi Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

Diterbitkan olehKelompok Kerja Air Minumdan Penyehatan Lingkungan

(Pokja AMPL)

Penanggung JawabDirektur Permukiman dan Perumahan

BappenasDirektur Penyehatan Lingkungan

Kementerian KesehatanDirektur Pengembangan Air Minum

Kementerian Pekerjaan UmumDirektur Bina Sumber Daya Alam dan

Teknologi Tepat Guna Kementerian Dalam Negeri

Direktur Fasilitasi Penataan Ruang dan Lingkungan Hidup Kementerian Dalam Negeri

Pemimpin RedaksiOswar Mungkasa

Dewan RedaksiMaraita Listyasari

Redaktur PelaksanaEko Budi Harsono

Desain dan ProduksiAgus Sumarno

Sofyar

Sirkulasi/SekretariatAgus Syuhada

Nur Aini

Alamat RedaksiJl. RP Soeroso 50, Jakarta Pusat.

Telp./Faks.: (021) 31904113Situs Web: http//www.ampl.or.ide-mail: [email protected]

[email protected]

Redaksi menerima kirimantulisan/artikel dari luar.

Isi berkaitan dengan air minum dan penyehatan lingkungan.

DaftarIsi

Dari Redaksi ................................................................................................. 3 Suara Anda.................................................................................................... 4Laporan Utama Hari Habitat Dunia 2010 Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik........ 5 Hari Habitat Dunia, Meningkatkan Kepedulian atas Tantangan Urbanisasi............................................................................ 9 Hari Habitat, Air, dan Sanitasi................................................................ 11 Sekretariat Nasional Habitat Indonesia................................................. 13Peraturan Agenda 21.............................................................................................. 15 Agenda Habitat...................................................................................... 17Pembelajaran Surabaya Green and Clean: Menuju Kota Surabaya Sehat..................... 19Testimoni dr. M. Basyir Ahmad, Walikota Pekalongan. Rumah kan Hak Asasi Manusia.............................................................. 22Sisi Lain 1,2 Miliar Penduduk Dunia Tinggal di Hunian Belum Layak.................. 24Wacana Hak Atas Air dan Perumahan (tulisan kedua - habis)............................. 26 Wawancara Suharso Monoarfa, Menteri Negara Perumahan Rakyat....................... 30Inovasi Menjernihkan Air dengan Biji Daun Kelor.............................................. 32 Mengubah Udara Jadi Air....................................................................... 34Reportase 15JurnalisAsiaPasifikKunjungiKampungKumuhTambora................. 36 Jambore Sanitasi 2010, Duta Sanitasi Diterima Wapres........................ 38 Youth Urban Forum Keterlibatan Kaum Muda dalam Pembangunan Perkotaan...................................................................... 40 Peluncuran dan Bedah Buku dalam Rangka Acara Puncak Hari Habitat Dunia 2010........................................................... 43 Rapat Koordinasi Nasional Program WES UNICEF 2010........................ 45 Pertemuan Evaluasi dan Perencanaan Pembangunan AMPL Tahun 2010-2011........................................................................ 46 Lokakarya Sinergi Pembangunan AMPL Provinsi Banten...................... 47Panduan AlternatifJambanyangDapatMenjadiPilihan..................................... 48Resensi Buku................................................................................................. 50Info CD........................................................................................................... 52Info Buku....................................................................................................... 53Info Situs ....................................................................................................... 54Pustaka AMPL................................................................................................ 55Fakta Mengapa Jamban di Rumah Anda Harus Sehat?................................... 56 Perubahan Iklim dan Kota-kota............................................................. 59

DariRedaksi

POKJA

Sudah menjadi suatu rutinitas sejak tahun 1986, bahwa setiap hari Senin minggu pertama bulan Oktober diperingati sebagai Hari Habitat di seluruh dunia. Pada tahun ini Hari Habitat jatuh pada 4 Oktober 2010 dengan

tema menuju kota dan kehidupan lebih baik (better city better life). Peringatan Hari Habitat sudah sering kali dilaksanakan di Indonesia. Namun masih sering terjadi salah kaprah bahwa peringatan hari habitat menjadi porsi dari para pemangku kepentingan pembangunan perumahan saja. Sebenarnya hal ini kurang tepat dengan mempertimbangkan keterkaitan yang erat antara perumahan dan permukiman (air minum dan penyehatan lingkungan). Terbukti misalnya dari tema Hari Habitat pada tahun 2003 yang berjudul Water and Sanitation for Cities (Air dan Sanitasi Perkotaan).

Keterpaduan pembangunan AMPL dan perumahan merupakan suatu keniscayaan, terutama ketika berbicara tentang pembangunan perkotaan. Sebagaimana dipahami bersama bahwa keberadaan permukiman kumuh sudah menjadi ‘trade mark’ bagi hampir seluruh kota. Sehingga penanganannya menjadi agenda bersama semua kota. Sementara permasalahan permukiman kumuh selalu berputar pada kualitas rumah dan lingkungan beserta

prasarana, sarana dan utilitas (PSU). Penanganan yang tidak menyeluruh tidak akan maksimal hasilnya. Pesan ini yang ingin juga disampaikan melalui peringatan Hari Habitat sejak sekitar 10 tahun terakhir.

Dalam semangat keterpaduan inilah kemudian edisi Percik kali ini mengangkat tema Hari Habitat. Harapannya bahwa pembangunan perumahan dan permukiman bisa lebih terpadu ke depannya. Tidak hanya dalam konsep tetapi juga dalam pelaksanaannya di lapangan. Semoga.

Tidak terasa tahun 2010 akan segera berlalu, tentunya kita akan menyongsong tahun 2011 dengan ide, target, dan harapan baru. Demikian juga kami di jajaran redaksi dan pendukung Percik. Semoga Percik tetap dapat muncul dengan tema yang cemerlang dan dapat memenuhi harapan pembaca. Untuk itu, kami tetap membuka pintu bagi usulan tema yang dapat diangkat pada tahun 2011. Dengan demikian, hubungan yang tercipta diantara kita tidak hanya sekedar pembaca dan pengelola tetapi lebih dari itu. Kami selalu berusaha menjadikan Percik sebagai media komunikasi interaktif diantara seluruh pemangku kepentingan. Mari bersama-sama kita wujudkan harapan ini (OM).

Page 3: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

54

LaporanUtama

Tampilan Percik Makin MenarikPerkenalkannamasayaWardi,pemerhati

masalah air minum dan kesehatan lingkungan tinggaldiPasarMinggu,JakartaSelatan.SayamerupakanpembacasetiaMajalahPercikse-jak majalah ini pertama kali saya dapatkan ke-tikamasihbekerjadiDirektoratJenderalBinaPembangunan Daerah, Departemen Dalam Negeri pada tahun 2004.

Saya ingin mengucapkan terimakasih kepada pengelola Majalah Percik karena in-formasidan sejumlahpembelajaranpentingsaya dapatkan untuk dikembangkan di te ngah masyarakat terkait persoalan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan. Saya terkesan de-ngan tampilan Majalah Percik yang desain-nya, isi serta tampilannya terkesan semakin bagus,tidakkalahdenganmajalahkomersialsekelas Majalah Tempo.

Semoga pengelola Majalah Percik dapat terus hadir dan memberikan sejumlah infor-masi serta pembelajaran dan pemberdayaan bagi masyarakat dibidang AMPL. Bravo Ma-jalah Percik.

MawardiKalibata Tengah, Pasar Minggu,

Jakarta Selatan

Terimakasih banyak atas perhatian serta apresiasi yang telah diberikan kepada pe­ngelola majalah percik. Kami memang terus berusaha melakukan perbaikan dan pening­katan kualitas isi informasi serta penampilan majalah ini sehingga dapat diterima dengan baik oleh seluruh masyarakat luas. Semoga majalah ini dapat terus hadir memberikan in­formasi terbaik.

Berlangganan Majalah PercikSudah hampir satu tahun ini saya dan te-

man-teman aktivis Lingkungan dan Pember-dayaan Masyarakat, Pelangi Dunia di seputar Sungai Ciujung, Banten mendapat Majalah Percik Yunior dan Majalah Percik dari teman-teman Pokja Air Minum dan Penyehatan Ling-kungan Provinsi Banten. Namun, dalam be-berapabulaninisayatidaklagimendapatkan

majalah tersebut.

Saya mendapatkan Majalah Percik terba-ru dari salah satu teman di Dinas Kesehatan KabupatenLebakketikasecaratidaksengajasaya berkunjung ke kantor Dinas Kesehatan Kabupaten Lebak. Akhirnya saya meminjam majalah tersebut untuk saya copy dan saya letakan di perpustakaan kami.

Kepada pengelola Majalah Percik kami berharap dapat secara regular mendapatkan majalah ini. Jika memang diperlukan peng-gantiongkoscetak,sayasiapmenjadipelang-gannya.Terimakasihatasperhatiannya.

SukemiKampung Rukun Rt06/Rw07

Desa Bojongsari Serang, Banten

Terimakasih atas perhatiannya dan su­dah menjadi pembaca setia majalah Percik. Nama dan alamat anda sudah kami masukan sebagai pembaca yang akan kami kirimkan majalahg percik secara berkala. Selamat me­nikmati majalah kami.

Air Menjadi Sebuah Rahmat Sedari sekarang kita sudah mulai merasa-

kan kesulitan mendapatkan air bersih. Apalagi musim kemarau. Tanpa kita sadari, air lama kelamaan akan menjadi barang yang sangat mewah. Maksudnya, kita akan kesulitan un-tuk mendapatkannya karena barangnya yang langka atau harga yang mahal.

Tanda-tanda bahwa air akan menjadi barang yang mewah mulai kita rasakan. Per-tama, hilangnya resapan air tanah di daerah penyangga karena banyaknya penebangan pohon yang membabi buta. Ditambah lagi dengan penciutan situ-situ yang berfungsi se-bagai penampung air karena digunakan untuk pemukiman.

Kedua, pencemaran air yang semakin lamatidak tertangani secara serius. Polutanyang ada tentunya menjadi penyebab utama air tidak sehat untuk dikonsumsi. Ketiga,swastanisasi air. Air yang menguasai hajat hidup orang banyak hanya akan dikuasai oleh kelompok tertentu yang bisa memainkan pengelolaanair.Setiaporangberhakatasair.Dengan swastanisasi, setiap orang tidak di-akui berhak atas layanan air.

Untuk itu, mulai sekarang pengelolaan air perlu dibenahi. Jangan sampai air hanya men-jadi bencana saja, namun dapat juga menjadi suatu rahmat.

Thomas SutasmanCilacap. Jawa Tengah

Tanam Pohon Muliakan AirSayaprihatinatasmusnahnyahutanyang

ada di negeri ini akibat penebangan liar. Di musim hujan terjadi bencana alam, dimusim kemarau terjadi kekeringan. Sebenarnya itu dapat dihindari jika kita peduli terhadap hu-tan atau pohon-pohon yang ada disekitar kita dan memuliakan air.

Bencana alam yang terjadi di Negeri ini bisa jadi peringatan bagi kita semua agar kita pedulidanmemperhatikanalam.Banyaknyapembalakan hutan liat mengakibatkan tanah longsong. Hal itu karena air hujan yang turun tidakdiserapolehHutankita,sehinggamen-jadi tanah longsor.

Tanpaairhidupkitatidakakanbertahanlama, untuk itu mari kita muliakan air seba-gaimana kita memuliakan diri kita sendiri. Air hujan yang turun harus mendapatkan tempat yang menjadi haknya.Mari kita tanam pohon-pohon yang dapat menyerap air hujan, agar kitatidakkekuranganair.Kalauairhujandi-serappohon,makatempattinggalkitaakanterhindar dari banjir dan bencana alam.

Ahmad Riyadi UmarBojonegoro, Jawa Timur

Jangan Gunakan Air Berlebihan Manfaatairtidaklainsebagaipendukung

sarana kehidupan perlu diperhatikan dalampenggunaannya. Keberadaannya sebagai ka-runia Tuhan seharusnya disyukuri dan diman-faatkan semaksimal mungkin. Rasa syukur itu tidak hanya berbentuk ucapan yang keluardari mulut kita, tapi juga melalui serangkai-an tindakan atau sikap arif dan bijak dalammenggunakan air, sesuai dengan standar ke-butuhannya.

Sepertikitaketahuibahwaairmerupakansumber daya alam yang tak dapat diperbaha-rui. Pemanfaatan secara efektif dan efisiensangatpentingdalamrangkamengantisipasiterjadinya penggunaan air secara berlebihan.

Demikianpula,tindakanatau sikapber-lebih-lebihan itu sangat dilarang oleh agama karena termasuk dalam ketegori “isyraf”. Apalagi dalam masalah air yang sudah ba-rang tentu menyangkut hajat hidup manusia, lingkungan secara umum. maka, perlu ada sarana pembinaan bagi masyarakat terhadap pemakaian air yang baik dan benar.

Muhammad Erfan Ciputat, Tanggerang

SuaraAnda

Isu habitat merupakan isu kru-sial yang menjadi perhatian banyak pihak karena terkait dengan upaya-upaya peme-nuhan kesejahteraan masya-

rakat. Dalam menghadapi isu terkait habitat, negara-negara dunia menun-jukkan komitmen kepeduliannya melalui beberapa kesepakatan antara lain melalui Deklarasi Vancouver pada 1976 dan Agenda Habitat yang disepakati di Istanbul, Turki pada ta-hun 1996.

Agenda Habitat yang ditanda-tangani 171 negara (termasuk Indo-nesia) berisi lebih dari 100 komitmen dan 600 rekomendasi. Setiap negara yang menandatangani Agenda Habi-tat mempunyai komitmen untuk melaksanakan Rencana Aksi Global yang sudah disepakati. Berbagai ke-

giatan terkait pelaksanaan Agenda Habitat telah aktif diikuti pemerin-tah, seperti Habitat+5 di New York pada tahun 2001 dan pertemuan dua tahunan Governing Council UN Habi-tat di Nairobi. Bahkan Prof. Johan Si-las selaku inisiator KIP (Kampong Im-provement Program) pernah menjadi salah satu penerima Habitat Scroll of Honours untuk komitmen dan dedi-kasinya dalam pengembangan bidang perumahan, terutama bagi masyarakat miskin.

Isi dalam Deklarasi Vancouver dan Agenda Habitat menjadi pesan yang berusaha disampaikan ke masyarakat luas melalui peringatan Hari Habitat Dunia setiap tahunnya. Hari Habi-tat Dunia ini sekaligus menjadi salah satu cara untuk mengingatkan para penduduk dunia akan fenomena dan

tantangan yang dihadapi masyarakat perkotaan.

Salah satu tantangan dunia saat ini adalah meningkatnya perkotaan se-cara pesat. Jika sebelumnya mayoritas penduduk dunia tinggal di perdesaan, saat ini lebih dari separuh penduduk dunia sudah tinggal di kawasan perkotaan dan diperkirakan akan meningkat menjadi dua per tiga pada tahun 2030. Dengan keterbatasan ke-mampuan pengelolaan sumberdaya di perkotaan, maka terjadi banyak dampak negatif dari meningkatnya persoalan seperti kurangnya hunian layak, tumbuhnya permukiman ku-muh, polusi, kemacetan lalu lintas, kesenjangan sosial, dan seba-gainya.

Hari Habitat Dunia 2010

Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik

ISTIMEWA

Page 4: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

6 7

Edisi IV, 2010

Menuju Kota dan Kehidupan Lebih BaikTahun 2010 ini, terkait peringat-

an Hari Habitat Dunia, Indonesia kembali ikut berpartisipasi seperti juga tahun-tahun sebelumnya. Pada tahun 2008, Hari Habitat Dunia di-selenggarakan di Bali dan pada tahun 2009, Hari Habitat Dunia diseleng-garakan di kota Palembang. Untuk perayaan di tingkat global, Indonesia pernah menjadi tuan rumah pada ta-

hun 2005 ketika Hari Habitat Dunia mengambil tema The Millenium Goals and the City (Tujuan Pembangunan Milenia dan Kota). Pada tahun terse-but, peringatan Hari Habitat Dunia dipusatkan di Rusun Cengkareng, Ja-karta dan tema yang dipilih bertujuan untuk mengingatkan pada Millenium Development Goals yang diluncurkan pada lima tahun sebelumnya.

Dengan mengangkat tema “Bet-ter City, Better Life” atau “Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik” untuk tahun 2010, peringatan tahun ini berusaha menekankan pada pen-tingnya kualitas kota untuk menun-jang kehidupan yang lebih baik, yang dapat mendorong potensi dan pe-luang, mengurangi kesenjangan serta menyediakan hunian yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat.

Dalam pesan global UN Habitat yang disampaikan oleh Inga Björk-Klevby (Assistant Secretary-General of the United Nations and Deputy Execu-tive Director, UN-HABITAT), untuk menuju kehidupan yang lebih baik tersebut, perlu adanya perwujudan kota yang lebih cerdas atau smarter city. Inga mengemukakan, hanya kota yang cerdas yang akan dapat

memberikan kehidupan yang lebih baik bagi warganya. Dalam menuju smarter city untuk kehidupan yang lebih baik tersebut, ada lima lang-kah strategis yang dihimbau oleh UN Habitat yaitu: (1) Memperbaiki kualitas hidup, (2) Berinvestasi dalam modal manusia, (3) Mendorong per-tumbuhan ekonomi masyarakat yang berkelanjutan, (4) Meningkatkan par-tisipasi politik, dan (5) Meningkatkan keterlibatan budaya. Lima langkah ini diharapkan menjadi katalis penting untuk mewujudkan kehidupan yang lebih baik bagi semua.

Untuk peringatan Hari Habitat Dunia di Indonesia, seperti juga pe-nyelenggaraan Hari Habitat Dunia untuk beberapa tahun terakhir ini, diselenggarakan secara bersama-sama oleh Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum. Dalam konferensi pers yang diseleng-garakan tepat pada Hari Habitat Dunia 2010 yang jatuh pada Senin, 4 Oktober 2010, Menteri Peru mahan Rakyat, Suharso Monoarfa mengung-kapkan bahwa rumah layak huni ada-lah sebuah isu Hak Asasi Manusia (HAM) yang memerlukan perhatian khusus dari pemerintah dan permu-kiman yang lebih baik merupakan tanggung jawab bersama untuk masa depan. Pernyataan ini tentunya se-jalan dengan misi dari Agenda Habi-tat, yaitu hunian layak untuk semua dan urbanisasi berkelanjutan.

Kegiatan Hari Habitat Dunia 2010 di IndonesiaDi Indonesia, Peringatan Hari

Habitat Dunia tahun 2010 diseleng-garakan dengan maksud untuk me-ningkatkan kepedulian semua pihak baik pemerintah pusat maupun dae-rah, pihak swasta, perguruan tinggi, serta masyarakat. Hari Habitat Dunia juga bertujuan untuk mendorong timbulnya pemikiran baru atas kon-

Laporan Utama

disi permukiman saat ini. Secara lebih jauh, peringatan Hari Habitat Dunia Tahun 2010 bertujuan untuk mem-berikan pemahaman ke masyarakat mengenai isu perumahan dan permu-kiman serta mendorong peran serta pemangku kepentingan bidang peru-mahan dan permukiman dalam ke-giatan yang mendukung peningkatan pemahaman akan makna Hari Habi-tat Dunia dan implementasi Agenda Habitat, terutama generasi muda karena tanggung jawab keberlanjutan

dunia di masa depan berada di tangan mereka.

Pantas jika kemudian, rangkaian peringatan Hari Habitat Dunia di-warnai dengan kegiatan Seminar dan Workshop, Jambore Sanitasi, Pelun-curan Buku sebagai acara puncak dan juga kegiatan Youth Urban Forum un-tuk kaum muda di ITS Surabaya. Di luar kegiatan-kegiatan tersebut, Hari Habitat Dunia juga diperkenalkan ke masyarakat umum melalui kampanye media baik melalui televisi, radio, me-

dia cetak, maupun internet.Rangkaian Peringatan Hari Habitat

Dunia 2010 diawali dengan kegiatan Seminar Nasional Habitat 2010 “Bet-ter City, Better Life” yang digelar di Ho-tel Sultan, Jakarta pada 30 September 2010. Seminar yang mengangkat tema Konsep Penanganan Perumahan dan Permukiman Perkotaan yang Humanis dan Berkelanjutan ini membahas kota dari aspek kelayakan huni – baik aspek sosial, ekonomi, keamanan dan ling-kungan. Seminar yang diselenggara-kan oleh Deputi Formal Kementerian Perumahan Rak yat ini menghadirkan pembicara antara lain Mantan Menteri Kimpraswil, Erna Witoelar, Pengamat Sosiologi Perkotaan Imam B. Prasodjo, Ketua Ikatan Ahli Perencanaan Indo-nesia (IAP) Iman Soedrajat dan juga perwakilan dari pemerintah kota Yog-yakarta, Manado, dan Palembang.

Terkait dengan sanitasi, pada 12-16 Oktober 2010, Direktorat Jenderal Cipta Karya menyelenggarakan kegi-atan Jambore Sanitasi di Wisma Hijau Cimanggis dengan tajuk “Peduli Sani-tasi, Peduli Kualitas Air”. Peserta Jam-bore Sanitasi terdiri dari 128 pelajar dari 32 provinsi di Indonesia. Dalam sambutan pembukaannya, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto mengungkapkan bahwa Jambore Sa-nitasi merupakan kampanye nasional yang berfokus pada anak sebagai ti-tik sentral. Mereka diharapkan dapat menjadi agen perubahan di daerah masing-masing. Sebagai rangkaian Jambore Sanitasi, diadakan juga tur dengan peserta dari siswa SD di seki-tar Cimanggis ke Waste Water Treat-ment Lippo Karawaci dalam rangka mengenalkan secara dini pengelolaan air limbah kepada anak SD.

Sementara itu, pada Minggu pagi, 17 Oktober 2010, diselenggara-kan Kegiatan Fun Bike (Sepeda Santai) Habitat. Kegiatan ini dilepas

Data dan FaktaPerkotaan:

l Lima puluh persen penduduk dunia tinggaldiperkotaan

l Tigamilyar pendudukduniatinggal diperkotaan,1milyardiantaranyatinggaldi kawasan kumuh. Di kawasan Afrika Sub-Sahara, 70 % penduduk perkotaan tinggaldikawasankumuh.

l Tahun 2005, jumlah penduduk perko-taan lebih banyak 1,4 milyar orang dibanding dengan tahun 1980

l Urbanisasi lebih banyak ditemui di Negara berkembang. Sebaliknya, Ne-gara-negara Eropa justru mengalami penurunan karena dengan kemajuan transportasi dan komunikasi menu-runkan kecenderungan konsentrasi penduduk di satu tempat.

Sumber:The State of the World Atlas

Wilayah 1990 2000 2009 2010* 2020* 2030*

Dunia 42.6 46.4 50.1 50.5 54.4 59.0

Asia 31.5 36.8 41.7 42.2 47.2 52.9

Oseania/Pasifik

70.7 70.4 70.2 70.2 70.4 71.4

Eropa 69.8 70.8 72.5 72.8 75.4 78.4

Amerika Utara 75.4 79.1 81.9 82.1 84.6 86.7

Amerika Latin 70.3 75.5 79.3 79.6 82.6 84.9

Afrika 32.1 36.0 39.6 40.0 44.6 50.0*Prediksi, Sumber: PBB

Penduduk Dunia yang Tinggal di Perkotaan, 1990-2030 (%)

KEMENPERA

Menpera, Suharso Monoarfa (tengah) dan Menteri PU, Djoko Kirmanto (kanan) bersama penulis buku "Mengusik Tata Penyelenggaraan Lingkungan Hidup dan Pemukiman", Tjuk Kuswartojo.

Page 5: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

8 9

Edisi IV, 2010

oleh Menteri Perumahan Rakyat dan diikuti sekitar 150 orang peserta baik dari unsur pimpinan Kementerian maupun karyawan serta karyawati di lingkungan Kementerian Perumahan Rakyat dan Kementerian Pekerjaan Umum. Sepeda santai ini dimulai pu-kul 06.30 WIB serta mengambil start dari halaman Kemenpera melewati Bundaran Senayan, Jalan Sudirman kemudian melalui Bundaran HI dan kembali ke Kantor Kemenpera. Saat di Bundaran HI, peserta membagi-bagi-kan stiker tentang HHD 2010 kepada masyarakat umum untuk lebih menge-nalkan tentang Hari Habitat Dunia

Puncak Hari Habitat Dunia 2010 diadakan pada 18 Oktober 2010 dan ditandai dengan peluncuran, pa-mer an dan bedah buku “Kilas Balik Perumah an 1900-2000” dan “Meng-usik Tata Penyelenggaraan Lingkung-an Hidup dan Pemukiman”. Menteri Perumah an Rakyat mengharapkan penerbit an buku ini bisa menjadi ins-pirasi bagi generasi muda selanjutnya dalam perencanaan dan perancangan perumahan dan permukiman yang

lebih inovatif dan kreatif. Kegiatan puncak melalui peluncuran buku ini memang bertujuan untuk meningkat-kan pengetahuan atas permukim an sebagai dasar menuju kota yang lebih baik. Peluncuran buku ini diisi oleh sambutan dari Menteri Negara Peker-jaan Umum dan Menteri Perumahan Rakyat yang diikuti dengan pelun-curan buku secara resmi kepada para stakeholder yang terdiri dari pelaksana pembangunan, akademisi, LSM, me-dia serta sesepuh dilanjutkan dengan bedah buku yang menghadirkan pem-bahasa dari berbagai kalangan.

Kegiatan lain yang menjadi bagian dari Rangkaian Peringatan Hari Ha-bitat Dunia 2010 adalah Workshop Nasional yang diselenggarakan oleh Direktorat Pembangunan Permukim-an dan Direktorat Penataan Bangunan Lingkungan, Cipta Karya, Kementeri-an PU yang diselenggarakan pada 26 Oktober 2010 di Kementerian PU. Workshop bertajuk “Daya Dukung Perkotaan dan Adaptasi Perubahan Iklim” ini menghadirkan pembicara antara lain Onno W. Purbo dan Imam

B. Prasodjo. Dalam workshop ini di-adakan juga dua kelas paralel yang terdiri dari kelas “Menata Bangunan dan Lingkungan Menuju Kota yang Berkualitas” dan “ Penataan Kawasan Kumuh yang Menjawab Tantangan Perubahan Iklim”.

Sebagai penutup rangkaian Hari Habitat Tahun ini diselenggarakan kegiatan Youth Urban Forum di ITS Surabaya. Dalam acara yang ber-langsung dua hari yaitu pada 8-9 November 2010 ini, Menteri Peru-mahan Rakyat Suharso Monoarfa dan Walikota Surabaya Tri Rismaharini memberikan kuliah umum kepada sekitar 300 mahasiswa. Kuliah umum ini kemudian dilanjutkan dengan dis-kusi antar mahasiswa dan kunjungan lapangan ke kampung Tempe, Suko-manunggal, Surabaya. Youth Urban Forum sebagai penutup rangkaian Hari Habitat Dunia ini mempertegas bahwa keberlanjutan perkotaan dunia berada di tangan generasi muda, un-tuk menuju kota dan kehidupan lebih baik (LNP).

Laporan Utama

HARSYA PAMBUDI Setiap tahun, dunia selalu memperingati Hari Habitat Dunia atau World Habitat Day pada Senin pertama bulan Oktober. Hari Habitat Dunia ini merupakan salah satu dari peringatan hari internasional yang ditetapkan

oleh PBB dan diperingati sebagai wujud kepedulian terhadap pemenuhan kebutuhan perumahan dan permukiman yang layak untuk semua lapisan masyarakat. Hari Habitat Dunia juga bertujuan untuk mengingatkan perlunya tanggung jawab bersama bagi masa depan habitat manusia.

Cikal bakal Hari Habitat Dunia tidak bisa dilepaskan dari konferensi Habitat I atau Habitat: United Nation Conference on Human Settlement di Vancouver, Kanada pada 1976. Dalam konferensi yang diselenggarakan sekitar 34 tahun lalu ini, dunia mulai menyadari akan fenomena meningkatnya urbanisasi beserta segala dampaknya terutama yang terjadi di negara berkembang. Sebelumnya, persoalan mengenai urbanisasi dan dampaknya hampir tidak pernah menjadi prioritas PBB. Konferensi Habitat I menjadi konferensi internasional pertama dari PBB dalam hal permukiman dan kemudian melahirkan Vancouver Declaration on Human Settlements yang menyerukan kepada semua organisasi baik di dalam dan di luar sistem PBB untuk mendukung upaya

nasional dalam perancangan, penerapan formulasi, dan evaluasi proyek-proyek untuk meningkatkan kualitas permukiman. Konferensi di Vancouver ini sekaligus mendasari dibentuknya United Nations Human Settlements Programme (UN–HABITAT), badan PBB yang membidani bidang permukiman.

Sekitar 9 tahun kemudian, pada tahun 1985, dalam Commission on Human Settlement Resolution tanggal 8 Mei 1985, muncul usulan mengenai penyelenggaraan Hari Habitat Dunia. Usulan ini kemudian diadopsi dan ditetapkan dalam Resolusi Sidang PBB tahun 1985 (Resolution 40/202 of 17 Desember 1985) sehingga Hari Habitat Dunia mulai dirayakan pada tahun 1986. Dimulainya peringatan Hari Habitat Dunia pada tahun 1986 sekaligus menandai peringatan 10 tahun dilaksanakannya Habitat I.

Dalam peringatan pertama yang digelar di Nairobi, Kenya tersebut, peringatan Hari Habitat Dunia memiliki tema “Rumah adalah Hak Saya” (Shelter is My Right). Sepuluh tahun kemudian, pada tahun 1996, digelar kon-ferensi Habitat II di Istanbul, Turki yang menghasilkan Agenda Habitat. Agenda Habitat merupakan komit-men 176 kepala negara termasuk Indonesia untuk mendukung masa depan habitat manusia yang lebih baik.

Hari Habitat Dunia

Meningkatkan Kepedulian atas

Tantangan Urbanisasi

ISTIMEWA

Peserta Yonth Urban forum mendengarkan kuliah umum dari walikota Surabaya.

Page 6: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

10 11

Edisi IV, 2010

Setiap tahun, UN Habitat men-jadi badan PBB yang mengor-ganisasikan peringatan Hari

Habitat Dunia. UN Habitat melak-sanakan tugasnya berdasarkan man-dat dokumen Vancouver Declaration on Human Settlements bersama sama dengan dokumen lainnya seperti the Habitat Agenda dan the Millenium Declaration. Dokumen-dokumen tersebut menekankan pada hunian yang layak bagi semua. Hunian yang layak dan pelayanannya merupakan hak dasar manusia dimana peme-rintah mempunyai kewajiban untuk membantu masyarakat yang kurang mampu memperoleh tempat tinggal.

Hunian yang layak bagi semua ini tidak bisa dipisahkan dari penyediaan dan kondisi air dan sanitasi. Dalam Agenda Habitat sendiri disebutkan pula secara khusus untuk mempromo-

sikan akses terhadap air minum yang aman, sanitasi, serta fasilitas dasar lainnya, terutama bagi orang yang hidup dalam kemiskinan, perempuan dan mereka yang termasuk rentan serta kelompok marjinal.

Secara khusus, Hari Habitat Du-nia pernah mengangkat tema menge-nai Water and Sanitation pada tahun 2003. Pada tahun tersebut, Hari Habitat Dunia menyorot kondisi air perkotaan di dunia dan krisis sanitasi. Sebuah situasi yang jauh lebih buruk daripada statistik-statistik yang ada.

Dalam pesan global Hari Habitat Dunia 2003, Anna Tibaijuka, Direk-tur UN Habitat saat itu mengemuka-kan bahwa pembangunan berkelan-jutan dimulai dari kesehatan. Oleh karenanya, kondisi berkelanjutan tidak dapat dipenuhi tanpa investasi berkelanjutan dalam air bersih dan

sanitasi dasar. Sementara itu, Kofi An-nan selaku Sekretaris Jenderal menge-mukakan dalam pesannya bahwa kota-kota tidak dapat dipungkiri akan selalu menjadi pusat kegiatan dan kesempatan, namun tanpa hunian layak dan fasilitas dasar yang cukup, lingkungan perkotaan dapat menjadi lingkungan yang paling berbahaya di muka bumi.

Di dunia yang sete ngah dari pen duduknya hidup di kota-kota, setidaknya 1 milyar orang meng alami bahaya yang terkait de ngan kekurang-an air bersih dan sanitasi yang me-madai. Di kota-kota Asia, terdapat 700 juta orang yang mengalami keku-rang an air bersih serta 800 juta tanpa sanitasi memadai. Terlebih, di banyak tempat, orang miskin cenderung membayar l e b i h

Hari Habitat, Air, dan Sanitasi

POKJA

Konferensi Habitat II ini menjadi semacam titik balik tentang fokus dari isu permukiman. Tema peringatan Hari Habitat Dunia yang ditentukan PBB pada tahun-tahun awal lebih menekankan pada “shelter” atau hunian/rumah. Sejak tahun 1996, tema Hari Habitat Dunia menjadi lebih bergeser ke masalah city (lihat kotak). Kencederungan ini mungkin muncul karena adanya perkembangan pemikiran bahwa masalah permukiman adalah masalah kota (city) dan masalah kekotaan (urban). Agenda Habitat sebagai keluaran dari Habitat II pun mencerminkan manifestasi dari kecenderungan tersebut. Melalui Agenda Habitat, negara-negara di dunia berusaha untuk mewujudkan Adequate Shelter for All (Hunian yang Layak bagi Semua) dan Sustainable Urbanization (Urbanisasi yang Berkelanjutan).

Tema-tema dari peringatan Hari Habitat Dunia memang selalu berbeda setiap tahunnya, namun tema-tema yang diangkat tersebut tetap sejalan dengan dua pesan utama Agenda Habitat yaitu Adequate Shelter for All (Hunian yang Layak bagi Semua) dan Sustainable Urbanization (Urbanisasi yang Berkelanjutan).

Peringatan Hari Habitat Dunia menjadi momentum mempromosikan pesan-pesan utama dari Agenda Habitat tersebut. Peringatan Hari Habitat dari tahun ke tahun pun justru menjadi semakin penting. Tiga puluh empat tahun lalu, ketika Habitat I diselenggarakan, dua per tiga penduduk dunia masih tinggal di perdesaan. Kini, proporsi tersebut berbalik, sudah lebih dari separuh penduduk dunia tinggal di perkotaan dan pada 2030 diperkirakan dua per tiga penduduk dunia tinggal di kota yang tentunya akan memberikan konsekuensi yang lebih besar.

Untuk tahun 2010 ini, Hari Habitat Dunia jatuh pada Senin, 4 Oktober 2010 dan mengangkat tema “Better City, Better Life” atau “Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik”. Tema ini menekankan pada pentingnya kualitas kota untuk menunjang kehidupan yang lebih baik, yang dapat mendorong potensi dan peluang, mengurangi kesenjangan serta menyediakan hunian yang layak bagi seluruh lapisan masyarakat. LNP, Dari berbagai sumber.

Tema Hari Habitat Dunia2010 – Better City, Better Life (Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik)2009 – Planning Our Urban Future (Merencanakan Masa Depan Perkotaan Kita)2008 – Harmonious Cities (Kota yang Harmonis) 2007 – A Safe City is a Just City (Kota yang Aman adalah Kota yang Berkeadilan)2006 – Cities, Magnets of Hope (Kota, Magnet Harapan)2005 – The Millenium Goals and the City (Tujuan Pembangunan Milenia dan Kota)2004 – Cities-Engines of Rural Development (Perkotaan – Mesin Pembangunan Perdesaan)2003 – Water and Sanitation for Cities (Air dan Sanitasi bagi Perkotaan)2002 – City-to-City Cooperation (Kerjasama Antar Kota)2001 – Cities without Slums (Kota tanpa Permukiman Kumuh)2000 – Women in Urban Governance (Perempuan dalam Pemerintahan Kota)1999 – Cities for All (Kota untuk Semua)1998 – Safer Cities (Kota yang Lebih Aman)1997 – Future Cities (Kota Masa Depan)1996 – Urbanization and Human Solidarity (Urbanisasi dan Solidaritas Kemanusiaan)1995 – Our Neighborhood Curitiba(LingkunganKita,Curitiba)1994 – Home and the Family (Rumah dan Keluarga)1993 – Women and Shelter Development (Perempuan dan Pembangunan Rumah)1992 – Shelter and Sustainable Development (Rumah dan Pembangunan Berkelanjutan)1991 – Shelter and the Living Environment (Rumah dan Lingkungan Hidup)1990 – Shelter and Urbanization (Rumah dan Urbanisasi)1989 – Shelter, Health and the Family (Rumah, Kesehatan, dan Keluarga)1988 – Shelter and Community (Rumah dan Komunitas)1987 – Shelter for the Homeless (Rumah untuk Tunawisma)

1986 – Shelter is my Right (Rumah adalah Hak Saya)

POKJA

Laporan Utama

Page 7: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

12 13

Edisi IV, 2010

Isu perumahan dan perkotaan merupakan isu yang kompleks dan multi disiplin. Tuntutan meningkatkan kapasitas Pemerintah dan pemangku kepentingan lain-

nya untuk merencanakan dan mengelola kota secara lebih baik sangat diperlukan. Untuk itu, diperlukan peningkat-an pengetahuan bidang perumahan dan pengembangan perkotaan, serta jejaring yang kuat untuk pertukaran in-formasi dan kerjasama.

Pada tahun 1981 pernah dibentuk Sekretariat Nasional Perumahan untuk mengoordinasikan kegiatan organisasi internasional yang terkait perumahan dan perencanaan di Indonesia. Fungsinya sebagai clearing house dan me-nampung serta menyalurkan asosiasi profesi yang terkait kegiat an perencanaan dan perumahan.

Dua puluh tahun kemudian, pada tahun 2001, dibentuk Komite Nasional Agenda Habitat II oleh Presiden RI dengan tugas membantu pelaksanaan Agenda Habitat II di Indonesia dan menyampaikan pertimbangan dan saran kepada Pemerintah terkait pelaksa-naan Agenda Habitat II.

Sekretariat Nasional Habitat IndonesiaDengan latar belakang tersebut, Sekretariat

Nasional Habitat Indonesia atau lebih dike-

nal dengan sebutan Seknas Habitat dibentuk pada tahun 2008 melalui Surat Keputusan Bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Menteri Negara Perumahan Rakyat untuk mendukung kerjasama antarlembaga (pemerintah dan non-pemerintah) dan pelaksanaan program terkait Agenda Habitat di Indonesia. Seknas Habitat diharapkan untuk dapat melanjutkan peran yang sebelumnya diemban oleh Komnas Habitat.

Seknas Habitat memiliki fungsi sebagai penyebar pengetahuan (knowledge hub) bidang perumahan dan pengembangan perkotaan. Seknas Habitat diharapkan da-pat menjadi pusat pengetahuan (knowledge center) dalam bidang perumahan dan permukiman, dan rumah bersama

Laporan Utama

mahal untuk air dibandingkan de-ngan orang yang lebih kaya.

Mengenai peringatan Hari Habi-tat Dunia tahun 2003 sendiri, saat itu, peringatan global yang bertemakan “Water and Sanitation for Cities” terse-but diselenggarakan di kota Rio De Ja-neiro, Brasil. Peserta dari seluruh dunia mengunjungi kawasan Cajú, kawasan kumuh yang dihuni oleh sekitar 800 keluarga. Kawasan ini tipikal dengan kawasan kumuh yang ada di bagian kota lainnya di mana hampir 20 per-sen dari penduduk kota Rio De Janeiro tinggal. Yang menarik dari Cajú adalah penduduk memiliki akses yang sangat baik terhadap air dan sanitasi, listrik,

transportasi, dan layanan sosial. Be-

rada di tepian sungai, Cajú adalah hasil positif dari percontohan inisiatif kota “Slum to Neighbourhood” yang dimulai pada tahun 1993. Menteri Perkotaan Brazil waktu itu mengungkapkan, akses yang lebih baik terhadap air dan sanitasi menjadi prioritas Brazil dalam pemenuhan kebutuhan dasar kaum miskin perkotaan. Komitmen ini menunjukkan keseriusan pemerintah Brazil dalam memberikan kesetaraan hak akan kota untuk kaum miskin perkotaan.

Sementara itu, di Indonesia, per-ingatan Hari Habitat Dunia tahun 2003 tersebut dilaksanakan di Den-pasar, Bali. Presiden Republik Indo-nesia saat itu, Megawati Soekarnopu-tri, berkesempatan mencanangkan

Pengembangan 1.000.000 unit Ru-mah Sederhana, dan “Percepatan Pe-nanganan Penyediaan Air Bersih dan Sanitasi Bagi Masyarakat Berpeng-hasilan Rendah di 1.500 Kampung/Kelurahan Setiap Tahun”.

Saat ini, di tahun 2010, isu air dan sanitasi tetap menjadi isu yang krusial, terlebih, hanya 5 tahun lagi menjelang tahun 2015 ketika tujuan MDG’s Goal harus dicapai. Dari segi pemenuhan air, sudah lebih banyak orang yang memiliki akses terhadap air layak dan lebih banyak orang yang da-pat mengakses fasilitas sanitasi. Meski demikian, untuk bisa memenuhi tar-get MDG’s, usaha pemenuhan target harus dilakukan secara dua kali lipat.

Sekretariat Nasional Habitat IndonesiaMeningkatkan Pengetahuan dan Jejaring Bidang

Perumahan dan Pengembangan Perkotaan

Hampir separuh dari penduduk - dunia mengalami kekurangan airHampir satu miliar penduduk dunia - tidakmemilikiakseskeairyanglayakDi negara berkembang, hampir - setiapsatudariempatpenduduktidakmemilikiaksesterhadapsanitasi bahkan yang paling dasarKaum perempuan memiliki beban - yang paling besar dalam hal memperoleh air untuk ke rumah tanggaKawasan pusat di kota-kota besar - umumnya sudah memiliki akses terhadap air dan sanitasi, namun kaummiskinkotabiasanyatidakdilayani. Permukiman perkotaan ilegal memiliki kondisi paling merana dantidakhigienis.

Data dan Fakta tentang Air dan Sanitasi

Sumber: UN Habitat Urban World - Juni 2010 POKJA

Visi Meningkatkan pengetahuan dan jejaring bidang perumahan dan pengembangan perkotaan.

Misi - Meningkatkan pengetahuan bidang perumahan dan pengembangan per-

ko taan melalui dokumentasi informasi dan praktek terbaik dan publikasi melalui website dan materi cetak

- Meningkatkan jejaring bidang perumahan dan pengembangan perkotaan melalui pertukaran informasi dan forum diskusi

- Memberikan masukan isu strategi kepada pembuat kebijakan - Mendukung pelaksanaan kegiatan nasional dan internasional terkait Agenda

Habitat II

ISTIMEWA

Page 8: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

14 15

Edisi IV, 2010

(common house) bagi para praktisi, akademi-si, dan aktor pemba-ngunan lainnya untuk membahas dan meng-kritisi isu perumah-an dan permukim an, memberikan masukan kebijakan serta me-nyelaraskan program kegiatan.

Untuk mendukung kerjasama antarlembaga, Seknas Habitat meli-batkan 8 kementerian yang terdiri dari Kemen-terian Pekerjaan Umum, Kementerian Perumahan Rakyat, Kementerian Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat, Kementerian Luar Negeri, Kementerian PPN/Bappenas, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kementerian Kesehatan untuk duduk sebagai Tim Pengarah, Tim Pelaksana, dan Tim Harian.

Untuk tim pengarah, saat ini diketuai oleh Dirjen Cipta Karya, Budi Yuwono dengan wakil Sekretaris Kementerian Perumahan Rakyat, Iskandar Saleh. Tim pelaksana yang berada di bawah tim pengarah diketuai oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Cipta Karya, Susmono dan didampingi oleh dua orang wakil yaitu Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Kementerian Perumahan Rakyat, Oswar Mungkasa dan Direktur Bina Program Cipta Karya, Antonius Budiono. Saat ini, Ketua Tim Harian dari Seknas Habitat yang bertugas menjalankan kegiatan Seknas sehari-hari adalah Dr. Lana Winayanti dari Kementerian Perumahan Rakyat dengan didampingi Dr. Hadi Sucahyono dari Kementerian Peker-jaan Umum sebagai wakilnya.

Kegiatan SeknasLingkup Kerja Seknas Habitat meliputi antara lain

pengarusutamaan Agenda Habitat, dukungan kegiatan internasional, dokumentasi praktek terbaik serta peman-tauan dan pengendalian penyelenggaraan habitat nasion-al/internasional.

Peran nyata Seknas Habitat dalam mewujudkan visi dan misinya antara lain adalah melalui penyelenggaraan Asia Pacific Ministerial Conference on Housing and Urban

Development (APMCHUD) di Solo pada 22-24 Juni 2010 dan juga

pelaksanaan Biro APMCHUD Meeting. Dalam pertemuan tersebut pe-

jabat dari Negara di Asia Pasifik berkumpul untuk mem-bahas tentang isu perumahan dan permukiman.

Tak hanya kegiatan internasional, Seknas menerbitkan pula beberapa publikasi seperti Country Profile Indonesia dalam perumahan dan permukiman yang terbagi dalam 5 bidang serta beberapa kali mengadakan diskusi tematik dengan melibatkan berbagai elemen seperti kaum peme-rintah, akademisi, pelajar, LSM dan lembaga penelitian.

Setiap tahun, Seknas Habitat juga berperan dalam pe-nyelenggaraan Hari Habitat. Pada tahun 2009, peringatan Hari Habitat Dunia diselenggarakan di Palembang, Su-matera Selatan dengan tema Planning Our Urban Future (Merencanakan Masa Depan Perkotaan Kita) dan pada tahun 2010 peringatan dipusatkan di Jakarta dengan tema Better City, Better Life (Menuju Kota dan Kehidupan Lebih Baik). Peringatan tahun 2010 ditandai dengan peluncuran buku yang selaras dengan tujuan Seknas Habitat sebagai pusat pengetahuan (knowledge center) dalam bidang peru-mahan dan permukiman.

Laporan Utama

Rumah bersama bagi para praktisi, akademisi, dan aktor pembangunan

lainnya untuk membahas dan mengkritisi

isu perumahan dan permukiman. . .

Peraturan

Manusia berada di saat yang menentukan dalam sejarah. Kita dihadapkan pada kesenjangan berkepanjangan baik antarnegara maupun di dalam negara, kemiskinan yang meningkat, kelaparan, penyakit dan buta huruf, dan mem-buruknya ekosistem yang menjadi gantungan kita untuk mencapai kesejahteraan. Namun, integrasi lingkungan dan masalah pembangunan memerlukan perhatian yang lebih besar yang akan mengarah pada pemenuhan kebutuhan dasar, peningkatan standar hidup untuk semua, ekosistem yang lebih terlindung dan masa depan yang lebih aman dan sejahtera. Tidak ada bangsa yang bisa mencapai hal ini sendiri, tetapi jika secara bersama-sama hal ini bisa dicapai - melalui kemitraan global untuk pembangunan berkelan-jutan.

Agenda 21, paragraf 1.1

Agenda 21 merupakan rencana tindak komprehen-sif untuk diterapkan baik secara lokal, nasional, maupun global, dan oleh organisasi dalam sistem

PBB, pemerintah, dan kelompok yang terkait pada se tiap aspek yang memberikan dampak terhadap ling kungan.

Agenda 21 bersama dengan Deklarasi Rio tentang Lingkungan dan Pembangunan/Rio Declaration on Environment and Development, dan Pernyataan mengenai Prinsip Pengelolaan Hutan Berkelanjutan/Statement of Principles for the Sustainable Management of Forests meru-pakan dokumen-dokumen yang diadopsi oleh lebih dari 178 Pemerintah pada Konferensi PBB tentang Lingkungan dan Pembangunan/United Nations Conference on Environment and Development (UNCED) atau Earth Summit yang diselenggarakan di Rio de Janeiro, Brazil, 3-14 Juni 1992.

Agenda 21 menawarkan harapan, mengun-

dang kita untuk merencanakan dan mengambil tindakan sekarang untuk menjaga warisan yang akan diteruskan ke generasi mendatang. Agenda 21 berusaha memastikan masa depan yang berkelanjutan yang membutuhkan kesa-daran yang lebih besar dari kita semua terhadap masalah-masalah serta tekad untuk menemukan solusi.

Dengan substansi yang ada di dalamnya, Agenda 21 menjadi semacam cetak biru untuk kemitraan global yang bertujuan mewujudkan lingkungan yang berkualitas tinggi dan ekonomi yang sehat untuk semua orang di planet ini. Agenda 21 membahas isu-isu kritis yang kita hadapi seba-gai komunitas global seperti kerusakan ekosistem, mening-katnya kemiskinan, kelaparan dan kesehatan yang buruk, peningkatan populasi dunia dan buta huruf. Agenda 21 terdiri dari 40 bab yang mengidentifikasi setiap tantang-an dan memberikan solusi yang realistis dan sederhana menuju pembangunan berkelanjutan yaitu memenuhi ke-butuhan sekarang tanpa mengurangi kemampuan generasi mendatang untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Agenda 21 terdiri dari 5 bagian dengan total 40 bab. Bagian awal merupakan bagian Preambule atau pembu-kaan (bab 1.1-1.6). Pada bagian berikutnya adalah Bagian

1 (bab 2.1-8.54) yang memuat hubungan antara as-pek sosial dan ekonomi. Dalam bagian ini ditekankan mengenai pentingnya kerja sama internasional untuk

mengimplementasikan dan mempercepat usaha menuju pembangunan berkelan-jutan.

Bagian selanjutnya yaitu Bagian 2 (bab 9.1-22.9) berisi tentang pengelolaan dan konservasi sumber daya untuk pem-bangunan yang memuat antara lain ten-tang konservasi pegunungan, pence gahan penggundulan hutan, perlin dungan terhadap sumber air, pengelolaan sampah, limbah, dan radioaktif, serta perlindungan terhadap laut. Bagian

Agenda 21

Agenda 21 menjadi cetak biru untuk

kemitraan global bertujuan

mewujudkan lingkungan yang berkualitas dan ekonomi yang

sehat.

Seknas Habitat Indonesia

Jl. Wijaya I no. 68

Jakarta 12710

Telepon/Fax: 62-21-7226530

Email: [email protected]

Website : habitat-indonesia.or.id ISTIMEWA

Page 9: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

16 17

Edisi IV, 2010

3 dari Agenda 21 kemudian memaparkan tentang pe-nguatan peran dari kelompok mayoritas (bab 23.1-32.14). Dalam bab ini disebutkan bahwa pembangunan berkelan-jutan memang tanggung jawab utama dari setiap peme-rintah namun komitmen dan keterlibatan dari berbagai kelompok sosial penting untuk mewujudkan implemen-tasi efektif dari kebijakan setiap pemerintah yang terkait dnegan Agenda 21.

Bagian terakhir dari Agenda 21 yaitu Bagian 4 berisi hal yang lebih spesifik yaitu mengenai aksi implementasi seperti bagaimana memulai rencana aksi tersebut (bab 33.1-40.30). Beberapa hal yang digaris bawahi dalam bab ini antara lain adalah penggunaan teknologi, peningkatan kesadaran publik melalui pendidikan, serta berbagi data dan informasi untuk dukungan pengambilan keputusan.

Air, Sanitasi, Drainase, dan Pengelolaan LimbahAir, sanitasi, drainase dan pengelolaan limbah merupa-

kan salah satu aspek yang dibahas khusus dalam Agenda 21. Hal yang ditekankan mengenai isu ini dalam Agenda 21 adalah bahwa usaha meningkatkan penyediaan in-frastruktur air, sanitasi, drainase dan pengelolaan limbah perlu dilakukan secara terintegrasi. Pemenuhan infrastruk-tur ini penting karena minimnya infrastruktur, terutama di negara berkembang dapat memicu munculnya penyakit dan kematian. Terlebih lagi, negara berkembang menga-

lami kendala di mana pemenuhan kebutuh-an infrastruktur melebihi

pertumbuhan kebutuhannya. Padahal, jika kebutuhan ini bisa dipenuhi melalui pendekatan yang integral maka da-pat sekaligus menjadi modal untuk peningkatan kualitas hidup, peningkatan produktivitas, peningkatan kualitas kesehatan, serta mengurangi biaya investasi dalam hal pengobatan kuratif serta membantu usaha pengentasan kemiskinan.

Sasaran yang ditekankan dalam Agenda 21 terkait isu ini adalah tercukupinya kebutuhan infrastruktur secara memadai pada 2025. Untuk itu, menjadi penting bagi se-tiap negara berkembang untuk mengintegrasikan pemba-ngunan kapasitas baik dalam SDM, pembiayaan maupun teknis ke dalam strategi nasional masing-masing.

Dalam mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan implementasi dalam wujud: (1) pembiayaan dan evaluasi

berbasis pengeluaran, (2) pemanfaat-an ilmu pengetahuan dan teknologi melalui percepatan riset dalam hal kebijakan integral, analisis dampak lingkungan, dan metode pengukur-an kebutuhan yang efektif, serta (3) pengembangan dan pembangunan kapasitas SDM melalui peningkat-an kesadaran, pelatihan keahlian, pe nguatan institusional, dan adopsi instrumen peraturan yang sesuai.

Tindak Lanjut Agenda 21Di seluruh dunia, pemerintah,

kalangan bisnis, organisasi non-pe-merintah dan elemen lainnya sudah menempatkan ide-ide dari Agenda 21 dalam rencana atau kebijakan masing-masing. Ini termasuk juga Indonesia yang pada tahun 1997 te-lah menyusun Agenda 21 Indonesia : strategi nasional untuk pemba ngunan

berkelanjutan yang dikeluarkan oleh Kementerian Ling-kungan Hidup. Kini, hampir 20 tahun kemudian, Agenda 21 masih sangat krusial dan usaha untuk dapat menerap-kannya memerlukan usaha berkali lipat dengan adanya tan-tangan yang semakin besar. Untuk itu, keterlibatan lintas elemen dalam menjalankan Agenda 21 sa ngatlah penting. Tugas ini akan membutuhkan tidak hanya kepemimpinan dan pendanaan pemerintah dan kalangan bisnis, tetapi juga visi dan kerjasama setiap warga negara. Pembangun-an berkelanjutan tidak dapat dicapai tanpa semua sektor masyarakat bekerja sama.

Adequate Shelter for All (Hunian yang Layak bagi Semua)Sustainable Urbanization (Urbanisasi yang Berkelanjutan)

Dunia mengalami urbanisasi yang begitu pesat dan banyak pemerintah di banyak negara kurang siap dalam menghadapi fenomena ini.

Meski demikian, pada tahun 1996 terdapat satu titik balik di dunia internasional untuk mempromosikan usaha mewujudkan kota yang berkelanjutan baik dari aspek sosial maupun lingkungan.

Pada bulan Juni di tahun tersebut diselenggarakan satu Konferensi Persatuan Bangsa Bangsa tentang Perkotaan (the United Nations’ 1996 Conference on Human Settlements) di Istanbul, Turki. Konferensi ini bertujuan untuk menilai kemajuan yang ada selama dua dekade terakhir semenjak Deklarasi Vancouver dicanangkan pada tahun 1976. Sekaligus juga untuk menetapkan tujuan yang lebih sesuai dalam rangka menyambut milenia baru.

Konferensi ini merupakan konferensi yang memiliki pendekatan yang relatif baru karena menawarkan kebijakan, strategi, dan aksi yang lebih menyeluruh, inklusif dan partisipatif untuk menuju kota-kota dunia yang aman, sehat, dan adil. Konferensi ini juga melibatkan tak hanya perwakilan dari pemerintah namun juga organisasi non pemerintah, sektor swasta, akademisi, dan kelompok kerjasama.

Konferensi yang disebut juga dengan Habitat II tersebut menghasilkan Deklarasi Istanbul dan juga Agenda Habitat yang ditandatangani 171 negara termasuk juga Indonesia. Agenda Habitat berisi lebih dari 100 komitmen dan 600 rekomendasi. Setiap negara yang menandatangani Agenda Habitat mempunyai komitmen untuk melaksanakan Rencana Aksi Global yang sudah disepakati.

Agenda HabitatAgenda Habitat adalah seruan global untuk bertindak

di semua lapisan. Di dalam kerangka tujuan, prinsip-prinsip serta komitmennya, Agenda Habitat menawarkan visi positif dari permukiman yang berkelanjutan - dimana

semua orang memiliki hunian yang layak, lingkungan yang sehat dan aman, pelayanan dasar, dan lapangan kerja produktif dan membebaskan. Agenda Habitat akan menjadi panduan agar semua upaya dapat mengubah visi ini menjadi kenyataan

Secara garis besar Agenda Habitat memiliki dua pesan utama yaitu Adequate Shelter for All (Hunian yang Layak bagi Semua) dan Sustainable Urbanization (Urbanisasi yang Berkelanjutan). Agenda Habitat menawarkan visi positif untuk kota-kota dan menyertakan juga road map praktis tentang dunia yang sudah terkena dampak urbanisasi. Pesan lain yang penting dari Agenda Habitat

adalah tata pemerintahan yang baik adalah syarat untuk menuju pembangunan perkotaan yang berkelanjutan dan pemberantasan kemiskinan.

Selain dua pesan utama Adequate Shelter for All (Hunian yang Layak bagi Semua) dan Sustainable Urbanization (Urbanisasi yang Berkelanjutan), Agenda Habitat juga berisi diskusi dalam isu terkait lainnya seperti, kesehatan, nutrisi, serta air dan sanitasi. Agenda Habitat mengaitkan permasalahan perkotaan dengan usaha pengentasan kemiskinan dan penambahan lapangan kerja serta perhatian khusus pada wanita dan kelompok marjinal. Keluaran dari Agenda Habitat tersebut adalah strategi yang komprehensif yang mendorong munculnya kemitraan baru untuk beraksi pada tingkatan baik lokal,

nasional, maupun internasional.Isi dari Agenda Habitat terdiri dari 241 paragraf yang

dibagi ke dalam 4 bagian. Bagian pertama adalah bagian Pengantar (paragraf 1-21). Bagian ini menggarisbawahi tentang tantangan global permukiman dan menyerukan kepada bangsa-bangsa untuk menghadapi tantangan tersebut. Bagian kedua dari dokumen ini memuat Tujuan dan Prinsip (paragraf 22-36) yang memberi arahan terhadap sasaran kebijakan sebagai aksi dari pemerintah dan juga bagaimana strategi untuk mencapainya. Strategi tersebut menyangkut juga tentang kerja sama, partisipasi, berbagi informasi, dan pengawasan. Bagian ketiga

Agenda Habitat

. . . pemerintahan yang baik

adalah syarat untuk menuju pembangunan

perkotaan yang berkelanjutan dan

pemberantasan kemiskinan.

POKJA

Peraturan

Page 10: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

18 19

Edisi IV, 2010

adalah bagian yang berisi Komitmen (paragraf 37-52) yang menggarisbawahi kesepakatan komunitas internasional dalam mencapai hunian layak untuk semua, permukiman berkelanjutan, pelibatan sektor publik, swasta, dan komunitas dalam pembangunan permukiman, kesetaraan gender, pembiyaan perumahan, dan kerjasama internasional.

Bagian Rencana Aksi Global merupakan bagian terakhir dari Agenda Habitat. Bagian ini adalah yang bagian terbesar dari dokumen ini (paragraf 53-241). Pada bagian ini terdapat 5 aksi strategi untuk dapat mewujudkan: (1) hunian layak untuk semua, (2) permukiman berkelanjutan, (3) pembangunan kapasitas dan pengembangan institusi, (4) kerjasama dan koordinasi internasional, dan (5) pengawasan dan pelaksanaan Agenda Habitat.

Infrastruktur dan Pelayanan DasarDalam paragraf 84-87, Agenda

Habitat secara khusus membahas mengenai rencana aksi dalam hal infrastruktur dan pelayanan dasar. Infrastruktur dan pelayanan dasar tersebut mencakup air, sanitasi, pengelolaan limbah, kesejahteraan sosial, fasilitas transportasi dan komunikasi, energi, fasilitas kesehatan, sekolah, keamanan,

dan ruang terbuka. Agenda Habitat menekankan bahwa pemerintah, komunitas, dan swasta perlu bekerja bersama untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar tersebut.

Pemerintah pusat akan memiliki andil dalam mendukung otoritas lokal dalam mengelola, mengoperasikan, dan merawat infrastruktur dan pelayanan dasar. Di lain pihak, sektor swasta, komunitas, dan lembaga non pemerintah dapat berpartisipasi dalam penyediaan layanan dan pengelolaan di bawah koordinasi dari pemerintah. Pemerintah juga perlu menyediakan akses infrastruktur dan layanan dasar tersebut terutama untuk kaum miskin dan marginal serta turut melibatkan komunitas lokal dalam menentukan standar dan prioritas.

Sumber: Cities and Homes for All: The Habitat Agenda, UN Habitat, 1996, dari berbagai sumber

Sumber: Cities and Homes for All: The Habitat Agenda, UN Habitat, 1996

Pembelajaran

Surabaya kota metropolitan terbesar ke-2 di Indonesia dengan jumlah penduduk lebih dari 2 juta, ternyata hanya memiliki satu Tempat Pembuangan Akhir (TPA), yakni TPA Keputih yang menampung limbah dari 155

Tempat Pembuangan Sementara (TPS) di Surabaya. Akan tetapi sampah di Keputih tidak tertangani dengan baik sehingga bau dari sampah yang menumpuk mengganggu masyarakat sekitar dan TPA Keputih terpaksa ditutup pada tahun 2001. Hal ini menyebabkan banyaknya tumpukan sampah di lokasi TPS menggunung dan tidak hanya berhenti di situ, setiap sudut jalan di kota pun banyak berserakan sampah. Pada tahun 2004 di kota Surabaya ada sekitar 2.610 ton sampah menumpuk setiap hari.

Situasi mengerikan ini meyakinkan kota Surabaya, LSM, dan masyarakat bahwa mereka harus mulai berurusan dengan masalah sampah secara serius dan mencari solusi bersama. Setelah mengidentifikasi bahwa sumber utama sampah di Surabaya berasal dari rumah tangga, Pemerintah Kota Surabaya pun memikirkan sebuah alternatif cara untuk mengatasi sampah dan memutuskan untuk menerapkan program pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang juga dikenal sebagai program Hijau dan Bersih.

Tahun 2004 dengan dukungan dari LSM lokal, Kota Surabaya memulai program pendidikan masyarakat

tentang pengelolaan sampah. Tujuan dari program ini adalah untuk mempopulerkan cara-cara alternatif pemilahan dan pengolahan sampah dari dasar siklus di tingkat rumah tangga, sedangkan strategi yang digunakan adalah dengan memperkenalkan teknologi tepat guna dan bagaimana menerapkannya di tingkat rumah tangga. Substansi program pendidikan termasuk bagaimana memilah sampah organik dan non-organik, bagaimana memanfaatkan limbah dengan cara menerapkan prinsip-prinsip Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur ulang) (3R).

Program ini membangun kesadaran masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah

berbasis masyarakat (melalui mengurangi, penggunaan kembali dan daur ulang) dan mendorong partisipasi mereka dalam proses. Program ini juga membangun jaringan dan kemitraan dengan pemangku kepentingan yang relevan untuk tindakan yang lebih kolaboratif. Gerakan kecil ini mulai memperoleh popularitas di kalangan masyarakat Surabaya.

Secara menyeluruh program ini mencakup berbagai kegiatan dan inisiatif dalam hal pengelolaan sampah seperti progam Manajemen dan Pendidikan Pengelolaan Sampah, Kompetisi Hijau dan Bersih, Kompetisi Kecamatan Terbersih, Kompetisi Bebas Sampah (Zero Waste

Surabaya Green and Clean: Menuju Kota

Surabaya SehatFOTO-FOTO: HARSYA PAMBUDI

Peraturan

Page 11: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

20 21

Edisi IV, 2010

Competition) dan Inisiasi Pengelolaan Sampah Mandiri. Pada tahun 2005, untuk memotivasi orang dan untuk

mendapatkan peserta yang lebih luas, Kota Surabaya - didukung oleh beberapa mitra menggarap kompetisi tersebut secara serius dan hal itu bertujuan untuk memperkenalkan konsep ‘reward’ (penghargaan) dan ‘punishment’ (penghargaan) tentang bagaimana mengelola lingkungan hidup sekitarnya.

Green and Clean awalnya diadakan di tingkat kelompok lingkungan. Kriteria utama adalah kebersihan lingkungan (termasuk keberadaan jentik di rumah-rumah). Pada tahun 2006, karena meningkatnya kesadaran pengelolaan sampah, kriteria tersebut diperluas dan termasuk pengelolaan limbah dan inisiatif daur ulang.

Ada beberapa kategori dalam kompetisi Green and Clean: 1. Manajemen Pengelolaan Sampah (pemilahan sampah hingga pengolahan/pembuatan kompos, fasilitas pengelolaan sampah, dan pemantauan sistem pengelolaan sampah), 2. Daur Ulang Sampah (kreativitas, nilai seni, dan nilai ekonomi), 3. Kebersihan (kebersihan jalan dan lingkungan, kondisi tempat pembuangan limbah dan drainase), 4. Penghijauan (keanekaragaman hayati, penggunaan kompos dalam proses penghijauan), 5. Kondisi Toilet/Kamar Mandi meliputi kebersihan, ada tidaknya jentik nyamuk hingga pengetahuan masyarakat dalam pencegahan demam berdarah.

Program ‘Bebas dari Sampah’ agak mirip dengan kompetisi ‘Green and Clean’. Penghargaan Green and Clean akan diberikan pada bulan Mei (pada ulang tahun Kota Surabaya) sedangkan ‘Bebas dari Limbah’ Award akan diberikan pada Hari Kemerdekaan pada bulan Agustus. Jika suatu daerah berhasil memenangkan 2 kompetisi ini dalam setahun pihak Pemerintah Kota akan memberikan insentif sebagai bentuk penghargaan dalam upaya mempertahankan lingkungan agar tetap bersih.

Pada tahun 2007, telah terjadi penurunan 18,6% dari sampah yang diangkut ke daerah pembuangan akhir dibandingkan dengan tahun sebelum inisiatif Green and Clean berjalan, jumlah sampah berhasil berkurang menjadi 1.480 ton. Green and Clean telah menginspirasi

orang untuk ambil bagian dalam konservasi lingkungan dan mengelola

sampah secara mandiri. Hal ini juga telah menjadikan Kota Surabaya lebih baik untuk ditinggali. Beberapa hasil yang luar biasa dari program ini adalah:

n kesadaran yang tumbuh dari orang-orang di Surabaya terhadap pentingnya pengelolaan sampah telah menghasilkan 6.500 kader lingkungan yang sampai saat ini memiliki tugas untuk memberitahukan orang di lingkungan mereka tentang bagaimana mengelola limbah mereka;

n Di Surabaya ada 750 kelompok lingkungan yang sudah menerapkan pengelolaan sampah berbasis masyarakat yang independen - dengan membuat kompos, masyarakat tidak hanya mendapatkan keuntungan, tapi juga menggunakannya sebagai pupuk untuk kepentingan lingkungan mereka sendiri;

n Banyak pohon dan tumbuh-tumbuhan lainnya ditanam di daerah perumahan, beberapa di

antaranya menjadi terkenal seperti Kampung Anggrek, Kampung Adenium, Kampung Lidah Buaya (Aloe Vera), dan sebagainya;n Secara umum ruang hijau di Surabaya telah meningkat dari 269,29 hektar pada tahun 2006 dan 274,44 hektar pada tahun 2007;n Setidaknya ada 15 usaha skala kecil-menengah untuk

produk daur ulang (payung, tas, dompet, dan kap lampu) di bawah dukungan UNILEVER CARE. Oleh karena itu, masyarakat mampu memperoleh keuntungan dari penjualan sampah non-organik dan menciptakan lapangan kerja baru;

n Memperkuat modal sosial sebagai akibat dari keterlibatan aktif dari anggota masyarakat - termasuk perempuan dan orang tua - dalam program ini;

n Program ini dapat dikatakan telah menginpirasi dan sudah direplikasi di kota-kota besar lainnya seperti Jakarta dan Yogyakarta;

n Kota Surabaya kini mulai menjadi tempat yang lebih baik untuk hidup (lebih hijau, bersih dan sehat) bagi warganya.

Kota Surabaya juga telah mendapatkan beberapa penghargaan sebagai pengakuan atas usaha yang dilakukan selama ini seperti, Energy Globe Award (EGA) dari Austria (2005) untuk kategori Air dan Lingkungan,

Green Apple & Green Organization dari London (2007) dan United Nation Economic and Social Commission for Asia Pacific (UNESCAP) Award (2007) untuk kategori Peningkatan Kualitas Perkotaan.

Kampung Anggrek - Kampung Terbersih dan TerhijauKampung Pesona Anggrek, Jl. Kertajaya IV-C, RT

07 RW XIII, kelurahan Kertajaya, kecamatan Gubeng, adalah pemenang dari kompetisi Surabaya Green and Clean tahun 2006. Berdasarkan kriteria penilaian yang begitu banyak, akhirnya semua juri setuju untuk memilih kampung yang penuh dihiasi oleh anggrek, sebagai kampung terbersih. Dengan demikian kampung ini berhak untuk menerima gratifikasi uang tunai sebesar Rp. 25 juta.

Satu hal unik dari kampung ini adalah adanya ang-grek di setiap rumah penduduk, ini karena didukung oleh solidaritas dan konsistensi dari penduduk untuk mewu-judkan keindahan dan kebersihan kampung. Hal ini juga terlihat dari perilaku warga dalam menyelesaikan masalah sampah. Warga setempat mengelola sampah mereka de-ngan baik dan mereka memiliki komposter untuk me-ngolah sampah organik mereka menjadi kompos.

Kampung Margorukun Gg. VI - Kampung ber-MoUKampung Margorukun ini terletak di kelurahan

Gundhi, kecamatan Bubutan (daerah Tembok Duhwur) Surabaya. Sebelumnya kampung ini adalah daerah yang terkenal sebagai tempat hitam bahkan orang Surabaya mengenal kampung ini sebagai kampung bromo corah. Dari mulai judi (balapan burung dara), mabuk-mabukan

hingga yang memiliki catatan kriminalitas tinggi. Tahun 2005 perubahan pun dimulai ketika seorang pemuka masyarakat Muhammad Sugiarto terpilih menjadi Ketua Rukun Tetangga.

Sebelum dia setuju untuk menjabat, dia minta persetujuan warganya jika dia diminta memimpin diperbolehkan untuk melakukan perubahan dan hal ini mendapatkan tanggapan yang posistif dari semua warga. Bahkan setelah menjabat sebagai Ketua RT orang yang akrab disapa dengan Abah Giarto ini membuat sebuah inovasi dengan meminta agar setiap menanda-tangani semacam kesepakatan bersama untuk hal-hal tertentu misalnya tidak boleh menjemur pakaian sembarangan sehingga menimbulkan kesan kumuh, kecuali tamu tidak boleh parkir di depan rumah sehingga menghalangi pengguna jalan, mewajibkan warga melakukan pemilahan sampah. Salah satu yang cukup menarik adalah ada hari-hari tertentu yang digunakan untuk menjemur kasur secara bersama-sama.

Tidak berhenti sampai di situ kampung Margorukun juga menggalakkan penghijauan di setiap rumah dan membangun Intalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dengan mandiri. Bahkan IPAL ini akhirnya kembali dimanfaatkan oleh warga untuk menyirami tanaman yang kini menghijaukan kampungnya. Berkat sebuah usaha yang gigih dan konsisten dari warga kampung Margorukun, saat ini kampung Margorukun telah menjadi kampung yang sangat nyaman untuk ditinggali, selain bersih kampung ini juga berhasil menggerakan warganya untuk membangun modal sosial bersama dalam menjaga lingkungan tempat tinggalnya. (David, dari berbagai sumber)

Pembelajaran

HARSYA PAMBUDI

PUTU MAHENDRA

Page 12: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

22 23

Edisi IV, 2010Testimoni

Kota Pekalongan tidak lagi dikenal hanya sebagai Kota Batik, namun juga dikenal sebagai Kota Bebas Pemukiman Kumuh. Mengapa demikian?. Untuk

menjawab hal ini, Percik berkesempatan melakukan wawan-cara dengan dr. M. Basyir Ahmad (Walikota Pekalongan) di kediaman pribadinya. Berikut petikan wawancaranya.

Kota Pekalongan telah mendapatkan banyak penghargaan. Bagaimana sebenarnya kiat Bapak?

Kiat saya yang pertama adalah niat. Niat menjadi wa-likota mau apa dulu, sebab semua inna ma amalu bin niyat (segala sesuatunya tergantung niat red.). Niat saya menjadi bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya orang. Itu niat yang pertama. Setelah itu, tentu kita tahu kemana sih pemerin-tahan itu. Pertama, bagaimana meningkatkan indeks pem-berdayaan manusia. Ini bicara kesejahteraan. Kedua, kita bicara keadilan. Bagaimana orang diperlakukan sama. Tidak peduli kaya miskin, ngurus apapun diperlakukan sama. Ke-mudian untuk langkahnya selalu berbasis masyarakat. Itu filosofi-filosofi pokok. Kemudian masyarakat biar jadi bagus, ya diberdayakan, dikoordinir, dan didampingi. Ini sepintas dulu, ini alur pemikirannya.

Kemudian ada hal lain, menurut pemikiran para peting-gi, daerah harus dibuat otonom. Nggak mungkin Indonesia yang sedemikian besar ini sentralistik. Kewenangannya ya diberikan sama daerah. Lha saya juga memberikan kewenang an saya kepada bawahan. Misalnya untuk urusan perijinan saya nggak perlu tanda tangan kan ada anak buah saya. Jadi kekuasaan itu saya bagi. Kita buat kelembagaan yang baik, kita dampingi dengan pendamping yang baik dan kita kasih dana. Dengan tiga unsur itu, orientasinya program bukan proyek. Kalau proyek sekali habis tetapi kalau pro-gram terus berkesinambungan. Itu kalau dilakukan, semua orang diajak, akan bekerja, akan dapat maksimal hasilnya. Kalau kita sendiri kerja nggak mungkin. Kalau kita otono-mikan kita ajak semua masyarakat di bawah kita ikut semua, akan gerak semua.

Terakhir, ada yang namanya koordinasi. Koor-dinasi enak diomong tapi nggak

enak dijalanin. Maka saya

membuat langkah, dimana sih ujung daripada pemerintahan biar berhasil? Ujungnya sebenarnya adalah orang per orang. Kalau rakyat kita baik otomatis pemerintahan baik. Yang paling kecil organisasi di masyarakat adalah keluarga. Saya genjot bagaimana keluarga ini menjadi baik. Kalau keluarga baik pasti RT baik, kalau RT baik RW baik, dan seterusnya hingga akhirnya kota ini baik. Kemudian untuk melangkah ini saya mesti memperkuat kelembagaan yang ada di kelu-rahan, kalau kita mengkoordinir kota susah, dari yang pa-ling bawah. Kita koordinir di kelurahan, ada yang mananya Lurah, ada yang namanya PKK, ada yang namanya LPM, ada yang namanya BKM-produk dari PNPM, ada yang namanya Karang Taruna. Ini adalah pilar yang akhirnya berubah menjadi POKJA (Kelompok Kerja). Ada POKJA Perumahan dan Lingkungan. Koordinatornya LPM, BKM ditingkat kota kita ajak, termasuk kita ajak Dinas Kesehatan, PU, BPN. Ditambah juga komitmen dan kemauan yang tinggi sehingga akhirnya peluang bisa jalan.

Bagaimanakah memperoleh dukungan dari masyarakat? Bagaimana caranya?

Yang pertama kepercayaan, kalau masyarakat percaya gampang diajak omong. Dari awal saya upayakan program saya menyentuh masyarakat dan saya berusaha gampang ko-munikasi dengan masyarakat. Setiap Senin dan Kamis saya melakukan wawancara radio. Programnya bernama Walikota Menjawab dan masyarakat bisa menemui di kantor saya de-ngan mudah. Jadi saya bisa berkomunikasi, sehingga me reka bisa ngomong apa dan kita bisa memberikan apa, de ngan komunikasi ini akhirnya mereka bisa percaya bahwa saya bukanlah orang yang sulit. Juga komunikasi harus de ngan kelompok, tidak bisa dengan rakyat semua, tidak mungkin. Komunikasi dengan kelompok yang mereka tentukan bukan saya tentukan, misalnya LPM, Dewan Kesenian, Serikat Pekerja mereka menentukan. Saya tidak mau nyentuh, in-tervensi, biar dari bawah. Jika ada apa-apa, tidak ada yang bilang saya merekayasa atau mempersulit.

Apakah pembangunan perumahan terpisah dari pemban-gunan sanitasi?

Pada awalnya perumahan dan lingkungan, belum masuk ke sanitasi. Pada waktu itu kita dibimbing untuk membuat POKJA Sanitasi untuk membuat Buku Putih dan SSK (Sistem Sanitasi Kota). Kami tidak tahu arahnya. Sebab dari pemukiman dan lingkungan kan saya berpikirnya pemuki-man dan lingkungan tidak kumuh, pemikirannya seperti itu. Arti tidak kumuh itu kan mungkin tidak becek, ada drai-nase, kemudian ada penghijauan, jadi waktu itu pemikiran-nya ke arah itu. Setelah kami mengerti masalah sanitasi, kita baru kaget bahwa ini harus berkesinambungan dan digabung jangan terlalu banyak tim. Jadi nanti akan ada POKJA Peru-mahan dan Sanitasi.

Kenapa kumuh yang mendapatkan perhatian besar, sedang-kan aspek dari kota tidak hanya kumuh?

Semua aspek saya sentuh, tapi kumuh salah satu. Saya hitung berapa jumlah rumah tangga di Pekalongan. Setelah di hitung ada 67.000 KK. Kita pilah berapa yang sudah pu-nya rumah dan belum punya rumah. Ternyata yang belum punya rumah 6.000 KK. Sekarang yang sudah punya rumah mana yang layak huni mana yang tidak layak huni, mana yang kumuh mana yang tidak. Dari hitungan itu saya kaget, yang tidak layak huni itu ada 5.068 rumah, tidak ada MCK, tidak ada air bersih, plester aja tidak ada, tidak ada ventilasi, tidak ada sekat antara bapak dan anak. Coba bayangkan saja kalau rumah tidak ada sekat bapak dan anak kayak apa itu? Kemudian saya berpikir. Kalau rumah itu kan hak asasi ma-nusia. Tidak main-main itu dalam UUD 1945, maka saya waktu itu berkomitmen dalam masa kerja saya, saya harus selesaikan 5.068 rumah, tapi ternyata luar biasa 3 tahun sele-sai dengan cara tadi. Ajak masyarakat, bentuk kelompok ten-tukan mana yang kumuh kemudian mereka yang ngewangi kita kasih dana, sambil kita juga mencari dana.

Apa sebenarnya yang perlu dibenahi dahulu dalam menga-tasi kekumuhan, masyarakatnya atau kondisi fisiknya?

Kalau menurut saya fisiknya dulu. Saya merasa kalau fisik rumah tidak layak, orang tidak mau tinggal di rumah itu. Anaknya akan lari semua ke jalan. Nah kalau sudah lari, dididik di jalan. Tapi secara simultan saya membuat program semua SD harus ada TPQ, semua model pendidikan agama Islam. Nah model pendidikan agama Islam ini yang bagaima-na? Kita mau semua orang yang beragama Islam ini berkomit-men, harus sholat, harus ngaji, harus pakai busana muslim/muslimah. Itu kita didik dari awal dan pada jam tertentu kita ajari untuk belajar baca tulis Al-Qur’an, sebab orang Islam harus bisa baca tulis Al-Qur’an. Kalau dengan begitu kan bisa sholat. Sholat itu kan Innas salata tanha anil fahsha wal munkar, menjauhkan kemaksiatan. Saya harap mereka mau di rumah, dididik di rumah. Caranya simultan seperti itu.

Usaha mengentaskan kekumuhan tidak murah dari manakah sumber daya ini diperoleh?

Saya membuat satu program namanya program aksele-

rasi. Waktu itu hanya SK Walikota kemudian berubah menjadi Perda Pekalongan Nomor 11 Tahun 2008. Perda ini isinya 5. Percepatan keluarga miskin untuk bisa sekolah setinggi-tingginya, untuk memperoleh pelayanan kesehatan sebaik-baiknya, untuk bisa berusaha, percepatan perbaikan lingkungan dan permukiman keluarga miskin untuk tidak kumuh, dan percepatan penguatan kelembagaannya. Ka-rena sudah Perda, DPRD terikat memberi anggaran. Saya sudah membuat plot anggaran yang dikelola oleh dan dari masyarakat mulanya 2,5%. Kenapa 2,5%, karena ini saya anggap zakat. APBD harus dizakatin. Zakat untuk ngurus orang miskin, yang mengelola mereka sendiri. Tapi setelah itu saya ngomong kalau 2,5% kurang. Infaq shodaqohnya mana, jadi saya porsikan 5%. Sekarang memang baru 4%.

Kota manakah menginspirasi Bapak dalam mengentaskan kekumuhan ini?

Jadi yang menginspirasi itu Menteri Perumahan Rakyat. Waktu terpilih jadi Walikota Pekalongan, saya punya masalah kekumuhan. Kemudian saya ketemu Pak Yusuf Asy’ari. Di ruang kerjanya beliau ngomong: “Pak Basyir, anda sanggup nggak, kota anda bebas rumah kumuh?” Dia kemu-dian memberikan gambaran, Rasul mengatakan Baiti Janati - Rumahku Surgaku, kalau rumah itu kumuh kan tidak menjadi surga, fisik dan rohani. Kemudian saya jawab “OK, Saya akan jalankan”. Jadi saya tidak ditriger oleh tempat tapi oleh Menteri Perumahan Rakyat.

Dalam penanganan kekumuhan adakah yang hingga kini belum teratasi? Apa kendalanya?

Ada, jadi sebenarnya dari capaian yang sudah dicapai ada kurang lebih 2.000 rumah yang belum teratasi, tapi tiba-tiba kita terkena ROB. Jadi yang di utara, yang sudah kita dandani sudah agak kumuh lagi. Saya punya target rumah kumuh itu kalau mau diperbaiki kurang lebih 6 juta, 2 juta kita berikan, 2 juta kita pinjami, 2 juta mereka sendiri, itu yang kita laku-kan. Jadi kita nggak mau juga ndandani semua, nanti mereka tidak punya rasa memiliki. Untuk lingkungan kumuh ada 270 lingkungan. Sampai akhir tahun lalu bisa menangani 150 lingkungan. Kemudian tahun ini saya akan berusaha sampai dengan 200 lingkungan sehingga nanti masih kurang 80 atau 90. Ini akan kita selesaikan 2 tahun, 2011 dan 2012, karena lingkungan kumuh lebih sulit dari pada rumah. Hambatan saya satu, saya memang baru menguasai masalah sanitasi. Kita ingin bagaimana membuat efisien rumah yang kita ndandani atau nanti mau bangun rumah dengan septic tank-nya yang bener tapi terpadu, komunal. Itu nanti yang saya masih ingin coba seperti apa sih konsep yang paling murah. Tapi nanti pa ling ideal lagi adalah bagaimana air bersih PDAM semua yang melayani. Tidak ada sumur lagi di Pekalongan. Saya punya cita-cita 10-15 tahun lagi Pekalongan nggak ada sumur, kalau sanitasinya belum bisa bener, pa-ling tidak air bersihnya sudah ada (DVD)

Rumah Itu kan Hak Asasi Manusia

Wawancara Walikota Pekalongan dr. M. Basyir AhmadISTIMEWA

Page 13: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

24 25

Edisi IV, 2010Sisi Lain

Pemukimanmasihmenjadimasalahtidakhanyabagi Indonesia, tapi juga di dunia. Hunian yangtidaklayakmenimbulkanpermukimanyangtidaklayak,khususnyadiperkotaan.Sehingga, permukiman di perkotaan begitu

mengkhawatirkan.Sangatterkesanperkembangandisuatudaerahtidakdibarengidengankualitaspemukimanyangbaik. Sehingga, masih banyak penduduk yang belum mampu memiliki rumah yang layak. Menurut UN Habitat, saat ini di duniasedikitnya1,2miliarorangtinggaldikawasanyangbelum layak. Sedangkan di kota-kota besar Indonesia, sekitar 12,5jutapenduduktinggaldikawasankumuhdenganluaskawsan 57.000 ha dan 8 juta penduduk belum memiliki rumah yang layak.

Hal ini jelas menunjukan Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami permasalahan di bidang permukimanbaikfisikmaupunsaranadanprasarana.Tingkaturbanisasiyangtinggi,kualitaspermukimanyangmasihmemprihatinkan,sertamasihbanyaknyakota-kotayang belum memiliki sanitasi, sarana dan prasarana air

minum belum sepenuhnya terpenuhi. Saat ini baru sekitar 49 % penduduk

yangterlayaniairminum.Tingginyatingkaturbanisasitidakhanya perpindahan penduduk dari desa ke kota membuat kebutuhanakanairsemakintinggi.

Tidak hanya itu, perubahan-perubahan akibat pembangunan menyebabkan status desa berubah menjadi kota.Selaintingkaturbanisasi,kitajugamengalamipeningkatanpendudukyangtinggi.Untukitu,diperlukanperencanaan yang matang dalam membangun suatu kawasan, sehingga seluruh masyarakat dapat memperoleh akses terhadap Air Minum dan Penyehatan Lingkungan secara layak dan sehat.

IntidaripembangunanpemukimanberdasarkanamanatUndang Undang adalah membangun suatu kawasan sesuai dengan UU No. 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang. Tiap daerah harus memiliki rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang disesuaikan dengan kondisi alam darah tersebut. Namun, sebagian besar masyarakat dan pemerintah daerah yang kurang disiplin dengan RTRW dan belum merevisi RTRW masing-masing.

AnnaTibaijukayangmerupakanDirekturEksekutifUNHabitat menyampaikan bahwa dalam 10 tahun terakhir ini jumlahpendudukduniayangtinggaldikawasankumuhtelah

meningkat dari 780 juta menjadi 820 juta jiwa. Sehingga data terakhir UN Habitat tahun 2010 menyebutkan 1,2 milliar pen-dudukduniatinggaldilingkunganyangsangattidaklayakhuni.

Oleh karena itu, ada dua program yang dikembangkan oleh UN Habitat. Pertama, pencanangan Program World Urban Campaign, yaitu program kerja sama antara UN Habitat dengan sektor publik dan swasta, serta masyarakat sipil untuk mengangkat isu urbanisasi berkelanjutan menjadi agenda pemerintahan di seluruh dunia. Kedua, kerja sama dengan perusahaan Coca Cola untuk penyediaan 1 juta US$ bagi pengembangan air murni di kawasan Asia, Afrika, dan AmerikaLatin.Programinibertujuanmembantukelestariansumberdayaairdanefisiensipenggunaanairsertamembantu proses daur ulang air kotor menjadi air bersih ini diharapkan dapat terlaksana dalam 2 tahun mendatang.

Pesatnya urbanisasi akibat ledakan pendudukan dan penyebaranpendudukanyangtidakmeratamenjadiisukrusialyangmenarikperhatiandunia.MenurutprediksiPBB,50 tahun ke depan ada sekitar 2/3 masyarakat dunia yang akantinggaldiperkotaanmasing-masingnegara,termasukIndonesia. Peningkatan urbanisasi menimbulkan efek domino yang pada akhirnya menimbulkan kerugian besar bagi umat manusia dan lingkungan. Ledakan penduduk dan tidakmeratanyapenyebaranpendudukjugamerupakanfaktoradanyaketidakseimbanganantarawilayahperkotaandengan perdesaan sehingga semakin meningkatkan urbanisasi. Cepatnya peningkatan urbanisasi di perkotaan menimbulkan banyak permasalahan, salah satunya adalah maraknya permukiman kumuh di perkotaan.

Oleh karena itulah, dunia semakin peduli terhadap pengelolaan pembangunan permukiman dan perkotaan yang ditandaidengandiselenggarakannyatigarangkaiankegiatanpenting,yaituWorld Urban Forum 5 (WUF), World Shanghai

Expo 2010, dan 3rd Asia Pasific Ministerial Conference on Housing and Urban Development (APMCHUD).Tantangan yang harus dihadapi oleh perkotaan di dunia di masa depan akibat pesatnya peningkatan urbanisasi, terutama pada beberapa dekade terakhir, ialah pengurangan ancaman kemiskinan, peningkatan akses fasilitas dasar masyarakat (air bersih,tempattinggal,sanitasi,lingkunganyangbersahabat),dan pertumbuhan kota yang berkelanjutan.

Di Indonesia sendiri, menurut Menteri Perumahan Rakyat (Menpera) Suharso Monoarfa yang juga Ketua APMCHUD, sejak tahun 2007 ada sekitar 50% penduduk Indonesiatinggaldiperkotaan.Selainitu,58,6%penduduktinggaldipulauJawayangluasnyakurangdari7%luasdaratan Indonesia, adanya ancaman 17% permukiman di lokasirawanbencana,sertatingkatkemiskinanmencapai14,15% atau sekitar 32,53 juta jiwa menjadikan APMCHUD sebagaiforumpentinguntukdapatberbagipengalamandan informasi dengan negara-negara anggota APMCHUD sekaligus mencari solusi terbaik.

Pada kota-kota di negara-negara berkembang, masalah-nya lebih rumit, karena pertumbuhan penduduk yang terjadi lebih cepat dibandingkan dengan yang terjadi di negara-negara maju. Kemampuan penyediaan perumahan secara formal,sepertirealestat,danperumahandaripemerintahatau swasta, sangat terbatas dan hanya menyentuh golongan menengah ke atas. Sementara golongan berpendapatan ren-dah tak terjamah dan dibiarkan mencari jalan keluar sendiri. Dampaknya adalah tumbuh suburnya permukiman informal, yang di Indonesia lazim dinamakan kampung, dengan ciri padat,kumuh,jorok,tidakmengikutiaturan-aturanresmi,dan mayoritas penghuninya miskin.

Sumber UN Habitat dan Kemenpera.go.id

1,2 Miliar1,2 Miliar Penduduk Dunia Tinggal Di Hunian Belum Layak

ISTIMEWA

ISTIMEWA

Page 14: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

Edisi IV, 2010

(Tulisan Kedua - Habis)

Wacana

Dr Cekli Setya Pratiwi, SH.,LL.M.

Pemberian kesempatan kepada badan usaha swasta dalam penyediaan air baku bagi masyarakat jelas akan menghilangkan

penguasaan negara atas sumberdaya air. Sebagai sebuah institusi yang berorientasi pada keuntungan, badan usaha swasta tentunya hanya akan mau menanamkan investasinya jika ada jaminan bahwa investasi yang ditanamkan dapt kembali. Untuk itu, badan usaha membutuhkan jaminan baik itu terhadap resiko politik maupun resiko kinerja, dan permasalahannya jaminan tersebut dibebankan kepada masyarakat melalui pembayaran kompensasi dari pemerintah

dan penyesuaian tarif. Penyesuaian tarif dilakukan dengan

menerapkan full cost recovery (tarif biaya penuh), untuk menjamin tingkat pengembalian yang tetap (steady rate of return) bagi pemegang kontrak. Lebih lanjut, dalam penyediaan air baku bagi masyarakat badan usaha swasta tidak akan mau menanamkan investasinya jika pendapatan masyarakatnya rendah dan secara topografis sulit karena kesemuanya membuat investasi yang mereka tanamkan sangat sulit untuk kembali, sehingga penyediaan air baku untuk masyarakat di daerah terpencil menjadi terbengkalai. Melihat ketentuan Pasal 33 UUD 1945 yang tidak begitu jelas dalam menjamin hak-hak rakyat atas air, semakin membuka peluang lahirnya produk-produk hukum di tingkat bawahnya yang semakin jauh dari perlindungan hak warga negara atas air minum sebagaimana yang terjadi pada UU Nomor 7 Tahun 2004. Sementara itu, dalam konteks otonomi

daerah, alih-alih daerah memiliki inisiatif untuk membuat perda yang melindungi hak rakyat atas air minum, yang terjadi justru semakin banyak perda-perda yang lahir terkait dengan air hanya menambah beban bagi masyarakat dan berorientasi pada menaikan pendapatan daerah dengan mengeluarkan perda-perda retribusi atau perijinan dengan substansi pasal-pasal didalamnya tidak memuat aspek hak-hak masyarakat atas air itu sendiri.

Pada dasarnya pemerintah mempunyai tugas mendasar untuk memenuhi kebutuhan dasar seluruh masyarakatnya termasuk air minum. Hal ini merupakan salah satu manifestasi dari kontrak sosial antara negara dan warga negara. Dengan privatisasi pengelolaan air minum, jelas telah memindahkan tanggung jawab penyediaan layanan dasar tersebut dari sektor publik kepada sektor swasta. Dengan berpindahnya tanggung jawab penyediaan air, permasalahan selanjutnya adalah perubahan alokasi penggunaan air. Implikasi lain dari kebijakan privatisasi adalah semakin terabaikannya masyarakat miskin dan kelompok-kelompok

terpinggirkan dalam mengakses air minum. Masyarakat miskin dan kelompok-kelompok terpinggirkan tidak akan terlayani karena mereka tidak memiliki kekuatan politik maupun perwakilan dan tentunya kekuatan ekonomi untuk membayar harga yang tinggi akibat kebijakan privatisasi.

Pengalihan tanggung jawab untuk menjamin akses masyarakat terhadap air terutama air minum dari pemerintah kepada sektor swasta, menyebabkan munculnya praktek komodifikasi dan komersialisasi air. Dalam perspektif etika lingkungan, memberlakukan air sebagai komoditi dan kemudian memperdagangkannya merupakan sebuah pelanggaran.

Dengan demikian jelas, baik hak atas rumah maupun hak atas air minum dari berbagai ketentuan perUUan di Indonesia dapat dikatakan meskipun sudah ada pengakuan hak atas kehidupan sejahtera lahir dan batin dapat disejajarkan dengan pengakuan hak atas penghidupan yang layak, namun baik rumusan yang ada dalam UUD 1945, UU HAM, maupun UU Air, dinilai belum selaras dengan Pasal 11 CESCR. Pengakuan UUD 1945 Pasal 28I Ayat (4) bahwa pemenuhan hak asasi manusia adalah tanggungjawab negara khususnya pemerintah, namun dalam tataran peraturan PerUUan di dibawahnya terdapat upaya penyangkalan dengan dilepaskannya tanggungjawab itu oleh negara dengan cara memberikan ruang yang lebih luas terhadap praktek-

praktek privatisasi atau penyerahan beban kewajiban kembali kepada masyarakat.

Indikator Pemenuhan HakPemenuhan hak atas air minum setidaknya

harus memenuhi tiga indikator yaitu (1) ketersediaan air minum yang sehat dan aman, (2) adanya mekanisme yang menjamin keberlangsungan ketersediaan air bagi kebutuhan warga, (3) efektifitas atas penerapan mekanisme tersebut.

IV. Strategi Penegakan Hak Rakyat Atas Rumah dan AirStrategi pertama yang harus segera

dilakukan adalah secara konsekuen melaksanakan isi CESCR sebagai konsekuensi logis diterimanya CESCR sebagai bagian dari hukum positif di Indonesia, sehingga perUUan yang dinilai secara substansi merupakan penyangkatalan dari hak ekonomi, sosial dan budaya harus segera diagendakan untuk dilakukan perubahan. Dalam

26 27

Edisi IV, 2010

POKJA

Pada dasarnya pemerintah

mempunyai tugas mendasar untuk

memenuhi kebutuhan dasar seluruh

masyarakatnya termasuk air minum.

PersoalanHak Atas Air dan

Perumahan

Page 15: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

28 29

Edisi IV, 2010

hal ini dapat ditempuh melalui beberapa cara, yaitu pertama melakukan pemberdayaan anggota DPR dan atau DPRD dalam memahami dan menyadari HAM khususnya hak-hak ekonomi, sosial dan budaya. Dengan kuatnya kesadaran anggota DPR dan atau DPRD atas pentingnya perlindungan HAM sebagai bentuk tanggungjawab negara, maka dalam menjalankan tiga fungsinya yaitu fungsi legislasi, fungsi pengawasan dan fungsi anggaran lebih mengedepankan jaminan hak-hak warga negara. Melalui kewenangan legislasi atau pembentukan UU dan atau peraturan daerah misalnya, diharapkan akan semakin banyak kuantitas UU dan atau Perda yang merupakan inisiatif dari DPR dan atau DPRD yang substansinya dikategorikan melindungi kepentingan publik. Hal ini sangat penting, mengingat yang terjadi di berbagai daerah, justru yang lebih banyak adalah Perda yang substansinya hanya merupakan tugas administrasi daerah atau banyak lahir perda-perda restribusi dimana daerah berlomba-lomba untuk meningkatkan PAD semata tanpa timbal balik yang seimbang dengan pembangunan fasilitas umum yang dibutuhkan rakyat.

Fungsi legislasi yang menunjukkan DPRD tidak berdaya semakin diperparah ketika fungsi pengawasan DRPD juga tidak berjalan sebagaimana mestinya. DPRD secara umum tidka lebih berdaya dibanding eksekutif yang diawasi baik dalam menjalankan perda serta pengalokasian anggaran APBD, DPRD lebih menampilkan diri sebagai stempel karet semata. Dengan demikian, rakyat yang sudah dibebani pada berbagai bentuk restribusi juga tidak pernah merasakan timbal balik yang seimbang. Pada bidang anggaran, DPRD belum menjadikan kebutuhan-kebutuhan rakyat sebagai

skala prioritas pembiayaan APBD.

Langkah kedua adalah meningkatkan kesadaran masyakat akan HAM khususnya hak ekonomi, sosial dan budaya melalui perbagai penyuluhan hukum, pelatihan-pelatihan, pendampingan atau advokasi HAM dimana dukungan Perguruan Tinggi khususnya Fakultas Hukum sangatlah penting. Hal ini sangat penting untuk dilakukan mengingat masyarakat khususnya di daerah dimana mereka terkena kebijakan langsung dari pemerintah daerah, pada kenyataannya kurang menyadari pentingya partisipasi aktif mereka dalam proses pembuatan perda mulai dari perencanaan, perancangan, pembahasan, penetapan bahkan sampai pada proses penerapan. Kondisi masyarakat yang tidak menyadari akan hak-haknya untuk turut serta dalam bidang hukum dan pemerintahan tentunya akan semakin besar peluang dilakukannya pengabaian hak-hak mereka oleh pemegang kekuasaan. Di sisi lain, perlindungan hukum tentang akses publik terhadap informasi hukum dalam bentuk perda dan aturan pelaksananya masih sangat rendah sehingga masyarakat hanya ditempatkan sebagai obyek dalam pembangunan daerah. Oleh karena itu, perlu juga didesak tentang munculnya Perda tentang Partisipasi Publik atau Perda Hak Masyarakat untuk Akses Informasi Publik. Dengan pemberdayaan masyarakat akan hak-

haknya, maka potensi lahirnya perda-perda termasuk APBD yang melanggar hak-hak mereka dapat ditekan sedemikian rupa.

Ketiga adalah diseminasi nilai-nilai HAM khususnya hak ekonomi, sosial dan budaya kepada aparat penegak hukum dengan melakukan sosialisasi CESCR kepada segenap civitas akademika dan masyarakat dengan menekankan bahwa hak ekonomi sosial budaya juga masuk dalam kategori hak yang dapat dituntut di pengadilan, sehingga dengan semakin kuatnya tingkat kesadaran rakyat terhadap hak-hak mereka khususnya hak ekonomi, sosial dan budaya, maka mereka secara mandiri dapat melakukan upaya-upaya hukum seperti judicial review ke Mahkamah Konstitusi jika menjumpai adanya ketentuan UU yang dinilai melanggar konstitusi atau melakukan upaya hukum lain seperti gugatan Citizen Law Suit jika terdapat kebijakan-kebijakan aparatur negara yang dinilai melanggar hak-hak mereka. Tentunya upaya ini akan semakin mudah dilakukan jika ada

sosialisasi seimbang kepada penegak hukum, jaksa dan advokat terhadap hak-hak ekonomi, sosial dan budaya baik melalui pelatihan hak ekosok bagi polisi, jaksa dan hakim yang diadakan oleh perguruan tinggi atau Koalisi Pengajar Hukum dan HAM di Seluruh Indonesia.

Strategi ketiga, demi terselenggaranya sistem peradilan yang kredibel, dalam jangka antara 5 (lima) sampai (10) tahun kedepan dibutuhkan para penegak hukum yang memiliki tingkat sensitivitas tinggi terhadap pentingnya pengakuan dan jaminan atas pemenuhan hak ekonomi,

sosial, dan budaya masyarakat, sehingga untuk mewujudkan tujuan tersebut calon-calon penegak hukum yang saat ini masih menempuh jenjang pendidikan di Perguruan Tinggi Hukum di seluruh Indonesia perlu mempertajam ketrampilan dan kemahiran hukumnya dalam memahami hak ekonomi, sosial dan budaya baik melalui pendidikan dan pelatihan tentang hak ekonomi, sosial dan budaya bagi mahasiswa fakultas hukum di seluruh Indonesia.

VII. PenutupKomitmen Indonesia terhadap

penghormatan hak ekonomi, sosial dan budaya khususnya dalam melindungi, menghormati dan menjamin hak atas rumah dan hak atas air minum warga negaranya melalui ratifikasi CESCR masih berada dalam tataran ide, belum diwujudkan secara nyata baik dalam bentuk pengejawantahannya dalam hukum positif mulai tingkat pusat sampai daerah maupun dalam bentuk pelaksanaan program-program pemerintah. Kegagalan menjamin hak ekonomi, sosial dan budaya dan sikap diam dari negara berpotensi pada pelanggaran HAM dalam konteks ommission. Strategi yang harus dilakukan dalam mengatasi persoalan ini adalah dengan meningkatkan tingkat kesadaran pembentuk UU, mayarakat, dan aparat penegak hukum akan pentingya hak ekonomi, sosial dan budaya baik melalui pembentukan regulasi, pendidikan, pelatihan atau advokasi.

Penulis: Direktur Pusat Studi HAM (satuHAM) Fak. Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. email: [email protected]

Wacana

. . . melakukan sosialisasi CESCR kepada segenap civitas akademika dan

masyarakat dengan menekankan bahwa hak ekonomi sosial budaya

juga masuk dalam kategori hak yang dapat dituntut di pengadilan. . .

POKJA

ISTIMEWA

Page 16: Percik Edisi IV Tahun 2010 Bagian Pertama

30 31

Edisi IV, 2010WacanaWawancara

Hari Habitat sejak beberapa tahun yang lalu diperingati secara rutin di Indonesia. Sebagai penyelenggaranya disepakati dilakukan secara bergilir antara Kementerian Perumahan Rakyat

dan Kementerian Pekerjaan Umum. Tahun ini yang menjadi tuan rumah penyelenggaraan peringatan adalah Kementerian Perumahan Rakyat. Berikut ini hasil wawancara Percik dengan Menteri Negara Perumahan Rakyat Suharso Monoarfa.

Apa yang bisa dipetik dari peringatan Hari Habitat Dunia dalam konteks Perumahan di Indonesia?

Kemarin kan temanya dunia mengatakan Better City Better Life. Saya kira sebagaimana saya suka mengungkapkan di berbagai kesempatan, city itu kan merupakan lambang dari apa yang disebut permukiman, meskipun city lebih luas ya dari sekedar permukiman. Tapi yang saya ingin katakan bahwa kalau kita bisa menyediakan permukiman yang baik tentu akan tersedia kehidupan yang baik. Di sanalah kemudian akan memberikan feedback yang baik juga kepada rumah, meskipun sesungguhnya better city itu tergantung pada better home. Jadi better home, better city, better life. Nah better life itu sebenarnya peradaban, civilisasi.

Rumah tidak hanya rumah tetapi juga PSU (Prasarana, Sarana dan Utilitas) seperti air,

sanitasi dan sampah. Bagaimana

mengintegrasikan ini dengan rumah?Bisa kita bayangkan rumah tanpa PSU. Bagaimana

kualitasnya tidak akan menurun. Pasti kekumuhan akan terjadi, orang akan menjadi tidak nyaman dengan lingkungannya. Jadi jelas di sini tanpa adanya PSU yang baik maka mustahil akan tercipta rumah yang bisa menjadi home.

Pada konferensi pers Hari Habitat bapak menjelaskan perbedaan pembangunan perumahan antara House dengan Home. Apa yang menjadi perbedaan mendasar keduanya?

Ya, kalau house itu membangun fisik. Kalau membangun home itu secara imajiner membangun nilai-nilai, membangun peradaban. Jadi contohnya kalau ada orang rindu kampung, selamanya orang akan mengatakan coming home bukan coming house. Jadi orang ingin senantiasa coming home, home country karena dia merasa home di sana, merasa di rumah. Kalau house itu hanya tempat tinggal saja, orang di-shelter-kan. Jadi suasana kebatinannya berbeda antara house dengan home. Saya berharap rumah-rumah kita itu benar-benar sebuah home, bukan hanya sekedar house yang dibeli. Ada saja rumah besar, bagus, ada kolam lengkap, bahkan ada untuk spa segala macam, tapi dia tetap saja sebuah house karena dia tidak membentuk apa-apa di dalamnya. Di sana hanya ada kediktatoran di rumah tangga. Hanya ada yang menyelesaikan dengan uang. Nah itu semua nggak bener.

Dalam salah satu acara Hari Habitat Dunia bapak menjelaskan tentang Penyediaan Perumahan untuk Angkatan Kerja Pertama. Bagaimana konsep sebenarnya?

Jawabannya menabung saja. Tidak ada jalan lain kecuali menabung. Menabung itu jangan nunggu sampai menjadi gunung tapi lihatlah sampai kapasitas yang memang rasional untuk digunakan. Supaya bisa menjadi efektif tabungan itu, jangan dibiarkan begitu saja. Kalau ternyata tabungan ini cukup membeli rumah dengan tapak ukuran yang kecil, mulai dari situ. Itu sudah menabung. Begitu kemampuan kita naik pindahlah ke rumah yang lebih luas lagi dan seterusnya. Jadi selamanya beriringan dengan kapasitas seseorang.

Youth atau kaum muda sebenarnya adalah tenaga potensial untuk dapat bekerja bersama dan menjadi jembatan antara pemerintah dan masyarakat. Sebagai mantan aktivis Dewan Mahasiswa bagaimana tanggapan bapak soal ini?

Bagus, justru mahasiswa harus menjadi, tidak hanya jembatan, bahkan bisa menjadi motor. Dan yang penting generasi muda itu mau belajar dan bahkan menemukan hal-hal yang baru, yang menurut jamannya, menurut kondisi mereka, menurut perspektif mereka, yang pas, dibandingkan misalnya orang-orang dulu. Salah satu challenge dan saya kira generasi muda bisa memberikan kontribusi yang besar di sana.

Sebelum menjabat sebagai

Menpera, Suharso Monoarfa

pernah menjadi anggota DPR

periode 2004-2009, fraksi

PPP daerah pemilihan

Gorontalo, dan menjabat

WakilKetuaPanitia

Anggaran DPR RI. Selain itu,

pria kelahiran Mataram

tanggal 31 Oktober 1954

ini juga menjadi Bendahara

UmumDPPPPPdanaktif

dalam berbagai organisasi.

ISTIMEWA

ISTIMEW

A

Suharso Monoarfa:

Rumah tidak Sekadar House, tapi juga Home