PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM INDERA...

92
PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM INDERA ANTARA SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE BRAINSTORMING DAN METODE TANYA JAWAB (Eksperimen di MTs Darul Abror Bekasi) Disusun oleh: IIS NURAISIYYAH NIM: 102016023897 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA) FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2008 M/1429 H

Transcript of PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM INDERA...

PERBEDAAN PENGUASAAN KONSEP SISTEM INDERA ANTARA

SISWA YANG DIAJAR DENGAN METODE BRAINSTORMING

DAN METODE TANYA JAWAB

(Eksperimen di MTs Darul Abror Bekasi)

Disusun oleh:

IIS NURAISIYYAH

NIM: 102016023897

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM (IPA)

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2008 M/1429 H

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan faktor penting dalam menciptakan kondisi suatu negara,

karena pendidikan memiliki andil yang besar terhadap kemajuan bangsa baik secara

ekonomi maupun sosial. Hal ini sesuai dengan UU No.20 Tahun 2003 tentang sistem

pendidikan nasional, isinya yaitu pendidikan adalah usaha sadar untuk menyiapkan

peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya

dimasa yang akan datang. Peserta didik yang dimaksud adalah anggota masyarakat yang

berusaha mengembangkan dirinya melalui proses pendidikan pada jalur, jenjang dan jenis

pendidikan tertentu.1

Diharapkan dengan pendidikan subyek pembangunan (manusia) dididik, dibina,

dan dikembangkan potensi-potensi yang ada padanya dengan tujuan terbentuknya

subyek-subyek pembangunan yang berkepribadian utuh. Kualitas pendidikan sangat

mempengaruhi kualitas sumber daya manusia karena pendidikan merupakan salah satu

sarana meningkatkan kecerdasan dan keterampilan manusia.2

Pada proses pelaksanaan pendidikan di sekolah, guru memegang peranan yang

menentukan, karena bagaimanapun keadaan anak didik, maka pada akhirnya tergantung

pada guru dalam memanfaatkan kemampuan yang ada. Dalam hal ini guru mempunyai

peranan sebagai fasilitator, motivator, pemacu dan pemberi inspirasi bagi peserta didik

agar mencapai tujuan yang diharapkan.3 Semua hal tersebut sangat menentukan terhadap

keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan dengan adanya perubahan tingkah laku

sebagai hasil dari pembelajaran..

Proses belajar mengajar merupakan kegiatan interaksi antara guru-siswa dan

komunikasi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan

belajar.4 Interaksi edukatif merupakan faktor penting dalam usaha mencapai terwujudnya

1 Undang-undang RI no. 20 Tahun 2003, Tentang Pendidikan Nasional Tahun 2003, (Bandung:

Fermana, 2006), h. 65 2 Nancy Susianna, Jurnal Pendidikan: Model Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium Untuk

Meningkatkan Penguasaan Konsep Sebagai Wahana Pendidikan siswa SLTP (Bandung: Seminar Nasional

Pendidikan Matematika dan IPA, 2004), h. 1 3 E. Mulyasa, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2007), h.53

4 Nuryani R, Srategi Belajar Mengajar Biologi, (Malang: Universitas Negeri Malang Press, 2005), h. 7

situasi belajar mengajar yang baik dalam kegiatan pendidikan dan pengajaran. Mengajar

pada hakikatnya adalah menyediakan kondisi yang seoptimal mungkin agar terjadi proses

belajar mengajar yang selalu kondusif.5

Proses belajar mengajar terjadi bila ada interaksi antara guru dan siswa, guru

mengajar dan siswa belajar. Sedangkan Faktor-faktor yang mempengaruhi penguasaan

belajar siswa diantaranya faktor eksternal dan internal siswa6. Salah satu faktor eksternal

yang mempengaruhi keberhasilan proses belajar mengajar adalah pemilihan dan

penggunaan metode mengajar.7

Metode mengajar dapat membantu guru untuk mengoptimalkan proses pembelajaran

sehingga kompetensi yang direncanakan dapat tercapai dengan maksimal. Oleh karena itu

guru hendaknya mampu menerapkan metode yang sesuai dan tepat sebagai upaya

mancapai keberhasilan pembelajaran.

Banyak alternatif metode pembelajaran yang dapat dipilih dan digunakan oleh guru,

namun pada prinsipnya tidak ada satu pun metode pembelajaran yang lebih baik daripada

metode yang lain. Tiap-tiap metode memiliki kelemahan dan kekuatan tidak dapat

dipandang sempurna dan cocok dengan semua pokok bahasan yang ada dalam setiap

bidang studi yang diajarkan.8 Untuk itu, sebaiknya guru memilih metode pembelajaran

yang tepat yang akan digunakan untuk suatu pokok bahasan.

Metode mengajar ialah cara yang dipergunakan oleh guru dalam mengadakan

hubungan dengan pelajar pada saat berlangsungnya pengajaran.9

Dalam hal ini, pemilihannya harus mengacu pada kriteria: menunjang pencapaian tujuan

khusus pembelajaran, sesuai dengan peristiwa pembelajaran yang akan dilaksanakan,

karakteristik materi yang akan disajikan, karakteristik siswa, alokasi waktu yang tersedia,

sarana dan prasarananya memungkinkan, besar kecilnya kelas, dan kemampuan guru.10

5 Albertus Sinaga, Jurnal Pendidikan :Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa SMU,

(Jakarta:Gema Pendidikan, Maret 1997), h.17 6 Laila Hayati, dan Nani Kurniati, Jurnal Kependidikan: Tingkat Penguasaan siswa Pada Pokok

Bahasan Notasi Sigma, Barisan Bilangan dan Deret di Kelas I F SMUN 2 Mataram, (Jurnal Kependidikan, Vol.

4, No.1, Mei 2005), h.71 7 Muhaemin AD, Jurnal Pendidikan: Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa

Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 Melalui Pendekatan Peta Konsep, (Jakarta: Jurnal

Pendidikan Pengajaran, Vol. 4, No. 1, Maret 2006), h. 85 8Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama Islam,

(Jakarta: Depag, 2001), h. 91 9 Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.cit., h. 88

10 Suharjo Dwijosumarto, Jurnal Pendidikan: Penggunaan Multi Metode dan Metode Ganda Dalam

Proses Pembelajaran Mata Kuliah Kewiraan, (Jakarta: Ilmu Pendidikan, Tahun 27, No. 1, Januari 2000), h. 110

Disamping Faktor metode, faktor siswa juga tidak kalah penting dalam menentukan

pencapaian keberhasilan belajar. Pada umumnya siswa cenderung enggan untuk

mengikuti pelajaran karena cara penyajian yang terkadang berkesan membosankan. Salah

satu penyebabnya adalah tidak adanya variasi dalam pembelajaran yang dapat membuat

anak tertarik untuk belajar atau dengan istilah lain penggunaan metode yang kurang tepat.

Dewasa ini, masalah pembaruan pendidikan seperti perubahan kurikulum

merupakan masalah bagi setiap disiplin ilmu atau bidang studi yang dipergunakan sebagai

alat untuk mencapai tujuan pendidikan. Biologi sebagai salah satu dari disiplin ilmu

tersebut juga ikut menanggung masalah tersebut, yang berarti pendidikan biologi harus

mampu mengarahkan subyek belajar menjadi manusia-manusia yang berpribadi utuh.

Dalam hal ini guru diharapkan dapat memilih dan menggunakan strategi yang sesuai

dengan tujuan pembelajaran, sehingga diharapkan guru dapat memberi dorongan yang

lebih berarti dalam penguasaan konsep siswa. Perbedaan strategi mengajar

mengakibatkan perbedaan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Tentunya hal ini akan

mengakibatkan perbedaan prestasi belajar siswa.

Sebenarnya seorang guru yang kreatif dan inovatif tidak akan kesulitan dalam

menentukan metode mengajar, walaupun fasilitas sekolah kurang memadai, namun

bukanlah suatu hambatan yang besar bagi terlaksananya proses pembelajaran.

Pemilihan metode pembelajaran yang sesuai akan menciptakan suasana

pembelajaran yang efektif. Efektif yang dimaksud ialah agar apa yang diajarkan

kepada siswa bukan hanya dapat diserap atau dihapal saja untuk beberapa saat,

tetapi harus dapat dikembangkan juga melalui daya pikirnya.

Penerapan suatu strategi dan metode dalam pembelajaran biologi adalah merupakan

hal yang sangat penting dalam meningkatkan kemampuan siswa secara konstruktif dan

mengarah pada penguasaan materi.11

Dalam pengajaran disekolah, materi pelajaran dapat

disampaikan dengan memberi atau menjawab pertanyaan- pertanyaan siswa dan dapat

pula dengan meminta pendapat-pendapat dari hal yang telah diketahui siswa. Diantara

berbagai macam metode yang dapat digunakan dalam proses pengajaran, diantaranya

adalah metode brainstorming dan metode tanya jawab.

11

Frida Maryati. H. Yusuf, Jurnal Penelitian dan Pendidikan: Upaya Pengingkatan Hasil Belajar Siswa

Pada Mata Pelajaran Biologi Melalui Metode Resitasi, (Gorontalo: Lembaga Penelitian Institut Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Tahun IV, Edisi 8, Maret 2003 ), h. 92

Metode Brainstorming atau curah pendapat adalah proses penyampaian sebanyak-

banyaknya gagasan pemecahan suatu masalah secara bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik

terhadap gagasan-gagasan yang muncul.12

Pemberian pendapat dalam pemecahan

masalah dapat dilakukan secara deduktif, yaitu dari konsep-konsep yang umum menuju

konsep-konsep yang lebih khusus. Pemecahan masalah secara kreatif akan lebih

memperkanya pengalaman siswa, dalam hal ini siswa dapat menghubungkan ide

atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhubungan. Siswa tidak hanya akan saling

melengkapi gagasan-gagasan yang timbul, tetapi juga akan saling mengisi.

Dalam brainstorming siswa diperbolehkan mengemukakan gagasan apa saja yang

muncul dari pikiran masing-masing, tidak dibenarkan adanya kritik , karena adanya kritik

dapat merintangi gagasan yang akan keluar. Dengan evaluasi dapat disimpulkan suatu

jawaban dari berbagai pendapat yang diperoleh. Salah satu kelemahan metode

brainstorming adalah guru kurang memberi waktu cukup untuk berpikir dengan

baik.13

Adapun metode tanya jawab adalah cara menyajikan bahan pelajaran dalam bentuk

pertanyan dari guru yang harus dijawab siswa atau sebaliknya ; baik secara lisan maupun

tulisan.14

Metode ini dapat digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang telah

disampaikan dalam proses pembelajaran sebelumnya. Metode ini lebih

menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa terhadap materi yang sedang

atau telah dipelajari.

Salah satu kelemahan metode tanya jawab adalah dapat menimbulkan

penyimpangan dari persoalan pokok. Lebih-lebih, jika siswa-siswa memberi jawaban atau

mengajukan masalah yang dapat mengundang keributan teman lainnya yang menyimpang

dari pokok pembicaraan atau pokok permasalahan.15

Dengan membandingkan kedua metode yaitu metode brainstorming dan metode

tanya jawab, diharapkan akan meningkatkan penguasaan konsep siswa, karena metode

brainstorming adalah metode yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa

melalui daya pikir kreatifnya terhadap konsep yang diajarkan, sehingga mereka akan

12

Ratu Amilia Avianti, Jurnal Kejuruan Teknik Mesin: Proses Penumbuhan Kreativitas Pembuatan

Program CNC dengan Metode Brainstorming,, ( Jakarta: FT-UNJ, 2003, Vol. 1), h. 159 13

Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998), h. 75 14

Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1993),

h. 106 15

Albertus Sinaga, op. cit., h. 18

memiliki serta menyimpan konsep tersebut dengan lebih baik, namun tidak semua siswa

mampu mengemukakan pendapat sehingga kadang-kadang dalam berbicara hanya di

monopoli oleh siswa yang pandai saja, selain itu keterbatasan waktu terkadang menjadi

kendala dalam mengemukakan pendapat.

Sedangkan metode tanya jawab membantu tumbuhnya perhatian siswa terhadap

pelajaran. Metode ini menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa untuk

menguasi konsep yang diajarkan, namun dalam metode tanya jawab siswa terkadang

merasa takut untuk memberikan jawaban atau bahkan untuk bertanya yang akibatnya

siswa yang kurang menguasai konsep akan tertinggal, selain itu sukar untuk membuat

pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan pemahaman siswa.

Dengan membandingkan kedua metode di atas terhadap penguasaan konsep,

seorang guru diharapkan dapat menggunakan metode yang tepat, yaitu metode

brainstorming atau tanya jawab sebagai metode yang digunakan untuk memudahkan

penguasan konsep siswa.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah yang telah dijelaskan di atas, maka dapat

diidentifikasikan masalah-masalah sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa sajakah yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa dalam

pelajaran biologi?

2. Metode pembelajaran apakah yang dapat mempengaruhi penguasaan konsep siswa

dalam pelajaran biologi?

3. Kendala apa saja yang dihadapi dalam proses pembelajaran dengan metode

brainstorming dan metode tanya jawab?

4. Apakah metode brainstorming dan metode tanya jawab dapat mempengaruhi

penguasaan konsep siswa dalam pelajaran biologi?

5. Bagaimanakah perbedaan peningkatan penguasan konsep siswa yang

menggunakan metode brainstorming, dengan metode tanya jawab?

6. Bagaimanakah peningkatan penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode

brainstorming dengan metode tanya jawab?

C. Pembatasan Masalah

Mengingat keterbatasan kemampuan penulis dalam skripsi ini dan luasnya

permasalahan yang hendak dibahas, serta untuk lebih terarahnya penelitian ini,

maka masalah hanya dibatasi pada pengaruh metode mengajar brainstorming dan

metode tanya jawab terhadap penguasan konsep siswa kelas II MTs Darul Abror

Bekasi. Penguasaan konsep siswa dibatasi pada nilai ulangan kelas II semester 2

konsep sistem indera pada manusia.

D. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, maka masalah penelitian ini dirumuskan sebagai

berikut: “ Apakah terdapat perbedaan penguasaan konsep siswa yang diberikan

pembelajaran dengan menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab

pada siswa MTs Darul Abror Bekasi ? ”.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk memberikan manfaat kepada semua pihak yang

terkait langsung dalam dunia pendidikan, terutama bagi:

1. Kepala sekolah, sebagai informasi untuk lebih meningkatkan mutu pendidikan

biologi.

2. Guru-guru biologi, informasi ini dapat dijadikan suatu referensi dan masukan dalam

memilih dan memberlakukan metode mengajar yang lebih efektif dalam pelajaran

biologi, terutama pada konsep sistem indera.

3. Siswa, memberikan pengalaman belajar yang dapat meningkatkan pemikiran

intelektual siswa, untuk dapat mengaplikasikan keilmuannya didalam kehidupan

bermasyarakat serta dapat bersosialisasi dengan baik di dalam kehidupan sosialnya

sebagai wujud dalam pembangunan bangsa dan negara di segala aspek kehidupan.

BAB II

DESKRIPSI TEORETIS, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

A. Deskripsi teoretis

1. Hakikat Metode Mengajar

Metode mengajar berasal dari dua kata yaitu metode dan mengajar, metode dapat

diartikan Sebagai cara, yang dalam fungsinya merupakan alat untuk mencapai tujuan.16

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, metode adalah cara kerja yang bersistem

untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang

ditentukan.17 Sedangkan mengajar menurut Alvin W. Howard yang dikutip Roestiyah

adalah suatu aktivitas untuk mencoba menolong atau membimbing seseorang untuk

mendapatkan, mengubah atau mengembangkan skill, attitudes, ideals atau cita-cita,

appreciation atau penghargaan dan knowledge.18

Metode mengajar adalah teknik guru dalam menyampaikan informasi karena minat,

taraf intelegensi dan daya perhatian dari setiap kelas berbeda, maka guru harus dapat

menggunakan metode mengajar yang berbeda dengan bijaksana.19

Metode mengajar menurut JJ Hasibuan dan Moedjiono adalah bagian dari perangkat

alat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi belajar mengajar. Dan karena strategi

belajar-mengajar merupakan sarana atau alat untuk mencapai tujuan belajar, maka

metode mengajar merupakan alat pula untuk mencapai tujuan belajar.20

Menurut Tayar Yusuf dalam bukunya Ilmu Praktik Mengajar mengatakan, metode

mengajar adalah suatu cara tertentu yang tepat dan serasi untuk menyajikan materi

pelajaran, sehingga tercapai tujuan pelajaran, dimana murid-murid dapat merasa mudah

menerima/mengerti sehingga tidak terlalu memusingkan (memberati) pikiran mereka.

Kegiatan guru dalam hal ini adalah berdasarkan prinsip-prinsip ilmu jiwa, pendidikan,

sosiologi dan sebagainya.21

16 B. Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar Di Sekolah, (Jakarta: Rineka Cipta, 1997), h.149 17 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1995), edisi ke-2, h.. 652 18

Roestiyah N. K, Masalah-masalah Ilmu Keguruan, (Jakarta: Bina Aksara, 1989), h.15 19

Penggunaan metode Mengajar yang Berbeda, http://www.sabda.org/ pepak/pustaka/ 020163, 2002. 12 Maret 2007

20 JJ. Hasibuan, Moedjiono, Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 1988), Cet-3,

h.3 21

Tayar Yusuf, Ilmu Praktik Mengajar, (Bandung: PT Alma’arif, 1986), Cet-1, h.50

Sedangkan menurut Wahdi Sayuti, metode pembelajaran adalah cara atau strategi

yang digunakan guru untuk melakukan proses pembelajaran di kelas, terutama dalam

konteks transfer of knowledge dan transfer of values.22

Dalam buku Strategi Belajar Mengajar, Ahmadi dan Prasetya mengatakan, metode

mengajar adalah teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar atau menyajikan

bahan pelajaran kepada siswa didalam kelas, baik secara individual atau secara

kelompok/klasikal, agar palajaran itu dapat diserap, dipahami dan dimanfaatkan oleh

siswa dengan baik.23

Dalam hal ini metode mengajar adalah sebagai alat untuk

pengajaran yang ingin dicapai, sehingga semakin baik penggunaan metode mengajar

semakin berhasillah pencapaian tujuan belajar mengajar.

Menurut Slameto metode mengajar adalah cara atau jalan untuk mencapai tujuan

pengajaran. Dalam mencapai tujuan, terbuka kemungkinan memilih berbagai metode

yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa dan kemampuan guru yang

bersangkutan.24

Berdasarkan berbagai pengertian di atas maka penulis menyimpulkan, metode

mengajar adalah cara yang digunakan guru dalam proses pembelajaran yang

menciptakan interaksi edukatif antara guru dan siswa, suasana belajar dan pelajar

yang memberi respon terhadap usaha guru tersebut sehingga tujuan pembelajaran

dapat tercapai.

a. Faktor yang mempengaruhi pemilihan metode mengajar

Penggunanan metode belajar harus dipilih dan digunakan dengan tepat agar dapat

terjadi interaksi aktif dari warga belajar.25

Menurut Winarno Surakhmad seperti

dikutip Bahri Djamarah, banyak faktor yang mempengaruhi pemilihan metode

mengajar diantaranya adalah sebagai berikut: 1) Tujuan dengan berbagai jenis dan

fungsinya; 2) Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya; 3) Situasi dengan

22

Wahdi Sayuti, Model Pembelajaran Konstruktivisme, Jurnal Kependidikan, keislaman dan

Kebudayaan, (Jakarta: Didaktika Islamika, 2000, Vol. VI), h.119 23 Abu Ahmadi, dan Joko Tri Prasetya, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung: Pustaka Setia, 1997), h.

52 24

Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), (Jakarta: Bumi Aksara, 1991), h. 90

25 Suharjo Dwijosumarto, Jurnal Pendidikan: Penggunaan Multimetode dan Metode Ganda Dalam

Proses Pembelajaran Matakuliah Kewiraan, (Surabaya: Ftp Universitas Negeri Surabaya 2000, Th. 27, No.

I,),h. 110

berbagai keadaannya; 4) Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya; 5)

Pribadi guru serta kemampuan profesinya yang berbeda-beda.26

a. Metode Brainstorming

1) Pengertian Metode Brainstorming

Brainstorming atau curah pendapat atau sumbang saran merupakan teknik

yang dikembangkan oleh Osborn yang dapat diterapkan untuk memecahkan suatu

masalah dalam kelompok kecil (sekitar 8 sampai 10 orang) dengan menggali

gagasan-gagasan sebanyak mungkin dari anggota kelompok. 27 Dalam kelompok

kecil ini seorang anak dipilih untuk berperan sebagai ketua dan siswa lain bertugas

mencatat semua gagasan yang muncul.

Dasar penggunaan metode curah gagasan atau brainstorming adalah bahwa

kelompok dapat mengajukan usul lebih banyak dibandingkan anggota secara

individual.28

Teknik ini terdiri dari dua tahap , yaitu tahap identifikasi gagasan dan

tahap evaluasi gagasan.29

Menurut Martinis, metode brainstorming adalah metode yang merangsang

berpikir dan menggunakan wawasan tanpa melihat kualitas pendapat yang

disampaikan oleh siswa. Akan tetapi guru dapat menggambarkan bahwa yang

diminta adalah buah pikiran dengan alasan-alasan yang rasional.30

Roestiyah dalam bukunya mengatakan, brainstorming adalah suatu teknik

atau cara mengajar dengan melontarkan suatu masalah, kemudian siswa menjawab

atau menyatakan pendapat sehingga mungkin masalah tersebut berkembang

menjadi masalah baru atau dapat diartikan pula sebagai suatu cara untuk

mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang sangat

singkat.31

26

Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik Dalam Intraksi Edukatif, (Jakarta: Rineka Cipta,

2000), h. 184 27 . C. Utami Munandar, Mengembangkan Bakat dan Kreativitas Anak Sekolah, (Jakarta: Gramedia,

1999), h.103 28

Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan Agama

Islam, (Jakarta: Depag, 2001), h. 128 29

Atwi Suparman (ed), Model-Model Pembelajaran Interaktif, (Jakarta: STIA LAN press, 2003), h.153 30

Martinis Yamin, Startegi Pembelajaran Berbasis Kompetensi, (Jakarta: Gaung Persada Press, 2003),

h. 74 31

Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 1998)., h. 73

Sedangkan menurut Wahdi Sayuti, metode pembelajaran brainstormig

atau curah gagasan merupakan langkah eksplorasi dan inventarisasi ide melalui

curah pendapat tentang topik tertentu dengan bebas tanpa seleksi.32

Prinsip

yang dianut oleh metode brainstorming adalah menunda memberi penilaian

sampai semua gagasan selesai dilontarkan.33 Setelah semua ide-ide kreatif itu

selesai dikemukakan, kemudian diadakann suatu evaluasi untuk melihat ide-ide

kretif mana yang nilai paling sesuai dalam rangka penyelesaian permasalahan.

Senada dengan hal diatas menurut pendapat Ratu dalam tulisannya pada

jurnal kejuruan teknik mesin mengatakan bahwa brainstorming adalah proses

penyampaian sebanyak-banyaknya gagasan pemecahan suatu masalah secara

bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik terhadap gagasan-gagasan yang muncul.34

Dengan menunda adanya kritik diharapkan dapat menggali gagasan-gagasan

sebanyak mungkin dari semua siswa.

Brainstorming merupakan salah satu teknik untuk merangsang munculnya

pemikiran-pemikiran kreatif terutama dalam usaha pemecahan masalah.

Selanjutnya menurut Ratu teknik kreatif ini dilaksanakan dengan memberikan

rangsangan (stimulus) untuk memberikan kondisi yang membangkitkan tanggapan

(respon) berupa ide-ide kreatif. Rangsangan yang diberikan dapat berupa

pertanyaan untuk tugas pemecahan masalah atau tugas melakukan kegiatan.35

Dalam buku Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, Sujana mengatakan

curah pendapat atau brainstorming adalah teknik pembelajaran yang dilakukan

dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki latar belakang pengetahuan dan

pengalaman yang berbeda-beda.36

Menurut Slameto Brainstorming ialah semacam cara pemecahan masalah

dimana siswa mengusulkan dengan cepat semua kemungkinan pemecahan yang

terpikirkan. Tidak ada kritik, Evaluasi atas pendapat-pendapat tadi dilakukan

kemudian.37

32 Wahdi Sayuti, Op. cit., h.122 33 Atwi Suparman, Op. cit., h. 154 34

Ratu Amilia Avianti, Jurnal Kejuruan Teknik Mesin: Proses Penumbuhan Kreativitas Pembuatan

Program CNC dengan Metode Brainstorming,, ( Jakarta: FT-UNJ, 2003, Vol. 1), h. 159 35

Ratu Amilia Avianti, Op. cit., h. 161 36

H. D. Sujana, Metode dan Teknik Pembelajaran Partisipatif, (Bandung: Falah Production, 2001), h.

86 37

Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS), Op. cit., h. 106

Dari berbagai pendapat para ahli mengenai brainstorming, maka penulis

dapat menyimpulkan bahwa brainstorming atau curah gagasan adalah

pemberian materi pelajaran dengan memperoleh pendapat atau ide-ide dari

siswa dengan bebas tanpa seleksi yang akan menunjang daya pikir kreatifnya

dan akan lebih memperkaya pengalaman siswa, dalam hal ini dapat

menghubungkan ide atau hal-hal yang sebelumnya tidak berhasil, siswa tidak

hanya akan saling melengkapi gagasan-gagasan yang timbul, tetapi juga akan

saling mengisi.

2) Tujuan Metode Brainstorming

Menurut Roestiyah, tujuan brainstorming adalah untuk mengurus habis, apa

yang dipikirkan para siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan

guru ke kelas tersebut.38

Sedangkan menurut Ratu, tujuan brainstorming adalah untuk menghasilkan

kuantitas ide yang sebesar-besarnya, tanpa harus memeperhatikan kualitasnya.

Dalam kurun waktu tertentu diharapkan ide-ide akan muncul.39 Bagi setiap jumlah

ide yang diungkapkan pada satu kurun waktu tersebut berbeda-beda. Selain jumlah

ide berbeda kualitas ide pun berbeda.

Menurut Slameto, metode brainstorming digunakan untuk: a)

Mengembangkan pikiran yang kreatif; b) merangsang partisipasi siswa; c) Pada

waktu mencari kemungkinan pemecahan masalah; d) Berhubungan dengan

metode lainnya; e) Untuk membangkitkan pendapat-pendapat baru; f) Untuk

menciptakan suasana yang menyenangkan dalam kelompok.40

Dalam bukunya Model-Model Pembelajaran Interaktif Afwi Suparman

mengatakan bahwa metode Brainstorming diharapkan dapat melatih peserta untuk

mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya imajinasi mereka dan

melatih daya kreativitas berfikir peserta.41

3) Tahapan Metode Brainstorming

Brainstorming mempunyai tahapan atau langkah-langkah pokok,

yaitu:

38

Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h.74 39

Ratu Amilia Avianti, Op. cit., h. 161 40

Slameto, Op. cit., h. 106 41

Atwi Suparman, Op. cit., h. 154

1) Guru menentukan topik bahasan.

Sebelum menentukan topik, terlebih dahulu guru menjelaskan pokok-

pokok penting materi pelajaran.

2) Ajaklah siswa umtuk mengungkapkan pandangan atau ide mereka yang

berhubungan dengan topik yang akan dibahas.

Guru memberi masalah pada siswa sesuai dengan topik atau materi yang

diajarkan dan siswa diberi waktu memikirkan pemecahan masalah tersebut

dan memberikan pendapatrnya bila diminta oleh guru.

3) Catat semua respon siswa yang muncul.

Guru turut membimbing dalam memperoleh jawaban dari siswa, namun

selama berlangsung pencetusan gagasan, kritik tidak dibenarkan dan siswa

tidak perlu mempersoalkan timbulnya ide yang tampak sama, karena

menghambat spontanitas pencetusan ide.

4) Setelah itu guru membahas satu persatu respon yang muncul.42

Guru mengevaluasi dan merangkum hasil dari jawaban pada kegiatan

tersebut dengan ceramah.

4) Kelebihan dan kekurangan metode brainstorming

1) Metode Brainstorming dipakai karena memiliki beberapa kelebihan

seperti:

a) Anak-anak aktif berpikir untuk menyatakan pendapat.

b) Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.

c) Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan

dengan masalah yang diberikan oleh guru.

d) Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran.

e) Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang pandai

atau dari guru.

f) Terjadi persaingan yang sehat.

g) Anak-anak merasa bebas dan gembira.

h) Suasana demokrasi dan disiplin ditumbuhkan.43

42

Wahdi Sayuti, Op. cit., h. 122. 43

Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h. 74

2) Adapun kekurangan dari metode brainstorming yang perlu diatasi adalah:

a) Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk

berpikir dengan baik.

b) Anak-anak yang kurang selalu ketinggalan.

c) Kadang-kadang berbicara hanya dimonopoli oleh anak yang pandai

saja.

d) Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan

kesimpulan.

e) Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu benar atau salah.

f) Tidak menjamin pemecahan masalah.

g) Masalah bisa berkembang kearah yang tidak diharapkan .44

b. Metode Tanya Jawab

1) Pengertian Metode Tanya Jawab

Metode tanya jawab adalah cara penyajian bahan pengajaran dengan jalan

mengajukan pertanyaan dengan meksud untuk mendapatkan jawaban lisan atau

berupa tindakan sebagai terhadap peertanyaan yang diajukan guru atau instruktur

kepada siswa atau sebaliknya sebagai upaya untuk melengkapi atau memperdalam

penguasaan bahan guna pencapaian tujuan pengajaran.45

Metode tanya jawab menurut Roestiyah adalah suatu teknik untuk memberi

motivasi pada siswa agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama

mendengarkan pelajaran, atau guru yang mengajukan pertanyaan-pertanyaan itu,

siswa menjawab.46

Selanjutnya menurut Roestiyah Tanya jawab dapat membantu

tumbuhnya perhatian siswa terhadap pelajaran, serta mengembangkan

kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya, sehingga

pengetahuannya menjadi fungsional.47

Menurut Lalu Muhammad Metode tanya jawab adalah cara menyajikan

bahan pelajaran dalam bentuk pertanyaan dari guru yang harus dijawab siswa atau

44

Ibid.., h. 75 45

Slameto, Proses Belajar Mengajar Dalam Sistem Kredit Semester (SKS), Op. cit.., h.113 46

Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h.129 47

Ibid., h.130

sebaliknya, baik secara lisan maupun tulisan.48

Metode tanya jawab juga

memungkinkan terjadinya komunikasi langsung antara guru dan pelajar, bisa pula

pelajar bertanya dan guru mrnjawab. Hunungan antara guru dan pelajar

merupakan hubungan timbal balik secara langsung.49

Sedangkan Wahdi Sayuti mengemukakan bahwa metode pembelajaran tanya

jawab merupakan salah satu metode pembelajaran yang dapat dugunakan oleh

guru dalam proses pembelajaran di kelas. Secara umum, metode ini dapat

digunakan untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan dalam proses

pembelajaran sebelumnya.50

Dalam bukunya Strategi Belajar Mengajar, Abu Ahmadi dan Joko Tri Prasetya

mengatakan, metode tanya jawab adalah suatu metode di dalam pendidikan dan

pengajaran di mana guru bertanya, sedangkan murid-murid menjawab tentang

bahan materi yang ingin diperolehnya.51

Sedangkan menurut Syaiful Bahri metode tanya jawab adalah suatu cara

penyajian bahan pelajaran melalui bentuk pertanyaan yang perlu dijawab oleh

anak didik. Dengan metode ini, antara lain dapat dikembangkan keterampilan

mengamati, interprestasi, mengklasifikasikan, membuat kesimpulan, menerapkan,

dan mengkomunikasikan.52

Dari berbagai pendapat para ahli tentang metode tanya jawab, maka penulis

menyimpulkan bahwa metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran

melalui berbagai bentuk pertanyaan, dari atau kepada siswa, sehingga terjadi

komunikasi langsung dua arah antara guru dan murid. Metode ini dapat digunakan

untuk meninjau ulang pelajaran yang telah disampaikan

2) Tujuan Metode Tanya Jawab

Menurut Lalu Muhammad, tujuan dari metode tanya jawab adalah:

1) Untuk mengetahui penguasaan bahan pelajaran dalam ingatan, pengungkapan

perasaan dan sikap siswa.

48

Lalu Muhammad Azhar, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA, ( Surabaya: Usaha Nasional, 1993),

h. 106 49

Tim Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Op.cit, h. 107 50

Wahdi Sayuti, Op. cit., h. 121 51

Abu Ahmadi, dan joko Tri Prasetya, Op. cit., h. 56 52

Syaiful Bahri Djamarah, Op. cit., h. 203

2) Untuk mengetahui jalan berpikir siswa secara sistematus, logis dan menuju

pemecahan masalah.

3) Untuk memberi tekanan perhatian bagian-bagian penting dari materi pelajaran.

4) Untuk memperkuat korelasi antara pertanyaan dengan jawabannya.

5) Membiasakan siswa mengenal bentuk dan jenis pertanyaan serta jawaban yang

benar atau tepat dalam rangjka kelanjutan belajarnya.53

Menurut Roestiyah penggunaan metode tanya jawab baik untuk maksud-

maksud yang diperlukan untuk menyimpulkan atau mengikhtisarkan pelajaran

atau apa yang dibaca, dengan dibantu Tanya jawab siswa akan tersusun jalan

pikirannya sehingga mencapai perumusan yang baik dan tepat, membantu

tumbuhnya perhatian siswa pada pelajaran, meneliti kemampuan atau daya

tangkap siswa untuk dapat memahami bacaan, dan mengetahui juga apakah

siswa mendengarkan dengan baik.54

Sedangkan menurut Slameto, metode tanya jawab digunakan bila:

1) Mengulangi pelajaran yang lalu untuk mengaitkan dengan pelajaran yang

baru.

2) Anda ingin mengikutsertakan siswa secara aktif dalam pengajaran.

3) Anda ingin menuntun pengamatan dan pemmikiran siswa.

4) Materi pelajaran berupa fakta dan informasi yang umum dan mudah diacak

melalui berbagai sumber.55

Pertanyaan dapat menjadi alat guru untuk merangsang kegiatan berpikir

siswa. Guru dapat juga menggunakan jawaban siswa untuk mengecek efektifitas

pengajarannya yang sedang berlangsung. Pertanyaan juga dapat berfungsi

sebagai pengatur, pertanyaan mengecek efektifitas pengajarannya yang sedang

berlangsung. Selain itu pertanyaan juga dapat berfungsi sebagai pengatur,

pertanyaan yang diajukan sebelum ceramah atau demontrasi dimulai dapat

53

Lalu Muhammad Azhar, Op. cit., h.106 54

Roestiyah. N. K, Strategi Belajar Mengajar, Op. cit., h. 130 55

Slameto Op. cit, h. 113

membantu siswa memusatkan perhatiannya pada hal-hal penting.56

Oleh karena

itu aspek tehnik dari pertanyaan harus pula dipakai dan dilatih, agar pengajar

dapat menggunakan pertanyaan secara efektif dalam proses belajar mengajar.

3) Jenis-Jenis Pertanyaan

Menurut JJ. Hasibuan dan Moedjiono, dalam buku Proses Belajar Mengajar.

Menggolongkan tiga jenis pertanyaan sebagai berikut:

1) Jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya

a) Pertanyaan permintaan (compliance question)

b) Pertanyaan retorik (rhetorical question)

c) Pertanyaan mengarah atau menuntun (prompting question)

d) Pertanyaan menggali (probing question)

2) Jenis-jenis pertanyaan menurut taksonomi Bloom

a) Pertanyaan pengetahuan (recall question atau knowledge question)

b) Pertanyaan pemahaman (comprehension question)

c) Pertanyaan penerapan (application question)

e) Pertanyaan analisis (analysis question)

f) Pertanyaan sintesis (synthesis question)

g) Pertanyaan evaluasi (evaluation question)

3) Jenis-jenis pertanyaan menurut luas sempitnya sasaran

(1) Pertanyaan sempit (narrow question)

(a) Pertanyaan sempit informasi langsung:

(b) Pertanyaan sempit memusat:

(2) Pertanyaan Luas (broad question)

(a) Pertanyaan luas terbuka

(b) Pertanyaan luas menilai (evaluating question) .57

4) Tahapan Metode Tanya Jawab

Adapun tahapan atau langkah-langkah metode tanya jawab adalah sebagai

berikut:

56

W. James Popham, Eva L. Baker (Amirul Hadi, dkk), Teknik Mengajar secara sistematis, (Jakarta:

Rineka Cipta, 2001) h. 89 57

JJ. Hasibuan, Moedjiono, Op. cit., h. 15

1) Persiapan.

a) Menentukan topik

b) Merumuskan tujuan ( TIK )

c) Menyusun pertanyaan-pertanyaan yang tepat sesuai dengan TIK

d) Mengidentifikasi pertanyaan-pertanyaan yang memungkinkan diajukan

siswa.

2) Pelaksanaan

a) Menjelaskan TIK yang akan dicapai

b) Mengkomunikasikan penggunaan metode tanya jawab (murid tidak hanya

bertanya tetapi juga menjawab pertanyaan guru atau siswa yamg lain).

c) Guru memberikan permasalahan sebagai bahan persepsi.

d) Guru mengajukan pertanyaan kepada seluruh kelas.

e) Guru memberikan limit waktu (tempo) yng cukup untuk siswa menyusun/

memikirkan jawaban yang sistematis.

f) Memelihara ketenangan suasana tanya jawab.

g) Guru mengusahakan pemerataan giliran bertanya/ menjawab.58

5) Kelebihan dan Kekurangan Metode Tanya jawab

Dalam pelaksanaannya metode tanya jawab memiliki kelebihan dan

kekurangan.

1) Adapun kelebihannya adalah:

a) Lebih mengaktifkan anak didik dibandingkan dengan metode ceramah.

b) Anak akan lebih cepat mengerti, karena memberi kesempatan kepada anak

didik untuk menanyakan hal-hal yang belum jelas/ dimengerti sehingga

guru dapat menjelaskan kembali.

c) Mengetahui perbedaan pendapat antara anak didik dan guru, dan akan

memebawa kearah suatu diskusi.

d) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian anak didik.

2) Sedangkan kelemahan dari metode tanya jawab adalah:

a) Mudah menyimpang dari pokok persoalan.

b) Dapat menimbulkan beberapa masah baru.

58

Lalu Muhammad Azhar, Op. cit., h.108

c) Anak didik terkadang merasa takut untuk memberikan jawaban atas

pertanyaan yang diajukan kepadanya.

d) Sukar membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan

pemahaman anak didik.59

2.Hakikat Penguasaan Konsep Sistem Indera

a. Penguasaan konsep

Penguasaan konsep terdiri dari dua kata yaitu penguasaan dan konsep.

Penguasaan diartikan sebagai pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan

(pengetahuan, kepandaian, dan sebagainya).60 Sedangkan konsep merupakan suatu

abstraksi yang menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari

sekelompok obyek dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa benda

atau fenomena di alam yang membedakan dari kelompok lainnya.61

Menurut Amien yang dikutip Yuni dan Adi konsep adalah suatu gagasan atau

ide yang didasarkan pada pengalaman tertentu yang relevan yang dapat

digeneralisasikan. Suatu konsep dikatakan objektif jika dapat dikonfirmasikan

dengan kenyataannya, artinya simbol yang ada dalam konsep tersebut dapat

ditelusuri keberadannya dialam nyata.62

Menurut Rosser yang dikutip Dahar, dikatakan bahwa, konsep adalah suatu

abstraksi yang mewakili satu kelas objek-objek, kejadian-kejadian, kegiatan-

kegiatan, atau hubungan-hubungan, yang mempunyai atribut-atribut yang sama.63

Selanjutnya Dahar menjelaskan pembentukan konsep merupakan suatu bentuk

belajar penemuan (discovery learning), paling sedikit dalam bentuk primitif, yang

melibatkian proses-proses psikologi seperti analisis diskriminatif, abstaksi,

diferensiasi, pembentukan (generation) hipotesis dan pengujian (testing), dan

generalisasi.64

Sedangkan menurut Bell yang dikutip Abidin Konsep adalah suatu ide atau

gagasan abstrak yang memungkinkan seseorang dapat mengklasifikasikan obyek-

59 Syaiful Bahri Djamarah, Op. cit., h. 203 60 Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h.534 61

Nuryani. R. Strategi Belajar Mengajar Biologi, ( Malang: UM Press,2005 ), h.51 62

Yuni Tri Hewindati, dan Adi Suryanto, Jurnal Pendidikan: Pemahaman Murid Sekolah Dasar Terhadap Konsep IPA Berbasis BIologi: Suatu Diagnosis Adanya Miskonsepsi,, (Universitas Terbuka:

Jurnal pendidikan. Vol, No. I, Maret 2004), hal.63 63

Ratna Wilis Dahar, Teori-Teori Belajar, (Jakarta: Erlangga, 1996), h.80 64

Ibid, h.81

obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu dan memungkinkan pula untuk menentukan

apakah obyek-obyek atau peristiwa-peristiwa tertentu itu merupakan contoh atau

bukan contoh dari gagasan tersebut.65

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, Konsep merupakan ide atau pengertian

yang diabstrakkan dari peristiwa konkret.66 Tafsiran atau pengertian seseorang

terhadap suatu konsep disebut konsepsi. Setiap konsep tidak berdiri sendiri,

melainkan setiap konsep berhubungan dengan konsep lain, semua konsep tersebut

bersama-sama membentuk semacam jaringan pengetahuan dalam pikiran manusia.

Semakin lengkap jaringan konsep tersebut dalam struktur kognitif seseorang semakin

besar kemungkinannya dapat menyelesaikan masalah yang berkaitan.67

Pembentukan konsep merupakan proses induktif. Dalam proses ini seseorang

mengabstraksikan atribut-atribut tertentu yang sama dari berbagai stimulus yang

diberikan . Stimulus – stimulus tersebut dapat berupa pemberian contoh-contoh dari

sesuatu yang dikonsepkan. Sedangkan asimilasi konsep bersifat deduktif.68

Dengan

terkonsepnya rangsangan oleh individu dengan baik diharapkan individu akan lebih

mudah mememori dan memunculkan kembali rangsangan tersebut dalam bentuk

konsep pada situasi dan kondisi yang lain.69

Adapun manfaat konsep menurut S. Nasution adalah membebaskan individu dari

pengaruh stimulus yang spesifik dan dapat menggunakannya dalam segala macam

situasi dan stimulus yang mengandung konsep itu.70

Selanjutnya menurut Nasution mempelajari konsep berbeda dengan belajar

hubungan stimulus dan respon karena yang terakhir ini bertalian erat dengan bentuk

fisik tertentu, sedangkan konsep sudah lepas sama sekali dari bentuk atau kesamaan

65

Zainal Abidin, Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran: Pemahaman Konseptual dan Proses Dalam

Belajar Matematika, (Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran, Tahun 17, No. 2, 2 Agustus 2004), h. 59 66

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h. 520 67

Muhaemin AD, Jurnal Pendidikan: Upaya Meningkatkan Pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa

Kelas II Semester Ganjil SMA Al-Kautsar TP 2004/2005 Melalui Pendekatan Peta Konsep, (Jakarta: Jurnal

Pendidikan Pengajaran, Vol. 4, No. 1, Maret 2006), h. 86 68

Zainal Abidin, Op. cit., h. 60 69

Sutarto, Jurnal Pendididkan dan Kebudayaan: Buku Ajar Fisika (BAF) dengan Tugas Analisis Foto Kejadian Fisika (AFKF) sebagai Alat Bantu Penguasaan Konsep Fisika, (Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan,

Tahun 11, No. 54, Mei 2005), h. 332 70

S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara,

1997), h. 164

fisik. Misalnya konsep “sudut “ tidak terikat pada sudut obyek tertentu, akan tetapi

dikenal dalam setiap benda.71

Tingkat pencapaian konsep yang diharapkan dari siswa, tergantung pada

kompleksitas dari konsep, dan tingkat perkembangan kognitif siswa.72 Sesuai dengan

taksonomi Bloom dalam ranah kognitif yang meliputi 6 tingkat, yaitu:

1) Pengetahuan, pengenalan, yaitu dapat mengenal, mengingat dan mereproduksi

bahan pengetahuan atau pelajaran yang pernah diberikan.

2) Pemahaman, yaitu memahami materi atau gagasan yang diberikan. Siswa tahu

apa yang disampaikan dan dapat menggunakan materi atau gagasan yang

diberikan, tanpa perlu menghubungkannya dengan materi lain atau melihat

implikasinya.

3) Penerapan, yaitu menggunakan hal-hal abstrak dalam situasi yang khusus dan

konkret.

4) Analisis, yaitu menguraikan suatu materi atau bahan yang diberikan menjadi

unsur-unsur atau bagian-bagian, sehingga kedudukan atau hubungan antarunsur

atau bagian yang diungkapkan menjadi jelas.

5) Sintesis, yaitu menghimpun atau menyusun unsur-unsur atau bagian-bagian

sehingga membentuk keseluruhan; proses bekerja dengan bahan-bahan, unsur-

unsur, dan menyusun atau menggabungkannya menjadi pola atau struktur

tertentu.

6) Evaluasi, yaitu memberikan pertimbangan mengenai nilai dari bahan dan

metode-metode untuk tujuan tertentu. Biasanya dengan menggunakan patokan

atau tolok ukur penilaian. Patokan ini dapat diberikan oleh guru atau ditentukan

sendiri oleh siswa.73

Pendekatan-pendekatan kognitif tentang belajar memusatkan pada proses

perolehan konsep-konsep, pada sifat dari konsep-konsep, dan pada bagaimana

konsep-konsep itu disajikan dalam stuktur kognitif.74

Berdasarkan pendapat para ahli dan uraian tentang penguasaan konsep, maka

penulis menyimpulkan bahwa penguasaan konsep adalah pemahaman atau

71

S. Nasution, Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar, (Jakarta: Bumi Aksara, 1997), h. 164

72 Ratna Wilis Dahar, Op. cit., h. 91

73 S. C. Utami Munandar, Op. cit., h.120

74 Ratna Wilis Dahar, Op. cit., h. 84

kesanggupan siswa terhadap suatu gagasan atau ide yang didasarkan pada

pengalaman tertentu yang relevan yang dapat digeneralisasikan. abstraksi yang

menggambarkan ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok obyek

dari suatu fakta, baik merupakan suatu proses, peristiwa benda atau fenomena di

alam yang membedakan dari kelompok lainnya yang didasarkan pada pengalaman

tertentu yang relevan yang dapat digeneralisasikan dan diukur melalui tingkat

perkembangan kognitif siswa sesuai dengan klasifikasi Bloom.

b. Sistem Indera

Sistem dapat diartikan sebagai hirargi tertinggi susunan stuktur dan fungsi

tubuh.75 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, sistem adalah perangkat unsur

yang secara teratur saling berkaitan sehingga membentuk suatu totalitas.76

Sedangkan indera merupakan reseptor rangsang. Selain itu indera juga dapat

diartikan sebagai alat untuk merasa, mencium bau, mendengar, melihat, meraba,

dan merasakan sesuatu secara naluri (intuitif).77

Macam indera sesuai dengan

macam stiumulus di alam: raba fisik, raba suhu panas/dingin, raba arus angin/air,

bau, kecap, bunyi, keseimbangan, nyeri dan cahaya.78

Sistem indera merupakan alat untuk mengenal dunia luar. Alat indera

mempunyai lima indera yang dikenal dengan panca indera, alat indera pada

manusia dilengkapi dengan bagian –bagian yang berfungsi untuk menerima

rangsangan dari luar, dan saraf-saraf pembawa rangsang ke saraf pusat ( otak ).

Alat indera manusia dapat berfungsi dengan sempurna apabila:

1. Saraf –saraf yang berfungsi membawa rangsang ke sumsum saraf pusat bekerja

dengan baik.

2. Otak sebagai pusat pengolah rangsang bekerja dengan sempurna.

3. Secara anatomi alat-alat indera tidak mempunyai kelainan bentuk dan fungsinya.

Adapun lima alat indera manusia tersebut adalah:

1) Mata (indera penglihat), peka terhadap cahaya.

Bagian-bagian mata yaitu:

a) Bagian depan bola mata

75

Wildan Yatim, Kamus Biologi, (Jakarta: Yayasan obor Indonesia, 1999), Edisi I, h. 793 76

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Op cit., h 950 77

Ibid., h. 377 78

Ibid, h. 470

Terdiri atas: alis, kelopak mata, dan kelenjar air mata. Bola mata

direkatkan pada dinding sebelah dalam rongga mata oleh tiga pasang otot,

yang juga berfungsi menggerakan bola mata. Otot-otot tersebut yaitu:

(1) Otot yang menggerakan bola mata lurus atas dan lurus bawah.

(2) Otot yang menggerakan bola mata lurus dalam dan lurus luar.

(3) Otot yang menggerakan bola mata miring atas dan miring bawah.

b) Bola mata terdiri dari tiga lapisan yaitu:

(1) Lapiasan luar (Sklera), berwarna putih.

Bagian sklera memebentuk kornea, yan berfungsi untuk memerima

cahaya yang masuk ke mata. Kornea dilindungi selaput tipis yamg

disebut konjungtiva.

(2) Lapisan tengah, berwarna gelap banyak mengandung pembuluh darah,

dan berfungsi untuk menyerap cahaya serta mengurangi cahaya yang

memantul disekitar mata bagian dalam. Dibagian ini juga terdapat iris,

pupil, dan lensa mata.

(3) Lapisan dalam (Retina) atau selaput jala.

Retina mengandung reseptor yang peka terhadap cahaya. Pada retina

terdapat bintik kuning dan bintik buta.

Proses Melihat

Suatu benda dapat dilihat jika ada cahaya. Cahaya dipantulkan benda→

mata→ Kornea→ Pupil→ Lensa mata→ Retina→ Saraf mata→

Diterjemahkan oleh pusat penglihatan di otak→ Melihat.

Gangguan-gangguan pada Mata

Gangguan atau kelainan pada mata diantaranya adalah: Rabun jauh

(miopi), rabun dekat (hipermetropi), rabun jauh dan dekat (presbiopi),

Astigmatisme (silindris), rabun senja, katarak, dan buta warna.

2) Telinga (indera pendengar)

Telinga manusia terdiri atas:

a. Telinga luar terdiri dari daun telinga, lubang telinga dan gendang telinga.

Telinga luar berfungsi untuk menangkap dan tempat masuknya gelombang

bunyi

b. Telinga tengah terdiri dari pembuluh Eustachius dan tulang-tulang

pendengaran yaitu tulang martil, tulang landasan dan tulang sanggurdi.

Telinga tengah berfungsi dalam menghantarkan getaran ke telinga bagian

dalam

c. Telinga dalam terdiri dari rumah siput atau koklea,dua lubang berselaput yaitu

tingkap jorong dan tingkap bundar, dan alat keseimbangan berupa tiga buah

saluran setengah lingkaran.

Proses Mendengar

Gelombang bunyi ditangkap dan dikumpulkan oleh daun telinga→ Saluran

telinga→ Menggetarkan gendang telinga→ Tulang martil→ Tulang

landasan→ Tulang sanggurdi→ Tingkap jorong→ Cairan limfa didalam

rumah siput bergetar→ Merangsang ujung-ujung urat saraf→ Saraf

pendengaran→ Pusat pendengaran di otak→ Mendengar.

Gangguan-gangguan pada Telinga

Gangguan pada telinga dapat disebabkan oleh dua hal, yaitu gangguan

penghantaran bunyi dan gangguan saraf. Gangguan atuau kelainan pada

telinga diantaranya adalah: Otosklerosis yaitu kelainan pada tulang sanggurdi

dan Presbikus yaitu gangguan yang disebabkan oleh.penuaan yang

mengakibatkan rusaknya sel saraf pada telinga.

3) Lidah (indera pengecap)

Zat yang dapat dikecap lidah adalah zat kimia yang berupa larutan. Ujung-

ujung saraf pengecap berkelompok membentuk kuncup pengecap. Ada kuncup

pengecap yang peka terhadap rasa manis, asin, asam dan pahit. Kuncup-kuncup

pengecap berkumpul pada bagian tertentu dari lidah. Ujung lidah peka terhadap

rasa manis dan asin, tepi lidah peka terhadap rasa asam dan pangkal lidah peka

terhadap rasa pahit.

Gangguan pada indera pengecap dapat bersifat sementara, misalnya pada

saat makan atau minum sesuatu yang panas atau dingin lidah akan mati rasa

beberapa saat dan bersifat permanen misalnya rusaknya jaringan saraf yang

berhubungan dengan indera pengecap di otak.

4) Hidung (indera pencium)

Dalam rongga hidung bagian atas terdapat serabut-serabut saraf pembau

dengan sel-sel pembau di ujungnya. Serabut-serabut saraf itu bergabung menjadi

urat saraf pembau yang menuju kepusat pembau di otak. Sel-sel pembau menuju

rambut-rambut halus di ujungnya dan diliputi oleh selaput lendir yang berfungsi

sebagai pelembab.

Sel-sel pembau peka terhadap zat kimia beruapa gas. Sewaktu menarik

napas, udara masuk kedalam rongga hidung. Zat kimia yang ada didalam udara

akan dilarutkan pada selaput lendir, kemudian dibawa oleh saraf pembau ke

otak, sehingga rangsangan bau dapat diterima.

5) Kulit (indera peraba)

Kulit merupakan lapisan tipis yang menutupi dan melindungi seliruh tubuh.

Kulit berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh, tempat menyimpan cadangan

makanan/lemak, melindungi tubuh dari gesekan, penyinaran, panas, zat kimia,

dan kuman, juga berfungsi sebagau indera peraba. Selain itu kulit juga berfungsi

sebagai alat pengeluaran

Sel-sel saraf peraba tersebar diseluruh permukan kulit, bagian tubuh yang

peka terhadap sentuhan adalah ujung jari, telapak tangan dan telapak kaki. Saraf

peraba dapat merasakan permukaan halus dan kasar. Kulit terdiri dari lapisan

epidermis (kulit ari) dan lapisan dermis (kulit jangat).

3. Penelitian yang Relevan

Dari hasil penelitian yang relevan tentang brainstorming dan tanya jawab dalam

pembelajaran yang dilakukan oleh Ratu Amelia, menunjukkan bahwa terdapat

pertumbuhan kreativitas siswa dalam proses belajar mengajar dengan menggunakan

metode brainstrorming. Pertumbuhan kreativitas dimulai dengan pertumbuhan unsur

kelancaran dan keluwesan berpikir diikuti dengan pertumbuhan unsur kepekaan terhadap

masalalah.

Hasil penelitian Syahrudin, menunjukkan bahwa brainstorming sebagai tekhnik untuk

pelatihan berfikir divergen mampu meningkatkan kreativitas dan dapat memberikan

pengalaman dan pengembangan pemikiran bagi individu yang bersangkutan dalam

mencoba menyelesaikan masalah. Selanjutnya menurut penelitian Wiwik, menunjukkan

metode pembelajaran brainstrorming mempunyai hubungan yang bermakna terhadap

peningkatan pengetahuan siswa.

Sedangkan hasil penelitian mengenai tanya jawab yang dilakukan oleh Albertus sinaga

menunjukkan metode tanya jawab sesuai untuk diterapkan dalam pengajaran berbicara

karena waktu siswa bertanya guru dapat mendengar dengan seksama bagaimana cara siswa

untuk menyampaikan permasalahan nya, dengan demikian guru terus-menerus memantau

perkembangan berbicara siswa. Jika terdapat kesalahan dan kejanggalan guru dapat

memperbaikinya .

Metode barainstrorming dan tanya jawab dapat melatih keterampilan berbicara siswa

karena metode brainstrorming dan tanya jawab dapat melatih keberanian berpikir,

menanamkan kepada pemahaman dan ingatan siswa untuk menguasai konsep yang

diajarkan sehingga dapat memudahkan penguasaan konsep siswa dalam proses belajar

mengajar.

B. Kerangka Berpikir

Dalam belajar, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. Salah satunya adalah

pemilihan metode mengajar. Metode mengajar yang dipakai oleh guru sangat

mempengaruhi metode belajar yang dipakai oleh siswa. Banyak sekali metode-metode

mengajar yang dapat diterapkan oleh guru dalam proses pembelajaran, diantaranya adalah

metode brainstorming dan metode tanya jawab.

Biologi merupakan ilmu moderat dan strategis yang terletak diantara ilmu-ilmu sosial,

psikologi, dan ilmu-ilmu alam. Melalui mata pelajaran ini, peserta didik dikembangkan

sikap ilmiahnya. Dengan belajar biologi berarti berupaya mengenali proses kehidupan

nyata di lingkungan, mengenali diri sendiri sebagai makhluk hidup, dan diharapkan

bermanfaat untuk peningkatan kualitas dan kelulushidupan manusia dan lingkungannya.

Secara umum, tujuan pengajaran adalah pengetahuan yang disampaikan dapat

dipahami oleh siswa. Dengan demikian, mengajar yang baik itu dapat terjadi jika terdapat

peningkatan penguasaan konsep siswa. Hal itu dapat dipenuhi salah satunya dengan

penggunaan metode pembelajaran yang digunakan oleh guru yang menimbulkan

perbedaan hasil belajar yang berarti bagi proses pembelajaran tersebut.

Brainstorming adalah salah satu metode pengajaran yang menekankan kepada siswa

untuk berpikir kreatif dalam memecahkan suatu masalah. Salah satu tujuan metode ini

adalah melatih siswa untuk mengekspresikan gagasan-gagasan baru menurut daya

imajinasi mereka dan melatih daya kreativitas berfikir siswa. Salah satu kelemahan dari

metode ini adalah kurangnya waktu yang diberikan untuk siswa memikirkan pemecahan

masalah yang diberikan.

Sedangkan metode tanya jawab adalah metode yang memungkinkan terjadinya

komunikasi langsung antara guru dan siswa, sehingga guru dapat melakukan penilaian

langsung sejauh mana perkembangan aspek kognitif dan afektif siswa. Metode tanya

jawab memiliki kelemahan diantaranya kemungkinan terjadi penyimpangan perhatian

siswa bilamana terdapat pertanyaan atau jawaban yang tidak berkenaan dengan sasaran

yang dibicarakan.

Dalam metode brainstorming, siswa dituntut untuk berpikir kreatif dan logis terutama

dalam usaha pemecahan masalah dari konsep yang diajarkan. Siswa di rangsang untuk

mengemukakan pendapat sehingga mereka memperoleh pengalaman langsung dari daya

pikir kreatifnya yang akibatnya akan meningkatkan siswa dalam menerima pelajaran.

Dengan demikian, wajarlah bila mereka akan memiliki serta menyimpan konsep tersebut

dengan lebih baik.

Sedangkan dalam metode tanya jawab lebih mengedepankan aspek ingatan, selain itu

terkadang siswa merasa takut untuk memberikan jawaban atau bahkan untuk bertanya

yang akibatnya siswa yang kurang menguasai konsep akan tertinggal. Dengan demikian

metode brainstorming diharapkan dapat lebih meningkatkan penguasan konsep siswa di

bandingkan dengan metode tanya jawab.

Berdasarkan teori maupun pendapat mengenai metode belajar brainstorming, metode

tanya jawab dan penguasaan konsep, maka dapat dikatakan bahwa dalam belajar

khususnya biologi diperlukan penggunaan metode belajar yang tepat. Salah satu cara

untuk memilih metode yang tepat adalah dengan membandingkan metode yang ada

terhadap peningkatan penguasaan konsep yang diperoleh siswa.

Metode brainstorming dan metode tanya jawab dapat digunakan dalam upaya

pencapaian penguasaan konsep siswa yang dapat diukur melalui 3 ranah yaitu kognitif,

afektif, dan psikomotor. Selain itu juga diharapkan dapat menjadi salah satu metode yang

menyenangkan dan membawa peserta didik kearah pembelajaran yang kreatif serta hasil

pembelajaran yang optimal.

Pada kegiatan brainstorming siswa berperan aktif untuk mengemukakan pendapatnya

dari konsep yang telah mereka pelajari sebelumnya, metode ini merangsang siswa untuk

berpikir kreatif dengan aktifnya siswa dalam kegiatan brainstrorming dan tanya jawa

maka pembelajaran akan lebih bermakna sehingga diharapkan akan terdapat perbedaan

penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstrorming dengan metode

tanya jawab. Penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstrorming lebih

tinggi dibandingkan penguasaan konsep siswa yang mnggunakan metode tanya jawab

C. Perumusan Hipotesis

Berdasarkan kerangka pikir yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis

yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah:

Ho: Tidak terdapat perbedaan penguasaan konsep sistem indera siswa yang diajar dengan

metode brainstorming dan metode tanya jawab.

Ha: Terdapat perbedaan penguasaan konsep sistem indera siswa yang diajar dengan

metode brainstorming dan metode tanya jawab. Penguasaan konsep siswa yang

menggunakan metode brainstorming lebih tinggi dibandingkan dengan penguasaan

konsep siswa yang menggunakan metode tanya jawab.

Adapun pengujian hipotesis struktural yang digunakan adalah sebagai berikut:

Ho : µA = µB

H1 : µA > µB

Keterangan :

µA = Rata-rata penguasaan konsep sistem indera siswa dengan metode

brainstorming.

µB = Rata-rata penguasaan konsep sistem indera siswa dengan metode tanya

jawab.

Apabila µA > µB maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang berarti hipotesis diterima.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan penguasaan konsep antara siswa

yang diajar dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab.

B. Waktu Dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan April sampai dengan Juni 2007. Sedangkan

sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah MTs Darul Abror Jatiraden, Bekasi.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dilakukan adalah quasi experiment (eksperimen semu),

karena kelompok-kelompok yang terpilih masih dapat berhubungan dan berada pada

keadaan apa adanya, sehingga peneliti tidak dapat mengatur sekehendak hati variabel

bebasnya. Dalam penelitian ini, peneliti mempunyai dua variabel yaitu:

1. Variabel terikat adalah penguasaan konsep sistem indera.

2. Variabel bebas adalah pengajaran dengan menggunakan metode brainstorming dan

metode tanya jawab.

Eksperimen dilakukan pada dua kelompok, terhadap keduanya diberi tes awal (pre test),

kemudian kelompok A diberi pengajaran dengan metode brainstorming dan kelompok B

diberi pengajaran dengan metode tanya jawab. Setelah itu diberi tes akhir (post test). Hasil

dari tes awal dan tes akhir masing-masing kelompok diperbandingkan. Desain yang

digunakan adalah pre test post control group design, dengan mempetimbangkan bahwa

melakukan penelitian murni pada

penelitian lapangan hampir tidak mungkin dan sulit untuk memenuhi kriteria alokasi

perlakuan subjek secara random. Desain penelitian dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Tabel I

Desain penelitian

Kelompok Pre test Perlakuan Post test

A O1 Xa O2

B O3 Xb O4

Keterangan:

O1: Adalah tes awal pada kelompok A

O3: Adalah tes awal pada kelompok B

Xa: Kelompok yang diberi perlakuan metode mengajar brainstorming

Xb: Kelompok yang diberi perlakuan metode mengajar tanya jawab

O2: Tes akhir pada kelompok A

O4: Tes akhir pada kelompok B

D. Populasi Dan Sampel

Dalam penelitian ini populasi adalah siswa MTs Darul Abror Jati Raden Bekasi.

Sedangkan sampelnya adalah siswa kelas II. Adapun teknik pemilihan sampel yang

digunakan dalam penelitian ini adalah teknik purposive sampling, yaitu penentuan kelas

yang akan dijadikan penelitian berdasarkan kebijakan dan kemudahan pihak sekolah serta

dukungan dari guru mata pelajaran biologi kelas II.

E. Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen penelitian diartikan sebagai alat untuk mengukur variabel-variabel

pelelitian. Dan selanjutnya dijadikan alat bantu didalam metode pengumpulan data.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes sebelum dan sesudah

penerapan pengajaran dengan metode brainstorming dan metode tanya jawab pada kedua

kelas eksperimen. Tes yang digunakan adalah tes objektif dengan 4 alternatif jawaban.

Dalam penelitian ini dilakukan beberapa langkah dalam penyusunan instrumen

yaitu:

1. Penyusunan Soal

Penyusunan soal untuk menentukan penguasaan konsep siswa yang dilakukan

berdasarkan pada Kurikulum KBK. Soal dalam bentuk objektif (pilihan ganda)

dengan jumlah option sebanyak 4 option yaitu a, b, c, dan d. Dengan konsep sistem

indera.

Pada penelitian ini, ranah yang diukur adalah ranah kognitif yang meliputi aspek

ingatan, pemahaman, dan aplikasi. Dalam pemberian skor akan mendapatkan nilai 1

jika benar dan 0 jika salah.

2. Uji Coba

Soal yang telah dibuat akan diujicobakan pada siswa diluar objek penelitian. 44

siswa sebagai sampel acak dengan mengerjakan tes sebanyak 40 soal, agar dapat

diketahui validitas dan reliabilitasnya.

F. Variabel Penelitian

Dalam setiap penelitian, maka ada yang menjadi variabel penelitian, variabel adalah

konsep yang mempunyai bermacam-macam nilai.79

1. Variabel Penguasaan konsep (Y)

a. Definisi Konseptual

Penguasaan konsep adalah pemahaman pengetahuan yang menggambarkan

ciri-ciri, karakter atau atribut yang sama dari sekelompok obyek baik merupakan

suatu proses, peristiwa benda atau fenomena di alam yang membedakan dari

kelompok lainnya.

b. Definisi Operasional

Penguasaan konsep dapat diukur melalui penguasaan kurikulum materi sistem

indera yang sesuai dengan standar kompetensi, yaitu siswa mampu

mendeskripsikan alat indera pada manusia dan hubungannya dengan kesehatan

yang meliputi : 1) Menunjukan bagian-bagian alat indera dan fungsinya. 2)

Mendata contoh kelainan dan penyakit pada alat indera yang biasa dijumpai dalam

kehidupan sehari-hari dan upaya mengatasinya. Penguasaan konsep biologi untuk

SLTP diukur berdasarkan pada domain kognitif melalui 3 ranah yaitu pengetahuan

(C1), memahami (C2), dan menerapkan (C3).

c. Kisi-kisi Penguasaan Konsep

Tabel 2

Kisi-Kisi Penguasaan Konsep Biologi Berdasarkan Aspek Kognitif

79

Moh Nasir, Metodologi Penelitian, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999) h. 149

Konsep (PB/SPB) Tingkat Pengetahuan dan Nomor Butir

Jumlah

C1 C2 C3 JMLH %

Sistem Indera Pada

Manusia

a. Alat indera 2 1 2 8,7%

b. Mata 15, 19 8, 10, 26 6, 9 7 30,4%

c. Telinga 12, 17, 32 25, 28 22 6 26,1%

d. Hidung 35 34 2 8,7%

e. Lidah

f. Kulit

38

24, 31, 36

37

40

3

3

13%

13%

Total & Persen 8 11 4 23 100%

34,8% 47,8% 17,4% 100%

d. Kalibrasi instrumen

1). Analisis Validitas

Sebuah tes disebut valid apabila tes itu tepat mengukur apa yang hendak

diukur. Validitas yang diukur dalam penelitian ini adalah validitas isi.

Validitas isi secara mendasar adalah merupakan suatu pendapat, baik pendapat

sendiri ataupun pendapat beberapa orang lain.80

Tes dikatakan memiliki

validitas isi apabila mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar dengan

materi atau isi pelajaran yang diberikan. Pengujian validitas instrumen ini

menggunakan uji validitas butir, dengan menggunakan point biserial

corelation, yaitu teknik analisis yang biasa dipergunakan untuk mencari

korelasi antara dua variabel.81

Adapun rumusnya adalah sebagai berikut:

80

Moh. Nasir, Op. cit., h.175 81

Anas Sudijono, Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Perkasa, 2004), h. 257

Q

P

SD

MMr

t

tp

pbi

−=

Dimana N

XtMt

∑= dan

22

tN

Xt

N

XtSD

−=∑∑

Sedangkan dalam menentukan mean peserta tes yang menjawab benar, maka

digunakan persamaan:

Mp = benar menjawab yang tespeserta nggiskor tertijumlah

benar menjawab yang peserta skor totaljumlah

Keterangan:

rpbi : koefisien korelasi point biserial yang melambangkan

kekuatan korelasi antara variabel I dengan variabel II

Mp : skor rata-rata hitung yang dimiliki oleh testee

Mt : skor rata-rata dari skor total (mean total)

SDt : deviasi standar dari skor total

P : proporsi testee yang menjawab betul terhadap butir

item yang sedang diuji validitas itemnya.

q : proporsi testee yang menjawab salah terhadap butir item

yang sedang diuji validitas itemnya.

Setelah didapatkan hasil, maka ditentukan nilai validitas dengan

mengkonsultasikan pada tabel korelasi product momen yaitu dengan melihat

derajat kebebasannya (n - nr). Jika r hitung > r tabel maka item soal tersebut

bersifat valid, dan jika r hitung < r tabel maka item soal tersebut bersifat tidak

valid.

Dari hasil uji coba yang akan dilaksanakan soal-soal yang tidak baik

disesuaikan dengan butir-butir soal yang terdapat dalam tujuan instruksional

khusus (TIK). Setelah dilakukan penyesuaian ternyata seluruh TIK telah

terwakili oleh soal-soal tersebut sehingga soal-soal tersebut telah memenuhi

validitas isi. Instrumen penguasaan konsep ini terdiri dari 40 soal terdapat 23

soal (57,5%) soal dengan validitas baik dengan nomor 1, 2, 6, 8, 9, 10, 12, 15,

17, 19, 22, 24, 25, 26, 28, 30, 31, 34, 35, 36, 37,38, 40 dan 17 soal (42,5%)

yaitu dengan nomor 3, 4, 5, 7, 11, 13, 14, 16, 18, 20, 21, 23, 27, 29, 30, 33, 39

dengan validitas buruk.82

2). Analisis Reliabilitas

Reliabilitas adalah alat untuk mengukur gejala pada waktu yang berlainan

senantiasa menunjukan hasil yang sama. Reliabilitas sangat dibutuhkan untuk

mendukung terbentuknya validitas sebuah tes reliabel, tetapi tidak valid.

Sebaliknya, sebuah tes yang valid biasanya reliabel.

Untuk menentukan reliabilitas instrumen digunakan rumus Kuder-

Richardson (KR-20), yaitu:

⋅−

=

∑2

ii

2

11St

qpSt

1-n

nr

Keterangan:

r11 : koefisien reliabilitas tes

n : banyaknya butir soal

St2 : varian total

∑pi.qi : jumlah dari hasil perkalian antara pi dengan qi

Dimana St2 adalah:

82

Perhitungan lengkap pada lampiran 4 hal. 89

N

xtSt

2

2 ∑= dan ∑xt2 adalah:

2

22

N

XtXtxt

−=∑∑ ∑

Setelah didapatkan hasil, maka ditentukan nilai reliabilitas dengan

mengkonsultasikan pada koefisien reliabilitas tes sebagai berikut:

0,91 – 1,00 : sangat tinggi

0,71 – 0,90 : tinggi

0,41 – 0,70 : cukup

0,21 – 0,40 : rendah

< 0,20 : sangat rendah.

Dari hasil uji coba yang telah dilaksanakan, telah diketahui tingkat

reliabilitas dari soal yang tersebut yaitu sebesar 0,75. Nilai tersebut telah

memenuhi syarat reliabilitas yang tinggi.83

2. Variabel Metode Pembelajaran (X)

a. Metode Brainstorming

1) Definisi Konseptual

Metode brainstorming diartikan sebagai metode mengajar yang

memungkinkan siswa menyampaikan sebanyak-banyaknya gagasan pemecahan

suatu masalah secara bebas, terbuka, dan tanpa ada kritik terhadap gagasan-

gagasan yang muncul.

2) Definisi Operasional

Dalam metode brainstorming langkah pertama guru memberikan materi

pelajaran kemudian siswa diberi masalah dan waktu untuk memikirkan

pemecahan masalah tersebut dan memberikan pendapatnya bila diminta oleh guru,

setelah semua siswa selesai mengemukakan pendapatnya kemudian guru

mengevaluasi dan merangkum hasil dari jawaban siswa dan membahasnya dengan

ceramah.

b. Metode tanya jawab

1) Definisi Konseptual

Metode tanya jawab diartikan sebagai metode penyampaian pesan

pengajaran dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan siswa

83

Lampiran 5 hal 91

memberikan jawaban, atau sebaliknya siswa diberi kesempatan bertanya dan

guru yang menjawab pertanyaan.

2) Definisi Operasional

Dalam metode tanya jawab guru memulai dengan memberikan materi

pelajaran kemudian siswa dipersilahkan bertanya atau sebaliknya guru yang

bertanya dan siswa menjawab. Dengan tanya jawab guru dapat mengukur sejauh

mana pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan.

G. Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data yang valid dan reliabilitas maka peneliti melakukan

beberapa hal dalam melakukan pengumpulan data yang mendukung, diantaranya:

1. Penelitian kepustakaan, yaitu dengan mengadakan kajian terhadap buku-buku serta

hasil penelitian yang berhubungan dengan masalah yang dibahas.

2. Penelitian lapangan, yaitu dengan memberi soal biologi di Mts Darul Abror, Jatiraden,

Bekasi dengan tes objektif pilihan ganda dengan pokok bahasan sistem indera pada

manusia. Dilakukan untuk mengetahui hasil penguasaan konsep sebagai variabel yang

akan diteliti.

H. Teknik Analisis Data

1. Uji Persyaratan Analisis

Analisis data yang digunakan ,meliputi uji normalitas dan uji homogenitas.

Secara rinci dijabarkan sebagai berikut :

A. Uji Normalitas

Untuk uji normalitas, analisis data dilakukan dengan menggunakan uji

normalitas chi kuadrat (x2). Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah

data yang diperoleh berasal dari populasi distribusi normal atau tidak, dengan taraf

signifikan 5% dan 1%. Adapun kriterianya sebagai berikut:

xo2<xt2 = Data berdisrtibusi normal

xo2>xt2 = Data berdistribusi tidak normal

Adapun rumus chi kuadrat untuk uji normalitas adalah:

X2

( )Ei

Ei−∑=

Oi

Keterangan:

Oi : Frekuensi pada sampel

Ei : Frekuensi teoritik

B. Uji Homogenitas

Untuk uji homogenitas, analisa data dilakukan dengan menguji homogenitas

dua varians. Uji homogenitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang

diperoleh homogen atau tidak, terhadap dua kelompok perlakuan, dengan taraf

signifikan 5% dan 1%. Adapun kriterianya sebagai berikut:

- F hitung < F tabel = Variabel data homogen

- F hitung > F tabel = Variabel data tidak homogen

Adapun rumusnya sebagai berikut:

2

B

2

A

S

SF =

Keterangan:

SA2 : varians terbesar

SB2 : varians terkecil

2. Uji Hipotesis

Data yang didapat yaitu hasil belajar masing-masing sampel berdasarkan tes yang

dilakukan akan diuji hipotesis dengan uji “t” yaitu salah satu tes yang dipergunakan

untuk menguji kebenaran hipotesis nihil yang menyatakan bahwa diantara dua buah

yang diambil secara random dari populasi yang sama, tidak terdapat perbedaan yang

signifikan.84 supaya diketahui ada tidaknya perbedaan yang signifikan antara siswa

yang diajar dengan metode brainstorming dengan siswa yang diajar dengan

menggunakan metode tanya jawab. Adapun rumus uji “t” adalah:

[ ]11

2

)1()1(t +

−+

−+−

−=

yx nn

synsxn

YX

84

Ibid., h. 278

Keterangan:

X : Nilai rata-rata kelas eksperimen

Y : Nilai rata-rata kelas kontrol

Sx : Simpangan baku kelas eksperimen

Sy : Simpangan baku kelas kontrol

nx : Jumlah sample kelas eksperimen

ny : Jumlah sample kelas kontrol

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini ini dilakukan sebanyak 4 kali pertemuan pembelajaran dengan konsep

sistem indera pada manusia. Penulis memberikan perlakuan yang berbeda di dua kelas

Madrasah Tsanawiyah (MTs) Darul Abror Bekasi dengan sampel kelas II. Penulis

mengambil sampel dua kelas yaitu kelas II A berjumlah 39 orang dan kelas II B

berjumlah 39 orang. Sampel diambil dengan menggunakan tekhnik purposive

sampling (pengambilan sampel nonrandom berdasarkan tujuan). Penulis mengajar

langsung di kedua kelas tersebut dengan perlakuan/penerapan metode berbeda dan

diamati oleh guru bidang studi yang bersangkutan. Adapun konsep yang dipelajari adalah

konsep sistem indera pada manusia.

Perlakuan yang diberikan pada kedua kelas eksperimen berupa perbedaan

penggunaan metode pembelajaran. Pada kelas II A sebagai kelas eksperimen dengan

penggunaan metode brainstorming dan kelas II B sebagai kelas eksperimen dengan

penggunaan metode tanya jawab. Pada pengumpulan data penguasaan konsep, penulis

menggunakan tes biologi pada konsep sistem indera pada manusia. Tes ini mencakup

pemberian pre-test dan post-test yang disusun berdasarkan indikator yang mengacu pada

kurikulum yang berbasis kompetensi.

Sebelum pemberian perlakukan pada kedua kelas, penulis memberikan pretest

untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang konsep sistem indera pada manusia.

Soal terdiri atas 23 butir pilihan ganda dengan 4 (empat) alternatif jawaban. Setelah

memberikan perlakuan yang berbeda terhadap kedua kelas. Penulis memberikan tes

(posttest ) dengan soal yang sama pada pretest. Soal yang diberikan, sebelumnya telah

diuji validitasnya dan reliabilitasnya. Jadi, tes yang diberikan kepada kedua sampel

merupakan tes dengan soal-soal yang valid dan reliabel.

Dalam penelitian ini penulis memberikan pre-test dan post-test dengan tujuan untuk

mengetahui bagaimana perbedaan penguasaan konsep siswa pada konsep sistem indera

pada menusia sebelun dan sesudah penggunaan metode brainstorming dan metode tanya

jawab

Berikut ini disajikan data dari dua kelompok subyek penelitian yang diambil dari

pretest dan posttest

1. Nilai Pre-test Pada Konsep Sistem Indera Pada Manusia Pada Kelompok

Brainstorming dan Tanya Jawab

a. Nilai Pre-test Pada Kelompok Brainstorming

Berdasarkan hasil Pre-test kelas eksperimen yang menggunakan pembelajaran

brainstorming pada konsep sistem indera pada manusia diperoleh data sebagai

berikut :

Tabel 3

Deskrpsi Data Pre-test Kelompok Brainstorming

Deskripsi Nilai

Nilai minimum 25

Nilai maksimum 60

Range 35

Rata-rata 49,51

Median 51,86

Modus 53,7

Simpangan baku 9,09

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh siswa

pada pretest ini sebesar 60 dan skor terendah diperoleh 25 sehingga diperoleh rentang 35.

Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 49,51, nilai tengah sebesar 51,86 dan

skor dengan frekuensi terbesar 53,7.

Setelah diperoleh rentang skor sebesar 35 dengan banyaknya kelas interval 6 dan

panjang kelas interval 6, maka tabel distribusi frekuensai pretest kelompok

brainstorming adalah sebagai berikut :

Tabel 4

Distribusi Frekuensi Pre-test Kelompok Brainstorming

Interval F X fX X2

Batas

Nyata

Bawah

Batas

Nyata

Atas

Fka Fkb

Frekuensi

Relatif

( % )

25-30 3 27,5 82,5 756,25 24,5 34,5 39 3 5,13

31-36 0 33,5 0 1122,25 30,5 37,5 36 3 0

37-42 6 39,5 237 1560,25 36,5 43,5 36 9 17,95

43-48 2 45,5 91 2070,25 42,5 49,5 30- 0 5,13

49-54 15 51,5 772,5 2652,25 48,5 54,5 28 26 38,46

55-60 13 57,5 747,5 3306,25 54,5 60,5 13 39 7,69

39 1930,5 100%

Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dibuat histogram sebagai berikut :

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Bb

Frekuensi relatif

30,524,5 36,542,5 48,5 54,5

Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi

Pre-test Kelompok Brainstorming

Dari histogram di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai

biologi antara 49-54 yaitu sebanyak 15 siswa atau sebesar 38,46 %. Nilai tertinggi

antara 55-60 sebanyak 13 siswa atau sebesar 7,69 %. Sedangkan nilai terendah

terletak antara 25-30 sebanyak 3 siswa atau sebesar 5,13 %

b. Nilai Pre-test Pada Kelompok Tanya Jawab

Dari Perhitungan, data penelitian ini data nilai pre-test kelompok eksperimen

kelompok tanya jawab dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 7

Deskripsi Data Pretest Kelompok Tanya Jawab

Deskripsi Nilai

Nilai minimum 25

Nilai maksimum 65

Range 40

Rata-rata 44,12

Median 48,75

Modus 36,5

Simpangan Baku 11,23

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh

siswa pada tes hasil belajar biologi ini sebesar 65 dan skor terendah diperoleh 25

sehingga diperoleh rentang 40. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar

44,12 nilai tengah sebesar 48,75 dan skor dengan frekuensi terbesar 36,5.

Untuk lebih jelasnya deskripsi data skor nilai pretest ditunjukkan dalam tabel

frekuensi dan gambar dibawah ini :

Tabel 8

Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Tanya Jawab

Interval f X fX X2

Batas

Nyata

Bawah

Batas

Nyata

Atas

fka fkb

Frekuensi

Relatif

(% )

25-30 6 27,5 165 756,25 24,5 30,5 39 6 15,38 %

31-36 0 33,5 0 0 30,5 36,5 33 6 0 %

37-42 13 39,5 513,5 1560,25 36,5 42,5 33 19 33,3 %

43-48 0 45,5 0 0 42,5 48,5 20 19 0 %

49-54 12 51,5 618 2625,25 48,5 54,5 20 31 30,7 %7

55-60 4 57,5 230 3306,25 54,5 60,5 8 35 10,26 %

61-66 4 48,5 194 2352,25 60,5 66,5 4 39 10,26 %

36 1720,5 10600,25 100 %

0

2

4

6

8

10

12

14

Batas Nyata

bawah

Frekuensi

Absolut

24,5 30,5 36,5 42,548,554,560,5

Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi

Pretest Kelompok Tanya Jawab

Berdasarkan grafik histogram diatas terlihat, bahwa sebagian besar siswa

memperoleh nilai biologi antara 37 - 42 yaitu sebanyak 13 siswa atau sebesar 33,33

%. Nilai tertinggi terletak antara 61 - 66 sebanyak 4 siswa atau sebesar 10,26 %,

sedangkan nilai terendah terletak antara 25-30 sebanyak 6 siswa atau sebesar 15,38 %.

2. Nilai Post-testt Pada Konsep Sistem Indera Pada Manusia Pada Kelompok

Brainstorming dan Tanya Jawab

a. Nilai Post-test pada Kelompok Brainstorming

Dari perhitungan dalam penelitian ini data nilai post-test kelompok eksperimen

brainstorming dapat dilihat pada tabel dibawah ini:

Tabel 5

Deskripsi Post-test Kelompok Brainstorming

Deskripsi Nilai

Nilai minimum 45

Nilai maksimum 80

Range 35

Rata-rata 67,35

Median 70,95

Modus 72,7

Simpangan baku 7,18

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh

siswa pada tes hasil belajar biologi ini sebesar 80 dan skor terendah diperoleh 45

sehingga diperoleh rentang 35. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar

67,35, nilai tengah sebesar 70,95 dan skor dengan frekuensi terbesar 72,7.

Setelah diperoleh rentang skor sebesar 35 dengan banyaknya kelas interval 6 dan

panjang kelas interval 6, maka untuk lebih jelasnya deskripsi data skor nilai post-test

ditunjukkan dalam tabel frekuensi dan gambar dibawah ini:

Tabel 6

Distribus Frekuensi Kelompok Post-test Kelompok Brainstorming

Interval F X fX X2

Batas

Nyata

Bawah

Batas

Nyata

Atas Fka fkb

Frekuensi

Relatif

(% )

45-50 3 47,5 142,5 2256,25 44,5 50,5 39 3 7,69 %

51-56 1 53,5 53,5 2862,25 50,5 56,5 36 4 2,56 %

57-62 8 59,5 476 3540,25 56,5 62,5 35 12 20,51 %

63-68 3 65,5 196,5 4290,25 62,5 68,5 27 15 7,69 %

69-74 17 71,5 1215,5 1215,5 68,5 74,5 24 32 43,59 %

75-80 7 77,5 542,5 542,5 74,5 80,5 7 39 17,95 %

39 2626,5 24067,5 100 %

Dari tabel distribusi frekuensi di atas, dapat dibuat histogram sebagai berikut :

0

2

4

6

8

10

12

14

16

18

Batas NyataBawah

Frekuensi

Absolut

44,5 50,5 56,562,5 68,5 74,5

Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi

Posttest Kelompok Brainstorming

Dari histogram di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai

biologi antara 69-74 yaitu sebanyak 17 siswa atau sebesar 43,59% . Nilai tertinggi

terletak antara 75-80 sebanyak 7 siswa atau sebesar 17,95%. Sedangkan nilai terendah

terletak antara 45-50 sebanyak 3 siswa atau sebesar 7,69%.

b. Nilai Post-test pada Kelompok Tanya Jawab

Dari data hasil/nilai siswa yang diajarkan dengan menggunakan metode tanya

jawab pada konsep sistem indera diperoleh data sebagai berikut :

Tabel 9

Deskripsi Post-test Kelompok Tanya Jawab

Deskripsi Nilai

Nilai minimum 30

Nilai maksimum 80

Range 50

Rata-rata 65,9

Median 77

Modus 71,68

Simpangan baku 9,96

Berdasarkan data yang diperoleh diketahui bahwa skor tertinggi yang diperoleh

siswa pada post-test ini sebesar 80 dan skor terendah diperoleh 30 sehingga diperoleh

rentang 50. Dari hasil perhitungan diperoleh nilai rata-rata sebesar 65,9, nilai tengah

sebesar 77 dan skor dengan frekuensi terbesar (modus) 71,68.

Setelah diperoleh rentang skor sebesar 50 dengan banyaknya kelas interval 7 dan

panjang kelas interval 8, maka tabel distribusi frekuensi hasil belajar kelompok tanya

jawab adalah sebagai berikut :

Tabel 10

Distribusi Frekuensi Post-test Kelompok Tanya Jawab

Interval f X fX X2

Batas

Nyata

Bawah

Batas

Nyata

Atas

fka fkb

Frekuensi

Relatif

(%)

30-37 1 33,5 33,5 1122,25 29,5 37,5 39 1 2,56 %

38-45 1 41,5 41,5 1722,25 37,5 45,5 38 2 2,56 %

46-53 3 49,5 148,5 2450,25 45,5 53,5 37 5 7,69 %

54-61 7 57,5 402,5 3306,25 53,5 61,5 34 12 17,95 %

62-69 8 65,5 402,5 4290,25 61,5 69,5 27 20 20,51 %

70-77 16 73,5 524 5402,25 69,5 77,5 19 36 41,03 %

78-85 3 81,5 1176 6642,25 77,5 85,5 3 39 7,69 %

2445 24935,25 100%

Dari tabel distribusi frekuensi di atas , dapat dibuat histogram sebagai berikut :

0

2

4

6

8

10

12

14

16

Batas Nyata

Bawah

Frekuensi

Absolut

29,5 61,5 69,5 77,537,545,553,5

Gambar 1. Histogram Distribusi Frekuensi

Post-test Kelompok Tanya Jawab

Dari histogram di atas, terlihat bahwa sebagian besar siswa memperoleh nilai

Biologi sebesar 70-77 yaitu msebanyak 16 siswa atau sebesar 41,03%. Nilai tertinggi

terletak antara 75-85 sebanyak 3 siswa atau sebesar 7,69%, sedangkan nilai terendah

terletak antara 30-77 sebanyak 1 siswa atau sebesar 2,56%.

Tabel 11

Resume Dua Kelompok Pre-test dan Post-test

Jumlah Metode Brainstorming Metode Tanya Jawab

Pretest 1910 1815

Posttest 2610 2500

Gain 700 760

B. Pengujian Prasyarat Analisis

1. Normalitas

Uji normalitas data ini dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti

berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas skor hasil belajar dilakukan dengan uji

Liliefors.

Hasil yang diperoleh dari perhitungan uji normalitas pretest dan posttest pada

kelompok brainstorming adalah sebagai berikut:

Lo ( Lhitung ) pre-test = 0,0300

Lo ( Lhitung ) post-test = 0,02833

Ltabel pada ά =0,05 = 0,1419

N (jumlah sample ) = 39

Dari data di atas diketahui bahwa Lo pretes dan posttest < Ltabel maka hipotesis

nol (Ho) diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data sampel kelompok

brainstorming berdistribusi normal.

Sedangkan hasil yang diperoleh dari perhitungan uji normalitas pretest dan post-

test pada kelompok tanya jawab adalah sebagai berikut :

Lo ( Lhitung ) pre-test = 0,0006

Lo (Lhitung) post-test = 0,0183

Ltabel pada ά =0,05 = 0,1419

N (jumlah sample) = 39

Oleh karena itu Lo pretest dan posttest < L tabel., dapat disimpulkan bahwa data

sampel kelompok tanya jawab berdistribusi normal.

Tabel 12

Hasil uji Normalitas dengan uji Lielifors

Lo ( Lhitung) Ltabel Kesimpulan

db Kelompok

brainstorming

Kelompok Tanya

Jawab

Pretest Posttest pretest posttest 0,05

0,0300 0,02833 0,0006 0,0183

0,1419 Ho diterima

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas kedua kelompok dilakukan dengan uji Fisher. Hasil Yang

diperoleh dari perhitungan Uji homogenitas data sebagai berikut :

Fhitung pretest kedua kelompok = 1,5267

Fhitung posttest kedua kelompok = 1,4931

F0,05 (38:38) = 1,71

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel, maka hipotesis nol (Ho)

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua sampel bersifat homogen.

Tabel 13

Perhitungan Uji Homogenitas

Ά Kelompok Fhitung Ftabel Keputusan

Pretest 1,5267

0,05 Posttest 1,4931

1,71

Data

berdistribusi

normal

Sedangkan hasil yang diperoleh dari hasil perhitungan uji homogenitas pre-test

dan post-test brainstorming dan tanya jawab adalah sebagai berikut :

Fhitung pre-test brainstorming = 1,089

Fhitung post-test tanya jawab = 1,27

F0,05 (38:38) = 1,71

Dari data di atas, dapat disimpulkan bahwa Fhitung < Ftabel, maka hipotesis nol (Ho)

diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok sampel

mempunyai varians yang sama.

Tabel 14

Hasil Uji Homogenitas

Kelompok N Fhitung Ftabel Kesimpulan

Pre-test

Brainstorming Post-test

1,089

Pre-test

Tanya jawab

Post-test

1,27 1,71 Kedua data

homogen

C. Pengujian Hipotesis

Setelah melakukan pengujian prasyarat analisis (normalitas dan homogenitas),

diketahui bahwa kedua kelompok berdistribusi normal dan bersifat homogen. Karena

kedua kelompok berdistribusi normal dan homogen, maka hipotesis penelitian diuji

dengan menggunakan “t” test. “t” test yang dilakukan adalah untuk mengetahui pengaruh

metode pembelajaran Brainstorming dan metode tanya jawab terhadap penguasaan

konsep sistem indera pada manusia dengan membandingkan hasil pretest dan posttest

pada masing-masing kelompok.

Dari hasil perhitungan, diperoleh t hitung untuk membandingkan pretest dan

posttest pada kelompok Brainstorming sebesar 11,58. Sedangkan t hitung untuk

membandingkan pretest dan posttest pada kelompok tanya jawab sebesar 11,398. Dengan

db sebesar 38 dan taraf signifikansi 0,05, maka t tabel diperoleh sebesar 2,02. Karena

thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan terdapat peningkatan penguasaan konsep sistem

indera pada manusia sebelum dan sesudah pembelajaran dilaksanakan pada kedua

kelompok.

Pengujian hipotesis selanjutnya adalah membandingkan hasil posttest kedua

kelompok. Berdasarkan perhitungan uji “t” test dapat dilihat bahwa t hitung < t tabel, untuk

posttest kedua kelompok. Karena t hitung sebesar 1,29 sedangkan pada taraf signifikan

0,05 dengan derajat kebebasan (dk)= 76 (39+39-2) maka didapat harga t tabel sebesar

1,99. Karena t hitung lebih kecil daripada t tabel (1,29 < 1,99) berarti hipotesis penelitian

(Ha) ditolak dan hipotesis nol (Ho) diterima. Sehingga dapat diambil kesimpulan bahwa

tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep sistem indera siswa

yang menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab.

Tabel 15

Pengujian Hipotesis dengan “t”test

Kelompok Jumlah Df X thitung ttabel Keputusan

Brainstorming

Tanya Jawab

NA =39

NB =39

76 XA= 66,79

XB = 64,62

1,29 1,99 Ha ditolak

D. Interpretasi Hasil Pengujian Hipotesis

Dari perhitungan uji normalitas dan uji homogenitas dari kelompok brainstorming

dan kelompok tanya jawab dapat disimpulkan bahwa kedua sampel tersebut dalam

sebaran normal dan homogen. Uji normalitas diperlukan peneliti untuk melihat

penyebaran data, sedangkan uji homogenitas diperlukan untuk beberapa sampel, yakni

seragam tidaknya variansi sampel-sampel yang diambil dari populasi yang sama.

Dari hasil perhitungan gain diketahui bahwa peningkatan penguasaan konsep sistem

indera siswa pre-test dan post-test kelompok eksperimen yang menggunakan metode

brainstorming memiliki skor 11,58, sedangkan kelompok eksperimen yang menggunakan

metode tanya jawab memiliki skor 11,398 setelah dibandingkan dengan jumlah siswa

masing-masing kelompok yaitu 39, maka db = 38 sehingga t tabel (0,05) = 2,02. Dengan

demikian dapat disimpulkan adanya peningkatan yang signifikan antara pre-test dan post-

test masing-masing kelompok, namun hal tersebut belum dapat membuktikan adanya

perbedaan penguasaan konsep siswa.

Kemudian perbedaan yang ada dianalisis dengan menggunakan uji-t. Dari hasil

perhitungan didapat harga t hitung sebesar 1,29 sedangkan harga t tabel sebesar 1,99.

Setelah harga t hitung dibandingkan dengan harga t tabel pada taraf signifikan 5% maka

dapat diketahui bahwa t hitung < t tabel, (1,29< 1,99), sehingga dapat disimpulkan bahwa

hipotesis nol (Ho) diterima dan hipotesis Ha ditolak.

Dengan ditolaknya hipotesis Ha dan diterimanya hipotesis nol (Ho) dari hasil

pengujian hipotesis “t” tes pada taraf signifikan 0,05 dapat disimpulkan bahwa tidak

terdapat perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep sistem indera siswa yang

menggunakan metode brainstorming dan metode tanya jawab.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

Penulis telah membahas sebelumnya bahwa penulis terjun langsung ke kelas dalam

menerapkan metode pembelajaran dan diamati oleh guru bidang studi yang bersangkutan.

Berdasarkan pengamatan guru bidang studi biologi, penulis telah menerapkan metode

pembelajaran di kedua kelas dengan perlakuan/perhatian yang sama sesuai dengan

metode pembelajarannya masing-masing. Jadi, hasil/penguasaan konsep siswa pada

konsep sistem indera pada manusia bukan karena perlakuan/perhatian yang berbeda dari

peneliti tetapi karena perbedaan penerapan metode pembelajaran.

Berdasarkan hasil penelitian, didapatkan nilai rata-rata kedua kelompok siswa pada

konsep sistem indera pada manusia, terlihat bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara penguasaan konsep siswa yang menggunakan metode brainstorming dan

metode tanya jawab meskipun terjadi perbedaan perlakuan.

Tidak berhasilnya pengujian hipotesis disebabkan karena pada kedua kelas

dilaksanakan pembelajaran dengan metode yang mengutamakan kemampuan berbicara,

dimana, pada kelompok I diberikan metode brainstrorming dan pada kelompok II

diberikan metode tanya jawab.

Pada kedua metode ini, siswa sama-sama dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran.

Pada metode brainstrorming siswa dilibatkan secara aktif untuk menyatakan

pendapatnya, berfikir cepat dan tersusun logis. Sedangkan pada metode tanya jawab

siswa dilibatkan secara aktif untuk menyusun dan menjawab pertanyaan yang sesuai

dengan konsep yang telah diberikan. Tetapi hal ini tidak membuat siswa terampil dalam

berbicara karena siswa yang kurang selalu ketinggalan, bahkan terkadang berbicara hanya

dimonopoli oleh siswa yang pandai saja.

Selain itu faktor lain yang mempengaruhi adalah kemampuan awal siswa yang tidak

merata bahkan cenderung kurang yang dapat dilihat dari hasil pre-test yang masih sangat

rendah, selain itu keterbatasan waktu yang hanya 4 kali pertemuan tidak mencukupi untuk

siswa mengemukakan pendapat dalam brainstorming dan tanya jawab. Hal lain yang

berpengaruh adalah siswa sulit mendisiplinkan diri dalam waktu belajar, mereka lebih

suka bercanda sehingga siswa sulit berkonsentrasi dalam belajar.

Menurut Mardiyati (2001) Brainstorming sebagai teknik untuk pelatihan berfikir

divergen mampu meningkatkan kreativitas dan dapat memberikan pengalaman dan

pengembangan pemikiran bagi individu yang bersangkutan dalam mencoba

menyelesaikan masalah. Selanjutnya menurut penelitian Norlita (2002), menunjukkan

metode pembelajaran brainstrorming mempunyai hubungan yang bermakna terhadap

peningkatan pengetahuan siswa.

Sedangkan mengenai metode tanya jawab menurut Sinaga (1997) Metode tanya

jawab sesuai untuk diterapkan dalam pengajaran berbicara karena waktu siswa bertanya

guru dapat mendengar dengan seksama bagaimana cara siswa mendengarkan

permasalahannya. Kemudian menurut Gangel (2006) Pengajaran dalam bentuk tanya

jawab akan memberi kesempatan kepada murid-murid untuk mereflesikan keingintahuan

dan kebutuhan akan informasi yang lebih lengkap. Pada saat yang sama dengan meminta

jawaban atas kunci pertanyaan, guru bisa mengetahui kemajuan kelas tersebut.

Kedua metode ini dapat memotivasi siswa untuk berfikir aktif dan mengembangkan

kemampuannya untuk menggunakan pengetahuan dan pengalamannya, sehingga

pengetahuan menjadi lebih fungsional. Pada metode brainstrorming dan tanya jawab

kedua-duannya (guru dan murid) menjadi lebih berminat dalam sains. Mereka mampu

berpartisipasi sesuai dengan tingkat kemampuan mereka sendiri. Metode ini mengajak

siswa berpartisipasi aktif dalam pembelajaran. Sasaran utama dari metode ini adalah agar

siswa aktif berpartisipasi, menemukan atau membangun gagasan konsep dalam sains.

Dengan metode brainstrorming dan tanya jawab diharapkan siswa dapat menambah

cakrawala pemikirannya, mengarahkan dan memperluas minat, dan dapat menghargai

pendapat orang lain. Dengan melaksanakan kedua metode ini akan lebih memahami

konsep yang mereka pelajari sehingga akan menghasilkan penguasaan konsep yang baik

pada siswa.

Harapan awal bahwa dengan metode brainstrorming siswa lebih berminat dalam

kegiatan belajar mengajar dan mempunyai hasil belajar yang lebih baik dari siswa yang

menggunakan metode tanya jawab ternyata belum terwujud dalam penelitian ini. Untuk

itu diperlukan penelitian lebih lanjut sehingga tujuan penelitian dapat tercapai.

F. Keterbatasan Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan selama 1 bulan, penulis

mengakui bahwa ada beberapa keterbatasan dalam penelitian ini yang perlu diperhatikan

diantaranya:

1. Kemampuan siswa yang tidak merata dalam mengemukakan pemikiranya, sehingga

dalam berbicara banyak dimonopoli oleh siswa yang pandai saja

2. Keterbatasan waktu yang diberikan pihak sekolah, sehingga dalam proses curah

gagasan dan tanya jawab tidak lebih rinci.

3. Terkadang masalah berkembang ke arah yang tidak diharapkan, sehingga

menyimpang dari pokok pembahasan

4. Keterbatasan peneliti dalam mengkondisikan siswa didalam kelas.

5. Tidak dibuatnya lembar observasi untuk mengamati pelaksanaan pembelajaran yang

dilakukan oleh guru/peneliti

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dari penelitian dan analisis data, maka dapat disimpulkan

bahwa :

1. Berdasarkan hasil perhitungan post-test, kelompok yang menggunakan metode

brainstorming memberikan hasil yang lebih baik, terbukti dengan rata-rata sebesar

66,79 dibanding dengan kelompok yang menggunakan metode tanya jawab dengan

rata-rata 64,10 meskipun perbedaan tersebut tidaklah terlalu besar.

2. Setelah dilakukan analisis data dengan menggunakan uji-t, ternyata tidak terdapat

perbedaan yang signifikan antara penguasaan konsep siswa pada kelompok yang

menggunakan metode brainstorming dan kelompok yang menggunakan metode tanya

jawab.

3. Terdapat pengaruh yang positif antara pembelajaran yang menggunakan metode

Brainstorming dan metode tanya jawab terhadap penguasaan konsep siswa pada

konsep sistem indera pada manusia meskipun tidak signifikan .

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian ini, saran-saran yang diajukan adalah sebagai

berikut :

1. Memiliki waktu untuk penelitian lebih panjang

2. Menerapkan pembelajaran dengan metode brainstorming dan tanya jawab tidak hanya

pada konsep sistem indera pada manusia tapi pada konsep-konsep biologi lain.

3. Perlu adanya penelitian lebih lanjut dengan pengembangan instrumen, sehingga

instrumen tidak hanya mengukur pada domain kognitif tingkat pengetahuan,

pemahaman, dan aplikasi, tetapi dilanjutkan pada tingkat analisis, sintesis, dan

evaluasi.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Zaenal, Pemahaman Konseptual dan proses dalam belajar Matematika. Jurnal :

Pendidikan dan Pembelajaran, 2004.

Ahmadi, Abu, H dan Prasetia, Tri Joko, Strategi Belajar Mengajar,.Bandung: Pustaka Setia,

1997.

Avianti, Amilia, Ratu, Proses Penumbuhan Kretifitas Pembuatan program CNC dengan

Metode Brainstormin, Jurnal Kejuruan Tehnik Mesin. Vol.

1.Jakarta: FT- UNJ, 2003.

Dj Jamarah, Bahri, Syaiful,Guru dan Anak Didik dalam Instraksi Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta, 2000.

Dahar, Wilis, Ratna, Teori-Teori Belajar, Jakarta: Erlangga Dekdikbud, 1995.

Depdikbud, Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ke – 2. Jakarta: Balai Pustaka,

1996.

Direktorat Jendral Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, Metodologi Pendidikan

Agama islam., Jakarta: Depag, 2001.

Dwijosumarto, Suharjo. 2000, Penggunaan Multi Metode dan Metode Ganda dalam Proses

Pembalajaran Mata Kuliah Kewiraan, Jurnal Ilmu

Pendidikan, Tahun 27, No. 1.

Moedjiono, Hasibuan, JJ, Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosda kary

Karya,1998.

Hayati, Laila, dan Kurniati, Nani. 2005, Tingkat Penguasaan Pada Pokok bahasan

Notasi Sigma, Barisan Bilangan dan Deret di Kelas 1F SMUN 2 Mataram. Jurnal Kependidikan, Vol. 4, No. 1.

Http\\ www//.sabda.org / pepak / pustaka / 020163

Maryati, Frida dan Yusuf, H. 2003, Upaya Peningkatan Hasil Belajar Siswa Pada

Mata Pelajaran Biologi Melalui Metode Resitasi, Jurnal penelitian dan

Pendidikan.Gororntalo: Lembaga Penelitian Institut Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, tahun IV, Edisi 8.

Muhaemin. 2006, Upaya Meningkatkan pemahaman Konsep Biologi Pada Siswa Kelas II

Semester Ganjil SMA Al- Kautsar TP 2004\ 2005 MelaluiPendekatan PetaKonsep, Jurnal

Pendidikan Vol. 4, No. 1. Jakarta: Jurnal Pendidikan Pengajaran.

Muhammad, Lalu, Proses Belajar Mengajar Pola CBSA. Surabaya: Usaha Nasional,1993

Munandar, Utami, S. C, Mengembangkan Bakat dan Kreatifitas Anak Sekolah,Jakarta:

Gramedia, 1999

Mulyasa, E, Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2007.

Nasution, S, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Bumi Aksara,

1997.

Nasir. Moh, Metodologi Penelitian, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1999

N. K. Roestiyah., Didaktika Metodik, Jakarta: Bina Aksara, 1986

N. K. Roestuyah, Masalah- Masalah Ilmu Keguruan, Jakarta: Bina Aksara, 1986

N. K roestiyah, Strategi Belajar Mengajar., Jakarta: Rineka Cipta,1998.

Popham, James, W, Tehnik Mengajar Secara Sistematis, Jakarta: Rineka Cipta, 2001.

R. Nuryani, Strategi Belajar Mengajar Biologi, . Malang: UM. Press.

Sayuti, Wahdi, Model Pembalajaran Konstrukativisme. Jurnal Kependidikan, Keislaman dan

Kebudayan. Jakarta: Didaktika Islamika, 2000.

Sinaga, Albertus, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Siswa SMU, No.3. Jurnal

Pendidikan. Jakarta: Gema Pendidikan, 1997.

Slameto, Proses Belajar Mengajar dalam Sistem Kredit Semester (SKS)., Jakarta: Bumi

Aksara, 1991.

Sujana, H. D., Metode dan Tekhnik Pembelajaran Partisipatif, Bandung : Falah Production,

2001.

Suryosubroto, B., Proses Belajar mengajar di Sekolah.,Jakarta : Rineka Cipta, 1997.

Sutarto. Buku Ajar Fisika (BAF ) dengan Tugas Analisis Foto denganKejadianFisika

.(AFKF ) sebagai Alat Bantu Penguasaan konsep Fisika, Jurnal Pendidikan dan Kebudayaan

, Tahun 11, No. 54.

Sabri, Alisuf, H. M, Pengantar Ilmu pendidikan, Jakarta : UIN Jakarta Press, 2005.

Suparman, Atwi, Model-Model Pembelajaran Interaktif, Jakarta : STIA LAN Press, 2003.

Susianna, Nancy, Model Pembelajaran Berbasis Kegiatan Laboratorium Untuk

Meningkatkan Penguasaan konsep Sebagai Wahana pendidikan Siswa SLTP.Jurnal

pendidikan. Bandung : Seminar Nasional Pendidikan Matematika dan IPA,2004.

Tri, Yuni. dan Suryanto, Adi. 2004. Pemahaman murid Sekolah Dasar Terhadap konsep IPA

Berbasis Biologi. Junal Pendidikan. Universitas Terbuka : Jurnal Pendidikan . Vol, No. 1.

Yamin, Martinis, Strategi Pembelajaran berbasis Kompetensi, Jakarta : Gaung Persada Press,

2003.

Yatim, Wildan, Kamus Biologi, Jakarta : Yayasan obor Indonesia, 1999.

Yusuf, Tayar, Ilmu Praktik Mengajar, Bandung : PT Alma’arif, 1986.

Lampiran 7

Distribusi frekuensi pretest

Kelompok Brainstorming

1. Banyaknya Data (n) = 39

2. Distribusi Frekuensi =

25 30 30 40 40 40 40 40 40 45

45 50 50 50 50 50 50 50 50 50

50 50 50 50 50 50 55 55 55 60

60 60 60 60 60 60 60 60 60

3. Rentang Data (R) = data terbesar – data terkecil

= 60 - 25

= 35

4. Banyaknya Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 39

= 6,250 ���� 6

5. Panjang Kelas Interval (i) = R

K

= 35 6,250

= 5,6 ���� 6

Tabel 16

Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Brainstorming

fKa fKb Frekuensi

Interval

f X FX X2 Batas

Nyata

Bawah

Batas

Nyata

Atas

Absolut Relatif

( % )

25-30 3 27,5 82,5 756,25 24,5 34,5 39 3 3 7,69 %

31-36 0 33,5 0 1122,25 30,5 37,5 36 3 0 0%

37-42 6 39,5 237 1560,25 36,5 43,5 36 9 6 15,38 %

43-48 2 45,5 91 2070,25 42,5 49,5 30 11 2 5,13 %

49-54 15 51,5 772,5 2652,25 48,5 54,5 28 26 15 38,46 %

55-60 13 57,5 747,5 3306,25 54,5 60,5 13 39 13 33,33 %

36 1930,5 11467,5 36 100 %

6. Mean ∑∑

=f

Xf

= 1930,5 39

= 49

7. Modus xifbfa

faL

+=

7,53

2,55,48

6213

135,48

=

+=

+= x

Median xifi

fkbNL )

21(

−+=

86,51

615

)1139.21(5,48

=

−+= x

Kelompok Tanya Jawab

1. Banyaknya Data (n) = 39

2. Distribusi Frekuensi =

25 25 30 30 30 30 40 40 40 40

40 40 40 40 40 40 40 40 40 50

50 50 50 50 50 50 50 50 50 50

50 60 60 60 60 65 65 65 65

3. Rentang Data (R) = data terbesar – data terkecil

= 65-25

= 40

4. Banyaknya Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 39

= 6,250 ���� 7

5. Panjang Kelas Interval (i) = R

K

= 40

6,250

= 6,4 ���� 6

Tabel 17

Distribusi Frekuensi Pretest Kelompok Tanya Jawab

fKa fKb Frekuensi Interval f X fX X2 Batas

Nyata

Bawah

Batas

Nyata

Atas

Absolut Relatif

( % )

25-30 6 27,5 165 756,25 24,25 30,5 39 6 6 15,38

31-36 0 33,5 0 0 30,5 36,5 33 6 0 0

37-42 13 39,5 513,5 1560,25 36,5 42,5 33 19 13 33,33

43-48 0 45,5 0 0 42,5 48,5 20 19 0 0

49-54 12 51,5 618 2625,25 48,5 54,5 20 31 12 30,77

55-60 4 57,5 230 3306,25 54,5 60,5 8 35 4 10,26

61-66 4 48,5 194 2352,25 60,5 66,5 4 39 4 10,26

36 1720,5 10600,25 100 %

8. Mean ∑∑

=f

Xf

= 1720

39

= 44,12

9. Modus ifbfa

faL ×

++=

5,36

600

05,36

=

×+

+=

10. Median = L + (1/2. N – Fkb ) x i

Fi

= 48,5 + (1/2.39 – 19 ) x 6

12

= 48,5 + 0,25

=48,75

Lampiran 8

Distribusi frekuensi Posttest

Kelompok Brainstorming

11. Banyaknya Data (n) = 39

12. Distribusi Frekuensi =

45 50 50 55 60 60 60 60 60 60

60 60 65 65 65 70 70 70 70 70

70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

70 70 75 75 75 75 80 80 80

13. Rentang Data (R) = data terbesar – data terkecil

= 80 - 45

= 35

14. Banyaknya Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 39

= 6,250 ���� 6

15. Panjang Kelas Interval (i) = R K

= 35

6,250

=5,6 � 6

Tabel 18

Distribusi Frekuensi Posttest Kelompok Brainstorming

16. Mean ∑∑

=f

Xf

= 2626,5

39

= 67,35

17. Modus ifbfa

faL ×

++=

= 68,5 + 7 x 6

7+3

= 72,7

18. Median L + (1/2. N – Fkb ) x i

Fi

= 69,5 + ( ½.39 – 16 ) x 16

16

= 69,5 + 1,45 = 70,95

fKa fKb Frekuensi

Interval f X fX X2

Batas

Nyata

Bawah

Batas

Nyata

Atas

Absolut Relatif

(%)

45-50 3 47,5 142,5 2256,25 44,5 50,5 39 3 3 7,69 %

51-56 1 53,5 53,5 2862,25 50,5 56,5 36 4 1 2,56 %

57-62 8 59,5 476 3540,25 56,5 62,5 35 12 8 20,51 %

63-68 3 65,5 196,5 4290,25 62,5 68,5 27 15 3 7,69 %

69-74 17 71,5 1215,5 5112,25 68,5 74,5 24 32 17 43,59 %

75-80 7 77,5 542,5 6006,25 74,5 80,5 7 39 7 17,95 %

39 2626,5 24067,5 39 100 %

Kelompok Tanya Jawab

6. Banyaknya Data (n) = 39

7. Distribusi Frekuensi =

30 40 50 50 50 60 60 60 60 60

60 60 65 65 65 65 65 65 65 65

70 70 70 70 70 70 70 70 70 70

70 70 70 70 70 70 80 80 80

8. Rentang Data (R) = data terbesar – data terkecil

= 80 - 30

= 50

9. Banyaknya Kelas Interval (K) = 1 + 3,3 log n

= 1 + 3,3 log 39

= 6,250 ���� 7

10. Panjang Kelas Interval (i) = R

K

= 50

6,250

= 8

Tabel 19

Distribusi Frekuensi Posttestt Kelompok Tanya Jawab

19. Mean ∑∑

=f

Xf

= 2570,5

39

= 65,9

20. Modus ifbfa

faL ×

++=

= 69,5 + 3 x 8

3 + 8

= 69,5 + 2,18

= 71,68

21. Median ifbfa

faL ×

++=

= 69,5 + ( ½. 39 – 12 ) x 8

8

= 69,5 + 7,5

= 77

fKa fKb Frekuensi

Interval f X fX X2

Batas

Nyata

Bawah

Batas

Nyata

Atas

Absolut Relatif

(%)

30-37 1 33,5 33,5 1122,25 29,5 37,5 39 1 1 2,56 %

38-45 1 41,5 41,5 1722,25 37,5 45,5 38 2 1 2,56 %

46-53 3 49,5 148,5 2450,25 45,5 53,5 37 5 3 7,69 %

54-61 7 57,5 402,5 3306,25 53,5 61,5 34 12 7 17,95 %

62-69 8 65,5 524 4290,25 61,5 69,5 27 20 8 20,51 %

70-77 16 73,5 1176 5402,25 69,5 77,5 19 36 16 41,03 %

78-85 3 81,5 2445 6642,25 77,5 85,5 3 39 3 7,69 %

39 2570,5 24935,75 39 100 %

Lampiran 9

Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kelompok Brainstorming

Tabel 20

Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Pretest

X f xi2 f.xi f.xi

2

35 1 625 25 625

30 2 900 60 1800

40 6 1600 240 9600

45 2 2025 90 4050

50 15 2500 750 37500

55 3 3025 165 9075

60 10 3600 600 3600

39 1930 98650

Rerata (X) ∑∑

=fi

fxi

= 1930

39

= 49,49

Varians S12 =N.∑fx i

2 - (∑ f.xi)

2

n ( n-1 )

= 39 x 98650 – ( 1930 )2

39 ( 38 )

= 3847350- 3724900

1482

= 122450

1482

S1 624831,82=

= 9,0898

Tabel 21

Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Posttest

xi f xi2 f.xi f.xi

2

45 1 2025 45 2025

50 2 2500 100 5000

55 1 3025 55 3025

60 8 3600 480 28800

65 3 4225 195 12675

70 17 4900 1190 83300

75 4 5625 300 22500

80 3 6400 240 19200

39 2605 176525

Rerata (X) ∑∑

=fi

fxi

= 2605

39

= 66,79

Varians S12 = N.∑fx i

2 -(∑ f.xi)

2

n ( n -1 )

= 39 x 176525 - ( 2605 )2

39 ( 38 )

= 6884475 - 6786025

1482

= 98450

1482

S1 430499,66=

= 8,15

Lampiran 11

Uji Normalitas Kelas Brainstorming

Tabel 22

Uji Normalitas pretest

xi f Zn Z Z Tabel F ( Z ) S ( Z ) F (Z ) – S ( Z )

25 1 1 - 2,69 0,4964 0,0036 0,0256 - 0,022

30 2 3 - 2,14 0,4838 0,0162 0,0769 - 0,0607

40 6 9 - 1,04 0,3508 0,1492 0,2308 - 0,0816

45 2 11 - 0,49 0,1879 0,3121 0,2821 0,0300

50 15 26 0,056 0,0239 0,50234 0,6667 - 0,161431

55 3 29 0,606 0,2291 0,7491 0,7436 - 0,0145

60 10 39 1,16 0,3770 0,8770 1,000 - 0,12300

Lo = 0,0300

Z S

xx −=

14,2

09,9

49,4930

−=

−=

F (Z) = Apabila Zi < 0 = 0,5 – Z tabel

Apabila Zi > 0 = 0,5 + Z tabel

S (Z) 39

3==n

Zn

Ltabel = 1419,039

886,0==

Karena Lo ≤ L (0,0300 < 0,1419) maka sampel berdistribusi normal.

Tabel 23

Uji Normalitas Posttest

xi f Zn Z Z Tabel F ( Z ) S ( Z ) F (Z ) – S ( Z )

45 1 1 - 2,67 0,4962 0,0038 0,0256 - 0,0218

50 2 3 - 2,06 0,4808 0,0192 0,0769 - 0,0577

55 1 4 - 1,45 0,4265 0,0735 0,1026 - 0,291

60 8 12 - 0,83 0,2967 0,2033 0,3077 -0,1044

65 3 15 - 0,22 0,0871 0,4129 0,3846 0,0283

70 17 32 0,39 0,1517 0,6517 0,8205 - 0,1688

75 4 36 1,01 0,3438 0,8438 0,9231 - 0,0793

80 3 39 1,62 0,4474 0,9474 1,0000 -0,0526

39 Lo= 0,0283

Z S

xx −=

67,2

15,8

79,6645

−=

−=

F (Z) = Apabila Zi < 0 = 0,5 – Z tabel

Apabila Zi > 0 = 0,5 + Z tabel

S (Z) 39

1==n

Zn

Ltabel 1419,039

886,0==

Karena Lo ≤ L (0,0283 < 0,1419) maka sampel berdistribusi normal.

Lampiran 10

Persiapan Uji Normalitas dan Uji Homogenitas Kelompok Tanya Jawab

Tabel 24

Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Pretest

x f Xi2 f.xi f.xi

2

25 2 625 50 1250

30 4 900 120 3600

40 13 1600 520 20800

50 12 2500 600 30000

60 4 3600 240 14400

65 4 4225 260 16900

39 1760 86950

Rerata (X) ∑∑

=fi

fxi

39

1790=

= 45,897

Varians S12 = N.∑fx i

2 -(∑ f.xi)

2

n ( n -1 )

= 39x86950- ( 1790 )2

39 (38)

= 3391050- 3204100

1482

S1 14709,126=

= 11,23

Tabel 25

Persiapan Uji Normalitas dan Homogenitas Posttest

xi f Xi2 f.xi f.xi

2

30 1 900 30 900

40 1 1600 40 1600

50 3 2500 150 7500

60 7 3600 420 25200

65 8 4225 520 33800

70 16 4900 1120 78400

80 3 6400 240 19200

39 2520 166600

Rerata (X) ∑∑

=fi

fxi

39

2520=

=64,62

Varians S12 = N.∑fx i

2 -(∑ f.xi)

2

n ( n -1 )

= 39. 166600 – (2520)2

39(39-1)

= 6497400 - 6350400

1482

= 99,190283

S1 190283,99=

= 9,96

Uji Normalitas Kelas Tanya Jawab

Tabel 26

Uji Normalitas pretest

xi F Zn Z Z tabel F ( Z ) S ( Z ) F (Z ) – S ( Z )

25 2 2 -1,84 0,4671 0,0329 0,0512 -00183

30 4 6 -1,397 0,4756 0,0244 0 1538 -0,1294

40 13 19 -0,51 0,1915 0,3085 0,4872 -0,1787

50 12 31 0,38 0,1480 0,6480 0,7940 -0,0969

60 4 35 1,27 0,3980 0,8980 0,8974 0,0006

65 4 39 1,72 0,4564 0,9564 1,0000 -0,0436

36 Lo = 0,0006

Z S

xx −=

= 25 - 45,897

11,23

= - 1,84

F (Z) = Apabila Zi < 0 maka; 0,5 – Z tabel

Apabila Zi > 0 maka ; 0,5 + Z tabel

S (Z) 39

1==n

Zn

Ltabel 1419,039

886,0==

Karena Lo ≤ L (0,0006 < 0,1419) maka sampel berdistribusi normal.

Tabel 27

Uji Normalitas Posttest

xi f Zn Z Z Tabel F ( Z ) S ( Z ) F (Z ) – S ( Z )

30 1 1 - 3,48 0,4997 0,0003 0,0256 - 0,0253

40 1 2 - 2,47 0,4939 0,0066 0,0512 - 0,0446

50 3 5 - 1,47 0,4292 0,0708 0,1282 - 0,0574

60 7 12 - 0,46 0,1772 0,3228 0,3077 0,0151

65 8 20 0,04 0,0160 0,5160 0,5128 0,0032

70 16 36 0,54 0,2054 0,7054 0,9230 - 0,2176

80 3 39 1,54 0,4382 0,9382 1,0000 - 0,0618

Lo = 0,0151

Z S

xx −=

48,3

96,9

62,6430

−=

−=

F (Z) = Apabila Zi < 0 maka; 0,5 – Z tabel

Apabila Zi > 0 maka ; 0,5 + Z tabel

S (Z) 39

1==n

Zn

Ltabel 1419,039

886,0==

Karena Lo ≤ L (0,0151 < 0,1419) maka sampel berdistribusi normal

Tabel 28

Perhitungan “t “ test pada kelompok kontrol

Subyek Pre-test Post-test Gain (d )

(post-test-

Pre-test

Xd

(d-Md )

Xd2

1 30 70 40 20,52 421,0704

2 40 80 40 20,52 421,0704

3 65 70 15 -4,48 20,0704

4 65 65 0 0 0

5 50 70 20 0,52 0,2704

6 30 60 30 10,52 110,6704

7 25 70 45 -4,48 20,0704

8 40 50 10 -9,48 89,8704

9 30 70 40 20,52 421,0704

10 50 60 10 -9,48 89,8704

11 50 70 20 0,52 0,2704

12 60 60 0 0,52 0

13 30 50 20 -14,48 0,2704

14 25 30 5 20,52 209,6704

15 40 80 40 5,52 421,0704

16 40 65 25 0 30,4704

17 60 60 0 -14,48 0

18 60 65 5 10,52 209,6704

19 70 40 30 -9,48 110,6704

20 40 50 10 5,52 89,8704

21 40 65 25 10,52 30,4704

22 40 70 30 0,52 110,6704

23 50 70 20 -4,48 0,2704

24 50 65 15 -9,48 20,0704

25 50 60 10 -9,48 -89,8704

26 60 70 10 -9,48 -89,0704

27 50 60 10 20,52 -89,0704

28 40 80 0 -14,48 421,0704

29 65 70 5 10,52 -209,6704

30 40 70 30 10,52 110,6704

31 40 70 30 14,48 110,6704

32 65 70 5 14,48 209,6704

33 50 65 15 -4,48 -20,0704

34 40 60 20 0,52 0,2704

35 40 50 10 -9,48 -89,8704

36 50 65 15 -4,48 -20,0704

37 50 70 20 0,52 0,2704

38 40 65 25 5,52 30,4704

39 50 70 20 0,52 0,2704

N = 39 1815 X=46,54

2500 X=64,10

760 ∑Xd2=4314,7344

Md = ∑ d = 760

N 39

T =

Md_______-

√ ∑ Xd2

N (N-1 )

T = 19,48

√ 4314,73 39 (39-1 )

Lampiran 14

Perhitungan Uji Homogenitas Pretest Kedua Kelompok

Subyek

Pre-test Post-test Gain (d) ( Post-

test- Pre-test

Xd

(d-Md )

Xd2

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

13

14

15

16

17

18

19

20

21

22

23

24

25

26

27

28

29

30

31

32

33

34

35

36

37

38

39

Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau Uji

Fisher. Rumus yang digunakan adalah:

F hitung = S12

= terbesar

S12 terkecil

Dimana :

S2

)1(

)( 11

−=

−∑nn

fxfxn

1. Hipotesis

Ho : Data memiliki varians homogen

Ha : Data tidak memiliki varians homogen

2. Kriteria Pengujian

a. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi homogen

b. Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima, yang berarti varians kedua populasi tidak

homogen

3. Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil)

db1 = n - 1 = 39 – 1 = 38

db2 = n – 1 = 39 – 1 = 38

4. Tentukan nilai F hitung

Berdasarkan tabel uji homogenitas diperoleh S12 = 126,14709 dan diperoleh S2

2 =

82,624831 sehingga dengan menggunakan rumus diatas diperoleh :

F hitung = S12

= 126,14709 = 1,5267

S12

82,624831

5. Tentukan nilai F tabel

Untuk db penyebut 38 dan db pembilang 38 (0,05:38:38) tidak terdapat pada F tabel, maka

digunakan db pembilang dan penyebut yang terdekat, yaitu db penyebut 38 dan db

pembilang 40 (0,05: 38,40) adapun F tabel dengan db penyebut 38 dan db pembilang 40

pada taraf signifikan 5 % adalah 1,71.

Karena F hitung < Ftabel (1,5267<1,71), ini artinya Ho diterima, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen.

Perhitungan Uji Homogenitas Posttest Kedua Kelompok

Perhitungan homogenitas yang dilakukan adalah uji homogenitas dua varians atau Uji

Fisher. Rumus yang digunakan adalah:

F hitung = S12

= terbesar

S12 terkecil

Dimana :

S2

)1(

)( 11

−=

−∑nn

fxfxn

1. Hipotesis

Ho : Data memiliki varians homogen

Ha : Data tidak memiliki varians homogen

2. Kriteria Pengujian

a. Jika F hitung < F tabel maka Ho diterima, yang berarti varians kedua populasi

homogen

b. Jika F hitung > F tabel maka Ha diterima, yang berarti varians kedua populasi tidak

homogen

3. Tentukan db pembilang (varians terbesar) dan db penyebut (varians terkecil)

db1 = n - 1 = 39 – 1 = 38

db2 = n – 1 = 39 – 1 = 38

4. Tentukan nilai F hitung

Berdasarkan tabel uji homogenitas diperoleh S12 = 126,14709 dan diperoleh S2

2 =

82,624831 sehingga dengan menggunakan rumus diatas diperoleh :

F hitung = S12

= 99,190283 = 1,4931

S12 66,430499

5. Tentukan nilai F tabel

Untuk db penyebut 38 dan db pembilang 38 (0,05:38:38) tidak terdapat pada F tabel,

maka digunakan db pembilang dan penyebut yang terdekat, yaitu db penyebut 38 dan

db pembilang 40 pada taraf signifikan 5 % adalah 1,71.

Karena F hitung < Ftabel (1,5267 < 1,71), ini artinya Ho diterima, maka dapat diambil

kesimpulan bahwa kedua data memiliki varians yang homogen.

Lampiran 14

Tabel 28

Perhitungan “t “ test pada kelompok Tanya Jawab

Subyek Pre-test Post-test Gain (d )

(post-test-

Pre-test

Xd

(d-Md )

Xd2

1 30 70 40 20,52 421,0704

2 40 80 40 20,52 421,0704

3 65 70 15 -4,48 20,0704

4 65 65 0 0 0

5 50 70 20 0,52 0,2704

6 30 60 30 10,52 110,6704

7 25 70 45 -4,48 20,0704

8 40 50 10 -9,48 89,8704

9 30 70 40 20,52 421,0704

10 50 60 10 -9,48 89,8704

11 50 70 20 0,52 0,2704

12 60 60 0 0,52 0

13 30 50 20 -14,48 0,2704

14 25 30 5 20,52 209,6704

15 40 80 40 5,52 421,0704

16 40 65 25 0 30,4704

17 60 60 0 -14,48 0

18 60 65 5 10,52 209,6704

19 70 40 30 -9,48 110,6704

20 40 50 10 5,52 89,8704

21 40 65 25 10,52 30,4704

22 40 70 30 0,52 110,6704

23 50 70 20 -4,48 0,2704

24 50 65 15 -9,48 20,0704

25 50 60 10 -9,48 -89,8704

26 60 70 10 -9,48 -89,0704

27 50 60 10 20,52 -89,0704

28 40 80 0 -14,48 421,0704

29 65 70 5 10,52 -209,6704

30 40 70 30 10,52 110,6704

31 40 70 30 14,48 110,6704

32 65 70 5 14,48 209,6704

33 50 65 15 -4,48 -20,0704

34 40 60 20 0,52 0,2704

35 40 50 10 -9,48 -89,8704

36 50 65 15 -4,48 -20,0704

37 50 70 20 0,52 0,2704

38 40 65 25 5,52 30,4704

39 50 70 20 0,52 0,2704

N = 39 1815 X=46,54

2500 X=64,10

760 ∑Xd2=4314,7344

Md 49,1939

760===

∑N

d

t

)1( −

=

∑NN

Xd

Md t

1482

7344,4314

49,19=

t

)139(39

7344,4314

49,19

=

∑ t

911,2

49,19=

t

)38(39

7344,4314

49,19= t 398,11

71,1

49,19==

db = 39 -1 = 38

t tabel (ά = 0,05) = 2,02

Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep

sistem indera pada manusia sebelum dan sesudah pembelajaran yang signifikan.

Lampiran 15

Tabel 29

Perhitungan “t “ test pada kelompok Brainstorming

Subyek Pre-test Post-test Gain (d )

(post-test-

Pre-test

Xd

(d-Md )

Xd2

1 60 65 5 -12,95 167,7025

2 50 80 30 12,05 145,2025

3 50 70 20 2,05 4,2025

4 50 70 20 2,05 4,2025

5 50 60 10 -7,95 63,2025

6 40 70 30 12,05 145,2025

7 55 75 20 2,05 4,2025

8 30 70 40 22,05 486,2025

9 40 70 30 12,05 145,2025

10 60 70 10 -7,95 63,2025

11 60 70 10 -7,95 63,2025

12 60 70 10 -7,95 63,2025

13 25 70 45 27,05 731,7025

14 40 50 10 -7,95 63,2025

15 50 75 25 7,05 49,7025

16 50 70 20 2,05 4,2025

17 60 60 0 0 0

18 60 75 15 -2,95 8,7025

19 55 70 15 -2,95 8,7025

20 50 60 10 -7,95 63,2025

21 60 75 15 -2,95 8,7025

22 50 60 10 -7,95 63,2025

23 50 70 20 2,05 4,2025

24 50 60 10 -7,95 63,2025

25 30 55 25 7,05 49,7025

26 40 70 30 12,05 145,2025

27 50 75 25 7,05 49,7025

28 60 80 20 2,05 4,2025

29 50 70 20 2,05 4,2025

30 50 60 10 -7,95 63,2025

31 50 65 15 -2,95 8,7025

32 60 65 5 -12,95 167,7025

33 40 50 10 -7,95 63,2025

34 55 70 15 -2,95 8,7025

35 40 60 20 2,05 4,2025

36 45 70 25 7,05 49,7025

37 40 45 5 -12,95 167,7025

38 50 60 10 -7,95 63,2025

39 45 80 35 17,05 290,7025

N = 39 1910 2610 700 ∑Xd2= 3561,7425

X=49,49 X=66,79

Md 95,1739

700===

∑N

d

t

)1( −

=

∑NN

Xd

Md t

1482

7425,3561

95,17=

t

)139(39

7425,3561

95,17

=

∑ t

4033,2

95,17=

t

)38(39

7425,3561

95,17

∑= t 58,11

5502,1

95,17==

db = 39 -1 = 38

t tabel (ά = 0,05) = 2,02

Karena thitung > ttabel, maka dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan penguasaan konsep

sistem indera pada manusia sebelum dan sesudah pembelajaran yang signifikan.

Lampiran 16

Perhitungan Pengujian Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam perhitungan ini menggunakan “t” test, berikut langkah-langkah

perhitungannya :

a. Merumuskan hipotesis

Ho : µ1 = µ2

Ha : µ1 > µ2

b. Menentukan kriteria pengujian

Jika thitung < ttabel,, maka terima Ho

Jika thitung > ttabel,, maka tolak Ho

c. Menentukan uji statistik

S2 total = (n1-1) S12 + (n2-1) S2

2

(n1 + n2 - 2)

8103909,82

8103909,82

76

58971,6293

76

23075,376935896,2524

)13939(

190283,99)139(430499,66)139(

=

=

=

+=

−+

−+−=

S = 9,10

t

2

11

1

21

nnS

XX

+

−=

29,1

093,2

69,2

)23,0(10,9

69,2

39

210,9

69,2

39

1

39

110,9

10,6479,66

=

=

=

=

+

−=

Setelah thitung diperoleh, kemudian menentukan ttabel dengan berkonsultasi pada tabel

“t”. Dengan df sebesar 76 maka diperoleh t tabel pada taraf signifikan 5% sebesar

1,99.

d. Melakukan pengambilan kesimpulan

Karena didapat thitung < ttabel (1,29 < 1,99 ) , maka hipotesis nihil diterima dan hipotesis

alternatif ditolak, artinya tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara metode

pembelajaran brainstorming dan metode pembelajaran tanya jawab terhadap

penguasaan konsep siswa.

Lampiran 13

Perhitungan Uji Homogenitas Varian Kelompok Brainstorming

A. Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem Indera pada Manusia

X F (X - X) (X - X)2 F(X - X)2

35 1 -14,49 209,9601 209,9601

30 2 -19,49 379,8601 759,7202

40 6 -9,49 90,0601 540,3606

45 2 -4,49 20,1601 40,3202

50 15 0,51 0,2601 3,9015

55 3 5,51 30,3601 91,0803

60 10 10,51 110,4601 1104,601

Jumlah 2749,9439

( )1-n

)(S

22

XXf −=

( )39,72

1-39

9439,2749

=

=

B. Nilai Post-test Penguasaan Konsep Sistem indera pada Manusia

X F (X - X) (X - X)2 F(X - X)

2

45 1 -21,79 474,8041 474,8041

50 2 -16,79 281,9041 563,8082

55 1 -11,78 139,0041 139,0041

60 8 -6,79 46,1041 368,8328

65 3 -1,79 3,2041 9,6123

70 17 3,21 10,3041 175,1697

75 4 8,21 67,4041 269,6164

80 3 13,21 174,5041 523,5123

Jumlah 2524,3599

( )1-n

)(S

22

XXf −=

( )43,66

1-39

3599,2524

=

=

1. Ho = Variansi populasi homogen

Ha = variansi populasi tidak homogen

2. Jumlah sampel

na = 39

nb = 39

3. Derajat kebebasan

Pembilang dk = n – 1 = 39 – 1 = 38

Penyebut dk = n – 1 = 39 – 1 = 38

4. F hitung

ecilVarianterk

esarVarianterb==

2

B

2

A

S

SF

= 72,37 66,43

= 1,089

5. Dengan demikian = 1,089 sedangkan untuk dk penyebut 38 dan dk pembilang 38 pada

taraf signifikan = 0,05 dari tabel distribi\usi F tidak dapat maka diambil yang terdekat

yaitu dk penyebut 38 dan dk pembilang 40.

Dari tabel F diperoleh nilai F (0,05, dk= 38,40) adalah 1,71

Diketahui harga Fhit = 1,089 dan Ftab = 1,71 karena F hit < F tab maka Ho diterima

yang berarti kedua kelompok sampel mempunyai varian yang sama.

Perhitungan Uji Homogenitas Varian Kelompok Tanya Jawab

A. Nilai Pre-test Penguasaan Konsep Sistem Indera pada Manusia

X F (X - X) (X - X)2 F(X - X)

2

25 2 -20,897 436,684609 873,369218

30 4 -15,897 252,714609 1010,85844

40 13 -5,897 34,774609 452, 069917

50 12 4,103 16,834069 202, 015309

60 4 14,103 198,894609 795,578436

65 4 19,103 364,924609 1459,69844

Jumlah 4793,58977

( )1-n

)(S

22

XXf −=

( )15,126

1-39

58977,4793

=

=

B. Nilai Post-test Penguasaan Konsep Sistem indera pada Manusia

X F (X - X) (X - X)2 F(X - X)2

30 1 -34,62 1198,5444 1198,5444

40 1 -24,62 606,1444 606,1444

50 3 -14,62 213,7444 641,2332

60 7 4,62 21,3444 149,4108

65 8 0,38 0,1444 1,1552

70 16 5,38 28,9444 463,1104

80 3 15,38 236,5444 709,6332

Jumlah 3769,2316

( )1-n

)(S

22

XXf −=

( )19,99

1-39

2316,3769

=

=

1. Ho = Variansi populasi homogen

Ha = variansi populasi tidak homogen

2. Jumlah sampel

na = 39

nb = 39

3. Derajat kebebasan

Pembilang dk = n – 1 = 39 – 1 = 38

Penyebut dk = n – 1 = 39 – 1 = 38

4. F hitung

ecilVarianterk

esarVarianterb==

2

B

2

A

S

SF

= 126,14709

99,19

= 1,27

5. Dengan demikian = 1,27 sedangkan untuk dk penyebut 38 dan dk pembilang 38 pada

taraf signifikan = 0,05 dari tabel distribi\usi F tidak dapat maka diambil yang terdekat

yaitu dk penyebut 38 dan dk pembilang 40.

Dari tabel F diperoleh nilai F (0,05, dk= 38,40) adalah 1,71

Diketahui harga Fhit = 1,27 dan Ftab = 1,71 karena F hit < F tab maka Ho diterima

yang berarti kedua kelompok sampel mempunyai varian yang sama