Efusi Pleura (IIS Nur Alifah)

13
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA A. KONSEP DASAR 1. PENGERTIAN 1. Efusi pleura adalah kemampuan cairan dalam cavum atau rongga pleura diantara pleura paritalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat dan eksudat (Lab / UPF Ilmu Penyakit paru RSUD. Dr. Soetomo). 2. Efusi pleura adalah terdapatnya penimbunan yang abnormal dari cairan dalam rongga pleura (Hood Alsagaff, WBM Tain Saleh). 3. Efusi pleura adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam cavum pleura (Kapitas Selekta Kedokteran , FKUI). 2. ETIOLOGI 1. Efusi dapat berupa eksudat dan transudat. 1. Neoplasma, seperti eksudat dan transudat. 2. Cardiovaskuler, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik. 3. Penyakit pada abdomen, seperti pankreatits, asites. 4. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, mikrobakteri dan parasit. 2. Penyebab terbanyak adalah keradangan jaringan paru yang meluas ke pleura sekitarnya, misalnya bronkopneumonia, TB paru dan sebagainya. Pneumonia yang memberi penyulit disebut pleuropneumonia.

description

h

Transcript of Efusi Pleura (IIS Nur Alifah)

Page 1: Efusi Pleura (IIS Nur Alifah)

LAPORAN PENDAHULUAN

ASUHAN KEPERAWATAN PADA EFUSI PLEURA

A. KONSEP DASAR

1. PENGERTIAN

1. Efusi pleura adalah kemampuan cairan dalam cavum atau rongga pleura

diantara pleura paritalis dan pleura viseralis dapat berupa cairan transudat

dan eksudat (Lab / UPF Ilmu Penyakit paru RSUD. Dr. Soetomo).

2. Efusi pleura adalah terdapatnya penimbunan yang abnormal dari cairan

dalam rongga pleura (Hood Alsagaff, WBM Tain Saleh).

3. Efusi pleura adalah terkumpulnya cairan abnormal dalam cavum pleura

(Kapitas Selekta Kedokteran , FKUI).

2. ETIOLOGI

1. Efusi dapat berupa eksudat dan transudat.

1. Neoplasma, seperti eksudat dan transudat.

2. Cardiovaskuler, seperti neoplasma bronkogenik dan metastatik.

3. Penyakit pada abdomen, seperti pankreatits, asites.

4. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, mikrobakteri dan

parasit.

2. Penyebab terbanyak adalah keradangan jaringan paru yang meluas ke

pleura sekitarnya, misalnya bronkopneumonia, TB paru dan sebagainya.

Pneumonia yang memberi penyulit disebut pleuropneumonia.

3. Pembagian efusi pleura :

1. Transudat

- Cairan ekstra seluler

- Berat jenis 1,015

- Protein < 3 gr/ 100cc

- Kadar LDH < 200/lm

- Rivalta (-)

2. Eksudat

- Cairan dalam cavum pleura

- Berat jenis 1,015

- Protein > 3 gr/ 100cc

- Kadar LDH >200/lm

- Rivalta (+)

Page 2: Efusi Pleura (IIS Nur Alifah)

3. PATOFISIOLOGI

4. GEJALA KLINIS

1. Sesak nafas merupakan gejala utama, kadang-kadang disertai perasaan

tidak enak di dada. Bila cairan pleura sedikit, maka tidak dapat di deteksi

dengan pemeriksaan klinik, tetapi di deteksi dengan radio grafi.

2. Kadang disertai nyeri pleura atau batuk non produktif.

3. Hipertermia.

4. Nyeri dada setempat.

5. PEMERIKSAAN FISIK

1. Biasanya ada gejala dari penyakit dasarnya.

2. Bila sesak nafasnya yang menonjol, kemungkinan besar karena proses

keganasan.

3. Efusi berbentuk kantong (pocketed) pada fisura interlobaris.

4. Efusi pleura unilateral seringkali karena adanya infeksi pada jaringan paru

sebelumnya.

Penyakit infeksi

Peradangan

Penyakit non infeksi

Gangguan produksi dan absorbsi cairan

Transudat dan eksudat pada pleura

Gangguan produksi dan absorbsi cairan

Nyeri dadaResiko penyebaran infeksiGangguan pertukaran gasGangguan pola nafas

Hipoalbuminemia

Peningkatan tekanan vena

Hiperemia

Perubahan tekanan osmotik

Page 3: Efusi Pleura (IIS Nur Alifah)

5. Efusi pleura bilateral kemungkinan karena gagal jantung, hipotermia, dan

emboli paru.

6. Pada perkusi suara ketok terdengar redup sesuai dengan luarnya efusi.

7. Pada auskultasi suara nafas berkurang atas menghilang.

8. Resonansi vokal berkurang.

6. DIAGNOSIS

1. BANDING

Konsolidasi paru karena pneumonia.

Neoplasma dengan kelops paru.

Pneumothoraks.

Fibrosis pleura.

2. KLINIS

300 cc tanda-tanda fisik tidak ada.

500 cc pergerakan dada menurun, fremitus suara, suara nafas

menurun.

1000 cc dada cembung timbul.

2000 cc suara nafas menurun, mediastinum terdorong.

3. RADIOLOGIS

dari 300 cc tidak tampak.

Bila cairan masih sedikit lebih jelas dengan lateral decubitus.

4. LABORATORIUM : analisa cairan pleura

a. Makroskopis.

Aspirasi cairan dan biopsi dapat di pergunakan untuk

mendiagnosa penyakit sebagai bahan biakan.

Kadang-kadang dilakukan pemeriksaan torakoskopi untuk

membantu diagnosis dilihat dengan mata normal / telanjang, efusi

normal berwarna jernih.

b. Mikroskopis.

- Cairan pleura dapat dipakai untuk pemeriksaan sitologi dan hitung

jenis efusi yang banyak mengandung sel darah merah

kemungkinan karena keganasan atau infark paru.

5. PATOLOGIS ANATOMIS

- Didapatkan dari biopsi pleura dan cairan pleura.

Page 4: Efusi Pleura (IIS Nur Alifah)

7. PENATALAKSANAAN

1. Pengobatan kausal : di tujukan pada penyakit primernya.

2. Aspirasi cairan pleura dilakukan untuk mengurangi sesak nafas dan

discomfort.

3. Memasukkan kemoterapi intra pleura untuk keganasan.

4. Apabila cairan sudah kental dan terdapat nanah maka dilakukan tindakan

WSD

5. Pemberian steroid di tambah dengan anti tuberkulosi dapat menyerap

efusi pleura yang disebabkan oleh TB paru secara tepat dan mengurangi

fibrosis.

8. PROGNOSIS

- Biasanya sembuh setelah di beri pengobatan adekuat terhadap penyakit

dasar.

- Empiema mungkin timbul akibat paru seperti pneumonia.

B. ASUHAN KEPERAWATAN

Merupakan tindakan metode yang digunakan untuk memecahkan masalah dalam

upaya memperbaiki / memelihara klien sampai ke tahap optimal sampai ketahap

optimal melalui suatu pendekatan yang sistematis untuk mengenal klien dalam

memenuhi kebutuhannya.

I. PENGKAJIAN

1. Identitas

Meliputi nama, umur, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, No.

register, tanggal masuk rumah sakit dan diagnosa medis.

2. Keluhan utama.

Biasanya klien sesak nafas, nyeri dada, dan batuk

3. Riwayat penyakit sekarang.

Adanya suara napas tambahan seperti ronchi, wheezing, sesak napas,

batuk ada sekret, hipertermi dan nafsu makan menurun.

4. Riwayat penyakit dahulu.

Biasanya klien mempunyai penyakit paru, gagal jantung, empiema

thorasis, dan kegagalan pernafasan.

5. Riwayat penyakit keluarga.

Keluarga mempunyai penyakit yang menurun yaitu tuberkulosis paru,

kegagalan jantung congestive.

Page 5: Efusi Pleura (IIS Nur Alifah)

6. Pola-pola fungsi kesehatan.

a. Pola aktivitas dan latihan

Klien biasanya terjadi keterabatasan aktiuvitas karena sesak.

b. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat.

Kebiasaan merokok, penggunaan alkohol, kebiasaan berolah raga.

c. Pola nutrisi dan metabolisme.

Klien biasanya mengalami penurunan nafsu makan.

d. Pola eliminasi

Biasanya klien tidak mengalami gangguan pola eliminasi.

e. Pola istirahat dan tidur

Biasnya klien mengalami gangguan pola istirahat.

f. Pola sensori dan kognitif

Biasanya klien tidak mengalami gangguan panca indera

g. Pola hubungan peran

Meliputi hubungan pasien dengan keluarga dan masyarakat sekitar.

h. Pola penanggulangan stress

Meliputi penyebab stress, koping terhadap stres, dan pemecahan

masalah.

7. Pemeriksaan fisik.

- Inspeksi :

- Bila sesak napasnya yang menonjol, kemungkinan besar karena

proses keganasan.

- Efusi berbentuk kantong.

- Efusi berada diatas diafragma.

- Palpasi :

- Nyeri tekan abdomen.

- Perkusi :

- Suara ketok terdengar redup sesuai dengan luasnya efusi.

- Auskultasi :

- Suara napas berkurang atau menghilang.

8. Pemeriksaan Penunjang

1. Foto thoraks.

2. USG dan CT scan penting dalam mengetahui lokasi cairan untuk

tujuan fungsi terutama untuk cairan yang terdapat pada beberapa

tempat.

3. Analisa cairan pleura.

- Transudat : jernih kekuningan.

Page 6: Efusi Pleura (IIS Nur Alifah)

- Kilothorax : putih seperti susu.

- Empiema : kental dan keruh.

- Hemathorax : darah.

II. DIAGNOSA KEPERAWATAN

1. Ketidakefektifan pola napas berhubungan denagn akumulasi cairan

pleura.

2. Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan pemasangan slang

dada (WSD).

3. Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengann adanya tindakan

invasif.

4. Ansietas berhubungan dengan sesak napas, takut menderita atau takut

serangan berulang.

5. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan proses penyakit dan

keterbatasan kognitif.

III.PERENCANAAN

Diagnosa ke 1

Ketidak efektifan pola nafas berhubungan dengan akumulasi cairan pleura.

Tujuan : pola nafas kembali efektif dan normal.

Kriteria hasil :

- Pola nafas kembali normal.

- Tidak ada tanda sesak nafas

- Tidak ada gejala sianosis.

- Gas darah arteri dalam batas normal

Intervensi :

1. Auskultasi jalan nafas.

R/ : bunyi nafas dapat menurun dan memberikan data evaluasi perbaikan

pada efusi pelura.

2. Evaluasi fungsi pernafasan dan catat kecepatan

pernafasan dan perubahan tanda-tanda vital.

R/ : distres pernafasan dan perubahan dapat terjadi akibat stress fisiologis

dan nyeri.

3. Kaji klien adanya area nyeri tekan bila batuk / nafas

dalam.

R/ : Bantuan terhadap dada dan otot abdominal membuat batuk lebih

efektif atau mengurangi trauma.

Page 7: Efusi Pleura (IIS Nur Alifah)

4. Pertahankan posisi nyaman dengan peninggian kepala

tempat tidur, balik ke sisi yang sakit dan dianjurkan untuk duduk.

R/ : Meningkatkan ekspansi paru dan ventilasi pada sisi yang sakit.

5. Posisikan sistem drainase slang WSD untuk fungsi

optimal dan catat karakter atau jumlah cairan.

R/ : Posisi tidak tepat, terlipat pada siang akan mengubah tekanan negatif

dan mencegah terjadi komplikasi

6. Observasi tanda-tanda vital.

R/ : Untuk mengetahui perkembangan klien.

7. Kolaborasi dengan tim dokter dalam pemberian terapi.

R/ : Menentukan pemberian terapi yang tepat pada klien.

IV. IMPLEMENTASI

Pada tahap ini ada pengolahan dan perwujudan dari rencana perawatan yang

disusn pada tahap perencanaan keperawatan yang telah ditentukan dengan

tujuan untuk memenuhi kebutuhan secara optimal.

V. EVALUASI

Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi

adalah kegiatan yang disengaja dan terus menerus dengan melibatkan klien,

perawat dengan anggota tim kesehatan lainnya.

Tujuan dari evaluasi adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana

keperawatan tercapau atau tidak, untuk melakukan pengkajian ulang.

Page 8: Efusi Pleura (IIS Nur Alifah)

DAFTAR PUSTAKA

1. Arief Mansyur, dkk, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius, jilid I, edisi

3, Balai penerbit buku FKUI, Jakarta.

2. Alsagaff Hood. Prof, dr, 1995, Dasar-Dasar Ilmu Penyakit Paru. Airlangga

University Press, Surabaya.

3. Doenges, Marilynn E, 1993, Rencana Asuhan Keperawatan, edisi 3, Penerbit

Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

4. Engran Barbara, 1994, Rencana Asuhan Keperawatan Medikal Bedah, Volume 1,

Penerbit Buku Kedokteran EGC, Jakarta.

5. Lab / UPF Ilmu Penyakit Paru, 1994, RSUD Dr. Soetomo Surabaya.

6. Noer, Sjaifoellah. M. H 1996, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid I, edisi 3,

Balai penerbit buku FKUI, Jakarta.

7. Rab Tagrani Dr. H. 1996, Ilmu Penyakit Paru, edisi II.

Page 9: Efusi Pleura (IIS Nur Alifah)

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN DENGAN DIAGNOSA

MEDIS EFUSI PLEURA DI RUANG INTERNE KELAS

RUMAH SAKIT KARANG TEMBOK SURABAYA

Oleh :

IIS NUR ALIFAH

04.112.070

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA

2006