PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ALAT …/Perbedaan-Pengaruh...ALAT BANTU DAN TANPA ALAT...
Transcript of PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ALAT …/Perbedaan-Pengaruh...ALAT BANTU DAN TANPA ALAT...
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
i
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN
ALAT BANTU DAN TANPA ALAT BANTU TERHADAP
KEMAMPUAN MERODA PADA SISWA KELAS VIIIB
SMP NEGERI 27 SURAKARTA
TAHUN AJARAN
2011/2012
Oleh :
JANUAR ABDILAH SANTOSO
NIM : K5608112
JURUSAN PENDIDIKAN OLAHRAGA DAN KESEHATAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEBELAS MARET
SURAKARTA
JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini
Nama : Januar Abdilah Santoso
NIM : K.5608112
Jurusan/Program Studi : JPOK UNS/Penkepor
menyatakan bahwa skripsi saya berjudul “PERBEDAAN PENGARUH
PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN ALAT BANTU DAN TANPA ALAT
BANTU TERHADAP KEMAMPUAN MERODA PADA SISWA KELAS
VIIIB SMP NEGERI 27 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012” ini
benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri. Selain itu, sumber informasi yang
dikutip dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicatumkan dalam daftar
pustaka
Apabila pada kemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan skripsi ini hasil
jiplakan, saya bersedia menerima sangsi atas perbuatan saya.
Surakarta, Juli 2012
Yang membuat pernyataan
Januar Abdilah Santoso
NIM. K.5608112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iii
PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN MENGGUNAKAN
ALAT BANTU DAN TANPA ALAT BANTU TERHADAP
KEMAMPUAN MERODA PADA SISWA KELAS VIIIB
SMP NEGERI 27 SURAKARTA
TAHUN AJARAN
2011/2012
Oleh :
JANUAR ABDILAH SANTOSO
K.5608112
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar
Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
S U R A K A R T A
JULI 2012
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
iv
PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Juni 2012
Pembimbing I Pembimbing II
Fadilah Umar, S.Pd, M.Or
NIP.19720927 200212 1 001
Haris Nugroho, S.Pd, M.Or
NIP.19720208 199903 1 003
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
v
PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari :
Tanggal :
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. H. Agustiyanto, M.Pd
Sekretaris : Slamet Riyadi, S.Pd, M.Or
Anggota I : Fadilah Umar, S.Pd, M.Or
Anggota II : Haris Nugroho, S.Pd, M.Or
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
An. Dekan
Pembantu Dekan I,
Prof. Dr. rer. nat Sajidan, M.Si
NIP. 19660415 199103 1 002
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vi
MOTTO
Dengan ilmu kehidupan menjadi mudah, dengan seni kehidupan menjadi indah
dengan agama hidup menjadi terarah. (A.H. Mukti Ali)
Kita dapat memutar jarum jam kembali kebelakang, tetapi waktu tidak akan
pernah terulang kembali. Manfaatkanlah waktu yang diberikan oleh ALLAH
dengan sebaik-baiknya, sebelum datang waktu dimana kita menghadap-Nya
tiba.
Kesempatan + Kesiapan = Kesuksesan.
Ketika kamu harus menangis, menangislah karna ALLAH. Dan ketika kamu
harus bangkit dan memulai lagi hidupmu, mintalah semangat dari orang-orang
terdekatmu. Keep spirit.
Keterpurukan itu biasa, yang luar biasa adalah saat kita bisa bangkit dari
keterpurukan tanpa terlalu lama bermuram durja.
Kesempatan dan peluang itu bisa dibuat, maka buatlah kesempatanmu sendiri
untuk menjadi orang yang sukses.
Barometer sukses dalam kehidupan manusia itu tidak hanya kaya harta dan
pangkat yang tinggi.
Sukses dalam pencapaian yang kita targetkan dan kebersamaan dengan
keluargalah yang wajib kita punya.
Apapun dapat dilakukan dan tercapai asalkan,
memiliki niat yang tulus ikhlas karena ALLAH,
yakin dengan kemampuan yang kita punya, berusaha sekuat tenaga dan pikiran,
berdoa, berserah dan percaya setelah apa yang kita lakukan,
karena DIA bersama orang-orang yang gigih dalam menjalankan sesuatu hal.
Saat diri ini hancur karena manusia, kembalilah kepada sang penciptamu.
Saat tersesat, kembalilah dimana kita memulainya.
Saat membutuhkan semangat, mintalah kepada orang terdekat.
Saat kau menangis, menagislah karna ALLAH. Menempatkan sesuatu pada
tempatnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
vii
PERSEMBAHAN
Teriring syukur kepada-Mu, kupersembahkan karya ini untuk:
“Bapak dan Ibu tercinta”
Kaulah hidupku dan semangatku. Perjuanganmu yang tanpa kenal lelah, kasih
sayangmu yang tak terbatas dan doamu yang tiada terputus. Membuatku menjadi
orang yang paling bahagia memiliki kalian. Tiada kasih sayang yang seindah dan
setulus kasih sayangmu.
“Kakak tercinta Achmad Junianto”
Yang selalu mendukungku dan menjadi pemicu agar aku harus bisa membawa
harapan orang tua kita. Semoga kita dapat mewujudkan harapan itu bersama.
“Almarhumah Pak Dhe ku tercinta”
Kesabaran dan kegigihanmu akan aku ceritakan kepada anak-anakku kelak.
“Lingga Trisnasih”
Terimakasih atas waktu yang pernah kau berikan untuk menyayangiku
selayaknya menyayangi orang yang paling kau sayangi. Semoga tali silaturahmi
ini akan selalu terjalin dengan indah meskipun tak ada lagi istilah untuk “kita“
lagi.
“Syarifah”
“Pak Jon, Bu Jon, Wahyu, Eko, Dwi”
“Siswa-siswi Kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012”
“Teman-teman ku Angkatan ’08 FKIP JPOK UNS Surakarta”
“Almamater”
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
viii
ABSTRAK
Januar Abdilah Santoso. PERBEDAAN PENGARUH PEMBELAJARAN
MENGGUNAKAN ALAT BANTU DAN TANPA ALAT BANTU
TERHADAP KEMAMPUAN MERODA PADA SISWA KELAS VIIIB SMP
NEGERI 27 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2011/2012. Skripsi, Surakarta:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Surakarta, Juli 2012.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Perbedaan pengaruh
pembelajaran menggunakan alat bantu dan tanpa alat bantu terhadap kemampuan
meroda pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012. (2) Pembelajaran yang lebih baik pengaruhnya antara menggunakan
alat bantu dan tanpa alat bantu terhadap kemampuan meroda pada siswa kelas
VIIIB SMP N 27 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. Populasi penelitian ini
adalah siswa kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012
berjumlah 32 orang. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh
anggota populasi yang berarti penelitian ini adalah penelitian populasi. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah tes dan pengkuran kemampuan meroda
dari Suyati, dkk (1994: 157). Teknik analisis data yang digunakan dengan uji t pada
taraf signifikansi 5%.
Setelah melalui proses pengolahan data, diperoleh hasil penelitian sebagai
berikut: (1) Rerata hasil tes awal kelompok 1 sebesar 6,26 dan tes akhir sebesar
7,180. (2) Rerata hasil tes awal kelompok 2 sebesar 6,27 dan tes akhir sebesar 6,55.
Pengujian persyaratan analisis dengan uji normalitas pada Kelompok 1 dengan
0,161 dan kelompok 2 dengan 0,097 lebih kecil dari 0,213
maka data pada kelompok 1 dan 2 berdistribusi normal. Uji homogenitas pada
kelompok 1 dan 2 dengan 0,92 dan 2,33, dengan <
maka kelompok 1 dan kelompok 2 memiliki varians yang homogen.
Berikut ini adalah hasil analisis data dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan:
(1) Uji perbedaan tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 dengan
sebesar 0,098. (2) Uji perbedaan tes awal dan tes akhir kelompok 1 dengan
sebesar 9,887. (3) Uji perbedaan tes awal dan tes akhir kelompok 2 dengan
sebesar 4,201. (4) Uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2
dengan 4,625. (5) Uji Perbedaan dan Prosentase Peningkatan Kemampuan
Kelompok 1 dengan nilai 0,92 dan prosentasenya sebesar 14,16%, serta
peningkatan kemampuan kelompok 2 dengan nilai 0,28 dan prosentasenya sebesar
4,5%. Sehingga kelompok 1 memiliki prosentase peningkatan kemampuan meroda
yang lebih besar daripada kelompok 2.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan: (1) Ada pengaruh yang
signifikan pembelajaran meroda dengan alat bantu dan tanpa alat bantu terhadap
kemampuan meroda pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta Tahun
Ajaran 2011/2012, dengan nilai perhitungan thit sebesar 4,625 dan ttabel sebesar
2,131 pada taraf signifikasi 5%. (2) pembelajaran meroda menggunakan alat bantu
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
ix
lebih baik pengaruhnya daripada pembelajaran tanpa menggunakan alat bantu
terhadap kemampuan meroda pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2012. Kelompok 1 (kelompok pembelajaran meroda
menggunakan alat bantu) memiliki peningkatan kemampuan meroda sebesar
14,57%. Sedangkan kelompok 2 (kelompok pembelajaran meroda tanpa alat bantu)
memiliki peningkatan sebesar 4,48%.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
x
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan
penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Mulyono, M.M., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Drs.H. Agustiyanto, M.Pd., Ketua Program Pendidikan Kepelatihan Olahraga
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta
dan selaku Narasumber yang membantu kelancaran penulis dalam menyusun
skripsi.
4. Fadilah Umar, S.Pd., M.Or., Sebagai pembimbing I yang telah memberikan
semangat dan dorongan serta pembimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat
tersusun dengan baik.
5. Haris Nugroho, S.Pd., M.Or., sebagai pembimbing II yang telah memberikan
semangat dan dorongan serta pembimbingan skripsi, sehingga skripsi dapat
tersusun dengan baik.
6. Bapak dan Ibu Dosen JPOK FKIP UNS Surakarta yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
7. Kepala Sekolah, Bagian Kurikulum, dan Guru Penjas SMP Negeri 27
Surakarta yang telah memperkenankan peneliti untuk melaksanakan penelitian
di SMP Negeri 27 Surakarta.
8. Siswa-siswi kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012
yang telah bersedia menjadi sampel penelitian.
9. Semua pihak yang telah membantu terlaksananya penelitian ini.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xi
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap
semoga skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi para pembaca, khusunya dalam senam artistik meroda.
Surakarta, Juli 2011
Penulis
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xii
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ................................…………………………………………………
PERYATAAN................................................................................................
PENGAJUAN ...............................………………………………………….
PERSETUJUAN .........................…………………………………………..
PENGESAHAN ..............................…………………………………………
MOTTO .....................……………………………………………………….
PERSEMBAHAN .............................………………………………………..
ABSTRAK…………………………………………………………………....
KATA PENGANTAR………………………………………………………
DAFTAR ISI ......................................……………………………………….
DAFTAR TABEL ...................………………………………………………
DAFTAR GAMBAR ...................................………………………………..
DAFTAR LAMPIRAN ..............................…………………………………
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………
A. Latar Belakang Masalah ………………………………………...
B. Indentifikasi Masalah………………………………………….....
C. Pembatasan Masalah………………………………………..……
D. Perumusan Masalah…………………………………………..….
E. Tujuan Penelitian………………………………………………...
F. Manfaat Penelitian………………………………………………
BAB II KAJIAN PUSTAKA…………………………………………….…
A. Kajian Teori dan Hasil penelitian yang relevan ...…………….…
1 Senam………………………………………………………....
a. Karakteristik Gerak Dasar Senam…………………….......
b. Aspek-Aspek Dominan Dalam Senam……………………
c. Aspek-Aspek Pendukung Dalam Senam............................
2 Meroda………………………………………………........…..
a. Analisa Gerak Meroda…………………………...……….
b. Kesalahan Dalam Meroda...........………………..………..
i
ii
iii
iv
v
vi
vii
viii
x
xii
xiii
xiv
xvi
1
1
4
4
5
5
6
7
7
7
8
10
15
15
17
19
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiii
3 Belajar.……………………………………………………….
a. Pengertian Belajar...……………………………………….
b. Tujuan Belajar...............…………………………………..
c. Belajar Gerak.............................…………………………..
d. Domain Tujuan Pendidikan Olahraga.................................
4 Alat Bantu Pembelajaran…………………………..............….
a. Pengertian Alat Bantu Pembelajranan…………………....
b. Syarat Alat Bantu Pembelajaran Yang Baik.......…………
5 Pembelajaran Meroda Dengan Menggunakan Alat Bantu
Pembelajaran..........................................................................
a. Meroda Pada Matras Yang Lebih Tinggi…………...........
b. Meroda Pada Bidang Miring……………………………..
c. Meroda Pada Matras Yang di Gulung................................
d. Meroda Dengan Cara di Bantu...........................................
6 Pembelajaran Meroda Tanpa Menggunakan Alat Bantu
Pembelajaran…………………...............................................
a. Latihan Bagian..……………………………….................
b. Latihan Keseluruhan…………………………………......
c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Meroda Pada
Matras Datar.................................................................
B. Kerangka Berpikir .......……………………………………..........
C. Hipotesis……………………………………….........................
BAB III METODE PENELITIAN .............………………………….……
A. Tempat dan Waktu Penelitian ....………………………………..
B. Rancangan/Desain Penelitian .......................................................
C. Populasi dan Sampel ....................................................................
D. Variabel Penelitian ...............................................................
E. Definisi Operasional Variabel ................................................
F. Teknik Pengumpulan Data .........................................................
G. Analisis Data .........…………………………………………...….
20
20
20
23
24
35
35
37
40
40
41
41
42
43
44
45
46
47
49
50
50
50
52
52
52
53
54
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xiv
BAB IV HASIL PENELITIAN ...................……………………………….
A. Deskripsi Data ...............…………………………………...…….
B. Pengujian Persyaratan Analisis………………………………..…
1. Uji Normalitas……………………………………………….
2. Uji Homogenitas………………………………………….…
C. Hasil Analisis Data………………………………………............
1. Uji Perbedaan sebelum Diberi Perlakuan……………..……..
2. Uji Perbedaan sesudah Diberi Perlakuan……………………
D. Pengujian Hipotesis………………………………………...........
1. Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Alat
Bantu dan Tanpa Alat Bantu Terhadap Kemanpuan
Meroda..................................................................................
2. Pembelajaran Menggunakan Alat Bantu dibandingkan
dengan Pembelajaran Tanpa Alat Bantu Terhadap
Kemampuan Meroda............................................................
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN .........………..………
A. Simpulan..................……………………………………..............
B. Implikasi ....................………………………………………...…
C. Saran .........................……………………………………..……..
DAFTAR PUSTAKA .............................……………………………………
LAMPIRAN.........................…………………………………………………
58
58
60
60
61
61
61
63
69
69
72
73
73
73
74
75
77
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xv
DAFTAR TABEL
Tabel
1 Kesalahan Umum dan Pemotongan Gerakan dalam Code of Point
Gymnastic 2009 .................................................................................
2 Deskripsi Data Awal dan Tes Akhir Kemampuan Meroda
Kelompok 1 dan Kelompok 2 ............................................................
3 Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data …………………………..….
4 Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data ……………………..…….
5 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok 1
dan Kelompok 2 ….....………………………………………………
6 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir
pada Kelompok 1 …………………………………………………...
7 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir
pada Kelompok 2 …………………………………….............……..
8 Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1
dan Kelompok 2 ………….....………………………………………
9 Rangkuman Selisih Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Antara
Kelompok 1 dan Kelompok 2 ............................................................
10 Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan
Peningkatan Kemampuan Meroda antara Kelompok 1 dan
Kelompok 2 …...................................................................................
19
58
60
61
62
63
64
65
66
67
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar
1 Gerakan Meroda ke Kiri……………………………………..............
2 Analisa Gerakan Meroda ke Kiri………………………....................
3 Meroda Pada Matras Yang Lebih Tinggi…………………………......
4 Matras yang di Tinggikan……………….............................................
5 Bidang Miring………………………...................................................
6 Matras Gulung……………………………......................................
7 Bantuan Langsung…………………………………............................
8 Pola Posisi Kaki dan Tangan................................................................
9 Meroda Pada Matras Datar...................................................................
10 Grafik Rerata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Meroda
Kelompok 1 dan 2 .............................................................................
11 Grafik Rerata Perbedaan Data Tes Awal Kemampuan Meroda
antara Kelompok 1 dan 2 ...................................................................
12 Grafik Nilai Rerata Perbedaan Data Tes Awal dan Tes
Akhir Kemampuan Meroda Kelompok 1 …………………………..
13 Grafik Nilai Rerata Perbedaan Data Tes Awal dan Tes
Akhir Kemampuan Meroda Kelompok 2…………………………...
14 Grafik Nilai Rerata Perbedaan Data Tes Akhir Kemampuan
Meroda antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 ……………………...
15 Grafik Selisih Hasil Tes Awal Dan Tes Akhir Antara Kelompok 1
dan Kelompok 2 .................................................................................
16 Grafik Nilai Peningkatan Kemampuan Meroda antara
Kelompok 1 dan Kelompok 2 ………………………………............
17 Pelaksanaan Pemanasan………………………………………….…..
18 Pelaksanaan Latihan Meroda Menggunakan Alat Bantu ……….......
19 Pelaksanaan Latihan Meroda Tanpa Alat Bantu …………...............
20 Pelaksanaan Tes dan Pengukuran Kemampuan Meroda ………........
17
18
40
40
41
42
42
45
46
59
62
64
65
66
67
69
109
110
111
112
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1 Data Hasil Tes Awal Kemampuan Meroda ……………………..........
2 Rekapitulasi Rangking Data Hasil Tes Awal Kemampuan
Meroda…………………………………………………………….......
3 Pengelompokan Sampel Penelitian Berdasarkan Rangking…………....
4 Data Hasil Tes Akhir Kemampuan Meroda ……………………..........
5 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai Peningkatan
Kemampuan Meroda Kelompok 1………………………………..........
6 Rekapitulasi Data Hasil Tes Awal, Tes Akhir dan Nilai Peningkatan
Kemampuan Meroda Kelompok 2 ……………………………............
7 Uji Normalitas Data Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2………...
8 Hasil Perhitungan Data Uji Homogenitas……………………………...
9 Uji Perbedaan Data Tes Awal Kelompok 1 dan Kelompok 2………......
10 Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 1…………....
11 Uji Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir Kelompok 2…………....
12 Uji Perbedaan Data Tes Akhir antara Kelompok 1 dan Kelompok 2 .....
13 Uji Perbedaan Selisih Hasil Tes Awal Dan Tes Akhir Antara
Kelompok 1 Dan Kelompok 2 ...........................................................
14 Prosentase Peningkatan Kemampuan Meroda antara Kelompok 1 dan
Kelompok 2……………………………………………………............
15 Petunjuk Tes dan Pengukuran Kemampuan Meroda ……………..........
16 Program Pembelajaran Meroda Menggunakan Alat Bantu dan
Tanpa Alat Bantu …...………………………………….......................
17 Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian………………………..……….....
18 Surat Permohonan Penyusunan Skripsi ...................................................
19 Surat Keputusan Dekan FKIP tentang Izin Penyusunan Skripsi .............
20 Surat Ijin Penelitian dari Universitas Sebelas Maret Surakarta………...
21 Surat Keterangan Penelitian dari SMP Negeri 27 Surakarta………........
78
80
82
84
86
87
88
91
93
95
97
99
101
104
105
107
109
117
118
119
120
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
xviii
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu olahraga yang sudah dikenal dari zaman dahulu kala ialah
gymnastic (senam). Senam merupakan olahraga tertua, sehinggga senam juga dapat di
sebut sebagai induk dari semua olahraga (Mahmudi sholeh 1992:2). Zaman pun
berlalu, pada saat ini sudah banyak olahraga yang dikenal tingkat dunia. Salah satu
olahraga yang sudah dikenal adalah senam.
Senam sendiri dibagi menjadi 6 (enam) kelompok, yaitu: (1) Senam Artistik,
(2) Senam Ritmik Sportif, (3) Senam Akrobatik, (4) Senam Aerobik Sport, (5) Senam
Trampolin, (6) Senam Umum. Senam Artistik diartikan sebagai senam yang
menggabungkan aspek tumbling dan akrobatik untuk mendapatkan efek-efek artistik
dari gerakan-gerakan yang dilakukan pada alat-alat. Alat-alat yang di gunakan dalam
senam artistik yang sama baik putra dan putri adalah lantai (floor exercises) dan kuda
pelana (pommel horse)
Senam artistik dengan alat berupa lantai (floor exercises) dapat dinamakan
sebagai senam lantai karena pelaksanaannya pada alat matras dan latihan-latihanya
dilakukan di atas lantai beralaskan matras. Dalam senam latai, banyak gerakan yang
membutukan power, kecepatan, keseimbangan, dan fleksebilitas yang tinggi agar
dapat tercipta gerakan yang baik dan benar.
Tidak semua gerakan pada senam lantai dapat dilakukan dan dapat langsung
dikuasai dengan baik, tetapi harus melalui latihan yang rutin. Untuk dapat melakukan
gerakan senam lantai dengan baik haruslah mempunyai konsep dasar suatu gerakan.
Konsep tersebut kemudian dipakai atau di aplikasikan pada saat melakukan gerakan
senam lantai agar mendapatkan suatu gerakan yang sesuai dengan kenyataan.
Beberapa gerak dasar dalam senam lantai adalah foward roll (guling depan), back roll
(guling belakang), head stand, neck spring (guling lenting), hand stand (sikap lilin),
hand spring, salto, meroda dan lain-lain.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
2
Salah satu materi senam yang diajarkan di Sekolah Menengah Pertama
adalah gerakan meroda. Gerakan meroda menurut Suyati, dkk (1994: 154) adalah
suatu gerakan ke samping pada saat bertumpu atas kedua tangan dengan kaki terbuka
besar atau kangkang. Keberhasilan gerakan meroda didukung oleh beberapa faktor,
antara lain faktor morfologis, faktor organis dan fisiologis / faktor fisik, faktor teknik
dan faktor mental/faktor psikologis. Faktor morfologis yang berkaitan dengan bentuk
dan proporsi tubuh seseorang akan berpengaruh pada performa senam. Kemampuan
fisik yang baik akan mendukung pencapaian prestasi yang tinggi dan kemahiran
dalam gerak.
Kurikulum Pendidikan Jasmani mensyaratkan beberapa kompetensi yang
harus dikuasai oleh siswa Sekolah Dasar, SMP sampai SMA salah satunya adalah
kompetensi uji diri dengan senam atau gymnastic. Senam merupakan aktivitas uji diri
yang berguna untuk mencapai tujuan tertentu, misalnya untuk dapat memberikan
rangsang yang diperlukan bagi pertumbuhan badan, untuk mengembangkan cara
bersikap dan bergerak dengan sewajarnya. Selain itu banyak keuntungan yang
diperoleh dari senam antara lain meningkatkan keberanian, memperoleh kesenangan,
melatih konsentrasi, kepercayaan diri yang muncul dari keterlibatan mereka dalam
melakukan gerakan senam.
Bagaimana cara menyajikan materi belajar yang mengajarkan teknik-teknik
di atas secara tepat dan benar. Padahal pada kenyataannya sering kita lihat baik di
sekolah dasar ataupun perguruaan tinggi di sekitar kita masih banyak pelatih maupun
guru yang menggunakan gaya lama seperti gaya komando atau hanya memberi
instruksi yang membuat pembelajaran terlihat monoton dan membosankan. Pada era
sekarang dituntut agar siswa dapat mencapai hasil yang maksimal yaitu peningkatan
keterampilan yang lebih baik dengan menerapkan metode mengajar yang kreatif,
inovatif serta efisien meskipun dengan menghemat waktu dan biaya. Untuk dapat
meningkatkan kemampuan meroda harus dilakukan melalui pembelajaran yang
kreatif dan mengandung unsur latihan. Latihan harus direncanakan dengan baik, baik
direncanakan dari segi jadwal, pola, hingga metode latihan yang digunakan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
3
Pemilihan metode latihan atau model pembelajaran yang tepat sangat mempengaruhi
dalam peningkatan kemampuan individu secara optimal.
Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan meroda adalah mengkombinasikan pembelajaran dengan menggunakan
alat bantu dan tanpa alat bantu. Dengan cara ini maka siswa dapat melakukan gerakan
meroda dengan motivasi yang tinggi, sehingga rasa percaya diri akan tumbuh dengan
sendirinya. Selain itu, belajar menggunakan alat bantu juga dapat membuat siswa
tidak mudah bosan, tidak cepat lelah dan merasa ringan melakukannya.
Pada proses pembelajaran meroda dapat dilakukan dengan menggunaan alat
bantu untuk latihan teknik dasar. Pertama, dengan latihan meroda menggunakan alat
bantu untuk meringankan gerakan siswa. Kedua, tanpa menggunakan alat bantu dan
hanya melakukan meroda pada matras datar, prosentase penggunaan alat bantu dan
tanpa alat bantu dilakukan secara bertahap tiap minggunya. Dari kedua macam
pembelajaran di atas belum diketahui secara pasti pembelajaran mana yang
memberikan hasil yang lebih baik dan secara efektif meningkatkan kemampuan
meroda.
Peneliti melihat kurangnya kemampuan meroda siswa pada prestasi senam
lantai, baik di sekolah-sekolah maupun di perguruan tinggi, meskipun pada
kenyataannya sudah diajarkan teknik dasar meroda. Hal ini dapat dilihat, masih
banyaknya siswa yang belum memenuhi Kriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) yang
di tetapkan oleh guru penjas. Beberapa siswa tidak bersedia melakukan gerakan
meroda karena menganggap gerakannya sulit dan siswa juga tidak mempunyai
konsep gerakan meroda yang baik. Siswa yang lainnya bersedia melakukan gerakan
meroda walaupun gerakannya tidak sesuai dengan teknik dasar gerakan meroda yang
baik. Kesalahan-kesalahan umum yang terjadi seperti lemparan kaki kurang kuat,
penempatan tangan terlalu rapat atau terlalu lebar, kedua siku bengkok saat
menumpu, dan penempatan kaki terakhir kurang lebar dari kaki pertama. Masih
rendahnya kemampuan meroda siswa tersebut perlu ditelusuri faktor-faktor
penyebabnya. Metode pembelajaran yang diterapkan selama ini perlu dievaluasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
4
untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Maka peneliti akan mencobakan
metode pebelajaran meroda dengan menggunakan alat bantu dan tanpa alat bantu
dengan mengambil subyek penelitian siswa kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta.
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan diatas, maka penulis akan
melakukan penelitian dengan judul “Perbedaan Pengaruh Pembelajaran
Menggunakan Alat Bantu Dan Tanpa Alat Bantu Terhadap Kemampuan Meroda
Pada Siswa Kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
masalah dalam penelitian dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Bagaimana cara menyajikan pembelajaran meroda agar dapat di kuasai dengan
baik.
2. Kurangnya kreatifitas guru penjas dalam menyajikan materi.
3. Siswa tidak mempunyai konsep dasar gerakan meroda yang baik.
4. Pembelajaran yang monoton membuat siswa bosan.
5. Masih rendahnya kemampuan meroda siswa Kelas VIIIB SMP 27 Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2012.
6. Dalam meningkatkan kemampuan meroda siswa, guru dapat menggunakan alat
bantu dan tanpa alat bantu pada proses pembelajaran.
7. Belum diketahuinya pengaruh pembelajaran menggunakan alat bantu dan tanpa
alat bantu terhadap kemampuan meroda siswa Kelas VIIIB SMP N 27 Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2012.
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian perlu dibatasi agar tidak
menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian ini sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
5
1. Pengaruh pembelajaran menggunakan alat bantu dan tanpa alat bantu terhadap
kemampuan meroda siswa Kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta Tahun Ajaran
2011/2012.
2. Kemampuan meroda siswa Kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta tahun Ajaran
2011/2012.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas, masalah
dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah Perbedaan pengaruh pembelajaran menggunakan alat bantu dan tanpa
alat bantu terhadap kemampuan meroda pada siswa Kelas VIIIB SMP Negeri 27
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012?
2. Manakah yang lebih baik pengaruhnya antara pembelajaran menggunakan alat
bantu dan tanpa alat bantu terhadap kemampuan meroda pada siswa Kelas VIIIB
SMP Negeri 27 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan masalah yang telah dirumuskan diatas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan pengaruh pembelajaran menggunakan alat bantu dan tanpa alat bantu
terhadap kemampuan meroda pada siswa Kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Pengaruh yang lebih baik antara pembelajaran menggunakan alat bantu dan tanpa
alat bantu terhadap kemampuan meroda pada siswa Kelas VIIIB SMP Negeri 27
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
6
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Dapat meningkatkan kemampuan meroda pada siswa Kelas VIIIB SMP 27
Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012.
2. Dapat dijadikan masukan bagi guru penjas untuk menentukan dan memilih cara
yang tepat untuk meningkatkan kemampuan meroda para siswanya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Senam
Batasan senam menurut Agus Margono (2009: 19) mengemukakan bahwa:
“Senam adalah latihan tubuh yang dipilih dan diciptakan dengan berencana, disusun
secara sistematis dengan tujuan membentuk dan mengembangkan pribadi secara
harmonis”.
Senam artistik adalah suatu rangkaian gerakan senam dari masing-masing
alat senam yang disusun dan ditetapkan serta diperlombakan sesuai dengan peraturan
yang berlaku. Senam artistik sering diperlombakan baik ditingkat daerah, nasional
maupun internasional, seperti POPDA, PORPROV, POPNAS, KEJURNAS, PON,
SEA Games, Olimpiade. Senam dikembangkan oleh induk organisasi dengan nama
Persatuan Senam Indonesia (PERSANI) dan organisani senam dunia dengan nama
Federation International De La Gymnastic (FIG).
Senam artistik terbagi menjadi dua yaitu senam artistik putra dan senam
artistik putri. Masing-masing mempunyai nomor perlombaan yang berbeda. Menurut
Agus Margono (2009: 79) senam artistik putra terdiri dari enam alat, yaitu:
a. Lantai (floor exercise)
b. Gelang-gelang (rings)
c. Kuda Pelana (pommeld horse)
d. Palang Sejajar (parallel bars)
e. Palang Tunggal (horizontal bar)
f. Kuda Lompat (vaulting horse)
Sedangkan nomor senam artistik putri terdiri dari empat alat, yaitu :
a. Kuda Lompat (vaulting horse)
b. Palang Bertingkat (uneven bars)
c. Balok Keseimbangan (balance beam)
d. Lantai (floor exercise)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
8
Salah satunya di nomor senam lantai yang pada umumnya disebut floor
exercise. Senam lantai menurut Agus Margono (2009: 79) yaitu latihan senam yang
dilakukan pada matras, unsur-unsur gerakannya terdiri dari : mengguling, melompat,
meloncat, berputar di udara, menumpu dengan tangan atau kaki untuk
mempertahankan sikap seimbang atau pada saat meloncat ke depan atau ke belakang.
a. Karakteristik Gerak Dasar Senam
Senam merupakan cabang olahraga yang dicirikan oleh gerak yang sangat
unik. Dilihat dari segi taksonomi gerak umum, senam bisa secara lengkap diwakili
oleh gerak dasar yang membangun pola gerak yang lengkap, dari mulai pola gerak
lokomotor (berpindah tempat), nonlokomotor (tidak berpindah tempat) sekaligus
manipulatif (memanipulasi obyek). Sedangkan ditinjau dari klasifikasi
kemampuan ketrampilannya, senam bisa dimasukkan menjadi kemampuan
ketrampilan diskrit (berlangsung singkat) sekaligus serial atau (gabungan diskrit
dan berkelanjutan) jika sudah berupa suatu rangkaian gerak.
Dari hakekat karakteristik dan struktur geraknya, senam dianggap kegiatan
fisik yang sangat cocok untuk mengembangkan kualitas motorik dan kualitas fisik
anak secara bersamaan. Ini dilihat dari kandungan gerak lokomotor, yang dapat
mampu meningkatkan aspek kekuatan, kecepatan, power, serta daya tahan, di
samping tentu saja membangun kelincahan serta keseimbangan dinamis.
Dihubungkan dengan gerak non lokomotor, senam mampu meningkatkan aspek
kekuatan, kelentukan dan keseimbangan statis, juga dapat membangun
kemampuan koordinasi dan potensi pengolahan rangsang pada pusat
kesadarannya.
Menurut Agus Mahendra (2000: 20-22) bahwa, ”kemampuan senam selalu
dibangun atas dasar gerakan lokomotor, non lokomotor dan manipulatif”. Tanpa
gerakan tersebut seseorang tidak dapat di katakan sedang melakukan suatu
kegiatan atau melakukan olahraga.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
9
1) Gerakan Lokomotor
Lokomotor diartikan sebagai gerak berpindah tempat, seperti: jalan, lari,
lompat, loncat. Perpindahan titik berat badan ini sangat sering dilakukan dalam
berbagai kegiatan olahraga untuk melakukan tujuan tertentu. Dalam senam
gerakan tersebut sangat penting dan biasa digunakan, hal tersebut selaras dengan
pendapat Agus Mahendra (2002) bahwa, ”hakikatnya hampir seluruh gerakan
senam merupakan gerak lokomotor seperti hand spring, flic-flac, baling-baling
atau meroda” (2002: 20).
Gerak lokomotor dalam senam terutama sangat diperlukan untuk
menambah momentum saat melakukan awalan, gerakan tersebut digunakan untuk
menyempurnakan gerakan berikutnya.
2) Gerakan Non Lokomotor
Gerakan non lokomotor adalah gerakan yang tidak berpindah tempat, yang
mengandalkan ruas persendian tubuh untuk membentuk posisi tubuh yang berbeda
dengan tetap tinggal di satu titik, contoh gerakan melenting, meliuk, membungkuk,
berdiri keseimbangan dengan tangan atau berdiri keseimbangan dengan ujung
kaki.
Gerakan non lokomotor banyak dipakai dalam gerak kalestenik, terutama
yang berkaitan dengan pengembangan kelentukan. Untuk mengambil manfaat
yang optimal dari gerak non lokomotor proses latihan senam perlu ditekankan
pada upaya mengembangkan kekuatan, kelentukan dan keseimbangan.
3) Gerakan Manipulatif
Gerakan manipulatif diartikan sebagai kemampuan untuk memanipulasi
obyek tertentu dengan anggota tubuh tangan, kaki, atau kepala. Dalam senam
artistik gerakan ketrampilan ini sering dilakukan dalam alat palang tunggal, palang
sejajar. Dalam senam ritmik gerakan ketrampilan ini sangat dominan, contoh bola
dilempar lalu ditangkap lagi, bola digelindingkan lalu ditangkap lagi.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
10
b. Aspek-Aspek Dominan Dalam Senam
Salmela dalam Agus Mahendra (2002: 9) menyatakan bahwa, “variansi dari
prestasi penampilan senam dibedakan menjadi dua kelompok besar, yaitu penentu
yang bersumber dari lingkungan dan penentu yang bersumber dari pesenam itu
sendiri”. Penentu lingkungan memainkan peranan yang sangat penting dalam
prestasi senam, namun yang lebih penting lagi adalah faktor bawaan pesenam yang
dikelompokan menjadi yang bersifat morfologis (antropometrik), organis dan
fisiologis (kualitas fisik), perseptual dan neuromuscular (kualitas motorik) dan tak
kalah pentingnya aspek sosio-psikologis (mental-psikologis). Sumbangan dari
masing-masing aspek diuraikan sebagai berikut :
1) Sumbangan Aspek Morfologis Terhadap Prestasi Senam
Aspek morfologis atau kecenderungan struktur anatomi, berkaitan dengan
struktur tubuh yang berhubungan dengan ukuran, proporsi dan komposisi tubuh,
atau disebut pula dimensi anthropometric (Abernethy dalam Agus Mahendra,
2002: 10). Atlet olahraga senam dianggap memiliki struktur fisik atau postur tubuh
yang khusus, yang umumnya berbeda dari atlet cabang olahraga lain. Olahraga
senam banyak menuntut atletnya untuk memiliki tubuh yang ringan dan ideal,
karena berkaitan dengan tuntutan gerak yang perlu dilakukan dengan cepat serta
perlunya mempertahankan posisi tubuh dalam sikap-sikap yang tidak umum.
Seorang pesenam tidak harus memiliki postur tubuh pendek. Dalam alat
tertentu, tubuh pendek dianggap menguntungkan karena memungkinkan
terdukungnya pergerakan yang berlangsung cepat. Dalam prinsip
biomekanika, tubuh pendek hanya mendukung terhadap satu sisi dari
kemungkinan gerak, tetapi sekaligus juga mengandung kelemahan
diantaranya kurang menguntungkan dalam menghasilkan momentum dan
penghasilan daya serta kecilnya efek tubuh itu terhadap kemulusan dan
keindahan gerak. Kelemahan tersebut hanya dapat ditutupi oleh kualitas fisik
dan geraknya, misalnya tubuh pendek itu harus mampu bergerak lebih cepat
dan lebih powerful (Ackland & Bloomfield dalam Agus Mahendra, 2002:
11).
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
11
Pesenam yang memiliki tubuh yang relatif lebih pendek harus memiliki
kualitas fisik dan gerak yang baik untuk menutupi kekurangan dalam penghasilan
momentum gerak, sehingga hasil gerakan dapat lebih maksimal dan terselesaikan.
Postur tubuh yang pendek ini juga membuat kualitas gerak yang berhubungan
dengan estetika atau keindahan kalah dibandingkan dengan pesenam yang
memiliki postur yang lebih tinggi.
Sedangkan tubuh yang lebih panjang akan menyumbang terhadap besarnya
daya yang dihasilkan ketika harus melakukan gerak-gerak berputar yang
banyak memanfaatkan besaran massa serta jarak massa tersebut relative ke
sumbu putaran. Kelemahan tubuh yang relative panjang yaitu membuat
pesenam harus mengerahkan tenaga yang lebih besar dalam sikap-sikap
tubuh pada posisi bertahan dan keseimbangan. Dengan demikian pesenam
yang tinggi mempunyai keharusan untuk memiliki tingkat kekuatan yang
lebih besar daripada pesenam pendek (Carr dalam Agus Mahendra, 2002:
11).
Keindahan gerak yang dihasilkan oleh pesenam yang mmiliki postur tubuh
yang tinggi lebih baik dibandingkan pesenam yang memiliki postur tubuh yang
relatif pendek, tetapi pesenam yang memliki tubuh tinggi ini harus mengerahkan
tenaga yang besar pula untuk mempertahankan keseimbangan pada poin-poin
gerakan yang mengandung unsur bertahan dan keseimbangan.
2) Sumbangan Aspek Organis dan Fisiologis Terhadap Prestasi Senam
Aspek organis dan fisiologis seorang atlet berhubungan dengan kualitas
komponen kebugaran tubuh, seperti daya tahan, kekuatan, power, kelentukan,
kecepatan, (Bompa dalam Agus Mahendra, 2002: 12). Karena komponen tersebut
berhubungan dengan kualitas organis dan fisiologis atlet, dari komponen tersebut
harus selalu mendapat perhatian yang serius dalam program latihan karena selalu
berkaitan dengan seorang melakukan kemampuan senam.
Senam secara umum memiliki pola gerak yang berhubungan dengan kualitas
kondisi fisik dan di dukung oleh kualitas organis maupun fisiologis. Para ahli
sepaham bahwa dalam senam terdapat tujuh unsur pola gerak yang sangat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
12
dominan atau disebut Pola Gerak Dominan (Agus Mahendra, 2003: 16). Ketujuh
pola gerak tersebut adalah:
1. Pendaratan (landing)
2. Posisi statis (static position)
3. Lokomotor (locomotor)
4. Ayunan (swing)
5. Putaran (rotation)
6. Tolakan (spring)
7. Ketinggian dan layangan (height and flight)
Jika dilihat dari ketujuh pola gerak dominan di atas, dapat kita simpulkan
bahwa komponen yang paling penting dalam senam adalah: kekuatan, kecepatan,
dan power. Tiga komponen tersebut merupakan ciri khas penampilan seorang
pesenam. Kekuatan misalnya untuk melakukan pendaratan supaya posisinya statis,
melakukan gerak berpindah secara cepat. Sedangkan kecepatan dan power
digunakan untuk gerakan berpindah, ayunan, putaran dan tolakan untuk
menghasilkan layangan yang tinggi.
Unsur kelentukan dan daya tahan memiliki peran yang berbeda sesuai
dengan jenis gerakan hanya digunakan sebagian kecil untuk gerak. Sedangkan
pesenam yang kurang menonjol dalam kelentukan tetap bisa unggul dalam suatu
perlombaan selama mampu memilih gerakan yang tidak didasari kelentukan secara
ketat. Sehubungan dengan daya tahan, perlu daya tahan umum dan daya tahan otot
lokal. Secara umum senam menggunakan daya tahan otot lokal yang bersifat
anaerob, karena dalam penampilan resmi dalam kejuaraan, durasi waktu yang
diperlukan untuk bergerak adalah rata-rata hanya 30 detik sampai 40 detik, kecuali
pada nomor lantai putra 70 detik dan putri 90 detik.
3) Aspek Perseptual dan Neuromuscular Terhadap Prestasi Senam
Aspek perseptual dan neuromuscular yang dimaksud oleh Bouchard dalam
Agus Mahendra (2002) sebenarnya menunjuk pada kualitas motorik yang sering
dianggap sebagai sumbangan dari persepsi dan kualitas fungsi saraf dalam tubuh
seorang atlet. Kualitas itu yang menentukan kemampuan koordinasi orientasi
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
13
tubuh dengan posisi tubuh sendiri pada waktu bergerak. Suatu misal seorang
pesenam tidak memiliki kemampuan mendeteksi posisi tubuhnya, akibatnya akan
fatal dalam suatu gerakan, contoh melakukan salto ke belakang, bisa saja pesenam
mendarat dengan kepala, bukan dengan kakinya. Demikian pula dalam
penampilannya di nomor alat, dimana ia harus menangkap kembali alat yang
dipegangnya setelah melakukan putaran di udara. Jika dirinya tidak mampu
mengontrol kesadarannya, ia dapat saja gagal melakukannya, yang berakibat pada
gagalnya gerakan yang dilakukan, disamping bisa juga menyebabkan cedera.
4) Sumbangan Aspek Psikologis Terhadap Prestasi Senam
Aspek psikologis bagi pesenam mempunyai peranan yang penting terutama
dalam senam yang kompetitif, misalkan atlet merasa bahwa kebugaran fisiknya
sedang dalam puncaknya dan merasa siap untuk kejuaraan bisa saja tampil buruk.
Bahkan pada saat tertentu sering pula seorang atlet sudah merasa kalah sebelum
kejuaraan dimulai.
Sehubungan dengan hal tersebut, selain faktor fisik yang mendukung dalam
prestasi senam juga faktor psikologis tidak kalah pentingnya dalam memberikan
sumbangan prestasi. Para ahli banyak mengatakan pada lima perlengkapan
psikologis, yaitu konsistensi, keyakinan diri, konsentrasi, kecemasan, sikap positif
dan mood. Penjabaran kelima unsur tersebut adalah sebagai berikut :
a) Konsistensi
Konsistensi pesenam biasa disebabkan oleh gagalnya pesenam membangun
ketrampilan mental yang menyumbang pada keunggulan perorangan. Tingkat
perkembangan kemampuan dapat digambarkan dalam perbandingan antara
penampilan dalam latihan dan dalam perlombaan. Mahoney et al dalam Agus
Mahendra (2002: 20) membedakan tipe pesenam menjadi tiga macam, yaitu:
(1) pesenam yang penampilan dalam latihannya selalu lebih buruk daripada
penampilannya dalam situasi perlombaan, (2) pesenam yang penampilan dalam
latihan dan perlombaan relatif setara dan stabil, dan (3) pesenam yang biasanya
tampil lebih baik dalam latihan daripada dalam situasi perlombaan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
14
b) Keyakinan diri
Pesenam yang cenderung tampil buruk atau lebih buruk dalam situasi
perlombaan biasanya bukanlah individu yang mempunyai kepercayaan diri yang
tinggi. Mencoba berpikir positif, seringkali dapat memberikan ketenangan,
sehingga terekspresi sebagai kepercayaan diri. Ketika suatu pengalaman yang
positif dapat terwujudkan dengan berpikir positif seperti itu, hal itu akan
menyumbang terhadap rasa percaya diri (William & Leffingwell, 1997 dalam
Agus Mahendra, 2002: 22).
c) Konsentrasi
Konsentrasi adalah suatu pemusatan perhatian yang intens terhadap suatu
wilayah perhatian yang lebih sempit (Unestahl, 1983 dalam Agus Mahendra).
Seorang yang memiliki konsentrasi yang baik adalah mereka yang mampu
memanfaatkan kondisi tertentu, misal dalam perlombaaan mereka mampu dan
mengetahui dengan pasti kapan ia harus menenangkan dirinya kembali agar tidak
terganggu oleh keadaan panik akibat stress.
d) Kecemasan
Kecemasan adalah suatu sikap yang berhubungan dengan keadaan yang
menekan yang ditimbulkan dari dua sumber, yatu yang bersifat internal seperti
motivasi yang tinggi, harapan atau target pribadi. Yang bersifat eksternal karena
sikap pelatih, orang tua, teman satu regu atau dari kondisi perlombaan yang
berbeda dari kondisi latihan shari-harinya.
e) Sikap Positif dan Mood
Sikap mental positif dan kepercayaan diri yang teguh merupakan gejala yang
bersifat alamiah bagi atlet yang berbakat dan tergambar dalam perkembangan dan
keberhasilan prestasi atlet secara konsisten. Atau juga faktor mood yang sering
diartikan sebagi kondisi emosi atau pikiran yang mempunyai sumbangan besar
terhadap keberhasilan seorang atlet dalam berprestasi. Suatu contoh ada seorang
atlet yang bertanding dengan hasil prestasi yang buruk karena dia merasa sedang
dalam keadaan tidak mood.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
15
c. Aspek-Aspek Pendukung Dalam Senam
Disamping aspek yang bersifat dominan di atas, prestasi senam juga
dipengaruhi oleh faktor lain yang sifatnya mendukung, yaitu :
1) Aspek Pembawaan / Orang Tua
Aspek ini adalah faktor yang berkaitan dengan ciri bawaan yang diturunkan
orang tua kepada anaknya. Contoh dalam hal tinggi badan, berat badan, termasuk
cara berpikir dan perilaku.
2) Aspek Lingkungan
Aspek ini berhubungan dengan lingkungan dimana calon atlet menjalani
kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh seorang calon pesenam yang mengikuti
latihan dalam suatu klub dimana klub itu banyak berkumpul atlet-alet yang
berprestasi dan sukses, maka kelak mereka juga akan menjadi atlet yang
berprestasi dan sukses. Selain itu peranan orang tua dalam turut membina aspek
kepribadian anak sangat diperlukan sehinggga mampu bersama-sama
mengarahkan anak pada perkembangan yang dipandang baik.
2. Meroda
Dalam senam lantai banyak sekali macam gerakan yang harus dikuasai oleh
pesenam. Namun pada dasarnya bentuk-bentuk gerakan senam lantai bagi putra dan
putri adalah sama, hanya untuk putri banyak unsur gerak balet. Pengklasifikasian
gerak dalam senam lantai menurut Agus Margono (2009: 80-92) sebagai berikut :
a. Mengguling :
1) Guling depan tungkai bengkok
2) Guling depan tungkai lurus
3) Guling belakang tungkai bengkok
4) Guling belakang tungkai lurus
b. Keseimbangan :
1) Berdiri atas kepala
2) Berdiri atas kepala diteruskan guling dada
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
16
3) Berdiri atas tangan
4) Backextention (stutz)
c. Melenting :
1) Melenting tumpuan tengkuk
2) Melenting tumpuan dahi
3) Front walkover
4) Back walkover
5) Melenting tumpuan tangan
6) Melenting ke belakang tumpuan tangan
d. Meroda atau gerakan baling-baling
e. Round Off
f. Gerakan Salto :
1) Salto ke depan
a) Salto depan jongkok
b) Salto depan sudut / kaki lurus
2) Salto ke belakang
a) Salto belakang jongkok
b) Salto belakang sudut / kaki lurus
3) Salto ke samping
a) Salto samping lutut bengkok
b) Salto samping kaki lurus
Dari beberapa gerakan tersebut, salah satunya adalah gerakan meroda.
Menurut Suyati, dkk (1994: 154) gerakan meroda adalah suatu gerakan ke samping
pada saat bertumpu atas kedua tangan dengan kaki terbuka besar / kangkang. Gerakan
meroda apabila diuraikan seperti berikut dimulai dengan berdiri sikap tegak, kedua
lengan diluruskan ke atas, telapak tangan menghadap ke depan, kepala tegak, kedua
kaki dibuka dengan posisi kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang. Bungkukan
pinggul, letakkan tangan kiri pada matras diikuti tangan kanan lurus menumpu pada
matras selebar bahu, pandangan mata ke bawah melihat tumpuan tangan, tungkai kaki
kiri sedikit ditekuk, sedangkan tungkai kaki kanan lurus. Hentakkan kaki kiri pada
matras untuk dapat menolakkan dan mengangkat kedua kaki ke atas dalam posisi
terbalik dengan kedua tungkai dibuka lebar membentuk sikap kangkang. Turunkan
kaki kanan kemudian kaki kiri bersamaan dengan mendorong kedua tangan pada
matras dilanjutkan mengangkat kedua tangan ke atas supaya dapat berdiri tegak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
17
Gerakan meroda dapat dilakukan dengan gerakan ke kiri dan ke kanan.
Perbedaan meroda kiri dan kanan hanya berbeda dalam sikap awal dan urutan tangan
serta kaki yang menyentuh lantai / matras. Untuk melakukan meroda kanan, kaki
awal yang diangkat adalah kaki kanan, kemudian disusul oleh tangan kanan, tangan
kiri lalu mendarat kaki kiri dan terakhir kaki kanan. Untuk melakukan meroda kiri,
kaki awal yang diangkat adalah kaki kiri, kemudian disusul oleh tangan kiri, tangan
kanan lalu mendarat kaki kanan dan terakhir kaki kiri. Untuk lebih jelasnya dapat
diperhatikan dalam gambar berikut.
Gambar 1. Gerakan Meroda ke Kiri
(Sumber: http://picasaweb.google.com. 1 September 2010)
a. Analisa Gerak Meroda
Diperlukan suatu analisa yang tepat untuk mempelajari suatu gerak dalam
olahraga secara efisien dan efektif. Menurut Biasworo Adisuyanto Aka (2009: 104-
105) berikut merupakan analisa gerakan meroda ke arah kiri yaitu :
1) Dimulai dari sikap awal badan berdiri tegak menghadap ke depan, dengan
posisi kedua kaki rapat, kedua lengan diangkat lurus ke atas di samping
kepala.
2) Dilanjutkan dengan melakukan awalan dengan melangkah dua atau tiga
langkah, diakhiri dengan posisi kedua kaki dibuka muka belakang, dengan
posisi kaki kiri di depan dan kaki kanan dibelakang, posisi lutut dan siku tetap
lurus.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
18
3) Dimulai dengan kaki kiri ditekuk, badan menyondong ke depan dengan kedua
lengan diayun ke bawah mengikuti gerakan badan.
4) Meletakkan tangan kiri pada lantai / matras di depan kaki kiri dilanjutkan
dengan mengayun tungkai kaki kanan ke atas.
5) Seiring ayunan kaki kanan ke atas, dorong kaki kiri dan letakkan tangan kanan
di depan tangan kiri membentuk satu garis (tangan kanan dan kiri berada
dalam satu garis lurus). Ketika tangan kanan menyentuh lantai / matras posisi
kedua kaki terbuka lebar.
6) Dengan sedikit memutar badan, angkat tangan kiri dari lantai / matras. Kaki
kanan mendarat / letakkan di lantai / matras dekat dengan tangan kanan antara
sudut 15-20 derajat, sedangkan kaki kiri mengikuti irama kaki kanan. Untuk
gerakan meroda diharuskan pendaratan kaki pertama mendekat tumpuan
tangan terakhir karena meroda merupakan gerak proyektil sesuai dengan
gerak biomekanik. Seorang pesenam yang mendaratkan kaki pertama semakin
jauh dengan tangan terakhir, pesenam tersebut akan mengalami hambatan
yang berupa kehilangan keseimbangan atau kegagalan saat proses berdiri.
7) Ketika kaki kanan menyentuh dasar lantai, segera dorong kedua tangan pada
matras lalu angkat kedua tangan dengan bertumpu kepada kaki kanan diiringi
gerakan badan, posisi lengan tetap lurus.
8) Posisi kaki kanan tetap berada di depan, kedua kaki masih terbuka kangkang
dalam keadaan penuh keseimbangan. Ketika kaki kiri mendarat / menyentuh
lantai / matras, angkat kedua lengan sampai ke atas dengan kondisi lengan
tetap lurus ke atas.
9) Berdiri sikap awal dengan kedua lengan lurus atas di samping telinga, kedua
kaki rapat dan pandangan mata ke depan.
Gambar 2. Analisa Gerakan Meroda ke Kiri
(Sumber: Biasworo Adisuyanto Aka. 2009: 104)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
19
b. Kesalahan Dalam Meroda
Menurut Suyati, dkk (1994: 156) kesalahan yang umum terjadi saat
melakukan gerakan meroda antara lain :
1) Lemparan kaki kurang kuat.
2) Lemparan kaki melengkung ke arah depan, seharusnya lurus ke atas.
3) Penempatan tangan terlalu rapat satu dan yang lain.
4) Penempatan tangan pertama di lantai terlalu dekat dengan kaki tolak.
5) Kedua siku saat menumpu bengkok.
6) Sikap badan kurang melenting atau lurus.
7) Kepala tidak tengadah saat tangan menumpu di lantai.
8) Penempatan kaki kanan terlalu jauh dengan tangan kanan sehingga sulit
untuk berdiri tegak.
9) Penempatan kaki terakhir pada saat mendarat kurang lebar atau dekat
dengan kaki pertama.
Tabel 1. Kesalahan Umum Dan Pemotongan Gerakan Dalam Code of Point
Gymnastic 2009
Kesalahan Kecil Sedang Besar Sangat besar
0.10 0.30 0.50 1.00 atau
lebih
Siku tangan atau lutut tekuk. x x x
Gagal mempertahankan posisi
lurus.
x x
Jari kaki tidak runcing. x
Gerakan awal dan akhir tidak
dilakukan dengan baik dan
penyelesaian gerakan
dilakukan dengan kontrol yang
kurang sempurna.
x
Posisi tubuh salah. x x
Jatuh dengan lutut. 1.00
(Sumber: Suyati dkk,1994)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
20
3. Belajar
a. Pengertian Belajar
Menurt Gagne “belajar adalah suatu perubahan dalam kemampuan yang
bertahan lama dan bukan berasal dari proses pertumbuhan” (Udin S. Winataputra,
dkk, 2007: 1.8). Howard Kingsley dalam H.J.Gino dkk (1996: 6) belajar diartikan
sebagai “proses tingkah laku dalam arti luas yang diubah melalui praktek atau
latihan”. Sedangkan Wingkel dalam H.J.Gino dkk (1996:6) berpendapat bahwa
“belajar adalah aktifitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan
lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan dan
pemahaman, keterampilan dan nilai sikap”. Dari definisi-definisi diatas dapat di
ambil kesimpulan bahwa belajar merupakan suatu kegiatan yang dapat
menghasilkan perubahan tingkah laku, baik potensial maupun aktual. Perubahan
itu bentuk kemampuan baru yang di miliki dalam waktu yang relatif lama
(konstan). Serta perubahan-perubahan tersebut terjadi kerena usaha sadar yang
dilakukan oleh individu yang sedang belajar.
b. Tujuan Belajar
Tujuan belajar merupakan komponen sistem pembelajaran yang sangat
penting, karena semua komponen yang dalam sistem pembelajaran dilaksanakan
atas dasar pencapaian tujuan belajar. Dalam pencapaian hasil belajar perlu
diciptakan adanya sistem lingkungan/kondisi belajar yang baik. Sistem lingkungan
yang baik itu terdiri dari komponen-komponen pendukung antara lain tujuan
belajar yang akan dicapai, bahan pengajaran yang digunakan mencapai tujuan,
guru dan siswa yang memainkan peran serta memiliki hubungan sosial tertentu,
jenis kegiatan dan sarana/prasarana yang tersedia. Tiap-tiap tujuan belajar tertentu
membutuhkan sistem lingkungan tetentu yang relevan. Sistem lingkungan belajar
untuk mencapai tujuan belajar kognitif berbeda dengan lingkungan yang diarahkan
untuk mencapai tujuan belajar keterampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
21
Tujuan belajar tidak monoton menuju satu arah, tetapi dapat menghasilkan
sesuatu yang berfariasi dan dapat bertahan relatif lama. Tentang pengklasifikasian
macam-macam tujuan belajar, Sudirman (1993) menjelaskan bahwa:
Tujuan belajar bermacam-macam dan bervariasi, tetapi dapat di
klasifikasikan menjadi dua: pertama yang eksplisit diusahakan untuk
mencapai tindakan intruksional, lazim dinamakan intruksional efeks
(interaksional effects), yang biasanya berbentuk pengetahuan dan
keterampilan. Sedangkan hasil sampingan yang diperoleh; misalnya:
kemampuan berfikir kritis, kreatif dan sikap terbuka. Hasil sampingan ini
disebut nurturant effect (H.J.Gino dkk,1996:19)
Benjamin S.Bloom bersama kawan-kawannya mengelompokan tujuan
belajar menjadi tiga kelompok yakni kognitif, afektif, dan psikomotor yang disebut
dengan “Taxonomy of Educational Obyectives”yang sering disebut dengan
taksonomi Bloom (Sugiyanto 1993: 1)
1) Ranah kognitif
Ranah kognitif meliputi enam tingkatan yakni :
a) Pengetahuan (knowledge)
b) Pemahaman (comprehension)
c) Penerapan (aplication)
d) Analisis (analysis)
e) Sintesis (synthesis)
f) Evaluasion (evaluation)
2) Ranah Afektif/Sikap
a) Menerima (receiving)
b) Menanggapi (responding)
c) Menilai (valuing)
d) Mengorganisasi (organization)
e) Karekterisasi nilai-nilai (correcterzation by value)
3) Ranah Psikomotor
a) Gerak tubuh (body movement)
b) Koordinasi gerak (final coordinated movement)
c) Komunikasi nonverbal (non verbal communication set)
d) Perilaku berbicara (speech behaviors)
Selanjutnya Sugiyanto menjelaskan secara terperinci butir-butir yang tertera
di atas (mengutip pendapat Bloom, 1956) sebagai berikut:
1) Ranah Kognitif
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
22
a) Pengetahuan, merupakan ranah terendah dari ranah kognitif berupa
pengenalan dan pengingatan kembali terhadap pengetahuan berupa
fakta, istilah, dan prinsip-prinsip yang dipelajari.
b) Pengertian/pemahaman, merupakan tingkatan berikutnya dati tujuan
belajar ranah kognitif berupa kemampuan menengerti tentang isi
pelajaran yang dipelajari tanpa menghubungkan dengan isi pelajaran
yang lainnya.
c) Penerapan, merupakan kemampuan untuk menggunakan generalisasi
atau abstraksi lainnya sesuai dengan situasi yang kongkret.
d) Analisis, kemampuan untuk menjabarkan isi pelajaran kebagian-bagian
yang menjadi unsur pokok.
e) Sintesis, kemampuan menggabungkan unsur-unsur pokok menjadi
struktur baru.
f) Evaluasi (penilaian), kemampuan untuk menilai isi pelajaran untuk
suatu maksud atau tujuan tertentu.
2) Ranah Afektif
a) Menerima, merupakan tingkatan terendah dari tujuan ranah afektif
berupa perhatian terhadap stimuli secara pasif yang meningkat secara
lebih aktif.
b) Merespon, kesengajaan untuk menanggapi stimuli dan merasa terikat
serta secara aktif memperhatikan.
c) Menilai, merupakan kemampuan untuk menilai gejala atau kegiatan
sehingga sehingga dengan sengaja merespon secara lebih lanjut untuk
mencari jalan bagaimana dapat mengambil bagian atas apa yang terjadi.
d) Mengorganisasi, merupakan kemampuan untuk membentuk suatu sistem
nilai dalam dirinya berdasarkan dari nilai-nilai yang diresponnya.
e) Karakterisasi, merupakan kemampuan untuk mengonseptualisasi
masing-masing nilai waktu merespon dengan jalan mengidentifikasikan
karakteristik nilai atau membuat pertimbangan-pertimbangan.
3) Ranah Psikomotor
a) Gerak tubuh, gerak tubuh yang mencolok merupakan kemampuan
gerakan tububuh yang menekankan pada kekuatan, kecepatan, dan
ketepatan tubuh
b) Koordinasi Gerak, ketepatan yang dikoordinasikan, biasanya
berhubungan dengan gerakan mata, telinga, dan badan.
c) Non Verbal, komunikasi non verbal merupakan kemampuan komunikasi
tanpa kata, kemampuan menggunakan bahasa isyarat.
d) Perilaku bicara, merupakan kemampuan berbicara yang berhubungan
dengan kemampuan berkomunikasi secara lisan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
23
c. Belajar Gerak
Istilah belajar gerak digunakan sebagai terjemahan motor learing. Pengertian
tentang belajar gerak tidak terlepas dari pengertian belajar pada umumnya. Belajar
gerak adalah juga belajar, tetapi mengandung karakteristik tertentu. Karakteristik
tertentu ini berhubungan dengan domain tujuan belajar yang menjadi sasaranya
yaitu menyangkut penguasaan keterampilan tubuh.
Pengertian tentang belajar dalam bentuk definisi juga ada bermacam-macam.
Definisi yang dibuat oleh S. Nasution dalam Sugiyanto (2000: 25-26) ada tiga
macam yaitu: belajar adalah perubahan-perubahan urat syaraf, belajar adalah
perubahan pengetahuan, belajar adalah perubahan-perubahan berkat pengalaman.
Definisi belajar menurut Galloway, belajar adalah perubahan kecenderungan
tingkah laku yang relatif permanen yang merupakan hasil dari berbuat berulang-
ulang.
Belajar gerak adalah mempelajari pola-pola gerak keterampilan tubuh.
Proses belajarnya melalui pengamatan dan mempraktekan pola-pola gerak
yang dipelajari. Intensitas keterlibatan unsur domain kemampuan paling
tinggi adalah domain psikomotor yang berarti juga termasuk domain fisik.
Hasil akhir dari belajar gerak adalah berupa kemampuan melakukan pola-
pola gerak keterampilan tubuh (Sugiyanto, 2000: 27).
Pengertian dari belajar gerak dapat dirangkum dalam sebuah definisi seperti
yang dibuat Drowatzky dalam Sugiyanto (2000: 27), “Belajar gerak adalah belajar
yang diwujudkan melalui respon-respon muskular yang diekspresikan dalam
gerakan tubuh atau bagian tubuh”.
Didalam belajar gerak bukan berarti domain kognitif dan afektif tidak
terlibat di dalamnya. Semua unsur kemampuan individu terlibat di dalam belajar
gerak, hanya saja intensitas keterlibatanya berbeda-beda. Intensitas keterlibatan
domain kognitif dan domain afektif relatif lebih kecil di bandingkan keterlibantan
domain psikomotor. Keterlibatan domain psikomotor tercermin dalam respon-
respon muskular yang di ekspresikan dalam gerakan-gerakan tubuh secara
keseluruhan atau bagian-bagian.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
24
d. Domain Tujuan Pendidikan Olahraga
Dalam domain tujuan pendidikan mencangkup tiga domain yaitu domain
kognitif, afektif dan psikomotor, tetapi dalam pendidikan olaharaga tidak hanya
terdapat tiga domain seperti yang di klasifikasikan oleh Benjamin S.Bloom. Dalam
pendidikan Olahraga terdapat juga domain Fisik. Pada dasarnya domain fisik ini
secara implist bisa di cangkup didalam domain psikomotor. Tetapi dengan
membaginya dalam domain tersendiri bisa lebih memperjelas atau mempertajam
analisis tentang hakekat olahraga. Domain psikomotor merupakan kajian terhadap
gerakan-gerakan tubuh, sedangkan domain fisik merupaka kajian tentang fisik
yang mewujudkan gerakan.
Dalam domain pendidikan olahraga, domain dasar mempunyai pengertian
yang sama sehingga disini akan diperbanyak pembahasan tentang domain
psikomotor dan domain fisik yang sangat berpengaruh dalam kegiatan belajar
gerak.
1). Domain Psikomotor
Domain psikomotor berkenaan dengan gerak dan atau kontrol tubuh.
Aktifitas psikomotor terutama berorientasi pada gerakan dan menekan respon-
respon fisik yang nampak. Istilah “domain psiokomotor” di katakan juga “domain
motor”. Domain ini meliputi berbagai macam gerak. Dalam sistem klasifikasi
domain psikomotor yang di kembangkan oleh beberapa ahli menunjukkan
keragaman dalam cara pendekatan maupun konsepnya. Pendekatanya ada yang
besifat taksonomik dan yang tidak bersifat taksonomik. Pendekatan yang bersfat
taksonomik adalah sistem klasifikasi yang mengkategorikan karakteristik dari
perilaku yang paling sederhana sampai yang paling kompleks.
Usaha pengklasifikasian yang tidak bersifat taksonomik misal di buat oleh
Erwin Fleisman (1972). Klasifikasi yang dikembangkan oleh Fleisman, dan
dikembangkan lagi oleh Richard A.Magill dalam Sugiyanto (2000: 9) menunjukan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
25
kecenderungan untuk mengdentifikasikan kemampuan-kemampuan gerak. Ada
dua hal pokok yang di identifikasi, yaitu pertama mengenai kemampuan gerak
perseptual dan yang kedua mengenai kemampuan ketangkasan fisik.
a) Kemampuan gerak perseptual
Kemampuan gerak perseptual adalah kemampuan individu untuk
menginterpretasi dan merespon terhadap suatu stimulus. Menurut Fleisman (1972)
yang di kutip oleh Sugiyanto (1993: 9) menyatakan ada sebelas kemampuan gerak
perseptual yang dapat diidentifikasi yaitu :
(a). Koordinasi anggota badan, yaitu kemampuan mengkoordinasi gerakan
badan secara simultan.
(b). Kecermatan kontrol, yaitu kemampuan membuat penyesuaian maskular
yang sangat terkontrol dan cermat, dimana sejumlah kelompok otot
dilibatkan.
(c). Orientasi respon, yaitu kemampuan memilih secara cepat respon yang
harus dibuat.
(d). Waktu reaksi, yaitu kemampuan merespon secara cepat terhadap stimulus
yang mucul.
(e). Kecepatan gerak lengan, yaitu kecepatan membuat gerakan lengan
keseluruhan.
(f). Mengontrol kecepatan, yaitu kemampuan mengubah kecepatan dan arah
respon dengan waktu yang tepat.
(g). Deksteritas manual, yaitu kemampuan membuat gerakan tangan lengan
dengan terampil dan terarah, termasuk memanipulasi obyek dengan cepat.
(h). Deksteritas jari, yaitu kemampuan memanipulasi obyek yang kecil
dengan terampil dan terkontrol, yang terutama melibatkan jari-jari.
(i). Ketepatan tangan lengan, yaitu kemampuan membuat posisi gerakan
tangan-lengan yang cermat dimana kekuatan dan kecepatan dilibatkan
secara minimal.
(j). Kecepatan pergelangan dan jari, yaitu kemampuan menggerakan
pergelangan dan jari-jari dengan cepat.
(k). Membidik, yaitu kemampuan membidik dengan tepat pada obyek yang
kecil.
Mengenai istilah “gerak perseptual” (perceptual-motor) pada dasarnya
adalah sinonim dan dapat digunakan secara bergantian dengan istilah-istilah:
psikomotor, sensori-motor atau motor.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
26
b) Kemampuan Ketangkasan fisik
Kemampuan ketangkasan fisik yang diidentifikasikan ada sembilan macam.
Sembilan macam itu bukan inventarisasi yang lengkap terhadap kemampuan yang
berhubungan dengan performens gerak, tapi terbatas pada tipe-tipe tas yang
digunakan. Fleisman dalam Sugianto (2000) menjelaskan kesembilan macam
ketangkasan fisik itu meliputi:
(1) Kekuatan statis, yaitu daya maksimal yang dapat dipakai untuk melawan
gaya eksternal.
(2) Kekuatan dinamis, yaitu ketahanan maskuler dalam menggunakan daya
berulang-ulang.
(3) Kekuatan eksplosief, yaitu kemampuan nggerakan energi secara efektif
untuk meledakkan usaha makluler.
(4) Kekuatan togok, yaitu kekuatan otot-otot togok.
(5) Fleksibilitas penguluran, yaitu kemampuan menekuk dan mengulur
otot0otot togok dan punggung.
(6) Fleksibilitas dinamis, yaitu kemampuan membuat gerakan refleks togok
berulang-ulang dengan cepat.
(7) Koordinasi tubuh keseluruhan, yaitu kemampuan mengkoordinasi aksi
beberapa bagian tubuh dimana tubuh melakukan gerakan.
(8) Keseimbangan tubuh keseluruhan, yaitu keseimbangan memelihara
keseimbangan tubuh tanpa isyarat visual.
Klasifikasi yang dibuat oleh fleisman adalah klasifikasi yang tidak
berdasarkan taksonomik atau tidak urut dari unsur yang paling sederhana menuju
unsur yang lebih kompleks.
Kemudian sistem klasifikasi domain psikomotor yang bersifat taksonomik
telah di kembangkan oleh Anita J. Harrowh pada tahun 1977. Sebelum Harrowh
mengklasifikasi, ia membuat definisi operasional mengenai domain psikomotor.
Anita J. Harrow mengatakan istilah psikomotor mengkomunikasikan pengertian
bahwa semua gerakan manusia yang dilakukan secara sadar dan dapat diamati
akan berada dalam domain ini.
Karakteristik unik semua perilaku yang di kategorikan dalam domain
psikomotor adalah aksi yang dilakukan secara sadar dan dapat diamati: atau pola-
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
27
pola aksi yang dilakukan oleh pekajar dan dirancang oleh pendidik sebagai bagian
esensial tujuan kependidikan dari kurikulum tertentu yang dibuat. Level klasifikasi
yang di maksud sebagai urutan hierrarkis dan diatur dalam suatu kuntinum dari
perilaku gerak yang levelnya rendah sampai yang tinggi.
Harrow membuat enam level klasifikasi yang masing-masing meliputi sub-
sub level (Sugiyanto, 2000). Enam level yang dimaksud adalah :
a. Gerak Reflek
b. Gerak Dasar Fundamental
c. Kemampuan Perseptual
d. Kemampua Fisik
Penjabran dari keenam level yang di klasifikasikan oleh para ahli ini di
jelaskan dan djabarkan lagi kedalam beberapa bagian-bagian yang berbeda seperti
yang tertera di bawah ini.
a) Gerakan Reflek
Gerakan reflek adalah gerakan atau aksi yang timbul dalam respon terhadap
stimulus tanpa kemauan sadar. Secara kenyataan gerak refleks adalah prerekuitis
terhadap perkembangan dalam level-level klasifikasi berikutnya. Gerakan refleks
dibagi dalam tiga sub kategori yaitu: 1) refleks segmental; 2) refleks
intersegmental; dan 3) refleks suprasegmental.
b) Gerakan Dasar Fundamental
Dibangun diatas gerakan refleks yang inheren dalam tubuhnya. Gerakan
yang didasarkan pada gerakan refleks ini berkembang tanpa training, tetapi dapat
disempurnakan melalui praktek. Gerakan dasar fundamental dapat dibagi menjadi
tiga yaitu: 1) gerakan lokomotor; 2) gerakan non lokomotor; dan 3) gerakan
manipulatif.
Gerakan lokomotor meliputi peilaku yang mengubah pelajar yang berhenti
berubah tempat, atau berpindah dari satu tempat ketempat lain. Gerakan non
lokomotor meliputi gerakan yang melibatkan anggota tubuh atau sebagaian
dari togok, dalam gerakan mengitari suatu sunbu. Pelajar tetap ditempat dan
membuat pola gerakan dinamis di dalam ruang. Gerakan manipulatif,
digambarkan sebagai gerakan ekstremitas yang terkoordinasi. Gerakan ini
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
28
biasanya dikombinasi dengan modalitas visual dan dalam beberapa hal
dengan modalitas peraba, Anita J.Harrow dalam Sugiono (2000: 12)
Gerakan lokomotor, non-lokomotor dan gerakan manipulatif ini sering kita
lihat dalam kegiatan kita sehari hari.
c) Kemampuan Perseptual
Membantu pelajar dalam menginterpretasi stimuli yang memungkinkan ia
membuat penyesuaian terhadap lingkungan. Fungsi perseptual dan fungsi gerak
tidakbisa dipisahkan. Fungsi kemampuan perseptual yang efisiien adalah esensial
untuk perkembangan pelajar dalam domain psikomotor, kognitif, maupun afektif.
Kecemerlangan kognitif dan prestasi superior dalam aktifitas psikomotor
tergantung pada perkembangan kemampuan perseptual. Ada lima subkategori
besar dalam kemampuan perseptual, yaitu: 1) diskriminasi kinestetik; 2)
diskriminasi visual; 3) iskriminasi auditori; 4) diskriminasi taktil; 5) kemampuan
koordinasi. Diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual da kemampuan koordinasi
lebih dominan pengaruhnya terhadap prestasi belajar gerak dibandingkan dua
kemampuan yang lain.
(a). Diskriminasi kinestetik
Meliputi konsep yang akurat akan tubuh, permukaan tubuh dan anggota
bandan. Disini meliputi dimensi kanan kiri dan penentuan penilaian perseptual
tubuh dalam hubungannya dengan objek dalam ruang disekelilingnya, atao sering
dikatakan sebagai hubungan sepasial. Perilaku dalam subkategori ini terutama
berkenaan dengan kesadaran tubuh dan gerakan yang di buat, kesadaran posisi
tubuh dalam ruang, dan hubungan tubuhnya denga lingkungan sekitarnya.
Kemampuan ini berhubungan dengan indra otot atau kinestesis, yaitu pengindraan
perasaan yang di peroleh ketika melakukan suatu pola gerakan , yang memberikan
informasi umpan balik yang penting sehingga pelajar mampu membuat
penyesuaian yang penting dalam gerakannya. Diskriminasi kinestetik terdiri dari
tiga kemampuan: kesadaran tubuh atau kemampuan mengenali dan mengontrol
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
29
tubuh atau bagian tubuh; imaji tubuh atau perasaan akan struktur tubuhnya;
hubungan tubuh dengan objek disekitarnya yaitu konsep mengenai keterarahan
dan kesadaran tubuhnya serta bentuk gerakan yang diciptakan.
(b). Diskriminasi siswa
Terdiri dari lima bagian, yaitu: a) akuitas visual yang didefinisikan sebagai
kemampuan menerima dan membedakan antara beberapa objek, kejadian dan
lingkungan yang diamati; b) penjejakan visual, yaitu kemampuan mengikuti
simbol-simbol atau objek-objek dengan koordinasi gerakan mata; c) memori
visual, yaitu kemampuan mengungkapkan kembali pengalaman visual yang
lampau; d) pembedaan bentuk bidang, yaitu kemampuan memilik bentuk yang
domain dari latar belakang sekitarnya; e) konsistensi, yaitu mengenasi kemampuan
yang konsisten dalam interpretasinya ketika mengamati tipe yang sama.
(c). Diskriminasi koordinasi
Menyatukan aktifitas-aktifitas yang melibatkan dua atau lebih dari
kemampuan perseptual dalam pola gerakan tertentu. Subkategori ini terutama
berkenaan dengan kemampuan koordinasi mata tangan dan mata kaki.
d) Kemampuan Fisik
Adalah esensial terhadap fungsi yang ofisian dalam domain psikomotor.
Pemfungsian yang baik dari berbagai sistem tubuh memungkinkan pelajar mampu
memenuhi kebutuhan yang dituntut oleh lingkungannya. Kemampua fisik adalah
bagian esensial dari landasan untuk perkembangan gerakan-gerakan yang terampil.
Kemampuan fisik meliputi empat sub kategori besar yaitu: 1) ketahanan, 2)
kekuatan, 3) fleksibilitas, dan 4) agilitas.
(a). Ketahanan
Ketahanan adalah kemapuan tubuh untuk memenuhi dan menggunakan
oksigen sehingga memungkinkan untuk melanjutkan aktifitas, termasuk
kemampuan tubuh untuk membuang bertambahnya konsentrasi asam laktat.
Ketahanan meliputi, ketahanan muskular dan ketahanan kardiovaskular.
Ketahanan muskular adalah kemampuan otot atau sekelompo otot untuk bertahan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
30
dalam jangka waktu yang panjang sedangkan ketahanan kardiovaskular adalah
kapasitas untuk meneruskan aktifitas yang giat dalam waktu yang lama dan
meliput interaksi yang efisien dari aliran darah, jantung dan paru-paru.
(b). Kekutanan
Kekuatan adalalah kemampuan menggunakan gaya tegang untuk melawan
beban atau hambatan. Kekuatan diukur sebagai jumlah maksimum daya yang
dikerahkan oleh suatu otot atau sekelompok otot.
(c). Fleksibilitas
Fleksibilitas adalah keleluasaan gerakan pada persendian-persendian yang
dapat dicapai. Derajat fleksibilitas yang tinggi diperlukan untuk menciptakan
gerakan yang efisien dan mengurangi cidera.
(d). Agilitas
Agilitas adalah kemampuan bergerak dengan cepat. Hal ini juga berarti
deksteritas dan kecepata gerakan. Komponen-komponen agilitas adalah perubahan
aarah yang cepat, memulai dan berhenti drngan cepat, waktu reaksi-respon, serta
deksteritas.
e) Gerakan Keterampilan
Mengandung suatu derajad efisiensi dalam melakukan suatu tugas gerak
yang komplek. Gerakan keterampilan meliputi tugas gerak yan gmembutuhkan
belajar. Gerkan yang terampil meninjukkan perkembangan derajat ketangkasan
atau penguasaan. Dalam level klasifikasi gerakan terampil terdiri dari dua
kontinum, yaitu: 1) kontinum vertikal ; dan 2) kontinum horisontal. Kontinum
vertikal menggambarkan derajat kesukaran dari berbagai keterampilan gerakan
yang dilakukan, yang bisa disebut sebagai level kompleksitas. Sedangkan
kontinum horisontal menggambarkan level penguasaan keterampilan yang dicapai
oleh pelajar, atau disebut level ketangkasan.
f) Komunikasi non-diskursif
Adalah level klasifikasi yang meliputi behavior yang dapat di sebut bentuk-
bentuk komunikasi gerakan. Komunikasi gerakan dapat dibedakan menjadi dua,
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
31
yaitu: 1) gerakan ekspresif dan 2) gerakan interpretif. Gerakan ekspresif meliputi
gerakan komunikatif yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Gerakan
interpretif terdiri dari: 1) gerakan estetik dan 2) gerakan kreatif. Gerakan ini
merupakan level tertinggi dari perkembangan gerakan. Gerakan estetik adalah
gerakan terampil yang dilakukan secara efisien, yang menciptakan imajinasi
gerakan yang indah. Semua keterampilan olahraga yang dilakukan oleh individu
yang telah mencapai derajad keterampilan yang tinggi dalam melakukan suatu
gerakan, dapat di klasifikasikan sebagai gerakan estetik. Gerakan kreatif adalah
gerakan yang dilakukan untuk mengkomunikasikan pesan. Disini juga diperlukan
pelaku yan gberketerampila tinggi dengan pengetahuan tentang mekanika tubuh
dan harus memiliki kemampuan perseptual dan kemampuan fisik yang tinggi.
2). Domain Fisik
Seperti telah dikemukaan didepan bahwa sebenarnya domain fisik telah
tercakup di dalam domain psikomotor. Tapi mengingat arti pentinggnya kualitas
fisik dalam menunjang ketrampilan gerak didalam keolahragaan maka domain
fisik perlu memperoleh porsi penanganan secara khusus. Penanganan untuk
mencapai kualitas gerak yang baik diperlukan menentukan arah spesifik dengan
strategi instruksional yang spesifik pula. Demikian untuk mencpai kualitas fisik
yang baik juga memerlukan penanganan dengan arahyang spesifik dengan strategi
instruksional yang spesifik.
Antara domain fisik dan psikomotor memang tidak bisa dipisahkan,
melainkan hanya bisa dibedakan. Fungsi fisik dan psikomotor beroprasinya selalu
bersama-sama. Tetapi didalam belajar dan berlatih olahrahga harus bisa
membedakan mana yang lebih diuntamakan untuk ditingkatkan pada periode
tertentu. Pada tahap tertentu diuntamakan latian penguasaan gerak, pada tahap
yang lain perlu diutamakan latihan peningkatan kualitas fisik.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
32
Kualitas gerak dan kualitas fisik bisa juga ditingkatkan secar simultan, tetapi
konsekuensinya hasil peningkatan yang dicapai untuk masing-masing kemampuan
tidak akan sebesar kalau ditangani pada saat yang berbeda.
a) Klasifikasi menurut Annarino
Mengenai domain fisik Anthony A. Annarino dkk tahun 1980 membaginnya
menjadi empat kategori yaitu :
(1) Ketahanan otot
(2) Kekuatan otot
(3) Ketahanan kardiovaskuler
(4) Fleksibilitas
Empat kategori kemampuan tersebut masih dapat dibagi-bagi lagi
menjadi kemampuan-kemampuan yang lebih spesifik. Dengan sistem klasifikasi
yang berbeda dengan yang dikemukaan Annarino dkk. Apa yang diungkapkan
oleh Claud Bovohard, Jean Brunelle dan Paul Godbout (1974) bisa memberikan
gambaran yang lebih terperinci mengenai domain fisik, walaupun mereka tidak
menggunakan istilah domain fisik.
b) Klasifikasi yang dibuat Bouchard dkk
Menggunakan istilah “kualitas- kualitas fisik”. Klasifikasi-klasifikasi yang di
buat adalah sebagai berikut:
(1). Kualitas organis:
(a) Kapasitas aerobik
(b) Kapasitas anaerobik
(2). Kualitas otot:
(a). Kekuatan otot
(b). Kapasitas aerobik otot lokal
(c). Kapasitas anaerobik otot lokal
(d). Power
(e). Fleksibilitas
(3). Kualitas persepsi kinetik:
(a). Kecepatan bereaksi
(b). Kecepata bergerak
(c). Koordinasi saraf-otot
(d). Kepekaan kinetik
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
33
Kapasitas aerobik adalah kualitas yang membuat orang mampu
melaksanakan kerja otot yang bersfat menyeluruh selama mungkin dalam kondisi
aerobik (kondisi dimana kebutuhan oksigen perlu tercukupi untuk memproduksi
adenosin tripospat atau ATP). Kapasitas aerobik ditentukan oleh kapasitas fungsional
jantung dan efisiensi penyediaan oksigen
Kapasitas anaerobik adalah kualitas yang membuat orang mampu
melaksanakan kerja otot yang bersifat menyeluruh selama mungkin dalam kondisi
anaerobik (kondisi dimana oksigen tidak mutlak diperlukan dalam memproduksi
ATP). Kapasitas anaerobik ditentukan oleh kapasitas konsumsi oksigen dan kapasitas
psikologis melawan kesualitan fisiologis.
Kekuatan otot adalah kualitas yang memungkinkan pengembangan tegangan
otot dalam kontraksi yang maksimal, atau bisa diartikan sebagai kemampuan
menggunakan gaya tegangan untuk melawan beban atau melawan hambatan.
Kekuatan di tentukan oleh volume otot dan kualitas kontrol pada otot yang
bersangkutan.
Kapasitas aerobik otot lokal adalah kualitas yang memungkinkan orang
melakukan usaha yang menggunakan otot lokal (sekelompok otot tertentu) selama
mungkin dalam kondisi aerobik. Kapasitas ini direntukan oleh kualitas sirkulasi lokal
serta konsentrasi mioglobin dan kekuatan otot.
Kapasitas anaerobik otot lokal adalah kualitas yang memungkinkan orang
melakukan usaha yang menggunakan kekuatan otot lokal selama mungkin dalam
kondisi anaerobik . kapasitas ini ditentukan oleh tingkatan kekuatan otot dan
kapasitas psikologis unutk bertahan terhadap ketidak kenaan dalam otot.
Power otot daya eksplosif adalah kualitas yang memungkinkan otot atau
sekelompok otot untuk menghasilkan kerja fisik yang eksplosif. Power ditentukan
oleh kekuatan otot dan kecepata rangsang saraf serta kecepatan kontraksi otot.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
34
Fleksibilitas adalah kualitas yang memungkinkan suatu segmen tubuh
bergerak dengan luas rentangan sendi semaksimal mungkin. Fleksibilitas di tentukan
oleh mobilitas sendi dan elastisitas kelompok-kelompok otot antagonis.
Kecepatan mereaksi adalah kualitas yang memungkinkan mengawali respon
kinetik secepat mungkin setelah menerima stimulus. Kecepata mereaksi di tentukan
oleh tingkat pengenalan situasi persepsi, tingkat pengenalan respon kinetik yang
harus dilakukan, dan kualits kondisi fisik.
Kecepatan bergerak adalah kualitas yang memungkinkan melaksanakan
suatu gerakan atau gerakan-gerakan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.
Kecepatan bergerak ditentukan oleh: frekwensi stimulus, kemauan, dan mobilitas
saraf, kecepatan kontrasi otot, tingkat otomasi gerak, serta power otot.
Koordinasi saraf-otot adalah kualitas yang memungkinkan melasanakan
gerakan secara benar. Yang menentukannya adalah : kualitas persepsi saat memulai
dan selam melaksanakan gerakan, kualitas penyesuaian gerak dalam dimensi waktu
dan jarak, kualitas pemahaman gerak, serta kualitas pengorganisasian saraf-otot.
Kepekaan kinetik adalah kualitas yang memungkinkan seseorang menyadari
keadaan atau posisi tubuh dan gerakan yang dilakukan. Yang menentukan kualitas ini
ialah : kebenaran informasi yang berasal dari reseptor mekanis yang itu indera
kinestetik, dari organ Vestibular, serta dari ekstaroceptor khususnya pengelihatan,
pendengar dan peraba.
Semua kualitas fisik yang telah di kemukaan perlu dibina untuk mendukung
pembinaan kualitas gerak. Kualitas fisik yang baik bisa memberikan kemudahan di
dalam belajar gerak keterampilan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
35
4. Alat Bantu Pembelajaran
a. Pengertian Alat Bantu Pembelajaran
Alat bantu merupakan alat-alat yang digunakan oleh pendidik dalam
menyampaikan materi pembelajaran. Alat bantu ini lebih sering disebut alat peraga
karena berfungsi untuk membantu dan mempraktekan sesuatu dalam proses
pendidikan pengajaran.
Jelas pula pengertian atau pengetahuan yang diperoleh. Dengan perkataan
lain, alat peraga ini dimaksudkan untuk mengerahkan indera sebanyak mungkin
suatu objek sehingga mempermudah persepsi.
Manfaat alat bantu pembelajaran menurut Soekidjo (2003) secara terperinci
antara lain sebagai berikut:
1) Menimbulkan minat sasaran pendidikan
2) Mencapai sasaran yang lebih banyak
3) Membatu mengatasi hambatan bahasa
4) Merangsang sasaran pendidikan untuk melaksanakan pesan-pesan
kesehatan
5) Membantu sasaran pendidikan untuk belajar lebih banyak dan cepat.
6) Merangsang sasaran pendidikan untuk meneruskan pesan-pesan yang
diterima kepada orang lain
7) Mempermudah peyampaian bahan pendidikan/informasi oleh para
pendidik pelaku pendidikan.
8) Mempermudah penerimaan informasi oleh sasaran pendidikan
Seperti diuraikan diatas bahwa pengetahuan yang ada pada seseorang
diterima melalui indera.
Sedangkan kegunaan media pendidikan atau alat bantu pembelajaran dalam
proses belajar mengajar menurut Arief S. Sadiman dkk (2010: 17) dalam bukunya
adalah sebagai berikut:
1) Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalitis (dalam
bentuk kata-kata tertulis atau lisan belaka)
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
36
2) Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera.
3) Penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi dapa mengatasi
sikap pasif anak didik. Dalam hal ini media pendidikan berguna untuk:
(a) Menimbulkan kegairahan belajar
(b) Memungkinkan interaksi yang lebih langsung antara anak didik
dengan lingkungan dan kenyataan.
(c) Memungkinkan anak didik belajar sendiri-sendiri menurut kemampuan
dan minatnya.
4) Dengan sifat yang unik pada tiap siswa ditambah lagi dengan lingkungan
dan pengalaman yang berbeda, sedangkan kurikulum dan materi
pendidikan ditentukan sama untuk setiap siswa, maka guru banyak
mengalami kesulitan bilamana semuanya itu harus diatasi sendiri. Hal ini
akan lebih sulit bila latar belakang lingkungan guru dengan siswa juga
berneda. Masalaj ini dapat diatasi dengan media pendidikan, yaitu dengan
kemampuannya dalam:
(a) Memberikan perangsang yang sama.
(b) Mempersamakan pengalaman.
(c) Menimbulkan persepsi yang sama.
Dalam kegiatan belajar mengajar, alat bantu pada dasarnya digunakan untuk
membantu siswa mempelajari obyek, suara, proses, peristiwa atau lingkungan
yang sulit dihadirkan kedalam kelas. Dengan menggunakan alat bantu, pengajaran
yang berhubungan dengan objek, suara proses, peristiwa atau lingkungan yang
sulit dihadirkan kedalam kelas. Dengan menggunakan alat bantu, pengajaran yang
berhubungan dengan objek, suara, proses, peristiwa atau lingkungan seperti
tersebut diatas akan lebih terasa bagi siswa diharapkan dapat memperoleh persepsi
yang tepat kemudian akan mempengaruhi pemahamannya tentang pelajaran yang
diberikan .
Dalam kenyataanya, penggunaan alat bantu dalam kegiatan belajar mengajar
pada umumnya dilakukan dalam kelompok besar dan kecil. Walaupun terdapat
kesamaan kebutuhan antar siswa yang satu dengan lainnya didalam kelompok,
namun masih dimungkinkan adanya perbedaan individual diantara mereka.
Perbedaan tersebut antara lain dalam hal:
1) Kemampuan awal dan wawasanya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
37
2) Kebiasaan belajar
3) Kedewasaan
4) Kondisi fisik
5) Latarbelakang sosial budaya
6) Faktor akademik
7) Kondisi belajar siswa
Karena itu upaya mengenal diri siswa atau mengenal karakteristik siswa
merupakan langkah yang diharapkan, agar pemanfaatan alat bantu pembelajaran
bisa efektif.
Pemanfaatan alat bantu akan berkurang efektifitasnya bila kondisi fisik siswa
tidak mendukung, misalnya kondisi gizi, mobilitas siswa, dan sebagainya. Siswa
yang mengalami hambatan fisik akan mengalami kesulitan bila harus belajar
dengan media pengajaran yang tidak khusus dirancang dan disesuaikan dengan
hambatan fisik yang ada padanya.
b. Syarat Alat Bantu Pembelajaran Yang Baik
Suatu alat pembelajaran dikatakan baik, apabila mempunyai tujuan
pendidikan untuk mengubah pengetahuan, pengertian, pendapat dan konsep-
konsep, mengubah sikap dan persepsi, menanamkan tingkah laku/kebiasaan yang
baru. Selain itu alat bantu harus efisien dalam penggunaanya, dalam waktu yang
singkat dapat mencakup isi yang luas dan tempat yang diperlukan tidak terlalu
luas. Penempatan alat bantu perlu diperhatikan ketepatannya agar dapat diamati
dengan baik oleh siswa. Efektif artinya memberikan hasil guna yang tinggi ditinjau
dari segi pesannya dan kepentingan siswa yang sedang belajar sedangkan yang
dimaksud dengan komunikatif ialah bahwa media tersebut mudah untuk
dimengerti maksudnya, sehingga membuat siswa mejadi lebih mudah dalam
menerima pembelajaran yang diberikan oleh guru.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
38
Menurut Soedomo Hadi (2002: 90), didalam memilih alat-alat pendidikan
atau alat bantu pembelajaran yang akan digunakan perlu diingat atau di perhatikan
hal-hal berikut:
1) Tujuan apakah yang akan dicapai dengan alat itu.
2) Siapakah yang akan menggunakan alat itu.
3) Terhadap siapakh alat itu akan digunakan.
4) Alat-alat manakah yang tersedia dan dapat digunakan.
Dengan melihat pendapat dari Soedomo Hadi dapat di simpulkan dan perlu
kita tanyakan bahwa dalam penggunakan alat bantu pembelajaran itu apakah akan
menimbulkan pengaruh pula dalam lapangan lain yang tidak menjadi tujuan utama
dari penggunaan alat itu, dan apakah alat yang digunakan itu sudahdapat untuk
mencapai tujuan itu atau belaum atau mungkin masih perlu di bantu dengan yang
lain.
Selain itu, perlu pula di perhatikan bagaimana reaksi siswa terhadap
penggunaan alat bantu pembelajaran tersebut. Jangan sampai reaksi siswa hanya
sekedar reaksi terhadap rangsangan belaka, tetapi kita inginkan agar dengan
penggunaan alat bantu itu mengalami perubahan karenannya.
1) Pembelajaran Dengan Memodifikasi Sarana Dan Prasarana.
Peralatan senam lantai dasar sangatlah sulit ditemui di indonesia. Oleh
karena itu Adisuyanto (2009: 72) mengatakan bahwa, “Guru atau pelatih harus
memiliki kreatifitas untuk memodifikasi segala peralatan yang dibutuhkan dalam
pembelajaran gerak dasar...”. Dalam pembelajaran gerak dasar meroda, tidak
hanya cukup menyediakan peralatan matras saja, tetapi dukungan peralatan ini
juga dapat memudahkan guru atau pelatih memberikan bantuan pertolongan
kepada anak didik.
2) Adapun kelebihan dari pembelajaran dengan memodifikasi sarana dan
prasarana yaitu:
a). Siswa lebih tertarik dengan materi yang akan diajarkan.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
39
b). Siswa menjadi lebih termotivasi karena sarana dan prasarana yang
digunakan berbeda.
3) Sedangkan kelemahan dari pembelajaran dengan memodifikasi sarana dan
prasarana adalah:
a) Keharusan siswa untuk beradaptasi kembali kepada kondisi yang
sebenarnya.
b) Terkadang siswa menganggap alat bantu yang di gunakan membahayakan
dirinya sehingga siswa cenderung takut untuk menggunakannya.
c) Pada tahap percobaan siswa secara mandiri merasakan gerakan yang benar
sehingga memerlukan waktu yang lama untuk mendapatkan hasil yang
maksimal.
d) Kemampuan kognitif siswa yang tidak sama membuat gambaran yang
berbeda dari apa yang di sampaikan oleh guru penjas.
5. Pembelajaran Dengan Menggunakan Alat Bantu Pembelajaran
Dewasa ini banyak dikembangkan berbagai macam metode pembelajaran
yang mengharuskan guru untuk lebih kreatif dan inofatif dalam mengemas konsep
pembelajaran yang akan di berikan kepada siswa. Tidak hanya sekedar menggunakan
gaya komando dan pemberian instruksi-instruksi kepada siswa, tetapi guru juga
menggunakan media pembelajaran agar siswa lebih mudah mempelajari tugas
geraknya.
a. Meroda Pada Matras Yang Lebih Tinggi
Melakukan latihan gerakan meroda yang dilakukan sendiri dengan bantuan
matras yang lebih tinggi, dengan letak pendaratan kaki lebih rendah dari matras
tumpuan tangan.
Bentuk latihan ini bertujuan untuk memudahkan siswa berdiri tegak dari
posisi badan bungkuk menuju posisi badan tegak. Tahapan ini terus dilakukan
secara bergilir.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
40
Gambar 3. Meroda Pada Matras Yang Lebih Tinggi
((Sumber: http://picasaweb.google.com. 1 September 2010)
Gambar 4. Matras Yang di Tinggikan/ Matras Tebal
(Sumber : Biasworo Adisuyanto Aka, 2009: 72)
Tinggi dari matras disesuaikan dengan gerak dasar senam yang akan
dilakukan. Matras tebal diatas merupakan matras tebal yang digunakan untuk
melakukan gerak guling depan. Menurut Adisuyanto (2009) ”pemakainan
peralatan ini memudahkan guru/pelatih memberikan bantuan/pertolongan pada
anak didik”. Ketinggian matras disesuaikan dengan kebutuhan, untuk melakkukan
meroda tidak perlu menggunakan matras yang terlalu tinggi atau terlalu tebal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
41
Cukup dengan ketinggian antara 20-30 cm anak didik sudah merasa sangat
terbantu dalam melakukan gerakan meroda.
b. Meroda Pada Bidang Miring
Gambar 5. Bidang Miring
(Sumber : Biasworo Adisuyanto Aka, 2009: 72)
Peralatan senam lantai dasar sangat sulit ditemukan dijumpai di toko-toko
peralatan olahraga di indonesia, untuk itu Adisuyanto (2009) menyarankan bahwa,
”guru maupun pelatih untuk dapat memodifikasi segala peralatan yang dibutuhkan
dalam pembelajaran gerak”. Bidang miring merupakan modifikasi alat bantu
pembelajaran untuk senam lantai. Bidang miring dapat di buat dari bahan busa
super ataupun papan kayu. Yang penting permukaannya halus dan tidak
membahayakan penggunanya. Untuk ketinggian dari alat bantu dapat di sesuaikan
dengan kebutuhan gerak yang akan dilatih. Untuk guling depan dapat
menggunakan bidang miring dengan tinggi 75 cm dan panjang 2 meter. Untuk
meroda ketinggian dapat di turunkan menjadi 40 cm dan panjang 2 meter. Alat
bantu ini dapat di gunakan untuk membantu siswa dalam gerakan guling depan
sudut, guling belakang sudut, guling depan tungkai lurus, guling belakang tungkai
lurus dan meroda.
c. Meroda Pada Matras Yang di Gulung
Meroda juga dapat dibantu dengan menggunakan matras yang di gulung.
Matras tipis panjang digulung dan di sesuaikan dengan lebar antara tangan dan
kaki. Matras yang digulung tersebut harus di lewati oleh siswa dengan gerakan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
42
meroda. Matras ini akan membiasakan siswa untuk menggembangkan jarak
jangkauan lengan.
Gambar 6. Matras Gulung
(Sumber : Agus Mahendra, 2000: 58)
d. Meroda Dengan Cara Dibantu
Gambar 7. Bantuan langsung
(Sumber: Agus Mahendra, 2000: 58)
Agus Mahendra berpendapat, ”bantuan (spotting) diarahkan sebagai bantuan
secara kontak langsung kepada anak selama melakukan suatu keterampilan”
(2000: 96). Bantuan langsung merupakan sebuah bantuan yang di berikan oleh
seorang guru atau teman yang memiliki kemampuan menolong dengan memegang,
menjaga, ataupun memposisikan bagian tubuh pasangannya secara langsung agar
pelaku merasa aman dan dapat melakukan gerakan dengan lepas. Langkah-langkah
untuk melakukan latihan adalah sebagai berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
43
1) Dengan melakukan handstand, kedua kaki dibuka lebar/kangkang, pembantu
memegang kedua sisi panggul.
Dengan posisi satu orang berdiri dibelakang murid yang melakukan gerakan
tumpuan, dilanjutkan dengan mengayun kedua kaki ke atas dalam posisi seperti
ini: teman yang berada dibelakang bekerja menangkap kedua tungkai murid yang
melakukan gerakan supaya terjaga kondisi keseimbangan murid dan teman yang
membantu juga membenarkan kedua tungkai murid yang melakukan meroda
dalam posisi lurus berbentuk huruf “V” dan runcing.
2) Dilanjutkan pada tahap latihan pendaratan.
Setelah kedua kaki dalam posisi lurus di atas, murid melakukan pendaratan
dengan menurunkan tungkai kaki kanan dalam posisi mendarat dengan lutut
sedikit ditekuk, dilanjutkan menurunkan kaki berikutnya di belakang kaki tumpuan
kaki pertama dalam posisi seperti ini: teman yang membantu dibelakang,
membantu dengan cara memindah pegangan tangan ke daerah pinggang pelaku
untuk membantu berdiri tegak penuh dengan keseimbangan yang dilanjutkan
berdiri sampai posisi akhir sama seperti posisi awal.
Bentuk latihan ini bertujuan untuk membantu siswa dalam melakukan
meroda, saat posisi terbalik membantu siswa yang melakukan tidak merasa takut.
Bentuk latihan seperti ini juga dilakukan pada pasangan yang lain secara
bergantian.
6. Pembelajaran Tanpa Menggunakan Alat Bantu Pembelajaran
Dalam pembelajaran tanpa mengunakan alat bantu pembelajaran ini, menitik
beratkan dan bergantung pada kemandirian siswa untuk belajar gerak meroda. Karena
dalam proses belajar mandiri akan mendapatkan pengalaman belajar yang hasilnya
berbentuk ingatan jangka panjang. Hal ini selaras dengan pendapat Gagne dalam
Soekamto (1995: 31), ”Belajar merupakan suatu kumpulan proses yang bersifat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
44
individual, yang yang merubah stimuli yang datang dari lingkungan seseorang ke
dalam sejumlah informasi yang selanjutnya dapat menyebabkan adanya hasil belajar
dalam bentuk ingatan jangka panjang”.
Untuk mendukung keberhasilan siswa dalam belajar gerak meroda, guru di
sarankan untuk memberikan kepercayaan penuh pada siswa untuk tidak dibantu, agar
siswa lebih termotivasi untuk belajar. Teori ini di ungkapkan oleh Davies dalam
Soekamto (1995: 9), ”Seorang siswa akan lebih meningkat motivasinya untuk belajar
bila ia diberi tanggung jawab serta kepercayaan penuh atas belajarnya”.
Keberhasilan dalam pembelajaran meroda tanpa alat bantu tidak lepas dari
keaktifan dalam berpartisipasi dan proses trial and error yang dilakukan oleh siswa.
Adapun sumbangan guru bagi keberhasilan siswa dalam belajar meroda adalah
menyiapkan materi dalam unit-unit kecil agar mudah di pelajari oleh siswa. Hal ini
sama dengan apa yang diungkapkan oleh Hartley & Davies dalam Soekamto (1995:
19), ”Materi pelajaran dibentuk dalam bentuk unit-unit kecil dan di atur berdasarkan
urutan yang logis sehingga siswa mudah mempelajarinya”. Untuk itu guru perlu
menyajikan materi meroda dalam unit-unit kecil agar siswa dapat menyelesaikan
tugas gerak pada setiap pertemuan.
Berlatih senam tidak bisa langsung berlatih gerakan yang mempunyai tingkat
kesulitan tinggi, namun harus diawali dari dasar atau tingkat yang mudah menuju ke
tingkat yang lebih sulit. Dalam berlatih senam selalu menggunakan metode part and
whole (bagian ke keseluruhan), begitu juga dalam berlatih gerakan meroda terdapat
tahapan-tahapan latihan yang harus dilakukan sebelum melakukan gerakan meroda
secara keseluruhan. Tahapan-tahapan tersebut terdapat dalam metode latihan sebagai
berikut:
a. Latihan Bagian
Latihan permulaan dilakukan dengan melakukan latihan dasar gerakan
meroda yaitu berupa tahapan teknik gerakan meroda. Untuk mempermudah latihan
teknik gerakan bisa dengan menggunakan aba-aba seperti berikut :
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
45
1) Aba-aba “sikap awal”: badan berdiri tegak, kedua kaki rapat, kedua lengan
lurus ke atas di samping kepala dan pandangan mata ke depan.
2) Aba-aba “siap”: membuka kaki kiri di depan dan kaki kanan di belakang, posisi
kedua lengan tetap lurus ke atas untuk membuat posisi sikap awal meroda.
3) Dilanjutkan aba-aba “ya” : menekukkan pinggul, mengayun kedua lengan ke
bawah dan meletakkan kedua tangan pada matras / lantai dalam satu garis lurus
ke depan selebar bahu.
4) Aba-aba “selesai”
5) : kembali ke posisi semula yaitu kedua kaki rapat, badan berdiri tegak, kedua
lengan lurus ke atas dan pandangan mata ke depan. Latihan ini diulangi dalam
beberapa pengulangan, 3-4 pengulangan.
Bentuk latihan pertama ini bertujuan untuk mengontrol kebenaran posisi
kedua tangan pada saat bertumpu pada matras. Apabila latihan ini sudah dilakukan
dengan benar maka dilanjutkan dengan bentuk latihan berikutnya.
Gambar 8. Pola Posisi Kaki dan Tangan
(Sumber: http://www.cmevdam.nl/pageID_7012777.html. 1 September 2010)
b. Latihan Keseluruhan
Latihan meroda pada matras datar yang dimaksud yaitu, latihan melakukan
meroda di matras yang datar, dengan letak tumpuan tangan dan pendaratan kaki di
matras yang sama ketinggiannya. Hal ini dimaksudkan agar gerakan meroda dapat
dilakukan dengan baik, tanpa anak merasa takut dengan ketinggian matras. Anak
berdiri di atas matras yang datar dan melakukan gerakan meroda dengan letak
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
46
tumpuan tangan dan pendaratan kaki di matras yang datar. Untuk lebih jelasnya
berikut ini peneliti menyajikan ilutrasi latihan meroda dengan matras datar sebagai
berikut:
Gambar 9. Meroda Pada Matras Datar
(Sumber: http://picasaweb.google.com. 23 Januari 2012)
c. Kelebihan dan Kelemahan Latihan Meroda dengan Matras Datar
Perlu disadari bahwa setiap bentuk latihan memiliki kelebihan dan
kelemahan. Berdasarkan pelaksanaan latihan meroda pada matras datar dapat
diidentifikasi kelebihan dan kelemahannya. Kelebihan latihan meroda pada matras
datar antara lain:
1. Anak tidak merasa takut yang berlebih dibandingkan ketika melakukan meroda
di matras tinggi.
2. Anak akan merasa lebih berani dalam melakukan gerakan meroda.
3. Anak sudah terbiasa melakukan meroda di matras datar sehingga tidak perlu
beradaptasi lagi.
Selain kelebihan di atas, latihan meroda di matras datar memiliki beberapa
kelemahan. Kelemahan latihan meroda di matras datar antara lain:
1. Anak merasa jenuh karena latihan meroda yang terus menerus dilakukan di
matras datar.
2. Anak lebih mengalami kesulitan untuk berdiri ketika melakukan pendaratan
dari posisi badan bungkuk ke posisi badan berdiri tegak.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
47
B. Kerangka Berpikir
Berdasarkan tinjauan pustaka yang telah diuraikan di atas dapat diajukan
kerangka pemikiran sebagai berikut:
Meroda merupakan gerakan yang cukup mudah dan relatif aman. Tetapi,
pada kenyataanya masih banyak siswa yang belum bisa menguasai gerakan meroda
meskipun sudah diajarkan oleh guru penjas. Kemampuan Meroda Siswa Kelas VIIIB
SMP Negeri 27 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 masih rendah. Hal ini dapat
dilihat karena masih banyak siswa yang belum dapat memenuhi KKM yang
ditetapkan oleh guru penjas.
Dalam meningkatkan kemampuan gerak meroda dapat menggunakan latihan
dengan alat bantu dan tanpa alat bantu. Pembelajaran dengan menggunakan alat bantu
adalah pembelajaran yang didalamnya siswa berlatih gerakan keterampilan dengan
dibantu suatu media yang memudahkan siswa untuk lebih cepat menguasai tugas
geraknya. Alat bantu bisa berupa matras tinggi, bidang miring, bantuan guru dan
sebagainya. Keanaekaragaman alat bantu ini mempunyai banyak manfaat,
diantaranya menarik perhatian siswa, membantu untuk mempercepat pemahaman
dalam proses pembelajaran, memperjelas penyajian pesan agar tidak bersifat
verbalitis(dalam bentuk kata-kata tertulis atau lisan).
Pembelajaran mengguanakan alat bantu terlihat lebih menyenangkan dan
tidak membosankan karena ada unsur permainan dan kompetisi di setiap siswa,
HASIL
BELAJAR
MERODA
ALAT BANTU TANPA ALAT
BANTU PEMBELAJARAN
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
48
sehingga siswa memusatkan perhatian kepada tugas geraknya. Namun dalam setiap
model pembelajaran ataupun metode latihan pasti ada kelemahan. Kelemahan metode
latihan ini adalah siswa tidak bisa secara langsung mempraktekkan gerakan meroda
pada matras yang datar sehingga siswa berfikir gerakan meroda tidak membutuhkan
teknik dasar yang baik dan siswa akan bergantung pada bantuan. Bantuan yang
diberikan ketika melatih keterampilan dianggap mengurangi kemampuan kinestetis
dari orang yang dilatih. Oleh karena itu, bantuan harus sebisa mungkin dihindari
sehingga guru terlepas dari keharusan untuk membantu anak. Hanya dalam gerakan
yang berbahaya sajalah bantuan boleh diberikan.
Pembelajaran tanpa menggunakan alat bantu adalah pembelajaran gerak
meroda langsung pada matras datar tanpa menggunakan dan mendapatkan bantuan.
Guru hanya memberikan arahan dan evaluasi secara langsung dengan menggunakan
bahasa verbal. Pembelajaran tanpa menggunakan alat bantu menuntut siswa untuk
belajar secara mandiri agar pengalaman secara individu yang diperoleh dapat
digunakan untuk melakukan suatu ketrampilan dan hasil belajarnya dalam bentuk
ingatan jangka panjang. Sedangkan kelemahan pembelajaran tanpa menggunakan alat
bantu adalah terlihat membosankan karena tidak ada unsur bermain dengan
modifikasi alat bantu, sehingga siswa tidak bersungguh-sungguh dalam
melaksanakan latihan, namun kelebihan metode latihan ini adalah siswa bisa secara
langsung dan mandiri mempraktekkan meroda pada matras datar.
Dari uraian tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa diduga, 1) Ada
perbedaan pengaruh pembelajaran menggunakan alat bantu dan tanpa alat bantu
terhadap kemampuan meroda pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2012, 2) Pembelajaran menggunakan alat bantu lebih bak
pengaruhnya dibandingkan dengan pembelajaran tanpa alat bantu terhadap
peningkatan kemampuan meroda pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
49
C. Hipotesis
Berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pemikiran di atas dapat
dirumuskan hipotesis sebagai berikut:
1. Ada perbedaan pengaruh pembelajaran dengan menggunakan alat bantu dan
tanpa alat bantu terhadap kemampuan meroda siswa kelas VIIIB SMP N 27
Surakarta tahun ajaran 2011/2012.
2. Pembelajaran dengan menggunakan alat bantu lebih baik pengaruhnya
dibandingkan dengan pembelajaran tanpa alat bantu terhadap peningkatan
kemampuan meroda pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta tahun
ajaran 2011/2012.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
50
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di halaman sekolah SMP Negeri 27 Surakarta
jl.Arifin No.17, Telephone. 0271.656623.
2. Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan selama satu setengah bulan pada tanggal 29
Maret – 8 Mei 2012 sebanyak 18 kali pertemuan, dengan dua kali pertemuan
untuk pengumpulan data dan 16 kali pertemuan untuk pemberian perlakuan.
Pemberian perlakuan dilaksanakan sebanyak tiga kali pertemuan dalam satu
minggu, yaitu hari Selasa, Kamis, dan Sabtu pukul 13.00 WIB.
B. Rancangan/Desain Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah eksperimen. Penelitian
eksperimen adalah kegiatan percobaan yang diawali dengan memberikan
perlakuan kepada subjek yang diakhiri dengan suatu bentuk tes guna mengetahui
pengaruh perlakuan yang telah diberikan.
Adapun rancangan penelitian yaitu― Pretest–Posstest Design “.
Gambar rancangan penelitian sebagai berikut:
KE 1 ——Treatment A —— Posttest
S —– Pretest —— MSOP
KE 2 ——Treatment B —— Posttest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
51
Keterangan :
S = Subyek
Pretest = Tes awal Penilaian Gerakan Meroda Oleh Juri Senam
MSOP = Matched Subjek Ordinal Pairing
KE 1 = Kelompok 1
KE 2 = Kelompok 2
Treatment A = Meroda Dengan Menggunakan Alat Bantu
Treatment B = Meroda Tanpa Alat Bantu
Posstest = Tes Akhir Penilaian Gerakan Meroda Oleh Juri Senam
Pembagian kelompok eksperimen didasarkan pada kemampuan meroda
dengan hasil penilaian dari juri senam pada tes awal. Setelah hasil tes awal
dirangking, kemudian subyek yang dimiliki prestasi setara dipasang – pasangkan
kedalam kelompok 1 dan kelompok 2. Dengan demikian kedua kelompok tersebut
belum diberi perlakuan merupakan kelompok yang memiliki kemampuan meroda
sama. Apabila pada akhirnya terdapat perbedaan, maka hal ini dapat disebabkan
oleh pengaruh perlakuan yang diberikan. Pembagian kelompok dalam penelitian
ini dengan cara Ordinal Pairing sebagai berikut:
1 2
4 3
5 6
8 7
9 10 dan seterusnya
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
52
C. Populasi dan Sampel
1.Populasi
Populasi yang di gunakan dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas
VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta yang berjumlah 32 anak. Dengan jumlah siswa
putra sebanyak 14 anak dan siswi putri sebanyak 18 anak.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah semua anggota populasi kelas VIIIB
SMP Negeri 27 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012 yang berjumlah 32 siwa,
sehingga penelitian ini adalah penelitian populasi.
D. Variabel Penelitian
Sesuai dengan judul penelitian ini, maka penelitian ini terdiri dari
beberapa variable. Menurut Sugiyanto (1995: 17) variabel adalah ―konsep yang
dapat ditempatkan dalam berbagai nilai yang berbeda‖. Variabel dalam penelitian
ini terdiri atas:
1) Variabel bebas atau independen yaitu variabel yang mempengaruhi variabel
lain. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah:
a. Pembelajaran Meroda Menggunakan Alat Bantu.
b. Pembelajaran Meroda Tanpa Alat Bantu.
2) Variabel terikat atau dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
lain. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kemampuan meroda.
E. Definisi Operasional Variabel
1) Pembelajaran meroda menggunakan alat bantu merupakan pembelajaran yang
dalam proses latihan meroda mendapatkan bantuan dari sebuat alat. Alat bantu
ini berupa media mengajar, modifiakasi alat, permainan, maupun bantuan
secara langsung dari guru ataupun teman. Acap kali media pendidikan
digunakan secara bergantian dengan istilah alat bantu atau media komunikasi
serti yang di kemukakan Hamalik (1986) yang dikutip oleh Azhar Arsyad
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
53
(2002: 4) ―bahwa hubungan komunikasi akan berjalan lancar dengan hasil
maksimal apabila menggunakan alat bantu yang disebut media komunikasi‖.
Alat bantu pembelajaran yang menarik akan menimbulkan minat dan
kesenangan pada diri siswa sehingga dengan sukarela melakukan latihan
gerakan meroda. Hal tersebut selaras dengan sifat perkembangan anak SMP
yang mengganggap diri mereka serba mampu, sehingga seringkali mereka
terlihat ―tidak memikirkan akibat‖ dari perbuatan mereka dan kadang
mengalami proses pencarian jati diri. Yuda M. Saputra (2001: 13) juga
menyatakan bahwa ―siswa SMP berada pada tahap pencarian jati diri, mereka
selalu mencari sesuatu yang baru‖. Alat bantu yang mereka anggap sesuatu
yang baru ini akan memberikan stimuli dan motivasi agar siswa secara
sukarela melakukan latihan meroda.
2) Pembelajaran meroda tanpa menggunakan alat bantu merupakan pembelajaran
yang pada proses latihan gerak tidak mendapatkan sebuah bantuan baik dari
alat bantu maupun media pembelajaran. Siswa secara mandiri berlatih tugas
gerak pada matras datar dan hanya mendapatkan arahan atau evaluasi dari
guru menggunakan bahasa verbal. Davies dalam Soekamto (1995: 9)
menyatakan bahwa , ‖Seorang siswa akan lebih meningkat motivasinya untuk
belajar bila ia diberi tanggung jawab serta kepercayaan penuh atas
belajarnya‖.
3) Meroda merupakan gerakan kesamping pada suatu saat bertumpu atas kedua
tangan dengan kaki terbuka/kangkang. Gerakanya menirukan gerak roda yang
berputar. Menurut Suyati, dkk (1994: 157) gerakan meroda dapat dinilai
menggunakan pedoman penilaian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini diadakan
tes dan pengukuran kemampuan meroda dengan menggunakan penilaian dari
orang yang ahli dalam bidang senam atau team expert seperti, guru penjas, dosen
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
54
senam, juri senam dan asisten dosen mata kuliah senam lantai. Juri yang bertugas
memberikan nilai pada tes awal dan tes akhir penelitian ini adalah Yulius Widodo,
S.Pd sebagai juri 1 dan CR. Patma Adi N.P sebagai juri 2. Juri-juri tersebut
merupakan juri senam dengan lisensi tingkat nasional. Petunjuk pelaksaan tes
terlampir.
G. Analisis Data
Tindakan peneliti setelah data terkumpul adalah menganalisisnya. Data
yang valid dan reliabel didapat dari pengumpulan data yang valid dan reliabel
pula. Oleh sebab itu data yang kurang valid dan reliabel, serta kurang lengkap
hendaknya di buang saja (Suryabrata, Sumadi, 1983). Adapun cara-cara yang
digunakan untuk menentukan kelayakan sampel penelitian dengan cara uji
reliabilitas, uji prasayat analisis, dan uji perbedaan.
1. Uji Reliabilitas
Tingkat keajegan hasil tes yang dilakukan dalam penelitian, dilakukan uji
reliabilitas dengan menggunakan korelasi interklas, dengan rumus sebagai berikut:
R =
Keterangan :
R = Koefisien reliabilitas
= Jumlah rata-rata dalam kelompok
= Jumlah rata-rata antar kelompok
2. Uji Prasyarat Analisis
Uji prasyarat analisis yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :
a. Uji Normalitas
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
55
Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan metode Lilliefors
dari Sudjana (2002:466). Adapun prosedur pengujian normalitas tersebut sebagai
berikut:
a) Pengamatan X1, X2,….Xn dijadikan bilangan baku Z1, Z2,…..Zn dengan
menggunakan rumus :
zi =
Keterangan :
Xi = Dari variable masing – masing sampel
X = Rata – rata
S = Simpangan Baku
b) Untuk tiap bilangan baku ini menggunakan daftar distribusi normal baku,
kemudian dihitung peluang F(z1) = P (z zi)
c) Selanjutnya dihitung proporsi z1, z2,…..zn yang lebih kecil atau sama dengan z1,
Jika proporsi dinyatakan oleh : S (zi)
Maka S (zi) =
d) Hitung selisih F(zi)-S(zi) kemudian ditentukan harga mutlaknya.
e) Ambil harga yang paling besar diantara harga-harga mutlak selisih tersebut.
Sebutlah harga terbesar ini Lo.
b. Uji Homogenitas
Dalam uji homogenitas dilakukan dengan cara membagi varians yang
lebih besar dengan varians yang lebih kecil. Menurut Sutrisno Hadi (1982:386)
rumusnya adalah:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
56
2
2
2
1
S
SF
Keterangan:
F = varians variable data
S1 = varians hasil belajar kelas eksperimen
S2 = varians hail belajar kelas kontrol
3. Uji Perbedaan
Analisis data dalam penelitian ini dilakukan dengan uji perbedaan dari
Sutrisno Hadi (1995:457) sebagai berikut :
t =
Keterangan :
t = Nilai uji perbedaan
Md = Mean perbedaan dari pasangan
∑d2
= Jumlah deviasi kuadrat tiap sapel dari mean perbedaan
N = Jumlah pasangan
Untuk mencari mean deviasi digunakan rumus sebagai berikut :
=
Keterangan :
D = Perbedaan masing-masing subyek
N = Jumlah pasangan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
57
Untuk menghitung prosentase peningkatan kemampuan meroda antara
penggunaan alat bantu dan tanpa alat bantu menggunakan rumus sebagai berikut :
Prosentase Peningkatan = x 100 %
Mean different = mean posttest – mean pretest
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
58
BAB IV
HASIL PENELITIAN
A. Deskripsi Data
Tujuan penelitian dapat dicapai dengan pengambilan data pada sampel yang
telah ditentukan. Data yang dikumpulkan terdiri dari data tes awal secara
keseluruhan, kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok dan dilakukan tes
akhir pada masing-masing kelompok. Data tersebut kemudian dianalisis dengan
statistik, seperti terlihat pada lampiran. Rangkuman hasil analisis data secara
keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut:
Tabel 2. Diskripsi Data Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Meroda Kelompok 1
dan Kelompok 2.
Kelompok Tes N Max Min Mean SD
Kelompok 1
awal 16 7,8 4,6 6,26 1,06
akhir 16 8,45 5,95 7,18 0,93
Kelompok 2
Awal 16 7,7 4,6 6,27 1,16
Akhir 16 7,9 4,8 6,55 1,10
Berdasarkan tabel tersebut menunjukkan bahwa, pada kelompok 1 mengalami
peningkatan setelah mendapatkan perlakuan. Demikian halnya pada kelompok 2 juga
mengalami peningkatan akibat dari perlakuan yang diberikan. Jika dibandingkan
antara kelompok 1 dan kelompok 2 menunjukkan bahwa, kelompok 1 memiliki
peningkatan kemampuan meroda yang lebih besar dibandingkan dengan kelompok 2.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
59
Untuk memahami nilai rerata tes awal dan tes akhir kemampuan meroda antara
kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 10. Grafik Rerata Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Kemampuan Meroda
Kelompok 1 dan Kelompok 2
Berdasarkan grafik tersebut menunjukkan, rerata dari hasil tes awal
kemampuan meroda antara kelompok 1 dan kelompok 2 hasilnya stabil atau tidak ada
perbedaan yang jauh. Hal ini artinya, sebelum diberi perlakuan kelompok 1 dan
kelompok 2 memiliki kemampuan awal meroda yang seimbang. Sedangkan dari
rerata hasil tes akhir kemampuan meroda antara kelompok 1 dan kelompok 2 hasilnya
ada perbedaan. Hal ini disebabkan karena perlakuan yang diberikan pada masing-
masing kelompok.
5.8
6
6.2
6.4
6.6
6.8
7
7.2
Tes Awal
Tes Akhir
Tes Awal Tes Akhir
k1 6.26 7.18
k2 6.27 6.55
Rerata Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir
Kemampuan Meroda antara Kelompok 1 dan Kelompok 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
60
B. Pengujian Persyaratan Analisis
Sebelum dilakukan analisis data perlu dilakukan pengujian persyaratan
analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan
uji homogenitas.
1. Uji Normalitas
Sebelum dilakukan analisis data diuji distribusi kenormalannya dari data tes
awal kemampuan meroda. Uji normalitas data dalam penelitian ini menggunakan
metode Lilliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal
pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data
Kelompok N Mean SD L hitung Lt 5%
K1 16 6,26 1,068 0,161 0,213
K2 16 6,27 1,115 0,097 0,213
Berdasarkan hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 1 (K1)
diperoleh nilai Lhitung = 0,161. Nilai tersebut lebih kecil dari angka batas penolakan
pada taraf signifikan 5% yaitu 0,213. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
data pada kelompok 1 (K1) termasuk berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji
normalitas yang dilakukan pada kelompok 2 (K2) diperoleh nilai Lhitung = 0,097,
ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol pada taraf
signifikan 5% yaitu 0,213. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada
kelompok 2 (K2) termasuk berdistribusi normal.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
61
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari
kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka
apabila nantinya kedua kelompok memiliki perbedaan, maka perbedaan tersebut
disebabkan perbedaan rata-rata kemampuan meroda. Hasil uji homogenitas data
antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai berikut:
Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data
Kelompok N SD2 Fhitung Ft 5%
K 1 16 1,141
0,92 2,33
K 2 16 1,339
Berdasarkan hasil uji homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai Fhitung=
0,92. Sedangkan dengan db =16 lawan 16, angka Ft 5%= 2,33, ternyata nilai Fhitung
0,92 lebih kecil dari Ft 5%= 2,33. Karena Fhitung < Ftabel 5%, maka hipotesis nol
diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 (K1) dan
kelompok 2 (K2) memiliki varians yang homogen.
C. Hasil Analisis Data
1. Uji Perbedaan sebelum Diberi Perlakuan
Sebelum diberi perlakuan kelompok yang dibentuk dalam penelitian diuji
perbedaanya terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud untuk mengetahui ketetapan
anggota pada kedua kelompok tersebut. Sebelum diberi perlakuan berangkat dari
keadaan yang sama atau tidak. Hasil uji perbedaan antara kelompok 1 dan kelompok
2 sebelum diberi perlakuan sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
62
Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok 1 dan
Kelompok 2.
Kelompok N Mean t Ttabel 5%
K1 16 6,26
0,098 2,131
K2 16 6,27
Secara lebih jelas rerata perbedaan hasil tes awal kemampuan meroda antara
kelompok 1 dan kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai
sebagai berikut:
Gambar 11. Grafik Rerata Perbedaaan Data Tes Awal Kemampuan Meroda antara
Kelompok 1 dan Kelompok 2
Berdasarkan hasil perbedaan rerata tes awal antara kelompok 1 dan
kelompok 2 diperoleh nilai kelompok 1 sebesar 6,26, kelompok 2 sebesar 6,27. Hasil
rerata tersebut menunjukkan tidak jauh berbeda. Hal ini artinya, antara kelompok 1
6.254
6.256
6.258
6.26
6.262
6.264
6.266
6.268
6.27
K1 K2
Mean 6.26 6.27
Rerata Perbedaan Hasil Tes Awal Kemampuan
Meroda antara Kelompok 1 dan Kelompok 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
63
dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan tidak ada perbedaan kemampuan meroda
pada awalnya.
2. Uji Perbedaan sesudah Diberi Perlakuan
Setelah dilakukan perlakuan, yaitu kelompok 1 diberi perlakuan latihan
meroda dengan alat bantu dan kelompok 2 tidak menggunakan alat bantu kemudian
dilakukan uji perbedaan. Uji perbedaan yang dilakukan dalam penelitian ini hasilnya
sebagai berikut:
a. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 yaitu:
Tabel 6. Rangkuman Uji Perbedaan Hasil Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1
Kelompok N Mean thitung ttabel 5%
Tes awal 16 6,26
9,887 2,131
Tes akhir 16 7,18
Secara lebih jelas perbedaan rerata hasil tes awal dan tes akhir kemampuan
meroda kelompok 1 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai
berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
64
Gambar 12. Grafik Nilai Rerata Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir
Kemampuan Meroda Kelompok 1
Berdasarkan hasil rerata tes awal kelompok 1 diperoleh nilai rerata tes awal
sebesar 6,26, sedangkan rerata hasil tes akhir diperoleh nilai sebesar 7,18.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa antara tes awal dan tes akhir pada
kelompok 1 terdapat perbedaan kemampuan meroda yang signifikan.
b. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 yaitu:
Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2.
Kelompok N Mean thitung ttabel 5%
Tes awal 16 6,27
4,201 2,131
Tes akhir 16 6,55
5.8
6
6.2
6.4
6.6
6.8
7
7.2
Tes Awal Tes Akhir
Series 1 6.26 7.18
Nilai Rerata Perbedaan Tas Awal dan Tes Akhir
Kemampuan Meroda Kelompok 1
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
65
Secara lebih jelas perbedaan rerata hasil tes awal dan tes akhir kemampuan
meroda kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai sebagai
berikut:
Gambar 13. Grafik Nilai Rerata Perbedaan Data Tes Awal dan Tes Akhir
Kemampuan Meroda Kelompok 2
Berdasarkan hasil rerata tes awal dan tes akhir kelompok 2 diperoleh nilai
rerata tes awal sebesar 6,27, sedangkan pada hasil rerata tes akhir diperoleh nilai
sebesar 6,55. Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa antara tes awal dan tes
akhir pada kelompok 2 terdapat perbedaan kemampuan meroda yang signifikan.
c. Hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 yaitu:
Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir antara Kelompok 1 dan
Kelompok 2
Kelompok N Mean thitung ttabel 5%
K1 16 7,18
4,625 2,131
K2 16 6,55
6.1
6.2
6.3
6.4
6.5
6.6
Tes Awal Tes Akhir
mean 6.27 6.55
Nilai Rerata Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir
Kemampuan Meoda Kelompok 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
66
Secara lebih jelas perbedaan rerata hasil tes akhir kemampuan meroda antara
kelompok 1 dan kelompok 2 dalam penelitian disajikan dalam bentuk grafik sebagai
sebagai berikut:
Gambar 14. Grafik Nilai Rerata Perbedaan Data Tes Akhir Kemampuan Meroda
antara Kelompok 1 dan Kelompok 2
Berdasarkan rerata hasil tes akhir kemampuan meroda, nilai rerata
kelompok 1 sebesar 7,18 sedangkan nilai rerata kelompok 2 sebesar 6,55.
Berdasarkan hasil tersebut menunjukkan bahwa, rerata hasil tes akhir kemampuan
meroda antara kelompok 1 dan kelompok 2 terdapat perbedaan yang signifikan.
d. Hasil Uji Perbedaan Selisih Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Antara Kelompok 1
dan Kelompok 2
Untuk mengetahui besarnya peningkatan kemampuan sebelum diberi
perlakuan dan sesudah diberi perlakuan maka harus menghitung selisih antara hasil
tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 dan kelompok 2. Selisih antara hasil tes awal
dan tes akhir pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:
6.2
6.4
6.6
6.8
7
7.2
K1 K2
Tes Akhir 7.18 6.55
Nilai Rerata Perbedaan Hasil Tes Akhir
Kemampuan Meroda antara Kelompok 1 dan
Kelompok 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
67
Tabel 9. Rangkuman Selisih Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Antara Kelompok 1 dan
Kelompok 2
Kelompok N
Mean
Pretest
Mean
Posttest
Selisih rerata
Tes Awal dan Tes Akhir
Kelompok 1 16 6,26 7,18 0,92
Kelompok 2 16 6,27 6,55 0,28
Secara lebih jelasnya selisih hasil tes awal dan tes akhir antara kelompok 1
dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
Gambar 15. Grafik Selisih Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Antara Kelompok 1 dan
Kelompok 2
012345678
K 1 K 2
Tes Awal 6.26 6.27
Tes Akhir 7.18 6.55
Selisih 0.92 0.28
Selisih Hasil Tes Awal dan Tes Akhir Antara Kelompok 1 dan
Kelompok 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
68
e. Hasil Uji Perbedaan dan Prosentase Peningkatan Kemampuan Meroda Kelompok
1 dan kelompok 2
Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki prosentase peningkatan
kemampuan meroda yang lebih besar dapat diketahui melalui penghitungan
perbedaan prosentase peningkatan tiap-tiap kelompok. Nilai perbedaan peningkatan
kemampuan meroda dalam persen antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebagai
berikut:
Tabel 10. Rangkuman Hasil Penghitungan Nilai Perbedaan Peningkatan Kemampuan
Meroda antara Kelompok 1 dan Kelompok 2.
Kelompok N
Mean
Pretest
Mean
Posttest
Mean
Different
Prosentase
Peningkatan
Kelompok 1 16 6,26 7,18 0,92 14,57%
Kelompok 2 16 6,27 6,55 0,28 4,48%
Secara lebih jelasnya prosentase peningkatan kemampuan meroda antara
kelompok 1 dan kelompok 2 disajikan dalam bentuk grafik sebagai berikut:
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
69
Gambar 16. Grafik Nilai Peningkatan Kemampuan Meroda antara Kelompok 1 dan
Kelompok 2
Berdasarkan hasil pengitungan prosentase peningkatan kemampuan
meroda diketahui bahwa kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan meroda
sebesar 14,16%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan meroda
sebesar 4,5%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 memiliki
prosentase peningkatan kemampuan meroda yang lebih besar daripada kelompok 2.
D. Pengujian Hipotesis
1. Perbedaan Pengaruh Pembelajaran Menggunakan Alat Bantu dan Tanpa
Alat Bantu Terhadap Kemampuan Meroda
Berdasarkan hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberi perlakuan,
diperoleh nilai t tes awal antara kelompok 1 dan kelompok 2 = 0,0984, sedangkan
ttabel = 2,131. Ternyata thit < ttabel 5%, yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan
demikian dapat disimpulkan bahwa, kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi
perlakuan dalam keadaan seimbang atau tidak terdapat perbedaan kemampuan
meroda. Hal ini artinya, antara kelompok 1 dan 2 berangkat dari titik tolak
0.0%
5.0%
10.0%
15.0%
K1 K2
ProsentasePeningkatan
14.6% 4.5%
Prosentase Peningkatan Kemampuan Meroda
antara Kelompok 1 dan Kelompok 2
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
70
kemampuan meroda yang seimbang. Apabila setelah diberi perlakuan terdapat
perbedaan, hal ini karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan.
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes awal dan tes akhir pada
kelompok 1 diperoleh nilai sebesar = 9,887, sedangkan ttabel = 2,131. Ternyata thitung
> ttabel 5%, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan
bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada
kelompok 1. Hal ini artinya, kelompok 1 memiliki peningkatan kemampuan meroda
yang disebabkan oleh perlakuan yang diberikan yaitu latihan meroda dengan alat
bantu.
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan tes awal dan tes akhir pada
kelompok 2 diperoleh nilai sebesar = 4,201, sedangkan ttabel = 2,131. Ternyata thitung >
ttabel 5%, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok
2. Hal ini artinya, kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan meroda yang
disebabkan oleh perlakuan yang diberikan, yaitu latihan meroda tanpa alat bantu.
Berdasarkan hasil pengujian selisih hasil tes awal dan tes akhir kelompok 1
diperoleh nilai sebesar = 0,92, sedangkan selisih hasil tes awal dan tes akhir
kelompok 2 diperoleh nilai sebesar = 0,28. Selisih hasil tes awal dan tes akhir
kelompok 1 di bandingkan kelompok 2 ternyata lebih besar peningkatannya, dengan
demikian dapat di simpulkan bahwa peningkatan kemampuan meroda pada kelompok
1 lebih besar di bandingkan kelompok 2.
Berdasarkan hasil pengujian perbedaan yang dilakukan pada data tes akhir
antara kelompok 1 dan kelompok 2 diperoleh hasil thitung sebesar 4,625, sedangkan
ttabel pada taraf signifikansi 5% sebesar 2,131. Berdasarkan hasil tersebut dapat
disimpulkan bahwa, terdapat perbedaan yang signifikan tes akhir antara kelompok 1
dan tes akhir kelompok 2. Perbedaan tersebut disebabkan latihan meroda dengan
menggunakan alat bantu dan tanpa alat bantu masing-masing memiliki kelebihan dan
kelemahan yang berbeda. Perbedaan kelebihan dan kelemahan dari masing-masing
bentuk latihan tersebut akan menimbulkan pengaruh yang berbeda pula terhadap
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
71
peningkatan kemampuan meroda. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan, ada
perbedaan pengaruh alat bantu dan tanpa alat bantu terhadap kemampuan meroda
pada siswa kelas VIIB SMP Negeri 27 Surakarta Tahun Ajaran 2011/2012, dapat
diterima kebenarannya.
2. Pembelajaran Menggunakan Alat Bantu Dibandingkan dengan
Pembelajaran Tanpa Alat Bantu terhadap Kemampuan Meroda
Berdasarkan hasil penghitungan prosentase peningkatan kemampuan meroda
diketahui bahwa, kelompok 1 memiliki nilai prosentase peningkatan kemampuan
meroda sebesar 14,57%. Sedangkan kelompok 2 memiliki peningkatan kemampuan
meroda sebesar 4,48%. Berdasarkan hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa,
kelompok 1 (pembelajaran meroda dengan alat bantu) memiliki prosentase
peningkatan kemampuan meroda yang lebih besar dari pada kelompok 2
(pembelajaran meroda tanpa alat bantu).
Pembelajaran meroda dengan alat bantu merupakan pembelajaran
keterampilan yang kreatif, inofatif dan terbimbing. Siswa yang belajar dan berlatih
mendapat bantuan berupa alat-alat pendukung untuk mempermudah siswa
medapatkan konsep gerakan dan mempermudah gerakan siswa. Selain itu juga di
berikan bimbingan aba-aba teknik gerakan meroda. Dengan adanya bantuan alat,
dorongan dan aba-aba dari orang yang membantu, maka gerakan meroda menjadi
lebih baik dan benar. Sedangkan pembelajaran meroda tanpa alat bantu merupakan
strategi pembelajaran dengan memberikan kepercayaan pada siswa untuk belajar
secara mandiri agar siswa lebih mudah beradaptasi dengan lingkungan yang
sesungguhnya. Pembelajaran tanpa menggunakan alat bantu menuntut kemandirian
siswa dalam proses pembelajaran latihan. Karena pembelajaran tanpa alat bantu
menuntut kemandirian siswa yang berlatih, sehingga siswa kurang dapat mengetahui
kesalahan teknik yang dilakukan. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan,
pembelajaran menggunakan alat bantu lebih baik pengaruhnya dari pada tanpa alat
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
72
bantu terhadap kemampuan meroda pada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta
tahun ajaran 2011/2012, dapat diterima kebenarannya.
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
73
BAB V
SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan,
ternyata hipotesis yang diajukan dapat diterima. Dengan demikian dapat diperoleh
simpulan sebagai berikut:
1. Ada pengaruh yang signifikan pembelajaran meroda menggunakan alat bantu dan
tanpa alat bantu terhadap kemampuan meroda pada siswa kelas VIIIB SMP
Negeri 27 Surakarta tahun ajaran 2011, dengan nilai perhitungan thit sebesar 9,887
dan ttabel sebesar 2,120 pada taraf signifikasi 5%.
2. Pembelajaran menggunakan alat bantu lebih baik pengaruhnya daripada
pembelajaran meroda tanpa alat bantu terhadap kemampuan meroda pada siswa
kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta tahun ajaran 2011. Kelompok 1 (kelompok
pembelajaran meroda menggunakan alat bantu) memiliki peningkatan
kemampuan meroda sebesar 14,57%. Sedangkan kelompok 2 (kelompok
pembelajaran meroda tanpa alat bantu) memiliki peningkatan sebesar 4,48%.
B. Implikasi
Berdasarkan pada hasil simpulan dalam penelitian ini, ternyata pembelajaran
meroda menggunakan alat bantu dan tanpa alat bantu memberikan pengaruh terhadap
peningkatan kemampuan meroda. Hal ini menunjukkan bahwa, setiap variabel
memiliki implikasi baik secara bersama-sama atau secara sendiri-sendiri. Atas dasar
hasil penelitian dapat dijelaskan implikasi yang ditimbulkan antara lain sebagai
berikut:
Pembelajaran meroda menggunakan alat bantu dan tanpa alat bantu
merupakan bentuk pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kemampuan meroda. Pembelajaran dengan alat bantu merupakan strategi pengaturan
perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id
commit to user
74
atau penataan latihan agar siswa lebih mudah melakukan meroda. Penggunaan alat
bantu memberikan konsep gerakan dan mempermudah tugas gerak siswa. Sedangkan
pembelajaran meroda tanpa alat bantu menuntut kemandirian siswa untuk melakukan
tugas geraknya, sehingga siswa dapat memanipulasi dan mencari cara agar dapat
menyelesaikan tugas geraknya.
C. Saran
Sehubungan dengan simpulan yang telah diambil dan implikasi yang
ditimbulkan, maka kepada siswa kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta tahun ajaran
2011/2012 disarankan sebagai berikut:
1. Hendaknya siswa kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta meningkatkan
komponen-komponen yang mendukung gerakan meroda.
2. Dalam pelaksanaan pembelajaran meroda, siswa harus kreatif dan inovatif dengan
memanfaatkan berbagai alat bantu yang relevan untuk latihan meroda.
3. Siswa kelas VIIIB SMP Negeri 27 Surakarta hendaknya menambah waktu latihan
tersendiri, selain mengikuti pelajaran secara reguler untuk meningkatkan
kemampuan meroda.