PERBEDAAN KEMAMPUAN HITUNG TUNAGRAHITA ......6 PERBEDAAN KEMAMPUAN HITUNG TUNAGRAHITA RINGAN DARI...
Transcript of PERBEDAAN KEMAMPUAN HITUNG TUNAGRAHITA ......6 PERBEDAAN KEMAMPUAN HITUNG TUNAGRAHITA RINGAN DARI...
-
1
PERBEDAAN KEMAMPUAN HITUNG TUNAGRAHITA RINGAN DARI
PEMBELAJARAN CONTECTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA
MATERI UANG KELAS V SDLB WANTUWIRAWAN SALATIGA
JURNAL
PENELITIAN EKSPERIMEN
Dosen Pengampu : Erlina Prihatnani S.Si., MP.d
Diajukan untuk Mememui Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi
Pendidikan Matematika
Disusun Oleh:
Natalia Wibawati
202013060
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA
SALATIGA
2017
-
2
-
3
-
4
-
5
-
6
PERBEDAAN KEMAMPUAN HITUNG TUNAGRAHITA RINGAN
DARI PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA
MATERI UANG KELAS V SDLB WANTU WIRAWAN SALATIGA
Natalia Wibawati1, Erlina Prihatnani
2
Program Studi Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Kristen Satya Wacana, Jl. Diponegoro 52-60 Salatiga 1Mahasiswa Pendidikan Matematika FKIP UKSW , email: [email protected]
2Dosen Pendidikan Matematika FKIP UKSW , email: [email protected]
Abstrak
Setiap anak berhak mendapatkan pendidikan yang layak, termasuk juga anak
tunagrahita. Tunagrahita dibedakan menjadi tiga tingkatan yaitu, tunagrahita ringan (IQ 70-
50), tunagrahita sedang (IQ 30-30) dan tunagrahita berat (IQ
-
7
dasar. Matematika sangat penting untuk kehidupan praktis sehari-hari, karena matematika
merupakan sarana untuk memecahkan masalah yang selalu dalam kehidupan semua orang,
seperti halnya dalam ketrampilan berkaitan dengan menghitung saat melakukan jual beli
(berbelanja). Berdasarkan pengamatan peneliti terhadap siswa tunagrahita ringan khususnya
pada kemampuan penalaran mata uang masih kurang, terbukti pada saat penukaran uang
mereka tidak mengerti nominal mata uang yang seharusnya mereka peroleh. Terlebih lagi
saat istirahat mereka menggunakan uang saku mereka untuk membeli makanan, anak
tunagrahita kesulitan untuk membayar berapa nominal yang harus diberikan kepada penjual.
Memecahkan masalah yang berkaitan dengan uang akan mudah diterima oleh penyandang
tunagrahita jika dibawakan dengan menarik sesuai dengan dunianya. Salah satu pendekatan
pembelajaran yang dapat diterapkan adalah pendekatan CTL. Menurut Suherman (2009),
pendekatan CTL adalah pembelajaran yang dimulai dengan mengambil (mensimulasikan,
menceritakan) kejadian pada dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dialami siswa
kemudian diangkat ke dalam konsep matematika yang dibahas. Menurut Jonhson( Rikrik D,
2011) CTL merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang bertujuan membantu siswa
melihat makna dalam bahan pelajaran yang mereka pelajari dengan cara menghubungkannya
dengan konteks kehidupan mereka sehari-hari, yaitu dengan konteks lingkungan pribadinya,
sosialnya, dan budayanya.
Menurut Nurhadi (Mundilarto, 2004: 70) CTL merupakan konsep belajar mengajar yang
membantu guru mengaitkan antara materi yang diajarkan di kelas dengan situasi dunia nyata
siswa dan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimiliki dengan
penerapannya dalam kehidupannya sebagai individu, anggota keluarga, dan masyarakat.
Pengetahuan yang berasal dari pengalaman dan konteks dibangun oleh siswa sendiri bukan
oleh guru, menurut Suherman (2009) pendekatan kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL) adalah pembelajaran yang dimulai dengan mengambil (mensimulasikan,
menceritakan) kejadian pada dunia nyata dalam kehidupan sehari-hari yang dialami siswa
kemudian diangkat ke dalam konsep matematika yang dibahas. Menurut Umar & Nur (2002:
10) sebuah kelas dikatakan menggunakan pendekatan kontekstual, jika menerapkan tujuh
komponen utama contextual teaching and learning berikut, konstruktivistik (constructivism)
yaitu mengembangkan pemikiran bahwa siswa akan belajar lebih bermakna dengan cara
bekerja sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan barunya. Menemukan (inquiry), laksanakan sejauh mungkin kegiatan inqury
untuk semua topik. Bertanya (questioning), kembangkan sifat ingin tahu siswa dengan
bertanya. Masyarakat belajar (learning community), ciptakan masyarakat belajar dengan
membentuk kelompok-kelompok belajar. Pemodelan (modeling), hadirkan model sebagai
contoh pembelajaran. Refleksi (reflection), lakukan refleksi di akhir pertemuan. Penilaian
yang riil (authentic assessment), lakukan penilaian yang sebenarnya dengan berbagai cara.
Pemecahan masalah yang melibatkan uang akan lebih mempermudah siswa tunagrahita jika
dibawakan dengan pendekatan CTL, dengan demikian diharapkan anak-anak tersebut dapat
lebih mandiri tentang uang. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hitung
pada materi uang untuk anak tunagrahita ringan menggunakan metode Contectual Teaching
and Lerning.
-
8
METODE
Penelitian ini dikategorikan sebagai jenis penelitian eksperimen dengan model The one
Group Pretest-Posttest (Emir. 2008:96), yaitu penelitian eksperimental dimana kelompok
tunggal menjadi fokus utama untuk diteliti, tetapi tidak ada perbandingan dengan kelompok
nonperlakuan. Kelebihan desain ini adalah memasukkan prates untuk menentukan skor garis
belakang, pos-tes untuk menentukan garis akhir dan membandingkan tingkat akademik
sebelum memperoleh treatmen. Keberhasilan treatmen ditentukan dengan membandingkan
nilai pre-test dan post-tes.
Subjek dalam penelitian ini adalah semua siswa tungrahita ringan kelas V SDLB Wantu
Wirawan Salatiga yang berjumlah 3 orang, yaitu Feri (S1), Andhika (S2) dan Riski (S3). Data
yang dikumpulkan dalam penelitian ini dengan menggunakan pemahaman soal pre-test yang
diberikan kepada siswa pada pertemuan pertama untuk mengukur kemampuan awal siswa.
Selanjutnya subyek diberikan treatment sebanyak 3 kali pertemuan dengan menggunakan
model pembelajaran CTL ( Contectual teaching learning ), kemudian di pertemuan
selanjutnya siswa mengerjakan soal post-test sebagai pengukuran akhir.
Tabel 1. Kisi-kisi soal pre-test dan post-test
SK: 1. Melakukan operasi hitung bilangan sampai tiga angka
KD: 1.5 Mememcahkan masalah perhitungan termasuk yang berkaitan dengan uang
No Indikator Indikator Soal Pengaplikasian
Soal
Skor
1. 1
Kesetaraan nilai
mata uang
Diberikan macam-macam kelompok mata uang,
siswa diminta untuk menconteng mana saja
kelompok mata uang yang dapat di tukarkan
dengan uang Rp 10.000,00
Soal no.1 2
Diberikan beberapa kolom matauang, siswa
diminta untuk mengisi berapa jumlah uang yang
harus ditukarkan sesuai nominalyang sudah
ditentukan
Soal no.3 3
2. 2
Menghitung nilai
sekelompok mata
uang
Diberikan beberpa kelompok berisikan gambar
mata uang, kelompok pertama Rp 100 – Rp 1.000,
kelompok kedua Rp 1.000 – Rp 10.000, kelompok
ketiga Rp 10.000 – Rp 50.000, kelompok keempat
Rp 50.000 – Rp 100.000, kelompok kelima diatas
Rp 100.000 siswa diminta untukmenghitung tiap
kelompok mata uang tersebut.
Soal no.2
2
3. 4 Menghitung harga
sekelompok
barang
Diberikan sekelompok barang beserta harganya
dan siswa diminta untuk menghitung jumlah harga
barang tersebut dengan cara menconteng uang
yang harus dibayarkan secara pas
Soal no.4 3
4. 5
Menghitung uang
kembalian dari
barang yang dibeli
Diberikan sekelompok barang beserta harganya,
siswa diminta untuk menghitung kembalian dari
uang yang ada
Soal no.5 5
Diberikan daftar barang beserta harga dan uang
yang dimiliki. Siswa diminta untuk menghitung
apakah uang kembalian dapatdigunakan untuk
membeli barang lain.
Soal no.6 5
-
9
HASIL DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Kemampuan Awal Siswa
Kondisi Awal Kemampuan Hitung Kesetaraan Nilai Mata Uang
Data kemampuan awal siswa diperoleh dari pre-test yang berjumlah 8 butir soal. Pre-test
digunakan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran mengenai kemampuan hitung
uang.
Tabel 2. Kemampuan awal kesetaraan nilai mata uang
Indikator: kesetaraan nilai mata uang
Subjek Gambar Uraian
S1
Pada dasarnya S1 belum lancar dalam
membaca, sehingga guru harus membacakan
apa yang dimaksut dari soal tersebut. Setelah
guru membacakan soal nomor 1 dan 3 S1 dapat
mengerjakan soal, namun dari soal nomor 1 S1
hanya menjawab 1 dari 3 jawaban yang
seharusnya diberi tanda centang oleh S1. Hal ini
dikarenakan S1 kurang teliti dalam menghitung
jumlah mata uang dan memiliki pola pikir
ketika menukarkan uang hanya bisa ditukar
dengan satu pilihan. S1 kesulitan dalam
mengerjakan soal nomor 3, terkesan asal-asalan
saat menghitung soal nomor 3 karena ketika
mengerjakan S1 terus saja bertanya-tanya
bagaimana cara menghitungnya.
S2
S2 sudah mahir dalam membaca, hanya
saja S2 kurang percaya diri dalam menentukan
jawaban. S2 hanya menjawab 1 pilihan jawaban
dari 3 jawaban benar yang seharusnya di
centang oleh subjek, hal ini dikarenakan S2
bingung saat menghitung jumlah uang yang
terdapat koin Rp 500,00. Sama halnya dengan
S1, S2 juga kesulitan dalam mengerjakan soal
nomor 3. S2 berusaha untuk menghitung dan
membayangkan tetapi tetap tidak bisa, hingga
S2 hanya menjawab asal.
-
10
S3
S3 tidak jauh berbeda dengan subjek
sebelumnya, S3 hanya menconteng 1 pilihan
benar dari 3 pilihan benar yang ada. Berbeda
dengan sabjek yang lainnya, S3 terlihat tenang
dalam mengerjakan soal pre-test. S3 menjawab
soal nomor 3 tanpa menghitung terlebih dahulu
sehingga semua jawaban yang dijawab oleh S3
pada soal nomor 3 salah.
Garis besar dari indikator kesetaraan nilai mata uang adalah semua subjek berpendapat
hanya ada satu jawaban dari 6 pilihan jawaban dan 3 pilihan jawaban yang benar dari soal
nomor 1. Semua subjek salah ketika menjawab soal nomor 3.
Tabel 3. Kemampuan awal Kemampuan Hitung Nilai Sekelompok Mata Uang
Indikator: Kemampuan Hitung Nilai Sekelompok Mata Uang
Subjek Gambar Uraian
S1
S1 pandai dalam menyebutkan nilai
nominal uang, namun kurang teliti dalam
mengerjakan. Hasil analisis deskripsi
kemampuan awal subjek S1 dapat dilihat pada
Gambar 4. S1 mampu menjawab 2 jawaban
dengan benar dari 5 yang seharusnya di jawab
oleh subjek, namun nampak nya S1
masihkesulitan dalam menghitung uang yang
lebih dari ratusan ribu.
S2
S2 dapat menjawab 3 jawaban benar dari 5
soal, namun S2 kesulitan dalam menuliskan
bilangan yang jumlahnya lebih dari lima puluh
ribuan. Terlihat dari jawaban subjek, S2 hanya
mampu menjumlahkan uang dibawah lima
puluh ribu.
-
11
S3
S3 dapat menjawab 3 jawaban benar dari 5
soal yang ada, hanya saja S2 kurang teliti
ketika menghitung jumlah mata uang dibawah
dua puluh ribu. Sama halnya dengan S2, S3
belum mampu menghitung jumlah uang diatas
seratus ribu.
Dari uraian, dapat disimpulkan bahwa subjek S1 masih kesulitan ketika mengerjakan
penghitungan nilai sekelompok mata uang lebih dari lima puluh ribu rupiah, sedangkan subjek
S2 dan S3 kesulitan saat menghitung lebih dari seratus ribu rupiah.
Tabel 4. Kemampuan awal penghitungan harga sekelompok barang
Indikator: Kemampuan Hitung Harga Sekelompok Barang
Subjek Gambar Uraian
S1
S1 terlihat tidak menambahkan terlebih dahulu
harga barang yang debeli untuk mengertahui
berpa uang yang harus dibayarkan, namun S1
mencentang uang dengan melihat harga
barang satu persatu. S1 kesulitan ketika uang
yg seharusnya di centang tidak ada, sehingga
S1 hanya mencentang uang seadanya
S2
S2 terlihat sudah menambahkan semua harga
barang yang dibeli, namun ketika
menjumlahkan harga barang yang dibeli, S2
melakukan salah penempatan penjumlahan
uang hingga hasil jawaban total yang harus di
bayarkan salah
S3
Kesalahan yang sama juga dilakukan oleh S3,
S3 melakukan kesalahan penempatan
penjumlahan belas ribuan dengan ribuan.
Sehingga S3 salah dalam mencentang uang
yang seharus nya dibayarkan.
Pada indikator ini, subjek belum melakukan tahap menjumlahkan harga barang-barang
yang dibeli, subjek hanya langsung mencentang uang yang bernilai besar yang sekiranya cukup
untuk membayar barang-barang tersebut.
Tabel 5. Kemampuan awal penghitungan uang kembalian dari barang yang dibeli
Indikator: Kemampuan Hitung Uang Kembalian dari Barang yang Dibeli
Subjek Gambar Uraian
-
12
S1
S1 terlihat sudah menambahkan semua harga barang
yang dibeli, namun S1 tidak menghitung kembalian
dari uang yang disediakan, S1 hanya menjawab total
pembelian barang-barang tersebut. nampaknya S1
sudah kelelahan ketika mengerjakan soal nomor 6,
sehingga subjek hanya menjawab masih tanpa
menghitung terlebih dahulu.
S2
Ketika mengerjakan soal nomor 5, S2 melakukan
kesalahan hitung saat menjumlahkan barang yang di
beli, namun secara proses S2 sudah benar hanya
sajakurang teliti. Ketika mengerjakan soal nomor 6,
S2 menambahkan semua daftar harga barang, namun
yang dilakukan S2 tidak sesuai perintah
S3
Ketika mengerjakan soal nomor 5, S3 hanya
melakukan kesalahan pengurangan saat menghitung
kembalian. Namun saat mengerjakan soal nomor 6, S3
salah dalam penempatan ribuan dengan belas ribuan
saat menjumlahkan harga barang yang dibeli.
Dapat subjek belum melakukan tahap penjumlahan harga barang yang dibeli. Subjek
kesulitan ketika mengerjakan soal nomor 6, dikarenakan subjek harus menghitung dari
kembalian apakah dapat digunakan untuk membeli satu barang yang bernilai Rp 15.000,00
Penerapan CTL dalam pembelajaran untuk tunagrahita ringan
Pertemuan ke-1
Pertemuan pertama untuk mencapai indikator kesetaraan nilai mata uang menggunakan
alat peraga uang imitasi. Keadaan kelas disusun mengelompok menjadi satu ( Learning
-
13
Community ), hanya ada 3 meja yang disusun menjadi satu dan semua subjek duduk
mengelingi meja tersebut, dengan begitu peneliti bisa mengontrol seluruh subjek. Uang
ditelatkan di tengah meja, untuk menata nilai masing-masing mata uang peneliti meminta
bantuan semua subjek ( Contructivism ). Peneliti mengambi uang Rp 5.000,00 dan mengambil
5 lembar uang Rp 1.000,00 untuk membericontoh, baru lah peneliti menjelaskan bahwa nilai 1
lembar uang Rp 5.000,00 senilai dengan 5 lembar uang Rp 1.000,00. Selanjutnya peneliti
meninta masing-masing subjek untuk mencari uang yang senilai dengan Rp.10.000,00 sampai
Rp 100.000,00. Awalnya seluruh subjek hanya dapat menukarkan uang dengan uang yang
semua nilainya sama. Peneliti memerintahkan subjek untuk mencari uang yang senilai Rp
20.000,00 dengan peraturan uang yg bisa di gunakaan adalah lima ribuan, dua ribuan dan
seribuan. Maing-masing subjek memiliki kemampuan yang berbeda, ada yang mampu
menemukan 1 kelompok uang yang senilai dengan Rp 20.000,00 ada yang dapat menemukan 2
kelompok uang yang senilai dengan Rp 20.000,00 ( Inquiry ). Untuk mengecek sejauh apa
subjek memahami pembelajaran, peneliti memberikan LK ( Lembar Kerja ) kepada setiap
subjek ( Reflection )
Pertemuan ke-2
Pertemuan kedua untuk mencapai indikator menghitung sekelompok nilai mata uang. Pada
pertemuan kedua, peneliti menyiapkan beberapa potong kertas yang berisikan sekelompok
mata uang beserta nominal dan penulisannya. Antar subjek diminta untuk secara cepat mencari
pasangan antara mata uang dengan nominal dan penulisannya lalu ditempelkan pada kertas
karton ( Learning Community ). Untuk mengecek sejauh apa subjek memahami pembelajaran,
peneliti memberikan LK ( Lembar Kerja ) kepada setiap subjek ( Reflection )
Pertemuan ke-3
Pertemuan ketiga untuk mencapai indikator menghitung harga sekelompok barang dan
menghitung kemballian. Peneliti dengan subjek melakukan simulasi jual-beli. Peneliti
menyiapkan barang beserta haftar harga barang-barang tersebut, sebelumnya masing-masing
subjek diberi dompet yang berisikan 1 lebar uang Rp 100.000,00, 1 lembar uang Rp 50.000,00,
2 lembar uang Rp 20.000,00, 4 lembar uang Rp.10.000,00, 4 lembar uang Rp 5.000,00, 5
lembar uang Rp 1.000,00 dan beberapa uang koin. Masing-masing subjek diminta untuk
membeli 3 barang kemudian subjek menghitung total harga barang yang dibeli dan
membayarkan dengan uang pas. Kegiatan ini diulangi beberapa kali dengan barang yang
berbeda, ketika subjek kehabisan uang kecil untuk membayarkan secara pas, mereka dapat
menukarkan uang mereka kepada peneliti, dengan persyaratan subjek harus menghitung sendiri
berapa jumlah uang yang dapat ditukarkan. Kemudian masing-masing subjek dimminta untuk
membeli 3 barang dan menghitung berapa total harga barang-barang tersebut, setiap subjek
harus membayarkan dengan uang Rp 20.000,00 dan subjek harus menghitung kembalian
mereka ( Inquiry ).. Subjek diminta untuk membeli 4 barang dan menghitung total harga barang
yang dibeli namun subjek diminta untuk membayarkan dengan uang Rp 50.000,00 dan
menghitung kembalian mereka. Untuk mengecek sejauh apa subjek memahami pembelajaran,
peneliti memberikan LK ( Lembar Kerja ) kepada setiap subjek ( Reflection )
Dapat diketahui bahwa pada tahap awal pre-test sudah terlihat kesulitan siswa, namun pada
tahap pertemuan ini kesulitan subjek menngenai penghitungan uang sudah mulai teratasi.
Proses setiap treatment tidaklah berjalan selalu lancar, beberapa perkembangan subjek yang
sudah terlihat saat menerima treatment dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
-
14
Tabel 6. Perkembangan Subjek Disetiap Perlakuan
Subjek Perlakuan
1 2 3
S1
Subjek kurang teliti dan terburu-
buru dalam menjawab, namun
sudah lebih baik dalam
menyebutkan nominal uang
Subjek belum lancar dalam
membaca, sehingga subjek
terlihat lamban dalam
melakukan kegiatan
subjek berkemampuan baik
dalam menyebutkan uang yang
harus dibayarkan ketika
membeli sekelompok barang
S2
Walaupun terkadang subjek
terlihat sibuk sendiri, ternyata
subjek memiliki kemampuan
baik dalammen dengarkan
sehingga mengerti
pembelajaran.
Subjek masih kurang teliti
ketika menyebutkan jumlah
uang dengan nominalnya
Subjek sudah tidak salah
dalam penempatan
penjumlahan sibuan dengan
belas ribuan.
S3
Subjek lebih cekatan dalam
mengelompokan nominal uang
Subjek sudah baik dalam
menyebutkan nominal uang
beseta penulisannya
Sama halnya dengan S2,
subjek sudah lebih cepat dalam
menghitung kembalian .
Deskripsi Kemampuan Akhir Siswa
Kondisi Akhir Kemampuan Hitung Kesetaraan Nilai Mata Uang
Data kemampuan akhir subjek diperoleh dari post-tes yang berjumlah 8 butir soal, soal
post-test memiliki kriteria sama dengan pre-test, hanya saja diacak dalam setiap soalnya.
Post-test digunakan untuk mendeskripsikan atau memberikan gambaran mengenai
kemampuan hitung uang.
Tabel 7. Kemampuan akhir kesetaraan nilia mata uang
Indikator: Kemampuan Hitung Kesetaraan Nilai Mata Uang
Subjek Gambar Uraian
S1
Sepeti halnya saat pre-test, saat post-test
punpeneliti juga membacakan soal. Setelah
peneliti membacakan soal nomor 1 dan 3 S1 dapat
mengerjakan soal, namun dari soal nomor 1 S1
mencentang 4 pilihan jawaban ketiganya benar
namun satu jawaban yang dijawab oleh S1 salah.
Nampaknya S1 sudah mengalami kemajuan dalam
menjawab soal nomor 3, subjek mampu menjawab
dengan benar soal nomor 3.
S2
Jika sebelumnya S2 mengalami kesulitan
menghitung sekelompok mata uang yang
didalamnya terdapat limaratus rupiah, maka
berbedahalnya saat mengerjakan post-test, subjek
dapat menjawab dengan benar soal nomor 1.
Begitupun saat mengerjakan soal nomor 3, S2
tidak mengalami kesulitan.
-
15
S3
Hasil post-test menunjukan S3 tidak mengalami
kesulitan ketika mengerjakan soal nomor 1. S3
pun menjawab dengan benar soal nomor 3
Subjek sudah mampu membangun pola pikir bahwa ketika menukarkan uang yang
senilai tidak hanya terdapat satu mata uang uang yang senili. Soal nomor 3 mampu
dikerjakan subjek dengan benar.
Tabel 8. Kemampuan akhir penghitungan nilai sekompok mata uang
Indikator: Kemampuan Hitung Nilai Sekelompok Mata Uang
Subjek Gambar Uraian
S1
Subjek diminta untuk menghitung jumlah
kelompok mata uang yang sudah disediakan. Jika
sebelumnya S1 masih banyak melakukan
kesalahan dalam penulisan nominal dari
sekelompok mata uang, saat mengerjakan post-
test masih ada 1 soal yang salah.
S2
S2 dapat menjawab 4 jawaban benar dari 5 soal,
namun S2 nampaknya masih kesulitan
menghitung nilai sekelompok mata uang diatas
ratus ribuan.
-
16
S3
S3 dapat menjawab 4 jawaban benar dari 5 soal
yang ada, samahalnya dengan S1, S2 salah saat
menghitung nilaisekempok mata uang yang
berjumlah Rp 20.500,00.
Subjek sudah mampu melampaui indikator penghitungan nilai sekelompok mata uang,
hal tersebut terlihat dari kepercayaan subjek ketika menjawab soal nomor 2 tersebut.
kesulitan sedikit dialamiolehsetiap subjek karena mereka memulai menghitung jumlah uang
yang bernilai besar terlebih dahulu.
Tabel 9. Kemampuan akhir penghitungan harga sekelompok barang
Indikator: Kemampuan Hitung Harga Sekelompok Barang
Subjek Gambar Uraian
S1
Langkah S1 dalam menghitung total harga yang
harus dibayarkan sudah benar, begitupun saat
mencentang uang yang harus dibayarkan. Hasil
analisis deskripsi kemampuan akhir pada indikator
S2
Tahap S2 dalam mengerjakan penghitungan
sekelompok mata uang sudah benar, namun ketika
perintah mencentang uang yang harus di bayarkan,
subjek mencentang uang seratus rupiah.
S3
Saat mengerjakan post-test, S3 sudah berhasil
mengerjakan dengan benar. Mengingat saat pre-
test, subjek melakukan kesalahan penempatan saat
menjumlahkan.
Dapat dilihat dari ketiga subjek melakukan tahaban yang benar yaitu menjumlahkan
harga barang-barang yang dibeli kemudian uang yang dimiliki dikurangi dengan jumlah
barang-barang yang dibeli.
Tabel 10. Kemampuan akhir penghitungan uang kembalian dari barang yang dibeli
Indikator: Kemampuan Hitung Uang Kembalian dari Barang yang Dibeli
Subjek Gambar Uraian
-
17
S1
Langkah S1 dalam mengerjakan soalnomor 5 dan
nomor 6 sudah benar, subjek sudah melakukan
tahap uang yang dimiliki dikurangi total harga yang
dibeli, walaupun dilihal pada coretan S1 saat
menghitung sebelumnya ada kesalahan lalu subjek
menghitung utang
S2
Saat mengerjakan soal nomor 5 dan nomor 6 S2
mengerjakan dengan benar dan rapi.
S3
Saat mengerjakan soalnomor 5 dan nomor S3
mengerjakan dengan benar dan cepat.
-
18
Dari hasil penelitian dapat diketahui kesulitan subjek dalam pemahaman materi uang
adalah subjek sudah mengerti bagaimana cara menghitung kembalian, terlebih lagi saat
barang yang dibeli harganya sudah mencapai puluh ribuan. Subjek menghapal nominal uang
berdasarkan warna uang tersebut sebagian dari subjek kesulitan ketika mengoprasikan uang
jika dikombinasikan denngan uang receh.
Perbedaan Kemampuan hitung pada Materi Uang untuk Ketiga Subjek
Tabel 11. Perbedaan kemampuan hitung
Indikator kemampuan Subjek
S1 S2 S3
Kesetaraan
nilai mata
uang
Awal
Subjek memiliki
pengetahuan yang baik
ketika menyebutkan
nominal uang, subjek
berpendapat hanya ada
satu jawaban ketika
menukarkan uang yang
senilai
Subjek belum mengerti
bagaimana cara
mencari uang yang
senilai, subjek mengerti
setelah guru
memberikan satu
contoh
Ketika menukarkan
uang yang senilai subjek
hanya milih nilai uang
yang mudah, jika di
kombinasikan dengan
uang receh sunjek
belum mampu
mengoprasikan
akhir
Langkah subjek ketika
menghitung nilai
sekelompok uang
sudah baik dengan
menghitung satu
persatu dengan teliti
sehingga subjek
mempu melampaui
indikator tersebut
Subjek mampu
melampaui indikator
dengan baik. Walaupun
saat pembelajaran
subjek kurang
memperhatikan,
ternyata subjek
mengerti dengan
caranya sendiri
Subjek sudah mampu
mengoprasikan uang
receh saat menghitung
uang yang senilai.
Awal
Subjek kesulitan ketika
menghitung uang yang
lebih dari lima puluh
ribu rupiah, subjek
dapat menyebutkan
nominal namun belum
mampu menuliskan
dalam bentuk
matematika
Subjek kesulitan ketika
menghitung
sekelompok mata uang
yang lebih dari seratus
ribu rupiah, subjek
hanya menyebutkan
seratus kemudian
diikuti dengan puluhan
ribu dari uang tersebut
Kesulitan yang dialami
subjek adalah subjek
belum mampu
menghitung sekelompok
uang yang
dikombinasikan dengan
uang receh dan
menghitung uang yang
lebih dari ratusan ribu
rupiah
akhir
Subjek mampu
melampaui indikator
dengan baik, mampu
menghitung uang yang
lebih dari seratus ribu
rupiah.
Subjek mampu
melampaui indikator
dengan baik, terbukti
subjek mampu
mengerjakan
penghitungan lebih dari
Subjek mampu
mengoprasikan uang
receh dengan benar.
Subjek mampu
mnghitung uang lebih
dari seratus ribu rupiah
-
19
ratusan ribu rupiah
Menghitung
harga
sekelompok
barang
Awal
Pada indikator ini
subjek tidak
menghitung harga dari
barang-barang yang
dibeli
Kesalahan yang sama
dialami oleh subjek,
subjek hanya
membayarkan barang
yang dibeli dengan
uang uang
bernilaibesar
Sama halnya dengan
subjek pertama dan
kedua, subjek belum
melapaui indikator ini
akhir
Subjek sudah mapu
melampaui indikator
dengan baik.
Subjek sudah mapu
melampaui indikator
dengan baik.
Subjek sudah mapu
melampaui indikator
dengan baik.
Menghitung
uang
kembalian
dari barang
yang dibeli
Awal
Subjek ketika diminta
untuk menghitung
kembalian subjek
belum melakukan
tahap menjumlahkan
harga barang yang
dibeli.
sama halnya dengan
subjek yang pertama,
subjek hanya langsung
menulis kembalian dan
tidak menghitung total
harga barang yang
dibeli.
Subejk hanya langsung
menulis jawaban
dengan tidak
memperhatikan perintah
dari soal tersebut.
akhir
Subjek sudah mampu
melampaui indikator
dengan baik, saat
diminta untuk
menghitung kembalian
subjek menjumlahkan
terlebih dahulu barang
yang dibeli.
Subjek mampu
melampaui indikator,
dengan subjek mampu
menghitung kembalian
dari setiap pembelian
yang dilakukan.
Ketika guru meminta
subjek untuk
menghitung kembalian
dan kembaliannya harus
menggunakan receh
subjek mampu
melakukannya
KESIMPULAN
Dari hasil penelitian dapat disimpilkan bahwa S1 memiliki memapuan ingat mata uang
baik, saat diminta untuk menyebutkan nominal uang subjek dengan cepat dapat menyebutkan
namun subjek lemah dalam mengoprasikan uang. S2 tidak begitu paham nominal uang, namun
kelebihan dari S2 adalah subjek memiliki kemampuan baik ketika mengoprasikan uang. S3
lemah dalam pengoprasian uang jika dikombinasi dengan uang receh, namun ketika diminta
untuk menghitung sekelompok mana uang subjek mampu melakukan dengan baik.
SARAN
Berdasarkan kesimpulan diatas, maka penulis mengemukakan saran-saran sebagai
berikut : Guru perlu memberikan perhatian dan bantuan kepada siswa yang mengalami
kesulitan dalam setiap pembelajarannya, khususnya yang bersifat individual. Bantuan kepada
siswa tersebut dapat berupa treatment dan melibatkan siswa secara langsung saat
berlangsungnya pembelajaran. Penggunaan alat peraga sangat menunjang dalam
berlangsungnya pembejaran, karena anak dengan kelainan grahita tidak seperti anak pada
umumnya, diperlukan perlakuan khusus untuk mereka . Hal ini menjadi penting karena
materi uang berkaitan erat dengan kehidupan sehari-hari dan salah satu materi dasar yang
harus dikuasai siswa. Selain itu peran guru sangat mempengaruhi, seorang guru harus
memiliki pengetahuan yang banyak mengenai metode-metode pembelajaran. Untuk itu guru
perlu lebih dekat ke siswa dalam menggali informasi mengenai perkembangan anak didiknya,
dengan demikian kesulitan siswa dalam belajar matematika secaradini dapat diketahui dan
diatasi. Mengingat penelitian ini merupakan penelitian awal, sehingga perlu untuk
dikembangkan pada penelitian lebih lanjut, seperti banyaknya subjek penelitian maupun
variasi treatment yang dilakukan.
-
20
DAFTAR PUSTAKA
Andi Hakim Nasution. (1978). Landasan Matematika. Jakarta: Bhratara Karya Aksara.
Putri Anindita.(2013). Deskripsi Kemampuan Siswa Tunagrahita Ringan dalam
Menyelesaikan Soal Cerita Berdasarkan Tipe-tipe Perkalian. Skripsi. Salatiga: FKIP UKSW
Amin. Moh. (1995). Ortopedagogik Anak Tunagrahita. Bandung.Depdikbud Dirjen
Pendidikan Tinggi.
Abdurrahman, Mulyono. (1994). Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:
Rineka Cipta
Bramuaji Chya. (2009). Identifikasi Faktor Penyebab Tunagrahita Siswa Sekolah Luar Biasa
Negeri 1 Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: FIK UNY Andang Suherman. (2009). Revitalisasi
Pengajaran dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: Bintang Warlia Artika
Johnson, Elaine B. (2011). Contectual Teaching and Learning. Bandung: Kaifa Erma
Suherman. Dkk. (2001). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer Bandung: Jica
Tri Wijayati. (2011). Pengembangan Strudent Worksheet Bahasa Inggris SMP Kelas VIII
Pada Pelajaran Aljabar Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan
Pendekatan Pemecahan Masalah Berbasis Kontruktivisme. Skripsi tidak diterbitkan. UNY
Destina Vidya Prastiwi. (2011). Hubungan Antara Konsentrasi Belajar dengan Prstasi
Belajar Pada Mata Pelajaran Matematika Siswa Kelas IV SD Sekecamatan Wates
Kabupaten Kulon Progo. Skripsi tidak diterbitkan. UNY
Sugiyono. (2005). Metode Penelitian Kuantitaif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta
Nurhadi. (2002). Pendekatan Kontekstual. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional. Direktorat
Jenderal Pendidikan Dasar Menengah. Direktorat Pendidikan Lanjutan Pertama.
Krisnawati, Yulia. & Swarsih, Madya. (2004). Jurnal Penelitian dan Evaluasi: Pengelolaan
Pembelajaran Bahasa Indonesia dengan Menggunakan Metode Kontekstual di SLTP N egeri
25 Surabaya. Yogyakarta: PPS UNY.
Mardapi, Djemari. (2004). Implementasi Kurukulum Berbasis Kompetensi. Bandar Lampung:
HEPI.
Yulaelawati, Ella. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran Filosofi Teori dan Aplikasi. Jakarta:
Pakar Raya.