SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

92
i SKRIPSI SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SDLB JEPARA TAHUN 2012 SKRIPSI Diajukan dalam rangka Penyelesaian Studi Strata I Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan Oleh Muhammad Imam Majid 6101408206 PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2012

Transcript of SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

Page 1: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

i

SKRIPSI

SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA

DALAM MENGIKUTI PEMBELAJARAN

PENDIDIKAN JASMANI DI SDLB

JEPARA TAHUN 2012

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka Penyelesaian Studi Strata I

Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

Muhammad Imam Majid

6101408206

PENDIDIKAN JASMANI KESEHATAN DAN REKREASI

FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2012

Page 2: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

ii

ABSTRAK

Muhammad Imam Majid. 2012. Survei Keaktifan Anak Tunagrahita Dalam

Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani di SDLB Jepara Tahun 2012. Skripsi. Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi. Fakultas Ilmu

Keolahragaan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing 1 : Drs. Hermawan Pamot R, M.Pd dan Pembimbing 2 : Ipang Setiawan, S.Pd, M.Pd.

Kata Kunci : Keaktifan, Tunagrahita, Pendidikan Jasmani

Fokus masalah penelitian ini adalah bagaimana tingkat keaktifan anak

tunagrahita dalam mengikuti pembelajarn penjas di SDLB Jepara yang memiliki

karakteristik berbeda dengan anak normal. Tujuan penelitian untuk mengetahui

tingkat keaktifan anak tunagrahita dalam mengikuti pembelajaran pendidikan

jasmani di SDLB Jepara tahun 2012.

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa SDLB Jepara katagori kelas C (Tunagrahita) tahun 2012 berjumlah 125 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik proportional random sampling, yaitu sampel

diambil jumlah yang seimbang dari setiap kelasnya secara acak, sampel yang digunakan berjumlah 24 anak yang diambil dari setiap kelasnya 4 orang anak

secara acak. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, menggunakan metode survei dengan lokasi penelitian di SDLB Jepara. Data penelitian dihimpun langsung melalui: (1) observasi dengan lembar kerja pengamatan, (2) wawancara,

dan (3) pengumpulan dokumen. Bentuk analisis data penelitian ini adalah analisis deskriptif.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat keaktifan anak tunagarahita

dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di SDLB Jepara tahun 2012

dapat dikatakan cukup, dari hasil yang diperoleh menunjukkan prosentase sebesar

51,34%. Hasil tersebut merupakan jumlah rata-rata dari tiga kali pengamatan yang

dilakukan peneliti pada tanggal 29 Agustus, 5 September, dan 12 September

dengan hasil 53,7%, 49,8%, dan 50,5%. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi

tingkat keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran penjas di SDLB Jepara,

antara lain faktor intern dan ekstern anak tersebut.

Berdasarkan hasil penelitian penulis memberikan saran antara lain: (1)

Bagi guru mata pelajaran pendidikan jasmani. Kembangkan model-model

pembelajaran berdasarkan PAIKEM (Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan). Buatlah lebih banyak variasi materi untuk

memperkaya pengetahuan gerak siswa. Gunakan metode yang tepat untuk

mencegah siswa dari kejenuhan saat mengikuti pembelajaran, dan optimalkan

pembelajaran dengan melengkapi sarana prasarana di sekolah. (2) Bagi sekolah,

untuk mengajukan permintaan kepada dinas terkait untuk membantu baik material

maupun tenaga pengajar guna peningkatan mutu kualitas pembelajaran

pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan. (3) Bagi Universitas Negeri

Semarang untuk mengadakan program studi atau jurusan yang meluluskan guru-

guru penjasorkes untuk sekolah luar biasa.

Page 3: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

iii

PERNYATAAN

Saya menyatakan bahwa isi dari skripsi ini benar-benar merupakan hasil

karya tulis ilmiah yang telah saya susun sendiri dan bukan merupakan hasil

jiplakan dari karya tulis ilmiah orang lain. Berbagai pendapat serta temuan dari

orang ataupun pihak lain yang ada di dalam karya tulis ilmiah ini dikutip dan

dirujuk berdasarkan pedoman kode etik etika penyusunan karya tulis ilmiah.

Semoga karya tulis ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua.

Semarang, November 2012

Peneliti

Muhammad Imam Majid

NIM. 6101408206

Page 4: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

iv

PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk diajukan dalam sidang Panitia Ujian Skripsi

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang pada :

Hari : .................................................................................

Tanggal : .........................................................................................

Page 5: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

v

PENGESAHAN

Telah dipertahankan di hadapan Sidang Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ilmu

Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

Pada hari : Rabu

Tanggal : 5 Desember 2012

Panitia Ujian

Page 6: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

vi

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Belajar bukan berarti takut akan gagal, karena kegagalan adalah batu

loncatan menuju kesuksesan.

PERSEMBAHAN

Karya ini kupersembahkan kepada:

1. Yang tercinta kedua orang tua saya : Bapak Rindho

H.P. dan Ibu Masrukhatin, terima kasih atas segala

dukungan, do’a, cinta dan kasih sayangnya.

2. Yang saya sayangi : Kakak Luxman Herdikiawan

dan, Adik Nur Layli K. Serta Nunki Andika Sari.

3. Teman-teman PJKR 2008 dan almamater FIK

UNNES tercinta.

4. Teman-teman Kos Sardjan. (Johan, Daus, Uren,

Mansur, Fuad, Slegek, Topang, Eko, Munir,

Tipong, Andi, Diar, Bayu dan Beni).

Page 7: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

vii

KATA PENGANTAR

Syukur Alhamdulillah atas berkat rahmat serta hidayah Allah SWT penulis

dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Survei Keaktifan Anak Tunagrahita

Dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di SDLB Jepara Tahun

2012. Dengan demikian penulis juga dapat menyelesaikan studi program Sarjana,

di Jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu

Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang.

Dengan selesainya penulisan skripsi ini, maka penulis menyampaikan

ucapan terima kasih yang tiada terhingga, diantaranya kepada:

1. Rektor Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kesempatan

kepada peneliti menjadi mahasiswa UNNES.

2. Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang, yang telah

memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi.

3. Ketua Jurusan Pendidikan Jasmani kesehatan dan Rekreasi, Fakultas Ilmu

Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan dorongan

dan semangat serta ijin penelitian untuk menyelesaikan skripsi ini.

4. Drs. Hermawan Pamot Raharjo, M.Pd, selaku Pembimbing Utama yang telah

memberikan petunjuk, dorongan, dan motivasi serta membimbing penulis

dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Ipang Setiawan, S.Pd, M.Pd, selaku Pembimbing Pendamping yang telah

sabar dan teliti dalam memberikan petunjuk, dorongan, dan membimbing

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Page 8: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

viii

6. Kepala SDLBN Jepara yang telah memberikan ijin penelitian.

7. Guru Pendidikan Jasmani SDLBN Jepara yang telah membantu dengan

sepenuh hati dalam penyelesaian penelitian ini.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan PJKR, FIK, UNNES, yang telah memberikan

bekal ilmu dan pengetahuan kepada peneliti hingga peneliti dapat

menyelesaikan Skripsi ini.

9. Bapak, Ibu, dan Kekasih serta Keluarga tercinta yang selalu memberikan

dukungan baik moral maupun materiil serta doa restu demi terselesaikannya

skripsi ini.

10. Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi

ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan

berguna bagi semua pihak.

Semarang, November 2012

Peneliti

Page 9: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

ix

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................ i

ABSTRAK ............................................................................................... ii

PERNYATAAN ....................................................................................... iii

PERSETUJUAN ...................................................................................... iv

PENGESAHAN ....................................................................................... v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................................... vi

KATA PENGANTAR ............................................................................. vii

DAFTAR ISI ............................................................................................ ix

DAFTAR TABEL .................................................................................... xi

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xiii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah ................................................... 1

1.2 Fokus Masalah ................................................................. 4

1.3 Tujuan Penelitian ............................................................ 5

1.4 Manfaat Penelitian .......................................................... 5

1.5 Penegasan Istilah ............................................................. 6

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Keaktifan .......................................................................... 8

2.1.1 Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar ........... 9

2.1.2 Prinsip Keaktifan Belajar ............................................ 10

2.2 Anak Tunagrahita ............................................................. 10

2.2.1 Pengertian Anak Tunagrahita ...................................... 10

2.2.2 Ketagori Anak Tunagrahita ......................................... 12

2.2.3 Penyebab Tunagrahita ................................................. 15

2.2.4 Karakteristik Umum Tunagrahita ............................... 16

2.2.5 Perkembangan Anak Tunagrahita ............................... 17

2.2.6 Kebutuhan Gerak Anak Tunagrahita .......................... 20

Page 10: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

x

2.3 Pembelajaran Pendidikan Jasmani ................................... 20

2.3.1 Pembelajaran ............................................................... 20

2.3.2 Pendidikan Jasmani ..................................................... 21

2.3.3 Pemilihan Materi Pembelajaran .................................. 22

2.3.4 Program Pembelajaran ................................................ 23

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian ...................................................... 25

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian .......................................... 25

3.3 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data ...................... 27

3.4 Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................... 30

3.5 Analisis Data .................................................................... 33

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian ............................................................... 35

4.2 Pembahasan ...................................................................... 42

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan ......................................................................... 46

5.2 Saran ................................................................................. 46

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 48

LAMPIRAN-LAMPIRAN

Page 11: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

xi

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Klasifikasi Gangguan Intelektual .................................................. 12

2.2 Program Pembelajaran Untuk Anak Grahita ................................. 24

3.1 Matriks Pengumpulan Data Penelitian ......................................... 29

3.2 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase ......................................... 32

4.1 Katagori Keaktifan ........................................................................ 35

4.2 Distribusi Persentase Penelitian Pertama ...................................... 36

4.3 Distribusi Persentase Penelitian Kedua ........................................ 37

4.4 Distribusi Persentase Penelitian Ketiga ........................................ 38

4.5 Faktor Pengaruh Keaktifan Anak Tunagrahita di SDLB Jepara.... 40

Page 12: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

xii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

4.1 Diagram Batang Hasil Penelitian Pertama ................................. 36

4.2 Diagram Batang Hasil Penelitian Kedua .................................... 37

4.3 Diagram Batang Hasil Penelitian Ketiga .................................... 38

4.4 Diagram Batang Hasil Penelitian Keseluruhan .......................... 39

Page 13: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1 Surat Ijin Penelitian Dari Fakultas ................................................. 49

2 Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian .............................. 50

3 Matriks Pengumpulan Data ............................................................ 51

4 Lembar Kerja Pengamatan ............................................................. 52

5 Panduan Wawancara ...................................................................... 53

6 Daftar Jumlah Siswa SDLB N Jepara ............................................ 56

7 Daftar Nama Siswa SDLB N Jepara .............................................. 57

8 Daftar Nama Siswa Yang Diamati (Sampel Peneltian) .................. 61

9 Deskripsi Data Hasil Penelitan ....................................................... 62

10 Hasi Wawancara ............................................................................. 69

11 Dokumentasi Penelitian .................................................................. 75

Page 14: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pemerintah berusaha meningkatkan pelaksanaan pembangunan di segala

bidang. Hal ini dilakukan untuk mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan

makmur berdasarkan Pancasila. Pembangunan di bidang pendidikan mendapatkan

perhatian yang serius dari pemerintah. Pendidikan nasional bertujuan untuk

meningkatkan kualitas manusia Indonesia yaitu manusia yang beriman dan

bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berbudi pekerti yang luhur,

berkepribadian mandiri, cerdas, kreatif, disiplin, beretos kerja secara profesional,

bertanggung jawab dan produktif serta sehat jasmani dan rohani.

Pendidikan jasmani dalam lingkup pendidikan merupakan bagian yang

integral dari sistem pendidikan. Pendidikan jasmani adalah suatu proses

pembelajaran melalui aktifitas jasmani yang didesain untuk meningkatkan

kebugaran jasmani, mengembangkan keterampilan motorik, pengetahuan dan

perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi. (Samsudin,

2008: 2). Pendidikan jasmani merupakan salah satu mata pelajaran sekolah umum

maupun khusus baik diberikan ditingkat TK sampai SLTA. Adapun tujuan dari

pendidikan jasmani sendiri adalah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan

jasmani, mental, emosional dan sosial yang selaras dalam upaya membentuk dan

mengembangkan kemampuan gerak dasar, menambah nilai sikap dan

membiasakan hidup sehat.

Page 15: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

2

Perlu diingat kembali bahwa tidak ada manusia di dunia ini yang

diciptakan sempurna. Ada yang dilahirkan dengan kondisi kejiwaan yang sehat,

namun mengalami cacat fisik. Ada juga manusia yang dilahirkan dengan kondisi

fisik yang sempurna namun mengalami kelainan kejiwaannya. Di masa yang

semakin kompetitif ini manusia dituntut mampu mengikuti perkembangan zaman

untuk dapat terus mempertahankan kelangsungan hidupnya. Padahal seperti yang

kita ketahui bahwa ada sebagian manusia yang mempunyai kelainan (penyandang

cacat).

Anak cacat memiliki banyak jenisnya sehingga dapat diklasifikasikan

menjadi beberapa golongan. Salah satu diantaranya adalah anak penyandang cacat

mental atau tunagrahita. Anak tunagrahita mempunyai kecerdasan di bawah

kecerdasan orang normal, sehingga mental dan tingkah-lakuanya tidak sesuai

dengan orang normal pada umumnya. Untuk itu perlu diperhatikan mengenai

pendidikan yang harus diperoleh anak tunagrahita dan tugas untuk melaksanakan

pengembangan kecakapan fisik, kecerdasan mental dan sosial anak.

Melalui pendidikan jasmani yang telah diadaptasikan atau disesuaikan

dengan lingkungan dan kondisi yang ada, melalui modifikasi alat dan aktifitas

serta peraturan belajar olahraga yang mengandung unsur kegembiraan dan

kesenangan, peserta didik (tunagrahita) dapat memiliki rasa percaya diri dan harga

diri sehingga tidak merasa terisolir oleh lingkungan (Tarigan, 2000: 37). Di

samping itu tujuan dari pendidikan jasmani adaptif sendiri tidak hanya membuat

pembelajaran secara PAIKEM (Pembelajaran yang Aktif, Inovatif, Kreatif,

Efektif, dan Menyenangkan) saja. Akan tetapi, dibutuhkan juga sikap, bimbingan

Page 16: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

3

dan pengawasan khusus terhadap para peserta didik agar dapat tercapai maksud

dan tujuan pendidikan jasmani adaptif ini.

Keaktifan merupakan salah satu bagian dari tujuan pembelajaran

pendidikan jasmani yang harus dicapai. Keaktifan yang dimaksud adalah anak

aktif dalam bergerak. Pemberian kesempatan belajar gerak melalui ketrampilan

jasmani yang cukup sejak usia dini sangatlah penting, karena akan berguna untuk

perkembangan keterampilan yang normal kelak setelah dewasa, maka dari itu

keaktifan digunakan sebagai salah satu aspek penilaian dalam pembelajaran

pendidikan jasmani dan tolak ukur dalam keberhasilannya.

SLB Jepara adalah sekolah luar biasa yang ada di kota Jepara. SLB Jepara

memiliki tiga jenjang pendidikan, yaitu SD, SMP, dan SMA-LB. Ketiga jenjang

tersebut menampung berbagai jenis ketunaan, namun dari berbagai ketunaan yang

ada baru empat ketunaan yang dapat diampu dan memiliki kelas tetap, yaitu kelas

A (Tunaaksara), B (Tunarungu-wicara), C (Tunagrahita), dan D (Tunadaksa).

SDLB merupakan jenjang yang paling penting dari ketiga jenjang pendidikan

yang ada di SLB Jepara, karena dasar-dasar pembelajaran diajarkan dan dibentuk

dalam jenjang ini.

Di SDLB Jepara suasana yang aktif dalam pembelajaran pendidikan

jasmani merupakan suasana yang ideal untuk perkembangan belajar gerak anak.

Semakin aktif anak dalam proses pembelajaran semakin besar anggapan bahwa

pembelajaran tersebut dikatakan berhasil. Keaktifan di SDLB Jepara juga masih

digunakan oleh guru penjasnya dalam memberikan penilaian terhadap anak

didiknya, terutama anak tunagrahita. Tidak dimungkinkan guru mendapat nilai

Page 17: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

4

kognitif anak saat pembelajaran, karena anak tunagrahita memiliki kekurangan

dalam menangkap materi pembelajaran dengan baik, maka itu penilaian

disesuaikan dengan keaktifan anak saat pembelajaran berlangsung.

Selain itu keaktifan dalam pembelajaran pendidikan jasmani di SDLB

Jepara dikatagorikan menjadi dua, keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran

di dalam ruangan (kelas) dan keaktifan anak di luar ruangan (lapangan). Keaktifan

anak di dalam kelas misalnya, anak mau berinteraksi ketika pembelajaran

berlangsung, anak mau bertanya maupun menjawab pertanyaan, dan anak aktif

berdiskusi dengan temannya. Keaktifan anak di luar ruangan atau lapangan dapat

dilihat dari sudut pandang anak mau mengikuti intruksi dari guru, aktif dalam

bergerak, senang, dan tidak merasa bosan.

Untuk mengetahui tingkat keaktifan anak tunagrahita dalam melakukan

pembelajaran pendidikan jasmani di SD Luar Biasa Jepara, maka peneliti tertarik

untuk mengadakan penelitian yang berjudul : “Survei Keaktifan Anak

Tunagrahita Dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan Jasmani Di SDLB

Jepara Pada Tahun 2012”

1.2 Fokus Masalah

Sekolah luar biasa memiliki tiga tingkatan atau jenjang sekolah, yaitu

SDLB, SMPLB, dan SMALB. Dari tiga jenjang tersebut SDLB adalah jenjang

yang paling penting dalam pembelajaran pendidikan jasmani, sebab dasar-dasar

gerak diajarkan dan dibentuk dalam jenjang ini, maka peneliti melakukan

penelitian pada sekolah luar biasa tingkat dasar (SDLB).

Page 18: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

5

Berdasarkan uraian di atas maka permasalahan dalam penelitian ini adalah

tingkat keaktifan anak saat pembelajaran penjas di SDLB Jepara berlangsung,

khususnya mengenai anak tunagrahita. Maka fokus masalah dalam penelitian ini

adalah, bagaimana tingkat keaktifan anak tunagrahita dalam mengikuti

pembelajaran pendidikan jasmani di SDLB Jepara pada tahun 2012?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan utama yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah untuk

mengetahui tingkat keaktifan anak tunagrahita dalam mengikuti pembelajaran

pendidikan jasmani di SDLB Jepara pada tahun 2012.

1.4 Manfaat Penelitian

Dalam penelian ini diharapkan akan ada hasil yang dapat memberikan

manfaat dan sumbangsih terhadap perkembangan dan kemajuan dalam bidang

pendidikan terutama pendidikan jasmani dan kesehatan. Adapun manfaat dari

penelitian ini adalah:

1. Bagi pembaca, memberikan informasi tentang tingkat keaktifan anak

tunagrahita dalam mengikuti pembelajaran penjas di SDLB Jepara pada

tahun 2012.

2. Bagi guru (terutama guru-guru pendidikan jasmani yang mengajar di

Sekolah Luar biasa). Sebagai bahan kajian dan tinjauan dalam upaya

memberikan pengajaran pendidikan jasmani kepada anak tunagrahita.

Page 19: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

6

3. Bagi sekolah, dapat menjadi masukan bahwa dengan memberikan

pendidikan jasmani bagi siswa SDLB dapat mewujudkan tercapainya

pendidikan yang menyeluruh.

4. Bagi lembaga, dapat memberikan informasi ilmiah sebagai acuan apabila

akan dilakukan penelitian yang sejenis.

5. Bagi penulis, penelitian ini sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

studi strata I pada jurusan Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang.

1.5 Penegasan Istilah

Berdasarkan judul diatas, maka untuk menghindari agar permasalahan

yang dibicarakan tidak menyimpang dari tujuan dan tidak terjadi salah penafsiran

terhadap istilah yang dipergunakan, maka peneliti membatasi istilah sebagai

berikut:

1. Survei

Menurut Winarno Surakhmad (dalam Suharsimi Arikunto, 2006:

110) mengatakan bahwa pada umumnya survei merupakan cara

pengumpulan data dari sejumlah unit atau individu dalam waktu (atau

jangka waktu) yang bersamaan. Jumlahnya biasanya cukup besar.

2. Keaktifan

Keaktifan yang dimaksud di sini adalah belajar gerak. Belajar gerak

adalah belajar yang diwujudkan melalui respon-respon muskular yang

Page 20: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

7

diekspresikan dalam gerakan tubuh atau bagian tubuh (Sugiyanto,dkk,

1993: 234).

3. Anak Tunagrahita

Di dunia internasional istilah tunagrahita ini sebelumnya disebut

sebagai “Mental Retardation” yang selanjutnya dirubah menjadi

“Intelectual Disability” yang dapat diartikan sebagai kekurangmampuan

intelektual atau kelambatan dalam proses kognitif (Syamsudin, 2004: 6).

Page 21: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Keaktifan

Keaktifan merupakan kegiatan atau aktivitas yang dilakukan baik fisik

maupun non fisik. Aktivitas fisik diantaranya adalah gerak dasar, seperti gerak

lokomotor, non-lokomotor dan manipulatif yang mendasari aktivitas fisik yang

lebih kompleks seperti yang banyak terlihat di dalam kegiatan penjas atau

olahraga maupun dalam bermain. Aktivitas tidak hanya ditentukan oleh aktivitas

fisik semata, tetapi juga ditentukan oleh aktivitas non fisik seperti mental,

intelektual dan emosional.

Keaktifan di sini yang dimaksud adalah anak aktif dalam bergerak. Gerak

bukan semata-mata peristiwa jasmaniah atau rohaniah saja, akan tetapi gerakan

manusia seutuhnya melalui jiwa, raga, dan lingkungan. Pemberian kesempatan

belajar gerak melalui ketrampilan jasmani yang cukup sejak usia dini untuk

menjaga dan mengembangkan kondisi diri dan lingkungannya sangat penting,

karena akan berguna untuk perkembangan keterampilan yang normal kelak

setelah dewasa, begitu juga untuk perkembangan mental yang sehat.

Keaktifan dalam proses pembelajaran bila penekanannya pada peserta

didik akan tercipta situasi belajar yang aktif. Belajar aktif adalah suatu sistem

belajar mengajar yang menekankan keaktifan peserta didik secara fisik, mental

intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar yang berupa perpaduan

antara aspek kognitif, afektif, dan psikomotor (Depdiknas, 2005: 31). Belajar aktif

sangat diperlukan oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang

Page 22: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

9

maksimum. Ketika peserta didik pasif atau hanya menerima informasi dari guru

saja, akan timbul kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah diberikan

oleh guru, oleh karena itu diperlukan perangkat tertentu untuk dapat

mengingatkan yang baru saja diterima dari guru.

2.1.1 Faktor Faktor yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar.

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat dirangsang dan

mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih untuk berfikir

kritis dan dapat memecahkan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

Terdapat beberapa faktor yang dapat mempengaruhi timbulnya keaktifan

siswa dalam proses pembelajaran. Menurut Gagne dan Briggs (dalam Martinis,

2007: 84) menyatakan bahwa faktor-faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya

keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran , yaitu :

a. Memberikan motivasi atau menarik perhatian peserta didik, sehingga

mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada peserta

didik).

c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada peserta didik.

d. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan

dipelajari).

e. Memberi petunjuk kepada peserta didik cara mempelajarinya.

f. Memunculkan aktivitas, partisipasi peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran.

g. Memberi umpan balik (feed back)

Page 23: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

10

h. Melakukan tagihan-tagihan terhadap peserta didik berupa tes,

sehingga kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur.

i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

2.1.2 Prinsip-prinsip Keaktifan Belajar Siswa

Dalam pelaksanaan mengajar hendaknya diperhatikan beberapa prinsip

belajar sehingga pada waktu proses belajar-mengajar, siswa melakukan kegiatan

secara optimal. Ada beberapa prinsip belajar yang dapat menunjang timbulnya

keaktifan belajar siswa, yakni stimulus belajar, perhatian dan motivasi, respon

yang dipelajari, penguatan dan umpan balik (Martinis, 2007: 84).

2.2 Anak Tunagrahita

2.2.1 Pengertian Anak Tunagrahita

Anak luar biasa adalah orang atau anak yang mempunyai kelainan atau

sering juga dikatakan cacat. Anak yang mempunyai kelainan atau cacat itu, tidak

dapat menjalankan fungsi dengan wajar, baik mengenai fisik maupun psikisnya.

Anak yang mempunyai kelainan pada dasarnya disebabkan karena dari beberapa

fungsi alat-alat tubuhnya tidak dapat bekerja secara normal dalam kehidupannya.

Mengenai proses pertumbuhannya, tidak berbeda dengan anak-anak yang normal,

karena tidak lengkap alat-alat tubuh yang diperlukan untuk melakukan fungsinya

di dalam kehidupan, maka anak-anak yang mempunyai kelainan atau cacat itu

tidak dapat disamakan atau sejajar dengan anak normal.

Anak-anak luar biasa menurut para ahli pada umumnya dapat dibagi atas 3

kelompok besar yaitu :

Page 24: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

11

a. Kelompok anak-anak luar biasa menurut keadaan tingkat intelegensinya.

Yaitu anak yang mempunyai kemampuan intelegensinya tinggi dan anak

yang mempunyai tingkat intelegensinya rendah seperti : genius, slow learne,

debil, embisil, dan idiot.

b. Kelompok anak-anak luar biasa menurut keadaan fisiknya. Yaitu seperti :

tunanetra, tunarungu, dan tunawicara.

c. Kelompok anak-anak luar biasa yang dalam keadaan tingkah lakunya. Yaitu

seperti kelainan tingkah laku primer, terkurang dalam tingkat sosialisasi

primitive, komplikasi neurobik dan psikotik.

Berdasarkan pengelompokan di atas maka yang dimaksud dengan anak

tunagrahita dalam penulisan ini adalah anak yang termasuk dalam kelompok anak

luar biasa berdasarkan keadaan intelegensinya. Anak-anak yang mempunyai

keadaan tingkat intelegensi yang rendah, seperti slow learne, debil, embisil, dan

idiot. (Aip Syarifudin, 1980/1981: 1-2)

Anak yang memiliki keterlambatan secara intelektual adalah anak yang

memiliki kesulitan untuk belajar sesuatu yang bagi anak lain mungkin saja tidak

memerlukan proses berfikir yang terlalu berat. Salah satu yang harus dipahami

benar bahwa istilah tunagrahita atau “intellectual disability” adalah kata lain

untuk menunjukkan bahwa seseorang menderita pembelajaran yang sulit, belajar

lebih lambat dan tergantung dari derajat ketunaannya, dan tidak memungkinkan

memperoleh penguasaan kecakapan yang diperlukan untuk sampai kepada

kehidupan yang mandiri secara utuh.

Page 25: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

12

Difinisi Intellectual Disability (ID) menurut American Psychiatric

Association (1994) adalah gangguan yang ditandai oleh fungsi intelektual secara

bermakna di bawah rata-rata (IQ kira-kira 70 atau lebih rendah) yang bermula

sebelum usia 18 tahun disertai minimnya fungsi adaptif. Seiring dengan definisi

tersebut, ID diklasifikasikan ke dalam 4 tingkat gangguan intelektual, yaitu:

Tabel 2.1 Klasifikasi gangguan intelektual

Tingkat IQ Tingkat Gangguan

IQ antara 50-70 Gangguan intelektual ringan

IQ antara 35-50 Gangguan intelektual sedang

IQ antara 20-35 Gangguan intelektual berat

IQ di bawah dari 20 Gangguan intelektual sangat berat

(Syamsudin dkk, 2004: 13-14)

2.2.2 Katagori Anak Tunagrahita

a. Debil

Yang dimaksud dengan anak-anak debil adalah anak-anak yang

keberadaan IQ-nya antara 50-70, sedangkan arti dari debil sendiri adalah kurang,

jadi yang termasuk anak-anak golongan debil itu adalah anak-anak yang lebih

baik lagi, bila dibandingkan dengan anak-anak golongan embisil. Golongan anak-

anak debil ini ringan atau mudah untuk dilatih maupun dididik, akan tetapi harus

dengan cara yang lebih mudah dan praktis. Misalnya mengenai pelajaran

membaca, berhitung, dan menulis. Debil dapat berbicara dengan orang lain secara

terbatas, namun masih nampak kekurangannya, dalam mengadakan inisiatif dan

berfikir secara abstrak. Debil mampu menguasai beberapa kecakapan dan

Page 26: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

13

ketrampilan yang sederhana, akan tetapi masih selalu terlambat. Anak-anak

penderita debil mempertahankan hidupnya dalam situasi yang menguntungkan

saja. Artinya anak debil itu akan mampu mengurus dirinya sendiri dari orang lain.

Oleh karena itu bagi anak-anak yang termasuk golongan debil perlu mendapatkan

bimbingan dan penggolongan agar mereka itu dapat mengurus dirinya sendiri.

(Aip Syarifudin, 1980/1981: 7-8)

Anak tunagrahita ringan pada umumnya tampang atau kondisi fisiknya

tidak berbeda dengan anak normal lainnya, mereka mempunyai IQ antara kisaran

50 sampai dengan 70. Mereka juga termasuk kelompok masih bisa dididik

(diajarkan) membaca, menulis dan berhitung. Pada usia 0-5 tahun mereka dapat

mengembangkan kecakapan sosial dan komunikatif, memiliki sedikit gangguan

dalam bidang sensomotorik dan sering tidak dapat dibedakan dari anak normal

sampai pada usia yang lebih lanjut. Pada usia remaja dapat memperoleh

kecakapan akademik sampai setara dengan sekolah dasar kelas enam. (Syamsudin

dkk, 2004: 14)

b. Embisil

Yang dimaksud dengan embisil adalah anak-anak yang IQ-nya berada

antara 35-50, keadaan ini lebih baik dari tingkat anak-anak yang berada dalam

tingkat idiot. Menurut kamus bahasa inggris-indonesia Poerwadarminta anak

embisil ini dinamakan anak bodoh atau tolol. Perkembangan bahasa anak embisil

sangat terbatas dan umumnya percakapannya tidak jelas. Begitu pula mengenai

perkembangan relasi sosial juga rendah, anak embisil tidak mampu untuk

mengadakan konsentrasi, inisiatifnya terbatas, sedangkan kemauannya ada akan

Page 27: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

14

tetapi lemah. Anak embisil pun tidak mampu untuk mengambil keputusan sendiri.

Jadi kesimpulan dari anak-anak yang termasuk golongan embisil ini masih dapat

untuk dilatih dalam beberapa bentuk dan macam latihan yang berguna bagi

dirinya dan secara terbatas pula dapat menguasai untuk melakukan tugas-tugas

yang sederhana sekali. Anak embisil pun mempunyai kemampuan untuk

menyesuaikan diri dengan lingkungannya, akan tetapi kemampuan untuk dilatih

melakukan pekerjaan yang terus-menerus (countinue) sangat terbatas. Bagi anak-

anak yang berada dalam keadaan tingkat embisil masih dapat mempelajari

beberapa kata sederhana sampai kepada batas-batas yang tertentu, anak embisil

mempunyai kemungkinan untuk dapat melindungi diri dari bahaya terhadap

fisiknya. Akan tetapi senantiasa membutuhkan pengawasan dan pengurusan dari

orang lain untuk dapat berdiri sendiri, baik mengurus untuk kebutuhan sendiri

maupun dalam memperoleh sumber penghasilan. (Aip Syarifudin, 1980/1981: 7)

Anak tunagrahita sedang termasuk kelompok dapat dilatih. Tampang atau

kondisi fisiknya sudah terlihat berbeda, tetapi mempunyai kondisi fisik yang

normal. Kelompok ini mempunyai IQ antara 35 sampai dengan 50. Kelompok ini

dapat memperoleh manfaat dari latihan kecakapan sosial namun tidak dapat

melampaui pendidikan akademik lebih dari sekolah dasar kelas dua (Syamsudin

dkk, 2004: 15).

c. Idiot

Yang dimaksud dengan idiot adalah anak -anak lemah ingatan yang IQ

nya berada di bawah 20, yaitu anak yang menunjukan suatu derajat kelainan

tingkah laku yang sangat rendah sekali dan berat dengan kata lain menurut kamus

Page 28: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

15

Poerwardarminta (bahasa inggris-indonesia) adalah anak idiot itu termasuk

kepada golongan yang sangat sukar sekali untuk dilatih maupun dididik. Hal ini

disebabkan karena anak idiot tidak mampu untuk mengadakan hubungan sosial

dengan lingkungan hidupnya, tidak mampu untuk menangkap atau mencerna

apapun yang dikatakan oleh orang lain, apalagi untuk melakukan tugas yang

diberikan. Jadi jelas bawha untuk hidupnya sampai dewasa akan tetap

menggantungkan nasibnya kepada orang lain. Kadang-kadang kehidupan dan

tingkah laku anak idiot dikuasai oleh mekanisme suatu gerakan yang berlangsung

secara otomatis. Oleh karena itu ketidakmampuan itulah yang menjadikan

kesulitan untuk dilatih ataupun dididik, sehingga sulit sekali untuk mengusahakan

anak idiot dapat membantu dirinya sendiri apalagi untuk membantu orang lain

(Syarifudin, 1980/1981: 6).

2.2.3 Penyebab Tunagrahita

Secara umum, terjadinya kecacatan disebabkan 2 faktor utama, yaitu

faktor dari dalam (endogen) dan faktor dari luar (eksogen). Faktor dalam berarti,

anak menderita kecacatan sejak dalam kandungan. Kecacatan seperti ini bisa

disebabkan oleh virus, gangguan emosi, pengaruh merokok, salah obat, atau

minum-minuman keras pada saat mengandung. Sedangkan faktor dari luar berarti,

anak menderita kecacatan setelah lahir kedunia termasuk lahir prematur, operasi

pada saat melahirkan, atau kesalahan teknis yang dilakukan oleh para medis pada

saat melahirkan (misalnya ditarik untuk membantu persalinan). Disamping itu

dapat juga disebabkan kecelakaan, luka diotak, gangguan psikologis, atau

pengaruh lingkungan (Tarigan, 2000: 34).

Page 29: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

16

2.2.4 Karakteristik Umum Tunagrahita

Tunagrahita atau keterbelakangan mental merupakan kondisi di mana

perkembangan kecerdasannya mengalami hambatan sehingga tidak mencapai

tahap perkembangan yang optimal. Ada beberapa karakteristik umum yang

dimiliki tunagrahita, yaitu:

a. Keterbatasan Inteligensi

Inteligensi merupakan fungsi yang kompleks yang dapat diartikan sebagai

kemampuan untuk mempelajari informasi dan keterampilan-keterampilan

menyesuaikan diri dengan masalah dan situasi kehidupan baru, belajar dari

pengalaman masa lalu, berfikir abstrak, kreatif, dapat menilai secara kritis,

menghindari kesalahan-kesalahan, mengatasi kesulitan, dan kemampuan untuk

merencanakan masa depan. Anak tunagrahita memiliki kekurangan dalam semua

hal tersebut. Kapasitas belajar anak tunagrahita terutama yang bersifat abstrak

seperti belajar dan berhitung, menulis dan membaca juga terbatas. Kemampuan

belajarnya cenderung tanpa pengertian atau cenderung belajar dengan membeo.

b. Keterbatasan Sosial

Disamping memiliki keterbatasan inteligensi, anak tunagrahita juga

memiliki kesulitan dalam mengurus diri sendiri dalam masyarakat, oleh karena itu

mereka memerlukan bantuan. Anak tunagrahita cenderung berteman dengan anak

yang lebih muda usianya, ketergantungan terhadap orang tua sangat besar, tidak

mampu memikul tanggung jawab sosial dengan bijaksana, sehingga harus selalu

dibimbing dan diawasi. Anak tunagrahita juga mudah dipengaruhi dan cenderung

melakukan sesuatu tanpa memikirkan akibatnya.

Page 30: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

17

c. Keterbatasan Fungsi Mental Lainnya

Anak tunagrahita memerlukan waktu lebih lama untuk menyelesaikan

reaksi pada situasi yang baru dikenalnya. Biasanya memperlihatkan reaksi

terbaiknya bila mengikuti hal-hal yang rutin dan secara konsisten dialaminya dari

hari ke hari. Anak tunagrahita tidak dapat menghadapi sesuatu kegiatan atau tugas

dalam jangka waktu yang lama.

Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam penguasaan bahasa,

bukannya mengalami kerusakan artikulasi, akan tetapi pusat pengolahan

perbendaharaan kata yang kurang berfungsi sebagaimana mestinya. Karena alasan

itu mereka membutuhkan kata-kata konkret yang sering didengarnya. Selain itu

perbedaan dan persamaan harus ditunjukkan secara berulang-ulang.

Selain itu, anak tunagrahita kurang mampu untuk mempertimbangkan

sesuatu, membedakan antara yang baik dan yang buruk, dan membedakan yang

benar dan yang salah. Ini semua karena kemampuannya terbatas sehingga anak

tunagrahita tidak dapat membayangkan terlebih dahulu konsekuensi dari suatu

perbuatan (Sutjihati Somantri, 2007: 105-106).

2.2.5 Perkembangan Anak Tunagrahita

a. Perkembangan Fisik

Fungsi-fungsi perkembangan anak tunagrahita ada yang tertinggal jauh

olah anak normal, ada pula yang sama atau hampir menyamai anak normal. Di

antara fungsi-fungsi yang menyamai anak normal, ialah fungsi perkembangan

jasmani dan motorik. Perkembangan jasmani dan motorik anak tunagrahita tidak

Page 31: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

18

secepat perkembangan anak normal, hanya setingkat lebih rendah dibandingkan

dengan anak normal pada umur yang sama.

Mempelajari bentuk-bentuk gerak fungsional merupakan dasar bagi semua

keterampilan gerak yang lain. Keterampilan gerak fungsional memberikan dasar-

dasar keterampilan yang diperlukan untuk luang sosial, kehidupan sehari-hari, dan

keterampilan tugas, sehingga sangat penting untuk meningkatkan kualitas hidup

anak tunagrahita. Anak normal dapat belajar keterampilan gerak-gerak

fundamental secara naluri pada saat bermain, sementara anak tunagrahita perlu

dilatih secara khusus (Sutjihati Somantri, 2007: 108).

b. Perkembangan Kognitif

Kognisi meliputi proses di mana pengetahuan itu diperoleh, disimpan, dan

dimanfaatkan. Jika terjadi gangguan perkembangan intelektual maka akan

tercermin pada satu atau beberapa proses kognitif, seperti persepsi, memori,

pemunculan ide-ide, evaluasi, dan penalaran. Dalam hal kecepatan belajar anak

tunagrahita jauh ketinggalan oleh anak normal. Untuk mencapai kriteria-kriteria

yang dicapai oleh anak normal, anak tunagrahita lebih banyak memerluka ulangan

tentang bahan tersebut.

Berkenaan dengan memori, anak tunagrahita berbeda dengan anak normal

pada ingatan jangka pendek. Namun jika pada ingatan jangka panjang anak

tunagrahita tidak berbeda halnya dengan anak normal, daya ingatnya sama.

Fleksibilitas mental yang kurang pada anak tunagrahita mengakibatkan kesulitan

dalam pengorganisasian bahan yang akan dipelajari. Oleh karena itu sukar bagi

Page 32: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

19

anak tunagrahita untuk menangkap informasi yang kompleks (Sutjihati Somantri,

2007: 110).

c. Perkembangan Afektif

Perkembangan afektif atau emosional berkaitan dengan derajat

ketunagrahitaan seorang anak. Anak tunagrahita berat tidak dapat menunjukkan

dorongan pemiliharaan dirinya sendiri. Cenderung tidak bisa menunjukkan rasa

lapar atau haus dan tidak dapat menghindari bahaya. Pada anak tunagrahita

sedang, dorongan berkembang lebih baik tetapi kehidupan emosinya terbatas pada

emosi-emosi yang sederhana. Pada anak tunagrahita ringan, kehidupan emosinya

tidak jauh berbeda dengan anak normal, akan tetapi tidak sekaya anak normal.

Anak tunagrahita dapat memperlihatkan kesedihan tetapi sukar untuk

menggambarkan suasana terharu. Bisa mengekspresikan kegembiraan tetapi sulit

mengungkapkan kekaguman.

Kanak-kanak dan penyesuaian sosial merupakan proses yang saling

berkaitan. Kepribadian sosial mencerminkan cara orang tersebut berinteraksi

dengan lingkungan. Sebaliknya, pengalaman-pengalaman penyesuaian diri sangat

besar pengaruhnya terhadap kepribadian. Dalam kepribadian tercakup susunan

fisik, karakter emosi, serta karakteristik sosial seseorang. Di dalamnya juga

tercakup cara-cara memberikan respon terhadap rangsangan yang datangnya dari

dalam maupun dari luar, baik rangsangan fisik maupun sosial. Anak-anak

tunagrahita mempunyai beberapa kekurangan. Kekurangan dalam kepribadian

akan berakibat pada proses penyesuaian diri (Sutjihati Somantri, 2007: 115).

Page 33: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

20

2.2.6 Kebutuhan Gerak Anak Tunagrahita

Aktivitas bagi anak tunagrahita tidak jauh berbeda dengan anak normal.

Karakteristik anak yang secara umum sama dengan anak normal harus

diperhatikan dalam penanganan pemenuhan keperluan akan aktivitasnya.

Berdasarkan sifat-sifat perkembangan, aktivitas yang diperlukan oleh anak besar

(anak usia 6-12 tahun) adalah sebagai berikut : Aktivitas yang menggunakan

keterampilan untuk mencapai tujuan tertentu. Aktivitas secara beregu atau

berkelompok. Aktivitas mencoba-coba. Aktivitas untuk meningkatkan

kemampuan fisik dan keberanian dalam bentuk aktivitas individual atau

permainan kelompok (Sugiyanto. 2008: 4.37-4.40).

2.3 Pembelajaran Pendidikan Jasmani

2.3.1 Pembelajaran

Pembelajaran adalah proses yang dilakukan untuk memperoleh suatu

perubahan yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari interaksi dengan

lingkungannya. Berhasil atau tidaknya proses pembelajaran tergantung pada

beberapa faktor yang mempengaruhi dalam belajar, yaitu bersumber pada diri

orang tersebut(intern) atau lingkungan sekitarnya(ekstern). Faktor intern adalah

faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern

adalah faktor yang ada di luar individu.

Faktor-faktor intern antara lain: Faktor jasmaniah, meliputi kesehatan dan

cacat tubuh. Faktor Psikologis, meliputi inteligensi, perhatian, minat, bakat, motif,

kematangan, dan kesiapan. Faktor Kelelahan, meliputi kelelahan jasmani dan

Page 34: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

21

kelelahan rohani atau psikis. Sedangkan faktor-faktor ekstern: Faktor keluarga,

meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota keluarga, suasana rumah,

keadaan ekonomi keluarga dan pengertian orang tua. Faktor sekolah, meliputi

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,

keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Faktor masyarakat, meliputi

kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan bentuk kehidupan

masyarakat (Slameto, 2003: 54-60).

2.3.2 Pendidikan Jasmani

Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan melalui aktifitas jasmani,

permainan atau olahraga yang terpilih untuk mencapai tujuan pendidikan. Difinisi

tersebut, mengukuhkan bahwa penjas merupakan bagian tak terpisahkan dari

pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh dan

berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi

manusia Indonesia seutuhnya. Pencapaian tujuan tersebut berpangkal pada

perencanaan pengalaman gerak yang sesuai dengan karakteristik anak.

Tujuan pendidikan jasmani yaitu memberikan kesempatan kepada anak

untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan

potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. Secara

umum tujuan pendidikan jasmani dapat diklasifikasikan ke dalam empat kategori

(Adang Suherman 2000:23), yaitu :

Page 35: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

22

a. Perkembangan fisik. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan

melakukan aktivitas-aktivitas yang melibatkan kekuatan-kekuatan fisik

dari berbagai organ tubuh seseorang.

b. Perkembangan gerak. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan

melakukan gerak secara efektif, efisien, halus, indah, dan sempurna.

c. Perkembangan mental. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan

berfikir dan menginterpretasikan keseluruhan pengetahuan tentang

pendidikan jasmani ke dalam lingkungannya sehingga memungkinkan

tumbuh dan berkembangnya pengetahuan, sikap, dan tanggung jawab

siswa.

d. Perkembangan sosial. Tujuan ini berhubungan dengan kemampuan siswa

dalam menyesuaikan diri pada suatu kelompok atau masyarakat.

2.3.3 Pemilihan Materi Pembelajaran

Pengulangan dan perbaikan-perbaikan pendidikan jasmani adaptif,

merupakan bagian rutin dari pengajaran penjas adaptif. Kerena itu, materi

pembelajaran harus diselidiki secermat mungkin, dan dilaksanakan secara tepat

oleh para siswa, sehingga terhindar dari cidera. Pemilihan materi yang tepat, juga

membantu dalam perbaikan penyimpangan postur tubuh, meningkatkan kekuatan

otot, kelincahan, kelenturan, dan meningkatkan kebugaran jasmani.

Setiap siswa mempunyai kebutuhan yang berbeda-beda antara satu dengan

yang lainnya, dan oleh sebab itu program pembelajaran akan lebih efektif bila

diklasifikasikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi kecacatannya. Ada

Page 36: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

23

beberapa faktor yang perlu mendapat pertimbangan dalam menentukan jenis dan

materi pembelajaran penjas bagi siswa:

a. Pelajari rekomendasi dan diagnosis dokter yang menanganinya.

b. Temukan faktor dan kelemahan-kelemahan siswa berdasarkan hasil tes

pendidikan jasmani.

c. Olahraga kesenangan apa yang paling diminati siswa.

Disamping itu, perlu diperhatikan jenis dan bentuk gerakan latihan pemanasan,

yaitu difokuskan pada jenis olahraga yang akan dilakukan (Tarigan, 2000: 37-38).

2.3.4 Program Pembelajaran

Merencanakan dan melaksanakan program pendidikan jasmani bagi anak

tunagrahita, memerlukan pemikiran dan ketelitian yang cukup tinggi dan rasional.

Program pembelajaran akan berhasil apabila fokus kegiatan ditujukan pada

perbaikan tingkat kemampuan fisik dan ketidakmampuan fisik anak serta

meminimalkan hambatan-hambatan yang dihadapi dalam kehidupannya.

Secara umum materi pembelajaran pendidikan jasmani bagi anak

tunagrahita yang terdapat dalam kurikulum, sama dengan materi pembelajaran

anak normal, karena kondisi fisik anak tunagrahita yang sama dengan anak

normal. Namun yang membedakan adalah strategi dan model pembelajaran yang

disesuaikan dengan jenis dan tingkat kekurangannya. Program pembelajaran

untuk anak tunagrahita, dibagi menjadi tiga katagori, yaitu pengembangan gerak

dasar, olahraga dan permainan, dan kebugaran dan kemampuan gerak. Untuk

lebih jelasnya dapat dilihat dalam tabel berikut ini:

Page 37: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

24

Tabel 2.2 Program Pembelajaran Untuk Anak Tunagrahita

No Katagori Aktivitas Garak

1 Pengembangan gerak - Gerakan-gerakan yang tidak berpindah tempat

- Gerakan-gerakan yang berpindah tempat

- Gerakan-gerakan keseimbangan

2 Olahraga dan

permainan

- Olahraga permainan yang bersifat rekreatif

- Permainan lingkaran

- Olahraga senam dan aerobik

- Kegiatan yang menggunakan music dan tari

- Olahraga permainan di air

3 Kebugaran dan

kemampuan gerak

- Aktivitas yang meningkatkan kekuatan,

kelentukan, kelincahan, kecepatan dan daya

tahan

(Tarigan, 2000: 40)

Page 38: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

25

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, artinya permasalahan yang

dibahas dalam penelitian bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau

lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta

hubungan antar fenomena yang diselidiki. Fenomena tersebut dalam hal ini adalah

segala sesuatu yang berhubungan dengan keaktifan anak tunagrahita dalam

mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di SDLB Jepara. Pendekatan

deskriptif memerlukan interpretasi yang tepat dan akurat sehingga data yang

diperoleh menggambarkan situasi yang sebenarnya dilapangan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan survei, pendekatan ini bertujuan

untuk memperoleh fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari

keterangan-keterangan yang faktual (Moh. Nazir, 2009: 56). Dalam hal ini adalah

tingkat keaktifan anak tunagrahita dalam kaitannya mengikuti pembelajaran

pendidikan jasmani di SDLB Jepara.

3.2 Lokasi dan Sasaran Penelitian

Tempat atau lokasi penelitian adalah Sekolah Luar Biasa di Kota Jepara

sebagai tempat berlangsungnya proses pelaksanaan pembelajaran pendidikan

jasmani. Pemilihan lokasi berdasarkan pada pertimbangan rasional dan

pertimbangan praktis. Pertimbangan rasional adalah SDLB Jepara merupakan

SLB yang berlokasi di Kota Jepara. Pertimbangan praktisnya adalah dimana

Page 39: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

26

peneliti merupakan putra daerah Kota Jepara sehingga telah mengetahui letak

lokasi penelitian dengan baik, hal ini akan lebih memperlancar pelaksanaan

penelitian. Sasaran dalam penelitian ini adalah segala sesuatu yang berhubungan

dengan keaktifan anak tunagrahita dalam kaitannya mengikuti proses

pembelajaran pendidikan jasmani di SDLB Jepara.

Waktu penelitian yang dilakukan peneliti adalah tahun ajaran baru 2012-

2013 semester satu di SDLB Jepara, yaitu saat berlangsungnya aktifitas

pembelajaran pendidikan jasmani setelah puasa.

3.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan

oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.

(Sugiyono, 2010:117). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa

SDLB Jepara dalam katagori kelas C (Tunagrahita) tahun 2012 yang

berjumlah 125 orang.

3.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi tersebut bila populasi besar dan peneliti tidak mungkin

mempelajari semua yang ada pada populasi karena keterbatasan dana,

tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil

dari populasi itu (Sugiyono, 2010:118). Sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 24 anak tunagrahita di SDLB Jepara yang diambil dari

setiap kelasnya 4 orang anak secara acak.

Page 40: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

27

3.2.3 Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel merupakan teknik pengambilan sampel

yang akan digunakan dalam penelitian. Dalam penelitian ini teknik yang

digunakan adalah proportional random sampling yaitu sampel diambil

jumlah yang seimbang dari setiap kelasnya secara acak (Arikunto,

2010:139).

3.3 Instrumen dan Metode Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang akan dilakukan oleh peneliti antara lain :

melakukan observasi, mengadakan wawancara, dan mengambil dokumentasi.

3.3.1 Observasi

Jika suatu data yang diperoleh kurang meyakinkan, biasanya

peneliti menanyakan langsung kepada subyek, tetapi karena peneliti hendak

memperoleh keyakinan tentang keabsahan data tersebut, jalan yang

ditempuh adalah mengamati sendiri yang berarti mengalami langsung

peristiwanya (Moloeng, 2010: 174).

Teknik yang dipakai dalam penelitian ini, tidak berstruktur dalam

suasana alamiah dan pada tahap awal penelitian bersifat tertutup agar

subyek yang diteliti tidak tahu bahwa kegiatannya sedang diamati. Teknik

ini dipakai mengingat peneliti sudah dikenal subyek, sehingga peneliti

harus berusaha melakukan pengamatan secara jujur, obyektif, dan penuh

tanggung jawab. Jadi, kegiatan observasi ini dilakukan guna mencatat

Page 41: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

28

kejadian-kejadian di lapangan secara langsung sesuai dengan kenyataan

yang sedang terjadi.

Prosedur pengamatan yang digunakan peneliti adalah dengan cara

menggunakan panduan pengamatan. Melalui panduan pengamatan peneliti

mengambil data dengan mengamati sampel yang ada dan memberi nilai di

setiap indikatornya. Proses pengamatan tidak untuk mengganggu proses

pembelajaran, sehingga peneliti menggunakan waktu pembelajaran

pendidikan jasmani berlangsung.

3.3.2 Wawancara

Wawancara atau interview yang akan digunakan peneliti adalah

interview bebas terpimpin, yaitu kombinasi antara interview bebas dan

terpimpin. Dimana dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa

pedoman yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan

ditanyakan.

Interview bebas yaitu pewawancara bebas menanyakan apa saja,

tetapi juga mengingat akan data apa saja yang akan dikumpulkan. Sedangkan

interview terpimpin adalah interview yang dilakukan olah pewawancara

dengan membawa sederetan pertanyaan lengkap dan terperinci seperti yang

dimaksud dalam interviu terstruktur (Arikunto, 2006: 155-156).

Dalam penelitian ini peneliti ingin mencari data atau informasi dari

berbagai sumber yang ada di SDLB jepara, diantaranya: Kepala Sekolah

SDLB Jepara, Guru Pendidikan Jasmani SDLB Jepara, Orang tua murid

tunagrahita SDLB Jepara.

Page 42: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

29

3.3.3 Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu mencari data mengenai hal-hal atau

variable yang berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, notulen

rapat, dan sebagainya. Oleh karena itu metode ini dapat memperkuat data

dari wawancara dan observasi (Arikunto, 2006: 231).

Peneliti ingin mengambil beberapa dokumentasi di SDLB Jepara

dengan tujuan memperkuat data yang ada, di antaranya adalah: Proses

pembelajan berlangsung, Sarana prasarana pembelajaran, Proses penelitian,

Daftar nama dan nilai siswa.

Di dalam mengumpulkan data-data, peneliti memiliki sebuah catatan kecil

langkah-langkah apa saja yang perlu dilakukan dan hal-hal apa saja yang perlu

digali dalam penelitian nantinya. Adapun matriks pengumpulan data pada

penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:

Tabel 3.1 Matriks Pengumpulan Data Penelitian

Fokus Penelitian Aspek Indikator Penelitian Teknik

Keaktifan anak Kognitif Pengetahuan dasar tentang

penjas yang dimiliki anak

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Afektif Perilaku, perasaan/emosi

anak saat pembelajaran

Observasi

Psikomotor Keterampilan dasar yang

dimilki anak yang terdiri

Observasi

Wawancara

Page 43: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

30

dari gerak dasar

fundamental

Fisik Hasil dari pencapaian

pembelajaran yang diikuti

anak

Observasi

Wawancara

3.4 Pemeriksaan Keabsahan Data

Dalam pemeriksaan keabsahan data peneliti menggunakan teknik

triangulasi. Menurut Moleong, triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan

data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan

pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data itu. Bahwa untuk menentukan

keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan melalui sumber, penyidik, dan

teknik.

3.4.1 Triangulasi Sumber

Triangulasi sumber berarti, untuk mendapatkan data dari sumber yang

berbeda-beda, peneliti menggunakan teknik yang sama. Antara lain:

a. Melakukan wawancara mendalam dengan kepala sekolah.

b. Melakukan wawancara mendalam dengan guru penjas.

c. Melakukan wawancara mendalam dengan orang tua murid.

Data dari ketiga sumber yang berbeda tersebut kemudian dideskripsikan,

dikatagorisasikan, mana pandangan yang sama, yang berbeda, dan mana spesifik

dari ketiga sumber data tersebut. Data seterusnya dianalisis oleh peneliti sehingga

menghasilkan sebuah kesimpulan.

Page 44: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

31

3.4.2 Triangulasi Penyidik

Dengan pengecekan kembali derajat kepercayaan data, peneliti

menggunakan teknik perpanjangan pengamatan. Perpanjangan pengamatan berarti

peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan lagi dengan sumber data

yang pernah ditemui. Di dalam perpanjangan pengamatan untuk menguji

kredibilitas data (kepercayaan terhadap data) penelitian ini, difokuskan pada

pengujian terhadap data yang telah diperoleh. Apabila data yang sudah diperoleh

dicek kembali ke lapangan dan data-data yang ada memiliki kebenaran, maka

waktu perpanjangan pengamatan dapat diakhiri (Sugiyono, 2010: 370).

Pengujian terhadap data yang ada dalam penelitian ini, peneliti

menggunakan analisis deskriptif persentase. Adapun rumus deskriptif persentase

adalah sebagai berikut:

DP =n

N𝑥 100%

dimana :

DP = deskriptif persentase

n = skor empirik (skor yang diperoleh)

N = skor ideal/ jumlah total nilai responden

(Mohammad Ali, 1987: 184)

Setelah data deskriptif persentase yang berupa data statistik telah diketahui

kemudian menggolongkan atau mengklasifikasikan hasil yang ada ke dalam

Page 45: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

32

kriteria yang telah ditentukan. Cara menentukan tingkat kriteria adalah sebagai

berikut :

1. Menentukan angka presentase tertinggi

skor maksimal

skor maksimalx 100% =

4

4x 100%

2. Menentukan angka persentase terendah

skor minimal

skor maksimalx 100% =

1

4x 100%

3. Rentang persentase: 100% - 25% = 75%

4. Interval persentase: 75% : 4 = 18,75%

Untuk mengetahui tingkat kriteria tersebut, selanjutnya skor yang diperoleh

(dalam %) dengan analisis deskriptif persentase dikonsultasikan dengan tabel

kriteria.

Tabel 3.2 Kriteria Analisis Deskriptif Persentase

No Presentase Kriteria

1 81,26% - 100% Sangat Baik

2 62,51% - 81,25% Baik

3 43,76% -62,50% Cukup

4 25,00% - 43,75% Kurang

3.4.3 Triangulasi Teknik

Triangulasi teknik berarti, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data

yang berbeda-beda untuk mendapat data dari sumber yang sama. Data diperoleh

Page 46: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

33

melalui observasi partisipatif, lalu dicek kebenarannya dengan wawancara, dan

dokumentasi.

3.5 Analisis Data

Pada tahap analisis data ini, data diolah untuk diseleksi sesuai dengan

reliabilitas dan validitasnya. Data yang kurang lengkap dilengkapi dengan

substansinya yang selanjutnya disusun ke dalam tabel atau matriks guna

memudahkan pengolahan selanjutnya. Analisis terdiri dari tiga alur kegiatan yang

terjadi secara bersamaan yaitu: reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan

atau verifikasi (Terjemahan Rohidi, 2007 : 16).

3.5.1 Reduksi Data

Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan,

menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi

data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat

ditarik dan diverifikasi (Terjemahan Rohidi, 2007 : 16). Reduksi data atau proses

transformasi ini berlanjut sampai sesudah penelitian lapangan, sampai laporan

lengkap tersusun.

3.5.2 Penyajian Data

Penyajian data berisi berbagai jenis matriks, grafik, jaringan, dan bagan

yang kesemuanya dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam

suatu bentuk yang padu sehingga peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadi

dan dapat menentukan kesimpulan yang benar (Terjemahan Rohidi, 2007 : 16).

Page 47: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

34

3.5.3 Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi

Dalam pandangan Miles dan Huberman (Terjemahan Rohidi, 2007: 19)

penarikan kesimpulan merupakan sebagian dari suatu kegiatan dari konfigurasi

yang utuh dan harus diverifikasi kembali. Atau dengan kata lain, makna-makna

yang muncul dari data harus di uji kebenarannya, kekokohannya, dan

kecocokannya.

Page 48: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

35

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian yang dilakukan di SDLBN Jepara pada tanggal 27

Agustus sampai dengan tanggal 22 September 2012 mengenai keaktifan anak

tunagrahita dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani didapat hasil

berupa analisis data. Hasil analisis data disajikan dengan cara dijumlahkan dan

dibandingkan dengan jumlah yang diharapkan dan diperoleh persentase. Hasil

persentase tersebut kemudian ditafsirkan dengan kalimat yang bersifat deskriptif.

Guna mengungkap tingkat keaktifan anak tunagrahita dalam mengikuti

pembelajaran pendidikan jasmani di SDLBN Jepara tahun 2012 peneliti

menggunakan lembar kerja berupa checklist sebanyak 12 butir pengamatan dari 4

indikator yang setiap indikatornya terdapat 3 sub indikator, masing-masing sub

indikator memiliki skor sama antara 1 sampai 4, sehingga skor minimal = 1 x 12 =

12 dan skor maksimal = 4 x 12 = 48. Rentang skor = 12 – 48. Range = 48 – 12 =

36. Interval kriteria = 36 : 4 = 9. Dari perhitungan tersebut dapat dibuat tabel

kategori sebagai berikut:

Tabel 4.1 Kategori Keaktifan

Interval Skor Interval Persentase Kriteria

40 Skor 48

31 Skor 39

22 Skor 30

12 Skor 21

81,26% – 100%

62,51% – 81,25%

43,76% – 62,50%

25,00% – 43,75%

Sangat Baik

Baik

Cukup

Kurang

Page 49: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

36

4.1.1 Deskriptif Persentase

4.1.2.1 Penelitian Pertama

Berdasarkan pengamatan pertama yang telah dilakukan peneliti pada

tanggal 29 Agustus 2012, tingkat keaktifan anak tunagrahita di SDLB Jepara

dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani tahun 2012 didapat

hasil 53,73% katagori cukup. Hasil yang diperoleh tersebut didapat dari jumlah

rata-rata nilai setiap indikator seperti yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Persentase Penelitian Pertama

No

.

Indikator

Hasil (%) Kriteria

1.

.

Kognitif 38,5 Kurang

2. Afektif

50 Cukup

3.

4.

Psikomotor

Cheer

62,2 Cukup

4.

Fisik 64,2 Baik

Sumber: data yang diolah

Lebih jelasnya gambaran hasil penelitian pertama mengenai keaktifan

anak tunagrahita dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di SDLB

Jepara tahun 2012 dapat disajikan secara grafik pada diagram batang berikut ini.

Gambar 4.1 Diagram Batang Hasil Penelitian Pertama

38.550

62.2 64.2

0

20

40

60

80

Kognitif Afektif Psikomotor Fisik

Indikator

Dis

trib

usi

Perse

nta

se

Penelitian Pertama

Page 50: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

37

4.1.2.2 Penelitian Kedua

Berdasarkan pengamatan kedua yang telah dilakukan peneliti pada tanggal

5 September 2012, tingkat keaktifan anak tunagrahita di SDLB Jepara dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani tahun 2012 didapat hasil

49,8% katagori cukup. Hasil yang diperoleh tersebut didapat dari jumlah rata-rata

nilai setiap indikator seperti yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Persentase Penelitian Kedua

No

.

Indikator

Hasil (%) Kriteria

1.

.

Kognitif 44,4 Cukup

2. Afektif

46,2 Cukup

3.

4.

Psikomotor

Cheer

58,3 Cukup

4.

Fisik 50,3 Cukup

Sumber: data yang diolah

Lebih jelasnya gambaran hasil penelitian kedua mengenai keaktifan anak

tunagrahita dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di SDLB Jepara

tahun 2012 dapat disajikan secara grafik pada diagram batang berikut ini.

Gambar 4.2 Diagram Batang Hasil Penelitian Kedua

44.4 46.2

58.350.3

0

10

20

30

40

50

60

70

Kognitif Afektif Psikomotor Fisik

Indikator

Dis

trib

usi

Perse

nta

se

Penelitian Kedua

Page 51: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

38

4.1.2.3 Penelitian Ketiga

Berdasarkan pengamatan ketiga yang telah dilakukan peneliti pada tanggal

12 September 2012, tingkat keaktifan anak tunagrahita di SDLB Jepara dalam

mengikuti kegiatan pembelajaran pendidikan jasmani tahun 2012 didapat hasil

50,5% katagori cukup. Hasil yang diperoleh tersebut didapat dari jumlah rata-rata

nilai setiap indikator seperti yang disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4.4 Distribusi Persentase Penelitian Ketiga

No

.

Indikator

Hasil (%) Kriteria

1.

.

Kognitif 48 Cukup

2. Afektif

46 Cukup

3.

4.

Psikomotor

Cheer

57 Cukup

4.

Fisik 51 Cukup

Sumber: data yang diolah

Lebih jelasnya gambaran hasil penelitian ketiga mengenai keaktifan anak

tunagrahita dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di SDLB Jepara

tahun 2012 dapat disajikan secara grafik pada diagram batang berikut ini.

Gambar 4.3 Diagram Batang Hasil Penelitian Ketiga

48 46

5751

0

10

20

30

40

50

60

Kognitif Afektif Psikomotor Fisik

Indikator

Dis

trib

usi

Perse

nta

se

Penelitian Ketiga

Page 52: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

39

Berdasarkan hasil pengamatan secara keseluruhan, tingkat keaktifan anak

tunagrahita di SDLB Jepara dalam mengikuti kegiatan pembelajaran pendidikan

jasmani tahun 2012 didapat hasil 51,34% katagori cukup. Hasil tersebut

merupakan jumlah rata-rata dari ketiga hasil pengamatan, yaitu pengamatan

pertama 53,73% pengamatan kedua 49,8% pengamatan ketiga 50,5%. Secara

jelasnya gambaran hasil penelitian keseluruhan disajikan secara grafik pada

diagram batang berikut ini.

Gambar 4.4 Diagram Batang Hasil Penelitian Keseluruhan

Keaktifan anak tunagrahita dalam mengikuti pembelajaran pendidikan

jasmani di SDLB Jepara terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi,

diantaranya adalah faktor dari dalam diri anak tersebut dan faktor dari luar anak

tersebut atau lingkungan. Beberapa faktor tersebut dapat dirincikan sebagai

berikut:

Pertama, 53.725

Kedua, 49.8

Ketiga, 50.5

0

10

20

30

40

50

60

70

Kognitif Afektif Psikomotor Fisik π

Indikator

Dis

trib

usi

Per

sen

tase

Hasil Keseluruhan

Page 53: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

40

Tabel 4.5 Faktor Pengaruh Keaktifan Anak Tunagrahita di SDLB Jepara

No.

Faktor-faktor pengaruh keaktifan

Intern Ekstern

1. Anak tunagrahita adalah anak

lemah akan berfikir, maka dari

itu anak tunagrahita sulit

menangkap materi pembelajaran

dengan baik.

Sistem kelas yang secara paralel,

yaitu penggabungan beberapa

kelas secara urut dalam satu

pertemuan pembelajaran.

2. Antusias anak mengikuti

pembelajaran tergantung akan

materi yang akan disampaikan

oleh guru, karena minat setiap

anaknya berbeda-beda.

Tenaga didik yang dapat

dikatakan kurang di SDLB

Jepara, yaitu 1 guru mapel

penjas dan 2 asisten.

Hasil lain yang diperoleh peneliti pada saat pengamatan di SDLB Jepara

adalah, orang tua murid tidak canggung dalam membantu proses pembelajaran

pendidikan jasmani, dengan cara memberikan motivasi kepada anaknya bahkan

tidak jarang ada yang ikut melakukan gerakan atau mengikuti pembelajaran yang

ada. Selain itu dalam proses pembelajaran tidak lupa guru memberikan reword

atau penghargaan untuk memotivasi anak pada saat anak mampu atau berani

melakukan intruksi dari guru. Anak tunagrahita lebih menyukai jenis olahraga

permainan yang sudah dimodifikasi baik peraturan maupun alat yang digunakan

seperti permainan memindahkan objek bola atau kun yang memiliki warna-warna

yang menarik ataupun permainan tradisional seperti kucing dan tikus. Keaktifan

Page 54: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

41

anak berbeda setiap tingkat ketunaan yang dimiliki. Anak tunagrahita ringan

masih dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, namun terkadang asik bermain

sendiri, sedangkan anak tunagrahita sedang sebagian besar hanya berdiam diri

atau pasif saat pembelajaran berlangsung.

Adapun hambatan dalam proses pembelajaran berlangsung adalah, tidak

sesuainya pembelajaran dengan yang diinginkan oleh guru, karena banyaknya

anak yang diampu dan sebagian anak ada yang asyik bermain sendirinya. Masih

ada sebagian anak yang pasif dalam pembelajaran, hanya berdiam diri saat

pembelajaran berlangsung.

4.1.2 Hasil Wawancara

Berdasarkan hasil wawancara dengan beberapa sumber yang ada di SDLB

Jepara yaitu kepala sekolah, guru pendidikan jasmani, dan orang tua siswa

tunagrahita SDLB Jepara, dapat ditarik simpulan bahwa proses pembelajaran

pendidikan jasmani di SDLB Jepara dapat dikatakan cukup baik, dimana dapat

berjalannya pembelajaran dengan baik karena didukung dengan sarana dan

prasarana yang cukup memadai, dan jadwal pembelajaran yang sudah tetap setiap

kelasnya meskipun sistemnya paralel, yaitu beberapa kelas digabung dalam satu

pertemuan sehingga terdapat kelas kecil (kelas 1, 2, dan 3) dan kelas besar (kelas

4, 5, dan 6).

Tujuan utama pendidikan jasmani di SDLB Jepara yaitu, untuk menjaga

kebugaran siswanya sendiri, yang kedua adalah sebagai terapi dan yang ketiga

adalah untuk menyalurkan hobi anak.

Page 55: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

42

Mengenai keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran pendidikan

jasmani dapat dikatakan cukup, itupun tergantung dengan minat siswa terhadap

materi yang akan disampaikan oleh guru.

Anak dengan ketunaan grahita ringan masih dapat merespon apa yang

diintruksikan oleh guru saat pembelajaran berlangsung. Berbeda jika dengan anak

tunagrahita sedang, dimana sebagian besar anak tunagrahita sedang respon dalam

menangkap materi memang lebih lambat dan di dalam proses pembelajaran anak

hanya berdiam diri atau pasif saat pembelajaran berlangsung.

Di dalam menanggapi anak yang kurang aktif guru biasanya menggunakan

pendekatan individu dengan cara dirangsang dengan menggunakan objek tertentu.

4.2 Pembahasan

Keaktifan merupakan bagian dari tujuan pembelajaran pendidikan jasmani,

yaitu pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan. Maka dari

itu keaktifan sendiri digunakan sebagai salah satu aspek penilaian dalam

pembelajaran pendidikan jasmani dan sebagai tolak ukur dalam keberhasilannya.

Suasana yang aktif dalam pembelajaran pendidikan jasmani merupakan suasana

yang ideal untuk perkembangan belajar gerak anak. Semakin aktif anak dalam

proses pembelajaran semakin besar anggapan bahwa pembelajaran tersebut

berhasil dengan indikator anak Nampak senang, tidak cepat bosan, berani

melakukan intruksi dari guru dan anak aktif dalam bergerak.

Dari hasil penelitian yang diperoleh, bahwa tingkat keaktifan anak

tunagrahita mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di SDLB Jepara dapat

Page 56: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

43

dikatakan cukup, dimana melalui sampel yang digunakan dalam penelitian

sebanyak 24 anak tunagrahita dari SDLB Jepara didapat hasil 51,34% (lembar

lampiran hal: 68). Hasil tersebut didapat melalui pengamatan sebanyak tiga kali

yang dilakukan peneliti dengan menggunakan lembar checklist yang memiliki

rentang nilai 1 sampai 4. Lembar pengatan tersebut terdiri dari 4 indikator yang

setiap indikatornya terdiri dari 3 sub indikator.

Pada pengamatan pertama, tingkat keaktifan anak dalam mengikuti

pembelajaran dapat dikatakan cukup dengan hasil prosentase 53,7%. Hasil yang

diperoleh tersebut didapat dari jumlah rata-rata nilai setiap indikator, pada

indikator kognitif terdapat hasil 38,5% katagori kurang, indikator afektif terdapat

hasil 50% katagori cukup, pada indikator psikomotor terdapat hasil 62,2%

katagori baik, dan pada indikator fisik terdapat hasil 64,2% katagorikan baik.

Pada pengamatan kedua, tingkat keaktifan anak dalam mengikuti

pembelajaran dapat dikatakan cukup dengan hasil prosentase 49,8%. Hasil yang

diperoleh tersebut didapat dari jumlah rata-rata nilai setiap indikator, keempat

indikator memiliki kcriteria cukup dengan hasil pada indikator kognitif 44,4%,

afektif 46,2%, psikomotor 58,3%, dan fisik 50,3%.

Pada pengamatan ketiga, tingkat keaktifan anak dalam mengikuti

pembelajaran dapat dikatakan cukup dengan hasil prosentase 50,7%. Hasil yang

diperoleh tersebut didapat dari jumlah rata-rata nilai setiap indikator, keempat

indikator memiliki kriteria cukup dengan hasil pada indikator kognitif 48,2%,

afektif 46,2%, psikomotor 57,3%, dan fisik 51%.

Page 57: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

44

Tujuan peneliti melakukan pengamatan sebanyak tiga kali adalah untuk

mencari hasil secara optimal, karena keaktifan anak dalam pembelajaran banyak

sekali faktor yang mempengaruhinya, diantaranya minat anak akan materi yang

disampaikan berbeda-beda. Maka dengan tiga kali pengamatan diharapkan

peneliti agar mendapatkan data atau hasil secara baik.

Berdasarkan ketiga pengamatan yang ada dapat ditarik simpulan bahwa

tingkat keaktifan anak tunagrahita di SDLB Jepara dalam mengikuti pembelajaran

pendidikan jasmani dapat dikatakan cukup. Hal tersebut dapat terjadi karena

beberapa faktor yang mempengaruhinya, yaitu faktor dari diri anak tersebut

(intern) dan faktor dari luar (ekstern). Faktor intern sendiri dapat terjadi karena

anak tunagrahita adalah anak lemah dalam berfikir, sehingga dalam menangkap

informasi anak sedikit terlambat. Disamping itu antusias anak mengikuti

pembelajaran tergantung dengan minat anak tersebut terhadap materi yang akan

disampaikan oleh guru. Faktor ektern yang terjadi dikarenakan adanya pengaruh

luar dari anak tersebut, misalnya lingkungan keluarga ataupun sekolah.

SDLB Jepara sendiri dalam pembelajaran pendidikan jasmaninya memiliki

sistem kelas secara paralel, yaitu penggabungan beberapa kelas dalam satu

pertemuan. Kelas kecil yaitu penggabungan kelas 1, 2, dan 3, dan kelas besar

penggabungan kelas 4, 5, dan 6. Maka dari itu dalam pembelajarannya guru

mengalami kelemahan dalam mengelola kelas yang ada. Padahal tujuannya tidak

lain adalah untuk memudahkan dalam proses pembelajaran dan menyingkat waktu

yang ada, namun secara tidak langsung guru kurang mampu membuat

Page 58: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

45

pembelajaran secara aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan bagi siswa

sesuai dengan rencana program pembelajran yang sudah ada.

Tenaga pengajar yang dirasa kurang di SDLB Jepara, yaitu hanya terdapat

satu guru mata pelajaran penjas dan dua asisten, sedangkan jumlah anak didik

yang cukup banyak juga dapat mempengaruhi keaktifan anak mengikuti

pembelajaran. Padahal untuk menanganai anak berkebutuhan khusus disuatu

lembaga idealnya satu orang tenaga pengajar menangani delapan anak.

Keaktifan anak saat pembelajaranpun berbeda akan setiap tingkat ketunaan

yang dimiliki anak. Anak dengan ketunaan grahita ringan misalnya, anak masih

dapat mengikuti pembelajaran dengan baik, keaktifan dalam pembelajaran dapat

dilihat dari anak mau bergerak dan berani melakukan intruksi dari guru, namun

terkadang asik bermain sendiri dengan temannya saat pembelajaran berlangsung.

Berbeda dengan anak tunagrahita sedang, dimana sebagian besar anak tunagrahita

sedang hanya berdiam diri atau pasif saat pembelajaran berlangsung, apalagi

mengikuti intruksi dari guru untuk melakukan sebuah gerakan.

Tidak jarang orang tua murid turun langsung ke lapangan untuk

mengarahkan anaknya atau memberikan sebuah motivasi agar anak mau begerak

mengikuti intruksi dari guru. Selain itu dalam proses pembelajaran tidak lupa guru

memberikan reword atau penghargaan untuk memotivasi anak pada saat anak

mampu atau berani melakukan intruksi dari guru. Anak tunagrahita lebih

menyukai jenis olahraga permainan yang sudah dimodifikasi baik peraturan

maupun alat yang digunakan saat pembelajaran berlangsung.

Page 59: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

46

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang ada, maka dapat ditarik

simpulan sebagai berikut:

1. Tingkat kekatifan anak tunagrahita dalam mengikuti pembelajaran pendidikan

jasmani di SDLB Jepara tahun 2012 dapat dikatakan cukup, dimana

berdasarkan perhitungan deskriptif persentase diperoleh hasil sebesar 51,34%.

2. Proses pembelajaran pendidikan jasmani di SDLB Jepara menggunakan sistem

kelas secara paralel atau penggabungan beberapa kelas dalam satu pertemuan.

3. Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi keaktifan anak tunagrahita

dalam mengikuti pembelajaran pendidikan jasmani di SDLB Jepara, antara lain

faktor intern dan ekstern dari anak.

4. Adapun hambatan dalam proses pembelajaran berlangsung adalah, tidak

sesuainya pembelajaran dengan apa yang diinginkan oleh guru, dan masih ada

sebagian anak yang pasif dalam pembelajaran, hanya berdiam diri saat

pembelajaran berlangsung.

5.2 Saran

Berdasarkan simpulan dari hasil penelitian maka saran dari peneliti

mengenai keaktifan anak tunagrahita dalam mengikuti pembelajaran pendidikan

jasmani di SDLB Jepara adalah sebagai berikut:

Page 60: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

47

1. Bagi guru mata pelajaran pendidikan jasmani:

a. Kembangkan model-model pembelajaran berdasarkan PAIKEM

(Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan).

b. Buatlah lebih banyak variasi materi untuk memperkaya pengetahuan gerak

siswa.

c. Gunakan metode yang tepat untuk mencegah siswa dari kejenuhan saat

mengikuti pembelajaran, dan

d. Optimalkan pembelajaran dengan melengkapi sarana prasarana di sekolah.

2. Bagi sekolah, ajukan permintaan kepada dinas terkait untuk membantu baik

material maupun tenaga pengajar guna peningkatan mutu kualitas

pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan.

3. Bagi Universitas Negeri Semarang untuk mengadakan program studi atau

jurusan yang meluluskan guru-guru penjasorkes untuk sekolah luar biasa.

Page 61: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

48

DAFTAR PUSTAKA

Adang, Suherman. 2000. Dasar-dasar Penjaskes. Jakarta: Depdikbud.

Aip, Syarifudin. 1980/1981. Olahraga Pendidikan Untuk Anak-anak Lemah

Ingatan. Jakarta: Depdikbud.

Beltasar, Tarigan. 2000. Penjaskes Adaptif. Jakarta: Depdiknas.

Margono. 2005. Metode Penelitian Pendidikan. Jakarta. Rineka Capta

Martinis, Yasim. 2007. Kiat Membelajarkan Siswa. Jakarta: Gaung persada press.

Miles and Hubberman. 2007. Analisis Data Kualitatif (Rohidi T. R. :

Terjemahan). Jakarta: Universitas Indonesia Press.

Moeleong, Lexy J. 2010. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung :Rosda karya.

Moh. Nazir. 2009. Metode Penelitian. Jakarta. Ghalia Pustaka.

Mohammad, Ali. 1987. Penelitian Kependidikan. Bandung : Angkasa.

Samsudin. 2008. Pembelajaran Penjas Olahraga & Kesehatan SMP/MTS.

Jakarta: Litera.

Sayuti, Syahara. 2004. Model Pelaksanaan BBE Pendidikan Jasmani Bagi

Penyandang Tunagrahita. Jakarta: Depdiknas.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka cipta.

Sugiyanto. 2008. Perkembangan dan Belajar Motorik. Jakarta: universitas

terbuka.

Sugiyanto dan Sudjarwo. 1993. Perkembangan & Belajar Gerak. Jakarta:

Depdikbud.

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Suharsimi, Arikunto. 2006. Prosedur Penelitian (Edisi Revisi VI). Jakarta: Rineka

Cipta.

Sutjihati, Soemantri. 2007. Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: Refika Aditama.

Page 62: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

49

Lampiran 1

Page 63: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

50

Lampiran 2

Page 64: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

51

Lampiran 3

Matriks Pengumpulan Data Penelitian

Keaktifan Anak Tunagrahita Dalam Mengikuti Pembelajaran Pendidikan

Jasmani Di SDLB Jepara Tahun 2012

Fokus Penelitian Aspek Indikator Penelitian Teknik

Keaktifan anak Kognitif Pengetahuan dasar tentang

penjas yang dimiliki anak

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Afektif Perilaku, perasaan/emosi

anak saat pembelajaran

Observasi

Psikomotor Keterampilan dasar yang

dimilki anak yang terdiri

dari gerak dasar

fundamental

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

Fisik Hasil dari pencapaian

pembelajaran yang diikuti

anak

Observasi

Wawancara

Page 65: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

52

Lampiran 4

Lembar Kerja Pengamatan Keaktifan Anak Tunagrahita Dalam Mengikuti

Pembelajaran pendidikan Jasmani Di SDLB Jepara Tahun 2012

Nama :

Kelas :

No Pengamatan Chek List

1 2 3 4

1. Pengetahuan dasar tentang penjas yang dimiliki

anak :

a. Anak tahu tentang nama alat-alat olahraga

b. Anak mengetahui nama cabang olahraga

c. Anak mengerti cara melakukan pemanasan

dengan benar

2. Perilaku, perasaan/emosi anak saat pembelajaran :

a. Keseriusan anak mengikuti pembelajaran

b. Anak mau bekerja sama dengan temannya

c. Anak berani melakukan instruksi dari guru

3. Keterampilan dasar yang dimiliki anak yang

terdiri dari gerak dasar fundamental :

a. Anak mampu melakukan gerak lokomotor

(berjalan, berlari, melompat) dengan apik

b. Anak bisa memainkan objek yang ada di

sekitar (bola, raket, atau alat-alat olahraga)

c. Anak mampu melakukan gerakan yang

diinstruksikan oleh guru dengan benar

4. Hasil dari pencapaian pembelajaran yang diikuti

anak :

a. Anak berkeringat saat pembelajaran

b. Anak tampak bugar dan sehat

c. Anak merasa senang

Kriteria Rentang Nilai:

Sangat Baik: 4, Baik: 3, Cukup: 2, Kurang: 1

Page 66: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

53

Lampiran 5

PANDUAN WAWANCARA UNTUK GURU PENJAS

No Pertanyaan Hasil

1 Menurut bapak bagaimana proses pembelajaran

penjas anak tunagrahita yang ada di SDLB

sini?

2 Apa tujuan utama pendidikan jasmani di sini?

3 Apakah keaktifan anak dalam mengikuti

pembelajaran penjas digunakan sebagai

penilaian anak tunagrahita?

4 Bagaimana cara bapak dalam mengelola kelas?

5 Apakah anak-anak di sini dalam mengikuti

pembelajaran termasuk aktif (bergerak)?

6 Bagaimana dengan nilai mata pelajaran penjas

anak di sini?

7 Bagaimana antusias anak saat mengikuti

pembelajaran?

8 Apakah anak-anak berani melakukan intruksi

dari bapak?

9 Apakah anak merasa senang dan tidak bosan

saat mengikuti pembelajaran?

10 Bagaimana cara bapak dalam menanggapi anak

yang kurang aktif saat pembelajaran?

Page 67: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

54

PANDUAN WAWANCARA UNTUK KEPALA SEKOLAH

No Pertanyaan Hasil

1 Bagaimanakah menurut bapak aktifitas

pembelajaran penjas di SLB jepara?

2 Bagaimana sistem pembelajaran pendidikan

jasmani di SLB Jepara?

3 Apakah ada siswa SLB Jepara yang memiliki

prestasi di bidang Olahraganya?

4 Apa tujuan utama pendidikan jasmani di sini?

5 Apakah anak-anak di sini dalam mengikuti

pembelajaran penjas dapat dikatakan aktif?

6 Bagaimana antusias anak waktu mengikuti

pembelajaran?

7 Apakah anak berani dalam melakukan intruksi

dari guru?

8 Bagaimana cara guru penjas di sini dalam

mengelola kelasnya?

9 Apakah ada pendekatan tersendiri untuk anak

yang kurang aktif dalam mengikuti

pembelajaran?

10 Olahraga apa yang baik untuk anak luar biasa?

Page 68: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

55

PANDUAN WAWANCARA UNTUK ORANG TUA SISWA

No Pertanyaan Hasil

1 Bagaimana aktifitas penjas di SDLB ini

menurut anda?

2 Apa yang anda inginkan dari pembelajaran

penjas di SDLB ini?

3 Bagaimana cara guru penjas dalam mengelola

kelasnya?

4 Apakah anak anda terlihat aktif saat mengikuti

pembelajaran penjas?

5 Bagaimana animo anak saat belajar?

6 Apakah anak merasa senang saat mengikuti

pembelajaran?

7 Apakah ada pendekatan dari sekolah jika anak

anda kurang aktif dalam mengikuti

pembelajaran?

8 Upaya apa saja yang dilakukan untuk membuat

anak aktif?

9 Bagaimana cara menangani anak pada saat di

rumah?

10 Apakah anak anda sudah bisa mandiri dalam

melakukan aktifitasnya sehari-hari?

Page 69: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

56

Lampiran 6

Data jumlah kelas dan siswa SDLB Jepara tahun 2012

Jenjang Ketunaan Kelas Jumlah Siswa

L P Jumlah

SDLB

A

I 1

1

II

2 2

III

IV

V 1

1

VI 1

1

Sub Jumlah 3 2 5

B

I 10 7 17

II 4 6 10

III 5 7 12

IV 4 3 7

V 1 5 6

VI 1 4 5

Sub Jumlah 25 32 57

C

I 24 19 43

II 13 10 23

III 12 14 26

IV 3 3 6

V 11 7 18

VI 6 3 9

Sub Jumlah 69 56 125

D

I

5 5

II

III

IV 1 1 2

V

VI

Sub Jumlah 1 6 7

Jumlah Keseluruhan 98 96 194

Page 70: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

57

Lampiran 7

DAFTAR NAMA SISWA SDLB N JEPARA TAHUN 2012/2013

NO NAMA JENIS KELAMIN

KELAS 1

1 Andre Setia Harta L

2 Labibah Nazhari P

3 Muhammad Iqbal Jazadi L

4 Indhita Eva Sari P

5 Saskia Putri Amelia P

6 Abib Alifiano L

7 Anisa Hidayatul Syawalya P

8 Kiki Amelia P

9 Laina Nafiska P

10 Muhammad Saif L

11 Lukmanul Hakim L

12 Putri Aprilia P

13 Wahyu Aditya Firmansyah L

14 Salma Fitriana Salsabila P

15 M. Rifa'i L

16 M. Yunus Mustanna L

17 Miftahul Huda L

18 Nurul Majidah L

19 Asep Ammar Khoirollah L

20 Ririn Erniyati P

21 Muhammad Dhani Setyawan L

22 Tri Mulyasih P

23 Galih Nurseto L

24 Muhammad Maulana Zaki L

25 Salman Al Forqon P

26 Desi Rahmawati P

27 Lina Nurul Afifah P

28 Nafisha Hilda Melina P

29 Alinatul Mustatiya P

30 Reza Adi Firmansah L

31 Muhammad Jalaluddin L

32 Ahmad Ghozi Irwani L

33 Anisa Fitri P

34 Dwi Purwanto L

35 Erdin Ardiansyah L

Page 71: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

58

36 A. Syaifudin L

37 Mukhammad Alfian Faruk L

38 Nur Muhammad Riski Iskandar L

39 Tiara Damaiyanti P

40 Fitria Haniam Mariah P

41 Choiru Nisa P

42 Dwi Wahyu Ilham L

43 Elvan Prasetyo L

KELAS 2

1 Ahmad Romy Angga L

2 Irwan Adi Winata L

3 Putri Riska Nailil Farih P

4 Suko Safi’i L

5 Selina I. P

6 Alfiatul Anzani P

7 Adi Wahyudi L

8 Irwan Adi Winata L

9 Nur Cahyanti P

10 Nova Sukmawati P

11 Deni Aryanto L

12 Rizqy Thariqi Yuliarso L

13 Muhammad Bachtiar L

14 Heni Nur Hidayah P

15 Ali Syahril L

16 Riyanto L

17 Alfin Miftakhul Fauzi L

18 Nur Afifah P

19 Tri Eko Kusmanto L

20 Kiki Ambarwati P

21 Ana Wulandari P

22 Muchammad Gofur L

23 Nur Unsya'ul Aliyah P

KELAS 3

1 Ahmad Apriliyanto L

2 Aditya Eka Pratama L

3 M. Kholil Hasan L

4 Elin Kurnia Putri Hardiyanti P

5 A. Fitra mulia Akbar P

6 Aisnawati P

7 Ani Nuraisiyah P

8 Makhsusiya Ismawati P

Page 72: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

59

9 Lifa Juli Seftikasari P

10 Maulina Agustina L

11 Rodhotul Janah P

12 Fitria Amalia Putri P

13 Risma Herdiman L

14 Darmawan Budi Laksono L

15 Hanik Rondlotul Syarifah P

16 Anisa Jihan Reformisa P

17 Mukholifah P

18 M.Fajar Abdianto L

19 M. Iqbal Maulana L

20 Alvian Danis Setiawan L

21 Bagas Saputra L

22 Mega Selvia P

23 Linawati P

24 Hana Pratiwi P

25 M. Soni Londa L

26 Theo Hans Franantrang L

KELAS 4

1 Ridwan Hasan L

2 Misbachur Rizal L

3 Ahmad Akbarudin L

4 Dzunita Nur Maulin P

5 Sri Legiawati P

6 Nur Ismawati P

KELAS 5

1 Ahmad Fani Jauhar Pramono L

2 Muhammad Choirul Afif L

3 Ari S. L

4 Jannatul Firdaus Tsalsabila P

5 Sherlyta Tamara Putri P

6 Aisyah Nun Iftitah P

7 Muhammad Rifki Muslim L

8 Zainul Akbar L

9 Sela Novitasari P

10 Anis Magfiroh P

11 Mohammad Irfan L

12 Wahyu Setiawan L

13 Doni Irawan L

14 Dika Julianto L

15 M. Hilal Fahmi L

Page 73: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

60

16 M. Rizal L

17 Veranika Z. P

18 Ninda Uma Farida P

KELAS 6

1 Unggul Besa Kurnia L

2 M. Lutfi L

3 Adi Wahyudi L

4 Irwan Adi Winata L

5 Noor Khamidah Fidiati L

6 Nova Zidnawati P

7 Yuriska Nugraheni P

8 Alfial Azam L

9 Susi Maulina P

Page 74: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

61

Lampiran 8

DAFTAR NAMA SISWA YANG DIAMATI

No Nama Kelas Jenis kelamin

1 Lukmanul Hakim Kelas 1 Laki-laki

2 Ahmad Syaifudin Kelas 1 Laki-laki

3 Miftahul Huda Kelas 1 Laki-laki

4 Choiru Nisa Kelas 1 Perempuan

5 Muchammad Gofur Kelas 2 Laki-laki

6 Nur Cahyanti Kelas 2 Perempuan

7 Ali Syahril Kelas 2 Laki-laki

8 Selina I. Kelas 2 Perempuan

9 Risma Herdiman Kelas 3 Laki-laki

10 Theo Hans Franantrang Kelas 3 Laki-laki

11 Aisnawati Kelas 3 Perempuan

12 M. Fajar Abdianto Kelas 3 Laki-laki

13 Dzunita Nur Maulin Kelas 4 Perempuan

14 Sri Legiawati Kelas 4 Perempuan

15 Nur Ismawati Kelas 4 Perempuan

16 Ahmad Akbarudin Kelas 4 Laki-laki

17 Doni Irawan Kelas 5 Laki-laki

18 Ari S Kelas 5 Laki-laki

19 M. Rizal Kelas 5 Laki-laki

20 Zainul Akbar Kelas 5 Laki-laki

21 Nova Zidnawati Kelas 6 Perempuan

22 Yuriska Nugraheni Kelas 6 Perempuan

23 Susi Maulina Kelas 6 Perempuan

24 M. Lutfi Kalas 6 Laki-laki

Keterangan:

Laki-laki dengan jumlah : 14

Perempuan dengan jumlah : 10

Page 75: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

62

Lampiran 9

Page 76: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

63

Page 77: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

64

Page 78: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

65

Page 79: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

66

Page 80: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

67

Page 81: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

68

Page 82: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

69

Lampiran 10

HASIL WAWANCARA

Hasil Wawancara Dengan Guru Penjas, Mohamad Mustafa, S.Pd

Pertanyaan 1

P : Menurut bapak bagaimana proses pembelajaran penjas anak tunagrahita yang

ada di SDLB sini?

G. P : Kurang, dikerenakan masih terlalu banyak siswa yang tidak mengerti akan

latar belakang mereka. Untuk masuk di sekolah sini kan ada beberapa syarat yang

harus di penuhi, diantaranya adalah surat dokter dan latar belakang siswa sendiri.

Misal jika diumur 9 tahun dia kok sekolah tidak naik-naik kelas, kan kekurangan

dan kelebihannya apa? Siswanya sendiri kadang-kadang emosional. Pernah

sekolah di sekolah lain apa tidak.

Pertanyaan 2

P : Apa tujuan utama pendidikan jasmani di sini?

G. P : Tujuan utama penjas di sini adalah sebagai kesegaran atau kebugaran anak

didik.

Pertanyaan 3

P : Apakah keaktifan anak dalam mengikuti pembelajaran penjas digunakan

sebagai penilaian anak tunagrahita?

G. P : Iya, dalam penilaian anak disini keaktifan anak menjadi tolak ukurnya.

Pertanyaan 4

P : Bagaimana cara bapak dalam mengelola kelas?

G. P : Penguasaan terhadap karakteristik siswa tersebut. Jika kita menguasai

karakter anak tersebut otomatis kita mengerti kapan dia mau melakukan gerakan,

dan kapan dia merasa bosan.

Pertanyaan 5

P : Apakah anak-anak di sini dalam mengikuti pembelajaran termasuk aktif

(bergerak)?

G. P : Tidak semua anak aktif, jika anak tersebut grahita lemah dia masih mau

bergerak, tapi jika grahita sedang hanya diam saja di lapangan.

Pertanyaan 6

P : Bagaimana dengan nilai mata pelajaran penjas anak di sini?

G. P : Sebenarnya nilai anak disini ada yang bagus ada yang tidak, kalau sudah

tidak aktif ya terserah guru dalam memberikan nilai, karena anak kurang aktif

dalam pembelajaran, dan terkadang tidak berangkat.

Pertanyaan 7

P : Bagaimana antusias anak saat mengikuti pembelajaran?

Page 83: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

70

G. P : Baik, tapi tergantung dengan anak itu sendiri, kadang saat ingin ikut

pelajaran, diajak temannya, ya menjadi lupa, dan tidak ikut pelajaran.

Pertanyaan 8

P : Apakah anak-anak berani melakukan intruksi dari bapak?

G. P : Ada sebagian kecil berani dengan setandar IQ kurang lebih 70, kalau yang

IQnya 50-60 hanya diam saja, jongkok diam, kalau dijahili kadang balas, kadang

tidak.

Pertanyaan 9

P : Apakah anak merasa senang dan tidak bosan saat mengikuti pembelajaran?

G. P : Tidak terlalu senang, di karenakan aktif dengan dunianya sendiri(bermain

sendiri). Dan tergantung dengan minat anak itu sendiri, semisal, pada hari ini

materinya lari dan anak itu padahal senang dengan sepakbola, otomatis dia tidak

merasa senang dan kurang aktif.

Pertanyaan 10

P : Bagaimana cara bapak dalam menanggapi anak yang kurang aktif saat

pembelajaran?

G. P : Dirangsang saja, kalau ada yang diam, diingatkan atau diberi bola atau apa,

atau diberi jajan tetapi diberi syarat mau melakukan.

Keterangan :

P : Peneliti

G. P : Guru Penjas

Page 84: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

71

Hasil Wawancara Dengan Kepala Sekolah, Suwandi JP, S.Pd. MM

Pertanyaan 1

P : Bagaimanakah menurut bapak aktifitas pembelajaran penjas di SLB jepara?

Kps : Pembelajaran penjas di sini, dapat dikatakan cukup baik, artinya aktivitas

anak dalam mengikuti kegiatan olahraga bagus, namun demikian anak

berkebutuhan khusus tidak semua memiliki semangat yang cukup tinggi, yang di

sekolah regular saja ada sebagian anak yang kurang berminat dalam berolahraga,

karena minat maupun bakatnya tidak ada. Namun di bidang prestasi olahraga di

sini sudak cukup baik, dengan dapat dilihat piala olahraga yang terpampang di

depan.

Pertanyaan 2

P : Bagaimana sistem pembelajaran pendidikan jasmani di SLB Jepara?

Kps : Sitem pembelajaran penjas di sini yaitu paralel, maksudnya beberapa kelas

digabung dan diampu bersama. Karena guru penjas di sini terbatas, hanya satu

guru dan dua asisten. Penilaian anakpun tergantung dengan keaktifan anak saat

mengikuti pembelajaran. Intinya adalah anak mau bergerak.

Pertanyaan 3

P : Apakah ada siswa SLB Jepara yang memiliki prestasi di bidang Olahraganya?

Kps : Melihat prestasi olahraga di sini cubup baik, dapat dilihat di depan dengan

terpampangnya piala dan tropi olahraga yang ada.

Pertanyaan 4

P : Apa tujuan utama pendidikan jasmani di sini?

Kps : Menggerakkan anak, karena intinya adalah anak mau bergerak, dan

selanjutnya sebagai terapi anak dengan mengurangi keluhan baik fisik maupun

sikis. Syukur-syukur bisa meraih prestasi.

Pertanyaan 5

P : Apakah anak-anak di sini dalam mengikuti pembelajaran penjas dapat

dikatakan aktif?

Kps : Secara umum minat untuk mengikuti pembelajaran itu bagus. Sebagian ada yang aktif dan ada pula yang kurang aktif.

Pertanyaan 6

P : Bagaimana antusias anak waktu mengikuti pembelajaran?

Kps : Tergantung akan minat anak itu sendiri. Jika minatnya besar ya antusiasnya

baik.

Pertanyaan 7

P : Apakah anak berani dalam melakukan intruksi dari guru?

Kps : Ada sebagian siswa merespon apa yang diperintah guru ada juga yang

responnya memang lambat. Karena setiap anak itu berbeda-beda.

Page 85: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

72

Pertanyaan 8

P : Bagaimana cara guru penjas di sini dalam mengelola kelasnya?

Kps : Selalu di dorong dan diberi masukan kalau olahraga itu penting, sebagai

bentuk untuk menjaga kebugaran tubuh.

Pertanyaan 9

P : Apakah ada pendekatan tersendiri untuk anak yang kurang aktif dalam

mengikuti pembelajaran?

Kps : Ada, dengan melalui pendekatan individu. Karena olahraga di sini adalah

bagaimana caranya anak mau menggerakan tubuhnya. Maka dari itu olahraga di

sini lebih banyak menggunakan sebuah permainan.

Pertanyaan 10

P : Olahraga apa yang baik untuk anak luar biasa?

Kps : Lebih cocok olahraga permainan, termasuk penjas adaptif. Jika di beri

olahraga berat mereka tidak begitu menguasai. Orang normal saja jika diberi

olahraga berat semisal sepakbola, untuk menggerakkan tubuhnya saja ada yang

kesulitan, apalagi anak luar biasa.

Keterangan :

P : Peneliti

Kps : Kepala Sekolah

Page 86: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

73

Hasil Wawancara Dengan Orang Tua Siswa, Bapak Arif

Pertanyaan 1

P : Bagaimana aktifitas penjas di SDLB ini menurut anda?

Ots : Kalau di sini itu termasuk sudah rapi, dalam arti jadwal atau pengajarnya

sudah sesuai dengan apa yang diwajibkan atau inginkan dari sekolah. Terkadang

kendalanya itu dari siswanya sendiri, yaitu aktif bermain sendiri.

Pertanyaan 2

P : Apa yang anda inginkan dari pembelajaran penjas di SDLB ini?

Ots : Pertama untuk mendidik anak lebih disiplin, membentuk karakter, dan

menyalurkan hobi anak.

Pertanyaan 3

P : Bagaimana cara guru penjas dalam mengelola kelasnya?

Ots : Yang saya lihat selama tiga tahun ini si sudah memenuhi apa yang diinginka

dari sekolah.

Pertanyaan 4

P : Apakah anak anda terlihat aktif saat mengikuti pembelajaran penjas?

Ots : Anak saya termasuk tunagrahita ringan, jadi apa yang disampaikan olah

guru masih bisa dia serap atau dia ikuti.

Pertanyaan 5

P : Bagaimana animo anak saat belajar?

Ots : Kalau dia sendiri modelnya adalah anak yang disiplin artinya sara tanggung

jawabnya itu ada, contohnya saja jika dia tidak membawa seragam olahraga, dia

sudah merasa khawatir. Jadi katagorinya atau animonya dalam mengikuti

pembelajaran itu cukup tinggi.

Pertanyaan 6

P : Apakah anak merasa senang saat mengikuti pembelajaran?

Ots : Senang, tetapi kadang asyik bermain sendiri dengan temannya.

Pertanyaan 7

P : Apakah ada pendekatan dari sekolah jika anak anda kurang aktif dalam

mengikuti pembelajaran?

Ots : Kalau dari sekolah, semisal guru sedang ada tugas di luar dia izin terlebih

dahulu, dan dialihkan kepada asistennya. Di sini kan ada dua asisten dalam

pelajaran olahraga. Ke duanya pun antara guru dan asistennya juga pro-aktif

dalam pendekatan individu, semisal saja jika sudah jam pelajaran dimulai kok

tidak ada siswa di lapangan, mereka menggilir per kelasnya untuk diajak ke

lapangan.

Pertanyaan 8

P : Upaya apa saja yang dilakukan untuk membuat anak aktif?

Page 87: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

74

Ots : Dalam kaitannya membuat anak aktif itu yang pertama membiarkan apa

yang dia sukai. Jika di sekolahan ya kita pasrahkan kepada pihak sekolah.

Pertanyaan 9

P : Bagaimana cara menangani anak pada saat di rumah?

Ots : Memperlakukan sama halnya anak normal lainnya, namun masih

diperhatikan apa saja yang dilakukannya. Untuk pergaulannya saya tidak

membeda-bedakan, agar sikologi anak tidak memburuk.

Pertanyaan 10

P : Apakah anak sudah bisa mandiri dalam melakukan aktifitasnya sehari-hari?

Ots : Kalau aktifitas ringan ya sudah bisa, seperti ganti baju sendiri, bermain,

tetapi jika aktifitasnya sedikit berat dia kurang bisa melakukannya.

Keterangan :

P : Peneliti

Ots : Orang Tua Siswa

Page 88: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

75

Lampiran 11

DOKUMENTASI PENELITIAN

Gambar 1 : Visi Misi SLB N Jepara

Gambar 2 : Gambar Piala dan Tropi Prestasi Olahraga SLB N Jepara

Gambar 3 : Lapangan Bulu Tangkis SLB N Jepara

Page 89: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

76

Gambar 4 : Kolam Aquatik SLB N Jepara

Gambar 5 : Daftar Nama Siswa SDLB Jepara

Gambar 6 : Persiapan Penelitian, Menentukan Sampel Penelitian

Page 90: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

77

Gambar 7 : Suasana Persiapan Pembelajan

Gambar 8 : Suasana Pembelajaran (Pemanasan)

Gambar 9 : Suasana Pembelajaran (Inti)

Page 91: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

78

Gambar 10 : Suasana Pembelajaran (Inti)

Gambar 11 : Proses Pengamatan

Gambar 12 : Wawancara dengan Guru Penjas SDLB N Japara

Bapak Mohamad Mustafa, S.Pd

Page 92: SURVEI KEAKTIFAN ANAK TUNAGRAHITA DALAM MENGIKUTI ...

79

Gambar 13 : Wawancara dengan Kepala Sekolah SDLB N Jepara

Bapak Suwandi JP, S.Pd. MM

Gambar 14 : Wawancara dengan Orang Tua Siswa SDLB N Jepara

Bapak Arif