Gds137 Slide Pemeriksaan Laboratorium Dan Interprestasi Pada Growth Retardation Tiroid2
PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN SLIDE MALARIA DARI …
Transcript of PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN SLIDE MALARIA DARI …
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.2 No.1 Juli, 2018 20
PERBEDAAN HASIL PEMERIKSAAN SLIDE MALARIA DARI KABUPATEN
BOMBANA DENGAN HASIL CROSS CHECK DI UPTD BALAI
LABORATORIUM KESEHATAN PROVINSI SULAWESI TENGGARA
Hardin1, Satriani Syarif2 ,
[email protected] STIKES Mandala Waluya Kendari
ABSTRAK
Pada tahun 2016 jumlah kasus positif malaria di Sulawesi Tenggara sebanyak 1.202 dengan Angka Kesakitan (API) per 1000 penduduk beresiko sebesar 0,46, sedikit meningkat dibanding tahun 2015. Tetapi pada tahun 2016 di beberapa daerah di Kabupaten Bombana telah terjadi beberapa kasus positif malaria yang di uji melalui mikroskopik, setelah dilakukan cross check di Dinas kesehatan Provinsi ternyata slide yang dinyatakan positif hasilnya adalah negatif. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan slide malaria dari Kabupaten Bombana dengan hasil cross check di UPTD. Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sultra. Jenis penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriktif. Populasi dalam penelitian ini adalah 172 slide malaria dengan tehnik penarikan sampel mengunakan rumus Issac dan Michael, dengan jumlah sampel 36 slide. Data hasil pemeriksaan di analisis secara deskriktif. Hasil penelitian menunjukan ada perbedaan hasil pemeriksaan slide malaria dengan hasil Cross check di UPTD Balai Labkes Provinsi Sultra dimana sebanyak 36 slide malaria dari Kabupaten Bombana terdapat 7 slide (19,4 %) positif dan 29 slide (80,6%) negatif, sedangkan hasil pemeriksaan slide malaria dengan hasil Cross Check di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan hanya 1 slide (2,8%) yang positif dan 35 slide (97,2%) negatif. Kesimpulan dari penelitian ini terdapat perbedaan hasil pemeriksaan slide malaria dari Kabupaten Bombana dengan hasil Cross check di UPTD Balai Labkes Provinsi Sultra. Kegiatan Cross check harus di tingkatkan guna untuk memantau kualitas mikroskopis yang berada di puskesmas. Kata Kunci : Slide Malaria, Cross check, objek gelas, Puskesmas kabupaten Bombana
PENDAHULUAN
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkan hingga tahun 2005 malaria masih menjadi masalah kesehatan yang utama. Penyakit ini menginfeksi sedikitnya 350 – 500 juta
orang setiap tahunnya, dan menyebabkan kematian sekitar 1 juta orang. Malaria masih endemik terutama di negara – negara berkembang seperti Amerika Latin, Afrika Sub Sahara, Asia Selatan dan sebagian Asia Tenggara,
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.2 No.1 Juli, 2018 21
termaksud Indonesia (Bahar, dkk. 2015).
Di Indonesia terdapat 15 juta kasus malaria setiap tahun dan 30.000 diantaranya meninggal dunia. Dari 293 kabupaten/kota di Indonesia, 167 kabupaten/kota merupakan wilayah endemis malaria. (Sucipto. 2014). Secara nasional kasus malaria selama tahun 2010 - 2015 cenderung menurun yaitu tahun 2010 angka Annual Parasite Incidence (API) sebesar 1,96 per 1000, sampai dengan pertengahan 2015 menjadi 0,82 per 1000 penduduk dengan jumlah kasus 209.413 dari jumlah tersebut sebanyak 81% berasal dari maluku utara, papua, papua barat dan NTT.
Persentase suspek malaria yang dilakukan konfirmasi laboratorium baik menggunakan mikroskop maupun Rapid Diagnostic Test (RDT) dari semua aspek yang ditemukan. Suspek yang ditemukan pada tahun 2015 yaitu sebesar 1.227.464 dan jumlah sediaan darah sebesar 99%. Target persentase pemeriksaan sediaan darah (Konfirmasi laboratorium) terdapat suspek malaria terus meningkat yaitu pada tahun 2010 sebesar 81% sedangkan tahun 2015 meningkat menjadi 99%. Namun hasil evaluasi kemampuan pemeriksaan mikroskopik di Kalimantan dan sulawesi didapatkan bahwa persentase kesalahan pemeriksaan dalam menentukan postif dan negatif (Error rate) mencapai 60%, sebagian besar kesalahan adalah postif palsu (Sediaan darah negatif dinyatakan sebagai positif). Sedangkan kesalahan dalam menentukan spesies parasit mencapai 90%. Berdasarkan data tersebut peningkatan kualitas dan akurasi diagnosis mikroskopik malaria merupakan kebutuhan penting dalam menegakkan diagnosis malaria difasilitasi pelayanan kesehatan. Pelayanan pemeriksaan laboratorium
mikroskopik malaria yang berkualitas sangat tergantung kompetensi, kinerja petugas, infrastruktur, bahan dan alat serta kualitas sediaan yang sesuai standar (Kemenkes. 2016)
Banyak faktor yang mempengaruhi tingkat akurasi pembacaan sediaan darah diantaranya yaitu : faktor petugas yang kaitannya dengan tingkat pendidikan, pengalaman bekerja, beban kerja, umur dan keterampilan. Faktor sarana seperti kualitas mikroskop, kualitas giemsa dan kualitas kaca sediaan. Tersedianya bahan pemeriksaan yang memadai, yakni faktor kualitas sediaan darah, seperti ketebalan sediaan darah dan pewarnaan (Budiyanto. 2017)
Salah satu fakor yang menyebabkan kegagalan dalam penanggulangan malaria adalah kesalahan diagnosis mikroskopi malaria yang merupakan kelemahan pemeriksaan mikroskopik. Kesalahan diagnosis dapat dimulai di tingkat Puskesmas pada pemeriksaan mikroskopik untuk mengidentifikasi adanya parasit malaria di sediaan darah yang dilakukan oleh mikrokopis Puskesmas. Banyaknya kebiasaan yang kurang baik pada pemeriksaan mikroskopi mendorong terjadinya kesalahan diagnosis malaria, misalnya pembuatan sediaan darah yang kurang baik, pengecatan yang kurang memenuhi syarat, pemeriksaan sediaan darah menggunakan mikroskop dengan penyinaran yang tidak optimal, pembesaran yang tidak sesuai standar pemeriksaan malaria dan mikroskop yang kotor/ berjamur /rusak dan tidak terpelihara. (Murhandarwati, dkk. 2015).
Didaerah endemis maupun daerah non endemis di Indonesia , metode standar diagnosis malaria berdasarkan hasil pembacaan sediaan darah tipis dan sediaan darah tebal menggunakan
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.2 No.1 Juli, 2018 22
mikroskop setelah sediaan darah diwarnai dengan menggunakan larutan giemsa dengan menggunakan konsentrasi tertentu. Kemampuan seorang mikroskopik baik dalam membuat sediaan darah, mewarnai dan memeriksanya sangat menentukan ditemukannya parasit malaria. Oleh sebab itu, ketepatan dan kebenaran pemeriksaan sediaan darah oleh mikroskopik perlu diamati dan dipantau secara terus menerus. Pelaksanaannya dilakukan dengan memeriksa hasil kerja mikroskopis jenjang laboratorium tingkat bawah oleh mikroskopis laboratorium tingkat diatasnya secara berurutan (Udin, dkk. 2006).
Uji silang adalah kegiatan pemeriksaan ulang terhadap sediaan darah malaria yang dilakukan oleh laboratorium rujukan uji silang jenjang di atasnya untuk menilai ketepatan hasil pemeriksaan mikroskopik malaria dan menilai kinerja laboratorium. Secara umum kondisi laboratorium dan hasil pemeriksaan malaria di fasilitas pelayanan kesehatan belum memenuhi standar-standar terutama kabupaten/kota dan puskesmas. Hal ini disebabkan antara lain kurangnya pemahaman tentang perlunya ruangan dan fasilitas laboratorium yang memenuhi syarat, tenaga terlatih, tingginya tingkat mutasi/rotasi, belum melaksanakan Standard Operating Procedure (SOP) secara optimal sehingga sulit meningkatkan atau mempertahankan kualitas pemeriksaan mikroskopik. (Kemenkes RI. 2016)
Pada tahun 2016 jumlah kasus positif malaria di Sulawesi Tenggara sebanyak 1.202 dengan Angka Kesakitan (API) per 1000 penduduk beresiko sebesar 0,46, sedikit meningkat dibanding tahun 2015. Jumlah kasus penyakit malaria cenderung menurun dari tahun 2012-2015, namun pada tahun terakhir
kembali mengalami peningkatan. Jika mengacu pada target Renstra Kemenkes untuk Angka Kesakitan Malaria (API) tahun 2013 < 1,25 per 1000 penduduk, Sulawesi Tenggara dengan API 0,46 telah memenuhi target. Capaian API tersebut juga sekaligus menunjukan bahwa Sulawesi Tenggara termasuk dalam kategori rendah (API lebih kecil dari 1) untuk angka kesakitan malaria.
Permasalahan yang ditemui dalam pemberantasan penyakit malaria antara lain adalah kurangnya kegiatan yang dilakukan dalam rangka penemuan penderita, sehingga nilai ABER (Anual Blood Examination Rate) masih sangat rendah dan di sisi lain nilai Slide Positive Rate (SPR) masih cukup tinggi. Kabupaten Bombana merupakan daerah yang berada di Provinsi Sulawesi Tenggara yang akan mendapatkan sertifikat Eliminasi Malaria di tahun 2018. Eliminasi malaria adalah suatu upaya untuk menghentikan penularan Malaria setempat (indigenous) dalam suatu wilayah geografis tertentu, dan bukan berarti tidak ada kasus malaria import serta sudah tidak ada vektor malaria di wilayah tersebut, sehingga tetap dibutuhkan kegiatan kewaspadaan untuk mencegah penularan kembali. Tetapi pada tahun 2016 di beberapa daerah di Kabupaten Bombana telah terjadi beberapa kasus positif malaria yang di uji melalui mikroskopik, setelah dilakukan cross check di Dinas kesehatan Provinsi ternyata slide yang dinyatakan positif hasilnya adalah negatif, sehingga hal tersebut dapat berdampak pada pemberian sertifikat eliminasi dapat tertunda di daerah tersebut. Sementara Indikator Eliminasi Malaria yaitu selama tiga tahun berturut-turut tidak ditemukan kasus indigenous (penularan setempat) disuatu Kabupaten/Kota, Provinsi, dan Pulau.
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.2 No.1 Juli, 2018 23
Berdasarkan data SDM Mikroskopis malaria tahun 2017 Dinas Kesehatan Provinsi Sultra, petugas mikroskopis malaria di Kabupaten Bombana dari 23 puskesmas hanya 4 orang petugas Laboratorium mikroskopis malaria berlatar pendidikan dari Analis kesehatan, selebihnya di isi oleh tenaga dari pendidikan lain, kemungkinan hal tersebut dapat mempengaruhi tingkat
akurasi pembacaan sediaan darah dan kemampuan pemeriksaan mikroskopis. Selain itu tingkat rotasi dan mutasi di daerah tersebut masih sangat tinggi sehingga tenaga mikroskopis yang telah terlatih dapat tergantikan dengan petugas yang belum terlatih. (Dinkes prov. Sultra 2016). Sampai saat ini belum pernah dilakukan penelitian terkait tentang hasil Cross check atau uji silang di kabupaten tersebut.
Metode penelitian Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriftif untuk mengetahui perbedaan hasil pemeriksaan cross check sediaan darah malaria dari kabupaten Bombana. Penelitian ini telah dilaksanakan selama 3 minggu, dari tanggal 21 Mei s/d 8 Juni Tahun 2018. Lokasi penelitian ini di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh slide Cross check malaria dari Kabupaten Bombana yang terdaftar di Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana sebanyak 172 slide. Sampel adalah semua slide cross check yang memenuhi kriteria inklusi dan terdaftar di Laporan bulanan Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana Cara menentukan jumlah sampel dari populasi tertentu digunakan rumus Issac dan Michael sebesar 36 slide. Penelitian ini terdiri dari kriteria inklusi dan eksklusi. - Kriteria inklusi adalah slide malaria yang diperiksa secara mikroskopik yang terdaftar dalam laporan bulanan Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana yang memenuhi syarat. - Kriteria eksklusi adalah slide malaria yang terdaftar dalam laporan bulanan Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana namun slide tersebut tidak dapat dibaca karena sudah kotor (rusak) dan berjamur.
Pengumpulan data yang digunakan berasal dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari hasil pemeriksaan slide malaria. Sedangkan data sekunder di peroleh dari Laporan Tahunan yang berasal dari P2M (Pencegahan Penyakit Menular) Malaria Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara dan laporan bulanan yang berasal dari Pengelola Program Malaria Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana dengan Metode telaah Dokumen Analisis data yang digunakan adalah analisis univariant untuk menggambarkan distribusi frekuensi masing-masing variabel, baik variabel independen, variable dependen dan karakteristik koresponden dengan menggunakan formula sebagai berikut : Ʃ×1. 100% = Ʃ % n keterangan : Ʃx1 = jumlah karakteristik dari subjek peneliti n = jumlah sampel (Riwidikdo, H. 2007)
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.2 No.1 Juli, 2018 24
Hasil Penelitian Berdasarkan penelitian yang dilakukan
dari 36 slide Malaria yang berasal dari Kabupaten Bombana kemudian dilakukan Cross Check di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sultra maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 1. Hasil pemeriksaan Slide Malaria dari
PKM Kabupaten Bombana
Hasil pemeriksaan
PKM Kabupaten Bombana
Jumlah (Ʃx1)
Persentase(%)
Positif 7 19,4
Negatif 29 80,6
Jumlah (N)
36 100
Sumber: Data primer 2018
Tabel 1 menunjukan bahwa dari 36 slide malaria yang diperiksa oleh PKM Kabupaten Bombana terdapat 7 slide (19,4 %) positif terdapat parasit malaria dan 29 slide (80,6%) negatif atau tidak terdapat parasit malaria.
Tabel 2. Hasil pemeriksaan Cross Check slide
malaria UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sultra.
Hasil pemeriksaan
UPTD Balai Labkes Prov. Sultra
Jumlah (Ʃx1)
Persentase(%)
Positif 1 2,8
Negatif 35 97,2
Jumlah (N) 36 100
Sumber: Data primer 2018 Tabel 2 menunjukan bahwa dari 36
slide malaria yang di Cross Check di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sultra hanya terdapat 1 slide (2,8%) positif
terdapat parasit malaria dan 35 slide (97,2%) negatif atau tidak terdapat parasit malaria.
Tabel 3. Perbedaan pemeriksaan antara Puskesmas Kabupaten Bombana dengan hasil Cross check di UPTD Balai Labkes Provinsi Sultra.
Kode Slide
Perbedaan hasil pemeriksaan
PKM. Kabupaten Bombana
UPTD. Balai
Labkes 009.008.36
1 009.013.00
1 009.016.00
1 009.002.00
1 001/DARM 009.009.00
1 166/IBRM
P. falciparum P. falciparum P. falciparum P. vivax P. vivax P. vivax P. vivax
Negatif Negatif Negatif P. vivax Negatif Negatif Negatif
Jumlah positif
7 1
Persentase 19,4 % 2,8 % Sumber: Data primer 2018
Tabel 3 menunjukan bahwa terdapat perbedaan pemeriksaan slide malaria dimana hasil pemeriksaan slide dari Kabupaten Bombana terdapat 7 slide (19,4%) positif ditemukan parasit malaria dimana 3 slide ditemukan spesies Plasmodium falciparum dan 4 slide ditemukan spesies Plasmodium vivax, sedangkan hasil pemeriksaan slide malaria yang di Cross chek di UPTD. Balai Labkes hanya terdapat 1 slide (2,8%) yang positif terdapat parasit malaria spesies Plasmodium vivax, 6 slide tidak ditemukan parasit malaria atau negatif.
Tabel 4. Hasil pemeriksaan kualitas
pembuatan sediaan darah tebal di UPTD Balai Labkes Prov. Sultra tahun 2018
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.2 No.1 Juli, 2018 25
Kualitas darah
tebal Jumlah (Ʃx1)
Persentase (%)
Tebal 5 13,9 Cukup 7 19,4
Kurang 24 66,7 Jumlah 36 100
Sumber: Data primer 2018 Tabel 4 menunjukan bahwa dari 36
slide yang diperiksa kualiatas pembuatan darah tebal, jumlah slide yang tebal hanya terdapat 5 slide (13,9%) dan 7 slide (19,4%) ketebalannya cukup serta 24 slide (66,7%) ketebalannya sangat kurang. Tabel 5. Hasil pemeriksaan kualitas
pembuatan sediaan darah tipis di UPTD Balai Labkes Prov. Sultra tahun 2018
Kualitas darah tipis
Jumlah (Ʃx1) Persentase
(%) Tebal 6 16,6
Cukup 7 19,4
Kurang 23 63,9
Jumlah 36 100
Sumber: Data primer 2018 Tabel 5 menunjukan bahwa dari 36
slide yang di periksa jumlah slide yang sediaan tipisnya tebal terdapat 6 slide (16,6%) dan 7 slide (19,4 %) ketebalan tipisnya cukup serta 23 slide (63,9%) ketebalan tipisnya sangat kurang. Tabel 6. Kualitas pewarnaan sediaan darah
malaria dari Kabupaten Bombana yang di cross check di UPTD Balai Labkes Prov. Sultra tahun 2018
Pewarnaan Jumlah
(Ʃx1) Persentase (%)
Baik 4 11,1
Basa 19 52,8
Asam 12 33,8 Kotor 29 80,5
Sumber: Data primer 2018 Tabel 6 menunjukan bahwa hasil
penilaian kualitas pewarnaan slide sediaan darah malaria yang baik berjumlah 4 slide (11,1%), yang bersifat basa 19 slide (52,8%), yang bersifat asam 12 slide (33,8%) dan slide yang pewarnaannya kotor 29 slide (80,5%).
Adapun karasteristik petugas
mikroskipis yang di amati dari 15 puskesmas dalam penelitian ini meliputi tingkat pendidikan dan masa kerja, ketersediaan reagen dan alat/bahan, ketersediaan Mikroskopis dan slide preparat malaria didistribusikan sebagai berikut: Tabel 7. Distribusi petugas mikroskopis berdasarkan pendidikan dan masa kerja Puskesmas kabupaten Bombana tahun 2018
pendidikan jumla
h (%)
Masa kerja
Pelatihan
Analis Perawat Bidan Jurusan lain
4 6 2 3
26,7
40 13,3
20
0,8–7 thn 5–7 thn 3–5 thn 7 thn
1–5 kali 1–5 kali 1 kali 1 kali
Jumlah 15 100 Sumber: Data primer 2018 Tabel 7 menunjukan bahwa dari 15
puskesmas hanya terdapat 4 orang (26,7%) petugas yang berlatar pendidikan dari Analis laboratorium dengan masa kerja antara 0,8 – 7 tahun dan yang terbanyak adalah jurusan perawat yaitu 6 orang (40%) dengan masa kerja antara 5 – 7 tahun, 3 orang (20%) Jurusan lain dengan masa kerja 7 tahun dan Bidan 2 orang (13,3%) dengan masa kerja berkisar 3 – 5 tahun.
Tabel 8. Distribusi berdasarkan ketersediaan reagen, alat dan bahan di puskesmas Kabupaten Bombana tahun 2018
Ketersediaan
Ya Tidak Total N % n % n %
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.2 No.1 Juli, 2018 26
Reagen - Giemsa
Ada Ekspayer Cukup
15 5 9
100
33,3
60
0 10 6
0
66,7
40
15 15 15
100 100 100
- Buffer pH 7,2
Ada Ekspayer Cukup
12 10 12
80 66,7
80
3 5 3
20 33,3
20
15 15 15
100 100 100
Sambungan tabel 8. - Metanol
Ada Ekspayer Cukup
15 8 10
100
53,3
66,7
0 7 5
0
46,7
33,3
15 15 15
100 100 100
Ketersedi
aan Alat/baha
n
Ya Tidak Total N % n % n %
-Kertas whatman
Ada baik Cukup
0 0 0
0 0 0
15 15 15
100
100
100
15 15 15
100
100
100
-Gelas ukur 100 cc
Ada baik Cukup
10 10 10
66,7
66,7
66,7
5 5 5
33,3
33,3
33,3
15 15 15
100
100
100
-Kertas lensa
Ada
10
66,7
5 5
33,3
15
100
baik Cukup
10 10
66,7
66,7
5 33,3
33,3
15 15
100
100
Sumber: Data primer 2018 Tabel 8 menunjukan bahwa dari 15
puskesmas terdapat 5 puskesmas (33,3%) dengan ketersediaan reagen giemsa telah expayer dan 6 puskesmas (40%) penyediaan reagen giemsa tidak cukup. serta 10 puskesmas (66,7%) larutan Buffer pH 7,2 expayer dan 3 puskesmas (20%) penyediaanya Buffer pH 7,2 tidak cukup sedangkan reagen metanol terdapat 8 puskesmas (53,3%) sudah expayer dan 5 puskesmas (33,3%) penyediaan metanol tidak cukup.15 puskesmas (100%) tidak memiliki kertas whatman yang berguna untuk uji kualitas giemsa, dan 5 (33,3%) puskesmas tidak memiliki gelas ukur 100 cc dan kertas lensa.
Tabel 9. Distribusi kelengkapan
Mikroskopis di Puskesmas Kabupaten Bombana tahun 2018.
Indikator Ya Tidak Total
n % n % n % Ada mikroskop binokuler
15
100
0 0 15
100
Mikroskop berfungsi
15
100
0 0 15
100
Mekanik berfunsi 15
100
0 0 15
100
Ada sumber cahaya
15
100
0 0 15
100
Sering mati listrik 10
66,7
5 33,3
15
100
Memekai cahaya lain
10
66,7
5 33,3
15
100
Perawatan mikroskop
15
100
0 0 15
100
Lensa objektif dibersikan
15
100
0 0 15
100
100 Lp untuk 1 10 0 0 1 10
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.2 No.1 Juli, 2018 27
hasil negatif 5 0 5 0 100 Lp untuk hasil positif
15
100
0 0 15
100
Pelaporan sesuai pedoman
15
100
0 0 15
100
Sumber: Data primer 2018 Tabel 9 menunjukkan bahwa dari 15
puskesmas rata-rata semua puskesmas memiliki mikroskop yang berfungsi dengan
baik tetapi terdapat 10 puskesmas (66,7%) sering mati listrik pada jam kerja dan menggunakan cahaya lain atau cermin dengan pantulan sinar matahari.
Pembahasan
Cross check adalah Kegiatan pemeriksaan ulang terhadap sediaan darah malaria yang dilakukan oleh laboratorium rujukan uji silang jenjang diatasnya untuk menilai ketepatan hasil pemeriksaan mikroskopis malaria dan menilai kinerja Laboratorium. Dengan tujuan memperoleh informasi tentang kinerja petugas laboratorium yang dapat dimanfaatkan sebagai data untuk melakukan pembinaan. Meningkatkan kualitas hasil pemeriksaan malaria untuk mendapatkan diagnosis dini yang tepat dan follow up pengobatan. Sebagai bahan evaluasi untuk meningkatkan kinerja laboratorium.
Dari hasil penelitian yang dilakukan pemeriksaan slide malaria dari Kabupaten Bombana dengan hasil Cross check di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sultra, dimana pada tabel 1 sebanyak 36 slide malaria Kabupaten Bombana di dapatkan 7 slide(19,4 %) positif dan 29 slide (80,6%) negatif, sedangkan pada tabel 2 hasil pemeriksaan slide yang di Cross Check di Dinas Kesehatan Provinsi UPTD Balai Laboratorium Kesehatan hanya 1 slide (2,8%) yang positif dan 35 slide (97,2%) negatif. Dari hasil penelitian tersebut terdapat perbedaan hasil pemeriksaan slide malaria dari Kabupaten Bombana dengan hasil Cross check di UPTD Balai Laboratorium Kesehatan provinsi Sultra.
Berdasarkan pada tabel 3 hasil pemeriksaan slide dari Kabupaten Bombana terdapat 7 slide (19,4%) dengan 3 slide positif terdapat parasit malaria spesies Plasmodium falciparum serta 4 slide ditemukan spesies Plasmodium vivax, sedangkan hasil
pemeriksaan slide malaria dengan hasil Cross chek di UPTD Balai Labkes ditemukan hanya 1 slide (2,8%) yang positif terdapat parasit malaria dengan spesies Plasmodium vivax, sedangkan 6 slide yang dibaca positif tidak ditemukan parasit malaria atau negatif. Menurut (Nurhayati. 2014) Kesalahan positif palsu merupakan kesalahan yang banyak dilakukan oleh petugas mikroskopis di puskesmas. Kesalahan positif palsu akan memberikan dampak kerugian materi bagi Puskesmas, yaitu pemberian obat malaria untuk penderita bukan malaria dan pada penderita setelah mengkonsumsi obat kemungkinan muncul beberapa efek samping berupa sakit kepala, perut terasa tidak nyaman, diare, dan muntah. Selain itu ada beberapa efek samping yang lebih serius seperti gangguan penglihatan, hilang kemampuan pendengaran, nyeri dada, otot melemah, dan kejang. Kesalahan baca terjadi pada sediaan darah yang kurang baik, bukan hanya disebabkan faktor teknis persiapan darah saja tetapi juga kemampuan mikroskopis walaupun sudah pernah mendapatkan pelatihan.
Dari perbedaan hasil pemeriksaan slide malaria tersebut Kemungkinan hal ini di pengaruhi oleh:
1. Kualitas pembuatan sediaan darah dan kualitas pewarnaan
a. Pembuatan kualitas sediaan darah tebal Berdasarkan tabel 3 dari 36 slide di
dapatkan lebih banyak slide yang ketebalannya kurang yaitu 24 slide 66,7%. Sediaan darah tebal digunakan untuk identifikasi parasit dengan cepat,
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.2 No.1 Juli, 2018 28
terdiri dari sejumlah darah merah yang terhemolisa parasit yang ada terkonsentrasi pada area yang lebih kecil sehingga akan lebih mudah terlihat di bawah mikroskop. hal tersebut dapat menyulitkan pembacaan karena jumlah darah yang mengandung parasit sangat kurang sedangkan sediaan darah yang terlalu tebal atau darah yang digunakan terlalu banyak akan menyebabkan warna sediaan menjadi gelap/terlalu biru sehingga parasit malaria pada sediaan tebal sulit dilihat karena banyaknya sel darah putih yang menumpuk (Kemenkes RI. 2016).
b. Pembuatan kualitas sediaan darah tipis Berdasarkan tabel 4 dari 36 slide
terdapat 23 slide (63,9%) ketebalan tipisnya sangat kurang. Sediaan darah tipis terdiri dari satu lapisan sel darah merah tersebar dan digunakan untuk membantu identifikasi parasit malaria setelah ditemukan pada sediaan tebal sehingga dapat melihat morfologi parasit dengan jelas di dalam sel darah merah. kemungkinan jumlah darah yang digunakan terlalu sedikit sehingga tidak memenuhi syarat yang diperlukan bahwa sediaan darah tersebut negatif, sebaliknya jika sediaan darah tipis di gunakan darah terlalu banyak sediaan akan menjadi gelap sehingga parasit sulit untuk dilihat. Menurut Kemenkes RI Syarat yang di rekomendasikan untuk ketebalan sediaan tipis adalah 1 tetes kecil darah atau ± 2 µl di bagian tengah objek gelas dan untuk sediaan tebal 2-3 tetes kecil darah atau ± 6 µl di bagian ujung objek gelas (Kemenkes RI. 2016)
c. Kualitas pewarnaan slide sediaan darah malaria
Pada tabel 5 dapat dilihat hasil penilaian kualitas pewarnaan slide sediaan darah malaria lebih banyak slide yang kotor dari pada slide yang baik/normal, yaitu berjumlah 29 slide (80,5%). Hal ini dapat terlihat banyaknya
sisa - sisa endapan zat warna dan artefak pada lapangan pandang yang terlihat di gambar (terlampir). Kualitas pewarnaan sediaan darah yang baik/normal adalah Inti leukosit berwarnah unguh, Inti parasit berwarna merah, sitoplasma berwarna biru. Sedangkan jika pewarnaan bersifat Asam inti leukosit berwarna merah, inti parasit berwarna merah, sitoplasma berwarna merah. Jika bersifat Basa inti leukosit berwarna biru, inti parasit berwarna biru, sitoplasma berwarna biru. Dan jika kualitas pewarnaan Kotor maka akan terlihat banyak sisa-sisa endapan zat warna atau debu pada lapangan pandang (Kemenkes RI. 2016).
2. Pendidikan petugas mikroskopis malaria di Puskesmas Kabupaten Bombana
Berdasarkan karasteristik petugas mikroskopis yang di amati, dari 15 petugas mikroskopis malaria puskesmas di kabupaten bombana pada tabel 6 tenaga analis sebagai tenaga mikroskopis hanya terdapat 4 orang atau sekitar 26,7% dengan masa kerja 0,8 – 7 tahun, sedangkan yang terbanyak adalah perawat yaitu 6 orang (40%) dengan masa kerja antara 5 – 7 tahun. Menurut Peraturan Mentri Kesehatan RI Nomor 62 tahun 2015 Tentang tugas dan syarat jejaring laboratorium malaria, persyaratan Sumber daya Manusia (SDM) laboratorium pelayanan yaitu: - Paling sedikit 1 orang tenaga dengan
pendidikan paling rendah Diploma III Ahli Tehnologi Laboratorium Medik.
- Memiliki kompetensi paling rendah tingkat advance.
- Sudah mengikuti pelatihan sesuai standar program Nasional 3 tahun terakhir. (Permenkes RI. 2015)
Menurut penelitian Wurisastuti, dkk (2015) Petugas mikroskopis malaria sebaiknya paling sedikit berpendidikan analis kesehatan karena pada umumnya sudah mendapat pendidikan tentang dasar-
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.2 No.1 Juli, 2018 29
dasar ilmu biologi/kesehatan maupun penggunaan dan pemeriksaan menggunakan mikroskopis. Sebagian besar petugas mikroskopis yang memiliki latar belakang pendidikan bukan Analis kesehatan memiliki kualitas kinerja yang kurang baik dengan nilai error rate lebih dari 5% dalam mendiagnosis malaria secara mikroskopis. Dalam penelitian ini petugas mikroskopis dengan masa kerja lebih lama memeliki kinerja yang kurang baik, hal ini di dukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Oka Beratha (2013), penelitian tersebut menyatakan bahwa secara statistik lama kerja tidak berhubungan dengan kinerja.
3. Ketersediaan reagen, alat dan bahan di Puskesmas Kabupaten Bombana
Berdasarkan tabel 7 dari 15 responden puskesmas terdapat 5 (33,3%) puskesmas reagen Giemsanya telah ekspayer, reagen yang ekspayer dapat mempengaruhi kualitas pewarnaan slide sehingga berdampak pada kualitas pembacan sediaan darah. Sedangkan pada tabel 9 terlihat bahwah rata-rata puskesmas tidak memiliki bahan kertas whatman yang berfungsi sebagai untuk menguji kualitas giemsa stok apakah reagen masih layak digunakan atau tidak, dan 5 puskesmas (33,3%) tidak memiliki gelas ukur 100 cc. Gelas ukur berguna untuk mengukur jumlah giemsa dan larutan buffer yang akan di encerkan sehingga ukuran dan takarnya pas.
4. Kelengkapan mikroskop di Puskesmas Kabupaten Bombana
Rata-rata semua puskesmas di Kabupaten bombana memiliki mikroskop yang berfungsi dengan baik. tetapi Pada tabel 8 terdapat 10 puskesmas (66,7%) sering terjadi pemadaman listrik sehingga menyebabkan penundaan pembacaan dan dapat mengganggu konsentrasi petugas mikroskopis. Menurut (muhandarwati. 2015) ketidak tepatan hasil pemeriksaan juga dapat disebabkan oleh beberapa hal
antara lain: ruangan laboratorium yang kurang memenuhi syarat (penyinaran mikroskop yang tidak optimal, lembab dan lain – lain), mikroskop yang kotor, rusak dan tidak terpelihara.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Nurhayati (2014) di Puskesmas kota Sawahlunto Sumatra Barat dimana dari hasil kesalahan baca positif palsu 52 sediaan (44%), dan 6 sediaan (0,21%) kesalahan baca negatif palsu. Kesalahan hasil baca terjadi antara lain akibat kesalahan dalam melakukan identifikasi spesies malaria, P. vivax disangka sebagai P. falciparum atau sebaliknya. Kesalahan lain adalah kesalahan baca positif palsu dan negatif palsu. Penelitian lain yang dilakukan oleh Murhandarwati, dkk (2015) menyatakan bahwa angka kesalahan mikroskopis malaria dilaporkan masih tinggi, di atas nilai toleransi kesalahan diagnosis menurut Kementrian Kesehatan > 5%. Penelitian ini menunjukkan faktor penyebab kesalahan diagnosis malaria adalah sebagian besar tenaga mikroskopis tidak lengkap mempersiapkan alat-alat dan bahan sebelum pengambilan darah, tidak melakukan pembuatan sediaan darah tipis, mennggunakan kaca sediaan bekas/slide bekas, hasil pewarnaan sediaan darah tidak baik, kurang pengalaman kerja dan kurang pelatihan. Kualitas sediaan darah, pewarnaan/pengecatan sediaan darah mempengaruhi hasil diagnosis. Umumnya nilai kesepakatan kappa mikroskopis adalah jelek yang menunjukan tenaga mikroskopis di puskesmas masih perlu di tingkatkan.
Hasil penelitian lain yang dilakukan oleh Ekowatiningsih (2002) di Kabupaten Purworejo Jawa Tengah juga menunjukan bahwa terdapat hasil positif palsu sebesar 6,9% - 17,7% dan negatif palsu sebesar 1% - 4,3%, kesalahan hasil baca terjadi antara lain: kesalahan dalam identifikasi malaria, Plasmodium vivax menjadi Plasmodium falciparum, atau sebaliknya kesalahan lain adalah kesalahan baca positif palsu atau negatif palsu dan salah identifikasi infeksi
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.2 No.1 Juli, 2018 30
ganda menjadi salah satu spesies atau sebaliknya. Hal yang sangat merugikan bila terjadi salah identifikasi spesies di puskesmas adalah pemberian obat yang tidak sesuai spesiesnya. Kesalahan positif palsu merupakan kesalahan terbanyak dilakukan oleh mikroskopis puskesmas maupun kabupaten. Hasil penelitian Ekowatiningsih (2002) menunjukan bahwa kesalahan bukan hanya disebabkan faktor teknis persiapan sediaan darah saja tetapi juga kemampuan individu masing - masing mikroskopis, walaupun masing-masing mikroskopis sudah pernah mendapatkan pelatihan dan pengalaman sebagai mikroskopis. Penelitian ini sejalan dengan penelitian lain yang dilakukan oleh Udin, dkk (2006) hasil penelitianya mengatakan kualitas sediaan darah yang kurang baik lebih banyak ditemukan dari mikroskopis puskesmas kulawi kemudian puskesmas lembasada dan terakhir puskesmas donggala. Hasil penelitiannya menunjukan bahwa kemungkinan kesalahan dalam menentukan diagnosa malaria disebabkan oleh faktor teknis dan kedisiplinan yang masih kurang serta belum mengikuti Standar Oprasional Prosedur (SOP) laboratorium sebagaimana yang berlaku dalam program.
Dari hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan hasil pemeriksaan slide malaria dari Kabupaten Bombana dengan hasil cross check di UPTD. Balai Laboratorium Kesehatan Provinsi Sultra. Disarankan beberapa hal yang harus diperhatikan agar kualitas pewarnaan baik adalah Giemsa stok harus disimpan dalam botol kaca berwarna gelap dan hindari dari sinar matahari secara langsung, sebaiknya giemsa stok disimpan dalam botol-botol kecil sesuai kebutuhan hal ini untuk menghindari rusaknya giemsa stok karena oksidasi dan penguapan karena seringnya membuka tutup botol, botol giemsa stok yang akan digunakan tidak boleh dikocok atau di aduk karena endapan atau kristal giemsa akan naik kepermukaan larutan dan dapat menjadi
artefak dalam sediaan darah yang di warnai, pengambilan giemsa stok harus menggunakan pipet yang kering agar giemsa stok di botol tidak tercemar dengan air, sisa larutan giemsa yang telag di campur dengan larutan buffer tidak boleh dimasukan kembali kedalam botol giemsa stok.
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai perbedaan pemeriksaan slide malaria dari kabupaten bombana dengan hasil cross check di UPTD Balai Labkes Provinsi Sultra, maka dapat disimpulkan bahwa hasil pemeriksaan slide malaria sebanyak 36 slide malaria dari Kabupaten Bombana terdapat perbedaan hasil pemeriksaan slide malaria dari kabupaten bombana dengan hasil cross check di UPTD Balai Labkes Provinsi Sultra dimana dari hasil pemeriksaan slide malaria kabupaten Bombana terdapat 7 slide (19,4 %) positif malaria dan 29 slide (80,6%) negatif tidak ditemukan parasit malaria, sedangkan hasil pemeriksaan slide yang di Cross Check di UPTD Balai Labkes Provinsi Sultra hanya 1 slide (2,8%) positif terdapat parasit malaria dan 35 slide (97,2%) negatif tidak ditemukan parasit malaria.
Saran 1. Bagi Dinas Kesehatan kabupaten
Sebaiknya kegiatan Pelatihan atau penyegaran secara berkala perlu dilakukan guna meningkatkan kemampuan tenaga mikroskopis untuk diagnosa malaria.
2. Bagi Puskesmas pembuatan sediaan darah dan pewarnaan
slide malaria harus sesuai dengan SOP (Standar Oprasional Prosedur) yang telah ditetapkan.
3. Bagi peneliti selanjutnya Sebaiknya memperbanyak sampel
penelitian agar didapatkan data yang lebih baik dan terjaring lebih banyak penderita malaria yang sebenarnya.
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.2 No.1 Juli, 2018 31
DAFTAR PUSTAKA
Bahar, E. Everald, H dan Nurhayanti. 2015. Gambaran Diagnosis Malaria pada Dua Laboratorium Swasta di Kota Padang Periode Desember 2013 – Februari 2014. Jurnal Kesehatan Andalas. 4(3) : 872 – 875
BLK Provinsi Sultra. 2017. Profil Balai Laboratorium kesehatan Provinsi Sulawesi Tenggara. Labkesda. Kendari
Budiyanto, A. 2007. Tingkat Akurasi Pemeriksaan Sediaan Darah Malaria Di Ogan Kumering Ulu Propinsi Sumatra Selatan. Jurnal Penelitian
Ekowatiningsih, R. Basundari, S. Dan Sri, S. 2002. Gambaran kesepakan Hasil Diagnosis Malaria Mikroskopis Di Kabupaten Purworejo Jawa tengah. Buletin penelitian kesehatan. 30 (4) : 153 – 160
Dinas kesehatan Propinsi Sultra. 2017. Profil Kesehatan Sulawesi Tenggara tahun 2016. Dinkes Sultra. Kendari
Dinas kesehatan Kabupaten Bombana. 2017. Profil Kesehatan Kabupaten Bombana Yahun 2016. Dinas Kesehatan Kabupaten Bombana. Bombana
Kementrian kesehatan RI. 2016. Modul Peningkatan kemampuan Teknis Mikroskopis Malaria. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Murhandarwati, Fridolina, M dan E, E. Herdiana. 2015. Koefisien Kappa sebagai Indeks Kesepakatan Hasil Diagnosis Mikroskopis malaria di Kabupaten Belu Nusat Tenggara Timur. Buletin penelitian kesehatan. 43 (2) : 117 - 124
Murhandarwati, Fridolina, M dan E, E. Herdiana. 2015. Faktor – faktor yang mempengaruhi Ketepatan Diagnosis Malaria di Puskesmas Kabupaten Belu Nusa Tenggara Timur. Media Litbangkes. 25 (2) : xx - xx
Muslim, A. 2015. Hubungan Pemeriksaan Hitung Jumlah trombosit dan kadar Hemoglobin pada Infeksi Malaria. Jurnal Teknologi Laboratorium. 4 (1) xx-xx
Nurhayati, Hasmiwati, Selfi renita Rusjdi. 2014. Uji reliabilitas diagnosis mikroskopis malaria tenaga laboratorium puskesmas di daerah endemik kota sawalunto sumatra barat. 37 (1): 19-24
Beratha, Oka, IB Wirakusuma, Adyana Sudibya. 2013. Hubungan karasteristik, motivasi dan dana BOK dengan kinerja petugas KIA Puskesmas di Kabupaten Gianyar.public Healt and preventive madecine Archive. 1(1):41-47
Peraturan mentrian kesehatan RI. 2015. Pedoman jejaring dan pemantapan mutu Laboratorium Malaria. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Riwidikdo, H. 2007. Statistik Kesehatan. Mitra Cendekia. Jogjakarta
Sorontou, Y. 2014. Ilmu Klinik Malaria. Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Soedarto. 2008. Pengobatan Penyakit Parasit. Sagung Seto. Jakarta
Susanto. 2008. Buku Ajar Parasitologi Kedokteran. Edisi Keempat. Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta
Sucipto, C, D. 2014. Manual Lengkap Malaria. Gosyen Publishing. Yogyakarta
Sulastri, D. Tuti, G dan Nuzulia, I. 2014. Gambaran Penyakit Malaria di Puskesmas Tarusan dan Puskesmas Balai Selasa Kabupaten Pesisir Selatan periode Januari - Maret 2013. Jurnal Kesehatan Andalas. 3 (2) : 234 – 237
Swastika, I,K. Paramita, M,I.P dan I made, S. 2013. Studi Retrospektif Pada Pasien Positif Malaria dengan Pemeriksaan Mikroskopik Sediaan Darah Tebal di Rumah Sakit Umum Daerah Umbu Rara Meha. (Jurnal penelitian)
Udin,Y. Chadijah, S. Labatjo, Y. Garjito, T. A. Wijaya, Y. 2006. Efektifitas Diagnosis Mikroskopis Malaria di Puskesmas Donggala, Puskesmas Lembasada dan Puskesmas Kulawi Propinsi Sulawesi Tengah. Jurnal ekologi Kesehatan. 5 (1) : 385 – 394
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.2 No.1 Juli, 2018 32
Wempi, G. 2012. Analisis Pemeriksaan Laboratorium pada Penderita Malaria. Balaba. 8 (02) : 58 - 59
Wurisastuti, T. Sitorus, H. Nurmaliani, R. 2015. Gambaran petugas mikroskopis malaria pada lima puskesmas dikabupaten oku sumatra selatan dalam mendeteksi parasit malaria. Spirakel 7 (1): 1-6 (Jurnal penelitian)
Zulkoni, A. H. 2010. Parasitologi. Muha Medika. Yogyakarta
Jurnal MediLab Mandala Waluya Kendari Vol.2 No.1 Juli, 2018 33