PERAWATAN FRAKTUR MAKSILOFASIAL

download PERAWATAN FRAKTUR MAKSILOFASIAL

of 6

description

PERAWATAN FRAKTUR MAKSILOFASIAL

Transcript of PERAWATAN FRAKTUR MAKSILOFASIAL

Dalam menangani pasien fraktur maksilofasial terdapat prinsip perbaikan fraktur tersebut yaitu reduksi, fiksasi, immobilisasi, dan pengembalian dini fungsi.Reduksi Fraktur Reduksi fraktur merupakan pengembalian posisi tulang yang mengalami fraktur pada posisi anatomi yang seharusnya. Reduksi dibagi menjadi dua jenis yaitu closed reduction dan open reduction. Closed reduction merupakan pengembalian segmen tulang yang fraktur pada posisi anatomis semula tanpa melihat segmen fraktur tulang secara langsung. Closed fraktur dilakukan dengan bantuan alat berupa forcep. Rowes disimpaction forcep digunakan untuk mereduksi maksila yang fraktur. Hayton william forcep dapat digunakan untuk midpalatal split pada maksila yang fraktur. Walsham Forcep digunakan untuk mereduksi fraktur hidung. Asch Forcep digunakan untuk fraktur septal. Closed reduction dapat juga menggunakan intraoral traction atau ekstraoral traction. Cara tersebut dilakukan apabila reduksi telah terlambat atau karena otot mendorong segemen fraktur menghalangi proses penyatuan yang efektif. Ekstraoral traction terdiri dari jangkar/anchorage dari tulang yang masih intak untuk dijadikan penarik. Proses penarikan ini sangat perlahan dan pasien dapat membuka dan menutup mulut untuk memfasilitasi tarikan elastik. Ketika oklusi sudah kembali, elastik dilepas dan fiksasi seara intermaxilary dilanjutkan menggunakan kawat. Open reduction merupakan mengembalikan segmen-segmen tulang yang fraktur pada posisi anatomisnya dengan sebelumnya dilakukan pembedahan jaringan lunak yang menutupi segmen fraktur tersebut. Diharapkan dengan open reduction yang dilakukan dengan sangat hati-hati dan memperhatikan posisi anatomis yang sebaik-baiknya maka akan menghasilkan pengembalian fungsi dan estetika yang optimal. Open reduction dilanjutkan degan fiksasi secara internal. Pada kasus fraktur le fort I dapat digunakan teknik closed reduction menggunakan cara finger manipulation dengan bantuan rowes disimpaction forcep dengan cara bagian yang unpadded di nostril dan bagian yang padded kedalam mulut kemudian forcep digenggam dengan erat untuk menyatukan segmen-segmen tulang yang terpiah. Operator berdiri dibelakang pasien, menggerakan forcep untuk mengembalikan tulang yang terpisah. Pada beberapa kasus fraktur le fort I dapat juga digunakan teknik open reduction dengan membedah dengan menginsisi bagian sulcus bucak dan digerakan dengan osteotome kemudian dilanjutkan dengan menggunakan forcep contohnya forcep Hayton-William. Pada kasus le fort II dapat direduksi dengan bantuan rowes disimpaction forcep, ashs forcep, ataupun walshams forcep. Fraktur le fort III dapat dilakukan dengan cara-cara yang sudah disebutkan diatas namun pada fraktur yang terjadi pada daerah yang terisolasi maka dapat dilakukan pembuaan sendi mati frontozygomatic dan dilakukan reduksi pada segmen tulang yang fraktur. Fiksasi FrakturFiksasi fraktur merupakan tindakan yang dilakukan setelah reduksi fraktur, dengan mempertahankan posisi tulang pada posisi anatomisnya selama masa penyembuhan. Diharapkan dengan fiksasi maka posisi tulang yang sudah dalam posisi anatomisnya tidak bergerak sehingga tulang tersambung kembali pada posisi seharusnya dalam proses penyembuhan. Terdapat dua jenis fiksasi fraktur yaitu direct fixation dan indirect fixation. Indirect fixation merupakan fiksasi yang dilakukan tanpa intervensi pembedahan sedangkan direct fixation memerlukan pembedahan. Terdapat tiga jenis indirect fixation yaitu intermaxilary fixation(IMF)/maxilamandibular fixation(MMF); suspensi craniomaxilary/craniomandibular; dan fiksasi eksternal.

IMF/MMF

Suspensi Craniomaxilary/Craniomandibular

Fiksasi Eksternal Dengan PinIntermaxilary fixation(IMF)/Maxilarymandibular fixation(MMF) merupakan cara fiksasi untuk membuat maksila dan mandibula dalam keadaan beroklusi tidak bergerak dalam keadaan intercuspal maximum dengan bantuan beberapa alat penahan posisi tersebut. Alat-alat tersebut bisa kawat, arch bar ataupun splint. Hal ini berdasarkan fakta saat geligi dari rahang yang fraktur difiksasi dalam oklusi yang tepat maka fragmen tulang intak akan menyokong mereka. Teknik IMF/MMF dilakukan pada saat jumlah dan posisi gigi pada posisi yang adekuat. IMF/MMF dibagi lagi berdasarkan alat yang digunakan yaitu dental wiring, arch bar, cap splint/gunning splint, bounded modified orthodontic, circumferencial wiring, dan intermaxylary fixation screw.

Dental Wiring cArch Bar

Cap Splint

Intermaxylary Fixation Screw

Pada IMF/MMF dengan jenis dental wiring dibagi lagi jenisnya berdasarkan teknik wiring yang dilakukan yaitu direct interdental wiring, eyelet wiring, continous/multiple loop wiring, dan risdons wiring.

Direct Interdental Wiring

Eyelet Wiring

Continous or multiple loop wiring

Risdons wiring

Keuntungan IMF/MMF 1. Relatif mudah 2. Relatif murah 3. Tidak menghabiskan banyak waktu4. Perawatan yang noninvansif 5. Tidak memerlukan kemampuan operator yang tinggi Kekurangan IMF/MMF 1. Kebersihan mulut yang berkurang 2. Stabilitas yang absolut merupakan yang tidak mungkin didapat 3. Tidak diindikasikan pada pasien yang tidak kooperatif 4. Otot-otot menjadi atrofi dan kehilangan tekanan kunyah 5. Dapat berdampak pada TMJ Indikasi IMF/MMF 1. Fraktur yang bergeser minimal 2. Fraktur condylar unilateral 3. Ketika pasiean tidak menghendaki perawatan yang lebih mahal 4. Ketika pasien tidak dapat menerima prosedur yang memerlukan anastesi lokalIMF/MMF dilakukan pada waktu yang cukup lama sehingga banyak hal yang perlu diperhatikan selama fiksasi ini dilakukan. Hal tersebut seperti pasien mengkonsumsi diet makanan lunak ataupun bila dirawat di rumah sakit nutrisi diberikan melalui infus. Kebersihan mulut pasien juga harus selalu dijaga dengan cara sikat gigi dan kumur-kumur.