PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK …srena-polri.com/upload/DOC-47-PERKAP 12 2017 TTG...
Transcript of PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK …srena-polri.com/upload/DOC-47-PERKAP 12 2017 TTG...
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2017
TENTANG
SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN PEMBAGIAN
DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 3 ayat (2)
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2007 tentang Daerah
Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia, perlu
menetapkan Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia tentang Syarat dan Tata Cara Penetapan Pembagian
Daerah Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia;
Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2002 tentang Kepolisian
Negara Republik Indonesia (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2002 Nomor 2, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4168);
2. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2007 tentang
Daerah Hukum Kepolisian Negara Republik Indonesia
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007
Nomor 49, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4714);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA TENTANG SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN
PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN NEGARA
REPUBLIK INDONESIA.
- 2 -
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik
Indonesia ini yang dimaksud dengan:
1. Kepolisian Negara Republik Indonesia yang selanjutnya
disebut Polri adalah alat negara yang berperan dalam
memelihara keamanan dan ketertiban masyarakat,
menegakkan hukum, serta memberikan perlindungan,
pengayoman dan pelayanan kepada masyarakat dalam
rangka terpeliharanya keamanan dalam negeri.
2. Daerah Hukum Polri yang selanjutnya disebut Daerah
Hukum Kepolisian adalah wilayah yurisdiksi Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang meliputi wilayah
darat, wilayah perairan dan wilayah udara dengan batas-
batas tertentu dalam rangka melaksanakan fungsi dan
peran Kepolisian sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
3. Kepala Polri yang selanjutnya disebut Kapolri adalah
Pimpinan Polri dan penanggung jawab penyelenggara
fungsi kepolisian.
4. Kepolisian Daerah yang selanjutnya disebut Polda adalah
pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah provinsi.
5. Kepala Kepolisian Daerah yang selanjutnya disebut
Kapolda adalah pimpinan Polri di daerah Provinsi dan
bertanggung jawab kepada Kapolri.
6. Kepolisian Resor yang selanjutnya disebut Polres adalah
pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah
kabupaten/kota.
7. Kepala Kepolisian Resor yang selanjutnya disebut
Kapolres adalah pimpinan Polri di wilayah kabupaten/
kota dan bertanggung jawab kepada Kapolda.
- 3 -
8. Kepolisian Sektor yang selanjutnya disebut Polsek adalah
pelaksana tugas dan wewenang Polri di wilayah
kecamatan.
9. Kepala Kepolisian Sektor yang selanjutnya disebut
Kapolsek adalah pimpinan Polri di wilayah kecamatan
dan bertangung jawab kepada Kapolres.
Pasal 2
Pengaturan syarat dan tata cara penetapan pembagian
Daerah Hukum Kepolisian bertujuan untuk:
a. mengoptimalkan pencapaian sasaran fungsi dan peran
Polri serta kepentingan pelaksanaan tugas dan kepastian
hukum;
b. terselenggaranya penetapan pembagian Daerah Hukum
Kepolisian yang sesuai dan serasi dengan pembagian
wilayah berdasarkan administrasi pemerintahan daerah
dan/atau sistem peradilan pidana yang terpadu
dan/atau menurut kepentingan pelaksanaan tugas Polri;
dan
c. terwujudnya tertib administrasi dan keteraturan dalam
penetapan pembagian Daerah Hukum Kepolisian.
Pasal 3
Syarat dan tata cara penetapan pembagian Daerah Hukum
Kepolisian dilaksanakan dengan prinsip:
a. prosedural, yaitu dilaksanakan sesuai dengan
mekanisme, tata cara, kaidah dan norma yang berlaku
dalam suatu organisasi;
b. transparan, yaitu proses perencanaan, penetapan
pembagian daerah hukum, dilaksanakan secara terbuka
dengan mempertimbangkan saran masukan dan
pendapat dari internal dan eksternal Polri;
c. efektif dan efisien, yaitu dilakukan secara cepat, tepat
dan dapat memberikan manfaat yang sebesar-besarnya
bagi Polri dan masyarakat;
d. nesesitas yaitu berdasarkan kebutuhan organisasi dan
situasi yang dihadapi; dan
- 4 -
e. proporsional yaitu berdasarkan pemenuhan kebutuhan
tugas, fungsi, tujuan, dan sasaran yang telah ditetapkan
oleh Polri dan keserasian dengan pemerintahan daerah.
Pasal 4
Daerah Hukum Kepolisian meliputi:
a. daerah hukum markas besar untuk wilayah Negara
Kesatuan Republik Indonesia;
b. daerah hukum Polda untuk wilayah Provinsi;
c. daerah hukum Polres untuk wilayah Kabupaten/Kota;
dan
d. daerah hukum Polsek untuk wilayah Kecamatan.
BAB II
PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN
Bagian Kesatu
Pembagian
Pasal 5
(1) Pembagian Daerah Hukum Kepolisian dilakukan
berdasarkan pembagian wilayah administrasi
pemerintahan dan/atau perangkat sistem peradilan
pidana terpadu serta berdasarkan kepentingan
penyelenggaraan fungsi dan peran kepolisian.
(2) Berdasarkan pertimbangan kepentingan, kemampuan,
fungsi dan peran kepolisian, luas wilayah serta keadaan
penduduk, Kapolri dapat menentukan Daerah Hukum
Kepolisian di luar ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 4 huruf b sampai dengan huruf d.
Bagian Kedua
Persyaratan
Pasal 6
(1) Syarat penetapan pembagian dan perubahan Daerah
Hukum Kepolisian:
- 5 -
a. adanya pembentukan atau pemekaran wilayah
administrasi pemerintahan daerah; dan/atau
b. kepentingan penyelenggaraan fungsi dan peran
kepolisian dan/atau perangkat sistem peradilan
pidana terpadu.
(2) Penentuan Daerah Hukum Kepolisian di luar ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2) tidak wajib
memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a.
Bagian Ketiga
Tata Cara
Pasal 7
(1) Tata cara pelaksanaan penetapan pembagian daerah
hukum Polda:
a. Kapolda membentuk kelompok kerja yang diketuai
Kepala Biro Perencanaan Umum dan Anggaran
(Karorena) Polda dengan melibatkan satuan fungsi
terkait untuk menyusun telaahan staf tentang
Penetapan Pembagaian Daerah Hukum Polda;
b. Kapolda mengajukan usulan kepada Kapolri dengan
tembusan Irwasum Polri dan para Asisten Kapolri;
c. berdasarkan arahan Kapolri, Asisten Kapolri bidang
Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena) Kapolri:
1. melakukan pengkajian terhadap telaahan staf
yang diusulkan; dan
2. membentuk tim studi kelayakan yang diketuai
oleh Kepala Biro Kelembagaan dan Tata
Laksana Staf Perencanaan Umum dan
Anggaran Polri (Karolemtala Srena Polri) dengan
melibatkan satuan fungsi terkait;
d. hasil studi kelayakan dilaporkan Asisten Kapolri
bidang Perencanaan Umum dan Anggaran (Asrena)
Kapolri kepada Kapolri untuk mendapatkan
persetujuan atau penolakan usulan penetapan
daerah hukum;
- 6 -
e. Asisten Kapolri bidang Perencanaan Umum dan
Anggaran (Asrena) Kapolri mengirimkan kepada
Kapolda:
1. surat penolakan, apabila Kapolri menolak
usulan penetapan daerah hukum; atau
2. Keputusan Kapolri tentang Penetapan Daerah
Hukum, apabila Kapolri menyetujui usulan
penetapan daerah hukum;
f. Kapolri mengukuhkan daerah hukum Polda.
(2) Tata cara pelaksanaan penetapan pembagian daerah
hukum Polres:
a. Kapolres membentuk kelompok kerja yang diketuai
Wakapolres dengan melibatkan satuan fungsi terkait
untuk menyusun telaahan staf tentang penetapan
pembagaian daerah hukum Polres;
b. Kapolres mengusulkan kepada Kapolda tentang
Penetapan daerah hukum;
c. berdasarkan arahan Kapolda, Kepala Biro
Perencanaan Umum dan Anggaran (Karorena) Polda:
1. melakukan pengkajian terhadap telaahan staf
yang diusulkan; dan
2. membentuk Tim studi kelayakan dengan
melibatkan satuan fungsi terkait;
d. hasil studi kelayakan dilaporkan Kepala Biro
Perencanaan Umum dan Anggaran (Karorena) Polda
kepada Kapolda untuk mendapatkan persetujuan
atau penolakan usulan penetapan daerah hukum;
e. apabila Kapolda menolak usulan penetapan daerah
hukum, Kepala Biro Perencanaan Umum dan
Anggaran (Karorena) Polda mengirimkan surat
penolakan kepada Kapolres;
f. apabila Kapolda menyetujui usulan penetapan
daerah hukum, diajukan kepada Kapolri dengan
tembusan Irwasum Polri dan para Asisten Kapolri;
g. Asisten Kapolri bidang Perencanaan Umum dan
Anggaran (Asrena) Kapolri membentuk tim
pengkajian untuk melaksanakan studi kelayakan
- 7 -
yang diketuai oleh Kepala Biro Kelembagaan dan
Tata Laksana Staf Perencanaan Umum dan
Anggaran Polri (Karolemtala Srena Polri) dengan
melibatkan satuan fungsi terkait dan melaporkan
hasilnya kepada Kapolri untuk mendapatkan
persetujuan atau penolakan usulan penetapan
daerah hukum;
h. Asisten Kapolri bidang Perencanaan Umum dan
Anggaran (Asrena) Kapolri mengirimkan kepada
Kapolda:
1. surat penolakan, apabila Kapolri menolak
usulan penetapan daerah hukum; atau
2. Keputusan Kapolri tentang Penetapan Daerah
Hukum, apabila Kapolri menyetujui usulan
penetapan daerah hukum;
i. berdasarkan keputusan Kapolri, Kapolda
mengukuhkan daerah hukum Polres dan
melaporkan pelaksanaannya kepada Kapolri, dengan
tembusan Irwasum Polri dan para Asisten Kapolri.
(3) Tata cara pelaksanaan penetapan pembagian daerah
hukum Polsek:
a. Kapolsek mengusulkan penetapan pembagian
daerah hukum kepada Kapolres;
b. Kapolres membentuk kelompok kerja penyusunan
telaahan staf penetapan daerah hukum yang
diketuai Kepala Bagian Perencanaan (Kabagren)
dengan melibatkan satuan fungsi terkait;
c. Kapolres mengusulkan kepada Kapolda tentang
Penetapan Daerah Hukum;
d. berdasarkan arahan Kapolda, Kepala Biro
Perencanaan Umum dan Anggaran (Karorena) Polda
membentuk tim studi kelayakan dengan melibatkan
satuan fungsi terkait;
e. Kepala Biro Perencanaan Umum dan Anggaran
(Karorena) Polda melaporkan hasil studi kelayakan
kepada Kapolda untuk mendapatkan persetujuan
atau penolakan usulan penetapan daerah hukum;
- 8 -
f. Kapolda mengusulkan penetapan pembagian daerah
hukum kepada Kapolri dengan tembusan Inspektur
Pengawasan Umum (Irwasum) Polri dan para Asisten
Kapolri;
g. Asisten Kapolri bidang Perencanaan Umum dan
Anggaran (Asrena) Kapolri melakukan pengkajian
dengan melibatkan satuan fungsi terkait dan
melaporkan hasilnya kepada Kapolri untuk
mendapatkan persetujuan atau penolakan usulan
penetapan daerah hukum;
h. berdasarkan persetujuan Kapolri, Kapolda
menetapkan daerah hukum Polsek dengan
Keputusan Kapolda; dan
i. berdasarkan Keputusan Kapolda, Kapolres
mengukuhkan daerah hukum Polsek dan
melaporkan pelaksanaannya kepada Kapolda.
(4) Format telaahan staf penetapan pembagian Daerah
Hukum Kepolisian tercantum dalam Lampiran I yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Kapolri ini.
Pasal 8
(1) Tim Studi kelayakan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) huruf c angka 2, ayat (2) huruf c angka
2 dan ayat (3) huruf d melakukan kegiatan:
a. audiensi dengan pejabat Polri dan/atau pejabat
Pemda setempat, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
(DPRD), aparat penegak hukum, instansi terkait
dan tokoh masyarakat;
b. pengkajian dan penilaian untuk mencocokkan data
awal dalam telaahan staf dengan kondisi riil di
daerah/lokasi yang dituangkan dalam formulir
studi kelayakan;
c. peninjauan dan pengkajian lapangan tentang
lokasi, lingkungan dan tingkat kerawanan,
keamanan dan ketertiban masyarakat;
- 9 -
d. pelaporan hasil studi kelayakan dengan
melampirkan dokumentasi; dan
e. membuat rekomendasi penetapan pembagian
daerah hukum.
(2) Format Laporan hasil studi kelayakan dan formulir
studi kelayakan penetapan pembagian Daerah Hukum
Kepolisian tercantum dalam Lampiran II dan Lampiran
III yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Kapolri ini.
Pasal 9
(1) Administrasi yang dilampirkan dalam usulan penetapan
daerah hukum:
a. Polda:
1. peraturan perundang-undangan yang
menetapkan tentang pembentukan atau
pemekaran suatu wilayah administrasi
pemerintahan daerah provinsi, kecuali untuk
penetapan daerah hukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2);
2. telaahan staf dan hasil studi kelayakan
tentang Penetapan Daerah Hukum Polda; dan
3. laporan hasil koordinasi dengan pemerintah
daerah Provinsi, dan DPRD;
b. Polres:
1. peraturan perundang-undangan yang
menetapkan tentang pembentukan atau
pemekaran suatu wilayah administrasi
pemerintahan daerah kabupaten/kota, kecuali
untuk penetapan daerah hukum sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (2);
2. telaahan staf dan hasil studi kelayakan
tentang Penetapan Daerah Hukum Polres; dan
3. laporan hasil koordinasi dengan pemerintah
daerah kabupaten/kota dan Dewan
Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD);
- 10 -
c. Polsek:
1. peraturan perundang-undangan yang
menetapkan tentang pembentukan atau
pemekaran suatu wilayah administrasi
kecamatan, kecuali untuk penetapan daerah
hukum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
ayat (2);
2. telaahan staf dan hasil studi kelayakan serta
hasil pengkajian tentang Penetapan Daerah
Hukum Polsek; dan
3. laporan hasil koordinasi dengan pemerintah
daerah Kabupaten/Kota dan Kecamatan serta
Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD).
(2) Format formulir laporan hasil koordinasi tercantum
dalam Lampiran IV yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari peraturan Kapolri ini.
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 10
Pada saat berlakunya Peraturan Kapolri ini, daerah hukum
Polda, Polres Metro, Polres Kota Besar, Polres Kota, Polres dan
Polsek masih tetap berlaku sampai diadakan perubahan.
Pasal 11
Pada saat Peraturan Kapolri ini mulai berlaku, Surat
Keputusan Kapolri Nomor: Skep/616/XII/2009 tentang
Panduan Implementasi Penetapan Daerah Hukum Kesatuan
Kewilayahan Kepolisian Negara Republik Indonesia, dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 12
Peraturan Kapolri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
- 11 -
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Kapolri ini dengan penempatannya
dalam Berita Negara Republik Indonesia.
- 12 -
LAMPIRAN I
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2017
TENTANG
SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN
PEMBAGIAN DAERAH HUKUM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
FORMAT TELAAHAN STAF TENTANG PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN
KOPSTUK
TELAAHAN STAF
Nomor: R/TS/.........../........./........../.........
tentang
(PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN
POLDA/POLRES/POLSEK/KAWASAN *)
I. PERMASALAHAN
A. bahwa dalam rangka pelaksanaan peran dan fungsi kepolisian, wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi dalam
daerah hukum menurut kepentingan pelaksanaan tugas Polri dan pembagian daerah hukum kepolisian tersebut diusahakan harmonis, sesuai dan serasi dengan pembagian wilayah
administrasi pemerintahan daerah dan perangkat sistem peradilan pidana terpadu;
B. searah dengan kebijakan pembentukan atau pemekaran wilayah dan otonomi daerah, sejak ………………… telah dibentuk Pemerintah Provinsi/Kota/Kabupaten/Kecamatan …………….. di
wilayah Provinsi …………, serta mempertimbangkan kepentingan pelaksanaan tugas, fungsi dan peran kepolisian, kemampuan
Polri, luas wilayah serta karakteristik daerah;
C. ditinjau .....
- 13 -
2
C. ditinjau dari berbagai aspek, penetapan pembagian daerah hukum kepolisian Kesatuan Kewilayahan pada Provinsi/Kota/Kabupaten/Kawasan ................ tersebut, sangat
strategis karena:
a. .....................................................................................;
b. ................................................................................dst;
D. seiring dengan perkembangan tersebut, dalam rangka meningkatkan pelayanan kepolisian kepada masyarakat
diperlukan adanya penetapan pembagian daerah hukum pada kesatuan kewilayahan......;
E. ……………………………………………………………………..…….dst.
II. PRA ANGGAPAN
Tanpa adanya penetapan pembagian daerah hukum kepolisian pada kesatuan Polres/Polsek ……………. tersebut maka, dapat
mengakibatkan ketidakpastian dalam proses penegakan hukum serta menjadikan kendala pelaksanaan tugas, fungsi dan peran kepolisian dalam proses peradilan tindak pidana dan pelayanan kepada
masyarakat. III. FAKTA
A. Provinsi .……… membawahi ……….. Kota dan ……….. Kabupaten, yaitu:
1. Kota ………..(sudah ada Polres);
2. Kota ………..(sudah ada Polres);
3. Kota ………...(belum ada Polres);
4. …………………………………….dst;
B. Provinsi/Kota/Kabupaten/Kecamatan ……..…… dibentuk berdasarkan ...……… tanggal ……… dan telah berfungsi sejak
…………….;
C. luas wilayah Provinsi/Kota/Kabupaten/Kawasan …………..
adalah …… km2, yang terdiri atas daerah perkotaan, pantai, pinggiran, pedesaan, ……………. dst;
D. batas wilayah Provinsi/Kota/Kabupaten/Kawasan ………….. sebagai berikut:
1. sebelah utara ………………;
2. sebelah timur ………………;
3. sebelah selatan …………….;
4. sebelah barat ……………….;
E. Kecamatan .....
- 14 -
3
E. Kecamatan yang ada di wilayah Provinsi/Kota/Kabupaten
tersebut adalah sebagai berikut:
1. …………………………………;
2. ……………………………..dst;
F. jumlah penduduk ………………. jiwa, terdiri dari:
1. jenis kelamin:
a) laki-laki : …….…………;
b) perempuan : …….…………;
2. suku/etnis:
a) …………………………………;
b) ……………………………..dst;
3. pekerjaan:
a) …………………………………;
b) ……………………………..dst;
G. di wilayah Provinsi/Kota/Kabupaten/Kawasan ………. terdapat antara lain:
1. Pemerintah Daerah:
a) Kantor Gubernur ..…………………;
b) Kantor Walikota/Bupati ………….;
c) Kantor/Dinas ………….……………;
d) ………………………….…………..dst;
2. Instansi samping:
a) Kejaksaan;
b) Pengadilan;
c) Lembaga pemasyarakatan (LP);
d) …………………………………..dst;
3. Kesatuan TNI:
a) ………………………………………;
b) ………………………………………;
4. Kesatuan Polri:
a) Polda….…………………………..;
b) ………………………………….dst;
5. objek vital:
a) Bank ………………………………;
b) ....... dst; .....
- 15 -
3
b) ………………………………….dst;
H. gangguan Kamtibmas:
1. kriminalitas yang dilaporkan dan diselesaikan (3 tahun terakhir)
………………………………………………………………………;
2. lalu lintas (3 tahun terakhir)
………………………………………………………………….…;
3. ancaman dan gangguan lainnya:
a) unjuk rasa;
b) bencana alam;
c) ………..……dst;
I. kesiapan penetapan pembagian daerah hukum kepolisian pada Kesatuan Kewilayahan:
1. dukungan Pemda : …………………………………;
2. dukungan masyarakat : …………………………………;
3. …………………………………………………….dst.
IV. DISKUSI
A. kondisi kesatuan kewilayahan tingkat Polda/Polres/Polsek ………………, Pemerintah daerah, DPRD, instansi samping yang ada serta masyarakat sangat mendukung adanya penetapan
pembagian daerah hukum kepolisian ………………………….;
B. dilihat dari data gangguan Kamtibmas yang terjadi pada 3 tahun
terakhir di wilayah tersebut, dikaitkan dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pembangunan, serta sistem peradilan pidana terpadu dan pelayanan kepolisian, maka
penetapan pembagian daerah hukum pada Polda/Polres/Polsek/Kawasan ……….…………. adalah merupakan suatu kebutuhan Polri dalam rangka meningkatkan
pelayanan Kepolisian;
C. dst.
V. KESIMPULAN
A. ………………………………………………………………………………..;
B. …………………………………………………………………………. dst.
VI. SARAN .....
- 16 -
4
VI. SARAN A. dalam rangka pelaksanaan tugas, fungsi dan peran kepolisian
pada kesatuan kewilayahan tingkat Polda/ Polres / Polsek /
Kawasan seiring dengan pengembangan wilayah administrasi pemerintahan daerah Provinsi/Kota/Kabupaten......, sekaligus
dalam rangka terwujudnya keserasian dalam pelaksanaan sistem peradilan pidana terpadu serta pemerintahan sesuai aspirasi Pemerintah Daerah dan masyarakat, maka
Polda/Polres/Polsek/Kawasan …………… tersebut perlu ditetapkan pembagian daerah hukum kepolisian;
B. ………………………………………………………………………….. dst.
Demikian Telaahan Staf ini dibuat sebagai bahan masukan bagi pimpinan guna menentukan kebijaksanaan selanjutnya.
Lampiran: 1. ……………………
2. ……………………
CATATAN: *) coret yang tidak perlu
Dikeluarkan di: ………………………..
pada tanggal : ……………………….. KEPALA KEPOLISIAN …………………….....
………………………….. …………………………..
- 17 -
LAMPIRAN II
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2017
TENTANG
SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN
PEMBAGIAN DAERAH HUKUM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
FORMAT LAPORAN HASIL STUDI KELAYAKAN DALAM RANGKA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN
KOPSTUK
LAPORAN HASIL STUDI KELAYAKAN DALAM RANGKA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN
A. PENDAHULUAN
1. Umum: ...............................................................................................
2. Maksud dan Tujuan: ...........................................................................
3. Dasar a. .............................................................................................
b. .............................................................................................
4. Ruang Lingkup: ..................................................................................
5. Tata Urut : ...........................................................................................
B. TUGAS YANG DILAKSANAKAN
................................................................................................................
................................................................................................................
C. HASIL .....
- 18 -
2
C. HASIL YANG DICAPAI
6. ..............................................................................................................................
D. KESIMPULAN DAN SARAN
7. Kesimpulan .........................................................................................
8. Saran ..................................................................................................
E. PENUTUP
9. ...........................................................................................................
Jakarta, 2017
KEPALA KEPOLISIAN …………………...
.................... ......................
*) melampirkan dokumentasi, Sertifikat
tanah serta dokumen-dokumen usulan yang diperlukan
- 19 -
LAMPIRAN III
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2017
TENTANG
SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN
PEMBAGIAN DAERAH HUKUM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
FORMULIR STUDI KELAYAKAN PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN
KOPSTUK
FORMULIR STUDI KELAYAKAN
DALAM RANGKA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN
NO. PERTANYAAN JAWABAN KETERANGAN
1 2 3 4
1. Sejauh mana tingkat diperlukannya
penetapan pembagian daerah hukum kepolisian tersebut.
Sangat perlu/
perlu/kurang perlu
coret yang
tidak tepat
2. Latar belakang/pertimbangan pengusulan penetapan pembagian
daerah hukum kepolisian.
a. ………………… b. …………….dst.
3. Masalah mendasar sehingga diperlukan penetapan
pembagian daerah hukum kepolisian tersebut.
a. ……………..…. b. …………….dst.
4. Data awal:
a. dasar pembentukan/
pemekaran wilayah Provinsi/Kota/
Kabupaten/Kecamatan
UU No …. Thn …..
tentang ……………. ……………………….
b. luas wilayah ………. km2
c. jumlah penduduk ………. jiwa
d. objek vital/proyek vital a. …………..……. b. …………....dst.
e. sumber daya yang tersedia (alam dan buatan)
a. …………..……. b. …………....dst.
- 20 -
2
5. Gangguan Kamtibmas (3 Tahun terakhir)
yang dilaporkan
dan diselesaikan
a. kriminalitas b. lalu lintas
c. ancaman/kerawanan lainnya
a. …………………. b. ………………….
c. ………………….
6. Karakteristik wilayah. a. …………………. b. ………………….
7. Berapa Km jarak antara:
a. lokasi Polres dengan Polres terdekat
b. lokasi Polres dengan Polda
c. lokasi polsek dengan polsek terdekat
d. lokasi polsek dengan Polres
a. ……………..….
b. …………..……. c. ……………..….
d. ……………..….
8. Dukungan Pemda dan DPRD
9. Wujud dukungan masyarakat. a. Surat.....No....
tanggal.......... b. ....................
10. Jumlah kesatuan jajaran dibawahnya.
a. Polres: ........... b. Polsek: ..........
c. Polsubsektor: ..
11. Langkah-langkah dan upaya
Kesatuan Kewilayahan untuk menindaklanjuti pengusulan
penetapan pembagian daerah hukum kepolisian
a. .....................
b. .....................
12. Kendala/hambatan/permasalahan yang ada.
a. ...................... b. .....................
13. Adakah dampak negatif bila
tidak disetujui penetapan pembagian daerah hukum
kepolisian tersebut
a. ......................
b. ......................
14. Alternatif lainnya bila usulan
penetapan pembagian daerah hukum tidak disetujui
a. ............
b. ............
15. Saran/Rekomendasi c. ........................
d. ........................
- 21 -
3
CATATAN:
Daftar pertanyaan dapat dikembangkan sesuai kebutuhan
dikaitkan dengan situasi dan kondisi wilayah.
Dikeluarkan di : ………………….. pada tanggal : …………………..
KEPALA KEPOLISIAN ………………
…………………………
…………………………
- 22 -
LAMPIRAN IV
PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN
NEGARA REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 12 TAHUN 2017
TENTANG
SYARAT DAN TATA CARA PENETAPAN
PEMBAGIAN DAERAH HUKUM
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK
INDONESIA
FORMAT LAPORAN HASIL KOORDINASI DENGAN PEMERINTAH DAERAH DAN DPRD DALAM RANGKA PENETAPAN PEMBAGIAN
DAERAH HUKUM KEPOLISIAN
KOPSTUK
LAPORAN HASIL KOORDINASI DENGAN PEMERINTAH DAERAH DAN DPRD DALAM RANGKA PENETAPAN PEMBAGIAN DAERAH HUKUM KEPOLISIAN
A. PENDAHULUAN
1. Umum: .................................................................................................
2. Maksud dan Tujuan: .............................................................................
3. Dasar a. ...............................................................................................
b. ...............................................................................................
4. Ruang Lingkup: ....................................................................................
5. Tata Urut : .............................................................................................
B. TUGAS YANG DILAKSANAKAN ..................................................................................................................
..................................................................................................................
C. HASIL .....
- 23 -
2
C. HASIL YANG DICAPAI
6. ................................................................................................................................
D. KESIMPULAN DAN SARAN
7. Kesimpulan ...........................................................................................
8. Saran ....................................................................................................
E. PENUTUP
9. .............................................................................................................
Jakarta, 2017
KEPALA KEPOLISIAN …………………
....................
......................