Perancangan Video Informatif Tentang Hipertensi Berbasis...

22
1 Perancangan Video Informatif Tentang Hipertensi Berbasis Motion Graphic Artikel Ilmiah Diajukan Kepada Fakultas Teknologi Informasi Untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain Oleh Yusuf Alif Satriyo NIM : 692012079 Program Studi Desain Komunikasi Visual Fakultas Teknologi Informasi Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga Agustus 2017

Transcript of Perancangan Video Informatif Tentang Hipertensi Berbasis...

1

Perancangan Video Informatif Tentang

Hipertensi Berbasis Motion Graphic

Artikel Ilmiah

Diajukan Kepada

Fakultas Teknologi Informasi

Untuk memperoleh Gelar Sarjana Desain

Oleh

Yusuf Alif Satriyo

NIM : 692012079

Program Studi Desain Komunikasi Visual

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga

Agustus 2017

2

3

4

5

6

Perancangan Video Informatif Tentang

Hipertensi Berbasis Motion Graphic

¹Yusuf Alif Satriyo, ² Martin Setyawan, S.T., M.Cs.

Fakultas Teknologi Informasi

Universitas Kristen Satya Wacana

Email: [email protected], [email protected]

Abstract

Hypertension is a disease that occurs due to an increase in blood pressure that can

cause various complications against several other diseases, even the cause of coronary

heart disease, stroke, right ventricular hypertrophy and kidney. Along with the

development of the times and technological advances, resulting in unhealthy lifestyle

changes in society. Early efforts to prevent hypertensive disease by knowing hypertension

risk factors need to be done to prevent adverse events for the community. Therefore, the

media needed to make people aware by promoting health promotion informatively. With

an informative video is expected to provide information about hypertension to the

community. It is also hoped that with motion graphics can be a video informative that is

easily delivered with a short and interesting.

Keywords : hypertension, Information Video, Healthy, Motion Graphic.

Abstrak

Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah yang bisa

menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain, bahkan penyebab

timbulnya penyakit jantung koroner, stroke, hipertrofi ventrikel kanan dan ginjal. Seiring

perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, mengakibatkan perubahan gaya hidup

yang tidak sehat pada masyarakat. Upaya dini pencegahan penyakit hipertensi dengan

mengetahui faktor risiko hipertensi perlu dilakukan untuk mencegah timbulnya dampak

buruk bagi masyarakat. Oleh karena itu diperlukan media untuk menyadarkan masyarakat

dengan melalukan promosi kesehatan secara informatif. Dengan sebuah video informatif

diharapkan bisa memberikan informasi tentang hipertensi kepada masyarakat. Diharapkan

juga dengan motion graphics dapat menjadi video informatif yang mudah disampaikan

dengan singkat dan menarik.

Kata Kunci : Hipertensi, Video Informatif, Kesehatan, Motion Graphic.

1) Mahasiswa Fakultas Teknologi Informasi Jurusan Desain Komunikasi Visual,

Universitas Kristen Satya Wacana Salatiga. 2)

Staff Pengajar Fakultas Teknologi Informasi, Universitas Kristen Satya Wacana

Salatiga.

7

1. Pendahuluan

Hipertensi adalah penyakit yang terjadi akibat peningkatan tekanan darah

yang bisa menyebabkan berbagai komplikasi terhadap beberapa penyakit lain,

bahkan penyebab timbulnya penyakit jantung koroner, stroke, hipertrofi ventrikel

kanan dan ginjal. Hipertensi sering kali disebut sebagai pembunuh diam-diam

(silent killer), karena termasuk penyakit yang mematikan, tanpa disertai dengan

gejala-gejalanya lebih dahulu sebagai peringatan bagi korbannya. Hasil penelitian

sporadic di 15 Kabupaten atau Kota di Indonesia, yang dilakukan oleh Felly PS

dari Badan Litbangkes Kemkes 17,7% kematian disebabkan oleh stroke dan

10,0% disebabkan oleh Ischaemic Heart Disease. Dua penyakit penyebab

kematian teratas ini, soulmate factor nya adalah Hipertensi [1].

Pada tahun 2013 dengan menggunakan unit analisis individu menunjukkan

bahwa secara nasional 25,8% penduduk Indonesia menderita penyakit hipertensi.

Saat ini penduduk Indonesia sebesar 252.124.458 jiwa maka terdapat 65.048.110

jiwa yang menderita hipertensi. Suatu kondisi yang cukup mengejutkan [2]. Hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013 menunjukkan, 63,2% kasus hipertensi di

masyarakat belum terdiagnosis atau masyarakat belum sadar tentang hipertensi.

Hipertensi telah lama diketahui sebagai salah satu masalah kesehatan. Pada

usia muda hipertensi juga merupakan suatu masalah. Pada masa transisi ini remaja

rentan untuk mengalami masalah serta berperilaku risiko tinggi, oleh karena

remaja yang mengalami hipertensi dapat terus berlanjut pada usia dewasa dan

memiliki risiko morbiditas dan mortalitas yang lebih tinggi [3]. Menurut hasil

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 di Indonesia, prevalensi hipertensi

pada remaja sebesar 9%, kemudian meningkat menjadi 10,7% pada tahun 2013

[4].

Menurut Prof. Tjandra Yoga Aditama selaku Dirjen Kemenkes RI, upaya

pencegahan dan penanggulangan hipertensi dimulai dengan meningkatkan

kesadaran masyarakat dan perubahan pola hidup ke arah yang lebih sehat. Untuk

itu Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan dasar perlu melakukan

pencegahan primer yaitu kegiatan untuk mengurangi faktor resiko hipertensi

sebelum penyakit hipertensi terjadi melalui promosi kesehatan [5].

Berdasarkan wawancara dengan Staf Promosi Kesehatan Dinas Kesehatan

Kabupaten Semarang, sosialisasi tentang hipertensi telah dilakukan di puskesmas

dan rumah sakit tetapi sosialisasi hanya dilakukan dalam 2 bulan sekali dan baru

menjangkau 30% dari sosialisasi yang ada. Berdasarkan wawancara dengan pihak

puskesmas di Kabupaten Semarang, selama ini pihak puskesmas hanya

melakukan sosialisasi biasa terhadap penderita hipertensi dan dilakukan di

puskesmas, belum ada sosialisasi seperti di desa-desa terhadap masyarakat umum

bukan penderita hipertensi. Sosialisasi tersebut berupa penyuluhan-penyuluhan

secara lisan. Kegiatan sosialisasipun memiliki keterbatasan dalam memberikan

informasi, sehingga banyak masyarakat belum tahu tentang hipertensi.

Berdasarkan wawancara dengan 15 responden pria dan wanita pada umur 18

tahun ke atas di wilayah Kabupaten Semarang, 6 responden tahu tentang

hipertensi sedangkan 9 responden pengetahuan tentang hipertensi kurang.

Seharusnya sosialisasi ditargetkan kepada masyarakat yang belum tahu tentang

hipertensi. Maka diperlukan media informasi yang informatif dan komunikatif

8

untuk memberikan informasi bagi masyarakat tentang bahaya hipertensi dan

penatalaksanaannya. Proses perilaku pencegahan hipertensi akan efektif jika

pengetahuan tentang hipertensi dilakukan dengan promosi kesehatan

menggunakan media informasi. Salah satu media informasi yaitu media audio

visual. Menurut Ibu Ade Indranila selaku staf puskesmas di Bawen untuk jaman

sekarang lebih efektif menggunakan media elektronik semacam video karena

penyebarannya lebih mudah, cepat dan dapat diputar berulang-ulang. Penggunaan

teks dan narasi dalam video berguna untuk memperkuat kejelasan informasi.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dijabarkan maka akan dirancang

media informasi berupa video informatif. Video ini sebagai alternatif alat

penyuluhan yang dapat memberikan informasi tentang hipertensi kepada

masyarakat secara menarik dan informatif.

2. Tinjauan Pustaka

Kartika (2016) melakukan penelitian berjudul Perancangan Iklan Layanan

Masyarakat Tentang Pencegahan Hipertensi Di Semarang. Latar belakang

masalah yang dimiliki adalah masyarakat kurang menyadari akan bahaya

hipertensi. Oleh karena itu diperlukan sebuah perancangan Iklan Layanan

Masyarakat tentang pencegahan hipertensi di Semarang. Perancangan ini dibuat

berdasar hasil metode analisa framing yang diolah menjadi media seperti

billboard, poster, iklan majalah, x-banner, mug, sticker, gantungan kunci, t-shirt,

totebag, dan stopmap. Penelitian ini menyimpulkan perancangan ini dapat

menimbulkan kesadaran masyarakat untuk merubah pola hidup sehat [6].

Muhammad Iqbal A (2013) melakukan penelitian berjudul Perancangan

Motion Graphic Pengenalan Kujang Bagi Remaja. Penelitian ini dilatarbelakangi

tentang budaya Indonesia yang mulai tergeser oleh budaya dari luar negeri akibat

pekembangan zaman. Generasi muda kurang mengenal budayanya sendiri.

Eksistensi kujang yang merupakan budaya asli Indonesia mulai menghilang di

masyarakat. Salah satu solusinya adalah mengenalkan kembali kujang kepada

masyarakat dengan menggunakan media motion grafis. Penelitian ini

menyimpulkan menggunakan motion graphic karena dirasa efektif untuk

memberikan berbagai informasi dalam waktu yang singkat. Dengan motion grafis,

penyampaian informasi proses pembuatan kujang dapat mudah disampaikan

dalam waktu singkat [7].

Penelitian ini membahas tentang video informasi untuk memberikan informasi

tentang hipertensi kepada masyarakat. Video tersebut menggunakan pendekatan

video animasi motion graphic sebagai nilai pembeda yang unik tanpa

mengesampingkan nilai informatif. Penelitian ini menghasilkan media baru dari

penelitian yang sudah dilakukan oleh Kartika yaitu Video Informatif Tentang

Hipertensi Berbasis Motion Graphic karena menurut penelitian Muhammad Iqbal

video informasi motion graphic merupakan salah satu alternatif untuk

menyampaikan informasi secara menarik dan komunikatif.

Sampai saat ini, hipertensi masih merupakan tantangan besar di Indonesia.

Betapa tidak, hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada

pelayanan kesehatan primer kesehatan. Hal itu merupakan masalah kesehatan

dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%, sesuai dengan data Riskesdas

2013. Di samping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat meskipun obat-

9

obatan yang efektif banyak tersedia. Definisi Hipertensi atau tekanan darah tinggi

adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekanan

darah diastolik lebih dari 90 mmHg pada dua kali pengukuran dengan selang

waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat. Peningkatan tekanan darah yang

berlangsung dalam jangka waktu lama (persisten) dapat menimbulkan kerusakan

pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak

(menyebabkan stroke) bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat pengobatan

yang memadai. Banyak pasien hipertensi dengan tekanan darah tidak terkontrol

dan jumlahnya terus meningkat. Faktor resiko Hipertensi adalah umur, jenis

kelamin, riwayat keluarga, genetik (faktor resiko yang tidak dapat diubah atau

dikontrol), kebiasaan merokok, konsumsi garam, konsumsi lemak jenuh,

penggunaan jelantah, kebiasaan konsumsi minum-minuman beralkohol, obesitas,

kurang aktifitas fisik, stres, dan penggunaan estrogen [8].

Memajukan kesehatan perlu diimbangi dengan mengurangi kesenjangan

informasi kesehatan yang diperoleh masyarakat, oleh karena itu perlu

memperhatikan informasi kesehatan dengan komunikasi kesehatan. Komunikasi

kesehatan bertujuan untuk menyebarluaskan informasi yang benar mengenai

resiko yang dihadapi oleh masyarakat terhadap informasi mengenai kesehatan [9].

Secara umum ada lima kategori fungsi (tujuan) utama komunikasi utama yaitu :

Informasi, menyampaikan informasi

Pendidikan, memberikan informasi yang mendidik

Instruksi, memberikan instruksi (mewajibkan atau melarang)

Menghibur, memberikan informasi yang menghibur

Persuasif, memberikan informasi yang dapat mempengaruhi

Penelitian ini membahas tentang kebutuhan akan media informasi mengenai

penyakit hipertensi yang disampaikan menggunakan video kepada masyarakat.

Hasil produk yang akan dihasilkan adalah motion graphic. Dalam penelitian ini

akan dirancang mengenai penyakit hipertensi menggunakan motion graphic

menjadi sebuah media informasi.

Media merupakan alat atau sarana yang digunakan untuk menyampaikan

pesan dari komunikator kepada khalayak. Menurut beberapa pakar psikologi

memandang bahwa dalam komunikasi antar manusia, maka media yang paling

dominasi dalam berkomunikasi adalah panca indera manusia seperti mata dan

telinga [10]. Sedangkan informasi merupakan hasil pengolahan data yang

memberikan arti dan manfaat [11]. Informasi bisa dikatakan sebagai pengetahuan

yang didapatkan dari belajar, pengalaman atau instruksi. Media informasi dapat

disimpulkan sebagai alat untuk mengumpulkan serta menyusun kembali sebuah

informasi sehingga menjadi bahan yang bermanfaat bagi penerima informasi,

adapun penjelasan Sobur (2006) media informasi merupakan alat-alat grafis,

fotografis atau elektronis untuk menangkap, memproses, serta menyusun kembali

informasi visual [12].

Menurut Ahli Teori Perfilman Michael Betancourt, dalam bukunya yang

berjudul The History Of Motion Graphic, motion graphic adalah media yang

menggunakan rekaman video dan / atau teknologi animasi untuk menciptakan

ilusi gerak dan biasanya dikombinasikan dengan audio untuk digunkanan dalam

10

sebuah output multimedia [13]. Menurut Iman motion graphic merupakan

potongan-potongan media visual berbasis waktu yang menggabungkan film dan

desain grafis [14].

Motion graphic Design adalah sebuah subset dari Multimedia yang

menggunakan elemen grafis dan prinsip-prinsip desain grafis dalam konteks

pembuatan film atau produksi video melalui animasi atau teknik perfilman

lainnya. Contohnya adalah tipografi kinetik dan grafis-grafis yang sering terlihat

dalam sebuah pembukaan (title sequence) film, atau opening sequence untuk

serial TV, juga animasi web-based, bahkan hingga logo 3D stasiun TV yang kerap

dipakai dalam sebuah saluran TV [15].

3. Metode Penelitian

Metode penelitian yang dipakai dalam perancangan media informasi penyakit

hipertensi dengan video berbasis motion graphic ini adalah metode penelitian

deskriptif kualitatif, karena dalam pengambilan data penelitian diperlukan

wawancara dengan narasumber dan observasi langsung di lapangan kemudian

disusun dalam bentuk deskriptif. Wawancara yang dilakukan adalah wawancara

tidak terstruktur, yaitu wawancara bebas dengan tidak menggunakan pedoman

wawancara yang tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan

datanya [16]. Strategi penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

strategi penelitian Linear strategy, strategi ini dirasa baik dan tepat untuk proses

penelitian karena pada suatu tahap dimulai setelah tahap sebelumnya diselesaikan,

demikian seterusnya. Tahapan secara garis besar dalam penelitian mengenai

perancangan media informasi penyakit hipertensi dengan video berbasis motion

graphic dapat dilihat pada Gambar 1 [17].

Gambar 1 Tahapan-Tahapan Penelitian

Langkah Pertama yang dilakukan adalah pengumpulan data untuk

mengidentifikasi masalah yang terjadi pada penderita hipertensi secara nasional

dan di Kabupaten Semarang yang digunakan sebagai data sample. Pada tahap ini

dilakukan pengumpulan data mengenai angka hipertensi di Indonesia dan di

Kabupaten Semarang melalui Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang melalui

wawancara mengenai terkait angka penderita hipertensi yang tinggi dan kegiatan

sosialisasi apa yang sudah dilakukan. Hasil wanwancara yang didapat yaitu,

sosialisasi tentang hipertensi yang dilakukan Dinas Kesehatan Kabupaten

Semarang belum maksimal dikarenakan sosialisasi hanya ditujukan kepada

penderita hipertensi sehingga masyarakat bukan penderita hipertensi tidak

mendapatkan sosialisasi. Selanjutnya dilakukan wawancara kepada masyarakat

Kabupaten Semarang. Hasil wawancara didapat, masyarakat belum pernah

11

mengetahui video informasi tentang hipertensi dan kurang tahu tentang faktor

resiko hipertensi.

Tahap kedua yang dilakukan adalah analisis data untuk mendapatkan data

tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau pembuktian terhadap

informasi atau keterangan yang diperoleh dan diperlukan dalam merancang video

informasi. Menentukan karakteristik media informasi yang dibutuhkan pada

pembuatan video informasi tentang hipertensi. Pada tahap ini dilakukan analisis

dari hasil wawancara kepada Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang dan

Masyarakat Kabupaten Semarang. Hasil yang didapat adalah karakteristik video

informasi yang dibutuhkan yaitu informatif dalam menyampaikan informasi,

dikemas secara singkat dan jelas dengan ditambah illustrasi yang mudah dipahami

dan menarik.

Untuk memperkuat data selain dilakukan pengumpulan data primer maka

dilakukan juga pengumpulan data sekunder, fungsi dari data sekunder adalah

untuk memperkuat hasil yang didapatkan dari pengumpulan data primer. Salah

satu penunjang penumpang data sekunder adalah dengan mencari referensi dari

internet dan jurnal. Data yang dibutuhkan adalah mengenai penyakit hipertensi

mulai dari penyebab, jenis, gejala, dampak, dan cara mengatasi pada hipertensi

secara umum, apa yang dirasakan, gejala yang timbul, cara menjaga dari sisi

penderita, cara mengobati dan pertolongan utama, serta metode yang tepat dalam

memberikan informasi kepada target audience.

Selanjutnya ditahap ketiga perancangan dimulai dengan membuat konsep.

Konsep perancangan video adalah menjelaskan tentang hipertensi dengan dikemas

secara sederhana dan informatif yang mudah dipahami oleh masyarakat.

Pengerjaan desain konten dilakukan dengan menggunakan gaya flat desain,

konten yang ditampilkan sederhana dan menarik sehingga lebih efektif atau lebih

fokus pada suatu konten dari desain tersebut. Setelah konsep sudah terbentuk

dilanjutkan dengan pembuatan storyline dan storyboard. Menurut Bapak

Hascaryo Nugroho Sp.PD selaku dokter spesialis penyakit dalam di RSUD

Ambarawa bahwa penyusunan Storyline sebaiknya dimulai dengan pengenalan

secara umum tentang tekanan darah lalu pengenalan masalah hipertensi kemudian

yang terakhir pengetahuan tentang penatalaksanaan hipertensi. Storyline dimulai

dengan mengenalkan tentang tekanan darah secara umum, kemudian menjelaskan

klasifikasi tekanan darah meliputi tekanan darah normal, prehipertensi, dan

hipertensi. Setelah menjelaskan tentang tekanan darah, kemudian menjelaskan

tentang hipertensi yaitu pengertian hipertensi, kemudian dilanjutkan dengan

penjelasan mengenai faktor-faktor yang menyebakan hipertensi. Setelah itu

menjelaskan satu persatu tentang penetalaksanaan hipertensi. Penatalaksanaan

hipertensi dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan ataupun dengan cara

modifikasi gaya hidup. Dengan mengetahui gejala dan faktor resiko terjadinya

hipertensi diharapkan target audience dapat melakukan pencegahan dan

penatalaksanaan dengan modifikasi gaya hidup sehingga komplikasi yang terjadi

dapat dihindarkan. Pada bagian akhir video, mengajak audience hendaknya

menjadi manusia yang tahu akan penyakit hipertensi sehingga dapat menjaga

perilaku kesehatan agar terhindar dari resiko penyakit hipertensi. Treatment

disusun berdasarkan hasil riset awal (baik langsung maupun tak langsung) dan

12

berdasarkan rumusan ide dalam bentuk film statement yang diuraikan secara

deskriptif (bukan tematis) tentang bagaimana rangkaian mengenai media

informasi hipertensi dengan video berbasis motion graphic. Dalam perancangan

video promosi ini storyboard digunakan sebagai acuan dalam pembuatan video di

setiap adegan.

Scene 1 : Pengenalan Tekanan darah

1. Pada bagian intro muncul teks “Hipertensi?”

2. Lalu muncul seorang dokter dengan pertanyaan “apa yang kamu

ketahui tentang tekanan darah”?

3. Kemudian menampilkan gambar pembuluh arteri gerakan darah

mengalir tekanan normal. Disertai penjelasan tentang tekanan darah.

4. Penjelasan tentang klasifikasi tekanan darah

Scene 2 : Pengenalan Hipertensi

1. Muncul teks “Hipertensi?”

2. Menampilkan gambar kaca pembesar

3. Menampilkan gambar tangan yang sedang diukur dan menunjukkan

angka hipertensi.

Scene 3 : Penderita hipertensi

1. Menampilkan diagram penderita hipertensi secara nasional 2. Menampilkan angka penderita hipertensi di Kabupaten Semarang

disertai dengan penjelasan.

Scene 4 : Penyebab dan tanda-tanda Hipertensi

1. Menjelaskan penyebab hipertensi .

2. Menjelaskan tanda-tanda hipertensi.

Scene 5 : Dampak penyakit akibat hipertensi

1. Menjelaskan beberapa penyakit yang timbul akibat hipertensi.

Seperti stroke, gagal jantung, gagal ginjal, serangan jantung.

Scene 6 : Sikap Pencegahan Hipertensi

1. Menjelaskan sikap untuk mengontrol hipertensi.

Scene 7 : Ajakan 1. Kalimat ajakan kepada masyarakat

Scene 8 : Penutup

1. Logo uksw, logo FTI, Logo Dinas, Logo Kesehatan sebagai bumper

out.

13

Gambar 2 Storyboard

Storyboard yang telah dibuat bisa saja terjadi perubahan dalam tampilan

maupun isinya. Hal tersebut dapat terjadi apabila saat pengujian video, para

audience menginginkan adanya perubahan atau penambahan pada video, dapat

dilihat pada Gambar 2.

Desain Konten

Tahap selanjutnya adalah tahap desain konten, pada tahap ini dilakukan proses

desain dengan menggunakan software grafis dengan mengikuti konsep seperti

pada storyline dan storyboard. Perancangan konten menggunakan gaya flat desain

agar konten yang ditampilkan sederhana dan menarik sehingga lebih efektif.

Konten berbentuk lingkaran karena cenderung memproyeksikan pesan emosional

yang positif, memberikan kesan dinamis dan juga bermakna sebuah kehidupan.

Ilustrasi gambar juga menggunakan teknik flat desain agar jelas, efektif dan

14

mengurangi fokus terhadap bentuk dan ikon yang berlebihan. Warna konten

sebagian besar menggunakan warna cerah agar bekerja dengan baik pada latar

belakang yang terang maupun gelap, menciptakan kontras dan menarik audience.

Desain ikon meliputi ikon simbol tentang makanan sehat, tolahraga, jenis penyakit

dan sebagainya. Perancangan konten dapat dilihat pada Gambar 3 dan Gambar 4.

Gambar 3. Desain ikon Gambar 4. Desain ilustrasi

Tipografi

Produksi animasi yang digunakan dalam video informasi ini adalah animasi

teks maupun gambar. Pada perancangan jenis teks yang dipakai yaitu Myriad Pro

Bold. Pada font Myriad Pro Bold tidak memiliki kait dan memiliki tingkat

ketebalan yang sedang sehingga tingkat keterbacaan pada penggunaan huruf yang

kecil masih dapat dengan mudah dan jelas dibaca. Font Myriad Pro Bold dapat

dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Font Myriad Pro

15

Animasi

Tahap selanjutnya adalah animasi untuk menggerakan konten yang disusun

per scene. Dalam proses ini dilakukan penambahan efek-efek seperti efek transisi,

warna, efek gerak, dan efek-efek lainnya sesuai dengan kebutuhan. Pada awal

video menampilkan background warna putih kemudian muncul lingkaran, setelah

itu lingkaran bergerak ke kiri lalu ke kanan dan muncul tulisan hipertensi dan

lingkaran berubah menjadi tanda tanya. Menggunakan warna merah sebagai

simbol dari warna darah, dapat dilihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Animasi Intro

Tahapan berikutnya adalah animasi untuk pergerakan dokter yang dibuat

berjalan dari samping lalu pergerakan kamera zooming untuk menimbulkan kesan

tegas dan fokus. Latar belakang berwarna hijau cerah karena warna hijau

merupakan aksen dari logo Dinas Kesehatan, dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7. Animasi zooming

Tahap berikutnya adalah animasi untuk menunjukkan inti awal dari video

dengan cara latar belakang dibuat blur. Kemudian muncul tulisan hipertensi dan

kaca pembesar yang diberi efek seperti kaca pembesar pada umumnya untuk

menimbulkan kesan ingin mencari tahu lebih dalam apa itu hipertensi, dapat

dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8. Animasi kaca pembesar

16

Tahap selanjutnya adalah animasi pada ilsutrasi peta Indonesia yang diberi

efek kamera dengan posisi menjadi sedikit datar agar terlihat nyata kemudian

ditambahkan elemen grafis untuk menunjang teks, dapat dilihat pada Gambar 9.

Gambar 9. Animasi kaca pembesar

Online Editing

Proses ini merupakan penggabungan dari beberapa scene dan dilakukan

penambahan efek-efek seperti efek transisi, efek gerak, dan efek-efek lainnya

sesuai dengan kebutuhan. Transisi pertama menggunakan teknik zooming untuk

menimbulkan kesan masuk kedalam video, dapat dilihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Proses animasi transisi

17

Transisi kedua menggunakan teknik moving objek yang bergerak keluar dari

video ke samping kanan ataupun kiri. Sebagai contoh dapat dilihat pada Gambar

11.

Gambar 11. Proses animasi transisi

Transisi ketiga menggunakan teknik camera moving yang bergerak ke kanan,

ke kiri, ke atas, dan ke bawah sesuai kebutuhan. Sebagai contoh dapat dilihat pada

Gambar 12.

Gambar 12. Proses animasi transisi

Mixing

Setelah editing online selesai maka dilakukan penggabungan dan penyelarasan

antara visual dan audio agar menjadi kesatuan yang utuh. Musik yang digunakan

bernuansa ceria sehingga menimbulkan psikologi yang positif. Penambahan efek

suara tersebut bertujuan agar video informasi yang ditampilkan dapat dinikmati

secara visual dan audio.

18

4. Hasil dan Pembahasan

Scene pertama yang muncul dalam video adalah tulisan “Hipertensi” yang

menunjukan intro. Kemudian transisi lalu muncul seorang dokter dan memberi

pertanyaan “Apa yang kamu ketahui tentang tekanan darah?”. Setelah penjelasan

tentang tekanan darah lalu muncul jenis klasifikasi tekanan darah. Dapat dilihat

pada Gambar 13.

Gambar 13. Scene pertama

Pada Gambar 14 adalah scene kedua yang muncul pada video ini

menampilkan informasi tentang hipertensi dan penderita hipertensi. Jumlah

penderita secara nasional dan data sample.

Gambar 14. Scene kedua

Scene ketiga yang muncul pada video ini menampilkan informasi tentang

faktor penyebab hipertensi. Penyebab hipertensi meliputi usia, jenis kelamin,

konsumsi alcohol, merokok, pola hidup tidak sehat.

19

Gambar15. Scene ketiga

Scene keempat yang muncul pada video ini menampilkan informasi tentang

gejala hipertensi. Gejala hipertensi meliputi jantung berdetak kencang,

pengelihatan kabur, mimisan, pusing, sesak nafas, dapat dilihat pada Gambar 16.

Gambar16. Scene keempat

Scene kelima yang muncul pada video ini menampilkan informasi tentang

dampak hipertensi. Dampak hipertensi antara lain stroke, gagal jantung, gagal

ginjal dan serangan jantung, dapat dilihat pada Gambar 17.

Gambar17. Scene kelima

Scene keenam yang muncul pada video ini menampilkan informasi tentang

tips cegah hipertensi. Tips cegah hipertensi antara lain pola makan sehat,

olahraga, rileksasi, dan medical check up, dapat dilihat pada Gambar 18.

20

Gambar18. Scene keenam

Scene ketujuh yang muncul pada video ini menampilkan kalimat ajakan

kepada masyarakat agar hidup sehat menerapkan pola hidup sehat dan manajemen

diri, dapat dilihat pada Gambar 19.

Gambar19. Scene ketujuh

Pada scene terakhir dapat dilihat pada Gambar 20, Logo UKSW dan FTI

muncul pada video ini untuk dijadikan bumper out video.

Gambar 20. Scene kedelapan

21

Pengujian video informastif ini dilakukan untuk mengetahui layak atau tidak

Video Informatif Berbasis Motion Graphic ini, pengujian yang dilakukan yaitu :

Pengujian Kualitatif

Pengujian pertama dilakukan kepada Ibu Diah Roro Kambali selaku staff

Promosi Kesehatan dan Informasi Dinas Kesehatan di Kabupaten Semarang.

Video informasi ini dinilai menarik dan informasi yang disampaikan cukup jelas.

Namun ada beberapa koreksi sehingga dilakukan revisi pada video informasi ini

yaitu pada penulisan informasi dirasa ada beberapa yang perlu ditambah ukuran

teksnya agar keterbacaan pada layar yang kecil tetap terbaca.

Selanjutnya pengujian kualitatif kedua dilakukan dengan wawancara dengan

Petra Gilang, salah satu animator dari studio Dreamtoon di Kota Ungaran untuk

mendapat masukan ilustrasi, animasi, audio dan hasil akhir video. Menurut Gilang

bahwa layout pada video sudah bagus, konten yang terkandung dalam video sudah

menarik dan informatif. Namun ada beberapa koreksi yaitu pada transisi video

dirasa agak lambat, framing pada video lebih baik dipadatkan, dan ada beberapa

pergerakan animasi yang kurang halus.

Pengujian ketiga dilakukan kepada Ibu dr. Rr. Gita Febri Irianti selaku

Kepala Puskesmas di Bawen. menurut Ibu Gita video informatif ini sangat

menarik, media seperti ini cocok digunakan sebagai media informasi karena

dalam penyampaiannya menggunakan ilustrasi grafis sehingga menarik target

audience. Informasi yang disampaikanpun sudah sesuai dan benar.

Pengujian keempat dilakukan kepada beberapa responden pria dan wanita

berusia 18 tahun ke atas. Pada awal pengujian responden diberikan kesempatan

untuk melihat video informasi tentang hipertensi. Selanjutnya dilakukan

wawancara terhadap responden untuk mendapatkan tanggapan respon dari

masyarakat. Hasil pengujian yang didapatkan adalah para responden pada

umumnya menjadi lebih mengetahui informasi tentang hipertensi dan cara

penatalaksanaanya. Responden menilai video tersebut mudah dipahami dan

menarik.

5. Simpulan

Berdasarkan dengan hasil penelitian didapat bahwa Perancangan Media

Informatif Tentang Hipertensi Berbasis Motion Graphic dapat menyampaikan

informasi tentang faktor resiko hipertensi dan penatalaksanaannya sudah

tersampaikan dengan baik secara informatif dan menarik. Video tersebut juga

membantu pihak Dinas Kesehatan dalam menyampaikan aspek promosi kesehatan

yang mudah dimengerti oleh masyarakat umum. Untuk kedepannya video

informatif ini dapat diaplikasikan di ruang lingkup dinas kesehatan seperti

puskesmas dan rumah sakit dan dapat dapat digunakan sebagai media sosialisasi

kepada masyarakat umum.

Daftar Pustaka [1] Pusat Data dan Informasi. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta

[2] Kemenkes RI, 2007. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2007). Jakarta

[3] Saing, J.H, 2005. Hipertensi Pada Remaja. Jurnal Sari Pediatri Vol. 6, No. 4 : 159-

165.

[4] Kemenkes RI, 2013. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas 2013). Jakarta

22

[5] Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012. Masalah Hipertensi Di Indonesia

http://www.depkes.go.id/article/print/1909/masalah-hipertensi-di-indonesia.html

(diakses 7 Juli 2017)

[6] Kartika, Wahyu Noor. 2016. Perancangan Iklan Layanan Masyarakat Tentang

Hipertensi Di Semarang. Udinus Repository

[7] Muhammad Iqbal, Intan Rizky. 2013. Perancangan Motion Graphic Pengenalan

Kujang Bagi Remaja. Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain,

Bandung: ITB

[8] Pusat Data dan Informasi Tentang Hipertensi. Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia. Jakarta

[9] Liliweri, 2007. Dasar-Dasar Komunikasi Kesehatan. Yogyakarta: Pustaka Belajar

[10] Cangara. Hafied H, 2006. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta : PT. Raja Grafindo

Persada

[11] Azhar. Susanto, 2004. Sistem Informasi Akuntansi. Bandung : Linggar Jaya

[12] Sobur. Alex, 2006. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT Remaja Yosdakarya

[13] Michael. Betancourt, 2013. The History of Motion Graphics. Wildside Press

[14] Iman. Pindi, 2013. Perancangan Motion Graphic Ilustratif Mengenai Majapahit

Untuk Pemuda- Pemudi. Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain,

Bandung: ITB

[15] Iman. Pindi, 2013. Perancangan Motion Graphic Ilustratif Mengenai Majapahit

Untuk Pemuda-Pemudi. Jurnal Tingkat Sarjana bidang Senirupa dan Desain,

Bandung: ITB

[16] Sarwono, Jonathan, dan Hary Lubis, 2007, Metode Riset Untuk Desain Komunikasi

Visual.

[17] Lina.2015.Wawancara Berdasrkan Tujuan Menurut Para Ahli,

http://www.ilmupsikologi.com/2015/08/wawancara-berdasarkan-tujuan-menurut-

ahli.html (diakses 23 januari 2017)