PERANAN TERNAK SAPI DALAM PENGEMBANGAN AGROWISATA ... file1 PERANAN TERNAK SAPI DALAM PENGEMBANGAN...
-
Upload
nguyenquynh -
Category
Documents
-
view
272 -
download
0
Transcript of PERANAN TERNAK SAPI DALAM PENGEMBANGAN AGROWISATA ... file1 PERANAN TERNAK SAPI DALAM PENGEMBANGAN...
1
PERANAN TERNAK SAPI DALAM PENGEMBANGAN AGROWISATA
BERKELANJUTAN DI KABUPATEN TABANAN, BALI
Oleh:
Ni wayan Tatik Inggriati, Wayan Sayang Yupardhi, dan Gede Suarta
Fakultas Peternakan, Universitas Udayana, Bali
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Penelitian telah dilakukan di Kabupaten Tabanan, dari Bulan Mei sampai Oktober
Tahun 2017, dengan tujuan untuk: 1) mengetahui seberapa banyak agrowisata di Kab.
Tabanan yang menggunakan sapi sebagai atraksi wisata, 2) Mengidentifikasi alasan
pengelola agrowisata dalam penggunaan sapi sebagai atraksi wisata, 3) Mengetahui tingkat
pengetahuan pengelola agrowisata tentang manfaat ternak sapi bali; 4)Menganalisis
hubungan antara tingkat pengetahuan pengelola agrowisata tentang sapi bali dengan tingkat
penggunaan sapi bali sebagai atraksi wisata. Metoda Penelitian: lokasi penelitian dipilih
secara purposive, di dua kecamatan yaitu (1) Kecamatan Marga, dengan mengambil tiga
desa yaitu: Desa Tunjuk yang memiliki agrowisata Taman Sari Buana, di Desa Baru
memiliki, Agrowisata Rumah Desa dan Desa Wisata Pinge, serta di Desa Tua yang memiliki
Agrowisata Cau Chocolates; (2) Kecamatan Penebel di desa Mengesta yang memiliki
Agrowisata Somya Pertiwi. Responden sebanyak 50 orang, yang terdiri dari lima orang
pemilik agrowisata, 20 orang pegawai agrowisata, dan 25 orang pemandu wisata. Data
dianalisis secara deskriptif dan corelasi jenjang sepearman. Hasil Penelitian: 1) Jumlah
agrowisata, di Kabupaten Tabanan belum tercatat secara pasti, namun berdasarkan informasi
dari responden, bahwa kelima agrowisata yang menjadi renponden penelitian masih aktif
menggunakan sapi; 2) Alasan utama pengelola agrowisata dalam menggunakan sapi sebagai
atraksi wisata adalah, karena sangat disukai oleh wisatawan ( dinyatakan oleh 84,00 persen)
sisanya 8,00 persen menyatakan ingin membantu peternak untuk meningkatkan
pendapatannya; 4,00 persen karena ingin menjaga lingkungan; dan 4,00 persen untuk
pelestarian sapi bali; 3) Tngkat pengetahuan pengelola agrowisata tergolong tinggi dengan
pencapaian skor 70,23 persen dari total skor maksimal ideal 25; 4) Semakin tinggi tingkat
pengetahuan pelaku pariwisata maka semakin tinggi tingkat penggunaan sapi sebagai
pendukung aktivitas agrowisata (rs.= 0,335; t hitung = 1,825>t tabel 0,05= 1,645).
2
Kesimpulan: 1) jumlah agrowisata yang ada di kabupaten Tabanan, belum tercatat secara
pasti. 2) Alasan utama pengelola agro wisata menggunakan sapi bali sebagai atraksi wisata
adalah karena disenangi oleh wisatawan; 3) Tinkat pengetahuan pelaku pariwisata tentang
manfaat sapi bali tergolong tinggi; 4) Semakin tinggi tingkat pengetahuan pelaku agrowisata
tentang manfaat sapi bali,maka semakin tinggi pula tingkat penggunaan sapi bali sebagai
pendukung agrowisata. Manfaat hasil penelitian adalah untuk memberikan masukan pada
peternak, bahwa sapi bali selain sebagai sumber daging, tenaga kerja, hewan upakara dalam
agama Hindu dan tabungan masyarakat, tetapi juga dapat mendukung aktivitas agrowisata di
Kabupaten Tabanan. Saran: pemerintah dan masyarakat agar berupaya terus menerus untuk
melestarikan sapi bali, sehingga dapat menduking aktivitas agro wisata berkelanjutan di
Kabupaten tabanan.
Kata Kunci: Sapi bali, Atraksi wisata, Agrowisata berkelanjutan
3
PART OF CATTLE ON DEVELOPMENT
OF AGROTORISM SUSTAINABLE IN TABANAN BALI
By
Ni Wayan Tatik Inggriati, Wayan Sayang Yupardhi, and Gede Suarta
Faculty of Animal Sciece, Udayana University, Bali
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
This research was conducted in Tabanan Regency on May to Oktober 2017, The
obyetives of the research were: 1) To know haw much agrotorism in Tabanan Regency use
cattle as tourism attraction; 2) To identify the reason of agrotorism owner in using the animal
as the attraction of tourist; 3) To know knoladge of agrotorism owner level about bali cattle
uses; 4) To Analyse relationship between nkoledgment level of agrotorism owner about bali
cattle in using it attraction of torism. Method of the research used was purposive sampling i e:
two district: (1) Marga district were: Tunjuk Village that has Taman Sari Buana Agrotorism,
Baru village has Rumah Desa Agrotorism, and Pinge Village Torism an Tua village with its
Cau Chocolates Agrotorism; (2) Penebel district at Mengesta village that has Somya Pertiwi
Agrotorism. Therewere 50 respondents consisted of 5 owner agrotorism, 20 eployers of
agrotorism,and 25 tour guides. Data were analized descriptively and Spearman Correlation.
Risults of the research shwed that: 1) The amount of agrotorism in TabananRegency was not
registered ternly, but based on respondents information, those 5 agrotorism are still active to
use cattle; 2) The main reason of the owner of agrotorism in using cattle as torist attraction
was the high interest to see at 84,00% and the rest 12,00% said that they want to helpt
farmers to increase their income, and among them 4,00 want to kipt environment, and 4,00%
preserved bali cattle, 3) Knoeladge level of agrotorism owner classified high (score 70,23%)
of total score 25); 4) The higher the level of knowlagement of owner of agrotorism, the
higher level use d of bali cattle as supporter of ogrotorism (rs = 0,33, t calculated = 1,825>t
table 0,05= 1,645). Cnclusions were 1) The amount of agrotorism in Tabanan Regency was
not good registrated yet, 2) The main reason of the agrotorism owner used bali cattle as
tourist attraction was due to the interesting of the tourist; 3) Tlevel of knowledge ogout bali
cattle as high; 4) The higher knoladge level of the owner about advantages of bali cattle, the
higher used 0f bali cattle as supporter of agrotorism. Results of The reseach could be used to
4
give information to farmers that bali cattle besides as source of meat, worker power, sacrifice
animal in Hindu religion and social savings, but also to support agrotorism in Tabanan
Regency. Suggestion: government and public should do the best to preseave cali cattle, so it
could Supports agrotorism sustainable in Tabanan Regency.
Key Words: Bali cattle, tourist attraction, sustainable agrotorism.
5
BAB I . PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Ternak sapi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki peran penting dalam
kehidupan masyarakat Bali. Sapi bali di Bali memiliki banyak peran yaitu sebagai penghasil
daging, sarana upacara Hindu, sebagai tenaga kerja khususnya untuk membajak, dan
merupakan sumber pendapatan untuk peternak. Aktivitas membajak dengan sapi disukai oleh
wisatawan, sehingga belakangan ini banyak agro wisata di Kabupaten Tabanan,
menggunakan sapi sebagai atraksi wisata.
Perkembangan Agro Wisata di Kabupaten Tabanan saat ini cukup pesat, namun
belum tercatat dengan baik, sehingga jumlah yang tepat belum diketahui dengan pasti.
Atraksi wisata, sesuai dengan Anon (2017) yang menyatakan bahwa yang paling digemari
oleh wisatawan adalah dalam bidang pengolahan lahan pertanian seperti metekap (membajak
sawah dengan menggunakan sapi sebagai tenaga kerja.
Terkait dengan penjelasan di atas, apakah pemanfaatan ternak sapi dalam
pengembangan pariwisata khususnya agrowsiata di Tabanan Bali, terkait dengan alasan-
alasan tersebut, ataukah karena faktor lain. Untuk itu dilakukan penelitian tentang: Peranan
Ternak Sapi dalam Pengembangan Agrowisata Berkelanjutan di Kabupaten Tabanan, Bali.
I.2 Rumusan Masalah
Masalah yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini antara lain:
a. Berapa banyak agrowisata di Kabupaten Tabanan yang menggunakan ternak sapi
sebagai salah satu komponen agrowisata?
b. Mengapa pengelola agrowisata menggunakan ternak sapi dalam pengembangan
agrowisata yang dikelolanya.
c. Bagaimana tingkat pengetahuan pengelola agrowisata tentang peran ternak sapi
dalam kehidupan masyarakan Bali.
d. Apakah ada hubungan antara tingkat pengetahuan pengelola agrowisata dengan
keputusan dalam menggunakan ternak sapi sebagai salah satu komponen
agrowisata.
I.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini antara lain untuk mengetahui:
6
a. Jumlah agrowisata di Kabupaten Tabanan yang menggunakan ternak sapi sebagai
salah satu komponen agrowisata.
b. Tujuan pengelola agrowisata menggunakan ternak sapi dalam pengembangan
agrowisata yang dikelolanya.
c. Tingkat pengetahuan pengelola agrowisata tentang peran ternak sapi dalam
kehidupan masyarakan Bali.
d. Hubungan antara pengetahuan pengelola agrowisata tentang ternak sapi dalam
kehidupan masyarakat Bali dengan keputusan menggunakan ternak sapi sebagai
salah satu komponen agrowisata.
BAB II. METODE PENELITIAN
2.1 Tempat dan Lama Penelitian
Penelitian telah dilakukan di Kabupaten Tabanan, dengan mengambil lokasi secara
purposive, yaitu di uda kecamatan yaitu: (1) Kec. Marga, dengan tiga desa yaitu
Tunjuk/dengan Agro wisata Sari Buana, Desa Tua/dengan Agro Wisata Cau Choco;ates, dan
Baru/ dengan agro Wisatadan Rumah Desa dan Agro Wisata Desa Wisata Pinge; (2) Kec.
Penebel, dengan dua desa yaitu Mengesta dan Jati Luih/ dengan Agro wisata Somya Pertiwi.
Penelitian dilakukan selama 1 tahun, dari Januari sampai Desember 2017.
2.2 Materi
Materi (bahan) yang digunakan dalam penelitian ini adalah: kertas dan tinta printer
untuk mencetak kuisioner, alat tulis seperti alas kuisioner, balpoint, pensil, tas untuk
membawa kuisioner ke lapangan, external ardisk untuk menyimpan data.
23 Metode
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metoda wawancara langsung
pada responden, dengan menggunakan kuisioner yang telah disiapkan sebelumnya, dan
Observasi.
Responden dalam penelitian terdiri dari: pemilik agrowisata (masing-masing 1 orang),
tim manajmen (masing-masing 5 orang), gaid (masing-masing 4 orang), sehingga total
responden menjadi 50 orang.
2.5 Variabel yang Diamati
Variabel yang akan diamati dalam penelitian ini antara lain:
1) Karakteristik responden
7
2) Tingkat pengetahuan responden mengenai manfaat sapi bali untuk kehidupan manusia
seperti: a). sebagai sumber daging, b). sebagai Ternak pendukung upacara Agama
Hindu di Bali, c). sebagai plasma nutfah yang harus dilestarikan demi perkembangan
ilmu pengetahuan, khususnya bidang peternakan (sebagai variable X/independen
variable).
3) Tingkat pemanfaatan sapi untuk aktifitas pariwisata (seberapa sering atraksi
menggunakan sapi untuk membajak sawah, memandikan sapi, dan memberi makan
sapi, dipilih oleh wisatawan untuk ditonton ataupun dilakukan sebagai kesukaan
wisatawan tersebut) (sebagai Variabel Y/devenden variable)
4) Untuk mengukur variable X dan Y, digunakan sekala jenjang 5 seperti tabel berikut
No Tingkat pengetahuan
(variable X)
Tingkat pemanfaatan sapi dalam
atraksi pariwisata (variable Y)
Nilai/pencapaian
scor (%)
1 Sangat rendah Sangat jarang 1/20 - 36
2 Rendah Jarang 2/37 - 52
3 Sedang Sedang 3/53 - 68
4 Tinggi Sering 4/69 - 84
5 Sangat tinggi Sangat sering 5/85 - 100
Pemberian scor pada variable X dan Y, berdasarkam scor yang dicapai oleh masing-
masing responden, yang merupakan jawaban yang diberikan oleh responden dalam
wawancara menggunakan kuisioner, dikalikan dengan scor maksimal ideal yang dapat
diperolel oleh responden dan dibagi 100.
2.6 Analisis Statistika
Data yang diperoleh dianalisis sesuai dengan tujuan penelitian antara lain:
1) Untuk mengetahui jumlah agrowisata di Kabupaten Tabanan yang menggunakan
ternak sapi sebagai salah satu komponen agrowisata; tujuan pengelolaan
agrowisata dengan menggunakan sapi sebagai komponen pariwisata; dan tingkat
pengetahuan responden mengenai manfaat ternak sapi untuk kehidupan
masyarakat; dianalisis secara deskriptif (Steel dan Torrie, 1989).
2) Untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan (variable X) dengan tingkat
pemanfaatan ternak sapi (membajak) sebagai komponen pariwisata (variable Y),
dianalisis dengan Corelasi Jenjang Spearman (Steel dan Torrie, 1989). Dengan
tingkat keparcayaan 5% dan 10%.
8
III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
3.1 Jumlah Agrowisata di Kabupaten Tabanan
Jumlah agrowisata, di Kabupaten Tabanan belum tercatat secara pasti, karena belum
ada agrowisata yang secara resmi melaporkan keberadaannya pada pemerintah kabupaten
Tabanan. Agrowisata di Kabupaten Tabanan, sesungguhnya perlu mendapat perhatian
pemerintah karena Tabanan merupakan daerah pertanian lahan basah (sawah). Sesuai dengan
definisi yang disampaikan oleh Damardjati (1995) bahwa yang dimaksud dengan agrowisata
adalah wisata pertanian dengan objek kunjungan daerah pertanian atau perkebunan yang
sifatnya khas.
Tumbuhnya agrowisata di Tabanan karena inisiatif pemilik yang merupakan inspirasi
dari keadaan peternak sapi yang masih memelihara sapi secara tradisional, sehingga
peternakan sapi hanya sebagai pekerjaan sambilan dan sebagai tabungan yang dapat dijual
pada saat membutuhkan uang. Berdasarkan kondisi tersebut para pemilik agrowisata
berkeinginan untuk membantu peternak sapi dalam meningkatkan pendapatannya dengan
menggunakan sapi sebagai pendukung aktivitas agrowisata.
Data tersebut sesuai dengan definisi tentang agrowisata yang disampaikan oleh
Deptan (2013) dan Rai Utama (2013) bahwa di Indonesia, agrowisata atau agroturisme
didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro
(agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman,
rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Kondisi pada agrowisata di Tabanan, sesuai
dengan depinisi tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan, kelima agrowisata memiliki cara yang berbeda dalam
menjalin kerjasama dengan peternak sapi dalam melaksanakan atraksi wisata. Agrowisata
Cau Chocolates, menjalin kerjasama dengan menyiapkan kandang sapi di lokasi agrowisata,
dam menyewa sapi tersebut dengan harga Rp. 500.000/bulan. Jumlah sapi yang dipelihara
tidak dibatasi, yang penting ada sapi yang bisa digunakan untuk membajak, jinak kalau di
mandikan atau diberi pakan oleh wisatawan. Pendapatan lain yang bisa diperoleh peternak
adalah setiap atraksi untuk wisatawan yang berjumlah 1 – 5 orang dibayar Rp. 200.000,- dan
jika lebih dari 5 orang di bayar Rp. 250.000,- untuk sekali atraksi. Hal tersebut menunjukkan
bahwa, peternak mendapat tambahan pendapatan dari aktivitas tersebut.
Agrowisata Rumah Desa di Desa Baru, menjalin kerjasama dengan peternak sapi
dengan cara yang berbeda, yaitu Imbalan yang didapat oleh peternak sebesar Rp. 300.000,-
9
setiap atraksi, dan sapi dipelihara di lahannya petani yang bersangkutan. Hal tersebut dapat
menambah pendapatan peternak..
Agrowisata di Desa Wisata Pinge, Desa Baru, memiliki cara yang berbeda yaitu,
wisatawan diajak langsung ke sawah untuk melihat atraksi yang dilakukan oleh peternak
setempat, dan peternak diberi imbalan Rp. 100.000,-/sekali atraksi. Semua peternak yangada
di dusun Pinge bisa ikut mengambil bagian dalam atraksi tersebut, karena dikelola oleh
masyarakat di dusun tersebu.
Agrowisata Sari Buana, di Desa Tunjuk, menggunakan ternak sapi milik peternak di
desa tersebut, yang diberi imbalan Rp. 300.000,- setiap atraksi. Wisatawan yang dating
sangat menyukai atraksi membajak sawah. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa,
pendapatan peternak sapi di Desa Tunjuk dapat ditingkatkan melalui aktivitas agrowisata.
Agrowisata di Desa Mengesta, tidak memiliki kerjasama yga terstruktur, seperti
agrowisata yang lain, namun wisatawan dapat menyaksikan atraksi sapi untuk membajak
dengan memesan terlebih dahulu, dan dicarikan peternak yang mau melakukan aktivitas
tersebut di sawahnya sendiri. Imbalan yang diberikan antara Rp. 100.000 - 200.000,- setiap
atraksi. Hal tersebut disambut baik oleh peternak, karena dapat meningkatkan pendapatannya.
3.2 Alasan Pengelola Agrowisata dalam Menggunakan Sapi Sebagai Atraksi Wisata
Berdasarkan hasil wawancara dari 50 responden, didapatkan bahwa, alasan pengelola
agrowisata dalam menggunakan sapi sebagai atraksi agrowisata adalah, karena sangat disukai
oleh wisatawan ( dinyatakan oleh 42 orrang/84,00 persen) sisanya 4 orang/8,00 persen
menyatakan ingin membantu peternak untuk meningkatkan pendapatannya, dan 2 orang/ 4,00
persen karena ingin menjaga lingkungan, dan 2 orang/4,00 persen untuk pelestarian sapi bali.
Melihat data tersebut dapat dikatakan bahwa, wisatawan sangat menyukai atraksi wisata
dengan menggunakan sapi. Hal tersebut sudah terjadi sejak adanya wisatawan asing dating ke
Bali. Ternak sapi selalu menjadi teman petani Bali di sawah, karena dapat membantu
membajak. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Annon (2012) yang menyatakan bahwa sapi
Bali merupakan hewan ternak yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan masyarakat petani
di Bali., sehingga aktivitas pariwisata khususnya di kabupaten Tabanan sangat bergantung
pada keberadaan sapi bali.
Beberapa atraksi yang disuguhkan oleh agrowisata antaralain: atraksi membajak
merupakan atraksi yang paling disukai, kemudian diikuti oleh atraksi memandikan sapi, dam
memberi pakan pada sapi. Atraksi tersebut tidak hanya disukai oleh wisatawan asing, namun
juga sangat digemari oleh anak-anak, mulai dari Taman kanak-kanak sampai sekolah Dasar..
10
Hal tersebut sesuai dengan laporan Heri Sidik (2015) bahwa Kepala Bidang Pengembangan
Destinasi Wisata Dispar DIY, mengatakan bahwa festival gerobak sapi digelar untuk
meningkatkan daya tarik wisatawan. Gerobak sapi yang semula hanya berfungsi sebagai
pengangkut hasil bumi dan bahan bangunan, kini gerobak sapi juga bisa mendukung paket-
paket wisata tertentu.
3.3 Tingkat Pengetahuan Pengelola Agrowisata tentang Manfaat Ternak Sapi
Tingkat pengetahuan pengelola agrowisata tentang manfaat Ternak sapi tergolong
tinggi, dengan pencapaian skor 70,23 persen dari total skor maksimal ideal 25. Hal ini
menunjukkan bahwa, tingkat pengetahuan pengelola agrowisata tentang manfaat sapi seperti:
sapi sebagai sumber daging untuk masyarakat, sebagai tabungan kluarga yang bisa dijual
setiap saat jika diperlukan, sebagai sarana upakara dalam Agama Hindu, sebagai plasma utfah
yang harus dilestarikan, dan juga dapat sebagai atraksi wisata. Tingginya pengetahuan
tersebut harus dipertahankan untuk pelestarian sapi bali yang sudah terbukti dapat
mendukung aktivitas agrowisata. Sesuai pendapat Wiguna, dkk (2015) yang menyatakan
bahwa, hilangnya budaya metekap menyebabkan hilangnya berbagai ilmu pengetahuan dan
teknologi tradisional masyarakat Bali, seperti pengetahuan tentang membuat bajak berserta
perkengkapannya., yang berarti pula hilangnya sebagian budaya Masyarakat Bali.
Pengetahuan yang tinggi pada pengelola agrowisata dapat diharapkan untuk memberi
motivasi pada peternak sapi, untuk terus mengembangkan ternak sapi, karena dapat
meningkatkan pendapatan peternak melalui aktivitas agrowisata berkelanjutan di kabupaten
tabanan, selain sebagai sarana upacara dalam Agama Hindu di Bali. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Paguyuban Majapahit (2010), bahwa sapi adalah hewan yang sangat
disakralkan oleh umat Hindu. Menurut ajaran agama Hindu, sapi merupakan lambang dari
ibu pertiwi yang memberikan kesejahteraan kepada semua makhluk hidup di bumi ini.
3.4 Hubungan Antara Tingkat Pengetahuan Dengan Pemanfaatan Sapi Sebagai Atraksi
Agrowisata
Semakin tinggi tingkat pengetahuan pelaku pariwisata maka semakin tinggi tingkat
penggunaan sapi sebagai pendukung aktivitas agrowisata (rs.=0, 335, t hitung = 1,825>t
tabel 0,05= 1,645). Hal tersebut dapat dikatakan, bahwa semakin tinggi tingkat pengetahuan
pelaku agrowisata tentang manfaat Ternak sapi bali khususnya, maka semakin tinggi
upayanya untuk membawa tamu-tamunya dating ke agrowisata untuk menyaksikan atraksi
wisata dengan menggunakan Ternak sapi.
11
Atraksi wisata dengan menggunakan sapi, perlu dikembangkan di Bali, karena selain
sapi bali harus dilestarikan, tetapi juga sangat bermanfaat terhadap kehidupan manusia. Sapi
bali selain dipelihara di sawah, juga dapat dipelihara di kebun untuk dicari kotorannya
dijadikan pupuk, sehingga kotoran sapi tidak mencemari lingkungan. Hal tersebut sesuai
dengan pernyataan Iwan, dkk. (2014) bahwa konsep Sistem Pertanian Terintegrasi (Simantri)
di Bali, dapat mendorong pemanfaatan limbah pertanian dan ternak menjadi pupuk, sehingga
dapat berorientasi pada usaha pertanian tanpa limbah (zero waste) dan menghasilkan 4 F
(food, feed, fertilizer, dan fuel).
IV. KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Kesimpulan dari hasil Penelitian sementara ini adalah::
1) Jumlah agrowisata yang ada di Kabupaten Tabanan, belum tercatat secara pasti.
2) Alasan utama pengelola agro wisata menggunakan sapi bali sebagai atraksi wisata adalah
karena disenangi oleh wisatawan.
3) Tingkat pengetahuan pelaku agrowisata tentang mantaaf sapi bali tergolong tinggi
3) Semakin tinggi tingkat pengetahuan pelaku agrowisata tentang manfaat sapi bali,maka
semakin tinggi pula tingkat penggunaan sapi bali sebagai pendukung agrowisata.
4.2 Saran
. Saran yang dapat diajukan dari hasil penlitian ini antaralain:
1) Untuk Pemerintah Daerah Kabupaten Tabanan, agar berupaya mencari data tentang
keberadaan agrowisata yang ada di daerahnya.
2) Untuk penyuluh di Kabupaten Tabanan, agar belajar tentang manfaat adanya atraksi
agrowista dengan menggunakan sapi, sehingga bisa meyakinkan peternak bahwa, sapi
tidak hanya dapat dijual sebagai sumber daging, tetapi juga sebagai obyek wisata
untuk meningkatkan pendapatan.
3) Pemahaman tentang pentingnya pelestarian sapi bali, perlu ditingkatkan baik pada
pelaku pariwisata, penyuluh, maupun peternak sapi di Kabupaten Tabanan khususnya,
dan di Bali pada umumnya.
12
DAFTAR PUSTAKA
Annon. “tt”. Sapi Gerumbungan. http://www.balitoursclub.com/berita 204. Sapi
Gerumbungan.html
Annon. 2012. Sapi Bali. http://ternakssapi.blogspot.co.id/2010/12/sapi-bali.html
Annon. 2013b. Tim Pemetaan Kawasan Warisan Budaya. Laporan Pemetaan Jaringan Irigasi,
Kawasan Warisan Budaya. Pemerintah Provinsi Bali. Dinas Kebudayaan Provinsi
Bali. 2013.
Annon. 2016. Musim Bajak Sawah Jatiluwih Jadi Magnet Wisatawan.
http://radarbali.jawapos.com/read/2016/07/30/4559/musim-bajak-sawah-jatiluwih-
jadi-magnet-wisatawan
Agrowisata Desa Tunjuk. 2017. http://tabanan.tabanankab.go.id/berita/desa-tunjuk/
Heri Sidik. 2015. Festival Gerobak Sapi dukung pariwisata budaya.
http://www.antaranews.com /berita/516534/sultan-festival-gerobak-sapi-dukung-
pariwisata-budaya
Iwan S.A, Sarwititi S, Kedi S dan Ninuk P. 2014. Sistem Pertanian Terintegrasi – Simantri:
Konsep, Pelaksanaan Dan Perannya Dalam Pembangunan Pertanian Di Provinsi
Bali. FORUM PENELITIAN AGRO EKONOMI, Volume 32 No. 2, Desember
2014: 157 – 176
Iendro. 2013. Metekap - Membajak Sawah. http://iendro.blogspot.co.id/2013/ 02/matekap-
membajak-sawah.html
Maha Dwija Santya. 2015. Mengapa Orang Hindu Tidak Memakan Daging Sapi? Dalam
Inspirasi & Renungan. http://www.kulkulbali.co/post.php?
a=373&t=mengapa_orang_ hindu_tidak_memakan_daging_sapi#.WIFy-_KDAQI
Paguyuban Majapahid. 2010. Sapi Binatang Suci Menurut Hindu.
http://majapahid.blogspot.co.id/2010/08/sapi-binatang-suci-menurut-hindu.html
Rachmat. 2012. Teknik Budidaya Penggemukan Sapi Bali. Http://rahmatumi.
blogspot.co.id/2012/11/teknik-budidaya-penggemukan-sapi-bali.html
Steel, R.G.D. and Torrie, J.H. l989. Principles and Procedures of Statistics. 2nd Ed.
McGraw-Hill International Book Co., London.
Wiguna A.A. 2006. Transformasi Inovasi Teknologi Pertanian dengan Pendekatan
Ecofarming pada Ekosistem Subak di Bali. Laporan Akhir. Badan Penelitian
dan Pengembangan Pertanian. Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali 2006
Wiguna A.A., Mark Infield and Ahmand Kusworo. 2015. Valuing Biodiversity and
Ecosystem Services in the Subak rice terraces, a cultural landscape of Bali,
Indonesia. Detail Pilot Site Report and Recommendations. Fauna and Flora
Internationa.
13