Peranan Politik legislator perempuan dari kalangan selebriti di DPR RI skripsi.pdf
-
Upload
haris-rahmansyah -
Category
Documents
-
view
8 -
download
7
Transcript of Peranan Politik legislator perempuan dari kalangan selebriti di DPR RI skripsi.pdf
1
Peranan Politik Legislator Perempuan Dari Kalangan Selebriti Di DPR RI
2009-2014
1.1 Latar belakang
Sistem Demokrasi merupakan sistem bernegara di Indonesia, rakyat memiliki peranan
penting didalam urusan negara, atau demokrasi merupakan kekuasaan rakyat berbentuk
pemerintahan dengan semua tingkatan rakyat ikut mengambil bagian dalam pemerintahan.
Prinsip dasar demokrasi adalah setiap orang dapat ikut serta dalam proses pembuatan
keputusan politik. Bergeraknya indonesia menuju negara demokrasi, telah menuntut banyak
perubahan di dalam sistem pemerintahan.
Salah satu bentuk kegiatan di dalam sistem pemerintahan adalah partisipasi politik.
Partisipasi politik adalah kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang
dimaksudkan untuk mempengaruhi pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa
bersifat individual atau kolektif, terorganisir atau spontan mantap atau sporadik secara damai
atau dengan kekerasan.1 Realitas partisipasi perempuan Indonesia dalam politik masih
sangat rendah. Hal itu terbukti dengan keterwakilan perempuan di parlemen, lembaga-
lembaga tinggi negara, pemerintah, partai politik, dan juga di organisasi-organisasi publik
lainnya yang masih minim. Fakta menunjukkan bahwa keterlibatan perempuan sebagai
kandidat di dalam pemilu legislatif masih sangat rendah.
Peranan perempuan dalam kehidupan politik seringkali di perbincangkan di banyak
kalangan. Latar belakang perbincangan tersebut menyangkut masih minimnya peranan
perempuan dalam kancah politik di tanah air. Hal lain yang sering di perbincangkan adalah
keterlibatan perempuan dari kalangan selebriti di dalam parlemen. Politik selebriti menjadi
salah saru ciri penting pemilu selepas orde baru ini.
1Budiardjo, Miriam. 2008.Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta:Gramedia Pustaka, hal. 368.
2
“Celebrity Politics” istilah ini mulai berkembang ketika para selebriti mulai terjun di
dalam dunia politik yang sebenarnya menjadi sah-sah saja. Keterlibatan sebagian besar
selebriti yaitu menjadi juru kampanye dan calon anggota legislatif sejumlah partai politik.
Dilihat dari perkembangannya kehadiran para selebriti dalam daftar calon anggota legislatif
merupakan perekembangan lanjutan dari sejarah demokrasi politik di Indonesia.
Pada pemilu tahun 2009 dengan putusan MK No. 22-24PUU-VI 2008 diberlakukan
sistem suara terbanyak dalam penetapan caleg terpilih, dan tetap mempergunakan sistem
proposional terbuka. dalam sistem proposional terbuka masyarakat lah yang menetukan siapa
caleg yang akan mereka pilih,bukan partai politik. Data dari pemilu 2009 caleg nasional yang
terdaftar mencapai 11.868,dinamika pemilu 2009 begitu menarik karena mereka yang
tergabung dari kalangan selebriti ikut tergabung dan meramaikan bursa nama calon anggota
legislatif,dan sistem proposional terbuka menguntungkan mereka secara tidak langsung.2
Dari 61 nama calon anggota legislatif dari kalangan selebriti, 18 orang (24,5%) diantaranya
terpilih menjadi anggota DPR-RI. Berikut daftar selebriti calon terpilih anggota DPR RI
Periode 2009-2014 :
2Firmanzah, Persaingan Legitimasi Kekuasaan, Dan Marketing Politik (Jakarta : Setara Press,2014),Hlm 252
3
Tabel 1.2
Daftar selebriti calon terpilih anggota DPR-RI Periode 2009-2014
No Nama / Nomor urut Nama Partai Dapil Jumlah Suara
1. Tantowi Yahya / 1 Golkar Sumsel II 209,044
2. Angelina Sondakh / 1 Demokrat Jateng VI 145,159
3. Nurul Arifin / 1 Golkar Jabar VII 122,452
4. Komar / Nurul Qomar / 1 Demokrat Jabar VIII 101,170
5. Rieke Diah Pitaloka / 2 PDIP Jabar II 80,681
6. Samiadji “Aji”Massaid / 1 Demokrat Jatim II 70,572
7. Guruh Soekarno Putra / 1 PDIP Jatim I 67,779
8. Ruhut Poltak Sitompul / 2 Demokrat Sumut III 67,162
9. Eko “Patrio” H.P / 1 PAN Jatim VIII 64,176
10. Primus Yustisio / 7 PAN Jabar IX 60,684
11. Miing Bagito / 1 PDIP Banten I 42,659
12. Tetty Kadi Bawono / 2 Golkar Jabar VIII 35,882
13. Jamal Mirdad / 1 Gerindra Jateng I 34,674
14. Inggrid Mariana Palupi K. / 3 Demokrat Jabar IV 33,418
15. Venna Melinda / 3 Demokrat Jatim VI 30,650
16. Rachel Mariam Sayidina / 1 Gerindra Jabar II 25,540
17. Theresia Ee Pardede Demokrat Jabar II 21,672
18. Okky Asokawati / 1 PPP DKI Jakarta II 17,343
Sumber : Media Center KPU
4
Dari data tabel di atas separuh dari caleg selebriti terpilih adalah perempuan,Jumlah
keterwakilan perempuan di DPR RI hasil pemilihan legislatif 2009 berjumlah 97 orang atau
17,32% dari total anggota DPR RI sebanyak 560 orang, 9 orang di antara mereka adalah
legislator yang terpilih merupakan selebriti. Kehadiran mereka di dunia politik sebagai cara
yang ampuh bagi partai politik untuk meraup suara sebanyak-banyaknya. Selebriti
perempuan yang terpilih menjadi legislator bisa terbukti mempunyai politcal marketing yang
baik, karena jumlah mereka dengan selebriti non perempuan sama di DPR RI periode 2009-
2014, Setelah terpilih selebriti perempuan mempunyai kesempatan yang sama dalam
menjalankan peran mereka sebagai wakil rakyat dan terjadi persamaan hak dan kewajiban
antara satu dengan yang lainnya.
Penghapusan diskriminasi terhadap perempuan dalam kehidupan politik dan kehidupan
kemasyarakatan negaranya khususnya menjamin bagi perempuan atas persamaan dengan
laki-laki dalam hak :
a. Untuk memilih dan di pilih
b. Untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan pemerintah dan implementasinya,
memegang jabatan dalam pemerintahan dan melaksanakan fungsi pemerintahan di
semua tingkat.
c. Untuk berpartispasi dalam organisasi-oragnisasi dan perkumpulan-perkumpulan non
pemerintah yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat,politik,dan negara.3
Dari pernyataan di atas legislator selebriti perempuan berhak dan wajib
menunaikan tugas mereka yaitu amanat yang mereka emban haruslah mereka
3 Bagian II Pasal 7 Dalam Undang-Undang RI No. 7 Tahun 1984 Tentang Pengesahan Konvensi Mengenai
Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan
5
perjuangkan di parlemen jika menyangkut tentang aspirasi yang rakyat di dapil
mereka berikan.
Dalam kasus di Indonesia peran selebriti perempuan yang masuk dunia politik
terutama yang menjadi legislator dan yang telah menjadi perhatian publik di tengah
masyarakat. Di dalam penyebaran tugas sebagai legislator selebriti perempuan, mereka
terbagi di beberapa komisi DPR RI yang menjadi fokus tugas utama ketika menjadi
wakil rakyat.
Pada Komisi IX ada Okky Asokawati yang memiliki tugas berdasarkan keputusan
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor: 16/DPR RI/II/2009-2014
ruang lingkup dan pasangan kerja Komisi IX adalah sebagai berikut :
Ruang lingkup antara lain tenaga kerja, kependudukan, kesehatan.
Pasangan Kerja : kementerian kesehatan, kementerian ketenagakerjaan, badan koordinasi
keluarga berencana nasional, badan pengawasan obat dan makanan, badan nasional
penempatan dan perlindungan tenaga kerja indonesia (BNP2TKI), badan penyelenggara
jaminan sosial (BPJS) bidang kesehatan, badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS)
bidang ketenagakerjaaan.
Pada Komisi X ada Venna Melinda yang memiliki tugas dan tanggung jawab
berdasarkan keputusan Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia Nomor: 16/DPR
RI/II/2009-2014 Ruang lingkup dan pasangan kerja komisi X adalah sebagai berikut :
Ruang lingkup antara lain pendidikan, kebudayaan, pariwisata, pemuda, olahraga,
perpustakaan. Pasangan kerja : kementerian pendidikan dan kebudayaan,kementerian
pariwisata, kementerian pemuda dan olahraga, perpustakaan nasional, kementerian riset
dan teknologi dan pendidikan tinggi(bidang pendidikan tinggi), badan ekonomi kreatif.
.
6
Di sektor publik peranan politik legislator perempuan dari kalangan selebriti sangat di
butuhkan terutama dalam membela dan menyelamatkan kepentingan perempuan itu
sendiri. Peranan politik legislator perempuan bisa meliputi bagaimana mereka
mengambil keputusan antara lain membuat undang-undang, membela kaum perempuan,
dan menyelsaikan kasus-kasus penyimpangan sosial yang terjadi di masyarakat.
Legislator perempuan dari kalangan selebriti yang sudah dari awal terjun di dunia
hiburan dan sudah memiliki modal yakni popularitas.mereka bisa memanfaatkan untuk
melaksanakan fungsi representatif mereka terhadap konstituen mereka di dapil mereka.
Salah satunya adalah ketika mereka melakukan tugas dan masa reses.
Konstituen mereka berharap lebih terhadap peran mereka sebagai wakil rakyat.
bagaimana mereka berkerja dan melayani konstituen serta memperjuangkan hak
konstituen tersebut. Ketika massa kampanye legislator perempuan dari kalangan selebriti
telah menyampaikan janji dan visi-misi terhadap konstituen mereka hingga akhirnya bisa
mereka terpilih.Walaupun banyak yang meragukan dengan kinerja mereka sebagai
legislator perempuan dari kalangan selebriti. tapi banyak juga hal yang sudah mereka
lakukan sebagai wakil rakyat. karena media hanya mensoroti sebagian kehidupan mereka
tanpa melihat sisi lain kehidupan mereka secara keseluruhan.
Dengan mengambil contoh di periode 2009-2014 legislator perempuan dari kalangan
selebriti yakni Okky Asokawati yang begitu konsern terhadap masalah kesehatan dan
kesejateraan lansia di jakarta dan sekitarnya. Serta Venna Melinda yang sangat peduli
terhadap pendidikan di daerah pemilihannya yakni memberikan beasiswa kepada anak
yang kurang mampu di dapil jatim VI.
Dari adanya masalah ini saya akan meneliti dengan judul “Peranan Politik Legislator
Perempuan Dari Kalangan Selebriti Di DPR RI Periode 2009-2014”
7
1.2 Rumusan permasalahan
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah,maka permasalahan yang dapat di
rumuskan adalah:
1. Bagaimana Legislator Selebriti Perempuan Di DPR RI Periode 2009-2014
Menjalankan Fungsi Legislasi, Fungsi Anggaran,dan Fungsi Representatif?
1.3 Tujuan penelitian
1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan yang di capai dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kerja dan
peran politik legislator selebriti perempuan yang di lembaga DPR periode 2009-2014
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoritis
Manfaat yang bisa di ambil adalah sebagai wacana menambah ilmu pengetahuan
terutama tentang peran legislator dan selebriti politik secara lebih komprehensif dan
sebagai kajian ilmu bagi pengembangan bidang sosial politik
1.4.2 Manfaat Praktis
Manfaat yang dapat di ambil adalah untuk memberikan kontribusi pemikiran baik para
akademis maupun praktisi partai politik dan mahasiswa yang bercita-cita menjadi
legislator
8
1.5 Landasan Teori
1.5.1 Hubungan Si Wakil Dengan Yang Diwakilinya
Perwakilan adalah satu konsep yang menunjukkan hubungan antara dua orang
atau lebih,yakni antara wakil dengan pihak yang di wakili (terwakili), di mana
wakil mempunyai sejumlah wewenang yang diperolehnya melalui kesepakatan
dengan pihak di wakilinya4 . bagaimana membangun relasi yang baik antara
yang mewakili dan diwakili akan di bantu dengan dengan teori yang lain,yaitu :
Teori Mandat :
Seorang wakil dianggap duduk di lembaga perwakilan karena mendapat mandat
dari rakyat sehingga disebut mandataris. Teori ini menjadi 3 macam,yakni :
1. Mandat Imperatif
Seorang wakil bertindak di lembaga perwakilan harus sesuai dengan perintah
(intruksi) yang diberikan oleh yang diwakilinya. Sang wakil tidak boleh
bertindak di luar perintah, sedangkan kalau ada hal-hal atau masalah dan
persoalan baru yang tidak terdapat dalam perintah tersebut maka sang wakil
harus mendapat perintah baru dari yang di wakilinya.
2. Mandat bebas
Sang wakil dapat bertindak tanpa tergantung akan perintah (instruksi dari yang
diwakilinya). Dalam hal ini sang wakil adalah merupakan orang-orang yang
terpercaya dan terpilih serta memiliki kesadaran hukum dari masyarakat yang
diwakilinya sehingga sang wakil dimungkinkan dapat bertindak atas nama
mereka yang diwakilinya.
3. Mandat Representatif
4 Budiarjo miriam dan ambong ibrahim, fungsi legislatif dalam sistem politik Indonesia,Jakarta,AIPI Jakarta
1995,hal 76
9
Sang wakil dianggap bergabung dalam lembaga perwakilan, hal mana yang di
wakili memilih dan memberikan mandat pada lembaga perwakilan, sehingga
sang wakil sebagai individu tak ada hubungan dengan pemilihnya apalagi untuk
minta pertanggungjawaban justru adalah lembaga perwakilan kepada rakyat
pemilihnya.5
1.5.2. Agen Prinsipal Legislatif
Legislatif (politisi) adalah agen dan publik (pemilih) adalah prinsipal.
Menurut Von Hagen hubungan keagenan antara voters-legislatif pada dasarnya
menunjukkan bagaimana voters memilih politisi untuk membuat kebijakan
publik bagi mereka dan mereka memberikan dana dengan membayar pajak.
Dengan demikian, politisi diharapkan mewakili kepentingan prinsipalnya
ketika legislatif terlibat dalam pengambilan kebijakan,pengalokasian
anggaran,dan menyuarakan aspirasi rakyat/voters.
Peran penting legislatif adalah mewakili kepentingan masyrakat,
pemeberdayaan pemerintah, dan mengawasi kinerja pemerintah. Ketiga peran
ini menempatkan legislator memiliki kemampuan memberikan pengaruh yang
signifikan terhadap kebijakan pemerintah. 6
5 Efriza, studi parlemen ( Malang : Setara Press,2014),Hlm 29 6 Latifah nurul, adakah perilaku oportunistik dalam aplikasi agency theory di sektor pubik?, fokus ekonomi
vol.5,thn 2010,hal 88-89
10
1.5.3. Politik selebriti
Menurut John Street Terdapat dua jenis “politisi selebriti” yaitu: (1).Para
pejabat publik yang berlatar belakang dunia hiburan, bisnis pertunjukkan
ataupun olahraga. (2). Para selebriti yang menggunakan “panggung”
keartisan untuk menyuarakan “kepentingan” politik.
Selebriti memiliki kemampuan untuk mempengaruhi opini publik dan
berkontribusi dalam pembentukan identitas.
“celebrities operate as models for emulation,embody desire and galvanise
issues in popular culture, dramatise prejudice, affect public opinion and
contribute to identity formation”
(selebriti sebagai model untuk menyatukan keinginan dan menguatkan isu
dan budaya populer, mendramatisir prasangka, mempengaruhi opini publik,
dan berkontribusi dalam pembentukan identitas)7
Hak berpolitik merupakan hak dasar dari semua warga negara
Indonesia.Tanpa melihat siapa dan bagaimana latar belakang orang tersebut, entah itu
selebriti atau kiai karena dalam Undang-Undang pun hal ini sudah dijamin dan
disahkan secara konstitusional. Melihat fenomena yang terjadi akhir-akhir ini, ada
sebuah hal yang menarik untuk diperhatikan, yaitu keberhasilan dari Partai-Partai
Politik yang memiliki anggota atau partisan politik dari kalangan selebritas
atau artis.Dan ternyata strategi memilih artis sebagai penarik massa cukup sukses.
Selebritis sudah menjadi komoditas yang penting yang juga menentukan sukses atau
tidaknya tujuan politis dari yang berkepentingan.
7 Hambrah dewi,politik selebriti dalam demokratisasi indonesia,skripsi fakultas ilmu sosial dan ilmu politik
Universitas indonesia tahun 2009,hal 44
11
Simbiosis Mutualisme Politisi sebagai individu penggerak parpol selalu lekat
dengan visi misi parpol selain juga visi personal menjadi bargaining politik tersendiri
dalam konstalasi politik nasional maupoun lokal.Terlepas benar atau tidak, itulah
yang sering kita dengar dalam kampanye-kampanye mereka. Kenyataan bahwa tidak
selalu visi misi serta nilai-nilai yang menjadi modal ini bisa tersosialisasikan ke
publik tanpa adanya peran media secara massif, sebagus apapun juga kualitas
leadership seorang juga akan mengalami kegagalan tanpa media. Inilah yang menjadi
nilai tawar tersendiri bagi selebriti untuk menjadi ‘politisi instan’, walaupun secara
kualitas belum bisa di pastikan.
1.5.4. Partisipasi Politik
Sebagai definisi umum dapat dikatakan bahwa partisipasi politik adalah kegiatan
seseorang atau kelompok orang untuk ikut serta secara aktif dalam kehidupan politik, antara
lain dengan jalan memilih pimpinan negara dan, secara langsung atau tidak langsung,
mempengaruhi kebijakan pemerintah (public policy). Kegiatan ini mencakup tindakan
seperti memberikan suara dalam pemilihan umum, menghadiri rapat umum, mengadakan
hubungan (contacting) atau lobbying dengan pejabat pemerintah atau anggota parlemen,
menjadi anggota partai atau salah satu gerakan sosial dengan direct actionnya, dan
sebagainya.8
Herbert McClosky (1972) di dalam bukunya yang berjudul “Political
Participation” berpendapat bahwa partisipasi politik adalah kegiatan-kegiatan sukarela dari
warga masyarakat melalui mana mereka mengambil bagian dalam proses pemilihan
penguasa, dan secara langsung atau tidak langsung, dalam proses pembentukan kebijakan
umum (The term political participation will refer to those voluntary activities by which
8 Budiarjo, Miriam. 2008. Dasar-Dasar Ilmu Politik. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Hal.367.
12
members of a society share in the selection of rule and, directly and indirectly, in the
formation of public policy).9
Samuel P. Huntington dan Joan. M Nelson (1977) dalam Miriam Budiarjo (2008),
memberikan tafsiran yang lebih luas mengenai partisipasi politik di dalam bukunya yang
berjudul No Easy Choice: Political Participation in Developing Countries, dengan
memasukkan secara eksplisit tindakan ilegal dan kekerasan. Partisipasi politik adalah
kegiatan warga yang bertindak sebagai pribadi-pribadi, yang dimaksud untuk mempengaruhi
pembuatan keputusan oleh pemerintah. Partisipasi bisa bersifat individual atau kolektif,
terorganisir atau spontan, mantap atau sporadis, secara damai atau dengan kekerasan, legal
atau ilegal, efektif atau tidak efektif. (By political participation we mean activity by private
citizens designed to influence government decision making. Participation may be individual
or collective, organized or spontaneous, sustained or sporadic, peaceful or violent, legal or
illegal, effective or ineffective).10
Di negara-negara demokrasi konsep partisipasi politik bertolak dari paham bahwa
kedaulatan di tangan rakyat, yang dilaksanakan melalui kegiatan bersama untuk menetapkan
tujuan-tujuan serta masa depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang
akan memegang tampuk pimpinan. Jadi partisipasi politik merupakan pengejawantahan dari
penyelenggaraan kekuasaan politik yang absah oleh rakyat. Anggota masyarakat yang
berpartisipasi dalam proses politik, misalnya melalui pemberian suara atau kegiatan lain,
terdorong oleh keyakinan bahwa melalui kegiatan bersama itu kepentingan mereka akan
tersalur atau sekurang-kurangnya diperhatikan, dan bahwa sedikit dari mereka yang
berwenang untuk membuat keputusan yang mengikat. Dengan kata lain, mereka percaya
bahwa kegiatan mereka mempunyai efek politik (political efficacy).
9 McClosky, Herbert. 1972. “Political Participation” International Encyclopedia of the Social Sciences, ed. Ke-
2. New York: The Macmillan Company. Hal. 252. 10 Budiarjo, Miriam. 2008. Op Cit, hal 368.
13
Dari penjelasan tersebut di atas, jelas bahwa partisipasi politik erat sekali kaitannya
dengan kesadaran politik, karena semakin sadar bahwa dirinya diperintah, orang kemudian
menuntut diberikan hak bersuara dalam penyelenggaraan pemerintah. Perasaan kesadaran
seperti ini dimulai dari orang yang berpendidikan, yang kehidupannya lebih baik, dan orang-
orang terkemuka. Pada mulanya di Eropa hanya elite masyarakat saja yang diwakili di dalam
perwakilan. Di Amerika, perempuan baru mempunyai hak suara setelah adanya Amandemen
ke-19 pada tahun 1920. Tetapi perlahan-lahan keinginan untuk berpartisipasi menjangkau
semua sektor masyarakat, laki-laki dan perempuan dan mereka menuntut hak untuk
bersuara.11
1.5.5. Partisipasi Perempuan Dalam Pembuatan Kebijakan Publik
Awal masuknya perempuan di dalam dunia politik di sebabkan semakin banyaknya kaum
perempuan yang mendapatkan pendidikan politik dan adanya peluang untuk masuk
kedalamnya. Mereka mulai menyadari perlunya untuk memperjuangkan hak-haknya yang
selama ini tidak diberikan bahkan tidak di akui. Maka dari itu semakin banyaknya ditemui
perempuan-perempuan yang memutuskan untuk terjun ke ranah politik termasuk selebriti.
Dengan mempelajari beberapa konsepsi dan definisi tentang partisipasi dalam kebijakan
publik sebagaimana dikemukakan di atas. Definisi tersebut dikemukakan dengan dapat
terlihat gambaran betapa partisipasi dalam terlihat gambaran betapa partisipasi dalam
kebijakan publik itu memiliki banyak dimensi,sehingga untuk memahaminya diperlukan
langkah untuk mengidentifikasikan karakteristik dari partisipasi dalam kebijakan.
11 Budiarjo, Miriam. 2008. Ibid, hal 369.
14
Menurut George R. Terry di sebutkan dasar-dasar dari pengambilan keputusan yang berlaku
adalah sebagi berikut :
1. Intuisi
Pengambilan keputusan yang berdasarkan atas intuisi atau perasaan memiliki sifat
subjektif,sehingga mudah terkena pengaruh. Pengambilan keputusan berdasarkan
intuisi mengandung beberapa kelemahan dan kelebihan.
2. Pengalaman
Pengambilan keputusan berdasarkan pengalaman memiliki manfaat bagi pengetahuan
praktis. Karena pengalaman seseorang dapat memperkirakan keadaan sesuatu, dapat
memperhitungkan untung ruginya, baik buruknya keputusan yang akan dihasilkan.
Karena pengalaman seseorang yang menduga masalahanya walaupun hanya dengan
melihat sepintas saja mungkin sudah dapat menduga cara penyelesainnya.
3. Fakta
Pengambilan keputusan berdasarkan fakta dapat memberikan keputusan yang sehat,
solid dan baik. Dengan fakta maka tingkat kepercayaan terhadap pengambilan
keputusan dapat lebih tinggi,sehingga orang dapat menerima keputusan-keputusan
yang di buat itu dengan rela dan lapang dada.
4. Wewenang
Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang biasanya dilakukan oleh pimpinan
terhadap bawahannya atau orang yang lebih tinggi kedudukannya kepada orang yang
lebih rendah kedudukannya. Pengambilan keputusan berdasarkan wewenang juga
memiliki beberapa kelebihan dan kelemahan.
5. Rasional
Pada pengambilan keputusan yang berdasarkan rasional adalah keputusan yang
dihasilkan bersifat objektif, logis, lebih transparan, kosisten untuk memaksimumkan
15
hasil atau nilai dalam batas kendala tertentu, sehingga dapat dikatakan mendekati
kebenaran atau sesuai dengan apa yang di inginkan.12
12 Ir . M. Iqbal Hasan, MM. Pokok-Pokok Materi Teori Pengambilan Keputusan, Bogor, Ghalia Indonesia,
2002, Hal.12
16
1.6 Operasionalisasi Konsep
1.6.1. Partisipasi Politik
Partisipasi politik adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang untuk ikut serta
secara aktif dalam kehidupan politik. Yaitu dengan jalan memilih pimpinan negara dan
secara langsung atau tidak langsung mempengaruhi kebijakan pemerintah(public
policy).13 Dengan kata lain siapapun berhak ikut serta dalam berkegiatan politik.
Selebriti perempuan memiliki hak yang setara untuk berargumen dan menyatakan
pendapat.
1.6.2. Anggota Legislatif Perempuan
Anggota Legislatif perempuan adalah perempuan yang terlibat secara aktif dalam
perpolitikan tidak hanya sebatas memberikan suara dalam pemilu, namun juga berada di
parlemen guna menjalankan perannya sebagai wakil rakyat. Mereka berupaya
memenangkan hati rakyat melalui strategi marketing politik guna menduduki satu kursi
di parlemen. Minimnya keterwakilan perempuan di parlemen saat ini merupakan isu
yang harus segera diatasi agar tidak semakin bias gender. Karena dalam politik,
keterlibatan perempuan juga harus dipertimbangkan agar tercipta keadilan dalam
keputusan-keputusan politik yang akan dibuat.
1.6.3. Selebriti Politik
Selebriti politik adalah suatu fenomena yang menarik sangat mewarnai demokrasi di
Indonesia, panggung politik sudah bak pangung sandiwara hiburan karena para lakon
yang terbiasa bermain di panggung sandiwara kini memasuki ranah panggung politik
Indonesia.
13 Miriam Budiarjo,Partisipasi Dan Partai Politik, Jakarta, PT.Gramedia, 1982, Hal 1.
17
“Celebrity Politics” istilah ini mulai berkembang ketika para artis atau public figur
mulai terjun di dalam dunia politik
Pada akhirnya, para legislator perempuan di kalangan selebriti di DPR RI memiliki
indikator – indikator tertentu yang diharapkan masyarakat, yakni memiliki kemampuan
untuk mempengaruhi kebijakan umum (pemerintah) dalam menjalani fungsi legislasi,
fungsi anggaran, dan fungsi pengawasan baik dalam proses terbentuknya maupun akibat-
akibatnya sesuai dengan tujuan-tujuan masyarakat melalui visi misi parpol selain juga
visi personal yang menjadi bargaining politik tersendiri dalam konstalasi politik nasional
maupun local.
18
1.7 Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode penelitian
kualitatif, sedangkan untuk tipe penelitiannya bersifat deskriptif.
1.7.1 Tipe Penelitian
Pada penelitian ini penulis menggunakan tipe penulisan yang bersifat deskriptif.
Menurut Bogdan dan Taylor, sebagaimana yang dikutip oleh Lexy J. Moleong di dalam
bukunya, penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan atau menggambarkan fenomena – fenomena yang ada, baik fenomena
alamiah maupun rekayasa manusia.14 Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan
apa saja yang berhubungan dengan tema yang diangkat penulis.
1.7.2 Sumber Data
1.7.2.1 Sumber Data Primer
Yaitu data yang diperoleh secara langsung melalui wawancara langsung dengan
pihak-pihak terkait yang berhubungan dengan masalah dalam penelitian, sebagai informan
dalam penelitian ini adalah :
1. Okky asokawati (Anggota legislatif perempuan Komisi IX)
2. Venna melinda (Anggota legislatif perempuan Komisi X)
3. Rachel maryam (Anggota legislatif perempuan Komisi I)
1.7.2.2 Sumber Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur, majalah-majalah, dan
dokumen-dokumen serta data pendukung dari pihak-pihak terkait.
14 J.Moleong, Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Hal. 11.
19
1.4.1. Teknik Pengumpulan Data
1) Wawancara
Pengumpulan data dapat dilakukan melalui wawancara untuk memperoleh informasi
yang diperlukan, membaca data-data yang diperoleh dari instansi atau pihak-pihak terkait
dalam Peranan Politik Perempuan Dari Kalangan Selebriti di DPR RI 2009-2014, serta
membaca buku-buku referensi yang berisi teori-teori yang berhubungan dengan Partisipasi
Politik Perempuan dan studi parlemen.
1.7.3 Teknik Pengolahan Data
Pada penelitian ini data diperoleh dan diolah melalui tahap – tahap sebagai berikut:
1) Draft Wawancara
Data yang diperoleh kemudian diproses, diambil yang relevan dengan peneltian,
kemudian dicatat agar memudahkan apabila dibutuhkan dalam penyusunan laporan.
1.7.4 Teknik Analisis Data
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan teknik analisis data sebagai berikut:
1) Penyajian Data
Penyajian diartikan sebagai sekumpulan informasi tersusun yang memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dengan melihat
penyajian data, kita akan dapat memahami apa yang sedang terjadi dan apa yang harus
dilakukan, apakah harus meneruskan analisisnya atau mencoba mengambil sebuah tindakan
20
dengan memperdalam temuan tersebut.15 Penyajian data yang akan digunakan dalam
penelitian ini adalah dalam bentuk teks naratif. Bentuk penyajian teks naratif tersebut dipilih
karena penelitian yang dilakukan mengenai Peranan Politik Perempuan Dari Kalangan
Selebriti di DPR RI 2009-2014 menggunakan metode kualitatif deskriptif dimana hasil
penelitian tidak dalam bentuk angka.
15Idrus, Muhammad. 2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Yogyakarta: PT. Gelora Aksara Utama. Hal. 151.