PERANAN POLISI LALU LINTAS TERHADAP PENGGUNAAN HELM …
Transcript of PERANAN POLISI LALU LINTAS TERHADAP PENGGUNAAN HELM …
PERANAN POLISI LALU LINTAS TERHADAP PENGGUNAAN HELM
UNTUK MENINGKATKAN KESADARAAN HUKUM BAGI
PENGEMUDI SEPEDA MOTOR RODA DUA STUDI KASUS POLRES
KOTA JAMBI
TAHUN 2017 SAMPAI 2019
SKRIPSI
DILAKSANAKAN OLEH:
Dr. Ishaq,S.H,M.Hum
Dr.Maryani,S.Ag,MHI
Eva Noviana
Nim: SHP. 162163
PRODI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN JAMBI
2020
TINJAUAN YURIDIS TERHADAP TINDAK PIDANA
PENCUCIAN UANG (STUDI KASUS PUTUSAN NO.
1173/PID.SUS/2016/PN.JMB)
SKRIPSI
Diajukan Untun Melengkapi Syarat-Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1)
Dalam Hukum Pidana Islam
Oleh:
BAYU ANGGI SAPUTRA
NIM.SHP.151856
PEMBIMBING:
Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H.,M.H
Dr. Robi’atul Adawiyah, S.HI.,M.HI
PROGRAM STUDI HUKUM PIDANA ISLAM
FAKULTAS SYARIAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SULTHAN THAHA SAIFUDDIN
JAMBI
TAHUN 2020
v
PERSEMBAHAN
Alhamdulillah..Alhamdulillah.. Alhamdulillahirobbil’alamin..
Sujud syukurku kusembahkan kepada Allah SWT, Tuhan yang
Maha Agung dan Maha Adil dan Maha
Penyayang, atas takdirmu telah kau jadikan aku manusia yang
senantiasa berpikir, berilmu, beriman dan bersabar dalam
menjalani kehidupan ini. Atas karunia dan serta kemudahan yang
engkau berikan akhirnya skripsi yang sederhana ini dapat
terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan keharibaan
Rasulullah Muhammad SAW.
Kupersembahkan karya sederhana ini kepada orang yang
sangat kukasihi dan kusayangi.
Untuk Ayah dan Ibu
RUSLAN dan PAIRAH : Sebagai tanda bukti, hormat dan rasa
terima kasih yang tiada terhingga kupersembahkan karya kecil ini
kepada ayah dan ibuku tersayang, telah memberikan dukungan,
semangat, iringan doa, nasehat dan kasih sayang serta
pengorbanan yang tak tergantikan hingga aku selalu kuat, sabar
dalam menjalani setiap rintangan yang ada didepanku. Ayah, ibu
terimalah kado kecil ini sebagai tanda keseriusanku dalam
membalas semua pengorbananmu. Semoga ini menjadi langkah
awal untuk membuat ibu dan ayah bahagia karna kusadar, selama
ini belum bisa membuat yang lebih. Dalam hidupmu demi hidupku
kalian iklas mengorbankan segala perasaan, dalam bekerja tanpa
mengenal rasa lelah. Maafkan anakmu.. ayah, ibu. Masih saja
ananda menyusahkanmu.
vi
MOTTO
حيم ن ٱلره حم ٱلره بسم ٱلله
نكم ول تقتلوا رة عن تراض م أن تكون تج طل إل لكم بينكم بٱلبها ٱلذين ءامنوا ل تأكلوا أمو أي ي كان بكم رحيما أنفسكم إن ٱلل
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta
sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang
berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu
membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang
kepadamu. (An-Nisa: 29).1
1 Departemen Agama RI, Alqur’an Dan Terjemahannya, Surat An-Nisa Ayat 29 (Jakarta:
2017)
vii
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul: “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pencucian
Uang (Studi Kasus Putusan No. 1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb)”. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui tindak pidana pencucian uang dalam perkara Nomor
1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb, pertimbangan hakim dalam menjatuhkan putusan
terhadap pelaku tindak pidana pencucian uang dan bagaimana analisa yuridis
putusan hakim perkara No 1173/Pid.Sus/ 2016/PN.Jmb terhadap tindak pidana
pencucian uang pada kasus narkotika. Skripsi ini menggunakan pendekatan
kualitatif deskriptif, dengan menggunakan insatrumen pengumpulan data
observasi, wawancara dan dokumentasi. Analisis data menggunakan cara reduksi
data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan. Pertama : Tindak pidana pencucian uang yang dilakukan oleh AB
dalam kurun waktu dari tahun 2008 sampai pada 23 November 2015. AB
merupakan warga RT. 03 kel. OK kec. DT KJ adalah hasil dari tindak pidana
narkotika. Tindak pidana yang ia lakukan dengan menggunakan nomor rekening
H (istri AB), dalam kegiatan setor, transfer dan menerima transfer uang hasil
kejahatan yg telah ia lakukan. Kedua; Majelis hakim memiliki beberapa
pertimbangan dalam menjatuhkan putusan kepada terdakwa berawal dari dakwaan
yang diajukan oleh Jaksa Penuntut Umum, keberatan yang diajukan oleh
Penasehat Hukum, Replik yang diberikan oleh Jaksa Penuntut Umum, Duplik
yang disampaikan oleh Penasehat Hukum, keterangan dari Saksi dan Terdakwa,
Barang Bukti, dan keadaan yang memberatkan serta keadaan yang meringankan
terdakwa demi keadilan bedasarkan ketuhanan yang Maha Esa. Ketiga Analisa
Putusan hakim kepada terdakwa AB dalam putusan ini terdakwa AB terbukti
melakukan kesalahan, dan mengingat bahwasanya terdakwa AB dalam masa
tahanan serta ia berprilaku baik dalam persidangan, maka terdakwa AB dijatuhi
hukuman penjara selama 3 (tiga) tahun dan denda sebesar 1 Milyar Rupiah.
Kata Kunci : Tindak Pidana, Pencucian Uang
viii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufiq dan
hidayah-Nya maka penulis dapat meyelesaikan penyusunan Skripsi ini dengan
baik. Shalawat serta salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW
sang suri teladan umat, yang telah membawa umat-Nya kealam yang terang
benderang dengan cahaya iman, taqwa dan ilmu pengetahuan.
Perjalanan panjang disertai perjuangan yang melelahkan terasa begitu
indah untuk dikenang suka dukanya dalam menyelesaikan penelitian yang
berjudul “Penegakan Hukum Terhadap Pelaku Pencurian Sarang Walet Di Desa
Sungai Tawar Secara Hukum Adat Dan Dilihat Dari Hukum Islam”, akhirnya
mencapai titik akhir dengan penuh rasa syukur.
Kemudian dalam penyelesaian penelitian ini, penulis akui, tidak sedikit
hambatan dan rintangan yang penulis temui baik dalam pengumpulan data
maupun dalam penyusunannya. Dan berkat adanya bantuan dari berbagai
pihak, terutama bantuan dan bimbingan yang diberikan oleh Dosen
Pembimbing, maka penelitiani ini dapat diselesaikan dengan baik. Oleh karena
itu, hal yang pantas penulis ucapkan adalah kata terima kasih kepada semua
pihak yang turut membantu menyelesaikan penelitian ini, terutama sekali
kepada yang terhormat:
1. Bapak Prof. Dr. Su’aidi Asy’ari, MA.,Ph.D selaku Rektor UIN STS
Jambi.
2. Bapak Dr. Sayuti Una M.Ag selaku Dekan Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
ix
3. Agussalim, S.Th, MA, M.IR..,Ph.D. Selaku Wakil Dekan I bidang
Akademik, Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H.,M.H, selaku Wakil Dekan II
bidang Administrasi Umum, Perencanaan dan Keuangan, dan Dr. Ishaq,
M.Hum selaku Wakil Dekan III bidang Kemahasiswaan dan Kerjasama di
lingkungan Fakultas Syraiah UIN STS Jambi.
4. Ibu Dr. Rabiatul Adawiyah, S.HI.,M.HI dan Bapak selaku Ketua dan
Sekretaris Jurusan Hukum Pidana Islam, Fakultas Syariah UIN STS
Jambi.
5. Bapak Dr. Ruslan Abdul Gani, S.H.,M.H dan Bapak Muhammad Aiman,
S.H, M.H selaku Pembimbing I dan Pembimbing II penelitian ini.
6. Bapak dan Ibu dosen, asisten dosen, dan seluruh karyawan/karyawati
Fakultas Syariah UIN STS Jambi.
Disamping itu, disadari juga bahwa penelitian ini masih jauh dari
kesempurnaan kontribusi pemikiran dari pembaca demi perbaikan penelitian ini,
kepada Allah SWT kita memohon ampunan-Nya, dan kepada manusia kita
memohon kemaafannya. Semoga amal kebaikan kita diterima oleh Allah SWT.
Aamin.
Jambi, Maret 2020
Penulis
Bayu Anggi Saputra NIM.SHP.151856
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBARAN PERNYATAAN ............................................................................... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING........................................................................... iii
PENGESAHAN SKRIPSI........................................................................................iv
PERSEMBAHAN ..................................................................................................... v
MOTTO .................................................................................................................... vi
ABSTRAK ................................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR .............................................................................................. viii
DAFTAR ISI ............................................................................................................. ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xi
DAFTAR TABEL......................................................................................................xii
BAB I: PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................................. 6
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ...................................................................... 7
D. Kerangka Teori ................................................................................................. 8
E. Kerangka Konseptual........................................................................................ 15
F. Tinjauan Pustaka ............................................................................................... 16
BAB II : METODE PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ........................................................................... 22
B. Jenis dan Pendekatan Penelitian ....................................................................... 22
C. Jenis dan Sumber Data ..................................................................................... 23
D. Instrumen Pengumpulan Data .......................................................................... 25
xi
E. Teknik Analisis Data ........................................................................................ 26
F. Sistematika Penulisan ....................................................................................... 27
G. Jadwal Penelitian .............................................................................................. 28
BAB III : GAMBARAM UMUM PENGADILAN NEGERI JAMBI
A. Historis ............................................................................................................ 29
B. Geografis .......................................................................................................... 31
C. Visi, Misi, Tugas dan Motto ............................................................................. 33
D. Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Jambi .................................................. 33
BAB IV : PEMBAHASAN DAN HASIL PENELITIAN
A. Tindak Pidana Pencucian Uang Dalam Perkara Nomor 1173/ Pid. Sus/
2016/ PN.Jmb ................................................................................................... 40
B. Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak
pidana pencucian uang pada dalam perkara Narkoba dengan Putusan
Nomor 1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb .................................................................. 44
C. Analisa Yuridis Putusan hakim perkara No 1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb
terhadap tindak pidana pencucian uang pada kasus narkotika ......................... 54
BAB V: PENUTUP
A. Kesimpulan ....................................................................................................... 58
B. Saran-Saran ....................................................................................................... 59
DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................61
LAMPIRAN-LAMPIRAN
CURRICULUM VITAE
xii
DAFTAR TABEL
Tabel. 01 Jadwal Penelitian................................................................................... 28
Tabel. 02. Nama- Nama Yang Pernah Menajwab Sebagai Ketua Pengadilan
Negeri Jambi ............................................................................................. 30
Tabel 03 Jumlah Pegawai dan Karyawan Pengadilan Negeri Jambi .................... 38
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar. 01. Letak Geografis Pengadilan Negeri Jambi ................... 32
Gambar. 02. Struktur Organisasi Pengadilan Negeri Jambi .............. 39
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Money Laundering atau pencucian uang di Indonesia relatif baru
dibanding di beberapa negara, sementara diberbagai negara sudah cukup lama
dikenal, sebagai pengingat bahwa anti pencucian uang pertama di dunia adalah
Money Laundering Control Act, 1986 Amerika Serikat.1 Istilah money laundering
berasal dari kegiatan para mafia yang membeli perusahaan pencucian pakaian
(laundromat) sebagai tempat menginventasikan atau mencampur hasil kejahatan
mereka yang sangat besar dari hasil pemerasan, penjualan ilegal minuman keras,
perjudian atau prostitusi. Pada umumnya pelaku tindak pidana berusaha
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang merupakan
hasil dari tindak pidana dengan berbagai cara agar harta kekayaan hasil
kejahatannya sulit ditelusuri oleh aparat penegak hukum sehingga dengan leluasa
memanfaatkan harta kekayaan tersebut baik untuk kegiatan yang sah maupun
tidak sah.
Tindak pidana pencucian uang tidak hanya mengancam stabilitas dan
integritas sistem perekonomian dan sistem keuangan, melainkan juga dapat
membahayakan sendi-sendi kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Pencucian Uang umumnya dilakukan melalui tiga langkah tahapan: langkah
pertama yakni uang/dana yang dihasilkan dari suatu kegiatan tindak
pidana/kejahatan diubah ke dalam bentuk yang kurang atau tidak menimbulkan
1 Ruus Liarosa Bella, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang Di
Bidang Pasar Modal, jurnal Lex Crimen Vol. VI/No. 4/Jun/2017, hlm. 2
2
kecurigaan melalui penempatan kepada sistem keuangan dengan berbagai cara
(tahap penempatan/placement).2
Langkah kedua adalah melakukan transaksi keuangan yang kompleks,
berlapis dan anonim dengan tujuan memisahkan hasil tindak pidana dari
sumbernya ke berbagai rekening sehingga sulit untuk dilacak asal muasal dana
tersebut yang dengan kata lain menyembunyikan atau menyamarkan asal usul
harta kekayaan hasil tindak pidana tersebut (tahap pelapisan/layering); langkah
ketiga (final) merupakan tahapan di mana pelaku memasukkan kembali dana yang
sudah kabur asal usulnya ke dalam harta kekayaan yang telah tampak sah baik
untuk dinikmati langsung, diinvestasikan ke dalam berbagai bentuk kekayaan
material maupun keuangan, dipergunakan untuk membiayai kegaiatan bisnis yang
sah ataupun untuk membiayai kembali kegiatan tindak pidana (tahap integrasi).3
Dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, di mana
pencucian uang dibedakan dalam tiga tindak pidana (1) tindak pidana pencucian
uang aktif, yaitu Setiap Orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, menbayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa ke luar
negeri, mengubah bentuk, menukarkan dengan uang uang atau surat berharga; (2)
tindak pidana pencucian uang pasif yang dikenakan kepada setiap orang yang
menerima atau menguasai penempatan, pentransferan, pembayaran, hibah,
sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan harta kekayaan; (3) mereka
2 Agus Muliadi, Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Berasal Dari
Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus No. 48/Pid.Sus/2013/PN. Mks)”, Bagian Hukum Pidana
Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar, 2016, hlm. 3 3 Supriyadi, Mengurai Implementasi dan Tantangan Anti-Pencucian Uang di Indonesia,
(Jakarta: Institute for Criminal Justice Reform, 2017), hlm. 4
3
yang menikmati hasil tindak pidana pencucian uang yang dikenakan kepada setiap
Orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber lokasi,
peruntukan, pengalihan hak-hak, atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta
kekayaan yang diketahuinya.
Bahwa pentingnya penerapan anti pencucian uang yang terkait dengan
proses hukum perkara tindak pidana asalnya yaitu untuk menelusuri aliran dana
hasil kejahatan utama dan merampasnya dan memenjarakan pelakunya, baik
pelaku kejahatan utama maupun siapa saja yang menikmati hasil kejahatan
tersebut. Tampak disini ada dua konstruksi kejahatan yaitu pertama, kejahatan
asal yang menghasilkan sejumlah harta kekayaan yang dalam teori disebut sebagai
predicate offence ada juga yang menyebut predicate crime atau ada pula yang
menyebut core crime yang kemudian diterjemahkan sebagai kejahatan asal atau
kejahatan utama. Sedangkan yang kedua adalah adanya kejahatan lanjutan atau
disebut sebagai follow up crime yaitu kejahatan menikmati hasil kejahatan asal,
yaitu sebagai perbuatan yang dilakukan selanjutnya setelah kejahatan asal terjadi
yaitu disinilah yang disebut sebagai money laundering (pencucian uang).
Melihat begitu pentingnya pencegahan dan pemberantasan pencucian uang
(money laundering), secara yuridis langkah memerangi tindak pidana pencucian
uang yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan dibentuklah Undang-Undang
Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang (selanjutnya disebut UU PP-TPPU). Dengan terbentuknya
undang-undang ini merupakan suatu bukti kesungguhan pemerintah Indonesia
dalam pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
4
Harta kekayaan atau uang yang berasal dari berbagai kejahatan atau tindak
pidana, pada umumnya tidak langsung dibelanjakan atau digunakan oleh para
pelaku karena apabila langsung digunakan akan mudah dilacak oleh penegak
hukum mengenai sumber diperolehnya uang atau harta kekayaan tersebut.
Biasanya para pelaku kejahatan terlebih dahulu mengupayakan agar uang atau
harta kekayaan yang diperoleh dari kejahatan tersebut masuk ke dalam sistem
keuangan (financial system), terutama ke dalam sistem perbankan (banking
system). Dengan cara demikian asal usul uang atau harta kekayaan tersebut
diharapkan tidak dapat dilacak oleh para penegak hukum.4
Oleh karena itu perlu dilakukan penegakan hukum dalam memberantas
tindak pidana pencucian uang. Masalah penegakan hukum terhadap pelaku
kejahatan dihadapkan pada sistem peradilan pidana. Penegakan hukum
merupakan salah satu usaha yang terpenting untuk mencapai atau menciptakan
tata tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat baik itu merupakan
usaha pencegahan maupun pemberantasan serta penindakan setelah terjadinya
pelanggaran hukum, dengan perkataan lain baik secara preventif maupun represif.
Dalam hal ini hakim harus ekstra hati-hati dalam menjatuhkan putusan.
Putusan hakim sangat berkaitan dengan bagaimana hakim dalam mengemukakan
pendapat atau pertimbangannya berdasarkan fakta-fakta serta alat bukti
dipersidangan serta keyakinan hakim atas suatu perkara. Oleh sebab itu hakim
memiliki peran sentral dalam menjatuhkan putusan pengadilan. Di dalam putusan
pengadilan harus terdapat pertimbangan-pertimbangan mengenai hal-hal yang
4 Ramelan dkk, Panduan Untuk Jaksa Penuntut Umum Indonesia dalam Penanganan
Harta Hasil Perolehan Kejahatan, (Jakarta, Indonesia-Australia Legal Development Facility,
2008) hlm.1
5
memberatkan dan meringankan putusan, pertimbangan tersebut dijadikan alasan
oleh hakim dalam menjatuhkan putusannya baik itu berupa putusan pemidanaan
yang lain sebagainya. Pertimbangan hukum merupakan dasar argumentasi hakim
dalam memutuskan suatu perkara. Jika argument hukum itu tidak benar dan tidak
sepantasnya, maka orang kemudian dapat menilai bahwa putusan itu tidak benar
dan tidak adil.
Dari macam-macam bentuk putusan yang dijatuhkan oleh hakim di siding
pengadilan, salah satunya adalah putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor
1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb, dalam perkara tindak pidana pencucian uang yang
dilakukan terdakwa Agus Baithori Alias Agus Wo bin H. Adam Huri yang
dituduh melanggar pasal 112 ayat (2) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009
tentang Narkotika.
Selanjutnya Agus Baithori alias Agus Wo bin H. Adam Huri telah terbukti
bersalah melakukan kejahatan yang lain berupa tindak pidana pencucian uang dari
hasil kejahatan narkotika yang diputus melanggar pasal 3 Undang-Undang
Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang dan telah diputus hakim Pengadilan Negeri
Jambi.5
Dalam pertimbangan hakim berdasarkan keterangan terdakwa
dihubungkan dengan bukti-bukti lain yang diajukan dipersidangan diperoleh fakta
bahwa terdakwa berdagang narkotika jebis shabu sejak tiga bulan yang lalu (bulan
Agustus 2015). Bahwa terdakwa maenggunakan rekening istrinya yaitu rekening
5 Data Dokumentasi Pengadilan Negeri Jambi 2019
6
di BNI Jambi dengan nomor rekening 0115505616 An. Hamidah yang patut
diduga untuk bertransaksi narkoba dan menampung uang hasil transaksi narkoba.
Dalam khasanah TPPU tipologi dengan menggunakan rekening orang lain untuk
menampung hasil dari kejahatan seperti ini lazim digunakan oleh pelaku TPPU
untuk menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan yang berasal
dari hasil tindak pidana. Namun dalam putusan ini, rekening tersebut tidak
dilakukan pemblokiran dan uang yang terdapat dalam rekening tidak disita dan
dirampas negara.
Maka atas uraian diatas penulis tertarik untuk mengkaji serta menelusuri
lebih jauh tentang tindak pidana pencucian uang dalam suatu karya ilmiah dalam
bentuk skripsi dengan judul “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana
Pencucian Uang (Studi Kasus Putusan No. 1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb).”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, maka penyusun
merumuskan pokok permasalahan sebagai berikut:
a. Bagaimana tindak pidana pencucian uang dalam perkara Nomor
1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb?
b. Bagaimanakah pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap
pelaku tindak pidana pencucian uang pada dalam perkara Narkoba dengan
Putusan Nomor 1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb?
7
c. Bagaimana analisa yuridis putusan hakim perkara No 1173/Pid.Sus/
2016/PN.Jmb terhadap tindak pidana pencucian uang pada kasus narkotika?
C. Batasan Penelitian
Batasan Penelitian masalah yang berhubungan dengan barangkali sudah
melimpah dan dengan berbagai pendekatan yang dilakukan. Oleh karena itu
supaya penelitian ini menjadi fokus terhadap persoalan yang dikaji maka
dipandang perlu membentuk suatu batasan masalah sehingga kajian tidak melebar
dan dalam rangka agar penelitian menjadi sebuah penelitian yang utuh dan
komprehensif tentang persoalan yang dibahas, penelitian membicarakan masalah
keberadaan Penelitian ini menitikberatkan pada Tinjauan Yuridis Terhadap
Tindak Pidana Pencucian Uang (Studi Kasus Putusan No.
1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb).
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dapat dicapai melalui penelitian ini adalah
sebagai berikut:
a. Untuk mengetahui tindak pidana pencucian uang dalam perkara Nomor
1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb
8
b. Untuk mengetahui pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan
terhadap pelaku tindak pidana pencucian uang pada dalam perkara Narkoba
dengan Putusan Nomor 1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb
c. Untuk mengetahui analisa yuridis putusan hakim perkara No 1173/ Pid. Sus/
2016/ PN.Jmb terhadap tindak pidana pencucian uang pada kasus narkotika.
2. Kegunaan Penelitian
Sedangkan kegunaan penelitian yang diharapkan dapat diperoleh melalui
penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Penelitian ini sebagai studi awal yang dapat menjadikan suatu pengalaman
tentang pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku
tindak pidana pencucian uang pada dalam perkara Narkoba dengan Putusan
Nomor 1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb.
b. Sebagai salah satu persyaratan untuk mendapatkan gelar sarjana Strata Satu
(S1) di Fakultas Syari’ah, Universitas Islam Negeri Sulthan Thaha Saifuddin
Jambi.
c. Penelitian ini dapat menjadi bahan bacaan di Fakultas Syari’ah khususnya
Jurusan Hukum Pidana Islam dan dosen-dosen Fakultas Syari’ah lainnya.
d. Sebagai sumber referensi dan saran pemikiran bagi kalangan akademisi dan
praktisi masyarakat di dalam menunjang penelitian selanjutnya yang akan
bermamfaat sebagai bahan perbandingan bagi penelitian yang lain.
D. Kerangka Teori
1. Teori Hukum Pidana
9
Dalam Hukum Pidana terdapat sejumlah teori, diantaranya; Teori
individualisasi; maksudnya adalah kealpaan seseorang itu sendiri sehingga
menyebabkan adanya korban. Contoh lainnya seperti kita menyalahkan seorang
suami karena menyiksa istrinya hingga pecah ginjalnya.6 Hal ini bisa diteliti
dengan apakah adanya faktor internal atau eksternal akibat siksaan suaminya.
Teori objektif; adalah dimana di luar pengetahuan si pelaku. Maksudnya adalah
seorang perawat yang menjaga pasien dituduh mengakibatkan meninggalnya
pasien tersebut. Padahal sebelum pasien tersebut meninggal ada yang
memberikannya racun dan hal ini menjadi pertimbangan kembali. 7
Teori relevansi; tidak membedakan antara musabab dan syarat tetapi
dengan merumuskan delik yang bersangkutan. Maksudnya adalah bukan
mengenai hubungan kausal tetapi mengenai penafsiran undang-undang. Hubungan
kausal kelakuan negatif dalam logis adalah apakah akibat yang dilarang dapat
dikatakan timbul dari adanya tidak berbuat sesuatu atau berbuat sesuatu. Maka
jika perbuatan sesuatu itu timbul dan ada akibatnya disitulah ada hubungan kausal
dengan kelakuan negatif.
Lebihnya kelakuan yang menjadi musabab dari suatu akibat mungkin
sekali terjadi. Misalkan seperti ini seorang perwira menaruh senjata api di
rumahnya di sembarang tempat, lalu ia mempunyai anak, sehingga anak itu
bermain dengan senjata api tersebut lalu menembak tetangganya hingga tewas.
Anak tersebut menjadi tanggungan orang tuanya serta akibat dari kealpaan orang
tuanya. Istilah mengenai akibat langsung adalah hubungan antara kausal dan
6 Erdianto E, Hukum Pidana Indonesia, , (Jakarta: PT Refika Aditama, 2014), hlm. 92 7 Muladi dan Barda Nawawi Arief,. Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. (Jurnal: Alumni
Universitas Bandung., 2005, hal. 34
10
akibat yang merupakan delik dinamakan akibat langsung. Dan dalam ini terserah
kebijaksanaan hakim untuk menentukannya.
2. Pertanggungjawaban Pidana
Dalam KUHP tidak dikenal mengenai alasan pembenar dan alasan pemaaf.
Hanya dikenal alasan-alasan yang menghapuskan pidana yang termaktub dalam
teori hukum pidana. Alasan penghapus pidana adalah alasan yang terdapat dalam
batin terdakwa (pasal 44 KUHP) dan alasan-alasan di luar (pasal 48-51 KUHP).
Dan terdapat pula penghapusan pidana khusus. Tentang daya paksa (overmacht)
maksudnya adalah siapapun yang melakukan tindak pidana karena faktor
diluar/dipaksa tidak dipidana. Daya paksa merupakan alasan pembenar.8
Selanjutnya adalah menyangkut pembelaan terpaksa (noodwear). Siapapun
yang melawan hukum dan melakukan tindak pidana karena diancam menyangkut
kehormatan kesusilaan dan harta bendanya sendiri maupun orang lain tidak
dipidana. Adapula alas an lain tentang pelaksanaan undang-undang perintah
jabatan. Contohnya seorang pegawai diminta untuk melakukan suatu perbuatan.
Maka pegawai tersebut harus mengetahui dulu dampak dari apa yang
diperintahkan. Apabila yang diperintahkan berujung dengan suatu tindak pidana,
maka atasannya bisa dimintai pertanggungjawaban.
Pertanggung jawaban pidana tidak dapat dibebankan misalnya pada orang
yang kurang waras jiwanya, anak-anak yang perbuatannya menimbulkan kerugian
pada masyarakat karena ia belum mengetahui, ataupun seperti kecelakaan di jalan
raya bukan karena kealpaan pengemudi ataupun kesengajaan.
8Litan Poltak Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik,Teori, Kebijakan dan
Implementasi, (Jakarta: PT Bumi Kasara, 2017), hlm. 24
11
Pertanggungjawaban pidana hanya dapat dilakukan apabila perbuatan pidana
tersebut sifatnya melawan hukum, di atas umur tertentu dan mampu bertanggung
jawab, kesengajaan atau kelapaannya, dan tidak adanya alasan pemaaf.
Kesengajaan dalam hukum pidana adalah timbulnya dari pengetahuan.
Seseorang tidak akan melakukan suatu tindak pidana tanpa mengetahuinya
terlebih dahulu. Maka dalam hal ini sebelum melakukan suatu tindak pidana ia
harus menggunakan akalnya terlebih dahulu apakah ketika ia hendak melakukan
sesuatu berdampak pada kerugian terhadap orang lain. Suatu kesengajaan atau
kealpaan terhadap unsur delik tertentu yang merupakan delik dolus dan delik
culpa dengan ancaman pidana yang berbeda-beda dan dalam KUHP bila berlaku
berbarengan maka diancam dengan pidana yang sama.
3. Tindak Pidana Pencucian Uang
Masalah pencucian uang sebagai jenis tindak pidana baru dalam referensi
hukum pidana dan hukum keuangan serta hukum perbankan, cukup menarik
perhatian masyarakat nasional termasuk mereka yang terlibat dalam aktivitas
perbankan dan pasar modal. Pembangunan ekonomi nasional akan terhenti ketika
iklim investasi dalam negeri menurun drastis dan ketentuan mengenai rahasia
bank tidak lagi diperketat, terutama bagi pelau-pelaku bisnis dan pasar modal.
Yang pasti dikehendaki oleh pelaku bisnis dan pasar modal adalah kepastian
hukum, kenyamanan dan perlindungan hukum dalam berusaha, serta menghindar
sejauh mungkin dari keterlibatan dalam perkara pidana sekecil apapun
kesalahannya. Hal yang terakhir sejak dulu kalangan ini sangat sensitive dan
12
terkadang menjadi phobia terhadap “campur tangan” dan “intervensi” Negara
dalam bentuk apapun dan untuk tujuan sebaik apapun.9
a. Dasar Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang
Masalah penegakan hukum terhadap tindak pidana pencucian uang
(TPPU) jelas bukan masalah hukum dan penegakan hukum semata-mata
melainkan juga merupakan masalah yang berkaitan langsung dan berdampak
terhadap masalah yang berkaitan keuangan dan perbankan nasional termasuk
masalah investasi nasional. Penegakan hukum terhadap TPPU memiliki efek
signifikan terhadap kondisi perekonomian nasional di Indonesia yang sampai saat
ini sangat labil dan bersifat fluktuatif.
Di sisi lain, sarana hukum yang berhubungan dengan masalah keuangan
dan perbankan serta pasar modal telah diatur dalam peraturan perundang-
undangan khusus diperkuat oleh ketentuan mengenai sanksi, meliputi sanksi
administrative, sanksi keperdataan sampai pada sanksi pidana,. Peraturan
perundang-undangan pidana tersebut termasuk “lex specialis systematic”.
Berdasarkan hal tersebut Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana telah diubah dengan Undang-
Undang Nomor 25 Tahun 2003 perlu disesuaikan dengan perkembangan
kebutuhan penegakan hukum, praktik, dan standar internasional sehingga telah
diganti dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010.
b. Kelemahan Penegakan Hukum Tindak Pidana Pencucian Uang
9 Novariza, Stindak Pidana Pencucian Uang Dan Pemulihan Aset Di Pasar Modal,
Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), hlm. 23
13
Keberhasilan PPATK sejak didirikannya pada Tahun 2003 memang
belum cukup menyakinkan terutama dari kacamata internasional di mana data
statistik perkara TPPU sampai Tahun 2010 hanya mencapai 30 (tiga puluh)
perkara yang dijatuhi putusan pengadilan. PPATK mengemukakan bahwa ada 7
(tujuh) kelemahan dalam penegakan hukum terhadap tindak pidana pencucian
uang, yaitu sebagai berikut:10
1) Kriminilalisasi perbuatan pencucian uang yang multi interpretative,
banyaknya unsure yang harus dipenuhi atau dibuktikan sehingga menyulitkan
dalam hal pembuktian.
2) Kurang sistematis dan tidak jelasnya klasifikasi perbuatan yang perbuatan
yang dapat dijatuhi sanksi berikut bentuk-bentuk sanksinya;
3) Masih terbatasnya pihak pelapor (reporting parties) yang harus menyampaikan
laporan kepada PPATK termasuk jenis laporannya;
4) Tidak adanya landasan hukum mengenai perlunya penerapan prinsip
mengenali penggunaan jasa (costumer due diligence) oleh pihak pelapor; yang
ada hanya “know your costumer (KYC)”.
5) Terbatasnya instrument formal untuk melakukan deteksi dan penafsiran serta
penyitaan asset hasil kejahatan; dan
6) Terbatasnya kewenangan PPATK
Tujuh kelemahan di atas membuktikan bahwa PPATK menyadari
sepenuhnya masih terdapat celah hukum (loopholes) yang menghambat
implementasi Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 yang telah diubanh dengan
10
Ibid, hlm. 4
14
Undang-undang Nomor 8 Tahun 2010 Tindak Pidana Pencucian Uang. Diantara
ke-tujuh kelemahan tersebut, maka dua kelemahan dari sisi perundangan-
undangan (legilasi), satu mengenai landasan ketentuan dalam penyelidikan dan
penyidikan pencucian uang ( d dan e) serta dua kelemahan bersifat teknis (c dan
f).Pembahasan mengenai politik hukum mengenai tindak pidana pencucian
berkaitan dengan kelemahan dari sisi perundang-undangan.
c. Perkembangan Tindak Pidana Pencucian Uang
Sebelum membahas kriminalisasi perlu diketahui latar belakang historis,
filosofis dan tujuan atau misi pencegahan dan pemberantasan pencucian uang.
Prinsipnya “uang halal” adalah jauh lebih baik dari “uang haram”. “Uang halal
atau uang bersih” (untainted money) dapat diinvestasikan tanpa ada kekhawatiran
akan penuntutan. Sedangkan “uang haram atau uang kotor” (dirty money) bersifat
tidak produktif karena jarang digunakan, bahkan tidak jelas penggunaannya, dan
resiko kemungkinan bayang-bayang penuntutan dan penghukuman bukan sesuatu
hal yang mustahil.
Persoalan historis yang selalu mengganggu dan ganjalan dalam masalah
pencucian uang adalah begaimana mencegah dan kemudian bagaimana
membuktikannya di muka sidang pengadilan. Semakin sulit dan tertunda-tunda
persoalan penyelesaian yang efisien dan efektif maka semakin besar dan
signifikan akibat yang ditimbulkan oleh pencucian uang terutama terhadap sistem
keuangan dan perbankan, terutama ancaman terhadap stabilitas ekonomi dan
keuangan internasional di seluruh Negara.
15
IMF telah menyatakan bahwa pencucian uang di dunia telah mencapai
antara 3 (tiga) sampai dengan 4 (empat) proses dari GDP dunia. Angka Statistik
Tahun 1996 (bayangkan empat tahun yang lalu.pen), presentasi tersebut
menunjukkan nilai sebesar, antara $ 590 dan $ 1.5% tilyun. Angka terendah ini
setara dengan devisa ekonomi Spanyol. Financial Action Task Force (FATF)
menegaskan bahwa pencucian uang telah mencapai angka $500 miliar per tahun
merupakan angka yang layak dipercaya. Di Inggris diperkirakan angka pencucian
uang mencapai 7 sampai 13 prosen dari GDP Inggris. Angka-angka tersebut
diperoleh dari tindak pidana narkotika dan perpajakan di seluruh Negara di dunia.
Akibat yang ditimbulkan dari angka-angka fantastis dari hasil pencucian
uang di seluruh dunia yaitu “uang haram” (dirty money) tersebut dapat
ditransformasikan menjadi “uang halal” yang diperuntukkan untuk aktivitas
produksi, aset atau bentuk pelayanan publik lainnya di dalam satu ruang aktivitas
di sektor ekonomi nasional Negara-negara di seluruh dunia termasuk di Indonesia.
E. Kerangka Konseptual
Untuk memberikan gambaran yang jelas dan menghindari penafsiran yang
berbeda-beda dalam mengartikan istilah yang digunakan dalam penelitian skripsi
ini, maka diberikan batasan dari konsep terkait dengan definisi beberapa istilah
yang ada, yaitu sebagai berikut:
1. Tinjauan Yuridis
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian tinjauan adalah
mempelajari dengan cermat, memeriksa (untuk memahami), pandangan, pendapat
(sesudah menyelidiki, mempelajari, dan sebagainya). Menurut Kamus Hukum,
16
kata yuridis berasal dari kata Yuridisch yang berarti menurut hukum atau dari segi
hukum. Dengan demikian, yang dimaksud dengan tinjauan yuridis dalam
penelitian ini, adalah mempelajari dengan cermat, memeriksa (untuk memahami),
suatu pandangan atau pendapat dari segi hukum.
2. Tindak Pidana
Tindak pidana atau perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh
suatu aturan hukum, larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana
tertentu bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut. Larangan ditujukan
kepada perbuatan (yaitu suatu keadaan atau kejadian yang ditimbulkan oleh
kelakuan orang), sedangkan ancaman pidana ditujukan kepada orang yang
menimbulkan kejadian itu.
3. Pencucian Uang
Sebagaimana diatur dalam pasal 1 Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002
tentang Tindak Pidana Pencucian Uang menjelaskan pencucian uang adalah
perbuatan menempatkan, mentransfer, membayarkan, membelanjakan,
menghibahkan, menyumbangkan, menitipkan, membawa ke luar negeri,
menukarkan, atau perbuatan lainnya atas Harta Kekayaan yang diketahuinya atau
patut diduga merupakan hasil tindak pidana dengan maksud untuk
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul Harta Kekayaan sehingga seolah-
olah menjadi Harta Kekayaan yang sah.
17
4. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan
Pemeberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Undang-Undang
Tindak Pidana Pencucian
Uang adalah Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemeberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.
Undang-Undang dimaksud, disahkan tanggal 22 Oktober 2010 dan ditempatkan
dalam Lembaran Negara Tahun 2010 Nomor 122.
F. Tinjauan Pustaka
Adapun beberapa penelitian terdahulu yang memiliki kemiripan dengan
penelitian ini, diantaranya sebagai berikut:
Pertama, penelitian yang dilakukan oleh Ruus Liarosa Bella dengan judul
Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang Di Bidang Pasar
Modal. Tujuan penelitina ini untuk mengetahui bagaimana pengaturan tentang
Tindak Pidana Pencucian Uang di Indonesia dan bagaimana pencegahan Tindak
Pidana Pencucian Uang dalam Pasar Modal. Dengan menggunakan metode
penelitian yuridis normatif, disimpulkan: 1. Tindak pidana pencucian uang di
Indonesia diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang. Bahwa di
Indonesia para pelaku pencucian uang diberikan sanksi sesuai dengan hukum
yang berlaku tersebut. 2. Otoritas Jasa Keuangan sebagai lembaga pengawas dan
pengatur di bidang Pasar Modal menerapkan program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme sebagai bentuk atau upaya pencegahan tindak
pidana pencucian uang di pasar modal. Progam Anti Pencucian Uang dan
18
Pencegahan Pendanaan Terorisme ini diatur dalam POJK Nomor
12/POJK.01/2017 tentang Penerapan Program Anti Pencucian Uang dan
Pencegahan Pendanaan Terorisme Di Sektor Jasa Keuangan. Dalam
pelaksanaannya, Progam Anti Pencucian Uang dan Pencegahan Pendanaan
Terorisme dilakukan oleh Penyedia Jasa Keuangan di sektor pasar modal. Peyedia
Jasa Keuangan diwajibkan menerapkan baik Customer Due Diligence berupa
identifikasi, verikasi dan pemantauan maupun Ehanced Due Diligence berupa
tindakan Customer Due Diligence lebih mendalam terhadap calon nasabah,
nasabah dan beneficial owner.11
Kedua, penelitian yang dilakukan oleh Agus Muliadi dengan jdul
Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Berasal Dari Tindak
Pidana Korupsi (Studi Kasus No. 48/Pid.Sus/2013/PN. Mks). Tujuan penelitian
ini adalah untuk mengetahui penerapan hukum pidana materil dalam tindak
pidana pencucian uang yang berasal dari tindak pidana korupsi dan pertimbangan
hukum hakim dalam menjatuhkan putusan dalam perkara dengan nomor putusan:
048/Pid.Sus/2013/PN.Mks. Tipe penelitian ini menggunakan tipe penelitian
yuridis normative dimana berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian.
Jenis data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang
bersumber pada bahan hukum sekunder berupa hasil penelitian, bukubuku teks,
jurnal ilmiah, dan berita internet yang relevan dengan penelitian ini. Hasil
penelitian menerangkan ;1). Berdasarkan keterangan faktafakta yang terungkap
dipersidangan serta diperkuat dengan keterangan saksi-saksi, keterangan
11 Ibid, hlm. 2
19
terdakwa, pendapat ahli, alat bukti surat dan alat bukti lain berupa informasi yang
diucapkan, dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronik dengan alat
bukti optic atau alat yang serupa optic dan dokumen serta barang bukti, dan semua
itu dapat dipandang saling berhubungan satu sama lain maka terdakwa memang
dinyatakan bersalah melakukan tindak pidana korupsi sekaligus tindak pidana
pencucian uang. Tindak pidana korupsi yang diatur dalam Pasal 2 ayat (1) jo Pasal
18 ayat (1) UU RI Nomor 31 tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana
Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU RI No. 20 tahun 2001 tentang
perubahan atas UU RI Nomor 31 tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi jo.
Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHP jo. Pasal 65 ayat (1) KUHP. Tindak Pidana
Pencucian Uang Pasal 2 ayat 2 (1) huruf a Undang-Undang No. 8 tahun 2010
tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang, Pasal 3
ayat (1) huruf a, b, c, d, e, f, dan g jo. Pasal 2 ayat (1) huruf a, Pasal 3 jo. Pasal 2
ayat (1) huruf a Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan
Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian uang, Pasal 3 jo. Pasal 2 ayat (1) huruf a
Undang-Undang No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang. 2). Pertimbangan hakim dalam menjatuhkan
pidana terhadap pelaku tindak pidana korupsi dan tindak pidana pencucian uang
yang didasarkan penilaian objektif dari hakim yang memeriksa dan mengadili
perkara tersebut yaitu latar belakang terpidana apakah sudah pernah melakukan
tindak pidana atau belum pernah melakukan tindak pidana.12
12 Agus Muliadi, Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Berasal Dari
Tindak Pidana Korupsi (Studi Kasus No. 48/Pid.Sus/2013/PN. MKS), hlm. 3
20
Ketiga, penelitian yang dilakukan oleh Damayanti dengan judul Tinjauan
Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang Dalam Transaksi Perbankan
Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 (Studi Kasus Putusan Nomor
64/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Sby). Tinjauan penelitian ini untuk mengetahui
penerapan hukum materil terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang dalam
Transaksi Perbankan Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 (Studi
Kasus Putusan Nomor 64/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Sby) dan penerapan hukum
hakimnya. Penelitian ini dilaksanakan di Kota Surabaya dan Kota Makassar yaitu
di Pengadilan Negeri Surabaya dan Perpustakaan Makassar dengan menggunakan
teknik pengumpulan data melalui studi literatur yakni untuk memperoleh bahan-
bahan dan informasi-informasi sekunder yang diperlukan dan relevan dengan
penelitian, yang bersumber dari konvensikonvensi, buku-buku, media
pemberitaan, jurnal, serta sumber-sumber informasi lainnya seperti data yang
terdokumentasikan melalu situs-situs internet yang relevan. Berdasarkan hasil
penelitian, diperoleh kesimpulan, yaitu: 1. Tindak Pidana Pencucian uang (Money
Laundry) sebagai suatu kejahatan mempunyai ciri khas yaitu bahwa kejahatan ini
bukan merupakan kejahatan tunggal tetapi kejahatan ganda. Hal ini ditandai
dengan bentuk pencucian uang sebagai kejahatan yang bersifat follow up crime
atau kejahatan lanjutan, sedangkan kejahatan atau kejahatan asalnya disebut
sebagai predicate offence atau core crime. Pengertian tindak pidana pencucian
uang dapat dilihat ketentuan dalam pasal (3), (4) dan (5) UU No.8 Tahun
2010Menyebutkan tindak pidana pencucian uang salah satunya harus memenuhi
unsur adanya perbuatan melawan hukum sebagaimana dimaksud dalam pasal 3
21
UU No. 8 Tahun 2010. 2.Dalam studi kasus nomor. 64/Pid.Sus-
TPK/2015/PN.Sbyhal yang menjadi pertimbangan hakim dalam memutuskan
perkara telah sesuai dengan tuntutan Penuntut Umum karena melihat semua fakta-
fakta persidangan terbukti secara sah Terdakwa melanggar Pasal 5 ayat (1)
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang. Hakim menjatuhkan pidana terhadap terdakwa
AGUNG BUDI PRASETYO dengan pidana penjara selama 8 (delapan) bulan dan
denda sebesar Rp.50.000.000,00; dan jika denda tersebut tidak dibayar maka
diganti dengan pidana kurungan selama 1(satu) bulan.13
Adapun persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian
terdahulu, di mana persamaannya ialah sama-sama mengkaji tindak pidana
pencucian uang namun yang membedakan adalah penulis menfokuskan pada
pidana pencucian uang pada dalam perkara Narkoba dengan Putusan Nomor
1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb.
13 Damayanti, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang Dalam
Transaksi Perbankan Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 (Studi Kasus Putusan
Nomor 64/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Sby), Departemen Hukum Pidana Fakultas Hukum Universitas
Hasanuddin Makassar 2018, hlm. 2
22
BAB II
METODE PENELITIAN
Merupakan suatu sarana pokok dalam pengembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi serta seni.Oleh karena itu, penelitian bertujuan untuk
mengungkapkan kebenaran secara sistematis, metodologis. Dan konsisten.
Menurut soerjono soekanto Penelitian hukum pada dasarnya merupakan suatu
kegiatan ilmiah yang didasarkan pada metode, sistematika, dan pemikiran tertentu
yang bertujuan untuk mempelajari satu atau beberapa gejala hukum tertentu
dengan cara menganalisisnya, maka juga diadakan pemeriksaan yang mendalam
terhadap fakta hukum tersebut untuk kemudian mengusahan suatu pemecahan atas
permasalahan permasalahan yang timbul didalam gejala bersangkutan.14
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Dalam hal ini penulis melakukan penelitian dengan mengambil lokasi di
Pengadilan Negeri Jambi, dengan pertimbangan bahwa di Jambi terdapat beberapa
kasus pencucian uang (money laundreng)
B. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan
Empiris Sosiologis. penelitian hukum empiris atau sosiologis adalah
peneletian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti data primer.15
C. Jenis dan Sumber Data
a. Jenis Data
14Zainuddin ali, M.A, Metode penelitian hukum, (Jakarta: Sinar grafika,2014) hlm 17-18 15
Ishaq, Metode Penelitian Hukum, (Skripsi, Tesis Serta Disertasi), (Bandung : Alfabeta, 2017), hlm.70
23
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adlah data primer dan
skunder
b. Sumber data
a. Data Primer
Sumber data primer diperoleh secara langsung dari sumbernya
ataupun lokasi objek penelitian , atau keseluruhan data hasil peneltian yang
diperoleh di lapangan.16
Dengan wawancara bersama responden yang ada
kaitannya dengan permasalahan yang diteliti.17
b. Data Sekunder
Sumber data sekunder diperoleh dengan melakukan studi
kepustakaan, yakni melakukan serangkaian kegiatan membaca, mengutif,
mencatat buku-buku yang berkaitan dengan permaslahan penelitian.18
D. Unit Analisis
Unit analisis dalam penulisan skripsi adalah Pengadilan Negeri Jambi.
Sedangkan respondennya terdiri dari:
1. Wakil ketua Pengadilan Negeri Jambi 1 orang
2. Hakim Pengadilan Negeri Jambi 2 orang
3. Staf Administrasi
4. Kepala Arsip Pengadilan Negeri Jambi
5. Bidang hukum Pusat Pelayanan Satu Pintu
16 Sayuti Una, dkk, Pedoman Penulisan Skripsi Edisi Revisi (Jambi : Syariah Press,2012),
hlm.34 17 Ishaq, Metode Penelitian Hukum, (Skripsi, Tesis Serta Disertasi), (Bandung : Alfabeta, 2017), hlm 114.),h.70
18 Ibid, hlm.99
24
Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini, peneliti
menggunakan Purposive Sampling (Sampling Secara Bertujuan), yaitu
pengambilan sampel dipilih secara khusus berdasarkan tujuan penelitiannya.19
E. Instrumen Pengumpulan Data
Instrumen pengumpula data dengan cara observasi, wawancara, dan
dokumentasi.
a. Observasi adalah aktivitas terhadap suatu proses atau objek dengan
maksud merasakan dan kemudian memahami pengetahuan dari
sebuah penomena berdasarkan pengetahuan dan gagasan yang sudah
diketahui sebelumnya, untuk mendapatkan informasi-informasi yang
dibutuhkan untuk melanjutkan suatu penelitian.
b. Wawancara, wawancara yang dilakukan dengan cara tanya jawab
sambil bertatap muka antara si penanya atau pewancara dengan si
penjawab atau responden dengan menggunakan alat yang dinamakan
Interview Guide (Panduan Wawancara).
c. Dokumentasi ialah metode yang digunakan peneliti untuk
menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku, majalah,
dokumen, peraturan-peraturan, notulen rapat, catatan harian dan
sebagainya.
F. Teknik Analisis Data
19
Ishaq, Metode Penelitian Hukum, (Skripsi, Tesis Serta Disertasi), (Bandung : Alfabeta, 2017), hlm 114.
25
Dalam menganalisis data, penulis menggunakan teknik analisis data
versi Miles dan Huberman sebagai berikut:20
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu
maka perlu dicatat secara teliti dan rinci, untuk itu perlu segera dilakukan
analisis data melalui reduksi data yang berarti merangkum dan memfokuskan
pada hal-hal yang penting, dan membuang yang tidak perlu.21
Reduksi data
atau data reduction dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar
yang muncul dari catatan-catatan lapangan. Reduksi data merupakan suatu
bentuk analisis yang menajamkan menggolongkan, mengkategorisasikan,
mengarahkan, membuang data yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data
sedemikian rupa sehingga akhirnya data yang terkumpul dapat diverifikasi.
b. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data atau data display adalah pendeskripsian sekumpulan
informasi tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan
kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian data dapat juga berbentuk
matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Semuanya dirancang guna
menggabungkan informasi tersusun dalam bentuk yang padu dan mudah
dipahami.
20 Miles dan Huberman dalam buku Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar,
Metodologi Penelitian Sosial, (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), hlm. 85-87. 21
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: Alfabeta, 2016), hlm. 338.
26
c. Penarikan Kesimpulan (Verifikasi)
Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan kegiatan di akhir
penelitian kualitatif.Peneliti harus sampai pada kesimpulan dan melakukan
verifikasi, baik dari segi makna maupun kebenaran kesimpulan yang
disepakati oleh subjek tempat penelitian itu dilaksanakan.
G. Sistematika Penulisan
Untuk mendapatkan bentuk penyusunanan skripsi yang sistematis
maka penyusun membagi skripsi kedalam lima bab, masing –masing terdiri
dari sub-suv bab secara lengkap. Penyusun dapat menggambarkan sebagai
berikut:
Pada bab satu adalah Pendahuluan yang berisikan, latar belakang
masalah, rumusan masalah, batasan masalah, tujuan dan manfaan penelitian,
kerangka teori dan tinjaun pustaka.
Kemudian pada bab dua ini meliputi metode penelitian, jenis
penelitian, pendeketan penelitian, teknik dan analisis data, sistematika
penulisan, dan jadwal penelitian.
Selanjutnya pada bab tiga dipaparkan tentang gambaran umum lokasi
penelitian yang bertepatan di Pengadilan Negeri Jambi.
Pada bab empat ini merupakan inti dari penulisan skripsi yaitu
pemaparan tentang pembahasan dan hasil penelitian.
27
Pada bab lima yang berisikan pada penutup dan terdiri dari
kesimpulan dan saran-saran, serta dilengkapi dengan Daftar Pustaka,
Lampiran dan Curriculum Vitae.
28
G. Jadwal Penelitian
Tabel 1. Jadwal Penelitian
No
Kegiatan
2019 Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Pengajuan Judul
X
2 Pembuatan Proposal
X X X X X
3 Penunjukan Dosen Pembimbing
4 Keluar Jadwal Seminar
X
5 Ujian Seminar Proposal
6 Pengesahan Judul
X
7 Surat Izin Riset
X
8 Pengumpulan Data
9 Pengelolaan dan Analisis Data
1 Bimbingan dan perbaikan Skripsi
1 Agenda dan Ujian Skripsi
12 Perbaikan dan Penjilidan
29
BAB III
GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN
A. Hisroris
Kata “Djambi” berasal dari perkataan Djambie (bahasa Jawa) dan Jambie
itu sejenis pohon-pohonan yaitu pohon pisang istilah Jambie lama-kelamaan
berubah menjadi Djambi dan berakhir karena ejaan-ejaan yang disempurnakan,
maka istilah Djambie berubah pula menjadi Djambi sampai saat ini.
Pengadilan Negeri Jambi berdiri pada masa peralihan penduduk Jepang
republik indonesia 1945. Dengan terbentuknya Provinsi Jambi berdasarkan
Undang-Undang Nomor 61 Tahun 1958, yang pada waktu Pengadilan bernama
Pengadilan Negeri Djambi, kemudian berubah menjadi Pengadilan Negeri
Telanaipura pada Tahun 1972 dan berubah kembali menjadi Pengadilan Negeri
Jambi. Lokasi gedung kantor Pengadilan Negeri Jambi yang pertama di jalan. Rd.
Mattaher (kantor Pendapatan Daerah, kantor Catatan Sipil Kodya Jambi, kantor
Markas Pertahanan Kodya Jambi) yang semula berasal dari kantor Pengadilan
Negeri Jambi.22
Kemudian pindah kegedung Pengadilan Negeri jambi yang baru dijalan
Jendral ahmad Yani No. 16 Telanai Pura Jambi, yang presmian penggunaan
gedung dilakukan oleh Menteri Kehakiman yang diwakili oleh Direktur Jendral
Badan-Badan Peradilan Bapak Hadi Purnomo, S.H pada tanggal 22 April 1972.
22
Sejarah Pengadilan Negeri Jambi, data Dokumentasi Pengadilan Negeri Jambi.2019
30
Wilayah hukum Pengadilan Negeri Jambi pada mulanya meliputi meliputi
Kotamadya Jambi, Kabupaten Batang Hari, Kabupaten Tanjung Jabung. Dan
dengan terbentuknya Pengadilan-Pengadilan Negeri di tingkat kabupaten; yang
pertama adalah Pengadilan Negeri Muara Bungo pada tahun 1963, Pengadilan
Negeri Tanjung Jabung pada tahun 1974, Pengadil Negeri Bangko pada tahun
1981, Pengadilan Negeri Sungai Penuh, dan Pengadilan Negeri Muara Bulian
pada tahun 1982 yang pada waktu itu masuk wilayah Pengadilan Tinggi Medan,
kemudian menjadi masuk wilayah Pengadilan Tinggi Palembang dan terakhir
dengan terbentuknya Pengadilan Tinggi Jambi pada tahun 1981 maka menjadi
masuk wilayah Pengadilan Tinggi Jambi.23
Berikut ini adalah nama-nama yang pernah menjabat sebagai ketua
Pengadilan Negeri Jambi.
Tabel. 02 Nama-nama yang pernah menjabat sebagai Ketua
Pengadilan Negeri Jambi.24
No Nama Tahun Jabatan
1 Mohdkami 1945-1946
2 Zakir St Sianaro 1946-1950
3 Bachar 1951-1952
4 Nurdin St Nan Sati 1953-1956
5 St Endar Bungsu 19956-1957
23 Wawancara dengan Kaswan, Sekretaris Pengadilan Negeri Jambi, 15 Mei 2019 24 Data Dokumentasi Pengadilan Negeri Jambi.2019
31
6 Tamrin Manan 1957-1962
7 Dawani Sirin 1963-1969
8 Amirudin Nder SH 1969-1973
9 Abudlloh Basir SH 1973-1981
10 HP Pangebean SH 1973-1981
11 Wangiman SH 1984-1987
12 H Dirwoto SH 1987-1990
13 Soeharso SH 1990-1993
14 Amir Syaripidin Harapan SH 1993-1994
15 Ramelan SH 1994-1998
16 M Ali SyripudinSH 1997-1998
17 M Suwis Dahlan SH 2000
18 Khoiril Anwar SH
19 Irwan SH 2006-2007
20 Ahmad Subandi SH
21 Suprabowo SH
22 Edy Pramono, S.H., M.H 2018
23 Jon Effredi, SH.,MH 2019
B. Georafis
Daerah hukum Pengadilan Negri Kelas 1A jambi adalah daerah
pemerintah Kota Jambi yang luasnya 205,38 km. Dengan ketinggian rata-rata dari
permukaan laut 8 feet 10 meter, terletak antara 103 drajat 40:0,22’’LS. Topografi
32
terdiri dari sebagian besar datar (0-2%= 11,362 Ha) bergelombang (2-5%)=8,061
Ha) dan sedikit curam (15-40%=v41 Ha) bagian terbesar wilayah merupakan
daerah daratan rendah dibelah oleh aliran sungai Batang Hari sedang wilayah
tertingginya lebi kurang 10 sampai 60 meter diatas permukaan laut.
Suhu rata-rata berkisar antara 26,1’C sampai dengan 27,0’C dengan suhu
maksimal 31,4 C yang terjadi pada bulan mei dan agustus suhu menimun 26,6 C
terjadi bulan agustus cuaca hujan antara 26,8 mm sampai dengan 331,2 mm
dengan jumlah hari hujan 13 sampai 25 hari perbulannya kecepatan angin ditiap
bulan hampir merata antara 12 knots hinga 25 knots, sedangkan rata-rata
kelembapan uadara sekitar 80 % sampai dengan 86%.
Gambar .01 Letak Geografis.25
25
http.data.letakgeografis.provinsi jambi.2019.
33
C. Visi, Misi dan Motto Pengadilan Negri Jambi
Seperti halnya lembaga pemerintahan lainya tentu memiliki Visi
sebagai tujuan yang iingin dicapai. Dan Misi sebagai cara yang akan
dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut. Adapun Visi dan Misi Pengadilan
Negri jambi antara lain,
1. VISI
‘’ TERWUJUDNYA PENGADILAN NEGRI JAMBI YANG AGUNG’’
2. MISI
a. Menjaga kemendirian Pengadilan Negri Jambi
b. Memberikan pelyanan hukum yang berkeadilan kepada pencari
keadilan.
c. Meningkatkan kualitas kepemimpinan Pengadilan Negri Jambi
d. Meningkatkan keadilan dan transparansi Pengadilan Negri jambi.
3. MOTO
‘’PELAYANAN PRIMA JADI KEUTAMAAN KAMI’’
D. Struktur Pengadilan dan wewenang Pengadilan Negeri.
1. Struktur Organisasi Pengadilan Negri Jambi
Terorganisasinya suatu pemerintahan merupakan salah satu faktor
berjalannya roda pemerintahan degan baik, serta berhasilnya suatu
kepemimpinan sebagaimana yang diharapkan, selain merupakan praturan
pemerintah bahwah suatu organisasi harus ada susunan pemerintahan atau
pengurus yang jelas dan sistimatis, hal ini juga merupakan gambaran aktifitas,
34
organisasi yang baikdan taratur merupakan ujung tombak dari keberhasilan.
Untuk melaksanakan pradilan sebagaimana yang diharapkan oleh pemerintah
sudah tentu harus ada bodang-bidang pembagian tugas masing-masing
Berdasrkan struktur oraganisasi diatas, masing-masing jabatan
mempunyai tugas sebagai berikut:
a. Ketua Pengadilan Negri bertugas dalam memimpin pradilan, membuat
program kerja jangka pendek dan jangka panjang pelaksanaan serta
pengorganisasiannya, seta kedudukanya membawahi jabatan yang ada
dibawahnya.
b. Wakil ketua Pengadilan Negri Jambi:
1) Membantu ketua Pengadialn Negri dalam membuat perogram atau kerja
jangak panjang dan pendek serta pengorganisasianya.
2) Mewakili ketua pengadilan Negri jika berhalangan.
3) Melaksanakan delegasi dan wawenang dari ketua pengadilan Negri.
4) Melakukan pengawasan intern untuk mengganti apakah pelaksanaan
tugas dikerjakan sesuai dengan rencana kerja dan ketentuan yang berlaku
serta melaporkan hasil pengawasan tesebut kepada ketua Pengadilan
Negri jambi.
Para hakim disini terdri dari para hakim yang ada dipengadilan Negri
Jambi.
Hakim memiliki tugas tersebut
35
1) Menerima, Memeriksa dan mengadili perkara, membuat program kerja
jangka pendek, panjang, pelaksanaan serta perogranisasiannya
2) Melaksanakan pengawasan yang dilakukan ketua pengadilan Negri untuk
menangani apakah pelaksanaan tugas seperti penyelangaraan admitrasi
perkara perdata dan pidana dilaksanakan sesuai dengan ketentuan yang
berlaku dan melaporkan pada pimpinan pengadilan Negri
3) Melakukan pengawasan dan pengamatan (KIMWISMATI) terhadap
pelaksanaan putusan pengadilan di lembaga pemasyarakatan dan
melaporkan pada Mahkama Agung.
c. Panitera pengganti memiliki tugas :
1) Membantu hakim dengan mengikuti dan mencatat jalan sidangnya
pengadilan
2) Membantu panitera untuk secara langsung membina, meneliti,
mengawasi pelaksanaan tugas administrasi perkara antara lain ketertiban
dalam mengisi buku register perkara, membuat laporan periodik.
3) Melaksanakan tugas panitera apabila panitera berhalangan.
4) Melaksanakan tugas yang dilegelasikan kepadanya.
5) Panitera/sekretaris bertugas sebagai kepala kantor atau administrasi
persidangan.
d. Wakil panitera disini terdiri dari:
1) Panitera muda perdata bertugas mencatat hal-hal perkara perdata.
2) Panitera muda perdata bertugas mencatat hal-hal pidana, membantu
hakim dengan mengikuti dan mencatat jalannya sidang, melaksanakan
36
administrasi perkara , mempersiapkan persidangan perkara, menyimpan
berkas perkara yang masih berjalan, memberi nomor register perkara,
pada setiap perkara yang diterima di Pengadilan Negeri, baik secara
singkat diputuskan oleh hakim atau diundurkan dari persidangan,
mencatat setiap perkara yang diterima kedalam buku daftar disertai
catatan singkat tentang isinya, menyerahkan salinan putusan pada jaksa,
terdakwa atau kuasanya serta lembaga permasyarakatan apabila terdakwa
ditahan, menyiapkan berkas perkara yang dimohon banding, kasasi atau
peninjauan kembali, menyiapkan berkas permohonan garasi, menyiapkan
berkas perkara atau permohonan grasi pada panitera muda hukum.
3) Panitera muda hukum bertugas membantu hakim dengan mengikuti dan
mencatat jalannya sidang, mengumpulkan mengolah dan mengkaji data,
menyajikan statistik perkara, menyusun laporan perkara, menyimpan
arsip berkas perkara dan daftar penasehat hukum dan notaris,
permohonan kewarganegaran, mohon catatan statistik perkara, menerima
legalisir surat bukti dari pihal yang diperkara, menerima pendaftaran dan
pencatatan kedalam register untuk CV, yayasan, dan LSM yang
dimohonkan oleh pemohon, membuat laporan bulanan dan laporan
tahunan, menerima dan mencatat surat kuasa, menerima berkas
pelimpahan perkara perdata dan pidana yang diarsipkan membuat daftar
isi yang ditempel dalam box, menata dan menyusun berkas perkara,
mengklasifikasikan, mengisi grafik perkara perdata dan pidana/grafik
penyelesaian pengadilan.
37
Penyimpanan box arsip dalam box, memasukkan data arsip berkas
perkara pidana dan perdata didalam arsip komputer, membuat laporan enam
bulanan, monitoring jadwal persidangan, implementasi CTS/SIPP, menerima
surat dan membuat surat keterangan tidak pernah dihukum atau tidak seang
menjalani hukuman dan penahanan setelah mendapatkan disposisi dari ketua
Pengadilan Negeri untuk dibuatkan surat keterangan tersebut, membuat dan
menerima surat keterangan tidak berperkara perdata dan pidana setelah
mendapat disposisi ketua Pengadilan Negeri jambi untuk dibuat surat
keterangan tersebut atas permintaan pemohon, menerima dan membuat surat
keterangan, menerima legalisir surat bukti dari pihak yang berperkara.
e. Wakil sekretaris disini bertugas mengurusi jalannya administrasi
perkantoran, wakil sekretaris terdiri dari Kasubbag Kepegawaian yang
bertugas mengurusi adanya pangkat hakim dan karyawan serta mutasi
kepegawaian, kasubbag keuangan mengurusi tentang gaji pegawai dan
anggaran belanja kantor, kasubag bagian umum betugas untuk
pemenuhan peralatan persidangan diantaranya pemenuhan tersedianya
toga atau peralatan kantor.
Jumlah karyawan atau pegawai yang berkerja di pengadilan negeri
jambi.
38
Tabel. 03. Jumlah Pegawai dan Karyawan di Pengadilan Negeri
Jambi.26
No Jabatan
Kepala Staf
1 Ketua Pengadilan Negeri 1 -
2 Wakil Ketua 1 -
3 Hakim - 8
4 Panitera 1 8
5 Kepaniteraan Hakim 1 7
6 Kepaniteraan Pidana 1 7
7 Kepaniteraan Perdata 1 5
8 Bagian Kepegawaian 1 4
9 Bagian Keuangan 1 4
10 Bagian Umum 3
Jumlah Total 55
26
Data Dokumentasi Pengadilan Negeri Jambi.2019
39
GAMBAR.02. Strruktur Organisasi Pengadilan Negeri Jambi. 2019.27
27 Data Dokumentasi Pengadilan Negeri Jambi.2019
Jon Effreddi, S.H., M.H
KETUA
WAKIL KETUA
Victor Yoti Rumahorbo, S.H, M. H HAKIM ADHOC TIPIKOR
H. Adly S.H., M.H
H. Amir Aswan, S.H
KIasinta Fransiska Manalu, S.H
Ismail, S.H., M.H
HAKIM ADHOC PHI
Surya Dharma, S.H., M.H
Ahmad Bayani, S.H
Rapnauli Purba, S.H., M.H
SEKRETARIS
Kaswan, S.H
PANITERA
Sahat U.M H, S.H
Jon Effreddi, S.H., M.H
HAKIM KARIR
Victor Yoti Rumahorbo, S.H, M. H
Sri Warniwati, S.H., M.H
H. Makaroda Hafat, S.H., M.Hum
Efendi Mukhtar, S.H., M.H
Arfan Yani, S.H
Yandri Roni, S.H., M.H
Oktafiatri Kusumaningsih, S.H., M.Hum
Rachmawati, S.H
Ledis Makarina Bakara, S.H., M.H
Erika Sari Emsah Ginting, S.H., M.H
Sri Tuti Wulansari, S.H., M.Hum
Sinta Gaberia Pasaribu, S.H., M.H
Anisa Bridgesniana, S.H., M.H
Morailam Purba, S.H
Lili Evelin, S.H., M.H
PANITERA MUDA PIDANA
Kahfi A. Lutfi, S.H
PANITERA MUDA PERDATA
Yunardi, S.H., M.H
PANITERA MUDA TIPIKOR
Reno Sapta Maiza, S.Si., S.H
PANITERA MUDA HUKUM
Nizom, S.H., M.H
PANITERA MUDA PHI
Risa Fitriyani, S.H
SUB BAG UMUM & KEUANGAN
Syafri
SUB BAG IT & PELAPORAN
PA. Anelia K Nasution, S.E
SUB BAG KEPEGAWAIAN & ORTALA
Emsor Indi
40
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Tindak Pidana Pencucian Uang Dalam Perkara Nomor 1172/Pid.
Sus/2016/2016/PN.Jmb
Istilah pencucian uang berasal dari bahasa Inggris, yakni money
laundering. Money artinya uang dan laundering artinya pencucian. Sehingga
secara harfiah, money laundering berarti pencucian uang atau pemutihan uang
hasil kejahatan. Secara umum, istilah money laundering tidak memiliki defenisi
yang universal karena baik negara- negara maju maupun negara-negara
berkembang masing-masing mempunyai defenisi tersendiri berdasarkan sudut
pandang dan prioritas yang berbeda. Namun, bagi para ahli hukum Indonesia
istilah money laundering disepakati dengan istilah pencucian uang. Pencucian
uang adalah suatu proses atau perbuatan yang bertujuan untuk menyembunyikan
atau menyamarkan asal usul uang atau harta kekayaan yang diperoleh darihasil
tindak pidana yang kemudian diubah menjadi harta kekayaan yang seolah-olah
berasal dari kegiatan yang sah.28
Tindak pidana pencucian (money laundering) dalam perkara Nomor
1172/Pid. Sus/2016/2016/PN.Jmb. yang dilakukan oleh AB dalam kurun waktu dari
tahun 2008 sampai pada 23 November 2015. Merupakan warga RT. 03 kel. OK kec.
28 Adrian Sutedi, Tindak Pidana Pencucian Uang. (Bandung, PT. Citra Aditya Bakti
2008), hlm.12
41
DT KJ. Dalam keseharian AB bekerja sebagai Wiraswasta/Serabutan dengan
penghisalan yang tidak menentu. Pada tahun 2015 AB ditetapkan sebagai terdakwa
atas tindak pidana Narkotika dan telah diajukan ke Pengadilan Negeri Jambi dengan
dakwaan melanggar pasal 112 ayat (2) UU no. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika.
Dalam proses penyidikan telah ditemukan bahwasanya AB memiliki jumlah harta
kekayaan yang patut dicurigai, dalam proses penyidikan AB memiliki harta kekayaan
berupa I unit Mobil CRZ, 1 unit mobil CRV, 1 unit sepeda motor Vario, dan 1 unit
Rumah. Dari aset yang dimiliki oleh AB tersebut patut diduga merupakan dari hasil
kejahatan Tindak Pidana Narkotika (Predicate Crime).29
Setelah ditelusuri oleh penyedik maka ditemukan suatu tindak pidana baru
yang telah dilakukan oleh AB, dalam hal ini, AB terbukti telah melakukan Tindak
Pidana Pencucian Uang (TPPU). Berdasarkan hasil Pusat pelaporan dan Analisa
Keuangan (PPATK) saksi H selaku istri AB ada mutasi Nomor Rekening Bank BNI
berupa uang masuk, dan AB selaku terdakwa tidak memiliki Rekening Bank BNI,
dan tidak pernah menyimpan uang di Bank BNI, AB mengakui bahwasanya uang
hasil dari penjualan Narkotika ia simpan kedalam Nomor Rekening Bank BNI milik
istrinya.30
Penggunaan rekening atas nama orang laian untuk menampung harta
kekayaan hasil tindak pidana lazim dilakukan untuk menyamarkan atau
29 Dokumentasi Penelitian di Pengadilan Negeri Jambi , 05 Desember 2019 30 Data dokumentasi Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor. 1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb.
42
menyembunyikan asal usul hasil kejahatan, Bpk Victor Yoti Rumahorbo selaku
Wakil Ketua Pengadilan Negeri Jambi mengatakan:
Penggunaan nomor rekening atas nama orang lain dalam
menyembunyikan harta kekayaan dari hasil kejahatan ini bukan hanya di
Jambi saja, seluruh Indonesia umumnya kerap sekali ditemui, karena mereka
takut jika nantinya mereka menyimpan uang tersebut atas nama rekening
pribadi dengan jumlah yang besar dari hasil kejahatan, maka dengan rasa
khawatir akan adanya pelaporan oleh PPATK tindak pidana yang mereka
lakukan akan cepat diketahui oleh Intelejen. Jika uang itu halal tentunya tidak
mungkin seseorang akan menyimpanya atas nama orang lain.31
Berdasarkan data Putusan Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor.
1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb. Perkara tindak pidana pencucian uang. Pada tanggal
04/02/2015 s.d 09/11/2015 ditemukan mutasi rekening berupa transfer uang dari
rekeing H (istri AB) ke rekeing MN untuk usaha jual beli mobil, dengan maksud
menyamarkan asal usul hasil kejahatan dari hasil tansaksi Narkoba. Kemudian pada
tanggal 03/11/2015 AB kembali menggunakan nomor rekening H (istri AB) transfer
uang kepada ibu A sebesar Rp. 100.000.000,- (seratus juta rupiah), dan pada tanggal
20/02/2015 AB menggunakan nomor rekening H (istri AB) transfer uang kepada
ibu Hamidah sebesar Rp. 100.692.083 (seratus enam juta sembilan puluh dua ribu
delapan puluh tiga rupiah). Tanggal 17/03/2015 nomor rekening H (istri AB) mutasi
rekening berupa transfer uang kepada PT.WA sebesar Rp. 280.500.000,- (dua ratus
delapan puluh juta lima raus ribu rupiah), dan pada tanggal 08/01/2007 s.d
27/10/2015 pada nomor rekening H (istri AB) terdapat mutasi rekening berupa uang
31 Wawancara bersama bapak Victor Yoti Rumahorbo, selaku Wakil Ketua/Hakim Pengadilan
Negeri Jambi, 05 Desember 2019
43
masuk / kredit, berupa setor tunai dan menerima transfer, yaitu pada tanggal
08/01/2007 saldonya sebesar Rp. 21.588.366 (dua puluh satu juta lima ratus delapan
puluh delapan ribu tigaratus enam puluh enam rupiah). Sampai pada tanggal
27/10/2015 sebesar Rp. 736.167.735 (tujuh ratus tiga puluh enam juta seratus enam
puluh tujuh ribu tujuh ratus tiga puluh lima rupiah), hal ini terlihat adanya fakta
bahwa di duga terdakwa sering menggunakan rekening H (istri AB) untuk menerima
setor tunai maupun transfer, diduga uang yang disetor adalah merupakan uang hasil
kejahatan tindak pidana Narkotika. Dikarenakan terdakwa AB tidak memiliki
pekerjaan yang jelas sehingga tidak dapat dipertanggung jawabkan. Sebagaimana
diatur dan diancam pidana dalam pasal 3 UU No. 8 Tahun 2010 tentang
Pencegahan dam Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang dengan Pidana
Asal Tindak Pidana Narkoba.32
Bapak Ridwan selaku kepala Arsip Pengadilan Negeri Jambi juga
mengatakan:
Kebanyakan pelaku tindak pidana pencucian uang ini mereka
menggunakan buku tabungan keluarga terdekat, istri, anak dan keluarga
terdekat yang paling sering terjadi karena mereka lebih mudah untuk
meminjam serta menggunakannya, kenapa tidak menggunakan rekening orang
lain karena mereka takut kerahasiaan asal muasal uang yang mereka dapatkan
32 Data dokumentasi Putusan Pengadilan Negeri Jambi Nomor. 1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb.
44
dengan jumlah yang besar dengan waktu yang singkat akan menimbulkan
pertanyaan dan kecurigaan oleh orang lain.33
Berdasarkan penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwasanya “Tindak Pidana
Pencucian Uang Dalam Perkara Nomor 1172/Pid. Sus/2016/2016/PN.Jmb” dilakukan
oleh AB dengan menggunakan nomor rekening H (istri AB), dengan melakukan
setor, transfer dan menerima transfer uang hasil kejahatan yg telah ia lakukan dalam
perkara ini AB sudah terbukti melakukan pelanggaran dengan ketentuan pasal 3 no. 8
tahun 2010 tentang Pencegahan dam Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian
Uang.34
Pelaku AB dalam kasus ini sebelumnya ia telah dijatuhi hukuman penjara
pidana narkotika dan dalam masa penahanan 3 tahun.
B. Pertimbangan Hakim Dalam Menjatuhkan Putusan Terhadap Pelaku
Tindak Pidana Pencucian Uang Pada Dalam Perkara Narkoba Dengan
Putusan Nomor 1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb
Adapun hal-hal yang menjadi pertimbangan hakim dalam menjatuhkan
pidana terhadap terdakwa, yakni:
1. Menimbang, bahwa terdakwa dihadapkan dipersidangan oleh Penuntut
Umum dengan dakwaan yang disusun secara alternative:
a. pasal 112 ayat (2) UU No. 35 Tahun 2009 tentang Narotika.
b. pasal 3 ayat (2) UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang pencegahan dan
pemberantasan tindak pidana pencucian uang
33 Wawan cara besama bapak Ridwan selaku bagian Arsip Pengadilan Negeri Jambi, 05
Desember 2019 34 Analisa penulis dilapangan, 05 Desember 2019
45
Menimbang bahwa atas tuntutan Penuntut Umum tersebut penasehat hukum
terdakwa mengajukan nota keberatan mengenai penghukuman.
Menimbang bahwa atas tuntutuan penuntutan Penuntut Umum tersebut
terdakwa keberatan terhadap Tuntutan Jaksa Penuntut Umum karena:
a. Terdakwa merasa tuntutan jaksa terlalu tinggi
b. Terdakwa merasa mencari nafkah bagi keluarga
Atas pembelaan terdakwa jasa penuntut umum telah mengajukan replik
secara lisan yang pada pokoknya tetap pada tuntutannya, kemudian menimbang
bahwa atas Replik yang diajukan oleh penuntut Umum tersebut terdakwa
mengajukan Duplik secara Lisan yang pada pokonya menyatakan tetap pada
pembelaannya;35
Selanjutnya berdasarkan pertimbangan bahwa terdakwa dihadapkan kedepan
persidangan dengan dakwaan sebagai berikut:
a. Bahwa terdakwa, terdakwa pada hari ini dan tanggal serta bulan yang sudah
tidak diingat lagi dalam kurun waktu antara tahun 2008 sampai dengan tangal
23 nopember 2015 atau setidak-tidaknya pada kurun waktu antara tahun 2008
sampai dengan tahun 2015 bertempat di rt. 03 kel. OK kec. DT KJ atau
setidak-tidaknya pada tempat-tempat lain yang masi termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negri Jambi, menempatkan, membayarkan atau
35 Data Dokumentasi Pengadilan Negeri Jambi Putusan Perkara No 1173/Pid.Sus/2016/PN
.Jmb.
46
membelanjakan, menitipkan menukarkan, meneyembunyikan atau
menyamarkan, menginvestasikan, menyimpan, mengibahkan, mewariskan,
dan/atau mentransfer uang, harta dan bendah atau aset baik dalam bentuk
benda bergerak, berwujud atau tidak berwujud yang berasal dari tindak
pidana narkotika dan/atau tindak pidana prekusor narkotika.
Bahwa dari aset yang dimiliki oleh terdakwah diatas patut diduga merupakan
hasil dari kejahatan tindak pidana narkotika (predicate crime) yang dilakukan oleh
terdakwah dan telah di ajukan oleh pengadilan dengan dakwaan melanggar pasal 112
ayat (2) uu.no 35 tahun 2009.
b. Bahwa terdakwa, terdakwa pada hari dan tanggal serta bulan yang sudahtidak
diingat lagi dalam kurung waktu antara tahun 2008 sampai dengan tanggal 23
nopember 2015 atau setidak-tidaknya pada kurun waktu antara tahun 2008
sampai dengan tahun 2015 bertempat di rt 03 kel. OK kec. DT KJ atau
setidak-tidaknya pada tempat-tempat lain yang masi termasuk dalam daerah
hukum Pengadilan Negeri Jambi, menempatkan, mentrasfer, mengalihkan
membelanjakan, membayarkan mengibahkan menitipkan, membawa keluar
negri, mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau dengan surat
berharga atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut
diduganya merupakan hasil tindak pidana narkotika dengan tujuan
menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta kekayaan.
47
Aset yang dimiliki oleh terdakwah di atas merupakan hasil dari jual beli
narkoba sebagai bandar narkoba, sejak itu keadaan ekonomi terdakwa yang semakin
meningkat merupakan uang hasil dari kejahatan tindak pidana narkotika dikernakan
terdakwah tidak memiliki pekerjaan yang jelas sehingga tidak dapat dipertanggung
jawabkan. Sebagai mana diataur dan diancam pidana dalam pasal 3 uu no8 tahun
2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang
Dengan Pidana Asal Tindak Pidana Narkotika.
Menimbang, bahwa setelah dakwaan tesebut dibacakan terdakwah tidak
mengajukan eksepsi atau keberatan,
Menimbang, bahwah untuk mempersingkat urian putusan ini, maka segalah
sesuatu yang termasuk dalam berita acara pengadilan perkara ini dianggap telah
termuat dan merupakan satu kesatuan yang tidak dapat terpisahkan dari putusan ini.
Menimbang bahwa oleh karena dakwaan Jaksa Penuntut Umum disusun secara
alternative maka Majelis Hakim akan memilih salah satu dakwaan yang paling
mendekati dengan fakta-fakta yang terungkap dipersidangan yaitu dakwaan
alternative kedua yaitu Pasal 3 UU RI No. 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan
Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang.36
Bapak Victor Yoti Rumahorbo selaku wakil ketua Pengadilan Negeri Jambi
juga mengatakan:
36 Data Dokumentasi Pengadilan Negeri Jambi Putusan Perkara No 1173/Pid.Sus/2016/PN
.Jmb
48
Para majelis hakim tentunya tidak semena-mena dalam menentukan
perkara mana yang lebih mendekati fakta-fakta yang terungkap dipersidangan
atas tuntutan dari Jaksa Penuntut Umum, pertimbangan-pertimbangan yang
dilakukan sesuai dengan tuntutan, keberatan, replik yang diajukan olej jaksa
penuntut umum, dan duplik yang disampaikan oleh kuasa hukum terdakwa,
hingga menghadirkan para-para saksi dan alat bukti serta melihat dari
keadaan yang memberatkan dan keadaan yang meringankan terdakwa di
persidangan barulah dengan penuh kehati-hatian majelis hakim dapat
memberikan suatu putusan akan perkara tersebut.37
Majelis Hakim menimbang dakwaan Jaksa Penuntut Umum disusun secara
alternative maka majlis hakim akan memilih salah satu dakwaan yang paling
mendekati dengan fakta-fakta nyang terungkap dipersidangan yaitu dakwaan
alternative kedua yaitu pasal 3 uuri no. 8 tahun 2010 tentang te ntang pencegahan
dan pemberantasan tindak pidana pencucian uang.
1. Unsur setiap orang, yang dimaksud dengan setiap orang menunjuk kepada
siapa orangnya yang harus bertanggung jawab atas perbuatan/kejadian yang
didakwakan itu atau setidak-tidaknya mengenai siapa orang yang harus dijadikan
terdakwa dalam perkara ini. Tegasnya kata “Setiap orang” menurut Buku Pedoman
Pelaksanaan Tugas Dan Administrasi Buku II, Edisi Revisi Tahun 1997 Halaman
208 dari Mahkamah Agung Republik Indonesia dan Putusan Mahkamah Agung
Republik Indonesia Nomor: 1398 K/Pid/1994 tanggal 30 Juni 1995 kata “setiap
orang” identik dengan terminologiy kata “barang siapa” atau “hij” sebagai siapa saja
37 Wawancara peneletian bersama Bapak Victor Yoti Rumahorbo selaku Wakil Ketua/Hakim
Pengadilan Negeri Jambi, 5 Desember 2019.
49
yang harus dijadikan terdakwa dalam/dader atau setiap orang sebagai subjek hukum
(pendukung hak dan kewajiban) yang dapat diminta pertanggung jawaban dalam
segala tindakannya:
Berdasarkan keterangan saksi-saksi dipersidangan, keterangan terdakwa,
Surat Dakwaan Jaksa Penuntut Umu, Surat Tuntutan Jaksa Penuntut Umum, dan
pemeriksaan identitas terdakwa pada sidang termaktub dalam Berita acara Sidang
dan pembenaran para saksi yang dihadpkan didepan persidangan bahwa yang sedang
diadili didepan persidangan Pengadilan Negeri Jambi adalah terdakwa AB alias AW
bin HAH, maka jelaslah sudah pengertian “setiap orang” yang dimaksudkan dalam
aspek ini adalah terdakwa AB alias AW bin HAH, sehingga Majelis Hakim
berpendapat unsur “setiap orang” telah terbukti secara sah dan meyakinkan menurut
hukum.
2. Unsur menempatkan, menteransfer, menitipkan, membawah keluar negri,
mengubah bentuk, menukar dengan mata uang atau surat berharga atau perbauatan
lain atas harta kekayaan yang diketahui atau patut diduganya merupakan hasil tindak
pidana narkotika dengan tujuan menyembuhnyikan atau menyamar asal usul harta
kekayaan. Unsur menempatkan, mentransfer, mengalihkan, membelanjakan,
membayar, mengibahkan, menitipkan, membawa keluar negri, mengubah bentuk,
menukar dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan lain atas harta
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
50
narkotika dengan tujauan menyembunyikan ataumenyamarkan asal usul harta
kekayaan.
Menimbang bahwa dalam pasal 3 undang-undang No. 8 tahun 2010 tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidan Pencucuian Uang kepada seseorang,
terlebih dahulu penyidik harus menemukan adanya fakta-fakta atau peristiwa hukum
yang menunjukan bahwah seorang tersebut menempatkan, mentransfer,
mengalihkan, membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa
keluar negri, mengubah bentuk menukarkan dengan mata uang atau surat berharga
atau perbuatan lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya
merupakan hasil tindak pidana sebagai mana dimaksud dalam pasal 2 ayat (1)
dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asla usul harta kekayaan hasil
tindak pidana.
Fakta dipersidangan terdakwa tidak memiliki pekerjan tetap namun memiliki
aset/ kekayaan berupa:
1. Rumah yang terletak di kelurahan olak kemang rt. 03 kecamatam danau teluk
kota jambi yang berasa dari pemberian orang tuanya dan telah dilakukakn
rehab pada tahun 2010 sampai tahun 2013.
2. 1 ( satu) unit mobil srv warnah hitam nomor polisi bh 533 ly dari pembelian
tahun 2015 a.n agus baithori
3. 1 ( satu) sepea motor honda vario nomor polisi bh 3613 ns dari pembelian
tahun 2013 a,n hamidah
51
4. Tanah 13 tumbuk ( 1300 m2)
5. 100 ( seratus)buah tabung gas elpigi 12 kg.
Menimmbang bahwah H selaku istri AB alias AW bin HAH ada mutasi
rekening berupa uang masuk
Berdasarkan keterangan dari bapak MN adalah teman sekaligus rekan
terdakwa dalam bisnis jaual beli mobil yang tinggal di KJ, transfer kerekening m.
Nasir tersebut terkait denga bisnis jual beli mobil yang mereka jalani dengan cara:
apabila ada permintaan mobil dari konsumen kepada terdakwa, selanjutnya terdakwa
memesan mobil yang dikehendaki konsumen kepada MN melakukan survey dan
mendapatkan mobil yang sesuai dengan permintaan konsumen dan diperoleh
kecocokan harga, maka MN memintak terdakwa untuk mentrasfer uang sejumlah
harga mobil tersebut.
Selama masa penyedikan diketahui, terdakwa melakukan bisnis jual beli
mobil dengan MN, dimana modal jual beli tersebut berasal proceeds of crime dengan
harga mentransfer uang dari rekening H kerekening MN. Jika dikatkan dengan TPPU
tindakan mengunakan proceeds of crime untuk bisnis atau usaha lazim dilakukan
oleh pelaku TPPU untuk menyamarkan dan menyembunyikan asal usul proceeds of
cerime
Dalam hal ini terlihat adanya fakta bahawa terdakwa AB sering menguankan
rekening istrinya H untuk meneria setor tunai maupun transfer. Upayah seperti ini
52
lazim dilakukan oleh pelaku TPPU dengan menempatkan proceds of cerime kepada
sistem jasa keuangan dengan tujuan menjauhkan dan menyembunyikan proceeds of
cerime
Barang bukti yang diajukan persidangan yaitu1 uint mobil CR-Z ZF-1 warna
putih No. Po. 53 LY berdasarkan bukti yang diajukan oleh terdakwa berupa Kwitansi
Pinjaman tahun 2010 dari AI mempunyai hutang Kepada HR (mertua terdakwa)
yaitu sebesar Rp. 500.000.000 (lima ratus juta rupiah) dan uang tersebut diberikan
kepada anak terdakwa untuk dibeilkan mobil CRZ warna putih.
Dari beberapa barang bukti terdakwa dapat membuktikan asal usul salah satu
kepemilikan mobil CRZ, sehinga majelis memandang adil apabila mobil tersebut
dikembalikan kepada terdakwa.
Menimbang bahwa terhadap barang bukti:
1. 1 ( satu) unit mobil crv warnah hitam nomor polisi BH 533 LY.
2. 1 (satu) buku BPKB an. AB jenis Honda CRV No. Pol BH 533 LY
3. 1 ( satu) sepea motor Honda Vario No. Pol BH 3613 warna Violet Silver
4. 1 (satu) BPKB SPM solo an. H No. Pol BH 3613 warna Violet Silver
5. 100 ( seratus)buah tabung gas elpigi 12 kg.
Terhadap bukti tersebut diatas terdakwa tidak dapat membuktikan asal usul
kepemilikannya, dan barang bukti tersebut berkaitan erat dengan tindak pidana
pencucian uang sehingga dipandang adil dirampas untuk Negara.
53
Sebelum Majelis Hakim menjatuhkan putusan pidana kepada Terdakwa,
maka perlu terlebih dahulu mempertimbangkan hal-hal yang memberatkan maupun
meringankan pidana yang akan dijatuhkan pada diri terdakwa yaitu:
1) Keadaan Yang Memberatkan
a) Terdakwa pernah dihukum
b) Terdakwa tidak koorperatif selama persidangan
2) Keadaan Yang Meringankan:
a) Terdakwa bersikap sopan dipersidangan
b) Terdakwa menyesali perbuatannya.
Memperhatikan pasal 3 Undang-undang RI nomor 8 Tahun 2010 Tentang
Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Undang-undang
nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan Kehakiman, Undang-undang Nomor 2
Tahun 1986 tentang Peradilan Umum sebagimana telah diubah dengan Undang-
undang nomor 8 Tahun 2004 dan Undang-undang Nomor 49 Taun 2009, Pasal 197
ayat (1) KUHP dan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perkara
ini.
54
Berdasarkan wawancara penulis bersama bapak Victor Yoti Rumahorbo
mengatakan:
Sikap dan prilaku dari terdakwa juga menjadi bahan pertimbangan
Majelis Hakim dalam menjatuhkan hukuman kepada terdakwa karena
didalam Pasal 197 KUHP hal yang memberatkan dan meringankan termasuk
dalam sistematika majelis hakim/seorang hakim dalam menjatuhkan
hukuman.38
Berdasarkan uraian diatas penulis menyimpulkan setiap putusan yang akan
dijatuhkan oleh Majelis Hakim kepada terdakwa maka mereka akan
mempertimbangkan dari segala pertimbangan, mulai dari dakwaan yang diajukan
oleh jaksa penuntut umum, keberatan yang diajukan oleh penasehat hukum, replik
yang diberikan oleh Jaksa Penuntut Umum, Duplik yang disampaikan oleh Penasehat
Hukum, keterangan dari Saksi dan Terdakwa, Barang Bukti, dan keadaan yang
memberatkan serta keadaan yang meringankan terdakwa demi keadilan bedasarkan
ketuhanan yang Maha Esa barulah majelis hakim memberikan putusan kepada
terdakwa.39
Dalam perkara ini dasar hukum hakim ialah pasal 3 uu no8 tahun 2010
tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang Dengan
Pidana Asal Tindak Pidana Narkotika.
C. Analisa Yuridis Putusan Hakim Perkara No 1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb
Terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang Pada Kasus Narkotika
38 Wawancara bersama bapak Victor Yoti Rumahorbo selaku Wakil Ketua/Hakim Pengadilan
Negeri Jambi, 05 Desember 2019 39 Analisa penulis dalam penelitian yang ditemukan dilapangan.
55
Pengadilan Negeri Jambi yang memeriksa dan mengadili perkara-perkara
pidana peradilan tingkat pertama dengan acara pemeriksaan biasa, telah menjatuhkan
putusan sebagai berikut dalam perkara Terdakwa AB kel. OK kec. DT KJI dengan
pekerjaan serbutan/wiraswasta, dan terdakwa dalam perkara ini tidak dilakukan
penahanan dikarenakan terdakwa sedang menjalani pidananya (Narkotika)
Menimbang, bahwa terdakwa di Persidangan didampingi oleh Penasehat
Hukum NF dan MC dan Rekan yang beralamat di Jalan AS No.47 KJ bedasarkan
surat kuasa khusus tertanggal 15 Desember 2016, beserta Kartu Identitas Advokat
setelah diteliti oleh Hakim Ketua lalu diperlihatkan kepada Penuntut Umum.
1. Menyatakan terdakwa, terdakwa bersalah melakukan tindak pidana
menempatkan, menteransfer, mengalihkan, membelanjakan, membayarkan,
mengibahkan, menitipkan, membawa keluar negri, mengubah bentuk,
menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbauatan lain atas harta
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
Nahkotika dengan tujuan menyembunyikan atau menyamarkan asal usul harta
kekayaan sebagai mana diatur dan diancam pidana pasal 3 UU No 8 Tahun 2010
tentang pencegahan dan pemberantasan tindak pidana pencucian Uang, dalam
surat akwaan kedua.
56
2. Menjatuhkan pidana terhadap terdakwa berupa pidana penjara selama 3 (tiga)
tahun dan denda sebesar 1.000.000.000.- (satu milyar rupiyah) dengan ketentuan
apabila denda tidak dibayar maka diganti dengan pidana kurungan selama 1
(satu) bulan.
3. Mengembalikan barang bukti berupa:
a. 1 (satu) unit mobil CR-Z ZF-1 warna putih No. Pol. BH 53 LY
b. 1 (satu) unit buku BPKB an. SF jenis Honda CR-Z ZF1 warna putih No. Pol.
BH 53 LY
1. Menyita barang bukti nerupa
a. 1 (satu) unit kendaraan Honda CRV
b. 1 (satu) buku BPKB an. AB jenis Honda CRV No. Pol BH 533 LY
c. 1 ( satu) sepea motor Honda Vario No. Pol BH 3613 warna Violet Silver
d. 1 (satu) BPKB SPM solo an. H No. Pol BH 3613 warna Violet Silver dan
e. 100 ( seratus)buah tabung gas elpigi 12 kg.
5. Menetapkan agar terdakwa membayar biaya perkara sebesar Rp. 2000,- (dua ribu
rupiah).
Berdasarkan uraian diatas dapat kita ketahui, Majelis Hakim Pengadilan
Negeri Jambi telah menjatuhkan hukuman kepada terdakwa AB dan dalam putusan
ini terdakwa AB terbukti melakukan kesalahan menurut pasal 3 UU No 8 Tahun
57
2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang,
dijatuhi hukuman penjara selama 3 (tiga) tahun dan denda sebesar Rp. 1000.000.000
,- (satu Milyar Rupiah) Subsidair 4 (empat) bulan, dan menyatakan mengembalikan
barang bukti 1 (satu) unit mobil CR-Z kepada AB, dan merampas barang bukti
berupa 1 (satu) unit mobil CRV, 1 (satu) unit sepeda motor (Vario), dan 100 (seratus)
tabung gas Elpiji 12 Kg untuk Negara.
Berdasarkan putusan yang dijatuhi oleh Majelis Hakim tentunya memberikan
efek jera kepada terdakwa dikarenakan terdakwa meyesali semua perbutan yang telah
ia lakukan dihadapan maejlis hakim dan berjanji tidak akan mengulangi kembali
perbuatan kejahatan yang ia lakukan. Berdasarkan wawancara bersama bapak wakil
ketua Pengadilan Negeri Jambi mengatakan:
Setiap narapidana yang telah dijatuhi hukuman rata-rata mereka
menyesali semua perbuatannya, apalagi mereka menjalaninya bertahun-tahun.
Ada sebagian kecil napi yang sering mengulangi perbuatannya itu dalam
golongan pencurian ringan, curan mor, ternak, dikarenakan motif kebutuhan
hidup yang mereka uatarakan.40
Dari penjelasan diatas dapat kita ketahui bahwa H dikenakan Sanksi hukuman
penajara selama 3 tahun dan membayar denda, serta mengembalikan dan menyita
barang bukti diwaktu persidangan.
40 Wawancara bersama bapak Victor Yoti Rumahorbo selaku Wakil Ketua/Hakim Pengadilan
Negeri Jambi, 05 Desember 2019
58
Masalah yang berkaitan dengan perumusan tindak pidana dan prosedur
pembuktian dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Pasal 2 menyatakan: Hasil
tindak pidana adalah harta kekayaan yang diperoleh dari tindak pidana:
a. Korupsi
b. Penyuapan
c. Narkotika dan
d. Tindak pidana lain yang diancam dengan pidana penjara 4 (empat) tahun atau
lebih, yang dilakukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia atau di
luar wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tindak pidana tersebut
juga merupakan tindak pidana menurut hukumIndonesia.
Harta kekayaan yang diketahui atau patut diduga akan digunakan dan/atau
digunakan secara langsung atau tidak langsung untukkegiatan terorisme, organisasi
teroris, atau teroris perseorangan. Ketentuan di atas menentukan secara limitatif
kejahatan-kejahatan yang menjadi tindak pidana asal (predicate offence) dari Tindak
Pidana Pencucian Uang yang merupakan follow up crime. Hal ini menunjukkan
bahwa untuk terjadinya TPPU terlebih dahulu ada tindak pidana/kejahatan lain yang
telah dilakukan oleh pelaku Tindak Pidana Pencucian Uang sebagaimana yang telah
ditentukan secara limitatif dalam Pasal 2.
Selanjutnya Pasal 3 menyatakan:
59
“Setiap orang yang menempatkan, mentransfer, mengalihkan,
membelanjakan, membayarkan, menghibahkan, menitipkan, membawa keluar negeri.
Mengubah bentuk, menukarkan dengan mata uang atau surat berharga atau perbuatan
lain atas harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dengan tujuan
menyembunyikanatau menyamarkan asal usul harta kekayaan dipidana karena tindak
pidana pencucian uang dengan pidana penjara paling lama 20 (dua puluh) tahun dan
denda paling banyak Rp. 10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).”
Pasal 4 menyatakan:
“Setiap orang yang menyembunyikan atau menyamarkan asal usul, sumber,
lokasi, peruntukan, pemgalihan hak-hak atau kepemilikan yang sebenarnya atas harta
kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil tindak pidana
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana karena tindak pidana
pencucian uang dengan pidana penjara paling lama 20(dua puluh) tahun dan denda
paling banyak Rp. 5.000.000.000,00 (lima miliar rupiah).”
Pasal 5 menyatakan:
1) Setiap orang yang menerima atau menguasai penempatan, pentransferan,
pembayaran, hibah, sumbangan, penitipan, penukaran, atau menggunakan
harta kekayaan yang diketahuinya atau patut diduganya merupakan hasil
tindak pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) dipidana dengan
pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp.
1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).
60
2) Ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak berlaku bagi pihak
pelapor yang melaksanakan kewajiban pelaporan sebagaimana diatur dalam
Undang-Undang ini. Ketentuan pada Pasal 3, 4, dan 5 tersebut sejalan dengan
ketentuan Pasal 2 yang menjelaskan adanya tindak pidana asal dalam Tindak
Pidana Pencucian Uang.
Dengan kata lain, untuk menetapkan telah terjadi suatu Tindak Pidana
Pencucian Uang dan pelakunya, maka terlebih dahulu dibuktikan adanya tindak
pidana asal. Akan tetapi ketentuan itu menjadi tidak jelas atau kontradiktif dengan
adanya ketentuan Pasal 69 yang menyatakan:
Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan terhadap tindak pidana pencucian uang tidak wajib dibuktikan terlebih
dahulu tindak pidana asalnya. Ketentuan Pasal 69 tersebut mengakibatkan tidak
adanya kepastian hukum dan dapat disalahgunakan oleh aparat penegak hukum
karena jelas-jelas Pasal 2, 3, 4, dan 5 mengatakan dengan tegas bahwa untuk Tindak
Pidana Pencucian Uang harus ada tindak pidana asal dan ini harus dibuktikan terlebih
dahulu atau setidak-tidaknya dibuktikan secara kebersamaan. Dari beberapa kasus
Tindak Pidana Korupsi khususnya yang ditangani oleh KPK, penyidikan, penuntutan
dan pemeriksaan di sidang pengadilan digabungkan dengan Tindak Pidana Pencucian
Uang.
61
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan sebelumnya maka penulis dapat mengambil
kesimpulan sebagai berikut:
1. Tindak pidana pencucian uang dalam perkara Nomor 1173/ Pid. Sus/ 2016 / PN.
Jmb. Dilakukan oleh dilakukan oleh AB dalam kurun waktu dari tahun 2008
sampai pada 23 November 2015. Merupakan warga RT. 03 kel. OK kec. DT KJ.
Dengan menggunakan nomor rekening H (istri AB), dengan melakukan setor,
transfer dan menerima transfer uang hasil kejahatan yg telah ia lakukan dalam
perkara ini AB sudah terbukti melakukan pelanggaran dengan ketentuan pasal 3
no. 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dam Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang.
2. Pertimbangan Hakim dalam menjatuhkan putusan terhadap pelaku tindak pidana
pencucian uang pada dalam perkara Narkoba dengan Putusan Nomor
1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb. Setiap putusan yang akan dijatuhkan oleh Majelis
Hakim kepada terdakwa maka mereka akan mempertimbangkan dari segala
pertimbangan, mulai dari dakwaan yang diajukan oleh jaksa penuntut umum,
62
keberatan yang diajukan oleh penasehat hukum, Replik yang diberikan oleh
Jaksa Penuntut Umum, Duplik yang disampaikan oleh Penasehat Hukum,
keterangan dari Saksi dan Terdakwa, Barang Bukti, dan keadaan yang
memberatkan serta keadaan yang meringankan terdakwa demi keadilan
bedasarkan ketuhanan yang Maha Esa barulah majelis hakim memberikan
putusan kepada terdakwa.
3. Analis Yuridis Putusan hakim perkara No 1173/Pid.Sus/2016/PN.Jmb terhadap
tindak pidana pencucian uang pada kasus narkotika. Ialah Majelis Hakim
Pengadilan Negeri Jambi telah menjatuhkan hukuman kepada terdakwa AB dan
dalam putusan ini terdakwa AB terbukti melakukan kesalahan menurut pasal 3
UU No 8 Tahun 2010 tentang Pencegahan Dan Pemberantasan Tindak Pidana
Pencucian Uang, dijatuhi hukuman penjara selama 3 (tiga) tahun dan denda
sebesar Rp. 1000.000.000 ,- (satu Milyar Rupiah) Subsidair 4 (empat) bulan.
Untuk dapat dilakukan penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang
pengadilan terhadap tindak pidana pencucian uang tidak wajib dibuktikan
terlebih dahulu tindak pidana asalnya. Ketentuan Pasal 69 tersebut
mengakibatkan tidak adanya kepastian hukum dan dapat disalahgunakan oleh
63
aparat penegak hukum karena jelas-jelas Pasal 2, 3, 4, dan 5 mengatakan dengan
tegas bahwa untuk Tindak Pidana Pencucian Uang harus ada tindak pidana asal
dan ini harus dibuktikan terlebih dahulu atau setidak-tidaknya dibuktikan secara
kebersamaan. Dari beberapa kasus Tindak Pidana Korupsi khususnya yang
ditangani oleh KPK, penyidikan, penuntutan dan pemeriksaan di sidang
pengadilan digabungkan dengan Tindak Pidana Pencucian Uang.
B. SARAN
Secara umum kegiatan yang dilakukam oleh Pengadilan Negeri Jambi dalam
menangani Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang sudah
cukup baik, namun pastinya ada beberapa hal yang perlu untuk dikelola kembali,
dikarenakan banyak masyarakat awam yang masih asing mendengarkan tindak pidana
pencucian uang ini, harapan bagi masyarakat banyak khsusunya agar Pengadilan
Negeri Jambi memberikan penyuluhan kepada masyarakat dan Instansi Perkantoran,
Pendidikan/Sekolahan, guna untuk mengetahui apa itu tindak pidana pencucian uang,
dan dampak hukum akibat tindak pidana tersebut, dan secara tidak langsung dapat
memberikan efek positif serta pengetahuan bagi masyarakat.
64
Disamping kerja keras yang telah dilakukan oleh Pengadilan Negeri Jambi,
masyarakat hendaklah menambah keimanan dengan lebih agar tidak mudah terbuai
dengan kenikmatan dunia, harta bukanlah segalanya, dengan kesyukuran dalam
keseharian maka perbuatan penyimpangan dengan sendirinya akan jauh dai
kehidupan
65
DAFATAR PUSTAKA
A. LITERATURE
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya (2018)
Erdianto Effendi, Hukum Pidana Indonesia, (Jakarta : PT Refika Aditama, 2014)
Johnny Ibrahim, Teoridan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, (Malang :
Bayumedia Publishing, 2006)
Litan Poltak Sinambela, Reformasi Pelayanan Publik,Teori, Kebijakan dan
Implementasi, (Jakarta : PT Bumi Kasara, 2017)
Muladi dan Barda Nawawi Arief, Teori-Teori dan Kebijakan Pidana. (Bandung:
PT.Alumni. 2005)
Novariza, Stindak Pidana Pencucian Uang Dan Pemulihan Aset Di Pasar Modal,
(Jakarta: Komisi Pemberantasan Korupsi KPK)
Ramelan dkk, Panduan Untuk Jaksa Penuntut Umum Indonesia dalam Penanganan
Harta Hasil Perolehan Kejahatan, (Jakarta : Indonesia-Australia Legal
Development Facility, 2008)
Supriyadi, Mengurai Implementasi dan Tantangan Anti-Pencucian Uang di
Indonesia, (Jakarta: Institute for Criminal Justice Reform, 2017)
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung : Alfabeta
2009)
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, (Jakarta : Press UI, 2015.
Suratman dan Philip Dillah, Metode Penelitian Hukum, (Bandung : Alfabeta, 2015)
66
B. Undang-Undang
Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP)
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-
Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP)
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2002 Tentang Tindak Pidana Pencucian Uang
Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2003 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 2002.
Undang-Undang No. 48 Tahun 2009 Tentang Kekuasaan Kehakiman
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 Tentang Pencegahan dan Pemberantasan
Tindak Pidana Pencucian Uang.
C. Website /Internet
Agus Muliadi, Tinjauan Yuridis Tindak Pidana Pencucian Uang Yang Berasal Dari
Tindak Pidana Korupsi Studi Kasus No. 48/Pid.Sus/2013/PN. Mks
Damayanti, “Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang Dalam
Transaksi Perbankan Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2010 (Studi
Kasus Putusan Nomor 64/Pid.Sus-TPK/2015/PN.Sby)”, Departemen Hukum
Pidana Fakultas Hukum Universitas Hasanuddin Makassar 2018.
Pengadilan Negeri Jambi, https://putusan.mahkamahagung.go.id/putusan/368f3279f
c8072e b91f fc2f 2c100 4191, pada 12 Oktober 2019
Ruus Liarosa Bella, Tinjauan Yuridis Terhadap Tindak Pidana Pencucian Uang Di
Bidang Pasar Modal”, jurnal Lex Crimen Vol. VI/No. 4/Jun/2017.
DOKUMENTASI
Gambar. 01. Bersama Bapak Victor Y.T Selaku Wakil Ketua/Hakim Pengadilan Negeri Jambi 2019
Gambar .02 bersama Bapak Kaswan, SH. Selaku Bagian Arsip Pengadilan Negeri Jambi
Gambar. 03. Pengambilan data bersama bapak Rio,SH Petugas Pusat Pelayanan Terpasu Satu Pintu
Pengadilan Negeri Jambi
Gambar. 04 Bersama Bapak Triono,SH selaku Petugas Bagian IT Pengadilan Negeri Jambi
Gambar .05 . Dokumentasi bersama Bapak Ridwan Bagian Arsip di Pengadilan Negeri Jambi 2019
Gambar. 06. Dokumentasi Penelitian di Pengadilan Negeri Jambi 2019.
CURRICULUM VITAE
Nama : BAYU ANGGI SAPUTRA
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Tempat, Tanggal Lahir: Pandan Makmur ,30 April 1997
Kewarganegaraan : Indonesia
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Alamat : Dusun Pandan Sari, RT 05 Desa Pandan Makmur, Kec. Geragai
Kab. Tanjung Jabung Timur.
No. Hp / WA : 085763085414
Email : [email protected]
IPK : 3,57
Gelar Keserjanaan : SARJANA HUKUM (S.H)
v Pendidikan Formal - SD No.169/X Pandan Makmur - MTS.N 4 Tanjung Jabung Timur - MA AL-HIDAYAH - UIN Sulthan Thaha Saifuddin Jambi
DATA PRIBADI
LATAR BELAKANG PENDIDIKAN