PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya...

17
PROSIDING| 166 SEMINAR NASIONAL JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG “KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA” Kamis/ 6 Oktober 2016 PERANAN PENDAMPING DESA DALAM MEMBENTUK MASYARAKAT SADAR BENCANA SEBAGAI SALAH SATU MITIGASI BENCANA Vevi Sunarti Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Negeri Padang [email protected] Abstract Undang-undang No. 6 of 2014 about Desa, Government Regulation No. 60 about Dana Desa and Permendes PDTT No. 3 of 2015 about Tenaga Pendamping Desaas the momentum for stakeholders to make disaster education as one of the priority programs in the development and empowerment of rural communities. This is due to the amount of damage and even setbacks against development outcomes caused by disaster is huge. In order to minimize the impact of disasters, so it needed the villagers are aware of disasters through disaster education. This disaster education is one important task that must be carried out by assistants villages particularly Cadre Community Empowerment (KPMD). KPMD is a member of the community that have a very central role as everyday direct contact with villagers. Disaster education program of the rural population is expected in turn spawned a cadre of community empowerment are aware of the disaster and villages disaster preparedness as one of the steps in disaster mitigation, so that the results of the development that has been undertaken by the government to minimize the risk of damage both a physical or non-physical when disaster strikes. Key words: disaster, mitigation, mentoring village, empowerment A. PENDAHULUAN Data Badan Penanggulangan Bencana (dibi.bnpb.go.id) dalam kurun waktu tahun 2000 sampai tahun 2016 di Sumatera Barat tercatat sebanyak 707 jumlah kejadian bencana baik alam ataupun non alam

Transcript of PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya...

Page 1: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

PROSIDING| 166

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”Kamis/ 6 Oktober 2016

PERANAN PENDAMPING DESA DALAM MEMBENTUKMASYARAKAT SADAR BENCANA SEBAGAI SALAH

SATU MITIGASI BENCANA

Vevi SunartiJurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Negeri [email protected]

AbstractUndang-undang No. 6 of 2014 about Desa, GovernmentRegulation No. 60 about Dana Desa and Permendes PDTTNo. 3 of 2015 about Tenaga Pendamping Desaas themomentum for stakeholders to make disaster education as oneof the priority programs in the development andempowerment of rural communities. This is due to the amountof damage and even setbacks against development outcomescaused by disaster is huge. In order to minimize the impact ofdisasters, so it needed the villagers are aware of disastersthrough disaster education. This disaster education is oneimportant task that must be carried out by assistants villagesparticularly Cadre Community Empowerment (KPMD).KPMD is a member of the community that have a very centralrole as everyday direct contact with villagers. Disastereducation program of the rural population is expected in turnspawned a cadre of community empowerment are aware ofthe disaster and villages disaster preparedness as one of thesteps in disaster mitigation, so that the results of thedevelopment that has been undertaken by the government tominimize the risk of damage both a physical or non-physicalwhen disaster strikes.

Key words: disaster, mitigation, mentoring village,empowerment

A. PENDAHULUANData Badan Penanggulangan Bencana (dibi.bnpb.go.id) dalam

kurun waktu tahun 2000 sampai tahun 2016 di Sumatera Barat tercatatsebanyak 707 jumlah kejadian bencana baik alam ataupun non alam

Page 2: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

167 | PROSIDING

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”

Kamis/ 6 Oktober 2016

dengan jumlah korban meninggal 2.180 orang, terluka 3.735 orangsedangkan jumlah rumah rusak berat sebanyak 72.333 rumah dan rusakringan sebanyak 139.585 rumah serta telah berdampak terhadapkehidupan sebanyak 102.031 jiwa. Besarnya akibat yang ditimbulkanoleh bencana tersebut tentu saja akan berakibat terhambatnya pemba-ngunan bahkan terjadi kemunduran dalam pembangunan, baik di kotaataupun di kawasan perdesaan akibat hancurnya sarana dan prasaranayang telah dibangun. Artinya, bencana alam ataupun bencana non alambisa menghancurkan sasaran agenda pembangunan yang telah tercapaidan mendorong jutaan orang akan kembali hidup di bawah garis ke-miskinan.

Salah satu dampak dari bencana tersebut adalah wilayahperdesaan. Kemunduran pembangunan kawasan perdesaan akibatbencana ini menjadi masalah tersendiri, di mana satu sisi pemerintahtelah mengalokasikan anggaran pembangunan desa dan di sisi lainpembangunan yang dilakukan tersebut memiliki ancaman terhadapbencana baik alam maupun bencana sosial yang pada gilirannya akanmenggerus anggaran juga. Karena akibat yang ditimbulkan bencana inidapat menghancurkan hasil-hasil pembangunan yang telah diperolehdengan susah payah. Sementara dana yang digunakan untuk tanggapdarurat dan pemulihan pasca bencana juga telah mengurangi anggaranyang seharusnya dapat dimanfaatkan untuk pembangunan nasional danprogram-program pengentasan kemiskinan ataupun program pember-dayaan masyarakat lainnya.

Sejatinya dampak yang ditimbulkan oleh bencana ini bisadiminimalisir, jika kesadaran masyarakat di suatu daerah yang rawanbencana terpupuk sejak dini. Kesadaran bencana bukanlah lahir sertamerta ataupun instan namun harus melalui berbagai cara, salah satunyaadalah pendidikan kebencanaan yang bisa didapatkan melalui pen-didikan keluarga, sekolah ataupun pendidikan luar sekolah.

Selama ini bencana selalu dianggap sebagai sesuatu yang diluar kendali manusia. Sebetulnya, jika kaji lebih jauh, bencana juga taklepas dari kegagalan kita untuk memasukkan faktor dan potensipengurangan resiko bencana ke dalam arus utama perencanaan dankebijakan pembangunan. Bencana memang tidak dapat kita hindari,tetapi bencana tidak terjadi begitu saja. Dalam taraf tertentu, bencanaterjadi karena kegagalan pembangunan yang mengakibatkan pening-katan kerentanan terhadap resiko bencana (Teddy Lesmana, 2012).

Page 3: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

PROSIDING| 168

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”Kamis/ 6 Oktober 2016

Di sisi lain dengan lahirnya undang-undang nomor 6 tahun2014 tentang desa serta peraturan turunannya yang salah satunyatentang dana desa dan program pemberdayaan masyarakat melaluipendampingan pembangunan desa, maka sudah menjadi sebuah kenis-cayaan bahwa salah satu program dalam pendampingan yangdilakukan oleh tenaga pendamping pembangunan desa adalah programpendidikan kebencanaan terhadap masyarakat desa sehingga diharap-kan pada gilirannya akan melahirkan kader-kader pemberdayaanmasyarakat desa yang sadar bencana dan desa-desa siaga bencana se-bagai salah satu langkah dalam mitigasi bencana, sehingga hasil-hasilpembangunan yang telah dilakukan oleh pemerintah dapat diminimali-sasi resiko kerusakannya baik secara fisik ataupun non fisik jika benca-na terjadi.

B. LANDASAN TEORI1. Desa dan Dana Desa

Secara etimologi kata desa berasal dari bahasa Sansekerta,deca yang berarti tanah air, tanah asal, atau tanah kelahiran. Dariperspektif geografis, desa atau village diartikan sebagai “a groups ofhauses or shops in a country area, smaller than a town”. Desa adalahkesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengu-rus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adatistiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional dan berada diDaerah Kabupaten. Desa menurut H.A.W. Widjaja dalam bukunyayang berjudul “Otonomi Desa” menyatakan bahwa “Desa adalahsebagai kesatuan masyarakat hukum yang mempunyai susunan asliberdasarkan hak asal-usul yang bersifat istimewa. Landasan pemikirandalam mengenai Pemerintahan Desa adalah keanekaragaman, partisi-pasi, otonomi asli, demokratisasi dan pemberdayaan masyarakat”(Widjaja, 2003).

Desa adalah desa dan desa adat atau yang disebut dengan namalain, selanjutnya disebut Desa, adalah kesatuan masyarakat hukumyang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur danmengurus urusan pemerintahan, kepentingan masyarakat setempatberdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradi-sional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan NegaraKesatuan Republik Indonesia (UU Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desapasal 1).

Page 4: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

169 | PROSIDING

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”

Kamis/ 6 Oktober 2016

Sedangkan menurut UU Nomor 32 Tahun 2004 tentangPemerintahan Daerah menyebutkan desa adalah mengartikan Desasebagai berikut, “Desa atau yang disebut nama lain, selanjutnya dise-but desa, adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus kepen-tingan masyarakat setempat, berdasarkan asal-usul dan adat istiadatsetempat yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahanNegara Kesatuan Republik Indonesia (UU Nomor 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah pasal 1 ayat 12).

Dalam pengertian desa menurut Widjaja dan UU Nomor 32Tahun 2004 di atas sangat jelas sekali bahwa desa merupakan selfcommunity yaitu komunitas yang mengatur dirinya sendiri. Denganpemahaman bahwa desa memiliki kewenangan untuk mengurus danmengatur kepentingan masyarakatnya sesuai dengan kondisi dan sosialbudaya setempat, maka posisi desa yang memiliki otonomi asli sangatstrategis, sehingga memerlukan perhatian yang seimbang terhadap pe-nyelenggaraan otonomi daerah. Karena dengan otonomi desa yangkuat akan mempengaruhi secara signifikan perwujudan otonomi dae-rah.

Dana desa telah diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 60Tahun 2014 tentang dana desa yang bersumber dari APBN, Pasal 1,ayat 2 menyebutkan bahwa dana desa adalah dana yang bersumber dariAnggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang diperuntuk-kan bagi desa yang ditransfer melalui Anggaran Pendapatan danBelanja Daerah (APBD) kabupaten/kota dan digunakan untuk mem-biayai penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan pembangunan,pembinaan kemasyarakatan, dan pemberdayaan masyarakat.

Dana desa digunakan untuk membiayai penyelenggaraanpemerintahan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat dan kemasya-rakatan. Sedangkan prioritas penggunaan dana desa tersebut adalahuntuk pembangunan dan pemberdayaan. Pengaturan prioritas penggu-naan dana desa bertujuan untuk:a. menentukan program dan kegiatan bagi penyelenggaraan kewe-

nangan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa yangdibiayai oleh dana desa.

b. sebagai acuan bagi pemerintah kabupaten/kota dalam menyusunpedoman teknis penggunaan dana desa; dan

c. sebagai acuan bagi pemerintah dalam pemantauan dan evaluasi pe-laksanaan penggunaan dana desa.

Page 5: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

PROSIDING| 170

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”Kamis/ 6 Oktober 2016

2. Pendampingan Desa dan Tenaga PendampingMenurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2014 tentang Desa,

kegiatan pendampingan desa adalah kegiatan untuk melakukan tin-dakan pemberdayaan masyarakat melalui asistensi, pengorganisasian,pengarahan dan fasilitasi desa.

Pendampingan sebagai suatu strategi yang umum digunakanoleh pemerintah dan lembaga non profit dalam upaya meningkatkanmutu dan kualitas dari sumber daya manusia, sehingga mampu meng-indentifikasikan dirinya sebagai bagian dari permasalahan yang diala-mi dan berupaya untuk mencari alternatif pemecahan masalah yangdihadapi. Kemampuan sumber daya manusia sangat dipengaruhi olehkeberdayaan dirinya sendiri. Oleh karena itu sangat dibutuhkan ke-giatan pemberdayaan disetiap kegiatan pendampingan. Suharto (2005)menguraikan bahwa pendampingan merupakan satu strategi yangsangat menentukan keberhasilan program pemberdayaan masyarakat,selanjutnya dikatakannya pula dalam kutipan Payne (1986) bahwa pen-dampingan merupakan strategi yang lebih mengutamakan “making thebest of the client’s resources”.

Menurut Departemen Sosial, (2005) pendampingan adalahproses pembimbingan atau pemberian kesempatan kepada masyarakat,khususnya masyarakat miskin yang dilakukan oleh para pendampingatau fasilitator melalui serangkaian aktivitas yang memungkinkankomunitas tersebut memiliki kemampuan dan kepercayaan diri dalammenghadapi permasalahan di seputar kehidupannya.

Sedangkan tujuan pendampingan desa menurut Permendes RINomor 3 Tahun 2015, Pasal 2 meliputi:a. meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas pemerinta-

han desa dan pembangunan desa;b. meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat desa

dalam pembangunan desa yang partisipatif;c. meningkatkan sinergi program pembangunan desa antar sektor;d. mengoptimalkan aset lokal desa secara emansipatoris.

Pendampingan pada dasarnya merupakan upaya untuk menga-jak serta dan membimbing masyarakat (individu atau kelompok) untukmengembangkan berbagai potensi yang dimilikinya, agar mampu men-capai kualitas kehidupan yang lebih baik. Program pendampingan inimembutuhkan ketersediaan sumber daya manusia (SDM) memilikiintegritas dan kualitas, yang mampu berperan sebagai fasilitator,

Page 6: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

171 | PROSIDING

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”

Kamis/ 6 Oktober 2016

komunikator dan dinamisator, serta berperan sebagai konsultan tempatbertanya bagi kelompok (CCDP, 2015).

Berdasarkan hal di atas, pendampingan bisa diartikan sebagaikegiatan yang menggunakan bantuan dari pihak luar, baik peroranganmaupun kelompok untuk menambahkan kesadaran dalam rangka pe-menuhan kebutuhan dan pemecahan permasalahan. Pendampingandiupayakan untuk menumbuhkan keberdayaan dan keswadayaan agarmasyarakat yang didampingi dapat hidup secara mandiri. Jadi pendam-pingan merupakan kegiatan untuk membantu individu maupun kelom-pok yang berangkat dari kebutuhan dan kemampuan kelompok yangdidampingi dengan mengembangkan proses interaksi dan komunikasidari, oleh, dan untuk anggota, serta mengembangkan kesetiakawanandan solidaritas kelompok dalam rangka menumbuhkembangkan kesa-daran sebagai manusia yang utuh, berperan dalam kehidupan masya-rakat sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.

Untuk mesukseskan kegiatan pendampingan desa dalammembangun, maka pemerintah menyiapkan tenaga pendamping desayang terdiri dari: (a) tenaga pendamping profesional; (b) Kader Pem-berdayaan Masyarakat Desa; dan/atau (c) pihak ketiga (Permendes RINomor 3 Tahun 2015).

Tenaga pendamping profesional terdiri atas: (a) pendampingdesa yang berkedudukan di kecamatan; (b) pendamping teknis berke-dudukan di kabupaten; dan (c) Tenaga Ahli Pemberdayaan Masyarakatberkedudukan di pusat dan provinsi, sedangkan Kader PemberdayaanMasyarakat Desa berkedudukan di Desa. Pihak ketiga sebagai pen-damping desa terdiri dari: (a) Lembaga Swadaya Masyarakat; (b) Per-guruan Tinggi; (c) Organisasi Kemasyarakatan; atau (d) Perusahaan(Permendes RI Nomor 3 Tahun 2015).

Seorang pendamping mempunyai peranan kunci dalamprogram pengembangan masyarakat. Tugas utama seorang pendam-ping adalah menggali, membangun dan mengembangkan kapasitasmasyarakat agar mampu mengorganisasi dirinya kelompoknya, sertamenentukan sendiri upaya-upaya yang diperlukan dalam memperbaikikehidupan mereka. Pendamping bekerja bersama-sama dengan masya-rakat untuk membangun kepercayaan diri mereka terhadap kemam-puan dan potensi yang sebenarnya mereka miliki.

Pendamping desa bertugas mendampingi desa dalam penye-lenggaraan pembangunan Desa dan pemberdayaan masyarakat desa.Pendamping Desa melaksanakan tugas mendampingi desa, meliputi:

Page 7: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

PROSIDING| 172

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”Kamis/ 6 Oktober 2016

a. mendampingi desa dalam perencanaan, pelaksanaan, dan peman-tauan terhadap pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakatdesa;

b. mendampingi desa dalam melaksanakan pengelolaan pelayanansosial dasar, pengembangan usaha ekonomi desa, pendayagunaansumber daya alam dan teknologi tepat guna, pembangunan saranaprasarana desa, dan pemberdayaan masyarakat desa;

c. melakukan peningkatan kapasitas bagi pemerintahan desa, lem-baga kemasyarakatan desa dalam hal pembangunan dan pember-dayaan masyarakat desa;

d. melakukan pengorganisasian di dalam kelompok-kelompokmasyarakat desa;

e. melakukan peningkatan kapasitas bagi kader pemberdayaanmasyarakat desa dan mendorong terciptanya kader-kader pemba-ngunan desa yang baru;

f. mendampingi desa dalam pembangunan kawasan perdesaan secarapartisipatif; dan

g. melakukan koordinasi pendampingan di tingkat kecamatan danmemfasilitasi laporan pelaksanaan pendampingan oleh camat ke-pada pemerintah daerah kabupaten/kota.

Menurut Permendes RI Nomor 3 Tahun 2015 pasal 24 menye-butkan bahwa kompetensi pendamping desa sekurang-kurangnya me-menuhi unsur kualifikasi antara lain:a. memiliki pengetahuan dan kemampuan dalam pemberdayaan

masyarakat;b. memiliki pengalaman dalam pengorganisasian masyarakat desa;c. mampu melakukan pendampingan usaha ekonomi masyarakat de-

sa;d. mampu melakukan teknik fasilitasi kelompok-kelompok masya-

rakat desa dalam musyawarah desa; dan/atau memiliki kepekaanterhadap kebiasaan, adat istiadat dan nilai-nilai budaya masyarakatdesa.

3. Bencana dan Mitigasi BencanaBencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang

mengancam dan mengganggu kehidupan dan penghidupan masyarakatyang disebabkan oleh faktor alam dan/atau faktor non alam maupunfaktor manusia, sehingga mengakibatkan timbulnya korban jiwa manu-

Page 8: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

173 | PROSIDING

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”

Kamis/ 6 Oktober 2016

sia, kerusakan lingkungan, kerugian harta benda, dan dampak psiko-logis (Pasal 1 ayat 1 UU Nomor 24 Tahun 2007). Rahmat (2006)menya-takan bahwa mitigasi adalah suatu tahapan yang bertujuanuntuk mengurangi kemungkinan dampak negative kejadian bencanaterhadap kehidupan dengan menggunakan cara alternatif yang lebih da-pat diterima secara ekologi. Bencana ini bisa berupa gempa bumi,tsunami, banjir, longsor, kebakaran, angin puting beliung, wabah pe-nyakit maupun kecelakaan lalu lintas dan lainnya.

Sebagai daerah yang rawan bencana, maka penanggulanganbencana sudah dimulai dari tahap pra bencana atau yang lebih dikenaldengan mitigasi bencana. Mitigasi merupakan serangkaian upaya untukmengurangi resiko bencana, baik melalui pembangunan fisik maupunpenyadaran dan peningkatan kemampuan menghadapi ancaman ben-cana. Resiko (risk) bencana adalah potensi kerugian yang ditimbulkanakibat bencana pada suatu wilayah dan kurun waktu tertentu berupakematian, luka, sakit, jiwa terancam, hilangnya rasa aman, mengungsi,kerusakan atau kehilangan harta, dan gangguan kegiatan masyarakat.Kegiatan mitigasi dapat dilakukan melalui sosialisasi bagaimanamenghadapi bencana, simulasi evakuasi bencana, rambu-rambu rawanbencana, membuat jalur evakuasi, pendidikan dan pelatihan mengha-dapi dan mengurangi dampak bencana, dan lain sebagainya.

Mitigasi bencana bisa berupa mitigasi fisik dan mitigasi nonfisik. Mitigasi fisik (structure mitigation) merupakan upaya yangdilakukan untuk mengurangi resiko bencana dengan menurunkankerentanan dan/atau meningkatkan kemampuan menghadapi ancamanbencana dengan membangun infrastruktur. Sedangkan mitigasi nonfisik merupakan (non structure mitigation) upaya yang dilakukanuntuk mengurangi resiko bencana dengan menurunkan kerentanan dan/atau meningkatkan kemampuan menghadapi ancaman bencana denganmeningkatkan kapasitas pemerintah dan masyarakat dalam mengha-dapi bencana (Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 118 Tahun2008).

Menurut Nirmalawati (2011) bencana dapat terjadi karenaditimbulkan oleh beberapa faktor, yaitu: (1) kurangnya pemahamantentang karakteristik bencana; (2) sikap atau perilaku yang meng-akibatkan kualitas sumber daya alam; (3) kurangnya informasi per-ingatan dini; dan (4) ketidak berdayaan atau ketidak mampuan dalammenghadapi bahaya. Karena bencana merupakan suatu proses keja-dian, maka diperlukan suatu penanganannya dalam manajemen ben-

Page 9: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

PROSIDING| 174

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”Kamis/ 6 Oktober 2016

cana, yaitu dimana seluruh kegiatan yang meliputi aspek perencanaandan penanggulangan bencana, pada sebelum, saat dan sesudah terjadibencana dimana dikenal dengan ”Siklus Manajemen Bencana”.

Siklus manajemen bencana dibagi dalam tiga kegiatan utama,yaitu: (1) kegiatan pra bencana (pencegahan, mitigasi, kesiap siagaan,serta peringatan dini); (2) kegiatan saat terjadi bencana (tanggap daru-rat, seperti SAR, bantuan darurat dan pengungsian); dan (3) kegiatanpasca bencana (pemulihan, rehabilitasi dan rekonstruksi). Kegiatan prabencana inilah yang sering dilupakan, padahal justru kegiatan pada prabencana ini sangat penting karena apa yang sudah dipersiapkan padatahap ini merupakan modal dalam menghadapi bencana dan pascabencana.

Menurut Agus Rahmat dalam artikel Manajemen dan MitigasiBencana secara umum kegiatan manajemen bencana dapat dibagi da-lam kedalam tiga kegiatan utama, yaitu:1. Kegiatan pra bencana yang mencakup kegiatan pencegahan, miti-

gasi, kesiap siagaan, serta peringatan dini;2. Kegiatan saat terjadi bencana yang mencakup kegiatan tanggap

darurat untuk meringankan penderitaan sementara, seperti kegiatanSearch And Rescue (SAR), bantuan darurat dan pengungsian;

3. Kegiatan pasca bencana yang mencakup kegiatan pemulihan, reha-bilitasi, dan rekonstruksi.

Kegiatan pada tahap pra bencana selama ini masih kurangmenjadi perhatian, padahal kegiatan ini sangat penting karena merupa-kan modal sebagai persiapan dalam menghadapi bencana dan pascabencana. Sedikit sekali pemerintah bersama masyarakat maupunswasta memikirkan tentang langkah-langkah atau kegiatan-kegiatanapa yang perlu dilakukan di dalam menghadapi bencana atau bagai-mana memperkecil dampak bencana.

Berdasarkan Konferensi Pengurangan Bencana Dunia,substansi dasar yang merupakan prioritas kegiatan mitigasi sampaitahun 2015, antara lain:1. meletakkan pengurangan resiko bencana sebagai prioritas nasional

maupun daerah yang pelaksanaannya harus didukung oleh kelem-bagaan yang kuat;

2. mengidentifikasi, mengkaji dan memantau risiko bencana sertamenerapkan sistem peringatan dini;

Page 10: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

175 | PROSIDING

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”

Kamis/ 6 Oktober 2016

3. memanfaatkan pengetahuan, inovasi dan pendidikan untuk mem-bangun kesadaran keselamatan diri dan ketahanan terhadap benca-na pada semua tingkatan masyarakat;

4. mengurangi faktor-faktor penyebab risiko bencana;5. memperkuat kesiapan menghadapi bencana pada semua tingkatan

masyarakat agar respons yang di lakukan lebih efektif;

C. PEMBAHASAN1. Pembangunan dan Pemberdayaan Desa

Pada hakekatnya pembangunan desa dilakukan oleh masya-rakat bersama-sama pemerintah terutama dalam memberikan bimbi-ngan, pengarahan, bantuan pembinaan, dan pengawasan agar dapat di-tingkatkan kemampuan masyarakat dalam usaha menaikan taraf hidupdan kesejahteraannya. Menurut Kartasasmita (1997) hakekat pemba-ngunan nasional adalah manusia itu sendiri yang merupakan titik pusatdari segala upaya pembangunan dan yang akan dibangun adalah ke-mampuan dan kekuatannya sebagai pelaksana dan penggerak pem-bangunan. Sedangkan menurut Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014Pasal 1 menyebutkan bahwa pembangunan desa adalah upaya pening-katan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kesejah-teraan masyarakat desa.

Komitmen pemerintah Republik Indonesia terhadap pemba-ngunan perdesaan pada tahun 2016 ini sangat tinggi, hal ini bisa dilihatdari sisi alokasi anggaran dana desa yang mencapai Rp46,98 triliyun.Untuk Sumatera Barat saja pada tahun anggaran 2016 mempunyaialokasi dana desa sebesar Rp598.637.609.000,00 dengan jumlah desasebanyak 880 buah desa (Data Kemenkeu, 2015). Dana yang besartentunya saja menuntut pengelola dan semua pihak yang terlibat harusmengelola dengan akuntabilitas dan penuh tanggungjawab. Sebagaibagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional, desamerupakan bagian tolok ukur keberhasilan suatu pembangunan jikadilihat dari distribusi pembangunan itu sendiri.

Pembangunan kawasan perdesaan merupakan bagian daripembangunan nasional dan pembangunan desa ini memiliki arti danperanan yang penting dalam mencapai tujuan nasional, karena desabeserta masyarakatnya merupakan basis ekonomi, politik, sosial bu-daya dan pertahanan keamanan. Kawasan Perdesaan adalah kawasanyang mempunyai kegiatan utama pertanian, termasuk pengelolaansumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan sebagai tempat

Page 11: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

PROSIDING| 176

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”Kamis/ 6 Oktober 2016

permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan so-sial, dan kegiatan ekonomi.

Pemerintah melalui Kementerian Desa, Pembangunan DaerahTertinggal dan Transmigrasi RI telah membuat berbagai program prio-ritas yang berhubungan dengan pembangunan kawasan perdesaan diseluruh Indonesia. Salah satu dari tujuh program prioritas kementeriandesa adalah pembangunan sumber daya manusia, pemberdayaan, danmodal sosial budaya masyarakat desa termasuk di kawasan trans-migrasi. Implementasi kegiatan dari program prioritas ini melalui jalanpeningkatkan peran aktif masyarakat desa sebagai tenaga pendidikandan kader kesehatan.

Pemberdayaan masyarakat, secara lugas dapat diartikan se-bagai suatu proses yang membangun manusia atau masyarakat melaluipengembangan kemampuan masyarakat, perubahan perilaku masyara-kat, dan pengorganisasian masyarakat. Dari definisi tersebut terlihatada tiga tujuan utama dalam pemberdayaan masyarakat, yaitu me-ngembangkan kemampuan masyarakat, mengubah perilaku masyara-kat, dan mengorganisir diri masyarakat.

Pemberdayaan masyarakat bisa dilakukan oleh banyak elemen:pemerintah, perguruan tinggi, lembaga swadaya masyarakat, pers,partai politik, lembaga donor, aktor-aktor masyarakat sipil, atau olehorganisasi masyarakat lokal sendiri. Birokrasi pemerintah tentu sajasangat strategis karena mempunyai banyak keunggulan dan kekuatanyang luar biasa ketimbang unsur-unsur lainnya: mempunyai dana,aparat yang banyak, kewenangan untuk membuat kerangka legal, kebi-jakan untuk pemberian layanan publik, dan lain-lain. Proses pember-dayaan bisa berlangsung lebih kuat, komprehensif dan berkelanjutanbila berbagai unsur tersebut membangun kemitraan dan jaringan yangdidasarkan pada prinsip saling percaya dan menghormati (Sutoro Eko,2002).

2. Pendampingan Desa dan Mitigasi BencanaKegiatan pendampingan desa ini pada dasarnya merupakan

upaya untuk mengajak serta dan membimbing masyarakat (individuatau kelompok) untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimi-likinya, agar mampu mencapai kualitas kehidupan yang lebih baik.Program pendampingan ini membutuhkan ketersediaan sumberdayamanusia (SDM) memiliki integritas dan kualitas, yang mampu berpe-

Page 12: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

177 | PROSIDING

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”

Kamis/ 6 Oktober 2016

ran sebagai fasilitator, komunikator dan dinamisator, serta berperansebagai konsultan tempat bertanya bagi kelompok masyarakat desa.

Tujuan pendampingan desa dalam Permendes RI Nomor 3Tahun 2015 meliputi:a. meningkatkan kapasitas, efektivitas dan akuntabilitas pemerinta-

han desa dan pembangunan desa;b. meningkatkan prakarsa, kesadaran dan partisipasi masyarakat desa

dalam pembangunan desa yang partisipatif;c. meningkatkan sinergi program pembangunan desa antarsektor; dand. mengoptimalkan aset lokal desa secara emansipatoris.

Untuk melaksanakan pendampingan ini, berdasarkanPermendes RI Nomor 3 Tahun 2015 disebutkan bahwa tenaga pendam-ping desa terdiri dari tiga kelompok yaitu: (1) tenaga pendampingprofesional; (2) kader pemberdayaan masyarakat (KPM); dan (3) pihakketiga.

Tenaga pendamping profesional terdiri atas: (a) pendampingdesa yang berkedudukan di kecamatan; (b) pendamping teknis berke-dudukan di kabupaten; dan (c) tenaga ahli pemberdayaan masyarakatberkedudukan di pusat dan provinsi, sedangkan Kader PemberdayaanMasyarakat Desa (KPMD) berkedudukan di desa. Pihak ketiga sebagaipendamping desa juga bisa berupa: (a) lembaga swadaya masyarakat(LSM); (b) perguruan tinggi; (c) organisasi kemasyarakatan; atau (d)perusahaan (Permendes RI Nomor 3 Tahun 2015).

Jika dilihat dari Permendes RI Nomor 3 Tahun 2015 tersebut,terlihat bahwa tenaga pendamping yang bersentuhan langsung denganmasyarakat desa adalah Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa(KPMD), sedangkan pendamping teknis berkedudukan di kecamatandan tenaga ahli berkedudukan di pusat dan provinsi. Hal ini tentu sajamenjadi tantangan tersendiri bagi KPM dalam melakukan pendam-pingan pembangunan desa karena kurang efektif mengingat lokasi danjarak antar desa dengan kecamatan dan bahkan ibu kota propinsi relatifjauh. Untuk itu, tugas dan tanggungjawab yang sangat besar beradapada Kader Pemberdayaan masyarakat desa yang berada di gardaterdepan dan sehari-hari bersentuhan langsung dengan masyarakat danpembangunan desa.

Dengan strategisnya peran kader pemberdayaan masyarakathal ini menjadi tantangan tersendiri bagi tenaga pendamping profesi-onal dan tenaga ahli untuk mentransfer knowledge kepada KPM

Page 13: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

PROSIDING| 178

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”Kamis/ 6 Oktober 2016

tersebut, melakukan mentoring dalam rangka pemberdayaannyakhususnya dalam mitigasi bencana melalui pemberian pendidikankebencanaan.

KPMD sebaiknya berasal dan besar di daerah atau desa ter-sebut serta memiliki pengetahuan, pengaruh, kemauan dan kemampuanuntuk menggerakkan masyarakat untuk berpartisipasi dalampemberdayaan masyarakat dan pembangunan partisipatif. Pem-bangunan partisipatif adalah pembangunan yang dilaksanakan dari,oleh dan untuk masyarakat meliputi perencanaan, pelaksanaan, pe-ngendalian, pemanfaatan dan pemeliharaan hasil-hasil pembangunanserta pengembangan tindak lanjut hasil pembangunan, dengan peranserta seluruh lapisan masyarakat.

Walaupun dalam Permendes RI Nomor 3 Tahun 2015 tidakmenyebutkan secara langsung kompetensi dari KPMD, namun menurutpandangan penulis, kompetensi dari KPMD sebagai bagian dari tenagapendamping desa sangat penting, karena akan menjadi fasilitator,mediator ataupun mentor terhadap masyarakat desa dalam rangkapemberdayaan masyarakat baik yang bersifat fisik ataupun non fisik.Menurut Permendes RI Nomor 3 Tahun 2015 KPMD bertugas untukmenumbuhkan dan mengem-bangkan, serta menggerakkan prakarsa,partisipasi, dan swadaya go-tong-royong. Artinya, disini seorangKPMD adalah seorang yang bisa menggerakkan atau mempunyaipengaruh yang sangat kuat di tengah-tengah masyarakat desa tersebutagar program pendampingan desa ini berjalan dengan baik. KPMD disini bisa seorang ulama, tokoh adat ataupun seseorang yang dituakandalam kehidupan bermasyarakat, karena para KPMD ini akan ikut sertamembantu kepala desa atau wali nagari untuk pembentukan organisasipembangunan desa.

Salah satu tugas besar dari seorang pendamping desa adalahmelakukan edukasi tentang mitigasi bencana melalui pendidikan ke-bencanaan yang bertujuan menciptakan masyarakat sadar bencana.Masyarakat sadar bencana adalah kondisi masyarakat yang memilikipengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan kepedulian dengan hal-hal yang berkaitan dengan kebencanaan, sehingga memiliki kesadaranuntuk bersikap dan melakukan adaptasi di wilayah yang rawanbencana dengan sebaik baiknya, dan dapat berpartisipasi secara aktifdalam meminimalisir terjadinya bencana atau mengatasi dampak apa-bila terjadi bencana. Dalam upaya membangun masyarakat atau komu-nitas yang sadar bencana ini, pendidikan kebencanaan menjadi pintu

Page 14: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

179 | PROSIDING

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”

Kamis/ 6 Oktober 2016

masuk yang cukup penting dan strategis. Pendidikan kebencanaandapat dilaksanakan melalui pendidikan formal, non formal maupuninformal.

Pendidikan kebencanaan sebagai upaya untuk membangunmasyarakat sadar bencana memiliki dimensi kajian yang cukup luas,dan dalam implementasinya perlu memperhatikan metode, media yangsesuai dan perlu menjalin kerjasama dengan pihak lain yang memilikimisi yang sama, untuk menuju terwujudnya masyarakat partisipatifdalam mengelola bencana. Dengan pendidikan kebencanaan, diharap-kan cita-cita bersama masyarakat Indonesia khususnya masyarakatdesa dapat terwujud, sehingga dapat menikmati hidup lebih aman, ten-teram dan sejahtera dan pada gilirannya dana desa yang digelontorkanoleh negara kepada setiap desa menjadi lebih berarti dan dapat mendo-rong pembangunan nasional.

Berbagai pengalaman menunjukkan bahwa kesiapan mengha-dapi bencana ini seringkali terabaikan pada masyarakat yang belummemiliki pengalaman langsung dengan bencana. Salah satu indikatorkurangnya kesadaran bencana adalah banyaknya alat-alat peraga ben-cana, peta, petunjuk jalur evakuasi, sistem peringatan dini bencanabaik gempa/tsunami, alarm kebakaran, alat pemadam api ringan(APAR) yang banyak tidak berfungsi, dirusak atau bahkan hilang.

Hal ini tidak semata-mata kesalahan dari masyarakat,pemerintah pun punya andil besar sebagai pemangku kepentingan danpengambil kebijakan belum optimal dalam mensosialisasikan kepadamasyarakat pentingnya mitigasi bencana yang dimulai dari lingkunganterkecil yaitu keluarga. Untuk itu melalui tenaga pendamping profe-sional yang terdiri dari tenaga ahli ataupun terampil diharapkanmampu menjadi fasilitator, mediator atapun mentor terhadap kaderpemberdayaan masyarakat dan masyarakat desa untuk memberikanpendidikan kebencanaan sebagai salah satu langkah dalam mitigasibencana. Sehingga pada gilirannya akan melahirkan kader pemberda-yaan, keluarga, masyarakat dan desa yang sadar dan tanggap serta siapterhadap berbagai bencana dalam rangka meminimalisir dampak danresiko bencana.

Berdasarkan hal tersebut di atas serta begitu sentralnya perandari seorang KPMD ataupun pendamping professional lainnya, makasinergitas antara para pendamping tersebut sangat diperlukan dalammelakukan edukasi kepada masyarakat desa tentang mitigasi bencanamelalui pendidikan kebencanaan yang dapat ditempuh dengan jalan

Page 15: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

PROSIDING| 180

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”Kamis/ 6 Oktober 2016

formal ataupun non formal. Beberapa langkah kongkrit yang dapatditempuh dalam mengajarkan pendidikan kebencanaan terhadapmasyarakat desa diantaranya sebagai berikut.1) Memberikan pemahaman kepada setiap kader pemberdayaan dan

masyarakat terhadap setiap bahaya yang terjadi serta sifat-sifatnya,yaitu: (a) penyebab-penyebabnya misalnya bermain api/lilin,petasan dan colokan listrik yang menumpuk akan berakibat keba-karan, buang sampah sembarangan akan berakibat banjir; (b)ukuran atau tingkat kerusakan dan kemungkinan frekuensi kemun-culannya; (c) elemen-elemen yang paling rentan terhadap keru-sakan; (d) kemungkinan-kemungkinan konsekuensi sosial dan eko-nomi dari bencana; (e) mengetahui daftar urutan bahaya-bahayasesuai dengan daerah masing-masing; (f) menyiapkan tas siagabencana dan memberitahukan kepada setiap anggota masyarakatatau keluarga yang berisi dokumen-dokumen penting, mie instan,roti gandum, air mineral.

2) Dalam periode-periode tertentu antar keluarga dalam satu RW ataukelurahan melakukan simulasi bagaimana menghadapi berbagaijenis bencana yang terjadi. Dilakukan dengan mendemonstrasi-kannya, pelatihan atau praktek dalam mengatasi terjadinya ben-cana.

3) Memberikan berbagai contoh tanda-tandaadanya terjadi bencanamisalnya bencana gempa bumi,bencana tsunami, banjir, gunungberapi, tanah longsor.

4) Memberikan contoh-contoh tindakan yang harus dilakukan apabilaterjadi berbagai jenis bencana.

5) Memberitahukan daerah-daerah yang harus dihindari jika bencanaterjadi sekaligus jalur evakuasi ataupun shelter atau tempat eva-kuasi sementara.

6) Menempelkan atau mencatat nomor-nomor telepon penting sepertipemadam kebakaran, kantor polisi, kantor PLN, Badan SAR, ketuaRT atau nomor-nomor telepon yang dianggap penting jika terjadibencana.

Jika sinergitas antara tenaga pendamping profesional, kaderpemberdayaan masyarakat ataupun pihak ketiga dalam hal ini pergu-ruan tinggi, berjalan dengan baik dan optimal, maka diharapkan nanti-nya akan melahirkan masyarakat desa yang sadar bencana sehinggatidak ada lagi kita mendengar adanya alat-alat mitigasi bencana yang

Page 16: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

181 | PROSIDING

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”

Kamis/ 6 Oktober 2016

hilang atau dirusak, tawuran antar pelajar atau kampong ataupunkonflik sosial lainnya, kecelakaan di jalan raya akibat perilaku ugal-ugalan dari pengguna jalan raya. Andai pun nanti bencana terjadi makakita berharap dengan adanya pendidikan kebencanaan ini resiko dandampak yang ditimbulkan oleh bencana tersebut dapat diminimalisir.

D. SIMPULANDari hasil pembahasan di atas, maka dapat disimpulkan be-

berapa hal sebagai berikut.1. Salah satu prioritas penggunaan dana desa dalam pembangunan

kawasan perdesaan adalah untuk keperluan mitigasi bencana se-bagai salah satu jalan untuk meminimalisir resiko dari akibat yangditimbulkan oleh bencana.

2. Pendidikan kebencanaan merupakan hal yang penting dalamrangka mitigasi bencana salah satunya dengan memberikannyamelalui kader pemberdayaan masyarakat desa sebagai salah satutenaga pendamping pembangunan desa.

3. Kompetensi tenaga pendamping professional sangat menunjangdalam melakukan proses pendampingan. Sedangkan tanggungjawab menghasilkan tenaga pendamping profesional yang mumpu-ni di bidangnya dan memenuhi kriteria ada pada perguruan tinggi,dimana pada satu sisi perguruan tinggi juga merupakan sebagaitenaga pendamping profesional dalam pembangunan desa ini dandi sisi lain sebagai indsutri penghasil tenaga ahli pemberdayaandan tenaga teknis maupun kader pemberdayaan masyarakat.

4. Kader pemberdayaan masyarakat sebaiknya orang yang mempu-nyai pengaruh dan disegani di desa tersebut, bisa seorang tokohagama, tokoh adat karena peran strategis mereka dalam menyuk-seskan program pendampingan dan pembangunan di kawasanperdesaan.

5. Jika sinergitas antara tenaga pendamping professional, kader pem-berdayaan masyarakat ataupun pihak ketiga dalam hal ini per-guruan tinggi, berjalan dengan baik dan optimal, maka diharapkannantinya akan melahirkan masyarakat desa yang sadar bencana,sehingga tidak ada lagi kita mendengar adanya alat-alat mitigasibencana yang hilang atau dirusak, tawuran antar pelajar atau kam-pung ataupun konflik sosial lainnya, kecelakaan di jalan raya aki-bat perilaku ugal-ugalan dari pengguna jalan raya. Andai pun nantibencana terjadi maka kita berharap dengan adanya pendidikan ke-

Page 17: PERANAN PENDAMPING DESA DALAM …repository.unp.ac.id/628/1/VEVI SUNARTI.pdfrus rumah tangganya sendiri berdasarkan hak asal-usul dan adat istiadat yang diakui dalam Pemerintahan Nasional

PROSIDING| 182

SEMINAR NASIONALJURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAHFAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI PADANG“KOMPETENSI PENDAMPING PEMBANGUNAN DESA”Kamis/ 6 Oktober 2016

bencanaan ini resiko dan dampak yang ditimbulkan oleh bencanatersebut dapat diminimalisir.

6. Perguruan tinggi sebagai pihak lain yang diamanatkan dalamPermendes RI Nomor 3 Tahun 2015 hendaknya secara rutin danterpola melakukan pendampingan dan bekerjasama dalam melaku-kan pendampingan desa, sehingga setiap persoalan yang muncul dilapangan nantinya bisa dijadikan sebagai bahan kajian oleh pergu-ruan tinggi secara akademis di pusat-pusat studi keilmuan yang adadi perguruan tinggi tersebut.

DAFTAR RUJUKANCoastal Community Development Project (CCDP). 2015. Petunjuk Teknis

Tenaga Pendamping Desa Masyarakat Pesisir. Jakarta: CCDP.Eko, Sutoro. 2002. Pemberdayaan Masyarakat Desa, Materi Diklat

Pemberdayaan Masyarakat Desa, (yang diselenggarakan BadanDiklat Provinsi Kaltim). Samarinda.

HAW. Widjaja. 2003. Otonomi Desa Merupakan Otonomi Yang Asli Bulatdan Utuh. Jakarta: Rajawali Press.

Kartasasmita, Ginanjar. 1997. Pemberdayaan Masyarakat. KonsepPembangunan Yang Berakar Pada Masyarakat. Yogyakarta: UGM.

Lesmana, Teddy. 2012. Pembangunan dan Bencana. Jakarta: Pusat PenelitianEkonomi LIPI.

Nirmalawati. 2011. Pembentukan Konsep Diri Pada Siswa Pendidikan DasarDalam Memahami Mitigasi Bencana. Jurnal SMARTek, Vol. 9 No. 1Februari 2011: 61-69.

Payne, Malcolm .1986. Social care in The Community. London: MacMillanPeraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2014 Tentang Dana DesaPeraturan Menteri Desa dan PDTT Nomor 3 Tahun 2015 tentang

Pendampingan DesaPeraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 118 Tahun 2008 tentang Rencana

Penanggulangan Bencana Sumatera Barat Tahun 2008-2012.Rachmat, Agus. 2005. Manajemen dan Mitigasi Bencana. Bandung: BPLHD.Suharto, Edi .1997. Pembangunan, Kebijakan Sosial dan Pekerjaan Sosial:

Spektrum Pemikiran. Bandung: Lembaga Studi Pembangunan STKS(LSP-STKS).

Sunarti, Vevi. 2014. Peranan Pendidikan Luar Sekolah dalam MitigasiBencana. SPEKTRUM PLS Vol. II, No.2, Tahun 2014

Undang-Undang Nomor 6Tahun 2014 tentang DesaUndang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan DaerahUndang-Undang nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana.