Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

169

Transcript of Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Page 1: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id
Page 2: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Model Pelatihan

Wirausaha

Page 3: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

ii

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG HAK CIPTA

Pasal 9 (1) Pencipta atau pemegang Hak Cipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

memiliki Hak Ekonomi untuk melakukan: a. Penerbitan Ciptaan; b. Penggandaan Ciptaan dalam segala bentuknya; e. Pendistribusian Ciptaan atau salinannya; g. Pengumuman Ciptaan;

(2) Setiap orang yang melaksanakan hak ekonomi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) wajib mendapatkan izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta.

(3) Setiap Orang yang tanpa izin Pencipta atau Pemegang Hak Cipta dilarang melakukan penggandaan dan/atau Penggunaan Secara Komersial Ciptaan.

Pasal 113 (3) Setiap Orang yang dengan tanpa hak dan/atau tanpa izin Pencipta atau

pemegang Hak Cipta melakukan pelanggaran hak ekonomi Pencipta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 (1) huruf a, huruf b, huruf e, dan/atau huruf g untuk Penggunaan Secara Komersial dipidana dengan pidana penjara paling lama 4 (empat) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp1.000.000.000,00 (satu miliar rupiah).

(4) Setiap Orang yang memenuhi unsur sebagaimana dimaksud pada ayat (3) yang dilakukan dalam bentuk pembajakan dipidana dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp. 4.000.000.000,00 (empat miliar rupiah).

Page 4: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

iii

Model Pelatihan Wirausaha

Asmar Yulastri, Ph.D

Page 5: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

iv

Hak Cipta Dilindungi Undang-undang Dilarang keras memperbanyak, memfotokopi sebagian atau seluruh isi buku ini, serta memperjualbelikannya tanpa mendapat izin tertulis dari Penerbit. © 2020, Penerbit Alfabeta, Bandung

Kwr25 (x + 214 Hal) 16 x 24 cm

Judul Buku : Model Pelatihan Wirausaha

Penulis : Asmar Yulastri, Ph.D

Penerbit : ALFABETA, cv

Jl. Gegerkalong Hilir No. 84 Bandung

Telp. (022) 200 8822 Fax. (022) 2020 373

Website: www.cvalfabeta.com

Email: [email protected]

Mobile/Message: 081.1213.9484

Cetakan Kesatu : 2020

ISBN : 978-602-289-594-7

Anggota Ikatan Penerbit Indonesia (IKAPI)

Page 6: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

v

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang

Maha Esa karena atas limpahan rahmat serta hidayah nya sehingga kami

dapat selesai menyusun buku ini dengan judul “Model Pelatihan

Kewirausahaan”. Tujuan di buatnya Buku ini selain sebagai modal kami

untuk mengembangkan edisi buku yang berikutnya juga sebagai sumber

ilmu lain yang dapat masyarakat dapatkan dengan buku ini. Di dalam buku

ini dibagi tiga bagian yang berisi segala aspek yang berkaitan dengan

Konsep Dasar Pelatihan Kewirausahaan, Model Pelatihan Kewirausahaan

dan Pelatihan kewirausahaan Smart Entrepreneur Model (SEM).

Pada dasarnya penyusunan buku ini juga sebagai wacana bagi

kami untuk tetap selalu belajar, dan memandang kedepan bahwa ada jalan

untuk mencapai sukses, salah satunya dengan cara membantu

memberikan pandangan baru tentang Model Pelatihan Kewirausahaan.

Pelatihan kewirausahaan merupakan bagian program pendidikan

yang bersifat non formal yang dilakukan secara berjenjang ataupun tidak

berjenjang untuk mencapai satu tujuan khusus.

Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terima kasih karena

tanpa bantuan dari berbagai pihak mungkin kami tak akan mampu

menyelesaikan buku ini. Kedepan, semoga buku ini bermanfaat bagi

masyarakat dan mampu menjadi acuan dalam meningkatkan dan

menumbuhkembangkan jiwa wirausaha masyarakat.

Tidak ada gading yang tak retak, kami menerima semua komentar,

kritik, saran dan pesan-pesan yang dapat membangun kami untuk lebih

baik dalam mengeluarkan edisi buku yang berikutnya.

Padang, Maret 2020

Penulis

Page 7: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

vi

DAFTAR ISI KATA PENGANTAR .................................................................... III

DAFTAR ISI ................................................................................... IV

Bagian I Konsep Dasar Pelatihan Kewirausahaan ........ 1

BAB I Disiplin Ilmu Kewirausahaan .................................... 2

a. Wirausaha ........................................................................... 2

b. Kewirausahaan ................................................................. 6

c. Disiplin Ilmu Kewirausahaan ...................................... 7

BAB II Pendidikan dan Pelatihan Kewirausahaan ......... 11

a. Definisi dan Perbedaan Pendidikan dan

Pelatihan .............................................................................. 11

b. Pelatihan Kewirausahaan ............................................. 16

c. Perkembangan Pelatihan Kewirausahaan ............. 18

d. Program-program pelatihan Kewirausahaan

Abad 21 ................................................................................ 19

BAB III Pelatihan Kewirausahaan Untuk Membentukan

Karakter Wirausaha ..................................................... 23

a. Ruang Lingkup Karakter Wirausaha ........................ 23

b. Faktor-faktor Pembentuk Karakter Wirausaha ... 25

c. Teori Karakter Wirausaha ............................................ 27

d. Profil Wirausaha ............................................................... 33

e. Pelatihan Kewirausahaan Upaya Pembentukan

Karakter Unggul Wirausaha ......................................... 35

BAB IV Karakter Wirausaha Era Revolusi Industri 4.0 . 37

Page 8: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

vii

a. Karakter Wirausaha Milenial di Abad 21 ................ 37

b. Perubahan Paradigma Belajar Kewirausahaan

di Abad 21 ........................................................................... 39

c. Literasi Baru Wirausaha Abad 21 .............................. 42

d. Aktivitas Literasi Big Data Wirausaha ..................... 43

e. Aktivitas Literasi Teknologi Wirausaha ................. 45

f. Aktivitas Literasi Humanity Wirausaha .................. 48

g. Pelatihan Wirausaha dalam Membentuk

Karakter Wirausaha Abad 21 ...................................... 55

Bagian 2 Model Kepelatihan Kewirausahaan ................... 57

BAB V Model Kepelatihan ....................................................... 58

a. Pengertian Model ............................................................. 58

b. Teori Model Pembelajaran dan Pelatihan .............. 59

c. Hakekat Pelatihan ............................................................ 65

d. Tujuan Pelaksanaan Pelatihan .................................... 69

e. Prinsip-Prinsip Pelatihan .............................................. 71

f. Metode Pelatihan ............................................................. 72

g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelatihan ..... 80

h. Indikator Keberhasilan Pelatihan

Kewirausahaan ................................................................. 83

BAB VI Model Pelatihan Kewirausahaan di Perguruan

Tinggi ................................................................................. 86

a. Peran Perguruan Tinggi dalam Pengembangan

Model Kewirausahaan .................................................... 86

Page 9: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

viii

b. Pengembangan Model Pelatihan Kewirausahaan di

Perguruan Tinggi .............................................................. 89

c. Rasionalisasi Perkembangan Model Pelatihan

Kewirausahaan ................................................................. 94

d. Kendala Pelatihan Kewirausahaan di Perguruan

Tinggi .................................................................................... 96

BAB VII Program Pendidikan dan Pelatihan

Kewirausahaan di Dunia ............................................. 99

a. Semangat pendidikan kewirausahaan di Namibia

(Wilfred Isak April) ......................................................... 99

b. Program Pendidikan Kewirausahaan Wanita di

Brazil berbasis Pengelolaan Aset Keluarga

(Elaine da Silveira Leite) ............................................... 103

c. Pendidikan Kewirausahaan di China (Weiming

Li dan Chunyan Li) .......................................................... 104

d. Pendidikan Kewirausahaan di Spanyol (José C.

Sánchez-García and Brizeida Hernández-

Sánchez) ............................................................................... 106

e. Program Magister Entrepreneur di Jepang ............ 109

f. Model Pendidikan Kewirausahaan Dunia .............. 111

Bagian 3 Pelatihan Kewirausahaan Smart Entrepreneur

Model (SEM) ..................................................................... 116

BAB VIII Latar Pengembangan Model Pelatihan

Kewirausahaan SEM ..................................................... 117

Page 10: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

ix

a. Tinjauan tentang Model Pelatihan Kewirausahaan

SEM ........................................................................................ 117

b. Tujuan Pelatihan Kewirausahaan SEM .................... 125

c. Capaian (Output) yang diharapkan dari Pelatihan

Kewirausahaan SEM ....................................................... 127

d. Dasar Pengembangan Model Pelatihan

Kewirausahaan SEM ...................................................... 128

e. Permasalahan ................................................................... 134

BAB IX Pengembangan Model Pelatihan Kewirausahaan

SMART ENTREPRENEUR MODEL (SEM) ................. 137

a. Langkah I: Analysis .......................................................... 139

b. Langkah II: Design ........................................................... 141

c. Langkah III: Develop ....................................................... 145

d. Langkah IV: Implementation ....................................... 148

e. Langkah V: Evaluation .................................................... 149

BAB X Teknis Pelaksanaan Pelatihan Kewirausahaan

SMART ENTREPRENEUR MODEL (SEM) ................. 152

a. Persiapan ............................................................................. 152

b. Tahapan Design Model Pelatihan Kewirausahaan

SEM ........................................................................................ 157

c. Development ...................................................................... 177

d. Implementation ................................................................ 178

e. Evaluation ........................................................................... 178

BAB XI Implementasi SMART ENTREPRENEUR MODEL

(SEM) .................................................................................. 180

a. Fase 1: Persiapan Peserta Pelatihan ......................... 180

Page 11: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

x

b. Fase 2: Psikometri Tes ................................................... 186

c. Fase 3: Penetapan Kelompok dan Mentor ............. 188

d. Fase 4: Pelatihan Dasar Kewirausahaan ................. 188

e. Fase 5: Pekerjaan Proyek ............................................ 192

f. Fase 6: Pemantauan Proyek ........................................ 193

g. Fase 7: Seminar dan Laporan ...................................... 193

h. Fase 8: Postest Tes Psikometri ................................... 195

i. Fase 9: Evaluasi Pelatihan ............................................ 198

j. Wirausaha Mandiri Hasil Pelatihan SEM ................ 199

k. Harapan Penerapan Model SEM ................................. 206

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................... 208

BIODATA PENULIS ...................................................................... 213

Page 12: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 1

Bagian 1 Konsep Dasar Pelatihan Kewirausahaan

Kewirausahaan bermanifestasi dalam aktivitas ekonomi, perilaku dan aktivitas

wirausaha yang mencakup kegiatan formal dan informal dapat menciptakan

kesejahteraan bagi pewirausaha sendiri dan bahkan pada orang-orang yang terlibat

didalam kegiatannya. Pada gilirannya, kewirausahaan dapat berkontribusi pada

pembangunan ekonomi melalui perusahaan-perusahaan yang tumbuh dan berfungsi

sebagai sumber pendapatan dan mendatangkan lapangan pekerjaan bagi suatu populasi.

Beragam potensi manfaat dari kewirausahaan merangsang keputusan individu untuk

menjadi pribadi yang kuat dan tangguh dalam berwirausaha. Untuk itu pendidikan dan

pelatihan kewirausahaan adalah program yang patut didukung oleh segala pihak agar

dapat memberikan outcomes aktivitas wirausaha diberbagai jenis dan tingkat pendidikan

di masyarakat khususnya di perguruan tinggi.

Fokus promosi kewirausahaan diperguruan tinggi saat ini adalah peran pola pikir

dan keterampilan dalam memampukan individu untuk mengenali dan memanfaatkan

peluang wirausaha. Tujuan pendidikan kewirausahaan yang dilaksanakan diperguruan tinggi pada dasarnya adalah untuk mewujudkan kemampuan bertahan hidup bagi peserta

didik dengan nilai-nilai kreativitas yang dilakukan sesuai dengan kompetensi dan keahlian

mereka.

Pelatihan kewirausahaan merupakan bagian program pendidikan yang bersifat

non formal yang dilakukan secara berjenjang ataupun tidak berjenjang untuk mencapai

satu tujuan khusus. Untuk memahami lebih lanjut tentang pelatihan kewirausahaan maka

BAGIAN I ini akan membahas tentang Konsep Dasar Pelatihan Kewirausahaan, khususnya

tentang makna istilah wirausaha, kewirausahaan, disiplin ilmu kewirausahaan, perbedaan pendidikan dan pelatihan kewirausahaan, kajian tentang karakter wirausaha,

serta karakter unggul wirausaha abad 21.

Page 13: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

2 | Model Pelatihan Kewirausahaan

BAB I

DISIPLIN ILMU KEWIRAUSAHAAN

Memahami suatu istilah meski berangkat dari mengenal makna istilah

tersebut terlebih dahulu. Istilah wirausaha, kewirausahaan dan ilmu

kewirausahaan menjadi satu bagian yang tidak terpisah, telah banyak

sumber bacaan menjelaskan tentang kedua istilah tersebut. Umumnya

pembaca sudah mengetahui bahwa makna dari “wirausaha” adalah

personal yang melaksanakan suatu kegiatan dengan istilah

“kewirausahaan” sedangkan “disiplin ilmu kewirausahaan” menjelaskan

bagaimana wirausaha menjadi satu pengetahuan yang dapat dipelajari.

Namun untuk mengetahui lebih mendalam, pada bagian ini akan

dijabarkan apa sebenarnya konsep dasar istilah tersebut berdasarkan arti

kata maupun pendapat para pakar.

a. Wirausaha

Wirausaha merupakan subjek dalam melaksanakan aktivitas atau

proses dari kegiatan berwirausaha. Uraian definisi dari istilah

Kewirausahaan dapat dikenali melalui definisi-definisi secara

epistemologi. Dalam makna kata Wirausaha berasal dari dua kata

“wira” dan “swasta”. Kata wira memiliki kesamaan kata dengan

perwira, kesatria atau seseorang yang memiliki keberanian besar.

Sedang istilah swasta berdasarkan arti katanya merupakan suatu

bidang yang tidak dikuasai oleh pemerintah (non government).

Dengan demikian makna kata dari keduanya adalah seorang atau

sekelompok orang yang memiliki keberanian besar dalam kegiatan

Page 14: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 3

usaha yang bukan milik pemerintah. Makna penggabungan kedua

kata tersebut menyiratkan arti bahwa wirausaha adalah personal

yang menjalankan usaha bukan milik pemerintah atau negara.

Sedangkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (Tim Penyusun Kamus,

2012), Wirausaha diidentikkan dengan wiraswasta, sehingga

wirausahawan dapat disebut sebagai orang yang pandai atau

berbakat mengenalkan produk baru, menentukan cara produksi baru,

dan menyusun pedoman operasi untuk pengadaan produk baru,

memasarkannya, serta mengatur permodalan operasinya”.

Meredith, et.al. (2002) mengatakan wirausaha adalah orang-orang

yang mempunyai kemampuan, melihat dan menilai kesempatan

bisnis, mengumpulkan sumber-sumber daya yang dibutuhkan guna

mengambil keuntungan daripadanya serta mengambil tindakan yang

tepat, guna memastikan kesuksesan. Kasmir (2011), menyatakan

bahwa “Secara sederhana arti wirausahawan (entrepreneur) adalah

orang yang berjiwa berani mengambil risiko untuk membuka usaha

dalam berbagai kesempatan”. Ganefri (2017) menyatakan bahwa

wirausaha (entrepreneur) adalah personal yang memiliki hubungan

erat dengan aktifitas kreatif, memiliki kemampuan memimpin orang-

orang untuk mencapai visi selain ia juga harus menanggung resiko.

Jika ditelusuri kembali istilah wirausaha ini terkait dengan karakter

unggul seorang satria. Wira adalah penggambaran kepribadian

tangguh dalam diri seseorang. Penulis berasumsi pula bahwa

wirausaha menggambarkan karakter seseorang, dengan arti bahwa

jika mendengar istilah wirausaha atau seseorang yang dipanggil

dengan sang wirausaha akan tergambar karakter unggul didalam

Page 15: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

4 | Model Pelatihan Kewirausahaan

dirinya. Menyebut predikat wirausaha pada seseorang maka berarti

telah menyatakan suatu bentuk karakter unggul yang dimilikinya.

Sedangkan bagaimana seorang wirausaha bekerja dapat dipandang

dari individunya yang memiliki kemampuan dalam menciptakan

bisnis baru, menanggung sebagian besar risiko dan menikmati

sebagian besar penghargaan. Pengusaha umumnya dilihat sebagai

inovator, sumber ide-ide baru, barang, jasa, dan prosedur baru dalam

menjalankan bisnis.

Sampai saat ini kesepakatan makna tentang istilah wirausaha masih

belum dapat dirumuskan. Banyak pakar mengartikan siapa wirausaha

dengan versi yang berbeda-beda. Namun umumnya karakter muncul

dalam pengistilahan yang dimaknai. Wirausaha umumnya diartikan

sebagai watak, sikap, karakter atau ciri yang melekat dalam diri

seseorang yang memiliki keinginan yang keras dalam membangun

usahanya.

Beberapa istilah kunci yang dapat dilekatkan dengan wirausaha

adalah:

1) Seseorang yang memiliki karakter unggul dalam

memberdayakan keunggulan yang ada dalam dirinya untuk

membentuk suatu usaha

2) Seseorang yang mengambil resiko melalui bisnis baru yang

dikembangkannya

3) Seseorang yang memiliki fungsi dalam menyebarluaskan

kesempatan kerja kepada masyarakat

Page 16: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 5

4) Seseorang yang memiliki watak unggul untuk bertahan dalam

menghadapi segala resiko saat melaksanakan usahanya

5) Seseorang yang melaksanakan usaha dengan resiko yang tinggi

namun juga mendapatkan keuntungan yang tinggi dari resiko

usahanya.

6) Seseorang yang memiliki pemikiran dan gagasan baru dalam

proses usaha yang dilaksanakannya

7) Seseorang yang kaya dengan inovasi dan mewujudkan

kesuksesan usahanya melalui inovasi yang dilakukan.

Pandangan-pandangan tentang konsep wirausaha telah

dikemukakan oleh para ahli dan melalui pengistilahan. Wirausaha

tidak dapat dikunci pada satu pengertian saja, prinsipnya pandangan-

pandangan tentang makna wirausaha jika dijabarkan harus

memahami terlebih dahulu dari sisa mana definisi wirausaha di

kemukakan, apakah dari sisi karakternya, proses kegiatannya atau

dari fungsinya dalam kehidupan sosial. Namun penulis berasumsi

bahwa seorang wirausaha dipastikan memiliki sebentuk karakter

dalam kepribadian unggul dan tangguh sehingga dia mampu

mempertahankan kemelut dan kesulitan bertahan dalam proses

usaha yang dilakukannya dengan tanggung. Wirausaha memiliki

ketajaman dalam berfikir yang akhirnya dituangkan dalam inovasi dan

keunggulan, tidak hanya keunggulan dari segi ide akan konten atau

produk maupun jasa yang dihasilkannya namun juga pada proses

pembuatan, proses memasarkan dan proses manajerial usaha yang

dilakukannya.

Page 17: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

6 | Model Pelatihan Kewirausahaan

b. Kewirausahaan

Jika wirausaha adalah personal yang melaksanakan aktivitas usaha,

maka Kewirausahaan adalah sebentuk aktivitasnya dalam arti umum.

Kewirausahaan dikenal pada lingkungan akademik sebagai suatu

disiplin ilmu yang tertuang dalam satuan mata kuliah. Hasil dari suatu

kegiatan pembelajaran Kewirausahaan sebagai suatu disiplin ilmu

adalah pengetahuan, sikap dan perilaku serta keterampilan dalam

berwirausaha.

Layaknya sebagai satu disiplin ilmu Kewirausahaan memiliki teori-

teori yang dikembangkan untuk dipelajari, dapat berasal dari kajian

penelitian ilmiah, pemikiran para pakar, pengalaman berulang,

konsep pemikiran berdasarkan sejarah dan sebagainya. Ilmu

Kewirausahaan hadir untuk memberikan bekal pengetahuan kepada

akademisi dan mahasiswa untuk mencapai tujuan pembelajaran

Kewirausahaan. Kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin ilmu

serta proses penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi

kebutuhan dan peluang (Zimmerer, 2008).

Definisi kewirausahaan dikemukakan oleh Suryana (2010) yang

menyatakan bahwa Istilah Kewirausahaan pada hakekatnya adalah

sifat, ciri dan watak seseorang yang memiliki kemauan dalam

mewujudkan gagasan inovatif ke dalam dunia nyata secara kreatif,

Zimmerer (2008), kewirausahaan merupakan penerapan kreativitas

dan keinovasian untuk memecahkan permasalahan dan upaya untuk

memanfaatkan peluang yang dihadapi sehari-hari. Kewirausahaan

merupakan gabungan dari kreativitas, keinovasian dan keberanian

Page 18: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 7

menghadapi resiko yang dilakukan dengan cara kerja keras untuk

membentuk dan memelihara usaha baru.

Kewirausahaan pada saat ini telah menjadi primadona dalam

kehidupan manusia. Tidak tabu untuk berwirausaha pada abad

milenial telah ditunjukkan kalangan muda saat ini. Hal ini

mematahkan prinsip kegiatan wirausaha teori lama yang menyatakan

bahwa kewirausahaan tidak dapat dipelajari, namun kemampuan

wirausaha adalah suatu bentuk hereditas yang diwariskan.

Pandangan negatif ini lama bersemayam di masyarakat, akibatnya

kewirausahaan tidak dipandang sebagai suatu disiplin ilmu yang patut

dipelajari, namun hanya dapat diwarisi. Namun saat ini manusia tidak

dapat dicegah untuk mempelajari ilmu kewirausahaan, saat ini

manusia memandang bahwa berwirausaha adalah suatu kebutuhan.

Pemenuhan kebutuhan yang harus diselaraskan dengan pengetahuan

dan ilmu tentang aktivitas kewirausahaan.

c. Disiplin Ilmu Kewirausahaan

Ilmu kewirausahaan berkembang seiring dengan ilmu ekonomi,

karena keduanya memiliki keterkaitan yang kuat. Awal dari

munculnya pengetahuan ini adalah adanya keinginan manusia dalam

memenuhi kebutuhan hidupnya. Diabad ke 17 kewirausahaan

muncul ilmu kewirausahaan yang pertama kali dikenalkan oleh

Richard Cantillon dan kemudian diseluruh dunia menyesuaikan

dengan filsafat ilmu dari masing-masing filsuf yang mengemukakan.

Dalam sejarahnya Cantillon adalah seorang ekonom yang pertama

mengembangkan wawasan tentang peran kewirausahaan dalam

ekonomi. Pemikiran Cantillon tentang Kewirausahaan banyak

Page 19: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

8 | Model Pelatihan Kewirausahaan

memberikan pengaruh besar pada ekonomi dunia kemudian, salah

satu konsep pemikiran Cantillon yang terkenal adalah ilmu

ketidakpastian (ambiguitas) dalam kewirausahaan yang melahirkan

karakter keberanian mengambil resiko yang berimbang bagi seorang

wirausaha (locus of control).

Selanjutnya di abad ke 18 sekolah-sekolah di Amerika Serikat telah

memberikan pengetahuan dalam kurikulum pembelajaran

Kewirausahaan. Kewirausahaan diajarkan hampir disegala tingkatan

pendidikan, hal ini memberikan pengaruh pada perkembangan

karakter wirausaha peserta didik yang terbentuk semenjak dini, tidak

salah jika kewirausahaan berkembang di negara-negara besar di

benua Eropa.

Pendidikan Kewirausahaan di Indonesia mulai diajarkan menyeluruh

di Perguruan Tinggi dan beberapa tingkat pendidikan menengah di

akhir abad 19 atau sekitar tahun 1998, semenjak terjadinya krisis

moneter diseluruh dunia. Latar belakang keterpurukan ekonomi

dunia yang menyebabkan bangsa Indonesia harus mempertahankan

kekuatan ekonomi melalui kearifan lokal membuat pemerintah

mengambil kebijakan praktis melalui pemberdayaan UKM dan

wirausaha minor. Hal ini membuat ilmu kewirausahaan dipandang

menjadi suatu hal penting untuk dipelajari. Sebagai langkah antisipasi

masalah ekonomi ini, pemerintah Indonesia melakukan perubahan

melalui jalur pendidikan.

Perkembangan pendidikan kewirausahaan di Indonesia semakin

menampakkan aktivitas yang membanggakan diawal abad 21.

Page 20: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 9

Dukungan pemerintah pada program-program intra sekolah

kewirausahaan menjadi pemicu semangat berwirausaha dikalangan

mahasiswa. Di beberapa universitas kewirausahaan telah menjadi

mata kuliah wajib, dan didukung dengan pelatihan-pelatihan,

workshop maupun seminar-seminar kewirausahaan yang melibatkan

praktisi dan akademisi.

Yulastri, et.al (2018) Kursus kewirausahaan diadakan dalam bentuk

teoretis dan praktis sehingga bisa digunakan sebagai modal masa

depan siswa setelah lulus. Pembelajaran kewirausahaan adalah

proses meningkatkan semangat kewirausahaan siswa dengan

menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan kemampuan

yang disediakan. Prawirokusumo (1997) menyatakan bahwa

pendidikan kewirausahaan sebagai suatu disiplin ilmu yang harus

diajarkan dengan independen, menjadi satu mata pelajaran atau

mata kuliah tunggal.

Beberapa alasan mengapa kewirausahaan menjadi satu kesatuan

dalam disiplin ilmu yang terpisah adalah:

1) Sebagai suatu ilmu pengetahuan, kewirausahaan berisikan

tentang pengetahuan yang utuh dan nyata dan dapat dipelajari.

Memiliki kajian teoritis, konsep dan metode ilmiah yang lengkap

untuk dipelajari dan dikembangkan.

2) Kewirausahaan memiliki dua konsep yaitu posisi permulaan dan

didikan manajemen umum yang memisahkan antara manajemen

dan kepemilikan usaha. Karena itu kewirausahaan menjadi satu

disiplin ilmu yang terpisah dari manajemen dan ekonomi.

Page 21: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

10 | Model Pelatihan Kewirausahaan

3) Kewirausahaan merupakan disiplin ilmu yang memiliki objek

tersendiri, yaitu kemampuan menciptakan suatu ide usaha yang

baru dan berbeda. Memiliki karakter wirausaha dan mampu

mengembangkan karakter wirausaha didalam diri sendiri.

4) Kewirausahaan merupakan suatu upaya dalam menciptakan

usaha dan memperoleh penghasilan. Ilmu kewirausahaan

membentuk kemampuan mulai dari mengemukakan ide, proses

wirausaha, mengembangkan dan bertahan dalam menghadapi

tantangan wirausaha.

Selain dari kemampuan dalam pengelolaan usaha yang dapat

didalami dalam ilmu manajemen dan strategi usaha, wirausaha

dilengkapi dengan pengetahuan yang bersifat psikologis dalam

aktivitas wirausaha dalam ilmu perilaku. Oleh karena itu disiplin ilmu

kewirausahaan memiliki kompleksitas yang meski difahami

menyeluruh, mulai dari menciptakan ide dan gagasan inovatif, proses

wirausaha hingga perilaku wirausahanya.

Page 22: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 11

BAB II

PENDIDIKAN DAN PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN

Program Kewirausahaan berdasarkan tipologinya diklasifikasikan dalam

dua kelompok yakni pendidikan kewirausahaan dan pelatihan

kewirausahaan. Istilah pendidikan dan pelatihan sering kali disamakan

dalam penggunaannya. Pemahaman tentang kedua hal ini digunakan

dengan tumpang tindih karena makna dan batasan pendidikan dan

pelatihan memiliki konsep kabur. Meskipun keduanya memiliki tujuan

yang sama yakni membentuk sumber daya manusia yang memiliki

kemampuan yang lebih baik sesuai dengan standar kompetensi yang

diharapkan. Pendidikan dan pelatihan Kewirausahaan dalam pendidikan

kejuruan di tingkat pendidikan tinggi dilakukan dengan tujuan untuk

menyediakan pengetahuan dan menumbuhkan semangat kewirausahaan,

analisis kebutuhan, pasar peluang, perencanaan bisnis, studi kelayakan,

manajemen produksi, Pemasaran SDM dan perencanaan pengembangan

bisnis. Diharapkan melalui program kewirausahaan perguruan tinggi

mampu menyediakan lulusan yang memiliki semangat kewirausahaan

untuk mengurangi pengangguran berpendidikan, Yulastri et.al (2017).

Kesamaan dari pendidikan dan pelatihan adalah adanya proses belajar

yang dilakukan dalam kegiatannya. Untuk itu melalui bagian ini penulis

akan menjelaskan perbedaan yang lebih mendasar dari kedua istilah ini

dalam konteks kewirausahaan.

a. Definisi dan Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan

Secara hakekat, pendidikan dan pelatihan mempunyai tujuan yang

sama untuk pengembangan sumber daya manusia agar dapat

Page 23: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

12 | Model Pelatihan Kewirausahaan

memperoleh tiga domain kemampuan kognitif, afektif dan

psikomotor. Namun selama melaksanakan pelatihan seseorang akan

diberikan pengetahuan tentang bagaimana cara-cara baik dalam

melakukan suatu pekerjaan, jadi latihan sebenarnya diadakan untuk

mengisi kesenjangan antara ilmu pengetahuan, keahlian, sikap, dan

pemikiran yang dimiliki seseorang sesuai dengan tuntutan pekerjaan

atau tugasnya. Jika cara-cara terbaik dalam pekerjaan itu sudah

benar-benar dapat dikuasai oleh seseorang yang akan

mengerjakannya maka kesenjangan yang akan terjadi semakin kecil,

dan pekerjaan pun menjadi lebih efektif dibandingkan sebelum ia

dididik dan dilatih.

Pendidikan lebih terkait dengan pencapaian tujuan-tujuan

instruksional yang ditetapkan dalam kurikulum yang holistik dan

lengkap pada jenjang program pendidikan tertentu. Sedangkan

pelatihan memiliki kecenderungan tujuan yang berhubungan dengan

kemampuan pada suatu profesi dan keahlian tertentu, meskipun

dalam praktiknya pendidikan terutama pendidikan kejuruan juga

mengenal dan menggunakan istilah latihan atau pelatihan pada suatu

kompetensi yang menjadi bagian kemampuannya, karena pendidikan

kejuruan dilaksanakan dengan tujuan untuk mencapai satu

kemampuan kerja khusus. Pelatihan berhubungan dengan peran

khusus satu individu di unit kerja tertentu atau memiliki kompetensi

khusus yang handal dan lebih mendalam.

Pelatihan dilakukan berdasarkan pada kebutuhan akan kemampuan

maksimal pada suatu kegiatan kerja. Tujuan pelatihan yang dilakukan

dirumuskan dengan spesifik pada satu pekerjaan maupun pada satu

Page 24: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 13

jabatan agar dapat melakukan pekerjaan tersebut dengan standar

yang ditentukan. Dengan demikian yang membedakan pendidikan

dengan pelatihan adalah bahwa pendidikan lebih mengarahkan

pengetahuan dan hal-hal yang bersifat umum pada satu bidang atau

kompetensi keilmuan (knowledge problem), sedangkan pelatihan

mengarah pada satu keterampilan berperilaku secara khusus yang

memiliki standar kerja/kegiatan tertentu (skill problems).

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan dengan

sistematik oleh penyelenggara program pendidikan, memiliki

tingkatan yang berjenjang dengan kurikulum capaian yang

dirumuskan dengan standar terukur dilakukan untuk mencapai

tujuan pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Sedangkan

pelatihan adalah teknik-teknik dalam pembelajaran yang

memusatkan belajar pada keterampilan-keterampilan khusus, sikap

dan pengetahuan khusus untuk melaksanakan suatu pekerjaan dan

tugas tertentu.

Pelatihan pada umumnya dilakukan mengacu pada satu kurikulum

yang disesuaikan dengan kebutuhan jabatan tertentu, profesi

tertentu dan atau pada satu kemampuan tertentu. Pelatihan

dilakukan dengan jangka waktu yang relatif singkat sekedar

membekali seseorang pekerjaan tertentu bahkan dapat hanya pada

satu sub kompetensi tertentu. Dengan demikian maka dapat

diartikan bahwa pelatihan merupakan suatu kegiatan yang dilakukan

dengan maksud mengembangkan satu sikap, tingkah laku,

keterampilan dan pengetahuan personal pada satu kompetensi.

Page 25: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

14 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Perbedaan antara pendidikan dan pelatihan dapat dijelaskan melalui

kesimpulan dalam Tabel 1 berikut:

Tabel 1. Perbedaan Pendidikan dan Pelatihan

Unsur Pendidikan Pelatihan

Jalur pendidikan Penyelenggara Tujuan Proses Waktu Sifat Arah kemampuan

Formal Lembaga pendidikan formal/non formal Memiliki tujuan instruksional yang berjenjang pada kemampuan yang lengkap dan holistik Berkesinambungan dan berjenjang Panjang Wajib Knowledge problem

Non formal Lembaga pendidikan formal/informal/non formal Mengacu pada satu standar kerja kemampuan tertentu untuk meningkatkan peran pada satu unit kerja Khusus pada tujuan tertentu Cenderung singkat Penunjang Skill problem

Secara umum, pendidikan dan pelatihan kewirausahaan keduanya

bertujuan untuk merangsang munculnya kewirausahaan, tetapi

mereka dibedakan satu sama lain oleh berbagai tujuan atau hasil

program. Walaupun berbeda keduanya cenderung berfokus pada

membangun pengetahuan dan keterampilan tentang tujuan

kewirausahaan.

Untuk mencapai kesuksesan satu program kewirausahaan maka

penyelenggara harus memperhatikan tiga hal penting konteks

program, subjek program dan karakteristik program

Page 26: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 15

Gambar 1. Kerangka Kerja Program Kewirausahaan

Sumber: Valerio et.al (2014)

Berdasarkan kerangka kerja program pendidikan dan pelatihan

kewirausahaan yang dikemukakan di atas maka dapat dijelaskan

bahwa untuk dapat mencapai kemampuan outcomes program

kewirausahaan maka program dipengaruhi oleh rumusan program

secara konteks, bentuk dan karakter program yang dilakukan serta

siapa peserta yang menjadi sasaran program.

Hal ini membuktikan bahwa untuk mencapai hasil program

pendidikan dan pelatihan kewirausahaan terdapat hal yang kompleks

dan tantangan pelaksanaan program yang multidimensi. Sedangkan

pengelompokan kategori outcomes yang diinginkan dari program

kewirausahaan adalah:

1) Domain pola pikir wirausaha. Mengacu pada keterampilan sosial

emosional, pembentukan kesadaran berwirausaha yang terkait

dengan motivasi wirausaha dan kesuksesan di masa depan

outcomes

konteks program

karakter program

peserta program

Page 27: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

16 | Model Pelatihan Kewirausahaan

sebagai wirausaha, pembentukan rasa kepercayaan diri,

kepemimpinan, kreativitas, kecenderungan risiko, motivasi,

ketahanan, dan self-efficacy.

2) Domain kemampuan kewirausahaan, mengacu pada

kompetensi, pengetahuan, dan keterampilan wirausaha secara

teknis yang terkait dengan jenis aktivitas wirausaha yang

dilakukan seperti, keterampilan manajemen, akuntansi,

pemasaran, dan pengetahuan teknis lainnya.

3) Domain status kewirausahaan mengacu pada status temporal

penerima manfaat program yang diukur melalui. Proses

kesuksesan wirausaha dan seterusnya, seperti memulai bisnis,

mencapai aktivitas awal bisnis, usaha dalam berkembang hingga

peluang mencapai penghasilan yang lebih tinggi

4) Domain kinerja wirausaha, merujuk pada indikator perubahan

kinerja usaha sebagai hasil dari kegiatan wirausaha, seperti laba

yang lebih tinggi, meningkat penjualan, pekerjaan yang lebih

besar dari orang lain, tingkat kelangsungan hidup yang lebih

tinggi.

b. Pelatihan Kewirausahaan

Pengembangan dalam melaksanakan pendidikan dan pelatihan

Kewirausahaan dibanyak negara seluruh dunia patut menjadi acuan

bagi pendidikan Kewirausahaan di Indonesia, hal ini dilakukan sebagai

tolok ukur dalam melakukan pembelajaran berkualitas bagi peserta

didik dibidang Kewirausahaan. Pendidikan kewirausahaan memiliki

potensi untuk memungkinkan peserta didik mendapatkan

keterampilan dan menciptakan lapangan kerja sendiri, Hasil

penelitiannya menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan secara

Page 28: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 17

signifikan meningkatkan tingkat wirausaha di kalangan lulusan

universitas sekitar satu tahun setelah lulus.

Dalam rekomendasi resmi, pendidik didorong untuk mengadopsi

inovatif pedagogis untuk kursus kewirausahaan demi mencapai

dampak positif pada peserta didik. Oleh karena itu McMillan et.al

(2009) menyatakan bahwa membina kewirausahaan sebagai pola

pikir dapat dianggap sebagai kompetensi pendidikan, berdasarkan

pengalaman belajar secara instruksional demikian pula dalam sebuah

pelatihan. Jimenez (2015) menyatakan bahwa Kewirausahaan telah

menjadi indikasi pertumbuhan ekonomi pada suatu Negara, dampak

positif pada pendidikan formal Kewirausahaan adalah adanya

kemampuan yang didapat melalui pendidikan yang diperlukan untuk

mendeteksi dan mengevaluasi peluang bisnis dengan lebih baik,

meningkatkan kepercayaan diri menanggung risiko yang dirasakan,

serta menumbuhkan kepedulian dan peluang kerja. Coduras et.al

(2010) menggaris bawahi bahwa individu cenderung untuk

memperoleh pengetahuan yang dapat memberikan manfaat pada

kemampuan keterampilan melalui pendidikan (terutama formal).

Berdasarkan kajian mengenai Pendidikan dan Pelatihan di Perguruan

Tinggi tersebut maka dapat dikatakan bahwa pembinaan sikap

berwirausaha bagi peserta didik meski dilakukan dengan upaya-

upaya pendekatan melalui proses pendidikan dan pelatihan yang

tepat dan sesuai dengan tujuan Pendidikan Kewirausahaan.

Mempertimbangkan relevansi proses pendidikan dengan

keterampilan yang dibutuhkan secara faktual melalui pendekatan

Page 29: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

18 | Model Pelatihan Kewirausahaan

pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan peserta didik terkait

dengan tujuan Pendidikan Kewirausahaan patut dilakukan.

c. Perkembangan Pelatihan Kewirausahaan

Lembaga pendidikan formal melaksanakan pendidikan

kewirausahaan sebagai kurikulum wajib. Seluruh program studi

menyelenggarakan pendidikan kewirausahaan dalam satu mata

kuliah khusus menyesuaikan dengan kompetensi dan learning

outcomes lulusan. Namun tidak hanya cukup dengan melakukan

pendidikan dan pembelajaran kewirausahaan, saat ini banyak

kampus melakukan pelatihan kewirausahaan untuk menunjang

pencapaian tujuan pembelajaran kewirausahaan.

Akibat keterbatasan program belajar yang diberikan, beberapa

kampus masih memiliki kurikulum dengan bobot 2 SKS pada mata

kuliah kewirausahaan, tanpa pendekatan pembelajaran yang

membuat mahasiswa aktif mengembangkan keterampilannya dalam

berwirausaha. Saat ini mulai marak kampus-kampus menjadikan

kewirausahaan sebagai program tambahan. Kesadaran akan

pentingnya memberikan bekal lebih kepada mahasiswa pada

pengetahuan, sikap dan keterampilan wirausaha diyakini menjadi

latar belakang kampus-kampus tersebut aktif melaksanakan

perubahan.

Harapan menjadi kampus berbasis wirausaha adalah tingkatan

kualitas satu universitas yang patut dibanggakan. Tentu saja hal ini

membutuhkan kerja keras dari pihak-pihak yang berdedikasi tinggi

dalam memajukan kegiatan wirausaha yang patut diacungi jempol.

Page 30: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 19

Hal utama yang menjadi pertimbangan adanya pelatihan

kewirausahaan pada satu perguruan tinggi adalah adanya peluang

usaha, keinginan untuk meningkatkan daya saing, keterbatasan

lapangan kerja, masalah klasik pengangguran terdidik, kampus yang

berpikiran maju dan memahami konsep bersaing abad 21 dan adanya

fasilitas yang diprakarsai pimpinan maupun adanya kemampuan dan

motivasi mahasiswa dalam aktivitas wirausaha itu sendiri.

Saat ini kemampuan wirausaha adalah satu hal yang patut dan pantas

dimiliki oleh seorang wirausaha, pelaksanaan kegiatan pelatihan

wirausaha lebih kepada pembentukan karakter unggul yang pantas

bersaing diabad 21. Mahasiswa harus disiapkan untuk mengenai

dunia yang semakin sarat dengan perkembangan teknologi informasi

yang telah mempengaruhi cara berfikir dan bertindak masyarakat

disegala lapisan. Kehadiran internet telah merubah perilaku hidup

manusia, dampak yang ditimbulkan salah satunya adalah dengan

adanya perubahan cara menetapkan keputusan dalam membeli

sesuatu. Hal ini menjadi latar pengembangan program-program

kewirausahaan, pelatihan wirausaha berbasis teknologi dan

wirausaha online yang sebagian besar belum dibaurkan dalam

kurikulum pembelajaran kewirausahaan harus dilakukan melalui

pelatihan kewirausahaan.

d. Program-program pelatihan Kewirausahaan Abad 21

Penulis merangkum beberapa program pelatihan kewirausahaan

yang banyak ditawarkan pada situs-situs Entrepreneur Course, jenis

pelatihan kewirausahaan yang dilakukan dengan topik sebagai

berikut:

Page 31: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

20 | Model Pelatihan Kewirausahaan

1) Program Kreativitas Kewirausahaan.

Pelatihan ini dilakukan dengan tujuan untuk melatih peserta

memanfaatkan kreativitas pribadi sebagai proses kreatif,

menerapkan konsep kegiatan mengamati, membuat prototipe,

selanjutnya melakukan latihan pengembangan karir dan inovasi

bisnis. Pelatihan dilakukan dengan melibatkan trainer

pengusaha terkenal, inovator, penulis lagu, produser, sutradara

kreatif, pendidik, pemain, seniman visual, koki dan profesional

lainnya yang memiliki kreativitas tinggi.

2) Program Analisis Keuangan

Dilakukan untuk mengembangkan kemampuan pengambilan

keputusan, pelatihan ini dilakukan untuk yang ingin cepat

memahami elemen-elemen keuangan untuk memulai sebuah

perusahaan. Pelatihan ini dirancang untuk “mengeluarkan

misteri” dari analisis keuangan dan membantu peserta membuat

keputusan bisnis yang tepat. Peserta akan mempelajari berbagai

opsi untuk mendanai bisnis, cara menentukan apakah suatu

produk atau layanan baru akan layak secara finansial, dan

bagaimana cara menilai suatu saham, obligasi, atau perusahaan

untuk peluang bisnis.

3) Pelatihan Dasar menjadi Wirausaha

Pelatihan ini memiliki bagian untuk memberikan pengetahuan

dan kemampuan tentang a) Mitos paling umum tentang menjadi

wirausaha, b) Cara menetapkan sasaran untuk bisnis, c)

Bagaimana cara mengidentifikasi peluang, d) Cara melakukan

riset pasar dan memilih target audiens, e) Cara mendesain dan

menguji produk, f) Bagaimana merencanakan logistik bisnis, g)

Cara melempar dan menjual ke pembeli.

Page 32: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 21

4) Program Panduan Penting untuk Kewirausahaan.

Satu program pelatihan yang diperuntukkan bagi wirausaha baru

untuk mengetahui segala seluk beluk tentang kewirausahaan

secara mendasar.

5) Program Manajemen Produk Lengkap.

Pelatihan ini untuk memahami proses pembuatan produk, untuk

wirausaha yang menjalankan perusahaan sendiri, mengetahui

bagaimana sesuatu berubah dari konsep ke spesifikasi, alat mana

yang digunakan, dan bagaimana menemukan celah pasar.

6) Keuangan Wirausaha

Pelatihan untuk meningkatkan kemampuan pikir mendapatkan

investasi dari luar. Menangani tantangan keuangan utama yang

dihadapi pendiri ketika mendanai startup khususnya melihat

perusahaan teknologi di tahap awal. Pelatihan ini membahas:

Berapa banyak uang yang dapat hasilkan? Berapa yang harus

kumpulkan? Kapan harus mendapatkan dana dan dari siapa?,

Bagaimana menghasilkan penilaian yang masuk akal untuk

perusahaan?, Bagaimana menyusun pendanaan, kontrak kerja,

dan keputusan keluar?.

7) Kursus Pelatihan SEO Gratis, pelatihan ini bertujuan untuk

membangun Traffic berkelanjutan untuk Pertumbuhan Bisnis.

Peserta mengembangkan dan mendekati bisnis, dan

mengidentifikasi bidang-bidang khusus untuk peningkatan.

Pelatihan wirausaha yang marak berkembang saat ini banyak yang

dilakukan secara online ataupun offline. Meningkatnya animo

masyarakat untuk memahami ilmu kewirausahaan menjadi dasar

berkembangnya pelatihan-pelatihan kewirausahaan. Di perguruan

Page 33: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

22 | Model Pelatihan Kewirausahaan

tinggi pelatihan kewirausahaan dilaksanakan melibatkan akademisi

dan praktisi. Saat ini telah banyak kampus-kampus yang semarak

melakukan pelatihan kewirausahaan. Namun diharapkan

pengembangan pelatihan kewirausahaan dengan intensitas yang

lebih tinggi dan memiliki model pelatihan yang teruji diharapkan lebih

serius dilakukan. Untuk itu kerjasama banyak pihak dalam

melaksanakan pelatihan kewirausahaan adalah hal penting yang

sangat disarankan.

Page 34: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 23

BAB III

PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN UNTUK MEMBENTUKAN

KARAKTER WIRAUSAHA

Kajian tentang kewirausahaan telah menjadi hal penting untuk dibahas

dikalangan ekonom dan akademisi. Seperti yang telah diuraikan pada

bagian definisi Kewirausahaan, bahwa Kewirausahaan merupakan suatu

disiplin ilmu tersendiri yang tidak dapat disatukan dengan disiplin ilmu

lainnya seperti ilmu ekonomi, manajemen ataupun psikologi. Meskipun

demikian terdapat unsur keilmuan lain dalam kewirausahaan, yang salah

satunya adalah tentang karakter, dan perilaku wirausaha yang layaknya

merupakan bagian dari ilmu psikologi dan kejiwaan.

a. Ruang Lingkup Karakter Wirausaha

Pendidikan memang mampu membentuk karakter seseorang, namun

pembentukan berdasarkan keberbakatan juga patut menjadi

perhatian pada pendidik kewirausahaan. Karakter wirausaha

memiliki kajian yang terkait dengan watak, perilaku, kejiwaan

maupun sikap-sikap yang dibentuk melalui latihan dan pendidikan.

Definisi karakter secara Etimologi: “character” dalam bahasa Latin

berarti instrument of marking, dalam bahasa Prancis disebut

“charessein” berarti to engrove atau mengukir, dan istilah “watak”

dalam Bahasa Indonesia berarti sifat pembawaan yang

mempengaruhi tingkah laku; budi pekerti; tabiat; perangai. Secara

Terminologi Karakter adalah sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti

yang menjadi ciri khas seseorang atau sekelompok orang. Definisi

Page 35: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

24 | Model Pelatihan Kewirausahaan

karakter menurut "English Dictionary" bermakna suatu kualitas yang

dimiliki oleh seseorang yang membedakan dirinya dengan orang lain.

Jika seseorang memiliki karakter khusus berarti seseorang itu

memiliki kualitas yang khusus dalam dirinya.

Karakteristik berarti ciri atau perwatakan dari sesuatu yang muncul

secara teratur sehingga tingkah laku menjadi lebih konsisten dan

mudah di perhatikan. Dapat diartikan pula bahwa Karakteristik

merupakan ciri yang secara alamiah melekat pada diri seseorang.

Dengan demikian karakteristik dari seorang Wirausaha adalah ciri

yang melekat dan menjadi penanda dari diri seorang apakah dia

seorang wirausaha atau bukan.

Pendidikan wirausaha merupakan salah satu upaya dalam

pembentukan karakter yang unggul bagi anak bangsa. Wirausaha

selama ini dipandang hanya terkait dengan penjualan dan

perdagangan, padahal wirausaha merupakan hal yang kompleks

termasuk kegiatan pembentukan karakter unggul. Beberapa pakar

sepakat bahwa wirausaha merupakan sebentuk karakter yang

memiliki ciri untuk mencapai kecakapan hidup dan kemampuan

dalam bertahan hidup.

Patut difahami bahwa pendidikan dan pelatihan Kewirausahaan

dilaksanakan dengan menanamkan nilai-nilai kewirausahaan kepada

peserta didik, nilai-nilai tersebut antara lain jujur, percaya diri, kreatif,

kepemimpinan, inovatif, dan berani menanggung resiko. Nilai-nilai

tersebut merupakan bagian dari nilai-nilai pendidikan karakter.

Sehingga pendidikan kewirausahaan menyumbangkan penanaman

Page 36: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 25

nilai-nilai pendidikan karakter yang pada akhirnya akan membentuk

karakter bangsa, sesuai dengan tujuan dari pendidikan

kewirausahaan yaitu untuk membentuk manusia secara utuh

(holistik), sebagai insan yang memiliki karakter, pemahaman dan

ketrampilan sebagai wirausaha.

b. Faktor-faktor Pembentuk Karakter Wirausaha

Seorang wirausaha yang sukses harus memiliki karakter wirausaha

seperti yang telah dikemukakan dalam kajian sebelumnya. Karakter

tersebut tentu saja tidak terbentuk begitu saja, namun ada

pendidikan atau pengaruh dari lingkungan yang mengantarkan

seorang wirausaha memiliki karakter khusus yang menunjang

kesuksesannya dalam berwirausaha. Interaksi dengan lingkungan

adalah faktor yang berperan penting dalam pembentukan karakter.

Meski pada dasarnya karakter terkait dengan watak, perilaku, tabiat

seseorang, namun lingkungan adalah pendorong atau pembentuk

dari karakter seseorang, termasuk pembentuk karakter wirausaha.

Karakter wirausaha yang baik akan membentuk kearah positif dalam

perkembangan usaha.

Kajian pembentuk kepribadian atau karakter seseorang sering

dikaitkan dengan tiga lingkungan pembelajaran yakni keluarga,

sekolah dan masyarakat. Lingkungan pertama dan utama sebagai

pembentuk karakter wirausaha adalah keluarga. Keluarga merupakan

tempat paling awal dalam pembentukan karakter wirausaha. Teladan

yang ditunjukkan orangtua dalam keseharian membentuk perilaku

pada diri seseorang.

Page 37: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

26 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Pola asuh anak menentukan keberhasilan pendidikan karakter anak

dalam berwirausaha. Pola interaksi dengan anak dalam keseharian

adalah pondasi dalam membuat anak mengenal perilaku

berwirausaha. Penanaman nilai-nilai berwirausaha dari orangtua

dapat diwujudkan dengan melatih kemandirian anak dalam

memenuhi kebutuhannya dengan usaha. Pola asuh yang tidak

membiasakan anak menerima segala kebutuhan mutlak dari

pemberian orangtua adalah salah satu upaya yang tepat untuk

pembentukan karakter wirausaha.

Orangtua memiliki pola asuh yang berbeda-beda. Pembentukan

karakter anak untuk dapat menjadi seseorang yang berwatak kreatif

ditentukan oleh bagaimana orangtua mengarahkan pola asuh yang

tepat pada anak. Pribadi kreatif yang ada didalam diri seseorang

sangat menentukan bagaimana mereka dapat memecahkan masalah,

mencari peluang usaha dan mencari solusi dari setiap hambatan dari

usaha. Pribadi tangguh dari seseorang yang berwirausaha dibentuk

oleh lingkungannya terutama pola asuh orangtua semenjak dini.

Pembentukan karakteristik berwirausaha yang diantaranya

ditentukan oleh faktor lingkungan dari Wirausaha yakni lingkungan

keluarga, sekolah dan masyarakat, Hikmatul (2004) menyatakan

mengenai psikologi wirausaha yang menyatakan bahwa dalam

pembentukan karakteristik wirausaha terdapat faktor-faktor yang

mempengaruhi yakni:

1) Lingkungan keluarga dan masa kecil. Beberapa penelitian yang

berusaha mengungkap mengenai pengaruh lingkungan keluarga

terhadap pembentukan semangat berwirausaha. Selanjutnya

Page 38: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 27

pengaruh pekerjaan orang tua terhadap pertumbuhan semangat

kewirausahaan ternyata memiliki pengaruh yang signifikan.

2) Pendidikan. Faktor pendidikan juga tak kalah memainkan

penting dalam penumbuhan semangat kewirausahaan.

Pendidikan tidak hanya mempengaruhi seseorang untuk

melanjutkan usahanya namun juga membantu dalam mengatasi

masalah dalam menjalankan usahanya.

3) Nilai-nilai Personal. Nilai personal akan membedakan seorang

wirausaha dengan pengusaha lain terutama dalam menjalin

hubungan dengan pelanggan, supplier, dan pihak-pihak lain,

serta cara dalam mengatur organisasinya.

4) Pengalaman Kerja. Pengalaman kerja tidak sekedar menjadi

salah satu hal yang menyebabkan seseorang untuk menjadi

seorang entrepreneur. Pengalaman ketidakpuasan dalam

bekerja juga turut menjadi salah satu pendorong dalam

mengembangkan usaha baru.

Keberadaan faktor-faktor tersebut mempengaruhi pembentukan

karakteristik wirausaha seseorang. Memilih untuk menjadi seorang

wirausaha memang belum banyak tumbuh menjadi pilihan

dikalangan masyarakat Indonesia, terutama pada generasi muda.

Untuk itu membangun karakteristik kewirausahaan harus terus

menerus dilakukan oleh siapapun yang peduli terhadap masa depan

dirinya, keluarga dan masyarakat.

c. Teori Karakter Wirausaha

Banyak kajian yang mengemukakan mengenai karakteristik seorang

Wirausaha. Pandangan para ahli muncul sesuai dengan nilai-nilai yang

Page 39: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

28 | Model Pelatihan Kewirausahaan

mencirikan sikap dan perilaku yang muncul dari seorang yang patut

dinyatakan sebagai seorang wirausaha. Karakteristik Wirausaha yang

mencari ciri tersebut dikemukakan oleh para ahli dalam beberapa

buku-buku kewirausahaan yang popular dan penelitian-penelitian.

Suryana (2010) mengemukakan bahwa kewirausahaan adalah

kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan

sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses. Dengan

demikian karakteristik seorang wirausaha adalah kemampuan untuk

menghadirkan ide kreatif dan inovatif dalam memanfaatkan sumber

daya. Kuratko (2003) mengatakan ada 17 karakteristik yang melekat

pada diri entrepreneur yaitu: (1) komitmen, (2) dorongan kuat untuk

berprestasi, (3) berorientasi pada kesempatan dan tujuan, (4) inisiatif

dan tanggung jawab, (5) pengambilan keputusan, (6) mencari umpan

balik, (7) internal focus control, (8) toleransi terhadap ambiguitas, (9)

pengambilan resiko yang terkalkulasi, (10) integritas dan reliabilitas,

(11) toleransi terhadap kegagalan, (12) energi tingkat tinggi, (13)

kreatif dan inovatif, (14) visi, (15) independen, (16) percaya diri dan

optimis, (17) membangun tim.

Prawirokusumo (2010) menulis lima belas karakteristik adalah: (1)

creative, (2) open mind (terbuka), (3) patience (sabar), (4) courage

(keberanian), (5) cooperate, (6) understand of leverage (menghargai

bantuan), (7) honesty & integrity (jujur, integritas tinggi), (8) personal

vision (mempunyai visi), (9) ability to organize resources (dapat

mengelola sumberdaya), (10) intuition (intuisi), (11) believe in ideas-

motivation (mempunyai ide dan motivasi), (12) action orientation

(orientasi kerja), (13) risk taking (berani mengambil resiko), (14)

Page 40: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 29

independence (mandiri), (15) individualism (percaya diri).

Kewirausahaan sangat dipengaruhi oleh bakat seseorang yang

diperolehnya sejak lahir, bakat tersebut dapat dikembangkan melalui

berbagai macam pengalaman dalam bidang kegiatan individu. Tetapi

metode penerapannya dapat dipelajari dan ditiru setiap orang

walaupun hasilnya sulit dapat diramalkan.

Tambunan (2014) menyebutkan bahwa kewirausahaan harus

memiliki karakter berikut: (1) kesediaan untuk melayani, (2) reputasi

yang baik. (3) berpikir positif, (4) dedikasi, (5) kemampuan

beradaptasi, (6) sikap belajar dengan berpikiran terbuka, (7)

kemampuan manajerial yang efektif, termasuk mentoring yang

efektif, coaching, konseling, memfasilitasi dan jaringan. Christopher

(2014) menyatakan hal yang harus diperhatikan seorang wirausaha

jika ingin sukses dalam persaingan adalah Pertama, memiliki

pengetahuan dalam nilai ekonomi, terutama dibandingkan dengan

sifat yang lebih bersifat informasi. Kedua, pengetahuan ditandai

dengan asimetri across economic agen; pengetahuan yang sama

dapat ditugaskan atau memiliki nilai yang diharapkan dengan

economic agents yang berbeda. Ketiga, pengetahuan sering

membutuhkan komunikasi tatap muka, meningkatkan transaction

costs.

Biksea (2014) Kepercayaan diri dan motivasi tindakan, fleksibilitas,

berpikir kritis dan mandiri, dan independen untuk belajar sepanjang

hidup. Huarng (2014) menyatakan bahwa karakteristik seseorang

yang berwirausaha memiliki pola pikir global dan internasionalisasi,

inovasi, dan kinerja, motivasi dan bisnis untuk bertahan hidup,

Page 41: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

30 | Model Pelatihan Kewirausahaan

mengorganisasi layanan kinerja Inovasi dan keberlanjutan

perusahaan seseorang akan berhasil dalam berwirausaha jika

memiliki reputasi yang baik dalam jaringan online dengan Kreativitas

gaya kognitif, konflik-penanganan, dan kreatif kesuksesan karir

pengusaha. Peter Drucker (1985), mengklaim bahwa inovasi adalah

alat utama kewirausahaan. Dia mengacu pada inovasi sebagai

pencarian sistematis untuk perubahan sebagai peluang pasar baru,

produk.

Berbagai penelitian telah menganalisis ciri-ciri tertentu dari

kepribadian sebagai karakteristik pengusaha. Beberapa kajian

penelitian yang dapat mengidentifikasi karakteristik Kewirausahaan

diantaranya Hastuti, et.al (2015) menyatakan 10 karakteristik utama

Wirausaha Minang yang menjalankan bisnis Restoran Padang yang

menjadi rahasia sukses dalam melakukan bisnis dalam perantauan

yakni: Kepercayaan diri, kerja keras, perhitungan yang

cermat/ekonomis, kemerdekaan, keuletan, kontribusi untuk

keluarga, konsistensi, kecerdikan, keluwesan, dan berani menghadap

tantangan bisnis. Dalam penelitian ini Hastuti et.al menyatakan

bahwa karakteristik dipengaruhi oleh etnik dan budaya dari mana

seorang berasal. Kesuksesan seorang wirausaha Minang dalam

mengembangkan dan mempertahankan bisnis restoran Padang yang

dilakoni banyak di nominasi oleh karakteristik asal daerah yang

umumnya dimiliki masyarakat suku Minangkabau dari Sumatera

Barat.

Studi yang dilakukan oleh Entrialgo et al. (2000) melakukan tindakan

yang terkontrol (berada dalam kendali), kebutuhan untuk berprestasi

Page 42: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 31

dan toleransi untuk pilihan yang rangkap dianggap sebagai penentu

kecenderungan kewirausahaan. Dalam penelitian oleh Stewart, et al.

(1998), di sisi lain, kebutuhan untuk berprestasi, pengambilan

kecenderungan resiko. Inovasi telah digunakan sebagai penentu

untuk membedakan "entrepreneur" dari "Manajer perusahaan" dan

pemilik usaha kecil.

Hansemark, (1998) menyimpulkan bahwa Inovasi memiliki definisi

yang komprehensif termasuk untuk menciptakan produk baru atau

baru kualitas, untuk menciptakan metode baru produksi, untuk

masuk ke pasar baru, untuk membuat yang baru sumber pasokan

atau untuk membuat organisasi baru atau struktur dalam bisnis.

Sukses inovasi menuntut tindakan kehendak, yaitu, menuntut

seorang pemimpin dan itu harus dilakukan melalui. Inovasi

disarankan sebagai perilaku yang ciri kewirausahaan dan orientasi

kewirausahaan (Entrialgo et al. 2000).

Cromie, (2000) dan Rauch, (2000) menyatakan bahwa inovasi diambil

sebagai ciri utama dalam mendefinisikan profil kewirausahaan.

Kebutuhan untuk berprestasi Kebutuhan teori prestasi McClelland

adalah salah satu teori yang paling diterapkan dalam kewirausahaan.

Menurut definisi tradisional, kebutuhan untuk berprestasi adalah

dorongan yang memaksa orang untuk berjuang dan sukses dan

kesempurnaan, hal ini dinyatakan oleh Sagie dan Elizur, (1999).

Individu yang memiliki kebutuhan yang kuat untuk memecahkan

masalah sendiri, mencapai target yang ditetapkan dan berusaha

untuk mencapai target tersebut melalui usaha mereka sendiri,

Page 43: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

32 | Model Pelatihan Kewirausahaan

menunjukkan kinerja yang lebih tinggi dalam tugas-tugas yang

menantang dan inovatif dalam rasa mencari cara-cara baru dan lebih

baik untuk meningkatkan kinerja mereka (Littunen, 2000; Utsch dan

Rauch, 2000). Locus of control (LoC) adalah kepribadian variabel yang

terkait dengan harapan umum dari seseorang apakah ia akan dapat

mengendalikan peristiwa dalam kehidupan. LoC mengacu pada

kecenderungan individu untuk menunjukkan pengambilan risiko atau

penghindaran risiko ketika dihadapkan dengan situasi berisiko. Dalam

salah satu contoh paling awal, Chantillon pada tahun 1755,

menunjukkan dalam karyanya, bahwa faktor utama dalam

membedakan pengusaha dari pekerja yang dipekerjakan adalah

ketidakpastian dan risiko yang diambil.

Muharika (2016) dalam kajian review mengenai Karakteristik

Kewirausahaan menyatakan beberapa karakteristik utama seorang

Wirausaha sukses adalah (1) Memiliki inovasi, inovasi merupakan alat

utama dalam berwirausaha, wirausaha tidak bisa menjalankan dan

mempertahankan usahanya tanpa adanya inovasi. (2) Reputasi yang

baik, hal ini merupakan nilai lebih yang patut dipertimbangkan oleh

setiap orang terutama bagi yang ingin berwirausaha. Seseorang yang

memiliki reputasi yang baik berkemungkinan besar mendapatkan

prioritas lebih maju karena lebih dipercaya, (3) Memiliki kebutuhan

untuk berprestasi, hal ini mendatangkan harapan dan dorongan akan

keberhasilan yang membuat seseorang memaksa dirinya untuk

mendapatkan kesuksesan. (4) Mampu mengontrol peristiwa

hidupnya dengan mengambil resiko yang berimbang. Tidak ada suatu

keputusanpun bagi seorang wirausaha yang tidak menimbulkan

resiko, semakin besar modal yang diinvestasikan akan semakin besar

Page 44: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 33

resiko yang diambil. (5) Mampu melihat dan menilai peluang bisnis

(sense of business) (6) Mampu membangun dan memanfaatkan

sumber daya kerja untuk mencapai cita-cita dan tujuan, (7)

Bertanggungjawab, menyukai tantangan, berani, gigih dan memiliki

semangat juang untuk mempertahankan usaha.

Kajian teoritis tentang karakteristik wirausaha yang dikemukakan di

atas menyatakan bahwa banyak karakteristik unggul yang harus

dimiliki oleh seorang wirausaha yang dapat menjadi cirri dari seorang

wirausaha yang sukses. Untuk memulai berusaha, mempertahankan

maupun mengembangkan usahanya, karakteristik tersebut

memberikan pengaruh terhadap perilaku yang muncul dari sikap yang

ditunjukkan oleh seorang wirausaha.

d. Profil Wirausaha

Profil individu seorang wirausaha mengacu kepada identifikasi

demografis dasar dan faktor-faktor terkait kepribadian atau sifat-sifat

peserta. Profil disebut juga ciri-ciri khusus yang mengidentifikasi

tentang kepribadian seseorang. Kepribadian wirausaha yang

dikaitkan dengan hasil kewirausahaan yang positif yang seringkali

merupakan cerminan dari sosio-emosional yang ingin dibangun oleh

banyak program pendidikan dan pelatihan wirausaha. Keberhasilan

penerapan suatu program kewirausahaan ditentukan oleh beberapa

profil yaitu:

1) Pendidikan, latar belakang pendidikan peserta, termasuk tingkat

pencapaian dan keterampilan kognitif dasar yang mengalir dari

paparan pendidikan formal yang pernah dilakukannya.

Page 45: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

34 | Model Pelatihan Kewirausahaan

2) Pengalaman, mengacu pada pengalaman kerja dan semua

pengalaman industri tertentu. Pengalaman menghasilkan

tingkat fungsional pengetahuan bisnis dan keakraban dengan

pasar dan peluang tertentu. Di tingkat dasar, individu dengan

beberapa pengalaman kerja cenderung untuk memiliki

pemahaman yang lebih baik tentang keterampilan sosial-

emosional dan keterampilan teknis yang diperlukan untuk

mengembangkan dan mempertahankan suatu perusahaan.

Pengalaman dapat berasal dari pengalaman kerja mereka sendiri

atau dari sumber lain, seperti dari pengalaman wirausaha

keluarga atau kenalan.

3) Minat dan niat berwirausaha. Sejumlah program kewirausahaan

berhasil dilakukan dengan adanya profil motivasi dan niat yang

kuat, yang utama adalah bahwa kegiatan berwirausaha adalah

pilihan dan keinginan mereka sendiri. Kehadiran program juga

digunakan untuk mengukur keseriusan niat peserta.

4) Tingkah laku. Keputusan individu untuk berpartisipasi dan dalam

suatu program dapat mempengaruhi hasil program. Ini termasuk

bagaimana peserta merespons program atau memahami nilai

keseluruhan program. Nilai perilaku yang dirasakan peserta lain

dapat mempengaruhi keputusan individu untuk berpartisipasi

dalam program. Persepsi tentang apa artinya menjadi

wirausahawan sangat berarti dalam mewujudkan keberhasilan

pelaksana kegiatan wirausaha.

Page 46: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 35

e. Pelatihan Kewirausahaan Upaya Pembentukan

Karakter Unggul Wirausaha

Sejalan dengan tuntutan perubahan yang cepat pada paradigma

pertumbuhan yang wajar dan perubahan ke arah globalisasi yang

menuntut adanya keunggulan, pemerataan, dan persaingan, maka

dewasa ini terjadi perubahan paradigma pendidikan. Pendidikan

kewirausahaan telah diajarkan sebagai suatu disiplin ilmu tersendiri

yang independen yang berisikan teori, konsep, dan metode ilmiah

yang lengkap mengenai kegiatan berwirausaha. Perkembangan

pelatihan kewirausahaan seiring dengan adanya persepsi bahwa

kemampuan dalam berwirausaha dapat dipelajari dan ditingkatkan.

Upaya dalam meningkatkan karakter unggul dari seorang wirausaha

dilakukan melalui pelatihan-pelatihan kewirausahaan. Banyak

program pelatihan kewirausahaan yang lebih menekankan pada

aktivitas kewirausahaan, sedangkan penanaman karakter wirausaha

hanya dilakukan sepintas saja untuk memberikan motivasi memulai

kegiatan wirausaha.

Semenjak tahun 2017 lalu telah dikembangkan model pelatihan

kewirausahaan bagi mahasiswa Universitas Negeri Padang khususnya

para mahasiswa pemenang hibah Program Mahasiswa Wirausaha

(PMW) yang diberikan oleh Kementerian Riset dan Teknologi

Pendidikan Tinggi Republik Indonesia. Model pelatihan tersebut

bernama Smart Entrepreneur Model disingkat dengan SEM. Model

SEM memiliki langkah-langkah yang telah melalui revisi berulang kali

berdasarkan pada pendekatan yang dilakukan saat proses penerapan

model.

Page 47: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

36 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Ciri utama dari model ini adalah adanya penilaian karakter wirausaha

diawal dan diakhir pelatihan menggunakan satu instrumen khusus

dalam suatu website. Pelatihan dilakukan dengan menggunakan

metode mentoring saat proses kegiatan wirausaha berlangsung.

Kegiatan pelatihan dilakukan dalam waktu yang relatif lama (4 sampai

5 bulan), aktivitas wirausaha yang dilakukan peserta pelatihan

diawasi dan dibina untuk menghasilkan usaha yang layak dikatakan

sebagai wirausaha mandiri dengan ciri memiliki manajemen usaha,

manajemen penjualan dan laporan keuangan yang bersih, usaha

mampu bertahan dan memiliki intensitas pertubuhan dan

perkembangan kearah yang lebih baik dari waktu ke waktu.

Melalui pementoran yang dilakukan diharapkan peserta terampil

dalam melaksanakan aktivitas usahanya. Model pelatihan SEM

mendapatkan perhatian untuk dijadikan role model pelatihan

kewirausahaan bagi mahasiswa dikalangan Universitas Negeri Padang

dan diharapkan dapat menjadi model pelatihan yang digunakan oleh

perguruan tinggi lainnya. Pada bagian berikutnya penjelasan tentang

Smart Entrepreneur Model (SEM) akan dijelaskan pada satu bagian

berikutnya pada buku ini.

Page 48: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 37

BAB IV

KARAKTER WIRAUSAHA ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0

Selain dari karakter-karakter yang dikemukakan pada BAB sebelumnya,

seiring dengan perkembangan teknologi informasi, maka saat ini

wirausaha juga harus memiliki kemampuan yang berbasiskan kemampuan

literasi baru era revolusi industri 4.0. Bahwa seorang wirausaha

hendaknya mampu menyesuaikan kemampuannya dengan kebutuhan

penggunaan dan pemanfaatan media informasi untuk berwirausaha.

a. Karakter Wirausaha Milenial di Abad 21

Menjalankan karir sebagai wirausaha di abad 21 terdapat beberapa

karakter yang harus dimiliki seseorang agar dapat sukses dan berhasil

mencapai tujuan usahanya. Sesuai dengan perkembangan

perniagaan di era globalisasi, lahir pula paradigma wirausaha internet

yang dengan kekhususannya menjalankan usaha melalui media

internet dituntut untuk memiliki beberapa karakter mumpuni selain

dari beberapa karakter yang telah dikemukakan sebelumnya.

Berikut beberapa karakter yang harus dimiliki wirausaha internet

dikemukakan Muharika & Mulyani (2019):

1. Passion yang kuat pada produk yang dijualnya

Passion adalah kegandrungan, kesukaan atau kegairahan yang

menimbulkan semangat, rasa tidak pernah bosan pada suatu

objek. Passion sering juga disebut dengan minat. Karakter

memiliki passion yang kuat untuk melaksanakan bisnis melalui

internet membuat seorang wirausaha rela mengorbankan

Page 49: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

38 | Model Pelatihan Kewirausahaan

waktu, tenaga dan biaya dengan tanpa keluhan. Dengan

memiliki passion maka motivasi untuk melaksanakan usaha akan

lebih tinggi, tidak menghitung untung rugi, hanya untuk

memuaskan hasrat terlibat dengan hal yang disenangi.

2. Memahami keinginan orang lain (Empati).

Wirausaha internet harus memiliki karakter empati, hal ini

bertujuan agar apa yang dibutuhkan, keinginan dan perilaku apa

yang diharapkan orang lain untuk diberikan, dapat dilakukan

oleh wirausaha internet. Setiap orang suka dilayani dengan baik,

dengan cepat dan tidak memiliki keraguan. Maka empati ini

dapat membuat sukses seorang wirausaha internet, karena

kecenderungan untuk mengabaikan orang lain akan rendah dan

mewujudkan keinginan pelanggan dengan pelayanan prima akan

terwujud. Hal ini terkait dengan kekhawatiran yang dapat

dirasakan pelanggan atas jarak antara penjual dan pembeli yang

melakukan transaksi melalui dunia maya.

3. Kemampuan meyakinkan orang lain dengan Komunikasi.

Iklan produk yang menarik tidak cukup menjamin seseorang

memutuskan untuk berbelanja. Maka komunikasi yang terjalin

antara wirausaha dan konsumen akan mampu mewujudkan

transaksi. Kemampuan meyakinkan ini tidak lepas dari

pengetahuan yang dimiliki tentang produk yang dijual.

4. Kejujuran.

Konsep sifat kejujuran adalah perilaku utama dari setiap manusia

terutama para pebisnis. Perilaku jujur adalah point penting

untuk seorang wirausaha sukses. Begitu mudah untuk seorang

pelanggan memutuskan untuk memberikan skor reputasi yang

Page 50: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 39

buruk pada wirausaha karena menemukan kebohongan, janji

yang tidak ditepati, spesifikasi produk yang diterima konsumen

tidak sesuai dengan visualisasi didalam iklan melalui internet.

5. Inovatif.

Gagasan yang muncul harus diwujudkan dalam ide dan perilaku

inovatif. Keunikan dan keberbedaan memberikan informasi dan

produk memudahkan wirausaha internet mendapatkan peluang.

Dengan kata kunci unik dan spesifik pada situs dari lapak

perniagaan yang dimiliki maka kemungkinan kunjungan akan

lebih meningkat.

6. Visioner.

Memiliki pemikiran dan keinginan serta cara pandang yang

matang untuk karir wirausaha yang dilakukannya melalui

internet. Hal ini akan memunculkan perilaku kreatif dan tidak

cepat puas dengan keadaan.

7. Fokus.

Memiliki komitmen untuk fokus meskipun wirausaha internet

tidak terikat waktu dan jadwal bekerja, namun mendisiplinkan

diri untuk fokus pada bisnis yang dikerjakan harus dilakukan.

b. Perubahan Paradigma Belajar Kewirausahaan di

Abad 21

Kecenderungan perubahan konsep berwirausaha di abad 21 dengan

wirausaha cara lama akhirnya mendapat perhatian dari praktisi bisnis

yang menjadi pelaku dalam kegiatan wirausaha abad 21. Perubahan

yang harus disikapi dengan tindakan penyesuaian cara berfikir dan

bertindak dalam melakukan bisnis saat ini banyak menjadi

Page 51: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

40 | Model Pelatihan Kewirausahaan

perbincangan. Dalam jalur pendidikan formal, melakukan suatu

perubahan bukanlah suatu hal yang mudah, meskipun akademisi

telah menyadari bahwa perubahan harus dilakukan.

Pengembangan metode belajar, pengembangan materi ajar, model

pembelajaran dari pendekatan berbasis pendidikan menjadi berbasis

peserta didik yang aktif mengembangkan kemampuannya melalui

belajar diupayakan oleh para akademisi. Namun kompleksitas

instruksional pada jalur pendidikan formal membuat perubahan

bukan suatu yang mudah untuk diterapkan. Saat ini sebagian besar

dosen-dosen kewirausahaan masih menggunakan cara pembelajaran

ataupun materi lama tentang ilmu wirausaha.

Jika diamati lebih lanjut, penulis merasakan adanya suatu bentuk

ketidaksesuaian (un relevansi) antara kemampuan yang dibutuhkan

dengan kemampuan yang diharapkan untuk dimiliki oleh peserta

didik dalam melaksanakan pembelajaran kewirausahaan. Akibatnya

tentu saja kemampuan mahasiswa dalam melaksanakan aktivitas

wirausaha hanya sebatas teoritis lama yang tidak terpakai dalam

berwirausaha dizamannya. Meskipun diharapkan dosen memberikan

kontribusi yang berarti dalam memberikan kemampuan wirausaha

diabad 21 ini, namun terkadang keterbatasan dosen dalam

memahami konsep pendidikan kewirausahaan para milenial ini

memang diakui lebih banyak di kuasa oleh kaum muda yang menjadi

pelaku kegiatan wirausaha. Oleh sebab itu, solusi yang ditawarkan

oleh kampus-kampus yang memiliki pemikiran yang lebih maju

tentang wirausaha abad 21 adalah melakukan pelatihan-pelatihan

wirausaha untuk para milenial.

Page 52: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 41

Saat ini pasar lebih mudah di temui d internet, mengalahkan

keramaian dibazar-bazar atau pasar. Karena itu cara menggaet

pasarpun harusnya dirubah. Mahasiswa akhirnya membutuhkan

kemampuan bagaimana mengenal pasar melalui internet, bagaimana

memasuki pasar internet, berselancar dengan internet untuk

mendapatkan closing (transaksi) yang menguntungkan. Beberapa trik

atau cara melakukan bisnis melalui internet banyak beredar dan

ditawarkan melalui pelatihan-pelatihan kewirausahaan abad 21.

Namun keterbatasan kemampuan dari segi biaya ataupun waktu yang

dimiliki mahasiswa membuat mereka tidak mampu mengikuti

pelatihan yang ditawarkan dengan harga yang relatif mahal.

Sedangkan mahasiswa membutuhkan kemampuan tersebut

dibutuhkan untuk bertahan di abad milenial untuk seorang

wirausaha.

Pelatihan kewirausahaan abad 21 pada dasarnya untuk memberikan

kemampuan kepada peserta untuk mampu bersaing di abad 21.

Kampus-kampus semestinya menyadari bahwa ini adalah perubahan

yang harus disikapi dengan tindakan dan perubahan. Jika program

pembelajaran belum sesegera mungkin dapat disesuaikan dengan

kebutuhan para wirausaha, maka melakukan pelatihan untuk

memiliki kemampuan wirausaha abad 21 harus dilakukan.

Keterbukaan kampus-kampus dalam menggandeng praktisi untuk

melibatkan diri mensukseskan program pendidikan kewirausahaan

dengan merangkul pelaku-pelaku bisnis abad 21 melalui

penyelenggaraan pelatihan-pelatihan wirausaha milenial di kampus-

Page 53: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

42 | Model Pelatihan Kewirausahaan

kampus adalah hal yang penting. Relevansi pendidikan untuk

menyesuaikan kebutuhan wirausaha abad 21 selayaknya mendapat

perhatian dan pemikiran kritis dari pemangku kebijakan. Tidak hanya

itu dosen-dosen kewirausahaan harus senantiasa membuka diri

untuk mencari dan menggali kemampuan yang terkait dengan

kebutuhan mahasiswa dalam belajar tentang wirausaha abad 21, agar

terjadi pencapaian tujuan pembelajaran yang optimal.

c. Literasi Baru Wirausaha Abad 21

Gerakan literasi baru dimaksudkan untuk fokus pada tiga literasi

utama yaitu, 1) literasi digital, 2) literasi teknologi dan 3) literasi

manusia (Aoun, 2017 dalam Yahya, 2018). Ketiga keterampilan ini

diprediksi merupakan keterampilan yang sangat dibutuhkan dalam

masa depan atau di era revolusi industri 4.0. Literasi baru yang

disediakan diharapkan dapat menciptakan lulusan yang kompetitif

dengan menyempurnakan gerakan literasi lama yang hanya berfokus

pada peningkatan kemampuan membaca, menulis dan matematika.

Setyawan (2018) merumuskan keterampilan yang dibutuhkan dalam

revolusi industri 4.0 yaitu 1) Information, Media and Technology

Skills: Media Literacy, Visual Literacy, Multicultural Literacy, Global

Awareness, Technological Literacy, 2) Learning and Innovation:

Complex Problem Solving, Creativity, Curiosity, Risk Taking, 3) Life and

Career Skills. Literasi baru dirumuskan agar lulusan perguruan tinggi

bisa kompetitif dalam menghadapi tantangan era globalisasi, maka

langkah strategis adalah dengan melakukan pembenahan kurikulum

berorientasi literasi baru, karena dengan adanya Era Revolusi Industri

4.0, literasi lama (membaca, menulis, & matematika) sebagai modal

Page 54: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 43

dasar untuk berkiprah di masyarakat tidak lagi mencukupi, namun

harus didukung oleh literasi baru yakni big data, teknologi, dan

humanity.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa literasi teknologi

merupakan kemampuan yang dimiliki berupa penggabungan

beberapa kemampuan dalam mengenal, mengolah dan

menggunakan serta mengevaluasi teknologi sehingga seseorang

dapat memiliki kesadaran dan kualitas yang lebih integrative terkait

dengan penyebaran keterampilan dan kompetensi dalam konteks

tugas dan kewajiban pada masyarakat. Karena untuk pengembangan

berbagai keterampilan yang dibutuhkan, peserta didik dapat

memahami cakupan saluran informasi dan sumber daya untuk

mendapatkan kepercayaan dalam memiliki akurasi, keandalan, dan

ketepatan informasi yang diperoleh, memiliki kontrol lebih besar atas

kemampuan sendiri dalam belajar.

d. Aktivitas Literasi Big Data Wirausaha

Pengguna Jasa Internet Indonesia pada tahun 2017 mengungkapkan,

dari segi pengguna Big Data, misalnya, jaringan sosial media

Facebook pada tahun 2012 saja telah memiliki jumlah pengguna

mencapai 1 miliar pengguna, dan menangani 350 juta unggahan foto,

4,5 miliar like dan 10 miliar pesan setiap hari. Artinya bahwa jejaring

sosial media ini menyimpan data lebih dari 100 petabytes untuk

kebutuhan analitik nya. Lemieux (2014) menyatakan bahwa Big data

berkaitan dengan (1) volume, (2) velositas (kecepatan data mengalir)

dan (3) varietas keberagaman data.

Page 55: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

44 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Khan, dkk (2017) menyatakan bahwa big data merupakan integrasi

dari teknologi multi-disiplin dan memfasilitasi pelanggan dengan

menghadirkan layanan luar biasa untuk satu klik. Internet sebagai

penghubung melalui sistem jaringan dengan menambahkan

kemampuan komunikasi di setiap perangkat untuk terhubung ke

perangkat lain yang sama-sama mengakses Internet. Dengan

demikian kehadiran Big Data menimbulkan cakrawala dan peluang

baru untuk menyimpan dan mendapatkan data dengan lebih banyak.

Wirausaha abad 21 membutuhkan keterampilan dalam

menggunakan internet dalam aktivitas usahanya. Dapat diketahui

bahwa saat ini konsumen berkumpul di internet. Saat ini hampir 80%

manusia mendapatkan informasi tentang apa yang akan dibelinya

melalui internet. Hal ini menyebabkan wirausaha harus menguasai

aktivitas usaha menggunakan literasi big data. Aktivitas tersebut

adalah:

1) Melakukan sharing informasi usaha yang dimiliki melalui

internet. Wirausaha dapat menempatkan dirinya di internet,

segala informasi yang dibutuhkan oleh calon konsumen dapat

diberikan melalui big data. Informasi tersebut dapat berupa

company profil, info produk, promosi, dan pengetahuan yang

berkaitan dengan produk atau jasa yang ditawarkan. Biasanya

seorang calon pembeli akan mencari informasi tentang

kredibilitas usaha atau informasi tentang produk yang akan

dibeli melalui internet. Hal ini adalah cara mudah dalam

mempromosikan sesuatu, wirausaha dapat melakukan sharing

informasi melalui big data. Update tentang informasi secara

rutin adalah salah satu cara yang harus dilakukan.

Page 56: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 45

2) Mendapatkan informasi dan akses data tentang usaha, seperti;

pemasok, target pasar, informasi tentang pesaing, aktivitas ini

disebut dengan download informasi. Seperti pihak lain

membutuhkan informasi tentang wirausaha maka demikian pula

wirausaha mendapatkan informasi tentang produk atau usaha

lain. Mendapatkan informasi melalui big data dinamakan dengan

aktivitas download.

3) Dokumentasi produk dengan aktivitas upload. Informasi yang

ingin dibagikan kepada pelanggan atau pihak yang menjadi

sasaran untuk mendapatkan informasi usaha dilakukan dengan

aktivitas upload. Data yang telah upload kemudian dapat di

sharing oleh pihak lain untuk menyebarluaskan. Untuk itu

berikanlah informasi usaha dengan benar dan tidak mengandung

unsur informasi yang berguna, menggunakan asas kebaikan

secara konten sehingga dapat memiliki manfaat. Informasi yang

di upload akan dengan mudah di sharing, hal ini menjadi satu

kebaikan dan keunggulan berbisnis menggunakan media

internet, kegiatan promosi lebih mudah dilakukan, namun sisi

buruknya informasi yang tidak baik tentang usaha yang dijalani

juga akan lebih mudah beredar.

e. Aktivitas Literasi Teknologi Wirausaha

Teknologi adalah bagian formatif dari masyarakat dan merupakan

faktor penting dalam kehidupan saat ini, bagi personal maupun bagi

professional. Teknologi memberikan pengaruh pada ekonomi,

lingkungan, budaya, kesehatan, memastikan perkembangan

berkelanjutan dan menjadi pusat inovasi dalam sebuah profesi.

Menurut Zinn (2014) Teknologi merespons tantangan sosial

Page 57: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

46 | Model Pelatihan Kewirausahaan

mendasar dan menyediakan mobilitas, komunikasi dan inovasi,

teknologi mengubah kebiasaan manusia, gaya hidup dan proses kerja

yang menjadi berkah sekaligus beban dalam hidup manusia.

Teknologi tak terbantahkan memegang posisi kunci untuk perubahan

sosial dan menentukan bagaimana seseorang dan sekelompok orang

memandang dirinya dan dunia. Menurut Setyawan (2018) Literasi

teknologi adalah “Kemampuan seseorang untuk bekerja secara

independen maupun bekerjasama dengan orang lain secara efektif,

penuh tanggung jawab dan tepat dengan menggunakan instrumen

teknologi untuk mendapat, mengelola, kemudian mengintegrasikan,

mengevaluasi, membuat serta mengkomunikasikan informasi”.

Literasi teknologi dan media komunikasi dalam bagian skema pelangi

keterampilan abad 21 yang dikemukakan oleh Trilling dan Fadel

(2009) terdiri dari 1) Literasi informasi: peserta didik mampu

mengakses informasi secara efektif (sumber informasi) dan efisien

(waktunya); mengevaluasi informasi yang akan digunakan secara

kritis dan kompeten; menggunakan dan mengelola informasi secara

akurat dan efektif untuk mengatasi masalah. 2) Literasi media:

peserta didik mampu memilih dan mengembangkan media yang

digunakan untuk berkomunikasi. 3) Literasi ICT: peserta didik mampu

menganalisis media informasi; dan menciptakan media yang sesuai

untuk melakukan komunikasi.

Demikian juga dengan aktivitas wirausaha. Kemampuan literasi

informasi dapat dilihat dari bagaimana aktivitas wirausaha dalam

melakukan akses, evaluasi dan proses usahanya menggunakan media

Page 58: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 47

informasi dengan berbagai bentuk media teknologi. Berikut aktivitas

literasi teknologi yang harus dikuasai oleh seorang wirausaha abad

21.

1) Literasi Digital

Gilster (1997) mengemukakan bahwa Literasi Digital adalah

kemampuan memahami dan menggunakan informasi dari

berbagai sumber ketika disajikan melalui alat digital,

kemampuan untuk memahami bagaimana informasi dihasilkan

dan dikomunikasikan dalam berbagai bentuk melalui penciptaan

kerangka kerja kritis untuk retrieval, lembaga, evaluasi,

presentasi, dan menggunakan informasi menggunakan alat-alat

teknologi digital. Bawden (2008) mengemukakan konsep

tentang literasi digital dengan pemahaman bahwa literasi digital

merupakan kemampuan mengkombinasi berbagai jenis literasi

berdasarkan kompetensi komputer/informasi yang difokuskan

pada keterampilan untuk mengevaluasi informasi dan

mengumpulkan pengetahuan bersama dengan satu set

pemahaman dan sikap.

Dengan demikian konsep literasi digital teknologi diperluas dan

mencakup semua set keterampilan spesifik dan kompetensi yang

dibutuhkan untuk mencari, menemukan, mengevaluasi dan

menangani informasi dalam bentuk komputer. Tujuan dari

penguasaan literasi digital berdasarkan literasi media teknologi

informasi digital adalah:

a) Penguatan akses terhadap informasi usaha yang dilakukan

b) Mendukung dan menumbuh kembangkan informasi usaha

yang dimiliki

Page 59: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

48 | Model Pelatihan Kewirausahaan

c) Mendapatkan dan memberikan inspirasi untuk

mengembangkan akses terhadap berbagai sumber

informasi usaha

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa literasi teknologi

merupakan kemampuan yang dimiliki berupa penggabungan

beberapa kemampuan dalam mengenal, mengolah dan

menggunakan serta mengevaluasi teknologi sehingga seseorang

dapat memiliki kesadaran dan kualitas yang lebih integrative

terkait dengan penyebaran keterampilan dan kompetensi dalam

konteks tugas dan kewajiban pada masyarakat.

f. Aktivitas Literasi Humanity Wirausaha

Tujuan pembangunan berkelanjutan yang dikemukakan UNESCO

(2018) dalam bagan Lifelong Learning yang dirumuskan sebagai

pedoman agenda pembangun berkelanjutan yang bertujuan untuk

memenuhi tuntutan kepemimpinan global terdapat empat

kompetensi terkait dengan bagaimana seseorang dapat menghadapi

tantangan yang kompleks dengan empat kemampuan yakni Critical

thinking (berfikir kritis), Creativity (kreativitas), Communication

(komunikasi) dan Collaboration (kolaborasi). Empat kemampuan ini

menjadi indikator bagi seorang manusia diyakini secara humanity

dapat menaklukkan tantangan abad 21, empat kemampuan ini

disebut dengan competency 4C. Berikut uraian dari masing-masing

kompetensi dalam kaitan kemampuan seorang dalam berwirausaha:

1) Critical thinking (berpikir kritis)

Drake (2014) memiliki pandangan bahwa berfikir kritis adalah

kemampuan menyoroti tantangan, merancang pengalaman

belajar untuk mengatasi masalah lokal dan masalah dunia nyata

Page 60: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 49

yang mungkin tidak ada jawaban yang jelas. Dalam kaitan

kemampuan berpikir kritis pada era revolusi industri 4.0 maka

berfikir kritis dapat dikombinasi dengan penggunaan media

digital dalam mendukung informasi yang didapat untuk berfikir.

Berpikir kritis menurut Bialik, dkk (2015) bentuk pemikiran kritis

“secara intelektual sebagai proses disiplin dalam konseptualisasi

aktif, terampil, menerapkan, menganalisis, mensintesis,

dan/atau mengevaluasi informasi yang dikumpulkan dari, atau

dihasilkan oleh, pengamatan, pengalaman, refleksi, alasan, atau

komunikasi, sebagai panduan untuk keyakinan dan tindakan.

Seorang wirausaha yang memiliki kemampuan berfikir kritis akan

memiliki kemampuan untuk:

a) Mampu menggunakan penalaran induktif atau penalaran

deduktif dalam menganalisis suatu masalah. Masalah

adalah sumber inovasi untuk diselesaikan melalui suatu

pemikiran yang menjadi peluang usaha. Dengan menalar

masalah yang diharapi seseorang atau sekelompok orang,

maka seorang wirausaha dapat menghadirkan solusi, Solusi

yang ditawarkan tersebut adalah peluang berwirausaha.

Kemampuan berfikir kritis ini menjadi dasar analisis

kebutuhan dalam mengembangkan produk atau jasa yang

ditawakan kepada pengguna.

b) Menganalisis keterkaitan masing-masing bagian dari

keseluruhan untuk menghasilkan sistem yang kompleks.

Mengumpulkan informasi dan mengolahnya dengan kritis.

Fakta-fakta pendukung untuk dinalarkan dan menghasilkan

suatu keputusan kompleks. Seorang wirausaha harus

mampu berfikir kompleks, menelaah semua informasi

Page 61: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

50 | Model Pelatihan Kewirausahaan

dengan objektif untuk mendapatkan suatu keputusan

terhadap usaha yang dijalaninya

c) Menganalisis dan mengevaluasi fakta-fakta. Informasi dan

fakta-fakta pendukung dianalisis dan dievaluasi. Menjadi

wirausaha yang berfikir kritis berarti mampu melihat

berdasarkan data objektif dan fakta yang benar untuk

dinilai, kepentingan-kepentingan khusus yang ada dalam

analisis data yang bersifat subjektivitas harus dihilangkan

atau diminimalisir, hal ini agar wirausaha tidak terjebak

pada pengambilan keputusan yang salah.

d) Menarik kesimpulan berdasarkan hasil analisis. Kesimpulan

yang baik akan dihadirkan ketiga data yang dianalisis tidak

memiliki unsur kepentingan sepihak. Wirausaha

menganalisis data sesuai dengan kenyataan, jika satu

keputusan layak untuk diambil adalah keputusan yang

berdasarkan fakta yang benar.

e) Menyelesaikan masalah yang tidak biasa/umum dengan

cara konvensional maupun inovatif. Ciri seorang wirausaha

yang mendasar adalah nilai kreativitas yang menghasilkan

gagasan inovatif. Memiliki kemampuan menalarkan ide

yang tidak mudah dipikirkan orang lain, berbeda namun

memiliki nilai lebih.

2) Creativity (kreativitas)

Kreativitas penting dalam pendidikan sebagai literasi dan kita

harus memperlakukan nya dengan status yang sama dengan

kompetensi lainnya, kesuksesan seorang individu adalah mereka

yang memiliki keterampilan kreatif, untuk menghasilkan visi

bagaimana mereka berniat menjadikan dunia tempat yang lebih

Page 62: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 51

baik untuk semua orang, memiliki keterampilan intelektual

analitis, untuk menilai visi mereka dan orang lain, memiliki

keterampilan intelektual praktis, untuk melaksanakan visi dan

keterampilan untuk mampu membujuk dan mempengaruhi

orang-orang menerimanya.

Berdasarkan kajian teoritis mengenai kreativitas dalam

kompetensi abad 21 yang dikemukakan maka yang menjadi

indikator pengukur seorang wirausaha yang memiliki nilai kreatif

memiliki kemampuan mencakup:

a) Kemampuan untuk mengidentifikasi dan membingkai

masalah

b) Keterampilan yang diperlukan untuk memecah masalah

menjadi bagian-bagian sesuai komponennya

c) Kemampuan untuk menilai berbagai opsi yang tersedia

untuk mengatasi masalah

d) Kemampuan menciptakan ide baru untuk solusi dan

pemecahan masalah

e) Memperluas ide/konsep dasar untuk meningkatkan dan

memaksimalkan upaya kreatif

f) Mengembangkan dan menyampaikan ide baru kepada

orang lain secara efektif

g) Mengaplikasikan ide kreatif sebagai kontribusi nyata dalam

kehidupan.

Jika ditemukan kemampuan-kemampuan tersebut dalam diri

seorang wirausaha, maka mengindikasi bahwa seseorang

tersebut mampu bersaing diabad 21. Memiliki keunggulan,

keberbedaan dengan nilai lebih, keterampilan menalarkan dan

Page 63: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

52 | Model Pelatihan Kewirausahaan

memecahkan masalah dengan ide yang inovatif merupakan ciri

karakter wirausaha sukses abad 21.

3) Communication (komunikasi)

Komunikasi dalam konteks abad ke-21 merujuk tidak hanya pada

kemampuan untuk “berkomunikasi secara efektif, lisan, tertulis,

dan dengan berbagai alat digital” tetapi juga terkait dengan

keterampilan mendengarkan (Fullan, 2013). Meskipun saat ini

diketahui bahwa hanya beberapa profesi yang didasari

kemampuan dalam komunikasi (seperti terapis, pembicara

publik, customer service), namun pada dasarnya semua profesi

memerlukan berbagai bentuk aktivitas komunikasi seperti:

negosiasi, memberikan instruksi, memberi nasihat, membangun

hubungan, menyelesaikan konflik, dan sebagainya (Hobbs,

2015).

Aktivitas dalam menerapkan literasi komunikasi abad 21 bagi

seorang wirausaha tidak cukup hanya komunikasi lisan.

Kemampuan mengkomunikasikan suatu informasi kepada

pelanggan juga dengan menggunakan media berbasis ICT

menuntut seseorang mahir dalam berkomunikasi dengan

tulisan. Bagaimana menghadirkan informasi dengan tulisan,

membranding dan membingkai informasi dengan menarik dan

menimbulkan kesan di hati pembaca adalah satu ilmu yang harus

di kuasa wirausaha abad 21.

Beberapa kemampuan komunikasi wirausaha abad 21 adalah:

a) Kemampuan dalam mengungkapkan pikiran atau ide

melalui lisan, tulisan atau nonverbal.

Page 64: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 53

b) Kemampuan untuk menggunakan media komunikasi untuk

berbagai kebutuhan, seperti komunikasi yang bertujuan

untuk menginformasikan, menginstruksikan, memotivasi

atau mengajak

c) Kemampuan menggunakan berbagai media atau teknologi

dalam berkomunikasi untuk tujuan usaha

d) Kemampuan membangun hubungan (link) melalui media

komunikasi dengan kemampuan mengungkapkan pesan

dengan benar.

4) Collaboration (kolaborasi)

Berkolaborasi adalah kebutuhan manusia. Tidak seorang dapat

menghindari diri dapat berhubungan dengan orang lain, hal ini

adalah bagian dimensi yang ada didalam diri manusia yaitu

dimensi sosial. Alber (2012) mengemukakan bahwa kegiatan

kolaborasi dilakukan dengan menetapkan perjanjian kelompok

dan pertanggungjawaban untuk tugas-tugas yang ditugaskan,

menentukan tahapan untuk pembagian kerja dan bersinergi

dalam kelompok sebagai upaya mencapai tujuan bersama.

Mengajarkan kolaborasi harus memiliki kegiatan yang mengasah

keterampilan mendengarkan yang memungkinkan terciptanya

ruang di mana ide bisa dibagikan, diterima, dan diterapkan,

mengajar seni mengajukan pertanyaan yang baik, terbuka dan

pertanyaan yang merangsang pemikiran memfasilitasi perluasan

pengetahuan dan membantu kemajuan menuju optimal solusi.

Alber (2012), menunjukkan keterampilan negosiasi,

mendengarkan, fleksibilitas, mengartikulasikan poin

kesepakatan, dan mempertahankan kemampuan untuk berpikir

Page 65: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

54 | Model Pelatihan Kewirausahaan

jernih di bawah tekanan sangat penting dalam kolaborasi

apapun situasi yang dihadapi dalam pembelajaran.

Sesuai dengan kajian yang telah dikemukakan terkait dengan

kemampuan kolaborasi yang menjadi bagian literasi humanity

pada era revolusi industri 4.0 maka dapat dirumuskan indikator

yang menjadi dasar penilaian kemampuan berkolaborasi

seorang wirausaha sukses abad 21 adalah:

a) Kemampuan bekerja sama dalam tim, usaha yang dilakukan

tidak dapat dilakukan tanpa bantuan dan kerjasama dari

orang lain. Usaha tidak hanya untuk diri sendiri tetapi

mampu berkontribusi untuk memberikan kesempatan

kepada orang lain.

b) Kemampuan menggunakan keterampilan jejaring sosial.

Jaringan sosial online maupun offline aka memberikan

peluang berkembang bagi usaha. Jaringan dapat dibangun

dengan kolaborasi yang baik. Tidak semua kemampuan

dikuasai oleh satu orang, namun dukungan kemampuan

orang lain akan mampu menghebatkan usaha yang

dilakukan.

c) Kemampuan menunjukkan empati dalam bekerja dengan

orang lain dalam lingkungan yang beragam, mampu

menghadapi lingkungan dengan personal yang berbeda-

beda, melakukan penyesuaian diri menghadapi perilaku dan

karakter yang beragam

d) Kemampuan bekerjasama secara digital dan berkontribusi

pada basis pengetahuan kolektif, baik dalam jarak jauh

maupun dalam satu lingkungan yang sama.

Page 66: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 55

e) Kemampuan dalam memecahkan masalah bersama untuk

membuat keputusan yang lebih baik

f) Kemampuan untuk menetapkan perjanjian kelompok dalam

usaha yang dilakukan

g) Kemampuan bertanggungjawab untuk tugas-tugas yang

dibebankan dalam usaha

h) Kemampuan menentukan tahapan untuk pembagian kerja

dan bersinergi dalam kelompok

i) Keterampilan mendengarkan yang memungkinkan

terciptanya ruang di mana ide bisa dibagikan, diterima, dan

diterapkan

j) Menunjukkan keterampilan negosiasi, memiliki fleksibilitas,

mengartikulasikan poin kesepakatan

k) Mempertahankan kemampuan untuk berpikir jernih di

bawah tekanan

g. Pelatihan Wirausaha dalam Membentuk Karakter

Wirausaha Abad 21

Telah dijelaskan bahwa perlu dilakukan penyesuaian kemampuan

manusia abad 21 yang memiliki karakter unggul bersaing dan

memenangkan tantangan berwirausaha di era digital ini. Untuk

menyesuaikan kebutuhan akan tuntutan karakter wirausaha abad 21

ini maka pelatihan wirausaha adalah cara praktis untuk mencapainya.

Pelatihan kewirausahaan berbasis karakter unggul era revolusi

industri 4.0 saat ini telah banyak diupayakan untuk dilakukan.

Beberapa karakter unggul abad 21 yang perlu dilatih melalui

pelatihan wirausaha saat ini harus mampu memfasilitasi kebutuhan

peserta pelatihan akan kemampuan-kemampuan wirausaha di era

Page 67: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

56 | Model Pelatihan Kewirausahaan

revolusi industri 4.0 ini. Metode-metode pelatihan bermunculan

dengan keunggulan masing-masing. Wirausaha yang membutuhkan

kemampuan dalam melaksanakan usaha berbasis teknologi tidak

hanya terkait dengan penggunaan media informasi saja, namun

bagaimana melakukan pendekatan pemasaran dan promosi dengan

beriklan di media sosial, dan yang tidak kalah penting adalah

bagaimana membangun branding untuk membuat persepsi

masyarakat tentang usaha yang dilakukan.

Page 68: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 57

Bagian 2 MODEL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN

Pertumbuhan jumlah wirausaha memiliki dampak luar biasa pada perkembangan ekonomi suatu negara. Kewirausahaan dipandang sebagai solusi untuk perubahan cepat tuntutan

akan ekonomi di seluruh dunia dan telah diakui sebagai jalan menuju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Pentingnya keberadaan wirausaha pada suatu negara selayaknya diiringi dengan

perhatian pada program kewirausahaan melalui jalur pendidikan. Salah satu upaya dalam mencapai tujuan ekonomi global adalah dengan memperhatikan pelaksanaan pendidikan dan

pelatihan kewirausahaan.

Banyak negara mengembangkan program pendidikan dan pelatihan kewirausahaan

dengan berbagai inovasi dan keunggulan. Tujuan pengembangan disesuaikan dengan masalah dan kebutuhan spesifik dengan lingkungannya. Pembentukan karakter, mengarahkan perilaku

dan aktivitas wirausaha untuk memulai usaha, mengembangkan dan bertahan dalam usaha adalah beberapa target kemampuan yang diharapkan dalam program kewirausahaan.

Dikembangkannya model pelatihan kewirausahaan sebagai patron untuk mengarahkan

pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang dilakukan. Model mengacu kepada ciri yang dikemukakan yakni tujuan, adanya fase (sintaktis), strategi pembelajaran, factor pendukung dan

adanya dampak dari pelaksanaan model. Bagian 2 ini menjelaskan tentang konsep model

pembelajaran yang dapat digunakan dalam pelatihan kewirausahaan, program-program kewirausahaan di beberapa belahan dunia dan model-model pelatihan kewirausahaan di

beberapa universitas.

Page 69: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

58 | Model Pelatihan Kewirausahaan

BAB V

MODEL PELATIHAN

Perguruan Tinggi memiliki tiga peran penting dalam pendidikan

kewirausahaan. Pertama, perguruan tinggi sebagai fasilitator budaya

kewirausahaan, yaitu fokus yang kuat pada pendidikan kewirausahaan

serta membantu mempromosikan budaya kewirausahaan. Kedua

perguruan tinggi sebagai mediator keterampilan, yaitu mahasiswa

kewirausahaan mampu mengejar karir kewirausahaannya dengan

dilengkapi seperangkat keterampilan. Ketiga, perguruan tinggi sebagai

lokomotif pengembangan bisnis regional, yaitu mendorong universitas

berelasi dengan pemegang kepentingan lainnya dalam lingkup

kewirausahaan. Universitas juga memfasilitasi penciptaan kebijakan

regional dan infrastruktur kewirausahaan yang menguntungkan. Pada

hakikatnya, tujuan pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi, bukan

sekedar mencetak pencari kerja tetapi juga sebagai pencipta lapangan

kerja.

a. Pengertian Model

Model secara harfiah berarti “bentuk”, dalam pemakaian secara

umum model merupakan interpretasi terhadap hasil observasi dan

pengukurannya yang diperoleh dari beberapa sistem. Sedangkan

menurut Suprijono (2012), “Model diartikan sebagai bentuk

representasi akurat sebagai proses aktual yang memungkinkan

seseorang atau sekelompok orang mencoba bertindak berdasarkan

model itu”.

Page 70: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 59

Model adalah suatu objek atau konsep yang digunakan untuk

mempresentasikan sesuatu hal, sesuatu yang nyata dan dikonversi

pada suatu bentuk yang lebih komprehensif. Model dapat

diwujudkan dalam berbagai bentuk, ukuran dan gaya. Model

bukanlah objek yang sesungguhnya melainkan hasil konstruksi

manusia yang dapat membantu memahami sistem yang ada (Mayer,

W.J. 1985). Berdasarkan teori yang disampaikan di atas, dapat

disimpulkan bahwa definisi model adalah sesuatu yang

menggambarkan sebuah pola dengan menggunakan sistem atau

gagasan dengan cara sederhana antara satu konsep dengan konsep

yang lainnya.

b. Teori Model Pembelajaran dan Pelatihan

Sagala (2005) mengemukakan bahwa Model pembelajaran adalah

kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis

dalam mengorganisasikan pengalaman belajar peserta didik untuk

mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman

bagi perancang pembelajaran dan guru dalam merencanakan dan

melaksanakan aktivitas belajar mengajar. Suprijono (2012)

menyatakan bahwa Model pembelajaran ialah pola yang digunakan

sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas

maupun tutorial. Dari beberapa pengertian tersebut di atas dapat

disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual

yang digunakan sebagai pedoman dalam pembelajaran untuk

mencapai tujuan tertentu.

Dalam kajian lainnya terdapat pula definisi mengenai Model

pembelajaran. Seperti yang dikemukakan oleh Rahyubi (2012) Model

Page 71: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

60 | Model Pelatihan Kewirausahaan

pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan

prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman

belajar untuk mencapai tujuan belajar. Joyce et. al (2009)

menyatakan bahwa saat seorang pendidik membantu siswa

memperoleh informasi, gagasan, skill, nilai, cara berfikir dan tujuan

mengekspresikan diri mereka sendiri, kita sebenarnya tengah

mengajari mereka untuk belajar, mengajar yang sesungguhnya

adalah mengajarkan siswa bagaimana belajar. Menurut Arends

(2008) konsep model pembelajaran lebih luas dari konsep strategi

maupun metode pembelajaran.

Dengan demikian dalam mengembangkan suatu Model Pembelajaran

menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang tersusun

secara sistematis dan telah teruji melalui penelitian untuk mencapai

hasil belajar berupa kompetensi yang spesifik untuk model-model

tersebut. Melalui model mengajar, seorang pendidik dapat

merangsang serta meningkatkan jalannya kualitas proses

pembelajaran agar tujuan pembelajaran lebih efektif dapat dicapai.

Model dan proses pembelajaran akan menjelaskan makna kegiatan-

kegiatan yang dilakukan pendidik selama pembelajaran berlangsung.

Setiap pendidik akan memiliki alasan-alasan penunjang mengapa

mereka melakukan suatu model pembelajaran

Joyce et al. (2009) mendefinisikan model pembelajaran sebagai

berikut: A model of teaching is a plan or pattern that we can use to

design face to face teaching in classrooms or tutorial settings and to

shape instructional materials-including books, films, tapes, and

computer-mediated programs and curriculums (long term courses of

Page 72: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 61

study). Sedangkan Arends (2008:24) mengemukakan: “Models of

teaching is an overall plan, or pattern, for helping students to learn

spesific kinds of knowledge, attitudes, or skills.

Dengan demikian setiap model pembelajaran berfungsi memberikan

arah dalam pendesainan pembelajaran dalam rangka membantu

peserta didik mencapai berbagai tujuan dan/atau kompetensi.

Berdasarkan kajian mengenai Model Pembelajaran yang penulis

kemukakan di atas maka dapat disimpulkan bahwa model

pembelajaran merupakan suatu kerangka konseptual yang menjadi

petunjuk bagi seorang pendidik dalam melakukan pembelajaran,

Model pembelajaran memiliki sistematika tersusun yang telah teruji

melalui hasil penelitian untuk mencapai hasil belajar berupa

kompetensi yang spesifik untuk model-model tersebut. Seorang

pendidik harus memiliki alasan mengapa suatu Model pembelajaran

yang dipilih dan menjamin bahwa Model pembelajaran yang

diterapkan efektif menunjang keberhasilan pendidik dalam mengajak

peserta didik memahami suatu masalah melalui semua tahap proses

belajar yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

Dalam kajian penelitian model pembelajaran yang dikemukakan

dikembangkan menjadi Model Pelatihan, karena pada hakekatnya

pelatihan merupakan suatu proses pembelajaran yang sama-sama

bertujuan untuk memberikan dan membekali peserta didik untuk

meningkatkan kemampuan dan memungkinkan peserta didik untuk

melakukan perubahan perilaku. Oleh karena itu dalam melakukan

suatu pelatihan maka tetap dibutuhkan suatu Model Pembelajaran

Page 73: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

62 | Model Pelatihan Kewirausahaan

yang dapat menjadi patrom (panduan) dalam melaksanakan proses

pelatihan.

Pengembangan suatu model pelatihan Kewirausahaan menjadi

sebuah kerangka konseptual yang menjadi petunjuk bagi pelatih atau

instruktur dalam melakukan pelatihan, yang memiliki sistematika

tersusun. Pengujian Model Pelatihan ini akan dilaksanakan pada

tahun kedua penelitian. Sedangkan pada tahun pertama penelitian ini

Model Pelatihan Kewirausahaan yang dilakukan untuk

mengembangkan kerangka konsep model pelatihan beserta

perangkat yang digunakan dalam menerapkan pelatihan

kewirausahaan.

Layaknya sebuah patron pembelajaran, suatu model pelatihan

Kewirausahaan memiliki spesifikasi sehingga dapat dicirikan sebagai

sebuah Model. Hal ini bertujuan untuk dapat membedakan antara

Model pembelajaran dan strategi serta Metode pembelajaran.

Arends (2008:259) menyatakan bahwa: Model Pembelajaran

memiliki beberapa atribut yang tidak dimiliki beberapa strategi dan

metode pembelajaran yang spesifik. Atribut sebuah Model adalah

basis teoritis yang koheren atau sebuah sudut pandang tentang apa

yang seharusnya dipelajari dan bagaimana mereka belajar, model

pembelajaran merekomendasikan berbagai perilaku mengajar dan

struktur kelas yang dibutuhkan untuk mewujudkan berbagai tipe

pembelajaran yang berbeda. Model pembelajaran memiliki sebuah

sintaksis model yaitu aliran kegiatan belajar secara keseluruhan.

Page 74: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 63

Setiawan (2009) mengidentifikasi lima karakteristik suatu model

pembelajaran yang baik, yang meliputi:

1) Prosedur ilmiah Suatu model pembelajaran harus memiliki suatu

prosedur yang sistematik untuk mengubah tingkah laku peserta

didik atau memiliki sintaks yang merupakan urutan langkah-

langkah pembelajaran yang dilakukan guru-peserta didik.

2) Spesifikasi hasil belajar yang direncanakan Suatu model

pembelajaran menyebutkan hasil-hasil belajar secara rinci

mengenai penampilan peserta didik.

3) Spesifikasi lingkungan belajar Suatu model pembelajaran

menyebutkan secara tegas kondisi lingkungan di mana respon

peserta didik diobservasi.

4) Kriteria penampilan Suatu model pembelajaran merujuk pada

kriteria penerimaan penampilan yang diharapkan dari para

peserta didik. Model pembelajaran merencanakan tingkah laku

yang diharapkan dari peserta didik yang dapat didemonstrasikan

nya setelah langkahlangkah mengajar tertentu.

5) Cara-cara pelaksanaannya Semua model pembelajaran

menyebutkan mekanisme yang menunjukkan reaksi peserta

didik dan interaksinya dengan lingkungan.

Eggen (2012) menyatakan cirri-ciri Model Pembelajaran memiliki tiga

cirri utama yaitu tujuan, fase dan fondasi, lebih lengkap Eggen

mendeskripsikan dalam gambar berikut:

Page 75: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

64 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Gambar 1 Ciri-ciri Model Pembelajaran

Sumber: Eggen (2012)

Berdasarkan kerangka model pembelajaran Arends (2008) model

pembelajaran sebagai kerangka konseptual yang menggambarkan

prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar

peserta didik, antara lain sebagai berikut:

1) Rasional teoretik; landasan berpikir bagaimana hakikat peserta

didik dapat belajar dengan baik.

2) Sintaks, bagaimana pola urutan perilaku siswa-guru.

3) Prinsip interaksi; bagaimana guru memposisikan diri terhadap

siswa, maupun sumber-sumber belajar.

4) Sistem sosial; bagaimana cara pandang antar komponen dalam

komunitas belajar.

5) Dampak pembelajaran bagaimana hasil dan dampak

pembelajaran yang diharapkan baik dampak instruksional

(instructional effect) maupun dampak pengiring (nurturant

effect).

Berdasarkan kajian teori mengenai ciri-ciri yang menjadi karakteristik

suatu Model pembelajaran, seorang pendidik dapat merancang

Model pembelajaran yang digunakan untuk mengajar.

Page 76: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 65

Pengembangan Model pembelajaran mengacu kepada cirri yang

dikemukakan yakni tujuan, adanya fase (sintaktis), strategi

pembelajaran, factor pendukung dan adanya dampak dari

pelaksanaan Model. Dosen sebagai perancang pembelajaran harus

mampu mendisain seperti apa pembelajaran yang akan dilaksanakan.

Demikian pula dengan model pelatihan, mengacu kepada model

pembelajaran, seperti yang telah dikemukakan bahwa pada

hakekatnya pembelajaran dan pelatihan merupakan suatu proses

untuk mencapai satu tujuan instruksional untuk satu kemampuan

tertentu. Hanya saja terdapat beberapa perbedaan tujuan dari

pembelajaran dengan pelatihan. Namun pada dasarnya suatu

pelatihan merupakan proses membelajarkan peserta. Dengan

demikian model pembelajaran yang dikemukakan di atas dapat

digunakan dalam melaksanakan pelatihan sebagai suatu proses

pembelajaran.

c. Hakekat Pelatihan

Hakekatnya pelatihan dan pendidikan mempunyai tujuan yang sama

yaitu bertujuan untuk pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM)

agar dapat memperoleh manfaat dari kegiatan pelatihan atau

pendidikan yang dilakukannya. Menurut Sulchan (2007) Pelatihan

adalah suatu upaya dalam rangka pengembangan sumber daya

manusia, oleh karena itu pelatihan kerja merupakan bagian dari suatu

proses pendidikan yang tujuannya adalah untuk meningkatkan

kemampuan atau keterampilan tertentu pada seseorang atau

kelompok orang.

Page 77: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

66 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Hamalik (2013), menyatakan bahwa pelatihan adalah suatu proses

yang meliputi serangkaian tindakan (upaya) yang dilaksanakan

dengan sengaja dalam bentuk pemberian bantuan kepada tenaga

kerja yang dilakukan oleh tenaga professional kepelatihan dalam

satuan waktu yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kerja

peserta dalam bidang pekerjaan tertentu guna meningkatkan

efektivitas dan produktivitas dalam suatu organisasi“.

Sastrohadiwiryo (2003) menyatakan bahwa pelatihan merupakan

proses membantu para tenaga kerja untuk memperoleh efektivitas

dalam pekerjaan mereka yang sekarang atau yang akan datang

melalui pengembangan kebiasaan tentang pikiran, tindakan,

kecakapan, pengetahuan, dan sikap yang layak.

Sedangkan Hasibuan (2000), menyatakan latihan adalah “suatu

proses pendidikan jangka pendek dengan menggunakan prosedur

yang sistematis dan terorganisasi, sehingga karyawan operasional

belajar pengetahuan teknik pengerjaan dan keahlian untuk tujuan

tertentu”. Pengertian yang lebih mendasar tentang latihan ini,

dikemukakan oleh Moenir (2008) yang mengemukakan bahwa

Latihan berorientasi pada “Praktek“ dan lebih banyak dilakukan

terhadap kecakapan, kecekatan dan keterampilan menggunakan

anggota badan atau alat kerja.

Moekijat (2010) mendefinisikan pelatihan sebagai suatu bagian

pendidikan yang berkaitan dengan proses belajar untuk memperoleh

dan meningkatkan keterampilan diluar sistem pendidikan yang

berlaku dalam waktu yang relative singkat dan dengan metode yang

lebih mengutamakan praktek ketimbang teori. Pernyataan diatas

Page 78: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 67

didukung Yoder (1962:368) yang mendefinisikan pelatihan sebagai

upaya mendidik dalam arti sempit terutama dilakukan dengan cara

instruksi, berlatih, dan sikap disiplin.

Secara umum pelatihan merupakan bagian dari pendidikan yang

menggambarkan suatu proses dalam pengembangan organisasi

maupun masyarakat. Pendidikan dengan pelatihan merupakan suatu

rangkaian yang tak dapat dipisahkan dalam sistem pengembangan

sumber daya manusia yang didalamnya terjadi proses perencanaan,

penempatan, dan pengembangan tenaga manusia. Dalam proses

pengembangan, manusia dapat diberdayakan secara maksimal

sehingga yang menjadi tujuan dalam memenuhi kebutuhan hidup

manusia tersebut dapat terpenuhi.

Pendidikan dan pelatihan merupakan proses kegiatan pembelajaran

yang mentransfer pengetahuan dan keterampilan dari sumber

kepada penerima, walaupun demikian perbedaan keduanya akan

terlihat dari tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan tersebut.

Pendidikan umum (formal) berkaitan dengan mata pelajaran secara

konsep dan sifatnya teoritis dan merupakan pengembangan sikap

dan falsafah pribadi seseorang. Pelatihan lebih menitik beratkan pada

kegiatan yang dirancang untuk memperbaiki kinerja dalam

menjalankan tugas, maka pendidikan lebih menitikberatkan pada

pengembangan pengetahuan dan pemahaman terhadap keseluruhan

lingkungan sedangkan pelatihan lebih dikaitkan dengan kekhususan

mengajar, fakta pandangan yang terbatas kepada keterampilan yang

bersifat motorik dan mekanistik (Halim, 1993:3).

Page 79: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

68 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Kenneth Robinson (1981) yang dikutip Sudirman (2001:20)

mengemukakan bahwa “Training, Therefore we are seeking by any

instructional or experiential means to develop a person behavior

patterns in the areas of knowledge, skill or attitude in order to

achievea disered, standar”. Pendapat di atas menerangkan bahwa

pelatihan merupakan wadah untuk mengembangkan pola-pola

perilaku seseorang dalam bidang pengetahuan, keterampilan atau

sikap untuk mencapai standar yang diharapkan. Pendapat lain

disampaikan oleh Michael J. Jacius (1986:296) yang dikutip oleh

Moekijat (1993:2) mendefinisikan pelatihan sebagai suatu proses

peningkatan sikap, kemampuan dan kecakapan dari para pekerja

untuk menyelenggarakan pekerjaan secara khusus. Diketahui bahwa

pendapat di atas menerangkan bahwa pelatihan sebagai suatu proses

membantu peserta belajar untuk memperoleh keefektifan dalam

melakukan pekerjaan mereka baik pada saat sekarang maupun masa

yang akan datang melalui pengembangan kebiasaan pikiran,

kecakapan, pengetahuan, dan sikap.

Hasil penyelenggaraan program pelatihan adalah penguasaan

kompetensi, keterampilan, pengetahuan, dan sikap yang sebelumnya

tidak dikuasai oleh peserta. Pelatihan dapat menciptakan

pengalaman belajar yang sengaja dirancang agar dapat membantu

peserta dalam menguasai kompetensi yang tidak dimiliki

sebelumnya.

Dengan demikian pelatihan ialah suatu upaya yang dilakukan untuk

memperoleh pengetahuan, keterampilan dan sikap yang

dilaksanakan dalam waktu relatif singkat bertujuan untuk

Page 80: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 69

meningkatkan kinerja seseorang. Penyelenggaraan program

pelatihan berfokus pada pemberian pengetahuan, keterampilan dan

sikap yang diperlukan oleh karyawan untuk melakukan tugas dan

pekerjaan secara efektif dan efisien. Melalui kegiatan pelatihan para

mahasiswa diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan dan

keterampilannya sehingga dapat memberikan kontribusi yang tinggi

terhadap produktivitas suatu universitas. Dengan meningkatnya

pengetahuan dan keterampilan sebagai hasil pelatihan maka

seseorang tersebut akan semakin matang dalam menghadapi semua

perubahan dan perkembangan yang dihadapi.

d. Tujuan Pelaksanaan Pelatihan

Pelaksanaan pelatihan bertujuan sebagai usaha untuk memperbaiki

dan mengembangkan sikap, tingkah laku dan pengetahuan, sesuai

dari keinginan individu, masyarakat, maupun lembaga yang

bersangkutan. Hasil yang diharapkan ialah nantinya pelaksanaan

pelatihan tidak terbatas hanya untuk mengembangkan keterampilan

dan bimbingan saja. Pelatihan diberikan dengan harapan bahwa

peserta pelatihan dapat melaksanakan pekerjaannya dengan baik.

Alumni peserta pelatihan yang telah mengikuti pelatihan dengan baik

biasanya akan memberikan hasil pekerjaan lebih banyak dan baik

pula dari pada masyarakat yang tidak mengikuti pelatihan (Alex,

1982).

Tujuan dari dilaksanakannya pelatihan kewirausahaan untuk

mahasiswa menurut Muhtarom, dkk (2017) ialah untuk

menumbuhkembangkan industri kecil menengah melalui penciptaan

mahasiswa menjadi wirausaha baru, memberikan pengetahuan dan

Page 81: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

70 | Model Pelatihan Kewirausahaan

wawasan mengenai konsep kewirausahaan dan membangkitkan

motivasi dan semangat guna menumbuhkembangkan usaha yang

mandiri dan professional sesuai potensi yang dimiliki dan

mengembangkan sumber daya manusia yang mampu menciptakan

lapangan kerja.

Beberapa tujuan dari kegiatan pelatihan kewirausahaan bagi

mahasiswa antara lain:

1) Mendorong minat para mahasiswa terhadap kegiatan

kewirausahaan.

2) Mengsinkronisasikan pengetahuan psikologi dengan dunia

wirausaha, agar mahasiswa memiliki kepekaan dan wawasan

bisnis berbasis ilmu yang dipelajarinya.

3) Membentuk pola pikir (mindset) wirausaha dan meningkatkan

pemahaman mahasiswa tentang manajemen (produksi,

distribusi, dan konsumsi),

4) Membekali mahasiswa dengan berbagai akses informasi dan

pasar kerja, strategi membangun kemitraan, etika berwirausaha

dan penyusunan perencanaan bisnis.

Pelatihan yang dilaksanakan pada dasarnya dimaksudkan untuk

membenahi kelemahan-kelemahan yang sering menghambat dalam

penyelesaian tugas. Upaya ini untuk meningkatkan mutu, keahlian,

dan keterampilan seseorang yang mengikuti kegiatan pelatihan.

Disamping itu juga akan mengembangkan metode kerja dan

menciptakan pengembangan SDM kearah yang lebih baik.

Pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan keterampilan

seseorang, baik yang sudah menduduki suatu pekerjaan atau tugas

Page 82: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 71

tertentu maupun yang baru akan melangkah ke dunia kerja, sehingga

lebih menekankan pada keterampilan (skill). Pelatihan merupakan

cara terpadu yang diorientasikan pada tuntutan kerja actual, dengan

menekankan pada pengembangan skill, knowledge dan ability.

Berdasarkan kajian teoritis yang telah dikemukakan maka dapat

ditarik kesimpulan bahwa terkait dengan pengembangan Model

Pelatihan yang dilakukan Pelatihan Kewirausahaan adalah suatu

pendidikan singkat yang diberikan kepada mahasiswa penerima dana

Program Kewirausahaan Mahasiswa yang bertujuan untuk

memberikan keterampilan praktis dalam melaksanakan kegiatan

usaha secara aktual kepada peserta PMW untuk meningkatkan

kemampuan melaksanakan kegiatan usaha melalui pengembangan

keterampilan, pengetahuan dan perilaku dalam berwirausaha.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa

tujuan dari dilaksanakannya pelatihan kewirausahaan untuk

mahasiswa ialah untuk memberikan pengetahuan dan wawasan

mengenai konsep kewirausahaan. Hal yang diharapkan nantinya ialah

mampu membangkitkan motivasi dan semangat berwirausaha

sehingga mampu menciptakan lapangan usaha kerja sendiri. Usaha

yang mandiri dan professional sesuai potensi yang dimiliki.

e. Prinsip-Prinsip Pelatihan

Menurut Sofiyandi (2013) mengemukakan lima prinsip pelatihan

sebagai berikut:

1) Participation, artinya dalam pelaksanaan pelatihan para peserta

harus ikut aktif karena dengan partisipasi peserta akan lebih

Page 83: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

72 | Model Pelatihan Kewirausahaan

cepat menguasai dan mengetahui berbagai materi yang

diberikan.

2) Repetition, artinya senantiasa dilakukan secara berulang karena

dengan ulangan-ulangan ini peserta akan lebih cepat untuk

memenuhi dan mengingat apa yang telah diberikan.

3) Relevance, artinya harus saling berhubungan sebagai contoh

para peserta pelatihan terlebih dahulu diberikan penjelasan

secara umum tentang suatu pekerjaan sebelum mereka

mempelajari hal-hal khusus dari pekerjaan tersebut.

4) Transference, artinya program pelatihan harus disesuaikan

dengan kebutuhan-kebutuhan yang nantinya akan dihadapi

dalam pekerjaan yang sebenarnya.

5) Feedback, artinya setiap program pelatihan yang dilaksanakan

selalu dibutuhkan umpan balik yaitu untuk mengukur sejauh

mana keberhasilan dari program pelatihan tersebut.

f. Metode Pelatihan

Latihan adalah proses belajar dalam organisasi yang bertujuan untuk

meningkatkan pengetahuan, keterampilan maupun mengubah

perilaku, Hasibuan (2006), pengertian latihan adalah merupakan

suatu usaha meningkatkan pengetahuan dan keahlian seseorang

untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.

Menurut Bernardin & Russell (dalam Gomes, 2000:197) pelatihan

adalah setiap usaha untuk memperbaiki performan pekerja pada

pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawab, atau satu

pekerjaannya. Pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan

keterampilan seseorang, baik yang sudah menduduki suatu pekerjaan

Page 84: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 73

atau tugas tertentu maupun yang baru akan melangkah ke dunia

kerja, sehingga lebih menekankan pada keterampilan (skill). Pelatihan

merupakan cara terpadu yang diorientasikan pada tuntutan kerja

actual, dengan menekankan pada pengembangan skill, knowledge

dan ability.

Berdasarkan kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang

dilaksanakan pada dasarnya dimaksudkan untuk membenahi

kelemahan-kelemahan yang sering menghambat dalam penyelesaian

tugas. Upaya ini untuk meningkatkan mutu, keahlian, dan

keterampilan seseorang yang mengikuti kegiatan pelatihan.

Disamping itu juga akan mengembangkan metode kerja dan

menciptakan pengembangan sumber daya manusia kearah yang lebih

baik.

Pada dasarnya pelatihan memiliki beberapa kategori metode yang

dibedakan menjadi dua metode pelatihan yaitu metode pelatihan

tradisional dan metode pelatihan berbasis teknologi (Robbins dan

Coulter, 2010). Metode pelatihan tradisional terdiri dari:

1) Rotasi kerja: karyawan bekerja di berbagai bidang pekerjaan,

sehingga mengenali beragam tugas.

2) Mentoring dan coaching: karyawan bekerja dengan karyawan

yang berpengalaman yang memberikan informasi, dukungan,

dan dorongan; disebut juga apprenticeship diberbagai industry

tertentu.

3) Latihan pengalaman: karyawan berpartisipasi dalam permainan

peran, simulasi, atau jenis pelatihan yang melibatkan tatap muka

langsung

Page 85: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

74 | Model Pelatihan Kewirausahaan

4) Manual/buku kerja: karyawan merujuk pada buku pelatihan dan

manual untuk mendapatkan informasi

5) On The Job Training dan Off The Job Training.

Dalam kaitannya dengan model pelatihan Atmodiwirio (2002:56)

mendefinisikan “desain (rancang bangun) adalah proses

perencanaan yang menggambarkan urutan kegiatan

(sistematika) mengenai suatu program”. Hal ini di perjelas oleh

Hamalik (2001:20) menyatakan bahwa “model pelatihan adalah

suatu bentuk pelaksanaan pelatihan yang di dalamnya terdapat

program pelatihan dan tata cara pelaksanaannya”. Berdasarkan

penjelasan tersebut maka model pelatihan merupakan

gambaran secara menyeluruh tentang langkah-langkah apa saja

yang harus dilakukan dalam siklusnya terbagi kedalam tiga

tahapan yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan dan tahap

evaluasi. Pendapat tersebut didukung oleh (Gomes, 2003:204)

bahwa “model pelatihan terdapat paling kurang tiga tahapan

utama dalam pelatihan dan pengembangan, yakni penentuan

kebutuhan pelatihan, desain program pelatihan, evaluasi

program pelatihan”.

Penyelenggaraan pelatihan pada umumnya lebih banyak

digunakan oleh lembaga-lembaga atau organisasi baik

pemerintah maupun swasta, dan juga perusahaan, dengan

menggunakan model-model yang berbeda. Model- model

pelatihan yang ditampilkan tersebut, kesemuanya bertujuan

untuk meningkatkan kualitas SDM sebagai tenaga kerja, yang

akhirnya dapat meningkatkan produksi. Pelaksanaan pelatihan

juga dapat saja dilakukan di masyarakat, yang juga bertujuan

Page 86: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 75

untuk meningkatkan kualitas dari warga masyarakat seperti

pengetahuan atau bidang keterampilan tertentu (Gomes, 2003).

Beberapa bentuk model-model pelatihan yang dimuat oleh

Kamil dalam buku Model Pendidikan Dan Pelatihan (Konsep dan

Aplikasi), diantaranya:

1) Model Magang Atau Pemagangan (Apprenticeship

Training/Learning By Doing)

2) Model Internship (Internship Training)

3) Model Pelatihan Kerja (Job Training)

4) Model Pelatihan Keaksaraan (Literacy Training)

5) Model Pelatihan Kewirausahaan (Entrepreneurship

Training)

6) Model Pelatihan Manajemen Peningkatan Mutu (Quality

Management Training)

Dessler (2015) mengemukakan beberapa metode pelatihan

adalah sebagai berikut:

1) On the job training. Para peserta latihan langsung belajar

ditempat untuk bekerja dan meniru suatu pekerjaan

dibawah bimbingan seorang pengawas. Metode pelatihan

ini dibedakan dalam dua cara, yaitu:

a) Cara formal yaitu supervisor menunjuk seorang

karyawan senior untuk melakukan pekerjaan tersebut

dan selanjutnya para peserta pelatihan melakukan itu

sesuai dengan cara-cara yang dilakukan oleh karyawan

senior.

Page 87: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

76 | Model Pelatihan Kewirausahaan

b) Cara informal yaitu pelatih menyuruh peserta

pelatihan untuk memperhatikan orang lain yang

sedang mengerjakan pekerjaannya, kemudian peserta

disuruh mempraktikkannya.

2) Vestibule.

Metode pelatihan ini dilakukan di dalam kelas yang

biasanya diselenggarakan dalam suatu perusahaan untuk

memperkenalkan pekerjaannya kepada karyawan baru dan

melatih mereka untuk melakukan pekerjaannya.

3) Demonstration and Example.

Metode pelatihan yang dilakukan dengan cara peragaan

dan menjelaskan bagaimana cara-cara mengerjakan suatu

pekerjaan melalui contoh-contoh dan percobaan yang

didemonstrasikan. Demonstrasi merupakan metode latihan

yang melihat sendiri teknik mengerjakannya dan diberikan

penjelasannya, bahkan jika perlu boleh dicoba

mempraktekkan.

4) Simulation.

Situasi atau kejadian yang harus ditampilkan semirip

mungkin dengan situasi yang sebenarnya tapi hanya

merupakan tiruan saja.

5) Classroom Methods.

Program latihan di satu ruangan khusus di tempat bekerja

biasa.

6) Apprenticeship.

Suatu cara untuk mengembangkan keahlian sehingga para

karyawan yang bersangkutan dapat mempelajari segala

Page 88: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 77

aspek dari pekerjaannya dengan cara memberikan

informasi peralatan dan perlengkapan yang modern serta

cara penggunaannya.

Rachmawati (2007:114) mengemukakan pelatihan dapat

dilakukan dengan dua metode, yaitu On the job training dan off

the job training berikut penjelasannya:

1) On the job training

Bentuk pelatihan ini mempunyai keuntungan karena cukup

fleksibel, baik dalam lokasi dan organisasi. Bentuknya pun

dapat disesuaikan dengan kebutuhan dan berkaitan

langsung dengan pekerjaan karyawan. On the job training

adalah pelatihan pada karyawan untuk mempelajari bidang

pekerjaannya sambil benar-benar mengerjakannya.

Beberapa bentuk pelatihan On the job training antara lain:

a) Couching/Understudy

Bentuk pelatihan dan pengembangan ini dilakukan di

tempat kerja oleh atasan atau karyawan yang

berpengalaman. Metode ini dilakukan dengan

pelatihan secara informal dan tidak terencana dalam

melakukan pekerjaan seperti menyelesaikan masalah,

partisipasi dengan tim, kekompakan, pembagian

pekerjaan dan hubungan dengan atasan atau teman

kerja.

b) Pelatihan Magang/Apprenticeship Training

Pelatihan yang mengombinasikan antara pelajaran di

kelas dengan praktik di tempat kerja setelah beberapa

teori diberikan pada karyawan. Karyawan akan

Page 89: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

78 | Model Pelatihan Kewirausahaan

dibimbing untuk mempraktikkan dan mengaplikasikan

semua prinsip belajar pada keadaan pekerjaan

sesungguhnya.

2) Off the Job Training

a) Lecture

Teknik ini seperti kuliah dengan presentasi atau

ceramah yang diberikan penyedia/pengajar pada

kelompok karyawan. Dilanjutkan dengan komunikasi

dua arah dan diskusi. Hal ini digunakan untuk

memberikan pengetahuan umum pada peserta.

b) Presentasi dengan Video

Teknik ini menggunakan media video, film, atau televisi

sebagai sarana presentasi tentang pengetahuan atau

bagaimana melakukan suatu pekerjaan. Metode ini

dipakai apabila peserta cukup banyak dan masalah

yang dikemukakan cukup kompleks.

3) Vestibule Training

Pelatihan ini dilakukan di tempat yang dibuat seperti

tempat kerja yang sesungguhnya dan dilengkapi fasilitas

peralatan yang sama dengan pekerjaan yang sesungguhnya.

4) Bermain Peran (Role Playing)

Teknik pelatihan ini dilakukan seperti simulasi di mana

peserta memerankan jabatan atau posisi tertentu untuk

bertindak dalam situasi khusus.

5) Studi Kasus

Teknik ini dilakukan dengan memberikan sebuah atau

beberapa kasus manajemen untuk dipecahkan dan

Page 90: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 79

didiskusikan di kelompok atau tim dimana masing-masing

tim akan saling berinteraksi dengan anggota tim yang lain.

6) Self-Study

Merupakan teknik pembelajaran sendiri oleh peserta

dimana peserta dituntut untuk proaktif melalui media

bacaan, materi, video, kaset, dan lain-lain. Hal ini biasanya

dilakukan karena beberapa faktor, diantaranya

keterbatasan biaya, keterbatasan frekuensi pertemuan, dan

faktor jarak.

7) Program Pembelajaran

Pembelajaran ini seperti self-study, tapi kemudian peserta

diharuskan membuat rangkaian pertanyaan dan jawaban

dalam materi sehingga dalam pertemuan selanjutnya

rangkaian pertanyaan tadi dapat disampaikan pada

penyelia atau pengajar untuk diberikan umpan balik.

8) Laboratory Training

Latihan untuk meningkatkan kemampuan melalui berbagi

pengalaman, perasaan, pandangan dan perilaku di antara

para peserta.

9) Action Learning

Teknik ini dilakukan dengan membentuk kelompok atau tim

kecil dengan memecahkan permasalahan dan dibantu oleh

seorang ahli bisnis dari dalam perusahaan atau luar

perusahaan.

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode

pelatihan terbagi atas dua jenis yaitu metode On the job training

dan off the job training. On the job training ialah para peserta

Page 91: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

80 | Model Pelatihan Kewirausahaan

latihan langsung belajar ditempat untuk bekerja dan meniru

suatu pekerjaan dibawah bimbingan seorang pengawas

sedangkan off the job training ialah para peserta latihan

langsung belajar ditempat untuk bekerja dengan cara presentasi

dan penyampaian materi dari instruktur pelatih dan dilanjutkan

dengan komunikasi dua arah. Sesuai dengan tujuan

penyelenggaraan pengembangan model pelatihan

kewirausahaan yaitu mendorong minat para mahasiswa

terhadap kegiatan kewirausahaan maka metode pelatihan yang

dipilih ialah metode On the job training.

g. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelatihan

Hasibuan (2005) menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi

kegiatan pelatihan ialah:

1) Peserta

Peserta pelatihan memiliki latar belakang yang tidak sama atau

heterogen seperti pendidikan, pengalaman kerja, usia dan lain

sebagainya. hal ini dapat menyulitkan atau menghambat

kelancaran pelaksanaan pelatihan karena daya tangkap dan daya

nalar mereka terhadap materi yang diberikan berbeda.

2) Pelatih/Instruktur

Pelatih/instruktur adalah seseorang yang telah diberi tugas,

tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh untuk

melaksanakan kegiatan pelatihan dan pembelajaran kepada

peserta dibidang tertentu. Pelatih/instruktur yang ahli dan cakap

akan memiliki trik khusus untuk mentransfer pengetahuan

mereka yang sulit didapat.

Page 92: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 81

3) Fasilitas

Fasilitas dalam bentuk sarana dan prasarana sangat dibutuhkan

dalam rangka menunjang keberhasilan sebuah pelatihan, seperti

buku-buku, alat-alat, mesin-mesin yang akan digunakan selama

pelaksanaan pelatihan.

4) Kurikulum

Kurikulum pelatihan dirancang berdasarkan harapan dari

program dan tujuan yang hendak dicapai. Kurikulum yang

disusun berdasarkan tujuan yang hendak dicapai.

Layaknya sebuah program, maka melaksanakan pelatihan akan

melibatkan banyak faktor. Program adalah sebuah sistem yang terdiri

dari sub sistem yang beragam dengan gerakan yang bertujuan untuk

mencapai hasil yang sama. Demikian pula analogi untuk model

pelatihan Kewirausahaan. Program pelatihan yang dilakukan memiliki

unsur-unsur yang berkaitan untuk mencapai tujuan pelatihan yang

telah dirumuskan. Unsur-unsur tersebut memiliki masing-masing

fungsi yang bekerja mencapai tujuan bersama.

Secara garis besar program memiliki unsur penilaian pada konteks,

input, proses untuk mencapai output. Penjabaran unsur-unsur dalam

program pelatihan yang bekerja untuk mencapai hasil (output) adalah

sebagai berikut:

1) Konteks Program Pelatihan Kewirausahaan

Penilaian pada konteks program menyajikan data tentang

alasan-alasan untuk menetapkan tujuan-tujuan program dan

prioritas tujuan. Penilaian pada konteks program menjelaskan

mengenai kondisi lingkungan yang relevan, menggambarkan

kondisi yang ada dan yang diinginkan dalam lingkungan, dan

Page 93: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

82 | Model Pelatihan Kewirausahaan

mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan yang belum terpenuhi

dan peluang yang belum dimanfaatkan dengan keberadaan

program. Konteks dirumuskan berdasarkan konsep pentingnya

diadakan program pelatihan kewirausahaan agar pengelola

program dapat merencanakan keputusan dan menentukan

kebutuhan yang akan dicapai oleh program, serta rumusan

tujuan program pelatihan kewirausahaan yang dilakukan.

2) Input

Penilaian input (masukan) program pelatihan kewirausahaan

dilakukan untuk melakukan penilaian pada penentuan sumber-

sumber yang ada, alternative apa yang diambil, apa rencana dan

strategi untuk mencapai kebutuhan program pelatihan serta

bagaimana prosedur kerja dalam pelatihan yang dilakukan untuk

mencapai tujuan. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat program

pelatihan kewirausahaan dilaksanakan adalah:

a) Apakah rencana program pelatihan yang disusun pernah

dilaksanakan pada waktu yang lalu?

b) Apakah asumsi-asumsi tujuan pelatihan yang digunakan

akan dapat dicapai?

c) Apakah aspek-aspek sampingan yang dihasilkan program

pelatihan?

d) Bagaimana masyarakat mereaksi program pelatihan?

e) Bagaimana peserta pelatihan mereaksi program pelatihan?

f) Dapatkah program dilakukan dengan berhasil?

3) Proses

Penilaian proses pelatihan kewirausahaan berkaitan pula dengan

hubungan yang baik antar pelaksana dan peserta pelatihan,

media komunikasi, logistik, sumber-sumber, jadwal kegiatan,

Page 94: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 83

dan potensi penyebab kegagalan program. Proses dinilai

berdasarkan ketercapaian program, sejauh mana program

terlaksana dengan mengarah kepada tujuan yang telah di

rumuskan.

h. Indikator Keberhasilan Pelatihan Kewirausahaan

Tujuan utama melaksanakan pelatihan adalah terbentuknya suatu

kemampuan kerja tertentu. Penyelenggara pelatihan dapat

melakukan penilaian sejauh mana program berhasil dilakukan dengan

mengetahui indikasi dari pelaksanaan program. Untuk pelatihan

kewirausahaan yang dilakukan dapat dilakukan penilaian

keberhasilan pada indikator berikut ini:

1) Peserta pelatihan mampu melakukan sesuatu hal yang lebih dari

kemampuan awal yang dimiliki sebelum mengikuti pelatihan.

Jika dalam program pelatihan kewirausahaan yang diikuti

memiliki tujuan agar peserta mampu melakukan pemasaran

berbasis online maka pelatihan yang berhasil akan membuat

sebagian besar peserta mampu melakukan pemasaran berbasis

online. Demikian pula jika pelatihan yang dilakukan bertujuan

untuk memampukan peserta membuka usaha baru,

merencanakan sebuah business plan maka harus dipastikan

peserta mampu melakukan rancangan business plan yang tepat

dan benar. Penyelenggara pelatihan harus memastikan bahwa

peserta mampu memiliki manfaat dari pelatihan yang telah

dilakukan. Pengukur dari keberhasilan ini tidak cukup hanya

pada penguasaan secara teoritis saja tetapi harus sampai pada

pelaksanaan praktik skill kewirausahaan peserta.

Page 95: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

84 | Model Pelatihan Kewirausahaan

2) Peserta pada tahap tertentu mampu mengajarkan kemampuan

yang dilatihkan kepada orang lain. Sering kali pelatihan yang

diikuti satu orang adalah mewakili satu bagian dalam pekerjaan

tertentu. Dalam keterbatasan kemampuan perusahaan

mengikutsertakan karyawannya dalam melakukan suatu

pelatihan maka pelatihan hanya diikuti beberapa orang sebagai

wakil, jika yang mengikuti pelatihan mampu menyebarluaskan

ilmunya kepada orang lain dalam tahapan kemampuan tertentu

maka dipastikan bahwa pelatihan telah berhasil dilakukan. Jika

dikaitkan dengan kajian program kewirausahaan maka

kemampuan apapun yang didapatkan dalam pelatihan terkait

dengan ilmu kewirausahaan maka semestinya dapat

diinformasikan, bahkan diajarkan dan dilatihkan kepada orang

lain. Namun jika ternyata peserta pelatihan tidak mampu

melatihkan kemampuan tersebut kepada orang lain (tidak hanya

sebatas kognitif) maka berarti bahwa pelatihan yang dilakukan

belum optimal.

3) Tercapainya kesuksesan dari yang mengikuti pelatihan.

Seseorang yang mengikuti pelatihan kewirausahaan akan

memiliki satu kemampuan unggul yang dapat

diimplementasikan pada usaha yang dilakukan. Meningkatnya

kemampuan pada satu keterampilan yang kemudian

dipraktekkan dalam selayaknya akan memberikan kesuksesan

pada usaha yang dilakukan. Misalnya saja seorang mahasiswa

mengikuti pelatihan dalam merancang produk inovatif maka

dalam capaiannya seharusnya dia berhasil membuat produk

kreatif dan laku dipasaran sehingga dapat meningkatkan

penghasilannya dengan signifikan

Page 96: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 85

4) Peningkatan produktivitas dan perubahan kinerja ke arah yang

lebih baik. Kinerja menjadi meningkat dan produktivitas kerja

menjadi lebih baik adalah indikator yang dapat diukur, muara

dari peningkatan ini adalah peningkatan suasana kerja, dan hasil

dari pekerjaan itu sendiri, apakah berupa produk atau

peningkatan layanan jasa yang diberikan para wirausaha.

5) Termotivasi dan terinspirasi. Setelah mengikuti serangkaian

kegiatan pelatihan, seorang peserta pelatihan yang berhasil akan

menunjukkan motivasi dan terinspirasi dalam melakukan

kegiatan wirausaha dengan lebih maksimal.

6) Memiliki pengetahuan yang lebih baik tentang ilmu

kewirausahaan dan berkeinginan untuk selalu meningkatkan

pengetahuan dan kemampuan wirausaha dimasa yang akan

datang.

Jika peserta pelatihan kewirausahaan belum memiliki kemampuan

seperti yang telah dikemukakan maka hal ini menandakan bahwa

kegiatan pelatihan yang dilakukan belum mencapai hasil yang

optimal. Hal ini lah menjadi penyebab pelaksanaan evaluasi atau

peninjauan kembali dari kegiatan yang telah dilakukan. Menilai

apakah kegiatan pelatihan mengalami hambatan pada unsur konteks,

input ataupun proses yang dilakukan sehingga menghadirkan

rekomendasi untuk memperbaiki program pelatihan di masa yang

akan datang.

Page 97: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

86 | Model Pelatihan Kewirausahaan

BAB VI

MODEL PELATIHAN KEWIRAUSAHAAN DI PERGURUAN

TINGGI

a. Peran Perguruan Tinggi dalam Pengembangan Model

Kewirausahaan

Pendidikan kewirausahaan di perguruan tinggi telah difasilitasi oleh

Dikti sejak tahun 1997 dengan adanya program pengembangan

kewirausahaan di perguruan tinggi yang menawarkan berbagai

kegiatan yaitu Kuliah Kewirausahaan (KWU), Magang Kewirausahaan

(MKU), Kuliah Kerja Usaha (KKU), Konsultasi Bisnis dan Penempatan

Kerja (KBPK), dan Inkubator Wirausaha Baru (INWUB). Dalam

perkembangannya Dikti menawarkan program yang dikemas sebagai

program kreativitas mahasiswa (PKM) yang memfasilitasi mahasiswa

untuk berkreasi dalam berbagai bidang meliputi bidang penelitian,

pengabdian kepada masyarakat, penerapan teknologi, artikel ilmiah,

gagasan tertulis, karsa cipta, dan kewirausahaan.

Mahasiswa dilatih melalui beberapa tahap mulai dari tahap pemicu,

tahap pemberian pengetahuan tentang kewirausahaan sampai tahap

keterampilan berperilaku entrepreneurially di dalam suatu organisasi.

Hal ini sesuai dengan fungsi pendidikan tinggi untuk mengembangkan

kemampuan dan karakter, serta peradaban bermartabat untuk

mendidik kehidupan bangsa. Fungsi lainnya adalah mengembangkan

akademisi yang inovatif, responsif, terampil, kompetitif, dan

kooperatif melalui implementasi dari tiga tanggung jawab,

Page 98: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 87

implementasi dari fungsi ini salah dapat dilakukan melalui program

kewirausahaan, (Yulastri, et.al, 2017). Mahasiswa disiapkan untuk

dapat bekerja di suatu organisasi menjadi karyawan yang berperilaku

wirausaha. Selain mempersiapkan mahasiswa sebagai corporate

entrepreneur atau intrapreneur, perguruan tinggi juga menyiapkan

mahasiswa sebagai entrepreneur (Siswo, 2012).

Perguruan tinggi berperan penting untuk membangun karakter

wirausaha, pola pikir wirausaha, dan perilaku wirausaha yang selalu

kreatif dan inovatif yang nantinya diharapkan mampu memanfaatkan

peluang dan berani mengambil risiko sehingga menciptakan nilai

tambah atau nilai-nilai baik (values). Menghadapi tantangan masa

depan yang sangat kompetitif, maka Perguruan tinggi disini

merupakan sebagai wadah untuk penumbuhan jiwa wirausaha bagi

mahasiswa melalui pembelajaran dan kegiatan-kegiatan wirausaha

yang diselenggarakan oleh pihak Perguruan tinggi.

Pendidik yang memegang peranan penting dalam proses

pembelajaran perlu melaksanakan pengembangan pembelajaran

melalui pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan

peserta didik. Pengembangan dalam melaksanakan pendidikan dan

pelatihan Kewirausahaan dibanyak negara seluruh dunia patut

menjadi acuan bagi pendidikan Kewirausahaan di Indonesia, hal ini

dilakukan sebagai tolok ukur dalam melakukan pembelajaran

berkualitas bagi peserta didik dibidang Kewirausahaan. Premand

(2015) menyatakan bahwa Pendidikan kewirausahaan memiliki

potensi untuk memungkinkan peserta didik mendapatkan

keterampilan dan menciptakan lapangan kerja sendiri, Hasil

Page 99: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

88 | Model Pelatihan Kewirausahaan

penelitiannya menunjukkan bahwa pendidikan kewirausahaan secara

signifikan meningkatkan tingkat wirausaha di kalangan lulusan

universitas sekitar satu tahun setelah lulus.

Hakekatnya pelatihan dan pendidikan mempunyai tujuan yang sama,

dengan tujuan pengembangan sumber daya manusia untuk dapat

memperoleh tiga hal, seperti jika seseorang dilatih, maka selama

pendidikan, orang tersebut diberitahu atau diberikan pengetahuan

mengenal bagaimana cara-cara baik dalam melakukan suatu

pekerjaan, jadi latihan sebenarnya diadakan untuk mengisi

kesenjangan antara ilmu pengetahuan, keahlian, sikap, dan pemikiran

yang dimiliki seseorang sesuai dengan tuntutan pekerjaan atau

tugasnya. Jika cara-cara terbaik dalam pekerjaan itu sudah benar-

benar dapat dikuasai oleh seseorang yang akan mengerjakannya

maka kesenjangan yang akan terjadi semakin kecil, dan pekerjaan pun

menjadi lebih efektif dibandingkan sebelum ia dididik dan dilatih.

Berdasarkan rekomendasi resmi, pendidik didorong untuk

mengadopsi inovatif pedagogis untuk kursus kewirausahaan demi

mencapai dampak positif pada peserta didik. Oleh karena itu

McGrath & MacMillan, (2000) menyatakan bahwa membina

kewirausahaan sebagai pola pikir dapat dianggap sebagai kompetensi

pendidikan, berdasarkan pengalaman belajar secara instruksional

demikian pula dalam sebuah pelatihan. Jiménez (2015) menyatakan

bahwa Kewirausahaan telah menjadi indikasi pertumbuhan ekonomi

pada suatu Negara, dampak positif pada pendidikan formal

Kewirausahaan adalah adanya kemampuan yang didapat melalui

pendidikan yang diperlukan untuk mendeteksi dan mengevaluasi

Page 100: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 89

peluang bisnis dengan lebih baik, meningkatkan kepercayaan diri

menanggung risiko yang dirasakan, serta menumbuhkan kepedulian

dan peluang kerja. Coduras dkk. (2010) menggaris bawahi bahwa

individu cenderung untuk memperoleh pengetahuan yang dapat

memberikan manfaat pada kemampuan keterampilan melalui

pendidikan (terutama formal).

Berdasarkan kajian mengenai Pendidikan dan Pelatihan di Perguruan

Tinggi tersebut bertujuan untuk pembinaan sikap berwirausaha bagi

peserta didik meski dilakukan dengan upaya-upaya pendekatan

melalui proses pendidikan dan pelatihan yang tepat dan sesuai

dengan tujuan Pendidikan Kewirausahaan. Mempertimbangkan

relevansi proses pendidikan dengan keterampilan yang dibutuhkan

secara faktual melalui pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan

kebutuhan peserta didik terkait dengan tujuan Pendidikan

Kewirausahaan patut dilakukan.

b. Pengembangan Model Pelatihan Kewirausahaan di

Perguruan Tinggi

Kewirausahaan memiliki efek positif untuk suatu Negara terutama

pada aspek pertumbuhan dan perkembangan perekonomian.

Dinyatakan bahwa Kewirausahaan berkontribusi untuk menciptakan

peluang bisnis baru, menciptakan kesempatan kerja serta inovasi dan

kesejahteraan ekonomi meningkat. Kegiatan kewirausahaan

dianggap sebagai suatu elemen penting dari strategi pertumbuhan

ekonomi di negara-negara maju dan berkembang (Desai, 2009).

Page 101: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

90 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Globalisasi dan perbaikan dalam teknologi komunikasi dan informasi

membawa perubahan struktural yang membutuhkan redistribusi

sumber daya terutama sumber daya manusia (SDM), oleh karena itu

perlu pembaharuan kualitas SDM yang terlibat dalam kegiatan

perekonomian khususnya Wirausaha, mengingat bahwa seperti yang

dijelaskan di atas, kegiatan kewirausahaan adalah faktor penting

untuk perkembangan perekonomian suatu Negara untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Tingkat kewirausahaan pada suatu Negara sangat bervariasi.

Dinyatakan bahwa Indonesia masih memiliki kalkulasi jumlah

Wirausaha yang masih jauh di atas rata-rata yang distandarkan yakni

2% dari jumlah warga Negara. Sesuai dengan kajian di atas hal ini

tentu menjadi factor penentu keberhasilan perekonomian Indonesia.

Rendahnya jumlah Wirausaha yang berkontribusi untuk

pertumbuhan ekonomi negara meski ditingkatkan dengan berbagai

upaya. Upaya yang kiranya strategis dalam meningkatkan jumlah

wirausaha adalah melalui jalur pendidikan di Perguruan Tinggi.

Perguruan Tinggi menjadi pilihan untuk menerapkan program-

program kewirausahaan. Pemerintah sejak tahun 2009, melalui

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan dengan meluncurkan Program Mahasiswa Wirausaha

(PMW) untuk dilaksanakan dan dikembangkan oleh perguruan tinggi.

PMW dilaksanakan di seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan di

beberapa Perguruan Tinggi Swasta (PTS) hasil diseleksi Koordinator

Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) dengan alokasi dana yang

berbeda-beda (Ditjen Dikti, 2015).

Page 102: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 91

PMW bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan,

keterampilan dan sikap atau jiwa wirausaha (entrepreneurship)

berbasis Iptek kepada para mahasiswa agar dapat mengubah pola

pikir (mindset) dari pencari kerja (job seeker) menjadi pencipta

lapangan pekerjaan (job creator) serta menjadi calon/pengusaha

yang tangguh dan sukses menghadapi persaingan global. Seyogyanya

Program ini juga bertujuan mendorong kelembagaan atau unit

kewirausahaan di perguruan tinggi agar dapat mendukung

pengembangan program-program kewirausahaan. Sebagai hasil

akhir, diharapkan terjadinya penurunan angka pengangguran lulusan

pendidikan tinggi.

Namun bertentangan dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah

melalui program PMW, angka sarjana pengangguran di Indonesia

masih tinggi dan tidak berkurang secara signifikan dari tahun 2009

semenjak dicanangkannya program PMW oleh Dirjen Dikti. Data

menunjukkan bahwa Jumlah Pengangguran Terbuka yang merupakan

lulusan Perguruan Tinggi dari jenjang Sarjana dan Diploma di

Indonesia menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus

2015 berkisar 600.000 orang dan lulusan Perguruan Tinggi dan

pengangguran terbuka lulusan perguruan tinggi masih relatif banyak

dari jumlah angkatan kerja lain di Indonesia. Hal ini mengindikasi

bahwa penyerapan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi cenderung

lambat. Fenomena pengangguran berpendidikan tinggi ini

merupakan persoalan klasik yang menjadi wacana di Negara

Indonesia. Peluncuran berbagai program untuk mengantisipasi

masalah pengangguran sudah dilakukan diperguruan-perguruan

Page 103: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

92 | Model Pelatihan Kewirausahaan

tinggi namun persoalannya setiap tahun angka penyerapan tenaga

kerja lulusan Perguruan tinggi masih rendah.

Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan salah satu Perguruan

Tinggi Negeri yang menyelenggarakan PMW. Penyelenggaraan PMW

di UNP merupakan salah satu wujud tugas dan tanggungjawab UNP

dalam mensejahterakan Negara Indonesia melalui wacana Kampus

berintegrasi Wirausaha (Entrepreneurs Campus). Oleh karena itu

program-program pemerintah dalam kegiatan wirausaha

dilaksanakan oleh UNP dengan mengacu standar kegiatan yang telah

ditetapkan. Namun kenyataan keberhasilan program PMW di UNP

masih belum dapat dikatakan sukses. Kenyataan dapat dilihat dari

data yang dikemukakan oleh Ketua Tim PMW UNP, bahwa semenjak

tahun 2009 hingga tahun 2014 diketahui bahwa dari 378 proposal

usaha yang diajukan hanya 81 (21.42%) proposal yang didanai, angka

ini menunjukkan bahwa kualitas proposal yang diajukan masih belum

memenuhi kriteria penilaian yang ditetapkan hingga tidak disetujui

untuk pendanaan. Kemudian dari 81 proposal usaha yang didanai

hanya 25 (30,86%) yang berjalan dan 56 (69,14%) usaha tidak berjalan

dengan berbagai persoalan terutama terkait dengan tidak kuatnya

manajemen usaha yang dilakukan mahasiswa. Persoalan ini

membuktikan bahwa meskipun pemerintah telah menyediakan

anggaran yang besar untuk melaksanakan program ini tetapi pada

kenyataannya pelaksanaan program masih belum dapat dikatakan

berhasil.

Sedangkan diketahui bahwa keinginan para mahasiswa maupun

lulusan Perguruan Tinggi untuk berwirausaha cukup baik, terbukti

Page 104: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 93

dengan banyaknya mahasiswa yang mengajukan proposal pada

Program Mahasiswa Wirausaha. UNP mencatat jumlah mahasiswa

yang mengajukan proposal usaha adalah 1.597 orang dan 456 orang

yang mengajukan Business Plan semenjak 2009 – 2014. Hal ini harus

didukung dengan pengetahuan, sikap dan kemampuan dalam

melakukan kegiatan wirausaha tersebut. Program Kewirausahaan

merupakan awal yang baik dalam mengaplikasikan teori yang telah

dipelajari dibangku kuliah kewirausahaan itu sendiri mempersiapkan

mahasiswa untuk bertanggungjawab, aktif, berani mengambil resiko,

mengelola hasil dan belajar dari hasil, alasan mendasar dari

Kewirausahaan adalah kemandirian.

Shindina (2015) mengemukakan bahwa perkembangan aktivitas

Kewirausahaan ditentukan oleh dua faktor utama yakni pendanaan

dan dukungan oleh pemerintah dan mentoring teknologi pelatihan

dan program pendidikan yang dilakukan terhadap penerima

pendanaan, kedua faktor ini meski dilaksanakan untuk mendukung

kesuksesan suatu program Kewirausahaan. Dalam rangka proses

pengembangan pembinaan sikap mental kewirausahaan bagi

mahasiswa, perlu dikembangkan suatu model pelatihan yang

potensial, strategi dan tepat. Di samping itu diperlukan juga model

evaluasi untuk program pelatihan kewirausahaan tersebut untuk

mengukur efektivitas dan kinerja dari pelaksanaan program pelatihan

kewirausahaan. Kurangnya pengetahuan tentang konsep

berwirausaha, sikap dan karakter Wirausaha, kemampuan

manajemen yang rendah, penguasaan teknologi informasi yang tidak

memadai harus di atasi dengan suatu Model Pelatihan.

Page 105: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

94 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Model pelatihan yang dipandang sesuai diterapkan di Perguruan

Tinggi untuk membantu mahasiswa agar aktif dalam

mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

berwirausaha adalah dengan pendekatan Metode Mentoring.

Pelatihan bertujuan untuk membekali, meningkatkan, dan

mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,

produktivitas dan kesejahteraan (Simamora, 2006: 276). (Robbins

dan Coulter, 2010: 277). Mentoring dan coaching dari peserta

pelatihan yang tidak berpengalaman dengan yang berpengalaman

memberikan informasi, dukungan, dan dorongan; disebut juga

apprenticeship. Namun meski demikian di seluruh dunia telah

dikembangkan model-model pelatihan yang dikembangkan para

pakar pendidikan dengan kelebihan dan keunggulan sendiri. Untuk

mengembangkan suatu model pelatihan meski disesuaikan dengan

kebutuhan dan potensi yang ada pada masing-masing kampus.

Kemampuan SDM, dukungan pemangku kebijakan, sarana prasarana

dan faktor pendukung lainnya menjadi penentu keberhasilan suatu

universitas dalam melakukan pengembangan model pelatihan dan

menerapkan model pelatihan yang telah dikembangkan.

c. Rasionalisasi Perkembangan Model Pelatihan

Kewirausahaan

Di Indonesia perkembangan Kewirausahaan menjadi sebuah disiplin

ilmu diwujudkan dengan menjadikan Kewirausahaan menjadi mata

pelajaran wajib di Sekolah Menengah serta menjadi sebuah Mata

Kuliah Wajib di Perguruan Tinggi. Bermula dari terjadinya krisis

ekonomi yang memperburuk kondisi ekonomi bangsa Indonesia

tahun 1998. Meskipun krisis ini menghantam hampir seluruh Negara-

Page 106: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 95

negara di dunia, namun pengalaman menunjukkan bahwa Negara-

negara yang memiliki kalkulasi Wirausaha yang tinggi lebih cepat

bangkit dari persoalan krisis ekonomi yang dihadapi.

Hal ini menjadi dorongan dari pemerintah Indonesia untuk

menjadikan Pendidikan Kewirausahaan sebagai langkah yang menjadi

solusi untuk krisis ekonomi. Dengan memulakan pendidikan dan

pengetahuan Kewirausahaan ditingkat sekolah dan Perguruan Tinggi

dipandang menjadi solusi untuk persoalan ekonomi Negara Indonesia

agar cepat pulih dari keterpurukan ekonomi, sesuai dengan konsep

pikir bahwa Wirausaha merupakan penyelamat ekonomi Negara.

Hingga saat ini pemerintah memberikan perhatian yang besar

terhadap Pendidikan Kewirausahaan. Pelatihan Kewirausahaan

secara Non Formal maupun Pendidikan Kewirausahaan secara formal

tidak lepas dari perhatian pemerintah, melalui pendanaan untuk

pemula Wirausaha ditingkat sekolah maupun perguruan tinggi serta

Hibah-hibah bagi para peneliti setiap tahun ditawarkan bagi para

pelaku Wirausaha dan para pendidik bidang Kewirausahaan. Hanya

saja informasi untuk peluang pendanaan usaha ini sering tidak

mendapat perhatian bagi pelaku wirausaha sendiri. Oleh karena itu

kerjasama yang baik dan solid perlu digadang oleh semua pihak agar

hal-hal yang menghambat kesuksesan program Kewirausahaan dapat

diatasi di Indonesia.

Tujuan utama dari setiap proses pendidikan adalah adanya

perubahan perilaku dari peserta didik. Munculnya niat untuk

berwirausaha adalah salah satu tujuan, mahasiswa yang semula tidak

memiliki niat berwirausaha menjadi memiliki keinginan untuk

Page 107: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

96 | Model Pelatihan Kewirausahaan

berperilaku wirausaha dalam kehidupan sehari-hari dan

mewujudkannya dalam membuka peluang usaha untuk dirinya atau

untuk diri orang lain.

Keberhasilan yang dicapai dari proses pendidikan kewirausahaan

adalah adanya perubahan kemampuan mahasiswa dari aspek

pengetahuan (kognitif), adanya perubahan perilaku, sikap, dan watak

(afektif) yang diwujudkan dengan munculnya karakteristik

berwirausaha dari mahasiswa. Kemudian perubahan perilaku yang

ditunjukkan dari kemampuan dalam melaksanakan proses

kewirausahaan (psikomotor).

d. Kendala Pelatihan Kewirausahaan di Perguruan

Tinggi

Berdasarkan pengalaman penulis dalam melaksanakan pelatihan

kewirausahaan di universitas, masalah yang paling mendasar saat

pelatihan diselenggarakan adalah penempatan waktu mahasiswa

dalam melaksanakan pelatihan yang tidak bisa mentoleransi waktu

perkuliahan wajib. Mahasiswa tidak bisa dilaksanakan mengikuti

pelatihan jika bertepatan dengan pelaksanaan mata kuliah wajib

mereka. Namun persoalan lain yang menjadi kendala untuk

melaksanakan kegiatan kewirausahaan di universitas yang sering

ditemui diantaranya adalah:

1) Mahasiswa memiliki manajemen waktu yang kurang baik.

Demikian pula dalam membagi waktu dalam melaksanakan

kegiatan wirausaha dengan kegiatan akademik. Mahasiswa

sebagian besar mengalami kegagalan dalam melaksanakan

kegiatan wirausaha dan Program Mahasiswa Wirausaha (PMW)

karena mengalami keterbatasan waktu dalam aktivitas usaha.

Page 108: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 97

Kedisiplinan mahasiswa menjadi penyebab tidak dapat

menyesuaikan waktu akademik dengan kegiatan wirausaha.

2) Ketidakseriusan dalam melaksanakan kegiatan wirausaha. Tidak

sedikit mahasiswa yang tidak serius dalam mengikuti PMW.

Mahasiswa mengalami kegagalan dalam melaksanakan kegiatan

kewirausahaan yang sudah difasilitasi oleh kampus disebabkan

mereka beranggapan bahwa berwirausaha hanya sampingan.

Menang hibah wirausaha tidak lantas menjadikan mahasiswa

bertanggungjawab dengan kegiatan wirausaha yang

dilakukannya. Akibat yang ditemui adalah kegagalan program

wirausaha mahasiswa untuk membentuk karir dan mind set

wirausaha dalam diri mahasiswa. Pandangan penulis bahwa

tidak cukup dengan pengajuan proposal wirausaha yang bagus

mahasiswa dinyatakan lulus mendapatkan hibah, seharusnya

ada tes kepribadian yang bertujuan mengukur indeks wirausaha

dan kepribadian wirausaha dalam diri mahasiswa sehingga

mereka dinyatakan layak berwirausaha. Tes ini bertujuan agar

kegiatan yang dilakukan tepat sasaran. Dana yang dianggarkan

pemerintah tidak menjadi hal yang sia-sia dalam

pemanfaatannya.

3) Rasa kurang percaya diri mahasiswa. Pembentukan kepribadian

yang yakin dengan kemampuan diri sendiri merupakan satu

masalah dalam karakter wirausaha mahasiswa. Pembentukan

karakter wirausaha yang tidak dari semula pada tingkat sekolah

dasar dan menengah menjadi mahasiswa kurang dapat

membangun konsep diri dalam berwirausaha. Diakui bahwa

pembentukan karakter unggul wirausaha akan berhasil jika

pembinaan dilakukan pada tingkat terdini saat seseorang

Page 109: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

98 | Model Pelatihan Kewirausahaan

belajar. Hal ini harus menjadi terobosan baru bagi para

pemangku kebijakan, bagaimana membentuk program

pembelajaran ditingkat sekolah dasar dan menengah memiliki

karakter unggul seorang wirausaha sehingga karakter wirausaha

telah muncul dan berkembang dengan sempurna saat mereka

menempuh pendidikan tinggi.

4) Kurang memiliki keterbaruan ilmu berwirausaha melalui

pemanfaatan teknologi. Khusus dalam bidang pemasaran dan

membentuk jaringan berbisnis melalui pemanfaatan teknologi

butuh melibatkan praktisi wirausaha yang handal. Meskipun

secara umum, pelatihan penggunaan teknologi dalam

membentuk jaringan bisnis untuk pemasaran banyak dilakukan

seperti pelatihan marketing digital, pelatihan memanfaatkan

media sosial dalam berwirausaha namun dalam kurikulum

wirausaha dikampus masih banyak yang belum

mengintegrasikan ilmu ini. Salah satu hambatan adalah

kemampuan para pendidik dalam memahami kebaruan

teknologi dalam berwirausaha. Namun melalui pelatihan di

kampus-kampus kemampuan ini dapat diupayakan dan

dilatihkan untuk meningkatkan kemampuan wirausaha

mahasiswa sesuai dengan perkembangan teknologi informasi.

5) Lemahnya dukungan dana universitas. Tidak sedikit kampus

negeri dan swasta yang hanya mengandalkan hibah PMW untuk

melakukan aktivitas wirausaha mahasiswa. Tidak tersedia dana

khusus dalam menunjang kegiatan wirausaha mahasiswa

menjadi keterbatasan kegiatan wirausaha dikalangan

mahasiswa. Dukungan dan desakan pemerintah untuk kampus-

kampus akan sangat berperan dalam membentuk lembaga

internal khusus pembinaan kewirausahaan di universitas.

Page 110: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 99

BAB VII

PROGRAM PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

KEWIRAUSAHAAN DI DUNIA

Kewirausahaan memberikan dampak yang luar biasa pada perkembangan

ekonomi suatu negara, sehingga kewirausahaan dipandang dapat menjadi

solusi perubahan cepat pada tuntutan ekonomi dunia dan menjadi jalan

untuk menuju pertumbuhan ekonomi berkelanjutan. Terjadinya

perkembangan ekonomi global membuat proses berwirausaha juga

mengalami perubahan. Penggunaan teknologi informasi membuat cara

berwirausaha berubah mengikuti tren berbisnis abad 21.

Perubahan tersebut tentunya juga mempengaruhi proses pembelajaran

kewirausahaan, salah satunya perkembangan model pembelajaran dan

pelatihan kewirausahaan. Banyak model pelatihan telah dilakukan

diberbagai Negara untuk mendukung suksesnya program kewirausahaan.

Hal ini dilakukan untuk merubah perilaku berupa sikap-sikap psikologis

peserta didik dalam berwirausaha. Model pelatihan yang dilakukan

dibanyak negara patut dijadikan referensi dalam mengembangkan model

pelatihan kewirausahaan di Indonesia. Berikut disajikan beberapa model-

model pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang sukses diterapkan di

dunia:

a. Semangat pendidikan kewirausahaan di Namibia

(Wilfred Isak April)

Namibia adalah negara yang memiliki tekad dan ketekunan dalam

mengelola sumber daya yang dimilikinya melalui kegiatan

Page 111: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

100 | Model Pelatihan Kewirausahaan

kewirausahaan. Cara terbaik yang dilakukan negara ini adalah dengan

mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang berlimpah melalui

pendidikan kewirausahaan, khususnya kaum muda yang dianggap

sebagai pemimpin masa depan. Para pencetus ide kewirausahaan di

Namibia memiliki pemikiran bahwa kewirausahaan seharusnya tidak

hanya tentang menghasilkan uang atau mendapatkan kekayaan,

tetapi harus dilihat sebagai peluang unik untuk mengangkat bangsa

melalui komunitas kaum mudanya, (April, 2009).

Usaha kecil dan menengah (UKM) merupakan bagian penting dari

Ekonomi Namibia. UKM berkontribusi 12% terhadap PDB Namibia

dan menggunakan sepertiga dari tenaga kerja. Untuk memastikan

bahwa Namibia mencapai tujuan dan Visi 2030 sejumlah program

kewirausahaan telah diperkenalkan di negara ini. Program-program

kewirausahaan ini dilaksanakan dengan cara formal dan informal.

Program formal merupakan pengenalan resmi kewirausahaan di

tingkat sekolah menengah, di mana siswa dapat menjembatani untuk

memulai atau mendirikan bisnis mereka sendiri setelah karir sekolah

menengah mereka. Ada juga pusat pelatihan kejuruan di mana orang-

orang Namibia mendapat kesempatan pertama untuk meningkatkan

keterampilan kewirausahaan mereka untuk memulai usaha bisnis

mereka sendiri.

Pendidikan Kewirausahaan di Namibia mulai berkembang sejak

kemerdekaan Nabimia tahun 1990, Keinginan Namibia menguasai

asar Afrika tahun 2030 mempengaruhi pola pengajaran

Kewirausahaan disekolah-sekolah dan perguruan tinggi. Negara ini

Page 112: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 101

giat berbenah dengan model pendidikan kewirausahaan yang

menciptakan sesuatu dari nol. Mengajarkan bagaimana memulai,

melakukan, mencapai target dan melampaui target dengan cara

belajar bisnis secara praktik dan merasakan langsung aktivitas

berbisnis di tingkat sekolah.

Pendidikan kewirausahaan harus memiliki pengaruh yang kuat pada

pengembangan wirausaha di Namibia. Namibia telah mendirikan

berbagai pusat pendidikan dan pelatihan kewirausahaan seperti

Namibia Business Centre and Innovation untuk membantu para

pengusaha di Namibia mengelola usahanya yang memiliki

permasalahan.

Universitas Namibia dan Politeknik Namibia menawarkan

Kewirausahaan dalam bentuk kursus atau pelatihan, tetapi tidak

diberikan gelar setelah menyelesaikan program. Ada juga kursus dan

pelatihan kewirausahaan yang ditawarkan yang di akreditasi oleh

lembaga pelatihan Namibia. Pengajaran kewirausahaan yang

melibatkan pemerintah, perguruan tinggi dan sekolah di Namibia

menjadi kebutuhan bagi negara Namibia, hal ini untuk

menghapuskan cara pendidikan masa penjajahan yang minim dengan

kebebasan berinspirasi. Model pendidikan kewirausahaan dengan

bentuk praktik ini merupakan langkah untuk merangsang pemikiran

kewirausahaan di antara warga negara Namibia. Sejumlah kegiatan

baru dikembangkan di lembaga pelatihan kewirausahaan di Namibia

dilakukan untuk merangsang pertumbuhan

UKM di Namibia.

Beberapa konsep pendidikan kewirausahaan di Namibia adalah:

Page 113: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

102 | Model Pelatihan Kewirausahaan

1) Penduduk Namibia memiliki kemauan yang kuat dalam hal

pendidikan kewirausahaan, tetapi implementasi aktual dari

program yang relevan tetap menjadi tantangan bagi masalah

ekonomi.

2) Kewirausahaan harus dipromosikan pada skala yang jauh lebih

besar, dan lebih luas, untuk menjangkau masyarakat di Namibia.

3) Kaum muda hendaknya dihadapkan pada lingkungan bisnis,

untuk membantu mereka mengembangkan dan membina sikap

yang benar dalam rangka mengembangkan keterampilan dan

keterampilan kewirausahaan.

4) Upaya yang disengaja dan terencana harus dilakukan untuk

mendidik penduduk Namibia lebih mahir dalam kewirausahaan

5) Melaksanakan pendidikan Kewirausahaan mulai dari sekolah

dasar, siswa dihadapkan pada konsep bisnis untuk

mengembangkan pola pikir yang tepat (keterampilan dan

kompetensi untuk berkembang lebih baik).

6) Integrasi pendidikan kewirausahaan yang sukses juga

membutuhkan kesabaran dan rasa hormat dari berbagai

kelompok etnis yang ada di Namibia.

7) Komponen teoritis dalam kurikulum pendidikan harus di

seimbangkan kerja praktek untuk mengembangkan kompetensi

yang akan merangsang munculnya wirausaha

8) Seorang Namibia yang sudah berkecimpung dalam bisnis harus

dibimbing untuk dapat menampilkan kemampuan terbaik

mereka dan mencoba mengembangkan kompetensinya.

Page 114: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 103

b. Program Pendidikan Kewirausahaan Wanita di Brazil

berbasis Pengelolaan Aset Keluarga (Elaine da

Silveira Leite)

Meningkatnya partisipasi perempuan dan banyaknya fakta yang

ditemui tentang kuatnya keterkaitan perempuan dengan uang dalam

berbagai jurnal ekonomi menimbulkan fenomena baru bagi kegiatan

wirausaha di Brazil. Hal ini kemudian ditunjang oleh adanya program

wanita pengusaha dalam suatu proyek yang dirancang untuk

memberikan kaum perempuan petunjuk dan langkah demi langkah

untuk belajar tentang rencana bisnis. Program pelatihan ini juga

menjelaskan tentang keterampilan mengelolakan anggaran

keuangan, dan menyajikan saran tentang opsi keuangan (Leite, 2009).

Langkah yang diambil pemerintah ini berdampak pada pendidikan

kewirausahaan di Brazil, saat ini penyebaran program pendidikan

kewirausahaan telah mendapatkan perhatian di semua tingkatan

pendidikan. Subjek dan kurikulum satuan pendidikan mulai dari

prasekolah hingga sekolah menengah diperhatikan. Di perguruan

tinggi pendidikan kewirausahaan dikembangkan pada tingkat

magister di Brazil, hal ini dilakukan sebagai bentuk upaya

mengembangkan budaya wirausaha d Brazil.

Pada awal tahun 2014 diresmikan Sebrae Business School (São Paulo)

lembaga pendidikan publik pertama yang didedikasikan untuk

menawarkan pelatihan kewirausahaan di tingkat teknis, hal ini juga

bertujuan untuk mempromosikan budaya wirausaha.

Pendidikan kewirausahaan di sekolah dan pelatihan kewirausahaan

disponsori oleh pemerintah federal dan lembaga nirlaba. Di dalam

kasus, perlu diperhatikan untuk menyoroti beberapa proyek di Brasil.

Page 115: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

104 | Model Pelatihan Kewirausahaan

c. Pendidikan Kewirausahaan di China (Weiming Li dan

Chunyan Li)

Pendidikan kewirausahaan di Cina saat ini beradaptasi dengan

persyaratan pembangunan negara yang berorientasi inovasi dan

pengembangan pendidikan berkualitas tinggi di China. China

mempromosikan pengembangan ekonomi, kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi, penciptaan lapangan kerja, dan

peningkatan struktur pekerjaan telah banyak terjadi disegala sektor.

Oleh karena itu patut dilakukan pembenahan sistem pendidikan

kewirausahaan untuk meningkatkan level pendidikan kewirausahaan,

mempromosikan kualitas kewirausahaan dan kemampuan

mahasiswa (Li dan Li, 2009). Persyaratan yang jelas dan spesifik untuk

pendidikan kewirausahaan di China adalah pada:

1) Inovasi dan pendidikan melalui proses pelatihan personil

2) Merumuskan persyaratan dasar pengajaran tentang inovasi dan

pendidikan kewirausahaan di tingkat universitas

3) Mengembangkan inovasi kurikulum pendidikan kewirausahaan

4) Melaksanakan pelatihan guru yang berkualitas

5) Mendukung siswa untuk terlibat dalam inovasi dan pelatihan

kewirausahaan.

Program, pembelajaran kewirausahaan yang dilakukan di China

diantaranya adalah:

1) Pada tahun 1990-an China melakukan program Kompetisi

Rencana Bisnis dengan melibatkan organisasi-organisasi dan

komunitas bisnis di China.

Page 116: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 105

2) Pendidikan kewirausahaan di universitas di China lebih banyak

berkaitan dengan konseling dan bimbingan menghadapi

persaingan bisnis dan bagaimana merencanakan bisnis agar

mampu bersaing.

3) Proyek percontohan pendidikan kewirausahaan di kampus-

kampus.

4) Pembentukan rencana bisnis disesuaikan dengan situasi bangsa

China melalui pilot project pendidikan kewirausahaan untuk

mendorong universitas berlatih kewirausahaan dengan berbagai

cara.

5) Program percontohan kewirausahaan dan membatasi

perkuliahan teoritis mengenai kewirausahaan

6) Kajian kewirausahaan pada universitas fokus pada komersialisasi

teknologi tinggi, komersialisasi teknologi, industri teknologi

tinggi, berkonsentrasi pada pelatihan bakat yang dapat

meningkatkan kapasitas perusahaan untuk inovasi independen

dan daya saing internasional

7) Pelatihan kewirausahaan dilakukan dengan praktikum dan

proyek wajib pada "kewirausahaan teknologi", "inovasi dan

karakteristik industri kewirausahaan "," manajemen kekayaan

intelektual ", dan sebagainya, untuk membantu mahasiswa

mendapatkan akses ke perusahaan teknologi terkemuka di

Zhongguancun dan meningkatkan kemampuan inovasi

teknologi.

8) Pusat Inovasi Sains dan Teknologi dengan Inovasi Sains dan

Teknologi dilibatkan dalam pendidikan kewirausahaan

Page 117: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

106 | Model Pelatihan Kewirausahaan

9) Diberikan dukungan dana kegiatan inovasi siswa dan

memberikan bimbingan dan konsultasi untuk meningkatkan

kemampuan kewirausahaan dan kualitas siswa secara

keseluruhan.

10) Universitas di Cina menggabungkan pendidikan kurikulum

dengan pendidikan praktik melalui kelas ekstensi.

11) "The First Class" adalah kelas inti pengajaran, dengan

kewirausahaan kursus seperti semangat wirausaha, modal

ventura, kewirausahaan manajemen, dan sebagainya.

12) Kegiatan praktik sosial dan kegiatan kesejahteraan sosial.

Mengadopsi kuliah pendidikan kewirausahaan dan kegiatan

kompetitif, kewirausahaan.

13) Kelompok-kelompok praktik muncul dalam bentuk proyek dan

organisasi sosial mengandalkan profesi.

d. Pendidikan Kewirausahaan di Spanyol (José C.

Sánchez-García and Brizeida Hernández-Sánchez)

Perkembangan pendidikan kewirausahaan di Spanyol seiring dengan

deklarasi ekonomi mikro sekawasan Eropa yang pada awal abad ke

19. Salah satu agenda khusus adalah dengan mengusulkan

pengembangan budaya dan mendukung kewirausahaan, serta

integrasi kewirausahaan di semua tingkatan sistem pendidikan

formal. Pendidikan formal harus dilengkapi dengan “belajar dengan

melakukan “kegiatan dan lokakarya praktis lainnya. Berkenaan

dengan Uni Eropa (UE), melakukan pembinaan pendidikan

kewirausahaan dalam konteks Uni Eropa. Kewirausahaan berpusat

pada pembentukan kekuatan ekonomi melalui ekonomi mikro.

Page 118: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 107

Pendidikan kewirausahaan memiliki sasaran kepada siswa usia dini

untuk menumbuhkan semangat giat berwirausaha. Pendidikan

wirausaha pada tingkat menengah dan universitas untuk

menumbuhkan inisiatif bisnis kaum muda dan program pendidikan

yang ditujukan untuk usaha kecil.

Program-program pendidikan di Spanyol diantaranya adalah pada

kajian:

1) Program pendidikan kewirausahaan dari sekolah ke universitas:

strategi pengajaran dan pembelajaran apa, tindakan apa yang

harus diambil untuk mendorong semangat kewirausahaan pada

orang muda?

2) Membina kemampuan pemecahan masalah siswa. Ini harus

diperbaiki kemampuan mereka untuk merencanakan, membuat

keputusan, dan berkomunikasi, serta membuat mereka lebih

bersedia untuk mengambil tanggung jawab, yaitu aspek khas

manajemen kompetensi.

3) Siswa harus semakin bisa bekerja sama, berjejaring, mengambil

pada peran baru, Dengan kata lain, aspek khas kompetensi sosial

harus dibina

4) Siswa harus mampu mengembangkan kepercayaan diri dan

motivasi untuk bertindak, belajar untuk berpikir secara kritis dan

mandiri, dan khususnya, memperoleh kemauan dan keinginan

kemampuan untuk belajar secara mandiri.

5) Siswa harus haus akan kreativitas, proaktif, dan pribadi inisiatif,

serta bersiaplah untuk menghadapi risiko ketika ide-ide mereka

dilatih.

Page 119: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

108 | Model Pelatihan Kewirausahaan

6) Kompetensi utama untuk pembelajaran seumur hidup terdiri

dari kombinasi pengetahuan, keterampilan, dan sikap yang

diperlukan untuk pengembangan pribadi, integrasi sosial,

kewarganegaraan aktif dan pekerjaan.

7) Memiliki pengetahuan secara keseluruhan, dan menjamin

fleksibilitas yang lebih besar dalam pasar tenaga kerja,

memungkinkannya untuk beradaptasi dengan perubahan

konstan yang terjadi di global dunia.

Kompetensi utama yang terbentuk dalam pembentukan

pengetahuan, keterampilan, dan sikap penunjang yang harus dimiliki

adalah:

1) Komunikasi dalam bahasa ibu

2) Komunikasi dalam bahasa asing

3) Kompetensi matematika dan kompetensi dasar dalam sains dan

teknologi

4) Kompetensi digital

5) Belajar cara belajar

6) Kompetensi sosial dan kewarganegaraan

7) Rasa inisiatif dan kewirausahaan

8) Kesadaran dan ekspresi budaya

Semua kompetensi ini saling tergantung dan semuanya menekankan

pemikiran kritis, kreativitas, inisiatif, penyelesaian masalah, penilaian

risiko, pengambilan keputusan dan manajemen emosi yang

konstruktif. Rasa inisiatif dan wirausaha ditantang untuk

menunjukkan kemampuan untuk mewujudkan ide dalam tindakan.

Mengandalkan kreativitas, inovasi dan pengambilan risiko, serta

Page 120: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 109

kemampuan untuk merencanakan dan mengelola proyek untuk

mencapai tujuan. Subjek sadar akan lingkungan kerjanya dan mampu

memanfaatkan peluang yang muncul.

e. Program Magister Entrepreneur di Jepang

Jepang adalah salah satu negara yang memiliki kalkulasi wirausaha

yang cukup tinggi dibandingkan negara-negara lainnya di dunia.

Tahun 2010 jumlah wirausaha di Jepang hampir setara dengan

Amerika yang mencapai angka 10% dari total jumlah penduduknya,

sedangkan Indonesia masih berkisar kalkulasi 1,56% dari total

penduduknya. Salah satu yang perlu dicermati adalah bagaimana

Jepang melaksanakan pendidikan kewirausahaan bagi anak

bangsanya.

Salah satu program pendidikan yang diterapkan oleh Tokyo University

of Technology adalah Master Program in Entrepreneur. Program

Master ini dimaksudkan untuk membina wirausahawan yang dapat

berkontribusi pada penciptaan nilai pasar berbasis teknologi

mutakhir di bidang ilmu komputer, bio, media, kedokteran, dan

desain. Siswa memperoleh pengetahuan di bidang-bidang seperti

manajemen bisnis, pemasaran, keuangan, inovasi layanan,

manajemen teknologi, strategi kekayaan intelektual, dan analisis

data, sambil memperdalam pengetahuan mahasiswa tentang

teknologi mutakhir. Setelah selesai, mahasiswa mampu membangun

bisnis ventura atau membuat bisnis baru di dalam korporasi.

Kurikulum terdiri dari ceramah, seminar, panduan tentang persiapan

rencana bisnis, dan penulisan disertasi, dengan penekanan pada

Page 121: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

110 | Model Pelatihan Kewirausahaan

pemeliharaan kemampuan untuk menciptakan nilai dalam

lingkungan bisnis global.

Pendidik adalah dosen yang memahami Realitas Manajemen

Perusahaan. Pelajaran diajarkan oleh pendidik yang telah

memperoleh pengalaman bisnis yang luas dengan produsen dan

perusahaan di bidang-bidang seperti ICT dan konsultasi. Juga, para

profesional seperti pengusaha, manajer perusahaan, dan manajer

kebijakan diundang sebagai dosen atau dosen khusus, dan kami

berusaha untuk memberikan sebanyak mungkin pengetahuan bisnis

yang vital.

Pelajaran dalam Program Magister ini dilakukan sesuai dengan

metode PBL (Project-based Learning) - pendekatan praktis untuk

pembelajaran kelompok. Melalui mengambil bagian dalam diskusi,

siswa memperoleh teknik pemecahan masalah dan kemampuan

untuk menciptakan nilai pasar. Sistem studi untuk Menulis Rencana

Bisnis menyeluruh atau Disertasi. Pemberian gelar master tergantung

pada pembuatan rencana bisnis atau penulisan disertasi. Mahasiswa

dapat memilih apakah akan membuat rencana bisnis atau menulis

disertasi ketika menyelesaikan program. Panduan beragam tersedia

untuk menghasilkan dokumen yang dipilih; guru yang bertanggung

jawab atas kantor penelitian masing-masing mahasiswa memberikan

instruksi utama, tetapi mahasiswa juga dapat secara teratur mencari

nasihat dari guru di bidang spesialis lainnya.

Negara-negara di dunia memiliki masing-masing program pendidikan

dan pelatihan kewirausahaan. Setiap program memiliki sasaran dan

Page 122: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 111

tujuan khusus yang telah disesuaikan dengan kondisi dan kebutuhan

pengguna program. Dari lima negara yang dikemukakan di atas dapat

diambil beberapa manfaat dan keunggulan program pendidikan di

perguruan tinggi yang diterapkan. Beberapa pengembangan program

pendidikan dan pelatihan kewirausahaan yang dilakukan kemudian

banyak berkembang model-model pelatihan kewirausahaan yang

memiliki sasaran pada proses instruksional (pembelajaran) yang

dilakukan.

f. Model Pendidikan Kewirausahaan Dunia

Berikut dirangkum beberapa penelitian dan tulisan ilmiah dari jurnal

internasional yang dipublikasikan:

1) Maria (2017) menyatakan satu bentuk pendidikan

kewirausahaan dengan menggunakan konsep kemitraan antara

kampus dengan komunitas wirausaha, kampus melakukan

hubungan kemitraan dengan komunitas wirausaha sehingga

pembentukan kemampuan mahasiswa disesuaikan dengan

kompetensi dunia usaha.

2) Huggins, & Thompson (2012) mengembangkan satu model

pembelajaran kewirausahaan “Kemitraan” antara sekolah dan

masyarakat memiliki aspek unsur dan fungsi sebagai konsep

modal sosial untuk mengidentifikasi norma sosial dan adat

istiadat yang tergabung dalam lingkungan sosial dengan

karakteristik kepercayaan dari masing-masing lingkungan.

3) Weiming Li (2017) mengemukakan suatu model pelatihan

kewirausahaan di China yang berangkat dari pengalaman dalam

mengembangkan program pendidikan Kewirausahaan di Negara

Page 123: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

112 | Model Pelatihan Kewirausahaan

tersebut, dinyatakan bahwa Model Kompetisi Project dalam

pendidikan kewirausahaan yang memiliki menetapkan 10

universitas percontohan sebagai pilot project dalam

berkompetisi untuk berwirausaha. Kompetisi membuat

pelatihan menekankan kepada kemampuan inovasi teknologi,

komersialitas teknologi, industri teknologi tinggi, dan

mengingatkan konsentrasi pada pelatihan bakat yang dapat

meningkatkan kapasitas daya saing dalam berwirausaha.

4) Kummita (2015) mengemukakan suatu Program Pendidikan

Magister Khusus Wirausaha Sosial, dalam kurikulum yang

dinamis dengan fase-fase: a) Pedesaan Visit, b) Percontohan

Pengujian, dan c) Penelitian yang tersebar di semester yang

berbeda. Program ini memiliki jangka yang terlalu panjang dalam

penerapannya, namun baik untuk membangun sosial

entrepreneur sehingga meningkatkan jumlah wirausaha yang

berbasis kepada kebutuhan dan masalah.

5) Mehmet (2015) Pengembangan Model pelatihan kewirausahaan

dengan program mentoring bagi siswa down sindrom,

pengembangan model yang dilakukan adalah dengan

menerapkan metode mentoring dengan mahasiswa sebagai

mentor bagi para siswa down sindrom yang terjun langsung

dalam membuat sebuah kafe yang dinamakan dengan Smiling

Face. Melalui model ini dapat disimpulkan bahwa mentoring

dapat mengarahkan pembentukan perilaku berwirausaha

dengan kegiatan langsung pada industri meskipun sasaran

program adalah siswa dengan down sindrom.

Page 124: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 113

6) Premand (2015) mengembangkan suatu model pelatihan untuk

mahasiswa tamatan perguruan tinggi ditahun pertama

kelulusannya dengan fokus berbagai keterampilan seperti

keterampilan bisnis, dimensi kepribadian dan ciri-ciri

kewirausahaan, metode pelatihan berbasis proyek untuk

mengatasi persoalan perguruan. Model ini diberikan pada

lulusan untuk meningkatkan fokus dalam melaksanakan

pelatihan, karena lulusan akan memiliki tanggungjawab yang

lebih besar dalam dirinya untuk berwirausaha dibandingkan

dengan mahasiswa yang masih dalam masa pendidikan.

7) Amiruddin (2015) mengembangkan suatu model pelatihan

kewirausahaan untuk mengatasi keberagaman latar belakang

siswa dengan menggunakan Modul yang divalidasi oleh pakar,

model ini memungkinkan siswa untuk belajar mandiri dengan

masing-masing kemampuan dasar yang dimilikinya pada siswa

suku Aborigin.

8) Jansen (2015) mengembangkan suatu Model Three Stage

Student Entrepreneurship Encouragement Model (SEEM) untuk

mendorong mahasiswa menjadi pengusaha pada tiga Universitas

yang berbeda. SEEM dipandang sebagai cara yang ideal untuk

memperkenalkan mahasiswa agar menjadi tertarik untuk

menerima penawaran kerjasama wirausaha dari perguruan

tinggi lain. Model SEEM ini memiliki tujuan utama untuk

membangkitkan pengusaha aktif, terutama dengan

meningkatkan kesadaran kewirausahaan sebagai pilihan karir

bagi mahasiswa. Namun model ini memiliki program jangka

panjang dan melibatkan banyak perguruan tinggi sehingga

Page 125: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

114 | Model Pelatihan Kewirausahaan

dimungkinkan harus dilaksanakan dengan keseriusan dalam

tingkat tinggi dari seluruh universitas yang terlibat.

9) Mastura (2017) Pelatihan dikaitkan dengan sifat spesifik yang

dikenal dengan 'kompetensi', yang mana terdiri dari ciri,

keterampilan, pengetahuan dan sikap. Perbaikan keempatnya,

Karakteristik akan meningkatkan kinerja pekerjaan individu.

Oleh karena itu keterlibatan kompetensi sikap dalam

karakteristik wirausaha menentukan keberhasilan dalam

pelaksanaan program wirausaha. Hal ini menjadi dasar dalam

melakukan tes psikometri dalam menentukan indeks

karakteristik wirausaha seorang mahasiswa. Dalam penelitian

awal telah dilakukan pengukuran terhadap 497 orang mahasiswa

Universitas Negeri Padang menyatakan hasil bahwa Summary of

Entrepreneur Index Score mahasiswa berdasarkan nilai skor

rata-rata adalah 74% untuk sikap kewirausahaan, 77% locus

internal kontrol, 66% daya motivasi usaha, 65% keyakinan diri

dalam berwirausaha, 77% kebutuhan dalam pencapaian

prestasi, 66% kemampuan mengambil resiko sederhana, 73%

nilai-nilai moral kewirausahaan, 73% pemikiran dalam

kewirausahaan dan 79% tingkah laku dalam kewirausahaan.

Banyak model pelatihan yang telah dikembangkan dan dilakukan

oleh perguruan tinggi di seluruh dunia. Beberapa bentuk Model

yang telah dikemukakan masing-masing memiliki keunggulan

dan kelebihan dari aspek-aspek penerapannya. Namun

kebutuhan dari setiap model tentu berbeda-beda meskipun

tujuan dasar tetap sama yakni meningkatkan jumlah mahasiswa

wirausaha yang aktif dan produktif. Pandangan tentang

pentingnya prilaku dasar sebagai karakteristik yang perlu

Page 126: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 115

ditelaah sebelum melakukan suatu tindakan dalam melatih

mahasiswa dalam berwirausaha adalah hal yang tidak dapat

diabaikan. Dilakukannya suatu evaluasi dalam menguji dan

mengetahui indeks berwirausaha seorang mahasiswa adalah

langkah dasar untuk memudahkan pembentukan pola

pendidikan dan pelatihan yang akan dilakukan melalui metode

mentoring yang tepat.

Page 127: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

116 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Bagian 3 Pelatihan Kewirausahaan Smart Entrepreneur Model (SEM)

Seorang wirausaha harus memiliki keberanian dan kemauan menghadapi masalah hidup dan kehidupan secara wajar, jiwa kreatif untuk mencari penyelesaian dan

mengatasi masalah, memiliki jiwa berdikari dan tidak bergantung pada orang lain (Nor

Aishah 2010; Baron & Shane 2005; Yuyus & Kartib 2010). Berbagai upaya sudah dilakukan

khususnya di perguruan tinggi seperti Universitas Negeri Padang (UNP) untuk

meningkatkan jumlah mahasiswa yang memiliki jiwa dan keberanian untuk menjadi

wirausaha baik secara formal melalui mata kuliah maupun non formal.

Diantara program kewirausahaan yang telah dan sedang dijalankan di UNP

adalah Program Kreatifitas Mahasiswa Kewirausahaan (PKM-K) dan Program Mahasiswa

Wirausaha (PMW). Namun pada kenyataannya banyak unit usaha yang didanai tidak

berjalan dengan baik, disinyalir banyak faktor yang mempengaruhi kegagalan peserta

PMW dalam mempertahankan usaha, salah satunya adanya kelemahan dalam manajerial

usaha, peserta membutuhkan bimbingan dari praktisi dalam bentuk mentoring serta

peserta selayaknya tau terlebih dahulu bagaimana secara internal tingkat karakteristik

wirausaha yang ada didalam diri peserta, sehingga mentor dapat mengarahkan kegiatan

wirausaha yang tepat dalam mengarahkan mereka untuk berwirausaha.

Tahun 2017 telah dikembangkan suatu model pelatihan kewirausahaan Smart Entrepreneur Model (SEM) yang dirancang berdasarkan kebutuhan untuk melaksanakan

kegiatan pementoran bagi peserta sehingga apa yang dibutuhkan dalam kegiatan usaha

betul-betul terbimbing dan sesuai dengan indeks/tingkatan berwirausaha yang ada

didalam diri mahasiswa. Penelitian dan pengembangan telah sampai pada tahap

diseminasi (penyebarluasan), untuk itu Bagian 3 ini akan menjelaskan mengenai pengembangan dan implementasi proses pengembangan model SEM di Universitas

Negeri Padang.

Page 128: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 117

BAB VIII

LATAR PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN

KEWIRAUSAHAAN SEM

Setiap pengembangan yang dilakukan dalam bidang pendidikan memilik

latar pengembangan yang disebut dengan rasionalisasi. Rasionalisasi

merupakan pengungkapan alasan-alasan mengapa satu pengembangan

dilakukan. Dengan mengemukakan alasan-alasan pengembangan maka

akan tergambar arah penyelesaian masalah apa yang diharapkan dapat

terjadi dengan dilakukannya suatu pengembangan. Untuk itu bagian ini

akan mengemukakan tentang latar pengembangan model pelatihan

kewirausahaan Smart Entrepreneur Model (SEM).

a. Tinjauan tentang Model Pelatihan Kewirausahaan

SEM

Model pelatihan kewirausahaan Smart Entrepreneur Model yang

disingkat dengan SEM adalah satu model pelatihan yang

dikembangkan sejak tahun 2017 di Universitas Negeri Padang.

Pengembangan model ini dilakukan untuk didanai dari Kementerian

Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi melalui dana hibah dengan

skim Penelitian Produk Terapan yang dilakukan secara berkelanjutan

selama dua tahun. Namun kemudian implementasi dari model

pelatihan ini dilakukan melalui hibah Pengabdian Kepada Masyarakat

dengan skim Pengembangan Program Kewirausahaan.

Page 129: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

118 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Layaknya sebuah penelitian dan pengembangan, model pelatihan

kewirausahaan SEM ini telah melalui prosedur riset R&D yang

menyesuaikan dengan kaidah ilmiah. Pelaksanaan penelitian,

pengembangan hingga implementasi produk telah berulang kali

dilakukan dengan sampel berbeda. Hal ini bertujuan untuk

memastikan bahwa model SEM ini layak menjadi suatu role model

yang baik untuk satu tujuan yang sama di kampus-kampus lainnya.

SEM telah melalui proses validasi oleh ahli melalui Forum Group

Discussion (FGD) oleh pakar untuk menjaring nilai validitas dan

ketepatan model untuk menjadi satu model pelatihan yang baik dan

benar-benar teruji. Revisi dilaksanakan semenjak awal penemuan dan

rancangan model hingga pada penerapan tahun 2018 dan tahun

2019, yang mengakibatkan model SEM awal mengalami perubahan

pada beberapa bagian terutama pada syntax model. Model SEM

ditargetkan dapat digunakan pada seluruh universitas secara nasional

maupun internasional dengan karakteristik yang sama dengan

populasi mahasiswa Universitas Negeri Padang.

Saat ini model SEM telah diterapkan melalui beberapa riset lanjutan

dan program Pengabdian Kepada Masyarakat di daerah-daerah

khususnya di Sumatera Barat. Dengan menggunakan produk

pendamping penerapan berupa modul pelatihan dan buku panduan

model SEM yang selalu diperbaharui diharapkan model ini mampu

menjadi model yang bermanfaat dalam memudahkan mahasiswa

wirausaha mencapai mindset wirausaha, perubahan karakter

wirausaha, hingga mampu menjadi wirausaha mandiri yang

bermanfaat bagi hidupnya dan masyarakat.

Page 130: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 119

Model SEM dilakukan untuk membentuk domain kemampuan secara

kognitif, afektif dan psikomotor pada aktivitas wirausaha berdasarkan

pengukuran indeks kewirausahaan yang dimiliki peserta pelatihan.

Prosedur pelatihan yang utama adalah melakukan tes indeks

kewirausahaan pada peserta, kemudian berdasarkan hasil indeks

diinformasikan kepada mentor bahwa peserta memiliki indeks

kewirausahaan yang memiliki beragam karakter wirausaha. Mentor

diminta untuk memberikan arahan untuk melatih peserta

berdasarkan karakter wirausaha yang dimilikinya. Dengan mengacu

kepada masing-masing karakter peserta bimbingan dan arahan

mentor dilakukan hingga hampir 3 bulan. Sebelum melakukan

pementoran peserta diberikan pelatihan dasar wirausaha terutama

fokus pada mindset dan pembentukan karakter unggul wirausaha,

pelatihan manajemen wirausaha dan aktivitas pemasaran wirausaha

berbasis teknologi.

Selama pelatihan berlangsung pengontrolan proyek dilakukan

melalui catatan harian yang diberikan kepada peserta dan mentor

pelatihan. Kerjasama dan bimbingan juga dilakukan melalui media

elektronik dan tatap muka berkala. Upaya-upaya yang dilakukan

tersebut mengarah pada tujuan bahwa pembinaan jiwa wirausaha

harus dilakukan dengan kerjasama yang bersinergi antara seluruh

pihak yang dapat mendukung kesuksesan dalam melakukan aktivitas

wirausaha.

Sesuai dengan konsep teori bahwa Latihan adalah proses belajar

dalam organisasi yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan,

keterampilan maupun mengubah perilaku Richaid W. Beatty dan

Page 131: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

120 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Scneinar (1994). Idwin B. Flippo yang dikutip oleh Hasibuan (2006:36),

pengertian latihan adalah: Training is the act increasing the

knowledge and skill of an employee for doing a partikular job. Latihan

adalah merupakan suatu usaha meningkatkan pengetahuan dan

keahlian seseorang untuk mengerjakan suatu pekerjaan tertentu.

Demikian dalam melaksanakan kegiatan pelatihan wirausaha dengan

model SEM, bahwa melakukan pelatihan adalah suatu upaya yang

dilakukan untuk mencapai satu kemampuan tertentu yaitu mampu

menjadi wirausaha yang mandiri meskipun dalam status mahasiswa.

Menurut Bernardin & Russell (dalam Gomes, 2000:197) pelatihan

adalah setiap usaha untuk memperbaiki performan pekerja pada

pekerjaan tertentu yang sedang menjadi tanggung jawab, atau satu

pekerjaannya. Pelatihan lebih berkaitan dengan peningkatan

keterampilan seseorang, baik yang sudah menduduki suatu pekerjaan

atau tugas tertentu maupun yang baru akan melangkah ke dunia

kerja, sehingga lebih menekankan pada keterampilan (skill). Pelatihan

merupakan cara terpadu yang diorientasikan pada tuntutan kerja

actual, dengan menekankan pada pengembangan skill, knowledge

dan ability.

Berdasarkan kajian tersebut dapat disimpulkan bahwa pelatihan yang

dilaksanakan pada dasarnya dimaksudkan untuk membenahi

kelemahan-kelemahan yang sering menghambat dalam penyelesaian

tugas. Upaya ini untuk meningkatkan mutu, keahlian, dan

keterampilan seseorang yang mengikuti kegiatan pelatihan.

Disamping itu juga akan mengembangkan metode kerja dan

menciptakan pengembangan sumber daya manusia kearah yang lebih

baik.

Page 132: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 121

Pada dasarnya pelatihan memiliki beberapa kategori metode yang

dibedakan menjadi dua metode pelatihan yaitu metode pelatihan

tradisional dan metode pelatihan berbasis teknologi (Robbins dan

Coulter, 2010). Metode pelatihan tradisional terdiri dari:

1) Rotasi kerja: karyawan bekerja di berbagai bidang pekerjaan,

sehingga mengenali beragam tugas.

2) Mentoring dan coaching: karyawan bekerja dengan karyawan

yang berpengalaman yang memberikan informasi, dukungan,

dan dorongan; disebut juga apprenticeship diberbagai industry

tertentu,

3) Latihan pengalaman: karyawan berpartisipasi dalam permainan

peran, simulasi, atau jenis pelatihan yang melibatkan tatap muka

langsung,

4) Manual/buku kerja: karyawan merujuk pada buku pelatihan dan

manual untuk mendapatkan informasi,

5) On The Job Training dan Off The Job Training

6) Metode pelatihan On The Job Training (OJT) dan Off The Job

Training (OFJT)

Terkait dengan model pelatihan yang dikemukakan di atas, metode

pelatihan yang diterapkan dalam pelatihan SEM adalah dengan

menggunakan metode Mentoring (Coaching). Crawford (2010)

Mentoring merupakan Hubungan interpersonal dalam bentuk

kepedulian dan dukungan antara seseorang yang berpengalaman dan

berpengetahuan luas dengan seseorang yang kurang berpengalaman

maupun yang pengetahuannya lebih sedikit.

Page 133: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

122 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Menurut Zachary (2005) Mentoring merupakan Hubungan

pembelajaran timbal balik dan kolaboratif antara dua orang atau

lebih yang memiliki tanggungjawab dan tanggung gugat/

akuntabilitas yang sama untuk membantu mentee bekerja mencapai

sasaran pembelajaran yang jelas dan didefinisikan bersama. Menurut

Europe Region (2006) Mentoring merupakan “Mendukung individu

sehingga mereka berkembang lebih efektif. Ini merupakan kemitraan

antara mentor (yang memberi bimbingan) dan mentee (yang

menerima bimbingan) yang dirancang untuk membangun

kepercayaan diri mentee”.

Ingrid (2005) menyatakan bahwa mentoring merupakan suatu proses

yang hanya diberikan untuk proses penjenjangan karir. Namun seiring

berjalannya waktu, mentoring hingga saat ini juga diterapkan dalam

dunia pendidikan. Menurut Santrock (2007) Mentoring merupakan

Bimbingan yang diberikan melalui demonstrasi, instruksi, tantangan

dan dorongan secara teratur selama periode waktu tertentu.

Mentoring biasanya dilakukan oleh individu yang lebih terlatih untuk

meningkatkan kompetensi serta karakter individu yang belum

terlatih.

Selama proses ini berlangsung, pementor dan mentee

mengembangkan suatu ikatan komitmen bersama yang melibatkan

karakter emosional dan diwarnai oleh sikap hormat serta kesetiaan”.

Dengan demikian mentoring merupakan suatu pendekatan yang

lebih bersifat persahabatan. Dimana dalam proses persahabatan

tersebut ada visi untuk meningkatkan kualitas diri antara sesama baik

secara pemikiran maupun emosional. Dari definisi di atas, dapat

Page 134: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 123

disimpulkan bahwasanya mentoring adalah suatu proses peningkatan

kualitas diri yang dilakukan secara interpersonal baik dalam hal

pendidikan dan pekerjaan melalui pendekatan emosional diantara

pementor dengan para menteenya.

Dalam kerangka lembaga pendidikan ada dua jenis pelatihan,

Pertama, pelatihan manajer (pengusaha) yang ditujukan untuk

memperoleh pengetahuan yang sistematis tentang operasi bisnis,

organisasi penjualan, pengembangan hubungan intercorporation,

bekerja dengan mengontrol struktur pemerintahan. Kedua, disebut

program profesional singkat, yang ditujukan untuk pekerja dengan

penemuan dan inovator, yang memiliki keterampilan profesional dan

teknologi, tetapi yang tidak dekat dengan praktek dan proses

kewirausahaan (Shindina, 2015).

Keberadaan praktek-praktek tersebut adalah praktek yang didirikan

untuk pelatihan, yang tidak mencerminkan semua tugas-tugas

profesional untuk membentuk kelas bisnis dalam masyarakat (St-Jean

& Audet, 2013). Pelatihan profesional wirausaha untuk sistem

elaborasi yang lebih serius, dapat memotivasi kelas dengan

berorientasikan kepada inovasi, berpotensi dan berorientasi pada

wirausaha, pendekatan yang dilakukan dalam jangka waktu pendek,

sederhana melakukan pendekatan terhadap hal-hal yang penting dan

mengajarkan peserta pelatihan bagaimana untuk bekerja dengan

momen kunci aktivitas kewirausahaan.

Shindina (2015) Percaya bahwa tujuan dalam mendekatkan tujuan

program kewirausahaan adalah dengan bantuan teknologi dan

metode mentoring. Mentoring pada dasarnya adalah proses

Page 135: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

124 | Model Pelatihan Kewirausahaan

pembelajaran melalui menyajikan peserta dengan model aktivitas di

aspek yang berbeda dan proses mengoreksi model-model melalui

umpan balik. Mentor biasanya berkomunikasi dan mengajarkan hal-

hal yang mereka tahu diri mereka sendiri. Pengalaman Mentor sendiri

tidak dapat ditemukan dalam buku-buku dan artikel. Mentoring

memiliki fitur karakteristik pembinaan dan pengajaran klasik. Umpan

balik pengusaha dan dasar teoritis yang baik sangat penting di sini.

Mentor menceritakan kisah dan kemudian peserta dapat

melaksanakan tugas dan mendapatkan umpan balik yang diperlukan

(Srivastava, 2013).

Tujuan dari mentoring adalah untuk membentuk kompetensi

profesional di bawah kondisi yang realistis, saat berlatih kinerja

operasi tertentu, pemodelan koresponden aktivitas kewirausahaan.

Mentor menetapkan usaha apa yang akan mampu dilakukan

mahasiswa, Mentor menjelaskan tugas, dan kemudian peserta

pelatihan mengemukakan bagaimana mereka mampu melaksanakan

tugas yang diberikan. Mentor menunjukkan bagaimana melakukan

tugas dan memberikan komentar setiap langkah yang diambil peserta

pelatihan. Setelah peserta menyelesaikan tugas, mentor memberikan

umpan balik dan mencapai kesepakatan dengan peserta.

Vlasova, (2013) menyatakan bahwa ada aturan-aturan tertentu yang

harus diikuti agar mentoring menjadi proses yang efektif yakni

Kepercayaan dengan pasangan, kerja "face-to-face" akan lebih

efektif. Setiap kelompok usaha pengusaha memiliki mentornya

sendiri, pengembangan diri untuk memperoleh pengetahuan baru.

Terlihat bahwa pengembangan teknologi mentoring, akan

Page 136: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 125

meningkatkan pelatihan profesional wirausaha dan meningkatkan

hasil aktivitas wirausaha (Archbold, 2015).

Berdasarkan kajian di atas maka banyak kebaikan yang dapat

diperoleh dari pelaksanaan pelatihan kewirausahaan dengan

menggunakan metode Mentoring, peserta pelatihan akan dibimbing

mulai dari penetapan usaha yang akan dilakukan sesuai dengan

keinginan dan kemampuan mahasiswa, pengarahan yang diberikan

melalui informasi dan pengalaman para mentor, melakukan

pendampingan dalam pengambilan keputusan sehingga mahasiswa

memiliki kemampuan dalam mengorganisasi dan memanajemen

usaha yang akan dilakukan.

Melalui metode mentoring yang dilakukan pada model pelatihan SEM

telah dibuktikan bahwa peserta merasakan lebih mendapatkan

bimbingan dan arahan dari ahli kewirausahaan yang merupakan

praktisi dan akademisi.

b. Tujuan Pelatihan Kewirausahaan SEM

Pelatihan Kewirausahaan Model SEM dilakukan dengan rumusan

tujuan yang dirumuskan dalam kurikulum SEM. Sunarya (2010:1)

menyatakan bahwa Kewirausahaan adalah suatu disiplin ilmu yang

mempelajari tentang nilai, kemampuan dari perilaku seseorang

dalam menghadapi tantangan hidup untuk memperoleh peluang

dengan berbagai resiko yang mungkin dihadapinya. Sedangkan

Zimmerer (1996) menyatakan bahwa Kewirausahaan adalah hasil dari

suatu disiplin ilmu serta proses sistematis penerapan kreativitas dan

inovasi dalam memenuhi kebutuhan dan peluang pasar.

Page 137: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

126 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Fokus perhatian dari pembelajaran kewirausahaan adalah perlu

adanya suatu perubahan mindset dalam mengajarkan kewirausahaan

di kampus, dari pembelajaran yang penuh dengan teori dan hapalan-

hapalan menjadi pembelajaran yang dapat mengembangkan gagasan

kreatifitas dan semangat mahasiswa dalam berwirausaha.

Keberhasilan yang dicapai dari proses pendidikan kewirausahaan

adalah adanya perubahan kemampuan mahasiswa dari aspek

pengetahuan (kognitif), adanya perubahan perilaku, sikap, dan watak

(afektif) yang diwujudkan dengan munculnya karakteristik

berwirausaha dari mahasiswa. Kemudian perubahan perilaku yang

ditunjukkan dari kemampuan dalam melaksanakan proses

kewirausahaan (psikomotor).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa inti dari pendidikan dan

pelatihan kewirausahaan adalah menumbuhkembangkan

kemandirian para mahasiswa dalam menciptakan peluang usaha

yang dilatarbelakangi oleh karakteristik, potensi, dan kebutuhan

lingkungan sekitar. Dalam menyajikan pelatihan kewirausahaan di

perguruan Tinggi memang tidak mudah, karena seluruh komponen

harus terlibat untuk menanamkan nilai, sikap dan perilaku

kewirausahaan kepada mahasiswa.

Hal ini penting mengingat kewirausahaan sangat terkait dengan

“penciptaan peluang usaha‟ yang tentunya hal ini dapat dikaji melalui

teori ekonomi. Kemudian sifat-sifat kepribadian dapat dipelajari

melalui psikologi. Di samping itu mengenai perilaku, jelas harus

Page 138: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 127

dipelajari dengan bantuan teori perilaku. Mengenai “perilaku‟

memang cukup esensial, karena kewirausahaan sebenarnya

merupakan suatu “perbuatan‟. Oleh sebab itu, dalam mengajar

kewirausahaan harus mampu membuat peserta didik mampu dalam

“melakukan‟ kegiatan wirausaha.

Dalam usaha mewujudkan calon-calon pengusaha muda terdidik atau

pengusaha muda pemula, penumbuhkembangan budaya

kewirausahaan di perguruan tinggi dapat dimulai melalui program

pelatihan Kewirausahaan. Karena kemampuan dalam berwirausaha

tidak mungkin hanya diperoleh dari perkuliahan, Kewirausahaan

meski didukung dengan pelatihan dalam rangka memperkenalkan

dunia wirausaha sebagai inisiasi ditumbuhkan nya jiwa

kewirausahaan dari mahasiswa peserta pelatihan yang terjun

langsung dalam kegiatan berwirausaha.

c. Capaian (Output) yang diharapkan dari Pelatihan

Kewirausahaan SEM

Berdasarkan tujuan program pelatihan yang telah dikemukakan maka

dapat dijelaskan output dari pelatihan ini adalah:

1. Peningkatan minat dan motivasi mahasiswa peserta pelatihan

dalam aktivitas berwirausaha dengan terwujudnya partisipasi

aktif mahasiswa peserta PKM untuk mengikuti kompetisi atau

perlombaan kewirausahaan mahasiswa tingkat nasional maupun

internasional dengan inovasi dan kreativitas yang memiliki nilai

kebaruan berdasarkan potensi diri mahasiswa.

2. Menumbuhkan niat berwirausaha yang dapat dilihat dari

kekuatan mindset sukses dalam berwirausaha berdasarkan

Page 139: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

128 | Model Pelatihan Kewirausahaan

potensi diri, minat dan keberbakatan mahasiswa. Mahasiswa

dapat memiliki pola pikir sukses berwirausaha dan menularkan

kebiasaan berwirausaha pada rekan sejawat maupun

lingkungannya.

3. Bertumbuhnya aktivitas kewirausahaan dilingkungan Universitas

Negeri Padang melalui mahasiswa berwirausaha dengan

pengelolaan usaha (manajerial) yang mumpuni.

4. Bertumbuhnya aktivitas kewirausahaan dilingkungan Universitas

Negeri Padang dengan munculnya wirausaha internet

dikalangan mahasiswa.

5. Terpublikasinya Model Pelatihan Smart Entrepreneur Model

sebagai Model Pelatihan yang dapat menjadi referensi dan

patron dalam melaksanakan kegiatan Pelatihan Kewirausahaan.

6. Terbinanya hubungan yang baik antara wirausaha pemula

dikalangan mahasiswa dengan para wirausaha sukses sebagai

dampak dari proses mentoring yang dilaksanakan dalam

pelatihan

d. Dasar Pengembangan Model Pelatihan

Kewirausahaan SEM

Globalisasi dan perbaikan dalam teknologi komunikasi dan informasi

membawa perubahan struktural yang membutuhkan redistribusi

sumber daya terutama sumber daya manusia (SDM), oleh karena itu

perlu pembaharuan kualitas SDM yang terlibat dalam kegiatan

perekonomian khususnya Wirausaha, mengingat bahwa seperti yang

dijelaskan di atas, kegiatan kewirausahaan adalah faktor penting

Page 140: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 129

untuk perkembangan perekonomian suatu Negara untuk

meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan pembangunan.

Tingkat kewirausahaan pada suatu Negara sangat bervariasi.

Dinyatakan bahwa Indonesia masih memiliki kalkulasi jumlah

Wirausaha yang masih jauh di atas rata-rata yang distandarkan yakni

2% dari jumlah warga Negara. Sesuai dengan kajian di atas hal ini

tentu menjadi factor penentu keberhasilan perekonomian Indonesia.

Rendahnya jumlah Wirausaha yang berkontribusi untuk

pertumbuhan ekonomi negara meski ditingkatkan dengan berbagai

upaya. Upaya yang kiranya strategis dalam meningkatkan jumlah

wirausaha adalah melalui jalur pendidikan di Perguruan Tinggi.

Perguruan Tinggi menjadi pilihan untuk menerapkan program-

program kewirausahaan. Pemerintah sejak tahun 2009, melalui

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan

Kebudayaan dengan meluncurkan Program Mahasiswa Wirausaha

(PMW) untuk dilaksanakan dan dikembangkan oleh perguruan tinggi.

PMW dilaksanakan di seluruh Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan di

beberapa Perguruan Tinggi Swasta (PTS) hasil diseleksi Koordinator

Perguruan Tinggi Swasta (Kopertis) dengan alokasi dana yang

berbeda-beda (Ditjen Dikti, 2015).

PMW bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan,

keterampilan dan sikap atau jiwa wirausaha (entrepreneurship)

berbasis Iptek kepada para mahasiswa agar dapat mengubah pola

pikir (mindset) dari pencari kerja (job seeker) menjadi pencipta

lapangan pekerjaan (job creator) serta menjadi calon/pengusaha

Page 141: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

130 | Model Pelatihan Kewirausahaan

yang tangguh dan sukses menghadapi persaingan global. Seyogyanya

Program ini juga bertujuan mendorong kelembagaan atau unit

kewirausahaan di perguruan tinggi agar dapat mendukung

pengembangan program-program kewirausahaan. Sebagai hasil

akhir, diharapkan terjadinya penurunan angka pengangguran lulusan

pendidikan tinggi.

Namun bertentangan dengan apa yang diharapkan oleh pemerintah

melalui program PMW, angka sarjana pengangguran di Indonesia

masih tinggi dan tidak berkurang secara signifikan dari tahun 2009

semenjak dicanangkannya program PMW oleh Dirjen Dikti. Data

menunjukkan bahwa Jumlah Pengangguran Terbuka yang merupakan

lulusan Perguruan Tinggi dari jenjang Sarjana dan Diploma di

Indonesia menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) pada Agustus

2015 berkisar 600.000 orang dan lulusan Perguruan Tinggi dan

pengangguran terbuka lulusan perguruan tinggi masih relatif banyak

dari jumlah angkatan kerja lain di Indonesia. Hal ini mengindikasi

bahwa penyerapan tenaga kerja lulusan perguruan tinggi cenderung

lambat. Fenomena pengangguran berpendidikan tinggi ini

merupakan persoalan klasik yang menjadi wacana di Negara

Indonesia. Peluncuran berbagai program untuk mengantisipasi

masalah pengangguran sudah dilakukan diperguruan-perguruan

tinggi namun persoalannya setiap tahun angka penyerapan tenaga

kerja lulusan Perguruan tinggi masih rendah.

Universitas Negeri Padang (UNP) merupakan salah satu Perguruan

Tinggi Negeri yang menyelenggarakan PMW. Penyelenggaraan PMW

di UNP merupakan salah satu wujud tugas dan tanggungjawab UNP

Page 142: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 131

dalam mensejahterakan Negara Indonesia melalui wacana Kampus

berintegrasi Wirausaha (Entrepreneurs Campus). Oleh karena itu

program-program pemerintah dalam kegiatan wirausaha

dilaksanakan oleh UNP dengan mengacu standar kegiatan yang telah

ditetapkan. Namun kenyataan keberhasilan program PMW di UNP

masih belum dapat dikatakan sukses. Kenyataan dapat dilihat dari

data yang dikemukakan oleh Ketua Tim PMW UNP, bahwa semenjak

tahun 2009 hingga tahun 2014 diketahui bahwa dari 378 proposal

usaha yang diajukan hanya 81 (21.42%) proposal yang didanai, angka

ini menunjukkan bahwa kualitas proposal yang diajukan masih belum

memenuhi kriteria penilaian yang ditetapkan hingga tidak disetujui

untuk pendanaan. Kemudian dari 81 proposal usaha yang didanai

hanya 25 (30,86%) yang berjalan dan 56 (69,14%) usaha tidak berjalan

dengan berbagai persoalan terutama terkait dengan tidak kuatnya

manajemen usaha yang dilakukan mahasiswa. Persoalan ini

membuktikan bahwa meskipun pemerintah telah menyediakan

anggaran yang besar untuk melaksanakan program ini tetapi pada

kenyataannya pelaksanaan program masih belum dapat dikatakan

berhasil.

Sedangkan diketahui bahwa keinginan para mahasiswa maupun

lulusan Perguruan Tinggi untuk berwirausaha cukup baik, terbukti

dengan banyaknya mahasiswa yang mengajukan proposal pada

Program Mahasiswa Wirausaha. UNP mencatat jumlah mahasiswa

yang mengajukan proposal usaha adalah 1.597 orang dan 456 orang

yang mengajukan Business Plan semenjak 2009 – 2014. Hal ini harus

didukung dengan pengetahuan, sikap dan kemampuan dalam

melakukan kegiatan wirausaha tersebut. Program Kewirausahaan

Page 143: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

132 | Model Pelatihan Kewirausahaan

merupakan awal yang baik dalam mengaplikasikan teori yang telah

dipelajari dibangku kuliah kewirausahaan itu sendiri mempersiapkan

mahasiswa untuk bertanggungjawab, aktif, berani mengambil resiko,

mengelola hasil dan belajar dari hasil, alasan mendasar dari

Kewirausahaan adalah kemandirian.

Shindina (2015) mengemukakan bahwa perkembangan aktivitas

Kewirausahaan ditentukan oleh dua faktor utama yakni pendanaan

dan dukungan oleh pemerintah dan mentoring teknologi pelatihan

dan program pendidikan yang dilakukan terhadap penerima

pendanaan, kedua faktor ini meski dilaksanakan untuk mendukung

kesuksesan suatu program Kewirausahaan. Dalam rangka proses

pengembangan pembinaan sikap mental kewirausahaan bagi

mahasiswa, perlu dikembangkan suatu model pelatihan yang

potensial, strategi dan tepat. Di samping itu diperlukan juga model

evaluasi untuk program pelatihan kewirausahaan tersebut untuk

mengukur efektivitas dan kinerja dari pelaksanaan program pelatihan

kewirausahaan. Kurangnya pengetahuan tentang konsep

berwirausaha, sikap dan karakter Wirausaha, kemampuan

manajemen yang rendah, penguasaan teknologi informasi yang tidak

memadai harus di atasi dengan suatu Model Pelatihan.

Model pelatihan yang dipandang sesuai diterapkan di Perguruan

Tinggi untuk membantu mahasiswa agar aktif dalam

mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

berwirausaha adalah dengan pendekatan Metode Mentoring.

Pelatihan bertujuan untuk membekali, meningkatkan, dan

mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan,

Page 144: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 133

produktivitas dan kesejahteraan (Simamora, 2006: 276). (Robbins

dan Coulter, 2010: 277). Mentoring dan coaching dari peserta

pelatihan yang tidak berpengalaman dengan yang berpengalaman

memberikan informasi, dukungan, dan dorongan; disebut juga

apprenticeship.

Dengan demikian tujuan dari pelaksanaan pelatihan dengan metode

mentoring (coaching) adalah untuk memberikan pendampingan,

arahan dan informasi dalam bentuk pembekalan untuk

meningkatkan, dan mengembangkan kompetensi berwirausaha

mahasiswa yang mengikuti program pelatihan. Oleh karena itu telah

dirancang suatu Model Pelatihan bagi mahasiswa peserta PMW di

UNP. Model yang dikembangkan melalui penelitian ini adalah Model

Pelatihan Kewirausahaan Smart Entrepreneur Models (SEM).

Model Pelatihan Kewirausahaan ini dirancang berdasarkan suatu

proses penelitian dan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan

dalam pelatihan Kewirausahaan yang dilengkapi dengan tahapan-

tahapan yang menjadi fase dalam pelaksanaan pelatihan

Kewirausahaan Model SEM, dan memiliki perangkat pembelajaran

sebagai pedoman dalam melaksanakan pelatihan bagi mahasiswa

dan bagi instruktur.

Keistemewaan dari Model SEM yang telah dikembangkan ini adalah

memiliki fase awal dengan melakukan tes Psikometri untuk

mengetahui indeks minat dan karakter wirausaha mahasiswa yang

menuntun pementoran sesuai dengan rekomendasi hasil tes yang

dilakukan, adanya perangkat serta buku panduan penyelenggaraan

Page 145: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

134 | Model Pelatihan Kewirausahaan

pelatihan dengan materi-materi yang disesuaikan dengan kebutuhan

peserta pelatihan. Model SEM telah melalui proses Validasi oleh para

pakar untuk mewujudkan kesempurnaan produk. Pada Tahap 1 di

tahun pertama penelitian ini buku Model telah dikembangkan

beserta dengan kelengkapannya untuk dapat dimanfaatkan dan

diterapkan pada tahap 2 di tahun kedua penelitian.

e. Permasalahan

Rendahnya jumlah usaha PMW yang bertahan untuk

mengembangkan usahanya mengindikasi bahwa usaha yang

dilakukan peserta PMW tidak berjalan secara optimal. Berdasarkan

penelusuran dilapangan diketahui bahwa Mahasiswa anggota PMW

yang mengajukan proposal pendanaan hanya sekedar untuk

mendapatkan dana usaha, namun aktivitas usaha tidak dilaksanakan

dengan sifat mental dan kesungguhan sebagai seorang wirausaha.

Mahasiswa membuat laporan pertanggungjawaban yang tidak nyata

namun hanya sebagai pemenuhan kewajiban untuk laporan saja.

Persoalan ini menyebabkan kerugian yang sangat besar bagi

mahasiswa sendiri, karena pada dasarnya usaha yang dilakukan

dengan baik akan mendatangkan keuntungan secara materil dan

pembinaan sikap mental berwirausaha selama menjadi mahasiswa

dapat menjadi latihan untuk menjadi sukses berwirausaha setelah

menamatkan pendidikan, sehingga pola pikir sebagai pencari kerja

dapat berubah menjadi pencipta kerja.

Pentingnya dilakukan pengembangan Model Pelatihan Kewirausahaan

untuk Mahasiswa untuk mengatasi rendahnya kemampuan mahasiswa

dalam mengembangkan pengetahuan, keterampilan dan sikap

Page 146: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 135

berwirausaha yang berdampak kepada rendahnya jumlah proposal

yang disetujui Kementerian Ristek Dikti untuk pendanaan, rendahnya

keberhasilan usaha mahasiswa yang telah didanai dalam berwirausaha

dan rendahnya kemampuan mahasiswa dalam mempertahankan

usaha. Belum ditemukan pengembangan Model Pelatihan yang tepat

dan terpadu untuk memberikan pendampingan, arahan dan informasi

dalam bentuk pembekalan untuk meningkatkan, dan mengembangkan

kompetensi berwirausaha mahasiswa yang mengikuti program

pelatihan.

Banyak penyebab tidak berhasilnya suatu program yang dicanangkan,

persoalan dapat berasal dari aspek input maupun proses. Demikian

pula PMW yang dilaksanakan mahasiswa pada lingkungan UNP. Dari

segi input, PMW seharusnya benar-benar dari kalangan mahasiswa

yang memiliki karakteristik unggul sebagai wirausaha, Karakteristik

berhubungan dengan watak, perilaku, tabiat dan sikap seseorang

dalam menjalani hidupnya. Karakteristik dalam kajian ilmu

Kewirausahaan dikaitkan dengan ciri-ciri perilaku yang dimiliki

seseorang dalam proses berwirausaha. Dengan adanya karakteristik

wirausaha maka tidak akan sulit mengarahkan seorang mahasiswa

berperilaku wirausaha dalam menjalankan PMW.

Berikut dirangkum permasalahan dilapangan yang menjadi sasaran

penyelesaian dalam kegiatan pelatihan ini adalah:

1. Sebagian besar pemenang hibah PMW tidak dapat

mempertahankan dan mengembangkan usahanya.

Page 147: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

136 | Model Pelatihan Kewirausahaan

2. Rendahnya rasa tanggungjawab peserta PMW dalam membuat

laporan usaha dan terkesan hanya untuk mendapatkan dana

hibah PMW.

3. Peserta PMW memiliki kemampuan yang terbatas dalam

menjalankan usaha, seperti: tidak mampu membuat

perencanaan usaha yang benar, tidak memiliki kemampuan

manajerial dalam melaksanakan usaha, memiliki kemampuan

yang rendah dalam hal mengenal pasar dan membidik pasar.

4. Peserta PMW sebagian besar belum mempromosikan usaha dan

melaksanakan usaha dalam bisnis jaringan (internet), sebagian

besar peserta PMW tidak mengenal kegiatan wirausaha melalui

internet (e commerce).

5. Peserta pelatihan membutuhkan arahan yang

berkesinambungan dalam melaksanakan usaha, membutuhkan

pendampingan dan pementoran, tidak sekedar workshop dan

pembekalan saja tetapi arahan yang berkelanjutan dari pakar

wirausaha yang memberikan pementoran.

6. Peserta PMW membutuhkan kelompok diskusi berupa

komunitas yang memiliki visi yang sama dalam mengembangkan

usaha, agar tercipta sinergi dan pemupukan motivasi yang tinggi,

yang akhirnya menimbulkan mindset sukses wirausaha dalam

kelompok komunitas mahasiswa PMW.

Page 148: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 137

BAB IX

PENGEMBANGAN MODEL PELATIHAN KEWIRASUAHAAN

SMART ENTREPRENEUR MODEL (SEM)

Model Pelatihan Kewirausahaan Smart Entrepreneur Model (SEM)

merupakan hasil dari sebuah proses penelitian dan pengembangan (R&D)

dengan menggunakan prosedur pengembangan tertentu dengan cara-

cara yang ilmiah. Prosedur pengembangan merupakan langkah kongkrit

yang dilakukan oleh peneliti sebagai pedoman dalam aktivitas

pengembangan. Banyak ahli mengemukakan mengenai model

pengembangan yang spesifik dengan prosedur pengembangan masing-

masing, namun dalam penelitian dan pengembangan ini peneliti

menggunakan prosedur pengembangan ADDIE (Analysis, Design,

Development, Implementation dan Evaluation). Dikemukakan oleh Branch

(2009) bahwa design pengembangan ADDIE merupakan salah satu design

yang efektif karena merupakan suatu pedoman dan kerangka kerja

sebagai pedoman yang kompleks yang sangat tepat untuk pengembangan

bidang pendidikan untuk menghasilkan produk dan sumber belajar

lainnya.

Kelima langkah ADDIE yaitu: 1) Analysis, penelitian pendahuluan atau

analisis kebutuhan (need analysis), 2) Design, perencanaan atau desain

model pembelajaran berbasis produksi, 3) Development, pengembangan

model dengan menguji validitas dan praktikalitas melalui Focus Group

Discussion (FGD) untuk produk model yang dihasilkan dan melakukan

revisi-revisi untuk memperbaiki model, 4) Implementation, melaksanakan

Page 149: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

138 | Model Pelatihan Kewirausahaan

uji coba terbatas atau praktikalitas terhadap model pembelajaran berbasis

produksi, dan 5) Evaluation. Melihat apakah model pembelajaran yang

sedang dibangun berhasil atau tidak.

Usaha peningkatan kualitas pembelajaran dengan merancang model

pelatihan yang berorientasi teori pendekatan sistem adalah model

pendekatan ADDIE (Lehman, 2007). Salah satu Instructional Design yang

banyak digunakan para ahli pembelajaran adalah pendekatan ADDIE

(Analysis, Design, Development, Implementation, Evaluation). Langkah-

langkah penelitian pengembangan dengan pendekatan ADDIE

menunjukkan bahwa setiap elemen akan memiliki keterkaitan satu

dengan lainnya, langkah tersebut dapat dijabarkan sebagai berikut:

Gambar 1. Langkah Pengembangan Model SEM

Secara lebih lengkap prosedur pengembangan model pelatihan SEM

menggunakan langkah-langkah pengembangan instruksional ADDIE yang

dijelaskan dalam gambar berikut:

Page 150: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 139

Sedangkan aktivitas yang dilakukan pada tahap Design dalam model

pengembangan ADDIE yang dilakukan saat melakukan pengembangan

model kewirausahaan SEM adalah:

a. Langkah I: Analysis

Tujuan dilakukan tahapan Analisis adalah untuk mengidentifikasi

kemungkinan penyebab terjadinya kesenjangan atau masalah-

masalah dalam pendidikan dan pembelajaran. Branch (2009)

menyatakan prosedur umum yang terkait dengan fase Analisis adalah

(a) Memvalidasi kesenjangan kinerja peserta PMW

(b) Menentukan tujuan pelatihan

(c) Analisis peserta pelatihan

(d) Audit sumber daya yang tersedia

(e) Menyusun rencana manajemen proyek pengembangan.

Page 151: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

140 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Sedangkan hasil yang diperoleh setelah melakukan tahap Analisis

adalah jawaban bahwa:

(a) Ketentuan apakah pengembangan pelatihan kewirausahaan

model SEM yang akan dilakukan dapat menutupi kesenjangan

kemampuan kewirausahaan yang terjadi, pastikan bahwa

penelitian dan pengembangan yang dilakukan tepat untuk

menyelesaikan masalah pembelajaran

(b) Ajukan tingkat instruksi mana yang akan menutup kesenjangan

(c) Rekomendasikan strategi untuk menutup kesenjangan kinerja

berdasarkan pengalaman. Salah satu langkah penting pada fase

analisis setelah tingkat kesenjangan ditentukan adalah

mengidentifikasi penyebab utama terjadinya kesenjangan.

Secara praktis semua penyebab perbedaan kinerja atau kemampuan

wirausaha peserta hibah PMW yang menjadi peserta pelatihan SEM

dapat dikategorikan salah satunya adalah:

1) Kurangnya sumber daya

2) Kurangnya motivasi

3) Kurangnya pengetahuan dan keterampilan.

Branch menyajikan bentuk identifikasi hasil analisis sebagai berikut:

Gambar 3. Identifikasi hasil analisis berdasarkan kesenjangan (Sumber: Branch, 2009:27)

Page 152: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 141

b. Langkah II: Design

Tujuan dilakukannya fase design adalah untuk memverifikasi kinerja

yang diinginkan dan metode pengujian yang sesuai untuk dilakukan

dalam pengembangan. Setelah menyelesaikan fase design peneliti

harus dapat menyiapkan satu set rancangan produk yang spesifik dan

fungsional untuk menutup kesenjangan (masalah) yang telah

diidentifikasi pada tahan analisis. Fase design akan menetapkan “Line

of Sight” sebagai panduan menyelesaikan pengembangan

menggunakan design pengembangan ADDIE. Line of sight sebagai

garis pandang yang menyeluruh dari permasalahan proses

pemecahan hingga hasil yang diperoleh dari pengembangan untuk

menyelesaikan masalah. Line of Sight disajikan di sini sebagai

pendekatan praktis untuk mempertahankan keselarasan kebutuhan,

tujuan, sasaran, strategi, dan penilaian di seluruh proses ADDIE dalam

mengembangkan model pembelajaran berbasis produksi.

Tujuan dari fase Design adalah untuk memverifikasi kinerja yang

diinginkan dan metode pengujian yang sesuai. Prosedur umum yang

terkait dengan Fase desain adalah:

(a) Melakukan inventarisasi tugas atau kemampuan yang

diharapkan dimiliki oleh peserta pelatihan setelah mengikuti

serangkaian kegiatan pelatihan

(b) Menyusun tujuan kinerja peserta pelatihan melalui item-item

indikator indeks kewirausahaan dan karakter wirausahawan

yang diharapkan dimiliki oleh peserta pelatihan

(c) Hasilkan strategi pengujian yang merupakan bentuk pengujian

terkait dengan bagaimana pengujian, instrumen dan analisis

yang akan dilakukan

Page 153: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

142 | Model Pelatihan Kewirausahaan

(d) Menghitung pengembalian investasi.

Fase desain menetapkan ‘‘Line of Sight” untuk menyelesaikan

fase ADDIE yang tersisa. Line of Sight design ADDIE pada fase

Design dapat dilihat pada gambar 3.2 berikut ini:

Gambar 4. Line of Sight Design ADDIE pada Fase Design

Sumber: Branch (2009:61)

Sedangkan hasil dari fase ini adalah sebuah desain sederhana yang

menyajikan komponen umum dari model pembelajaran berbasis

produksi, dengan ringkasan sebagai berikut: 1) Diagram inventaris

tugas, 2) Satu set lengkap tujuan kinerja, 3) Satu set lengkap item tes,

4) Strategi pengujian, 5) Pengembalian investasi proposal.

Uraian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut:

a) Conduct a task inventory (melakukan inventarisasi

tugas)

Tujuan mengidentifikasi tugas-tugas penting yang diperlukan

untuk mencapai suatu tujuan pengajaran terkait dengan; tujuan

instruksional, karakteristik umum dari kelompok siswa, semua

sumber daya yang dibutuhkan dalam mengembangkan model

pembelajaran berbasis produksi. Memfasilitasi cara untuk

menentukan kesiapan pelajar, Inventarisasi tugas secara logis

Page 154: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 143

mengatur konten sehingga siswa dapat membangun

pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk mencapai

tujuan instruksional. Hasil akhir dari kegiatan ini berbentuk

daftar item lengkap merujuk pada tugas kinerja untuk mencapai

tujuan instruksional.

Hasil Inventarisasi tugas adalah diagram yang menentukan Tugas

penting yang diperlukan untuk mencapai tujuan instruksional.

Konsep inventaris tugas dalam konteks pelatihan kewirausahaan

yang dilakukan saat penelitian dilakukan dengan cara

mengidentifikasi item-item penting yang perlu dan harus

dipelajari untuk mencapai tujuan tertentu, hal ini sering disebut

dengan task analysis. Tujuan instruksional dapat dianalisis sesuai

dengan pengetahuan, keterampilan, sikap. Inventaris tugas

menentukan kinerja dituntut untuk mencapai tujuan

instruksional untuk selesai dalam periode waktu tertentu.

Tujuan pelatihan yang hendak dicapai dalam pelatihan

kewirausahaan dirumuskan sesuai dengan tujuan kegiatan

kewirausahaan dalam membentuk mindset wirausaha, karakter

wirausaha dan kemampuan menjadikan mahasiswa sebagai

wirausaha mandiri berdasarkan kemampuan, minat dan bakat

serta keilmuannya di era revolusi industri 4.0.

b) Compose Performance Objectives (Susunan tujuan

berdasarkan komponen kinerja).

Menyusun tujuan yang mencakup komponen kondisi komponen

kinerja. Dalam kegiatan ini peneliti pengembangan harus;

Mengetahui tentang semua tugas utama untuk masing-

masing tujuan pelatihan yang telah ditentukan

Page 155: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

144 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Mengetahui kemampuan dan kemampuan umum peserta

pelatihan kewirausahaan yang kemungkinan akan terlibat

dalam lingkungan belajar yang disengaja dalam pelatihan

Memahami tugas prasyarat yang diperlukan untuk memulai

proses pembelajaran yang disengaja. Kategori pembelajaran

seperti taksonomi Bloom dapat digunakan untuk

menentukan hasil pelatihan.

c) General Testing Strategies (Menyusun strategi

pengujian/tes)

Tujuan Membuat item untuk menguji kinerja peserta pelatihan,

komponen kriteria dari tujuan kinerja memberikan standar

ukuran untuk menentukan keberhasilan pengembangan yang

telah dilakukan. Pengujian memberikan umpan balik kepada

pendidik tentang apakah telah pembelajaran terjadi, dan untuk

merancang tentang seberapa baik pembelajaran yang telah

dilakukan memfasilitasi tujuan dan sasaran, penilaian ini

dilakukan melalui sebuah ujian. Strategi pengujian harus

memiliki kesetiaan yang tinggi antara tugas, tujuan, dan item tes.

Hal yang harus dapat diketahui dalam kegiatan tes kinerja

peserta pelatihan adalah:

Apakah peserta menunjukkan kinerja yang diperlukan?

Apakah peserta memenuhi kriteria untuk kinerja?

Apakah peserta melakukan dalam kondisi yang ditentukan?

Pengujian diperlukan untuk mengetahui ada atau tidaknya siswa

mencapai tujuan dan sasaran sebagaimana ditentukan selama

proses pengembangan. Ketentuan yang digunakan adalah

Semakin tinggi kesesuaian antara tugas, tujuan, dan item tes,

Page 156: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 145

semakin baik potensi untuk kursus yang sukses sumber belajar

dan pembelajaran pendamping. Semakin besar keaslian strategi

pembelajaran dan sumber belajar, semakin besar potensi untuk

program studi untuk menutup kesenjangan kemampuan

wirausaha yang diharapkan.

d) Calculate return on investment (Perkiraan biaya

pengembangan)

Salah satu yang harus dipertimbangkan dan dilakukan dalam fase

design adalah menyusun dan memperkirakan anggaran biaya

yang dibutuhkan untuk menyelesaikan proses penelitian dan

pengembangan berdasarkan tujuan, sasaran dan strategi

pengujian yang dilakukan beserta seluruh sumber daya yang

dibutuhkan untuk menyelesaikan proyek pengembangan.

c. Langkah III: Develop

Tujuan dari fase Develop (mengembangkan) adalah untuk

menghasilkan dan memvalidasi model kewirausahaan SEM yang telah

dikembangkan. Setelah menyelesaikan fase develop ini peneliti harus

dapat mengidentifikasi semua sumber daya yang akan dibutuhkan

untuk melakukan yang direncanakan melalui situasi pelatihan yang

direncanakan. Pada akhir fase ini peneliti harus telah memilih atau

mengembangkan semua produk yang diperlukan untuk

mengimplementasikan produk pada tahap berikutnya. Hasil dari fase

ini adalah satu set model pelatihan SEM yang komprehensif

mencakup semua produk dan sistem pendukung penerapan model

pelatihan yang dikembangkan.

Page 157: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

146 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Prosedur umum yang terkait dengan fase Develop adalah sebagai

berikut:

1. Generate Content (Hasilkan Konten)

Pada tahapan ini semua hal yang terkait dengan perencanaan

kegiatan pelatihan kewirausahaan SEM yang telah disusun telah

terumuskan dengan baik diantaranya yang harus telah

dirumuskan adalah;

Tujuan kinerja spesifik untuk semua tujuan pelatihan

kewirausahaan SEM (task analysis),

Strategi pengujian untuk menilai tingkat keberhasilan,

Item tes untuk tujuan kinerja,

Setiap spesifikasi fungsional yang diperlukan untuk

mendukung konteks pembelajaran.

2. Select or develop supporting media (memilih dan

mengembangkan media pendukung)

Dalam menerapkan suatu model pembelajaran terdapat sistem

pendukung yang berfungsi untuk melaksanakan kegiatan

pelatihan berupa media pendukung dalam membelajarkan

peserta. Pada tahap ini telah dipilih atau kembangkan media

yang cukup untuk mencapai sasaran kinerja pelatihan. Media

pembelajaran yang digunakan dalam pembelajaran ini adalah

modul ajar.

3. Develop Guidance for The Student (Mengembangkan

pedoman belajar peserta pelatihan)

Untuk memudahkan dalam menerapkan model pelatihan

kewirausahaan SEM maka dalam fase ini juga dikembangkan

Page 158: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 147

suatu sumber informasi berupa panduan bagi peserta saat

melaksanakan pelatihan. Memberikan panduan untuk

menavigasi strategi pembelajaran meningkatkan pengalaman

belajar. Format pedoman belajar peserta bervariasi tergantung

pada tujuan instruksional dan sasaran pelatihan. Kriteria

panduan belajar bagi peserta diharapkan memenuhi syarat

organisasi, format dan kualitas isi.

4. Develop Guidance for The Teacher (Mengembangkan

panduan mengajar untuk pendidik)

Selain dikembangkan panduan belajar untuk peserta juga

dikembangkan panduan mengajar bagi pendidik. Bertujuan

untuk memberikan informasi untuk membimbing pendidik

dalam memfasilitasi pembelajaran saat ujicoba dilakukan.

Panduan ini berisikan semua strategi pembelajaran dan panduan

menggunakan semua media yang dibutuhkan dalam

melaksanakan implementasi produk pengembangan.

5. Conduct Formative Revisions (Melakukan revisi

formatif)

Kegiatan dalam tahapan ini adalah melakukan revisi produk

dalam proses pembelajaran sebelum implementasi produk.

Semua sumber belajar yang telah tersedia dipersiapkan untuk

diujicoba dalam kelompok kecil dengan tujuan untuk

mendapatkan informasi dan rekomendasi sebagai bahan revisi

produk. Evaluasi formative ini bertujuan untuk untuk

meningkatkan kualitas produk. Peneliti melakukan evaluasi

formatif untuk meningkatkan kualitas hasil rancangan agar dapat

Page 159: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

148 | Model Pelatihan Kewirausahaan

memenuhi tujuannya dan untuk mengurangi kesenjangan

kinerja. Evaluasi Formatif adalah proses pengumpulan data yang

dapat digunakan untuk merevisi instruksi sebelum

implementasi, sedangkan Evaluasi Sumatif adalah proses

pengumpulan data dalam implementasi. Tujuan Evaluasi

Formatif adalah untuk menentukan potensi efektivitas sumber

belajar yang sedang dikembangkan dan untuk mengidentifikasi

sumber belajar atau bagiannya yang perlu direvisi. Evaluasi

formatif juga memberikan peluang bagi memastikan sikap siswa

terhadap sumber belajar dan potensi efektivitas sumber daya

kegiatan.

6. Conduct a Pilot Test (Melakukan Uji Coba)

Hasil uji coba pada tahap sebelumnya One to one trial digunakan

untuk merevisi sumber belajar dalam persiapan untuk uji coba

kelompok kecil. Hasil uji coba kelompok kecil digunakan untuk

merevisi sumber belajar dalam persiapan untuk uji coba

lapangan. Hasil dari uji coba lapangan digunakan untuk merevisi

sumber belajar sebelum melakukan implementasi.

d. Langkah IV: Implementation

Tujuan dari fase Implementasi adalah untuk mempersiapkan

lingkungan belajar dan melibatkan peserta pelatihan. Prosedur

umum yang terkait dengan tahap implementasi adalah

mempersiapkan peserta pelatihan, pemateri dan mentor. Setelah

menyelesaikan fase Implementasi, Fase Implementasi menunjukkan

kesimpulan kegiatan pengembangan merupakan akhir dari evaluasi

formatif. Semua sumber belajar telah mengalami evaluasi formatif

Page 160: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 149

dan persyaratan untuk pendidik, instruktur, dan pelatih telah

diidentifikasi.

Terdapat dua persiapan utama dalam fase implementasi yaitu:

a) Prepare a teacher (Mempersiapkan pendidik)

Para pelatih dan mentor yang akan bertanggung jawab untuk

memfasilitasi instruksi harus diidentifikasi. Guru yang dipilih

harus sudah memiliki keterampilan fasilitasi dasar untuk wilayah

konten yang akan diberikan. Namun, guru juga perlu

diidentifikasi dan dipersiapkan untuk suasana pembelajaran dan

aspek-aspek khusus dari instruksi yang baru dikembangkan.

b) Prepare a student (Mempersiapkan peserta didik)

Terdapat kebutuhan dalam mempersiapkan siswa untuk

berinteraksi dengan sumber belajar yang telah dikembangkan,

agar pembelajaran yang dilakukan dapat terjadi sesuai dengan

perencanaan. Cara paling efisien dan menerapkan strategi yang

akan merangsang ide dari siswa dan menjaring informasi strategi

pembelajaran yang dapat memberikan kenyamanan siswa dalam

menerapkan model pembelajaran. Hal ini bertujuan untuk

mengurangi celah kesalahan dalam penerapan.

e. Langkah V: Evaluation

Tujuan dari tahap Evaluasi adalah untuk menilai kualitas produk yang

telah dikembangkan dan proses pengajaran yang telah diterapkan,

baik sebelum dan sesudah implementasi. Prosedur umum yang

terkait dengan fase Evaluasi dikaitkan dengan menentukan kriteria

evaluasi, memilih alat evaluasi yang tepat, dan melakukan evaluasi.

Setelah menyelesaikan tahap Evaluasi peneliti seharusnya dapat

mengidentifikasi keberhasilan pengembangan, merekomendasikan

Page 161: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

150 | Model Pelatihan Kewirausahaan

peningkatan untuk proyek-proyek berikutnya yang memiliki cakupan

yang sama. Hasil dari fase ini adalah Rencana Evaluasi. Komponen

umum rencana evaluasi adalah ringkasan yang menguraikan tujuan,

pengumpulan data alat, waktu, dan orang atau kelompok yang

bertanggung jawab untuk tingkat evaluasi tertentu, seperangkat

kriteria evaluasi sumatif, dan seperangkat alat evaluasi.

Kegiatan yang dilakukan pada fase ini adalah:

1. Determinate Evaluation Criteria (Menentukan Kriteria

Evaluasi)

Tujuan evaluasi dalam pendekatan ADDIE adalah untuk

menentukan apakah kualitas pembelajaran sumber daya

memenuhi standar yang ditetapkan dalam fase Design.

Penentuan tersebut didasarkan pada kriteria penilaian yang

dibebani dalam tujuan pengajaran dan tujuan kinerja. Evaluasi

memiliki peran penting dalam desain pelatihan, oleh karena itu

design pengembangan ADDIE menetapkan evaluasi pada satu

bagian khsusus. Ada banyak alasan untuk melakukan evaluasi di

seluruh pengajaran proses desain seperti menentukan

akuntabilitas untuk kegiatan pelatihan, menghasilkan data

komparatif, menentukan tingkat keberhasilan untuk program

pelatihan dan Pendidikan.

2. Select Evaluation Tools (Memilih instrument evaluasi)

Melakukan identifikasi atribut utama untuk masing-masing

instrumen evaluasi yang dipilih yang digunakan dalam

pendekatan ADDIE. Ada berbagai alat pengukuran yang tersedia

untuk pengembangan instruksional. Setiap alat pengukuran

Page 162: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 151

memiliki atribut sendiri yang membuatnya efektif untuk jenis

evaluasi tertentu.

3. Conduct Evaluation (Melakukan Evaluasi)

Dalam melakukan tindakan evaluasi terhadap mode pelatihan

kewirausahaan SEM yang dikembangkan terdapat tiga hal yang

harus diperhatikan yakni:

1) Menyusun kriteria untuk setiap tingkat evaluasi yang telah

ditentukan,

2) Mengembangkan instrumen evaluasi telah diidentifikasi

sesuai kebutuhan,

3) Strategi implementasi evaluasi. Evaluasi yang dilakukan

membantu tim pengembang instruksional dalam menilai

kualitas pembelajaran, sumber daya serta menilai kualitas

proses yang digunakan untuk menghasilkan sumber belajar

tersebut. Beberapa tingkatan evaluasi harus digunakan

pada akhir proses desain pembelajaran.

Page 163: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

208 | Model Pelatihan Kewirausahaan

DAFTAR REFERENSI

Alber, R. (2012). Deeper Learning: A Collaborative Classroom is Key. Di download melaluihttp://www.edutopia.org/blog/deeper-learning-collaboration-keyrebecca-alber

Alex S. Nitisemito. 1982. Manajemen Personalia. Edisi Revisi. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Arends. Richard I. (2001). Learning To Teach. Belajar untuk Mengajar. Edisi Ketujuh. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.

Benny, Pribadi. 2014. Desain Dan Pengembangan Program Pelatihan Berbasis Kompetensi Implementasi Model ADDIE. Bandung: Premada Media Group.

Bialik, M., Bogan, M., Fadel, C., & Horvathova, M. (2015). Character education for the 21st century: What should students learn? Boston, MA: Center for Curriculum Redesign.

Biksea Veronika, Baiba Rivzab, Inga Riemerec 2014. The Social Entrepreneur as a Promoter of Social Advancement. Procedia - Social and Behavioral Sciences 185 (2015) 469 – 478.

Christopher S. Hayter. 2015. Constraining entrepreneurial development: A knowledge-based viewof social networks among academic entrepreneurs. Research Policy 45 (2016) 475–490

Coduras, A., Levie, J., Kelley, D.J., Saemundsson, J.R., Schott, T.,2010. Global Entrepreneurship Monitor Special Report: A Global Perspective on Entrepreneurship Education and Training. Global Entrepreneurship Research Association, Wellesley, MA..

Cromie, S. 2000, “Assessing entrepreneurial inclinations: some approaches empirical evidence”, European Journal of Work and Organizational Psychology, Vol. 9 No. 1, pp. 7-30

Dessler, Gary. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Salemba Empat

Dewi, Muharika. 2016. Review. Karakteristik Profil Wirausaha Sukses. Jurnal Ilmiah Ekotrans. Vol. 16 No.5. hal. 1 – 8

Drake, S.M. (2014). Designing across the curriculum for “sustainable wellbeing”: A 21st century approach. In F. Deer, T. Falkenberg, B. McMillan, & L. Sims (Eds.), Sustainable well-being: Concepts,

Page 164: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 209

issues, and educational practice (pp. 57–76). Winnipeg, MB: Education for Sustainable Well-Being (ESWB)

Eggen, P.D & Kauchak, P. P. (1996). Strategies for Teacher: Teaching Content and Thinking Skill. Boston

Entrialgo, M., Fernandez, E. and Vazquez, C. 2000. “Characteristics of managers as determinants of entrepreneurial orientation: some Spanish evidence”, Enterprise and Innovation Management Studies, Vol. 1 (2). 187-205

Fullan, M. (2013). Great to excellent: Launching the next stage of Ontario’s education agenda. Toronto: Ontario Ministry of Education. Retrieved from: www.edu.gov.on.ca/eng/document/reports/FullanReport_EN_07.pdf.

Ganefri, 2017. Perspektif Pedagogi Entrepreneurship di Pendidikan Tinggi, Kencana Prenada Media Group, Depok

Gomes, Faustino Cardoso. 2003. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Andi Offset.

Halim, A & Ali M. M. 1993. Training and Profesional Development [On-line]. http://www.fao.org

Hamalik, Oemar. 2013. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara

Hansemark, O.C. 1998. “The effects of an entrepreneurship programme on need for achievement and locus of control of reinforcement”, International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research, Vol. 4 No. 1, pp. 28-50.

Hasibuan, Malayu S.P. 2000. Manajemen Sumber Daya Manusia. PT. Bumi. Aksara. Jakarta

Hastuti P.C, Thoyib, A. Troena, E.A., Setiawan, M. 2015. The Minang Entrepreneur Characteristic. Procedia - Social and Behavioral Sciences 211 (2015) 819 – 826

Hobbs, R., & Frost, R. (2015). Measuring the Acquisition of Media-Literacy Skills. Reading Research Quarterly, 38(3), 330–355.

Huarng Kun-Huang, Chih-Wen Wua. 2014. Global entrepreneurship and innovation in management. Journal of Business Research, JBR-08218; No of Pages 5.

Page 165: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

210 | Model Pelatihan Kewirausahaan

Jimenez, A, Carmen P, María J, Bernalb J. 2015. The impact of educational levels on formal and informal entrepreneurship. Business Research Quarterly Vol. 34 (12) 9 – 21

Joyce Bruce, Weil Marhsa & Emily Calhoun. (2009). Models of Teaching Model-model Pengajaran. Yogyakarta. Pustaka Pelajar

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). 2012. http://www.artikata.com/.2012. Didownload pada tanggal 20 Februari 2017

Kasmir. 2011. Bank dan Lembaga Keuangan lainnya. Edisi Revisi 11. Jakarta: Rajawali Press

Khan, M., Wu, X., Dou, W,. (2018). Big Data Challenges and Opportunities in the Hypeof Industry 4.0. IEEE ICC 2017 SAC Symposium Big Data Networking Track.

Kuratko, D.F. 2003. Entrepreneurship Education: Emerging Trends and Challenges for the 21st Century, Coleman Foundation White paper Series, http://usasbe.org/pdf/CWP-2003- kuratko.pdf.

Littunen, H. 2000, “Entrepreneurship and the characteristics of the entrepreneurial personality”, International Journal of Entrepreneurial Behaviour & Research, Vol. 6 No. 6, pp. 295-309

Mayer, W. J. 1985. Concept of Mathematical Modeling. Singapore: Mc Graw-hill Book Company

Meredith, Geoffrey G., Nelson, Robert E., & Neck, Phllip A. 2002. Kewirausahaan. Teori dan Praktek (The Practice of Entrepreneurship). Jakarta: Penerbit PPM.

Millman, W. C, Wong, Z. Li, and H. Matlay. 2009. Educating students for e-entrepreneurship in the UK, the USA and China, Industry and Higher Education, 2009, vol. 23, no. 3, pp. 243-252.

Moekijat, 2010, Manajemen Sumber Daya Manusia, cetakan kesembilan,. Penerbit: Mandar Maju, Bandung.

Moekijat. 1993. Evaluasi Pelatihan Dalam Rangka Peningkatan Produktivitas. Bandung: Mandar Maju.

Moenir, H.AS, 2008. Manajemen Pelayanan Umum Di Indonesia, Bumi Aksara. Jakarta

Muharika D dan Mulyani, Sitti Rizki. 2019. Wirausaha Internet Buku Ajar Alternatif. Padang. CV. Muharika Rumah Ilmiah.

Page 166: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 211

Muhtarom dkk. 2017. Pelatihan Kewirausahaan Di Universitas PGRI Semarang Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat. Vol 08.No. 01 Maret 2017. Hal. 104-113.

Peter F. Drucker. 1985. Innovation and Entrepreneurship Practice and. Principles, New York

Prawirokusumo, Soeharto. 2010. Kewirausahaan dan Manajemen Usaha Kecil,. Yogyakarta, BPFE.

Rachmawati, I.K. 2008. Manajemen Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: Andi.

Rahyubi, Heri. (2012). Teori-teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik. Bandung: Nusa Media.

Robbins, P. Stephen dan Mary Coulter. 2010. Manajemen, diterjemahkan oleh Bob Sabran, Wibi Hardani. Erlangga: Jakarta

Sagala, Syaiful. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta

Sagie, A. and Elizur, D. 1999. “Achievement motive and entrepreneurial orientation: a structural analysis”, Journal of Organizational Behavior, Vol. 20 No. 3, pp. 375-87.

Sastrohadiwiryo, Siswanto. 2003. Manajemen Tenaga Kerja Indonesia. Jakarta: Bumi Aksara.

Setyawan, Ibnu Aji. (2018). Kupas Tuntas Jenis dan Pengertian Literasi https://gurudigital.id/jenis-pengertian-literasi-adalah/Downloaded 25 March 2019

Sofyandi, Herman.2013. Manajemen Sumber Daya manusia,. Yogyakarta: Graha ilmu

Stewart, W.H., Watson, W.E., Carland, J.C. and Carland, J.W. 1998. “A proclivity for entrepreneurship: a comparison of entrepreneurs, small business owners, and corporate managers”, Journal of Business Venturing, Vol. 14, pp. 189-214.

Sudirman 2001. Penilaian Dan Penilaian. Bandung: Sinar Baru Bandung.

Suprijono. 2012. Cooperative Learning: Teori dan Aplikasi Paikem. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Suryana. 2010. Kewirausahaan, Pedoman Praktis, Kiat, dan Proses Menuju Sukses. Jakarta: Salemba Empat.

Tambunan, D. 2014. The Multiple Roles of Entrepreneurial Project in International Business Management. International Conference

Page 167: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

212 | Model Pelatihan Kewirausahaan

on Entrepreneurship Education. Universitas Ciputra 28-29 Agustus 2014, Surabaya

Trilling, B., & Fadel, C. (2009). 21st century skills: Learning for life in our times. San Francisco: Jossey-Bass.

Unesco. (2018). What kind of learning for the 21st Century? Di download melalui https://unesdoc.unesco.org/ark:/48223/pf0000242996 pada tanggal 2 Januari 2019.

Valerio A, Parton B, Robb A. 2014. Entrepreneurship Education and Training Programs around the World; Dimensions for Success. International Bank for Reconstruction and Development / The World Bank: Washington D.C.

Yahya, Muhammad. (2018). Era Industri 4.0: Tantangan Dan Peluang Perkembangan Pendidikan Kejuruan Indonesia. Pidato Pengukuhan Penerimaan Jabatan Professor Tetap dalam Bidang Ilmu Pendidikan Kejuruan Fakultas Teknik Universitas Negeri Makassar.

Yoder. 1962. Personal Principle and Policies. Printing Hall, New York. Maurez Company Ltd.

Yulastri A, Hidayat H, Ganefri. 2018. LEARNING OUTCOMES WITH THE APPLICATION OF PRODUCT BASED ENTREPRENEURSHIP MODULE IN VOCATIONAL HIGHER EDUCATION. Vol. 8 (2). 121-131. Jurnal Pendidikan Vokasi.

Yulastri A, Hidayat H, Islami S, Edya F. 2017. Developing an Entrepreneurship Module by Using Product-Based Learning Approach in Vocational Education. Vol 12 (5). INTERNATIONAL JOURNAL OF NVIRONMENTAL & SCIENCE EDUCATION.

Zimmerer, T. W., Scarborough, N.M., & Wilson, D. 2008. Essentials of entrepreneurship and small business management (4th ed.). New Jersey: Pearson Education, Inc.

Zinn Bernd. (2014). Technological literacy – Relevance spectrum, educational standards and research Journal of Technical a Education. Band 2, 2014, Heft 2. Journal of Technical Education (JOTED) ISSN 2198-0306 online unter: http://www.journal-of-technical-education.de

Page 168: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D.| 213

BIODATA PENULIS

Dra. Asmar Yulastri, Ph.D adalah seorang pengajar di

Fakultas Pariwisata dan Perhotelan Universitas Negeri

Padang dan Kepala Pusat Pelaksana Teknis

Pengembangan Karir dan Kewirausahaan Universitas

Negeri Padang. Pendidikan formal sarjana

diselesaikan di IKIP Padang, Pendidikan S2 di IKIP

Yogyakarta dan S3 di Universiti Kebangsaan Malaysia. Pendidikan S1, S2

maupun S3 yang diambil pada jalur pendidikan Vokasional.

Salah satu mata kuliah yang diampu semenjak menjadi dosen,

adalah Kewirausahaan baik pada mahasiswa S1, S2, maupun S3. Selama

menjadi dosen sudah banyak penelitian dibidang Vokasional dan

Kewirausahaan yang dilakukan, diantaranya adalah: Pengaruh

Kecenderungan Personality Kerjaya Tahap Pengetahuan Keusahawanan

dan Aspirasi Kerjaya Terhadap Minat Kerjaya Keusahawanan Pelajar

Sekolah Menengah Vokasional Sumatera Barat (2015), tesis Doktor

Falsafah dari Universiti Kebangsaan Malaysia, Pengembangan “Smart

Entrepreneur Model” (SEM) Untuk Meningkatkan Jumlah Mahasiswa

Wirausaha dan Lulusan di Universitas Negeri Padang (2 tahun, 2017 sd

2018). Hilirisasi hasil penelitian ini sudah dilakukan dalam bentuk

Pengabdian Kepada Masyarakat (2019 dan 2020). Pengembangan Model

Pelatihan Entrepreneurship dengan Pendekatan Pembelajaran Berbasis

Produksi Pendidikan Vokasi Pada Pendidikan Tinggi (2 tahun 2019 sd

2020).

Selain itu sering juga diundang sebagai nara sumber Kewirausahaan

baik dalam kegiatan Kemahasiswaan maupun dosen Kewirausahaan di

UNP ataupun Perguruan Tinggi di luar UNP.

Page 169: Model Pelatihan - repository.unp.ac.id

214 | Model Pelatihan Kewirausahaan