PERAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM MENINGKATKAN...
Transcript of PERAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM MENINGKATKAN...
i
PERAN PEMBIAYAAN MURABAHAH
DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN
NASABAH BMT AL-JIBAAL KOTA TANGERANG SELATAN
Oleh :
Nurhayati
1112015000001
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M / 1439 M
ii
PERAN PEMBIAYAAN MURABAHAH DALAM
MENINGKATKAN PENDAPATAN
NASABAH BMT AL-JIBAAL KOTA TANGERANG SELATAN
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana
Pendidikan Bidang Ilmu Pengetahuan Sosial
Oleh :
NURHAYATI
NIM : 1112015000001
Di bawah Bimbingan:
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd
NIP. 19730424 200801 1 012 Andri Noor Ardiansyah, M.Si
NIP :19840312 201503 1 002
JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018 M / 1439 H
iii
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING SKRIPSI
Skripsi berjudul Peran Pembiayaan Murabahah dalam Meningkatkan
Pendapatan Nasabah BMT Al-Jibaal Kota Tangerang Selatan disusun oleh
Nurhayati, NIM. 1112015000001, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta. Telah melalui bimbingan dan dinyatakan sah sebagai karya
tulis ilmiyah yang berhak untuk diujikan pada sidang munaqasah sesuai ketentuan
yang ditetapkan oleh fakultas.
Jakarta, 17 Desember 2018
Yang mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd
NIP. 19730424 200801 1 012 Andri Noor Ardiansyah, M.Si
NIP :19840312 201503 1 002
iv
v
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Nurhayati
Nim : 1112015000001
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) / Ekonomi
Alamat : Jl. Ciater Raya No. 185 RT/RW 004/009 Kel. Ciater
Kec. Serpong Kota Tangerang Selatan
MENYATAKAN DENGAN SESUNGGUHNYA
Bahwa skripsi ini yang berjudul Peran Pembiayaan Murabahah dalam
Meningkatkan Pendapatan Nasabah BMT Al-Jibaal Kota Tangerang Selatan
adalah benar hasil karya sendiri di bawah bimbingan dosen:
Nama Pembingbing I : Dr. Iwan Purwanto, M.Pd
NIP : 19730424 200801 1 012
Nama Pembingbing II : Andri Noor Ardiansyah, M.Si
NIP : 19840312 201503 1 002
Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan saya siap
menerima segala konsekuensi apabila terbukti bahwa skripsi ini bukan hasil karya
sendiri.
Jakarta, 17 Desember 2018
Menyatakan,
vi
ABSTRAK
Nurhayati. 1112015000001. Peran Pembiayaan Murabahah dalam
Meningkatkan Pendapatan Nasabah BMT Al-Jibaal Kota Tangerang
Selatan. Skripsi. Jakarta. Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta. 2018.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana peran pembiayaan
murabahah dalam meningkatan pendapatan nasabah BMT Al-Jibaal Kota
Tangerang Selatan. Subjek penelitian ini adalah staf bagian pelayanan
Pembiayaan Murabahah dan nasabah Pembiayaan Murabahah di BMT Al-Jibaal
Kota Tangerang Selatan. Objek penelitiannya adalah peran pembiayaan
murabahah dalam meningkatan pendapatan nasabah BMT Al-Jibaal Kota
Tangerang Selatan.
Metode penelitian yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif.
Peneliti melakukan wawancara langsung atau tanya jawab dengan pihak terkait
yang ada relevansinya dengan penelitian. Wawancara ini dilakukan berdasarkan
pada daftar pertanyaan untuk menghasilkan data serta informasi langsung dari
responden (dari nasabah BMT Al-Jibaal Kota Tangerang Selatan dan pihak
berwenang BMT Al-Jibaal Kota Tangerang Selatan). Kemudian observasi dengan
mengamati sarana yang terdapat di BMT Al-Jibaal, mengamati sikap pegawai
terhadap nasabah, mengamati daya tanggap pegawai dalam melayani nasabah, dan
ketentuan dalam proses murabahah. Dokumentasi merupakan data tambahan yang
mendukung data utama yang didapatkan peneliti dari melihat, mendengar dan
bertanya.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pembiayaan BMT Al-Jibaal di
Kota Tangerang Selatan, memberikan perubahan kecil terhadap status ekonomi
masyarakat. Kepercayaan yang diberikan kepada Nasabah BMT cukuplah besar,
sehingga dengan faktor tersebut, berbanding lurus dengan kepercayaan
masyarakat untuk bertransaksi dengan pihak BMT Al-Jibaal. Dapat dikatakan
bahwa berdasarkan persepsi para pelaku usaha kecil BMT sudah memiliki peran
positif terhadap perkembangan usaha dan peningkatan kesejahteraan.
Kata kunci: Murabahah, Pembiayaan, dan Pendapatan Nasabah
vii
ABSTRACT
Nurhayati. 1112015000001. Murabahah Financing Role in Increasing
Customer Revenue BMT Al-Jibaal South Tangerang City. Essay. Jakarta.
Department of Social Sciences Education Faculty of Tarbiyah and Teacher
Training State Islamic University (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2018.
This study aims to determine how the role of murabahah financing in
increasing customer income BMT Al-Jibaal South Tangerang City. The subject of
this research is the staff of Murabahah Financing service and Murabahah
Financing customer in BMT Al-Jibaal South Tangerang City. The object of his
research is the role of murabahah financing in increasing the income of BMT Al-
Jibaal customer in South Tangerang City.
The research method used is qualitative descriptive analysis. Researchers
conduct direct interviews or question and answer with relevant parties that have
relevance to the research. This interview was conducted based on a list of
questions to generate data and information directly from respondents (from BMT
Al-Jibaal customer of South Tangerang City and BMT Al-Jibaal Authority of
South Tangerang City). Then observation by observing the facilities contained in
BMT Al Jibaal, observing the attitude of employees to customers, observing the
responsiveness of employees in serving customers, and provisions in the process
murabaha. Documentation is additional data that supports the main data that
researchers get from seeing, listening and asking.
The results of this study indicate that the financing of BMT Al-Jibaal in the
city of South Tangerang gives of small change to the economic status of the
community. The trust given to the BMT customers is quite large, so that these
factors are directly proportional to the public’s trust in transactions with BMT Al-
jibaal. It can be said that based on the perceptions of small business actors BMT
already have a positive role in business development and increased welfare.
Keywords: Murabahah, Financing, and Customer Revenue
viii
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Nikmat pertama yang penulis serukan dalam setiap penghelatan nafas dalam
merampungkan skripsi ini. Semoga dapat dijadikan pijakan atau bahan ajar untuk
penulis. Penulis akan sangat bahagia apabila dalam skripsi ini bisa memberikan
suatu pengamalan atau sesuatu yang beda bagi pembaca, khususnya bagi penulis
sendiri.
Alhamdulillahirabbil’alamin
Segala puja dan puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, Penguasa
Alam semesta yang berkat segala limpahan rahmat, taufik, inayah dan hidayah-
Nya, penulis dapat menyelesaikan proses penyusunan skripsi ini.
Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada Junjungan kita Nabi
Muhammad SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya. Semoga kita
mendapatkan syafaa‟at nya di hari akhir nanti.
Skripsi ini dapat diselesaikan berkat dorongan semangat dan bantuan dari
berbagai pihak yang sangat penulis hargai. Oleh karena itu, pada kesempatan ini
penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang tak terhingga serta
penghargaan yang setinggi-tingginya terutama kepada :
1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd dan Drs. H. Syarifpulloh, M.Si. Selaku Ketua
dan Sekretaris Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosisal (IPS) /
Ekonomi Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Bapak Banadjid. Dosen Pembimbing Akademik yang senantiasa
mengingatkan penulis selama mengikuti perkuliahan hingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi ini.
4. Dr. Iwan Purwanto, M.Pd. dan Andri Noor Ardiansyah, M.Si.
Pembimbing skripsi yang telah membimbing, mengarahkan,
mengoreksi, dan memberikan saran-saran yang amat berharga kepada
penulis selama menyusun dan menyelesaikan skripsi ini.
ix
5. Seluruh dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang telah
memberikan ilmu pengetahuan yang amat bermakna selama penulis
mengikuti perkuliahan di FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
6. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda H. Mukri dan Ibunda Hj. Titin
Atikah, beserta keluarga besar yang selalu mendukung, memotivasi, dan
mendo’akan tanpa kenal lelah kepada penulis untuk segera
menyelesaikan skripsi ini.
7. Suami tercinta Asep Sholahuddin, S.Sy dan buah hati kami Muhammad
Zhafran Al Fatih, yang selalu menjadi alasan dan penyemangat penulis
untuk segera menyelesaikan skripsi ini.
8. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu,
terimakasih atas segala bantuan dan sumbangsihnya, baik moril ataupun
materil dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini.
Semoga do’a, motivasi, dan bantuan yang telah diberikan oleh berbagai
pihak tersebut mendapat balasan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT,
dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi para pembaca.
Jakarta, 17 Desember 2018
Penulis
x
DAFTAR ISI
LEBAR PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................. i
LEMBAR PERNYATAAN KARYA ILMIAH .............................................. ii
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ......................................................................... iii
LEMBAH PENGESAHAN JUDUL SKRIPSI ............................................... iv
LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING .................................................. v
LEMBAR PERNYTAAN UJI REFRENSI .................................................... vi
ABSTRAK ......................................................................................................... vii
ABSTRACT ....................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ix
DAFTAR ISI ...................................................................................................... xi
DAFTAR TABEL ............................................................................................. xiii
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xiv
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Identifikasi Masalah .............................................................................. 8
C. Pembatasan Masalah ............................................................................. 8
D. Perumusan Masalah .............................................................................. 8
E. Tujuan Penelitian .................................................................................. 8
F. Manfaat Penelitian ................................................................................ 8
BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERFIKIR
A. Kajian Teori ............................................................................................ 10
1. Baitul Mal wat Tamwil (BMT) ....................................................... 10
2. Difinisi Peran ................................................................................. 22
3. Pengertian Pembiayaan .............................................................24
4. Tinjauan Umum Murabahah .......................................................... 30
5. Konsep Pembiayaan Murabahah ................................................... 39
6. Aplikasi Murabahah Dalam Lembaga Keuangan Syariah ............. 42
7. Standar Syariah .............................................................................. 43
8. Pendapatan Nasabah ...................................................................... 44
B. Penelitian yang Relevan .......................................................................... 47
xi
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................. 51
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian .............................................................. 52
C. Populasi dan Sampel ............................................................................... 53
D. Teknik Pengumpulan dan Instrumen Data .............................................. 55
E. Teknik Analisis Data ............................................................................... 63
F. Pemereiksaan Keabsahan Data ................................................................ 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Penelitian ................................................................................. 71
1. Sejarah BMT Al Jibaal ................................................................ 71
2. Visi dan Misi ............................................................................... 72
3. Identitas BMT Al Jibaal .............................................................. 73
4. Struktur Organisasi ..................................................................... 73
5. Produk-Produk dan Kegiatan BMT ............................................ 75
B. Data Penelitian .................................................................................. 81
1. Hasil Observasi ........................................................................... 81
C. Analisis dan Pembahasan .................................................................. 83
1. Realisasi Pembiayaan Usaha Anggota KBMT Al-Jibaal ............. .84
2. Total Pembiayaan Berdasarkan Besaran Pencairan ..................... 85
3. Prose dan Peran Pembiayaan ....................................................... 85
4. Data Pembiayaan Berdasarkan Jenis Akad .................................. 89
5. Potensi Ekonomi dan Pendapatan Hasil Pembiayaan ................. 90
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... 95
B. Saran ...................................................................................................... 95
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 97
LAMPIRAN
xii
DAFTAR TABEL
Tabel 3.1 Waktu Penelitian ......................................................................... 51
Tabel 3.2 Pedoman Observasi ..................................................................... 56
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Pertanyaan Dalam Wawancara .................... 57
Tabel 3.4 Lembar Dokumentasi .................................................................. 63
Tabel 4.1 Hasil Observasi ............................................................................ 81
Tabel 4.2 Realisasi Pembiayaan Usaha ....................................................... 84
Tabel 4.3 Total Pembiayaan ........................................................................ 85
Tabel 4.4 Realisasi Pembiayaan Usaha ....................................................... 88
Tabel 4.5 Data Pembiayaan Jenis Akad ...................................................... 89
Tabel 4.6 Data Pendapatan Kantor .............................................................. 91
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Cara Kerja Perputaran Dana BMT .............................................. 21
Gambar 2.2 Alur Pembiyaan Murabahah ........................................................ 35
Gambar 2.3 Skema Murabahah ....................................................................... 42
Gambar 3.1 Penyajian Data ............................................................................. 65
Gambar 4.1 Lokasi BMT Al Jibaal ................................................................. 71
Gambar 4.2 Susunan Organisasi ..................................................................... 74
Gambar 4.3 Struktur Organisasi dan Pengelola .............................................. 74
Gambar 4.4 Skema Pembiayaan Mudharabah ................................................ 77
Gambar 4.5 Skema Pembiayaan Musyarakah ................................................. 78
Gambar 4.6 Skema Pembiayaan Murabahah .................................................. 78
Gambar 4.7 Skema Pembiayaan Ijarah ........................................................... 79
Gambar 4.8 Skema Kegiatan BMT Al Jibaal .................................................. 80
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ekonomi memiliki peranan penting dalam menjaga kestabilan kehidupan
berbangsa dan bernegara. Tingkat pertumbuhan dan pembangunan suatu
Negara dapat dilihat dari indikator ekonominya. Saat ini sistem ekonomi
dunia bersifat sekuler dimana terjadi pemisahan antara kehidupan duniawi
termasuk didalamnya aktivitas ekonomi telah mulai terkikis. Namun hal
tersebut tidak berlaku pada sistem ekonomi Islam, sebab Islam tidak
mengenal perbedaan antara ilmu agama dengan ilmu duniawi. Buktinya
adalah bahwa pada saat Eropa mengalami masa kegelapan (dark ages), Islam
justru mengalami masa keemasan dan kejayaannya dimana terjadi pembaruan
dan perkembangan pemikiran yang dilakukan oleh para ilmuwan muslim,
bahkan kemudian menjadi dasar landasan pengembangan keilmuan sampai
saat ini, seperti ilmu aljabar. Ilmuan muslim klasik memiliki pengetahuan
yang mendalam terhadap ilmu agama dan ilmu duniawi sekaligus. Perpaduan
ilmu pengetahuan tersebut menjadikan umat Islam Berjaya ketika Barat
mengalami masa kegelapan. Kekuasaan gereja Katolik yang sangat dominan
pada masa kegelapan (dark ages) di Eropa mengakibatkan munculnya
pergerakan yang berupaya untuk mengikis kekuasaan gereja yang terlalu
besar pada masa itu. Pergerakan inilah yang pada akhirnya memunculkan
suatu aliran pemikiran yang mengharuskan adanya pembedaan atau
pembatasan antara aktivitas agama dengan aktivitas dunia sebab pemikiran
ilmiah seringkali dianggap bertentangan dengan doktrin gereja pada masa itu.
Hal ini berimplikasi pada sistem ekonomi dunia yang bersifat sekuler saat
ini.1
Namun telah terjadi hal yang cukup menggembirakan di abad 21 ini, di
mana para sarjana dan ilmuwan muslim mulai sadar betapa pentingnya
1M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, (Solo: PT. Era Adicitra Intermedia,
2011), h. 1.
2
mengintegrasikan antara keilmuan dengan agama dan akan mampu menjadi
suatu sinergi yang dapat mengembalikan kejayaan Islam seperti pada masa
dark ages di Barat. Hal ini terlihat salah satunya dari perkembangan ekonomi
Islam pada masa sekarang. Islam memandang aktivitas ekonomi secara
positif; semakin banyak manusia terlibat dalam aktivitas ekonomi maka
semakin baik pula selama tidak terjadi penyimpangan tujuan dan prosesnya
terhadap ajaran Islam. Islam merupakan agama yang memberikan tuntunan
pada seluruh aspek kehidupan, baik hubungan manusia dengan Tuhan
maupun hubungan antar sesama manusia makhluk Tuhan.2
Kondisi ini tentu saja menjadi tantangan bagi para pelaku UMKM agar
dapat menjalankan bisnis dengan baik. Artinya pelaku ekonomi mikro harus
produktif dalam menghasilkan produk-produk yang berkualitas yang akan
banyak diminati masyarakat luas. Pelaku ekonomi mikro harus terus
meningkatkan kreatifitas dalam memproduksi barang maupun jasa untuk
dipasarkan, agar mampu bersaing pada tingkat nasional maupun
internasional.
Masyarakat Indonesia sudah mulai tersadar akan nilai-nilai dan prinsip
dalam transaksi keuangan dilihat dari kacamata Islam. Terbukti dari
peningkatan lembaga keuangan syariah saat ini.Indonesia perlu
memanfaatkan peluang syariah yang selama ini cukup berkembang pesat
secara global serta terjadinya peningkatan minat terhadap instrumen
investasinya. Lembaga keuangan syariah tidak menggunakan prinsip bunga
(riba) dalam operasionalnya melainkan dengan sistem bagi hasil dari suatu
usaha yang telah disepakati. Sehingga itulah yang melatar belakangi
masyarakat Islam sangat tertarik dengan sistem operasional yang ditawarkan
oleh lembaga keuangan syariah.
Di Indonesia banyak bermunculan lembaga-lembaga keuangan syariah.
Diantaranya Asuransi, Koperasi, Pegadaian, Bank Pengkreditan Rakyat
Syariah (BPRS), lembaga keuangan lainnya termasuk didalamnya adalah
2 M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, h. 5.
3
lembaga keuangan non-bank atau lembaga pembiayaan (multifinance) dan
Baitul Maal wat Tamwil (BMT).
Pandangan Islam terhadap ekonomi tidak terlepas dari dimensi akhlak.
Begitu pentingnya konsep ini dalam kehidupan, maka manusia mesti
mempertimbangkan sejak proses awal melakukan aktivitas ekonomi atau
bisnis, karena penegakan moralitas merupakan bagian yang mendasar dari
syariah Islam.3 Berkaitan dengan ini Amim Akhtar menambahkan bahwa
pada dasarnya konsep ekonomi Islam dilandaskan pada keadilan, kebajikan,
kearifan dan kesejahteraan.4
Dalam praktiknya, usaha mikro hanyalah usaha yang dilakukan oleh
mayoritas kalangan orang yang tidak memiliki cukup pendidikan, tidak cukup
modal, dan tidak cukup kemampuan dalam manajemen usaha sehingga
sulitnya usaha mikro untuk berkembang. Namun, masalah utama yang sering
ditemui pada usaha kecil menengah yang menyebabkan sulitnya berkembang
menjadi usaha besar adalah pengetahuan akses permodalan pada lembaga
permodalan.
Ketidak mampuan pengusaha dalam menembus batas peraturan
lembaga permodalan juga menjadi penyebab sulitnya mendapat permodalan.
Selain itu, usaha yang tidak bankable merupakan alasan mengapa lembaga
permodalan formal sulit memberikan pembiayaan dikarenakan terlalu
berisiko atau bahkan peraturan yang terlalu berbelit sehingga sulit untuk di
jangkau oleh para pengusaha mikro. Hal tersebut merupakan beberapa
kendala yang menyebabkan usaha mikro tidak dapat berkembang. Terlebih
lagi pemerintah memungut pajak usaha mikro sesuai dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 46 Tahun 2013 yang membuat para pelaku usaha mikro
takut untuk berkembang karena adanya tanggung jawab dan risiko yang lebih
besar.
3 Hulwati, Ekonomi Islam, (Ciputat: Ciputat Press Group, 2009), h. 4.
4Amim Akhtar, Keadilan dan Kesejahteraan sosial merupakan tujuan dari sistem ekonomi
islam: The Structural Framework of The Ekonomic System of Islam, Proceeding of a Seminar
Organized by the National Bank of Pakistan, ( Karachi, 1980), h. 78.
4
Pemberian pembiayaan yang mudah bagi pelaku usaha mikro
merupakan salah satu upaya dari lembaga keuangan mikro syariah untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Salah satu faktor yang selama ini
menjadi persoalan klasik adalah terbatasnya akses permodalan untuk pelaku
usaha mikro. Kendala permodalan menjadi penyebab sulitnya usaha mikro
untuk meningkatkan produktivitas. Biasanya modal usaha mikro hanya
bergantung pada modal sendiri dan atau keluarga. Adapun program
pembiayaan pada usaha mikro dinilai sebagai upaya pemerintah dalam
mengentaskan kemiskinan.
Pembiayaan atau kredit mikro dalam konvensional sudah diakui dunia
sebagai upaya dalam meningkatkan kesejahteraan. Dengan adanya akses
modal, pelaku usaha mikro keluar dari gerbang kesulitan dalam upaya
peningkatan aktivitas produksi, dengan meningkatnya aktivitas produksi
seseorang dapat meningkatkan pendapatannya sehingga dapat meningkatkan
kesejahteraannya (Bashir dan Rashidah, 2014).5
Kehadiran BMT di tengah-tengah masyarakat sangat membantu para
pelaku usaha mikro. Dengan keberadaan BMT, para pelaku usaha mikro yang
disebut-sebut tidak bankable ini dapat mengakses permodalan dengan mudah
tanpa adanya tingkat suku bunga yang dikhawatirkan dapat menambah beban
peminjam dana.
BMT berfungsi tidak hanya sebagai lembaga bisnis yang hanya
mengambil profit, melainkan juga sebagai lembaga sosial, yaitu menghimpun
tabungan haji, tabungan umrah, tabungan qurban. Di sisi lain, BMT juga
sebagai lembaga bisnis yang berfungsi sebagai lembaga keuangan bagi pelaku
UMKM dengan melakukan kegiatan simpan-pinjam dengan basis syariah,
yaitu sistem bagi hasil. Dengan sistem bagi hasil ini, tidak ada tingkat bunga
seperti yang diberikan oleh lembaga keuangan konvensional. Sehingga,
5Widya Gina, “Dampak Pembiayaan Mikro Syariah Terhadap Family Income Pelaku Usaha
Mikro”, diakses dari http://www.republika.co.id/berita/koran/iqtishodia/16/02/25/o33fk5-dampak-
pembiayaan-mikro-syariah-terhadap-family-income-pelaku-usaha-mikro, pada tanggal 27 Agustus
2016 pukul 14.50
5
keuntungan dan kerugian ditanggung bersama oleh pihak pemberi pinjaman
dan penerima pinjaman.
Salah satu isu penting dalam mengembangkan industri lembaga
keuangan syariah adalah terkait dengan sosialisasi dan edukasi publik. Hal ini
tentu berkaitan erat dengan pemahaman masyarakat terhadap produk-produk
lembaga keuangan syariah, serta keterampilan dalam menggunakan produk-
produknya. Ketika sosialisasi dan edukasi lembaga keuangan syariah kepada
publik atau masyarakat tinggi tentunya akan meningkatkan penggunaan
produk lembaga keuangan syariah.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) sudah dikenal masyarakat Indonesia
sebagai sebuah lembaga keuangan mikro syariah. BMT beroperasi disekitar
lingkungan masyarakat seperti di pasar-pasar, kawasan pedesaan, pinggiran
kota, atau bahkan ada BMT yang berkantor disalah satu masjid dipemukiman
warga.
Baitul Maal wat Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu
yang isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam meningkatkan
kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan kecil dengan antara
lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan kegiatan
ekonominya, selain itu, baitul wat tamwil juga bisa menerima titipan zakat,
infak, dan sedekah serta menyalurkannya sesuai dengan peraturan dan
amanatnya.
Pembiayaan atau Financing, yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu
pihak kepada pihak lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan,
baik dilakukan sendiri maupun lembaga. Dengan kata lain, pembiayaan
adalah pendanaan yang dikeluarkan untuk mendukung investasi yang telah
direncanakan.6
Dalam lembaga keuangan syariah pembiayaan yang sering digunakan
diantaranya sistem pembiayaan murabahah, yang dipercaya mampu
memperlancar putaran perekonomian umat, dan juga dianggap mampu
6 Makhalul Ilmi SM, Teori & Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah, h. 335.
6
menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan bunga yang harus
dibayarkan ke bank. Selain itu pembiayaan murabahah sudah terbukti tidak
mengandung riba, karena lembaga keuangan syariah itu berlandaskan prinsip
dan nilai ajaran Islam.
Dalam pembiayaan murabahah dapat dilakukan kerjasama dimana
BMT sebagai shohibul maal menyalurkan dananya ke nasabah sebagai
mudharib dalam bentuk modal kerja yang mana keuntungannya didasarkan
pada prinsip bagi hasil sehingga baik nasabah atau bank sama-sama
mendapatkan keuntungan. Dimana hubungan bisnis seperti ini diperlukan
saling keterbukaan antara kedua belah pihak dalam hal keuntungan dan
kerugian terhadap bisnis yang dijalani berdasarkan kesepakatan.
Dari uraian diatas berkaitan dengan nasabah BMT yang belum terlalu
memahami mengenai pembiayaan murabahah sehingga nasabah masih
memiliki potensi yang rendah untuk meningkatkan pendapatannya. Maka
sebaliknya, kemungkinan besar nasabah akan memiliki potensi besar untuk
meningkatkan pendapatannya dengan mengaplikasikan pembiayaan
murabahah dalam usahanya.
Sesungguhnya BMT memiliki peranan yaitu menjauhkan masyarakat
dari praktik ekonomi non syariah. Aktif melakukan sosialisasi kepada
masyarakat mengenai ekonomi Islam. Hal ini bisa dilakukan dengan
mengenalkan pelatihan atau bimbingan mengenai cara-cara transaksi yang
Islami seperti, tidak boleh mencurangi timbangan, harus jujur terhadap
konsumen dan sebagainya. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha
kecil. Dalam menjankan fungsinya BMT harus aktif dengan memberikan
jalan pendampingan, pembinaan, penyuluhan, dan pengawasan terhadap
usaha-usaha nasabah atau masyarakat umum. Melepaskan ketergantungan
pada rentenir dan menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi
yang merata. BMT berfungsi langsung dengan masyarakat yang kompleks
dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu langkah-langkah upaya untuk
melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan skala prioritas yang harus
diperhatikan, misalnya dalam masalah pembiayaan BMT harus
7
memperhatikan kelayakan nasabah dalam hal golongan nasabah dan jenis
pembiayaan.
Pembiayaan dengan prinsip jual beli ditunjukan untuk memiliki barang,
dimana keuntungan bank telah ditentukan didepan dan menjadi bagian harga
atas barang atau jasa yang terjual. Barang yang diperjualbelikan dapat berupa
barang konsumtif maupun barang produktif. Akad yang dipergunakan dalam
produk jual beli ini adalah murabahah, salam dan istishna.
Bai‟ al-murabahah adalah jual beli barang pada harga asal dengan
tambahan keuntungan yang disepakati. Dalam bai‟ al-murabahah, penjual
(dalam hal ini adalah bank) harus memberi tahu harga produk yang dibeli dan
menentukan suatu tingkat keuntungan sebagai tambahannya. Pada saat ini,
produk pembiayaan inilah praktik yang paling mudah dalam implementasinya
dibandingkan dengan produk pembiayaan yang lainnya.7
Fungsi BMT dalam pembiayaan murabahah ini yaitu sebagai perantara
keuangan (financial intermediary), antara agniya sebagai (shohibul maal),
baik sebagai pemberi modal maupun penyimpan dengan pengguna dana
(mudharib) untuk mengembangkan usaha produktif juga pemberi pembiayaan
kepada nasabah untuk dapat nasabah itu mengembangkan usaha-usahanya
dalam meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro.
Adapun BMT Al-Jibaal merupakan salah satu lembaga keuangan mikro
syariah yang berperan dalam pemberdayaan ekonomi umat dengan cara
memberikan pinjaman pembiayaan kepada masyarakat ekonomi lemah untuk
membuka usaha baru ataupun mengembangkan usahanya dimana BMT Al-
Jibaal berusaha dalam mensejahterakan kehidupan nasabah.
Dari keterangan diatas, menyimpulkan bahwa pembiayaan murabahah
merupakan produk dari lembaga keuangan syariah termasuk BMT (Baitul
Maal wat Tamwil) untuk mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi,
mendorong dan mengembangkan potensi serta kemampuan dana masyarakat
untuk menyediakan fasilitas kepada nasabah untuk memulai usaha baru
ataupun mengembangkan usaha yang sudah ada yang menggunakan prinsip
syariah atau sesuai ketentuan Islam dan tidak mengandung unsur riba yang
7 Makhalul Ilmi SM, Teori & Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah,h. 337.
8
tentunya akan berkorelasi terhadap peningkatan pendapatan nasabah yang
outputnya akan meningkatkan kesejahteraan umat.
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis tertarik untuk
melakukan penelitian dengan judul :“PERAN PEMBIAYAAN
MURABAHAH DALAM MENINGKATKAN PENDAPATAN
NASABAH BMT AL-JIBAAL KOTA TANGERANG SELATAN”
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat diidentifikasikan
beberapa masalah yang berkaitan dengan Peran Pembiayaan Murabahah
Dalam Meningkatkan Pendapatan Nasabah BMT Al-Jibaal Kota Tangerang
Selatan sebagai berikut :
1. Masih rendahnya pemahaman pelaku usaha mikro terhadap pembiyaan
murabahah
2. Terbatasnya akses permodalan bagi pelaku usaha mikro
3. Masih rendahnya pendapatan pelaku usaha mikro
C. Pembatasan Masalah
Sebagaimana telah dipaparkan beberapa identifikasi masalah diatas
penulis akan memfokuskan penelitian hanya kepada masalah bagaimana
meningkatkan pendapatan nasabah BMT Al-Jibaal melalui pembiayaan
murabahah.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan pembatasan masalah di atas maka penulis dapat
merumuskan masalah sebagai berikut : Bagaimana Peran Pembiayaan
Murabahah dalam Meningkatkan Pendapatan Nasabah BMT Al-Jibaal
Kota Tangerang Selatan?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah Untuk mengetahui bagaimana peran
pembiayaan murabahah dalam meningkatan pendapatan nasabah BMT Al-
Jibaal Kota Tangerang Selatan.
F. Manfaat Penelitian
9
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi penelitian, civitas
akademika, dan para praktisi operasi lembaga keuangan syariah. Penelitian ini
diharapkan dapat berguna baik dari segi teoritis ataupun segi praktis.
1. Secara Teoritis
Pertama, secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memberikan
sumbangan berdasarkan bukti-bukti empiris tentang Bagaimana peran
pembiayaan murabahah dalam meningkatkan pendapatan nasabah BMT
Al-Jibaal Kota Tangrang Selatan. Hasil penelitian ini juga diharapkan
menjadi salah satu rujukan atau panduan dalam penelitian selanjutnya
khususnya terkait masalah tentang pembiayaan murabahah.
2. Secara Praktis
a. Bagi Peneliti, sebagai sarana untuk mendapat pengetahuan dan
pemahaman tentang pembiayaan murabahah, sebagai sarana untuk
memperoleh gelar sarjana pendidikan, dan juga memperoleh bukti
yang signifikan terhadap masalah yang diteliti.
b. Bagi Institusi, diharapkan dapat memberi masukan serta bahan
pertimbangan dalam merumuskan langkah-langkah strategis untuk
mengembangkan pembiayaan murabahah dalam rangka
meningkatkan pendapatan nasabah BMT Al-Jibaal Kota Tangerang
Selatan.
10
BAB II
KAJIAN TEORI DAN KERANGKA BERPIKIR
A. Kajian Teori
1. Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
a. Pengertian Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
Menurut M. Nur Rianto Al-Arif Baitul Mal wat Tamwil (BMT) atau
Balai Usaha Mandiri Terpadu adalah lembaga keuangan mikro yang
dioperasikan dengan prinsip bagi hasil, menumbuh kembangkan bisnis
usaha mikro dalam rangka mengangkat derajat dan martabat serta
membela kepentingan kaum fakir miskin, ditumbuhkan atas prakarsa
dan modal awal dari tokoh-tokoh masyarakat setempat dengan
berlandaskan pada sistem ekonomi yang salaam: keselamatan
(berintikan keadilan), kedamaian, dan kesejahteraan. BMT sesuai
namanya terdiri dari dua fungsi utama, yaitu:
1. Baitul tamwil (rumah pengembangan harta), melakukan
pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil dengan
antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonomi.
2. Baitulmal (rumah harta), menerima titipan dana zakat, infak, dan
sedekah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai dengan
peraturan dan amanahnya.
Secara harfiah baitulmal berarti rumah dana dan baitut tamwil
berarti rumah usaha. Baitulmal dikembangkan berdasarkan sejarah
perkembangannya, yakni dari masa Nabi sampai dengan pertengahan
perkembangan Islam, di mana baitulmal berfungsi untuk
mengumpulkan sekaligus menasyarufkan dana sosial. Sedangkan baitut
tamwil merupakan lembaga bisnis yang bermotif laba.8 Menurut
Muhamad Ridwan, Baitul Mal adalah rumah dana. Sedangkan Baitut
8 M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, h. 377.
11
Tamwil adalah rumah usaha. Kedua makna tersebut memiliki makna
yang berbeda. Baitul Mal sebagai lembaga yang berorientasi sosial atau
non profit yakni sebagai Lembaga Amil Zakat (LAZ). Adapun Baitut
Tamwil mempunyai arti yang bersifat profit. Batut Tamwil melakukan
kegiatan pengembangan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas ekonomi pengusaha mikro dan kecil antara lain
dengan mendorong kegiatan menabung dan menunjang pembiayaan
ekonominya.9
Sebagai lembaga sosial, baitulmal memiliki kesamaan fungsi dan
peran dengan lembaga amil zakat (LAZ), oleh karenanya baitulmal ini
harus didorong agar mampu berperan secara profesional menjadi LAZ
yang mapan. Sementara sebagai lembaga bisnis, BMT lebih
mengembangkan usahanya pada sektor keuangan, yakni simpan pinjam.
Baitulmal wat Tamwil (BMT) adalah balai usaha mandiri terpadu yang
isinya berintikan bayt al-mal wa al-tamwil dengan kegiatan
mengembangkan usaha-usaha produktif dan investasi dalam
meningkatkan kualitas kegiatan ekonomi pengusaha kecil bawah dan
kecil dengan antara lain mendorong kegiatan menabung dan menunjang
pembiayaan kegiatan ekonominya. Selain itu, baitul mat wat tamwil
juga bisa menerima titipan zakat, infak, dan sedekah serta menyalurkan
sesuai dengan peraturan dan amanatnya.10
Dari pengertian dan penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan
suatu pengertian Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) yaitu lembaga atau
organisasi keuangan mikro yang bisa berperan dalam bidang bisnis dan
juga sosial, yang artinya BMT dapat dijadikan Baitul mal yaitu rumah
harta dimana BMT menerima titipan dana zakat, infak dan sedekah
serta mengelola distribusiannya sesuai dengan peraturan dan
amanahnya dan BMT dapat dijadikan Baitul tamwil yaitu rumah
pengembangan harta dimana BMT mengembangkan usaha-usaha
9 Muhamad Ridwan, Sistem dan Prosedur Pendirian BMT. (Yogyakarta: Citra Media,
2006), h. 2. 10
Muhamad Ridwan, Sistem dan Prosedur Pendirian BMT, h. 378
12
produktif dan investasi dalam meningkatkan kualitas pengusaha mikro
dengan mendorong kegiatan menabung dan memberikan pembiayaan
menggunakan sistem ekonomi berbasis syariah yang mengutamakan
asas salaam yaitu asas keselamatan (keadilan), kedamaian, dan
kesejahteraan. Baitul Mal Wat Tamwil (BMT) memiliki prinsip untuk
mengangkat drajat dan martabat serta mengutamakan kepentingan
kaum fakir miskin
b. Dasar Hukum Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
BMT berazaskan Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945 serta
berlandaskan syariah Islam, keimanan, keterpaduan (kaffah),
kekeluargaan/koperasi, kebersamaan, kemandirian, dan
profesionalisme. Dengan demikian keberadaan BMT menjadi
organisasi yang sah dan legal.
Sebagai lembaga keuagan syariah, tentunya berpegang teguh pada
prinsip-prinsip syariah. Secara Hukum BMT berpayung pada koperasi
tetapi sistim operasionalnya tidak jauh berbeda dengan Bank Syari’ah
sehingga produk-produk yang berkembang dalam BMT seperti apa
yang ada di Bank Syari’ah.
Sedangkan bank syariah mempunyai landasan yuridis berupa
undang-undang tentang perbankan syariah yakni UU No. 21 tahun 2008
tentang perbankan syariah, sehingga lahirlah disitu legitimasi hukum
yang kuat sebagai naungannya. Oleh karena berbadan hukum koperasi,
maka BMT harus tunduk pada Undang-undang Nomor 25 tahun 1992
tentang Perkoperasian dan PP Nomor 9 tahun 1995 tentang pelaksanaan
usaha simpan pinjam oleh Koperasi.11
Juga dipertegas oleh KEP.MEN
Nomor 91 tahun 2004 tentang Koperasi Jasa keuangan syari’ah.12
Undang-undang tersebut sebagai payung berdirinya BMT (Lembaga
11
Undang-Undang No. 17 Tahun 2012 tentang Perkoperasian telah dibatalkan oleh
Mahkamah Konstitusi pada tanggal 28 Mei 2014 pukul 09.30 WIB oleh Ketua Majelis Hakim
sekaligus Ketua Mahkamah Konstitusi Hamdan Zoelva, sehingga sebagai konsekuensi logis
kembali pada Undang-Undang No. 25 Tahun 1992 tentang Koperasi. 12
Lihat penjelasan atas pasal 1 Undang-Undang Nomor 91 Tahun 2004 Petunjuk
Pelaksanaan Kegiatan Usaha Koperasi Jasa Keuangan Syariah
13
Keuangan Mikro Syari’ah). Meskipun sebenarnya tidak terlalu sesuai
karena simpan pinjam dalam koperasi khusus diperuntukkan bagi
anggota koperasi saja, Koperasi sendiri merupakan bentuk badan usaha
yang relatif lebih dekat untuk BMT, tetapi menurut Undang Undang
Perkoperasian kegiatan menghimpun dana simpanan terbatas hanya dari
para anggotanya.13
Pasal 44 ayat (1) U.U. No. 25 Tahun 1992 mengatur
bahwa koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkannya melalui
kegiatan usaha simpan pinjam dari dan untuk anggota koperasi yang
bersangkutan, atau koperasi lain dan/atau anggotanya. Menurut pasal 16
ayat (1) Undang Undang Nomor 10 tahun 1998, kegiatan menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan hanya dapat dilakukan
oleh Bank Umum atau BPR, kecuali apabila kegiatan itu diatur dengan
undang-undang tersendiri. Sebagaimana juga yang tercantum dalam
pasal 46 UU tersebut, BMT seharusnya mendapatkan sanksi karena
menjalankan usaha perbankan tanpa izin usaha. Namun di sisi lain,
keberadaan BMT di Indonesia justru mendapatkan dukungan dari
pemerintah, dengan diluncurkan sebagai Gerakan Nasional pada tahun
1994 oleh Presiden. Badan hukum BMT hingga saat ini yang
memungkinkan adalah berbetuk KJKS atau Koperasi Jasa Keuangan
Syariah.
Prosedur perijinannya diajukan melalui Dinas Koperasi setempat
berdasarkan aturan dari Dinas Perokoperasian di wilaya dimana BMT
tersebut akan didirikan. Adapun BMT yang telah memiliki Badan
Hukum Koperasi, untuk menjadi KJKS tinggal melaporkan ke pihak
Dinas Koperasi, setelah sebelumnya melakukan perubahan menjadi
KJKS dalam Rapat Anggota Tahunan.
c. Fungsi Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
Dalam perekonomian Baitul Mal wat Tamwil (BMT) harus mampu
berfungsi sebagai :
13
Lihat penjelasan atas pasal 44 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian
14
1. Mengidentifikasi, memobilisasi, mengorganisasi, mendorong dan
mengembangkan potensi serta kemampuan potensi ekonomi
anggota, kelompok anggota muamalat (pokusma) dan daerah
kerjanya.
2. Meningkatkan kualitas SDM anggota dan pokusma menjadi lebih
profesional dan islami sehingga semakin utuh dan tangguh dalam
menghadapi persaingan modal.
3. Menggalang dan memobilisasi potensi masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan anggota.
4. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary) antara
agninya sebagai shohibul maal dengan du’afa sebagai mudhorib,
terutama untuk dana-dana sosial seperti zakat, infaq, sedekah,
wakaf, hibah, dll.
5. Menjadi perantara keuangan (financial intermediary), antara
pemilik dana (shohibul maal), baik sebagai pemodal maupun
penyimpan dengan pengguna dana (mudhorib) untuk
pengembangan usaha produktif.14
Sifat BMT, yaitu memiliki usaha bisnis yang bersifat mandiri yang
ditumbuh kembangkan dengan swadaya dan dikelola secara
professional serta berorientasi untuk kesejahteraan anggota dan
masyarakat lingkungannya.15
d. Peran Baitul Mal wat Tamwil (BMT)
Keberadaan BMT setidaknya harus memiliki beberapa peran, yaitu:
1. Menjauhkan masyarakat dari praktik ekonomi nonsyariah. Aktif
melakukan sosialisasi di tengah masyarakat tentang arti pentingnya
sistem ekonomi Islam. Hal ini bisa dilakukan dengan pelatihan-
pelatihan mengenai cara-cara transaksi yang Islami, misalnya bukti
transaksi, dilarang mencurangi timbangan, jujur terhadap
konsumen, dan sebagainya.
14
Muhamad Ridwan, Manajemen Baitul Maal wa Tamwil, (Yogyakarta:UII Press
Yogyakarta, 2004), h. 131. 15
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, h. 380.
15
2. Melakukan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT harus
bersikap aktif menjalankan fungsi sebagai lembaga keuangan
mikro, misalnya dengan jalan pendampingan, pembinaan,
penyuluhan, dan pengawasan terhadap usaha-usaha nasabah atau
masyarakat umum.
3. Melepaskan ketergantungan pada rentenir, masyarakat yang masih
tergantung rentenir disebabkan rentenir mampu memenuhi
keinginan masyarakat dalam memenuhi dana dengan segera. Maka
BMT harus mampu melayani masyarakat lebih baik, misalnya
tersedia dana setiap saat, birokrasi yang sederhana, dan lain
sebagainya.
4. Menjaga keadilan ekonomi masyarakat dengan distribusi yang
merata. Fungsi BMT langsung berhadapan dengan masyarakat
yang kompleks dituntut harus pandai bersikap, oleh karena itu
langkah-langkah untuk melakukan evaluasi dalam rangka pemetaan
skala prioritas yang harus diperhatikan, misalnya dalam masalah
pembiayaan, BMT harus memperhatikan kelayakan nasabah dalam
hal golongan nasabah dan jenis pembiayaan.16
e. Prinsip-prinsip utama BMT
1. Keimanan dan ketakwaan pada Allah SWT. Dengan
mengimplementasikan prinsip-prinsip syariah dan muamalah Islam
ke dalam kehidupan nyata.
2. Keterpaduan (kaffah) di mana nilai-nilai spiritual berfungsi
mengarahkan dan menggerakan etika dan moral yang dinamis,
proaktif progesif, adil, dan berakhlak mulia.
3. Kekeluargaan (kooperatif).
4. Kebersamaan.
5. Kemandirian.
6. Profesionalisme, dan
16
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, h. 379.
16
7. Istiqamah, konsisten, kontinuitas/berkelanjutan tanpa henti dan
tanpa putus asa. Setelah mencapai suatu tahap, maju ke tahap
berikutnya, dan hanya kepada Allah berharap.17
f. Ciri-ciri utama BMT
1. Berorientasi bisnis, mencari laba bersama, meningkatkan
pemanfaatan ekonomi paling banyak untuk anggota dan
lingkungannya;
2. Bukan lembaga sosial, tetapi dapat dimanfaatkan untuk
mengefektifkan penggunaan zakat, infak, dan sedekah bagi
kesejahteraan orang banyak;
3. Ditumbuhkan dari bawah berlandaskan peran serta masyarakat di
sekitarnya;
4. Milik bersama masyarakat kecil dan bawah dari lingkungan BMT
itu sendiri, bukan milik orang seorang atau orang dari luar
masyarakat itu.
g. Ciri-ciri khusus BMT
1. Staf dan karyawan BMT bertindak aktif, dinamis, berpandangan
produktif, tidak menunggu, tetapi menjemput nasabah, baik sebagai
penyetor dana maupun sebagai penerima pembiayaan usaha;
2. Kantor dibuka dalam waktu tertentu dan ditunggui oleh sejumlah
staf yang terbatas karena sebagian besar staf harus bergerak di
lapangan untuk mendapatkan nasabah penyetor dana, memonitor,
dan mensupervisi usaha nasabah;
3. BMT mengadakan pengajian rutin secara berkala yang waktu dan
tempatnya, biasanya di madrasah, masjid, atau mushalah,
ditentukan sesuai dengan kegiatan nasabah dan anggota BMT.
Setelah pengajian biasanya dilanjukan dengan perbincangan bisnis
dari para nasabah BMT.
4. Manajemen BMT diselenggarakan secara professional dan Islami,
di mana:
17
Muhamad Ridwan, Manajemen Bitul Maal wa Tamwil, h. 130.
17
a) Administrasi keuangan, pembukuan, dan prosedur ditata dan
dilakasanakan dengan akuntansi sesuai dengan standar
akuntansi Indonesia yang disesuaikan dengan prinsip-prinsip
syariah.
b) Aktif, menjemput bola, beranjangsana, berprakarsa, proaktif,
menemukan masalah dengan tajam dan menyelesaikan
masalah dengan bijak, bijaksana, yang memenangkan semua
pihak.
c) Berpikir, bersikap dan berprilaku ahsanu amala (service
excellence).
Berdasarkan uraian-uraian diatas dapat dilihat bahwa tata kerja
BMT harus dirumuskan secara sederhana, sehinggga mudah untuk
didirikan dan ditangani oleh para nasabah yang sebagian besar
berpendidikan rendah.Aturan dan mekanisme kerjanya dibuat dengan
lentur, efesien, dan efektif sehingga memudahkan nasabah untuk
memanfaatkan fasilitasnya.18
BMT mempunyai beberapa komitmen yang harus dijaga supaya
konsisten terhadap perannya, komitmen tersebut adalah :
1. Menjaga nilai-nilai syariah dalam operasi BMT. Dalam operasinya
BMT bertanggung jawab bukan saja terhadap nilai ke-Islaman
secara kelembagaan, tetapi juga nilai-nilai ke-Islaman di
masyarakat di mana BMT itu berada. Maka setidaknya BMT
memiliki majelis taklim atau kelompok pengajian.
2. Memperhatikan permasalahan-permasalahan yang berhubungan
dengan pembinaan dan pendanaan usaha kecil. BMT tidak menutup
mata terhadap masalah nasabahnya, tidak saja dalam aspek
ekonomi, tetapi aspek kemasyarakatan nasabah yang lainnya. maka
BMT setidaknya memiliki biro konsultasi bagi masyarakat bukan
hanya berkaitan dengan masalah pendanaan atau pembiayaan,
tetapi juga masalah kehidupan sehari-hari mereka.
18
Muhamad Ridwan, Manajemen Bitul Maal wa Tamwil, h. 378.
18
3. Meningkatkan profesionalitas BMT dari waktu ke waktu. Tuntutan
ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan untuk menciptakan
BMT yang mampu membantu kesulitan ekonomi masyarakat.
Maka setiap BMT dituntut mampu meningkatkan SDM dengan
melalui pendidikan dan pelatihan.
4. Ikut terlibat dalam memelihara kesinambungan usaha masyarakat.
Keterlibatan BMT di dalam kegiatan ekonomi masyarakat akan
membantu konsistensi masyarakat dalam memegang komitmen
sebagai seorang nasabah.19
h. Asas dan Prinsip Dasar BMT
BMT didirikan dengan berasaskan pada masyarakat yang salaam, yaitu
penuh keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan. Prinsip dasar BMT,
adalah:
1. Ahsan (mutu hasil kerja terbaik), thayyiban (terindah), ahsanu
„amala (memuaskan semua pihak), dan sesuai dengan nilai-nilai
salaam: keselamatan, kedamaian, dan kesejahteraan.
2. Barakah, artinya berdaya guna, berhasil guna, adanya penguatan
jaringan, transparan (keterbukaan), dan bertanggung jawab
sepenuhnya kepada masyarakat.
3. Spiritual communication (penguatan nilai ruhiyah).
4. Demokratis, partisipatif, dan inklusif.
5. Keadilan sosial dan kesetaraan jender, non diskriminatif.
6. Ramah lingkungan.
7. Peka dan bijak terhadap pengetahuan dan budaya lokal, serta
keanekaragaman budaya.
8. Keberlanjutan, memberdayakan masyarakat dengan
meningkatkan kemampuan diri dan lembaga masyarakat lokal.
BMT bersifat terbuka, independen, tidak partisan, berorientasi pada
pengembangan tabungan dan pembiayaan untuk mendukung bisnis
19
Heri Sudarsono, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, h. 105.
19
ekonomi yang produktif bagi anggota dan kesejahteraan sosial
masyarakat sekitar, terutama usaha mikro dan fakir miskin.
Fungsi BMT di masyarakat, adalah untuk :
1. Meningkatkan kualitas SDM anggota, pengurus, dan
pengelola menjadi lebih professional, salaam (selamat,
damai, sejahtera), dan amanah sehingga semakin utuh dan
tangguh dalam berjuang dan berusaha (beribadah)
menghadapi tantangan global.
2. Mengorganisir dan memobilisasi dana, sehingga dana yang
dimiliki oleh masyarakat dapat termanfaatkan secara optimal
di dalam dan di luar organisasi untuk kepentinga rakyat
banyak.
3. Mengembangkan kesempatan kerja.
4. Mengukuhkan dan meningkatkan kualitas usaha dan pasar
produk-produk anggota.
5. Memperkuat dan meningkatkan kualitas lembaga-lembaga
ekonomi dan sosial masyarakat banyak.20
i. Kegiatan Usaha BMT
Baitulmal Wat Tamwil merupakan lembaga keuangan mikro
syariah. Sebagai lembaga keuangan BMT tentu menjalankan fungsi
menghimpun dana dan menyalurkannya. Cara kerja dan perputaran
dana BMT secara sederhana dapat digambarkan pada Gambar 16.1.
berdasarkan gambar 16.1., dapat dilihat bagaimana perguliran dana
BMT. Pada awalnya dana BMT diharapkan diperoleh dari para pendiri,
berbentuk simpanan pokok khusus. Sebagai anggota biasa, para pendiri
juga membayar simpanan pokok, simpanan wajib, dan jika ada
kemudahan simpanan sukarela. Dari modal para pendiri ini dilakukan
investasi untuk membiayai pelatihan pengelola, mempersiapkan kantor
dengan peralatannya, serta perangkat administrasi. Selama belum
memiliki penghasilan yang memadai, tentu saja modal perlu juga untuk
20
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, h. 385.
20
menalangi pengeluaran biaya harian yang diperhitungkan secara
bulanan, biasa disebut dengan biaya operasional BMT. Selain modal
dari para pendiri, modal dapat juga berasal dari lembaga-lembaga
kemasyarakatan seperti yayasan, kas masjid, BAZ, LAZ, dan lain-lain.
Untuk menambah dana BMT, para anggota biasa menyimpan
simpanan pokok, simpanan wajib, dan jika ada kemudahan juga
simpanan sukarela yang semuanya itu akan mendapatkan bagi hasil dari
keuntungan BMT. Mengenai bagaimana caranya BMT mampu
membayar bagi hasil kepada anggota, khususnya anggota yang
menyimpan simpanan sukarela maka BMT harus memiliki pemasukan
keuntungan dari hasil usaha pembiayaan berbentuk modal kerja yang
diberikan kepada para anggota, kelompok usaha anggota (Pokusma),
pedagang ikan, buah, pedagang asongan, dan sebagainya. Karena itu
pengelola BMT harus menjemput bola dalam membina anggota
pengguna dana BMT agar mereka beruntung cukup besar, dan
karenanya BMT juga akan memperoleh untung yang cukup besar pula.
Dari keuntungan itulah BMT dapat menanggung biaya operasional
dalam bentuk gaji pengelola dan karyawan BMT lainnya, biaya listrik,
telepon, air, peralatan komputer, biaya operasional lainnya, dan
membayar bagi hasil yang memadai dan memuaskan para anggota
penyimpan sukarela.
21
Gambar 2.1
Cara Kerja Perputaran Dana BMT
Di Buku M Nur Rianto Dasar-Dasar Ekonomi Islam
Sumber: M. Nur Rianto, Cara Kerja Perputaran Dana BMT. Hal 390.
Dalam menjemput bola tersebut, pengelola BMT harus mampu
menjelaskan dengan menarik minat anggota atau calon anggota untuk
menyimpan simpanan sukarelanya dalam jumlah yang besar, semisal
Rp 100.000,-; Rp 500.000,-; Rp 1.000.000,-; sampai dengan RP
10.000.000,-; atau lebih, dengan menunjukkan kemungkinan
pembiayaan atau pinjaman untuk kegiatan usaha pengusaha kecil yang
menguntungkan itu, kelayakannya, tingkat keuntungannya, dan juga
dengan alasan jika menyimpan di BMT dananya akan aman dan
bermanfaat bagi masyarakat, lebih menguntungkan dengan prinsip bagi
hasil dan bebas dari unsur riba. Dalam menjamin dananya, BMT
22
umumnya menggunakan analisis kelayakan usaha dan jaminan
(collateral).21
2. Peran
a. Definisi Peran
Istilah “peran” kerap diucapkan banyak orang. Sering kita
mendengar kata peran diartikan dengan posisi atau kedudukan
seseorang. Atau “peran” dikaitkan dengan “apa yang dimainkan” oleh
seorang aktor dalam suatu drama. Mungkin tak banyak tahu, bahwa
kata “peran”, atau role dalam bahasa inggrisnya, memang diambil dari
dramaturgy atau seni teater. Dalam seni teater seorang aktor diberi
peran yang harus dimainkan sesuai dengan plot atau alur ceritanya, dan
dengan macam-macam lakonnya. Lebih jelasnya kata “peran” atau
“role” dalam kamus Oxford dictionary diartikan: Actor‟s part; one‟s
task of funcion. Yang berarti aktor; tugas seseorang atau fungsi.22
Istilah peran dalam “Kamus Besar Bahasa Indonesia” mempunyai
arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada permainan makyong,
perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
berkedudukan pada peserta didik.23
Ketika istilah peran digunakan dalam lingkungan pekerjaan, maka
seseorang yang diberi (atau mendapatkan) sesuatu posisi, juga
diharapkan menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan
oleh pekerjaan tersebut. Harapan mengenai peran seseorang dalam
posisinya, dapat dibedakan atas harapan dari si pemberi tugas dan
harapan dari orang yang menerima manfaat dari pekerjaan/posisi
tersebut
21
M. Nur Rianto Al-Arif, Dasar-Dasar Ekonomi Islam, h. 390. 22
The New Oxford Illustrated Dictionary, (Oxford University Press, 1982), h. 1466 23
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai
Pustaka, 2005), h. 854
23
b. Aspek-Aspek Peran
Biddle dan Thomas membagi peristilahan dalam teori peran dalam
empat golongan, yaitu:24
a) Orang- orang yang mengambil bagian dalam interaksi sosial
(Orang yang Berperan)
Berbagai istilah tentang orang- orang dalam teori peran.
Orang- orang yang mengambil bagian dalm interaksi sosial
dapat dibagi dalam dua golongan sebagai berikut:
1. Aktor atau pelaku, yaitu orang yang sedang berprilaku
menuruti suatu peran tertentu.
2. Target (sasaran) atau orang lain, yaitu orang yang
mempunyai hubungan dengan aktor dan perilakunya.25
b) Perilaku yang muncul dalam interaksi tersebut (Perilaku dalam
Peran)
Biddle dan Thomas membagi lima indikator tentang
perilaku dalam kaitanya dengan peran sebagai berikut:
1. Harapan tentang peran (expectation)
2. Norma (norm)
3. Wujud perilaku dalam peran (performance)
4. Penilaian (evaluation) dan sanksi (sanction)26
c) Kedudukan orang- orang dalam perilaku
Kedudukan adalah sekumpulan orang yang secara
bersamasama (kolektif) diakui perbedaannya dari kelompok-
kelompok yang lain berdasarkan sifat- sifat yang mereka miliki
bersama, perilaku yang sama- sama mereka perbuat, dan reaksi
orangorang lain terhadap mereka bersama. Ada tiga faktor yang
mendasari penempatan seseorang dalam posisi tertentu, yaitu:27
24
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori- Teori Psikologi Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2015),
h. 215 25
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori- Teori Psikologi Sosial, h. 216 26
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori- Teori Psikologi Sosial, h. 218-220 27
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori- Teori Psikologi Sosial, h. 222-223
24
1. Sifat- sifat yang dimiliki bersama seperti jenis kelamin,
suku bangsa, usia atau ketiga sifat itu sekaligus. Semakin
banyak sifat yang dijadikan dasar kategori kedudukan,
semakin sedikit orang yang dapat ditempatkan dalam
kedudukan itu.
2. Perilaku yang sama seperti penjahat (karena perilaku jahat),
olahragawan, atau pemimpin. Perilaku ini dapat diperinci
lagi sehingga kita memperoleh kedudukan yang lebih
terbatas. Selain itu, penggolongan kedudukan berdasarkan
perilaku ini dapat bersilang dengan penggolongan
berdasarkan sifat, sehingga membuat kedudukan semakin
eksklusif.
3. Reaksi orang terhadap mereka.
d) Kaitan antara orang dan perilaku
Biddle dan Thomas mengemukakan bahwa kaitan
(hubungan) yang dapat dibuktikan atau tidak adanya dan dapat
diperkirakan kekuatannya adalah kaitan antara orang dengan
perilaku dan perilaku dengan perilaku. Kaitan antara orang
dengan orang dalam teori peran ini tidak banyak dibicarakan.
Kriteria untuk menetapkan kaitan- kaitan tersebut di atas
diantaranya yaitu:28
1. Kriteria Kesamaan
2. Derajat Saling Ketergantungan
3. Gabungan antara Derajat Kesamaan dan Saling
Ketergantungan
3. Pengertian Pembiayaan
Sebagaimana Veitzal Rivai dan Adrian Permata Veitzal mengatakan
bahwa:
Istilah pembiayaan pada intinya berarti I believe, I trust “saya
percaya” atau saya menaruh kepercayaan. Perkataan pembiayaan yang
28
Sarlito Wirawan Sarwono, Teori- Teori Psikologi Sosial, h. 226-229
25
artinya kepercayaan (trust), berarti lembaga pembiayaan selaku
shohibul maal menaruh kepercayaan kepada seseorang untuk
melaksanakan amanah yang diberikan.29
Sedangkan kredit tidak jauh berbeda dengan pembiayaan, perkataan
kredit berasal dari bahasa latin Credo yang berarti “ saya percaya” yang
merupakan kombinasi dari bahasa sangsekerta Cred yang artinya
“kepercayaan” dan bahasa latin “do” yang berarti “saya tempatkan”. Atas
dasar kepercayaan kepada seseorang yang memerlukannya maka diberikan
uang, barang atau jasa dengan syarat membayar kembali atau memberi
penggantinya dalam waktu yang telah diperjanjikan.30
Pengertian kredit menurut UU 10/2008 tentang perbankan pasal 1
angka 11 adalah: penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan
dengan itu, berdasarkan persatuan atau kesepakatan pinjam-meminjam
antara bank dan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk
melunasi hutangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian
bunga.31
Menurut Kasmir dalam bukunya Bank dan Lembaga Keuangan
Lainnya pembiayaan adalah;
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayaai untuk mengembalikan
uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan
imbalan atau bagi hasil, dengan kata lain pembiayaan yaitu
penyediaan uang yang telah diperjanjikan atau disepakati antara kedua
belah pihak dan mengembalikan dengan imbalan ataupun bagi
hasil.”32
29
H. Veitzal Rivai dan Andria Permata Veitzal, Islamic Financial Management, Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2008, h. 3 30
Iswi haryani, Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet, PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2010, h. 9 31
Iswi haryani, Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet, 2010, h. 11 32
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, 2002.h. 92
26
Melihat dari berbagai pengertian diatas bahwasannya pembiayaan dan
kredit memiliki kesamaan yaitu suatu kepercayaan yang diberikan
oleh “Shohibul maal” pemilik dana untuk memberikan dana, barang atau
jasa dan mengembalikan uang atau tagihan setelah jangka waktu tertentu
dengan imbalan yang telah diperjanjikan atau disepakati antara kedua
belah pihak dan mengembalikan dengan imbalan bunga ataupun bagi hasil.
a. Tujuan dan Fungsi Pembiayaan
Tujuan dari pembiayaan merupakan bagian dari tujuan lembaga
keuangan sebagai perusahaan, yaitu memperoleh keuntungan bagi
kesejahteraan nasabahanya.33
Menurut Muhammad tujuan pembiayaan
dibedakan menjadi dua yaitu secara makro dan mikro, secara makro
pembiayaan bertujuan untuk;
1) Peningkatan ekonomi umat,
2) Tersedianya dana bagi peningkatan usaha,
3) Meningkatkan produktifitas,
4) Membuka lapangan keja baru,
5) Terjadinya distribusi pendapatan.
Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan bertujuan untuk;
1) Upaya memaksimalkan laba,
2) Upaya meminimalkan resiko,
3) Pendayagunaan sumber ekonomi,
4) Penyaluran kelebihan dana.34
Adapun fungsi dari pembiayaan diantaranya;
1) Meningkatkan daya guna uang,
2) Meningkatkan daya guna barang,
3) Meningkatkan peredaran uang,
4) Menimbulkan gairah berusaha,
5) Stabilitas ekonomi,
6) Sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional.35
33
Zainul Arifin, Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, edisi revisi, (Azkia Publisher,
Jakarta, 2008), h.245 34
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta, UPP, AMP. YKPN.
h.17
27
b. Unsur-unsur dan Manfaat Pembiayaan
Adapun unsur-unsur pembiayaan menurut Kasmir sebagai
berikut;
1) Kepercayaan
Yaitu suatu keyakinan pemberi pembiayaan bahwa
pembiayaan yang diberikan akan benar-benar diterima kembali
dimasa tertentu dimasa mendatang.
2) Kesepakatan
Kesepakatan ini dituangkan didalam suatu perjanjian dimana
masing-masing pihak menandatangani hak dan kewajibannya.
Sepakat penyaluran pembiayaan dituangkan dalam akad
pembiayaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak, yaitu
BMT (koperasi) dan anggotanya.
3) Jangka Waktu
Setiap pembiayaan yang diberikan mempunyai jangka waktu
tertentu sesuai dengan kesepakatan. Jangka waktu ini mencakup
masa pengembalian pembiayaan yang telah disepakati. Hamper
dapat dipastikan bahwa tidak ada pembiayaan yang tidak
memiliki jangka waktu.
4) Resiko
Dalam memberikan pembiayaan kepada pengusaha tidak
selamanya bank mengalami keuntungan, bank juga bias
mengalami suatu resiko kerugian. Resiko ini muncul karena ada
tenggang waktu pengembalian (jangka waktu). Semakin panjang
waktu suatu pembiayaan maka semakin besar resiko tidak
tertagih, demikian pula sebaliknya.
35
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah, Yogyakarta, UPP, AMP. YKPN.
h.19
28
5) Balas jasa
Merupakan keuntungan atas pemberian suatu pembiayaan
atau jasa tersebut yang kita kenal dengan margin (bagi hasil).36
Berdasarkan unsur tersebut diatas membuktikan bahwa pada
dasarnya pembiayaan merupakan pemberian kepercayaan dan berarti
pula prestasi yang diberikan benar-benar diyakini dapat dikembalikan
oleh penerima pembiayaan sesuai dengan jangka waktu dan syarat
yang telah disepakati oleh semua pihak.
Manfaat yang diperoleh dari pembiayaan yang diberikan oleh
BMT antaralain;
1) Manfaat pembiayaan ditinjau dari sudut kepentingan debitur.
Dengan adanya pembiayaan dari BMT akan terpenuhi
kebutuhan dana dan modal dalam melaksanakan suatu usaha.
2) Manfaat pembiayaan ditinjau dari kepentingan masyarakat luas.
Pembiayaan dari BMT dapat meningkatkan pendapatan dan
pemerataan pendapatan masyarakat. Selain itu dengan
menyimpan dana di BMT masyarakat berharap dana yang
disimpan kembali utuh dan aman. Masyarakat akan sangat
diuntungkan karena membantu memperoleh faktor-faktor
produksi dengan mudah dan cepat.37
c. Jenis-jenis dan Kolektibilitas Pembiayaan
Sesuai dengan akad pengembangan produk, maka bank syariah
memiliki banyak jenis pembiayaan. Jenis pembiayaan pada dasarnya
dapat dikelompokan menurut beberapa aspek yaitu;
1) Pembiayaan Modal Kerja
a) Pembiayaan Modal Kerja Syariah
Secara umum, yang dimaksud dengan Pembiayaan Modal
Kerja (PMK) Syariah adalah pembiayaan jangka pendek yang
36
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. h.94 37
Emi Nurhayati, Pelaksanaan Pengawasan Murabahah sebagai Upaya Meminimalkan
Pembiayaan Bermasalah di BMT Syariah Pare Kediri, Skripsi Fakultas Ekonomi, Malang, 2010,
h. 23
29
diberikan kepada perusahaan untuk membiayai kebutuhan
modal usahanya berdasarkan prinsip syariah.38
b) Pembiayaan Konsumtif
Yaitu pembiayaan yang dimaksudkan untuk melakukan
investasi atau pengadaan barang konsumtif.39
2) Pembiayaan Menurut Jangka Waktu dibedakan menjadi;
a) Pembiayaan jangka waktu pendek, pembiayaan yang dilakukan
dengan waktu 1 bulan sampai 1 tahun
b) Pembiayaan jangka waktu menengah, pembiayaan yang
dilakukan dengan waktu 1 tahun sampai 3 tahun.
c) Pembiayaan jangka waktu panjang, pembiayaan yang
dilakukan lebih dari 3 tahun.40
Secara umum kolektibilitas pembiayaan dikategorikan menjadi
lima macam, yaitu;
1) Lancar atau kolektibilitas 1
2) Kurang lancar atau kolekPtibilitas 2
3) Diragukan atau kolektibilitas 3
4) Perhatian khusus atau kolektibilitas 4
5) Macet atau kolektibilitas 541
Adapun penjelasan dari kolektibilitas tersebut;
1) Lancar
Pembiayaan digolongkan lancar apabila memenuhi kriteria
sebagaiberikut;
a. Tidak terdapat tunggakan angsuran pokok
b. Terdapat tunggakan angsuran pokok tetapi tidak melampaui
satu bulan.
38
Adiwarman Karim, Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan, Edisi ke 2, PT Raja
Grafindo Persada. Jakarta. 2004. h.222 39
Muhammad, Manajemen Pembiayaan Bank Syariah. h.22 40
Muchdarsyah Sinungan, Manajamen Dana Bank edisi dua, PT Bumi Aksara, Jakarta.
2000, h.216 41
Muhammad, Manajemen Bank Syariah. h. 312
30
2) Kurang lancar
Pembiayaan digolongkan kurang lancar apabila memenuhi
kriteria sebagai berikut;
a. Terdapat tunggakan angsuran pokok yang melampaui satu
bulan tetapi belum melampaui dua bulan.
b. Terdapat tunggakan bagi hasil/ profit margin.
3) Diragukan
Pembiayaan digolongkan diragukan apabila pembiayaan yang
bersangkutan tidak memenuhi kriteria lancar dan kurang lancar,
seperti tersebut pada kriteria lancar dan kurang lancar. Akan
tetapi pembiayaan masih dapat diselamatkan dan agunannya
sekurang-kurangnya 75% dari total pembiayaan.
4) Macet
Pembiayaan digolongkan macet apabila :
a. Tidak memenuhi kriteria lancar, kurang lancar dan diragukan
atau,
b. Memenuhi kriteria diragukan tersebut tetapi jangka waktu 21
bulan sejak digolongkan diragukan belum ada pelunasan atau
usaha penyelamatan.42
4. Tinjauan Umum Murabahah
a. Pengertian Murabahah
Secara etimologi, dalam kamus Al-Munjid Murabahah bermakna
kelebihan dan tambahan (keuntungan), yang berarti suatu penjualan
barang seharga barang tersebut ditambah dengan keuntungan yang
telah disepakati.43
Secara terminologi, para ulama terdahulu mendefinisikan
murabahah dengan jual beli dengan modal ditambahkan dengan
keuntungan yang telah diketahui.44
42
Muhammad, Manajemen Bank Syariah. h. 316 43
Isnawati Rais dan Hasanuddin, Fiqh Muamalat Dan Aplikasinya Pada LKS, (Jakarta:
UIN Syarif Hidayatullah, 2011), h. 87. 44
Isnawati Rais dan Hasanuddin, Fiqh Muamalat Dan Aplikasinya Pada LKS, h. 390
31
Menurut Undang-Undang Perbankan Syariah memberikan
penjelasan bahwa yang dimaksud dengan akad murabahah adalah
akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya
kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih
sebagai keuntungan yang disepakati.45
Pembiayaan murabahah adalah penyediaan dana atau tagihan oleh
Lembaga Keuangan Syariah untuk transaksi jual beli barang sebesar
harga pokok ditambah keuntungan berdasarkan kesepakatan dengan
nasabah yang harus membayar sesuai akad.46
Murabahah adalah pembiayaan-pembiayaan barang lokal ataupun
internasional. Pembiayaan ini dapat diaplikasikan untuk tujuan modal
kerja dan pembiayaan investasi baik jangka panjang maupun jangka
pendek. Bank mendapat keuntungan dari harga barang yang
dinaikan.47
Murabahah didefinisikan oleh paara fuquha penjualan biaya/harga
pokok (cost) barang tersebut ditambah dengan mark-up atau margin
keuntungan yang disepakati. Karakteristik murabahah adalah bahwa
penjual harus membeli tahu pembeli mengenai harga pembelian
produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada
biaya (cost) tersebut.48
Murabahah adalah istilah dalam fiqh Islam yang berarti suatu
bentuk jual beli tertentu ketika penjual menyatakan biaya perolehan
barang, meliputi harga barang dan biaya-biaya lain yang dikeluarkan
untuk memperoleh barang, meliputi harga barang, dan biaya-biaya
45
Penjelasan Pasal 19 ayat (1) huruf d UU Perbankan Syariah. 46
Burhanuddin S, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah, cet.1 (Yogyakarta: Graha
Ilmu, 2010), h. 72-73 47
Muhammad, Bank Syariah (Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan Ancaman),
Edisi kedua, (Yogyakarta: Ekonisia, 2006), h. 20. 48
Wiroso, Jual Beli Murabahah, (Yogyakarta: UII Press, Vol, 1. 2005), h. 13.
32
lain yang dikeluarkan untuk memperoleh barang tersebut, dan tingkat
keuntungan (margin) yang diinginkan.49
Murabahah adalah pembiayaan saling menguntungkan yang
dilakukan oleh shahibul mal dengan pihak yang membutuhkan melalui
transaksi jual beli dengan penjelasan bahwa harga pengandaan barang
dan harga jual terdapat nilai lebih yang merupakan keuntungan atau
laba bagi shahibul mal dan pengembaliannya dilakukan secara tunai
atau angsur.50
Menurut Adiwarman A. Karim, murabahah adalah akad jual beli
barang dengan menyatakan harga pokok (modal) dan keuntungan
(margin) yang disepakati oleh penjual dan pembeli.51
Margin
keuntungan merupakan selisih harga jual dikurangi harga asal yang
merupakan pendapatan atau keuntungan bagi penjual, akad ini
merupakan salah satu bentuk, karena dalam murabahah ditentukan
beberapa rate of profit-nya (keuntungan yang ingin diperoleh).52
Murabahah adalah satu jenis jual beli yang dibenarkan oleh
syariah dan merupakan implementasi muamalat tijariah (interaksi
bisnis).53
Sehingga dapat disimpulkan bahwa murabahah adalah akad jual
beli dimana penjual memberikan harga sudah termasuk harga pokok
(modal) ditambah dengan harga keuntungan (margin) kepada pembeli
dan keduanya menyepakati akad tersebut sehingga akad tersebut sah.
Pada murabahah, penyerahan barang dilakukan pada saat
transaksi sementara pembayarannya dilakukan secara tunai, tangguh
ataupun dicicil. Untuk pembayaran secara cicilan, di Malaysia lebih
dikenal dengan istilah BBA (Bai‟ Bistaman„Ajil). Secara istilah,
49
Ascarya, Akad dan Produk Bank Syariah (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2007), h.
81. 50
Pasal 20 Ayat (6) Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah (KHES) 51
A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: raja Grafindo
Persada, Vol. 3. 2004), h. 113. 52
A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 113. 53
Ah. Lathif Azharuddin, Fiqh Muamalat (Jakarta: UIN Jakarta Press, cet, 1. 2005) h. 118.
33
sebenarnya transaksi yang dilakukan dengan pembayaran tangguh
disebut bai al-muajjal, sedangkan dicicil disebut bai; al-ta‟jil.54
Ketentuan yang harus dipenuhi dalam jual beli murabahah meliputi
hal-hal berikut:
a. Jual beli murabahah harus dilakukan atas barang yang telah
dimiliki/hak kepemilikan telah berada ditangan penjual. Artinya
bahwa keuntungan dan risiko barang tersebut ada pada penjual
sebagai kosekuensi dari kepemilikan yang timbul dari akad yang
sah.
b. Adanya kejelasan informasi mengenai besarnya modal (harga
pembelian/kulakan) dan biaya-biaya lain yang lazim dikeluarkan
dalam jualbeli (capital outlay) pada suatu komoditi, semuanya
harus diketahui oleh pembeli saat akad dan ini merupakan salah
satu syarat sah murabahah.
c. Ada informasi yang jelas tentang keuntungan baik nominal
maupun persentase sehingga diketahui oleh pembeli sebagai salah
satu syarat sah murabahah.
d. Dalam sistem murabahah, penjual boleh menetapkan syarat
kepada pembeli untuk menjamin kerusakan yang tidak tampak
pada barang, tetapi lebih baik syarat seperti itu tidak ditetapkan,
karena pengawasan barang merupakan kewajiban penjual untuk
menjaga kepercayaan.
e. Transaksi pertama (antara penjual dan pembeli pertama) haruslah
sah, jika tidak sah maka tidak boleh jual beli secara murabahah
(antara pembeli pertama yang menjadi penjual kedua dengan
pembeli murabahah), karena murabahah adalah jual beli dengan
54
Zulkifli Sunarto, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim.
2003), h. 39.
34
harga pertama disertai tambahan keuntungan.55
Berdasarkan
Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI Nomor: 04/DSN-MUI/IV/2000) tentang murabahah, pada
bagian pertama tentang ketentuan umum murabahah dalam bank
syariah:
1) Melakukan akad murabahah yang bebas riba.
2) Barang yang diperjual belikan tidak diharamkan oleh syariah
Islam.
3) Membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang
telah disepakati kualifikasinya.
4) Bank membeli barang yang dibutuhkan oleh nasabah atas nama
bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas dengan riba.
5) Bank harus menyampaikan semuanya yang berkaitan dengan
pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang.
6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah
(pemesan) dengan harga jual senilai dengan harga beli plus
ditambah keuntungannya. Dalam hal ini bank harus
memberitahukannya secara jujur harga pokok barang kepada
nasabah berikut biaya yang diperlukan.56
Secara konsep bank syariah dapat menjalankan usaha
supermarket atau perdagangan yang dijalankan dengan prinsip
murabahah. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang
cangkupan transaksi murabahah dapat dilihat dalam gambar berikut:57
55
Ah. Lathif Azharuddin, Fiqh Muamalat h. 119-120. 56
Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Murabahah, No.
04/DSNMUI/IV/2000, bagian pertama angka 1-6. 57
Wiroso, Jual Beli Murabahah, h. 37.
35
Gambar 2.2
Alur Pembiayaan Murabahah
Sumber: Adiwarman karim, Bank Islam Analisis Fiqih & Keuangan (Edisi II. 2004)
Murabahah dalam gambar diatas dibagi menjadi dua macam,
yaitu murabahah tanpa pesanan, maksudnya disini adalah, ada yang
pesan atau tidak, ada yang beli atau tidak bank syariah menyediakan
barang dagangannya. Penyediaan barang pada murabahah ini tidak
terpengaruhi atau terikat langsung dengan ada tidaknya pesanan atau
pembeli. Murabahah berdasarkan pesanan, maksudnya bank syariah
baru akan melakukan transaksi murabahah atau jual beli apabila ada
nasabah yang memesan barang sehingga penyediaan barang baru
dilakukan jika ada pemesanan. Dalam hal ini pihak penjual boleh
meminta pembayaran hamish ghadiyah, yakni uang tanda jadi ketika
ijab-kabul.58
Murabahah berdasarkan pesanan dibedakan menjadi dua yaitu:
a) Murabahah berdasarkan pesanan yang bersifat terikat,
maksudnya apabila barang (produk) sudah dipesan maka
nasabah harus membelinya.
b) Murabahah berdasarkan pesanan dan berdasarkan tidak
mengikat, maksudnya walaupun nasabah sudah memesan
58
A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 115
36
barang, tetapi nasabah tidak terikat, nasabah dapat menerima
atau membatalkan barang tersebut.59
Sehingga dalam teknik pembayaran murabahah dapat
dilakukan secara tunai atau dicicil. Dalam murabahah juga
diperkenankan adanya perbedaan dalam harga barang untuk
cara pembayaran yang berbeda. Murabahah muajjal dicirikan
dengan adanya penyerahan barang diawal akad dan
pembayaran kemudian (setelah awal akad), baik dalam
bentuk angsuran maupun dalam bentuk lump sum
(sekaligus).60
Dalam realisasi perbankan syari’ah pada pembiayaan
murabahah nasabah mendapatkan sebuah dispensasi
(potongan) apabila nasabah ini mempercepat pembayaran
cicilan dan melunasi piutang murabahah sebelum jatuh
tempo.61
Seperti yang tertera dalam Fatwa Dewan Syari’ah
Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI) Nomor:
46/DSN-MUI/II/2005 tentang Potongan Tagihan Murabahah,
pada bagian pertama poin pertama yaitu LKS boleh
memberikan potongan dari total kewajiban pembayaran
kepada dalam transaksi (akad) murabahah yang telah
melakukan kewajiban pembayaran cicilannya dengan tepat
waktu dan / atau nasabah yang mengalami penurunan
kemampuan pembayaran.62
b. Landasan Hukum
a) Al-Qur’an
59
Wiroso, Jual Beli Murabahah, h. 38 60
A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 115 61
Hasbi Ramli, Teori Dasar Akuntansi Syariah (Jakarta: Renaisan, 2005), h. 52. 62
Indonesia, Fatwa Dewan Syariah Nasional tentang Potongan Tagihan Murabahah,
No.46/DSNMUI/II/2005, bagian pertama angka 1.
37
“…Dan Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan
riba.” ( QS. AL-Baqarah/ 1 : 276)63
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling
memakan harta sesamamu dengan jalan yang bathil, kecuali
dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di
antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.” (QS. An-
Nisa : 29).
c. Al- Hadits
ال ب ي ع : ا لب ر كة في هن ثالث : قال وسلم علي و الل صل ى النب أن عن و الل رضي سهي ب عن قارضة أجل إل
جو ما ابن رواه - لل ب ي ع ل لل ب ي ت بالش عي ال ب ر وخل ط وا مل
Artinya: Dari suhaibAr-Rumi r.a bahwa rasulullah SAW
Bersabda, “Tiga hal yang didalamnya terdapat keberkaha jual
beli secara tangguh muqarabah (murabahah) dan mencampur
gandum dengan tepung untuk keperluan rumah, bukan untuk
dijual.” (H.R Ibnu Majah)
Ada juga hadits dari Abu Sa’ad Al-Khudri
ريرضياللعن وأن رسو لللصل ياللعلي و د أب سعي دال عن ,)رواهالبيهقيوابنماجووصححوابنحبان( ت راض اال ب ي ععن وألوسل مقال:إن
Artinya: Dari Abu Sa‟ad Al-Khudri bahwa Rasulullah saw
bersadda, “sesungguhnya jual beli itu harus dilakukan suka sama
suka.” (HR Al-Baihaqi dan Ibnu Majah, dan dinilai shahih oleh
Ibnu Hibban)
d. Rukun Murabahah
a. Penjual (ba’)
b. Pembeli (musytari’)
c. Barang/objek (mabi’)
d. Harga (tsaman)
e. Ijab qabul (sighat)64
f. Saksi
63
Al-Quran 64
Zulkifli Sutarno, Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim,
2003), h. 40.
38
e. Syarat Murabahah
a. Syarat yang berakad diantaranya:
1) Cakap hukum
2) Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan dipaksa/ terpaksa/
dibawah tekanan.
b. Objek yang diperjual belikan
1) Tidak termasuk yang diharamkan atau dilarang
2) Bermanfaat
3) Penyerahannya dari penjual kepembeli dapat dilakukan
4) Merupakan hak milik penuh yang berakad
5) Sesuai dengan spesifikasi antara yang serahkan penjual
dan yang diterima pembeli
c. Akad sighat
1) Harus jelas dan disebutkan secara spesifikasi dengan siapa
berakad.
2) Antara ijab qabul (serah terima) harus selaras baik dalam
spesifikasi barang maupun harga yang disepakati.
3) Tidak mengandung klausul yang bersifat menggantungkan
keabsahan transaksi pada hal atau kejadian yang akan
datang.
4) Tidak membatasi jangka waktu.
f. Syarat Sah Jual Beli Murabahah
a) Mengetahui harga pokok
b) Mengetahui keuntungan
c) Harga pokok dapat dihitung dan diukur
d) Jual beli murabahah tidak tercampur dengan transaksi
yang mengandung riba
e) Akad harus Sah65
65
Lihat Fatwa DSN-MUI Nomor 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang Akad Murabahah
39
5. Konsep Pembiayaan Murabahah
a. Pengertian pembiayaan murabahah
Salah satu skim fiqih yang paling popular digunakan oleh
perbankan syariah adalah skim jual beli murabahah. Transaksi
murabahah ini lazim digunakan oleh Rasulullah Saw. dan para
sahabatnya. Secara sederhana, murabahah berarti suatu penjualan
barang seharga barang tersebut ditambah keuntungan yang disepakati.
Misalnya, seseorang membeli barang kemudian menjualnya kembali
dengan keuntungan tertentu. Beberapa besar keuntungan tersebut
dapat dinyatakan dalam nominal rupiah tertentu atau dalam persentase
dari harga pembeliannya, misalnya 10% atau 20%.66
Jadi singkatnya, murabahah adalah akad jual beli barang dengan
menyatakan harga perolehan dan keuntungan (Margin) yang
disepakati oleh penjual dan pembeli. Akad ini merupakan salah satu
bentuk natural certainly contracts, karena dalam murabahah
ditentukan beberapa required rate of profit-nya (keuntungan yang
ingin diperoleh).67
Karena dalam definisinya disebut adanya “keuntungan yang
disepakati”, karakteristik murabahah adalah si penjual harus memberi
tahu pembeli tentang harga pembelian barang dan menyatakan jumlah
keuntungan yang ditambahkan pada biaya tersebut.68
Murabahah dapat dilakukan berdasarkan pesanan atau tanpa
pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, bank melakukan
pembelian barang setelah ada pemesanan dari nasabah, dan dapat
bersifat mengikat atau tidak mengikat nasabah untuk membeli barang
yang dipesannya (bank dapat meminta uang muka pembelian pada
nasabah).
66
Ibnu Abidin, Rad al-Mukhtaralal Ardh al-Mukhtar, VI, h. 19-50: al-Kurtubi, Bidayatul
Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, II, h. 211. 67
A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 113 68
Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid, II, h. 293.
40
Dalam kasus jual beli biasa, misalnya seseorang ingin membeli
barang tertentu dengan spesifikasi tertentu, sedangkan barang tersebut
belum ada pada saat pemesanan, maka si penjual akan mencari dan
membeli barang yang sesuai dengan spesifikasinya, kemudian
menjualnya kepada si pemesanan. Contoh si Fulan ingin membeli
mobil dengan perlengkapan tertentu yang harus dicari, dibeli, dan
dipasang pada mobil pesanannya oleh dealer mobil. Transaksi
murabahah melalui pesanan ini adalah sah dalam fiqih Islam, antara
lain dikatakan oleh Imam Muhammad ibnul-Hasan Al-Syaibani, Imam
Syafi’I dan Imam Ja’far Al-Shiddiq.
Dalam murabahah melalui pesanan ini, si penjual boleh meminta
pembayaran Hamish ghadiyah, yakni uang tanda jadi ketika ijab-
kabul. Hal ini sekadar untuk menunjukan bukti keseriusan si pembeli.
Bila kemudian si penjual telah membeli dan memasang berbagai
perlengkapan di mobil pesananya, sedangkan si pembeli
membatalkannya, Hamish ghadiya ini dapat digunakan untuk menutup
kerugian si dealer mobil. Bila jumlah Hamish ghadiyah-nya lebih
kecil dibandingkan jumlah kerusakan yang harus ditanggung oleh si
penjual, penjual dapat meminta kekurangannya. Sebaliknya, bila
berlebih, si pembeli berhak atas kelebihan itu.69
b. Manfaat dan Risiko Pembiayaan Murabahah
Sesuai dengan sifat bisnis (tijarah), transaksi bai’al-murabahah
memiliki beberapa manfaat, demikian juga risiko yang harus
diantisipasi. Bai‟al-murabahah memberi banyak manfaat kepada bank
syariah. Salah satunya adalah adanya keuntungan yang muncul dari
selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah.
Selain itu, sistem bai‟almurabahah juga sangat sederhana. Hal
tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah.
Diantara kemungkinan risiko yang harus diantisipasi antara lain
sebagai berikut:
69
A. Karim Adiwarman, Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan, h. 115
41
a) Gagal atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar
angsuran.
b) Pergerakan harga komparatif. Ini terjadi bila harga suatu barang
dipasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank
tidak bisa mengubah harga jual beli tersebut.
c) Penolakan nasabah; barang yang dikirim bisa saja ditolak oleh
nasabah karena berbagai sebab. Bisa jadi karena rusak dalam
perjalanan sehingga nasabah tidak mau menerimanya. Karena
itu, sebaiknya dilindungi dengan asuransi. Kemungkinan lain
karena nasabah merasa spesifikasi barang tersebut berbeda
dengan yang ia pesan. Bila bank telah menandatangani kontrak
pembelian dengan penjualnya, barang tesebut akan menjadi
milik bank. Dengan demikian, bank mempunyai risiko untuk
menjualnya kepada pihak lain.
d) Dijual; karena bai’ al-murabahah bersifat jual beli dengan utang,
maka ketika kontrak ditandatangani, barang itu menjadi milik
nasabah. Nasabah bebas melakukan apapun terhadap asset
miliknya tersebut, termasuk untuk menjualnya. Jika terjadi
demikian, risiko untuk defaultakan besa.70
Secara umum,
aplikasi perbankan dari bai‟ al-murabahah dapat digambarkan
dalam skema berikut ini :
70
Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik (Depok, Gema Insani,
2001), h. 107.
42
Gambar 2.3
Sumber: Muhammad Syafi’I Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktik
(Depok, Gema Insani, 2001), h. 107.
6. Aplikasi Murabahah Dalam Lembaga Keuangan Syariah
Aplikasi akad murabahah pada lembaga keuangan syariah terdapat
pada kegiatan usaha Bank Syariah dalam bentuk penyaluran dana atau
pembiayaan. Pembiayaan murabahah merupakan jenis pembiayaan yang
sering diaplikasikan dalam bank syariah, yang pada umumnya digunakan
dalam transaksi jual beli barang investasi dan barang-barang yang
diperlukan oleh individu.71
Dalam pembiayaan berdasarkan akad
murabahah, Bank Syariah bertindak sebagai penyedia dana dalam kegiatan
transaksi murabahah dengan nasabah.72
Bank syariah dapat membiayai
sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah ada kesepakatan
antara Bank Syariah dan nasabahnya, dan akad pembiayaan murabahah
telah ditandatangani oleh Bank Syariah dan nasabah, maka Bank Syariah
71
Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 140. 72
A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama,
2012), h. 200.
43
wajib menyediakan dana untuk merealisasikan penyediaan barang yang
dipesan nasabah.73
7. Standar Syariah
Dalam menjalankan kegiatan usaha produk dan jasa syariah, Bank
Syariah wajib tunduk pada prinsip syariah.74
Prinsip Syariah adalah prinsip
hukum Islam dalam kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan
fatwa di bidang syariah.75
Sehingga dalam menjalankan seluruh kegiatan
usahanya, Bank Syariah harus berpedoman pada fatwa-fatwa yang
dikeluarkan oleh lembaga yang berwenang, dalam hal ini merupakan
kewenangan Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-
MUI). Ketentuan tersebut bersifat memaksa dan tidak dapat menyimpang
karena merupakan perintah Undang-Undang.76
Apabila ketentuan tersebut dilanggar, maka akan dikenakan sanksi
pidana penjara dan pidana denda sebagaimana dijelaskan dalam Undang-
Undang.77
Maka dari itu sangat penting bagi Bank Syariah serta Lembaga
Keuangan Syariah lainnya untuk menjalankan seluruh kegiatan usahanya
berpedoman kepada fatwa-fatwa yang telah dikeluarkan oleh DSN-MUI,
agar tetap pada alur ketetapan syariah, karena Fatwa yang dikeluarkan oleh
Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia menjadi indikator
sesuai tidaknya produk Bank Syariah dengan prinsip syariah.
Dewan Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)
mengeluarkan Fatwa-Fatwa yang berkenaan dengan produk dan jasa pada
lembaga keuangan syariah. Diantaranya Fatwa-Fatwa tersebut menetapkan
ketetapan yang berkenaan dengan akad murabahah di lembaga keuangan
syariah khususnya pada Bank Syariah. Fatwa-fatwa yang mengatur tentang
akad murabahah tersebut adalah:
73
A. Wangsawidjaja, Pembiayaan Bank Syariah, h. 201. 74
Pasal 26 Ayat (1) Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 75
Pasal 1 Ayat (12) Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 76
Pasal 2 Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah 77
Pasal 63 Ayat (2) Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
44
a. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 04/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Murabahah
b. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 10/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Wakalah
c. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 13/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Uang Muka Dalam Murabahah
d. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 16/DSN-MUI/IV/2000 tentang
Diskon Dalam Murabahah
e. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 23/DSN-MUI/IV/2002 tentang
Potongan Pelunasan Dalam Murabahah
f. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 46/DSN-MUI/IV/2005 tentang
Potongan Tagihan Murabahah (khashm fi al-murabahah)
g. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 47/DSN-MUI/IV/2005 tentang
Penyelesaian Piutang Murabahah Bagi Nasabah Tidak Mampu
Membayar
h. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 48/DSN-MUI/IV/2005 tentang
Penjadwalan Kembali Tagihan Murabahah
i. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 49/DSN-MUI/IV/2005 tentang
Konversi Akad Murabahah
j. Fatwa Dewan Syariah Nasional No. 84/DSN-MUI/IV/2012 tentang
Metode Pengakuan Keuntungan al Tamwil bi al-Murabahah
(Pembiayaan Murabahah) di Lembaga Keuangan Syariah.
8. Pendapatan Nasabah
a. Pengertian pendapatan
Pendapatan dalam kamus manajemen adalah uang yang diterima
oleh perorangan, perusahaan, dan organisasi lain dalam bentuk upah,
gaji, sewa, bunga, komisi, ongkos, dan laba.78
Pendapatan adalah arus masuk aktiva dan atau penyelesaian
kewajiban akibat penyerahan atau produksi barang, pemberian jasa,
78
B. N. Marhun, Kamus Manajemen, cet 1, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 2003), h. 229-
230.
45
atau kegiatan menghasilkan laba lainnya yang membentuk operasi
utama atauinti perusahaan yang berkelanjutan selama suatu periode.79
Pendapatan dalam ilmu ekonomi teoritis adalah hasil yang
diterima, baik berupa uang maupun lainnya atas penggunaan kekayaan
(jasa manusia).80
Pendapatan adalah jumlah uang yang diterima oleh
perusahaan dari aktivitasnya, kebanyakan dari penjualan produk
dan/atau jasa kepada pelanggan. Bagi investor, pendapatan kurang
penting dibanding keuntungan, yang merupakan jumlah uang yang
diterima setelah dikurangi pengeluaran.81
Pendapatan adalah langkah
awal untuk memegang kendali atas keuangan.82
Sebagian orang,
pendapatan mereka adalah gaji yang mereka dapatkan dari hasil
bekerja selama sebulan, tetapi ada hal lainnya yang dikategorikan
sebagai pendapatan, diantaranya:
a. Gaji, upah, komisi
b. Penghasilan dari usaha sendiri
c. Pendapatan dari hasil usaha/investasi (bunga, deviden, uang
sewa)
d. Uang pemberian, hadiah, dan beasiswa
e. Dana JAMSOSTEK
f. Dana pension
g. Tunjangan perceraian (alimory) dan tunjangan anak (child
support).83
Dijelaskan oleh Sumitro Djojohadikusumo, bahwa pendapatan
menurrut ilmu ekonomi merupakan nilai maksimum yang dapat
dikonsumsi oleh seseorang dalam suatu periode dengan
79
Donald dkk, Akuntansi Intermediate, (Jakarta: Erlangga, 2002), h. 4. 80
Ahmad Hasan Ridwan, BMT dan Bank Islam, (Bnadung: Pustaka Bani Quraisy, 2004), h.
33. 81
https://id.wikipedia.org/wiki/Pendapatan, pada tanggal 21 November 2016 pukul 11.50 82
Agustianto dan Lutfi T Rizki, Fiqih Perencanaan Keuangan Syariah, (Depok:
Mudamapan Publishing, 2010), h. 88. 83
Agustianto dan Lutfi T Rizki, Fiqih Perencanaan Keuangan Syariah, h. 89
46
mengharapkan keadaan yang sama pada akhir periode seperti keadaan
semula.84
Dari beberapa pengertian pendapatan diatas pendapatan adalah
hasil yang diterima oleh seseorang atau perusahaan akibat dari
aktivitas ekonomi seperti penjualan atas barang dan jasa.
Pendapatan dan keuntungan pada umumnya diakui ketika:
a. Telah direalisasi atau dapat direalisasi. Pendapatan dikatakan
dapat direalisasi (realized) jika barang atau jasa telah
dipertukarkan dengan kas. apabila aktiva yang diterima dapat
segera dikonversi menjadi kas. Pendapatan dikatakan dapat
direalisasi (realized) apabila aktiva yang diterima dapat segera
dikonversi menjadi kas.
b. Telah dihasilkan/telah terjadi. Pendapatan dianggap telah
dihasilkan atau telah terjadi (earned) apabila perusahaan telah
melakukan apa yang seharusnya dilakukan untuk mendapatkan
hak atas pendapatan tersebut.
Kedua, kriteria di atas umumnya terpenuhi pada saat titik
penjualan (point of sales), di mana pendapatan akan diakui ketika
barang telah dikirim atau jasa telah diberikan ke pelanggan.
Pengakuan pendapatan pada saat titik penjualan ini umumnya
menyediakan pengujian yang lebih seragam, objektif, dan logis.85
Transaksi pendapatan telah diakui sesuai dengan prinsip ini :
a. Pendapatan dari penjualan produk diakui pada tanggal
penjualan, yang biasanya diinterpretasikan sebagai tanggal
penyerahan kepada pelanggan.
b. Pendapatan dari pemberian jasa diakui ketika jasa-jasa itu
telah dilaksanakan dan dapat ditagih.
c. Pendapatan dari mengizinkan pihak lain untuk
mengggunakan aktiva perusahaan, seperti bunga, sewa, dan
84
Djojohadikusumo Sumitro, Sejarah Pemikiran Ekonomi, (Jakarta: Yayasan Obor
Indonesia, 1990), h. 25. 85
Hery, Akuntansi Keuangan Menengah, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2009), h. 103-104
47
royalti, diakui sesuai dengan berlalunya waktu atau ketika
aktiva itu digunakan.
d. Pendapatan dari pelepasan aktiva selain produk diakui pada
tanggal penjualan.
B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan yang dapat menjadi acuan atau referensi bagi
penulis yaitu:
1. Peneliti : Rifki Fajri Sani (Skripsi FSH UIN Jakarta, 2015) dengan
judul: “Efektifitas Pembiayaan Murabahah pada BMT Nurul Falah
Sawangan Depok”. Hasil penelitian: Mekanisme Pembiayaan
Murabahah yang dilakukan di BMT Nurul Falah dimulai dengan
nasabah datang ke BMT Nurul Falah dengan membawa surat
permohonan pembiayaan, yang mana didalamnya tercakup tujuan, jenis
barang yang dibutuhkan serta sumber dana. Setelah itu nasabah mengisi
data survey yang telah disediakan oleh BMT Nurul Falah dan mengisi
formulir calon anggota koperasi dan bukti kwitansi atau formulir dari
suplaier tentang barang yang akan dibeli, setelah syarat administrasi
terpenuhi maka pihak BMT melakukan penelitian untuk menganalisis
apakah nasabah tersebut berhak mendapatkan pembiayaan dengan
survey ke tempat nasabah dan menganalisanya. Apabila dalam
penelitian tersebut nasabah dianggap layak akan dilangsungkan akad
Murabahah yang didalamnya terdapat dana yang dapat dicairkan serta
jangka waktu untuk membayar dan mencairkan dana tersebut kepada
bagian teller dengan membayar uang administrasi sebesar 2% dari
pembiayaan yang disetujui oleh pihak BMT Nurul Falah.
Faktor pendukung BMT Nurul Falah meliputi: dukungan
permodalan, dukungan masyarakat (memanfaatkan dana komersial
BMT sebagai nasabah debitur), sarana penunjang operasional. Faktor
penghambat BMT Nurul Falah meliputi: keterbatasan permodalan,
48
SDM dan akses mendapatkan pinjaman dari pihak luar, baik lembaga
pemerintahan BUMN, BUMS, LSM maupun lembaga donor.
Kinerja pembiayaan murabahah dapat dikatakan cukup baik namun
kurang efektif dalam mencapai tujuan BMT.Hal ini dapat dilihat dari
tidak tercapainya anggaran pembiayaan murabahah yang telah
ditetapkan. Tidak tercapainya target yang diharapkan bukan karena
system pembiayaan yang tidak efektif tetapi bisa jadi disebabkan oleh
faktor lain seperti kurangnya produktifitas pegawai, kurangnya daya
masyarakat untuk mengambil pembiayaan murabahah di BMT
melainkan lebih memilih pinjaman pembiayaan kepada rentenir atau
banking (bank keliling).
2. Peneliti : Chitra Dwiratih Aviza (Skripsi FSH UIN Jakarta, 2014)
dengan judul: “Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keputusan Mitra
dalam Memilih Menggunakan Produk Pembiayaan Murabahah di BMT
Berkah Madani Cimanggis Depok ”. Hasil penelitian: Faktor 1
Referensi. Faktor referensi dimana faktor ini memiliki nilai korelasi
yang cukup tinggi yaitu variabel variabel teman/kenalan memiliki nilai
loading faktor 0,922, variabel dorongan dari pihak keluarga dengan
faktor loading 0,802, variabel beban administrasi dengan faktor loading
0,881, variabel beban angsuran dengan faktor loading 0,782, variabel
beban riba dengan faktor loading 0,816, variabel transaksi di BMT
secara halal dengan faktor loading 0,662, dan variabel tingkat bagi hasil
tidak memberatkan dengan faktor loading 0,449.
Faktor 2 Produk. Terdiri dari variabel mendapatkan informasi dari
keluarga dengan faktor loading 0,432, variabel mencari tahu semua hal
yang berhubungan dengan produk dengan faktor loading 0,665, variabel
produk bermanfaat dengan faktor loading 0,811, variabel produk
bervariatif dengan faktor loading 0,819, variabel produk sesuai harapan
dengan faktor loading 0,801, dan variabel tingkat margin tidak
memberatkan dengan faktor loading 0,449.
49
Faktor 3 Pelayanan. Terdiri dari variabel dekorasi kantor dengan
faktor loading 0,652, variabel penampilan karyawan dengan faktor
loading 0,495, variabel tidak menunggu lama dengan faktor loading
0,813, variabel pelayanan yang cepat dengan faktor loading 0,866, dan
variabel persyaratan yang mudah dengan faktor loading 0,646.
Faktor 4 Syariah.Terdiri dari variabel operasional sesuai syariah
dengan faktor loading 0,872.
Faktor 5 Kebutuhan.Terdiri dari variabel sikap karyawan dengan
faktor loading 0,600 dan memperoleh keuntungan dengan faktor
loading 0,774.
Dari 5 faktor yang terbentuk tersebut, terdapat 1 faktor yang paling
mempengaruhi keputusan mitra dalam memilih menggunakan produk
pembiayaan murabahah di BMT Berkah Madani Cimanggis Depok,
yaitu faktor referensi karena memiliki nilai korelasi yang cukup tinggi
karena diatas angka 0,5.
3. Peneliti : Amelia Darmania Marifanisa (Skripsi FSH UIN Jakarta,
2012) dengan judul: “Respon Nasabah Terhadap Pembiayaan
Murabahah”. Hasil penelitian:
Respon nasabah terhadap pembiayaan murabahah pada BMT Al
Fath IKMI, Ciputat dapat diuraikan sebagai berikut: Berdasarkan
jawaban kuesioner dan hasil wawancara dengan para responden,
ditemukan adanya respon yang positif dari nasabah terhadap produk
Jual Beli dengan akad Murabahah pada BMT Al fath. Respon positif
tersebut mencerminkan bahwa keberadaan BMT Al Fath dengan
produk pembiayaan murabahah telah sesuai dengan harapan nasabah
karena adanya sejumlah faktor penting yang melandasinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi nasabah BMT Al Fath IKMI
Ciputat dalam megakses produk murabahah pada BMT Al Fath dapat
duraikan sebagai berikut: Produk pembiayaan murabahah merupakan
salah satu produk BMT yang sudah dikenal oleh para nasabah.
50
Para nasabah puas dengan fitur dan pelayanan produk pembiayaan
murabahah yang ditawarkan oleh BMT Al Fath.Menurut pendapat
nasabah, keterampilan SDM di BMT ini juga sudah memadai.
Para nasabah merasakan manfaat secara ekonomis dalam bentuk
yang konkrit. Para nasabah juga merasa terpenuhi kebutuhannya dengan
bertransaksi dengan akad produk pembiayaan murabahah di BMT ini.
Namun 65% responden menyatakan tidak tahu apakah produk
pembiayaan murabahah BMT Al Fath telah sesuai dengan tuntutan
dunia perbankan atau tidak.
Hal yang membedakan dengan penelitian diatas adalah pembahasan
dalam penelitian ini lebih memfokuskan pada bagaimana peran
pembiayaan murabahah dalam meningkatkan pendapatan nasabah BMT
AL-Jibaal Kota Tangerang Selatan, sehingga dapat terlihat sejauhmana
peran pembiayaan murabahah dalam meningkatkan pendapatan nasabah
BMT Al-Jibaal Kota Tangerang Selatan.
Tentunya akan memberikan gambaran pada peningkatan pendapatan
nasabah sebelum dan sesudah menerima pembiayaan murabahah dan
dapat menimbulkan kesejahteraan terhadap masyarakan yang menerima
pembiayaan murabahah.
51
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
1. Tempat Penelitian
Tempat yang dijadikan objek penulis di dalam penelitian ini adalah
di BMT Al-Jibaal Kota Tangerang Selatan. Yang beralamat di Jl.
Gunung raya No. 14, RT.4/RW.11, Kelurahan Cirendeu Kecamatan
Ciputat Kota Tangerang SelatanProvinsi Banten.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan secara bertahap mulai dari pengajuan judul,
pengajuan proposal, perencanaan dan persiapan instrumen, uji coba
instrumen penelitian yang akan dilanjutkan dengan pengumpulan data
lapangan sebagai kegiatan inti penelitian. Dan rentan waktu yang
dibutuhkan secara keseluruhan 5 (lima) bulan.
Adapun jadwal peneliti yang penulis buat agar penelitian ini dapat
berlangsung sesuai jadwal dan lebih terarah.
Tabel 3.1
Waktu Penelitian
Kegiatan November Desember Januari Februari
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Survei lokasi
penelitian
Penyusunan Bab
1-3
Izin Lokasi
Penelitian
Observasi lokasi
penelitian
Pengumpulan data
Pengolahan data
dan Bab 4
Penarikan
kesimpulan dan
Bab 5
Pengesahan
52
Dalam dua bulan ini penulis berupaya menggunakan waktu seefektif
mungkin untuk melakukan penelitian dengan cara membagi kedalam
beberapa tahapan yaitu tahapan persiapan, tahapan pengumpulan data,
tahapan pengolahan data, dan tahap pengesahan.
B. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Dilihat dari tujuan penelitian, fokus dari penelitian ini adalah mengamati
dan melihat bagaimana peran pembiayaan murabahah dalam meningkatkan
pendapatan nasabah BMT Al-Jibaal Kota Tangerang Selatan. Adapun tujuan
yang hendak dicapai adalah untuk mendeskripsikan, memahami, dan
memaknai sistem pembiayaan murabahah di BMT Al-Jibaal Kota Tangerang
Selatan. Oleh sebab itu, berdasarkan pada kajian teori yang telah dipaparkan
di depan, maka jenis penelitian yang di anggap tepat adalah penelitian
kualitatif deskriptif analisis.
Metode penelitian kualitatif adalah metode penelitian yang berlandaskan
pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk meneliti pada kondisi obyek
yang alamiah, (sebagai lawannya adalah eksperimen) dimana peneliti adalah
sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan secara
triangulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan hasil
penelitian kualitatif lebih menekankan makna dari pada generalisasi.
Filsafat postpositivisme sering juga disebut sebagai paradigma interpretif
dan konstruktif, yang memandang realitas sosial sebagai sesuatu yang
holistik/utuh, kompleks, dinamis, penuh makna, dan hubungan gejala bersifat
interaktif (reciprocal). Penelitian dilakukan pada objek yang alamiah. Objek
yang alamiah adalah objek yang berkembang apa adanya, tidak dimanipulasi
oleh peneliti dan kehadiran peneliti tidak mempengaruhi dinamika pada objek
tersebut.
Dalam penelitian kualitatif instrumennya adalah orang atau human
instrument, yaitu peneliti itu sendiri. Untuk menjadi instrumen, maka peneliti
harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas, sehingga mampu
bertanya, menganalisis, memotret, dan mengkonstruksi situasi sosial yang
diteliti menjadi lebih jelas dan bermakna.
53
Untuk mendapatkan pemahaman yang lebih luas dan mendalam terhadap
situasi sosial yang diteliti, maka teknik pengumpulan data bersifat triangulasi,
yaitu menggunakan berbagai teknik pengumpulan data secara
gabungan/simultan. Analisis data yang dilakukan bersifat induktif
berdasarkan fakta-fakta yang ditemukan di lapangan dan kemudian
dikonstruksikan menjadi hipotesis atau teori.
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data yang mendalam,
suatu data yang mengandung makna. Makna adalah data yang sebenarnya,
data yang pasti yang merupakan suatu nilai di balik data yang tampak. Oleh
karena itu dalam penelitian kualitatif tidak menekankan pada makna.
Generalisasi dalam penelitian kualitatif dinamakan transferability.86
Dengan demikian, melalui pendekatan kualitatif maka diharapkan akan
memperoleh pemahaman dan penafsiran yang mendalam mengenai makna
dari fakta yang relevan.
Penelitian ini pada hakikatnya adalah mengamati peran pembiayaan
murabahah dalam mewujudkan peningkatan pendapatan masyarakat yang
tujuannya untuk mensejahterakan masyarakat terutama nasabah BMT Al-
Jibaal Kota Tangerang Selatan.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karekteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut.87
Jadi pengertian populasi adalah generalisasi yang terdiri dari
objek/subjek yang ditetapkan untuk penelitian, populasi tidak hanya
termasuk manusia, tetapi juga objek dan benda-benda alam lainnya.
Populasi adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh
86
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta, Cet.
III 2007), h. 8. 87
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 80
54
suatu populasi, populasi bukan sekedar jumlah yang ada pada
objek/subjek yang dipahami, tetapi juga meliputi seluruh
karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subjek/objek tersebut.
Dalam penelitian kualitatif tidak menggunakan istilah populasi,
tetapi oleh Spradley dinamakan “social situation” atau situasi sosial yang
terdiri atas tiga elemen yaitu: tempat (place), pelaku (actors), dan
aktivitas (activity) yang berintegrasi secara sinergis.88
Situasi penelitian
tersebut dapat dinyatakan sebagai objek penelitian yang ingin dipahami
secara lebih mendalam mengenai apa yang terjadi didalamnya. Dalam
penelitian ini penulis mengamati situasi sosial atau objek penelitian
dalam meningkatkan pendapatan nasabah (actors) tentang peran
pembiayaan murabahah (activity) di BMT Al-Jibaal Kota Tangerang
Selatan (place).
2. Sampel
Penentuan sampel dalam penelitian kualitatif dilakukan saat peneliti
mulai memasuki lapangan dan selama penelitian berlangsung (emergent
sampling design). Caranya yaitu, peneliti memilih orang tertentu yang
dipertimbangkan akan memberikan data yang diperlukan; selanjutnya
berdasarkan data atau informasi yang diperoleh dari sampel sebelumnya
itu, peneliti dapat menetapkan sampel lainnya yang dipertimbangkan
akan memberikan data lebih lengkap. Praktek seperti inilah yang disebut
sebagai “serial selection of sample units”, atau dalam kata-kata Bodgan
dan Biklen dinamakan “snowball sampling technique”, unit sampel yang
dipilih makin lama makin terarah sejalan dengan makin terarahnya fokus
penelitian.Proses ini dinamakan Bodan dan Biklen sebagai “continuous
adjustment of „focusing‟ of the sample”.89
Sampel dalam penelitian ini penulis gunakan sebagai sumber data
yang dianggap mengetahui tentang populasi /situasi sosial atau objek
penelitian, dan untuk menentukan sampel tersebut penulis menggunakan
88
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 215. 89
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 8.
55
Snowball Sampling Technique. Sampel dalam penelitian ini adalah pihak-
pihak BMT Al-Jibaal Kota Tangerang Selatan dan nasabah BMT yang
menerima pembiayaan murabahah yang peneliti dapat jadikan sebagai
sumber informasi untuk mengenali dan mendapatkan data-data yang
diperlukan dalam penelitian.
D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen
Dalam upaya pengumpulan data dalam penyusunan skripsi ini, penulis
menggunakan dua pendekatan penelitian, yang akan dijelaskan dibawah.
Dalam penelitian kualitatif, ketika permasalahan belum jelas dan pasti, maka
yang menjadi instrumen utama adalah peneliti sendiri. Peneliti kualitatif
sebagai human instrument, berfungsi menetapkan fokus penelitian, memilih
informan sebagai sumber data, melakukan pengumpulan data, menilai
kualitas data, analisis data, menafsirkan data dan membuat kesimpulan atas
temuannya.90
Setelah masalah yang akan dipelajari jelas, maka dapat
dikembangkan suatu instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang akan
dilakukan mengenai peran pembiayaan murabahah dalam meningkatkan
pendapatan nasabah BMT Al-Jibaal Kota Tangerang Selatan diantaranya :
1. Penelitian kepustakaan (library research)
Penelitian kepustakaan yaitu penelitian yang dilakukan untuk
memperoleh data sekunder dengan cara mengkaji dan menelaah berbagai
bahan bacaan dan literatur yang erat hubungannya dengan penelitian.
Bahan yang digunakan untuk kajian pustaka ini yaitu buku-buku yang
berkaitan dengan penelitian, jurnal, majalah, surat kabar, koran, serta
beberapa artikel yang relevan yang berkaitan dengan masalah yang
penulis teliti, yaitu yang berkaitan dengan peran pembiayaan murabahah
dalam meningkatkan pendapatan nasabah BMT Al-Jibaal Kota
Tangerang Selatan.
90
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: Alfabeta, 2014), h.60.
56
2. Penelitian lapangan (field research)
Penelitian lapangan yaitu teknik pengumpulan data primer untuk
memperoleh data yang sebenarnya mengenai masalah yang sedang
diteliti. Peneliti menggunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a. Pedoman Observasi
Menurut Margono metode observasi bisa diartikan sebagai
pengamatan dan pencatatan secara sistematis terhadap gejala atau
fenomena yang diselidiki.91
Dalam penelitian ini peneliti melakukan
observasi dengan mengamati sarana yang terdapat di Bank,
mengamati sikap pegawai terhadap nasabah, mengamati daya
tanggap pegawai dalam melayani nasabah, dan ketentuan dalam
proses murabahah.
Tabel 3.2
Pedoman Observasi
No. ASPEK YANG DIAMATI DESKRIPSI
1 PENAMPILAN FISIK BANK
Ketersediaan tempat parkir
Ketersediaan Ruang Tunggu
Ketersediaan peralatan yang dimiliki
Kelengkapan Media Transaksi
Ketersediaan Toilet
2 SIKAP PEGAWAI KEPADA NASABAH
Kerapihan dan keramahan staf dan pegawai
Pegawai bersikap adil, tanpa membeda-
bedakan keadaan nasabah
Keterbukaan pegawai dalam memberikan
pelayanan kepada nasabah
Komunikasi yang baik dengan nasabah
Pegawai menunjukkan sikap disiplin yang baik
Pegawai menunjukkan sikap yang bertanggung
jawab
3 DAYA TANGGAP DALAM MELAYANI NASABAH
Ketersediaan staf dan pegawai untuk membantu
kesulitan nasabah
Kesiapan pegawai dalam melayani nasabah
Kecepat-tanggapan pegawai dalam melayani
nasabah
91
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2003), h.158
57
Ketepatan waktu dalam pelayanan sesuai
dengan waktu yang dijanjikan
Pegawai membantu mempersiapkan dana yang
diperlukan nasabah
4 KETENTUAN DALAM MURABAHAH
Penerima pembiayaan murabahah
Jaminan atau agunan
Kesepakatan dengan pihak Bank
b. Wawancara (interview)
Melakukan wawancara langsung atau tanya jawab dengan pihak
yang terkait yang ada relevansinya dengan penelitian. Wawancara ini
dilakukan berdasarkan pada daftar pertanyaan untuk menghasilkan
data serta informasi langsung dari responden (dari nasabah BMT Al-
Jibaal Kota Tangerang Selatan dan pihak berwenang BMT Al-Jibaal
Kota Tangerang Selatan) atau metode pengumpulan data dengan
tanya jawab yang dikerjakan berlandaskan pada tujuan penelitian
dengan menggunakan panduan wawancara.92
Wawancara dapat
dipandang sebagai metode pengumpulan data sepihak yang
dikerjakan secara sistematis dan berlandaskan pada tujuan penelitian.
Tabel 3.3
Kisi-kisi Instrumen Pertanyaan Dalam Wawancara
92
S. Margono, Metodologi Penelitian Pendidikan, h. 235.
No Variabel Indikator No Pertanyaan
Dalam Kuisoner Sumber Data
1. Pembiayaan
Murabahah
(Teori: Kasmir)
Kepercayaan 5,7,8,10,13 Pihak BMT
Kesepakatan 1,2,3,6,11,12,16 Pihak BMT
Jangka Waktu 4 Pihak BMT
Resiko 14, 15 Pihak BMT
Balas Jasa / Keuntungan 9 Pihak BMT
2. Pendapatan Nasabah
(Teori: Agustianto
dan Lutfi T Rizki)
Gaji, Upah dan Komisi 7,13 Anggota BMT
Penghasilan Dari Usaha Sendiri 1,2,12 Anggota BMT
Penghasilan Dari Usaha / Investasi 9 Anggota BMT
Uang Pemberian, hadiah dan beasiswa 3,4,5,6,8,14 Anggota BMT
Dana Jamsostek 10 Anggota BMT
Pengeluaran (Teori Djojohadikusumo
Sumitro)
11
Anggota BMT
58
PEDOMAN WAWANCARA KEPADA PIHAK
BMT AL-JIBAAL KOTA TANGERANG SELATAN
Pelaksana wawancara:
Nama informan : ……………………………………………………
Jabatan : ……………………………………………………
Hari/tanggal : ……………………………………………………
Tempat : ……………………………………………………
Topik : ……………………………………………………
A. Pertanyaan-pertanyaan
1. Bagaimana proses pengajuan permohonan pembiayaan murabahah?
2. Apa saja syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh anggota dalam
permohonan pembiayaan?
3. Bagaimana prosedur analisis pemberian pembiayaan murabahah
dilakukan?
4. Berapa lama proses persetujuan pembiayaan murabahah dilakukan?
5. Siapakah yang memberi keputusan untuk persetujuan pemberian
pembiayaan murabahah?
6. Apa saja isi perjanjian atau kesepakatan yang dilakukan antara pihak
BMT dengan anggota BMT yang menerima pembiayaan murabahah?
7. Berapa jumlah pembiayaan murabahah yang disalurkan pada tahun
2016?
8. Berapa jumlah minimal dan maksimal pembiayaan murabahah yang
disalurkan kepada anggota BMT?
9. Berapa persen bunga yang ditetapkan dalam pelunasan pembiayaan
murabahah? Dan atas dasar apa?
10. Berapa lama jangka waktu pelunasan pembiayaan murabahah yang
diberikan oleh pihak BMT?
11. Berapa cicilan yang dibayarkan oleh anggota per/periode atau
per/bulannya?
12. Berupa apa saja pembiayaan murabahah yang diberikan oleh BMT
kepada nasabah?
59
13. Bagaimana langkah yang dilakukan dalam pengawasan pembiayaan
murabahah secara administratif yang dilakukan oleh BMT terhadap
anggota yang menerima pembiayaan murabahah?
14. Langkah apa yang dilakukan BMT jika terjadi kredit macet?
15. Adakah agunan yang ditentukan oleh pihak BMT dalam proses
pemberian pembiayaan?
16. Untuk apa sajakah pembiayaan murabahah yang diberikan pihak BMT
kepada para anggota?
B. Respon Informan
1. ………………………………………………………………………
2. ………………………………………………………………………
3. ………………………………………………………………………
4. ………………………………………………………………………
5. ………………………………………………………………………
C. Catatan Tambahan Peneliti
1. ………………………………………………………………………
60
PEDOMAN WAWANCARA KEPADA ANGGOTA
BMT AL-JIBAAL KOTA TANGERANG SELATAN
Pelaksana wawancara:
Nama informan : ……………………………………………………
Jabatan : ……………………………………………………
Hari/tanggal : ……………………………………………………
Tempat : ……………………………………………………
Topik : ……………………………………………………
A. Pertanyaan-pertanyaan
1. Apa usaha yang anda tekuni saat ini?
2. Sudah berapa lama anda memulai usaha tersebut?
3. Apa yang mendorong anda untuk melakukan pinjaman atau pembiayaan
murabahah di BMT Al-Jibaal?
4. Berapa jumlah pembiayaan yang anda pinjam dari pihak BMT?
5. Berapa lama jangka waktu pelunasan pembiayaan murabahah yang
diberikan oleh pihak BMT?
6. Berapa cicilan yang anda bayarkan per/periode atau per/bulannya?
7. Berapa komisi/pendapatan anda saat ini per/hari atau per/bulannya?
8. Berapa komisi/pendapatan anda sebelum menerima pembiayaan per/hari
atau per/bulannya?
9. Apakah setelah menerima pembiayaan anda mengikuti investasi? Berupa
menabung atau membuka usaha lain atau menginvestasikan dana yang
anda punya?
10. Apakah sebelum menerima pembiayaan anda mengikuti asuransi? Dan
setelah menerima pembiayaan?
11. Berapa pengeluaran anda per/bulan sebelum menerima pembiayaan? Dan
setelah menerima pembiayaan?
12. Sebelum menerima pembiayaan kepemilikan apa saja yang anda miliki?
Kendaraan? Perlengkapan RumahTangga? Rumah? Dan setelah
menerima pembiayaan?
13. Adakah peningkatan pendapatan setelah menerima pembiayaan?
61
14. Apa saran anda untuk BMT Al-Jibaal dalam upaya peningkatan
pendapatan anggota BMT melalui pembiayaan murabahah?
B. Respon Informan
1. ..................................................................................................................
2. ..................................................................................................................
3. ..................................................................................................................
4. ..................................................................................................................
5. ..................................................................................................................
C. Catatan Tambahan Peneliti
1. ..................................................................................................................
62
c. Dokumentasi
Metode ini merupakan suatu cara pengumpulan data yang
menghasikan catatan-catatan penting yang berhubungan dengan
masalah yang diteliti, sehingga akan diperoleh data yang lengkap,
sah dan bukan berdasarkan perkiraan. Metode ini hanya mengambil
data yang sudah ada seperti indeks prestasi, jumlah anak,
pendapatan, luas tanah, jumlah penduduk, dan sebagainya.93
Dalam studi dokumentasi ini peneliti mengambil dat-data
tentang sejarah berdirinya BMT, visi dan misi BMT, sturktur BMT,
dan foto-foto suasana BMT dalam aktifitas bekerja sehari-hari, serta
semua yang berkaitan dengan BMT tersebut.
Table 3.4
Lembar Dokumentasi
No Dokumen Sumber
Data Keterangan
1 Profil BMT Al-Jibaal Kota Tangerang Selatan Pihak BMT
2 Visi dan Misi BMT Al-Jibaal Kota Tangerang
Selatan
Pihak BMT
3 Struktur Organisasi BMT Al-Jibaal Kota
Tangerang Selatan
Pihak BMT
4 Data Anggota BMT yang menerima Pembiayaan
Murabahah
Pihak BMT
5 Standar Operasional Prosedur (SOP),Persyaratan
Tahapan Pengajuan Murabahah
Pihak BMT
E. Teknik Analisi Data
Analisis data adalah seragkaian kegiatan mengolah seperangkat hasil,
baik dalam bentuk penemuan-penemuan baru maupun dalam bentuk
pembuktian kebenaran hipotesa. Dan cara mengemukakan dan mengurai
dalam proses analisa data dapat dilakukan secara kualitatif maupun
kuantitatif. Tahapan ini amat penting dan menentukan, kreatifitas si peneliti
93
Bassrowi dan Suwandi, Memahami Penelitian Kuantitatif, (Jakarta: PT Rineka Cipta ,
2008), h. 158.
63
merupakan pangkal keberhasilan dalam mengungkap berbagai aspek yang
merupakan objek studinya.94
1. Data Reduction (Reduksi Data)
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk
itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan,
semakin lama penelitian ke lapangan, maka jumlah data akan semakin
banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis
data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema
dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan
memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti
untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila
diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik
seperti komputer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek
tertentu.
Pada gambar 13.2 diilustrasikan bagaimana mereduksi hasil catatan
lapangan yang kompleks, rumit dan belum bermakna. Catatan lapangan
berupa huruf besar, huruf kecil, angka dan simbul-simbul yang masih
semrawut, yang tidak dapat dipahami. Dengan reduksi, maka peneliti
merangkum, mengambil data yang pokok dan penting, membuat
kategorisasi, berdasarkan huruf besar, huruf kecil, dan angka. Data yang
tidak penting yang diilustrasikan dalam bentuk simbol-simbol seperti %,
#, @ dsb, dibuang karena dianggap tidak penting bagi peneliti.
Dalam suatu situasi sosial tertentu, peneliti dalam mereduksi data
mungkin akan memfokuskan pada orang miskin, pekerja sehari-hari yang
dikerjakan, dan rumah tinggalnya. Dalam bidang manajemen, dalam
mereduksi data mungkin peneliti akan memfokuskan pada bidang
pengawasan, dengan melihat perilaku orang-orang yang jadi pengawas,
metode kerja, tempat kerja, interaksi antara pengawas dengan yang
94
Afifi Fauzi Abbas, Metodologi Penelitian, (Tangerang Selatan: Adelina Bersaudara,
2010), h. 133.
64
diawasi, serta hasil pengawasan. Dalam bidang pendidikan, setelah
peneliti memasuki setting sekolah sebagai tempat penelitian, maka dalam
mereduksi data peneliti akan memfokuskan pada, murid-murid yang
memiliki kecerdasan tinggi dengan mengkategorikan pada aspek, gaya
belajar, perilaku sosial, interaksi dengan keluarga dan lingkungan, dan
perilaku dikelas.
Gambar 3.1
Penyajian Data
Sumber: Sugiyono, Methode Penelitian Kuantitatif Kulitatif R&D
(Cet. III. 2007) hal. 247.
Dalam mereduksi data, setiap peneliti akan dipandu oleh tujuan yang
akan dicapai. Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan.
Oleh karena itu, kalau peneliti dalam melakukan penelitian, menemukan
segala sesuatu yang dipandang asing, tidak dikenal, belum memiliki pola,
justru itulah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan
reduksi data. Ibarat melakukan penelitian dihutan, maka pohon-pohon
atau tumbuh-tumbuhan dan binatang-binatang yang belum dikenal
selama ini, justru dijadika fokus untuk pengamatan selanjutnya.
Reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan
kecerdasan dan keluasan dan kedalaman wawasan yang tinggi. Bagi
peneliti yang masih baru, dalam melakukan reduksi data dapat
mendiskusikan pada teman atau orang lain yang dipandang ahli. Melalui
65
diskusi itu, maka wawasan peneliti akan berkembang, sehingga dapat
mereduksi data-data yang memiliki nilai temuan dan pengembangan teori
yang signifikan.95
2. Data Display (penyajian data)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya adalah
mendisplaykan data. Kalau dalam penelitian kuantitatif penyajian data ini
dapat dilakukan dalam bentuk table, grafik, phie chard, pictogram dan
sejenisnya. Melalui penyajian data tersebut, maka data terorganisasikan.
Tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami.
Dalam penelitian kualitatif, penyajian data bisa dilakukan dalam
bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart dan
sejenisnya. Dalam hal ini Miles dan Hubermman (1984) menyatakan “the
most frequent form of display data for qualitative research data in the
past has been narrative text”. Yang paling sering digunakan untuk
menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah teks yang bersifat
naratif.
Dalam ilustrasi seperti yang ditunjukan pada gambar 13.2 terlihat
bahwa, setelah peneliti mampu mereduksi data kedalam huruf besar,
huruf kecil dan angka, maka langkah selanjutnya adalah mendisplaykan
data. Dalam mendisplaykan data, huruf besar, huruf kecil, dan angka
disusun kedalam urutan sehingga strukturnya dapat dipahami.
Selanjutnya setelah dilakukan analisis secara mendalam, ternyata ada
hubungan yang interaktif antara tiga kelompok tersebut.96
3. Conclusion Drawing/verification
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal
yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak
ditemukan bukti-bukti yang kuat yang mendukung pada tahap
pengumpulan data berikutnya. Tetapi apabila kesimpulan yang
95
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, (Bandung:Alfabeta, Cet.
III 2007), h. 247. 96
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 249
66
dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan
konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulakan data, maka
kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin
dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, tetapi
mungkin juga tidak, karena seperti dikemukakan bahwa masalah dan
rumusan masalah dalam penelitian kualitatif masih bersifat semetara dan
akan berkembang setelah penelitian berada dilapangan.97
Kesimpulannya dalam penelitian kualitatif yaitu temuan yang baru
yang sebelumnya belum pernah ada. Temuan tersebut bisa berupa
gambaran atau deskripsi suatu objek yang masih belum jelas sehingga
setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hipotesis atau teori, hubungan
kausal atau interaktif.
F. Pemeriksaan Keabsahan Data
Dalam penelitian kualitatif, temuan atau data dapat dinyatakan valid
apabila tidak ada perbedaan antara yang dilaporkan peneliti dengan apa yang
sesungguhnya terjadi pada obyek yang diteliti.98
Dalam penelitian ini, untuk
menguju keabsahan data, peneliti menggunakan uji credibility (validitas
interbal), transferability (validitas eksternal), dependability (reliabilitas), dan
confirmability (objektivitas).
1. Uji Credibility
a) Triangulasi
Triangulasi dalam pengujian kredibilitas ini diartikan sebagai
pengecekan data dari berbagai sumber dengan berbagai cara, dan
berbagai waktu.99
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
metode triangulasi sumber.
97
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 252. 98
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 268-269. 99
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 273.
67
Triangulasi sumber untuk menguji kredibilitas data dengan cara
mengecek data yang diperoleh melalui beberapa sumber.100
Data dari
berbagai sumber akan dideskripsikan, dikategorisasikan, mana
pandangan yang sama, mana yang berbeda, mana yang spesifik dari
sumber data tersebut. Data yang telah dianalisis oleh peneliti akan
menghasilkan suatu kesimpulan yang akan dimintakan kesepakatan
dengan sumber data tersebut.
b) Menggunakan Bahan Referensi
Yang dimaksud dengan bahan referensi disini adalah adanya
pendukung untuk membuktikan data yang telah ditemukan oleh
peneliti. Sebagai contoh, data hasil wawancara perlu didukung
dengan adanya rekaman wawancara. Data tentang interaksi manusia,
atau gambaran suatu keadaan perlu didukung oleh foto-foto. Alat-
alat bantu perekam data dalam penelitian kualitatif seperti kamera,
handycam, alat rekam suara sangat diperlukan untuk mendukung
kredibilitas data yang telah ditemukan oleh peneliti. Dalam laporan
penelitian, sebaiknya data-data yang dikemukakan perlu dilengkapi
dengan foto-foto atau dokumen autentik, sehingga menjadi lebih
dapat dipercaya.101
2. Uji Transferability
Seperti telah dikemukakan bahwa transferability ini merupakan
validitas eksternal dalam penelitian kualitatif. Validitas eksternal
menunjukan derajat ketepatan atau dapat diterapkan hasil penelitian ke
populasi di mana sampel tersebut diambil.
Nilai transfer ini berkenaan dengan perrnyataan, hingga mana hasil
penelitian dapat diterapkan atau digunakan dalam situasi lain. Bagi
peneliti naturalistic, nilai transfer bergantung pada pemakai, hingga
manakala hasil penelitian tersebut dapat digunakan dalam konteks dan
100
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 274. 101
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 275
68
situasi sosial lain. Peneliti sendiri tidak menjamin “validitas eksternal”
itu.
Oleh karena itu, supaya orang lain dapat memahami hasil penelitian
kualitatif sehingga ada kemunkinan untuk menerapkan hasil penelitian
tersebut, maka peneliti dalam membuat laporannya harus memberikan
uraian yang rinci, jelas, sistematis, dan dapat dipercaya. Dengan
demikian maka pembaca menjadi jelas, sehingga dapat memutuskan
dapat atau tidaknya untuk mengaplikasikan hasil penelitian tersebut di
tempat lain. Bila pembaca laporan penelitian memperoleh gambaran yang
sedemikian jelasnya, “semacam apa” suatu hasil penelitian dapat
diberlakukan (transferability), maka laporan tersebut memenuhi standar
transferabilitas.102
3. Uji Depenability
Dalam penelitian kuantitatif, dependability disebut reliabilitas. Suatu
penelitian yang reliable adalah apabila orang lain dapat
mengulangi/mereplikasi proses penelitian tersebut. Dalam penelitian
kualitatif, uji dependability dilakukan dengan melakukan audit terhadap
keseluruhan proses penelitian. Sering terjadi peneliti tidak melakukan
proses proses penelitin kelapangan, tetapi bisa memberikan data.
Penelitian seperti ini perlu diuji dependabilitynya. Kalau proses
penelitian tidak dilakukan tetapi datanya ada, maka penelitian tersebut
tidak reliable atau dependable. Untuk itu pengujian dependability
dilakukan dengan cara melakukan audit terhadap keseluruhan proses
penelitian. Caranya dilakukan oleh auditor yang independen, atau
pembimbing untuk mengaudit keseluruhan aktivitas peneliti dalam
melakukan penelitian.
Bagaimana peneliti mulai menentukan masalah/fokus, memasuki
lapangan, menentukan sumber data, melakukan analisis data, melakukan
uji keabsahan data, sampai membuat kesimpulan harus dapat ditunjukan
oleh peneliti. Jika peneliti tak mempunyai dan tak dapat menunjukan
102
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 276
69
“jejak aktivitas lapangannya”, maka depenabilitas penelitiannya patut
diragukan.103
4. Uji Konfirmabilitiy
Pengujian Konfirmabilitiy dalam penelitian kuantitatif disebut
dengan uji objektivitas penelitian. Penelitian dikatakan objektif bila hasil
penelitian telah disepakatai banyak orang. Dalam penelitian kualitatif, uji
Konfirmabilitiy mirip dengan uji depenability, sehingga pengujiannya
dapat dilakukan secara bersamaan. Menguji Konfirmabilitiy berarti
menguji hasil penelitian, dikaitkan dengan proses yang dilakukan. Bila
hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian yang dilakukan,
maka penelitian tersebut telah memenuhi standar Konfirmabilitiy. Dalam
penelitian, jangan sampai proses tidak ada, tapi hasilnya ada.104
103
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 277 104
Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D, h. 278
70
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Latar Penelitian
1. Lokasi BMT Al Jibaal
Lokasi BMT Al Jibaal ini terletak Jl. Gn. Raya No.003/011, RT.02 Rt,
Cireundeu, Ciputat Tim., Kota Tangerang Selatan, Banten 15419, seperti
yang terlihat di gambar berikut.
Gambar 4.1
Lokasi BMT Al Jibaal
Sumber : Google Map
2. Sejarah Berdirinya BMT Al Jibaal
Ketika ada berita bahwa Yayasan Amanah Ummat (YAU) akan
menyelenggarakan Program Pelatihan Pengelola BMT, maka dikirimkan
utusan dari Ta’lim Khusus Bangkok (TKB) 2 orang dan dari Majelis
Taklim Al-Huda 2 orang. Penyelenggara Pelatihan tersebut adalah YAU
bekerja sama dengan Yayasan Bina Pembangunan (YBP) dan Majalah
Panji Masyarakat sedangkan fasilitatornya dari Pusat Inkubasi Bisnis
Usaha Kecil (PINBUK).
Pelatihan diadakan di Cisaat Sukabumi selama 15 hari dari tanggal 19
Juni sampai dengan 03 Juli 1997 serta diikuti oleh 29 peserta dari berbagai
daerah se-Jabotabek (17 BMT/Calon BMT). Pada waktu penutupan
71
Pelatihan, masing-masing Calon BMT oleh YAU diberi pinjaman modal
sebesar Rp 5.000.000 yang diangsur setiap bulan selama 24 bulan dengan
tenggang waktu 4 bulan.
Daerah Cireundeu sendiri, pada saat itu, karena mengirimkan 2 majelis
Ta’lim akhirnya sepakat hanya dibuat 1 BMT, sehingga pinjaman modal
yang diberikan YAU menjadi Rp10.000.000,-. Dari sini para pengurus
majelis Ta’lim sepakat untuk menamakan BMT di Jl. Gunung Raya
dengan namaBMT Al-Jibaal.105
Selanjutnya dengan mengadakan beberapa pertemuan antar peserta
Pelatihan dengan para pengurus TKB dan Al-Huda, kedua majelis ta’lim
ini melakukan persiapan pendirian BMT dan menyiapkan semua
perlengkapan yang dibutuhkan. Juga melakukan sosialisasi dan
memperkenalkan BMT kepada tokoh masyarakat dan majelis ta’lim yang
ada di wilayah Kampung Gunung, dan penyebaran brosur. Akhirnya
dengan membentuk satu BMT yang diberi nama Al-Jibaal yang artinya
gunung karena domisilinya di Kampung Gunung dan dengan izin serta
restu Kepala Desa pada tanggal 1 September 1997 BMT Al-Jibaal mulai
beroperasi. Untuk sementara waktu, wilayah kerjanya meliputi dua RW
yaitu RW 03 dan 11, dengan berkantor di rumah salah satu pengurus
sampai September 2012.
Setelah reorganisasi, pada tanggal 01 Desember 2012 BMT Al-Jibaal
menyewa salah satu ruang kantor yang beralamat di Jl. Gunung Raya Rt
005/011 dan membuka diri melayani anggota wilayah Kota Tangerang
Selatan.
3. Visi dan Misi
a. Visi :
Mewujudkan BMT sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang
profesional dalam menumbuh kembangkan produktivitas usaha
anggota dan dapat meningkatkan kualitas ibadah anggota dalam segala
aspek kehidupan.
105
Buku Profil BMT Al-Jibaal
72
b. Misi :
Membangun dan mengembangkan tatanan perekonomian dan struktur
masyarakat madani yang adil, berkemakmuran, dan berkemajuan,
berdasarkan syariah dan ridha Allah swt.
4. Identitas BMT Al Jibaal
Nama Koperasi Baitul Maal wa Tamwil
(KBMT) Al-Jibaal
Tanggal berdiri KBMT berdiri sejak 1 Juli 1997 dan
Berbadan Hukum Koperasi Tanggal 9
Desember 1998
Badan Hukum 243/BH/KDK.10.4/XII/1998 Tanggal 9
Desember 1998
SKDU Kec. Ciputat Timur 503/67-Ekbang Kel Crd/2017
SIUP 503/000418-BP2T/30-08/PK/IV/2013
TDP 30.08.2.70.00095
NPWP 31.720.773.6-411.000
Alamat koperasi Jl. Gunung Raya 02 RT.03 RW. 11
Kelurahan Cireundeu Kecamatan Ciputat
Timur Kota Tangerang Selatan Propinsi
Banten Telp. (021) 7419826, CP Abdul
Biya, SE Hp. 082122661625.106
5. Struktur Organisasi
Suatu kegiatan usaha agar berjalan sesuai dengan tujuan suatu
lembaga atau perusahaan, maka diperlukan adanya struktur organisasi
yang baik. Struktur organisasi yang ditentukan dengan baik juga harus
didukung moral karyawan untuk membentuk kerja yang royal dan
harmonis.
106
Buku Profil Koperasi BMT Al-Jibaal h. 5
73
Rapat Anggota
Pengawas Syariah &
Manajemen Pengurus
Manajer
Maal
Anggota
AO
Operasional
Kasir CS Akunting /Pembukaan
SDM & Umum
ADM&
Marketing
Dalam menentukan bentuk struktur organisasi, tentunya disesuaikan
dengan kebutuhan dan pertumbuhan lembaga atau perusahaan. Hal ini
dimaksudkan agar pekerjaan yang ada dapat terselesaikan secara efektif
dan efisien.
Adapun bagian-bagian dalam struktur organisasi BMT Al-Jibaal
Ciputat Timur adalah sebagai berikut:
Gambar 4.2
Susunan Organisasi BMT Al Jibaal
Sumber : Profil Koperasi BMT Al-Jibaal
Gambar 4.3
Struktur Organisasi dan Pengelola
BMT AL Jibaal
Keterangan:
Garis Koordinasi
Garis Komando
Garis Pelayanan
RAT
Manager
Staf/Pengelola
Pengurus Badan
Pengawas
74
Sumber : Profil Koperasi BMT Al-Jibaal
Keterangan Struktur Organisasi
Terdiri dari Pengurus, Pengawas, Pengelola;
a) Pengurus
Ketua : Drs. H. Fadjri., MM.
Sekretaris : Muh. Abdul Jalil., S.Kom.
Bendahara : Muh. Jumaedi., S.Ag.
b) Pengawas
Ketua : Hendro Wibowo, SEI, MM, CFP.
Anggota 1 : Ir. Rohman Marhadi
Anggota 2 : Didi Sutardi, BSc.
c) Pengelola
Manajer : Abdul Biya, SE.
Adm dan Umum : Rini Agustini SR.
Marketing : Syarifudin Burhan
Kasir : Yuliana
Koord Unit Toko : Irdi Destiara
Koord. Konveksi dan Percetakan : Fatoni
6. Produk-Produk dan Kagiatan Koperasi BMT Al-Jibaal
a. Produk Pendanaan
1. Simpanan Pokok
Merupakan modal awal anggota yang disetorkan, sehingga besar
simpanan pokok tersebut sama dan tidak boleh dibedakan antara
anggota satu dengan lainnya. Konsep pendirian KBMT
menggunakan konsep syirkah mufawadhah, yakni sebuah usaha
yang didirikan secara bersama-sama oleh dua orang atau lebih,
yang masing-masing dengan bobot yang sama pula. Masing-masing
partner saling menanggung satu sama lain dalam hak dan
kewajiban, serta tidak dibolehkan salah seorang memasukkan
75
modal yang lebih besar dan memperoleh keuntungan yang lebih
besar dibanding dengan anggota lainnya.
2. Simpanan Wajib
Simpanan wajib juga termasuk modal dari KBMT seperti halnya
simpanan pokok. Besar kewajiban tersebut diputuskan berdasarkan
hasil syuro (musyawarah) anggota, dan penyetorannya dilakukan
secara berturut-turut setiap bulannya hingga seseorang dinyatakan
keluar dari keanggotaan Koperasi Baitul Maal Wattamwil
3. Simpanan Sukarela
Merupakan bentuk investasi dari anggota atau calon anggota yang
memiliki kelebihan dana, dan kemudian menyimpannya di KBMT.
Bentuk simpanan sukarela memiliki dua jenis karakter, antara lain:
a. Dana simpanan tersebut bersifat titipan (wadiah) dan dapat
diambil sewaktu-waktu. Titipan (wadiah) terbagi menjadi 2
macam, yaitu wadiah amanah (titipan yang tidak boleh
dipergunakan baik untuk kepentingan KBMT maupun untuk
investasi usaha, tetapi untuk dijaga oleh pihak KBMT sampai
diambil oleh pemiliknya) dan wadiah yad dhamanah (dana
titipan anggota kepada KBMT yang diizinkan untuk dikelola
dalam usaha real sepanjang dana tersebut belum diambil oleh
pemiliknya, biasanya pihak KBMT memberikan bonus kepada
pemilik dana yang tidak dipersyaratkan di awal);
b. Dana simpanan tersebut bersifat investasi yang ditujukan untuk
kepentingan usaha dengan mekanisme bagi hasil
(mudharabah) baik revenue sharing, profit sharing, maupun
profit and loss sharing. Konsep simpanan yang dipakai adalah
simpanan berjangka mudharabah mutlaqah (kerjasama antara
pemilik dana dengan KBMT yang cakupan usahanya sangat
luas dan tidak dibatasi oleh spesifikasi jenis usaha, waktu dan
daerah usaha) serta simpanan berjangka mudharabah
76
muqayadah (kerjasamaantara pemilik dana dengan pihak
KBMT selaku pengusaha, yang penggunaan dananya dibatasi
oleh ketentuan yang dipersyaratkan oleh pemilik dana).
4. Investasi Pihak Lain
Dalam operasionalnya KBMT selalu membutuhkan dana segar
untuk bisa mengembangkan usahanya secara maksimal, sementara
simpanan anggotanya masih sedikit dan terbatas. Oleh karena itu,
KBMT diharapkan bekerjasama dengan bank syariah maupun
program-program pemerintah. Investasi pihak lain ini
menggunakan prinsip mudharabah (mekanisme atau prinsip bagi
hasil) maupun prinsip musyarakah (suatu perkongsian atau
kerjasama antara dua orang atau lebih yang masing-masing pihak
memberikan kontribusinya baik sebagian modal maupun
keterampilan usaha, dengan batasan waktu yang ditentukan dan
disepakati oleh kedua pihak).
b. Produk Layanan Jasa Pembiayaan
Selain produk-produk yang tersebut di atas, KBMT Al-Jibaal juga
mempunyai Produk layanan jasa pembiayaan yaitu yang bertujuan
untuk lebih mempermudah, mengembangkan, dan meningkatkan usaha
anggota KBMT Al-Jibaal yang meliputi:
1. Pembiayaan Mudharabah
Merupakan pembiayaan yang dilakukan untuk membiayai
modal yang diperlukan nasabah dengan bagi hasil yang telah
disepakati bersama dan pengembalian sesuai jangka waktu yang
telah disepakati.
77
Gambar 4.4
Skema Pembiayaan Mudharabah
KEAHLIAN MODAL
NISBAH X% NISBAH Y%
PENGAMBILAN
Sumber : Profil Koperasi BMT Al-Jibaal
2. Pembiayaan Musyarakah
Pembiayaan yang dilakukan untuk investasi / modal kerja
dengan kondisi berbagi modal dan pengelolaan antara KBMT Al-
Jibaal dengan anggota, dengan pembagian keuntungan sesuai
nisbah yang telah disepakati.
Gambar 4.5
Skema Pembiayaan Musyarakah
Sumber : Profil Koperasi BMT Al-Jibaal
PERJANJIAN
BAGI HASIL
NASABAH KBMT AL-JIBAAL
USAHA
Pembagian Keuntungan
MODAL
NASABAH KBMT Al-Jibaal
USAHA
KEUNTUNGAN
Bagi Hasil
Keuntungan sesuai porsi
Kontribusi Modal (NISBAH)
78
3. Murabahah
Pembiayaan yang diberikan untuk pembelian barang yang
diperlukan nasabah, dan nasabah akan membayar secara tangguh
pada waktu yang telah ditentukan sebesar harga barang ditambah
bagi hasil yang diberikan kepada KBMT Al-Jibaal.
Gambar 4.6
Skema Pembiayaan Murabahah
Tunai dan Mark Up
Pembeli Penyerahan
Sumber : Profil Koperasi BMT Al-Jibaal
4. Ijarah
Pembiayaan yang diberikan untuk pembiayaan sewa barang,
rumah atau bangunan dan jasa yang diperlukan nasabah, dan
nasabah membayar harga pokok sewa barang tersebut dengan
kelebihan yang disepakati (mark up).
Gambar 4.7
Skema Pembiayaan Ijaroh
Sumber : Profil Koperasi BMT Al-Jibaal
Syarat- syarat Pengajuan Pembiayaan :
a. Foto copy KTP Suami/ Istri yang masih berlaku 2 lembar
b. Foto copy Kartu Keluarga 2 lembar
KBMT Al-Jibaal
Penyedia Barang
Nasabah
Pembeli
BARANG
PENJUAL NASABAH
OBJEK SEWA
Koppontren
79
c. Foto copy SIUP (Surat Ijin Usaha dan Perdagangan ), TDP,
NPWP, SKTU, Laporan keuangan 2 bulan terakhir, Copy akta
badan hukum, susunan kepengurusan untuk badan usaha .
d. Nasabah harus menjadi calon anggota dengan membuka
rekening tabungan wajib.
e. Foto copy agunan yang digunakan untuk pembiayaan
f. Bertempat di wilayah Suruh dan sekitarnya.
g. Bersedia di survey
h. Surat permohonan (dari Koppontren)
i. Surat persetujuan dari Istri / Suami (dari KBMT Al-Jibaak)
j. Surat pernyataan dari penjamin diatas materai sesuai dengan
ketentuan (untuk yang belum menikah) Surat kesanggupan
potong gaji dari atasan langsung disertai dengan slip gaji
terakhir.
c. Kegiatan KBMT Al Jibaal
Kegiatan sosial yang dilakukan oleh KBMT Al-Jibaal berasal dari
dana zakat, infak, dan sedekah (ZIS). Kegiatan ini tidak mengambil
keuntungan secara finansial, tetapi hanya pinjaman kebaikan (contoh:
dalam bentuk hibah atau qardhul hasan). Qardhul hasan merupakan
pinjaman lunak yang diberikan oleh KBMT, dan harus dikembalikan
sesuai sejumlah dana yang diterima tanpa adanya tambahan, kecuali
jika anggota mengembalikan lebih tanpa persyaratan dimuka.
Kelebihan dana tersebut diperbolehkan diterima oleh KBMT dan
dimasukkan ke dalam kelompok dana qardh (baitul maal-ZIS).
80
Penghimpunan dana Pembiayaan Jasa Sosial
Modal Dasar: 1. Simpanan
pokok 2. Simpanan
wajib 3. Investasi
pihak lain
Prinsip bagi hasil:
1. Mudharabah 2. Musyarakah
1. al ijarah 2. wadiah 3. wakalah
1. Qardhul hasan 2. Hibah
Simpanan sukarela:
1. Wadiah 2. Mudharabah
Prinsip jual beli:
1. Murabahah 2. Salam 3. Istishna
Gambar 4.8
Skema Kegiatan KBMT Al-Jibaal
Sumber : Profil Koperasi BMT Al-Jibaal
B. Data Penelitian
1. Hasil Observasi
Hasil Observasi Peneliti pada
Tanggal : 3-4 Januari 2018
Tempat : Jl. Gunung Raya 02 RT.03 RW. 11 Kelurahan Cireundeu
Kecamatan Ciputat Timur Kota Tangerang Selatan
Propinsi Banten
Tabel 4.1
Hasil Observasi
No. ASPEK YANG DIAMATI DESKRIPSI
1 PENAMPILAN FISIK BMT
Ketersediaan tempat parkir Tempat parkir Kantor BMT Al-Jibaal,
terbilang kurang luas, dapat menampung
sekitar 3 Mobil dan cukup untuk 5-10 motor
saja.
Ketersediaan Ruang Tunggu Ruang tunggu BMT Al-Jibaal cukup sempit
hanya muat sekitar 10-15 nasabah saja
KBMT AL-JIBAAL
81
Ketersediaan peralatan yang
dimiliki
Kantor BMT Al-Jibaal cukup memiliki
peralatan yang menunjang kinerjanya
Kelengkapan Media Transaksi Kantor BMT Al-Jibaal memiliki 3 tempat
transaksi tunai di Teller, keseluruhnya
menggunakan komputer online, dengan ini
nasabah lebih mudah dalam melakukan
transaksi.
Ketersediaan Toilet Kantor BMT Al-Jibaal memiliki 2 toilet dan
toilet tersebut cukup bersih. Karena petugas
cleaning servis selalu menjalankan tugasnya
dengan baik.
2 SIKAP PEGAWAI KEPADA NASABAH
Kerapihan dan keramahan staf
dan pegawai
Semua pegawai Kantor BMT Al-Jibaal
berpakaian rapih. Sikapnya juga sangat
ramah kepada nasabah yang datang atau pun
kepada yang memiliki keperluan dengan
pegawai BMT tersebut.
Pegawai bersikap adil, tanpa
membeda-bedakan keadaan
nasabah
Setiap pegawai bersikap adil dan tegas. Hal
ini dapat dilihat di BMT Al-Jibaal ketika
melakukan transaksi ataupun segala urusan,
setiap pegawai tetap memberikan pelayanan
prima dan tidak membedakan keadaan
nasabah.
Keterbukaan pegawai dalam
memberikan pelayanan kepada
nasabah
Pegawai BMT selalu terbuka dalam
memberikan pelayanan kepadan nasabah.
Tetapi tetap rahasia internal BMT selalu
terjaga.
Komunikasi yang baik dengan
nasabah
Tutur kata yang disampaikan setiap pegawai
BMT sangat sopan dan jelas. Sehingga
informasi yang diterima oleh nasabah sangat
jelas juga.
Pegawai menunjukkan sikap
disiplin yang baik
Setiap pegawai BMT memiliki sikap
disiplin. Hal ini tergambar disetiap pagi,
kepala BMT memberikan pengarahan
kepada seluruh pegawai.
Pegawai menunjukkan sikap
yang bertanggungjawab
Setiap pegawai BMT memiliki sikap
tanggung jawab. Hal ini tergambar pada
salah satu pegawai, diamana saat peneliti
melakukan wawancara, mereka tetap
melakukan pekerjaannya selagi
diwawancarai.
3 DAYA TANGGAP DALAM MELAYANI NASABAH
Ketersediaan staf dan pegawai
untuk membantu kesulitan
nasabah
Setiap nasabah yang berurusan dengan salah
satu pegawai selalu diarahkan terlebih
dahulu ke bagian sekertariat. Setelah itu
barulah dipertwmukan dengan pegawai yang
82
bersangkutan.
Kesiapan pegawai dalam
melayani nasabah
Pegawai BMT selalu siap melayani nasabah
BMT dengan baik karena setiap pagi selalu
mendapatkan arahan dari kepala BMT.
Kecepat-tanggapan pegawai
dalam melayani nasabah
Setiap pelayanan transaksi baik di teller
maupun di Costumer Services, pegawai
teller dan CS selalu cepat tanggap.
Ketepatan waktu dalam
pelayanan sesuai dengan waktu
yang dijanjikan
Tutur kata yang disampaikan setiap pegawai
BMT tertata dan jelas. Sehingga informasi
yang diterima oleh nasabah sangat jelas.
Pegawai membantu
mempersiapkan dana yang
diperlukan nasabah
Salah satu pelayanan BMT adalah
pembiayaan murabahah, dan paling lambat
dilakukan maksimal 14 hari kerja. Ada juga
pencairan yang dilakukan beberapa hari
setelah pengajuan. Ini menunjukkan bahwa
pegawai BMT selalu memprioritaskan
nasabah
4 KETENTUAN DALAM MURABAHAH
Penerima pembiayaan
murabahah
Di BMT Standar Operasional Prosedur
(SOP) dalam menyalurkan murabahah
sangat jelas dan disiplin.
Jaminan atau agunan Agunan yang diutamakan oleh BMT adalah
BPKB motor atau sertifikat tanah.
Kesepakatan dengan pihak
Bank
Kesepakan mengenai pembayaran
diserahkan kepada nasabah, sesuai dengan
kemampuannya, dengan aturan yang telah
dibuat oleh pihak BMT.
Sumber: Hasil pengolahan data wawancara dengan pihak BMT Al-Jibaal
Dari tabel 4.1 dapat dijelaskan bahwa penampilan fisik dari BMT Al-
Jibaal dapat dikatakan lengkap, dimana disebutkan bahwa lapangan parkir
yang luas, ruang tunggu cukup luas, peralatan transaksi yang memadai,
dan fasilitas untuk nasabah cukup memuaskan. Hal ini sesuai dengan
pernyataan Ratih yang menjelaskan bahwa bukti fisik adalah suatu hal
yang secara nyata turut memengaruhi keputusan konsumen untuk membeli
dan menggunakan produk jasa yang ditawarkan107
Bukti fisik merupakan
lingkungan fisik perusahaan jasa dimana layanan diciptakan dan di mana
penyedia jasa dan pelanggan berinteraksi, ditambah unsur-unsur berwujud
yang ada yang dipakai untuk berkomunikasi atau mendukung peran jasa.
107
Ratih Hurriyati, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, , (Bandung: Alfabeta,
2005), h. 63
83
0
500,000,000
1,000,000,000
1,500,000,000
2,000,000,000
2,500,000,000
2014 2015 2016
Pembiayaan Anggota
Dalam bisnis jasa, pemasar harus berusaha mengimbangi dimensi ketidak
terwujudannya dengan menyediakan petunjuk-petunjuk fisik untuk
menguatkan positioning dan citra dan mengembangkan product surround.
Kemudain dalam hal sikap, kedisiplinan dan ketanggapan pegawai
dalam melayani nasabah juga sangat baik, tentu hal ini sangat berpengaruh
terhadap persepsi dan kepuasan nasabah serta calon nasabah. Sesuai
dengan teori yang disampaikan Ratih (2005:62) yang menjelaskan bahwa
elemen-elemen dari orang (people) adalah pegawai perusahaan, konsumen,
dan konsumen lain dalam lingkungan jasa. Semua sikap dan tindakan
karyawan dan penampilan karyawan mempunyai pengaruh terhadap
persepsi konsumen atau keberhasilan penyampaian jasa (service
encounter).108
Perilaku orang-orang (karyawan) BMT Al-Jibaal yang
terlibat langsung ini sangat penting dalam mempengaruhi mutu jasa yang
ditawarkan dan image perusahaan yang bersangkutan.
C. Analisis dan Pembahasan
a. Realisasi Pembiayaan Usaha Anggota KBMT Al-Jibal
Dilihat dari data yang penulis dapatkan terjadi ketidak setabilan dari
tahun 2014-2016 dalam kegiatan pembiayaan usaha yang dilakukan oleh
KBMT Al-Jibaal, seperti yang terlihat dalam tabel berikut:
Tabel 4.2
Realisasi Pembiayaan Usaha Anggota KBMT Al-Jibal
108
Ratih Hurriyati, Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, h. 62
84
No Uraian Tahun 2014 Tahun 2015 Tahun 2016
1 Pembiayaan Calon Anggota 0 195.500.000 0
2 Pembiayaan Anggota 1.858.035.000 2.059.287.332 1.622.547.700
Jumlah 1.858.035.000 2.254.787.332 1.622.547.700
Sumber : LPJ KBMT Al-Jibaal 2016
Seperti yang sudah penulis jelaskan, bahwa terjadi ketidak
setabilan dalam realisasi pembiayaan, seperti terlihat dalam tabel
diatas bahwa terjadi kenaikan 38% dari 1,8 M tahun 2014 ke 2,2 M
tahun 2015, namun di tahun 2016 malah menurun 29% 1,6 M.
b. Total Pembiayaan Berdasarkan Besaran Pencairan KMBT Al-
Jibaal
Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara yang
dilakukan pada bulan Desember 2017, total pembiayaan berdasarkan
besaran pencairan KBMT Al-Jibaal sebagai berikut:
Tabel 4.3
Total Pembiayaan Berdasarkan
Besaran Pencairan KBMT Al-Jibaal
Sumber : LPJ KBMT Al-Jibaal 2016
Berdasarkan tabel 4.3 di atas diketahui bahwa total pecairan
pembiayaan KBMT Al-Jibaal 2016 adalah sebesar 1.622.547.700
Keterangan < 2,99 Juta 3 – 9,99 Juta > 10 Juta Jumlah
Orang 71 96 48 215
Pencairan 125.850.000,- 473.905.000,- 1.022.792.700,- 1.622.547.700,-
8%
29%
63%
Data Pembiayaan Berdasarkan Besarnya Pencairan (Rp)
< 2,99 JUTA
3-9,99 JUTA
≥ 10 Juta
33%
45%
22%
Data Pembiayaan Berdasarkan Besarnya Pencairan (Orang)
< 2,99 JUTA
3-9,99 JUTA
≥ 10 Juta
85
dengan jumlah 215 orang, sebanyak 473.905.000 dicairkan dalam
jumlah 3-9,99 juta terhadap 96 orang, dan 1.022.792.700 dicaikan
dalam jumlah diatas 10 juta terhadap 48 orang, dan 125.850.000
dicairkan dalam jumlah dibawah 2,99 juta terhadap 71 orang.
c. Proses dan Peran Pembiayaan (murabahah)
Gambaran dari proses pemberian pembiayaan murabahah, dapat
dilihat dari prosedur pemberian dan pengelolaan
pinjaman/pembiayaan, karena akan sulit menggambarkan proses
pembiayaan, jika prosedurnya sangat berbelit-belit dan sukar untuk
dipenuhi, menurut Manager BMT Al-Jibaal ketika diwawancarai:
“proses persetujuan dari BMT itu gak lama, Cuma 3hari sampe 1
minggu setelah dokumen dan persyaratan lengkap”.109
Peneliti melihat kemudahan yang ditawarkan oleh BMT Al-Jibaal,
sehingga memicu semangat ekonomi dari para anggotanya untuk
menjadi pelaku usaha kecil yang produktif. Menurut informan yang
bernama Uningsih:
“persyaratan yang dikasih terbilang cukup gampang buat dipenuhin,
udah gitu cicilannya gak terlalu gede buat saya yang pas-pasan, jadi
penghasilan juga bisa bertambah dari pinjeman itu”.110
Menurut informan yang bernama Budianto:
“yang mendorong saya minjem tuh, karena prosesnya mudah, dulu
saya pinjem Rp. 3.000.000, saya bayar setahun. Sebelum saya
menerima pinjaman kira-kira penghasilan saya tuh Rp. 300.000 bisa
kurang, tapi bedanya setelah saya pinjem, pendapatan saya lebih
stabil lah... pas abis pinjem ya terus-terusan stabil”111
Kemudahan tersebut dapat dilihat dari cara penilaian kelayakan
usaha anggota sebagai berikut:
109
Hasil Wawancara Peneliti, dengan Pihak Manager BMT Al-Jibaal, Abdul Biya ,SE.
Tanggal 4 Januari, 2018 Pukul 10:00 110
Hasil wawancara bersama informan yang bernama Uningsih, pada tanggal 3 Januari
2018, pukul 13.00 WIB. 111
Hasil wawancara bersama informan yang bernama Budianto, pada tanggal 3 Januari
2018, pukul 14.00 WIB.
86
a. Anggota harus melengkapi persyaratan Pembiayaan misalnya :
KTP, KK, Pasfoto Dll.
b. Lama usaha/kerja minimal 1 tahun hal ini bisa ditanyakan
langsung pada saat wawancara pembiayaan dan bertanya kepada
tetangga anggota tersebut.
c. Usaha/pekerjaan yang dilakukan tidak bertentangan dengan
Hukum RI dan Hukum Agama Islam (Halal).
d. Usaha/pekerjaan anggota harus mempunyai cashflow yang jelas
hal ini dapat dilihat dari transaksi Pembeli setiap hari atau dari
slip gaji untuk karyawan.
e. Pada saat survei petugas akan bertanya kepada tetangga usaha
apakah usaha yang dijalankan sudah sesuai dengan data yang
diberikan anggota.112
Dapat dilihat dari skema cara penilaian kelayakan, yang standarnya
ditentukan oleh pihak BMT sendiri. Nampaknya begitu mudah
terpenuhi dan semakin mendekatkan pada tujuan pembiayaan
murabahah, tujuan pembiayaan menurut Muhammad, dibedakan
menjadi dua yaitu secara makro dan mikro, secara makro pembiayaan
bertujuan untuk :
1. Peningkatan ekonomi umat,
2. Tersedianya dana bagi peningkatan usaha,
3. Meningkatkan produktifitas,
4. Membuka lapangan keja baru,
5. Terjadinya distribusi pendapatan.
Adapun secara mikro, pembiayaan diberikan bertujuan untuk :
1. Upaya memaksimalkan laba,
2. Upaya meminimalkan resiko,
3. Pendayagunaan sumber ekonomi,
4. Penyaluran kelebihan dana.113
112
Dalam Buku Profil BMT Al-Jibaal
87
Demikian pula pengakuan dari Bapak Darsono, salah satu anggota
BMT menurutnya:
“minjem di BMT prosesnya gak terlalu ribet, saya meskipun minjem duit
gede, tapi lumayan mudahlah. Makanya saya ambil cicilan yang cepet,
karena dengan dana pinjeman itu pendapatan saya meningkat”.114
Kepercayaan yang diberikan oleh pihak BMT, dengan memberikan
persyaratan yang mudah dan penilaian yang standar, menjadikan anggota
semakin simpati dan percaya diri dengan meminjam modal dan
usahanya. Kasmir pun menyatakan115
:
“Penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu,
berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak
lain yang mewajibkan pihak yang dibiayaai untuk mengembalikan uang
atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau
bagi hasil, dengan kata lain pembiayaan yaitu penyediaan uang yang
telah diperjanjikan atau disepakati antara kedua belah pihak dan
mengembalikan dengan imbalan ataupun bagi hasil.”
Kepercayaan ini lah yang menurut Kasmir, menjadi modal
penunjang bagi percepatan pertumbuhan BMT Al-Jibaal, selain dari pada
kesepakatan yang dilaksanakan, jangka waktu yang ditentukan, resiko
yang diambil oleh kedua belah pihak (baik yang meminjam maupun
lembaga yang meminjamkan), Seperti resiko pembayaran yang kurang
lancar, macet, anggota yang pindah, anggota yang mengundurkan diri,
dan yang wafat, seperti dalam data berikut:
113
Muhammad, Manajemen PembiayaanBank Syariah, Yogyakarta, UPP, AMP. YKPN.
h.17 114
Hasil wawancara bersama informan yang bernama Darsono, pada tanggal 4 Januari 2018,
pukul 11.00 WIB. 115
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, 2002.h. 92
88
10%
27%
5% 2%
19%
35%
2%
KETERANGAN ANGGOTA KELUAR KL
M
D
P
TA
APS
W
Tabel 4.4
Realisasi Pembiayaan Usaha Anggota
Sumber: LPJ BMT Al-Jibaal 2016
Dari grafik di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa ada 43 orang atau
41% anggota yang keluar karena berhubungan dengan masalah
pembiayaan, baik pembiayaan kurang lancar, macet maupun ditolak.
Terakhir menurut Kasmir ada itikad untuk membalas jasa, bagi yang
meminjam.116
Meskipun hal itu tidak secara pasti dapat meningkatkan
realisasi pembiayaan usaha anggota, karena pada 2016, realisasi
pembiayaan usaha anggota menurun cukup drastis, sekitar 29% bila
dibandingkan dengan tahun 2015 yang meningkat 38% seperti yang
sudah dijelaskan di atas di tabel 4.2.
d. Data Pembiayaan Bedasarkan Jenis Akad
Berdasarkan data hasil wawancara dengan pihak KBMT Al-Jibaal,
membuktikan bahwa sebagian besar tujuannya adalah untuk
meningkatkan usaha kecil masyarakat melalui pembiayaan murabahah,
yaitu sebagai berikut:
116
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, PT Raja Grafindo Persada, 2002.h. 94.
Alasan
Keluar
Kurang
Lancar
(KL)
Macet
(M)
Ditolak
(D)
Pindah
(P)
Tidak
Aktif
(TA)
Atas
Permintaan
Sendiri
(APS)
Wafat
(W)
Total
10 28 5 2 20 36 2 103
89
Tabel 4.5
Data Pembiayaan Bedasarkan Jenis Akad
Sumber: LPJ BMT Al-Jibal 2016
Dapat kita lihat diatas tergambarkan data dari pembiayaan jenis akad
orang yaitu: 1) Musyarakah yang berjumlah Lima orang, 2) Murabahah
126 orang, 3) Ijarah 84 orang, yang totalnya 215 orang yang presentasenya
sekitar 59% masyarakat anggota BMT dibiayai untuk mudarabah. Lalu
berdasarkan jenis jumlah akad yaitu: 1). Musyarakah jumlahnya Rp.
319.292.700,-2) Murabahah jumlahnya Rp. 829.005.000,- dan terakhir 3).
Ijarah jumlahnya Rp. 474.250.000.jadi sekitar 51% akad yang terdapat di
BMT untuk murabahah.senada dengan data diatas, informan yang bernama
Ruswati yang peneliti temui juga mengungkapkan sebagai berikut:
“banyak dari kalangan pedagang yang juga miskin kayak saya,
pengennya dapet dana segar buat modal usaha.. jadi, bukan buat beli
barang atau kebutuhan aja sih, pengennya kita pedagang kan dapet
modal, dan emang yang paling gampang buat di bantu ama BMT ya
untuk urusan modal doang” .117
Maka dapat kita simpulkan bahwa pihak BMT cukup konsisten
dengan tujuannya yaitu: BMT Al-Jibaal adalah, Mewujudkan BMT
117
Hasil wawancara bersama informan yang bernama Ruswati, pada tanggal 4 Januari 2018,
pukul 14.00 WIB.
Akad Musyarakah Murabahah Ijarah Total
Orang 5 126 84 215
Total
(Rp) Rp.319.292.700,- Rp829.005.000,-
Rp
474.250.000
1.622.547.700,-
2%
59%
39% 0%
Data Pembiayaan Berdasarkan …
Musyarakah
Murabahah
20%
51%
29% 0%
Data Pembiayaan Berdasarkan …
Musyarakah
Murabahah
90
0
100,000,000
200,000,000
300,000,000
400,000,000
500,000,000
2014 2015 2016
Pendapatan Usaha
sebagai lembaga keuangan mikro syariah yang profesional dalam
menumbuhkembangkan produktivitas usaha anggota dan dapat
meningkatkan kualitas ibadah anggota dalam segala aspek kehidupan.
e. Potensi Ekonomi BMT Al-Jibaal dan Pendapatan Hasil Pembiayaan
Murabahah
Potensi Ekonomi BMT Al-Jibaal di daerah Kota Tangerang Selatan
sendiri cukuplah besar, karena potensi daerah Kota Tangerang Selatan
sendiri adalah bidang Jasa dan Perdagangan hal ini tidak jauh berbeda
dengan potensi yang ada di lingkungan koperasi BMT Al-Jibaal yakni
perdagangan dan Jasa.
Lingkungan sekitar koperasi BMT Al-Jibaal terdapat berbagai
macam usaha Jasa maupun Perdangan antara lain :
a. Pasar Pagi Sabtu-Minggu (Sandratek) berada kurang dari 1 Km
dari kantor Koperasi BMT Al-Jibaal.
b. Letak Pasar Ciputat berdekatan dengan koperasi BMT Al-Jibaal
yakni ± 2 KM. Sehingga pedagang cukup dekat lokasinya dengan
BMT Al-Jibaal
c. Lokasi Kantor Koperasi BMT Al-Jibaal tepat berada di sekitar Situ
Gintung Ciputat (Daerah Wisata Danau Kota Tangerang Selatan).
Pendapatan Kotor usaha yang diperoleh Koperasi Serba Usaha
(KSU) BMT Al-Jibaal selama tahun 2016 sebesar Rp. 405.862.950,-
mengalami penurunan Sekitar 9% dari tahun 2015.
Tabel 4.6
Data Pendapatan Kotor usaha
91
Sumber: LPJ BMT Al-Jibal 2016
Dari data-data diatas peneliti dapat menyimpulkan, terdapat pola
peningkatan pada pendapatan BMT di tahun 2015 dan penurunan
pendapatan pada tahun 2016. Dengan kondisi yang demikian peneliti
menghasilkan kesimpulan bahwa pembiayaan murabahah yang dilakukan
oleh BMT cukup stabil dari tahun ke-tahun, sehingga dampaknya tidak
begitu berarti untuk anggota yang melakukan murabahah pada BMT.
Dengan kondisi yang demikian BMT tetap memberikan pembiayaan
kepada siapa saja yang memenuhi persyaratan yang ditentukan. Seperti
diakui oleh informan yang bernama Ruswati, menurutnya:
“Dulu saya punya simpenan di BMT, makanya saya berani minjem,
trus ya selama pinjam ada lah, buat cicil motor ampe lunas, terus
saya ambil motor lagi..dulu mah saya gak punya motor. Terus hari ini
yang saya rasakan perkembangannya dari hasil pembiayaan itu, saya
bisa pasang listrik sendiri..dulunya saya nebeng ama tetangga, tapi
kan gak enak, makanya pas ada hasil dari usaha saya, saya pasang
listrik sendiri.. ”.118
Ditambah dengan keterangan dari ibu Kunarti yang sudah 10 tahun
berjualan Gorengan:
“biar usaha saya lancar, saya pinjam ke BMT sekitar Rp. 15.
000.000, untuk saya lunasin selama 2 tahun kalo gak salah ya.., kalo
dulu sebelum pinjem, sehari kadang saya dapet bersih Rp. 300.000,
karena saya Cuma bisa jualan gorengan, tapi setelah itu saya pinjem,
dan abis pinjem saya bisa dagang yang lain, misalkan Nasi Uduk
118
Hasil wawancara bersama informan yang bernama Ruswati, pada tanggal 4 Januari 2018,
pukul 14.00 WIB.
No Uraian 2014 2015 2016
1
Pendapatan
Dari
Pembiayaan
Rp. 322.355.282 Rp. 374.527.250
Rp. 333.592.812
92
segala macem.. dan Alhamdulillah saya bisa biayain anak sekolah,
kuliah. dan kira-kira bersih saya dapet Rp. 500.000 ”119
Menurut anggota BMT yang telah menerima pembiayaan
murabahah, usaha mereka memiliki perkembangan baik disisi stabilitas
pendapatan, kepemilikan alat-alat produksi atau alat penunjang, dan
dapat memenuhi kebutuhan keluarga yang sebelumnya belum dapat
terpenuhi, menurut Bapak Darsono pelaku Usaha Jasa Percetakan:
“saya pinjem buat perputaran modal lah, biar stabil, pas saya butuh
modal, BMT ada kasih pinjem buat saya.. saya pinjem sekitar Rp.
13.000.000, saya cicil selama setahun sekitar Rp. 1.200.000,
pengeluaran saya sebelum nerima pinjaman tuh sekitar Rp.
5.000.000, dan setelah saya menerima pijaman pengeluaran saya
meningkat, sekitar 8.000.000. peningkatan pendapatan sih tetep ada..
ya sekarang mesin yang saya punya bertambah, kayak Mesin Lem,
Mesin Potong gitu deh. Sebelum saya pinjem Cuma punya mesin
lubang”120
.
Menurut Agustianto pendapatan mereka adalah gaji yang mereka
dapatkan dari hasil bekerja selama sebulan, tetapi ada hal lainnya yang
dikategorikan sebagai pendapatan, diantaranya:
a. Gaji, upah, komisi
b. Penghasilan dari usaha sendiri
c. Pendapatan dari hasil usaha/investasi (bunga, deviden, uang sewa)
d. Uang pemberian, hadiah, dan beasiswa
e. Dana JAMSOSTEK
f. Dana pension
g. Tunjangan perceraian (alimory) dan tunjangan anak (child
support).121
119
Hasil wawancara bersama informan yang bernama Kunarti, pada tanggal 4 Januari 2018,
pukul 14.00 WIB. 120
Hasil wawancara bersama informan yang bernama Darsono, pada tanggal 4 Januari
2018, pukul 11.00 WIB. 121
Agustianto dan Lutfi T Rizki, Fiqih Perencanaan Keuangan Syariah, (Depok:
Mudamapan Publishing, 2010), h. 89
93
Dalam bidang usaha jasa, maupun dagang, yang diharapkan tentulah
pendapatan yang terus meningkat, namun dengan modal minim hal itu
susah tercapai, menurut Darsono “pendapatan stabil aja udah cukup,
karena dalam usaha saya sering kali menurun tidak jelas”122
. Dalam
wawancara dengan informan yang bernama Budianto123
:
“yang mendorong saya minjem tuh, karena prosesnya mudah, dulu
saya pinjem Rp. 3.000.000, saya bayar setahun. Sebelum saya
menerima pinjaman kira-kira penghasilan saya tuh Rp. 300.000 bisa
kurang, tapi bedanya setelah saya pinjem, pendapatan saya lebih
stabil lah... pas abis pinjem ya terus-terusan stabil”
Jadi dapat peneliti menyimpulkan peran BMT Al-Jibaal dalam
pembiayaan Murabahah sangatlah penting bagi perkembangan usaha
kecil di Kota Tangerang Selatan, BMT sebagai Koperasi telah
menunjukkan perannya yang sangat strategis di bidang ekonomi
masyarakat kecil.
122
Hasil wawancara bersama informan yang bernama Darsono, pada tanggal 4 Januari 2018,
pukul 11.00 WIB. 123
Hasil wawancara bersama informan yang bernama Budianto, pada tanggal 4 Januari
2018, pukul 10.00 WIB.
94
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
BMT Al-Jibaal sebagai salah satu Koperasi yang ada di Kota Tangerang
Selatan yang bergerak pada sektor UMKM mampu memberikan dampak
produktifitas terhadap bagian kecil masyakarakat Kota Tangerang Selatan
yang bergerak pada usaha kecil menengah, dilihat dari kepercayaan
masyarakat untuk bertransaksi di BMT Al-Jibaal tersebut. Hal ini penulis
simpulkan berdasarkan data yang saya dapat baik pada survey wawancara
tatap muka terhadap pengurus maupun anggota BMT Al-Jibaal serta analisa
dari keuangan BMT Al-Jibaal.
BMT Al-Jibaal dengan Konsep Murabahah yang dipakai dalam
melakukan transaksi ini mampu memberikan kepercayaan masayarakat
terhadap BMT Al-Jibaal tersebut. Dengan konsep Murabahah yang dilakukan
oleh BMT AL-Jibaal memberikan pengaruh kecil terhadap perubahan status
ekonomi anggota Al-Jibaal. BMT Al-Jibaal ini mampu secara pasti
memberikan stabilisasi pendapatan anggota yang bergerak pada sektor
UMKM dalam program Murabahah.
Kepercayaan masyarakat terhadap BMT AL-Jibaal cukuplah besar. Hal ini
dapat dilihat dari nilai transaksi yang dilakukan oleh masyarakat di BMT Al-
Jibaal cukup tinggi. Dengan demikian BMT Al-Jibaal mendapatkan apresiasi
positif dari masayarakat. Kesimpulan dari analisa yang saya lakukan adalah
bahwa persepsi para pelaku UMKM Secara umum BMT sudah memiliki
peran positif terhadap perkembangan usaha dan peningkatan
kesejahteraan masyarakat.
B. Saran-Saran
Temuan-temuan yang telah dipaparkan diatas adalah objektif dan terukur,
yang mana telah menunjukkan bahwa memang BMT dengan pembiayaan
murabahahnya memiliki peran yang nyata terhadap peningkatan pendapatan
nasabah BMT Al-Jibaal.
Adapun saran yang akan peneliti sampaikan adalah sebagai berikut:
95
1. Pada pihak BMT Al-Jibaal
Kepada pihak BMT peneliti juga memberikan saran agar data-
data yang berkenaan dengan BMT Al-Jibaal (misal profiling,
Laporan Pertanggung Jawaban dan yang lainnya) agar dilengkapi
dan diperjelas, juga meningkatkan pelayanan murabahah untuk
salah satu pondasi kekuatan bagi keuangan syariah kelak. Banyak
saran dari nasabah ketika diwawancarai untuk pihak BMT agar
menerapkan sistem rewardkepada nasabah yang lancar dalam
pembayaran/cicilannya.
2. Untuk Nasabah
Saran peneliti kepada nasabah untuk tetap mengikuti aturan-
aturan yang telah disepakati bersama baik dari pihak nasabah dan
pihak BMT Al-Jibaal, dan untuk lebih produktif dalam memajukan
perekonomian keluarga.
3. Kepada Peneliti Lain
Berdasarkan kondisi diatas, peneliti memberikan saran-saran
untuk penelittian selanjutnya diharapkan dapat menambah fokus
penelitian (misal kondisi BMT Al-Jibaal, Tingkat persaingan Usaha
maupun fokus lainnya). Mungkin dapat diklasifikasikan pula jenis-
jenis akad pembiayaannya.Hal ini menjadi tanggung jawab semua
pihak yang concert terhadap hal ini.
96
DAFTAR PUSTAKA
Buku-Buku
Abidin, Ibnu,“Rad al-Mukhtar,,alal Ardh al-Mukhtar” (Yogyakarta: Yayasan
Persada, 2000).
Adiwarman, A. Karim, “Bank Islam Analisis Fiqih dan Keuangan (Jakarta: raja
Grafindo Persada, Vol. 3. 2004).
Al-Arif, M. Nur Rianto, “Dasar-Dasar Ekonomi Islam”, (Solo: PT. Era Adicitra
Intermedia, 2011.
Arifin, Zainul, “Dasar-dasar Manajemen Bank Syariah, edisi revisi”, (Azkia
Publisher, Jakarta, 2008).
Ascarya, “Akad dan Produk Bank Syariah” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,
2007).
Azharuddin, Lathif, “Fiqh Muamalat” (Jakarta: UIN Jakarta Press, cet, 1. 2005).
Burhanuddin S, “Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah”, cet.1 (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2010).
Djojohadikusumo, Sumitro, “Sejarah Pemikiran Ekonomi”, (Jakarta: Yayasan
Obor Indonesia, 1990).
Haryani, Iswi, “Restrukturisasi dan Penghapusan Kredit Macet”, (PT Elex Media
Komputindo, Jakarta, 2010).
Hasan, Ahmad Ridwan, “BMT dan Bank Islam”, (Bandung: Pustaka Bani
Quraisy, 2004).
Hulwati, “Ekonomi Islam”, (Ciputat: Ciputat Press Group, 2009).
Hurriyati, Ratih. “Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen”, (Bandung:
Alfabeta, 2005).
Ismail, “Perbankan Syariah”, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011).
Karim, Adiwarman, “Bank Islam: Analisis Fiqh dan Keuangan”, Edisi ke-
2, (PTRaja Grafindo Persada. Jakarta, 2004).
Karachi, “Keadilan dan Kesejahteraan Sosial Merupakan Tujuan Dari sistem
Ekonomi Islam: The Structural Framework of The Ekonomic System of
Islam, Proceeding of a Seminar Organized by the National Bank of
Pakistan”, 1980.
97
Kasmir, “Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya”, (PT Raja Grafindo Persada,
2002).
Marhun, B. N, “Kamus Manajemen”, cet 1, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan,
2003).
Muhammad, “Manajemen PembiayaanBank Syariah”, (Yogyakarta, UPP, AMP.
YKPN, 2005).
Muhammad, “Bank Syariah (Analisis Kekuatan, Kelemahan, Peluang dan
Ancaman)”, Edisi kedua, (Yogyakarta: Ekonisia, 2006).
Ramli, Hasbi, “Teori Dasar Akuntansi Syariah” (Jakarta: Renaisan, 2005).
Ridwan, Muhamad, Sistem dan Prosedur Pendirian BMT. (Yogyakarta: Citra
Media, 2006).
Rivai, H. Veitzal dan Permata,Andria, Veitzal “Islamic Financial
Management”, Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2008.
Rusyd, Ibnu, “Bidayatul Mujtahid wa Nihayatul Muqtasid”,(Yogyakarta: Yayasan
Persada, 2000).
Sinungan, Muchdarsyah,“Manajamen Dana Bank”, edisi dua, (PT Bumi Aksara,
Jakarta. 2000).
Sunarto, Zulkifli, “Panduan Praktis Transaksi Perbankan Syariah” (Jakarta:
Zikrul Hakim. 2003).
Syafi’i, Antonio Muhammad, “Bank Syariah dari Teori ke Praktik” (Depok,
Gema Insani, 2001).
Wangsawidjaja, A., ”Pembiayaan Bank Syariah, (Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama, 2012).
Artikel, Jurnal dan Skripsi
Ilmi, Makhalul SM, “Teori & Praktek Lembaga Mikro Keuangan Syariah”,
(Yogyakarta: UII Press Yogyakarta, 2002).
Nurhayati, Emi “Pelaksanaan Pengawasan Murabahah sebagai Upaya
Meminimalkan Pembiayaan Bermasalah di BMT Syariah Pare
Kediri”, Skripsi Fakultas Ekonomi, Malang, 2010.
98
Nurrohmah, I. “Analisis Perkembangan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah
Sebelum dan Sesudah Menerima Pembiayaan Musyarakah Pada Koperasi
Jasa Keuangan Syariah BMT (Studi Kasus: Bmt Beringharjo Yogyakarta).
Rais, Isnawati, dan Hasanuddin, Fiqh Muamalat Dan Aplikasinya Pada LKS,
(Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah, 2011).
Ridwan, Muhamad, “Manajemen Baitul Maal wa Tamwil”, (Yogyakarta:UII
Press Yogyakarta, 2004)-Skripsi, Universitas Negeri Yogyakarta, 2015.
Saputra, A. “Pengaruh Penyaluran Pembiayaan BMT Bina Ihsanul Fikri (BIF)
terhadap Perkembangan Usaha Pedagang Pasar Tradisional di Kota
Yogyakarta.” Skripsi, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, 2015.
Bahan dari Internet
Gina,Widya, “Dampak Pembiayaan Mikro Syariah Terhadap Family Income
Pelaku Usaha Mikro”, diakses dari
http://www.republika.co.id/berita/koran/iqtishodia/16/02/25/o33fk5-, pada
tanggal 27 Agustus 2016 pukul 14.50.
Zara Fathia Muflihani, “Tingkat Literasi Pelaku Usaha Mikro Terhadap
Perbankan Syariah”, diakses dari
http://www.republika.co.id/berita/koran/iqtishodia/15/08/27/ntqjsi20- pada
tanggal 27 Agustus 2016 pukul 14.32
Sumber Wawancara:
Wawancara Peneliti, dengan Uningsih, Tanggal 3 Januari, 2018
Wawancara Peneliti, dengan Budiyanto, Tanggal 3 Januari, 2018
Wawancara Peneliti, dengan Pihak Manager BMT Al-Jibaal, Abdul Biya ,SE. Tanggal 4
Januari, 2018.
Wawancara Peneliti, dengan Ruswati, Tanggal 4 Januari, 2018.
Wawancara Peneliti, dengan Darsono, Tanggal 4 Januari, 2018.
Wawancara Peneliti, dengan Unarti, Tanggal 4 Januari, 2018.
Wawancara Peneliti, dengan Rusmayanti, Tanggal 4 Januari, 2018.
Wawancara Peneliti, dengan Willah Nurlela, Tanggal 4 Januari, 2018.
99
LAMPIRAN – LAMPIRAN
100
101
LEMBAR PERNYATAAN UJI REFERENSI
Seluruh referensi yang digunakan dalam penelitian yang berjudul Peran
Pembiayaan Murabahah dalam Meningkatkan Pendapatan Nasabah BMT
Al-Jibaal Kota Tangerang Selatan yang disusun oleh :
Nama : Nurhayati
NIM : 1112015000001
Jurusan : Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
Konsentrasi : Ekonomi
Fakultas : Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Telah diuji kebenarannya oleh Dosen Pembimbing pada tanggal 17 Desember
2018.
Jakarta, 17 Desember 2018
Yang mengesahkan,
Pembimbing I Pembimbing II
Dr. Iwan Purwanto, M.Pd
NIP. 19730424 200801 1 012 Andri Noor Ardiansyah, M.Si
NIP :19840312 201503 1 002
102
103
104
105
106
107
108
109
110
LAMPIRANI : TRANSKRIP WAWANCARA
Nama : Ruswati
Waktu : 04 Januari 2018
Tempat : Cirendeu
Pertanyaan Jawaban
Saya mulai ya bu, untuk usaha saat ini yang ibu
tekuni apa bu?
Ini, Warung Kopi
Sudah berapa lama bu? Sudah 4 tahun
Nah, Ibu kan melakukan pinjaman ya ke BMT?
Kemudian apa sih yang mendorong ibu
melakukan pinjaman ke BMT?
Tadinya saya, gimana ya, untuk modal tidak
ada, ada orang pinjam aja sana ke BMT, jadi
berani gituloh pinjam kesana. Pertama pinjam
Rp. 2.000.000 terus alhamdulillah sudah lunas.
Terus minjem lagi tidak ada kendala
alhamdulillah Rp. 5.000.000 lunas. Sekarang
pinjam lagi Rp. 5.000.000 tinggal beberapa
bulan lagi.
Dulu saya punya simpenan di BMT, makanya
saya berani minjem, trus ya selama pinjam ada
lah, buat cicil motor ampe lunas, terus saya
ambil motor lagi..dulu mah saya gak punya
motor. Terus hari ini yang saya rasakan
perkembangannya dari hasil pembiayaan itu,
saya bisa pasang listrik sendiri..dulunya saya
nebeng ama tetangga, tapi kan gak enak,
makanya pas ada hasil dari usaha saya, saya
pasang listrik sendiri..
Lalu jumlah pembiayaan yang terakhir ibu
pinjam berapa?
Rp. 5.000.000
Berapa lama bu jangka waktu pelunasannya? 12 Bulan, cicilan sebulan Rp. 600.000,
pokoknya kalo di total saya bayar cicilan sama
nabung sebulannya Rp. 1.000.000
Untuk pendapatan Ibu seharinya berapa bu? Kalau perhari kadang-kadang Rp. 400.000, tapi
kalalu hari sabtu dan minggu bisa Rp. 1.000.000
bisa lebih, kalo harian ya Rp. 400.000
Pendapatan Ibu sebelum menerima pembiayaan
berapa?
Pokoknya kalo dulu malah lebih gede, masih
rame, sekarang kan udah agak sepi.
memang kalau dulu berapa bu? Pendapatannya?seharinya? kadang-kadang Rp.
500.000, kadang-kadang Rp. 600.000. memang
kan dulu barang-barangnya belum begitu mahal
kan memang, contohnya rokok yang saya jual
sekarang mah mahal bener.
Untuk selanjutnya setelah menerima
pembayaraan itu ibu ikut investasi gak ke BMT?
Iya lah kan saya ikut nabung juga ke situ,
pertama saya masukin ke BMT Rp. 9.000.000,
makanya saya berani pinjam karena sebelumnya
saya ada duit di situ
Selanjutnya, sebelum menerima pembiyaan itu
ibu ikut asuransi tidak?
Tidak
kemudian seteleh ikut pembiayaan di BMT ibu Yaa, belum juga
ikut asuransi gak?
Pengeluaran ibu itu berapa perbulannya bu?
Gak pernah diitung sih, perkiraan yaa? Buat
makan apa buat warung?kalo sehari-hari dan
buat belanja kebutuhan warung, Rp. 500.000
tapi itu perhari malah, bukannya perbulan, dapet
seberapa kita belanjain nanti dapet sisa baru
buat sendiri, tapi kalau belanja dihari sabtu
minggu perhari bisa Rp. 800.000
Kalau sebelum ibu menerima pembiayaan itu
berapa bu belanjanya?
Yaa sama aja kaya gitu, kalau pendapatannya
berapa kita sisain berapa yang petning udah bisa
beli kebutuhan pokok aja sih, ada buat nabung
buat bayar motor.
Sebelum melakukan pinjaman ke BMT ibu
memiliki apa saja?
Di rumah?yaa appa yaa?yaa ini sih paling
pasang listrik, udah gak numpang lagi ke
tetangga nebeng gitu, ohh lunas motor 1
Kemudian menurut ibu nih sesudah menerima
pembiyaan ada gak sih peningkatan ekonomi
ibu?
Alhamdulillah ada
Menurut ibu saran untuk BMT AL-Jiba’al?
Saya sih kepengennya biar maju gitu, agar leih
dipermudah lagi aja sih untuk menerima modal
kembali..banyak dari kalangan pedagang yang
juga miskin kayak saya, pengennya dapet dana
segar buat modal usaha.. jadi, bukan buat beli
barang atau kebutuhan aja sih, pengennya kita
pedagang kan gampang dapet modal, dan emang
yang paling gampang buat di bantu ama BMT
ya untuk urusan modal doang semoga tambah
dipermudah
Baik bu terima kasih atas waktu dan kesempatan
yang ibu berikan kepada saya dalam melakukan
wawancara untuk menyelesaikan penelitian
tugas akhir saya
Iya sama-sama..
Nama : Darsono
Waktu : 04 Januari 2018
Tempat : Cirendeu
Pertanyaan Jawaban
Apa benar bapak pernah melakukan pinjaman ke
BMT?
Iya, benar
Maaf pak sebelumnya dengan bapak siapa? Dengan bapak Darsono
Untuk saat ini usaha apa yang bapak tekuni?
Jasa percetakan sih
Lalu sudah berapa lama bapak menjalani usaha
ini?
Udah jalan 6 tahun
Bapak kan mendapat pinjaman murabahah dari
BMT ya?
Iya
Apa sih yang mendorong bapak melakukan
pinjaman ke BMT?
Iyaa buat tambahan usaha aja biar bisa stabil aja,
yaa sama sekalian untuk tambah modal. Minjem
di BMT prosesnya gak terlalu ribet, saya
meskipun minjem duit gede, tapi lumayan
mudahlah. Makanya saya ambil cicilan yang
cepet, karena dengan dana pinjeman itu
pendapatan saya meningkat
Berapa jumlah pembiayaan yang bapak pinjam? Ke BMT kemarin sekitar Rp. 13.000.0000
Lalu jangka waktu pelunasannya berapa lama
pak?
1 tahun, 12 bulan
Berapa biaya cicilan yang bapak
bayarkan?perbulan atau pertahun pak?
Perbulan, kurang lebih Rp.1.200.000 lah
Kemudia kalau pendapatan bapak perhari berapa
pak setelah menerima pembiayaan?
Perhitungan minimal Rp. 500.000-an perhari
Nah kalau sebelum mendapat pembiayaan
pendapatan bapak berapa?
Pendapatannya sih tetep sama
Setelah menerima pembiayaan bapak ikut
investasi atau tabungan gitu?
Iya, ikut di BMT dan bank lainnya
Kalau sebelum ikut ke BMT bapak ikut
asuransi?
Ikut, di axa mandiri
Lalu setelah menerima pembiayaan tetap ikut? Iya, ikut
Ada tambahan asuransi lain pak? Gak ada sih, untuk keluarga tetap satu paket sih
Pengeluaran bapak sebelum mendapat
pembiyaan dari BMT berapa?
Rp. 5.000.000
Kalau pengeluaran setelah mendapat
pembiayaan berapa?
Kalo sekarang sekitar Rp. 8.000.000an,
meningkatlah..
Setelah menerima pembiyaan bapak memilika
apa saja?
Ohh itu kita punya mesin baru setelah mendapat
pembiayaan, mesin ptong dan mesin lem
Nah kalau sebelum mendapat pembiayaan? Cuma punya mesin lubang dan mesin bor gitu
aja sih
Ada tidak peningkatan pendapatan setelah bapak
menerima pembiayaan dari BMT?
Tetap Ada
Apa nih saran bapak untuk BMT, untuk upaya
peningkatan anggota?
Gak ada sihh yang penting kita mah ikut aja
dulu dah
Baik pak terima kasih atas waktu dan
kesempatan yang bapak berikan kepada saya
dalam melakukan wawancara untuk
menyelesaikan penelitian tugas akhir saya.
Sama-sama..
Nama : Unarti
Waktu : 04 Januari 2018
Tempat : Cirendeu
Pertanyaan Jawaban
Apa benar ibu pernah melakukan pinjaman
pembiayaan ke BMT?
Yaa, benar
Kita mulai ya bu, apa usah yang ibu tekuni pada
saat ini?
Iya, jualan goreng dan warung aja
Sudah berapa lama bu menjalani usahanya? Udah 10 tahunan lah
Apa sih yang mendorong ibu untuk melakukan
pinjaman ke BMT?
Biar usahanya lancar, untuk perputaran uang aja
sih biar stabil sama tambahan modal
Berapa jumlah pembiyaan yang ibu pindam dari
BMT?
Rp. 15.000.000 juta
Berapa lama jangka waktu pelunasannya bu? Sekitar 2 tahun
Cicilan perbulannya berapa bu? Kalo gak salah Rp. 600.000
Penghasilan ibu perhari berapa sebelum
mendapat pembiyaan?
Rp. 500.000-an
Kalau sesudah mendapat pembiyaan penghasil
ibu berapa?
Sama aja sih, malah makin gede
Setelah menerima pembiayaan ibu ikut investasi
atau menabung?
Ikut menabung di BMT AL Jiba’al
Sebelum meneriman pembiayaan ibu ikut
asuransi?
Tidak
Lalu setelah menerima pembiayaan ibu juga
ikut?
Enggak
Pengeluaran ibu perbulan sebelum menerima
pembiayaan?
Rp.100.000
Kalau sesudah mendapat pembiyaan berapa
pengeluaran ibu?
Jadi nambah, orang ongkos aja Rp. 95.000 yaa
tapi jadi stabil aja sih Rp 150.000
Sebelum menerima pembiyaan ibu memilika
apa?
Yaa paling gini-gini aja, paling tv kipas angin
perlengkapan untuk dagang
Kalau setelah mendapat pembiayaan ibu
memiliki apa?
Punya etalase baru untuk dagangan, nambah
jualan nasi uduk dan biaya sekolah
Menurut ibu ada peningkatan gak sesudah
mendapat pembiayaan?
Ada sih alhamdulillah
Bagaimana saran ibu untuk BMT AL Jibaal? Dapet komisi imbalan sihh dan siapa tahu dapet
bantuan apa gitu dan pinjaman dipermudah lagi
Nama : Uningsih
Waktu : 03 Januari 2018
Tempat : Cirendeu
Pertanyaan Jawaban
Apa benar ibu melakukan pinjaman kepada
BMT?
Oiyaa, benar
Apa usaha yang ibu tekuni saat ini? Ini aja tokok listrik
Sudah berapa lama usaha? Sudah 4 tahun
Apa sih yang mendorong ibu untuk melakukan
pinjaman ke BMT?
Persyaratan yang dikasih terbilang cukup
gampang buat dipenuhin, udah gitu cicilannya
gak terlalu gede buat saya yang pas-pasan, jadi
penghasilan juga bisa bertambah dari pinjeman
itu
Berapa jumlah pembiayaan yang ibu pinjam? Rp. 10.000.000
Berapa lama bu jangka waktu pelunasannya? Kira-kira 1 tahun
Cicilan yang ibu bayar perbulan berapa? Rp. 1.050.000 kalo gak salah
Untuk pendapatan ibu sehari berapa utk saat ini?
Yan sampe lah sekitaran Rp. 200.000
Kalau pendapatan ibu sebelum mendapat
pembiayaan?
Yaa paling Rp. 100.000
Setelah menerima pembiayaan itu ibu ikut
investasi gak bu?
Nabung sih di BMT
Sebelum menerima pembiayaan ibu ikut
asuransi gak?
Asuransi dari kantor paling
Pengeluaran ibu perbulan sebelum mendapat
pembiayaan berapa?
Seminggu bisa Rp. 1.000.000
Kalau setelah mendapat pembiayaan
pengeluaran ibu berapa?
Bisa Rp. 2.000.000 seminggu
Sebelum mendapat pembiayaan dari BMT
kepemilikan apa aja yang ibu miliki?
Yaa gak ada sihh gini-gini aja
Setelah mendapat pembiayaan ada tidak
tambahan kepemilikan yang ibu milki?
Punya kulkas aja sih
Menurut ibu ada gak sih peningkatan
pendapatan setelah mendapat pinjaman dari
BMT?
Ada sih
Saran ibu untuk BMT apa nih buat para
anggota-anggotanya?
Dipermudah aja sih peminjamannya
Nama : Budiyanto
Waktu : 03 Januari 2018
Tempat : Cirendeu
Pertanyaan Jawaban
Apa benar bapak pernah melakukan pinjaman ke
BMT AL Jibaal?
Iya benar
Maaf sebelumnya ini dengan bapak siapa? Budiyanto
Usaha yang mas lakukan untuk saat ini apa?
Ya ini percetakan
Sudah berapa lama menjalankan usahanya?
Usahanya sudah 3 tahun
Apa sih yang mendorong mas untuk melakukan
pinjaman kepada BMT?
Yang mendorong saya minjem tuh, karena
prosesnya mudah, dulu saya pinjem Rp.
3.000.000, saya bayar setahun.
Berapa jumlah pinjaman dana yang mas ajukan
kepada BMT?
Gak banyak waktu itu Cuma Rp. 3.000.000
Berapa jangka waktu untuk pelunasan?
Kira-kira 1 tahun
Berapa cicilan perbulan yang dibayarkan?
Kalo per bulan Rp. 290.000
Untuk pendapatan mas seharinya berapa?
Sehari paling Rp. 300.000
Pendapatan mas sebelum mendapat
pembiayaan?
Sama aja sih ka, ini stabil ini usahanya kak
Setelah meneriman pembiayaan mas ikut Iya ikut di BMT, selain itu di BRI
nabung?
Sebelum menerima pembiayaan mas ikut
asuransi jiwa?
Ikut BPJS doing
Setelahnya ada tambahan lagi?
Gak udah BPJS aja
Pengeluaran sebulan mas berapa sebelum
melakukan pinjama ke BMT?
Perbulan Rp.600.000
Kalau pengeluaran setelah melakukan pinjaman
berapa mas?
Sama aja sih ka
Sebelum penerimaan pembiayaan barang apa
saja yang mas miliki?
Sebelum pembiayaan ya motor dan mesin aja
paling
Setelah meneriman pembiayaan apa saja yang
bapak miliki?
Untuk perputaran modal aja sih ka
Peningkatan pendapatan setelah menerima
pembiayaan ada tidak pak?
Ya, ada sih ka, tapi paling untuk perputaran
modal aja pembiayaannya
Saran mas untuk BMT AL Jiba’al apa nih mas? Menurut saya sih tidak banyak berpengaruh,
tetapi untuk pembayaran yaa di permudah aja
sih, seperti saya ingin mengajukan kembali
peminjaman seharusnya sih tidak perlu lagi saya
melakukan registrasi, kan sudah ada data saya
sebelumnya kaya melakukan peminjaman awal
aja jadinya bikin susah nasabah juga sih ka, itu
aja sih ka
Nama : Rusmayanti
Waktu : 04 Januari 2018
Tempat : Cirendeu
Pertanyaan Jawaban
Untuk usaha yang ibu tekuni untuk saat ini apa
bu?
Ini usaha jenisnya, usaha jual pulsa, berawal
dari counter pulsa sama azka shop, jenis usaha
rumah kado
Sudah berapa lama usahanya ibu berjalan?
Sudah 2,5 tahun sih ka berjalan usahanya
Apa sih yang mendorong ibu untuk melakukan
pinjaman di BMT AL Jiba’al?
Sebenernya sih waktu itu saya mikirnya buat
nambah usaha lagi dan penambahan modal
usaha
Berapa jumlahnya yang ibu pinjam ke BMT AL
Jiba’al?
Rp. 4.000.000 kurang lebih
Berapa lama jangka waktu untuk pelunasannya?
Aku ngambil yang 6 bulan kali bayar
Berapa jumlah cicilan perbulan yang harus ibu
bayarkan?
Kalo gak salah Rp. 890.000 perbulannya
Berapa pendapatan ibu perharinya sesudah
mendapat pinjaman dari BMT AL Jiba’al?
Gak tentu ya aku, yaa namanya juga usaha
kadang ada naik turunnya sih ka, kalo lagi bagus
aku bisa dapet Rp. 300.000-Rp. 500.000 itu
udah dapet bersihnya aja
Kemudian pendapatan ibu sebelum mandapat
pinjaman dari BMT AL Jiba’al berapa bu?
Sebelum itu sih sama aja ka, yaa paling jadi
lebih stabil aja perputaran uangnya, kemarin
minjem sih karena ada usaha baru aja lagi, dari
pada keluar modal sendiri lebih baik saya
melakukan peminjaman ke BMT AL Jiba’al
Setelah menerima pembiayaan dari BMT AL
Jiba’al ibu mengikuti investasi tidak bu?seperti
menabung?
Iya ikut menabung di BMTnya juga
Sebelum menerima pembiayaan itu ibu ikut
asuransi gak?
Awalnya sih saya punya, tetapi sesudah
menerima pembiayaan males bayar untuk
asuransi lagi jadi sekarang aku gak pake
asuransi lagi, jadi awalnya saya menggeluti
bidang usaha ini awalnya saya iseng aja, ibu
rumah tangga gak punya kegiatan dari pada saya
diem-diem aja di rumah lebih baik saya
menjalankan buka usaha aja
berapa pengeluaran ibu sebelum menerima
pembiayaan perkiraannya?
Gak tentu sih ka, kalo waktu itu sih
pengeluarannya perbulan untuk perputaran
barang yang dijual sekitar Rp. 1.000.000
Nah setelah mendapat pembiayaan berapa
pengeluaran ibu?
Kalo yang sekang sih aku belum tahu, karena
kan usahanya juga masih sangat baru ka, jadi
belum keliatan hasilnya lagi pula belum ada 1
bulan usahanya. Pembukuannya juga berbeda,
karena usaha yang satu dan dua dibedain kan
pengeluarannya.
Barang apa saja yang ibu miliki sebelum
mendapat pembiyaan oleh BMT Al Jiba’al?
Aku sih awalnya dari etalase mini kecil
Kemudian setelah mendapat pembiayaan dari
BMT Al Jiba’al ibu memiliki apa saja?
Yaa ini kaa etalase usaha baru dan alhamdulillah
etalase untuk usah pulsa jadi diganti yang lebih
besar
Menurut ibu ada peningkatan pendapatan tidak
setelah menerima pembiayaan?
Kalau peningkatan pendapatannya sih saya
belum bisa lihat ka, lantaran masih baru banget
sih jalanin usahanya, tapi peningkatan barang ya
alhamdullilah agak lebih banyak aja, kaya tv ini
juga baru ka
Bagaimana saran ibu untuk BMT Al Jiba’al
dalam peningkatan ekonomi anggota BMT?
Sebenarnya sih sekarang juga udah bagus yaa,
penglolaannya juga lebih mudah ya ka,
dibandingkan dengan yang lalu-lalu, buat kita
yang para usaha juga udah lebih simple aja,
tidak terlalu banyak persyaratannya.
Nama : Willah Nurlela
Waktu : 04 Januari 2018
Tempat : Cirendeu
Pertanyaan Jawaban
Maaf ibu sebelumnya nama ibu siapa ya?
Ibu Willah Nurlaelah
Saat ini apa usaha yang ibu tekuni?
Usaha depot air isi ulang
Sudah berapa lama ibu menjalani usahanya bu?
Sudah berjalan 3 tahun
Apa yang mendorong ibu melakukan
peminjaman murabahah ke BMT Al Jiba’al?
Karena kalau kita minjem itu kaya nabung aja sih
ka, uang itu nantinya yang jadi perputaran usaha,
gitu sih intinya, lagi pula tiap akhir tahun ada
bonus juga
Berapa jumlah pembiayaan yang ibu ajukan ke
BMT?
Rp.3.000.000
Berapa lama jangka waktu pelunasan yang ibu
ajukan?
1 tahunan
Berapa cicilan yang ibu bayar perbulannya?
Pokoknya digabung sama setorang tabungan
sekitar Rp. 350.000an
Berapa pendapatan ibu perbulannya dari usaha?
Rp. 200.00-anlah perhari, standartnya segitu sih
Sebelum menerima pembiayaan dari BMT
berapa bu?
Kalo dulu malah lebih besar saya, tapi karena
kebutuhan sekolah anak juga semakin besar jadi
gak ada sih peningkatan yang signifikan, abis
uanya ke anak-anak lagi juga ya sekitar Rp.
400.000anlah pendapatannya sehari
Apakah setelah mendapat pembiayaan ibu ikut
menabung di bank?atau di BMT?
Iya nabungnya juga disini Alhamdulillahlah masih
bisa nabung juga
Kalau ibu sebelum ikut menabung disni apa ibu
ikut asuransi?
Ikut
Dan setelah menerima pembayaran? Cuti premi sekarang lagi cuti dulu
Lalu berapa pengeluaran ibu perbulan sebelum
menerima pembiayaan?
Ya kira-kira Rp. 4.000.000 tetapi bisa lebih
Kemudian setelah menerima pembiayaan berapa
pengeluaran ibu?
Yaa di tambah lebih dari itu sih, lebih dari Rp.
4.000.000
Barang apa saja yang ibu milki sebelum
menerima pembiayaan dari BMT?
Yaa paling punya perhiasaan aja sih
Kemudian setelah ibu menerima
Pembiayaan ibu memilki apa saja bu? Punyaa apa yaa, punyaa anak sekolah, buat ke
sekolah mulu sih paling abisnya buat kesana aja
Ada gak peningkatan pendapatan yang ibu
rasakan setelah menerima pembiayan dari
BMT?
Kurang sih ya, ya itu tergantung dari kitanya,
kalau dari usaha masih biasa aja standard aja,
Cuma itu untuk menolong keuangan doang,
kalau pendapatan mah tetep, mengurangi beban
doang sih
Apa saran ibu untuk BMT al Jiba-al ini dalam
upaya oeningkatan ekonomi anggota BMT
melalui pembiayaan murabahah?
Yaa gitu sihh dari mulai sembako ada cuma
yang belom ada cuma cicilan rumah aja sih yang
belom
LAMPIRAN II: DOKUMENTASI
Gambar 1:Foto Peneliti saat wawancara bersama Informan
Gambar 2: Foto Peneliti saat wawancara bersama Informan
Gambar 3: Foto Ruangan di BMT Al-Jibaal
Gambar 4: Foto Informan saat diwawancarai Peneliti
Gambar 5: Foto Informan saat diwawancarai oleh Peneliti
BIODATA
A. Data Pribadi
1. Nama : Nurhayati
2. Tempat Tgl Lahir : Tangerang, 15 Juni 1994
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Alamat : Jl. Ciater Raya No. 185 RT/RW 004/009
Kel. Ciater Kec. Serpong Kota Tangerang Selatan
5. Telepon : 085782186908
6. Email : [email protected]
B. Pendidikan Formal
1. 1999-2005 : SDN 06 Jombang Tangerang Selatan
2. 2005-2008 : SMP 03 Ciputat Tangerang Selatan
3. 2009-2012 : SMAN 09 Tangerang Selatan
2012-Sekarang : Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta