PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN DARING...
Transcript of PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN DARING...
i
PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN
DARING PADA MTs DI KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
ITA NURHIDAYAH
NIM. 23010160263
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2020
ii
iii
PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN
DARING PADA MTs DI KECAMATAN TENGARAN
KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2020
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat Guna Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan
Oleh:
ITA NURHIDAYAH
NIM. 23010160263
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA
TAHUN 2020
iv
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Jaka Siswanta, M.Pd
Dosen IAIN Salatiga
Persetujuan Pembimbing
Hal : Naskah Skripsi
Lamp : 4 (empat) eksemplar
Saudara : Ita Nurhidayah
Kepada
Yth.Dekan FTIK IAIN
Di Salatiga
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Setelah meneliti dan mengadaan perbaikan seperlunya, maka bersama ini, kami
kirimkan naskah skripsi saudara/saudari:
Nama : Ita Nurhidayah
NIM : 23010160263
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR
PEMBELAJARAN DARING PADA MTs DI
KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2020
Dengan ini kami mohon skripsi saudara/saudari tersebut di atas supaya segera
dimonaqosyahkan.
Demikian agar menjadi perhatian
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Salatiga, 11 Agustus 2020
Pembimbing
Jaka Siswanta, M.Pd
NIP. 19710219 200003 1 002
v
KEMENTERIAN AGAMA RI INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN Jl. Lingkar Salatiga Km. 2 Tlp. (0298) 6031364 Salatiga 50716
Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id e-mail: [email protected]
SKRIPSI
PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN DARING
PADA MTs DI KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG
TAHUN 2020
Disusun oleh:
ITA NURHIDAYAH
NIM : 23010160263
Telah dipertahankan di depan Panitia Dewan Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan
Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri
(IAIN) Salatiga, pada tanggal 10 September 2020 dan telah dinyatakan memenuhi
syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd).
vi
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
DAN
KESEDIAAN DI PUBLIKASIKAN
Yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Ita Nurhidayah
NIM : 23010160263
Program Studi : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan
Judul : PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR
PEMBELAJARAN DARING PADA MTs DI
KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN
SEMARANG TAHUN 2020
Menyatakan bahwa naskah skripsi ini benar-benar merupakan karya saya sendiri.
Bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang
terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah. Dan
tidak keberatan untuk dipublikasikan oleh pihak IAIN Salatiga.
Salatiga, 11 Agustus 2020
Yang menyatakan
Ita Nurhidayah
NIM: 23010160263
vii
MOTTO
“Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang Rosul di antara
mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada mereka, mensucikan mereka
dan mengajarkan mereka Kitab dan Hikmah (As Sunnah). Dan sesungguhnya
mereka sebelumnya benar-benar dalam kesesatan yang nyata.”
(Q.S. Al-Jumu’ah:2)
viii
PERSEMBAHAN
Atas ridho Allah SWT, skripsi ini aku persembahkan untuk:
1. Kedua orang tuaku yang sangat aku hormati dan cintai Bapak Sugimin dan Ibu
Juminem karena dengan bimbingan, kasih sayang, dan doa keduanya lah aku
melangkah ke depan dengan optimis untuk meraih cita-cita dan merekalah yang
selalu memberiku semangat.
2. Kakaku Sumadi dan Darmi beserta keluarganya yang sudah mendukung dan
selalu memberi semangat.
3. Suamiku Octaviana Tri Pujianto dan calon buah hati pertama kami yang telah
memberi semangat dan dukungan lahir dan batin demi kelancaran kuliah agar aku
tidak menyerah.
4. Sahabatku semuanya yang telah menemani melalui masa-masa kuliah yang
sangat menyibukkan, memberi nasehat ketika aku luput dan menjadi
penyemangatku disaat aku rapuh terutama Nurul Azizah dan Sausan Aida
Kurnia sahabat curhatku yang senantiasa memberi semangat dan membuatku
tetap kuat.
5. Teman-teman di JQH yang selalu memberiku ruang untuk belajar di organisasi,
yang membuatku lebih berani keluar dari zona nyaman. Membuat jiwa
kepemimpinanku lebih tertantang.
6. Teman-temanku PPL SMK N 1 Tengaran yang telah membuat masa magangku
istimewa, teman-teman KKN Posko 171 Tegalsari yang membuat masa
pengabdianku tak terlupa.
ix
7. Teman-temanku PAI H yang kompak selalu dan teman-teman kampus yang
selalu memberi support kepadaku, serta semua pihak yang telah membantu
dalam menjalani perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.
x
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum warohmatullahi wabarokatuh
Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala
limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan
dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
baginda Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut yang senantiasa
mengikuti sunnah-sunnahnya.
Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh
gelar sarjana Pendidikan di Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama
Islam Negeri (IAIN) Salatiga.
Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih
kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Zakiyyudin M.Ag, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Prof. Dr. Mansur M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu
keguruan IAIN Salatiga.
3. Ibu Dra. Siti Asdiqoh, M.Si, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama
Islam yang tak pernah menyerah memberikan motivasi kepada kami dalam
proses penelitian laporan penelitian ini.
4. Bapak Jaka Siswanta, M.Pd, selaku dosen pembimbing penelitian laporan
penelitian ini yang dengan kesabarannya berkenan memberikan petunjuk dan
bimbingan kepada penulis dalam proses penyelesaian penelitian ini.
xi
5. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik yang telah
membimbing dari semester 1 sampai selesai
6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu
pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penelitian kompetitif ini.
7. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta bantuan.
8. Ibu Kepala Sekolah MTs Al-Manar Tengaran dan Bapak Kepala Sekolah MTs
Aswaja Tengaran dan seluruh guru MTs Al-Manar Tengaran dan MTs Aswaja
Tengaran, yang telah dengan senang hati menerima penulis untuk melakukan
penelitian sehingga terselesaikannya tugas ini.
9. Orang tua penulis serta semua pihak yang telah membantu sehingga penelitian
skripsi ini selesai.
Teriring doa, semoga segala kebaikan semua pihak yang membantu tim penulis
dalam penelitian laporan penelitian ini diterima di sisi Allah Swt, dan mendapat
pahala yang dilipat gandakan. Tim penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik yang bersifat
membangun selalu diharapkan demi kebaikan dan kesempurnaan laporan penelitian
ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat. Amiin.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb
Salatiga, 11 Agustus2020
Penulis
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ........................................................................................... i
HALAMAN BERLOGO ...................................................................................... ii
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ...................................................................... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ............................................................................v
DEKLARASI ........................................................................................................ vi
MOTTO ............................................................................................................... vii
PERSEMBAHAN ............................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ............................................................................................x
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL .......................................................................................... xvxvi
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xvi
ABSTRAK .......................................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................................1
B. Fokus Penelitian ............................................................................................6
C. Tujuan Penelitian ..........................................................................................7
D. Manfaat Penelitian ........................................................................................8
xiii
1. Manfaat Teoritis .........................................................................................8
2. Manfaat Praktis ..........................................................................................8
E. Penegasan Istilah ...........................................................................................9
1. Peran Guru .................................................................................................9
3. Fasilitator ................................................................................................10
4. Pembelajaran Daring. ..............................................................................10
F. Sistematika Penulisan .................................................................................11
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori ............................................................................................12
1. Pembelajaran Daring ................................................................................12
2. Peran Guru Sebagai Fasilitator ...............................................................19
3. Faktor Penghambat Peran Guru Sebagai Fasilitator dalam Pembelajaran
Daring ......................................................................................................29
4. Penyelesaian Faktor Penghambat Peran Guru Sebagai Fasilitator
Pembelajaran Daring ................................................................................34
B. Kajian Pustaka .............................................................................................38
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian .................................................................42
B. Kehadiran Penulis .......................................................................................42
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ......................................................................43
xiv
1. Lokasi Penelitian ......................................................................................43
2. Waktu Penelitian ......................................................................................43
D. Sumber Data ................................................................................................43
1. Data Primer ..............................................................................................44
2. Data Sekunder ..........................................................................................44
E. Prosedur Pengumpulan Data .......................................................................44
1. Wawancara ...............................................................................................44
2. Observasi..................................................................................................44
3. Dokumentasi ............................................................................................46
F. Analisis Data ...............................................................................................47
1. Reduksi Data ...............................................................................................48
2. Penyajian Data ............................................................................................48
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi ........................................................48
G. Pengecekan Keabsahan Data. ....................................................................49
1. Triangulasi Sumber Data .........................................................................49
2. Triangulasi Metode ..................................................................................50
BAB IV PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data ...............................................................................................50
1. Gambaran Tempat Penelitian ...................................................................50
2. Temuan Penelitian ...................................................................................61
xv
B. Analisis Data ...............................................................................................92
1. Pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti
pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020 ..............93
2. Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di
Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020....................................96
3. Faktor yang menghambat peran guru sebagai fasilitator pembelajaran
daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020 .100
4. Cara guru menyelesaikan hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran
daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti pada MTs di
Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020..................................102
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ...............................................................................................104
B. Saran-saran ................................................................................................107
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
xvi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Sarana dan Prasarana MTs Al- Manar Tengaran ......................................54
Tabel 2 Daftar Guru dan Karyawan MTs Al- Manar Tengaran.............................55
Tabel 3 Keadaan Siswa MTs Al- Manar Tengaran ............................................... iii
Tabel 4 Sarana dan Prasarana MTs Aswaja Tengaran ...........................................61
Tabel 5 Keadaan Siswa MTs Aswaja Tengaran ....................................................61
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Penunjuk Dosbing ..................................................................... iii
Lampiran 2 Surat Izin Penelitian............................................................................ iii
Lampiran 3 Lembar Konsultasi Pembimbing ........................................................ iii
Lampiran 4 Daftar Nilai SKK ................................................................................ iii
Lampiran 5 Pedoman Wawancara ......................................................................... iii
Lampiram 6 Pedoman Observasi ........................................................................... iii
Lampiran 7 Pedoman Dokumentasi ....................................................................... iii
Lampiran 8 Dokumentasi ....................................................................................... iii
xviii
ABSTRAK
Nurhidayah, Ita. 2020. Peran Guru sebagai fasilitator pembelajaran Daring
pada MTs di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun
2020. Skripsi, Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas
Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing: Jaka Siswanta, M. Pd.
Kata Kunci: Peran Guru ;Fasilitator; Pembelajaran Daring
Tujuan penelitian dalam skripsi ini yaitu: (1) Untuk mengidentifikasi
pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti pada MTs
di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020. (2) Untuk mengidentifikasi
peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan
Tengaran Kab-Semarang tahun 2020. (3) Untuk mengeksplorasi faktor yang
menghambat peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di
Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020. (4) Untuk mengidentifikasi
bagaimana cara guru menyelesaikan hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran
daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti pada MTs di Kecamatan Tengaran
Kab-Semarang tahun 2020.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian
lapangan. Sumber data dalam penelitian ini meliputi sumber primer dan sumber
sekunder. Sumber primer yakni pengamatan dan wawancara dengan guru pada
MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang. Sementara sumber sekunder
merupakan dokumen di lokasi penelitian. Pengumpulan data ini dilakukan dengan
mengadakan wawancara, observation, dan dokumentasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Pelaksanaan pembelajaran daring
pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang dilakukan semenjak adanya
Covid 19 mulai juni 2020. Media aplikasi e-learning,google form, google
classroom. Metode pembelajaran fleksible, bervariasi, guru melakukan
presensi,membuat RPP pembelajaran daring, berinteraksi dengan siswa,tata tertib
pembelajaran daring tetap mematuhi protokol kesehatan, sopan dan santun dalam
forum, komunikasi dua arah dengan chatting pribadi WA. (2) Peran guru sebagai
fasilitator pembelajaran daring sudah berjalan namun belum keseluruhan. Guru
sudah berusaha menjalankan perannya seperti berusaha mendengarkan kebutuhan
peserta didik,sabar,memfasilitasi kegiatan pembelajaran, menghargai,bersikap
positif,membangun suasana keakraban dan komunikasi personal, bersikap
sederajat. (3) faktor penghambat peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring
adalah kebiasaan guru mengajar dengan pola lama, kurangnya fasilitas peserta
didik, penguasaan teori peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring masih
belum maksimal. (4) Cara guru menyelesaikan hambatan dalam memfasilitasi
pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti adalah dengan guru
meningkatkan wawasan literasi pembelajaran daring,sekolah memfasilitasi guru
dan siswa,guru mengikuti pelatihan pembelajaran daring.
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembelajaran daring di sekolah merupakan implementasi dari
pendidikan jarak jauh melalui online. Pembelajaran ini dilakukan dengan
perangkat komputer yang terhubung dengan internet dimana guru dan siswa
berkomunikasi secara interaktif dengan memanfaatkan media komunikasi.
Menurut Bates (Cole,2000) yang dikutip oleh (Sanjaya, 2020: 52)
pembelajaran daring bisa didefinisikan sebagai bentuk pendidikan jarak
jauh yang penyampaian materinya dilakukan lewat internet secara
synchronous atau asynchronous.
Pembelajaran daring yang sudah dilaksanakan di seluruh sekolah saat
ini terjadi akibat mewabahnya virus yang bernama Covid-19 di Indonesia,
yang membawa dampak tersendiri di lembaga pendidikan. Penyebaran virus
Covid-19 yang begitu cepat bahkan telah merenggut korban jiwa , jelas
mengundang kekhawatiran bagi pemegang kebijakan pemerintah
khususnya Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud), juga
dari kalangan orang tua dan peserta didik.
Kondisi demikian yang akhirnya membuat seluruh sekolah terpaksa
menghentikan sementara kegiatan belajar mengajar (KBM) di kelas.
Langkah ini, jelas untuk mencegah penyebaran dan penuluran virus Covid-
19 kepada peserta didik. Salah satu langkah yang tepat dalam situasi seperti
ini adalah memanfaatkan teknologi jaringan dan teknologi informasi bagi
2
pengembangan sistem pembelajaran di sekolah yaitu dengan model
pembelajaran daring.
Pemerintah Indonesia melalui Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan (Kemendikbud) menerapkan kebijakan yang dituangkan dalam
surat Edaran Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tentang pembelajaran secara
daring dan bekerja dari rumah dalam rangka pencegahan penyebaran virus
Covid-19 surat edaran ditandatangani Mendikbud pada selasa 17 Maret
2020. Salah satu poin yang ada dalam surat tersebut menyebutkan
memberlakukan pembelajaran secara daring bagi siswa dan mahasiswa, dan
siswa dapat melakukan aktivitas belajar mengajar dengan bekerja dari
rumah via konferensi video, dokumen digital, dan sarana online lainnya.
Dengan demikian , kegiatan (KBM) diharapkan tidak akan mempengaruhi
tingkat kehadiran siswa maupun tenaga pendidik. Dengan begitu
pembelajaran daring mulai dilaksanakan di sekolah.
Pendidikan Agama Islam pada hakikatnya merupakan Tafaqquh Fi Al-
Din di sekolah atau Madrasah, yakni upaya yang sungguh-sungguh dalam
memahami dan memperdalam pengetahuan Agama dan mempraktikannya
dalam kehidupan sehari-hari dalam aspek ajaran Islam berupa Al-Qur’an
Hadist, akidah, akkhlak, fikih dan sejarah kebudayaan Islam dan
pengetahuan lainnya yang mendukung upaya pemahaman terhadap agama
Islam, seperti halnya pengetahuan tentang baca tulis Al-Qur’an dan bahasa
Arab. Pembelajaran PAI dan Budi Pekerti yang berbasis TIK (Teknologi
Informasi dan Komunikasi) adalah metode yang tepat untuk dikembangkan
3
karena sejalan dengan perkembangan teknologi serta tuntutan dalam dunia
pendidikan agar pembelajaran semakin maju, lebih efisien dan efektif
sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai dengan baik
(Winastwan Gora, 2010:26). Hingga saat ini yang sudah marak digunakan
adalah media pembelajaran berbasis komputer dan internet yang sering
disebut juga dengan istilah e-learning.
Sebagaimana pada hadits yang bermakna “ Nabi SAW membuat gambar
persegi empat, lalu menggambar garis panjang di tengah persegi empat tadi
dan keluar melewati batas pesergi itu. Kemudian beliau juga membuat garis-
garis kecil di dalam persegi tadi, disampingnya: (persegi yang digambar
Nabi). Dan beliau bersabda: “Ini adalah manusia, dan (persegi empat) ini
adalah ajal yang mengelilinginya dan garis (panjang) yang keluar ini,
adalah cita-citanya. Dan garis-garis kecil ini adalah penghalang-
penghalangnya. Jika tidak (terjebak) dengan (garis) yang ini, maka kena
(garis) yang ini. Jika tidak kena (garis) yang itu, maka kena (garis) yang
setelahnya. Jika tidak mengenai semua (penghalang) tadi, maka dia pasti
tertimpa ketuarentaan”Al-Imam Bukhari dan Abu Hasan As-Sindy,
(2008:224) dikutip dari Jurnal Studi Al-Qur’an (Ryan Zeini,dkk ,2015: 121
Merenungkan hadis ini menunjukan kepada kita betapa Rasulullah
SAW seorang pendidik yang sangat memahami metode yang baik dalam
menyampaikan pengetahuan kepada manusia, beliau menjelaskan suatu
informasi melalui gambar agar lebih mudah dipahami dan diserap oleh akal
dan jiwa. Ketahui bahwa pembelajaran daring dengane-learningjuga
4
pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat
elektronika dimana dalam alam pelaksanaanya pembelajaran daring dengan
e-learning menggunakan jasa audio, video, perangkat komputer atau
kombinasi dari ketiganya.
Peran guru dalam pelaksanaan pembelajaran daring harus kreatif dan
mau melakukan inovasi pembelajaran, guru dituntut memberikan
pembelajaran yang kontekstual, menyenangkan, efektif dan efisien,
merupakan solusi yang perlu didesain dan dilaksanakan dengan
memaksimalkan media yang ada seperti media online. Guru dalam
pelaksanaan pembelajaran daring juga berperan sebagai fasilitator yaitu
memiliki tugas memberikan bimbingan, arahan, serta pedoman dalam
proses pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru agama juga berperan sebagai
pemandu jalannya diskusi, yakni meliputi bimbingan belajar dan bimbingan
perkembangan sikap keagamaan peserta didik.
Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring artinya guru
memfasilitasi proses pembelajaran daring. Fasilitator bertugas
mengarahkan, memberi arah, memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik,
dan memberikan semangat. Saat ini peran guru bukan lagi sebagai satu-
satunya sumber informasi bagi peserta didik. Sebab pada kenyataannya di
lapangan guru masih seringkali menjadi sumber utama informasi dan
pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Penekanan bahwa guru
sekarang lebih berperan sebagai fasilitator dimaksudkan agar kelas menjadi
lebih hidup dan bergairah. Menurut Wina Sanjaya yang dikutip oleh (Hamid
5
Darmadi, 2019:67) ada 11 hal yang perlu diperhatikan guru untuk dapat
menjadi seorang fasilitator yang sukses yaitu: 1) mendengarkan dan tidak
mendominasi, 2) bersikap sabar, 3) menghargai dan rendah hati, 4) mau
belajar, 5) bersikap sederajat, 6) bersikap akrab dan melebur, 7) tidak
berusaha menyeramahi, 8) berwibawa, 9) tidak memihak dan mengkritik,
10) bersikap terbuka, 11) bersikap positif. Sebagai fasilitator, guru berperan
memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam kegiatan proses
pembelajaran.
Jadi dengan melihat fenomena yang terjadi sekarang ini dimana seluruh
sekolah menghentikan sementara aktivitas kegiatan belajar mengajar
(KBM) dalam kelas untuk mencegah penyebaran dan penuluran virus
Covid-19 kepada peserta didik. Guru harus menyiapkan fasilitas
pembelajaran agar (KBM) tetap berjalan dengan efektif. Dengan
memfasilitasi pembelajaran , berarti guru berusaha mengajak dan membawa
peserta didik untuk berpartisipasi. Memfasilitasi bukanlah hal mudah, jika
guru tidak memiliki cukup pemahaman.
Dari hasil observasi penulis pada MTs di Kecamatan Tengaran, sekolah
ini menerapkan pembelajaran daring yang dilaksanakan secara jarak jauh
tanpa adanya tatap muka antara siswa dengan guru sebagai bentuk
pencegahan penyebaran virus Covid-19. Setiap sekolah memiliki masalah
yang berbeda-beda, dari hasil observasi dan wawancara yang dilakukan
kepada salah satu guru pada MTs di Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang diketahui bahwa di sekolah ini proses pembelajaran daring sudah
6
berjalan namun masih ada guru yang kurang terampil dalam merancang dan
menerapkan media pembelajaran daring kepada siswa, karena situasi dan
kondisi yang mengharuskan guru untuk melakukan pembelajaran secara
jarak jauh tanpa adanya tatap muka, guru memiliki tugas bagaimana
menyediakan fasilitas pembelajaran sehingga tercipta iklim belajar yang
menyenangkan bagi siswa, hal ini membuat peran guru sebagai fasilitator
pembelajaran daring menjadi perhatian. Tentunya agar proses pembelajaran
tetap berjalan efektif.
Berdasarkan pemikiran di atas, penulis tertarik untuk meneliti
bagaimana peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang. Maka dalam penelitian ini
penulis mengambil judul “PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR
PEMBELAJARAN DARING PADA MTs DI KECAMATAN
TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2020 ”
B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang tersebut, maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
1. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran PAI dan
Budi Pekerti pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun
2020?
2. Bagaimana peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs
di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020?
3. Faktor apa yang menghambat guru sebagai fasilitator pembelajaran
7
daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020?
4. Bagaimana cara guru menyelesaikan hambatan dalam memfasilitasi
pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti pada MTs
di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020?
C. Tujuan Penelitian
Secara spesifik penelitian ini menjawab beberapa pokok masalah
penelitian yaitu :
1. Untuk mengidentifikasi pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran
PAI dan Budi Pekerti pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang
tahun 2020.
2. Untuk mengidentifikasi peran guru sebagai fasilitator pembelajaran
daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020.
3. Untuk mengeksplorasi faktor yang menghambat peran guru sebagai
fasilitator pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-
Semarang tahun 2020.
4. Untuk mengidentifikasi bagaimana cara guru menyelesaikan hambatan
dalam memfasilitasi pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan
Budi Pekerti pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun
2020.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
8
1. Manfaat Teoritis
a. Sebagai salah satu sumbangan pemikiran bagi khasanah keilmuan
pendidikan di Indonesia secara umum dan pendidikan Islam,
terutama dalam teori pegetahuan kompetensi guru dalam
pemanfaatan Information Communication Technologgies (ICT).
b. Sebagai salah satu sumbangan dari pokok-pokok pembahasan untuk
menjadi gambaran langkah atau strategi dalam menyelesaikan
problem pembelajaran daring.
2. Manfaat Praktis
Manfaat praktis penelitian ini adalah dapat memberi sumbangan
informasi bagi para guru sebagai fasilitator dalam mengoptimalkan
metode pembelajaran menggunakan pembelajaran berbasis daring
bagi peningkatan pembelajaran PAI dan Budi Pekerti. Penelitian ini
juga bermanfaat secara praktis bagi:
a. IAIN Salatiga , khususnya jurusan PAI
Memperkaya khazanah dunia pustaka terutama karya ilmiah
Pendidikan Agama Islam, selain itu dapat digunakan sebagai titik
tolak dalam penelitian sejenis dengan fokus yang berbeda.
b. Bagi Penulis
Menambah pengalaman dan pengetahuan untuk
mengembangkan ide kreatif dan inovatifnya dalam melakukan
penelitian.
c. MTs Kecamatan Tengaran.
9
Dapat digunakan sebagai evaluasi dalam mengoptimalkan
pembelajaran PAI dan Budi Pekerti dengan menggunakan metode
daring di MTs Kecamatan Tengaran.
d. Sekolah Lain
Dapat digunakan sebagai rujukan dalam penggunaan
pembelajaran berbasis daring pada pembelajaran PAI dan Budi
Pekerti.
E. Penegasan Istilah
Untuk memberikan gambaran sekaligus memperjelas pengertian dan
pemahaman serta agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap judul di atas
maka dijelaskan dibawah ini :
1. Peran Guru
Peran guru sagatlah penting dalam pendidikan, karena yang membantu
siswa mengatasi kesulitan dalam proses belajar, yang berupaya menciptakan
lingkungan yang menentang siswa agar melakukan kegiatan belajar adalah
guru. Guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam pasal
2 ayat 1 berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran guru sebagai
agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu pendidikan nasional, maka
10
dapat disimpulkan bahwa peran guru adalah untuk meningkatkan mutu
pelajaran demi peningkatan pendidikan nasional.
Adapun istilah guru yang dimaksud dalam penelitian ini adalah guru
yang mengajar mata pelajaran Akidah Akhlak, Al-Qur’an Hadis, Fiqih atau
Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) di Madrasah.
2. Fasilitator
Fasilitator bertugas mengarahkan, memberi arah, memfasilitasi
kegiatan belajar peserta didik, dan memberikan semangat. Menurut Sanjaya
(2008) dikutip oleh (Darmadi, 2019:65). Dalam konteks pendidikan, istilah
fasilitator semula lebih banyak diterapkan untuk kepentingan pendidikan
orang dewasa (andragogi), khususnya dalam lingkungan pendidikan non
formal. Namun sejalan dengan perubahan makna pengajaran yang lebih
menekankan pada aktivitas siswa, belakangan ini di Indonesia istilah
fasilitator pun mulai diadopsi dalam lingkungan pendidikan formal di
sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru pada saat melaksanakan
interaksi belajar mengajar.
3. Pembelajaran Daring
Menurut Bates pembelajaran daring bisa didefinisikan sebagai bentuk
pendidikan jarak jauh yang penyampaian materinya dilakukan lewat internet
secara synchronous atau asynchronous. Pembelajaran daring biasanya
dikenal dengan e-learning, pembelajaran virtual, pembelajaran dengan
mediasi komputer, pembelajaran berbasis web, dan pembelajaran jarak jauh.
Semua istilah ini menyiratkan bahwa pelajar dan pengajar berasa dalam
11
lokasi yang berbeda, mengunakan media teknologi digital (biasanya
komputer) untuk mengakses materi pembelajaran dan berkomunikasi
dengan guru dan peserta didik.
F. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Dalam Bab ini penulis mengemukakan tentang latar belakang,
fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,
dan sistematika penulisan.
Bab II : Kajian Teori
Dalam penelitian ini dikemukakan kajian teoriyang meliputi:
pengertian pembelajaran daring, e-learning dan hubunganya dengan
pembelajaran daring, pelaksanaan pembelajaran daring, kelebihan dan
kekurangan pembelajaran daring, pengertian guru PAI, peran guru,
pengertian guru sebagai fasilitator, teori guru sebagai fasilitator,indikataor
guru sebagai fasilitator, sebelas peran guru sebagai fasilitator, tantangan
guru dalam pembelajaran daring, faktor penghambat guru sebagai fasilitator
pembelajaran daring , guru dalam pembelajaran daring, cara guru
menyelesakan hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran daring pada
mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti dan upaya-upaya yang dapat dilakukan
guru sebagai fasilitator pembelajaran daring. Selain itu, juga akan
dikemukakan kajian pustaka terkait dengan kajian penelitian terdahulu.
Bab III :Metodologi Penelitian
Dalam bab ini akan dibahas mengenai pendekatan dan jenis
12
penelitian, kehadiran penulis, lokasi dan waktu penelitian, sumber data,
prosedur pengumpulan data, analisis data, pengecekan keabsahan data.
Bab IV :Paparan Dan Analisis Data
Hal-hal yang akan dibahas dalam bab ini adalah paparan data dan
analisis data. Penulis akan memaparkan data tentang gambaran umum
tempat penelitian (pada MTs di Kecamatan Tengaran Kabupaten
Semarang), pembahasan pembelajaran daring dan penyajian berdasarkan
hasil penelitian. Adapun dalam analisis data, peneliti akan memaparkan
tentang analisis peran pendidik sebagai fasilitator pembelajaran daring
serta analisis hasil penelitian.
Bab V : Penutup
Bab ini merupakan bab terakhir yang berisi : kesimpulan, saran,
dan kata penutup.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pembelajaran Daring
a. Pengertian Pembelajaran Daring
13
Menurut Bates pembelajaran daring bisa didefinisikan
sebagai bentuk pendidikan jarak jauh yang penyampaian materinya
dilakukan lewat internet secara synchronous atau asynchronous.
Pembelajaran daring biasanya dikenal dengan e-learning,
pembelajaran virtual, pembelajaran dengan mediasi komputer,
pembelajaran berbasis web, dan pembelajaran jarak jauh. Semua
istilah ini menyiratkan bahwa pelajar dan pengajar berasa dalam
lokasi yang berbeda, mengunakan media teknologi digital (biasanya
komputer) untuk mengakses materi pembelajaran dan
berkomunikasi dengan guru dan peserta didik. Pembelajaran daring
memungkinkan fleksibilitas akses. Materi dan sumber pustaka bisa
diakses dari mana saja dan kapan saja. (Cole,2000) yang dikutip oleh
(Sanjaya, 2020: 52)
Salah satu dukungan Kementrian Pendidikan dan
Kebudayaan dalam sistem pendidikan daring adalah sistem berbasis
teknologi yang disebut dengan SPADA singkatan dari Sistem
Pembelajaran Daring Indonesia. Sistem Pembelajaran Daring
Indonesia adalah penerapan sistem pendidikan jarak jauh/terbuka, e-
learning dan massive open daring course (MOOCs) untuk
meningkatkan akses terhadap pendidikan tinggi yang bermutu
melalui penerapan teknologi informasi dan komunikasi yang tepat
sebagai wahana alih kredit, program pendidikan (degree program),
pengembangan profesi berkelanjutan dan belajar sepanjang hayat
14
bagi seluruh masyarakat Indonesia.(Chaeruman, 2017:5)
b. E-learning dan hubunganya dengan pembelajaran daring
Bebicara pembelajaran daring, tidak terlepas dari konsep e-
learning sebagai payung dari segala jenis pembelajaran berbantuan
teknologi informasi dan komunikasi. Intemet merupakan jaringan
publik. Keberadaannya sangat diperlukan baik sebagai media
informasi maupun komunikasi yang dilakukan secara bebas. Salah
satu pemanfaatan internet adalah pada sistem pembelajaran jarak
jauh melalui belajar secara elektronik atau yang lebih dikenal
dengan istilah e-learning.
E- learning merupakan istilah yang generik dan luas yang
menjelaskan tentang penggunaan berbagai teknologi elektronik
untuk menyampaikan pembelajaran. Lebih tepatnya, bukan hanya
sekedar untuk menyampaikan pembelajaran, tapi lebih jauh untuk
menciptakan pengalaman belajar yang optimal. Teknologi
elektronik tersebut dapat berupa komputer, maupun intranet serta
teknologi elektronik lain seperti audio/radio, dan video/televisi.
(Chaeruman, 2017:9)
E-learning sebagai penerapan teknologi elektronik untuk
menciptakan pengalaman belajar (pembelajaran), tidak dapat
dipandang sebagai sesuatu yang diskrit. Tapi, dalam prakteknya, e-
learning merupakan suatu kontinum. Rashty seperti yang dikutip
(Chaeruman, 2017: 10) mengkatagorikan e-learning menjadi tiga
15
kontinum yaitu:
1) Adjunct; yaitu pembelajaran tatap muka (tradisional) yang
ditunjang dengan sistem penyampaian secara daring sebagai
pengayaan. Keberadaan sistem penyampaian secara daring
merupakan suatu tambahan. Contoh untuk menunjang
pembelajaran di kelas, seorang guru/dosen menugaskan
siswa/mahasiswanya untuk mencari informasi dari internet,
memanfaatkan komputer dan LCD projector dan multimedia di
dalam kelas, dll.
2) Mixed/blended; yaitu menempatkan sistem penyampaian secara
daring sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari proses
pembelajaran secara keseluruhan. Artinya baik proses tatap
muka maupun pembelajaran secara daring merupakan satu
kesatuan utuh. Berbeda dengan model adjunct yang hanya
menempatkan sistem penyampaian daring sebagai tambahan.
3) Fully Daring; yaitu semua interaksi pembelajaran dan
penyampaian bahan belajar terjadi secara daring penuh. Tidak
ada pembelajaran tatap muka (tradisional) sama sekali. Contoh,
bahan belajar berupa video diunggah dan diterima via internet,
atau pembelajaran ditautkan (linked) melalui hyperlink ke
sumber lain yang berupa teks atau gambar. Ciri utama model ini
adalah terjadinya pembelajaran kolaboratif secara daring.
Mengacu pada ketiga kategori e-learning seperti dijelaskan
16
di atas, maka pembelajaran daring merupakan salah satu bentuk e-
learning.
c. Pelaksanaan Pembelajaran Daring
Pelaksanaan proses pembelajaran daring merupakan
rangkaian kegiatan yang terencana dan tersistem yang dilakukan
oleh guru dan siswa adalah sebagai berikut:
1) Pelaksanaan Pembelajaran Daring oleh guru
a) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan jadwal
pelajaran.
b) Guru dapat menggunakan virtual class dan/atau video
conference sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
c) Guru memastikan kehadiran siswa sudah masuk kelas virtual
dengan screenshoot kehadiran siswa di kelas virtual.
d) Guru memulai proses pembelajaran sesuai dengan materi
pertemuan yang telah direncanakan
e) Proses interaksi antara guru dengan siswa.
2) Pelaksanaan Pembelajaran Daring oleh siswa
a) Siswa mengikuti jadwal pembelajaran sesuai dengan jadwal
pelajaran.
b) Siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan instruksi guru
sesuai dengan jam pembelajaran.
c) Siswa mematuhi tata tertib pembelajaran secara daring.
17
d) Siswa dapat melaksanakan komunikasi dua arah selama
pembelajaran daring berlangsung.
Tata Tertib dalam proses pembelajaran daring yaitu:
1) Guru
a) Guru wajib melaksanakan pembelajaran daring sesuai
jadwal pelajaran yang sudah ditentukan.
b) Guru wajib berpakaian sopan dan rapi serta memperhatikan
estetika ruangan pada pembelajaran dimulai.
2) Siswa
1) Siswa wajib login sesuai dengan jadwal yang telah
ditentukan oleh guru.
2) Siswa wajib mengikuti proses pembelajaran daring dan siap
depan kamera apabila guru menginstruksikan dan mengikuti
pembelajaran dengan baik.
3) Siswa wajib berpakaian rapi dan memperhatikan etika dan
estetika ruangan pada saat meeting
4) Siswa tidak diperkenankan mengoperasikan fitur aplikasi
apabila belum diinstruksikan oleh guru.
5) Apabila siswa ingin bertanya kepada guru, siswa dapat
memberikan kode atau pesan teks kepada guru.
6) Siswa tidak diperkenankan melakukan aktifitas lain pada
saat mengikuti pembelajaran, kecuali atas seizin guru.
(Adhisuwignjo,2020:5)
18
d. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran daring
Menurut Empy dan Zhuang yang dikutip oleh (Leonard,
2012: 282) , ada beberapa kelebihan e-learning atau pembelajaran
jarak jauh , antara lain:
1) Mengurangi biaya. Dengan menggunakan e-learning, kita
menghemat waktu dan uang untuk mencapai suatu tempat
pembelajaran. Dengan e-learning kita dapat mengakses dari
berbagai lokasi dan tempat.
2) Fleksibilitas waktu, tempat dan kecepatan pembelajaran.
Dengan menggunakan e-learning, pengajar dapat menentukan
waktu untuk belajar dimanapun. Dan pelajar dapat belajar sesuai
dengan kemampuan masing-masing. Berbeda dengan belajar di
kelas, dimana semua pelajar belajar dan berhenti pada waktu
yang sama.
3) Standarisasi dan efektivitas pembelajaran. E-learning selalu
memiliki kualitas sama setiap kali diakses dan tidak tergantung
suasana hati pengajar. E-learning dirancang agar pelajar dapat
lebih mengerti dengan menggunakan simulasi dan animasi.
Selain kelebihan yang dimiliki oleh e-learning, adapun
kekurangan yang harus diketahui antara lain:
1) Pelajar harus memiliki komputer dan akses internet.
2) Pelajar juga harus memiliki keterampilan komputer dengan
programnya, seperti internet browser, email, dan aplikasi office.
19
3) Koneksi internet yang baik, karena sangat dibutuhkan dalam
pengambilan materi pelajaran.
4) Dengan tidak adanya rutinitas yang ada di kelas, maka pelajar
mungkin akan berhenti belajar atau bingung mengenai kegiatan
belajar dan tenggang waktu tugas, yang akan membuat pelajar
gagal.
5) Pelajar akan merasa sangat jauh dengan instruktur. Karena
instruktur tidak selalu ada untuk membantu pelajar, sehingga
pelajar harus disiplin dan mengerjakan tugas secara mandiri
tanpa bantuan instruktur.
6) Pelajar juga harus memiliki kemampuan menulis dan
kemampuan berkomunikasi yang baik, karena pengajar dan
pelajar tidak bertatap muka sehingga memmungkinkan
terjadinya salah pengertian dalam beberapa hal.
2. Peran Guru Sebagai Fasilitator
a. Pengertian Guru
Guru dapat diartikan sebagai manusia yang mempunyai
integritas pengetahuan yang mencerdasakan, mencerahkan dan
menjadi suri teladan bagi setiap orang dalam kehidupan sosial
maupun keagamaan. (Umar, 2019:12)
PAI dan Budi Pekerti dibakukan sebagai proses mendidik
agama Islam. PAI dan Budi Pekerti sebagai mata pelajaran
20
seharusnya dinamakan “Agama Islam”, karena yang diajarkan
adalah agama Islam bukan pendidikan agama Islam. Nama
kegiatannya atau usaha-usaha dalam mendidikkan agama islam
disebut sebagai pendidikan agama Islam. Kata “pendidikan” ini ada
pada dan mengikuti setiap mata pelajaran. Pendidikan agama Islam
merupakan salah satu bagian dari pendidikan Islam. (Muhaimin
2012: 163)
Sedangkan guru PAI guru yang mengajar mata pelajaran
Akidah Akhlak, Al-Qur’an Hadis, Fiqih atau Sejarah Kebudayaan
Islam (SKI) di Madrasah (Wahab, 2011: 63). Jadi yang dimaksud
dengan Guru PAI adalah guru yang mengampu mata pelajaran PAI
dan Budi Pekerti, yang tidak hanya bertugas mengajarkan atau
membekali pengetahuan agama, tetapi juga membimbing anak didik
menjadi pribadi muslim yang mampu mengamalkan ajaran Islam.
b. Peran Guru
Seorang guru juga harus mampu melaksanakan tugasnya
dalam beberapa peran yang berbeda. Ia tidak hanya menjadi transfer
ilmu, tetapi juga menjadi seorang pendidik. Dalam pandangan Adam
dan Decey (2006;Moh. Uzer Usman, 1992) yang dikutip oleh (Izzan,
2012: 39) peran guru meliputi:
1) Peran guru sebagai demonstraror.
Sebagai demonstraror, guru adalah seorang pengajar dari
bidang ilmu yang dikuasainya. Karena itu, agar dapat
21
melaksanakan peranya dengan baik, seorang guru harus
menguasai bahan pelajaran yang akan diajarkan. Ia juga harus
senantiasa belajar untuk meningkatkan penugasannya terhadap
ilmu yang sesuai dengan bidangnya. Agar ilmu pengetahuan
yang dimilikinya dapat disampaikan kepada para siswa dengan
baik, seorang guru juga harus terampil dalam memahami
kurikulum, menjabarkan dalam tujuan-tujuan operasional, serta
mampu pula menggunakan metodologi dan sarana pembelajaran
secara optimal.
2) Peran guru sebagai pengelola kelas.
Sebagai pengelola kelas, seorang guru harus mampu
menciptakan suasana atau kondisi belajar di kelas. Ia juga harus
mampu merangsang siswa untuk aktif dalam proses
pembelajaran, terampil mengendalikan suasana kelas agar tetap
hangat, aman, menarik, dan kondusif.
3) Peran guru sebagai mediator dan fasilitator.
Sebagai mediator, seorang guru dituntut memiliki
pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media
pendidikan sebagai alat komunikasi dalam proses pembelajaran.
Guru harus terampil memilih, mengunakan, dan mengusahakan
media pendidikan, serta mampu menjadi perantara (media)
dalam hubungan antarsiswa dalam proses belajar mengajar,
sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan
22
sumber belajar yang berguna, serta dapat menunjang tercapainya
tujuan dalam proses belajar mengajar, baik yang berwujud
narasumber, buku teks, majalah, surat kabar, maupun sumber
belajar lainnya.
4) Peran guru sebagai evaluator.
Sebagai evaluator, seorang guru dituntut untuk mampu
melakukan proses evaluasi. Tujuan evaluasi adalah mengetahui
keberasilannya dalam melaksanakan pembelajaran (Feed back)
dan menilai hasil belajar siswa. Seorang guru juga dituntut
memiliki keterampilan dan kemampuan lain, seperti
merumuskan alat tes yang valid dan reliable; menggunakan alat
tes dan non-tes secara tepat; melaksanakan penilaian secara
objektif, jujur, dan adil; serta menindaklanjuti hasil evaluasi
secara proporsional.
Dari penjelasan di atas maka dapat disimpulkan bahwa peran
guru sagatlah penting dalam pendidikan, karena yang membantu
siswa mengatasi kesulitan dalam proses belajar, yang berupaya
menciptakan lingkungan yang menentang siswa agar melakukan
kegiatan belajar adalah guru.
Guru sebagai tenaga profesional sebagaimana dimaksud dalam
pasal 2 ayat 1 berfungsi untuk meningkatkan martabat dan peran
guru sebagai agen pembelajaran untuk meningkatkan mutu
pendidikan nasional.
23
Dari penjelasan di atas, maka dapat disimpulkan bahwa peran
guru adalah untuk meningkatkan mutu pelajaran demi peningkatan
pendidikan nasional.
c. Pengertian Guru Sebagai Fasilitator
Guru sebagai fasilitator artinya guru memfasilitasi proses
pembelajaran. Fasilitator bertugas mengarahkan, memberi arah,
memfasilitasi kegiatan belajar peserta didik, dan memberikan
semangat. Menurut Wina Sanjaya (2008) dikutip oleh (Darmadi,
2019:65). Dalam konteks pendidikan, istilah fasilitator semula lebih
banyak diterapkan untuk kepentingan pendidikan orang dewasa
(andragogi), khususnya dalam lingkungan pendidikan non formal.
Namun sejalan dengan perubahan makna pengajaran yang lebih
menekankan pada aktivitas siswa, belakangan ini di Indonesia istilah
fasilitator pun mulai diadopsi dalam lingkungan pendidikan formal
di sekolah, yakni berkenaan dengan peran guru pada saat
melaksanakan interaksi belajar mengajar.
Jadi guru sebagai fasilitator maksudnya yaitu guru berperan
memfasilitasi kegiatan pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan
pendidikan. Guru sebagai fasilitator tugasnya bukan sekedar
mengejar melainkan membina, membimbing, memotivasi serta
memberikan penguatan-penguatan (reinforacement) positif kepada
para peserta didik.
d. Teori Guru Sebagai Fasilitator
24
Menurut teori yang di ajukan oleh wina sanjaya, peran guru
sebagai fasilitator yaitu guru berperan memberikan pelayanan untuk
memudahkan peserta didik dalam kegiatan proses pembelajaran.
Teori ini menjelaskan bahwa sebagai fasilitator guru berkewajiban
memberikan pelayanan dan menyediakan fasilitas serta sarana dan
prasarana pembelajaran kepada peserta didik sehingga proses
pembelajaran dapat berjalan dengan lancar.
Dari teori diatas dapat ditegaskan bahwa peran guru sebagai
fasilitator membawa konsekuensi terhadap perubahan pola
hubungan guru dengan peserta didik, yang semula lebih bersifat “to-
down” (atas-bawah) menjadi hubungan kemitraan. Menurut
sindhunata dalam hubunganya yang bersifat “top-down”, guru
seringkali diposisikan sebagai “atasan” yang cenderung bersifat
otoriter, sarat komando, intruksi bergaya birokrat, bahwa pawang.
Sementara peserta didik lebih diposisikan sebagai “bawahan” yaitu
harus selalu patuh mengikuti intruksi dan segala sesuatu yang
dikehendaki oleh guru. Menurut Wina Sanjaya (2008) dikutip oleh
(Darmadi, 2019:65-66).
Sementara itu kementrian Agama RI menjelaskan bahwa
guru agama dalam menjalankan perannya, lebih suka jika
mendapatkan kesempatan menghadapi peserta didik dalam interaksi
belajar mengajar dengan memberikan fasilitasi. Guru agama
memberi dorongan dan menyalurkan semangat peserta didik. Peran
25
guru agama sebagai fasilitator yaitu guru memiliki tugas
memberikan bimbingan, arahan, serta pedoman bagi proses
pembelajaran di kelas.
Sebagai fasilitator, guru agama juga berperan sebagai
pemandu jalannya diskusi, yakni meliputi bimbingan belajar dan
bimbingan perkembangan sikap keagamaan peserta didik. Dengan
demikian membimbing dan pemberi bimbingan dimaksudkan agar
setiap peserta didik diinsyafkan mengenai kemampuan dan potensi
diri murid yang sebenarnya dalam kapasitas belajar dan bersikap.
Dari penjelasan diatas, tentang guru sebagai fasilitator, dapat
disimpulkan bahwa guru sebagai fasilitator yaitu berperan aktif
memfasilitasi kegiatan pembelajaran, merencanakan tujuan,
memaknai kegiatan belajar, dan guru harus melaksanakan evaluasi
serta penilaian agar pelaksanaan interaksi belajar mengajar berjalan
dengan lancar dan menyenangkan.
e. Indikator Guru Sebagai Fasilitator
Peran guru sebagai fasilitator dapat diukur dengan sejumlah
indikator. Menurut Wina Sanjaya (2008:23-24) indikator yaitu ciri
atau penanda sesuatu itu berhasil atau berjalan dengan baik atau
tidak. Indikator penting untuk mengetahui dan mengukur sesuatu,
termasuk mengukur peran guru sebagai fasilitator.
Ada lima indikator keberhasilan guru sebagai fasilitator,
yaitu:
26
1) Guru menyediakan seluruh perangkat pembelajaran sebelum
pembelajaran dimulai (seperti silabus, kurikulum, RPP, bahan
evaluasi dan penilaian)
2) Guru menyediakan fasilitas pembelajaran berupa metode, media
serta peralatan belajar.
3) Guru bertindak sebagai mitra, bukan atasan.
4) Guru melaksanakan tugas dan fungsinya yang telah ditentukan
dalam Undang-undang.
5) Guru tidak bertindak sewenang-wenang kepada peserta didik.
f. Sebelas Peran Guru Sebagai Fasilitator
Saat ini peran guru bukan lagi sebagai satu-satunya sumber
informasi bagi peserta didik. Sebab pada kenyataannya di lapangan
guru masih seringkali menjadi sumber utama informasi dan
pembelajaran cenderung berpusat pada guru. Penekanan bahwa guru
sekarang lebih berperan sebagai fasilitator dimaksudkan agar kelas
menjadi lebih hidup dan bergairah. Peserta didik akan lebih banyak
berkegiatan baik secara fisik maupun secara mental. Ini juga
otomatis akan membuat pergeseran paradigma mengajar guru dari
yang bersifat teacher centred (berpusat pada guru) menjadi student
centred (berpusat pada peserta didik). Praktik pembelajaran dengan
melalui ceramah harus mulai digantikan dengan pembelajaran yang
mengaktifkan peserta didik.
27
Terkait dengan sikap dan prilaku guru sebagai fasilitator, di
bawah ini dapat diuraikan peran guru sebagai fasilitator di lapangan.
1) Guru kurang mendengarkan dan mendominasi. Karena peserta
didik merupakan pelaku utama dalam pembelajaran, maka
sebagai fasilitator guru harus memberi kesempatan agar peserta
didik dapat aktif. Tapi langkah ini tidak terlalu mudah karena
masih banyak guru yang kurang mendengarkan peserta didik
dan masih mau mendominasi di kelas.
2) Guru kurang sabar. Aspek utama pembelajaran adalah proses
belajar yang dilakukan oleh peserta didik itu sendiri. Jika guru
kurang sabar melihat proses yang kurang lancar lalu mengambil
alih itu, maka hal ini sama dengan guru telah merampas
kesempatan belajar peserta didik. Inilah salah satu penghambat
dari peran guru sebagai fasilitator.
3) Guru kurang menghargai dan rendah hati. Guru berupaya
menghargai siswa dengan menunjukan minat yang sungguh-
sungguh pada pengetahuan dan pengalaman mereka. Tapi
kebanyakan guru justru kurang menghargai peserta didik dan
kurang bersikap rendah hati dalam menghadapi para peserta
didik.
4) Guru kurang mau belajar. Seorang guru tidak akan dapat bekerja
sama dengan peserta didik apabila dia tidak ingin memahami
28
atau belajar tentang mereka. Kebanyakan guru masih kurang
keinginan untuk belajar.
5) Kurang bersikap sederajat. Guru perlu mengembangkan sikap
kesederajatan agar bisa diterima sebagai teman atau mitra kerja
oleh peserta didiknya. Tapi yang menjadi penghambat justru
sikap guru yang merasa ingin digugu dan ditiru.
6) Bersikap akrab dan melebur. Hubungan dengan peserta didik
sebaiknya dilakukan dengan suasana akrab, santai, bersifat dari
hati ke hati (interpersonal realitionship), sehingga peserta didik
tidak merasa kaku dan sungkan dalam berhubungan dengan
guru.
7) Guru yang berusaha menceramahi. Peserta didik memiliki
pengalaman, pendirian, dan keyakinan tersendiri. Oleh karena
itu, guru tidak perlu menunjukkan diri sebagai orang yang serba
tahu tetapi berusaha untuk saling berbagi pengalaman dengan
peserta didiknya, sehingga diperoleh pemahaman yang kaya
diantara keduanya.
8) Berwibawa. Meskipun pembelajaran harus berlangsung dalam
suasana yang akrab dan santai, seorang fasilitator sebaiknya
tetap dapat menunjukan kesungguhan di dalam bekerja dengan
peserta didiknya, sehingga peserta didik akan tetap
menghargainya.
29
9) Tidak memihak dan mengkritik. Di tengah kelompok peserta
didik seringkali terjadi pertentangan pendapat. Dalam hal ini,
diupayakan guru bersikap netral dan berusaha mefasilitasi
komunikasi di antara pihak-pihak yang berbeda pendapat, untuk
mencari kesepakatan dan jalan keluarnya.
10) Guru kurang terbuka. Biasanya peserta didik akan lebih terbuka
apabila telah tumbuh kepercayaan kepada guru yang
bersangkutan. Oleh karena itu, guru juga jagan sengan untuk
berterus terang bila merasa kurang mengetahui sesuatu, agar
siswa memahami bahwa semua orang selalu masih perlu belajar.
11) Guru bersikap negatif. Guru mengajak peserta didik untuk
memahami keadaan dirinya dengan menonjolkan potensi-
potensi yang ada. Bukan sebaliknya mengeluhkan keburukan-
keburukannya. Perlu diingat, potensi terbesar setiap peserta
didik adalah kemauan dari manusianya sendiri untuk merubah
keadaan. Wina Sanjaya (2008) dikutip oleh (Darmadi,
2019:67).
3. Faktor Penghambat Peran Guru Sebagai Fasilitator dalam
Pembelajaran Daring
a. Tantangan Guru Dalam Pembelajaran Daring
Guru profesional abad ke-21 bukanlah guru yang sekedar mampu
mengajar dengan baik. Guru profesional abad ke-21 adalah guru
yang mampu menjadi pembelajar sepanjang karir untuk peningkatan
30
keefektifan proses pembelajaran siswa seiring dengan
perkembangan lingkungan; mampu bekerja dengan, belajar dari, dan
mengajar kolega sebagai upaya menghadapi kompleksitas tantangan
sekolah dan pengajaran; mengajar berlandaskan standar profesional
mengajar untuk menjamin mutu pelajaran serta memiliki
berkomunikasi baik langsung maupun menggunakan teknologi
secara efektif dengan orang tua murid untuk mendukung
pengembangan sekolah Hargreavas, 2000;Darling, 2006 dikutip
(Djaja,2017:6). Adapun beberapa tantangan juga yang sedang
dialami di dunia pendidikan antara lain:
1) Perubahan IPTEK dan penyesuaian guru
Masih banyak guru yang belum siap menghadapi perubahan
teknologi. Guru tidak segera menyesuaikan diri dan belum
mampu memotivasi diri untuk terus belajar dengan laju
perkembangan dan pengetahuan yang kian berkembang cepat
seiring dengan perkembangan teknologi dan informasi. Jika
kondisi ini terus berlangsung, maka kewibawaan guru sebagai
sosok yang diguguh dan ditiru akan sirna. Hal itu terjadi
disebabkan oleh peserta didik lebih menguasai perkembangan
teknologi dan informasi.
2) Perubahan paradigma pendidikan
Sejalan dengan pesatnya perkembangan TIK, menyebabkan
adanya pergeseran pandangan tentang pembelajaran yang terjadi
31
baik di kelas maupun di luar kelas. Tantangan yang harus
dihadapi adalah pergeseran paradigma dalam pembelajaran
bukan lagi terpusat pada guru dan guru bukan satu-satunya
sumber informasi.
3) Modalitas GTK pembelajar
Teknologi juga mempengaruhi modalitas guru dan tenaga
kependidikan. Hal ini terlihat dari program yang dilakukan
pemerintah dilakukan secara online untuk mengetahui
kompetensi para guru. Salah satu kegiatan yang dilakukan adalah
UKG 2015 yang dilakukan secara online. Tindak lanjut dari hasil
yang diperoleh oleh para guru maka guru akan melaksanakan
pembelajaran atau yang disebut sebagai guru pembelajar. Guru
pembelajar terdiri atas tiga modalitas pembelajaran, meliputi
tatap muka, daring dan daring kombinasi. Namun ada beberapa
kendala yang dialami guru diantaranya: keterbatasan waktu yang
dimiliki guru (limited time), sarana dan prasarana tidak memadai
(ketidaklayakan tempat, lemahnya sinyal jaringan internet),
rendahnya kemampuan guru terhadap penguasaan teknologi.
Tiga tantangan tersebut adalah tantangan yang harus
dihadapi guru di era globalisasi saat ini. Abad ke-21 adalah abad
yang sangat berbeda dengan abad-abad sebelumnya. Perkembangan
ilmu pengetahuan yang luar biasa disegala bidang pada abad ini,
32
terutama bidang Information and Communication Technology (ICT)
yang serba sophisticated membuat dunia ini semakin sempit.
b. Faktor Penghambat Peran Guru Sebagai Fasilitator dalam
Pembelajaran Daring
Dalam menjalankan suatu program seseorang maupun
lembaga pasti ada sesuatu yang menjadikan pendorong maupun
penghambat program yangditerapkan. Berikut beberapa hal yang
bisa menjadi penghambat peran guru sebagai fasilitator
pembelajaran daring (Agustin,2017:86)
1) Faktor kurangnya pengalaman pembelajaran daring. Saat
dilakukan observasi dan wawancara memang guru merasa dan
mengaku bahwa masih kurangnya pengalaman menerapkan teori
guru sebagai fasilitator dalam pembelajaran daring. Karena peran
sebagai fasilitator ini tidak mudah maka kadang-kadang guru
masih menjalankan peran lamanya seperti mendominasi kelas
daring , kurang memberi ruang kepada semua peserta untuk
memberi tangapan, masih beberapa kali memihak peserta didik,
mengkritik peserta didik sehingga berdampak pada rasa takut
peserta didik untuk mengajukan usul dan bertanya serta memberi
jawaban.
2) Faktor masih kurangnya wawasan guru mengenai teori guru
sebagai fasilitator dalam pembelajaran daring. Faktor
penghambat kedua yaitu masih kurangnya wawasan dan
33
informasi mengenai tugas dan fungsi guru sebagai fasilitator
pembelajaran daring. Ini berdampak kurang luwesnya guru dalam
mengaplikasikan teori peran guru sebagai fasilitator
pembelajaran daring. Guru kadang-kadang masih terlihat kaku,
kurang percaya diri dan sesekali merasa buntu ketika
memfasilitasi peserta didik dalam pembelajaran.
3) Faktor minimnya fasilitas sekolah. Harus diakui bahwa fasilitas
sekolah yang lengkap sangat membantu dalam proses belajar-
mengajar. Termasuk sangat membantu peran guru menjalankan
dan menerapkan perannya sebagai fasilitator pembelajaran
daring. Pada kondisi pandemik akibat Covid-19 semua guru harus
menerapkan pembelajaran daring maka fasilitas sarana dan
prasarana menjadi terbatas bagi semua guru sehingga guru
kurang maksimal dalam menjalankan peranya sebagai fasilitator.
4) Faktor kebiasaan lama guru dalam mengajar terlalu kuat.
Kebiasaan lama guru saat mengajar dengan tatap muka di dalam
kelas dengan kebiasaan guru mendikte, berceramah sehingga
guru butuh penyesuaiaan dan waktu untuk melaksanakan
pembelajaran daring.
5) Kurangnya guru melakukan studi banding ke sekolah-sekolah
yang dianggap telah berhasil menerapkan peran guru sebagai
fasilitator pembelajaran daring. Minimnya studi banding ini
berdampak pada tidak adanya bandingan yang diperoleh guru
34
seperti apa sesungguhnya dan seharusnya guru sebagai fasilitator
itu, dan bagaimana prinsip-prinsip yang harus dijalankan oleh
guru.
6) Faktor hambatan lain yang dialami oleh peserta didik
pembelajaran daring menurut (Dindin, dkk. 2020:7)yaitu: kuota
internet yang terbatas, jaringan tidak stabil, dan tugas yang
menumpuk.
Dari beberapa faktor tersebut dapat dikatakan bahwa faktor
penghambat belum maksimalnya peran guru PAIsebagai fasilitator
di MTs Se-Kecamatan Tengaran Kab-Semarang dapat dikatakan
terdiri dari dua faktor, yakni faktor internal dan faktor eksternal.
Faktor internal berupa masih minimnya pegalaman dan kurangnya
penguasaan teori guru sebagai fasilitator. Sementara faktor eksternal
yakni kurangnya fasilitas penunjang yang dimiliki sekolah sepeerti
media, buku-buku dan bahan bacaan mengenai peran guru sebagai
fasilitator.
4. Penyelesaian Faktor Penghambat Peran Guru Sebagai Fasilitator
Pembelajaran Daring
a. Guru Dalam Pembelajaran Daring
Pendekatan pembelajaran pada guru dalam pembelajaran
daring memiliki karakteristik sebagai berikut: (Djaja,2017:6)
1) Menuntut pembelajar untuk membangun dan menciptakan
pengetahuan secara mandiri (constructivism).
35
2) Pembelajar akan berkolaborasi dengan pembelajar lain dalam
membangun pengetahuannya dan memecahkan masalah secara
bersama-sama (social constructivism).
3) Membentuk suatu komunitas pembelajar (community of learners)
yang inklusif.
4) Memanfaatkan media lama (website) yang bisa diakses melalui
internet, pembelajaran berbasis komputer, kelas virtual, dan atau
kelas digital.
5) Interaktivitas, kemandiriana, aksesbilitasm dan pengayaan.
b. Penyelesaian Faktor Penghambat Peran Guru Sebagai
Fasilitator Pembelajaran Daring
Berbagai hambatan yang ditemukan dalam proses
pembelajaran daring dapat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran , sehingga diperlukan adanya penyelesaian atas
berbagai hamabatan tersebut diantaranya adalah:
1) Meningkatkan wawasan literasi pembelajaran daring, baik
peserta didik dan guru.
2) Sekolah dapat menerapkan beberapa langkah strategis seperti
halnya menyiapkan dan menyediakan aplikasi e-learning yang
rendah kuota (tidak memperlukan kuota internet besar) dalam
mengaksesnya. Selain itu, sekolah bisa menyediakan pelayanan
36
berupa kuota gratis puluhan giga bite (GB) dengan cara
kerjasama dengan provider untuk mengakses layanan pendidikan.
3) Memperkuat ruh atau esensi guru. (Dindin, dkk. 2020:6). Esensi
guru merupakan pendidik profesional dengan tugas utama
mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada jalur pendidikan
formal.
c. Upaya-Upaya Yang Dapat Dilakukuan Guru Sebagai Fasilitator
Pembelajaran Daring
1) Komunikasi yang efektif antaraguru dan peserta didik
Komunikasi yang baik dalam lingkungan belajar daring
adalah praktik yang baik. Hal ini akan mendorong keterlibatan
peserta didik dan membantu peserta didik mengatasi tantangan-
tantangan dalam belajar.
Komunikasi yang efektif harus dibangun melalui
komunikasi dua arah antara guru dan peserta didik. Guru tidak
hanya sekedar memberikan materi dan tugas tetapi harus
memberikan konfirmasi dan umpan balik kepada peserta didik.
Proses evaluasi bagi hasil kerja peserta didik harus dilakukan oleh
guru, sehingga hubungan yang bersifat dialogis tercipta.(
Sanjaya, 2020:103)
37
2) Mengembangkan pembelajaran aktif
Lingkungan belajar daring dirancang dan dikembangkan
guna mendorong kerjasama dan dukungan timbal balik berbagi
ide dan saling menanggapi baik peserta didik dan guru.
3) Mendukung pembelajaran aktif
Lingkungan belajar daring mendukung pembelajaran
berbasis proyek, dimana peserta didik melakukan proses
pembelajaran secara aktif, mengakses materi, Berdiskusi dengan
sesama peserta didik dan guru. Peserta didik membahas apa yang
dipelajari, menuliskannya, menghubungkan dengan pengalaman
mereka, dan mengaplikasikannya.
4) Guru memberikan umpan balik dengan segera
Kunci dari pembelajaran daring yang efektif adalah
memberikan tanggapan secepatnya kepada peserta didik, yaitu
melalui teks maupun suara. Agar peserta didik merasakan
manfaat atas kelas yang mereka ikuti dan merasakan bahwa
proses belajar dalam daring tidak membosankan.
5) Menghargai berbagai macam bakat dan metode pembelajaran
Menurut (Darmadi, 2017: 175) Metode merupakan jalan atau
cara yang di tempuh seseorang untuk mencapai tujuan yang
diharapkan. Metode mengajar ialah ilmu yang mempelajari cara-
cara untuk melakukan aktivitas yang tersistem dari sebuah
lingkungan yang terdiri atas guru dan murid untuk saling
38
berinteraksi dalam melakukan suatu kepastian , sehingga proses
belajar berjalan dengan baik dan tujuan pengajaran tercapai.
Dalam pembelajaran daring, hal ini dapat diartikan dengan
memberikan media belajar yang beragam, memilih topik tertentu
untuk proyek maupun kelompok diskusi.( Djaja,2017:11)
Menghargai berbagai macam bakat guru dan menyediakan
metode belajar yang beragam bertujuan untuk mengakomodasi
gaya belajar yang berbeda serta memberikan fasilitas
pembelajaran yang efektif untuk peserta didik.
B. Kajian Pustaka
Dalam kajian pustaka ini, akan dideskripsikan penelitian yang ada
relevensinya dengan penelitian yang akan penulis lakukan. Sebelum judul
ini ditetapkan sebagai bahan kajian skripsi penulis terlebih dahulu
melakukan tinjauan dan penelusuran mengenai skripsi dan jurnal yang
berhubungan dengan pembahasan yang akan diteliti. Hal ini ditujukan agar
tidak terjadi pembahasan yang sama dalam penulisan skripsi.
Adapun penelitian yang menggunakan tema pembelajaran daring
adalah penelitian yang dilakukan oleh Ryan Zeini Rohidin, Rihlah Nur
Aulia, Abdul Fadhil, Mahasiswa Universitas Negri Jakarta dalam jurnal
Studi Al-Quran; Membangun Tradisi Berfikir Qur’ani 2015, yang berjudul
“Model Pembelajaran PAI Berbasis E-Learning (Studi Kasus di SMAN 13
Jakarta) “.Isi dari jurnal ini lebih difokuskan kepada model pembelajaran
PAI berbasis e-learning dalam meningkatkan sumber belajar siswa.
39
Penelitian menunjukkan bahwa mengguanakan model pembelajaran e-
learning sebagai sumber belajar sangat membantu belajar siswa. Sementara
dalam skripsi ini penulis memfokuskan pada peran guru PAI dan Budi
Pekerti sebagai fasilitator pembelajaran berbasis daring di SMP Se-
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang tahun pelajaran 2019/2020.
Penelitian oleh Afif Rahman Riyanda , Kartini Herlina ,B. Anggit
Wicaksono , Mahasiswa FKIP Universitas Lampung dalam jurnal IKRA-
ITH Humaniora 2020, yang berjudul “Evaluasi Implementasi Sistem
Pembelajaran Daring Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung”. Dalam penelitian ini penulis lebih fokus kepada
evaluasi dan implementasi sistem pembelajaran daring. Hasil penelitian
menyimpulkan bahwa tingkat pencapaian program sistem pembelajaran
daring pada komponen context memperoleh skor rata-rata 4,145 (82,91%)
digolongkan dalam kategori baik; komponen input memperoleh skor rata-
rata 4,302 (86,04%) digolongkan dalam kategori baik; komponen process
memperoleh skor rata-rata 3,838 (76,76%) digolongkan dalam kategori
cukup; dan komponen product yang memperoleh skor rata-rata 4,107
(82,13%) digolongkan dalam kategori baik. Dari hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa program sistem pembelajaran daring dilingkungan
PMIPA FKIP Unila secara keseluruhan sudah lumayan baik sehingga bisa
tetap dilanjutkan.
Penelitian oleh Ahmad Khoiruddin , mahasiswa Universitas Islam
40
Negeri Ampel Surabaya dalam tesis 2019, yang berjudul “Implementasi
Blended Learning Dalam Pembelajaran PAI”. Dalam penelitian ini penulis
lebih fokus dalam implementasi blended learning dalam pembelajaran PAI.
Hasil penelitian ini yaitu: 1) konten media pembelajaran daring mampu
menambah antusiasme belajar PAI bagi peserta didik, dengan fitur yang
yang tergolong lengkap, terdiri dari materi, video, gambar, soal latihan,
pembahasan, serta fitur chat; 2) pelaksanaan model pembelajaran blended
learning di SMP Negeri 13 Surabaya dapat dikatakan berlangsung dengan
baik,karena dengan menggunakan model pembelajaran ini hampir semua
siswa sangat antusias dan menikmati pembelajaran serta jam pelajaran
berlangsung.
Penelitian oleh Farah Shabrina, mahasiswa Universitas
Muhammadiyah Surakarta skripsi 2020, yang berjudul”Pembelajaran
Daring Menggunakan Metode Information Search Mata Pelajaran Al-Islam
di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta Pada Kondisi Covid-19”. Dalam
penelitian ini penulis lebih fokus dalam pembelajaran daring menggunakan
metode Information Search mata pelajaran Al-Islam di SMP
Muhammadiyah 2 Surakarta pada kondisi Covid-19. Penelitian ini
menunjukan bahwa penggunaan metode Information Search saat
pembelajaran daring di mata pelajaran Al-Islam bisa diterapkan ditengah-
tengah problematika pembelajaran saat ini dengan keadaan Indonesia yang
terdampak Covid-19.
Setelah mengkaji beberapa penelitian di atas, dapat ditarik
41
kesimpulan bahwa penelitian yang dilakukan penulis memiliki perbedaan
dengan penelitian di atas. Peneliti di atas mengkaji tentang model
pembelajaran PAI dan Budi Pekerti berbasis e-learning, penelitian kedua
mengkaji tentang evaluasi dan implementasi sistem pembelajaran daring,
penelitian ketiga membahas tentang implementasi Blended Learning dalam
pembelajaran PAI, penelitian keempat membahas tentang pembelajaran
daring menggunakan metode Information Search mata pelajaran Al-Islam
di SMP Muhammadiyah 2 Surakarta pada kondisi Covid-19. Adapun skripsi
ini penulis lebih mengarah kepada pelaksanaan pembelajaran daring,
perilaku guru sebagai fasilitator pembelajaran daring dalam menggunakan
internet dalam segala bentuk sebagai media pembelajaran maupun sumber
pembelajaran, serta faktor penghambat dan penyelesaiannya dalam
menggunakan internet pada pembelajaran pendidikan agama Islam pada
MTs di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang Tahun 2020.
42
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan
kualitatif. Menurut Moleong (2009:6), penelitian kualitatif adalah penelitian
yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh
subjek penelitian misalnya perilaku, motivasi, tindakan, dan lain-lain secara
holistik, dan dengan cara deskriptif dengan bentuk kata-kata dan bahasa
pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode alamiah.
Pada hakekatnya tujuan utama penelitian kualitatif adalah untuk
menjelaskan suatu keadaan atau fenomena dengan lebih mendalam dengan
melakukan pengumpulan data dan menganalisa data serta fakta yang sudah
digali sebelumnya dalam bentuk analisa yang mendalam dan rinci terkait
dengan topik penelitian. Sehingga alasan penggunaan penelitian kualitatif
itu sendiri karena penulis bermaksud ingin meneliti secara mendalam terkait
peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan
Tengaran Kabupaten Semarang.
B. Kehadiran Penulis
Kehadiran penulis dalam penelitian ini bertindak sebagai instrumen
sekaligus pengumpul data di lapangan, sedangkan instrumen pengumpulan
data yang lain selain manusia adalah berbagai bentuk alat-alat bantu berupa
dokumen-dokumen lainnya yang dapat digunakan untuk menunjang
43
keabsahan hasil penelitian, namun berfungsi sebagai instrumen pendukung.
Kehadiran penulis di lapangan dimaksudkan sebagai tolak ukur
keberhasilan untuk memahami kasus yang diteliti, sehingga keterlibatan
peneliti secara langsung dan aktif dengan informan atau sumber data lainnya
mutlak dilakukan.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
a. MTs Al-Manar Jl. K.H. Djalal Suyuthi Kelurahan Bener, Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang.
b. MTs Aswaja Jl. Masjid Besar No.32 Kelurahan Tengaran, Kecamatan
Tengaran, Kabupaten Semarang.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini diagendakan mulai bulan Juni 2020 sampai dengan
bulan Agustus 2020.
D. Sumber Data
Sumber data adalah subjek dari mana data diperoleh (Arikunto,
2004: 129). Subjek dalam penelitian ini adalah orang atau siapa saja yang
menjadi sumber dalam penelitian. Sumber data yang digunakan dalam
penelitian ini menurut Sugiyono (2016: 225) adalah:
1. Data Primer
Data primer adalah sumber data yang langsung memberikan data
kepada pengumpul data atau sumber data yang diperoleh secara langsung
dari lapangan atau tempat penelitian. Tindakan dan kata-kata merupakan
44
sumber data yang diperoleh dari lapangan dengan mengamati dan
mewawancarai. Penulis menggunakan data ini untuk memperoleh
informasi langsung tentang peran guru sebagai fasilitator pembelajaran
daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang.
Adapun data langsung penulis dapatkan dari para guru pada MTs di
Kecamatan Tengaran Kabupaten Semarang sebagai bahan penelitian.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah sumber data yang tidak langsung memberikan
data kepada pengumpul data atau sumber data pendukung dan penunjang
dalam penelitian ini. Adapun sumber yang diperoleh melalui buku,
dokumen resmi, karya ilmiah, arsip dan foto kegiatan pada proses
pembelajaran di MTs Al-Manar, dan MTs Aswaja. Data ini digunakan
untuk melengkapi dan memperkuat penemuan serta informasi yang
didapatkan oleh penulis.
E. Prosedur Pengumpulan Data
Ada beberapa metode pengumpulan data yang dapat digunakan dalam
penelitian ini yaitu:
1. Wawancara
Wawancara yaitu pertemuan yang langsung direncanakan antara
pewawancara dan yang diwawancarai untuk memberikan/ menerima
informasi tertentu. Menurut Moleong, (1988: 148) wawancara adalah
kegiatan percakapan dengan maksud tertentu yang dilakukan oleh kedua
45
belah pihak yaitu pewawancara dan yang diwawancarai. (Mamik,
2015:108).
Prosedur wawancara yang dilakukan penulis yaitu dengan
melakukan wawancara terstandar (Standardized Interview). Tujuan dari
wawancara dalam penelitian ini adalah untuk mendapatkan jawaban atas
pertanyaan yang diajukan kepada subjek penelitian sebagai acuan pokok
untuk mendapatkan informasi tentang fokus permasalahan yang
mencakup 4 hal yaitu pelaksanaan pembelajaran daring mapel PAI dan
Budi Pekerti, peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring,
hambatan guru sebagai fasilitator pembelajaran daring, serta cara guru
menyelesakan hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran daring pada
mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti. Dengan empat fokus masalah
tersebut maka penulis melakukan wawancara dengan beberapa guru
pada MTs di Kecamatan Tengaran, Kab-Semarang.
2. Observasi
Observasi merupakan suatu teknik atau cara mengumpulkan data
dengan cara mengadakan pengamatan terhadap kegiatan yang sedang
berlangsung. Observasi sebagai teknik pengumpulan data mempunyai
ciri yang spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang lain, yaitu
wawancara dan kuisioner karena observasi tidak terbatas pada orang,
tetapi juga objek-objek alam yang lain (Sugiyono, 2016: 145).
Penelitian observasi ini dilakukan melalui pegamatan langsung
dengan observasi non partisipatif dimana penulis sebagai pegamat tidak
46
ikut serta dalam kegiatan, penulis sebagai pengamat hanya berperan
mengamati kegiatan, tidak ikut dalam kegiatan. Teknik observasi juga
digunakan untuk melakukan pengamatan dengan melihat dan mengamati
sendiri, kemudian mengamati pelaksanaan pembelajaran daring mapel
PAI dan Budi Pekerti, peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring,
hambatan guru sebagai fasilitator pembelajaran daring serta cara guru
menyelesakan hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran daring pada
mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.
Adapun pada teknik observasi ini penulis gunakan untuk mencari
data bagaimana proses pelaksanaan pembelajaran daring mapel PAI dan
Budi Pekerti, mengetahui peran guru sebagai fasilitator pembelajaran
daring , mengetahui hambatan guru sebagai fasilitator pembelajaran
daring serta cara guru menyelesakan hambatan dalam memfasilitasi
pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti. Dengan
ini penulis melaksanakan observasi dengan datang langsung ke sekolah
yang terkait dan mengamati keadaan yang sebenarnya.
3. Dokumentasi
Data dalam penelitian kualitatif kebanyakan diperoleh dari sumber
manusia atau human resources, melalui observasi dan wawancara.
Metode dokumentasi yaitu mencari hal mengenai data atau variabel yang
berupa Sumber lain yang bukan dari manusia (non- human resources),
diantaranya dokumen, foto, dan bahan statistik. Dokumen terdiri bisa
berupa buku harian, notula rapat, laporan berkala, jadwal kegiatan,
47
peraturan pemerintah, anggaran dasar, rapor siswa, surat-surat resmi dan
lain sebagainya (Mamik, 2015:115).
Teknik ini penulis gunakan untuk memuat data profil MTs, sarana
dan prasarana, jumlah tenaga pendidik, jumlah peserta didik atau data
gambar yaitu profil MTs,wawancara dengan guru, aktivitas guru dalam
memfasilitasi pembelajaran daring terkait bagaimana proses pelaksanaan
pembelajaran daring mapel PAI dan Budi Pekerti, peran guru sebagai
fasilitator pembelajaran daring, hambatan guru sebagai fasilitator
pembelajaran daring serta cara guru menyelesakan hambatan dalam
memfasilitasi pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan Budi
Pekerti.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis
data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan dan
dokumentasi dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori,
menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam
pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan memuat
kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.
Menurut Miles dan Huberman, Sugiyono (2010) dikutip oleh
(Helaluddin, 2019: 123-124) menyatakan bahwa kegiatan analisis data
kualitatif dilakukan secara interaktif dan berlangsung secara terus menerus
hingga datanya mencapai titik jenuh. Berikut diuraikan beberapa tahapan
dalam menganalisis data model interaktif ini, yaitu:
48
1. Reduksi Data
Reduksi data merupakan pemilihan, pemusatan, perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan. Dalam penelitian ini data
observasi , wawancara dan dokumentasi yang diperoleh dari lapangan
jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan
rinci. Reduksi data yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,
memfokuskan pada hal-hal penting yang berkaitan dengan fokus
masalah. Dari banyaknya data yang telah didapat, penulis memilah dan
memilih beberapa data yang sesuai dengan objek penelitian supaya hasil
penelitian ini menjadi terarah. Dengan demikian data yang direduksi atau
dirangkum tadi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan
mempermudah penulis.
2. Penyajian Data
Sekumpulan informasi yang tersusun sehingga memberi
kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.
Teknik penyajian data pada penelitian kualitatif dapat dilakukan dalam
berbagai bentuk seperti tabel, grafik dan sejenisnya. Penyajian data juga
dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat , bagan, hubungan antar
kategori, dan lain-lain. Penelitian ini dalam menyajikan datanya
menggunakan teks naratif. Penyajian data yang baik merupakan suatu
cara utama bagi penyajian data yang shahih.
3. Penarikan Kesimpulan atau Verifikasi
49
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif yaitu penarikan
kesimpulan.Penarikan kesimpulan atau verifikasi merupakan bagian dari
suatu kegiatan kongfigurasi yang utuh. Simpulan-simpulan juga
diverifikasi selama penelitian berlangsung. Verifikasi itu kemungkinan
setingkat pemikiran kembali yang melintas dalam penganalisis selama
menulis, suatu tinjauan ulang pada catatan-catatan dilapangan serta tukar
pikiran dan akhirnya berusaha menarik kesimpulan.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan
akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti yang kuat untuk
mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Apabila
kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal didukung oleh bukti-
bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan untuk
mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan
kesimpulan yang kredibel. Dengan demikian verifikasi yang pada
awalnya mengambang menjadi relevan.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Teknik yang digunakan untuk pengecekan keabsahan data adalah teknik
triangulasi. Teknik yang menggabungkan data dan sumber data yang telah ada.
Triangulasi merupakan pengumpulan dan pengecekan data menggunakan
perspektif berlainan. Misalnya, menggabungkan catatan lapangan hasil pengamatan
dan naskah hasil wawancara. Triangulas yang digunakan peneliti ada 2 macam
yaitu:
1. Triangulasi Sumber Data
50
Triagulasi sumber data berarti untuk menguji kredibilitas data yang
dilakukan dengan cara mengecek data yang telah diperoleh melalui
beberapa sumber (Sugiyono, 2006: 274). Triagulasi sumber data yaitu
membandingkan antara data-data yang diperoleh dari informasi satu
dengan lainnya dan mengejek kebenarannya.
Penulis menggunakan teknik yang sama yaitu wawancara mendalam
kepada sumber yang berbeda-beda yaitu guru akidah akhlak dan guru SKI
di MTs Al-Manar Tengaran dan guru akidah akhlak dan guru fikih di MTs
Aswaja Tengaran. Kemudian hasil wawancara antar informan tersebut
dibandingkan sehingga bisa di cek kebenarannya.
2. Triangulasi Metode
Triagulasi metode dilakukan dengan cara mengecek data kepada
sumber yang sama dengan teknik yang berbeda (Sugiyono, 2006: 27).
Metode ini pengecekan keabsahan data untuk mengetahui hasil temuan
ini benar-benar hasil temuan sendiri. Kemudian penulis membandingkan
data antara hasil wawancara dengan observasi, hasil observasi dengan
dokumentasi dan hasil wawancara dengan dokumentasi. Hasil perbandingan
diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk menyatukan persepsi
penulis dalam melihat data penelitian. Jadi, data tersebut dapat dipahami
secara komprehensif.
BAB IV
PAPARAN DAN ANALISIS DATA
A. Paparan Data
1. Gambaran Tempat Penelitian
51
a. MTs Al-Manar Tengaran
1) Sejarah Singkat Berdirinya MTs Al-Manar
Pada tahun 1983 K. Fatkhurrohman sebagai pengasuh Al-
Manar tahun itu juga berdirinya MTs Al-Manar dengan pimpinan
beliau pertama kali didirikannya MTs Al-Manar. Perkembangan
MTs Al-Manar tergolong pesat, terbukti dari tahun ketahun
siswanya terus bertambah.
2) Letak Geografis
MTs Al-Manar terletak di Desa Bener, Kec. Tengaran Kab.
Semarang dengan batasan-batasan sebagai berikut:
Sebelah Barat : Berbatasan dengan Jalan Raya Solo-
Semarang.
Sebelah Timur : Berbatasan dengan Dusun Cebongan.
Sebelah Utara : Berbatasan dengan Salatiga.
Sebelah Selatan : Berbatasan dengan Dusun Cabean.
3) Profil Sekolah
a) Nama Sekolah : MTs Al- Manar
b) Alamat : Jl. KH. Djalal Suyuthi Desa Bener
Kec Tengaran Kab. Semarang
c) NSM : 121233220003
d) NPSN : 20364450
e) Status Akreditasi : B
f) Nilai : 88
52
g) Nomor Piagam : 165/BAPSM/XI/2017
h) Tahun Didirikan : 1985
i) Status Tanah : Wakaf
j) Surat Bukti HGB : Surat Keputusan Yayasan
k) Luas Bangunan : 5000 M
l) Bangunan
Status Bangunan : Milik Yayasan
Luas Bangunan : 4780 M
4) Visi, Misi dan Tujuan
VISI
Unggul dalam prestasi, menjadi manusia yang berkualitas,
beriman dan bertaqwa dan berakhlak mulia.
MISI
a) Melaksanakan pembelajaran serta bimbingan serta optimal,
sehingga setiap siswa berkembang secara optimal, sesuai
dengan potensi yang dimiliki.
b) Mendorong dan membantu setiap siswa untuk mengenali
potinsi diri, sehingga dapat dikembangkan secara optimal.
c) Mendorong penghayatan dan pengamalan ajaran secara
konsisten dan juga budaya sehingga menjadi sumber kearifan
dalam bertindak.
TUJUAN
a) Terwujudnya peserta didik yang berakhlak mulia.
53
b) Terwujudnya peserta didik yang mandiri.
c) Mengembangkan penguasaan ilmu pengetahuan dan
teknologi.
5) Sarana dan Prasarana
Data dokumentasi yang diperoleh. Berikut tabel sarana
prasarananya
Tabel 1
Sarana dan Prasarana MTs Al-Manar Tengaran
6) Jumlah Tenaga Pendidik
Tabel 2
Jumlah Guru dan Karyawan MTs Al-Manar Tengaran
NO Ruang/Sarana Jumlah Kondisi
1 Ruang Kelas 6 Baik
2 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
3 Ruang TU 1 Baik
4 Ruang Guru 1 Baik
5 Perpustakaan 1 Baik
6 Lab. Komputer 1 Baik
7 Koperasi 1 Baik
8 Ruang Aula 1 Baik
9 Masjid/ Mushola 1 Baik
10 Kantin 1 Baik
11 Wc Guru 1 Baik
12 Wc Siswa 6 Rusak sedang
13 Lapangan Bola Voli 1 Baik
54
No NAMA
PENDIDIKAN
TERAKHIR
TUGAS
POKOK
TUGAS
STRUKTUR
AL
1
MUSTIKOWATI
, S.Pd.I
S1
Guru Bidang
Studi Bahasa
Indonesia
/ Kepala
Madrasah
2
KHABIBURRO
KHMAN, M.Pd
S2
Guru Bidang
Studi Bahasa
Arab
/ Waka.
Kurikulum
3
CHUSNUL
CHALIMAH
S1
Bendahara
Madrasah
4
MUFLIKATUR
ROFIAH, S.Ag
S1
Guru Bidang
Studi SKI,
Bahasa Indonesia
Waka.
Humas
5
MEGA
RAHAYU, S.Ag
S1
Guru Bidang
Studi Akidah
Akhlak, Qur’an
Hadits
Wali Kelas
9A
6
MUSTAIDAH,
S.Pd.I
S1
Guru Bidang
Studi Bahasa
Inggris
Wali Kelas
8A
7
TASMIYAH,
S.Pd
S1
Guru Bidang
Studi Matematika
55
8
ANISATUL
MASRUROH,
S.Pd,I
S1
Guru Bidang
Studi Fikih,
Qur’an Hadits
Wali Kelas
7A, Waka.
Sarpras
9
SITI
ZULAIKHOH,
M.Pd.I
S2
Guru Bidang
Studi Bahasa
Indonesia
10
NUR
VADLILATUL
KHASANAH,
S.H
S1
Guru Bidang
Studi PKn /
Bahasa Indonesia
Wali Kelas
9B
11 SIYONO, M.Pd.I S1
Guru Bidang
Studi PJK,
Bahasa Arab
Pembina
OSIS
12
IVAH FAUZAH,
S.Pd.I
S1
Guru Bidang
Studi IPA
Wali Kelas
8B, Pembina
Pramuka
13
ANDHI
KUSTIAWAN,
S.E
S1
Guru Bidang
Studi Bahasa
Indonesia
Tata Usaha
14
ABDUL
KHAMID, M.Pd
S2
Guru Bidang
Studi IPS, TIK,
Seni Budaya
Wali Kelas
7B
15
MUHAMMAD
SIRRIL WAFA,
S.Pd.
S1
Guru Bidang
Studi Bahasa
Jawa, TIK
56
7) Jumlah Peserta Didik
Tabel 3
Keadaan Siswa MTs Al-Manar Tengaran
b. MTs Aswaja Tengaran
1) Sejarah Singkat Berdirinya MTs Aswaja
Ide mendirikan lembaga pendidikan Islam dengan nama
PGAP NU pada tahun 1967 oleh Bpk. Muh Amin alm dengan
beberapa tokoh masyarakat yang lain, berjalan 3 tahun ajaran
telah menamatkan siswa angkatan pertama, dengan berjalannya
waktu langsung membuka PGAA dengan nama PGAA NU,
tepatnya pada tahun 1970. Dengan perkembangan status
pendidikan pada tahun 1975 alih status dari PGAP NU menjadi
MTs NU (Sekarang MTs Aswaja). Tokoh pendiri MTs Aswaja
Bpk. K. Muh Amin. Alm, Bpk. K.H. Kamil Yasin. Alm, Bpk.
Gito Sumarno. Alm, Bpk. H.Ghufron, Bpk. Merun, Bpk. K.
No Kelas Jenis Kelamin Jumlah
L P
1 VII A 11 13 24
2 VII B 12 12 24
3 VIII A 10 14 24
4 VIII B 9 12 21
5 IX A 13 8 21
6 IX B 13 8 21
68 67 135
57
Mundiri Alm.
2) Profil Sekolah
a) Nama Sekolah : MTs Aswaja
b) NSS/NSM/NDS : 12 12 33 22 0004
c) Provinsi : Jawa Tengah
d) Otonom : Semarang
e) Kecamatan : Tengaran
f) Desa/Kelurahan : Tengaran
g) Jalan dan Nomor : Masjid Besar No.23
h) Kode Pos : 50775
i) Daerah : Perdesaan
j) Status Sekolah : Swasta
k) Akreditasi : B
l) Surat Keputusan : KABID BINRUA ISLAM
m) Tahun Berdiri : 1977
n) Bangunan Sekolah : Milik Sendiri
o) Luas Bangunan : 500 M
p) Jarak ke Pusat Kecamatan : 0.5 Km
q) Jarak ke Pusat Kota : 30 Km
r) Terletak Pada Lintasan : Kecamatan
s) Organisasi Penyelenggara : Organisasi Yayasan
3) Visi, Misi dan Tujuan
58
VISI
Luhur dalam pekerti, prima dalam prestasi, santun dalam prilaku
MISI
a) Menyelenggarakan pendidikan yang berorientasi mutu baik
keilmuan maupun secara moral dalam aspek pengajaran baik
secara moral dan social.
b) Menciptakan suasana pendidikan keagamaan dan
berkepribadian yang sopan.
c) Meningkatkan kualitas tenaga pendidik dan kependidikan.
d) Mengembangkan tersedianya sarana pendidikan dan media
pembelajaran yang efektif dan efisien.
e) Meningkatkan pengelolaan SDM yang mampu memberikan
layanan pendidikan secara profesional dan
bertanggungjawab.
f) Mengembangkan sistem penilaian yang standar.
g) Memposisikan Madrasah sebagai pusat keunggulan
masyarakat yang berpretasi dilandasi iman dan takwa.
Tujuan
a) Menghasilkan peserta didik yang cerdas berakhlaqul karimah.
b) Menciptakan peserta didik yang terampil dan mandiri
dilandasi keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT.
c) Mengembangkan KTSP, pembelajaran, penilaian dan rancana
pembelajaran
59
d) Penyusunan, penataan dan pengembangan struktur organisasi
madrasah dan mekanisme kerja.
e) Memiliki susunan kalender pendidikan akademik.
f) Mengembangkan tenaga pendidik dan kependidikan.
g) Mengembangkan pemenuhan sarana dan prasarana minimal.
h) Mengembangkan pemenuhan sarana dan prasarana lainnya.
i) Mengembangkan pemenuhan fasilitas pembelajaran dan
penilaian lainnya.
j) Mengembangkan pemenuhan keuangan dan pembiayaan.
k) Mengembangkan budaya dan lingkungan madrasah.
l) Mengembangkan peran serta masyarakat dan kemitraan.
m) Mengembangkan pengawasan dan evaluasi.
n) Mengembangkan sistem informasi manajemen madrasah.
4) Jumlah Tenaga Pendidik
Data yang penulis peroleh di MTs Aswaja Tengaran memang
belum terstruktur jadi hal ini menghambat penulis untuk
mengumpulkan data berupa jumlah tenaga pendidik di MTs Aswaja
Tengaran.
a) Jumlah guru keseluruhan : 17 orang
b) Guru tetap yayasan : 12 orang
c) Guru tidak tetap yayasan : 2 orang
d) Guru PNS (DPK) : 1 orang
e) Guru bantu sementara : - orang
60
f) Staf usaha : 2 orang
5) Sarana dan Prasarana
Tabel 4
Sarana dan Prasarana MTs Aswaja Tengaran
6) Jumlah Peserta Didik
Tabel 5
Keadaan Siswa MTs Aswaja Tengaran
NO Ruang/Sarana Jumlah Kondisi
1 Ruang Kelas 6 Baik
2 Ruang Kepala Sekolah 1 Baik
3 Ruang TU 1 Baik
4 Ruang Guru 1 Baik
5 Perpustakaan 1 Baik
6 Lab. Komputer 1 Baik
7 Koperasi 1 Baik
8 Masjid/ Mushola 1 Baik
9 Wc Guru 1 Baik
10 Wc Siswa 2 Baik
61
No Kelas Jenis Kelamin Jumlah
L P
1 VII A 5 8 13
2 VII B 5 8 13
3 VIII A 8 7 15
4 VIII B 10 5 15
5 IX A 13 6 19
6 IX B 11 5 16
52 39 91
2. Temuan Penelitian
a. Profil Responden
1) Profil Guru Mapel PAI dan Budi Pekerti MTs Al-Manar
a) Mega Rahayu (ME)
ME merupakan seorang guru Akidah Akhlak dan Al-
Qur’an Hadis. Beliau lahir di Salatiga, 5 Agustus 1970.
Beliau lulusan dari IAIN Walisongo Semarang angkatan
1994. Beliau menjadi guru Akidah Akhlak dan Al-Qur’an
Hadis di MTs Al-Manar sejak tahun 2003 sampai sekarang.
b) Muflikatur Rafiah (MU)
MR merupakan seorang guru SKI. Beliau lahir di Bener,
11 November 1965. Beliau lulusan dari IAIN Walisongo
Semarang.Beliau menjadi guru SKI di MTs Al-Manar sejak
tahun 1996 sampai sekarang.
Jumlah guru mapel PAI dan Budi Pekerti di MTs Al-Manar
Tengaran ada 4, yaitu Bapak Khabiburrokhman guru bahasa arab, Ibu
Anisatul Masruroh guru Fiqh dan Akidah Akhlak, Ibu Muflikatur
Rafiah guru SKI, Ibu Mega Rahayu guru Akidah Akhlak dan Al-
62
Qur’an Hadits. Namun informan dalam penelitian ini hanya ada 2 , hal
tersebut karena Bapak Khabiburrokhman guru bahasa arab tidak bisa
diwawancarai karena beliau sibuk sebagai pengasuh pondok pesantren
Al-Manar dan Ibu Anisatul Masruroh guru Fiqh dan Akidah Akhlak
sedang cuti hamil sejak bulan juli 2020. Maka penulis hanya
mewawancarai Ibu Muflikatur Rafiah guru SKI dan Ibu Mega Rahayu
guru Akidah Akhlak dan Al-Qur’an Hadits.
2) Profil Guru Mapel PAI dan Budi Pekerti MTs Aswaja
a) M. Fatih Rohman (FR)
FR merupakan seorang guru Fiqih. Beliau lahir di
Semarang , 8 Oktober 1993. Beliau lulusan dari IAIN
Salatiga .Beliau menjadi guru Fiqh di MTs Aswaja sejak
tahun 2017 sampai sekarang.
b) Nur Ma’rifah (MR)
MR merupakan seorang guru Akidah Akhlak. Beliau
lahir di Semarang , 2 Juni 1979. Beliau lulusan dari STAIN
Salatiga .Beliau menjadi guru Akidah Akhlak di MTs Aswaja
sejak tahun 2005 sampai sekarang.
Jumlah guru mapel PAI dan Budi Pekerti MTs Aswaja Tengaran
ada 3 yaitu Bapak M.Fatih Rohman guru fiqh, Ibu Nur Ma’rifah guru
Akidah Akhlak dan Ibu Witriyani SKI. Namun informan penelitian
ini hanya 2 yaitu M.Fatih Rohman guru fiqh dan Ibu Nur Ma’rifah
63
guru Akidah Akhlak. Hal ini karena Ibu Witriyani SKI sedang cuti
menemani suaminya berobat di rumah sakit.
b. Hasil Wawancara Dengan Guru Mapel PAI dan Budi Pekerti
pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang
Setelah melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, maka
berikut data yang ditemukan di lapangan. Adapun data yang akan
dipaparkan dan dianalisis adalah sesuai dengan fokus penelitian yang
telah dipaparkan di BAB I yaitu tentang pelaksanaan pembelajaran
daring mapel PAI dan Budi Pekerti, peran guru sebagai fasilitator
pembelajaran daring, hambatan guru sebagai fasilitator pembelajaran
daring, serta cara guru menyelesakan hambatan dalam memfasilitasi
pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.
1) Pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran PAI dan
Budi Pekerti pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-
Semarang tahun 2020
Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan pada MTs di
Kecamatan Tengaran Kab-Semarang pelaksanaan pembelajaran
daring yang dilakukan oleh guru dan peserta didik adalah sebagai
berikut:
a) Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan jadwal
pelajaran
Pelaksanaan pembelajaran daring yang dilaksanakan
oleh guru sudah sesuai jadwal pelajaran. Hal ini seperti yang
64
diungkapkan guru mapel PAI dan Budi Pekerti ketika penulis
menanyakan “...Kapan waktu pembelajaran daring
berlangsung?...”
”...Melaksanakan pembelajaran daring dari tanggal
14 juli 2020...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
”...Alhamdulillah sudah, seminimal mungkin,
maksudnyakan kalo seperti sekolah-sekolah yang
negri kan sudah terfasilitasi, kalo di sekolah ini ya
belum mampu memfasilitasi anak jadi ya semampu
kami, dan wali murid juga. Mulainya tanggal 14 juli
2020...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu
MU di MTs Al-Manar).
“...Sekitar 2 bulan yang lalu, jadi kira-kira bulan juni
2020, sesuai waktu yang ditentukan oleh kurikulum
dan jadwal pelajaran...”(Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Sesuai jadwal pelajaran...”(Wawancara tanggal 6
Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
Pembelajaran daring yang diterapakan di sekolah sudah
sesuai jadwal pelajaran.
b) Guru dapat mengguanakan virtual class dan/atau video
conference sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Ketika dilakukan wawancara dengan guru mapel PAI dan
Budi Pekerti melalui pertanyaan “...Media dan metode apa yang
Bapak/Ibu gunakan dalam pembelajaran daring?...”. guru mapel
PAI dan Budi Pekerti mengungkapkan:
“...Media Laptop, google classroom, google form,
Metode kadang meringkas, kadang dikasih soal,
fleksible aja...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Medianya google form,google classroom, tapi
karena saya bukan walikelas jadi saya tidak masuk di
classroomnya, saya pakainya google formsama WA.
65
Metodenya internet itu...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Melalui media aplikasi e-learning sudah
mencakup semuanya, metode di e-learningitu ada
yang namanya mengasih materi, ujian, RPP dan
sebagainya itu sudah lengkap , ada buku bahasan ,
jadi semuanya sudah lengap. Tapi bagi yang belum
bisa mengaplikasikan e-learningguru menggunakan
aplikasi google form...”(Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Menggunakan e-learning...”(Wawancara tanggal
6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
Beberapa guru mapel PAI dan Budi Pekerti menggunakan
media aplikasi sesuai kemampuan yang dimiliki seperti google
classroom, google formdan e-learning.
c) Guru memastikan kehadiran siswa sudah masuk kelas virtual
dengan screenshoot kehadiran siswa di kelas virtual
Ketika dilakukan observasi absensi peserta didik dalam
pembelajaran daring, ketika mengunakan e-learning sudah
otomatis ketika peserta didik mengoprasikan e-learning. Namun
untuk beberapa guru mapel PAI dan Budi Pekerti mengabsen
dengan menyuruh peserta didik untuk berfoto formal kemudian
dikirim di grup kelas.
Hal ini diperkuat ketika wawancara dengan guru mapel PAI
dan Budi Pekerti melalu pertanyaan “...Apa saja hal-hal yang
dilakukan Bapak/Ibu sebelum memulai pembelajaran daring...”.
guru mapel PAI dan Budi Pekerti mengungkapkan:
“...Melaksanakan absensi kepada peserta didik
kemudian baru memberikan tugas...”(Wawancara
66
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-
Manar).
“...Karena tahun ajaran baru meskipun itu kelas 8 dan
9, saya tetap perkenalan, perkenalam materi dan
sebagainya, langkah-langkah yang dilakukan selama
pandemi ini...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Seperti biasa, sebelum memulai kita membaca doa
setelah membaca doa baru kita mulai , kalau absen
sudah otomatis...”
(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh Bapak FR
di MTs Aswaja).
“...Mempersiapkan administrasi KBM, seperti materi
yang akan disampaikan, soal-soal latihan dan
terutama RPP...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020
oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
d) Guru memulai proses pembelajaran sesuai dengan materi
pertemuan yang telah direncanakan
Setelah dilaksanakan wawancara dengan guru mapel PAI
dan Budi Pekerti, keempat guru mapel PAI dan Budi Pekerti
sudah memulai proses pembelajaran sesuai dengan materi
pertemuan yang telah direncanakan RPP walaupun beberapa guru
saat pelaksanaanya belum maksimal. Hal tersebut diungkapkan
oleh guru mapel PAI dan Budi Pekerti:
“...Tetap membuat RPP daring walaupun hanya 1
lembar...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Ya kalau rencana, tetap tertuang dalam RPP ,
adapun pelaksanaanya walaupun berbeda, kalau
dengan daring ini kan sesuai kemampuan walimurid
juga karena kemarin juga sudah dicoba pakai zoom
tapi walimurid mengeluh karena kendala seperti
sinyal yang tidak ada, disamping itu juga makan
kuota internet banyak, guru juga mengeluh murid
juga mengeluh...”(Wawancara tanggal 4 Agustus
2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Kita mengikuti RPP dari yang sudah dimasukkan
67
di e-learning, contohnya di RPP itu kan ada KI dan
KD nya waktu pembahasan itu harus sesuai, harus jeli
melalui daring ini...”(Wawancara tanggal 5 Agustus
2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Proses pembelajaran sesuai dengan materi
pertemuan yang telah direncanakan...”(Wawancara
tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs
Aswaja).
e) Proses interaksi antara guru dengan siswa
Interaksi guru dengan peserta didik dalam pembelajaran
daring bisa berupa ketika guru memotivasi peserta didik, ketika
peserta didik merasa bosan dan bagaimana kesan guru terhadap
pembelajaran daring.
Memotivasi peserta didik agar peserta didik tetap
bersemangat dan bersyukur dalam pembelajaran. Hal ini di
ungkapkan oleh guru mapel PAI dan Budi Pekerti:
“...Siswa diberikan semangat agar tetap bersyukur
walaupun dalam kondisi pandemi masih bisa tetap
belajar, sementara masih banyak sekolah-sekolah lain
atau siswa-siswa lain yang tidak bisa belajar selama
pandemi ini...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020
oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
Interaksi yang dilakukan guru mapel PAI dan Budi Pekerti
juga berupa sapaan. Ini senada dengan ungkapan guru mapel PAI
dan Budi Pekerti saat dilakukan wawancara:
“...Jadi sebelum menyampaikan materi, kita menyapa
peserta didik dengan kata-kata, atau simbol-simbol di
aplikasi WA . menyampaikan motivasi keanak agar
selalu siap karena memang keadaan sedang seperti
ini, jadi kita harus bisa menerima , kalo kita tidak bisa
68
menerima malah kita yang rugi. Kerena memang
anjuran pemerintah seperti itu. Kita sebagai guru
hanya melaksanakan tugas-tugas dari
atasan...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu MU di MTs Al-Manar).
Kemudian agar peserta didik tidak bosan dalam
pembelajaran daring guru juga menyelingi video-video yang
berhubungan dengan materi pembelajaran agar peserta didik tidak
merasa jenuh. Hal ini diungkapkan oleh guru mapel PAI dan Budi
Pekerti:
“..Biasanya saya selingi dengan video, untuk
mempermudah pembelajaran ...”(Wawancara tanggal
5 Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Siswa diberikan selingan dalam KBM hal-hal yang
bisa menghibur tetapi tetap masih dalam lingkup
materi seperti melihat video...” (Wawancara tanggal
6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
Selain menyelingi pembelajaran dengan video, guru juga
berinteraksi dengan memberikan perhatian atau menganti-ganti
model pembelajaranya. Hal ini diungkapkan oleh guru mapel PAI
dan Budi Pekerti:
“...Memberi perhatian kepada peserta didik dengan
sering berkomunikasi...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Diganti-ganti mbak, adakalanya materi,
adakalanya tugas dengan bentuk uraian /dengan
bentuk isai. Kita mencari yang sesimpel mungkin
agar semuanya bisa mengikuti, gitu aja juga masih
ada yang tidak bisa karena tidak ada sinyal. Karena
penyampaian daring itu memang tidak semaksimal
dari RPP nya...” (Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
69
Dengan berbagai upaya interaksi guru kepada peserta didik
maka peserta didik merasa senang dengan pembelajaran daring.
Seperti yang diungkapkan oleh guru mapel PAI dan Budi Pekerti:
“...Kebanyakan peserta didik malah senang dengan
pembelajaran daring...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan
“...Bagaimana kesan Bapak/Ibu terhadap pembelajaran
daring?...”. guru mapel PAI dan Budi Pekerti mengungapkan:
“...Merasa sedikit kesulitan mengontrol siswa ketika
mengumpulkan tugas, karena faktor umur jadi sedikit
sulit untuk mengikuti pembelajaran daring, kemudian
mengoreksi lebih sulit dibandingkan dengan
mengunakan media kertas....”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Tentunya ada plus min nya. Plus nya , ndak usah
ke sekolahan , ke sekolahan paling piket atau apa, bisa
nyambi pekerjaan rumah, Cuma min nya yang banyak
, mengenai tugas kadang anak tidak mengumpulkan
pada saatnya , kadang dikumpulkan malam jadi kita
harus memantau terus , karena faktor umur jadi
kurang maksimal , boros kuota 6 GB 2 hari ,
penyampaian materi tidak bisa maksimal beda
dengan tatap muka ,kalau tatap muka bisa dilihat,
disayang bisa penuh yang utuh, kalau daring hanya
lewat omongan itupun kalau anak kadang merespon ,
disamping itu yang namanya orangtua kalau tatap
muka bisa tahu karakternya , kalau lewat daring ga
bisa apalagi tidak pakai zoom sama sekali tidak
kelihatan . jadi capaianya juga kurang maksimal.
Pembelajaran yang paling enak itu adalah tatap
muka...” (Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Sama-sama susah, apalagi muridnya ketia
orangtua tidak fokus terhadap anak, anak jadi sering
menunda tidak belajar dan nilainya turun, karena
daring harus ada internet...”. (Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
70
“...Pembelajaran daring membutuhkan tenaga dan
pikiran yang ekstra, karena prosesnya yang tidak
hanya satu tahap, mulai dari menyiapkan
administrasi, menyiapkan atau mengontrol siswa
yang belum masuk sampai nanti akhirnya harus
menunggu dan mengevaluasi hasil belajar
siswa...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh
Ibu NM di MTs Aswaja).
f) Siswa mengikuti jadwal pembelajaran sesuai dengan jadwal
pembelajaran
Ketika penulis melakukan observasi, pembelajaran daring
yang dilakukan guru dan peserta didik sesuai jadwal
pembelajaran. Peserta didik juga dapat mengikuti pembelajaran
daring walaupun dalam pelaksanaanya belum maksimal. Hal ini
diperkuat ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan “...Apa
yang Bapak/Ibu lakukan agar peserta didik dapat mengikuti
pembelajaran daring?...”. guru mapel PAI dan Budi Pekerti
mengungapkan:
“...Terutama bagi siswa yang tidak memiliki HP saya
suruh untuk menggabung dengan temannya atau
meminjam HP orang tuanya...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Karena MTs sini rata-rata menengah kebawah,
banyak diantara peserta didik yang belum
mempunyai HP android, tapi kita juga tidak bisa
menenkan agar mereka harus punya karena kadang
SPP nya saja kadang nungak. Maka kita bisanya
hanya menyarankan entah gabung/ pinjem
saudaranya / tetangganya / siapa saja yang bisa
dimintai tolong, semacam itu. Tapi wajib mengikuti
informasi-informasi . Untuk kendala sinyal ya kita
menyarankan untuk mencari tempat yang ada
sinyalnya, jadi kita mengharapkan peserta didik tetep
bisa mengikut pembelajaran...”(Wawancara tanggal 4
71
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Hubunganya dengan wali siswa , daring itu yang
mefokuskan oleh siswa , kita hanya memberikan
suatu pembahasan memberikan soal , kemudian peran
orang tua yang harus memfasilitasi , hp, paketan,
kenyamanan itu orang tua,lebih mendekatkan diri
oleh walisiswa kita harus mendekat kepada orangtua
suapaya anak bisa belajar , kita juga harus fokus
dengan wali murid memberiakan fasilitas untuk
anaknya ketika daring...”(Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Selalu mengontrol keaktifan siswa...”(Wawancara
tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs
Aswaja).
Beberapa kendala yang dialami peserta didik sehingga
membuat peserta didik belum maksimal dalam mengikuti
pembelajaran daring, dari wawancara di atas rata-rata
diungkapkan guru mapel PAI dan Budi Pekerti karena beberapa
peserta didik belum memiliki HP. Namun guru mapel PAI dan
Budi Pekerti berusaha dan mengupayakan agar peserta didik tetap
bisa mengikuti pembelajaran walaupun harus pinjam dengan
temannya atau saudaranya, selain itu guru mapel PAI dan Budi
Pekerti juga mengomunikasikan hal tersebut kepada orangtua
peserta didik.
g) Siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan intruksi guru
sesuai dengan jam pelajaran
Menurut observasi dan wawanacara yang dilakukan penulis
peserta didik dapat mengikuti pembelajaran sesuai dengan
72
intruksi guru, seperti yang diungkapkan guru mapel PAI dan Budi
Pekerti:
“...InsyaAllah kalau di sini dapat mengikuti dengan
baik sekitar 70% walaupun ada yang tidak punya
HP...”.(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Kalau dilihat dari nilainya ada yang baik dan ada
yang buruk, berarti peserta didik ada yang dapat
mengikuti dengan baik dan ada yang tidak bisa
mengikuti...”. (Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
Walaupun ada beberapa peserta didik yang belum
maksimal mengikuti pembelajaran daring, hal tersebut karena
kendala yang diungkapkan guru mapel PAI dan Budi Pekerti:
“...Ya itu tadi kembali ke kendala sinyal, kalau
fasilitasnya mendukung ya bisa...”.(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-
Manar).
“..Tidak semua siswa bisa mengikuti pembelajaran
daring dengan baik karena berbagai hal, seperti susah
sinyal, kehabisan kuota internet sampai HP yang baru
di bawa orangtua...”(Wawancara tanggal 6 Agustus
2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
h) Siswa mematuhi tata tertib pembelajaran secara daring
Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan
“...Bagaimana tata tertib pembelajaran daring?...”. Guru mapel
PAI dan Budi Pekerti mengungkapkan:
“...Tata tertib tidak boleh mengomeni temenya,
kecuali ada hal sesuatu yang kurang faham baru boleh
bertanya...”. (Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Harus tetap mengikuti protokol kesehatan
walaupun jarak jauh tidak boleh berkerumun
walaupun di rumah masing-masing, tidak boleh
bertuturkata yang tidak sopan,hormat , tata tertib
73
sekolah tetap digunakan...”. (Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Menjaga protokol kesehatan, Menjaga sopan
santun , baik dalam bersosmed, harus absensi...”.
(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh Bapak FR
di MTs Aswaja).
Namun dari wawancara di atas ada beberapa siswa yang
belum mematuhi tata tertib pembelajaran secara daring seperti
yang diungkapkan guru mapel PAI dan Budi Pekerti:
“...Siswa harus tetap mengikuti KBM walaupun
secara daring, namun masih ada beberapa siswa yang
sering kali absen...”.(Wawancara tanggal 6 Agustus
2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
i) Siswa dapat melaksanakan komunikasi dua arah selama
pembelajaran daring
Komunikasi dalam pembelajran daring sangatlah peting ,
ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan “...Bagaimana
komunikasi yang Bapak/Ibu lakukan kepada peserta didik selama
pembelajaran daring berlangsung?...”.Guru mapel PAI dan Budi
Pekerti mengungkapkan:
“...Biasanya japri-japrian...”.(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Melalui WA grup, japri secara individu, pesan
suara, google form...”.(Wawancara tanggal 4 Agustus
2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Komunikasi melewati forum chatting di aplikasi e-
learning di forum pembelajaran...”.(Wawancara
tanggal 5 Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs
Aswaja).
“...Komunikasi bisa dilakukan langsung lewat e-
learning atau lewat nomor pribadi...”.(Wawancara
tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs
Aswaja).
74
Melalui chatting pribadi guru dan peserta didik
membangun komunikasi dua arah selama pembelajaran daring.
2) Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada
MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020
Mengenai bagaimana bentuk peran guru sebagai fasilitator
pembelajaran daring akan dideskripsikan dari hasil lapangan
dengan menggunakan alat pengumpul data berupa wawancara,
observasi dan studi dokumentasi. Dalam melakukan observasi
dan wawancara, penulis mengacu pada teori tentang peran guru
sebagai fasilitator, yaitu 11 peran, sebagaimana diuraikan pada
BAB II.
a) Guru berusaha mendengarkan dan tidak mendominasi
Hasil observasi penulis ketika melakukan observasi
ditemukan bahwa saat mengajar daring guru memangberusaha
mendengarkan usulan peserta didik dan beberapa pertanyaan
peserta didik. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Ibu ME:
“...Ada anak baru usul “bu, mbok ya nggak usah pakai
google classrom , kadang HPnya tidak bisa buat
buka” Kemudian saya sikapi dengan menyuruh
peserta didik untuk meringas materi mbak, atau cari
materi pelajaran di internet , ya saya sikapi dengan
bagus selama kita mampu dengan yang di usulkan
peserta didik ...”.(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
di MTs Al-Manar).
75
Ketika dilakukan pembelajaran daring guru memfasilitasi
lalu-lintas jalannya proses pembelajaran dan tidak mendominasi.
Guru berusaha menjawab pertanyaan peserta didik melalui
aplikasi WA atau pesan suara dengan sabar. Menurut wawancara
penulis, guru mapel PAI dan Budi Pekerti benar-benar
menjalankan peran sebagai fasilitator dalam pembelajaran daring.
Walaupun guru sebagai pelaku utama dalam pembelajaran,
namun sebagai fasilitator guru selalu berusaha memberikan
kesempatan agar peserta didik aktif. Sikap guru tersebut juga
tercemin ketika dilakukan wawancara sebagaimana diungkapkan
oleh beberapa guru:
“...Saya jawab lewat WA mbak, misalnya ada anak
yang kesulitan tidak faham saya suruh tanya japri ,
dan melalui pesan suara kemudian saya jelaskan...”.
...”.(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu MU
di MTs Al-Manar).
“...biasanya saya tampung dulu pertanyaan anak-anak
kemudian saya jawab melalui chatting grup kelas...”.
...”.(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh Bapak
FR di MTs Aswaja).
“...kita harus memberikan tanggapan atau evaluasi
pada setiap pertanyaan siswa mbak atau hasil kerja
siswa yang telah diselesaikan...”. ...”.(Wawancara
tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs
Aswaja).
b) Bersikap sabar
Sebagai seorang fasilitator guru harus besikap sabar. Dari
hasil wawancara penulis saat ada usulan dan tanggapan dalam
pembelajaran daring oleh peserta didik saat diskusi , guru cukup
sabar memberikan jawaban kepada peserta didik.
76
“...kita harus tetap sabar dalam menanggapi setiap
pertanyaan siswa mbak, karena kita harus selalu
menyadari akan kondisi mereka...”.(Wawancara
tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs
Aswaja).
“...diskusinya biasanya lewat
chatting...”.(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
Namun ada sebagian guru mapel PAI dan Budi Pekerti yang
belum menerapkan diskusi dalam pembelajaran daring, seperti
yang diungkapkan oleh Ibu ME dan MU:
“...belum pernah melaksanakan diskusi...”.
...”.(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME
di MTs Al-Manar).
“...kalau diskusi itu saya selama daring kurang bisa
menerapkan , saya pernah coba tapi peserta didik
tidak banyak yang merespon , kemudian saya
memakai yang lebih praktis agar faham ke anak-
anak.. ...”.(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu MU di MTs Al-Manar).
Keempat guru mapel PAI dan Budi Pekerti menurut
wawancara penulis cukup sabar melayani pertanyaan dan
tuntutan para peserta didik.
c) Menghargai dan rendah hati
Aspek menghargai dan rendah hati ini ditunjukkan oleh guru
mapel PAI dan Budi Pekerti saat pembelajaran daring dengan
memberikan reward (penghargaan) berupa pujian kepada peserta
didik yang mengerjakan tugas.
“...Memberi apresiasi kepada peserta didik dengan
“OK, jempol tugasnya sudah dikirim” agar mereka
tahu kalau tugasnya sudah saya terima...”
(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME di
MTs Al-Manar).
77
“...Segala aktivitas peserta didik saya apresiasi ,
dengan mengkoreksi hasil pekerjaanya kemudian
saya bagikan agar bisa memabangkitkan semangat...”
(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu MU di
MTs Al-Manar).
“...tetap melalui forum chatting, walaupun ada siswa
yang menguji kesabaran guru, namun saya tetap
menghargai dan beberapa kali saya respon...”
(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh Bapak FR
di MTs Aswaja).
“...kita harus selalu menghargai apapun yang
disampaikan atau ditanyakan oleh siswa walaupun itu
masalah yang dianggap remeh...” (Wawancara
tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs
Aswaja).
Sikap guru tersebut menunjukkan bahwa peran guru dalam
menghargai dan bersikap rendah hati sudah berjalan dan
diterapkan dalam pembelajaran daring oleh guru mapel PAI dan
Budi Pekerti.
d) Mau belajar
Peran guru dalam aspek ini ditunjukkan dengan sikap
guru selalu ingin terus belajar. Guru memposisikan dirinya
bukan sebagai tenaga pendidik yang selalu tahu dan mengerti
ilmu pengetahuan, tetapi selalu menggali dan sharing dengan
pendapat peserta didik. Ketika ditanya maka jawaban guru
yaitu ia berusaha untuk bekerja sama dengan peserta didik
dan sharing seputar pengalaman dan pengetahuan. Jika ada
peserta didik belum memahami guru berusaha berbagi dan
mengajak siswa tersebut untuk berdiskusi sampai
78
menemukan jawaban. Guru juga sudah mempersiapkan
materi pelajaran dengan menyiapkan RPP terlebih dahulu.
Hal ini diperkuat saat wawancara dengan guru mapel
PAI dan Budi Pekerti, dimana dikatakan:
“...Ya kadang, dengan mengali pemahaman peserta
didik terlebih dahulu dengan menyuruh mereka
mencari materi di internet atau tanya dengan
bapak/ibu. Kadang juga materinya sudah saya
siapkan tinggal membagikan dan saya suruh untuk
dipelajari...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Dalam pembelajaran daring terkadang kita
langsung memberikan materi yang sudah disiapkan,
terkadang juga menggali terlebih dahulu pemahaman
siswa. Itu semua tergantung pada materi yang akan
disampaikan. Jika kiranya materi itu sudah pernah
dipelajari pada jenjang sebelumnya maka kita
menggali terlebih dahulu pemahaman siswa.
Sebaliknya jika belum, maka kita langsung
memberikan materi yang sudah disiapkan...”
(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di
MTs Aswaja).
“...Saya memberikan materi saya sesuaikan dengan
RPP walaupun tidak maksimal jadi sudah saya
persiapkan seperti itu ...” (Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Saya lebih mempersiapkan diri , jadi kalau besok
pelajaran malam saya sudah membuat rencana
pembelajaran...” (Wawancara tanggal 5 Agustus
2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
e) Bersikap sederajat
Mengenai peran ini guru berusaha untuk memposisikan
dirinya dalam pembelajaran daring sederajat dengan peserta
didik. Ditunjukkan oleh guru saat mngajar guru berusaha
membuka keakraban dan persahabatan dengan mengajak peserta
didik mengobrol,disapa, belajar bersama dalam pembelajaran
79
daring. Seperti yang diungkapkan guru mapel PAI dan Budi
Pekerti ketika dilakukan wawancara:
“...Disapa anak-anak “selamat pagi semuanya,
jadwalnya hari ini adalah apa gitu..” (Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-
Manar).
“...Sebelum saya memberikan materi kepada peserta
didik saya sapa...” (Wawancara tanggal 4 Agustus
2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Kalo yang kelas 7 ketemu hanya sekali, jadi belum
begitu akrab, tapi yang kelas 8 dan 9 saya menjalin
keakraban dengan pembelajaran yang tidak monoton,
tidak materi terus-menerus ada jeda untuk bercanda
tawa agar kembali memfokuskan peserta
didik...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
“...kita terapkan sistem belajar bersama mbak...”
(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu NM di
MTs Aswaja).
f) Bersikap akrab dan melebur
Beberapa guru mapel PAI dan Budi Pekerti berusaha akrab
dan membangun suasana keakraban dengan peserta didik melalui
komunikasi. Adapun komunikasi yang dibangun yakni
komunikasi antarpribadi dimana ditunjukkan pada wawancara
dengan pertanyaan “...Bagaimana cara Bapak/Ibu membangun
komunikasi dengan peserta didik dalam pembelajaran daring?...”
“...Kalau ada yang tidak faham saya beri pemahaman,
jadi saya selalu memantau mbak...”(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-
Manar).
“... Dengan berkomunikasi lewat pertanyaan-
pertanyaan secara tertulis...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Kita selalu pantau siswa, barangkali ada kendala
dalam pembelajaran daring, atau mungkin ada
pertanyaan lain berkaitan dengan materi yang belum
80
dipahami...” (Wawancara tanggal 6 Agustus 2020
oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
Peran guru sebagai fasilitator bisa juga sebagai
komunikator dalam kegiatan pembelajaran daring. Seorang guru
berperan penting dalam memberikan pengarahan kepada peserta
didik dalam pembelajaran, guru sebagai komunikator yaitu yang
mengendalikan peserta didik dalam pembelajaran dengan selalu
memantau peserta didik, dan bersedia memberikan penjelasan
jika ada materi yang belum dipahami.
g) Tidak berusaha menyeramahi
Metode ceramah merupakan metode lama yang paling
banyak digunakan guru saat mengajar , namun dengan
pembelajaran daring guru berperan memberikan pelayanan
termasuk ketersediaan fasilitas seperti mempergunakan media
internet, memberikan materi atau sebagai penghubung guna
memberi kemudahan dalam kegiatan belajar bagi peserta didik.
Hal ini seperti yang diungkapkan oleh Bapak FR:
“...Peserta didik sudah diberikan LKS, dengan
memanfaatkan fasilitas internet,google. Tinggal guru
memberikan materi yang bersangkutan dengan
pembahasan hari itu...”(Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh di MTs Aswaja).
Hal senada juga diungkapkan oleh Ibu MN :
“...Kita memberikan kebebasan pada siswa untuk
mengembangkan kemampuanya dalam hal-hal yang
bersifat positif, dengan bisa mencari pengetahuan
melalui berbagai media yang mereka punya...”
81
(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh di MTs
Aswaja).
Ibu ME mengatakan bahwa guna memberikan kemudahan
dalam kegiatan pembelajaran guru juga sebagai penghubung.
“...Selalu jadi penghubung berupa materi
pelajaran...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 di
MTs Al-Manar).
Pendapat tersebut juga dikuatkan oleh Ibu MU bahwa guna
memberikan kemudahan dalam kegiatan pembelajaran guru
harus bersedia melayani peserta didik.
“...Bisanya, saya memberikan materi,
menyampaikan, anak-anak saya suruh membaca
kemudian difahami saya suruh membuat ringkasan ,
kalau ada hal-hal yang kurang bisa difahami saya
suruh bertanya melalui chatting WA...” (Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 di MTs Al-Manar).
h) Berwibawa
Berwibawa tidak mesti harus ditakuti, menjadi guru
berwibawa dalam konteks guru sebagai fasilitator maksudnya ,
guru berwibawa itu adalah guru yang dekat dengan para peserta
didik dalam kapasitasnya sebagai mintra dan sahabat peserta
didik. Walaupun antara guru dan peserta didik sudah sangat akrab
, tidak berarti bahwa guru kehilangan kewibawaan. Hal ini
diperkuat dengan pertanyaan ketika dilakukan wawancara
“...Apakah peran guru sebagai fasilitator itu berarti membuat guru
kehilangan wibawa terhadap peserta didiknya?...”
82
“...Saya kira tidak, justru menjalin keakraban dengan
peserta didik...” (Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Tidak kehilangan wibawa karena memang
kondisi yang semacam ini , dan guru mengajar tidak
mencari wibawa tapi guru itu mendidik ,
membimbing , menciptakan suasana yang harmonis
memberikan kasih sayang, jadi untuk mewujudkan
anak-anak yang bermartabat ...”(Wawancara tanggal
4 Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Menurut saya tidak, tapi saya menerapkan ketika
di rumah mereka boleh memanggil saya mas, tapi
kalau sudah dilingkup sekolah/dalam pembelajaran
ya hanya sebatas guru dan murid...”(Wawancara
tanggal 5 Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs
Aswaja).
“...Kita sebagai fasilitator tidak berarti membuat kita
kehilangan wibawa terhadap peserta didik, karena
tugas kita adalah membimbing dan mengarahkan
mereka untuk menjadi yang lebih
baik...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh Ibu
NM di MTs Aswaja).
i) Tidak memihak dan mengkritiki
Prinsip guru sebagai fasilitator tidak boleh memihak salah
satu peserta didik, termasuk ketika ada peserta didik yang kurang
rajin dalam pembelajaran daring, seperti peserta didik tidak
mengerjakan tugas , tidak absen namun juga ada peserta didik
yang rajin mengerjakan tugas dan arahan dari gurunya. Hal ini
diungkapkan oleh guru mapel PAI dan Budi Pekerti:
“...Kita harus selalu berusaha untuk mengingatkan
dan menasehati siswa yang kurang disiplin tanpa ada
rasa membandingkan dengan siswa yang
disiplin...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh
Ibu NM di MTs Aswaja).
“...Kalo di daring biasanya peserta didik tidak absen,
kemudian hal yang saya lakukan biasanya
mengkomunikasikan dengan orang
83
tua...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Ya memang kewajiban sebagai seorang guru ya
harus mengejar , tanyakan lagi, di WA lagi , atau kita
telfon orangtuanya...” (Wawancara tanggal 4 Agustus
2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Tetap di WA ke orangtuanya melalui grup wali
murid...” (Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu ME di MTs Al-Manar).
j) Bersikap terbuka
Keterbukaan adalah kunci membangun kepercayaan dan
hubungan yang baik antara guru dan peserta didik. Ini salah satu
peran guru sebagai fasilitator yang sangat penting. Peserta didik
yang terbuka dengan guru akan membuat guru merasa dihargai
dan dianggap diperlakuka sebagai peserta didik yang
sesungguhnya. Begitu juga guru yang terbuka terhadap peserta
didiknya akan membuat peserta didik dekat secara emosional
terhadap guru sehingga proses pembelajaran tidak kaku. Saat
dilakukan wawancara dengan pertanyaan “...Bagaimana
Bapak/Ibu membangun keterbukaan dengan peserta didik?...”.
guru PAI mapel PAI dan Budi Pekerti mengungapkan :
“...Melalui hasil-hasil pekerjaan anak kita sampaikan
, berapapun nilai mereka...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Berarti setiap dia tanya kita jawab , ada usulan kita
jawab, kita beri tahu hasil penilaianya...”(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-
Manar).
Guru berusaha untuk terbuka terhadap hal-hal yang berkaitan
dengan proses pembelajaran, termasuk hasil evaluasi peserta
84
didik mengenai hasil belajar, karakter atau sikap peserta didik,
perkembangan para peserta didik, sehingga para peserta didik
merasa diperhatikan. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh guru
mapel PAI dan Budi Pekerti:
“...Kita tetap terbuka dan leluasa memberikan
kesempatan siswa dalam memberikan jawaban
ataupun pertanyaan mereka...”(Wawancara tanggal 6
Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
“...Bisanya saya adakan diskusi kemudian setiap
peserta didik wajib memiliki pendapat , agar melatih
anak untuk berfikir dan dibimbing untuk berbicara di
forum...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
Keterbukaan penting dalam pendidikan karena keterbukaan
erat kaitanya dengan membangun kepercayaan dan proses
komunikasi dengan peserta didik.
k) Bersifat positif
Guru mapel PAI dan Budi Pekerti berusaha membangun
pikiran dan prasangka positif terhadap peserta didik. Bentuk
bersikap positif terhadap peserta didik ini ditunjukkan ketika guru
mengajak peserta didik untuk memahami dan merefleksikan
pembelajaran dengan selalu positif thinking. Seperti yang
diungkapkan oleh guru mapel PAI dan Budi Pekerti:
“...Kita selalu berpositif thinking terhadap setiap
kemungkinan yang muncul dalam pembelajaran
daring...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh
Ibu NM di MTs Aswaja).
“...Guru tidak mengisi materi pelajaran mengenai hal-
hal yang mengarah ke pemikiran yang negatif jadi
85
langsung ke inti pokonya...”(Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
Guru mapel PAI dan Budi Pekerti di awal pelajaran juga
memberikan motivasi kepada peserta didik agar susana
pembelajaran tetap positif walaupun dengan daring. Hal ini
diungkapkan oleh guru mapel PAI dan Budi Pekerti:
“...Kita memberikan pengertian kepada peserta didik
di masa pandemik ini memang tidak bisa tatap muka
jadi kita harus selalu sabar kita tetap pembelajaran
walau dengan daring kurang maksimal seperti ini ,
kita sambil berdoa memohon kepada Allah agar
covid-19 ini segera hilang sehingga kita bisa
beraktifitas kembali...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
3) Faktor penghambat peran guru sebagai fasilitator
pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan Tengaran
Kab-Semarang tahun 2020
Pada bagian ini akan dilaporkan hasil observasi dan
wawancara mengenai faktor-faktor penghambat belum
maksimalnya guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada
MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang. Dari wawancara
yang penulis lakukan ditemukan faktor penghambat guru sebagai
fasilitator pembelajaran daring. Hasil wawancara itu dapat
dilaporkam di bawah ini:
a) Faktor kurangnya pengalaman pembelajaran daring
Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan “...Apakah
Bapak/Ibu sebelumnya sudah sering menerapkan pembelajaran
daring?...”. Dari keempat guru yang penulis wawancari
mengungapkan belum pernah menerapkan pembelajaran daring
sebelum adanya pandemi covid 19.
86
“...Belum pernah, jadi ketika suruh pembelajaran
daring kita melakukan pelatihan terlebih
dahulu...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Sebelum ada covid19 belum pernah selalu tatap
muka...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Kalau saya belum pernah, pakai e-learning
semenjak ada covid 19...” (Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
“... Belum...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020
oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
b) Faktor masih kurangnya wawasan guru mengenai teori guru
sebagai fasilitator pembelajaran daring
Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan “...Apa
kendala yang dihadapi Bapak/Ibu sebagai fasilitator
pembelajaran daring?...”. Guru mapel PAI dan Budi Pekerti
mengalami kendala seperti materi dan tugas yang disampaikan
belum bisa maksimal. Hal ini karena ada sebagaian peserta didik
yang tidak memiliki HP, terbatasnya kuota internet, gangguan
sinyal sehingga guru mapel PAI dan Budi Pekerti sering
mengulang-ulang materi bagi peserta didik yang ketinggal
pelajaran.
“...Bagi yang tidak mempunyai HP, susah sinyal,
pulsa terbatas, sering mengulang-ulang materi bagi
peserta didik yang ketinggalan...”(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-
Manar).
“...Materi tidak bisa tersampaikan secara maksimal,
tugas-tugas juga tidak bisa tersampaikan secara
maksimal ...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Peserta didik kurang bersemangat dalam
pembelajaran daring , peserta didik lebih banyak yang
malas, paketan internet yang habis, nggak punya
hp...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
Namun menurut Ibu NM beliau mengungapkan kalau
87
belum ada kendala yang dihadapi sebagai fasilitator pembelajaran
daring.
“....tidak ada kendala...”(Wawancara tanggal 6
Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
c) Faktor minimnya fasilitas sekolah
Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan “...Apakah
sekolah sudah menyediakan fasilitas pembelajaran daring?...”.
Dari keempat guru yang penulis wawancarai sekolah sudah
memfasilitasi namun belum maksimal karena fasilitas untuk
peserta didik belum ada. Sekolah sudah memfasilitasi guru
berupa media pembelajaran e-learning rendah kuota, sarana
prasarana berupa wifi, komputer, pelatihan untuk guru dan uang
untuk guru.
“...Sudah tapi belum maksimal...”(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-
Manar).
“...Kalau untuk guru sudah, sekolah sudah
menyediakan wifi kemudian butuh laptop di ruang
lab juga sudah ada , tapi kalau untuk siswa
belum...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Sudah, berupa ketersediaan fasilitas media e-
learning, google form sekolah mengadakan pelatihan
terlebih dahulu, ada lab , komputer,
wifi...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Sudah...”(Wawancara tanggal 6 Agustus 2020
oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
88
d) Faktor kebiasaan guru dalam mengajar terlalu kuat
Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan
“...Bagaimana kebiasaan Bapak/Ibu dalam mengajar sebelum
menerapkan pembelajaran daring?...”. Guru mapel PAI dan Budi
Pekerti mengungapkan:
“...Melalu metode diskusi, presentasi melihat situasi
fleksible...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh
Ibu ME di MTs Al-Manar).
“... Menyapa,keikutsertaan...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Sebelum pembelajaran baca doa...” (Wawancara
tanggal 5 Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs
Aswaja).
“...Dengan beberapa metode seperti mendikte atau
berceramah, menyesuaikan materi yang
disampaikan...” (Wawancara tanggal 6 Agustus 2020
oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
Kebiasaan lama guru saat mengajar dengan tatap muka di
dalam kelas dengan kebiasaan guru berdiskusi, persentasi,
mendikte, berceramah sehingga guru butuh penyesuaiaan dan
waktu untuk melaksanakan pembelajaran daring.
e) Kurangnya guru melakukan studi banding ke sekolah-
sekolah yang dianggap telah berhasil menerapkan peran
guru sebagai fasilitator
Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan “...Apakah
Bapak/Ibu pernah melakukan studi banding ke sekolah-sekolah
yang dianggap telah berhasil menerapkan peran guru sebagai
fasilitator ?...” dari keempat guru mapel PAI dan Budi Pekerti
yang penulis wawancarai semua mengungapkan belum pernah,
89
namun guru mapel PAI dan Budi Pekerti ada yang melakukan
sharing dengan guru lain dalam forum grup, dan dari pihak
sekolah melakukan studi banding seperti Bapak kepsek ,waka
kurikulum kemudian dilakukan pelatihan kepada guru-guru yang
belum pernah melakukan studi banding.
“...Belum pernah...”(Wawancara tanggal 4 Agustus
2020 oleh Ibu ME di MTs Al-Manar).
“...Kalau datang langsung ke tempat belum, tapi kalau
sekedar sharing dengan teman iya...”(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-
Manar).
“...Bapak waka, bapak kepala studi ke luar kemudian
di terapkan di sekololahan memalui
pelatihan...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Belum...” (Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh
Ibu NM di MTs Aswaja).
4) Penyelesaian hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran
daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti di MTs Se
Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020
Pada bagian ini penulis akan laporkan hasil observasi dan
wawancara mengenai penyelesaian hambatan dalam
memfasilitasi pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan
Budi Pekerti. Hasil wawancara dapat dilaporkan di bawah ini:
a) Meningkatkan wawasan literasi pembelajaran daring, baik
peserta didik dan guru
Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan
“...Bagaimana upaya Bapak/Ibu dalam penyelesaian hambatan
90
dalam memfasilitasi pembelajaran daring?...”. Guru mapel PAI
dan Budi Pekerti mengungkapkan:
“...Suruh tanya temenya, agar bisa mengerjakan
soal...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu
ME di MTs Al-Manar).
“...Memberikan himbauan, memerikan saran agar
peserta didik tetap bergabung atau tetap bisa
mengikuti pembelajaran daring....”(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-
Manar).
“...Kalo untuk guru ada uang untuk beli paket internet
dari sekolah, untuk siswa kita hanya bisa
mengkomunikasikan dengan orang tua peserta didik
agar di upayakan bisa tetap mengikuti pembelajaran
daring...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Kita harus meningkatkan wawasan literasi
pembelajaran daring...”(Wawancara tanggal 6
Agustus 2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
Dari beberapa pernyataan di atas dalam hambatan-hambatan
peran guru sebagai fasilitator pembelajaran PAI dan Budi Pekerti
terlihat bahwa guru mapel PAI dan Budi Pekerti sudah berusaha
dan megupayakan untuk menjadi fasilitator dalam pembelajaran
daring dengan mengkomunikasikan dengan orangtua peserta
didik agar peserta didik tetap bisa mengikuti pembelajaran, selain
itu Ibu NM juga mengungapkan harus meningkatkan wawasan
literasi pembelajaran daring.
b) Sekolah dapat menerapkan beberapa langkah strategis
seperti halnya menyiapkan dan menyediakan aplikasi e-
learning yang rendah kuota ( tidak memperlukan kuota
internet besar) dalam mengaksesnya.
91
Ketika dilakukan wawancara dengan pertanyaan
“...Bagaimana sekolah menyikapi hambatan-
hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran
daring?..”. guru mapel PAI dan Budi Pekerti
mengungkapkan:
“...Sekolahan menyediakan sebanyak 3 masker bagi
setiap 1 anak,menyediakan tempat cuci tangan, bagi
guru ada dana untuk membeli paketan
data...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu
ME di MTs Al-Manar).
“...Guru dibantu dengan kuota internet walaupun
tidak 100%...”(Wawancara tanggal 4 Agustus 2020
oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Sekolah menyediakan dana untuk guru , sekolah
mengharuskan guru wajib masuk
sekolah...”(Wawancara tanggal 5 Agustus 2020 oleh
Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Sekolah sudah menerapkan aplikasi e-learning
yang rendah kuota...”(Wawancara tanggal 6 Agustus
2020 oleh Ibu NM di MTs Aswaja).
Peran sekolah memfasilitasi pembelajaran daring memang
penting dalam menyelesaikan hambatan-hambatan pembelajaran
daring, dari observasi yang sudah penulis lakukan sekolah
memang sudah menyediakan fasilitas cuci tangan , uang
pembinaan untuk guru, sarana dan prasarana, media dan aplikasi
pembelajaran, kemudian pelatihan bagi guru untuk pembelajaran
daring.
c) Memperkuat ruh atau esensi guru
Guru ketika menjalankan perannya harus mempersiapkan
diri, beberapa upaya yang dilakukan guru yaitu, mendidik,
92
mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan
mengevaluasi peserta didik agar menjadi guru yang profesional.
Dari wawancara dengan pertanyaan “...Bagaimana Bapak/Ibu
memperkuat esensi guru dalam memfasilitasi pembelajaran
daring?...”. Guru mapel PAI dan Budi Pekerti mengungkapkan:
“...Selalu memantau kegiatan pembelajaran siswa,
sudah memperkuat esensi guru mbak...”(Wawancara
tanggal 4 Agustus 2020 oleh Ibu ME di MTs Al-
Manar).
“...Saya sharing dengan teman sejawat MDPM
sampai tingkat nasional...”(Wawancara tanggal 4
Agustus 2020 oleh Ibu MU di MTs Al-Manar).
“...Mengikuti pelatihan pembelajaran daring untuk
guru, lebih mempersiapkan diri sebelum
pembelajaran daring...”(Wawancara tanggal 5
Agustus 2020 oleh Bapak FR di MTs Aswaja).
“...Harus tetap semangat dalam menghadapi berbagai
kendala...” (Wawancara tanggal 6 Agustus 2020 oleh
Ibu NM di MTs Aswaja).
B. Analisis Data
Setelah melakukan penelitian dari bulan Juni sampai Agustus 2020
dengan metode observasi, dokumentasi dan wawancara, maka dalam
pembahasan ini akan dipaparkan mengenai analisi dari hasil temuan
penelitian yang diperoleh oleh penulis. Pertama, pelaksanaan pembelajaran
daring mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti. Kedua , peran guru sebagai
fasilitator pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-
Semarang. Ketiga, faktor yang menghambat peran guru sebagai fasilitator
pembelajaran daring. Keempat , cara guru menyelesaikan hambatan dalam
memfasilitasi pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan Budi
93
Pekerti pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang Tahun 2020.
1. Pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran PAI dan Budi
Pekerti pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun
2020
Pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran PAI dan Budi
Pekerti seperti yang sudah dipaparkan di atas dilaksanakan sejak adanya
Covid 19 di MTs Al-Manar sejak bulan Juli 2020 dan di MTs Aswaja
bulan Juni 2020. Baik dari segi fasilitas yang kurang maksimal dan
kemampuan guru yang terpaut dengan umur, membuat guru mapel PAI
dan Budi Pekerti lebih serius dalam melaksanakan pembelajaran daring.
Selaras dengan pelaksanaan pembelajaran daring yang dipaparkan
di BAB II pelaksanaan pembelajaran daring yang dilakukan oleh guru
dan siswa diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai jadwal pelajaran
Pembelajaran daring yang dilakukan pada MTs di Kecamatan
Tengaran Kab-Semarang dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran
yang sudah ditentukan. Guru tetap mengajar dan murid mengikuti
pembelajaran sesuai jadwal pelajaran .
b. Guru dapat menggunakan virtual class dan /atau video
conference sesuai dengan kemampuan yang dimiliki
Media merupakan alat bantu dalam proses belajar mengajar,
dalam pembelajaran daring media sangat dibutuhkan. Guru mapel PAI
dan Budi Pekerti menggunakan media aplikasi e-learning, google
94
form, dan google classroom sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Metode yang digunakan guru juga fleksible dan bervariasi sesuai
dengan kebutuhan pembelajaran.
c. Guru memastikan kehadiran siswa sudah masuk kelas virtual
dengan screenshoot kehadiran siswa di kelas virtual
Sebelum memulai pembelajaran daring, guru selalu
memastikan kehadiran siswa dengan melakukan absensi dengan
menyuruh peserta didik mengirimkan foto formal di grup kelas dan
untuk guru yang menggunakan aplikasi e-learning absensi peserta
didik sudah secara otomatis.
d. Guru memulai proses pembelajaran sesuai dengan materi
pertemuan yang telah direncanakan
Perencanaan menjadi hal yang penting dalam suatu kegiatan.
Bahkan ada istilah populer mengatakan gagal merencanakan berarti
merencanakan kegagalan. Begitu juga dalam pembelajaran daring ini.
Guru mapel PAI dan Budi Pekerti sebelum melakukan pembelajaran
membuat RPP terlebih dahulu. Perencanaan pembelajaran daring
dibuat guru untuk membantunya dalam mengajar agar sesuai dengan
standar kompetensi dan kompetensi dasar pada hari tersebut.
e. Proses interaksi antara guru dengan siswa
Ketika pembelajaran daring berlangsung interaksi guru dengan
peserta didik dilakukan guru dengan memotivasi peserta didik dengan
sapaan atau pujian, guru juga menerapkan beberapa model
95
pembelajaran agar peserta didik tidak jenuh, menyelingi video saat
pembelajaran sehingga walaupun pembelajaran melalui daring proses
interaksi antara guru dengan siswa tetap bisa berlangsung.
Walaupun guru mapel PAI dan Budi Pekerti mengalami
beberapa kendala ketika berinteraksi dengan peserta didik, tetapi guru
tetap mengupayakan agar peserta didik tetap bisa mengikuti
pembelajaran daring.
f. Siswa mengikuti jadwal pembelajaran sesuai dengan jadwal
pembelajaran
Seperti yang dilakukan guru mapel PAI dan Budi Pekerti yaitu
melaksanakan pembelajaran daring sesuai dengan jadwal yang sudah
ditentukan, peserta didik juga harus mengikuti pembelajaran daring
sesuai dengan jadwal pelajaran mereka. Walaupun terkadang
beberapa peserta didik mengirim tugas melewati jam yang sudah
ditentukan itupun terjadi karena beberapa kendala yang sudah di
paparkan di atas.
g. Siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan intruksi guru sesuai
dengan jam pelajaran
Peserta didik ada yang sudah bisa mengikuti pembelajaran
daring namun ada yang belum bisa mengikuti. Hal tersebut juga
terjadi karena kendala yang sudah di paparkan guru mapel PAI dan
Budi Pekerti di atas.
96
h. Siswa mematuhi tata tertib pembelajaran secara daring
Tata tertib pembelajaran daring diantaranya, harus tetap
mematuhi protokol kesehatan walaupun berada di rumah, tidak boleh
bertutur kata yang tidak sopan dalam forum pembelajaran daring,
peserta didik harus tetap absensi. Beberapa peserta didik ada yang
belum mematuhi tata tertib tersebut seperti tidak absensi dalam
pembelajaran daring.
i. Siswa dapat melaksanakan komunikasi dua arah selama
pembelajaran daring berlangsung
Komunikasi antara guru dan peserta didik dalam pembelajaran
daring sangat diperlukan agar pembelajaran dapat berlangsung dengan
efektif. Komunikasi yang dilakukan guru mapel PAI dan Budi Pekerti
kepada peserta didik yaitu melalui aplikasi WA dengan chatting
pribadi atau melalui aplikasi e-learning. Sehingga peserta didik dapat
melaksanakan komunikasi dua arah selama pembelajaran daring
berlangsung.
2. Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di
Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020
Berdasarkan deskripsi hasil penelitian melalui observasi dan
wawancara di atas, pada bagian ini akan dianalisis mengenai peran guru
sebagai fasilitator pembelajran daring pada MTs di Kecamatan Tengaran
Kab-Semarang. Masing-masing peran akan dilihat apakah sudah berjalan
atau belum.
97
a. Guru berusaha mendengarkan dan tidak mendominasi
Hasil observasi dan wawancara menunjukkan bahwa peran ini
sudah berjalan baik. Keempat guru mapel PAI dan Budi Pekerti
terlihat sudah berusaha menerapkan peran ini. Guru memfasilitasi dan
mengupayakan kebutuhan peserta didik dan tidak mendominasi
seluruh kegiatan dalam pembelajaran daring. Guru telah berusaha
memberi kesempatan kepada peserta didik melalui pertanyaan-
pertanyaan yang ditujukan kepada guru.
b. Bersikap sabar
Menurut observasi dan wawancara peran kedua ini juga sudah
berjalan baik. Keempat guru mapel PAI dan Budi Pekerti terlihat
cukup sabar melayani usulan dan pertanyaan para peserta didik.
c. Menghargai dan rendah hati
Hasil wawancara menunjukkan bahwa keempat guru mapel PAI
dan Budi Pekerti sudah menjalankan peran ini. Keempat guru
berperan dan berupaya menghargai peserta didik dengan menunjukan
keinginan yang sungguh-sungguh pada pengetahuan dan pengalaman
para peserta didik. Para peserta didik yang pantas diberi reward
(penghargaan) baik berupa pujian, sapaan, benar-benar dilakukan oleh
guru. Ini menunjukkan bahwa peran guru dalam menghargai dan
bersikap rendah hati sudah berjalan dan diterapkan dalam
pembelajaran daring oleh keempat guru mapel PAI dan Budi Pekerti.
d. Mau belajar
98
Peran ini ditunjukkan keempat guru mapel PAI dan Budi Pekerti
yang sama-sama berusaha menggali informasi baru kepada peserta
didik dan tidak selalu memberikan bahan atau materi yang berasal dari
guru tanpa menjelaskan. Guru tetap mempersiapkan diri dengan
menyiapkan RPP dan materi , peran ini sudah terlihat berjalan dan ini
diperkuat oleh pengakuan guru mapel PAI dan Budi Pekerti saat
wawancara.
e. Bersikap sederajat
Mengenai peran ini dapat dikatakan bahwa keempat guru mapel
PAI dan Budi Pekerti berusaha membuka keakraban dan persahabatan
dengan peserta didik, sering menyapa peserta didik, mengajak peserta
didik mengobrol dengan tujuan agar terbangun sikap akrab dan
peserta didik tidak merasa berjarak terlalu jauh dengannya.
f. Bersikap akrab dan melebur
Guru mapel PAI dan Budi Pekerti berusaha akrab dan
membangun suasana keakraban dengan peserta didik. Memantau
peserta didik, dan bersedia memberikan penjelasan jika ada materi
yang belum dipahami.
g. Tidak berusaha menceramahi
Guru mapel PAI dan Budi Pekerti dalam pembelajaran daring
tidak menggunakan pendekatan ceramah dalam mengajar.
Berdasarkan wawancara sebagai fasilitator guru menjadi perantara
dalam hubungan antara peserta didik, bukan menganggap peserta
99
didik sebagai botol kosong yang harus diisi materi dengan ceramah.
h. Berwibawa
Peran ini sudah berjalan baik. Walau keempat guru berusaha
dekat dengan peserta didik dan membangun keakraban, tetapi menurut
guru mapel PAI dan Budi Pekerti hal tersebut tidak membuat guru
kehilangan wibawanya
i. Tidak memihak dan mengkritiki
Peran ini sudah berjalan baik. Dalam wawancara dengan guru
PAI dijelaskan bahwa guru tidak membandingkan peserta didik baik
yang rajin, atau yang malas dalam pembelajaran daring. Guru mapel
PAI dan Budi Pekerti tetap memberi pengarahan kepada peserta didik
, guru benar-benar tidak pilih kasih dan tidak memihak salah satu
peserta didik.
j. Bersikap terbuka
Guru PAI sudah menjalankan peran ini dengan baik, yaitu selalu
berusaha terbuka kepada peserta didik. Peran guru yang bersikap
terbuka ditunjukkan dengan memberi tahu hasil evalusi peserta didik.
k. Bersikap positif
Ketika dilakukan wawancara guru mapel PAI dan Budi Pekerti
berusaha membangun pikiran dan prasangka positif terhadap peserta
didik. Walaupun peran ini masih kurang berjalan secara maksimal.
100
3. Faktor yang menghambat peran guru sebagai fasilitator
pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-
Semarang tahun 2020
a. Faktor kurangnya pegalaman pembelajaran daring
Saat dilakukan wawancara memang keempat guru mapel PAI
dan Budi Pekerti sebelumnya belum pernah menerapkan
pembelajaran daring. Mereka menerapkan pembelajaran daring ketika
ada pandemi Covid-19.
b. Faktor masih kurangnya wawasan guru mengenai teori guru
sebagai fasilitator dalam pembelajaran daring
Faktor kedua yaitu masih kurangnya wawasan dan informasi
mengenai tugas dan fungsi guru sebagai fasilitator. Ini berdampak
kurang luwesnya guru dalam mengaplikasikan teori guru sebagai
fasilitator. Guru mapel PAI dan Budi Pekerti mengalami kendala
seperti materi dan tugas yang disampaikan belum bisa maksimal. Hal
ini karena ada sebagaian peserta didik yang tidak memiliki HP,
terbatasnya kuota internet, gangguan sinyal sehingga guru sering
mengulang-ulang materi bagi peserta didik yang ketinggal pelajaran.
c. Faktor minimnya fasilitas sekolah
Harus diakui bahwa fasilitas sekolah yang lengkap sangat
membantu dalam proses belajar-mengajar. Termasuk sangat
membantu peran guru menjalankan dan menerapkan perannya sebagai
fasilitator. Dari wawancara penulis dengan guru mapel PAI dan Budi
101
Pekerti sekolah sudah memfasilitasi namun belum maksimal karena
fasilitas untuk peserta didik belum ada. Sekolah sudah memfasilitasi
guru berupa media pembelajaran e-learning rendah kuota, sarana
prasarana berupa wifi, komputer, pelatihan untuk guru dan uang untuk
guru.
d. Faktor kebiasaan lama guru dalam mengajar terlalu kuat
Hasil wawancara menunjukkan bahwa kebiasaan guru saat
mengajar mempengaruhi secara kuat masih kurang maksimalnya
peran guru sebagai fasilitator. Guru sudah terbiasa mengajar di dalam
kelas mengajar dengan tatap muka dengan kebiasaan guru berdiskusi,
persentasi, mendikte, berceramah sehingga guru butuh penyesuaiaan
dan waktu untuk melaksanakan pembelajaran daring.
e. Kurangnya guru melakukan studi banding ke sekolah-sekolah
yang dianggap telah berhasil menerapkan peran guru sebagai
fasilitator
Hasil wawancara menunjukkan bahwa keempat guru mapel PAI
dan Budi Pekerti belum pernah melakukan studi banding ke sekolah-
sekolah. Minimnya studi banding ini berdampak pada tidak adanya
bandingan yang diperoleh guru seperti apa sesungguhnya dan
seharusnya guru sebagai fasilitator itu, dan bagaimana prinsip-prinsip
yang harus dijalankan oleh guru.
102
4. Cara guru menyelesaikan hambatan dalam memfasilitasi
pembelajaran daring pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti
pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang tahun 2020
a. Meningkatkan wawasan literasi pembelajaran daring baik
peserta didik dan guru
Guru mapel PAI dan Budi Pekerti sudah berusaha dan
megupayakan untuk menjadi fasilitator dalam pembelajaran daring
dengan mengkomunikasikan dengan orangtua peserta didik agar
peserta didik tetap bisa mengikuti pembelajaran, selain itu Ibu NM
juga mengungapkan harus meningkatkan wawasan literasi
pembelajaran daring.
b. Sekolah dapat menerapkan beberapa langkah strategis seperti
halnya menyiapkan dan menyediakan aplikasi e-learning yang
rendah kuota (tidak memperlukan kuota internet besar) dalam
mengaksesnya
Hasil observasi dan wawancara menunjukkan sekolah sudah
menyiapkan dan menyediakan aplikasi e-learning yang rendah kuota
(tidak memperlukan kuota internet besar). Sekolah juga sudah
menyediakan tempat cuci tangan, membagikan masker kepada peserta
didik, memfasilitasi guru dengan uang pembinaan , sarana dan
prasarana berupa lap komputer dan wifi, media dan aplikasi
pembelajaran, kemudian pelatihan bagi guru untuk pembelajaran
daring.
103
c. Memperkuat ruh atau esensi guru
Hasil wawancara menunjukkan bahwa guru sudah berusaha
memperkuat ruh atau esensi guru dengan mempersiapkan diri terlebih
dahulu sebelum melaksankan pembelajaran daring melalui sharing
bersama guru, mengikuti pelatihan pembelajaran daring, kemudian
bagi guru yang belum pernah mengikuti studi banding ke sekolah-
sekolah. Kepala sekolah dan waka ketika melakukan studi banding
disalurkan ke guru-guru untuk diadakan pelatihan.
104
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan oleh penulis tentang
peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di
Kecamatan Tengaran tahun 2020 , maka dapat diperoleh kesimpulan
sebagai berikut:
1. Pelaksanaan pembelajaran daring mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti
pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang Tahun 2020
Pelaksanaan pembelajaran daring telah dilakukan selama adanya
Covid 19 untuk menganti pertemuan tatap muka di dalam kelas, di MTs
Al-Manar sejak bulan Juli 2020 dan di MTs Aswaja bulan Juni 2020.
Pelaksanaan pembelajaran daring dilaksanakan dengan rincian sebagai
berikut:
a. Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan jadwal pelajaran
b. Guru dapat menggunakan virtual class dan / atau video conference
sesuai dengan kemampuan yang dimiliki di MTs Al-Manar
menggunakan google form, dan google classroom di MTs Aswaja
menggunakan aplikasi e-learning. Metode yang digunakan fleksible
dan bervariasi sesuai dengan kebutuhan pembelajaran.
c. Guru memastikan kehadiran siswa sudah masuk kelas virtual dengan
menyuruh siswa berfoto formal kemudian di kirim ke grup kelas
sesuai pelajaran, untuk yang mengunakan aplikasi e-learningabsen
105
sudah otomatis.
d. Guru memulai proses pembelajaran sesuai dengan materi pertemuan
yang telah direncanakan, guru tetap membuat RPP pembelajaran
daring.
e. Proses interaksi guru dengan siswa, melalui tanya-jawab, memotivasi
siswa, memberi video-video pembelajaran.
f. Siswa mengikuti jadwal pembelajaran sesuai dengan jadwal
pembelajaran.
g. Siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan intrusi guru sesuai
dengan jam pelajaran.
h. Siswa mematuhi tata terib pembelajaran daring.
i. Siswa dapat melaksanakan komunikasi dua arah selama pembelajaran
daring berlangsung.
2. Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di
Kecamatan Tengaran Kab-Semarang Tahun 2020
Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring pada MTs di
Kecamatan Tengaran Kab-Semarang Tahun 2020 sudah terlaksana namun
belum keseluruhan dari sebelas peran guru sebagai fasilitator
pembelajaran daring diterapkan dengan baik, diantaranya: guru berusaha
mendengarkan dan tidak mendominasi, bersikap sabar, menghargai dan
rendah hati, mau belajar, bersikap sederajat, tidak berusaha menceramahi,
berwibawa, tidak memihak dan mengkritiki, bersikap terbuka, bersikap
akrab dan melebur, bersikap positif.
106
3. Faktor penghambat peran guru sebagai fasilitator dalam proses
pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan Tengaran Kab-Semarang
Tahun 2020
a. Faktor kurangnya pembelajaran daring
b. Faktor masih kurangnya wawasan guru mengenai teori guru sebagai
fasilitator dalam pembelajaran daring
c. Faktor fasilitas sekolah yang belum memfasilitasi peserta didik
d. Faktor kebiasaan lama guru dalam mengajar telalu kuat
e. Kurangnya guru melakukan studi banding ke sekolah-sekolah yang
dianggap telah berasil menerapkan peran guru sebagai fasilitator.
4. Penyelesaian hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran daring pada
mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti
a. Guru meningkatkan kesiapanya dalam mengajar termasuk wawasan
literasi pembelajaran daring
b. Sekolah sudah memfasilitasi dana untuk guru, dengan menyiapkan
dan menyediakan aplikasi e-learning yang rendah kuota, sarana dan
prasarana, wifi, komputer, masker untuk peserta didik walaupun
belum memfasilitasi peserta didik.
c. Memperkuat ruh atau esensi guru dengan guru mengikuti pelatihan
sebelum menerapkan pembelajaran daring, Kepala sekolah dan waka
ketika melakukan studi banding disalurkan ke guru-guru untuk
diadakan pelatihan. Guru juga sharing pembelajaran daring dengan
guru lain.
107
B. Saran-saran
1. Bagi lembaga
Ketersediaan sarana dan prasarana sangat dibutuhkan untuk
menunjang berlangsungnya kegiatan pembelajaran daring. Untuk itu
setiap sekolah agar lebih diperhatikan dan berikan sarana dan prasarana
yang memadai guna untuk kepentingan kelanjaran proses pembelajaran
daring.
2. Bagi guru mapel PAI dan Budi Pekerti
Untuk memaksimalkan peran guru sebagai fasilitator pembelajaran
daring maka guru perlu terus belajar dan membiasakan diri karena hanya
dengan kebiasaan berlatih dan mempraktekkan terus-menurus peran
sebagai fasilitator akan terbangun kebiasaan yang baik dan hasilnya akan
maksimal. Guru diharapkan untuk memberi inovasi pembelajaran agar
tidak monoton dalam pembelajaran daring. Guru juga perlu memperkaya
wawasan mengenai guru sebagai fasilitator pembelajaran daring dengan
membaca dan melakukan studi banding di sekolah-sekolah dimana peran
sebagai fasilitator ini sudah terbangun dengan baik.
3. Bagi orang tua
Menjadi orang tua memiliki tugas atau amanah untuk mampu
mendidik anaknya dengan baik, untuk itu bagi semua orang tua agar
meningkatkan sikap peduli dan perhatiannya kepada anaknya sehingga
dapat memantau peserta didik saat belajar di rumah agar pembelajaran
yang dilakukan bisa berjalan efektif.
108
4. Bagi peserta didik
Hendaknya untuk peserta didik lebih ditambah lagi kesadaranya akan
pentingnya belajar walaupun melalui daring, harus lebih diperhatikan dan
giat lagi karena peserta didik akan dituntut secara mandiri menggali materi
yang diajarkan secara lebih mendalam, sekaligus mengembangkan
pengetahuan seluas mungkin.
DAFTAR PUSTAKA
109
Adhisuwignjo, Supriatna . (2020). Paduan Pembelajaran Daring Polinema.
Malang: Politeknik Negeri Malang.
Agustin, Ria. (2017). Peran Guru Sebagai Fasilitator Dalam
Prosespembelajaran Pendidikan Agama Islam Di Smp Negeri 1
Wonosobo Kabupaten Tanggamus.Skripsi.MPI:FTK.UIN Raden
Intan Lampung.
Chaeruman, Uwes Anis .(2017). Pedati Model Desain Sistem Pembelajaran
Blended Paduan Merancang Mata Kuliah Daring SPADA
Indonesia.RISTEKDIKTI.
Darmadi.K. (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran
dalam Dinamika Belajar Siswa. Yogyakarta: Deepublish (Grup
Penerbitan CV Budi Utama).
Darmadi, Hamid. (2019). Pengantar Pendidikan Era Globalisasi: Konsep
Dasar, Teori, Strategi dan Implementasi dalam Pendidikan
Globalisasi.An1mage.
Djaja, Sutrisno. (2017). JurnalHarapan dan Tantangan Pembelajaran
Moda Daring. FKIP UNEJ.
Gora, Winastwan. (2010). PakemaTIK:Strategi Pembelajaran Inovatif
Berbasis TIK.Jakarta: Elek Media Komputindo.
Hengki Wijaya, Helaluddin. (2019). Analisis Data Kualitatif: Sebuah
Tinjauan Teori dan Praktik, Sekolah Tinggi Theonogia Jaffay.
110
Izzan, Ahmad. (2012). Membangun Guru Berkarakter, Bandung:
Humaniora.
Jamaluddin, Didin.dkk. (2020). Jurnal Pembelajaran Daring Masa
Pandemik Covid-19 Pada Calon Guru: Hambatan, Solusi Dan
Proyeksi. Bandung: UIN Sunan Gunung Djati.
Khoiruddin, Ahmad. (2019). Implementasi Blended Learning dalam
Pembelajaran PAI (Studi Kasus di SMPN 13 Surabaya).
Surabaya:Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.
Mamik, (2015). Metodologi Kualitatif. Sidoarjo: Zifatama Publisher
Moeleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya
Muhaimin. (2012). Pemikiran dan Aktualisasi Pengembangan Pendidikan
Islam. Jakarta: Rajawali Press.
Mutia, Intan dan Leonard. (2012). Kajian Penerapan E-Learning dalam
Proses Pembelajaran di Perguruan Tinggi : Universitas
Indraprasta PGRI.
Rohidin, Ryan Zeini.dkk.(2015). Model Pembelajaran PAI Berbasis E-
Learning (Studi Kasus Di SMAN 13 Jakarta). Jurnal studi Al-
Qur’an. Vol 11,No.2.
111
Sanjaya, Ridwan.dkk. (2020). 21 Refleksi Pembelajaran Daring di Masa
Darurat. Semarang: SCU Knowledge Media.
Sanjaya, Wina. (2008). Strategi Pembelajaran :Berorientasi Standar
Proses Pendidikan Kencana.Jakarta: Prenada Media Group.
Shabrina, Farah. (2020). Pembelajaran Daring Dengan Menggunakan
Metode Information Search Mata Pelajaran Al-Islam Di SMP
Muhammadiyah 2 Surakarta Pada Kondisi Covid-19. Universitas
Muhammadiyah Surakarta.
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif,Kualitatif. Dan R&D.
Bandung: Alfabeta cv.
Sugiyono. (2007). Metode Penelitian Kualitaif. Bandung: Alfabeta.
Suwarno, Wiji. (2006). Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan. Jogjakarta: Ar-
Ruzz.
Umar. (2019). Pengantar Profesi Keguruan. Jakarta: Rajawali Press.
Wahab, dkk. (2011). Kompetensi Guru Agama Tersertifikasi. Semarang:
Robar Bersama.
Lampiran 1
112
113
Lampiran 2
114
Lampiran 3
LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI
Nama Mahasiswa : Ita Nurhidayah
N I M : 23010160263
Dosen Pembimbing : Jaka Siswanta, M. Pd
Judul Skripsi pada surat penunjukan pembimbing skripsi :
PERAN GURU SEBAGAI FASILITATOR PEMBELAJARAN DARING PADA
MTs DI KECAMATAN TENGARAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN
2020
No Tanggal Isi Konsultasi Catatan Pembimbing Paraf
1 .
2.
3.
4.
3 Desember 2019
9 Desember 2019
10 Mei 2020
29 Juni 2020
Proposal dan BAB I
BAB I
Ganti judul karena
pandemi Covid 19
acc sesuai skripsi.
BAB I-BABIII
1. Isi latar belakang masih
dibenaahi,point-point
saya kasih
2. Lihat makalah
1. Penelitian lember dasar
siswa
2. Lanjut/siapkan RPP
“Peran Guru PAI sebagai
fasilitator pembelajaran daring
di MTs Se Kecamatan
Tengaran Kab-Semarang tahun
2020”.
1. Redaksi judul buat
seperti di halaman judul
yang saya blok biru itu,
setiap menuliskan
judul, rumusan masalah
dst.
2. Isi paparan latar
belakang masalah, buat
kembali dengan
sistematika poin tulisan
sbb:
115
a. Buat uraian yang
berisi wacana
tentang pokok
masalah yang anda
teliti sebagaimana
tertulis di judul.
b. Buat uraian yang
berisi asumsi tentang
idealitas tema
penelitian
sebagaimana tertulis
di judul
c. Buat uraian yang
berisi rujukan ilmiah
yang menguatkan
paparan pada poin 2,
dilengkapi kutipan
ayat atau sumber
lain.
d. Buat uraian yang
berisi temuan hasil
survey mengenai
permasalahan
penelitian di lokasi
penelitian.
e. Buat closing
statement
pentingnya
penyelesaian
problem melalui
PTK yang
berjudul…………
3. Perbaiki dan lengkapi
redaksi rumusan
masalah, sesuaikan
rumusan tujuan
penelitiannya
4. Perbaiki uraian
penegasan istilah.
Berangkatlah dari pokok
masalah yg terumus di
116
5.
3 Juli 2020
BAB I-BAB III
fokus penelitian. Pokok
masalah anda kan:
a. Pelaksanaan
pembelajaran daring.
b. Peran guru PAI
sebagai
fasilitatorpembelajar
an daring
c. Faktor penghambat
peran guru PAI
sebagai
fasilitatorpembelajar
an daring
Setiap sub pokok masalah
yang didefinisi harus
didahului dengan uraian
penjelasan yang bersumber
dari kutipan teori,
pernyataan, definisi yang
dirujuk dari sumber pustaka.
Selanjutnya berdasar kutipan
itu, peneliti menyipulkan
pengertian operasional dari
pokopk masalah dengan
menunjukkan indikatornya.
5. Pada uraian bab 2, sub-
subnya juga harus
memuat penjelasan
teoritik dari ke 3 pokok
masalh sebaiamana
sudah saya sebut di no 4
di atas.
6. Coba itu dulu diperbaiki.
Metodologi menyusul.
1. Kamu kok tidak cermat
terhadap catatan saya
yang lalu untuk menulis
redaksi judul seperti di
halaman judul yang saya
blok biru itu, pada naskah
117
sebelumnya? Pada setiap
menuliskan judul,
rumusan masalah dst,
menyesuaikan. Mbok
yang teliti….
2. Alur berfikir pada latar
belakang masalah belum
sistematis. Coba pikirkan
dengan Isi paparan latar
belakang masalah, yang
sistematika poin tulisan
sbb:
a. tertulis di judul.
Mestinya kamu bisa
awali dengan
mengurai
Pembelajaran Daring
di sekolah, awal mula
kebijakan
pembelajaran daring,
posisi pembelajaran
daring pada mapel
PAI dan Budi Pekerti,
serta bagaimana
peran guru PAI dalam
pelaksanaan
p[embelajaran
daring. Beberapa
poin materi bisa
dikembangkan lebih
dari 1 paragraf.
b. Buat uraian yang
berisi asumsi tentang
idealitas tema
penelitian
sebagaimana tertulis
di judul (
menyesuaikan uraian
poin 1 )
c. Buat uraian yang
berisi rujukan ilmiah
yang menguatkan
118
paparan pada poin 2,
dilengkapi kutipan
ayat atau sumber lain.
d. Buat uraian yang
berisi temuan hasil
survey mengenai
permasalahan
penelitian di lokasi
penelitian.
Buat closing
statement pentingnya
penelitian yang
berjudul “Coba, Pada
Saat Menyusun Latar
Belakang Masalah 5
Poin Di Atas Selalu
Diacu, Dijadikan
Rambu-Rambu”.
3. Rumusan fokus
penelitian dan tujuan
penelitian nomor 1,
pertegas dengan
memasukkan mata
pelajaran PAI dan Budi
Pekerti.
4. Penulisan kata asing
ditulis miring.
5. Kenapa Catatan Saya
Tentang Penegasan
Istilah Pada Konsultasi
Nyang Lalu Tidak Anda
Perhatikan?
Perbaiki uraian
penegasan istilah.
Berangkatlah dari pokok
masalah yg terumus di
fokus penelitian. Pokok
masalah anda kan:
a. Pelaksanaan
pembelajaran daring
119
b. Peran guru PAI
sebagai
fasilitatorpembelajar
an daring
c. Faktor penghambat
peran guru PAI
sebagai
fasilitatorpembelajaa
n daring
Setiap sub pokok masalah
yang didefinisi harus
didahului dengan uraian
penjelasan yang bersumber
dari kutipan teori,
pernyataan, definisi yang
dirujuk dari sumber pustaka.
Selanjutnya berdasar kutipan
itu, peneliti menyipulkan
pengertian operasional dari
pokopk masalah dengan
menunjukkan indikatornya.
6. Pada uraian bab 3, beri
penjelasan pada
pengumpulan data
penelitian. Wawancara
dipakai untuk
mengumpulkan data apa (
lihat fokus penelitian ),
demikian pula untuk
pengamatan dan
dokumentasi.
Selanjutnya beri
penjelasan yang detai
tentang keabsahan data
dan upaya yng mana
untuk menjamin
keabsahan data penelitian
anda.
Selamat revisi.
120
6.
7.
9 Juli 2020
13 Juli 2020
BAB I-BAB III
BAB I-BAB III
1. Point-point dalam latar
belakang dijadikan 1
kesatuan.
2. “semua sekolah”
3. Kebijakan mentri
pendidikan Nasional
4. Observasi, berdasarkan
surve awal.
5. Penyelesaian dalam
rumusan masalah.
6. Penegasan dan teori atau
penelitian terdahulu.
7. Data primer guru PAI,
subjek dibuat 1 kalimat
8. Wawncara,dokumentasi,
observasi
1. Cermati halaman 3.
Paragraf ke 3 tercantum:
Peran guru sebagai
fasilitator. Silahkan
dilengkapi menjadi
kalimat yang lengkap.
2. Perhatikan pula,
penulisan “di”
menunjukkan tempat
ditulis terpisah. Misal: di
sekolah, di atas, di
kantor, tetapi yang tidak
menunjukkan tempat
ditulis terpisah. Contoh:
ditulis, dikerjakan, dsb.
3. Kamu juga harus cermat,
penulisan PAI dan Budi
Pekerti, ditulis selalu
seperti itu. Jangan
kadang-kadang PAI dan
Budi Pekerti, kadang-
kadang PAI saja.
4. Coba perhatikan: fokus
penelitian no 4.
121
Bagaimana penyelesaian
faktor penghambat guru
PAI sebagai fasilitator
pembelajaran daring di
MTs Se-Kecamatan
Tengaran Kab-Semarang
tahun 2020? Ubahlah
menjadi: Bagaimana
cara guru menyelesakan
hambatan dalam
memfasilitasi
pembelajaran daring
pada mata pelajaran PAI
dan Budi Pekerti di MTs
Se-Kecamatan Tengaran
Kab-Semarang tahun
2020?
5. Rumusan tujuan
penelitian disesuaikan.
6. Coba perbaiki uraian
manfaat teoritik.
7. Pada penegasan istilah:
Peran guru PAI sebagai
fasilitator pembelajaran
daring, coba sertakan
indikatornya seperti
penjelasan pada pokok
masalah lainnya itu.
8. Pada landasan teori untuk
sub 3 dan 4 coba
kembangkan lagi, tidak
hanya seringkas itu ya..
9. Untuk metodologi
penelitian:
a. Pendekatan dan jenis
penelitian. Paragraf 1
kamu paham bener?
Jika tidak kutipan dari
bukunya sugiyono
diganti yang lain, lexy
122
8.
19 Juli 2020
BAB I-BAB III
j moeleong misalnya,
yang kamu mudah
memahaminya.
b. Oke itu saja
10. Silahkan instrument
penelitian ( pedoman
observasi, pedoman
wawancara dan pedoman
dokumentasi) segera
disusun dan dikirim ke
saya. Selamat revisi.
1. Cermati halaman 3.
Paragraf ke 3 tercantum:
Peran guru sebagai
fasilitator
pembelajaran
daring.ITU JUGA
BELUM SEBAGAI
KALIMAT
SELESAI/LENGKAP.
Silahkan dilengkapi
menjadi kalimat yang
lengkap. Kalimat lengkap
itu polanya: S-P-O-K.
Jika tidak paham datang
ke kantor.
2. Baca seluruh tulisan
kamu satu demi satu.
Cermati dan Perhatikan,
penulisan “di”
menunjukkan tempat
ditulis terpisah. Misal: di
sekolah, di atas, di
kantor, tetapi yang tidak
menunjukkan tempat
ditulis terpisah. Contoh:
ditulis, dikerjakan, dsb.
3. Coba pastikan di
lapangan. Guru PAI atau
Guru PAI dan Budi
Pekerti, supaya perlu
123
konsistensi setiap
penulisan istilah tersebut
di seluruh isi naskahmu.
4. Mbak Ita, pada landasan
teori untuk
mengembangkan kajian
pada sub 3 dan 4 saran
saya jangan buru-buru
ngejar selesai kemudian
dikonsultasikan lagi.
Saya, mencermati
perbaikan sub 3 dan 4
dari catatan lalu terkesan
“yang penting ada
tambahan tulisan”.
Coba, buat uraian dari
sub 3 dan 4 yang final.
Karena itu, hadirkan
kutipan dari beberapa
buku/sumber ( 3 kutipan
dari sumber berbeda atau
lebih ), baru kamu
simpulkan. Akhiri setiap
kajian dengan kalimat
penyimpulan penulis.
5. Untuk metodologi
penelitian: OKE, oh ya,
untuk analisis data,
kutipan dari Sugiyono,
2016: 245, itu asli
pendapat Sugiyono atau
Sugiyono mengutip
pendapatnya Miles dan
Huberman. Coba dicek.
6. Untuk instrument
penelitian ( pedoman
observasi, pedoman
wawancara dan pedoman
dokumentasi) dasarnya
dibuat dari indikator yang
kamu sudah tuliskan di
penegasan istilah
124
9.
10
1 Agustus 2020
11 Agustus 2020
BAB I-III
BAB VI-V
Pedoman pengamatan:
Aspek yang diamati diambil
dari poin-poin setiap pokok
masalah yang kamu urai
dengan baik seperti di atas.
Pedoman
wawancara:Aspek yang
ditanyakan diambil dari
poin-poin setiap pokok
masalah yang kamu urai
dengan baik seperti di atas.
Pedoman
dokumentasi:Data/Informa
si yang diambil dari
dokumen dapat bertolak dari
poin-poin setiap pokok
masalah yang kamu urai
dengan baik seperti di atas
atau dalam rangka
mendeskripsikan secara
umum lokasi penelitian: data
jumlah guru, gambar/foto
aktivitas guru dalam
kegiatan fasilitasi
pembelajaran daring, dst.
Selamat revisi dengan
tenang ya...
1. Perbaiki font tulisan
2. Instrumen penelitian ok
3. Acc Melakukan
penelitian
1. Ok, silahkan lengkapi
Naskah
1. Pernyataan keaslian
tulisan dan kesediam
125
11.
12.
12 Agustus 2020
14 Agustus 2020
Naskah Lengkap
Naskah Lengkap
dipublikasikan beri TTD
bermateri
2. Perbaiki persembahan
dan kata pengantar
3. Perbaiki yang diblok di
naskah, siapkan lembar
konsultasi untuk di
sahkan
ACC untuk didaftarkan
monaqosah skripsi
Dosen Pembimbing,
Jaka Siswanta, M. Pd
NIP. 19710219 200003 1 004
Lampiran 4
126
Lampiran5
127
PEDOMAN WAWANCARA
Kepada Guru mapel PAI dan Budi Pekerti Pada MTs di Kecamatan
Tengaran Kabpupaten Tengaran
A. Identitas Diri
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Alamat :
4. Usia :
5. Hari/Tanggal :
6. Waktu :
B. Butir-Butir Pertanyaan
No Indikator
1 Pelaksanaan pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan
Tengaran Kab-Semarang Tahun 2020.
Guru melaksanakan pembelajaran
sesuai dengan jadwal pelajaran
Pertanyaan
a. Kapan waktu pembelajaran
secara daring berlangsung?
Guru dapat menggunakan virtual class
dan/atau video conference sesuai
dengan kemampuan yang dimiliki.
b. Media dan metode apa
yang Bapak/Ibu gunakan
dalam pembelajaran
daring?
Guru memastikan kehadiran siswa
sudah masuk kelas virtual dengan
screenshoot kehadiran siswa di kelas
virtual.
c. Apa saja hal-hal yang
dilakukan Bapak/Ibu
sebelum memulai
pembelajaran daring?
128
Guru memulai proses pembelajaran
sesuai dengan materi pertemuan yang
telah direncanakan.
d. Bagaimana rencana proses
pembelajaran daring?
Proses interaksi antara guru dengan
siswa.
e. Bagaimana memotivasi
peserta didik agar terus
bersemangat dalam
pembelajaran daring?
f. Apa saja hal-hal yang dapat
dilakukan agar peserta
didik tidak mudah bosan
dalam proses pembelajaran
daring?
g. Bagaimana kesan
Bapak/Ibu terhadap
pembelajaran daring?
Siswa mengikuti jadwal pembelajaran
sesuai dengan jadwal pembelajaran.
h. Apa yang Bapak/Ibu
lakukan agar siswa dapat
mengikuti pembelajaran
daring?
129
Siswa mengikuti pembelajaran sesuai
dengan instruksi guru sesuai dengan
jam pelajaran.
i. Apakah peserta didik dapat
mengikuti pembelajaran
daring dengan baik?
Siswa mematuhi tata tertib
pembelajaran secara daring
j. Bagaimana tata tertib
pembelajaran daring?
Siswa dapat melaksanakan komunikasi
dua arah selama pembelajaran daring
berlangsung
k. Bagaimana komunikasi
yang Bapak/Ibu lakukan
kepada peserta didik
selama pembelajaran
daring berlangsung?
2 Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring
Mendengarkan dan tidak
mendominasi.
a. Bagaimana Bapak/Ibu
menyikapi usulan dan
pertanyaan peserta didik
dalam pembelajaran
daring?
Bersikap sabar b. Bagaimana peran
Bapak/Ibu ketika
melakukan diskusi dengan
peserta didik melalui
pembelajaran daring?
Menghargai dan rendah hati c. Bagaimana Bapak/Ibu
berperan dan berupaya
menghargai peserta didik
dalam pembelajaran
daring?
Mau belajar d. Dalam proses
pembelajaran daring
130
apakah Bapak/Ibu
langsung memberikan
materi yang sudah
disiapkan terlebih dahulu
atau mengali terlebih
dahulu pemahaman
bersama peserta didik?
Bersikap sederajat e. Bagaimana Bapak/Ibu
menjalin keakraban
dengan peserta didik?
Bersikap akrab dan melebur f. Bagaimana cara Bapak/Ibu
membangun komunikasi
dengan peserta didik
dalam pembelajaran
daring?
Tidak berusaha menyeramahi g. Hal apa yang Bapak/Ibu
lakukan sebagai fasilitator,
dalam memberikan
pelayanan termasuk
ketersediaan fasilitator
guna memberi kemudahan
dalam kegiatan belajar
bagi peserta didik dalam
pembelajaran daring?
Berwibawa h. Apakah peran guru sebagai
fasilitator itu berarti
membuat guru kehilangan
wibawa terhadap peserta
didiknya?
131
Tidak memihak dan mengkritiki i. Bagaimana peran
Bapak/Ibu dalam
membimbing peserta didik
yang bandel dalam
pembelajaran daring?
Bersikap terbuka j. Bagaimana Bapak/Ibu
membangun keterbukaan
dengan peserta didik
dalam pembelajaran
daring?
Bersikap positif k. Bagaimana Bapak/Ibu
menciptakan suasana
positif dalam pembelajaran
daring?
3 Faktor penghambat peran guru sebagai fasilitator pembelajaran
daring.
Faktor kurangnya pengalaman
pembelajaran daring.
a. Apakah Bapak/Ibu
sebelumnya sudah sering
menerapkan pembelajaran
daring?
Faktor masih kurangnya wawasan guru
mengenai teori guru sebagai fasilitator
dalam pembelajaran daring.
b. Apa kendala yang dihadapi
Bapak/Ibu sebagai
fasilitator pembelajaran
daring?
Faktor minimnya fasilitas sekolah. c. Apakah sekolah sudah
menyediakan fasilitas
pembelajaran daring?
Faktor kebiasaan lama guru dalam
mengajar terlalu kuat.
d. Bagaimana kebiasaan
Bapak/Ibu dalam mengajar
132
sebelum menerapkan
pembelajaran daring?
Kurangnya guru melakukan studi
banding ke sekolah-sekolah yang
dianggap telah berhasil menerapkan
peran guru sebagai fasilitator.
e. Apakah Bapak/Ibu pernah
melakukan studi banding
ke sekolah-sekolah yang
dianggap telah berhasil
menerapkan peran guru
sebagai fasilitator?
4 Penyelesaian hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran daring
pada mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.
Meningkatkan wawasan literasi
pembelajaran daring, baik peserta
didik dan guru.
a. Bagaimana upaya
Bapak/Ibu dalam
penyelesaian hambatan
dalam memfasilitasi
pembelajaran daring ?
Sekolah dapat menerapkan beberapa
langkah strategis seperti halnya
menyiapkan dan menyediakan aplikasi
e-learning yang rendah kuota (tidak
memperlukan kuota internet besar)
dalam mengaksesnya.
b. Bagaimana sekolah
menyikapi hambatan-
hambatan dalam
memfasilitasi
pembelajaran daring ?
Memperkuat ruh atau esensi guru. c. Bagaimana Bapak/Ibu
memperkuat esensi guru
dalam memfasilitasi
pembelajaran daring ?
133
Lampiran 6
PEDOMAN OBSERVASI
A. Identitas Diri
1. Nama :
2. Jabatan :
3. Alamat :
4. Usia :
5. Hari/Tanggal :
6. Waktu :
B. Poin-Poin Observasi/Pengamatan
No Indikator Pengamatan
1 Pelaksanaan pembelajaran daring pada MTs di Kecamatan Tengaran
Kab-Semarang Tahun 2020.
Guru melaksanakan pembelajaran sesuai dengan jadwal
pelajaran
Kriteria
Y/T
Guru dapat menggunakan virtual class dan/atau video
conference sesuai dengan kemampuan yang dimiliki.
Y/T
Guru memastikan kehadiran siswa sudah masuk kelas virtual
dengan screenshoot kehadiran siswa di kelas virtual.
Y/T
Guru memulai proses pembelajaran sesuai dengan materi
pertemuan yang telah direncanakan.
Y/T
Proses interaksi antara guru dengan siswa. Y/T
134
Siswa mengikuti jadwal pembelajaran sesuai dengan jadwal
pembelajaran.
Y/T
Siswa mengikuti pembelajaran sesuai dengan instruksi guru
sesuai dengan jam pelajaran.
Y/T
Siswa mematuhi tata tertib pembelajaran secara daring Y/T
Siswa dapat melaksanakan komunikasi dua arah selama
pembelajaran daring berlangsung
Y/T
2 Peran guru sebagai fasilitator pembelajaran daring
Mendengarkan dan tidak mendominasi. Y/T
Bersikap sabar Y/T
Menghargai dan rendah hati Y/T
Mau belajar Y/T
Bersikap sederajat Y/T
Bersikap akrab dan melebur Y/T
Tidak berusaha menyeramahi Y/T
Berwibawa Y/T
Tidak memihak dan mengkritiki Y/T
Bersikap terbuka Y/T
Bersikap positif Y/T
3 Faktor penghambat peran guru sebagai fasilitator pembelajaran
daring.
135
Faktor kurangnya pengalaman pembelajaran daring. Y/T
Faktor masih kurangnya wawasan guru mengenai teori guru
sebagai fasilitator dalam pembelajaran daring.
Y/T
Faktor minimnya fasilitas sekolah. Y/T
Faktor kebiasaan lama guru dalam mengajar terlalu kuat. Y/T
Kurangnya guru melakukan studi banding ke sekolah-sekolah
yang dianggap telah berhasil menerapkan peran guru sebagai
fasilitator.
Y/T
4 Penyelesaian hambatan dalam memfasilitasi pembelajaran daring pada
mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti.
Meningkatkan wawasan literasi pembelajaran daring, baik
peserta didik dan guru.
Y/T
Sekolah dapat menerapkan beberapa langkah strategis seperti
halnya menyiapkan dan menyediakan aplikasi e-learning yang
rendah kuota (tidak memperlukan kuota internet besar) dalam
mengaksesnya.
Y/T
Memperkuat ruh atau esensi guru. Y/T
136
Lampiran 7
PEDOMAN DOKUMENTASI
Lokasi :
1. MTs Al-Manar Jl. K.H. Djalal Suyuthi Kelurahan Bener,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
2. MTs Aswaja Jl. Masjid Besar No.32 Kelurahan Tengaran,
Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang.
No Data/Kegiatan Jenis Data Keterangan
Arsip Foto Lainnya
1 Profil Sekolah
(Sejarah,Visi dan Misi)
MTs Al-Manar, MTs
Aswaja
2 Sarana dan prasarana MTs
Al-Manar, MTs Aswaja
3 Data jumlah tenaga
pendidik MTs Al-Manar,
MTs Aswaja
4 Data jumlah peserta didik ,
MTs Al-Manar, MTs
Aswaja
5 Wawancara Guru PAI MTs
Al-Manar, MTs Aswaja
6 Aktivitas guru PAI dalam
kegiatan fasilitator
137
pembelajaran daring di
MTs Al-Manar, MTs
Aswaja.
138
Lampiran 8
DOKUMENTASI
Sekolah MTs Al-Manar Tengaran
Sekolah MTs Aswaja Tengaran
139
Wawancara dengan Ibu Mega Rahayu S, Ag
Wawancara dengan Ibu Muflikatur Rofiah S,Ag
140
Wawancara dengan Bapak M. Fatih Rohman S.Pd
Wawancara dengan Ibu Nur Ma’rifah S.PdI
141
Aktivitas guru PAI dalam pembelajaran daring
Sekolah menerapkan protokol kesehatan
142
Sekoah menyediakan fasilitas cuci tangan
Pelatihan untuk guru
143
Pelatihan pembelajaran daring
Kegiatan pembelajaran daring
144
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Ita Nurhidayah
Tempat dan Tanggal Lahir : Boyolali, 23 Juni 1997
Jenis Kelamin : Perempuan
Warga Negara : Indonesia
Agama : Islam
Alamat : Kumpulrejo RT 005 RW 003 Desa Jlarem
Kecamatan Gladagsari Kabupaten Boyolali
Riwayat Pendidikan:
1. TK Pertiwi 1 Jlarem (2001-2003)
2. SD N 1 Jlarem (2003-2010)
3. SMP N 2 Getasan (2010-2013)
4. SMK AN-NUR Ampel Boyolali (2013-2016)
5. Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga (2016-2020)
Riwayat Organisasi:
1. Pengurus JQH Al-Furqon IAIN Salatiga 2018-2019