PERAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM...
Transcript of PERAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM...
PERAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM MENUMBUHKAN
KESADARAN PASIEN RAWAT INAP AKAN HIKMAH SAKIT DI RSI
KENDAL
SKRIPSI
Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Derajat Sarjana Sosial Islam (S.Sos.I)
Jurusan Bimbingan dan Penyuluhan Islam (BPI)
KHUSNUL FATIAH 1104043
FAKULTAS DAKWAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG 2009
ii
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 5 (Lima) Eksemplar Hal : Persetujuan Naskah Skripsi
Kepada Yth, Bapak Dekan Fakultas Dakwah IAIN Walisongo Semarang di Semarang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Setelah membaca, mengadakan koreksi, dan perbaikan sebagaimana
semestinya, maka kami menyatakan bahwa skripsi saudari :
Nama : Khusnul Fatiah
NIM : 1104043
Fakultas/Jurusan : Dakwah / Bimbingan Konseling Islam (BPI)
Judul Skripsi : PERAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM
MENUMBUHKAN KESADARAN PASIEN RAWAT
INAP AKAN HIKMAH SAKIT DI RSI WELERI
KENDAL
Dengan ini saya menyetujui dan memohon segera diujikan. Demikian atas
perhatiannya diucapkan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Semarang, Desember 2009
Pembimbing,
Bidang Substansi Materi
Ali Murtadlo, M.Ag NIP.
Tanggal : …………………
Bidang Metodologi dan Tata Tulis
Safrodin, M.Ag NIP. 150237108
Tanggal : …………………
iii
SKRIPSI
PERAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM MENUMBUHKAN
KESADARAN PASIEN RAWAT INAP AKAN HIKMAH SAKIT DI RSI
KENDAL
Disusun oleh
KHUSNUL FATIAH 1104043
telah dipertahankan di depan Dewan Penguji
pada tanggal 2009
dan dinyatakan telah lulus memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Ketua Dewan Penguji/ Dekan/Pembantu Dekan
Anggota Penguji
Sekretaris Dewan Penguji/ Pembimbing
iv
MOTTO
يسرا العسر مع إن ﴾5﴿ يسرا العسر مع فإن
“Maka sesungguhnya dalam kesulitan itu ada kemudahan (5) dan sesungguhnya dalam kesulitan ada kemudahan”
v
PERSEMBAHAN
Karya ini penulis persembahkan teruntuk :
♥ Ayahanda dan Ibunda, karya ini terangkai dari keringat, airmata dan
do’amu berdua. Setiap keringat dan airmata yang keluar karenaku
menjelma dalam setiap huruf; setiap do’a yang terpanjat menyatu
menyampuli karya hidupku.
♥ Suamiku tercinta, Goncang Bagus Pamungkas yang penuh kesetiaan dan
kesabaran dalam menemani dan membimbing penulis dalam penelitian.
♥ Buah hatiku tersayang, Rizki Bintang A dan Phirus Surya D; keikhlasan
kalian dalam menanti kasih sayang utuh dari seorang ibu semoga lekas
tercapai.
♥ Seluruh teman-teman, ragu kalian akanku telah menuntunku pada alur
kehidupan yang lebih dewasa
♥ Fakultas (Dakwah)ku tercinta, semoga karya ini menjadi bukti cintaku
kepadamu dan bukan menjadi lambang perpisahan engkau dan aku.
vi
PERNYATAAN
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja saya sendiri,
dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh
gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi di lembaga pendidikan lainnya.
Pengetahuan yang diperoleh dari hasil penerbitan maupun yang belum atau tidak
diterbitkan, sumbernya dijelaskan di dalam tulisan dan daftar pustaka.
Semarang, Desember 2009
Khusnul Fatiah
vii
KATA PENGANTAR
الرحيم الرحمن اهللا بسم
Alhamdulillahirabbil’alamin penulis panjatkan puji syukur kehadirat
Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta hidayah-Nya, sehingga penulis
dapat menyelesaikan skripsi dengan judul PERAN BIMBINGAN ROHANI
ISLAM DALAM MENUMBUHKAN KESADARAN PASIEN RAWAT
INAP AKAN HIKMAH SAKIT DI RSI WELERI KENDAL, tanpa halangan
yang berarti.
Shalawat serta salam penulis limpahkan kepada junjungan Nabi
Muhammad SAW, beserta para keluarga dan sahabatnya :
Proses penyusunan skripsi ini tidak lepas dari peran serta bantuan dari
berbagai pihak. Oleh karenanya, pada kesempatan ini penulis hendak
menghaturkan ungkapan terima kasih kepada :
1. Kedua orang tua penulis yang telah memberikan dan mencurahkan segala
kemampuannya untuk memenuhi keinginan penulis untuk tetap
bersekolah. Tanpa mereka mungkin karya ini tidak akan pernah ada.
2. Prof. Dr. H. Abdul Jamil, M.A, selaku Rektor IAIN Walisongo Semarang
3. Drs. M. Zein Yusuf, M.M, selaku Dekan Fakultas Dakwah IAIN
Walisongo Semarang
4. Bapak Ali Murtadlo, M.Pd selaku Pembimbing I dan Bapak Safrodin,
M.Ag selaku Pembimbing II yang telah merelakan waktu, tenaga, dan
pikirannya guna mendampingi dan menjadi teman diskusi penulis.
5. Para Dosen Pengajar, terima kasih atas seluruh ilmu yang telah penulis
terima yang sangat membantu dalam proses penyusunan skripsi ini.
6. Ketua Perpustakaan Fakultas Dakwah dan Institut bersama staff, yang
telah memberikan kemudahan kepada penulis untuk memanfaatkan
fasilitas dalam proses penyusunan skripsi.
7. Teman-teman yang tak mungkin tersebut satu persatu, atas segala
semangat dan hiburannya di saat aku lemah tak berdaya.
8. KSK WADAS Fakultas Dakwah yang telah menjadi keluarga besar kedua
dariku.
viii
9. Seluruh temanku dan seluruh pihak yang tidak mungkin penulis sebut dan
tulis satu persatu, terima kasih atas segala bantuan dan peran sertanya yang
telah diberikan kepada penulis.
Selain ungkapan terima kasih, penulis juga menghaturkan ribuan maaf
apabila selama ini penulis telah memberikan keluh kesah dan segala permasalahan
kepada seluruh pihak.
Tiada yang dapat penulis berikan selain do’a semoga semua amal dan jasa
baik dari semua pihak tersebut di atas dicatat oleh Allah SWT sebagai amal sholeh
dan semoga mendapat pahala dan balasan yang setimpal serta berlipat ganda dari-
Nya.
Harapan penulis semoga skripsi yang sifatnya sederhana ini dapat
bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan segenap pembaca pada umumnya.
Terlebih lagi semoga merupakan sumbangsih bagi almamater dengan penuh
siraman rahmat dan ridlo Allah SWT. Amin.
Semarang, 20 Desember 2009
Khusnul Fatiah
ix
ABSTRAK
Penelitian yang telah dilaksanakan oleh Khusnul Fatiah (1104043) dilatarbelakangi oleh adanya kegiatan bimbingan rohani Islam kepada pasien rawat inap di RSI Kendal. Keberadaan bimbingan rohani Islam tersebut paling tidak memberikan peranan bagi pasien dalam menghadapi ujian sakit. Penelitian ini memusatkan pada perumusan masalah Bagaimana peranan bimbingan rohani Islam dalam menumbuhkan kesadaran pasien akan hikmah sakit pasien rawat inap di RSI Kendal dan bagaimana tinjauan bimbingan dan konseling Islam terhadap peran bimbingan rohani Islam dalam menumbuhkan kesadaran pasien akan hikmah sakit pasien rawat inap di RSI Kendal.
Metode penelitian yang digunakan meliputi: 1) Jenis penelitian ini merupakan penelitian lapangan yang bersifat kualitatif; 2) sumber data primer dalam penelitian ini adalah pasien rawat inap RSI Kendal yang mendapatkan bimbingan rohani Islam minimal 2 kali atau minimal dirawat dalam tiga hari; 3) teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi wawancara, dokumentasi, dan observasi; 4) teknik analisa yang digunakan adalah teknik analisa deskripsi kualitatif.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwasanya bimbingan rohani Islam memiliki peran dalam menumbuhkan kesadaran pasien rawat inap akan hikmah sakit. Tumbuhnya kesadaran tersebut dapat terwujud dengan adanya bangunan aqidah melalui ajaran yang berkaitan dengan takdir dan janji Allah terhadap manusia yang sedang diberikan ujian; masalah syari’at yang berkenaan dengan syari’at shalat dan do’a; serta masalah akhlak yang merupakan aplikasi dari materi aqidah dan syari’at. Kesadaran awal melalui penanaman pemahaman yang kemudian berkembang pada tujuan tengah dengan timbulnya perilaku positif berupa pelaksanaan shalat dan do’a untuk mencapai ketenangan jiwa. Hasil akhir dari proses pemberian bimrohis tersebut adalah timbulnya kesadaran akan hikmah sakit dalam diri pasien. Jadi pada dasarnya, pemberian bimrohis adalah untuk menimbulkan perilaku positif dengan menumbuhkan ketenangan jiwa atau hati sebelumnya dan didasari dengan pemahaman terhadap aqidah sebagai materi awal. Ditinjau dari bimbingan rohani Islam, proses pemberian bimbingan rohani Islam di RSI Kendal memiliki kesesuaian dengan kaidah bimbingan rohani Islam karena memiliki dua tujuan utama yang vital yakni lingkup rohani dan perilaku fisik. Dalam lingkup rohani terwujudkan dengan adanya pemahaman terhadap ketetapan Allah tentang hakekat sakit bagi umat Islam serta proses memunculkan ketenangan jiwa atau hati. Sedangkan pada lingkup perilaku, terwujudkan pada pembiasaan pelaksanaan shalat dan do’a sebagai stimulus penyembuh sehingga akan terbentuk pembiasaan ibadah yang akan berakhir pada terbentuknya perilaku yang positif.
x
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................
HALAMAN NOTA PEMBIMBING .......................................................
HALAMAN PENGESAHAN ...................................................................
HALAMAN MOTTO ...............................................................................
HALAMAN PERSEMBAHAN ...............................................................
HALAMAN PERNYATAAN...................................................................
KATA PENGANTAR ...............................................................................
ABSTRAK .................................................................................................
DAFTAR ISI..............................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah ....................................................
1.2 Perumusan Masalah...........................................................
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian..........................................
1.4 Tinjauan Pustaka................................................................
1.5 Kerangka Teoritis ..............................................................
1.6 Metodologi Penelitian
BAB II BIMBINGAN ROHANI ISLAM, PASIEN RAWAT INAP, DAN
HIKMAH SAKIT
2.1 Bimbingan Rohani Islam...................................................
2.1.1.Pengertian Bimbingan Rohani Islam........................
2.1.2.Dasar Bimbingan Rohani Islam................................
xi
2.1.3.Fungsi Bimbingan Rohani Islam ..............................
2.1.4.Tujuan Bimbingan Rohani Islam..............................
2.1.5.Metode dan Materi Bimbingan Rohani Islam ..........
2.2.Pasien Rawat Inap .............................................................
2.2.1.Pengertian .................................................................
2.2.2.Karakteristik Pasien Rawat Inap...............................
2.3.Hikmah Sakit .....................................................................
2.3.1.Pengertian Sakit .........................................................
2.3.2.Penyebab-penyebab Sakit ..........................................
2.3.3.Faedah dan Hikmah Sakit ..........................................
BAB III DESKRIPSI BIMBINGAN ROHANI ISLAM UNTUK
PASIEN RAWAT INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM
KENDAL
3.1. Gambaran Umum Profil Rumah Sakit Islam Weleri
Kendal..............................................................................
3.1.1. Sejarah Berdiri .....................................................
3.1.2. Sarana dan Fasilitas .............................................
3.2. Bimbingan Kerohanian di RSI Kendal............................
3.2.1. Deskripsi Unit Bimbingan Rohani Islam.............
3.2.2. Metode dan Materi Bimbingan Rohani Islam .....
3.3. Pelaksanaan Bimbingan Rohani Islam terhadap Pasien ..
BAB IV PERANAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM
MENUMBUHKAN KESADARAN PASIEN RAWAT
xii
INAP RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL AKAN
HIKMAH SAKIT ................................................................
4.1. Peran Bimbingan Rohani Islam dalam
Menumbuhkan Kesadaran Pasien akan Hikmah
Sakit ...........................................................................
4.2. Tinjauan Bimbingan Konseling Islam terhadap
Peranan Bimbingan Rohani Islam di Rumah Sakit
Islam Kendal..............................................................
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan.......................................................................
5.2 Saran-saran .......................................................................
5.3 Penutup .............................................................................
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
BIODATA PENULIS
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara logis anak memiliki dua nilai fungsi, yakni fungsi sebagai
amanah dari Allah SWT dan fungsi sebagai generasi penerus kehidupan di
masa depan. Untuk memenuhi harapan dua fungsi tersebut, sudah selayaknya
orang tua dapat memainkan peranan penting dalam proses pendidikan dan
pengembangan anak. Proses tersebut dapat diselenggarakan secara langsung
oleh orang tua dalam lingkungan keluarga maupun melalui bantuan jasa orang
lain dalam lingkup pendidikan sekolah.
Keluarga merupakan sarana pendidikan awal dan terpenting dalam
perkembangan anak. Disebut sebagai pendidikan awal karena sebelum anak
mengenal dunia luar, anak terlebih dahulu mendapat pendidikan dari lingkup
keluarga. Sedangkan disebut sebagai pendidikan pendidikan terpenting karena
peluang anak untuk belajar dan memahami sesuatu ilmu dalam lingkup
keluarga lebih besar keberhasilannya karena hal-hal sebagai berikut:
1. Lebih banyak waktu untuk berkumpul dengan keluarga daripada waktu
normal sekolah.
2. Anak memiliki ketergantungan yang kuat terhadap keluarga, baik dalam
lingkup ekonomi, kenyamanan, kasih sayang, maupun keamanan.
Dengan adanya dua hal tersebut, idealnya keluarga dapat menjadi
“sekolah utama” bagi anak untuk memperdalam dan memperluas wawasan
keilmuan yang telah diperoleh di sekolah. Terlebih lagi dengan adanya
ketergantungan kepada orang tua akan semakin membantu memudahkan
orang tua untuk mengarahkan anak dalam proses belajar.
Akan tetapi tidak selamanya dan tidak semua keluarga dapat
memainkan peranan mereka dalam upaya mengembangkan kemampuan
sumber daya manusia yang ada dalam diri anak. Kesibukan orang tua dalam
kegiatan ekonomi tidak jarang menjadikan anak merasa kurang mendapat
perhatian kasih saying dari orang tua mereka. Memang terkadang orang tua
yang memiliki tingkat kesibukan yang tinggi memilih untuk menitipkan anak
mereka kepada orang atau lembaga yang menerima penitipan anak secara
temporer. Namun itu sebenarnya bukanlah solusi tepat, bahkan sebaliknya
dapat menjadi bumerang bagi orang tua apabila kemudian hal itu malah
mampu menggantikan peran orang tua sehingga anak akan menjadi lebih jauh
dari orang tuanya.
Selain permasalahan tersebut di atas, terdapat permasalahan lain yang
dapat mengganggu perkembangan anak yakni permasalahan kekerasan dalam
rumah tangga. Maksud dari kekerasan dalam rumah tangga adalah perilaku
kasar yang dilakukan dalam lingkup anggota keluarga. Pada dasarnya,
permasalahan dalam keluarga merupakan hal yang wajar terjadi, permasalahan
tersebut akan menimbulkan konflik keluarga yang berkepanjangan dan
membebani, maka kebahagiaan dalam keluarga tersebut akan berkurang atau
bahkan lama-lama menghilang entah kemana. (Pujihastuti, 2006: 19).
Kekerasan dalam rumah tangga dapat berbentuk perilaku kasar, seperti
menampar, memukul, maupun menendang dan dapat pula berbentuk ucapan-
ucapan kasar seperti menghardik, mencaci, dan memaki. Umumnya, korban
dalam kekerasan rumah tangga adalah siapa pun yang dikuasai oleh pemilik
otoritas, bisa suami oleh istrinya, bisa istri oleh suaminya, bisa anak oleh
orang tuanya, bisa para pembantu rumah tangga yang “dimilki” oleh
majikannya. Ini semua terjadi dalam rumah tangga, dan jika tanpa kesempatan
bebas, akhirnya membuat korban, kaum tertindas menumpuk perasaan benci
dan bersikap bermusuhan, tetapi adakalanya mereka mengganti dengan
perasaan bangga, kebanggaan semua yang irasional (Tungka, 2007: 07).
Terkait dengan kekerasan dalam rumah tangga, terdapat dampak-
dampak yang dapat merugikan pihak-pihak dalam keluarga, mulai dari
dampak secara psikologi, dampak fisik, hingga dampak terhadap status
perkawinan. Dampak psikologis dapat berupa timbulnya trauma – dari level
ringan hingga level berat – pada diri anggota keluarga yang menjadi korban,
baik korban dalam yang menjadi obyek sasaran kekerasan maupun obyek
yang menyaksikan kekerasan tersebut. Dampak fisik dapat berupa luka fisik
yang dialami oleh obyek korban kekerasan. Sedangkan dampak status
perkawinan dapat berupa terganggu hingga putusnya hubungan perkawinan
antara suami dan istri.
Korban dari kekerasan dalam rumah tangga yang paling rawan adalah
anak-anak. Dikatakan rawan karena kondisi psikologis anak-anak sangat
berbeda dengan kondisi psikologi orang tua dalam menerima perlakuan yang
tidak semestinya. Hal ini disebabkan karena pada masa anak-anak merupakan
fase perkembangan awal psikologi mereka. Jadi apabila terjadi sesuatu hal
yang mengganggu psikologi anak-anak, maka mereka akan mengalami
ketergangguan psikologinya. Terlebih lagi manakala sumber penyebab
gangguan tersebut adalah orang tua mereka sendiri. Trauma yang mereka
rasakan akan lebih besar karena adanya pertentangan terkait dengan peran
orang tua sebagai sumber pelindung dan teladan anak-anak.
Fenomena yang telah dijelaskan di atas, dalam konteks Islam dapat
disebut dengan obyek permasalahan dakwah. Disebut demikian karena adanya
permasalahan yang dapat menimbulkan peluang seseorang ke arah kerusakan
(munkar). Timbulnya peluang kerusakan tersebutlah yang menjadi obyek
sasaran dakwah karena dakwah sendiri pada dasarnya adalah suatu kegiatan
ajakan baik dalam bentuk lisan, tulisan, tingkah laku dan sebagainya yang
dilakukan secara individu maupun kelompok supaya timbul dalam dirinya
suatu pengertian, kesadaran dan sikap penghayatan serta pengalaman terhadap
ajaran agama sebagai message yang disampaikan kepadanya dengan tanpa ada
unsur-unsur paksaan (Arifin, 1996: 6).
Bentuk dari kegiatan dakwah untuk menghadapi permasalahan
ketergangguan psikologi pada anak (sebagaimana obyek kajian dalam
penelitian ini) dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan dan konseling.
Secara sederhana, jika disandarkan pada pengertian konseling, tujuan
konseling menurut Rogers dapat dilihat dari pengertian konseling yang ia
kemukakan, sebagaimana dikutip dalam Latipun (2003: 5), yakni “the process
by which structure of the self is relaxed in the safety of relationship with the
therapist, and previously denied experiences are perceived and then
integrated in to an altered self” (Proses hubungan yang aman antara therapis
dan diri klien yang penuh dengan pengalaman-pengalaman dan kemudian
menyatu membentuk perubahan diri klien).
Bimbingan dan konseling yang dimaksud dalam konteks dakwah
tersebut tidak lain adalah bimbingan dan konseling Islam yang menjadikan
nilai-nilai ajaran agama Islam sebagai sumber dasar pedoman dalam
memberikan bimbingan dan konseling sehingga klien dapat menanggulangi
problematika hidup dengan baik dan benar secara mandiri yang berpandangan
pada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah SAW (lihat dalam (Adz-Dzaki, 2002:
89 dan Hallen, 2002: 17). Secara lebih rinci, Musnamar (1992:34)
menyebutkan bahwa fungsi bimbingan konseling terdiri dari fungsi preventif,
fungsi kuratif, fungsi preservatif, dan fungsi developmental.
Fungsi preventif dapat diartikan sebagai upaya membantu individu
menjaga atau mencegah timbulnya masalah bagi dirinya sendiri. Fungsi
kuratif diartikan sebagai membantu individu dalam memecahkan masalah
yang sedang dihadapinya. Fungsi preservatif diartikan sebagai upaya
membantu individu menjaga kondisi yang semula tidak baik menjadi baik dan
kebaikan itu bertahan lama. Fungsi developmental diartikan sebagai upaya
untuk membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang telah baik agar tetap baik atau menjadi lebih baik, sehingga tidak
memungkinkannya menjadi sebab munculnya permasalahan baginya.
Terkait dengan permasalahan anak sebagai korban kekerasan dalam
rumah tangga dan keberadaan bimbingan dan konseling Islam, Lembaga
Rehabilitasi Mental Yayasan Jawor menjadi salah satu lembaga yang
memberikan perhatian terhadap permasalahan tersebut. Problem gangguan
kejiwaan yang ditangani di Lembaga Rehabilitasi Mental Yayasan Jawor
Semarang dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yang meliputi : Psikologis
organik adalah gangguan kejiwaan yang disebabkan oleh faktor kerusakan
saraf otak karena cacat bawaan atau kecelakaan, psikologis non-organik
merupakan gangguan kejiwaan yang tidak disebabkan oleh kerusakan saraf
otak melainkan oleh persoalan lain yang murni problem psikologis, dan
generalis merupakan gabungan antara psikologis organik dan psikologis non-
organik.
Penerapan Bimbingan Konseling Islam di Lembaga Rehabilitasi
Mental Yayasan Jawor sebagai bantuan psikologis memiliki keunikan
tersendiri. Pada umumnya bantuan psikologis yang diberikan kepada klien
berupa spesifik-non-generalis, yaitu permasalahan klien adalah berbeda antara
satu dengan lainnya sehingga sifat treatmennya khusus, dan tidak sama antara
klien satu dengan lainnya. Namun tidak demikian halnya dengan yang ada di
Lembaga Rehabilitasi Mental Yayasan Jawor. Sifat bantuan psikologis
bimbingan konseling Islam di lembaga rehabilitasi mental Yayasan Jawor
Semarang adalah generalis non-spesifik, yakni anggapan bahwa seluruh klien
berada dalam permasalahan yang sama dan dapat ditangani secara bersama-
sama.
Perbedaan teknik bimbingan dan konseling yang diterapkan di
Lembaga Rehabilitasi Mental Yayasan Jawor tersebut merupakan suatu daya
tarik dalam ruang penelitian, terkait dengan proses bimbingan dan konseling
untuk kesehatan mental. Disebut menarik karena perbedaan karakter anak dan
kedalaman permasalahan kesehatan mental anak tidak menjadi fokus dalam
pemberian bimbingan dan konseling yang berimbas pada perbedaan teknik
bimbingan. Oleh sebab itu, perlu dilakukan sebuah kajian yang mendalam
terkait dengan proses bimbingan dan konseling yang dilaksanakan di Lembaga
Rehabilitasi Mental Yayasan Jawor.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka penulis bermaksud untuk
melakukan penelitian yang berhubungan dengan bimbingan dan konseling di
Lembaga Rehabilitasi Mental Yayasan Jawor. Hasil penelitian tersebut akan
penulis paparkan dalam bentuk skripsi dengan judul “Tinjauan Bimbingan
Konseling Islam terhadap Kekerasan Dalam Rumah Tangga terhadap
Kesehatan Mental Anak (Studi Lapangan di Lembaga Rehabilitasi Yayasan
Jawor Kota Semarang)”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini
akan dipusatkan pada masalah yang berkaitan dengan pelaksanaan bimbingan
dan konseling bagi anak korban kekerasan rumah tangga di Lembaga
Rehabilitasi Yayasan Jawor Kota Semarang. Secara lebih detail, masalah
tersebut penulis rumuskan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap kesehatan
mental anak?
2. Bagaimana pelaksanaan bimbingan dan konseling di Lembaga Rehabilitasi
Yayasan Jawor terhadap anak korban kekerasan dalam rumah tangga
kaitannya dengan kesehatan mental anak?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Tujuan dari penelitian ini tidak lain adalah untuk mencari jawaban atas
permasalahan yang diajukan, yakni:
1. Untuk mengetahui dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap
kesehatan mental anak
2. Untuk mengetahui pelaksanaan bimbingan dan konseling di Lembaga
Rehabilitasi Yayasan Jawor terhadap anak korban kekerasan dalam rumah
tangga kaitannya dengan kesehatan mental anak.
Sedangkan manfaat penelitian ini dapat dijabarkan sebagai berikut:
1. Manfaat teoretis
Secara teoretis, penelitian ini bermanfaat untuk menambah khasanah
keilmuan yang berhubungan dengan bimbingan dan konseling Islam,
khususnya terkait dengan teori bimbingan konseling Islam terhadap anak
korban kekerasan dalam rumah tangga kaitannya dengan kesehatan
mental.
2. Manfaat praktis
Manfaat praktis penelitian ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1) Sebagai media penerapan keilmuan dari teori ke praktek yang selama
ini diperoleh penulis di institusi tempat penulis belajar, khususnya
dalam teori Bimbingan dan Konseling Islam yang berkaitan dengan
bimbingan terhadap kesehatan mental anak.
2) Sebagai tolok ukur kemampuan praktikum penulis, khususnya terkait
dengan praktek penelitian lapangan.
3) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu pedoman dalam
praktek bimbingan dan konseling Islam khususnya dalam bimbingan
dan konseling Islam terhadap kesehatan mental anak yang menjadi
korban kekerasan dalam rumah tangga.
D. Telaah Pustaka
Untuk menghindari adanya asumsi plagiatisasi, maka berikut ini akan
penulis paparkan beberapa pustaka yang berhubungan dengan penelitian yang
akan penulis laksanakan.
1. “Dimensi Agama dalam Konseling untuk Isteri Korban Kekerasan oleh
Suami (Studi Kasus di LRC-KJHAM)” ditulis oleh Mahmudah tahun 2006.
Peneliti mengkaji pentingnya dimensi agama dalam proses konseling bagi
istri korban kekerasan yang dilakukan oleh LRC-KJHAM di Semarang.
2. Penelitian juga dilakukan oleh Rudy Haryadi yang berjudul “Kekerasan
terhadap Isteri dan Implikasinya terhadap Perceraian (Studi Kasus
Kekerasan terhadap Isteri yang Ditangani RIFKA An-Nisa (1998-1999)”.
Penelitian tersebut mengkaji tentang latar belakang isteri yang mengajukan
perceraian terhadap suami, dan mengkaji kasus isteri yang
mempertahankan perkawinan meskipun kekerasan sering dialami isteri.
3. “Pembinaan Mental terhadap Korban Kekerasan di LRC-KJHAM
Semarang (Tinjauan Konseling Islam)”, ditulis oleh Muhyari, tahun 2007.
Penelitian tersebut mengkaji kasus-kasus kekerasan yang dialami oleh
kaum perempuan korban kekerasan serta bagaimana pembinaan mental
bagi perempuan korban kekerasan yang dilakukan LRC-KJHAM di
Semarang dan bagaimana tinjauan konseling Islam.
Berdasarkan paparan pustaka di atas, sepanjang penelusuran penulis,
dapat diketahui bahwa belum ada penelitian yang memusatkan kajian pada
tinjauan bimbingan dan konseling Islam terhadap kesehatan anak sebagai
korban kekerasan dalam rumah tangga. Oleh sebab itu, penulis tetap
berkeyakinan untuk mengadakan penelitian ini.
E. Metodologi Penelitian
Untuk memudahkan proses pelaksanaan penelitian, maka penulis
memilih dan menerapkan metode penelitian lapangan yang bersifat kualitatif
yang meliputi :
1. Spesifikasi Penelitian
Penelitian yang akan dilaksanakan ini adalah penelitian lapangan
yang berbasis pada jenis penelitian lapangan kualitatif. Disebut sebagai
penelitian lapangan karena data yang dikumpulkan berasal dari lapangan
(hasil wawancara, dokumentasi, maupun observasi) dan bukan berasal
dari literatur kepustakaan. Sedangkan maksud dari dasar kualitatif adalah
bahwa penelitian ini menggunakan azas-azas penelitian kualitatif di mana
tidak dipergunakan kaidah-kaidah statistik yang merupakan dasar dari
penelitian kuantitatif.
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
pendekatan bimbingan dan konseling Islam. Maksudnya adalah dalam
melakukan analisa terhadap permasalahan yang menjadi objek penelitian
didasarkan atau diperbandingkan dengan teori-teori maupun sudut
pandang keilmuan bimbingan dan konseling Islam.
2. Sumber dan Jenis Data
a. Data
Data penelitian ini dapat dibedakan menjadi dua kelompok
yaitu :
1) Data Primer
Data primer adalah jenis data yang diperoleh langsung dari
obyek penelitian sebagai bahan informasi yang dicari (Azwar,
1998: 91). Data primer dalam penelitian ini adalah seluruh data
yang berhubungan dengan proses pemberian bimbingan dan
konseling bagi anak korban kekerasan dalam rumah tangga yang
dilakukan di Lembaga Rehabilitasi Mental Yayasan Jawor.
Sumber data primer untuk data primer ini adalah konselor dan
anak-anak yang menjadi klien. Pada sumber data konselor,
informasi yang dibutuhkan berkaitan dengan proses pemberian
bimbingan dan konseling yang meliputi materi dan metode.
Sedangkan pada sumber data anak-anak yang menjadi klien,
informasi yang akan dicari berkaitan dengan pandangan mereka
terhadap proses pemberian bimbingan dan konseling tersebut.
Selain itu, dijadikannya anak-anak yang menjadi klien sebagai
sumber data juga berfungsi sebagai penyeimbang informasi terkait
dengan proses pemberian bimbingan dan konseling kepada anak-
anak korban kekerasan dalam rumah tangga kaitannya dengan
kesehatan mental mereka.
2) Data Sekunder
Data sekunder adalah jenis data yang mendukung data
primer dan dapat diperoleh di luar obyek penelitian (Hadi, 1993:
11). Data sekunder dalam penelitian ini adalah meliputi data-data
yang berhubungan dengan teori bimbingan dan konseling Islam
serta kesehatan mental. Sumber data sekunder berupa buku
maupun dokumentasi lain yang berhubungan dan dapat menunjang
kebutuhan informasi tentang obyek penelitian.
3. Pengumpulan Data
Proses pengumpulan data penelitian juga dipengaruhi dari jenis
sumber data. Dikarenakan jenis sumber data dalam penelitian ini adalah
orang (person) dan kertas atau tulisan (paper) maka untuk memperoleh
dan mengumpulkan data digunakan teknik-teknik sebagai berikut :
1. Wawancara. adalah suatu teknik pengumpulan data yang dilakukan
dengan melakukan percakapan dengan sumber informasi secara
langsung (tatap muka) dengan tujuan untuk memperoleh keterangan
dari seseorang yang relevan dengan yang dibutuhkan dalam penelitian
ini (Koentjoroningrat, 1981: 162). Obyek dan tujuan dari wawancara
dalam penelitian ini adalah:
a. Pengurus Lembaga Rehabilitasi Mental Yayasan Jawor.
b. Konselor dengan target data yang berhubungan dengan proses
pemberian bimbingan dan konseling.
c. Anak-anak yang menjadi klien atau pihak keluarga yang
mewakilinya.
2. Observasi, adalah metode yang digunakan melalui pengamatan yang
meliputi kegiatan pemusatan perhatian terhadap suatu obyek dengan
menggunakan keseluruhan alat indera. (Suharsimi, 1998: 149). Data
yang dihimpun dengan teknik ini adalah situasi umum Lembaga
Rehabilitasi Mental Yayasan Jawor yang meliputi kegiatan pemberian
bimbingan dan konseling. Dalam hal ini peneliti berkedudukan
sebagai non partisipan observer, yakni peneliti tidak turut aktif setiap
hari berada lingkungan komunitas Lembaga Rehabilitasi Mental
Yayasan Jawor, namun hanya pada waktu penelitian.
3. Dokumentasi. adalah teknik pengumpulan data berupa sumber data
tertulis (yang berbentuk tulisan). Sumber data tertulis dapat dibedakan
menjadi : dokumen resmi, buku, majalah, arsip, ataupun dokumen
pribadi dan juga foto (Sudarto, 2002: 71). Hasil dari metode
dokumentasi di atas akan dipergunakan peneliti untuk membahas pada
bab II dan III, yaitu tentang gambaran umum pemberian bimbingan
dan konseling kepada anak korban kekerasan dalam rumah tangga di
Lembaga Rehabilitasi Mental Yayasan Jawor.
4. Analisa Data
Proses analisa data merupakan suatu proses penelaahan data secara
mendalam. Menurut Lexy J. Moleong proses analisa dapat dilakukan pada
saat yang bersamaan dengan pelaksanaan pengumpulan data meskipun
pada umumnya dilakukan setelah data terkumpul (Moleong, 2002: 103).
Guna memperoleh gambaran yang jelas dalam memberikan, menyajikan,
dan menyimpulkan data, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan
metode analisa deskriptif kualitatif, yakni suatu analisa penelitian yang
dimaksudkan untuk mendeskripsikan suatu situasi tertentu yang bersifat
faktual secara sistematis dan akurat (Danim, 2002: 41). Penggunaan
metode ini memfokuskan penulis pada adanya usaha untuk menganalisa
seluruh data (sesuai dengan pedoman rumusan masalah) sebagai satu
kesatuan dan tidak dianalisa secara terpisah.
F. Sistematika Penulisan
Hasil penelitian ini akan penulis sajikan dalam bentuk laporan skripsi
yang berisikan tiga bagian yang dapat dijelaskan sebagai berikut:
Bagian awal yang isinya meliputi halaman cover, halaman persetujuan
pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan,
halaman deklarasi, halaman kata pengantar, halaman abstrak, halaman daftar
isi.
Bagian isi yang merupakan bagian utama laporan penelitian yang
isinya meliputi:
Bab I : Pendahuluan yang isinya meliputi: latar belakang, rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, telaah pustaka, metodologi
penelitian, dan sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Umum Kesehatan Mental, Kekerasan Dalam Rumah
Tangga, dan Bimbingan Konseling Islam. Sub bab kesehatan
mental meliputi pengertian kesehatan mental, ciri-ciri kesehatan
mental, hubungan kesehatan mental dengan perilaku. Sub bab
Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang meliputi pengertian, ruang
lingkup kekerasan dalam rumah tangga, dan dampak-dampak
kekerasan dalam rumah tangga.
Bab III : Gambaran Umum Bimbingan dan Konseling Yayasan Jawor
terhadap Anak Korban Kekerasan Dalam Rumah Tangga. Bab ini
terdiri dari dua sub bab yakni: pertama, sub bab tentang Profil
Yayasan Jawor yang isinya meliputi sejarah dan perkembangan
Yayasan Jawor, Visi dan Misi Yayasan Jawor, dan Struktur
Organisasi Yayasan Jawor. Sedangkan sub bab kedua adalah
Bimbingan dan Konseling Yayasan Jawor terhadap Anak Korban
Kekerasan Dalam Rumah Tangga yang isinya meliputi: profil
konselor, materi bimbingan dan konseling, metode bimbingan dan
konseling, dan proses bimbingan dan konseling Yayasan Jawor
terhadap anak korban kekerasan dalam rumah tangga.
Bab IV : Tinjauan Bimbingan dan Konseling Islam terhadap Bimbingan dan
Konseling Yayasan Jawor kepada Anak Korban Kekerasan Dalam
Rumah Tangga kaitannya dengan Kesehatan Mental. Bab ini terdiri
dari dua sub bab yakni: Analisis terhadap bimbingan dan konseling
Yayasan Jawor terhadap anak korban kekerasan dalam rumah
tangga kaitannya dengan kesehatan mental anak dan Analisis
tinjauan Bimbingan dan Konseling Islam terhadap bimbingan dan
konseling di Yayasan Jawor terhadap mental anak korban
kekerasan dalam rumah tangga.
Bab V : Penutup yang isinya adalah Kesimpulan, Saran-saran, dan Penutup.
Bagian akhir yang isinya adalah daftar pustaka, lampiran, dan biodata
penulis.
DAFTAR PUSTAKA
Adz, Dzaky, Hamdani Bakran, 1992, Konseling dan Psikoterapi Islam, Jakarta : Pustaka Fajar Baru.
Arifin, M, 1996, Psikologi Dakwah (Suatu Pengantar Studi), Surabaya : Al-Ikhlas.
Arikunto, Suharsimi, 1998, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta: PT. Rineka Cipta.
Azwar, Saifudin, 1998, Metodologi Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Danim, Sudarwan, Menjadi Peneliti Kualitatif, Bandung : CV Pustaka Setia, 2002.
Hadi, Sutrisno, 1993, Metodologi Research, Jilid I, Cet. XXIV, Yogyakarta : Andi Offset.
Hallen, A, 2002, Bimbingan dan Konseling, Jakarta : Ciputat Pers.
Koentjoroningrat, 1981, Metode Penelitian Masyarakat, Jakarta : Gramedia.
Latipun, 2003, Psikologi Konseling, Malang: UMM Press.
Moleong, Lexy J., 2002, Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja Rosdakarya.
Musnamar, Tohari, 1992, Dasar-dasar Konseling Islam, Yogyakarta : UII Press.
Pujihastuti, Alifah, 2006, Karena Istri Ingin Dimengerti, Sukoharjo: Samudra.
Sudarto, 2002, Metodologi Penelitian Filsafat, Jakarta : Raja Grafindo Persada.
Tungka, Meyske S, dkk.2007, Cita Kok Gitu….Kekerasan Dalam Rumah Tangga, Salatiga : Batara Offset.
18
BAB II
BIMBINGAN ROHANI ISLAM, PASIEN RAWAT INAP, DAN HIKMAH
SAKIT
2.1 Bimbingan Rohani Islam
2.1.1 Pengertian Bimbingan Rohani Islam
Secara etimologi, yang disebut dengan bimbingan adalah
petunjuk (penjelasan) cara mengerjakan sesuatu (Depdikbud, 1991: 133),
artinya menunjukkan, memberi jalan atau menuntun orang lain ke arah
tujuan yang bermanfaat.
Sedangkan Winkel (1991: 17) mengatakan bahwa bimbingan
adalah cara pemberian pertolongan atau bantuan kepada individu dalam
membuat pilihan-pilihan secara bijak dan dalam penyesuaian diri
terhadap tuntutan-tuntutan hidup melalui pengembangan kemampuan
diri.
Hal ini juga diungkapkan oleh Priyatno dan Anti (1994: 99),
definisinya adalah :
Proses pemberian bantuan yang dilakukan oleh orang yang ahli kepada seseorang atau beberapa orang individu, baik anak-anak, remaja, maupun dewasa; agar orang yang dibimbing dapat mengembangkan kemampuan dirinya sendiri dan mandiri; dengan memanfaatkan kekuatan individu dan sarana yang ada dan dapat dikembangkan; berdasarkan norma-norma yang berlaku. Pemberian bimbingan, berarti tidak menentukan atau
mengharuskan, melainkan sekedar membantu individu. Individu dibantu,
19
dibimbing, agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk
Allah SWT. Adapun yang dimaksud dengan selaras adalah :
a. Hidup selaras dengan ketentuan Allah artinya sesuai dengan
pedoman yang ditentukan Allah, sesuai dengan Sunnatullah, dan
sesuai dengan hakekatnya sebagai makhluk Allah.
b. Hidup selaras dengan petunjuk Allah artinya sesuai dengan pedoman
yang ditentukan Allah melalui Rasul-Nya.
c. Hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah berarti
menyadari eksistensi diri sebagai makhluk Allah yang diciptakan
Allah untuk mengabdi kepada-Nya; mengabdi dalam arti seluas-
luasnnya (Musnamar, 1992: 5).
Bimbingan rohani Islam (Islami) sebagaimana dikemukakan oleh
Musnamar (1992: 5) adalah proses pemberian bantuan terhadap individu
agar mampu hidup selaras dengan ketentuan dan petunjuk Allah,
sehingga dapat mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat.
Dalam pengertian lain, bimbingan rohani Islam bagi pasien
merupakan pelayanan yang memberikan santunan rohani kepada pasien
dan keluarganya dalam bentuk pemberian motivasi agar tabah dan sabar
dalam menghadapi cobaan, dengan memberikan tuntunan do’a, cara
bersuci, shalat dan amalan ibadah lainnya yang dilakukan dalam keadaan
sakit (Bina Rohani, 1998: 6).
20
Adz-Dzaky (2001: 185) mengatakan bahwa sumber bimbingan,
nasihat dan obat untuk menanggulangi permasalahan-permasalahan
adalah al-Qur’an. Sebagaimana firman Allah SWT :
الصدور في لما وشفاء ربكم من موعظة تكمجاء قد الناس ياأيها للمؤمنني ورحمة وهدى
Artinya: “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran
dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”.(Q.S. Yunus, 10: 57).
Dengan demikian pengertian bimbingan rohani Islam, adalah
memberikan nasihat atau menuntun seseorang yang membutuhkan
bimbingan ke arah yang bermanfaat bagi dirinya maupun bagi
masyarakat sehingga seseorang bisa merasakan manfaat bimbingan yang
diberikan kepadanya, yaitu ketenangan, ketentraman hati dan
bertambahnya keimanan seseorang.
2.1.2 Dasar Bimbingan Rohani Islam
Setiap aktivitas yang dilakukan oleh manusia tentu memerlukan
dasar (landasan), demikian pula dalam bimbingan rohani Islam.
Landasan (fondasi atau dasar pijak utama bimbingan rohani Islam Islam)
adalah al-Qur’an dan Sunnah Rasul, sebab keduanya merupakan sumber
dari segala sumber pedomam kehidupan umat Islam.
Al-Qur’an dan Sunnah Rasul dapatlah diistilahkan sebagai
landasan ideal dan konseptual bimbingan rohani Islam. Dari al-Qur’an
21
dan Sunnah Rasul itulah gagasan, tujuan dan konsep (pengertian, makna
hakiki) bimbingan rohani Islam tersebut bersumber (Musnamar, 1992:
6).
Jika al-Qur’an dan Sunnah Rasul merupakan landasan utama
yang dilihat dari sudut asal-usulnya, merupakan landasan “naqliyah”,
maka landasan lain yang dipergunakan oleh bimbingan rohani Islam
yang sifatnya “aqliyah” adalah pertama falsafah; (falsafah tentang dunia
manusia, falsafah tentang dunia kehidupan, falsafah tentang masyarakat
dan hidup bermasyarakat) dan kedua Ilmu, ilmu yang menjadi landasan
gerak operasional bimbingan rohani Islam antara lain: ilmu jiwa
(psikologi), ilmu hukum (syari’ah) (Musnamar, 1992: 6).
Di bawah ini akan penulis cantumkan landasan (dasar)
bimbingan rohani Islam baik dari al-Qur’an maupun Hadits :
Firman Allah dalam surat Ali ‘Imran ayat 104
كنلتو كمة منعون أمدر إلى ييأمرون الخيروف وعن بالموهنين وع المفلحون هم وأولئك المنكر
Artinya : “Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar; merekalah orang-orang yang beruntung”. (Q.S. Ali Imran, 3: 104).
22
Firman Allah dalam surat Yunus ayat 57 :
وهدى الصدور في الم وشفاء ربكم من موعظة جاءتكم قد الناس ياأيها للمؤمنني ورحمة
Artinya : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”. (Q.S. Yunus, 10: 57).
Firman Allah dalam surat An Nahl ayat 125 :
هي بالتي وجادلهم الحسنة والموعظة بالحكمة ربك سبيل إلى ادع تدينبالمه أعلم وهو سبيله عن ضل بمن أعلم هو ربك إن أحسن
Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah
dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk”. (Q.S. An-Nahl, 16: 125).
Hadits Nabi SAW :
رسوله وسنة اهللا كتاب به انعتصمتم تضلوابعده مالن فيكم تترك… )جه ما ابن رواه(
Artinya : “Aku tinggalkan sesuatu bagi kalian semua yang jika kalian selalu berpegang teguh kepadanya niscaya selama-lamanya tidak akan pernah salah langkah dan tersesat jalan; sesuatu itu yakni Kitabullah dan Sunnah Rasul-Nya” (H.R. Ibnu Majah).
23
Hadits Nabi SAW :
:وسلم عليه اهللا صلي اهللا رسول قال :قال عنه اهللا عمررض ابن عن
)والترمذي والبخاري امحد روه(...........ولواية بلغواعين
Artinya: “Dari Umar ra. berkata: Rasulullah SAW. bersabda: Sampaikanlah dari padaku meskipun hanya satu ayat” (H.R. Ahmad, Bukhari dan Tirmidzi).
Dari ayat dan hadits di atas, diketahui bahwa bimbingan rohani
Islam perlu dilakukan terhadap orang lain, juga harus dilakukan pada diri
sendiri. Selain itu ayat di atas juga memberikan petunjuk bahwa
bimbingan rohani Islam ditujukan terutama pada kesehatan jiwa, karena
ini merupakan pedoman yang diberikan oleh Allah SWT. kepada
manusia untuk mencapai suatu kebahagiaan dan ketenangan batin.
2.1.3 Fungsi Bimbingan Rohani Islam
Bimbingan rohani Islam sebagaimana yang telah dijelaskan
tersebut, mempunyai fungsi sebagai berikut :
1. Fungsi preventif atau pencegahan, yakni mencegah timbulnya
masalah pada seseorang.
2. Fungsi kuratif atau korektif, yakni memecahkan atau menanggulangi
masalah yang sedang dihadapi seseorang.
3. Fungsi preventif dan developmental, yakni memelihara agar keadaan
yang tidak baik menjadi baik kembali, dan mengembangkan keadaan
yang sudah baik menjadi lebih baik (Musnamar, 1992: 4). Dalam
24
pengertian lain fungsi developmental adalah membantu individu
memperoleh ketegasan nilai-nilai anutannya, mereviu pembuatan
keputusan yang dibuatnya (Mappiare, 1996: 29).
Dari fungsi di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan rohani
Islam itu mempunyai fungsi membantu individu dalam memecahkan
masalahnya sehingga tidak memungkinkan menjadi sebab munculnya
masalah baginya.
Selain hal tersebut, bimbingan rohani Islam juga sebagai
pendorong (motivator), pemantap (stabilisator), penggerak (dinamisator),
dan menjadi pengarah bagi pelaksanaan bimbingan agar sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan pasien serta melihat bakat dan minat
yang berhubungan dengan cita-cita yang ingin dicapainya.
2.1.4 Tujuan Bimbingan Rohani Islam
Tujuan bimbingan rohani Islam dalam hal ini didasari pada
firman Allah SWT. dalam surat Yusuf ayat 107 :
ال وهم بغتة الساعة تأتيهم أو الله عذاب من غاشية تأتيهم أن أفأمنوا يشعرون
Artinya : “Apakah mereka merasa aman dari kedatangan siksa Allah SWT. yang meliputi mereka, atau kedatangan kiamat kepada mereka secara mendadak, sedang mereka tidak menyadarinya?”. (Q.S. Yusuf, 12:107).
Pengertian dan tujuan bimbingan rohani Islam dalam ayat di atas
memberikan penjelasan bahwa sebelum memberikan bimbingan kepada
25
orang lain, rohaniawan harus jelas dan tegas tentang hal yang akan
disampaikannya.
Faqih (2001: 35) mengungkapkan bahwa tujuan bimbingan
rohani Islam adalah untuk membantu individu mewujudkan dirinya
sebagai manusia seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup didunia
dan di akhirat.
Bimbingan sifatnya hanya merupakan bantuan, hal ini sudah
diketahui dari pengertian dan definisinya. Individu yang dimaksud di sini
adalah orang yang dibimbing, baik perorangan maupun kelompok.
“Mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya”. Hal ini mewujudkan diri
manusia sesuai dengan hakekatnya sebagai manusia untuk menjadi
manusia yang selaras dengan perkembangan unsur dirinya dan
pelaksanaan fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah (makhluk
religius), makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk
berbudaya (Faqih, 2001: 35).
Dengan demikian, secara singkat Faqih (2001: 36-37)
mengemukakan tujuan bimbingan dapat dirumuskan sebagai berikut :
1. Tujuan umum
Membantu individu mewujudkan dirinya menjadi manusia
seutuhnya agar mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan di
akhirat.
2. Tujuan Khusus
a) Membantu individu agar tidak menghadapi masalah;
26
b) Membantu individu mengatasi masalah yang sedang
dihadapinya;
c) Membantu individu memelihara dan mengembangkan situasi dan
kondisi yang baik atau yang telah baik agar tetap baik atau
menjadi lebih baik, sehingga tidak akan menjadi sumber masalah
bagi dirinya dan orang lain.
Hal ini juga dikatakan oleh Barield Ishom dalam Praktikno dan
Sofro (1986: 260-261), ia mengemukakan tujuan diadakannya santunan
spiritual di Rumah Sakit adalah :
1. Menyadarkan penderita agar dapat memahami dan menerima cobaan
yang sedang dideritanya secara ikhlas.
2. Ikut serta memecahkan dan meringankan problem kejiwaan yang
sedang dideritanya.
3. Memberikan pengertian dan bimbingan penderita dalam
melaksanakan kewajiban keagamaan harian yang harus dikerjakan
dalam batas kemampuan.
4. Perawatan dan pengobatan dikerjakan dengan berpedoman tuntutan
Islam, memberi makan, minum, obat, dan lain-lain, dibiasakan
mengawalinya dengan membaca “bismillah” dan diakhiri dengan
membaca”alhamdulillah”.
5. Menunjukkan perilaku dan bacaan yang baik sesuai dengan kode etik
kedokteran dan tuntunan agama.
27
Adz-Dzaky (2004: 220-221) mengemukakan bahwa tujuan
bimbingan dalam proses konseling Islam adalah :
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, tenteram dan
damai (muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan
mendapatkan pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan
tingkah laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri
maupun lingkungan sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-
menolong dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, sehingga muncul dan
berkembang rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya,
ketulusan mematuhi segala perintah-Nya serta ketabahan menerima
ujian-Nya.
5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu
individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan
benar serta dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan
hidup dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi
lingkungannya pada berbagai aspek kehidupan.
28
Bagaimanapun juga tujuan bimbingan rohani Islam adalah
menuntun manusia dalam rangka memelihara dan meningkatkan
pengalaman ajaran agama disertai perbuatan baik yang mengandung
unsur-unsur ibadah dengan berpedoman tuntunan agama.
2.1.5 Metode dan Materi Bimbingan Rohani Islam
a. Metode Bimbingan rohani Islam
Metode bimbingan sebagaimana yang dikatakan oleh Faqih
(2001: 53) dikelompokkan menjadi : (1) metode komunikasi
langsung (metode langsung), dan (2) metode komunikasi tidak
langsung (metode tidak langsung) (Faqih, 2001: 53).
1) Metode langsung
Metode langsung adalah metode yang dilakukan di mana
pembimbing (rohaniawan) melakukan komunikasi langsung
(bertatap muka dengan pasien).
Winkel (1991: 121) juga mengatakan, bahwa bimbingan
langsung berarti pelayanan bimbingan yang diberikan kepada
klien oleh tenaga bimbingan (rohaniawan) sendiri, dalam suatu
pertemuan tatap muka dengan satu klien atau lebih.
Adapun metode ini meliputi :
a) Metode individual
Pembimbing dalam hal ini melakukan komunikasi
langsung dengan pasien, hal ini dilakukan dengan
mempergunakan teknik :
29
(1) Percakapan pribadi, yakni pembimbing melakukan dialog
langsung tatap muka dengan pembimbing (rohaniawan).
(2) Kunjungan ke rumah (home visit), yakni pembimbing
mengadakan dialog dengan pasiennya tetapi dilaksanakan
di rumah pasien dan lingkungannya.
(3) Kunjungan dan observasi kerja, yakni pembimbing
(rohaniawan) melakukan percakapan individual sekaligus
mengamati kerja pasien dan lingkungannya (Faqih, 2001:
54).
b) Metode kelompok
Bimbingan secara kelompok adalah pelayanan yang
diberikan kepada klien lebih dari satu orang, baik kelompok
kecil, besar, atau sangat besar (Winkel, 1999: 122).
Pembimbing melakukan komunikasi langsung dengan
pasien dalam kelompok. Hal ini dapat dilakukan dengan
teknik-teknik:
(1) Diskusi Kelompok, yakni pembimbing melaksanakan
diskusi dengan/bersama kelompok pasien yang
mempunyai masalah yang sama.
(2) Psikodrama, yakni bimbingan yang dilakukan cara
bermain peran untuk memecahkan/mencegah timbulnya
masalah (psikologis).
30
(3) Group teaching, yakni pemberian bimbingan dengan
memberikan materi bimbingan tertentu kepada kelompok
yang telah di siapkan (Faqih, 2001: 54-55).
2) Metode tidak langsung
Metode tidak langsung adalah metode bimbingan yang
dilakukan melalui media komunikasi massa. Hal ini dapat
dilakukan secara individual maupun kelompok (Faqih, 2001: 55).
a) Metode individual
(1) Melalui surat menyurat;
(2) Melalui telepon dsb (Faqih. 2001: 55).
b) Metode kelompok
(1) Melalui papan bimbingan
(2) Melalui surat kabar/majalah
(3) Melalui brosur
(4) Melalui media audio
(5) Melalui televisi (Winkel, 1999: 121).
Dari metode di atas dapat memberikan gambaran tentang
metode yang selayaknya digunakan oleh para rohaniawan dalam
melakukan bimbingan kepada para pasien di Rumah Sakit.
b. Materi bimbingan Rohani Islam
Pemberian bimbingan merupakan ibadah kepada Allah SWT,
juga merupakan pelaksanaan tugas kekhalifahan dari-Nya, dalam hal
ini merupakan tugas yang teragung. Oleh karena itu materi yang
31
disampaikan hendaklah memiliki nilai yang lebih baik demi
tercapainya tujuan bimbingan (Al-Ghazali, 1996: 40).
Materi bimbingan pada dasarnya bersumber dari al-Qur’an
dan al-Hadits. Materi yang disampaikan rohaniawan itu bertujuan
untuk memberi bimbingan atau pengajaran ilmu kepada mad’u
(pasien) melalui ayat-ayat al-Qur’an dan al-Hadits. Materi bimbingan
baik dari al-Qur’an maupun al-Hadits yang sesuai untuk disampaikan
pada pasien di antaranya mencakup aqidah, akhlaq, ahkam,
ukhuwah, pendidikan dan amar ma’ruf nahi mungkar (Umary, 1984:
56-57).
Sebagaimana yang dikemukakan Sanwar (1985: 74), materi
bimbingan merupakan isi ajakan, anjuran dan ide gerakan dalam
rangka mencapai tujuan. Sebagai isi ajakan dan ide gerakan
dimaksudkan agar manusia mau menerima dan memahami serta
mengikuti ajaran tersebut sehingga ajaran Islam ini benar-benar
diketahui, difahami, dihayati, dan selanjutnya diamalkan sebagai
pedoman hidup dan kehidupannya. Semua ajaran Islam tertuang di
dalam wahyu yang disampaikan kepada Rasulullah yang
perwujudannya terkandung di dalam al-Qur’an dan Sunnah Nabi.
32
2.2 Pasien Rawat Inap
2.2.1. Pengertian
Pasien adalah orang yang sakit (yang dirawat oleh dokter).
(Poerwodarminto, 1985: 715). Maksudnya orang yang terkena sakit di
bawah penanganan dokter di Rumah Sakit.
Pada umumnya seseorang mencari pengobatan bila mereka
mengalami gejala yang mengganggu kehidupan sehari-hari. Keadaan
sakit seseorang akan lebih tampak, bila mengganggu pekerjaannya,
fungsi sosialnya, dan kegiatannya. Namun beratnya gejala dilihat dari
segi medis, tidak dapat disimpulkan dari berat tidaknya gangguan
terhadap kehidupannya atau pekerjaan rutinnya.
Pasien juga cenderung melukiskan gejala sebagai pantas
tidaknya memperoleh pengobatan bila tampak tidak sama dengan yang
dialami sebelumnya atau malah menakutkan, dan mereka tak dapat
melukiskannya sebagai gejala yang biasa. Beberapa gejala mudah
dapat dikenali dan dinilai, namun ada juga gejala yang oleh dokter
dianggap ringan, tetapi oleh pasien dinilai menakutkan karena belum
biasa dialami. Pengalaman pada umumnya akan mendorong pasien
pergi ke dokter atau tidak, lepas dari persepsi dokter atau dunia
kedokteran (Lumenta, 1989: 86).
Sedangkan rawat inap adalah opname, artinya pasien
memperoleh pelayanan kesehatan menginap di Rumah Sakit
(Poerwodarminta, 1985: 250).
33
Jadi pengertian pasien rawat inap adalah orang sakit yang
sedang menginap, mendapat pelayanan, dan perawatan kesehatan oleh
dokter di Rumah Sakit.
2.2.2. Karakteristik Pasien Rawat Inap
Sebagaimana disampaikan Endrawati dalam makalahnya pada
pelatihan kerohanian di Rumah Sakit, yang diselenggarakan oleh
LBKI (Lembaga Bimbingan dan Konseling islami) Fakultas Dakwah
IAIN Walisongo Semarang, bahwa karakteristik pasien yang di rawat
di Rumah Sakit rata-rata mereka dalam kondisi yang berbeda-beda.
Jenis-jenis pasienpun bermacam-macam, ada yang biasa, sedang,
kronis dan traumatis. Oleh karena itu pelayanan secara fisik dan
psikologis diperlakukan bagi semua pasien. Untuk pasien yang kronis
dan traumatis ini perlu adanya pelayanan yang khusus, lebih pada segi
psikologis untuk mengembalikan rasa percaya diri, merasa
diperhatikan, diberi kasih sayang, penghargaan, dukungan moril,
karena setiap pasien mempunyai taraf emosi, keramahan, kemandirian
yang berbeda menurut tingkatan jenis penyakit.
Pengalaman orang yang diopname di Rumah Sakit memang
berbeda-beda. Setiap orang mensituasikan diri sesuai dengan watak,
temperamen dan riwayat hidup yang khusus milik dia. Bagi satu orang
menjadi hal yang diremehkan bagi yang lain menampakkan dirinya
34
sebagai malapetaka yang besar. Si penakut yang baru diopname sudah
mencium maut, sedang pasien lain yang sudah terminal state masih
merasa enak sekali. Pendek kata hal itu bukanlah suatu gejala obyektif,
melainkan subyektif yang berbeda bagi setiap orang (Brauwer, 1983:
21-22).
Satu contoh pada pasien yang depresif, menampakkan dirinya
sebagai orang yang sedih, suka menangis dan tidak mau bicara.
Walaupun merasa sakit atau kurang enak dia tetap menutup mulut. Dia
rupanya acuh tak acuh dan masa bodoh, sering dia tidak mau makan
dan pukul tiga pagi tidak mau tidur lagi. Depresi juga nampak kalau
pasien tidak mau bangun waktu mandi pagi atau bangun dan mulai
menangis. Nasib jelek yang waktu tidur dilupakan sebentar, waktu
bangun muncul lagi dalam jiwa pasien, dia menangis atau mulai
mengeluh (Brauwer, 1983: 22).
Dari gambaran pasien di atas, walau pasien mempunyai
karakteristik yang berbeda-beda, rohaniawan perlu menyiapkan
metode dan materi yang cocok untuk melakukan bimbingan rohani
Islam, hal ini diharapkan agar dapat menenangkan hati bagi para
pasien sesuai dengan sakit yang diderita demi kesembuhan pasien.
2.3 Hikmah Sakit
2.3.1. Pengertian Sakit
Istilah “sakit” dalam bahasa Indonesia memiliki dua istilah
yang berbeda dalam bahasa Inggris yakni “disease” dan “illness”.
35
Dilihat dari segi sosio kultural terdapat perbedaan besar antara kedua
pengertian tersebut. Dengan disease dimaksudkan gangguan fungsi
atau adaptasi dari proses-proses biologik dan psikofisiologik pada
seorang individu, dengan illness dimaksud reaksi personal,
interpersonal, dan kultural terhadap penyakit atau perasaan kurang
nyaman (Walukow, “Dari Pendidikan Kesehatan ke Promosi
Kesehatan”, Majalah Interaksi, VI (XVII), 2004: 4). Kedua istilah
dalam bahasa Inggris tersebut merupakan dua istilah yang dapat
disimpulkan sebagai satu kesatuan arah di mana seseorang yang
mengalami gangguan biologis dan psikofisiologis (disease) pada tahap
selanjutnya akan mengalami kondisi illness. Lebih lanjut, pengertian
ini dapat dijelaskan melalui pengertian sakit yang dikemukakan oleh
Biro Pusat Statistik (1994) yang menyatakan bahwa seseorang
dikatakan sakit apabila ia menderita penyakit menahun (kronis), atau
gangguan kesehatan lain yang menyebabkan aktivitas
kerja/kegiatannya terganggu.
Sedangkan menurut Pemons dan Bauman, sebagaimana dikutip
dalam website indonetasia.com/definisionline/?tag=definisi-sakit
dapat dipaparkan pengertian tentang sakit sebagai berikut:
- Pemons (1972) menyatakan bahwa sakit merupakan gangguan
dalam fungsi normal individu sebagai totalitas termasuk keadaan
organisme sebagai sistem biologis dan penyesuaian sosialnya.
36
- Bauman (1965) Seseoang menggunakan tiga kriteria untuk
menentukan apakah mereka sakit, yakni adanya gejala (naiknya
temperatur, nyeri); persepsi tentang bagaimana mereka merasakan
(baik, buruk, sakit); dan kemampuan untuk melaksanakan aktivitas
sehari-hari (bekerja, sekolah).
Berdasarkan penjelasan-penjelasan di atas, maka dapat
diketahui bahwasanya sakit merupakan suatu keadaan yang tidak
normal yang dialami oleh organ manusia yang menyebabkan
terjadinya ketidakmaksimalan fungsi manusia, baik secara fisik
individu maupun fungsi sosialnya.
2.3.2. Penyebab-penyebab Sakit
Penyakit merupakan suatu fenomena kompleks yang
berpengaruh negatif terhadap kehidupan manusia. Perilaku dan cara
hidup manusia dapat merupakan penyebab bermacam-macam penyakit
baik di zaman primitif maupun di masyarakat yang sudah sangat maju
peradaban dan kebudayaannya. Menurut Loedin AA, sebagaimana
dikutip dalam Lumenta (1989: 7-8), ditinjau dari segi biologis
penyakit merupakan kelainan berbagai organ tubuh manusia,
sedangkan dari segi kemasyarakatan keadaan sakit dianggap sebagai
penyimpangan perilaku dari keadaan sosial yang normatif.
Penyimpangan itu dapat disebabkan oleh kelainan biomedis organ
tubuh atau lingkungan manusia, tetapi juga dapat disebabkan oleh
kelainan emosional dan psikososial individu bersangkutan. Faktor
37
emosional dan psikososial ini pada dasarnya merupakan akibat dari
lingkungan hidup atau ekosistem manusia dan adat kebiasaan manusia
atau kebudayaan.
Menurut Foster, sebagaimana dikutip dalam Pakan dan
Swasono (1986), asal kejadian penyakit dapat dilihat dari ilmu
kesehatan dan antropologi kesehatan. Konsep kejadian penyakit
menurut ilmu kesehatan bergantung jenis penyakit. Secara umum
konsepsi ini ditentukan oleh berbagai faktor antara lain parasit, vektor,
manusia dan lingkungannya. Para ahli antropologi kesehatan yang dari
definisinya dapat disebutkan berorientasi ke ekologi, menaruh
perhatian pada hubungan timbal balik antara manusia dan lingkungan
alamnya, tingkah laku penyakitnya dan cara-cara tingkah laku
penyakitnya mempengaruhi evolusi kebudayaannya melalui proses
umpan balik.
Masyarakat dan pengobat tradisional menganut dua konsep
penyebab sakit, yaitu: naturalistik dan personalistik. Penyebab bersifat
naturalistik yaitu seseorang menderita sakit akibat pengaruh
lingkungan, makanan (salah makan), kebiasaan hidup, ketidak
seimbangan dalam tubuh, termasuk juga kepercayaan panas dingin
seperti masuk angin dan penyakit bawaan. Konsep sehat sakit yang
dianut pengobat tradisional (Battra) sama dengan yang dianut
masyarakat setempat, yakni suatu keadaan yang berhubungan dengan
keadaan badan atau kondisi tubuh kelainan-kelainan serta gejala yang
38
dirasakan. Sehat bagi seseorang berarti suatu keadaan yang normal,
wajar, nyaman, dan dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan
gairah. Sedangkan sakit dianggap sebagai suatu keadaan badan yang
kurang menyenangkan, bahkan dirasakan sebagai siksaan sehingga
menyebabkan seseorang tidak dapat menjalankan aktivitas sehari-hari
seperti halnya orang yang sehat. Sedangkan konsep personalistik
menganggap munculnya penyakit (illness) disebabkan oleh intervensi
suatu agen aktif yang dapat berupa makhluk bukan manusia (hantu,
roh, leluhur atau roh jahat), atau makhluk manusia (tukang sihir,
tukang tenung).
Secara lebih detail, Sudarti (1987) mengelompokkan penyebab
penyakit ke dalam tiga kelompok, yakni:
1. Faktor pengaruh gejala alam (panas, dingin) terhadap tubuh
manusia
2. Faktor makanan
3. Faktor supranatural (roh, guna-guna, setan dan lain-lain.).
2.3.3. Faedah dan Hikmah Sakit
Sakit yang diderita oleh seseorang tentunya tidak hanya
menjadi sebuah ujian semata namun juga menjadi media yang
mengandung faedah dan hikmah bagi manusia. Beberapa faedah dan
hikmah dari adanya sakit di antaranya adalah sebagai berikut (Rumah
Sakit Islam Surakarta, 2001: 5-9):
1. Ampunan bagi dosa dan kesalahan
39
Faedah ini seperti telah dijelaskan oleh Allah SWT dalam salah
satu firman, tepatnya surat asy-Syura ayat 30. Dalam firman
tersebut dapat diketahui bahwasanya seseorang yang sedang
diberikan ujian, termasuk salah satunya adalah ujian sakit, akan
diampuni dosanya oleh Allah SWT.
2. Berbagai kebaikan ditulis dan derajat ditinggikan
Faedah dari adanya sakit yang lainnya adalah ditinggikan derajat
manusia oleh Allah SWT dan diberikan kepada manusia yang sakit
tersebut pahala kebaikan. Hal ini sebagaimana dijelaskan oleh Nabi
Muhammad SAW dalam hadits berikut:
ا عنه وحميت درجة ا له كتب إال فوقها يشاكهاشوكة مسلم مامن خطيئة
Artinya : “Tidaklah seorang muslim tertusuk duri atau yang lebih
kecil dari duri melainkan ditetapkan baginya satu derajat dan dihapuskan darinya satu kesalahan” (H.R. Muslim)
Faedah sakit seperti yang disebutkan dalam hadits di atas dapat
dirasakan atau diperoleh manusia apabila dia benar-benar secara
ikhlas dan sabar menerima dan menjalani ujian yang diberikan oleh
Allah SWT. Apabila seseorang tidak ikhlas dan sabar, maka dia
tidak akan mendapat hikmah tersebut.
3. Mengembalikan hamba kepada Rabb dan mengingatkan kelalaian
Umumnya, manusia dalam kondisi sehat tidak jarang lupa akan
penciptanya. Mereka sering larut dan terlena dalam kegembiraan
40
yang penuh dengan kenikmatan dan syahwat serta melupakan
tugas-tugas ke-Ilahian yang menjadi tanggung jawab utamanya.
Dengan adanya ujian sakit, maka dapat menjadi media bagi
manusia untuk kembali kepada Allah SWT dan mengingatkan
kelalaian yang selama ini dilakukannya. Sakit akan membawa
kesadaran manusia akan kelemahannya dan ketidakmampuannya di
hadapan Allah SWT. Dengan demikian, sakit memberikan hikmah
kepada manusia sebagai media yang berfungsi untuk mendorong
manusia supaya menjadi hamba yang kembali kepada Allah dan
sadar akan kelalaian-kelalaian terhadap tugas utamanya.
4. Mengingat nikmat Allah yang lalu dan yang ada
Sehat merupakan salah satu kenikmatan yang penting dalam
kehidupan manusia. Dengan kondisi sehat manusia dapat
melakukan segala aktivitas dalam hidupnya. Dalam kondisi sehat
pula manusia dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya.
Sakit yang diderita manusia akan membuat mereka sadar akan
begitu pentingnya arti sehat dalam kehidupan. Sehingga setelah
sembuh dari sakit, manusia akan dapat mengambil hikmah dari
pentingnya sehat bagi mereka.
5. Mensucikan hati dari berbagai penyakit hati
Kondisi sehat tidak jarang dapat membuat seseorang untuk
bersikap sombong, bangga dan takjub kepada diri sendiri. Sikap
tersebut akan menjadikan manusia sebagai sosok hamba yang
41
berpeluang melenceng dari nilai ajaran agama Islam. Sehingga
dengan adanya sakit, seseorang akan dapat disadarkan akan
kelemahan-kelemahan yang ada dalam dirinya yang dapat
mengikis sikap sombong maupun penyakit-penyakit hati lainnya.
42
BAB III
DESKRIPSI BIMBINGAN ROHANI ISLAM UNTUK PASIEN RAWAT
INAP DI RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL
3.1 Gambaran Umum Profil Rumah Sakit Islam Weleri Kendal
3.1.1 Sejarah Berdiri (Disarikan dari Profil RSI Kendal, 2009)
Rumah Sakit Islam (RSI) Kendal adalah Rumah Sakit swasta dan
merupakan salah satu dari beberapa rumah sakit milik organisasi
Muhammadiyah yang tersebar di seluruh Indonesia. Tujuan organisasi
Muhammadiyah mendirikan badan di bidang kesehatan adalah
mewujudkan sarana dakwah dalam rangka mengembangkan dan
mengamalkan ajaran Islam, selain dengan pelayanan sosial (Wawancara
Bu Tutik, Pegawai Tata Usaha RSI Kendal, 13 Nopember 2009).
Pembangunan RSI dimulai tahun 1987, setelah beroperasi
fungsinya merupakan medical centre. Awal mulanya, RSI Kendal
merupakan rumah sakit yang dikelola oleh Pemerintah Kabupaten Kendal.
Namun karena sulit berkembang, maka kemudian pengelolaan Rumah
Sakit Islam tersebut diserahkan kepada organisasi Muhammadiyah (Arsip
RSI Kendal, 2009).
Setelah ditangani oleh organisasi Muhammadiyah, RSI Kendal
mengalami perkembangan yang signifikan. Perkembangan tersebut
meliputi perkembangan meningkatnya kepercayaan keluarga pasien yang
43
membuat jumlah pasien semakin meningkat dan perkembangan area
dengan bertambahnya luas area dari hasil wakaf Yayasan Badan Wakaf.
Yayasan Badan Wakaf mewakafkan bangunan beserta perlengkapan
Rumah Sakit kepada organisasi Muhammadiyah untuk dikelola dan
dikembangkan demi kepentingan masyarakat yang membutuhkan,
terutama dalam bidang kesehatan (Arsip R.S.I Kendal, 2009).
Tujuan didirikan Rumah Sakit ini adalah untuk membantu dan
melayani kesehatan masyarakat, terlebih bagi mereka yang kurang mampu
membiayai perawatan. Adapun fungsi dari Rumah Sakit Islam Weleri
Kendal ini adalah untuk (Arsip RSI Kendal, 2009):
1. Sebagai pelayanan kesehatan.
2. Sebagai teaching hospital.
3. Sebagai tempat penelitian
3.1.2 Sarana dan Fasilitas
Sebagaimana telah penulis jelaskan bahwa Rumah Sakit Islam
Weleri Kendal didirikan tidak semata-mata hanya untuk memperoleh
keuntungan saja, tetapi tujuan yang lebih utama adalah sebagai sarana
dakwah dan pengembangan Islam. Untuk itulah dalam rangka mencapai
tujuan perlu adanya sarana sebagai penunjang. Sedangkan sarana dan
fasilitas yang telah ada sebagaimana wawancara dengan Bu Tutik pada
tanggal 26 Nopember 2009 adalah :
1. Terdapat satu buah mushalla dan masjid. Mushalla dan masjid diisi
dengan berbagai kegiatan yang sifatnya mendidik dan berdakwah,
44
sehingga menjadi sentral kegiatan yang bersifat religius dan sekaligus
sebagai sarana penunjang utama.
2. Kitab suci al-Qur’an disediakan pada tiap-tiap kamar pasien. Hal ini
dimaksudkan agar pasien atau keluarganya yang mampu membaca
tidak perlu bersusah payah mencari al-Qur’an. Hal ini juga
dimaksudkan untuk memberi dorongan kepada pasien agar selalu
mengingat kepada Allah SWT. ketika dalam kesulitan dan kesusahan
Sarana inilah yang menjadi media dakwah dan ciri dari Rumah Sakit
Islam Weleri Kendal.
3. Dekorasi yang bertuliskan dengan ayat-ayat al-Qur’an dan Hadits yang
bertemakan penyembuhan penyakit atau kesehatan. Bahkan pada pintu
gerbang utama masuk terdapat satu ayat al Qur’an yang berisi tentang
penyembuhan suatu penyakit. Hal ini dimaksudkan untuk memberi
sugesti bagi pasien bahwa segala penyakit datangnya dari Allah SWT.
dan hanya Dialah yang akan menyembuhkannya, atau dengan kata lain
bahwa segala penyakit ada obatnya. Dengan demikian dekorasi ini
selain berfungsi sebagai media dakwah juga sebagai peringatan agar
pasien tidak mudah putus asa.
4. Sarana lain adalah sarana fisik atau bangunan rumah sakit yang terdiri
dari beberapa bagian, yang masing-masing memiliki nama para
sahabat Nabi dengan tujuan agar tampak lebih Islami, selain untuk
membedakan antara bagian yang satu dengan yang lainnya. Gedung-
gedung bangunan tersebut adalah :
45
1) Ruang Abu Bakar. 4). Ruang Lukam
2) Ruang Aisyiyah 5). Ruang Hamzah
3) Ruang Usman. 6). Ruang Umar
Sarana dan fasilitas lain yang menunjang kegiatan pelayanan
kesehatan sebagaimana wawancara dengan ibu Tutik (13 Nopember 2009)
terbagi menjadi beberapa bagian antara lain :
a. Unit rawat jalan terbagi menjadi :
1) Klinik umum
2) Klinik pusat pelayanan kecelakaan
b. Klinik spesialis, terdiri dari :
1) Bedah umum
2) Syaraf
3) Penyakit dalam
4) Penyakit kulit dan kelamin
5) Kebidanan dan penyakit kandungan
6) Anak
c. Unit perawatan terbagi menjadi :
1) Bedah
2) Penyakit dalam
3) Kebidanan dan penyakit kandungan
4) Anak
d. Penunjang Medis
1) Farmasi (24 jam)
46
2) Laboratorium diagnostik (24 jam)
(a) Laboratorium klinik
(b) EKG / USG
(c) Radiologi
(d) Fisioterapi
3.2 Bimbingan Kerohanian di Rumah Sakit Islam Weleri Kendal
3.2.1 Deskripsi Unit Bimbingan Rohani IsLam
Ciri khusus Rumah Sakit Islam Weleri Kendal adalah adanya
Unit Bina Rohani Islam (Unit Bimrohis). Keberadaaan unit ini
diharapkan ikut menunjang tercapainya visi dan misi Rumah Sakit Islam
Weleri Kendal, yaitu memberi pelayanan kesehatan yang islami,
profesional dan bermutu dengan tetap peduli terhadap kaum dhu’afa
serta pelaksanaan amar ma’ruf nahi mungkar di Rumah Sakit Islam
Weleri Kendal (Wawancara dengan Bapak Nasih, Pjs. Kabimhrohis RSI
Kendal, 13 Nopember 2009).
Pada saat pelaksanaan penelitian ini, unit Bimrohis sedang
mengalami kekosongan personil karena pensiunnya Bapak Su’ud sebagai
kabid Bimrohis pada periode sebelumnya. Untuk mengisi kekosongan
tersebut, maka organisasi Muhammadiyah kemudian mendatangkan
bagian Bimrohis dari RSI Surakarta untuk membantu melakukan
perubahan kurikulum serta pembentukan struktur unit Bimrohis yang
baru – yang mana pada saat penelitian dilakukan masih dalam proses
47
pembentukan (Wawancara dengan Bapak Nasih, Pjs. Kabimhrohis RSI
Kendal, 13 Nopember 2009).
Secara umum, tugas unit Bimrohis RSI Kendal dapat
diklasifikasikan sebagai berikut (Wawancara dengan Bapak Nasih, Pjs.
Kabimhrohis RSI Kendal, 13 Nopember 2009):
a. Pembinaan rohani karyawan
1) Doa bagi karyawan
2) Pengajian bulanan
3) Pengajian hari-hari besar Islam (insidentil)
4) Konsultasi karyawan
5) Kursus meningkatkan kemampuan membaca dan terjemah Al
Quran
b. Santunan rohani pasien dan keluarga
Mengunjungi pasien yang sedang dirawat untuk memberikan
bimbingan rohani guna membantu penyembuhan dari segi mental
spiritual yang dilakukan pada pagi, siang, dan sore.
c. Perawatan terhadap pasien yang meninggal dan pemulasaraan
jenazah.
d. Pelayanan perpustakaan agama baik bagi karyawan maupun pasien
Sarana dan fasilitas untuk mempermudah pelayanan Bimrohis di
RSI di antaranya adalah (Wawancara dengan Bapak Nasih, Pjs.
Kabimhrohis RSI Kendal, 13 Nopember 2009):
48
1. Buku pedoman pasien, di dalamnya meliputi tuntunan atau tata cara
shalat bagi pasien, tayamum maupun do’a khusus bagi pasien rawat
inap.
2. Ruangan khusus rohaniawan.
3. Perpustakaan, meliputi buku-buku dan majalah-majalah.
3.2.2 Metode dan Materi Bimbingan Kerohanian
a. Metode Bimbingan Rohani
Metode bimbingan rohani yang digunakan oleh rohaniawan di
RSI Kendal dapat dikelompokkan menjadi dua metode sebagai berikut
(Wawancara dengan Bapak Nasih, Pjs. Kabimhrohis RSI Kendal, 13
Nopember 2009):
1) Metode langsung
Metode langsung merupakan metode bimbingan yang
dilakukan secara face to face antara pembimbing dengan klien
yang dibimbing.
Adapun bimbingan kerohanian dengan metode individual
sebagaimana wawancara dengan bapak Nashir pada tanggal 13
Nopember 2009 meliputi :
a) Rohaniawan memberi bimbingan kerohanian pada pasien
setiap pagi, siang, dan sore.
b) Rohaniawan memberi bimbingan pada pasien untuk
melakukan shalat lima waktu sesuai dengan keadaan pasien.
49
c) Rohaniawan mengajak pasien dan keluarganya untuk berdoa
bersama memohon ampunan, kesembuhan, dan keluar dan
terhindar dari kesukaran.
2) Metode tidak langsung
Bimbingan Rohani Islam dengan menggunakan metode
secara tidak langsung di RSI Kendal dilakukan dengan
memberikan buku pedoman bagi orang sakit. Buku ini isinya
meliputi faedah sakit, do’a-do’a bagi orang yang sakit, dzikir
ringan bagi orang yang sakit, serta petunjuk shalat bagi orang
yang sakit.
b. Materi Bimbingan Kerohanian
Materi bimbingan rohani Islam di RSI Kendal bagi pasien,
sebagaimana dijelaskan melalui wawancara dengan Bapak Nashir (13
Nopember 2009) dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Aqidah
Materi yang berhubungan dengan aqidah ini erat kaitannya dengan
kekuasaan Allah terhadap kehidupan manusia. Materi ini berkaitan
dengan:
a) Takdir atau ketetapan Allah
b) Ketentuan Allah terkait dengan ujian bagi manusia
c) Kekuasaan dan kehendak Allah
50
2) Syari’at
Materi syari’at merupakan materi yang berhubungan erat dengan
peribadatan. Umumnya, materi syari’at yang disampaikan meliputi
tata cara bersuci, tata cara shalat, dan tata cara puasa bagi orang
yang sakit. Selain itu, juga dijabarkan tentang ketentuan hukum
(syari’at) yang berhubungan dengan hak dan kewajiban bagi orang
yang sedang sakit.
3) Akhlak
Materi akhlak terbagi menjadi dua, yakni akhlak kepada sesama
manusia dan akhlak manusia kepada Allah. Hal ini dilakukan
karena tidak jarang pasien yang terlalu putus asa malah berakhlak
tidak baik kepada Allah seperti menggerutu maupun mengumpat
takdir yang diterimanya. Sedangkan akhlak kepada manusia
ditujukan agar pasca sembuh, pasien yang sebelumnya memiliki
penyakit hati seperti iri, sombong, dan lain sebagainya dapat sadar
dan kemudian memperbaiki sikapnya.
3.3 Pelaksanaan Bimbingan Kerohanian Terhadap Pasien
Pada penelitian ini, obyek bimbingan rohani Islam dipusatkan pada
pasien rawat inap anak-anak dan dewasa perempuan. Hal ini disesuaikan
dengan kebijakan rumah sakit yang menjaga eksistensi lingkup muhrim.
Maksudnya adalah karena peneliti adalah perempuan, maka wilayah penelitian
yang diberikan juga meliputi pasien-pasien perempuan. Secara lebih jelas,
51
proses pemberian bimbingan rohani Islam di RSI Kendal dapat dijelaskan
sebagai berikut (Hasil; Observasi Peulis tanggal 13-28 Nopember 2009):
a. Diferensiasi atau perbedaan ruang
Maksud dari diferensiasi ruang adalah adanya perbedaan teknik
pemberian bimbingan rohani Islam antara ruangan anak (Ruang Lukman)
dengan ruangan dewasa putri (Ruang Fatimah). Pada ruang anak, karena
setiap kamar berisikan satu pasien, maka pemberian materi bimbingan
rohani Islam diberikan secara perorangan (individu). Sedangkan pada
ruangan dewasa putri atau ruang bangsal, karena satu ruangan berisikan
empat tempat tidur maka pemberian materi bimbingan rohani Islam
diberikan secara kelompok.
Selain perbedaan perorangan dan kelompok, ada lagi perbedaan
teknik pemberian bimbingan rohani Islam di antara kedua ruangan
tersebut. Pada ruang anak, materi bimbingan rohani cenderung diberikan
kepada orang tua atau keluarga pasien. Sedangkan pada ruangan dewasa
putri, bimbingan diberikan kepada pasien serta keluarga atau pihak yang
menunggu pasien.
b. Proses pemberian materi bimrohis
Meskipun terdapat perbedaan teknik cara pemberian materi
bimrohis, pada pelaksanaan pemberian bimrohis tidak terdapat perbedaan
proses pemberian bimrohis. Secara lebih jelasnya proses bimrohis di RSI
Kendal selama penelitian ini berlangsung dapat dipaparkan sebagai berikut
(Hasil observasi penulis dari tanggal 13-28 Nopember 2009):
52
1) Pertemuan pertama
a) Mengucap salam saat masuk ruangan
b) Memperkenalkan diri
c) Menanyakan kabar
d) Menanyakan pendapat pasien dan atau keluarganya perihal
perasaan mereka ketika mendapat ujian sakit
Petugas Bimrohis menanyakan tentang pendapat masing-masing
pasien dan ditanggapi pasien sebagai berikut (Disarikan dari
observasi penulis, tgl 13-28 Nopember 2009).:
1) Ruang anak
(a) Ibu dari An Kimo
“Sebelum masuk RS, saya masih bisa sabar. Namun saat
anak saya harus masuk ICU, saya bingung seperti teriris-
iris hati saya dan tidak tahu harus berbuat apa”
(b) Ibu dari An. Wahyu K
“Sebelum anak saya sakit, saya sih senang. Tapi setelah anak saya diberi ujian sakit berupa kejang-kejang oleh Allah, saya langsung kaget dan bingung, apalagi suami saya kerjanya di luar Jawa. Jadi saya bingung dan kayak orang linglung menghadapi ujian ini sendirian.”
(c) Ibu dari An Naila
“Saya sedih mbak, karena anak saya diberikan penyakit.
Kalau boleh minta, saya akan minta penyakit anak saya
dipindahkan kepada saya saja.”
(d) Ibu dari An. Khoirul Amin
53
“Saya sih penginnya anak saya sehat terus, namun yang namanya penyakit itu kan tidak tahu kapan datangnya. Jadi saya juga sedih setelah anak saya sakit. Meski demikian, saya tetap berusaha untuk terus berikhtiar demi kesembuhan anak saya.”
(e) Ibu dari An Nur Khasanah
“Saya sempat kaget dan hampir tidak percaya kalau anak
saya sakit. Tapi saya tetap berusaha sabar “
(f) Ibu dari An Alifatun N
“Sedih, bingung, dan putus asa mbak perasaan saya sebagai orang tuanya. Saya sudah sering berdo’a semenjak sebelum masuk ke RSI, tapi kok belum ada tanda-tanda kesembuhan. Makanya kadang saya putus asa terhadap keadaan anak saya. “
(g) Ibu dari An. Anis S
“Saya bingung dan kesal kepada diri saya sendiri karena akibat kelalaian saya, anak saya jadi sakit. Saya sudah sering berdo’a mbak, namun karena tidak sembuh-sembuh maka saya seringkali dihantui perasaan putus asa dan menyesali perbuatan saya.”
2) Ruang dewasa
(a) Miyati
Sebelum sakit, saya merasa hidup ini damai dan bisa bersabar dengan kenakalan anak-anak. Namun saat saya tahu bahwa saya menderita tumor kandungan, saya merasa putus asa sehingga hidup saya tidak karuan, dan tidak jarang saya gampang marah kepada anggota keluarga.
(b) Badriyah
Penyakit ini saya derita sejak 2005. pada awalnya, dokter menyatakan liver, namun lama kelamaan kok perut tambah membesar sehingga saya malu dengan tetangga. Mulanya sih saya optimis sembuh dari penyakit ini, namun setelah
54
lama tidak sembuh dan perut semakin besar, saya jadi pesimis dan putus asa
(c) Sulastri
Sedih sih mbak, namun mau gimana lagi kalau Allah sudah
memberikan sakit ya kita tinggal menjalani saja
(d) Lisnawati
Penginnya sih sehat mbak, tapi kalau sudah dikasih sakit ya
mau bagaimana lagi mbak?
(e) Wiwin
Sempat kaget dan bingung mbak saat saya didiagnosa kena
tipes. Bagaimana nggak bingung, suami saya
penghasilannya pas-pasan lha nanti buat biaya perawatan
saya dapat dari mana?
(f) Rumini
Sedih lah mbak. Namun mau bagaimana lagi. Saya tetap
berusaha bersabar dengan ujian ini.
(g) Siti R
Ujian sakit bagi saya tidak enak soalnya badan terasa
lemas, mau makan tidak enak, dan mau apa saja juga tidak
enak. Pokoknya sakit membuat segala sesuatu kegiatan jadi
tidak enak.
55
(h) Sunarti
Saya mulanya yakin mbak kalau setiap penyakit pasti dapat
disembuhkan. Namun lama kelamaan setelah tidak sembuh-
sembuh, saya mulai bingung dan lemas.
(i) Junarti
Terus terang saya setiap malam ketakutan dengan adanya
penyakit yang saya derita. Anak saya banyak dan masih
kecil-kecil. Ketakutan-ketakutan itu membuat saya bingung
dan putus asa mbak.
(j) Siti W
Sesak nafas yang saya derita membuat hidup saya tidak tenang mbak. Kadang rasanya aku tidak pernah diberikan kebahagiaan oleh Allah, tidak jarang diri saya jengkel dan emosi melihat keadaan yang harus saya terima. Kayaknya Allah tidak pernah kasihan pada saya, nyatanya hidup saya selalu susah.
(k) Sustiyanti
Keyakinan untuk sembuh sih ada mbak, namun saya juga
sedih dengan kondisi yang harus saya jalani. Apalagi
penyakit ini tidak sembuh-sembuh, jadi saya semakin putus
asa mbak.
(l) Semi
Ga tahu mbak, saya bingung. Kok Allah selalu memberikan saya ujian terus. Padahal perasaanku, saya selalu beribadah, tapi kok ya masih diberikan cobaan terus ya, sedangkan yang jarang ibadah malah jarang diberikan cobaan. Jadi saya malah bingung dengan hidup ini mbak.
56
e) Menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam tentang hakekat ujian bagi
seorang muslim.
“Sakit hakekatnya adalah ujian bagi keimanan seorang manusia. Ujian keimanan ini sekaligus menjadi sarana bagi umat Islam untuk meningkatkan keimanan mereka. Umat Islam yang sabar dan tetap menjalankan ibadah-ibadah yang telah ditetapkan Allah-lah yang akan meningkat keimanannya dengan ujian sakit ini. Jika seorang muslim tidak sabar serta tetap menjalankan ibadah, maka sakit hanya akan menjadi bagian dari ujian atau cobaan tanpa pernah dapat menjadi media untuk meningkatkan keimanan mereka. Jadi ibu-ibu sekalian, marilah dengan adanya ujian sakit ini dapat menjadi media untuk meningkatkan keimanan kepada Allah, tentu saja dengan syarat menerima dan menjalani ujian sakit ini dengan penuh kesabaran dan tetap menjalankan syari’at agama Islam.”
Isi dari materi ini terkait dengan hakekat sakit sebagai ujian
sekaligus sebagai media untuk meningkatkan keimanan seseorang.
Syarat untuk menuju meningkatnya keimanan tidak lain adalah
dengan menerima ujian sakit dengan penuh keikhlasan dan
kesabaran (Disarikan dari materi petugas Bimrohis; observasi
penulis dari tanggal 13-28 Nopember 2009).
f) Mengajak berdo’a bersama dengan do’a sayyidul istighfar dan
memohon kesembuhan
g) Memberikan panduan dzikir bagi pasien, do’a sebelum dan
sesudah minum obat
h) Mengingatkan untuk tetap bersabar dan menjaga shalat
i) Berpamitan dengan memohon maaf jika telah mengganggu waktu
istirahat serta mengucap salam
57
2) Pertemuan kedua
a) Mengucap salam saat masuk ruangan
b) Menanyakan kabar
c) Menanyakan tentang shalat, upaya sabar, upaya do’a dan dzikir
d) Menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam tentang sabar dan shalat
sebagai usaha meminta pertolongan kepada Allah saat diberikan
cobaan dan nilai-nilai ajaran Islam tentang adanya kemudahan di
balik kesukaran.
“Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam kesulitan. Setiap kesulitan yang diberikan oleh Allah tentu terkandung hikmah dan barakah yang baik dan berguna bagi kehidupan kita. Janji Allah kepada hamba-Nya tentang cobaan atau kesulitan yang diterimanya telah jelas sekali tertulis dalam surat al-Isyra’ ayat 5-6, yakni
إن مع العسر يسرا﴾5﴿فإن مع العسر يسرا “Maka sesungguhnya di balik kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya di balik kesulitan pasti ada kemudahan”
Allah tidak akan pernah mengingkari janji-janji yang telah difirmankan dalam Kalamullah. Oleh sebab itu, disaat kita sedang diuji oleh Allah, kita harus tetap meyakini akan kebenaran janji Allah tersebut. Yakinlah bahwa setelah kesulitan-kesulitan yang ada dalam ujian sakit, akan terbuka kemudahan-kemudahan yang banyak berguna dalam kehidupan kita. Ibu-ibu ingin tahu apa yang dapat menjadi alat penyembuh sakit? Alat yang menjadi penyembuh sakit itu tidak lain adalah shalat dan sabar. Hal itu seperti dijelaskan oleh Allah bahwasanya dengan shalat dan bersabar akan dapat menjadi media untuk menyembuhkan penyakit. Oleh sebab itu mari senantiasa menjaga shalat dan meningkatkan kesabaran. Dengan demikian kita tidak hanya tetap menjaga tugas dan kewajiban kita sebagai umat Islam saja namun juga untuk dapat memberikan kemudahan dalam proses kesembuhan. Shalat selain sebagai penyembuh sakit juga merupakan wujud perilaku kecintaan kita kepada Allah. Jadi shalat yang kita lakukan haruslah penuh keikhlasan. Shalat yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, maka shalat akan benar-benar bermanfaat untuk mendekatkan diri kita kepada Allah sekaligus
58
untuk menambah kecintaan Allah kepada kita. Dan yang terpenting kita harus tetap sabar dan berkeyakinan bahwa kita mampu melewati setiap ujian yang diberikan oleh Allah karena Allah tidak akan pernah memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan hamba-Nya.
لا يكلف الله نفسا إلا وسعها“Dan tiada Allah memberikan cobaan kepada manusia melainkan sesuai dengan batas kemampuannya” Akhir dari semua pembahasan tadi adalah marilah senantiasa memupuk keyakinan bahwasanya Allah akan mempersiapkan kemudahan-kemudahan dalam setiap kesulitan-kesulitan yang dihadapi hamba-Nya dan berkeyakinan bahwa kita mampu melewati setiap ujian karena Allah tidak akan memberikan ujian atau cobaan kepada manusia yang melebihi batas kemampuan manusia.“
Dalam materi ini disampaikan firman Allah surat al-Insyiroh ayat
5-6.(Disarikan dari materi petugas bimrohis; observasi penulis, tgl
13-28 Nopember 2009).
e) Mengajak berdoa bersama dengan do’a sayyidul istighfar,
memohon kesembuhan, memohon untuk diberikan kesabaran dan
ketenangan, dan do’a menghilangkan kesusahan
f) Mengingatkan untuk tetap bersabar dan menjaga shalat, do’a dan
dzikir
g) Berpamitan dengan memohon maaf jika telah mengganggu waktu
istirahat serta mengucap salam
3) Pertemuan ketiga
a) Mengucap salam saat masuk ruangan
b) Menanyakan kabar
c) Menanyakan tentang shalat, upaya sabar, upaya do’a dan dzikir
59
d) Menyampaikan nilai-nilai ajaran Islam tentang sikap manusia
setelah berusaha (pasrah).
“Dalam menghadapi setiap cobaan, manusia harus senantiasa menyandingkan antara usaha dengan kepasrahan. Maksudnya adalah setiap usaha yang dilakukan oleh manusia pada akhirnya harus disertai sikap pasrah kepada Allah yakni menerima hasil usaha kita. Jika Allah masih berkenan untuk memperpanjang ujian, maka kita harus tetap sabar dalam usaha dan kepasrahan. Jika Allah berkenan untuk memberikan hidayah sehingga kita dapat menyelesaikan cobaan tersebut dengan keimanan, maka kita harus tetap mengingat tentang apa yang telah kita alami dan jalani sehingga pada waktu yang akan datang dapat menjadi inspirasi kehidupan kita. Jika kita sedang ditimpa masalah, maka tidak ada tempat lain untuk meminta pertolongan melainkan Allah SWT. Cara meminta tolong kepada Allah adalah dengan memanjatkan do’a kepada-Nya. Jangan memohon kepada selain Allah karena itu akan menjadikan kita sebagai orang yang musyrik karena ingkar kepada Allah. Kenapa harus berdo’a? Allah telah menjanjikan sendiri kepada hamba-hamba agar berdo’a kepada-Nya, do’a-do’a itu akan dikabulkan oleh-Nya. Hal ini sebagaimana dijanjikan Allah dalam salah satu firman-Nya yakni ‘Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Aku kabulkan’ Lantas, bagaimana do’a yang baik? Do’a yang baik adalah do’a yang diikuti dengan pertaubatan, harapan, dan jangan lupa untuk menyertakan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Karena shalawat merupakan sarana pengantar do’a dari hamba kepada Rabbnya. Demikian ibu-ibu, semoga pertemuan kita ini tetap diridlai oleh Allah SWT sehingga dapat menjadikan kita sebagai hamba yang dikasihi dan disayangi oleh Allah. Pasrah yang dimaksud adalah pasrah kepada Allah namun tetap
berdo’a kepada-Nya (Disarikan dari materi petugas bimrohis;
observasi penulis, tgl 13-28 Nopember 2009).
e) Mengajak berdoa bersama dengan do’a sayyidul istighfar,
memohon kesembuhan, memohon untuk diberikan kesabaran dan
ketenangan, do’a menghilangkan kesusahan, dan do’a pasrah
60
f) Mengingatkan untuk tetap bersabar dan menjaga shalat, do’a dan
dzikir
g) Berpamitan dengan memohon maaf jika telah mengganggu waktu
istirahat serta mengucap salam
c. Tanggapan Pasien terhadap ujian sakit pasca pelaksanaan Bimrohis
Setelah mendapatkan materi bimbingan rohani Islam, kemudian
pasien diberikan pertanyaan oleh penulis yang berhubungan dengan
tanggapan mereka terhadap ujian sakit yang mereka hadapi. Pertanyaan ini
sama dengan pertanyaan awal, namun yang menjadi pembeda adalah
pertanyaan kedua ini diberikan setelah adanya penyampaian materi
bimrohis. Tanggapan-tanggapan pasien tersebut adalah sebagai berikut:
Ruang Anak
1) Ibu dari An. Kimo
Saya jadi tahu bahwa ternyata ujian, termasuk ujian sakit, dapat
menjadikan kita semakin meningkat imannya. Selain itu, saya juga jadi
tahu kalau kesabaran dan shalat dapat menjadi doa memohon
pertolongan saat kita diuji oleh Allah.
2) Ibu dari An. Wahyu K
Bimrohis telah menjadi teman hati saya. Meski suami berada di luar Jawa, saya serasa dekat dengan beliau. Mungkin ini yang dimaksud dengan hidayah Allah. Memang setelah saya mencoba menjalankan apa yang disampaikan oleh petugas bimrohis, saya bisa menjadi lebih tenang dan sabar.
3) Ibu dari An. Naila
Saya jadi sadar bahwa jika kita mau menerima dengan sabar dan tetap beribadah, pasti di balik kesulitan ada kemudahan jalan. Alhamdulillah setelah saya diberitahu soal keikhlasan dalam bersabar dan shalat, serta
61
saya laksanakan betul-betul, alhamdulillah anak saya mengalami perkembangan yang baik.
4) Ibu dari An. Khoirul A
Saya semakin yakin dalam berikhtiar. Terlebih lagi saya juga mendapat tambahan do’a dan wiridan. Dan yang pastinya, saya yakin bahwa di balik ujian sakit ini, tentu Allah telah menyiapkan hikmah kepada anak saya serta keluarga saya, khususnya dalam mensyukuri dan menjaga nikmat kesehatan.
5) Ibu dari An. Nur Khasanah
Saya semakin sabar karena keyakinan akan hidayah yang Allah berikan setelah adanya ujian sakit semakin besar setelah mendengar ceramah dari bimrohis yang menyebutkan tentang hidayah-hidayah di balik sakit. Hal ini juga membuat saya lebih enteng dalam menghadapi ujian sakit anak saya.
6) Ibu dari An. Alifatun R
Saya jadi mengerti bahwa tindakan saya salah selama ini karena sering
putus asa dan bingung. Setelah mendengar bimrohis, saya merasa lebih
tenang dan yakin bahwa ujian sakit dapat memberikan kita pelajaran
tentang kesabaran, tawakal, dan intropeksi diri.
7) Ibu dari An. Anis S
Setelah mendengar ceramah bimrohis, saya sadar bahwa keikhlasan dalam berdo’a dapat dibentuk melalui keikhlasan dalam menjalani ujian yang diberikan oleh Allah, termasuk ujian sakit. Jadi saya lebih dapat menikmati kesabaran dan keikhlasan dalam berdoa. Nyatanya dengan keikhlasan dan kesabaran, doa menjadi makbul karena anak saya berangsur-angsur membaik.
Ruang dewasa
1) Miyati
Ternyata sakit bukan hanya ujian untuk fisik saja namun juga untuk
menguji kesabaran saya. Dengan sakit yang saya derita, terutama
62
setelah mendengarkan bimrohis, saya berusaha untuk bersabar dalam
sikap serta ikhlas dalam berdoa.
2) Badriyah
Alhamdulillah saya jadi lebih bisa menerima kenyataan ini sebagai suatu cobaan dan pasti ada anugerah di balik cobaan ini karena ada kemudahan di balik kesempitan. Saya juga semakin yakin bahwa penyakit saya pasti ada obatnya karena dari Allah penyakit ini datang dan pastinya kepada Allah saya harus meminta pertolongan.
3) Sulastri
Saya lebih bisa ikhlas karena setelah saya mendapat bimrohis saya
yakin bahwa melalui sakit saya dapat meningkatkan keimanan saya.
4) Lisnawati
Ya saya semakin yakin kalau ujian harus dijalani dengan ikhlas dan
sabar.
5) Wiwin
Saya jadi tahu bahwa janji Allah itu benar kalau di balik kesukaran pasti ada kemudahan, buktinya suami saya alhamdulillah dapat menutup biaya perawatan saya. Saya jadi lebih tahu bahwa saya seharusnya bersyukur kepada Allah atas setiap ujian dan kebahagiaan dalam hidup saya.
6) Rumini
Saya lebih bersabar dan berharap Allah meridlai saya untuk
meningkatkan keimanan saya melalui ujian sakit ini.
7) Siti R
Saya jadi tahu kalau sakit ternyata mengandung berkah dan peluang
untuk lebih mendekatkan diri kepada Allah. Dengan adanya sakit ini,
saya merasa lebih dekat kepada Allah dibandingkan saat saya sehat.
63
8) Sunarti
Setelah mengetahui seluk beluk sakit dalam Islam, saya jadi yakin
kembali bahwa sakit tidak harus membuat putus asa melainkan harus
membuat kita semakin sabar, ikhlas, dan optimis bahwa pertolongan
Allah pasti tiba.
9) Junarti
Saya jadi sadar bahwa selama ini ketakutan-ketakutan saya malah menjadikan saya jauh dari Allah. Setelah mendengarkan bimrohis, saya jadi tidak khawatir karena Allah pasti akan memberikan yang terbaik bagi saya dalam menghadapi ujian dari-Nya selama saya ikhlas dan bersabar.
10) Siti W
Setelah mendengarkan ceramah bimrohis, saya sadar bahwa perbuatan saya salah dan sudah mendekati syirik. Saya lantas memperbanyak istighfar dan berlatih untuk sabar. Karena dengan kesabaran dan ibadah yang baik, penyakit dapat disembuhkan. Dan alhamdulillah memang saya merasa lebih baik dan lebih ikhlas dalam menerima ujian ini.
11) Susniyanti
Ternyata keputusasaan malah akan menjauhkan diri saya dengan
Allah. Oleh sebab itu setelah mendengar bimbingan dari bimrohis,
saya jadi optimis untuk dapat sembuh dengan semakin mendekatkan
diri kepada Allah.
12) Semi
Saya jadi sadar bahwa ujian merupakan bagian dari ibadah yang dapat
meningkatkan keimanan. Jadi, dalam menghadapi sakit ini, saya
berusaha untuk lebih bisa sabar agar dapat ridla Allah untuk menjadi
hamba yang meningkat keimanannya.
BAB IV
PERANAN BIMBINGAN ROHANI ISLAM DALAM MENUMBUHKAN
KESADARAN PASIEN RAWAT INAP RUMAH SAKIT ISLAM KENDAL
AKAN HIKMAH SAKIT
4.1 Peranan Bimbingan Rohani Islam dalam Menumbuhkan Kesadaran
Pasien akan Hikmah Sakit
Berdasarkan hasil penelusuran di lapangan, lihat pada tabulasi di Bab
III, dapat diketahui bahwasanya pasien rawat inap dan keluarganya memiliki
permasalahan terkait dengan ujian sakit yang diterimanya sebagai berikut:
1. Masalah keputusasaan
2. Masalah tidak puas terhadap takdir
3. Masalah akhlak terkait mengumpat atau menggerutui Allah atas takdir
yang diterimanya.
Namun setelah menerima materi bimbingan rohani Islam,
permasalahan yang dialami oleh pasien di atas lambat laun mengalami
perubahan di mana pasien mulai sadar akan hikmah yang terkandung dalam
penyakit yang dideritanya sebagai bagian dari ujian Allah. Kesadaran tersebut
meliputi kesadaran akan hal-hal sebagai berikut:
1. Kesadaran akan ikhtiar dan tawakal
2. Kesadaran akan sikap qonaah terhadap takdir
3. Kesadaran akan kesalahan tingkah laku kepada Allah
Kesadaran yang timbul dalam diri pasien tersebut tentu tidak begitu
saja timbul tanpa sebab melainkan dipengaruhi dari keberadaan bimbingan
rohani Islam. Menurut penulis, kesadaran tersebut tidak dapat dilepaskan dari
peranan pemberian bimbingan rohani Islam yang diberikan oleh rohaniawan
Rumah Sakit Islam (RSI) Kendal. Lebih khususnya terkait dengan pemilihan
materi bimbingan rohani Islam yang secara lebih jelas dapat diklasifikasikan
sebagai berikut:
1. Materi aqidah
Aqidah secara etimologi adalah ikatan, sangkutan. Disebut
demikian karena ia mengikat dan menjadi sangkutan atau gantungan
segala sesuatu. Dalam pengertian teknisnya adalah iman atau keyakinan.
Karena itu aqidah Islam ditautkan dengan rukun iman yang menjadi azas
seluruh ajaran Islam. Jadi materi aqidah identik dengan materi keimanan
yang terangkum dalam enam rukun yang disebut dengan rukun iman
(Aziz, 2004: 195; lihat juga dalam Syukir, 1983: 60).
Materi aqidah yang diberikan kepada pasien dan keluarganya
terkait dengan hubungan antara sakit dengan ujian dan takdir Allah serta
sakit sebagai media untuk meningkatkan keimanan. Selain terkait dengan
ketentuan Allah tentang sakit, materi aqidah juga menjelaskan tentang
ketentuan-ketentuan Allah tentang hikmah dari adanya kesulitan yang
dihadapi oleh umat Islam. Materi-materi dakwah tentang aqidah yang
disampaikan dama bimrohis adalah sebagai berikut:
Pertemuan pertama:
“Sakit hakekatnya adalah ujian bagi keimanan seorang manusia. Ujian keimanan ini sekaligus menjadi sarana bagi umat Islam untuk meningkatkan keimanan mereka. Umat Islam yang sabar dan tetap menjalankan ibadah-ibadah yang telah ditetapkan Allah-lah yang akan meningkat keimanannya dengan ujian sakit ini. Jika
seorang muslim tidak sabar serta tetap menjalankan ibadah, maka sakit hanya akan menjadi bagian dari ujian atau cobaan tanpa pernah dapat menjadi media untuk meningkatkan keimanan mereka. Jadi ibu-ibu sekalian, marilah dengan adanya ujian sakit ini dapat menjadi media untuk meningkatkan keimanan kepada Allah, tentu saja dengan syarat menerima dan menjalani ujian sakit ini dengan penuh kesabaran dan tetap menjalankan syari’at agama Islam.”
Pertemuan kedua
“Allah tidak akan membiarkan hamba-Nya dalam kesulitan. Setiap kesulitan yang diberikan oleh Allah tentu terkandung hikmah dan barakah yang baik dan berguna bagi kehidupan kita. Janji Allah kepada hamba-Nya tentang cobaan atau kesulitan yang diterimanya telah jelas sekali tertulis dalam surat al-Isyra’ ayat 5-6, yakni
إن مع العسر يسرا﴾5﴿فإن مع العسر يسرا “Maka sesungguhnya di balik kesulitan ada kemudahan. Sesungguhnya di balik kesulitan pasti ada kemudahan” Allah tidak akan pernah mengingkari janji-janji yang telah difirmankan dalam Kalamullah. Oleh sebab itu, disaat kita sedang diuji oleh Allah, kita harus tetap meyakini akan kebenaran janji Allah tersebut. Yakinlah bahwa setelah kesulitan-kesulitan yang ada dalam ujian sakit, akan terbuka kemudahan-kemudahan yang banyak berguna dalam kehidupan kita. Yang terpenting kita harus tetap sabar dan berkeyakinan bahwa kita mampu melewati setiap ujian yang diberikan oleh Allah karena Allah tidak akan pernah memberikan ujian yang melebihi batas kemampuan hamba-Nya.
لا يكلف الله نفسا إلا وسعها“Dan tiada Allah memberikan cobaan kepada manusia melainkan sesuai dengan batas kemampuannya” Akhir dari semua pembahasan tadi adalah marilah senantiasa memupuk keyakinan bahwasanya Allah akan mempersiapkan kemudahan-kemudahan dalam setiap kesulitan-kesulitan yang dihadapi hamba-Nya dan berkeyakinan bahwa kita mampu melewati setiap ujian karena Allah tidak akan memberikan ujian atau cobaan kepada manusia yang melebihi batas kemampuan manusia.“ Pertemuan ketiga
“Dalam menghadapi setiap cobaan, manusia harus senantiasa menyandingkan antara usaha dengan kepasrahan. Maksudnya adalah setiap usaha yang dilakukan oleh manusia pada akhirnya
harus disertai sikap pasrah kepada Allah yakni menerima hasil usaha kita. Jika Allah masih berkenan untuk memperpanjang ujian, maka kita harus tetap sabar dalam usaha dan kepasrahan. Jika Allah berkenan untuk memberikan hidayah sehingga kita dapat menyelesaikan cobaan tersebut dengan keimanan, maka kita harus tetap mengingat tentang apa yang telah kita alami dan jalani sehingga pada waktu yang akan datang dapat menjadi inspirasi kehidupan kita. Pasrah yang diperintahkan oleh Allah adalah pasrah dengan tetap berusaha. Maksudnya adalah manusia memang boleh memasrahkan keadaannya kepada Allah namun tetap harus diimbangi dengan usaha seperti tetap beribdah dan memanjatkan do’a memohon segera keluar dari cobaan yang dialami dengan penuh keimanan. Jadi, dalam menghadapi ujian, kita harus senantiasa berpasrah dan berusaha, atau berusaha dan berpasrah dengan tetap berkeyakinan bahwa Allah senantiasa memberikan yang terbaik bagi hamba-Nya dalam setiap kenikmatan maupun ujian.” Materi-materi di atas menurut penulis terpusat pada hal-hal yang
berhubungan dengan tauhidiah, hakekat sakit dan fungsi sakit, fungsi
sabar saat sakit. Dengan adanya materi-materi tersebut, pasien dan
keluarganya akan lebih merasa kembali mengingat Allah, sabar, tenang,
dan ikhlas dalam menghadapi ujian sakit. Hal ini seperti termaktub dalam
respon pasien rawat inap yang menyatakan bahwa setelah adanya materi
bimrohis mereka lebih menjadi sabar, tenang, dan ikhlas sebagaimana
diungkapkan oleh mayoritas pasien (hasil wawancara dengan pasien;
sebagaimana telah disebutkan pada Bab III).
Pada materi yang menjelaskan tentang hakekat sakit sebagai ujian
serta peluang untuk meningkatkan keimanan kepada Allah, menurut
penulis, dapat bermanfaat untuk mengantisipasi bahaya musyrik saat
manusia sedang ditimpa bencana atau ujian. Saat manusia sedang
mendapatkan ujian dari Allah, tidak jarang ujian tersebut membuat
manusia menjadi bimbang tentang wujud Allah, selanjutnya terhadap
ajaran agama. Jika telah demikian, kadang-kadang manusia melupakan
Allah dan berpaling kepada bantuan dari “luar”, yang melampaui
kekuatan manusia selain Allah. Keadaan ini biasanya terjadi pada kondisi
keimanan yang telah didahului oleh keraguan dan kegoncangan (Darajat,
1974:173).
Dengan demikian, maka secara tidak langsung, materi-materi di
atas dapat menciptakan i’tikad batiniah dalam diri manusia (Syukir,
1983:61). I’tikad bathiniah yang dimaksud adalah kemauan secara batin
untuk senantiasa dekat dengan Allah sehingga batin akan terasa lebih
tenang dan percaya akan kehendak-kehendak Allah terhadap hamba-Nya
sehingga akan meminimalisir dan bahkan menghilangkan keinginan untuk
mencari bantuan kepada selain Allah. Contoh riil dari fungsi dan manfaat
materi tauhidiah dapat terlihat dari respon pasien rawat inap yang
bernama Junarti, Siti W., Susniyanti, dan ibunda dari ananda Alifatun R
(Dijelaskan dalam Bab III).
Sedangkan materi hakekat sakit, adanya jaminan Allah yang
menjadikan ujian – yang mana salah satunya berupa sakit sebagai – sarana
peningkatan iman dan ditunjang dengan fungsi sabar dalam menghadapi
ujian sakit akan semakin menjadikan pasien lebih sabar dalam menerima
ujian sakit. Sabar adalah menahan diri dan membawanya kepada yang
diturunkan syara’, dan akal serta menghindarkanya kepada yang dibenci
oleh keduanya. Dan juga sabar adalah tetap tegaknya dorongan agama
terhadap dorongan hawa nafsu. Barang siapa yang tetap tegak bertahan
sehingga dapat menundukkan dorangan hawa nafsu secara terus menerus
maka ia termasuk golongan orang yang sabar. Dengan adanya kesabaran,
seseorang akan dapat meningkatkan kekuatan melangkah untuk hal-hal
yang bermanfaat dan kekuatan menahan untuk hal-hal yang
membahayakan (Al-Jauziyah, 2005: 17).
Menurut penulis, kesabaran yang muncul dalam diri pasien tidak
dapat dilepaskan dari adanya materi yang berkaitan dengan penjelasan
bahwasanya Allah tidak akan memberikan ujian melainkan sesuai dengan
kemampuan hamba-Nya. Penjelasan tersebut tentu akan memacu
keyakinan pasien bahwa mereka akan mampu melewati ujian sakit yang
diberikan oleh Allah karena adanya janji Allah tersebut.
Sabar juga akan memicu tumbuhnya rasa syukur pasien. Hal ini
dapat dijelaskan melalui hubungan antara sabar, qonaah, dan syukur.
Menurut penulis, sabar akan memunculkan sikap qonaah, yakni
menerima apa yang telah diberikan oleh Allah; baik dalam bentuk ujian
maupun kenikmatan. Sikap qonaah akan menjadikan manusia untuk lebih
dapat menerima ujian dari Allah tanpa melupakan tradisi syukur atas
kenikmatan yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Dari sinilah
kemudian dapat disarikan bahwasanya sabar akan memunculkan sikap
qonaah yang mana di dalamnya akan terwujud sikap menerima ujian serta
tetap mensyukuri nikmat yang diterima pada saat ujian tersebut datang.
Syukur juga menjadi penting dalam setiap menghadapi ujian.
Sebab pada umumnya manusia lebih banyak “menggerutu” pada saat
ditimpa masalah daripada mensyukuri nikmat yang diperoleh seiring ujian
yang dihadapinya. Kealpaan manusia untuk melakukan syukur terhadap
nikmat Allah akan menjadikan kemurkaan bagi Allah dan akan semakin
menenggelamkan manusia dalam ujian-ujian maupun adzab Allah yang
lain. Hal ini seperti telah dijelaskan oleh Allah yang menegaskan
bahwasanya orang yang mensyukuri nikmat Allah akan semakin
bertambah nikmat yang diberikan oleh Allah; sebaliknya, orang yang
tidak mau bersyukur (kufur nikmat) – meskipun dalam keadaan sedang
menerima ujian – maka Allah akan mengiriminya adzab yang pedih.
Jadi jelas sekali bahwasanya materi-materi bidang aqidah lebih
cenderung berorientasi pada pemupukan dan peningkatan aqidah pasien.
Materi tauhidiah akan menjauhkan pasien dari sikap musyrik. Sedangkan
sabar – selain sebagai media penyembuh sakit – juga akan menumbuhkan
sikap qonaah dalam diri pasien yang berdampak pada terjaganya sikap
syukur dalam menghadapi ujian.
2. Materi syari’at
Syari’at dalam Islam erat hubunganya dengan amal lahir (nyata)
dalam rangka mentaati semua peraturan atau hukum Allah guna mengatur
hubungan manusia dengan Tuhannya dan mengatur pergaulan hidup
manusia dengan manusia. Syari’ah dibagi menjadi dua bidang, yaitu
ibadah dan muamalah. Ibadah adalah cara manusia berhubungan dengan
Tuhan. Dilihat dari segi bentuk dan sifatnya, ibadah dapat dibagi ke dalam
lima kategori yaitu (1) ibadah dalam bentuk perkataan atau lisan, seperti
berdzikir, berdoa dan membaca al-Qur’an (2) ibadah dalam bentuk
perbuatan yang tidak ditentukan bentuknya, seperti membantu atau
menolong orang lain, mengurus jenazah (3) ibadah dalam bentuk
pekerjaan yang telah ditentukan wujudnya seperi shalat, puasa, zakat dan
haji (4) ibadah yang cara dan pelaksanaannya berbentuk menahan diri
seperti puasa dan iktikaf (5) ibadah yang sifatnya menggugurkan hak,
misalnya memaafkan orang lain dan membebaskan orang yang berhutang
dari kewajiban membayar (Daud Ali, 1998: 245-246). Sedangkan
muamalah adalah ketetapan Allah yang berlangsung dengan kehidupan
sosial manusia. Seperti hukum warisan, rumah tangga, jual beli,
kepemimpinan dan amal-amal lainnya (Aziz, 2004: 196; lihat juga dalam
Syukir, 1983: 61).
Materi syari’at yang diberikan kepada pasien dan keluarga pasien
yang berhubungan dengan materi ketentuan-ketentuan masalah hak dan
kewajiban orang yang sedang sakit sedikit banyak juga berperan dalam
pembentukan sikap pasca bimrohis dalam diri pasien. Dalam materi
syari’at, pasien diberikan pengertian tentang kewajiban-kewajiban yang
tetap menjadi tanggungan mereka. Untuk lebih jelasnya, berikut penulis
akan memaparkan materi-materi syari’ah yang disampaikan dalam
bimrohis sebagai berikut:
Pertemuan Pertama
Pada pertemuan pertama, materi syari’ah yang diberikan kepada
pasien adalah berupa panduan dalam mengerjakan ibadah shalat,
panduan do’a, dan beberapa contoh dzikir yang dapat diamalkan
oleh orang yang sakit.
Pertemuan kedua
“Ibu-ibu ingin tahu apa yang dapat menjadi alat penyembuh sakit? Alat yang menjadi penyembuh sakit itu tidak lain adalah shalat dan sabar. Hal itu seperti dijelaskan oleh Allah bahwasanya dengan shalat dan bersabar akan dapat menjadi media untuk menyembuhkan penyakit. Oleh sebab itu mari senantiasa menjaga shalat dan meningkatkan kesabaran. Dengan demikian kita tidak hanya tetap menjaga tugas dan kewajiban kita sebagai umat Islam saja namun juga untuk dapat memberikan kemudahan dalam proses kesembuhan.” Pertemuan ketiga
“Jika kita sedang ditimpa masalah, maka tidak ada tempat lain untuk meminta pertolongan melainkan Allah SWT. Cara meminta tolong kepada Allah adalah dengan memanjatkan do’a kepada-Nya. Jangan memohon kepada selain Allah karena itu akan menjadikan kita sebagai orang yang musyrik karena ingkar kepada Allah. Kenapa harus berdo’a? Allah telah menjanjikan sendiri kepada hamba-hamba agar berdo’a kepada-Nya, do’a-do’a itu akan dikabulkan oleh-Nya. Hal ini sebagaimana dijanjikan Allah dalam salah satu firman-Nya yakni ‘Berdo’alah kepadaKu, niscaya akan Aku kabulkan’ Lantas, bagaimana do’a yang baik? Do’a yang baik adalah do’a yang diikuti dengan pertaubatan, harapan, dan jangan lupa untuk menyertakan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Karena shalawat merupakan sarana pengantar do’a dari hamba kepada Rabbnya.” Dari materi-materi di atas jelas sekali bahwasanya materi
ditekankan pada penjabaran tentang syari’at-syari’at ibadah yang menjadi
pokok dalam kehidupan terutama pada saat sedang dilanda cobaan.
Shalat, do’a, dan kesabaran merupakan tiga hal yang utama yang perlu
mendapat perhatian dan tempat dalam diri manusia yang sedang dilanda
musibah.
Materi shalat akan dapat memahamkan pasien tentang tidak
adanya halangan yang dapat menjauhkan manusia dari proses
berkomunikasi dengan Allah melalui ibadah shalat. Pasien akan
mengetahui bagaimana cara shalat pada saat sakit sehingga pasien tetap
dapat menjaga tugas dan kewajibannya walaupun dalam keadaan sakit.
Hal ini menjadi penting karena shalat merupakan salah satu ibadah wajib
yang harus dilaksanakan oleh pasien dan merupakan sarana komunikasi
yang paling sering dilakukan oleh umat Islam kepada Allah dibandingkan
dengan ibadah-ibadah wajib lainnya seperti puasa, zakat, bahkan haji.
Dengan demikian, pemahaman pasien akan syariat shalat akan dapat
menguatkan pemahaman mereka akan syari’at shalat.
Materi tentang shalat penting karena shalat merupakan sebuah titik
tolak yang sangat baik untuk pendidikan keagamaan. Pertama, shalat itu
mengandung arti pengakuan ketaqwaan kepada Allah SWT,
memperkokoh dimensi vertikal manusia yaitu tali hubungan dengan Allah
Swt (habl-un min Allah). Segi ini dilambangkan dengan takbiratul ihram
pada pembukaan shalat. Kedua, shalat itu menegaskan pentingnya
memelihara hubungan dengan sesama manusia secara baik, penuh
kedamaian, dengan kasih atau rahmat serta berkah Tuhan. Jadi
memperkuat dimensi horizontal hidup manusia, (habl-un min an-nas). Ini
dilambangkan dalam taslim atau ucapan salam pada akhir shalat dengan
anjuran kuat menengok ke kanan dan kiri (Madjid, 2000: 96).
Dengan demikian dapat dimengerti bahwasanya penyampaian
pesan tentang syari’at shalat secara tidak langsung adalah untuk
mempererat hubungan antara manusia dengan Allah. Selain itu shalat juga
dapat menjadi tolok ukur ketakwaan seseorang melalui penanaman sebuah
rasa takluk yang dalam sebuah kepercayaan yang diekspresikan dengan
gerakan tubuh yaitu ruku dan sujud (Khanam, 2000: 19). Jadi secara tidak
langsung, materi shalat akan menjadikan media pasien untuk lebih dapat
memperbaiki kualitas shalat mereka sehingga mereka tetap terjaga dan
berpeluang meningkat kualitas keimanan mereka.
Secara tidak langsung, pemahaman akan manfaat shalat sebagai
media penyembuh akan menjadikan pasien semakin sering dalam
melaksanakan shalat. Apabila hal ini terjadi, maka rutinitas shalat itu
sendiri pada akhirnya akan menjadikan manusia terjaga maupun
meningkat kualitas ketakwaannya.
3. Akhlak
Akhlak adalah bentuk jamak dari khuluq yang secara etimologi
berati budi pekerti, perangai, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak bisa berarti
positif dan bisa pula negatif. Yang termasuk positif adalah akhlak yang
sifatnya benar, amanah, sabar, dan sifat baik lainnya. Sedangkan yang
negatif adalah akhlak yang sifatnya buruk, seperti sombong, dendam,
dengki dan khianat (Aziz, 2004: 195-196; lihat juga dalam Syukir, 1983:
62-63).
Materi akhlak yang diberikan tidak dapat dilepaskan dari materi-
materi syari’at dan aqidah. Hal ini tidak lain karena akhlak merupakan
perwujudan dari adanya aqidah dan pemahaman terhadap syari’at agama.
Akhlak yang ditekankan adalah tentang bagaimana bersikap kepada Allah
SWT terhadap ujian yang diterima pasien. Beberapa contoh materi akhlak
yang disampaikan dalam bimrohis RSI Kendal adalah sebagai berikut:
Pertemuan Kedua
“Shalat selain sebagai penyembuh sakit juga merupakan wujud perilaku kecintaan kita kepada Allah. Jadi shalat yang kita lakukan haruslah penuh keikhlasan. Shalat yang dilakukan dengan penuh keikhlasan, maka shalat akan benar-benar bermanfaat untuk mendekatkan diri kita kepada Allah sekaligus untuk menambah kecintaan Allah kepada kita.” Pertemuan ketiga
“Lantas, bagaimana do’a yang baik? Do’a yang baik adalah do’a yang diikuti dengan pertaubatan, harapan, dan jangan lupa untuk menyertakan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW. Karena shalawat merupakan sarana pengantar do’a dari hamba kepada Rabbnya.” Secara tidak langsung, materi akhlak terpusat pada akhlak
dzikrullah dalam bentuk shalat dan do’a. Akhlak merupakan perwujudan
sikap dari keimanan dalam bentuk perilaku setelah adanya pengakuan
dalam hati dan pengikraran dengan ucapan. Materi akhlak shalat dan do’a
yang dimodifikasikan sebagai penyembuh sakit akan membuat pasien
lebih terdorong untuk melaksanakan atau menambah rutinitas shalat dan
do’a. Rutinitas dzikir inilah yang menurut penulis memiliki peranan
utama bagi pasien – sebagai aplikasi materi aqidah dan syari’at – untuk
mampu memperbaiki akhlak mereka kepada Allah yang nantinya juga
berdampak pada akhlak mereka kepada seluruh alam semesta.
Hal tersebut tidak berlebihan karena akhlak kepada Allah yang
semakin baik dan berkualitas akan membentuk hati yang bersih dan
terhindar dari penyakit hati. Bersihnya hati akan membuat manusia jauh
dari sikap buruk. Bastaman (2001: 136) mengklasifikasikan sifat-sifat
mazmumah (sifat buruk) sebagai bagian dari penyakit hati. Sifat-sifat
tercela secara langsung atau tak langsung dapat menimbulkan gangguan
dan penyakit ruhani. Dengan demikian, dzikrullah sebagai akhlak
manusia kepada Allah secara tidak langsung akan memberikan dampak
terhadap kebersihan hati dan berimbas pada jauhnya perilaku buruk
manusia.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka dapat diketahui bahwasanya
materi bimbingan rohani Islam yang diberikan di RSI Kendal merupakan
rangkaian materi yang memiliki hubungan timbal balik dan saling
mempengaruhi. Hal ini dapat dijelaskan melalui bagan berikut ini:
Bagan Hubungan antar materi dalam Bimrohis RSI Kendal
Aqidah Syari’at
Akhlak
Selain sebagai satu kesatuan rangkaian, materi-materi bimrohis di atas
juga memiliki peranan yang cukup signifikan dalam menumbuhkan kesadaran
pasien akan hikmah sakit. Kesadaran tersebut muncul karena hubungan antar
ketiga lingkup materi tersebut akan mewujudkan sebuah hasil yang positif
dalam diri pasien, khususnya dalam sikap penerimaan terhadap ujian sakit
yang dideritanya.
Menurut penulis, kemunculan kesadaran tersebut diawali dari adanya
kesadaran “dasar” dalam diri pasien yang didorong dari adanya materi yang
menyampaikan tentang ketentuan dan janji Allah perihal hakekat ujian, yang
mana salah satunya adalah ujian sakit, bagi umat Islam. Janji Allah yang
menjadikan sakit sebagai media peningkatan keimanan umat Islam akan
menjadikan pasien merasa tersanjung dan dapat memotivasi untuk berupaya
sebaik dan sesabar mungkin dalam menerima ujian tersebut. Proses
memunculkan motivasi tersebut penting karena keadaan mental atau jiwa
yang sedang tidak stabil karena rasa cemas, iri hati, gelisah, sedih, merasa
rendah diri, pemarah, bimbang, dan sebagainya dapat menyebabkan
timbulnya gangguan pada aspek pikiran dan perilaku. Gangguan terhadap
pikiran seperti, sering lupa, tidak mengkonsentrasikan pikiran tentang sesuatu
yang penting, dan kemampuan berfikir menurun, sedangkan gangguan
terhadap perilaku bervariasi bentuknya seperti tindak kriminal, agresif, dan
destruktif (Daradjat, 1982: 16)
Penjelasan di atas semakin mempertegas bahwasanya aspek kesadaran
“dasar” yang terbatas pada lingkup wacana tersebut akan memacu pada aspek
perilaku. Dengan demikian, materi tentang ketentuan Allah terkait shalat dan
do’a sebagai media penyembuh akan semakin menjadikan pasien mencoba
untuk tetap menjaga shalat dan do’a mereka. Terlebih lagi, dengan
pelaksanaan shalat tersebut mereka juga telah mendapatkan hikmah dengan
semakin membaiknya kondisi kesehatan mereka.
Selain karena efek shalat sebagai penyembuh sakit, perilaku atau
akhlak yang diwujudkan melalui pelaksanaan shalat dan pemanjatan do’a
akan menjadikan pasien lebih sering mengingat Allah. Proses pengingatan
Allah inilah yang kemudian akan memunculkan ketenangan hati yang hakiki.
Hal ini seperti telah dijelaskan dan dijanjikan oleh Allah dalam firman-Nya
surat ar-Ra’du ayat 28 berikut ini:
ئنطمتوا ونآم الذين القلوب ئنطمبذكر الله ألا بذكر الله ت مه28﴿ قلوب﴾
Artinya : “Orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.”
Jadi jelas sekali bahwasanya tujuan tengah dari pemberian materi
bimbingan rohani Islam adalah untuk memunculkan ketenangan jiwa dengan
memberikan makanan yang baik pada jiwa atau hati para pasien dengan
pelaksanaan shalat, do’a dan dzikir-dzikir ringan. Sedangkan tujuan akhir dari
pemberian materi bimrohis di atas, menurut penulis, tidak lain adalah untuk
menciptakan perilaku yang positif dari pasien terhadap ujian yang
diterimanya dan pasca kesembuhannya.
Hubungan hati – yang dalam lingkup psikologis dapat disandarkan
pada istilah mental atau jiwa – dengan perilaku ini menurut Daradjat (1982:
16) dapat dijelaskan bahwasanya kebahagiaan dan ketenteraman hidup
manusia tidak tergantung pada faktor luar seperti, keadaan sosial, ekonomi,
politik dan sebagainya melainkan lebih terpengaruh pada cara dan sikap
dalam menghadapi factor-faktor tersebut. Orang yang sehat mental atau
jiwanya, meskipun menghadapi goncangan ekonomi yang tidak stabil akan
tetap tenang dan tidak mudah putus asa, pesimis atau apatis. Sebaliknya bagi
orang yang terganggu keadaan mental atau jiwanya akan mempengaruhi
keseluruhan hidupnya. Pengaruh itu meliputi perasaan, pikiran, kecerdasan,
perilaku dan kesehatan. Pendapat dari Darajat tersebut dapat diterima karena
Nabi Muhammad SAW sendiri telah menjelaskan hubungan hati dan tingkah
laku manusia dalam haditsnya sebagai berikut:
م .عن أىب عبد اهللا النعمان ابن بشري رضي اهللا عنهما قال مسعت رسول اهللا صإن يف اجلسد مضغة إذا صلحت صلح اجلسد كله وإذا فسدت فسد : ... يقول
)البخارى و مسلمرواه (اجلسد كله أالوهي القلب
Artinya : “Dari Abi Abdillah an-Nu’man bin Basyir r.a. telah berkata: aku telah mendengar Rasulullah Saw telah bersabda: … Ingatlah bahwa dalam jasad itu ada sekerat daging, jika ia baik, baiklah jasad seluruhnya dan jika ia rusak, rusaklah jasad seluruhnya. Ingatlah! Itu adalah hati (H.R. Bukhari dan Muslim) (Dahlan, 1985: 18-20).
Hadits di atas semakin mempertegas akan peranan bimrohis RSI
Kendal dalam menimbulkan kesadaran akan hikmah sakit. Dengan adanya
ketenangan jiwa atau hati, maka akan memunculkan sikap yang positif
sehingga mereka dapat lebih mudah dalam menumbuhkan kesadaran dari
dalam diri mereka sendiri terhadap hikmah sakit yang mereka alami.
Dalam istilah lain, tentang perubahan yang dialami manusia melalui
pengalaman jiwa spiritualnya, oleh Darajat (2005 : 160-161) disebut dengan
istilah konversi agama. Pengertian konversi agama sendiri adalah
pertumbuhan atau perkembangan spiritual yang mengandung perubahan arah
yang cukup berarti, dalam sikap terhadap ajaran dan tindak agama. Konversi
agama juga menunjukkan bahwa suatu perubahan emosi yang tiba-tiba ke
arah mendapat hidayah Allah secara mendadak, telah terjadi, yang mungkin
saja sangat mendalam atau dangkal. Dan mungkin pula terjadi perubahan
tersebut secara berangsur-angsur. Proses terjadinya konversi agama,
sebenarnya sukar untuk menentukan satu garis, atau satu rentetan proses yang
akhirnya membawa kepada keadaan keyakinan yang berlawanan dengan
keyakinannya yang lama. Proses ini berada antara satu orang dengan lainnya,
sesuai dengan pertumbuhan jiwa yang dilaluinya, serta pengalaman dan
pendidikan yang diterimanya sejak kecil, ditambah dengan suasana
lingkungan, dimana ia hidup dan pengalaman terakhir yang menjadi puncak
dari perubahan keyakinan itu.
Secara lebih jelasnya, peranan bimbingan rohani Islam dalam
menumbuhkan kesadaran dalam diri pasien terhadap hikmah sakit dapat
dilihat pada bagan berikut:
Ketentuan Allah tentang hakekat sakit
bagi umat Islam
Ketentuan Allah tentang penyembuh
sakit
Ketenangan mendasar karena adanya jaminan
dari Allah
Syari’at tentang shalat dan do’a
Ketentuan Allah tentang kemudahan
dibalik kesulitan
Pelaksanaan shalat, do’a, dan dzikir
Pelaksanaan shalat, do’a, dan dzikir
Sumber: dikembangkan oleh penulis, 2009
Sedangkan terkait dengan metode penyampaian, meskipun terdapat
perbedaan cara penyampaiannya, menurut penulis tidak memberikan
pengaruh yang negative terhadap proses bimrohis dalam mencapai tujuan
akhir. Hal ini karena perbedaan metode tersebut lebih didasarkan pada
perbedaan kapasitas ruangan. Namun begitu, menurut penulis, metode yang
lebih baik dilaksanakan adalah metode kelompok. Dengan melaksanakan
metode kelompok, para pasien akan lebih dapat mengetahui kondisi ujian
yang diderita dirinya maupun teman-teman di sekitarnya. Dengan demikian,
hal ini akan menjadi motivasi tersendiri bagi pasien. Suatu missal, pasien
yang mengalami penyakit yang lebih ganas akan menjadi refleksi bagi pasien
yang lebih ringan penyakitnya untuk lebih dapat menerima keadaannya.
Demikian juga halnya dengan adanya perkembangan kesehatan dari salah
satu anggota kelompok juga akan memacu semangat kesembuhan dengan
menerapkan materi bimrohis.
Ketenangan jiwa atau hati
Perilaku positif pasien
Tumbuhnya kesadaran akan hikmah sakit
4.2 Tinjauan Bimbingan Konseling Islam terhadap Peranan Bimbingan
Rohani Islam di Rumah Sakit Islam Kendal
Menurut Faqih (2001: 35) tujuan bimbingan konseling Islam adalah
untuk membantu individu mewujudkan dirinya sebagai manusia seutuhnya
agar mencapai kebahagiaan hidup didunia dan di akhirat. Maksud dari diri
seutuhnya tidak lain adalah lingkup diri manusia itu sendiri yakni kondisi hati
dan perilaku fisiknya. Jadi apabila seseorang ingin mendapatkan kebahagiaan
dunia dan akhirat, maka harus mampu membentuk kondisi hati yang baik dan
berksesuaian dengan nilai-nilai ajaran agama serta diwujudkan dalam perilaku
fisik yang baik pula. Dengan demikian, secara tidak langsung, ranah
bimbingan rohani Islam adalah meliputi ranah psikis (hati atau jiwa) dan
ranah fisik (perilaku).
Lebih lanjut dijelaskan bahwa bimbingan sifatnya hanya merupakan
bantuan, hal ini sudah diketahui dari pengertian dan definisinya. Individu
yang dimaksud di sini adalah orang yang dibimbing, baik perorangan maupun
kelompok. “Mewujudkan diri sebagai manusia seutuhnya”. Hal ini
mewujudkan diri manusia sesuai dengan hakekatnya sebagai manusia untuk
menjadi manusia yang selaras dengan perkembangan unsur dirinya dan
pelaksanaan fungsi atau kedudukannya sebagai makhluk Allah (makhluk
religius), makhluk individu, makhluk sosial, dan sebagai makhluk berbudaya
(Faqih, 2001: 35).
Jadi bimbingan lebih bersifat bantuan untuk lebih memaksimalkan
pengamalan potensi manusia. Bimbingan bukanlah proses mendikte
melainkan sebuah proses pembelajaran menumbuhkan kesadaran diri manusia
akan potensi yang ada dalam dirinya. Dengan demikian, melalui bimbingan
rohani Islam, manusia akan lebih dapat dan mampu mengoptimalkan potensi
dalam diri mereka tanpa adanya proses imitasi yang cenderung fanatik.
Terkait dengan pemberian bimbingan rohani Islam di RSI Kendal,
dapat diketahui bahwasanya proses tersebut lebih cenderung pada proses
menumbuhkan kesadaran dalam diri pasien. Penegasan tentang
kecenderungan tersebut, menurut penulis, dapat ditelusuri melalui hubungan
antar materi.
Apabila diperhatikan, materi-materi yang disampaikan memiliki
hubungan yang berkesinambungan dan kontinuitas. Pada pertemuan pertama,
rohaniawan lebih memusatkan pada lingkup membuka kesadaran pasien
(klien) terhadap azas kaidah aqidah dalam Islam, khususnya berkaitan dengan
takdir, ketentuan, dan janji Allah. Setelah adanya pemahaman tersebut,
kemudian rohaniawan mencoba untuk masuk lebih mendalam pada lingkup
perilaku (psikomotorik) klien dengan memberikan sugesti tentang syari’at-
syari’at yang menjadi kewajiban pasien sekaligus sebagai media penyembuh.
Selain menumbuhkan motivasi kesadaran, rohaniawan juga memberikan
sugesti positif terkait dengan perilaku manusia tatkala sedang diuji oleh
Allah.
Dengan adanya rentetan materi tersebut, maka dapat dipastikan
bahwasanya seseorang yang menerima materi tersebut akan terbuka hatinya
untuk menerima sugesti tentang ketentuan Allah terkait ujian sakit dan
kemudian akan dilanjutkan dengan menjalankan shalat dan do’a sebagai
stimulus dari sugesti yang diberikan. Hasil dari pemahaman terhadap sugesti
dan pelaksanaan hal-hal yang menjadi stimulus akan menempatkan kesadaran
diri sebagai hasil akhir dari proses bimbingan rohani Islam. Secara sederhana,
proses pemberian materi bimrohis di RSI Kendal cenderung memusatkan
pada timbulnya kesadaran akan hikmah sakit dan perbaikan ibadah melalui
pembiasaan pelaksanaan ibadah yang disertai dengan stimulus-stimulus yang
terkandung dalam ibadah itu sendiri.
Terkait dengan tujuan tersebut, apa yang telah dilakukan dalam
bimrohis RSI Kendal memiliki kesesuaian dengan tujuan bimbingan rohani
Islam sebagaimana diungkapkan oleh Adz-Dzaky (2004: 220-221) yang
menjelaskan bahwa tujuan bimbingan Islam adalah :
1. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan, kesehatan dan
kebersihan jiwa dan mental. Jiwa menjadi tenang, tenteram dan damai
(muthmainnah), bersikap lapang dada (radhiyah) dan mendapatkan
pencerahan taufik dan hidayah Tuhannya (mardhiyah).
2. Untuk menghasilkan suatu perubahan, perbaikan dan kesopanan tingkah
laku yang dapat memberikan manfaat baik pada diri sendiri maupun
lingkungan sekitarnya.
3. Untuk menghasilkan kecerdasan rasa (emosi) pada individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, kesetiakawanan, tolong-menolong
dan rasa kasih sayang.
4. Untuk menghasilkan kecerdasan spiritual pada diri individu sehingga
muncul dan berkembang rasa toleransi, sehingga muncul dan berkembang
rasa keinginan untuk berbuat taat kepada Tuhannya, ketulusan mematuhi
segala perintah-Nya serta ketabahan menerima ujian-Nya.
5. Untuk menghasilkan potensi Ilahiyah, sehingga dengan potensi itu
individu dapat melakukan tugasnya sebagai khalifah dengan baik dan
benar serta dapat dengan baik menanggulangi berbagai persoalan hidup
dan dapat memberikan kemanfaatan dan keselamatan bagi lingkungannya
pada berbagai aspek kehidupan.
Dengan demikian dapat dikemukakan sebuah simpulan bahwasanya
proses bimrohis di RSI Kendal merupakan proses bimbingan yang bertujuan
untuk memberikan perubahan di tingkatan wacana (pemahaman) serta tingkah
laku melalui pemberian sugesti-sugesti dan stimulus-stimulus yang
terkandung dalam ujian sakit serta ibadah. Secara lebih jelasnya dapat dilihat
pada bagan berikut ini:
Ketetapan Allah akan hakekat
sakit bagi umat Islam
Ketetapan Allah perihal shalat dan
do’a sebagai media penyembuh sakit
Ketetapan Allah perihal kemudahan di balik kesulitan
Sugesti tentang kekuasaan Allah
Pemahaman akan aqidah (keimanan)
Stimulus shalat sebagai media
penyembuh Qalb dan aqliyah
Sumber: dikembangkan oleh penulis, 2009
Terkait dengan tujuan akhir dari bimbingan rohani Islam RSI Kendal,
dapat diketahui bahwa ada upaya untuk mengajak pasien untuk memperbaiki
kondisi kehidupannya terkait dengan perilaku pada saat menerima cobaan
dari Allah SWT. Sebab tanpa adanya bimbingan, seseorang akan dapat
terjerumus dalam kesesatan. Indikasi sederhana dari kekhawatiran tersebut
adalah sikap-sikap pasien dan keluarganya yang cenderung berpeluang
menimbulkan dampak negatif pada aspek keimanan.
Dalam konteks dakwah, fenomena yang dialami oleh para pasien dan
keluarganya merupakan sebuah keadaan yang membahayakan bagi kadar
keimanan umat Islam. Oleh sebab itu, menurut penulis perlu adanya langkah-
langkah dakwah untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
Langkah-langkah dakwah tersebut tidak lain adalah dengan memberikan
bimbingan yang berkaitan dengan nilai-nilai keagamaan Islam. Jika ditelaah
secara mendalam dalam konteks dakwah, proses bimrohis RSI Kendal
merupakan wujud dakwah. Disebut wujud dakwah karena proses bimrohis
meliputi pemberian wacana tentang sikap pasien dalam menghadapi ujian
sakit. Dengan demikian, perubahan tingkah laku dalam menghadapi ujian
Pembiasaan shalat dan do’a
Akhlak atau psikomotorik
sakit setelah adanya pemberian bimrohis (sebagai materi dakwah) merupakan
hasil akhir dari tujuan dakwah.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik
kesimpulan sebagai berikut:
1. Peranan bimbingan rohani Islam di RSI Kendal cenderung pada pembentukan
kesadaran awal melalui penanaman pemahaman yang kemudian berkembang
pada tujuan tengah dengan timbulnya perilaku positif berupa pelaksanaan shalat
dan do’a untuk mencapai ketenangan jiwa. Hasil akhir dari proses pemberian
bimrohis tersebut adalah timbulnya kesadaran akan hikmah sakit dalam diri
pasien. Jadi pada dasarnya, pemberian bimrohis adalah untuk menimbulkan
perilaku positif dengan menumbuhkan ketenangan jiwa atau hati sebelumnya
dan didasari dengan pemahaman terhadap aqidah sebagai materi awal.
2. Ditinjau dari bimbingan rohani Islam, proses pemberian bimbingan rohani Islam
di RSI Kendal memiliki kesesuaian dengan kaidah bimbingan rohani Islam
karena memiliki dua tujuan utama yang vital yakni lingkup rohani dan perilaku
fisik. Dalam lingkup rohani terwujudkan dengan adanya pemahaman terhadap
ketetapan Allah tentang hakekat sakit bagi umat Islam serta proses
memunculkan ketenangan jiwa atau hati. Sedangkan pada lingkup perilaku,
terwujudkan pada pembiasaan pelaksanaan shalat dan do’a sebagai stimulus
penyembuh sehingga akan terbentuk pembiasaan ibadah yang akan berakhir
pada terbentuknya perilaku yang positif.
5.2. Saran-saran
Dari proses penelitian yang dilakukan oleh penulis, maka ada beberapa hal
yang perlu diperhatikan terkait dengan proses bimrohis di RSI Kendal sebagai
berikut:
1. Dalam ranah pengetahuan perlu adanya penelitian untuk mengetahui bagaimana
hubungan tingkat efektifitas dari pemisahan tersebut dengan proses pemahaman
pasien akan nilai ajaran Islam. Hal ini karena RSI Muhammadiyah Kendal
menerapkan system pemisahan antara laki-laki dengan perempuan. Dengan
demikian, akan dapat diketahui efektifitas dari pemisahan tersebut.
2. Dalam bidang sarana, perlu adanya pertimbangan untuk menambahkan sarana
penunjang bimrohis dengan memberikan media audio pada setiap ruangan
pasien.
5.3. Penutup
Syukur alhamdulillah penulis panjatkan dengan selesainya proses penyusunan
skripsi ini. Berkaca pada ungkapan bijak bahwa tak ada gading yang tak retak, maka
penulis dengan kerendahan hati memohon kritik dan saran yang bersifat membangun
sebagai bahan evaluasi hasil karya ini. Di balik kekurangan dan kesalahan karya ini,
penulis berharap semoga karya ini mampu menjadi setitik air dalam lautan ilmu
pengetahuan. Amin
DAFTAR PUSTAKA
Adz-Dzaky, Hamdani Bakran, Konseling dan Psikoterapi Islam, Fajar Pustaka, Yogyakarta, 2004
Al-Ghazali (Diterjemahan Muhammad haidar Al-Baqir), Ilmu Dalam Perspektif Tasawuf Al-Ghazali, Karisma, Bandung, 1996
Aziz, Ali, M. Ilmu Dakwah, Kencana, Jakarta, 2004
Brauwer, M.A.W, dkk, Rumah Sakit Dalam Cahaya Ilmu Jiwa, Grafidian Jaya, Jakarta, 1983
Daradjat, Zakiah. 2005. Ilmu Jiwa Agama. Bulan Bintang. Jakarta.
______. 1982. Islam dan Kesehatan Mental. Jakarta. Gunung Agung
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, C.V. Toha Putra, Semarang, 1989
Departemen Pendidikan dan kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1991
Faqih, Aunur Rohim, Bimbingan dan Konseling Dalam Islam, UII Press, Yogyakarta, 2001
Hadi, Sutrisno, Metodologi Research Jilid I, Andi Offset, Yogyakarta, 1983
Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 1994
Lumenta, Benyamin, Pelayanan Medis (Tinjauan Fenomena Sosial), Kanisius, Yogyakarta, 1989
Mappiere, Andi, Pengantar Konseling dan Psikoterapi, PT RajaGrafindo Persada, Jakarta, 1996
Musnamar, Tohari, Dasar-Dasar Konseptual Bimbingan Dan Konseling Islam, UII Press, Yogyakarta, 1992
Notosoeditjo, Latipun Moelyono, Kesehatan Mental; Konsep dan Penerapan, UMM Press: Malang, 2002
Poerwodarminto, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, 1985
Praktinya, Ahmad Watih, Abdul Salam M Sofro, Islam Etika dan Kesehatan, Rajawali, 1986
Priyatno dan Erman Anti, Dasar-dasar Bimbingan dan Konseling, Rineke Cipta, Jakarta, 1999
Umary, Barmawy, Azas-Azas Ilmu Dakwah, Ramadhani, Solo, 1984
Wahidin, H. Khaerul dan Taqiyudin Masyhuri, Metode Penelitian, STAIN Press, Cirebon, 2003.
Walgito, Bimo. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset, 2004.
Winkel, Bimbingan dan Konseling di Institusi Pendidikan, Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta, 1991
Wirawan Sarwono, Sarlito. Pengatar Psikologi Umum. Jakarta: Bulan Bintang, 1982.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Khusnul Fatiah
NIM : 1104043
TTL : Kendal, 15 Agustus 1985
Alamat : Weleri Gg Pasar RT 03 RW 03
No. Telp : 08995966959
Pendidikan :
TK An-Nisa
SD N I Weleri
MTs N Weleri
MAN Kendal
IAIN Walisongo Semarang