Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

20
Jurnal Ekonomi dan Pembangunan Indonesia Vol. 17 No. 2 Januari 2017: 118–137 p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280 DOI: http://dx.doi.org/10.21002/jepi.v17i2.661 118 Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak Indonesia dengan Model Sistem Dinamik Prediction of Fuel Supply and Consumption in Indonesia with System Dynamics Model Ana Fitriyatus Sa’adah a,* , Akhmad Fauzi b , Bambang Juanda b a Biro Perencanaan Kementerian ESDM b Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor [diterima: 13 September 2016 — disetujui: 18 Juli 2017 — terbit daring: 5 Januari 2018] Abstract This study contributes to the existing literature of oil industries in Indonesia by examining fuel supply and consumption in Indonesia. The objectives of this research were to predict fuel supply and consumption in Indonesia in the future. The model formed in this research was system dynamic. The simulation result showed that until 2016, fuel oil supply can meet the fuel oil consumption. From 2017 to 2025, fuel oil supply cannot meet domestic fuel oil consumption. In 2025, fuel oil supply is estimated up to 651.092 million barrel and fuel oil consumption is up to 719.048 million barrel. Keywords: Fuel; System Dynamic; Simulation Abstrak Penelitian ini memperkaya kajian industri perminyakan di Indonesia dengan menganalisis penyediaan dan konsumsi bahan bakar minyak (BBM) Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meramalkan penyediaan dan konsumsi BBM masa mendatang. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model sistem dinamik. Hasil simulasi menunjukkan bahwa sampai tahun 2016 penyediaan BBM dapat memenuhi kebutuhan BBM. Pada tahun 2017 sampai 2025, penyediaan BBM tidak dapat memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Pada tahun 2025, diperkirakan penyediaan BBM mencapai 651.092 juta barel dan konsumsi BBM mencapai 719.048 juta barel. Kata kunci: Bahan Bakar Minyak; Sistem Dinamik; Peramalan Kode Klasifikasi JEL: Q41; Q47 Pendahuluan Energi merupakan sektor yang strategis dan mem- punyai peranan penting dalam pencapaian tujuan sosial, ekonomi, dan lingkungan untuk pembangun- an berkelanjutan serta merupakan pendukung bagi kegiatan ekonomi nasional. Menurut Chontanawat et al. (2006), peranan energi terhadap perekonomian dapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi permintaan dan penawaran. Dari sisi permintaan, energi merupa- kan salah satu produk yang langsung dikonsumsi oleh konsumen demi memaksimalkan utilitasnya. * Alamat Korespondensi: Perumahan Bella Casa Blok I3/7, Jl. Tole Iskandar No. 1 Depok Jawa Barat 16412. E-mail: ana. [email protected]. Sedangkan dari sisi penawaran, energi merupa- kan faktor kunci bagi proses produksi di samping modal, tenaga kerja, dan material lainnya. Di sini, energi merupakan input penting bagi bergeraknya roda perekonomian suatu negara. Sektor energi mempunyai peranan penting da- lam perekonomian nasional. Selain untuk meme- nuhi kebutuhan energi nasional, sektor energi juga mempunyai peran sebagai sumber devisa negara, terutama dari minyak dan gas bumi (migas). Ta- hun 2014, penerimaan sektor Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang berasal dari sektor mi- gas, baik penerimaan yang berasal dari pajak, non- pajak, dan penerimaan lain-lain, mencapai Rp320,25 triliun atau mencapai 69% dari total penerimaan negara di sektor ESDM yang mencapai Rp464,25 JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Transcript of Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Page 1: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Jurnal Ekonomi dan Pembangunan IndonesiaVol. 17 No. 2 Januari 2017: 118–137p-ISSN 1411-5212; e-ISSN 2406-9280

DOI: http://dx.doi.org/10.21002/jepi.v17i2.661118

Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak Indonesiadengan Model Sistem Dinamik

Prediction of Fuel Supply and Consumption in Indonesia with System DynamicsModel

Ana Fitriyatus Sa’adaha,∗, Akhmad Fauzib, Bambang Juandab

aBiro Perencanaan Kementerian ESDMbFakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor

[diterima: 13 September 2016 — disetujui: 18 Juli 2017 — terbit daring: 5 Januari 2018]

Abstract

This study contributes to the existing literature of oil industries in Indonesia by examining fuel supply and consumptionin Indonesia. The objectives of this research were to predict fuel supply and consumption in Indonesia in the future. Themodel formed in this research was system dynamic. The simulation result showed that until 2016, fuel oil supply canmeet the fuel oil consumption. From 2017 to 2025, fuel oil supply cannot meet domestic fuel oil consumption. In 2025,fuel oil supply is estimated up to 651.092 million barrel and fuel oil consumption is up to 719.048 million barrel.Keywords: Fuel; System Dynamic; Simulation

AbstrakPenelitian ini memperkaya kajian industri perminyakan di Indonesia dengan menganalisis penyediaan dankonsumsi bahan bakar minyak (BBM) Indonesia. Penelitian ini bertujuan untuk meramalkan penyediaan dankonsumsi BBM masa mendatang. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah model sistem dinamik.Hasil simulasi menunjukkan bahwa sampai tahun 2016 penyediaan BBM dapat memenuhi kebutuhan BBM.Pada tahun 2017 sampai 2025, penyediaan BBM tidak dapat memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri. Padatahun 2025, diperkirakan penyediaan BBM mencapai 651.092 juta barel dan konsumsi BBM mencapai 719.048juta barel.Kata kunci: Bahan Bakar Minyak; Sistem Dinamik; Peramalan

Kode Klasifikasi JEL: Q41; Q47

Pendahuluan

Energi merupakan sektor yang strategis dan mem-punyai peranan penting dalam pencapaian tujuansosial, ekonomi, dan lingkungan untuk pembangun-an berkelanjutan serta merupakan pendukung bagikegiatan ekonomi nasional. Menurut Chontanawatet al. (2006), peranan energi terhadap perekonomiandapat dilihat dari dua sisi, yaitu sisi permintaan danpenawaran. Dari sisi permintaan, energi merupa-kan salah satu produk yang langsung dikonsumsioleh konsumen demi memaksimalkan utilitasnya.

∗Alamat Korespondensi: Perumahan Bella Casa Blok I3/7,Jl. Tole Iskandar No. 1 Depok Jawa Barat 16412. E-mail: [email protected].

Sedangkan dari sisi penawaran, energi merupa-kan faktor kunci bagi proses produksi di sampingmodal, tenaga kerja, dan material lainnya. Di sini,energi merupakan input penting bagi bergeraknyaroda perekonomian suatu negara.

Sektor energi mempunyai peranan penting da-lam perekonomian nasional. Selain untuk meme-nuhi kebutuhan energi nasional, sektor energi jugamempunyai peran sebagai sumber devisa negara,terutama dari minyak dan gas bumi (migas). Ta-hun 2014, penerimaan sektor Energi dan SumberDaya Mineral (ESDM) yang berasal dari sektor mi-gas, baik penerimaan yang berasal dari pajak, non-pajak, dan penerimaan lain-lain, mencapai Rp320,25triliun atau mencapai 69% dari total penerimaannegara di sektor ESDM yang mencapai Rp464,25

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 2: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 119

triliun (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mine-ral/KESDM, 2015a). Penerimaan negara dari sektorESDM selalu mengalami kenaikan rata-rata sebesar13,19% dari tahun 2010 sampai 2014.

Kebutuhan energi Indonesia dari tahun ke tahunmengalami peningkatan seiring dengan meningkat-nya pertumbuhan ekonomi dan jumlah pendudukIndonesia. Rata-rata peningkatan kebutuhan energitiap tahunnya sebesar 36 juta barrel oil equivalent(BOE) dari tahun 2000 sampai 2014. Sementara ca-dangan energi tidak terbarukan, seperti minyakbumi, gas bumi, dan batu bara semakin menipis.Berdasarkan Rencana Strategis (Renstra) Kementeri-an ESDM Tahun 2015–2019, cadangan minyak bumiIndonesia sebesar 3,6 miliar barel diperkirakan a-kan habis dalam 13 tahun mendatang. Penyediaanenergi primer di Indonesia mengalami peningkat-an yang cukup signifikan dari tahun 2003 sekitar157,08 juta tonnes oil equivalent (TOE) menjadi seki-tar 228,22 juta TOE (dengan biomassa) pada tahun2013, atau meningkat rata-rata sebesar 3,8% pertahun. Penyediaan energi primer di Indonesia saatini masih didominasi oleh minyak, yang meliputiminyak bumi dan bahan bakar minyak (BBM).

Pada tahun 2013, total konsumsi energi Indone-sia sebesar 0,8 TOE/kapital, dengan bauran energinasional 46% untuk minyak bumi, 31% untuk batubara, 18% untuk gas bumi, dan 5% untuk energibaru terbarukan (KESDM, 2015a). Dapat dikatakanbahwa Indonesia masih sangat tergantung padaenergi tidak terbarukan, terutama minyak bumi.Konsumsi BBM Indonesia dari tahun 2000 sampai2014 cenderung mengalami tren kenaikan, semen-tara produksi minyak bumi Indonesia cenderungmengalami tren penurunan. Tiap tahunnya daricadangan minyak bumi dapat diproduksi sebesar276,92 juta barel per tahun sampai 13 tahun menda-tang, sementara konsumsi BBM tahun 2014 sebesar396,21 juta barel. Sehingga terdapat selisih sebesar119,29 juta barel, yang selisih tersebut ditutupi de-ngan melakukan impor BBM dan minyak mentah.Rata-rata kenaikan konsumsi BBM dari tahun 2000sampai 2014 sebesar 5,78 ribu barel/tahun, sementa-ra produksi minyak bumi mengalami penurunandengan rata-rata 16,39 ribu barel/tahun dari tahun2000 sampai 2014.

Pada tahun 2014, gap antara produksi minyakbumi dengan konsumsi BBM sebesar 108,32 ribubarel. Produksi minyak bumi Indonesia tidak cu-kup untuk memenuhi konsumsi BBM yang selalumeningkat. Sehingga, dengan adanya selisih anta-ra konsumsi dan produksi, maka pemerintah me-

lakukan impor minyak mentah dan BBM untukmemenuhi konsumsi BBM Indonesia. Produksi mi-nyak bumi yang mengalami penurunan di bawah1 juta barel per hari dan pesatnya pertumbuhankonsumsi BBM di dalam negeri mengakibatkanIndonesia menjadi net importer minyak. Indonesiatetap mengekspor minyak bumi tetapi dalam jum-lah yang lebih sedikit jika dibandingkan denganjumlah impornya. Rasio ketergantungan impor mi-nyak mentah dan BBM Indonesia sudah mencapai37% tahun 2013 dan diperkirakan meningkat di ma-sa mendatang jika tidak ada penambahan produksiminyak mentah domestik.

Indonesia masih menghadapi berbagai persoal-an dalam mencapai target pembangunan bidangenergi sampai saat ini. Ketergantungan terhadapenergi fosil, terutama minyak bumi, dalam peme-nuhan konsumsi energi di dalam negeri masih ting-gi. Kebijakan subsidi yang mengakibatkan hargaenergi menjadi murah dan masyarakat cenderungboros dalam menggunakan energi, menyebabkantingginya konsumsi energi fosil. Di sisi lain, penu-runan cadangan energi fosil Indonesia yang terusterjadi dan belum dapat diimbangi dengan pene-muan cadangan baru. Infrastruktur energi yangtersedia masih terbatas sehingga membatasi aksesmasyarakat terhadap energi. Hal ini menyebabkanIndonesia rentan terhadap gangguan yang terjadi dipasar energi global karena sebagian dari konsumsienergi terutama produk minyak bumi, dipenuhidari impor.

Terkait harga minyak dunia yang saat ini menga-lami penurunan, tentunya berdampak pada pereko-nomian nasional, khususnya industri minyak bumidalam negeri. Harga minyak dunia yang berkisar50US$/barel (status Mei 2016) akan berdampak pa-da perusahaan minyak yang harus menanggungganti rugi karena biaya produksi yang lebih tinggidibandingkan harga jual. Penurunan harga minyakdunia juga berdampak pada pendapatan negara,sehingga pendapatan negara dari sektor migas jugaikut menurun. Namun, di sisi lain biaya pemerintahuntuk mengimpor minyak juga berkurang. Dam-pak penurunan harga minyak yang terus-menerus,mengakibatkan penurunan realisasi penerimaaanpemerintah dalam Anggaran Pendapatan dan Be-lanja Negara (APBN) dari pajak penghasilan (PPh)minyak dan gas.

Dengan demikian, BBM merupakan energi yangpaling dominan di Indonesia. Masalah ketersedi-aan energi, khususnya BBM, sangat penting bagiIndonesia untuk memenuhi kebutuhan masyarakat

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 3: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...120

Gambar 1: Produksi Minyak Bumi dan Konsumsi BBM Indonesia (Ribu Barel)Sumber: KESDM (2015b), diolah

dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Dengankata lain, diperlukan suatu kondisi yang senantiasamempertahankan keseimbangan antara pertum-buhan ekonomi dengan ketersediaan BBM sebagaisalah satu prasyarat untuk mewujudkan pemba-ngunan ekonomi yang lebih maju dan berkelanjut-an. Oleh karena itu, sangat penting untuk melaku-kan suatu kajian yang menganalisis penyediaan dankonsumsi BBM Indonesia. Penelitian ini dilakukanuntuk mengetahui perkembangan penyediaan dankonsumsi BBM Indonesia serta melakukan pera-malan terhadap penyediaan dan konsumsi BBMIndonesia pada masa mendatang.

Tinjauan Literatur

Energi dan Pertumbuhan Ekonomi

Energi merupakan faktor produksi yang esensialdalam proses produksi. Semua produksi melibat-kan transformasi atau pergerakan material melaluibeberapa tahapan yang mana keseluruhan prosestersebut memerlukan energi. Energi tidak hanyadipandang sebagai barang konsumsi semata, na-mun juga sebagai input yang penting bagi pengem-bangan serta kemajuan teknologi yang berperansignifikan bagi pembangunan ekonomi. Substitu-si sarana produksi serta berbagai bentuk barangmodal lainnya dengan tenaga kerja, begitu jugasebaliknya, merupakan bagian yang integral dariproses pembangunan ekonomi yang kesemuanyamembutuhkan input energi. Oleh karenanya, kon-

sumsi energi dapat dipandang sebagai penyebabdari pertumbuhan ekonomi (Stern, 2003).

Menurut Fauzi (2006), sumber daya energi meru-pakan sumber daya yang digunakan untuk meng-gerakkan energi melalui proses transformasi panasmaupun transformasi energi lainnya. Berdasarkanketersediaannya, sumber energi dibagi dua yai-tu, energi fosil yang tidak dapat diperbarui (non-renewable energy) seperti minyak bumi, gas bumi,batu bara, uranium, dan sebagainya; serta energiyang dapat diperbarui (renewable energy) seperti pa-nas bumi, tenaga air, tenaga surya, tenaga angin,dan sebagainya. Bila dilihat berdasarkan nilai ko-mersial, maka sumber energi terdiri atas energikomersial, non-komersial, dan energi baru. Energikomersial adalah energi yang sudah dapat dipakaidan dapat diperdagangkan dalam skala ekonomis,sementara energi non-komersial adalah energi yangsudah dipakai dan dapat diperdagangkan tetapitidak dalam skala ekonomisnya, misalnya tenagasurya dan tenaga angin. Energi baru adalah ener-gi yang sudah dipakai tetapi sangat terbatas dansedang dalam tahap pengembangan (pilot project).Energi ini belum dapat diperdagangkan karena be-lum mencapai skala ekonomis, misalnya tenagasamudera dan biomassa.

Dalam pandangan teori pertumbuhan neoklasikmisalnya, sebagian besar penelitian mengeksplorasikemungkinan adanya substitusi atau komplemen-ter antara energi dan faktor input lainnya, sertainteraksinya dalam memengaruhi produktivitas.Menurut pandangan neoklasik ini, kontribusi ener-

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 4: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 121

gi terhadap perekonomian relatif dilihat dari biayaproduksinya. Di lain pihak, pandangan para ahliekonomi ekologi menyatakan bahwa energi meru-pakan kebutuhan mendasar bagi produksi. Denganmenerapkan hukum termodinamika, perekonomi-an dipandang sebagai subsistem yang terbuka dariekosistem global. Sedangkan, teori neoklasik dipan-dang under estimate terhadap peranan energi dalamaktivitas ekonomi.

Dalam pendekatan mainstream ilmu ekonomi ne-oklasik, kuantitas ketersediaan energi terhadap eko-nomi pada berbagai tahun diperlakukan sebagaiendogenous, melalui pembatasan dengan batasanbiofisik seperti tekanan pada penyimpanan minyakdan keterbatasan ekonomi seperti jumlah ekstraksiterpasang, penyulingan, dan kapasitas pembang-kit, serta kemungkinan percepatan dan efisiensidalam proses ini dapat diproses. Namun demikian,pendekatan analisis ini kurang digunakan untukmenganalisis peranan energi sebagai pengendalipertumbuhan produksi dan ekonomi (Stern, 2003).

Para ekonom ekologi berargumen bahwa peng-gunaan energi untuk menghasilkan input-inputantara, seperti bahan bakar, meningkat ketika ku-alitas sumber daya seperti penyimpanan minyakmenurun. Oleh karena itu, biaya energi meningkatsebagai representasi dari peningkatan kelangkaandalam nilai penggunaannya (Cleveland dan Stern,1993). Jika perekonomian dapat direpresentasikansebagai model input-output, sehingga tidak adasubstitusi antara faktor produksi, maka faktor pe-ngetahuan dalam faktor produksi dapat diabaikan.Ini tidak berarti bahwa penggunaan energi dan ilmupengetahuan dalam mendapatkan dan memanfaat-kannya harus diabaikan. Perhitungan akurat untukseluruh penggunaan energi dalam mendukung pro-duksi final adalah penting. Tetapi kontribusi penge-tahuan terhadap produksi tidak dapat diasumsikanproporsional terhadap biaya energi. Melalui ilmuTermodinamika, yang menempatkan batasan terha-dap substitusi, derajat substitusi aktual antara stokkapital memasukkan pengetahuan dan energi me-rupakan sebuah pertanyaan secara empiris (Stern,2003).

Pertumbuhan ekonomi secara umum dapat di-artikan sebagai kemampuan suatu negara untukmemproduksi lebih banyak barang dan jasa darisatu tahun ke tahun berikutnya. Konsep pertum-buhan ekonomi diperoleh dari perhitungan ProdukDomestik Bruto (PDB) suatu negara. Data PDB yangdigunakan untuk menghitung tingkat pertumbuh-an ekonomi adalah data PDB Atas Dasar Harga

Konstan. Dengan menggunakan data PDB AtasDasar Harga Konstan, maka pertumbuhan PDBmencerminkan pertumbuhan secara riil nilai tam-bah yang dihasilkan perekonomian dalam periodetertentu dengan referensi tahun tertentu.

Seiring dengan pertumbuhan ekonomi, konsum-si energi juga meningkat. Konsumsi energi Indo-nesia didominasi oleh energi fosil terutama BBM.Konsumsi energi final terdiri dari berbagai sektor,yaitu sektor industri, rumah tangga, transportasi,komersial, dan lainnya. Intensitas konsumsi ener-gi final per kapita Indonesai meningkat dari 2,51pada tahun 2000 menjadi 3,90 pada tahun 2014(KESDM, 2015b). Peningkatan intensitas konsumsienergi final per kapita tersebut dipengaruhi olehsemakin meingkatnya jumlah penduduk Indonesia.Energi di Indonesia terbukti memiliki peran yangsangat penting dalam pembangunan nasional. Pe-ranan energi, terutama migas, dapat dilihat dalamneraca perdagangan dan APBN. Migas memberisumbangan sangat berarti dalam penerimaan rutin.Ketika terjadi oil boom tahun 1970-an, 60–80% pe-nerimaan pemerintah dari total pendapatan pajaklangsung didominasi oleh komponen pajak migas.Dominasi migas terus berlangsung sampai sekitartahun 1980-an, setelah itu mengalami penurunan.Demikian juga halnya dengan proporsi penerima-an pemerintah dari ekspor migas mencapai angkatertinggi tahun 1981–1982, yaitu sekitar 80% daritotal penerimaan ekspor nasional. Karena itu, pe-ran energi di Indonesia layak disebut sebagai engineof growth. Hal ini semakin dipertegas oleh tingkatpertumbuhan ekonomi sebesar 7% tahun 1989–1990(Yusgiantoro, 2000).

Selain penerimaan pemerintah, penerimaan eks-por, dan neraca pembayaran, komponen ekonomimakro lainnya yang sangat memengaruhi pemba-ngunan ekonomi adalah konsumsi energi nasional.Sebagai contoh, permintaan energi pada sektor in-dustri manufaktur untuk mengoperasikan saranaproduksi seperti mesin-mesin dapat dikatakan sa-ngat tinggi. Namun di samping tingginya biayaenergi yang harus dikeluarkan, energi juga memili-ki output yang dihasilkan bersama faktor produksilainnya. Jadi dalam hal ini energi juga dapat dipan-dang sebagai sarana akumulasi modal pembangun-an (Yusgiantoro, 2000).

Bahan Bakar Minyak

Minyak bumi merupakan sumber daya alam yangberasal dari dalam bumi berbentuk cair yang dapat

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 5: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...122

digunakan sebagai bahan baku industri maupunsebagai bahan bakar (Departemen Energi dan Sum-ber Daya Mineral/DESDM, 2009). Minyak bumisecara kimiawi terdiri dari senyawa kompleks de-ngan unsur utama atom Hidrogen (H) dan Karbon(C), sehingga disebut juga senyawa hidrokarbon(CxHy). Berat jenis minyak dinyatakan dalam satu-an derajat °API. Semakin besar °API, maka minyakakan semakin ringan. Dari nilai °API akan diketa-hui kategorinya yaitu minyak ringan, minyak berat,atau kondensat (gas).

Minyak bumi berasal dari organisme tumbuhandan hewan berukuran sangat kecil (plankton) yangmati dan terkubur di lautan purba jutaan tahun lalu.Kemudian, tertimbun pasir dan lumpur di dasarlaut sehingga membentuk lapisan yang kaya zatorganik dan akhirnya membentuk batuan endapan(sedimentary rock). Proses ini akan terus berulang,yakni satu lapisan akan menutupi lapisan sebe-lumnya selama jutaan tahun. Karena tekanan dantemperatur yang tinggi, endapan plankton tersebutmenjadi zat organik yang kaya akan hidrokarbon(minyak dan gas bumi).

Untuk mengambil minyak bumi dari dalam bumiperlu dilakukan pengeboran. Setelah pengeboransumur eksplorasi menemukan minyak bumi, makaselanjutnya dibuat sumur di beberapa tempat disekitarnya untuk memastikan apakah minyak bu-mi yang ada ekonomis untuk dikembangkan. Jikamenguntungkan untuk dikembangkan, maka di-bor sumur pengembangan (development well) untukmengambil minyak bumi sebanyak mungkin.

Minyak mentah merupakan campuran yang ter-susun dari berbagai senyawa hidrokarbon. Di da-lam kilang minyak, minyak mentah akan mengala-mi sejumlah proses yang akan memisahkan kom-ponen hidrokarbon dan mengubah struktur dankomposisinya sehingga diperoleh produk yang ber-manfaat untuk bahan bakar minyak, bahan bakuindustri, dan macam-macam produk lainnya. Ki-lang minyak merupakan fasilitas industri denganberbagai jenis peralatan proses dan fasilitas pendu-kungnya.

Tahapan paling umum untuk memisahkan mi-nyak bumi menjadi bermacam-macam komponen(fraksi) dilakukan dengan pemanasan dalam tang-ki tinggi bertingkat, lalu di setiap tingkat ”uap”minyak itu mengembun dan menjadi ”produk mi-nyak” sesuai dengan tingkatannya. Pemisahan inididasarkan pada perbedaan titik didih masing-masing komponen. Setelah keluar minyak darimasing-masing tingkatan, proses selanjutnya ada-

lah mencampur dengan bahan aditif sesuai denganyang diinginkan.

Minyak mentah dapat digunakan sebagai ba-han bakar setelah melalui proses penyulingan danpengolahan yang disebut refinery, yaitu proses re-kayasa kimia yang sangat kompleks. Proses dasarpengilangan minyak adalah distilasi (penyulingan)dan cracking (pemecahan). Produk-produk yangdapat dihasilkan dari kilang minyak bumi antaralain:• Petroleum Gas (LPG), digunakan untuk pema-

nasan dan memasak;• Naphtha, sebagai bahan intermediet lanjut un-

tuk pembuatan bensin;• Bensin (gasoline), digunakan untuk bahan ba-

kar kendaraan bermotor. Nilai mutu jenis BBMbensin ini dihitung berdasarkan nilai RandonOctane Number (RON). Berdasarkan RON terse-but maka BBM bensin dibedakan menjadi tigajenis yaitu:

– Premium (RON 88) merupakan bahan ba-kar minyak jenis distilat berwarna keku-ningan yang jernih. Warna kuning terse-but akibat adanya zat pewarna tambahan(dye). Premium sering juga disebut motorgasoline atau petrol;

– Pertamax (RON 92) merupakan bahanbakar untuk kendaraan yang mempersya-ratkan penggunaan bahan bakar beroktantinggi dan tanpa timbal (unleaded);

– Pertamax Plus (RON 95) merupakan ba-han bakar yang telah memenuhi standarperformance International World Wide FuelCharter (WWFC). Pertamax plus dituju-kan untuk kendaraan yang berteknologimutakhir yang mempersyaratkan peng-gunaan bahan bakar beroktan tinggi danramah lingkungan;

• Avgas, digunakan untuk bahan bakar pesawatterbang mesin propeler;

• Avtur, digunakan untuk bahan bakar pesawatterbang mesin turbin;

• Minyak tanah (kerosin), digunakan untukmembuat avtur bahan bakar pesawat terbang(jet), bahan bakar traktor, dan memasak;• Minyak diesel (gas oil), digunakan untuk bahan

bakar mesin diesel dan pemanas;• Minyak bakar (fuel oil), digunakan untuk bahan

bakar pada industri;• Minyak pelumas, digunakan untuk minyak

pelumas mesin, gemuk, dan minyak pelumaslainnya;

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 6: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 123

• Residu dari minyak dapat digunakan untukaspal, tar, coke, dan lilin.

Sistem Dinamik

Sistem dinamik didefinisikan sebagai sebuah bi-dang untuk memahami bagaimana sesuatu berubahmenurut waktu. Menurut Hartrisari (2007), sistemdinamik merupakan metode yang dapat menggam-barkan proses, perilaku, dan kompleksitas dalamsistem. Metodologi sistem dinamik ini telah dan se-dang dikembangkan sejak diperkenalkan pertamakali oleh Jay W. Forester pada 1950-an sebagai sua-tu metode pemecahan masalah-masalah kompleksyang timbul karena ketergantungan sebab akibat da-ri berbagai macam variabel di dalam sistem. Modeldinamik merupakan suatu metode pendekatan eks-perimental yang mendasari kenyataan-kenyataanyang ada dalam suatu sistem untuk mengamatitingkah laku sistem tersebut (Richardson dan Pugh(1986) dalam Nuroniah, 2003). Tujuan metodologisistem dinamik berdasarkan filosofi sebab-akibatadalah mendapatkan pemahaman yang mendalamtentang cara kerja suatu sistem.

Sebuah bahasa pemrograman secara numerik da-pat menyatakan model sistem dinamik yang sedangdipecahkan. Sistem dinamik dapat diaplikasikanke dalam perangkat lunak seperti Vensim, Dyna-mo, Simile, Powersim, I-think, dan lain-lain (Buntuan,2010). Pemilihan Vensim sebagai perangkat lunakuntuk simulasi model adalah karena kemudahandan ketersediaan pada saat penelitian. Pemodelandinamik terdiri dari variabel-variabel yang salingberhubungan. Dengan perangkat lunak tersebut,model dibuat secara grafis dengan simbol-simbolatas variabel dan hubungannya yang meliputi duahal, yaitu struktur dan perilaku. Struktur merupa-kan suatu unsur pembentuk fenomena.

Validasi adalah sebuah proses menentukan apa-kah model konseptual merefleksikan sistem nyatadengan tepat atau tidak. Validasi adalah penentuanapakah model konseptual simulasi adalah repre-sentasi akurat dari sistem nyata yang dimodelkan(Simatupang, 2000). Sedangkan simulasi adalah ak-tivitas untuk menarik kesimpulan tentang perilakusistem dengan mempelajari perilaku model dalambeberapa hal yang memiliki kesamaan dengan sis-tem sebenarnya (Gotfried (1984) dalam Nuroniah,2003). Simulasi merupakan peniruan perilaku suatugejala atau proses dengan tujuan untuk memaha-mi gejala atau proses tersebut, membuat analisis,dan peramalan perilaku gejala atau proses tersebut

di masa depan. Tahapan simulasi meliputi penyu-sunan konsep, pembuatan model, simulasi, danvalidasi hasil simulasi.

Menurut Hartisari (2007), simulasi yang meng-gunakan model dinamik dapat memberikan penje-lasan tentang proses yang terjadi dalam sistem danprediksi hasil dari berbagai skenario. Berdasarkanhasil simulasi model tersebut, diperoleh solusi un-tuk menunjang pengambilan keputusan sehinggasimulasi model dinamik ini dapat digunakan seba-gai alat untuk melakukan pendugaan. Keuntunganpenggunaan simulasi antara lain dapat memberikanjawaban apabila model analitik yang digunakan ti-dak memberikan solusi optimal. Model disimulasilebih realistis terhadap sistem nyata karena me-merlukan asumsi yang lebih sedikit (Siagan (1987)dalam Nuroniah, 2003).

Metode

Penelitian ini menggunakan data sekunder berupadata deret waktu periode tahun 2000–2014. Datatersebut diperoleh dari Kementerian ESDM, Kemen-terian Keuangan, Badan Pusat Statistik, dan data-data dari sumber lain yang mendukung penelitianini. Dalam pengolahan data, penulis menggunakanpendekatan sistem dinamik.

Model Sistem Dinamik Penyediaan danKonsumsi BBM Indonesia

Pemodelan energi dengan simulasi dinamik bertu-juan untuk melihat kebijakan energi di masa men-datang dan dampaknya terhadap ekonomi danlingkungan. Metode yang digunakan dalam ana-lisis ini adalah simulasi dinamik dengan melihatparameter-parameter yang memengaruhi penyedia-an dan konsumsi BBM di Indonesia, yang kemudiandisimulasikan dengan model dinamik. Setelah pa-rameter yang akan disimulasikan teridentifikasi,kemudian akan diketahui variabel-variabel yangmemengaruhi tiap parameter. Selanjutnya, diran-cang suatu model dengan diagram sebab-akibatdari variabel-variabel tiap parameter penyediaandan konsumsi BBM di Indonesia. Variabel untuksimulasi dinamik dalam penelitian ini antara lainmeliputi karakteristik kependudukan, produksi mi-nyak bumi, penyediaan BBM, impor minyak bumi,ekspor minyak bumi, dan konsumsi BBM.

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 7: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...124

Pengembangan Model

Pengembangan model dilakukan sesuai tahapanpada pendekatan model dinamik. Permasalahanpenyediaan dan konsumsi BBM untuk memenuhisemua kebutuhan merupakan permasalahan yangcukup kompleks dengan banyak variabel yang ter-kait di dalamnya. Penetapan tujuan dan pembatas-an masalah yang relevan diperlukan dalam mem-bangun model untuk memperjelas lingkup perma-salahan. Selain itu, analisis kebutuhan dilakukanuntuk mengetahui kebutuhan-kebutuhan dari pela-ku sistem. Setiap pelaku sistem memiliki kebutuhanyang berbeda-beda, tetapi saling berinteraksi satusama lain serta berpengaruh terhadap keseluruhansistem yang ada (Purnomo, 2012).

Setelah tujuan, batasan masalah, dan analisis ke-butuhan ditetapkan, serta variabel-variabel terkaitteridentifikasi, kemudian dianalisis dan dibentukmodel mental berupa diagram sebab-akibat (cau-sal loop diagram). Pada tahap ini, hubungan antar-variabel sistem tampak jelas. Pada diagram sebab-akibat, terdapat tanda panah yang diberi tanda (+)atau (-), tergantung pada hubungan antar-variabel.Tanda (+) digunakan untuk menyatakan hubunganyang terjadi antara dua faktor yang berubah dalamarah yang sama. Sedangkan tanda (-) digunakan ji-ka hubungan yang terjadi antara dua faktor tersebutberubah dalam arah berlawanan.

Setelah model mental terbentuk, perancangandan pengembangan diagram kotak panah (stockflow diagram) dilakukan dengan menggunakan pe-rangkat lunak Vensim. Pada tahap ini, formulasi danverifikasi dimensi dilakukan. Formulasi dibuat se-suai data dan informasi historis/masa lalu, sehinggamenggambarkan permasalahan pada model. Veri-fikasi dilakukan dengan melakukan pengecekanmodel terhadap persamaan matematis yang telahdibuat dengan running simulasi, maka dapat dilihatbahwa program dan model yang dikonseptualisa-sikan dalam diagram alir sudah berjalan denganbaik.

Setelah formulasi dan verifikasi dimensi selesai,simulasi dapat dilakukan sesuai horizon waktuyang ditentukan, yaitu pada waktu mulai (start ti-me) adalah tahun 2014 dan waktu berhenti (stoptime) adalah tahun 2025. Untuk melihat perilakumodel, beberapa skenario dicoba dalam simula-si model. Beberapa skenario diharapkan mampumemperlihatkan kemampuan penyediaan BBM da-lam memenuhi konsumsi BBM dalam negeri.

Validasi Model

Validasi model dilakukan dengan membandingkantingkah laku model terhadap sistem nyata (quan-titive behavior pattern comparison), yaitu dengan ujiNilai Tengah Persentase Kesalahan Absolut atauMean Absolute Percentage Error (MAPE). Uji MAPEadalah salah satu ukuran relatif yang menyang-kut kesalahan persentase. Uji ini dapat digunakanuntuk mengetahui kesesuaian data hasil simulasidengan data aktual. Rumus MAPE sebagai berikut:

MAPE =1n|Xm − Xd|

Xd∗ 100% (1)

dengan Xm adalah data hasil simulasi; Xd adalahdata aktual; dan n adalah periode/banyaknya data.

Kriteria ketepatan model dengan uji MAPE (Lo-mauro dan Bakshi (1985) dalam Somantri et al., 2005)adalah:MAPE < 5% : sangat tepat;5% <MAPE < 10% : tepat;MAPE > 10% : tidak tepat.

Hasil dan Analisis

Perkembangan Penyediaan dan Konsum-si BBM

Rerata pertumbuhan produksi minyak bumi, penye-diaan BBM, konsumsi BBM, harga minyak dunia,dan harga BBM periode tahun 2000–2014 disajikanpada Tabel 1.

Tabel 1: Rerata Produksi Minyak Bumi, PenyediaanBBM, Konsumsi BBM, , Harga Minyak Dunia, dan Harga

BBM (dalam persen per tahun)

Periode 2000–2014Produksi Minyak Bumi -0,12Penyediaan BBM 1,74Konsumsi BBM 1,76Harga Minyak Dunia 10,53Harga BBM 21,36

Sumber: KESDM (2015b), diolah

Penyediaan Minyak Mentah

Penyediaan minyak mentah menunjukkan trenyang menurun. Cadangan minyak bumi Indonesiadari tahun 2000 sampai dengan 2014 mengalamipenurunan (Gambar 2). Cadangan terbukti (proven)minyak bumi Indonesia tahun 2000 mencapai 5,12

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 8: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 125

miliar barel, sedangkan tahun 2014 menurun men-jadi 3,62 miliar barel. Indonesia memiliki cadanganpotensial minyak bumi mencapai 3,75 miliar barelpada 2014 (KESDM, 2015a).

Produksi Minyak Bumi

Selama rentang tahun 2000–2014, produksi minyakbumi menurun dari 352,88 juta barel menjadi 342,58juta barel. Penurunan produksi minyak bumi Indo-nesia akan berdampak pada meningkatnya imporminyak mentah dan BBM untuk memenuhi kebu-tuhan minyak bumi yang semakin meningkat.

Penyediaan BBM

Penyediaan BBM mengalami peningkatan dari ta-hun 2000–2014. Selama rentang tahun tersebut, pe-nyediaan BBM meningkat sebesar 1,74% per tahundari 433,36 juta barel menjadi 544,79 juta barel (Gam-bar 3). Peningkatan penyediaan BBM disebabkanoleh peningkatan impor BBM. Hal ini dikarenakanproduksi BBM Indonesia tidak mencukupi konsum-si BBM dalam negeri, sehingga diperlukan imporBBM untuk memenuhi kebutuhan BBM Indonesia.

Konsumsi BBM

Pertumbuhan rata-rata konsumsi BBM sebesar1,76% per tahun dengan rata-rata konsumsi tiap ta-hunnya sebanyak 345,14 juta barel (KESDM, 2015b).Secara keseluruhan, selama kurun waktu 15 tahunini, konsumsi BBM rata-rata per tahun lebih tinggidibandingkan produksi minyak bumi rata-rata pertahun. Oleh karena itu, produksi minyak bumi do-mestik belum menutupi konsumsi BBM, sehinggauntuk menutupi kekurangan tersebut pemerintahmengimpor minyak mentah dan BBM dari luarnegeri. Konsumsi BBM Indonesia didominasi olehbensin dan minyak solar seperti ditunjukkan padaGambar 4.

Konsumsi bensin dari tahun 2000 sampai 2014mengalami peningkatan. Hal ini dikarenakan ben-sin digunakan untuk sektor transportasi denganjumlah kendaraan bermotor tiap tahunnya meng-alami peningkatan, dengan rata-rata peningkatansebesar 14,85% dari tahun 2000 sampai 2014. Untukminyak tanah, konsumsi dari tahun 2000 sampai2014 mengalami penurunan, terutama setelah tahun2008. Penurunan tersebut dikarenakan keberhasilanprogram konversi minyak tanah ke bahan bakar gas

(BBG). Sektor rumah tangga yang banyak meng-gunakan minyak tanah beralih menggunakan LPG.Sementara untuk fuel oil juga cenderung mengalamipenurunan. Avtur dan avgas yang digunakan un-tuk bahan bakar pesawat mengalami peningkatandari tahun ke tahun, hal ini dikarenakan pening-katan jumlah pesawat dan semakin meningkatnyapenggunaan transportasi udara.

BBM dikonsumsi oleh berbagai sektor, di anta-ranya sektor industri, rumah tangga, komersial,transportasi, dan sektor lainnya. Dalam Gambar 5terlihat bahwa konsumsi BBM didominasi oleh sek-tor transportasi. Sektor transportasi menggunakanBBM jenis avgas, avtur, bensin, minyak tanah, mi-nyak solar, dan minyak bakar. Sedangkan konsumsiBBM yang paling sedikit adalah sektor komersial.Sektor rumah tangga yang hanya mengonsumsiminyak tanah mengalami penurunan yang cukupsignifikan, terutama setelah tahun 2008.

Peramalan Penyediaan dan KonsumsiBBM dengan Simulasi Dinamik

Deskripsi Sistem

Berdasarkan kajian literatur, beberapa pelaku sis-tem yang berperan dalam penyediaan dan konsum-si BBM dapat diidentifikasi. Tabel 2 menyajikankebutuhan dari masing-masing pelaku sistem. Pe-laku sistem dan kebutuhannya telah disesuaikandengan batasan penelitian. Diagram input outputdari sistem ini dapat dilihat pada Gambar 6.

Konseptualisasi Sistem

Permasalahan penyediaan dan konsumsi BBM un-tuk memenuhi kebutuhan masyarakat merupakansuatu permasalahan sistem yang cukup kompleksdengan melibatkan berbagai komponen variabelyang saling berinteraksi dan terintegrasi. Penyedi-aan dan konsumsi BBM dipandang sebagai suatumasalah dinamika sistem yang berubah sepanjangwaktu dan dipengaruhi oleh faktor-faktor yang jugabersifat dinamik. Sistem penyediaan dan konsumsiBBM digambarkan pada diagram sebab-akibat dandapat dilihat pada Gambar 7.

Produksi BBM domestik dipengaruhi oleh inputminyak mentah untuk kilang. Input minyak mentahuntuk kilang dipengaruhi oleh produksi minyakmentah, impor minyak mentah, dan ekspor minyakmentah. Jika input minyak mentah untuk kilangsemakin tinggi, maka produksi BBM domestik akan

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 9: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...126

Gambar 2: Cadangan Minyak Bumi Indonesia (Miliar Barel)Sumber: KESDM (2015a), diolah

Gambar 3: Penyediaan BBM di IndonesiaSumber: KESDM (2015b), diolah

Tabel 2: Pelaku Sistem Teridentifikasi dan Kebutuhannya

No Pelaku Sistem Kebutuhan1 Pemerintah BBM tersedia dan mencukupi kebutuhan masyarakat2 Produsen minyak mentah dan BBM Jumlah produksi minyak mentah dan BBM terus meningkat3 Eksportir minyak mentah dan BBM Jumlah minyak mentah dan BBM yang dapat diekspor terus meningkat4 Importir minyak mentah dan BBM Jumlah minyak mentah dan BBM yang dibutuhkan meningkat sehingga impor meningkat5 Masyarakat Kebutuhan BBM terpenuhi

Sumber: Hasil pengolahan penulis

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 10: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 127

Gambar 4: Konsumsi BBM per Jenis di Indonesia (Ribu Barel)Sumber: KESDM (2015b), diolah

Gambar 5: Konsumsi BBM per Sektor di Indonesia (Ribu Barel)Sumber: KESDM (2015b), diolah

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 11: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...128

Gambar 6: Diagram Input Output Sistem Dinamik Penyediaan dan Konsumsi BBM IndonesiaSumber: Penulis

Gambar 7: Diagram Sebab-Akibat Model Penyediaan dan Konsumsi BBM IndonesiaSumber: Penulis

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 12: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 129

meningkat, dan penyediaan BBM untuk memenuhipermintaan semakin besar. Produksi BBM domestikdan impor BBM yang meningkat akan meningkat-kan penyediaan BBM. Di sisi lain, semakin besarjumlah ekspor BBM, maka akan menurunkan pe-nyediaan BBM. Konsumsi BBM dipengaruhi olehkonsumsi avgas, avtur, bensin, minyak tanah, mi-nyak solar, dan minyak lainnya. Konsumsi BBMjuga dipengaruhi oleh jumlah penduduk. Jika jum-lah penduduk semakin banyak, maka permintaanBBM akan semakin meningkat, sehingga konsumsiBBM akan meningkat pula.

Model sistem dinamik yang dikembangkan diba-tasi pada hal-hal yang berkaitan dengan penawaran(produksi) BBM dan permintaan (konsumsi) terha-dap BBM bagi kebutuhan masyarakat dan eksporBBM. Untuk memudahkan pemodelan, sistem pe-nyediaan dan konsumsi BBM dibagi menjadi duasubsistem utama, yaitu subsistem penawaran danpermintaan.

Formulasi Sistem

Formulasi model adalah perumusan masalah ke da-lam bentuk matematis yang dapat mewakili sistemnyata. Formulasi model menghubungkan variabel-variabel yang telah diidentifikasi dalam model kon-septual. Beberapa asumsi yang digunakan dalampemodelan penelitian ini adalah:

1. Konsumsi BBM merupakan total konsumsi fi-nal BBM yang merupakan penjumlahan kon-sumsi avgas, avtur, bensin, minyak tanah, mi-nyak solar, dan minyak lainnya.

2. Aspek yang dibahas dalam penelitian ini ada-lah aspek penyediaan dan konsumsi BBM. As-pek harga BBM, akses terhadap BBM, dan ke-butuhan BBM tidak dibahas dalam pemodelan.

3. Laju pertumbuhan kilang minyak adalah 1,57%per tahun.

4. Laju produksi minyak mentah, impor minyakmentah, dan ekspor minyak mentah berturut-turut adalah -3,8%; 4,57%; dan -4,37% per ta-hun.

5. Laju pertumbuhan impor BBM dan eksporBBM adalah 6,61% dan -5,15% per tahun.

6. Laju pertumbuhan konsumsi avgas, avtur, danbensin berturut-turut adalah -3,55%; 9,17%;dan 6,35% per tahun.

7. Laju pertumbuhan konsumsi minyak tanahdan minyak solar adalah -14,3% dan -1,54%per tahun.

8. Laju pertumbuhan konsumsi minyak lainnyasebesar 7,93% per tahun.

9. Laju pertumbuhan penduduk Indonesia ada-lah 1,27% per tahun.

10. Periode analisis simulasi dibatasi untuk perio-de tahun 2014 sampai dengan 2025.

Formulasi dilakukan dalam perangkat lunak Ven-sim menggunakan diagram kotak panah. Diagramkotak panah lengkap untuk model penyediaan dankonsumsi BBM dapat dilihat pada Gambar A1 pa-da Lampiran. Persamaan matematis tujuan utamapemodelan adalah:

Penyediaan BBM = Produksi BBM Domestik+ Impor BBM − Ekspor BBM

Konsumsi BBM = Konsumsi Avgas+ Konsumsi Avtur+ Konsumsi Bensin+ Konsumsi Minyak Tanah+ Konsumsi Minyak Solar+ Konsumsi Minyak Lainnya

Skenario dan Hasil Simulasi

Pada pemodelan sistem dinamik penyediaan dankonsumsi BBM, rancangan model, simulasi, dananalisis dilakukan dengan mengacu pada tujuandan skenario pada model. Beberapa skenario yangdigunakan dalam menganalisis penyediaan dankonsumsi BBM beserta hasilnya antara lain:

1. Skenario Tanpa Perubahan Komponen

Pada skenario tanpa perubahan komponen, sistemberjalan sesuai formulasi awal atau sesuai dengankondisi yang berlangsung saat ini. Laju pertum-buhan produksi minyak mentah, impor minyakmentah, dan ekspor minyak mentah berturut-turutadalah -3,8%; 4,57%; dan -4,37% per tahun. Lajupertumbuhan konsumsi avgas adalah -3,55% pertahun, laju pertumbuhan konsumsi avtur adalah9,17% per tahun, dan laju pertumbuhan konsumsibensin adalah 6,35% per tahun. Laju pertumbuhankonsumsi minyak tanah adalah -14,30% per tahun,laju pertumbuhan konsumsi minyak solar adalah-1,54% per tahun, dan laju pertumbuhan konsumsiminyak lainnya adalah 7,93% per tahun. Denganskenario ini, maka pola kecenderungan penyedia-an dan konsumsi BBM hasil simulasi dapat dilihatpada Gambar 8.

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 13: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...130

Gambar 8: Penyediaan dan Konsumsi BBM Skenario PertamaSumber: Penulis

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 14: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 131

Hasil simulasi menunjukkan bahwa dari tahun2014 hingga tahun 2025, penyediaan BBM selalumengalami peningkatan untuk memenuhi konsum-si BBM yang juga selalu mengalami peningkatan.Dari hasil simulasi, terlihat bahwa pada tahun 2015sampai 2016, penyediaan BBM masih memenuhikebutuhan dalam negeri. Penyediaan BBM padatahun 2014 sebesar 422 juta barel dan pada tahun2015 sebesar 438 juta barel. Sedangkan konsumsiBBM pada tahun 2014 sebesar 415 juta barel danpada tahun 2015 sebesar 436 juta barel. Dengandemikian, konsumsi BBM masih dapat dicukupidari penyediaan BBM. Namun demikian, mulaitahun 2017 sampai 2025 penyediaan BBM tidakmencukupi konsumsi BBM seperti pada Gambar9. Penyediaan BBM pada tahun 2014 sebesar 456juta barel sedangkan konsumsi BBM sebesar 458juta barel. Penyediaan BBM yang tidak mencuku-pi kebutuhan dalam negeri, memaksa pemerintahmelakukan peningkatan produksi BBM domestik,impor BBM, serta mengurangi ekspor BBM.

2. Skenario Peningkatan Produksi BBM Domes-tik

Produksi BBM domestik dipengaruhi oleh input mi-nyak mentah untuk kilang. Input minyak mentahuntuk kilang merupakan penjumlahan produksiminyak mentah ditambah impor minyak mentahdikurangi ekspor minyak mentah. Dengan demi-kian, produksi BBM domestik dipengaruhi olehlaju pertumbuhan produksi minyak mentah, im-por minyak mentah, dan ekspor minyak mentah.Pada skenario kedua, laju pertumbuhan produksiminyak mentah mengalami peningkatan dari -3,8%menjadi 1%. Hal yang mendasari peningkatan iniadalah adanya Instruksi Presiden (Inpres) No. 2Tahun 2012 tentang Peningkatan Produksi MinyakBumi Nasional dan Peraturan Menteri (Permen)ESDM No. 6 Tahun 2010 tentang Pedoman Kebijak-an Peningkatan Produksi Minyak dan Gas BumiNasional. Dalam Inpres No. 2 Tahun 2012, Presidenmenginstruksikan kepada Menteri ESDM untukmendorong optimalisasi produksi pada lapanganeksisting1 maupun percepatan penemuan cadang-an baru melalui penyempurnaan kebijakan kontrakkerja sama dan kebijakan terkait lainnya. Selain itu,dalam Permen ESDM No. 6 Tahun 2010, kontraktorwajib melakukan penyelesaian kegiatan eksplorasi

1merupakan lapangan yang masih ada dan masih beroperasi.

di struktur penemuan dan mempercepat pengaju-an usulan rencana pengembangan lapangan barudari cadangan yang sudah ditemukan; pengupa-yaan pengembangan atau pemroduksian kembalilapangan yang masih berpotensi, baik yang per-nah diproduksikan maupun yang belum pernahdiproduksikan; serta pengupayaan pemroduksiankembali sumur-sumur yang masih berpotensi, baikyang pernah diproduksikan maupun yang belumpernah diproduksikan.

Dengan skenario ini, maka pola kecenderunganpenyediaan dan konsumsi BBM hasil simulasi se-perti ditunjukkan pada Gambar 10. Hasil simulasimenunjukkan bahwa dari tahun 2014 hingga 2025,penyediaan BBM selalu mengalami peningkatanuntuk memenuhi konsumsi BBM yang juga selalumengalami peningkatan. Dari hasil simulasi de-ngan skenario kedua ini, yakni tahun 2015 sampai2025, penyediaan BBM cukup untuk memenuhikebutuhan dalam negeri yang selalu mengalamipeningkatan (Gambar 11). Dengan demikian, pro-duksi minyak mentah diharapkan semakin mening-kat, sehingga penyediaan BBM dapat memenuhikonsumsi BBM. Peningkatan laju produksi minyakmentah menjadi 1% berdampak sangat signifikanterhadap penyediaan BBM domestik. Peningkat-an penyediaan BBM dari peningkatan produksiminyak mentah menyebabkan penurunan imporminyak mentah dan BBM.

3. Skenario Pengurangan Konsumsi BBM

Konsumsi BBM merupakan penjumlahan konsum-si avgas, avtur, bensin, minyak tanah, dan minyaksolar, serta minyak lainnya. Pada skenario ini, la-ju pertumbuhan konsumsi BBM yang digunakanuntuk sektor transportasi mengalami penurunandengan asumsi pembatasan penggunaan jenis BBMtertentu dan peningkatan penggunaan energi terba-rukan, seperti biofuel dan bahan bakar gas. Asumsilaju pertumbuhan konsumsi BBM mengalami penu-runan 1%. Hal ini sesuai dengan Permen ESDM No.1 Tahun 2013 tentang Pengendalian PenggunaanBahan Bakar Minyak. Dalam peraturan tersebut,pengendalian penggunaan BBM dilaksanakan seca-ra bertahap dengan pembatasan penggunaan jenisBBM tertentu untuk transportasi jalan dan untuktransportasi laut.

Dengan skenario ini, maka pola kecenderunganpenyediaan dan konsumsi BBM hasil simulasi dapatdilihat pada Gambar 12. Hasil simulasi menunjuk-kan bahwa dari tahun 2014 hingga 2025, penyediaan

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 15: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...132

Gambar 9: Hasil Simulasi Penyediaan dan Konsumsi BBM Skenario PertamaSumber: Penulis

Gambar 10: Penyediaan dan Konsumsi BBM Skenario KeduaSumber: Penulis

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 16: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 133

Gambar 11: Hasil Simulasi Penyediaan dan Konsumsi BBM Skenario KeduaSumber: Penulis

BBM selalu mengalami peningkatan untuk meme-nuhi konsumsi BBM yang juga selalu mengalamipeningkatan.

Dari hasil simulasi dengan skenario ketiga ini, ta-hun 2015 sampai 2025, penyediaan BBM masih me-menuhi kebutuhan dalam negeri seperti pada Gam-bar 13. Dengan pembatasan penggunaan BBM, ma-ka diharapkan dapat mengurangi konsumsi BBM.Pengurangan konsumsi BBM sebesar 1% berdam-pak sangat signifikan terhadap penyediaan BBMdomestik. Dengan demikian, dengan penurunankonsumsi BBM sebesar 1%, maka penyediaan BBMmasih mencukupi kebutuhan dalam negeri.

Validasi Model

Validasi model dilakukan dengan membandingkanhasil simulasi dengan data aktual yang diperolehdari sistem nyata. Validasi model dilakukan terha-dap variabel penyediaan BBM dan konsumsi BBM.Validasi dilakukan dengan menurunkan waktu si-mulasi menjadi waktu awal adalah tahun 2011 danwaktu akhir adalah tahun 2014, sehingga formulasidisesuaikan dengan data tahun 2010.

Pada validasi penyediaan BBM, laju pertumbuh-an produksi minyak mentah, impor minyak mentah,dan ekspor minyak mentah berturut-turut adalah-3,57%; 4,30%; dan -4,26%. Laju pertumbuhan imporBBM dan ekspor BBM berturut-turut adalah 6,63%dan -4,27%. Sedangkan pada validasi konsumsiBBM, laju pertumbuhan konsumsi avgas, avtur, dan

bensin berturut-turut adalah -3,05%; 10,80%; dan6,20%. Laju pertumbuhan konsumsi minyak tanah,minyak solar, dan minyak lainnya berturut-turutadalah -11,11%; 1,70%; dan 3,43%.

Pada validasi model penyediaan dan konsumsiBBM, variabel yang diuji yaitu penyediaan dankonsumsi BBM. Pada variabel penyediaan BBM,validasi menunjukkan nilai 4,03%, artinya di bawah5%, sehingga dapat dinyatakan model sangat tepat.Pada variabel konsumsi BBM, validasi menunjuk-kan nilai 2,00%, artinya di bawah 5%, sehinggadapat dinyatakan model sangat tepat. Hasil validasidapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4.

Tabel 3: Validasi Penyediaan BBM

Tahun Penyediaan BBM (ribu barel) ErrorSimulasi Nyata2011 378.046 402.657 6,11%2012 390.264 413.175 5,55%2013 403.421 417.694 3,42%2014 417.577 421.976 1,04%MAPE 4,03%

Sumber: Hasil pengolahan penulis

Kesimpulan

Model sistem dinamik penyediaan dan konsumsiBBM yang telah dikembangkan, telah dapat men-deskripsikan kondisi penyediaan dan konsumsiBBM. Hasil simulasi menunjukkan bahwa sampai

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 17: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...134

Gambar 12: Penyediaan dan Konsumsi BBM Skenario KetigaSumber: Penulis

Gambar 13: Hasil Simulasi Penyediaan dan Konsumsi BBM Skenario KetigaSumber: Penulis

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 18: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 135

Tabel 4: Validasi Konsumsi BBM

Tahun Konsumsi BBM (ribu barel) ErrorSimulasi Nyata2011 371.142 363.827 2,01%2012 380.224 391.531 2,89%2013 390.412 397.223 1,71%2014 401.749 396.214 1,40%MAPE 2,00%

Sumber: Hasil pengolahan penulis

tahun 2016 penyediaan BBM dapat memenuhi ke-butuhan BBM. Sedangkan untuk tahun 2017 sampai2025, penyediaan BBM tidak dapat memenuhi ke-butuhan BBM dalam negeri. Hal ini dikarenakanpeningkatan konsumsi BBM melebihi peningkatanpenyediaan BBM. Pada tahun 2025, diperkirakanpenyediaan BBM mencapai 651.092 juta barel dankonsumsi BBM mencapai 719.048 juta barel.

Beberapa skenario penyediaan dan konsumsiBBM antara lain: (1) skenario tanpa perubahankomponen; (2) skenario peningkatan produksi BBMdomestik; dan (3) skenario pengurangan konsumsiBBM. Dengan skenario peningkatan produksi BBMdomestik dan pengurangan konsumsi BBM, menun-jukkan bahwa tahun 2014 hingga 2025, penyediaanBBM dapat memenuhi konsumsi BBM.

Di masa yang akan datang, secara keseluruh-an konsumsi BBM cenderung meningkat. Sejalandengan itu, penyediaan BBM cenderung mengala-mi peningkatan. Namun peningkatan penyediaanBBM yang bersumber pada produksi BBM domes-tik lebih kecil dibandingkan peningkatan konsumsiBBM. Hal ini menyebabkan impor minyak men-tah dan BBM cenderung mengalami peningkatandalam memenuhi konsumsi BBM dalam negeri.

Rekomendasi

Beberapa hal yang perlu dilakukan oleh pemerintahagar persediaan mampu mengimbangi konsumsiBBM pada masa yang akan datang antara lain ada-lah pertama, dari sisi penyediaan, yaitu perlu upayauntuk meningkatkan penyediaan BBM. PenyediaanBBM dipengaruhi oleh kapasitas kilang, produksiminyak mentah domestik, impor minyak mentahdan BBM, serta ekspor minyak mentah dan BBM.Upaya untuk meningkatkan investasi bidang mi-nyak bumi sangat diperlukan terutama dari aspekproduksi, pengolahan, dan distribusi minyak bu-mi. Seiring dengan itu, upaya peningkatan jumlahdan kapasitas kilang minyak perlu dilakukan untuk

mengurangi tingkat ketergantungan terhadap BBMyang bersumber dari impor. Upaya ini dapat dila-kukan dengan revitalisasi kilang minyak lama danpembangunan kilang minyak baru. Upaya untukmengurangi ekspor minyak mentah dan BBM perludilakukan untuk menambah penyediaan BBM do-mestik. Selain itu, dari sisi penyediaan perlu upayauntuk konversi BBM ke energi yang terbarukan,seperti peningkatan penyediaan BBG dan bahanbakar nabati (BBN). Berbagai upaya dari sisi pe-nyediaan tersebut diharapkan dapat mengu- rangiketergantungan Indonesia terhadap impor minyakmentah dan BBM.

Kedua, dari sisi permintaan, yang mana kebutuh-an BBM selalu mengalami peningkatan ditandaidengan meningkatnya konsumsi BBM tiap tahun-nya. Dengan demikian, perlu upaya untuk mening-katkan efisiensi pemanfaatan BBM, pembatasanpenggunaan BBM, dan pengurangan subsidi BBMsecara bertahap. Dengan adanya pembatasan BBMdan pengurangan subsidi BBM secara bertahapdiharapkan masyarakat tidak boros dalam peman-faatan BBM. BBM digunakan untuk hal-hal yangsifatnya produktif. Selain itu, untuk mengurangiketergantungan terhadap BBM perlu upaya pening-katan pemanfaatan energi lain, di antaranya denganpenggunaan BBG dan penggunaan biofuel, teruta-ma untuk sektor transportasi.

Daftar Pustaka[1] Buntuan, I.F. (2010). Simulasi Model Dinamik pada Sis-

tem Deteksi Dini untuk Manajemen Krisis Pangan. Skripsi.Bogor: Institut Pertanian Bogor.

[2] Chontanawat, J., Hunt, L.C., & Pierse, R. (2006). Causa-lity between Energy Consumption and GDP. Evidencefrom 30 OECD and 78 non-OECD Countries. Surrey EnergyEconomics Discussion paper Series SEEDS 113. Surrey, UK:Surrey Energy Economics Centre (SEEC) Department ofEconomics, University of Surrey. Diakses dari http://www.seec.surrey.ac.uk/Research/SEEDS/SEEDS113.pdf. Tanggalakses 8 Januari 2016.

[3] Cleveland, C.J., & Stern, D.I. (1993). Productive and excha-nge scarcity: an empirical analysis of the US forest productsindustry. Canadian Journal of Forest Research, 23(8), 1537–1549.doi: https://doi.org/10.1139/x93-194.

[4] DESDM. (2009). Minyak dan Gas Bumi dari Proses Pembuatanhingga Pembentukan. Jakarta: Direktorat Jenderal Minyakdan Gas Bumi, Departemen Energi dan Sumber DayaMineral (DESDM).

[5] Fauzi, A. (2006). Ekonomi Sumber Daya Alam dan Lingkungan:Teori dan Aplikasi. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

[6] Hartrisari. (2007). Sistem Dinamik: konsep sistem dan per-modelan untuk industri dan lingkungan. Bogor: SEAMEOBiotrop.

[7] KESDM. (2015a). Rencana Strategis Kementerian ESDM Tahun

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 19: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak...136

2015–2019 (Renstra KESDM 2015–2019). Jakarta: Kemente-rian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). Diaksesdari http://www.migas.esdm.go.id/public/images/uploads/posts/data-to-mail-new-rev-buku-renstra-2015.pdf. Tang-gal akses 3 Desember 2015.

[8] KESDM. (2015b). Handbook of Energy & EconomicStatistics of Indonesia. Jakarta: Kementerian Ener-gi dan Sumber Daya Mineral (KESDM). Diak-ses dari https://www.esdm.go.id/assets/media/content/content-handbook-of-energy-economic-statistics-of-indonesia-2015-uwe2cqn.pdf. Tanggal akses 16 Februari2016.

[9] Nuroniah, S.N. (2003). Penjadwalan Produksi dengan Pen-dekatan Metode Dinamik (Studi Kasus di PT GoodyearIndonesia, tbk). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

[10] Purnomo, H. (2012). Pemodelan dan Simulasi untuk Pengelo-laan Adaptif Sumber Daya Alam dan Lingkungan. Bogor: IPBPress.

[11] Simatupang, T.M. (2000). Pemodelan Sistem. Klaten: PenerbitNindika.

[12] Somantri, A.S., Purwani, E.Y., & Thahrir, R. (2005). Simu-lasi Model Dinamik Ketersediaan Sagu sebagai SumberKarbohidrat Mendukung Ketahanan Pangan Kasus Papua.Makalah. Bogor: Balai Besar Penelitian dan PengembanganPascapanen Pertanian, Kementerian Pertanian.

[13] Stern, D.I. (2003). Economic Growth and Energy. Diakses darihttp://sterndavidi.com/Publications/Growth.pdf. Tanggalakses 8 Januari 2016.

[14] Yusgiantoro, P. (2000). Ekonomi Energi: Teori dan Praktik.Jakarta: Pustaka LP3ES.

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137

Page 20: Peramalan Penyediaan dan Konsumsi Bahan Bakar Minyak ...

Sa’adah, A.F., Fauzi, A., & Juanda, B. 137

Lampiran

Gambar A1

JEPI Vol. 17 No. 2 Januari 2017, hlm. 118–137