Penyimpangan perizinan di pulau padang

45
Penyimpangan Perizinan di Pulau Padang Bahan Masukan terhadap Tim Mediasi Konflik Pulau Padang DKN Oleh: Raflis Disampaikan dalam Rangka: Pertemuan Tim Mediasi dengan Pakar Ruang Rapat Gedung Manggala Wanabakti Kementrian Kehutanan Blok I Lantai III Pada Tanggal 25 Januari 2012

Transcript of Penyimpangan perizinan di pulau padang

  1. 1. Oleh: Raflis Disampaikan dalam Rangka: Pertemuan Tim Mediasi dengan PakarRuang Rapat Gedung Manggala Wanabakti Kementrian Kehutanan Blok I Lantai III Pada Tanggal 25 Januari 2012
  2. 2. Proses Permohonan Izin Usaha HTI (Berdasarkan PermenhutNo. P.19/Menhut-II/2007 jo. P.11/Menhut-II/2008)Tembusan :Permohonan PersyaratanPerusahaanDirjenMenteri Kehutanan BaplanAdmin&Teknis (Proptek)Kadishut ProvKadishut Kab/Kota SK IUPHHK dibatalkan Persyaratan Adminsitrasi Rekom Gubernur Atas UsulanDirjen BPK apabila tdk membayar IIUPH memeriksa dlm jangka waktu ygBupati/Walikota Berdasarkelengkapan Adm,ditentukan dlm PermenhutPertimbangan Teknis Kepala Dinas 10 hr krjAdmin Tdk Lengkap,IIUPH Kht Kab/Kota, tidak ada beban hak Tolakdan didasarkan analisis fungsi kaw Admin Lengkap, DirjenDns Kht Prov & Kepala BPKH serta minta KaBaplan Konfirm Areal (30 hr krj) Dapat mengajukandilamp peta lokasi skala 1 : 100.000 kembali Menhut mener Rencana Lokasi yg dimohon & Citrabitkan SK IUPHHK- Landsat resolusi minimal 30 m, skalaHTI 1 : 100.000 Pernyataan bersedia buka kantor Pada Areal yg Areal diluar Pencad. Dirjen menerbitkandi Prov/Kabdicadkan Menhut diajukan ke Menhutuntuk dicadkanSPP IIUPH 6 hr krj Akte Pendirian Kop/Bdn Usaha. SK IUPHHK-HTI Bergerak di bid usaha kehutanan/diberikan setelah pertanian/perkebunanpembayaran IIUPH Surat Izin Usaha Berdasarkan hsl konfirm areal, Dirjen Melakukan NPWPPenilaian Proptek 7 hr krj & hasil disampaikan MenteriPersyaratan Teknis Proposal Teknis Tidak Lulus, TolakBerdasarkan WA,DirjenLulus,Persetujuan Menhut (7 hr krj) (7 hr krj)menyiapkan konsep Kep Berdasarkan AMDAL/UKL&IUPHHK- HTI kpd UPL, Menteri menginstruksikanMenhut Melalui Sekjen & KaBaplan untuk menyiapkanSurat Perintah PenyusunanSekjen menelaah aspek Peta Areal Kerja (WA) 1. AMDAL 150 HrHukumnya (5 hr krj) (15 hr krj) 2. UKL DAN UPL 60 Hr3. Apabila tdk dipenuhi, Srt persetujuan batal
  3. 3. Penyimpangan Terhadap AturanPermohonan PersyaratanAdmin&Teknis (Proptek)Mentri KehutananKelengkapan AdministrasiPersyaratan Adminsitrasi Terhadap RTRWPDirjen BPKRekomendasi Gubernur Terhadap RTRWK Konfirmasi Areal Rekomendasi Bupati Terhadap TGHK 2 Baplan Analisis Fungsi Kawasan Dishut/BKPH1 Dokumen Amdal Komisi AmdalPembayaran IUPHHPenyusunan Amdal Izin Lingkungan Baplan Peta Areal Kerja3Mentri KehutananSekjen SK IUPHHK-HTUU 26 / 2007 dan PP 26/2008Aspek HukumUU 27/ 2007Tindak Pidana Tata Ruang 4
  4. 4. Penyimpangan 1: Persyaratan Administrasi (Tahun 2004) Rekomendasi Gubernur(Nomor 522/EKBANG/33.10 tanggal 2 Juli 2004)Tidak Sesuai Dengan RTRWPPerda No 10 Tahun 1994Rekomendasi BupatiNomor 522.1/Hut/820 tanggal 11 Oktober 2005RTRWK Perda No 19 Tahun 2004TGHKAnalisis Fungsi Kawasan Kepmen 173/ 1986Dishut/BKPH1
  5. 5. Rekomendasi Bupati Tidak Sesuai Dengan Perda No 19 Tahun 2004Tentang RTRWK Bengkalis
  6. 6. Penyimpangan Terhadap Perda No 10 tahun 1994 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau
  7. 7. Penyimpangan Terhadap TGHKKepmen 173 ahun 1986 Tentang TGHK
  8. 8. Penyimpangan 2: Konfirmasi Areal (Tahun 2004)Kriteria Kawasan Yang dapat diberikan IUPHHK-HTBaplanKonfirmasi Areal2
  9. 9. Penyimpangan 2: Konfirmasi Areal1. Pengaburan kriteria kawasan hutan yang dapat diberikan IUPHHK-HT terhadap fungsi kawasan hutan berdasarkan TGHK/Penunjukan Kawasan Hutan (Pasal 3 ayat 1 P.19/Menhut-II/2007 ; Pasal 1a P.11/Menhut-II/2008 ; Keputusan Mentri Pertanian Nomor : 683/Kpts/Um/8/1981 ; Pasal 1 Point 4 P. 33/Menhut-II/2010 )2. Peraturan yang mengatur penggunaan kawasan hutan sesuai dengan fungsi kawasan hutan ditemukan dalam PP No 26 Tahun 2008 Secara tidak langsung dapat dikatakan bahwa IUPHHK-HThanya dapat diberikan dalam kawasan Hutan Produksi (HP)
  10. 10. Pengaburan kriteria kawasan hutan yang dapatdiberikan IUPHHK-HT terhadap Fungsi Kawasan Hutan 1. Pasal 3 ayat 1 P.19/Menhut-II/2007 Areal untuk pembangunan hutan tanaman adalah HutanProduksi yang tidak produktif dan tidak dibebani hak/izin lainnya, dalam TGHK /Penunjukankawasan hutan hanya dikenal istilah Hutan Produksi Terbatas (HPT), Hutan Produksi tetap (HP)dan hutan produksi konversi (HPK), tidak ditemukan penjelasan yang menghubungkan antarahutan produksi yang tidak produktif dengan kriteria kawasan hutan dalam TGHK. 2. Pasal 1a P.11/Menhut-II/2008 Hutan Produksi yang tidak produktif adalah hutan yangdicadangkan oleh mentri sebagai hutan tanaman. artinya seluruh kawasan hutan dapatdidefinisikan sebagai hutan produktif dengan mengabaikan fungsi kawasan hutan yang telah diaturdalam TGHK/Penunjukan kawasan hutan tanpa disertai kriteria yang jelas. 3. Tidak ditemukan penjelasan yang memadai tentang penggunaan kawasan hutan sesuai denganfungsi kawasan hutan yang digambarkan dalam Peta TGHK/ Penunjukan kawasan hutan terutamaperbedaan penggunaan antara Hutan Produksi Terbatas (HPT) dan Hutan Produksi Tetap (HP). 4. Perbedaan penggunaan Hutan Produksi terbatas (HPT) dan Hutan Produksi Tetap (HP) dapatdilihat dalam Keputusan Mentri Pertanian Nomor : 683/Kpts/Um/8/1981 tentang kriteria dan tatacara penetapan hutan produksi Yang dimaksud dengan hutan produksi dengan penebanganterbatas ialah hutan produksi yang hanya dapat dieksploitasi dengan cara tebang pilih sedangyang dimaksud dengan hutan produksi bebas ialah hutan produksi yang dapat dieksploitasi baikdengan cara tebang pilih maupun dengan cara tebang habis. dilihat dari kriteria kawasan HutanProduksi dengan Pengelolaan Terbatas identik dengan hutan produksi terbatas (HPT) dan hutanproduksi bebas identik dengan hutan produksi tetap (HP) 5. Pasal 1 Point 4 P. 33/Menhut-II/2010 Hutan produksi yang dapat dikonversi yang selanjutnyadisebut HPK adalah kawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagiSecara tidak langsung dapat dikatakan bahwa IUPHHK-HTpembangunan di luar kegiatan kehutanan. hanya dapat diberikan dalam kawasan Hutan Produksi (HP)
  11. 11. Peruntukan Kawasan Hutan Produksi dalam RTRWN (PP 26 Tahun 2008 )Penjelasan Pasal 64 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengankawasan peruntukan hutan produksi terbatas adalahkawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budidaya hutan alam.Penjelasan Pasal 64 Ayat (1) Huruf b Yang dimaksud dengankawasan peruntukan hutan produksi tetap adalahkawasan hutan yang secara ruang digunakan untuk budidaya hutan alam dan hutan tanaman.Penjelasan Pasal 64 Ayat (1) Huruf c Yang dimaksud dengankawasan peruntukan hutan produksi yang dapatdikonversi adalah kawasan hutan yang secara ruangdicadangkan untuk digunakan bagi perkembangantransportasi, transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri, dan lain-lain. IUPHHK-HT hanya dapat diberikan dalam Kawasan Hutan Produksi Tetap (HP)
  12. 12. Penyimpangan Terhadap FungsiKawasan Hutan Kawasan yang diizinkan untuk IUPHHK-HT adalah padahutan produksi tetap (HP) Pada Kawasan ini tidak terdapat Hutan Produksi Tetap IUPHHK-HT Pada kawasan ini 100% tidak sesuai denganTGHKFungsi Kawasan Pada SK 327 SektorLuas (ha)Pulau PadangHutan Produksi Terbatas (HPT)18.133Hutan Produksi yang dapat dikonversi 23.352(HPK)Kawasan Suaka Alam 232JUMLAH 41.717
  13. 13. Penyimpangan Terhadap TGHKKepmen 173 ahun 1986 Tentang TGHK
  14. 14. Penyimpangan 3. Penyusunan Amdal (2004)Dokumen Amdal Kurang Mempertimbangkan Dampak Subsidence Pada Pulau KecilDokumen Amdal Komisi Penilai Amdal Tidak memperhatikan RTRWP, RTRWK, TGHK Komisi AmdalIzin LingkunganIzin Lingkungan Sudah Kadaluarsa3 Kepres No 32 Tahun 1990PP No 47 Tahun 1997PP No 26 Tahun 2008Areal Kerja Berada Pada Kawasan Bergambut
  15. 15. Dokumen Amdal Dokumen Amdal Kurang Mempertimbangkan Dampak Subsidence Pada PulauKecil (Lihat Bagian hipotesa Tenggelamnya sebuah pulau) , Dokumen RPL Hal III-6menjelaskan bahwa Pembukaan wilayah Hutan (Pembuatan kanal dan salurandrainase) dapat menimbulkan subsidensi tanah gambut mencapai 50 cm padatahun pertama, dan rata rata 10 cm pada beberapa tahun berikutnya Area Penambahan tidak sesuai dengan RTRWP Riau dan RTRWK Bengkalis (TidakSesuai dengan PP 27 Tahun 2008 tentang Amdal) Tidak ditemukan berita acara sosialisasi konsultasi publik pada desa interaksi dipulau padang (Kepmen LH No 2 tahun 2004 dan Keputusan Kepala Bappedal No 8Tahun 2000) Tidak dilampirkan seluruh dokumen perizinan sebagai syarat kelengkapandokumen (Kepmen LH No 2 Tahun 2000) Tidak dijelaskan metodologi dan analisis yang menjelaskan Terdapat KubahGambut oligotropik yang terpengaruh air asin dengan kedalaman lebih dari 2 mseluas 51.942 ha (Kepmen LH No 5 tahun 2000) Plot Pengambilan sampel kualitas air permukaan tidak dilakukan diwilayah pulaupadang
  16. 16. Komisi Amdal Hasil Rapat Penilaian tidak mempertimbangkan RencanaTata Ruang, Menurut Pasal 16 ayat (4) PP 27 Tahun 1999Instansi yang bertanggung jawab wajib menolakkerangka acuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)apabila rencana lokasi dilaksanakannya usaha dan/ataukegiatan terletak dalam kawasan yang tidak sesuai denganrencana tata ruang wilayah dan/atau rencana tata ruangkawasan Berita Acara Rapat Penilai Amdal Tanggal 20 Oktober 2004belum menyetujui Dokumen Amdal, dan tidak ditemukanberita acara rapat Tim penilai lainnya. (Cacat Proses) Dari daftar hadir Rapat Penilaian Dokumen AMDAL tidakdihadiri oleh masyarakat yang terkena dampak di PulauPadang (tidak sesuai dengan PP No 27 tahun 1999 tentangAMDAL)
  17. 17. Izin Lingkungan Keputusan Gubernur Riau Kpts. 667/XI/2004 tanggal 11November 2004 tentang Kelayakan LingkunganKegiatan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayupada Hutan Tanaman (IUPHHKHT) di areal tambahanKabupaten Pelalawan, Siak dan Bengkalis Provinsi Riauoleh PT. Riau Andalan Pulp and Paper telah dicabutoleh Keputusan Gubernur Riau Nomor Kpts.326/VII/2006 tanggal 6 Juli 2006 dan Tidak berlakulagi. Izin lingkungan yang digunakan sudah kadaluarsa(Antara keluarnya SK 327 dan Izin Lingkunganmempunyai rentang waktu sekitar 5 tahun) Lihat Pasal24 ayat 1 PP 27 Tahun 1999.
  18. 18. Areal Kerja IUPHHK-HT Berada Pada Kawasan Bergambut Kawasan Bergambut dengan Kedalaman Lebihdari 3 Meter dilindungi oleh aturanPerundangan diantaranya: Kepres No 32 Tahun 1997 tentang pengelolaankawasan lindung PP No 47 tahun 1997 yang diganti dengan PP No26 tahun 2008 tentang Rencana Tata RuangWilayah Nasional (RTRWN)
  19. 19. Penyimpangan 4: Penilaian Aspek Hukum (2009)Tindak Pidana Penataan RuangSekjenUU No 26 Tahun 2007Tentang Penataan Ruang Sebagian Areal Kerja sudahditetapkan sebagai Kawasan Lindung PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah NasionalAspek Hukum Kawasan Yang diperuntukkan untuk IUPHHK-HTadalah hutan produksi tetap (HP)UU No 27 Tahun 2007Tentang Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau KecilTidak diprioritaskan untuk budidaya kehutanan4
  20. 20. Penyimpangan 4: Penilaian Aspek Hukum (2009) Lamanya rentang waktu proses keluarnya izin antara tahun 2004-2009 (5 tahun) Keluarnya 3 aturan baru yang berdampak secara hukum terhadap prosesperizinan yang sudah berjalan yaitu: UU No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang yang memberikan mandat untuk menertibkan perizinan yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang dan Sangsi Pidana terhadap Pemberian Izin yang melanggar Tata Ruang. UU No 27 Tahun 2007 Tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau pulau kecil dimana Pulau Padang masuk kategori pulau kecil yang didefinisikan oleh UU 27 Tahun 2007 PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang menegaskan kriteria kawasan lindung dan budidaya serta penegasan fungsi kawasan hutan produksi terhadap perizinan kehutanan. Seharusnya dengan keluarnya 3 aturan baru ini proses Perizinan IUPHHK-HT dipulau padang diulang kembali mulai dari tahapan awal, karena beberapasubstansi yang diatur dalam 3 aturan baru berdampak terhadap kriteria kawasanyang diajukan pada wilayah pulau padang.
  21. 21. Penertiban PerizinanUU No 26 Tahun 2007
  22. 22. (Tindak Pidana Penataan Ruang) UU No 26 Tahun 2007
  23. 23. UU No 27 Tahun 2007(Pulau Pulau Kecil)Luas Pulau Padang: 111.500 ha atau 1.115 km2(masuk kategori pulau kecil) Pasal 1 Ayat (3) Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan2.000 km (duaribu kilometer persegi) beserta kesatuan Ekosistemnya. Pasal 23 (1) Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan perairan di sekitarnya dilakukanberdasarkan kesatuan ekologis dan ekonomis secara menyeluruh dan terpadudengan pulau besar di dekatnya. Pasal 23 (2) Pemanfaatan Pulau-Pulau Kecil dan perairan di sekitarnyadiprioritaskan untuk salah satu atau lebih kepentingan berikut: a. konservasi; b.pendidikan dan pelatihan; c. penelitian dan pengembangan; d. budidaya laut; e.pariwisata; f. usaha perikanan dan kelautan dan industri perikanan secara lestari; g.pertanian organik; dan/atau h. Peternakan.Tidak diprioritaskan untuk kegiatan kehutanan
  24. 24. Beberapa Pengertian Dalam PP 26 Tahun 2008 Rencana pola ruang wilayah nasional digambarkan dalam peta dengan tingkat ketelitian1:1.000.000 sebagaimana tercantum dalam Lampiran VII yang merupakan bagian tidak terpisahkandari Peraturan Pemerintah ini (Pasal 50 ayat 2) Strategi Kebijakan Pengelolaan Kawasan Lindung Nasional mewujudkan kawasan berfungsilindung dalam satu wilayah pulau dengan luas paling sedikit 30% (tiga puluh persen) dari luaspulau tersebut sesuai dengan kondisi ekosistemnya (Pasal 7 ayat 2 huruf b) Strategi Pengembangan Kawasan Budidaya adalah dengan mengembangkan kegiatan budidaya yangdapat mempertahankan keberadaan pulau-pulau kecil. (Pasal 8 Ayat 3 huruf e) Yang dimaksud dengan kawasan peruntukan hutan produksi terbatas adalah kawasan hutanyang secara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam Penjelasan Pasal 64 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan kawasan peruntukan hutan produksi tetap adalah kawasan hutan yangsecara ruang digunakan untuk budi daya hutan alam dan hutan tanaman. Penjelasan Pasal 64 Ayat(1) Huruf b Yang dimaksud dengan kawasan peruntukan hutan produksi yang dapat dikonversi adalahkawasan hutan yang secara ruang dicadangkan untuk digunakan bagi perkembangan transportasi,transmigrasi, permukiman, pertanian, perkebunan, industri, dan lain-lain. Penjelasan Pasal 64 Ayat(1) Huruf c
  25. 25. Penyimpangan terhadap PP 26 Tahun 2008Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
  26. 26. Tindak Pidana Penataan Ruang RTRWN RTRWPRTRWKTGHKMasuk Kategori Tindak Pidana Penataan RuangBahan Bacaan:1. http://raflis.wordpress.com/2011/09/13/penataan-ruang-dan-korupsi-studi-kasus-provinsi-riau/2. http://raflis.wordpress.com/2011/07/15/menyerahkan-hutan-ke-pangkuan-modal/
  27. 27. Penyimpangan Terhadap Perda No 19 Tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis IUPHHK-HT hanya diperbolehkan pada kawasan hutan produksi (HP) Pada area ini terdapat Hutan Produksi seluas 22.554 ha, namunteridentifikasi sebagai lindung gambut. IUPHHK-HT pada kawasan ini 100% tidak sesuai dengan RTRWK BengkalisFungsi KawasanLuas (ha)1. Kawasan Budidaya 13.2351.a. Kawasan Perkebunan Besar Negara/Swasta 4.5841.b. Kawasan Perkebunan Rakyat2.0011.c. Kawasan Pertanian Lahan Basah4.7191.d. Kawasan Pertanian lahan Kering 1.9302. Kawasan Lindung28.4822.a. Buffer 2.0072.b. Hutan Produksi Tetap yang didalamnya terdapat lindung gambut 22.5542.c. Kawasan hutan Lindung gambut 3.3512.d. Kawasan hutan Suaka Alam 389JUMLAH41.717
  28. 28. Penyimpangan Terhadap Perda No 19 Tahun 2004Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis
  29. 29. Penyimpangan Terhadap Perda No 10 tahun 1994 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau Pada Kawasan ini fungsi kawasan dalam RTRWP hanya menggambarkan: 1) ArahanPemanfaatan Kawasan Kehutanan, 2)Arahan Pemanfaatan KawasanPerkebunan, 3) Kawasan Lindung. IUPHHK-HT hanya diperbolehkan pada Arahan Pemanfaatan Kawasan Kehutanan Terdapat 19.599 ha (42,19%) dari izin yang tidak sesuai dengan RTRWP denganPeruntukan APK Perkebunan seluas 3.954 ha dan kawasan lindung seluas 17.599haFungsi Kawasan Luas (ha)APK Kehutanan24.118APK Perkebunan 3.954Kawasan Lindung13.645Jumlah 41.707
  30. 30. Penyimpangan Terhadap Perda No 10 tahun 1994 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau
  31. 31. Penyimpangan terhadap PP 26 Tahun 2008 Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Peta Lampiran VII PP 26 Tahun 2007 hanyamenggambarkan kawasan lindung dan budidaya. Kawasan yang diizinkan untuk IUPHHK-HT adalahKawasan Budidaya yang berada dalam kawasan hutanproduksi. Terdapat 28.160 ha atau 67,5% dari luas izin dalamkawasan ini yang berada dalam Kawasan Lindung Fungsi KawasanLuas (ha) Kawasan Lindung 13.556 Kawasan Budidaya28.160
  32. 32. Penyimpangan terhadap PP 26 Tahun 2008Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional
  33. 33. Temuan Lain Penyimpangan dalam Proses PerubahanFungsi Kawasan hutan (Sesuai denganPesanan) Penyimpangan terhadap luasan Izin dalamsatu provinsi Dampak Tenggelamnya Sebuah Pulau Konflik Sosial
  34. 34. Pengelolaan Hutan ProduksiSKORHutan ProduksiBudidaya Hutan Alam (IUPHHK-HA / HPH) 124-175 Terbatas Fungsi tidak dapat salingdipertukarkan karena Hutanskornya berbedaProduksiBudidaya Hutan alamHutan Produksi dan Tanaman (IUPHHK-Tetap HT / HPHTI/ HTI)SKOR Fungsi dapat saling< 124 dipertukarkan karenaskornya sama Budidaya Non KehutananHutan Produksi (Perkebunan, Pertanian, P Konversiertambangan)
  35. 35. Fakta Pengelolaan Hutan Produksi IUPHHK-HA Tidak Sesuai SKOR Hutan Produksidengan124-175TerbatasIUPHHK-HTKetentuan dan Berdampak Perkebunan Hidrologi Ada SK Mentri PerubahanFungsi Kawasan Hutan IUPHHK-HA Tidak SesuaiHutan Produksi IUPHHK-HTdenganTetap Ketentuan Perkebunantetapi Tidak Berdampak SKORAda SK Mentri Perubahansecara < 124Fungsi Kawasan Hutan Hidrologi IUPHHK-HAHutan Produksi IUPHHK-HTSesuai dengan Konversi Ketentuan Perkebunan
  36. 36. Pasal 8 PP No 6 Tahun 19991) Ketentuan luas maksimal Hak Pengusahaan Hutan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) diatur sebagai berikut: a. Untuk satu propinsi setiap pemegang hak maksimal seluas 100.000 (seratus ribu) hektar; b. Untuk seluruh Indonesia setiap pemegang hak maksimal seluas 400.000 (empat ratus ribu) hektar; c. Khusus untuk Propinsi Irian Jaya setiap pemegang hak maksimal seluas 200.000 (dua ratus ribu) hektar.Luas Izin PT RAPP (SK 327) seluas 350.165 Ha Ha
  37. 37. Dampak Subsidence (Potensi Tenggelamnya Pulau)
  38. 38. Elevasi Pulau Padang (mdpl)65 528 4
  39. 39. Dampak Bencana(HipotesaTenggelamnya Pulau) Penurunan relatif daratan terhadap permukaanlaut sekitar 7 sampai 8 cm/tahun. Beda elevasi antara darat dan laut rata rata 5meter Perkiraan waktu pulau tenggelam 60 - 70tahun. http://raflis.wordpress.com/2010/12/20/hipotesa-awal-tenggelamnya-sebuah-pulau/
  40. 40. Konflik SosialBukti Keberadaan Masyarakat di Pulau Padangdapat dilihat pada:1. Peta Army Map Service yang diterbitkan tahun 1945 skala 1: 250.0002. Peta Topografi Bakosurtanal yang diterbitkan tahun 1975 skala 1: 50.0003. Peta Map Sol Central Sumatra yang diterbitkan tahun 1986 skala 1: 1.000.000
  41. 41. Map Army 1945 Peta Map Army Peta Bakosurtanal
  42. 42. Bakosurtanal 1975
  43. 43. Map Soil Central Sumaterahttp://raflis.wordpress.com/2011/02/12/map-soil-central-sumatera/