Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

33
PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Lampiran VII Rencana Pola Ruang Wilayah Nasional Studi Kasus Penataan Ruang (Perizinan IUPHHK-HT di Pulau Padang) Disampaikan Pada Seminar Terbuka Teluk Belitung Desember 2010

Transcript of Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Page 1: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

PP No 26 Tahun 2008 Tentang Rencana Tata

Ruang Wilayah Nasional

Lampiran VII Rencana Pola Ruang

Wilayah Nasional

Studi Kasus Penataan Ruang(Perizinan IUPHHK-HT di Pulau Padang)

Disampaikan Pada Seminar Terbuka Teluk Belitung Desember 2010

Page 2: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Tinjauan Umum

• Pulau Padang Masuk Kategori Pulau Kecil (UU No 27/2007)– Mempunyai sumberdaya alam yang terbatas– Mempunyai Lingkungan yang sensitif

• Jumlah Penduduk (Merbau 48417 tahun 2008, prediksi tahun 2012 51998 Jiwa)

• Kebutuhan Air bersih tahun 2000 sebanyak 3.385.200 liter/hari , prediksi tahun 2012 sebanyak 4.897.441 liter/hari

• Luas Gambut ………..ha (perlu dihitung dampak Subsidence• Topografi Wilayah Datar Tinggi kontur 15 mdpl

Page 3: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

• Peta Map Army• Peta Bakosurtanal

Map Army 1945

Page 4: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Bakosurtanal 1975

Page 5: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

• HP/LGb Kawasan Hutan Produksi Tetap (didalamnya ada lindung gambut yang harus didelineasi terlebih dahulu melalui penelitian Lapangan

No Rencana Alokasi Pemanfaatan Ruang

Luas (ha)

% 1 Kawasan Suaka

Margasatwa 4985

3.70%

1 Hutan Produksi Alam 3594026.64

%2 Kawasan Penyangga SM 2978

2.21%

2 Pertanian Lahan Basah (Budidaya Padi Sawah)

3950

2.93%3 Kawasan Lindung

Gambut 21980

16.29%

3 Pertanian Lahan Basah (Budidaya Sagu)

13460

9.98%4 Kawasan Lindung

Berhutan Bakau 9071

6.72%

4 Pertanian Lahan Kering 4332

3.21%5 Kawasan Sempadan

Pantai 818

0.61%

5 Perkebunan Rakyat 2164016.04

% 6 Perkebunan Swasta 10947 8.12% 7 Pertambangan 2566 1.90% 8 Pemukiman Perkotaan 371 0.28% 9 Pemukiman Perdesaan 1853 1.37% Luas Kawasan Lindung

39832 29.53%

Luas Kawasan Budidaya

9505970.47

%

Page 6: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Perda No 19Tahun 2004 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Bengkalis

Page 7: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Perda No 10 tahun 1994 Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau

Page 8: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

PP 26 Tahun 2008Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Page 9: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Kepmen 173 ahun 1986 Tentang TGHK

Page 10: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Pencadangan HTI

Page 11: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Peta Tata Batas Kawasan HUtan

Page 12: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Draft Rencana Tata Ruang Riau

Page 13: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Kawasan Bergambut

• Kawasan Lindung gambut dalam Draft RTRWP 2001-2015 seluas 511.162,3 Ha

• Kawasan Bergambut lebih dari 3 m yang sudah diberikan izin HTI seluas 864.325 ha dan 230.624 ha izin Bupati

• Terjadi Pelanggaran Terhadap Kepres 32 1990 dan PP 47 1997,

Peraturan Perundangan

1. Kepres 32 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

Pasal 10 Kriteria kawasan bergambut adalah tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa.

2. PP 47 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Pasal 33 ayat 2 Kriteria kawasan lindung untuk kawasan bergambut sebagaimana dimaksud dalam Pasal 10 ayat (2) huruf b yaitu kawasan tanah bergambut dengan ketebalan 3 meter atau lebih yang terdapat di bagian hulu sungai dan rawa.

Page 14: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

IZIN HTI PT RAPP

Page 15: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Areal diluar Pencad diajukan ke Menhut

untuk dicadkan

Permohonan Persyaratan Admin&Teknis (Proptek) Menteri Kehutanan

Perusahaan

Persyaratan Adminsitrasi• Rekom Gubernur Atas Usulan

Bupati/Walikota Berdasar Pertimbangan Teknis Kepala Dinas Kht Kab/Kota, tidak ada beban hakdan didasarkan analisis fungsi kawDns Kht Prov & Kepala BPKH sertadilamp peta lokasi skala 1 : 100.000

• Rencana Lokasi yg dimohon & Citra Landsat resolusi minimal 30 m, skala 1 : 100.000

• Pernyataan bersedia buka kantor di Prov/Kab

• Akte Pendirian Kop/Bdn Usaha• Bergerak di bid usaha kehutanan/

pertanian/perkebunan• Surat Izin Usaha• NPWPPersyaratan Teknis • Proposal Teknis

Berdasarkan hsl konfirm areal, Dirjen Melakukan Penilaian Proptek 7 hr krj & hasil disampaikan

Menteri

SK IUPHHK dibatalkan apabila tdk membayar IIUPH

dlm jangka waktu yg ditentukan dlm Permenhut

IIUPH

• Menhut menerbitkan SK IUPHHK-HTI

. Dirjen menerbitkanSPP IIUPH 6 hr krj

. SK IUPHHK-HTI diberikan setelah pembayaran IIUPH

Berdasarkan WA,Dirjen menyiapkan konsep Kep IUPHHK- HTI kpdMenhut Melalui Sekjen &Sekjen menelaah aspek Hukumnya (5 hr krj)

Surat Perintah Penyusunan

1. AMDAL 150 Hr2. UKL DAN UPL 60 Hr3. Apabila tdk dipenuhi, Srt

persetujuan batal

Tembusan : DirjenBaplanKadishut ProvKadishut Kab/Kota

Pada Areal yg dicadkan Menhut

Proses Permohonan Izin Usaha HTI (Berdasarkan Permenhut No. P.19/Menhut-II/2007 jo. P.11/Menhut-II/2008)

Tidak Lulus, Tolak (7 hr krj)

Admin Lengkap, Dirjen minta KaBaplan Konfirm

Areal (30 hr krj)

Admin Tdk Lengkap, Tolak

Dapat mengajukan kembali

Berdasarkan AMDAL/UKL&UPL, Menteri menginstruksikan KaBaplan untuk menyiapkanPeta Areal Kerja (WA)(15 hr krj)

Lulus,Persetujuan Menhut (7 hr krj)

Dirjen BPK memeriksa

kelengkapan Adm, 10 hr krj

Page 16: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Pembiaran Atas Pelanggaran

Dinas Kehutanan Provinsi

Dinas Kehutanan Kabupaten

Bupati

Gubernur

Dirjen Planologi Kehutanan

Komisi Amdal Pusat

Mentri Kehutanan

Rencana Tata Ruang Wilayah Kabuupaten

Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Pencadangan Lahan Untuk HTI

Tata Guna Hutan Kesepakatan

Kawasan Bergambut/ Lindung Gambut

AktorRegulasi

Page 17: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Apakah Karena Korupsi ???? • Belum terintegrasinya peta-peta kawasan hutan

menjadi satu peta tunggal sebagai acuan semua stakeholder. KPK menemukan sekurang-kurangnya 4 versi peta kawasan hutan dengan skala yang berbeda-beda, yang berdampak pada ketidakpastian karena terdapat selisih antara 4 hingga 16 juta ha luas kawasan hutan di antara versi-versi tersebut.

Hasil Riset KPK Desember 2010

Page 18: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

• Belum diterapkannya prinsip-prinsip good governance dalam pelayanan publik terutama dalam pelayanan perpetaan, konfirmasi areal kerja IUPHHK, perizinan pinjam pakai, tukar-menukar, dan pelepasan kawasan hutan karena tidak ada unit pelayanan terpadu informasi dan perizinan. Selain itu, tidak ada standar waktu dan biaya yang jelas. Dalam lingkup Ditjen Planologi saja, konfirmasi peta harus melalui sekurang-kurangnya 2 Direktorat, per Direktorat 5 Subdit, tiap-tiap Subdit sekurang-kurangnya 4 meja. Biaya rapat-rapat pembahasan dan biaya pengawasan oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan (BPKH) juga tidak distandarkan.

Page 19: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

• Penerbitan 79 Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) Hutan Alam/Tanaman di luar peruntukannya menurut Tata Guna Hutan Kesepakatan Provinsi Riau, dengan total luas kawasan yang dilanggar mencapai 3,7 juta ha. Sebagian besar, 2,9 juta ha, berupa IUPHHK-HT di kawasan Hutan Produksi Terbatas, yang berarti indikasi land clearing di hutan alam. Hal ini disebabkan lemahnya prosedur serta evaluasi kinerja daerah dalam perlindungan dan pengawasan hutan.

Page 20: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Dampak Yang Mungkin Timbul Jika Izin Ini Tetap Beroperasi

• Kehilangan Catchmen Area Seluas……..• Krisis Air Bersih/ Infiltrasi Air Laut• Subsidence berkemungkinan berdampak banjir• Sedimentasi Pada kawasan Pesisir• Berkurangnya Kebutuhan Lahan Bagi Masyarakat• Masuknya migran, (kompetisi penggunaan lahan)• Kombinasi Subsidence dan Global Warming

memungkinkan hilangnya pulau

Page 21: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Subsidence

Page 22: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Subsidence

Page 23: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)
Page 24: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)
Page 25: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Global Warming ???????

Page 26: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

SolusiPenertiban Perizinan Melalui Mekanisme

Penataan Ruang

Page 27: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

PERSOALAN PENATAAN RUANG

• RUANG PRIVAT vs PUBLIK

• DAMPAK DI PERKOTAAN DAN PERDESAAN

• RUANG EKSPLOITASI SUMBER DAYA ALAM

• RUANG LINDUNG vs BUDIDAYA

KONFLIK RUANG

KOMPETISI RUANG

AKSES ATAS

RUANG

TEKANAN PERTUM- BUHAN

Page 28: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Kasus-kasus Umum Tata RuangKonflik antar sektor (hutan

lindung dan batu bara);

Konflik antara pusat dan daerah;

Lemahnya pengawasan

Ilegal (lodging, fishing, mining);

Tidak terdapat database potensi SDA yang akurat;

Kolusi dalam Perizinan;

Konflik dengan masyarakat

lokal;

28

Page 29: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Managenen Konflik Rencana tata ruang•Proses perencanaan yang partisipatif•Perencanaan yang serinci/sedetail mungkin•Optimalisasi fungsi ruang (bukan perubahan)

Pelaksanaan pemanfatan Ruang•Ada kajian cost and benefit (KLS, NRA, AMDAL) •Izin (verguining, licentie, consessie)

Pengendalian•Pengawasan, pemantauan, penegakan hukum•Keberatan, Pelaporan dan pengaduan

Page 30: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

RTR

W

Instrumen

pembangunan

Jerat

hukum

RTRW = Pisau Bermata Dua

Ketentuan sanksi UU No. 26/ 2007Pasal 69 s.d pasal 75

Ketentuan sanksi ini mengikat semua pihak, baik pelanggar ketentuan RTRW maupun aparat pemberi ijin

pemanfaatan ruang, termasuk di dalamnya adalah kita semua sebagai bagian dari institusi yang berwenang

memberikan persetujuan substansi.

Page 31: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Izin Pemanfaatan

Ruang

diatur oleh Pemerintah & pemda (menurut kewenangan masing-masing)

apabila tidak

sesuai RTRW

dikeluarkan dan/atau diperoleh dgn tidak melalui

prosedur yg benar

diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi

kemudian terbukti tidak sesuai dengan RTRW

batal demi hukum

penggantian / ganti kerugian

yg layakakibat adanya perubahan

RTRWN

Ps. 37 ayat (6)

Ps. 37 ayat (5)

Ps. 37 ayat (3)

Perizinan

dapat dibatalkan

Ps. 37 ayat (4)

BHK-DJPR/Presentasi/DR

PENGENDALIAN PEMANFAATAN RUANG Pemda dapat mengatur ketentuan perizinan menurut

kewenangannnya masing-masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan

Page 32: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Peluang

Page 33: Studi kasus penataan ruang (perizinan hti di pulau padang)

Terima kasih

www.ti.or.id / www.transparency.org

Asia Pasific- Forestry Governance Integrity ProgrammeAsia Pasific- Forestry Governance Integrity Programme