Kontroversi Perizinan Hti Di Provinsi Riau

14
KONTROVERSI PERIZINAN HTI KONTROVERSI PERIZINAN HTI DI PROVINSI RIAU DI PROVINSI RIAU STUDI KASUS STUDI KASUS PT. RAPP SEKTOR PELALAWAN PT. RAPP SEKTOR PELALAWAN Keputusan Menteri Kehutanan Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 356/Menhut-II/2004 Nomor 356/Menhut-II/2004 Oleh: Raflis, Yayasan Kabut Riau Rivani Noor, Cappa Sebagai Bahan Masukan Untuk Panel Pakar I Sebagai Bahan Masukan Untuk Panel Pakar I Sertifikasi Bertahap Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari Sertifikasi Bertahap Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari PT. PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER (PT. RAPP) RIAU ANDALAN PULP AND PAPER (PT. RAPP) Sektor Pelalawan di Kabupaten Pelalawan dan Siak Sektor Pelalawan di Kabupaten Pelalawan dan Siak Propinsi Riau dengan luas 75.640 ha Propinsi Riau dengan luas 75.640 ha

description

kontroversi perizinan HTI di Provinsi Riau Studi Kasus PT RAPP Sektor Pelalawan, Keputusan Mentri Kehutanan Nomor 356/Menhut-II/2004

Transcript of Kontroversi Perizinan Hti Di Provinsi Riau

Page 1: Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau

KONTROVERSI PERIZINAN HTI KONTROVERSI PERIZINAN HTI DI PROVINSI RIAUDI PROVINSI RIAU

STUDI KASUSSTUDI KASUS

PT. RAPP SEKTOR PELALAWANPT. RAPP SEKTOR PELALAWAN

Keputusan Menteri Kehutanan Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor 356/Menhut-II/2004 Nomor 356/Menhut-II/2004

Oleh: Raflis, Yayasan Kabut Riau

Rivani Noor, Cappa

Sebagai Bahan Masukan Untuk Panel Pakar ISebagai Bahan Masukan Untuk Panel Pakar ISertifikasi Bertahap Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari Sertifikasi Bertahap Pengelolaan Hutan Tanaman Lestari PT. PT. RIAU ANDALAN PULP AND PAPER (PT. RAPP) RIAU ANDALAN PULP AND PAPER (PT. RAPP) Sektor Pelalawan di Kabupaten Pelalawan dan Siak Sektor Pelalawan di Kabupaten Pelalawan dan Siak Propinsi Riau dengan luas 75.640 ha Propinsi Riau dengan luas 75.640 ha

Page 2: Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau

Izin HTI yang melanggar aturan perundangan Izin HTI yang melanggar aturan perundangan adalah:adalah:

•Pelanggaran Oleh SK Mentri Seluas 864,325 haPelanggaran Oleh SK Mentri Seluas 864,325 ha

•Pelanggaran Oleh SK Bupati Seluas 230,624 haPelanggaran Oleh SK Bupati Seluas 230,624 ha

Bertentangan Dengan:Bertentangan Dengan:

1.1. PP 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang NasionalPP 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Nasional

2.2. Kepres 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan LindungKepres 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

3.3. Perda No 10 Tahun 1994 Tentang Rencana Tata Ruang Provinsi Perda No 10 Tahun 1994 Tentang Rencana Tata Ruang Provinsi RiauRiau

Sekilas Perizinan HTI pada Sekilas Perizinan HTI pada Kawasan Gambut Kawasan Gambut Di Provinsi RiauDi Provinsi Riau

Sumber Peta: Jikalahari

Page 3: Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau

Aturan Hukum Yang Mengatur Pemanfaatan Ruang di Aturan Hukum Yang Mengatur Pemanfaatan Ruang di Propinsi RiauPropinsi Riau

1. Kepmen 137/1986 Tentang Tata Guna Hutan Kesepakatan

2. Perda No 10 Tahun 1994 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Propinsi

3. SK Gubernur No 105.a/III/98 tahun 1998 tentang padu serasi RTRWP dan TGHK

Ketiga Aturan hukum Tersebut Tidak saling membatalkan dan terdapat perbedaan alokasi rencana pemanfaatan pada ruang yang sama.

Persoalannya adalah•Departemen Kehutanan Mengeluarkan perizinan sesuai dengan Peta TGHK •Alokasi pemanfaatan Ruang dalam TGHK banyak yang bertentangan dengan:

•PP 47 1997 Tentang Tata Ruang Wilayah Nasional•Kepres 32 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung•Perda No 10 1994 Rencana Tata Ruang Provinsi Riau

Page 4: Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau

STUDI KASUSSTUDI KASUSPT. RAPP SEKTOR PELALAWANPT. RAPP SEKTOR PELALAWANKeputusan Menteri Kehutanan Keputusan Menteri Kehutanan

Nomor 356/Menhut-II/2004Nomor 356/Menhut-II/2004

10 Nopember 1996 , Izin Prinsip Penambahan areal Surat Menteri Kehutanan No.1547/Menhut-IV/1996 tanggal, pada areal seluas 121.000 hektar,

24 Desember 1997, Gubernur memberikan Rekomendasi Pencadangan Tambahan Areal Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri, Surat Gubernur Riau Nomor 522.2/EK/3752

19 Desember 1997, Keluarnya Persetujuan ANDAL, RKL dan RPL HPHTI Komisi amdal pusat

19 Desember 2001 Persetujuan ANDAL, RKL/RPL Kegiatan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman PT. Riau Andalan Pulp and Paper dari gubernur

22 Juli 2004, Permohonan Addendum SK HPHTI/IUPHHKT (Surat Direktur Utama PT. Riau Andalan Pulp and Paper Nomor 32/RAPP-J/VII/2004)

16 September 2004, Persetujuan Badan Planologi Kehutanan, surat Kepala Badan Planologi Kehutanan Nomor S.161/VII-KP/Rhs/2004 tanggal seluas 75.640 ha

Keluarnya Keputusan Mentri Kehutanan Nomor 356/MENHUT-II/2004

Page 5: Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau

Peyimpangan 1

SK 1547/Menhut-IV/1996 dikeluarkan pada kawasan yang masih punya tutupan hutan yang cukup baik.

Regulasi: PP 7 Tahun 1990 pasal 5 ayat 1 Areal hutan yang dapat diusahakan sebagai areal HTI adalah kawasan hutan produksi tetap yang tidak produktif.

Fakta : Berdasarkan Citra Landsat Tahun 1996, Tutupan hutan alam masih dalam keadaan baik. (Citra Landsat 1996)

Sumber Peta: WWF Riau

Page 6: Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau

Penyimpangan 2Penyimpangan 2

SK 1547/Menhut-IV/1996 dikeluarkan pada kawasan yang masih SK 1547/Menhut-IV/1996 dikeluarkan pada kawasan yang masih mempunyai izin HPHmempunyai izin HPH

Regulasi: PP 7 Tahun 1990 Pasal 7 ayat (3)Hak Pengusahaan Regulasi: PP 7 Tahun 1990 Pasal 7 ayat (3)Hak Pengusahaan HTI tidak dapat diberikan dalam areal hutan yang telah HTI tidak dapat diberikan dalam areal hutan yang telah dibebani Hak Pengusahaan Hutan (HPH).dibebani Hak Pengusahaan Hutan (HPH).

Fakta : Terdapat 1 Izin HPH yang masih aktif dalam areal iniFakta : Terdapat 1 Izin HPH yang masih aktif dalam areal ini

Page 7: Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau

Penyimpangan 3Penyimpangan 3

Sebagian kawasan yang diberikan dalam SK 1547/Menhut-IV/1996 ini berada Sebagian kawasan yang diberikan dalam SK 1547/Menhut-IV/1996 ini berada dalam kawasan lindung berdasarkan Perda no 10 tahun 1994 Tentang rencana dalam kawasan lindung berdasarkan Perda no 10 tahun 1994 Tentang rencana tata ruang wilayah provinsitata ruang wilayah provinsi

Regulasi: PP 7 1990 Pasal 8 ayat Regulasi: PP 7 1990 Pasal 8 ayat (2) Hak Pengusahaan HTI sebagaimana (2) Hak Pengusahaan HTI sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), diberikan oleh Menteri setelah mendengar saran dan dimaksud dalam ayat (1), diberikan oleh Menteri setelah mendengar saran dan pertimbangan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan. pertimbangan dari Gubernur Kepala Daerah Tingkat I yang bersangkutan. (Penjelasan Ayat (2)Saran dan pertimbangan Gubernur Kepala Daerah (Penjelasan Ayat (2)Saran dan pertimbangan Gubernur Kepala Daerah diperlukan agar pembangunan HTI sinkron dengan rencana pembangunan diperlukan agar pembangunan HTI sinkron dengan rencana pembangunan wilayah)wilayah)

Fakta: Fakta: Gubernur memberikan Rekomendasi Pencadangan Tambahan Areal Hak Gubernur memberikan Rekomendasi Pencadangan Tambahan Areal Hak

Pengusahaan Hutan Tanaman Industri, Surat Gubernur Riau Nomor Pengusahaan Hutan Tanaman Industri, Surat Gubernur Riau Nomor 522.2/EK/3752 tanggal 24 Desember 1997522.2/EK/3752 tanggal 24 Desember 1997

Fakta 2: 38.504 ha konsesi berada dalam kawasan lindung (43,46% dari Fakta 2: 38.504 ha konsesi berada dalam kawasan lindung (43,46% dari luas konsesi)luas konsesi)

Page 8: Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau

Penyimpangan 4

Regulasi : Kepres 32 Tahun 1990 Tentang Regulasi : Kepres 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, PP 47 Tahun 1997 Pengelolaan Kawasan Lindung, PP 47 Tahun 1997 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional

Fakta 1: Keluarnya Persetujuan ANDAL, RKL dan Fakta 1: Keluarnya Persetujuan ANDAL, RKL dan RPL HPHTIRPL HPHTI Komisi amdal pusat Komisi amdal pusat 19 Desember 1997 19 Desember 1997 dan 19 Persetujuan ANDAL, RKL/RPL Kegiatan Hak dan 19 Persetujuan ANDAL, RKL/RPL Kegiatan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman PT. Riau Andalan Pengusahaan Hutan Tanaman PT. Riau Andalan Pulp and Paper surat gubernur Desember 2001Pulp and Paper surat gubernur Desember 2001

Fakta 2 : Banyak data yang menunjukkan bahwa Fakta 2 : Banyak data yang menunjukkan bahwa kawasan ini adalah kawasan gambutkawasan ini adalah kawasan gambut

Page 9: Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau

Data Tentang Kawasan Bergambut

1. Peta Lahan Basah Skala 1:2.500.000 Pusat Survey Sumberdaya Alam Darat Badan Koordinasi Survey Dan Pemetaan Nasional Bakosurtanal) 1990

2. Peta Lahan Kawasan Lindung Skala 1:2.500.000 Pusat Survey Sumberdaya Alam Darat Badan Koordinasi Survey Dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal) 1990

3. Peta Penutupan Lahan Provinsi Riau Skala 1: 3.000.000 Badan Planologi Kehutanan Tahun 2002

4. Peta Penutupan Lahan Provinsi Riau Skala 1: 3.000.000 Badan Planologi Kehutanan Tahun 2005

5. Peta Luas Sebaran Lahan Gambut dan Kandungan Karbon Provinsi Riau Skala 1: 250.000, Wetlands International 2002

6. Peta Bahan Batuan Induk, Balai Pengelolaan DAS Indragiri Rokan Riau Departemen Kehutanan 2006

7. Peta Fisiografi, Balai Pengelolaan DAS Indragiri Rokan Riau Departemen Kehutanan 2006

8. Peta Topografi (lembar Siak) Skala 1: 250.000 Army Map Service tahun 1955 9. Peta Topografi (Lembar Sorek, Kerinci, Buatan, Pangkalan Bunut, Kuala Panduk,

Dayun, Tanjung Putat, Tasik Metas) Skala 1: 50.000 Bakosurtanal tahun 197610. Peta Hasil Riset Kedalaman Gambut di Semenanjung Kampar, Jikalahari 2005

Page 10: Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau

Penyimpangan 5

Konversi Lahan Telah dilakukan Sebelum Izin Definitif dikeluarkan Konversi Lahan Telah dilakukan Sebelum Izin Definitif dikeluarkan ((SK.356/MENHUT-II/2004)SK.356/MENHUT-II/2004)

Regulasi : UU Regulasi : UU Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 50 Kehutanan Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan pasal 50 ayat huruf e menegaskan, setiap orang dilarang menebang pohon atau ayat huruf e menegaskan, setiap orang dilarang menebang pohon atau memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak memanen atau memungut hasil hutan di dalam hutan tanpa memiliki hak atau izin dari pejabat yang berwenang dan huruf (f) junto pasal 78 ayat (4) atau izin dari pejabat yang berwenang dan huruf (f) junto pasal 78 ayat (4) yang melarang siapapun menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, yang melarang siapapun menerima, membeli atau menjual, menerima tukar, menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau menerima titipan, menyimpan, atau memiliki hasil hutan yang diketahui atau patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara patut diduga berasal dari kawasan hutan yang diambil atau dipungut secara tidak sah.tidak sah.

Fakta: Lahan Sudah dikonversi semenjak tahun 2000Fakta: Lahan Sudah dikonversi semenjak tahun 2000 sekitar 6.458 ha, tahun sekitar 6.458 ha, tahun 2001-2002 seluas 54,218 ha, tahun 2003-2007 seluas 3.924 ha.2001-2002 seluas 54,218 ha, tahun 2003-2007 seluas 3.924 ha.

Data yang mendukung: Peta Tutupan hutan alam 1999,Data yang mendukung: Peta Tutupan hutan alam 1999,Peta Tutupan hutan Peta Tutupan hutan alam tahun 2004, Peta Penutupan Lahan Provinsi Riau Skala 1: 3.000.000 alam tahun 2004, Peta Penutupan Lahan Provinsi Riau Skala 1: 3.000.000 Badan Planologi Kehutanan Tahun 2002, Informasi Spasial daerah genangan Badan Planologi Kehutanan Tahun 2002, Informasi Spasial daerah genangan Lapan 2002, Citra Landsat Provinsi Riau 2003 BKTRN, Citra Landsat Lapan 2002, Citra Landsat Provinsi Riau 2003 BKTRN, Citra Landsat Composite 2005Composite 2005

Page 11: Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau

DampakDampak

Penyusunan Rencana Tata Ruang Provinsi Riau 2001-2015 Lebih Cenderung Penyusunan Rencana Tata Ruang Provinsi Riau 2001-2015 Lebih Cenderung membiarkan SK Mentri atau SK Bupati/Gubernur yang telah dikeluarkan Pada Kawasan membiarkan SK Mentri atau SK Bupati/Gubernur yang telah dikeluarkan Pada Kawasan Yang seharusnya dilindungi Menurut Peraturan Perundangan (PP 47 1997 dan Kepres Yang seharusnya dilindungi Menurut Peraturan Perundangan (PP 47 1997 dan Kepres 32 1990)32 1990)

Pelanggaran Tata Ruang cenderung dibiarkan dan tidak ditindak.Pelanggaran Tata Ruang cenderung dibiarkan dan tidak ditindak.

Wilayah ini akan akan dikembalikan fungsinya sebagai kawasan lindung pada tahun Wilayah ini akan akan dikembalikan fungsinya sebagai kawasan lindung pada tahun 20502050

Page 12: Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau

Ayat 2 :Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan Ayat 2 :Izin pemanfaatan ruang yang tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan rencana tata ruang wilayah dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah menurut kewenangan masin -masing pemerintah daerah menurut kewenangan masin -masing sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Ayat 3 Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau Ayat 3 Izin pemanfaatan ruang yang dikeluarkan dan/atau diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar, batal diperoleh dengan tidak melalui prosedur yang benar, batal demi hukum.demi hukum.

Ayat 4 Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui Ayat 4 Izin pemanfaatan ruang yang diperoleh melalui prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai prosedur yang benar tetapi kemudian terbukti tidak sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh dengan rencana tata ruang wilayah, dibatalkan oleh Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan Pemerintah dan pemerintah daerah sesuai dengan kewenangannya. kewenangannya.

Seharusnya:Sesuai dengan Semangat Penegakan hukum Ruang yang terdapat dalam UU No 26 Tahun 2007 Pasal 37

Page 13: Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau

Skenario Hijau 2050Skenario Hijau 2050 Izin yang habis pada periode ini Izin yang habis pada periode ini

dikembalikan fungsinya sesuai dikembalikan fungsinya sesuai peruntukannyaperuntukannya

Page 14: Kontroversi  Perizinan Hti Di Provinsi Riau

Kesimpulan1. Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 356/Menhut-II/2004

Melanggar PP 47 Tahun 1997 Tentang Rencana tata Ruang Nasional

Melanggar Kepres 32 Tahun 1990 Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung

Melanggar Perda No 10 Tahun 1994 Tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Riau

Melanggar Regulasi di Bidang kehutanan tentang kriteria lahan yang boleh dijadikan hutan tanaman industri

Melanggar UU 41 Tahun 1990 tentang kehutanan2. Dokumen Amdal, serta hal-hal yang berkaitan dengan proses

perizinan tidak dilakukan sesuai dengan prosedur (diduga terjadi manipulasi data)

3. Sesuai dengan Undang-undang No 26 Tahun 2007 Tentang Penataan Ruang maka Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 356/Menhut-II/2004 bisa dibatalkan demi hukum

4. Dapat diduga telah terjadi jual beli kebijakan antara pihak perusahan dengan pejabat berwenang dalam proses pengeluaran izin.

5. Ada indikasi tindak pidana sesuai dengan pasal pasal 50 undang undang No 41 Tentang Kehutanan

6. Penyusunan Rencana Tata Ruang Provinsi tidak boleh mempertimbangkan perizinan yang cacat hukum

7. Ada Kebijakan Nasional Untuk Tidak Mengkonversi Lahan gambut8. Proses Sertifikasi PHTL tidak bisa dilanjutkan