Penyakit Periodontal
-
Upload
manurun-londong-allo -
Category
Documents
-
view
78 -
download
8
description
Transcript of Penyakit Periodontal
PAPER
PENYAKIT PERIODONTAL
Disusun oleh :
Manurun L.A (0715167)
Pembimbing :
Drg. Luciana Maria K.D.
BAGIAN ILMU PENYAKIT GIGI DAN MULUT
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA
2013
PENYAKIT PERIODONTAL
1.1 PENGERTIAN
Jaringan periodontal adalah jaringan yang mengelilingi gigi dan berfungsi
sebagai penyangga gigi, terdiri dari gingiva, sementum, ligamen periodontal dan
tulang alveolar.
Gambar 1.1 Jaringan Periodontal
Permulaan terjadinya kerusakan biasanya timbul pada saat plak bacterial
terbentuk pada mahkota gigi, meluas disekitarnya dan menerobos sulkus gingival
yang nantinya akan merusak gingiva disekitarnya. Plak menghasilkan sejumlah
zat yang secara langsung atau tidak langsung terlibat dalam perkembangan
penyakit periodontal. Peradangan pada gingiva dan perkembangannya pada
bagian tepi permukaan gigi terjadi ketika koloni mikroorganisme berkembang.
Penyakit periodontal dibagi atas dua golongan yaitu gingivitis dan
periodontitis. Bentuk penyakit periodontal yang paling sering dijumpai adalah
proses inflamasi dan mempengaruhi jaringan lunak yang mengelilingi gigi tanpa
adanya kerusakan tulang, keadaan ini dikenal dengan gingivitis. Apabila penyakit
gingiva tidak ditanggulangi sedini mungkin maka proses penyakit akan terus
berkembang mempengaruhi tulang alveolar, ligamen periodontal atau sementum,
keadaan ini disebut dengan Periodontitis.
Penyakit periodontal merupakan salah satu penyakit yang sangat meluas
dalam kehidupan masyarakat, sehingga mereka menganggap penyakit ini sebagai
sesuatu yang tidak terhindari. Seperti karies gigi, penyakit periodontal juga lambat
perkembangannya dan apabila tidak dirawat dapat menyebabkan kehilangan gigi.
Namun studi epidemiologi menunjukkan bahwa penyakit ini dapat dicegah
dengan pembersihan plak dengan sikat gigi teratur serta menyingkirkan karang
gigi apabila ada.
Ada dua tipe penyakit periodontal yang biasa dijumpai yaitu gingivitis dan
periodontitis. Gingivitis adalah bentuk penyakit periodontal yang ringan, dengan
tanda klinis gingiva berwarna merah, membengkak dan mudah berdarah.
Gingivitis yang tidak dirawat akan menyebabkan kerusakan tulang pendukung
gigi atau disebut periodontitis. Sejalan dengan waktu, bakteri dalam plak gigi
akan menyebar dan berkembang kemudian toksin yang dihasilkan bakteri akan
mengiritasi gingiva sehingga merusak jaringan pendukungnya. Gingiva menjadi
tidak melekat lagi pada gigi dan membentuk saku (poket) yang akan bertambah
dalam sehingga makin banyak tulang dan jaringan pendukung yang rusak. Bila
penyakit ini berlanjut terus dan tidak segera dirawat maka lama kelamaan gigi
akan longgar dan lepas dengan sendirinya. Penyakit periodontal merupakan salah
satu penyakit gigi dan mulut yang mempunyai prevalensi yang tinggi di
Indonesia. Bahkan di Amerika dan Jepang, perhatian dokter gigi mulai beralih
lebih kepada penegakan diagnosis penyakit periodontal daripada karies.
Penyebab utama penyakit periodontal adalah plak sehingga penyakit periodontal
sering juga disebut penyakit plak. Plak gigi adalah suatu lapisan lunak yang terdiri
atas kumpulan mikroorganisme yang berkembang biak dan melekat erat pada
permukaan gigi yang tidak dibersihkan. Diperkirakan bahwa 1mm plak gigi
dengan berat 1mg mengandung 200 juta sel mikroorganisme.
Lokasi dan laju pembentukan plak adalah bervariasi di antara individu.
Faktor yang mempengaruhi laju pembentukan plak adalah oral hygiene, serta
faktor-faktor pejamu seperti diet, dan komposisi serta laju aliran saliva.
1.2 ETIOLOGI PENYAKIT PERIODONTAL
1.2.1 Faktor Primer
Penyebab primer dari penyakit periodontal adalah iritasi bakteri.Menurut
teori non-spesifik murni bakteri mulut terkolonisasi pada leher gingiva untuk
membentuk plak pada keadaan tidak ada kebersihan mulut yang efektif. Semua
bakteri plak dianggap mempunyai beberapa faktor virulensi yang menyebabkan
inflamasi gingival dan kerusakan periodontal, keadaan ini menunjukkan bahwa
plak akan menimbulkan penyakit tanpa tergantung komposisinya. Namun
demikian, sejumlah plak biasanya tidak mengganggu kesehatan gingiva dan
periodontal dan beberapa pasien bahkan mempunyai jumlah plak yang cukup
besar yang sudah berlangsung lama tanpa mengalami periodontitis yang merusak
walaupun mereka mengalami gingivitis.
1.2.2 Faktor Sekunder
Faktor sekunder dapat lokal (ekstrinsik) atau sistemik (intrinsik). Faktor
lokal merupakan penyebab yang berada pada lingkungan disekitar gigi, sedangkan
faktor sistemik dihubungkan dengan metabolisme dan kesehatan umum.
Kerusakan tulang dalam penyakit periodontal terutama disebabkan oleh factor
lokal yaitu inflamasi gingiva dan trauma dari oklusi atau gabungan keduanya.
Kerusakan yang disebabkan oleh inflamasi gingiva mengakibatkan pengurangan
ketinggian tulang alveolar, sedangkan trauma dari oklusi menyebabkan hilangnya
tulang alveolar pada sisi permukaan akar.
1.2.2.1 Faktor Lokal
1. Plak bakteri
2. Kalkulus
3. Impaksi makanan
4. Pernafasan mulut
5. Sifat fisik makanan
6. Iatrogenik Dentistry
7. Trauma dari oklusi
1.2.2.2 Faktor Sistemik
Respon jaringan terhadap bakteri, rangsangan kimia serta fisik dapat diperberat
oleh keadaan sistemik. Untuk metabolisme jaringan dibutuhkan material-material
seperti hormon, vitamin, nutrisi dan oksigen. Bila keseimbangan material ini
terganggu dapat mengakibatkan gangguan lokal yang berat. Gangguan
keseimbangan tersebut dapat berupa kurangnya materi yang dibutuhkan oleh sel-
sel untuk penyembuhan, sehingga iritasi lokal yang seharusnya dapat ditahan atau
hanya menyebabkan inflamasi ringan saja, dengan adanya gangguan
keseimbangan tersebut maka dapat memperberat atau menyebabkan kerusakan
jaringan periodontal.
Faktor-faktor sistemik ini meliputi :
1. Demam yang tinggi
2. Defisiensi vitamin
3. Drugs atau pemakaian obat-obatan
4. Hormonal
Gambar 1.2 Penyakit periodontal
1.3 KLASIFIKASI
Penyakit periodontal dapat dibagi menjadi dua golongan yaitu gingivitis
dan periodontitis. Konsep patogenesis penyakit periodontal yang diperkenalkan
oleh Pagedan Schroeder terdiri dari 4 (empat) tahap yaitu : Permulaan, Dini,
Menetap dan Parah
Tiga tahap pertama yaitu permulaan, dini dan menetap merupakan tahap
pada diagnosa gingivitis dan tahap parah merupakan diagnosa periodontitis.
Klasifikasi penyakit periodontal secara klinik dan histopatologi pada anak-anak
dan remaja dapat dibedakan atas 6 (enam) tipe :
1. Gingivitis kronis
2. Periodontitis Juvenile Lokalisata (LPJ)
3. Periodontitis Juvenile Generalisata (GJP)
4. Periodontitis kronis
5. Akut Necrotizing Ulcerative Gingivitis (ANUG)
6. Periodontitis Prepubertas
1.4 GEJALA KLINIK
1.4.1 GINGIVITIS
Karena plak berakumulasi dalam jumlah sangat besar di regio interdental yang
terlindungi, inflamasi gingiva cenderung dimulai pada daerah papilla interdental
dan menyebar dari daerah ini ke sekitar leher gigi. Histopatologi dari gingivitis
kronis dijabarkan dalam beberapa tahapan: lesi awal timbul 2-4 hari diikuti
gingivitis tahap awal, dalam waktu 2-3 minggu akan menjadi gingivitis yang
cukup parah.
Gambar 1.3 Gingivitis
1. Lesi awal (permulaan)
Perubahan terlihat pertama kali di sekitar pembuluh darah gingiva yang kecil
disebelah apikal dari epitelium jungtional. Pembuluh ini mulai bocor dan kolagen
perivaskuler mulai menghilang, digantikan dengan beberapa sel inflamasi, sel
plasma dan limfosit terutama limfosit T cairan jaringan dan protein serum.
2. Gingivitis tahap awal (dini)
Bila deposit plak masih tetap ada, perubahan inflamasi tahap awal akan berlanjut
disertai dengan meningkatnya aliran cairan gingiva dan migrasi
Polymorphonuclear Neutrophils (PMN). Perubahan yang terjadi baik pada
epithelium jungsional maupun pada epithelium krevikular merupakan tanda dari
pemisahan sel dan beberapa proliferasi dari sel basal.
3. Gingivitis tahap lanjut (menetap)
Dalam waktu 2-3 minggu, akan terbentuk gingivitis yang lebih parah. Perubahan
mikroskopik terlihat terus berlanjut, pada tahap ini sel-sel plasma terlihat
mendominasi. Limfosit masih tetap ada dan jumlah makrofag meningkat. Pada
tahap ini sel mast juga dapat ditemukan. Gingiva sekarang berwarna merah,
bengkak, dan mudah berdarah.
Gambar 1.4 Tahapan gingivitis
1.4.2 PERIODONTITIS
Merupakan suatu penyakit jaringan penyangga gigi yaitu yang melibatkan
gingiva, ligament periodontal, sementum, dan tulang alveolar karena suatu proses
inflamasi. Inflamasi berasal dari gingiva (gingivitis) yang tidak dirawat, dan bila
proses berlanjut maka akan menginvasi struktur dibawahnya sehingga akan
terbentuk poket yang menyebabkan peradangan berlanjut dan merusak tulang
serta jaringan penyangga gigi, akibatnya gigi menjadi goyang dan akhirnya harus
dicabut. Karakteristik periodontitis dapat dilihat dengan adanya inflamasi gingiva,
pembentukan poket periodontal, kerusakan ligament periodontal dan tulang
alveolar sampai hilangnya sebagian atau seluruh gigi.
Periodontitis adalah peradangan atau infeksi pada jaringan penyangga gigi
(jaringan periodontium). Yang termasuk jaringan penyangga gigi adalh gusi dan
tulang yang membentuk kantong tempat gigi berada, dan ligament periodontal.
Suatu keadaan dapat disebut periodontitis bila perlekatan antar jaringan
periodontal dengan gigi mengalami kerusakan. Selain itu tulang alveolar (tulang
yang menyangga gigi) juga mengalami kerusakan.
Gambar 1.5 Periodontitis
1.4.2.1 Periodontitis Kronis
Periodontitis kronis merupakan penyakit dengan tipe progresif yang
lambat. Dengan adanya faktor sistemik, seperti diabetes, perokok, atau stress,
progres penyakit akan lebih cepat karena faktor tersebut dapat merubah respon
host terhadap akumulasi plak. Periodontitis kronis adalah hasil dari respon host
pada agregasi bakteridi permukaan gigi. Mengakibatkan kerusakan irreversibel
pada jaringanperlekatan, yang menghasilkan pembentukan poket periodontal dan
kehilangan tulang alveolar pada akhirnya. Sementara gingivitis dikenal kondisi
yang sangat umum di antara anak-anak dan remaja, periodontitis jarang terjadi
pada anak-anak dan remaja. Terjadinya periodontitis severepada orang dewasa
muda memiliki dampak buruk terhadap gigi mereka tapidalam beberapa
perawatan kasus penyakit periodontal dapat berhasil.
Diagnosis periodontitis dan identifikasi individu yang terkena
kadangkadang menjadi sulit karena tidak ada gejala yang dilaporkan. Oleh karena
itu dianjurkan dokter harus memahami kerentanan pasien pada periodontitis
dengan mengevaluasi eksposur mereka terhadap faktor risiko yang terkait
sehingga deteksi dini dan manajemen yang tepat dapat dicapai. Kerusakan
periodontitis telah digambarkan sebagai konsekuensi dari interaksi antara faktor
genetik, lingkungan, mikroba dan faktor host.
1.4.2.2 Karakteristik Periodontitis Kronis
Karakteristik yang ditemukan pada pasien periodontitis kronis yang
belum ditangani meliputi akumulasi plak pada supragingiva dan subgingiva,
inflamasi gingiva, pembentukan poket, kehilangan periodontal attachment,
kehilangan tulang alveolar, dan kadang-kadang muncul supurasi. Pada pasien
dengan oral hygiene yang buruk, gingiva membengkak dan warnanya antara
merah pucat hingga magenta. Hilangnya gingiva stippling dan adanya perubahan
topografi pada permukaannya seperti menjadi tumpul dan rata (cratered papila).
Pada banyak pasien karakteristik umum seringkali tidak terdeteksi,
dan inflamasi hanya terdeteksi dengan adanya pendarahan pada gingiva sebagai
respon dari pemeriksaan poket periodontal. Kedalaman poket bervariasi, dan
kehilangan tulang secara vertikal maupun horizontal dapat ditemukan.
Kegoyangan gigi terkadang muncul pada kasus yang lanjut dengan adanya
perluasan hilangnya attachment dan hilangnya tulang. Periodontitis kronis dapat
didiagnosis dengan terdeteksinya perubahan inflamasi kronis pada marginal
gingiva, adanya poket periodontal dan hilangnya attachment secara klinis.
Gambar 1.6 Periodontitis kronis
1.4.2.3 Pembentukan Poket Periodontitis Kronis
Poket adalah pendalaman sulkus gingiva secara patologis karena penyakit
periodontal. Poket periodontal mengandung debris terutama terdiri dari
mikroorganisme dan produk-produknya (enzim, endotoksin, dan hasil
metabolisme lainnya), cairan gingiva, sisa makanan, mucin salivari, desquamasi
sel epitelial, dan leukosit. Plak atau kalkulus biasanya menutupi permukaan gigi.
Pendalaman sulkus dapat terjadi karena tiga hal:
1. Pergerakan tepi gusi bebas ke arah koronal, seperti pada gingivitis
2. Perpindahan epitel jungsional ke arah apikal, bagian koronal epitel
terlepas dari permukaan gigi; dan
3. Kombinasi keduanya.
Penatalaksanaannya dapat dilakukan pocket reduction therapy jika kedalaman
sulkus / pocket ≥ 4mm.
Gambar 1.7 Pengukuran kedalaman pocket periodontal
Gambar 1.8 Pocket Reduction Therapy
1.5 PENCEGAHAN
Pencegahan penyakit periodontal merupakan kerja sama yang dilakukan
oleh dokter gigi, pasien dan personal pendukung. Pencegahan dilakukan dengan
memelihara gigi-gigi dan mencegah serangan serta kambuhnya penyakit.
Pencegahan dimulai pada jaringan periodontal yang sehat yang bertujuan untuk
memelihara dan mempertahankan kesehatan jaringan periodontal dengan
mempergunakan teknik sederhana dan dapat dipakai di seluruh dunia
Umumnya penyakit periodontal dan kehilangan gigi dapat dicegah karena
penyakit ini disebabkan faktor-faktor lokal yang dapat ditemukan, dikoreksi dan
dikontrol. Sasaran yang ingin dicapai adalah mengontrol penyakit gigi untuk
mencegah perawatan yang lebih parah.
Pencegahan penyakit periodontal meliputi beberapa prosedur yang saling
berhubungan satu sama lain yaitu :
1.Kontrol Plak
Metode kontrol plak dibagi atas dua yaitu secara mekanis dan kimia Secara
mekanis merupakan cara yang paling dapat dipercaya, meliputi penggunaan
alat-alat fisik dengan memakai sikat gigi, alat pembersih proksimal seperti
dental floss, tusuk gigi dan kumur-kumur dengan air. Kontrol plak secara kimia
adalah memakai bahan kumur - kumur seperti chlorhexidine (Betadine,
Isodine).
2. Profilaksis mulut (pembersihan gigi di klinik gigi)
3. Pencegahan trauma dari oklusi
Menyesuaikan hubungan gigi-gigi yang mengalami perubahan secara
perlahanlahan (akibat pemakaian yang lama). Hubungan tonjol gigi asli dengan
tambalan gigi yang tidak tepat dapat menimbulkan kebiasaan oklusi yang tidak
baik seperti bruxim atau clenching.
4. Pencegahan dengan tindakan sistemik
Cara lain untuk mencegah penyakit periodontal adalah dengan tindakan
sistemik sehingga daya tahan tubuh meningkat yang juga mempengaruhi
kesehatan jaringan periodontal. Agen pencedera seperti plak bakteri dapat
dinetralkan aksinya bila jaringan sehat.
5. Pencegahan dengan prosedur ortodontik
Tujuan koreksi secara ortodontik ini adalah untuk pemeliharaan tempat gigi
tetap pengganti, letak gigi dan panjang lengkung rahang.
6. Pencegahan dengan pendidikan kesehatan gigi masyarakat
7. Pencegahan kambuhnya penyakit
Pasien harus mentaati pengaturan untuk menjaga higine mulut dan kunjungan
berkala, dokter gigi harus membuat kunjungan berkala sebagai pelayanan
pencegahan yang bermanfaat.
1.6 PERAWATAN PENYAKIT PERIODONTAL
Penyakit periodontal harus ditemukan secepatnya dan dirawat sesegera
mungkin setelah penyebab penyakit itu ditemukan. Tujuan dari perawatan ini
adalah untuk mencegah kerusakan jaringan yang lebih parah dan kehilangan gigi.
Menurut Glickman ada empat tahap yang dilakukan dalam merawat penyakit
periodontal yaitu :
1. tahap jaringan lunak
2. tahap fungsional
3. tahap sistemik
4. tahap pemeliharaan
1. Tahap jaringan lunak
Pada tahap ini dilakukan tindakan untuk meredakan inflamasi gingiva,
menghilangkan saku periodontal dan faktor-faktor penyebabnya. Disamping itu
juga untuk mempertahankan kontur gingiva dan hubungan mukogingiva yang
baik.Pemeliharaan kesehatan jaringan periodontal dapat dilakukan dengan
penambalan lesi karies, koreksi tepi tambalan proksimal yang cacat dan
memelihara jalur ekskursi makanan yang baik.
2. Tahap fungsional
Hubungan oklusal yang optimal adalah hubungan oklusal yang memberikan
stimulasi fungsional yang baik untuk memelihara kesehatan jaringan periodontal.
Untukmencapai hubungan oklusal yang optimal, usaha yang perlu dan dapat
dilakukan adalah : occlusal adjustment, pembuatan gigi palsu, perawatan
ortodonti, splinting (bila terdapat gigi yang mobiliti) dan koreksi kebiasaan jelek
(misal bruksim atau clenching).
3. Tahap sistemik
Kondisi sistemik memerlukan perhatian khusus pada pelaksanaan perawatan
penyakit periodontal, karena kondisi sistemik dapat mempengaruhi respon
jaringan terhadap perawatan atau mengganggu pemeliharaan kesehatan jaringan
setelah perawatan selesai. Masalah sistemik memerlukan kerja sama dengan
dokter yang biasa merawat pasien atau merujuk ke dokter spesialis.
4. Tahap pemeliharaan
Prosedur yang diperlukan untuk pemeliharaan kesehatan periodontal yang telah
sembuh yaitu dengan memberikan instruksi higine mulut (kontrol plak),
kunjungan berkala ke dokter gigi untuk memeriksa tambalan, karies baru atau
faktor penyebab penyakit lainnya.
1.7 PENATALAKSANAAN
Perawatan penyakit periodontal dapat dilakukan dengan prosedur bedah dan tanpa
bedah. Perawatan tanpa bedah meliputi :
Sub gingival scalling
Kuret
Perawatan bedah periodontal terdiri dari prosedur :
Bedah gusi
o Kuretase
o Ginggivektomi
o Gingivoplasti
Flep periodontal
Bedah mukogingiva
Prinsip terapi adalah destruksi yang lebih parah memerlukan beberapa intervensi.
Tujuan terapi adalah untuk memperlambat progresifitas dari penyakit,
meregenerasi tulang alveolar, ligament periodontal dan akar sementum, serta
mencegah terjadinya rekurensi setelah pengobatan. Faktor utama untuk
memperlambat progresifitas adalah dengan dibersihkan secara mekanik dan obat
kumur antiseptic seperti chlorhexidine, untuk mencegah akumulasi dari plak
bakteri pada gigi.
Selain itu beberapa terapi spesifik pada poket, apabila poket periodontal sudah
terbentuk, akan sulit bagi pasien ataupun para dokter untuk membersihkan dasar
dari poket tersebut secara efektif sehingga diperlukan tindakan pembedahan untuk
menghilangkan kalkulus secara adekuat. Pembedahan umumnya meliputi :
New attachment
Membuang dinding lateral poket
Membuang gigi atau sebagian gigi disamping poket.
Terapi adjuvant lainnya seperti obat tetes antibiotic (tetracycline), amoxicillin dan
metronidazole dapat digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimunte, S.H, pengantar periodontitis. Univeristas Sumatera Utara Ed-1, 1996.
Medan.
Leung W.K, Daniel. C, dkk. Toot Loss in Treated Periodontitis Patient
Responsible for Their Suportive Care Arragement. Journal of Clinical
Periodontologi, Ed-33, 2006. Hongkong.