Penugasan PPI
-
Upload
ngurahdwiky -
Category
Documents
-
view
67 -
download
6
Transcript of Penugasan PPI
STUDENT PROJECT
PENYAKIT PARU INTERSTISIAL
Oleh :
Ngurah Dwiky Abadi Resta 1170121019
Pembimbing :
dr. Rima Kusuma Ningrum
FAKULTAS KEDOKTERAN dan ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS WARMADEWA
2013
1
Pendahuluan
Sistem respirasi merupakan system yang mengatur pertukaran oksigen , dan menjaga
keseimbangan asam-basa dalam tubuh. Pertukaran gas oksigen-carbondioksida diatur
oleh beberapa organ yang terkait. Klasifikasi dibagi berdasarkan fungsinya yaitu ada
yang bekerja sebagai saluran pernafasan atas dan saluran pernafasan bawah. Saluran
pernafasan atas terdiri dari hidung, oral cavity, faring, dan laring. Sedangkan saluran
pernafasan bawah terdiri dari trachea, bronkus, cabang bronkus, bronkhiolus, hingga
alveolus. Pertukaran gas antara pembuluh darah dengan udara yang dihirup terjadi di
alveolus.(1) Jika terjadi gangguan pada daerah ini, fungsi alveolus akan menurun dan
mengakibatkan gangguan paru atau gangguan pernafasan. Daerah alveolus-kapiler
dikelilingi dan dibentuk oleh dinding yang disebut interstisium. Bagian interstisium
adalah lapisan gel yang terdiri dari molekul asam hyaluronic. Ruang interstisium ada
dua bagian. Bagian yang membatasi antara epitel alveolar dan endothelium kapiler
disebut dengan tight space, sedangkan loose space merupakan area disekitar
bronkiolus, bronskiolus respiratory, duktus alveolaris, dan sakus alveolaris.(1) Epitel
alveolus mengandung beberapa komponen sel diantaranya sel tipe I atau sel skuamus
dan sel tipe II yang menghasilkan surfaktan. Terdapat juga sel tipe III atau yang
disebut makrofag alveolus yang berperan penting dalam menghancurkan bakteri yang
lolos hingga daerah ini. Makrofag atau monosit ini akan berpindah menuju pembuluh
darah dan mengamankan daerah alveolus.(1) Penyakit Paru Interstisial adalah
gangguan paru yang terjadi atau berlokasi pada lapisan interstisium. Penyakit ini
memiliki jenis lebih dari 200 macam penyakit sehigga sangat penting bagi para
petugas kesehatan dan masyarakat pada umumnya mengetahui apa saja yang dapat
menyebabkan penyakit ini hingga pencegahan yang dapat dilakukan.(2).
Definsi
Penyakit paru interstisial (PPI) atau Interstitial Lung Disease (ILD)
merupakan kelompok heterogen dengan gangguan yang ditandai dengan alveolitis
parenkim dan fibrosis dimana terdapat lebih dari 200 gangguan paru.(2,3,4)
2
Dikelompokkan menjadi satu istilah dikarenakan penyakit ini sama-sama
mempengaruhi dinding alveolus (interstisium), jaringan disekitar alveolus dan
jaringan penunjang lain di paru-paru. Maka dari itu sangat sulit untuk
mengklasifikasikan penyakit per individu. PPI bukanlah suatu penyakit infeksi oleh
organisme dan juga bukan penyakit keganasan.(5) Namun karena lapisan antara
interstisium dan alveolar hanya dilapisi oleh satu lapis sel, penyakit alveolar dan
interstisium ini dapat saling mempengaruhi. Sehingga, penyakit infeksi alveolus
kemungkinan akan berpengaruh terhadap lapisan interstisiumnya.
Karena pengklasifikasian dari penyakit yang tergolong PPI ini sangat sulit dan
terlampau banyak, maka akan ditemukan banyak cara atau metode untuk
mengelompokkan mereka. Salah satu pendekatan untuk membagi klasifikasi yang ada
adalah dengan membagi berdasarkan yang diketahui penyebabnya dan tidak diketahui
penyebabnya. Setiap grup nantinya dibagi lagi berdasarkan subgrup ada atau tidaknya
granuloma di interstisialnya atau di sekitar vaskulernya.(3,5) PPI memiliki variasi yang
akut, namun pada umumnya penyakit ini berkembang perlahan-lahan secara kronik.(3)
Epidemiologi
Insidensi kasus PPI ini cukup dibilang langka, namun dalam sebuah penelitian di
amerika serikat, dilaporkan bahwa sekitar 80,9 dari 100.000 penduduk laki-laki
terkena penyakit ini. Sedangkan pada wanita yaitu sekitar 67,2 per 100.000
penduduk.(2) Hal ini menunjukkan bahwa jenis kelamin pria memiliki peluang lebih
besar terkena penyakit ini disbanding wanita dengan tipe penyakit yang berbeda-beda
sesuai etiologinya. Dalam penelitian tersebut juga mengungkapkan bahwa penyakit
terbanyak yang mengenai jenis kelamin pria adalah penyakit paru akibat lingkungan
dan idiopatik pulmonary fibrosis (IPF). IPF menempati urutan terbanyak dari kasus
PPI yang ditemukan sekitar 55% , kemudian penyakit paru akibat lingkungan 26%,
sarcoidosis 10%, gangguan jaringan ikat, penyakit akibat obat dan radiasi, dan yang
paling jarang ditemukan adalah pulmonary hemorrhage syndrome sekitar <1% dari
kasus.(3) Penyakit paru interstisial dapat menyerang usia dewasa dan juga anak-anak
3
atau remaja. Sarcoidosis dan pulmonary langerhan’s cell histocytosis juga dapat
terkena pada usia remaja hingga dewasa. Sedangkan insidensi IPF lebih sering
terkena pada usia 40-70 tahun.(2)
Etiologi dan Klasifikasi
Penyakit Paru Interstitial ini memiliki banyak sekali grup penyakit sehingga sangat
sulit menentukan penyebab pasti secara umum. Untuk lebih mendalami mengenai
penyakit interstisial ini, berikut beberapa klasifikasi yang termasuk dalam golongan
PPI.(2,3,6) :
1. Golongan Alveolitis, Interstisial Inflamasi, dan Fibrosis
a. Penyebab diketahui
- Asbestosis
- Asap
- Obat-obatan dan kemoterapi (antibiotic, amiodarone)
- Radiasi
- Aspiration Pneumonia
- Residual of adult respiratory distress syndrome
b. Penyebab Tidak diketahui
- Idiopathic interstitial pneumonias (idiopathic pulmonary
fibrosis(IPF)/usual interstitial pneumonia(UIP), Desquamative
interstitial pneumonia, Respiratory bronchiolitis-associated interstitial
lung disease, acute interstitial pneumonia, cryptogenic organizing
pneumonia, nonspecific interstitial pneumonia)
- Connective tissue disease (systemic lupus erythematosus, systemic
sclerosis, sjogren’s syndrome dll)
- Pulmonary hemorrhage syndrome
- Pulmonary alveolar proteinosis
- Lymphocytic infiltrative disorders
- Eosinophilic pneumonias
4
- Lymphangioleiomyomatosis
- Amyloidosis
- Inherited disease
- Gastrointestinal or liver disease
- Graft-vs.-host disease
2. Golongan Granulomatous
a. Penyebab diketahui
- Hipersensitivity pneumonitis (organic dusts)
- Inorganic dusts: beryllium, silica
b. Penyebab tidak diketahui
- Sarcoidosis
- Langerhans’cell granulomatosis
- Granulomatous vasculitides
- Wegener’s granulomatosis, allergic granulomatosis of chrug-strauss
- Bronchocentric granulomatosis
- Lymphomatoid granulomatosis
Patofisiologi
Proses inflamasi merupakan suatu respon seluler dan molekuler saat terjadinya
infeksi. Diawali oleh agen yang masuk melalui udara yang dihirup atau juga bisa
melalui aliran darah. Infeksi yang melewati aliran darah dapat menyebabkan sepsis.(2)
Karena paru-paru langsung berhubungan dengan lingkungan yang mengandung
banyak sekali polusi atau racun, sehingga akan sangat mudah organ ini mengalami
gangguan. Bahkan kelebihan kandungan oksigen juga mampu membuat kerusakan
permanen pada daerah paru. Ketika gangguan di paru terjadi sangat cepat, itu
merupakan penanda kegagalan respirasi akut. Sedangkan dikatakan kronik jika
perjalanan menjadi gangguan berlangsung perlahan dan bertahap.(2) Fibrosis adalah
bagian dari proses perbaikan akibat jejas yang terjadi akibat inflamasi. Apa yang
menyebabkan luka hingga harus adanya proses fibrosis masih belum diketahui. (3)
5
Diduga proses patologi ini berlagsung karena multi penyebab, faktor imunologi,
hingga proses repair yang terganggu, menyebabkan peningkatan dan penumpukan
kolagen. Pada bagian interstisium dari paru merupakan tempat jalur pertukaran
oksigen dan karbondioksida antara pembuluh darah dengan alveoli. Kerusakan akibat
fibrosis tadi akan mempengaruhi jaringan disekitarnya dan berakibat pada penurunan
fungsi paru sebagai pertukaran oksigen. Kelainan ini dimulai dari perlukaan dinding
epitel yang menyebabkan peradangan dinding alveolus atau alveolitis. Apabila
berkembang menjadi kronis, peradangan akan meluas ke jaringan dan pembuluh
darah di interstisium serta dapat menyebabkan fibrosis. Peradangan dari alveolus juga
dapet melibatkan saluran napas kecil (bronkiolus terminalis dan bronkiolus
respiratorik), sehingga bronkiolitis menjadi salah satu spectrum penyakit paru
interstisial ini.(3,6)
Diagnosis
Dalam menentukan diagnosis penyakit paru interstisial diperlukan tiga tahap penting
yaitu anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang. Dalam hal ini,
dengan anamnesis saja sangat sulit untuk menebak kasus dari pasien sehingga
pemeriksaan fisik dan penunjang tidak boleh diabaikan.(4) Evaluasi umur, status
merokok, jenis kelamin,riwayat pekerjaan, riwayat obat-obatan, riwayat disfagia atau
penyakit sebelumnya sangat membantu dalam menyingkirkan diagnosis banding. PPI
umumnya terjadi pada usia dewasa terutama >50 tahun, namun tidak jarang terjadi
pada anak-anak atau remaja sesuai kasusnya. Pemeriksaan fisik pada sistem
pernapasan seringkali tidak membantu penegakan diagnosis. Sebaliknya, temuan
diluar sistem pernapasan akan memperjelas arah diagnosis. Pasien biasanya datang
dengan keluhan batuk dan sesak nafas.(4) Dalam kasus seperti ini, pasien akan
disarankan untuk melakukan tes radiografi dada untuk mengungkapkan adanya
infiltrat parenkim. Tidak jarang dari hasil rontgen menunjukkan gambaran normal,
maka pemeriksaan selanjutnya yang perlu dilakukan adalah high-resolution computed
tomography (HRCT) yang akan menampilkan gambar lebih rinci dibandingkan
dengan scan biasa. Scan ini dilakukan pada saat inspirasi penuh dengan posisi
6
terlentang. Dengan melakukan pemeriksaan HRCT yang lebih sensitif, akan sangat
membantu dalam menentukan diagnosis dari PPI ini.(4) Selain itu, pemeriksaan
laboratorium seperti pemeriksaan darah perifer lengkap, hitung jenis leukosit, Lanju
Endap Darah (LED), fungsi ginjal dan fungsi hati, elektrolit (NA,K,Cl,Ca),
urinalisasi, tes penapisan untuk penyakit vascular kolagen, tes Creatinin Kinase (CK),
dan Angiotensin Converting Enzyme (ACE) juga bisa dilakukan untuk membantu
penegakan diagnosis.
Terapi
Ketika diagnosis sudah ditegakkan, seringkali pengobatan yang efektif tidak tersedia.(5) Dasar dari pengobatan yang dilakukan adalah mengurangi keluhan pasien. Ketika
kita mengetahui penyebabnya adalah fibrosis akibat inflamasi, pemberian
kortikosteroid (contohnya prednisone) dan imunosupresive (seperti azathioprine atau
cyclophosphamide) dapat diberikan. Begitu juga dalam kasus yang berhubungan
dengan jaringan ikat. Transplantasi paru juga merupakan salah satu pilihan untuk
memperpanjang harapan hidup pasien PPI khususnya pada pasien IPF. Namun hanya
40% dari pasien yang mendapat transplantasi paru dapat bertahan hidup selama lima
tahun lamanya. Rata-rata kelangsungan hidup pasien IPF sekitar 3,9 tahun pasca
transplantasi.(2) Sedangkan lebih dari 30% pasien meninggal sebelum menerima
transplantasi. Prognosis PPI bervariasi berdasarkan progresifitas penyakit dan cepat
lambatnya ditegakkannya diagnosis serta pengobatan yang dijalani. Hal ini sangat
berpengaruh karena respon tubuh terhadap pengobatan akan berbeda-beda, maka dari
itu perlulah adanya pemantauan yang ketat selama pengobatan berlangsung.(6)
Sarkoidosis biasanya memiliki prognosis yang baik dan IPF merupakan penyakit
dengan prognosis terburuk.(2)
7
DAFTAR PUSTAKA
1. Jardins Terry Des. 2002. Cardiopulmonary Anatomi & Physiology Essentials
for Respiratory Care Fourth Edition. United States of America:
Delmar/Thomson Learning. Download from www.elib.kedokteran-
warmadewa.ac.id. accessed on 20 juni 2013 hal : 57-60
2. Schraufnagel Dean E. 2010. Breathing in America : Diseases, Progress, and
Hope. America : American Thoracic Society
3. Fauci et al. 2008. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 17 th ed. New
York : McGraw-Hill/Lange
4. Ryu, Jay H et al. 2007. Diagnosis of Interstitial Lung Disease. Mayo Clin
Proc. Available from : http://www.mayoclinicproceedings.com
5. Sudoyo Aru W. Setiyohadi Bambang et al. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III edisi V. Jakarta : Interna Publishing
6. Medfacts. 2010. Interstitial Lung Disease. An Educational Health Series From
National Jewish Health
8