Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

220
PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA KELAS X.2 SMA TARUNA Dra. ZULAEHA PROBOLINGGO DALAM MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TEKS BERITA SKRIPSI OLEH DEVI EKA NURJAWATI NIM 104211472064

Transcript of Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Page 1: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA KELAS X.2 SMA TARUNA Dra. ZULAEHA PROBOLINGGO

DALAM MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TEKS BERITA

SKRIPSI

OLEH DEVI EKA NURJAWATI

NIM 104211472064

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH AGUSTUS 2008

Page 2: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA KELAS X.2SMA TARUNA Dra. ZULAEHA PROBOLINGGO

DALAM MENULIS KARANGAN EKSPOSISI DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA TEKS BERITA

SKRIPSI Diajukan kepada

Universitas Negeri Malang untuk memenuhi salah satu persyaratan

dalam menyelesaikan program Sarjana Pendidikan Oleh

Devi Eka Nurjawati NIM 104211472064

UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS SASTRA

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA, SASTRA INDONESIA, DAN DAERAH

Agustus 2008

Page 3: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

ABSTRAK

Nurjawati, Devi Eka. 2008. Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita. Skripsi, Jurusan Sastra Indonesia Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang. Pembimbing: Dra. Martutik, M.Pd.

Kata kunci: kemampuan menulis, eksposisi, media teks berita Masalah mendasar pada pembelajaran menulis karangan eksposisi di kelas X.2 SMA

Taruna Dra. Zulaeha (TDZ) Probolinggo adalah (1) masih kurangnya kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi dan (2) tidak menggunakan media pembelajaran dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi. Penelitian ini dilaksanakan untuk memecahkan masalah dalam pembelajaran eksposisi di kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo, khususnya yang berkaitan dengan hasil belajar sehingga hasil belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi dapat meningkat.

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada siswa. Hal ini nantinya untuk mendeskripsikan bagaimana peningkatan kemampuan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi.

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu rancangan penelitian tindakan kelas (PTK). Data penelitian ini terdiri dari data proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dan data hasil kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi dari aspek (1) judul, (2) pengembangan paragraf, dan (3) penggunan ejaan dan tanda baca. Sumber data penelitian ini adalah guru Bahasa Indonesia dan siswa kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo. Instrumen penelitian ini terdiri dari instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini yaitu peneliti, sedangkan instrumen penunjang dalam penelitian ini adalah lembar observasi dan pedoman penilaian hasil belajar siswa.

Hasil penelitian pada pretes diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi masih tergolong kurang. Hal ini ditandai dengan rata-rata kelas dalam menulis karangan eksposisi belum mencapai standar minimal (70%) yaitu hanya 66,06% dengan tingkat keberhasilan 41,17%. Untuk itu perlu adanya tindakan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi. Untuk itu, tindakan yang diberikan supaya kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi dapat meningkat dengan menggunakan media pembelajaran yang berupa teks berita dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi.

Hasil penelitian pada tindakan siklus I diketahui bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi yaitu 78,56% dengan tingkat keberhasilan 79,41. Diketahui dari hasil refleksi, ternyata masih ada siswa yang kesulitan

Page 4: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

i dalam hal: (1) membuat judul, (2) memaparkan informasi, (3) menciptakan

kesatupaduan karangan, (4) menggunakan piranti kohesi, (5) membuat ketegasan dalam karangan, dan (6) menggunakan ejaan dan tanda baca yang disesuaikan. Hal ini karena siswa belum memahami betul apa saja aspek yang perlu diperhatikan dalam menulis sebuah karangan eksposisi.Dari hasil refleksi dan identifikasi masalah, perlu adanya upaya perbaikan pada penyampaian materi, khususnya mengenai teknik penulisan karangan eksposisi.

Setelah dilakukan perbaikan dalam proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita, maka dilakukan tindakan siklus II. Hasil postes siklus II ini ada peningkatan. Rata-rata kelas mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 4,65% menjadi 83,21% dengan tingkat keberhasilan sebesar 100%. Berikut ini merupakan peningkatan kemampuan siswa untuk setiap komponen penilaian.(1) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek perumusan judul mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 1,47% dengan tingkat keberhasilan 88,34% pada postes siklus II. (2) Peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek pengembangan paragraf yaitu (a) kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek pemaparan informasi menurun 5,15% tetapi dengan tingkat keberhasilan 88,24% pada postes siklus II, (b) kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek kasatupaduan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 5,88% dengan tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II, (c) kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek keterpautan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 8,83% dengan tingkat keberhasilan 97,06% pada postes siklus II, (d) kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada subaspek ketegasan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 1,47% dengan tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II. (3) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek penulisan ejaan dan tanda baca mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 9,56% dengan tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II

Adapun beberapa saran yang bisa disampaikan sehubungan dengan pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita yang dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran adalah sebagai berikut. (1) Hendaknya guru menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan minat siswa dan kemampuan guru/sekolah dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis karangan eksposisi. (2) Alokasi waktu untuk pembelajaran menulis perlu dipertimbangkan mengingat pembelajaran menulis karangan eksposisi merupakan materi yang membutuhkan proses. (3) Sebaiknya siswa juga diajak untuk melakukan penilaian terhadap tugas yang telah dikerjakan sehingga siswa mengetahui dan lebih memperhatikan aspek-aspek yang perlu diperhatikan dalam menulis.

Page 5: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

KATA PENGANTAR

Puji syukur tidak terhingga penulis sampaikan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas

terselesaikannya skripsi dengan judul Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas X.2 SMA

Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan

Media Teks Berita. Ucapan terima kasih kepada beberapa pihak atas bimbingan dan bantuan

yang telah diberikan. Adapun pihak-pihak tersebut adalah sebagai berikut.

1. Dr. H. Dawud, M.Pd selaku Dekan Fakultas Sastra UM dan

Dr. Maryaeni, M.Pd, selaku Ketua Jurusan Sastra Indonesia UM yang telah memberikan

ijin dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Dra. Martutik, M.Pd, dosen pembimbing skripsi yang senantiasa memberikan masukan dan

pengarahan dengan sabar kepada peneliti.

3. Dr. Anang Santoso, M.Pd dan Dr. Widodo Hs, M.Pd selaku dewan penguji yang telah

memberikan masukan dan saran yang membangun demi perbaikan dan kesempurnaan

skipsi ini.

4. Drs Sugeng Haryono, Kepala SMA TDZ, yang telah memberikan izin dan tempat serta

meminjamkan peralatan demi kelancaran penelitian ini.

5. Wiwik Ariyani, S.Pd dan Untung Nandra, S.Pd selaku guru Bahasa Indonesia di SMA

TDZ yang telah mendampingi dan memberikan masukan demi kelancaran dan kesuksesan

penelitian ini, serta siswa kelas X.2 SMA TDZ Tahun Pelajaran 2007/2008 atas

kesediaannya menjadi subjek penelitian

6. Ayah Effendy, Ibu Sri dan Adik Ayun atas doa dan dukungannya kepada penulis sehingga

semangat penulis selalu ada demi sebuah bakti.

Page 6: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

iii 7. Guru-guru dari: TPQ Al-Falah dan At-Taufik, TK Bina Putra-Putri Probolinggo, SDN

Jati V Probolinggo, SMP 5 Probolinggo, dan SMA TDZ, serta semua dosen yang pernah

membimbing penulis selama menempuh pendidikan SI Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas

Sastra, Universitas Negeri Malang.

8. Keluargra besarku: Keluarga Soedjowo, Keluarga Alm. Bapak Soeparlan Karto

Sudarmo, Keluarga Kampung Merpati, Keluarga di Leces, dan Keluarga di Wongsorejo

atas doa restunya.

9. My Trusie yang selalu menorehkan harapan untuk masa depan dengan segala ketulusan

kasih sayang dan cintanya.

10. Sahabat-sahabatku (Ria Unyil, Yanee Imoed, Eri Chantique, Afief Ayu, Nophee

Caem, Tante Neneng, dan Iya’ Pus) serta warga Teram 14, terima kasih atas ide-idenya

dan telah menjadi sahabat dalam perjuangan ini.

11. Teman-teman Sasindo UM 2004 atas cerita segala rasanya, sahabat-sahabat PMII

Sunan Kalijaga yang telah menjadi warna dalam perjuangan pergerakan Islam, keluarga

besar KAMABA UM, teman-teman KKN Wajar Dikdas Wongsorejo 2007, serta teman-

teman PPL SMP Negeri I Malang

Penulis telah berusaha menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya. Namun,

dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum bisa

dikatakan sempurna. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi

pembaca khususnya mahasiswa Program Studi Pendidikan Bahasa, Sastra Indonesia, dan

Daerah. Amin.

Malang, 28 Juli 2008

Penulis

Page 7: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

DAFTAR ISI

ABSTRAK ................................................................................................................i

KATA PENGANTAR ..............................................................................................iii

DAFTAR ISI .............................................................................................................v

DAFTAR TABEL .....................................................................................................viii

DAFTAR GAMBAR ................................................................................................x

DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang ......................................................................................1

1.2 Masalah ................................................................................................5

1.2.1 Ruang Lingkup Masalah ...................................................................5

1.2.2 Batasan Masalah ...............................................................................6

1.2.3 Rumusan Masalah .............................................................................6

1.3 Tujuan Penelitian .................................................................................7

1.4 Manfaat Penelitian ...............................................................................7

1.5 Asumsi Penelitian ................................................................................8

1.6 Definisi Operasional ............................................................................9

BAB II KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kemampuan Menulis ...........................................................................10

2.1.1 Pengertian Menulis ...........................................................................10

2.1.2 Konsep Pengembangan Keterampilan Menulis ................................12

2.1.3 Asas Menulis Efektif .........................................................................14

2.2 Pembelajaran Menulis ..........................................................................17

2.2.1 Hakikat Pembelajaran Menulis .........................................................17

2.2.2 Tujuan Pembelajaran Menulis ...........................................................18

2.2.3 Evaluasi Pembelajaran Menulis ........................................................19

2.2.3.1 Pengertian Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi dalam Pembelajaran

Menulis ....................................................................................................................19

2.2.3.2 Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran Menulis ......................22

2.3 Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi pada Siswa Kelas X dengan Menggunakan

Media Teks Berita ..................................................................................................23

2.3.1 Karangan Eksposisi ...........................................................................23

2.3.1.1 Pengertian Karangan Eksposisi ......................................................23

2.3.1.2 Bentuk-bentuk Khusus Karangan Eksposisi ..................................24

Page 8: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

2.3.1.3 Persyaratan dan Teknik Penulisan Karangan Eksposisi .................27

2.3.2 Penggunaan Media Teks Berita dalam Pembelajaran Menulis Karangan

Eksposisi .....................................................................................................................29

2.3.2.1 Pengertian Media Pembelajaran .....................................................29

2.3.2.2 Fungsi Media Pembelajaran ...........................................................30

Halaman

Page 9: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

v

2.3.2.3 Media Teks Berita ..........................................................................30

2.3.3 Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media

Teks Berita ..........................................................................................................31

2.3.4 Evaluasi Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks

Berita ..........................................................................................................34

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Rancangan Penelitian ...........................................................................37

3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian .......................................................37

3.1.2 Konteks Penelitian ............................................................................40

3.1.2.1 Lokasi Penelitian ............................................................................40

3.1.2.2 Kelas penelitian dan Subjek Penelitian ..........................................40

3.1.2.3 Mitra Peneliti ..................................................................................41

3.1.2.4 Waktu Penelitian ............................................................................42

3.2 Tahap-tahap Penelitian .........................................................................42

3.2.1 Studi Pendahuluan .............................................................................42

3.2.2 Perencanaan Tindakan ......................................................................43

3.2.3 Pelaksanaan Tindakan .......................................................................44

3.2.4 Pengamatan .......................................................................................45

3.2.5 Refleksi .............................................................................................45

3.3 Instrumen Penelitian ............................................................................46

3.4 Data dan Sumber Data .........................................................................49

3.5 Teksnik Pengumpulan Data .................................................................50

3.6 Teknik Analisis Data ............................................................................51

3.7 Kriteria Keberhasilan ...........................................................................52

3.8 Pengecekan Keabsahan Data ................................................................53

BAB IV PAPARAN DATA

4.1 Studi Pendahuluan dan Pretes ..............................................................54

4.1.1 Proses Pelaksanaan Studi Pendahuluan ............................................54

4.1.2 Analisis Hasil Kemampuan Awal Siswa dalam Menulis Karangan

Eksposisi ....................................................................................................................56

4.2 Siklus I .................................................................................................65

4.2.1 Proses Tindakan Siklus I ...................................................................65

4.2.1.1 Rencana Tindakan Siklus I ............................................................65

Page 10: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

4.2.1.2 Tindakan dan Observasi Siklus I ....................................................66

4.2.2 Analisis Hasil Belajar Tindakan Siklus I ..........................................73

4.2.3 Refleksi Siklus I ................................................................................80

4.2.4 Identifikasi Masalah Siklus I .............................................................81

4.3 Siklus II ................................................................................................82

4.3.1 Proses Tindakan Siklus II .................................................................82

4.3.1.1 Rencana Tindakan Siklus II............................................................82

4.3.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II .....................................................83

4.3.2 Analisis Hasil Belajar Tindakan Siklus II .........................................88

4.4 Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan

Menggunakan Media Teks Berita ...........................................94

4.4.1 Peningkatan Setiap Aspek/Subaspek pada Siklus I ..........................95

4.4.2 Peningkatan Setiap Aspek/Subaspek pada Siklus I ..........................96

Page 11: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

vi

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada

Aspek Judul .......................................................................................99

5.2 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada

Aspek Pengembangan Paragraf .........................................................100

5.3 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada

Aspek Judul .......................................................................................105

BAB VI PENUTUP

6.1 Simpulan .....................................................................................................107

6.2 Saran ...........................................................................................................108

DAFTAR RUJUKAN ......................................................................................110

LAMPIRAN-LAMPIRAN ..............................................................................113

Page 12: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

vii DAFTAR TABEL

Tabel

3.2 Lembar Observasi .........................................................................................46

3.4 Pedoman Penilaian Hasil Menulis Paragraf Eksposisi .................................47

3.5 Pedoman Tingkat Keberhasilan Pembelajaran Menulis Karangan

Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita untuk Meningkatkan Kemampuan

Menulis Karangan Eksposisi ..................................................................52

4.1 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi

pada Pretes .............................................................................................57

4.2 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi pada

Pretes ................................................................................................................58

4.3 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi

Berdasarkan Aspek Penilaian pada Pretes .............................................58

4.4 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian pada Pretes untuk Pembelajaran Menulis

Kaeangan Eksposisi ..............................................................................59

4.5 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan

Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus I ...................................74

4.6 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan

Media Teks Berita pada Siklus I .......................................................................75

4.7 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan

Menggunakan Media Teks Berita Berdasarkan Aspek Penilaian pada Siklus

I ...............................................................................................................76

4.8 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian pada Siklus I untuk Pembelajaran Menulis

Karangan Eksposisi dengan Menggunakan

Media Teks Berita ................................................................................76

4.9 Tabel Revisi dan Penyuntingan Draf Awal Karangan Eksposisi

Siklus II .................................................................................................87

4.10 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan

Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus II ..................................89

Page 13: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

viii 4.11 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan

Media Teks Berita pada Siklus II ...............................................................90

4.12 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan

Menggunakan Media Teks Berita Berdasarkan Aspek Penilaian pada Siklus

II .....................................................................................................................91

4.13 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian untuk Pembelajaran Menulis Karangan

Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus

II .....................................................................................................................91

4.14 Perbandingan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa

Sebelum dan Setelah Diberi Tindakan Siklus I dan Siklus II .....................95

4.15 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa dari

Pretes ke Siklus I .........................................................................................95

4.16 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa dari

Siklus I ke Siklus II .....................................................................................96

Page 14: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Proses Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita ....................................................................................................................................33

3.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas ..............................................................38

Halaman

Page 15: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

x DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Jadwal Pelaksanaan dalam Pembelajaran Menulis Eksposisi

pada Siswa Kelas X SMA TDZ ……………………………………………...112

2. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus I) ………………………...…..113

3. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (Siklus II) ……………………………117

4. Rubrik Penyekoran Hasil Belajar Menulis Karangan Eksposisi …………..121

5. Pedoman Wawancara ……………………………………………………...123

6. Lembar Observasi ………………………………………………………….124

7. Tugas Siswa (Siklus I) ……………………………………………………..125

8. Tugas Siswa (Siklus II) …………………………………………………….126

9. Materi Pembelajaran Menulis Eksposisi …………………………………..128

10. Kode Nama Siswa Kelas X.2 SMA TDZ ………………………………….131

11. Foto Kegiatan Penelitian …………………………………………………..132

12. Hasil Tulisan Eksposisi Siswa (Pretes, Siklus I, dan Siklus II) ……………135

Xi

Page 16: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) yang semakin maju dengan

pesat membawa pengaruh yang besar terhadap semua aspek kehidupan bermasyarakat.

Perkembangan ini menuntut adanya sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Salah

satu cara untuk meningkatkan kualitas SDM adalah dengan meningkatkan mutu pendidikan.

Salah satu cara untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia adalah dengan

menyempurnakan kurikulum pendidikan. Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan

merupakan keharusan agar sistem pendidikan nasional selalu relevan dan kompetitif.

Penyempurnaan kurikulum yang berkelanjutan sejalan dengan Undang-Undang Nomor

20/2003 tentang Sisdiknas pasal 35 dan 36 yang menekankan perlunya peningkatan standar

nasional pendidikan sebagai acuan kurikulum secara berencana dan berkala dalam rangka

mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP Pasal 1, ayat 15) dikemukakan bahwa

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah kurikulum operasional yang disusun

dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan. Penyusunan KTSP dilaksanakan

oleh satuan pendidikan dengan memperhatikan dan berdasarkan standar kompetensi serta

kompetensi dasar yang dikembangkan oleh Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).

KTSP merupakan revisi atau penyempurnaan dari Kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis

Kompetensi (KBK). Mulyasa (2006:9) juga mengatakan bahwa KTSP

1

2

Page 17: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

merupakan upaya untuk menyempurnakan kurikulum agar lebih familiar dengan guru

karena mereka banyak dilibatkan sehingga diharapkan memiliki tanggung jawab yang

memadai. Dengan demikian, guru adalah pemilik proses dan pengendali proses pendidikan

bersama-sama dengan para siswanya. Unsur-unsur di luar itu merupakan support (dukungan),

bukan assurance (penjamin) karena mereka tidak terlibat langsung dalam proses

pembelajaran.

Keterampilan menyampaikan ide, pikiran, gagasan, dan perasaan secara tertulis

merupakan salah satu keterampilan yang harus dikuasai siswa dalam mata pelajaran Bahasa

Indonesia sejak jenjang Sekolah Dasar (SD)/Madrasah Ibtidaiyah (MI) hingga jenjang

Sekolah Menengah Atas (SMA)/Madrasah Aliyah (MA). Siswa SD/MI hingga SMA/MA

diharapkan dapat memiliki keterampilan menulis dalam berbagai bentuk, termasuk dalam

bentuk karangan eksposisi. Pembelajaran menulis karangan eksposisi khususnya pada siswa

kelas X semester I tertuang dalam kurikulum bidang studi Bahasa Indonesia untuk SMA/MA

kelas X semester I dengan kompetensi dasar yang berbunyi Menulis gagasan secara logis

dan sistematis dalam bentuk paragraf eksposisi (BSNP, 2006:262). Pembelajaran menulis

karangan eksposisi juga dilaksanakan di SMA Taruna Dra. Zulaeha, Leces-Probolinggo

(SMA TDZ)

Meski telah dilaksanakan di sekolah, pembelajaran menulis karangan eksposisi belum

dilaksanakan secara maksimal. Hal ini berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan

melalui wawancara dengan guru mata pelajaran Bahasa Indonesia kelas X.2 SMA TDZ. Hasil

dari studi pendahuluan yaitu: (1) pembelajaran menulis karangan eksposisi masih

dilaksanakan secara tradisional, (2) guru tidak menggunakan media selama pembelajaran

berlangsung, dan (3)

3

Page 18: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

guru tidak memberikan rubrik penilaian pada KD menulis karangan eksposisi. Dalam

hal ini guru hanya mengajarkan pengertian karangan eksposisi tanpa memberikan panduan

kepada siswa bagaimana cara menulis karangan eksposisi yang baik. Hal inilah yang antara

lain menyebabkan kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi

masih kurang.

Dengan tidak maksimalnya pembelajaran menulis karangan eksposisi, maka akan

berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran menulis karangan eksposisi. Maksudnya

adalah interaksi antara guru, siswa, dan materi menulis karangan eksposisi tidak dapat

berlangsung secara positif. Indikasi bahwa tidak terciptanya interaksi positif antara guru dan

siswa yaitu setelah guru menyajikan materi, siswa tidak memberikan respon positif. Contoh

tidak terciptanya interaksi positif misalnya siswa hanya diam dan terkesan malas serta bosan

dengan materi yang diberikan. Tidak adanya interaksi yang positif antara guru dan siswa

seperti siswa hanya diam dan terkesan malas akan berdampak terhadap kemampuan siswa

dalam menulis karangan eksposisi. Maka dari itu, langkah awal yang harus segera dicarikan

pemecahannya yaitu bagaimana dan apa yang perlu dilakukan untuk meningkatkan

kemampuan siswa dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi sehingga hasil belajar

siswa dapat ditingkatkan.

Suyitno (1997:23) mengatakan bahwa secara umum media pembelajaran bermanfaat

untuk memperlancar proses interaksi antara pengajar dan pebelajar (siswa). Untuk itu,

sebagai upaya mempelancar proses interaksi antara guru dan siswa dalam pembelajaran

menulis karangan eksposisi, guru dapat juga menggunakan media pembelajaran yang salah

satunya berupa media massa. Salah satu contoh media massa yaitu teks berita.

4

Page 19: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Berbagai penelitian tentang penggunaan media massa pernah dilaksanakan. Salah

satunya yaitu penelitian yang pernah dilaksanakan oleh Ratna Restapaty. Judul penelitian

yang pernah dilaksanakan oleh Ratna Restapaty yaitu Pemanfaatan Media Massa sebagai

Media Pembelajaran Bahasa Indonesia pada Siswa Kelas VII.8 di SMP Negeri 6 Malang

Tahun Ajaran 2006/2007. Melalui penelitiannya, Restapaty menyimpulkan bahwa media

massa dapat dimanfaatkan sebagai media pembelajaran Bahasa Indonesia dan dapat

mempermudah siswa dalam memahami materi karena siswa mendapat pengalaman nyata

dengan mempraktikan teori-teori yang disampaikan oleh guru sehingga kompetensi dasar

dapat tercapai tepat dalam tiga keterampilan berbahasa yaitu menyimak, berbicara, dan

menulis.

Berdasarkan hasil tinjauan terhadap penelitian terdahulu, ditemukan persamaan dan

perbedaan antara penelitian terdahulu dan penelitian yang dilaksanakan ini. Persamaan

keduanya yaitu tentang penggunaan media massa untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia khususnya dalam pembelajaran menulis.

Perbedaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilaksanakan yaitu sebagai

berikut. (1) Penelitian yang dilaksanakan oleh Restapaty berupa penelitian deskriptif

kualitatif yang bertujuan mengetahui sejauh mana pemanfaatan media massa dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan penelitian yang dilaksanakan ini berupa

penelitian tindakan kelas (PTK) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan hasil

belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita. (2)

Media pembelajaran dalam penelitian yang dilaksanakan oleh Restapaty menggunakan media

massa dari koran, radio, dan

5

Page 20: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

televisi sebagai media pembelajaran, sedangkan penelitian yang dilaksanakan ini lebih

memfokuskan ke penggunaan media massa yang berupa teks berita dari koran dan internet

sebagai media pembelajaran. (3) Fokus pembelajaran dalam penelitian yang telah dilakukan

oleh Restapaty adalah semua aspek pembelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan fokus

penelitian yang dilaksanakan ini adalah aspek menulis karangan eksposisi. (4) Penelitian

yang dilaksanakan oleh Restapaty pada jenjang SMP, sedangkan penelitian yang

dilaksanakan ini pada jenjang SMA.

Penggunaan media teks berita sebagai media pembelajaran lebih sederhana dan efisien.

Oleh karena itu, sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis karangan eksposisi

pada siswa kelas X SMA TDZ, maka dilaksanakan penelitian tindakan kelas (PTK) dengan

judul Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas X.2 SMA Taruna Dra. Zulaeha Probolinggo

dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita.

1.2 Masalah

1.2.1 Ruang Lingkup Masalah

Pembelajaran menulis karangan pada siswa kelas X sesuai BNSP terdiri dari

pembelajaran menulis karangan deskripsi, narasi, eksposisi, argumentasi, dan persuasi. Ruang

lingkup masalah dalam penelitian ini yaitu pembelajaran menulis karangan eksposisi pada

siswa kelas X. Kompetensi dasar menulis karangan eksposisi berbunyi Menulis gagasan

secara logis dan sistematis dalam bentuk paragraf eksposisi. Kompetensi dasar ini

merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai dalam pelajaran Bahasa dan Sastra

Indonesia oleh siswa kelas X SMA TDZ.

Page 21: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

6

1.2.2 Batasan Masalah

Tidak semua hal yang berkaitan dengan pembelajaran menulis karangan eksposisi akan

dibahas dalam penelitian ini. Batasan masalah dalam penelitian ini adalah peningkatan hasil

belajar menulis karangan eksposisi pada siswa kelas X.2 SMA TDZ dengan menggunakan

media teks berita. Hasil belajar dapat diketahui dari rubrik penilaian yang telah disusun.

1.2.3 Rumusan Masalah

Secara umum, rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu “Bagaimanakah

peningkatan kemampuan menulis eksposisi pada siswa kelas X.2 SMA TDZ dengan

menggunakan media teks berita?”. Adapun secara khusus rumusan masalah dalam penelitian

ini antara lain sebagai berikut.

(1) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis

karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek perumusan judul?

(2) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis

karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek pengembangan

paragraf yang terdiri dari (a) subaspek pemaparan informasi, (b) kasatupaduan paragraf,

(c) keterpautan paragraf, dan (d) ketegasan paragraf.

(3) Bagaimanakah peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis

karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek penulisan ejaan

dan tanda baca?

Page 22: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

7

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah, maka penelitian ini juga memiliki tujuan umum dan

tujuan khusus. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan kemampuan

menulis karangan eksposisi siswa kelas X.2 SMA TDZ dengan menggunakan media teks

berita. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan antara lain sebagai berikut.

(1) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis

karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek perumusan judul.

(2) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis

karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek pengembangan

paragraf yang terdiri dari (a) subaspek pemaparan informasi, (b) kasatupaduan paragraf,

(c) keterpautan paragraf, dan (d) ketegasan paragraf.

(3) Mendeskripsikan peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis

karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada aspek penulisan ejaan

dan tanda baca.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan bermanfaat, baik secara teoretis maupun secara praktis. Manfaat

penelitian ini secara teoretis adalah hasil dari penelitian ini dapat dijadikan dasar untuk

pengembangan teori pembelajaran menulis karangan eksposisi agar karangan eksposisi yang

dihasilkan oleh siswa mempunyai gagasan yang logis dan sistematis. Manfaat secara praktis

dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai variasi dalam kegiatan

pembelajaran di kelas oleh guru.

(2) Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendorong guru untuk meningkatkan kinerja

guru dalam merencanakan, melaksananakan, dan mengevaluasi pembelajaran menulis

Page 23: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

karangan eksposisi.

(3) Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada siswa dalam

mengembangkan keterampilan menulis karangan eksposisi.

(4) Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan, pengalaman, dan untuk

mengembangkan kemampuan peneliti dalam menulis karangan eksposisi

1.5 Asumsi Penelitian

Asumsi yang mendasari penelitian ini adalah sebagai berikut.

(1) Kurikulum 2006, Standar Isi Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP), khusus mata

pelajaran Bahasa Indonesia SMA/MA kelas X semester 1 memuat pembelajaran menulis

karangan eksposisi.

(2) Menulis karangan eksposisi pernah diajarkan di kelas X.2 SMA TDZ.

(3) Penggunaan media teks berita merupakan salah satu alternatif dalam pembelajaran

menulis karangan eksposisi yang jika dimanfaatkan dengan tepat dapat meningkatkan

kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi.

(4) Guru mampu memilah dan memilih media teks berita yang dapat digunakan dalam

pembelajaran menulis karangan eksposisi.

(5) Siswa kelas X.2 SMA TDZ dianggap mampu untuk mengikuti pembelajaran

menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita dalam mengembangkan

konsep dan gagasan.

1.6 Definisi Operasional

Ada beberapa istilah yang digunakan dalam penelitian ini yang perlu disampaikan agar

diperoleh pemahaman yang relatif sama. Istilah-istilah tersebut yaitu sebagai berikut.

(1) Peningkatan kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi adalah suatu proses

atau cara yang bertujuan untuk mengubah kemampuan siswa dalam menulis karangan

Page 24: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

eksposisi menjadi lebih baik dari sebelumnya dengan melakukan tindakan yang

disengaja.

(2) Karangan eksposisi yaitu suatu tulisan yang memaparkan suatu objek yang

peninjauannya tertuju pada satu unsur saja secara jelas, memadai, dan netral.

(3) Penggunaan media teks berita adalah pemanfaatan media berita, baik dari media cetak

maupun dari internet sebagai media dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi.

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Kemampuan Menulis

2.1.1 Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Hampir semua orang

mengetahui apa itu menulis, bahkan dapat dikatakan bahwa menulis merupakan salah satu

kegiatan yang bisa dikerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Banyak ahli bahasa telah

mendeskripsikan pengertian menulis. Akan tetapi batasan pengertian menulis tidak lebih dari

semacam peta konsep yang masih bersifat kasar.

Page 25: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Menulis adalah melahirkan pikiran atau perasaan (seperti mengarang, membuat surat)

dengan tulisan (KBBI, 1990:968). Bloom (dalam Ahmadi, 1988:22) menyatakan bahwa

tulisan atau karangan (komposisi tulis) termasuk dalam kategori “sintesis” yaitu sebagai suatu

“produksi komunikasi yang unik” di mana penulis mencoba dan berupaya untuk

menyampaikan gagasan, ide, dan atau perasaan kepada orang lain (pembaca). Menulis adalah

usaha untuk menuangkan ide, pikiran, perasaan, dan kemauan dengan wahana bahasa tulis

(Nurchasanah&Widodo, 1993:1). Menulis atau mengarang adalah segenap rangkaian

kegiatan seseorang mengungkapkan gagasan dan menyampaikannya melalui bahasa tulis

kepada masyarakat pembaca untuk dipahami (Gie, 2002:3). Dengan demikian, menulis

adalah produksi komunikasi yang unik dalam mengungkapkan gagasan, ide, dan atau

perasaan kepada pembaca untuk dipahami dengan menggunakan wahana bahasa tulis.

10

11

Menulis merupakan suatu tindakan berkomunikasi. Hal tersebut sejalan dengan

pendapat Morsey (dalam Nurchasanah&Widodo, 1993:5) bahwa berkomunikasi pada

dasarnya merupakan kegiatan menyampaikan pesan-pesan kepada orang lain dengan

menggunakan bahasa, begitu juga dengan menulis. Seorang penulis juga melakukan proses

komunikasi dengan orang lain (pembaca, red) melalui tulisan yang dibuatnya. Proses

komunikasi berlangsung dengan melibatkan penulis sebagai pembawa pesan yang

diwujudkan dalam bentuk tulisan. Menurut Sukristanto (2002:550), kemampuan menulis

memungkinkan seseorang untuk mengkomunikasikan gagasan, penghayatan, dan

pengalamannya ke berbagai pihak terlepas dari ikatan waktu dan tempat. Dalam kehidupan

sekarang ini, kemampuan menulis sangat dibutuhkan. Dengan kemampuan menulis,

Page 26: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

seseorang dapat mencatat, meyakinkan, melaporkan, dan mempengaruhi pembaca. Semua

tujuan tersebut dapat dicapai oleh penulis dengan menyusun ide, pikiran, gagasan, dan

perasaannya, kemudian mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan tersebut dalam komunikasi

tulis bergantung pada pikiran, pengorganisasian kata-kata, dan struktur kalimatnya

Pada dasarnya, tulisan seseorang itu bisa menunjukkan cara berpikir orang tersebut.

Hal ini dapat dilihat dari bagaimana ia menghasilkan tulisan. Sehubungan dengan hal

tersebut, setiap orang yang akan menulis selalu memerlukan kondisi lingkungan yang

kondusif. Kondisi demikian tentu saja akan menimbulkan proses menulis yang logis dan

sistematis. Berpikir logis artinya kemampuan berpikir dengan mengoptimalkan kemampuan

otak untuk menghasilkan pemikiran yang sehat dan dapat diterima oleh orang lain. Berpikir

sistematis adalah adanya keteraturan dalam berpikir dengan langkah-langkah yang

12

sistematis. Dengan tahapan tersebut tentu saja akan menghasilkan sebuah tulisan yang

lebih menarik.

2.1.2 Konsep Pengembangan Keterampilan Menulis

Frekuensi latihan menulis akan menjadikan seseorang terampil dalam bidang tulis-

menulis (Kurniawan, 2007). Tidak ada waktu yang tidak tepat untuk memulai menulis.

Artinya, kapan pun, di mana pun, dan dalam situasi yang bagaimana pun seorang dapat

melakukannya. Ketakutan akan kegagalan bukanlah penyebab yang harus dipertahankan.

Itulah salah satu kiat, teknik, dan strategi yang ditawarkan oleh Nunan (dalam Kurniawan,

2007). Nunan (dalam Kurniawan,2007) menawarkan suatu konsep pengembangan

keterampilan menulis yang meliputi: (1) perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan, (2)

menulis sebagai suatu proses dan menulis sebagai suatu produk, (3) struktur generik wacana

Page 27: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

tulis, (4) perbedaan antara penulis terampil dan penulis yang tidak terampil, dan (5)

penerapan keterampilan menulis dalam proses pembelajaran.

Pertama, perbedaan antara bahasa lisan dan bahasa tulisan tampak pada fungsi dan

karakteristik yang dimiliki oleh keduanya. Namun demikian, yang patut diperhatikan adalah

keduanya harus memiliki fungsi komunikasi. Dari sudut pandang inilah dapat diketahui

sejauh mana hubungan antara bahasa lisan dan bahasa tulis, sehingga dapat diaplikasikan

dalam kegiatan komunikasi. Dalam berkomunikasi sehari-hari, salah satu alat yang paling

sering digunakan adalah bahasa, baik bahasa lisan maupun bahasa tulis. Begitu dekatnya kita

dengan bahasa tadi, terutama bahasa Indonesia, sehingga tidak dirasa perlu untuk mendalami

dan mempelajari bahasa Indonesia secara lebih jauh dan lebih mendalam. Akibatnya, sebagai

pemakai bahasa, orang Indonesia kadang-kadang tidak terampil menggunakan bahasanya

sendiri dibandingkan dengan orang asing yang belajar bahasa Indonesia. Hal ini merupakan

suatu kelemahan yang tidak kita sadari.

Kedua, pandangan bahwa keterampilan menulis sebagai suatu proses dan menulis

sebagai suatu produk. Pendekatan yang berorientasi pada proses lebih memfokuskan pada

aktivitas belajar (proses menulis), sedangkan pendekatan yang berorientasi pada produk lebih

memfokuskan pada hasil belajar menulis yaitu wujud tulisan.

Ketiga, struktur generik wacana dari masing-masing jenis karangan (tulisan) tidak

menunjukkan perbedaan yang mencolok. Hanya saja pada jenis karangan narasi

menunjukkan struktur yang lengkap, yang meliputi orientasi, komplikasi, dan resolusi. Hal

ini menjadi ciri khas jenis karangan/tulisan ini.

Keempat, untuk menambah wawasan tentang keterampilan menulis, setiap penulis

perlu mengetahui penulis yang terampil dan penulis yang tidak terampil. Tujuannya adalah

agar dapat mengikuti jalan pikiran (penalaran) dari keduanya. Kita dapat mengetahui

Page 28: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

kesulitan yang dialami penulis yang tidak terampil (baca: pemula, awal). Salah satu kesulitan

yang dihadapinya adalah ia kurang mampu mengantisipasi masalah yang ada pada pembaca.

Adapun penulis terampil, ia mampu mengatakan masalah tersebut atau masalah lainnya, yaitu

masalah yang berkenaan dengan proses menulis itu sendiri.

Kelima, sekurang-kurangnya ada tiga proses menulis yang ditawarkan oleh David

Nunan, yakni: (1) tahap prapenulisan, (2) tahap penulisan, dan (3) tahap perbaikan. Untuk

menerapkan ketiga tahap menulis tersebut diperlukan keterampilan memadukan antara proses

dan produk menulis.

14

Menulis pada dasarnya merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif.

Dalam kegiatan menulis ini seorang penulis harus terampil memanfaatkan grafologi, struktur

bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis digunakan untuk mencatat, merekam,

meyakinkan, melaporkan, menginformasikan, dan mempengaruhi pembaca. Maksud dan

tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh para pembelajar yang dapat

menyusun dan merangkai jalan pikiran dan mengemuka-kannya secara tertulis dengan jelas,

lancar, dan komunikatif. McCrimmon (dalam Kurniawan, 2007) mengatakan bahwa

kejelasan ini bergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian dan pemilihan kata, dan struktur

kalimat.

2.1.3 Asas Menulis Efektif

Gie (2002:33) menuturkan bahwa ada tiga asas utama yang perlu diperhatikan dalam

menulis karangan yang efektif. Dalam bahasa Inggris, ketiga asas utama tersebut dikenal

dengan singkatan 3C yaitu clarity (kejelasan), conciseness (keringkasan), dan correctness

(ketepatan). Ketiga asas tersebut yaitu sebagai berikut.

(1) Kejelasan

Page 29: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Asas mengarang yang pertama dan utama dalam kegiatan menulis ialah kejelasan. Hasil

perwujudan gagasan seseorang dalam bahasa tulis harus dapat dibaca dan dimengerti oleh

pembaca. Tanpa asas kejelasan, sesuatu karangan sulit dibaca dan sulit dimengerti oleh

para pembacanya. Asas kejelasan tidaklah semata-mata berarti mudah dipahami, tetapi

juga karangan itu tidak mungkin disalahtafsirkan oleh pembaca. Kejelasan berarti tidak

samar-samar, tidak kabur sehingga setiap butir ide yang diungkapkan seakan-akan

tampak nyata oleh pembaca.

15

(2) Keringkasan

Asas keringkasan tidaklah berarti bahwa setiap karangan harus pendek. Keringkasan

berarti bahwa suatu karangan tidak menghamburkan kata-kata secara semena-mena, tidak

mengulang-ulang butir ide yang dikemukakan, dan tidak berputar-putar dalam

menyampaikan suatu gagasan dengan berbagai kalimat yang berkepanjangan. Menurut

Harry Shaw (dalam Gie, 2002:36), penulisan yang baik diperoleh dari ide-ide yang kaya

dan kata-kata yang hemat, bukan kebalikannya ide yang miskin dan kata yang boros. Jadi,

sesuatu karangan adalah ringkas bilamana karangan itu mengungkapkan banyak buah

pikiran dalam kata-kata yang sedikit.

(3) Ketepatan

Asas ketepatan mengandung ketentuan bahwa sesuatu penulisan harus dapat

menyampaikan butir-butir gagasan kepada pembaca dengan kecocokan sepenuhnya

seperti yang dimaksud oleh penulisnya. Oleh karena itu, agar karangannya tepat, setiap

penulis harus menaati sepenuhnya berbagai aturan dan ketentuan tata bahasa, ejaan, tanda

baca, dan kelaziman pemakaian bahasa tulis yang ada.

Tiga asas yang telah disebutkan di atas merupakan asas-asas utama yang harus

diperhatikan dan dilaksanakan dalam kegiatan menulis, sehingga dapat menghasilkan suatu

Page 30: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

tulisan yang baik dan dapat dibaca dan dimengerti oleh pembaca. Selain ketiga asas utama

tersebut, menurut Gie (2002:36–37), masih terdapat tiga asas menulis lainnya yang perlu

diperhatikan oleh penulis agar dapat menghasilkan tulisan yang baik. Ketiga asas itu antara

lain

16

(1) unity (kesatupaduan), (2) coherence (pertautan), dan (3) emphasis (penegasan). Ketiga

asas tersebut yaitu sebagai berikut.

(1) Kesatupaduan

Asas ini berarti bahwa segala hal yang disajikan dalam suatu karangan perlu berkisar

pada satu gagasan pokok atau tema utama yang telah ditentukan. Untuk keseluruhan

karangan yang tersusun dari alinea-alinea, tidak ada uraian yang menyimpang dan tidak

ada ide yang lepas dari jalur gagasan pokok itu. Selanjutnya dalam setiap alinea hanya

dimuat satu butir informasi yang berkaitan dengan gagasan pokok yang didukung dengan

berbagai penjelasan yang bertalian dan bersifat padu.

(2) Pertautan

Asas ini menetapkan bahwa dalam sesuatu karangan bagian-bagiannya perlu ”melekat”

secara berurutan satu sama lain. Dalam sebuah karangan antara alinea yang satu dengan

alinea yang lainnya perlu ada saling kait sehingga ada aliran yang logis dari ide yang satu

menuju ide yang lain. Demikian pula antara kalimat yang satu dengan kalimat berikutnya

dalam suatu alinea perlu ada kesinambungan yang tertib. Jadi, pada asas pertautan semua

alinea dan kalimat perlu berurutan dan berkesinambungan sehingga seakan-akan terdapat

aliran yang lancar dalam penyampaian gagasan pokok sejak awal sampai akhir karangan.

(3) Penegasan

Page 31: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Asas penegasan dalam mengarang menetapkan bahwa dalam sesuatu tulisan butir-butir

informasi yang penting disampaikan dengan penekanan atau penonjolan tertentu sehingga

mengesan kuat pada pikiran pembaca.

17

2.2 Pembelajaran Menulis

2.2.1 Hakikat Pembelajaran Menulis

Berhasil atau tidaknya pengajaran menulis, salah satunya disebabkan oleh cara yang

ditempuh guru dalam mengajarkan menulis. Menurut Nurhasanah&Widodo (1993:70–72),

ada empat hal yang perlu diperhatikan dalam mengajarkan kemampuan menulis adalah

sebagai berikut.

(1) Prinsip

Menulis adalah ketrampilan berbahasa. Ketrampilan akan dapat dicapai kalau banyak

berlatih. Oleh karena itu, untuk mencapai ketrampilan itu, siswa harus diberi banyak

latihan atau tugas-tugas. Sebelum guru memberikan tugas-tugas kepada siswa, guru harus

menjelaskan tugas-tugas apa yang diberikan kepada siswa dan apa yang harus dilakukan

dan diperhatikan siswa.

(2) Pembimbingan

Bimbingan perlu diberikan secara intensif sejak siswa mulai belajar menulis sampai

menghasilkan tulisan. Setelah siswa menghasilkan karangan, pengoreksian terhadap

karangan perlu dilakukan dan hasilnya perlu diinformasikan kepada siswa. Guru bersama-

sama siswa bisa mendiskusikan bagaimana pembetulan karangan itu karena yang

diperlukan dalam karangan ini adalah siswa mengetahui bagaimana seharusnya mereka

mengarang.

(3) Sifat pengajaran

Page 32: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Pengajaran menulis bisa dilakukan dengan dasar berikut ini.

(a) Pengajaran menulis bisa dimulai dari latihan aspek-peraspek kemampuan menulis,

kemudian dilanjutkan dengan latihan menulis karangan secara utuh.

18

(b) Pengajaran menulis bisa dimulai dari teori tentang menulis, kemudian dilanjutkan

ke praktek menulis, atau sebaliknya.

(c) Hal-hal yang ditulis dimulai dengan hal-hal yang dikenal siswa atau berada di

lingkungan siswa ke hal-hal yang belum dikenal siswa.

(4) Media

Media pengajaran menulis bisa diambil dari contoh-contoh karangan yang sudah ada, bisa

diambil dari surat kabar atau majalah.

2.2.2 Tujuan Pembelajaran Menulis

Menurut Nurchasanah&Widodo (1993:62–66), tujuan pembelajaran menulis dapat

ditentukan berdasarkan aspek yang diinginkan dicapai oleh siswa. Tujuan tersebut antara lain

sebagai berikut.

(1) Tujuan yang bersifat teoretis dan praktis, biasanya diwujudkan dalam pengajaran menulis

secara serentak, maksudnya dalam pertemuan pengajaran tertentu siswa diharapkan dapat

mencapai tujuan yang bersifat teoretis sekaligus dapat mencapai tujuan yang bersifat

praktis. Tujuan yang bersifat teoretis menitikberatkan pembelajaran pada aspek teori

menulis sedangkan tujuan yang bersifat praktis menitikberatkan pada aspek praktek

menulis.

(2) Tujuan berdasarkan wujud tulisan/karangan, maksudnya tujuan pengajaran menulis

dapat didasarkan atas wujud tulisan yang diharapkan dikuasai oleh siswa. Wujud

karangan yang dimaksud misalnya siswa diharapkan mampu menulis karangan ilmiah,

Page 33: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

karangan nonilmiah, karangan yang bersifat pengetahuan, karangan yang bersifat

kesusastraan, dll.

(3) Tujuan berdasarkan tingkat kognisi yang dicapai, yaitu tujuan yang bersifat ingatan,

pemahaman, penerapan, analisis, sintesia, dan evaluasi. Dalam

19

praktek di kelas, diharapkan tujuan tersebut dapat tercapai dalam pembelajar di kelas.

Siswa (kelas tinggi) sebaiknya mampu hingga tahap evaluasi karena jika seseorang

pandai menilai sesuatu itu artinya dia telah memahami apa yang dia nilai.

(4) Tujuan langsung dan tidak langsung, di mana tujuan langsungnya adalah agar siswa

dapat menulis secara langsung tanpa melalui tahapan kegiatan prasyarat, sedangkan

tujuan tidak langsungnya adalah siswa dapat menulis dengan melalui tahapan-tahapan

kegiatan prasyarat.

(5) Tujuan yang bersifat diskrit dan pragmatik, yakni pengajaran menulis yang bersifat

diskrit bertujuan ingin melihat aspek-aspek kemampuan menulis secara terpisah-pisah,

sedangkan pengajaran menulis yang bersifat pragmatik bertujuan ingin melihat

kemampuan menulis secara utuh, bukan melihat aspek-peraspek.

2.2.3 Evaluasi Pembelajaran Menulis

2.2.3.1 Pengertian Pengukuran, Asesmen, dan Evaluasi dalam Pembelajaran Menulis

Evaluasi merupakan salah satu kegiatan utama yang harus dilakukan oleh seorang guru

dalam kegiatan pembelajaran. Dengan penilaian, guru akan mengetahui perkembangan hasil

belajar, intelegensi, bakat khusus, minat, hubungan sosial, sikap dan kepribadian siswa atau

peserta didik. Sesungguhnya, dalam konteks penilaian ada beberapa istilah yang digunakan,

yakni pengukuran, assessment dan evaluasi.

Pengukuran atau measurement merupakan suatu proses atau kegiatan untuk

menentukan kuantitas sesuatu yang bersifat numeric (Wordpress, 2008).

Page 34: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

20

Winkel (1996:477) juga mengatakan bahwa pengukuran merupakan deskripsi kuantitatif

tentang keadaan suatu hal sebagaimana adanya atau tentang perilaku yang nampak pada

seseorang, atau tentang prestasi. Untuk itu, pengukuran lebih bersifat kuantitatif, bahkan

merupakan instrumen untuk melakukan penilaian. Nurhasanah&Widodo, (1993:72)

mengatakan bahwa pengukuran kemampuan menulis adalah proses atau tindakan untuk

menentukan kualitas kemampuan menulis. Nurhasanah & Widodo (1993:72–74)

memaparkan ada empat jenis pengukuran untuk mengukur kemampuan menulis yaitu sebagai

berikut.

(1) Pengukuran subjektif, adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara memeriksa

langsung karangan berdasarkan impresi pemeriksa.

(2) Pengukuran objektif, adalah pengukuran yang dilakukan dengan cara mencocokkan

pekerjaan dengan kunci yang ada

(3) Pengukuran global, adalah pengukuran yang dilakukan secara global tanpa melihat aspek-

aspek kemampuan menulis yang mendukungnya agar melihat kemampuan menulis secara

utuh.

(4) Pengukuran aspek-peraspek, adalah pengukuran kemampuan menulis yang bertujuan

untuk melihat kemampuan aspek-peraspek yang mendukung kemampuan menulis secara

utuh.

Sementara, pengertian asesmen (assessment) adalah kegiatan mengukur dan

mengadakan estimasi terhadap hasil pengukuran atau membanding-bandingkan dan tidak

sampai ke taraf pengambilan keputusan (Wordpress, 2008). Sedangkan evaluasi secara

etimologi berasal dari bahasa Inggris evaluation yang bertarti value, yang secara secara

Page 35: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

harfiah dapat diartikan sebagai penilaian (Echols&Shadily, 1996:220). Namun, dari sisi

terminologis ada beberapa definisi

21

yang dapat dikemukakan. Dalam Wordpress (2008), ketiga definisi evaluasi dari sisi

terminologis yaitu:

(1) suatu proses sistematik untuk mengetahui tingkat keberhasilan sesuatu.

(2) kegiatan untuk menilai sesuatu secara terencana, sistematik dan terarah berdasarkan atas

tujuan yang jelas.

(3) proses penentuan nilai berdasarkan data kuantitatif hasil pengukuran untuk keperluan

pengambilan keputusan.

Berdasarkan pada berbagai batasan 3 jenis penilaian di atas, maka dapat diketahui

bahwa perbedaan antara evaluasi dengan pengukuran adalah dalam hal jawaban terhadap

pertanyaan “what value” untuk evaluasi dan “how much” untuk pengukuran (Wordpres,

2008). Sedangkan asesmen berada di antara kegiatan pengukuran dan evaluasi. Akan tetapi,

sekalipun makna dari ketiga istilah (measurement, assessment, evaluation) secara teoretik

definisinya berbeda, tetapi dalam kegiatan pembelajaran terkadang sulit untuk membedakan

dan memisahkan batasan antara ketiganya dan evaluasi pada umumnya diawali dengan

kegiatan pengukuran (measurement) serta pembandingan (assessment).

Winkel (1996:475) mengatakan bahwa evaluasi adalah penentuan sampai berapa jauh

sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi terhadap hasil belajar yang dicapai oleh

siswa dan tehadap proses belajar mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau

proses belajar itu. Salah satu kegiatan evaluasi pembelajaran dapat dilakukan dengan

pengukuran. Adapun langkah-langkah pokok dalam penilaian secara umum terdiri dari: (1)

Page 36: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

perencanaan, (2) pengumpulan data, (3) verifikasi data, (4) analisis data, dan (5) interpretasi

data.

22

2.2.3.2 Fungsi dan Tujuan Evaluasi Pembelajaran Menulis

Evaluasi hasil belajar adalah proses pemberian nilai terhadap hasil-hasil belajar yang

dicapai siswa dengan kriteria-kritria tertentu. Penilaian proses belajar adalah upaya memberi

nilai terhadap kegiatan belajar-mengajar yang dilakukan oleh siswa dan atau guru dalam

mencapai tujuan-tujuan pengajaran. Sudjana (2005:3) mengatakan ada tiga fungsi evaluasi

yaitu sebagai berikut.

(1) Alat untuk mengetahui tercapai-tidaknya tujuan intruksional.

(2) Umpan balik bagi perbaikan proses pembelajaran.

(3) Dasar dalam menyusun laporan kemajuan belajar siswa kepada orang tuanya.

Sudjana (2005:4) mengatakan bahwa dalam konteks pelaksanaan pendidikan, evaluasi

memiliki tujuan antara lain sebagai berikut.

(1) Mendeskripsikan kecakapan belajar siswa sehingga dapat diketahui kelebihan dan

kekurangannnya dalam berbagai bidang studi setelah mengikuti kegiatan pembelajaran

dalam jangka waktu tertentu.

(2) Mengetahui efektivitas metode pembelajaran yang digunakan dalam upaya untuk

membentuk siswa yang berkualitas dalam aspek intelektual, sosial, emosional, maral, dan

keterampilan

(3) Untuk menentukan tindak lanjut hasil penilaian yaitu dengan melakukan perbaikan

dan penyempurnaan dalam hal program pendidikan dan pengajaran serta strategi

pelaksanaannya.

Page 37: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

(4) Untuk memberikan pertanggungjawaban (accountability) dari pihak sekolah ke pihak-

pihak yang berkepentingan seperti pemerintah, masyarakat dan orang tua.

23

2.3 Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi pada Siswa Kelas X dengan

Menggunakan Media Teks Berita

2.3.1 Karangan Eksposisi

2.3.1.1 Pengertian Karangan Eksposisi

Kata ekposisi yang diambil dari kata bahasa Inggris ekxposition sebenarnya berasal

dari kata bahasa Latin yang berarti “membuka” atau “memulai” (to set fourth) (Ahmadi dkk,

1981:7). Eksposisi atau ekspositori juga bisa disebut paparan yaitu suatu paragraf yang

menampilkan suatu objek yang peninjauannya tertuju pada satu unsur saja dengan cara

penyampaiaan yang menggunakan perkembangan analisis kronologis atau keruangan

(Arifin&Tansai, 2002:129). Seorang penulis tulisan eksposisi akan mengatakan, “Saya

menceritakan kepada kalian semua kejadian dan peristiwa ini dan menjelaskan agar saudara-

saudara dapat memahaminya.” (Parera, 1993:5). Dengan demikian Parera berpendapat bahwa

tulisan eksposisi merupakan tulisan atau paragraf yang menampilkan suatu objek yang

peninjauannya tertuju pada satu unsur saja dengan cara penyampaiaan yang menggunakan

perkembangan analisis kronologis atau keruangan agar pembaca memahaminya. Fulton

(dalam Gie,2002:62) mengatakan bahwa tulisan paparan adalah bentuk tulisan yang

dengannya orangn melakukan pembeberan yang jelas, memadai dan netral tentang suatu hal

yang termasuk dalam bidang pengetahuan manusia. Dengan demikian dapat disimpulkan

bahwa tulisan eksposisi merupakan tulisan yang menampilkan suatu objek yang

peninjauannya tertuju pada satu unsur saja secara jelas, memadai, dan netral sehingga

pembaca dapat memahaminya.

24

Page 38: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Sesuai dengan pengertian eksposisi di atas, tujuan dari penulisan eksposisi adalah

untuk memberitahu, mengupas, mengurai, atau menerangkan sesuatu. Dalam tulisan

eksposisi, masalah yang dikomunikasikan adalah pemberitahuan dan informasi. Hal tersebut

sejalan dengan Ahmadi dkk (1981:7) bahwa tujuan utama penulisan paragraf eksposisi itu

hanya semata-mata untuk membagikan informasi dan tidak sama sekali untuk mendesakkan

atau memaksakan orang lain untuk menerima pandangan atau pendirian tertentu sebagai

sesuatu yang sahih. Untuk itu biasanya tulisan eksposisi dapat disebut sebagai wacana

informative.

Menurut Ahmadi dkk (1981:7), hal atau sesuatu yang diinformasikan dalam tulisan

eksposisi itu bisa berupa hal-hal sebagai berikut.

(1) Data faktual, misalnya tentang suatu kondisi yang benar-benar terjadi atau bersifat

historis, tentang bagaimana sesuatu bekerja, tentang bagaimana suatu operasi

diperkenalkan, dan sebagainya.

(2) Suatu analisis atau suatu penafsiran yang objektif terhadap seperangkat fakta.

(3) Atau berupa fakta tentang seseorang yang berpegang teguh pada suatu pendirian yang

khusus asalkan tujuan utamanya adalah untuk memberikan informasi.

2.3.1.2 Bentuk-bentuk Khusus Karangan Eksposisi

Menurut Ahmadi dkk (1981:18–36), ada enam bentuk tulisan eksposisi . Keenam

bentuk tersebut adalah: (1) definisi luas, (2) analisis, (3) proses, (4) ringkasan, (5)

pertimbangan, (6) laporan. Berikut penjelasan mengenai keenam bentuk paragraf eksposisi

tersebut.

25

(1) Definisi Luas

Page 39: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Secara umum, definisi itu adalah eksposisi terhadap arti kata-kata. Para pemakai bahasa

biasanya selalu membatasi ragam arti kata-kata dalam bahasanya. Semakin jelas

pembatasan arti, baik bagi penulis maupun bagi pembacanya, maka semakin jelas pula

komunikasi gagasan atau ide dalam pikiran si penulis kepada pembacanya. Macam

definisi ini ada dua yaitu definisi sekalimat dan definisi luas. Untuk bentuk karangan yang

dimaksud dalam penelitian ini nantinya akan menggunakan definisi luas. Pengembangan

paragraf dengan definisi luas (extended definition) ini bisa dilakukan secara deduktif

mapun induktif.

(2) Analisis

Analisis ini merupakan cara memecahkan suatu pokok masalah dengan memecah bagian-

bagiannya yang logis. Adapun tipe asar dari analisis tersebut yaitu:

(a) klasifikasi pokok masalah yang majemuk (diuraikan-digolongkan atas dasar

penggolongan yang berlaku sama)

(b) klasifikasi pokok masalah yang tunggal (membagi suatu pokok masalah yang

tunggal menjadi bagian-bagian berdasarkan aspek yang berbeda)

(c) klasifikasi suatu proses.

(3) Proses

Eksposisi proses merupakan suatu uraian atau penjelasan mengenai bagaimana suatu hal

bekerja, terjadi, atau bagaimana mengerjakan sesuatu. Eksposisi proses ini biasanya juga

menggunakan definisi untuk menjelaskan istilah-istilah yang belum dipahami oleh

pembacanya.

26

(4) Ringkasan

Suatu ringkasan merupakan ekspresi yang ketat dari isi utama suatu karangan. Tujuan

utama dari suatu ringkasan adalah untuk memberitahu pembaca isi orisinil yang

Page 40: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

diringkaskan terutama mengenai suatu pikiran utama dalam karangan aslinya. Ada

beberapa sinonim dari suatu ringkasan yaitu sebagai berikut.

(a) Ikhtisar, merupakan pemadatan suatu karangan sehingga hanya memaparkan

langsung pikiran utamanya .

(b) Sinopsis, biasanya digunakan untuk meringkas sebuah cerita dengan tetap

memperhatikan alur atau plot ceritanya.

(c) Abstrak, adalah ringkasan padat mengenai unsure penting dari suatu eksposisi

formal ataupun suatu argummentasi.

(d) Parafrase, biasanya berhubungan dengan pusi yaitu mengungkapkan makna asli

puisi dalam bahasa yang lebih harfiah (literal).

(5) Pertimbangan

Review dalam arti khusus adalah suatu uraian informatif tentang isi dan kualitas suatu

buku atau karangan. Dalam arti luas, review merupakan suatu kegiatan intelektual yang

pada dasarnya mencakup: pemahaman terhadap suatu masalah, mengambil intisari dan

memberikan suatu pertimbangan, serta memberikan perkiraan kritis terhadap maslah

tersebut.

(6) Laporan

Laporan merupakan suatu uraian faktual secara tepat dan dapat diperiksa kebenarannya

(verifiable) berdasarkan studi yang diteliti terhadap seluk beluk atau penyelidikan

langsung terhadap sutu masalah. Suatu laporan harus

27

disajikan dalam bentuk bahasa yang sistematis, tertulis secara jelas, dan tidak emosional.

Penulis sebuah laporan harus selektif dalam melaporkan sesuatu. Beberapa ciri laporan

yang baik yaitu mencakup ketepatan dan ketelitian (accuragcy), kejelasan (clarity),

Page 41: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

ringkas (conciseness), lengkap dan lengket (adherence) terhadap suatu sudut pandang

yang telah mapan dan teguh

2.3.1.3 Persyaratan dan Teknik Penulisan Karangan Eksposisi

Enno Klamer (dalam Gie, 2002:62) menyatakan bahwa dalam semua tulisan paparan yang

efektif hendaknya seseorang memakai rincian detail yang jelas, tajam, dan tertentu serta

menyusun setiap alinea berdasarkan satu ide pokok. Dalam kepustakaan karang-mengarang,

pada umumnya terdapat tiga serangkai asas tatanan untuk menyusun karangan pemaparan

yang baik, yaitu kesatupaduan, pertautan, dan penegasan.

(1) Asas kesatupaduan (kekoherensian)

Asas kesatupaduan pada tulisan eksposisi menetapkan bahwa setiap karangan eksposisi

harus merupakan satu keseluruhan yang utuh dan bukannya suatu percampuran. Segenap

unsur karangan itu harus mempunyai pertalian dengan gagasan pokok atau tema utama

karangan yang bersangkutan. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (dalam Gie,

2002:62) mengatakan bahwa kesatupaduan dapat dicapai melalui:

(a) menetapkan gagasan pokok sebagai topik utama karangan

(b) membedakan apa yang bertalian dengan topik utama itu dari apa yang tidak

bertalian

(c) mengusahakan topik-topik bawahan tunduk pada topik utama dan tidak

memaparkan secara berlebihan.

28

(2) Asas pertautan (kekohesifan)

Asas pertautan pada tulisan eksposisi menetapkan bahwa unsur-unsur sebuah karangan

harus melekat satu sama lain dan tidak berdiri sendiri. Ide-ide yang serumpun harus

mengalir secara lancar dari satu alinea ke alinea lain, dari kalimat satu ke kalimat yang

Page 42: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

lainsehingga merupakan suatu kesinambungan. Cara-cara untuk mencapai pertautan

menurut Joseph D. Gallo dan Henry W. Rink (dalam Gie, 2002:62) ialah dengan:

(a) kata dan frasa peralihan yang menunjukkan tambahan, contoh, perlawanan, atau

kesimpulan.

(b) pengulangan kata

(c) pengubahan dengan menambahkan detail-detail dalam kalimat

(d) urutan logis yang dikaitkan pada suatu susunan tertentu seperti waktu, ruang, atau

sebab-akibat.

(3) Asas penegasan

Asas penegasan pada tulisan eksposisi menetapkan bahwa masing-masing unsur suatu

tulisan eksposisi harus memperoleh penekanan yang sesuai dengan kedudukan atau

pentingnya. Jadi harus ada unsur yang ditonjolkan. Menurut Cleanth Brooks dan Robert

Penn Warren (dalam Gie, 2002:63), penegasan terhadap suatu unsur dalap dilakukan

dengan cara:

(a) pernyataan tegas mengenai pentingnya hal yang bersangkutan

(b) penegasan dengan menepatkan pada letak awal atau letak akhir

(c) penegasan dengan memberikan pembahasan yang lebih mendalam atau lebih luas

dibandingkan dengan bagian-bagian selebihnya yang kurang penting

(d) penegasan dengan mengulang ide yang bersangkutan

(e) penyusunan sebuah alinea pendek diantara alinea-alinea yang jauh lebih panjang.

2.3.2 Penggunaan Media Berita dalam Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi

2.3.2.1 Pengertian Media Pembelajaran

Penggunaan suatu metode dalam pembelajaran akan mempengaruhi jenis media

pengajaran meskipun sebenarnya masih ada berbagai aspek lain yang perlu diperhatikan

dalam memilih media. Tujuan penggunaan media dalam proses pembelajaran agar kegiatan

Page 43: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

pembelajaran dapat berlangsung secara efisien dan efektif sehingga tujuan pembelajaran yang

telah ditentukan dapat tercapai.

Kata media berasal dari bahasa Latin yaitu medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’,

‘perantara’, atau ‘perantara’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau pengantar

pesan dari pengirim kepada penerima pesan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia

(1990:569), media (alat) adalah sarana komunikasi seperti koran, radio televisi, film, poster,

dan spanduk. Seperti halnya pandangan E.De Corte (dalam Winkel, 1996:285), media

pengajaran diartikan sebagai sarana nonpersonal (bukan manusia) yang digunakan atau

disediakan oleh tenaga pengajar, yang memegang peranan dalam proses belajar mengajar,

untuk mencapai tujuan intruksional. Media pengajaran juga diartikan sebagai segala sesuatu

yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan atau isi pelajaran, merangsang pikiran,

perasaan, perhatian, dan kemampuan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar

mengajar (Ibrahim&Nana, 2003:112).

2.3.2.2 Fungsi Media Pembelajaran

Menurut Hamalik (dalam Arsyad, 2002:15), pemakaian media pengajaran dalam

proses belajar mengajar dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru,

membangkitkan motivasi dan rangsang kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh-

pengaruh psikologis tehadap siswa. Selanjutnya, Arsyad (2002:26–27) menyimpulkan

beberapa manfaat praktis dari penggunaan media pengajaran dalam proses belajar mengajar

yaitu: (1) media pengajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat

memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar, (2) media pengajaran dapat

meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga dapat menimbulkan motivasi

belajar, (3) media pengajaran dapat mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu, dan (4)

media pengajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-

Page 44: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

peristiwa di lingkungan siswa, serta memugkinkan terjadinya interaksi langsung, antara siswa

guru, masyarakat, dan lingkungan.

2.3.2.3 Media Teks Berita

Keterampilan menulis merupakan salah satu keterampilan berbahasa yang perlu

dikuasai oleh siswa sebagaimana halnya dengan ketiga keterampilan lainnya seperti

keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, dan keterampilan membaca. Cleary (dalam

Rahaor, 2006:34) mengemukakan bahwa temuan yang paling mengejutkan dari penelitian

mutakhir tentang tulisan adalah adanya korelasi antara membaca luas yang baik dengan

menulis yang baik. Untuk itu, agar siswa mampu menulis eksposisi dengan baik maka siswa

perlu membaca sebuah informasi yang dalam hal ini yaitu informasi dari koran, majalah, atau

bahkan dari internet yang berkaitan dengan topik.

Pengertian berita dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1991:108) adalah laporan

mengenai kejadian atau peristiwa yang hangat. Mariani&Kuncoro memberikan (2001:32)

batasan mengenai berita yaitu ada tiga unsur penting yang harus diperhatikan mengenai

definisi berita. Ketiga unsur penting itu yaitu: (1) laporan, (2) kejadian/ peristiwa/pendapat

yang menarik dan penting, serta (3) disajikan secepat mungkin (terikat oleh waktu).

Pemilihan berita sebagai media pembelajaran menulis eksposisi yaitu agar siswa mempunyai

topik untuk dikembangkan menjadi sebuah tulisan eksposisi.

2.3.3 Pelaksanaan Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan

Media Teks Berita

Berdasarkan hasil penelitian yang diadakan terhadap tulisan mahasiswa, Flower dan

Hayes (lewat Tompkins, dalam Kurniawan, 2007), proses menulis meliputi tiga kegiatan,

yaitu: (1) merencanakan (menentukan tujuan untuk mengarahkan tulisan), (2) mewujudkan

(menulis sesuai dengan rencana yang sudah dibuat), dan (3) merevisi (mengevaluasi dan

merevisi tulisan). Zuchdi (dalam Kurniawan, 2007) mengatakan bahwa ketiga kegiatan

Page 45: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

tersebut bukan merupakan tahap-tahap yang linear (bergerak lurus). Hal tersebut karena

penulis terus-menerus memantau tulisannya dan bergerak maju mundur. Peninjauan kembali

tulisan yang telah dihasilkan ini dapat dianggap sebagai komponen keempat dalam proses

menulis. Hal inilah yang membantu penulis dapat mengungkapkan gagasan secara logis dan

sistematis, tidak mengandung bagian-bagian yang kontradiktif. Dengan kata lain, konsistensi

(keajegan) isi gagasan dapat terjaga.

Berkaitan dengan tahap-tahap proses menulis, Tompkins (dalam Kurniawan, 2007)

menyajikan lima tahap menulis, yaitu: (1) pramenulis, (2) pembuatan draft, (3) merevisi, (4)

menyunting, dan (5) berbagi (sharing). Tompkins juga menekankan bahwa tahap-tahap

menulis ini tidak merupakan kegiatan yang linear. Proses menulis bersifat nonlinier, artinya

merupakan putaran berulang. Misalnya, setelah selesai menyunting tulisannya, penulis

mungkin ingin meninjau kembali kesesuaiannya dengan kerangka tulisan atau draft awalnya.

Proses menulis dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan

media berita terdiri dari fase pramenulis, fase menulis, dan fase pascamenulis. Dalam fase

menulis terdapat kegiatan membuat draf, merevisi, dan menyunting. Dalam fase

pascamenulis terdapat kegiatan berbagi dengan mempublikasikan hasil tulisan eksposisi.

Dengan demikian, tergambar secara menyeluruh proses menulis, mulai awal sampai akhir

menulis seperti berikut.

1) Fase Pramenulis

a) Siswa membaca teks berita

b) Siswa mendata topik yang bisa dikembangkan dari teks berita

c) Siswa membuat kerangka karangan eksposisi yang memiliki gagasan secara logis dan

sistematis (pembatasan topik).

d) Siswa mencari bahan tulisan

2) Fase Menulis

Page 46: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

a) Siswa mengembangkan kerangka karangan eksposisi dengan ketentuan minimal

tiga paragraf.

b) Siswa bertanya jawab dan berkonsultasi dengan teman sebangku maupun guru untuk

mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam membuat karangan eksposisi.

c) Siswa merevisi dan menyunting kembali karangan eksposisi dengan teman sebangku

d) Siswa mengumpulkan draf akhir (hasil tulisan) karangan eksposisi.

3) Fase Pascamenulis

a) Siswa mempublikasikan karangan eksposisinya

Di bawah ini merupakan bagan atau alur pelaksanaan pembelajaran menulis karangan

eksposisi

Gambar 2.1 Proses Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan

Media Teks Berita

Langkah-langkah Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita

Fase Pramenulis

1. Membaca teks berita

2. Mendata topik berdasarkan teks berita

3. Membuat kerangkan karangan eksposisi

4. Mencari bahan tulisan

Fase Menulis

5. Mengembangkan kerangka karangan menjadi tulisan eksposisi dengan memperhatikan asas

menulis efektif (teknik dan persyaratan penulisan karangan eksposisi)

6. Merevisi dan menyunting karangan eksposisi yang dibuat

7. Membuat draf akhir

Page 47: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Fase Pascamenulis

8. Mempublikasikan karangan eksposisi yang telah dibuat

2.3.4 Evaluasi Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks

Berita

Evaluasi pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita

dilakukan dengan penilaian hasil belajar siswa. Penilaian hasil belajar dilakukan untuk mengetahui

tingkat keberhasilan siswa dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi pada setiap siklus. Salah

satu keberhasilan proses belajar-mengajar dilihat dari hasil belajar yang dicapai oleh siswa. Menurut

Sudjana (2005:62), aspek yang dilihat dalam hasil belajar siswa antara lain sebagai berikut.

(1) Perubahan pengetahuan, sikap, dan perilaku siswa setelah menyelesaikan pengalaman belajarnya.

(2) Kualitas dan kuantitas penguasaan tujuan instruksional oleh para siswa.

(3) Jumlah siswa yang dapat mencapai tujuan instruksional minimal 75 dari jumlah instruksional yang

harus dicapai.

(4) Hasil belajar tahan lama diingat dan dapat digunakan sebagai dasar dalam mempelajari bahan

berikutnya.

Hasil belajar yang dinilai dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang berupa

karangan eksposisi setelah mengikuti tahapan pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan

menggunakan media teks berita. Hasil belajar yang dicapai siswa mengacu pada indikator sesuai

dengan rubrik penilaian hasil belajar menulis karangan eksposisi siswa

Evaluasi dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks

berita dilakukan untuk mengetahui kemampuan siswa dalam mengembangkan karangan eksposisi

dengan menggunakan media berita.

Siswa diharapkan mampu mengembangkan gagasan menjadi paragraf yang utuh, lengkap,

logis, dan sistematis. Hal ini sesuai dengan tujuan pembelajaran menulis karangan eksposisi pada

siswa kelas X yaitu Siswa mampu menulis gagasan secara logis dan sistematis dalam bentuk

Page 48: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

karangan eksposisi. Menurut Harsiati (2001:23–24), indikator bahwa siswa mampu menulis karangan

yang utuh, lengkap, logis dan sistematis yaitu: (1) kemampuan membuat kalimat topik, (2)

kemampuan mengembangkan kalimat topik, (3) kemampuan memulai sebuah tulisan dengan isi dan

gaya sesuai dengan konteks penulisan, (4) kemampuan mengembangkan inti penulisan dengan

mengorganisasikan gagasan menjadi sejumlah paragraf / bagian wacana yang memiliki kesatuan,

kepaduan, dan kelengkapan, (5) kemampuan menyusun paragraf secara utuh (memiliki kesatuan),

lengkap, dan kohesif, dan (6) kemampuan mengakhiri/menutup tulisan dengan isi dan gaya sesuai

konteks, (7) kemampuan menggunakan aspek kebahasaan dan nonkebahasaan (ejaan, penomoran, tata

letak) sesuai dengan konteks penulisan.

Aspek kesatuan paragraf yaitu kesatuan isi yang dikandung dalam paragraf, artinya kesatuan

isi terlihat dari kesesuaian isi kalimat-kalimat dalam paragraf dengan tujuan penulisan/ ide pokok

paragraf (Harsiati, 2001:24). Paragraf dikatakan lengkap jika semua informasi yang harusnya

dikemukakan telah dilengkapi, maksudnya paragraf tersebut dikembangkan dengan topik-topik

bawahan/ ide penjelas yang cukup lengkap sehingga ide pokok yang dikemukakan menjadi lebih

dipahami dan sesuai dengan tujuan penulisan ide/ide pengontrol yang ada dalam kalimat topik

(Harsiati, 2001:24). Sedangkan yang dimaksud dengan kepaduan paragraf adalah hubungan timbal

balik yang logis dan teratur, baik antarparagraf maupun antarkalimat yang digunakan untuk

menyususn suatu paragraf.

Harsiati (2001:24) juga mengatakan bahwa ada tiga indikator bahwa seseorang itu mampu

membentuk kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan dalam menyusun paragraf. Kemampuan

membentuk kesatuan, kepaduan, dan kelengkapan dalam menulis sebuah paragraf ditandai dengan (1)

kemampuan menggunakan tanda kohesi, baik gramatikal maupun leksikal dalam memadukan kalimat

dalam paragraf, (2) kemampuan menggunakan tanda kohesi, baik gramatikal maupun leksikal dalam

memadukan antarparagraf, (3) kemampuan menggunakan tanda kohesi, baik gramatikal maupun

leksikal dalam memadukan antarbagian wacana.

Kemampuan menggunakan bahasa dalam karangan mencakup kemampuan menggunakan

diksi, menggunakan kalimat yang efektif, dan penggunaan ejaan serta tanda baca yang sesuai dengan

konteks (Harsiati, 2001:25). Sedangkan kemampuan menggunakan sistematika adalah kemampuan

Page 49: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

menandai judul, peringkat subjudul, atau bagian wacana lain sesuai dengan konteks (Harsiati,

2001:25).

BAB III

METODE PENELITIAN

Metode penelitian merupakan sitematika konsep mengenai langkah-langkah yang akan

ditempuh untuk menemukan, mengembangkan, dan menguji kebenaran suatu pengetahuan

dengan penyelidikan secara sistematis, kritis, dan ilmiah. Pemilihan metode yang akan

digunakan dalam sebuah penelitian bergantung pada tujuan penelitian yang dilaksanakan,

sifat masalah dan data yang akan diolah, serta berbagai macam kegiatan yang akan

dilaksanakan. Pada Bab III ini dibahas mengenai (1) rancangan penelitian, (2) tahap-tahap

penelitian, (3) data dan sumber data, (4) teknik pengumpulan data, (5) teknik analisis data, (6)

instrumen penelitian, (7), kriteria keberhasilan dan (8) pengecekan keabsahan data

3.1 Rancangan Penelitian

Page 50: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Rancangan penelitian ini menguraikan beberapa hal mengenai (1) pendekatan dan jenis

penelitian serta (2) konteks penelitian yang meliputi lokasi penelitian, kelas penelitian, subjek

penelitian, mitra peneliti, dan waktu penelitian

3.1.1 Pendekatan dan Jenis Penelitian

Penelitian yang berjudul Peningkatkan Kemampuan Siswa Kelas X.2 SMA Taruna

Dra. Zulaeha dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita

ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK).

Ancangan penelitian yang akan dilaksanakan ini menggunakan penelitian tindakan

kelas karena memiliki beberapa karakteristik yaitu sebagai berikut. Pertama, adanya

permasalahan praktis yang ditemui oleh guru pengajar pelajaran Bahasa Indonesia yaitu

masalah menulis karangan eksposisi. Kedua, penelitian ini dilakukan secara kolaboratif

antara guru dan peneliti dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

penilaian pembelajaran. Ketiga, dapat digunakan sebagai refleksi oleh publik.

Secara garis besar, PTK dibagi ke dalam empat tahap yang meliputi tahap: (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Secara sederhana, Arikunto

(2007:16) menggambarkan tahap-tahap tersebut ke dalam bagan berikut.

Gambar 3.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas

(Sumber: Arikunto, 2007:16)

Arikunto (2007:6–12) menyebutkan lima prinsip penelitian tindakan yaitu sebagai

berikut.

(1) Kegiatan nyata dalam situasi rutin, yaitu penelitian tindakan tidak perlu mengadakan

waktu khusus, tidak mengubah jadwal yang sudah ada. Dengan

Page 51: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I

Pelaksanaan

Pengamatan

Perencanaan

SIKLUS II

Pengamatan

Pelaksanaan

Refleksi

?

demikian, apabila guru akan melakukan beberapa kali penelitian tindakan tidak

menimbulkan kerepotan bagi kepala sekolah dalam mengelola sekolahnya.

(2) Adanya kesadaran diri untuk memperbaiki kinerja, yaitu penelitian tindakan

didasarkan pada sebuah filosofi bahwa setiap manusia tidak suka atas hal-hal yang statis,

tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik. Penelitian tindakan bersifat dinamis

yaitu mengharapkan adanya perubahan. Materi penelitian tindakan biasanya berkaitan

dengan penyajian topik pokok bahasan yang bersangkutan, yaitu strategi, pendekatan,

Page 52: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

metode, metode, atau cara untuk memperoleh hasil melalui sebuah kegiatan uji coba atau

eksperimen.

(3) SWOT sebagai dasar berpijak, yaitu penelitian tindakan dimulai dengan melakukan

analisis SWOT yang terdiri atas unsur S-Strength (kekuatan), W-Weakness (kelemahan),

O-Opportunity (kesempatan), T-Threat (ancaman). Dengan berpijak terhadap empat hal

tersebut, penelitian tindakan dapat dilaksanakan hanya apabila ada kesejalanan antara

kondisi yang ada pada guru dan juga pada siswa.

(4) Upaya empiris dan sistematik, yaitu merupakan penerapan dari prinsip SWOT.

Dengan dilakukannya analisis SWOT, berarti apabila guru melakukan penelitian tindakan

maka ia sudah mengikuti prinsip empiris (terkait dengan pengalaman) dan prisip sistemik

(berpijak pada unsur-unsur yang terkait dengan keseluruhan sistem dengan objek yang

diteliti).

(5) Ikuti prinsip SMART dalam perencanaan, yaitu penelitian tindakan dalam

membuat perencanaan mengikuti prinsip S-Spesifik (khusus), M-Managable (dapat dikelola

atau dilaksanakan), A-Acceptable (dapat diterima), R-Realistic (dapat dijangkau), dan T-

Time-bound (diikat oleh waktu/ terencana).

3.1.2 Konteks Penelitian

Konteks penelitian ini memuat memuat empat hal yaitu (1) lokasi penelitian, (2) kelas

penelitian dan subyek penelitian, (3) mitra peneliti, dan (4) waktu penelitian. Berikut uraian

mengenai kelima hal tersebut.

3.1.2.1 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Taruna Dra. Zulaeha Leces

Probolinggo (SMA TDZ) yang beralamat di Jalan Raya Leces A3, Leces-Probolinggo.

Sekolah ini merupakan sekolah swasta di Kecamatan Leces, Kabupaten Probolinggo. Akan

Page 53: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

tetapi dari segi kualitas, SMA TDZ dapat disejajarkan dengan SMA negeri yang ada di

Probolinggo. Kepala SMA TDZ adalah Drs. Sugeng Haryono, sedangkan guru bidang studi

Bahasa dan Sastra Indonesia yaitu Wiwik Ariyani, S.Pd dan Untung Nandra S,Pd.

Pemilihan SMA TDZ sebagai sekolah yang diteliti didasari oleh tiga alasan. Alasan

pertama karena siswa belum memahami langkah-langkah menulis karangan eksposisi. Alasan

kedua karena guru belum menggunakan rubrik penilaian untuk pembelajaran menulis

karangan eksposisi sehingga tulisan yang dibuat oleh siswa belum dinilai secara otentik.

Alasan ketiga karena selama ini di sekolah tersebut belum pernah dilakukan penelitian

tentang peningkatan kemampuan menulis eksposisi dengan menggunakan media teks berita.

3.1.2.2 Kelas Penelitian dan Subjek Penelitian

Kelas penelitian ini adalah kelas X karena (1) pembelajaran menulis karangan eksposisi

terdapat di kelas X dan (2) Kelas X merupakan kelas awal di tingkat SMA sehingga

diharapkan pembinaan pascapenelitian dapat terus dikembangkan pada kelas selanjutnya.

Penelitian ini dipusatkan pada siswa kelas X.2. Ditetapkannya kelas X.2 sebagai

subjek penelitian karena atas dasar pertimbangan (1) kemampuan menulis karangan eksposisi

di kelas X.2 masih dapat ditingkatkan dan (2) siswa kelas X.2 tergolong siswa yang aktif.

Jumlah siswa kelas X.2 yaitu 40 siswa. Akan tetapi yang menjadi sumber data (subjek)

adalah siswa yang mengikuti semua jadwal pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan

menggunakan media teks berita. Untuk itu, jumlah siswa X.2 SMA TDZ yang menjadi subjek

penelitian pada penelitian ini yaitu 34 siswa.

3.1.2.3 Mitra Peneliti

Mitra peneliti dalam penelitian ini yaitu guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia yang

bernama Wiwik Ariyani, S.Pd dan teman sejawat yang bernama Dwi Yani Lestari. Ada lima

alasan peneliti memilih Wiwik Ariyani, S.Pd sebagai mitra peneliti karena (1) beliau

merupakan guru pengajar bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia di SMA TDZ, (2) beliau

Page 54: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

bersikap terbuka untuk menerima pembaharuan dalam pembelajaran demi perbaikan

pembelajaran, dan (3) beliau bersedia berkolaborasi dengan peneliti untuk mengamati proses

dan hasil pembelajaran dari tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

Alasan mengapa dipilih Dwi Yani Lestari karena (1) dia merupakan mahasiswa jurusan

Bahasa Indonesia Universitas Negeri Malang yang seangkatan dengan peneliti, (2) dia

berkompeten untuk dijadikan sebagai teman sejawat peneliti dalam penelitian ini karena juga

akan melakukan penelitian dalam bidang yang sama dengan peneliti sehingga dia juga

mempunyai wawasan yang cukup, dan (3) dia mempunyai kepekaan yang tinggi terhadap

lingkungan serta kritis dalam menanggapi sesuatu.

3.1.2.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Maret 2008 hingga Mei 2008. Pratindakan

dilaksanakan pada 25 Maret 2008 dan 8 April 2008. Siklus I dilaksanakan pada minggu II

dan III. Siklus II dilaksanakan pada Mei minggu II dan III (Lampiran I)

3.2 Tahap-tahap Penelitian

Tahap-tahap penelitian ini dibagi menjadi lima tahap yaitu (1) studi pendahuluan, (2)

perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) pengamatan, dan (5) refleksi.

3.2.1 Studi Pendahuluan

Studi pendahuluan dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah yang sedang dihadapi

dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi di kelas X. Pada 26 November 2007, peneliti

melakukan studi pendahulan dengan mewawancarai guru bidang studi Bahasa Indonesia

SMA TDZ, yaitu Ibu Wiwik. Dari wawancara, diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran

menulis karangan eksposisi di kelas X SMA TDZ belum maksimal. Hasil dari studi

pendahuluan yaitu: (1) pembelajaran menulis karangan eksposisi masih dilaksanakan secara

tradisional, (2) guru tidak menggunakan media selama pembelajaran berlangsung, dan (3)

Page 55: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

guru tidak memberikan rubrik penilaian dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi.

Dalam hal ini guru hanya mengajarkan pengertian karangan eksposisi tanpa memberikan

panduan bagaimana cara menulis karangan eksposisi yang baik. Dengan demikian, perlu

diadakan perbaikan dalam segi strategi pembelajaran.

Berpijak dari problematika tersebut, kemudian peneliti bersama guru bidang studi

Bahasa Indonesia merumuskan strategi baru dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi

pada siswa kelas X SMA TDZ yang diwujudkan dalam penelitian tindakan kelas dengan guru

sebagai kolaborator.

3.2.2 Perencanaan Tindakan

Pada tahap ini, peneliti bersama guru secara kolaboratif berdiskusi untuk merancang,

menetapkan, dan menyusun rancangan perbaikan terhadap pembelajaran menulis karangan

eksposisi dengan menggunakan media teks berita. Sesuai dengan bagan PTK bahwa dalam

setiap siklus tindakan terdiri dari empat tahap, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3)

pengamatan, dan (4) refleksi.

Kegiatan perencanaan tindakan dilakukan bersama guru bidang studi Bahasa Indonesia

yang dilakukan dengan memanfaatkan waktu luang ketika tidak ada jam mengajar dan di luar

jam sekolah dengan memanfaatkan media komunikasi lewat telepon dan sms. Sebelum

pelaksanaan tindakan, peneliti memberikan simulasi bayangan atau tanpa siswa di depan

guru. Setelah itu, peneliti memaparkan rancangan tindakan yang telah disusun, kemudian

meminta guru (kolabolator) untuk memberikan masukan dan perbaikan. Kemudian bersama-

sama memutuskan rancangan tindakan yang akan dilaksanakan.

Penelitian ini direncanakan dalam dua siklus. Jika pada siklus I pembelajaran menulis

karangan eksposisi dinilai sudah berhasil maka pada siklus II hanya berupa refleksi dan

pemantapan. Jika pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siklus I belum sepenuhnya

Page 56: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

berhasil maka tindakan pada siklus II akan diarahkan untuk memperbaiki kelemahan tindakan

pada siklus I.

Dalam perencanaan ini, peneliti juga menyiapkan rambu-rambu alat perekam data

berupa yang pedoman wawancara, pedoman observasi, dan rubrik penilaian. Alat perekam

data tersebut sebagai dokumen dalam melakukan pengamatan dan sumber analisis pada tahap

refleksi.

3.2.3 Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah disusun sebelumnya.

Tindakan dilaksanakan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang telah ditetapkan pada

tahap perencanaan yaitu setiap siklus terdiri dari tiga fase yang harus ditempuh oleh siswa

yaitu meliputi fase: (1) prapenulis, (2) menulis, dan (3) pascamenulis. Proses pelaksanaan

tindakan akan diuraikan sebagai berikut.

1) Fase Pramenulis

a) Siswa membaca teks berita

b) Siswa mendata topik yang bisa dikembangkan dari teks berita

c) Siswa membuat kerangka karangan eksposisi yang memiliki gagasan secara logis dan

sistematis (pembatasan topik).

2) Fase Menulis

a) Siswa mengembangkan kerangka karangan eksposisi dengan ketentuan minimal tiga

paragraf pada lembar kerja yang telah disediakan.

b) Siswa bertanya jawab dan berkonsultasi dengan siswa sebangku maupun guru untuk

mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam membuat karangan eksposisi.

c) Siswa merevisi dan menyunting kembali karangan eksposisi dengan teman sebangku

d) Siswa mengumpulkan draf akhir (hasil tulisan) karangan eksposisi.

3) Fase Pascamenulis

Page 57: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

a) Siswa mempublikasikan karangan eksposisinya.

3.2.4 Pengamatan

Pengamatan (observasi) dilaksanakan pada saat pelaksanaan pembelajaran dengan

tujuan agar diperoleh informasi yang lebih mendalam tentang data aktivitas siswa dan data

hasil belajar siswa. Dalam hal ini, peneliti dan kolaborator berusaha mengenal, merekam, dan

mendokumentasikan semua hal indikator keberhasilan dari proses dan hasil pembelajaran

yang terjadi, baik yang disebabkan oleh tindakan terencana maupun dampak intervensi dalam

pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita. Keutuhan

hasil pengamatan direkam dalam bentuk lembar observasi atau catatan lapangan. Hasil

pengamatan pada tahap pelaksanaan tindakan sangat menentukan ada tidaknya tindakan pada

siklus berikutnya.

3.2.5 Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan

(Arikunto, 2007:19). Untuk itu, refleksi yang dilakukan oleh guru dan peneliti untuk

intropeksi dan evaluasi secara total tentang tindakan yang telah dilakukan untuk menjawab

pertanyaan, apakah tindakan yang telah dilakukan sudah berhasil apa masih membutuhkan

perbaikan.

3.3 Instrumen Penelitian

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis instrumen, yaitu instrumen utama

dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti, sedangkan

instrumen penunjangnya berupa hasil pengamatan dengan lembar observasi, wawancara, dan

dokumentasi hasil karangan siswa.

1) Lembar Observasi

Page 58: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Lembar observasi ini akan digunakan untuk mengetahui keaktifan siswa selama

pembelajaran berlangsung.

Tabel 3.2 Lembar Observasi Deskriptor

Keaktifan Siswa Keterangan Hari/ Tgl

Kegiatan Pendahuluan 1. Aktif mengungkapkan pengetahuannya mengenai

pengertian karangan eksposisi, karakteristik karangan eksposisi, dan jenis-jenis karangan eksposisi.

2. Aktif mengamati contoh karangan eksposisi.

Fase Pramenulis 3. Aktif membaca teks berita.

4. Aktif mendata topik berdasarkan teks berita

5. Aktif membuat kerangka karangan eksposisi yang memiliki gagasan secara logis dan sistematis (pembatasan topik).

Fase Menulis 6. Aktif mengembangkan kerangka karangan

eksposisi dengan ketentuan minimal tiga paragraf .

7. Aktif bertanya jawab dan berkonsultasi dengan siswa sebangku maupun guru untuk mengemukakan kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam membuat karangan eksposisi.

8. Aktif merevisi (mengoreksi) dan mengoreksi karangan eksposisi dengan teman sebangkunya baik isi maupun tata bahasa serta tata tulisan yang benar.

9. Aktif membuat draf akhir.

Fase Pascamenulis 10. Aktif mempublikasikan karangan eksposisinya.

Kegiatan Penutup 11. Aktif mengungkapkan pengalaman dan

kesulitannya dalam membuat karangan eksposisi.

Page 59: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

12. Aktif menyimpulkan materi hasil pembelajaran.

13. Aktif mengemukakan pendapat tentang pembelajaran yang telah dilaksanakan.

2) Pedoman Penilaian Hasil Belajar Siswa

Pedoman penilaian hasil belajar siswa yang berasal dari rubrik penilaian digunakan

untuk mengetahui tingkat keberhasilan siswa. Ada tiga aspek yang dinilai dalam karangan

eksposisi yaitu (1) kemampuan menyusun judul, (2) kemampuan mengembangkan paragraf,

dan (3) kemampuan dalam menggunakan ejaan dan tanda baca.

Tabel 3.4 Pedoman Penilaian Hasil Menulis Karangan Eksposisi Aspek Subaspek Indikator Deskriptor Skor

Judul Kesesuaian judul dengan isi dan tujuan penulisan

Perumusan judul tepat dan dan sesuai dengan tujuan penulisan dan adanya kespesifikan judul

Bagaimana kesesuaian judul dengan isi dan tujuan penulisan (ketepatan perumusan dan spesifik)?

a. Sangat sesuai (rumusan tepat dan spesifik)

b. Sesuai (rumusan tepat tetapi kurang spesifik)

c. Cukup sesuai dengan isi (rumusan kurang tepat, tetapi spesifik)

d. Tidak sesuai isi (rumusan tidak tepat, tidak spesifik)

4 3 2 1

Pengembangan Paragraf (isi)

Pemaparan Informasi

Pemaparan karangan sesuai fakta, jelas, memadai, dan netral

Bagaimanakah pemaparan informasi karangan yang telah dibuat?

a. Sesuai fakta, sangat jelas, sangat memadai, dan netral

b. Sesuai fakta jelas, netral, dan cukup memadai

4 3 2 1

Page 60: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

c. Cukup jelas, cukup memadai, dan cukup netral

d. Kurang jelas, kurang memadai, kurang netral

Kesatupaduan (kekoherensian)

Segenap unsur pada karangan eksposisi harus mempunyai pertalian dengan gagasan pokok ysng bersangkutan.

Bagaimanakah pengembangan gagasan-gagasan pada setiap unsur (kalimat dan paragraf)?

a. Sangat koheren (semua unsur mempunyai pertalian dengan gagasan pokok)

b. Koheren (ada 1-5 kalimat yang kurang koheren dengan gagasan pokok)

c. Cukup Koheren (ada lebih dari 5 kalimat yang kurang koheren dengan gagasan pokok, tetapi masih terbaca)

d. Kurang koheren (ada lebih dari 5 kalimat yang kurang koheren dengan gagasan pokok sehingga tidak terbaca maksudnya)

4 3 2 1

Keterpautan (kekohesifan)

Adanya kesinambungan antarunsur/ide dalam karangan (Ketepatan penggunaan piranti kohesi)

Bagaimana kekohesifan antarparagraf dan antarkalimat dalam karangan?

a. Sangat kohesif (semua ide saling berkesinambungan)

b. Kohesif (ada sedikit kesalahan dalam penggunaan piranti kohesif)

c. Cukup kohesif (ada 2-5 lima piranti kohesi yang salah)

d. Kurang kohesif (banyak terjadi kesalahan dalam penggunaan piranti kohesif sehingga menimbulkan kesalahan pemahaman)

4 3 2 1

Ketegasan Kerincian dengan ada hal yang ditonjolkan dan ada penjelasan yang memadai

Bagaimanakah ketegasan setiap gagasan dalam setiap paragraf? (Ada yang ditonjolkan dengan penjelasan yang sangat rinci)

a. Sangat tegas (ada yang ditonjolkan dengan penjelasan yang sangat rinci)

b. Tegas (ada yang ditonjolkan dengan penjelasan yang banyak tetapi kurang rinci)

c. Cukup tegas (ada hal yang ditonjolkan dengan rincian yang sedikit dan kurang)

4 3 2 1

Page 61: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

d. Kurang tegas (tidak ada yang ditonjolkan)

Ejaan dan tanda baca

Penggunaan EYD dan tanda baca

Kesesuaian dengan EYD dan ketepatan penggunaan tanda baca

Bagaimanakah penggunaan EYD dan tanda baca dalam karangan eksposisi yang telah dibuat?

a. Terbebas dari kesalahan ejaan dan tanda baca

4

b. Kadang-kadang terjadi kesalahan ejaan, dan tanda baca tetapi tidak mengganggu pemahaman makna

c. Banyak terjadi kesalahan ejaan dan tanda baca sehingga mengganggu pemahaman

d. Banyak dijumpai kesalahan ejaan dan tanda baca sehingga paragraf sulit dibaca dan dipahami

3 2 1

Jumlah Skor

Keterangan: Penyekoran = skor yang diperoleh 20

3.4 Data dan Sumber Data

Data penelitian ini terdiri dari data awal (pratindakan) atau data pretes, data

pelaksanaan tindakan, dan data hasil tindakan (postes). Data awal yaitu data yang digunakan

peneliti untuk mengidentifikasi dan merumuskan masalah sebagai dasar untuk menyusun

rencana tindakan. Data pelaksanaan tindakan merupakan data rekaman aktivitas guru dan

siswa dalam proses pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media

teks berita pada siswa kelas X.2 SMA TDZ, baik pada tindakan siklus I maupun siklus II.

Data hasil pembelajaran menulis karangan eksposisi adalah hasil tulisan siswa dalam menulis

karangan eksposisi dengan penggunaan media teks berita setelah dilaksanakannya tindakan

siklus I dan siklus II.

X 100 %

Page 62: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

4 = sangat baik = berhasil

3 = baik = berhasil

2 = cukup = tidak berhasil

1 = kurang = tidak berhasil

85% -100% = sangat baik = berhasil

70% - 84% = baik = berhasil

50% - 69% = cukup = tidak berhasil

0% - 49% = kurang = tidak berhasil

50

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru bidang studi Bahasa Indonesia dan 34 siswa

kelas X.2 SMA TDZ. Pencatatan data dilakukan melalui (1) wawancara, (2) observasi, dan (3) studi

dokumentasi

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Seperti yang telah dijelaskan di atas, instrumen dalam penelitian ini terdiri dari dua jenis

instrumen, yaitu instrumen utama dan instrumen penunjang. Instrumen utama dalam penelitian ini

yaitu peneliti, sedangkan instrumen penunjangnya berupa hasil pengamatan dengan lembar observasi,

wawancara, dan dokumentasi hasil karangan siswa. Kegiatan observasi, wawancara, dan dokumentasi

dilaksanakan pada saat pengumpulan data yaitu ketika pelaksanaan penelitian kelas, khususnya ketika

sebelum, saat, dan sesudah proses pembelajaran berlangsung.

Catatan lapangan menurut Bogdan dan Biklen adalah catatan tertulis tentang apa yang didengar,

dilihat, dialami, dan dipikirkan dalam rangka pengumpulan data dan refleksi terhadap data dalam

penelitian (Moleong, 2005:209). Catatan lapangan dalam penelitian ini berupa lembar observasi.

Untuk itu, catatan lapangan dalam penelitian ini digunakan selama penelitian berlangsung atau selama

observasi berlangsung. Hal itu karena peneliti, guru, dan teman sejawat.akan memberikan penilaian

terhadap keadaan selama proses pembelajaran menulis paragraf eksposisi berlangsung. Catatan

Page 63: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

lapangan digunakan untuk memperoleh data yang tidak terekam dalam lembar observasi selama

pemberian tindakan. Sedangkan studi dokumentasi diperoleh dari hasil karangan siswa dan rubrik

penyekoran. Rubrik penyekoran merupakan instrumen yang digunakan untuk menilai hasil

kemampuan siswa setelah mengikuti pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan

media teks berita pada setiap siklus penelitian.

3.6 Teknik Analisis Data

Tahapan sesudah pengumpulan data yaitu analisis data. Analisis data menurut Bogdan dan Biklen

(dalam Moleong, 2005:248) adalah upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola, mensistesiskannya,

mencari, dan menemukan pola, menemukan apa yang penting dan apa yang dipelajari, dan

memutuskan apa yang dapat diceritakan. Analisis menurut Arikunto (2007:132) merupakan usaha

untuk memilih, memilah, membuang, menggolongkan, serta menyusun ke dalam kategorisasi,

mengklasifikasi data untuk menjawab pertanyaan pokok: (1) tema apa yang dapat ditemakan dan (2)

seberapa jauh data dapat mendukung tema/arah/ tujuan penelitian. Analisis data menurut Bogdan dan

Biklen (dalam Santoso, 2004:3) adalah proses memeriksa dan menyusun transkrip wawancara, catatan

lapangan, dan bahan lain secara sistematis yang sudah dikumpulkan untuk meningkatkan

pemahamanan peneliti terhadap data-data tersebut yang memungkinkan peneliti dapat

mengkomunikasikan temuannya itu kepada orang lain. Analisis data dalam penelitian ini

menggunakan analisis data secara induktif.

Setelah ditemukan skor masing-masing subaspek yang diperoleh siswa berdasarkan tabel 3.4

kemudian dihitung persentasenya dengan rumus sebagai berikut.

N = %100xmaksimalSkordiperolehyangSkor

3.7 Kriteria Keberhasilan

Penilaian dan pengukuran tingkat keberhasilan dilaksanakan untuk mengetahui ada tidaknya

peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis eksposisi setelah diberikan tindakan. Peningkatan hasil

belajar dapat dilihat dari perbandingan hasil pretes (karangan eksposisi sebelum tindakan), hasil siklus

I, dan siklus II dengan kriteria tertentu. Jika berdasarkan kriteria yang ditetapkan menunjukkan bahwa

Page 64: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

hasil siklus II lebih baik dari dari hasil siklus I, dan hasil siklus I lebih baik dari hasil pretes pada

kegiatan studi pendahuluan, maka dapat diambil kesimpulan bahwa hasil belajar meningkat.

Berdasarkan analisis data kemampuan menulis karangan eksposisi, kemudian ditentukan

tingkat keberhasilannya dengan berpedoman pada Tabel 3.5 berikut ini.

Tabel 3.5 Pedoman Tingkat Keberhasilan Pembelajaran Menulis Karangan Eksposisi dengan

Menggunakan Media Teks Berita untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis

Eksposisi

Pencapaian Kualifikasi Tingkat Keberhasilan

Simbol Huruf

85 - 100 A Sangat baik Berhasil

70 - 84 B Baik Berhasil

50 - 69 C Cukup Tidak berhasil

0 - 49 D Kurang Tidak berhasil

Dengan didasarkan pada kriteria di atas, maka peningkatan kemampuan menulis

karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada siswa kelas X.2 SMA TDZ

dikatakan berhasil apabila tingkat penguasaan siswa mencapai 70 – 84 dengan kategori baik

atau 85-100 dengan kategori sangat baik. Akan tetapi jika siswa memperoleh tingkat

penguasaan di bawah 70, maka siswa belum dikatakan berhasil.

3.8 Pengecekan Keabsahan Data

Data yang sudah diperoleh peneliti dalam penelitian ini harus diperiksa keabsahannya.

Tenik pengecekan ulang ini biasa disebut dengan triangulasi data. Pengecekan keabsahan

data ini bertujuan untuk memperoleh data yang sahih dan absah yang diperoleh dari hasil

wawancara, observasi, dan studi dokumentasi.

Page 65: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Pengecekan keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan dua cara yaitu

ketekunan pengamatan dan pemeriksaan mitra peneliti (kolaborator). Ketekunan pengamatan

maksudnya adalah pengecekan keabsahan data dengan cara menyesuaikan antara tahapan

yang harus ditempuh dengan tindakan yang dilakukan dalam proses pembelajaran.

Pengecekan keabsahan data dengan mitra peneliti maksudnya yaitu berdiskusi dengan mitra

peneliti karena ketika pelaksanakan penelitian, peneliti dibantu oleh mitra untuk memperoleh

data sebanyak mungkin saat proses pembelajaran berlangsung.

Page 66: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

BAB IV

PAPARAN DATA

Pada Bab IV ini berisi tentang proses tindakan dan hasil pada (1) studi pendahuluan,

(2) tindakan siklus I, dan (2) tindakan siklus II

4.1 Studi Pendahuluan dan Pretes

4.1.1 Proses Pelaksanaan Studi Pendahuluan dan Pretes

Studi pendahuluan dilaksanakan dengan mengidentifikasi masalah yang sedang

dihadapi dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi di kelas X. Pada 26 November

2007, peneliti melakukan studi pendahulan dengan mewawancarai guru bidang studi Bahasa

Indonesia SMA TDZ, yaitu Ibu Wiwik. Berikut kutipan Wawancara dengan guru bidang

studi Bahasa Indonesia.

Peneliti : “Apakah Ibu selalu menyiapkan RPP sebelum pembelajaran?”

Guru : “Iya.”

Peneliti : “Apa saja kesulitan yang Ibu temui saat membuat RPP?”

Guru : “Perangkat pembelajaran seperti silabus dan RPP sudah dibuat pada awal pembelajaran. Kesulitan yang

timbul ketika membuat RPP yaitu biasanya terletak pada ketika saya menentukan metode

pembelajaran yang pas. Terkadang setelah RPP dibuat, materi atau media yang dibutuhkan itu tidak

ada. Apalagi ini pelajaran Bahasa Indonesia, biasanya saya ambil dari buku.”

Peneliti : “Lalu, untuk pembelajaran menulis, khususnya untuk pembelajaran menulis eksposisi dengan KD

yang berbunyi “Menulis Gagasan Secara Logis dan Sistematis Dalam Bentuk Paragraf Eksposisi”,

bagaimana Ibu mengajarkannya kepada siswa?”

Guru : “Untuk pembelajaran menulis eksposisi, saya menggabungnya dengan materi pembelajaran menulis

lainnya, seperti pembelajaran menulis paragraf deskriptif, narasi, argumentasi, dan persuasif.”

Peneliti : “Maksud dari ‘menggabungkan’ materi itu apa, Bu?”

Page 67: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Guru : “Maksudnya, jika di dalam kurikulum untuk materi paragraf argumentasi dan persuasi ada di semester II,

maka kelima materi mengenai jenis paragraf, termasuk paragraf eksposisi, saya gabung dan saya

ajarkan pada semester I ini. Hal ini supaya siswa bisa mengerti perbedaan dari kelima bentuk

paragraf.”

Peneliti : “Jadi untuk pembelajaran menulis paragraf eksposisi sudah diajarkan ya, Bu?”

Guru : “Oh iya sudah.”

Peneliti : “Bagaimana dengan RPP-nya, Bu? Apa jadi satu?”

Guru : “Untuk RPP-nya, sendiri-sendiri.”

Peneliti : “Boleh saya melihat RPP untuk KD menulis eksposisi, Bu?

Guru : “Sebentar, saya carikan dulu.”

Peneliti : “Selanjutnya, boleh saya mengetahui hasil atau karangan siswa untuk tulisan eksposisi?”

Guru : “Untuk tugas menulis eksposisi, saya tidak menugaskan kepada siswa. Saya hanya menugaskan kepada

siswa untuk menulis narasi dan deskriptif karena anak-anak banyak memilih untuk menulis deskripsi dan

narasi.”

Peneliti : “Lalu bagaimana dengan penilaian untuk menulis eksposisi, argumentasi, dan persuasi?”

Guru : “Untuk penilaian argumentasi dan persuasi mungkin saya berikan nanti ketika semester II.”

Peneliti : “Lalu, bagaimana dengan uji kompetensi atau penilaian untuk kemampuan menulis eksposisi? ”

Guru : “Mungkin saya akan memberikan tugas pada lain kesempatan. Takut anak-anak jenuh menulis. Ya ini

yang merupakan kesulitan buat saya dalam menyusun RPP dan ketika mengaplikasikannya di

lapangan.”

Setelah RPP untuk KD menulis eksposisi sudah ditemukan, maka peneliti membaca RPP tersebut.

Peneliti : “Jadi, untuk penugasan menulis eksposisi tidak diberikan ya, Bu?”

Guru : “Iya. Mungkin kapan-kapan jika ada materi lain yang pas.”

Peneliti : “Dalam sebuah rencana pembelajaran atau RPP, salah satu komponennya yaitu penilaian,

bagaimanakah penilaian yang Ibu buat jika seandainya suatu saat Ibu memberikan tugas menulis

paragraf atau wacana eksposisi kepada siswa?”

Guru : “Ya, gimana ya. Mungkin ada masukan?

Peneliti : “Kalau mungkin ada ijin dari Ibu dan pihak sekolah, saya akan melakukan penelitian di sini tentang

menulis paragraf atau wacana eksposisi. Bagaimana, Bu?”

Guru : “Selama sesuai prosedur, saya setuju.”

Page 68: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Dari wawancara tersebut diperoleh simpulan bahwa pembelajaran menulis karangan

eksposisi di kelas X SMA TDZ belum maksimal. Hasil dari studi pendahuluan yaitu: (1)

pembelajaran menulis karangan eksposisi masih dilaksanakan secara tradisional, hanya

materinya saja yang diajarkan, sedangkan uji kompetensi belum diberikan, (2) guru tidak

menggunakan media selama pembelajaran berlangsung, dan (3) guru tidak memberikan

rubrik penilaian karangan eksposisi. Dalam hal ini guru hanya mengajarkan pengertian

karangan eksposisi tanpa memberikan panduan bagaimana cara menulis karangan eksposisi

yang baik. Dengan demikian, perlu diadakan perbaikan dalam segi strategi pembelajaran.

Berpijak dari problematika tersebut, kemudian peneliti bersama guru bidang studi Bahasa

Indonesia merumuskan strategi baru dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi pada

siswa kelas X.2 SMA TDZ yang diwujudkan dalam penelitian tindakan kelas dengan guru

sebagai kolaborator.

56

Setelah melaksanakan studi pendahuluan, kemudian dilaksanakan pretes. Pretes

dilakukan untuk mengetahui kemampuan awal siswa SMA TDZ kelas X.2 dalam menulis

karangan eksposisi. Pretes dilaksanakan pada 25 Maret 2008. Pretes ini dipandu langsung

oleh guru Bahasa Indonesia. Jadi, proses belajar-mengajar diatur oleh Ibu Wiwik, sedangkan

peneliti hanya sebagai pengamat saja. Pelaksanaan pretes berlangsung selama 2 x 30 menit

karena di SMA TDZ sedang diadakan try out untuk anak kelas XII sehingga jam pelajaran

pun berkurang.

Dalam pretes ini, guru mengulang kembali materi menulis karangan eksposisi.

Sebagian besar siswa sudah bisa mendefiniskan pengertian karangan eksposisi. Selanjutnya,

guru juga bertanya mengenai macam-macam karangan eksposisi. Sebagian besar siswa

menjawab dengan baik. Jawaban dari siswa mengenai macam-macam karangan eksposisi

yaitu eksposisi (1) proses, (2) klasifikasi, (3) ilustrasi, dan (4) definisi. Selanjutnya guru

Page 69: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

menugasi siswa untuk menulis sebuah karangan eksposisi dengan tema bebas. Waktu yang

digunakan siswa untuk membuat karangan eksposisi yaitu 45 menit karena 15 menit

sebelumnya telah digunakan untuk mengulang materi menulis karangan eksposisi.

4.1.2 Analisis Hasil Kemampuan Awal Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi

Analisis kemampuan awal siswa dilakukan dengan menilai karangan siswa yang

ditugaskan pada pretes berdasarkan rubrik penilaian menulis karangan eksposisi yang telah

dibuat. Ada enam hal yang dinilai dalam sebuah karangan eksposisi, yaitu (1) judul, (2)

pemaparan informasi, (3) kesatupaduan, (4) keterpautan, (5) ketegasan, serta (6) ejaan dan

tanda baca.

Setelah dilakukan penilaian terhadap karangan eksposisi tahap pretes ternyata

diperoleh hasil bahwa kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi menunjukkan

hanya 14 siswa atau 41,18 % yang mampu (berhasil) menulis karangan eksposisi dengan nilai

A dan B. Sedangkan siswa yang belum berhasil mencapai kriteria ketuntasan belajar (KKM)

sebanyak 20 siswa atau 58,82%. Rata-rata skor kelas yaitu 66,06 % dengan nilai C (cukup).

Hal ini menunjukkan bahwa taraf kemampuan siswa dalam menulis karangan eksposisi masih

di bawah KKM. Tabel 4.1 merupakan kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis

eksposisi pada kegiatan pretes.

Tabel 4.1 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi pada Pretes

No Nama 1 2 3 4 5 6 7 Nilai (%)

Kuali-fikasi

Taraf Keberhasilan

1. S1 4 2 2 2 2 2 1

4 58,3 C Tidak Berhasil

2. S2 4 2 3 3 2 3 1

7 70,8 B Berhasil

3. S3 3 2 2 3 2 3 1

5 62,5 C Tidak Berhasil

S4

Page 70: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

4.

5. S5 0 1 2 2 1 3 9 37,5 D Tidak Berhasil

6. S6 4 4 4 3 3 3 2

1 87,5 A Berhasil

7. S7 2 2 3 3 2 3 1

5 62,5 C Tidak Berhasil

8. S8 0 2 3 3 2 3 1

3 54,2 C Tidak Berhasil

9. S9

10.

S10 0 3 4 4 3 4 18

75 B Berhasil

11.

S11 2 2 3 3 2 4 16

66,7 C Tidak Berhasil

12.

S12 3 2 3 3 2 3 16

66,7 C Tidak Berhasil

13.

S13 0 3 4 4 3 4 15

62,5 C Tidak Berhasil

14.

S14 3 3 3 3 4 3 19

79,2 B Berhasil

15.

S15 0 2 2 3 2 3 12

50 C Tidak Berhasil

16.

S16 0 2 3 2 3 3 13

54,2 C Tidak Berhasil

17. S17

S18 3 2 2 3 2 3 1 62,5 C Tidak Berhasil

Page 71: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

18.

5

19.

S19 0 3 3 3 4 3 16

66,7 C Tidak Berhasil

20.

S20 0 2 2 3 2 3 12

50 C Tidak Berhasil

21.

S21 4 3 3 3 4 4 21

87,5 A Berhasil

22. S22

23.

S23 4 3 4 3 3 3 20

83,3 B Berhasil

24.

S24 0 3 3 3 3 3 15

62,5 C Tidak Berhasil

25.

S25 4 2 3 4 3 3 19

79,2 B Berhasil

26.

S26 3 3 3 3 3 4 19 79,2

B Berhasil

27.

S27 0 2 3 3 2 3 13 54,2

C Tidak Berhasil

28.

S28 3 2 3 3 3 3 17 70,8

B Berhasil

29.

S29 3 3 3 3 3 4 19 79,2

B Berhasil

30S30 4 3 3 2 3 3 18 75 B Berhasil

Page 72: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

.

31.

S30 0 2 3 3 2 4 14 58,3

C Tidak Berhasil

32. S32

33.

S33 0 2 4 3 3 4 16 66,7

C Tidak Berhasil

34. S34

35.

S35 2 2 3 3 2 3 15 62,5

C Tidak Berhasil

36.

S36 4 3 3 3 3 3 19 79,2

B Berhasil

37.

S37 1 1 2 3 2 3 9 37,5

D Tidak Berhasil

38.

S38 0 3 3 3 3 3 15 62,5

C Tidak Berhasil

39.

S39 0 4 3 3 4 3 17 70,8

B Berhasil

40.

S40 3 3 2 3 3 3 17 70,8

B Berhasil

Jum-lah 77 73 99 10

1

90 109 2246

Rata-rata 66,06

Page 73: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Dari tabel 4.1 di atas dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan

eksposisi pada pretes. Tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan eksposisi pada pretes

dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut ini.

Tabel 4.2 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi pada Pretes

N

o

Tingkat Keberhasilan Jumlah

Siswa

Persentase

1 A (sangat baik) 2 5,88%

2 B (baik) 12 35,29%

3 C (cukup) 18 52,94%

4 D (kurang) 2 5,88%

Dari tabel 4.1 di atas juga dapat diketahui kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian pada

pretes. Beikut tabel kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian pada pretes.

Tabel 4.3 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi Berdasarkan Aspek

Penilaian pada Pretes

No Aspek Penilaian Jumlah Siswa

A (Sangat

Baik)

B

(Baik)

C

(Cukup)

D

(Kurang)

1

.

Perumusan judul 8 8 3 15

2

Pemaparan 2 13 17 2

Page 74: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

.

3

.

Kesatupaduan 5 21 8 -

4

.

Keterpautan 3 27 4 -

5

.

Ketegasan 4 15 14 1

6

.

Ejaan dan tanda

baca

8 25 1 -

Selanjutnya, dari tabel 4.3 dapat diketahui tingkat keberhasilan setiap aspek penilaian pada pretes

yang terdiri dari jumlah dan persentase siswa yang berhasil dan yang tidak berhasil untuk setiap

aspek penilaian.

Tabel 4.4 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian pada Pretes untuk Pembelajaran Menulis Karangan

Eksposisi

Page 75: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

No Aspek Penilaian Berhasil Tidak

Berhasil

Jumlah

Siswa

(%) Jumlah

Siswa

(%)

1.

Perumusan judul 16 47,06 18 52,94

2.

Pemaparan

informasi

15 44,12 19 55,88

3.

Kesatupaduan 26 76,47 8 23,53

4.

Keterpautan 30 88,24 4 11,76

5.

Ketegasan 19 55,88 15 44,12

6.

Ejaan dan tanda

baca

33 97,06 1 2,94

Page 76: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Dari tabel 4.3 dan tabel 4.4, dapat diketahui kemampuan siswa dalam menulis karangan

eksposisi pada pretes untuk setiap aspek penilaian. Dari tabel 4.4 di atas, ada dua hal yang belum

dikuasai oleh sebagian besar siswa yaitu perumusan judul dan pemaparan informasi pada

karangan eksposisi. Ada 18 siswa (52,94%) masih belum berhasil dalam merumuskan judul dan

19 siswa (55,88%) belum berhasil dalam memaparkan informasi. Untuk lebih jelasnya, berikut

paparan data mengenai hasil penilaian pembelajaran menulis karangan eksposisi pada tahap

pretes.

(1) Aspek Perumusan Judul

Pada aspek perumusan judul, ada 8 siswa yang memperoleh kualifikasi A, 8 siswa yang

memperoleh kualifikasi B, 3 siswa memperoleh kualifikasi C, dan 15 siswa memperoleh

kulifikasi D. Dengan demikian ada 16 siswa (47,06%) yang mampu merumuskan judul dengan

tepat dan sesuai dengan isi serta tujuan penulisan. Ada 18 siswa (52,94%) yang belum mampu

merumuskan judul karangan eksposisi. Bahkan ada 14 siswa yang tidak merumuskan judul pada

karangan eksposisinya. Berikut merupakan contoh kutipan judul dari setiap kualifikasi A, B, C,

dan D.

Kutipan 1 (judul kualifikasi A)

Jurus Jitu Menghilangkan Ketombe (judul S30)

Cara Mengajar Guru SMATAR (judul S36)

Kutipan 2 (judul kualifikasi B)

Toga (judul S3)

Kecap (judul S18)

Kutipan 3 (judul kualifikasi C)

Persipro vs Arema (judul S12)

Internet?? Wah.. Gue Banget!! (judul S35)

Page 77: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Kutipan 4 (judul kualifikasi D)

Mancing di Rawa (judul S37)

Judul yang dirumuskan oleh S37 tidak sesuai dengan tujuan penulisan karangan eksposisi. Judul

yang dirumuskan oleh S37 tersebut merupakan judul untuk sebuah karangan narasi. Judul sebuah

karangan eksposisi seharusnya provokaktif (dapat menimbulkan keingintahuan) dan

menggunakan judul yang sedekat mungkin mengungkapkan maksud penulisan dan isi. Hal ini

sejalan dengan pendapat dari Keraf (1997:128) bahwa judul sebuah tulisan ekspositori biasanya

menggunakan judul yang sedekat mungkin mengungkapkan maksud pengarang.

(2) Aspek Pengembangan Paragraf

(a) Subaspek Pemaparan Informasi

Pada subaspek pemaparan informasi ini, kemampuan siswa dikatakan masih kurang

karena ada 19 siswa (55,88%) belum mampu memaparkan informasi sesuai fakta secara jelas,

memadai, dan netral. Sedangkan siswa yang

mampu menuangkan informasi dalam karangan eksposisinya sejumlah 15 siswa (44,12%).

Kutipan 5

Pada saat itu awan sangat mendung, kemungkinan akan terjadi hujan. Tapi semua itu tidak

mengurungkan minat Andi untuk memancing di Rawa. Andi langsung mengambil dan menyiapkan

peralatannya untuk memancing. Dia tidak sendirian, tetapi mengajak kedua temannya. Mulai dari

memasang tali, menyiapkan cacing sebagai umpan, dan juga pelampung kecil juga telah siap untuk

dipakai. Akhirnya, mereka pun pergi melewati pematang sawah menuju ke Rawa kecil.

....... (tulisan S37)

Kutipan 5 di atas merupakan contoh pemaparan informasi yang kurang tepat. Kutipan 5

merupakan paragraf narasi. Fakta dari kutipan 5 belum dapat dipercaya. Bisa jadi informasi yang

diberikan merupakan informasi rekaan. Pada kutipan 6 di bawah ini merupakan contoh

Page 78: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

pemaparan informasi yang tepat. Hal ini sesuai pendapat Fulton (dalam Gie, 2002:62) mengenai

syarat pemaparan yang baik bahwa salah satu persyaratan bagi pemaparan yang baik yaitu

adanya pengetahuan yang jelas dan memadai mengenai pokok-soal yanng bersangkutan.

Kutipan 6

Ketombe memang sangat menjengkelkan. Jika kulit kepala Anda dihinggapi ketombe, cobalah

membasminya dengan buah menggkudu (pace). Caranya mudah. Sediakan dua/tiga buah

mengkudu, lalu tambahkan air setengah gelas dan peras. Setelah lumat, saring untuk mendapatkan

airnya. Pakailah air perasan buah ini untuk keramas. Biarkan selama lima menit. Setelah itu, cucilah

rambut Anda seperti biasa dengan sampo untuk menghilangkan baunya yang kurang sedap. (tulisan

S6)

Kutipan 6 tersebut merupakan contoh pemaparan informasi yang baik karena sesuai fakta,

jelas, memadai, dan juga netral. Ada fakta bahwa buah mengkudu berkhasiat untuk

menghilangkan ketombe. Penjelasan mengenai cara pamanfaatan buah mengkudu sebagai

penghilang ketombe juga memadai dan jelas. Penulis juga bersifat netral karena penulis

hanya menganjurkan, bukan memaksa pembaca untuk mencoba apa yang telah dijelaskan

oleh penulis.

(b) Subaspek Kesatupaduan

Dari hasil pretes, sebagian besar siswa yaitu 26 siswa (76,47%) sudah mampu

menulis karangan eksposisi dengan kekoherensian. Ada 5 siswa dengan kualifikasi A dan 21

siswa dengan kualifikasi B. Sedangkan siswa yang belum mampu menulis karangan

eksposisi dengan koherensi yang bagus ada 8 siswa (23,53%) yang semuanya mendapat

kualifikasi C. Karangan yang dibuat S6 merupakan contoh karangan eksposisi yang

mempunyai koherensi bagus. Kalimat-kalimatnya mengarah ke satu gagasan utama yaitu

cara mengatasi ketombe dengan menggunakan mengkudu. Sedangkan contoh karangan

Page 79: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

eksposisi yang tidak mempunyai koherensi yang baik yaitu karangan yang dibuat oleh S1,

S3, S5, S15, S18, S20, S37, dan S40.

Kutipan 7

Sekolah taruna adalah sekolah yg dipandang sebagai sekolah yg paling disiplin dari sekolah”

yang lain. Ini dipandang oleh sekolah lain karena di Taruna terdapat aturan” yg disertai dgn sangsi.

Padahal tidak, sekolah Taruna tidak sesuai dengan julukannya yg dikenal sebagai sekolah yg

disiplin. Ini dapat dilihat dari cara berbaris, cara penampilan, pergaulan. (tulisan S5)

(c) Subaspek Keterpautan

Untuk subaspek keterpautan, ada 30 siswa (88,24%) sudah mampu menulis karangan

eksposisi dengan piranti kohesi yang tepat. Ada 4 siswa (11,76%) yang belum mampu

menulis karangan eksposisi dengan piranti kohesi yang tepat. Contoh karangan eksposisi

yang mempunyai keterpautan yang kurang yaitu karangan S1, S5, S16, dan S30. Kesalahan

penggunaan piranti kohesi ini karena salah atau tidak memberi piranti kohesi sehingga dapat

membingungkan pembaca. Berikut kutipan dari contoh karangan yang mempunyai

keterpautan yang kurang.

Kutipan 8

Untuk menjadi orang yang kreatif sangat sulit untuk kita lakukan, kita harus memiliki potensi

yang besar, kita harus ulet dalam menghasilkkan suatu karya yangn kita inginkan.Banyak sekali

manfaat menjadi orang yang kreatif, hasil karya yang kita buat dapat dijual dengan harga yang

mahal apabila karya tersebut menarik, selain itu kita dapat menggunakan barang-barang bekas

untuk kita ubah menjadi barang baru, namun tidak mudah untuk membuatnya, karena kita harus

benar-benar bisa membuat barang bekas tadi menjadi barang yang bermanfaat bagi masyarakat,

misalnya kita dapat memproduksi hiasan dinding, lemari ataupun mainan anak-anak. Oleh karena

Page 80: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

itu menjadi orang yang kreatif sangat dibutuhkan, karena kita dapat membuka lapangan pekerjaan

untuk membantu pengangguran. (Tulilsan S1)

Kutipan 8 di atas mempunyai keterpautan yang kurang. Hal ini ditandai dengan

adanya kesalahan dalam penggunaan piranti kohesi. Pada kutipan 8 tampak bahwa S1

menulis apa yang ingin ditulis tanpa memperhatikan penggunaan piranti kohesinya.

(d) Subaspek Ketegasan

Subaspek ketegasan dalam sebuah karangan eksposisi ini berkaitan dengan kerincian

suatu pokok masalah dijelaskan. Ketegasan bisa ditunjukkan dengan memberikan penjelasan

yang mendalam, pengulangan, maupun simpulan. Pada pretes, ada 19 siswa (55,88%) yang

sudah menunjukkan ketegasannya dalam karangan eksposisinya. Ada 4 siswa dengan

kualifikasi A dan 15 siswa dengan kualifikasi B. Kemudian ada 15 siswa (44,12%) yang

belum mampu memberikan penegasan pada karangan eksposisinya yang terdiri dari 14 siswa

dengan kualifikasi C dan 1 siswa dengan kualifikasi D. Siswa yang memperoleh kualifikasi C

yaitu S5.

Kutipan 9

Sekolah taruna adalah sekolah yg dipandang sebagai sekolah yg paling disiplin dari sekolah”

yang lain. Ini dipandang oleh sekolah lain karena di Taruna

64

terdapat aturan” yg disertai dgn sangsi. Padahal tidak, sekolah Taruna tidak sesuai dengan

julukannya yg dikenal sebagai sekolah yg disiplin. Ini dapat dilihat dari cara berbaris, cara

penampilan, pergaulan. (Tulisan S5)

Dari kutipan 9 di atas juga dapat dilihat adanya kesalahan dalam penggunaan ejaan

dan tanda baca. Kesalahan dalam hal ejaan misalnya adanya penyingkatan kata dan

Page 81: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

kesalahan dalam penggunaan huruf kapital pada kata ”taruna”. Sedangkan kesalahan dalam

penggunaan tanda baca yaitu penggunaan tanda kutip dua (”).

(3) Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca sudah bisa dikatakan baik.

Hal ini ditandai dengan adanya 33 siswa (97,06%) mampu menggunaan ejaan dan tanda baca

dengan tepat maupun ada sedikit kesalahan tetapi tidak mengganggu pemahaman. Dari 33 siswa

tersebut, 8 siswa terbebas dari kesalahan dengan kualifikasi A dan 25 siswa mendapat kualifikasi

B. Sedangkan siswa yang belum bisa dikatakan mampu dalam menggunakan ejaan dan tanda

baca dengan tepat ada 1 siswa yaitu S1. Kesalahan dalam penggunaan ejaan dan tanda baca

biasanya ketika menulis titik (.) maupun koma (,) atau penulisan singkatan-singkatan. Kutipan 10

merupakan karangan S1.

Kutipan 10

Untuk menjadi orang yanng kratif sangat sulit untuk kita lakukan, kita harus memiliki potensi

yang besar, kita harus ulet dalam menghasilkkan suatu karya yangn kita inginkan.Banyak sekali

manfaat menjadi orang yang kreatif, hasil karya yang kita buat dapat dijual dengan harga yang

mahal apabila karya tersebut menarik, selain itu kita dapat menggunakan barang-barang bekas

untuk kita ubah menjadi barang baru, namun tidak mudah untuk membuatnya, karena kita harus

benar-benar bisa membuat barang bekas tadi menjadi barang yang bermanfaat bagi masyarakat,

misalnya kita dapat memproduksi hiasan dinding, lemari ataupun mainan anak-anak. Oleh karena

itu menjadi orang yang kreatif sangat dibutuhkan, karena kita dapat membuka lapangan pekerjaan

untuk membantu pengangguran. (Tulilsan S1)

4.2 Siklus I

4.2.1 Proses Tindakan Siklus I

4.2.1.1 Rencana Tindakan Siklus I

Page 82: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Kegiatan penelitian siklus I dimulai dengan merencanakan tindakan yang dilakukan oleh peneliti

dibantu oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia. Peneliti merencanakan materi yang akan diajarkan pada

pembelajaran menulis karangan eksposisi secara logis dan sistematis dengan menggunakan media teks

berita. Media teks berita yang dimaksud pada siklus I adalah teks berita dari sebuah koran. Pemilihan

media teks berita ini bertujuan supaya siswa lebih bisa mengembangkan lagi ide-ide dari sebuah topik

berdasarkan ide utama maupun ide penjelas dari berita yang diangkat, bahkan mampu membuat topik

baru yang masih berkaitan dengan teks berita yang dibaca.

Dari hasil studi pendahuluan, guru belum melakukan uji kompetensi menulis karangan eksposisi

pada siswa. Kemudian dilakukan pretes. Hasil pretes siswa yang dilakukan pada 25 Maret 2008

menunjukkan bahwa siswa masih belum memahami unsur-unsur dalam sebuah karangan eksposisi dan

siswa cenderung bingung mau menulis apa. Hal ini terbukti dari kemampuan siswa dalam membuat judul

dan memaparkan informasi yang tergolong kurang. Bahkan ada tulisan yang berupa narasi. Untuk

pengembangan paragraf (isi), juga masih kurang. Hal ini terbukti dari hasil tulisan siswa yang hanya satu

paragraf. Padahal sebuah karangan eksposisi menuntut adanya kejelasan sehingga paling tidak terdapat

tiga paragraf yaitu paragraf pembuka, paragraf penjelas, dan paragraf penutup. Maka dari itu, dipilihlah

media teks berita sebagai rangsangan munculnya ide-ide yang dapat dikembangkan dalam pembelajaran

menulis karangan eksposisi secara logis dan sistematis di SMA TDZ.

Selain didasarkan pada hasil studi pendahuluan dan hasil pretes siswa dalam menulis karangan

eksposisi, hal ini juga sesuai dengan pendapat Cleary dan Linn. Menurut Cleary dan Linn (dalam Rahor,

2006:34) bahwa membaca dan menulis sangat penting bagi pembelajaran yang terjadi di semua disiplin

akademik. Cleary dan Linn (dalam Rahor, 2006:34) juga mengatakan bahwa temuan yang paling

mengejutkan dari penelitian mutakhir tentang tulisan adalah adanya korelasi antara membaca luas dan

baik dengan menulis yang baik.

Untuk itu, teks berita yang dipilih adalah teks berita yang berjudul ”Sehari Keringkan 6 Ribu

Tokek”. Guru dan peneliti memilih bacaan ini karena (1) tokek merupakan salah satu primadona di Leces

(di daerah sekitar SMA TDZ ada pengusaha tokek), dan (2) guru juga akan memberikan tugas kepada

Page 83: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

siswa untuk melakukan wawancara dengan pengusaha tokek sehingga diharapkan pembelajaran menulis

karangan eksposisi dengan media teks berita ini akan berlangsung dengan baik terkait dengan

pemerolehan bahan. Siklus I ini memerlukan waktu 5 x 45 menit (tiga kali pertemuan) untuk

pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media berita. Kelas dibagi dalam 10

kelompok di mana setiap kelompok terdiri dari 4 anak.

4.2.1.2 Tindakan dan Observasi Siklus I

Pelaksanaan tindakan mengacu pada perencanaan yang telah disusun sebelumnya. Tindakan

dilaksanakan dengan berpedoman pada rambu-rambu yang telah ditetapkan pada tahap perencanaan yaitu

setiap siklus terdiri dari tiga fase yang harus ditempuh oleh siswa yaitu meliputi fase: (1) pramenulis, (2)

menulis, dan (3) pascamenulis. Proses pelaksanaan tindakan akan diuraikan sebagai berikut.

a. Pertemuan I (Fase Pramenulis)

Pertemuan I pada siklus I berlangsung pada 12 April 2008 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit.

Pada pertemuan I ini siswa diajak untuk mengingat kembali materi menulis karangan eksposisi yang

pernah dipelajari pada semester gasal. Selanjutnya siswa ditugaskan untuk menemukan ide pokok dan ide

penjelas dari teks berita “Sehari Keringkan 6 Ribu Tokek”, serta mendata topik yang bisa dikembangkan

dari teks berita tersebut.

Sebelum guru memulai pembelajaran, guru mempresensi siswa. Semua siswa hadir. Selanjutnya,

guru memulai pelajaran dengan memberikan materi menulis karangan eksposisi secara logis dan

sistematis dengan menggunakan media teks berita. Berikut penjelasan mengenai jalannya pembelajaran

pada pertemuan I siklus I tahap Pendahuluan.

(G = Guru, GP = Guru Peneliti, S = Siswa)

GP : ”Apakah yang dimaksud dengan tulisan eksposisi?

S : ”Tulisan yang memaparkan sesuatu” (serentak)

GP : ”Baik. Selanjutnya apa yang dimaksud dengan paparan itu sendiri?”

Page 84: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

S : ”Menjelaskan, menerangkan, memberitahu.”

GP : ”Iya. Tulisan eksposisi itu adalah tulisan untuk menjelaskan sesuatu yang bertujuan untuk memberitahu atau

memberi informasi.

”Lalu, apa saja bentuk-bentuk tulisan eksposisi yang pernah diterangkan?”

S : ”Proses, analisis, definisi, ilustrasi, dan lain-lain”. (Bersama)

GP : ”Sebenarnya masih ada beberapa bentuk lagi tulisan eksposisi. Namun sebelum ibu jelaskan lebih lanjut

mengenai bentuk-bentuknya, apa ada yang ditanyakan?”

S31 : ”Ibu, saya masih bingung dengan perbedaan antara eksposisi dan deskripsi karena keduanya juga sama-sama

menjelaskan atau ada unsur mengilustrasikan sesuatu.”

GP : ”Sebelum Ibu menjawab pertanyaan dari kalian, apa ada yang ingin membantu menjawab?”

S37 : ”Saya, Bu. Salah tidak apa-apa ya Bu.

GP : ”Tidak ada noda ya tidak belajar. Silahkan!”

S37 : ”Eksposisi itu memaparkan suatu fakta misalnya proses pembuatan sesuatu, sedangkan deskripsi adalah

bentuk tulisan atau karangan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu objek berdasarkan

penglihatan, lebih tepatnya indra (nyata gitu lho, Bu)”

GP : ”Tidak salah. Apa ada yang ingin berpendapat lagi?” (Tidak ada yang berpendapat lagi.)

S : ”Sama, Bu.

GP : ”Tolong perhatikan transparansi berikut ini!” (Kemudian guru menjelaskan pengertian eksposisi)

Tulisan eksposisi adalah salah satu jenis tulisan yang bertujuan untuk mengupas, mengurai, atau menerangkan

sebuah data faktual misalnya tentang bagaimana sesuatu bekerja, tentang bagaimana suatu operasi diperkenalkan,

tentang suatu analisis, atau tentang fakta seseorang berpegang teguh pada suatu pendirian yang khusus asalkan

tujuan utamanya adalah hanya untuk memberikan informasi. (Transparansi)

Tulisan deskripsi yaitu salah satu jenis tulisan yang bertujuan untuk menggambarkan sebuah objek dengan

sedemikian rupa misalnya tentang aspek seseorang, suatu tempat, suatu pemandangan, atau yang serupa

dengan itu berdasarkan pengalaman pancaindra sehingga dapat menggugah atau menbangkitkan kesan hidup

dalam imaji pembaca seolah-olah pembaca dapat merasakan sendiri objek tersebut dengan pancaindranya.

(Ditulis di papan tulis)

Page 85: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

”Jadi, jika tulisan eksposisi itu hanya bertujuan hanya untuk memberikan informasi mengenai data faktual,

sedangkan tulisan deskripsi yaitu tulisan yang bertujuan untuk membangkitkan imaji pembaca sehingga

pembaca seolah-olah dapat merasakan sendiri objek yang di gambarkan dengan pancaindranya. Apa sudah

paham?”

S : ”Paham, Bu.”

GP : ”Baik selanjutnya, perhatikan transparansi berikut mengenai bentuk-bentuk tulisan eksposisi!” (Guru

menjelaskan mengenai bentuk-bentuk tulisan eksposisi menurut Ahmadi dkk, 1981:18-36)

Setelah guru menjelaskan pengertian karangan eksposisi dan bentuk-bentuk karangan

eksposisi, selanjutnya guru menjelaskan langkah-langkah menulis karangan eksposisi secara

logis dan sistematis dengan menggunakan media teks berita. Seperti yang telah dijelaskan di atas

bahwa dalam siklus I ini menggunakan teks berita ”Sehari Keringkan 6 Ribu Tokek”. Guru

peneliti menjelaskan langkah-langkah pembelajaran yang akan dilalui oleh siswa sesuai dengan

bagan di bawah ini.

Langkah-langkah Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita

Fase Pramenulis

1. Membaca teks berita

2. Mendata topik berdasarkan teks berita

3. Membuat kerangka karangan eksposisi

4. Mencari bahan tulisan

Fase Menulis

5. Mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan eksposisi dengan memperhatikan asas menulis yang efektif

6. Merevisi dan menyunting karangan eksposisi

7. Membuat draf akhir

Page 86: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Fase Pascamenulis

8. Mempublikasikan karangan eksposisi yang telah dibuat

Setelah kegiatan pendahuluan, kegiatan selanjutnya yaitu kegiatan inti. Kegiatan inti ini merupakan fase pramenulis.

Pada fase pramenulis ini, siswa membaca teks berita “Sehari Keringkan 6 Ribu Tokek”, kemudian siswa bersama guru peneliti

mendata topik-topik yang terdapat pada bacaan yang dapat dikembangkan lagi menjadi karangan eksposisi, serta membuat topik

lain yang masih berhubungan dengan teks berita. Berikut topik yang telah ditemukan siswa berdasarkan teks berita.

1) Makna bunyi tokek

2) Manfaat tokek (budidaya tokek)

3) Pendistribusian tokek yang telah dikeringkan

4) Cara memburu tokek

Berikut merupakan topik lain yang masih berhubungan dengan teks berita yang dapat

dikembangkan menjadi tulisan eksposisi.

1) Kehidupan tokek

2) Ciri-ciri tokek

3) Jenis-jenis tokek

4) Laba atau omzet dari budidaya tokek.

Kegiatan selanjutnya setelah siswa mendata topik yang berkaitan dengan teks berita, maka

siswa menyusun kerangka karangan eksposisi dengan topik “Tokek”. Dalam menyusun kerangka

karangan, siswa dibantu oleh guru dan peneliti. Guru dan peneliti berkeliling ke setiap kelompok

untuk memberikan masukan.

Page 87: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Setelah semua siswa selesai merumuskan kerangka karangan, guru mulai menutup

kegiatan pembelajaran dengan melakukan refleksi kegiatan dan penugasan untuk pertemuan

selanjutnya. Kegiatan penutup ini dipandu langsung oleh guru bidang studi bahasa Bahasa

Indonesia. Hal ini bertujuan supaya siswa melaksanakan tugas dengan baik. Berikut dialog dalam

kelas antara guru dan siswa ketika kegiatan penutup.

70

G : “Anak-anak, bagaimana penjelasan yang diberikan oleh Bu Devi?”

S : “Lumayan jelas, Bu!”

G : “Untuk di rumah, tolong kalian cari bahan supaya kalian bisa mengembangkan kerangka karangan kalian.”

S : “Di mana, Bu?”

G : “Kalian masih ingat tugas untuk melakukan wawancara?”

S : “Lupa, Bu! (kelas menjadi gaduh karena siswa pura-pura lupa)

G : “Lupa apa lupa? Begini, bahan atau informasi mengenai tokek bisa kalian peroleh dari wawancara. Jadi sekalian

Ibu menugaskan kalian untuk mewawancarai salah satu pengusaha tokek di Leces, bisa Pak Didik. Jika

informasi dari pengusaha tokek tersebut tidak lengkap, kallian harus mencarinya di buku atau di internet.

Sudah paham?”

S10 : “lalu untuk tugasnya bagaimana, Bu?”

G : “Untuk tugasnya ya ada dua. Satu menulis laporan wawancara, satu lagi menulis karangan eksposisi. Untuk

tugas dari Bu Devi, kalian hanya mencari informasi yang sebanyak-banyaknya mngnenai topik yng akan

kalian kembangkan dari kerangka karangan. Begitu ya, Bu?”

GP : “Iya benar. Untuk menulisnya, akan dilakukan pada pertemuan yang akan datang.”

G : “Sudah paham?”

S : “Iya!” (kelas menjadi gaduh)

Untuk pertemuan selanjutnya, siswa disuruh mencari dan membawa bahan yang

berhubungan dengan kerangka karangan yang dibuat. Pemerolehan bahan bisa dilakukan secara

berkelompok maupun individu dan bisa diperoleh dari wawancara, buku, maupun internet.

Page 88: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

b. Pertemuan II (Fase Menulis)

Pertemuan kedua dilaksanakan pada 15 April 2008 dengan alokasi waktu selama 2 x 45

menit. Seperti biasa, sebelum memulai pembelajaran guru selalui mempresensi kehadiran siswa.

Ada dua siswa yang tidak mengikuti pembelajaran. Kedua siswa tersebut yaitu S4 dan S22.

Kemudian siswa menyimak penjelasan guru peneliti mengenai pembelajaran selanjutnya. Pada

pertemuan II ini merupakan tahap menulis karangan eksposisi yaitu siswa mengembangkan

kerangaka karangan. Namun, sebelum siswa mengembangkan kerangka karangannya menjadi

karangan eksposisi, guru peneliti menjelaskan asas menulis yang baik dengan memberi contoh

sebuah karangan eksposisi yang telah disiapkan oleh peneliti. Karangan eksposisi yang

digunakan sebagai model tersebut berjudul “Variasi Makanan Havermut”

GP : “Coba perhatikan tulisan di transparansi berikut ini! Ada bentuk eksposisi apa saja?”

S : “Maksudnya?”

GP : “Paragraf ke-1 dan ke-2 merupakan bentuk eksposisi...?”

S : “Oh, eksposisi definisi.”

GP : “Sedangkan untuk penjelasan mengnenai variasi kue dari havermut termasuk?”

S : “Eksposisi proses.”

GP : “Tepat sekali!”

Selanjutnya, siswa menyimak penjelasan guru peneliti mengenai asas menulis efektif.

Guru peneliti menjelaskan tiga asas utama menulis efektif dan tiga asas menulis lainnya sesuai

pendapat Gie. Selain menjelaskan asas menulis efektif, guru peneliti juga menjelaskan ciri

karangan yang baik dan bagaimana mengembangkan kerangka karangan agar menjadi karangan

eksposisi yang baik. Sebuah karangan eksposisi yang baik akan menjelaskan topik (bisa

berdasarkan judul) secara jelas minimal dengan tiga paragraf sebagai paragraf pembuka, paragraf

isi, dan paragraf penutup. Syarat paragraf yang baik yaitu terdiri dari satu gagasan utama yang di

dalamnya terdapat kalimat utama dan paragraf penjelas.

Page 89: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Setelah menjelaskan asas menulis efektif, maka siswa ditugasi untuk mengembangkan

kerangka tulisan yang sudah dibuat. Guru dan peneliti memantau pekerjaan siswa dalam

mengembangkan kerangka karangan eksposisi. Berikut perintah untuk pertemuan II.

a. Setelah merumuskan kerangka karangan, kembangkanlah kerangka karanganmu menjadi

karangan eksposisi yang logis dan sistematis dengan memperhatikan keenam asas menulis

yang efektif (kejelasan, keringkasan, ketepatan, kohesi dan koherensi, serta penegasan!

b. Rumuskanlah judul yang sesuai dengan isi tulisanmu!

c. Kembangkanlah judul karangan eksposisi berdasarkan kerangka karangan yang telah kamu

buat ke dalam minimal tiga paragraf (setiap paragraf mengandung satu gagasan utama dan

minimal ada tiga kalimat penjelas).

d. Buatlah paragraf: pendahuluan, isi dan penutup dalam tulisanmu.

e. Bekerjasamalah dengan teman sebangkumu untuk merevisi dan menyunting kembali

karangan eksposisi dengan teman sebangku!

f. Perhatikan juga EYD dalam karanganmu!

g. Pajanglah hasil tulisanmu di mading kelas dan berikan komentarmu pada tulisan

temanmu! (Pertemuan III)

Pada pertemuan kedua ini, alokasi waktu selama 2 x 45 menit dapat dimanfaatkan dengan baik oleh

guru dan siswa. Siswa mulai menulis karangan eksposisi setelah menit ke-30. Sebagian besar siswa sudah

ada yang langsung menulis karangan eksposisi berdasarkan kerangka karangan yang telah dibuat, tetapi

masih ada yang kebingungan dalam mengembangkan kerangka karangannya. Untuk itu, peneliti

membantu siswa untuk merumuskan kerangka karangan. Siswa yang masih bingung untuk merumuskan

kerangka karangan antara lain yaitu S5, S18, S25, dan S35. Setelah semua siswa menyelesaikan

karangannya, kemudian kerangka karangan beserta karangan eksposisinya dikumpulkan.

c. Pertemuan III (Fase Pascamenulis)

Page 90: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Pertemuan III dilaksanakan pada 19 April 2008 dengan alokasi waktu selama 1 x 45 menit.

Awalnya alokasi yang direncanakan yaitu 2 x 45 menit. Namun guru bidang studi meminta supaya

dipadatkan jadwal pembelajarannya. Pertemuan III ini merupakan fase pascamenulis yaitu tahap publikasi

karya dan pemberian komentar oleh siswa, guru dan peneliti. Hasil karangan eksposisi dipasang di

mading kelas (dinding). Selanjutnya, semua siswa beserta guru dan peneliti berkeliling membaca hasil

karangan siswa. Setiap siswa berhak memberikan komentar. Untuk itu, setiap siswa ditugasi untuk

mencatat kekurangan dan kelebihan karangan temannya secara umum. Setelah 15 menit untuk membaca,

maka siswa diberi waktu untuk mengomentari karangan teman-temannya. Berikut komentar-komentar

dari beberapa siswa.

S21: “Sebaiknya teman-teman itu memperhatikan penulisan EYD dalam menulis. Ini kan tulisan

ilmiah.”

S5 : “Tulisannya yang bagus donk biar terbaca!”

S31: “karangan saya juga masih bulet, makanya kalau membuat karangan itu jangan sampai mbulet

seperti saya. Satu paragraf harus ada satu gagasan pokoknya.

S21: “Masukan lagi, alat kohesinya perlu diperhatikan lagi oleh teman-teman”

GP : “Apa yang dikomentari oleh teman-teman kalian memang ada benarnya. Kemarin saya juga

sudah membaca tulisan kalian. Ada yang sudah bagus, ada juga yang masih terdapat

kekurangan pada karangan kalian. Penggunaan EYD misalnya. Banyak dari kalian yang kurang

memperatikannya. Hal kecil memang, tetapi coba kalian lihat karangan milik SI dan S37. Tidak

apa-apa ya saya mengomentari tulisannya?

S1&S37: “Tidak apa-apa!” (dibarengi dengan jawaban teman-temannya!)

GP: “Pada karangan kedua teman kalian, banyak terjadi kesalahan dalam menempatan tanda koma (,)

maupun tanda titik (.). Jika kalian baca lagi karangan SI, SI ‘pelit’ dalam menggunakan tanda

koma (,). (GP menunjukkan kesalahan pada karangan SI kepada SI dan siswa yang duduk di

bangku barisan depan).

Page 91: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Selanjutnya untuk karangan S37, S37 lumayan ‘boros’ dalam menggunakan tanda koma (,).

Alangkah lebih tepatnya jika tanda koma (,) pada paragraf kedua dikurangi. (GP menunjukkan

kesalahan S37)

S : (menyimak penjelasan dari GP).

GP: “Selanjut, untuk karangan yang mbulet menurut S31, itu memang sebaiknya jangan mbulet.

Apalagi untuk sebuah tulisan eksposisi. Pemaparannya harus jelas dan memadai. Untuk itu

penggunaan piranti kohesi yang katanya S21 dan EYD juga perlu diperhatikan. Selain itu

kesatupaduan atau koherensinya juga jelas. Koherensi ini berkaitan dengan pengembangan

gagasan pokok. Maka dari itu, di awal saya sudah menekankan bahwa tulisan kalian paling

tidak ada tiga paragraf, setiap paragraf terdapat satu ide pokok dengan penjelasan minimal ada

tiga atau ada empat kalimat penjelas. Apa sudah memahami kekurangan masing-masing?

S : “Iya!”

GP: “Apa ada masukan untuk pembelajaran ini?”

S1 : “Tolong lebih dijelaskan lagi mengenai koheren atau kohesi tadi.

GP: “Baik, pada kesempatan yang akan datang saya akan memberikan kalian materi mengenai kohesi

dan koherensi. Lalu, kalian ingin menulis karangan eksposisi tentang apa?

S : “teknologi, sains, lingkungan, motor.” (siswa menyebutkan keinginan mereka secara serentak

sehingga hanya beberepa yang dapat ditangkap oleh peneliti)

Setelah selesai memberi komentar, akhirnya peneliti mengakhiri pertemuan III pada siklus I ini.

Semua siswa mengambil tulisannya di mading kelas, kemudian mengumpulkannya kepada

peneliti.

4.2.2 Analisis Hasil Belajar Tindakan Siklus I

Page 92: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Kriteria ketuntasan minimum (KKM) untuk kompetensi dasar menulis karangan eksposisi di

SMA TDZ yaitu 70%. Ada tiga aspek yang dinilai dalam pembelajaran menulis karangan

eksposisi ini yaitu aspek judul, pengembangan paragraf, serta penggunaan ejaan dan tanda baca.

Untuk aspek judul, terdiri dari satu subaspek yaitu kesesuaian antara judul dengan isi karangan

dan tujuan penulisan. Untuk aspek pengembangan paragraf eksposisi terdapat empat subaspek

yaitu: (1) pemaparan informsi, (2) kepaduan atau kekoherensian setiap unsur karangan dengan

gagasan utama, (3) keterpautan atau ketepatan penggunaan piranti kohesi, dan (4) ketegasan isi

karangan.

Sedangkan untuk aspek ejaaan dan tanda baca hanya terdiri satu subaspek yaitu kesesuaian

penggunaan EYD dan tanda baca pada karangan eksposisi.

Setelah dilakukan penilaian terhadap karangan siswa pada siklus I ternyata kemampuan

siswa dalam menulis karangan eksposisi menunjukkan 27 siswa (79,41%) telah berhasil menulis

karangan eksposisi dengan nilai di atas 70, sedangkan 7 siswa lainnya masih memperoleh nilai di

bawah 70. Rata-rata nilai kelas yaitu 78,56% dengan kualifikasi B (baik). Hal tersebut dapat

dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis KaranganEksposisi dengan Menggunakan

Media Teks Berita pada Siklus I

No Nama 1 2 3 4 5 6 7 Nilai

(%)

Kuali-

fikasi

Taraf

Keberhasilan

1.

S1 4 3 2 2 3 2 1

6

66,7 C Tidak Berhasil

S2 4 4 3 3 3 3 2

0

83,3 B Berhasil

Page 93: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

2.

3.

S3 2 3 2 3 3 3 1

6

66,7 C Tidak Berhasil

4.

S4

5.

S5 2 3 3 3 3 3 1

7

70,8 B Berhasil

6.

S6 4 4 3 3 3 3 2

0

83,3 B Berhasil

7.

S7 4 3 4 3 3 3 2

0

83,3 B Berhasil

8.

S8 3 3 2 3 4 3 1

6

66,7 C Tidak Berhasil

9.

S9

Page 94: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

10

.

S10 4 4 4 4 4 3 2

3

95,8 A Berhasil

11

.

S11 3 3 4 4 3 3 2

0

83,3 B Berhasil

12

.

S12 3 3 2 3 3 3 1

7

70,8 B Berhasil

13

.

S13 3 3 3 2 3 3 1

7

70,8 B Berhasil

14

.

S14 3 2 2 3 3 3 1

6

66,7 C Tidak Berhasil

15

.

S15 4 3 2 3 3 3 1

8

75 B Berhasil

Page 95: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

16

.

S16 3 3 3 3 3 3 1

8

75 B Berhasil

17.

S17

18

.

S18 4 3 3 3 3 3 1

9

79,2 B Berhasil

19.

S19 2 3 2 3 3 3 16 66,7 C Tidak Berhasil

20.

S20 4 4 4 3 4 3 22 91,7 A Berhasil

21.

S21 4 4 3 4 4 4 23 95,8 A Berhasil

S22

Page 96: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

22.

23.

S23 4 3 4 3 4 3 21 87,5 A Berhasil

24.

S24 4 3 3 3 3 3 19 79,2 B Berhasil

25.

S25 4 3 3 2 3 3 18 75 B Berhasil

26.

S26 4 4 3 3 3 3 20 83,3 B Berhasil

27.

S27 3 4 3 3 3 3 19 79,2 B Berhasil

28.

S28 3 4 3 3 4 3 20 83,3 B Berhasil

29.

S29 3 3 4 3 3 3 19 79,2 B Berhasil

Page 97: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

30.

S30 4 4 4 3 3 3 21 87,5 A Berhasil

31.

S30 3 3 2 2 3 3 16 66,7 C Tidak Berhasil

32.

S32

33.

S33 4 3 3 3 3 3 19 79,2 B Berhasil

34.

S34

35.

S35 0 4 2 3 3 3 15 62,5 C Tidak Berhasil

36.

S36 3 3 4 3 3 3 19 79,2 B Berhasil

37.

S37 4 4 3 3 3 2 19 79,2 B Berhasil

Page 98: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

38.

S38 4 3 3 2 3 3 18 75 B Berhasil

39.

S39 4 3 4 4 4 3 22 91,7 A Berhasil

40.

S40 4 4 4 3 3 3 22 91,7 A Berhasil

Jum-lah 116 11

3

103 10

1

109 109 2671

Rata-rata 78,56

Dari tabel 4.5 di atas dapat diketahui tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan

eksposisi pada siklus I. Tingkat keberhasilan siswa dalam menulis eksposisi pada siklus I dapat

dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks

Berita pada Siklus I

N

o

Tingkat Keberhasilan Jumlah

Siswa

Persentase

1 A (sangat baik) 7 20,59%

2 B (baik) 20 58,82%

3 C (cukup) 7 20,59%

Page 99: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

4 D (kurang) - -

Dari tabel 4.6 di atas juga dapat diketahui kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian

pada siklus I. Kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian pada siklus I dapat dilihat pada

tabel 4.7 berikut ini.

76

Tabel 4.7 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan

Media Teks Berita Berdasarkan Aspek Penilaian pada Siklus I

No Aspek Penilaian Jumlah Siswa

A

(Sangat

Baik)

B

(Baik)

C

(Cukup)

D

(Kurang)

1

.

Perumusan judul 19 11 3 1

2

.

Pemaparan

Informasi

12 21 1 -

3

.

Kesatupaduan 10 15 9 -

Page 100: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

4

.

Keterpautan 4 25 5 -

5

.

Ketegasan 7 27 - -

6

.

Ejaan dan tanda baca 1 31 2 -

Selanjutnya, dari tabel 4.7 di atas dapat diketahui tingkat keberhasilan setiap aspek

penilaian pada siklus I yang terdiri dari jumlah dan persentase siswa yang berhasil maupun yang

tidak berhasil untuk setiap aspek penilaian. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.8 di bawah ini.

Tabel 4.8 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian pada Siklus I untuk Pembelajaran Menulis

Karangan Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita

No Aspek Penilaian Berhasil Tidak

Berhasil

Jumlah

Siswa

(%) Jumlah

Siswa

(%)

1

Perumusan judul 30 88,24 4 11,76

Page 101: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

.

2

.

Pemaparan

Informasi

33 97,06 1 2,94

3

.

Kesatupaduan 25 73,53 9 26,47

4

.

Keterpautan 29 85,29 5 14,71

5

.

Ketegasan 34 100 - 0

6

.

Ejaan dan tanda

baca

32 94,12 2 5,88

Page 102: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Pada tabel 4.5 di atas, hanya ada 7 siswa (20,59%) yang memperoleh nilai di bawah 70 yaitu .

Jika dibandingkan dengan sebelum diberikan tindakan, berarti ada peningkatan hasil. Akan

tetapi, untuk setiap hal, khususnya pada perumusan judul, pemaparan informasi, kesatupaduan,

keterpautan, dan ejaan masih terdapat siswa yang memperoleh nilai C. Berikut penjelasan untuk

kelima hal yang dimaksud.

77

(1) Aspek Perumusan Judul

Pada aspek perumusan judul, ada 19 siswa yang memperoleh kualifikasi A, 11 siswa yang

memperoleh kualifikasi B, 3 siswa memperoleh kualifikasi C, dan 1 siswa memperoleh kulifikasi

D. Siswa yang memperoleh kualifikasi D yaitu S35 karena S35 tidak merumuskan judul dalam

karangannya. Dengan demikian ada 30 siswa (88,24%) yang mampu merumuskan judul dengan

tepat, sesuai dengan isi dan tujuan penulisan. Sedangkan yang belum mampu merumuskan judul

karangan eksposisi yang telah dibuat yaitu ada 4 siswa (11,76%).

Kutipan 11 (judul kualifikasi A)

Budidaya Tokek Rumah (judul S7)

Rahasia di Balik Tubuh Tokek (judul S21)

Mengolah Tokek untuk Obat Gatal-gatal (judul S23)

Kutipan 12 (judul kualifikasi B)

Tokek (judul S29)

Kehidupan Tokek Gitu Lho! (judul S18)

Kutipan 13(judul kualifikasi C)

Rumah Tokek (judul S5)

Page 103: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Judul karangan eksposisi yang dirumuskan oleh S5 tersebut merupakan contoh judul karangan

eksposisi dengan kualifikasi C karena rumusan kurang sesuai dengan isi. Jika dilihat dari isi

karangan yang dibuat oleh S5, maka judul lain yang bisa dirumuskan yaitu ”Perbedaan Tokek di

Alam dan di Penangkaran” karena isi karangan tentang perbedaan antara tokek yang hidup di

alam dan tokek yang hidup di penangkaran, bukan tentang informasi rumah tokek.

(2) Aspek Pengembangan Paragraf

(a) Subaspek Pemaparan Informasi

Pada subaspek pemaparan informasi ini ada 33 (97,06%) siswa berhasil memaparkan informasi

dengan jelas dan netral. Namun, ada 1 siswa yang memperoleh kualifikasi C. Siswa yang

memperoleh kualifikasi C tersebut adalah S14. Pemaparan informasi S14 kurang memadai

dengan simpulan yang tegesa-gesa. S14 berani mengungkapkan pernyataan dengan

mengatasnamakan ”kebanyakan orang”.

Kutipan 14

....

Bagi banyak orang tokek digunakan sebagai obat-obatan. Memang, banyak orang yang tidak

mengetahui akan hal itu. Tapi sudah banyak terbukti bahwa tokek dapat menyembuhkan penyakit.

Salah satunya penyakit gatal-gatal. Seperti halnya oang-orang golongan perekonomian menengah

ke bawah, sudah pasti dalam mengobati penyakit mencari alternatif yang terjangkau. Tokek dengan

harga yang relatif murah, sudah pasti dapat dijangkau oleh seluruh lapisan masyarakat. Sehingga

sekarang tokek banyak diminati, terutama untuk mengobati penyakit.

....... (tulisan S14)

(b) Subaspek Kesatupaduan

Page 104: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Pada siklus I ini, ada 9 siswa (26,47%) mendapat kualifikasi C untuk subaspek

kesatupaduan. Siswa yang memperoleh kualifikasi C untuk subaspek kesatupaduan pada

siklus I ini adalah S1, S3,S 8, S12, S14, S15, S19, S31, dan S35. Kesatupaduan yang baik

jika mengarah ke satu gagasan, baik hubungan antarkalimat maupun antarparagraf. Contoh

untuk subaspek kesatupaduan yang baik dapat dilihat pada kutipan 15 di bawah ini.

Kutipan 15

Tokek Rumah

Tokek rumah adalah sejenis reptil yang termasuk golongan cecak besar. Tokek ini termasuk

dalam suku Gekkonidae. Nama ilmiah tokek rumah adalah Gekko gecko. Atau dalam bahasa lain

hewan ini juga disebut sbg teko atau tekek (Bahasa Jawa), Tokek (Bahasa Sunda), Tokai gecko

atau tuctoo (Bahasa Inggris).

Tokek rumah merupakan cecak yang berukuran besar, berkepala besar, panjang total

mencapai 340 mm. Sisi punggungnya kasar, dan dipenuhi dengan bintil besar** , berwarna abu**

sampai kecoklatan dengan bintik-bintik berwarna merah bata sampai jingga. Perutnya bewarna

abu** biru keputihan atau kekuningan. Ekor membulat dengan enam baris bintil, belang**. Jari**

kaki depan & belakang dilengkapi dengan bantalan penghisap yang disebut scansor yg gunanya

u/ melekat pada permukaan yg licin.

Tokek ini kerap ditemui di rumah**, terutama di pedesaan dan tepi hutan. Tokek rumah

memangsa aneka serangga seperti cecak lainnya yang lebih kecil.

79

Tokek melekatkan telurnya biasanya di celah-celah-celah lubang pohon, retakan batu, dll.

Hewan ini tersebar luas mulai dari India Timur, Nepal, Bangladesh, Myanmar, Cina Selatan &

Timur, Thailand, Semenanjung Malaysia & pulau** disekitarnya, serta Indonesia. (Karangan

S20)

Page 105: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Karangan S20 sudah memiliki kekoherensian atau kesatupaduan yang bagus. Hal ini

ditandai dengan adanya pertalian antara kalimat-kalimat dengan ide pokok paragraf atau

antara setiap paragraf dengan gagasan utama karangan yang bersangkutan.

(c) Aspek Keterpautan

Untuk subaspek keterpautan, 29 siswa (85,29%) sudah mampu menulis karangan

eksposisi dengan menggunakan piranti kohesi yang tepat. Ada 5 siswa (14,71%) yang belum

mampu menulis karangan eksposisi dengan piranti kohesi yang tepat. Kelima siswa tersebut

memperoleh kualifikasi C untuk subaspek keterpautan pada siklus I ini. Kelima siswa yang

memperoleh kualifikasi C untuk subaspek keterpautan pada siklus I ini yaitu S1, S13, S25,

S31, dan S38.

(d) Subaspek Ketegasan

Subaspek ketegasan ini berkaitan dengan kerincian suatu pokok masalah yang dijelaskan.

Ketegasan bisa ditunjukkan dengan memberikan penjelasan yang mendalam, pengulangan,

maupun simpulan. Untuk siklus I, tidak ada siswa yang memperoleh nilai dengan kualifikasi C

pada subaspek ketegasan. Ada 7 siswa yang memperoleh kualifikasi A dan 27 siswa memperoleh

kualifikasi B. Ketegasan dalam karangan siswa pada siklus I ini ditunjukkan dengan adanya (1)

perincian suatu hal misalnya perbedaan maupun persamaan dari jenis tokek, (2) penjelasan

mengenai suatu proses misalnya proses pembuatan obat dengan bahan tokek atau cara

menangkap tokek.

(3) Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Kemampuan siswa dalam menggunakan ejaan dan tanda baca sudah bisa dikatakan baik. Hal ini

ditandai dengan ada 32 siswa (94,12%) mampu menggunakan ejaan dan tanda baca yang tepat

Page 106: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

dalam karangannya. Ada 1 siswa yang mampu memperoleh kualifikasi A karena ia mampu

menulis karangan eksposisi tanpa ada kesalahan dalam penggunaan ejaan dan tanda baca.

Selanjutnya, ada 31 siswa yang memperoleh kualifikasi B. Ada 2 siswa yang memperoleh

kualifikasi C karena dalam karangannya masih terdapat banyak kesalahan sehingga terkadang

mengganggu pemahaman. Siswa yang memperoleh kualifikasi A untuk aspek penggunaan ejaan

dan tanda baca pada siklus I ini yaitu S21. Sedangkan 2 siswa yang memperoleh kualifikasi C

yaitu S1 dan S37.

4.2.3 Refleksi Siklus I

Selama pembelajaran berlangsung, siswa sudah dinilai aktif dalam mengikuti pembelajaran

menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita. Hal ini sesuai dengan

pernyataan dari Ibu Wiwik, selaku guru Bahasa Indonesia yang mengatakan bahwa siswa telah

berani ikut serta dalam pembelajaran dengan bertanya maupun merespon pertanyaan, apalagi

ketika membahas mengenai isi teks berita dan asas menulis efektif. Akan tetapi, untuk guru

peneliti belum menjelaskan secara mendalam mengenai aspek keterpautan, kepaduan, dan

ketegasan yang ketiganya merupakan syarat dari teknik menulis pemaparan yang baik (Gie,

2002:62-63). Untuk itu, perlu adanya penjelasan mengenai ketiga asas tersebut terutama

mengenai piranti kohesi dalam

81

pembelajaran siklus II nanti. Penjelasan mengenai ketiga asas tersebut dilakukan pada fase

pramenulis dan fase menulis sebelum draf akhir.

4.2.4 Identifikasi Masalah Siklus I

Page 107: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Setelah siklus I berakhir, peneliti dan guru bahasa Indonesia kelas X.2 SMA TDZ

menganalisis proses dan hasil tindakan yang diperoleh. Jika dilihat dari pencapaian skor pada

siklus I ini, maka pembelajaran pada siklus I sudah bisa dikatakan berhasil karena 27 siswa

(79,41%) telah berhasil mencapai nilai di atas nilai standar minimal. Akan tetapi, ada 7 siswa

yang memperoleh nilai di bawah 70. Dengan demikian, perlu adanya upaya perbaikan supaya

semua siswa kelas X.2 mampu memperoleh nilai di atas 70. Kegiatan analisis dilakukan untuk

menemukan masalah yang dihadapi pada siklus I.

Permasalahan-permasalahan yang ada dijadikan acuan bagi guru dan peneliti untuk

merencanakan pembelajaran menulis karangan eksposisi pada siklus II. Rencana pembelajaran

siklus II merupakan perbaikan dari permasalahan yang ada pada siklus I. Berikut hasil analisis

dari perolehan nilai hasil belajar.

(1) Pada siklus I, ada siswa masih belum memperhatikan perumusan judul untuk karangan

sehingga ada judul yang menggunakan bahasa tidak baku.

(2) Pada siklus I, siswa belum memperhatikan subaspek kesatupaduan dan keterpautan.

(3) Pada siklus I, masih ada paragraf yang terdiri dari satu kalimat.

(4) Pada siklus I ada beberapa siswa masih mengulang kata, kalimat, atau gagasan yang pernah

ditulis.

(5) Pada siklus I ada beberapa siswa masih salah dalam menggunakan tanda baca dan ejaan.

4.3 Siklus II

4.3.1 Proses Tindakan Siklus II

4.3.1.1 Rencana Tindakan Siklus II

Page 108: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Kegiatan penelitian siklus II dimulai dengan merencanakan tindakan yang dilakukan oleh

peneliti dengan dibantu oleh guru bidang studi Bahasa Indonesia. Peneliti menyusun RPP

menulis karangan eksposisi secara logis dan sistematis dengan menggunakan media teks berita

untuk siklus II berdasarkan refleksi dan identifikasi masalah hasil tindakan pada siklus I.

Dari hasil refleksi dan hasil belajar siswa, kesulitan siswa dalam menulis karangan

eksposisi yaitu ketika mengembangkan tulisan dalam kalimat-kalimat. Ada siswa yang belum

mampu menciptakan kekoherensian dan kekohesifan dalam karangan eksposisinya. Untuk itu,

pada siklus II ini akan lebih ditekankan pada bagaimana menyusun kalimat-kalimat dalam

karangan dan bagaimana penggunaan piranti kohesi yang tepat. Untuk itu, pada pembelajaran

siklus II ini siswa akan membuat draf awal untuk disunting dan direvisi.

Sesuai dengan judul penelitian, pada siklus II ini juga menggunakan media teks berita

dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi. Untuk itu, teks berita yang dipilih adalah teks

berita yang berjudul ”Cegah Global Warming, Marisa Tolak Pakai Hairspray”. Guru dan peneliti

memilih bacaan ini karena (1) topik global warming masih relevan untuk dibahas, dan (2) sesuai

masukan dari siswa bahwa teks berita yang dijadikan media adalah teks berita tentang global

warming.

Pada siklus II ini, alokasi waktu pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan

media berita (lihat RPP siklus II) yaitu 5 x 45 menit (tiga kali pertemuan). Berbeda dengan siklus

I, pada siklus II ini tidak dibentuk kelompok. Hal ini supaya siswa mempunyai usaha sendiri

dalam mencari sumber bahan sehingga informasi yang diperoleh akan bervariasi. Kerjasama

antarsiswa dilakukan ketika proses revisi dan penyuntingan pada draf awal.

4.3.1.2 Pelaksanaan Tindakan Siklus II

a. Pertemuan I (Fase Pramenulis)

Page 109: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Pertemuan I pada siklus II ini dilaksanakan pada Sabtu, 17 Mei 2008. Alokasi waktu

untuk pertemuan I ini yaitu 2 x 45 menit. Pada kegiatan pendahuluan, siswa diajak untuk

mengingat kembali mengenai materi menulis karangan eksposisi. Berikut penjelasan jalannya

pembelajaran menulis karangan eksposisi pada pertemuan I siklus II.

GP : “Anak-anak, apa yang dimaksud dengan tulisan eksposisi?

S : “Tulisan eksposisi merupakan tulisan paparan”

GP : “Ada yang lain?”

S : “Tulisan eksposisi adalah tulisan yang memaparkan sesuatu dengan tujuan untuk memberikan

informasi”

GP : “Ada yang lain”

S : “Tulisan eksposisi itu tulisan yang dibuat supaya pembaca mengetahui informasi yang dipaparkan

tanpa maksud untuk mempengaruhi, hanya memaparkan saja.”

GP : “Lalu bagaimana dengan informasi yang dipaparkan dalam sebuah tulisan eksposisi?

S : “Tulisan eksposisi itu memaparkan informasi dengan jelas, memadai, dan netral.

GP : “Bagus, sepertinya penjelasan dari saya kemarin ‘tidak hanya lewat saja’ tetapi juga dipahami oleh

kalian. Jadi, bagaimana kesimpulannya mengenai pengertian tulisan/karangan ekspposisi? Ayo

siapa yang bisa? Coba kalian rumuskan pengertian dari pendapat keempat teman kalian!

S : “Tulisan eksposisi itu merupakan tulisan yang memaparkan sesuatu untuk memberikan informasi

kepada pembaca secara jelas, memadai dan netral.

G : “Memang benar, tulisan eksposisi itu yaitu tulisan yang dibuat untuk menjelaskan, memaparkan

sesuatu objek secara jelas, memadai, dan netral kepada pembaca supaya pembaca memperoleh

informasi.

Selanjutnya, guru peneliti bertanya kembali kepada siswa mengenai asas menulis karangan

eksposisi dan tekniknya. Untuk pertanyaan kali ini, ada empat siswa yang mempunyai kemauan

untuk menjawab. Akhirnya, dipilihlah satu siswa untuk menjawab. Siswa yang ditunjuk lalu

Page 110: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

menjawab dengan menyebutkan keenam asas menulis efektif. Setelah itu guru peneliti

menjelaskan persyaratan dan teknik penulisan karangan eksposisi dengan menggunakan

transparansi. Sedangkan untuk materi koherensi dan kohesi, guru peneliti mempersilahkan siswa

untuk membaca materi yang telah diberikan guru peneliti kepada siswa sehari sebelumnya

karena sebagian besar siswa belum membaca materi yang telah diberikan oleh guru peneliti.

Waktu yang diberikan kepada siswa untuk membaca materi kohesi dan koherensi yaitu 10 menit.

Setelah 10 menit telah berlalu, selanjutnya guru peneliti menyajikan materi persyaratan dan

teknik penulisan karangan eksposisi. Berikut materi “Persyaratan dan Teknik Penulisan

Karangan Eksposisi”.

Enno Klamer (dalam Gie, 2002:62) menyatakan bahwa dalam semua tulisan paparan yang efektif

hendaknya seseorang memakai rincian detail yang jelas, tajam, dan tertentu serta menyusun setiap alinea

berdasarkan satu ide pokok. Dalam kepustakaan karang-mengarang, pada umumnya, terdapat tiga serangkai

asas tatanan untuk menyusun karangan pemaparan yang baik, yaitu kesatupaduan, pertautan, dan penegasan.

Asas kesatupaduan (kekoherensian) menetapkan bahwa setiap karangan eksposisi harus merupakan

satu keseluruhan yang utuh dan bukannya suatu percampuran. Segenap unsur karangan itu harus mempunyai

pertalian dengan gagasan pokok atau tema utama karangan yang bersangkutan. Cleanth Brooks dan Robert

Penn Warren (dalam Gie, 2002:62) mengatakan bahwa kesatupaduan dapat dicapai melalui:

1. menetapkan gagasan pokok sebagai topik utama karangan

2. membedakan apa yang bertalian dengan topik utama itu dari apa yang tidak bertalian

3. mengusahakan topik-topik bawahan tunduk pada topik utama dan tidak memaparkan secara

berlebihan.

Asas pertautan (kekohesifan) menetapkan bahwa unsur-unsur sebuah karangan harus melekat satu

sama lain dan tidak berdiri sendiri. Ide-ide yang serumpun harus mengalir secara lancar dari satu alinea ke

alinea lain, dari kalimat satu ke kalimat yang lain sehingga merupakan suatu kesinambungan. Cara-cara untuk

mencapai pertautan menurut Joseph D. Gallo dan Henry W. Rink (dalam Gie, 2002:62) ialah dengan:

1. kata dan frasa peralihan yang menunjukkan tambahan, contoh, perlawanan, atau kesimpulan.

Page 111: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

2. pengulangan kata

3. pengubahan dengan menambahkan detail-detail dalam kalimat

4. urutan logis yang dikaitkan pada suatu susunan tertentu seperti waktu, ruang, atau sebab-akibat.

Asas penegasan menetapkan bahwa masing-masing unsur suatu tulisan eksposisi harus memperoleh

penekanan yang sesuai dengan kedudukan atau pentingnya. Jadi harus ada unsur yang ditonjolkan. Menurut

Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (dalam Gie, 2002:63), penegasan terhadap suatu unsur dalap

dilakukan dengan cara:

1. pernyataan tegas mengenai pentingnya hal yang bersangkutan

2. penegasan dengan menepatkan pada letak awal atau letak akhir

3. penegasan dengan memberikan pembahasan yang lebih mendalam atau lebih luas dibandingkan dengan

bagian-bagian selebihnya yang kurang penting

4. penegasan dengan mengulang ide yang bersangkutan

5. penyusunan sebuah alinea pendek diantara alinea-alinea yang jauh lebih panjang.

Setelah guru peneliti menjelaskan persyaratan dan teknik penulisan karangan eksposisi, kemudian guru

peneliti mengingatkan kembali kekurangan-kekurangan pada karangan yang dibuat oleh siswa. Hal ini bertujuan

supaya siswa tidak melakukan banyak kesalahan atau bahkan tidak mengulangi lagi kesalahan yang telah dibuat

pada karangannya ketika siklus I. Setelah siswa memahami persyaratan dan teknik penulisan karangan eksposisi,

serta koherensi dan kohesi sebuah tulisan, selanjutnya adalah kegiatan inti. Kegiatan inti ini merupakan fase

pramenulis. Setiap siswa diberi lembar tugas. Dalam lembar tugas tersebut terdapat teks berita dan langkah-langkah

mengerjakan. Berikut lembar tugas pada siklus II ini.

1. Bacalah teks berita “Cegah Global Warming, Marisa Tolak Pakai Hairspray”di bawah ini

dengan seksama!

2. Apa topik utama dari bacaan di atas?

3. Hal apa saja yang diangkat dalam bacaan di atas yang berkaitan dengan topik utama?

4. Datalah topik-topik yang dapat dikembangkan menjadi karangan eksposisi!

5. Buatlah kerangka tulisan berdasarkan topik yang kamu pilih!

6. Carilah bahan atau informasi untuk mengembangkan kerangka karanganmu kamu!

Page 112: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

7. Kembangkan kerangka karanganmu dengan bahan yang telah kamu peroleh sehingga menjadi

wacana eksposisi dengan memperhatikan persyaratan dan teknik menulis eksposisi ke dalam

minimal tiga paragraf. (Draf awal)

8. Bekerjasamalah dengan teman sebangkumu untuk merevisi dan menyunting kembali karangan

eksposisi dengan teman sebangku! Jangan lupa, berikan judul pada tulisanmu!

9. Kumpulkan karangan kalian! (Draf akhir)

Setelah membaca lembar tugas, guru mengajak siswa untuk mendata topik-topik yang

berkaitan dengan topik utama yaitu “Global Warming dan Pencegahannya” yang dapat

dikembangkan menjadi karangan eksposisi. Topik-topik yang dikemukakan oleh siswa yaitu

sebagai berikut.

1) Penyebab Global Warming

2) Kerugian akibat Global warming

3) Bahan Perusak Ozon

4) Cara Mencegah Global Warming

5) Proses Mendaur Ulang Bahan dari Plastik, Kaleng, dan Sterofom.

Topik-topik yang telah dikemukakan oleh siswa tersebut dijabarkan lagi ke dalam gagasan-

gagasan. Hal ini bertujuan (1) sebagai langkah awal untuk menyusun kerangka tulisan dan (2)

sebagai upaya perbaikan dari siklus I supaya siswa mampu menulis karangan eksposisi yang baik

dengan kekoherensian dan kekohesian. Untuk itu, kerangka karangan yang dibuat siswa berupa

gagasan utama pada setiap paragraf atau dengan membuat pertanyan untuk setiap paragraf. Guru

juga menekankan kepada siswa bahwa karangan eksposisi yang dibuat minimal tiga paragraf.

b. Pertemuan II (Fase Menulis)

Page 113: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Pertemuan II pada siklus II ini dilaksanakan pada Sabtu, 24 Mei 2008. Alokasi waktu

untuk pertemuan I ini yaitu 2 x 45 menit. Pada pertemuan II siklus II ini merupakan fase

menulis. Fase menulis diawali dengan mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat

menjadi karangan eksposisi yang logis dan sistematis. Pada fase menulis ini juga terdapat

kegiatan menyunting dan merevisi draf awal karangan eksposisi yang telah dibuat. Untuk itu,

pada pertemuan II siklus II ini guru juga memberikan penjelasan mengenai rubrik penilaian

karangan eksposisi.

Waktu yang diberikan kepada siswa untuk mengembangkan kerangka karangan yang

telah dibuat yaitu 45 menit, tetapi karena banyak siswa yang belum selesai, maka waktu menulis

ditambah selama 15 menit. Jadi, total waktu yang dibutuhkan untuk menulis kurang lebih selama

60 menit. Selama proses menulis, peneliti berkeliling untuk membantu siswa yang masih

mengalami kesulitan. Pada siklus II ini, masalah siswa dalam menulis karangan eskposisi

misalnya masalah ejaan dan tanda baca.

Setelah siswa menyelesaikan tulisannya, guru peneliti meminta kepada siswa untuk

saling menukarkan karangannya kepada teman sebangku. Selanjutnya guru peneliti menjelaskan

rubrik penilaian karangan eksposisi. Hal ini dilakukan supaya siswa lebih memahami dan

memperhatikan lagi hal-hal penting dalam menulis eksposisi sehingga siswa mampu merevisi

dan menyunting karangannya sehingga siswa menghasilkan karangan (draf akhir) yang lebih

bagus, baik dilihat dari aspek pembuatan judul, pengembangan paragraf, maupun dalam

penggunaan ejaan dan tanda baca. Berikut tabel revisi dan penyuntingan antarteman.

Tabel 4.9 Tabel Revisi dan Penyuntingan Draf Awal Karangan Eksposisi Siklus II

Page 114: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Bacalah karangan eksposisi teman kalian, lalu tuliskan komentarmu (sangat baik, baik, cukup, dan

kurang) di lembar yang telah disediakan sesuai dengan rubrik di bawah ini! Berikan masukan dan alasan

yang logis! menulis karangan eksposisi. Penjelasan mengenai tabel 4.9 memerlukan waktu 10 menit.

Setelah guru peneliti menjelaskan rubrik penilaian dan siswa memahami bagaimana cara

merevisi dan menyunting, maka guru menugasi siswa untuk merevisi dan menyunting karangan

eksposisi antarteman dan memberi komentar pada tabel yang telah disediakan. Waktu yang

diperlukan siswa untuk merevisi dan menyunting, serta memberi komentar kepada karangan

temannya yaitu selama kurang lebih 20 menit (sisa waktu yang ada). Setelah itu, karangan

dikumpulkan kepada peneliti.

c. Pertemuan III (Fase Menulis dan Fase Pascamenulis)

Pertemuan III dilakukan pada 27 Mei 2008 selama 1 x 45 menit. Selanjutnya pada

pertemuan III siklus II ini, siswa membuat draf akhir untuk karangan eksposisi berdasarkan

masukan-masukan dari teman sebangku. Waktu yang dibutuhkan siswa untuk menyelesaikan

karangan eksposisinya yaitu kurang lebih 30 menit.

Setelah itu, masuk ke fase pascamenulis. Fase pascamenulis ini merupakan fase akhir dari

siklus II. Jika dalam siklus I, kegiatan dalam fase pascamenulis yaitu dengan membuat mading

kelas yang berisi karangan eksposisi, maka fase pascamenulis pada siklus II ini akan dibuat

portofolio.

4.3.2 Analisis Hasil Belajar Tindakan Siklus II

Setelah dilakukan penilaian terhadap karangan siswa pada siklus II ternyata diketahui ada 34

siswa (100%) telah berhasil menulis karangan eksposisi dengan logis dan sistematis. Hal ini

ditandai dengan nilai yang diperoleh siswa dalam menulis karangan eksposisi. Semua siswa (34

siswa) memperoleh nilai di atas 70. Rata-rata kelas pun mengalami peningkatan pada siklus II

ini. Rata-rata kelas dalam menulis karangan eksposisi pada siklus II yaitu 83,21%. Hal ini

Page 115: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

menunjukkan bahwa kemampuan kelas dalam menulis karangan eksposisi termasuk kualifikasi B

(baik). Tabel 4.10 ini merupakan tabel hasil penilaian kemampuan siswa dalam menulis

karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada siklus II. Aspek yang dinilai

pun sama seperti pada siklus I.

Tabel 4.10 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan

Media Teks Berita pada Siklus II

No Nama 1 2 3 4 5 6 7 Nilai

(%)

Kuali-

fikasi

Taraf

Keberhasilan

1.

S1 4 4 3 4 3 3 2

1

87,5 A Berhasil

2.

S2 4 3 3 4 3 4 2

1

87,5 A Berhasil

3.

S3 3 2 4 4 3 3 1

9

79,2 B Berhasil

4.

S4

5.

S5 4 3 3 3 3 3 1

9

79,2 B Berhasil

Page 116: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

6.

S6 4 3 3 4 4 3 2

1

87,5 A Berhasil

7.

S7 3 3 4 3 4 3 2

1

87,5 A Berhasil

8.

S8 3 2 3 3 3 3 1

7

70,8 B Berhasil

9.

S9

10

.

S10 4 4 4 3 4 4 2

3

95,8 A Berhasil

11

.

S11 4 3 3 4 3 4 2

1

87,5 A Berhasil

12

S12 3 3 3 4 3 4 2

0

83,3 B Berhasil

Page 117: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

.

13

.

S13 3 3 3 3 3 4 1

9

79,2 B Berhasil

14

.

S14 4 2 3 3 3 4 1

9

79,2 B Berhasil

15

.

S15 2 3 3 3 3 4 1

8

75 B Berhasil

16

.

S16 4 2 3 3 3 4 1

9

79,2 B Berhasil

17.

S17

18

S18 4 3 3 2 3 3 1

8

75 B Berhasil

Page 118: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

.

19

.

S19 2 3 3 4 3 3 1

8

75 B Berhasil

20

.

S20 4 3 4 3 3 4 2

1

87,5 A Berhasil

21

.

S21 4 4 4 4 4 4 2

4

100 A Berhasil

22.

S22

23

.

S23 4 3 4 4 4 4 2

3

95,8 A Berhasil

24

S24 2 3 3 4 3 3 1

8

75 B Berhasil

Page 119: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

.

25

.

S25 4 3 3 4 3 3 2

0

83,3 B Berhasil

26

.

S26 4 4 3 3 4 3 2

1

87,5 A Berhasil

27

.

S27 3 3 4 3 3 4 2

1

87,5 A Berhasil

28

.

S28 4 3 3 3 4 3 2

0

83,3 B Berhasil

29

.

S29 4 4 3 3 4 3 2

1

87,5 A Berhasil

S30 3 3 4 3 3 4 2 83,3 B Berhasil

Page 120: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

30

.

0

31.

S31 3 3 4 3 3 4 2

0

83,3 B Berhasil

32.

S32

33.

S33 4 3 3 3 3 4 2

0

83,3 B Berhasil

34.

S34

35.

S35 3 3 3 3 3 4 1

9

79,2 B Berhasil

36.

S36 4 3 3 3 3 3 1

9

79,2 B Berhasil

S37 4 4 3 3 3 3 2 83,3 B Berhasil

Page 121: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

37. 0

38.

S38 3 4 3 3 4 3 2

0

83,3 B Berhasil

39.

S39 4 4 3 4 3 3 2

1

87,5 A Berhasil

40.

S40 2 3 3 3 3 3 1

7

70,8 B Berhasil

Jum-lah 118 106 111 113 90 114 2829

Rata-rata 83,21

Selanjutnya dari tabel 4.10 di atas, dapat diketahui tingkat keberhasilan kemampuan

siswa dalam menulis karangan eksposisi pada siklus II. Tingkat keberhasilan siswa dalam

menulis karangan eksposisi pada siklus II dapat dilihat pada tabel 4.11 berikut ini.

Tabel 4.11 Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan Menggunakan

Media Teks Berita pada Siklus II

N

o

Tingkat Keberhasilan Jumlah

Siswa

Persentase

1 A (sangat baik) 13 38,24

2 B (baik) 21 61,76

3 C (cukup) - -

Page 122: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

4 D (kurang) - -

Dari tabel 4.11 di atas dapat ditarik simpulan bahwa hasil belajar siswa dalam pembelajaran

menulis karangan eksposisi setelah menggunakan media teks berita mengalami peningkatan yang

ditandai dengan 34 siswa telah berhasil memperoleh skor di atas 70%. Ada 13 siswa (38,24%)

memperoleh kualifikasi A dan ada 21 siswa (61,76%) memperoleh kualifikasi B.

Dari tabel 4.11 di atas juga dapat diketahui kemampuan siswa untuk setiap hal

berdasarkan rubrik penilaian pada siklus II. Tabel 4.12 di bawah ini merupakan tabel

kemampuan siswa untuk setiap aspek penilaian pada siklus II.

91

Tabel 4.12 Hasil Penilaian Kemampuan Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan

Menggunakan Media Teks Berita Berdasarkan Aspek Penilaian pada Siklus II

No Aspek Penilaian Jumlah Siswa

A

(Sangat

Baik)

B

(Baik)

C

(Cukup

)

D

(Kurang)

1

.

Perumusan judul 20 10 4 -

2

Pemaparan 8 22 4 -

Page 123: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

. Informasi

3

.

Kesatupaduan 9 25 - -

4

.

Keterpautan 12 21 1 -

5

.

Ketegasan 9 25 - -

6

.

Ejaan dan tanda

baca

15 18 - -

Dari tabel 4.12 di atas dapat diketahui tingkat keberhasilan setiap aspek penilaian untuk

pembelajaran menulis karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita pada siklus I.

Hal tersebut dapat dilihat pada tabel 4.13 di bawah ini.

Page 124: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Tabel 4.13 Tingkat Keberhasilan Setiap Aspek Penilaian untuk Pembelajaran Menulis Karangan

Eksposisi dengan Menggunakan Media Teks Berita pada Siklus II

No Aspek Penilaian Berhasil Tidak

Berhasil

Jumlah

Siswa

(%) Jumlah

Siswa

(%)

1

.

Perumusan judul 30 88,24 4 11,76

2

.

Pemaparan

Informasi

30 88,24 4 11,76

3

.

Kesatupaduan 34 100 - -

4

.

Keterpautan 33 97,06 1 2,94

Page 125: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

5

.

Ketegasan 34 100 - -

6

.

Ejaan dan tanda

baca

34 100 - -

Dari tabel 4.12 dan tabel 4.13, ada tiga hal di mana ada siswa yang masih memperoleh

kualifikasi C. Ketiga hal tersebut yaitu (1) aspek perumusan judul, (2) subaspek pemaparan

informasi, dan (3) subaspek keterpautan. Taraf penguasaan siswa untuk setiap aspek dalam

menulis karangan eksposisi pada siklus II diuraikan sebagai berikut.

(1) Aspek Perumusan Judul

Untuk aspek perumusan judul, ada 30 siswa (88,24%) telah mampu merumuskan judul

dengan tepat. Ada 20 siswa memperoleh kualifikasi A dan 10 siswa memperoleh kualifikasi B.

Sedangkan 4 siswa lainnya (11,76%) belum mampu merumuskan judul dengan tepat. Keempat

siswa tersebut memperoleh kualifikasi C. Keempat siswa yang memperoleh kualifikasi C pada

aspek perumusan judul yaitu S15, S19, S24, dan S40. Kutipan 16 di bawah ini merupakan contoh

judul yang tepat.

Kutipan 16

Apa Penyebab Global Warming? (judul S5)

Sumber-sumber Penyebab Pemanasan Global (judul S11)

Page 126: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Efek Umpan Balik pada Pemanasan Global (judul S37)

(2) Aspek Pengembangan Paragraf

(a) Subaspek Pemaparan Informasi

Untuk subaspek pemaparan informasi, ada 30 siswa (88,24%) telah mampu memaparkan

informasi secara jelas, memadai, dan netral. Ada 8 siswa memperoleh kualifikasi A dan 22 siswa

memperoleh kualifikasi B. Ada 4 siswa (11,76%) belum mampu memaparkan informasi secara

jelas, memadai, dan netral. Keempat siswa tersebut memperoleh kualifikasi C. Keempat siswa

yang memperoleh kualifikasi C pada subaspek informasi yaitu S3, S8, S14, dan S16.

(b) Subaspek Kesatupaduan

Untuk subaspek kesatupaduan, semua siswa telah mampu menulis karangan eksposisi dengan

kesatupaduan yang sudah bagus. Hal ini ditandai dengan tidak ada siswa yang memperoleh

kualifikasi C maupun D untuk subaspek kesatupaduan. Untuk subaspek kesatupaduan ini ada 9

siswa yang memperoleh kualifikasi A dan 25 siswa yang memperoleh kualifikasi B.

(c) Subaspek Keterpautan

Untuk subaspek keterpautan, ada 33 siswa (97,06%) yang mampu menulis karangan

eksposisi dengan keterpautan yang bagus. Ada 1 siswa masih belum mampu pada subaspek

keterpautan. Seorang siswa tersebut yaitu S18. S18 memperoleh kualifikasi C.

(d) Subaspek Ketegasan

Untuk subaspek ketegasan, semua siswa telah mampu menulis karangan eksposisi dengan

ketegasan. Hal ini ditandai dengan tidak ada siswa yang memperoleh kualifikasi C maupun D

untuk subaspek ketegasan. Untuk subaspek ketegasan ini ada 9 siswa yang memperoleh

kualifikasi A dan 25 siswa yang memperoleh kualifikasi B.

(3) Aspek Penggunaan Ejaan dan Tanda Baca

Page 127: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca, tidak ada siswa yang memperoleh

kualifikasi C maupun D pada siklus II ini. Pada siklus II ini untuk aspek penggunaan ejaan dan

tanda baca ada 15 siswa yang memperoleh kualifikasi A dan 18 siswa yang memperoleh

kualifikasi B.

Kutipan 17 ini merupakan karangan siswa yang sempurna. Karangan pada kutipan 17 ini

merupkan karangan milik S21. S21 memperoleh nilai 100 dengan kualifikasi A pada siklus II ini.

Kutipan 17

Di Balik Global Warming

Perilaku dan pola hidup manusia saat ini banyak mengakibatkan terjadinya efek rumah

kaca (green house effect), yaitu proses diterimanya energi panas matahari oleh permukaan bumi

lebih banyak dibandingkan dengan energi dari permukaan bumi yang dilepaskan ke angkasa.

Fenomena

94

tersebut menyebabkan suhu di permukaan bumi selalu meningkat. Efek rumah kaca

terjadi karena adanya pencemaran udara di atmosfer, antara lain oleh gas karbondioksida (CO2)

dan clorofluorcarbon (CFC).

Karbondioksida merupakan gas rumah kaca yang paling penting karena kelimpahannya

di atmosfer paling banyak. Gas ini berasal dari pembakaran berbagai jenis bahan bakar fosil

dan pembakaran hutan di berbagai tempat dalam skala besar. Semakin banyak intesitasnya,

peningkatan konsentrasi CO2 di atmosfer tak terelakkan.

Pemakaian CFC terutama CFC -11 dan CFC-12 telah memberikan kontribusi besar dalam

pemanasan global karena dapat merusak lapisan ozon. Gas Klorin merupakan gas yang tidak

reaktif sehingga saat gas ini mencapai atmosfer di bagian paling atas dan berinteraksi dengan

Page 128: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

radiasi UV dan membentuk atom. Klorin. Contoh penggunaan CFC antara lain dalam

hairspray, AC, dan freon pada kulkas yang marak digunakan.

Efek rumah kaca sebenarnya berfungsi untuk menjaga suhu permukaan bumi yang rata-

rata sekitar 15° C. Tanpa CO2 dan uap air di atmosfer, suhu rata-rata permukaan bumi

diperkiraan menjadi sekitar -25° C. Jadi, nyata sekali bahwa efek rumah kaca sangat penting

dalam menentukan kehidupan di bumi. Akan tetapi, peningkatan kadar dari gas-gas rumah kaca

yang sangat besar dapat menyebabkan suhu permukaan bumi menjadi terlalu tinggi sehingga

dapat mengakibatkan berbagai macam kerugian. Peningkatan inilah yang disebut pemanasan

global. (tulisan S21)

Judul sudah sesuai dengan isi dan tujuan menulis karangan eksposisi. Informasi yang dipaparkan

oleh S21 sudah memadai dan netral. Koherensi dan kohesi juga sudah bagus karena gagasan-

gagasannya sesuai dengan gagasan utama. Sedangkan untuk ketegasan, S21 pun telah

memberikan rincian mengenai efek rumah kaca dan gas-gas yang menyebabkan pemanasan

global.

4.4 Peningkatan Hasil Belajar Siswa dalam Menulis Karangan Eksposisi dengan

Menggunakan Media Berita

Seperti rumusan masalah penelitian dan tujuan penelitian ini, maka perlu adanya

penjelasan mengenai peningkatan hasil belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi dengan

menggunakan media teks berita. Untuk mengetahui ada peningkatan atau tidak ada peningkatan,

maka perlu dilihat hasil belajar dari pretes, siklus I, hingga siklus II. Tabel 4.14 di bawah ini

merupakan tabel hasil belajar siswa dalam menulis karangan eksposisi.

Page 129: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Tabel 4.14 Perbandingan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa Sebelum dan Setelah

Diberi Tindakan Siklus I dan Siklus II

Hasil Evaluasi Persentase (%)

Pretes Siklus

I

Siklus

II

Rata-rata Kemampuan Siswa dalam Satu Kelas 66,06 78,56 83,21

Pencapaian Tingkat Keberhasilan Siswa dalam Satu

Kelas

41,18% 79,41% 100%

Page 130: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Tabel 4.15 Peningkatan Kemampuan Menulis Eksposisi Siswa dari Pretes ke Siklus I

No. Aspek/Subaspek

Penilaian

Pretes

(%)

Postes

Siklus I

(%)

Peningkatan

(%)

1.

Perumusan judul 56,62 85,29 Naik 28,67

2.

Pemaparan Informasi 53,68 83,09 Naik 29,41

3.

Kesatupaduan 72,79 75,74 Naik 2,95

4.

Keterpautan 74,26 74,26 Tetap

5.

Ketegasan 66,18 80,15 Naik 13,97

6.

Ejaan dan tanda baca 80,15 74,26 Turun 5,89

Page 131: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

X 100%

96

Dari tabel 4.15 di atas dapat diketahui seberapa besar peningkatan untuk tiap aspek maupun

subaspek penilaian dari pretes ke postes siklus I. Untuk aspek perumusan judul, subaspek

pemaparan informasi, dan subaspek ketegasan mengalami peningkatan. Sedangkan untuk

subaspek keterpautan tetap, Kemudian untuk aspek ejaan dan tanda baca mengalami penurunan

sebesar 5,89%.

4.4.2. Peningkatan Tiap Aspek/Subaspek pada Siklus II

Peningkatan untuk setiap aspek maupun subaspek dari postes siklus I ke postes siklus II

dapat dilihat pada tabel 4.16 di bawah ini.

Tabel 4.16 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi Siswa pada Postes Siklus I ke

Postes Siklus II

No. Aspek/Subaspek

Penilaian

Postes

Siklus I

(%)

Postes

Siklus II

(%)

Peningkatan

(%)

1

.

Perumusan judul 85,29 86,76 Naik 1,47

2

.

Pemaparan Informasi 83,09 77,94 Turun 5,15

Page 132: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

3

.

Kesatupaduan 75,74 81,62 Naik 5,88

4

.

Keterpautan 74,26 83,09 Naik 8,83

5

.

Ketegasan 80,15 81,62 Naik 1,47

6

.

Ejaan dan tanda baca 74,26 83,82 Naik 9,56

Dari tabel 4.16 di atas dapat diketahui peningkatan untuk tiap aspek maupun subaspek

penilaian dari siklus I ke siklus II. Pada siklus II ini, hanya subaspek pemaparan informasi saja

yang mengalami penurunan sebesar 5,15, tetapi masih dengan kualifikasi B (baik).

Page 133: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

BAB V

PEMBAHASAN

Pada Bab V ini akan disajikan pembahasan hasil penelitian peningkatan kemampuan

siswa dalam menulis karangan eksposisi dengan penggunaan media teks berita. Hasil penelitian

yang disajikan berupa temuan hasil penelitian tentang hasil belajar siswa.

Dalam penelitian ini telah dilaksanakan proses menulis karangan eksposisi dari fase

pramenulis hingga fase pascamenulis. Pada fase pramenulis, siswa diarahkan untuk

mengungkapkan pengetahuan mereka mengenai karangan eksposisi. Selanjutnya, siswa

Page 134: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

ditugaskan untuk membaca teks berita. Hal ini bertujuan supaya siswa memperoleh informasi

tambahan yang nantinya dapat digunakan sebagai media untuk memperoleh ide. Hal ini sejalan

dengan pendapat Cleary dan Linn (dalam Rahaor, 2006:34) bahwa temuan yang paling

mengejutkan dari penelitian mutakhir tentang tulisan adalah adanya korelasi antara membaca

luas yang baik dengan menulis yang baik. Untuk itu, agar siswa mampu menulis karangan

eksposisi dengan baik maka siswa perlu membaca sebuah informasi. Salah satu sumber

informasi yaitu dari koran, bahkan dari internet.

Pelaksanaan penelitian dalam pembelajaran menulis karangan eksposisi ini berdasarkan

urutan yang telah direncanakan di awal pada setiap siklus. Pada masing-masing siklus, yaitu

siklus I dan siklus II terdapat beberapa tahapan, mulai dari perencanaan hingga refleksi. Hal ini

sesuai dengan pendapat.

Arikunto(2007:16) bahwa secara garis besar, PTK dibagi ke dalam empat tahap yang

meliputi tahap: (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi.

Kemampuan menulis karangan eksposisi pada fase penulisan merupakan kegiatan

lanjutan yang berkaitan erat dengan kegiatan prapenulisan. Pada fase menulis ini, siswa

mengembangkan kerangka karangan yang telah dibuat pada fase pramenulis. Kegiatan menulis

karangan eksposisi terdiri atas aspek pembuatan judul, pengembangan paragraf dan aspek tata

bahasa. Untuk aspek pengembangan paragraf ini, terdapat subaspek yang terdiri dari pemaparan

informasi, kesatupaduan, keterpautan, dan ketegasan (Gie, 2002:62-63).

Bahasan hasil temuan penelitian ini tentang (1) hasil belajar sebelum tindakan (pretes),

(2) hasil belajar tindakan siklus I, dan (3) hasil belajar tindakan siklus II. Kemampuan siswa

dalam menulis karangan eksposisi sebelum tindakan hasilnya dinilai rendah. Hal ini terbukti

dengan nilai rata-rata yang hanya 66,06% (kualifikasi C) yang terdiri dari 2 siswa memperoleh

Page 135: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

kualifikasi A, 12 siswa memperoleh kualifikasi B, 18 siswa memperoleh kualifikasi C, dan 2

siswa memperoleh kualifikasi D. Sedangkan pada siklus I, kemampuan kelas mengalami

peningkatan dalam menulis eksposisi. Hal ini terbukti dengan naiknya nilai rata-rata menjadi

78,56% yang terdiri dari 7 siswa memperoleh kualifikasi A, 20 siswa memperoleh kualifikasi B,

dan 7 siswa memperoleh kualifikasi C. Kemudian untuk siklus II, rata-rata menjadi 83,21% yang

terdiri dari 13 siswa memperoleh kualifikasi A dan 21 siswa memperoleh kualifikasi B. Dengan

demikian, pencapaian tingkat keberhasilan siswa dalam satu kelas yaitu 100% berhasil. Berikut

ini merupakan pembahasan mengenai peningkatan setiap aspek penilaian.

5.1 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Aspek Judul

Judul merupakan unsur yang penting dalam sebuah karangan. Tidak semua siswa mampu

merumuskan judul dengan tepat dan sesuai dengan isi. Pada pretes, hanya ada 8 siswa

memperoleh kualifikasi A, 8 siswa memperoleh kualifikasi B, 3 siswa memperoleh kualifikasi C,

dan 15 siswa memperoleh kualifikasi D. Setelah diberikan tindakan dengan penggunaan media

teks berita dalam menulis karangan eksposisi, maka pada siklus I terdapat peningkatan

kemampuan siswa dalam merumuskan judul. Hal ini terbukti dengan adanya 19 siswa yang

memperoleh kualifikasi A, 11 siswa yang memperoleh kualifikasi B, 3 siswa memperoleh

kualifikasi C, dan hanya ada 1 siswa yang memperoleh kualifikasi D. Jika dilihat dari jumlah

siswa yang berhasil dalam merumuskan judul (siswa yang mendapat kualifikasi A dan B), maka

ada peningkatan jumlah siswa yang mampu merumuskan judul pada karangan eksposisi. Jika

pada pretes hanya ada 16 siswa yang mampu merumuskan judul, maka pada siklus I jumlah

siswa yang mampu merumuskan judul ada 30 siswa.

Page 136: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Untuk aspek merumuskan judul pada siklus II yaitu ada 20 siswa yang memperoleh

kualifikasi A, 10 siswa memperoleh kualifikasi B, dan 4 siswa memperoleh kualifikasi C. Jika

dibandingkan dengan siklus I, jumlah siswa yang mampu merumuskan judul pada siklus II ini

tetap. Namun terdapat peningkatan jka dibandingkan siklus I. Jika pada siklus I masih ada siswa

yang memperoleh kualifikasi D, sedangkan pada siklus II sudah tidak ada siswa yang

memperoleh kualifikasi D.

Kemampuan siswa dalam merumuskan judul untuk satu kelas ketika pretes yaitu 56,62%

dengan kualifikasi C. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek perumusan judul pada

siklus I yaitu 85,29% dengan kualifikasi A. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek

perumusan judul pada siklus II yaitu 86,76% dengan kualifikasi A. Dengan demikian ada

peningkatan sebesar 28,67% pada siklus I untuk aspek perumusan judul dan peningkatan sebesar

1,47% pada siklus II untuk aspek perumusan judul.

5.2 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Aspek Pengembangan

Paragraf

Seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa untuk aspek pengembangan paragraf ini

terdapat empat subaspek yang dinilai. Keempat subaspek yang dinilai tersebut yaitu (1)

pemaparan, (2) kesatupaduan, (3) keterpautan, dan (4) ketegasan. Keempat hal tersebut sesuai

dengan pengertian dan teknik penulisan karangan paparan. Berikut penjelasan dari setiap

subaspek pengembangan paragraf.

(1) Subaspek Pemaparan Informasi

Maurice Garland Fulton (dalam Gie,2002:62) mengatakan bahwa tulisan paparan adalah

bentuk tulisan yang dengannya orang melakukan pembeberan yang jelas, memadai dan netral

Page 137: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

tentang suatu hal yang termasuk dalam bidang pengetahuan manusia. Hal ini menunjukkan

bahwa sebuah karangan eksposisi itu menjelaskan sesuatu berdasarkan fakta.

Ketika pretes, tidak semua siswa mampu memaparkan informasi atau paparan yang sesuai fakta

sehingga informasi yang ada tidak jelas, tidak memadai, dan tidak netral. Pada pretes, ada 15

siswa (44,12%) yang mampu memaparkan informasi sesuai dengan syarat dan teknik penulisan

pemaparan dan ada 19 siswa (55,88%) belum mampu memaparkan informasi sesuai dengan

syarat dan teknik penulisan pemaparan. Kemampuan siswa ketika memaparkan informasi dalam

satu kelas pada pretes yaitu 53,68% dengan kualifikasi C.

Untuk postes siklus I (setelah menggunakan media teks berita), tidak ada siswa yang

memperoleh kualifikasi D. Pada siklus I, ada 33 siswa (97,06%) yang mampu memaparkan

informasi sesuai dengan syarat dan teknik penulisan pemaparan dan ada 1 siswa (2,94%) belum

mampu memaparkan informasi sesuai dengan syarat dan teknik penulisan pemaparan.

Kemampuan siswa ketika memaparkan informasi dalam satu kelas pada pretes yaitu 83,09%

dengan kualifikasi B. Dengan demikian ada peningkatan sebesar 29,41% dari pretes untuk sub

aspek pemaparan informasi.

Selanjutnya, tingkat keberhasilan untuk subaspek pemaparan informasi pada siklus II ini

yaitu 30 siswa (88,24%) mampu memaparkan informasi sesuai dengan syarat dan teknik

penulisan pemaparan dan 4 siswa (11,76%) belum mampu memaparkan informasi sesuai dengan

syarat dan teknik penulisan pemaparan. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek

pemaparan informasi pada siklus II yaitu 77,94% dengan kualifikasi B. Dengan demikian ada

penurunan sebesar 5,15% dari siklus I. Namun demikian, untuk kualifikasi penilaian tidak ada

perubahan karena tetap pada kualifikasi B.

(2) Subaspek Kesatupaduan

Page 138: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Kesatupaduan pada karangan eksposisi menetapkan bahwa setiap karangan eksposisi harus

merupakan satu keseluruhan yang utuh dan bukannya suatu percampuran. Segenap unsur

karangan itu harus mempunyai pertalian dengan gagasan pokok atau tema utama karangan yang

bersangkutan. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (dalam Gie, 2002:62) mengatakan

bahwa kesatupaduan dapat dicapai melalui:

(a) menetapkan gagasan pokok sebagai topik utama karangan

(b) membedakan apa yang bertalian dengan topik utama itu dari apa yang tidak bertalian

(c) mengusahakan topik-topik bawahan tunduk pada topik utama dan tidak memaparkan secara

berlebihan.

Kemampuan siswa dalam subaspek kesatupaduan karangan pun pada pretes (sebelum

tindakan) juga dinilai masih kurang. Ada 5 siswa yang memperoleh kualifikasi A, 21 siswa

memperoleh kualifikasi B, dan 8 siswa memperoleh kualifikasi C. Sedangkan pada siklus I,

kemampuan siswa untuk subaspek kesatupaduan yaitu 10 siswa memperoleh kualifikasi A, 15

siswa memperoleh kualifikasi B, dan 9 siswa memperoleh kualifikasi C. Kemampuan siswa

dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan pada pretes yaitu 72,79% dengan kualifikasi B.

Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan pada siklus I yaitu 75,74%

dengan kualifikasi B. Dengan demikian ada peningkatan sebesar 2,95% untuk subaspek

kesatupaduan pada siklus I.

Tingkat keberhasilan untuk subaspek kesatupaduan pada siklus I yaitu 73,53%, sedangkan

tingkat keberhasilan untuk subaspek kesatupaduan pada siklus II yaitu 100% berhasil. Pada

siklus ini, ada 9 orang memperoleh kualifikasi A, dan 25 orang memperoleh kualifikasi B.

Dengan hasil yang demikian maka ada peningkatan hasil kemampuan untuk subaspek

kesatupaduan pada II. Peningkatan pada subaspek kesatupaduan pada siklus II juga bisa dilihat

Page 139: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

dari kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan. Jika pada siklus I

kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan sebesar 75,74%, maka

kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek kesatupaduan pada siklus II mengalami

peningkatan sebesar 5,88% menjadi 81,62%.

(3) Subaspek Keterpautan

Asas pertautan pada karangan eksposisi menetapkan bahwa unsur-unsur sebuah karangan

harus melekat satu sama lain dan tidak berdiri sendiri. Ide-ide yang serumpun harus mengalir

secara lancar dari satu alinea ke alinea lain, dari kalimat satu ke kalimat yang lain sehingga

merupakan suatu kesinambungan. Cara-cara untuk mencapai pertautan menurut Joseph D. Gallo

dan Henry W. Rink (dalam Gie, 2002:62) ialah dengan:

(a) kata dan frasa peralihan yang menunjukkan tambahan, contoh, perlawanan, atau kesimpulan.

(b) pengulangan kata

(c) pengubahan dengan menambahkan detail-detail dalam kalimat

(d) urutan logis yang dikaitkan pada suatu susunan tertentu seperti waktu, ruang, atau sebab-

akibat.

Tingkat keberhasilan siswa dalam menggunakan piranti kohesi pada pretes adalah

88,24%dengan 3 siswa memperoleh kualifikasi A dan 21 siswa memperoleh kualifikasi B. Pada

postes siklus I, tingkat keberhasilan siswa dalam menggunakan piranti kohesif adalah 85,28%

dengan 4 siswa memperoleh kualifikasi A, 25 siswa memperoleh kualifikasi B. Pada postes

siklus II, tingkat keberhasilan siswa dalam menggunakan piranti kohesif adalah 97,06% dengan

12 siswa memperoleh kualifikasi A dan 21 siswa memperoleh kualifikasi B.

Page 140: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek keterpautan pada pretes adalah

74,26% dengan kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek keterpautan

pada siklus I adalah 74,26% dengan kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk

subaspek keterpautan pada siklus II adalah 83,09%. Dengan demikian ada peningkatan untuk

subaspek keterpautan setelah tindakan pada siklus II sebesar 8,83%.

(4) Subaspek Ketegasan

Ketegasan dalam karangan eksposisi menetapkan bahwa masing-masing unsur suatu

tulisan eksposisi harus memperoleh penekanan yang sesuai dengan kedudukan atau pentingnya.

Jadi harus ada unsur yang ditonjolkan. Cleanth Brooks dan Robert Penn Warren (dalam Gie,

2002:63) mengatakan bahwa penegasan terhadap suatu unsur dapat dilakukan dengan cara:

(a) pernyataan tegas mengenai pentingnya hal yang bersangkutan

(b) penegasan dengan menepatkan pada letak awal atau letak akhir

(c) penegasan dengan memberikan pembahasan yang lebih mendalam atau lebih luas

dibandingkan dengan bagian-bagian selebihnya yang kurang penting

(d) penegasan dengan mengulang ide yang bersangkutan

(e) penyusunan sebuah alinea pendek diantara alinea-alinea yang jauh lebih panjang.

Kemampuan siswa untuk subaspek ketegasan pada pretes termasuk rendah. Hal ini

ditandai dengan hasil kemampuan siswa yang masih kurang. Pada pretes, tingkat keberhasilan

siswa untuk subaspek ketegasan adalah 55,88% dengan 4 siswa yang memperoleh kualifikasi A

dan 15 siswa memperoleh kualifikasi B. Tingkat keberhasilan siswa untuk subaspek ketegasan

pada postes siklus I adalah 100% dengan 7 siswa memperoleh kualifikasi A dan 27 siswa

memperoleh kualifikasi B. Tingkat keberhasilan siswa untuk sub aspek ketegasan pada postes

Page 141: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

siklus II adalah 100% dengan 9 siswa memperoleh kualifikasi A dan 25 siswa memperoleh

kualifikasi B.

Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek ketegasan pada pretes yaitu 66,18%

dengan kualifikasi C. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek ketegasan pada siklus

I adalah 80,15% dengan kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk subaspek

ketegasan pada siklus II adalah 81,62%. Dengan demikian ada peningkatan sebesar 13,97% pada

siklusI dan peningkatan sebesar 1,47% pada siklus II.

5.3 Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Eksposisi pada Aspek Penggunaan Ejaan

dan Tanda Baca

Bahasa tulis merupakan salah satu unsur mengarang yang merupakan kendaraan angkut

untuk menyampaikan gagasan seseorang kepada pembaca (Gie, 2002:5). Bahasa tulis mencakup

sejumlah unsur-unsur bahasa yaitu macam huruf (huruf kecil, huruf besar, sampai huruf miring

dalam cetakan), berbagai kata, dan aneka tanda baca (Gie, 2002:39). Segenap unsur bahasa

tersebut harus ditulis secara tepat menurut ketentuan-ketentuan yang berlaku agar gagasan yang

disampaikan dapat dimengerti secara jelas oleh pembaca. Kaidah penggunaan ejaan bahasa

Indonesia yang benar terdapat dalam buku Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD).

Page 142: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

BAB VI

PENUTUP

6.1 Simpulan

Berdasarkan paparan data dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran menulis

karangan eksposisi dengan menggunakan media teks berita dapat meningkatkan kemampuan

hasil belajar siswa. Hal ini dapat terlihat dari peningkatan yang signifikan pada hasil belajar

siswa dalam menulis karangan eksposisi. Peningkatan kemampuan menulis karangan eksposisi

dapat dilihat dari kemampuan rata-rata dan kemampuan tiap aspek. Kemampuan rata-rata siswa

dalam menulis karangan eksposisi meningkat dari 66,06% menjadi 78,56% pada siklus I dan

Page 143: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

meningkat sebesar 4,65% menjadi 83,21% pada siklus II. Pencapaian tingkat keberhasilan pun

mengalami peningkatan yang signifikan. Tingkat keberhasilan siswa dalam menulis karangan

eksposisi pada siklus I meningkat dari 41,18% menjadi 79,41% dan meningkat sebesar 20,59%

menjadi 100% pada siklus II. Di bawah ini merupakan peningkatan kemampuan menulis

karangan eksposisi pada setiap aspek penilaian.

(1) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan

menggunakan media teks berita pada aspek perumusan judul mengalami peningkatan yang

signifikan sebesar 1,47% dengan tingkat keberhasilan 88,34% pada postes siklus II.

(2) Peningkatan hasil belajar siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi

dengan menggunakan media teks berita pada aspek pengembangan paragraf yaitu sebagai

berikut.

107

(a) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada

subaspek pemaparan informasi menurun 5,15% tetapi dengan tingkat keberhasilan

88,24% pada postes siklus II.

(b) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada

subaspek kasatupaduan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 5,88% dengan

tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II.

(c) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada

subaspek keterpautan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 8,83% dengan

Page 144: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

tingkat keberhasilan 97,06% pada postes siklus II.

(d) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi pada

subaspek ketegasan mengalami peningkatan yang signifikan sebesar 1,47% dengan

tingkat keberhasilan 100% pada postes siklus II

(3) Kemampuan siswa kelas X.2 SMA TDZ dalam menulis karangan eksposisi dengan

menggunakan media teks berita pada aspek penulisan ejaan dan tanda baca mengalami

peningkatan yang signifikan sebesar 9,56% dengan tingkat keberhasilan 100% pada postes

siklus II

6.2 Saran

Adapun beberapa saran yang bisa peneliti sampaikan sehubungan dengan pembelajaran

menulis eksposisi dengan menggunakan media teks berita yang

109

dapat dijadikan bahan pertimbangan untuk perbaikan proses pembelajaran adalah sebagai

berikut.

(1) Hendaknya guru menggunakan media teks berita dengan topik yang sesuai dengan minat

siswa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, khususnya pembelajaran menulis karangan

eksposisi.

(2) Alokasi waktu untuk pembelajaran menulis perlu dipertimbangkan mengingat pembelajaran

menulis karangan eksposisi merupakan kompetensi dasar yang membutuhkan proses.

(3) Sebaiknya siswa juga diajak untuk melakukan penilaian terhadap tugas yang telah dikerjakan

sehingga siswa mengetahui dan lebih memperhatikan aspek-aspek yang perlu diperhatikan

Page 145: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

dalam menulis.

Tingkat keberhasilan siswa untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada pretes

adalah 97,06% dengan 8 siswa memperoleh kualifikasi A dan 25 siswa memperoleh kualifikasi

B. Tingkat keberhasilan siswa untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada postes siklus I

adalah 94,12% dengan 1 siswa yang memperoleh kualifikasi A dan 31 siswa memperoleh

kualifikasi B. Tingkat keberhasilan siswa untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada

postes siklus II adalah100% dengan 15 siswa memperoleh kualifikasi A dan 18 siswa

memperoleh kualifikasi B.

Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada

pretes adalah 80,15% dengan kualifikasi B. Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek

penggunaan ejaan dan tanda baca pada postes siklus I adalah 74,26 dengan kualifikasi B.

Kemampuan siswa dalam satu kelas untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca pada postes

siklus II adalah 83,82% dengan kualifikasi B. Dengan demikian ada peningkatan kemampuan

sebesar 9,56% untuk aspek penggunaan ejaan dan tanda baca

DAFTAR RUJUKAN

Ahmadi, dkk. 1981. Komposisi Bahasa Indonesia Buku I. Malang: Proyek P3T IKIP Malang.

Ahmadi, Mukhsin. 1998. Materi Dasar Pengajaran Komposisi Bahasa Indonesia. Jakarta:

Dirjen P2LPTK.

Arifin, Zaenal & Tasai, Amran. 2002. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta: Akademika

Pressindo.

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Arikunto, Suharsimi. Suhardjono & Supardi. 2007. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi

Aksara.

Page 146: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Arsyad, Azhar. 2002. Media Pengajaran. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

BSNP. 2006. Standar Isi: Keputusan Menteri No. 22, 23, 24 Tahun 2006.

Echols, John & Shadily. 1996. Kamus Inggris-Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Gie, The Liang. 2002. Terampil Mengarang. Yogyakarta: Andi.

Harsiati, Titik. 2001. Evaluasi Hasil Belajar Bahasa Indonesia Berdasarkan Pendekatan

Komunikatif. Malang: Sastra Indonesia-FS UM.

Ibrahim, R & Nana, S.S. 2003. Rencana Pengajaran. Jakarta: Rineka Cipta

Kurniawan, Kahaerudin. -----. Model Pengajaran Menulis Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing

Tingkat Lanjut. (Online), FBS Universitas Negeri Yogyakarta,

(http://www.ialf.edu/%20kipbipa/papers/KaherudinKurniawan.doc, diakses tanggal 27

Desember 2007)

Mariani, I.R & Kuncoro, J. 2001. Teknik Mencari dan Menulis Berita. Malang: Pusat Penerbitan

UT

Moleong. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

110

111

Nurchasanah & Widodo. 1993. Keterampilan Menulis dan Pengajarannya. Malang: FS UM.

Parera. 1993. Menulis Tertib dan Sistematik. Jakarta: Erlangga.

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta:

Balai Pustaka.

Page 147: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x

Rahor, Petrus P. 2006. Upaya Peningkatan Kemampuan Menulis Eksposisi melalu STAD dalam

Pembelajaran Bahasa Indonesia Siswa Kelas V SDN Sumbersari II Malang. Tesis tidak

diterbitkan. Malang: Program Pasca Sarjana Universitas Negeri Malang.

Restapaty, Ratna. 2007. Pemanfaatan Media Massa sebagai Media Pembelajaran Bahasa

Indonesia pada Siswa Kelas VII.8 di SMP Negeri 6 Malang Tahun Ajaran 2006/2007.

Skripsi tidak diterbitkan. Malang: Program S1 Universitas Negeri Malang.

Santoso, Anang. 2004. Teknik Analisis Data Penelitian Kualitatif. Makalah disajikan dalam

lokakarya Metodelogi Penelitian Kualitatif, Departemen Pendidikan Nasional Lembaga

Penelitian Universitas Negeri Malang, Malang, 27 – 29 September 2004.

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Sukristanto. 2002. Menulis sebagai Sarana Berpikir Kritis Para Siswa. Dalam Sujarwanto(Ed),

Bahasa dan Sastra Indonesia Menuju Peran Transformasi Sosial Budaya Abad XXI

(halaman 549-558). Yogyakarta: Gama Media.

Suyitno, Imam. 1997. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia untuk Penutur

Asing (BIPA). Sumber Belajar, 4(-): 23.

Winkel, W.S. 1996. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Grasindo.

Wordpress. 2008. Evaluasi Pembelajaran. Pembelajaran, (Online), Diterbitkan 17 Januari 2008,

(http//gurupkn.wordperss.com/2008/01/17/evaluasi pembelajaran, diakses 1 Maret 2008)

Page 148: Peningkatan Kemampuan Siswa Kelas x