PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL...

193

Transcript of PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL...

Page 1: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
Page 2: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

DISELENGGARAKAN OLEH:

AKADEMI KEBIDANAN DELIMA PERSADA GRESIKSEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN DELIMA PERSADA GRESIK

UNIVERSITAS ISLAM JAKARTA

DIDUKUNG OLEH:

Politeknik Kesehatan Majapahit MojokertoAkademi Kebidanan Hafshawaty Zainul Hasan Probolinggo

Akademi Kebidanan Mandiri GresikSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bhakti Kencana Bandung

Universitas Airlangga SurabayaSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit Mojokerto

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Delima Persada GresikAkademi Kebidanan Delima Persada Gresik

Universitas Islam Jakarta

PROSIDING SEMINAR NASIONALPENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

Page 3: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
Page 4: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

PROSIDING SEMINAR NASIONAL TEMA :

PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI

PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

INSTANSI PENYELENGGARA

Editor :

Dr. Dra. RR.Ully Tampubolon M.M

Eka Mishbahatul Mar‟ah Has, S.Kep.Ns., M.Kep

Siti Hamidah SST, M.Kes

Page 5: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

PEMBINA

Dra. Eka Srirahayu A., M.Pd dr. Abdur Rivai, M.Kes Sri Utami,S.ST.,M.Kes Suprapti,S.ST.,M.Kes

PANITIA PELAKSANA

Alinea Dwi Elisanti.,SKM.,M.Kes Pemta Tia Deka,M.Si

Nur Cahyadi, S.ST., MM Munisah, SST., MPH Dewi Fauziah, S.Pd

Diyana Faricha H, SST., MPH Noviatul Rohmah, S.Pd Zuhrotun Nasihah, S.ST

Luluk Yuliati, SST., MPH Dwi Faqihatus Syarifah, M.Epid

M. Lail Qudri S.Kom Kariyono, S.Pd

Aini Mas‟ula, S.Farm., Apt Mariyatul Qiftiyah, S.Tr.Keb

Iva Alivia, A.Md., Ak Herdianty Kusuma H, S.ST, Ft., M.Kes

Amalina Shabrina, S.Gz Heri Purnama Pribadi, S. Or., M.Kes

Anisa Lailatul Fitria, S.Gz Diah Ratnasari, S.Farm., Apt., MT

Dian Agnesia , S.Gz., MPH Andika Mahardika, ST

Heru Baskoro, S.Sos., MM

Page 6: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga Prosiding Perdana dalam Seminar Nasional yang dilaksanakan oleh Akademi Kebidanan Delima Persada Gresik bekerja sama dengan Stikes Delima Persada Gresik dan Universitas Islam Jakarta dengan tema “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Artikel Ilmiah” yang diselenggarakan tanggal 11 April 2017 dapat terselesaikan.

Seminar nasional ini bertujuan untuk mengeksplorasi pengembangan pengetahuan ilmiah di yang mengintegrasikan kebutuhan langsung dan jangka panjang, lokal dan global serta memperhatikan kebutuhan sosial, ekonomi dan lingkungan. Telah banyak karya ilmiah yang ditulis oleh akademisi, namun publikasi secara luas belum dilakukan secara optimal. Harapannya seminar nasional ini menjadi agenda rutin di kampus kami sebagai wadah bagi para dosen dan akademisi di Indonesia untuk mendiseminasikan hasil penelitian, saling bertukar informasi dan menunjang kegiatan Tridharma Perguruan Tinggi.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah membantu sampai prosiding ini bisa tersusun. Kami menyadari bahwa masih terdapat kekurangan dalam penyusunan prosiding ini, kami harapkan saran dan kritik yang membangun demi kesempurnaan penyusunan Prosiding di masa yang akan datang.

Gresik, Juni 2017Ketua Panitia

Alinea Dwi E, S.KM.,M.Kes

Page 7: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada
Page 8: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

PEMBICARA UTAMA

PROF. DR. MARHAMAH, M.PD1. DR. MULYADI AMIR, M.Pd., Ph.D2.

CURRICULUM VITAE PEMBICARA UTAMA

PEMBICARA UTAMA 11. Name : Prof. DR,Marhamah. MPdNIP : 19600817 198903 2 001Nationality : IndonesiaMarital Status : MarriedADDRESS : Kp. Kebantenan 001/07 Jati Asih Bekasi-West Java Indonesia Phone number : +628129058972Email : [email protected] Educational Sertification : 10115610014

EDUCATION

Teacher’s College Doctorate program for Educational Technology1. Jakarta State University 1993 – 1999 Graduate

Teacher’s College Master program for Educational Technology2. Malang State University 1986 – 1989 Graduate

Teacher’s College Bachelor program for Teaching English3. Padang State University 1979 – 1983 Graduate

TRAINING

Program Academic Recharging, University California of Los Angeles USA 4. (UCLA) Oktober 2009- March 2010In-Service Training For University Managers On University leadership. 5.

At The University of Strathclyde in Glasgow, U.K. November-December 2004International Teacher Training for prevocational language6.

Save The Children under UNHCR, 1985, Galang Riau Island.International Teacher Training for Teaching English as a Second Language, Save 7. The Children under UNHCR, 1984, Galang Riau Island.International Teacher Training for American Culture Orientation, Save The 8. Children under UNHCR, 1983, Galang Riau Island

WORK HISTORY

Vice Rector For Academic & Students Affairs Universitas Islam Jakarta (UID)

June,2002 – present

Head of Quality Assurance STKIP Purnama Jakarta October 2011 – Oct 2014Acting Dean, Faculty of Law Universitas Islam Jakarta March 2008 – March 2009 Head of Language Center Universitas Islam Jakarta1 October 2001 – presentLecturer at Post Graduate Program (S2) UID October 1999 – present

Page 9: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Head of English Department Universitas Islam Assyafi’iyah Jakarta (UIA)

June, 1994 – 2002

Lecturer at English Department UIA March 1989 – 2002Academic Coordinator in English Language Training International, Jakarta

March, 1990 – 1993

English Language Instructor with ELTI, Jakarta March 1989 – 1990Teacher, Intensive English as Second Language/Cultural Orientation and Work Orientation Program, GalangRefugee Processing Center, Riau – Indonesia.

October 1983 – 1986

RESEARCH AND PAPER PRESENTER IN INTERNATIONAL CONFERENCES

As a Paper and Keynote Speaker “Cognitive Style as One of Students Characteristic has the important Role in Choosing the Language teaching learning Strategy” in International Seminar And Workshop On English Language Teaching “Departing From Tradition: Innovation In English Language Teaching And Learning” Colloboration United State-IndonesiaTeacher Education Consortium (USINTEC) and English Education Study Program Faculty Of Teaching And Educational Sciences Universitas Islam As-Syafi’iyah, August 15th,2015. Jakarta Indonesia.

As a paper presenter” The Relation of Cognitive Style Towards Prospective Teachers’Acadedmic Outcomes” The Fifth Asian Conference on the Social Sciences. June 12- June 15, 2014. Organized by the International Academic Form (IAFOR) in affiliation with with conference partners Waseda University (Japan), Birkbeck, University of London (UK), University of Lincoln (UK), Virginia Tech (USA), The National Institute of Education (Singapore), Tainan University (Taiwan), and The Hong Kong Institute of Education (HKSAR). Held at The Rihga Royal Hotel & The Osaka International Conference Center.Japan

As a paper presenter” Jigsaw Cooperative Learning: A Viable Teaching-Learning Strategy? 3 International Conference on Human and Social Sciences. (ICHSS) September 20-22, 2013., at Sapienza University of Rome, Faculty of Human Sciences, Piazzale Aldo Moro, 5, 000183. Rome Italy

As a paper presenter “Anti-Corruption Through Education in an Indonesian University” in the 5th Asia-Pacific Conference on Educational Integrity (5APCEI): Culture and Values. The University of Western Australia 26 – 28 September 2011. Perth Western -Australia

As a presenter for PAR in Seminar Nasional Pemaparan Hasil Program for Academic Recharging Tahun 2009. Direktorat Ketenagaan, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan Nasional. 05 October 2010 in Jakarta

As a research poster presenter “Problem-Based Learning Method to Enhance the Students’ Accomplishedment in Teaching Learning Strategies Subject” TARC International Conference in Enhanching Learning and Teaching in Higher Education, 4-5 August 2008. , Putrajaya-Malaysia

As a paper presenter “Providing Vietnamese Refugee’s Women to be Successful in the Third Countries“ International Conference “Women in Public Sector”. Centre

Page 10: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

of Women Studies, Gajah Mada University-Yogyakarta, Indonesia, July 16-17,2008

As a paper presenter “How To Teach Intensive English As a Second Language for Indochinese Refugee In Galang Island, Riau, Indonesia“ in the 12th Annual International Conference on Changing Contours of Education. May 21-24, 2007. Brunei Darussalam

INVITED PRESENTATION

Syarif Marhamah (2009, March) Indonesian Government Abolishes Women Trafficking in Indonesia. Banjarmasin South Kalimantan, the audience NGOS, Lecturers, Official Government and Graduate Students.

SEMINAR ATTENDED

International Seminar And Workshop On English Language Teaching “Departing From Tradition: Innovation In English Language Teaching And Learning” Colloboration United State-Indonesia Teacher Education Consortium (USINTEC) and English Education Study Program Faculty Of Teaching And Educational Sciences Universitas Islam As-Syafi’iyah, August 15th, 2015. Jakarta Indonesia.

The Fifth Asian Conference on the Social Sciences. June 12- June 15, 2014. Organized by the International Academic Form (IAFOR) in affiliation with with conference partners Waseda University (Japan), Birkbeck, University of London (UK), University of Lincoln (UK), Virginia Tech (USA), The National Institute of Education (Singapore), Tainan University (Taiwan), and The Hong Kong Institute of Education (HKSAR). Held at The Rihga Royal Hotel & The Osaka International Conference Center. Japan

3 rd International Conference on Human and Social Sciences. (ICHSS) September 20-22, 2013. at Sapienza University of Rome, Faculty of Human Sciences, Piazzale Aldo Moro, 5, 000183. Rome Italy

5th Asia-Pacific Conference on Educational Integrity (5APCEI): Culture and Values. The University of Western Australia 26 – 28 September 2011. Perth Western -Australia

Tengku Abdurrahman College (TARC) International Conference in Enhanching Learning and Teaching in Higher Education, 4-5 August 2008 Putrajaya-Malaysia

Mind Mapping as the Quantum Learning Strategies for Education, Business and Government 16 August, 2008 Mercu Buana Training and Consulting Jakarta

The 12th Annual International Conference on Changing Contours of Education. May 21-24, 2007. Brunei Darussalam

E-Learning Systems Design: technological, pedagogical, management and other issues: by Alexander Romiszowski, PhD. 19 November 2007 in Indonesia University

The 2005 Indonesia-U.S.A. Bilateral Forum International Partnerships on Higher Education: Future Directions, 2005.

Symposium on Internationalization of Higher Education, 2005Sarasehan Nasional Membangun Indonesia Kini dan Mendatang “QuoVadis Orientasi

Pendidikan Nasional Indonesia”, 2005

Page 11: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

RESEARCH PUBLICATION:

The Relation of Cognitive Style Towards Prospective Teachers’Academic Outcomes1. . Asian Academic Research Journal of Social Sciences and Humanities. Volume I Issue 28. October 2014. ISSN 2278-859 XJigsaw Cooperative Learning: A Viable Teaching-Learning Strategy? Journal 2. of Educational & Social Research Volume 3. No. 7. October 2013 MCSER Publishing, Rome Italy. ISSN 2239-978X (print) ISSN 2240-0524 (online)Providing Vietnamese Refugee’s Women to be Sucsessful in Public Sector in Third 3. Countries : Mimbar Ilmiah Universitas Islam Jakarta ISSN : 0852-9523. ST : 1863/SK/DITJEN PPG/STT/1993. Tahun 20 No. 1. Juni 2010Problem Based Learning Method To Enhance The Students’ Accomplishment in 4. Teaching Learning Strategies Subject.: Mimbar Ilmiah Universitas Islam Jakarta ISSN : 0852-9523. ST : 1863/SK/DITJEN PPG/STT/1993. Tahun 18 No. 2. Desember 2008Hubungan antara Pemahaman Bacaan dengan Keterampilan Menulis Bahasa 5. Inggris, di Publikasikan pada Jurnal Pendidikan Islam dan telah Terakreditasi ISSN : 0852-9523. No. 2 tahun 2006Pemanfaatan Collaborative Learning dalam Meningkatkan Hasil belajar Mahasiswa, 6. di Publikasikan pada Jurnal Pendidikan Islam dan telah Terakreditasi ISSN : 0852-9523. No. 1 tahun 2006Metode PQRST untuk Meningkatkan Pemahaman Bacaan Bahasa Inggris, di 7. Publikasikan pada Jurnal Pendidikan Islam dan telah Terakreditasi ISSN : 0852-9523. No. 2 tahun 2005Hubungan antara Minat Mahasiswa pada Mata kuliah Bahasa Inggris dengan 8. Hasil Belajar di Fakultas Ilmu Komunikasi Jayabaya, di Publikasikan pada Jurnal Pendidikan Islam dan telah Terakreditasi ISSN : 0852-9523. No. 1 tahun 2005Kemampuan Melengkapi Conversation untuk Meningkatkan Hasil Belajar 9. Vocabulary Bahasa Inggris, di Publikasikan pada Jurnal Pendidikan Islam dan telah Terakreditasi ISSN : 0852-9523. No. 2 tahun 2004Teknik Reading Faster dalam Memahami Teks Berbahasa Inggris ( suatu Eksperimen 10. untuk Melihat Pengaruh Teknik Reading Faster Terhadap Pemahaman Bacaan Bahasa Inggris Mahasiswa Jurusan Bahsa Inggris FKIP-UIA), di Publikasikan pada Jurnal Pendidikan Islam dan telah Terakreditasi ISSN : 0852-9523. No. 1 tahun 2004Apa dan Bagaimana Classroom Action Reasearch?, Mimbar Ilmiah Universitas 11. Islam Jakarta ISSN : 0852-9523. ST : 1863/SK/DITJEN PPG/STT/1993 Tahun 15 No. 2. 2005Collaborative Learning: Mimbar Ilmiah Universitas Islam Jakarta ISSN : 0852-12. 9523. ST : 1863/SK/DITJEN PPG/STT/1993 Tahun 16 No. 1. 2006 “Pemanfaatan Strategi Mnemonic Dalam Peningkatan Perolehan Hasil Belajar 13. Vocabulary” di Publikasikan pada Jurnal Pendidikan Islam dan telah Terakreditasi ISSN : 0852-9523 Vol. V No. 1 Januari-Juni 2002 1-97 hal 18-28“Pemahaman Bacaan Bahasa Inggris Siswa SLTP Se-Kodya Bekasi (Studi Korelasi 14. antara Gaya Kognitif, Motivasi Intrinsik Akademik, dan Status Sosial Ekonomi dengan Pemahaman Bacaan Bahasa inggris Siswa SLTP Se –Kodya Bekasi)” di Publikasikan pada Jurnal Pendidikan Islam dan telah Terakreditasi ISSN : 0852-9523 Vol. V No. 1 Januari-Juni 2002 1-97 hal 56-70

Page 12: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Kurikulum Berbasis Kompetensi (Suatu Analisis Konseptual) di Publikasikan pada 15. Jurnal Pendidikan Islam dan Terakreditasi ISSN : 0852-9523 Vo. VI No. 2 Juli – Desember 2003 73-143

Gave Workshop English Teaching Techniques for Elementary English Teachers in East Jakarta. July 10, 2008

Gave Workshop in Creation Strategies for Social and Religious Services in Orientation for Instructors of Social and Religious Services The first Batch by Kanwil Departemen Agama Provinsi DKI Jakarta 2007 1-3 Agustus 2007

Gave workshop To Increase The Capability In Research Analysis For Lecturers and College Students. Jakarta November 2006

Gave workshop about empowering Human Resources, Administration, and Curriculum and Institution Development for the managers in Sekolah Tinggi Agama Islam, Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi, and Sekolah Tinggi Teknik Yayasan Ibnu Sina Batam June 2005

Gave training about Empowering The Islamic Teachers’Potencies In Province of Jakarta, Jakarta Juni, 2004

Gave training about Teaching Srategies for Lecturers Sekolah Tinggi Akuntansi Negara Jakarta November 2003

Gave training about Instructional Design for Elementary and Yunior High School Teachers of Assyofa Boarding School, Pekanbaru Riau. February 2000

Gave training about Instructional Design for Teachers of Sumatera Thawalib Boarding School, Bukittinggi West Sumatera. July 2000

Gave training about English Language for Teachers of Sumatera Thawalib Boarding School, Bukittinggi West Sumatera. November 2000

Gave training about Instructional Design for lecturers Universitas Islam Jakarta December 2000

Gave training about “Team Work” for Vice Head Master and Teachers of Junior and Senior High School in Bekasi. West Java, June 1995

Gave training about Teaching English Techniques for all English Junior High School teachers in Bekasi. West Java, September 1994

PEMBICARA UTAMA 22.

NAME : Dr. MULYADI.M. Pd. Ph.DNATIONALITY : INDONESIANADDRESS : KEBANTENAN, Rt 01/07 N0. 22 JATI ASIH, BEKASI PHONE 021 8228858, 181386502282EDUCATION : - Ph.D Program (2006 – 2010) Graduate

- Master Program (1986 – 1989) Graduate - Teacher’s College (1979 – 1983) Graduate

WORK HISTORY:Vice Rector 1 Jayabaya University Sept. 2007 – October 20091. Dean of Faculty of Communication Jayabaya University March 2006 – 2. Sept.2007

Page 13: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Vice dean Faculty of Communication Jayabaya University March 2003 – Sept.20053. Instructor of Language Center Jakarta Islamic University October , 2001 – 4. presentLecturer at English Department of STKIP Kusuma Negara Oct. 1994 – June,19995. Lecturer at English Department of As-Syafi’iyah Islamic University April 1989 – 6. October,1999Language Consultant, Asean Development Bank Indonesia, University Project 7. (January 1993 – October 1993).Instructor, English Language Training International (ELTI), November 1989 – 8. December 1992.Instructor, TOEFL Course, Intensive General English, Conversation class, English 9. for Secretaries, English for Children, Business English and Teaching Bahasa Indonesia to expatriates.Instructor, Holland America Line, May – August 199010. Instructor, Intensive General English and English For Restaurants.11. Instructor, PT. Arun, Aceh, April – October 198912. Intensive General English and Secretarial English.13. Teacher, November 1983 – July 1986.14. Intensive English as Second Language/Cultural Orientation (ESL/CO) and Learning 15. Center Programs. Galang Refugee Processing Center, Riau – Indonesia.

RESPONSIBILITY:

Worked on a team of Language Consultant, For improving English skills of 1. university Lecturers preparing to live and study a broad.Taught TOEFL to employees of PT. Indocement and Ministry of Trade.2. Taught Intensive General English and Conversation classes to employee of PT. 3. Lasmo Oil (Hadbay Oil).Taught Intensive General English classes and English for Restaurant to the stewards 4. of Holland America Line.Taught Intensive General English classes and Secretarial English to employees of 5. PT. Arun for work related and social communication.Taught Bahasa Indonesia to expatriates.6. Created and Developed materials (tape series, handout) appropriate to students 7. needs.Worked on a team of 3 teachers, one supervisor and two instructional aids to 8. design, implement develop a program for special need students. (The students were indochinese).Taught ELS/CO to students of various backgrounds and ages.9. Documented students progress as a means of on going evaluation.10. Conducted public awareness training to introduce functions of the learning center.11. Proposed, directed and supervised and out-reach program for elderly learners.12. Planned and organized teacher training for ESL and CO component.13. Trained translators and aids in appropriate methods and techniques of teaching and 14. classroom management.Demonstrated new techniques for ESL and CO teachers and their use in the 15. classroom.

Page 14: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

LANGUAGE

- Minangkabau Mother tongue- Indonesian Fluent- English Fluent

Research and Paper

Menulis di Jurnal Teknologi Pendidikan ISSN 2089 – 4341 Universitas Islam As-Syaf’iyah Jakarta Vol. 05 No. 01, Januari - Juni 2016 tentang “Pengaruh Model Pembelajaran Jig Saw dan Disiplin Belajar siswa Terhadap Hasil Belajar IPS” halaman 59 s/d 76.

Menulis di Jurnal Teknologi Pendidikan ISSN 2089 – 4341 Universitas Islam As-Syaf’iyah Jakarta Vol. 05 No. 02, Juli- Desember 2016 tentang “The Effect of Instructional Design of English Subject Based on Component Display Theory on Students’ Achievement” halaman 21s/d 42

As a research presenter “ The relation of Cognitive Style Toward Prospective Teachers’ Academic Outcome” in The Fifth Asian Conference on the Social Sciences, ACSS at Rihga Royal Hotel, Osaka, Japan, 12 -16 June2014

As a research presenter “Jigsaw Cooperative Learning: A viable Teaching Learning Strategy?” in the 3° International Conference on Human and S o c i a l Sciences, ICHSS Rome-Italy 20-22 September 2013

Menulis di Jurnal Pendidikan Islam ISSN 1693- 9328 Mimbar Ilmiah Pendidikan Universitas Islam Jakarta Vol. VIII No. 1, Januari - Juni 2005 tentang “ Hubungan Minat Mahasiswa Pada Mata Kuliah Bahasa Inggris Dengan Hasil Belajar di Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Jayabaya pada halaman 13 s/d 21.

Menulis tentang “Metode Penelitian” yang disampaikan pada acara diskusi bulanan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Jayabaya, Jakarta 7 Juli 2004.

Menulis tentang “Kontrak Perkuliahan ” yang disampaikan pada acara diskusi bulanan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Jayabaya, Jakarta 6 Oktober-7 Juli 2004.

Menulis tentang “Multiple Intelegency” yang disampaikan pada acara diskusi bulanan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Jayabaya, Jakarta 25 February 2005.

Meneliti tentang “Hubungan Anatara Minat Mahasiswa Pada Mata Kuliah Bahasa Inggris Dengan Hasil Belajar Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Jayabaya, Jakarta 24 Oktober 2004.

Meneliti tentang : Efektivitas Metode Membaca PQRST (Preview, Question, Read, State dan Test) Dalam Meningkatkan Pemahaman Bacaan Bahasa Inggris Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Jayabaya, Jakarta 6 Desember 2005.

Page 15: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

DAFTAR ARTIKEL

KebidananHUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL TERHADAP KEJADIAN KANKER 1. SERVIKS (STUDI PADA PASIEN PAPSMEAR DI PUSKESMAS KAB GRESIK) – Dwi Faqihatus Syarifah HasHUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE, LAMA MENSTRUASI, POLA 2. MAKAN, DAN POLA OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN DISMENORE (PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN)- Umi Narsih, Homsiatur Rohmatin, Agustina WidayatiHUBUNGAN PIJAT PADA BATITA DENGAN KUANTITAS TIDUR DI DESA 3. KEDUNG SEKAR BENJENG KABUPATEN GRESIK – Nanik Nuraini, Wiwik DianaPENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP TINGKAT NYERI 4. PERSALINAN DI PONED PUSKESMAS BANJARAN KABUPATEN BANDUNG 2016 – Rika Nurhasanah, Lutfi Ikbal NugrahaPERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERJALAN ANAK USIA 9-15 BULAN 5. YANG MENGGUNAKAN ALAT BANTU BERJALAN (BABY WALKER) DI PUSKESMAS BUNGAH GRESIK – Alinea Dwi ElisantiPENERAPAN HYPNOBIRTHING PADA IBU BERSALIN DI BPM SUPRAPTI 6. NDOMAS MENGANTI GRESIK – SupraptiPENGARUH PERAN KADER TERHADAP PERILAKU IBU HAMIL 7. MENDETEKSI RISIKO TINGGI KEHAMILAN DALAM DESA SIAGA DI DESA SEKAPUK – Sri Rulihari

GiziEVALUASI PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P) 1. UNTUK MENANGGULANGI GIZI BURUK DI BERBAGAI DAERAH DI INDONESIA – Amalina ShabrinaKECEMASAN DAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI 2. SMK KARTINI JEMBER - Asih Media Yuniarti, Yutika Dian TriayuniFAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MASYARAKAT 3. TERHADAP DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK DI KABUPATEN GRESIK – Anisa Lailatul FitriaANALISIS SITUASI PEMANFAATAN BAHAN PANGAN LOKAL DI DESA 4. PASI KECAMATAN GLAGAH, LAMONGAN – Dian Agnesia, Pemta Tia DekaHUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN STATUS GIZI LANSIA DI 5. DESA SUMBER TEBU KECAMATAN BANGSAL MOJOKERTO – Eka Diah KartiningrumEFEKTIVITAS MANAJEMEN STRES TERHADAP PENURUNAN 6. KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABATES MELLITUS – Dwiharini PuspitaningsihHUBUNGAN GAMBARAN DIRI (7. BODY IMAGE) DENGAN HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) PADA REMAJA PUTRI – Hartin Suidah, Yufi Aris Lestari

Page 16: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

FarmasiANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS MESIN 1. PENGEMASAN TABLET – Diah RatnasariREVIEW ARTIKEL : KOMBINASI MATRIKS POLIMER DALAM FORMULASI 2. FLOATING DRUG DELIVERY SYSTEM – Aini MasulaSTUDI KASUS: BIOFILM PADA LUKA KRONIS – Vonny Nurmalya 3. Megawati

FisioterapiSISTEM ENERGI PADA OLAHRAGA RENANG 100 METER GAYA BEBAS 1. – Herdianty Kusuma H

Sistem Informasi dan Pendidikan KesehatanPENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI FAKTOR RISIKO KECELAKAAN 1. LALU LINTAS DI DINAS KESEHATAN KOTA MOJOKERTO – Mukhammad H. Saputra, Hari Basuki N., Chatarina U. W.MENGINTEGRASIKAN MENTAL ANTI KORUPSI KE DALAM 2. PERKULIAHAN PADA PROGRAM STUDI MANAGEMEN PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA (S2) UNIVERSITAS GRESIK – Prof. Dr. Marhamah,M.Pd.PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA 3. KARYAWAN PT. PUTRASEAN RUBBER INDUSTRI SURABAYA- Nur Cahyadi

Page 17: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

DAFTAR ISI

Hal. 1. Hubungan Perilaku Seksual Terhadap Kejadian Kanker Serviks

Dwi Faqihatus Syarifah Has................................................................... 12. Hubungan Antara Usia Menarche, Lama Menstruasi, Pola Makan, dan

Pola Olahraga Terhadap Kejadian Dismenore Umi Narsih, Homsiatur Rohmatin, Agustina Widayati.......................... 8

3. Hubungan Pijat Pada Batita Dengan Kuantitas Tidur di Desa Kedung Sekar Benjeng Kabupaten GresikNanik Nuraini, Wiwik Diana.................................................................. 16

4. Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan di Poned Puskesmas Banjaran Kabupaten BandungRika Nurhasanah, Lutfi Ikbal Nugraha................................................... 22

5. Perkembangan Kemampuan Berjalan Anak Usia 9-15 Bulan Yang Menggunakan Alat Bantu Berjalan (Baby Walker) di Puskesmas Bungah Gresik Alinea Dwi Elisanti................................................................................ 30

6. Penerapan Hypnobirthing Pada Ibu Bersalin di BPM Suprapti Ndomas Menganti Gresik Suprapti.................................................................................................. 35

7. Pengaruh Peran Kader Terhadap Perilaku Ibu Hamil Mendeteksi Risiko Tinggi Kehamilan Dalam Desa Siaga di Desa Sekapuk Sri Rulihari.............................................................................................. 41

8. Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) Untuk Menanggulangi Gizi Buruk di Berbagai Daerah di IndonesiaAmalina Shabrina................................................................................... 45

9. Kecemasan san Pola Makan Dengan Status Gizi Remaja di SMK Kartini JemberAsih Media Yuniarti, Yutika Dian Triayuni............................................ 51

PROSIDING SEMINAR NASIONALPENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL ILMIAH

Page 18: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

10. Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Terhadap Diversifikasi Pangan Pokok di Kabupaten Gresik Anisa Lailatul Fitria............................................................................... 59

11. Analisis Situasi Pemanfaatan Bahan Pangan Lokal di Desa Pasi Kecamatan Glagah, Lamongan Dian Agnesia, Pemta Tia Deka............................................................... 65

12. Hubungan Tingkat Depresi Dengan Status Gizi Lansia di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal MojokertoEka Diah Kartiningrum.......................................................................... 71

13. Efektivitas Manajemen Stres Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Penderita Diabates MellitusDwiharini Puspitaningsih....................................................................... 79

14. Hubungan Gambaran Diri (Body Image) Dengan Harga Diri (Self-Esteem) Pada Remaja Putri Hartin Suidah, Yufi Aris Lestari.............................................................. 84

15. Analisis Nilai Overall Equipment Effectiveness Mesin Pengemasan Tablet Diah Ratnasari........................................................................................ 96

16. Review Artikel : Kombinasi Matriks Polimer Dalam Formulasi Floating Drug Delivery System Aini Mas’ula........................................................................................... 101

17. Studi Kasus: Biofilm Pada Luka KronisVonny Nurmalya Megawati.................................................................... 109

18. Sistem Energi Pada Olahraga Renang 100 Meter Gaya BebasHerdianty Kusuma H.............................................................................. 114

19. Pengembangan Sistem Informasi Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas di Dinas Kesehatan Kota MojokertoMukhammad H. Saputra, Hari Basuki N., Chatarina U. W.................... 119

20. Mengintegrasikan Mental Anti Korupsi ke Dalam Perkuliahan Pada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana (S2) Universitas Gresik Marhamah.............................................................................................. 126

21. Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Putrasean Rubber Industri SurabayaNur Cahyadi............................................................................................ 133

Page 19: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

22. Penerapan Metode Tanya Jawab Pendekatan Individu Untuk Mengatasi Kesulitan Mahasiswa S1 Gizi Dalam Materi Tata Nama SenyawaNorainny Yunitasari................................................................................ 145

23. Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Kusta di Kabupaten SampangAbdur Rivai............................................................................................ 150

24. BIODATA KONTRIBUTOR.................................................................. 155

Page 20: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

1

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

HUBUNGAN PERILAKU SEKSUAL TERHADAP KEJADIAN KANKER SERVIKS

(STUDI PADA PASIEN PAPSMEAR DI PUSKESMAS KAB GRESIK)

Dwi Faqihatus Syarifah HasSTIKes Delima Persada Gresik, [email protected]

ABSTRAK

Kanker serviks merupakan kanker nomor satu yang umumnya diderita oleh wanita di Indonesia, dan diperkirakan pada tahun 2017 jumlahnya terus meningkat. Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis hubungan dan faktor risiko antara perilaku seksual dengan kejadian kanker serviks. Rancangan penelitian ini menggunakan case control. Jumlah kasus sebanyak 29 orang (pasien pap smear yang positif kanker serviks) dan kontrol 33 orang (pasien pap smear yang negatif kanker serviks). Subjek penelitian diambil dengan cara total populasi, yakni semua pasien pap smear pada bulan April 2017 di 2 puskesmas di Kabupaten Gresik. Data diambil dengan wawancara menggunakan kuesioner.

Hasil penelitian dengan menggunakan koefisien kontingensi/phi cramers yang menunjukan bahwa pada variabel hubungan seksual usia dini Φ 0,183 (OR 0,592), jumlah partus Φ 0,331 (OR13,647), berganti pasangan seksual Φ 0,195 (OR 4403832,3), frekuensi hubungan seksual Φ 0,563,(OR 85,969), kebersihan genital Φ 0,499, (OR 38,965), sirkumsisi pasangan Φ 0,137 (OR 0,000), jenis dan lama pemakaian alat kontrasepsi Φ 0,196 (OR 5,445). Pada analisa multivariat, variabel frekuensi hubungan seksual ≥ 3-4/ minggu dan kebersihan genital yang rendah memiliki probabalitas terjadinya kanker serviks adalah sebesar 99,9%.

Kesimpulan yang dapat ditarik adalah berganti-ganti pasangan seksual, frekuensi hubungan seksual ≥ 3-4/minggu dan kebersihan genital yang rendah merupakan variabel yang paling kuat hubungannya dengan kejadian kanker serviks. Penyuluhan kepada individu agar menjaga kebersihan alat genital, dan melakukan hubungan seksual yang sehat dengan memperhatikan kebersihan alat genital merupakan cara untuk mencegah terjadinya kanker serviks.

Keywords : perilaku seksual, kanker serviks, faktor risiko.

Page 21: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Perilaku Seksual Terhadap Kejadian Kanker Serviks

2 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

PENDAHULUAN

Kanker serviks dimulai dengan adanya suatu perubahan dari sel serviks normal menjadi sel abnormal yang kemudian membelah diri tanpa terkendali. Sampai saat ini kanker serviks merupakan masalah kesehatan wanita di Indonesia sehubungan dengan angka kejadian dan kematiannya yang tinggi. Setiap daerah di Indonesia mempunyai faktor risiko pencetus kanker serviks yang berbeda. Terutama perilaku seksual yang berhubungan dengan peningkatan prevalensi kanker serviks pada setiap daerah di Indonesia.

Sebagai salah satu kota berkembang di Indonesia, prevalensi kasus kanker serviks di kota Gresik diperkirakan terus meningkat. Data terakhir menunjukan bahwa dari 2885 wanita yang melakukan pap smear di Kabupaten Gresik (Berdasarkan Kategori Kelas: Kelas I: 1425, II: 1448, III: 10, IV: 1 dan V: 1). Selain itu data juga menunjukan bahwa sekitar 25-50 orang tiap bulannya terkena kasus pra kanker hingga stadium lanjut kanker serviks. Untuk itu maka peneliti ingin mengetahui hubungan dan perilaku seksual terhadap kejadian kanker serviks di kabupaten Gresik (Dinkes, 2016).

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan perilaku seksual terhadap kejadian kanker serviks.

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan perilaku seksual (melakukan hubungan seksual pertama kali, jumlah paritas, berganti-ganti pasangan seksual, frekuensi hubungan seksual, pemakaian dan lamanya pemakaian alat kontrasepsi, sirkumsisi pasangan dan kebersihan alat genital) terhadap kejadian kanker serviks.

Metode

Desain yang dalam penelitian ini adalah Kasus Kontrol (Case Control) yaitu mengidentifikasi kelompok dengan penyakit

Populasi penelitian dibagi menjadi 2, yakni polulasi kasus dan polulasi kontrol. Populasi kasus adalah semua pasien wanita yang melakukan pap smear dan didiagnosa menderita kanker serviks di 2 puskemas di kab Gresik (alon alon dan sukomulyo) yang melakukan pap smear pada bulan maret-april 2017 . Dimana semua pasien yang didiagnosa menderita kanker serviks di pada saat tersebut akan menjadi populasi penelitian. Sedangkan populasi kontrol adalah semua pasien wanita yang melakukan pap smear dan didiagnosa tidak menderita kanker serviks pada saat tersebut.

Sampel penelitian dibagi menjadi 2, yakni sampel kasus dan sampel kontrol yakni pasien pada 2 puskemas di kab Gresik (alon alon dan sukomulyo) yang melakukan pap smear pada bulan maret-april 2017. Sampel kasus adalah semua pasien wanita yang melakukan pap smear dan didiagnosa menderita kanker serviks di sedangkan sampel kontrol adalah semua pasien wanita yang melakukan pap smear dan didiagnosa tidak menderita kanker

Sampel yang digunakan dalam penelitian adalah ”Total Populasi” yakni Keseluruhan pasien yang didiagnosa menderita kanker serviks dan yang tidak menderita kanker serviks

Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel yan digunakan adalah ”Total Populasi”. Dimana seluruh sampel dalam populasi akan dikenai penelitian.

Karena jumlah kasus kanker serviks yang terbatas, maka seluruh populasi semua pasien wanita yang melakukan pap smear dan didiagnosa menderita kanker

Page 22: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Perilaku Seksual Terhadap Kejadian Kanker Serviks

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 3

serviks di 2 puskemas di kab Gresik (alon alon dan sukomulyo) yang melakukan pap smear pada bulan maret-april 2017 akan diambil sebagai sampel penelitian.

Lokasi penelitian semua pasien wanita yang melakukan pap smear dan didiagnosa menderita kanker serviks di 2 puskemas di kab Gresik (alon alon dan sukomulyo) yang melakukan pap smear pada bulan maret-april 2017 akan diambil sebagai sampel penelitian.

Variabel bebas (Independent Variable) dalam penelitian ini adalah perilaku seksual. Karakteristik responden adalah perilaku seksual responden diantaranya adalah hubungan seks pada usia dini, jumlah paritas, berganti-ganti pasangan seksual, frekuensi hubungan seksual, kebersihan alat genital, sirkumsisi pasangan dan pemakain alat kontrasepsi (jenis dan lamanya pemakaian). Variabel Terikat (Dependent variable) adalah kanker serviks.

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah: data primer yakni wawancara dengan menggunakan kuesioner untuk memperoleh data mengenai variabel yang diteliti dan data sekunder yakni rekam medik pasien untuk mengetahui kanker serviks positif atau negatif. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, wawancara, dan Closed Ended (bentuk pertanyaan tertutup). Data yang telah dikumpulkan melalui pengumpulan data diolah dengan komputer lalu dinalisis secara deskriptif dan analitik. Secara deskriptif dengan menggunakan tabel atau diagram distribusi silang, kemudian untuk mengetahui kuatnya hubungan menggunakan koefisien kontingensi atau phi cramers dan untuk mengetahui besarnya faktor risiko atau odd rasio (OR) pada setiap variabel yang diteliti maka dilakukan tehnik analisis data dengan

menggunakan uji analisis regresi ganda logistik berdasarkan rasio dan 95% CI.

Hasil

Tabel 1. Distribusi hubungan seksual pada usia dini pada pasien pap smear

Variabel Kasus Kontrol ORn % n %

< 17 tahun≥ 17 tahun

1316

44,8%55,2%

924

27,3%72,7%

0,5921

Jumlah 29 100% 33 100%

Berdasarkan tabel 1 didapatkan bahwa kelompok kasus mayoritas melakukan hubungan seksual pada usia ≥17 tahun atau sesudah usia 17 tahun, dari 29 jumlah responden kelompok kasus yang ada, 13 responden (44,8%) yang melakukan hubungan seksual sesudah berumur 17 tahun. Sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas juga melakukan hubungan seksual sesudah umur 17 tahun, dari 33 responden kelompok kontrol terdapat 24 responden (72,7%), yang melakukan hubungan seksual sesudah umur 17 tahun.

Tabel 2 Distribusi jumlah paritas pada pasien pap smear

Variabel Kasus Kontrol ORn % n %

≤ 2 kali paritas> 2 kali paritas

8

21

27,6

72,4

20

13

60,0

39,4

1

13,647Jumlah 29 100 33 100

Berdasarkan tabel 2 dapat diketahui bahwa pada kelompok kasus mayoritas pernah melahirkan lebih dari 2 kali, jumlah kelompok kasus dari 29 responden, ternyata 21 responden (72,4%) pernah melahirkan lebih dari 2 kali. Sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas melahirkan kurang dari 2 kali, dari 33 jumlah responden pada kelompok kontrol yang ada, 20 responden diantaranya melahirkan kurang dari atau 2 kali (60,0%).

Page 23: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Perilaku Seksual Terhadap Kejadian Kanker Serviks

4 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Tabel 3. Distribusi berganti-ganti pasangan seksual pada pasien pap smear

Variabel Kasus Kontrol ORn % n %

≤ 3 kali> 3 kali

272

93,16,9

330

1000

14403832,3

Jumlah 29 100 33 100

Berdasarkan tabel 3 menunjukan bahwa jumlah reponden kasus terdapat 2 respoden yang pernah berganti-ganti pasangan > 3 kali (6,9%), sedangkan pada kelompok kontrol keseluruhan tidak pernah berganti-ganti pasangan hingga lebih dari 3 kali.

Tabel 4. Distribusi frekuensi hubungan seksual pada pasien pap smear

Variabel Kasus Kontrol ORn % n %

1-2 per minggu atau kurang

3-4 per minggu atau lebih

4

25

13,8

86,2

23

10

69,7

30,3

1

86,697Jumlah 29 100 33 100

Berdasarkan tabel 4 diketahui bahwa

mayoritas responden pada kelompok kasus melakukan hubungan seksual 3-4 kali per minggu. Jumlah responden pada kelompok kasus adalah 29, dimana 25 responden (86,2%) diantaranya melakukan hubungan seksual 3-4 kali per minggu. Sedangkan pada kelompok kontrol kebanyakan melakukan hubungan seksual 1-2 kali per minggu (69,7%). Sehingga dapat disimpulkan bahwa frekuensi berhubungan seksual yang terlalu sering dapat meningkatkan kejadian kanker serviks.

Tabel 5. Distribusi Kebersihan alat genital pada pasien pap smear

Variabel Kasus Kontrol ORn % n %

Kebersihan genital baik

Kebersihan genital sedang

Kebersihan genital buruk

2

11

16

6,8

37,9

55,2

12

19

2

36,4

57,6

6,1

1

38,69

5,692

Jumlah 29 100 33 100

Dari tabel 5 diketahui bahwa sebagian besar kelompok kasus kebersihan alat genital yang rendah, dari 29 responden terdapat 16 responden (55,2%) yang kebersihan genitalnya rendah atau buruk. Sedangkan pada kelompok kontrol mayoritas memiliki kebersihan genital yang bagus dan sedang, yakni 12 responden (36,4%) yang kebersihan genitalnya bagus dan 19 responden (57,6%) termasuk dalam kategori sedang.

Tabel 6. Distribusi sirkumsisi pasangan pasien pap smear

Variabel Kasus Kontrol

OR

n % n %Disirkumsisi

Tidak Disirkumsisi

28

1

96,6

3,4

33

0

100

0

1

0,000Jumlah 29 100 33 100

Berdasarkan tabel 6 diatas didapatkan kesimpulan bahwa pada kelompok kasus dan kontrol, mayoritas responden mempunyai pasangan yang telah disirkumsisi. Namun pada kelompok kontrol terdapat 1 responden yang pasangan seksualnya tidak disirkumsisi, sehingga dapat meningkatkan kejadian kanker serviks.

Tabel 7. Distribusi jenis dan lama pemakaian kontrasepsi pasien pap smear

Variabel Kasus Kontrol

OR

n % n %PIL >4 thn atau AKDR >5thn

Tdk pakai kontrasepsi, pakai kontrasepsi selain PIL atau AKDR, PIL < 4 thn atau AKDR <5 thn

18

11

62,1

37,9

14

19

42,4

57,6

5,445

1

Jumlah 29 100 33 100

Berdasarkan tabel 7 diketahui bahwa terdapat 18 responden atau sekitar 62,1% dari 29 kelompok kasus yang memakai

Page 24: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Perilaku Seksual Terhadap Kejadian Kanker Serviks

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 5

alat kontrasepsi PIL atau AKDR lebih dari 4 tahun untuk alat kontrasepsi pil dan lebih dari 5 tahun untuk alat kontrasepsi AKDR. Sedangkan pada kelompok kontrol terdapat 14 responden yang menggunakan alat kontrasepsi PIL atau >4 tahun dan AKDR atau >5tahun, atau sekitar 42,4% responden. Pada kelompok kontrol lebih banyak yang tidak memakai kontrasepsi, pakai kontrasepsi selain PIL atau AKDR, PIL < 4thn atau AKDR <5 thn, yakni sekitar 19 responden atau 57,6%.

Tabel 8 Hasil analisis multivariat perilaku seksual terhadap kejadian kanker serviksVariabel bebas B ORJumlah paritasa. > 2 kalib ≤ 2 kali

2,613 13,6471

Frek.hubungan sex3-4 atau minggu1-2 atau minggu

4,454 85,6961

Sirkumsisia. sirkumsisib. tidak sirkumsisi -15,527

10,000

Jumlah dan lama kontrasepsia. PIL >4 thn/AKDR >5thn b. Tdk pakai kontrasepsi,

pakai kontrasepsi selain PIL atau AKDR, PIL < 4thnatauAKDR <5 thn

1,695 5,4451

Kebersihan alat genitala. bagus b. sedangc. rendah

1,7393,663

15,69238,965

Ganti pasangan sexa. ≤ 3 kalib. > 3 kali 15,298

14403832,3

Constant 3,098

Berdasarkan tabel 8 dapat disimpulkan bahwa variabel-variabel yang berhubungan dengan kejadian kanker serviks dengan tingkat kemaknaan p < 0,05 adalah: frekuensi hubungan seksual 3-4/minggu atau lebih dan kebersihan alat genital yang rendah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa, seseorang yang melakukan frekuensi hubungan seksual 3-4 per minggu atau lebih, dan kebersihan alat genital rendah memiliki probabilitas untuk terkena kanker serviks adalah sebesar 99,9%.

PEMBAHASAN

Hubungan Seksual usia dini

Hasil penelitian: OR < 17 tahun adalah 0,592 (95% CI 0,062-5,701). Teori Aziz F (2005): bahwa wanita yang telah melakukan hubungan seksual pada umur kurang dari 15 tahun mempunyai risiko 10 kali lebih besar dari pada yang menikah pada umur lebih dari 15 tahun Hasil penelitian lainya (Ali akbar T, KMJ, 2002): hubungan usia dini melakukan hubungan seksual berhubungan dengan kasus kanker serviks OR 1,8 (95% CI 0,9-3,9). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa hubungan usia dini melakukan hubungan seksual < 17 tahun (protektif) terhadap kasus kanker serviks, karena terdapat faktor lain yang lebih berhubungan yakni frekuensi hubungan sex dan kebersihan genital.

Jumlah Paritas

Hasil penelitian: OR > 2 kali partus 13,647 (95% CI 0,677-275,179). Teori Soedoko R (2001): jumlah anak > 2 menigkatkan faktor risiko kanker serviks. Hasil penelitian lainnya (Ali akbar T, KMJ, 2002): OR jumlah partus 4-6 kali 1,3 (95% CI 0,5-3,2). Sehingga dapat disimpulakan bahwa hubungan banyaknya jumlah partus dengan kejadian kanker serviks sering dikaitkan dengan trauma jalan akhir dan infeksi virus

Berganti-ganti pasangan seksual

Hasil penelitian: faktor risiko meningkat pada individu yang sering berganti-ganti pasangan. Teori BKKBN (2006): bila berganti ganti pasangan lebih dari 3 kali, maka kemungkinan untuk tertular penyakit kelamin semakin tinggi, salah satunya adalah Human Papiloma Virus.Hasil penelitian lainnya S Franceschi (BJC, 2009): berganti pasangan seksual ≥

Page 25: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Perilaku Seksual Terhadap Kejadian Kanker Serviks

6 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

3kali OR 1,5 (95% CI 1,0-2,4). Sehingga dapat disimpulkan bahwa individu yang sering berganti-ganti pasangan seksual (multisexpatner) akan meningkatkan risiko kanker serviks. Hal ini disebabkan perilaku seksual berupa ganti-ganti pasangan hidup akan meningkatkan penularan penyakit kelamin.

Frekuensi hubungan seksual

Hasil penelitian : ≥ 3-4/minggu OR 85,969 (95% CI 1,976-3739,723). Teori Soedoko R (2001): frekuensi hubungan seksual yang terlalu sering dapat menyebabkan peningkatan kejadian kanker serviks. Hasil penelitian lainnya (Ali akbar T, KMJ, 2002): > 3/minggu pada pasangan yang telah menikah meningkatkan faktor risiko, atau mempunyai OR 5,4 kali (95% CI 1,7-11,2) dan dapat disimpulkan bahwa seringnya melakukan hubungan seksual dengan kondisi kebersihan genital yang buruk, akan meningkatkan risiko kejadian kanker serviks.

Sirkumsisi pasangan responden

Hasil penelitian: OR 0,000. Hasil penelitian lainnya: Andrew M. Kaunitz, dalam journal Watch Women Health (2002), yang menyebutkan bahwa terdapat hubungan antara infeksi HPV dengan sirkumsisi/khitan, dengan OR 0,37 (95% CI 0,16-0,85), sehingga dapat disimpulkan bahwa seorang pria yang telah dikhitan tidak menjamin bahwa pria tersebut tidak dapat menularkan virus Human Pappiloma Virus, karena penularan tersebut tergantung dari kebersihan alat genital, kebersihan saat melakukan hubungan dan multi sex patner dari pasangan.

Kebersihan alat genital

Hasil penelitian: kebersihan genital yang buruk OR 38,965 (95% CI 0,967-

1566,684), kebersihan genital sedang OR 5,692 (95% CI 0,176-184,208). Teori Wahyurini C (2003), kurang menjaga kebersihan alat kelamin dapat diduga menjadi penyebab terjangkitnya kanker serviks berisiko tinggi pada wanita, sehingga dapat disimpulkan bahwa kebersihan genital yang buruk merupakan faktor risiko kanker serviks

Jenis dan lama pemakaian alat kontrasepsi

Hasil penelitian: OR pemakaian kontrasepsi PIL/AKDR dan lama penggunaanya 5,445 (95% CI 0,304-97,514). Teori lainya: Aziz F (2005), menyebutkan bahwa seseorang yang menggunakan oral kontrasepsi/PIL akan meningkatkan risiko sebesar 1,5-2,5 kali Hasil penelitian lainnya (Ali akbar T, KMJ, 2002): penggunaan oral kontrasepsi/PIL pada jangka waktu > 5 tahun akan meningkatkan faktor risiko (OR) 3,4 kali (95% CI 1,4-8,2) sehingga dapat disimpulkan bahwa oral kontrasepsi kombinasi (PIL) akan menyebabkan defisiensi folat yang akan merangsang lesi serviks berkembang menjadi abnormal, sedangkan penggunaan kontrasepsi AKDR terlalu lama menyebabkan infeksi serviks.

KESIMPULAN

Karakteristik responden, kuat hubungan umur dengan kasus kanker serviks adalah variabel hubungan seksual usia dini Φ 0,183 (OR 0,592), jumlah partus Φ 0,331 (OR13,647), berganti-ganti pasangan seksual Φ 0,195 (OR 4403832,3), frekuensi hubungan seksual Φ 0,563,(OR 85,969), kebersihan genital Φ 0,499, (OR 38,965), sirkumsisi pasangan Φ 0,137 (OR 0,000), dan jenis dan lama pemakaian alat kontrasepsi Φ 0,196 (OR 5,445). Pada analisa multivariat,

Page 26: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Perilaku Seksual Terhadap Kejadian Kanker Serviks

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 7

variabel frekuensi hubungan seksual ≥ 3-4/ minggu dan kebersihan genital yang rendah memiliki probabalitas terjadinya kanker serviks adalah sebesar 99,9%.

Berdasarkan kesimpulan dari penelitian maka disarankan sebagai berikut: melakukan hubungan seksual dengan menggunakan kondom atau melakukan hubungan seksual dengan memperhatikan kebersihan genital, memberikan penyuluhan khususnya terhadap ibu-ibu dan wanita remaja untuk menjaga kebersihan alat genital, dan memberikan pengetahuan kepada pasangan suami-istri, bahwa hubungan seksual yang tidak berisiko terhadap kanker serviks adalah hubungan seksual yang sehat, yakni hubungan seksual yang tidah tergantung pada kuantitas hubungan seksual (terlau sering berhubungan seksual), namun lebih memperhatikan kualitas hubungan seksual.

DAFTAR PUSTAKA

Ali Akbar Taherian MD. (2002). Original Article Study of Risk Factors for Cervical Cancer A Case Controlled study in Isfahan-Iran. Departement of Obstetric and Gynecology, Kuwait Medical Journal, 34 (2): 128-132.

Andrew M. Kaunitz. (2002). MD, Does His Circumcision lower her risk for Cervical Cancer?, Journal Watch Women’s Health, http://www.jwatch. Org, (sitasi 29 Mei 2009)

Budiarto E dkk. (2002). Pengantar Epidemiologi Edisi 2, Jakarta: EGC. 12-18, 123-12.

BKKBN. (2017). Hubungan seks umur muda berisiko terhadap Kespro, www.bkkbn.go.id, akses pada 3 April 2017, Pukul 20.00

Departemen Kesehatan. (2016). Penanggulangan kanker serviks dengan Vaksin HPV, www.Depkes RI.go.id, akses pada 3 April 2017 Pukul 10.20.

Dinkes Kabupaten Gresik. (2016). Data dan Pemeriksaan Dini Kanker Leher Rahim dengan Metode IVA, www.dinkes-gresik.go.id, 3 April 2017 , Pukul 10.05.

Everest S. (2007). Buku Saku Kontrasepsi dan Kesehatan Seksual reproduktif, Jakarta: EGC, 118-120,196-198

Persi. (2006). Kanker Leher Rahim Pengaruh aktivitas seksual, www.psatdata&info persi.html, akses pada 4 April 2017, Pukul 10.35

Puspitasari I. (2006). Mencegah Kanker Leher Rahim, www.imcv.org, akses pada 3 April 2017 , pukul 11.00.

Rahmad Y. (2007). Kanker Serviks: Pencegahan dan deteksi dini, www.rahmadpoltektk93.yahoo.com. akses pada 3 April 2017, pukul 10.35

S. Franceschi, X. Castellesague, dkk. (2009). Prevalence and determinans of human pappilomavirus genital infection in men, British Journal of Cancer, Cancer Research UK

Wahyurini K. (2012). Merawat Daerah Kewanitaan, http://s i t u s . k e s r e p r o . i n f o a t a u k r r atauokt/2002atauindex.html, 6 April 217, Pukul 09.14

Page 27: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

8

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

HUBUNGAN ANTARA USIA MENARCHE, LAMA MENSTRUASI, POLA MAKAN, DAN POLA OLAHRAGA TERHADAP KEJADIAN

DISMENORE (PADA REMAJA PUTRI DI PONDOK PESANTREN)

Umi Narsih1, Homsiatur Rohmatin2, Agustina Widayati3

1Akademi Kebidanan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong, email:[email protected] Kebidanan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong, email: [email protected]

3Akademi Kebidanan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong, email: [email protected]

ABSTRAK

Dismenore merupakan salah satu masalah umum yang dialami oleh sebagian besar remaja putri yang dapat menganggu kualitas hidupnya.Hasil studi pendahuluan dengan metode wawancara terhadap 10 orang remaja putri salah satu pondok pesantren di Kabupaten Probolinggo pada bulan September 2015, menunjukkan bahwa 8 orang (80%) mengalami dismenore dengan lama 2-3 hari dan sisanya tidak mengalami dismenore.Faktor penyebab dismenore antara lain usia menarche, lama menstruasi, pola makan, dan pola olahraga. Tujuan penelitian ini adalah mempelajari hubungan antara usia menarche, lama menstruasi, pola makan, dan pola olahraga terhadap kejadian dismenorepadaremaja putri di pondok pesantren. Rancang bangun penelitian adalah cross sectional. Populasi yang digunakan adalah remaja putri di salah satu pondok pesantren Kabupaten Probolinggo. Teknik sampling menggunakan simple random sampling, diperoleh sampel 30 orang remaja putri. Pengumpulan data menggunakan kuesioner serta dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat.Hasil penelitian menginformasikan bahwa sebagian besar remaja putri berusia 16-19 tahun (73,3%), dengan usia menarche 11-13 tahun (63,3%), lama menstruasi 5-7 hari (66,7%), pola makan tidak teratur (53,3%), pola olahraga tidak teratur dan teratur masing-masing 50,0%, serta mengalami dismenore (56,7%). Dapat disimpulkantidak ada hubungan antara usia menarche dan lama menstruasi terhadap kejadian dismenore, tetapi ada hubungan yang signifikan antara pola makan dan pola olahraga terhadap kejadian dismenore.

Keywords : dismenore, usia menarche, lama menstruasi, pola makan, olahraga

Page 28: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Antara Usia Menarche, Lama Menstruasi, Pola Makan, dan Pola Olahraga Terhadap Kejadian Dismenore

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 9

PENDAHULUAN

Remaja didefinisikan sebagai masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Istilah ini menunjuk masa dari awal pubertas sampai tercapainya kematangan, biasanya mulai dari usia 14 tahun pada pria dan 12 tahun pada wanita. Batasan remaja dalam hal ini adalah usia 10 tahun s/d 19 tahun menurut klasifikasi World Health Organization (WHO, 2014).

Masalah remaja yang perlu mendapat perhatian saat ini adalah kesehatan reproduksi. Kesehatan reproduksi remaja adalah suatu kondisi sehat yang menyangkut sistem, fungsi dan proses reproduksi yang dimiliki oleh remaja. Program kesehatan reproduksi remaja merupakan upaya untuk membantu remaja agar memiliki pengetahuan, kesadaran, sikap dan perilaku kehidupan reproduksi sehat dan bertanggung jawab. Kesehatan reproduksi ini tidak saja bebas dari penyakit dan kecacatan, namun juga sehat mental dan sosial dari alat, sistem, fungsi serta proses reproduksi (Pinem, 2009).

Salah satu masalah kesehatan reproduksi wanita adalah yang terkait dengan menstruasi. Menstruasi ialah perdarahan secara periodik dan siklik dari uterus, disertai pelepasan (dekuamasi) endometrium (Winkjosastro, 2009). Menurut Indarti (2011) menstruasi adalah perdarahan secara periodik dimana darah berasal dari endometrium yang nekrotik. Pada saat menstruasi, umumnya disertai rasa nyeri yang disebut dismenore.

Dismenore merupakan salah satu masalah umum yang dialami oleh sebagian besar remaja putri dan dapat mempengaruhi kualitas hidupnya (Kumbhar, 2011). Dismenore adalah suatu keadaan dimana proses menstruasi

dialami dengan rasa sakit yang berlebihan dan kram. Saat hormon tubuh mulai stabil atau perubahan posisi rahim setelah menikah dan melahirkan, maka gangguan ini berangsur-angsur menjadi berkurang (Prasetyono, 2010).

Dismenore terdiri dari dua kategori yaitu dismenore primer dan dismenore sekunder. Dismenore primer adalah menstruasi dengan nyeri tanpa penyebab yang jelas dan tidak berhubungan dengan kelainan ginekologik. Dismenore sekunder terjadi akibat berbagai kondisi patologis, seperti endometriosis, salfingitis atau kelainan duktus mulleri kongenital (Schwartz, 2005).

Prevalensi dismenore primer yang dialami wanita umur 12-17 tahun di Amerika Serikat pada tahun 2012 adalah 59,7%, dengan derajat kesakitan 49% dismenore ringan, 37% dismenore sedang dan 12% dismenore berat sehingga mengakibatkan 23,6% dari penderitanya tidak masuk sekolah (Omidvar, 2012). Di Indonesia kejadian dismenore primer mencapai 54,89% sedangkan dismenore sekunder sebanyak 45,11% (Proverawati, 2009).

Banyak orang beranggapan, dismenore merupakan hal yang sangat wajar dan dapat terjadi pada perempuan yang mengalami menstruasi khususnya pada remaja putri. Namun tidak sedikit remaja putri yang mengalami nyeri yang berkepanjangan dan terus menerus hingga mengalami rasa sakit bahkan tidak dapat melakukan aktifitas selama menstruasi karena nyeri yang tidak tertahankan. Dismenore juga memiliki hubungan dengan keadaan psikologis yang tidak nyaman seperti mudah tersinggung, suasana hati yang buruk, mudah marah, dan lain-lain (Anurogo, 2011).

Menstruasi yang datang pertama kali disebut menarche. Menarche merupakan

Page 29: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Antara Usia Menarche, Lama Menstruasi, Pola Makan, dan Pola Olahraga Terhadap Kejadian Dismenore

10 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

puncak dari serangkaian perubahan yang terjadi pada seorang remaja putri sedang menginjak dewasa, dan sebagai tanda sudah mampu hamil. Walaupun demikian, remaja masih belum stabil dan belum mampu mandiri secara ekonomi maupun sosial. Usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi, yaitu antara usia 10- 16 tahun, tetapi rata- rata pada usia 12 – 13 tahun keadaan tersebut sudah terjadi. Usia menstruasi dipengaruhi faktor keturunan, keadaan gizi dan kesehatan umum (Prawirohardjo, 2006).

Berdasarkan beberapa hasil penelitian terdahulu menunjukkan adanya penurunan usia menarche yang diduga berhubungan dengan faktor endogen yaitu genetik dan faktor eksogen, yaitu seperti status sosial ekonomi keluarga, status gizi dan lain-lain (Astuti, 2010).

Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Liliwati dan Khairani (2007) yang menyatakan bahwa responden dengan usia menarche cepat lebih banyak dibanding usia menarche normal, dimana usia menarche cepat sebanyak 56,3% dan usia menarche normal sebanyak 43,7%.

Panjang siklus menstruasi yang normal ialah 28 hari, dengan variasi yang cukup luas, bukan saja antara beberapa wanita tetapi juga pada wanita yang sama, termasuk pada kakak beradik bahkan saudara kembar, siklusnya tidak terlalu sama. Rata-rata panjang siklus menstruasi pada gadis usia 12 tahun ialah 25,1 hari dengan lama menstruasi antara 3-8 hari (Hillegas, 2005).

Lama keluarnya darah menstruasi juga bervariasi, pada umumnya 4-6 hari, tetapi antara 2-8 hari masih dapat dianggap normal. Rata-rata banyaknya darah yang hilang pada wanita normal selama satu periode menstruasi telah ditentukan oleh beberapa kelompok peneliti, yaitu 25-60 ml.

Hasil penelitian Badawi (2005), di Mesir menunjukkan bahwa ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore (p=0,033). Responden yang mengalami dismenore paling banyak terjadi pada lama menstruasi ≥ 7 hari sebanyak 79,9%, dengan derajat kesakitan 55,3% dismenore ringan, 30% dismenore sedang dan 14,8% dismenore berat.

Begitu pula dengan status gizi dimana gizi mempengaruhi kematangan seksual pada remaja yang mendapat menarche lebih dini.

Remaja putri perlu mempertahankan status gizi yang baik, dengan cara mengkonsumsi makanan seimbang karena sangat dibutuhkan pada saat haid. Pada saat haid fase luteal akan terjadi peningkatan kebutuhan nutrisi. Dan bila hal ini diabaikan maka dampaknya akan terjadi keluhan-keluhan yang menimbulkan rasa ketidaknyamanan selama siklus haid (Paath, 2004).

Latihan olahraga mampu meningkatkan produksi endorphin (pembunuh rasa sakit alami tubuh), dapat meningkatkan kadar serotonin. Membiasakan olahraga ringan dan aktivitas fisik secara teratur seperti jalan sehat, berlari, bersepeda, ataupun berenang pada saat sebelum dan selama haid, hal tersebut dapat membuat aliran darah pada otot sekitar rahim menjadi lancar, sehingga rasa nyeri dapat teratasi atau berkurang.Latihan ini sedikitnya 30-60 menit dengan frekuensi 3-5 kali seminggu (Proverawati, 2009).

Hasil studi pendahuluan dengan metode wawancara yang dilakukan terhadap 10orang remaja putri di sebuah pondok pesantren Kabupaten Probolinggo pada bulan September 2015, diperoleh informasi bahwa dari 10 remaja putri tersebut, ternyata 8 orang (80%) mengalami dismenore

Page 30: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Antara Usia Menarche, Lama Menstruasi, Pola Makan, dan Pola Olahraga Terhadap Kejadian Dismenore

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 11

saat mentruasi dengan lama dismenore 2-3 hari dan sisanya tidak mengalami dismenore.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mempelajari hubungan antara usia menarche, lama menstruasi, pola makan, dan pola olahragaterhadap kejadian dismenore pada remaja putri di salah satu pondok pesantren Kabupaten Probolinggo.

Metode 1. Penelitian ini dilaksanakan di salah

satu pondok pesantren di Kabupaten Probolinggo. Rancang bangun penelitian adalah cross sectional. Populasi yang digunakan adalah remaja putri di salah satu pondok pesantren Kabupaten Probolinggo. Teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling, diperoleh sampel 30 orang remaja putri. Pengumpulan data menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data primer serta dianalisis secara univariat, bivariat dan multivariat.

Hasil2. Berikut ini disajikan data tentang

karakteristik remaja putri yang meliputi usia menarche, lama menstruasi, pola makan, pola olahraga, serta kejadian dismenore.

Tabel 1. Karakteristik Remaja Putri Berdasarkan Usia,Usia Menarche, Lama Menstruasi, Pola Makan, Pola Olahraga, dan Kejadian Dismenore

No Karakteristik Frekuensi Persentase (%)1 Usia remaja putri

12-15 tahun16-19 tahun

822

26,773,3

2 Usia Menarche11-13 tahun14-16 tahun

1911

63,336,7

3 Lama Menstruasi5-7 hari8-10 hari11-13 hari

2091

66,730,03,3

4 Pola MakanTeraturTidak teratur

1416

46,753,3

5 Pola OlahragaTeraturTidak teratur

1515

50,050,0

6 Kejadian DismenoreTidak dismenoreDismenore

1317

43,356,7

Berdasarkan Tabel 1, diperoleh informasi bahwa mayoritas remaja putri dalam penelitian ini berusia 16-19 tahun (73,3%), usia menarche 11-13 tahun (63,3%), lama menstruasi 5-7 hari (66,7%), pola makan tidak teratur (53,3%), pola olahraga tidak teratur dan teratur masing-masing (50%), serta mengalami dismenore (56,7%).

Tabel 2. Hubungan Usia Menarche, Lama Menstruasi, Pola Makan, Pola Olahraga, dan Kejadian Dismenore pada Remaja Putri di Pondok Pesantren

Variabel PenelitianKejadian Dismenore

Total(n=30) % Hasil Uji StatisikDismenore Tidak Dismenore

n % n %Usia Menarche

p =0,55811-13 Tahun 10 52,6 9 47,4 19 100,014-16 Tahun 7 63,6 4 36,4 11 100,0

Lama Menstruasi

p =0,2985-7 Hari 13 65,0 7 35,0 20 100,06-10 Hari 4 44,4 5 55,6 9 100,011-13 Hari 0 0,0 1 100 1 100,0Pola Makan

p =0,000Tidak teratur 15 93,8 1 6,3 16 100,0Teratur 2 14,3 12 85,7 14 100,0

Pola Olahragap = 0,000Tidak Teratur 15 100 0 0,0 15 100,0

Teratur 2 13,3 13 86,7 15 100,0

Page 31: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Antara Usia Menarche, Lama Menstruasi, Pola Makan, dan Pola Olahraga Terhadap Kejadian Dismenore

12 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Berdasarkan Tabel 2, diperoleh informasi bahwa ada kecenderungan semakin tinggi usia menarche, maka kejadian dismenore semakin berkurang. Hasil uji statistik denganchi-square testdidapatkan nilai p = 0,558 (p >α 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara usia menarche dengan kejadian dismenore pada remaja putri. Jika dilihat darilama menstruasi, ada kecenderungan semakin lama masa menstruasi yang dialami remaja putri, maka kejadian disemenore semakin berkurang. Hasil uji statistik denganchi-square test, didapatkan nilai p = 0,298 (p >α 0,05) yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore pada remaja putri. Untuk pola makan, semakin teratur pola makan remaja putri, maka kejadian dismenore semakin berkurang. Hal ini didukung oleh uji statistik dengan chi-square test, didapatkan nilai p = 0,000 (p <α 0,05) yang berarti ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian dismenore pada remaja putri. Untuk pola olahraga, semakin teratur pola olahraga remaja putri, maka kejadian dismenore semakin berkurang. Hal ini didukung oleh uji statistik dengan chi-square test, didapatkan nilai p = 0,000(p <α 0,05) yang berarti bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola olahraga dengan kejadian dismenore pada remaja putri.

Berdasarkan penelitian ini diperoleh informasi bahwa tidak ada hubungan antarausia menarche dan lama menstruasi terhadap kejadian dismenore pada remaja putri, tetapi ada hubungan antara pola makan dan pola olahraga terhadap kejadian dismenore pada remaja putri.

PEMBAHASAN

Usia remaja putri dalam penelitian ini adalah12-19 tahun yang didominasi

oleh remaja putri berusia 16-19 tahun (73,3%). Hal ini menunjukkan bahwa remaja putri berada pada masa remaja awal, masa remaja tengah, dan masa remaja akhir. Pada masa ini, remaja putri mempunyai ciri khas ingin bebas, ingin lebih dekat dengan teman sebaya, mulai berpikir abstrak, lebih memperhatikan keadaan tubuh, mencari identitas diri, serta lebih selektif dalam mencari teman sebaya(Pinem, 2009).

Sebagian besar remaja putri (63,3%) mengalami menstruasi pertama kali (menarche) pada usia 11-13 tahun. Menurut Prawirohardjo (2006) usia remaja putri saat mengalami menarche bervariasi, yaitu antara usia 10-16 tahun, tetapi rata- rata pada usia 12-13 tahun keadaan tersebut sudah terjadi.

Sebagian besar remaja putri mengalami menstruasi selama 5-7 hari (66,7%). Menurut Heffner (2008), lama keluarnya darah menstruasi bervariasi, umumnya 4-6 hari, tetapi antara 2-8 hari masih dapat dianggap normal. Hal ini berarti bahwa lama menstruasi remaja putri di pondok pesantren ini termasuk kategori normal.

Pola makan dan pola olahraga remaja putri dalam penelitianini sebagian besar tidak teratur. Kemungkinan hal ini disebabkan remaja putri tinggal di pondok pesantren. Di pondok pesantren, remaja putri makan 2x sehari dengan menu sederhana. Remaja putri juga mengkonsumsi kudapan yang belum tentu terpenuhi gizinya. Di pondok pesantren ini juga tidak ada kegiatan olah raga yang terjadwal secara teratur. Kurangnya olah raga dapat menyebabkan sirkulasi darah dan oksigen menurun sehingga dapat menimbulkan nyeri (Tristian, 2012).

Dari 30 orang remaja putri dalam penelitian ini, ternyata sebagian besar yaitu 17 orang (56,7%) mengalami dismenore.

Page 32: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Antara Usia Menarche, Lama Menstruasi, Pola Makan, dan Pola Olahraga Terhadap Kejadian Dismenore

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 13

Menurut Proverawati (2009) penyebab nyeri saat menstruasi berasal dari otot rahim. Seperti semua otot lainnya, otot rahim dapat berkontraksi dan relaksasi. Saat menstruasi kontraksi menjadi lebih kuat. Kontraksi yang terjadi adalah akibat dari prostaglandin yang dibuat oleh lapisan dalam rahim. Sebelum menstruasi terjadi zat ini meningkat dan saat menstruasi terjadi kadar prostaglandin menurun. Hal ini dapat menjelaskan mengapa sakit cenderung berkurang setelah beberapa hari pertama menstruasi.

Berdasarkan hasil penelitian ini diketahui bahwa tidak ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian dismenore. Persentase remaja putri dengan usia menarche 11-13 tahun lebih banyak yang mengalami dismenore daripada usia menarche 14-16 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian Sirait (2014), yang dilakukan di SMA Negeri 2 Medan, menunjukkan bahwa responden yang mengalami usia menarche ≥12tahun paling banyak yaitu 86,4%, dengan nilai p=0,116>0,05, sehingga tidak ada hubungan antara usia menarche dengan kejadian dismenore primer. Usia menarche yang bervariasi dari setiap remaja dipengaruhi oleh faktor keturunan, faktor gizi, dan kesehatan umum, jadi kejadian dismenore sebenarnya tidak disebabkan langsung oleh usia menarche.

Hasil penelitian menginformasikan bahwa tidak ada hubungan antara lama menstruasi dengan kejadian dismenore pada remaja putri. Persentase remaja putri dengan lama mentruasi 5-7 hari, mengalami dismenore lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki lama mentruasi 8-13 hari. Lama menstruasi dapat disebabkan oleh faktor psikologis maupun fisiologis. Secara psikologis biasanya berkaitan dengan tingkat emosional remaja putri yang labil ketika baru mengalami menstruasi.

Sementara secara fisiologis lebih kepada terjadinya kontraksi otot uterus yang berlebihan atau dapat dikatakan mereka sangat sensitif terhadap hormon ini akibat endometrium dalam fase sekresi memproduksi hormon prostaglandin. Prostagladin terbentuk dari asam lemak tak jenuh yang disintesis oleh seluruh sel yang ada dalam tubuh (Anurogo,2011). Kejadian dismenore tidak dipengaruhi oleh lama menstruasi karena dismenore pada remaja terjadi dari hari pertama menstruasi dan tidak dipengaruhi langsung oleh lama menstruasi yang di alami remaja.

Berdasarkan penelitian pola makan remaja putri mayoritas tidak teratur (53,3%) dan uji statistik menginformasikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola makan dengan kejadian dismenore. Hal ini ditunjukkan dari persentase pola makan remaja yang tidak teratur lebih banyak mengalami dismenore daripada remaja yang mempunyai pola makan teratur. Sebagaimana yang diungkapkan oleh Proverawati (2009), bahwa semakin baik asupan nutrisi seseorang maka usia menarche juga akan cepat dan makin lambat menopause timbul sampai batas tertentu sehingga akan mengakibatkan rasa nyeri ketika menstruasi. Seorang remaja yang memiliki pola hidup tidak sehat (sering makan junk food, merokok, tidak pernah berolah raga) akan semakin memicu peningkatan rasa nyeri saat menstruasi. Selain itu banyak remaja putri yang melakukan diet untuk menjaga bentuk tubuh agar tetap ramping. Hal ini sering menjadi masalah bagi kesehatan remaja putri tersebut karena tidak diiringi dengan menjaga keseimbangan aktivitas tubuh dengan konsumsi gizi. Remaja sangat membutuhkan nutrisi karena nutrisi sangat mempengaruhi kesehatan dan fisik. Apalagi setiap bulan remaja putri akan mengalami menstruasi dan

Page 33: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Antara Usia Menarche, Lama Menstruasi, Pola Makan, dan Pola Olahraga Terhadap Kejadian Dismenore

14 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

kehilangan beberapa zat gizi yang terbawa oleh darah menstruasi tersebut.

Hasil penelitian menginformasikan bahwa ada hubungan yang signifikan antara pola olahraga terhadap kejadian dismenore pada remaja putri. Menurut Puji (2009) olahraga ringan sangat dianjurkan untuk mengurangi dismenore. Olahraga merupakan salah satu teknik relaksasi yang dapat digunakan untuk mengurangi nyeri. Hal ini disebabkan saat melakukan olahraga, tubuh akan menghasilkan endorphin. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak sehingga menimbulkan rasa nyaman.

KESIMPULAN

Tidak terdapat hubungan yang 1. bermakna antara usia menarche terhadap kejadian dismenore pada remaja putri.Tidak terdapat hubungan yang 2. bermakna antara lama menstruasi terhadap kejadian dismenore pada remaja putri.Terdapat hubungan yang bermakna 3. antara pola makan terhadap kejadian dismenore pada remaja putri.Terdapat hubungan yang bermakna 4. antara pola olahraga terhadap kejadian dismenore pada remaja putri.

SARAN

Bagi lahan penelitian1. Lahan penelitian hendaknya a. bekerja sama dengan instansi terkait atau tenaga kesehatan untuk memberikan informasi mengenai dismenore kepada remaja putri.Pemberian informasi mengenai b. dismenore sebaiknya diberikan sejak dini, agar menambah pengetahuan remaja dalam

mengatasi dismenore pada saat menstruasi

Bagi tenaga kesehatan2. Meningkatkan pelayanan kesehatan kepada masyarakat khususnya pada wanita usia produktif tentang kesehatan reproduksi dalam mencegah dismenore dengan menjaga pola makan dan pola olahraga yang baik.Bagi peneliti selanjutnya3. Mengenai kejadian dismenore sebaiknya memperhatikan jenis olahraga misalnya senam, jogging, bersepeda, jalan kaki dengan memakai metode eksperimen supaya hasilnya lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Anurogo, Dito, Ari Wulandari. (2011). Cara Jitu Mengatasi Nyeri Haid. Andi. Yogyakarta.

Astuti, R. dan Handarsari E. (2010). Usia Menarche, Indeks Masa Tubuh, Frekuensi Konsumsi, dan Status Sosial Ekonomi Orang Tua pada Siswi SLTP di Pinggir dan Pusat Kota, Kota Semarang. Prosiding Seminar Nasional. Unimus.

Badawi. (2005). Epidemology Of Dysmenore Among Adolescent Student In Mansoura Egypt. Eastern Meditteranean Health Journal.Vol.11.

Heffner, LJ. dan Schust, DJ. (2008). At A Glance Sistem Reproduksi Edisi kedua. Erlangga. Jakarta.

Hillegas, Kathleen B. (2005). Gangguan Sistem Reproduksi Perempuan. Dalam Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6 Volume 2. Sylvia A. Price, Lorraine M. Wilson. Alih Bahasa: Brahm U. Pendit, Dkk.EGC. Jakarta.

Indarti, (2011) Panduan Kesehatan Wanita Pustaka Pembangunan Swadaya. Jakarta.

Page 34: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Antara Usia Menarche, Lama Menstruasi, Pola Makan, dan Pola Olahraga Terhadap Kejadian Dismenore

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 15

Kumbhar, S.K. Et Al. (2011). Prevalence Of Dysmenorrhea Among Adolescent Girls (14-19 Yrs) Of Kadapa District And Its Impact On Quality Of Life: A Cross Sectional Study. National Journal Of Community Medicine, Vol. 2 Issue 2 Juli-Sept. 2011 p. 265-268.

Liliwati I., Verna, L.K.M. dan Khairani O, (2007). Dysmenorrhoea and its Effects on School Activities among Adolescent Girls in a Rural School in Selangor Malaysia. Med & Health, 2(1), p.42-47.

Omidvar, S. And Begum K. (2012). Characteristics And Determinants Of Primary Dysmenorrhea In Young Adults. American Medical Journal. 3(1), p.8-13.

Paath, E.F. (2004). Gizi Dalam Kesehatan Reproduksi. EGC. Jakarta.

Pinem, S. (2009). Kesehatan Reproduksi Dan Kontrasepsi.Trans Info Media. Jakarta

Prasetyono, D.S. (2010). Tips Bisa Cepat Hamil. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Prawirohardjo, S. (2006). Ilmu Kebidanan. Edisi Ketiga. Cetakan Keenam. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Proverawati, Atikah dan Siti Misaroh. (2009). Menarche Menstruasi Pertama Penuh Makna. Numed. Yogyakarta.

Puji, Istiqomah (2009). Efektivitas Senam Dismenore dalam Mengurangi Dismenore pada Remaja Putri di SMUN 5 Semarang.

Schwartz, M.W. (2005). Pedoman Klinis Pediatri. Cetakan 1. Alih Bahasa: Dr. Brahm, U.Pendit, Dr. Budi Hartawan, Dr. M. Iqbal, Dan Dr. Yunita. EGC. Jakarta.

Sirait, D.S.O. (2014). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dismenore pada Siswi SMA

Negeri 2 Medan Tahun 2014. Karya Tulis Ilmiah. Medan. Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan.

Tristian, I. (2012). Pengaruh Efektivitas TeknikRelaksasi Nafas Dalam Dengan KompresHangat Dalam Menurunkan DismenorePada Remaja Putri di SMA Negeri 15Semarang.

WHO (World Health Organization). (2014). Adolescent Health. Dikutip pada tanggal 4 Maret 2015 dari http://www/who.int/topics /adolescent_health/en/.

Winkjosastro, (2009). Ilmu Kebidanan. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. Jakarta.

Page 35: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

16

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

HUBUNGAN PIJAT PADA BATITA DENGAN KUANTITAS TIDUR DI DESA KEDUNG SEKAR BENJENG KABUPATEN GRESIK

Nanik Nuraini 1, Wiwik Diana 2

1Akademi Kebidanan Mandiri Gresik, email: [email protected] Kebidanan Mandiri Gresik, email: [email protected]

ABSTRAK

Kebutuhan tidur bayi sangat penting, akan tetapi sebagian besar bayi mengalami permasalahan pada kuantitas tidurnya. Pemijatan merupakan salah satu cara untuk memperbaiki kuantitas tidur bayi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan pijat pada batita (1-3 tahun) dengan kuantitas tidur di Desa Kedung Sekar Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik. Tujuan penelitian ini adalah membuktikan hubungan pijat pada batita (1-3 tahun) dengan kuantitas tidur di Desa Kedung Sekar Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik. Penelitian ini merupakan penelitian non-eksperimental (analitik) dengan desain Kohort. Data dikumpulkan secara langsung melalui observasi pada ibu yang mempunyai batita (usia 1 – 3 tahun) di Desa Kedung Sekar Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik sejumlah 50 responden dengan teknik sampling Simple Randoom Sampling. Analisis data menggunakan uji statistic coefisien contingency α=0,05. Hasil dari penelitian didapatkan dari 50 batita, pemijatan yang sesuai dan kuantitas tidur baik (. > 10 jam/ hari) sebanyak 38 (100%) responden koefisien kontingensi sebesar 0,858 nilainya jauh di atas ρ tabel yaitu 0,858> 0,273 Selain itu didapatkan pula signifikan hasil perhitungan (αhitung) sebesar 0,001. Angka ini nilainya jauh lebih kecil dari tingkat kemaknaan yang ditentukan, yaitu 0,001 < 0,05. Kesimpulan ada hubungan antara pemberian pijat dengan kuantitas tidur pada batita (1 – 3 tahun), maka disarankan sebagai orang tua (ibu) memberikan pemijatan yang sesuai sehingga batita tidak mudah rewel.

Keywords : Pijat bayi dan kuantitas tidur

Page 36: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Pijat Pada Batita Dengan Kuantitas Tidur di Desa Kedung Sekar Benjeng Kabupaten Gresik

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 17

PENDAHULUAN

Bayi merupakan makhluk yang lemah dan sensitif yang memerlukan perawatan khusus secara menyeluruh. Merawat bayi tidak cukup hanya dengan perawatan rutin dan regular, tapi juga harus penuh kasih sayang karena akan memberikan rasa nyaman dan aman kepada bayi.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merawat bayi adalah dengan memperhatikan bayi dari segi makanan, minuman, kebersihan diri, istirahat tidur, pakaian serta memperhatikan segi psikologis dan emosional bayi (Subekti, Rini, 2008).

Selama fase bayi, pertumbuhan sel-sel syaraf belum sempurna sehingga diperlukan waktu tidur yang lebih lama untuk perkembangan syaraf, pembentukan sinaps dan sebagainya. Otak bayi tumbuh 3 kali lipat dari keadaan saat lahir atau 80% dari otak orang dewasa di tahun pertamanya. Kondisi ini hanya terjadi satu kali saja seumur hidup, sehingga untuk tumbuh kembang yang maksimal bayi membutuhkan waktu yang cukup.

Rini Sekartini, SPAK, Staf Divisi Tumbuh Kembang Departemen Ilmu Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia di Jakarta, mengungkapkan sekitar 44, 2 % bayi usia di bawah tiga tahun di Indonesia memiliki masalah tidur. Permasalahan itu seperti waktu tidur kurang dari sembilan jam dan terbangun lebih dari tiga kali pada malam hari selama lebih dari satu jam. Ironisnya, sekitar 72 % orang tua tidak menganggap masalah atau menganggap sebagai masalah kecil.

Berdasarkan survey pendahuluan di Desa Kedung Sekar Kecamatan Benjeng pada bulan Maret 2015 dari 10 ibu yang memiliki anak usia 1-3 tahun setelah dilakukan wawancara ternyata sebanyak

6 orang (60%) yang mengatakan anaknya sering terbangun ditidur malamnya, sebanyak 2 orang (20%) mengatakan kesulitan menidurkan anaknya pada malam hari dan 2 orang (20%) mengatakan anaknya tidur dan bangun secara teratur, dari 10 ibu tersebut 8 orang (80%) mengatakan memijat anaknya saat sakit, pemijatan dilakukan oleh dukun pijat bayi, dan 2 orang (20%) mengatakan memijat anaknya setiap akan mandi sore, pemijatan dilakukan oleh nenek.

Pijat pada bayi ataupun anak sebenarnya telah dipraktekkan hampir di seluruh dunia sejak dahulu termasuk di Indonesia. Seni pijat diajarkan secara turun-temurun, walaupun tidak diketahui dengan jelas bagaimana pijat dan sentuhan dapat berpengaruh demikian positif pada tubuh manusia.

Pijatan lembut pada tubuh bayi bermanfaat untuk mengurangi masalah tidur, memberikan pengalaman positif yang luar biasa antara bayi dengan orang tuanya, meningkatkan fungsi motorik (memperkuat jalinan otot bayi yang mengalami down syndrome atau gangguan perkembangan mental), dan memepengaruhi 82 % perbaikan otot lengan serta kaki pada bayi (Subekti dan Rizki, 2008)

Mengingat akan pentingnya waktu tidur bagi perkembangan bayi maka kebutuhan tidurnya harus benar-benar terpenuhi agar tidak berpengaruh buruk terhadap perkembangannya. Sebagai tenaga kesehatan harus dapat mengarahkan atau memberikan saran kepada orang tua terutama ibu tentang kebutuhan bayi melalui penyuluhan yang diberikan kepada para ibu sehingga kebutuhan bayi yang meliputi kebutuhan makanan, minuman, kebersihan diri, istirahat tidur, pakaian, psikologis dan emosional dapat terpenuhi.

Page 37: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Pijat Pada Batita Dengan Kuantitas Tidur di Desa Kedung Sekar Benjeng Kabupaten Gresik

18 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Metode

Penelitian ini menggunakan non eksperimental dengan pendekatan secara langsung kepada masyarakat desa Kedung Sekar dan dilanjutkan observasi. Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner dan register kohort dan waktu pengumpulan data yaitu bulan Mei sampai dengan bulan Okrober 2016.

Hasil

Data Kesesuaian Teknik Pemijatan 1. Batita yang Telah Dilakukan

Tabel 1 Distribusi Kesesuaian Teknik Pemijatan Batita yang Telah Dilakukan di Desa Kedung Sekar Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik Tahun 2016

No Teknik Frekuensi Prosentase (%)1. Sesuai 38 762. Tidak sesuai 12 24

Jumlah 50 100

Tabel 1 menunjukkan bahwa dari jumlah 50 responden, 38 responden (76%) telah melakukan teknik pemijatan batita sesuai dengan cheklist yang ada, dan masih banyak yang belum sesuai dalam teknik memijat batita yaitu 12 (24%) responden.

Data Kuantitas Tidur Batita.2. Tabel 2 Distribusi Kuantitas Tidur Batita di Desa Kedung Sekar Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik Tahun 2016

No Kuantitas Tidur Batita Frekuensi Prosentase (%)

1. Baik (> 10 Jam) 43 862. Kurang ( < 10 jam) 7 14

Jumlah 50 100

Tabel 2 menunjukkan sebagian besar kuantitas tidur batita yang (Jumlah tidur > 10 jam), sebanyak 43 responden (86%).

Hubungan Pijat Batita (usia 1 – 3 3. Tahun) Dengan Kuantitas Tidur.

Tabel 3 Hubungan Pijat Batita (usia 1 – 3 Tahun) Dengan Kuantitas Tidurdi Desa Kedung Sekar Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik Tahun 2016No Kesesuaian

Teknik PijatKuantitas Tidur Batita Jumlah Baik

(> 10 jam)Kurang

(< 10 jam)1. Sesuai 38 (100 %) 0 (0%) 38 (100%)2. Tidak sesuai 5 (41,67 %) 7 ( 58,33%) 12 (100%)

Total 43 (86%) 7 ( 14 %) 50 (100%)

Tabel 3 menunjukkan bahwa batita yang dipijat dengan baik (sesuai Cheklist) mayoritas mengalami kuantitas tidur yang lama (> 10 jam) 38 batita (100%).

Analisis data4. Berdasarkan hasil uji Contingensi dengan bantuan program SPSS sebagaimana dalam lampiran, diperoleh koefisien kontingensi sebesar 0,858 nilainya jauh di atas ρtabel yaitu 0,858> 0,273 (sebagaimana r tabel tabel Product Moment pada lampiran untuk jumlah responden 50). Selain itu didapatkan pula signifikan hasil perhitungan (αhitung) sebesar 0,001. Angka ini nilainya jauh lebih kecil dari tingkat kemaknaan yang ditentukan, yaitu 0,001 < 0,05.

Berdasarkan hasil uji di atas berarti terdapat hubungan yang signifikan antara variabel dependen dan independen. Dengan demikian H1 diterima atau Ho ditolak artinya ada Hubungan Pemijatan Batita dengan Kualitas Tidur Desa Kedung Sekar Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik.

PEMBAHASAN

Data Kesesuaian Teknik Pemijatan Batita yang Telah Dilakukan.

Tabel 1 tentang data kesesuaian teknik pemijatan batita yang telah dilakukan menunjukkan bahwa sebagian telah melakukan pemijatan anak dengan

Page 38: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Pijat Pada Batita Dengan Kuantitas Tidur di Desa Kedung Sekar Benjeng Kabupaten Gresik

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 19

benar 38 responden (76,0%). Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar ibu dari responden sudah mempunyai pengetahuan tentang teknik memijat yang benar. Pengetahuan ibu ini terkait dengan tingkat pendidikan ibu, yang mengarah pada pola pikir ibu dalam melakukan teknik pemijatan pada batita, oleh karena itu ibu dapat menerapkan pemijatan terhadap anaknya dengan baik. Hal ini sesuai dengan karakteristik pendidikan responden menunjukkan sebagian besar tingkat pendidikan ibu SMA. Ada beberapa pendapat pengalaman seseorang itu dipeangaruhi juga akan pengetahuan dan tingkat pendidikan sehingga semakin orang tersebut berpengetahuan dan pendidikannya tinggi maka pengalamannya banyak dan baik.

Data Kuantitas Tidur Anak.

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar 43 batita (86%) tidur dengan kuantitas yang baik (>10 jam per harinya). Memang berbagai faktor dapat memengaruhi kuantitas tidur, namun dalam hal ini juga tidak terlepas dari proses pemijatan pada batita yang telah dilakukan oleh orang tua (ibu–ibu) mereka. Seperti pendapat Roesli (2001) ada beberapa manfaat dari pemijatan untuk bayi salah satunya dapat meningkatkan efektifitas istirahat (tidur) pada bayi dan memberikan rasa nyaman.

Pemijatan yang benar dan sesuai akan membawa dampak kenyamanan dan akan berdampak pada kelelapan (kuantitas) tidur. Menurut Roesli (2001) tentang fisiologi pemijatan dimana dengan memijat dapat merangsang gelombang alpha dan beta serta tetha pada otak sehingga mempengaruhi kuantitas tidur yang dapat dibuktikan dengan mereka gelombang otak menggunakan alat EEG (Elektro Enchepalo Grafi).

Hubungan Pemijatan Anak dengan Kualitas Tidur Anak Batita di Desa Kedung Sekar Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik Tahun 2016.

Hasil uji koefisien continegncy menunjukkan bahwa koefisien kontingensi sebesar 0,858 nilainya jauh di atas ρtabel yaitu 0,858> 0,273 (sebagaimana r tabel tabel Product Moment pada lampiran untuk jumlah responden 50). Selain itu didapatkan pula signifikan hasil perhitungan (αhitung) sebesar 0,001. Angka ini nilainya jauh lebih kecil dari tingkat kemaknaan yang ditentukan, yaitu 0,001 < 0,05. Hal ini berarti terdapat hubungan yang signifikan Pemijatan Batita dengan Kuantitas Tidur Desa Kedung Sekar Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik.

Hasil penelitian di atas sesuai dengan yang dikemukakan Rini Subekti (2008) pijat yang dilakukan secara benar tidak hanya bermanfaat untuk bayi sehat saja tetapi juga bagi bayi yang sakit atau kurang sehat dan bahkan juga bagi anak-anak maupun orang dewasa. Pijat bayi bukanlah perawatan spa gaya baru untuk bayi-bayi yang orang tuanya kaya. Justru pijat bayi itu biasa dilakukan pada banyak kebudayaan dan telah berlangsung selama ratusan tahun.

Kuatnya hubungan pemijatan batita juga sejalan dengan teori yang dikemukakan pada pendapat Roesli (2001) sebelumnya bahwa selama pemijatan, bayi akan mengalami tekanan, peregangan, dan relaksasi. Sirkulasi darah yang semakin meningkat, perbaikan sirkulasi udara di kulit dan stimulasi kocokan atau goncangan merupakan perlakuan yang berpotensi memberikan tekanan pada bayi baru lahir. Karenanya, pemijatan harus dilakukan dengan hati-hati. Perlakuan harus diimbangi dengan suara lembut dan sentuhan sayang. Hal ini merupakan

Page 39: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Pijat Pada Batita Dengan Kuantitas Tidur di Desa Kedung Sekar Benjeng Kabupaten Gresik

20 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

pembelanjaran yang sangat penting bagi bayi. Kocokan dan tekanan lembut orang tua menberikan rangsangan bagi otot bayi mengembangkan kemampuan meregang dan relaksasi.

Pemijatan pada batita yang dilakukan oleh ibu-ibu di Desa Kedung Sekar ini terbukti telah bermanfat bagi kenyamanan batita (Bayi) mereka dalam menjalani stirahat tidurnya, oleh karena itu diperlukan intervensi tenaga kesehatan untuk memberikan penyuluhan dan informasi tentang teknik pemijatan yang baik dan benar kepada ibu-ibu ataupun orang-orang yang berprofesi sebagi tukang pijat anak.

KESIMPULAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden telah melakukan teknik pemijatan anak sesuai dengan teori yang ada.

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar responden (batita) memiliki kuantitas tidur yang baik. Hasil uji statistik menggunakan coefisien contingency menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan pemijatan anak dengan kuantitas tidur Batita di Desa Kedung Sekar Kecamatan Benjeng Kabupaten Gresik Tahun 2016.

SARAN

Bagi Ibu yang memiliki Batita diharapkan melakukan pijat anak batita sesuai kebutuhan anak, agar anak dapat beristirahat tidur dengan kualitas yang baik.

Bagi Tenaga Kesehatan diharapkan dapat memberikan penyuluhan dan informasi yang cukup kepada ibu-ibu yang memiliki batita agar dapat melakukan pemijatan batita dengan benar.

Bagi Peneliti selanjutnya adanya penelitian lebih lanjut tentang hubungan pemijatan batita dengan kuantitas tidur batita.

DAFTAR PUSTAKA

Ahire, Anne (2009). Masalah Tidur. Minggu, 26 Februari 2011. http://www. Anneahire.com

Arikunto, Suharsimi (2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta. Jakarta

Fiel, Tiffany (2007). Bayi Lebih Sehat Dengan Pijatan. Klinik Kesehatan Madani. http;//www.conectique.com.

Gatot (2008). Anak dan Masalah Tidur. Minggu, 26 Februari 2011. http://www.pdpersi.co.id

Gunawan, dr (2001). Insomnia Gangguan Sulit Tidur. Kanisius. Yogyakarta

Iqbal Mubarok, Wahid dan Choyatin, Nurul (2008). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. EGC. Jakarta

Lovrincevic, Nevena (2006). Membuat Anak Tidur Nyenyak. Insania. Yogyakarta

Notoatmojo, Soekijo (2005). Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta

Nursalam (2008). Konsep dan Penerapan Metodologi PenelitianI lmu Keperawatan Pedoman Skripsi, Tesis Dan Instrumen Penelitian Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta

Pratiknya, Ahmad Watik (2001). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran Dan Kesehatan. Raja Grafindo. Jakarta

Roesli, Utami (2001). Pedoman Pijat Bayi. Trubus Agriwidya. Jakarta

Subakti, Yasid dan Anggraini, Deri Rizki (2008). Keajaiban Pijat Bayi dan Balita. PT Wahyu Media. Jakarta

Page 40: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Pijat Pada Batita Dengan Kuantitas Tidur di Desa Kedung Sekar Benjeng Kabupaten Gresik

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 21

Subekti, Rini (2008). Panduan Praktis Memijat Buah Hati Anda. Nusa Pressindo. Yogyakarta

Sugiyono (2007). Statistik Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung

Sugiyono (2008). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R & D. Alfabeta. Bandung

Page 41: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

22

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

PENGARUH TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP TINGKAT NYERI PERSALINAN DI PONED PUSKESMAS BANJARAN

KABUPATEN BANDUNG

Rika Nurhasanah1, Lutfi Ikbal Nugraha1

1STIKes Bhakti Kencana Bandung, [email protected]

ABSTRAK

Nyeri pada persalinan merupakan suatu hal yang fisiologi, akan tetapi banyak wanita yang merasa terganggu sehingga dapat meningkatkan risiko kecemasan dan stress, bahkan menjadi trauma persalinan. Therapi musik merupakan salah satu cara dalam mengelola nyeri persalinan, dan masih jarang dilakukan di pelayanan kesehatan. Tujuan penelitian ini mengetahui pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat nyeri persalinan kala I di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung Tahun 2016

Terapi musik merupakan salah satu terapi yang efektif dalam menurunkan nyeri fisiologi, stress dan kecemasan, karena musik dapat mengalihkan perhatian seseorang yang mengelami nyeri. Musik klasik dianggap paling aman apabila dibandingkan dengan jenis musik yang lain, karena musik klasik berfokus pada keseimbangan bentuk dan struktur serta sifatnya stabil tidak bergejolak.

Metode penelitian menggunakan quasi eksprimen, besar sampel berjumlah 20 ibu bersalin, untuk kelompok perlakuan 10 dan kelompok kontrol 10, penentuan sampel menggunakan purposive sampling. Alat ukur penelitian ini adalah skala intensitas nyeri numeric rating scale. Analisa yang digunakan univariat dan bivariat dengan uji t-test.

Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh terapi musik klasik pada kelompok perlakuan dengan p-value 0,010 (<,0,05) dan tidak ada pengaruh terapi musik klasik pada kelompok kontrol p-value 0,279 (>0,05) terhadap tingkat nyeri persalinan kala I di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung Tahun 2016. Sehingga disarankan untuk menggunakan therapi musik dalam pengurangan nyeri dengan membuat SOP

Keywords : musik klasik. nyeri persalinan, nyeri fisiologi

Page 42: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan di Poned Puskesmas Banjaran Kabupaten Bandung 2016

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 23

PENDAHULUAN

Nyeri persalinan secara fisiologi disebabkan oleh kontraksi uterus dan dilatasi serviks. Nyeri timbul saat dimulainya persalinan yaitu pada kala I fase laten dan fase aktif. Sifat nyeri yang dirasakan semakin lama semakin bertambah kuat, puncak nyeri terjadi pada fase aktif (1).

Nyeri pada persalinan merupakan suatu hal fisiologi terjadi pada ibu bersalin, tetapi banyak wanita yang merasakan nyeri tersebut mengganggu dalam proses persalinan bahkan menjadi trauma pada wanita yang bersalin, hal ini akan menjadi semakin berat, apabila ibu merasa panik dan stress fear-tension-painconcept (takut-tegang-sakit), hal ini disebabkan karena rasa takut menimbulkan ketegangan dan kepanikan yang menyebabkan otot-otot menjadi kaku dan akhirnya menyebabkan rasa sakit (2).

Rasa nyeri, tegang, rasa takut yang mengganggu pada persalinan dapat menghasilkan sejumlah katekolamin (hormon stress) yang berlebihan seperti ephinephrin dan norephinephrin. Peningkatan hormon norepinefrin dapat menghambat kerja hormon oksitosin, sehingga dapat menurunkan efektivitas kontraksi uterus dan berisiko persalinan menjadi lama (2).

Pengelolaan rasa nyeri persalinan dapat dilakukan dengan memberikan terapi, pemberian terapi dikelompokan menjadi dua, yaitu terapi farmakologi dan non-farmakologi. Manajemen nyeri secara non farmakologis lebih efektif dibandingkan dengan metode farmakologis, salah satu terapi non farmakolgis adalah terapi musik.

Terapi musik merupakan terapi yang efektif yang dapat menurunkan nyeri fisiologi, stress dan kecemasan

dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri (3). Di samping itu musik juga berfungsi sebagai pengontrol dan merupakan teknik untuk menimbulkan kenyamanan lingkungan saat wanita melahirkan di ruang bersalin.

Hasil penelitian Cahya Kiswanti dkk (2013) (4) yang berjudul efektifitas musik klasik terhadap penurunan nyeri persalinan kala I di Bidan Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang menunjukan perbedaan yang signifikan intensitas nyeri persalinan sesudah diberikan terapi musik klasik antara kelompok perlakuan dan kelompok kontrol pada ibu bersalin dengan skala nyeri dari kelompok intervensi pre-test sebesar 7.40 dan post-test 6.60.

Hasil studi pendahuluan di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung didapatkan pada bulan januari sampai april 2016 angka persalinan berjumlah 78 ibu bersalin dan menurut hasil wawancara terhadap lima ibu bersalin, 3 ibu bersalin mengatakan nyeri persalinan sangat mengganggu, membuat tidak nyaman dan gelisah sehingga khawatir akan bayi dan dirinya, 2 ibu bersalin mengatakan nyeri persalinan membuat lelah, cemas dan stress, sementara teknik yang digunakan oleh petugas di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung untuk mengurangi nyeri selama persalinan diantaranya pemberian pendidikan konseling tentang proses persalinan untuk mempersiapkan ibu dari segi fisik maupun mental, miring kanan dan miring kiri, memberikan posisi yang nyaman, dan menganjurkan mengatur nafas ketika ada nyeri, adapun teknik manajamen nyeri persalinan yang lain yang belum diterapkan di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung diantaranya terapi musik.

Page 43: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan di Poned Puskesmas Banjaran Kabupaten Bandung 2016

24 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Berdasarkan alasan diatas, peneliti tertarik untuk meneliti tentang pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat nyeri persalinan kala I di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung tahun 2016.

Tujuan Umum Penelitian

Mengetahui pengaruh terapi musik klasik pada kelompok perlakuan yang diberikan terapi musik klasik dan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi musik klasik terhadap tingkat nyeri persalinan kala I di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung Tahun 2016.

Tujuan Khusus Penelitian

Untuk mengetahui tingkat nyeri 1. sebelum pada kelompok perlakuan yang diberikan terapi musik klasik dan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi musik klasik di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung Tahun 2016Untuk mengetahui tingkat nyeri 2. sesudah pada kelompok perlakuan yang diberikan terapi musik klasik dan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi musik klasik di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung Tahun 2016Untuk mengetahui pengaruh terapi 3. musik klasik pada kelompok perlakuan yang diberikan terapi musik klasik dan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi musik klasik terhadap tingkat nyeri persalinan kala I di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung Tahun 2016

Metode

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Exsperimen Semu

(Quasi- Experimen). Teknik pengambilan sampling yang digunakan non probability sampling, dengan pendekatan metode sampling purposive. Menurut Sugiyono, (2015) Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan kelompok perlakuan dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota sampel masing-masing antara 10 sampai dengan 20. Pada penelitian ini jumlah sampel 20, untuk kelompok perlakuan berjumlah 10 dan kelompok kontrol 10. Selain itu, peneliti juga menentukan kriteria sampel berdasarkan kriteria inklusi dan kriteria eklusi. Kriteria inklusi dalam penelitian ini adalah Bersedia menjadi responden tanpa paksaan, Persalinan kala I fase aktif pembukaan 4–cm, Tidak memiliki gangguan pendengaran. Kriteria eklusi dalam penelitian ini adalah Ibu yang tidak tuntas mengikuti prosedur terapi musik, Ibu dan janin yang gawat. Instrumen penelitian ini menggunakan Skala penilaian NRS (Numerical Rating Scale) untuk mengukur tingkat nyeri, arloji berjarum jam detik untuk memeriksa fungsi pendengaran, mp3, speaker, bolpoint, musik klasik Andante Piano Concerto, dan diberikan selama 15 menit. Analisa yang digunakan univariat dan bivariat dengan uji t-test karena pada saat uji normalitas data berdistribusi normal.

Hasil

Analisis univariatTingkat nyeri sebelum pada kelompok perlakuan yang diberikan terapi musik klasik dan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi musik klasik

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Tingkat nyeri Sebelum dan sesudah diberikan Terapi Musik klasik

Page 44: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan di Poned Puskesmas Banjaran Kabupaten Bandung 2016

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 25

Tingkat Nyeri

Kelompok Perlakuan

Kelompok Kontrol

F % F %

Tidak Nyeri

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

Nyeri Berat

Nyeri sangat Berat

0

0

7

3

0

0

0

70

30

0

0

0

6

4

0

0

0

60

40

0

Total 10 100 10 100

SD perlakuan = 1,101. Min-max=4-8SD kontrol = 1,370. Min-max=4-8

Berdasarkan tabel 1 didapatkan data pada kelompok perlakuan maupun kontrol sebagian besar responden mengalami nyeri sedang yaitu kelompok perlakuan (70%) dan kelompok kontrol (60%). Standar deviasi kelompok pelakuan 1,101 dengan rentang nyeri 4-8 dan standar deviasi kelompok kontrol 1,370 dengan rentang nyeri 4-8.

Tingkat nyeri sesudah pada kelompok perlakuan yang diberikan terapi musik klasik dan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi musik klasik.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Tingkat nyeri Sesudah Terapi Musik klasik pada kelompok perlakuan dan Konrol

Tingkat Nyeri

Kelompok Perlakuan

Kelompok Kontrol

F % f %

Tidak Nyeri

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

Nyeri Berat

Nyeri sangat Berat

0

2

6

2

0

0

20

60

20

0

0

0

6

4

0

0

0

60

40

0

Total 10 100 10 100

SD Perlakuan =1,430. Min-max=3-7SD kontrol =1,317. Min-max=4-8

Berdasarkan tabel 2 didapatkan data pada kelompok perlakuan maupun kontrol sebagian besar responden (60%) mengalami nyeri sedang. Standar deviasi kelompok pelakuan 1,430 dengan rentang nyeri 3-7 dan standar deviasi kelompok kontrol 1,317 dengan rentang nyeri 4-8.

Analisa bivariat

Tabel 3. Pengaruh terapi musik klasik pada kelompok perlakuan yang diberikan terapi musik klasik dan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi musik klasik terhadap tingkat nyeri persalinan kala I

Kelompok Perlakuan

Kelompok Kontrol

Pre Post Pre Post

Mean

SD

P-value

6,10

1,101

5,40

1,430

5,90

1,370

6,20

1,317

0,010 0,279

Berdasarkan tabel 3 didapatkan data mean kelompok perlakuan pretest 6,1 dan posttest 5,4 terjadi penurunan sebesar 0,7 point. Hasil uji paired t test nilai p-value 0,010<,0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap tingkat nyeri persalinan kala I pada kelompok perlakuan di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung.

Hasil mean pada kelompok kontrol pretest 5,9 dan posttest 6,20 terjadi peningkatan sebesar 0,3 point. Hasil uji paired t test nilai p-value 0,279>0,05, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang tidak diberikan terapi musik klasik terhadap tingkat nyeri persalinan kala I pada kelompok kontrol di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung.

Page 45: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan di Poned Puskesmas Banjaran Kabupaten Bandung 2016

26 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

PEMBAHASAN

Tingkat nyeri sebelum pada kelompok perlakuan yang diberikan terapi musik klasik dan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi musik klasik

Berdasarkan tabel 1 didapatkan data pada kelompok perlakuan maupun kontrol sebagian besar responden mengalami nyeri sedang yaitu kelompok perlakuan (70%) dan kelompok kontrol (60%). Standar deviasi kelompok pelakuan 1,101 dengan rentang nyeri 4-8 dan standar deviasi kelompok kontrol 1,370 dengan rentang nyeri 4-8.

Hasil penelitian menunjukan bahwa semua persalinan menimbulkan nyeri, nyeri yang dirasakan responden pada kala I fase aktif rata-rata pada tingkat sedang. Nyeri kala I bersifat lambat yang tidak terlokalisir, implus nyeri di trasmisi melalui T11-T12 segment saraf spinal dan bagian bawah thorak dan bagian atas lumbal saraf simpatis, dimana nyeri terjadi akibat dari kontraksi uterus dan pembukaan serviks. Lokasi nyeri ini meliputi bagian segmen abdomen dan menjalar kedaerah lumbal bagian belakang dan turun sampai dengan paha (Regina, 2011). Dan menurut Potter dan Perry (2006), nyeri persalinan hampir terjadi sekitar 90% ibu bersalin.

Pada penelitian ini juga menunjukan adanya tingkat nyeri berat, yaitu pada kelompok perlakuan (30%) dan kelompok kontrol (40%), tingkat nyeri yang dirasakan oleh responden dapat dipengaruhi oleh pengalaman persalinan dan ambang nyeri. Pada penelitian ibu dengan primigravida pada kelompok perlakuan maupun kontrol sebagian besar mengalami nyeri berat yaitu pada kelompok perlakuan (75%) dan kelompok kontrol (66,7%) berbeda dengan ibu multigravida pada kelompok perlakuan maupun kontrol hanya sebagian

kecil responden mengalami nyeri berat yaitu pada kelompok perlakuan (16,7%) dan kelompok kontrol (14,3%). Tingkat nyeri pada primigravida lebih berat dirasakan daripada multigravida, karena ibu multigravida sudah mengalami sehiggga dapat beradaptasi dan mampu menangganggulangi nyeri yang dirasakan. Hal ini diperkuat oleh Judha (2012) (5) bahwa pengalaman persalinan sebelumnya juga dapat mempengaruhi respon ibu terhadap nyeri. Ibu primigravida belum mempunyai pengalaman melahirkan akan merasa stres atau takut dalam menghadapi persalinan berbeda dengan multigravida sudah pernah melahirkan sehingga sudah punya pengalaman nyeri saat melahirkan. Ibu yang sudah mempunyai pengalaman melahirkan akan mampu merespon rasa nyeri tersebut.

Hal yang membuat primigravida merasakan nyeri persalinan lebih berat dari pada nyeri persalinan multigravida juga disebabkan multigravida mengalami effacement (penipisan serviks) bersamaan dengan dilatasi serviks, sedangkan pada primigravida proses effacement biasanya terjadi lebih dahulu daripada dilatasi serviks. Proses ini menyebabkan intensitas kontraksi yang dirasakan primigravida lebih berat daripada multigravida (Yuliatun, 2008).

Tingkat nyeri sesudah pada kelompok perlakuan yang diberikan terapi musik klasik dan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi musik klasik

Berdasarkan tabel 4.2 didapatkan data pada kelompok perlakuan muapun kontrol sebagian besar responden (60%) mengalami nyeri sedang. Standar deviasi kelompok pelakuan 1,430 dengan rentang nyeri 3-7 dan standar deviasi kelompok kontrol 1,317 dengan rentang nyeri 4-8.

Pada penelitian ini kelompok responden yang diberikan intervensi

Page 46: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan di Poned Puskesmas Banjaran Kabupaten Bandung 2016

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 27

mengalami perubahan tingkat nyeri setelah diberikan therapi musik klasik, yaitu sebagian besar responden (60%) nyeri sedang dan sebagian kecil responden (20%) nyeri ringan dan nyeri berat dengan rentang nyeri 3-7, responden yang tetap mengalami nyeri berat sebenarnya mengalami penurunan dari rata- rata pretest 7,5 postestt menjadi 7 dan responden yang tetap mengalami nyeri sedang pun mengalami penurunan dari rata – rata pretest 6 posttest menjadi 5,7. Terapi musik memiliki banyak manfaat yaitu pada ibu bersalin kala I dapat menurunkan stress dan mengurangi ketegangan otot, musik dapat mengurangi nyeri, musik menciptakan suasana rileks, aman, dan menyenangkan. Sebagaimana diungkapkan oleh Solehati dan Kosasih (2015) (6) bahwa musik mempengaruhi sistem limbic dan syaraf otonom sehingga merangsang pelepasan zat kimia Gamma Amino Butyric Acid (GABA), enkefalin, dan beta endorphin yang akan mengeliminasi neurotransmitter nyeri. Selain itu musik mempengaruhi pernafasan dengan mendengarkan musik irama tempo lambat atau musik yang bunyinya lebih panjang dan lebih lambat, pernafasan akan melambat sehingga membuat pikiran tenang.

Musik dihasilkan dari stimulus yang dikirim dari akson-akson serabut sensori ascenden ke neuron-neuron Reticular Activity System (RAS). Stimulus ini akan ditransformasikan oleh nuclei spesifik dari thalamus melewati area cortex serebri, sistemlimbik, corpus collosum, serta area sistem saraf otonom dan sistem neuroendokrin. Musik dapat memberikan rangsangan pada saraf simpatis dan parasimpatis untuk menghasilkan respon relaksasi. Karakteristik respon relaksasi yang akan ditimbulkan berupa penurunan frekuensi nadi dan keadaan relaksasi otot (6).

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Jona, Widodo dan Shobirun (2010) intensitas nyeri sebelum diberikan terapi musik klasik adalah nyeri sedang dengan skala 4-6 (100%), setelah diberikan terapi musik klasik intensitas nyeri adalah 59,1% nyeri sedang dan 40,9% nyeri ringan dengan hasil man whitney menunjukan nilai p=0,213(p>0,05).

Pengaruh terapi musik klasik pada kelompok perlakuan yang diberikan terapi musik klasik dan kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi musik klasik terhadap tingkat nyeri persalinan kala I

Berdasarkan tabel 4.3 didapatkan data mean kelompok perlakuan pretest 6,1 dan posttest 5,4 terjadi penurunan sebesar 0,7 point. Hasil uji paired t test nilai p-value 0,010<,0,05 sehingga Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini menunjukan bahwa ada pengaruh pemberian terapi musik klasik terhadap tingkat nyeri persalinan kala I pada kelompok perlakuan di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung.

Hasil mean pada kelompok kontrol pretest 5,9 dan posttest 6,20 terjadi peningkatan sebesar 0,3 point. Hasil uji paired t test nilai p-value 0,279>0,05, sehingga Ho diterima dan Ha ditolak. Hal ini menunjukan bahwa tidak ada pengaruh yang tidak diberikan terapi musik klasik terhadap tingkat nyeri persalinan kala I pada kelompok kontrol di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung.

Pada kelompok perlakuan, nyeri yang dirasakan mengalami penurunan sebesar 0,7 point. Dalam proses persalinan, terapi musik berfungsi mengatasi kecemasan dan mengurangi rasa sakit, kondisi ini akan memberikan stimulus kepada indra pendengar yang sulit diabaikan, sehingga akan berfokus pada sebuah benda atau

Page 47: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan di Poned Puskesmas Banjaran Kabupaten Bandung 2016

28 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

menutup matanya dan membayangkan sesuatu yang dinyatakan oleh syair musik tersebut.

Dengan musik yang sedang didengarkan tersebut dapat merangsang tubuh untuk melepaskan opiot endogen seperti endorphin dan dinorfin yang merupakan suatu pembunuh nyeri alami yang berasal dari tubuh melalui saraf desenden, sehingga pada saat nyeri neuron perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya substansi P akan menghasilkan impuls, pada saat tersebut endorphin akan memblokir lepasnya substansi P dari neuron sensorik, sehingga transmisi impuls nyeri di medulla spinalis menjadi terhambat dan sensasi nyeri menjadi berkurang.

Hal tersebut sesuai dengan teori Gate Kontrol bahwa impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan disepanjang sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Salah satu cara menutup mekanisme pertahanan ini adalah dengan merangsang sekresi endorphin yang akan menghambat pelepasan substansi P (7)

Hal ini juga terbukti dalam penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Cahya Kiswanti dkk (2010) (4) tentang efektifitas musik klasik terhadap penurunan nyeri persalinan kala I di bidan Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang yang diberikan selama 15 menit, rata – rata nyeri kelompok intervensi sebelum diberikan terapi musik klasik sebesar 7,40 kemudian berkurang menmeningkat menjadi 6,60. Hasil uji t, didapatkan 6,000 dengan p-value 0,000 < 0,005, ini menunjukan

ada perbedaan yang signifikan intesitas nyeri kelompok intervensi sebelum dan sessudah diberikan terapi musik klasik.

Pada kelompok kontrol dari sebelum sampai sesudah atau selama 15 menit terjadi peningkatan sebesar 0,3 point hal ini disebabkan kemajuan persalinan atau lama persalinan karena sifat nyeri persalinan semakin lama akan semakin bertambah kuat sebagaimana di jelaskan oleh regina (2011) nyeri persalinan secara fisiologi disebabkan oleh kontraksi uterus dan dilatasi serviks, nyeri timbul saat dimulainya persalinan yaitu pada kala I fase laten dan fase aktif, sifat nyeri yang dirasakan semakin lama semakin bertambah kuat.

Hal ini juga terbukti dalam penelitian sebelumnya, penelitian yang dilakukan oleh Cahya Kiswanti dkk (2010) tentang efektifitas musik klasik terhadap penurunan nyeri persalinan kala I di bidan Desa Gogodalem Kecamatan Bringin Kabupaten Semarang rata – rata nyeri persalinan kelompok kontrol sebelum sebesar 7,50 kemudian sesudah sedikit meningkat menjadi 7,60. Hasil uji t, didapatkan nilai p t hitung sebesar 0,429 dengan dengan p-value 0,678< 0,05 ini menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikasi nyeri persalinan kelompok kontrol sebelum dan sesudah.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang pengaruh terapi musik klasik terhadap tingkat nyeri persalinan kala I di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung tahun 2016 dapat diambil simpulan sebagai berikut :

Tingkat nyeri sebelum pada kelompok 1. perlakuan maupun kontrol sebagian besar responden mengalami nyeri sedang dengan rentang nyeri 4-8.

Page 48: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Terapi Musik Klasik Terhadap Tingkat Nyeri Persalinan di Poned Puskesmas Banjaran Kabupaten Bandung 2016

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 29

Tingkat nyeri sesudah pada kelompok 2. perlakuan maupun kontrol sebagian besar responden mengalami nyeri sedang dengan rentang nyeri kelompok perlakuan 3-7 sementara kelompok kontrol 4-8.Ada pengaruh pemberian terapi musik 3. klasik pada kelompok perlakuan yang diberikan terapi musik klasik dan dan tidak ada pengaruh kelompok kontrol yang tidak diberikan terapi musik klasik terhadap tingkat nyeri persalinan kala I di Poned Puskesmas Banjaran DTP Kabupaten Bandung Tahun 2016.

DAFTAR PUSTAKA

Regina, vt Novita. (2011). Asuhan Keperawatan Maternitas. Ghalia Indonesia.Bogor

Nichols, MP. (2010). Family Therapy, Concepts and Methods. Ninth Edition. Boston : Allyn dan Bacon

Potter, P. A., & Perry, A. G. (2006). Buku Ajar Fundamental. Jakarta : EGC

Cahya Kiswanti, Ari A, Moneca D (2013) efektifitas musik klasik terhadap penurunan nyeri persalinan kala I di bidan desa gogodalem kecamatan bringin kabupaten semarang. Diperoleh tanggal 25 Mei 2016

Judha, M., Sudarti, dan Fauziah.(2012) Nyeri dalam Persalinan. Yokyakarta : Nuha Medika.

Soehati T, dan Kosasih C. E. (2015). Konsep Dan Aplikasi Relaksasi Keperawatan Maternitas. PT Refika Aditama. Jakarta

Reeder, Martin dan Koniak-Griffin. (2011). Volume 1 Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi dan Keluarga Edisi 18. Jakarta: ECG.

Page 49: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

30

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

PERKEMBANGAN KEMAMPUAN BERJALAN ANAK USIA 9-15 BULAN YANG MENGGUNAKAN ALAT BANTU BERJALAN

(BABY WALKER) DI PUSKESMAS BUNGAH GRESIK

Alinea Dwi ElisantiAkademi Kebidanan Delima Persada Gresik, [email protected]

ABSTRAK

Pencapaian kemampuan berjalan anak berbeda-beda, meskipun beberapa bayi sudah bisa berjalan sebelum menginjak 1 tahun, namun berdasarkan penelitian, umumnya anak dapat berjalan di rentang 12-15 bulan. Terdapat beberapa penyebab yang memperlambat kemampuan anak dalam berjalan. Di antaranya adalah kemampuan anak untuk mencoba yang rendah, bobot tubuh yang kurang atau berlebihan dan trauma yang dialami anak saat mencoba berjalan untuk pertama kalinya. Ada pula penyebab lain seperti gangguan suatu penyakit, gangguan pada saraf otak. Tapi umumnya, yang paling sering terjadi adalah stimulasi yang kurang dari orang tua, salah satunya yaitu penggunaan alat bantu berjalan (baby walker) yang sering digunakan sebagai cara orang tua agar anaknya bisa aman jika di tinggal melakukan aktifitas rumah tangga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi perkembangan motorik kasar (kemampuan berjalan) anak usia 9-15 bulan yang menggunakan alat bantu berjalan (baby walker). Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar bayi yang menggunakan baby walker mengalami keterlambatan kemampuan berjalan (60%). Sehingga di sarankan untuk orang tua agar mengurangi penggunaan alat bantu berjalan (baby walker) secara terus menerus, perlu dilakukan stimulasi berjalan oleh orang tua melalui melatih anak berjalan secara langsung dengan memeganginya, membiarkan anak belajar melangkah dari satu tempat ke tempat lain dalam jarak dekat, menghindari tindakan yang menyebabkan trauma pada anak saat belajar berjalan contohnya perbuatan yang menyebabkan anak terjatuh atau teriakan yang membuat anak kaget dan menangis.

Keywords : Perkembangan motorik kasar, kemampuan berjalan, anak usia 9-15 bulan, baby walker

Page 50: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Perkembangan Kemampuan Berjalan Anak Usia 9-15 Bulan Yang Menggunakan Alat Bantu Berjalan (Baby Walker) di Puskesmas...

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 31

PENDAHULUAN

Pencapaian kemampuan berjalan anak berbeda-beda, meskipun beberapa bayi sudah bisa berjalan sebelum menginjak 1 tahun, namun berdasarkan penelitian, umumnya anak dapat berjalan di rentang 12-15 bulan (Anwar Mahdin, 2003)

Berbagai masalah perkembangan anak seperti keterlambatan motorik, berbahasa, perilaku, autisme, hiperaktif, dalam beberapa tahun terakhir ini semakin meningkat, angka kejadian di Amerika serikat berkisar 12-16% (American Academy of Pediatrics, Committee on Children with Disabilities. Developmental surveillance and screening of infant and young children, 2001), Thailand 24%, dan Argentina 22%, di Indonesia antara 13%-18% (Human Development Department The World Bank; 1996).

Data WHO pada tahun 2010 menyebutkan bahwa diberbagai negara berkembang, secara statistik sekitar 4% balita tidak bisa mencapai perkembangan motoriknya tepat waktu. Tapi dari angka itu hanya sekitar 15-20% saja anak yang perkembangannya abnormal, selebihnya masih bisa berkembang normal meski sedikit lebih lambat.

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Jawa Timur, melakukan pemeriksaan terhadap 2.634 anak dari usia 0-72 bulan, ditemukan bahwa perkembangan normal sesuai dengan usia 20,2% , meragukan (membutuhkan pemeriksaan lebih dalam) sebanyak 13%, penyimpangan perkembangan sebanyak 10,3%. Dari penyimpangan perkembangan, 30% terkena gangguan motorik kasar (seperti berjalan, duduk), 7,3 % gangguan motorik halus (seperti menulis, memegang), 5,2 % gangguan berbicara bahasa dan 14% gangguan sosialisasi kemandirian. Berdasarkan data diatas terlihat bahwa

angka meragukan dan penyimpangan perkembangan masih cukup besar di Indonesia.

Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Puskesmas Bungah Gresik melalui wawancara terkait perkembangan motorik kasar (kemampuan berjalan) terhadap 10 Ibu Bayi yang berumur 9-15 bulan dan observasi Kartu Menuju Sehat (KMS) diketahui perkembangan yang tidak sesuai, meliputi : 4 (40%) anak tidak bisa berjalan dan dari ke 4 anak yang belum bisa berjalan, 3 diantaranya menggunakan alat bantu jalan berupa Baby Walker.

Menurut Prasetyo (2007), Ada beberapa penyebab yang memperlambat kemampuan anak dalam berjalan. Di antaranya adalah kemampuan anak untuk mencoba yang rendah, bobot tubuh yang kurang atau berlebihan dan trauma yang dialami anak saat mencoba berjalan untuk pertama kalinya. Ada pula penyebab lain seperti gangguan suatu penyakit, gangguan pada saraf otak. Tapi umumnya, yang paling sering terjadi adalah stimulasi yang kurang dari orang tua.

Diantara dampak dari keterlambatan berjalan adalah berpengaruh nyata terhadap mekanisme self-regulatory, bila terjadi keterlambatan dalam locomotion dan perkembangan motorik akan merusak akses terhadap sumber eksternal yang berpengaruh kurang baik terhadap regulasi emosional, sehingga akan mengakibatkan terhambatnya perkembangan anak.

Menurut Suririnah (2009), beberapa upaya untuk mengatasi masalah perkembangan motorik anak yaitu memberikan stimulasi yang tepat, seperti mengizinkan anak untuk bereksplorasi kesegala penjuru rumah, apabila anak mulai merangkak dan merambat, mengusahakan melepas anak dari gendongan dan penggunaan baby walker

Page 51: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Perkembangan Kemampuan Berjalan Anak Usia 9-15 Bulan Yang Menggunakan Alat Bantu Berjalan (Baby Walker) di Puskesmas...

32 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

sesering mungkin, sehingga otot kakinya lebih lincah bergerak, mengajak anak bermain untuk menstimulasi motoriknya, misalnya mengambil bola yang dilempar, mengajak anak berjalan-jalan sore atau pagi hari, menyediakan tongkat berputar untuk bertumpu pada satu poros, mengajak berenang, karena dengan berenang akan membuat semua otot tubuhnya bergerak, mulai dari otot kaki, lengan dan lehernya, dan lain-lain.

Berdasarkan paparan masalah yang ada maka perlu dilakukan penelitian untuk mengidentifikasi perkembangan motorik kasar (kemampuan berjalan ) anak usia 9-15 bulan yang menggunakan alat bantu berjalan (Baby Walker) di Puskesmas Bungah Gresik.

Metode

Penelitian ini merupakan studi deskriptif dengan rancangan penelitian Case Control. Dalam hal ini bertujuan untuk mengidentifikasi perkembangan motorik kasar (kemampuan berjalan) pada bayi usia 9-15 bulan yang menggunakan alat bantu berjalan (Baby Walker). Populasi yang diambil yaitu seluruh bayi dan anak usia 9-15 bulan yang periksa di Puskesmas Bungah Gresik Tahun 2012. Teknik sampling yang digunakan yaitu simple random sampling dengan besar sampel 40 anak. Variabel penelitian yaitu perkembangan motorik kasar (kemampuan berjalan). Data yang terkumpul akan diolah melalui proses cleaning, editing, scoring, tabulating dan terakhir akan di sajikan menggunakan tabel distribusi frekuensi.

Hasil

Penggunaan 1. baby walker pada anak usia 9-15 Bulan

Tabel 1. Distribusi frekuensi penggunaan baby walker pada anak usia 9-15 bulan di

Wilayah Puskesmas Bungah Penggunaan baby walker Jumlah %

Ya 20 50

Tidak 20 50

Jumlah 40 100

Tabel 1 menunjukkan jumlah anak yang menggunakan alat bantu berjalan (baby walker) sama dengan anak yang tidak menggunakan baby walker yaitu 50%.

Kemampuan Berjalan Anak usia 2. 9-15 Bulan yang menggunakan baby walker

Tabel 2 Kemampuan berjalan anak usia 9-15 bulan yang menggunakan baby walker Di Wilayah Puskesmas Bungah

Kemampuan Berjalan Jumlah %

Cepat 1 5

Sesuai 7 35

Lambat 12 60

Jumlah 20 100

Tabel 2 menunjukkan sebagian besar bayi yang menggunakan baby walker mengalami keterlambatan kemampuan berjalan (60%) dan hanya 5% anak yang mempunyai kemampuan berjalan cepat.

PEMBAHASAN

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak usia 9-15 bulan yang menggunakan alat bantu berjalan mengalami keterlambatan perkembangan motorik kasar yaitu kemampuan berjalan. Menurut Anditia, 2010. mengatakan bahwa baby walker mengganggu aktivitas motorik anak karena hanya melibatkan sebagian serabut motorik otot saja, yaitu otot-otot betis. Padahal untuk bisa berjalan dengan lancar dan benar fungsi otot paha dan otot pinggul juga perlu dilatih.

Baby walker juga bisa membuat anak malas berjalan karena ketergantungan

Page 52: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Perkembangan Kemampuan Berjalan Anak Usia 9-15 Bulan Yang Menggunakan Alat Bantu Berjalan (Baby Walker) di Puskesmas...

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 33

anak pada baby walker. Meskipun belum ada penelitian yang pasti, baby walker dicurigai dapat mengakibatkan kelainan kaki pada anak, yaitu pada tulang paha karena saat posisi duduk di baby walker adalah duduk sambil mengangkang. Selain itu beberapa dampak penggunaan baby walker yaitu mengganggu aktivitas motorik anak karena hanya melibatkan sebagian serabut motorik otot saja, menghambat kemampuan anak dalam menggulingkan badan, merangkak, dan merayap Padahal kemampuan tersebut merupakan tahapan bagi anak sebelum akhirnya anak bisa berdiri dan berjalan.

Pendapat ini sejalan dengan perrnyataan Suryanto (2007), stimulasi dari orang tua dengan penggunaan Baby walker pada bayi juga dapat mempengaruhi perkembangan anak karena dapat menyebabkan anak tidak menggunakan otot panggulnya secara optimal, karena rangsangan baby walker hanya pada otot betis saja. Padahal untuk bisa berjalan dengan lancar dan benar, fungsi otot paha dan otot pinggul juga perlu dilatih.

Wirawan, Henny E (2009) menyebutkan bahwa keterlambatan berjalan bayi dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah kemampuan anak untuk mencoba yang rendah, bobot tubuh kurang atau berlebihan, trauma yang dialami anak saat mencaba berjalan, gangguan suatu penyakit dan stimulasi dari orang tua yang kurang tepat seperti penggunaan baby walker pada bayi.

Menurut Aditama (2007) pada anak usia 9-15 bulan merupakan awal dari kematangan organ tubuh bagian kaki. Kaki mulai dapat menahan beban tubuhnya meski keseimbangan belum dapat dicapai. Pada usia ini anak sudah dapat duduk dengan sempurna, mengubah posisi dari duduk ke tengkurap atau sebaliknya secara seimbang.

Anak juga dapat merangkak dengan bertumpu pada kedua tangan dan lututnya. Selain itu, anak sudah bisa berpegangan pada tepi sofa atau meja sebagai upaya untuk belajar berdiri. Di akhir tahun pertamanya, anak akan menunjukkan kemampuannya menggerakkan kaki dan melangkah sendiri untuk pertama kalinya.

Seharusnya yang perlu dilakukan oleh orang tua adalah memberikan rangsangan sewajarnya, waktu yang tidak berlebihan dan mengikuti insting anak. Oleh karena itu sebaiknya orang tua tidak menggunakan baby walker untuk memindahkan tugas orang tua dalam melatih bayinya berjalan. Cara terbaik mengajar berjalan adalah dengan cara menatihnya dan membiarkannya belajar melangkah dari satu tempat ke tempat lain dalam jarak dekat.

KESIMPULAN

Sebagian besar anak usia 9-15 bulan yang menggunakan alat bantu berjalan (baby walker) mengalami keterlambatan kemampuan berjalan (60%). Sehingga disarankan untuk mengurangi penggunaan alat bantu berjalan (baby walker) secara terus dan perlu dilakukan stimulasi berjalan oleh orang tua melalui melatih bayinya berjalan secara langsung dengan memegangi bayi / anak dan membiarkan anak belajar melangkah dari satu tempat ke tempat lain dalam jarak dekat. Hindari tindakan yang menyebabkan trauma pada anak contohnya perbuatan yang menyebabkan anak terjatuh atau teriakan yang membuat anak kaget dan menangis.

DAFTAR PUSTAKA

Aditama. (2007). Kapan Si Kecil Mulai Berjalan.www.portal.cbn.net.id. Diakses : tanggal 22 Februari 2012.

Page 53: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Perkembangan Kemampuan Berjalan Anak Usia 9-15 Bulan Yang Menggunakan Alat Bantu Berjalan (Baby Walker) di Puskesmas...

34 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

American Academy of Pediatrics, Committee on Children with Disabilities. Developmental surveillance and screening of infant and young children. Pediatrics. 2001;108:192-6.

Anditia, Rasti. (2010). 101 hal penting merawat bayi yang wajib anda ketahui, Jogjakarta : Katahati

Anwar, Husaini Mahdin, dkk. (2003). Perkembangan Gerak Motorik Kasar (Motor Milestone) Anak Umur 4-18 Bulan Laporan Akhir Penelitian Studi Motor Milestone Untuk Pembuatan KMS Perkembangan Anak. Jakarta : Puslitbang Gizi.

Direktorat Bina Kesehatan Keluarga. Direktorat Jenderal Pembinaan Kesehatan Masyarkat. Pedoman deteksi dini tumbuh kembang balita. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 1998.

Prasetyo, Noverto Aji. (2007). Baby Walker Tidak Membuat Bayi Cepat Berjalan. www.group.google.co.id. Diakses : tanggal 22 maret 2013.

Suririnah, (2009). Buku Pintar Merawat Bayi 0-12 Bulan, Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama.

Suryanto, Swastioko Budhi. (2007). Mana Lebih Dulu, Tumbuh Gigi, Bicara Atau Jalan ? www.migas-indonesia.net. Diakses : tanggal 28 Maret 2012.

Wirawan, Henny E, (2009). Berjalan Pada Bayi Dan Stimulusnya, http://ummukautsar.wordpress.com Diakses : tanggal 29 Maret 2012.

Young ME. Early child development: investing in the future. Human Development Department (HDD) The World Bank; 1996.

Page 54: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

35

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

PENERAPAN HYPNOBIRTHING PADA IBU BERSALIN DI BPM SUPRAPTI NDOMAS MENGANTI GRESIK

SupraptiAKBID Delima Persada Gresik, [email protected]

ABSTRAK

Metode hypno-brithing merupakan salah satu teknik otohipnosis (selfhypnosis) atau swasugesti, dalam menghadapi dan menjalani kehamilan serta persiapan melahirkan sehingga para eanita hamil mampu melalui masa kehamilan dan persalinanaya dengan cara yang alami, lamcar, dan nyaman tanpa rasa sakit) dan yang lebih penting lagi adalah untuk kesehatan jiwa dari bayi yang dikandungnya. Pertolongan persalinan dengan menerapkan Hypnobirthing intranatal care terbukti mampu menjawab kekhawatiran dan ketakutan ibu hamil dalam menghadapi prosespersalinan. Sebuah penelitian menunjukkan ibu hamil yang mendapat perawatan hipnobirthing mulai dari kala I fase aktif pada kelas prenatal mempunyai emosional yang lebih positif dan tidak mengalami masalah psikologis post partum dibanding wanita yang tidak mengikuti hypnobirthing prenatal class.Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efekpenerapan hipnobirthing intranatal care terhadap percepatan kemajuan kala I fase aktif pada proses persalinan.Rancangan penelitian ini menggunakan rancangan deskriptif cohort prospektif. Populasi pada penelitian ini adalahsemua ibu hamil saat inpartu di BPM Suprapti,S.ST,MKes. Menganti Gresik sebanyak 20 orang.Prosedur penelitian ini dilakukan dengan melaksanakan penerapan hypnobirthing intranatal natal pada ibu hamil saat inpartu yang sebelumnya klien sudah mendapatkan penjelasan tentang penelitian dan telah menandatangani suratpersetujuan. Hasil penelitian menunjukkan ibu bersalin yang menggunakan teknik hipnobirthing lebih cepat melalui proses persalinan dibandingkan dengan ibu bersalin yang tidak mendapatkan perawatan hipnobirthing. Dari 10 orang yang mendapat perawatan hipnobirthing diketahui 10 orang melahirkan secara normal dengan lama persalinan dari kala I fase aktif sampai bayi lahir selama 3 jam, sedangkan 10 responden yang tidak dilakukan terapi hipnobirthing diketahui 5 orang mengalami persalinan secara normal dengan lama proses persalinan mulai kala I sampai bayi lahir selama 6 jam, 2 orang di lakukan rujukan karena prolonge aktif phase sedangkan yang 3 orang belum inpartu.

Kata Kunci: Hypnobirthing intranatal, persalinan

Page 55: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Penerapan Hypnobirthing Pada Ibu Bersalin di BPM Suprapti Ndomas Menganti Gresik

36 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

PENDAHULUAN

Tolok ukur keberhasilan pembangunan kesehatan Nasional di Indonesia adalah menurunya Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) di wilayah Kabupaten Gresik AKI di tahun 2016 (17) sudah turun 2 yang semula berada dizona merah sekarang di zona kuning. Untuk menerapkan asuhan persalinan pada ibu saat inpartu bidan harus kompeten dalam menekan penyulit yang akan terjadi sehingga dapat merupakan daya ungkit terhadap penurunan AKI dan AKB terutama di wilayah Menganti Kabupaten Gresik dan salah satu upaya dengan menerapkan hypnobirthing intranatal , diharapkan proses persalinan berjalan lancar sesuai dengan harapan sehingga tidak terjadi penyulit ataupun komplikasi saat post partum.

Faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan wanita antara lain: status gizi wanita dalam masyarakat masih rendah, kesehatan reproduksi, dimana seorang wanita mengalami hamil, melahirkan serta nifas yang beresiko menyebabkan kematian, ketidak mampuan wanita untuk memelihara kesehatannya sendiri akibat pendidikan yang rendah, kurangnya status ekonomidalam upaya pemeliharaan kesehatan, sosialbudaya, ekonomi, pelayanan kesehatantidak terjangkau, pengetahuan yang rendah (Yuniati, 2011). Kenyataannya banyak temuan ilmiah namun bukan pada domain kebidananyakni mengupayakan proses reproduksiberjalan dengan fisiologis, tetapi lebihkearah medikal. Misalnya penggunaanberbagai macam obat dalam mempercepat proses persalinan misal mesoprostol yang sebetulnya sangat dilarang dan berbahaya yang bisa mengakibatkan ruptura uteri berdasarkan pada filosofi diatas,maka manajemen asuhan persalinan haruslah memanfaatkan

alam dan kompetensi dan kualitas pelayanan serta tingkat kepatuhan bidan yang paling utama dan penerapan asuhan persalina normal bidanmisalnya dengan penerapan Hypnobirthing intranatal (Simkin, 2007).

Dilihat dari segi psikologis, Menurut Erwin Kusuma, Sp.Kj, psikiater anak dan remaja , medical pada dasarnya manusia ibarat biokomputer. Untuk mencapai sebuah kondisi yang sehat perlu adanya keseimbangan antara tubuh dan pikiran. Pada ibu hamil,kondisi hormone cenderung menciptakan sebuah ketidakstabilan tubuh dan pikiran.Relaksasi adalah teknik untuk mencapai kondisi rileksnya tubuh dan pikiran,pada saat ibu hamil beristirahat dalam keadaan duduk atau terbaring rileks, otot-otot dinding perut dan rahim juga dalam keadaan rileks.Selama kehamilan,ibu mengalami perubahan fisik dan psikis yang terjadi akibat perubahan hormon. Perubahanini akan mempermudah janin untuktumbuh dan berkembang sampai saatdilahirkan. Adapun Primipara mengalami proses persalinan lebih lama dari pada proses persalinan pada multipara sehinggaprimipara mengalami nyeri persalinanlebih lama pula. Hal tersebut menyebabkan primipara merasa lebih letih, persepsi nyeri meningkat dan rasa takut lebih parahyang dapat meningkatkan intensitas nyeri.Pada trimester ketiga (28-40 minggu), kecemasan menjelang persalinan ibu hamil semakin meningkat. Pertanyaan dan bayangan apakah dapat melahirkan normal,cara meneran, apakah akan terjadi sesuatu saat melahirkan, atau apakah bayi lahir selamat, akan semakinsering muncul dalam benak ibu hamil. Pandangan lain mengatakan bahwa pada usia kehamilan tujuh bulan ke atas, tingkat kecemasan ibu hamil semakin akut dan intensif seiring dengan mendekatnya kelahiran bayi pertamanya.

Page 56: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Penerapan Hypnobirthing Pada Ibu Bersalin di BPM Suprapti Ndomas Menganti Gresik

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 37

Di samping itu, trimester inimerupakan masa riskan terjadinya kelahiran bayi prematur sehingga menyebabkan tingginya kecemasan pada ibu hamil. Proses persalinan normal merupakan proses lahirnya bayi dengan serangkaian kejadian yang dipersepsikan sebagai sebuah peristiwa yang menakutkan dan menimbulkan rasa sakit yang luar biasa. Sebagian ibu juga merasa trauma dengan proses persalinan pertamanya karena berbagai macam kesulitan dan rasa nyeri saat persalinan sehingga mereka enggan untuk merencanakan mempunyai anak kembali. Beberapa hal diatas membuat ibu hamil merasakan kecemasan yang hebat menjelang kelahiran bayinya.Secara hormonal, kecemasan dapat disebabkan karena adanya penurunan hormone endorfin. Hormon endorfin adalah hormon yang secara alami diproduksi oleh tubuh dan berfungsi sebagai analgesik alami. Menurut penelitian, endorfin memiliki kekuatan 200 kali lipat dari pada morfin. Peningkatan produksi endorphin dapat diperoleh dengan menciptakan kondisi tenang pada tubuh, yang dapat dilakukan melalui cara hipnotis. Hipnosis dalam proses melahirkan pertama kali diteliti oleh Dr Grantly Dick-Read pada 1940, untuk mengetahui penggunaan hipnosis dalam membantu para wanita pada saat menghadapi tahapan persalinan dan melahirkan bayi yang sebenarnya. Ditemukan kenyataan bahwa ibu yang terlatih hypnobirthing menyatakan nyaman, tenang dan lancar saat melahirkan. Menurut ilmu kedokteran, rasa nyeri merupakan suatu hubungan kompleks antara berbagai macam faktor fisik dan psikis. Rasa takut akan menghalangi proses persalinan karena ketika tubuh manusia mendapatkan sinyal rasa takut, tubuh akan mengaktifkan pusat siaga dan pertahanan. Akibatnya rahim hanya mendapatkan sedikit aliran darah sehingga menghalangi proses persalinan

dan meningkatkan rasa nyeri serta menyebabkan waktu melahirkan menjadi lebih panjang.

Berdasarkan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengkaji efek hipnobirthing terhadap proses persalinan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan cohort prospektif. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu hamil saat inpartu diBPM Suprapti bulan Januari – Desember Tahun 2016 sebanyak 20 orang yang pernah mengikuti pelatihan hypnobirthing saat antenatal care. Adapun teknik sampling yang digunakanadalah total sampling dengan kriteria sampel adalah ibu hamilsaat inpartu yang bersedia menjadi responden dan Ibu hamil dengan usia kehamilan ≥ 38 minggu.Kriteria Eksklusi adalah ibu yang mengalami resiko tinggi kehamilan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Terhitung dari tanggal 10 Januari sampai Desember 2016diketahui 20 (duapuluh) responden memenuhi kriteria inklusi. Dari 20 responden diikuti proses persalinannya. Dari 20 responden tersebut dilakukan treatmen hipnobirthing sebanyak 10 responden dan 10 responden tidak dilakukan hipnobirthing. 10 orang yang dilakukan treatment hipnobirthing diketahui 10 orang melahirkan secara normal dengan lama persalinan dari kala I fase aktif sampai bayi lahir selama 3 jam, sedangkan 10 responden yang tidak dilakukan terapi hipnobirthing diketahui 5 orang mengalami persalinan secara normal dengan lama proses persalinan mulai kala I sampai bayi lahir selama 6 jam, 2 orang di lakukan rujukan karena prolonge aktif phase sedangkan yang 3 orang belum inpartu.

Page 57: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Penerapan Hypnobirthing Pada Ibu Bersalin di BPM Suprapti Ndomas Menganti Gresik

38 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Dari evidance based practice ditemukan bebarapa bukti ilmiah antaralain: Review dari Cochrane menginformasikan bahwa epidural tidak hanya menghilangkan nyeri persalinan, namun seperti tindakan medikal lainnya berdampak pada perpanjangan persalinan, peningkatan penggunaan oksitosin, peningkatan persalinan dengan tindakan seperti forcep atau vakum ekstraksi, dan tindakan seksioses area karena kegagalan putaran paksi dalam, resiko robekan hingga tingkat 3-4 dan lebih banyak membutuhkan tindakan episiotomi pada nulipara (Rock JP, 2000). Studi lain tentang sentuhan persalinan membuktikan bahwa dengan sentuhan persalinan 56 persen lebih sedikit yang mengalami tindakan Seksio caesarea, pengurangan penggunaan anestesi epidural hingga 85 persen, 70 persen lebih sedikit kelahiran dibantu forsep, 61 persen penurunan dalam penggunaan oksitosin; durasi persalinan yang lebih pendek 25 persen, dan penurunan 58 persen pada neonatus yang rawat inap (Field T,1997). Dengan terbiasanya ibu melakukan relaksasi, jalan lahir untuk janin akan lebih mudah terbuka sehingga ibu tidak akan terlalu kelelahan saat melahirkan. Jadi dengan relaksasi yang rutin, ibu akan terbiasa dengan kondisi ini dan akan sangat terbantu dalam proses persalinanya hingga nyeri saat persalinan dapat berkurang (Andriana, 2007).

Hypnobirthing Intranatal Care terbukti mampu menjawab kekhawatiran dan ketakutan ibu hamil dalam menghadapi rasa sakit pada saat proses persalinan, seperti data yang ditemukan dalam penelitian yang dilakukan oleh Shawn Gallagher pada 2001, yang menyebutkan bahwa fase aktif pada wanita nulipara 12 jam, sementara pada wanita yang mengikuti Hypnobirthing intranatal fase aktifnya 4,5 jam. Sementara Kala

II (kala pengeluaran) pada nulipara rata-rata 2 jam sedangkan pada wanita yang dilakukan Hypnobirthing intranatal lama Kala II adalah ½ - 1 jam. Pada penelitian lain yang dilakukan oleh Nanda Anggaini Estu Dewi (2015 )menunjukkan hasil bahwa teknik relaksasi hypnobirthing dapat menurunkan nyeri persalinan kala I dan juga memberikan gambaran secara umum pada ibu yang akan melahirkan sehingga ibu akan merasa lebih tenang dalam menjalani persalinan.sebelumnya sudah diajarkan Hypnobirthing saat Ante natal care mempunyai emosional yang lebih positif dan tidak mengalami masalahpsikologis post partum dibanding wanita yang tidak mengikuti Hypnobirthing ante natalcare. Menurut American Pregnancy Association teknik ini Hypnobirthing dapat digunakan selama kehamilan dan persalinan untuk mempersiapkan seorang ibu untuk melahirkan dan atau untuk mencoba untuk mengatasi sejumlah isu mulai dari ketakutan dan kondisi kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan, untuk kemungkinan mengurangi atau menghilangkan rasa sakit selama persalinan.

REFERENSI

Dini Enggar W, SST1, Titik Ariyanti, S.SiT, M.Kes2, Ni Ketut K, SST ([email protected], [email protected] 2015 )

Sarwono, Sarlito W. 2011. Psikologi Remaja. (Edisi Revisi). Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Sarwono. Sarlito Wirawan. (2011). Teori- Teori Psikologi Sosial. Jakarta: PT Rajagrafindo Persada.

Wulanda, Biologi Reproduksi, ( Jakarta: Salemba Medika, 2011)

Aprillia, Yessi. Hypnobirthing membuat persalinan lancar dan aman. 2011 (www.bidankita.com)

Page 58: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Penerapan Hypnobirthing Pada Ibu Bersalin di BPM Suprapti Ndomas Menganti Gresik

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 39

Santoso S. 2012. Aplikasi SPSS Pada Statistik Parametrik. Elex Media Komputindo: Jakarta

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R dan D. Alfabetha: Bandung

Leny Kuswandi pakar hypnobirthing Indonesia , (Yogjakarta : 2009) [email protected], [email protected] (Yogyakarta: Nuha Medika, 2012, Cetakan I)

Aprillia, Yessi. Hypnobirthing membuat persalinan lancar dan aman. 2011 (www.bidankita.com)

Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif R dan D. Alfabetha: Bandung

Riwidikdo. 2007. Statistik Kesehatan. Mitra Cendikia Press: Yogyakarta

PENGARUH PERAN KADER

Page 59: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

40

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

TERHADAP PERILAKU IBU HAMIL MENDETEKSI RISIKO TINGGI KEHAMILAN DALAM DESA SIAGA DI DESA

SEKAPUK

Sri Rulihari1

Program Studi D-III Kebidanan AKBID Delima Persada Gresik, [email protected]

ABSTRAK

Setiap kehamilan memiliki risiko. Dimana 4 terlambat penyebab kematian ibu salah satunya yaitu terlambat mendeteksi Resti. Banyak ibu tidak aktif memeriksakan kehamilannya, sehingga kemampuan deteksi Resti kehamilannya relatif masih rendah. Ini juga dikarenakan kurangnya peran kader untuk melakukan deteksi dini Resti kehamilan. Di Desa Sekapuk dari 30 ibu hamil yang termasuk Resti yaitu 30%. Tujuan penelitian ini diketahuinya pengaruh peran kader terhadap perilaku ibu hamil mendeteksi Resti kehamilan di Desa Siaga Desa Sekapuk wilayah kerja Puskesmas Sekapuk, Gresik.

Jenis penelitian ini Analitik dengan Desain Penelitian Cross Sectional. Dengan variabel peran kader dan perilaku ibu hamil. Populasinya semua ibu hamil dan kader didesa Sekapuk pada bulan Maret-April 2017 sebanyak 30 orang, sampel diambil dengan Teknik Random Sampling sebanyak 28 orang. Data dikumpulkan dari kuisioner. Diuji dengan uji korelasi Spearman Rank. dengan taraf signifikan 0,05.

Dianalisa dengan menggunakan tabulasi silang, hasil menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil mampu mendeteksi Resti kehamilan sebanyak 78,6% dan ibu yang tidak mampu mendeteksi Resti kehamilan sebanyak 21,4%, kemudian diuji korelasi Spearman Rank menunjukkan nilai ρ<α (0,005<0,05).

Dari data yang dianalisis diketahui bahwa ada pengaruh antara peran kader dengan perilaku ibu hamil mendeteksi Resti kehamilan di Desa Siaga Desa Sekapuk. Semakin baik peran kader terhadap deteksi Resti kehamilan maka semakin banyak ibu hamil yang mampu mendeteksi Resti, dengan salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu skrining antenatal.

Keywords: peran kader, Resti kehamilan

Page 60: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Peran Kader Terhadap Perilaku Ibu Hamil Mendeteksi Risiko Tinggi Kehamilan Dalam Desa Siaga di Desa Sekapuk

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 41

PENDAHULUAN

Indikator derajat kesehatan dan kesejahteraan masyarakat adalah menurunkan angka kematian maternal dan perinatal. Saat ini status kesehatan ibu dan anak di Indonesia masih jauh dari harapan, ditandai dengan masih tingginya AKI, bahkan tergolong tinggi di dunia AKI, selama 2016 sebanyak 228/100.000 KH (Sindo, 2017). Saat ini dalam setiap menit setiap hari, seorang ibu meninggal disebabkan oleh komplikasi yang berhubungan dengan kehamilan, persalinan dan nifas. Setiap kehamilan memiliki risiko. Berdasarkan data PWS KIA Puskesmas Sekapuk di Desa Sekapuk tercatat jumlah Kehamilan Risiko Tinggi (KRT) melebihi target sasaran. Dimana 4 terlambat penyebab kematian ibu adalah salah satunya terlambat mendeteksi risiko tinggi.

Apabila seorang ibu hamil memiliki kemampuan yang lebih tentang risiko tinggi kehamilan maka kemungkinan besar ibu akan berpikir untuk menentukan sikap, berperilaku untuk mencegah atau mengatasi masalah risiko kehamilan tersebut dengan memiliki kesadaran untuk melakukan kunjungan antenatal. Idealnya ibu hamil tahu tanda-tanda yang normal dan tidak normal dalam kehamilannya. Deteksi saat pemeriksaan kehamilan sangat membantu persiapan pengendalian risiko (Manuaba, 2009). Namun kenyataannya masih banyak ibu tidak aktif memeriksakan kehamilannya sehingga kemampuan untuk deteksi risiko tinggi kehamilannya relatif masih rendah. Ini juga tidak luput dari kurangnya peran kader yang membantu bidan desa untuk melakukan deteksi dini risiko tinggi kehamilan.

Berdasarkan PWS KIA di Desa Sekapuk Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik pada bulan Februari

2017 jumlah ibu hamil 30 ibu hamil, cakupan ibu hamil risiko tinggi sebesar 9 ibu hamil, cakupan deteksi faktor risiko & komplikasi oleh masyarakat sebesar 2 ibu hamil, cakupan deteksi faktor risiko & komplikasi oleh tenaga kesehatan sebesar 7 ibu hamil.

Faktor penyebab rendahnya perilaku ibu dalam mendeteksi risiko tinggi kehamilan disebabkan oleh kurangnya informasi ibu tentang risiko tinggi kehamilan, sikap atau perilaku ibu itu sendiri selama hamil serta didukung oleh pengetahuan dan pendidikan ibu terhadap kehamilannya. Beberapa faktor yang melatarbelakangi risiko kematian ibu tersebut adalah disebabkan kemampuan ekonomi keluarga rendah, kedudukan sosial budaya yang tidak mendukung, sarana kesehatan yang tidak mendukung, dan kurang berfungsinya kader. Jika ditarik lebih jauh beberapa perilaku tidak mendukung tersebut juga bisa membawa risiko (Rochjati, 2011).

Kurangnya kemampuan ibu dalam mendeteksi risiko tinggi kehamilan dapat menyebabkan tidak dapat diketahuinya berbagai komplikasi ibu yang dapat mempengaruhi kehamilan atau komplikasi hamil sehingga tidak segera dapat diatasi. Apalagi ibu hamil yang tidak melakukan pemeriksaan kehamilan, maka tidak akan diketahui apakah kehamilannya berjalan dengan baik atau mengalami keadaan risiko tinggi dan komplikasi obstetri yang dapat membahayakan kehidupan ibu dan janinnya. Dan dapat menyebabkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi (Saifuddin, 2009).

Desa Siaga sebagai upaya untuk lebih mendekatkan pelayanan kesehatan dasar kepada masyarakat. Memperhatikan tujuan dan ruang lingkup pengembangan desa siaga tersebut, maka pemberdayaan masyarakat khususnya kader kesehatan

Page 61: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Peran Kader Terhadap Perilaku Ibu Hamil Mendeteksi Risiko Tinggi Kehamilan Dalam Desa Siaga di Desa Sekapuk

42 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

yang telah ada dibidang Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu komponen yang penting dalam pencapaian tujuan Desa Siaga dalam hal penurunan angka kematian ibu dan bayi.

Skrining antenatal merupakan suatu kegiatan deteksi pro-aktif pada semua ibu hamil untuk menemukan faktor risiko yang belum memberikan gejala atau keluhan dengan menggunakan Kartu Skor “Poedji Rochjati” (KSPR). Dalam strategi pendekatan risiko, kegiatan skrining merupakan komponen penting dalam pelayanan kehamilan yang harus diikuti dengan Komunikasi Informasi dan Edukasi (KIE) kepada ibu hamil, suami, dan keluarga untuk perencanaan persalinan aman dilakukan persiapan rujukan terencana bila diperlukan. Skrining antenatal pada ibu hamil sedikitnya dilakukan 4 kali selama masa kehamilan yaitu 1 kali pada trimester I, 1 kali pada trimester II dan 2 kali pada trimester III.

Posyandu merupakan pemantauan terhadap kondisi kesehatan ibu dan anak secara rutin dan terus menerus tiap bulannya. Pemantauan terhadap kesehatan ibu terutama bagi ibu hamil dilakukan untuk menemukan ibu hamil dengan risiko tinggi agar dapat dilakukan upaya pencegahan dan masyarakat siap merujuk ke petugas kesehatan pada saat akan melahirkan untuk menghindari terjadinya kematian ibu. Pemantauan dilakukan dengan pemasangan stiker P4K (Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) di rumah ibu hamil yang berisi informasi tentang nama ibu hamil, taksiran persalinan, penolong persalinan, tempat persalinan, pendamping persalinan, transportasi, dan calon pendonor darah.

Metode

Dalam penelitian ini, jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei

analitik yaitu survei atau penelitian yang mencoba menggali bagaimana dan mengapa fenomena kesehatan itu terjadi. Kemudian melakukan analisis dinamika korelasi antara fenomena atau antara faktor risiko dengan faktor efek. Dalam penelitian ini dapat diketahui seberapa jauh kontribusi faktor risiko tertentu terhadap suatu kejadian tertentu (efek). Sedangkan rancangan penelitian yang digunakan adalah Cross Sectional yaitu jenis penelitian dimana mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat atau point time approach. Populasi dalam penelitian ini adalah semua ibu hamil yang ada di Desa Siaga Desa Sekapuk wilayah kerja Puskesmas Sekapuk Kabupaten Gresik, sebanyak 30 responden dan kader sebanyak 30 responden. Sampel dalam penelitian ini adalah sebagian ibu hamil yang ada di Desa Siaga Desa Sekapuk wilayah kerja Puskesmas Sekapuk Kabupaten Gresik, sebanyak 28 responden dan kader sebanyak 28 responden mengunakan teknik sampling simple random sampling dan pengumpulan data menggunakan kuisioner dan skala likert. Serta dianalisa mengunakan uji korelasi Spearman Ran.

Hasil

Dari hasil tabulasi data menunjukkan bahwa kader yang berperan cukup sebanyak 15 (53,57%). Untuk data lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 3.1 dibawah ini :

Tabel 3.1 Distribusi frekuensi berdasarkan peran kader di Desa Siaga Desa Sekapuk bulan Maret-April 2017

Kader Frekuensi (f) Presentase (%)BaikCukupKurang

9154

32,153,614,3

Jumlah 28 100Sumber : perolehan data dari lapangan

Page 62: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Peran Kader Terhadap Perilaku Ibu Hamil Mendeteksi Risiko Tinggi Kehamilan Dalam Desa Siaga di Desa Sekapuk

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 43

Dari data perilaku ibu hamil yang mampu mendeteksi risiko tinggi kehamilan dalam Desa Siaga yaitu 24 (78,57%). Untuk data lebih lengkap dapat dilihat pada tabel 3.2 di bawah ini:

Tabel 3.2 Distribusi frekuensi berdasarkan perilaku ibu hamil mendeteksi risiko tinggi kehamilan dalam Desa Siaga Desa Sekapuk bulan Maret-April 2017

Perilaku Frekuensi (f) Presentase (%)MampuTidak mampu

226

78,621,4

Jumlah 28 100Sumber :perolehan data dari lapanga

Tabel 3.3 Tabulasi silang peran kader terhadap perilaku ibu hamil mendeteksi risiko tinggi kehamilan dalam Desa Siaga

Peran Kader Perilaku Ibu Hamil Total %Mampu Tidak Mampu

Σ % Σ %Baik 9 100 0 0 9 100Cukup 12 80 3 20 15 100Kurang 1 25 3 75 4 100Jumlah 22 78,6 6 21,4 28 100Uji Korelasi Spearman Rank

rhitung:0,520 propability0,005

rtabel:0,377 α tabel 0,05Sumber : perolehan data dari lapangan

Pada data khusus untuk mendapatkan ada pengaruh atau tidaknya variabel-variabel kader terhadap perilaku ibu hamil mendeteksi risiko tinggi kehamilan dalam Desa Siaga digunakan tabulasi silang (cross tabulation) terhadap masing-masing variabel tersebut.

Dari tabulasi silang menunjukkan bahwa ibu yang mampu mendeteksi risiko tinggi kehamilan sebanyak 22 (78,6%) dan ibu yang tidak mampu mendeteksi risiko tinggi kehamilan sebanyak 6 (21,4%).

Hasil analisa uji korelasi Spearman Rank menunjukkan nilai ρ<α (0,005< ,05). Berarti H1 diterima dengan demikian ada pengaruh antara peran kader dengan perilaku ibu hamil mendeteksi risiko tinggi kehamilan Desa Siaga.

PEMBAHASAN

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa dari 28 ibu hamil menunjukkan bahwa responden yang mampu mendeteksi risiko tinggi kehamilan (78,6%) dan responden yang tidak mampu mendeteksi risiko tinggi kehamilan (21,4%). Setelah dilakukan uji korelasi Spearman Rank menunjukkan nilai ρ<α atau nilai probability lebih kecil dari taraf signifikan (0,005< 0,05).

Berdasarkan hasil penelitian yang ada dapat diketahui bahwa kader yang memiliki peran yang baik mempengaruhi perilaku ibu hamil mendeteksi risiko tinggi kehamilan dalam Desa Siaga. Sedangkan kader yang memiliki peran yang cukup juga mempengaruhi perilaku ibu hamil mendeteksi risiko tinggi kehamilan dalam Desa Siaga. Kader yang perannya kurang juga mempengaruhi perilaku ibu hamil mendeteksi risiko tinggi kehamilan dalam Desa Siaga.

Peran kader dipengaruhi oleh faktor seperti, usia, pendidikan, dan pekerjaan. Sedangkan perilaku seseorang atau masyarakat tentang kesehatan ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan, tradisi, dan sebagainya dari orang atau masyarakat yang bersangkutan. Di samping itu, ketersediaan fasilitas, sikap, dan perilaku para petugas kesehatan juga akan mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Dari semua pembahasan dapat diketahui bahwa ada pengaruh peran kader terhadap perilaku ibu hamil mendeteksi risiko tinggi kehamilan dalam Desa Siaga di Desa Sekapuk wilayah kerja Puskesmas Sekapuk Kabupaten Gresik.

KESIMPULAN

Peran kader sebagian kecil cukup (53,6%) dalam mendeteksi risiko tinggi kehamilan dalam Desa Siaga di Desa Sekapuk.

Page 63: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Peran Kader Terhadap Perilaku Ibu Hamil Mendeteksi Risiko Tinggi Kehamilan Dalam Desa Siaga di Desa Sekapuk

44 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Perilaku ibu hamil sebagian besar mampu (78,6%) untuk mendeteksi risiko tinggi kehamilan dalam Desa Siaga di Desa Sekapuk.

Ada pengaruh peran kader terhadap perilaku ibu hamil mendeteksi risiko tinggi kehamilan dalam Desa Siaga di Desa Sekapuk..

DAFTAR PUSTAKA

Fallen, R, dkk, (2010), Catatan Kuliah Keperawatan Komunitas, Yogyakarta, Nuha Medika.

Hani, Ummi, dkk, (2010) Asuhan Kebidanan pada Kehamilan Fisiologis, Jakarta, Salemba Medika

Hidayat, A, (2007), Metode Penelitian Kebidanan & Teknik Analisis Data, Jakarta, Salemba Medika

Ismawati, Cahyo, dkk, (2010), Posyandu & Desa Siaga, Yogyakarta, Nuha Medika

Kementrian Kesehatan, (2010), Pedoman Pelayanan Antenatal Terpadu, Jakarta, Direktorat Bina Kesehatan Ibu

Kominfo Jatim, (2009), Angka Kematian Ibu [Internet] 25 Oktober, Bersumber dari “http://2009.dinas komunikasi dan informatika provinsi jatim.co.id”[Diakses tanggal 10 Februari 2017]

Kusmiyati, Yuni, dkk, (2009), Perawatan Ibu Hamil, Yogyakarta, Fitramaya.

Manuaba, dkk, ( 2009), Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk Pendidikan Bidan, Jakarta, EGC.

Rochjati, Poedji, (2011), Skrining Antenatal pada Ibu Hamil, Pengenalan Faktor Risiko Edisi 2, Surabaya, AUP

Runjati, (2008), Asuhan Kebidanan Komunitas, Jakarta, EGC

Saifuddin, (2008), Ilmu Kebidanan, Jakarta, PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo

Sindo, (2017), Saatnya Tekan Angka Kematian Ibu [Internet] 27 Februari, Bersumber dari “http:/ /health.okezone.com/read/2017/02/27/483/583350/saatnya-tekan-angka-kematian-ibu” [Diakses tanggal 12 Februari 2017].

Suryani, Eko, dkk, (2009), Psikologi Ibu & Anak, Yogyakarta, Fitramaya

Syafrudin, dkk, ( 2009), Kebidanan Komunitas, Jakarta, EGC

Varney, Helen, dkk, (2006), Buku Ajar Asuhan Kebidanan, Jakarta, EGC

Walsh, Linda, V, (2007), Buku Ajar Kebidanan Komunitas, Jakarta, EGC

Page 64: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

45

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

EVALUASI PEMBERIAN MAKANAN TAMBAHAN PEMULIHAN (PMT-P) UNTUK MENANGGULANGI GIZI BURUK DI BERBAGAI

DAERAH DI INDONESIA

Amalina Shabrina1

1Program Studi S1 Gizi STIKES Delima Persada Gresik, [email protected]

ABSTRAK

Salah satu tantangan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia ialah permasalahan gizi buruk. Hal ini dibuktikan oleh peningkatan prevalensi nasional dari 4,9% (2010) menjadi 5,7% di tahun 2013. Upaya pemerintah untuk mengatasinya ialah pengadaan program PMT-P. Namun, terdapat laporan yang berbeda terhadap outcome program. Artikel ini bertujuan mengevaluasi PMT-P di berbagai daerah di Indonesia untuk mengetahui efektivitas program. Pengkajian dilakukan melalui studi pustaka dari berbagai sumber. Hasil menunjukkan bahwa keberhasilan program PMT-P ialah 50-50% dan tidak ada pengaruh letak geografis terhadap keberhasilan program. Meskipun secara nutrisi PMT-P berkontribusi terhadap pemenuhan asupan harian balita, namun dalam pelaksanaannya dijumpai kondisi yang menyebabkan kegagalan program yaitu: kurangnya keterlibatan ibu dalam memberikan PMT-P, adanya penyakit infeksi, kurangnya peran serta masyarakat, dan tidak adanya kesinambungan antara proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program oleh tenaga puskesmas. Program PMT-P disarankan tetap dilanjutkan dengan beberapa perbaikan seperti pelatihan dan penyuluhan bagi ibu dan peningkatan koordinasi lintas sektor terkait perencanaan, distribusi, dan pemantauan program serta penanganan penyakit infeksi.

Keywords: PMT-Pemulihan, gizi buruk, makanan tambahan

PENDAHULUAN

Setelah sebelumnya berkutat dengan Millennium Development Goals (MDGs), kini dunia tengah disibukkan dengan 17 target baru yang tertuang dalam Global Goals untuk

meraih pembangunan yang berkelanjutan. Sebagai negara berkembang, Indonesia pun turut berbenah demi mewujudkan pembangunan yang berkelanjutan. Salah satu upaya yang dilakukan bangsa Indonesia ialah dalam hal pembangunan kesehatan.

Page 65: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) Untuk Menanggulangi Gizi Buruk di Berbagai Daerah di Indonesia

46 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Pembangunan kesehatan merupakan kunci untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia, mendukung pembangunan ekonomi dan pendidikan, membantu mengentaskan kemiskinan (1). Pembangunan kesehatan dirumuskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) Tahun 2015-2019 Bidang Kesehatan yang merupakan tahapan ketiga dari Rencana Pembangunana Jangka Panjang Nasional 2005-2025. Sasaran pokok RPJMN 2015-2019 yang pertama adalah meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak yang diukur dengan penurunan angka kematian ibu dan prevalensi gizi kurang (2).

Gizi buruk pada balita merupakan salah satu tantangan dalam pembangunan kesehatan di Indonesia yang belum terselesaikan hingga kini. Data terbaru dari Riskesdas 2013 (3) menunjukkan bahwa prevalensi gizi buruk pada balita secara nasional adalah 5,7%, meningkat dibandingkan tahun 2010 (4,9%) dan 2007 (5,4%). Tak hanya di Indonesia, berbagai negara di dunia juga masih berjuang mengatasi gizi buruk. Faktanya, masalah kelaparan dan kekurangan gizi yang merupakan poin MDGs tetap dilanjutkan di Global Goals (2).

Salah satu upaya untuk mengatasi gizi buruk adalah melalui program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P). Kementrian Kesehatan RI telah menyediakan anggaran khusus untuk program tersebut sejak tahun 2011 (4). Namun, prevalensi nasional gizi buruk setelah pelaksanaan program malah mengalami peningkatan (3). Di sisi lain, banyak laporan akan keberhasilan PMT-P dalam meningkatkan status gizi balita (5, 6, 7). Untuk itu penulis merasa perlu mengkaji PMT-P di berbagai daerah di Indonesia untuk mengetahui efektivitas program di masyarakat.

Metode

Pengkajian dilakukan dengan melakukan studi pustaka mengenai kaitan pelaksanaan program PMT-P terhadap status gizi balita di berbagai daerah di Indonesia. Hal ini dilakukan untuk melihat apakah letak geografis berpengaruh terhadap keberhasilan program. Aspek yang dikaji adalah keefektivan program di masing-masing wilayah penelitian dan faktor-faktor yang membedakan outcome program tersebut. Subyek pemberian PMT-P adalah balita gizi buruk dan gizi kurang yang berusia 6-59 bulan.

Pustaka berasal dari berbagai sumber diantaranya jurnal ilmiah, buletin ilmiah, buku panduan penyelenggaraan PMT-P, laporan berkala pemerintah, tesis dan skripsi.

Hasil

Penelitian oleh Fitriyanti (2012) (5) di Kota Semarang membuktikan bahwa ada peningkatan status gizi berdasarkan BB/TB dan BB/U setelah PMT-P selama 60 hari. Sebanyak 59.1% balita mengalami peningkatan status gizi (BB/TB) menjadi normal dan gizi kurang, sementara 27,3% mengalami peningkatan status gizi (BB/U) menjadi gizi kurang. Senada, suatu penelitian di Kecamatan Tembalang, Semarang juga menyebutkan bahwa ada perbedaan status gizi berdasarkan BB/TB (p=0,000) dan BB/U (p=0,007) sesudah PMT-P selama satu bulan (8). Di Kecamatan Purwantoro, Kabupaten Wonogiri terdapat laporan peningkatan status gizi balita setelah pemberian PMT antara tahun 2012 hingga 2013 yang dibuktikan dengan penurunan jumlah balita gizi buruk sebanyak 16 anak (9).

Keberhasilan juga dilaporan di Kota Malang setelah pemberian PMT-P selama 90 hari (6). Masih di Jawa Timur, tepatnya di Kediri, terdapat studi yang

Page 66: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) Untuk Menanggulangi Gizi Buruk di Berbagai Daerah di Indonesia

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 47

menyatakan bahwa PMT-P berpengaruh terhadap pertumbuhan berat badan balita bawah garis merah di wilayah puskesmas setempat (10).

Beralih ke daerah di luar Pulau Jawa. Di Medan, Sumatra Utara, PMT-P selama 90 hari meningkatkan status gizi pada 70% balita gizi kurang (7). Muljati dan Budiman (2002) melaporkan keberhasilan PMT-P dalam menaikkan status gizi balita di Kendari, Sulawesi Tenggara (11). Hal serupa ditemui di Kabupaten Kapuas, Kalimantan Tengah dengan nilai p=0,0001 (12).

Ada kalanya keberhasilan program tidak diukur dari peningkatan status gizi melainkan hanya dilihat dari peningkatan berat badan. Seperti salah satu penelitian di Kabupaten Grobogan yang menunjukkan bahwa setelah mendapatkan PMT-P selama 90 hari, berat badan balita mengalami peningkatan rata-rata sebesar 0.891 kg (13).

Namun, banyak laporan mengenai kegagalan program di berbagai daerah. Di Kabupaten Indramayu, Jawa Barat diketahui PMT-P tidak berkaitan dengan status gizi balita berdasarkan BB/U (p=0.765) (14). Hal serupa ditemui di wilayah Puskesmas Pamulang, Banten (15). Arumsari (2016) (16) melaporkan keberhasilan program PMT-P di Kabupaten Jember, Jawa Timur masih jauh dibawah target. Di wilayah Puskesmas Ratahan, Sulawesi Utara, dilaporkan sekitar 450 balita yang tidak mengalami kenaikan berat badan setelah PMT-P selama 90 hari dari bulan Agustus hingga Oktober 2014 (17).

PEMBAHASAN

Menurut Kemenkes RI (4), Makanan Tambahan Pemulihan bagi balita adalah makanan bergizi yang diformulasikan bagi anak usia 6-59 bulan sebagai makanan

tambahan untuk pemulihan gizi. PMT-P bukanlah pengganti makanan utama melainkan hanya makanan tambahan, sehingga asupan balita sehari-hari juga perlu diperhatikan. PMT-P dibiayai dari dana anggaran Bantuan Operasional Kesehatan (BOK).

PMT-P idealnya diberikan satu kali sehari selama 90 hari berturut-turut (4). Setelah pemberian, status gizi balita diharapkan meningkat. Hal ini terbukti di berbagai daerah sebagai bentuk keberhasilan program. Peningkatan tersebut disebabkan adanya kontribusi asupan energi dan protein dari PMT-P sehingga kebutuhan gizi harian dapat terpenuhi. PMT-P juga mengandung vitamin dan mineral dengan osmolaritas rendah dan dalam porsi kecil sehingga lebih mudah dikonsumsi dan diserap nutrisinya. Mineral yang terkandung yaitu seng, kalium, magnesium dan tembaga sangat membantu proses pertumbuhan dan penyembuhan saat terjadi diare dan dehidrasi (5).

Di sisi lain, masih banyak kasus balita yang tidak mengalami peningkatan status gizi setelah pemberian makanan tambahan. Salah satu latar belakang tidak meningkatnya berat badan balita penerima PMT-P adalah ibu tidak membentuk pola makan balita dan hanya mengikuti pola makan balita yang suka jajan sehingga asupan makan balita menjadi buruk dari segi kualitas maupun kuantitas (15). Padahal asupan gizi yang adekuat berhubungan dengan kualitas dan kuantitas makanan (5). Selain itu, disebabkan pula oleh rendahnya pengetahuan ibu tentang pemberian makan (15), ibu merasa jenuh mengikuti program sehingga menurunkan ketelatenan dalam memberikan makanan tambahan (5), dan ibu tidak rutin mengambil PMT-P di puskesmas (10). Keterlibatan ibu maupun pengasuh sangat penting karena anak usia

Page 67: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) Untuk Menanggulangi Gizi Buruk di Berbagai Daerah di Indonesia

48 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

1-5 tahun merupakan konsumen pasif, artinya anak hanya makan dari apa yang disediakan ibunya (17).

Kegagalan program juga berkaitan dengan penyakit infeksi pada balita seperti demam, muntah, mual, batuk dan diare. Infeksi mengakibatkan peningkatan kebutuhan energi, peningkatan katabolisme, penurunan nafsu makan dan penurunan absorbsi zat gizi oleh usus sehingga berat badan balita tidak meningkat selama program PMT-P (5). Senada, Hayati (2015) (15) juga menyebutkan adanya penyakit infeksi sebagai penyebab tidak meningkatnya berat badan balita penerima PMT-P.

Fakta lain yang ditemukan di lapangan adalah ketidaksesuaian perencanaan, pengorganisasian terkait koordinasi, dan pelaksanaan dengan Panduan dan Juknis PMT-P (16). Hal serupa ditemui di Kabupaten Wonogiri dimana anggaran BOK yang seharusnya untuk 1 anak dibagi rata untuk 3 anak karena ada keterlambatan pencairan dana. Hal tersebut terpaksa dilakukan untuk mengantisipasi pemberhentian distribusi PMT (9). Pemberian makanan tambahan yang tidak sesuai Panduan mengakibatkan tidak terpenuhinya gizi untuk pemulihan.

Suatu penelitian di Kabupaten Wonogiri membandingkan pelaksanaan program PMT-P antara puskesmas yang mengalami penurunan kasus balita kurang gizi dan yang tidak. Ternyata terdapat perbedaan mencolok pada pelaksanaan program yang mengakibatkan perbedaan outcome. Perbedaan tersebut meliputi sosialisasi ke masyarakat, registrasi sasaran, pemantauan daya terima PMT-P, penggunaan kartu pemantauan serta pendampingan bidan terhadap kader yang lebih banyak dilakukan oleh puskesmas yang mengalami penurunan kasus. Puskesmas yang tidak mengalami

penurunan kasus juga kurang melibatkan perangkat desa dan kecamatan dalam pelaksanaan program (18). Hasil studi menunjukkan ada hubungan antara perencanaan, pelaksanaan, pencatatan, penilaian, dan pelaporan dengan keberhasilan program PMT-P (19).

Setelah dikaji, ternyata letak geografis tidak berpengaruh terhadap keberhasilan program. Hal ini terbukti dari hasil program yang bervariasi di semua wilayah tanpa adanya kecenderungan tertentu.

Gizi buruk dapat menurunkan kecerdasan, mengganggu pertumbuhan dan perkembangan, meningkatkan angka kematian bayi dan balita, serta akibat jangka panjangnya adalah menurunkan produktivitas sebesar 20-30% (1). Produktivitas berpengaruh terhadap kemajuan suatu negara. Untuk itu penanganan gizi buruk perlu dilakukan secara tepat untuk menurunkan prevalensi dan kaitannya dengan efisiensi anggaran negara.

KESIMPULAN

Salah satu upaya pemerintah untuk mengentaskan masalah gizi buruk di Indonesia ialah program PMT-P. Dilihat dari nutrisinya, PMT-P berkontribusi terhadap pemenuhan asupan harian balita sehingga mampu meningkatkan status gizi. Namun dalam pelaksanaannya, dijumpai berbagai kondisi yang menyebabkan status gizi balita tidak meningkat, yaitu: kurangnya keterlibatan ibu dalam memberikan PMT-P, adanya penyakit infeksi, kurangnya peran serta masyarakat, dan tidak adanya kesinambungan antara proses perencanaan, pelaksanaan, dan pemantauan program oleh tenaga puskesmas.

Ke depannya, program PMT-P disarankan tetap dilanjutkan namun

Page 68: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) Untuk Menanggulangi Gizi Buruk di Berbagai Daerah di Indonesia

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 49

perlu pelatihan dan penyuluhan bagi ibu selaku pengasuh utama balita. Selain itu diperlukan peningkatan kerjasama dan koordinasi lintas sektor terkait perencanaan, distribusi, dan pemantauan program serta penanganan penyakit infeksi.

DAFTAR PUSTAKA

Hernawati, Ina. (2007). Pencegahan dan Penanggulangan Gizi Buruk. Prosiding: Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia XXVII: Dukungan Teknologi untuk Meningkatkan Produk Pangan Hewani dalam Rangka Pemenuhan Gizi Masyarakat. 20-31

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2014). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 Buku I Agenda Pembangunan Nasional. Jakarta

Balitbangkes Kemenkes RI. (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2013. Jakarta

Ditjen Bina Gizi dan Kesehatan Ibu dan Anak Kemenkes RI. (2011). Panduan Penyelenggaraan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan Bagi Balita Gizi Kurang. Jakarta

Fitriyanti, Farida. (2012). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) terhadap Status Gizi Balita Gizi Buruk di Dinas Kesehatan Kota Semarang Tahun 2012. Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang

Setyobudi, Sugeng Iwan, dkk. (2005). Pengaruh PMT Pemulihan dengan Formula WHO/Modifikasi terhadap Status Gizi Anak Balita KEP di Kota Malang. Media Gizi & Keluarga, Volume 29, Nomor 1, Juli 2005. 1-8

Nasution, Duma Ratna Sari. (2009). Gambaran Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang Setelah Mendapatkan Pemberian Makanan Tambahan di Puskesmas Mandala Medan Tahun 2009. Skripsi, Universitas Sumatra Utara

Ariani, Winda. (2010). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Lokal terhadap Status Gizi Anak Balita Gizi Kurang di Kelurahan Sambiroto Kecamatan Tembalang Kota Semarang. Skripsi, Universitas Diponegoro Semarang

Vanilawati, Erlita. (2014). Program Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dalam Mengatasi Gizi Buruk pada Anak dan Dampaknya Terhadap Pemenuhan Hak Warga atas Kecukupan Gizi di Kecamatan Purwantoro Kabupaten Wonogiri. Skripsi, Universitas Sebelas Maret Surakarta

Anggraini, Santi dan Dewi Ika Sari. (2011). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) terhadap Pertumbuhan Balita Bawah Garis Merah (BGM) di Puskesmas Kota Wilayah Selatan Kediri. Jurnal STIKES RS. Baptis Kediri, Volume 4, Nomor 1, Juli 2011. 1-7

Muljati, Sri dan Budiman B. (2002). Pola Pengeluaran Perbulan pada Rumah Tangga yang Memiliki Balita Gizi Kurang dan Dampaknya terhadap Konsumsi Zat Gizi. Jurnal Kedokteran Yarsi, Volume 10, Nomor 3. 26-32

Edvina. (2015). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan pada Balita Gizi Kurang Usia 6-48 Bulan terhadap Status Gizi di Wilayah Puskesmas Sei Tatas Kabupaten Kapuas. Jurnal Publikasi Kesehatan Masyarakat Indonesia,

Page 69: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Evaluasi Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) Untuk Menanggulangi Gizi Buruk di Berbagai Daerah di Indonesia

50 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Volume 2, Nomor 3, Desember 2015. 110-115

Retnowati, Dyah Heru, dkk. (2015). Pengaruh Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan terhadap Perubahan Berat Badan Balita Bawah Garis Merah Kecacingan di Wilayah Puskesmas Klambu Kabupaten Grobogan. Jurnal Gizi Universitas Muhammadiyah Semarang, Volume 4, Nomor 1, April 2015. 30-36

Agustine, Arini. (2012). Hubungan Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) dan Karakteristik Balita dengan Status Gizi (BB/U) Balita Gizi Buruk di Lima Puskesmas Kabupaten Indramayu Tahun 2009. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Hayati, Nurul. (2015). Latar Belakang Tidak Meningkatnya Berat Badan Balita Setelah Mendapat Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) di Wilayah Kerja Puskesmas Pamulang Tahun 2014. Skripsi, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Arumsari, Warda. 2016. Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) pada Balita BGM Tahun 2013 (Studi Kasus di Desa Sukojember Wilayah Kerja Puskesmas Jelbuk Kecamatan Jelbuk Kabupaten Jember). Skripsi, Universitas Jember

Panjaitan, Ribka S, dkk. (2015). Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu tentang Pemberian Makanan Tambahan dengan Peningkatan Berat Badan pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Ratahan. Buletin Sariputra, Volume 5, Nomor 3, Oktober 2015. 60-67

Indriati, Ratna. (2013). Evaluasi Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan (PMT-P) pada Balita

Kurang Gizi di Kabupaten Wonogiri tahun 2011 Ditinjau Dari Aspek Input dan Proses. Tesis, Universitas Diponegoro Semarang

Alita, Rini dan Mei Ahyanti. (2013). Keberhasilan Program Pemberian Makanan Tambahan Pemulihan untuk Balita di Kota Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan, Volume IV, Nomor 1, April 2013. 297-304

Page 70: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

51

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

KECEMASAN DAN POLA MAKAN DENGAN STATUS GIZI REMAJA DI SMK KARTINI JEMBER

Asih Media Yuniarti1*, Yutika Dian Triayuni2

1Program Studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat-STIKes Majapahit Mojokerto ([email protected]) 2Program Studi S1 Ilmu Keperawatan-STIKes Majapahit Mojokerto ([email protected])

ABSTRAK

Latar Belakang : Status gizi pada usia remaja merupakan hal yang sangat penting karena pada usia remaja terjadi banyak perubahan pada individu baik secara fisik, psikologis maupun kognitif. Banyak hal yang dapat mempengaruhi status gizi seseorang salah satunya adalah psikologis dan pola makan.

Tujuan : Mengkaji hubungan antara kecemasan dan pola makan dengan status gizi remaja di SMK Kartini Jember.

Metode : Penelitian ini merupakan penelitian korelasi dengan cross sectional design. Tehnik pengambilan sampel menggunakan Proporsionate Random Sampling. Tingkat kecemasan diperoleh dengan kuesioner DASS, pola makan dengan food frequency questionare (FFQ) dan Status gizi dengan timbangan berat badan dan microtoise. Analisis data menggunakan uji Spearman rho.

Hasil : Secara statistik ada hubungan bermakna positif antara kecemasan (Koefisien korelasi r =0.234 dan nilai p = 0.017) dan pola Makan (r = 0.216 dan nilai p = 0.028) dengan status gizi pada remaja di SMK Kartini Jember dengan tingkat kemaknaan α < 0.05. Dapat disimpulkan bahwa semakin ringan tingkat kecemasan dan semakin baik pola makan maka semakin baik pula status gizi remaja.

Kesimpulan : Sebagian besar remaja mengalami kecemasan sedang, memiliki pola makan kurang baik, dan sebagian kecil bersatus gizi kurus. Ada hubungan antara kecemasan dan Pola Makan dengan status gizi remaja di SMK Kartini Jember.

Keywords: Kecemasan, pola makan, status gizi, remaja.

Page 71: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Kecemasan san Pola Makan Dengan Status Gizi Remaja di SMK Kartini Jember

52 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

PENDAHULUAN

Masa remaja adalah masa yang memerlukan kebutuhan nutrisi yang lebih spesial, karena pada masa remaja nutrisi tersebut sangat dibutuhkan untuk proses kematangan fisiologis seperti pembesaran jaringan sampai organ tubuh sehingga asupan nutrisi pada masa remaja sangat penting untuk memulai proses-proses perubahan dalam tubuhnya (1). Sementara itu perubahan-perubahan psikologis muncul antara lain sebagai akibat yang ditimbulkan oleh adanya perubahan fisik tersebut (2). Persentase masyarakat pada umur 15 tahun atau lebih di Indonesia dengan gangguan kecemasan dan depresi terdiri dari 11.6% atau sekitar 19 juta orang sedangkan prevalensi angka depresi dan kecemasan di Jakarta adalah 14% sehingga melampaui angka nasional sebesar 11.6% (3). Sebanyak masing-masing 54.4% dan 38.1% remaja dengan rentang usia 13-15 tahun mengkonsumsi energi dan protein dibawah kebutuhan minimal (4).

Studi pendahuluan pada 10 siswa kelas XII di SMK Kartini Jember yang terdiri dari 8 siswa perempuan dan 2 siswa laki-laki. Terdapat 6 siswa (60%) mengatakan akhir-akhir ini sering merasa lesu, lelah dan terkadang disertai pusing yang dikarenakan oleh banyaknya target kegiatan dan tugas dari sekolah menjelang ujian nasional dan 4 siswa (40%) mengatakan menjalani hari-hari mereka biasa saja seperti hari-hari sebelumnya. Hasil wawancara tentang pola makan, 5 siswa (50%) mengatakan sering melewatkan sarapan dirumah dan akan sarapan di jam istirahat sekolah pukul 10:00, dan 5 siswa (50%) mengatakan rutin sarapan pagi, makan siang, maupun makan malam. Pada hasil observasi status gizi di dapatkan, 40% siswa memiliki badan normal, 20% siswa

memiliki badan kurus dan 30% siswa orang memiliki badan gemuk. Guru BP menyatakan bahwa para siswa sepertinya lebih nyaman mengutarakan keluhan dan berbagai permasalahan dengan sesama temannya dibandingkan dengan guru BP sehingga guru BP kurang mengetahui kecemasan dan permasalahan yang dirasakan siswanya terutama siswa kelas XII yang sedang disibukkan dengan berbagai target dari sekolah untuk menghadapi ujian nasional.

Mengendalikan kecemasan dengan baik perlu dilakukan supaya timbulnya rasa cemas pada remaja tidak mengganggu pola makan yang akan berdampak terhadap status gizi. Pentingnya mengetahui kecemasan dan pola makan remaja sehingga status gizi remaja dapat dioptimalkan. Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “Hubungan Kecemasan dan Pola Makan dengan Status Gizi Remaja di SMK Kartini Jember ”

Metode

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan design penelitian Analisis Korelasi dengan pendekatan cross sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja kelas XII SMK Kartini di Kabupaten Jember. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan Proporsionate Random Sampling dengan jumlah sampel 103 siswa. Data kecemasan diperoleh dengan menggunakan instrumen kuesioner DASS, data pola makan dengan menggunakan lembar food frequency questionare (FFQ), sedangkan data status gizi diperoleh dengan melakukan pengukuran berat badan dan tinggi badan kemudian dihitung dengan rumus Indeks Massa Tubuh (IMT). Data dalam penelitian ini adalah data ordinal. Penulisan prosentase dikelompokkan

Page 72: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Kecemasan san Pola Makan Dengan Status Gizi Remaja di SMK Kartini Jember

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 53

menjadi 100% seluruhnya, 76 - 99% hampir seluruhnya, 51 – 75% sebagian besar, 50% setengahnya, 26 – 49% hampir setengah, 1 – 25% sebagian kecil, 0% tidak satupun (5). Sedangkan untuk menganalisa hubungan antara kecemasan dengan status gizi dan pola makan dengan status gizi digunakan uji statistik spearman rho.

Hasil

Data Umum1. Tabel 1. Karakteristik Remaja di SMK Kartini Jember

Uraian f %Usia (Tahun)171819

12874

11.6584.473.88

Jenis KelaminPerempuanLaki-laki

5449

52.4347.57

Pekerjaan AyahPNSWiraswastaSwasta

77125

6.806.9324.27

Pekerjaan IbuIbu Rumah Tangga (IRT)WiraswastaSwasta

473818

45.6336.8917.48

Jumlah Saudara1-3> 4Penghasilan

8815

85.4414.56

< Upah Minimum Kabupaten (UMK)> Upah Minimum Kabupaten (UMK)

6736

65.0534.95

Data umum pada penelitian ini meliputi Karakteristik Responden di SMK Kartini Jember. Tabel 1 memperlihatkan bahwa mayoritas responden (84.47%) berusia 18 tahun, pekerjaan ayah responden sebagian besar (68.93%) wiraswasta, sedangkan pekerjaan ibu hampir setengah (45.63%) sebagai ibu rumah tangga (IRT). Hampir seluruhnya (85.44%) responden memiliki jumlah saudara 1-3 dengan jumlah penghasilan orang tua perbulan sebagian besar (65.05%) berada dibawah UMK Kabupaten Jember

Data Khusus

Tingkat Kecemasan Remaja di SMK Kartini Jember

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat Kecemasan di SMK Kartini Jember

Uraian f %Ringan 26 25.24Sedang 65 63.11

Berat 12 11.65

Tabel 2 memperlihatkan bahwa sebagian besar 63.11% responden mengalami kecemasan sedang. Masih ditemukan sebagian kecil (11.65%) responden yang mengalami kecemasan berat

Pola Makan Remaja di SMK Kartini Jember

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pola Makan di SMK Kartini Jember.

Uraian f %Baik 44 42.72Kurang Baik 59 57.28

Tabel 3. memperlihatkan distribusi frekuensi responden menurut pola makan remaja di SMK Kartini Jember. Hampir setengah (42.72%) memiliki pola makan yang baik dan sebagian besar (57.28%) memiliki pola makan yang kurang baik

Status Gizi Remaja Di SMK Kartini Jember

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Gizi di SMK Kartini Jember

Uraian f %Kurus 21 20.39

Normal 75 72.82

Gemuk 7 6.80

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar 72.82% responden memiliki status

Page 73: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Kecemasan san Pola Makan Dengan Status Gizi Remaja di SMK Kartini Jember

54 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

gizi normal namun masih didapati 27,18 % responden memiliki status gizi kurus dan gemuk.

Hubungan Kecemasan dan Pola Makan dengan Status Gizi Remaja di SMK Kartini Jember

Tabel 5 Hubungan Kecemasan dengan Status Gizi Remaja di SMK Kartini Jember

KecemasanStatus Gizi (IMT) TotalKurus Normal Gemuk

f % F % f % f %Ringan 7 26.92 19 73.08 0 0 26 100Sedang 11 16.92 53 81.54 1 1.54 65 100Berat 3 25 3 25 6 50 12 100

Signifikan α = 0.05 nilai p = 0.017 spearman correlation r = 0.231

Hasil tabulasi silang pada tabel 5, dari 65 responden yang mengalami kecemasan sedang, sebagian kecil (16.92%) responden memiliki status gizi kategori kurus, sedangkan hampir seluruhnya (81.54%) responden memiliki status gizi kategori normal dan sebagian kecil 1.54% responden memiliki status gizi kategori gemuk.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Spearman Rho dengan tingkat kemaknaan α<0.05 didapatkan hasil korelasi r = 0.234 dan nilai p = 0.017 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kecemasan dengan status gizi remaja kelas XII di SMK Kartini Jember

Tabel 6 Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Remaja di SMK Kartini Jember

Pola MakanStatus Gizi (IMT) Total

Kurus Normal Gemukf % F % f % f %

Baik 16 36.36 23 52.27 5 11.36 44 100Kurang Baik 5 8.47 52 88.14 2 3.49 59 100

Signifikan α = 0.05 nilai p = 0.028 Spearman correlation r = 0.216

Tabulasi silang pada tabel 6 memperlihatkan, dari 44 responden yang

memiliki pola makan baik sebagian besar (52.27%) memiliki status gizi normal. 59 responden yang memiliki pola makan yang kurang baik hampir seluruhnya (88,14%) memiliki status gizi normal. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Spearman Rho dengan tingkat kemaknaan α<0.05 didapatkan hasil korelasi r = 0.216 dan nilai p = 0.028, yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara

pola makan dengan status gizi remaja kelas XII di SMK Kartini Jember

PEMBAHASAN

Kecemasan Remaja di SMK Kartini Jember

Tabel 2 memperlihatkan bahwa sebagian besar 63.11% responden mengalami kecemasan sedang. Masih ditemukan 11.65% responden yang mengalami kecemasan berat. Kecemasan adalah perasaan khawatir yang tidak jelas dan menyebar, seseorang akan mengalami gangguan kecemasan apabila tidak mampu mengatasi stressor psikologi yang dihadapinya (6). Persentase masyarakat pada umur 15 tahun atau lebih di Indonesia dengan gangguan kecemasan dan depresi

mencapai angka 11.6% atau sekitar 19 juta orang (3). Kecemasan hadir karena

Page 74: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Kecemasan san Pola Makan Dengan Status Gizi Remaja di SMK Kartini Jember

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 55

adanya suatu emosi yang berlebihan yang dapat dipengaruhi salah satunya oleh lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah. Keadaan rumah dengan kondisi yang penuh dengan kesalahpahaman, serta adanya ketidakpedulian orang tua dapat menyebabkan ketidak nyamanan serta kecemasan (7).

Hasil penelitian kecemasan dengan menggunakan kuesioner DASS menunjukkan bahwa sebagian besar responden menjawab “sering” pada poin pernyataan kelelahan, kelemahan pada anggota tubuh dan cemas yang berlebih dalam suatu situasi namun bisa lega jika hal/situasi itu berakhir. Dari hasil tersebut dapat dilihat bahwa gejala kecemasan yang dialami sebagian besar responden lebih pada kelelahan yang salah satunya dapat disebabkan oleh padatnya kegiatan sekolah dalam 3 bulan terakhir ini dan banyaknya tugas-tugas materi pelajaran yang harus diselesaikan sehingga menjadi stressor bagi remaja kelas XII di SMK Kartini jember

Pola Makan Remaja di SMK Kartini Jember

Tabel 3. memperlihatkan distribusi frekuensi responden menurut pola makan remaja di SMK Kartini Jember. Hampir setengah (42.72%) memiliki pola makan yang baik dan sebagian besar (57.28%) memiliki pola makan yang kurang baik. Pola makan merupakan cara seseorang atau kelompok orang untuk memilih makanan dan mengonsumsinya sebagai reaksi terhadap pengaruh fisiologi, psikologi, budaya dan sosial (8). Pola makan seseorang dapat dipengaruhi oleh berbagai hal diantaranya adalah budaya, agama/kepercayaan, status sosial ekonomi, personal preference, nafsu makan dan kesehatan (9). Pola makan responden dikatakan baik apabila dalam sehari responden mengkonsumsi 3 jenis

makanan dengan frekuensi > 3 kali sehari dan kurang baik apabila mengkonsumsi kurang dari 3 jenis makanan dengan frekuensi < 3 kali sehari.

Hasil penelitian pola makan dengan FFQ menunjukkan bahwa sebagian besar responden sudah memiliki komposisi makan yang memenuhi 3 komponen makanan yaitu karbohidrat, protein dan serat, hanya saja sebagian besar dari responden memiliki frekuensi makan utama hanya 2 kali dalam sehari. Sebanyak masing-masing 54,4% dan 38,1% remaja dengan rentang usia 13-15 tahun mengkonsumsi energi dan protein dibawah kebutuhan minimal (4). Pola makan dengan frekuensi makan utama 2 kali sehari dengan meninggalkan sarapan termasuk dalam pola makan yang kurang baik. Hal lain yang mungkin menjadi alasan adalah sebagian besar dari responden memiliki orang tua dengan pendapatan kurang dari UMK, hal tersebut dapat mempengaruhi pola makan responden.

Kesibukan yang dijalani remaja ditingkat ini juga cukup padat seperti kegiatan ekstrakulikuler, bimbingan belajar, mengerjakan tugas sekolah ataupun hanya sekedar bermain bersama teman sebayanya, dimana padatnya kegiatan tersebut menjadi salah satu alasan responden untuk meninggalkan waktu makannya khususnya yang paling sering adalah sarapan atau hanya makan makanan cepat saji untuk mempersingkat waktu.

Status Gizi (IMT) Remaja di SMK Kartini Jember

Tabel 4 menunjukkan bahwa sebagian besar 72.82% responden memiliki status gizi normal. Status gizi merupakan suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang dapat dilihat dari makanan yang

Page 75: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Kecemasan san Pola Makan Dengan Status Gizi Remaja di SMK Kartini Jember

56 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

dikonsumsi dan penggunaan zat-zat gizi di dalam tubuh (Almatsier, 2005). Status gizi dikategorikan menjadi 3 menurut ambang batas Indeks Massa Tubuh (IMT) Indonesia yaitu kurus (<17.0-18.5), normal (18.5-25.0) dan gemuk (>25.0) (10).

Pada remaja kelas XII SMK Kartini Jember yang memiliki status gizi dalam kategori kurus mencapai angka 20.39% dari 103 siswa, hal tersebut dapat terjadi mengingat sebagian besar pendapatan orang tua responden kurang dari UMK kabupaten jember sehingga berpengaruh terhadap pola konsumsi makanan sehari-hari dirumah. Dari hasil crosstab jumlah saudara juga sepertinya menjadi salah satu faktor yang berpengaruh terhadap status gizi responden dimana dengan pendapatan dibawah upah minimum kabupaten (UMK) jika dalam satu rumah lebih banyak penghuni maka dalam pengaturan pengeluaran belanja harian keluarga pun diatur sedemikian rupa agar mencukupi dan berbagi dengan saudara yang tinggal dalam satu rumah.

Hal lain yang mungkin mempengaruhi adalah saat dilakukan wawancara sebagian responden mengatakan sudah terbiasa meninggalkan sarapan pagi dan makan disaat jam istirahat sekolah. Kebiasaan makan ini yang sebenarnya tidak baik untuk remaja. Sarapan untuk usia remaja terutama yang berada dibangku sekolah sangat penting mengingat di pagi hari asupan nutrisi yang di dapat dari sarapan juga sangat dibutuhkan untuk memaksimalkan konsentrasi dalam proses belajar disekolah.

Hubungan Kecemasan dengan Status Gizi Remaja di SMK Kartini Jember

Hasil tabulasi silang pada tabel 5, dari 65 responden yang mengalami kecemasan sedang, sebagian kecil 16.92% responden

memiliki status gizi kategori kurus, sedangkan hampir seluruhnya 81.54% responden memiliki status gizi kategori normal dan sebagian kecil 1.54% responden memiliki status gizi kategori gemuk.

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Spearman Rho dengan tingkat kemaknaan α<0.05 didapatkan hasil korelasi r = 0.234 dan nilai p = 0.017 yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara kecemasan dengan status gizi remaja kelas XII di SMK Kartini Jember. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa masih ada responden yang memiliki status gizi tidak normal yaitu dalam kategori kurus dan gemuk, sedangkan keseluruhan dari responden mengalami kecemasan baik berupa cemas ringan, sedang dan berat.

Kecemasan dapat direspon berbeda oleh setiap individu. Beberapa individu dapat merespon cemas dengan peningkatan nafsu makan yang dapat mengakibatkan peningkatan berat badan atau dapat pula menjadi penurunan nafsu makan yang mengakibatkan penurunan berat badan. (11). Hasil crosstab menunjukkan bahwa dari 12 responden yang mengalami kecemasan berat, 6 responden memiliki status gizi gemuk dan 3 responden memiliki status gizi kurus. Dari 6 responden yang memiliki status gizi gemuk tersebut menyatakan bahwa mereka mengalami peningkatan nafsu makan baik berupa makanan ringan/camilan maupun peningkatan frekuensi makan utama saat mengalami kecemasan dan dari 3 responden yang memiliki status gizi kurus, 2 diantaranya menyatakan bahwa mereka tidak nafsu makan ketika mengalami kecemasan, hal ini diketahui saat peneliti mewawancarai mengenai pola makan responden. Kecemasan tersebut berpengaruh terhadap rangsangan nafsu makan responden yang memiliki

Page 76: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Kecemasan san Pola Makan Dengan Status Gizi Remaja di SMK Kartini Jember

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 57

respons berbeda-beda, bisa meningkatkan nafsu makan atau justru menekan nafsu makan. Oleh sebab itu perlu dilakukan menejemen kecemasan terutama bagi remaja yang dalam usianya kematangan psikologis belum terbentuk sempurna sehingga mudah mengalami kecemasan.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian observasional yang dilakukan Rohmawati tahun 2013 (12) pada lansia di kecamatan Sumbersari kabupaten Jember yang menyatakan bahwa ada hubungan yang bermakna antara anxiety (kecemasan) dengan status gizi lansia dengan nilai p=0.028

Hubungan Pola Makan dengan Status Gizi Remaja di SMK Kartini Jember

Tabulasi silang pada tabel 6 memperlihatkan, dari 44 responden yang memiliki pola makan baik sebagian besar (52.27%) memiliki status gizi normal. Dari 59 responden yang memiliki pola makan yang kurang baik hampir seluruhnya (88,14%) memiliki status gizi normal. Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Spearman Rho dengan tingkat kemaknaan α < 0.05 didapatkan hasil korelasi r = 0.216 dan nilai p=0.028, yang berarti bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan dengan status gizi remaja kelas XII di SMK Kartini Jember.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 20,39% responden dengan status gizi kurus yang mayoritas dari responden tersebut memiliki 2 kali frekuensi makan utama dalam sehari, dan terdapat 6.80% responden yang memiliki status gizi gemuk mayoritas memiliki 3kali frekuensi makan utama dalam sehari dan memiliki kebiasaan makan jajanan seperti mie ayam, cilok dan bakso. Ada beberapa faktor lain yang juga sangat berpengaruh terhadap status gizi seseorang

diantaranya yaitu genetik, aktivitas fisik, faktor lingkungan, faktor psikologikal, dan neuron abnormal (13). Responden yang memiliki pola makan baik namun status gizi nya kurus dikarenakan oleh aktivitas fisik yang sangat padat sehingga tidak seimbang dengan makanan yg dikonsumsi. Mengingat responden dalam penelitian ini adalah remaja SMK yang berada di tingkat akhir dengan berbagai macam kegiatan yang padat seperti les dan try out menghadapi ujian nasional (UNAS) dan berbagai aktifitas fisik lainnya seperti olah raga, bermain dan yang lainnya. Responden yang pola makannya baik dan berstatus gizi gemuk dapat disebabkan oleh frekuensi makan yang sehari >3kali. Pola makan terkait dengan frekuensi makan, komposisi dan jumlah yang dimakan (porsi). Pada penelitian ini hanya melihat frekuensi makan responden saja tanpa memperhatikan seberapa besar porsi makan responden, dan jenis makanan yang dikonsumsi. Pola makan yang baik disesuaikan dengan kebutuhan tubuh dan penggunaanya dalam melakukan aktivitas sehari-hari.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Widianti tahun 2012 (14) pada 29 remaja di SMA Theresiana Semarang bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pola makan dengan status gizi remaja dengan nilai r = 0.507 dan p = 0.001. Pola makan seseorang menggambarkan seberapa beragam makanan yang dikonsumsi dan bagaimana keseimbangan asupan nutrisi yang dikonsumsi. Melewatkan waktu makan dapat menyebabkan penurunan konsumsi energi, protein dan zat gizi lain.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian tentang hubungan kecemasan dan pola makan

Page 77: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Kecemasan san Pola Makan Dengan Status Gizi Remaja di SMK Kartini Jember

58 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

dengan status gizi remaja di SMK Kartini Jember menunjukkan bahwa:

Sebagian besar remaja mengalami 1. kecemasan sedang karena berada di kelas XII SMK yang akan menghadapi ujian nasional dan rencana ke depan setelah lulus.Sebagian besar remaja memiliki pola 2. makan kurang baik karena jarang sarapan.Sebagian kecil remaja yang memiliki 3. status gizi kurus karena pendapatan orang tua yang < Upah minimum kabupaten dan jumlah saudara 1-3 sehingga berkaitan dengan ketersediaan dan distribusi makanan di dalam keluarga.Terdapat hubungan yang bermakna 4. antara kecemasan dengan status gizi remaja karena kecemasan dapat mempengaruhi nafsu makan remaja.Terdapat hubungan yang bermakna 5. antara pola makan dengan status gizi remaja karena sebagian besar remaja yang gemuk pola memiliki kebiasaan makan yang baik bahkan lebih (>3kali sehari).

DAFTAR PUSTAKA

Tim Penulis Poltekkes Depkes Jakarta I. 2010. Kesehatan remaja; problem dan solusinya. Jakarta: Salemba Medika

Sarwono, Prawirohardjo. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (BPPK). 2007. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Nasional 2007. Diakses 19 februari 2014. http://www.kesehatan.kebumenkab.go.id/data/lapriskesdas.pdf

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. (2012). Laporan

Nasioanal Riskesdas. 2010. Diakses 21 Januari 2014 < h t t p : / / w w w . r i s k e s d a s .l i tbang .depkes .go . id /2010 /i n d e x . p h p ? o p t i o n = c o m -c o n t e n t & v i e w = a r t i c l e &id=46&Itemid=53.

Arikunto, S. 2009. Prosedur penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Hawari, Dadang (2013). Menejemen Stress Cemas dan Depresi. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Zahrani, Musfir.A. 2005. Konseling Terapi. Jakarta: Gema Insani

Sulistyoningsih, H. 2010. Gizi Untuk Kesehatan Ibu dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu

Dirjen Binkesmas Depkes RI. (2007). Kebijakan Nasional Promosi Kesehatan. Jakarta: Pusat Promosi Kesehatan Depkes RI

Koenjtoro, Sara L. Hubungan Antara Indeks Masa Tubuh (IMT) dengan Derajat Osteoatritis Lutut Menurut Kellgreen dan Lawrence. Diakses pada tahun 2010. <https://www.mysciencework.com/>.

University of Maryland Medical Center. 2013. Anxiety Disorder. [Online]. Diakses 17 Mei 2013<http://w w w. u m m . e d u / p a t i e n t e d /articles/how_serious_anxiety_disorders_000028_4.htm>.

Ninna, Rohmawati. 2013. “Anxiety, Asupan Makan dan Status Gizi Pada Lansia di Kabupaten Jember”. Program Pascasarjana. Universitas Negeri Jember

Hall, John E, Guyton & Hall (2010) Buku Saku Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC

Page 78: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

59

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PREFERENSI MASYARAKAT TERHADAP DIVERSIFIKASI PANGAN POKOK

DI KABUPATEN GRESIK

Anisa Lailatul Fitria1

1Program Studi S1 Gizi STIKES Delima Persada Gresik, [email protected]

ABSTRAK

Latar belakang Kesuksesan program diversifikasi pangan pokok di daerah sangat dipengaruhi oleh preferensi personal individu terhadap bahan pangan alternatif. Terdapat beberapa faktor yang berpengaruh terhadap pemilihan makanan individu, yaitu dampak kesehatan, rasa dan penerimaan, sosio-kultural, dan faktor psikologis. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk mendapatkan gambaran faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap diversifikasi pangan pokok, kemauan untuk beralih ke sumber pangan pokok alternative, serta pengetahuan masyarakat tentang bahan pangan pokok lokal di Kabupaten Gresik. Metode : Studi ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif yang mekibatkan 103 responden dari beberapa kecamatan di Kabupaten Gresik. Pengumpulan data dilakukan secara daring dengan menggunakan kuesioner. Hasil : Nilai gizi menjadi faktor yang paling dipertimbangkan (97,1%), disusul dengan penerimaan (86,8%). Harga menjadi faktor tidak terlalu dipertimbangkan (58,9%). Sebanyak 57% responden bersedia mensubtitusi pangan pokok dengan pangan pokok alternatif. Kesimpulan: Masyarakat Kabupaten Gresik memiliki kemauan untuk mengkonsumsi pangan pokok lokal sebagai alternatif pangan pokok selain beras dengan pertimbangan pada nilai gizi dan penerimaan bahan makanan.

Keywords : Diversifikasi, Pangan Pokok, Preferensi Makanan

PENDAHULUAN

Kualitas diet masyarakat salah satunya ditentukan dari keberagaman bahan pangan yang dikonsumsi. Semakin beragam bahan pangan, maka mutu

diet akan semakin baik. Sejak 2009, pemerintah Indonesia menggalakkan program diversifikasi pangan pokok berbasis potensi lokal yang diatur dalam PP nomor 22. Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya kerawanan pangan

Page 79: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Terhadap Diversifikasi Pangan Pokok di Kabupaten Gresik

60 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

di daerah, khususnya daerah yang tidak memiliki lahan untuk industry pertanian, serta meningkatkan mutu pangan masyarakat. Beberapa penelitian yang menyebutkan bahwa diversifikasi pangan merupakan salah satu faktor pencegah gizi buruk (1)(2)(3)(4), menjadi faktor pendorong pemerintah untuk menggalakkan kampanye diversifikasi pangan.

Kampanye diversifikasi pangan yang dilakukan pemerintah lebih banyak difokuskan pada diversifikasi sumber karbohidrat atau pangan pokok. Dalam rencana pembangungan nasional disebutkan bahwa salah satu latar belakang langkah ini berkaitan dengan tingginya konsumsi beras di masyarakat. Pemerintah menyadari bahwa adanya keseragaman konsumsi pangan pokok akan mengancam ketahanan pangan nasional (5), mengingat pemenuhan permintaan beras sebagian besar berasal dari impor. Disamping itu, langkah pemerintah ini juga berkaitan dengan porporsi konsumsi sumber karbohidrat masyarakat Indonesia yang cenderung lebih besar (6). Ditambah lagi, fenomena peralihan pangan pokok ke beras terjadi di daerah-daerah yang bukan penghasil beras, seperti peralihan konsumsi sagu dan umbi embal ke beras di Provinsi Maluku (7). Hal ini dapat mengancam ketahanan pangan daerah. Ariani (8) dalam reviewnya menyebutkan bahwa modal awal untuk mensukseskan program diversifikasi pangan daerah adalah preferensi masyarakat untuk beralih pada pangan lokal. Banyak daerah yang gagal menjalankan program diversifikasi pangan karena kurangnya minat masyarakat untuk beralih ke pangan pokok selain beras (8)(9). Terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat antara lain : i. fisiologis tubuh ii.sosio-kultural iii. psikologis (10)(11)(12).

Identifikasi faktor tersebut dapat membantu pemerintah dalam merumuskan program-program diversifikasi pangan. Sehingga gambaran tentang preferensi masyarakat terhadap diversifikasi perlu diketahui terlebih dahulu. Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mendapatkan gambaran tentang preferensi pangan, dalam hal ini faktor yang paling dipertimbangkan, dan pengetahuan tentang pangan lokal masyarakat Kabupaten Gresik dalam mendukung diversifikasi pangan pokok berbasis potensi pangan lokal.

Metode

Desain

Studi ini menggunakan desain penelitian deskriptif kuantitatif. Sebanyak 103 responden dari beberapa kecamatan di Kabupaten Gresik bersedia mengisi kuesioner yang disebarkan secara daring.

Penilaian Preferensi

Preferensi pangan pokok masyarakat dinilai dengan menggunakan kuesioner. Terdapat lima belas item pertanyaan untuk menilai faktor yang mempengaruhi preferensi pangan pokok setiap responden, ditinjau dari segi manfaat kesehatan, nilai gizi, rasa dan penerimaan, keyakinan, akses, pengetahuan tentang pangan lokal serta kemauan responden untuk beralih. Data dianalisis dengan statistik deskriptif menggunakan program statistik SPSS.

Hasil

Karakteristik responden

Data yang dapat diolah dari responden yang masuk sebanyak 68 data, dengan karakteristik umum tercantum pada tabel 1.1. Responden yang berpartisipasi berasal dari latar belakang pekerjaan yang berbeda, dengan persentase tiga terbesar adalah mahasiswa (36,8%), karyawan

Page 80: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Terhadap Diversifikasi Pangan Pokok di Kabupaten Gresik

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 61

swasta (20,6%), dan guru/dosen (17,6%). Responden berasal dari 14 kecamatan di Kabupaten Gresik, dengan persentase tiga terbesar adalah Manyar (36,8%), Gresik (17,6%), dan Kebomas (14,7%).

Tabel 1.1 Karakteristik RespondenKarakteristik Hasil

Jenis Kelamin (%) Laki-laki 39,7 Perempuan 60,3Usia (n) 15 – 24 tahun 37 25 – 40 tahun 25 >40 tahun 6Lama tinggal di Kab. Gresik (n)< 1 tahun 72-5 tahun 6>5 tahun 55

Preferensi responden terhadap diversifikasi pangan pokok

Berdasarkan pengelompokan aspek yang dipertimbangkan dalam pemilihan pangan pokok, diketahui bahwa aspek nilai gizi menjadi faktor yang paling dipertimbangkan diantara faktor yang lain. Sedangkan aspek harga menjadi faktor yang paling tidak dipertimbangkan (tabel 1.2).

Tabel 1.2 Faktor yang mempengaruhi preferensi diversifikasi pangan pokok

Item Dipertimbangkan (%)

Tidak Dipertimbangkan (%)

Manfaat kesehatan 79,4 20,6

Nilai gizi 97,1 2,9

Rasa 61,8 38,2

Penerimaan 86,8 13,2

Keyakinan 64,65 35,3

Harga 58,9 41,1

Akses 72,6 27,4

Pengetahuan tentang pangan pokok lokal

Dari hasil penilaian pengetahuan responden terhadap jenis pangan lokal yang ada di Kabupaten Gresik diketahui bahwa hanya 37% responden memiliki

pengetahuan yang baik. Sementara sisanya memiliki pengetahuan yang kurang dan cukup (gambar 1.1).

Kemauan untuk beralih ke pangan lokal

Sebanyak 57,4% responden menyatakan bersedia mensubtitusi pangan pokok yang dikonsumsi saat ini dengan bahan pangan lain. Sementara 48,5% responden menyatakan bersedia untuk beralih ke pangan pokok lokal (gambar 1.2) Responden juga menyatakan bahwa mereka cenderung lebih menyukai bahan pangan pokok yang bervariasi (75%).

Gambar 1.1 Pengetahuan Pangan Lokal

Gambar 1.2 Persentase kesediaan beralih ke pangan lokal

Page 81: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Terhadap Diversifikasi Pangan Pokok di Kabupaten Gresik

62 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

PEMBAHASAN

Steptoe dan Pollard (10) menjelaskan bahwa preferensi seseorang dalam memilih makanan dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: manfaat kesehatan, harga, rasa dan penerimaan, keyakinan, tradisi atau familiaritas, dan faktor psikologis, termasuk mood serta stress. Manfaat kesehatan berkaitan dengan efek fisiologis makanan dalam mencegah atau menimbulkan penyakit tertentu. Nilai gizi bahan pangan menunjukkan kualitas dan kandungan zat gizi esensial dalam makanan. Rasa dan penerimaan berhubungan dengan sifat organoleptic bahan pangan. Familiaritas menunjukkan kedekatan dengan bahan pangan yang biasanya tercermin dalam tradisi atau budaya makan keluarga. Sedangkan faktor psikologis berhubungan dengan emosi dan nafsu makan.

Hasil studi menunjukkan bahwa faktor yang paling dipertimbangkan oleh responden adalah nilai gizi bahan makanan dan penerimaan. Studi menunjukkan bahwa nilai gizi dan kualitas bahan makanan akan menjadi pertimbangan utama ketika masyarakat telah mampu mengakses bahan makanan dengan mudah (13). Artinya, faktor ekonomi dan transportasi tidak lagi menjadi masalah dalam memenuhi kebutuhan pangan pokok. Hal ini dapat diterima mengingat kondisi ekonomi masyarakat Kabupaten Gresik tergolong tinggi jika dibandingkan dengan daerah lain di Jawa Timur (14).

Selain itu, faktor lain seperti latar belakang pendidikan, pekerjaan, usia dan jenis kelamin juga dapat mempengaruhi hasil studi (15)(16)(17). Studi yang dilakukan Westenhoefer (17) membuktikan bahwa usia jenis kelamin dapat mempengaruhi preferensi pangan seseorang. Perempuan cenderung lebih peduli pada aspek gizi dan kesehatan serta

kebersihan makanan yang dikonsumsi dibandingkan laki-laki.

Usia juga berpengaruh terhadap preferensi makan seseorang terutama pada aspek rasa dan penerimaan (17). Pada lansia terjadi penurunan fungsi gemma gustatoria, sehingga rasa dan penerimaan menjadi salah satu faktor yang sangat dipertimbangkan dalam memilih makanan (18). Sementara pada usia muda (15-24 tahun) seseorang lebih memiliki kecenderungan untuk mencoba berbagai rasa makanan.

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap preferensi pangan tersebut dapat menjadi acuan stakeholder untuk merumuskan program terkait diversifikasi pangan pokok. Ariani (7) menyatakan bahwa diversifikasi pangan pokok merupakan program yang paling sulit terealisasi, khususnya pada masyarakat Asia yang secara turun temurun mengkonsumsi beras sebagai makanan pokoknya (12). Disamping itu, beras telah menjadi bagian dari budaya masyarakat dan mewarnai khazanah kuliner nusantara. Sehingga tidak mungkin mensubtitusi beras secara total dengan pangan pokok lain.

Meskipun demikian, hasil kajian Darsono et al (19) di Indonesia, menunjukkan bahwa tren konsumsi pangan pokok sudah mulai bergeser dengan meningkatnya konsumsi produk gandum, seperti roti dan mie. Artinya, masyarakat telah mampu merubah pola pangan pokoknya dari beras ke bahan pangan lain. Hal ini dapat menjadi dasar untuk mengupayakan diversifikasi pangan pokok dengan potensi pangan lokal.

Hasil studi menunjukkan bahwa responden memiliki kemauan untuk beralih ke pangan pokok lain selain beras. Lebih dari 50% responden bersedia mensubstitusi bahan pangan

Page 82: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Terhadap Diversifikasi Pangan Pokok di Kabupaten Gresik

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 63

pokok dengan pangan lokal yang ada di daerah. Hal ini dapat menjadi rujukan untuk merumuskan program diversifikasi pangan pokok berbasis potensi lokal.

Beberapa studi juga menyebutkan bahwa kemauan masyarakat untuk beralih dapat dipengaruhi oleh beberapa hal, salah satunya adalah pengetahuan tentang pangan alternatif yang dapat dipilih (19)(20). Hasil studi menunjukkan bahwa lebih dari 50% responden memiliki pengetahuan yang cukup tentang pangan lokal dan hanya 10% responden yang memiliki pengetahuan kurang. Hal ini menunjukkan bahwa responden telah memiliki kemauan untuk menganekaragamkan pangan pokok karena familiar dengan pangan pokok lokal di Kabupaten Gresik. Sehingga, hasil studi ini dapat menjadi data awal dalam perumusan program-program diversifikasi pangan pokok.

Terdapat beberapa kelemahan dalam studi ini. Pertama, proporsi responden yang bersedia mengisi kuesioner tidak tersebar merata di seluruh daerah kecamatan di Kabupaten Gresik, sehingga hasil belum dapat mewakili wilayah secara keseluruhan. Kedua, kuesioner disebar secara daring, sehingga banyak faktor perancu yang dapat mempengaruhi responden dalam mengisi kuesioner.

KESIMPULAN

Preferensi masyarakat terhadap diversifikasi pangan pokok di Kabupaten Gresik cenderung dipengaruhi oleh pertimbangan nilai gizi dan penerimaan bahan makanan. Aspek harga tidak terlalu dipertimbangkan karena kondisi sosial ekonomi masyarakat tergolong kelas menengah atas. Masyarakat Kabupaten Gresik juga memiliki kemauan untuk mengkonsumsi pangan pokok lokal sebagai alternatif pangan pokok selain

beras. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mendukung temuan data dalam studi ini.

DAFTAR PUSTAKA

Hooshmand, S. dan Udipi, SA. (2013). Dietary diversity and nutritional status of urban primary school children from Iran and India. Journal of Nutritional Disorder and Therapy.

Motbainor, A., Worku, A., dan Kumie, A. (2015). Stunting is associated with food diversity while wasting with food insecurity among underfive children in east and west Gojjam zones of Amhara region, Ethiopia. Journal Plos One.

Darapheak, C., Takano, T., Kizuki, M., et al. (2013). Consumption of animal source foods and dietary diversity reduce stunting in children in Cambodia. International Archieve of Medicine, 6:29

Arimond, M. dan Ruel, MT. 2004. Dietary diversity is associated with child nutritional status : evidence from 11 demographic and health surveys. The Journal of Nutrition

Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2013). Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional Bidang Pangan dan Pertanian 2015-2019. Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional Republik Indonesia

Siswanto et al. (2014). Buku Studi Diet Total : Survei Konsumsi Makanan Individu Indonesia 2014. Badan Penelitian dan Pengembangan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia

Ariani, M. (nd). Diversifikasi Konsumsi Pangan di Indonesia : Antara Harapan dan Kenyataan. Pusat

Page 83: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Faktor Yang Mempengaruhi Preferensi Masyarakat Terhadap Diversifikasi Pangan Pokok di Kabupaten Gresik

64 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian.

Ariani, M. 2010. Analisis konsumsi pangan tingkat masyarakat mendukung pencapaian diversifikasi pangan. Gizi Indonesia 33(1):20-28.

Elizabeth,R. (2011). Strategi Pencapaian Diversifikasi dan Kemandirian Pangan: Antara Harapan dan Kenyataan. Iptek Tanaman Pangan Vol. 6 No. 2

Steptoe,A dan Pollard,TM. (1995). Development of a Measure of the Motives Underlying the Selection of Food: the Food Choice Questionnaire. Appetite, 1995, 25, 267–284

Shepherd, R. (1999). Social determinants of food choice. Proceedings of the Nutrition Society (1999), 58, 807–812

Smith, ML. (2006). The Archaeology of Food Preference. American Anthropologist, Vol. 108, Issue 3, pp. 480–493

Bellisle, F. (2006). The determinants of food choice. http://www.eufic.org

Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. (2013). Profil Kabupaten Gresik. [website] http://bappeda.jatimprov.go.id/bappeda/wp-content/uploads/potensi-kab-kota-2013/kab-gresik-2013.pdf

Martínez-Zúñiga, SM. (2007). Cultural factors affecting food preference: the case of tarwi in three quechua speaking areas of Peru. Thesis. Vanderbilt University: Tennessee

Utami, DP. (2011). Analisis Pilihan Konsumen Dalam Mengkonsumsi Beras Organik Di Kabupaten Sragen. Mediagro,Vol.7.No.1:41-58

Westenhoefer, J. (2005). Age and gender dependent profile of food choice. Forum Nutr. 2005;(57):44-51

Mistretta, CM. (1984). Aging Effects on Anatomy and Neurophysiology of Taste and Smell. Gerodontology, Volume 3, Number 2

Darsono, LI. dan Junaedi, CM. (2011) Pengetahuan, Preferensi, Sikap, Niat Mencoba dan Berpindah Konsumsi Bahan Pangan Alternatif Selain Beras dan Gandum di Surabaya. Majalah Ekonomi, Vol.21.,No.1

Page 84: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

65

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

ANALISIS SITUASI PEMANFAATAN BAHAN PANGAN LOKAL DI DESA PASI KECAMATAN GLAGAH, LAMONGAN

Dian Agnesia1 , Pemta Tia Deka2

1Program Studi S1 Gizi STIKes Delima Persada Gresik, [email protected] Studi D3 Farmasi STIKes Delima Persada Gresik, [email protected]

ABSTRAK

Latar belakang. Pemenuhan kecukupan pangan perseorangan merupakan esensi dari ketahanan pangan yang dicerminkan oleh tersedianya pangan yang cukup, jumlah, mutu pangan, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau harganya, serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan. Dalam rangka pembangunan bangsa yang sehat, kuat dan cerdas, pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi tubuh adalah mutlak. Desa Pasi merupakan salah satu Desa dari 29 Desa di Kecamatan Glagah Lamongan yang sebagian besar penduduknya sebagai petani tambak. Seluruh hasil pertanian masyarakat langsung di jual ke Pasar lokal, tanpa mengalami pengolahan sebelumnya. Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis situasi di Desa Pasi tentang pemanfaatan bahan pangan lokal. Metode. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Penelitian dilakukan di Desa Pasi, Kecamatan Glagah, Lamongan. Pengambilan sampel penelitian secara purposive. Sampel pada penelitian ini adalah ibu- ibu PKK Desa Pasi yang berjumlah 19 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Hasil dan kesimpulan. Hasil sumber daya alam yang tersedia di Desa Pasi adalah Udang (33%) dan Bandeng (26%). Distribusi pengelolaan hasil sumber daya alam di Desa Pasi sebagian besar (55%) dijual ke tengkulak. Ketahanan pangan dibangun berdasarkan sumberdaya, kelembagaan, dan budaya lokal yang bertujuan untuk meningkatkan keanekaragaman produksi dan konsumsi pangan lokal yang bergizi dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat. Desa Pasi memiliki potensi sumber daya alam yang dapat mendukung peningkatan proporsi ketersediaan konsumsi energi dan protein di tingkat rumah tangga, tetapi sumberdaya alam yang ada belum diolah secara maksimal oleh masyarakat.

Keywords : pangan lokal, ketahanan pangan

Page 85: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Analisis Situasi Pemanfaatan Bahan Pangan Lokal di Desa Pasi Kecamatan Glagah, Lamongan

66 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

PENDAHULUAN

Menurut Undang- Undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 tentang Pangan , pangan lokal adalah makanan yang dikonsumsi oleh masyarakat setempat sesuai dengan potensi dan kearifan lokal. Pangan merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling utama dan pemenuhannya merupakan bagian dari hak azasi manusia yang dijamin di dalam Undang-Undang Dasar Negara Indonesia tahun 1945 (1).

Pemenuhan kecukupan pangan perseorangan merupakan esensi dari ketahanan pangan, dan dicerminkan oleh tersedianya pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, beragam, bergizi, merata, dan terjangkau harganya serta tidak bertentangan dengan agama, keyakinan, dan budaya masyarakat, untuk dapat hidup sehat, aktif, dan produktif secara berkelanjutan.

Rumah tangga tani merupakan komponen utama dalam mendukung pembangunan ekonomi khususnya sektor pertanian. Beragamnya komoditas yang dihasilkan rumah tangga tani didukung dengan sumberdaya yang ada, menjadikan sektor pertanian masih termasuk sektor unggulan sebagai penyedia bahan makanan (2). Desa Pasi merupakan salah satu Desa dari 29 Desa di Kecamatan Glagah Lamongan yang sebagian besar penduduknya memiliki mata pencaharian sebagai petani tambak. Hasil sumber daya alam terbesar di desa tersebut adalah udang dan ikan bandeng.

Dalam rangka pembangunan bangsa yang sehat, kuat dan cerdas, pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi tubuh adalah mutlak. Ikan merupakan bahan pangan hewani yang kaya protein dan rendah lemak, sehingga sangat baik untuk pemenuhan gizi. Selama ini

masih banyak masyarakat Indonesia yang menjadikan ikan sebagai laukpauk selingan. Sebagian lain menganggap ikan kurang baik bagi kesehatan, sebab dapat menimbulkan alergi, gatal-gatal serta cacingan. Pendapat keliru tersebut wajar jika berpengaruh pula pada budaya masyarakat yang cenderung kurang menganggap penting mengkonsumsi ikan.

Wilayah Desa Pasi belum memiliki Usaha Kecil Menengah dengan memanfaatkan hasil bahan pangan lokal. Sebagian besar penduduk bekerja sebagai petani tambak dan ibu rumah tangga. Seluruh hasil pertanian masyarakat langsung di jual ke Pasar lokal, tanpa mengalami pengolahan sebelumnya. Selain itu, desa Pasi belum pernah mendapatkan pelatihan maupun pendampingan mengenai bahan pangan lokal sebelumnya. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menganalisis situasi di Desa Pasi tentang pemanfaatan bahan pangan lokal.

Metode

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kualitatif. Penelitian dilakukan di Desa Pasi, Kecamatan Glagah, Lamongan. Pengambilan sampel penelitian secara purposive. Sampel pada penelitian ini adalah ibu- ibu PKK Desa Pasi yang berjumlah 19 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

Hasil

Karakteristik Responden

Responden berjumlah 19 orang yang seluruhnya (100%) berjenis kelamin perempuan. Data Karakteristik responden tersaji pada Tabel 1. Responden adalah anggota dan pengurus PKK di Desa

Page 86: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Analisis Situasi Pemanfaatan Bahan Pangan Lokal di Desa Pasi Kecamatan Glagah, Lamongan

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 67

Pasi. Prosentase terbesar (24%) untuk pekerjaan suami adalah sebagai petani tambak. Sedangkan pekerjaan istri, sebagian besar (67%) adalah sebagai ibu rumah tangga. Dari segi penghasilan suami, terbanyak adalah berpenghasilan Rp. 1.000.000,- sampai dengan Rp 2.000.000,- (33%). Sedangkan istri 56% tidak berpenghasilan.

Tabel 1. Karakteristik RespondenKarakteristik Hasil (%)

Jenis Kelamin Perempuan 100%

Pekerjaan Suami Buruh Pabrik Petani Sawah Petani Tambak Lain- lain

23%12%24%41%

Pekerjaan Istri Buruh Pabrik Pedagang Petani Sawah Petani Tambak PNS Ibu rumah tangga

5%5%6%11%6%67%

Penghasilan Suami Rp 0,- < Rp. 1.000.000,- Rp 1.000.000 – 2.000.000 Rp. 2.000.000 – 3.000.000 > Rp. 3.000.000,-

5%28%33%17%17%

Penghasilan Istri Rp. 0,- < Rp. 1.000.000 Rp. 1.000.000 – 2.000.000

56%38%6%

Hasil Sumber Daya Alam

Sebagian besar penduduk Desa Pasi adalah petani tambak. Hasil sumber daya alam yang tersedia di Desa Pasi adalah Udang (33%) dan Bandeng (26%). Daerah pertanian di Desa ini adalah sawah tambak artinya tanah di daerah ini dapat ditanami padi dan juga digunakan untuk tambak ikan/ udang secara bergantian. Prosentase Distribusi hasil sumber daya alam di Desa Pasi disajikan pada Gambar 1.

Gambar 1. Prosentase Distribusi Hasil Sumber Daya Alam

Pengelolaan Hasil Sumber Daya Alam

Masyarakat di Desa Pasi terbiasa menjual hasil sumber daya alamnya langsung ke pasar lokal maupun melalui tengkulak. Pada Gambar 2 disajikan prosentase distribusi pengelolaan hasil sumber daya alam di Desa Pasi. Sebagian besar (55%) dijual ke tengkulak dan ke pasar langsung (32%), hanya sebagian kecil (9%) yang diolah untuk dikonsumsi di rumah tangga dan juga dijual ke rumah- rumah (4%).

Gambar 2. Prosentase Distribusi Pengelolaan Hasil Sumber Daya Alam

Pemanfaatan Bahan Pangan Lokal

Preferensi responden terhadap pemanfaatan sumber daya alam yang terdapat di Desa Pasi sebagian besar memilih ikan bandeng (50%) dan udang (22%). Sedangkan preferensi terhadap produk olahan, responden lebih memilih otak- otak bandeng (34%) dan sosis ikan (33%).

Page 87: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Analisis Situasi Pemanfaatan Bahan Pangan Lokal di Desa Pasi Kecamatan Glagah, Lamongan

68 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Gambar 3. Prosentase Preferensi Sumber Daya Alam yang akan Diolah

Gambar 4. Prosentase Preferensi Produk Olahan Bahan Pangan Lokal

Pelatihan Pemanfaatan Bahan Pangan Lokal

Keikutsertaan responden dalam pelatihan, 73% menyebutkan pernah mengikuti pelatihan dan 27% menyatakan belum pernah mengikuti pelatihan terkait pemanfaatan bahan pangan lokal. Sedangkan kemauan responden untuk mengikuti pelatihan terkait pemanfaatan bahan pangan lokal sebanyak 94%.

Gambar 5. Prosentase Distribusi Keikutsertaan dalam Pelatihan

Gambar 6. Prosentase Distribusi Kesediaan Mengikuti Pelatihan

PEMBAHASAN

Ketahanan pangan dibangun berdasarkan sumberdaya, kelembagaan, dan budaya lokal yang bertujuan untuk meningkatkan keanekaragaman produksi dan konsumsi pangan lokal yang bergizi dan aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sebagian besar (67%) responden merupakan ibu rumah tangga yang tidak memiliki penghasilan. Sehingga dapat disimpulkan pendapatan keluarga hanya berasal dari suami. Berdasarkan data yang diperoleh, penghasilan suami responden (33%) berkisar antara Rp. 1.000.000,- sampai Rp. 2.000.000,-

Penelitian Susilowati (2004) (3), menyebutkan bahwa pendapatan rumah tangga adalah variabel yang memiliki pengaruh signifikan terhadap ketahanan pangan rumah tangga. Hal ini sesuai dengan Teori Keynes, yang menyatakan bahwa semakin tinggi pendapatan, maka semakin tinggi pula konsumsinya.

Penelitian lain yang mendukung juga dilakukan oleh Arene (2010) (4), menyebutkan bahwa salah satu faktor dominan yang mempengaruhi ketahanan pangan adalah pendapatan per kapita. Faktor ini memiliki efek positif, yang artinya semakin tinggi pendapatan seseorang, maka semakin tinggi pula

Page 88: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Analisis Situasi Pemanfaatan Bahan Pangan Lokal di Desa Pasi Kecamatan Glagah, Lamongan

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 69

probabilitas suatu rumah tangga masuk dalam kategori tahan pangan. Selain itu juga ada penelitian dari Halik (2007) (5), menyebutkan bahwa salah satu faktor sosial ekonomi yang dominan mempengaruhi tingkat ketahanan pangan adalah tingkat pendapatan perkapita.

Dalam rangka pembangunan bangsa yang sehat, kuat dan cerdas, pemenuhan kebutuhan protein hewani bagi tubuh adalah mutlak. Ikan merupakan bahan pangan hewani yang kaya protein dan rendah lemak, sehingga sangat baik untuk pemenuhan gizi. Selama ini masih banyak masyarakat Indonesia yang menjadikan ikan sebagai lauk pauk selingan. Sebagian lain menganggap ikan kurang baik bagi kesehatan, sebab dapat menimbulkan alergi, gatal-gatal serta cacingan. Pendapat keliru tersebut wajar jika berpengaruh pula pada budaya masyarakat yang cenderung kurang menganggap penting mengkonsumsi ikan.

Hasil sumber daya alam terbesar yang tersedia di Desa Pasi adalah Udang (33%) dan Bandeng (26%). Masyarakat di Desa Pasi terbiasa menjual hasil sumber daya alamnya langsung ke pasar lokal maupun melalui tengkulak dan tidak mengalami pengolahan sebelumnya. Sedangkan pengelolaan hasil sumber daya alam di Desa Pasi sebagian besar (55%) dijual ke tengkulak dan ke pasar langsung (32%), hanya sebagian kecil (9%) yang diolah untuk dikonsumsi di rumah tangga dan juga dijual ke rumah- rumah (4%). Penelitian yang dilakukan Hardinsyah (2001) (6), menunjukkan bahwa diversifikasi pangan dapat meningkatkan konsumsi berbagai anti oksidan pangan, konsumsi konsumsi serat dan menurunkan resiko hiperkolesterol, hipertensi dan penyakit jantung koroner. Dimana diversifikasi pangan merupakan salah satu pilar utama dalam mewujudkan ketahanan pangan.

Beberapa hasil kajian menunjukkan persediaan pangan yang cukup secara nasional terbukti tidak menjamin adanya ketahanan pangan tingkat wilayah (regional), rumah tangga atau individu. Walaupun ketersediaan pangan secara nasional sudah cukup, namun jumlah proporsi rumah tangga yang defisit energi di setiap propinsi masih tinggi yakni 18% (7). Bank Dunia (2006) menunjukkan bahwa perbaikan gizi merupakan suatu investasi yang sangat menguntungkan. Konferensi para ekonom di Copenhagen tahun 2005 (Konsensus Kopenhagen) menyatakan bahwa intervensi gizi menghasilkan keuntungan ekonomi (‘economic returns’) yang tinggi dan merupakan salah satu yang terbaik dari 17 alternatif investasi pembangunan lainnya.

Pemenuhan kebutuhan pangan juga terkait dengan upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat, sehingga diperoleh kualitas sumber daya Indonesia manusia (SDM) yang mempunyai daya saing tangguh dan unggul. Sumber daya manusia berkualitas digambarkan sebagai manusia sehat yang cerdas, produktif dan mandiri.

KESIMPULAN

Peningkatan sumber daya manusia (SDM) yang mempunyai daya saing tangguh dan unggul, digambarkan sebagai manusia yang sehat, cerdas, produktif dan mandiri (Menteri Kesehatan, 2005). Perbaikan SDM ini dimulai dari tingkat rumah tangga, dimana ketersediaan pangan yang cukup akan menunjang ketahanan pangan masyarakat di suatu wilayah. Namun, tidak cukup hanya ketersediaan pangan secara nasional saja, perlu juga memperhatikan jumlah proporsi konsumsi energi dan protein di tingkat rumah tangga.

Page 89: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Analisis Situasi Pemanfaatan Bahan Pangan Lokal di Desa Pasi Kecamatan Glagah, Lamongan

70 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Desa Pasi memiliki potensi sumber daya alam yang dapat mendukung peningkatan proporsi ketersediaan konsumsi energi dan protein di tingkat rumah tangga, tetapi sumberdaya alam yang ada belum diolah secara maksimal oleh masyarakat.

Sehingga berdasarkan hasil penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa perlu ada penelitian lebih lanjut untuk meneliti ketahanan pangan dari segi ketersediaan pangan, akses pangan, penyerapan pangan dan status gizi masyarakat Desa Pasi.

Daftar Pustaka

Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 18 tahun 2012 tentang Pangan.

Todaro. M.P., 2000. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga (H.Munandar, Trans. Edisi Ketujuh ed.). Jakarta: Erlangga.

Susilowati. H., 2014. Faktor- faktor yang Mempengaruhi Ketahanan Pangan Rumah Tangga Miskin di Kecamatan Srandakan Bantul. Skripsi. Program Studi Pendidikan Ekonomi Fakultas EKonomi Universitas Negeri Yogyakarta.

Arene & Anyaeji. 2010. Determinants of Food Security among Households in Nsukka Metropolis of Enugu State, Nigeria. Pakistan Journal of Social Sciences (PJSS) Vol. 30, No. 1 (September 2010), pp. 9-16.

Abdul Halik. 2007. Ketahanan Pangan Masyarakat Pedesaan (Studi Kasus di Desa Pammusureng, Kecamatan Bonto Cani, Kabupaten Bone). Jurnal Agrisistem, Desember 2007, Vol. 3 No. 2 (ISSN 1858-4330). STITEK Balik Diwa Makassar

Hardinsyah dan Martianto, D. 2001. Pembangunan Ketahanan Pangan yang Berbasis Agribisnis dan Pemberdayaan Masyarakat. Makalah dalam Seminar Nasional Pemberdayaan Masyarakat untuk Mencapai Ketahanan Pangan dan Pemulihan Ekonomi. Diselenggarakan oleh BBKP, Deptan.; PSKPG,IPB dan Agrindo Aneka Consult. Jakarta

Martianto D, M Ariani. 2004. Analisis Konsumsi Pangan Rumah Tangga. Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII. Jakarta.

Page 90: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

71

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

HUBUNGAN TINGKAT DEPRESI DENGAN STATUS GIZI LANSIA DI DESA SUMBER TEBU KECAMATAN BANGSAL MOJOKERTO

Eka Diah KartiningrumPoliteknik Kesehatan Majapahit, [email protected]

ABSTRAK

Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang paling sering didapatkan pada lansia. Lansia dengan depresi mengalami berkurangnya atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun secara cepat. Akibatnya lansia mengalami penurunan status gizi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan tingkat depresi dengan status gizi lansia di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.

Jenis penelitian analitik observasional dengan pendekatan cross sectional. Variabel independennya tingkat depresi lansia dan variabel dependennya status gizi lansia. Populasinya seluruh lanjut usia yang tinggal di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto sejumlah 40 lansia dan diambil 38 lansia sebagai sampel menggunakan purposive sampling. Data dikumpulkan menggunakan kuesioner, lembar observasi, timbangan badan serta mistar kayu 1 m pada tanggal 10-18 Juli 2016. Data dianalisis menggunakan Spearman’s rho test.

Hasil penelitian menunjukkan hampir setengah dari responden mengalami depresi ringan sebanyak 17 orang (44,7%) dan hampir setengah dari responden mempunyai status gizi normal sebanyak 18 orang (47,4%), diikuti status gizi kurang sebanyak 17 orang (44,7%). Hasil Spearman’s rho test didapatkan korelasi negatif, jadi semakin berat depresi yang dialami lansia, semakin kurang status gizi lansia dengan kekuatan hubungan sedang, artinya bahwa tingkat depresi bukan satu-satunya faktor dominan yang mempengaruhi status gizi lansi (p = 0,004 dan r = -0,457). Kondisi tekanan mental akibat jauh dari keluarga menyebabkan timbulnya berbagai pikiran yang mengganggu dan mengurangi nafsu makan, sehingga mempengaruhi status gizi lansia. Tenaga kesehatan dapat memotivasi keluarga lansia akan pentingnya memberikan dukungan pada para lansia untuk mengurangi depresi dan lebih memperhatikan asupan gizi lansia

Keywords: depresi, status gizi, lansia

Page 91: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Tingkat Depresi Dengan Status Gizi Lansia di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Mojokerto

72 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

PENDAHULUAN

Perubahan fungsi fisiologis pada lansia dapat menyebabkan penurunan asupan makanan yang berakibat pada penurunan status gizi, diantaranya adalah menurunnya kemampuan mengunyah makanan dan berkurangnya sekresi enzim pencernaan (Fatmah, 2010). Faktor lain yang dapat mempengaruhi terjadinya kekurangan gizi pada lansia adalah gangguan mental, salah satunya depresi (Azizah, 2011). Depresi merupakan masalah kesehatan jiwa yang paling sering didapatkan pada lansia. Lansia dengan depresi mengalami berkurangnya atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun secara cepat (Maryam, dkk., 2008). Akibatnya lansia mengalami penurunan status gizi (Fatmah, 2010). Studi oleh Mokhber, dkk (2011) menjelaskan bahwa terdapat 44% lansia yang depresi mengalami kekurangan gizi dan terdapat hubungan antara tingkat depresi dengan kejadian malnutrisi pada lansia. Menurut Revina dalam Saniawan (2007), lansia di Indonesia banyak yang mengalami gangguan pemenuhan gizi yaitu yang mengalami gizi kurang sebanyak 31,0% dan gizi lebih sebanyak 1,8%. Kelainan nutrisi lain yang dapat dijumpai pada lansia adalah kurang energi protein. Prevalensi kurang energi protein pada lanjut usia yang hidupdi masyarakat sekitar 5-10%, lanjut usia yang dirawat di rumah sakit dengan prevalensi sekitar 30-61% dan lanjut usia yang dirawat di panti werdha prevalensinya sekitar 40-85%. Data dari Poliklinik Geriatri Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI/RS Cipto Mangun kusumo menunjukkan 9,4% pasien memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) <18,5kg/m2 dan 3,5% dengan IMT <17 kg/m2. Bila menggunakan penapisan malnutrisi secara dini dengan Penilaian Nutrisi Mini (Mini Nutritional Assessment) ditemukan sebesar 29%

pasien beresiko mengalami malnutrisi. Di ruang rawat akut ditemukan 40-55% lanjut usia menderita malnutrisi dan 23% menderita malnutrisi berat. Tingginya prevalensi malnutrisi pada lanjut usia mengingatkan perlunya dilakukan penilaian status gizi secara rutin (Sari dalam Listina, 2011). Tujuan penelitian adalah menganalisis hubungan tingkat depresi dengan status gizi lansia di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto.

Metode

Jenis penelitian adalah analitik observasional (Setiadi, 2007). Rancang bangun yang digunakan adalah “cross sectional”. Populasinya adalah seluruh lanjut usia yang tinggal di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto sejumlah 40 lansia. Sampelnya adalah sebagian lanjut usia yang tinggal di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto yang memenuhi kriteria inklusi sebanyak 38 lansia menggunakan purposive sampling. Pengumpulan data tingkat depresi lansia menggunakan teknik wawancara terstruktur, yaitu proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan, dimana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan menggunakan panduan pokok-pokok masalah yang diteliti. Pengumpulan data status gizi lansia menggunakan teknik observasi atau pengamatan dengan cara menimbang berat berat badan menggunakan timbangan dan mengukur tinggi lutut menggunakan meteran. Instrumen pengumpulan data untuk mengukur variabel tingkat depresi menggunakan kuesioner, sedangkan untuk mengukur status gizi lansia menggunakan lembar observasi, timbangan badan serta mistar kayu 1 m. Untuk mengetahui ada

Page 92: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Tingkat Depresi Dengan Status Gizi Lansia di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Mojokerto

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 73

tidaknya hubungan tingkat depresi dengan status gizi lansia di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto dilakukan uji korelasi Spearman.

Hasil

Karakteristik responden berdasarkan 1. umur.

Tabel 1 Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto

No Umur Frekuensi Prosentase1.2.3.

<60 tahun60-64 tahun>65 tahun

91217

23,731,644,7

Total 38 100

Tabel 1 menjelaskan bahwa hampir setengah dari responden berumur >65 tahun sebanyak 17 orang (44,7%).

Karakteristik responden berdasarkan 2. jenis kelamin.

Tabel2 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto

No Jenis kelamin Frekuensi Prosentase1.2.

Laki-lakiPerempuan

1820

47,452,6

Total 38 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian besar responden adalah perempuan sebanyak 20 orang (52,6%).

Karakteristik responden berdasarkan 3. jenis penyakit.

Tabel 3 Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis penyakit di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto

No Jenis penyakit Frekuensi Prosentase1.2.3.4.5.6.

Sakit gigiMaagKencing manisDarah tinggiTidak menderita penyakit

4478150

10,510,518,421,139,5

0Total 38 100

Tabel 3 menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden menderita linu-linu sebanyak 15 orang (39,5%).

Tingkat depresi lansia4. Tabel 4 Distribusi frekuensi tingkat depresi lansia di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto

No Tingkat depresilansia

Frekuensi Prosentase

1.2.3.4.

NormalRinganSedangBerat

317153

7,944,739,57,9

Total 38 100

Tabel 4 menerangkan bahwa hampir setengah dari responden mengalami depresi ringan sebanyak 17 orang (44,7%) dan diikuti oleh responden yang mengalami depresi sedang sebanyak 15 orang (39,5%).

Status gizi lansia5. Tabel 5 Distribusi frekuensi status gizi lansia di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto

No Status gizi Frekuensi Prosentase1.2.3.

KurangNormalLebih

17183

44,747,47,9

Total 38 100

Tabel 5 menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden mempunyai status gizi normal sebanyak 18 orang (47,4%), diikuti status gizi kurang sebanyak 17 orang (44,7%).

Hubungan tingkat depresi dengan 6. status gizi lansia

Tabel 6 Tabulasi silang tingkat depresi dengan status gizi lansia di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto

Tingkat depresi lansia

Status gizi lansia TotalKurang Normal Lebihf % f % f % f %

Normal 1 2,6 2 5,3 0 0 3 7,9Ringan 5 13,2 10 26,3 2 5,3 17 44,7Sedang 9 23,7 5 13,2 1 2,6 15 39,5Berat 2 5,3 1 2,6 0 0 3 7,9Total 17 44,7 18 47,4 3 7,9 38 100

p = 0,004 α= 0,05 r = -0,457

Page 93: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Tingkat Depresi Dengan Status Gizi Lansia di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Mojokerto

74 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Tabel 6 menjelaskan bahwa hampir setengah dari responden mengalami depresi ringan dengan status gizi normal sebanyak 10 orang (26,3%). Uji statistik dengan menggunakan Spearman’s rho test menghasilkan nilai p = 0,004. Karena nilai p = 0,004< α (0,05), maka H1 diterima, berarti ada hubungan tingkat depresi dengan status gizi lansia di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Kabupaten Mojokerto. Nilai r = -0,457 artinya korelasi negatif, jadi semakin tinggi tingkat depresi yang dialami lansia, semakin kurang status gizi lansia dengan kekuatan hubungan sedang, artinya bahwa tingkat depresi bukan satu-satunya faktor dominan yang mempengaruhi status gizi lansia.

PEMBAHASAN

Tingkat depresi lansia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa lansia yang mengalami depresi ringan sebanyak 17 orang (44,7%) dan diikuti oleh responden yang mengalami depresi sedang sebanyak 15 orang (39,5%).

Stressor psikososial adalah setiap keadaan atau peristiwa yang menyebabkan perubahan dalam kehidupan seseorang, sehingga orang itu terpaksa mengadakan adaptasi atau penyesuaian diri untuk menanggulanginya. Namun tidak semua orang mampu melakukan adaptasi dan mengatasi stressor tersebut sehingga menimbulkan keluhan, diantaranya depresi. Pada gejala depresi, gejala yang dikeluhkan penderita didominasi oleh keluhan-keluhan psikis (kemurungan dan kesedihan), tetapi dapat pula disertai keluhan-keluhan somatis (fisik). Depresi adalah salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan (affective/mood disorder), yang ditandai dengan kemurungan, kelesuan, ketiadaan gairah

hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya (Hawari, 2008). Menurut Sulistoyo (2009), terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi depresi, diantaranya faktor individu, termasuk umur dan jenis kelamin, faktor psikologis (dalam pendekatan behavioral disebutkan bahwa perubahan lingkungan dapat mempengaruhi timbulnya depresi) dan faktor kejadian penting dalam hidup termasuk timbulnya penyakit fisik.

Depresi ringan yang melanda responden menunjukkan responden mengalami 2 atau 3 dari gejala utama depresi yaitu afek depresif, kehilangan minat dan kegembiraan, berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan yang mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja) atau menurunnya aktivitas. Selain itu responden juga mengalami beberapa gejala penyerta depresi. Sedangkan depresi sedang yang dialami responden hampir sama dengan depresi ringan, hanya saja mempunyai gejala penyerta depresi yang lebih banyak. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai persoalan hidup yang mendera responden seperti kemiskinan, kegagalan yang beruntun, stres yang berkepanjangan, memiliki masalah dengan keturunan yang bisa merawatnya. Kondisi-kondisi hidup seperti ini dapat memicu terjadinya depresi khususnya depresi ringan dan sedang. Mereka merasa kurang mendapatkan perhatian dan dukungan dari keluarga atau merasa sebagai orang terbuang. Hal ini dapat disebabkan oleh kesibukan dari anak-anaknya, tempat tinggal yang jauh sehingga anak jarang untuk mengunjungi, adanya konflik antara orang tua dengan anaknya dan anak tidak mau direpotkan dengan urusan orang tuanya. Akibat beberapa penyebab itu lansia merasa sudah tidak dibutuhkan lagi, tidak berguna, tidak dihargai di dalam keluarganya dan merasa

Page 94: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Tingkat Depresi Dengan Status Gizi Lansia di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Mojokerto

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 75

menjadi beban bagi keluarganya. Selain itu depresi pada lansia dipengaruhi oleh dan umur, jenis kelamin, dan penyakit yang diderita. Semakin muda usia seseorang maka semakin kurang ia dalam mengendalikan emosinya (Sulistoyo, 2009). Meski disebutkan bahwa semakin muda seseorang, semakin kurang mampu mengendalikan emosi, namun pada usia lanjut juga mengalami keterbatasan dalam penguasaan emosi (sensitivitas emosional).

Wanita memiliki kecenderungan hampir dua kali lipat lebih besar daripada pria untuk mengalami depresi mayor. Perbedaan dalam risiko relatif antara pria dan wanita bermula pada awal usia remaja dan bertahan hingga paling tidak usia pertengahan 50. Sebuah diskusi panel yang diselenggarakan oleh American Psychological Association (APA) menyatakan bahwa perbedaan gender sebagian besar disebabkan oleh lebih banyaknya jumlah stres yang dihadapi wanita dalam kehidupan kontemporer. Misalnya wanita lebih cenderung menghadapi faktor-faktor kehidupan yang penuh penganiayaan fisik dan seksual, kemiskinan, orang tua tunggal dan diskriminasi gender (Sulistoyo, 2009).

Status gizi lansia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa hampir setengah dari responden mempunyai status gizi normal sebanyak 18 orang (47,4%), diikuti status gizi kurang sebanyak 17 orang (44,7%). Lansia yang mengalami masalah gizi disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain fisik, patologis dan psikososial. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan malnutrisi pada lansia, dan jika semuanya bergabung maka akan mengakibatkan keburukan status gizi, yang akhirnya dapat membahayakan status kesehatan mereka (Watson, 2003). Lansia yang mengalami masalah gizi

disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain fisik, patologis dan psikososial. Faktor-faktor ini dapat menyebabkan malnutrisi pada lansia, dan jika semuanya bergabung maka akan mengakibatkan keburukan status gizi, yang akhirnya dapat membahayakan status kesehatan mereka (Watson, 2003).

Hubungan tingkat depresi dengan status gizi lansia.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan tingkat depresi dengan status gizi lansia. Nilai r = -0,457 artinya korelasi negatif, jadi semakin berat depresi yang dialami lansia, semakin kurang status gizi lansia dengan kekuatan hubungan sedang, artinya bahwa tingkat depresi bukan satu-satunya faktor dominan yang mempengaruhi status gizi lansia. Faktor psikososial merupakan salah satu faktor yang dapat menyebabkan malnutrisi pada lansia. Berbagai kondisi yang terjadi pada lansia dapat muncul dan diperburuk oleh perasaan seperti kesepian, kehilangan, kemiskinan dan depresi (Watson, 2003). Secara psikologis, depresi dan stres dapat berpengaruh pada status gizi. Bisa dalam bentuk kurang makan atau makan berlebihan (Tamher dan Noorkasiani, 2009). Lansia dengan depresi lebih sering mengalami berkurangnya atau hilangnya nafsu makan sehingga berat badan menurun secara cepat (Maryam, dkk., 2008). Akibatnya lansia mengalami penurunan status gizi (Fatmah, 2010). Hal ini disebabkan orang tua sering mengalami depresi atau rasa tertekan karena merasa kesepian, kurang berharga, atau karena berkurangnya penghasilan yang sering disertai dengan hilangnya nafsu makan dan motivasi untuk menyiapkan makanan (Almatsier,dkk, 2011). Hal tersebut terjadi sebab pada keadaan depresi, seseorang cenderung lupa akan pemenuhan kebutuhan dasar,

Page 95: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Tingkat Depresi Dengan Status Gizi Lansia di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Mojokerto

76 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

seperti kebutuhan akan makanan, kebersihan diri dan istirahat. Apabila asupan makanan rendah dan berlangsung dalam jangka waktu yang relatif panjang, seseorang akan mengalami defisiensi zat gizi yang berakibat pada penurunan status gizi (Ekawati, 2009). Kondisi tertekan yang disebabkan berbagai masalah yang timbul dan tidak mampu menyelesaikan menyebabkan sebagian besar responden mengalami kondisi depresi. Responden yang mengalami depresi sedang dan berat sebagian besar mempunyai status gizi kurang disebabkan karena tekanan mental yang lebih berat menyebabkan timbulnya berbagai pikiran yang mengganggu dan mengurangi nafsu makan responden, sehingga membuatnya mempunyai status gizi kurang. Responden yang tidak mengalami depresi (normal), sebagian kecil ada yang mempunyai status gizi kurang sebanyak 1 orang (2,6%). Responden yang mengalami depresi ringan sebagian kecil juga ada yang mempunyai status gizi lebih sebanyak 2 orang (5,3%). Bagi responden yang tidak mengalami depresi (normal) dan depresi ringan, namun memiliki status gizi kurang bisa disebabkan karena faktor-faktor lain di luar faktor psikososial (dalam hal ini tingkat depresi), yaitu faktor fisik dan patologis. Selain itu juga akibat lansia memang memiliki riwayat tubuh yang kurus atau secara genetik memang ia termasuk orang yang memiliki postur tubuh kurus. Kebiasaan lansia yang senang berpuasa senin kamis atau puasa mutih menurut budaya Jawa juga sangat mempengaruhi alasan responden tidak mengalami depresi (normal) atau depresi ringan namun tetap memiliki status gizi kurang. Sedangkan responden yang mengalami depresi ringan dengan status gizi lebih dapat disebabkan karena depresi yang dialaminya tidak sampai menurunkan nafsu makan, sehingga pola makan tetap berjalan normal bahkan berlebihan yang

dapat disebabkan karena pola makan yang terbentuk sejak masa muda adalah pola makan berlebih, sehingga status gizinya menjadi lebih. Selain itu juga diketahui responden yang mengalami depresi sedang dan berat, sebagian kecil ada yang mempunyai status gizi normal masing-masing sebanyak 5 orang (13,2%) dan 1 orang (2,6%). Sedangkan responden dengan depresi sedang sebagian kecil juga ada yang mempunyai status gizi lebih sebanyak 1 orang (2,6%). Responden yang mengalami depresi sedang dan berat, sebagian kecil ada yang mempunyai status gizi normal dapat disebabkan karena pengetahuan dan kemampuan lansia itu sendiri akan pemenuhan kebutuhan nutrisi yang baik, sehingga dapat mengatur asupan gizi yang dibutuhkannya setiap hari, meski mengalami berbagai keterbatasan. Sedangkan bagi responden yang mengalami depresi sedang, namun memiliki status gizi lebih dapat diakibatkan oleh kurangnya aktifitas fisik, kebiasaan makan banyak di waktu muda yang sulit untuk diubah.

KESIMPULAN

Kondisi Depresi berhubungan tingkat depresi dengan status gizi lansia. Semakin berat depresi yang dialami lansia, semakin kurang status gizi lansia dengan kekuatan hubungan sedang, artinya bahwa tingkat depresi bukan satu-satunya faktor dominan yang mempengaruhi status gizi lansia.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita, dkk. (2011). Gizi Seimbang dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Azizah, Lilik Ma’rifatul. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Page 96: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Tingkat Depresi Dengan Status Gizi Lansia di Desa Sumber Tebu Kecamatan Bangsal Mojokerto

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 77

Ekawati, Fracisca Indah. (2009). Hubungan Antara Keadaan Depresi dengan Status Gizi pada Pengguna Opiat di Pusat Rehabilitasi Narkoba. (Online) (http://eprints.undip.ac.id/14231/1/Artikel_Francisca_Indah_E.pdf diakses tanggal 2 Maret 2016).

Fatmah. (2010). Gizi Usia Lanjut. Jakarta: Erlangga.

Hawari, Dadang. (2008). Manajemen Stres, Cemas dan Depresi. Jakarta: FKUI.

Listina. (2011). Hubungan Tingkat Konsumsi Energi dan Protein, Aktifitas Fisik, Pengetahuan Gizi Terhadap Status Gizi pada Lansia di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Segiri Samarinda Tahun 2011. (Online) (http://www.scribd.com/doc/61005621 diakses tanggal 1 Maret 2016).

Maryam, R. Siti, dkk (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba Medika.

Mokhber, dkk. (2011). Association between Malnutrition and Depression in Elderly People in Razavi Khorasan: A Population Based-Study in Iran. (Online) (h t tp : / / journa l s . tums .ac . i r /abs/18418 diakses tanggal 12 Februari 2016).

Saniawan (2007). Status Gizi pada Lanjut Usia pada Banjar Paang Tebel di Desa Peguyangan Kaja Wilayah Kerja Puskesmas III Denpasar Utara. (Online) (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/21094549.pdf diakses tanggal 12 Januari 2016).

Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Sulistoyo, Putu. (2009). Faktor-faktor yang Mempengaruhi Depresi. (Online) (http://www.silents-

hening.blogspot.com diakses tanggal 15 Maret 2016).

Tamher, S. dan Noorkasiani. (2009). Kesehatan Usia Lanjut dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Watson, R. (2003). Perawatan pada Lansia. Jakarta: EGC.

Page 97: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

78

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

EFEKTIVITAS MANAJEMEN STRES TERHADAP PENURUNAN KADAR GULA DARAH PENDERITA DIABATES MELLITUS

Dwiharini PuspitaningsihPoliteknik Kesehatan Majapahit, [email protected]

ABSTRAK

Stres sangat berpengaruh terhadap penyakit diabetes karena hal itu akan berpengaruh terhadap pengendalian dan tingkat kadar glukosa darah. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi Pengaruh Manajemen Stres Terhadap Penurunan Gula Darah Penderita Diabetes Mellitus. Desain dalam penelitian ini adalah quasi experiment non equivalent control group design. Populasinya adalah seluruh pasien diabetes mellitus yang berada di Desa Sumber Tebu wilayah Puskesmas Bangsal. Jumlah responden dalam penelitian ini sebanyak 16 orang yang dibagi menjadi kelompok intervensi dan kelompok kontrol, dimana tehnik pengambilan sampelnya menggunakan teknik purposive sampling. Instrumen yang digunakan dalam penelitian adalah kuisioner modifikasi peneliti yang telah dilakukan uji coba instrumen. Hasil penelitian didapatkan bahwa baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok pembanding mengalami penurunan kadar gula darah sesudah perlakuan. Hal ini ditunjukkan dengan rerata nilai kadar gula darah pada kelompok yang dipandu melakukan manajemen stres adalah - 51,23 ± 38,43 dan pada kelompok tanpa dipandu melakukan manajemen stres - 41,34 ± 107,39. Hasil analisis statistik menggunakan uji independet t test didapatkan ρ = 0,810 dimana ρ > 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah antara kelompok pembanding dan kelompok perlakuan yang diberikan bimbingan melakukan manajemen stres. Hal tersebut kemungkinan disebabkan oleh genetik dan juga factor gaya hidup responden. Pemberian manajemen stres hanya dilaksanakan selama 1 bulan dimungkinkan belum diikuti dengan perubahan perilaku responden sehingga belum cukup signifikan dalam menurunkan kadar gula darah.

Keywords: Manajemen Stres, Gula Darah, Diabetes Mellitus

Page 98: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Efektivitas Manajemen Stres Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Penderita Diabates Mellitus

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 79

PENDAHULUAN

Diabetes Melitus di Indonesia merupakan ancaman serius bagi pembangunan kesehatan dan pertumbuhan ekonomi nasional. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan pada tahun 2030 penyandang diabetes di Indonesia sebanyak 21,3 juta orang. Kondisi ini akan menjadikan Indonesia menduduki peringkat ke empat setelah Amerika Serikat, China, dan India di antara negara-negara yang memiliki penyandang diabetes terbanyak, dengan populasi penduduk terbesar di dunia (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012). Diabetes Mellitus yang tidak dikendalikan dengan baik akan menimbulkan komplikasi penyakit lain, antara lain penyakit jantung koroner, penyakit serebrovaskular, penyakit ginjal, penyakit mata, serta banyak komplikasi lain yang disebabkan diabetes mellitus yang tidak terkontrol (Fauzi, 2013).

World Health Organization (WHO) tahun 2014 melaporkan bahwa 9,2% penduduk dunia yang berusia 25 tahun atau lebih mengalami peningkatan kadar gula darah puasa (WHO, 2014). Prevalensi penderita Diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 sebesar 1,5% dan di Jawa Timur sebesar 2,1% (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2012).

Penelitian yang dilakukan menyebutkan bahwa stres telah lama menjadi salah satu faktor yang muncul pada penderita diabetes. Stres sangat berpengaruh terhadap penyakit diabetes karena hal itu akan berpengaruh terhadap pengendalian dan tingkat kadar glukosa darah. Bila seseorang menghadapi situasi yang menimbulkan stres maka respon stres dapat berupa peningkatan hormon adrenalin yang akhirnya dapat mengubah cadangan glikogen dalam hati menjadi glukosa. Kadar glukosa darah yang tinggi

secara terus menerus dapat menyebabkan komplikasi diabetes. Kelompok yang diberikan teknik pengontrolan stres menunjukkan adanya penurunan kadar gula darah dibandingkan kelompok kontrol (Heisler, 2010).

Stres yang berlangsung dalam waktu lama dapat mengganggu kinerja seluruh sistem imunitas yang melibatkan imunitas alami, imunitas humoral dan imunitas seluler. Stres yang dialami akan memodulasi sistem imun melalui jalur HPA (Hipothalamic-Pituitary Adrenocortical) axis dan sistem limbik (mengatur emosi dan learning process). Kondisi stres tersebut akan menstimulasi hypothalamus untuk mensekresi neuropeptida yang nantinya akan mengaktivasi ANS (Autonomic Nerve System) dan hypofisis untuk melepaskan kortikosteroid dan katekolamin yang merupakan hormon-hormon yang bereaksi terhadap kondisi stres. Peningkatan kadar glukokortikoid akan mengganggu sistem imunitas. Efek pleiotropic kortisol yang didistribusikan ke berbagai reseptor akan menyebabkan seseorang lebih rentan terhadap infeksi. Bila kondisi stres dapat dikendalikan maka modulasi sistem imun menjadi lebih baik. Stres yang lama dan berkepanjangan akan berdampak pada penurunan sistem imun dan mempercepat progresivitas penyakit (Gunawan & Suwadiono, 2007 dalam Heisler 2010).

Penderita DM sering mengalami masalah psikologis dalam menjalankan pengelolaan penyakitnya. Treatment dan pengobatan yang harus mereka lakukan seumur hidup memerlukan biaya besar dan sering dianggap sebagai pengalaman yang tidak menyenangkan (Rosalina, 2000). Penderita DM harus mampu menyesuaikan diri terhadap perubahan diet, aktifitas fisik, terapi pengobatan dan manajemen stress. Penderita Diabetes Melitus (DM) tipe 2 yang mampu beradaptasi

Page 99: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Efektivitas Manajemen Stres Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Penderita Diabates Mellitus

80 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

terhadap penyakitnya diharapkan dapat meningkatkan pemberdayaan diri dalam melakukan penanganan penyakit yang dideritanya (Anderson, 2000). Diabetes dan stres merupakan dua hal yang saling mempengaruhi baik secara langsung maupun tidak langsung. Kontrol yang kurang pada glukosa darah akan menimbulkan perasaan stres dan sebaliknya begitu pula. Peningkatan kognisi pasien dan memperbaiki perilaku merupakan salah satu cara untuk dapat membantu peningkatan manajemen perawatan pada DM (Snoek & Skinner, 2000).

Manajemen stres merupakan salah satu upaya untuk mengontrol stres dari individu tersebut. Manajemen stres yang dilakukan dapat bervariasi tergantung pada kemampuan dan karakteristik dari masing-masing individu tersebut. Melalui manajemen stres individu diharapkan dapat merubah persepsi kognisi yang salah sehingga dapat mempengaruhi tingkat stres dan kadar gula darah penderita diabetes mellitus.

Metode

Rancangan penelitian yang digunakan adalah Quasi Experiment, dengan desain yaitu nonequivalent control group design berupa laporan hasil penelitian, Populasi pada penelitian ini adalah semua pasien Diabetes Mellitus di Desa Sumber Tebu Wilayah Kerja Puskesmas Bangsal. Besar sampel penelitian ini adalah 16 orang, dibagi menjadi kelompok control dan kelompok perlakuan. Teknik samplingbdalam penelitian ini adalah purposive sampling yaitu pemilihan sampel dengan menetapkan subjek yang memenuhi kriteria penelitian. Penelitian dilakukan dengan membagi responden ke dalam 2 kelompok. Kelompok I (kelompok intervensi) yaitu responden yang mendapatkan intervensi pendampingan

manajemen stres. Sedangkan kelompok II (kelompok kontrol) yaitu responden yang digunakan sebagai kelompok kontrol tanpa diberikan intervensi. Penentuan kelompok dilakukan secara random. Uji hipotesis yang digunakan yaitu uji independen t test.

Hasil

Tabel 1. Kadar Gula Darah Kelompok Perlakuan Sebelum dan Sesudah Diberikan Manajemen stres

Variabel n Pre test Post test Delta Nilai p

Gula Darah 8 201,29 ± 55,84

150,06 ± 27,99 -51,23 0,007

Berdasarkan Tabel 1 Rerata kadar gula darah sebelum perlakuan (pre test) adalah 201,29 ± 55,84 sedangkan sesudah diberikan manajemen stres (post test) 150,06 ± 27,99. Kadar gula darah yang dimiliki responden pada kelompok yang mendapatkan manajemen stres mengalami penurunan ditunjukkan dengan nilai delta = -51,23. Berdasarkan hasil uji statistik (Paired t test) pada kelompok intervensi didapatkan ρ = 0,007 dimana ρ < 0.05, yang berarti Ha diterima yaitu pemberian Manajemen Stres dapat memperbaiki kadar gula darah pada pasien DM.

Tabel 2 Kadar Gula Darah Sebelum dan Sesudah Pada Kelompok kontrol

Variabel n Pre test Post test Delta Nilai p

Gula Darah 8 273,09 ± 101,75

231,75 ± 60,01 - 41,34 0,312

Berdasarkan Tabel 2 Rerata kadar gula darah sebelum (pre test) adalah 273,09 ± 101,75 sedangkan sesudah (post test) 231,75 ± 60,01. Kadar gula darah yang dimiliki responden pada kelompok kontrol mengalami penurunan ditunjukkan dengan nilai delta = -41,34. Berdasarkan hasil uji statistik (Paired

Page 100: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Efektivitas Manajemen Stres Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Penderita Diabates Mellitus

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 81

t test) didapatkan ρ = 0,312 dimana ρ > 0.05, yang berarti Ha ditolak yaitu tidak ada perbaikan kadar gula darah sebelum (pre test) dan sesudah (post test) pada kelompok kontrol.

Tabel 3 Pengaruh manajemen stres terhadap kadar gula darah pada pasien DM

n Rerata SB Independent t test

Sebelum 8 - 51,23 38,43p = 0,810

Sesudah 8 - 41,34 107,39

Berdasarkan Tabel 3 hasil penelitian menunjukkan bahwa baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok pembanding mengalami penurunan kadar gula darah sesudah perlakuan. Hal ini ditunjukkan dengan rerata nilai kadar gula darah pada kelompok yang dipandu melakukan manajemen stres adalah - 51,23 ± 38,43 dan pada kelompok tanpa dipandu melakukan manajemen stres - 41,34 ± 107,39. Hasil analisis statistik menggunakan uji independet t test didapatkan ρ = 0,810 dimana ρ > 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah antara kelompok pembanding dan kelompok perlakuan yang diberikan bimbingan melakukan manajemen stres.

PEMBAHASAN

Diabetes mellitus merupakan tipe diabetes mellitus yang ditandai dengan kelainan sekresi dan kerja insulin. Pada awalnya akan tampak resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Pada pasien DM terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor yang disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor pada membrane sel yang selnya responsif terhadap insulin atau akibat ketidaknormalan reseptor

insulin intrinsik. Akibatnya terjadinya penggabungan abnormal antara kompleks reseptor insulin dengan sistem transport glukosa. Ketidaknormalan postreseptor dapat mengganggu kerja insulin dan pada akhirnya akan timbul kegagalan sel beta yang disertai penurunan jumlah insulin yang beredar dan tidak lagi memadai untuk mempertahankan euglikemia (Prince & Wilson, 2005).

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa baik pada kelompok perlakuan maupun kelompok kontrol mengalami penurunan kadar gula darah sesudah perlakuan. Hal ini ditunjukkan dengan rerata nilai kadar gula darah 2 jam PP pada kelompok perlakuan adalah - 51,23 ± 38,43 dan pada kelompok kontrol - 41,34 ± 107,39. Hasil analisis statistik menggunakan uji independet t test didapatkan ρ = 0,810 dimana ρ > 0,05 menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah antara kelompok kontrol dan kelompok perlakuan.

Hasil analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah antara kelompok pembanding dan kelompok perlakuan yang diberikan manajemen stres kemungkinan disebabkan oleh faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kadar gula darah pada penderita DM antara lain usia, kurangnya aktifitas fisik, kurangnya pemahaman tentang penyakitnya dan masih rendahnya dukungan dari keluarga dan kelompok (peer support). Pada dasarnya, pengendalian kadar glukosa darah yang baik dapat mencegah terjadinya kerusakan yang lebih parah pada sel beta dan dapat mencegah terjadinya komplikasi baik akut maupun kronis, akan tetapi ada faktor umur dan genetik yang tidak dapat dirubah (Soegondo & Soewondo, 2011) Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa pada

Page 101: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Efektivitas Manajemen Stres Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Penderita Diabates Mellitus

82 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

kelompok perlakuan sebagian besar (75%) tidak memiliki riwayat keluarga dengan DM, sedangkan pada kelompok pembanding sebagian (50%) memiliki riwayat keluarga dengan DM. Hal ini menunjukkan bahwa tidak signifikannya hasil perbandingan kadar glukosa darah antara kelompok perlakuan dan kelompok pembanding dimungkinkan karena faktor umur dan genetik tersebut.

Berdasarkan data, 80% penderita DM mengalami obesitas. Obesitas bukan penyebab tunggal dari DM namun merupakan pemicu yang penting dalam pengendalian kadar gula darah.

Stres yang berkelanjutan dapat juga menyebabkan sulitnya mempertahankan kestabilan gula darah. Stres menyebabkan peningkatan aktivasi aksis HPA sehingga kadar kortisol meningkat yang diiringi oleh peningkatan kadar glukosa di sirkulasi. Kortisol juga akan mempengaruhi fungsi insulin terkait dalam hal sensitivitas, produksi dan reseptor, sehingga glukosa darah tidak bisa diseimbangkan (Purba, 2011).

Pada saat pelaksanaan sesi 1 yaitu pengkajian, didapatkan bahwa hampir semua responden di kelompok perlakuan mengatakan masih belum maksimal dalam melakukan pengendalian stres. Beberapa responden mengatakan tidak melakukan apa-apa saat stres.

Olah raga dianjurkan pada pagi hari (sebelum jam 06.00) karena selain udara yang masih bersih juga suasana masih tenang sehingga membantu penderita lebih nyaman dan tidak mengalami stress yang tinggi. Olah raga yang teratur akan memperbaiki sirkulasi insulin dengan cara meningkatkan dilatasi sel dan pembuluh darah sehingga membantu masuknya glukosa ke dalam sel (Soegondo & Soewondo, 2011).

Berdasarkan hasil uji statistik (Paired t test) pada kelompok perlakuan didapatkan

ρ = 0,007 dimana ρ < 0.05, yang berarti Ha diterima yaitu pemberian Manajemen stres dapat memperbaiki kadar gula darah pada pasien DM.

Faktor yang dimungkinkan dirubah pada responden adalah faktor stres. Pemberian manajemen stres pada penderita DM dengan pendekatan individu maupun kelompok diharapkan dapat merubah menurunkan tingkat stres. Manajemen stres adalah suatu program untuk melakukan pengontrolan atau pengaturan stres dimana bertujuan untuk mengenal penyebab stres dan mengetahui teknik-teknik mengelola stres, se mhingga orang lebih baik dalam menguasai stres dalam kehidupan daripada dihimpit oleh stres itu sendiri (Schafer, 2000). Pemberian manajemen pada responden dengan DM yang tidak terkontrol diharapkan dapat digunakan untuk individu mempelajari apakah stres itu dan bagaimana mengidentifikasi stresor dalam kehidupan mereka sendiri, memperoleh dan mempraktekan ketrampilan untuk mengatasi (koping) stres dan mempraktekkan teknik manajemen stres, sehingga pasien diharapkan dapat merubah tingkah stress dari maladaptive menjadi adaptif.

KESIMPULAN

Hasil analisis statistik yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan antara kadar gula darah antara kelompok pembanding dan kelompok perlakuan yang diberikan manajemen stress kemungkinan disebabkan oleh genetik yang tidak dapat dirubah dan juga factor gaya hidup responden. Pemberian manajemen stres yang diikuti dengan perubahan perilaku responden dalam penatalaksanaan DM hanya dilaksanakan selama 1 bulan sehingga dimungkinkan belum cukup signifikan dalam menurunkan kadar gula darah.

Page 102: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Efektivitas Manajemen Stres Terhadap Penurunan Kadar Gula Darah Penderita Diabates Mellitus

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 83

DAFTAR PUSTAKA

Anderson, R. (2000). The Diabetes Empowerment Scale: A Measure of Psychososial Self-Efficacy. Diabetes Care , 23 (6), 739-743.

Fauzi (2013). Orang Indonesia Rentan Terkena DM. Diakses 4 Januari 2013, dari http://www.tabloidnova.com/Nova/Kesehatan/Umum/ O r a n g - I n d o n e s i a - R e n t a n -Terkena-DM.

Heisler, M. (2010). Diabetes Control With Reciprocal Peer Support versus Nurse Care Management: A Randomized Trial. Retrieved Februari 4, 2013, from http://www.annal.org

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (2012). Riset Kesehatan Dasar.

Prince, S. A., & Wilson, L. M. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (6 ed.). Jakarta: EGC.

Purba, J. S. (2011). Biologi Persepsi. In S. T. Putra, Psikoneuroimunologi Kedokteran (pp. 33-45). Surabaya: Pusat Penerbitan dan Percetakan Universitas Airlangga.

Rosalina, K. (2000). Konseling Untuk Pasien Pada Penyakit Terminal. Jakarta: Atma Nan Jaya XIII.

Schaffer, dkk. 2000. Pencegahan Infeksi dan Praktik Yang Aman. Jakarta: EGC.

Snoek, F., & Skinner, T. (2000). Psychology in Diabetes Care. (F. Snoek, & T. Skinner, Eds.) England: John Wiley & Sons, Ltd.

Soegondo, S., & Soewondo, P. S. (2011). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. (S. Soegondo, & P. S. Soewondo, Eds.) Jakarta: Pusat Diabetes dan Lipid RSUP Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo,

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.

World Health Organization (WHO). 2010. Country and Regional Data. Retrieved Januari 12, 2013, from http://www.who.int/diabetes/facts/ world_figures/en

Page 103: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

84

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

HUBUNGAN GAMBARAN DIRI (BODY IMAGE) DENGAN HARGA DIRI (SELF-ESTEEM) PADA REMAJA PUTRI

Hartin Suidah 1, Yufi Aris Lestari 2

1Program Studi Keperawatan, Akademi Keperawatan Dian Husada Mojokerto, email : [email protected] Dian Husada Mojokerto, email : [email protected]

ABSTRAK

Masa remaja merupakan masa dimana terjadi berbagai macam perubahan fisik (body image). Hanya sedikit remaja yang merasa puas terhadap perubahan fisik yang terjadi sehingga berpengaruh pada self-esteem yang dimiliki. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah hubungan body image dengan self-esteem pada remaja putri di kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan.

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah analitik korelasi yang dilakukan secara cross sectional. Populasi yang diambil adalah remaja putri kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan dengan sampel yang diambil sebanyak 61 responden. Metode sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan kuesioner kemudian di analisis menggunakan uji korelasi Spearman’s Rho dengan tingkat signifikasi α 0.05.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 61 remaja putri didapatkan 16 remaja putri yang memiliki nilai body image sangat tinggi dan nilai self-esteem yang sedang. Dari hasil uji korelasi Spearman’s Rho diperoleh nilai sig. (2-tailed) atau p value (0.012). Karena p value< α (0.05) didapatkan nilai korelasi sebesar 0.320 yang memiliki arti hubungan searah dengan kekuatan korelasi lemah. Maka dalam hal ini H1 diterima yang artinya terdapat hubungan body image dengan self-esteem pada remaja putri di kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan.

Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi body image yang dimiliki, semakin tinggi juga self-esteem yang dimiliki. Maka diharapkan kepada remaja putri untuk menerima body image yang dimiliki dan selalu berpikiran positif.

Keyword : Body image, Remaja putri, Self-esteem

Page 104: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Gambaran Diri (Body Image) Dengan Harga Diri (Self-Esteem) Pada Remaja Putri

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 85

PENDAHULUAN

Usia remaja merupakan tahun kehidupan yang penuh kejadian sepanjang menyangkut pertumbuhan dan perkembangan. Pada masa ini, terjadi berbagai perubahan pada diri remaja, salah satunya adalah perubahan fisik. Perubahan fisik tersebut bisa berupa tinggi badan, berat badan, maupun kematangan seksual yang mana akhirnya akan mempengaruhi pembentukan body image mereka. Terkait dengan perubahan fisik yang terjadi, para remaja harus dapat menerima keadaan fisiknya dan menggunakan tubuhnya secara efektif, dimana hal tersebut merupakan salah satu tugas perkembangan remaja (1). Hanya sedikit remaja yang mengalami kateksis tubuh atau merasa puas dengan tubuhnya. Ketidakpuasan lebih banyak dialami dibeberapa bagian tubuh tertentu menjadi salah satu penyebab timbulnya konsep diri yang kurang baik dan kurangnya self-esteem selama masa remaja (1). Ketidakpuasan seseorang terhadap tubuhnya bisa muncul karena orang tersebut telah memiliki konsep tubuh ideal dalam pikirannya, namun dia merasa bahwa tubuhnya sendiri tidak atau belum memenuhi kriteria tubuh ideal tersebut (3). Konsep tubuh ideal dalam masyarakat secara umum yang berangsur-angsur menjadi semakin mengurus dan tidak masuk akal telah menyebabkan remaja memiliki perkiraan yang berlebihan (overestimasi) terhadap berat badan tubuhnya (4). Mereka merasa tubuhnya lebih gemuk daripada berat badan yang sebenarnya. Hal ini juga telah memicu banyak remaja mengalami kebiasaan makan yang menyimpang (eating disorder), seperti anorexia nervosa, dan bulimia (5). Media massa juga sangat mempengaruhi ketidakpuasan tubuh pada remaja, isi tayangan tersebut sering menggambarkan standart

kecantikan yang berupa tubuh yang kurus dan beranggapan bahwa tubuh yang kurus berarti sehat. Sehingga model yang kurus tersebut bisa menyebabkan rasa ketidakpuasan dalam tubuh remaja itu sendiri. Perhatian tentang tampilan fisik dan penampilan sangat dianggap penting bagi para remaja. Mereka akan sangat berusaha untuk memperbaiki atau pun mendapatkan tampilan fisik yang mereka inginkan meskipun dengan cara yang ekstrem guna meningkatkan kateksis pada tubuh mereka sehingga berpengaruh pada self-esteem mereka. Mereka bisa memeriksa penampilan berkali-kali, olah raga tanpa kenal waktu, perawatan ke klinik kecantikan, mengikuti fitness, bahkan melakukan diet yang ketat (6).

Berdasarkan laporan riset kesehatan dasar yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia terjadi peningkatan prevalensi obesitas pada remaja sebesar 1,4 % pada tahun 2010 dan pada tahun 2013 sebesar 7,3%. Obesitas terjadi di berbagai provinsi di Indonesia, dimana salah satunya adalah provinsi Jawa Timur memiliki prevalensi gemuk diatas rata-rata nasional. Menurut survey yang dilakukan di SMA Negeri 4 Surabaya oleh Rahmania (2012) diperoleh dari 100 responden sebanyak 82% tidak puas terhadap penampilannya. Sedangkan subyek yang puas terhadap penampilan dirinya hanya 18%. Di survey tersebut juga ditemukan individu yang memiliki self-esteem dalam kategori tinggi sebanyak 32%, self-esteem sedang sebanyak 41% dan sisanya memiliki self-esteem kategori rendah. Usaha yang dilakukan juga beraneka ragam, seperti: memeriksa penampilan berkali-kali (56,10%), olahraga tanpa kenal waktu (6,10%), perawatan keklinik kecantikan (8,54%), mengikuti program pelangsingan (3,66%), mengikuti fitness

Page 105: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Gambaran Diri (Body Image) Dengan Harga Diri (Self-Esteem) Pada Remaja Putri

86 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

(1,22%), melakukan diet ketat (8,54%), lain-lain (15,85%).

Pada masa remaja awal, para remaja putri seringkali menjadi tidak puas dengan keadaan tubuhnya. Apabila mereka mempunyai bentuk tubuh yang tidak sesuai ekspetasi maka mereka bisa jadi merasa tidak puas dengan tubuh mereka dan dapat merasa malu apabila berat badan yang dimiliki dibandingkan dengan teman-teman sebayanya yang memiliki berat badan yang lebih ideal. Bagi para remaja putri, pembicaraan mengenai penampilan dan berat badan merupakan hal yang sangat sensitive. Tekanan yang diterima dari teman-teman sebaya untuk memiliki tubuh yang ideal sangat terkait dengan ketidakpuasan pada tubuh yang dimiliki. Sehingga Self-esteem itu sendiri merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi perkembangan body image. Seseorang yang memiliki self-esteem yang positif akan mengembangkan evaluasi yang positif terhadap tubuhnya, namun sebaliknya seseorang yang memiliki self-esteem yang buruk akan meningkatkan body image yang negative (7).

Menurut Eisenberg dkk (2006) (8) rendahnya rasa self-esteem hanya menyebabkan rasa tidak nyaman secara emosional yang bersifat sementara. Tetapi bagi beberapa remaja, rendahnya self-esteem dapat menimbulkan banyak masalah. Rendahnya self-esteem bisa menyebabkan depresi bahkan bunuh diri. Oleh karena itu Santrock (2003) ada empat cara untuk meningkatkan self-esteem remaja, yaitu melalui (1) mengidentifikaskan penyebab dari rendahnya self-esteem dan domain-domain kompetensi diri yang penting, (2) dukungan emosional dan penerimaan social, (3) prestasi, dan (4) mengatasi masalah (coping).

Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui Hubungan Antara body image dengan self-esteem pada remaja putri.

Metode

Desain penelitian ini menggunakan desain Non – Experimental (penelitian analitik korelasi) karena bertujuan untuk menjelaskan suatu hubungan body image dengan self-esteem pada remaja di SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan. Rancangan yang digunakan adalah analitik Cross Sectional, dimana subjek penelitian ini adalah body image dengan self-esteem pada remaja yang di ukur pada saat bersamaan sehingga tidak terjadi follow up.

Populasi target dalam penelitian ini adalah semua remaja putri usia kelas X yang ada di SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan (73 siswi) bulan Januari 2016. Sedangkan populasi terjangkau dalam penelitian ini berjumlah 61 responden. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Alat ukur yang digunakan untuk body image menggunakan BSQ-16A oleh Cooper. Sedangkan alat ukur yang digunakan untuk self-esteem menggunakan Rosenbergself-esteem scale. Analisa data menggunakan teknik uji korelasi dari Spearman dengan tingkat kemaknaan α = 0,05 yang selanjutnya diolah dengan menggunakan software SPSS 16

Hasil

Body Image a. Pada Remaja Putri

Gambar 1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Body Image

Page 106: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Gambaran Diri (Body Image) Dengan Harga Diri (Self-Esteem) Pada Remaja Putri

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 87

Pada Remaja Putri Di Kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan Bulan April

2016

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri kelas X di SMA Walisongo memiliki nilai body image yang sangat tinggi, yaitu 70 % sebanyak 43 responden.

Gambar 2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Body Image (Physical Attractiveness) Pada Remaja Putri Di Kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan Bulan April 2016.

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri kelas X di SMA Walisongo memiliki nilai body image (Physical Attractiveness) yang tinggi, yaitu 39% sebanyak 24 responden.

Gambar 3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator

Body Image (Body Image Satisfaction) Pada Remaja Putri Di Kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan Bulan April 2016.

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri kelas X di SMA Walisongo memiliki nilai body image (Body Image Satisfaction) yang tinggi, yaitu 71% sebanyak 43 responden.

Gambar 4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Body Image (Body Image Importance) Pada Remaja Putri Di Kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan Bulan April 2016.

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri kelas X di SMA Walisongo memiliki nilai body image (Body Image Importance) yang tinggi, yaitu 70% sebanyak 43 responden.

Gambar 5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator

Page 107: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Gambaran Diri (Body Image) Dengan Harga Diri (Self-Esteem) Pada Remaja Putri

88 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Body Image (Body Concealment) Pada Remaja Putri Di Kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan Bulan April 2016.

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri kelas X di SMA Walisongo memiliki nilai body image (Body Concealment) yang tinggi, yaitu 61% sebanyak 37 responden.

Gambar 6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Body Image (Body Improvement) Pada Remaja Putri Di Kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan Bulan April 2016.

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri kelas X di SMA Walisongo memiliki nilai body image (Body Improvement) yang tinggi, yaitu 59% sebanyak 36 responden.

Gambar 7. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator

Body Image (Social Physique Anxiety) Pada Remaja Putri Di Kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan Bulan April 2016.

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri kelas X di SMA Walisongo memiliki nilai body image (Social Physique Anxiety) yang sangat tinggi, yaitu 84% sebanyak 51 responden.

Gambar 8 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Indikator Body Image (Appearance Comparison) Pada Remaja Putri Di Kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan Bulan April 2016.

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri kelas X di SMA Walisongo memiliki nilai body image (Appearance Comparison) yang tinggi, yaitu 66% sebanyak 40 responden.

Self-esteem Pada Remaja Putri

Gambar 9. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Self-esteem

Page 108: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Gambaran Diri (Body Image) Dengan Harga Diri (Self-Esteem) Pada Remaja Putri

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 89

Pada Remaja Putri Di Kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan Bulan April 2016.

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa tidak ada yang memiliki nilai self-esteem yang tinggi, namun sebagian besar memiliki nilai self-esteem sedang sebesar 57 % sebanyak 35 responden.

Gambar 10 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Self-esteem (Feeling Of Belonging) Pada Remaja Putri Di Kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten

Pasuruan Bulan April 2016.

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa hampir seluruh responden memiliki Self-esteem (Feeling Of Belonging) tinggi yaitu 90% sebanyak 55 responden

Gambar 11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Self-esteem (Feeling Of Competence) Pada Remaja Putri Di Kelas X SMA Walisongo

Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan Bulan April 2016.

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden memiliki Self-esteem (Feeling Of Competence) tinggi yaitu 74% sebanyak 45 responden

Gambar 11 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Self-esteem (Feeling Of Worth) Pada Remaja Putri Di Kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan Bulan

April 2016.

Berdasarkan gambar diatas menunjukkan bahwa hampir sebagian besar responden memiliki Self-esteem (Feeling Of Worth) tinggi yaitu 56% sebanyak 34 responden

Hubungan Body Image dengan Self-esteem Pada Remaja Putri

Tabel 1 Tabulasi Silang Hubungan Body Image Dengan Self-esteem Pada Remaja Putri Di Kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan Bulan April 2016.

Tabulasi SilangSelf-esteem

TotalTinggi Sedang Rendah

N % N % N % N %

Body Image

Sangat Tinggi 16 37,2 21 48,8 6 14 43 100

Tinggi 0 0 8 72,7 3 27,3 11 100Sedang 0 0 3 100 0 0 3 100Rendah 0 0 3 75 1 25 4 100

Total 16 26,2 35 57,4 10 16,4 61 100

Page 109: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Gambaran Diri (Body Image) Dengan Harga Diri (Self-Esteem) Pada Remaja Putri

90 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

CorrelationsBody Image

Self Esteem

Spearman’s rho

Body Image

Correlation Coefficient

1.000 .678**

Sig. (2-tailed) . .000N 61 61

Self Esteem

Correlation Coefficient

.678** 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .N 61 61

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa dari 61 responden remaja putri kelas X di SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan didapatkan yang memiliki body image sangat tinggi, kebanyakan memiliki self-esteem yang sedang sebanyak 21 responden (48,8%). Yang memiliki body image yang tinggi, kebanyakan memiliki self-esteem yang sedang sebanyak 8 responden (72,7%). Yang memiliki body image yang sedang, semuanya memiliki self-esteem yang sedang sebanyak 3 responden (100%). Yang memiliki body image yang rendah, kebanyakan memiliki self-esteem yang sedang sebanyak 3 responden (75%). Dari Hasil uji korelasi Spearman’s rho dari hubungan body image dengan self-esteem pada remaja putri di kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan diperoleh nilai sig (2-tailed) atau p value (0.000). Karena p value < α (0.05) didapatkan nilai koefisien korelasi sebesar 0.678. Maka dalam hal ini H1 diterima yang artinya ada hubungan antara body image dengan self-esteem pada remaja putri di kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan

PEMBAHASAN

Body Image Pada Remaja Putri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 61 responden, terdapat sebagian besar memiliki nilai body image yang sangat

tinggi. Dalam indikator body image jugadidapatkan bahwa banyak penilaian remaja putri di kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan mengenai physical attractiveness, body image importance dan body concealment yang memiliki kriteria sangat tinggi. begitu pula dengan body improvement yang mereka miliki juga lebih dari separuh responden memiliki kriteria sangat tinggi. Untuk social physique anxiety mereka banyak yang memiliki kriteria sangat tinggi. Dan untuk appearance comparison juga lebih dari separuh responden yang memiliki kriteria sangat tinggi.

Menurut Sunaryo (2002) (9) body image adalah sikap individu terhadap tubuhnya, baik secara sadar maupun tidak sadar, meliputi penampilan, potensi tubuh, fungsi tubuh, serta persepsi, dan perasaan tentang ukuran dan bentuk tubuh. Gambaran tersendiri dari body image tersebut meliputi, body image yang dimiliki, body image yang diinginkan dan pandangan orang lain terhadap tubuhnya sehingga dapat melakukan evaluasi diri dan membentuk penilaian terhadap tubuhnya (7). Jika terjadi persepsi yang negatif dapat mengakibatkan gangguan body image yang merupakan kondisi ketika individu mengalami atau beresiko mengalami gangguan dalam cara ia mempersepsikan tubuh (10).

Dari teori yang ada tersebut dan fakta yang ditemukan, keadaan yang ada di kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan sebagian besar bisa mengatasi dan beradaptasi dengan perubahan yang terjadi pada diri mereka dan dapat menerimannya. Sehingga tidak terjadi persepsi yang negative tentang body imagenya yang dapat beresiko mengalami gangguan dalam cara mempersepsikan tubuh mereka.

Page 110: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Gambaran Diri (Body Image) Dengan Harga Diri (Self-Esteem) Pada Remaja Putri

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 91

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 61 responden, kebanyakan dari mereka memiliki nilai body image satisfaction sangat tinggi. Dengan masing-masing dari mereka lebih dari ¾ jumlah responden yang puas terhadap bentuk badannya sehingga tidak perlu sampai menangis. Kebanyakan dari mereka juga tidak pernah merasa malu dengan tubuhnya serta lebih dari separuh responden, mereka tidak pernah merasa senang ketika perut mereka kosong pada pagi hari.

Menurut Carpenito (2002), kepuasan body image adalah derajat kepuasan individu terhadap karakteristik tubuh/ bagian dari tubuhnya. Seseorang dapat dikatakan memiliki kepuasan body image apabila derajat kepuasan body imagenya tinggi/ sebaliknya.

Dari teori yang ada tersebut dan fakta yang ditemukan, keadaan yang berada di remaja putri kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan sebagian besar memiliki nilai body image satisfaction yang sangat tinggi, dan masing-masing dari pertanyaan yang mewakili memiliki persentase mayoritas baik. Sehingga apabila dibandingkan dengan teori dari Yarborough, derajat kepuasan remaja putri di kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan terhadap tubuh/ bagian dari tubuhnya, tingkat kepuasannya sangat tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 61 responden, kebanyakan dari remaja putri kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan memiliki nilai body image tentang social physique anxiety yang sangat tinggi, serta lebih dari separuh responden memiliki nilai body image tentang appearance comparison yang juga sangat tinggi. Mereka kebanyakan tidak pernah merasa

khawatir apakah pahanya melebar ketika duduk. Mereka juga kebanyakan tidak pernah khawatir tentang tubuhnya sampai depresi. Separuh lebih dari mereka tidak pernah merasa minder dengan tubuhnya dan kebanyakan tidak pernah merasa iri dengan perempuan yang lebih kurus dengan persentase.

Menurut Davidson & Mccabe (2005) (11) social physique anxiety adalah perasaan cemas seseorang akan pandangan orang lain tentang tubuh & bagian tubuhnya yang kurang menarik jika berada di tempat umum dan appearance comparison adalah perbandingan yang dilakukan seseorang dengan orang lain. Seseorang yang cenderung membandingkan dirinya dengan orang lain akan membuat seseorang cemas terhadap penampilan dan gugup ketika orang lain melakukan evaluasi terhadap dirinya (7).

Dari teori yang ada dan fakta yang terjadi, keadaan yang berada di remaja putri kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan kebanyakan dari mereka membandingkan diri dengan orang lain, tetapi kebanyakan dari mereka tidak pernah sampai merasa iri atau depresi dan khawatir tentang tubuhnya. Sehingga kebanyakan dari mereka tidak banyak yang cemas atau bahkan sampai depresi.

Self-esteem Pada Remaja Putri

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 61 responden, sebagian besar memiliki nilai self-esteem yang sedang. Dalam indikator self-esteem juga didapatkan bahwa banyak dari remaja putri di kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan yang memiliki feeling of belonging dan feeling of competence dengan kriteria yang sedang. Namun, untuk Feeling

Page 111: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Gambaran Diri (Body Image) Dengan Harga Diri (Self-Esteem) Pada Remaja Putri

92 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Of Worth banyak diantara mereka yang memiliki kriteria rendah.

Self-esteem dapat diperoleh melalui diri sendiri maupun orang lain. Aspek utama self-esteem adalah dicintai, disayangi, dikasihi orang lain, dan mendapat penghargaan dari orang lain. Self-esteem akan rendah apabila kehilangan kasih sayang, atau cinta kasih dari orang lain, kehilangan penghargaan dari orang lain dan adanya hubungan interpersonal yang buruk (Sunaryo, 2002). Rosenberg dalam Mruk (2006) (12) sendiri mengatakan bahwa self-esteem merupakan persepsi tentang bagaimana menghargai dan menilai dirinya sendiri secara keseluruan, yang berupa sikap positif atau negatif.

Dari teori tersebut dan kenyataan yang didapatkan bahwa keadaan yang terjadi di Kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan lebih banyak yang memiliki nilai self-esteem yang sedang. Sehingga self-esteem yang mereka punya kebanyakan tidak terlalu positif maupun terlalu negatif dalam menghargai diri mereka sendiri. Namun, tetap saja dari beberapa responden, memiliki nilai self-esteem yang rendah sehingga dikhawatirkan mereka memiliki hubungan interpersonal yang buruk.

Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 61 responden, kebanyakan dari remaja putri di kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan mempunyai nilai feeling of worth yang rendah. Separuh lebih dari mereka kebanyakan tidak merasa memiliki banyak kelebihan. Mereka juga sebagian besar tidak merasa pantas untuk dibanggakan. Kebanyakan dari mereka kurang bisa menghargai diri sendiri. Mereka juga kebanyakan merasa tidak berguna disaat-saat tertentu serta, mereka kebanyakan merasa tidak baik dalam segala hal yang dilakukan.

Menurut Coopersmith (1967 dalam Mruk, 2006), self-esteem merupakan penilaian personal mengenai perasaan berharga yang diungkapkan dalam sikap-sikap individu terhadap dirinya. Individu yang mempunyai perasaan berharga akan menilai dirinya positif daripada yang tidak berharga/ sebaliknya.

Dari teori yang ada tersebut dan fakta yang ditemukan, keadaan yang berada di remaja putri kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan, sebagian besar dari mereka memiliki nilai yang rendah. Mereka kurang bisa menghargai, serta tidak percaya diri dalam hal yang mereka punyai. Mereka kebanyakan memberi nilai yang negative sehingga perasaan berharga didalam diri mereka kurang.

Hasil dari penelitian menunjukkan bahwa dari 61 responden, sebagian besar dari mereka memiliki feeling of competence yang sedang. Kebanyakan dari mereka merasa cenderung gagal dan mereka kebanyakan merasa tidak puas dengan diri mereka sendiri. Namun, kebanyakan dari mereka tetap bisa merasa positif terhadap diri mereka sendiri.

Menurut Branden (2001) (13), individu yang merasa competence umumnya memiliki hidup dengan penuh keyakinan, kepercayaan diri serta mampu mengatasi masalah dan tantangan hidup. Bila individu merasa telah mencapai tujuan secara efisien, maka individu tersebut akan memberikan penilaian yang positif terhadap dirinya. Rasa percaya diri dapat meningkat ketika remaja menghadapi masalah dan berusaha untuk mengatasi, bukan menghindari (1)

Dari teori yang ada tersebut dan fakta yang ditemukan, keadaan yang terjadi pada remaja putri di kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan sebagian besar nilai feeling of worth yang

Page 112: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Gambaran Diri (Body Image) Dengan Harga Diri (Self-Esteem) Pada Remaja Putri

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 93

sedang. Meskipun mereka kebanyakan cenderung merasa gagal maupun kurang puas terhadap diri mereka, namun mereka tetap bisa merasa positif terhadap diri mereka sendiri. Sehingga meski mereka seperti itu, mereka tetap berusaha untuk mengatasi dengan merasa positif, tanpa menghindari masalah.

Hubungan Body Image dengan Self-esteem Pada Remaja Putri

Hasil penelitian didapatkan bahwa yang memiliki body image sangat tinggi, kebanyakan memiliki self-esteem yang sedang. Yang memiliki body image yang tinggi, kebanyakan memiliki self-esteem yang sedang. Yang memiliki body image yang sedang, semuanya memiliki self-esteem yang sedang. Yang memiliki body image yang rendah, kebanyakan memiliki self-esteem yang sedang. Dan terdapat hubungan antara keduanya, meskipun dengan korelasi yang rendah.

Konsep diri berpengaruh pada besarnya kepuasan body image yang dipersepsikan. Mereka yang memiliki self-esteem yang positif tidak rentan terhadap penghinaan fisik yang dilakukan di lingkungannya. Konsep diri yang paling berhubungan dengan kepuasan body image adalah perbedaan antara body image dengan standart penilaian diri (14). Menurut penelitian Rahmania & Yuniar (2012) (6) menjelaskan bahwa remaja yang tidak puas dengan keadaan tubuh mereka dan sangat menghawatirkan penampilan fisik mereka menunjukkan bahwa remaja tersebut memiliki self-esteem yang rendah. Individu yang memiliki self-esteem rendah memiliki body image yang negative dan merasa kurang percaya diri begitu pula sebaliknya. Seseorang yang memiliki self-esteem yang positif akan menggembangkan evaluasi yang positif terhadap tubuhnya, namun sebaliknya seseorang yang memiliki selft-esteem

yang buruk akan meningkatkan body image yang negative (7).

Teori-teori tersebut mendukung hasil penelitian, yakni semakin tinggi body image mereka, semakin tinggi pula self-esteem yang mereka punya. Remaja putri yang memiliki body image yang tinggi serta self-esteem yang tinggi tidak akan mengkhawatirkan penampilan fisik mereka. Mereka akan menerima dan beradaptasi dengan apa yg mereka miliki tanpa merasa bahwa tubuh mereka kurang ideal atau yang membuat mereka minder sehingga mereka akan lebih percaya diri untuk tampil di depan umum.

Hasil penelitian didapatkan bahwa ada beberapa responden memiliki body image yang sangat tinggi namun memiliki self-esteem yang rendah. Meskipun mereka memiliki body image yang sangat tinggi, mereka bisa memiliki self-esteem yang rendah dikarenakan mereka kurang dalam hal feeling of worth, dimana itu merupakan perasaan bahwa dirinya berharga. Mereka merasa memiliki banyak kekurangan, dan tidak merasa baik dalam melakukan segala hal.

Menurut Felker (1974, dalam Rahmania dkk, 2012) feeling of worth merupakan perasaan individu bahwa dirinya berharga. Perasaan ini sering muncul dalam pernyataan yang sifatnya seperti pandai, cantik, menawan, langsing, dan lain-lain. Individu yang mempunyai perasaan berharga akan menilai dirinya positif daripada tidak berharga.

Dari teori tersebut dan fakta yang ditemukan, keadaan yang terjadi di remaja putri kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan meskipun mereka memiliki nilai body image yang sangat tinggi bisa dimungkinkan mereka memiliki nilai self-esteem yang rendah. Karena perasaan berharga ini tidak hanya soal body image saja, namun

Page 113: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Gambaran Diri (Body Image) Dengan Harga Diri (Self-Esteem) Pada Remaja Putri

94 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

bisa disebabkan oleh faktor yang lain, misalnya kepandaian.

Hasil penelitian didapatkan bahwa ada beberapa responden yang memiliki body image yang tinggi, namun memiliki self-steem yang rendah. Mereka bisa memiliki nilai self-esteem yang rendah dikarenakan mereka kurang dalam hal feeling of competence dan feeling of worth. Mereka kebanyakan merasa tidak puas terhadap dirinya secara keseluruan. Mereka juga merasa tidak mempunyai banyak kelebihan serta merasa tidak baik dalam segala hal.

Menurut Felker (1974, Rahmania dkk, 2012) feeling of worth merupakan perasaan individu bahwa dirinya berhargadan feeling of competence merupakan perasaan bahwa ia mampu dalam mencapai suatu hasil yang diharapkan. Bila individu merasa telah mencapai suatu tujuan secara efisien, maka individu tersebut akan memberikan penilaian yang positif pada dirinya.

Dari teori tersebut dan fakta yang ditemukan, keadaan yang terjadi di remaja putri kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan meskipun mereka memiliki nilai body image yang tinggi bisa dimungkinkan mereka memiliki nilai self-esteem yang rendah. Karena secara keseluruhan mereka merasa tidak puas dalam segala hal, memang mereka puas dalam body image mereka, namun mereka tidak puas terhadap dirinya dalam hal yang lain, misalnya dalam hal berprestasi, atau tidak puas karena tidak mencapai apa yang mereka harapkan

KESIMPULAN

Body image1. pada remaja putri di kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan

sebagian besar memiliki body image yang sangat tinggi. Begitu juga dengan indikator dari body image, mulai dari physical attractiveness, body image satisfaction, body image importance, body concealment, body improvement, social physique anxiety, dan appearance comparison semuanya sebagian besar memiliki nilai yang sangat tinggi.Self-esteem2. pada remaja putri di kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan sebagian besar memiliki self-esteem yang sedang. Begitu juga dengan indikator dari self-esteem, mulai dari feeling of belonging dan feeling of competence yang sebagian besar memiliki nilai yang sedang. Namun, hanya indikator tentang feeling of worth yang sebagian besar memiliki nilai yang rendah.Terdapat hubungan 3. body image dengan self-esteem pada remaja putri di kelas X SMA Walisongo Kecamatan Gempol Kabupaten Pasuruan

DAFTAR PUSTAKA

Santrock. J. W. (2003). Adolescence: Perkembangan Remaja.(edisi keenam) Jakarta: Erlangga

Hurlock, E. B. (1990). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan. Alih Bahasa: Soedjarwo dan Iswidayanti. Jakarta: Erlangga

Grogan, S. (2008). Woman and body image. Dalam Body image: Understanding body dissatisfaction in men, women, and children 2nd Ed. New York: Routledge

Myers, Phillip N. dan Biocca, Frank A. (1992), “The Elastic Body Image: The Effect of Television Advertising and Programming on Body Image Distorsions

Page 114: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Gambaran Diri (Body Image) Dengan Harga Diri (Self-Esteem) Pada Remaja Putri

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 95

in Young Women,” Journal of Communication 42(3), hal. 108-133

Cash, T.F. (2012). Cognitive-Behavioral Perspectives on Body Image. Encyclopedia of Body Image and Human Appearance , Vol. 1.

Rahmania, P. N. dan Yuniar I. C. (2012). Hubungan Antara Body Image dan SelfEsteem Pada Dewasa Awal Tuna Daksa. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Universitas Surabaya Vol. 1 No. 01

Cash, T.F., & Pruzinsky, T. (2002). Body image: A handbook of theory, research, and clinical practice. New York: The Guilford Press.

Eisenberg, N., Fabes, R.A. and Spinrad, T.L. (2006). Prosocial Development. In Damon and Lerner (Penyunting), Handbook of child psychology. (edisi keenam). Ney Jersey: John Wiley & Son. Inc

Sunaryo. (2002). Psikologi untuk keperawatan. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC

Carpenito, Linda Jual (2002). Nursing Care Plan Dokumentation Nursing Diagnosis and Colaboratif Problem. Edisi 2 Alih Bahasa Monika Ester Skp, Dkk, EGC: Jakarta

Davison, T.E. & McCabe, M.P. (2005). Adolescent Body Image and Psychosocial Functioniong. Deakin University : Australia

Murk. C. J. 2006. Self-esteem research, theory, and practice : toward a positive psychology of self-esteem 3rd edition. New York : Springer Publishing Company Inc

Branden, N. (2001). Kiat Jitu Meningkatkan Harga Diri. Alih Bahasa oleh Hermer. Jakarta: Pustaka Delapratasa

Gagne, RM, Briggs, L.J and Wager W. (1992). Principles of Instructional Design. Belmont ; Thomshon Learning

Page 115: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

96

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

ANALISIS NILAI OVERALL EQUIPMENT EFFECTIVENESS MESIN PENGEMASAN TABLET

Diah Ratnasari1

1Program Studi D3 Farmasi STIKes Delima Persada Gresik, [email protected]

ABSTRAK

Pengemasan obat merupakan tahap akhir dari proses produksi obat. Di industri obat, tahap ini sering terjadi kegagalan produk. Hal ini menyebabkan ketidakefisienan dalam proses pengemasan dan pemborosan biaya. Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupakan metode yang digunakan sebagai alat ukur (metrik) dalam penerapan Total Productive Maintenance (TPM) yang bertujuan untuk membentuk kultur usaha yang mengejar dengan tuntas peningkatan efisiensi sistem produksi. Penelitian ini menemukan bahwa scrap/ reject handling merupakan akar permasalahan dari ketidakefisienan proses pengemasan..

Keywords: OEE, TPM, kemasan obat

PENDAHULUAN

Proses pengemasan merupakan tahap akhir dari proses produksi obat di industri farmasi. Tahap ini merupakan tahap yang krusial karena kemasan merupakan sarana untuk melindungi obat dari kondisi lingkungan baik seperti kelembaban, cahaya, udara, suhu, kontaminasi biologi, dan bahaya fisika sehingga keamanan obat dapat diterima dengan baik oleh pasien. Untuk mencapai hal tersebut, maka industri farmasi harus memastikan semua produk obat terkemas dengan baik. Namun, kenyataanya, proses pengemasan ini tidak mudah. Pada tahap ini sering terjadi kegagalan produk sehingga

menyebabkan ketidakefisienan produksi dan pemborosan biaya. Overall Equipment Effectiveness (OEE) merupakan metode yang digunakan sebagai alat ukur (metrik) dalam penerapan Total Productive Maintenance (TPM). TPM bertujuan untuk membentuk kultur usaha yang mengejar dengan tuntas peningkatan efisiensi sistem produksi OEE. Sasaran penerapan TPM adalah tercapainya zero breakdown, zero defect, dan zero accident sepanjang siklus hidup dari sistem produksi sehingga memaksimalkan efektifitas penggunaan mesin. TPM telah dirasakan manfaatnya dalam menunjang kemajuan perusahaan serta kemampuan bersaing secara global. TPM merupakan

Page 116: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Analisis Nilai Overall Equipment Effectiveness Mesin Pengemasan Tablet

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 97

strategi improvement yang diperuntukkan bagi perusahaan secara menyeluruh, yang telah terbukti keberhasilannya, yang utamanya adalah melibatkan semua karyawan, tidak hanya karyawan bagian maintenance dan produksi.

Metode

Pengukuran OEE ini didasarkan pada pengukuran tiga rasio utama, yaitu (1) Avaibility ratio, (2) Performance ratio, dan (3) Quality ratio. Untuk mendapatkan nilai OEE, maka ketiga nilai dari ketiga rasio utama tersebut harus diketahui terlebih dahulu.

Avaibility ratio1. merupakan suatu rasio yang menggambarkan pemanfaatan waktu yang teredia untuk kegiatan operasi mesin atau peralatan. Dengan demikian formula yang digunakan untuk mengukur ratio adalah:

%100xtimeproductionplanned

timeoperatingratioAvaibility =

Planned production time adalah waktu yang tersedia (shift lenght) dikurangi dengan lama waktu mesin tidak beroperasi sementara (break), sedangkan operating time adalah planned production time dikurangi dengan downtime

Performance ratio2. merupakan suatu ratio yang menggambarkan kemampuan dari peralatan dalam menghasilkan produk. Rasio ini merupakan hasil dari operating speed rate dan net operating rate. Operating speed rate peralatan mengacu kepada perbedaan antara kecepatan ideal (berdasarkan desain peralatan) dan kecepatan operasi aktual. Net operating rate mengukur pemeliharaan dari suatu kecepatan selama periode tertentu. Formula pengukuran rasio ini adalah:

%100xtimeoperating

piecestotalxtimerunidealrateePerformanc =

Quality ratio3. merupakan suatu rasio yang menggambarkan kemampuan peralatan dalam meghasilkan produk yang sesuai standar. Formula yang digunakan untuk pengukuran rsio ini adalah:

%100xpiecestotal

piecesrejectxpiecesgoodrateQuality =

Nilai OEE diperoleh dengan mengalikan ketiga rasio utama tersebut. Secara matematis formula pengukuran nilai OEE adalah sebagai berikut:

OEE (%) = Avaibility (%) x Performance Rate (%) x Quality Rate (%)

Untuk menganalisis nilai OEE, Japan Institute of Plant Maintenance (JIPM) telah menetapkan standar benchmark yang telah dipraktekkan secara luas di seluruh dunia. Berikut OEE Benchmark tersebut:

Jika OEE = 100 %, produksi dianggap sempurna, memproduksi produk tanpa cacat, bekerja dalam performance yang cepat, dan tidak ada downtime.

Jika OEE = 85%, produksi dianggap kelas dunia. Bagi banyak perusahaan, skor ini merupakan skor yang cocok untuk dijadikan goal jangka panjang.

Jika OEE = 60%, produksi dianggap wajar, tapi menunjukkan ada ruang yang besar untuk improvement.

Jika OEE = 40%, produksi dianggap memiliki skor yang rendah, tapi dalam kebanyakan kasus dapat dengan mudah di-improve melalui pengukuran langsung (misalnya dengan menelusuri alasan-alasan downtime dan menangani sumber-sumber penyebab downtime secara satu per satu).

Namun, Vorne Industries, membedakan OEE untuk dua shift

Page 117: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Analisis Nilai Overall Equipment Effectiveness Mesin Pengemasan Tablet

98 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

produksi, yang dapat dilihat pada Tabel 1 berikut ini:

Tabel 1 Perbedaan nilai standar OEE pada dua shift

OEE Factor Shift 1 Shift 2Avaibility 90,0% 95,0%Performance 95,0% 95,0%Quality 99,5% 96,0%OEE 85,1% 86,6%

HASIL DAN PEMBAHASAN

Saat ini dunia telah memasuki era globalisasi yang ditandai dengan berlangsungnya perdagangan bebas yang mengakibatkan semakin ketatnya persaingan dunia bisnis. Untuk menyikapi hal tersebut, maka setiap perusahaan dituntut untuk selalu memperbaiki setiap departemen dan proses yang ada di dalamnya.

Usaha perbaikan pada industri manufaktur, dilihat dari segi peralatan adalah dengan meningkatkan utilitas peralatan yang ada seoptimal mungkin. Usaha perbaikan pada industri manufaktur, dilihat dari segi peralatan, adalah dengan meningkatkan utilisasi peralatan yang ada seoptimal mungkin. Utilisasi dari peralatan yang ada pada rata-rata industri manufaktur adalah sekitar setengah dari kemampuan mesin yang sesungguhnya (Nakajima, 1988). Pada prakteknya, seringkali usaha perbaikan yang dilakukan tersebut hanya pemborosan, karena tidak menyentuh akar permasalahan yang sesungguhnya. Hal ini disebabkan karena tim perbaikan tidak mendapatkan dengan jelas permasalahan yang terjadi dan faktor-faktor yang menyebabkannya. Untuk itu diperlukan suatu metode yang mampu mengungkapkan permasalahan dengan jelas agar dapat melakukan peningkatan kinerja peralatan dengan optimal (Jonsson dan Lesshammar, 1999).

Dalam penelitian ini, dilakukan pengukuran nilai Overall Equipment

Effectiveness (OEE) yang digunakan sebagai dasar dalam usaha perbaikan dan peningkatan efektivitas dan produktivitas dari sistem manufaktur perusahaan di industri farmasi dengan obyek mesin stripping. Produk yang dikemas dengan mesin stripping tersebut adalah tablet.

Nilai OEE dan ketiga rasio merupakan acuan yang diterapkan oleh industri farmasi dan menjadi dasar dalam analisis ini. Oleh karena itu, pada penelitian ini dilakukan pengamatan selama dua minggu, sehingga pada Gambar 1 dan Gambar 2 dapat dilihat pencapaian OEE dan ketiga rasio per hari.

Gambar 1 Pencapaian OEE dan ketiga rasio pada shift 1

Gambar 2 Pencapaian OEE dan ketiga rasio pada shift 2

Page 118: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Analisis Nilai Overall Equipment Effectiveness Mesin Pengemasan Tablet

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 99

Nilai pencapaian OEE dan ketiga rasio mesin stripping secara rata-rata dapat dilihat pada Tabel 3 dan Tabel 4

Tabel 3 Hasil Perhitungan Rata-rata Ketiga Rasio dan Nilai OEE Shift 1

No Rasio dan OEE Pencapaian (%)

1 Availability ratio 59,05

2 Performance ratio 82,98

3 Quality ratio 88,74

4 OEE 55,87

Tabel 4 Hasil perhitungan rata-rata ketiga rasio dan nilai OEE shift 2

No OEE dan Rasio Pencapaian (%)

1 Availability ratio 49,93

2 Performance ratio 76,08

3 Quality ratio 88,86

4 OEE 46,53

Pada tabel tersebut terlihat bahwa secara rata-rata, terdapat perbedaan yang cukup signifikan nilai pencapaian OEE antara shift 1 dan shift 2. Bila dibandingkan dengan nilai OEE menurut Vorne Industries, yang membedakan nilai OEE per shift, yaitu OEE shift 1 sebesar 85,1% dan 86,6% untuk shift 2, maka nilai OEE masing-masing shift mesin stripping jauh lebih rendah, yaitu shift 1 sebesar 55,87% dan 46,53% untuk shift 2. Bila kedua shift dirata-rata maka nilai OEE mesin stripping sebesar 51,20%. Nilai pencapaian OEE ini juga jauh dari OEE menurut kelas dunia yaitu sebesar 85,0%.

Menurut Japan Institute of Plant Maintenance (JIPM) yang telah menetapkan standar benchmark, dengan nilai OEE sebesar 51,20%, produksi dianggap memiliki skor yang rendah, tetapi dalam kebanyakan kasus dapat dengan mudah di-improve melalui pengukuran langsung (misalnya dengan menelusuri alasan-alasan downtime dan menangani sumber-sumber penyebab downtime

secara satu per satu). Hal ini sesuai dengan hasil analisis dan perhitungan OEE, nilai pencapaian OEE pada masing-masing shift rendah disebabkan karena avaibility ratio jauh lebih rendah dibandingkan faktor OEE lainnya (performance ratio dan quality ratio). Bila dianalisis lebih lanjut faktor yang mempengaruhi avaibility ratio adalah planned production time dan operating time, dimana planned production time merupakan selisih antara shift length dengan breaks sedangkan operation time merupakan selisih planned production dengan down time. Berdasarkan hasil perhitungan, rata-rata downtime masing-masing shift, sebesar 118,8 menit pada shift pagi dan 133,2 menit pada shift sore. Dengan kata lain, waktu yang tersedia selama jadwal pengemasan tidak dimanfaatkan seoptimal mungkin untuk kegiatan operasi peralatan dalam menghasilkan kemasan primer.

Downtime bukanlah akar permasalahan dari rendahnya availability ratio sebab downtime tersebut terdiri dari beberapa jenis kerugian yang lebih spesifik, berdasarkan hasil pengamatan, secara garis besar, kerugian dibedakan menjadi dandori, scrap/ reject handling, dan trouble, yang dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 3 Faktor-faktor penyebab downtime loss mesin stripping

Page 119: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Analisis Nilai Overall Equipment Effectiveness Mesin Pengemasan Tablet

100 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa scrap handling penyebab utama rendahnya avaibility ratio pada shift 1. Pada shift 2, tidak dapat ditunjukkan secara aktual penyebab utama rendahnya dikarenakan tidak dilakukan pengamatan secara langsung pada shift 2. Namun bila ditelusuri lebih lanjut berdasarkan data jam kerja mesin dan wawancara dengan operator, penyebab lebih rendahnya avaibility ratio shift 2 daripada shift 1 disebabkan oleh lebih seringnya scrap/ reject handling dibandingkan pada shift 1 dan juga listrik padam. Berdasarkan wawancara dengan operator, scrap/ reject handling pada shift 2 dilakukan oleh satu orang, yaitu operator itu sendiri. Berbeda dengan shift 1, scrap/reject handling bisa dilakukan lebih dari satu orang.

Begitu pula lebih seringnya supply energi/listrik padam, bila supply energi/ listrik padam maka mesin tidak bisa digunakan secara langsung, perlu set up ulang sampai didapat hasil strip yang baik sehingga membutuhkan waktu yang cukup lama.

Scrap/ reject handling disebabkan oleh banyaknya produk yang afkir sehingga untuk mengurangi lamanya waktu scrap/reject handling maka perlu menangani faktor penyebabnya, tetapi juga menangani faktor penyebab downtime loss lainnya.

KESIMPULAN

Nilai OEE mesin stripping shift 1= 55,87% sedangkan shift 2= 46,53%. Nilai OEE masing-masing shift lebih rendah daripada literatur (shift 1 =85,1% dan shift 2= 86,6%). Bila dirata-rata nilai OEE kedua shift mesin stripping = 51,20%. Nilai OEE tersebut lebih rendah daripada nilai OEE kelas dunia (85%). Nilai OEE yang rendah disebabkan nilai avaibility ratio yang rendah. Rendahnya nilai avaibility

ratio rendah diakibatkan downtime loss tinggi, yang faktor tertingginya adalah scrap/ reject handling.

Usaha perbaikan terhadap permasalahan yang ada (rendahnya pencapaian nilai OEE) difokuskan pada penanganan secara komprehensif terhadap faktor penyebab scrap/reject handling secara umum maupun teknis sehingga tidak banyak waktu yang terbuang. Selain itu, perlu mensosialisasikan pentingnya penerapan Total Productive Maintenance (TPM) dalam perusahaan terutama di departemen pengemasan primer kepada seluruh karyawan yang ada. DAFTAR PUSTAKA

Dal. (2000). Overall Equipment Effectiveness as a Measure of Operational Improvement. Journal of Operations and Production Management, Vol. 20. 1491

Denso. (2006). Introduction to total productive maintenance: Study guide.

Hartmann. (1992). Succesful Installing TPM in a Non-Japanese Plant, TPM Press Inc. 54

Jonsson. (1999). Evaluation and Improvement of Manufacturing Performance

Nakajima, S., (1988). Introduction to Total Productive Maintenance. Productivity Press Inc, Portland. 21

LeanIndonesia. (2010). OEE : Overall Equipment Effectiveness

VorneIndustries. (2012). OEE

Page 120: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

101

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

REVIEW ARTIKEL : KOMBINASI MATRIKS POLIMER DALAM FORMULASI FLOATING DRUG DELIVERY SYSTEM

Aini Mas’ula 1

1STIKes Delima Persada Gresik, email : [email protected]

ABSTRAK

Bentuk sediaan farmasi dengan sistem tertahan di lambung telah banyak dikembangkan untuk menghasilkan obat dengan pelepasan terkendali, terutama obat yang daerah penyerapannya di lambung atau organ pencernaan bagian atas. Floating Drug Delivery System (FDDS) adalah salah satu dari sistem tertahan di lambung yang mudah diaplikasikan ke dalam berbagai bentuk sediaan farmasi. Matriks tablet untuk sediaan floating banyak dikembangkan untuk meningkatkan waktu retensi obat dan meningkatkan bioavailabilitas obat. Review artikel ini membahas berbagai hasil penelitian tentang formulasi dan evaluasi sediaan floating terutama untuk melihat pengaruh penggunaan matriks polimer yang digunakan dalam formula. Pada pembahasan desain formula dan evaluasi sediaan FDDS menggunakan 11 artikel yang dipiilh berdasarkan kata kunci Floating Drug Delivery System, kemudian dipilih artikel dengan fokus penelitian tentang formulasi dan evaluasi sediaan farmasi per oral. Berdasarkan beberapa penelitian dari hasil review artikel, penggunaan kombinasi matriks polimer dalam formulasi adalah formula yang menghasilkan karakteristik floating dan profil pelepasan yang diharapkan serta memenuhi persyaratan pelepasan obat dibandingkan dengan penggunaan matriks tunggal.

Kata Kunci : floating drug delivery system , matriks polimer, formulasi

PENDAHULUAN

Rute pemberian obat secara per oral merupakan rute yang paling banyak digunakan karena kemudahan penggunaan, kepatuhan pasien dan fleksibilitas dalam formulasi. Efektivitas proses penghantaran obat secara per oral

bergantung pada beberapa faktor antara lain, proses pengosongan lambung, waktu transit obat, pelepasan obat dari bentuk sediaannya ke tempat absorpsi obat tersebut. (Rohilla et al, 2011)

Formulasi obat per oral lepas lambat menunjukkan beberapa keterbatasan terutama masalah pengosongan lambung,

Page 121: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Review Artikel : Kombinasi Matriks Polimer Dalam Formulasi Floating Drug Delivery System

102 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

yaitu waktu transit yang sangat cepat sehingga mengakibatkan pelepasan obat yang tidak optimal dan biovailabilitas yang tidak dapat diprediksi, terutama untuk obat yang tempat absorbsinya di lambung dan organ pencernaan bagian atas. Oleh karena itu, dibutuhkan sistem penghantaran obat yang dapat memperpanjang dan mengontrol waktu pengosongan lambung sehingga dapat meningkatkan obat dalam lambung dan secara otomatis meningkatkan absorbsi obat tersebut. Sistem tersebut dikenal dengan Gastroretentive Drug Delivery Systems (Singh et al, 2000).

Gastroretentive drug delivery system (GRDDS) dapat diperoleh dengan beberapa cara antara lain meliputi bio/mucoadhesive, expandable systems, high density systems, dan floating systems (Garg & Gupta, 2008). Floating drug delivery systems (FDDS) merupakan sistem dengan densitas yang kecil, memiliki kemampuan mengapung dan tinggal lebih lama di lambung. Ketika obat mengapung dalam cairan lambung, bahan obat dilepaskan perlahan sesuai kecepatan pelepasan yang diinginkan (Chawla et al., 2003).

Bentuk floating system banyak diformulasi dengan menggunakan matriks-matriks hidrofilik dan dikenal dengan sebutan hydrodynamically balanced system (HBS), karena saat polimer terhidrasi densitasnya menurun akibat pengembangan matriks (Saifullah dkk., 2007). Hydrocolloid yang direkomendasikan untuk formulasi bentuk floating adalah polimer eter selulosa, khususnya hidroksipropil (Moes, 2003).

Beberapa penelitian tentang formulasi bentuk sediaan floating biasanya membandingkan penggunaan polimer baik tunggal maupun kombinasi. Di review artikel ini akan dibahas beberapa

penelitian tentang formulasi dari sediaan floating drug delivery systems terutama penggunaan kombinasi polimer terhadap mutu fisik dan pelepasan obat terkontrol sehingga dapat menghasilkan bioavailabilitas yang optimal.

Metode

Metode review yang digunakan yaitu pencarian artikel berdasarkan kata kunci utama Floating Drug Delivery System, kemudian dipilih artikel dengan fokus penelitian tentang formulasi dan evaluasi sediaan farmasi per oral. Hasil review disajikan dalam bentuk analisis deskriptif dengan memaparkan desain formula dan evaluasi berdasarkan jenis polimer sebagai matriks sediaan Floating. Artikel yang digunakan khusus untuk pembahasan desain formula dan evaluasi FDDS merupakan artikel yang dipublikasi dalam rentang tahun 2009 – 2017.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Floating Drug Delivery System (FDDS)

Floating systems atau Hydrodynamically controlled systems adalah suatu bentuk sistem dengan densitas rendah sehingga dapat mengapung di dalam lambung tanpa terpengaruh laju pengosongan lambung sehingga dapat memperpanjang waktu transit obat. Disamping itu pelepasan obat dapat diatur dan diperlambat agar fluktuasi di dalam plasma dapat terkontrol (Khan et al, 2010).

Bentuk sediaan FDDS yang dikembangkan antara lain, granul, serbuk, kapsul, tablet, dan microsphere. Secara umum, kandidat yang tepat untuk FDDS adalah molekul yang memiliki absorpsi yang rendah di kolon tetapi memiliki absorpsi yang lebih baik pada bagian atas gastrointestinal tract (GIT),terutama

Page 122: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Review Artikel : Kombinasi Matriks Polimer Dalam Formulasi Floating Drug Delivery System

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 103

di lambung, obat yang kurang larut atau terdegradasi pada pH basa yang kita jumpai pada bagian bawah GIT, Obat yang diabsorpsi pada waktu pengosongan lambung, penghantaran obat lokal atau dipertahankan pada lambung dan usus halus bagian atas untuk mengobati kondisi khusus terutama sekali berguna untuk pengobatan tukak lambung yang disebabkan oleh infeksi H. pylori (Dave et al., 2004)

Table 1. Daftar Obat Yang Diformulasikan Untuk Sediaan Floating Drug Delivery Systems

Bentuk sediaan Bahan Aktif

Tablet Cholrpheniramine maleate,Theophylline, Furosemide,Ciprofloxacin, Captopril,Acetylsalicylic acid, Nimodipine, Amoxycillin trihydrate, VerapamilHCI, Isosorbide di nitrate, Sotalol,Isosorbide mononitrate,Aceraminophen, Ampicillin,Cinnarazine, Dilitiazem, Florouracil,Piretanide, Prednisolone, Ranitidine

Kapsul Nicardipine, L-Dopa dan benserazide,chlordizepoxide HCI, Furosemide,Misoprostal, Diazepam, Propranolol,Urodeoxycholic acid.

Microspheres Aspirin, Griseofulvin, p-nitroanilline, Ketoprofen, Tranilast, Iboprufen, Terfenadine.

Klasifikasi FDDS

Floating Drug Delivery System dapat dibagi menjadi 2 kelompok yaitu gas generating system/effervescent dan non effervescent

Sistem 1. effervescent Sistem penghantaran daya apung

ini dapat menggunakan matriks polimer yang dapat mengembang, yaitu HPMC atau polisakarida seperti chitosan. Selain polimer, digunakan juga bahan effervescent misalnya natrium bikarbonat,

asam sitrat dan asam tatrat. Pada tablet dan kapsul komponen effervescent dicampur dalam matriks hidrofilik dan gas CO2 terjebak dalam matriks yang mengembang. Ketika berada di lambung, CO2 dibebaskan dengan adanya asam dan terjebak dalam hidrokoloid gel. Akibatnya sediaan dapat naik dan mengapung dalam cairan lambung (Khan & Bajpai, 2010).

Sistem 2. non- effervescentSistem floating non-effervescent

menggunakan pembentuk gel atau polimer dengan daya mengembang tinggi seperti hidrokoloid, polisakarida, dan matriks pembentuk polimer. Salah satu cara formulasi bentuk sediaan floating yaitu dengan mencampur zat aktif dengan hidrokoloid gel. Hidrokoloid akan mengembang ketika kontak dengan cairan lambung setelah pemberian oral, tinggal dengan bentuk yang utuh dan bulk density nya lebih kecil dari kesatuan lapisan luar gel. Struktur gel bertindak sebagai reservoir untuk obat yang akan dilepaskan perlahan dan dikontrol oleh difusi melalui lapisan gel (Khan & Bajpai, 2010)

Matriks Sediaan FDDS

Matriks yang digunakan dalam sediaan floating adalah sistem matriks koloid hidrofilik. Sistem penghantaran daya apung ini menggunakan matriks polimer yang dapat mengembang menyebabkan densitasnya lebih kecil daripada cairan lambung sehingga sediaan dapat mengapung. Pada sistem noneffervescent hanya digunakan gel forming yang dapat mengembang bila kontak dengan cairan lambung. Sedangkan pada sistem effervescent mengandung bahan yang dapat menghasilkan gas (CO2) ketika kontak dengan cairan lambung, misalnya natrium bikarbonat (Nasa et al., 2010). Hal ini bertujuan agar ketika kontak dengan

Page 123: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Review Artikel : Kombinasi Matriks Polimer Dalam Formulasi Floating Drug Delivery System

104 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

cairan asam lambung, gas CO2 dibebaskan dan akan terperangkap dalam hydrocolloid yang mengembang, akibatnya tablet akan mengapung (Dehghan & Khan., 2009).

Gambar 1. Kondisi tablet floating dalam lambung (Singh et al, 2000)

Yang termasuk matriks koloid hidrofilik dan telah diteliti berhasil diformulasi menjadi sediaan floating antara lain : polimer hidrofilik sintesis yaitu HPMC, HEC, HPC, MC, NaCMC, Carbopol, PEO, poliakrilat, polivinil asetat. Polimer hidrofilik alami : Carageenan, Guar gum, Gum arabic, Sodium alginat, pectin, xanthan gum.

Ketika kontak dengan air, komponen koloid hidrofilik mengembang membentuk lapisan matriks terhidrasi yang kemudian mengontrol difusi lebih lanjut dari air ke dalam matriks. Difusi obat melalui lapisan matriks terhidrasi sebagai pengontrol laju pelepasan. Lapisan terluar matriks terhidrasi akan mengikis karena menjadi lebih encer, tingkat erosi tergantung pada sifat dari koloid (Aulton., 2002).

Desain Formula dan Evaluasi Berdasarkan Jenis Polimer Sediaan FDDS

Beberapa penelitian tentang sediaan FDDS telah dilakukan meliputi bentuk sediaan tablet, kapsul,sistem multipartikulat, hollow microsphere. Jenis dan jumlah matriks yang digunakan sangat mempengaruhi karakteristik

sistem floating dan laju pelepasan obat. Berikut adalah hasil evaluasi sediaan FDDS beradasarkan matriks polimer yang digunakan dalam formula.

Kumar et al (2009), melakukan formulasi dan evaluasi tablet floating famotidine, dengan kombinasi matriks polimer hidrokoloid seperti HPMC dan Carbopol 934P. HPMC yang digunakan memiliki beberapa jenis berdasarkan viskositasnya, selain itu ditambahkan effervescent agent berupa asam sitrat dan natrium bikarbonat. Parameter yang diuji antara lain, karakteristik fisik tablet, pelepasan seara in vitro, karakteristik floating, dan swelling index. Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa formula dengan perbandingan matriks kombinasi polimer HPMC K4M 25% , HPMC K15 50%, dan Carbopol 934P 25% merupakan formula yang paling optimal. Formula tersebut dapat melepaskan obat secara lepas lambat (98%) selama 24 jam, dan masih mengapung dalam waktu 24 jam. Mekanisme pelepasan obat didominasi dengan proses difusi dengan kontribus minor relaksasi polimer. Tablet dengan formula terpilih tidak mengalami perubahan yang signifikan secara fisik, kadar obat, total waktu floating dan profil disolusi in vitro setelah disimpan selama 3 bulan dalam suhu 45°C/75% RH.

Jain et al (2010), melakukan formulasi dan evaluasi terhadap tablet furosemide dengan Gastroretentive floating drug delivery systems. HPMC K4M dan atau K100M digunakan sebagai matriks polimer dan natrium bikarbonat sebagai effervescent agent untuk mempercepat floating lag time. Tablet dibuat engan cara cetak langsung tablets were prepared by direct compression method. Parameter evaluasi tablet yang dilakukan antara lain kekerasan, kerapuhan, keseragaman sediaan, swelling index, profil pelepasan obat secara in vitro, stabilitas

Page 124: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Review Artikel : Kombinasi Matriks Polimer Dalam Formulasi Floating Drug Delivery System

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 105

jangka pendek, dan interkasi dengan eksipien. Kinetika pelepasan obat yang diformulasikan ini mengikuti kinetika reaksi orde satu dengan pelepasan obat lebih dari 80% selama 10 jam dan kemampuan mengapung selama lebih dari 24 jam. Dari hasil evaluasi didapatkan formula yang optimal yaitu formula dengan polimer HPMC K4M, dimana kinetika pelepasan yang dihasilkan hampir mengikuti kinetika orde reaksi orde nol dengan floating lag time selama 2,9 menit, Formula ini melepaskan obat lebih dari 90% selama 9 jam. Kesimpulan dari penelitian ini membuktikan bahwa tablet floating furosemide dengan matriks polimer HPMC K4M dapat meningkatkan biaovailabilitas obat secara oral.

Sheela et al (2010), melakukan penelitian tentang formulasi tablet floating sustained release dengan bahan aktif Clarithromycin, menggunakan kombinasi polimer hidrofilik (HPMC dengan berbagai jenis viskositas), etil selulosa, Avicel pH 102, Kollidon SR dan natrium bikarbonat sebagai bahan effervescent. Evaluasi yang diujikan antara lain, floating lag time, total waktu floating dan uji pelepasan obat secara in vitro. Dari beberapa formula yang diuji, formula dengan kombinasi matriks polimer HPMC K15M dan Avicel pH 102 adalah formula yang paling optimal, baik karakteristik floating maupun pelepasan obat. Uji pelepasan obat pada penelitian ini mengikut kinetika orde nol, Higuchi, dan Korsmeyer-Peppas.

Naveen et al (2011), melakukan penelitian tentang formulasi dan evaluasi tablet floating Metoprolol Tartrat yang menggunakan kombinasi matriks polimer MCC, HPMC K100M, dan HPMC K4M, serta natrium bikarbonat sebagai effervescent agent. Metode pembuatan tablet menggunakan cara cetak langsung. Tujuan dari penelitian ini

adalah mendapatkan formula yang dapat memiliki kemampuan pelepasan obat terkendali selama 8 jam. Berdasarkan hasil penelitian didapatkan perbedaan signifikan dalam pelepasan obat pada jam ke-1, 4, dan 8 (p < 0.0001). Sedangkan untuk parameter floating lag time semua formula rata-rata kurang dari 10 menit. Berdasarkan nilai eksponen difusi (n), pelepasan obat ditemukan dalam keadaan difusi terkendali. Uji swelling tablet didapatkan untuk formula dengan jumlah HPMC K100M yang tinggi menghasilkan swelling index dan pelepasan obat yang lebih baik daripada formula dengan jumlah HPMC K100M yang lebih sedikit.

Patel et al (2011), melakukan penelitian tentang floating granul dengan bahan aktif Mebendazole. Matriks polimer yang digunakan antara lain chitosan dan HPMC dengan berbagai variasi viskositas. Natrium bikarbonat dan asam sitrat juga digunakan dalam formula sebagai effervescent agent. Metode pembuatan menggunakan granulasi dengan Fluid Bed Granulator, dengan teknik penyemprotan atas sebagai tempat cairan penggranul. Dari hasil penelitian, didapatkan formula terpilih yaitu formula dengan matriks polimer kombinasi HPMC K4M dan Chitosan, penambahan chitosan dapat meningkatkan swelling index, pelepasan obat dapat terkendali dengan baik dan waktu floating menjadi lebih lama jika dibandingkan dengan matriks tunggal.

Shakya et al (2013), melakukan penelitian tentang floating tablet dengan bahan aktif Ofloxacin. Matriks polimer yang digunakan antara lain HPMC K100M sebagai polimer dan crospovidone sebagai swelling agent, ditambah natrium bikarbonat dan asam sitrat digunakan dalam sebagai effervescent agent. Metode pembuatan menggunakan granulasi basah. Evaluasi yang dilakukan secara in vitro dan in vivo. Evaluasi in vitro

Page 125: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Review Artikel : Kombinasi Matriks Polimer Dalam Formulasi Floating Drug Delivery System

106 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

yaitu dengan melihat profil disolusi untuk menentukan formula terpilih yang kemudian diuji secara in vivo, yaitu melihat prosentase obat dalam plasma darah manusia. Dengan menggunakan desain statistik Box-Behnken, didapat hasil bahwa formula terpilih dengan prosentase HPMC K100M 8% dan crospovidone 13% . Hasil secara in vitro menunjukkan pelepasan terkendali selama 12 jam lebih, dan profil yang similar dengan produk originator, begitupula uji in vivo menunjukkan bioekivalen dengan duration of action lebih lama dibanding produk originator

Awesthi et al (2014), melakukan pengembangan formula hollow floating beads dengan bahan aktif Glicazide. Metode pembuatan sediaan ini yaitu dengan gelatin ionotropik sederhana, dengan kombinasi polimer low methoxyl pectin dan hydroxypropylmethylcellulose. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dengan kombinasi tersebut dapat meningkatkan efisiensi penjebakan obat dan memodulasi pelepasan obat.

Bodmeier et al (2015), melakukan penelitian dan evaluasi sediaan pellet extended release floating drug delivery system. Metode pembuatan sediaan ini yaitu menggunakan teknik penyalutan fluidized bed layering. Sistem sediaan yang dibuat ada dua yaitu, yang pertama adalah pellet dengan lapisan sugar cores, natrium bikarbonat, dan polimer top coating. Sistem yang kedua adalah modifikasi yang terdiri dari campuran bahan aktif dengan Eudragit® RS 30 D yang dilapisi natrium bikarbonat dan Eudragit® RL 30 D top-coating. Hasil penelitian didapatkan bahwa sediaan dengan sistem kombinasi Eudragit® RL/RS memiliki efisiensi penetrasi dan penjebakan CO2 lebih tinggi, sehingga untuk obat dengan dosis tinggi memilki

profil pelepasan terkendali yang lebih baik daripada sistem yang pertama.

Muhamad et al (2016), melakukan penelitian tentang sediaan floating hydrogels dengan bahan aktif Amoxicillin trihydrate dari kappa carageenan yang didalamnya terdiri dari kalsium karbonat dan natrium bikarbonat sebagai pembentuk pori. Dari hasil penelitian tersebut didapatkan bahwa hydrogel dengan natrium bikarbonat menunjukkan porositas tinggi dan floating lag time yang lebih pendek dibandingkan hydrogel dengan kaslium karbonat. Sedangkan untuk kondisi fisik gel hydrogel dengan kalsium karbonat lebih baik daripada natrium bikarbonat hydrogel, efisiensi penjebakan obat dan profil pelepasan obat lebih tinggi dibandingkan natrium bikarbonat hydrogel.

Repka et al (2016), melakukan penelitian tentang floating pellets dengan bahan aktif Teofilin. Matriks polimer yang digunakan adalah Eudragit®RSPO (Copolymer Ammoniomethacrylate) dan HPMC. Metode pembuatan yang dilakukan adalah teknologi hot melt extrusion. Parameter yang diuji adalah profil pelepasan obat, karakteristik floating, pendekatan mikromeritik. Dari semua formula yang dibuat, formula dengan kombinasi HPMC dan Eudragit®RSPO adalah formula terpilih, yang memiliki karakteristik floating dan profil pelepasan paling baik dan memenuhi persyaratan.

Patil et al (2017), melakukan optimasi proses dan formula sediaan FDDS tablet Amoxycillin Trihydrate. Metode pembuatannya granulasi basah, dengan kombinasi polimer HPMCK100M sebagai matriks, natrium bikarbinat dan asam sitrat sebagai effervescent agent. Metode penelitian ini dirancang dengan randomized factorial design,

Page 126: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Review Artikel : Kombinasi Matriks Polimer Dalam Formulasi Floating Drug Delivery System

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 107

dan dievaluasi secara in vitro dan in vivo. Formula terpilih yaitu formula dengan komposisi HPMC K100M dan asam sitrat paling rendah, dengan hasil profil pelepasan terkendali, waktu total floating paling lama dan floating lag time paling cepat. Selain itu, untuk uji in vivo dilakukan terhadap hewan coba, diobservasi menggunakan X-Ray kondisi lambung hewan coba tersebut, didapatkan hasil bahwa sediaan FDDS dapat tertahan dilambung selama lebih dari 6 jam.

KESIMPULAN

Pemberian obat secara per oral dengan bahan aktif yang memiliki daerah penyerapan di lambung atau saluran pencernaan bagian atas jumlahnya sangat banyak. Permasalahan utama nya pun juga sama yaitu pendeknya waktu transit obat di daerah penyerapannya sehingga bioavailabilitas yang diperoleh tidak optimal. Floating Drug Delivery System (FDDS) merupakan sistem penghantaran obat yang dapat mengatasi permasalahan tersebut, sistem ini sudah banyak dikembangkan dengan berbagai bentuk sediaan dan bahan aktif. Pengembangan formulasi FDDS obat lepas lambat memiliki keuntungan yaitu dapat menghasilkan waktu retensi di lambung, sehingga obat dapat lebih lama di lambung untuk diabsorpsi. Pengaruh penggunaan jenis dan jumlah polimer sebagai matriks dalam formula merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan suatu sediaan FDDS. Berdasarkan beberapa penelitian dari hasil review, penggunaan kombinasi matriks polimer dalam formulasi adalah formula yang menghasilkan karakteristik floating dan profil pelepasan yang diharapkan serta memenuhi persyaratan pelepasan obat dibandingkan dengan penggunaan matriks tunggal.

DAFTAR PUSTAKA

Awasthi, Rajendra., Kulkarni, Girirraj. (2014). Development of Novel Gastroretentive Drug Delivery System of Glicazide : Hollow Beads. Journal of Drug Development and Industrial Pharmacy., Vol. 40 (3), 398-408

Aulton, Michael E. (2002). Pharmaceutics The Science of Dosage Form Design 2nd Edition. Churchill Livingstone, London. 298.

Bodmeier, Roland., Elsamaligly, Samar. (2015). Development of exende release multiple unit effervescent floating drug delivery system for drugs with different solubilites. , Vol.30, 467-477

Chawla, G., Gupta, P., Koradia, V. Bansal, A.K. (2003). Gastroretention a means to address regional variability in intestinal drug absorption. Pharmaceutical Technology. 50-68.

Dave, B.S., A.F. Amin., M.M. Patel. (2004). Gastroretentive drug delivery system of ranitidine hydrochloride formulation and in vitro evaluation. AAPS Pharm. Sci. Tech., Vol. 5 (2), 1-6

Dehghan, M., Khan, M.F. (2009). Gastroretentive drug delivery systems: A patent perspective: Review Article. Int Journal of Health Research., Vol 2 (1). 23-44

Garg, R., Gupta, G.D. (2008). Progress in controlled gastroretentive delivery systems. Tropical Journal of Pharmaceutical Research, Vol.7(3). 1055-1066.

Jain, Deepak., Verma, Sofiya., Shukla, Bharti., Yadav, Priyanka. (2010)., Formulation and evaluation of gastroretentive tablets of Furosemide (Evaluation based on

Page 127: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Review Artikel : Kombinasi Matriks Polimer Dalam Formulasi Floating Drug Delivery System

108 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

drug release kinetics and factorial designs)., Journal of Chemical and Pharmaceutical Research., Vol.2(4). 935-978

Khan, A.D., Bajpai, M. (2010). Floating Drug Delivery System: An Overview. International Journal of PharmTech Research, Vol. 2 (4). 2497-2505.

Kumar, Ravi., Patil MB., Patil, Sachin., Paschapura, Mahesh. (2009)., Formulation and Evaluation of Effervescent Floating Tablet of Famotidine., International Journal of PharmTech Research., Vol.1 (3). 754-763

Moes A.J. (2003). Gastric retention systems for oral drug delivery. Business Briefing: Pharmatech. 157-159

Muhamad, I.I., Selvakumaran, Suguna., Razak, S.I. (2016). Evaluation of Kappa Carageenan as Potential Carrier For Floating Drug Delivery System : Effect of Pore Forming Agent. Journal of Carbohydrate Polymers., Vol 135. 207-214

Nasa, Praveen., Mahant, Sheefali., and Sharma, Deepika. (2010). Floating systems: a novel approach towards gastroretentive drug delivery systems. International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences, Vol. 2, Supp. 3.

Patel, Krunal., Biswal, Bisjawit., Karna, Nabin., Patel, Janki. (2011)., Preparation and Evaluation of Gastro Retentive Floating Tablets of Mebendazole.

International Journal of Current Pharmaceutical Research., Vol 3 (1). 95-104

Patil, Manojkumar., Vidyasagar, G. (2017)., Design And Process Optimization of Oral Floating Drug Delivery System of Amoxicillin Trihydrate. World Journal of

Pharmacy and Pharmaceutical Scienc., Vol 6 (5). 1540-1562

Repka, M.A., Xin, Feng., Vo, A.Q., Zhang, Feng. (2016)., A Novel Floating Extended Release Dug Delivery System Prepared by Hot Melt Extrusion. European Journal of Pharmaceutics and Biopharmaceutics., Vol 98. 108-121

Rohilla, Ankur., Dahiya, Amarjeet., Rohilla, Seem., Khan, MU. (2011)., Gastroretentive Dosage Forms : An Approach to Oral Controlled Drug Delivery Systems., International Journal of Pharmaceutical & Biological Archives., Vol 2(2). 615-620

Saifullah, T.N., Syukri, Y. dan Utami, R. (2007). Profil pelepasan propanolol HCl dari tablet lepas lambat dengan sistem floating menggunakan matriks methocel K15M. Majalah Farmasi Indonesia., Vol.18 (1), 48-55.

Shakya, Rajani., Thapa, Panna., Saha, R.N. (2013)., In vitro and in vivo evaluation of gastroretentive floating drug delivery system of ofloxacin., Asian Journal of Pharmaceutical Sciences., Vol. 8, 191-198

Sheela, N. B. Santha ., Damodharan, N., Madhukar, Shridhar., Surekha, I., Rao, Srinivas. (2010)., Formulation and Evaluation of Clarithromycin Gastroretentive Dosage Form., International Journal of Pharmacy and Pharmaceutical Sciences., Vol 2 (3). 48-55

Singh, B.N., and Kim, K.H. (2000). Floating drug delivery systems: an approach to oral controlled drug delivery via gastric retention: a review. Journal of Controlled Release., Vol 63. 235–259.

Page 128: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

109

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

STUDI KASUS: BIOFILM PADA LUKA KRONIS

Vonny Nurmalya MegawatiPoliteknik Kesehatan Majapahit Mojokerto,[email protected]

ABSTRAK

Luka kronis merupakan lingkungan ideal untuk pembentukan biofilm. Biofilm adalah komunitas mikroorganisme yang saling menempel satu sama lain atau ke permukaan dan terbungkus dalam substansi polimer ekstraselular (EPS). Biofilm merupakan penyebab kegagalan penyembuhan luka yang cukup signifikan. Studi kasus ini menggambarkan tentang 3 (tiga) kasus luka kronis serta manajemennya. Hasil dari studi kasus ini antara lain : data tentang kondisi luka, dimana pada ketiga luka kronis tersebut terdapat kesamaan yaitu biofilm yang menenpel pada permukaan luka dan manajemen perawatan luka kronis menggunakan prinsip TIME (Tissue management, Inflamation & Infection control, Moisture balance, Edge). TIME manajemen mampu meningkatkan pertahanan dasar luka yang sehat, sehingga mempercepat penyembuhan luka. Kombinasi antara debridement, penggunaan gentle antiseptic serta antimicrobial dressing merupakan strategi yang efektif dalam membuang biofilm.

Keywords: biofilm, luka kronis, TIME, antimicrobial

PENDAHULUAN

Luka kronis adalah luka yang mengalami kegagalan dalam proses penyembuhan yang dikarenakan faktor eksogen dan endogen. Luka kronis ditandai dengan menurunnya pasokan oksigen, pengiriman nutrisi, pengeluaran protease dan regulasi protein yang abnormal, dimana 80% luka kronis menunjukkan perkembangan bakteri (Casey, 2012). Diperkirakan bahwa 1% populasi Inggris dan Amerika Serikat terkena luka kronis (Merckoll

et al, 2009). Luka kronis merupakan lingkungan ideal untuk pembentukan biofilm. 60% spesimen luka kronis terdapat biofilm, sedangkan hanya 6% luka akut yang mengandung biofilm, hal ini menunjukkan bahwa biofilm lazim terjadi pada luka kronis dan relatif jarang terjadi pada luka akut (Zhao et al, 2012).

Biofilm adalah komunitas mikroorganisme yang saling menempel satu sama lain atau ke permukaan dan terbungkus dalam substansi polimer ekstraselular (EPS). Biofilm

Page 129: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Studi Kasus: Biofilm Pada Luka Kronis

110 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

juga merupakan penyebab kegagalan penyembuhan luka yang cukup signifikan (Percival & Cutting, 2009). Melepaskan atau membuang biofilm adalah salah satu hal yang sulit dilakukan, karena biofilm melekat erat pada jaringan di sekitarnya, tidak mampu ditembus oleh antibiotik, resisten terhadap biosida, dan mampu menghindar dari respons kekebalan tubuh (Attinger & Wolcott, 2011). Penting untuk dipahami bahwa tidak ada strategi tunggal yang terbukti efektif secara konsisten dalam membuang biofilm.

Studi kasus ini menggambarkan tentang kejadian biofilm pada beberapa luka kronis serta manajemennya.

Kasus 1

Ny. C (60 tahun) mempunyai riwayat penyakit diabetes mellitus sejak 10 tahun yang lalu. Lokasi luka pada daerah metatarsal dextra. Penyebab terjadinya luka karena penggunaan sepatu yang tidak sesuai dengan bentuk kaki dan klien sering tidak menggunakan kaos kaki, sehingga menyebabkan luka.tidak kunjung sembuh, sehingga dibawa ke rumah sakit. Hasil pemeriksaan X-ray menunjukkan bahwa klien mengalami Osteomyelitis. Klien dibawa ke Majapahit Wound Care Centre karena menolak untuk dilakukan amputasi oleh dokter. Kondisi umum klien lemah. Gula darah acak bervariasi antara 272 mg% hingga 350 mg%. Pemeriksaan luka: stadium 4, warna dasar luka 70% merah 30% kuning, ukuran luka 9 x 6 cm, terdapat tunnel pada ibu jari, jenis exudat serous, biofilm tebal. Manajemen perawatan luka yang dilakukan menggunakan prinsip TIME, antara lain; T: mechanical debridement (CSWD), I: mencuci luka dengan PHMB, Cadexomer iodine (Iodosorb®) dressing, hydrofobik (Cutimed sorbact®) dressing yang dimasukkan pada tunnel, selain itu klien mendapatkan antibiotik

oral dari dokter, M: menutup dengan topical therapy, antara lain Zinc cream (Metcovazin®), kassa, orthopaedic wool (Cellona®) dan Kohesif (Elastomul®) sebagai fiksasi. E: pemberian terapi ozon selama 15 menit, serta edukasi tentang ntrisi untuk meningkatkan kekebalan tubuhnya.

Gambar 1. Luka Ny.C dengan Diabetic Foot Ulcer dan Osteomyelitis

Kasus 2

Tn.F (58 th) mengatakan luka pada kaki kiri yang awalnya tiba – tiba melepuh dan sudah satu bulan lamanya tidak kunjung sembuh. Post amputasi pada digiti 3, 4, 5 di Rumah sakit. Pasien menderita Diabetes Mellitus selama 10 (sepuluh) tahun. kondisi umum baik, Gula darah acak terkontrol antara 137 mg% hingga 201 mg%. Kondisi luka: stadium 3, 60% granulasi 40% slough, jenis eksudat purulent, ukuran luka 5 x 4 cm, malodour, edema sekitar luka serta biofilm yang tebal. Menajemen perawatan luka pada Tn.F menggunakan prinsip TIME. T: melakukan autolysis dan mechanical debridement (CSWD), I: mencuci luka dengan PHMB, penggunaan antimicrobial dressing cadexomer iodine (Iodosorb®), M: menggunakan

Page 130: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Studi Kasus: Biofilm Pada Luka Kronis

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 111

dressing Zinc cream (Metcovazin®), Calcium alginate (Suprasorb A®), kassa, orthopaedic wool (Cellona®) dan Kohesif (Elastomul®) sebagai fiksasi. E: edukasi agar meningkatkan nutrisi dengan sayur dan buah yang mengandung Vit.c serta makanan tinggi protein. Selain itu penggunaan ozon therapy juga dilakukan untuk menurunkan jumlah bakteri.

Gambar 2. Luka Tn.F dengan Diabetic Foot Ulcer

Kasus 3

Tn. S (40 th) didiagnosa Diabetic Foot Ulcer dan Selulitis oleh dokter. Pemeriksaan Gula Darah acak cenderung tinggi setiap kali kunjungan (Hi). Kondisi luka saat awal datang eritema yang luas, nyeri sangat, edema, biofilm yang tebal, jenis eksudat purulent dan jumlahnya sangat banyak. Perawatan Luka pada Tn.S juga menerapkan prinsip TIME. T: melakukan autolysis dan mechanical debridement (CSWD), I: mencuci luka dengan PHMB, penggunaan antimicrobial dressing yaitu Silver dressing (Urgotulle Ag®), klien juga mendapatkan antibiotik oral yang diberikan oleh dokter, M: menggunakan Foam dressing (Allevyn non adh®), Zinc cream (Metcovazin®)

digunakan untuk sekitar luka yang eritema luas, kassa, orthopaedic wool (Cellona®) dan Kohesif (Kindmax®) sebagai fiksasi. E: edukasi agar meningkatkan nutrisi dengan sayur dan buah yang mengandung Vit.c serta makanan tinggi protein. Selain itu penggunaan ozon therapy juga dilakukan selama 15 menit.

Gambar 3. Luka Tn.S dengan Diabetic Foot Ulcer dan Cellulitis

Hasil

Setelah dilakukan perawatan luka setiap 3 (tiga) hari sekali dengan prinsip TIME, kondisi luka ketiga pasien mengalami progres yang baik. Pada kasus pertama, luka Ny.C mengalami maturasi dalam waktu 24 minggu (2 bulan), kasus kedua (Luka Tn.F) menunjukkan kondisi 100% maturasi setelah dilakukan perawatan selama 48 minggu (3 bulan), sedangkan kasus ketiga (Tn.S), maturasi 100% tampak setelah perawatan luka selama 4 minggu (1 bulan).

PEMBAHASAN

Manajemen perawatan luka kronis dengan biofilm adalah menggunakan prinsip TIME (Tissue management, Inflamation & Infection control, Moisture

Page 131: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Studi Kasus: Biofilm Pada Luka Kronis

112 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

balance, Edge). Prinsip tersebut mampu meningkatkan pertahanan dasar luka yang sehat, sehingga mempercepat penyembuhan luka. Kombinasi antara debridement, penggunaan gentle antiseptic serta antimicrobial dressing merupakan strategi yang efektif dalam membuang biofilm (International Wound Infection Institute, 2016).

Beberapa penelitian menyebutkan bahwa metode debridement yang efektif untuk membongkar biofilm antara lain: mechanical debridement, enzymatic debridement dan biological debridement (Attinger & Wolcott, 2011; International Wound Infection Institute, 2016).

Produk cairan pencuci luka yang saat ini banyak digunakan dalam mengurangi biofilm dan tidak bersifat toksik terhadap sel fibroblast salah satunya adalah polyhexamethyl biguanide (PHMB). Mekanisme kerja PHMB adalah berikatan dengan permukaan bakteri yang bermuatan positif, kemudan berjalan ke dalam membrane sitoplasma, mengganggu permeabilitas dan integritas struktur fosfolipid, yang pada akhirnya menyebabkan kematian sel (Sibbald, 2012). Penelitian RCT (n=42) dengan luka kolonisasi, diberikan balutan yang mengandung 0,3% PHMB, menunjukkan hasil yang signifikan (p=0,3) lebih cepat dari silver dressing dalam menurunkan jumlah bakteri (Level II) (Eberlein et al, 2012).

Penggunaan Antimicrobial dressing sangat efektif untuk menekan pertumbuhan biofilm. Jenis antimikroba yang dapat digunakan adalah Cadexomer Iodine dan silver dressing (Percival & Cutting, 2009). Cadexomer Iodine merupakan iodine 0,9% dan komplek polisakarida yang mempunyai sifat slowly releasedalam beberapa waktu, hal ini efektif untuk membunuh free-floating planktonic mikroorganisme pada biofilm (Sibbald et al, 2011). Cadexomer iodine dapat membuang biofilm tanpa

merusak sel atau jaringan yang sehat (Percival & Cutting, 2009).

Silver juga merupakan antimikrobial dengan spectrum luas, efektif terhadap bakteri MRSA (Methicilin Resistant Staphylococcus Aureus), VRE (Vancomycin Resistant Enterococcus), Gentamicyn Resistant Pseudomonas & Enterococcus, serta jamur. Penelitian Newman et al (2006) menunjukkan bahwa planktonic p.Aeruginus mati setelah 20 menit setelah berikatan dengan silver dressing dan semua jenis planktonic mati setelah berikatan selama 100 menit (Steven et al, 2007).

Ozon merupakan salah satu adjunctive treatment dalam perawatan luka. Selain digunakan sebagai antiseptik, ozon juga dinyatakan memiliki efek antivirus, antijamur dan antiprotozoa. Terapi ozon untuk luka umumnya diberikan secara topical, dimana efek ozon terhadap bakteri adalah dengan mengganggu integritas kapsul sel bakteri, sehingga dapat menurunkan jumlah bakteri dalam luka (Dewayanti, 2007).

KESIMPULAN

Biofilm lazim terjadi pada luka kronis, dimana merupakan penyebab kegagalan penyembuhan luka yang cukup signifikan. Kombinasi antara debridement, penggunaan gentle antiseptic serta antimicrobial dressing merupakan strategi yang efektif dalam membuang biofilm. TIME manajemen mampu meningkatkan pertahanan dasar luka yang sehat, sehingga mempercepat penyembuhan luka.

DAFTAR PUSTAKA

Attinger, C., Wolcott, R. (2011). Clinically Addressing Biofilm in Chronic Wounds. Advances in Wound

Page 132: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Studi Kasus: Biofilm Pada Luka Kronis

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 113

Care. 1, 3: 127 – 132. Diakses pada tanggal 8 Mei 2017 dari https://web.b.ebscohost.com

Dewayanti, A., Ratnawati, H., Puradisastra, S. (2009). Perbandingan Pengaruh Ozon, Getah Jarak Cina (Jatropha Multifida L) dan Povidone Iodine 10% terhadap Waktu Penyembuhan Luka pada Mencit Betina Galur Swiss Webster. JKM. Vol.2: 132 - 137

Eberlein T, Haemmerle G, Signer M, Gruber MU, Traber J, Mittlboeck M et al. (2012). Comparison of PHMB-containing dressing and silver dressing in patients with critically colonized or locally infected wound. J wound care. 21:17 – 22. Diakses pada tanggal 5 Maret 2015 dari https://web.b.ebscohost.com

Casey, G. (2012). Chronic Wound Healing: Leg ulcer

International Wound Infection Institute (2016). Wound Infection In Clinical Practice; Principles of The Best Practice. Wounds International

Merckoll, P., Jonassen, T,O., Vad, M, E., Jeansson, S, L., Melby, K, K. (2009). Bacteria, biofilm and honey : A study of the effects of honey on planktonic and biofilm-embedded chronic wound bacteria. Scandinavian Journal of Infectious Diseases. 41: 341 – 347. . Diakses pada tanggal 8 Mei 2017 dari https://web.b.ebscohost.com

Percival, S, L., Cutting, K, F. (2009). Biofilms: possible strategies for suppression in chronic wounds. Nursing Standard. 23: 64 – 72. Diakses pada tanggal 8 Mei 2017 dari https://web.b.ebscohost.com

Sibbald, R, G., Leaper, D, J., Queen, D. (2011). Iodine Made Easy. Wounds

International. 2: 1 – 6. Diakses pada tanggal 5 Maret 2015 dari https://web.b.ebscohost.com

Sibbald R, G. (2012). Reduction of bacterial burden and pain in chronic wounds using a new polyhexamethylene biguanide antimicrobial foam dressing: clinical trial results. Wound healing southern Africa. 5: 31 – 38. Diakses pada tanggal 5 Maret 2015 dari https://web.b.ebscohost.com

Steven, L., Percival, Bowler, P., Woods, E, J. (2007). Assesing The Effect of an Antimicrobial Wound Dressing on Biofilms. Wound Repair and regenerations. 16: 52 – 57. Diakses pada tanggal 5 Maret 2015 dari https://web.b.ebscohost.com

Zhao, G., Usui, M, L., Lippman, S, L., James, G, A., Stewart, P, S., Fleckman, P., Olerud, J, E. (2012). Biofilms and inflammation in chronic wound. Advance Wound Care. 2: 389 – 399. Diakses pada tanggal 8 Mei 2017 dari https://web.b.ebscohost.com

Page 133: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

114

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

SISTEM ENERGI PADA OLAHRAGA RENANG 100 METER GAYA BEBAS

Herdianty Kusuma HSTIKES Delima Persada Gresik, Prodi D3 Fisioterapi, [email protected]

ABSTRAK

Energi sangat diperlukan manusia terutama untuk melakukan aktivitas fisik yang didapat dari makanan. Hasil pemecahan makanan akan diproses sehingga menghasilkan ATP. ATP adalah sumber energi yang utama. Dalam melakukan aktivitas sumber energi ATP saja tidak cukup, sehingga perlu adanya proses pembentukan ATP, yaitu meliputi sistem ATP-PC (alactic system), glikolisis anaerob (lactic system) dan aerob. Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui sistem energi pada olahraga renang 100 meter gaya bebas. Metode yang digunakan adalah dengan menganalisa setiap gerakan otot serta penggunaan oksigeni. Pada olahraga renang 100m gaya bebas, sistem energi yang digunakan berasal dari ATP-PC dan glikolisis anaerob. ATP-PC digunakan pada otot untuk letupan daya selama beberapa detik sedangkan glikolisis anaerob digunakan untuk tenaga tambahan selama perlombaan. Sistem glikolisis anaerob merupakan sistem yang paling banyak digunakan, hasil akhirnya adalah asam laktat yang menimbulkan kelelahan.

Kata Kunci : sistem energi, ATP-PC, glikolisis anaerob, renang 100m gaya bebas

PENDAHULUAN

Aktifitas fisik merupakan gerakan tubuh yang diakibatkan oleh kontraksi otot skelet, sedangkan latihan (exercise) merupakan aktifitas fisik yang terencana, terstuktur dan dilakukan secara berulang untuk menjaga atau meningkatkan kebugaran fisik (1). Dalam beraktifitas dibutuhkan komponen kebugaran fisik

yang meliputi kesehatan (health) dan keterampilan (skill). Renang merupakan salah aktivitas yang membutuhkan seluruh komponen kebugaran fisik secara seimbang agar menghasilkan performa yang baik.

Renang adalah gerakan yang dilakukan saat bergerak di dalam air. Kegiatan berenang ini sudah ada sejak jaman prasejarah, terus berkembang dan banyak

Page 134: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Sistem Energi Pada Olahraga Renang 100 Meter Gaya Bebas

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 115

digemari hingga saat ini. Renang dapat dimanfaatkan untuk rekreasi maupun olahraga. Sebagai sarana rekreasi dapat dinikmati oleh segala usia, mulai dari anak-anak hingga orang dewasa dan bisa dilakukan dengan kombinasi permanin di air. Sedangkan sebagai olahraga, renang termasuk cabang olahraga dalam olimpiade.

Renang dikatakan sebagai olahraga karena melatih dan mengembangkan otot-otot tubuh secara menyeluruh, sehingga bermanfaat untuk kesehatan jasmani. Saat berenang menyebabkan otot-otot tubuh terjadi peregangan, sehingga otot-otot tubuh menjadi elastis. Renang berguna pula untuk membentuk kekuatan, daya tahan tubuh, maupun daya eksplosif otot tubuh. Teknik renang meliputi cara bernapas, menyelam, mengapung, meluncur, gerakan kaki, gerakan lengan dan tangan, gabungan gerakan kaki, lengan dan bernapas dan meloncat sederhana. Semua teknik tersebut menyebabkan otot, paru dan jantung bekerja secara maksimal, sehingga renang baik untuk kesehatan. Selain itu pada olahraga ini resiko terjadi cedera lebih kecil dibanding olahraga di darat karena tidak ada pembebanan ekstra pada sendi, tulang dan otot (5).

Olahraga renang membutuhkan kondisi fisik tersendiri yang meliputi power, kekuatan, kecepatan, kelincahan, kelentukan dan fleksibilitas. Untuk kondisi fisik seperti itu maka dibutuhkan sistem energi dan metabolisme yang baik untuk menunjang prestasi olahraga renang.

Metode

Sistem energi renang 100 meter gaya bebas dilakukan dengan mengkaji tiap gerakan mulai dari awal melakukan renang hingga akhir renang. Setiap gerakan dianalisa dan ditentukan gerakan

pada otot tubuh maupun penggunaan oksigen sehingga dapat ditentukan sistem energi yang dipakai pada tiap gerakan dan dapat disimpulkan keseluruhan sistem energi dominan.

Hasil

Olahraga renang yang dilombakan pada nomor 100 meter gaya bebas diawali dengan start yang dilakukan di atas kolam renang khususnya di atas balok start. Peserta pada posisi badan membungkuk ke depan dan kedua lutut agak ditekuk, sudut masuk badan ke dalam air kira-kira 150. Lengan diayun ke belakang atas kemudian ke depan, selanjutnya tolakan kaki secara kuat ke depan dengan cara meluruskan kedua lutut sehingga tubuh melayang. Saat melayang posisi badan diusahakan lurus atau rata-rata air dan kedua tangan lurus ke depan dengan posisi menjepit kedua telinga. Kemudian saat masuk ke dalam air dimulai dari ujung jari tangan, kepala dan seluruh badan (6). Pada saat melakukan tolakan oleh kaki membutuhkan energi yang besar sehingga gaya tolakan kaki kuat, oleh karena itu sistem energi yang berperan adalah ATP-PC.

Renang gaya bebas merupakan perpaduan antara gerakan kaki ke atas dan ke dalam air, gerakan lengan ke belakang, dalam dan atas serta pengambilan napas. Pada gaya ini ada 5 hal yang perlu diperhatikan yaitu: posisi badan, gerakan kaki, gerakan tangan, pengambilan napas dan koordinasi gerakan (5). Perenang dalam posisi badan mendatar telungkup dengan tubuh rata dan kepala sejajar dengan badan. Posisi kepala, punggung, tungkai harus datar dengan permukaan air dan dalam keadaan rileks. Posisi badan yang mendatar dapat membantu kecepatan berenang karena tahanan air kecil, sehingga tidak ada hambatan untuk bergerak maju (5).

Page 135: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Sistem Energi Pada Olahraga Renang 100 Meter Gaya Bebas

116 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Gerakan kaki mempunyai peran sangat penting, karena memiliki daya gerak maju yang besar pada jarak pendek selain gerakan lengan. Gerakan kaki ada dua macam, yaitu untuk sprint dan untuk distance swimming. Untuk sprint gerakan kaki dilakukan dengan frekuensi yang lebih tinggi untuk menambah gaya dorong. Sedangkan untuk distance-swimming gerakan kaki berfungsi untuk menjaga bagian bawah tubuh agar tetap mengapung rata (streamline). Gerakan ke bawah dimulai dari pangkal paha, dilanjutkan gerakan pada tungkai bawah, diakhiri dengan lecutan pergelangan kaki, kedua lutut dan pergelangan kaki tetap rileks, karena hal ini akan menambah keefektifan pukulan. Untuk gerakan ke atas diusahakan kaki jangan sampai keluar dari permukaan air. Pukulan kaki ini selain untuk gerak maju juga untuk memelihara keseimbangan dan stabilitas dari pengaruh gerakan lengan dan berputamya tubuh (8). Gerakan tungkai ini bisa jadi merupakan perpaduan sistem ATP-PC dan glikolisis anaerob. Saat awalan pukulan kaki ke atas dan ke bawah sistem yang bekerja adalah ATP-PC sementara saat lecutan pergelangan kaki sistem yang bekerja adalah glikolisis anaerob. Pada sistem glikolisis anaerob ini juga kemungkinan timbul adanya asam laktat (2).

Gerakan lengan ada tiga tahapan, gerakan menarik, saat jari-jari tangan masuk ke dalam air sampai tangan tiba di daerah pusar (5). Pada gerakan ini sistem yang digunakan adalah ATP-PC. Apabila gaya tarikan dari lengan ini besar maka tubuh akan bergerak maju lebih jauh. Gerakan mendorong, mulai dari pusat sampai tangan menyentuh paha. Pada fase ini sistem energi yang digunakan juga ATP-PC. Gerak kembali (recovery) mulai dari tangan menyentuh paha dan keluar dari permukaan air sampai tangan masuk lagi ke air. Pada fase ini sistem

yang digunakan sebagian besar adalah aerobik, karena harus dilakukan dengan rileks untuk mempersiapkan energi selanjutnya (4).

Pengambilan napas dilakukan dengan cara memalingkan muka ke arah kanan atau kiri. Saat memalingkan muka mengikuti sumbu panjang badan, dengan memalingkan muka sedikit mungkin asal mulut berada di atas permukaan air. Pengambilan napas dilakukan saat berakhirnya gerakan mendorong kemudian diikuti dengan memalingkan wajah ke kanan atau kiri dan dengan cepat mengambil napas melalui mulut (5). Pada fase ini sistem yang digunakan adalah aerobik, karena membutuhkan oksigen untuk bernapas.

Koordinasi gerakan yang baik akan menghasilkan gerakan maju yang lancar dan konsisten. Secara keseluruhan koordiansi gerakan yaitu saat lengan kanan masuk, kaki kanan ke atas, saat lengan kiri masuk, kaki kiri ke atas. Dalam satu siklus terdapat tiga pukulan kemudian diselingi dengan pengambilan napas.

PEMBAHASAN

Perlombaan renang gaya bebas 100 meter dilakukan pada kolam renang sepanjang 50 meter, titik start sama dengan titk finish. Dimulai dari start hingga ujung kolam lalu langsung kembali ke titik start. Hal ini membutuhkan aktivasi dari glikolisis dan proses pengiriman energi aerobik secara cepat dan lengkap untuk menopang konsentrasi laktat pada otot. Aktivasi tersebut juga harus diimbangi dengan energi yang dikeluarkan saat berenang dengan kecepatan tinggi (7). Pada olahraga ini keseluruhan sistem energi yang digunakan adalah sistem fosfagen dan glikolisis anaerob (3), tetapi yang paling besar adalah glikolisis

Page 136: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Sistem Energi Pada Olahraga Renang 100 Meter Gaya Bebas

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 117

anaerob, yaitu antar 15-65%, dibanding sistem fosfagen 5-28% (7).

Metabolisme glikolisis anaerob merupakan proses non oksidatif dalam mengubah ATP dari glikogen. Glikogen disimpan di dalam sel otot, secara cepat akan mengubah ATP, tetapi lebih lambat dibanding PC. Sistem glikolisis anaerob ini menghasilkan laktat. Laktat merupakan hasil energi utama selama latihan 30 detik sampai 3 menit. Metabolisme anaerobik memiliki kekuatan yang besar, kapasitas sedang dan efisiensi rendah. Salah satu contohnya yaitu pada perlombaan renang 100 meter ini (10).

Suplai glikogen yang terbatas pada bukan suatu masalah karena energi dapat yang diperoleh dari lemak lebih efisien. Glikogen dan lemak merupakan sumber energi yang utama. Lemak digunakan saat cadangan glikogen mulai berkurang, sehingga selama perlombaan tidak akan kekurangan energi (9).

KESIMPULAN

Lomba renang 100 meter diawali dengan start di atas balok kayu dengan posisi membungkuk dan lutut agak ditekuk, lengan diayun ke belakang atas kemudian ke depan, selanjutnya tolakan kaki secara kuat ke depan dengan cara meluruskan kedua lutut sehingga tubuh melayang. Saat tolakan kaki membutuhkan energi yang besar sehingga gaya tolakan kaki kuat. Pada saat ini sistem energi yang berperan adalah ATP-PC.

Setelah start, ada lima hal yang perlu diperhatikan pada renang gaya bebas 100 meter, yaitu: posisi badan, gerakan kaki, gerakan tangan, pengambilan napas dan koordinasi gerakan. Semua gerakan pada saat renang gaya bebas tersebut menggunakan sistem energi ATP-PC dan glikolisis anaerob (lactic system). Sistem

ATP-PC digunakan oleh otot untuk letupan daya selama beberapa detik, yaitu pada tolakan kaki awal saat start serta awalan pada gerakan tangan dan kaki, sedangkan glikolisis anaerob memberikan tenaga tambahan selama perlombaan. Sebagian besar lomba renang 100 meter menggunakan sistem glikolisis anaerob 15-65% dibanding ATP-PC 5-28%.

Metabolisme glikolisis anaerob merupakan proses non oksidatif dalam mengubah ATP dari glikogen. Glikogen disimpan di dalam sel otot, secara cepat akan mengubah ATP, tetapi lebih lambat dibanding PC. Sistem glikolisis anaerob ini menghasilkan laktat. Laktat merupakan hasil energi utama selama latihan 30 detik sampai 3 menit. Metabolisme anaerobik memiliki kekuatan yang besar, kapasitas sedang dan efisiensi rendah.

DAFTAR PUSTAKA

American College of Sports Medicine: ACSM’s Guidelines for Exercise Testing and Prescription, ed 6, 2000. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.

Foss and Keteyian. 1998. Fox’s Physiological Basis for Exercise and Sport. USA: Mc Graw Hill Companies

Hall. 2011. Fisiologi Kedokteran Edisi ke duabelas. Singapura: Elseiver

Kumar, Raynaldi S. 2013. Teknik Renang Gaya Bebas dan Gaya dada. http://edukasi-pi.blogspot.com/2013/11/Teknik-Renang-Gaya-Bebas-Dan-Renang-Gaya-Dada.html?m=1, diakses tanggal 15 Desember 2014

Mulyana, Boyke. 2007. Bahan Ajar: Aktivitas Aquatik.

Susnadi, 25 april 2014 http://materipenjasorkes.blogspot.com/2014/04/start-renang-gaya-

Page 137: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Sistem Energi Pada Olahraga Renang 100 Meter Gaya Bebas

118 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

bebas.html, diakses tanggal 12 Desember 2014

Rodrigues, Ferran A and Alois Mader. 2010. Energy Systems In Swimming. Nova Science Publishers, Inc

Rosyid, Abdur. 2008. Cara Bernapas dalam Renang Gaya Bebas. http://abdurrosyid.wordpress.com/2008/06/02/cara-bernafas-da lam-renang-gaya-bebas / , diakses tanggal 15 Desember 2016

Rushall, Emeritus Brent S. 2014. Swimming Energy Training In The 21st Century: The Justification For Radical Changes (Second Edition). Swimming Science Bulletin: Number 39. San Diego

Sokolovas, Genadijus. 2011. Energy Zones in Swimming. USA

Page 138: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

119

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

PENGEMBANGAN SISTEM INFORMASI FAKTOR RISIKO KECELAKAAN LALU LINTAS DI DINAS KESEHATAN

KOTA MOJOKERTO

Mukhammad H. Saputra1, Hari Basuki N.2, Chatarina U. W.2

1Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Majapahit, [email protected] Airlangga Surabaya

ABSTRAK

Jumlah kasus kecelakaan lalu lintas setiap tahunnya semakin meningkat seiring semakin kompleksnya masalah transportasi di Indonesia. Kota Mojokerto merupakan salah satu kota dengan mobilitas tinggi. Jumlah kecelakaan yang tercatat pada Januari - Februari 2016 terjadi 133 kecelakaan dengan 37 korban tewas, seorang mengalami luka parah, 142 luka ringan. Sebuah model pencegahan kecelakaan lalu lintas diprakarsai oleh William Haddon Jr., yang dikenal sebagai matriks Haddon. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengembangkan suatu sistem informasi faktor risiko kecelakaan di dinas kesehatan Kota Mojokerto. Rancang bangun penelitian ini adalah action research dalam bentuk pengembangan sistem. Peneliti menganalisa sistem informasi saat ini, menganalisa masalah dan hambatan yang terjadi kemudian menyusun desain baru untuk memecahkan masalah. Desain baru ini kemudian dilakukan uji coba, kemudian direvisi yang akhirnya mendapatkan desain akhir sistem informasi yang siap digunakan. Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto selama bulan Februari sampai Juli 2016. Data dikumpulkan dengan wawancara mendalam pada beberapa informan. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto tidak ditemukan sistem informasi faktor risiko kecelakaan, hanya ada sistem untuk mencatat dan melaporkan kasus kecelakaan lalu lintas, oleh karena itu salah satu hasil penelitian ini adalah pengembangan sistem informasi dalam bentuk website agar mudah diakses. Berdasarkan hasil uji kuesioner, semua peserta uji coba faktor informasi kejadian kecelakaan lalu lintas menyatakan bahwa untuk melakukan pemasukan data pada formulir yang tersedia di web cukup mudah dan bermanfaat.

Kata kunci : Sistem informasi, kecelakaan lalu lintas, faktor risiko

Page 139: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengembangan Sistem Informasi Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

120 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

PENDAHULUAN

Keamanan jalan raya telah menjadi masalah yang sangat serius di hampir seluruh negara – negara di dunia. Peningkatan kepadatan jalan raya semakin meningkatkan jumlah kecelakaan di jalan raya yang mengakibatkan banyak kerugian materi, cidera, dan kematian (1). Data Ditlantas POLRI, di Indonesia pada tahun 2013 telah terjadi sebanyak 100.106 kecelakaan lalu lintas yang mengakibatkan 26.416 kematian, 28.438 luka parah, dan 110.448 luka ringan. Data di Polda Jawa Timur, triwulan terakhir menunjukkan terjadi hingga 5141 kecelakaan, dengan 1340 korban meninggal, 360 korban luka berat, dan 6621 korban mengalami luka ringan dengan kerugian lebih dari 7 milyar rupiah.(4) Data dari Polres Mojokerto pada periode Januari – Februari 2016 terjadi 133 kasus kecelakaan lalu lintas dengan 37 korban meninggal dunia, 1 korban luka berat dan 142 korban luka ringan dengan total kerugian Rp. 83. 650.000,00.

Perubahan Struktur Organisasi dan Tata Kerja (SOTK) dalam tubuh Kementerian Kesehatan yang diatur dalam Permenkes No. 64 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementrian Kesehatan Kesehatan yang meniadakan subdit Gangguan Akibat Kecelakaan dan Tindak Kekerasan dibawah Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular yang selama menaungi kegiatan surveilans Gakce, secara tidak langsung menyebabkan sistem surveilans yang selama ini dijalankan serta merta dihentikan karena tidak ada unit / bagian yang menerima laporan dari pencatatan dan pelaporan yang dilakukan pada tingkat puskesmas atau rumah sakit.

Sistem informasi faktor risiko kecelakaan merupakan sistem yang diharapkan dapat menjadi solusi

komprehensif yang digunakan dalam manajemen keamanan di jalan (2). Data yang dihasilkan sistem informasi dapat digunakan untuk kepentingan analisis dan dapat memberikan gambaran dari trend jalan keselamatan berkendara di jalan raya. Analisis jumlah absolut atau jumlah relatif kejadian kecelakaan lalu lintas dan konsekuensi yang muncul akibat dari kejadian tersebut dari waktu ke waktu merupakan bentuk evaluasi yang paling umum untuk melihat kecenderungan keselamatan berkendara di jalan raya oleh masyarakat (1).

Metode

Jenis penelitian ini adalah actions research berupa pengembangan sistem (system development). Penelitian pengembangan sistem dapat dikatakan menyusun sistem baru untuk menggantikan sistem yang lama secara keseluruhan atau memperbaiki sistem yang telah ada (3). Lokasi dan waktu Penelitian adalah di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto, pada bulan Februari hingga Juli 2016.

Unit penelitian dalam penelitian ini adalah Bidang Surveilans di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto. Sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas akan melibatkan beberapa unit penelitian yang akan saling berinteraksi. Penelitian ini diawali dengan melakukan indepth interview kepada beberapa informan terkait dengan kondisi sistem informasi yang sedang berjalan. Informan pada penelitian ini adalah : Kepala P2 DKK Mojokerto, petugas pelaporan di Puskesmas, petugas rekam medis di RS, dan perawat jaga di IGD / UGD Puskesmas dan RS.

Tahapan dalam pengembangan sistem informasi meliputi kegiatan normalisasi data yaitu proses pengelompokan data ke dalam bentu tabel atau relasi atau file

Page 140: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengembangan Sistem Informasi Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 121

untuk menyatakan entitas dan hubungan sehingga terwujud satu bentuk sistem informasi yang mudah dimodifikasi, Pembuatan Entity Relationship Diagram (ERD) yaitu penyajian data dengan menggunakan entity dan relationship, Perancangan output, output merupakan hasil input yang telah diproses oleh bagian pengolah dan merupakan tujuan akhir dari sistem.Langkah selanjutnya yakni melakukan Uji coba dilakukan terhadap semua yang terlibat langsung untuk memastikan seluruh komponen sistem sudah berjalan sesuai yang diinginkan, dengan dua variable, yaitu: Kemudahan penggunaan (ease of use) dan Kemanfaatan (usefulness). Cara melakukan uji coba dengan melakukan entry data pada program basis data yang baru, oleh petugas yang terlibat langsung dalam pengelolaan data pelaporan. Setelah mencoba petugas diminta memberi tanggapan dan saran masukan tentang sistem informasi baru tersebut.

Hasil

Pengembangan model basis data pada sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas berperan penting dalam sistem informasi, antara lain sebagai sumber penyedia data untuk memenuhi kebutuhan informasi bagi pengguna atau pengambil keputusan. Tahapan awal dalam pengembangan sebuah sistem adalah : deskripsi dan analisis masalah pada sistem yang sedang berjalan saat ini.

Dekripsi Sistem Informasi Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

Berdasarkan hasil indepth interview yang dilakukan kepada beberapa informan didapatkan hasil terkait deskripsi sistem pada sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas di Dinas Kesehatan

Kota Mojokerto berdasarkan komponen input, proses dan output. Pada komponen input jenis data faktor risiko kecelakaan yang tersedia adalah data usia, jenis kelamin, jenis pekerjaan korban, sedangkan data faktor risiko lainnya tidak tersedia. Sumber data pencatatan dan pelaporan yang sedang berjalan adalah hasil pencatatan rekam medik terkait data laporan kunjungan pasien rawat jalan di UGD Puskesmas dan IGD RS. Sumber daya manusia dalam sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas, dari segi kuantitas dan kualitas tidak terdapat tenaga yang mencatat dan melaporkan data faktor risiko kecelakaan. Selama ini yang sedang berjalan, kegiatan pencatatan dan pelaporan kasus kecelakaan dilakukan oleh petugas rekam medis.

Komponen proses pada sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas meliputi kegiatan pengumpulan data, kompilasi, pengolahan dan analisis data , interpretasi data tidak ditemukan kegiatan yang dikhususkan pada sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas. Kegiatan pada komponen proses yang sedang berjalan saat ini adalah untuk kegiatan pencatatan dan pelaporan kasus KLL yang masuk di ruang gawat darurat puskesmas maupun rumah sakit.

Komponen output pada sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas yang sedang berjalan saat ini menghasilkan laporan jumlah kasus kecelakaan. Namun untuk faktor risiko yang lainnya belum dapat ditemukan dalam output sistem yang sedang berjalan.

Berdasarkan analisis sistem pada program pencatatan dan pelaporan KLL di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto dapat disimpulkan bahwa perlu adanya pengembangan sistem informasi faktor risiko keeclakaan lalu lintas yang memuat

Page 141: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengembangan Sistem Informasi Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

122 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

informasi terkait faktor risiko kecelakaan lalu lintas berdasarkan data dari hasil pencetatan dan pelaporan korban kecelakaan lalu lintas di RS maupun Puskesmas.

Kebutuhan Data dan Informasi Pengembangan Sistem Informasi Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

Kegiatan identifikasi kebutuhan data dan informasi dilakukan dengan melihat ketersediaan data dan informasi pada sistem pencatatan dan pelaporan yang sedang berjalan saat ini, dimana terdapat beberapa variabel lama yang kembali dimunculkan untuk menghasilkan informasi yang baru, diantaranya adalah usia korban, jenis kelamin korban, dan jenis pekerjaan korban.

Hasil analisis diperoleh 12 jenis data dan 17 informasi yang dibutuhkan pada pengembangan sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas yang meliputi : data Id Kasus KLL, Id Korban KLL, Id Instansi, data usia korban KLL, data jenis kelamin korban KLL, data jenis pekerjaan korban KLL, data jenis cedera korban KLL, data konsumsi alkohol, data konsumsi obat, data penggunaan helm/safety belt, data jumlah korban KLL, dan data jumlah korban KLL MD.

PEMBAHASAN

Pengembangan Desain Sistem Informasi Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

Pengembangan sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas ini menggunakan tahapan pembuatan diagram konteks, DFD, Normalisasi data, dan Entity Relationship Diagram (ERD).

Gambar 1. Entity Relationship Diagram Pengembangan Sistem Informasi Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas

di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

Hasil Pengembangan Sistem Informasi Halaman depan dan pengisian fom sistem informasi FR. KLL

Sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas dikembangkan dengan menggunakan aplikasi PHP dan MySQL dengan hasil sebagai berikut :

Gambar 2. Halaman depan web sikatlantas.info

Gambar diatas adalah gambaran depan / halaman awal dari web hasil sistem informasi faktor risiko kecelakaan di dinas kesehatan kota mojokerto. Web ini dapat diakses oleh masyarakat umum dengan menggunakan komputer maupun handphone, sehingga memudahkan akses masyarakat terkait informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas Pada halaman

Page 142: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengembangan Sistem Informasi Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 123

depan terdapat tiga pilihan menu yang dapat diakses oleh pengguna secara umum yakni tab Home, Grafik / tabel dam Artikel.

Halaman untuk pengisian form dibuat terpisah dari halaman depan, dengan tujuan agar tidak dapat diakses oleh sembarang orang. Petugas pelapor dari masing – masing instansi membuka alamat http://sikatlantas.info/form, maka kemudia akan muncul halaman seperti pada gambar berikut Pada form tersebut petugas memasukkan data rekap hasil dari pencatatan yang dilakukan oleh petugas rekam medik. Form yang sudah terisi semua dengan lengkap maka petugas meng-klik tombol submit yang ada di bawah form maka data yang sudah di entry akan masuk ke dalam database dari sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas.

Pengolahan data

Data yang sudah dikumpulkan oleh masing – masing pelapor dari puskesmas atau rumah sakit akan dikumpulkan pada database sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas. Layanan ini hanya dapat diakes oleh seorang administrator yang ditunjuk oleh dinas kesehatan dan tidak dapat diakses oleh pelapor yang ada di puskemas atau rumah sakit. Petugas admin dapat membuka halaman khusus dengan memasukkan alamat www.sikatlantas.info/form/sikatlantas.php?sfm_adminpage=disp, Petugas admin kemudian memasukkan user name dan password yang sudah diberikan dan menekan tombol login dibawahnya, lalu akan muncul halaman dari admin yang berisikan data yang sudah dimasukkan oleh petugas pelapor dari puskesmas atau rumah sakit. Hasil pelaporan juga dapat diunduh dalam bentuk CSV file oleh admin dengan menekan export to CSV yang terletak di pojok kiri bawah.

Langkah selanjutnya admin membuka halaman cpanel dari halaman web tersebut dengan memasukkan alamat www.sikatlantas.info/cpanel, kemudian akan muncul halaman login cpanel admin kemudian memasukkan username dan password dan menekan tombol login, lalu akan muncul halaman depan dari cpanel. Pada halaman tersebut untuk dapat melakukan editing kode maka admin memilih dan menekan file manager pada tab file, kemudian akan muncul halaman dari file manager

Tampilan pada output yang berupa grafik maupun tabel yang dapat dilihat oleh masyarakat umum pada web www.sikatlantas.info tidak secara langsung berubah ketika data tersebut dimasukkan kedalam basisdata, sehingga perlu adanya proses editing coding untuk memunculkan atau merubah tampilan grafik secara berkala.

Bentuk Output

Output pengembangan sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas dapat dilihat pada halaman www.sikatlantas.info dan memilih pada tab grafik / tabel dan memilih untuk memunculkan data korban kecelakaan atau korban kecelakaan yang meninggal dunia, ketika dipilih dan di-klik makan akan muncul tampilan sebagai berikut.

Gambar 3. Halaman muka output sistem informasi Fr. Kecelakaan Lalu

lintas

Page 143: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengembangan Sistem Informasi Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

124 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Selain diagram batang, juga ada tampilan diagram pie untuk menujukkan jumlah proporsi masing – masing faktor risiko dan juga tabel frekuensi, dimana letaknya berada pada bawah diagram batang. Untuk menampilkan output faktor risiko yang lain dapat dipilih dan menekan salah satu pilihan faktor risiko pada bagian kiri dari gambar grafik

Uji Coba dan Evaluasi Sistem Informasi Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

Tahapan uji coba dilakukan kepada informan dalam hal ini 2 orang untuk puskesmas, 2 orang di RS dan 1 orang di dinas kesehatan kota Mojokerto. Tempat pelaksanaan adalah di puskesmas, RSU Dr. Wahidin Sudiro Husodo dan Dinas Kesehatan Kota Mojokerto. Informan dibekali dengan buku panduan (Manual Book) Sistem informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas. Evaluasi Sistem Informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan variable, yaitu: Kemudahan penggunaan (ease of use) dan Kemanfaatan (usefulness). Berdasarkan hasil kuesioner uji coba, semua informan peserta uji coba Sistem Informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas menyatakan bahwa untuk melakukan entry data pada form di web www.sikatlantas.info sudah cukup mudah, demikian pula untuk memanggil kembali data yang diinginkan serta melakukan analisi data, hanya saja membutuhkan waktu untuk menampilkan output, karena harus merubah / editing kode – kode HTML.

KESIMPULAN

Sistem informasi faktor risiko 1. kecelakaan lalu lintas saat ini di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto tidak ditemukan sistem informasi, yang ada adalah sistem pencatatan

dan pelaporan kasus kecelakaan lalu lintas, meliputi komponen input, proses dan output. Berdasarkan hasil analisis kebutuhan 2. data dan informasi, ditambahkan beberapa data untuk menghasilkan informasi baru, antara lain : data Id Kasus KLL, Id Korban KLL, Id Instansi, data usia korban KLL, data jenis kelamin korban KLL, data jenis pekerjaan korban KLL, data jenis cedera korban KLL, data konsumsi alkohol, data konsumsi obat, data penggunaan helm/safety belt, data jumlah korban KLL, dan data jumlah korban KLL MD.Perancangan desain sistem informasi 3. faktor risiko kecelakaan dimulai dengan membuat diagram konteks. Tahap pengembangan Sistem informasi faktor risiko kecelakaan yaitu merumuskan Data Flow Diagram (DFD). Model basis data yang digunakan pada Sistem informasi faktor risiko kecelakaan yaitu Entity Relationship Diagram (ERD) yang merupakan suatu model data yang dikembangkan berdasarkan obyek Penyusunan aplikasi dilakukan dengan 4. membuat database dengan XAMPP, setelah basisdata sudah dibuat maka kemudian membuat desain tampilan grafis dengan menggunakan aplikasi desain grafis nya. Berikut juga dengan form pengumpulan data dan tampilan grafik.Evaluasi Sistem Informasi faktor 5. risiko kecelakaan lalu lintas dengan menggunakan variable, yaitu: Kemudahan penggunaan (ease of use) dan Kemanfaatan (usefulness). Berdasarkan hasil kuesioner uji coba, semua informan peserta uji coba Sistem Informasi faktor risiko kecelakaan lalu lintas menyatakan bahwa untuk melakukan entry data pada form yang ada di web www.

Page 144: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengembangan Sistem Informasi Faktor Risiko Kecelakaan Lalu Lintas di Dinas Kesehatan Kota Mojokerto

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 125

sikatlantas.info/form sudah cukup mudah dan bermanfaat

DAFTAR PUSTAKA

Stodola, J., (2008) Traffic Accidents Information System And Risk Crash Evaluation. Reliability & Risk Analysis: Theory & Applications (R&RATA), 1, pp.78–85.

Holder Y, Peden M, Krug E, (2004) Injury surveillance guidelines. Geneva: World Health Organization.

Jogiyanto. H.M, (2009). Sistem Teknologi Informasi. Andi Offset. Yogyakarta

Departemen Perhubungan. (2006) Penyusunan Rencana Umum Keselamatan Transportasi Darat.

Page 145: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

126

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

MENGINTEGRASIKAN MENTAL ANTI KORUPSI KE DALAM PERKULIAHAN PADA PROGRAM STUDI MANAJEMEN

PENDIDIKAN PROGRAM PASCASARJANA (S2) UNIVERSITAS GRESIK

Marhamah1

1Universitas Islam Jakarta

ABSTRAK

Permasalahan korupsi di Indonesia telah menimbulkan skeptisisme pada semua kalangan,. Citra buruk akibat korupsi dapat menimbulkan kerugian dalam berbagai bidang., termasuk ketidakpercayaan pelaku bisnis terhadap birokrasi yang dapat menyebabkan investor enggan berinvestasi. Mahasiswa merupakan salah satu pihak yang menjadi target pemerintah dalam memberantas praktik korupsi di Indonesia. Saat ini ada sekitar 45 juta orang Indonesia yang sedang menjalani pendidikan, sehingga upaya pengembangan pendidikan anti korupsi di perguruan tinggi merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Penerapan kebijakan baru ini diharapkan akan bisa menjawab persoalan korupsi yang kian marak dan yang sudah merambah wilayah kampus.

Keywords: Pendidikan Anti Korupsi

PENDAHULUAN

Bangsa Indonesia adalah bagian dari masyarakat dunia, citra buruk akibat korupsi menimbulkan kerugian. Kesan buruk ini menyebabkan rasa rendah diri saat berhadapan dengan negara lain dan kehilangan kepercayaan pihak lain. Ketidakpercayaan pelaku bisnis dunia pada birokrasi mengakibatkan investor luar negeri berpihak ke negara-negara tetangga yang dianggap memiliki iklim

yang lebih baik. Kondisi seperti ini merugikan perekonomian dengan segala aspeknya di negara ini.

Hasil survei Transparency Internasional mengenai penilaian masyarakat bisnis dunia terhadap pelayanan publik di Indonesia. Memberikan nilai IPK (Indeks Persepsi Korupsi) sebesar 2,2 kepada Indonesia. Nilai tersebut menempatkan Indonesia pada urutan 137 dari 159 negara tersurvei. Survei Transparency International

Page 146: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Mengintegrasikan Mental Anti Korupsi ke Dalam Perkuliahan Pada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana (S2)...

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 127

Indonesia berkesimpulan bahwa lembaga yang harus dibersihkan menurut responden adalah: lembaga peradilan (27%), perpajakan (17%), kepolisian (11%), DPRD (10%), kementerian/departemen (9%), bea dan cukai (7%), BUMN (5%), lembaga pendidikan (4%), perijinan (3%), dan pekerjaan umum (2%). (Adnan Topan Husodo : 2008)

Permasalahan korupsi di Indonesia sudah sampai pada taraf menimbulkan skeptisime semua kalangan, termasuk mahasiswa. Oleh sebab itulah Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah melakukan penandatanganan nota kesepahaman bersama (MoU) tentang Kerja Sama dalam Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi. Ruang lingkup kerja sama ini meliputi Pendidikan Anti Korupsi (PAK), penelitian dan pengembangan, pertukaran data dan informasi, Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN), Program Pengendalian Gratifikasi (PPG), pengaduan masyarakat dan pengawasan serta penertiban barang milik negara.(Wayan 23 Januari 2013) http://www.warmadewa.ac.id/index.php/baca-artikel/7/Pendidikan-Antikorupsi-di-Perguruan-Tinggi

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) pernah menyebutkan ada enam belas perguruan tinggi negeri yang terlibat dalam proyek pengadaan sarana dan prasarana terkait dengan kasus korupsi Angelina Sondakh. Anggaran pengadaan sarana dan prasarana di 16 universitas negeri tersebut total bernilai Rp 600 miliar. Menurut data KPK, ke-16 perguruan tinggi negeri yang anggarannya dibagi di antara anggota DPR adalah Universitas Sumatera Utara sebesar Rp 30 miliar, Universitas Brawijaya sebesar Rp 30 miliar, Universitas Udayana sebesar Rp 30 miliar, Universitas Jambi sebesar

Rp 30 miliar, Universitas Negeri Jakarta sebesar Rp 45 miliar, Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya, Universitas Jenderal Soedirman sebesar Rp 30 miliar, Universitas Sriwijaya sebesar Rp 75 miliar, Universitas Tadulako sebesar 30 miliar, Universitas Haluoleo sebesar Rp 40 miliar, Universitas Nusa Cendana sebesar Rp 20 miliar, Universitas Pattimura sebesar 35 miliar, Universitas Papua sebesar 30 miliar, Universitas Negeri Sebelas Maret sebesar Rp 40 miliar, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa sebesar Rp 50 miliar, dan Institut Pertanian Bogor sebesar 40 miliar (Kompas.com, Rabu, 20 Juni 2012).

Saat ini ada sekitar 45 juta orang Indonesia yang sedang menjalani pendidikan, sehingga upaya pengembangan PAK di perguruan tinggi merupakan kebutuhan yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Penerapan kebijakan baru ini diharapkan akan bisa menjawab persoalan korupsi yang kian marak dan yang sudah merambah wilayah kampus.

Pengertian Korupsi

Kata “korupsi” berasal dari bahasa Latin “corruptio” (Fockema Andrea : 1951) atau “corruptus” (Webster Student Dictionary : 1960). Selanjutnya dikatakan bahwa “corruptio” berasal dari kata “corrumpere”, suatu bahasa Latin yang lebih tua. Dari bahasa Latin tersebut kemudian dikenal istilah “corruption, corrupt” (Inggris), “corruption” (Perancis) dan “corruptie/korruptie” (Belanda). Arti kata korupsi secara harfiah adalah kebusukan, keburukan, kebejatan, ketidakjujuran, dapat disuap, tidak bermoral, penyimpangan dari kesucian. Di Malaysia terdapat peraturan anti korupsi, dipakai kata “resuah” berasal dari bahasa Arab “risywah”, menurut Kamus umum Arab-Indonesia artinya sama dengan korupsi (Andi Hamzah: 2002).

Page 147: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Mengintegrasikan Mental Anti Korupsi ke Dalam Perkuliahan Pada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana (S2)...

128 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Istilah korupsi yang telah diterima dalam perbendaharaan kata bahasa Indonesia, adalah “kejahatan, kebusukan, dapat disuap, tidak bermoral, kebejatan dan ketidakjujuran”(S. Wojowasito-WJS Poerwadarminta: 1978). Pengertian lainnya, “perbuatan yang buruk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya” (WJS Poerwadarminta: 1976). Selanjutnya untuk beberapa pengertian lain, disebutkan bahwa (Muhammad Ali : 1998) : 1. Korup artinya busuk, suka menerima uang suap/sogok, memakai kekuasaan untuk kepentingan sendiri dan sebagainya; 2. Korupsi artinya perbuatan busuk seperti penggelapan uang, penerimaan uang sogok, dan sebagainya; dan 3. Koruptor artinya orang yang melakukan korupsi. Dengan demikian arti kata korupsi adalah sesuatu yang busuk, jahat dan merusak, berdasarkan kenyataan tersebut perbuatan korupsi menyangkut: sesuatu yang bersifat amoral, sifat dan keadaan yang busuk, menyangkut jabatan instansi atau aparatur pemerintah, penyelewengan kekuasaan dalam jabatan karena pemberian, menyangkut faktor ekonomi dan politik dan penempatan keluarga atau golongan ke dalam kedinasan di bawah kekuasaan jabatan.

Menurut Subekti dan Tjitrosoedibio dalam kamus hukum, yang dimaksud corruptie adalah korupsi, perbuatan curang, perbuatan curang, tindak pidana yang merugikan keuangan negara (Subekti dan Tjitrosoedibio : 1973). Selanjutnya Baharudin Lopa mengutip pendapat David M. Chalmers, menguraikan istilah korupsi dalam berbagai bidang, yakni yang menyangkut masalah penyuapan, yang berhubungan dengan manipulasi di bidang ekonomi, dan yang menyangkut bidang kepentingan umum. Hal ini diambil dari definisi yang berbunyi “financial manipulations and deliction injurious to

the economy are often labeled corrupt” (Evi Hartanti: 2008).

Bentuk-Bentuk Korupsi

Berikut dipaparkan berbagai bentuk korupsi yang diambil dari Buku Saku yang dikeluarkan oleh KPK atau Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK : 2006):

Kerugian Keuangan Negara 1. Bentuk perilaku yang dilakukan meliputi :

Melawan hukum dengan a. melakukan perbuatan memperkaya diri sendiri atau orang lain atau korporasi; Dengan tujuan menguntungkan b. diri sendiri atau orang lain atau korporasi, menyalahgunakan kewenangan, kesempatan atau sarana yang ada.

Suap menyuap2. Memberi atau menjanjikan sesuatu a. kepada Pegawai Negeri atau penyelenggara Negara dengan maksud supaya berbuat sesuatu atau tidak berbuat sesuatu dalam jabatannya;Memberi sesuatu kepada Pegawai b. Negeri atau penyelenggara Negara karena atau berhubungan dengan kewajiban, dilakukan atau tidak dilakukan dalam jabatannya; Memberi hadiah atau janji kepada c. Pegawai Negeri dengan mengingat kekuasaan atau wewenang yang melekat pada jabatan atau kedudukannya atau oleh pemberi hadiah/janji dianggap melekat pada jabatan atau kedudukan tersebut; Bagi Pegawai Negeri atau d. penyelenggara negara yang menerima pemberian atau janji; Bagi Pegawai Negeri atau e. penyelenggara negara yang

Page 148: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Mengintegrasikan Mental Anti Korupsi ke Dalam Perkuliahan Pada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana (S2)...

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 129

menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk menggerakan agar melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; Bagi Pegawai Negeri atau f. penyelenggara negara yang menerima hadiah, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah tersebut diberikan sebagai akibat atau disebabkan karena telah melakukan sesuatu atau tidak melakukan sesuatu dalam jabatannya, yang bertentangan dengan kewajibannya; Bagi Pegawai Negeri atau g. penyelenggara negara yang menerima hadiah atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan karena kekuasaan atau kewenangan yang berhubungan dengan jabatannya, atau yang menurut pikiran orang yang memberikan hadiah atau janji tersebut ada hubungan dengan jabatannya; Memberi atau menjanjikan h. sesuatu kepada hakim dengan maksud untuk mempengaruhi putusan perkara;Memberi atau menjanjikan i. sesuatu kepada advokat untuk menghadiri sidang pengadilan dengan maksud untuk mempengaruhi nasihat atau pendapat yang akan diberikan, berhubung dengan perkara; Hakim yang menerima hadiah j. atau janji, padahal diketahui atau patut diduga bahwa hadiah atau janji tersebut diberikan untuk memepengaruhi putusan perkara.

Penggelapan dalam jabatan3. Pegawai negeri atau orang selain a. pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan uang atau surat berharga yang disimpan karena jabatannya, atau uang/surat berharga tersebut diambil atau digelapkan oleh orang lain atau membantu dalam melakukan perbuatan tersebut; Pegawai negeri atau orang selain b. pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja memalsu buku-buku atau daftar-daftar yang khusus untuk pemeriksaan adminstrasi; Pegawai negeri atau orang selain c. pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja menggelapkan, merusakkan atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat atau daftar yang digunakan untuk meyakinkan atau membuktikan di muka pejabat yang berwenang, yang dikuasai karena jabatannya; Pegawai negeri atau orang selain d. pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau untuk sementara waktu, dengan sengaja membiarkan orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut; Pegawai negeri atau orang selain e. pegawai negeri yang ditugaskan menjalankan suatu jabatan umum secara terus menerus atau

Page 149: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Mengintegrasikan Mental Anti Korupsi ke Dalam Perkuliahan Pada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana (S2)...

130 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

untuk sementara waktu, dengan sengaja membantu orang lain menghilangkan, menghancurkan, merusakkan, atau membuat tidak dapat dipakai barang, akta, surat, atau daftar tersebut;

Pemerasan4. Pegawai negeri atau penyelenggara a. negara yang dengan maksud menguntungkan diri sendiri atau orang lain secara melawan hukum, atau dengan menyalahgunakan kekuasaannya memaksa seseorang memberikan sesuatu, membayar, atau menerima pembayaran dengan potongan atau untuk mengerjakan sesuatu bagi dirinya sendiri; Pegawai negeri atau penyelenggara b. negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima pekerjaan atau penyerahan barang, seolah-olah merupakan utang kepada dirinya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang; Pegawai negeri atau penyelenggara c. negara yang pada waktu menjalankan tugas, meminta atau menerima atau memotong pembayaran kepada Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kepada kas umum, seolaholah Pegawai negeri atau penyelenggara negara yang lain atau kas umum tersebut mempunyai utang kepadanya, padahal diketahui bahwa hal tersebut bukan merupakan utang

Perbuatan curang5. Pemborong, ahli bangunan yang a. pada waktu membuat bangunan, atau penjual bahan bangunan yang pada waktu menyerahkan bahan bangunan, melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan

keamanan orang atau barang, atau keselamatan negara dalam keadaan perang; Setiap orang yang bertugas b. mengawasi pembangunan atau menyerahkan bahan bangunan, sengaja membiarkan perbuatan curang Setiap orang yang pada waktu c. menyerahkan barang keperluan TNI atau Kepolisian Negara RI melakukan perbuatan curang yang dapat membahayakan keselamatan negara dalam keadaan perang; Setiap orang yang bertugas d. mengawasi penyerahan barang keperluan TNI atau Kepolisian Negara RI melakukan perbuatan curang dengan sengaja membiarkan perbuatan curang.

Benturan kepentingan dalam 6. pengadaanPerbuatan yang dilakukan misalnya, pegawai negeri atau penyelenggara negara baik langsung maupun tidak langsung dengan sengaja turut serta dalam pemborongan, pengadaan atau persewaan yang pada saat dilakukan perbuatan, untuk seluruh atau sebagian ditugaskan untuk mengurus atau mengawasinya.

Gratifikasi7. Setiap gratifikasi kepada pegawai negeri atau penyelenggara dianggap pemberian suap, apabila berhubungan dengan jabatannya dan yang berlawanan dengan kewajiban tugasnya.

Pendidikan Anti Korupsi (PAK)

Korupsi harus dipandang sebagai kejahatan luar biasa (extra ordinary crime) yang oleh karena itu memerlukan upaya luar biasa pula untuk memberantasnya. Upaya pemberantasan korupsi – yang terdiri dari dua bagian besar, yaitu (1) penindakan, dan (2) pencegahan –tidak

Page 150: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Mengintegrasikan Mental Anti Korupsi ke Dalam Perkuliahan Pada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana (S2)...

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 131

akan pernah berhasil optimal jika hanya dilakukan oleh pemerintah saja tanpa melibatkan peran serta masyarakat. Oleh karena itu tidaklah berlebihan jika mahasiswa –sebagai salah satu bagian penting dari masyarakat yang merupakan pewaris masa depan– diharapkan dapat terlibat aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Keterlibatan mahasiswa dalam upaya pemberantasan korupsi tentu tidak pada upaya penindakan yang merupakan kewenangan institusi penegak hukum. Peran aktif mahasiswa diharapkan lebih difokuskan pada upaya pencegahan korupsi dengan ikut membangun budaya anti korupsi di masyarakat. Mahasiswa diharapkan dapat berperan sebagai agen perubahan dan motor penggerak gerakan anti korupsi di masyarakat. Untuk dapat berperan aktif mahasiswa perlu dibekali dengan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya. Yang tidak kalah penting, untuk dapat berperan aktif mahasiswa harus dapat memahami dan menerapkan nilai-nilai anti korupsi dalam kehidupan sehari-hari.

Upaya pembekalan mahasiswa dapat ditempuh dengan berbagai cara antara lain melalui kegiatan sosialisasi, kampanye, seminar atau perkuliahan. Untuk keperluan perkuliahan dipandang perlu untuk membuat sebuah Buku Ajar yang berisikan materi dasar mata kuliah Pendidikan Anti Korupsi bagi mahasiswa. Pendidikan Anti Korupsi bagi mahasiswa bertujuan untuk memberikan pengetahuan yang cukup tentang seluk beluk korupsi dan pemberantasannya serta menanamkan nilai-nilai anti korupsi. Tujuan jangka panjangnya adalah menumbuhkan budaya anti korupsi di kalangan mahasiswa dan mendorong mahasiswa untuk dapat berperan serta aktif dalam upaya pemberantasan korupsi di Indonesia.

Buku Ajar Pendidikan Anti Korupsi ini berisikan bahan ajar dasar yang dapat dikembangkan sesuai dengan kondisi dan kebutuhan Perguruan Tinggi dan Program Studi masing-masing. Bahan ajar dasar yang dituliskan dalam buku ini terdiri dari delapan bab, yaitu: (1) Pengertian Korupsi, (2) Faktor Penyebab Korupsi, (3) Dampak Masif Korupsi, (4) Nilai dan Prinsip Anti Korupsi, (5) Upaya Pemberantasan Korupsi di Indonesia, (6) Gerakan, Kerjasama dan Instrumen Internasional Pencegahan Korupsi, (7) Tindak Pidana Korupsi dalam Peraturan Perundang-undangan, dan (8) Peranan Mahasiswa dalam Gerakan Anti Korupsi.

Mengintegrasikan Mental Anti Korupsi Ke Dalam Perkuliahan Pada Program Studi Managemen Pendidikan Program Pascasarjana (S2) Universitas Gresik

Dengan diterbitkannya Buku Ajar Pendidikan Anti Korupsi yang berisikan bahan ajar dasar, Pendidikan Anti Korupsi. Artinya strategi penyampaiannya sudah dirancang sedemikain rupa sehingga memudahkan bagi tutor untuk menyampaikannya dengan cara yang bervariasi.

PAK diberikan dalam satu 1. matakuliah yang utuh.Perkuliahan Pendidikan Anti Korupsi

dirancang untuk dilaksanakan sebanyak 14 – 16 kali pertemuan tatap muka atau selama satu semester. Setengah dari jadwal perkuliahan diisi dengan pemberian materi dasar bab 1 s/d bab 8. Setengah sisanya antara lain dapat diisi dengan: kuliah umum dari para tokoh pemberantasan korupsi, studi kasus, pemutaran film dan analisisnya, tugas investigasi, tugas observasi, tugas pembuatan makalah, tugas pembuatan prototipe teknologi yang terkait dengan pemberantasan korupsi, dan tugas-tugas lain yang disesuaikan

Page 151: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Mengintegrasikan Mental Anti Korupsi ke Dalam Perkuliahan Pada Program Studi Manajemen Pendidikan Program Pascasarjana (S2)...

132 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

dengan karakteristik Program Studi pada Perguruan Tinggi masing-masing.

Mengintegrasikan pada semua 2. matakuliah yang tersedia di perguruan tinggi masing-masing.Dalam mengintegrasikan bahan

ajar PAK pada matakuliah, dosen bisa mengambil sebagian dari bahan ajarnya, atau memberikan contoh-contoh yang ada pada buku PAK. Bisa juga dengan memutarkan video dan menganalisisnya. Hal ini disebabkan matakuliah Anti-korupsi yang bisa dikatakan lahir dari adanya fenomena semakin parahnya disintegritas dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, yang diindikasikan oleh terjadinya berbagai tindak korupsi yang tiada henti. Dampak korupsi yang telah terbukti melemahkan sumber daya, meresahkan kehidupan sosial, menggerogoti potensi negara-bangsa dan bahkan sudah menjadi masalah internasional, harus didiseminasikan kepada seluruh masyarakat melalui pendidikan; sehingga diharapkan akan menumbuhkan tekad bersama untuk menghentikan korupsi dimasa mendatang.

Bentuk PAK pada Perguruan Tinggi, berupa Matakuliah wajib sudah diterapkan oleh Univ Paramadina sejak th 2009, Matakuliah pilihan oleh ITB sejak th 2008, dan Beberapa Perguruan tinggi menerapkannya dengan disisipkan pada mata kuliah dan ada beberapa perguruan Tinggi telah melakukan PAK dalam bentuk sosialisasi/kampanye/seminar.

DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad (1993), Kamus Lengkap Bahasa Indonesia Modern, Jakarta : Pustaka Amani

Andrea, Fockema (1951), Rechtsgeleerd Handwoordenboek, Groningen – Djakarta, Bij J B

Wolter Uitgevermaatschappij, 1951 (Kamus Hukum, terjemahan), Bandung: BinaCipta

Hamzah, Andi (2002), Pemberantasan Korupsi Ditinjau Dari Hukum Pidana, Jakarta:Penerbit Pusat Hukum Pidana Universitas Trisakti

Hartanti, Evi (2008), Tindak Pidana Korupsi, Jakarta : Sinar Grafika

Husodo, Adnan Topan, Program Manager Informasi Publik.

Decentralization Thematic Team,“What is Decentralization?”,World Bank. http://www.ciesin.org/decentralization/ English/General/Different_forms.html.

Poerwadarminta, WJS (1976), Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka

Poerwadarminta, S. Wojowasito-WJS (1982), Kamus Lengkap Inggris-Indonesia Indonesia Inggris, Bandung : Penerbit Hasta.

Rahayu, Amin, Analis Informasi llmiah pada Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI, http://swaramuslim.net/SIYASAH/more.php?id=2222_0_6_0_M

Subekti dan Tjitrosoedibio (1973), Kamus Hukum, Jakarta : Pradnya Paramita

Webster Student Dictionary (1960).

Page 152: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

133

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

PENGARUH KEPEMIMPINAN DAN KOMPENSASI TERHADAP KINERJA KARYAWAN PT. PUTRASEAN RUBBER

INDUSTRI SURABAYA

Nur Cahyadi1

1Program Studi D3 Fisioterapi, STIKES Delima Persada Gresik, [email protected]

ABSTRAK

Keberhasilan dan kegagalan organisasi sebagaian besar ditentukan oleh pemimpin sesuai dengan wilayahnya dan seharusnya ia bertanggung jawab atas keberhasilan ataupun kegagagalan.Kompensasi menunjukkan hubungan (korelasi) dengan faktor kepemimpinan, sebab aspek-aspek penguatan kompensasi sangat dipengaruhi bagaimana pemimpin memahami pentingnya menghargai suatu usaha karyawan dan memeliharanya sebagai aset yang berharga

Penelitian ini menggunakan kepemimpinan dan kompensasi variabel independen (bebas), sedangkan kinerja sebagai variabel dependen (terikat). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh budaya organisasi dan komitmen organisasi terhadap kinerja. Analisis data pada penelitian ini menggunakan bantuan SPSS Versi 21. Sampel yang digunakan adalah karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya dimana jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 67 responden dengan menggunakan metode total sampling atau sampling jenuh. Pada pengujian secara individu/parsial didapatkan kedua variabel tersebut yang memiliki pengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan (Y) untuk variabel kepemimpinan (X1) memiliki nilai probabilitas signifikansi sebesar 0.000(<0.05) dengan nilai B sebesar 0,246. Sedangkan untuk variabel kompensasi (X2) juga berpengaruh signifikan terhadap variabel kinerja karyawan (Y) hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk kompensasi sebesar 0.000 (<0.05) dengan nilai B sebesar 0,763.

Hasil analisis berdasarkan uji F yang dilakukan menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan dan kompensasi secara bersama-sama mempunyai pengaruh signifikan positif terhadap variabel kinerja. Begitu juga berdasarkan uji t menunjukkan bahwa kepemimpinan dan kompensasi secara parsial masing-masing berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan/staff dengan variabel paling dominan berpengaruh adalah variabel kompensasi.

Keywords: kepemimpinan, kompensasi dan kinerja

Page 153: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya

134 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

PENDAHULUAN

Suatu organisasi dibentuk untuk mencapai suatu tujuan tertentu. Tujuan organisasi dapat berupa perbaikan pelayanan pelanggan, pemenuhan permintaan pasar, peningkatan kualitas produk atau jasa, meningkatkan daya saing, dan meningkatnya kinerja organisasi. Setiap organisasi, tim, atau individu dapat menentukan tujuannya sendiri. (Wibowo, 2016:12).

Karyawan sebagai makhluk sosial mempunyai sifat, keinginan, kepribadian dan minat serta tujuan yang berbeda-beda. Kondisi seperti ini selalu terjadi dalam kehidupan suatu organisasi. Karyawan dan pimpinan merupakan media untuk bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan organisasi, walaupun terdapat perbedaan kepentingan diantara masing-masing individu. Perbedaan kepentingan inilah yang sering menimbulkan ketidakcocokan antara dua atau lebih karyawan karena masing-masing karyawan mempunyai pola pikir yang berbeda dalam menjalankan pekerjaannya.

Keberhasilan suatu organisasi tidak lepas dari kualitas pemimpinnya, sebab pemimpin yang berkualitas itu mampu memanfaatkan sumber daya yang ada dalam perusahaan, memiliki kemampuan untuk mengarahkan kegiatan bawahan yang dipimpinnya, mengantisipasi segala perubahan yang terjadi secara tiba-tiba, dapat me ngkoreksi segala kelemahan-kelemahan yang ada, sanggup membawa organiasi kepada tujuan yang telah disepakati dalam jangka waktu yang telah ditetapkan

Kompensasi menunjukkan hubungan (korelasi) dengan faktor kepemimpinan, sebab aspek-aspek penguatan kompensasi sangat dipengaruhi bagaimana pemimpin

memahami pentingnya menghargai suatu usaha karyawan dan memeliharanya sebagai aset yang berharga. Kompensasi yang layak menimbulkan semangat individu untuk meningkatkan keahliannya, bahkan memperkuat komitmennya terhadap perusahaan, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kinerja individu dan kinerja perusahaan.

PT. Putrasean Rubber Industri merupakan perusahaan yang bergerak dibidang usaha pengolahan karet dan plastik seperti memproduksi gelang karet dan tali rafia. Dari hasil pengamatan terdapat beberapa karyawan yang tidak masuk kerja tanpa keterangan dan ada juga yang cuti kerja dan juga banyak karyawan yang terlambat dalam bekerja. Ketidakhadiran dan keterlambatan karyawan dalam bekerja dapat menyebabkan kinerja menurun. Hal ini dapat dijelskan bahwa jika karyawan tidak hadir dan terlambat dalam bekerja maka tugas yang dibebankan kepadanya akan terbengkalai atau tidak terselesaikan sesuai yang diharapkan. Disinilah peran pimpinan sangat dibutuhkan untuk memberikan ketegasan dan memberikan motivasi tinggi dalam bekerja untuk meningkatkan kinerja karyawan. Pemberian motivasi dapat berupa pemberian kompensasi yang layak bagi karyawan dengan harapan dapat meningkatkan kinerja. Dan sebaliknya kesalahan dalam penerapan sistem penghargaan akan berakibat timbulnya ketidakpuasan kerja dikalangan pekerja yang dapat menyebabkan turunya kinerja baik pekerja maupun organisasi yang ada didalamnya.

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah apakah kepemimpinan dan kompensasi secara simultan berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Putrasean Rubber Industri

Page 154: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 135

Surabaya?. Apakah kepemimpinan dan kompensasi secara parsial berpengaruh terhadap kinerja karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya?, dan Manakah diantara kepemimpinan dan kompensasi yang berpengaruh dominan terhadapa kinerja karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya?. Tujuan penelitian ini adalah Untuk menguji pengaruh kepemimpinan dan kompensasi secara baik simultan maupun parsial terhadap kinerja karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya serta Untuk mengetahui diantara kepemimpinan dan kompensasi yang berpengaruh dominan terhadap kinerja karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya. Manfaat penelitian ini adalah untuk penulis diharapkan mampu menjelaskan fenomena masalah yang diteliti sehigga mampu memberikan analisis komparatif antara teori dan fakta yang diperoleh dari hasil peneltiian. Bagi perusahaan diharapkan mampu menjelaskan hubungan dan manfaat bagi regulator yang mengeluarkan kebijakan terkait dengan penerapan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan perusahaan. Sedangkan bagi ilmu pengetahuan dapat digunakan acuan bagi penulis yang akan datang dalam bidang yang sama.

Perkembangan dan kemajuan suatu organisasi tidak dapat dipungkiri jika faktor kualitas manajemen kinerja memberikan pengaruh sebagai driven force (kekuatan pendorong) yang mampu memberikan percepatan ke arah sana. Kualitas kinerja yang baik tidak dapat diperoleh dengan hanya membalik telapak tangan namun itu harus dilakukan dengan kerja keras dan kedisiplinan yang tinggi, baik secara jangka pendek maupun jangka panjang.

Menurut Gary Yuki (2010) dalam buku (Wirawan, 2014:2) menjelaskan: Leadership is the process of influencing

others to understand and agree about what needs to be done and how to do it, and the process of facilitating individual and collective efforts to accomplish shared objective. “Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain untuk memahami dan setuju tentang apa yang perlu dilakukan dan bagaimana melakukannya, dan proses memfasilitasi upaya individu dan kolektif untuk mencapai tujuan bersama.“

Berdasarkan definisi diatas, Menurut Schermerhorn (2011) dalam buku (Emron Edison, Yohny Anwar dan Imas Komariyah,2016:111) bahwa kepemimpinan adalah proses menginspirasi orang lain untuk bekerja keras guna menyelesaikan tugas-tugas penting.

Menurut Emron Edison, Yohny Anwar dan Imas Komariyah (2016:154) Kompensasi merupakan bentuk imbalan (baik dalam bentuk uang maupun natura) yang diterima pegawai atau karyawan.atas usaha-usaha yang di hasilkannya. Menurut Wether dan Dabis (1996:379) dalam buku (Wibowo, 2016:289) mendefinisikan sebagai apa yang diterima pekerja sebagai pertukaran atas kontribusinya kepada organisasi. Di dalam kompensasi terhadap sistem insentif yang menghubungkan kompensasi dengan kinerja. Dengan kompensasi kepada pekerja diberikan penghargaan berdasarkan kinerja dan bukan berdasarkan senioritas atau jumlah jam kerja (Wehter dan Davis, 1996:408) dalam buku (Wibowo, 2016:290).

Kinerja merupakan hasil pekerjaan yang mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis organisasi, kepuasan konsumen dan memberikan kontribusi ekonomi (Armstrong dan Baron, 1998:15) dalam buku (Wibowo, 2016:2). Pengertian kinerja atau performance merupakan gambaran mengenai

Page 155: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya

136 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

tingkat pencapaian pelaksanaan suatu program kegiatan atau kebijakan dalam mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi organisasi yang dituangkan melalui perencanaan strategis suatu organisasi. Kinerja dapat diketahui dan diukur jika individu atau sekelompok karyawan telah mempunyai kreteria atau standar keberhasilan tolak ukur yang ditetapkan oleh organisasi. Oleh karena itu, jika tanpa tujuan dan target yang ditetapkan dalam pengukuran, maka kinerja pada seseorang atau kinerja organisasi tidak mungkin dapat diketahui bila tidak ada tolak ukur keberhasilannya.

Menurut Emron Edison, Yohny Anwar dan Imas Komariyah (2016:190) mengemukakan bahwa kinerja adalah hasil dari suatu proses yang mengacu dan di ukur selama periode waktu tertentu berdasarkan ketentuan atau kesepakatan yang telah di tetapkan sebelumnya.

Metode

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif kuantitatif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan mendeskripsikan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta dan sifat populasi tertentu, atau mencoba menggambarkan fenomena seacra detail (Lehmann, 1979) dalam buku (Muri Yusuf, 2014:62).

Penelitian ini dilakukan di PT. Putrasean Rubber Industri di Jl. Raya Mastrip 17-B Surabaya. Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri dari : objek atau subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2014:148). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya

sebanyak 67 orang (tidak termasuk Direktur).

Teknik penentuan sampel ini adalah sampling jenuh, yaitu teknik penentuan sampel bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel (Sugiyono, 2014:156). Sedangkan sampel penelitiannya adalah 67 (tidak termasuk direktur) orang yaitu semua populasi yang ada dan selanjutnya disebut sebagai responden.

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Kepemimpinan (X1), Kompensasi (X2). Sedangkan variabel terikat adalah Kinerja Karyawan (Y). Kepemimpinan adalah proses menginspirasi orang lain untuk bekerja keras guna menyelesaikan tugas-tugas penting (Schermerhorn, 2011) dalam buku (Emron Edison, Yohny Anwar dan Imas Komariyah, 2016:111). Adapun indikator kepemimpinan adalah sebagai berikut :

Memiliki strategi bisnis yang jelas 1. dan realistisStrategi bisnis dikomunikasikan 2. dengan baik kepada anggotaAnggota percaya terhadap pemimpin 3. dalam melakukan perubahan ke arah yang lebih baikMemberikan perhatian dan memotivasi 4. kerja anggota Peduli terhadap setiap permasalahan 5. yang dihadapi para anggotaMemperhatikan lingkungan dan 6. kenyamanan bekerjaMerangsang anggota untuk 7. memberkali diri dengan pengetahuan dan keahlian dalam usaha meningkatkan kompetensiMerangsang anggota untuk memiliki 8. tekad dalam menyelesaikan tugas dengan tuntasMengajak seluruh anggota untuk 9. berorientasi pada kualitas

Page 156: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 137

Mengajak anggota untuk bekerja 10. dalam tim yang solid dan harmonisMenyelesaikan setiap konflik antar 11. anggota dengan baikMenghargai setiap perbedaan pendapat 12. untuk tujuan yang lebih baikMengajak seluruh anggotanya 13. untuk menghormati perbedaan dan keyakinan.

Menurut Emron Edison, Yohny Anwar dan Imas Komariyah (2016:154) Kompensasi merupakan bentuk imbalan (baik dalam bentuk uang maupun natura) yang diterima pegawai atau karyawan.atas usaha-usaha yang di hasilkannya. Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur kompensasi dalam buku (Emron Edison, Yohny Anwar dan Imas Komariyah, 2016:165) adalah sebagai berikut:

Normatif1. Upah sudah memenuhi unsur a. minimal yang ditetapkan oleh pemerintahTunjangan jabatan yang ada sesuai b. dengan bobot kerja dan tanggung jawab yang di emban.Upah yang dibagikan telah sesuai c. dengan prestasi yang dihasilkanMendapatkan tunjangan-d. tunjangan lain (misalnya, tunjangan lauk pauk) yang bersifat tetap setiap bulan, tanpa mengurangi UMK.Mendapatkan tunjangan kesehatan e. (BPJS) sesuai dengan ketentuan sesua dengan ketentungan yang diatur dalam perundang-undangan.Mendapatkan tunjangan hari f. raya/keagamaan sesuai dengan ketentuan perundang-undangan.

Kebijakan2. Mendapatkan tunjangan makan a. setiap masuk kerja

Mendapatkan tunjangan transportasi b. setiap masuk bekerjaMendapatkan tunjangan insentif c. jika memenuhi target yang sudah ditetapkanSetiap tahun menerima tunjangan d. jasa produksiMemberikan bonus yang dilakukan e. secara proporsional dan adilMendapatkan uang cuti tahunan f. dari perusahaanSetiap tahun berlibur bersama g. seluruh anggota

Kinerja adalah hasil dari suatu proses yang dilakukan oleh karyawan mengacu dan diukur selama periode waktu tertentu berdasarkan ketentuan atau kesepakatan yang telah ditetapkan sebelumnya (Edison, Yohny Anwar dan Imas Komariyah, 2016:190). Adapun indikator yang digunakan untuk mengukur kinerja dalam buku (Emron Edison, Yohny Anwar dan Imas Komariyah, 2016:206) adalah sebagai berikut:

Fokus terhadap target1. Menantang dan realistis2. Memenuhi kuantitas3. Kualitas sesuai dengan standar yang 4. sudah ditetapkanAnggota memiliki komitmen tentang 5. kualitasMemiliki prosedur tentang pencapaian 6. kualitasPekerjaan selesai tepat waktu7. Anggota berkomitmen terhadap 8. pentingnya ketepatan waktuDilakukan dengan cara yang benar9. Transparan dan dapat dipertanggung 10. jawabkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

Penelitian ini mengangkat permasalahan mengenai pengaruh kepemimpinan dan kompensasi terhadap

Page 157: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya

138 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

kinerja karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya. Responden yang digunakan sebanyak 67 responden. Para responden yang telah melakukan pengisian kuesioner kemudian akan diidentifikasi berdasarkan usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan masa kerja.

Berikut data responden berdasarkan karakteristik usia, jenis kelamin, pendidikan terakhir dan masa kerja.

Tabel 1. Karakteristik respondenJenis N %

Jenis KelaminLaki-LakiPerempuanTotal

Usia ≤ 25 tahun26-30 tahun31-35 tahun36-40 tahun> 40 tahunTotal

Pendidikan Terakhir SMPSMAD3SI/D-IVMagister (S2)Total

Masa Kerja < 1 tahun1-5 tahun6-10 tahun11-15 tahun> 15 tahunTotal

521567

1025275067

341185067

0183811067

77,622,4100

14,937,340,37,50

100

4,561,126,97,50

100

026,956,716,4

0100

Sumber : Data primer (2017, diolah)

Jenis kelamin secara umum dapat memberikan perbedaan pada perilaku seseorang. Dalam suatu bidang kerja jenis kelamin seringkali dapat menjadi pembeda aktivitas yang dilakukan oleh individu. Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden terbanyak adalah laki-laki yaitu sebanyak 52 responden (77,6%) dibandingkan dengan perempuan yang hanya 15 responden

(22,4%). Berdasarkan data di atas bahwa karyawan jenis kelamin laki-laki sebagai proporsi yang lebih besar dibanding dengan karyawan dengan jenis kelamin perempuan di PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya. Hal ini disebabkan bahwa mayoritas karyawan pada bagian produksi berjenis kelamin laki-laki dengan usia produktif.

Usia dalam keterkaitannya dengan perilaku individu di lokasi kerja biasanya adalah sebagai gambaran akan pengalaman dan tanggung jawab individu. Berdasarkan tabel 4.2 di atas dapat diketahui bahwa untuk usia responden yang terbanyak adalah usia 31-35 tahun yaitu sebanyak 27 responden (40,3%), diikuti dengan usia reponden 26-30 tahun yaitu sebanyak 25 responden (37,3%), untuk usia 36-40 tahun sebanyak 7 responden (40%), usia ≤25 tahun sebanyak 10 responden (14,9%) dan usia 36-40 tahun sebanyak 5 responden (7,5%). Berdasarkan data di atas menunjukkan bahwa mayoritas karyawan berusia 31-35 tahun dan tergolong sebagian besar berusia muda, dan usia yang sangat produktif.

Pendidikan seringkali dipandang sebagai satu kondisi yang mencerminkan kemampuan seseorang. Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan data bahwa jumlah responden yang terbanyak adalah dari kelompok responden yang berpendidikan SMA yaitu sebanyak 41 responden (61,1%) dari jumlah responden. Untuk responden dengan tingkat pendidikan D3 yaitu sebanyak 18 orang (26,9%), sedangkan tingkat pendidikan S1/D-IV sebanyak 5 responden (7,5%), untuk pendidikan SMP sebanyak 3 responden (4,5%). Hal ini menunjukkan bahwa karyawan mayoritas masih berpendidikan SMA, sedangkan untuk lulusan Diploma, dan Sarjana pada posisi di administrasi dan struktural.

Page 158: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 139

Berdasarkan karakteristik responden menurut masa kerja akan dapat dilihat berapa lama para responden bekerja sebagai karyawan PT. Putrasean Rubber Industri, menunjukkan bahwa responden yang paling banyak adalah responden dengan masa kerja 6-10 tahun dengan jumlah 38 responden (56,7%). Untuk responden dengan masa kerja 1-5 tahun sebanyak 18 responden (26,9%), responden dengan masa kerja 11-15 tahun sebanyak 11 responden (16,4%).

Uji Validitas

Uji instrumen dilakukan terhadap indikator dari masing-masing variabel agar dapat diketahui tingkat kevalidan dan keandalan indikator sebagai alat ukur variabel. Uji instrumen terdiri dari validitas dan reliabilitas.

Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Imam Ghozali, 2013:52). Jadi validitas ingin mengukur apakah pertanyaan atau pernyataan dalam kuesioner yang sudah dibuat betul-betul dapat mengukur apa yang hendak kita ukur. Cara yang digunakan adalah dengan analisa item, dimana setiap nilai yang ada pada setiap butir pertanyaan dikorelasikan dengan nilai total seluruh butir pertanyaan untuk suatu variabel dengan menggunakan rumus korelasi product moment. Uji signifikansi dilakukan dengan membandingkan nilai r hitung dengan r tabel untuk degree of freedom (df) = n-2, dalam hal ini n adalah jumlah sempel. Pada penelitian ini jumlah sempel (n) = 67 dan besarnya df dapat dihitung 67-2 = 65 dengan df=65 dan alpha = 0.05 di dapat r tabel = 0,244, sehinggasyarat minimum untuk dianggap valid adalah nilai r hitung ≥ 0,244.

Untuk menguji apakah masing-masing indikator valid atau tidak, bisa dilihat dari tampilan output Combach Alpha pada kolom Correlated Item-Total Correlation bandingkan dengan hasil perhitungan r table = 0,244 (Imam Ghozali, 2013: 53). Tingkat kevalidan indikator atau kuesioner dapat ditentukan, apabila r hitung> r tabel = Valid, dan r hitung< r tabel = Tidak Valid. Hasil validitas selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Variabel Indikator r hitung r tabel KeteranganKepemimpinan (X1)

X11 0,758 0,244 ValidX12 0,697 ValidX13 0,513 ValidX14 0,803 ValidX15 0,716 ValidX16 0,689 ValidX17 0,746 ValidX18 0,740 ValidX19 0,715 ValidX110 0,524 ValidX111 0,789 ValidX112 0,534 ValidX113 0,637 Valid

Kompensasi (X2)

X21 0,719 0,244 ValidX22 0,645 ValidX23 0,675 ValidX24 0,490 ValidX25 0,747 ValidX26 0,667 ValidX27 0,654 ValidX28 0,558 ValidX29 0,750 ValidX210 0,658 ValidX211 0,670 ValidX212 0,697 ValidX213 0,620 Valid

Kinerja (Y)

Y1 0,449 0,244 ValidY2 0,744 ValidY3 0,674 ValidY4 0,618 ValidY5 0,510 ValidY6 0,745 ValidY7 0,672 ValidY8 0,635 ValidY9 0,715 ValidY10 0,610 Valid

Dari Tabel 2 hasil uji validitas di atas memperlihatkan nilai r hitung setiap indikator variabel kepemimpinan, kompensasi dan kinerja lebih besar dibanding nilai r tabel (r hitung> r tabel).

Page 159: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya

140 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Dengan demikian indikator atau kuesioner yang digunakan oleh masing-masing variabel kepemimpinan, kompensasi dan kinerja dinyatakan valid untuk digunakan sebagai alat ukur variabel.

Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indikator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliabel atau handal jika jawaban seseorang terhradap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari waktu ke waktu (Imam Ghozali, 2013: 47). Pengukuran reliabilitas dapat dilakukan dengan cara one shott atau pengukuran sekali saja, dimana pengukurannya hanya sekali dan kemudian dibandingkan dengan pernyataan lain atau mengukur korelasi antar jawaban pertanyaan. SPSS memberikan fasilitas untuk mengukur reliabilitas dengan uji statistik Cronbach Alpha ( α ). Suatu konstruk atau variabel dikatakan reliabel jika memberikan nilai Conbach Alpha > 0,70 (Nunnally, 1994) dalam buku Imam Ghozali (2013:48). Hasil uji reliabilitas selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3. Hasil Reliabilitas

Variabel Cronbach’s Alpha

Standar Reliabilitas Keterangan

Kepemimpinan (X1) 0,930 0,700 Reliabel

Kompensasi (X2) 0,921 0,700 Reliabel

Kinerja (Y) 0,895 0,700 ReliabelSumber : Data primer (2017, diolah)

Nilai cronbach’s alpha semua variabel lebih besar dari 0,70, sehingga dapat disimpulkan indikator atau kuesioner yang digunakan variabel kepemimpinan, kompensasi dan kinerja, semua dinyatakan handal atau dapat dipercaya sebagai alat ukur variable.

Pengujian Hipotesis

Hasil Pengujian Hipotesis Pertama 1. dengan Uji Signifikansi Parameter Bersama/Simultan (Uji Statistik F)Berdasarkan dari hasil analisis dengan

menggunakan program SPSS maka diperoleh hasil regresi sebagai berikut :

Tabel 4. Hasil Uji Signifikansi Parameter Simultan (Uji Statistik F)

ANOVAa

Model Sum of Squares

Df Mean Square

F Sig.

1Regression 51,816 2 25,908 3034,868 ,000b

Residual ,546 64 ,009Total 52,363 66

a. Dependent Variable: Kinerjab. Predictors: (Constant), Kompensasi, Kepemimpinan

Berdasarkan hasil pengujian hipotesis pada tabel 4.9 di atas diperoleh besarnya nilai signifikansi uji simultan (uji F) dapat diperoleh hasil nilai signifikansi sebesar 0.000, dimana nilai sig. Kurang dari 0.05 ( < 0.05). adapun nilai sig. Uji simultan adalah sebesar 0.000. Dengan demikian bahwa secara simultan variabel kepemimpinan dan kompensasi berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Putrasean Rubber Industri. Hipotesis yang menyatakan bahwa kepemimpinan dan kompensasi secara simultan atau secara bersama-sama berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja karyawan PT. Putrasean Rubber Industri dapat dinyatakan diterima.

Hasil Pengujian Hipotesis Kedua 2. dengan Uji Signifikansi Parameter Individual/Parsial (Uji Statistik t)Berdasarkan dari hasil analisa dengan

menggunakan program SPSS maka diperoleh hasil sebagai berikut :

Tabel 5. Hasil Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Page 160: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 141

Coefficientsa

Model Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig.

B Std. Error

Beta

1(Constant) ,006 ,042 ,144 ,886Kepemimpinan ,246 ,057 ,255 4,282 ,000Kompensasi ,763 ,061 ,744 12,511 ,000

a. Dependent Variable: Kinerja

Dari kedua variabel independen yakni kepemimpinan dan kompensasi yang dimasukkan kedalam model regresi, baik variable kepemimpinan dan kompensasi dapat dinyatakan signifikan. Hal ini dapat dilihat dari probabilitas signifikansi untuk kepemimpinan sebesar 0.000 dengan nilai beta (B) sebesar 0.246, karena nilai probabilitas signifikansi variabel kepemimpinan kurang dari 0.05. begitu juga dengan variabel kompensasi dapat dinyatakan signifikan, karena nilai probabilitas signifikansi variabel kompensasi kurang dari 0.05 yaitu sebesar 0.000 dengan nilai beta (B) sebesar 0,763. Dari sini dapat disimpulkan bahwa secara parsial variabel kinerja dipengaruhi oleh variabel kepemimpinan dan variabel kompensasi. Dengan demikian bahwa variabel kepemimpinan (X1) secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja (Y) karyawan PT. Putrasean Rubber Industri. Begitu juga dengan variabel kompensasi (X2) mempunyai nilai signifikansi sebesar 0.000, dimana nilai yang didapat tersebut kurang dari α (0.05) hal ini membuktikan bahwa variabel kompensasi (X2) secara parsial juga berberpengaruh terhadap kinerja (Y) karyawan PT. Putrasean Rubber Industri. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa kepemimpinan dan kompensasi secara parsial berpengaruh signifikan positif terhadap kinerja karyawan PT. Putrasean Rubber Industri dapat dinyatakan diterima.

Hasil Pengujian Hipotesis Ketiga 3. variabel yang paling dominan.Berdasarkan hasil penelitian pada

tabel 4.8 dapat dikatakan bahwa variabel kompensasi mempunyai pengaruh lebih dominan jika dibandingkan dengan variabel kepemimpinan. Besarnya nilai dapat dilihat dari koefisien nilai B dimana nilai variabel kompensasi sebesar 0.763 sedangkan untuk variabel kepemimpinan sebesar 0.246 sehingga dapat dinyatakan semakin besar nilai kompensasi yang diberikan kepada karyawan yang bernilai positif maka semakin meningkatkan kinerja karyawan, dan sebaliknya jika semakin rendah kompensasi yagn diberikan (bernilai negatif) yang diberikan oleh karyawan maka semakin menurunkan kinerja karyawan. Dengan demikian hipotesis ketiga bahwa dari ke dua variabel bebas yaitu variabel kepemimpinan dan kompensasi yang mempunyai pengaruh paling dominan adalah variabel kompensasi.

Analisis Persamaan Regresi Linear Berganda

Analisis regresi digunakan untuk menguji hipotesis tentang pengaruh secara parsial variabel bebas terhadap variabel terikat. Dalam proses mencari pengaruh antara variabel kepemimpinan (X1) dan kompensasi (X2) terhadap kinerja karyawan PT. Putrasean Rubber Industri serta untuk menguji dan membuktikan kebenaran atas hipotesis penelitian yang diajukan, maka hal tersebut dapat diketahui dengan cara melakukan penganalisaan data dengan analisis regresi linier berganda. Berdasarkan estimasi regresi berganda dengan menggunakan program SPSS 21.0 diperoleh hasil seperti tabel 4.10 berikut :

Page 161: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya

142 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Tabel 6. Tabulasi Nilai Hasil Analisis Regresi

Model Unstrandardized Coefficients Standardized Coefficients t hitung Sig.

b0 : Konstanta 0,006 0,144 0,886b1 : Kepemimpinan (X1) 0,246 0,255 4,282 0,000b2 : Kompensasi (X2) 0,763 0,744 12,511 0,000

Adjusted R square : 0.98,9

Sumber : Data primer (2017, diolah)

Sesuai dengan model analisis yang digunakan, yaitu regresi linier berganda, maka dapat dilakukan analisis dengan rumus umum :

Y = b0 + b1.X1 + b2.X2+ eY = 0,006 + 0,246.X1 + 0,763.X2

Dimana :Y = Kinerjab0 = Konstantax1 = Kepemimpinanx2 = Kompensasib1.b2 = Koefisien Regresie = Variabel pengganggu

Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi merupakan besaran yang menunjukkan kemampuan variabel independen dalam menerangkan variabel dependen, dengan kata lain, koefisien determinasi digunakan untuk mengukur seberapa jauh variabel-variabel bebas dalam menerangkan variabel terikatnya. Nilai koefisien determiasi ditentukan dengan nilai Adjusted R Square sebagaimana dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 7. Koefisien DeterminasiModel Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

1 ,995a ,990 ,989 ,09239a. Predictors: (Constant), Kompensasi, Kepemimpinanb. Dependent Variable: Kinerja

Hasil perhitungan regresi dapat diketahui bahwa koefisien determinasi (Adjusted R2) yang diperoleh sebesar

0.989. Hal ini berarti 98,9% variasi variabel kinerja dapat dijelaskan oleh variabel kepemimpinan dan kompensasi, sedangkan sisanya (100% - 98,9% ) yaitu sebesar 1,1% diterangkan oleh variabel lain yang tidak diajukan dalam penelitian ini. Hal tersebut menunjukkan bahwa variabel kepemimpinan (X1) dan kompensasi (X2) mampu memberikan kontribusi terhadap variabel kinerja PT. Putrasean Rubber Industri

KESIMPULAN

Dari pembahasan yang telah diuraikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa kepemimpinan dan kompensasi secara simultan berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Putrasean Rubber Industri. Kepemimpinan dan kompensasi secara parsial berpengaruh signifikan terhadap kinerja karyawan PT. Putrasean Rubber Industri. Serta diantara variabel kepemimpinan dan kompensasi yang mempunyai pengaruh signifikan dominan terhadap kinerja karyawan PT. Putrasean Rubber Industri adalah variabel Kompensasi.

Adapun saran-saran dapat diajukan dalam penelitian ini adalah agar kinerja karyawan dapat ditingkatkan secara optimal maka pimpinan harus memberikan kompensasi yang layak untuk meningkatkan semangat dan motivasi bekerja yang akan meningkatkan juga kinerja perusahaan. Untuk mempertahankan dan meningkatkan

Page 162: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 143

kinerja dapat dilakukan melalui program pengawasan, serta membangun kerja sama tim yang baik dan penjelasan akan pentingnya arti disiplin terhadap pencapaian tujuan organisasi melalui kegiatan seperti outbond. Pimpinan hendaknya memberikan penghargaan untuk pegawai yang berprestasi dan memacu minat pegawai yang belum berprestasi untuk lebih giat dalam bekerja sehingga mereka juga akan mendapatkan penghargaan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Aisah, Siti; Jamilah, Siti; Kristiningsih. 2014. Metode Penelitian Untuk Ilmu Ekonomi. Universitas Wijaya Kusuma: Surabaya

Amir, Muhammad Faisal. 2015. Memahami Evaluasi Kinerja Karyawan Konsep dan Penilaian Kinerja di Perusahaan. Mitra Wacana Media : Jakarta

Arikunto, Suharsimi. 2013. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. PT. Rineka Cipta : Jakarta.

----------. 2013. Manajemen Penelitian. PT. Rineka Cipta : Jakarta.

Boediono; Koster, Wayan. 2014. Teori dan Aplikasi Statistika dan Probabilitas. PT. Remaja Rosdakarya: Bandung

Edison, Emron. Anwar, Yohny. Komariyah, Imas. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia : Strategi dan Perubahan Dalam Rangka Meningkatkan Kinerja Pegawai dan Organisasi. Alfabeta : Bandung

Fahmi, Irham. 2014. Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi. Alfabeta : Bandung

----------. 2016. Manajemen Kepemimpinan Teori & Aplikasi. Alfabeta : Bandung

----------. 2016. Manajemen Sumber Daya Manusia Teori dan Aplikasi. Alfabeta : Bandung

----------. 2016. Pengantar Manajemen Sumber Daya Manusia Kosep & Kinerja. Mitra Wacana Media : Jakarta

Ghozali, Imam. 2009. Analisis Multivariate Lanjutan dengan Program SPSS. Badan Penerbit Unirversitas Diponegoro : Semarang

----------. 2011. Aplikasi Analisis Mulitvariate dengan Program IBM SPSS 19. Badan Penerbit Unirversitas Diponegoro : Semarang

----------. 2013. Aplikasi Analisis Mulitvariate dengan Program IBM SPSS 21 Update PLS Regresi. Badan Penerbit Unirversitas Diponegoro : Semarang

Handoko, T. Hani. 2009. Manajemen Edisi 2. BPFE : Yogyakarta

Jogiyanto. 2008. Metodologi Penelitian Sistem Informasi. CV. Andi Offset : Yogyakarta

Mangkunegara, Anwar Prabu. 2014. Evaluasi Kinerja SDM. PT. Refika Aditama : Bandung

Moeheriono. 2012. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi Edisi Revisi. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta

Mulyadi. 2015. Manajemen Sumber Daya Manusia (MSDM). In Media : Bogor

Mulyadi, Deddy. 2015. Perilaku Organisasi dan Kepemimpinan Pelayanan. Alfabeta : Bandung

Murti, Bhisma. 2013. Desain dan Ukuran Sampel untuk Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif di Bidang Kesehatan. Gadja Mada University Press: Yogyakarta

Nawawi, Hadari. 2010. Perencanaan SDM untuk Organisasi Profit yang Kompetitif. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta

Page 163: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Pengaruh Kepemimpinan dan Kompensasi Terhadap Kinerja Karyawan PT. Putrasean Rubber Industri Surabaya

144 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Northouse, Peter G. 2016. Kepemimpinan Teori dan Praktik Edisi Keenam. PT. Indeks : Jakarta

Rivai, Veithzal. Sagala, Ella Jauvani. 2010. Manajemen Sumber Daya Manusia untuk Perusahaan dari Teori ke Praktik. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta

Santoso, Singgih. 2011. Mastering SPSS Versi 19. PT. Elex Media Komputindo: Jakarta

----------. 2016. Panduan Lengkap SPSS Versi 23. PT. Elex Media Komputindo: Jakarta

Sunyoto, Danang. 2012. Validitas dan Reliabilitas. Nuha Medika : Yogyakarta

Sugiyono. 2011. Statistik untuk Penelitian. Alfabeta : Bandung

----------. 2014. Metode Penelitian Manajemen. Alfabeta : Bandung

----------. 2015. Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta : Bandung

Tim Penyusun, 2014. Panduan Penulisan Skripsi. Fakultas Ekonomi Universitas Darul ‘Ulum: Jombang

Trihendradi, C. 2013. Step by Step IBM SPSS 21: Analisis Data Statistik. CV. Andi Offset: Yogyakarta

Umar, Husein. 2010. Desain Penelitian MSDM dan Perilaku Karyawan. PT. Rajagrafindo Persada: Jakarta

Wibowo. 2016. Manajemen Kinerja Edisi Kelima. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta

Widarjono, Agus. 2015. Statistika Terapan dengan Excel & SPSS. UPP STIM YKPN: Yogyakarta

Wirawan. 2014. Kepemimpinan : Teori, Psikologi, Perilaku Organisasi, Aplikasi dan Penelitian. PT. RajaGrafindo Persada : Jakarta

Yusuf, A. Muri. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif & Penelitian Gabungan. Prenadamedia Group : Jakarta.

Page 164: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

145

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

PENERAPAN METODE TANYA JAWAB PENDEKATAN INDIVIDU UNTUK MENGATASI KESULITAN MAHASISWA S1 GIZI DALAM

MATERI TATA NAMA SENYAWA

Norainny YunitasariSTIKES Delima Persada Gresik, e-mail: [email protected]

ABSTRAK

Tata nama senyawa adalah salah satu materi kimia yang harus dipahami oleh mahasiswa S1 Gizi. Materi ini penting untuk mengenal senyawa-senyawa kimia apa saja yang terkandung di dalam makanan. Hal ini dikarenakan setiap senyawa kimia memiliki sifat dan jenis reaksi masing-masing. Berdasarkan hasil post test dan survey ke mahasiswa S1 Gizi yang telah mendapatkan materi tata nama senyawa ternyata masih banyak yang merasa kesulitan dalam menentukan nama dari senyawa kimia. Oleh karena itu dilakukanlah Penelitian Tindakan Kelas pada pembelajaran tata nama senyawa kimia. Setelah dilakukan Penelitian Tindakan Kelas sebanyak dua siklus ternyata mendapatkan kemajuan bagi mahasiswa S1 Gizi. Ini dilihat dari hasil tes akhir dan tanggapan mereka mengenai menentukan nama dari senyawa kimia.

Kata kunci: Tata nama senyawa, Penelitian Tindakan Kelas dan Metode tanya jawab pendekatan individu.

PENDAHULUAN

Tata nama senyawa adalah aturan untuk mendapatkan nama-nama senyawa kimia secara sistematik. Tata nama senyawa yang sering digunakan oleh seluruh dunia adalah tata nama senyawa yang dikembangkan oleh International Union of Pure and Applied Chemistry (IUPAC). Menurut aturan IUPAC, tata nama senyawa dalam kimia digolongkan ke dalam 2 kelompok, yaitu tata nama senyawa organik dan tata nama senyawa

anorganik. Suatu senyawa kimia ada 2 macam jika didasarkan pada penyusunnya, yaitu senyawa kimia yang tersusun oleh atom logam dan atom non logam, serta ada lagi senyawa yang tersusun oleh atom nonlogam dengan atom non logam. Dua jenis senyawa ini memiliki cara dalam menentukan nama senyawa masing-masing. Tujuan utama tata nama senyawa adalah untuk memastikan ketidakadaan keambiguan mengenai penamaan senyawa kimia dengan mengacu pada setiap nama kimia harus merujuk zat tunggal.

Page 165: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Penerapan Metode Tanya Jawab Pendekatan Individu Untuk Mengatasi Kesulitan Mahasiswa S1 Gizi Dalam Materi Tata Nama Senyawa

146 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

Dalam mempelajari tata nama senyawa, mahasiswa harus paham dalam membaca tabel periodik. Dari tabel periodik, kita dapat mengetahui nama-nama kimia dari zat tunggal, bilangan oksidasi dan sifat dari zat tunggal (logam atau non logam). Jadi dapat dikemungkinkan kalau mahasiswa kesulitan dalam membaca tabel periodik, maka mereka akan mendapat kesulitan juga menentukan tata nama senyawa.

Nilai rata-rata post test dari kuliah kimia dasar di program studi S1 gizi pada materi tata nama senyawa adalah sebesar 62,67, dengan nilai tertinggi sebesar 76 dan nilai terendah sebesar 52. Dari hasil post test ini mendorong dilaksanakannya Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini dilakukan karena kemampuan mahasiswa dalam memberi nama suatu senyawa kimia dirasa penting untuk memudahkan mereka dalam memperlajari dan mendalami ilmu gizi secara molekulernya. Selain dari dasar nilai post test, penelitian ini dilakukan karena atas dasar pernyataan para mahasiswa tentang kesulitannya dalam praktik memberi nama suatu senyawa. Banyaknya kesulitan yang dialami mahasiswa dalam menentukan tata nama dari suatu senyawa kimia dikarenakan pada latar belakang mahasiswa yang tidak semua berasal dari backgroud IPA. Jadi mereka belum mengenal teori-teori dasar dari kimia dasar, seperti tentang atom, penggolongan materi dan tentang tabel periodik.

METODE PENELITIAN

Desain penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah tindakan yang dilakukan di kelas dengan tujuan memperbaiki/meningkatkan mutu praktik pembelajaran (Permana, 2010). PTK adalah penelitian yang bisa dilakukan

bersiklus-siklus sampai tercapainya tujuan dari penelitian. Menurut Kemmis dan Taggart, alur dari penelitian tindakan kelas setiap siklusnya terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan, pelaksanaan tindakan, pengamatan dan refleksi.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya form pertanyaan tentang penelusuran kesulitan mahasiswa, catatan tentang poin-poin materi yang seharusnya dikuasi mahasiswa dan soal tes.

Perlakuan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode tanya jawab pendekatan individu. Inti dari metode ini adalah pembelajaran dilakukan didasarkan pada kesulitan yang ditemukan pada masing-masing mahasiswa. Tahapan yang dilakukan diantaranya yaitu:

Menanyakan secara individual 1. kesulitan yang dialami oleh setiap mahasiswa.Membuat kesimpulan tentang 2. kesulitan yang dialami mahasiswa.Mengulangi penjelasan tentang sub 3. materi yang rata-rata dirasa sulit oleh mahasiswa dengan memperbanyak tanya jawab secara personal.Selanjutnya terakhir dilaksanakannya 4. kuis. Jenis kuis yang dilakukan oleh kearah mencongak. Jadi mahasiswa harus menuliskan jawaban setiap pertanyaan dosen selesai diucapkan. Dan mahasiswa hanya diberi waktu yang sangat terbatas dalam menuliskan jawabannya. Hal ini dilakukan denga tujuan agar dapat membedakan mahasiswa yang mana yang sudah paham atau belum dalam materi yang sudah didapat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada siklus I diperoleh beberapa poin kesulitan yang dirasakan oleh para

Page 166: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Penerapan Metode Tanya Jawab Pendekatan Individu Untuk Mengatasi Kesulitan Mahasiswa S1 Gizi Dalam Materi Tata Nama Senyawa

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 147

mahasiswa. Kesulitan yang ditemukan diantaranya yaitu:

Sulit dalam membedakan sifat/jenis 1. dari unsur penyusun senyawa.Sulit dalam menghafalkan nama-nama 2. kation atau anion yang poliatomik.Sulit dalam menentukan golongan 3. dari setiap unsur yang menyusun senyawa.Sulit dalam memahami aturan 4. penamaan senyawa.Sulit dalam menghafalkan nama-nama 5. dari simbol atom di tabel periodik.

Secara lebih rinci berikut ini poin-poin kesulitan yang dirasakan oleh setiap mahasiswa.

Tabel 1 Poin-Poin Kesulitan Yang Dirasakan Setiap Mahasiswa

No. Nama Sub Materi yang Dirasa Sulit

1. Defi Mega Sari Belum hafal nama-nama dari simbol atom di tabel periodik, belum hafal dalam menghafalkan anggota dari setiap golongan.

2. Dewi Ilmi Muamalah

Sulit membedakan sifat/jenis dari unsur penyusun senyawa. Maksudnya sulit untuk membedakan apakah unsur tersebut termasuk logam atau non logam.

3. Hasanatun Belum paham benar tentang aturan dalam penamaan senyawa.

4. Ika Nuzuliyah Sulit membedakan sifat/jenis dari unsur penyusun senyawa dan sulit menghafalkan nama-nama kation atau anion yang poliatomik.

5. Kurnia Pasa Dwi Putri

Sulit membedakan sifat/jenis dari unsur penyusun senyawa.

6. Nia Rose Valentine

Sulit menghafalkan nama-nama kation atau anion yang poliatomik.

7. Nur Mu’izza Sulit menghafalkan nama-nama kation atau anion yang poliatomik.

8. Rizki Mayhendra Wahidur R.

Sulit membedakan sifat/jenis dari unsur penyusun senyawa dan belum paham benar tentang aturan penamaan.

9. Siti Juwariyah Sulit menentukan golongan dari setiap unsur yang menyusun senyawa.

Setelah dilakukan perlakuan berdasarkan poin-poin kesulitan yang sudah ditemukan tersebut diperoleh nilai rata-rata mahasiswa sebesar 76,67 dengan nilai tertinggi sebesar 100 dan nilai terendah sebesar 60. Perlakuan yang dilakukan diantaranya adalah melakukan tanya jawab tentang materi kepada setiap mahasiswa, melakukan pertanyaaan berantai, memberikan pertanyaan berdasarkan atas kesulitan dari setiap mahasiswa, dan sedikit melakukan penjelasan ulang tentang materi yang dirasa sangat sulit oleh mahasiswa. Meskipun sudah mengalami peningkatan nilai rata-rata kelasnya dibandingkan dengan kondisi awal, namun dirasa masih perlu dilakukan siklus berikutnya untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik. Berdasarkan hasil observasi selama proses siklus I, antusias mahasiswa terkait dengan pembelajaran tata nama senyawa menjadi lebih baik. Perlu diadakan siklus berikutnya juga dikarenakan prosentase ketuntasan hasil belajar mahasiswa masih 55,56%. Berikut ini akan diberikan hasil kuis dari siklus I setiap mahasiswa.

Tabel 2 Peningkatan Mahasiswa Pada Siklus I

No. Nama Mahasiswa

NilaiKeterangan

Asli Kuis Siklus I

1 Defi Mega Sari

68 70 Naik, 2 poin

2 Dewi Ilmi Muamalah

60 60 Tetap

Page 167: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Penerapan Metode Tanya Jawab Pendekatan Individu Untuk Mengatasi Kesulitan Mahasiswa S1 Gizi Dalam Materi Tata Nama Senyawa

148 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

3 Hasanatun 68 80 Naik, 12 poin4 Ika Nuzuliyah 68 70 Naik, 2 poin5 Kurnia Pasa

Dwi Putri52 80 Naik, 28 poin

6 Nia Rose Valentine

68 80 Naik, 12 poin

7 Nur Mu’izza 52 100 Naik, 48 poin8 Rizki

Mayhendra Wahidur R.

52 70 Naik, 18 poin

9 Siti Juwariyah 76 80 Naik, 4 poin

Nilai Rata-Rata 62,67 76,67

Disimpulkan:masih tergolong kenaikkan-nya masih sedikit.

Pada siklus II dilakukan lagi metode tanya jawab yang lebih secara individu mengenai materi yang lebih dasar. Perbedaan siklus I dengan siklus II adalah menemukan kunci kesulitan dari beberapa kesulitan yang telah ditemukan pada siklus I. Inti dari kesulitan itu adalah kesulitan dalam membaca tabel periodik, yaitu mengenai nama dan jenis atom. Mahasiswa harus mampu membedakan dan membaca simbol atom. Selanjutnya mereka harus mamapu menentukan atom pertama dari suatu senyawa terbut logam atau non logam. Dari sini mahasiswa dapat menentukan nama dari senyawa. Tahapan ketiga dan keempat dari metode tanya jawab pendekatan individu ini dilakukan terpisah untuk dua materi mendasar tersebut (materi tentang nama dan jenis atom dalam tabel periodik). Hasil dari siklus II adalah mendapatkan nilai tes yang hampir sempurna. Berikut ini hasil dari siklus II.

Tabel 3 Hasil Post Test Siklus IINo. Nama Mahasiswa Nilai1 Defi Mega Sari 1002 Dewi Ilmi Muamalah 1003 Hasanatun 1004 Ika Nuzuliyah 1005 Kurnia Pasa Dwi Putri 1006 Nia Rose Valentine 1007 Nur Mu’izza 958 Rizki Mayhendra Wahidur R. Tidak

masuk9 Siti Juwariyah 90

KESIMPULAN

Penelitian menunjukkan bahwa (1) Untuk mendapatkan perubahan hasil belajar mahasiswa yang lebih baik, penelitian memerlukan dua kali siklus. Dengan menggunakan 2 siklus dalam penelitian ini mendapatkan perubahan antusias mahasiswa dalam belajar tata nama senyawa kimia. Hal ini karena mereka mampu menentukan cara-cara dan kunci dalam menentukan tata nama dari suatu senyawa. (2) Metode tanya jawab pendekatan individu dapat memudahkan peneliti untuk memperbaiki hasil belajar mahasiswa. Selain itu mahasiswa menjadi lebih dekat dengan dosen dan mau mengungkapkan segala kesulitan yang dialami dalam pembelajaran. Metode ini sangat cocok digunakan oleh para dosen untuk mengadakan proses pengayaan materi atau proses remidi.

DAFTAR RUJUKAN

Anonim. Tanpa Tahun. Teaching Methods Online, (Online), (www. teachingmethodsonline.com), diakses 18 Desember 2015.

Aprilia, D.S. 2008. Keefektifan Metode Tanya Jawab Untuk Meningkatkan Proses Belajar Mengajar Dalam Bahasa China di SMA Kristen 1 Surakarta. Surakarta: Fakultas Sastra dan Seni Rupa, Universitas Sebelas Maret.

https://en.wikipedia.org/wiki/Chemical_nomenclature, diakses 3 November 2015, wikipedia.

h t t p s : / /www.ange lo . edu / f acu l t y /kboudrea/general/formulas_n o m e n c l a t u r e / F o r m u l a s _Nomenclature.htm, Formulas and Nomenclature of Ionic and Covalent Compounds.

https://en.wikipedia.org/wiki/IUPAC_nomenc la tu re_of_organ ic_

Page 168: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Penerapan Metode Tanya Jawab Pendekatan Individu Untuk Mengatasi Kesulitan Mahasiswa S1 Gizi Dalam Materi Tata Nama Senyawa

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 149

chemistry, Penamaan Senyawa Organik.

https://en.wikipedia.org/wiki/IUPAC_nomenclature_of_inorganic_chemistry_2005, penamaan senyawa anorganik.

Eprints.umk.ac.id/BAB III, diakses 30 November 2015.

Permana, Dr. H. Johar. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Kalimantan Barat: Diklat Profesi Guru.

Romo, Sandra. 2015. Using Quizzes to Measure Teaching Effectiveness: How Do You Measure Up?, (Online), (www.educationworld.com), diakes 10 Desember 2015.

Deterding, A. 2012. A New Kind Of “Space” for Quizzes, (Online), (www.facultyfocus.com), diakses 14 Desember 2015.

Ebner, N. & Efron, Y. Tanpa Tahun. Pop Quiz: Do You Use This Evaluation Method?, (Online), (www.hamline.edu), diakses 18 Desember 2015.

Page 169: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

150

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

HUBUNGAN PENGETAHUAN DAN SIKAP MASYARAKAT TENTANG PENYAKIT KUSTA DI KABUPATEN SAMPANG

Abdur RivaiSekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Delima Persada Gresik, [email protected]

ABSTRAK

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Di Kabupaten Sampang hingga tahun 2014, ada sebanyak 389 penderita kusta, terbesar kedua di Jawa Timur. Masalah penelitian adalah tingginya kasus kusta di Kabupaten Sampang. Tujuan penelitian mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap masyarakat tentang penyakit kusta.

Rancang bangun penelitian adalah penelitian survey yang bersifat korelasional. Populasi adalah seluruh masyarakat yang kontak dengan penderita kusta, sampling secara multistage Random Sampling, dengan besar sampel 200. Variabel penelitian adalah Pengetahuan dan Sikap terhadap penyakit Kusta. Metode pengumpulan Data adalah data primer dengan menggunakan kuesioner. Teknik analisis data secara kualitatif dengan table silang.

Hasil penelitian tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta adalah kurang, yaitu sebesar 63,5%, dengan sub variable pengetahuan kurang pada 1) penyakit kusta ditularkan melalui pakaian sebesar 16%; 2) penyakit kusta adalah penyakit keturunan sebesar 35%; 3) penyakit kusta dapat ditularkan melalui makanan minuman sebesar 39%; 4) penyakit kusta ditularkan melalui sentuhan kulit sebesar 40%, dan 5) Tanda penyakit kusta adalah kesemutan atau ball sebesar 40%. Sikap masyarakat tentang penyakit kusta adalah negative atau menghambat pengendalian penyakit kusta yaitu sebesar 68,5%, dengan sub variable sikap yang positif pada tidak setuju penderita kusta dikuncilkan sebesar 62% dan setuju pengobatan pencegahan sebesar 97%. Dari masyarakat berpengetahuan baik, sebagian besar (75%) mempunyai sikap positif atau mendukung, dan dari masyarakat yang berpengetahuan kurang, sebagian besar (72%) mempunyai sikap yang negative atau tidak mendukung. Terdapat hubungan antara pengetahuan dan sikap tentang penyakit kusta.

Page 170: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Kusta di Kabupaten Sampang

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 151

PENDAHULUAN

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks (Depkes 2006).Menurut WHO (2013) dalam Depkes (2017) Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu negara dengan beban penyakit kusta yang tinggi. Pada tahun 2013, Indonesia menempati urutan ketiga di dunia setelah India dan Brazil. Penderita kusta tertinggi di Indonesia, sebanyak 25% berasal dari Jawa Timur. Sementara dari angka itu sebanyak 35% dari 25% di Jatim, sumbangan dari Madura dan daerah tapal kuda (Saifullah Yusuf, 2016).

Di Kabupaten Sampang hingga tahun 2014, terdapat 389 penderita kusta, menurun dibandingkan tahun 2013 sebesar 399 (Dinkes Sampang, 2015).

Dari data tersebut maka masalah penelitian adalah tingginya penemuan penderita baru di Kabupaten Sampang.

Beberapa faktor yang menyebabkan masih banyaknya penemuan penderita baru di Kabupaten Sampang adalah faktor Lingkungan berupa kebersihan lingkungan, kurangnya sarana air bersih, kepadatan penduduk; faktor pelayanan kesehatan berupa pengobatan jangka panjang, belum adanya imunisasi penyuluhan yang kurang, belum semua petugas kusta memahami penyakit kusta; faktor perilaku masyarakat berupa mobilisasi masyarakat yang tinggi, ketidakteraturan pengobatan, perilaku hidup bersih dan sehat yang kurang,

adanya stigma dan diskriminasi penderita kusta.

Rumusan masalah penelitian adalah Apakah ada hubungan antara Pengetahuan dan sikap masyarakat tentang Penyakit kusta? Dan tujuan penelitian adalah Menganalisis hubungan antara Pengetahuan dan sikap masyarakat tentang Penyakit kusta.

TINJAUAN PUSTAKA

Penyakit kusta merupakan salah satu penyakit menular yang menimbulkan masalah yang sangat kompleks. Penyebab penyakit kusta adalah Mycobacterium leprae, untuk menetapkan diagnosis perlu dicari tanda-tanda utama atau Cardinal Sign yaitu 1) Lesi atau kelainan kulit keputihan atau kemerahan yang mati rasa2) Penebalan saraf tepi yang disertai dengan gangguan fungsi saraf, 3) Adanya bakteri tahan asam atau BTA. Cara penularan belum diketahui secara pasti, secara teoritis dengan cara kontak yang lama dengan penderita. Penderita yang sudah minum obat tidak menjadi sumber penularan kepada orang lain. Upaya pengendalian penyakit kusta dilakukan dengan cara pemutusan mata rantai penularan dengan cara 1) Pengobatan MDT atau Multi Drug Therapy, 2) Isolasi terhadap penderita kusta. Namun hal ini tidak dianjurkan, 3) Vaksinasi BCG pada kontak serumah dengan penderita kusta.

Pengetahuan adalah merupakan hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

Perlu peningkatan Pengetahuan dan sikap masyarakat di Kabupaten Sampang tentang Penyakit Kusta, sehingga upaya penanggulangan penyakit kusta dapat dilaksanakan dengan baik demi terwujudnya eliminasi kusta.

Kata Kunci : Pengetahuan, Sikap, Penyakit Kusta

Page 171: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Kusta di Kabupaten Sampang

152 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

sesuatu objek tertentu. Domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: 1)Tahu atau Know, 2) Memahami atau Conprehension, 3) Aplikasi atau Application, 4) Analisis atau Analysis, 5) Sintesis atau Sinthesis, 6) Evaluasi atau Evaluation. Notoatmodjo (2010).

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) dalam Notoatmodjo (2010), sikap mempunyai tiga komponen pokok yaitu: 1) Kepercayaan atau keyakinan, ide dan konsep terhadap suatu objek. 2) Kehidupan emosional atau evaluasi emosional terhadap suatu objek. 3) Kecenderungan untuk bertindak atau trend to behave. Sikap terdiri dari beberapa tingkatan yaitu: 1) Menerima atau Receiving 2) Merespon atau Responding, 3) Menghargai atau Valuing, 4) Bertanggung Jawab atau Resposible. Pengukuran Sikap dilakukan dengan secara langsung dan tidak langsung.

Perilaku dari pandangan biologis adalah merupakan suatu kegiatan atau aktivitas organisme yang bersangkutan. Menurut Skinner (1938) dalam Notoatmodjo (2010), prosedur pembentukan perilaku adalah sebagai berikut: 1) Melakukan identifikasi tentang ha-hal yang merupakan penguat atau reinforce berupa hadiah-hadiah atau reward, 2) Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki, 3)Dengan menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara, mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk masing-masing komponentersebut, 4) Melakukan pembentukan perilaku, dengan menggunakan urutan komponen yang telah tersusun. Perilaku ada 2 macam yaitu Bentuk pasif dan Bentuk aktif.

METODOLOGI

Desain penelitian ini adalah penelitian Korelational, yang diulakukan secara cross sectional. Populasi masyarakat umum adalah seluruh masyarakat yang tinggal di desa yang terdapat penderita kusta atau index case, sampling dengan multistage random sampling, besar sampel adalah 200. Variabel penelitian terdiri dari variable pengetahuan dengan 20 sub variabel dan Variabel Sikap dengan 10 sub variabel. Instrumen penelitian berupa Kuesioner dengan menggunakan Skala Guttman. Penelitian dilakukan di Kabupaten Sampang pada Bulan Mei 2016 sampai dengan Bulan Juni 2016. Teknik analisis data dengan Editing, Skoring dan Koding, analisis kualitatif dengan menggunakan Tabulasi frekwensi dan tabulasi silang.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Karakteristik responden berdasarkan umur terbesar berusia 30-39 tahun (34%), berdasarkan jenis kelamin Laki-laki (50,50%), berdasarkan pekerjaan terbesar tani (46,50%), berdasarkan pendidikan terbesar SD/MI (33,50%).

Pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta adalah kurang sebesar 63,5%, dengan rincinan sub variable pengetahuan yang kurang yaitu 1) penyakit kusta ditularkan melalui pakaian sebesar 16%; 2) penyakit kusta adalah penyakit keturunan sebesar 35%; 3) penyakit kusta dapat ditularkan melalui makanan minuman sebesar 39%; 4) penyakit kusta ditularkan melalui sentuhan kulit sebesar 40%, dan 5) Tanda penyakit kusta adalah kesemutan atau ball sebesar 40%.

Sikap masyarakat tentang penyakit kusta adalah negatif atau tidak mendukung pengendalian penyakit kusta sebesar

Page 172: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Kusta di Kabupaten Sampang

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 153

68,5%, dengan rincian sub per sub variable hanya ditemukan 2 subvariabel dari 10 subvariabel dengan sikap positif atau mendukung program pengendalian kusta yaitu 1) setuju penderita kusta tidak dikuncilkan sebesar 62% dan 2) setuju pengobatan pencegahan sebesar 97%.

Dari masyarakat berpengetahuan baik, sebagian besar (75%) mempunyai sikap positif atau mendukung dan dari masyarakat yang berpengetahuan kurang, sebagian besar (72%) mempunyai sikap yang negative atau tidak mendukung.

Banyak factor yang mempengaruhi pengetahuan yang kurang di Kabupaten Sampang terdapat beberapa kemungkinan yang mempengaruhi rendahnya pengetahuan yaitu tingkat pendidikan SM/MI dan tidak sekolah (63%) Pendidikan yang rendah kemungkinkan penerimaan informasi menjadi kurang. Pengetahuan yang kurang kemungkinan disebabkan oleh karena kurangnya penyuluhan atau promosi kesehatan yang dilakukan petugas puskesmas, sehingga informasi kesehatan tidak sampai ke masyarakat. Jika ada promosi kesehatan kemungkinan hanya menjangkau kontak atau keluarga penderita, promosi kesehatan tidak sampai ke masyarakat umum.

Sikap masyarakat terhadap penderita kusta masih tidak mendukung dalam program penanggulangan penyakit kusta, masih terdapat 8 variabel dari 10 variabel penelitian yang tidak mendukung orang yang mengalami penyakit kusta atau OYMK, sehingga masyarakat sangat takut jika mengalami penyakit kusta. Hal ini berdampak bahwa masyarakat yang mengalami tanda-tanda penyakit kusta, takut memeriksakan ke Puskesmas atau ke tenaga kesehatan, mereka bersembuyi, menutupi kelainannya dan ini berdampak pada keterlambatan ditemukan orang yang dengan gejala kusta, keterlambatan

untuk mendapatkan pengobatan, sehingga orang yang mengalami kusta mendapatkan pengobatan setelah mengalami kecacatan.

Kecacatan inilah yang merupakan masalah baik dari segi medis, sosial, ekonomi, pertahanan dan keamanan. Orang yang mengalami kusta dengan kecacatan akan dijauhi oleh masyarakat disekitarnya sehingga akan mengalami masalah social, mereka tidak mudah mendapatkan pekerjaan sehingga menimbulkan masalah ekonomi, dan akhirnya bias menjalar ke masalah keamanan, mereka melakukan tindakan criminal demi untuk kehidupannya dan keluarga. Dari segi medis tidak semua tenaga kesehatan mau dan mampu memberikan pelayanan kesehatan, baik pelayanan umum, apalagi pelayanan penyakit kusta. Mereka tidak mampu memberikan pelayanan kepada orang yang mengalami kusta, oleh karena kemungkinan mereka tidak ingin tahu, tidak mau belajar tentang penyakit kusta. Padahal penyakit kusta merupakan penyakit seperti penyakit menular lainnya.

Kecacatan bisa dihindari dengan penemuan orang yang menderita kusta sedini mungkin, mereka mendapatkan pengobatan sedini mungkin, dan mereka tahu melaksanakan upaya pencegahan kecacatan, oleh karena kecacatan dapat terjadi sebelum pengobatan, selama pengobatan dan setelah penderita dinyatakan sembuh dari penyakit kusta.

KESIMPULAN

Sebagian besar tingkat pengetahuan masyarakat tentang penyakit kusta adalah kurang, yaitu sebesar 63,5%. Sub-variable pengetahuan kurang yaitu 1) penyakit kusta ditularkan melalui pakaian sebesar 16%; 2) penyakit kusta adalah penyakit keturunan sebesar 35%; 3) penyakit

Page 173: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Hubungan Pengetahuan dan Sikap Masyarakat Tentang Penyakit Kusta di Kabupaten Sampang

154 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

kusta dapat ditularkan melalui makanan minuman sebesar 39%; 4) penyakit kusta ditularkan melalui sentuhan kulit sebesar 40%, dan 5) Tanda penyakit kusta adalah kesemutan atau ball sebesar 40%.

Sebagian besar sikap masyarakat tentang penyakit kusta adalah negatif atau hanya esar sub variable sikap negative atau tidak mendukung penderita kusta, yaitu sebanyak 8 sub variable.

Terdapat hubungan antara Pengetahuan dan Sikap masyarakat terhadap penyakit kusta.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI (2017). Menkes Canangkan Resolusi Jakarta Guna Hilangkan Stigma dan Diskriminasi Kusta. www.depkes.go.id. Di akses tanggal 12 April 2017

Depkes RI (2006). Buku Pedoman Nasional Pemberantasan Penyakit Kusta, Jakarta: Depkes RI

Dinkes Sampang (2015). Kabupaten Sampang Peringkat Pertama Penderita Kusta Se-Madura. http://www.maduracorner.com. Di akses tanggal 12 April 2017

Notoatmodjo, S. (2010) Ilmu Kesehatan Masyarakat, Prinsip-Prinsip Dasar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Saifullah Yusuf (2016). Jatim Penyumbang Penyakit Kusta Terbanyak di Indonesia. www.beritajatim.com. Di akses tanggal 12 April 2017

Page 174: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

155

Seminar Nasional "Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah"

BIODATA KONTRIBUTOR

KONTRIBUTOR 1

Nama Lengkap : Hartin Suidah, S.Kep., Ns., M.Kes• Tempat/Tanggal Lahir : Mojokerto, 17 Nopember 1978• Alamat Kantor : Akper Dian Husada Jln. Raya Gemekan No: 77 Sooko •

MojokertoTelp. / Fax. : 0321 327770• Email : [email protected]• Alamat Rumah : Dusun Candirejo, Desa Awang-Awang Kecamatan •

Mojosari Kab. MojokertoTelp. / HP : 085731424023• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : S2 Pendidikan Kesehatan• Pengalaman Penelitian•

No Tahun Judul Penelitian1 2013 Gambaran Pengetahuan Primigravita tentang Colostrum2 2014 Efektifitas Senam Lansia Terhadap Perubahan Tingkat Nyeri

Sendi Pada Lansia3 2015 Analisis Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah

pada Siswa

Publikasi Karya Ilmiah• No Tahun Judul Penerbit1 2015 Artikel : Hubungan Pola Asuh Orang

Tua Dengan Mental Emosional Pada Anak Usia Prasekolah (4-6 Tahun)

LPPM STIKES Dian Husada Mojokerto

2 2015 Monograph : Pola asuh orang tua modal dasar bagi pertumbuhan anak usia prasekolah

Dian Husada Press

3 2016 Artikel : Hubungan Pemahaman Tingkat Agama (Religiusitas) Dengan Perilaku Seks Bebas Pada Remaja Di SMAN 1 Bangsal Mojokerto

LPPM STIKES Dian Husada Mojokerto

Page 175: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

156 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

KONTRIBUTOR 2

Nama Lengkap : Herdianty Kusuma H• Tempat/Tanggal Lahir : Probolinggo/ 28 September 1990• Alamat Kantor : Jl. Proklamasi no. 54 Gresik• Telp. / Fax. :• Email : • Alamat Rumah : Jojoran 1 Asri B/2, Surabaya• Telp. / HP : 08986354939• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : S2 Ilmu Kesehatan Olahraga• Pengalaman Penelitian•

No Tahun Judul Penelitian1 2016 Pengaruh Pemakaian Insole Sepatu Model Aktivitas

Eksentrik Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa (GDP)

Publikasi Karya Ilmiah• No Tahun Judul Penerbit1 2016 Pengaruh Pemakaian Insole Sepatu

Model Aktivitas Eksentrik Terhadap Kadar Glukosa Darah Puasa (GDP)

Jurnal Ners, Unair

Page 176: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 157

KONTRIBUTOR 3

Nama Lengkap : Mukhammad Himawan Saputra, S.KM., M.Epid.• Tempat/Tanggal Lahir : Mojokerto / 05 Oktober 1989• Alamat Kantor : Jalan Raya Gayaman KM. 02 Mojoanyar Mojokerto• Telp. / Fax. : (0321) 322915 / (0321) 331376• Email : [email protected]• Alamat Rumah : Desa RanduBango No.21 Mojosari Mojokerto• Telp. / HP : 085791977789• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : Magister• PengalamanPenelitian•

No Tahun Judul Penelitian1 2015 Analisis sistem Informasi Faktor Risiko Hipertensi di Dinas

Kesehatan Sidoarjo2013 Bauran Pemasaran Rumah Sakit Islam Arofah Dengan

Peningkatan Bed Occupancy Ratio (BOR)

Page 177: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

158 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

KONTRIBUTOR 4

Nama Lengkap : Anisa Lailatul Fitria• Tempat/Tanggal Lahir : Gresik, 24 Maret 1993• Alamat Kantor : Jl. Proklamasi No 54, Gresik• Telp. / Fax. : -• Email : [email protected]• Alamat Rumah : Jl Peganden Indah No 64, RT 16 RW 04, Peganden, • Manyar Telp. / HP : 0819 0379 4811• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : Sarjana• Pengalaman Penelitian•

No Tahun Judul Penelitian1. 2015 Efek Pemberian Makanan Selingan Berbahan Dasar Tepung

Gembili (Dioscorea Esculenta) Terhadap Perubahan Kadar Glukosa Darah, Asupan Energi dan Zat Gizi Orang Dewasa Overweight dan Obesitas

2. 2017 Analisis Preferensi Pangan Lokal Masyarakat Kabupaten Gresik Dalam Mendukung Diversifikasi Pangan

Publikasi Karya Ilmiah• No Tahun Judul Penerbit1. 2016 Lesser yam (dioscorea esculenta)

based cookies improves lipid profile in overweight/obese adults with an ad libitum diet via glucagon like peptide 1

Emerald InsightNutrition & Food Science Journal, Vol 46, 3

2. 2016 Balairung Press Universitas Gadjah Mada

Page 178: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 159

KONTRIBUTOR 5

Nama Lengkap : Amalina Shabrina• Tempat/Tanggal Lahir : Surakarta, 16 Agustus 1993• Alamat Kantor : Jl. Proklamasi No 54, Gresik• Telp. / Fax. : -• Email : [email protected]• Alamat Rumah : Jalan dr. Sutomo gang II no 44, Gresik• Telp. / HP : 089 6466 13911• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : Sarjana• Pengalaman Penelitian•

No Tahun Judul Penelitian1. 2015 Hubungan Status Gizi dengan Kualitas Hidup, Morbiditas,

dan Mortalitas Pasien Paska Rawat di Yogyakarta

Publikasi Karya Ilmiah• No Tahun Judul Penerbit1. 2016 Nutritional Status of Patients with

Non-Communicable Diseases after Discharged from Hospital.

Pakistan Journal of Nutrition, Volume 15, Issue 5, 2016, pp 480-485.

Page 179: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

160 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

KONTRIBUTOR 6

Nama Lengkap : Diah Ratnasari, S.Farm., Apt., M.T.• Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 21 November 1990• Alamat Kantor : Jl. Proklamasi No. 54 Gresik• Telp. / Fax. : (031) 3984249• Email : [email protected]• Alamat Rumah : Raya Tengger Kandangan No. 121 Surabaya• Telp. / HP : 0856 5529 8793• Email : • [email protected] Terakhir : S2•

Page 180: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 161

Kontributor 7

Nama Lengkap : Dian Agnesia, S.Gz, MPH• Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 25 Februari 1985• Alamat Kantor : Jl. Proklamasi No. 54 Gresik• Telp. / Fax. : (031) 3984249/ (031) 3976801• Email : [email protected]• Alamat Rumah : Wisma Tropodo Jl. Flamboyan AG-16, Waru-Sidoarjo• Telp. / HP : 0822-4570-5646• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : Magister• Pengalaman Penelitian•

No Tahun Judul Penelitian1 2006 Keamanan Pangan pada Tempe Goreng (Kajian Mutu Kimia

dan Penyerapan Minyak pada Tempe Goreng Pedagang Kaki Lima di Lingkungan Universitas Brawijaya, Institut Teknologi Nasional, dan Universitas Muhammadiyah Malang)

2 2008 The effect of Using Apple (Mallus Sylvestris Mill-Rome Beauty) Juice Toward The Difference of Cholesterol Content in Male Strain Wistar Rat (Rattus Norvegicus Strain Wistar) With Aterogenic Diet.

3 2011 Nutrition Status and Learning Motivation As Risk Factor of Cognitive Ability Of Elementary School Students At Iodine Deficiency Disorder (IDD) Endemic Areas.

4 2013 Identifikasi Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) Formalin pada Mie Basah, Tahu, Bakso dan Ikan Segar di Pasar Tradisional Wilayah Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang

5 2013 Perbedaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) Formalin pada Ikan Segar di Pasar Tradisional dan Pasar Modern di Wilayah Malang.

Publikasi Karya Ilmiah• No Tahun Judul Penerbit1 2013 Status Gizi dan Motivasi Belajar

sebagai Faktor Risiko terhadap Kemampuan Kognitif Anak Sekolah Dasar di Daerah Endemik GAKY.

Jurnal Gizi dan Dietetik Indonesia, Volume 01 No. 3 September 2013

2 2014 Identifikasi Penggunaan Bahan Tambahan Pangan (BTP) Formalin pada Mie Basah, Tahu, Bakso dan Ikan Segar di Pasar Tradisional Wilayah Kecamatan Kepanjen Kabupaten Malang

Jurnal Health Care Media, Volume 2 No. 1 April 2014

Page 181: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

162 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

KONTRIBUTOR 8

Nama Lengkap : Pemta Tia Deka,M.Si• Tempat/Tanggal Lahir : Tuban, 13 Juli 1989• Alamat Kantor : Jl.Proklamasi No.54 Gresik• Telp. / Fax. : (031) 3984249/ (031) 3976801• Email : [email protected]• Alamat Rumah : Jl.Balikpapan I/90 GKB• Telp. / HP : 085646751771• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : Magister• Pengalaman Penelitian•

No Tahun Judul Penelitian1. 2011 Uji fotodegradasi zat warna metal jingga menggunakan

sinar-X dan katalis Fe2O3-Zeolit2. 2014 Preparasi Karbon berpori Menggunakan IRMOF-3 dan

Furfuril Alkohol dan Karakteristiknya3. 2015 Pertumbuhan kristal IRMOF-3 menggunakan sistem

solvotermal4. 2015 Dengue Virus Type 1 Strain Isolated in Indonesia Shows a

Close Phylogenetic Relation with the Strains That Caused the Autochthonous Dengue Outbreak in Japan in 2014

Publikasi Karya Ilmiah• No Tahun Judul Penerbit1 2015 Pertumbuhan kristal IRMOF-3

menggunakan sistem solvotermalICOWOBAS

2. 2014 Preparasi Karbon berpori Menggunakan IRMOF-3 dan Furfuril Alkohol dan Karakteristiknya

APTEC 2015

3. 2015 Dengue Virus Type 1 Strain Isolated in Indonesia Shows a Close Phylogenetic Relation with the Strains That Caused the Autochthonous Dengue Outbreak in Japan in 2014

JJID 69(5) LECI (08.10)

Page 182: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 163

KONTRIBUTOR 9

Nama Lengkap : Aini Mas’ula, S.Farm., Apt • Tempat/Tanggal Lahir : Surabaya, 10 November 1990• Alamat Kantor : Jalan Proklamasi No. 54 Gresik• Telp. / Fax. : • Email : • Alamat Rumah : Jalan Kutai No.61 Gresik• Telp. / HP : 085646777177• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : S1 - Apoteker• PengalamanPenelitian•

No Tahun Judul Penelitian1 2012 Pengaruh Perbandingan HPMC K4M Dan Hpmc K100M

Terhadap Mutu Fisik dan Karakteristik Floating Tablet Ranitidin HCL

Page 183: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

164 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

KONTRIBUTOR 10

Nama Lengkap : Asih Media Yuniarti, S.KM.,M.P.H• Tempat/Tanggal Lahir : Magetan, 16 Juni 1979• Alamat Kantor : Jl. Raya Mojoanyar KM.02 Mojoanyar Mojokerto• Telp. / Fax. : (0321)329915/ (0321) 3331736• Email : [email protected]• Alamat Rumah : Jl.Raya Sukodono No 56 Rt.1 Rw.1 Sukodono • SidoarjoTelp. / HP : 081330992244/ 089639053007• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : S2 Public Health• Pengalaman Penelitian•

No Tahun JudulPenelitian1 2012 “Status Stunting dengan Prestasi Belajar Pada Siswa Sekolah

Dasar di Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012”

2 2015 “Nutrisi 1000 Hari Pertama Kehidupan dengan Kejadian Stunting Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Jatirejo Kabupaten Mojokerto”

Publikasi Karya Ilmiah• No Tahun Judul Penerbit1. 2014 “Status Stunting dengan

Prestasi Belajar Pada Siswa Sekolah Dasar Di Kecamatan Sukodono Kabupaten Sidoarjo Tahun 2012”

III.A.1.b.3/2JurnalIlmiahKesehatan “Medical Majapahit Vol. 6 No. 2 Tahun 2014, ISSN 2085-3793Download darihttp:// http://ejurnalp2m.stikesmajapahitmojokerto.ac.id/index.php/MM/article/view/68/65

2. 2015 “Iklan Produk Makanan dengan Pola Makan Anak di SDN 1 Gedongan Kota Mojokerto”

III.A.1.b.3/3Jurnal Ilmiah Kesehatan “Medica Majapahit Vol. 7 No. 1 Tahun 2015 ISSN 2085-0204Download:http:// http://ejurnalp2m.stikes majapahit mojokerto.ac.id/index.php/MM/article/view/68

Page 184: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 165

3 2015 “Pola Asuh Orang Tua dengan Konsep Diri Anak Stunting di Sekolah Dasar Negeri 1 Ngerong Gempol Pasuruan”

III.A.1.b.3/3Jurnal Ilmiah Kesehatan “Medica Majapahit Vol. 7 No. 1 Tahun 2015 ISSN 2085-0204Download :http:// http://ejurnalp2m.stikes ajapahit mojokerto.ac.id/index.php/MM/article/view/67

4 2017 “Nutrisi 1000 Hari Pertama Kehidupan dengan Kejadian Stunting Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Jatirejo Kabupaten Mojokerto”

III.A.1.b.3/2Prosiding Seminar Kesehatan Nasional.14 Nopember 2015Download :http://ejurnalp2m.stikesmajapahit mojokerto.ac.id/index.php/publikasi_stikes_majapahit/article/view/140/121

5 2016 “Body Image dan Perilaku Makan dengan Status Gizi Remaja Di Daerah Pesisir Kelurahan Tambaan Kota Pasuruan”

III.A.1.b.3/3Prosiding Seminar Nasional Hasil-Hasil Penelitian 2016 Fakultas Agama Islam Unmuh Ponorogo. ISBN: 978-602-0815-22-0Download :http://ejurnalp2m.stikesmajapahit mojokerto.ac.id/index.php/publikasi_stikes_majapahit/article/view/118/100

6 2016 “Pola Asuh Makan Oleh Ibu Bekerja dengan Status Gizi Siswa Di SDN Ngrame Kecamatan Pungging Kabupaten Mojokerto”

III.A.1.b.3/3J u r n a l I l m i a h K e s e h a t a n “MedicaMajapahit Vol. 8 No. 2 Tahun 2016 ISSN 2085-0204Download :http://ejurnalp2m.stikesmajapahit mojokerto.ac.id/index.php/MM/article/view/111

Page 185: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

166 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

KONTRIBUTOR 11

Nama Lengkap : Rika Nurhasanah• Tempat/Tanggal Lahir : Bandung, 4 April 2071• Alamat Kantor : Jl. Soekarno Hatta 754 Bandung• Telp. / Fax. : 022-780360• Email : [email protected]• Alamat Rumah : Kp Toblong RT02/03 Desa Sukamukti Kec Majalaya • Kab Bandung. Jawa BaratTelp. / HP : 08122234877• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : S2 Kebidanan • Pengalaman Penelitian•

No Tahun Judul Penelitian1 2015 Faktor – faktor yang mempengaruhi keekrasan pada anak 2 2014 Pengaruh posisi persalinan lithotomi dan miring pada kala

II dan III pada ibu bersalin di tiga BPM Wilayah Kerja Puskesmas Majalaya

Publikasi Karya Ilmiah• No Tahun Judul Penerbit1 2016 Faktor-faktor yang mempengaruhi

kekerasan pada anakAIPKIND

2 2015 Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas penderita HIV-AIDS di Kabupaten Subang

AIPMI

Page 186: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 167

KONTRIBUTOR 12

Nama Lengkap : Nur Cahyadi• Tempat/Tanggal Lahir : Gresik, 08 Januari 1984• Alamat Kantor : Jl. Proklamasi No 54, Gresik• Telp. / Fax. : -• Email : [email protected]• Alamat Rumah : Ds. Setro No. 910 RT. 01 RW. 01 Menganti Gresik 61174 • Telp. / HP : 085649229009• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : Magister (S2)• Pengalaman Penelitian•

No Tahun Judul Penelitian1. 2008 Aplikasi PDA Untuk Pengendali Gerakan Robot Lengan

kaera pada EEPIS I-STUDIO2. 2016 Pengaruh Kepemimpinan dan Disiplin Kerja Terhadap

Efektivitas Kerja Karyawan PT. Erza Nusa Indonesia Gresik

Publikasi Karya Ilmiah• No Tahun Judul Penerbit1. 2016 Pengaruh Kepemimpinan dan Disiplin

Kerja Terhadap Efektivitas Kerja Karyawan PT. Erza Nusa Indonesia Gresik

FIRM Journal of Management Studies

Vol 1, No. 2, Sepetember 2016Universitas President

Page 187: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

168 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

KONTRIBUTOR 13

Nama Lengkap : Alinea Dwi Elisanti, S.KM.,M.Kes• Tempat/Tanggal Lahir : Tulungagung, 11 Desember 1980• Alamat Kantor : Jl. Proklamasi No 54 Gresik• Telp. / Fax. : 031-3984249• Email : [email protected]• Alamat Rumah : Perum tanjung permai Regency Blok A No 12-A • Jalan Kapten Dulasim GresikTelp. / HP : 085645046051• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat • Pengalaman Penelitian:•

Tahun Judul Penelitian2013 Penerapan Partial Least Square Status Kesehatan Balita di Indonesia

(Studi Kasus Data Riskesdas 2010) Hubungan Antara Kejadian Hiperbilirubinemia dengan Inkompatibilitas Golongan Darah ABO ibu dan bayi di RS Petrokimia Gresik

2014 Hubungan Antara Usia Dan Jenis Kelamin Dengan Lama Perawatan Penyakit DHF Pada Balita Di Rsia Nyai Ageng Pinatih Gresik

2015 Structural Equation Modeling Angka Kematian Bayi Di Jawa Timur2016 Pemetaan Prevalensi HIV- AIDS Menggunakan Pendekatan GIS Di

Kabupaten GresikPengaruh Karakteristik Ibu Terhadap Perkembangan Motorik Kasar Bayi

2017 Tingkat Responsiveness Masyarakat Terhadap Pelayanan Kesehatan di Kecamatan Lakarsantri Kota Surabaya Jawa TimurPemetaan Status Gizi Balita Di Indonesia

Publikasi Karya Ilmiah• No Tahun Judul Penerbit1 2013 Penerapan Partial Least

Square Status Kesehatan Balita di Indonesia (Studi Kasus Data Riskesdas 2010)

Jurnal Biometrika Dan kependudukan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya

2 2017 Pemetaan Status Gizi Balita Di Indonesia

Indonesian Journal for Health Sciences (IJHS) Vol.1, No.1, Maret 2017, Hal. 37-42 ISSN:2549-2721 (Cetak) , ISSN : 2549-2748 (Elektronik)

Page 188: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 169

KONTRIBUTOR 14

Nama Lengkap : Umi Narsih, S.Si., M.Kes.• Tempat/Tanggal Lahir : Probolinggo / 8 Januari 1975• Alamat Kantor : Area Pendidikan Hafsha Pesantren Zainul Hasan • Genggong PajarakanTelp. / Fax. : (0335) 845896 – 844838 • Email : [email protected]• Alamat Rumah : Dusun Kolla RT/RW 002/005 Desa Leces Kecamatan • Leces Kabupaten Probolinggo Telp. / HP : 081336240199• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : S2• Pengalaman Penelitian•

No Tahun Judul Penelitian1 2013 Hubungan Nilai Hasil Sipensimaru Dengan Indeks Prestasi

Mahasiswa Pada Semester Pertama Akademi Kebidanan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo

2 2013 Analisis Learning Organization di STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo

3 2014 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSUD Waluyo Jati Kraksaan Kabupaten Probolinggo

4 2015 Pengaruh Pemberian Daun Binahong (Anredera Cordifolia (Ten) Steenis terhadap Lama Penyembuhan Luka Perineum

5 2015 Analisis Kepuasan Mahasiswa terhadap Kualitas Pelayanan Akademik di Akademi Kebidanan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo

6 2016 Efektivitas Penanganan Dismenore dengan Kompres Hangat dan Obat Anti Nyeri pada Remaja Putri

Publikasi Karya Ilmiah• No Tahun Judul Penerbit1 2014 Analisis Learning Organization di

STIKES Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo

SAIN-STIKES

2 2014 Hubungan Nilai Hasil Sipensimaru Dengan Indeks Prestasi Mahasiswa Pada Semester Pertama Akademi Kebidanan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo

MIDWIFE HAFSHA

Page 189: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

170 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

3 2015 Analisis Kepuasan Mahasiswa terhadap Kualitas Pelayanan Akademik di Akademi Kebidanan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo

MIDWIFE HAFSHA

4 2016 Faktor-faktor yang Memengaruhi Terjadinya Bayi dengan Berat Badan Lahir Rendah

SainMed

Page 190: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 171

KONTRIBUTOR 15

Nama Lengkap : Homsiatur Rohmatin• Tempat/Tanggal Lahir : Probolinggo/ 19 Desember 1989• Alamat Kantor : JL.Raya Genggong Area Pendidikan Hafsha Pesantren • Zainul Hasan Genggong Pajarakan ProbolinggoTelp. / Fax. : ( 0335) 845896-844838• Email : akbidhafshawaty.ac.id• Alamat Rumah : Jl.Ir. H. Juanda no. 463, Rt 06/Rw 01, Kelurahan • patokan, Kecamatan kraksaan, Kabupaten ProbolinggoTelp. / HP : 085258833882• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : S2 Kesehatan Reproduksi• Pengalaman Penelitian•

No Tahun Judul Penelitian1. 2015 Analisis Kepuasan Mahasiswa terhadap Kualitas Pelayanan

Akademik di Akademi Kebidanan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo

2. 2016 Efektivitas Penanganan Dismenorea dengan Kompres Hangat dan Obat Anti Nyeri pada Remaja Putri

Publikasi Karya Ilmiah•

No Tahun Judul Penerbit

Page 191: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

172 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

KONTRIBUTOR 16

Nama Lengkap : Agustina Widayati• Tempat/Tanggal Lahir : Probolinggo/ 17 Agustus 1991• Alamat Kantor : Jl.Raya Genggong Area Pendidikan Hafsha Pesantren • Zainul Hasan Genggong Pajarakan ProbolinggoTelp. / Fax. : (0335) 845896-844838• Email : akbidhafshawaty.ac.id• Alamat Rumah : JL.K.H.Hasan Genggong no.151,Rt 06/Rw 01, • Kelurahan sumbertaman,Kecamatan wonoasih, Kota ProbolinggoTelp. / HP : 085204849898• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : S2 Kesehatan Reproduksi• Pengalaman Penelitian•

No Tahun Judul Penelitian1. 2015 Analisis Kepuasan Mahasiswa terhadap Kualitas Pelayanan

Akademik di Akademi Kebidanan Hafshawaty Zainul Hasan Genggong Probolinggo

2. 2016 Efektivitas Penanganan Dismenorea dengan Kompres Hangat dan Obat Anti Nyeri pada Remaja Putri

Publikasi Karya Ilmiah•

No Tahun Judul Penerbit

Page 192: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

© 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah” 173

KONTRIBUTOR 17

Nama Lengkap : Ns. Vonny Nurmalya Megawati, S. Kep., M. Kep• Tempat/Tanggal Lahir : Mojokerto, 14 Mei 1983• Alamat Kantor : Poltekkes Majapahit Mojokerto. Jl. Raya Gayaman • KM. 2 Mojoanyar MojokertoTelp. / Fax. : (0321) 329915• Email : [email protected]• Alamat Rumah : Ds. Wonosari RT.5/RW.4, Kec. Ngoro, Kab. Mojokerto• Telp. / HP : 0811310436• Pendidikan Terakhir : Magister Keperawatan• Pengalaman Penelitian•

No Tahun Judul Penelitian1 2014 Efektifitas modifikasi modern dressing dan terapi ozon

terhadap penyembuhan luka pada pasien dengan pressure ulcer di Wocare Clinic Bogor

2 2016 Efektifitas Modifikasi Balutan Modern dan Terapi Ozon Terhadap Penyembuhan Ulkus Diabetikum di Wocare Clinic Bogor

Publikasi Karya Ilmiah• Proceeding Book “Konferensi Keperawatan Nasional I – Ikatan Alumni a. Jurusan Keperawatan FKUB 2016” (Title : THE EFFECTIVENESS OF MODIFICATION MODERN DRESSING AND OZONE THERAPY ON WOUND HEALING OF PATIENT WITH DIABETIC ULCER IN WOCARE CLINIC BOGOR), ISBN : 978 – 602 – 432 – 023 – 2Hospital Majapahit Journal Volume 7 No.2, November 2015 (Title : b. The Effectiveness of Modification Modern Dressing and Ozone Therapy On Wound Healing Of Patient with Pressure Ulcer In Wocare Cinic Bogor) ISSN : 2085 - 0204. http://ejurnalp2m.poltekkesmajapahit.ac.id/index.php/HM/issue/view/18 Proceeding Book “2c. st Indonesia Wound Ostomy Continence – Scientific Meeting” (Title : Adjuctive Therapy in Evidence Based Wound Healing), Makasar – Indonesia, 2015, ISSN : 9 772477 245D017Wiraraja Medika Journal Volume 5 Ed 1, Mei 2015 (d. Title : Pengetahuan Perawat Tentang Penatalaksanaan Luka Kronik dengan Konsep Lembab di Rumah Sakit Rekso Waluyo Mojokerto) ISSN: 2088-415X http://ejornal.wiraraja.ac.id/index.php/FIK/article/view/157Proceeding Book “1e. st Indonesia Wound Ostomy Continence – Scientific Meeting” (Title : Best Practice and International Consensus : Pressure Ulcer Management In Indonesian,), Yogyakarta – Indonesia, 2014. ISBN : 978 – 602 – 14691 – 1 – 8 Proceeding Book “1f. st Joint Effort Indonesia – Malaysia” (Title: Lower Limb Cellulitis Managed by Zinc Cream - Cadexomer® as Primary Dressing),, 2013. ISBN: 978 – 602 – 1469 – 1 – 01

Page 193: PENINGKATAN KARIR DOSEN MELALUI PENULISAN ARTIKEL …repository.stikesdpgresik.ac.id/56/1/Jurnal_Proceeding_STIKes-Akbid-UNJ.pdf · melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada

Biodata Kontributor

174 © 2017 Prosiding Seminar Nasional “Peningkatan Karir Dosen Melalui Penulisan Karya Ilmiah”

KONTRIBUTOR 18

Nama Lengkap : Eka Diah Kartiningrum, M. Kes• Tempat/Tanggal Lahir : Mojokerto/ 21 April 1979• Alamat Kantor : Jl. Raya Jabon Km. 02 – Kab. Mojokerto 61364• Telp. / Fax. : (0321) 329915/(0321) 331736• Email : [email protected]• Alamat Rumah : Jl Suromurukan 2 No 3 Perum Citra Surodinawan • Estate Kota Mojokerto.Telp. / HP : 0817 389 423• Email : [email protected]• Pendidikan Terakhir : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat• Pengalaman Penelitian•

No Tahun Judul Penelitian1 2012 Personal Hygiene Penderita Diare Di Wilayah UPT

Puskesmas Gayaman Mojoanyar Mojokerto2 2013 Efektivitas Zero Inflated Poisson Regression dan Zero

Inflated Binomial Regresion Dalam Pemodelan Faktor Yang Mempengaruhi Angka Kematian Ibu di Propinsi Jawa Timur

3 2014 Kesehatan Gigi Ibu Hamil di Puskesmas Kedungsari4 2014 Pengaruh faktor lingkungan terhadap kejadian tuberkulosis

paru di wilayah kerja puskesmas Dlanggu kab. Mojokerto5 2015 Pengaruh Jenis Persalinan Pada Letak Sungsang Terhadap

Pertumbuhan Dan Perkembangan Anak Usia 1 – 3 Tahun Di Kabupaten Sidoarjo (anggota 1)

6 2015 Faktor Resiko Kejadian Gizi Kurang Di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Mojokerto

7 2016 Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Kembang Sari Kec. Jatibanteng Kab.Situbondo

Publikasi Karya Ilmiah• No Tahun Judul Penerbit1 2017 Buku Faktor yang Mempengaruhi

Angka Kematian IbuCV. Kekata Group

2 2016 Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian ISPA Pada Balita Di Desa Kembang Sari Kec. Jatibanteng Kab.Situbondo

LPPM Poltekkes Majapahit

3 2015 Faktor Risiko Kejadian Gizi Kurang Pada Balita di Desa Gayaman Kecamatan Mojoanyar Mojokerto

LPPM Poltekkes Majapahit

4 2015 Buku Pengantar Biostatistik CV. Kekata Group5 2014 Kesehatan Gigi Ibu Hamil di

Puskesmas Kedung sari MojokertoLPPM Stikes Majapahit