Karya Tulis Ilmiah akbid

67
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan tanpa makanan tambahan sekurang- kurangnya sampai usia 4 bulan dan jika mungkin sampai usia 6 bulan. ASI harus menjadi makanan utama selama tahun pertama bayi dan menjadi makanan penting selama tahun kedua. ASI terus memberikan faktor-faktor anti infeksi unik yang tidak dapat diberikan oleh makanan lain (Rosidah, 2003). Setelah usia 4 bulan sampai 6 bulan disamping ASI dapat pula diberikan makanan tambahan, namun pemberiannya harus diberikan secara tepat meliputi kapan memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa jumlah yang diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan bayi (Rosidah, 2003). Sehingga saat mulai diberikan makanan tambahan harus 1

Transcript of Karya Tulis Ilmiah akbid

Page 1: Karya Tulis Ilmiah akbid

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan

tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4 bulan dan jika

mungkin sampai usia 6 bulan. ASI harus menjadi makanan utama selama tahun

pertama bayi dan menjadi makanan penting selama tahun kedua. ASI terus

memberikan faktor-faktor anti infeksi unik yang tidak dapat diberikan oleh

makanan lain (Rosidah, 2003).

Setelah usia 4 bulan sampai 6 bulan disamping ASI dapat pula diberikan

makanan tambahan, namun pemberiannya harus diberikan secara tepat meliputi

kapan memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa jumlah yang

diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan bayi (Rosidah,

2003). Sehingga saat mulai diberikan makanan tambahan harus disesuaikan

dengan maturitas saluran pencernaan bayi dan kebutuhannya (Narendra, dkk,

2002).

Di negara-negara yang sudah maju seperti Eropa dan Amerika, makanan

padat sebelum tahun 1970 diberikan pada bulan-bulan pertama setelah bayi

dilahirkan, akan tetapi setelah tahun tersebut banyak dilaporkan tentang

kemungkinan timbulnya efek sampingan jika makanan tersebut diberikan terlalu

dini. Waktu yang baik untuk memulai pemberian makanan padat biasanya pada

umur 4 – 5 bulan. Resiko pada pemberian sebelum umur tersebut antara lain

1

1

Page 2: Karya Tulis Ilmiah akbid

adalah kenaikan berat badan yang terlalu cepat hingga menjurus ke obesitas

(Pudjiadi, 2003).

Hasil penelitian oleh para pakar menunjukkan bahwa gangguan

pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita, antara lain disebabkan

kekurangan gizi sejak bayi dalam kandungan, pemberian makanan tambahan

terlalu dini atau terlalu lambat, makanan tambahan tidak cukup mengandung

energi dan zat gizi mikro terutama mineral besi dan seng, perawatan bayi yang

kurang memadai dan ibu tidak berhasil memberikan ASI eksklusif kepada

bayinya (Supriyono, 2003).

Menurut Cesilia M. Reveriani, pakar gizi anak Institut Pertanian Bogor

(IPB) yang menguraikan hasil survey penggunaan makanan pendamping ASI

sekitar 49% bayi sebelum usia 4 bulan sudah diberi susu formula, 45,1% makanan

cair selain susu formula dan 50% makanan padat. Pemberian susu formula

makanan pendamping ASI cair dan yang diberikan pada bayi kurang dari 4 bulan

cenderung dengan intensitas atau frekuensi yang sangat tinggi sehingga dapat

membahayakan dan berakibat kurang baik pada anak, yang dampaknya adalah

kerusakan pada usus bayi. Karena pada umur demikian usus belum siap mencerna

dengan baik sehingga pertumbuhan berat badan bayi terganggu, antara lain adalah

kenaikan berat badan yang terlalu cepat sehingga ke obesitas dan malnutrisi.

Pada Indonesia sehat 2010, target ASI eksklusif selama 4 bulan adalah 80%.

Penelitian di Kabupaten Lamongan Jawa Timur tahun 2003 menunjukkan

sebagian besar responden (59%) memberikan makanan tambahan sebelum bayi

2

Page 3: Karya Tulis Ilmiah akbid

berusia 4 bulan dan 41% memberikan makanan tambahan kepada bayinya saat

bayi berusia 4 bulan atau lebih (Supriyono, 2003).

Di Indonesia terutama di daerah pedesaan sering kita jumpai pemberian

makanan tambahan mulai beberapa hari setelah bayi lahir. Kebiasaan ini kurang baik

karena pemberian makanan tambahan dini dapat mengakibatkan bayi lebih sering

menderita diare, mudah alergi terhadap zat makanan tertentu, terjadi malnutrisi atau

gangguan pertumbuhan anak, produksi ASI menurun (Narendra, dkk, 2002).

Pada dasarnya dapat diharapkan bahwa bayi tidak akan makan secara

berlebihan yaitu diberi makanan tambahan dini karena akan berakibat

penambahan berat badan berlebihan (Behrman dan Vaughan, 1999).

Data dari Dinas Kesehatan Kota Surabaya tahun 2002 menunjukkan bahwa

dari 48.974 bayi, 16.729 bayi (33,11%) sudah mendapat makanan tambahan

sebelum usia 4 bulan, di kecamatan Mulyorejo dari 1.603 bayi, 1.254 bayi

(78,23%) sudah mendapat makanan tambahan sebelum usia 4 bulan. Dan di BPS

Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya saat penelitian pendahuluan pada bulan

Mei 2005 dari 10 bayi, 7 bayi (70%) diantaranya sudah mendapat makanan

tambahan sebelum usia 4 bulan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka yang menjadi masalah dalam

penelitian ini adalah :

Adakah hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan

berat badan bayi?

3

Page 4: Karya Tulis Ilmiah akbid

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan

pertumbuhan berat badan bayi.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi pemberian makanan tambahan.

1.3.2.2 Mengidentifikasi pertumbuhan berat badan bayi usia 4 bulan.

1.3.2.3 Menganalisa hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan

pertumbuhan berat badan bayi.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi Peneliti

Menambah wawasan peneliti dalam mengembangkan dan meningkatkan

pengetahuan tentang pemberian makanan tambahan.

1.4.2 Bagi BPS

Sebagai bahan masukan bagi BPS dalam menggalakkan KIE program ASI

eksklusif dan pemberian makanan tambahan.

1.4.3 Bagi Ilmu Pengetahuan dan Teknologi

Menambah wawasan dalam bidang gizi mengenai hubungan antara pemberian

makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi.

4

Page 5: Karya Tulis Ilmiah akbid

BAB 2

LANDASAN TEORI, KERANGKA KONSEPTUAL DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Pemberian Makanan Tambahan

2.1.1.1 Definisi

Pemberian makanan tambahan berarti memberi makanan selain ASI dan

PASI. Makanan lain ini disebut makanan tambahan (Rosidah, 2003).

2.1.1.2 Tujuan

Pemberian makan pada bayi / anak mempunyai suatu tujuan, yaitu :

1. Memenuhi kebutuhan zat makanan yang adekuat untuk keperluan hidup,

memelihara kesehatan dan untuk aktivitas sehari-hari.

2. Menunjang tercapainya tumbuh kembang yang optimal.

3. Mendidik anak supaya terbina selera dan kebiasaan makan yang sehat,

memilih dan menyukai makanan sesuai dengan keperluan anak (Narendra,

dkk, 2002).

2.1.1.3 Jenis

Jenis makanan tambahan :

1. Makanan pendamping cair

Seperti sari buah.

2. Makanan lunak atau lembek

Seperti bubur susu, nasi tim saring, dan lain-lain

5

5

Page 6: Karya Tulis Ilmiah akbid

3. Makanan padat

Seperti nasi tim,nasi dan makanan orang dewasa lainnya (Husaini dan

Anwar, 2001).

2.1.1.4 Persyaratan

Makanan bayi dan anak harus memenuhi persyaratan, yaitu :

1. Kebutuhan zat-zat makanan terpenuhi secara adekuat, yaitu tidak belebihan /

kekurangan.

2. Mudah diterima dan dicerna.

3. Jenis makanan dan cara pemberian sesuai dengan pemberian kebiasaan

makan yang sehat.

4. Terjamin kebersihannya dan bebas dari bibit penyakit.

5. Susunan menu seimbang (berasal dari 10 – 15 % dari protein, 25 – 35% dari

lemak dan 50 – 65 % dari karbohidrat) (Narendra, dkk, 2002).

2.1.1.5 Waktu

Tanda bahwa seorang bayi sudah siap untuk menerima makanan tambahan

adalah bahwa bayi tersebut :

1. Sekurangnya berusia 4 bulan karena pada umur 4 bulan tersebut, bayi sudah

mengeluarkan air liur lebih banyak dan produksi enzim amilase lebih

banyak pula, sehingga bayi siap menerima makanan lain selain ASI.

2. Kebutuhan energi bayi untuk pertumbuhan dan aktivitas makin bertambah,

sedangkan produksi ASI relatif tetap, sehingga diperlukan tambahan

makanan selain ASI yang dimulai pada umur 4 – 6 bulan untuk

membiasakan bayi makan makanan lain selain ASI.

6

Page 7: Karya Tulis Ilmiah akbid

3. Bayi sudah bisa menutup mulutnya dengan rapat dan menggerakkan lidah

ke muka belakang. Apabila makanan disuapkan ke dalam mulutnya, maka

lidah bayi dapat memindahkan makanan tersebut ke arah belakang dan

menelannya. Pada saat inilah bayi diberikan kesempatan mempraktekkan

kepandaiannya tersebut dengan memberikan makanan lunak. Dengan

bertambah matangnya kemampuan oromotor, bayi umur 6 – 9 bulan mulai

belajar mengunyah dengan menggerakkan rahang ke atas dan ke bawah,

sehingga dapat diberikan makanan yang lebih kasar. Demikian pula dengan

kemampuan motorik halus dimana pada awalnya bayi memegang dengan

kelima jari tangannya kemudian pada umur 9 bulan bayi sudah dapat

menjimpit, maka untuk mengembangkan kemampuan tersebut, bayi

diberikan makanan yang dapat dipegang sendiri atau makanan kecil yang

dapat dijimpit. Pada umur 6 – 7 bulan bayi sudah dapat duduk, sehingga

dapat diberikan makanan dalam posisi duduk.

Pada umur 6 – 9 bulan bibir bayi sudah dapat mengatup rapat pada cangkir,

sehingga dapat dilatih minum memakai cangkir / gelas yang dipegang oleh

orang lain. Pada tahun kedua, anak belajar makan sendiri dengan

menggunakan sendok. Terlalu lambat mulai memberikan makanan

tambahan juga kurang baik karena dapat menyebabkan bayi kurang gizi dan

menghambat ketrampilan makan bayi (Rosidah, 2003 dan Narendra, dkk,

2002).

7

Page 8: Karya Tulis Ilmiah akbid

2.1.1.6 Jadwal Pemberian Makan

Tabel 2.1 Jadwal Pemberian Makanan Pada Bayi

Umur (bulan) Makanan Jumlah Sehari

0 – 6

6 – 9

9 – 12

ASI saja

ASI

Buah

Bubur susu

Nasi tim saring

ASI

Buah

Nasi tim

Sesuka bayi

Sesuka bayi

2 kali

1 kali

2 kali

Sesuka bayi

2 kali

3 kali

Sumber : Perinasia, 2004

Tabel 2.2 Rekomendasi Pemberian Makanan Bayi

Mulai Menyusui Dalam Waktu 30 – 60 menit Setelah Melahirkan

Menyusui eksklusif

Makanan tambahan/

makanan pendamping

ASI (MP – ASI)

Berikan makanan

tambahan/MP ASI.

Teruskan pemberian

ASI

Umur 0 – 6 bulan pertama

Mulai diberikan pada umur antara 4 – 6 bulan

(umur yang tepat bervariasi atau bila bayi

menunjukkan kesiapan neorologis dan

neoromuskuler)

Pada semua bayi yang telah berumur lebih dari 6

bulan

Sampai anak berumur 2 tahun atau lebih

Sumber : Perinasia, 2004

8

Page 9: Karya Tulis Ilmiah akbid

2.1.2 Pemberian Makanan Tambahan Dini

2.1.2.1 Definisi

Pemberian makanan tambahan dini adalah memberikan makanan lain selain

ASI dan PASI sebelum bayi berusia 4 bulan atau 6 bulan (Rosidah, 2003).

2.1.2.2 Dampak

Pemberian makanan tambahan dini dapat mengakibatkan :

1. Bayi lebih sering menderita diare karena pembentukan zat anti oleh usus

bayi yang belum sempurna.

2. Bayi mudah alergi terhadap zat makanan tertentu. Keadaan ini terjadi akibat usus

bayi masih permeabel, sehingga mudah dilalui oleh protein asing.

3. Terjadi malnutrisi/gangguan pertumbuhan anak karena zat essensial yang

diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang panjang akan

mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut sehingga menimbulkan

keadaan obesitas dan dapat merupakan racun bagi tubuh.

4. Produksi ASI menurun. Karena bayi sudah kenyang dengan makanan

tambahan tadi, maka frekuensi menyusu menjadi lebih jarang, akibatnya

dapat menurunkan produksi ASI dan bayi kekurangan zat – zat yang

dibutuhkan sebelum usia 4 bulan atau 6 bulan yang tidak dapat diberikan

oleh makanan lain.

5. Tingginya solute load dari makanan tambahan yang diberikan, sehingga

dapat menimbulkan hiperosmolaritas yang meningkatkan beban ginjal

6. Menurunkan daya tahan tubuh bayi karena bayi kekurangan protein yang

sangat dibutuhkan selama masa pertumbuhan.

9

Page 10: Karya Tulis Ilmiah akbid

7. Terjadi obstruksi usus karena usus bayi belum mampu melakukan gerak

peristaltik secara sempurna (Narendra, 2002).

2.1.3 Pertumbuhan

2.1.3.1 Definisi

Pertumbuhan (growth) berkaitan dengan masalah perubahan dalam

besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu yang

bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram), ukuran panjang

(cm, meter), umur tulang dan keseimbangan metabolik (retensi kalsium dan

nitrogen tubuh) (Soetjiningsih, 1995).

Pertumbuhan ialah bertambahnya ukuran dan jumlah sel serta jaringan

intraseluler, berarti bertambahnya ukuran fisik dan struktur tubuh dalam arti

sebagian atau keseluruhan. Jadi bersifat kuantitatif sehingga dengan demikian

dapat kita ukur dengan mempergunakan satuan panjang dan satuan berat

(Narendra, dkk, 2002).

2.1.3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi

Faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan antara lain :

1. Faktor dalam (internal)

Yang terdiri dari perbedaan ras/etnik atau bangsa, keluarga, umur, jenis

kelamin, kelainan genetik, dan kelainan kromosom.

10

Page 11: Karya Tulis Ilmiah akbid

2. Faktor eksternal/lingkungan

1) Faktor pranatal

Yang terdiri dari gizi, mekanis, toksin/zat kimia, endokrin, radiasi,

infeksi, kelainan imunologi, anoksia embrio, dan psikologis ibu.

2) Faktor persalinan

3) Pasca natal

Yang terdiri dari gizi (untuk tumbuh kembang bayi, diperlukan zat

makanan yang adekuat. Pemberian makanan yang mengandung energi

berlebihan akan menimbulkan keadaan obesitas, sedangkan zat gizi

esensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang

panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut dan dapat

merupakan racun bagi tubuh melalui mal digesti (gangguan pencernaan)

dan mal absorbsi (gangguan penyerapan)), penyakit kronis/kelainan

kongenital, lingkungan fisis dan kimia, psikologi, endokrin, sosio–

ekonomi, lingkungan pengasuhan, stimulasi, dan obat-obatan (Narendra,

dkk, 2002 dan Pudjiadi, 2003).

2.1.4 Berat Badan

Berat badan merupakan ukuran antropometri yang terpenting dan paling

sering digunakan pada bayi baru lahir (neonatus). Pada masa bayi-balita, berat

badan dapat dipergunakan untuk melihat laju pertumbuhan fisik maupun

status gizi, kecuali terdapat kelainan klinis seperti dehidrasi, asites, edema dan

adanya tumor. Disamping itu pula berat badan dapat dipergunakan sebagai

dasar perhitungan dosis obat dan makanan.

11

Page 12: Karya Tulis Ilmiah akbid

Berat badan menggambarkan jumlah dari protein, lemak, air dan mineral

pada tulang. Pada remaja, lemak tubuh cenderung meningkat dan protein

menurun. Pada orang yang edema dan asites terjadi penambahan cairan dalam

tubuh. Adanya tumor dapat menurunkan jaringan lemak dan otot, khususnya

terjadi pada orang kekurangan gizi.

Berat badan merupakan pilihan utama karena berbagai pertimbangan,

antara lain :

2.1.4.1 Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat

karena perubahan-perubahan konsumsi makanan dan kesehatan.

2.1.4.2 Memberikan gambaran status gizi sekarang dan kalau dilakukan secara

periodik memberikan gambaran yang baik tentang pertumbuhan.

2.1.4.3 Merupakan ukuran antropometri yang sudah dipakai secara umum dan luas di

Indonesia.

2.1.4.4 Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh ketrampilan pengukur.

2.1.4.5 KMS (Kartu Menuju Sehat) yang digunakan sebagai alat yang baik untuk

pendidikan dan memonitor kesehatan anak menggunakan juga berat badan

sebagai dasar pengisiannya.

2.1.4.6 Karena masalah umur merupakan faktor penting untuk penilaian status gizi,

berat badan terhadap tinggi badan sudah dibuktikan dimana-mana sebagai

indeks yang tidak tergantung pada umur.

2.1.4.7 Alat pengukur dapat diperoleh di daerah pedesaan dengan ketelitian yang

tinggi dengan menggunakan dacin yang juga sudah dikenal oleh masyarakat

(Supariasa, dkk, 2001).

12

Page 13: Karya Tulis Ilmiah akbid

2.1.5 Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Dini dengan

Pertumbuhan Berat Badan Bayi.

Pemberian makanan tambahan dini mengandung energi berlebihan, zat

gizi essensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waktu yang

panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut sehingga

menimbulkan keadaan obesitas (gangguan pertumbuhan berat badan) dan

dapat merupakan racun bagi tubuh (Pudjiadi, 2003).

Hasil penelitian oleh para pakar menunjukkan bahwa gangguan

pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita antara lain disebabkan karena

pemberian makanan tambahan terlalu dini (Supriyono, 2003).

13

Page 14: Karya Tulis Ilmiah akbid

2.2 Kerangka Konseptual dan Hipotesis

2.2.1 Kerangka Konseptual

Keterangan :

: Diteliti

: Tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan

Dini dengan Pertumbuhan Berat Badan Bayi.

14

Faktor InternalRas/etnik

KeluargaUmurJenis kelaminGenetikKromosom

Faktor EksternalGizi (pemberian makanan tambahan dini)MekanisToksin/zat kimiaEndokrinRadiasiInfeksiImunologiPenyakit kronis/kelainan kongenitalPsikologiSosio-ekonomiLingkungan pengasuhanStimulasi

Mal absorbsi dan Mal digesti

Pertumbuhan berat badan

bayi

Page 15: Karya Tulis Ilmiah akbid

Narasi Kerangka Konseptual

Pertumbuhan berat badan bayi berkaitan dengan masalah perubahan besar,

jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ bayi bisa diukur dengan ukuran

berat (gram, pound, kilogram) (Soetjiningsih, 1995).

Secara keseluruhan faktor yang mempengaruhi pertumbuhan berat badan bayi

antara lain :

1. Faktor Internal

Yang terdiri dari ras/etnik, keluarga, umur, jenis kelamin, genetik dan

kromosom.

2. Faktor Eksternal

Yang terdiri dari gizi (pemberian makanan tambahan dini), mekanis, toksin/

zat kimia, endokrin, radiasi, infeksi, imunologi, penyakit kronis/kelainan

kongenital, psikologi, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan dan stimulasi.

Pemberian makanan tambahan dini mengandung energi berlebihan yang akan

menimbulkan keadaan obesitas, zat esensial yang diberikan secara berlebihan

untuk jangka waktu yang panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi

dan dapat merupakan racun bagi tubuh melalui mal digesti (gangguan

pencernaan) dan mal absorbsi (gangguan penyerapan).

2.2.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam suatu penelitian berarti jawaban sementara penelitian,

patokan duga, atau dalil sementara, yang kebenarannya akan dibuktikan dalam

penelitian tersebut. Setelah melalui pembuktian, maka hipotesis dapat benar

atau salah, bisa diterima bisa ditolak (Notoatmodjo, 2002).

15

Page 16: Karya Tulis Ilmiah akbid

Jadi hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Ada hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan

pertumbuhan berat badan bayi.

16

Page 17: Karya Tulis Ilmiah akbid

BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Rancang Bangun Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian analitik observasional yang bertujuan

untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara pemberian makanan tambahan

dini dengan pertumbuhan berat badan bayi. Observasional yaitu pengukuran

penelitian yang dilaksanakan dengan cara pengamatan terhadap suatu obyek yang

dipandu dengan kuesioner. Sifat penelitian yang digunakan adalah study Cross

Sectional yaitu suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara

faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu saat (point time approach). Artinya, tiap

subyek penelitian hanya diobservasi sekali saja dan pengukuran dilakukan

terhadap status karakter atau variabel subyek pada saat pemeriksaan. Hal ini tidak

berarti bahwa semua subyek penelitian diamati pada waktu yang sama

(Notoatmodjo, 2002).

17

17

Page 18: Karya Tulis Ilmiah akbid

Desain :

Gambar 3.1 Rancang Bangun Penelitian Hubungan antara Pemberian Makanan

Tambahan Dini dengan Pertumbuhan Berat Badan Bayi.

3.2 Kerangka Kerja Penelitian

Ibu dan bayi usia 4 bulan

Ibu diberi kuesioner

Bayi ditimbang

Dianalisa

Identifikasi pemberian makanan

tambahan

Identifikasi pertumbuhan berat badan

bayi

3.3 Populasi, Sampel, dan Sampling

18

Pemberian Makanan Tambahan Dini

Pemberian Makanan Tambahan Sesuai Usia

Pertumbuhan Berat Badan Bayi Normal

Pertumbuhan Berat Badan Bayi Tidak Normal

Pertumbuhan Berat Badan Bayi Normal

Pertumbuhan Berat Badan Bayi Tidak Normal

Page 19: Karya Tulis Ilmiah akbid

3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan dari variabel yang menyangkut masalah

yang diteliti. Variabel tersebut bisa berupa kejadian (Nursalam dan Pariani,

2002).

Populasi dalam penelitian ini adalah pasangan ibu-bayi yang berkunjung

ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya pada tanggal 20 sampai 30 Juni

2005.

3.3.2 Sampel

Sampel adalah keseluruhan subyek penelitian yang akan diteliti dan

dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002). Pada penelitian ini

sampelnya adalah sebagian bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo

Timur Surabaya.

3.3.3 Sampling

Sampling adalah proses dalam menyeleksi porsi dari populasi untuk

dapat mewakili populasi (Nursalam dan Pariani, 2001). Pemilihan sampel

secara acak sederhana. Pada sampling ini setiap subyek dalam populasi

mempunyai suatu kesempatan untuk terpilih atau tidak terpilih sebagai

sampel.

3.3.3.1 Kriteria Sampel

Kriteria sampel terdiri dari 2, yaitu kriteria inklusi dan kriteria eksklusi.

1. Kriteria Sampel Inklusi

1) Pasangan ibu-bayi bersedia diteliti.

2) Bayi berusia 4 bulan yang memiliki KMS.

19

Page 20: Karya Tulis Ilmiah akbid

3) Bayi tidak sedang atau baru sembuh dari sakit.

4) Bayi tidak punya kelainan kongenital.

2. Kriteria Sampel Eksklusi

1) Pasangan ibu-bayi tidak bersedia diteliti.

2) Bayi tidak berusia 4 bulan dan tidak memiliki KMS.

3) Bayi sedang atau baru sembuh dari sakit.

4) Bayi punya kelainan kongenital.

3.3.3.2 Besar Sampel

Besar sampel adalah banyaknya anggota yang dijadikan sampel

(Nursalam dan Pariani, 2001).

Dengan penelitian ini sampel yang digunakan dihitung dengan

mengukur proporsi dengan derajat akurasi pada tingkatan statistik yang

bermakna dengan menggunakan formula sederhana seperti dibawah ini :

(Windhu, 2002)

Keterangan :

n total = Besar sampel

Z 2 = Standar deviasi yang disesuaikan = 1,96

= Proporsi dari respon yang diharapkan = 78,23% = 0,7823

W = Besar simpangan = 20% = 0,2

Perhitungan :

20

Page 21: Karya Tulis Ilmiah akbid

= 65,4

= 65

Karena sampel terlalu banyak maka dikonversi menjadi :

(Windhu, 2002)

Keterangan :

n* = Besarnya populasi

n = Besar sampel = 65 bayi

N = Besar populasi dalam waktu 1 bulan = 55 bayi

Perhitungan :

= 30,09

= 30 bayi

Jadi besar sampel dalam penelitian ini adalah 30 bayi.

3.4 Variabel dan Definisi Operasional

3.4.1 Variabel Penelitian

Variabel adalah ukuran yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan peneliti

tentang sesuatu konsep pengertian tertentu (Notoatmodjo, 2002).

3.4.1.1 Variabel Bebas (Variabel Independent)

21

Page 22: Karya Tulis Ilmiah akbid

Adalah variabel yang mempengaruhi. Dalam penelitian ini variabel bebasnya

adalah pemberian makanan tambahan dini.

3.4.1.2 Variabel Tergantung (Variabel Dependent)

Adalah variabel yang dipengaruhi. Dalam penelitian ini variabel

tergantungnya adalah pertumbuhan berat badan bayi.

3.4.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional Pemberian Makanan Tambahan Dini dan Pertumbuhan Berat Badan Bayi.

No Variabel Definisi Operasional KategoriSkala

Pengukuran1.

2.

Pemberian makanan tambahan dini

Pertumbuhan berat badan bayi

Memberi makanan lain selain ASI dan PASI sebelum bayi berusia 4 bulan atau 6 bulan yang dilihat melalui kuesioner.

Berkaitan dengan masalah perubahan dalam besar, jumlah, ukuran atau dimensi tingkat sel, organ maupun individu pada bayi yang bisa diukur dengan ukuran berat (gram, pound, kilogram) melalui timbangan bayi dan KMS.

- Pemberian makanan tambahan dini yaitu bila ibu memberi makanan pada bayi selain ASI dan PASI seperti makanan lumat/lembek sebelum berusia 4 bulan.

- Pemberian makanan tambahan sesuai usia yaitu bila ibu memberi makanan pada bayi selain ASI dan PASI seperti makanan lumat/lembek di atas usia 4 bulan

- Pertumbuhan berat badan bayi normal

bila berat badan berada di garis hijau KMS.

- Pertumbuhan berat badan bayi tidak normal bila berat badan berada di atas atau di bawah garis hijau KMS.

Nominal

Nominal

3.5 Instrumen Penelitian

22

Page 23: Karya Tulis Ilmiah akbid

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner, KMS dan

timbangan bayi.

3.6 Pengumpulan dan Analisa Data

3.6.1 Prosedur Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan melalui kuesioner yang diisi sendiri oleh

responden (self-administered questionnare) yaitu ibu yang mempunyai bayi

usia 4 bulan dan berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya

serta hasil penimbangan berat badan dalam KMS. Kuesioner adalah sebagai

daftar pertanyaan yang sudah disusun oleh peneliti yang perlu dijawab oleh

responden dengan pilihan jawaban yang telah tersedia. Bentuk kuesioner

dengan menggunakan pertanyaan tertutup.

Pengumpulan data mencakup data primer dan data sekunder. Data

primer berasal dari kuesioner meliputi jenis kelamin bayi, usia responden,

pendidikan terakhir responden, penghasilan keluarga perbulan, pemberian ASI

eksklusif, alasan pemberian susu formula sebelum bayi berusia 4 bulan, usia

pemberian makanan tambahan pertama kali, jenis makanan tambahan pertama

kali diberikan, dan alasan pemberian makanan tambahan dini. Sedangkan data

sekunder diperoleh dari hasil timbangan dalam KMS bayi.

Data yang telah dikumpulkan diolah secara manual dimana pengolahan

ini meliputi kegiatan editing, koding, dan tabulating yang kemudian data

dimasukkan sesuai dengan variabel dalam total distribusi frekuensi. Masing –

masing variabel tersebut kemudian didiskripsikan.

23

Page 24: Karya Tulis Ilmiah akbid

3.6.2 Analisa Data

Penyajian data dibagi menjadi dua bagian yaitu data umum dan data

khusus. Data umum akan menampilkan karakteristik responden, identifikasi

pemberian makanan tambahan dan identifikasi pertumbuhan berat badan bayi

usia 4 bulan. Data umum dimasukkan sesuai dengan variabel dalam total

distribusi frekuensi kemudian masing-masing variabel didiskripsikan. Data

khusus akan menggambarkan hubungan antara variabel yang diukur yaitu

pemberian makanan tambahan dini dan pertumbuhan berat badan bayi dalam

tabel silang (Cross Tabulation) yang kemudian juga didiskripsikan.

Kemudian pada analisis hasil penelitian akan menggambarkan

hubungan antara variabel yang diukur, dan untuk memperoleh signifikasi

hubungan tersebut dilakukan uji statistik yang sesuai yaitu uji Chi-Square (X2)

dengan bantuan program komputer (SPSS), dengan taraf signifikasi ≤

0,05 dan nilai kritis X2 tabel sebesar 3,841. Bila X2 hitung lebih besar dari X2

tabel maka H0 ditolak dan H1 diterima. Berarti ada hubungan antara pemberian

makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi.

3.7 Etika Penelitian

3.7.1 Lembar Persetujuan

24

Page 25: Karya Tulis Ilmiah akbid

Lembar persetujuan diberikan kepada responden. Tujuannnya adalah

responden mengetahui maksud dan tujuan penelitian serta dampak yang

diteliti selama pengumpulan data. Jika responden bersedia diteliti maka harus

menandatangani lembar persetujuan. Jika responden menolak untuk diteliti

maka peneliti tidak akan memaksa dan tetap menghormati hak responden.

3.7.2 Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasiaan identitas subyek, peneliti tidak akan

mencantumkan nama subyek pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang

diisi oleh subyek, lembar hanya diberi nomor kode tertentu.

3.7.3 Confidentiality (kerahasiaan)

Kerahasiaan informasi yang diberikan oleh subyek dijamin oleh

peneliti (Nursalam, 2003).

3.8 Keterbatasan

3.8.1 Keterbatasan jumlah sampel yang diteliti yaitu terbatas pada ibu dan bayi

yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya.

3.8.2 Tidak dibedakan antara bayi aterm dan premature (bayi dengan berat lahir

normal dan bayi berat lahir rendah).

3.8.3 Instrumen dan kuesioner mempunyai kelemahan untuk tidak diisi apa adanya.

3.8.4 Kuesioner sebagai alat ukur dan alat pengumpulan data tidak dilakukan uji

validitas dan realibilitas terlebih dahulu sehingga hasilnya belum bisa valid

dan realibel.

25

Page 26: Karya Tulis Ilmiah akbid

3.8.5 Waktu yang tersedia untuk melaksanakan dan menyelesaikan penelitian cukup

pendek, sehingga hasilnya kurang memuaskan.

3.8.6 Pengetahuan dan pengalaman peneliti masih kurang.

BAB 4

HASIL PENELITIAN, ANALISIS HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

26

Page 27: Karya Tulis Ilmiah akbid

4.1 Hasil Penelitian

Pada bab ini disajikan mengenai hasil pengumpulan data dari lembar

kuesioner yang diperoleh pada tanggal 20 sampai 30 Juni 2005 di BPS Enny

Juniati Sutorejo Timur Surabaya. Hasil penelitian meliputi data umum dan

khusus. Data-data hasil akan disajikan dalam bentuk tabel frekuensi (prosentase)

dan diberikan uraian secara diskripsi.

4.1.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya,

yang ada di jalan Sutorejo Timur III/39 Surabaya, dan berada di bawah

naungan Puskesmas Mulyorejo. Tempat ini melayani pemeriksaan kehamilan,

Keluarga Berencana, imunisasi, pengobatan setiap hari dari pukul 06.00 WIB

sampai dengan pukul 20.00 WIB, dan pertolongan persalinan normal selama

24 jam. Jumlah kunjungan rata-rata 40 orang perhari. Tenaga kerja di BPS ini

meliputi 2 orang bidan, 2 orang perawat kesehatan, 1 orang pembantu umum,

dan kolaborasi dengan seorang dokter spesialis kebidanan dan kandungan.

4.1.2 Data Umum

Penyajian data umum meliputi jenis kelamin bayi, usia ibu, pendidikan

terakhir, penghasilan keluarga perbulan, pemberian ASI eksklusif, alasan

pemberian susu formula sebelum usia 4 bulan, jenis makanan tambahan dini

pertama kali dan alasan pemberian makanan tambahan dini.

4.1.2.1 Jenis Kelamin Bayi

Tabel 4.1 Distribusi frekuensi jenis kelamin bayi Di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya Bulan Juni 2005.

27

27

Page 28: Karya Tulis Ilmiah akbid

No. Jenis Kelamin Jumlah Prosentase

1.

2.

Laki-laki

Perempuan

17

13

56,7

43,3

Total 30 100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden mempunyai bayi laki-laki sebanyak 17 bayi (56,7%).

4.1.2.2 Usia Ibu

Tabel 4.2 Distribusi frekuensi usia responden di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.

No. Usia Ibu Jumlah Prosentase

1.

2.

3.

< 20 tahun

20 – 30 tahun

> 30 tahun

0

26

4

0

86,7

13,3

Total 30 100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berusia 20 – 30 tahun sebanyak 26 orang (86,7%).

4.1.2.3 Pendidikan Terakhir

Tabel 4.3 Distribusi frekuensi pendidikan terakhir responden di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.

28

Page 29: Karya Tulis Ilmiah akbid

No. Pendidikan Terakhir Jumlah Prosentase

1.

2.

3.

4.

SD

SMP

SMA

Akademi/Perguruan Tinggi

8

15

4

3

26,7

50

13,3

10

Total 30 100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berpendidikan terakhir SMP sebanyak 15 orang (50%).

4.1.2.4 Penghasilan Keluarga Perbulan

Tabel 4.4 Distribusi frekuensi penghasilan keluarga responden perbulan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.

No. Penghasilan Jumlah Prosentase

1.

2.

3.

< Rp. 500.000,00

Rp. 500.000,00–Rp. 1.000.000,00

> Rp. 1.000.000,00

4

18

8

13,3

60

26,7

Total 30 100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden berpenghasilan Rp. 500.000,00 – Rp. 1.000.000,00 perbulan

sebanyak 18 orang (60%).

4.1.2.5 Pemberian ASI Eksklusif

Tabel 4.5 Distribusi frekuensi pemberian ASI eksklusif di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.

29

Page 30: Karya Tulis Ilmiah akbid

No. Pemberian ASI Eksklusif Jumlah Prosentase

1.

2.

ASI eksklusif

Tidak ASI eksklusif

7

23

23,3

76,7

Total 30 100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden tidak memberikan ASI eksklusif sebanyak 23 orang (76,7%).

4.1.2.6 Macam-macam ASI Tidak Eksklusif

Tabel 4.6 Distribusi frekuensi macam-macam ASI tidak eksklusif di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.

No.Macam-macam ASI Tidak

EksklusifJumlah Prosentase

1.

2.

3.

4.

5.

PASI

ASI + PASI

ASI + PASI + PMT dini

ASI + PMT dini

PASI + PMT dini

1

7

9

1

5

4,3

30,4

39,1

4,3

21,9

Total 23 100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden yang tidak memberikan ASI eksklusif yaitu sudah diberikan ASI +

PASI + PMT dini sebanyak 9 orang (39,1%).

4.1.2.7 Alasan Pemberian Susu Formula Sebelum Usia 4 Bulan

30

Page 31: Karya Tulis Ilmiah akbid

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa dari 23 bayi yang

tidak mendapatkan ASI eksklusif, 18 bayi diantaranya sudah mendapat susu

formula (PASI) dengan alasan sebagai berikut :

Tabel 4.7 Distribusi frekuensi alasan pemberian susu formula sebelum usia 4 bulan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.

No.Alasan Pemberian Susu

Formula Sebelum Usia 4 BulanJumlah Prosentase

1.

2.

3.

4.

ASI tidak keluar

ASI tidak lancar

Bayi masih rewel setelah menyusu

Ibu sibuk

1

7

7

3

5,5

38,9

38,9

16,7

Total 18 100

31

Page 32: Karya Tulis Ilmiah akbid

4.1.2.8 Pemberian Makanan Tambahan Dini

Dari tabel 4.6 di atas diketahui bahwa dari 23 bayi yang tidak

mendapatkan ASI eksklusif, 15 bayi diantaranya sudah mendapat makanan

tambahan dini dengan jenis dan alasan sebagai berikut :

1. Jenis Makanan Tambahan Dini Pertama Kali

Tabel 4.8 Distribusi frekuensi jenis makanan tambahan dini pertama kali diberikan di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.

No.Jenis Makanan Tambahan Dini

Pertama KaliJumlah Prosentase

1.

2.

3.

4.

Bubur susu

Pisang kerok

Nasi tim

Nasi

10

5

0

0

66,7

33,3

0

0

Total 15 100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memberikan bubur susu sebelum bayinya berusia 4 bulan

sebanyak 10 orang (66,7%).

2. Alasan Pemberian Makanan Tambahan Dini

Tabel 4.9 Distribusi frekuensi alasan pemberian makanan tambahan dini di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.

No. Alasan Pemberian Makanan Jumlah Prosentase

32

Page 33: Karya Tulis Ilmiah akbid

Tambahan Dini1.

2.

3.

Tidak rewel

Cepat gemuk

Tradisi

1

14

0

6,7

93,3

0

Total 15 100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar

responden memberikan makanan tambahan dini supaya cepat gemuk

sebanyak 14 orang (93,3%).

4.1.3 Data Khusus

Penyajian data khusus meliputi variabel-variabel yang diukur yaitu

variabel bebas adalah pemberian makanan tambahan dini dan variabel

tergantung adalah pertumbuhan berat badan bayi.

4.1.3.1 Pemberian Makanan Tambahan Dini

Tabel 4.10 Distribusi frekuensi pemberian makanan tambahan dini di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.

No. Pemberian Makanan Tambahan Dini

Jumlah Prosentase

1.

2.

Pemberian makanan tambahan sesuai usiaPemberian makanan tambahan dini

15

15

50

50Total 30 100

Sumber : Data Primer, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa usia pemberian

makanan tambahan pertama kali besarnya sama antara lebih dari 4 bulan dan

kurang dari 4 bulan sebanyak 15 orang (50%).

4.1.3.2 Pertumbuhan Berat Badan Badan Bayi

33

Page 34: Karya Tulis Ilmiah akbid

Tabel 4.11 Distribusi frekuensi pertumbuhan berat badan bayi di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.

No. Pertumbuhan Berat Badan Bayi Jumlah Prosentase

1.

2.

Normal

Tidak normal

14

16

46,7

53,3

Total 30 100

34

Page 35: Karya Tulis Ilmiah akbid

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pertumbuhan berat

badan bayi sebagian besar responden tidak normal yaitu sebanyak 16 orang

(53,3%).

4.1.3.3 Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Dini dengan Pertumbuhan

Berat Badan Bayi

Tabel 4.12 Hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi di BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya bulan Juni 2005.

Pertumbuhan

Pemberian makanan tambahan dini

Berat badan normal

Berat badan tidak nomal

Total

n % n % n %

PMT Sesuai Usia

PMT Dini

11

3

36,7

10

4

12

13,3

40

15

15

50

50

Total 14 46,7 16 53,3 30 100

Sumber : Data Primer dan Data Sekunder, 2005

Berdasarkan tabel di atas dapat diketahui bahwa pemberian makanan

tambahan dini berhubungan dengan pertumbuhan berat badan bayi.

Terlihat bahwa dari 15 responden yang memberikan makanan tambahan

dini dengan pertumbuhan berat badan bayi tidak normal sebanyak 12 bayi (40%),

sedang bayi yang diberi makanan tambahan sesuai usia dengan pertumbuhan

berat badan badan normal sebanyak 11 bayi (36,7%).

4.2 Analisis Hasil Penelitian

Untuk mengetahui tingkat signifikasi hubungan variabel bebas yaitu

pemberian makanan tambahan dini dan variabel tergantung yaitu pertumbuhan

35

Page 36: Karya Tulis Ilmiah akbid

berat badan bayi dimasukkan dalam tabel frekuensi silang (cross tabulating)

yang kemudian dilakukan uji statistik Chi-Square (X2) dengan tingkat

kemaknaan = 0,05, dengan hasil uji statistik X2 (uji hitung) > (uji tabel C)

maka H0 ditolak. Apabila harga uji statistik X2 (uji hitung) < (uji tabel C) maka

H0 diterima.

Dari hasil penelitian melalui uji statistik Chi-Square dengan tingkat

kemaknaan 0,05 menggunakan komputer pada program SPSS diperoleh hasil X2

hitung yaitu 6,563 lebih besar dari X2 tabel dengan df = (2 – 1) . (2 – 1) = 1 yaitu

3,84 dan nilai probabilitas () 0,003 lebih kecil dari 0,05 maka H0 ditolak artinya

ada hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan pertumbuhan

berat badan bayi.

4.3 Pembahasan

4.3.1 Identifikasi Pemberian Makanan Tambahan

Dari 30 bayi 15 bayi mendapatkan makanan tambahan dini, 10 bayi

mendapat bubur susu sebagian makanan tambahan pertama yang diterima,

sedangkan 4 lainnya mendapatkan pisang kerok. Alasan terbanyak bayi-bayi

tersebut diberi makanan tambahan dini supaya cepat gemuk yaitu 14 bayi

sisanya 1 bayi supaya tidak rewel.

ASI merupakan makanan alami pertama untuk bayi dan harus diberikan

tanpa makanan tambahan sekurang-kurangnya sampai usia 4 bulan dan jika

mungkin sampai usia 6 bulan, karena ASI terus memberikan faktor-faktor anti

infeksi unik yang tidak dapat diberikan oleh makanan lain. Dari 30 bayi hanya

36

Page 37: Karya Tulis Ilmiah akbid

7 bayi yang mendapatkan ASI eksklusif, sedangkan 23 lainnya tidak. Mereka

sudah mendapatkan susu formula dan makanan tambahan sebelum usia 4

bulan. Banyak alasan mengapa para ibu tidak memberikan ASI eksklusif

antara lain 7 orang karena ASI tidak lancar, 7 orang mengatakan bayinya

masih rewel setelah menyusu, 3 orang karena sibuk dan 1 orang karena ASI

tidak keluar serta 5 orang lainnya sudah diberi makanan tambahan. Padahal

sebagian besar responden pada dasarnya bisa memberikan ASI eksklusif

asalkan mereka mau telaten dan sabar dalam memberikan ASI kepada

bayinya. Salah satu cara yaitu ibu bisa menyimpan ASI-nya saat bayi tersebut

sudah kenyang sedangkan konsistensi payudara ibu masih keras, dan

memberikannya pada saat bayi lapar. ASI bisa bertahan 6 jam di udara

terbuka dan 12 jam di dalam lemari es. Sebelum memberikan hendaknya ASI

dihangatkan terlebih dahulu dengan merendam ASI dan tempatnya dalam air

panas.

Sebanyak 18 responden berpenghasilan antara Rp. 500.000,00 –

Rp. 1.000.000,00, 8 responden berpenghasilan > Rp. 1.000.000,00 dan sisanya

4 responden berpenghasilan < Rp. 500.000,00. Jadi sebagian besar responden

berpenghasilan menengah. Sebanyak 15 responden berpendidikan SMP, 8

responden berpendidikan SD, 4 responden berpendidikan SMA dan sisanya 3

responden berpendidikan akademi/perguruan tinggi. Jadi sebagian besar

responden berpendidikan SMP. Dan sebanyak 26 responden berusia 20 – 30

tahun, dan sisanya 4 responden berusia > 30 tahun. Jadi sebagian besar

responden berusia reproduksi sehat. Tingkat pendidikan yang tinggi, usia dan

37

Page 38: Karya Tulis Ilmiah akbid

didukung oleh status ekonomi yang baik mendorong seseorang untuk

menyadari dan memahami kebutuhan akan kesehatan, sedangkan status

ekonomi berkaitan erat dengan pekerjaan dan penghasilan, dan usia

mempengaruhi tingkat kematangan seseorang dalam berfikir dan mengambil

keputusan (Notoatmodjo, 2001). Hal-hal tersebut di atas kemungkinan

merupakan salah satu penyebab pemberian makanan tambahan dini.

4.3.2 Identifikasi Pertumbuhan Berat Badan Bayi Usia 4 Bulan

Sebanyak 16 bayi dari 30 bayi mengalami pertumbuhan berat badan

tidak normal, sedangkan 14 bayi lainnya normal. Dalam KMS, bayi yang

berusia 4 bulan hendaknya memiliki berat badan antara 5200 gram sampai

7400 gram. Diluar itu pertumbuhan berat badan bayi dapat digolongkan tidak

normal. Banyak sebab yang dapat mempengaruhi pertumbuhan berat badan

pada awal masa kehidupan balita antara lain kekurangan gizi sejak bayi dalam

kandungan, pemberian makanan tambahan terlalu dini atau terlalu lambat,

makanan tambahan tidak cukup mengandung energi dan gizi mikro terutama

mineral besi dan seng, perawatan bayi yang kurang memadai dan ibu tidak

berhasil memberikan ASI eksklusif kepada bayinya (Supriyono, 2003).

4.3.3 Hubungan antara Pemberian Makanan Tambahan Dini dengan

Pertumbuhan Berat Badan Bayi.

Dari hasil analisa data dapat diketahui bahwa 15 bayi yang mendapat

makanan tambahan dini 12 bayi (40%) diantaranya mengalami pertumbuhan

berat badan tidak normal. Sedangkan dari 15 bayi yang mendapat makanan

tambahan sesuai usia hanya 4 bayi (13,3%) yang mengalami pertumbuhan

38

Page 39: Karya Tulis Ilmiah akbid

berat badan tidak normal. Hal tersebut membuktikan bahwa hipotesis

alternatif telah diterima, dengan hasil uji statistik Chi-Square diperoleh X2

hitung 6,653 dan = 0,003. Terjadi peningkatan frekuensi pada pertumbuhan

berat badan tidak normal pada bayi yang mendapat makanan tambahan dini

daripada bayi yang mendapat makanan tambahan sesuai usia, sesuai dengan

literatur bahwa gangguan pertumbuhan pada awal masa kehidupan balita

antara lain disebabkan oleh pemberian makanan tambahan terlalu dini atau

terlalu lambat (Supriyono, 2003).

Pemberian makanan tambahan dini di Indonesia terutama di daerah

pedesaan sering kita jumpai. Bayi-bayi yang mendapat makanan tambahan

dini memiliki kecenderungan lebih besar mengalami pertumbuhan berat badan

tidak normal daripada bayi-bayi mendapat makanan tambahan sesuai usia,

karena pemberian makanan tambahan dini mengandung energi berlebihan, zat

gizi essensial yang diberikan secara berlebihan untuk jangka waku yang

panjang akan mengakibatkan penimbunan zat gizi tersebut sehingga

menimbulkan keadaan obesitas dan dapat merupakan racun bagi tubuh yang

pada akhirnya berpengaruh terhadap pertumbuhan berat badan bayi tersebut.

Faktor-faktor yang perlu diperhatikan adalah termasuk ras/etnik, jenis

kelamin, genetik, penyakit, sosio-ekonomi, lingkungan pengasuhan dan

stimulasi.

Semua orang tua harus diberitahu mengenai hubungan antara pemberian

makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi. Bayi gemuk

terlebih obesitas tidak selamanya dapat diartikan sehat. Oleh sebab itu

39

Page 40: Karya Tulis Ilmiah akbid

hendaknya pada orang tua harus memberikan nutrisi kepada bayinya sesuai

dengan jadwal. Karena pemberian nutrisi kepada bayi harus diberikan secara

tepat meliputi kapan memulai pemberian, apa yang harus diberikan, berapa

jumlah yang diberikan dan frekuensi pemberian untuk menjaga kesehatan

bayi. Sehingga saat mulai diberikan nutrisi harus disesuaikan dengan

maturitas saluran pencernaan bayi dan kebutuhannya.

40

Page 41: Karya Tulis Ilmiah akbid

BAB 5

SIMPULAN DAN SARAN

Pada bab ini diuraikan mengenai simpulan dan saran hasil penelitian dan

merupakan jawaban masalah dan tujuan penelitian.

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan

bahwa :

5.1.1 Dari 30 bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timur Surabaya

setengahnya (50%) diberikan makanan tambahan dini.

5.1.2 Dari 30 bayi yang berkunjung ke BPS Enny Juniati Sutorejo Timu Surabaya

sebagian besar (53,3%) mengalami pertumbuhan berat badan tidak normal.

5.1.3 Ada hubungan antara pemberian makanan tambahan dini dengan

pertumbuhan berat badan bayi setelah dilakuka uji Chi-Square, didapatkan

hasil (0,003) < 0,05 maka H0 ditolak.

5.2 Saran

Mempertimbangkan hasil penelitian yang telah dilakukan tentang hubungan

antara makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi maka perlu

ditingkatkan :

5.2.1 Dalam memberikan asuhan hendaknya perlu diperhatikan kebutuhan nutrisi

bayi sejak bayi dalam kandungan hingga bayi lahir, tumbuh dan berkembang.

41

Page 42: Karya Tulis Ilmiah akbid

Sehingga pertumbuhan berat badannya senantiasa dalam batas normal.

5.2.2 Petugas yang bersangkutan hendaknya meningkatkan KIE kepada orang tua

yang akan atau telah memiliki bayi mengenai kebutuhan nutrisi dan tumbuh

kembang bayi dan balita. Antara lain tentang ASI eksklusif dan jadwal

pemberian makanan, juga cara memantau pertumbuhan berat badan bayi

secara sederhana melalui KMS (Kartu Menuju Sehat).

5.2.3 Ibu hamil dan menyusui hendaknya lebih meningkatkan gizi yang

dikonsumsinya agar produk ASI-nya berkualitas sehingga pemenuhan

kebutuhan nutrisi dan cairan bayi terpenuhi. Belajar memantau pertumbuhan

berat badan bayinya secara sederhana melalui KMS (Kartu Menuju Sehat).

5.2.4 Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan antara pemberian

makanan tambahan dini dengan pertumbuhan berat badan bayi agar hasil

penelitian lebih representatif.

5.2.5 Untuk mendapatkan hasil penelitian yang lebih baik, teori riset dan

metodologi penelitian harus diperdalam dan waktu pelaksanaan penelitian

perlu sedikit diperpanjang.

42

Page 43: Karya Tulis Ilmiah akbid

DAFTAR PUSTAKA

Behrman, R.E dan Vaugen, V.C. 1999. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Volume I. Jakarta : EGC.

Husaini, Y.K dan Anwar, H.M. 2001. Makanan Bayi Bergizi. Yogyakarta : Gajah Mada University Press.

Narendra, M.B, Sularyo, T.S, Soetjiningsih, Suyitno, H dan Ranuh, I.G.N.G. 2002. Tumbuh Kembang Anak dan Remaja. Jakarta : Sagung Seto.

Notoatmodjo, S. 2001. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Notoatmodjo, S. 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta.

Nursalam dan Pariani, S. 2001. Pendekatan Praktis Metode Riset Keperawatan. Jakarta : Infomedika.

Nursalam, 2003. Konsep dan Penetapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.

Pudjiadi, S. 2003. Ilmu Gizi Klinis pada Anak Edisi Keempat. Jakarta : Gaya Baru.

Pratiknya, A.W. 2001. Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

Rosidah, D. 2003. Pemberian Makanan Tambahan. Jakarta : EGC.

Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta : EGC.

Soeparmanto, P dan Rahayu, S.C. 2004. Faktor-faktor Pemberian ASI. Hubungan Antara Pola Pemberian ASI dengan Faktor sosial Ekonomi, Demografi dan Perawatan Kesehatan [Internet]. Available from : http//www.tempo.independen/medika/arsip [accesed January 6th, 2005].

Supriyono. 2004. Gambaran Pemberian ASI Eksklusif di Kabupaten Lamongan tahun 2003. Majalah Kesehatan. 169 : 31-33.

Supariasa, I.D.N, Bakri, B dan Fajar, I. 2001. Penilaian Status Gizi. Jakarta : EGC.

43

42

Page 44: Karya Tulis Ilmiah akbid

Suryabrata, S. 2004. Metodologi Penelitian. Jakarta : PT Grafindo Persada.

Perinasia, 2004. Manajemen Laktasi. Jakarta : Tim Penerbit Perinasia.

Windhu, P. 2002. Metodologi Penelitian. Surabaya.

Windhu, P. 2002. Statistika Kesehatan. Surabaya.

44