PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA...

134
UNIVERSITAS INDONESIA PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 DI KALIMANTAN SELATAN TESIS NOOR DIANI NPM 1006833911 FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN DEPOK JANUARI 2013 Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Transcript of PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA...

Page 1: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

DI KALIMANTAN SELATAN

TESIS

NOOR DIANI NPM 1006833911

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN

DEPOK JANUARI 2013

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 2: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

UNIVERSITAS INDONESIA

PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

DI KALIMANTAN SELATAN

TESIS

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Ilmu Keperawatan

NOOR DIANI NPM 1006833911

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN

KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH DEPOK

JANUARI 2013

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 3: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS

Tesis ini adalah hasil karya saya sendiri,

dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk

telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Noor Diani

NPM : 1006833911

Tanda Tangan :

Tanggal : 11 Januari 2013

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 4: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

LEMBAR PENGESAHAN

Tesis ini diajukan oleh

Nama : Noor Diani

NPM : 1006833911

Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan

Judul Tesis : Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien

Diabetes Melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan Dewan Penguji dan diterima sebagai

bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Magister Ilmu

Keperawatan pada Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

DEWAN PENGUJI

Pembimbing I : Agung Waluyo, SKp., MSc, PhD. ( )

Pembimbing II : Lestari Sukmarini, SKp., MNS. ( )

Penguji I : Riri Maria, SKp., MANP ( )

Penguji II : Ernawati, SKp, M.Kep,Sp.Kep.MB ( )

Ditetapkan di : Depok

Tanggal : 11 Januari 2013

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 5: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat dan

karunia-Nya, peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “Pengetahuan dan

Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan”.

Dalam penyusunan penelitian ini, peneliti banyak mendapat bimbingan dan dukungan

dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini peneliti mengucapkan

terimakasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :

1. Agung Waluyo, SKp, MSc, PhD selaku Pembimbing I yang telah memberikan

masukan dan arahan selama penyusunan tesis.

2. Lestari Sukmarini, S.Kp., MNS selaku pembimbing II yang telah memberikan

masukan dan arahan selama penyusunan tesis.

3. Riri Maria, SKp., MANP, selaku penguji I pada sidang ujian proposal dan sidang

ujian hasil yang telah banyak memberikan masukan dan arahan selama

penyusunan tesis.

4. Dewi Irawaty, MA., PhD, selaku Dekan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia.

5. Astuti Yuni Nursasi, MN selaku Ketua Program Studi Pascasarjana Fakultas Ilmu

Keperawatan Universitas Indonesia.

6. Seluruh dosen dan staf akademik Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas

Indonesia .

7. Rekan-rekan mahasiswa khususnya Program Magister Keperawatan Medikal

Bedah yang telah saling mendukung dan membantu selama proses pendidikan.

8. Suamiku tercinta H. Muhammad Fakhruddin Noor dan putra-putri ku Muhammad

Haikal Ash-Shiddiqiy, Nabiila Aufaa ‘Aziizah dan Muhammad Hafidz Ghazi Al

Fath tercinta yang senantiasa memberikan semangat, do’a dan kasih sayangnya

kepada peneliti serta kesediaannya mengikuti pendidikan di Universitas

Indonesia.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 6: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

9. Ibunda Hj. Gusti Masriyah, atas segala do’a dan motivasinya selama ini, Ayahnda

H. Soehaimi (Alm) yang selalu menginspirasi untuk terus meningkatkan

pendidikan.

10. Semua pihak yang tidak bisa peneliti sebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam penyusunan tesis ini.

Semoga segala bantuan dan kebaikan, menjadi amal sholeh yang akan mendapat

balasan yang lebih baik dari Allah SWT.

Selanjutnya peneliti sangat mengharapkan masukan, saran dan kritik demi perbaikan

tesis ini sehingga dapat digunakan untuk pengembangan ilmu dan pelayanan

keperawatan

Depok, Januari 2013

Peneliti

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 7: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademik Universitas Indonesia, saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Noor Diani NPM : 1006833911 Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Fakultas : Ilmu Keperawatan Jenis Karya : Tesis

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Indonesia Hak Bebas Royalti Noneksklusif (Non-exclusive Royalty-Free Right) atas karya ilmia saya yang berjudul : Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan. beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas Indonesia berhak menyimpan, mengalihmedia/ formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebgai penulis/ pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Depok Pada Tanggal : 11 Januari 2013

Yang menyatakan

Noor Diani

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 8: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

ABSTRAK

Nama : Noor Diani Program Studi : Magister Ilmu Keperawatan Judul : Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes

Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan

Upaya pencegahan primer pada pengelolaan kaki diabetik bertujuan untuk mencegah luka kaki secara dini. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan. Penelitian ini merupakan penelitan descriptive correlational dengan desain cross sectional dan jumlah sampel sebanyak 106 orang. Hasil analisis Chi Square menunjukan adanya hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 (p=0,040). Faktor pengetahuan memiliki peluang 2,38 kali untuk melakukan praktik perawatan kaki. Direkomendasikan untuk perlunya dikembangkan pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki dan pemeriksaan kaki.

Kata Kunci: Pengetahuan perawatan kaki, praktik perawatan kaki, diabetes melitus tipe 2.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 9: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

ABSTRACT

Name : Noor Diani Study Program : Master of Nursing Title : Knowledge and Practice on Foot Care Client Type 2 Diabetes

Mellitus in South Kalimantan

Primary prevention in management of diabetic foot is to prevent foot injuries. This study aimed to determine the correlation between knowledge and practice of foot care in the type 2 diabetic patients in South Kalimantan. This study was a descriptive correlational research with cross sectional design and recruited 106 samples. Chi Square analysis results showed a significant correlation between knowledge and practice of foot care in the type 2 diabetic patients (p = 0.04). Factor of knowledge had chance 2,38 times on performing practice of foot care. This study recommended the important of development of health education about foot care and foot examination.

Keywords: Knowledge of foot care, foot care practices, diabetes mellitus type 2.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 10: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ......................................................................................... LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS .................................................. LEMBAR PENGESAHAN ............................................................................... KATA PENGANTAR ....................................................................................... LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKSI KARYA ILMIAH ............................ ABSTRAK ......................................................................................................... ABSTRACT ...................................................................................................... DAFTAR ISI ..................................................................................................... DAFTAR SKEMA ............................................................................................ DAFTAR TABEL ............................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................

i ii iii iv vi vii viii ix xi xii xiv

BAB 1

BAB 2

PENDAHULUAN ......................................................................... 1.1 Latar Belakang ……………………………………………...... 1.2 Rumusan Masalah ……….………………………………….... 1.3 Tujuan Penelitian ………..………………………………….... 1.4 Manfaat Penelitian ……….....………………………………...

TINJAUAN PUSTAKA ................................................................ 2.1 Diabetes Melitus .......................................................................

2.1.1 Pengertian ……………………………………………… 2.1.2 Klasifikasi ……………………………………………… 2.1.3 Patofisiologi…………………………………….............. 2.1.4 Manifestasi Klinis …………………………………........ 2.1.5 Penatalaksanaan Diabetes …………………………….... 2.1.6 Komplikasi ……………………………………………...

2.2 Pengetahuan………………………………………………....... 2.2.1 Pengertian …………………………………………….... 2.2.2 Tingkat Pengetahuan…………………………………… 2.2.3 Faktor-Faktor Pengetahuan …………………………......

2.3 Praktik Perawatan Kaki……………………………………...... 2.3.1 Pengertian ……………………………………………… 2.3.2 Tingkat Praktik atau Tindakan……………..………….... 2.3.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Praktik Perawatan

Kaki................................................................................ 2.3.4 Penatalaksanaan Perawatan Kaki.....................................

2.4 Pentingnya Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Pa-sien Diabetes Melitus dalam Konteks Keperawatan………......

2.5 Kerangka Teori ..........................................................................

11910 11

12 12 12 12 13 15 15 20 21 21 22 23 26 26 27

27 30

36 38

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 11: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

BAB 3

BAB 4

BAB 5

BAB 6

BAB 7

KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN DEFINISI OPE-RASIONAL ................................................................................... 3.1 Kerangka Konsep ..................................................................... 3.2 Hipotesis ................................................................................... 3.3 Definisi operasional ..................................................................

METODE PENELITIAN ............................................................. 4.1 Rancangan Penelitian ............................................................... 4.2 Populasi dan Sampel ................................................................. 4.3 Tempat penelitian ..................................................................... 4.4 Waktu penelitian ....................................................................... 4.5 Etika Penelitian ......................................................................... 4.6 Alat Pengumpul Data ................................................................ 4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas..................................................... 4.8 Prosedur Pengumpulan Data ..................................................... 4.9 Pengolahan dan Analisis Data ..................................................

4.9.1 Pengolahan data .............................................................. 4.9.2 Analisis data ...................................................................

HASIL PENELITIAN .................................................................. 5.1 Hasil Analisis Univariat ............................................................ 5.2 Hasil Analisis Bivariat .............................................................. 5.3 Hasil Analisis Multivariat .........................................................

PEMBAHASAN ............................................................................ 6.1 Interpretasi dan Diskusi Hasil Penelitian .................................. 6.2 Keterbatasan Penelitian ............................................................ 6.3 Implikasi Hasil Penelitian dalam Keperawatan ........................

SIMPULAN DAN SARAN ........................................................... 7.1 Simpulan ................................................................................... 7.2 Saran .........................................................................................

39 39 40 41

43 43 43 45 46 46 48 49 50 52 52 52

56 56 58 66

70 70 88 89

91 91 92

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 12: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

DAFTAR SKEMA

Halaman

Skema

Skema

:

:

2.1

3.1

Kerangka Teori ..................................................................

Kerangka Konsep Penelitian ........ .....................................

38

40

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 13: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

:

2.1

2.2

3.1

4.1

4.2

5.1

5.2

5.3

5.4

5.5

5.6

Karakteristik dan Implikasi Klinis Diabetes Melitus Tipe 1 dan Diabetes Melitus Tipe 2.......................................

Macam-Macam Insulin dan Cara Kerja dalam Tubuh...

Definisi Operasional .........................................................

Proporsi Sampel tiap Rumah Sakit ....................................

Analisis Bivariat.................................................................

Distribusi Responden Berdasarkan Usia, Jenis Kelamin, Lama Menderita Diabetes Melitus, Pendidikan, Pekerja-an, Penghasilan, dan Penyuluhan Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bu-lan Desember Tahun 2012 (n=106) ...................................

Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Ti-pe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106) ..............................................................................

Hubungan Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pa-da Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)...............................

Hubungan Usia dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106) .........................................

Hubungan Jenis Kelamin dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)..................

Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106) ..............................................................................

13

19

41

45

53

57

58

59

60

61

62

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 14: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

Tabel

:

:

:

:

:

:

5.7

5.8

5.9

5.10

5.11

5.12

Hubungan Pendidikan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bu-lan Desember Tahun 2012 (n=106) ...................................

Hubungan Pekerjaan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bu-lan Desember Tahun 2012 (n=106) ...................................

Hubungan Penghasilan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106) ..............................

Hubungan Penyuluhan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bu-lan Desember Tahun 2012 (n=106) ...................................

Pemilihan Kandidat Variabel Uji Multivariat ...................

Pemodelan Akhir Analisis Multivariat Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Tahun 2012 ...........................................................

63

64

65

66

67

68

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 15: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Lampiran 2

Lampiran 3

Lampiran 4

Lampiran 5

Lampiran 6

Lampiran 7

Lampiran 8

Lampiran 9

Lampiran 10

Surat Permohonan Ijin Penelitian

Surat Ijin Pengambilan Data Penelitian

Surat Keterangan Lolos Uji Etik

Penjelasan Penelitian

Surat Pernyataan Bersedia Berpartisipasi sebagai Responden Penelitian

Kuesioner Karakteristik Klien Diabetes Melitus Tipe 2

Kuesioner Pengetahuan Klien tentang Perawatan Kaki

Kuesioner Praktik Perawatan Kaki

Jadwal Kegiatan Penelitian Tahun 2012-2013

Daftar Riwayat Hidup

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 16: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Diabetes melitus adalah penyakit multisistem kronik yang berhubungan dengan

ketidaknormalan produksi insulin, ketidakmampuan penggunaan insulin atau

keduanya (Lewis, Dirksen, Heitkemper, Bucher, & Camera, 2011; American

Diabetes Association, 2011). Sedangkan menurut Polikandrioti (2012) diabetes

melitus adalah gangguan metabolisme kronis yang ditandai dengan hiperglikemia

yang sangat terkait dengan komplikasi kesehatan jangka pendek dan jangka panjang.

Diabetes melitus adalah masalah kesehatan yang serius di seluruh dunia karena

prevalensi yang meningkat cepat (Lewis et al., 2011). Menurut laporan Center for

Disease Control and Prevention/ CDC (2008) jumlah klien diabetes melitus tipe 1

kurang lebih 5-10% sedangkan diabetes melitus tipe 2 mencapai 90 – 95% dan

banyak dialami oleh orang dewasa tua lebih dari 40 tahun serta lebih sering terjadi

pada individu obesitas (Smeltzer, Bare, Hinkle, & Cheever, 2010; Suyono, 2009).

Diabetes melitus merupakan penyakit yang paling kompleks dan menuntut banyak

perhatian maupun usaha dalam pengelolaannya dibandingkan dengan penyakit kronis

lainnya, karena penyakit diabetes melitus tidak dapat diobati namun hanya dapat

dikelola. Tujuan terapi pada tiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa normal

tanpa terjadi hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik. Untuk

mencapai tujuan terapeutik tersebut ada lima komponen yang harus diperhatikan dan

diikuti pasien dalam penatalaksanaan umum diabetes, yaitu diet, latihan, pemantauan

kadar glukosa darah, terapi serta pendidikan (Smeltzer et al., 2010).

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 17: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Menurut World Health Organization (WHO) dalam Kemenkes RI (2011) dan PD

Persi (2011), memprediksi kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus di

Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.

Sedangkan International Diabetes Federation (IDF) dalam Kemenkes RI (2011) dan

PD Persi (2011), memperkirakan kenaikan jumlah penyandang diabetes melitus dari

7 juta tahun 2009 menjadi 12 juta pada tahun 2030. Meskipun terdapat perbedaan

angka prevalensi, laporan keduanya menunjukan adanya peningkatan jumlah

penyandang diabetes sebanyak 2-3 kali lipat pada tahun 2030 (Kemenkes RI, 2011;

PD Persi, 2011).

Menurut Diabetes Care (2004) dalam Kemenkes RI (2011) dan PD Persi (2011)

Indonesia menduduki rangking ke 4 (empat) dunia setelah Amerika Serikat, China,

dan India dalam prevalensi diabetes. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik

Indonesia (2003) dalam Kemenkes RI (2011) dan PD Persi (2011), diperkirakan

penduduk Indonesia yang berusia di atas 20 tahun sebanyak 133 juta jiwa. Dengan

prevalensi diabetes sebesar 14,7% pada daerah urban dan 7,2% pada daerah rural,

maka diperkirakan pada tahun 2003 terdapat sejumlah 8,2 juta penyandang diabetes

di daerah urban dan 5,5 juta di daerah rural. Selanjutnya berdasarkan pola

pertambahan penduduk diperkirakan pada tahun 2030 nanti akan ada 194 juta

penduduk di Indonesia yang berusia diatas 20 tahun dengan asumsi prevalensi

diabetes pada daerah urban (14,7%) dan rural (7,2%) maka diperkirakan terdapat 12

juta penyandang diabetes di daerah urban dan 8,1 juta di daerah rural.

Dari hasil Riskesdas tahun 2007 menunjukan bahwa prevalensi diabetes melitus di

daerah urban Indonesia untuk usia 15 tahun sebesar 5,7% (1,5% terdiri dari pasien

diabetes yang sudah terdiagnosis sebelumnya, sedangkan 4,2% baru diketahui

diabetes saat penelitian). Sementara itu, menurut Propinsi diperoleh prevalensi

diabetes melitus tertinggi terdapat di Kalimantan Barat dan Maluku Utara (masing-

masing 11,1%) sedangkan prevalensi diabetes melitus terendah di Papua (1,7%).

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 18: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Prevalensi Toleransi Glukosa Terganggu tertinggi di Papua Barat (21,8%),

sedangkan terendah di Jambi (4%). Sementara itu angka kematian akibat diabetes

melitus terbanyak pada kelompok usia 45-54 tahun di daerah perkotaan sebesar

14,7%, sedangkan di daerah pedesaan sebesar 5,8% (Kemenkes RI, 2011).

Diabetes melitus dapat mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai

macam keluhan dengan gejala yang sangat bervariasi. Jika dibiarkan tidak dikelola

dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi baik akut maupun kronik

(Waspadji, 2009). Salah satu komplikasi umum dari diabetes melitus adalah masalah

kaki diabetes. Kaki diabetes yang tidak dirawat dengan baik akan mudah mengalami

luka, dan cepat berkembang menjadi ulkus kaki (Monalisa & Gultom, 2009). Sekitar

15% klien diabetes melitus dalam perjalanan penyakitnya mengalami komplikasi

ulkus diabetik terutama ulkus di kaki (Cahyono, 2007).

Masalah kaki diabetik yang rumit dengan berbagai pengobatan yang sering memakan

waktu, dan biaya yang besar, memberi dorongan bagi kita bahwa semua usaha harus

dilakukan untuk mencegah terjadinya kaki diabetik. Orang yang mengidap penyakit

diabetes melitus lebih tinggi risikonya mengalami masalah kaki karena berkurangnya

sensasi rasa nyeri setempat (neuropati) sehingga membuat klien tidak menyadari dan

sering mengabaikan luka yang terjadi. Sirkulasi darah pada tungkai yang menurun

dan kerusakan endotel pembuluh darah berperan terhadap timbulnya kaki diabetik

dengan menurunnya jumlah oksigen dan nutrisi yang disuplai ke kulit maupun

jaringan lain, sehingga menyebabkan luka tidak sembuh-sembuh. Berkurangnya daya

tahan tubuh yang terjadi pada klien diabetes melitus juga lebih rentan terhadap

infeksi. Kuman pada luka akan berkembang cepat ke seluruh tubuh melalui aliran

darah yang bisa berakibat fatal, yang disebut sepsis (kondisi gawat darurat) (Monalisa

& Gultom, 2009).

Selain itu diketahui bahwa salah satu faktor resiko timbulnya ulkus pada kaki klien

diabetes adalah perilaku maladaptif yaitu kurang patuh dalam melakukan pencegahan

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 19: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

luka, pemeriksaan kaki, memelihara kebersihan, kurang melaksanakan pengobatan,

aktivitas yang tidak sesuai, serta kelebihan beban pada kaki (Lypsky et al., 2004).

Upaya pencegahan primer pada pengelolaan kaki diabetik yang bertujuan untuk

mencegah luka kaki secara dini penting sekali untuk menghindari kerusakan lebih

lanjut dan tidak timbul ulkus yang dapat mengakibatkan tindakan amputasi. Infeksi

atau luka kecil harus ditangani dengan serius. Sepatu yang tidak pas harus cepat

diganti karena bisa menimbulkan luka (Monalisa & Gultom, 2009).

Upaya pencegahan meliputi mengontrol keadaan kadar gula darah dengan diet dan

atau pemberian obat yang teratur dari dokter, ditambah dengan perawatan kaki yang

baik, yaitu dengan cara memeriksa kaki setiap hari terutama telapak kaki, jari kaki,

sela jari kaki, merawat kuku, perawatan kulit kaki, sepatu yang dipakai harus sesuai

dengan bentuk dan besarnya kaki, dan senam kaki diabetik. Klien diabetes melitus

harus menyadari bahwa kegiatan perawatan kaki merupakan bagian dari kebiasaan

hidup sehari-hari (Monalisa & Gultom, 2009).

Usaha untuk menjaga agar gula darah tetap mendekati normal dan mencegah

terjadinya ulkus, tergantung motivasi serta pengetahuan klien mengenali penyakitnya.

Pengetahuan seseorang erat kaitannya dengan perilaku yang akan diambilnya, karena

dengan pengetahuan tersebut penderita memiliki alasan dan landasan untuk

menentukan suatu pilihan. Dengan pengetahuan manusia dapat mengembangkan apa

yang diketahui dan dapat mengatasi kebutuhan kelangsungan hidup, sehingga akan

mempengaruhi seseorang dalam berperilaku. Terbentuk suatu perilaku baru terutama

pada orang dewasa dimulai pada domain kognitif dalam arti subyek tahu terlebih

dahulu terhadap stimulus yang berupa materi atau obyek diluarnya, sehingga

menimbulkan pengetahuan baru dan akan terbentuk dalam sikap maupun tindakan

(Notoatmodjo, 2010).

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 20: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Klien diabetes melitus harus mengetahui cara mencegah timbulnya ulkus pada kaki

sehingga kejadian ulkus dan amputasi dapat dihindarkan. Klien diabetes melitus harus

rajin merawat dan memeriksa kaki untuk menghindari terjadinya kaki diabetik dan

kecacatan yang mungkin akan muncul. Peningkatan pengetahuan klien diabetes

melitus mengenai cara mencegah kaki diabetik juga dapat meningkatkan kualitas

hidup klien diabetes sehingga klien dapat menikmati hidup seperti orang normal pada

umumnya yang tidak menderita diabetes melitus, serta klien tidak perlu

mengeluarkan uang secara berlebihan untuk pengobatan yang sebenarnya tidak

diperlukan (Monalisa & Gultom, 2009).

Menurut penelitian Hasnain dan Sheikh (2009) tentang pengetahuan dan praktek

perawatan kaki pada klien diabetes didapatkan hasil sekitar sepertiga dari klien

diabetes memiliki pengetahuan kurang tentang perawatan kaki dan sedikit klien

memiliki praktik yang baik untuk perawatan kaki. Penelitian Jinadasa dan Jeewantha

(2011) tentang pengetahuan dan praktek perawatan kaki pada klien dengan ulkus

diabetes kronis dengan sampel 110 didapatkan hasil yang signifikan antara

pengetahuan perawatan kaki dan praktek perawatan kaki. Ini menunjukkan bahwa

pengetahuan yang cukup pada penyakit kaki diabetik, namun praktek pencegahan

perawatan kaki masih rendah. Penelitian menurut Hoong (2011) tingkat pengetahuan

klien dari aspek asupan gizi, cara pemantauan gula darah, perawatan kaki,

komplikasi, gejala klinis dan pengontrolan penyakit diabetes melitus jumlah sampel

sebesar 75 orang didapatkan sebagian besar tingkat pengetahuan klien terhadap

penyakit diabetes melitus masih kurang. Penelitian Desalu et al. (2011) menunjukkan

adanya kesenjangan pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes

melitus sehingga perlu adanya program pendidikan untuk mengurangi komplikasi

kaki diabetik.

Berdasarkan data Riskesdas 2007 dalam Depkes (2008) prevalensi penyakit diabetes

melitus di Kalimantan Selatan sebesar 0,6% yg terdiagnosa dan 1,0% terdiagnosa

atau dengan gejala. Adapun prevalensi toleransi glukosa terganggu di Kalimantan

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 21: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Selatan sebesar 14,7% berada di atas prevalensi nasional sebesar 10,2%. Berdasarkan

pengamatan penulis pada tanggal 15 Agustus 2012 didapatkan jumlah kasus diabetes

melitus di RSUD Ulin Banjarmasin tahun 2011 sebesar 1.296 orang pasien rawat

jalan dan diperingkat kedua dari 10 penyakit terbanyak setelah hipertensi, sedangkan

dirawat inap berjumlah 162 orang. Adapun klien dengan kaki diabetik tahun 2010

sebesar 1.129 orang dan tahun 2011 sebesar 1.466 orang (Profil RSUD Ulin

Banjarmasin, 2011).

Peneliti melakukan studi pendahuluan di RSUD Ulin Banjarmasin terhadap 6 klien

diabetes melitus didapatkan data tentang pengetahuan perawatan kaki yakni semua

klien tidak mengetahui berapa kali memeriksa kaki. Semua klien memeriksa kaki

apabila ada rasa tidak nyaman atau nyeri pada kaki, dan tidak mengetahui cara

memotong kuku yang benar. Hanya sebagian yang memotong kuku dengan tepat.

Klien mengetahui bagaimana menjaga kaki tetap hangat di musim dingin yaitu

dengan menggunakan kaos kaki yang terbuat dari katun dan pemilihan sepatu yang

longgar.

Adapun praktik perawatan kaki didapatkan 4 orang tidak melakukan pemeriksaan

kaki setiap hari terhadap adanya luka atau kemerahan, banyak yang tidak

memberikan pelembab pada bagian atas dan bawah kaki dan cara memotong kuku

yang salah (tidak lurus). Semua klien menggunakan alas kaki ketika berjalan di luar

rumah. Dengan melihat fenomena atau kenyataan yang ada menunjukkan kurangnya

pengetahuan tentang perawatan kaki dan masih banyaknya klien yang tidak

melakukan praktik perawatan kaki. Sebagian klien ada yang mendapatkan

penyuluhan diabetes melitus secara umum. Semua klien diabetes melitus juga

mengatakan belum pernah mendapatkan pendidikan kesehatan tentang perawatan

kaki diabetik. Peneliti juga melakukan survei dan wawancara dengan perawat

pelaksana yang mengatakan banyaknya pasien yang berkunjung ke poli rawat jalan

sehingga waktu untuk memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kaki

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 22: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

tidak bisa dilakukan akan tetapi hanya bisa memberi penjelasan atau informasi yang

disampaikan pada saat melakukan perawatan luka kaki saja.

Seseorang yang mempunyai pengetahuan tentang perawatan kesehatan dirinya, maka

dia akan dapat memilih alternatif yang terbaik bagi dirinya dan cenderung

memperhatikan hal-hal yang penting tentang perawatan diabetes melitus seperti klien

akan melakukan pengaturan pola makan yang benar, berolah raga secara teratur,

mengontrol kadar gula darah dan memelihara lingkungan agar terhindar dari benda-

benda lain yang dapat menyebabkan luka. Apabila perawatan yang dilakukan dengan

tepat maka dapat membantu proses penyembuhan dan diharapkan klien menjadi

sehat baik fisik, mental, sosial dan spiritual (Basuki, 2009).

Perawatan kesehatan diri merupakan bagian integral dari kehidupan sehari-hari. Ini

berarti bahwa tanggung jawab untuk kesehatan dan kesejahteraan dengan dukungan

dari orang-orang yang terlibat. Perawatan kesehatan diri termasuk hal yang kita

lakukan setiap hari untuk tetap fit, menjaga kesehatan fisik dan mental yang baik,

mencegah penyakit atau kecelakaan, dan efektif menangani penyakit ringan dan efek

jangka panjang karena diabetes tipe 2 adalah suatu kondisi jangka panjang serta tetap

produktif dimasyarakat (Basuki, 2009).

Perilaku klien merawat kesehatan dirinya atau mengatur dirinya, dimana klien aktif

memonitor dan merespon terhadap perubahan lingkungan dan kondisi biologis

dengan cara menyesuaikan terhadap berbagai aspek perawatan untuk memelihara

keadekuatan metabolisme dan mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi.

Perilaku perawatan kesehatan diri meliputi pemantauan glukosa darah atau urin di

rumah, penyesuaian diet, pemberian pengobatan (insulin atau obat hipoglikemik

oral), keteraturan aktivitas fisik, perawatan kaki, keteraturan kunjungan berobat, serta

perilaku lainnya tergantung pada jenis diabetes (WHO, 2003).

Perawatan kesehatan diri terdiri dari empat aspek yakni memantau glukosa darah,

diet, pengobatan dan latihan. Hal ini diketahui bahwa faktor-faktor yang beragam

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 23: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

mempengaruhi perawatan kesehatan diri seperti pengetahuan, keterampilan fisik dan

aspek emosional dan self-efficacy (Sigurdardottir, 2005). Menurut Boulton (2005)

dalam Shiu dan Wong (2011) penyediaan layanan perawatan diabetes yang tepat

untuk mencegah terjadinya dan kekambuhan penyakit kaki diabetik sebagian

bergantung pada kesadaran dan pengetahuan profesional perawatan kesehatan

mengenai perawatan kaki diabetik. Berdasarkan penelitian Shiu dan Wong (2011)

bahwa pengetahuan perawat dengan pelatihan sebelumnya tentang perawatan kaki

diabetik lebih tinggi daripada mereka yang tidak dilakukan pelatihan, hasil ini

menunjukkan bahwa pelatihan lebih berdampak pada perkembangan pengetahuan dan

pengalaman kerja. Menurut penelitian Soemardini, Nurudin dan Debora (2008)

tentang perbedaan dan perbandingan penyuluhan perawatan kaki dengan dan tanpa

demonstrasi terhadap tingkat pemahaman menunjukkan bahwa penyuluhan perawatan

kaki lebih baik apalagi ditambah dengan demonstrasi. Penelitian Ekore, Ajayi, Arije

dan Ekore (2010) menunjukkan bahwa kesadaran untuk melakukan perawatan kaki

pada klien diabetes melitus sangat kurang dan kurangnya pendidikan atau penyuluhan

dari penyedia layanan kesehatan.

Diabetes melitus adalah penyakit kronis yang membutuhkan perawatan medis

seumur hidup dan penyesuaian gaya hidup. Untuk mencegah morbiditas dan

mortalitas yang serius, memerlukan dedikasi untuk menuntut dilakukannya

perawatan kesehatan diri dalam perilaku. Berdasarkan penelitian Ayele, Tesfa,

Abebe, Tilahun dan Girma (2012) dari hasil penelitiannya didapatkan masih

kurangnya informasi tentang perawatan kesehatan diri diabetes. Untuk meningkatkan

perilaku perawatan kesehatan diri, klien harus fokus pada keparahan diabetes dan

bagaimana mengatasi hambatan pada diabetes. Oleh karena itu, klien diabetes

melitus harus menyadari akan pentingnya perawatan kesehatan dirinya terutama

perawatan kaki yang merupakan bagian dari kebiasaan hidup sehari-hari untuk

mencegah terjadinya komplikasi.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 24: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

1.2 Rumusan Masalah

Kurangnya pengetahuan dan praktik pada klien diabetes melitus tentang perawatan

kaki sangat memprihatinkan dan jumlah klien diabetes melitus di Indonesia semakin

meningkat akan berpengaruh terhadap terjadinya komplikasi akut dan kronis.

Kurangnya pengetahuan dan praktik pada klien diabetes tentang perawatan kaki dan

mengikuti program terapi akan menyebabkan kadar glukosa darah klien diabetes

melitus tidak terkendali, dan dapat menimbulkan berbagai komplikasi. Banyaknya

masalah-masalah yang dihadapi klien diabetes melitus khususnya tentang perawatan

kaki dapat dicegah dan diminimalkan jika klien melakukan peningkatan pengetahuan

dan praktik perawatan kaki yang tepat. Klien diabetes melitus harus menyadari

bahwa kegiatan perawatan kaki merupakan bagian dari kebiasaan hidup sehari-hari.

Penelitian mengenai pengetahuan pada klien diabetes telah banyak dilaporkan.

Tetapi masih sedikit penelitian yang dilakukan untuk menjelaskan pengetahuan dan

praktik tentang perawatan kaki pada klien diabetes melitus. Masih banyaknya klien

diabetes melitus di Kalimantan Selatan yang tidak melakukan olahraga dan

kebiasaan mengkonsumsi tinggi karbohidrat. Berdasarkan wawancara peneliti

dengan tiga orang klien diabetes melitus tentang kebiasaan klien makan yang

banyak, sering makan kue-kue yang manis dan minum air teh yang manis. Perawat

klinik medikal bedah memiliki peran cukup penting dalam penatalaksanaan diabetes

melitus secara umum dan mencegah terjadinya komplikasi akut dan kronik,

diantaranya melalui pendidikan, motivasi dan dukungan untuk meningkatkan

pengetahuan dan praktik tentang perawatan kaki. Sehingga perawat medikal bedah

perlu mengetahui pengetahuan yang berhubungan dengan praktek perawatan kaki

pada klien diabetes melitus. Berdasarkan fakta tersebut maka peneliti ingin

mengetahui pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe

2 di Kalimantan Selatan.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 25: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan dan praktik

perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.

1.3.2 Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk diketahuinya :

a. Karakteristik (usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, lama diabetes melitus,

pekerjaan dan penyuluhan perawatan kaki) pada klien diabetes melitus tipe 2 di

Kalimantan Selatan.

b. Gambaran pengetahuan tentang perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2

di Kalimantan Selatan.

c. Gambaran praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di

Kalimantan Selatan.

d. Hubungan usia dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2

di Kalimantan Selatan.

e. Hubungan jenis kelamin dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes

melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.

f. Hubungan pendidikan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus

tipe 2 di Kalimantan Selatan.

g. Hubungan penghasilan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus

tipe 2 di Kalimantan Selatan.

h. Hubungan lama diabetes melitus dengan praktik perawatan kaki pada klien

diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.

i. Hubungan pekerjaan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus

tipe 2 di Kalimantan Selatan.

j. Hubungan penyuluhan perawatan kaki dengan praktik perawatan kaki pada klien

diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 26: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

k. Teridentifikasinya faktor yang dominan dengan praktik perawatan kaki pada klien

diabetes melitus tipe 2 di Kalimhantan Selatan.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi pelayanan keperawatan

Sebagai bahan masukan dan data rujukan tentang perawatan kaki mandiri klien

diabetes melitus kepada pihak rumah sakit yang ada diwilayah Kalimantan Selatan.

Selanjutnya akan ada tindak lanjut untuk peningkatan pengetahuan dan praktek

perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan. Upaya ini

bertujuan untuk meningkatkan pencegahan terjadinya komplikasi jangka panjang

penyakit diabetes melitus dengan melakukan perencanaan penyuluhan tentang

perawatan kaki dan membuat program khusus tentang perawatan kaki.

1.4.2 Bagi perkembangan ilmu keperawatan

Sebagai bahan tambahan keilmuan keperawatan khususnya mengenai pengetahuan

dan praktik tentang perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2.

1.4.3 Bagi penelitian selanjutnya

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi rujukan bagi peneliti lainnya mengenai

pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 27: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Melitus

2.1.1 Pengertian

Diabetes melitus merupakan penyakit kronik, progresif dengan karakteristik

ketidakmampuan tubuh dalam proses metabolisme karbohidrat, lemak, dan protein,

yang menyebabkan peningkatan level gula darah (Black & Hawks, 2009). Diabetes

melitus merupakan sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan

peningkatan kadar glukosa dalam darah karena kemampuan tubuh untuk bereaksi

terhadap insulin menurun atau gangguan sekresi insulin atau keduanya (Smeltzer et

al., 2010). Menurut American Diabetes Association (2010) diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia

yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

Dari beberapa pengertian diatas dapat diambil kesimpulan diabetes melitus

merupakan gangguan metabolik yang ditandai dengan peningkatan kadar glukosa

dalam darah karena adanya kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.

2.1.2 Klasifikasi

Diabetes melitus diklasifikasikan menjadi empat jenis, yaitu diabetes melitus tipe 1,

diabetes melitus tipe 2, diabetes kehamilan dan diabetes tipe lain yang berhubungan

dengan keadaan atau sindrom lainnya (Smeltzer et al., 2010)

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 28: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Tabel 2.1. Karakteristik dan Implikasi Klinis Diabetes Melitus Tipe 1 dan Tipe 2

Karakteristik Klinis dan Implikasi Klinis Tipe 1 • Terjadinya cepat sebab tidak ada insulin yang diproduksi.

• Awitan terjadi pada segala usia, tetapi biasanya usia muda (< 30tahun).

• Biasanya bertubuh kurus pada saat didiagnosis, dengan penurunanyang baru saja terjadi.

• Etiologi mencakup faktor genetik, imunologi atau lingkungan(misalnya virus).

• Sering memiliki antibodi sel pulau Langerhans.• Sering memiliki antibodi terhadap insulin sekalipun belum pernah

mendapatkan terapi insulin.• Sedikit atau tidak mempunyai insulin endogen.• Memerlukan insulin untuk mempertahankan kelangsungan hidup.• Cenderung mengalami ketosis jika tidak memiliki insulin.• Komplikasi akut hiperglikemia : ketoasidosis diabetik.

Tipe 2 • Terjadinya lambat sebab masih ada insulin yang diproduksi• Awitan terjadi di segala usia, biasanya diatas 30 tahun.• Biasanya gemuk (obese) pada saat didiagnosis.• Etiologi mencakup faktor obesitas, herediter atau lingkungan.• Tidak ada antibodi sel pulau Langerhans.• Penurunan produki Insulin endogen atau peningkatan resistensi

Insulin.• Mayoritas penderita obesitas dapat mengendalikan kadar glukosa

darahnya melalui penurunan berat badan.• Agens hipoglikemia oral dapat memperbaiki kadar glukosa darah bila

dimodifikasi diet dan latihan tidak berhasil.• Mungkin memerlukan insulin dalam waktu yang pendek atau

panjang untuk mencegah hiperglikemia.• Ketosis jarang terjadi, kecuali bila dalam keadaan stres atau

menderita infeksi.• Komplikasi akut : sindrom hiperosmoler nonketotik.

Sumber : Smeltzer et al., 2010; Digiulio, Jackson & Keogh, 2007

2.1.3 Patofisiologi

Pada diabetes tipe 2 terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin,

yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Insulin yang dikeluarkan oleh

sel beta dapat diibaratkan sebagai anak kunci yang dapat membuka pintu masuknya

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 29: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

glukosa ke dalam sel, untuk kemudian di dalam sel glukosa itu dimetabolisme

menjadi tenaga. Bila insulin tidak ada atau bila insulin itu kerjanya tidak baik seperti

dalam keadaan resistensi insulin maka glukosa tak dapat masuk sel dengan akibat

glukosa akan tetap berada di dalam pembuluh darah yang artinya kadarnya di dalam

darah meningkat (Suyono, 2009).

Resistensi insulin adalah kondisi dimana sensitivitas insulin menurun. Sensitivitas

insulin adalah kemampuan dari hormon insulin untuk menurunkan kadar gula darah

dengan cara menekan produksi glukosa hepatik dan menstimulasi pemanfaatan

glukosa di dalam otot skelet dan jaringan adipose. Resistensi insulin awalnya belum

menyebabkan diabetes melitus secara klinis. Sel beta pankreas masih dapat

melakukan kompensasi bahkan sampai overkompensasi, insulin disekresi secara

berlebihan sehingga terjadi kondisi hiperinsulinemia dengan tujuan normalisasi kadar

glukosa darah. Mekanisme kompensasi yang terjadi terus menerus menyebabkan

kelelahan sel beta pankreas (exhaustion) yang disebut dekompensasi, mengakibatkan

produksi insulin yang menurun secara absolut. Kondisi resistensi insulin diperberat

oleh produksi insulin yang menurun akibatnya kadar glukosa darah semakin

meningkat sehingga memenuhi kriteria diagnosis diabetes melitus (Suyono, 2009).

Jika konsentrasi glukosa dalam darah cukup tinggi, ginjal tidak dapat menyerap

kembali glukosa yang tersaring keluar, glukosa yang berlebihan diekskresikan ke

dalam elektrolit yang dinamakan diuresis osmotik. Kehilangan cairan yang berlebihan

akan mengalami peningkatan berkemih (poliuri) dan rasa haus (polidipsi). Defisiensi

insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan

penurunan berat badan. Klien dapat mengalami peningkatan selera makan (polifagia)

akibat menurunnya simpanan kalori dan gejala lainnya mencakup kelelahan dan

kelemahan (Smeltzer et al., 2010).

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 30: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

2.1.4 Manifestasi Klinis

Manifestasi klinis diabetes melitus tipe 2 berhubungan dengan defisiensi relatif

insulin yang berakibat klien tidak dapat mempertahankan kadar glukosa darah

normal. Apabila hiperglikemia melebihi ambang ginjal (± 180 mg/dl), maka timbul

tanda dan gejala glukosuria yang akan menyebabkan diuresis osmotik. Akibat

diuresis osmotik akan pengeluaran urin (poliuri), timbul rasa haus yang menyebabkan

banyak minum (polidipsi). Klien juga mengalami poliphagi akibat dari kondisi

metabolik yang diinduksi oleh adanya defesiensi insulin serta pemecahan lemak dan

protein. Gejala-gejala lain yaitu kelemahan, kelelahan, perubahan penglihatan yang

mendadak, perasaan gatal atau kekebasan pada tangan atau kaki, kulit kering, adanya

lesi luka yang penyembuhannya lambat dan infeksi berulang (Smeltzer et al., 2010);

Waspadji, 2009).

2.1.5 Penatalaksanaan Diabetes

Langkah pertama dalam mengelola diabetes melitus selalu dimulai dengan

pendekatan non farmakologis, yaitu berupa edukasi, perencanaan makan/ diit,

kegiatan jasmani dan penurunan berat badan bila didapat berat badan lebih kemudian

diikuti pendekatan farmakologis atau pemakaian obat insulin (Waspadji, 2009).

Tujuan terapi pada setiap tipe diabetes adalah mencapai kadar glukosa normal tanpa

terjadi hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik. Ada lima komponen

dalan penatalaksanaan diabetes, yaitu terapi nutrisi (diet), latihan, pemantauan, terapi

farmakologi dan pendidikan (Smeltzer et al., 2010).

a. Nutrisi (diet)

Penekanan tujuan terapi gizi pada diabetes tipe 2 pada pengendalian glukosa, lipid

dan hipertensi. Penurunan berat badan dan diet hipokalori (pada klien yang gemuk)

biasanya memperbaiki kadar glikemik jangka pendek dan mempunyai potensi

meningkatkan kontrol metabolik jangka panjang. Diet dengan kalori sangat rendah,

pada umumnya tidak efektif untuk mencapai penurunan berat badan jangka lama,

dalam hal ini perlu ditekankan bahwa tujuan diet adalah pengendalian glukosa dan

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 31: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

lipid. Perencanan makan hendaknya dengan kandungan zat gizi yang cukup dan

disertai pengurangan total lemak terutama lemak jenuh (Waspadji, 2009).

Konsistensi mengikuti perencanaan makan merupakan salah satu aspek yang sangat

menantang. Oleh karena itu untuk membantu klien mengikuti kebiasaan diet yang

baru ke dalam gaya hidupnya, pendidikan diet, terapi perilaku, dukungan kelompok,

dan konseling nutrisi yang berkelajutan adalah dianjurkan (Smeltzer et al., 2010).

Standar yang dianjurkan adalah makanan dengan komposisi yang seimbang dalam hal

karbohidrat, protein dan lemak sesuai dengan kecukupan gizi baik sebagai berikut

karbohidrat 45-60%, protein 10-20%, lemak 20-25%. Jumlah kalori disesuaikan

dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stres akut dan kegiatan jasmani untuk

mencapai dan mempertahankan berat badan idaman (Waspadji, 2009).

b. Latihan

Pada diabetes melitus tipe 2, latihan fisik berguna untuk pengaturan kadar glukosa

darah dan menurunkan berat badan serta lemak tubuh. Pada saat latihan resistensi

insulin berkurang, sebaliknya sensitivitas insulin meningkat, hal ini menyebabkan

kebutuhan insulin pada diabetisi tipe 2 akan berkurang. Respon ini hanya terjadi

setiap kali latihan, tidak merupakan efek yang menetap atau berlangsung lama, oleh

karena itu latihan harus dilakukan terus menerus dan teratur.

Melakukan kegiatan fisik seperti pekerjaan mengepel, mencuci mobil, berjalan kaki

ke tempat kerja secara teratur selama 3-5 kali seminggu dengan waktu 30 menit setiap

kalinya dapat memperbaiki sensitifitas insulin dan kendali glukosa darah. Sebaiknya

monitor kadar gula darah sebelum, selama, sesudah olahraga untuk menentukan

kebutuhan insulin dan asupan makanan. Bila berolahraga ringan, tidak perlu

mengatur insulin, cukup snack kecil sebelum olahraga pada gula darah < 80 mg/dl.

Pada olahraga lama, snack dimakan setiap ½-1 jam. Pada olahraga berat, dosis perlu

diturunkan untuk mencegah hipoglikemi serta minum banyak cairan untuk mencegah

dehidrasi (Ilyas, 2009).

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 32: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Klien diabetes melitus harus diajarkan untuk selalu melakukan latihan setiap harinya.

Latihan yang dilakukan setiap hari secara teratur lebih dianjurkan daripada latihan

sporadik. Latihan sangat penting dalam penatalaksanaan diabetes, karena efeknya

dapat menurunkan kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskular.

Manfaat latihan yaitu menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan

pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin, memperbaiki

sirkulasi darah dan tonus otot, mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan

kadar HDL-kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta trigliserida. Semua

manfaat ini penting bagi penyandang diabetes mengingat adanya peningkatan rasio

untuk terkena penyakit kardiovaskular pada diabetes (Smeltzer et al., 2010).

c. Pemantauan (Monitoring)

Pemantauan kadar glukosa darah sendiri atau Self-Monitoring Blood Glucose (SMBG)

memungkinkan untuk deteksi dan mencegah hiperglikemia atau hipoglikemia, serta

berperan dalam memelihara normalisasi glukosa darah, pada akhirnya akan

mengurangi komplikasi diabetik jangka panjang. Pemeriksaan ini sangat dianjurkan

bagi klien dengan penyakit diabetes yang tidak stabil, kecendungan untuk mengalami

ketosis berat atau hiperglikemia, serta hipoglikemia tanpa gejala ringan. Kaitannya

dengan pemberian insulin, dosis insulin yang diperlukan klien ditentukan oleh kadar

glukosa darah yang akurat. SMBG telah menjadi dasar dalam memberikan terapi

insulin (Smeltzer et al., 2010).

d. Terapi Farmakologi

Tujuan terapi insulin adalah menjaga kadar gula darah normal atau mendekati

normal. Pada diabetes melitus tipe 2 akan membutuhkan insulin apabila terapi jenis

lain tidak dapat mencapai target pengendalian kadar glukosa darah dan keadaan stress

berat seperti pada infeksi berat, tindakan pembedahan, infark miokard akut atau

stroke (Soegondo, 2009).

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 33: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Beberapa jenis insulin yaitu jenis short-acting misalnya regular (“R”) dimana awitan

kerja human insulin reguler adalah ½ - 1 jam, puncaknya 2 – 3 jam, durasi kerjanya 4

– 6 jam. Indikasi biasanya diberikan 20 – 30 menit sebelum makan, dapat diberikan

sendiri atau bersama dengan insulin long-acting. Jenis intermediate-acting, misalnya

NPH, lente (“L”) awitannya 3 – 4 jam, puncaknya 4 – 12 jam, durasi 16 – 20 jam,

biasanya diberikan sesudah makan. Jenis long-acting misalnya ultralente (“UL”),

awitan 6 – 8 jam, puncaknya 12 – 16 jam, durasi 20 – 30 jam, digunakan terutama

untuk mengendalikan kadar glukosa darah puasa (Smeltzer et al., 2010).

Pada diabetes tipe 2, insulin mungkin diperlukan sebagai terapi jangka panjang untuk

mengendalikan kadar glukosa darah jika diet dan obat hipoglikemia oral tidak

berhasil mengontrolnya. Pada klien diabetes melitus tipe 2 kadang membutuhkan

insulin secara temporer selama mengalami sakit, infeksi, kehamilan, pembedahan

atau beberapa kejadian stress lainnya (Smeltzer et al., 2010).

Menurut Shiel Jr. (2012) Tipe insulin terdiri dari Aksi cepat (rapid acting), aksi

pendek (short acting), aksi menengah (intermediate acting), aksi lama (long-acting)

dan campuran (Pre-mixed). Pembagiannya dapat dilihat pada tabel 2.2.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 34: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Tabel 2.2. Macam-Macam Insulin dan Cara Kerja dalam Tubuh

Jenis Insulin Waktu Aturan Pengaturan Gula Darah

Rapid-Acting Onset 15-30 menit Digunakan bersamaan makan. Jenis ini

digunakan bersamaan dengan jenis insulin longer- acting.

Peak 30-90 menit Duration 1-5 jam

Short Acting Onset ½-1 jam Digunakan untuk mencukupi insulin setelah

makan 30-60 menit.Peak 2-5 jam Duration 2-8 jam

Intermediate-Acting Onset 1-2 ½ jam Digunakan untuk mencukupi insulin selama

setengah hari atau sepanjang malam. Jenis ini biasa dikombinasi dengan jenis rapid-acting atau short-acting.

Peak 3-12 jam Duration 18-24 jam

Long-Acting Onset ½-3 jam Digunakan untuk mencukupi insulin seharian.

Jenis ini biasa dikombinasi dengan jenis rapid-acting atau short-acting.

Peak 6-20 jam Duration 20-36 jam

Pre-Mixed* Onset 10-30 menit Produk ini biasanya digunakan dua kali sehari

sebelum makan. Premixed insulin adalah kombinasi dengan proporsi yang spesifik insulin intermediate-acting dan insulin short-acting insulin di satu botol atau insulin pen.

Peak ½ -12 jam Duration 14-24 jam

Sumber : dimodifikasi dari Shiel Jr., W.C. (2012).

Obat oral antidiabetik mungkin berkhasiat bagi klien yang tidak dapat diatasi hanya

dengan diet dan latihan, tetapi obat ini tidak dapat digunakan pada kehamilan. Di

Amerika serikat, obat antidiabetik oral mencakup golongan sulfonilurea dan biguanid.

Golongan sulfonilurea (asetoheksamid, chlorpropamid) bekerja terutama dengan

merangsang langsung pankreas untuk mengsekresi insulin, dengan demikian pankreas

yang masih berfungsi merupakan syarat utama agar obat ini bekerja efektif. Golongan

sulfonilurea tidak dapat digunakan pada diabetes tipe 1, obat ini memperbaiki kerja

insulin pada tingkat selular dan dapat langsung menurunkan produksi glukosa oleh

hati. Sedangkan golongan biguanid seperti metformin (glocophage), menimbulkan

efek antidiabetik dengan memfasilitasi kerja insulin pada tempat reseptor perifer, oleh

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 35: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

karena itu obat ini hanya digunakan jika masih terdapat insulin (Smeltzer et al.,

2010).

e. Pendidikan

Diabetes melitus merupakan penyakit kronis yang memerlukan perilaku penanganan

yang khusus seumur hidup. Karena terapi nutrisi, aktifitas fisik, dan stress fisik serta

emosional dapat memperngaruhi pengendalian diabetes, maka klien harus belajar

untuk mengatur keseimbangan berbagai faktor. Klien tidak hanya belajar

keterampilan untuk merawat diri sendiri guna menghindari fluktuasi kadar glukosa

darah yang mendadak, tetapi juga harus memiliki perilaku preventif dalam gaya

hidup untuk menghindari komplikasi diabetik jangka panjang. Klien harus mengerti

mengenai nutrisi, manfaat dan efek samping terapi, latihan, perkembangan penyakit,

strategi pencegahan, teknik pengontrolan gula darah, dan penyesuaian terhadap terapi

(Smeltzer et al., 2010).

2.1.6 Komplikasi

Hiperglikemia yang terjadi berkepanjangan dapat menyebabkan komplikasi

mikrovaskuler kronis seperti nefropati, retinopati, dan neuropati. Diabetes melitus

juga mengakibatkan peningkatan komplikasi penyakit makrovaskuler seperti infark

miokard, stroke dan penyakit vaskuler perifer (Smeltzer et al., 2010).

Black dan Hawks (2009), membagi komplikasi diabetes melitus menjadi 2 (dua)

kelompok, yaitu komplikasi akut dan kronis.

a. Komplikasi akut terdiri atas hiperglikemia, ketoasidosis diabetikum, sindrom

hiperglikemik hiperosmolar nonketotik dan hipoglikemik. Hiperglikemia dan

ketoasidosis diabetikum kondisi ini disebabkan oleh tidak adanya insulin atau insulin

yang tersedia dalam darah tidak cukup untuk metabolisme karbohidrat, keadaan ini

mengakibatkan gangguan metabolisme karbohidrat, lemak dan protein. Ada tiga

gejala klinis yang terlihat pada ketoasidosis yaitu dehidrasi, kehilangan elektrolit dan

asidosis. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar nonketotik yakni kondisi dimana klien

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 36: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

mengalami hiperosmolaritas dan hiperglikemia disertai perubahan tingkat kesadaran.

Yang membedakan sindrom ini dengan ketoasidosis ialah tidak terdapatnya gejala

ketosis dan asidosis. Gambaran klinis kondisi ini biasanya terdiri atas hipotensi,

dehidrasi berat, takikardi dan tanda-tanda defisit neurologis yang bervariasi

(perubahan sensori, kejang dan hemiparesis). Sedangkan hipoglikemik terjadi kalau

kadar glukosa darah kurang dari 50-60 mg/dl, yang dapat diakibatkan oleh pemberian

insulin atau obat diabetes oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu

sedikit atau karena aktifitas fisik yang berat.

b. Komplikasi kronis terdiri atas komplikasi makrovaskular dan mikrovaskular.

Komplikasi makrovaskular adalah kondisi aterosklerosis yang terjadi pada pembuluh

darah besar yang dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti Coronary Artery

Disease, penyakit serebrovaskuler, hipertensi, penyakit vaskuler perifer dan infeksi.

Sedangkan komplikasi mikrovaskular adalah komplikasi unik yang hanya terjadi pada

penderita diabetes melitus. Penyakit mikrovaskuler diabetik terjadi akibat penebalan

membran basalis pembuluh kapiler. Beberapa kondisi akibat dari gangguan pembuluh

darah kapiler antara lain retinopati, nefropati, ulkus kaki, neuropati sensorik dan

neuropati otonom yang akan menimbulkan berbagai perubahan pada kulit dan otot.

Kondisi ini selanjutnya menyebabkan perubahan distribusi tekanan pada telapak kaki

yang akan mempermudah terjadinya ulkus. Adanya kerentanan terhadap infeksi

menyebabkan luka mudah terinfeksi. Faktor aliran darah yang kurang akan

menambah kesulitan pengelolaan kaki diabetik (Sudoyo, 2006).

2.2 Pengetahuan 2.2.1 Pengertian Pengetahuan (knowledge) adalah hasil tau yang terjadi setelah orang melakukan

pengindraan terhadap objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui pancaindra manusia,

yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Dengan sendirinya

pada waktu pengindraan sehingga menghasilkan pengetahuan. Pengetahuan tersebut

sangat dipengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek. Sebagian

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 37: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

besar pengetahuan diperoleh dari indra pengihatan/ mata dan indra pendengaran/

telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang (overt behavior) dan pengetahuan seseorang

terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda (Notoatmodjo,

2011).

2.2.2 Tingkat Pengetahuan Menurut Notoatmodjo (2010) tingkat pengetahuan manusia dibagi menjadi 6

tingkatan yaitu: a. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.

Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall)

terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan

yang telah diterima.

b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar objek yang

diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang lebih

paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh,

menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (Appication)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah

dipelajari pada situasi atau kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya

dalam konteks atau situasi yang lain.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 38: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

kedalam komponen-komponen, tetapi masih didalam suatu struktur organisasi

tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan

kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian

terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian berdasarkan suatu kriteria yang

ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2.2.3 Faktor-Faktor Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan

seseorang, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal meliputi : a. Pendidikan.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan

di dalam dan di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan

mempengaruhi proses belajar, makin tinggi pendidikan seeorang makin mudah orang

tersebut untuk menerima informasi. Dengan pendidikan tinggi maka seseorang akan

cenderung untuk mendapatkan informasi, baik dari orang lain maupun dari media

massa. Semakin banyak informasi yang masuk semakin banyak pula pengetahuan

yang didapat tentang kesehatan. Pengetahuan sangat erat kaitannya dengan

pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan pendidikan tinggi, maka orang

tersebut akan semakin luas pula pengetahuannya.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 39: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Namun perlu ditekankan bahwa seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti

mutlak berpengetahuan rendah pula. Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh

di pendidikan formal, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal.

Pengetahuan seseorang tentang sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu

aspek positif dan negatif. Kedua aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap

seseorang terhadap obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang

diketahui, akan menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut.

b. Pengalaman.

Pengalaman sebagai sumber pengetahuan adalah suatu cara untuk memperoleh

kebenaran pengetahuan dengan cara mengulang kembali pengetahuan yang diperoleh

dalam memecahkan masalah yang dihadapi masa lalu. Pengalaman belajar dalam

bekerja yang dikembangkan memberikan pengetahuan dan keterampilan professional

serta pengalaman belajar selama bekerja, dapat mengembangkan kemampuan

mengambil keputusan yang merupakan manifestasi dari keterpaduan menalar secara

ilmiah dan etik yang bertolak dari masalah nyata dalam bidang kerja.

c. Usia

Undang-Undang Depkes RI No. 4 Tahun 1965 dalam Nugroho (1992) menjelaskan

bahwa “seseorang dikatakan sebagai lanjut usia setelah yang bersangkutan mencapai

umur 55 tahun keatas, tidak mampu mencari nafkah sendiri dan memenuhi kebutuhan

hidup sendiri dan juga memberi nafkah”. Kemudian dalam UU RI No. 13 Tahun 1998

tentang kesejahteraan lansia dijelaskan bahwa “lanjut usia adalah seseorang yang

telah mencapai usia 60 tahun ke atas”. Sedangkan WHO memberikan batasan lansia

dalam tiga kategori, yaitu : middle/ young elderly usia antara 45-49 tahun, elderly usia

antara 60-74 tahun, old usia antara 75-90 tahun, dan very old usia diatas 90 tahun.

Bertambahnya usia seseorang maka akan semakin banyak informasi yang dijumpai

dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah pengetahuannya. Daya

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 40: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

pikir seseorang akan menurun sejalan dengan bertambahnya usia, khususnya pada

beberapa kemampuan yang lain misalnya kosa kata dan pengetahuan umum.

Faktor eksternal meliputi :

a. Media Massa / Informasi.

Informasi yang diperoleh baik dari pendidikan formal maupun non formal dapat

memberikan pengaruh jangka pendek (immediate impact) sehingga menghasilkan

perubahan atau peningkatan pengetahuan. Majunya teknologi akan tersedia

bermacam-macam media massa yang dapat mempengaruhi pengetahuan masyarakat

tentang inovasi baru. Sebagai sarana komunikasi, berbagai bentuk media massa

seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain mempunyai pengaruh besar

terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang. Dalam penyampaian informasi

sebagai tugas pokoknya, media massa membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti

yang dapat mengarahkan opini seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu

hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan terhadap hal

tersebut.

b. Sosial Budaya dan Ekonomi.

Kebiasaan dan tradisi yang dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah

yang dilakukan baik atau buruk. Dengan demikian seseorang akan bertambah

pengetahuannya walaupun tidak melakukan. Status ekonomi seseorang juga akan

menentukan tersedianya suatu fasilitas yang diperlukan untuk kegiatan tertentu,

sehingga status sosial ekonomi ini akan mempengaruhi pengetahuan seseorang.

c. Lingkungan.

Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada di sekitar individu, baik lingkungan fisik,

biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh terhadap proses masuknya

pengetahuan ke dalam individu yang berada dalam lingkungan tersebut. Hal ini

terjadi karena adanya interaksi timbal balik ataupun tidak yang akan direspon sebagai

pengetahuan oleh setiap individu.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 41: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

2.3 Praktik Perawatan Kaki

2.3.1 Pengertian

Praktik atau tindakan adalah wujud dari sikap yang nyata. Untuk mewujudkan sikap

menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi

yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sikap positif terhadap nilai-nilai

kesehatan tidak selalu terwujud dalam suatu tindakan nyata (Notoatmodjo, 2010).

Pendidikan merupakan komponen penting dari perawatan kaki. Pemeriksaan kaki tiap

hari adalah langkah pertama untuk menemukan masalah cedera awal untuk

mendapatkan perawatan kaki yang tepat. Kaki harus dilihat setiap hari setelah mandi

atau mandi dan sebelum mengenakan sepatu dan kaos kaki. Gunakan cermin dan

letakkan di lantai untuk melihat kaki. Pemeriksaan kaki harus dilakukan dalam

pencahayaan yang baik. Meskipun sebagian besar orang dengan diabetes tahu bahwa

mereka harus memeriksa kaki mereka setiap hari, akan tetapi banyak yang tidak tahu

bagaimana melakukan ini dengan benar atau apa yang mereka evaluasi (Heitzman,

2010).

Permasalahan kaki merupakan penyebab utama angka kesakitan dan kematian pada

orang dengan diabetes melitus. Masalah kaki juga merupakan masalah yang umum

pada klien dengan diabetes melitus dan hal ini menjadi cukup berat akibat adanya

ulkus serta infeksi, bahkan akhirnya dapat menyebabkan amputasi. Terjadinya ulkus

diantaranya adalah akibat ketidakpatuhan dalam melakukan tindakan pencegahan,

pemeriksaan kaki, serta kebersihan, kurang melaksanakan pengobatan medis,

aktivitas klien yang tidak sesuai, kelebihan berat badan, penggunaan alas kaki yang

tidak sesuai, kurangnya pendidikan klien, pengontrolan glukosa darah dan perawatan

kaki.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 42: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

2.3.2 Tingkatan Praktik atau Tindakan

Menurut Notoatmodjo (2011), tingkatan praktik atau tindakan terdiri dari

a. Persepsi (Perception)

Praktik tingkat pertama adalah persepsi yaitu mengenal dan memilih berbagai objek

atau sehubungan dengan tindakan yang akan diambil.

b. Respon Terpimpin (Guided Response)

Indikator praktik tingkat kedua adalah respon terpimpin yaitu seseorang dapat

melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh.

c. Mekanisme (Mechanism)

Seseorang dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu

sudah merupakan kebiasaan.

d. Adaptasi (Adaptation)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik.

Tindakan atau keterampilan itu sudah dimodifikasi sendiri tanpa mengurangi

kebenaran tindakan tersebut.

2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Praktik Perawatan Kaki

a. Usia

Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin

bertambah usia akan semakin berkembang pula daya tangkap dan pola pikirnya,

sehingga pengetahuan dan praktek yang diperolehnya semakin membaik. Beberapa

penelitian menjelaskan hubungan usia dengan praktek perawatan kaki. Penelitian

Desalu et al. (2011) mengatakan usia diatas 50 tahun pengetahuan dan praktik

perawatan kaki masih kurang meskipun hubungan ini tidak signifikan secara statistik.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 43: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

b. Jenis Kelamin

Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain melakukan pekerjaan

sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini bisa dimungkikan karena

faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Wanita seringkali

berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki cenderug berperilaku

atau bertindak atas pertimbangan rasional. Penelitian Hasnain dan Sheikh (2009) seks

menunjukkan ada hubungan statistik yang signifikan dengan pengetahuan dan praktek

tentang perawatan kaki. Perempuan lebih rendah pengetahuan tentang perawatan kaki

dibandingkan laki-laki.

c. Pendidikan

Inti dari kegiatan pendidikan adalah proses belajar mengajar. Hasil dari proses belajar

mengajar adalah seperangkat perubahan perilaku. Dengan demikian pendidikan

sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku seseorang. Seseorang yang

berpendidikan tinggi akan berbeda perilakunya dengan orang yang berpendidikan

rendah. Seorang yang berpendidikan rendah tidak berarti berpengetahuan rendah.

Peningkatan pengetahuan tidak mutlak diperoleh di pendidikan formal, akan tetapi

juga dapat diperoleh pada pendidikan non formal. Pengetahuan seseorang tentang

sesuatu obyek juga mengandung dua aspek yaitu aspek positif dan negatif. Kedua

aspek inilah yang akhirnya akan menentukan sikap dan tindakan seseorang terhadap

obyek tertentu. Semakin banyak aspek positif dari obyek yang diketahui, akan

menumbuhkan sikap makin positif terhadap obyek tersebut. Penelitian Hasnain dan

Sheikh (2009) peran pendidikan menunjukkan hubungan statistik yang signifikan

dengan pengetahuan dan praktek tentang perawatan kaki. Menurut Desalu et al.

(2011) klien yang memiliki pendidikan rendah secara signifikan memiliki

pengetahuan yang rendah tentang perawatan kaki. Pengetahuan tentang perawatan

kaki yang tepat secara positif dipengaruhi oleh pendidikan klien sehingga dapat

mengurangi resiko terjadinya komplikasi pada kaki. Bijoy et al. (2012) dalam

penelitiannya juga mengatakan bahwa pendidikan secara statistik menunjukkan

hubungan yang signifikan dengan pengetahuan klien tentang perawatan kaki.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 44: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

d. Pekerjaan

Pekerjaan merupakan faktor penentu penting dari kesehatan. Jenis pekerjaan

seseorang dan kondisi kerja yang dilakukan akan mempengaruhi kesehatan seseorang

(Marmot, 2010). Penelitian Soemardini et al. (2008) tentang penyuluhan perawatan

kaki terhadap tingkat pemahaman penderita diabetes melitus mengatakan bahwa

faktor pekerjaan tidak ada hubungan yang signifikan dengan pemahaman penderita

diabetes melitus. Klien diabetes melitus yang bekerja menggunakan sepatu sangat

beresiko terjadi ulkus kaki apabila tidak memperhatikan bentuk dan jenis sepatu yang

digunakan. Menghindari penggunaan sepatu pada bagian jari kakinya yang sempit,

sepatu hak tinggi, sol keras, dan tali antara jari kaki. Sepatu harus nyaman, sepatu

harus sesuai dengan bentuk kaki dan terbuat dari bahan yang lembut.

e. Lama Menderita Diabetes Melitus

Klien yang mengalami diabetes melitus lebih lama, memiliki perawatan kesehatan

diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan klien yang memiliki lama diabetes melitus

lebih pendek (Bai, Chiou & Chang, 2009). Klien yang mengalami diabetes melitus

yang lama dapat mempelajari perilaku berdasarkan pengalaman yang diperolehnya

selama menjalani penyakit tersebut sehingga klien dapat memahami tentang hal-hal

terbaik yang harus dilakukannya tentang perawatan kaki dalam kehidupannnya

sehari-hari dan melakukan kegiatan tersebut secara konsisten dan penuh rasa

tanggung jawab.

f. Penghasilan

Menurut Desalu et al. (2011) status sosial ekonomi rendah secara signifikan memiliki

pengetahuan yang rendah tentang perawatan kaki. Penelitian Bijoy et al. (2012) peran

penghasilan menunjukkan hubungan statistik yang signifikan dengan pengetahuan

tentang perawatan kaki.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 45: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

g. Penyuluhan Perawatan Kaki

Penyuluhan diperlukan bagi klien diabetes melitus tipe 2 karena penyakit diabetes

melitus tipe 2 berhubungan dengan perilaku seseorang untuk berubah. Penyuluhan

yang diberikan kepada klien adalah program edukasi diabetes melitus tentang

perawatan kaki yang merupakan pendidikan dan pelatihan tentang pengetahuan dan

praktik bagi klien diabetes. Penyuluhan bertujuan untuk menunjang perubahan

perilaku, meningkatkan pemahaman klien akan perawatan kaki yang diperlukan

untuk mencapai keadaan sehat yang optimal dan penyesuaian keadaan psikologis.

Edukasi diabetes yang dilakukan secara adekuat akan meningkatkan kemampuan

klien diabetes melitus tipe 2 untuk melakukan perawatan kesehatan diri secara

konsisten sehingga akan tercapai pengontrolan kadar glukosa darah secara optimal

dan komplikasi diabetes melitus dapat diminimalkan (Basuki, 2009). Penelitian Ekore

et al. (2010) menunjukkan bahwa kesadaran untuk melakukan perawatan kaki pada

klien diabetes melitus sangat kurang dan kurangnya pendidikan atau penyuluhan dari

penyedia layanan kesehatan.

2.3.4 Penatalaksanaan Perawatan Kaki

Menurut Waspadji (2009) penatalaksanaan perawatan kaki dapat dibagi menjadi tiga

yaitu :

a. Pencegahan Primer (pencegahan terjadinya kaki diabetik dan terjadinya ulkus)

Pencegahan primer dilakukan dengan cara memberikan penyuluhan mengenai

terjadinya kaki diabetik. Penyuluhan harus dilakukan pada setiap kesempatan

pertemuan dengan klien. Penyuluhan dilakukan oleh semua pihak yang terkait dengan

pengelolaan diabetes melitus, meliputi perawat, ahli gizi, ahli perawatan kaki dan

dokter. Periksalah kaki klien selanjutnya berikan penyuluhan bagaimana cara

pencegahan dan perawatan kaki, sepatu atau alas kaki bagi klien diabetes, latihan kaki

untuk memperbaiki vaskularisasi.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 46: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

b. Pencegahan Sekunder (pencegahan dan pengelolaan ulkus atau ganggren diabetik

yang sudah terjadi).

Pencegahan sekunder, upaya-upaya yang termasuk dalam pencegahan sekunder yaitu:

Mechanical control (pressure control), wound control, microbiological control

(infection control) vascular control, metabolic control, dan educational control.

Pencegahan ini dilakukan khususnya pada klien diabetes melitus dengan masalah

kaki komplikasi yaitu kombinasi insensitivitas, iskemia dan atau deformitas, serta

riwayat adanya tukak, deformitas Charcot.

c. Pencegahan Tersier (pencegahan agar tidak terjadi kecacatan lebih lanjut walaupun

sudah terjadi penyulit).

Pencegahan tersier, upaya yang dilakukan untuk mencegah lebih lanjut terjadinya

kecacatan kalau penyulit sudah terjadi seperti amputasi tungkai bawah. Pengelolaan

konservatif dengan medikamentosa, debridemen, mengatasi infeksi.

Pedoman dasar untuk perawatan kaki dan pemilihan alas kaki yang dikembangkan

oleh National Institutes of Health dan American Diabetes Association untuk

mencegah terjadi cedera (Heitzman, 2010), yaitu :

a. Kaki Bersih, Kering, dan Lembut.

Mencuci kaki dan antara jari-jari kaki dengan air hangat (tidak panas) dan sabun dan

dikeringkan dengan kain lembut. Lotion dapat digunakan pada atas atau bawah kaki

dan bukan antara jari-jari kaki. Bedak antara jari-jari kaki untuk menjaga kulit tetap

kering.

b. Perawatan Kulit.

Klien diabetes melitus harus menggunakan alas kaki, baik di dalam ruangan atau di

luar ruangan. Mengenakan pakaian hangat, pada musim dingin menggunakan kaos

kaki katun untuk melindungi kulit dari cuaca dingin dan basah. Kaos kaki tidak

memiliki lubang atau bersambung, memiliki jahitan tebal, atau memiliki band elastis

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 47: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

yang menyebabkan cedera pada kulit. Kaos kaki harus diganti setiap hari untuk

mencegah kelembaban dari keringat yang bisa menyebabkan iritasi kulit.

c. Perawatan Kuku.

Kuku harus dipotong lurus untuk menghindari lesi pada kuku. Klien yang mengalami

kesulitan melihat kaki mereka, mencapai jari-jari kaki mereka, atau memiliki kuku

kaki menebal harus dibantu oleh orang lain atau perawat kesehatan untuk memotong

kuku kaki. Menghilangkan kalus untuk mengurangi tekanan di bawah tulang dan

dapat membantu membebaskan beban tekanan setempat untuk mengurangi

kemungkinan pembentukan ulkus.

d. Sepatu.

Waktu yang tepat klien membeli sepatu yakni sore hari ketika kaki membesar. Kaki

harus diukur setiap membeli sepatu baru karena struktur berubah. Kedua bagian

sepatu kiri dan kanan, harus dicoba sebelum membeli. Hindari penggunaan sepatu

yang pada bagian jari kakinya yang sempit, sepatu hak tinggi, sol keras, dan tali

antara jari kaki. Sepatu harus nyaman, sepatu harus sesuai dengan bentuk kaki dan

terbuat dari bahan yang lembut dengan tempat tumit kaku, bantalan dan fleksibilitas

pada bola kaki, kotak jari kaki yang mendalam dan luas, dan dukungan lengkungan

yang baik. Sepatu harus diperiksa setiap hari untuk melihat adanya benda asing, dan

daerah kasar. Mengubah sepatu beberapa kali sehari untuk memvariasikan tekanan

pada kaki. Tekanan sepatu yang terlalu ketat atau terlalu longgar dapat menyebabkan

iritasi mekanis. Sepatu harus disimpan pada udara kering pada malam hari untuk

mencegah penumpukan air, yang dapat menyebabkan iritasi kulit lebih lanjut.

Secara umum status kesehatan sangat dipengaruhi oleh perilaku, menurut Blum

dalam Notoatmodjo (2010) dari hasil penelitiannya di Amerika Serikat

menyimpulkan bahwa perilaku kesehatan mempunyai andil dalam menentukan status

kesehatan setelah faktor lingkungan. Perilaku kesehatan diklasifikasikan menjadi 3

kelompok, yaitu perilaku pemeliharaan kesehatan (health maintenance), perilaku

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 48: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

mencari dan menggunakan sistem atau fasilitas pelayanan kesehatan atau pengobatan

(health seeking behavior) dan perilaku kesehatan lingkungan. Perilaku pemeliharaan

kesehatan merupakan perilaku usaha-usaha seseorang untuk memelihara atau

menjaga agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bilamana sakit, diantaranya

adalah perilaku pencegahan penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan, perilaku

peningkatan kesehatan serta perilaku makanan dan minuman (Notoatmodjo, 2010).

Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku kesehatan/ perilaku manusia merupakan

hasil dari resultansi dari berbagai faktor, baik eksternal maupun internal. Teori

Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2010) kesehatan seseorang atau

masyarakat dipengaruhi oleh faktor perilaku (behavior causes) dan diluar perilaku

(non behavior causes). Faktor perilaku yang mempengaruhi kesehatan yaitu faktor-

faktor predisposisi yang terwujud dalam pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan,

nilai-nilai; faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam

lingkungan fisik, ketersediaan fasilitas kesehatan atau sarana kesehatan seperti

puskesmas atau rumah sakit, obat-obatan; faktor-faktor pendorong (reinforcing

factor) yang terwujud dalam sikap dan perilaku petugas kesehatan atau petugas lain

yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat. Oleh karena itu

perilaku kesehatan seseorang ditentukan oleh pengetahuan, sikap, kepercayaan,

tradisi dan lain-lain dari individu atau masyarakat yang bersangkutan. Selain itu,

ketersediaan fasilitas, sikap dan perilaku petugas kesehatan terhadap kesehatan juga

mendukung dan memperkuat terbentuknya perilaku.

Perspektif perawatan diabetes saat ini menyetujui peran sentral klien dalam merawat

kesehatan dirinya atau mengatur dirinya. Perawatan kesehatan diri menunjukan

bahwa klien secara aktif memonitor dan berespon terhadap perubahan lingkungan dan

kondisi biologis dengan beradaptasi terhadap berbagai aspek perawatan yang

dipesankan untuk memelihara keadekuatan metabolisme dan mengurangi

kemungkinan terjadinya komplikasi. Perilaku perawatan kesehatan diri pada klien

diabetes melitus meliputi pemantauan glukosa darah atau urin di rumah, penyesuaian

asupan makanan khususnya karbohidrat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 49: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

pemberian terapi (insulin atau obat hipoglikemik oral), keteraturan aktivitas fisik,

perawatan kaki, keteraturan kunjungan berobat, serta perilaku-perilaku lain

tergantung pada jenis diabetes (WHO, 2003).

Adapun menurut Smeltzer et al. (2010), tip atau cara melakukan perawatan kaki

adalah :

a. Memelihara kadar glukosa darah dalam batas normal bersama tim kesehatan yang

memberikan perawatan diabetes.

b. Lakukan pemeriksaan kaki setiap hari dengan mengamati adanya luka, lecet,

bintik kemerahan dan pembengkakan, gunakan kaca untuk memeriksa bagian

dasar kaki, dan periksa adanya perubahan suhu.

c. Mencuci kaki setiap hari, mencuci kaki dengan air hangat, keringkan dengan

lembut terutama diantara jari kaki, kaki jangan digosok-gosok, dan tidak

memeriksa suhu air dengan kaki, gunakan termometer atau siku.

d. Menjaga kulit agar tetap halus dan lembut dengan memberikan pelembab diatas

dan dibawah kaki, tetapi tidak diantara jari kaki.

e. Menggunakan batu apung untuk melembutkan kapalan (callus)

f. Memotong kuku kaki setiap minggu atau ketika diperlukan: memotong kuku jari

kaki lurus dan bagian tepi kuku dihaluskan.

g. Menggunakan sepatu dan kaos kaki setiap waktu, tidak berjalan tanpa alas kaki,

memakai sepatu yang nyaman, cocok serta yang dapat melindungi kaki, selalu

memeriksa bagian dalam sepatu sebelum dipakai pastikan permukaannya lembut

dan tidak terdapat objek atau benda kecil.

h. Lindungi kaki dari panas atau dingin, memakai sepatu pada area yang panas,

memakai kaos kaki pada waktu malam jika kaki dingin.

i. Mempertahankan kelancaran aliran darah kekaki, meninggikan kaki ketika

duduk, gerakan jari dan sendi kaki keatas dan kebawah selama 5 menit, selama 2

atau 3 kali sehari. Jangan menyilangkan kaki dalam jangka waktu lama, dan tidak

merokok.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 50: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

g. Memeriksa kaki bersama dengan petugas kesehatan untuk menemukan

kemungkinan adanya masalah yang serius, segera beri tahu pemberi pelayanan

kesehatan jika luka, lecet, atau bengkak tidak mulai sembuh setelah satu hari.

Ikuti saran pemberi pelayanan kesehatan mengenai perawatan kaki, tidak

melakukan pengobatan sendiri untuk mengobati masalah kaki.

Menurut Monalisa & Gultom (2009) pemeriksaan kaki sehari-hari dengan memeriksa

bagian atas kaki atau punggung kaki, telapak kaki, sisi-sisi kaki dan sela-sela jari.

Untuk melihat telapak kaki, tekuk kaki menghadap muka (bila sulit, gunakan cermin

untuk melihat bagian bawah kaki atau minta bantuan orang lain) untuk memeriksa

kaki. Periksa apakah ada kulit retak atau melepuh, periksa apakah ada luka dan tanda-

tanda infeksi (bengkak, kemerahan, hangat, nyeri, darah atau cairan lain yang keluar

dari luka, dan bau).

Perawatan kaki sehari-hari meliputi :

a. Bersihkan kaki setiap hari pada waktu mandi dengan air bersih dan sabun mandi.

Bila perlu gosok kaki dengan sikat lembut atau batu apung. Keringkan kaki

dengan handuk lembut dan bersih termasuk daerah sela-sela jari kaki, terutama

sela jari kaki ketiga-keempat dan keempat-kelima.

b. Berikan pelembab lotion (baby lotion) pada daerah kaki yang kering agar kulit

tidak menjadi retak. Tetapi jangan berikan pelembab pada sela-sela jari karena

sela-sela jari akan menjadi lembab dan dapat menimbulkan tubuhnya jamur.

c. Gunting kuku kaki lurus mengikuti bentuk normal jari kaki, tidak terlalu pendek

atau terlalu dekat dengan kulit, kemudian kikir agar kuku tidak tajam. Bila

penglihatan kurang baik, mintalah pertolongan orang lain untuk memotong kuku

atau mengikir kuku setiap dua hari sekali. Hindarkan terjadinya luka pada

jaringan sekitar kuku. Bila kuku keras sulit untuk dipotong, rendam kaki dengan

air hangat (37ºC) selama sekitar 5 menit, bersihkan dengan sikat kuku, sabun dan

air bersih. Bersihkan kuku setiap hari pada waktu mandi dan berikan krim

pelembab kuku.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 51: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

d. Pakai alas kaki sepatu atau sandal untuk melindungi kaki agar tidak terjadi luka,

juga di dalam rumah. Jangan gunakan sandal jepit karena dapat menyebabkan

lecet disela jari pertama dan kedua.

e. Gunakan sepatu atau sandal yang baik sesuai dengan ukuran dan enak untuk

dipakai, dengan ruang dalam sepatu yang cukup untuk jari-jari. Pakailah kaos/

stocking yang pas dan bersih terbuat dari bahan yang mengandung katun. Syarat

sepatu yang baik untuk kaki diabetik adalah :

• Ukuran : sepatu lebih dalam.

• Panjang sepatu ½ inchi lebih panjang dari jari-jari kaki terpanjang saat berdiri

(sesuai cetakan kaki).

• Bentuk : ujung sepatu lebar (sesuai lebar jari-jari kaki).

• Tinggi tumit sepatu kurang dari 2 inchi.

• Bagian dalam bawah sepatu (insole) tidak kasar dan licin, terbuat dari bahan

busa karet, plastik dengan tebal 10-12 mm.

• Ruang dalam sepatu longgar, lebar sesuai bentuk kaki.

f. Periksa sepatu sebelum dipakai, apakah ada kerikil, benda-benda tajam seperti

jarum dan duri. Lepas sepatu setiap 4-6 jam serta gerakkan pergelangan dan jari-

jari kaki agar sirkulasi darah tetap baik terutama pada pemakaian sepatu baru.

g. Bila menggunakan sepatu baru, lepaskan sepatu setiap 2 jam kemudian periksa

keadaan kaki.

h. Bila ada luka kecil, obati luka dan tutup dengan pembalut bersih. Periksa apakah

ada tanda-tanda radang.

i. Segera ke dokter bila kaki mengalami luka.

j. Periksakan kaki ke dokter secara rutin.

2.4 Pentingnya Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes

Melitus dalam Konteks Keperawatan

Pentingnya pengetahuan pada klien diabetes melitus dalam melakukan perawatan

kaki adalah untuk mencegah terjadinya komplikasi diabetes. Peningkatan

pengetahuan klien diabetes melitus mengenai perawatan kaki dapat meningkatkan

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 52: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

kualitas hidup klien sehingga dapat menikmati hidup seperti normal pada umumnya

yang tidak menderita diabetes melitus, serta klien tidak perlu mengeluarkan uang

secara berlebihan untuk pengobatan yang sebenarnya tidak diperlukan. Perawatan

kaki merupakan upaya perawatan mandiri dalam mengatasi masalah kesehatan.

Perawat berperan dalam memfasilitasi kemandirian pasien sesuai dengan teori Orem

tentang perawatan diri dipandang sebagai individu yang memiliki kemampuan untuk

merawat dirinya sendiri untuk memenuhi kebutuhan hidup, memelihara kesehatan

dan mencapai kesejahteraan (Tomey, Marriner, Alligoods, & Raile (2006). Klien

dengan diabetes melitus dapat mencapai sejahtera/ kesehatan yang optimal dengan

mengetahui perawatan kaki yang tepat sesuai dengan kondisi dirinya sendiri dan

dapat melaksanakannya. Oleh karena itu, perawat menurut teori tentang perawatan

diri sangat berperan sebagai pendukung/pendidik bagi klien yang menderita diabetes

melitus terkontrol untuk tetap mempertahankan kemampuan optimalnya dalam

mencapai sejahtera.

Ketidakseimbangan baik secara fisik maupun mental yang dialami oleh klien dengan

diabetes melitus menurut Orem disebut dengan kurang perawatan diri. Menurut Orem

peran perawat dalam hal ini yaitu mengkaji klien sejauh mana klien mampu untuk

merawat dirinya sendiri dalam hal ini adalah bagaimana klien melakukan perawatan

kaki untuk mencegah timbulnya kaki diabetik. Tindakan yang harus dilakukan dalam

perawatan kaki untuk mengetahui adanya kelainan kaki secara dini yaitu dengan

memotong kuku yang benar, pemakaian alas kaki yang baik, menjaga kebersihan kaki

dan senam kaki. Hal yang tidak boleh dilakukan mengatasi sendiri bila ada masalah

pada kaki atau menggunakan alat-alat/ benda. Oleh karena itu klien penting

mengetahui perawatan kaki diabetik dengan baik sehingga kejadian ulkus ganggren

dan amputasi dapat dihindarkan (Monalisa & Gultom, 2009).

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 53: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

2.5. Kerangka Teori

Skema 2.1 Kerangka Teori

Sumber : Lewis et al. (2011), Black & Hawks (2009), Smeltzer et al. (2010), Notoatmodjo (2010), WHO (2003)

Pengetahuan Perawatan

Kaki

Praktik Perawatan Kaki

•Kadarglukosa darahterkontrol

•Komplikasiminimal

Perawatan Kesehatan Diri :

• Pemantauanglukosa darah

• Penyesuaian diet•Keteraturan

latihan•Keteraturan

kunjungan berobat•Perawatan kaki

Diabetes Melitus tipe 2

Faktor Confounding •Usia• Jenis kelamin• Pendidikan•Lama diabetes

melitus• Penghasilan• Pekerjaan• Penyuluhan

perawatan kaki

Perawatan Kaki Baik

Amputasi

Ulkus

Kelainan Mikrovaskular

Penurunan Daya Tahan Tubuh

Neuropati Perifer: Sensorik, Motorik, Autonom.

Perawatan Kaki Kurang

Infeksi

Penyembuhan Luka Kurang

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 54: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

BAB 3 KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS

DAN DEFINISI OPERASIONAL

Bab ini akan menjelaskan kerangka konsep penelitian, hipotesis dan definisi

operasional. Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainnya dari masalah yang ingin diteliti. Hipotesis

merupakan jawaban sementara dari pertanyaan penelitian. Sedangkan definisi

operasional adalah pembatasan ruang lingkup atau pengertian variabel - variabel yang

diteliti dan untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap

varibel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan alat ukur (Notoatmodjo,

2002).

3.1 Kerangka Konsep

Kerangka konsep dalam penelitian ini akan menjelaskan hubungan antar variabel

yang akan diteliti yaitu hubungan antara variabel independen dan variabel dependen.

Variabel independen dalam penelitian ini adalah pengetahuan pasien. Sedangkan

variabel dependen adalah praktik perawatan kaki. Adapun variabel confounding

adalah usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, lama menderita diabetes melitus,

pekerjaan dan penyuluhan perawatan kaki. Adapun skema kerangka konsep dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 55: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Skema 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

3.2 Hipotesis

Berdasarkan kerangka konsep penelitian maka hipotesis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

3.2.1 Ada hubungan antara pengetahuan dengan praktik perawatan kaki pada

responden diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan

3.2.2 Ada hubungan antara usia, jenis kelamin, pendidikan, penghasilan, lama

menderita diabetes melitus, pekerjaan dan penyuluhan perawatan kaki dengan

praktik perawatan kaki responden diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan

Selatan.

Praktik perawatan kaki

Variabel Confounding Usia Jenis Kelamin Pendidikan Penghasilan Lama diabetes melitus Pekerjaan Penyuluhan perawatan

kaki

Pengetahuan tentang perawatan kaki

Variabel Independen Variabel Dependen

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 56: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

3.3 Definisi Operasional

Definisi operasional variabel independen dan variabel dependen serta variabel

confounding dalam penelitian ini dijelaskan dalam tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Variabel Independen:

Pengetahuan perawatan kaki

Semua yang diketahui responden tentang perawatan kaki sehari-hari tentang • Frekuensi pemeriksaan kaki• Apa saja yang diperiksa pada

kaki• Perawatan kuku kaki• Tindakan yang dilakukan jika

kaki terasa sakit• Jenis kaos kaki dan sepatu• Kondisi-kondisi harus

dilakukan konsultasi dengandokter/ahli perawatan kaki.

Kuesioner Dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 1. Pengetahuankurang < mean (skor 41,61) 2. Pengetahuanbaik ≥ mean (skor 41,61)

Ordinal

Variabel Dependen:

Praktik perawatan kaki

Tindakan sehari-hari yang dilakukan responden untuk memelihara kesehatan kaki supaya tidak timbul masalah atau luka pada kaki.Tindakan dalam hal: • Setiap hari minum obat• Setiap hari mencuci kaki• Mengeringkan dengan lembut

setelah kaki dicuci• Memotong kuku kaki dengan

lurus• Memeriksa kaki• Menggunakan alas kaki dan

kaos kaki yang nyaman• Memeriksa dan

membersihkan bagian dalamsepatu sebelum digunakan

Kuesioner Dikelompokkan menjadi 2 yaitu: 1. Praktik kurang< mean (skor 9,58) 2. Praktik baik ≥mean (skor 9,58)

Ordinal

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 57: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur Hasil Ukur Skala Variabel confounding:

1. Usia Usia responden dihitung berdasarkan ulang tahun terakhir

Kuesioner. 1. < 55 tahun2. ≥ 55 tahun

Ordinal

2. Jeniskelamin

Pensifatan / pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis.

Kuesioner 1. Laki-laki2. Wanita

Nominal

3. Pendidikan Pendidikan formal terakhir yang ditempuh responden

Kuesioner 1. Rendah (SD,SMP&SMA)

2. Tinggi (PT)

Ordinal

4. Penghasilan Jumlah pendapatan yang dihasilkan responden selama sebulan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya

Kuesioner 1. Rendah, jikapendapatan responden < Rp 1.225.000,-

2. Tinggi, jikapendapatan responden perbulan ≥ Rp 1.225.000,-

UMR Kal-Sel (Rp 1.225.000,-)

Ordinal

5. Lamamenderita diabetes melitus

Jumlah waktu dalam tahun sejak responden mengetahui menderita diabetes melitus sampai saaat ini.

Kuesioner 1. < 5 tahun2. ≥ 5 tahun

Ordinal

6. Pekerjaan Jenis pekerjaan responden sehari-hari dalam memenuhi kebutuhan hidup dan perekonomian keluarga.

Kuesioner 1. Tidak bekerja2. Bekerja

Nominal

7. Penyuluhanperawatan kaki

Penjelasan yang pernah didapat responden tentang perawatan kaki oleh pemberi pelayanan kesehatan seperti perawat, dokter dll.

Kuesioner 1. Tidak pernah2. Pernah

Nominal

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 58: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

BAB 4 METODE PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah descriptive correlational

bertujuan untuk mengetahui hubungan variabel independen dengan variabel dependen

(Lapau, 2012). Adapun rancangan penelitian yang digunakan adalah pendekatan

cross sectional study dengan meneliti pengetahuan dan praktik perawatan kaki. Cross

sectional study digunakan karena variabel sebab atau risiko dan akibat atau kasus

yang terjadi pada objek penelitian diukur atau dikumpulkan secara simultan dalam

waktu yang bersamaan (Notoatmodjo, 2002).

4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

diteliti dan diambil kesimpulan (Sugiyono, 2012). Populasi pada penelitian ini adalah

seluruh klien diabetes melitus yang ada di tiga rumah sakit yakni Rumah Sakit Umum

Daerah (RSUD) Ulin Banjarmasin, RSUD Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha

Martapura di Kalimantan Selatan dengan total 168 klien diabetes melitus.

4.2.2 Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi

tersebut (Sugiyono, 2012). Sampel pada penelitian ini adalah klien diabetes melitus

yang berobat jalan di Rumah Sakit yang ada di Kalimantan Selatan. Menghitung

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 59: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

jumlah sampel dari populasi yang telah diketahui jumlahnya dengan rumus dari Isaac

dan Michael dalam Sugiyono (2012)

Keterangan:

n : besar sampel

Zα : deviat baku alpha

(ditetapkan α= 0,05 atau Zα= 1,96)

P : Proporsi pada penelitian sebelumnya

Q : 1 - P

d : limit dari error atau presisi absolut (d=0,05)

Penelitian sebelumnya yang dilakukan Jinadasa dan Jeewantha (2011), telah

ditemukan proporsi populasi yang mendapatkan tingkat pengetahuan dan praktik

perawatan kaki dalam kategori baik sebesar 75,5% sehingga peneliti berasumsi

proporsi penelitian adalah 0,755. Setelah dilakukan perhitungan dengan rumus diatas

maka didapat jumlah sampel sebanyak 106 orang.

Adapun kriteria inklusi responden yang dijadikan sampel adalah;

a. Klien diabetes melitus tipe 2 tanpa komplikasi ulkus diabetik

b. Bersedia menjadi responden dan menandatangani informed consent.

c. Mampu membaca dan menulis.

d. Berkomunikasi dengan baik sehingga dapat diberikan penjelasan mengenai

pelaksanaan penelitian.

Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah:

Klien yang mengalami penurunan status kesehatan seperti pusing, gemetar.

Zα 2 x P x Q xN n = --------------------------------- d 2 (N-1) + Zα 2 x P x Q

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 60: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Metode pengambilan sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah

menggunakan teknik probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang

memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur populasi untuk dipilih menjadi

anggota sampel. Adapun jenis teknik ini adalah dengan cluster sampling. Cluster

sampling digunakan untuk menentukan sampel bila obyek yang akan diteliti atau

sumber data sangat luas (Sugiyono, 2012). Berdasarkan jumlah sampel yang

didapatkan sebanyak 106 sampel maka didistribusikan pada tiga rumah sakit yaitu

RSUD Ulin Banjarmasin, RSUD Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura.

Ukuran sampel pada setiap rumah sakit dihitung berdasarkan proporsi jumlah klien

diabetes melitus pada tahun 2011 pada rumah sakit tersebut sebagaimana tabel 4.1

Tabel 4.1 Proporsi Sampel Klien Diabetes Melitus di Kalimantan Selatan Tahun 2011

No. Rumah Sakit Jumlah klien DM rata-rata/ bulan Persentasi Sampel

(n) 1. RSUD Ulin Banjarmasin 108 64% 68 2. RSUD Banjarbaru 42 25% 26 3. RSUD Ratu Zalecha 18 11% 12

Jumlah 168 106

Jumlah sampel yang diperoleh pada penelitian ini adalah 106 orang yakni 74 orang di

RSUD Ulin Banjarmasin, 20 orang di RSUD Banjarbaru, 12 orang di RSUD Ratu

Zalecha Martapura.

4.3 Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilaksanakan di Kalimantan Selatan. Rumah sakit yang ada di

Kalimantan Selatan masing-masing tersebar pada 13 daerah yang meliputi provinsi,

kota dan kabupaten. Peneliti mengambil satu rumah sakit yang ada di provinsi, kota

dan kabupaten. Rumah sakit provinsi di Kalimantan Selatan ada dua rumah sakit

yaitu RSUD Ulin Banjarmasin dan RSUD H. M. Anshari Saleh Banjarmasin. Peneliti

mengambil RSUD Ulin Banjarmasin sebagai tempat penelitian karena rumah sakit

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 61: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

tersebut adalah rumah sakit tipe A dan rumah sakit pendidikan sedangkan di RSUD

H. M. Anshari Saleh Banjarmasin tipe B dan non pendidikan. Rumah sakit kota dan

kabupaten di Kalimantan Selatan masing-masing ada satu rumah sakit. Peneliti

mengambil RSUD Banjarbaru yang ada dikota sedangkan rumah sakit kabupaten

peneliti mengambil RSUD Ratu Zalecha Martapura.

4.4 Waktu Penelitian

Waktu penelitian dimulai dengan penyusunan proposal bulan September 2012,

pengambilan data penelitian bulan Desember 2012 dan laporan hasil penelitian pada

awal Januari 2013 (Lampiran 6).

4.5 Etika Penelitian

Peneliti dalam melaksanakan seluruh kegiatan penelitian memegang teguh sikap

ilmiah serta menggunakan prinsip-prinsip etika penelitian. Meskipun yang dilakukan

dalam penelitian tidak memiliki risiko yang dapat merugikan atau membahayakan

responden penelitian, namun peneliti mempertimbangkan aspek sosioetika dan

menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan.

Beberapa prinsip-prinsip dalam etika penelitian yang diterapkan pada proses

pengambilan data adalah sebagai berikut:

1. Menghormati harkat dan martabat responden (respect for human dignity)

Dalam penelitian ini peneliti memberikan informasi secara terbuka pada setiap

responden mengenai maksud dan tujuan penelitian sebelum dilaksanakan

pengambilan data. Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, responden

memiliki kebebasan untuk ikut atau tidak dalam penelitian ini. Responden

menyetujui mengikuti penelitian ini, selanjutnya responden menandatangani

lembaran persetujuan yang telah disediakan oleh peneliti (informed consent).

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 62: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for privacy and

confidentiality).

Dalam penelitian ini, peneliti tidak menampilkan informasi mengenai identitas

baik nama maupun alamat asal responden dalam kuesioner untuk menjaga

anonimitas dan kerahasiaan informasi yang didapat dengan cara tidak

menyebarluaskan segala informasi yang telah diperoleh yang berhubungan dengan

responden. Peneliti menggunakan koding (inisial) sebagai pengganti identitas

responden.

3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness).

Peneliti melakukan secara adil saat memilih responden penelitian yaitu melakukan

perlakuan yang sama kepada responden yang dipilih berdasarkan kriteria inklusi

yang sudah ditetapkan. Di RSUD Ulin Banjarmasin poliklinik penyakit dalam

untuk diabetes melitus diadakan setiap hari Selasa dan Kamis sehingga

memudahkan peneliti untuk menyebarkan kuesioner kepada semua klien.

Sedangkan RSUD Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura dipoliklinik

penyakit dalam peneliti meminta klien untuk mengisi kuesioner pada ruang tunggu

klien yang terpisah dengan klien penyakit selain diabetes melitus.

4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and

benefits).

Peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian untuk

mendapatkan hasil tentang pengetahuan dan praktek perawatan kaki pada klien

diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan. Hasil penelitian ini tidak

memberikan manfaat secara langsung kepada responden akan tetapi hasil

penelitian ini menjadi bahan kajian/ rekomendasi bagi dinas kesehatan dan rumah

sakit yang ada di Kalimantan Selatan dalam memberikan intervensi kesehatan

yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan kondisi setempat untuk pelayanan kepada

klien diabetes melitus tipe 2 yang ada di Kalimantan Selatan.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 63: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

4.5 Alat Pengumpul Data

Alat pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner berupa daftar pertanyaan yang tersusun dengan baik, ada dalam bentuk

isian dan ada dalam bentuk check list sehingga responden tinggal mengisi dan

memberi check list pada pilihan jawaban yang sesuai. Data yang dikumpulkan yaitu:

a. Kuesioner tentang karakteristik responden (lampiran 3).

Kuesioner ini untuk mengetahui karakteristik responden yang dibuat sendiri oleh

peneliti yang meliputi usia, jenis kelamin, lama menderita diabetes melitus,

pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan penyuluhan tentang perawatan kaki

b. Kuesioner tentang pengetahuan (lampiran 4)

Kuesioner ini digunakan untuk mengukur pengetahuan tentang perawatan kaki pada

klien diabetes melitus tipe 2. Kuesioner yang digunakan adalah Diabetes Foot Care

Knowledge Scale (DFKS) yang dikembangkan oleh Shiu & Wong (2011). Kuesioner

ini dilakukan modifikasi oleh peneliti pada nomor 6 yaitu tentang penggunaan obat

luka ringan pada kaki pada point dua Yunnan bai yao (obat cina untuk

menyembuhkan luka) menjadi penggunaan obat tradisional karena obat tersebut tidak

ada di Kalimantan Selatan. Kuesioner ini diterjemahkan melalui cara Back

Translation. Jumlah seluruh pertanyaan terdiri dari 65 item pertanyaan dengan dua

pilihan jawaban benar dan salah. Setiap jawaban yang benar diberi nilai 1 dan

jawaban salah diberi nilai 0. Sehingga skor total adalah 65, selanjutnya dkategorikan

menjadi 2 kategori yaitu pengetahuan kurang jika skor yang benar kurang dari mean

41,61 dan pengetahuan baik jika skor sama dan lebih besar dari mean 41,61.

c. Kuesioner tentang praktik perawatan kaki (lampiran 5)

Kuesioner ini digunakan untuk mengidentifikasi praktik atau tindakan tentang

perawatan kaki dan pencegahan terjadinya luka pada kaki. Instrumen yang digunakan

adalah modifikasi kuesioner yang berasal dari questions determining the knowledge

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 64: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

and practices about foot care yang dikembangkan oleh Hasnain dan Sheikh (2009).

Kuesioner ini dilakukan modifikasi oleh peneliti pada nomor 8 dan 10 yakni

pertanyaan yang sifatnya positif dimodifikasi menjadi pertanyaan negatif. Kuesioner

ini diterjemahkan melalui cara Back Translation. Jumlah pertanyaan terdiri dari 15

item pertanyaan dengan skor untuk setiap pertanyaan yaitu: pertanyaan nomor 1, 2,

3, 4, 5, 6, 7, 9, 11, 12, 13, 14 dan 15 jika jawaban ”Ya” (dilakukan) diberi skor 1,

jawaban ”Tidak” (tidak dilakukan) skor 0. Pertanyaan nomor 8 dan 10 jika jawaban

”Ya” (dilakukan) skor 0, jawaban”Tidak” (tidak dilakukan) skor 1. Sehingga skor

total adalah 15, selanjutnya dikategorikan menjadi 2 kategori yaitu “praktik kurang”

jika skor yang benar kurang dari mean 9,58 dan “praktik baik” jika skor sama dan

lebih besar dari mean 9,58.

4.6 Uji Validitas dan Reliabilitas

Instrumen atau alat pengumpul data yang akan digunakan sebelumnya dilakukan

ujicoba dan diuji validitas dan reliabilitasnya. Pelaksanaan uji validitas dan

reliabilitas dilakukan pada populasi yang tidak menjadi sampel dalam penelitian ini,

akan tetapi memiliki karakteristik yang tidak berbeda dalam penelitian ini.

a. Validitas

Validitas adalah indeks yang menunjukkan nilai ketepatan dari alat ukur sehingga

menggambarkan suatu instrumen telah benar-benar mengukur apa yang diukur

(Notoatmodjo, 2010). Uji validitas instrument dilakukan di RSUD Ulin

Banjarmasin pada 30 responden yang bukan menjadi sampel dalam penelitian ini,

sehingga diperoleh df= 28 (n-2). Pada tingkat kemaknaan 5% didapatkan angka r

tabel = 0,361. Hasil uji validitas kuesioner pengetahuan adalah 5 soal dinyatakan

tidak valid yaitu soal nomor 3, 4, 6, 10 dan 11. Sedangkan untuk kuesioner praktik

adalah 3 soal dinyatakan tidak valid yaitu soal nomor 9, 10 dan 11. Karena

substansi soal tersebut dianggap penting, maka soal-soal tersebut tetap dimasukkan

dengan memperbaiki strukturnya.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 65: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

b. Reliabilitas

Reliabilitas adalah konsistensi dari alat ukur yang digunakan, apabila digunakan

untuk yang kedua kalinya atau lebih terhadap gejala yang sama maka akan

mendapatkan hasil yang sama (Notoatmodjo, 2010). Hasil uji reliabilitas kuesioner

pengetahuan diperoleh r alpha cronbach’s 0,963 (r alpha>0,361). Sedangkan

kuesioner praktik diperoleh r alpha cronbach’s 0,842 (r alpha>0,361).

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Prosedur penelitian terdiri dari persiapan, pelaksanaan penelitian dan penyusunan

laporan. Prosedur penelitian dijabarkan sebagai berikut:

4.7.1 Persiapan penelitian

Persiapan penelitian meliputi penyelesaian administrasi yang terkait dengan

penelitian yaitu:

a. Mengajukan permohonan surat ijin penelitian dari Fakultas Ilmu Keperawatan

Universitas Indonesia, surat permohonan lolos kaji etik dari Komite Etik

Penelitian Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, surat

permohonan ijin melakukan penelitian ke Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan

Selatan dan surat permohonan ijin penelitian kepada Direktur RSUD Ulin

Banjarmasin, RSUD Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura melalui

bagian pendidikan latihan, yang dijadikan sampel dalam penelitian.

b. Meminta ijin kepada kepala ruang poliklinik dan mensosialisasikan maksud dan

tujuan penelitian yang akan dilakukan.

c. Mempersiapkan alat-alat yang dibutuhkan untuk pelaksanaan penelitian seperti

lembar penjelasan penelitian, lembar persetujuan penelitian, kuesioner, dan

pulpen.

d. Memilih kolektor data untuk membantu peneliti menyebarkan kuesioner serta

mengumpulkan kuesioner. Peneliti menggunakan 4 orang kolektor data dengan

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 66: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

latar belakang pendidikan sarjana keperawatan. Sebelum penelitian, peneliti

melakukan penjelasan tentang maksud dan tujuan penelitian yang akan dilakukan,

menjelaskan petunjuk pengisian kuesioner dan pengumpulan kuesioner serta

menjaga kerahasiaan informasi yang didapat dengan cara tidak menyebarluaskan

segala informasi yang telah diperoleh yang berhubungan dengan responden.

4.7.2 Pelaksanaan penelitian

Pelaksanaan penelitian dilaksanakan selama dua minggu di tiga tempat yaitu RSUD

Ulin Banjarmasin, RSUD Banjarbaru dan RSUD Ratu Zalecha Martapura. Peneliti

berada di RSUD Ulin Banjarmasin pada hari Selasa dan Kamis karena pada hari

tersebut khusus poliklinik diabetes melitus dengan dibantu 4 kolektor data, RSUD

Banjarbaru pada hari Jum’at dan Sabtu, dan RSUD Ratu Zalecha Martapura pada hari

Senin dan Rabu. Adapun uraian kegiatan sebagai berikut:

a. Peneliti berkoordinasi dengan kepala ruang poliklinik penyakit dalam untuk

melakukan identifikasi pasien diabetes melitus tipe 2 yang memenuhi kriteria

inklusi.

b. Meminta kesediaan responden yang telah menjadi sampel dengan menjelaskan

maksud dan tujuan penelitian terlebih dahulu.

c. Meminta dengan sukarela kepada responden untuk menandatangani surat

pernyataan bersedia berpartisipasi sebagai responden penelitian.

d. Membagi kuesioner kepada responden yang menjadi sampel pada ruang tunggu

untuk pengisian kuesioner dan observasi kepada responden dengan memperhatikan

kondisi kesehatan fisik pasien dan etika penelitian.

e. Mengumpulkan hasil pengumpulan data untuk selanjutnya diolah dan dianalisa.

4.7.3 Penyusunan laporan

Penyusunan laporan dilakukan setelah pelaksanaan penelitian selesai. Penyusunan

laporan mengikuti pedoman teknis penulisan tugas akhir mahasiswa Universitas

Indonesia.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 67: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

4.8 Pengolahan dan Analisis Data

4.8.1 Pengolahan data

Setelah data yang diperlukan terkumpul selanjutnya dilakukan proses pengolahan

dengan memeriksa data (editing) yang sudah dikumpulkan meliputi kelengkapan,

kesesuaian, kejelasan, dan kekonsistenan jawaban. Selanjutnya memberi kode

(coding) pada setiap komponen variabel, dilakukan untuk mempermudah proses

tabulasi dan analisis data. Pemberian kode dilakukan sesudah pengumpulan data.

Kemudian dilakukan pemprosesan data (processing) agar data yang sudah di-entry

dapat dianalisis. Pemrosesan data dilakukan dengan cara meng-entry data dari

kuesioner ke komputer. Setelah itu pembersihan data (cleaning) dengan memeriksa

kembali data yang sudah di-entry kedalam program komputer apakah ada kesalahan

atau tidak sebelum dilakukan analisis.

4.8.2 Analisis data

a. Analisis univariat

Analisis univariat dilakukan untuk mendeskripsikan karakteristik setiap variabel

yang diteliti.Variabel dependen, variabel independen dan variabel confounding

(usia, jenis kelamin, lama menderita diabetes melitus, pendidikan, pekerjaan,

penghasilan dan penyuluhan perawatan kaki) pada penelitian ini merupakan data

kategorik sehingga hasil analisis yang disajikan berupa proporsi atau distribusi

frekuensi. Kemudian disajikan dengan menggunakan tabel serta diinterprestasikan

berdasarkan data yang diperoleh.

b. Analisis bivariat

Sebelum dilakukan analisis bivariat terlebih dulu dilakukan uji kenormalan data

baik pada variabel independen, variabel dependen maupun variabel confonding

dengan menggunakan uji Kolmogorv-Smirnov. Hasil yang diperoleh untuk semua

variabel berdistribusi tidak normal dengan nilai p value < 0,05 sehingga analisis

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 68: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

bivariat variabel independen dan confonding menggunakan uji statistik

nonparametrik.

Setelah diketahui karakteristik masing-masing variabel, selanjutnya dilakukan

analisis bivariat untuk mengetahui hubungan antara kedua variabel independen

dan variabel dependen. Pada penelitian ini variabel independen (tingkat

pengetahuan pasien tentang perawatan kaki), dengan variabel dependen (praktik

perawatan kaki) berbentuk kategorik maka uji statistik yang digunakan adalah uji

Chi Square. Tujuan Uji Chi Square adalah untuk menguji perbedaan

proporsi/presentase antara beberapa kelompok data. Uji Chi Square dapat

digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel katagorik dengan variabel

katagorik (Hastono, 2007). Analisis bivariat dilakukan dengan bantuan komputer.

Tabel 4.2 Analisis Bivariat

No. Variabel Variabel Dependen Jenis Uji

1. Variabel IndependenTingkat pengetahuan (datakategorik)

Praktik perawatan kaki (data kategorik)

Chi Square

2. Variabel ConfoundingUmur (data kategorik)

Chi Square

3. Variabel ConfoundingJenis kelamin (data kategorik)

Chi Square

4. Variabel ConfoundingLama menderita diabetesmelitus (data kategorik)

Chi Square

5. Variabel ConfoundingPendidikan (data kategorik)

Chi Square

6. Variabel ConfoundingPenghasilan (data kategorik)

Chi Square

7. Variabel ConfoundingPenyuluhan tentang perawatankaki (data kategorik)

Chi Square

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 69: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

c. Analisis multivariat

Analisis multivariat digunakan untuk melihat hubungan beberapa variabel bebas

(lebih dari satu) dengan satu atau beberapa variabel dependen (umumnya satu

variabel) (Hastono, 2007). Karena variabel dependen pada penelitian ini berbentuk

kategorik maka analisis multivariat yang digunakan pada penelitian adalah uji

statistik regresi logistik ganda. Dengan analisis ini dapat diketahui faktor yang

paling berhubungan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus

tipe 2 di Kalimantan Selatan. Tahapan dari uji statistik regresi logistik ganda

meliputi:

1. Seleksi kandidat

Variabel independent pengetahuan pasien tentang perawatan kaki pada

penelitian ini yang diprediksi berhubungan dengan variabel dependen yaitu

praktik perawatan kaki. Variabel confounding usia, jenis kelamin, pendidikan,

pekerjaan, penghasilan, lama menderita diabetes melitus, dan penyuluhan

perawatan kaki pada penelitian ini yang diprediksi berhubungan dengan praktik

perawatan kaki. Variabel kandidat akan dimasukan ke dalam pemodelan

multivariat jika hasil uji bivariat p value < 0,25, atau secara substansi dianggap

penting.

2. Pemodelan multivariat

Pemodelan multivariat dilakukan dengan analisis regresi logistik dengan cara

memasukan kandidat variabel independen dan variabel confounding yang

memenuhi syarat p value < 0,25 ke dalam model, selanjutnya memilih variabel

yang dianggap penting yang masuk dalam model, dengan cara mempertahankan

subvariabel bebas yang p value-nya < dari 0,05 dan mengeluarkan subvariabel

yang p value-nya > dari 0,05 secara bertahap mulai dari p value terbesar.

Variabel yang dikeluarkan akan dimasukan kembali ke dalam model jika terjadi

adanya perubahan Odd Ratio (OR) satu atau lebih variabel yang melebihi dari

10% sehingga akan didapatkan pemodelan akhir. Langkah selanjutnya

membandingkan nilai OR seluruh variabel bebas, untuk melihat variabel mana

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 70: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

yang paling dominan pengaruhnya terhadap variabel bebas, dilihat dari exp(B)

untuk variabel yang signifikan pada model terakhir. Semakin besar nilai exp(B)

berarti semakin besar pengaruhnya terhadap variabel terikat (Hastono, 2007).

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 71: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

BAB 5 HASIL PENELITIAN

Pada bab ini akan diuraikan hasil penelitian tentang pengetahuan dan praktik

perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan yang telah

dilaksanakan pada tiga rumah sakit yaitu RSUD Ulin Banjarmasin, RSUD Banjarbaru

dan RSUD Ratu Zalecha Martapura. Pengambilan data dilaksanakan di poliklinik

Penyakit Dalam. Adapun hasil penelitian adalah sebagai berikut:

5.1 Hasil Analisis Univariat

Pada penelitian ini hasil analisis univariat menggambarkan karakteristik responden

yang terdiri dari usia, jenis kelamin, lama menderita diabetes melitus, pendidikan,

pekerjaan, penghasilan, dan penyuluhan tentang perawatan kaki; pengetahuan tentang

perawatan kaki dan praktik perawatan kaki. Hasil analisis univariat dijelaskan dalam

tabel sebagai berikut:

5.1.1 Gambaran Karakteristik Responden

Distribusi responden berdasarkan usia, jenis kelamin, lama menderita diabetes

melitus, pendidikan, pekerjaan, penghasilan, dan penyuluhan tentang perawatan kaki

dapat dilihat pada tabel 5.1 berikut ini :

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 72: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Tabel 5.1 Distribusi Responden Berdasarkan usia, Jenis Kelamin, Lama menderita Diabetes Melitus, Pendidikan, Pekerjaan, Penghasilan, dan Penyuluhan Perawatan

Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)

Variabel Jumlah Persentase (%)

Usia < 55 tahun ≥ 55 tahun

42 64

55,7 44,3

Jenis Kelamin Laki-laki 45 42,5 Perempuan

Lama Menderita DM < 5 tahun ≥5 tahun

61

57 49

57,5

53,8 46,2

Pendidikan Pendidikan Tinggi Pendidikan Rendah

23 83

21,7 78,3

Pekerjaan Bekerja Tidak Bekerja

Penghasilan < Rp. 1.225.000,- ≥ Rp. 1.225.000,-

Penyuluhan Pernah Tidak Pernah

63 43

25 81

22 84

59,4 40,6

23,6 76,4

20,8 79,2

Berdasarkan tabel 5.1, lebih banyak responden berusia lebih dari 55 tahun, berjenis

kelamin perempuan, lama menderita diabetes melitus kurang dari 5 tahun,

berpendidikan rendah dan bekerja, berpenghasilan diatas Rp. 1.225.000.- dan tidak

pernah mendapatkan penyuluhan tentang perawatan kaki.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 73: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

5.1.2 Gambaran pengetahuan dan praktik perawatan kaki

Distribusi responden berdasarkan pengetahuan dan praktik perawatan kaki dapat

dilihat pada tabel 5.2 berikut ini :

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan

Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)

Variabel Jumlah Persentase (%)

Pengetahuan Baik Kurang

Praktik Baik Kurang

58 48

59 47

54,7 45,3

55,7 44,3

Berdasarkan tabel 5.2 didapatkan jumlah responden yang memiliki pengetahuan baik

tentang perawatan kaki berjumlah 58 orang (54,7%) dan melakukan praktik

perawatan kaki baik berjumlah 59 orang (55,7%).

5.2 Hasil Analisis Bivariat

Analisis bivariat digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen,

variabel confonding dengan variabel dependen.

5.2.1 Hubungan Pengetahuan dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil analisis bivariat hubungan antara pengetahuan dengan praktik perawatan kaki

pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel 5.3

berikut :

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 74: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Tabel 5.3 Hubungan Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)

Pengetahuan Praktik

Total OR (95% CI) p-valueBaik Kurang

N % N % N % Baik 38 65,5 20 34,5 58 100,0 2,44; 0,04*

Kurang 21 43,8 27 56,3 48 100,0 1,11-5,36 Jumlah 59 55,7 47 44,3 106 100,0

*Bermakna pada α: 0,05

Tabel 5.3 menggambarkan bahwa dari 58 responden yang mempunyai pengetahuan

baik memiliki praktek yang baik sebesar 65,5%. Hasil persentase menunjukkan

bahwa antara responden yang mempunyai pengetahuan baik memiliki praktik

perawatan kaki lebih baik dibandingkan dengan responden yang mempunyai

pengetahuan kurang.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,04, pada alpha 5%, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan

praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Analisis kekuatan

hubungan antara dua variabel didapatkan nilai Odd Ratio (OR) = 2,44 (95% CI :

1,11-5,36) artinya klien diabetes melitus tipe 2 yang berpengetahuan baik 2,44 kali

untuk memiliki praktik perawatan kaki baik dibandingkan dengan klien diabetes

melitus tipe 2 yang berpengetahuan kurang.

5.2.2 Hubungan Usia dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil analisis bivariat hubungan usia dengan praktik perawatan kaki pada klien

diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel 5.4 berikut :

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 75: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Tabel 5.4 Hubungan Usia dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)

Usia Praktik

Total OR (95% CI) p-valueBaik Kurang

N % N % N % ≥ 55 tahun 42 65,6 22 34,4 64 100,0 0,36; 0,02* < 55 tahun 17 40,5 25 59,5 42 100,0 0,16-0,80

Jumlah 59 55,7 47 44,3 106 100,0 *Bermakna pada α: 0,05

Tabel 5.4 menggambarkan bahwa dari 64 responden yang berusia lebih atau sama

dengan 55 tahun dan memiliki praktik perawatan kaki yang baik sebesar 65,6%. Hasil

persentase menunjukkan bahwa antara responden berusia lebih atau sama dengan 55

tahun memiliki praktik perawatan kaki lebih baik dibandingkan dengan responden

yang berusia kurang dari 55 tahun.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,02, pada alpha 5%, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan praktik

perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Analisis kekuatan hubungan antara

dua variabel didapatkan nilai OR = 0,36 (95% CI : 0,16-0,80) artinya klien diabetes

melitus tipe 2 yang berusia lebih atau sama dengan 55 tahun berpeluang 0,36 kali

untuk memiliki praktik perawatan kaki baik dibandingkan dengan klien diabetes

melitus tipe 2 yang berusia kurang dari 55 tahun.

5.2.3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil analisis bivariat hubungan jenis kelamin dengan praktik perawatan kaki pada

klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel 5.5

berikut :

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 76: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Tabel 5.5 Hubungan Jenis Kelamin dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)

Jenis Kelamin

Praktik Total OR

(95% CI) p-valueBaik Kurang N % N % N %

Laki-Laki 31 68,9 14 31,1 45 100,0 2,61; 0,03* Perempuan 28 45,9 33 54,1 61 100,0 1,16-5,85

Jumlah 59 55,7 47 44,3 106 100,0 *Bermakna pada α: 0,05

Tabel 5.5 menggambarkan bahwa dari 45 responden laki-laki memiliki praktek

perawatan kaki yang baik sebesar 68,9%. Hasil persentase menunjukkan bahwa

antara responden laki-laki memiliki praktek perawatan kaki lebih baik dibandingkan

dengan responden perempuan.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,03, pada alpha 5%, maka dapat

disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan

praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Analisis kekuatan

hubungan antara dua variabel didapatkan nilai OR = 2,61 (95% CI : 1,16-5,85)

artinya klien diabetes melitus tipe 2 laki-laki berpeluang 2,61 kali untuk memiliki

praktik perawatan kaki baik dibandingkan dengan klien diabetes melitus tipe 2

perempuan.

5.2.4 Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil analisis bivariat hubungan lama menderita diabetes melitus dengan praktik

perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan dapat dilihat

pada tabel 5.6 berikut :

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 77: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Tabel 5.6 Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan

Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)

Lama Menderita

DM

Praktik Total OR

(95% CI) p-valueBaik Kurang N % N % N %

≥ 5 tahun 32 65,3 17 34,7 49 100,0 0,48; 0,10 < 5 tahun 27 47,4 30 52,6 57 100,0 0,22-1,05 Jumlah 59 55,7 47 44,3 106 100,0

Tabel 5.6 menggambarkan bahwa dari 49 responden yang lama menderita diabetes

melitus lebih atau sama dengan 5 tahun memiliki praktek perawatan kaki yang baik

sebesar 65,3%. Hasil persentase menunjukkan bahwa antara responden yang lama

menderita diabetes melitus lebih atau sama dengan 5 tahun memiliki praktek

perawatan kaki lebih baik dibandingkan dengan responden yang lama menderita

diabetes melitus kurang 5 tahun.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,10, pada alpha 5%, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara lama menderita

diabetes melitus dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2.

Dari hasil analisis diperoleh nilai OR = 0,48, artinya responden yang lama menderita

diabetes melitus lebih atau sama dengan 5 tahun mempunyai peluang 0,48 kali untuk

melakukan praktek perawatan kaki lebih baik dibandingkan dengan responden yang

lama menderita diabetes melitus kurang dari 5 tahun.

5.2.5 Hubungan Pendidikan dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil analisis bivariat hubungan pendidikan dengan praktik perawatan kaki pada

klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel 5.7

berikut :

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 78: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Tabel 5.7 Hubungan Pendidikan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)

Pendidikan Praktik

Total OR (95% CI) p-valueBaik Kurang

N % N % N % Tinggi 16 69,6 7 30,4 23 100,0 2,13; 0,20

Rendah 43 51,8 40 48,2 83 100,0 0,79-5,71 Jumlah 59 55,7 47 44,3 106 100,0

Tabel 5.7 menggambarkan bahwa dari 23 responden yang pendidikan tinggi memiliki

praktek perawatan kaki yang baik sebesar 69,6%. Hasil persentase menunjukkan

bahwa antara responden yang pendidikan tinggi memiliki praktek perawatan kaki

lebih baik dibandingkan dengan responden yang pendidikan rendah.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,20, pada alpha 5%, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pendidikan

dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Dari hasil analisis

diperoleh nilai OR = 2,13, artinya responden yang pendidikan tinggi mempunyai

peluang 2,13 kali untuk melakukan praktek perawatan kaki lebih baik dibandingkan

dengan responden yang pendidikan rendah.

5.2.6 Hubungan Pekerjaan dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil analisis bivariat hubungan pekerjaan dengan praktik perawatan kaki pada klien

diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel 5.8 berikut :

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 79: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Tabel 5.8 Hubungan Pekerjaan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)

Pekerjaan Praktik

Total OR (95% CI) p-valueBaik Kurang

N % N % N % Bekerja 26 60,5 17 39,5 43 100,0 0,72; 0,53 Tidak

Bekerja 33 52,4 30 47,6 63 100,0 0,33-1,58

Jumlah 59 55,7 47 44,3 106 100,0

Tabel 5.8 menggambarkan bahwa dari 43 responden yang bekerja memiliki praktek

perawatan kaki yang baik sebesar 60,5%. Hasil persentase menunjukkan bahwa

antara responden yang bekerja memiliki praktek perawatan kaki lebih baik

dibandingkan dengan responden yang tidak bekerja.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,53, pada alpha 5%, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara pekerjaan dengan

praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Dari hasil analisis diperoleh

nilai OR = 0,72, artinya responden yang bekerja mempunyai peluang 0,72 kali untuk

melakukan praktek perawatan kaki lebih baik dibandingkan dengan responden yang

tidak bekerja.

5.2.7 Hubungan Penghasilan dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil analisis bivariat hubungan penghasilan dengan praktik perawatan kaki pada

klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel 5.9

berikut :

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 80: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Tabel 5.9 Hubungan Penghasilan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)

Penghasilan Praktik

Total OR (95% CI) p-valueBaik Kurang

N % N % N % <Rp.1.225.000 14 56,0 11 44,0 25 100,0 1,02; 1,00 ≥Rp.1.225.000 45 55,6 36 44,4 81 100,0 0,41-2,51

Jumlah 59 55,7 47 44,3 106 100,0

Tabel 5.9 menggambarkan bahwa dari 25 responden yang penghasilan kurang dari

Rp.1.225.000 memiliki praktek perawatan kaki yang baik sebesar 56,0%. Hasil

persentase menunjukkan bahwa antara responden yang penghasilan kurang dari

Rp.1.225.000 memiliki praktek perawatan kaki lebih baik dibandingkan dengan

responden yang penghasilan lebih atau sama dengan Rp.1.225.000.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 1,00, pada alpha 5%, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penghasilan

dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Dari hasil analisis

diperoleh nilai OR = 1,02, artinya responden yang penghasilan kurang dari

Rp.1.225.000 mempunyai peluang 1,02 kali untuk melakukan praktek perawatan kaki

lebih baik dibandingkan dengan responden yang penghasilan lebih atau sama dengan

Rp.1.225.000.

5.2.8 Hubungan Penyuluhan dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil analisis bivariat hubungan penyuluhan dengan praktik perawatan kaki pada

klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan dapat dilihat pada tabel 5.10

berikut :

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 81: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Tabel 5.10 Hubungan Penyuluhan dan Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Bulan Desember Tahun 2012 (n=106)

Penyuluhan Praktik

Total OR (95% CI) p-valueBaik Kurang

N % N % N % Pernah 15 68,2 7 31,8 22 100,0 1,95; 0,28

Tidak Pernah 44 52,4 40 47,6 84 100,0 0,72-5,26 Jumlah 59 55,7 47 44,3 106 100,0

Tabel 5.10 menggambarkan bahwa dari 22 responden yang pernah mendapatkan

penyuluhan memiliki praktek perawatan kaki yang baik sebesar 68,2%. Hasil

persentase menunjukkan bahwa antara responden yang pernah mendapatkan

penyuluhan memiliki praktek perawatan kaki lebih baik dibandingkan dengan

responden yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan.

Hasil uji statistik didapatkan nilai p value = 0,28, pada alpha 5%, maka dapat

disimpulkan bahwa tidak terdapat hubungan yang bermakna antara penyuluhan

dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Dari hasil analisis

diperoleh nilai OR = 1,95, artinya responden yang pernah mendapatkan penyuluhan

mempunyai peluang 1,95 kali untuk melakukan praktek perawatan kaki lebih baik

dibandingkan dengan responden yang tidak pernah mendapatkan penyuluhan.

5.3 Hasil Analisis Multivariat

Analisis multivariat yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi logistik

ganda. Tujuan penggunaan analisis ini adalah untuk mengestimasi secara valid

hubungan satu variabel dependen dengan variabel independen dan variabel

confonding. Menurut Hastono (2007), untuk mendapatkan model akhir pada uji

multivariat dilakukan dengan tahap pemodelan sebagai berikut:

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 82: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

5.3.1 Pemilihan Kandidat Variabel Multivariat

Pemilihan kandidat untuk variabel multivariat dilakukan dengan menghubungkan

semua variabel independen, variabel confounding dengan variabel dependen dengan

menggunakan regresi logistik sederhana. Variabel yang diikutkan dalam seleksi

kandidat multivariat, yaitu variabel dengan nilai p value kurang dari 0,25 pada

seleksi bivariat. Adapun seleksi bivariat untuk kandidat multivariat dengan

menggunakan uji regresi logistik sederhana dengan hasil sebagaimana tabel 5. 11

berikut:

Tabel 5.11 Pemilihan Kandidat Variabel Uji Multivariat

Variabel p value Kandidat Usia

Jenis kelamin

Lama Menderita DM

Pendidikan

Pekerjaan

Penghasilan

Penyuluhan

Pengetahuan

0,02

0,02

0,06

0,11

0,41

0,97

0,18

0,03

Ya

Ya

Ya

Ya

Tidak

Tidak

Ya

Ya

Berdasarkan tabel 5.11 didapatkan variabel dengan p value kurang dari 0,25 (p<0,25)

yang memenuhi untuk dilakukan uji multivariat, yaitu usia, jenis kelamin, lama

menderita diabetes melitus, pendidikan, penyuluhan dan pengetahuan. Sedangkan

variabel pekerjaan dan penghasilan lebih dari 0,25 (p>0,25) akan tetapi secara

substansi dianggap penting maka variabel pekerjaan dan penghasilan dimasukan.

Selanjutnya kedelapan variabel tersebut dimasukkan dalam analisa multivariat.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 83: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

5.3.2 Pemodelan Multivariat

Setelah dilakukan uji regresi logistik berganda terhadap variabel yang memenuhi uji

multivariat, maka variabel yang mempunyai nilai p terbesar dikeluarkan dari

pemodelan dengan memperhatikan perubahan nilai OR (perubahan OR lebih dari

10% pada semua variabel maka variabel dipertahankan). Hasil akhir uji multivariat,

dapat dilihat pada tabel 5.12

Tabel 5.12 Pemodelan Akhir Analisis Multivariat Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan Tahun 2012

B Exp(B) p-value S.E. Pengetahuan 0,87 2,38 0,04* 0,44

Usia -0,66 0,52 0,15 0,46

Jenis Kelamin 0,67 1,96 0,15 0,47

Lama Menderita -0,54 0,58 0,23 0,45

Pendidikan 0,23 1,26 0,64 0,49

Pekerjaan -0,20 0,82 0,66 0,47

Penghasilan 0,48 1,62 0,37 0,54

Penyuluhan 0,63 1,88 0,26 0,56

Konstanta -2,85 0,06 0,18 2,12

*Bermakna pada α: 0,05

Berdasarkan hasil analisis multivariat, dimana variabel independen (pengetahuan) dan

confounding di regresikan dengan variabel dependen secara bersamaan menunjukkan

bahwa pengetahuan merupakan variabel yang berpengaruh terhadap praktek

perawatan kaki dengan nilai Exp (B) variabel pengetahuan adalah 2,38. Sedangkan

untuk variabel confounding tidak berpengaruh. Sehingga dapat disimpulkan bahwa

klien yang pengetahuan baik mempunyai peluang 2,38 kali melakukan praktik

perawatan kaki yang baik dibandingkan klien yang pengetahuannya kurang.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 84: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Dengan pemodelan regresi logistik ganda sebagai berikut :

. 1 .P(x) =

1 + e – (-2,85+0,87Pngt+0,67JK+0,63Penyu+0,48Phsl+0,23pdd-0,20Pkj-0,54LM-0,66Usia)

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 85: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

BAB 6 PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian meliputi pengetahuan dan praktik

perawatan kaki, hubungan antara pengetahuan dan praktik perawatan kaki, faktor

pengganggu yang mempengaruhi hubungan pengetahuan dan praktik perawatan kaki.

Disamping itu dibahas juga mengenai keterbatasan penelitian dan implikasi hasil

penelitian terhadap keperawatan.

6.1 Interprestasi dan Diskusi Hasil Penelitian

6.1.1 Gambaran Karakteristik Responden

a. Usia

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 106 klien diabetes melitus tipe 2 yang

menjadi responden lebih banyak berusia lebih dari 55 tahun pada rentang usia

30 – 74 tahun. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang

dilakukan oleh Desalu et al. (2011) pada 352 klien diabetes melitus, rata-rata

mempunyai usia 50 tahun. Hasil yang sama juga dijelaskan oleh Bijoy et al.

(2012) dalam penelitiannya mengatakan dari 150 klien diabetes melitus rata-

rata usia klien 57 tahun. Sama hal nya dengan penelitian Ekore et al. (2010)

dari 137 klien diabetes melitus berusia antara 37-75 tahun.

Berdasarkan beberapa hasil penelitian yang sudah dilakukan menunjukkan

bahwa seseorang yang berusia diatas 30 tahun beresiko terjadinya diabetes

melitus tipe 2. Hal ini sejalan dengan sumber yang menjelaskan bahwa diabetes

melitus tipe 2 sering terjadi pada klien setelah usia 30 tahun dan semakin

sering terjadi setelah usia 40 tahun (Smeltzer et al., 2010). Semakin meningkat

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 86: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

usia maka prevalensi diabetes dan gangguan toleransi glukosa semakin

meningkat. Hal ini terjadi karena proses menua mengakibatkan adanya

perubahan fisiologis dalam tubuh yang dapat mempengaruhi homeostasis. Salah

satu organ yang dapat mengalami perubahan fungsi akibat adanya proses menua

adalah sel beta pankreas yang menghasilkan hormon insulin. Jika terjadi

gangguan sekresi hormon ini atau penggunaan glukosa yang tidak adekuat pada

tingkat sel maka akan berdampak terhadap peningkatan kadar gula darah

(Rochmah, 2006). Seiring dengan bertambahnya usia penderita, maka akan

terjadi proses degeneratif yang akan mengakibatkan penurunan fungsi organ-

organ vital tubuh. Pada penderita diabetes melitus proses degeneratif ini

ditambah sindrome resisten insulin yang semakin menambah resiko terjadinya

komplikasi.

b. Jenis Kelamin

Pada penelitian ini didapatkan responden perempuan lebih banyak

dibandingkan laki-laki. Penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang

dilakukan Sihombing (2012) menunjukkan bahwa frekuensi jenis kelamin yaitu

sebagian besar dari responden berjenis kelamin perempuan. Begitu juga dengan

penelitian Hasnain dan Sheikh (2009) didapatkan responden perempuan lebih

banyak.

Hasil penelitian ini sejalan dengan beberapa sumber dan hasil penelitian yang

terdahulu yang menjelaskan bahwa diabetes melitus lebih sering terjadi pada

perempuan dibandingkan laki-laki. Menurut Levine (2008) perempuan

mempunyai kecenderungan untuk mengalami penyakit yang berhubungan

dengan gangguan endokrin seperti diabetes melitus dan gestasional diabetes

melitus. Tingginya angka kejadian diabetes melitus tipe 2 pada perempuan

salah satunya dihubungkan dengan faktor kegemukan yang merupakan faktor

pencetus diabetes melitus tipe 2 (Soegondo, 2009).

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 87: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

c. Lama Menderita Diabetes Melitus

Banyak responden dalam penelitian ini menunjukkan lama menderita diabetes

melitus kurang dari 5 tahun. Hal ini sama dengan hasil penelitian yang

dilakukan Sihombing (2012) menunjukkan bahwa lamanya menderita diabetes

melitus frekuensinya yaitu sebagian besar responden menderita diabetes melitus

selama kurang dari 5 tahun.

Klien umumnya menjelaskan lama menderita diabetes melitus berdasarkan saat

didiagnosa. Kenyataannnya bahwa lama menderita diabetes melitus kurang

menggambarkan kondisi penyakit yang sesungguhnya karena biasanya klien

terdiagnosa setelah mengalami komplikasi. Padahal sebenarnya proses penyakit

sudah terjadi sebelumnya. Penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata

responden menderita diabetes melitus kurang dari 5 tahun, hal ini sesuai dengan

konsep teori bahwa terjadinya komplikasi jangka panjang yang terjadi pada

diabetes tipe 2 tidak terjadi dalam 5 sampai 10 tahun pertama. Prevalensi

neuropati meningkat bersamaan dengan pertambahan usia dan lamanya

penyakit, angka prevalensi dapat meningkat 50% pada pasien yang sudah

menderita diabetes melitus selama 25 tahun (Smeltzer et al., 2010).

d. Pendidikan

Pada penelitian ini didapatkan lebih banyak responden memiliki latar belakang

pendidikan rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian menurut Desalu et al.

(2011) klien yang memiliki pendidikan rendah lebih banyak. Hal ini berbeda

dengan penelitian Hasnain dan Sheikh (2009) dalam penelitiannya didapatkan

responden lebih besar memiliki pendidikan tinggi. Hal yang sama terdapat juga

pada penelitian Bijoy et al. (2012) yakni rata-rata responden memiliki

pendidikan yang tinggi.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 88: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Hasil penelitian ini sesuai dengan sumber yang diungkapkan oleh Notoatmodjo

(2010) bahwa semakin tinggi pendidikan semakin mudah menerima pengaruh

yang positif, obyektif dan terbuka terhadap berbagai informasi termasuk

informasi kesehatan. Tingkat pendidikan umumnya berpengaruh terhadap

kemampuan seseorang dalam memahami suatu informasi. Sehingga dengan

banyaknya pendidikan tinggi pada hasil penelitian diharapkan klien dapat

memahami berbagai informasi yang didapatkan tentang kesehatan khususnya

tentang perawatan kaki dan dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi

pada kaki.

e. Pekerjaan

Pada penelitian ini didapatkan banyak responden yang bekerja. Adapun yang

lebih banyak adalah bekerja sebagai pegawai negeri. Jika pekerjaan dikaitkan

dengan aktivitas fisik sehari-hari, aktivitas merupakan salah satu dari lima pilar

manajemen diabetes melitus yang dapat berkontribusi dalam pengelolaan

diabetes melitus dan mencegah terjadinya komplikasi diabetes melitus.

Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Arifin

(2011) berdasarkan jenis pekerjaan menunjukkan hasil sebagian besar

responden tidak bekerja. Pada penelitian yang sama Arifin (2011) juga

mengatakan responden yang tidak bekerja beresiko 1,6 kali mengalami

komplikasi dibanding responden yang bekerja. Hal ini dikaitkan dengan

aktivitas yang dilakukan klien dalam kehidupan sehari-hari seperti pekerjaan.

Bagi penyandang diabetes melitus olahraga/ latihan jasmani yang mana pun

dapat dianjurkan dan dikerjakan. Tidak harus olahraga seperti sepakbola, tenis

tetapi kegiatan jasmani apapun yang memadai seperti bekerja, berkebun dan

lain-lain asalkan dikerjakan dengan teratur (Waspadji, 2005). Latihan sangat

penting dalam penatalaksanaan diabetes, karena efeknya dapat menurunkan

kadar glukosa darah dan mengurangi faktor resiko kardiovaskular. Manfaat

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 89: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

latihan yaitu menurunkan kadar glukosa darah dengan meningkatkan

pengambilan glukosa oleh otot dan memperbaiki pemakaian insulin,

memperbaiki sirkulasi darah dan tonus otot, mengubah kadar lemak darah yaitu

meningkatkan kadar HDL-kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total

serta trigliserida (Smeltzer et al., 2010).

f. Penghasilan

Pada penelitian ini didapatkan banyak responden berpenghasilan diatas nilai

Upah Minimum Regional (UMR) yang berlaku di Kalimantan Selatan yaitu Rp.

1.225.000.-. Hal ini sejalan dengan penelitian Waluyo (2008) didapatkan lebih

banyak status ekonomi tinggi.

Meskipun rata-rata penghasilan perbulan responden diatas nilai UMR

Kalimantan Selatan yang berlaku akan tetapi nilai tersebut tidak sebanding

dengan besarnya biaya yang harus dikeluarkan oleh klien diabetes melitus

dalam mengelola penyakitnya karena perawatan penyakit diabetes melitus

membutuhkan biaya yang besar. Penghasilan yang rendah memungkinkan klien

sulit untuk mengakses sarana atau pelayanan kesehatan karena tidak adanya

biaya untuk berobat.

g. Penyuluhan

Pada penelitian ini didapatkan responden yang tidak pernah mendapatkan

penyuluhan tentang perawatan kaki lebih banyak dibandingkan responden yang

pernah mendapatkan penyuluhan. Hal ini sejalan dengan penelitian yang

dilakukan oleh penelitian Ekore et al. (2010) menunjukkan bahwa kurangnya

pendidikan atau penyuluhan dari penyedia layanan kesehatan.

Penyuluhan berkaitan dengan pemberian informasi tentang pengelolaan

diabetes melitus terutama masalah perawatan kaki harus diberikan sedini

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 90: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

mungkin atau sejak pertama klien terdiagnosa diabetes melitus (Smeltzer et al.,

2010). Penyuluhan merupakan salah satu pilar manajemen diabetes melitus

yang sangat berpengaruh dalam penatalaksanaan perawatan kaki pada klien

diabetes melitus dan pencegahan terjadinya komplikasi kaki diabetik.

h. Pengetahuan dan Praktek

Berdasarkan hasil penelitian ini didapatkan jumlah responden yang

pengetahuan baik lebih besar dan jumlah responden berdasarkan praktik

perawatan kaki baik juga lebih besar. Penelitian ini sejalan dengan penelitian

Jinadasa dan Jeewantha (2011) didapatkan pengetahuan tentang perawatan kaki

yang baik namun praktik perawatan kaki cukup. Hasil ini berbeda dengan

penelitian Hasnain dan Sheikh (2009) didapatkan pengetahuan perawatan kaki

yang cukup dan praktik perawatan kaki yang cukup. Hasil penelitian yang

dilakukan Sihombing (2012) menunjukkan bahwa frekuensi tingkat perawatan

kaki yang dilakukan oleh pasien diabetes melitus tipe 2 yaitu sebagian besar

dari responden sudah melakukan perawatan kaki dengan baik yaitu 71,73%, dan

sebagian kecil dari responden masih melakukan perawatan kaki yang buruk.

Hal ini menggambarkan bahwa pasien telah melakukan perawatan kaki dengan

baik sehingga resiko terkena komplikasi pada kaki semakin kecil. Dalam

penelitian ini tingkatan praktik yang dilakukan klien adalah melakukan praktik

perawatan kaki dengan benar secara otomatis atau merupakan suatu kebiasaan

sehari-hari. Perawatan kaki yang baik dan pengetahuan tentang perawatan kaki

dapat mencegah terjadinya komplikasi kaki diabetes secara dini. Pencegahan

komplikasi diabetes melitus dapat membantu meningkatkan angka harapan

hidup bagi penderita diabetes. Kebiasaan perawatan kaki yang baik pada

responden sudah menunjukkan prosentase yang cukup besar penelitian ini.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 91: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Menurut Kerri Wright (2010) dalam Sihombing (2012), perawatan kaki yaitu

memeriksa kaki setiap hari, apakah ada perubahan warna, terjadi

pembengkakan, nyeri atau mati rasa, memeriksa alas kaki seperti sepatu atau

kaus kaki yang digunakan untuk memastikan bahwa alas kaki sesuai dan tidak

menyebabkan lecet pada kaki, mencuci kaki setiap hari menggunakan sabun

dan air hangat, mengeringkan kaki dengan hati-hati, khususnya diantara sela-

sela jari kaki, serta menggunting kuku.

Kaki merupakan bagian paling bawah dari tubuh. Mungkin karena itu pula,

banyak yang jarang memperhatikan kulit kaki. Bahkan sedikit yang mau

melakukan perawatan kaki sebagaimana merawat kulit muka. Kaki adalah

penyangga pada tubuh manusia, karena itu sudah seharusnya dijaga dan dirawat

senantiasa agar berfungsi dengan baik dan sehat. Selain itu pada kaki terdapat

berbagai syaraf yang menghubungkan berbagai anggota tubuh. Jadi jika tidak

dirawat dengan baik, tentunya dapat menimbulkan berbagai keluhan pada

tubuh.

Hilangnya sensasi (penurunan sensibilitas) merupakan salah satu faktor utama

resiko terjadinya ulkus, tetapi terdapat beberapa faktor resiko lain yang juga

turut berperan yaitu keadaan hiperglikemia yang tidak terkontrol, usia pasien

yang lebih dari 40 tahun, riwayat ulkus kaki atau amputasi, penurunan denyut

nadi perifer, riwayat merokok, deformitas anatomis atau bagian yang menonjol

seperti bunion dan kalus (Smeltzer et.al, 2010).

Perawatan kaki yang bersifat preventif mencakup tindakan mencuci kaki

dengan benar, mengeringkan dan meminyakinya; harus berhati-hati agar jangan

sampai celah di antara jari-jari kaki menjadi basah. Inspeksi atau pemeriksaan

kaki harus dilakukan setiap hari untuk memeriksa apakah terdapat gejala

kemerahan, melepuh, fisura, kalus, atau ulserasi (Smeltzer et al., 2010).

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 92: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

6.1.2 Hubungan Usia dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa klien diabetes melitus tipe 2 berusia lebih

dari 55 tahun memiliki praktik perawatan kaki lebih baik dibandingkan dengan

klien diabetes melitus tipe 2 yang berusia kurang dari 55 tahun. Hal ini berbeda

dengan hasil penelitian Desalu et al. (2011) mengatakan usia diatas 50 tahun

pengetahuan dan praktik perawatan kaki masih kurang meskipun hubungan ini

tidak signifikan secara statistik.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara usia dengan

praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Hasil ini berbeda

dengan hasil penelitian yang dilakukan Sihombing (2012) menunjukkan bahwa

tingkat perawatan kaki berdasarkan usia menunjukkan bahwa sebagian besar

responden yang melakukan perawatan kaki yang baik berusia rata-rata dibawah

usia 55 tahun.

Berdasarkan data yang didapatkan banyaknya usia diatas 55 tahun yang

memiliki praktik perawatan kaki yang baik, hal ini dijumpai banyaknya

responden yang patuh melakukan kegiatan perawatan kaki. Maka seiring

dengan bertambahnya usia seseorang maka akan semakin banyak informasi

yang dijumpai dan semakin banyak hal yang dikerjakan sehingga menambah

pengetahuannya. Dengan bertambahnya usia maka mempengaruhi daya tangkap

dan pola pikir seseorang. sehingga pengetahuan dan praktek yang diperolehnya

semakin membaik. Menurut hasil penelitian Sousa et al (2005) bahwa usia

mempunyai hubungan yang positif dengan self care diabetes artinya semakin

meningkat usia maka akan terjadi peningkatan dalam aktivitas self care

diabetes. Hal ini disebabkan karena dengan peningkatan usia maka tingkat

kematangan seseorang akan meningkat sehingga klien dapat berfikir secara

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 93: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

rasional tentang manfaat yang akan diperoleh jika klien melakukan perawatan

kaki secara adekuat dalam kehidupannya sehari-hari untuk mencegah atau

meminimalkan komplikasi kaki diabetik.

Menurut Smeltzer et al. (2010) Seiring dengan bertambahnya usia penderita,

maka akan terjadi proses degeneratif yang akan mengakibatkan penurunan

fungsi organ-organ vital tubuh. Pada penderita diabetes melitus proses

degeneratif ini ditambah sindrome resisten insulin yang semakin menambah

resiko terjadinya komplikasi. Sebagian besar pasien diabetes melitus

mengalami retinopati nonproliferatif dengan derajat tertentu dalam waktu 5

hingga 15 tahun setelah diagnosis diabetes ditegakkan. Dalam penelitian ini

banyaknya klien yang berusia diatas 55 tahun yang memiliki praktik perawatan

kaki yang baik. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian ini tentang lama

menderita diabetes melitus kebanyakan kurang dari 5 tahun sehingga

munculnya retinopati dapat diperkirakan setelah diabetes diderita selama

bertahun-tahun dan kemunculan komplikasi ini tidak selalu berarti bahwa

penyakit diabetes tersebut menjadi semakin progresif. Disamping itu adanya

dukungan dari keluarga klien dalam hal membantu melakukan perawatan kaki

sangat membantu sekali untuk mencegah terjadinya kaki diabetik.

6.1.3 Hubungan Jenis Kelamin dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa klien diabetes melitus tipe 2 laki-laki

memiliki praktik perawatan kaki lebih baik dibandingkan dengan klien diabetes

melitus tipe 2 perempuan. Hal ini sejalan dengan penelitian Hasnain dan Sheikh

(2009) menunjukkan perempuan lebih rendah tentang perawatan kaki

dibandingkan laki-laki.

`

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 94: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara jenis

kelamin dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Hal

ini sesuai dengan penelitian Hasnain dan Sheikh (2009) menunjukkan bahwa

ada hubungan statistik yang signifikan jenis kelamin dengan pengetahuan dan

praktek tentang perawatan kaki. Hasil ini berbeda dengan hasil penelitian yang

dilakukan Sihombing (2012) menunjukkan bahwa sebagian besar responden

perempuan melakukan perawatan kaki diabetes dengan baik.

Dari penelitian ini didapatkan banyaknya responden laki-laki yang memiliki

praktik perawatan kaki lebih baik daripada perempuan. Hal ini dapat dilihat

banyaknya responden laki-laki yang berusia lebih dari 57 tahun, dengan lama

diabetes melitus lebih dari 5 tahun, rata-rata berpendidikan rendah setingkat

SMA, banyak tidak bekerja, namun penghasilan diatas UMR, dan banyak yang

belum pernah mendapatkan penyuluhan, akan tetapi memiliki pengetahuan

yang baik. Responden memiliki kesempatan banyak waktu untuk melakukan

perawatan kaki karena rata-rata tidak bekerja (pensiunan) sehingga

memungkinkan sekali untuk praktik perawatan kaki baik. Meskipun banyak

yang tidak mendapatkan penyuluhan akan tetapi memiliki pengetahuan baik

karena laki-laki yang memiliki praktik baik berdomisili diperkotaan, hal ini

dikaitkan dengan akses mendapatkan informasi tentang perawatan kaki lebih

mudah dan cepat.

Perbedaan perilaku berdasarkan jenis kelamin antara lain dalam hal melakukan

pekerjaan sehari-hari, dan pembagian tugas pekerjaan. Perbedaan ini karena

faktor hormonal, struktur fisik maupun norma pembagian tugas. Perempuan

seringkali berperilaku berdasarkan perasaan, sedangkan orang laki-laki

cenderung berperilaku atau bertindak atas pertimbangan rasional. Kebanyakan

perempuan yang ada di Kalimantan Selatan selain mengurusi rumah tangga

juga membantu keluarga mencari nafkah untuk menambah perekonomian

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 95: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

keluarga dengan bekerja sehingga memungkinkan sekali untuk praktik

perawatan kaki kurang karena kesibukannya sehari-hari.

6.1.4 Hubungan Lama Menderita Diabetes Melitus dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa klien diabetes melitus tipe 2 yang lama

menderita diabetes melitus lebih dari 5 tahun memiliki praktik perawatan kaki

lebih baik dibandingkan dengan klien diabetes melitus tipe 2 yang lama

menderita diabetes melitus kurang dari 5 tahun. Walaupun hasil penelitian ini

dilihat hubungannya, menunjukkan tidak terdapat hubungan yang bermakna

antara lama menderita diabetes melitus dengan praktik perawatan kaki pada

klien diabetes melitus tipe 2. Hal ini sesuai dengan penelitian Soemardini et al.

(2008) yang mengatakan lama menderita penyakit diabetes melitus tidak

signifikan dengan perawatan kaki.

Klien yang mengalami diabetes melitus lebih lama, memiliki perawatan

kesehatan diri yang lebih tinggi dibandingkan dengan klien yang memiliki lama

diabetes melitus lebih pendek (Bai, Chiou & Chang, 2009). Klien yang

mengalami diabetes melitus yang lama dapat mempelajari perilaku berdasarkan

pengalaman yang diperolehnya selama menjalani penyakit tersebut sehingga

klien dapat memahami dengan baik tentang hal-hal yang harus dilakukannya

tentang perawatan kaki dalam kehidupannnya sehari-hari dan melakukan

kegiatan tersebut secara konsisten dan penuh rasa tanggung jawab.

Diketahui bahwa neuropati dan penyakit perifer merupakan penyebab utama

ulkus diabetik. Hal ini juga sesuai dengan konsep teori, bahwa terjadinya

komplikasi jangka panjang pada yang terjadi diabetes tipe 1 dan 2 biasanya

tidak terjadi dalam 5 sampai 10 tahun pertama. Prevalensi neuropati meningkat

bersamaan dengan pertambahan usia dan lamanya penyakit, angka prevalensi

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 96: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

dapat meningkat 50% pada pasien yang sudah menderita diabetes selama 25

tahun (Smeltzer et al., 2010).

6.1.5 Hubungan Pendidikan dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa klien diabetes melitus tipe 2 yang

pendidikan tinggi memiliki praktik perawatan kaki lebih baik dibandingkan

dengan klien diabetes melitus tipe 2 yang pendidikan rendah. Hal ini sejalan

dengan hasil penelitian Desalu et al. (2011) bahwa klien yang memiliki

pendidikan rendah secara signifikan memiliki praktek perawatan kaki yang

rendah.

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

pendidikan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2.

Penelitian ini berbeda dengan penelitian Hasnain dan Sheikh (2009) yang

mengatakan bahwa peran pendidikan menunjukkan hubungan statistik yang

signifikan dengan pengetahuan dan praktek tentang perawatan kaki.

Pengetahuan tentang perawatan kaki yang tepat secara positif dipengaruhi oleh

pendidikan klien sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya komplikasi pada

kaki. Bijoy et al. (2012) dalam penelitiannya juga mengatakan bahwa

pendidikan secara statistik menunjukkan hubungan yang signifikan dengan

pengetahuan klien tentang perawatan kaki.

Dalam penelitian ini banyaknya responden yang berpendidikan tingkat SMA

dan perguruan tinggi. Akan tetapi ditemukan juga masih rendahnya pendidikan

responden dengan tingkat pendidikan sekolah dasar dan ini berpengaruh pada

saat pengisian kuesioner yang belum mengerti maksud dari isi pertanyaan.

Pendidikan umumnya akan mempengaruhi kemampuan seseorang dalam

memahami suatu informasi. Pendidikan adalah sebuah proses sosialisasi ilmu

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 97: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

dan nilai untuk mempengaruhi orang lain secara individu atau kelompok agar

mau mengikuti ilmu dan nilai yang diajarkan seorang pendidik kesehatan.

Melalui pendidikan, individu diajarkan untuk berperilaku sehat. Menurut

Friedman, Bowden dan Jones (2003) menjelaskan pendidikan merupakan aspek

status sosial yang sangat berhubungan dengan status kesehatan karena

pendidikan penting dalam membentuk pengetahuan dan pola perilaku

seseorang.

6.1.6 Hubungan Pekerjaan dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa klien diabetes melitus tipe 2 yang bekerja

memiliki praktik perawatan kaki lebih baik dibandingkan dengan klien diabetes

melitus tipe 2 yang tidak bekerja. Namun hasil penelitian ini menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara pekerjaan dengan praktik perawatan

kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Meskipun secara uji statistik

menunjukkan tidak ada hubungan, akan tetapi secara deskriptif menunjukkan

lebih dari setengah proporsi 59,4% klien bekerja memiliki praktik perawatan

kaki yang baik.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Soemardini et al. (2008)

mengatakan bahwa faktor pekerjaan tidak ada hubungan yang signifikan

dengan pemahaman penderita diabetes melitus. Pekerjaan merupakan faktor

penentu penting dari kesehatan. Jenis pekerjaan seseorang dan kondisi kerja

yang dilakukan akan mempengaruhi kesehatan seseorang (Marmot, 2010).

Dari penelitian ini didapatkan banyak responden yang bekerja sebagai pegawai

negeri memiliki praktik perawatan kaki yang baik. Hal ini terlihat banyaknya

responden yang mengatakan bahwa mereka melakukan pencucian kaki setiap

hari dan mengeringkan dengan handuk. Disamping kegiatan mereka setiap hari

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 98: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

bekerja dikantor, mereka masih sempat melakukan pemeriksaan kaki dan

menggunakan alas kaki yang nyaman dan tidak sempit berupa sepatu ketika

berjalan. Karena klien diabetes melitus yang bekerja menggunakan sepatu

sangat beresiko terjadi ulkus kaki apabila tidak memperhatikan bentuk dan jenis

sepatu yang digunakan. Menghindari penggunaan sepatu pada bagian jari

kakinya yang sempit, sepatu hak tinggi, sol keras, dan tali antara jari kaki.

Sepatu harus nyaman, sepatu harus sesuai dengan bentuk kaki dan terbuat dari

bahan yang lembut.

6.1.7 Hubungan Penghasilan dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa klien diabetes melitus tipe 2 yang

penghasilan kurang dari Rp.1.225.000 memiliki praktik perawatan kaki lebih

baik dibandingkan dengan klien diabetes melitus tipe 2 yang penghasilan lebih.

Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan antara

penghasilan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2.

Hasil ini berbeda dengan penelitian menurut Desalu et al. (2011) bahwa status

sosial ekonomi rendah secara signifikan berhubungan dengan perawatan kaki.

Sama halnya dengan penelitian Bijoy et al. (2012) mengatakan bahwa peran

penghasilan menunjukkan hubungan statistik yang signifikan dengan perawatan

kaki.

Meskipun secara uji statistik menunjukkan tidak ada hubungan, akan tetapi

secara deskriptif menunjukkan lebih dari setengah proporsi 56% klien yang

penghasilan kurang dari Rp.1.225.000 memiliki praktik perawatan kaki yang

baik. Namun didapatkan juga sebagian besar responden yang punya

penghasilan diatas Rp.1.225.000 memiliki praktek perawatan kaki (55,6%).

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 99: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Masyarakat dengan penghasilan tinggi maupun kurang tetap dapat melakukan

praktek perawatan kaki dengan baik dalam kehidupan sehari-harinya. Keadaan

penghasilan tidak menjadi masalah dalam melakukan perawatan kaki karena

bagi keluarga yang berpenghasilan kurang/ tidak mampu, pemerintah

menyediakan pelayanan berupa asuransi kesehatan untuk masyarakat tidak

mampu (jamkesmas) dan untuk pegawai negeri. Program ini sangat membantu

bagi klien diabetes melitus dengan penghasilan yang kurang agar dapat

melakukan pemantauan terhadap kondisi kesehatannya dan melakukan

pemeriksaan kaki secara rutin. Oleh karena itu tindakan pencegahan sangat

penting dilakukan khususnya dalam hal perawatan kaki untuk mencegah

terjadinya ulkus pada kaki karena masalah ini membutuhkan biaya yang besar.

6.1.8 Hubungan Penyuluhan dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa klien diabetes melitus tipe 2 yang pernah

mendapatkan penyuluhan memiliki praktik perawatan kaki lebih baik

dibandingkan dengan klien diabetes melitus tipe 2 yang tidak pernah

mendapatkan penyuluhan. Namun hasil penelitian ini menunjukkan tidak

terdapat hubungan yang signifikan antara penyuluhan dengan praktik perawatan

kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Meskipun secara uji statistik

menunjukkan tidak ada hubungan, akan tetapi secara deskriptif menunjukkan

bahwa klien yang pernah mendapatkan penyuluhan akan memiliki praktik

perawatan kaki yang baik. Merujuk pada penelitian ini, terlihat bahwa masih

banyak responden yang belum mendapatkan penyuluhan. Hal ini sama dengan

penelitian Ekore et al. (2010) menunjukkan bahwa kurangnya pendidikan atau

penyuluhan dari penyedia layanan kesehatan tentang perawatan kaki.

Hal ini didapatkan data dari penelitian banyaknya responden yang belum

pernah mendapatkan penyuluhan khusus tentang perawatan kaki di rumah sakit

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 100: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

pada saat berobat. Tidak adanya penyuluhan ini membuat klien tidak

mengetahui bahwa perawatan kaki sangat penting untuk mencegah terjadinya

komplikasi pada kaki. Disamping itu dalam penelitian ini sebagian responden

yang tidak mendapatkan penyuluhan akan tetapi dapat melakukan praktik

perawatan kaki dengan baik karena mendapatkan informasi yang diperoleh baik

dari pendidikan formal maupun non formal dapat memberikan pengaruh jangka

pendek sehingga menghasilkan perubahan atau peningkatan pengetahuan.

Majunya teknologi dan tersedia bermacam-macam media massa yang bisa

didapat tentang perawatan kaki sebagai sarana komunikasi dengan berbagai

bentuk media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah, dan lain-lain

mempunyai pengaruh besar terhadap pembentukan opini dan kepercayan orang.

Dalam penyampaian informasi sebagai tugas pokoknya, media massa

membawa pula pesan-pesan yang berisi sugesti yang dapat mengarahkan opini

seseorang. Adanya informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan

kognitif baru bagi terbentuknya pengetahuan tentang praktik perawatan kaki.

Informasi yang memadai dan rasional bagi penyandang diabetes melitus, dari

tenaga pengelola diabetes melitus yang profesional, pengetahuan para

penyandang diabetes melitus mengenai penyakitnya diharapkan akan semakin

meningkat dan akan dapat dihindari adanya berbagai informasi yang kadang

malahan menyesatkan. Dengan pengetahuan yang baik akan dapat diperoleh

kepatuhan yang lebih besar terhadap anjuran pengelola kesehatan terutama

perawatan kaki dan selanjutnya akan dapat diharapkan hasil pengelolaan

diabetes melitus yang maksimal, berupa pencegahan terjadinya komplikasi

kronik diabetes (Waspadji, 2007).

Penyuluhan diperlukan bagi klien diabetes melitus tipe 2 karena penyakit

diabetes melitus tipe 2 berhubungan dengan perilaku seseorang untuk berubah.

Penyuluhan yang diberikan kepada klien adalah program edukasi diabetes

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 101: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

melitus tentang perawatan kaki yang merupakan pendidikan dan pelatihan

tentang pengetahuan dan praktik bagi klien diabetes. Dari hasil wawancara

dengan responden banyak yang mengatakan belum pernah mendapatkan

penyuluhan tentang perawatan kaki di rumah sakit, ketika di rumah sakit klien

hanya mendapatkan pemeriksaan gula darah dan pengobatan lanjutan. Namun

sebagian ada juga mengatakan mendapatkan informasi tentang penyakitnya

melalui media masa seperti surat kabar atau majalah. Edukasi diabetes yang

dilakukan secara adekuat akan meningkatkan kemampuan klien diabetes

melitus tipe 2 untuk melakukan perawatan kesehatan diri secara konsisten

sehingga akan tercapai pengontrolan kadar glukosa darah secara optimal dan

komplikasi diabetes melitus dapat diminimalkan (Basuki, 2009).

Praktik perawatan kaki sangat penting dilakukan pada kegiatan pelayanan

kesehatan. Untuk mendapatkan hasil yang optimal dibutuhkan perubahan

perilaku dari klien dan perlu dilakukan edukasi bagi klien dan keluarga untuk

pengetahuan dan peningkatan motivasi. Hal tersebut dapat terlaksana dengan

baik melalui dukungan tim penyuluh yang terdiri dari dokter, perawat, ahli gizi

dan tenaga kesehatan lainnya (Perkeni, 2011). Penyuluhan kesehatan

merupakan proses perubahan yang bertujuan untuk mengubah individu menuju

hal-hal yang positif secara terencana melalui proses belajar. Perubahan tersebut

mencakup pengetahuan, sikap dan keterampilan melalui proses penyuluhan

kesehatan.

6.1.9 Hubungan Pengetahuan dengan Praktik Perawatan Kaki

Hasil penelitian menunjukkan bahwa klien diabetes melitus tipe 2

berpengetahuan baik memiliki praktik perawatan kaki lebih baik dibandingkan

dengan klien diabetes melitus tipe 2 pengetahuan kurang. Hasil ini berbeda

dengan penelitian menurut Bijoy et al. (2012) didapatkan hasil pengetahuan

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 102: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

yang kurang tentang perawatan kaki. Begitu juga penelitian menurut Ekore et

al. (2010) menunjukkan bahwa kurangnya pengetahuan tentang perawatan kaki.

Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan dengan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2.

Klien diabetes melitus tipe 2 yang berpengetahuan baik mempunyai peluang

2,44 kali untuk memiliki praktik perawatan kaki baik dibandingkan dengan

klien diabetes melitus tipe 2 yang berpengetahuan kurang. Seseorang dengan

pengetahuan yang baik memiliki perawatan kaki yang baik pula dimana

kebiasaan terbentuk oleh pengetahuan yang dimiliki terutama kebiasaan baik

tentang cara-cara perawatan kaki. Hasil ini sejalan dengan penelitian menurut

Desalu et al. (2011) bahwa pengetahuan yang baik memiliki praktek perawatan

kaki yang baik.

Perawatan kaki seharusnya dilakukan oleh setiap orang, terutama juga harus

dilakukan oleh penderita diabetes melitus. Hal ini dikarenakan penderita

diabetes sangatlah rentan terkena luka pada kaki, dimana proses penyembuhan

luka tersebut juga membutuhkan waktu yang lama. Sehingga apabila setiap

orang mau untuk melakukan perawatan kaki dengan baik, akan mengurangi

resiko terjadinya komplikasi pada kaki. Oleh karena itu perawatan kaki yang

baik dapat mencegah terjadinya kaki diabetik, karena perawatan kaki

merupakan salah satu faktor penanggulangan cepat untuk mencegah terjadinya

masalah pada kaki yang dapat menyebabkan ulkus kaki.

Tindakan pencegahan kaki diabetik terdiri dari mencari informasi tentang kaki

diabetik, identifikasi faktor resiko, manajemen diabetes melitus, perawatan

kaki, edukasi perawatan diabetes melitus, dan penggunaan alas kaki yang

semestinya, serta penanggulangan yang cepat apabila ada masalah pada kaki.

Pencegahan terjadinya komplikasi pada kaki adalah dengan melakukan

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 103: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

pengontrolan kadar gula darah secara teratur dan mencegah terjadinya luka

pada kaki karena adanya komplikasi yang disebut neuropati, pasien diabetes

mengalami penurunan sensitivitas dan intoleransi terhadap dingin di kaki

mereka. Neuropati terjadi ketika suplai darah ke ujung saraf kecil di kaki dan

tangan berhenti atau berkurang (Echeverry, 2007).

Praktik yang lebih baik dalam melakukan perawatan kaki akan mengurangi

risiko terkena kaki diabetik. Karena mencegah terjadinya kaki diabetik lebih

baik daripada proses penyembuhannya. Proses penyembuhan kaki diabetik

membutuhkan waktu yang lama. Menurut Saskatchewan Ministry of health

(2008) dalam Sihombing 2012, jika sudah terjadi kaki diabetik maka akan

memerlukan waktu yang lama untuk penyembuhan.

6.2 Keterbatasan Penelitian

a. Pengumpulan data

Metode pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan kuesioner tanpa

melakukan observasi perilaku. Hal ini dapat saja menimbulkan bias karena

responden tidak mengisi sesuai dengan keadaan sebenarnya ataupun

mengalami kesulitan dalam mengisi instrumen. Walaupun peneliti telah

melakukan penjelasan sebelum penelitian (informed consent) akan tetapi hal

tersebut tidak menutup kemungkinan masih saja dapat terjadi. Dalam

penelitian ini peneliti melakukan kriteria penilaian pengetahuan berdasarkan

nilai rata-rata dari penelitian sehingga cut of point rendah. Oleh karena itu

untuk penelitian selanjutnya digunakan kriteria penilaian pengetahuan

sesuai standar yang ditetapkan berdasarkan teori-teori bukan dari hasil

penelitian.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 104: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

b. Instrumen penelitian

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari tiga point,

berdasarkan variabel yang diteliti yaitu karakteristik responden,

pengetahuan dan praktik perawatan kaki. Banyaknya jumlah kuesioner

penelitian ini sehingga pengisian tidak fokus, dan banyak responden yang

meminta peneliti untuk dibacakan. Instrumen pengetahuan merupakan

pengembangan dari instrumen Diabetes Foot Care Knowledge Scale

(DFKS) yang dikembangkan oleh Shiu & Wong (2011), sedangkan untuk

instrumen praktik perawatan kaki dikembangkan dari Questions determining

the knowledge and practices about foot care yang dikembangkan oleh

Hasnain dan Sheikh (2009). Sebelum dilakukan uji validitas dan reliabelitas

instrumen, ditemukan beberapa pertanyaan yang tidak valid, tetapi karena

mengingat substansi tersebut penting untuk diketahui maka pertanyaan

tersebut tetap dimasukkan dengan merubah struktur pertanyaan. Seharusnya

uji instrumen dilakukan lagi tetapi karena keterbatasan waktu maka

pengujian hanya dilakukan sekali.

6.3 Implikasi Hasil Penelitian Dalam Keperawatan

a. Implikasi terhadap pelayanan keperawatan

Keperawatan sebagai bagian integral dari pelayanan kesehatan memiliki peran

dan tanggung jawab dalam membantu pasien diabetes melitus supaya tetap

sehat, dengan memberikan pelayanan keperawatan yang bersifat promotif,

preventif, kuratif dan rehabilitatif. Pasien diabetes melitus yang datang ke

tempat pelayanan kesehatan harus mendapatkan pelayanan yang profesional.

Pasien harus mendapatkan pelayanan keperawatan yang dibutuhkan serta

mendapatkan informasi yang aktual dan menyeluruh mengenai rencana

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 105: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

perawatan selanjutnya, sehingga pasien akan terhindar dari komplikasi akut

maupun kronis.

Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya ulkus diabetik, diantaranya

praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus. Hasil penelitian

menunjukan bahwa ada hubungan antara pengetahuan dan praktik perawatan

kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Klien yang tidak melakukan perawatan

kaki sejak dini akan memiliki resiko lebih tinggi dibandingkan klien yang

sejak awal melakukan perawatan kaki. Oleh karena itu perawat dalam

memberikan asuhan keperawatan pada klien diabetes melitus tipe 2 supaya

lebih meningkatkan efektifitas manajemen terapeutik khususnya tentang

praktik perawatan kaki.

Perawat spesialis medikal bedah harus mampu memberikan penyuluhan

kesehatan mengenai praktik perawatan kaki dan menyediakan waktu untuk

memberikan kesempatan kepada klien berkonsultasi mengenai bagaimana

klien diabetes melitus merawat kakinya agar terhindar dari terjadinya ulkus

kaki.

Melakukan upaya pengelolaan kaki diabetik meliputi: pencegahan primer

seperti penyuluhan perawatan kaki, latihan kaki, pemeriksaan kaki dengan

visual inspection dan pemeriksaan lengkap. Melakukan pencegahan sekunder

yang difokuskan pada pasien dengan luka kaki diabetik, seperti perawatan

luka, pencegahan dan penanggulangan infeksi.

b. Implikasi dalam ilmu keperawatan

Hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu bukti ilmiah bahwa klien diabetes

melitus yang pengetahuan kurang yaitu 45,3 %. Diketahui ada hubungan yang

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 106: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

bermakna antara pengetahuan dengan praktik perawatan kaki pada klien

diabetes melitus. Oleh karena itu hasil penelitian ini menjadi sangat penting

bagi institusi pelayanan kesehatan untuk melaksanakan program pendidikan

kesehatan yang terstruktur dan terintegrasi untuk dapat meningkatkan praktik

perawatan kaki yang optimal yang dapat dilakukan oleh pasien secara mandiri

sehingga dapat menurunkan insidensi komplikasi kaki diabetik. Hal ini juga

dapat dijadikan dasar untuk penelitian lanjutan mengenai faktor-faktor yang

berkontribusi terhadap praktik perawatan kaki dan upaya pencegahan

selanjutnya benar-benar didasarkan dari hasil penelitian dan sesuai dengan

kebutuhan pasien.

Pengetahuan tentang perawatan kaki berhubungan secara bermakna dengan

praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2. Oleh karena itu

dalam melakukan asuhan keperawatan pada klien diabetes melitus, aspek

informasi dan edukasi harus lebih diperhatikan. Perawat juga perlu memahami

mengenai perilaku klien sebagai dasar untuk memotivasi klien diabetes

melitus merubah perilaku kesehatan menjadi yang lebih baik dan mandiri.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 107: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

BAB 7 SIMPULAN DAN SARAN

Bagian ini merupakan bagian akhir dari laporan hasil penelitian mencakup simpulan

hasil pembahasan yang berkaitan dengan upaya menjawab tujuan dan hipotesis

penelitian. Serta beberapa saran peneliti berdasarkan hasil penelitian yang telah

dilakukan.

7.1 Simpulan

a. Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan praktik

perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.

b. Penelitian yang dilakukan memberikan gambaran bahwa klien Diabetes

Melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan dengan fokus masalah pengetahuan klien

tentang perawatan kaki sebagian besar baik sedangkan pada praktik perawatan

kaki klien sebagian besar juga baik. Klien mayoritas berusia lebih dari 55

tahun berjenis kelamin terbanyak perempuan, lamanya menderita diabetes

melitus yang kurang 5 tahun sebagian besar berpendidikan rendah. Sebagian

besar klien bekerja dengan berpenghasilan lebih dari Rp. 1.225.000,-.

Sedangkan kebanyakan klien tidak pernah mendapatkan penyuluhan.

c. Terdapat hubungan yang bermakna antara usia dengan praktik perawatan kaki

pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.

d. Terdapat hubungan yang bermakna antara jenis kelamin dengan praktik

perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.

e. Tidak ada hubungan pendidikan dengan praktik perawatan kaki pada klien

diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.

f. Tidak ada hubungan penghasilan dengan praktik perawatan kaki pada klien

Diabetes Melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 108: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

g. Tidak ada hubungan lama diabetes melitus dengan praktik perawatan kaki

pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.

h. Tidak ada hubungan Pekerjaan dengan praktik perawatan kaki pada klien

diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.

i. Tidak ada hubungan penyuluhan perawatan kaki dengan praktik perawatan

kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.

j. Faktor yang paling dominan berhubungan dengan praktik perawatan kaki pada

klien diabetes melitus tipe 2 adalah pengetahuan

7.2 S a r a n

Berdasarkan kesimpulan hasil penelitian, peneliti menyarankan perlu ditingkatkan

upaya pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2

yang bersifat preventif, sebagai berikut :

7.2.1 Pelayanan Keperawatan :

a. Dilaksanakan program kegiatan pendidikan kesehatan (Health Education)

yang terencana, terorganisir dan berkesinambungan yang ditujukan kepada

klien diabetes melitus atau keluarganya khususnya mengenai pengetahuan

dan praktik perawatan kaki selain itu juga tentang diet diabetes melitus,

aktivitas atau latihan, obat hipoglikemik oral, pemberian insulin, dan lain

sebagainya.

b. Disediakan tempat dan jadwal khusus untuk memberikan kesempatan

kepada klien diabetes melitus atau keluarga untuk berkonsultasi mengenai

perawatan kaki di semua rumah sakit di Kalimantan Selatan.

c. Dilakukan pemeriksaan kaki melalui visual inspection setiap kali

kunjungan berobat atau pemeriksaan lengkap setiap tahun. untuk

mendeteksi adanya neuropati atau faktor resiko terjadinya ulkus diabetik.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 109: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

7.2.2 Klien dan Keluarga

a. Klien supaya selalu mematuhi apa yang disarankan oleh oleh tenaga

kesehatan dalam merawat kesehatan dirinya terutama tentang perawatan

kaki selain memonitor kadar glukosanya secara rutin, penyesuaian diet,

keteraturan aktivitas dan kunjungan berobat.

b. Keluarga supaya selalu memberikan dukungan kepada klien untuk selalu

mematuhi apa yang disarankan oleh tenaga kesehatan agar klien tetap

sehat meskipun mengalami diabetes melitus.

7.2.2 Ilmu Keperawatan

Klien diabetes melitus tipe 2 yang belum mendapatkan penyuluhan masih

cukup besar, oleh karena itu hasil penelitian ini dapat dijadikan informasi

dasar untuk penelitian selanjutnya mengenai faktor-faktor yang berkontribusi

terhadap akses mendapatkan informasi pada klien diabetes melitus.

7.2.3 Penelitian Selanjutnya

Pada penelitian ini dapat dijadikan dasar informasi untuk penelitian

selanjutnya khususnya yang berkaitan dengan prevensi terjadinya komplikasi

kaki diabetik pada responden diabetes melitus dan keluarga penekanan tentang

observasi praktik preventif, tidak sekedar pengisian data kuesioner.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 110: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

DAFTAR PUSTAKA

American Diabetes Association. (2011). Standards of Medical Care in Diabetes - 2011. Journal Diabetes Care, 34, 511-561.

Arifin, Z. (2011). Analisis Hubungan Kualitas Tidur dengan Kadar Glukosa Darah Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Rumah Sakit Umum Propinsi Nusa Tenggara Barat. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

Ayele, K., Tesfa, B., Abebe, L., Tilahun, T.,& Girma, E. (2012). Self Care Behavior among Patients with Diabetes in Harari, Eastern Ethiopia: The Health Belief Model Perspective.7(4), Di unduh dari www.plosone.org.

Bai, Y. L., Chiou, C. P, & Chang, Y. Y. (2009). Self-care behaviour and related factors in older people with Type 2 diabetes. Journal Clinical Nursing, 18(23), 3308-3315.

Basuki, E. (2009). Teknik Penyuluhan Diabetes Melitus dalam Soegondo, S., Soewondo, P.,& Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Bijoy C.V., Feba B., Vikas R.C., Dhandapani C., Geetha K., Vijayakumar A. (2012). Knowledge Assessment and Patient Counseling on Diabetic Foot Care. Indian Journal of Pharmacy Practice, 5(2), 11-15.

Black, J.M. & Hawks, J.H. (2009). Medical-Surgical Nursing : Clinical Manaement for Positive Outcome. (8th ed.). St. Louis, Missouri : SaundersElsevier.

Cahyono, J.B.S.B. (2007). Manajemen Ulkus Kaki Diabetik. Dexa medica, 20(3), 103-108. Di unduh dari http://www.dexa-medica.com/images/publication.

Dahlan, M.S. (2010). Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel dalam Penelitian Kedokteran dan Kesehatan. Seri Evidence Based Medicine. Seri 2. Jakarta: Salemba Medika.

Depkes RI. (2008). Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) 2007. Balitbangkes.

Desalu, O.O., Salawu, F.K, Jimoh, A.K., Adekoya, A.O., Busari, A.O.,& Olokaba, A.B. (2011). Diabetic Foot Care : Self Reported Knowledge and Practice among Patients Attending Three Tertiary Hospital in Nigeria. Ghana Medical Journal, 45(2), 60-65.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 111: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Dharma, K.K.(2011). Metode Penelitian Keperawatan : Panduan Melaksanakan dan Menerapkan Hasil Penelitian. Jakarta : Trans Info Media.

Digiulio, M., Jackson, D. & Keogh, J. (2007) Medical-Surgical Nursing : Demystified. A Self-Teaching Guide. New York : Mc-Graw Hill.

Echeverry, D., Duran, P., Bonds, C., Lee, M., Davidson, M.B.. (2009). Effect of Pharmacological Treatment of Depression on A1C and Quality of Life in Low-Income Hispanics and African Americans With Diabetes. A randomized, double-blind, placebo-controlled trial. Diabetes Care, 32(12), 2156–2160, Di unduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC2782968/

Ekore, R.I., Ajayi, I.O., Arije, A., & Ekore, J.O. (2010). Attitude; Diabetic Foot Care; Knowledge; Type 2 Diabetes Mellitus. African Journal of Primary Health Care & Family Medicine. 2(1), 1-3.

Friedman, M., Bowden, V. R., Jones, E., (2003). Family Health Nursing. Theory and Practice 5th Edition. Pearson Education Inc. USA

Hasnain, S. & Sheikh, H.S. (2009). Knowledge and Practices Regarding Foot Care in Diabetic Patients Visiting Diabetic Clinic in Jinnah Hospital Lahore. Journal Pakistan Medical Association, 59(10), 659-687.

Hastono, S.P. (2007). Analisis Data Kesehatan: Basic Data Analysis for Health Research Training. FKM UI. Tidak diterbitkan.

Heitzman, J. (2010). Foot Care for Patients With Diabetes. 26(3), 250–263. Diunduh dari http://www.nursingcenter.com/lnc/journalarticle?Article_ID=1047440.

Hoong Kew Kam. (2011). Tingkat Pengetahuan tentang Penyakit Diabetes Mellitus pada Pasien Diabetes di Poli-Endokrin, Departemen Penyakit Dalam, Rumah Sakit Haji Adam Malik, Medan.

Ilyas, E.I. (2009). Olahraga bagi Diabetesi dalam Soegondo, S., Soewondo, P.,& Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Jinadasa, C.V.M. & Jeewantha, M. (2011). A Study to Determine the Knowledge and Practice of Foot Care in Patients with Chronic Diabetic Ulcer. International Journal of Collaborative Research on Internal Medicine & Public Health, 3(1), 115-122.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 112: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Kementerian Kesehatan RI. (2011). World Diabetes Day 14 November 2011. http://www.pppl.depkes.go.id/index.php?c=berita&m=fullview&id=374.

Lapau, B. (2012). Metode Penelitian Kesehatan : Metode Ilmiah Penulian Skripsi, Tesis dan Disertasi. Jakarta : Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

Levine, J.P. (2008). Type 2 Diabetes Among Women: Clinical Considerations for Pharmacological Management to Achieve Glycemic Control and Reduce Cardiovascular Risk. Journal of Women’s Health, 17(2), 249-260.

Lewis, S.L., Dirksen, S.R., Heitkemper, M.M., Bucher, L., &Camera, I.M. (2011). Medical Surgical Nursing: Assesment and Management of Clinical Problem. 8th ed., St. Louis: Mosby, Inc.

Lipsky, B.A., Berendt, A.R., Deery, H.G., Embil, J.M., Joseph, W.S., & Karchmer, A.W. (2004). Diagnosis and Treatment of Diabetic Foot Infections. Guidelines for Diabetic Foot Infections. CID, 39, 885-888. Infectious Diseases Society of America. Di unduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16799390.

Marmot Sir Michael. 2010. Area aksi IPH dalam ketidaksetaraan kesehatan: pendidikan, ketrampilan hidup dan pekerjaan. Di unduh dari http://www.publichealth.ie/healthinequalities/educationandskills

Monalisa, T. & Gultom, Y. (2009). Perawatan Kaki Diabetes dalam Soegondo, S., Soewondo, P.,& Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Notoatmodjo, S. (2002). Metode Penelitian Kesehatan, Edisi Revisi, Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2010). Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta

Notoatmodjo, S. (2011). Kesehatan Masyarakat : Ilmu & Seni. Edisi Revisi 2011. Jakarta : Rineka Cipta

Nugroho, W., (1992). Perawatan Lanjut Usia, Jakarta, EGC.

PD Persi News. (2011). RI Rangking Keempat Jumlah Penderita Diabetes Terbanyak Dunia, Di unduh dari http://www.pdpersi.co.id/content/news.php?mid=5&nid=618&catid=23.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 113: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Perkeni. (2011). Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia, Edisi Revisi.

Polikandrioti, M. (2009). Exercise and Diabetes Melitus, Di unduh dari http://www.hsj.gr/volume3/ issue3/331.pdf.

Rheeder, P., Venn, M., de Korte, E., & van Zyl, D. (2008). Knowledge of Foot-Care in People with Diabetes in a Tertiary Care Setting, Journal of Endocrinology, Metabolism and Diabetes of South Africa (JEMDSA), 13(3), 105-108.

Rochmah, W. (2006). Diabetes Melitus pada Usia Lanjut dalam Sudoyo, A.W., Setyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata, M., & Setiati, S. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. (4th ed). Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

RSUD Ulin Banjarmasin. (2012). Profil RSUD Ulin Banjarmasin Tahun 2011. Banjarmasin (tidak dipublikasikan).

RSUD Banjarbaru. (2012). Profil RSUD Banjarbaru Tahun 2011. Banjarbaru (tidak dipublikasikan).

RSUD Ratu Zalecha Martapura. (2012). Profil RSUD Ratu Zalecha Martapura Tahun 2011. Martapura (tidak dipublikasikan).

Sastroasmoro, S. & Ismael, S. (2011). Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis (Edisi 4), Jakarta : Sagung Seto.

Shiel Jr., W.C. (2012). Diabetes Treatment, Di unduh dari http://www.medicinenet.com/diabetes_treatment/page7.htm#treatment_of_diabetes_with_insulin

Sihombing, D. (2012). Gambaran Perawatan Kaki Dan Sensasi Sensorik Kaki Pada Pasien Diabetes Melitus Tipe 2 Di Poliklinik DM RSUD. Universitas Padjadjaran, Bandung

Shiu, A.T-Y., & Wong, R.Y-M. (2011). Diabetes Foot Care Knowledge: a Survey of Registered Nurses. Blackwell Publishing Ltd, Journal of Clinical Nursing, 20, 2367–2370.

Sigurdardottir, A.K. (2005). Self-care in Diabetes: Model of Factors Affecting Self-care, di unduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15707440

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 114: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Smeltzer, S.C., Bare, B.G., Hinkle, J.L.,& Cheever, K.H. (2010). Brunner & Suddarth’s: Textbook of Medical-Surgical Nursing (12th ed.). Philadelphia: Lippincott Williams &Wilkins.

Soemardini, Nurudin, M., & Debora, O. (2008). Perbandingan Penyuluhan

Perawatan Kaki dengan dan Tanpa Demonstrasi terhadap Tingkat Pemahaman pada Penderita Diabetes Mellitus Tipe 2 diPoliklinik Diabetes Mellitus Rumah Sakit Saiful Anwar Malang.

Soegondo, S. (2009). Prinsip Penanganan Diabetes, Insulin dan Obat Hipoglikemik

Oral dalam Soegondo, S., Soewondo, P.,& Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Sousa, V.D., Zauszniewski, J.A., Musil, C.M., Lea, P.J.P.,& Davis, S.A. (2005).

Relationship among self-care agency, self efficacy, self-care and glycemic control. Research and Theory for Nursing Practice : An International Journal, 9(3), 61-67.

Suyono, S. (2009). Kecendrungan Peningkatan Jumlah Penyandang Diabetes dalam

Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Suyono, S. (2009). Patofisiologi Diabetes melitus dalam Soegondo, S., Soewondo,

P., & Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kombinasi (Mixed Methods). Alfabeta,

Bandung. The University of Melbourne Library (2012). American Psychological Association

(APA) Style 6th, Last modified : 20 December 2012, di unduh dari http://www.lib.unimelb. edu.au/recite/citations/apa6/ref00-indexJournal. html?style=1&type=2.

Tomey, Marriner A., Alligoods,& Raile M. (2006). Nursing Theorists and Their

Work. 6th ed. St.Louis, Missouri.-Mosby Elsevier. Varghese, B.C., Feba B., Vikas R.C., Dhandapani C., Geetha K., & Vijayakumar A.

(2012). Knowledge Assessment and Patient Counseling on Diabetic Foot Care. Indian Journal of Pharmacy Practice.5(2)

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 115: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Waspadji, S. (2007). Pertanyaan Pasien dan Jawabannya tentang Diabetes. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Waspadji, S. (2009). Diabetes Melitus: Mekanisme Dasar dan Pengelolaannya yang Rasional dalam Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Waspadji, S. (2009). Diabetes Melitus, Penyulit Kronik dan Pencegahannya dalam Soegondo, S., Soewondo, P., & Subekti, I. (Eds.). Penatalaksanaan Diabetes Melitus Terpadu. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Waluyo, N. A. (2011). Hubungan Kepatuhan Pasien Dengan Kejadian Ulkus Diabetik Dalam Konteks Asuhan Keperawatan Pasien Diabetes Melitus Di RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung. Tesis. Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia.

World Health Organization. (1999). Definition, Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus and its Complications, Report of a WHO Consultation, Part 1: Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus, Geneva, 59p, WHO/NCD/NCS/99.2. http://whqlibdoc.who.int/hq/1999/WHO_NCD_NC S_99.2.pdf

World Health Organization. (2003). Section III : Disease-Specific Reviews, Adherence to Long-Term Therapies : Evidence for Action. Di unduh dari http://www.who. int/chp/knowledge/publicantions/adherence_section3.pdf.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 116: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 117: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Lampiran 1

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 118: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 119: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 120: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 121: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Lampiran 2

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 122: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 123: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 124: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 125: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Lampiran 3

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 126: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Lampiran 4

PENJELASAN PENELITIAN

Judul Penelitian : Pengetahuan dan Praktik Perawatan Kaki pada Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan

Peneliti : Noor Diani NPM : 1006833911

Saya Noor Diani adalah mahasiswa Program Magister Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, bermaksud melaksanakan penelitian untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan praktik perawatan kaki pada klien diabetes melitus tipe 2 di Kalimantan Selatan.

Prosedur penelitian yang akan dilakukan adalah pengisian kuesioner mengenai biodata, pengetahuan dan praktik perawatan kaki. Waktu yang dibutuhkan untuk mengisi kuesioner kurang lebih 30 - 60 menit.

Penelitian ini tidak akan menimbulkan resiko apapun yang sifatnya merugikan, tetapi jika Bapak/ Ibu/ Saudara (i) ketika mengisi kuesioner ini merasa kelelahan, maka Bapak/ Ibu/ Saudara (i) berhak meminta untuk dihentikan dan akan dilanjutkan kembali sesuai dengan keinginan Bapak/ Ibu/ Saudara (i). Jika Bapak/ Ibu/ Saudara (i) tidak bersedia melanjutkan penelitian ini, maka saya akan menghargai keinginan Bapak/ Ibu/ Saudara (i) dan tidak akan memaksakan.

Informasi yang Bapak/ Ibu/ Saudara (i) berikan selama prosedur penelitian akan peneliti jamin kerahasiaanya. Demikian penjelasan ini peneliti sampaikan dan atas perhatian dan partisipasinya dalam penelitian ini peneliti ucapkan terima kasih.

Banjarmasin, Desember 2012

Peneliti

FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN KEKHUSUSAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS INDONESIA

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 127: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Lampiran 5

SURAT PERNYATAAN BERSEDIA BERPARTISIPASI SEBAGAI RESPONDEN PENELITIAN

Yang bertandatangan di bawah ini saya:

Nama :

Umur :

Alamat :

Tlp./HP :

Setelah mendapat penjelasan dari peneliti, dengan ini saya menyatakan bersedia

berpartisipasi menjadi responden dalam penelitian yang berjudul “Pengetahuan dan

Praktik Perawatan Kaki pada Klien Diabetes Melitus Tipe 2 di Kalimantan Selatan”.

Adapun bentuk kesediaan saya ini adalah:

1. Bersedia untuk meluangkan waktu untuk mengisi kuesioner.

2. Memberikan informasi yang benar dan sejujurnya terhadap apa yang diminta atau

ditanyakan oleh peneliti

Keikutsertaan saya ini sukarela tidak ada unsur paksaan dari pihak manapun.

Demikian surat pernyataan ini saya buat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana

mestinya.

Banjarmasin, Desember 2012

Mengetahui Peneliti

Noor Diani

Yang membuat pernyataan

_______________________ (Nama & Tanda tangan)

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 128: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Lampiran 6

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN DAN PRAKTEK PERAWATAN KAKI

PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2

Petunjuk pengisian :Isilah pertanyaan berikut dan berikan tanda check list (√) pada jawaban yang sesuai

A. Karakteristik responden 1. Inisial : ___________________ 2. Usia : ______tahun 3. Jenis kelamin :L / P 4. Lama menderita Diabetes Mellitus : ___________tahun 5. Pendidikan : Tidak Sekolah SD/MI SMP/MTs

SMA/MA Akademi/PT

6. Pekerjaan : Tidak bekerja Buruh Petani Pedagang

Swasta, sebutkan ................................ PNS/TNI/POLRI Lain-lain .............................................

7. Berapa rata-rata pendapatan perbulan < Rp. 1.225.000 ≥ Rp. 1.225.000

8. Pernah mendapatkan penyuluhan tentang perawatan kaki Ya, Sebutkan oleh ................... Tidak

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 129: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Lampiran 7

B. Kuesioner pengetahuan klien tentang perawatan kaki

Petunjuk: Berilah tanda check list (√) pada kolom Benar atau Salah sesuai dengan pilihan Bapak/ Ibu/ Saudara (i) ketahui berkaitan dengan perawatan kaki No Pertanyaan Benar Salah 1 Berapa kali Bapak/ Ibu/ Saudara (i) harus memeriksa kaki?

• Setiap hari• Dua kali seminggu• Lebih sering jika ketidaknyamanan atau rasa sakit

dirasakan diseluruh kaki• Setelah memakai sepatu baru• Permintaan dari dokter untuk melakukan hal tersebut

disetiap konsultasi2 Apa yang harus Bapak/ Ibu/ Saudara (i) perhatikan ketika

Bapak/ Ibu/ Saudara (i) memeriksakan kakinya? • Memeriksa area kaki termasuk telapak kaki, sela-sela jari

kaki, bagian depan kaki, dan tumit• Memeriksa setiap retakan kaki, lecet, kutil• Setiap adanya luka• Setiap adanya perubahan warna, misalnya memar,

kebiruan• Setiap adanya bengkak• Setiap adanya perubahan suhu

3 Tentang cara pemotongan kuku kaki • Memotong tiap sudut kuku kaki• Tidak memotong kuku kaki untuk menghindari luka• Memotong kuku kaki dengan lurus• Memotong kuku kaki sependek mungkin

4 Pada bagian mana dari kaki yang tidak tepat atau tidak boleh diberikan pelembab ? • Telapak kaki• Tumit• Sela-sela jari kaki• Permukaan/ Punggung kaki

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 130: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

No Pertanyaan Benar Salah 5 Apa yang harus dilakukan jika Bapak/ Ibu/ Saudara (i)

memiliki kutil pada kaki? • Menggunakan plester kutil• Rendam kaki di air dan potong kutil dengan gunting• Pergi ke ahli kecantikan• Menggunakan batu apung• Mengganti sepatu yang lebih baik

6 Apabila terjadi luka ringan pada kaki, apa yang harus Bapak/ Ibu/ Saudara (i) gunakan untuk mengobati luka tersebut? • Menggunakan Merkurokrom/ obat merah• Menggunakan obat ramuan tradisional• Memakai alkohol khusus bedah• Menggunakan cairan antiseptik seperti sabun• Menggunakan cairan NaCl atau cairan Infus

7 Apa yang harus digunakan Bapak/ Ibu/ Saudara (i) untuk menjaga kaki tetap hangat di musim dingin? • Selimut Listrik• Botol air panas• Baskom berisi air panas• Kaos kaki berbahan katun atau wol

8 Apa yang harus dilakukan Bapak/ Ibu/ Saudara (i) jika merasa sakit pada kaki? • Menggunakan plester herbal• Menggunakan air panas atau mencuci kaki dengan air jahe• Menggunakan obat tradisional• Berkonsultasi ke ahli perawatan kaki, perawat diabetes

atau dokter9 Jenis kaos kaki seperti apa yang sesuai untuk Bapak/ Ibu/

Saudara (i) ? • Katun• Sintetis• Wol• Nylon

10 Jenis sepatu yang tepat untuk digunakan Bapak/ Ibu/ Saudara (i) ? • Sepatu yang terbuka bagian atas dan depannya• Sepatu Olahraga• Sepatu dengan tumit tinggi• Sepatu sendal

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 131: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

No Pertanyaan Benar Salah 11 Bagaimana Bapak/ Ibu/ Saudara (i) memilih sepatu agar

sesuai dengan kaki? • Membeli sepatu di pagi hari• Meminta teman atau anak untuk membelikan sepatu• Bentuk ujung sepatu yang datar dan sempit• Panjang sepatu setidaknya harus 1,5 cm lebih panjang dari

kaki12 Apa faktor risiko untuk ulkus kaki?

• Kulit yang pecah-pecah• Kapalan/ kallus tebal• Luka bakar• Sepatu yang tidak pas• Teknik pemotong kuku yang salah/ sembarangan• Menggunakan benda tajam untuk memotong kutil• Memakai alkohol bedah diantara jari-jari kaki

13 Pada kondisi seperti apa Bapak/ Ibu/ Saudara (i) harus membuat janji dengan ahli perawatan kaki/ podiatris? • Pada pertumbuhan kuku kaki• Tumbal/ Kalus yang menebal• Masalah dalam memilih sepatu• Masalah dalam perawatan kaki• Adanya luka ulkus pada kaki baru-baru ini, muncul dan

harus disembuh saat ini14 Pada kondisi seperti apa Bapak/ Ibu/ Saudara (i) harus

berkonsultasi dengan dokter atau ahli perawatan kaki/ podiatrist? • Luka yang membengkak atau bernanah• Tidak ada perbaikan setelah merawat sendiri luka selama 3

hari• Perubahan warna kaki, misalnya berubah mnjadi hitam• Setelah membeli sepasang sepatu baru

Sumber: Modifikasi Shiu & Wong (2011)

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 132: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Lampiran 8

C. Kuesioner praktik perawatan kaki

Petunjuk: Berilah tanda check list (√) pada kolom Ya atau Tidak sesuai dengan pilihan Bapak/ Ibu/ Saudara (i) lakukan atau tidak lakukan berkaitan dengan praktik perawatan kaki

No Aktivitas Dilakukan Ya Tidak

1 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) setiap hari minum obat antidiabetik untuk mencegah komplikasi

2 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) setiap hari mencuci kaki 3 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) menggunakan air hangat untuk

mencuci kaki/ saat mandi 4 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) sebelum menggunakan air

hangat terlebih dahulu mencek suhu air 5 Apakah kaki yang telah dicuci dikeringkan dengan lembut,

khususnya diantara jari kaki 6 Apakah pada sela jari kaki Bapak/ Ibu/ Saudara (i) diberi bedak

agar tetap kering 7 Apakah bagian atas dan bawah kaki Bapak/ Ibu/ Saudara (i)

selalu diberi pelembab 8 Apakah pada sela jari kaki Bapak/ Ibu/ Saudara (i) diberi

pelembab 9 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) jika menggunakan kaos kaki

sering mengganti kaos kaki. 10 Apakah kuku kaki yang panjang dipotong mengikuti bentuk

kuku sampai kesudut kuku (tidak lurus) 11 Apakah setiap hari Bapak/ Ibu/ Saudara (i) melakukan

pemeriksaan pada kaki 12 Apakah alas kaki yang digunakan nyaman dan tidak sempit 13 Apakah sebelum memakai sepatu Bapak/ Ibu/ Saudara (i)

selalu membersihkan bagian dalamnya terhadap benda-benda asing seperti kerikil atau benda-benda kecil lainnya

14 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) selalu menggunakan alas kaki ketika berjalan

15 Apakah Bapak/ Ibu/ Saudara (i) segera berkonsultasi ke dokter/ petugas/ahli yang menangani diabetes jika ada perubahan pada kaki dengan tanda-tanda : kemerahan, nyeri, atau adanya luka baik kecil maupun besar.

Sumber: Modifikasi Hasnain & Sheikh (2009)

Terima kasih atas kesediaannya telah mengisi kuisioner ini.

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 133: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Lampiran 9

JADWAL KEGIATAN PENELITIAN TAHUN 2012-2013

NO KEGIATAN September Oktober November Desember Januari 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2

1. Penyelesaian Bab 1 s.d 4

2. Ujian Proposal

3. Pengumpulan data 4. Analisisdanpenafsiran data 5. Ujianhasilpenelitian

6. Penulisan 1 draft artikeluntukpublikasi

7. Sidangtesis 8. Penulisantesis 9. Perbaikantesis

10. Pengumpulanlaporan (tesis)

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013

Page 134: PENGETAHUAN DAN PRAKTIK PERAWATAN KAKI PADA …lontar.ui.ac.id/file?file=digital/20334297-T32594-Noor Diani.pdf · PADA KLIEN DIABETES MELITUS TIPE 2 . DI KALIMANTAN SELATAN . ...

Lampiran 10

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Noor Diani

Tempat, Tanggal Lahir : Banjarmasin, 17 Maret 1978

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : PNS

Alamat Rumah : Komplek Gotong Royong Perdana, Blok A, No.5, Rt.6 Rw.6, Jalan Gotong Royong, Kelurahan Mentaos, Kecamatan Banjarbaru Utara, 70711, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan, HP. 081349331174.

Alamat e-mail : [email protected]

Alamat Institusi : Jalan Ahmad Yani, Km 36, No.1, Kota Banjarbaru, Kalimantan Selatan.

Riwayat Pendidikan : • SD Negeri Surgi Mufti 1 Banjarmasin, lulus tahun 1990 • MTsN Mulawarman Banjarmasin, lulus tahun 1993• SMA Negeri 2 Banjarmasin, lulus tahun 1996• AKPER Depkes Banjarbaru, lulus tahun 1999• Ners Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas

Kedokteran Universitas Muhammadiyah Yogyakarta,lulus tahun 2004

• Magister Ilmu Keperawatan Fakultas IlmuKeperawatan Medikal Bedah, Universitas Indonesia(2011 – Sekarang)

Riwayat Pekerjaan : • Perawat Pelaksana RS Islam Banjarmasin, Kalimantan Selatan (2000 – 2002)

• Staf Pengajar pada STIKES Cahaya BangsaBanjarmasin, Kalimantan Selatan (2006 – 2007)

• Staf Pengajar pada AKPER Intan Martapura,Kalimantan Selatan (2005 – 2009)

• Staf Pengajar pada Program Studi Ilmu KeperawatanFakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat , Kalimantan Selatan (2006 – Sekarang)

Pengetahuan dan..., Noor Diani, FIK UI, 2013