Mempelajari Pengaruh Jenis Inisiator, Jenis Surfaktan dan ...
Pengertian Surfaktan
-
Upload
putri-rokhmayati -
Category
Documents
-
view
41 -
download
7
description
Transcript of Pengertian Surfaktan
Nama : Putri Rokhmayati
NPM : 1306370543
Kelompok : 2
SURFAKTAN
1. Pengertian Surfaktan
Surfaktan merupakan suatu molekul yang sekaligus memiliki gugus hidrofilikdan gugus
lipofilik sehingga dapat mempersatu kan campuran yang terdiri dari air dan minyak.
Surfaktan adalah bahan aktif permukaan. Aktifitas surfaktan diperoleh karena sifat ganda dari
molekulnya. Molekul surfaktan memiliki bagian polar yang suka akan air (hidrofilik) dan
bagian non polar yang suka akan minyak/lemak (lipofilik). Bagian polar molekul surfaktan
dapat bermuatan positif, negatif atau netral.
Sifat rangkap ini yang menyebabkan surfaktan dapat diadsorbsi pada antar muka udara-
air, minyak-air dan zat padat-air, membentuk lapisan tunggal dimana gugus hidrofilik berada
pada fase air dan rantai hidrokarbon ke udara, dalam kontak dengan zat padat ataupun
terendam dalam fase minyak. Umumnya bagian non polar (lipofilik) adalah merupakan rantai
alkil yang panjang, sementara bagian yang polar (hidrofilik) mengandung gugus hidroksil.
(Jatmika, 1998)
2. Tujuan Penggunaan Surfaktan
Penggunaan surfaktan sangat bervariasi, seperti bahan deterjen, kosmetik, farmasi,
makanan, tekstil, plastik dan lain-lain. Beberapa produk pangan seperti margarin, es krim,
dan lain-lain menggunakan surfaktan sebagai satu bahannya. Syarat agar surfaktan dapat
digunakan untuk produk pangan yaitu bahwa surfaktan tersebut mempunyai nilai Hydrophyle
Lypophyle Balance (HLB) antara 2-16, tidak beracun, serta tidak menimbulkan iritasi.
Penggunaan surfaktan terbagi atas tiga golongan, yaitu sebagai bahan pembasah (wetting
agent),bahan pengemulsi (emulsifying agent) dan bahan pelarut (solubilizing
agent).Penggunaan surfaktan ini bertujuan untuk meningkatkan kestabilan emulsi dengan
cara menurunkan tegangan antarmuka, antara fasa minyak dan fasa air. Surfaktan
dipergunakan baik berbentuk emulsi minyak dalam air maupun berbentuk emulsi air dalam
minyak.
2.1. Emulsifying Agent
Emulsi didefinisikan sebagai suatu system yang terdiri dari dua fasa cairan yang
tidak saling melarut, dimana salah satu cairan terdispersi dalam bentuk globula-globula
cairan lainnya. Cairan yang terpecah menjadi globula-globula dinamakan fase
terdispersi, sedangkan cairan yang mengelilingi globula-globula dinamakan fase kontinu
atau medium dispersi.
Berdasarkan jenisnya emulsi dibedakan menjadi dua yaitu:
Emulsi minyak dalam air (O/W), adalah emulsi dimana bahan pengemulsinya
mudah larut dalam air sehingga air dikatakan sebagai fase eksternal.
Emulsi air dalam minyak (W/O), adalah emulsi dimana bahan pengemulsinya
mudah larut dalam minyak.
Gugus hidrofilik pada surfaktan bersifat polar dan mudah bersenyawa dengan air,
sedangkan gugus lipofilik bersifat non polar dan mudah bersenyawa dengan minyak. Di
dalam molekul surfaktan, salah satu gugus harus lebih dominan jumlahnya. Bila gugus
polarnya yang lebih dominan, maka molekul-molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi
lebih kuat oleh air dibandingkan dengan minyak. Akibatnya tegangan permukaan air
menjadi lebih rendah sehingga mudah menyebar dan menjadi fase kontinu.
Demikian pula sebaliknya, bila gugus non polarnya lebih dominan, maka molekul-
molekul surfaktan tersebut akan diabsorpsi lebih kuat oleh minyak dibandingkan dengan
air. Akibatnya tegangan permukaan minyak menjadi lebih rendah sehingga mudah
menyebar dan menjadi fase kontinu.
2.2. Wetting Agent
Wetting Agent adalah salah satu jenis bahan tambahan yang berfungsi sebagai zat
pendispersi. Pembasahan (wetting partikel padat) adalah pengusiran udara pada
permukaan partikel oleh cairan. Proses pembasahan melibatkan surface dan interfaces.
Umumnya serbuk yang bersifat sedikit hidrofobik tidak menimbulkan banyak
masalah dan mudah dibasahi. Sedangkan serbuk yang sangat hidrofobik daapt
mengambang di permukaan pembawa air karena besarnya energy interfarsial antara
serbuk dan pembawa.
Spreading wetting : cairan yang kontak dengan substrat atau zat padat menyebar dan
menggantikan udaar di permukaan substrat /zat padat. Bila cairan menggantikan
kedudukan seluruh udara dari permukaan, maka dikatakan cairan membasahi permukaan
dengan sempurna.
Pada proses pembasaahn terjadi :
Penurunan tegangan permukaan cairan
Penurunan tegangan interfasial cairan/ zat padat
Modifikasi pembasahan dengan surfaktan
Penambahan surfaktan ke dalam air akan menurunkan tegangan permukaan air
dan tegangan interfasial air atau zat padat sehingga menghasilkan nilai koefisien
penyebaran yang positif.
2.3. Solubilizing Agent
Salah satu sifat penting dari surfaktan adalah kemampuan untuk meningkatkan
kelarutan bahan yang tidak larut atau sedikit larut dalam medium dispersi. Surfaktan
pada konsentrasi rendah, menurunkan tegangan permukaan dan menaikkan laju
kelarutan obat(Martinet al., 1993)
3. Klasifikasi Surfaktan Berdasarkan Muatan
Klasifikasi surfaktan berdasarkan muatannya dibagi menjadi empat golongan yaitu:
3.1. Surfaktan anionik
Surfaktan Anionik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu anion.
Contohnya adalah garam alkane sulfonat, garam olefin sulfonat, garam sulfonat asam
lemak rantai panjang.
3.2. Surfaktan Kationik
Surfaktan kationik yaitu surfaktan yang bagian alkilnya terikat pada suatu kation.
Contohnya garam alkil trimethil ammonium, garam dialkil-dimethil ammonium dan
garam alkil dimethil benzil ammonium.
3.3. Surfaktan Nonionik
yaitu surfaktan yang bagian alkilnya tidak bermuatan. Contohnya ester gliserin asam
lemak, ester sorbitan asam lemak, ester sukrosa asam lemak, polietilena alkil amina,
glukamina, alkil poliglukosida, mono alkanol amina, dialkanol amina dan alkil amina
oksida.
3.4. Surfaktan amfoter
Surfaktan amfoter yaitu surfaktan yang bagian alkilnya mempunyai muatan positif dan
negatif. Contohnya surfaktan yang mengandung asam amino, betain, fosfobetain.
4. Critical Micelles Concentration (CMC)
Penambahan surfaktan dalam larutan akan menyebabkan turunnya tegangan permukaan
larutan. Setelah mencapai konsentrasi tertentu, tegangan permukaan akan konstan walaupun
konsentrasi surfaktan ditingkatkan. Bila surfaktan ditambahkan melebihi konsentrasi ini
maka surfaktan mengagregasi membentuk misel. Konsentrasi terbentuknya misel ini disebut
Critical Micelle Concentration(CMC). Tegangan permukaan akan menurun hingga CMC
tercapai. Setelah CMC tercapai, tegangan permukaan akan konstan yang menunjukkan
bahwa antar muka menjadi jenuh dan terbentuk misel yang berada dalam keseimbangan
dinamis dengan monomernya(Genaro, 1990).
Pada saat terjadinya CMC akan terjadi perubahan tajam sifat fisika yang dapat dideteksi
dalam larutan air (daya hantar, tekanan osmotik, penurunan titik beku, tegangan permukaan,
viskositas, indeks bias dan lain-lain), yang dapat dapat digunakan untuk menentukan CMC.
Fenomena terbentuknya misel dapat diterangkan sebagai berikut, di bawah konsentrasi
CMC amfifil yang mengalami adsorpsi pada antar muka udara atau air meningkat pada
waktu konsentrasi amfifil dinaikkan. Akhirnya dapat dicapai suatu titik dimana antar muka
dan fase bulk keduanya menjadi jenuh dengan monomer. Kondisi ini adalah CMC. Tiap
penambahan amfifil selanjutnya melebihi konsentrasi akan mengagregasi membentuk misel
dan energi bebas sistem dikurangi dengan cara ini. Di atas CMC, tegangan permukaan pada
pokoknya tetap konstan, yang menunjukkan permukaan antar muka menjadi jenuh dan
terbentuk misel.
Amfifil di dalam air mempunyai rantai hidrokarbon menghadap ke misel, jadi pada
dasarnya rantai tersebut menghadap lingkungan hidrokarbonnya. Bagian-bagian polar dari
amfifil mengelilingi inti hidrokarbon ini dan berhubungan dengan molekul-molekul air dari
fase kontinyu. Agregasi juga terjadi dalam cairan nonpolar. Tetapi molekul-molekul dibalik,
kepala polar menghadap ke dalam, sedangkan rantai hidrokarbon berhubungan dengan fase
kontinyu yang bersifat nonpolar.
5. Struktur Agregat Surfaktan
Surfaktan, tak hanya beragregasi membentuk misel spheris tapi juga silinder, bilayer dan
misel terbalik. Tipe struktur agregasi yang terbentuk akan tergantung pada factor-faktor
berbeda. Faktor yang terpenting disebut parameter surfaktan disebut juga packing ratio.
N s=V c
Lc σ A
V cadalah volume bagian hidrofobik surfaktan dan Lcpanjang rantai hidrokarbon, σ Aefektif
area per kepala gugus.
Misel spheris terbentuk untuk NS ≈ 0,33 contohnya SDS dengan jumlah agregasi 56 dan
jari-jari interior hidrofobik 1,7 nm dan efektive head group area 0,62 nm2. Misel silindris
(rod-like) terbentuk saat NS ≈ 0,5. Ujung silinder tertutup oleh hemisphere untuk mencegah
exposure interior hidrokarbon oleh air. Walau diameter silinder ditentukan oleh panjang
surfaktan, misel silindris biasanya polidispersi karena silinder dapat tumbuh lebih panjang
dengan menggabungkan lebih banyak surfaktan.
Bilayer lebih mudah terbentuk pada NS = 0,5…1. Lipid yang membentuk bilayer tidak
dapat tersusun membentuk miselar atau struktur silindris karena small head group area dan
karena rantai alkil terlalu bulky untuk fit kedalam misel. Agar lipid bilayer terbentuk, untuk
head group area σ A dan rantai alkil LC yang sama, rantai harus memiliki volume dua kali
lipat. Atas alasan ini lipid dengan 2 rantai alkil berkemungkinan besar membentuk bilayer.
Contohnya adalah phospholipid rantai ganda seperti phophatidyl choline atau phophatidyl
ethanolamine. Lipid dengan parameter surfaktan sedikit dibawah 1 cenderung membentuk
bilayer fleksibel atau vesicles. Lipid dengan NS = 1 membentuk bilayer real planar.
6. Penggunaan Tanin
Tanin merupakan substansi yang tersebar luas dalam tanaman , seperti daun, buah yang
belum matang , batang dan kulit kayu. Pada buah yang belum matang ,tanin digunakan
sebagai energi dalam proses metabolisme dalam bentuk oksidasi tannin.Tanin yang dikatakan
sebagai sumber asam pada buah.
Sifat-sifat Tanin :
Dalam air membentuk larutan koloidal yang bereaksi asam dan sepat .
Mengendapkan larutan gelatin dan larutan alkaloid.
Tidak dapat mengkristal.
Larutan alkali mampu mengoksidasi oksigen.
Mengendapkan protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut
sehingga tidak dipengaruhi oleh enzim protiolitik.
Sifat kimia Tanin :
Merupakan senyawa kompleks dalam bentuk campuran polifenol yang sukar
dipisahkan sehingga sukar mengkristal.
Tanin dapat diidentifikasikan dengan kromotografi.
Senyawa fenol dari tanin mempunyai aksi adstrigensia, antiseptic dan pemberi
warna.
Kegunaan Tanin :
Sebagai pelindung pada tumbuhan pada saat masa pertumbuhan bagian tertentu pada
tanaman, misalnya buah yang belum matang, pada saat matang taninya hilang.
Sebagai anti hama bagi tanaman sehingga mencegah serangga dan fungi.
Digunakan dalam proses metabolisme pada bagian tertentu tanaman.
Efek terapinya sebagai adstrigensia pada jaringan hidup misalnya pada
gastrointestinal dan pada kulit.
Efek terapi yang lain sebagai anti septic pada jaringan luka, misalnya luka bakar,
dengan cara mengendapkan protein.
Sebagai pengawet dan penyamak kulit.
Reagensia di Laboratorium untuk deteksi gelatin, protein dan alkaloid.
Sebagai antidotum (keracunan alkaloid) dengan cara mengeluarkan asam tamak yang
tidak larut.
DAFTAR PUSTAKA
Suryani, A., I. Sailah., dan E. Hambali. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi Industri
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Adamsons, Arthur W. 1982. Physical Chemistry of Surface. A wiley-Interscience Publication,
United State of America.