Pengertian Nasionalisme
-
Upload
nikke-ardilah -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
description
Transcript of Pengertian Nasionalisme
1. Pengertian Nasionalisme
Nasionalisme berasal dari kata Nation yang berarti bangsa. Bangsa mempunyai dua
pengertian, yaitu: dalam pengertian antropologis serta sosiologis dan dalam pengertian
politis. Dalam pengertian antropologis dan sosiologis, bangsa adalah suatu masyarakat yang
merupakan suatu persekutuan hidup yang berdiri sendiri dan masing- masing anggota
persekutuan hidup tersebut merasa satu kesatuan ras, bahasa, agama sejarah dan adat. Adapun
yang di maksud bangsa dalam pengertian politik adalah masyarakat dalam suatu daerah yang
sama, dan mereka tunduk kepada kedaulatan negaranya sebagai suatu kekuasaan tertinggi
keluar dan kedalam.
Sederetan konsep berkaitan yang memberikan makna lebih konkrit bagi abstraksi inti
bagi nasionalisme Menurut J.E. Renan, nasionalisme merupakan sebuah rasa persamaan
suatu kelompok atau bangsa yang merasa bangsa satu kelompoknya yang berada dalam
situasi dan kondisi dimana bangsa atau kelompok mereka berada dalam sebuah penderitaan
dan kesengsaraan maka timbullah rasa nasionalisme tersebut. Lebih lanjut Renan
mendefinisikan bangsa sebagai suatu asas rohani yang timbul dari keadaan- keadaan historis
yang tersusun secara mendalam. Terbentuknya asas rohani ini, tidaklah cukup dengan ras,
agama atau kepentingan bersama saja. Yang lebih penting menurut Renan keinginan untuk
hidup bersama. L. Stoddard menyatakan bahwa nasionalisme adalah suatu keadaan jiwa dan
suatu kepercayaan, dianut oleh sejumlah besar manusia perseorangan sehingga mereka
membentuk suatu kebangsaan. nasionalisme adalah rasa kebersamaan segolongan sebagai
suatu bangsa.
Namun, demikian, biasanya istilah lain seperti ‘kebangsaan/ nasionalitas’
(nationality) dan kenasionalan (nationalness) dalam arti sebagai semangat nasional atau
individualitas nasional lebih di sukai. Ada lagi teori yang mengatakan bahwa kata “nation”
yang berasal dari kata lain nasci yang berarti “lahir”, mulai digunakan pada abad ke-13 untuk
mengidentifikasi sekelompok orang yang mempunyai kesamaan berdasarkan kelahiran
ataupun ciri-ciri fiskal lainnya. Baru pada abad ke-18 istilah nasionalisme menjadi lebih
politis dan inklusif. Austin Barel, menggunakan kata nasionalisme untuk pertama kalinya
pada tahun 1789. Terinspirasi oleh pemikiran Jean Jaques Rousseau mengenai “general will”
dan “popular sovereignty juang rakyat Prancis yang digambarkan sebagai pemegang
kedaulatan Prancis, untuk melawan rejim Louis XVI. Sejak saat itulah nasionalisme dalam
konteks gerakan perlawanan terhadap penguasa menjelma menjadi doktrin dan kredo politik
yang sangat kuat dan berpengaruh.
Pada perkembangan selanjutnya nasionalisme menyebar ke Asia dan Eropa dalam
bentuk perlawanan terhadap kolonialisme. Menariknya, karakter nasionalisme bisa berubah
karena berbagai faktor politik. Ketika nasionalisme dipahami sebagai reaksi perlawanan
terhadap dominasi unsur lain maka ia memiliki karakter liberalis atau sebagai pembebas
dalam konteks kemerdekaan, keadilan dan demokrasi. Ini merupakan konsep nasionalisme
yang paling tua seperti yang diilustrasikan pada masa revolusi Prancis saat liberalisme dan
nasionalisme seakan tidak dapat dipisahkan. Pada situasi kompetisi dan persaingan
internasional, saat tumbuh ketidakpercayaan, ketakutan ataupun kebencian terhadap negara
lain, nasionalisme kemudian mempunyai karakter chauvinis-ekspansionis. Nasionalisme jenis
ini tidak lagi mengakui persamaan kebebasan bagi seluruh individu atau kelompok,
melainkan hak-hak atas dasar kualitas suatu bangsa, untuk menguasai bangsa lain. Jingoism
kemudian menjadi ungkapan yang kerap digunakan untuk menggambarkan naluri dan
antusiasme masyarakat yang meluap-luap dalam mendukung kegiatan kegiatan ekspansi dari
negaranya.
Beberapa bentuk dari nasionalisme
1. Nasionalisme kewarganegaraan (atau nasionalisme sipil) adalah sejenis nasionalisme
dimana negara memperoleh kebenaran politik dari penyertaan aktif rakyatnya,
“kehendak rakyat”; “perwakilan politik”.
2. Nasionalisme etnis adalah sejenis nasionalisme di mana negara memperoleh kebenaran
politik dari budaya asal atau etnis sebuah masyarakat.
3. Nasionalisme romantik (juga disebut nasionalisme organik, nasionalisme identitas)
adalah lanjutan dari nasionalisme etnis dimana negara memperoleh kebenaran politik
secara semulajadi (“organik”) hasil dari bangsa atau ras; menurut semangat
romantisme. Nasionalisme romantik adalah bergantung kepada perwujudan budaya
etnis yang menepati idealisme romantik; kisah tradisi yang telah direka untuk konsep
nasionalisme romantik.
4. Nasionalisme Budaya adalah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh
kebenaran politik dari budaya bersama dan bukannya “sifat keturunan” seperti warna
kulit, ras dan sebagainya.
5. Nasionalisme kenegaraan ialah variasi nasionalisme kewarganegaraan, selalu
digabungkan dengan nasionalisme etnis. Perasaan nasionalistik adalah kuat sehingga
diberi lebih keutamaan mengatasi hak universal dan kebebasan. Kejayaan suatu negeri
itu selalu kontras dan berkonflik dengan prinsip masyarakat demokrasi.
Penyelenggaraan sebuah ‘national state’ adalah suatu argumen yang ulung, seolah-olah
membentuk kerajaan yang lebih baik dengan tersendiri.
6. Nasionalisme agama ialah sejenis nasionalisme dimana negara memperoleh legitimasi
politik dari persamaan agama. Walaupun begitu, lazimnya nasionalisme etnis adalah
dicampuradukkan dengan nasionalisme keagamaan.
2. Faktor lahirnya nasionalisme Indonesia
Menurut han Kohn adalah suatu paham yang menempatkan kesetianaan tertinggi
individu harus diserakan kepada negara dan bangsa. Bangkitnya nasionalisme Indonesia
didorong oleh faktor intern dan ekstern:
1. Faktor intern
Faktor-faktor intern yang menyebabkan lahir dan berkembangnya nasionalisme
Indonesia adalah sebagai berikut
a. Kejayaan Bangsa Indonesia sebelum kedatangan Bangsa Barat
Sebelum kedatangan bangsa barat, diwilayah nusantara sudah berdiri kerajaan-
kerajaan besar, seperti Sriwijaya, Mataram, dan Majapahit. Kejayaan masa
lampau itu menjadi sumber inspirasi untuk melepaskan diri dari belenggu
penjajah.
b. Penderitaan Rakyat akibat politik Drainage (penegerukan kekayaan)
Politik Drainage itu mencapai puncaknya ketika diterapkan sistem tanam paksa
kemudian dilanjutkan dengan sistem ekonomi liberal.
c. Adanya Diskriminasi Rasial
Diskriminasi merupakan hal menonjol yang diterapkan oleh pemerintah kolonial
Belanda dalam kehidupan sosial pada awal abad ke-20. Dalam bidam
pemerintahan, tidak semua jabatan tersedia bagi kaum pribumi.
d. Munculnya Golongan terpelajar
Pada awal abad ke-20, pendidikan mendapatkan perhatian yang lebih baik dari
pemerintah kolonial. Hal itu sejalan dengan diterapkannya politik etis. Melalui
penguasaan bahasa asing yang diajarkan disekolah-sekolah modern, mereka dapt
mempelajari berbagai ide-ide dan paham-paham baru yang berkembang di Barat,
seperti ide tentang HAM, liberalisme, nasionalisme, dan demokrasi.
2. Faktor ekstern
Lahir dan berkembangnya nasionalisme di Indonesia juga didorong oleh faktor-faktor
ekstern , antara lain.
a. Kemenangan Jepang terhadap Rusia
Kemenangan Jepang dalam perang Rusia-Jepang telah berhasil menguncangkan
dunia. Kemenangan Jepang tersebut berhasi menggugah kesadaran bangsa-bangsa
Asia dan Afrika untuk melawan penjajahan bangsa-bangsa kulit putih.
b. Kebagkitan Nasionalisme Negara-Negara Asia-Afrika
Kebangkitan bangsa-bangsa Asia-Afika memberikan dorongan kuat bagi bangsa
Indonesia untuk bangkit melawan penindasan pemerintahan kolonial. Revolusi
Tiongkok (1911) dan pembentukan partai kuomintang oleh Sun Yan Set yang
berhasil mejadikan Cina sebagai negara mereka pada tahun 1912.
c. Masuknya Paham-paham Baru
Paham-paham baru seperti liberalisme, demokrasi dan nasionalisme muncul
setelah terjadinya Revolusi Amerika dan Revolusi Perancis. Hubungan antara
Asia dan Eropa menyebabkan paham-paham itu menyebar dari Eropa ke Asia,
termasuk Indonesia.
3. Meningkatkan nasionalisme.
Meningkatkan nasionalisme dengan antisipasi pengaruh negatif globalisasi terhadap nilai
nasionalisme. Langkah- langkah untuk mengantisipasi dampak negatif globalisasi
terhadap nilai- nilai nasionalisme antara lain yaitu:
1) Menumbuhkan semangat nasionalisme yang tangguh, misal semangat mencintai
produk dalam negeri.
2) Menanamkan dan mengamalkan nilai- nilai Pancasila dengan sebaik-baiknya.
3) Menanamkan dan melaksanakan ajaran agama dengan sebaik- baiknya.
4) Mewujudkan supremasi hukum, menerapkan dan menegakkan hukum dalam arti
sebenar- benarnya dan seadil- adilnya.
5) Selektif terhadap pengaruh globalisasi di bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial
budaya bangsa.
Strategi nasionalisme
Strategi terbagi menjadi 5 yaitu: strategi sebagai perspektif, strategi sebagai
posisi, strategi sebagai perencanaan, strategi sebagai pola kegiatan, dan strategi sebagai
penipuan yaitu muslihat manusia. Sebagai perspektif; dimana strategi dalam membentuk
misi, menggambarkan perspektif kepada semua aktivitas. Sebagai posisi; dimana dicari
piliha untuk bersaing sebagai perencanaan; dalam hal strategi menentukan tujuan
performansi perusahaan. Sebagai pola kegiatan; dimana dalam strategi dibentuk suatu
pola yaitu umpan balik dan penyesuaian. Menurut Henry Mints juga strategi merupakan
sebuah pola dalam aliran keputusan atau tindakan. Dari berbagai pendapat yang
dipaparkan para ahli, dapat di tarik kesimpulan bahwa strategi adalah suatu perencanaan
dalam bentuk tindakan untuk mencapai tujuan.
Dalam membangun strategi nasionalisme yang berkelanjutan, telah dikatakan
pada definisi diatas bahwa dalam membangun strategi nasionalisme harus bisa
menyatukan masyarakat suatu bangsa yang mempunyai kesamaan budaya, kesamaan
tujuan dan harus memiliki kesetiaan terhadap bangsanya dengan konsep pembangunan
yang berkelanjutan yang mementingkan keragaman hayati bagi alam jadi tidak hanya
dalam pembangunan ekonomi yang di pentingkan namun juga keragaman budaya
merupakan salah satu kebijakan dalam pembangunan yang berkelanjutan. Strategi
nasionalisme tersebut dapat diterapkan seperti:
Mengembangkan cinta nasionalisme
Cinta tanah air merupakan kewajiban seluruh masyarakat yg hidup di suatu
negara. Penting rasanya jika kita memiliki rasa cinta tanah air ini terhadap suatu
negara, memilikir rasa tersebut bukan hanya akan menimbulkan kebanggan dalam
suatu diri, tetapi juga akan menimbulkan suatu kekhasan pada setiap individual dalam
bermasyarakat. Memiliki kekhasan rasa cinta tanah air yg individual ini merupakan
hal yg sangat wajib layaknya suku yg berada di negara ini, karena setiap perbedaan
memiliki karkater dan warna tersendiri yg akan menimbulkan keindahan. tentu saja
perbedaan yg dimaksut adalah perbedaan yg berdampak positif bukan negatif yg
nantinya malah merusak bangsa.
Mengembangkan pendidikan bangsa
Pendidikan merupakan salah satu kunci pembangunan suatu bangsa untuk
mencapai ketingkat yang lebih memadai. Pendidikan juga mempunyai tugas untuk
menyiapkan sumber daya manusia untuk menjadi penerus-penerus yang
berpendidikan baik, jujur serta mempunyai jiwa nasional yang tinggi. Kondisi ideal
dalam bidang pendidikan salah satunya adalah setiap anak bisa bersekolah hingga
tingkat SMA tanpa membedakan status apapun, karena sekolah itu merupakan hak
mereka. Meneruskan dan mengefektifan program rehabilitasi gedung-gedung sekolah
sehingga terbangun fasilitas pendidikan yang memadai dan lebih bermutu, dan juga
menambahkan teknologi informatika diagarkan mengajar bisa lebih efektif dan
berkualitas.
Melestarikan kebudayaan bangsa
Penyakit masyarakat sekarang ini adalah mereka terkadang tidak bangga
terhadap produk atau kebudayaannya sendiri. Kita lebih bangga terhadap budaya –
budaya orang asing ataupun orang luar yang sebenarnya tidak sesuai dengan budaya
kita. Budaya daerah banyak hilang dikikis zaman. Oleh sebab kita sendiri yang tidak
mau mempelajari dan melestarikannya. Alhasil kita baru bersuara ketika negara lain
sukses dan terkenal dengan budaya yang mereka curi secara diam – diam. Pemerintah
harus mengimplementasikan kebijakan – kebijakan yang mengarah pada upaya
pelestarian kebudayaan nasional.